BUKU PANDUAN PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS (PPDS) I ILMU KESEHATAN MATA
KATA SAMBUTAN KETUA DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA/RSUD Dr. SOETOMO
Assalamu’alaikum wr.wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya, Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya telah dapat melakukan penyempurnaan Buku Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Mata. Era globalisasi di bidang kedokteran, termasuk didalamnya pendidikan dokter spesialis mata dan merujuk pada peraturan dari Kolegium Oftalmologi Indonesia (KOI) yang mengatur pelaksanaan pendidikan dokter spesialis mata di Indonesia dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan dokter mata dari berbagai Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Mata di Indonesia menutut adanya penyesuaian secara berkala pada panduan pendidikan di tiap-tiap Institusi Ilmu Pendidikan Dokter Spesialis Mata. Untuk memenuhi tujuan tersebut diatas telah dilakukan penyempurnaan buku panduan pendidikan dokter spesialis mata Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya berdasarkan buku panduan kolegium yang terbaru. Buku panduan ini dimaksudkan agar para peserta didik lebih mudah mengikuti program pendidikan dan bagi para staf buku panduan ini dapat dipakai sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan di Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Penyempurnaan pelaksanaan pendidikan di Ilmu Pendidikan Dokter Spesialis Mata yang meliputi kurikulum, ilmiah, organisasi, pengabdian masyarakat, kompetensi profesionalisme di Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr Soetomo Surabaya untuk menghasilkan dokter spesialis mata yang mandiri, berkepribadian dan berwawasan global. Saran-saran dan masukan yang bersifat membangun akan selalu diterima dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan pelaksanaan pendidikan dokter spesialis mata di Indodesia. Wassalamu”alaikum wr.wb Surabaya, Januari 2013 Ketua Departemen
Dr. Djiwatmo, SpM(K)
DAFTAR ISI
Halaman Sampul Depan Sampul Dalam ………………………………………………… Sambutan Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya….. Daftar Isi …………………………………………………………….. Daftar Gambar ………………………………………………………. Daftar Tabel …………………………………………………………. Daftar Lampiran …………………………………………………….. BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………….... 1.1 Visi………………………………………............................ 1.2 Misi……………………………………………………….... 1.3 Motto………………………………………………………. 1.4 Kompetensi Lulusan……………………………………….. BAB 2 ORGANISASI PENYELENGGARA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS………………….... BAB 3 PEDOMAN PENERIMAAN PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I ILMU KESEHATAN MATA FK UNAIR/RSUD Dr. SOETOMO………………………........ 3.1 Tujuan……………………………………………….….….. 3.2 Persyaratan Umum……….………………………………... 3.3 Persyaratan Khusus……………………………………....... 3.4 Materi Ujian Pendidikan Dokter Spesialis……………….... 3.5 Sistem Seleksi Penerimaan Calon Peserta PPDS ….……… 3.6 Kriteria Penerimaan PPDS I……………………................. BAB 4 PROGRAM PENDIDIKAN………………………………. 4.1 Tujuan Pendidikan…………………………………………. 4.2 Capaian Pembelajaran dan sub capaian pembelajaran…….. 4.3 Struktur Kurikulum………………………………............... 4.4 Proses Pelaksanaan Pendidikan…………………………..... 4.5 Kegiatan Pelayanan Pendidikan……….………………….. 4.5.1 Kegiatan pelayanan terstruktur…………………………..... 4.5.2 Kegiatan pelayanan tidak terstruktur…………………........ 4.6 Kegiatan Ilmiah Peserta Didik……………………………...
i ii iii v vi vii 1 1 2 3 3 5 7 8 8 10 10 12 13 16 16 17 20 22 24 24 27 30
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1
Halaman Alur Pendaftaran (on line) Program Pasca Sarjana UNAIR……………………………………………… 14
DAFTAR TABEL
Halaman Gambar 2.2
Contoh Jalur Seleksi calon Peserta PPDS I Ilmu Kesehatan Mata FK UNAIR……………...……..
15
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4
Surat Perjanjian PPDS Baru Kontrak Pendidikan PPDS I Ilmu Kesehatan Mata Simulasi Rotasi Residen Kewenangan Klinis PPDS I Ilmu Kesehatan Mata
BAB 1 PENDAHULUAN
Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) merupakan program
pendidikan profesi setelah tercapai gelar dokter. Gelar dokter diperoleh 2 tahun
setelah mencapai gelar sarjana kedokteran sehingga pada dasarnya sarjana
kedokteran merupakan pendidikan akademis sedangkan pendidikan dokter dan
pendidikan dokter spesialis I maupun II (konsultan) merupakan pendidikan profesi.
Dalam terminologi ICO (International Council of Ophthalmology) PPDS termasuk
dalam “post graduate training”. Di luar negeri kurikulum PPDS berlangsung
selama 4 – 6 tahun sedangkan di Indonesia berlangsung selama 7 semester (di Unair berlangsung selama 8 semester karena harus menjalani MKDU).
Mendidik calon dokter spesialis pada dasarnya merupakan penjabaran dari
tugas nasional di bidang kesehatan, namun untuk SpM ada kekhususan tersendiri
yaitu mengurangi angka kebutaan. Program nasional ini telah berlangsung puluhan
tahun dengan hasil yang belum memenuhi target akibat dari produksi dan distribusi
yang kurang sesuai dengan yang direncanakan, hal tersebut dapat dinilai dengan masih tingginya angka backlog katarak dan CSR < 500. 1.1 Visi
Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga telah berdiri sejak lebih dari 40 tahun yang lalu selalu
berusaha mencetak lulusan yang berkualitas dan dapat mengamalkan ilmunya di
masyarakat. Adapun visi program studi Ilmu Kesehatan Mata adalah “Menjadi
Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Mata yang Unggul di Tingkat Nasional
2. Menyelenggarakan penelitian dasar, terapan dan inovatif dalam bidang Ilmu
Kesehatan Mata untuk menunjang pengembangan pendidikan dan pelayanan. 3. Mendarmabaktikan
keahlian
yang
diperoleh
dalam
bidang
ilmu
pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat.
4. Mengupayakan usaha pemberantasan kebutaan sesuai dengan program WHO Vision 2020.
5. Mempublikasikan hasil penelitian dasar, klinik, dan komunitas yang inovatif di tingkat nasional dan internasional 1.3 Motto
Dokter Spesialis yang baik akan mendorong terciptanya masyarakat yang lebih sehat melalui pelayanan kesehatan yang bermutu secara ilmiah, etika dan hukum. 1.4 Kompetensi Lulusan -
Harus memenuhi kompetensi yang tercantum dalam standar pendidikan dokter spesialis mata.
-
Kompetensi yang harus dicapai bersifat wajib (compulsory) dan yang bersifat
tambahan (optional). Kompetensi tambahan dipilih dari daftar kompetensi
tambahan Kolegium Oftalmologi Indonesia (KOI) dan dapat berupa kompetensi yang bersifat muatan lokal. -
Area kompetensi bagi peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis I Ilmu Kesehatan Mata sebagai berikut : •
Pengetahuan Medis (Medical Knowledge)
Mampu melakukan investigasi dan evaluasi pelayanan medik terhadap
kemampuan menjelaskan secara tertulis, bekerja secara efektif dengan
orang lain sebagai anggota maupun pemimpin dari suatu tim kesehatan atau kelompok profesional. •
Profesionalisme
Peserta didik harus mampu memperlihatkan komitmen untuk mengemban
tanggung jawab profesional, sesuai prinsip etika dan peka terhadap perbedaan budaya pada masyarakat. •
Praktik berbasis sistem (system based practice)
Mampu memperlihatkan kesadaran dan tanggung jawab terhadap
permasalahan, sistem pelayanan kesehatan, mampu secara efektif
menggunakan sumber daya dalam sistem pelayanan kesehatan agar tercapai pelayanan yang optimal.
