J,+,< MGI Q:+2?*.2FB*=2922m2721m232.556*.1262? >55?2K:8*8E,DF 4567NG O;*162?232<2P21*6232 @*.6:8=:721 Q211,+75,.,E<2<,+:5262 E2;2 n526 MMM @21*5m2,.*2+6,. >0,+7282; m29:
122
45678()545*+47,+,7-+. ,7,4/* 7.051*+,727-+.3 6/14+.7+. 45,75
6789:; 8<=>?@?=ABC?7?D?EA2FG 2G H=EI2G?J2K2FG LFCM?A?C<2G2G> 7BG=>FN? WXX HFKKO=A?CPFGA?GA QRBKBLS?GTC=U=GV 6789:Y ZFGACFD[8M BGABN[?G>=ABC=G[BA=C=G[?G\=A=I[B]BN^C=GBD=CMFK2K deW J=C2=_?D QHBI=<<=T`=I2C7=]K=DT=Ga=T2A?[bcb7?A2=U=GV 6789:f c]D2N=K272KA?< 8GLFC<=K2^?F>C=L2KBGABN H?G>B\2Z?EFEFN=G g=I=G d;d `=G=< Qh=<_=G>7?A2=U=Gi@=C2NI=I@=CNI=G2V 6789:j 72KA?< 8GLFC<=K2[?<=K=C=G c>C2_2KG2K 7=kBC H=kBC h?C_=K2K Olh dYj HF_2D?T=G7H7^=A?U=k Qh=<_=G>7?A2=U=GiM2<=Ka?GTkcA<=\=k=V 6789:W [?G>?<_=G>=G72KA?< HFG2AFC2G>g=I=G[?CA=G2=GH?G>>BG=N=Ga=T2F dff PFGACFDS?D2EF]A?C Q8H=T?cGF< 7BAC2KG=O2\=k=i^BKA2m>BC=I7?<=C=[BAC=iT=G8[BAB 7BCk=O2C=U=GV 6789:d a=GE=G>h=G>BG[CFAFA2]?H?K2G^C=T2G>`F<=Ah?CT=K=CN=Gln=DB=K2 djf J2KB=D Q`bS?CU=GAFiHbHBI=?<2GiMb[C2\=AG=iObZ7B>=GTI2iHb7=BN=AV
o/*2+1+1478/o1/p7,7
[S[9X Z=\2=GZ=C=NA?C2KA2NZF<]FG?GhB=IT=Gh2\2Z=N=Fk=G>M2L?C=Z=_B]=A?G7BD=U?K27?D=A=G QH=C2k=A2h2D=G>iqB
1222
Prosiding Seminar Nasional PERTETA 2012 Malang, Jawa Timur, 30 November – 2 Desember 2012
OSI-06
Pengembangan Sistem Monitoring Lahan Pertanian Menggunakan Radio Control Helicopter I Made Anom Sutrisna Wijaya, Gusti Ngurah Semara Putra, I Putu Surya Wirawan Jurusan Teknik Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian - Universitas Udayana Kampus Unud Bukit Jimbaran, Badung, 80361, Bali Penulis Korespondensi, Email: [email protected] ABSTRAK Akusisi data dan informasi merupakan tahap awal dan sangat penting dilakukan dalam sistem pertanian presisi. Akusisi data dapat dilakukan baik dari atas tanah (upper ground) maupun dari bawah tanah (under ground) lahan pertanian. Pada penelitian ini dikembangkan sistem akusisi data dan informasi lahan pertanian dari udara yang digunakan untuk monitoring dan pengambilan keputusan dalam pengelolaan lahan pertanian pada tahap berikutnya. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan ketinggian optimum akusisi data sehingga diperoleh informasi terbaik. Sistem yang dikembangkan terdiri dari Radio control (RC) helicopter yang dilengkapi dengan video kamera yang digunakan untuk merekam informasi yang terdapat pada hamparan lahan pertanian dari udara. Radio control helicopter diterbangkan pada berbagai ketinggian dan informasi yang terdapat pada lahan pertanian direkam melalui handycam yang dipasang pada bagian bawah RC helicopter. Parameter yag digunakan untuk menentukan ketinggian optimum akusisi data adalah ketajaman dan kejernihan gambar yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem yang dikembangkan dapat merekam informasi dengan baik pada berbagai ketinggian, dan ketinggian optimum untuk mendapatkan informasi terbaik adalah pada ketinggian ± 10 meter dengan luas cakupan pengambilan informasi seluas 46.5 m2. Kekurangan sistem yang dikembangkan adalah adanya getaran dan goyangan akibat dari getaran mesin dan hembusan angin saat terbang yang sangat mempengaruhi kualitas gambar atau informasi yang diperoleh. Kata kunci : pertanian presisi, akusisi data, sistem monitoring, radio control helicopter.
