Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan pengendalian pencemaran lingkungan
Badan pengelolaan lingkungan hidup daerah provinsi jawa barat Oktober 2014
PENYUSUN: Sub bidang pembinaan Bidang pengendalian pencemaran lingkungan Bplhd provinsi jawa barat
APRESIASI UNTUK SUBSTANSI: Ruly fatwani, aep saepuloh, fitria rakhmawati, titin sumiati, mitha pratiwi, prima puspita sari, sofiyan hadi, indah dewi puspita, hery herawan. UNTUK ARAHAN: Anang sudarna Suharsono Didi adji siddik Resmiani
Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan pengendalian pencemaran lingkungan Cetakan 1, 2014
DITERBITKAN OLEH: Badan pengelolaan lingkungan hidup daerah provinsi jawa barat
KATA PENGANTAR Perbedaan jenis usaha dan/atau kegiatan dari suatu industri akan berdampak kepada perbedaan dalam pengelolaan lingkungan yang dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan. Untuk itu perlu upaya peningkatan pemahaman kepada aparat pengawas lingkungan hidup mengenai jenis usaha dan/atau kegiatan dari suatu industri agar tepat dalam menerapkan berbagai peraturan dalam melakukan pengendalian pencemaran lingkungan yang dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan. Pengawasan lingkungan hidup adalah kegiatan yang dilaksanakan secara langsung ataupun tidak langsung oleh aparat pengawas lingkungan hidup daerah untuk mengetahui ketaatan penanggung jawab usaha dan atau kegiatan terhadap peraturan dalam melakukan pengendalian pencemaran lingkungan. Dalam melakukan pengawasan, pengawas dituntut untuk mempelajari industri yang akan diawasi dan peraturan-peraturan pengelolaan lingkungan yang berkaitan dengan hal tersebut. Oleh karena itu, bagi pengawas diperlukan teknik pengawasan yang baik dan benar yang sesuai dengan kaidah perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
iii
Pedoman
pengawasan
pengendalian
pencemaran
industri
ini
merupakan panduan untuk memudahkan pengawas lapangan dalam mengawasi kinerja pengelolaan lingkungan pada industri
untuk
memberikan gambaran yang lebih jelas tentang langkah-langkah yang diperlukan di dalam melakukan pengawasan. Pedoman ini berisi prinsip-prinsip pengendalian pencemaran dari sumber-sumber limbah yang dihasilkan, strategi pengawasan proses produksi, potensi pencemaran, persyaratan teknis, dan peraturan yang harus ditaati.
Bandung, Oktober 2014 Penyusun,
BPLHD Provinsi Jawa Barat
iv
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................. iii DAFTAR ISI .......................................................................... v DAFTAR GAMBAR ............................................................. vii DAFTAR TABEL ................................................................ viii BAB I
PENDAHULUAN .......................................................1
1.1
Latar belakang ........................................................................... 1
1.2
Maksud dan Tujuan .................................................................. 2
1.3
Sasaran ..................................................................................... 3
BAB II GAMBARAN UMUM ................................................ 4 2.1
Sumber-sumber Pencemaran Sektor Industri ......................... 4
2.2
Potensi Pencemaran Lingkungan ............................................. 6 2.2.1
Potensi Pencemaran Air ...................................................... 6
2.2.2
Potensi Pencemaran Udara ................................................. 7
2.2.3
Potensi Limbah Berbahaya dan Beracun (LB3) .................. 9
2.3
Pengelolaan Lingkungan ........................................................ 23 2.3.1
Pengendalian Pencemaran Air .......................................... 23
2.3.2
Pengendalian Pencemaran Udara ..................................... 25
2.3.3
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) ........................................................................................... 32
BAB III
STRATEGI PENGAWASAN .................................. 46
3.1
Persiapan Pengawasan ........................................................... 46
3.2
Pelaksanaan Pengawasan ....................................................... 47
3.3
Format Berita Acara Pengawasan .......................................... 50
3.4
Contoh dan Penjelasan Cara Pengisian Berita Acara ..............61 v
3.5
Kegiatan Paska Kunjungan Lapangan ................................... 84 3.5.1
Pengolahan Data dan Informasi Hasil Pengawasan ......... 84
3.5.2
Penyusunan Laporan Pengawasan ................................... 84
3.5.3
Penyusunan Rekomendasi (Rencana Tindak) Pengawasan ........................................................................................... 85
3.5.4
Pemeliharaan Data dan Informasi .................................... 86
BAB IV PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
BIDANG
LINGKUNGAN HIDUP ........................................... 87 4.1
Peraturan Perundang-Undangan Skala Nasional .................. 87 4.1.1
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.......... 87
4.1.2
Pengelolaan Sampah ......................................................... 87
4.1.3
Perlindungan dan Pengelolaan Air ................................... 88
4.1.4
Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) ............ 90
4.1.5
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (LB3) ............................................................................................ 91
4.1.6
Perlindungan dan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati 93
4.1.7
Perlindungan dan Pengelolaan Tutupan Lahan ............... 94
4.1.8
Pelestarian Fungsi Atmosfer ............................................. 95
4.1.9
Pelestarian Fungsi Udara .................................................. 96
4.1.10 Perlindungan dan Pengelolaan Laut ................................. 97 4.1.11 Instrumen Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ................................................................................ 98 4.1.12 Data dan Informasi .......................................................... 113 4.1.13 Pengawasan dan Penegakan Hukum ............................... 113 4.1.14 Kapasitas Sumber Daya Manusia .................................... 115 4.1.15 Kapasitas Kelembagaan ................................................... 116 4.1.16 Perjanjian Internasional .................................................. 121 4.2
Peraturan Perundang-Undangan Skala Provinsi Jawa Barat .............................................................................................. 123
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. ix vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Pencemaran Lingkungan................................................... 5 Gambar 2 Mekanisme Pengelolaan LB3 .......................................... 33 Gambar 3 Diagram Pengelolaan Limbah B3 .................................... 34 Gambar 4 Kegiatan Pengawasan ...................................................... 47
vii
DAFTAR TABEL Tabel 1 Sumber Limbah Cair Berdasarkan Jenis Usaha .................... 6 Tabel 2 Potensi Pencemaran Udara Berdasarkan Industri ................ 8 Tabel 3 Identifikasi Jenis Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) Sektor Manufaktur ..................................................... 9 Tabel 4
Identifikasi Jenis LB3 Industri Agroindustri ...................... 17
Tabel 5
Identifikasi Jenis LB3 Fasilitas Umum Sektor Agroindustri .............................................................................................18
Tabel 6
Identifikasi Jenis LB3 Sektor Pertambangan, Energi, Minyak, Dan Gas ................................................................. 19
Tabel 7 Identifikasi Jenis LB3 Sektor Prasarana Jasa Dan Non Institusi ................................................................................ 21 Tabel 8
Peraturan Limbah Cair ....................................................... 24
Tabel 9
Alat Pengendali Partikulat Pencemaran Udara.................. 26
Tabel 10 Alat Pengendali Gas Pencemaran Udara ............................ 27 Tabel 11 Baku Mutu Yang Digunakan Bagi Sumber Emisi............... 30 Tabel 12 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 ................... 34 Tabel 13 Checklist Form Evaluasi TPS LB3 .................................... 35 Tabel 14 Checklist Pemanfaatan Fly ash dan Bottom ash Batubara 38 Tabel 15 Checklist Pemanfaatan Substitusi Bahan Bakar ................ 39 Tabel 16 Checklist Pengolahan Secara Thermal ................................ 41 Tabel 17 Checklist Penimbunan Limbah B3 ..................................... 43 Tabel 18 Persiapan Pelaksanaan Pengawasan .................................. 46 Tabel 19 Mekanisme Pengawasan ...................................................... 47
viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar belakang
Kasus-kasus pencemaran dan perusakan lingkungan dari sektor industri yang terjadi akhir-akhir ini mendesak pemerintah untuk secara serius meningkatkan efektivitas pengawasan lingkungan untuk mengetahui tingkat ketaatan industri terhadap ketentuan peraturan perundangundangan di bidang lingkungan hidup dalam menjamin kelestarian fungsi lingkungan dari hasil kegiatan usaha atau kegiatan industri. Peran pemerintah berkewajiban menetapkan kebijakan dan peraturan, pembinaan, dan bersama-sama melakukan pengawasan.
Sementara
pelaku usaha berkewajiban memenuhi ketentuan perundang-undangan lingkungan sebagaimana tertuang pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta peraturan turunannya. Kegiatan pengawasan penaatan merupakan amanat Pasal 71 ayat (1) UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menyatakan bahwa “Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab dan/atau kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup”. Untuk itu penguatan sistem dan perangkat pengawasan lingkungan yang efisien dan efektif menjadi suatu keharusan.
1
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 56 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup Bagi Pejabat Pengawas menyebutkan bahwa tujuan pengawasan lingkungan hidup adalah untuk memantau, mengevaluasi, dan menetapkan status ketaatan penanggung jawab usaha dan atau kegiatan terhadap: 1) Kewajiban yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan di bidang pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup; 2) Kewajiban untuk melakukan pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan sebagaimana tercantum dalam dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) atau persyaratan lingkungan yang tercantum dalam izin terkait. Kegiatan pengawasan ini diperlukan agar penanggung jawab kegiatan menaati semua ketentuan perundang-undangan lingkungan hidup, persyaratan dalam berbagai izin (izin usaha, izin pembuangan limbah, dll) serta persyaratan mengenai semua media lingkungan (air, udara, tanah, kebisingan, getaran) yang seharusnya tercantum dalam perizinan yang telah dimiliki. Buku pedoman ini dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan
pengawasan
pemerintah
kabupaten/kota
untuk
meningkatkan ketaatan industri dalam pengelolaan lingkungan hidup. 1.2
Maksud dan Tujuan
Maksud pembuatan buku pedoman ini adalah sebagai panduan dalam melaksanakan pengawasan penaatan pengelolaan lingkungan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
2
Tujuan pembuatan buku pedoman ini diantaranya adalah:
Menyajikan informasi mengenai potensi pencemaran lingkungan, dan pengelolaan lingkungannya;
Menyajikan informasi tentang rangkaian kegiatan pengawasan mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, dan pasca pengawasan;
Memberikan pemahaman kepada para pengawas dalam memantau dan mengevaluasi ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang dituangkan ke dalam Berita Acara Pengawasan. Selanjutnya
Berita
Acara
tersebut
dijadikan
acuan
dalam
menetapkan status ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan izin/dokumen lingkungan, pengelolaan dan pengendalian pencemaran air, pengelolaan dan pengendalian pencemaran udara, pengelolaan dan pengendalian Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), serta Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3). 1.3
Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan buku pedoman ini yaitu untuk mengetahui tingkat ketaatan suatu kegiatan dan/atau usaha dalam pengelolaan lingkungan serta upaya tindak lanjut yang harus dilakukan.
3
BAB II GAMBARAN UMUM 2.1
Sumber-sumber Pencemaran Sektor Industri
Salah satu dampak aktivitas industridari sisi lingkungan hidup adalah terjadinya pencemaran lingkungan akibat limbah industri. Pencemaran air, udara, tanah dan pembuangan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) merupakan persoalan yang harus dihadapi oleh kita semua, khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan industri tersebut. Beberapa hal yang dapat menimbulkan permasalahan, misalnya lokasi pabrik yang dekat dengan pemukiman penduduk, pembebasan tanah yang bermasalah, tidak dilibatkannya masyarakat dalam rencana kegiatan, buruknya kualitas AMDAL, tidak adanya pengolahan limbah yang baik, dan lain sebagainya. Air limbah yang tidak dikelola dengan baik, apabila dibuang ke lingkungan sekitar dapat mengakibatkan masuknya bahan-bahan pencemar termasuk logam berat dan bahan berbahaya lainnya ke tanah dan saluran-saluran air warga sekitar sampai ke sumber air masyarakat. Pencemaran juga terjadi akibat kebisingan suara yang dihasilkan oleh aktivitas produksi yang melebihi batas. Salah satu cara menguranginya adalah dengan melakukan perbaikan kualitas bangunan agar dapat menurunkan intensitas bising dan menambah pepohonan di sekitar pabrik. Selain itu pencemaran lingkungan yang juga terjadi berupa polusi udara, dimana polusi tersebut berasal dari kegiatan mesin-mesin produksi pabrik yang membuang emisinya melalui cerobong, terutama perusahaan yang dalam produksi lebih banyak melakukan kegiatan pembakaran.
4
Gambar 1 Pencemaran Lingkungan (Sumber: Diklat Dasar-Dasar Pengawasan Lingkungan Hidup, Pusdiklat Kementerian Lingkungan Hidup dan Pusdiklat Provinsi Jawa Barat, 2012)
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan dari aktivitas industri, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya. Adapun prinsip
pengelolaan
limbah
industri
dapat
dilakukan
melalui
pendekatan teknis dan non teknis, pendekatan teknis berhubungan dengan peraturan-peraturan, kajian sistem produksi dalam industri tersebut yang meliputi sistem, produk, servis maupun proses. Sedangkan pendekatan non teknis dengan peningkatan kesadaran lingkungan masyarakat dan industri dalam menyikapi masalah pencemaran.
5
2.2
Potensi Pencemaran Lingkungan
2.2.1 Potensi Pencemaran Air Berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 6 Tahun 1999, limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Sumber-sumber limbah cair tersebut dapat berasal dari seluruh proses kegiatan yang meliputi limbah cair domestik, limbah cair dari proses produksi bagi kegiatan industri, perhotelan dan dari kegiatan klinis bagi kegiatan rumah sakit. Sumber dan kegiatan yang menghasilkan limbah cair berdasarkan jenis usaha dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Sumber Limbah Cair Berdasarkan Jenis Usaha No. 1.
Jenis Usaha/Kegiatan Rumah Sakit
Sumber Air Limbah Sarana Perawatan
Sarana Penunjang
6
2.
Keramik
Sarana umum Sarana produksi
3.
Pupuk
Sarana produksi
4.
Pulp dan kertas
Sarana penunjang Sarana produksi
Kegiatan yang Menghasilkan Air Limbah Ruang rawat jalan, ruang rawat inap, ruang operasi dan IPI, ruang kamar bersalin, ruang rawat bedah, ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD), ruang Intensive Care Unit (ICU). Ruang farmasi, laboratorium, ruang sterilisasi, ruang instalasi gizi, ruang jenazah, instalasi gizi/dapur, laundry Ruang kantor, fasilitas sosial Proses persiapan bahan baku, penanganan dan penyimpanan, shaping glate preparation, off gas treatment, dan pengeringan. Proses oksidasi parsial untuk memproduksi karbon dioksida, ceceran air bekas cuci atau buangan dari absorber, blowdown, kompresor,dll. Laboratorium Proses chemical making , ruang proses pemutihan,
No.
Jenis Usaha/Kegiatan
5.
Peleburan besi dan baja Hotel
6.
Sumber Air Limbah
Sarana penunjang Fasilitas kamar
Fasilitas umum
7.
Tekstil
Sarana produksi
Sarana utilitas 8.
Minyak Sawit
Sarana produksi
9.
Semen
Sarana umum
Kegiatan yang Menghasilkan Air Limbah pulp making, dan black liquor thickening. Laboratorium dan ruang proses pendinginan. Kamar mandi dan toilet meliputi washtafel, shower/bathtub, pembersihan kamar mandi. Dapur dan restoran, meliputi pencucian bahan masakan, peralatan masak dan peralatan makan. Laundry, kolam berenang, alat pendingin (ac dan refrigerator), dan alat pemadam kebakaran Proses pengkanjian, proses penghilangan kanji, pengelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan, dan proses penyempurnaan. Pencucian sarana dan peralatan serta blowdown. Sterilisasi, pemurnian, dan pemisahan inti sawit dengan cangkang. Utilitas, pencucian kendaraan dan alat berat, domestik.
2.2.2 Potensi Pencemaran Udara Emisi udara adalah komponen-komponen yang dihasilkan dari suatu pembakaran yang dikeluarkan langsung dari sumbernya. Sumber emisi udara
utama
usaha
dan/atau
kegiatan
biasanya
berasal
dari
pengoperasian boiler (ketel uap) dan genset. Genset pada umumnya bersifat sebagai cadangan (stand by) ketika aliran listrik padam. Parameter pencemar udara yang dihasilkan dari ruang pembakaran boiler dan genset bergantung pada bahan bakar yang digunakan. Potensi pencemaran berdasarkan jenis industri dapat dilihat pada Tabel 2.
7
Tabel 2 Potensi Pencemaran Udara Berdasarkan Industri No. 1.
8
Jenis Industri Rumah Sakit
Sumber pencemaran Genset Incinerator
2.
Keramik
3.
Pupuk
Kiln, utilitas (genset, boiler) Pabrik pupuk ammonium sulfat ZA: Drier scrubber, saturator, exhaust gas scrubber, unit asam sulfat, dan gas turbin Pabrik pupuk urea: Primary reformer, prilling tower, dan gas turbine/waste heat boiler. Pabrik pupuk fosfat: Penyimpanan bahan ball mill, unit reaksi, unit granulasi Pabrik pupuk majemuk NPK:scrubber Utilitas: Power boiler Boiler, incinerator, turbin generator Unit DR Plant (cerobong pabrik besi spons dan cerobong pabrik hyl), proses peleburan, rolling mill, rotary kiln, dan boiler. Genset, boiler Persiapan plat, electroless plating, imaging, electroplating, tahap akhir, dan tes Mesin penyempurnaan, stentering, proofing, dry cleaning, proses pencucian, boiler, pencelupan dan pencetakan, pelepasan dan penyempurnaan crosslink. Kiln plant/stack kiln, packling, coal mill, dan finish mill.
4.
Pulp dan kertas
5.
Peleburan besi dan baja
6. 7.
Hotel Elektronik
8.
Tekstil
9.
Semen
Potensi emisi CO, NOx, SOx, Partikulat, Partikulat, SO2, NO2, HF, CO, HCl, CH4, As, Cd, Cr, Pb, Hg, Ti, Opasitas NOx, SOx, TSP, HF, Opasitas, CO Total partikel, NH3, SO2, NO2
NO2, NH3, total partikel
Total partikel dan fluor
Total partikel, fluor, dan amoniak SO2, NO2 SO2, Cl2, ClO2, CO, NO2. SO2, partikulat SO2, NO2, dan partikulat
SO2, CO, NOx, dan jelaga Partikulat, uap asam, VOC, uap organik, ammonia, CFC TSP, NOx, SOx, Minyak dan Mist, Solven, VOC, CO2, Amonia, Formaldehid, CO, dan uap asam.
Partikulat, debu, SO2, NO2
2.2.3 Potensi Limbah Berbahaya dan Beracun (LB3) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999, Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)merupakan bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusakkan lingkungan hidup dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. Limbah B3 Menurut Karakteristiknya antara lain : 1. Mudah meledak (misal : bahan peledak); 2. Mudah terbakar ( misal: bahan bakar, solven); 3. Bersifat reaktif (misal: bahan-bahan oksidator); 4. Beracun (misal: HCN, Cr(VI)) ; 5. Menyebabkan infeksi (limbah bakteri/rumah sakit); 6. Bersifat korosif (misal: asam kuat). 7. Pengujian toksikologi untuk menentukan sifat akut dan atau kronik {karsinogenik, mutagenik dan teratogenik (merkuri, turunan benzena), bahan radioaktif (uranium, plutonium,dll)}. Adapun sumber limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) spesifik dari berbagai sektor dapat dilihat pada Tabel 3- Tabel 7. Tabel 3 Identifikasi Jenis Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) Sektor Manufaktur No 1.
Jenis Industri Pupuk
Sumber Limbah Proses produksi ammonia, urea/asam sulfat IPAL yang mengolah efluen dari proses produksi di atas -
Jenis Limbah Sumber spesifik Katalis bekas sludge proses produksi limbah laboratorium sludge dari IPAL Karbon aktif bekas Alumina ball Sumber Tidak Spesifik: Limbah PCB Pelumas bekas Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan, dll)
9
No
Jenis Industri
Sumber Limbah
Jenis Limbah Kemasan bekas B3 dan LB3 (kaleng, jerigen, drum, dll) Sumber Spesifik Ash, dross, slag dari furnace Debu, residu, dan/atau sludge dari fasilitas pengendali pencemaran udara Sludge dari IPAL Pasir foundry dan debu cupola Simulsi minyak dari pendingin pelumas Sludge ammonia Sludge dari proses rolling -
2.