BAB 2 ORGANISASI PENYELENGGARA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
Kepala Departemen
: Djiwatmo, dr., Sp.M(K)
Sekretaris Departemen
: Prillia Tri Suryani, dr., Sp.M(K)
Ketua Program Studi
: Evelyn Komaratih, dr., Sp.M(K)
Sekretaris Program Studi
: Yulia Primitasari, dr., Sp.M
Koordinator Penelitian
: Eddyanto, dr., Sp.M(K)
Satuan Tugas Penerimaan PPDS
: Tim Pendidikan
Staf Pengajar Program Pendidikan Dokter Spesialis Mata: 1. Prof. Siti Musbadiany Yogiantoro, dr., Sp.M(K) 2. Prof. Dr. Gatut Suhendro, dr.,Sp.M(KVR) 3. Prof. Hamidah M. Ali, dr., Sp.M(K) 4. Prof. Rowena Ghazali-Hoesin, dr., Sp.M(K), MARS 5. Prof. Sjamsu Budiono, dr., Sp.M(K) 6. Trisnowati Taib Saleh, dr., Sp.M(K) 7. Moestidjab, dr., Sp.M(KVR) 8. Gatot Suhartono, dr., Sp.M(K) 9. Prillia Tri Suryani, dr., Sp.M(K)
17. Luki Indriaswati, dr., Sp.M(K) 18. Dr. Hendrian D.S., dr., Sp.M (K) 19. Ismi Zuhria, dr., Sp.M(K) 20. Lukisiari A., dr., Sp.M(K) 21. Yulia Primitasari, dr. Sp.M 22. Muhammad Firmansjah, dr, Sp.M 23. Christina Aritonang, dr, Sp.M 24. Randi Montana, dr, Sp.M 25. Reni Prastyani, dr., Sp.M, M.Kes 26. Rozalina Loebis., dr., Sp.M(K) 27. Dicky Hermawan, dr., Sp.M 28. Sutjipto, dr., Sp.M(K) 29. Indri Wahyuni, dr., Sp.M 30. Delfitri Lutfi, dr., Sp.M 31. Ria Sandy Deneska, dr., Sp.M 32. Sauli Ari Widjaja, dr., Sp.M 33. Susy Fatmariyanti, dr., Sp.M
BAB 3 PEDOMAN PENERIMAAN PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I ILMU KESEHATAN MATA FK UNAIR/RSUD Dr. SOETOMO
3.1 Tujuan
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) bertujuan menghasilkan dokter spesialis yang berjiwa Pancasila dan memiliki:
1.
Kepribadian yang mengutamakan integritas dan berpedoman pada etika ilmu maupun etika profesi serta berwawasan nasional dan internasional.
2.
Kepekaan terhadap masalah yang dihadapi masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan bidang spesialisasinya.
3.
Pengetahuan dan keterampilan untuk mengelola kasus kesehatan yang menuntut pelayanan khusus sesuai dengan bidang spesialisasinya.
4.
Kemampuan untuk bekerjasama dengan tenaga spesialis lain dalam rangka
rujukan untuk menangani kasus-kasus khusus demi kepentingan kesehatan penderita. 5.
Kemampuan untuk senantiasa meningkatkan otoaktifitas dan otokreatifitas sehingga dapat menunjang pengembangan spesialisasinya.
6.
Kemampuan untuk merencanakan, menentukan, dan melaksanakan pendidikan secara mandiri untuk menyebarluaskan bidang spesialisasinya
7.
Kesadaran untuk terus menerus meningkatkan standar praktek profesi setinggi-
4.
Tidak memiliki cacat tubuh atau ketunaan yang dapat mengganggu kelancaran studi pada program studi yang dipilih.
5.
Memiliki Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK).
6.
Memiliki surat keterangan sehat dari instansi pemerintah.
7.
Membuat surat persetujuan mengikuti pendidikan spesialis dari atasan (bagi yang sedang bekerja).
8.
Mendapat surat rekomendasi dari organisasi profesi.
9.
Mendapat surat rekomendasi IDI daerah untuk pindah IDI Surabaya apabila sudah diterima.
10. Memiliki Surat Tanda Registrasi Profesi yang masih berlaku. 11. Lulusan perguruan tinggi yang prodinya terakreditasi.
12. Membuat surat pernyataan bersedia mematuhi semua peraturan yang berlaku
di RSUD Dr. Soetomo, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, dan prodi masing-masing.
13. Membuat surat persetujuan mengikuti pendidikan spesialis dari orang tua/suami/istri.
14. Membuat surat pernyataan bersedia ditugaskan di seluruh wilayah Indonesia selama menempuh pendidikan (diketahui oleh orang tua/suami/istri).
15. Untuk Program tugas belajar DEPKES mempunyai surat keterangan
pembiayaan SPP ditanggung DEPKES/DINKES setempat setelah dinyatakan lulus seleksi PPDS.
16. Memiliki surat persetujuan/rekomendasi/penugasan dari instansi induk, sebagai berikut:
pelaksanaan yang ada. •
Bagi peserta lulusan Program Studi S1 Pendidikan Dokter yang menggunakan
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi
(KBK)
harap
melampirkan Surat Tanda Selesai Internship (STSI) yang diterbitkan oleh Komite Internship Dokter Indonesia (KIDI) Propinsi 3.3 Persyaratan Khusus 1.
Batas usia saat masuk pendidikan ≤ 35 tahun.
2.
IPK program pendidikan sarjana dan profesi ≥ 2,50
3.
Lulusan S1 dari PTN/PTS/luar negeri yang terakreditasi.
4.
Memiliki sertifikat TOEFL ≥ 450, yang dikeluarkan lembaga bahasa yang terakreditasi.
5.
Tidak didapatkan buta warna, baik buta warna total maupun buta warna parsial.
6.
Fungsi stereoskopis mata dalam batas normal.
7.
Tajam penglihatan pada kedua mata adalah 6/6 (dengan koreksi terbaik).
8.
Kesempatan mengikuti ujian seleksi prodi ilmu kesehatan mata maksimal dua kali.
3.4 Materi Ujian Pendidikan Dokter Spesialis 1. Tes potensi akademik: • Kemampuan verbal • Kemampuan numerik • Kemampuan penalaran
Bidang Ilmu : 1. Tes Tulis: 50-100 soal, bentuk soal: MCQ 2. Wawancara 3. Tes MMPI
4. Tes Kesehatan: umum dan mata 5. Ranking berdasarkan borang penilaian
Keputusan penerimaan peserta ditentukan oleh Tim Penerima Calon Peserta PPDS I
Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga berdasarkan hasil ujian
seleksi masuk (psikotes/MMPI, pemeriksaan kesehatan mata, pemeriksaan kesehatan
umum, tes TOEFL, ujian tulis materi Ilmu Kesehatan Mata, dan wawancara). Finalisasi
pada rapat pleno bersama Rektor, Dekan, Bakordik, dan KPS seluruh prodi lain di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Pengumuman on line PPMB Unair. 3.5 Sistem Seleksi Penerimaan Calon Peserta PPDS Tahap 1
a.