PENDAHULUAN Sistem pertaniaan presisi adalah sistem pertaanian baru berbasis informasi. National Research Council (1997) mendefinisikan pertanian presisi sebagai suatu strategi pengambilan keputusan dalam mengelola lahan pertanian berdasarkan teknologi informasi, sedangkan Blackmore (1994) mengatakaan bahwa pertanian presisi adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan bahwa meningkatkan efisiensi adalah tujuan manajemen pertanian. Konsep pertanian presisi memberikan janji meninggkatkan produktivitas lahan pertanian, menurunkan biaya produksi dan meminimalisasi dampak terhadap lingkungan (National Research Council, 1997; Shibusawa, 1999a; Earl, 1997). Pertanian presisi mempunyai tiga komponen, yaitu akusisi data pada skala yang sesuai, interpretasi dan analisis data, dan implentasi manajemen respon pada skala dan waktu yang sesuai (National Research Council, 1997). Akusisi data dapat dilakukan dari atas 744
Pengembangan Sistem Monitoring Lahan Pertanian – Wijaya, dkk
Prosiding Seminar Nasional PERTETA 2012 Malang, Jawa Timur, 30 November – 2 Desember 2012
lahan pertanian, pada permukaan lahaan pertanian, maupun dari bawah lahn pertanian. Pengambilan data atau informasi dari atas lahan dapat dilakukan melalui foto udara (Felix, 2009, Anonimus, 2002, Anonimus, 2009) atau melalui satelit (Anonimus, 2008). Foto udara dapat dilakukan dengan menggunakan balon udara, pesawat udara, dan layang-layang (Mikeasaurus, 2002), Pada penelitian ini dicoba dikembangkan suatu sistem yang dapat digunakan untuk mengambil data atau informasi lahan pertnian dari udara dengan menggunakan radio kontrol helikopter. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan sistem akusisi data dan informasi lahan pertanian dari udara yang dapat digunakan untuk monitoring dan pengambilan keputusan dalam pengelolaan lahan pertanian, serta untuk menentukan ketinggian optimum akusisi data sehingga diperoleh informasi terbaik.
BAHAN DAN METODE Tempat Penelitian Perancangan dan konstruksi alat dilakukan di Laboratorium Sistem dan Manajemen Teknik Pertanian dan Laboratorium Rekayasa alat dan Ergonomika Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana. Uji kinerja alat dilakukan di lahan pertanian di daerah Penatih, Denpasar Timur, Kota Denpasar< Provinsi Bali. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah pipa aluminium diameter 2 cm dengan ketebalan 0.1 cm, plat aluminum lebar 3 cm dengan ketebalan 0.2 cm, plat seng, busa dan kabel ties. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah repetter, gergaji besi, gunting, obeng dan bor listrik. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap perancangan dan konstruksi, dan tahap uji kinerja sistem yang dirancang. Pada tahap perancangan dan konstruksi dilakukan perancangan fungsional dan struktural, serta penggabungan komponen penyusun sistem. Sedangkan pada uji kinerja dilakukan terhadap kinerja sensing unit, transportasi unit, dan kinerja sistem secara menyeluruh. Uji kinerja sistem dilakukan pada beberapa ketinggian terbang untuk mendapatkan gambar terbaik. 