Peleburan/pengolaha n besi dan baja
-
3.
Tekstil
-
4.
10
Manufaktur dan Perakitan kendaraan dan Mesin
-
Proses peleburan besi/baja Proses casting besi/baja Proses besi/baja: rolling, drawing, sheeting Coke manufacturing IPAL yang mengolah efluen dari coke oven/blast furnace
Proses finishing tekstil Proses dyeing bahan bahan tekstil Proses printing bahan tekstil IPAL yang mengolah efluen proses kegiatan di atas
Seluruh proses yang berhubungan dengan fabrikasi dan finishing logam, manufaktur mesin, dan suku cadang dan perakitan,
Sumber Tidak Spesifik: Slag Millscale Debu EAF Pelumas bekas Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan, dll) Kemasan bekas B3 dan LB3 (kaleng, jerigen, drum, dll) Sumber Spesifik: Sludge dari IPAL yang mengandung logam berat Pelarut bekas (cleaning) Fire retardant (SB/senyawa brom organic) Sumber Tidak Spesifik: Fly ash dan bottom ash Pelumas bekas Kemasan bekas B3 dan limbah B3 (kaleng cat, drum) Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan) Sumber Spesifik: Sludge proses produksi Pelarut bekas dan cairan pencuci (organik dan anorganik) Residu proses produksi Sludge dari IPAL Sumber Tidak Spesifik:
No
5.
Jenis Industri
Elektroplating dan galvanis
Sumber Limbah termasuk kegiatan pengecatan IPAL yang mengolah efluen dari proses di atas
-
-
-
6.
Cat (varnish dan bahan pelapis lain)
-
semua proses yang berkaitan dengan kegiatan pelapisan logam termasuk proses perlakuan phospating, etching, polishing chemical conversion coating, anodizing pre treatment: pickling degreasing, stripping, cleaning, grinding, sand blasting weld cleaning depainting IPAL yang mengolah efluen proses elektroplating dan galvanis MFDP cat IPAL yang mengolah efluen proses yang berkaitan dengan cat
Jenis Limbah Potongan PCB tersolder Scrub timah solder Kemasan bekas B3 dan LB3 (kaleng cat, drum, dll) Tinner bekas Coolant radiator sludge painting pelumas bekas kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan) Sumber spesifik: Sludge pengolahan dan pencucian Larutan pengolah bekas Larutan asam (pickling) Dross, slag Pelarut bekas (terklorinasi) Larutan bekas proses degreasing Sludge dari IPAL Residu dan larutan batch Mill scale Abu timah HCl Sumber Non Spesifik: Pelumas bekas Aki bekas E-waste (computer, printer, dll) Lampu TL bekas Sumber Spesifik: Sludge cat Pelarut bekas Sludge dari IPAL Filter bekas Produk off-spec Residu proses destilasi Cat anti korosi (Pb, Cr) Debu/sludge dari unit pengendalian pencemaran udara Sludge proses painting Solvent based Water based Sumber Non Spesifik: Pelumas bekas Kemasan bekas B3 dan LB3 (kaleng, jerigen, drum) Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan) -
11
No
Jenis Industri
Sumber Limbah
Jenis Limbah E-waste (computer, printer, dll) Sumber Spesifik: Sludge proses produksi Residu proses produksi Batere bekas, off spec, dan kadaluarsa Sludge dari IPAL Metal powder Dust, slag, ash Sumber Non Spesifik: Batere kadaluarsa BM sedotan/sapuan Abu insinerator Minyak pembersih solar Pelumas bekas Kemasan bekas B3 dan LB3 (kaleng, jerigen, drum) Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan) E-waste (computer, printer, dll) Sumber Spesifik: Sludge proses produksi Batere bekas kadaluarsa dan off spec Sludge dari IPAL Larutan asa/alkali Dross Lead powder Sumber Non Spesifik: Pelumas bekas Kemasan bekas B3 dan LB3 (kaleng, jerigen, drum) Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan) E-waste (computer, printer, dll) Sumber Spesifik: Sludge proses produksi Pelarut bekas Merkuri contractors/switch Lampu fluorosens (Hg) Coated glass Larutan etching untuk printed circuit Caustic stripping (photoresist) Residu solder dan fluxnya Limbah pengecatan -
7.
Batere Sel Kering
-
8.
Batere Sel Basah
-
9.
Komponen elektronik/peralatan elektronik
-
-
12
MFDP batere sel kering IPAL yang mengolah efluen proses produksi batere
MFDP batere sel kering IPAL yang mengolah efluen proses batere
Manufaktur dan perakitan komponen, serta peralatan elektronik IPAL yang mengolah efluen proses
No
10.
Jenis Industri
Farmasi
Sumber Limbah
-
11.
Sabundetergen/produk pembersih desinfaktan/kosmetik
-
MFDP produk farmasi IPAL yang mengolah efluen proses manufaktur dan produksi farmasi
Proses manufaktur dan formulasi produk
Jenis Limbah PBC breaking Thinner dan flux Solder waste Phosphating waste Polyol Sumber Non Spesifik: Pelumas bekas Kemasan bekas B3 dan LB3 (kaleng, jerigen, drum) Kemasan terkontaminasi limbah (majun, sarung tangan) E-waste (computer, printer, dll) Sumber Spesifik: Sludge dari fasilitas produksi Pelarut bekas Produk off spec kadaluarsa dan sisa Sludge dari IPAL Peralatan dan kemasan bekas Residu proses produksi dan formulasi Absorben dan filter (karbon aktif) Residu proses destilasi, evaporasi dan reaksi Limbah laboratorium Residu dari proses insinerasi Sumber Non Spesifik: Katalis bekas Fly ash Limbah laboratorium Pelumas bekas Kemasan bekas B3 dan LB3 (kaleng, jerigen, drum) Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan) E-waste (computer, printer, dll) Sumber Spesifik: Residu produksi dan konsentrat Filter dan absorben bekas Pelarut bekas Konsentrat off spec dan kadaluarsa Limbah laboratorium Sludge dari IPAL Sumber Non Spesifik:
13
No
Jenis Industri
Sumber Limbah
Jenis Limbah Batubara Pelumas bekas Kemasan bekas B3 dan LB3 (kaleng, jerigen, drum) Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan) E-waste (computer, printer, dll) Sumber Spesifik: Bubuk gelas-terlapis logam Emulsi minyak Residu dari proses etching Hg (glass switches) Debu/sludge dari peralatan pencemaran udara Residu opal glass-As Bronzing dan decolorizing agent-As Sumber Non Spesifik: Pelumas bekas Kemasan bekas B3 dan LB3 Kemasan kimia kadaluarsa Kemasan terkontaminasi B3 (majun, sarung tangan) Filter oli bekas Serbuk gergaji bekas Reject product Sumber Spesifik: Alkali, pelarut asam/larutan oksidator yang terkontaminasi logam, minyak, gemuk Residu dari kegiatan pembersihan Sumber Tidak Spesifik: Pelumas bekas Kemasan bekas B3 dan LB3 ( kaleng, jerigen, drum) Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan) E- waste (computer, printer, dll) Limbah laboratorium (botol bekas) Lampu TL Aki bekas -
14
12.
Gelas keramik/Enamel
-
Manufakturing dan formulasi produk gelas dan keramik/enamel
13.
Chemical industry
-
Degreasing, descalling, phosphating, derusting passivation, refinishing
No 14.
Jenis Industri Semua jenis industri yang menghasilkan/mengg unakan listrik
15.
Semua jenis industri konstruksi
-
AC, atap, insulation
16.
Bengkel pemeliharaan kendaraan
-
Pemeliharaan mobil, motor, kereta api, pesawat, termasuk body repair
17.
Plastik
-
18.
Sepatu
-
-
Sumber Limbah Proses replacement, refilling, reconditioning atau retrofitting dari transformer dan capasitor
Jenis Limbah Sumber Spesifik: Asbestos Sumber Tidak Spesifik: Pelumas bekas E-waste (computer, printer, dll) Lampu TL Aki bekas Sumber Spesifik: Asbestos Sumber Tidak Spesifik: Pelumas bekas E-waste (computer, printer, dll) Lampu TL Aki bekas Sumber Spesifik: Pelumas bekas Pelarut (cleaning degreasing) Limbah cat Asam Batere bekas Sumber Tidak Spesifik: Pelumas bekas Kemasan bekas B3 dan LB3 (kaleng, jerigen, drum) Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan) E-waste (computer, printer, dll) Sumber Spesifik: Solvent bekas Sumber Tidak Spesifik: Pelumas bekas Kemasan bekas B3 dan LB3 (kaleng, jerigen, drum) Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan) E-waste (computer, printer, dll) Sumber Spesifik: Solvent bekas Sumber Tidak Spesifik: Pelumas bekas Kemasan bekas B3 dan LB3 (kaleng, jerigen, drum) Kemasan terkominasi LB3 (majun, sarung tangan) E-waste (computer, printer, dll)
15
No
Jenis Industri
Sumber Limbah
Jenis Limbah Limbah laboratorium/medis Sumber Spesifik: Sludge/oil separator Sumber Tidak Spesifik: Pelumas bekas Kemasan bekas B3 dan LB3 (kaleng, jerigen, drum) Kemasan terkominasi LB3 (majun, sarung tangan) E-waste (computer, printer, dll) Sumber Spesifik: Katalis bekas Fly ash Sumber Tidak Spesifik: Pelumas bekas Kemasan bekas B3 dan LB3 (kaleng, jerigen, drum) Kemasan terkominasi LB3 (majun, sarung tangan) E-waste (computer, printer, dll) Limbah laboratorium (botol bekas) Lampu TL Aki bekas Sumber Spesifik: Dust checker Sludge dari IPAL Fly ash dan bottom ash Residu proses produksi Katalis bekas Sumber Tidak Spesifik: Pelumas bekas Kemasan bekas B3 dan LB3 (kaleng, jerigen, drum) Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan, kerak lem) E-waste (computer, printer, dll) Limbah laboratorium/medis -
19.
Ban
-
20.
Rayon
-
21.
Kaca
-
16
Pembakaran silica dalam gas furnace Boiler VCM Plant
Tabel 4 Identifikasi Jenis LB3 Industri Agroindustri No. 1.
Jenis Industri
2.
Boiler menggunakan bakar batubara Agar-agar
3.
Gula
4.
Jamu
5.
Karet
6.
Kina
7.
8.
yang bahan
Makanan dan minuman (kecap, saos, air mineral, minuman ringan, makanan ringan, kerupuk, pengalengan makanan, cold storage) Minyak goreng
9.
Pakan ternak
10.
Penyamakan kulit
11. 12.
Peternakan /Penggemukan hewan Plywood (kayu lapis)
13.
Rokok
Sumber Limbah
Jenis Limbah
Boiler
1. 2.
Workshop, kantor
Lihat Tabel 5
Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik Proses produksi
Lihat Tabel 5
Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik Proses produksi
Fly ash batubara Bottom ash batubara
Lihat Tabel 5
Lihat Tabel 5
Ampas kina/residu destilasi Lihat Tabel 5
Sludge
Workshop kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik
Lihat Tabel 5
Proses produksi
-
Workshop kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik
Lihat Tabel 5
Workshop kantor, gudang bahan kimia, laboratorium Proses produksi IPAL
Lihat Tabel 5
Workshop,kantor Workshop Kantor Proses produksi IPAL Workshop, kantor, gudang bahan kimia Proses produksi
Spent earth Sludge minyak/lemak
Limbah trimming/shaving/bufing Sludge IPAL dari proses tanning dan finishing Kerak cat Lihat Tabel 5 Lihat Tabel 5 Kerak lem, sisa lem Sludge IPAL Lihat Tabel 5 Tinta bekas Kemasan bekas tinta
17
Jenis Industri
Sumber Limbah
Jenis Limbah
No.
14.
Sawit dan tapioka
15.
Teh
16.
Tepung tapioka
17.
Kertas
terigu
dan
Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, klinik Workshop, kantor, gudang bahan kimia Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium Proses produksi
IPAL
18.
Pulp
19.
MSG
20.
Gula rafinasi
Workshop, kantor, gudang bahan kimia Proses Produksi IPAL Workshop, kantor, gudang bahan kimia, poliklinik Workshop, kantor, gudang bahan kimia IPAL Workshop, kantor, gudang bahan kimia
Lihat Tabel 5
Lihat Tabel 5 Lihat Tabel 5 Lihat Tabel 5 Sisa tinta printing Kemasan bekas tinta printing Sludge tinta converting Sludge tinta coragated Sludge IPAL (proses kimia/biologi) Lihat Tabel 5 Dregs dan Grits Suldge IPAL Lihat Tabel 5 Lihat Tabel 5 Sludge IPAL Lihat Tabel 5
Tabel 5 Identifikasi Jenis LB3 Fasilitas Umum Sektor Agroindustri No. 1.
18
Sumber limbah Workshop
2.
Gudang bahan kimia
3.
Laboratorium
4.
Klinik/poliklinik
1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 1. 2. 1.
Jenis limbah Pelumas bekas Filter bekas Aki bekas Majun terkontaminasi LB3 Serbuk gergaji terkontaminasi LB3 Solar bekas Kemasan bekas bahan kimia Bahan kimia kadaluarsa Limbah laboratorium cair Limbah laboratorium padat Limbah klinis
Tabel 6 Identifikasi Jenis LB3 Sektor Pertambangan, Energi, Minyak, Dan Gas No. 1.
2.
3.
Jenis Industri Emas dan tembaga
Sumber Limbah Proses produksi/ pengolahan ore, Workshop, perkantoran dan perumahan, laboratorium, utilitas (PLTU dll)
Non Spesifik Oli bekas Grease bekas Filter bekas Aki bekas Baterai Hose bekas Majun/ material terkontaminasi Kemasan terkontaminasi limbah B3 E-waste (catridge/toner bekas, monitor, dll) Lampu TL bekas Fly ash and Bottom ash Limbah medis/infeksius Spesifik Sludge IPAL Limbah laboratorium
PLTU/PLTG/ PLTGU/PLTD
EP Migas
Jenis Limbah Spesifik Tailing Limbah fire assay (ceramic, flux, cupell) Bahan kimia kadaluarsa Limbah laboratorium
Eksplorasi dan produksi pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas pemeliharaan IPAL Tangki penyimpanan Workshop Perkantoran dan
Non Spesifik Oli bekas Grease bekas Filter bekas Aki bekas Baterai Hose bekas Majun/ material terkontaminasi Kemasan terkontaminasi limbah B3 (drum bekas, kaleng cat, kemasan bahan kimia) E-waste (catridge/toner bekas, monitor, dll) Lampu TL bekas Fly ash and Bottom ash Limbah medis/infeksius Spesifik Slop minyak/ minyak kotor Oily water Sludge minyak Lumpur bor Karbon aktif Absorben bekas
19
No.
4.
20
Jenis Industri
Pengolahan migas
Sumber Limbah perumahan Laboratorium
Eksplorasi dan produksi pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas pemeliharaan IPAL Tangki penyimpanan Workshop Perkantoran dan perumahan Laboratorium Unit dissolve air flotation
Jenis Limbah Sludge IPAL Tanah terkontaminasi minyak Non Spesifik Oli bekas Filter bekas Aki bekas Baterai Bahan kimia bekas dan kadaluarsa & limbah laboratorium (glycol, MDEA, Ethyl mercaptan, silica gel, resin, dll) Material terkontaminasi B3 dan LB3 (majun, sarung tangan, serbuk gergaji, spill kit, pigging kit, ceramic balls, dll) Kemasan terkontaminasi limbah B3 (drum bekas, kaleng cat, kemasan bahan kimia) E-waste (catridge/toner bekas, monitor, dll) Lampu TL bekas Limbah medis/infeksius Spesifik Katalis bekas Oily water Sludge minyak Karbon aktif bekas Filter bekas Sludge IPAL Tanah terkontaminasi minyak Limbah laboratorium Non Spesifik Oli bekas Filter bekas Aki bekas Baterai Bahan kimia bekas dan kadaluarsa & limbah laboratorium (glycol, MDEA, Ethyl mercaptn, resin, dll) Material terkontaminasi B3 dan LB3 (majun, sarung tangan, serbuk gergaji, spill kit, pigging kit, ceramic balls, dll) Kemasan terkontaminasi limbah B3 (drum bekas, kaleng cat, kemasan
No.
Jenis Industri
Sumber Limbah
5.
Distribusi
Workshop Perkantoran Tangki
Jenis Limbah bahan kimia) E-waste (catridge/toner bekas, monitor, dll) Lampu TL bekas Limbah medis/infeksius Spesifik Sludge minyak dan tanah terkontaminasi minyak Non Spesifik Oli bekas Oil off spec Minyak kotor/ slop oil Filter bekas Aki bekas Baterai Majun / material terkontaminasi Kemasan terkontaminasi LB3 (drum bekas, kaleng cat, kemasan bahan kimia) E- waste (catridge, toner bekas, monitor, dll) Lampu TL bekas Limbah medis
Tabel 7 Identifikasi Jenis LB3 Sektor Prasarana Jasa Dan Non Institusi No 1.
Jenis industri Hotel
Sumber limbah Operasional/perkantoran
Utilitas/ kegiatan pendukung
2.
Rumah sakit
Operasional/perkantoran
Jenis Limbah Catridge, toner printer Solvent bekas Lampu TL bekas Baterai bekas E-waste Oli bekas Sisa kemasan chemical, bahan kimia laundry Majun bekas Filter oli bekas, filter solar bekas Kemasan bahan kimia, drum solvent, kaleng cat Aki bekas, baterai bekas Asbes Sludge IPAL Limbah medis Lampu TL bekas Catridge Jarum suntik Obat kadaluarsa,
21
No
Jenis industri
Sumber limbah
Utilitas
3.
22
Pengolahan Limbah B3
Penghasil LB3 dan pengumpul LB3
Jenis Limbah reagen Kaleng bertekanan Limbah laboratorium Aki bekas Oli bekas] Filter oli dan solar bekas Sisa kemasan bahan kimia Abu insinerator Sludge IPAL Sludge Sarung tangan bekas, masker, kain majun Kaleng kemasan kimia terkontaminasi Lampu TL bekas Abu ex dust collector (abu furnace) Sludge scrubber Aki bekas Air chemical bekas Air separator Sludge IPAL, WWT Cake, sludge cake Oli bekas Abu insinerator Filter oli bekas, filter solar dan udara Sludge oil Slop oil Katalis bekas Absorber Residu Contaminated goods, Expired product Powder spray Catridge printer bekas Lab waste ( organik solvent dan bekas uji coba) Solid cake/ padatan Elektronik bekas Poor slag Bag filter Separator Dross Steel shot & steel grit Coolant & waste water Moulding resin Used grease Valsvar corrocoat powder Blank rod
No
Jenis industri
Sumber limbah
4.
Kawasan industri
Operasional/ perkantoran
Utilitas/kegiatan pendukung
2.3
Jenis Limbah Unused carbon Cutting PCB Used Electrolyte Blaster dust shot grit Mill scale Contaminated soil Thinner TCE Hydrocarbon Hydraulic oil Used contaminated rags Sludge water base brush Used solvent brush cleaner Sludge compound Ash compound Dry glue Laboratory waste Sludge IPAL Lampu TL bekas Kemasan bekas limbah lab Lab waste Catridge printer -
Kain majun Sand blasting Oil coolant Oil tank cleaning Limbah pickling Pelumas bekas
Pengelolaan Lingkungan
2.3.1 Pengendalian Pencemaran Air Seluruh usaha dan atau kegiatan memiliki kewajiban dalam pengelolaan air limbah
menggunakan teknologi proses pengolahan air limbah
(IPAL) agar outlet IPALnya selalu memenuhi standar baku mutu yang dipersyaratkan. Secara umum kewajiban usaha dan atau kegiatan dalam pengendalian pencemaran air adalah sebagai berikut: a. Melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan sehingga baku mutu limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui Baku Mutu Limbah Cair yang telah ditetapkan;
23
b. Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup dan kedap air sehingga tidak terjadi perembesan ke tanah serta terpisah dengan saluran limpahan air hujan; c. Memasang alat ukur debit laju alir limbah cair dan melakukan pencatatan debit harian limbah cair tersebut; d. Memeriksakan kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair kepada laboratorium terakreditasi sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan; e. Menyampaikan laporan tentang catatan debit harian dan kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair sekurang-kurangnya tiga bulan sekali kepada OPD Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota, yang tembusannya disampaikan kepada Gubernur dan Menteri, serta instansi lainnya yang dianggap perlu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan mengenai kualitas efluen air limbah yang boleh dibuang ke lingkungan untuk usaha dan kegiatan adalah sebagai berikut dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Peraturan Limbah Cair No 1.