Lulus kesehatan umum : Ilmu Penyakit Dalam, Jantung, dan THT.
b.
Lulus pemeriksaan kesehatan mata Tidak buta warna. BCVA OD dan OS masing-masing 6/6, stereoskopis baik (60 detik busur).
c.
Hasil psikotes/MMPI diperhitungkan dalam skoring.
Tahap 2
b.
Wawancara: calon PPDS diwawancara oleh tim seleksi yang terdiri dari 5 orang sekaligus.
3.6 Kriteria Penerimaan PPDS I a. Jumlah maksimal 8 peserta/semester.
b. Penerimaan memakai proporsi yaitu 2 orang PPDS BK/finalisasi ke daerah
yang diperlukan spesialis mata, 2 orang TNI/Polri, 4 orang PNS/Non PNS. c. Lulus tahap I, II, dan III. d. Lulus seleksi wawancara. e.
SEMESTER GENAP 2012/2013 KEGIATAN
WAKTU
Pembayaran Biaya Ujian
3 - 26 September 2012
Pengisian Formulir
3- 28 September 2012
(online)
KETERANGAN
Harus Sesuai jadwal yang telah ditentukan, Diluar jadwal, pendaftaran online ditutup
Verifikasi Dokumen Pendaftaran
24 - 28 September 2012 pkl. 08.00 - 16.00
Di Kantor PPMB JL.Dharmawangsa 29
Tes Psikologi
29 September 2012
(Semua Prodi)
pkl.07.30
Gedung Fakultas.Psikologi
(30 menit sebelumnya harus sudah hadir melihat ruang ujian)
Tes Potensi Akademik & BhsInggris
30 September 2012
Gedung.Fakultas. Ekonomi & Bisnis
Tes Kesehatan
Oktober 2012
Diatur masing-masing Program Studi
BAB 4 PROGRAM PENDIDIKAN 4.1 Tujuan Pendidikan
Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Mata Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK
UNAIR/RSUD Dr. Soetomo, mempunyai tujuan menghasilkan dokter spesialis mata yang mampu berperan sebagai:
1. Cure and Care Provider, yaitu mampu melakukan pelayanan di bidang
ilmu kesehatan mata secara komprehensif dan holistik berlandaskan aspek etik dan legal.
2. Communicator, mampu memberikan penjelasan tentang penyakit mata sesuai dengan ilmu yang diperoleh.
3. Scientific and Evidence Base Decision Maker, yaitu mampu
mengelola dan melakukan penatalaksanaan kelainan di bidang mata secara paripurna.
4. Researcher, yaitu mampu melakukan penelitian dasar, terapan dan
inovatif dalam bidang Ilmu Kesehatan Mata untuk menunjang pengembangan pendidikan dan pelayanan.
5 Community leader, yaitu mampu melakukan upaya-upaya penanggulangan kebutaan di masyarakat.
1.1. Mampu menegakkan dengan tepat diagnosis penyakit mata secara paripurna.
1.2. Mampu melakukan penatalaksanaan penyakit mata secara paripurna
1.3. Mampu mendiagnosis komplikasi dan penyulit penyakit mata secara paripurna.
1.4. Mampu melakukan penatalaksanaan komplikasi tindakan bedah mata secara komprehensif.
1.5. Mampu menggunakan teknologi kesehatan dan informasi secara efektif dan memadai.
1.6. Mampu melaksanakan patient safety, doctor safety dan hospital safety dalam pelayanan kesehatan mata dengan benar.
2. Melakukan komunikasi dengan teman sejawat, pasien, masyarakat dan profesi lain yang terkait dengan baik.
2.1. Mampu memberi informasi tentang penyakit mata secara lengkap secara verbal dan non verbal.
2.2. Mampu melakukan konsultasi dan kerjasama dengan teman sejawat yang lain sesuai dengan kompetensinya. 2.3. Mampu merencanakan persiapan tindakan bedah dengan teliti.
2.4. Mampu melakukan tranfers of knowledge pada teman sejawat
mahasiswa kedokteran, paramedik penderita, mitra kerja dan masyarakat sesuai dengan kompetensinya.
3. Mampu mengelola dan melakukan penatalaksanaan kelainan di bidang mata
indikasinya.
3.5 Mampu melakukan tindakan bedah mata sesuai dengan
kompetensinya.
4. Mampu melakukan penelitian dasar, terapan dan inovatif untuk menunjang pengembangan pendidikan dan pelayanan.
4.1 Mampu melakukan riset bidang ilmu kesehatan mata sesuai dengan kaidah profesi.
4.2 Mampu melakukan publikasi hasil riset di jurnal yang terakreditasi sesuai kompetensinya.
5. Mampu melakukan upaya-upaya penanggulangan kebutaan di masyarakat secara paripurna.
5.1 Mampu melakukan diagnosis komunitas dan deteksi dini kelainan mata
untuk menurunkan angka kebutaan di masyarakat secara komprehensif.
5.2 Mampu mengelola upaya pemberantasan kebutaan di masyarakat sesuai kompetensinya.
5.3 Mampu mengatur kerjasama dengan instansi terkait untuk memberantas kebutaan dengan rasa tanggung jawab.
4.3 Struktur Kurikulum BEBAN STUDI PADA MATA AJAR (sks)
JUMLAH BEBAN STUDI (sks)
SEMESTER AKADEMIK
PROFESI
AKADEMIK
Paket akademik 1 Semester 1
MKDU
0
= 18 sks
18
Semester 2
0
(no. 1 – 9 )
PROFESI
Paket akademik 2
Paket profesi = 11 sks ( no 12, 14-16)
= 6 sks (no.10,11,13)
Oftalmologi terintegrasi 1
Telaah Jurnal 1=
(jaga IA) = 2 sks
1 sks (no 20)
7
16
10
13
Telaah Klinis 1 = 2 sks Sajian Kasus 1 = 1 sks (no. 17-19) Paket Profesi = 8 sks
Tahap II Yunior Semester 3
(Open Semest er)
Paket akademik 3 = 6 sks (no. 2123) Telaah jurnal 2 = 1 sks (no. 30) Sari Pustaka 1 = 3 sks (no.31)
(no 25-28) Oftalmologi Terintegrasi 2 = 2 sks Telaah Klinis 2 = 2 sks Sajian Kasus 2 = 1 sks
Sub Total Tahap II
18 sks Telaah Jurnal 4 = 1 sks
Paket profesi = 14 sks
Sari Pustaka 2
(no. 45-51)
= 3 sks (no.53)
Oftalmologi Terintegrasi 4 (Jaga IB) = 2 sks Telaah Klinis 4 = 2 sks Community Based Practic = 1 sks Sajian Kasus 4 = 1 sks
Semester 5 Tahap III Madya (Open Semest er)
Telaah Jurnal 5 = 1 sks
Semester 6
Sub-total Tahap III
Semester 7
Tahap IV Tingkat Mandiri
42 sks
Paket profesi = 18 sks (58-66)
60 sks (Syarat ke Tahap III)
4
20
1
23
Oftalmologi Terintegrasi 5 (Jaga IB) = 2 sks Telaah Klinis 5 = 2 sks Sajian Kasus 5 = 1 sk
5 sks
43 sks
Paket akademik :
Paket profesi = 14 sks (71-78)
- Proposal= 2 sks - Tesis = 6 sks (no.83 & 92 )
Oftalmologi Terintegrasi 6 (Jaga II) = 2 sks Telaah Klinis 6 = 2 sks Oftalmologi Gawat Darurat = 2 sks
48 (Syarat masuk k e Mandiri)
2-8
22
Rotasi Rumah Sakit Mitra = 3 sks Sub-total Mandiri
8 sks
39 sks
47 sks
124 sks
183 sks
59 sks JUMLAH KESELURUHAN Syarat 36-50 sks Keterangan: MKDU = Mata Kuliah Dasar Umum; Tesis adalah mata ajar open semester yang boleh diambil sejak semester 5, yang dimulai dengan penyusunan proposal. (Proposal 2 sks dan Tesis 6 sks).