1) Perancangan dan Konstruksi Sistem Sistem yang dikembangkan terdiri dari 3 unit utama yaitu : sensing unit, control unit, dan transportasi unit. Rancangan fungsional dan struktural komponen penyusun sistem adalah sebagai berikut: a) Sensing unit. Sensing unit berfungsi untuk mengambil dan merekam informasi yang telah ditentukan dari udara. Sensing unit ini berupa sebuah video kamera handycam.Video kamera yang diperlukan dalam penelitian ini adalah video kamera yang mampu merekam gambar bergerak dengan video frame rate minimal sebesar 24 fps untuk menghasilkan gambar yang baik dan tidak terlihat kotak-kotak. Memory dari video kamera minimal 3 gigabyte untuk merekam dalam jangka waktu sekitar 40 menit. Video kamera juga harus memiliki berat yang tidak begitu besar sehingga dapat diangkut oleh transportasi unit. Pada sensing unit dilengkapi dengan dudukan yang berfungsi sebagai tempat handycam dan sekaligus sebagai kaki helicopter. Dudukan dibuat dari bahan yang mampu menahan beban helicopter dan hentakan saat melakukan landing, mudah dalam perakitan, tahan karat dan ringan. Pengembangan Sistem Monitoring Lahan Pertanian – Wijaya, dkk
745
Prosiding Seminar Nasional PERTETA 2012 Malang, Jawa Timur, 30 November – 2 Desember 2012
b) Kontrol unit Kontrol unit berfungsi mengontrol transportasi unit pada saat pengambilan data atau informasi. Kontrol unit yang digunakan harus memiliki kemampuan untuk mengontrol dari jarak yang cukup jauh yaitu mampu mengontrol minimal pada jarak 100 meter. Unit kontrol ini terdiri dari transmitter dan receiver yang berfungsi untuk mengatur transporatsi unit. c) Transportasi unit Transportasi unit pada penelitian ini menggunakan satu unit radio control helicopter dimana radio control helicopter ini digunakan untuk menerbangkan sensing unit untuk pengambilan gambar dari udara. Transportasi unit yang diperlukan adalah transportasi yang mampu terbang cukup jauh sekitar 100 m. Dapat terbang stabil dan mampu mengangkat beban minimal 700 g. Selain itu getaran yang ditimbulkan saat transportasi unit bekerja tidak terlalu keras. Konstruksi sistem. Pada tahapan konstruksi ini dilakukan penggabungan sensing unit dan transportasi unit. Penggabungan sensing unit ke transportasi unit diperlukan kaki tambahan sebagai tempat dudukan sensing unit. Kaki tambahan ini berfungsi untuk memegang sensing unit dan meninggikan transportasi unit sehingga sensing unit tidak bersentuhan dengan tanah sebelum transportasi unit ini diterbangkan. 2) Uji Kinerja Sistem Uji kinerja sistem dilakukan setelah semua unit terpasang dan setelah dilakukan uji kinerja sensing unit dan transportasi unit. Uji kinerja sistem ini dilakukan pada tiga ketinggian yang berbeda, yaitu ketinggian sekitar 10 m, 20 m dan 30 m . Pada uji kinerja ini diperlukan oleh dua orang operator, dimana satu orang untuk mengendalikan transportasi unit dan satu orang lagi untuk melihat posisi helicopter agar berada diatas lahan yang akan diambil gambarnya. Parameter yang diamati pada proses uji kinerja ini adalah kestabilan terbang, luas cakupan gambar (coverage area), kualitas gambar yang didapat, dan ketinggian optimum untuk mendapatkan gambar terbaik
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil rancangan dan konstruksi Sistem monitoring yang dikembangkan terdiri dari tiga komponen utama yaitu helicopter sebagai transportasi unit, handycam (video camera) yang dilindungi oleh kotak yang terbuat dari plat seng sebagai sensing unit, dan radio control sebagai control unit. Sistem monitoring yang dikembangkan disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Sistem Monitoring Lahan Pertanian Hasil Rancangan 746