Jenis Usaha/ Kegiatan Rumah Sakit
Peraturan terkait
Kewajiban Parameter
KepMenLH Nomor: Kep-58/MENLH/12/1995
Fisika: Suhu Kimia: pH, BOD5, COD, TSS, NH3 bebas, PO4, Biologi: MPN-Kuman Golongan Koli/100mL Radioaktivitas: 32P, 35S, 45Ca, 51Cr, 67Ga, 85Sr, 99Mo, 113Sn, 125I, 131I, 192Ir, 201Ti TSS, Timbal (Pb), Kobalt (Co), Kadmium (Cd), Krom total (Cr), pH COD, TSS, Minyak dan Lemak, NH2-N, TKN, pH BOD, COD, TSS, pH
24
2.
Keramik
3.
Pupuk
4.
Pulp dan kertas
PerMenLH Nomor: 16 Tahun 2008
KepMenLH Nomor: Kep51/MENLH/10/1995 KepMenLH Nomor:Kep51/MENLH/10/1995 KepGub No.6/1999 Lampiran II.5
No 5.
Jenis Usaha/ Kegiatan Hotel
6.
Tekstil
Peraturan terkait
Kewajiban Parameter
KepMenLH Nomor: Kep- 52/MENLH/10/1995 KepMenLH -
Nomor:Kep51/MENLH/10/1995 KepGub No.6/1999Lampiran
BOD, COD, TSS, pH BOD, COD, TSS, Fenol total, Krom total, Amonia total (NH3-N), Sulfida sebagai S, Minyak dan Lemak, pH
II.9 7.
Minyak Sawit
KepMenLH Nomor: Kep- 51/MENLH/10/1995
8
Industri tidak spesifik
KepGub No.6/1999 Lampiran III
BOD, COD, TSS, Minyak dan lemak, Amonia (NH3N), pH Fisika: Temperatur, TSS, TDS Kimia: pH, Fe, Mn, Ba, Cu, Zn, Cr+6, Cr, Cd, Hg, Pb, Sn, As, Se, Ni, Co, CN, H2S, F, Cl2, NH3-N, NO3N, NO2-N, BOD5, COD, Senyawa Aktif Biru Metilen, Fenol, Minyak Nabati, Minyak Mineral, Radiaktivitas
2.3.2 Pengendalian Pencemaran Udara Peraturan mengenai pengendalian pencemaran udara skala nasional adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Sedangkan peraturan tingkat Provinsi Jawa Barat adalah Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 11 Tahun 2006. Untuk mengurangi pencemaran udara hingga mencapai
tingkat
yang
tidak
membahayakan
atau
mencemari
lingkungan udara ambien dan memenuhi baku mutu emisi udara adalah dengan menggunakan alat atau teknologi pengendalian pencemaran udara. Alat pengendali pencemaran udara dapat dilihat pada Tabel 9 dan 10.
25
Tabel 9 Alat Pengendali Partikulat Pencemaran Udara No
26
Nama Alat
Cara kerja
1.
Wet Scrubber
Arus gas kotor dibawa menuju kontak dengan liquid pencuci dengan cara menyemprotkan, mengalirkan atau dengan metode kontak lainnya. Kemampuan alat ini terbatas menyisihkan partikel < 0.3 mikron.
2.
Gravity Chamber
3.
Siklon
4.
Electrostatic Precipitator (EP)
Prinsip penyisihan partikulat dalam Gravity Settler adalah gas yang mengandung partikulat dialirkan melalui suatu ruang (chamber) dengan kecepatan rendah sehingga memberikan waktu yang cukup bagi partikulat untuk mengendap secara gravitasi ke bagian pengumpul debu (dust collecting hoppers). Peralatan mekanis yang digunakan untuk menyisihkan partikel dengan ukuran > 5 mikron dengan efisiensi penyisihan 50-90%. Prinsip kerja siklon yaitu dengan memanfaatkan gaya sentrifugal dan inersia dari udara/gas buangan. Udara yang mengandung partikulat menyebabkan partikel terlempar ke luar, membentur dinding, dan bergerak turun ke dasar siklon. Dalam aplikasi di dunia industri, siklon sering digunakan sebagai precleaner untuk alat kontrol polusi udara yang lebih rumit seperti electrostatic precipitator atau baghouses. Alat pengendali pencemar partikulat yang didasari pada konsep presipitasi akibat gaya elektrostatik. EP sangat efektif sebagai pengendali partikulat yang berukuran kurang dari 10 mikron. Pemberian muatan listrik oleh precipitator discharge electrode disebut sebagai corona discharge. Partikel diberikan muatan negatif
Settling
Gambar
No
5.
Nama Alat
Fabrik filter/ Baghouse
Cara kerja
Gambar
(negative charging) sehingga menimbulkan gaya elektrostatis. Gaya ini akan berinteraksi sehingga partikulat akan mengalami presipitasi pada sistem pengumpul (berbentuk plat atau tabung) yang bermuatan positif. Setelah menempel pada bidang pengumpul maka akan terjadi discharging muatan hingga kolektor ternetralisir oleh jumlah partikulat bermuatan yang menempel. Unit pengendali pencemaran udara yang disisihkan melalui mekanisme impaksi, intersepsi dan difusi. Fabric filter menggunakan bahan filter tertentu seperi nilon atau wol untuk menyisihkan partikel dari aliran gas
Tabel 10 Alat Pengendali Gas Pencemaran Udara No 1.
Alat Adsorber
Cara Kerja
Gambar
Unit pengendali gas yang menggunakan prinsip adsorpsi. Adsorpsi adalah suatu proses tertahannya pencemar gas yang terdapat dalam aliran gas buang pada suatu permukaan padat. Adsorben adalah permukaan padat yang mampu menarik molekul gas pencemar (seperti karbon aktif, silica gel, activated alumina), adsorbat adalah molekul gas pencemar yang tertahan pada permukaan padat (seperti senyawa organik volatil, thinner cat, pelarut / solvents).
27
No
Alat
Cara Kerja
2.
Absorber/ scrubber
Unit pengendali gas yang menggunakan prinsip absorpsi. Absorpsi adalah mekanisme dimana satu atau lebih zat pencemar dalam aliran gas dieliminasi atau dihilangkan dengan cara melarutkannya dalam cairan.
3.
Kondenser
4.
Unit pembakaran/ combustion
Unit pengendali gas yang menggunakan prinsip kondensasi, yaitu proses penyisihan gas pencemar dengan cara merubah fasa dari fasa gas ke fasa cair. Kondenser bentuknya sederhana, relatif murah dan biasanya menggunakan air atau udara untuk mendinginkan dan mengkondensasikan uap. Umumnya digunakan sebelum adsorber, absorber, atau insinerator untuk mengurangi total massa gas buang yang akan diolah. Unit pengendali yang bekerja dengan prinsip okidasi, digunakan untuk mengendalikan senyawa organik volatil (VOC) dan atau senyawa-senyawa beracun. Pada temperatur yang cukup tinggi dan waktu tinggal yang cukup, senyawa organik dapat dioksidasi membentuk CO2 dan uap air. Oksidasi senyawa organik yang mengandung klorin dan florin atau sulfur dapat berupa HCl, HF, Cl2 atau SO2.
Gambar
Secara umum kewajiban usaha dan/atau kegiatan dalam pengendalian pencemaran udara dalam peraturan terkait emisi sumber tidak bergerak adalah sebagai berikut:
28
a. Membuang emisi gas melalui cerobong yang dilengkapi dengan sarana pendukung dan alat pengaman sesuai peraturan yang berlaku; b. Memasang alat ukur pemantauan yang meliputi kadar dan laju alir volume untuk setiap cerobong emisi yang tersedia serta alat ukur arah dan kecepatan angin; c. Melakukan pencatatan harian hasil emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong emisi (CEMs). d. Melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong paling sedikit 2 (dua) kali selama periode operasi setiap tahunnya bagi sumber emisi tidak bergerak yang beroperasi selama 6 (enam) bulan atau lebih; e. Melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong paling sedikit 1 (satu) kali selama periode operasi setiap tahunnya bagi sumber emisi tidak bergerak yang beroperasi kurang dari 6 (enam) bulan; f.
Menggunakan laboratorium yang terakreditasi dalam pengujian emisi sebagaimana dimaksud dalam huruf d dan huruf e;
g. Melakukan pengujian emisi setelah kondisi proses pembakaran stabil; h. Menyampaikan laporan hasil analisis pengujian emisi sebagaimana dimaksud dalam huruf c kepada Bupati/Walikota, dengan tembusan Gubernur dan Menteri paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan, untuk huruf d atau e paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan; i.
Melaporkan kejadian tidak normal dan/atau keadaan darurat yang mengakibatkan baku mutu emisi dilampau serta rincian upaya penanggulangannya kepada Bupati/Walikota, dengan tembusan Gubernur dan Menteri.
29
Tabel 11 Baku Mutu Yang Digunakan Bagi Sumber Emisi No.
Sumber Emisi
Peraturan Terkait
Parameter
1.
Boiler/ketel uap
PerMenLH Nomor 07 Tahun 2007
2.
Genset
PermenLH Nomor 13 Tahun 2009
3.
Pembangkit tenaga termal (PLTU) Kegiatan industri besi dan baja
PermenLH Nomor 21 Tahun 2008
Bahan bakar Minyak: Partikulat, SO2, NO2, Opasitas Bahan bakar gas: SO2, NO2 Bahan bakar batu bara: partikulat, SO2, NO2, Opasitas Kapasitas ≤570 KWth Bahan bakar minyak dan gas NO2, CO Kapasitas ≤570 KWth Bahan bakar minyak dan gas: total partikulat, SO2, NO2, CO SO2, NO2, Total partikulat, Opasitas
5.
Kegiatan industri dan kertas
KepMenLH Nomor 13 Tahun 1995 Lampiran IIB
6
Kegiatan industri semen
7.
Kegiatan industri lain-lain
8.
Kegiatan industri pupuk Kegiatan industri keramik
4.
9.
10.
Incinerator
pulp
KepMenLH Nomor 13 Tahun 1995 Lampiran IB
KepMenLH Nomor 13 Tahun 1995 Lampiran IVB KepMenLH Nomor 13 Tahun 1995 Lampiran VB PermenLH Nomor 133 Tahun 2004 PermenLH Nomor 17 Tahun 2008 KEP 03 / BAPEDAL / 09 / 1995
Ketentuan teknis cerobong
Penanganan bahan baku, tanur oksigen basa, tanur busur listrik, dapur pemanas, dapur proses pelunakan baja: Total partikel Proses celup lapis metal: Total partikel, HCl Tungku recovery, tanur putar pembakaran, tangki pelarutan lelehan, digester: Total partikel, Total sulfur tereduksi Unit pemutihan: Cl2, ClO2 Total partikel, SO2, NO2, Partikulat NH3, Cl2, HCl, HF, NO2, Opasitas, Partikel, SO2, H2S, Hg, As, Sb, Cd, Zn, Pb Total partikel, Fluor, Opasitas, SO2, NO2 Kiln: SO2, NOx, Total partikulat, HF Semua sumber selain kiln: Total partikulat Semua sumber: Opasitas Partikel, SO2, NO2, HF, CO, HCl, CH4, As, Cd, Cr, Pb, Hg, TI, dan Opasitas
emisi diatur dalam Keputusan Kepala
Bapedal Nomor 205 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak, yaitu:
30
1. Persyaratan cerobong Lokasi lubang sampling pada cerobong ditentukan sebesar 8 (delapan) kali diameter cerobong dari aliran bawah (hulu) dan 2 (dua) kali diameter dari aliran atas (hilir) dan bebas dari gangguan aliran seperti bengkokan, ekspansi, atau pengecilan aliran di dalam cerobong. Jika diameter berbentuk segi empat, maka diameter yang berlaku adalah diameter ekivalen (De) dengan rumus sebagai berikut:
Dimana: De: diameter ekivalen L : panjang penampang cerobong W : lebar penampang cerobong Jika cerobong memiliki ukuran bagian bawah dan atas berbeda, maka diameter ekivalen ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
Dimana: De: diameter ekivalen D : diameter dalam cerobong bawah d : diameter dalam cerobong atas 2. Persyaratan lubang pengambilan sampel Untuk mengambil sampel emisi cerobong diperlukan pembuatan lubang pengambilan sampel dengan persyaratan: a. Diameter lubang pengambilan sampel sekurang-kurangnya 10 cm; b. Lubang pengambilan sampel harus memakai tutup dengan sistel plat flange yang dilengkapi dengan baut; c. Arah lubang pengambilan sampel tegak lurus dinding cerobong. 31
3. Persyaratan pendukung Persyaratan pendukung lubang pengambilan sampel diantaranya: a. Tangga besi dan selubung pengaman berupa plat besi b. Lantai kerja (landasan pengambilan sampel) dengan ketentuan sebagai berikut:
Dapat mendukung beban minimal 500 kg;
Keleluasaan kerja bagi minimal 3 0rang;
Lebar lantai kerja terhadap lubang pengambilan sampel adalah 1,2 m dan melingkari cerobong;
Pagar pengaman setinggi 1 m;
Dilengkapi dengan katrol pengangkat alat pengambil sampel;
Stop kontak aliran listrik yang sesuai dengan peralatan yang digunakan yaitu Voltase 220V, 3A, single phase, 50 Hz AC.
Penempatan sumber aliran listrik dekat
dengan lubang
pengambilan sampel. 2.3.3 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan limbah B3 termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut. Dalam rangkaian kegiatan tersebut terkait beberapa pihak yang masing-masing merupakan mata rantai dalam pengelolaan limbah B3, yaitu : a. Penghasil Limbah B3; b. Pengumpul Limbah B3; c. Pengangkut Limbah B3; d. Pemanfaat Limbah B3; e. Pengolah Limbah B3; f. Penimbun Limbah B3.
32
Dengan pengolahan limbah sebagaimana tersebut di atas, maka mata rantai siklus perjalanan limbah B3 sejak dihasilkan oleh penghasil limbah B3 sampai penimbunan akhir oleh pengolah limbah B3 dapat diawasi. Setiap mata rantai perlu diatur, sedangkan perjalanan limbah B3 dikendalikan dengan sistem manifest berupa dokumen limbah B3. Dengan sistem manifest dapat diketahui berapa jumlah B3 yang dihasilkan dan berapa yang telah dimasukkan ke dalam proses pengolahan dan penimbunan tahap akhir yang telah memiliki persyaratan lingkungan.
Mekanisme pengelolaan limbah B3 melalui
manifest dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Mekanisme Pengelolaan LB3
Lingkup kegiatan pengelolaan limbah B3 terdiri daripengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.
33
KEGIATAN PENGELOLAAN LIMBAH B3
PENGURANGAN
PENYIMPANAN
PENGUMPULAN
PENGANGKUTAN
PEMANFAATAN
PENGOLAHAN
PENIMBUNAN
Gambar 3 Diagram Pengelolaan Limbah B3
Adapun kewenangan dalam perizinan dan pengawasan pengelolaan limbah B3 menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Pengelolaan Limbah B3
Perizinan Pusat
Provinsi
Penyimpanan √
Kab/Kota
Pusat
√
√
√
√
Pengumpulan
√
Pengangkutan
√
√
Pemanfaatan
√
√
Pengolahan
√
√
Penimbunan
√
√
Catatan: izin pengumpulan oli bekas di pusat
34
Pengawasan Provinsi
Kab/Kota √
√
√
Fasilitas pengelolaan Limbah B3, yaitu sebagai berikut: a. Tempat Penyimpanan Limbah B3 (TPS LB3) Seluruh kegiatan usaha yang menghasilkan limbah B3 wajib memiliki Tempat penyimpanan Limbah B3 baik berbentuk gudang penyimpanan limbah B3 maupun sludge pond apabila limbah B3 berupa sludge. Check list form evaluasi TPS LB3 dapat dilihat pada Tabel13. Tabel 13 Checklist Form Evaluasi TPS LB3 CHECKLIST TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3 NAMA PERUSAHAAN PT. ABCDE
SEKTOR INDUSTRI : LOKASI :
Contoh: Peleburan Timah Hitam Kab/Kota...
TIM PENILAI : TGL PENILAIAN:
NO
KETENTUAN
YA
TIDAK
KET
PENGEMASAN 1
apakah pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan bentuk limbah B3?
2
apakah pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah B3?
3
apakah pengemasan limbah B3 dilengkapi dengan simbol label limbah B3?
4
apakah penempatan limbah B3 disesuaikan dengan jenis dan karakteristik limbah B3?
5
apakah kondisi kemasan limbah B3 bebas karat?
6
apakah kondisi kemasan limbah B3 tidak bocor?
7
apakah kondisi kemasan limbah B3 tidak meluber?
BANGUNAN DAN PENYIMPANAN 8
apakah bagian luar bangunan diberi papan nama?
9
apakah bagian luar diberi simbol limbah B3 sesuai dengan karakteristik limbah B3 yang disimpan?
10
apakah limbah B3 terlindung dari hujan dan sinar matahari?
11
apakah bangunan mempunyai sistem ventilasi?
12
apakah bangunan memiliki saluran dan bak penampung tumpahan (jika menyimpan limbah B3 cair)?
35
13
apakah penyimpanan menggunakan sistem blok / sel
14
apakah masing-masing blok/sel dipisahkan gang/tanggul?
15
apakah kemasan/limbah limbah B3 diberi alas / pallet?
16
apakah tumpukan limbah B3 maksimal 3 lapis?
17
apakah limbah B3 disimpan sesuai dengan masa penyimpanan dalam izin? (jika baru mengajukan izin, tidak perlu diisi)
18 19
20
PEMANTAUAN adakah logbook/catatan untuk mencatat keluar masuk limbah limbah B3? apakah jumlah dan jenis limbah B3 sesuai dengan yang tercatat di logbook/catatan?
PENGELOLAAN LANJUTAN apakah melakukan pengelolaan lanjutan terhadap limbah B3 yang disimpan? (diserahkan ke pihak ketiga/dimanfaatkan internal)
LAIN-LAIN 21
tersediakah alat tanggap darurat yang mudah dijangkau?
22
tersediakah fasilitas P3K yang mudah dijangkau?
23
apakah memiliki SOP penyimpanan?
24
apakah memiliki SOP tanggap darurat?
25
tersediakah pagar, pintu darurat dan rute evakuasi? (sesuai dengan SOP penyimpanan dan tanggap darurat) apakah kebersihan / housekeeping terkelola dengan baik?
26
TOTAL YA TOTAL TIDAK PROSENTASE PENTAATAN LB3
100%
Keterangan: Diisi dengan tanda checklist “√”pada kolom “YA” atau “TIDAK”.