4.4 Proses Pelaksanaan Pendidikan
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran PPDS-1 Ilmu Kesehatan Mata dilakukan mengikut
kalender akademik FK UNAIR selama minimal 8 semester. Kegiatan pembelajaran berupa :
a. Magang yaitu sistem pembelajaran berupa demonstrasi, bed side teaching,
analisis kasus, tatap muka terjadwal dan tidak terjadwal, visite dan pengelolaan pasien dengan supervisi.
b. Aktivitas pendidikan terstruktur meliputi bacaan kepustakaan (journa
reading), sari kepustakaan (referat)/laporan kasus, presentasi karya ilmiah d dalam maupun di luar institusi pendidikan (PIT/APAO/APGC, dsb). Tempat pendidikan:
Proses Pembelajaran
4.5 Kegiatan Pelayanan Pendidikan 4.5.1 Kegiatan pelayanan terstruktur
Selama mengikuti kegiatan pembelajaran, peserta didik diwajibkan untuk mengikut kegiatan pelayanan terstruktur yang terdiri dari : 1. Visite besar Tujuan kegiatan : a. Melatih pemikiran komprehensif para peserta didik.
b. Pembahasan dan evaluasi akademik kegiatan pelayanan pasien rawat inap. Peserta :
Perwakilan peserta didik tahap magang dari masing-masing divisi yang ditentukan berdasarkan jadwal yang ditetapkan. Waktu : setiap hari Selasa atau Kamis jam 08.00-09.00 WIB Metode :
a. Visite besar dipimpin oleh staf pengajar Ilmu Kesehatan Mata yang telah ditentukan penjadwalannya. b. Two way teaching method. Penilaian : a.
Berdasarkan dinamika kelompok pada saat visite besar dan hal spesifik berdasarkan penampilan individu.
2. Diskusi kasus umum Tujuan : a. Melatih kemampuan peserta didik. b. Melatih kemampuan problem solving peserta didik.
c. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah klinis secara komprehensif peserta didik. Peserta : a. Seluruh peserta PPDS IK Mata. b. Staf pengajar IK Mata sebagai nara sumber. Waktu : setiap hari Kamis jam 08.00-09.00 WIB Tugas pembimbing utama laporan kasus
1. Memberikan asupan dan arahan tentang cara dan sistematisasi dari penyusun laporan kasus tersebut.
2. Melakukan koreksi yang diperlukan dan memutuskan kelaikan untuk dipresentasikan dalam pleno.
3. Mempersiapkan penjelasan-penjelasan yang mungkin diperlukan dalam pleno. Metode :
a. Dipimpin oleh moderator yang dipilih dari staf pengajar yang telah ditunjuk sebaga pembimbing utama. b. Kasus diskusi umum diajukan oleh divisi atau hasil visite besar.
3.
Lingkup pertanyaan/diskusi mengenai pengelolaan pasien secara komprehensif (membangun diagnosis sampai dengan tata laksana pasien).
4.
Penguji mengisi lembar penilaian pada saat pleno dan menyerahkan pada ketua tim penguji untuk di jumlah dan di buat rata-rata.
5. Nilai ditetapkan tim penguji berdasarkan hasil rata-rata tanya jawab antara kandidat dengan seluruh tim penguji.
6. Moderator mengumumkan hasil ujian setelah diskusi saat itu juga, untuk
diketahui oleh peserta PPDS I yang bersangkutan, apakah laporan kasus tersebut lulus/lulus dengan perbaikan/tidak lulus dan mengulang Keputusan penilaian : A, B, C, & D
Tiap peserta PPDS harus mempresentasikan 12 kasus sejak semester II sampai
dengan semester VI, dimana salah satu presentasi yang dianggap layak dibuat laporan kasus. 1.
Peserta PPDS membuat satu laporan kasus yang dipresentasikan pada semester
V
yang
wajib
dipublikasikan
pada
jurnal
ilmiah
nasional/internasional yang memiliki ISSN. 2.
Pembimbing utama dan pembimbing pembantu diatur oleh KPS secara bergilir.
4.5.2 Kegiatan pelayanan tidak terstruktur
Proses pembelajaran peseta didik juga melibatkan kegiatan pelayanan dengan supervisi dalam bentuk ; 1. Pelayanan poliklinik, rawat inap dan kamar bedah
a. Pelayanan poliklinik dan rawat inap dilakukan oleh peserta didik tahap magang dan mandiri sesuai rotasi yang telah ditentukan.
b. Seluruh pelayanan dilakukan dibawah pengawasan staf pengajar di divisi terkait.
c. Setiap peserta didik wajib untuk melaksanakan persiapan pra bedah,
melakukan asistensi/melakukan tindakan bedah dengan supervise dan mempersiapkan penanganan pasca bedah.
d. Setiap peserta didik wajib untuk melaporkan perkembangan setiap
kasus yang ditanganinya secara berkesinambungan kepada staf pengajar terkait. 2. Pelayanan Gawat Darurat
a. Pelayanan gawat darurat dilakukan oleh peserta didik setelah jam kerja yaitu pukul 15.00-07.00 keesokan harinya.
b. Pelayanan gawat darurat dilakukan oleh 2 orang peserta didik, yang
disebut sebagai dokter jaga 1A dan 1B. Dokter jaga 1A adalah residen tahap 2 dan dokter jaga 1B adalah residen magang tahap 3.
Chief Residen adalah residen tahap mandiri yang bertugas
d. Penjadwalan dokter dan konsulen jaga dilakukan oleh tim pendidikan dan departemen/SMF.
e. Laporan jaga dilakukan setiap pagi oleh dokter jaga, dengan dihadiri oleh konsulen jaga, staf pengajar dan peserta didik lainnya. 3. Menjawab konsul antar bagian
a. Pemeriksaan dilakukan oleh peserta didik tahap magang dan mandiri dengan pengawasan staf pengajar dari divisi terkait.
b. Hasil pemeriksaan wajib dilaporkan kepada staf pengajar terkait secara berkesinambungan. 4. Rotasi di RS Jejaring
a. Rotasi di RS Jejaring adalah suatu kegiatan mandiri dibawah supervisi dokter pembimbing klinik di RS jejaring.
b. Pada keadaan khusus dimana tidak ada dokter pembimbing klinik di RS
jejaring tersebut, maka KPS akan bertindak sebagai pembimbing dengan mendapat surat penugasan dari RS jejaring tersebut. c. Rotasi diikuti oleh peserta didik tahap mandiri.