Pengembangan Sistem Monitoring Lahan Pertanian – Wijaya, dkk
Prosiding Seminar Nasional PERTETA 2012 Malang, Jawa Timur, 30 November – 2 Desember 2012
1) Sensing unit Video kamera yang digunakan pada penelitian ini adalah video kamera (handycam) merek Sony type DCR_Sx40e yang mempunyai spesifikasi sebagai berikut: · Format video: SD (MPEG2) · Weight (Approx.) : w/o battery: 8 oz (250 g), w battery: 10 oz (290 g) · Recording Media : 4GB Embedded Flash memory Memory Stick PRO Duo™ Media · Frame per second : 30 fps Menurut Benton (1998), penggunaan sensing unit yang direkomendasikannya adalah kamera SLR atau kamera digital. Akan tetapi penggunaan sensing unit dengan jenis kamera SLR ataupun kamera digital akan membutuhkan rancangan yang lebih kompleks dari penelitian yang dilakukan sekarang ini. Mengingat tujuan dari penelitian ini adalah membuat alat yang sederhana maka dipilih sensing unit dengan jenis video kamera. Untuk merangkaikan sensing unit dengan transportasi unit. digunakan kaki tambahan yang sekaligus berfungsi sebagai dudukan sensing unit (Gambar 2). Kaki tambahan ini dibuat menggunakan pipa aluminium dengan diameter 2.0 cm dan tebal 0.1 cm. Selain ringan pipa aluminium ini cukup kuat untuk menahan beban helicopter dan hentakan helicopter pada saat landing. Tensil strength dari aluminium ini sebesar 110 Mpa, yield strengthnya sebesar 41 Mpa dan hardnes sebesar 28 HB. Disamping itu digunakan juga plat aluminium dengan tebal 2 mm. Pembuatan kaki tambahan ini menggunakan teknik kling karena bahan aluminium yang tipis sehingga tidak bisa di las. Pada kaki tambahan dibalutkan busa di bagian bawah yang berfungsi untuk meredam benturan saat melakukan pendaratan. Busa juga dibalutkan pada landing skid helicopter yang berfungsi untuk mengurangi getaran mesin helicopter pada saat terbang. Pemasangan transportasi unit dan kaki tambahan ini dilakukan dengan menggunakan baut berbentuk U untuk memegang landing skit transportasi unit.
Gambar 2. Kaki tambahan tempat dudukan sensing unit 2) Kontrol unit Kontrol unit ini digunakan untuk mengatur transportasi unit yang berupa 1 unit RC helicopter. Adapun control unit yang dipilih adalah radio control merek Futaba dengan jenis T6EXHP. Spesifikasi dari radio control ini adalah sebagai berikut: - Transmitting : 35, 40, 41, or 72 MHz band. - Power supply: 9.6V NT8S600B Ni-Cd battery or 12V alkaline battery Current drain: 250mA
Pengembangan Sistem Monitoring Lahan Pertanian – Wijaya, dkk
747
Prosiding Seminar Nasional PERTETA 2012 Malang, Jawa Timur, 30 November – 2 Desember 2012
3) Transportasi unit Transportasi unit pada penelitian ini dimaksudkan untuk mengangkut sensing unit. Alat transportasi ini berupa RC helicopter dengan merek Align dan jenisnya adalah Trex 600 Nitro Pro. Alat ini dipilih karena mampu mengangkat beban diatas 700 g yang terdiri dari handycam dan tempat peletakkan handycam. Adapun spesifikasi dari helicopter yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: ● Length: 1160 mm ● Height: 410 mm ● Main Blade Length: 600 mm · flying weight : 3200 g ● Max Safe Lifting Capability : 2.3 kg Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Coppa (2008), helicopter yang digunakan sebaiknya helicopter dengan engine 90 karena kekuatan untuk mengangkat