36
b. Pemanfaatan Limbah B3 Seluruh kegiatan pemanfaatan limbah B3 wajib memiliki izin pemanfaatan dari Kementerian Lingkungan Hidup, kecuali untuk pemanfaatan sebagai reuse atau penggunaan kembali pada proses yang sama. Pemanfaatan limbah B3 berdasarkan Permen LH No. 2 Tahun 2008 tentang Pemanfaatan Limbah B3 terdiri dari 3 jenis, yaitu reuse, recycle, dan recovery, yaitu sebagai: 1. Substitusi bahan bakar Checklist form pemanfaatan dapat dilihat pada Tabel 14 dengan isi disesuaikan dengan ketentuan izin pemanfaatan yang dimiliki perusahaan tersebut. Selain check list pengawas juga memeriksa pelaksanaan ketentuan izin lainnya yang tidak tercantum dalam checklist pemanfaatan serta memeriksa log book pemanfaatan limbah B3 yang dimiliki perusahaan dan mengecek kesesuainnya dengan izin. Jika ketentuan izin mewajibkan pengukuran emisi, maka periksa:
Hasil pengukuran emisi oleh laboratorium (sertifikat hasil analisa)
Laboratorium
yang
mengukur
wajib
terakreditasi
dan
teregistrasi di KLH
Periksa kesesuaian jumlah parameter yang diukur dengan izin yang berlaku
Periksa kesesuaian frekuensi pengukuran yang dilakukan dengan izin yang berlaku
Periksa hasil pengukuran emisi dan bandingkan dengan baku mutu emisi yang berlaku baik berdasarkan ketentuan izin maupun berdasarkan peraturan yang berlaku.
37
Tabel 14 Checklist Pemanfaatan Fly ash dan Bottom ash Batubara CHECKLIST PEMANFAATAN FLY ASH&BOTTOM ASH BATUBARA NAMA PERUSAHAAN PT. ABCDE
NO
KETENTUAN
SEKTOR INDUSTRI :
LOKASI : TIM PENILAI : TGL PENILAIAN:
Kab./Kota
YA
TIDAK
PENAATAN UMUM 1 2 3 4
apakah dilakukan pengujian karakteristik kimia fisik fly ash dan bottom ash sekurang-kurangnya 1 bulan sekali atau sesuai izin? apakah hasil pengujian karakteristik kimia fisik fly ash dan bottom ash memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam izin? apakah dilakukan analisa kandungan logam berat total fly ash dan bottom ash? apakah hasil analisa kandungan logam berat total fly ash dan bottom ash memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam izin (cek sertifikat hasil uji) apakah penyimpanan fly ash dan bottom ash dilaksanakan sesuai dengan izin?, seperti:
5 6 7 8 9 10
11 12
a. Bentuk dan kualitas tempat penyimpanan c. Kesesuaian tempat penyimpanan dgn limbah yang disimpan d. Dilengkapi simbol dan label e. Waktu penyimpanan (<90 hari) apakah fasilitas pemanfaatan dilengkapi dengan prosedur tanggap darurat? Fasilitas pemanfaatan batas-batas fisik yang jelas dan dilengkapi dengan pintu darurat PENAATAN KHUSUS apakah persentase kualitatif pemanfaatan sesuai dengan izin? apakah spesifikasi teknis pemanfaatan sesuai dengan izin? LAIN-LAIN (berkaitan dengan penunjang dan tanggap darurat di fasilitas)
13
apakah tersedia alat tanggap darurat yang sesuai dan mudah dijangkau?
14
apakah kebersihan / housekeeping terkelola dengan baik? TOTAL YA TOTAL TIDAK PROSENTASE PENTAATAN LB3
38
KET
2. Substitusi bahan baku Contoh substitusi ini adalah pemanfaatan sebagai paving block, batako, semen dan
lain-lain. Checklist pemanfaatan substitusi
bahan baku dapat dilihat pada Tabel 15 jika belum ada checklist yang spesifik maka pengawas wajib membuat checklist berdasarkan ketentuan izin pemanfaatan yang dimiliki perusahaan. Kemudian periksa pelaksanaan ketentuan izin lainnya yang tidak tercantum dalam checklist pemanfaatan dan periksa loog book pemanfaatan limbah B3 yang dimiliki perusahaan dan cek kesesuainnya dengan izin. 3. Jenis
lainnya
setelah
melalui
penelitian
dari
kajian
yang
memperhatikan aspek-aspek lingkungan. Tabel 15 Checklist Pemanfaatan Substitusi Bahan Bakar CHECKLIST PEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS UNTUK SUBSTITUSI BAHAN BAKAR NAMA PERUSAHAAN
SEKTOR INDUSTRI :
LOKASI : PT. ........
Kab./Kota ................
TIM PENILAI : TGL PENILAIAN: NO
1
2
3
KETENTUAN
PENAATAN UMUM apakah dilakukan uji karakteristik minyak pelumas bekas minimal 1 bulan sekali atau sesuai izin? apakah Hasil uji karakteristik minyak pelumas bekas dan atau proses pemanfaatan minyak pelumas bekas sesuai dan memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam izin? (cek sertifikat hasil uji) apakah dilakukan uji dampak terhadap proses energi yang dihasilkan sebagai akibat perubahan karakteristik?
YA
TIDAK
KET
apakah penyimpanan minyak pelumas bekas dilaksanakan sesuai dengan izin?, seperti: 4 5
a. Bentuk dan kualitas kontainer sesuai izin b. Resistensi terhadap air dan bahan kimia lain sesuai izin
39
6 7 8 9
10
c. Kesesuaian bahan kontainer dengan isi kontainer d. Dilengkapi simbol dan label e. Waktu penyimpanan (<90 hari) apakah fasilitas pemanfaatan dilengkapi dengan prosedur tanggap darurat dan penanganan tumpahan? apakah fasilitas pemanfaatan memiliki batasbatas fisik yang jelas dan dilengkapi dengan pintu darurat?
PENAATAN KHUSUS 11
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
25 26 27
apakah persentase kualitatif pemanfaatan minyak pelumas bekas sesuai dengan izin? apakah Informasi kriteria pemanfaatan sesuai dengan izin?, seperti:
a. Pelaporan kualitas udara emisi (Frekuensi sesuai izin) b. Pelaporan udara ambien (frekuensi setahun sekali) c. Jumlah oli bekas yang dihasilkan (ton/bulan) d. Jumlah oli bekas yang dimanfaatkan (ton/bulan) e. Menyebutkan semua sumbernya apakah spesifikasi teknis pemanfaatan minyak pelumas bekas sesuai izin?, seperti: a. Terdapat spray nozzle b. Flow rate pelumas bekas ke combustion chamber sesuai izin c. Aliran pelumas bekas (temperatur combustion chamber >950°C) d. Flow rate dan volume total pelumas bekas tercatat harian e. Wajib diemisikan tunggal pada cerobong pembakaran f. pelumas bekas tidak digunakan selama start up dan shut down g. tidak memasukkan pelumas bekas diluar ketentuan dalam izin h. tidak mencampur dengan limbah B3 lain selama proses recovery energy LAIN-LAIN (berkaitan dengan penunjang dan tanggap darurat di fasilitas) terdiakah tersedia alat tanggap darurat yang sesuai dan mudah dijangkau? memiliki SOP tanggap darurat? apakah kebersihan / housekeeping terkelola dengan baik? TOTAL YA TOTAL TIDAK PROSENTASE PENTAATAN LB3
40
c. Pengolahan Limbah B3 Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara thermal, stabilisasi, solidifikasi, fisika, kimia, biologi dan cara lainnya sesuai dengan perkembangan
teknologi.
Untuk
pengolahan
secara
thermal,
pengamatan lapangan mengikuti checklist pada Tabel 16 dan untuk pengolahan lainnya, pengamatan lapangan dapat mengikuti checklist pada Tabel 16 dengan mengacu pada izin pengolahan yang dimaksud. Tabel 16 Checklist Pengolahan Secara Thermal CHECKLIST PENGOLAHAN LIMBAH B3 SECARA THERMAL (INSINERATOR) NAMA PERUSAHAAN PT.
NO
1
2 3
4 5 8 6 7 9
10
SEKTOR INDUSTRI : LOKASI :
Kab./Kota
TIM PENILAI : TGL PENILAIAN: KETENTUAN
YA
PENAATAN UMUM apakah selama pengakutan tidak terjadi ceceran?
TIDAK
apakah Jenis limbah yang dibakar sesuai dengan yang tercantum dalam izin?
apakah pengoperasian insinerator sesuai izin?
PENAATAN KHUSUS apakah dilakukan pengukuran suhu gas bakar di burning chamber? apakah dilakukan pencatatan jumlah dan komposisi limbah yang dibakar? (cek log book) apakah komposisi limbah yang dibakar sesuai izin? apakah suhu ruang bakar I saat insinerator beroperasi 600-800 °C (atau sesuai izin)? apakah suhu ruang bakar II saat insinerator beroperasi 900-1100 °C (atau sesuai izin)? apakah efisiensi pembakaran terpenuhi? (Cek sertifikat hasil uji) apakah melakukan pengelolaan lanjutan terhadap abu sisa pembakaran? (diserahkan ke pihak ke-3/landfill)
KET
41
11
12 13 14 15
16 17
PEMANTAUAN apakah memiliki logbook/pencatatan keluar masuk limbah yang dibakar dan abu insinerator? LAIN-LAIN tersediakah alat tanggap darurat yang mudah dijangkau? tersediakah fasilitas P3K yang mudah dijangkau? apakah memiliki SOP pengoperasian insinerator ? apakah memiliki SOP tanggap darurat? tersediakah pagar, pintu darurat dan rute evakuasi? (sesuai dengan SOP penyimpanan dan tanggap darurat) apakah kebersihan / housekeeping terkelola dengan baik?
TOTAL YA TOTAL TIDAK PROSENTASE PENTAATAN LB3
Pemeriksaaan pengolahan menggunakan insinerator meliputi:
Log book limbah B3 yang dibakar dalam insinerator
Kesesuaian jenis limbah B3 yang dibakar dengan izin yang berlaku
Housekeeping di sekitar fasilitas insinerator
Hasil pengukuran emisi oleh laboratorium terakreditasi dan teregistrasi di KLH (sertifikat hasil analisis) selama satu tahun
Kesesuaian jumlah parameter yang diukur dengan izin yang berlaku/peraturan yang berlaku
Kesesuaian frekuensi pengukuran dengan izin yang berlaku
Pemeriksaaan pengolahan secara biologis (bioremediasi) meliputi:
Ketentuan izin lainnya yang belum tercantum dalam checklist
Kesesuaian jenis limbah B3 yang diolah dengan perizinan yang berlaku
Jenis dan jumlah limbah B3 yang diolah setiap siklusnya untuk satu tahun terakhir
42
d. Penimbunan Limbah B3 Penimbunan limbah B3 dapat berupa landfill kategori I, kategori 2, dan kategori 3. Hal tersebut tergantung dari jenis limbah B3 yang akan ditimbun dan hasil uji analisis total logam berat limbah B3 yang akan ditimbun. Checklist penimbunan limbah B3 dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Checklist Penimbunan Limbah B3 CHECKLIST PENIMBUNAN LIMBAH B3 NAMA PERUSAHAAN PT.
NO
1 2 3
4
5 6 7 8
9 10 11 12
SEKTOR INDUSTRI : LOKASI :
Kab./Kota
TIM PENILAI : TGL PENILAIAN: KETERANGAN
DATA PENAATAN apakah Jenis limbah B3 yang ditimbun sesuai dengan izin ? apakah jenis limbah yang ditimbun memenuhi bakumutu TCLP? terdapat sumur pantau minimal 3 buah (1 upstream dan 2 downstream)? RANCANG BANGUN FASILITAS PENIMBUNAN apakah lapisan dasar (sub base) adalah tanah lempung yang dipadatkan dengan permeabilitas 1 x -9 10 m/det? apakah permeabilitas dari sistem pendeteksi kebocoran (k) = 1 x 10-4 m/det? apakah ketebalan minimum lapisan geomembran HDPE 1,5 mm apakah permeabilitas lapisan tanah penghalang k = 1 x 10-9 m/det apakah lapisan pelindung adalah tanah setempat dg tebal 20 cm dan dilapisi geotextile? BAK PENGUMPUL LINDI apakah berada di area lokasi landfill dan memiliki 1 unit pompa? apakah konstruksi pondasi, lantai dan dinding dari beton? apakah air lindi diolah di IPAL ? apakah melakukan uji kualitas lindi dalam bak pengumpul lindi sebelum dipindah ke fasilitas IPAL?
YA
TIDAK
KET
43
13 14 15
16 17
18 19 20
apakah melakukan uji kualitas air tanah pada sumur pantau rona awal? apakah Baku Mutu air tanah ditetapka sesuai dengan rona awal? apakah pengujian dilakukan oleh laboratorium pihak ketiga yang independen dan terakreditasi? (cek sertifikat hasil uji) apakah melakukan uji kualitas air lindi setiap 3 bulan/sesuai izin? apakah melakukan pencatatan arus jumlah limbah B3 yang keluar dan masuk tempat penimbunan? (cek log book) LAIN-LAIN terdiakah tersedia alat tanggap darurat yang sesuai dan mudah dijangkau? apakah memiliki SOP tanggap darurat? apakah kebersihan / housekeeping terkelola dengan baik?
TOTAL YA TOTAL TIDAK PROSENTASE PENTAATAN LB3
Pemeriksaaan pengolahan secara biologis (bioremediasi) meliputi:
Ketentuan izin penimbunan lainnya jika terdapat ketentuan teknis yang belum tercantum dalam checklist,
Akreditasi dan registrasi KLH dari laboratorium yang melakukan analisis kualitas air lindi
Jumlah parameter air lindi yang diukur dibandingkan dengan perizinan yang dimiliki atau peraturan penimbunan limbah B3 yang berlaku
Frekuensi pengukuran air lindi dibandingkan dengan perizinan yang dimiliki atau peraturan penimbunan limbah B3 yang berlaku
Pemenuhan kualitas air lindi terhadap baku mutu air lindi berdasarkan izin atau peraturan penimbunan limbah B3 yang berlaku.
Jenis dan jumlah limbah B3 yang ditimbun selama satu tahun terakhir dalam log book
44
Jenis
limbah
yang
ditimbun
dan
kesesuaian
dengan
izin
penimbunan yang dimiliki
45
BAB III STRATEGI PENGAWASAN Strategi dalam melaksanakan pengawasan terdiri dari beberapa tahapan, antara lain tahap persiapan pengawasan, pelaksanaan pengawasan, dan penyusunan berita acara, serta tindak lanjut hasil pengawasan. 3.1
Persiapan Pengawasan
Hal-hal yang harus disiapkan dan dipelajari sebelum melaksanakan pengawasan dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Persiapan Pelaksanaan Pengawasan No.
46
Kegiatan Persiapan
1.
Administrasi
2.
Peraturan/dokumen/ referensi terkait
3.
Kuesioner dan Check list
4.
Perlengkapan inspeksi
5.
Koordinasi
Uraian kegiatan Surat penugasan, tanda pengenal, format berita acara (BA pengawasan penaatan lingkungan hidup, BA pengambilan sampel, BA pengambilan foto/video, BA penolakan pengawasan penaatan lingkungan hidup, BA penolakan pengambilan sampel, BA penolakan pengambilan foto/video). Riwayat ketaatan usaha dan/atau kegiatan objek pengawasan, izin-izin terkait, peraturan terkait, dokumen lainnya. Membuat kuesioner dan chek list sebagai panduan untuk mengumpulkan informasi dan pemeriksaan secara berurutan. Alat pencatat, kamera/handycam, perlengkapan keselamatan kerja, alat sampling, GPS, sarana transportasi, dan perlengkapan lain yang dianggap perlu. Melakukan koordinasi dengan KLH, OPD Lingkungan hidup kabupaten/kota, laboratorium terakreditasi, dan kegiatan usaha yang akan didatangi .
3.2
Pelaksanaan Pengawasan
Pelaksanaan pengawasan merupakan rangkaian pekerjaan untuk memperoleh bahan keterangan mendalam tentang suatu usaha dan/atau kegiatan diantaranya berupa: terhadap
peraturan
maupun
proses kegiatan, ketaatan
persyaratan
atau
kewajiban
yang
tercantum dalam izin, dan evaluasi terhadap cara pengelolaan lingkungan. Rangkaian kegiatan pengawasan dapat dilihat pada Gambar 4. Selain rangkaian kegiatan tersebut, dilakukan juga pengambilan dokumentasi yang merupakan bagian penting dalam kegiatan pengawasan untuk dijadikan alat bukti dalam menguatkan temuan di lapangan. Pertemuan pendahuluan Pengamatan proses kegiatan Pengamatan IPAL Pengamatan sumber emisi & fasilitas PPU Pengamatan TPS LB3 Penyusunan BAP
Gambar 4 Kegiatan Pengawasan
Adapun penjelasan dari rangkaian kegiatan tersebut tercantum pada Tabel 19. Tabel 19 Mekanisme Pengawasan No.
Nama kegiatan
Uraian Kegiatan
1.
Pertemuan Pendahuluan
Pertemuan dengan pihak penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan membahas maksud dan tujuan pelaksanaan pengawasan pihak-pihak yang akan dihubungi objek yang akan dikunjungi data/dokumen yang harus dilengkapi. Data-data yang harus dilengkapi:
47
No.
Nama kegiatan
Uraian Kegiatan
48
2.
Pengamatan proses kegiatan
3.
Pengamatan IPAL
4.
Pengamatan sumber emisi&fasilitas PPU
Informasi umum usaha dan/atau kegiatan Identitas penanggung jawab Dokumen pelaporan pemeriksaan air limbah Dokumen pelaporan pemeriksaan emisi udara dan ambien Dokumen AMDAL/UKL/UPL Perizinan Pengecekan terhadap: Layout, tata letak, luas Peta drainase, sistem perpipaan Jenis dan jumlah limbah (cair, padat, gas) Flow meter, neraca air Penggunaan energi dan sumbernya Kemungkinan adanya by pass Upaya minimasi limbah/teknologi proses daur ulang limbah Pengecekan terhadap: Sumber air limbah dan kapasitasnya Pengelolaan air limbah yang diterapkan dan teknologinya Jenis dan jumlah bahan kimia yang digunakan dalam pengelolaan air limbah Kondisi fisik IPAL (permanen, kedap air) Kondisi kinerja IPAL (peralatan tidak bekerja, rusak, pengoperasian kurang baik) Teknik pengelolaan air limbah yang digunakan dan sistem operasional IPAL (batch/continue) Skema/lay out IPAL Kapasitas limbah yang dihasilkan dari masingmasing unit kerja Debit air limbah inlet dan outlet IPAL Saluran air limbah (bercampur dengan saluran air hujan, by pass) Alat ukur debit air limbah Penggunaan air baku Data swapantau analisa air limbah Pengelolaan sludge IPAL Upaya pemanfaatan air limbah (reuse, recycle, reduce) Pengecekan terhadap: Sumber-sumber emisi Data swapantau emisi cerobong dan kualitas udara ambien (periode pemeriksaan, lokasi pengujian dan akretasi laboratorium) Upaya pengendalian pencemaran udara yang dilakukan (teknik/alat yang digunakan) Sarana uji emisi cerobong (bandingkan dengan Ketentuan Kepdal 205/BAPEDAL/09/1996) Jenis bahan bakar Pengaduan masyarakat/gangguang kualitas udara yang terjadi Upaya pengendalian kebisingan, getaran, dan bau
No. 5.
Nama kegiatan Pengamatan TPS LB3
Uraian Kegiatan Pengecekan terhadap: Check list form evaluasi TPS LB3: Pemeriksaan bangunan : rancang bangun dan luas sesuai dengan jenis, karakteristik, dan jumlah LB3 yang dihasilkan, terlindung dari masuknya air hujan, memiliki sistem ventilasi udara dan penerangan yg memadai, lantai kedap air, kemiringan 1% landai ke arah bak penampung, penandaan/simbol tempat penyimpanan; Pemeriksaan sarana lain yang tersedia: peralatan sistem pemadam kebakaran, pagar pengamanan, fasilitas pertolongan pertama, pintu darurat, alarm; Pemeriksaan kemasan: kondisi baik, tidak rusak, tidak karat dan tidak bocor; bentuk, ukuran dan bahan kemasan saling cocok dengan limbah B3; Pemeriksaan pengemasan: kecocokan pengemasan, pemeriksaan dan pemasangan simbol dan label; Pemeriksaan pewadahan LB3 dalam tangki: rancang bangun, fasilitas dan sistem penunjang memenuhi persyaratan, LB3 yang disimpan sesuai, memiliki penampungan sekunder, dilakukan pemeriksaan setiap hari, penanggulangan bila terjadi kebocoran atau gangguan; Pemeriksaan cara penyimpananan LB3: kemasan dibuat sistem blok, lebar gang memenuhi persyaratan, penumpukan kemasan stabil, tumpukan maksimal 3 lapis dan menggunakan palet, jarak dengan atap dan dinding minimal 1 meter. Pemeriksaan penyimpanan dengan tangki: mempunyai tanggul, saluran pembuangan dan bak penampung (kedap air dan kapasitas 110% kapasitas tangki), terlindung dari penyinaran matahari dan air hujan secara langsung.