d. Kegiatan pembelajaran berupa kegiatan pelayanan rawat jalan, rawat inap, kamar bedah dan IRD.
e. Dosen pendidik klinik RS Jejaring memberikan evaluasi peserta didik dalam bentuk : 1. Kemampuan berpikir komprehensif dan keputusan klinis 2. Inisiatif dan kemampuan bekerja sama
4.6 Kegiatan Ilmiah Peserta Didik 1. Tinjauan Kepustakaan
a. Selama tahap magang I dan II, presentasi tinjauan kepustakaan dilakukan 2
(dua) kali di ruang sidang, dengan perincian 1 (satu) kali di semester 3 dan 1 (satu) kali di semester 5.
b. Tinjauan kepustakaan adalah kumpulan pendapat dan penemuan banyak
penulis tentang berbagai masalah penting (yang telah dipublikasi), dengan
sajian evaluasi kritis atas kepustakaan tersebut yang seringkali disertai
berbagai jawaban terhadap masalah yang ada, berupa kesimpulan penting sebagai informasi baru berdasarkan kajian kritis tersebut.
c. Waktu presentasi tinjauan kepustakaan adalah pada hari Rabu dan Jumat dimulai pada pukul 08.00 WIB (selama ± 60 menit).
Persyaratan presentasi tinjauan kepustakaan: a
Topik yang dipilih tidak dibatasi namun seyogyanya memiliki sekurang-
kurangnya 1 (satu) unsur yaitu: menarik, belum banyak diketahui, mengandung kontroversi, ataupun sedang banyak dibicarakan.
b Apabila topik tersebut pernah ditampilkan oleh peserta PPDS I lainnya
maka aspek kunci yang dibahas harus berbeda, dengan tenggang waktu terhadap presentasi sebelumnya sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun. c
Divisi yang dipilih adalah divisi yang sedang dijalani atau sudah pernah
dilewati. Keterlibatan divisi yang belum pernah dijalani hanya
diperkenankan apabila ada keterkaitan dengan divisi lain (yang telah
1. Persiapan untuk presentasi tinjauan kepustakaan terdiri dari beberapa kegiatan: a. Pemilihan topik b. Persiapan bahan dan referensi c. Persiapan presentasi d. Latihan presentasi 2.
Jangka waktu persiapan ini sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan
3.
Selama persiapan komunikasi dengan pembimbing harus dilakukan
seintensif mungkin, sekurang- kurangnya 6 (enam) kali pertemuan. Pada
pertemuan pertama harus pula dibicarakan kerangka penulisan yang akan dikerjakan 4.
Pemilihan topik: a
Pemilihan topik dapat dilakukan oleh peserta PPDS I yang bersangkutan atau pembimbing.
b Cadangan topik yang ada pada setiap divisi dapat dimanfaatkan untuk dipilih. c
Topik yang dipilih dapat saja merupakan awal dari tesis peserta PPDS I yang bersangkutan.
d Topik yang diajukan peserta PPDS I dimintakan persetujuan kepada pembimbing sebelum dikerjakan. e
Apabila pada usulan tersebut belum diperoleh topik yang sesuai maka
Persiapan bahan dan referensi
Setelah topik dipilih, peserta PPDS I mempersiapkan referensi dan bahanbahan pendukung lain yang diperlukan. Referensi yang dicari adalah:
a. Referensi presentasi topik sejenis atau yang berkaitan dari peserta PPDS sebelumnya (di perpustakaan atau di sekretariat pendidikan).
b. Referensi dasar topik utama yang disajikan pada umumnya dari buku teks dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
c. Referensi mutakhir dari majalah atau jurnal ilmiah nasional dan internasional dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. d. Referensi tambahan lain yang disarankan oleh pembimbing.
e. Jumlah referensi yang dipersyaratkan untuk sebuah tinjauan kepustakaan
dan dicantumkan di dalam naskah sekurang-kurangnya adalah 30 (tiga puluh) buah. Pembuatan naskah:
1. Naskah dibuat dalam bahasa Indonesia, dengan urutan: judul, pendahuluan,
materi utama, rangkuman, dan daftar pustaka. Di dalam tinjauan kepustakaan tidak dikenal kesimpulan. 2. Tidak ada persyaratan minimal jumlah halaman naskah. 3. Materi utama harus mencakup sekurang-kurangnya 50 % halaman naskah. 4. Pengetikan naskah mengikuti ketentuan umum yang berlaku.
Oleh karena keberagaman materi yang dipilih maka tidak ada pedoman baku pembagian bab tersebut
d. Dianjurkan bahwa materi utama yang disajikan dapat menggambarkan
persamaan dan perbedaan pendapat dari banyak peneliti (serta ditunjang oleh kepustakaan yang relevan) dan menghindari bentuk esai)
e. Ringkasan berisi aspek penting dari keseluruhan naskah yang dimampatkan dalam beberapa alinea saja
f. Daftar pustaka berisi seluruh referensi pendukung yang dikutip di dalam
naskah (bila tidak dikutip tak perlu dicantumkan) yang dibuat menurut Vancouver style/Harvard style Penyerahan naskah dan revisi: a
Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu atau 7 (tujuh) hari sebelum tanggal presentasi yang ditentukan PPDS I harus memasukkan naskah lengkap tinjauan kepustakaan termaksud kepada sekretariat pendidikan dengan melampirkan tanda tangan persetujuan pembimbing dalam lembar pengesahan tinjauan kepustakaan.
b Revisi naskah masih diperkenankan setelah naskah tersebut diserahkan. Batas waktu penyerahan hasil revisi selambat-lambatnya 1 (satu) hari sesudah batas waktu pengumpulan naskah. c
Revisi hanya diperkenankan dalam jumlah yang tidak melebihi 30 % dari keseluruhan naskah. Apabila tim penilai menganggap perubahan naskah terlalu banyak maka dapat saja presentasi tinjauan kepustakaan tersebut
dianut selama ini.
4. Penentuan media yang dipilih harus diputuskan sedini mungkin sehingga
persiapan PPDS I dapat lebih optimal. Presentasi slide dan proyektor LCD memerlukan koordinasi dengan sejawat lain yang bertanggung jawab.
5. Apabila di dalam presentasi akan dihadirkan pembicara tamu dari
Departemen/SMF atau institusi lain maka undangan kepada pembicara tamu
tersebut harus diserahkan beberapa hari sebelum presentasi (dimintakan kepada sekretariat pendidikan). Latihan presentasi: a
Disarankan sebelum presentasi sekurang-kurangnya 1 (satu) kali latihan diadakan.
b Guna mendapatkan hasil yang optimal latihan disarankan dilakukan dalam
suasana yang semirip mungkin dengan suasana presentasi, terutama dari segi waktu, penggunaan perlengkapan, dan cara menjawab pertanyaan. Pelaksanaan:
1. Pada hari yang ditentukan peserta PPDS I wajib hadir selambat-lambatnya 15 menit sebelum waktu yang telah ditentukan dan berpakaian rapi dan sopan
2. Sesuai dengan media yang dipilih,peserta PPDS I tersebut berkoordinasi dengan sejawat lain yang bertanggung jawab mempersiapkan hari itu
3. Sebelum presentasi, peserta PPDS I menyampaikan nama pembimbing kepada pemimpin sidang.
ringkasan. 6. Untuk penyajian berlaku pula aturan umum yang digunakan selama ini.