bebannya lebih besar dari helicopter engine 50. Mengingat pada penelitian ini beban yang diangkat oleh helicopter hanya video kamera dan kaki tambahan maka helicopter engine 50 sudah dirasa cukup karena biaya helicopter engine 50 jauh lebih murah dibanding biaya helicopter engine 90. Kinerja Sistem Hasil pengujian kinerja yang dilakukan pada tiga ketinggian yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 menyajikan tingkat kestabilan helicopter pada saat pengambilan gambar, kualitas gambar yang diperoleh dan luasan cakupan yang mampu dijangkau oleh video kamera. 1) Kestabilan Berdasarkan data yang diperoleh seperti pada Tabel 1, terlihat bahwa kestabilan helicopter pada saat terbang berbeda menurut ketinggiannya. Perbedaan kestabilan ini mungkin dipengaruhi oleh hembusan angin yang ada pada saat pengambilan gambar. Pada ketinggian pertama helicopter kurang stabil karena pada ketinggian ini arah angin tidak menentu karena adanya perubahan arah yang disebabkan oleh adanya bangunan dan pohon-pohon yang membelokkan arah angin sehingga arahnya tidak menentu yang menyebabkan helicopter susah dikendalikan. Pada ketinggian kedua, helicopter stabil karena angin yang muncul hanya dari satu arah sehingga helicopter lebih mudah dikendalikan. Pada ketinggian ketiga helicopter mulai susah dikendalikan karena selain pengaruh angin, pergerakkan helicopter juga susah dilihat karena helicopter terbang cukup tinggi sehingga helicopter menjadi kurang stabil. Tabel 1. Hasil Uji Kinerja Sistem Hasil Rancangan Gambar Ketinggian pertama Ketinggian kedua Ketinggian ketiga
Kestabilan Agak stabil Stabil Kurang stabil
Kriteria Qualitas gambar Sangat baik Baik Kurang baik
Luas cakupan gambar 46.5 m2 192.8 m2 453.6 m2
2) Kualitas gambar Penentuan kualitas gambar yang didapat pada tiga ketinggian yang berbeda dilakukan dengan membandingkan ketajaman gambar dari ketiga ketinggian yang berbeda. Hasil gambar yang didapat dapat dilihat pada Gambar 3. Untuk menentukan ketajaman gambar yang didapat digunakan beberapa kriteria diantaranya secara visual gambar yang tajam adalah gambar yang dapat memperlihatkan kerapatan tanaman secara jelas 748
Pengembangan Sistem Monitoring Lahan Pertanian – Wijaya, dkk
Prosiding Seminar Nasional PERTETA 2012 Malang, Jawa Timur, 30 November – 2 Desember 2012
dan bentuk tanaman masih terlihat cukup jelas. Dari Tabel 1 dan Gambar 3 dapat disimpulkan bahwa gambar pada ketinggian pertama dikategorikan gambar sangat baik karena gambar yang didapat tajam.
b. Ketinggian II
a. Ketinggian I
c. Ketinggian III Gambar 3. Hasil gambar pada a) ketinggian pertama, b) ketinggian kedua, c) ketinggian ketiga
Pengembangan Sistem Monitoring Lahan Pertanian – Wijaya, dkk
749
Prosiding Seminar Nasional PERTETA 2012 Malang, Jawa Timur, 30 November – 2 Desember 2012
Hasil gambar pada ketinggian pertama dapat menunjukkan kerapatan tanaman dan bentuk tanaman yang paling jelas dibanding ketinggian kedua dan ketiga. Sedangkan pada ketinggian kedua dikategorikan baik karena gambar yang didapat agak tajam. Pada ketinggian kedua kerapatan tanaman terlihat agak jelas tetapi bentuk tanaman yang terlihat agak kabur atau tidak jelas. Gambar pada ketinggian ketiga dikategorikan kurang baik karena gambar yang didapat kurang tajam mengingat kerapatan dan bentuk tanaman tidak terlihat dengan jelas.