6.
Penyusunan BAP
Izin penyimpanan LB3 Catatan penyimpanan LB3 (sumber LB3, jenis LB3, tanggal masuk, tanggal keluar, jumlah LB3, neraca LB3,) Waktu penyimpanan LB3 (>90 hari atau tidak) Pelaporan penyimpanan LB3
(dibahas dalam bahasan format berita acara pengawasan)
49
3.3
Format Berita Acara Pengawasan
Berikut adalah format Berita Acara Pengawasan yang telah disusun melalui berbagai diskusi dengan OPD Lingkungan Hidup se-Jawa Barat: BERITA ACARA PENGAWASAN PENATAAN LINGKUNGAN HIDUP Pada hari ini,……..tanggal ……… bulan.........tahun …….., pukul ……., di Kabupaten……..,Provinsi Jawa Barat, kami yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Instansi : NIP. : Pangkat/Gol : Jabatan : Beserta anggota pengawas: Nama
NIP/PPLH
Jabatan
1.
.....
.....
.....
2.
.....
.....
.....
secara bersama-sama telah melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap : Perusahaan : Alamat : Telp/Fax : Pihak Perusahaan Nama Jabatan : No.Kontak : Email : Pengawasan dan pemantauan tersebut dilakukan berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan PENGAWASAN PENAATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP, yang terdiri dari pemantauan, pemeriksaan dan verifikasi teknis terhadap pelaksanaan kegiatan Pengendalian Pencemaran Air dan Pengendalian Pencemaran Udara. Catatan temuan-temuan lapangan selama pengawasan dan pemantauan tersebut disajikan dalam Lampiran Berita Acara ini dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini. Demikian Berita Acara Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan disaksikan oleh yang bertanda tangan di bawah ini.
BPLHD Prov. Jabar
50
BPLH Kabupaten/Kota ........
Pihak Perusahaan
Nama :
Nama :
Nama :
Ttd :
Ttd :
Ttd :
Nama :
Nama :
Ttd :
Ttd :
LAMPIRAN BERITA ACARA PENGAWASAN PENAATAN LINGKUNGAN HIDUP Nama Perusahaan Jenis Industri Lokasi Kegiatan
: : :
Kab/Kota ........., Provinsi Jawa Barat
UMUM Nama Perusahaan Alamat lokasi kegiatan Telp./Fax. Alamat Kantor Pusat Telp./Fax. Nama Holding Company Alamat Kantor Holding Company Telp./Fax. Tahun Berdiri Perusahaan/ Beroperasi Perusahaan Jenis Industri Status Permodalan Luas Area Pabrik/Lokasi Kegatan Jumlah Karyawan Kapasitas Produksi Terpasang Produksi Rill Bahan Baku Utama Bahan Penolong Prosentase Pemasaran Eksport Prosentase Pemasaran Domestik/Lokal Dokumen Lingkungan yang dimiliki Nama Personal Kontak Nomor HP dan e-mail Personal Kontak
: .... : .… : .... : …. : .... :::: .. : ..... : ... : ...... : ….. : ..... : ..... : : (aditif) : .......... % : ........... % : .... : ... : .....
PROSES PRODUKSI :
51
RINGKASAN TEMUAN LAPANGAN: I.
DOKUMEN LINGKUNGA/IZIN LINGKUNGAN (AMDAL/UKL-UPL) Kewajiban No. Penanggungjawab Usaha Penaatan sesuai PP 27/2012 1. Memiliki dokumen lingkungan / izin Lingkungan. 2. Melaksanakan ketentuan dalam dokumen lingkungan / izin lingkungan : A. Deskripsi kegiatan (luas area dan kapasitas produksi) B. Pengelolaan lingkungan terutama terutama aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, dan Pengelolaan LB3 (matriks pengelolaan dan matriks pemantauan) 3. Melaporkan pelaksanaan dokumen lingkungan/izin lingkungan (terutama aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, dan Pengelolaan LB3)
II.
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
a.
Perusahaan ini mempunyai beberapa titik penaatan sebagai berikut:
No 1.
52
Nama Outlet
Lokasi
Koordinat
Sumber
Temuan
Keterangan
b.
Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC) No
Titik Penaatan
No. Izin
Instansi Penerbit Izin
Masa Berlaku
Keterangan
1. 2. c.
Data swapantau periode Bulan …. sampai dengan Bulan … sebagai berikut : TAHUN 2014
BMAL
Ket
Konsentrasi (mg/L) Parameter
Jan
Feb
Mar
April
Mei
Juni
Juli
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Outlet Produksi (ton/bln) Debit (m3/bln)
53
d.
e.
f.
54
Persyaratan Teknis: Persyaratan teknis Melakukan pemantauan self monitoring menggunakan laboratorium yang terakreditasi Memisahkan saluran pembuangan air limbah dengan saluran air hujan Saluran air limbah kedap air Memasang alat pengukur debit (flowmeter) atau laju alir air limbah Melakukan pencatatan pH air limbah harian dan debit air limbah harian; Menetapkan titik penaatan untuk pengambilan contoh uji Tidak melakukan pengenceran air limbah ke dalam aliran buangan air limbah
Perhitungan Beban Pencemaran : No Parameter
Ya / Tidak
Beban Inlet (Ton/Tahun)
Keterangan
Beban Outlet (Ton/Tahun)
Hasil verifikasi lapangan terhadap kondisi IPAL dan kualitas air limbah:…………………………………………………………………………………………….… ………………………….……………………………………………………………………………
III. PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA Ringkasan Temuan Lapangan: a. b. No
Sumber emisi udara berasal dari : … Tabel sumber emisi : ... Sumber Emisi
Bentuk Cerobong
Kode
Spesifikasi Cerobong D atau H Tinggi Lubang De (cm) (m) dari Elbow (m)
Alat PPU
Lubang Sampling
Sarana Pendukung Sampling Lantai Flange Tangga Koordinat Kerja
Pagar
Ket
Jumlah Total Cerobong Aktif
55
c. Ketaatan Parameter dari Sumber Emisi yang Dipantau Tahun ….. No Sumber Kode Parameter Semester 1 Semester 2 3 Emisi (mg/m ) (mg/m3)
Baku Mutu (sebutkan BMEU)
1.
2.
d.
Perhitungan Beban Pencemaran Udara (Ton/periode) No. Parameter Semester II Tahun
Semester I Tahun
1. 2.
e.
Data Kualitas Ambien Pengujian kualitas ambien Periode pengujian Laboratorium Penguji
: (Ada/Tidak ada*) : ………………………………………................... : ………………………………………...................
f. Hasil verifikasi lapangan terhadap kegiatan pengendalian pencemaran udara .......................................................................................................................................................... .......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... V. PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (LIMBAH B3) A. Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Pengelolaan Status Perizinan No. SK/ No. Masa LimbahB3 Surat Berlaku Penyimpanan Sementara Pemanfaatan Pengolahan Penimbunan Dst
56
Keterangan
B. Neraca Limbah B3 Periode …. Jenis Satuan Limbah Limbah Dihasilkan
Limbah Dikelola
Limbah Belum Dikelola
Perlakuan
A. Sumber Dari Proses Produksi
B. Sumber Dari Luar Proses Produksi C. Sumber dari Gabungan Proses dan Di luar Proses (jika ada) Total Persentrase
Ket : ..... % limbah B3 yang diserahkan ke pihak ke tiga yang memiliki izin, ......% limbah B3 dimanfaatkan....... % limbah B3 masih tersimpan di TPS. Secara umum ...... % limbah B3 sudah dikelola sesuai dengan peraturan yang berlaku dan persyaratan dalam izin C. Temuan dan Rekomendasi No. Aspek Penilaian 1 a.
b. 2.
3. a.
b.
c.
Temuan Lapangan
Rencana Tindak Lanjut
Pendataan Jenis dan Volume Limbah yang dihasilkan Identifikasi jenis limbah B3 Pencatatan Jenis dan Volume Limbah B3 yang dihasilkan Pendataan Pengelolaan Lanjutan Limbah B3 Pelaporan Perizinan Pengelolaan LB3 Kepemilikan izin PLB3 yang dipersyaratkan Masa berlaku izin
-
Pelaksanaan ketentuan izin : Pemenuhan terhadap ketentuan teknis dalam izin selain Baku Mutu Emisi, Effluent dan Standard Mutu (check list). Emisi dari kegiatan pengolahan dan/atau pemanfaatan limbah B3: - Pemenuhan terhadap BME - Jumlah parameter yang diukur dan dianalisa - Frekuensi pengukuran Effluent dari kegiatan pengolahan dan/atau penimbunan dan/atau pengelolaan limbah B3 lainnya :
57
No. d.
Standar Mutu Produk dan/atau kualitas limbah B3 untuk pemanfaatan
4.
Open dumping, pengelolaan tumpahan, dan penanganan media/tanah terkontaminasi limbah B3 : Jenis limbah dan jumlah limbah yang di open dumping Rencana pengelolaan lahan terkontaminasi Kesesuaian rencana dengan pelaksanaa pengelolaan lahan terkontaminasi Jumlah total limbah dan tanah terkontaminasi yang dilakukan pengelolaan Perlakuan pengelolaan limbah dan tanah terkontaminasi yang diangkat sesuai perencanaan SSPLT (surat status pemulihan lahan terkontaminasi) Ketentuan dalam SSPLT
5.
Jumlah limbah B3 yang dikelola (Neraca Limbah B3)
6.
Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ke-3 Pengelolaan melalui pengumpul limbah B3 Masa berlaku izin Kesesuaian jenis limbah B3 yang dikumpul dengan izin yang berlaku Kontrak kerjasama penghasil limbah dan pengumpul limbah Kontrak kerjasama antara pengumpul dengan pihak pemanfaat, pengolah atau penimbun Ada/tidak masalah pencemaran lingkungan
a.
b.
58
Aspek Penilaian
Pihak ke-3 pengelola lanjut limbah B3 (pemanfaat/ pengolah/ penimbun) Masa berlaku izin Kesesuaian jenis limbah B3 yang dikumpul dengan izin yang berlaku Kontrak kerjasama penghasil limbah dan pengumpul limbah Ada/tidak masalah pencemaran lingkungan
Temuan Lapangan
Rencana Tindak Lanjut
No.
Aspek Penilaian
Temuan Lapangan
Rencana Tindak Lanjut
Pihak ke-3 Jasa Pengangkutan Ada/tidak izin dari Kementerian Perhubungan Ada/tidak rekomendasi dari KLH Kesesuaian jenis limbah yang diangkut dengan izin Kesesuaian alat angkut dengan yang tercantum dalam izin (No. polisi, no. rangka, no. mesin) Rute pengangkutan sesuai dengan izin Penggunaan dokumen/manifest yang sah 7.
Dumping, injeksi dan pengelolaan limbah B3 dengan cara tertentu: Izin dumping/izin pengelolaan limbah B3 dengan cara tertentu Jumlah/volume limbah B3 yang di dumping
8.
Pengelolaan Limbah B3 lainnya
D. Penaatan No. Aspek Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3 1. 2. 3.
4.
5. 6. 7.
Taat
Belum Taat
Keterangan
a. Pendataan jenis dan volume limbah yang dihasilkan b. Pelaporan Status perizinan pengelolaan limbah B3 Pelaksanaan ketentuan dalam Izin a. Pemenuhan Ketentuan Teknis b. Pemenuhan Baku Mutu Emisi c. Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah d. Pemenuhan Pemanfaatan Penanganan open dumping, pengelolaan tumpahan, dan penanganan media terkontaminasi LB3 a. Rencana pengelolaan b. Pelaksanaan pengelolaan c. Jumlah tanah terkontaminasi yang dikelola d. Pelaksanaan ketentuan SSPLT Jumlah limbah B3 yang dikelola sesuai dengan peraturan Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ketiga dan pengangkutan limbah B3 Jumlah limbah B3 yang dikelola sesuai dengan peraturan
59
E. Kesimpulan Hasil Pengawasan Pengelolaan Limbah B3 .......................................................................................................................................................... .......................................................................................................................................................... ..........................................................................................................................................................
60
3.4
Contoh dan Penjelasan Cara Pengisian Berita Acara
Berikut adalah contoh dan penjelasan cara pengisian Berita Acara Pengawasan yang telah disusun melalui berbagai diskusi dengan OPD Lingkungan Hidup se-Jawa Barat: BERITA ACARA PENGAWASAN PENATAAN LINGKUNGAN HIDUP Pada hari ini, Selasa tanggal Tiga puluh bulan September tahun Dua Ribu Empat Belas, pukul 16.00 WIB, di Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, kami yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ir. Hakim Malik Instansi : BPLHD Provinsi Jawa Barat NIP. : 19601123 198901 1 001 Pangkat/Gol : Pembina/IV a Jabatan : PPLH Beserta anggota pengawas: Nama
NIP/PPLH
Jabatan
1.
Harry Gunawan, ST, M.Eng
19721123 199901 1 001
Kasubid Pembinaan BPLHD Jawa Barat
2.
Meisyara, ST
19871123 201001 2 001
Staf Subid Pembinaan BPLH Kota Bandung
secara bersama-sama telah melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap : Perusahaan : PT. Prima Utama Persada Alamat : Jl. ABCDE No.20, Kec. ABCDE, Kel ABCDE Telp/Fax : 022-45xxxxx/022-45xxxxx Pihak Perusahaan Nama Puspita Sari Jabatan : Manager HSE No.Kontak : 08123920xxxxx Email :
[email protected] Pengawasan dan pemantauan tersebut dilakukan berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan PENGAWASAN PENAATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP, yang terdiri dari pemantauan, pemeriksaan dan verifikasi teknis terhadap pelaksanaan kegiatan Pengendalian Pencemaran Air dan Pengendalian Pencemaran Udara. Catatan temuan-temuan lapangan selama pengawasan dan pemantauan tersebut disajikan dalam Lampiran Berita Acara ini dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini. Demikian Berita Acara Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan disaksikan oleh yang bertanda tangan di bawah ini.
BPLHD Prov. Jabar
BPLH Kota Bandung
Pihak Perusahaan
Nama : Ir. Hakim Malik
Nama : Meisyara, ST
Nama : Puspita Sari
Ttd : Nama : Harry Gunawan, ST, M.Eng
Ttd :
Ttd : Nama : Haryono
Ttd :
Ttd :
61
LAMPIRAN BERITA ACARA PENGAWASAN PENAATAN LINGKUNGAN HIDUP Nama Perusahaan Jenis Industri Lokasi Kegiatan
: : :
PT. Prima Utama Persada Tekstil Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat
UMUM Nama Perusahaan Alamat lokasi kegiatan Telp./Fax. Alamat Kantor Pusat Telp./Fax. Nama Holding Company Alamat Kantor Holding Company Telp./Fax. Tahun Berdiri Perusahaan/ Beroperasi Perusahaan Jenis Industri Status Permodalan Luas Area Pabrik/Lokasi Kegatan Jumlah Karyawan Kapasitas Produksi Terpasang Produksi Rill Bahan Baku Utama Bahan Penolong Prosentase Pemasaran Eksport Prosentase Pemasaran Domestik/Lokal Dokumen Lingkungan yang dimiliki Nama Personal Kontak Nomor HP dan e-mail Personal Kontak
: .... : .… : .... : …. : .... :::: .. : ..... : ... : ...... : ….. : ..... : ..... : : (aditif) : .......... % : ........... % : .... : ... : .....
PROSES PRODUKSI : (lampirkan proses produksi (diagram/bagan alir/gambar)
62
RINGKASAN TEMUAN LAPANGAN: I.
DOKUMEN LINGKUNGA/IZIN LINGKUNGAN (AMDAL/UKL-UPL) Kewajiban No. Penanggungjawab Usaha Penaatan Temuan sesuai PP 27/2012 1. Memiliki dokumen lingkungan/ Taat/Tidak Taat Sudah/Belum memiliki izin Lingkungan. dokumen lingkungan : (sebutkan dokumen lingkungan : Amdal, UKL/UPL) 2. Melaksanakan ketentuan Taat/Tidak Taat - Luas area dan kapasitas dalam dokumen lingkungan/izin produksi sesuai/Tidak lingkungan : sesuai dengan ketentuan C. Deskripsi kegiatan (luas dokumen lingkungan area dan kapasitas - Telah melaksanakan produksi) pengendalian pencemaran D. Pengelolaan lingkungan udara dan pengelolaan terutama terutama aspek limbah B3 sesuai dengan pengendalian pencemaran ketentuan dalam dokumen air, pengendalian lingkungan. pencemaran udara, dan Pengelolaan LB3 (matriks pengelolaan dan matriks pemantauan) 3. Melaporkan pelaksanaan Taat/Tidak Taat Telah/belum melaporkan dokumen lingkungan/izin pelaksanaan RKL-RPL lingkungan (terutama aspek secara periodik setiap 6 pengendalian pencemaran air, bulan sekali kepada BPLH pengendalian pencemaran Kota Bandung dan udara, dan Pengelolaan LB3) tembusan ke BPLHD Provinsi Jawa Barat dan Kementerian Lingkungan Hidup.
II.
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
a.
Perusahaan ini mempunyai beberapa titik penaatan sebagai berikut:
No 1.
Nama Outlet IPAL
Lokasi Sebelah selatan pabrik
Koordinat LS : 06⁰21’50.5”
Sumber Proses Produksi
Keterangan Berfungsi dengan baik
BT : 170⁰31’22.03”
63
b.
Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC) Titik Penaatan
No
c.
1.
IPAL
2.
Utilitas
No. Izin No....
Instansi Penerbit Izin BLH Kab/Kota... BPPT...
Masa Berlaku 19/9/12 – 19/9/15 (3 tahun)
Keterangan (sebutkan badan air penerima serta debit maksimum. sebutkan juga baku mutu yang diacu/ IPLC belum dilampirkan BMLC).
Data swapantau periode Bulan Januari 2014 sampai dengan Bulan Desember 2014 sebagai berikut: TAHUN 2014
BMAL
Ket
Konsentrasi (mg/L) Parameter
Jan
Feb
Mar
April
Mei
Juni
Juli
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
40
10
15
37
35
26
30
19
15.5
22.75
20.1
33
Produksi (ton/bln)
2000
1989
1900
…
…
…
…
…
…
…
…
…
Debit (m3/bln)
100
…
…
…
…
…
…
…
…
…
…
…
Outlet 1 BOD5 Parameter...
64
50 mg/L
KepGub No.6 Tahun 1999 Lampiran III Gol. 1 (sesuai dengan IPLC)
d.
Persyaratan teknis: Persyaratan teknis Melakukan pemantauan self monitoring menggunakan laboratorium terakreditasi Memisahkan saluran pembuangan air limbah dengan saluran air hujan Saluran air limbah kedap air Memasang alat pengukur debit (flowmeter) atau laju alir air limbah Melakukan pencatatan pH air limbah harian dan debit air limbah harian; Menetapkan titik penaatan untuk pengambilan contoh uji
Tidak melakukan pengenceran air limbah ke dalam aliran buangan air limbah
e.
Ya / Tidak Ya/Tidak
Keterangan (lampirkan copy akreditasi lab dan berikut parameternya)
Ya / Tidak
(lampirkan dengan foto)
Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak
Ya / Tidak
Perhitungan Beban Pencemaran : No Parameter 1. ...
(terpasang flowmeter tipe … (lampirkan dengan foto)) (lampirkan dengan copy log book) (telah dilengkapi dengan titik koordinat di lokasi titik penaatan (lampirkan foto)) (kalau ada bypass atau potensi tumpahan langsung ke lapangan, lampirkan dengan foto)
BOD ….
Beban Inlet (Ton/Tahun) .... ....
Beban Outlet (Ton/Tahun) …. ….