7. Pertanyaan pada sesi tanya jawab dapat diajukan oleh seluruh peserta yang
hadir. Penentuan penanya yang diberi kesempatan dilakukan oleh pemimpin sidang.
8. Komentar dari pembimbing diberikan pada akhir sesi untuk menambahkan
materi penting yang tidak termunculkan serta menjawab pertanyaanpertanyaan yang belum dituntaskan selama penyajian.
9. Apabila hadir pembimbing/pembicara tamu maka dalam sesi terakhir ini
diberikan pula kesempatan kepada tamu tersebut untuk menyampaikan komentarnya. 10. Seluruh penyajian dilakukan dalam bahasa Indonesia. 11. Penilaian: a. Dalam setiap presentasi ditugaskan 5 (lima) orang penilai. b.
Nama-nama penilai dapat dilihat sebelumnya di papan ilmiah ruang sidang
c.
Batas kelulusan adalah 70. Nilai maksimal adalah 800.
d. Pembagian nilai :
< 50
: E
50-59
: D
60-64
: C
f. Apabila tidak lulus, peserta PPDS I wajib mengulangi presentasi tinjauan kepustakaannya dengan topik lain pada semester berikutnya. Pasca pelaksanaan:
1. Setelah pelaksanaaan, peserta PPDS I berkonsultasi sekali lagi dengan pembimbing 2. Dimungkinkan pula peserta PPDS I meminta masukan dari penilai lainnya
3. Pada pengumuman nilai keesokan harinya, peserta PPDS I yang bersangkutan diharapkan hadir. Jadwal yang tidak dipenuhi:
1. Apabila peserta PPDS I gagal maju dengan alasan apapun maka yang
bersangkutan wajib melapor ke Ketua Program Studi atau Sekretaris Program
Studi atau pejabat lain yang ditunjuk, dengan terlebih dahulu mengkoordinasikan hal tersebut dengan Ketua Seksi llmiah Pengurus PPDS I.
2. Laporan tersebut harus disertai surat resmi dari pembimbing yang menyatakan pengunduran jadwal peserta PPDS I itu.
3. Jadwal yang tidak dipenuhi tersebut harus dibayar pada semester berikutnya
tanpa mengurangi kewajiban yang memang telah direncanakan di semester berikutnya tersebut.
3. Apabila terdapat persoalan menyangkut hal-hal yang tidak tercantum dalam
prosedur tetap ini kebijaksanaan pengambilan keputusan berada di tangan Ketua/Sekretaris Program Studi atau pejabat lain yang ditunjuk. 4.6 .1 Tugas Akhir
Tugas akhir adalah penelitian eksperimental/epidemiologi untuk menguji hipotesis.
Tugas Akhir PPDS disesuaikan dengan tingkat pendidikan strata-2 tanpa mengurang bobot aplikasi klinis Tujuan : a. Melatih kemampuan peserta didik melakukan penelitian. b. Melatih kemampuan aplikasi metodologi penelitian. c. Melatih kemampuan presentasi peserta didik. d. Merupakan salah satu syarat untuk kelulusan peserta didik. Peserta pendidikan tahap mandiri Metode :
a. Peserta didik mengajukan 3 tema penelitian/divisi kepada kepala program studi setelah menempuh ujian tulis nasional.
b. Tim PPDS akan membagi peserta didik sesuai peminatan divisi secara merata.
buku panduan program pasca sarjana UNAIR.
g. Setelah mendapat judul dan menyusun proposal, peserta didik diwaibkan
untuk mengajukan usulan penelitian dihadapan tim penguji yang terdiri dari : -
Satu orang ketua siding
-
Satu orang sekretaris siding/notulen
-
Dua orang pembimbing
-
Tiga orang penguji (akademik/etik/metodologi)
h. Ketua sidang mempunyai wewenang untuk memutuskan usulan penelitian diterima, ditolak atau diulang. i.
Apabila usulan penelitian diulang, maka peserta didik hanya diwajibkan untuk
mempresentasikan bagian yang perlu diperbaiki atau diklarifikasikan berdasarkan notulensi sidang terdahulu. j.
Sidang ulang usulan penelitian dihadiri oleh tim penguji yang sama dengan sidang terdahulu.
k. Apabila usulan penelitian diterima, maka penelitian dapat dilanjutkan setelah mendapat persetujuan komite etika penelitian. l.
Apabila diperlukan perhitungan statistika tidak diwajibkan untuk
mengkonsultasikan kepada ahli statistika diluar staf pengajar Ilmu Kesehatan Mata.
m. Seminar hasil penelitian dilakukan dengan melibatkan tim penguji sebaga berikut: -
Satu orang ketua siding
berdasarkan notulensi sidang terdahulu.
p. Sidang ulang seminar hasil penelitian dihadiri oleh tim penguji yang sama dengan sidang seminar yang terdahulu. q. Sidang terbuka hasil penelitian dihadiri oleh seluruh staf pengajar
r. Yudisium akhir pendidikan dokter spesialis dilaku kan bersamaan dengan
sidang terbuka hasil penelitian dan dilakukan oleh kepala departemen didampingi KPS. Penilaian : Aspek yang dinilai pada usulan penelitian dan seminar hasil penelitian adalah : 1. Kualitas isi penelitian (kaidah Feasible, Interesting, Novel, Ethic, Relevance). 2. Penguasaan metodologi penelitian. 3. Penguasaan teori pendukung. 4. Teknik presentasi. 4.7 Evaluasi Pendidikan Peserta Didik 1. Penilaian log book
Log book adalah buku kegiatan sehari-hari peserta didik, berupa kegiatan ilmiah dan kegiatan pelayanan yang dilakukan selama masa pendidikan. 2. Ujian akhir tahap pengayaan
Ujian meliputi ujian pengetahuan akademik dan ujian ketrampilan, yang dilakukan oleh staf pengajar yang memberikan materi terkait.
5. Ujian tulis komprehensif/ujian tulis nasional
Merupakan ujian tulis yang dilaksanakan oleh Kolegium Oftalmologi Indonesia dan diikuti oleh peserta didik yang telah memasuki semester 5 ke atas. 6. Ujian klinis komprehensif/ujian kompetensi lokal
Merupakan ujian lokal yang dilaksanakan oleh seluruh divisi secara bersamaan
terdiri dari ujian diagnostic terstruktur, ujian kasus pendek dan ujian video operasi. 7. Ujian kompetensi nasional
Merupakan ujian kompetensi bertaraf nasional yang diselenggarakan oleh
Kolegium Oftalmologi Indonesia, sebagai syarat untuk mendapatkan sertifikat kompetensi dokter spesialis mata.
Setiap akhir rotasi pendidikan akan dilakukan yudisium untuk menilai kelulusan
peserta didik di masing-masing divisi, baik peserta didik tahap pengayaan, magang,
dan mandiri berdasarkan ujian yang telah dilakukan. Penilaian untuk yudisium juga
akan menilai aspek tambahan seperti attitude, performa dan absensi kehadiran. Pada
yudisium akan diumumkan nilai indeks prestasi (IP) sesuai jumlah semester yang telah
dijalani. Sertifikat kompetensi akan diberikan untuk peserta didik yang telah menyelesaikan tahap pengayaan dan tahap magang.