a. Ketinggian I
b. Ketinggian II
c. Ketinggian III Gambar 4. Cakupan gambar pada a) Ketinggian pertama, b) Ketinggian kedua, c) Ketinggian ketiga 3) Luas cakupan gambar Luas cakupan gambar perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa luas gambar yang dapat dicakup dengan menggunakan alat hasil rancangan yang nantinya akan digunakan juga untuk mencari ketinggian helicopter. Untuk mengetahui luas cakupan gambar yang didapat dalam satu gambar dilakukan dengan menggunakan patokan berupa kertas yang diketahui ukurannya dan diletakkan pada lahan sebelum pengambilan gambar dilakukan. Kertas yang digunakan adalah kertas manila putih dengan ukuran 60 x 50 cm. Pembuatan skala gambar dilakukan dengan menggunakan perbandingan ukuran kertas pada gambar yang diperoleh dari handycam dengan ukuran yang sebenarnya. Luas cakupan gambar pada tiga ketinggian yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 4. Warna putih berbentuk persegi pada Gambar 4 merupakan kertas manila yang dijadikan patokan untuk pembuatan skala gambar. Setelah didapat skalanya, luas cakupan gambar dihitung dengan cara mengalikan ukuran gambar yang didapat dengan skala yang sudah dihitung terlebih dahulu. Dari 750
Pengembangan Sistem Monitoring Lahan Pertanian – Wijaya, dkk
Prosiding Seminar Nasional PERTETA 2012 Malang, Jawa Timur, 30 November – 2 Desember 2012
ketiga gambar yang didapat maka didapat luas cakupan gambar untuk ketinggian pertama sebesar 46.5 m2, ketinggian kedua sebesar 192.8 m2, dan ketinggian ketiga sebesar 453.6 m2. 4). Ketinggian terbang helicopter Kalibrasi luas cakupan handycam Kalibrasi dilakukan untuk mengetahui luas cakupan yang dapat dicakup oleh handycam pada tinggi tertentu. Untuk mengkalibrasi digunakan 5 titik ketinggian yang berbeda yaitu 1 m, 2 m, 3 m, 4 m, dan 5 m. Kalibrasi dilakukan dengan cara merekam gambar pada 5 titik ketinggian yang sudah ditentukan. Hasil rata rata dari kalibrasi yang sudah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2. Dengan menggunakan data pada Tabel 2 kemudian dibuat grafik hubungan luas cakupan gambar dengan ketinggian handycam seperti terlihat pada Gambar 5. Dari grafik pada Gambar 5 didapat sebuah persamaan untuk mencari ketinggian helicopter. Persamaan tersebut adalah y = 0.4527x1,9886, dimana y adalah luas cakupan gambar dan x adalah ketinggian helicopter. Tabel 2. Hasil kalibrasi untuk handycam Ketinggian (m) Panjang (cm) 1 90 2 182 3 269 4 356 5 450
Lebar (cm) 50 101 147 198 250
Luas (cm2) 4500 18382 39543 70488 112500
Luas (m2) 0.45 1.84 3.95 7.05 11.25
10
Luas cakupan (m2)
Luas Cakupan (m2)
12
1,9886 yy= = 0,4527x 0.4527x1.9886 2 R = 0,99 2 R =0.99
8 6 4 2 0 0
1
2
3
4
5
6
Ketinggian (m )
Ketinggian (m) Gambar 5. Grafik hubungan ketinggian dengan luas cakupan handycam Penentuan ketinggian helicopter Penentuan ketinggian helicopter dilakukan untuk mengetahui ketinggian helicopter pada saat melakukan pengambilan gambar. Ketinggian helicopter ditentukan dengan menggunakan persamaan yang diperoleh dari kalibrasi yaitu y = 0.4527x1,9886, dan dengan menggunakan nilai y (luas cakupan gambar) dari Tabel 1. Darihasil perhitungan diperoleh ketinggian terbang helicopter adalah 10.2 m untuk ketinggian terbang pertama, 20.9 m untuk ketinggian terbang kedua, dan 32.2 m untuk ketinggian terbang ketiga. Dari hasil pengamatan terhadap ketiga gambar yang diambil dari tiga ketinggian yang berbeda maka dapat disimpulkan bahwa ketinggian optimum helicopter saat melakukan pengambilan gambar dengan hasil gambar terbaik adalah pada ketinggian 10.2 meter.