Catatan: Cara menghitung beban pencemaran: Beban Pencemaran (Ton/bulan) =
(
)
Beban Pencemaran (Ton/tahun) = Kumulatif beban pencemaran per bulan (Beban Pencemaran selama 1 Tahun) f.
Informasi lain: 1) Jumlah IPAL : 1 buah 2) Proses IPAL : Pengolahan Fisika-Kimia 3) Diagram alir IPAL : InletKoagulasi Flokulasi Sedimentasi Outlet 4) Kapasitas IPAL : 500 m3/hari 5) Bahan Kimia IPAL : PAC 6) Debit Riil Outlet Saat Kunjungan : 100 m3/hari
65
g.
66
Hasil verifikasi lapangan terhadap kondisi IPAL dan kualitas air limbah : Secara visual, air outlet IPAL jernih, pH 6,9, dan suhu 26,6o C. Perusahaan belum melaporkan kinerja pengelolaan lingkungan ke BPLH Kota Bandung, BPLHD Prov. Jawa Barat, dan Kementerian Lingkungan Hidup (tambahkan penjelasan lainnya sesuai dengan kondisi di lapangan).
III. PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA Ringkasan Temuan Lapangan: a. b.
Sumber emisi udara berasal dari: Steam Boiler, Oil Thermal Heater dan Genset ...... Tabel sumber emisi :
No
1.
Sumber Emisi
1 Unit Boiler:
Bentuk Cerobong Silinder
Kapasitas : 1200 ton/jam Bahan Bakar solar Jenis pengoperasian: aktif/cadangan
2. ... 3. ... Jumlah Total Cerobong Aktif
Spesifikasi Cerobong D atau H Tinggi Lubang Kode De (m) dari Elbow (m) (cm) B-1 100 10 8
Sarana Pendukung Sampling Alat PPU
Lubang Sampling
Flange
Lantai Kerja
Tangga
Koordinat
Pagar
Scrubber
√
√
√
-
LS: 06⁰21’51”
√
Ket
Tangga Portable
BT: 170⁰31’22.03”
1
67
c. No 1.
Ketaatan Parameter dari Sumber Emisi yang Dipantau Tahun 2014 Sumber Emisi 1 Unit Boiler
2.
d.
Kode
Parameter SO2
Semester 1 (mg/m3) 250
Semester 2 (mg/m3) 500
Baku Mutu (sebutkan BMEU) 700 mg/m3
NO2
410
300
700 mg/m3
Partikulat
150
100
200 mg/m3
Opasitas
10
10
15%
B-1
Kapasitas : 1200 ton/jam Bahan Bakar : Solar Jenis Pengoperasian: Aktif
…
Perhitungan Beban Pencemaran Udara (Ton/tahun) No. Parameter Semester II Tahun
Semester I Tahun
1. 2.
Catatan: Cara menghitung beban pencemaran udara: Beban Pencemaran (Ton) = (
)
(
)
x 3600
Beban Pencemaran (Ton/tahun) = Kumulatif beban pencemaran per bulan (Beban Pencemaran selama 1 Tahun) e.
Data Kualitas Ambien Pengujian kualitas ambien Periode pengujian Laboratorium Penguji
: (Ada/Tidak ada*) : Semester II tahun 2014 bulan Agustus : ………………………………………...................
f. Hasil verifikasi lapangan terhadap pengendalian pencemaran udara : Perusahaan belum melaporkan kinerja pengelolaan lingkungan ke BPLH Kota Bandung, BPLHD Prov. Jawa Barat, dan Kementerian Lingkungan Hidup. Cerobong B-2 belum beroperasi karena masih dalam proses pembangunan. Boiler direncanakan beroperasi bulan Januari 2015 (tambahkan penjelasan lainnya sesuai dengan kondisi di lapangan).
68
IV. PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (LIMBAH B3) A. Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Pengelolaan Status No. SK/ No. Masa Berlaku LimbahB3 Perizinan Surat Penyimpanan √ Sk bupati/ 5 (lima) Sementara (bila mempunyai walikota, tahun(lihat di izin diisi dengan No.…… izin dari izin) tanda “√” BPPT misalnya) sedangkan bila , tanggal surat tidak izin mempunyai izin diisi dengan “---” Jika izin masih dalam proses, dilihat dimana proses akhirnya, apabila di perusahaan maka tidak taat, apabila di instansi yang bertanggung jawab maka taat)
Keterangan -
-
1 unit TPS LB3 dengan ukuran (19,6 x 5,2 x 2)m untuk menyimpan limbah sludge, oli bekas TPS LB3 berada di titik koordinat LS: 06⁰21’51.6” BT: 170⁰31’22.03”
-
Persetujuan penyimpanan limbah B3 lebih dari 90 hari (sebutkan dengan lengkap serta diisi dengan hal-hal yang penting untuk diinformasikan, seperti limbah yang dapat disimpan, batas masa penyimpanan di TPS yang tidak standar, kronologis persuratan pengajuan izin yang masih dalam proses)
69
Pengelolaan LimbahB3 Pemanfaatan
Status Perizinan
No. SK/ No. Surat
√
Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 52 Tahun 2014 tanggal 28 Maret 2014 SK. Menteri Lingkungan Hidup, Nomor : 568 Tahun 2009, tanggal 27 September 2010 SK. Menteri Lingkungan Hidup, Nomor : 455 Tahun 2009 tanggal 13 Agustus 2009
√
Pengolahan
√
Penimbunan
√
SK. Menteri Lingkungan Hidup, Nomor : 261 tahun 2010, Tanggal 14 Oktober 2010.
Masa Berlaku 5 (lima) tahun
Keterangan Pemanfaatan oli bekas untuk substitusi bahan bakar di Steam Coal Boiler (SCB)
5 (lima) tahun
Pemanfaatan abu batubara (fly ash dan bottom ash) sebagai bahan baku pembuatan batako dan paving block
5 (lima) tahun
Pengoperasian incenerator untuk Pembakaran limbah B3 sludge ETP (Polyester), limbah cair (lab dan plant), kain majun terkontaminasi, kemasan bekas B3 dan katalis Sb2O3 serta limbah cair ex laboratorium yang berasal dari kegiatannya sendiri Izin penimbunan/Landfill fly ash/bottom ash. Kategri landfill Kelas 1 (secure landfill double liner)
Sampai landfill penuh
Catatan: Kolom pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan diisi apabila perusahaan melakukan kegiatan tersebut.
B. Neraca Limbah B3 Periode 01 Jan 2014 – 31 Des 2014 Jenis Limbah
Satuan
Limbah Dihasilkan
Limbah Dikelola
Limbah Belum Dikelola
0.2
0
Perlakuan
A. Sumber Dari Proses Produksi Residu Destilasi
70
Ton
0.2
Disimpan di TPS Limbah B3 dengan masa simpan masih sesuai dengan izin
Jenis Limbah
Satuan
Limbah Dihasilkan
Limbah Dikelola
Limbah Belum Dikelola
Perlakuan
B. Sumber Dari Luar Proses Produksi 15 Fly ash/Bottom ash batubara Boiler
9 Ton
50
0 25 1 74
Sludge IPAL
Ton
75
0 1
Majun terkontaminasi
Ton
5
5
0
Kemasan Bekas
Ton
1
1
0
0.038 Lampu TL Bekas
Ton
0.041
0 0.003
Scrap terkontaminasi LB3
Ton
249.072
249.072
Limbah Medis
Ton
0.002
0.002
E-Waste
Ton
0
0
0
0 0
Diserahkan dan diangkut oleh PT. Wastec International dengan Kode Manifest HL Dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan batako dan paving block Dilakukan penimbunan di landfill sesuai dengan izin Disimpan di TPS Limbah B3 dengan masa simpan masih sesuai dengan izin Diserahkan dan diangkut oleh PT. Wastec International dengan Kode Manifest HL Disimpan di TPS Limbah B3 dengan masa simpan masih sesuai dengan izin Diolah melalui incinerator sesuai dengan izin Diolah melalui incinerator sesuai dengan izin Diserahkan ke PT. PPLI melalui transporter PT. Jasa Medivest dengan Kode Manifest QR. Disimpan di TPS Limbah B3 dengan masa simpan masih sesuai dengan izin Dikirim ke PT. Putra Harapan Urip melalui transporter PT. Putra Harapan Urip (kode manifest : AAA) Diserahkan dan diangkut oleh PT. Jasa Medivest dengan Kode Manifest QR. Belum dihasilkan sampai dengan periode pengawasan
C. Sumber Dari Kegiatan Lain Oli Bekas
Ton
608.200
TOTAL Persentase
Ton %
988.515
602.050 6.150 988.515 100
0
Dimanfaatkan sendiri sebagai subtitusi bahan bakar di boiler Disimpan di tanki induk
0 0
Ket : 60.90% limbah B3 dimanfaatkan sendiri sebagai substitusi bahan bakar di boiler, 34.20% diserahkan ke pihak ke tiga yang berizin, 2.53% ditimbun (landfill), 0.91% dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan batako dan paving block, 0.85% masih disimpan di TPS, dan 0.61% diolah dengan insinerator. Secara umum 100% limbah B3 sudah dikelola sesuai dengan peraturan yang berlaku dan persyaratan dalam izin.
71
Catatan : 1. Kolom “limbah belum dikelola” diisi jika limbah B3 disimpan di luar TPS limbah B3, dikelola oleh pihak ketiga yang tidak berizin dan dilakukan pengelolaan oleh perusahaan tanpa izin. 2. kolom perlakuan lihat di logbook/neraca dan manifest salinan 7. C. Temuan dan Rekomendasi
72
No.
Aspek Penilaian
1 a.
Pendataan Jenis dan Volume Limbah yang dihasilkan Identifikasi jenis limbah B3
Temuan Lapangan Telah melakukan identifikasi terhadap seluruh limbah B3 yang dihasilkan.
Pencatatan Jenis dan Volume Limbah B3 yang dihasilkan
Telah melakukan pencatatan terhadap jenis dan volume seluruh limbah B3 yang dihasilkan.
Pendataan Pengelolaan Lanjutan Limbah B3
Telah melakukan pendataan pengelolaan terhadap jenis limbah yang teridentifikasi dan telah melakukan pengelolaan lebih lanjut.
b.
Pelaporan
Belum melaporkan realisasi pengelolaan semua limbah B3 yang dihasilkan dengan menyampaikan neraca limbah B3, logbook, dan manifest salinan #2 per triwulan kepada BPLH Kota Bandung dengan tembusan kepada BPLHD Provinsi Jawa Barat, Kementerian Lingkungan Hidup.
2.
Perizinan Pengelolaan LB3 Kepemilikan izin PLB3 yang dipersyaratkan
1. Surat Rekomendasi Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3 dari BPLH Kota Bandung, Nomor : 660.1/254/wasdal tertanggal 16 Juli 2013.
Rencana Tindak Lanjut Tetap melakukan identifikasi terhadap seluruh limbah B3 yang dihasilkan. Tetap melakukan pencatatan terhadap jenis dan volume seluruh limbah B3 yang dihasilkan. Tetap melakukan pendataan terhadap identifikasi dan dan tetap melakukan pengelolaan lebih lanjut. Wajib melaporkan realisasi pengelolaan semua limbah B3 yang dihasilkan dengan menyampaikan neraca limbah B3, logbook, dan manifest salinan #2 per triwulan kepada BPLH Kota Bandung dengan tembusan kepada BPLHD Provinsi Jawa Barat, Kementerian Lingkungan Hidup. Tetap memiliki izin pengelolaan limbah B3 yang dipersyaratkan.
No.
Aspek Penilaian
Masa berlaku izin
3. a.
Pelaksanaan ketentuan izin : Pemenuhan terhadap ketentuan teknis dalam izin selain Baku Mutu Emisi, Effluent dan Standard Mutu (check list).
Temuan Lapangan 2. Izin Pemanfaatan Limbah B3 dari Kementerian Lingkungan Hidup Nomor 26 Tahun 2013, tertanggal 21 Januari 2013. 3. SK. Menteri Lingkungan Hidup, Nomor : 568 Tahun 2009, tanggal 27 September 2010 4. SK. Menteri Lingkungan Hidup, Nomor : 455 Tahun 2009 tanggal 13 Agustus 2009 5. SK. Menteri Lingkungan Hidup, Nomor : 261 tahun 2010, Tanggal 14 Oktober 2010. 1. Rekomendasi Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3 masa berlaku 2 (dua) Tahun; 2. Izin Pemanfaatan Sludge IPAL masa berlaku 5 (lima) Tahun. 3. Izin Pemanfaatan Abu Batu Bara masa berlaku 5 (lima) Tahun. 4. Izin Pengolahan (Incinerator) masa berlaku 5 (lima) Tahun. 5. Izin Penimbunan/Landfill masa berlaku 5 (lima) Tahun. 100% Pemenuhan ketentuan teknis Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 (Ketentuan TPS Limbah B3 telah sesuai dengan Kepdal Nomor : 01/1995 tentang Tata cara Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3); dan 100% Pemenuhan ketentuan teknis Pemanfaatan oli bekas Limbah B3 (Ketentuan Pemanfaatan Limbah B3 telah sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 26 Tahun 2013, tertanggal 21 Januari 2013 tentang Izin Pemanfaatan limbah B3). Pemanfaatan Limbah B3 - Tata tata cara penyimpanan fly ash/bottom ash di lokasi kegiatan produksi batako dan paving blok belum sesuai dengan Kepdal Nomor : 01 Tahun 1995 tentang Tata cara
Rencana Tindak Lanjut
Tetap memastikan semua izin yang dimiliki masih berlaku
Tetap menjaga ketentuan teknis Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3 dan pemanfaatan oli bekas sesuai dengan peraturan yang berlaku.
73
No.
Aspek Penilaian
Temuan Lapangan
-
-
b.
Emisi dari kegiatan pengolahan dan/atau pemanfaatan limbah B3: - Pemenuhan terhadap BME
- Jumlah parameter yang diukur dan dianalisa
- Frekuensi pengukuran
74
Rencana Tindak Lanjut
penyimpanan limbah B3. Fly ash/bottom ash disimpan disimpan dengan sistem curah, sebagian berada di dalam tempat yang terlindung dari masuknya air hujan, dan sebagian lagi disimpan di tempat terbuka. Pengolahan Limbah B3 Belum melakukan pencatatan temperatur ruang bakar secara keseluruhan. Pencatatan hanya dilakukan pada ruang bakar 1. Berdasarkan pencatatan pihak perusahaan, temperatur ruang bakar 1 belum sesuai dengan ketentuan, yaitu hanya 400 OC. Sedangkan ketentuan dalam izin, bahwa selama pembakaran limbah B3, kondisi temperatur ruang bakar 1 berkisar antara 800 OC – 1.000 OC, dan ruang bakar 2 bekisar antara 1.000 OC – 1.100 OC. Penimbunan Limbah B3 Sedang dalam proses penutupan dan alih fungsi lahan.
Hasil analisa emisi 2 (dua) buah cerobong boiler pada Semester II Tahun 2012 (bulan Juli 2013) dan Semester I Tahun 2013 (bulan Januari 2013) telah memenuhi BME sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor : 26 Tahun 2013, tertanggal 21 Januari 2013 tentang Izin Pemanfaatan limbah B3 PT. Sinkona Indonesia Lestari. Jumlah Parameter yang diukur dan dianalisa telah sesuai dengan ketentuan perizinan, yaitu : Partikel, SO2, NO2, HF, HCl, CO, CH4, As, Cd, Cr, Pb, Hg, Ti dan opasitas. Frekuensi pengukuran telah sesuai dengan ketentuan perizinan yaitu setiap 6 (enam) bulan sekali.
Tetap menjaga kualitas udara emisi boiler selalu memenuhi baku mutu
Tetap melakukan penggukuran emisi cerobong dengan jumlah parameter sebagaimana tercantum dalam izin Tetap melakukan pemantauan kualitas udara emisi cerobong sebagaimana tercantum dalam izin.
No. c.
d.
4.
Aspek Penilaian Effluent dari kegiatan pengolahan dan/atau penimbunan dan/atau pengelolaan limbah B3 lainnya: Pemenuhan terhadap BMAL
Temuan Lapangan
Rencana Tindak Lanjut
Semua parameter hasil pengolahan air lindi (basin clarifier) sudah memenuhi baku mutu.
Tetap mempertahankan kinerja IPAL CPP sehingga hasilnya tetap memenuhi baku mutu. Tetap melakukan pemantauan dan analisa dengan jumlah parameter sesuai dengan ketentuan perundangundangan. Tetap melakukan pemantauan kualitas udara emisi cerobong sebagaimana tercantum dalam izin.
Jumlah parameter yang diukur dan dianalisa
Jumlah parameter yang diukur dan dianalisa sesuai dengan Permen LH No. 8 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha/Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Thermal.
Frekuensi pengukuran
Frekuensi pengukuran telah sesuai dengan ketentuan perizinan yaitu setiap 1 (satu) bulan sekali.
Standar Mutu Produk dan/atau kualitas limbah B3 untuk pemanfaatan Pemenuhan terhadap standard (mis : kuat tekan, toleransi kadar pencemar dalam limbah B3 yang akan dimanfaatkan)
Sudah melakukan analisa uji tekan terhadap hasil pemanfaatan batako dan paving blok sesuai dengan SII0964-84.
Frekuensi pengukuran/pengujian
Pengujian dilakukan persyaratan izin.
Open dumping, pengelolaan tumpahan, dan penanganan media/tanah terkontaminasi limbah B3 : Jenis limbah dan jumlah limbah yang di open dumping
Kegiatan yang dimaksud adalah penanganan lahan terkontaminasi dari ceceran oil yang berjumlah 22 titik. Ceceran oil yang diakibatkan dari adanya kebocoran Marine Hose di SPM 150 DWT. Telah melakukan penanganan lahan terkontaminasi pada 22 titik sesuai dengan rencana, yaitu : Penganan ceceran yang berada di perairan SPM 150 DWT dilakukan dengan cara memasang Oil Boom dan penyemprotan dengan oil
Rencana pengelolaan lahan terkontaminasi
sebagai
Tetap memperhatikan komposisi campuran antara semen, pasir dan fly ash/bottom ash dalam kegiatan pemanfaatan fly ash/bottom ash menjadi batako dan paving blok. -
75
No.
Aspek Penilaian
Temuan Lapangan
Rencana Tindak Lanjut
dispersant. Oil Dispersant yang digunakan sesuai rekomendasi Ditjen Migas No 1840 /28.02/DMT/ 2006; Melokalisir Ceceran oil agar tidak meluas Melakukan clean up terhadap tanah dan pasir diseluruh lahan terkontaminasi.
76
Kesesuaian rencana dengan pelaksanaa pengelolaan lahan terkontaminasi
Pelaksanaan pengelolaan lahan terkontaminasi telah sesuai dengan rencana yang telah dibuat
Jumlah total limbah dan tanah terkontaminasi yang dilakukan pengelolaan
Jumlah limbah B3 berupa tanah/pasir serta kemasan dan material terkontaminasi sebanyak 9.509,57 ton;
Perlakuan pengelolaan limbah dan tanah terkontaminasi yang diangkat sesuai perencanaan
Telah dilakukan pengelolaan lanjutan terhadap semua limbah B3 dari kebgiatan penaganan lahan terkontaminasi tersebut, yaitu : Tanah/pasir terkontaminasi sebanyak 2,474.58 ton diserahkan kepada Pihak-3 yang berizin yaitu PT. Teknotama Lingkungan Internusa dan plastik bekas terkontaminasi sebanyak 84.4 ton diserahkan kepada PT. PPLi. Bukti penyerahan tanah/pasir serta kemasan terkontaminasi terekam dalam dokumen manifest serta bukti kontrak kerja/MOU pengelolaan limbah B3 dengan PT. TLI maupun PT. PPLi ; Tanah/pasir terkontaminasi sebanyak 6,950.59 ton dimanfaatkan sebagai material backfill di area TPS Lay down. Hal tersebut sesuai dengan surat rekomendasi dari Deputi IV Kementerian Lingkungan Hidup, Nomor : B4969/Dep.IV/LH/07/2012 tertanggal 1 Juli 2012 dinyatakan bahwa tanah/pasir terkontaminasi minyak yang
Tetap memastikan pelaksanaan pengelolaan lahan terkontaminasi telah sesuai dengan rencana yang telah dibuat
No.