Ujian Kompetensi Nasional dilakukan setelah usulan penelitian disetujui dan
telah lulus ujian kompetensi lokal. Kelulusan Ujian Kompetensi Nasional akan diberikan
BAB 5 PERATURAN UMUM DAN SANGSI 5.1 Peraturan Umum
1. Peserta didik harus mematuhi seluruh peraturan Program Studi Ilmu Kesehatan Mata FK Unair/RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
2. Peserta didik harus mengikuti 100% acara ilmiah kecuali sedang mengikuti
kegiatan di luar RS/di dalam RS yang dibuktikan dengan surat keterangan dari sub bagian.
3. Ketidakhadiran di acara ilmiah diwajibkan untuk membuat ringkasan acara ilmiah yang tidak dihadiri.
4. Ketidakhadiran di acara ilmiah tanpa alasan yang jelas sebanyak 3 (tiga) kali dalam 3 bulan (1 rotasi) akan mendapatkan 1 (satu) surat peringatan.
5. Kehadiran di tempat pendidikan dihitung berdasarkan jam kehadiran dari absensi. 6. Keterlambatan akan diakumulasikan dalam bentuk ketidakhadiran.
7. Apabila peserta didik tidak mengikuti kegiatan pendidikan sebanyak 1 (satu)
hari atau lebih tanpa alasan yang jelas, peserta didik diwajibkan untuk mengulang rotasi di sub bagian terkait.
8. Apabila peserta didik tidak mengikuti kegiatan pendidikan selama lebih dari 5
hari kerja (sakit/izin/cuti/alasan yang dapat diterima) dalam tiga bulan (1 rotasi) maka peserta didik diwajibkan untuk mengulang rotasi di sub bagian terkait.
9. Ketidakhadiran dengan alasan sakit, peserta didik wajib menyerahkan surat sakit dari dokter spesialis kepada tim PPDS paling lambat 3 hari sejak sakit.
10. Ketidakhadiran wajib diinformasikan ke konsulen subbagian terkait dan tim
dahulu). Selama periode tersebut peserta didik diwajibkan untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan pelayanan sesuai ketentuan yang berlaku
13. Setiap permohonan meninggalkan tugas yang diajukan oleh peserta PPDS I
harus diketahui dan disetujui oleh supervisor divisi atau penanggung jawab kegiatan di tempat peserta PPDS I bertugas saat itu terlebih dahulu,
14. Semua absensi dicatat di logbook masing-masing peserta PPDS I untuk dilaporkan pada rapat evaluasi.
15. Tugas dari penyelenggara pendidikan (dinas luar, bakti sosial, dan ujian nasional) bukan merupakan ijin/cuti. 5.2 Sanksi Pendidikan
Apabila selama masa pendidikan peserta PPDS I melakukan pelanggaran akademik
dan keprofesian dari aturan yang berlaku, maka keputusan pemberian sanksi adalah
sesuai hasil rapat tim pendidikan dan apabila diperlukan akan diperkuat oleh rapat paripurna Departemen/SMF. Sanksi pendidikan dapat berupa: 1. Teguran lisan atas setiap pelanggaran.
2. Tugas ilmiah khusus yang diajukan di ruang sidang (misalnya tinjauan
kepustakaan, penelitian) dibawah bimbingan supervisor divisi terkait atau yang ditunjuk oleh KPS.
3. Mengulang rotasi di divisi terkait sesuai dengan tahap pada saat terjadi pelanggaran.
4. Surat peringatan (SP) yang di berikan sesuai dengan keputusan Kepala Departemen, KPS, dan tim pendidikan.
5. Penghentian pendidikan (drop out) dari program pendidikan apabila ia tidak
b. Alasan kondisi kesehatan peserta PPDS I yang tidak memungkinkan
untuk melanjutkan pendidikan dan diperkuat dengan surat Majelis Penguji Kesehatan .
c. Penilaian hasil pendidikan peserta PPDS I menunjukkan nilai E pada 2 divisi atau pada 2 kali penilaian.
d. Telah mendapatkan 3 (tiga) Surat Peringatan dari Ketua Program Studi yang berkoordinasi dengan Ketua Departemen/SMF.
e. Melakukan pelanggaran etika berat, dimana penghentian pendidikan
dapat dijatuhkan tanpa peringatan bila terdapat pelanggaran etika berat
berdasarkan hasil rapat pleno departemen dan berkoordinasi dengan Komite Medik Rumah Sakit.
f. Telah melebihi masa pendidikan maksimal, yaitu 2n-1 (n = 8 semester), dengan tetap memperhitungkan masa cuti.
g. Tahap junior telah melebihi masa pendidikan selama 5 semester, tidak termasuk MKDU namun memperhitungkan masa cuti.
6. Bentuk sanksi lain dipertimbangkan dan diputuskan berdasarkan rapat Kepala Departemen, KPS, dan tim pendidikan. 5.3 Tata Cara Cuti/lzin
Peserta PPDS I yang akan meninggalkan tugas kependidikan (cuti/izin) diharuska untuk: 1.
Mengisi formulir permohonan cuti/izin yang ditujukan kepada Ketua Program
Studi dengan tembusan kepada Ketua Departemen/SMF dan divisi terkait sert
dikoordinasi oleh chief divisi terkait/ketua dewan chief PPDS. Pengajua
cuti/izin secara elektif paling lambat setiap tanggal 20 pada bulan sebelum cuti/izin tersebut.
b Cuti melahirkan selama 3 bulan, maksimal 2 (dua) kali selama mas
pendidikan, yaitu 1 bulan sebelum melahirkan dan 2 bulan sesuda melahirkan. c Izin sakit selama lebih dari 2 hari harus disertai surat keterangan dokter.
d Izin untuk urusan keluarga (misalnya kematian keluarga, pernikahan saudar kandung) diberikan maksimal 2 hari mengurangi hak cuti tahunan,
e Izin dengan alasan penting (misalnya naik haji, umrah, menikah) atau yan
tidak dapat mengikuti ketentuan tersebut di atas dipertimbangkan sesua dengan kebijakan Ketua Program Studi dan supervisor divisi terkait.
f Izin mengikuti ujian nasional diberikan oleh Ketua Program Studi da dianggap sebagai pelaksanaan tugas.
g Dalam penyelenggaraan tata tertib dan kehadiran PPDS I, Ketua Program
Studi dibantu oleh Koordinator Tim Program Studi bidang tata tertib da kehadiran.
5.4 Pemberlakuan dan Persetujuan 1.
Peraturan ini berlaku sejak ditetapkan.
2.
Peraturan ini tidak berlaku lagi jika dicabut oleh pejabat yang berwenang.
3.
Selama menjalani program pendidikan. PPDS I wajib mengetahui dan sanggup mentaati peraturan ini, disertai penandatanganan form persetujuan,
4.
Penandatanganan form persetujuan merupakan pra-syarat PPDS I mengikuti program pendidikan.