Pengembangan Sistem Monitoring Lahan Pertanian – Wijaya, dkk
751
Prosiding Seminar Nasional PERTETA 2012 Malang, Jawa Timur, 30 November – 2 Desember 2012
Permasalahan yang timbul saat pengambilan gambar Permasalahan yang sering timbul pada RC Aerial photography adalah adanya percikan minyak atau oli dari sisa pembakaran mesin yang dapat mengotori sensing unit. Selain itu adanya getaran pada sensing unit yang disebabkan oleh getaran mesin saat melakukan penerbangan yang menyebabkan kualitas gambar yang dihasilkan menjadi kurang baik (Anonim, 2002). Pada penelitian ini, pemecahan masalah percikan oli dengan cara membuat kotak untuk melindungi sensing unit dari percikan oli yang terbuat dari plat seng dan dibagian bawah dibuat dari kaca. Untuk getaran mesin diminimalisasi dengan memberi busa pada landing skid transportasi unit sehingga getaran dapat diredam. 1). Kehabisan daya baterai transmitter Kehabisan daya baterai pada saat pengambilan gambar merupakan permasalahan yang paling fatal dalam penelitian ini karena akan menyebabkan helicopter mengalami kecelakaan. Untuk mencegah kejadian ini, disarankan untuk mencharge helicopter maupun remote helicopter minimal selama 10 jam. Akibat yang ditimbulkan adalah gagalnya pengambilan gambar dan hancur atau rusaknya beberapa komponen dari alat yang digunakan. 2). Helicopter bergoyang saat terbang Untuk permasalahan seperti ini biasanya disebabkan karena gain pada gyro helicopter tidak sesuai. Ketidaksesuaian gain pada gyro menyebabkan goyangan pada ekor helicopter kekiri dan kekanan saat terbang. Untuk pemecahannya dilakukan penyesuaian pada gyro dengan cara memperbesar gain pada gyro maupun memperkecilnya sehingga goyangan pada ekor helicopter menghilang. untuk penyesuaiannya dilakukan secara berulang karena penyesuaiannya dilakukan saat helicopter berada di bawah sehingga setelah melakukan penyesuaian maka helicopter dicoba diterbangkan lagi. Apabila masih bergoyang maka dilakukan penyesuaian lagi sampai goyangan menghilang.. Untuk goyangan helicopter naik dan turun biasanya disebabkan karena kondisi rpm mesin kurang tinggi. Untuk menanggulanginya dilakukan dengan memperbesar throtle trim pada radio control agar goyangan helicopter dapat hilang. Akibat yang ditimbulkan pada permasalahan ini adalah susahnya mengontrol helicopter dan terganggunya gambar yang dihasilkan sehingga gambar yang dihasilkan tidak begitu jelas. 3). Getaran keras pada bodi helicopter saat terbang Bergetarnya helicopter saat terbang biasanya terjadi akibat ketidakseimbangan balingbaling yang digunakan. Ini biasanya terjadi apabila menggunakan baling-baling yang tidak satu set dari pabrikan. Saat heli mengalami patah baling-baling walupun hanya sebelah sebaiknya diganti satu set agar tidak menimbulkan getaran keras pada bodi helicopter. Akibat yang ditimbulkan pada permasalahan ini adalah susahnya dalam mengendalikan helicopter dan bergetarnya gambar yang didapat sehingga gambar tidak begitu tajam. Anonim (2002) mengatakan bahwa adanya getaran pada sensing unit yang disebabkan oleh getaran mesin saat melakukan penerbangan menyebabkan kualitas gambar yang dihasilkan menjadi kurang baik.
752
Pengembangan Sistem Monitoring Lahan Pertanian – Wijaya, dkk
Prosiding Seminar Nasional PERTETA 2012 Malang, Jawa Timur, 30 November – 2 Desember 2012
SIMPULAN Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sistem monitoring yang dikembangkan yang terdiri dari tiga komponen utama yaitu sensing unit, control unit dan transportasi unit, dapat mengambil informasi paling baik pada ketinggian terbang 10 m. Luas cakupan gambar yang diperoleh pada ketinggian terbang 10 m adalah seluas 46.5 m2
DAFTAR PUSTAKA Anonimus. 2002. RC aerial photography. Dilihat 24 Mei 2012.
Pengembangan Sistem Monitoring Lahan Pertanian – Wijaya, dkk
753