Aspek Penilaian
SSPLT (surat status pemulihan lahan terkontaminasi)
Ketentuan dalam SSPLT
5.
Jumlah limbah B3 yang dikelola (Neraca Limbah B3)
Temuan Lapangan nilai TPH-nya lebih kecil daripada 1% (10.000 mg/kg) dapat digunakan langsung tanpa harus diolah lebih dahulu. Adapun hasil analisa kadar TPH yang telah dilakukan melalui laboratorium ALS sebesar 109 mg/kg. Telah terbit Surat Status Penyelesaian Lahan Terkontaminasi (SPPLT) dari Kementerian Lingkungan Hidup berdasarkan surat nomor : B12630/Dep.IV/LH/PDAL/12/2012 tertanggal 27 Desember 2012 yang diperuntukkan untuk 13 (tiga belas) titik. Sementara itu, 8 (delapan) titik sedang dalam proses penerbitan SPPLT dari KLH dan 1 (satu) titik yaitu titik 3 sedang dalam proses pembahasan dengan Kementerian Lingkungan Hidup.. - Ketentuan yang tertera dalam SPPLT adalah perusahaan berkewajiban untuk melakukan monitoring terhadap sedimen dan perairan di lokasi terjadinya pencemaran. Frekuensi pengujian sebagaimana dimaksud dilaksanakan setiap 6 (enam) bulan sekali oleh laboratorium terakreditasi selama 1 (satu) tahun terhitung sejak ditandatanganinya SPPLT; - Pengujian pertama rencananya akan dilakukan pada awal bulan Juli 2013, dan pada saat ini penunjukan laboratorium sedang dalam proses. Jumlah limbah B3 yang dihasilkan dan dikelola dari tangga 1 Juli 2013 s/d 8 Mei 2014 sebanyak 610.613 ton. 98.60% limbah B3 dimanfaatkan sebagai subtitusi bahan bakar di boiler, 0.34% diserahkan ke pihak ketiga yang berizin, 1.06% limbah yang masih tersimpan di TPS limbah B3 menunggu pengelolaan lanjut berikutnya. Secara umum, 100% limbah B3 sudah dikelola sesuai dengan peraturan yang berlaku dan
Rencana Tindak Lanjut
Agar segera melaporkan hasil pembahasan pemulihan lahan terkontaminasi pada area/titik 3 kepada Kementerian Lingkungan Hidup, dan tembusannya kepada BPLH Kota Bandung serta BPLHD Provinsi Jawa Barat. Hasil monitoring sebagai kewajiban yang tertera dalam SPPLT wajib dilaporkan kepada Kementerian Lingkungan Hidup serta ditembuskan kepada BPLH Kota Bandung serta BPLHD Provinsi Jawa Barat.
Tetap mengelola seluruh limbah B3 yang dihasilkan sesuai ketentuan yang berlaku.
77
No.
Aspek Penilaian
Temuan Lapangan
Rencana Tindak Lanjut
persyaratan dalam izin 6. a.
Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ke-3 Pengelolaan melalui pengumpul limbah B3
Masa berlaku izin Kesesuaian jenis limbah B3 yang dikumpul dengan izin yang berlaku
Jenis limbah yang dikelola oleh PT. PT. Putra Harapan Urip telah sesuai dengan izin yang dimilikinya.
Kontrak kerjasama penghasil limbah dan pengumpul limbah
Kerjasama pengelolaan limbah B3 dengan PT. Putra Harapan Urip telah dimuat dalam Surat Perjanjian Kerjasama/MOU nomor :05/PHU/IX/2013 tanggal 1 September 2013.
Kontrak kerjasama antara pengumpul dengan pihak pemanfaat, pengolah atau penimbun
PT. Putra Harapan Urip telah bekerjasama dengan pihak pemanfaat/pengolah atau penimbun yaitu dengan : 1. PT. WGI Nomor 04/Log Ref/III/2014; 2. Sarana Alloy Casting Nomor : 036/XI/SAC/SE/2013; 3. PT. Luth Putra Solder - Tidak ada berita/informasi terkait dengan pencemaran lingkungan yang telah dilakukan oleh pihak ketiga selaku pemanfaat ; - Telah dilengkapi dengan surat pernyataan dari pihak ketiga dengan nomor : Ref.112/PHUIV/2013 yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut tidak bermasalah dengan pencemaran lingkungan.
Ada/tidak masalah pencemaran lingkungan
78
Perusahaan telah menjalin kerjasama pengelolaan limbah B3 yang berupa Scrap terkontaminasi, Kemasan bekas dan oli bekas dengan PT. Putra Harapan Urip yang memiliki Izin Pengumpulan limbah B3 sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2012, tanggal 20 Januari 2012. Masa berlaku Izin Pengumpulan Limbah B3 masih berlaku.
Tetap melakukan kerjasama pengelolaan limbah B3 dengan pihak ketiga yang berizin.
Tetap memperhatikan masa berlaku izin pihak ketiga. Tetap melakukan pengecekan jenis limbah B3 yang dikelola pihak ketiga sesuai dengan izin yang dimiliki. Tetap bekerjasama dengan pihak ketiga berizin dalam pengelolaan limbah B3 yang dilengkapi dengan kontrak kerja/MOU.
Tetap Update terhadap berita/informasi pencemaran lingkungan dan memiliki surat pernyataan dari pihak ketiga yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut tidak bermasalah dengan pencemaran lingkungan.
No. b.
Aspek Penilaian Pihak ke-3 pengelola lanjut limbah B3 (pemanfaat/ pengolah/ penimbun)
Masa berlaku izin
Temuan Lapangan Perusahaan telah menjalin kerjasama pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan dengan : 1. PT. Wastec International, 2. PT. Jasa Medivest. 3. PT. PPLI 1. Masa berlaku izin PT. Wastec International adalah 5 tahun sampai dengan tanggal/bulan/tahun 2. Masa berlaku izin PT. Jasa Medivest adalah 5 tahun sampai dengan tanggal/bulan/tahun. 3. Masa berlaku izin PT. PPLI adalah 5 tahun sampai dengan tanggal/bulan/tahun.
Kesesuaian jenis limbah B3 yang dikumpul dengan izin yang berlaku
Rencana Tindak Lanjut
Tetap melakukan pengecekan terhadap masa berlaku izin dari pihak ketiga.
Jenis limbah B3 yang dikelola oleh PT. Wastec International tidak sesuai dengan izin, sedangkan PT. Jasa Medivest ddan PT. PPLI telah sesuai dengan izin yang dimiliki. Kontrak kerjasama penghasil Surat kontrak kerjasama/MoU limbah dan antara penghasil dengan : pemanfaat,/pengolah/penimbun 1. PT. Wastec International yang limbah B3 dimuat dalam Surat Perjanjian Kerjasama/MOU nomor : 604/WI/SKLB3/ VI/2014 dengan masa berlaku sampai dengan 09 Februari 2016. 2. PT. Jasa Medivest yang dimuat dalam Surat Perjanjian Kerjasama/MOU nomor : 421.0d/JM/KPT.SIL/KSN/IX/2013 dengan masa berlaku sampai dengan 02 September 2014 3. PT. PPLI yang dimuat dalam Surat Perjanjian Kerjasama/MOU nomor 021/PPLI-LOA/III/2013;
Wajib bekerjasama dengan pihak ketiga yang jenis limbah B3 nya sesuai dengan ijin yang dimiliki. Tetap memiliki MoU dengan pihak ketiga pengelola limbah B3 yang berizin.
Ada/tidak masalah pencemaran lingkungan
Tetap memantau atau mencari informasi ada tidaknya pencemaran yang dilakukan oleh pihak ketiga pengelola limbah B3 dan memiliki surat pernyataan dari pihak
- Tidak ada berita/informasi terkait dengan pencemaran lingkungan yang telah dilakukan oleh semua pihak ketiga; - Perusahaan telah memiliki surat pernyataan dari PT. Wastec International, PT. Jasa Medivest dan PT. PPLI yang menyatakan bahwa pihak ketiga tersebut tidak
79
No.
Aspek Penilaian
Pihak ke-3 Jasa Pengangkutan Ada/tidak izin dari Kementerian Perhubungan
Temuan Lapangan
1.
2.
3.
Ada/tidak rekomendasi dari KLH
1.
2.
3.
80
Rencana Tindak Lanjut
memiliki masalah pencemaran lingkungan
ketiga yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut tidak bermasalah dengan pencemaran lingkungan.
PT. Wastec International memiliki izin pengangkutan limbah B3 dari Kementerian Perhubungan dengan salah satu nomor izinnya SK. 5984/AJ309/DJPD/2013/36072 0516BB-0010 dengan masa berlaku sampai dengan 09 Oktober 2014; PT. Jasa Medivest memiliki izin pengangkutan limbah B3 dari Kementerian Perhubungan dengan salah satu nomor izinnya SK. 2111/AJ309/DJPD/2013/32004 0034BB-0005 dengan masa berlaku sampai dengan 30 April 2014; PT. Putra Harapan Urip. memiliki izin pengangkutan limbah B3 dari Departemen Perhubungan, diantaranya Nomor : SK.542/AJ309/DJPD/2013/ 320750574BB-0002 tanggal 19 Oktober 2013 dengan masa berlaku sampai dengan 21 Oktober 2014. PT. Wastec International memiliki rekomendasi pengangkutan dari Kementerian Lingkungan Hidup Nomor : B-8631/ Dep.IV/LH/PDAL/07/2013 tanggal 29 Juli 2013, dengan masa berlaku 5 (lima) tahun; PT. Jasa Medivest memiliki rekomendasi pengangkutan dari Kementerian Lingkungan Hidup Nomor B-9994/ Dep.IV/LH/PDAL/09/2013 tanggal 10 September 2013, dengan masa berlaku 5 (lima) tahun. PT. Putra Harapan Urip telah memiliki rekomendasi
Tetap melakukan pengecekan terhadap masa berlaku izin pengangkutan
Tetap melakukan pengecekan terhadap masa berlaku rekomendasi izin pengangkutan
No.
Aspek Penilaian
Kesesuaian jenis limbah yang diangkut dengan izin
Kesesuaian alat angkut dengan yang tercantum dalam izin (No. polisi, no. rangka, no. mesin)
Rute pengangkutan sesuai dengan izin Penggunaan dokumen/manifest yang sah
7.
8.
Dumping, injeksi dan pengelolaan limbah B3 dengan cara tertentu: Izin dumping/izin pengelolaan limbah B3 dengan cara tertentu Jumlah/volume limbah B3 yang di dumping Pengelolaan Limbah B3 lainnya
Temuan Lapangan pengangkutan limbah B3 dari Kementerian Lingkungan Hidup dengan Rekomendasi Nomor : B - 7463/ Dep.IV/ LH/PDAL/06/2013 tanggal 28 Juni 2013 dengan masa berlaku 5 tahun Jenis Limbah B3 yang diangkut sesuai dengan izin dan rekomendasi yang berlaku. Alat angkut sesuai dengan izin dan rekomendasi yang berlaku dengan salah satu nomor kendaraan yang tercantum dalam izin adalah : 1. PT. Wastec International (B 9405 IN) 2. PT. Jasa Medivest (D 8396 EE) 3. PT. Putra Harapan Urip (B 9017 MX) Rute pengangkutan sesuai dengan izin yang berlaku. Manifest salinan #3 dan #7, telah sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan
Rencana Tindak Lanjut
tetap bekerjasama dengan pengangkut yang jenis limbah B3nya sesuai dengan ijin yang dimiliki. Tetap melakukan pengecekan terhadap alat angkut sesuai izin.
Tetap melakukan pengecekan terhadap rute pengangkutan sesuai dengan izin. Tetap menggunakan dan memiliki manifest sesuai dengan ketentuan yang berlaku
---
---
---
---
Perusahaan telah menyimpan oli bekas diluar TPS limbah B3 (dapat diisi dengan temuan yang tidak tertulis dalam kriteria).
Perusahaan wajibmemindahkan oli bekas ke dalam TPS limbah B3
Catatan: 1. Kolom Temuan Lapangan dan Rencana Tindak Lanjut diisi sesuai dengan kondisi di lapangan terkait dengan kegiatan perusahaan dalam pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya.
81
2. Kolom Temuan Lapangan :diisi hal-hal yang sesuai dan tidak sesuai dengan aspek penilaian. 3. Kolom Rencana Tindak Lanjut : diisi dengan hal-hal yang harus dilakukan selanjutnya terkait dengan temuan lapangan yang tidak sesuai dengan aspek penilaian. Apabila pada temuan lapangan sudah sesuai dengan aspek penilaian, maka kolom rencana tindak lanjut .
D. Penaatan No. Aspek Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3 1. 2. 3.
4.
5. 6.
7.
82
a. Pendataan jenis dan volume limbah yang dihasilkan b. Pelaporan Status perizinan pengelolaan limbah B3 Pelaksanaan ketentuan dalam Izin a. Pemenuhan Ketentuan Teknis b. Pemenuhan Baku Mutu Emisi c. Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah d. Pemenuhan Pemanfaatan Penanganan open dumping, pengelolaan tumpahan, dan penanganan media terkontaminasi LB3 a. Rencana pengelolaan b. Pelaksanaan pengelolaan c. Jumlah tanah terkontaminasi yang dikelola d. Pelaksanaan ketentuan SSPLT Jumlah limbah B3 yang dikelola sesuai dengan peraturan Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ketiga dan pengangkutan limbah B3 Pengelolaan limbah B3 dengan cara tertentu (antara lain : Dumping, Re-injeksi, dll)
Taat
Belum Taat
Keterangan
√
---
---
√
√ ---
-----
√
---
---
√
---
√
---
TPS LB3 memenuhi 100% ketentuan teknis ---
√
---
---
√
---
-----
√ √ √
-------
-------
√
---
---
√
---
---
√
---
---
100% limbah B3 dikelola sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jenis limbah B3 yang dikelola oleh PT. Wastec tidak sesuai dengan izin yang dimiliki ---
E. Kesimpulan Hasil Pengawasan Pengelolaan Limbah B3
Segera melakukan pelaporan perbaikan sesuai dengan rencana tindak lanjut pada tabel D. dan menyampaikan hasil perbaikan tindak lanjut dari berita acara beserta data-data pendukung kepada BPLH Kota Bandung dengan tembusan kepada BPLHD Provinsi Jawa Barat dan Kementerian Lingkungan Hidup.
83
3.5
Kegiatan Paska Kunjungan Lapangan
Kegiatan
paska
kunjungan
lapangan
adalah
kegiatan
yang
dilaksanakan setelah pengawasan ke industri selesai dilakukan. Pada prinsipnya kegiatan yang menjadi bagian dari kegiatan paska kunjungan lapangan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 3.5.1 Pengolahan Data dan Informasi Hasil Pengawasan Data yang terkait dengan pengendalian pencemaran air dan udara serta pengelolaan limbah padat non B3 baik berupa hasil analisis laboratorium maupun temuan di lapangan selanjutnya diolah untuk dijadikan dasar dalam menetapkan status penaatan serta tindak pengawasan. 3.5.2 Penyusunan Laporan Pengawasan Setiap pengawas wajib melaporkan hasil pengawasan kepada pejabat yang menugaskan/yang memberi tugas. Sementara, isi laporan memuat tentang profil industri, kondisi lingkungan setempat saat kunjungan serta data dan informasi tentang pelaksanaan pengendalian pencemaran. Data dan informasi yang disampaikan dalam laporan harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan ilmiah. Berkenaan dengan hal tersebut maka penulisan sebaiknya:
Harus jelas dan sistematis;
Akurat, aktual dan faktual;
Harus difokuskan sesuai dengan tujuan pengawasan;
Bukan merupakan pendapat, pandangan, dan asumsi-asumsi pribadi;
84
Didukung dengan data atau bukti yang akurat dan faktual;
Dokumen pendukung seperti foto dan berita acara disebutkan secara jelas.
Sementara isi atau format laporan seperti format pada lampiran Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 56 Tahun 2006 tentang Pedoman Umum Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup adalah sebagai berikut: a. Pendahuluan b. Kegiatan lapangan c. Analisis yuridis/ketaatan d. Kesimpulan dan saran tindak e. Lampiran 3.5.3 Penyusunan
Rekomendasi
(Rencana
Tindak)
Pengawasan Data yang terkait dengan pengendalian pencemaran air dan udara serta pengelolaan limbah B3 baik berupa hasil analisis laboratorium maupun kondisi di lapangan yang diperoleh dari pihak perusahaan maupun dari pemerintah daerah selanjutnya akan diolah untuk dijadikan dasar dalam menerapkan status penaatan serta rencana tindak pengawasan. Rencana tindak pengawasan bisa berupa pembinaan maupun penetapan sanksi administrasi. Bagi industri yang beberapa kali dibina/diberi kesempatan untuk melakukan perbaikan, akan tetapi masih belum bisa melaksanakan pengendalian pencemaran sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka Pemerintah Daerah, Kabupaten/Kota, maupun KLH baik langsung maupun melalui Pemerintah Provinsi dapat menindaklanjuti dengan upaya penegakan hukum. Tindak lanjut pengawasan dapat berupa rekomendasi pembinaan, teguran, maupun sanksi administrasi sampai pada sanksi pidana atau perdata.
85
3.5.4 Pemeliharaan Data dan Informasi Data dan informasi hasil kunjungan perlu disimpan dalam database. Hal ini diperlukan untuk menghindari adanya data yang hilang serta mempermudah pengawasan di masa yang akan datang.
86
BAB IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP Agar pelaksanaan pengawasan pengendalian pencemaran lingkungan sesuai amanat Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dapat lebih efisien dan efektif, berikut ini daftar berbagai peraturan lingkungan hidup untuk mempermudah para pengawas dalam melaksanakan tugasnya. 4.1
Peraturan Perundang-Undangan Skala Nasional
Daftar
peraturan
perundang-undangan
skala
nasional
bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan pengelolaan sampah berdasarkan lingkupnya: 4.1.1 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 4.1.2 Pengelolaan Sampah 1. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. 2. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
87
3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, Dan Recycle Melalui Bank Sampah. 4.1.3 Perlindungan dan Pengelolaan Air 1. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2003 tentang Pedoman Teknis Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah dari Industri Minyak Sawit pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit. 3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2003 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan Pemanfaatan Air Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit. 4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 37 Tahun 2003 tentang Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan. 5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 110 Tahun 2003
tentang
Pedoman
Penetapan
Daya
Tampung Beban
Pencemaran Air pada Sumber Air. 6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air atau Sumber Air. 7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 114 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengkajian Untuk Menetapkan Kelas Air.
88
8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. 9. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 142 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Keputusan
Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau Sumber Air. 10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengkajian Teknis Untuk Menetapkan Kelas Air. 11. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2007 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengelolaan Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Serta Panas Bumi Dengan Cara Injeksi. 12. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2009 tentang Sertifikasi Kompetensi dan Standar Kompetensi Manajer Pengendalian Pencemaran Air. 13. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pemanfaatan Air Hujan. 14. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2009 tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau dan/atau Waduk 15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 tentang Tatalaksana Pengendalian Pencemaran Air
89
4.1.4 Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2009 tentang Pengesahan Stockholm Convention On Persistens Organic Pollutant (Konvensi Stokholm tentang Bahan Pencemar Organik Yang Persistent) 2. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun 3. Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pengesahan Vienna Convention for The Ozon Layer dan Montreal Protocol on substances That Deplete The Ozone Layer As Adjusted and Amanded by The Second Meeting of Parties London, 27-29 June 1990. 4. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2005 tentang Pengesahan Beijing Amendment to the Montreal Protocol on Substances That Deplete The Ozone Layer (Amandemen Beijing Atas Protokol Montreal tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan Ozon), 5. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2005 tentang Pengesahan Montreal Amendment to the Montreal Protocol on Substances That Deplete The Ozone Layer (Amandemen Montreal atas Protokol Montreal tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan Ozon) 6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label pada Bahan Berbahaya dan Beracun. 7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2010 tentang Penggunaan Sistem Elektronik Registrasi Bahan Berbahaya dan Beracun dalam Kerangka Indonesia Nation Single Window di Kementerian Lingkungan Hidup.