Lampiran 2
KONTRAK PENDIDIKAN PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I ILMU KESEHATAN MATA FK UNIVERSITAS AIRLANGGA-RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan sepakat untuk memberlakukan ketentuan-ketentuan sebagai kontrak pendidikan, yakni sebagai berikut:
I. TAHAPAN PENDIDIKAN I.1. TAHAPAN AKADEMIS
TAHAP I
TAHAP II
TAHAP III
TAHAP IV
SEM 1
SEM 2
SEM 3
SEM 4
SEM 5
SEM 6
SEM 7
SEM 8
MKDU
CASE REPORT I
JOURNAL READING I
MAKALAH I
CASE REPORT II
JOURNAL
HASIL PENELITIAN
I.2. TAHAPAN PROFESI
TAHAP I
TAHAP II
TAHAP III
TAHAP IV
SEM 1
SEM 2
SEM 3
SEM 4
SEM 5
SEM 6
SEM 7
SEM 8
EVALUASI HORDEOLUM/KALAZION
EVALUASI PTERYGIUM
EVALUASI WETLAB
EVALUASI EVISCERASI/ENUKLEASI
EVALUASI KATARAK
EVALUASI IRIDEKTOMI
EVALUASI LASER FOTOKOAGULASI
EVALUASI TRABEKULEKTOMI
EVALUASI STRABISMUS
EVALUASI PEMASANGAN SCLERAL BUCKLE
-
IV.
V.
VI.
2 Makalah (Tinjauan Kepustakaan I dan II) 3 Case Report (2 Long Case Report, 1 Short Case Report) 1 Karya Akhir (Usulan Penelitian dan Hasil Penelitian)
ROTASI
EVALUASI 1. Evaluasi harian : laporan pagi (morning report), diskusi bidang minat, persiapan pre operasi, operasi bimbingan , post operasi, visite divisi dan visite besar 2. Kenaikan tingkat dan rotasi (dari tiap divisi) 3. Attitude & Etika : dilakukan terintegrasi dengan point 1 dan 2 dan merupakan hasil pengamatan secara terus-menerus 4. Evaluasi Operasi 5. Ujian Chief 6. Ujian Board Lokal (Video Session, Shortcase) 7. Ujian Board Nasional (ujian Tulis, UDOT, Video Session, Shortcase) TATA CARA PENILAIAN
Angka nilai mutu, markah dan interpretasinya pada system penilaian peserta program
ANGKA
MARKAH
INTERPRETASI
>80
A
Baik Sekali
Kriteria lulus bila mendapat nilai minimal 75 (tujuh puluh lima)
Evaluasi untuk kenaikan tingkat : -
-
-
MASA KUALIFIKASI: Semester 2-4. (Yaitu masa pendidikan dimana bila peserta didik tidak mampu menyelesaikan tahapan akademisnya, maka akan diberlakukan penghentian masa studi) Merupakan gabungan antara nilai harian 60% dan nilai ujian kenaikan tingkat 40% Setiap tahapan ujian bila tidak lulus bisa mengulang sampai 3x. Ujian ke-3 merupakan ujian komisi yang dilakukan oleh semua Staf Pengajar. Hasil ujian merupakan keputusan untuk menentukan apakah yang bersangkutan bisa meneruskan pendidikan atau tidak. Surat pemberitahuan atau peringatan akademik akan digunakan sebagai kelengkapan administrasi bila Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis akan dihentikan pendidikannya
VII.
MORBIDITAS DAN MORTALITAS /SANKSI AKADEMIS 1. Morbiditas ringan: bila peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis tidak mencapai pengetahuan kognitif sesuai levelnya dalam pelayanan pasien 2. Morbiditas sedang : pelanggaran psikomotor/skill 3. Morbiditas berat (mortalitas) : pelanggaran attitude Pembinaan : • • •
Ringan : 3 kali tugas baca Sedang : setiap kali morbiditas tugas baca, 3 kali grounded = 1 bulan atau diturunkan levelnya Berat : digrounded atau diberhentikan pendidikannya
IX.
HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA DIDIK PPDS 1 1. Hak : i. Mendapatkan kesempatan yang sama selama proses pendidikan. ii. Mengetahui kompetensi yang akan diperoleh selama proses pendidikan. iii. Mendapatkan bimbingan dari pendidik klinik selama menjalankan pembelajaran klinik. iv. Mendapatkan dosen pembimbing klinik. v. Mengetahui aspek-aspek yang akan dinilai. vi. Mengikuti ujian setelah memenuhi segala persyaratan vii. Mendapatkan penilaian yang adil dan obyektif sesuai dengan ketentuan yang berlaku. viii. Mengetahui hasil penilaian. ix. Dalam hal tidak terpenuhinya hak-hak tersebut diatas maka Peserta PPDS berhak untuk mengajukan keberatan secara tertulis yang ditujukan kepada Koordinator Program Studi yang bersangkutan untuk mendapatkan penyelesaian yang adil.
2. Kewajiban i. Mentaati peraturan dan menjalankan seluruh kegiatan pembelajaran klinik yang ditetapkan oleh pengelola program dan masing-masing Program Studi. ii. Mematuhi tata tertib dan peraturan yang ditetapkan di masingmasing rumah sakit pendidikan dan wahana pendidikan lainnya. iii. Mengetahui jenis-jenis kewenangan yang boleh didelegasikan oleh pendidik klinik (perhatikan daftar kompetensi pada putaran klinik tersebut). iv. Melaksanakan tugas klinik yang didelegasikan oleh pendidik klinik dan pembimbing klinik sesuai dengan kewenangannya. v. Terhadap pasien; berlaku wajar, sopan dan ramah;
2. Alasan penghentian dibagai 2 kriteria : a. Akademik • bila yang bersangkutan pada ujian kenaikan tingkat mengulangi 3x sampai ujian komisi dan dinyatakan tidak lulus. • Keputusan mengeluarkan secara akademik diusulkan pada rapat Staf yang dipimpin oleh Ketua Departemen dan Koordinator Program Studi kemudian diteruskan pada Dekan untuk disahkan oleh Dekan/Rektor • Kesempatan mengikuti Ujian Tulis Nasional diberikan maksimal 4 kali. • Ketidakmampuan menyelesaikan tahapan pendidikan selama 1,5 kali masa studi (12 semester). b. Non akademik • Dalam hal ini adalah pelanggaran terhadap etika profesi, pidana, tindak asusila terhadap pasien atau bertindak tidak sopan terhadap sejawat guru, maupun lembaga yang sifatnya berat • Dapat langsung diberikan peringatan terakhir dan dihentikan pendidikannya sesuai dengan prosedur yang berlaku tanpa harus menunggu putusan dewan etika/sejenisnya atau putusan pengadilan pidana yang telah berkekuatan hukum tetap. Dan diusulkan oleh Rapat Staf yang dipimpin oleh Ketua Departemen dan Koordinator Program Studi dan diputuskan oleh Dekan - Direktur - Tim Koordinasi Pendidikan - Ketua Departemen - Koordinator Program Studi yang bersangkutan.
3. Dalam proses penghentian pendidikan dengan alasan akademik maka surat pemberitahuan ujian juga berfungsi sebagai surat peringatan. Untuk non akademik oleh karena pelanggaran etika, hukum maka peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis bisa digrounded atau langsung dihentikan pendidikan menurut aturan yang berlaku. 4. Dengan dinyatakan dihentikan pendidikannya maka berarti yang
XI. LAIN-LAIN • Regulasi ini bisa berubah sesuai dengan kebutuhan, dengan keputusan rapat Staf Departemen. • Hal-hal lain yang tidak atau tidak cukup diatur dalam kontrak pendidikan ini maka berlaku ketentuan yang ada di Universitas Airlangga secara umum dan/ atau ketentuan yang ibuat oleh Kolegium Oftalmologi Indonesia.
Surabaya, ……………….. 20….
Peserta PPDS I
Koordinator Program Studi Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas AirlanggaRumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo- Surabaya
Meterai 6000
(
)
(
)