90
4.1.5 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (LB3) 1. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. 3. Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1993 tentang Pengesahan Basel Convention on The Control of Transboundary Movements of Hazardous Wastes and Their Disposal. 4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2005 tentang Pengesahan Amendment
to the Basel Convention on the control of
Transboundary Movement of hazardous waste and their disposal (Amandemen
Atas
Perpindahan
lintas
Konvensi batas
Basel
limbah
tentang bahan
Pengawasan
berbahaya
dan
pembuangannya). 5. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3. 6. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 02/BAPEDAL/09/1995 tentang Dokumen Limbah B3. 7. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor
03/BAPEDAL/09/1995
tentang
Persyaratan
Teknis
Pengolahan Limbah B3. 8. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 04/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara Persyaratan
91
Penimbunan
Hasil
Pengolahan,
Persyaratan
Lokasi
Bekas
Pengolahan, dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah B3. 9. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah B3. 10. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 255/BAPEDAL/08/1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas. 11. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 02/BAPEDAL/01/1998 tentang Tata Laksana Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Daerah. 12. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 03/BAPEDAL/01/1998 tentang Program Kemitraan dalam Pengelolaan Limbah B3. 13. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 128 Tahun 2003 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi oleh Minyak Bumi Secara Biologis 14. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2008 tentang Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. 15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun 16. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Limbah di Pelabuhan (Menggantikan Permen No.03 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pengumpulan Dan
92
Penyimpanan
Limbah
Bahan
Berbahaya
Dan
Beracun
Di
Pelabuhan). 17. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun 18. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun oleh Pemerintah Daerah 19. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 33 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. 4.1.6 Perlindungan
dan
Pengelolaan
Keanekaragaman
Hayati 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations
Convention
on
Biological
Diversity
(Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati) 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pengesahan Cartagena Protokol on Biosafety to The Convention on Biological Diversity (Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayati Atas Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati). 4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetika.
93
5. Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1987 tentang Pengesahan Amandemen 1979 atas Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora, 1973. 6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2009 tentang Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di Daerah 7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2012 tentang Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Hutan 4.1.7 Perlindungan dan Pengelolaan Tutupan Lahan 1. Peraturan
Pemerintah
Nomor
150
Tahun
2000
tentang
Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa. 2. Peraturan
Pemerintah
Nomor
04
Tahun
2001
tentang
Pengendalian Kerusakan dan/atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan/atau Lahan 3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep43/MENLH/10/1996 tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas Di Dataran 4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengukuran Kriteria Baku Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa. 5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 23 Tahun 2008 tentang Pencegahan Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Pertambangan Emas Rakyat.
94
6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012 tentang Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Gambut 4.1.8 Pelestarian Fungsi Atmosfer 1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Frame Work Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja PBB Mengenai Perubahan Iklim). 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Protokol Kyoto Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (Ratification of Kyoto Protocol to the United Nations Framework convention on climate Change) 3. Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pengesahan Vienna Convention for The Ozon Layer dan Montreal Protocol on substances That Deplete The Ozone Layer As Adjusted and Amanded by The Second Meeting of Parties London, 27-29 June 1990 4. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2005 tentang Pengesahan Beijing Amendment to the Montreal Protocol on Substances That Deplete The Ozone Layer (Amandemen Beijing Atas Protokol Montreal tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan Ozon) 5. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2005 tentang Pengesahan Montreal Amendment to the Montreal Protocol on Substances That Deplete The Ozone Layer (Amandemen Montreal atas Protokol Montreal tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan Ozon)
95
6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis dan Persyaratan Kompetensi Pelaksanaan Retrofit dan Recycle Pada Sistem Refrigerasi 7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 396 Tahun 2008 tentang Penunjukan Lembaga Sertifikasi Kompetensi untuk Teknisi Retrofit dan Recycle pada Sistem Refrigerasi 4.1.9 Pelestarian Fungsi Udara 1. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. 2. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor KEP-205/BAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak. 3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara. 4. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor KEP-107/BAPEDAL/11/1997 tentang Pedoman Teknis Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencem Udara. 5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap. 6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik Termal
96
7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah 8. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 35 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Halon 9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah 10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2011 tentang Standar Kompetensi dan Sertifikasi Kompetensi Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran Udara 4.1.10 Perlindungan dan Pengelolaan Laut 1. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut. 2. Peraturan
Presiden
Nomor
109
Tahun
2006
tentang
Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut 3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2001 tentang Kriteria Baku Mutu Kerusakan Terumbu Karang. 4. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 47 Tahun 2001 tentang Pedoman Pengukuran Kondisi Terumbu Karang. 5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut.
97
6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 179 Tahun 2004 tentang Ralat atas Keputusan MENLH No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. 7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun. 8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove. 9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2006 tentang Persyaratan dan Tata Cara Perizinan Pembuangan Air Limbah ke Laut. 10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 TentangPedoman Penghitungan Beban Emisi Kegiatan Industri Minyak Dan GasBumi 4.1.11 Instrumen Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 1. Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 1) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang 2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air pada Sumber Air
98
3) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2009 tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau dan/atau Waduk 2. Kajian Lingkungan Hidup Strategis 1) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis 2) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis 3. Tata Ruang 1) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penataan Ruang 2) Peraturan Menteri Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang 4. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup 1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan 2) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup
Nomor 56 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai
Ukuran Dampak Penting. 3) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Nomor Kep-299/11/1996 tentang Pedoman Teknis
99
Kajian Aspek Sosial dalam Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. 4) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Nomor Kep-124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. 5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Kegiatan Pembangunan Permukiman Terpadu. 6) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Kegiatan Pembangunan di Daerah Lahan Basah. 7) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. 8) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 49 Tahun 2004 tentang
Pendelegasian
Kewenangan untuk
Menandatangani Surat Keputusan Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL) 9) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006
tentang
Dampak
Pedoman
Lingkungan
Penyusunan
(Menggantikan
Analisis
Mengenai
Keputusan
Kepala
BAPEDAL No.09 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan Amdal)
100
10) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006
tentang
Dokumen
Pengelolaan
Dan
Pemantauan
Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Tidak Memiliki Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup 11) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006
tentang
Dampak
Pedoman
Lingkungan
Penyusunan
(Menggantikan
Analisis
Mengenai
Keputusan
Kepala
BAPEDAL No.09 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan Amdal. 12) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2008 tentang Tata Kerja Komisi Penilai Analisis mengenai Dampak Lingkungan Hidup 13) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun 2008
tentang Tata Laksana Lisensi Komisi Penilai Analisis
mengenai Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota 14) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2008 tentang Persyaratan Kompetensi Dalam Penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Dan Persyaratan
Lembaga
Pelatihan
Kompetensi
Penyusun
Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup 15) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2009 tentang Panduan Penilaian Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Menggantikan Kepmen No. 02 Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen Analisis Mengenai Dampak lingkungan Hidup).
101
16) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup 17) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun 2010 tentang Sertifikasi Kompetensi Penyusunan Dokumen AMDAL dan Peryaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi Penyusun Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 18) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun 2010 tentang Persyaratan dan Tata Laksana Lisensi Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. 19) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki AMDAL 20) Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik
IndonesiaNomor 17 Tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup Dan Izin Lingkungan. 5. Dokumen Lingkungan Hidup 1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 45 Tahun
2005
tentang
Pedoman
Penyusunan
Laporan
Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) 2) Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 16 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup
102
6. Baku Mutu Lingkungan Hidup a. Baku Mutu Air dan air Limbah 1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri. 2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP52/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel. 3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit. 4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. 5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Batu Bara. 6) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 122 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri. 7) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 202 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Emas atau Tembaga
103
8) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Rumah Pemotongan Hewan. 9) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Timah. 10) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel. 11) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Usaha dan/atau Kegiatan Industri Vinyl Chloride Monomer dan Poly Vinyl Chloride. 12) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas Serta Panas Bumi. 13) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Buah-Buahan dan/atau Sayuran. 14) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Hasil Perikanan. 15) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Petrokimia Hulu.
104
16) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Rayon. 17) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Purified Terephthalate Acid dan Poly Ethylene Terephthalate. 18) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2008 Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Rumput Laut. 19) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Kelapa. 20) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Daging. 21) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Kedelai 22) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Keramik. 23) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Termal.
105
24) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Obat Tradisional/Jamu. 25) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiaan Industri Oleokimia Dasar. 26) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Peternakan Sapi dan Babi. 27) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 21 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Besi. 28) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 34 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Bauksit. 29) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri. 30) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Minyak Goreng. 31) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Gula. 32) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Rokok dan/atau Cerutu.
106
33) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Minyak dan Gas. 34) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2011 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi Gas Metana Batubara. b. Baku Mutu Air Laut 1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. 2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 179 Tahun 2004 tentang Ralat atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. c. Baku Mutu Udara 1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP13/MENLH/03/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak. 2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP48/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan. 3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP49/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Getaran. 4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP50/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebauan. 5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara.
107
6) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2006 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama((Menggantikan Permen No.35 Tahun 1993 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor). 7) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap. 8) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Emisi Sumber tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Keramik. 9) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Carbon Black. 10) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 21 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha an/atau Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik Termal. 11) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2009 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru (Menggantikan Kepmen No.141 Tahun 2003 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru dan Kendaraan Bermotor Yang Sedang Diproduksi (current production). 12) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun 2009 tentang Ambang Batas Kebisingan Kendaraan Bermotor Tipe Baru.
108
13) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas Bumi. 14) Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup
Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 2012 tentang Baku MutuEmisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori L3. 15) Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup
Republik
Indonesia Nomor 07 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Industri Rayon. 16) Peraturan Menteri Indonesia Nomor
Negara Lingkungan Hidup
Republik
23 Tahun 2012 tentang Baku Mutu Emisi
Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori L3. d. Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup 1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep43/MENLH/10/1996 tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas Di Dataran. 2) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengukuran Kriteria Baku Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa. 3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2001 tentang Kriteria Baku Mutu Kerusakan Terumbu Karang.
109
4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun. 5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove. 7. Perizinan 1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan 2) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun 3) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan dan Beracun Serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun oleh Pemerintah Daerah 4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2003 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan Pemanfaatan Air Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit. 5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air atau Sumber Air.
110
6) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 142 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau Sumber Air. 7) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2006
tentang
Persyaratan
dan
Tata
Cara
Perizinan
Pembuangan Air Limbah Ke Laut. 8. Program Insentif dan Disinsentif 1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP15/MENLH/4/1996 tentang Program Langit Biru. 2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP45/MENLH/11/1996 tentang Program Pantai Lestari. 3) Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
Nomor
04/BAPEDAL/01/1998 tentang Penetapan Prioritas Daerah Tingkat I Program Kemitraan Dalam Pengelolaan Limbah B3. 4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 93 Tahun 2004 tentang Program Bangun Praja. 5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 252 Tahun 2004 tentang Program Penilaian Peringkat Hasil Uji Tipe Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru. 6) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2006 tentang Program Menuju Indnoesia Hijau.
111
7) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata. 8) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun 2009 tentang Urusan Pemerintah diBidang Lingkungan Hidup Yang Dapat Didekonsentrasikan. 9) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun 2009 tentang Program ADIPURA(Menggantikan Permen No.99 Tahun 2006 tentang Program ADIPURA dan Permen No.14 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Program ADIPURA). 10) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2011 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. 11) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adipura. 12) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2012tentangProgram Menuju Indonesia Hijau. 9. Anggaran Berbasis Lingkungan Hidup 1) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2011 tentang Ganti Kerugian Akibat Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup. 2) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tentang Nomor 22 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan MENLH Nomor 14 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Anggaran, Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan pada Satker di Lingkup Kementerian LH.
112
3) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2012 tentang
Petunjuk
Teknis
Penyelenggaraan
dan
Tugas
Pembantuan Bidang Lingkungan Hidup Tahun 2013. 4) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 26 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus Bidang Lingkungan Hidup Tahun Anggaran 2013. 10. Audit Lingkungan Hidup Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2013 tentang Audit Lingkungan Hidup 4.1.12 Data dan Informasi Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pelayanan Informasi Publik. 4.1.13 Pengawasan dan Penegakan Hukum 1. Penegakan Hukum Administrasi 1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun 2001 tentang Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup dan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah. 2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 56 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup Bagi Pejabat Pengawas. 3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 57 Tahun 2002 tentang Tata Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup di Kementerian Lingkungan Hidup.
113
4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 2002 tentang Tata Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Di Propinsi/Kabupaten/Kota. 5) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2010
tentang
Tata
Cara
Pengaduan
dan
Penanganan
Pengaduan Akibat Dugaan Pencemaran dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup. 6) Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 39 Tahun 2011 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Lingkungan Hidup dan Angka Kreditnya. 7) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2012 tentang Tata Laksana Jabatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Lingkungan Hidup 2. Penegakan Hukum Perdata 1) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2000 tentang Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Di Luar Pengadilan. 2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 77 Tahun 2003 tentang Pembentukan Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Di Luar Pengadilan (LPJP2SLH) pada Kementerian Lingkungan Hidup. 3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 78 Tahun 2003 tentang Tata Cara Pengelolaan Permohonan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Di Luar Pengadilan pada Kementerian Lingkungan Hidup.
114
4) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyidikan Tindak Pidana Di Bidang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 4.1.14 Kapasitas Sumber Daya Manusia 1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 95 Tahun 2004 tentang Klasifikasi Pendidikan dan Pelatihan Lingkungan Hidup. 2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 178 Tahun 2004 tentang Kurikulum Penyusunan, Penilaian dan Pedoman Serta Kriteria Penyelenggaraan Pelatihan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. 3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 26 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan di Bidang Lingkungan Hidup. 4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis dan Persyaratan Kompetensi Pelaksanaan Retrofit dan Recycle pada Sistem Refrigerasi. 5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun 2006 tentang Pedoman Umum Standardisasi Kompetensi Personil dan Lembaga Jasa Lingkungan. 6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2009 tentang Sertifikasi Kompetensi dan Standar Kompetensi Menager Pengendalian Pencemaran Air.
115
7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 22 Tahun 2009 tentang Tata Laksana Registrasi Kompetensi Bidang Lingkungan. 8. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 31 Tahun 2009 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan, Ekolabel, Produksi Bersih, dan Teknologi Berwawasan Lingkungan di Daerah. 9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penerapan Standar Nasional Indonesia dan Standar Kompetensi Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup di Daerah. 10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2010
tentang
Kriteria
dan
Sertifikasi
Bangunan
Ramah
Lingkungan. 11. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 06 Tahun 2012 tentang Pedoman Rencana Pembiayaan Penerapan Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota 12. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pendidikan dan/atau Pelatihan di Bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 4.1.15 Kapasitas Kelembagaan 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara.
116
2. Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2005 tentang Pengesahan Framework Agreement Between The Government Of The Republic Of Indonesia And The Secretariat Of The Basel Convention On The Control Of Transboundary Movement Of Hazardous Waste And Their Disposal On The Establishment Of A Basel Convention Regional Centre For Training And Technology Transfer For Southeast Asia (Persetujuan kerangka kerja antara Pemerintah republik Indonesia dan Sekretariat Konvensi Basel mengenai Pengawasan perpindahan lintas batas limbah bahan berbahaya dan beracun serta pembuangannya tentang pembentukan pusat regional konvensi basel untuk pelatihan dan alih teknologi bagi Asia Tenggara. 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara. 4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara. 5. Keputusan Bersama Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kepala Kepegawaian Negara Nomor 08 Tahun 2002 & Nomor 22 Tahun 2002
tentang
Petunjuk
Pelaksanaan
Jabatan
Fungsional
Pengendalian Dampak Lingkungan dan Angka Kreditnya. 6. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 47/Kep/M.Pan/8/2002 tentang Jabatan Fungsional Pengendalian Dampak Lingkungan dan Angka kreditnya. 7. Peraturan
Menteri
Pemberdayaan
Aparaturan
Negara
dan
Reformasi Birokrasi Nomor 39 Tahun 2011 tentang Jabatan Fungsional Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup dan Angka Kreditnya.
117
8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 61 Tahun 2003
tentang
Petunjuk
Teknis
Pelaksanaan
Penyesuaian
(INPASSING) ke dalam Jabatan dan Angka Kredit Pengendali Dampak Lingkungan. 9. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 62 Tahun 2004 tentang Tata Cara Permintaan, Pemberian dan Pergantian Tunjangan Jabatan Fungsional Pengendalian Dampak Lingkungan. 10. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 75 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Laksana Pusat Produksi Bersih. 11. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 148 Tahun 2004 tentang Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah. 12. Peraturan MENLH Nomor 19 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota. 13. Peraturan MENLH Nomor 20 Tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Kabupaten/Kota. 14. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun 2009 tentang Laboratorium Lingkungan Hidup. 16. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2010 – 2014.
118
17. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pedoman Tata Naskah Dinas Kementerian Lingkungan Hidup. 18. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun 2011
tentang
Perubahan
Atas
Peraturan
Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Negara Rencana
Strategis Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2010 – 2014. 19. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penyusunan Peraturan Perundangundangan di Kementerian Lingkungan Hidup. 20. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Perumusan Materi Muatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Peraturan Perundangundangan. 21. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun 2011 tentang Pedoman Materi Muatan Rancangan Peraturan Daerah di Bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 22. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2011 tentang Pedoman Materi Muatan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. 23. Peraturan Bersama Menteri Negara Lingkungan Hidup Dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor : 09 Tahun 2012 Nomor : 06 Tahun 2012 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi
119
Nomor 39 Tahun 2011 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Lingkungan Hidup Dan Angka Kreditnya. 24. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 08 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Dekonsentrasi Bidang Lingkungan Hidup Tahun 2012. 25. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup. 26. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 tentang Program Kampung Iklim. 27. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2012 tentang Akreditasi Lembaga Pelaksana Pendidikan dan/atau Pelatihan di Bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup . 28. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan HIdup
Nomor 10A Tahun 2006 tentang
Pedoman Teknis Penyaluran Pembiayaan Bagi Kegiatan Debt for Nature Swap (DNS) Dengan Pemerintah Jerman Untuk Investasi Lingkungan Bagi Usaha Mikro Dan Kecil (UMK). 29. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10A Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis Penyaluran Pembiayaan Bagi Kegiatan
120
Debt for Nature Swap (DNS) Dengan Pemerintah Jerman Untuk Investasi Lingkungan Bagi Usaha Mikro Dan Kecil (UMK) 4.1.16 Perjanjian Internasional 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations
Convention
on
Biological
Diversity
(Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati). 2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Frame Work Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja PBB Mengenai Perubahan Iklim). 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Protokol Kyoto Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (Ratification of Kyoto Protocol to the United Nations Framework Convention on Climate Change). 4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pengesahan Cartagena Protokol on Biosafety to The Convention on Biological Diversity (Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayati Atas Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati). 5. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2009 tentang Pengesahan Stockholm Convention On Persistens Organic Pollutant (Konvensi Stokholm tentang Bahan Pencemar Organik Yang Persistent). 6. Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1987 tentang Pengesahan Amandemen 1979 atas Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora, 1973. 7. Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pengesahan Vienna Convention for The Ozon Layer dan Montreal Protocol on
121
substances That Deplete The Ozone Layer As Adjusted and Amanded by The Second Meeting of Parties London, 27-29 June 1990. 8. Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1993 tentang Pengesahan Basel Convention on The Control of Transboundary Movements of Hazardous Wastes and Their Disposal. 9. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2005 tentang Pengesahan Beijing Amendment to the Montreal Protocol on Substances That Deplete The Ozone Layer (Amandemen Beijing Atas Protokol Montreal tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan Ozon). 10. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2005 tentang Pengesahan Montreal Amendment to the Montreal Protocol on Substances That Deplete The Ozone Layer (Amandemen Montreal atas Protokol Montreal Tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan Ozon). 11. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2005 tentang Pengesahan Amendment
to the Basel Convention on the control of
Transboundary Movement of hazardous waste and their disposal (Amandemen
Atas
Perpindahan
lintas
Konvensi batas
Basel
limbah
tentang bahan
Pengawasan
berbahaya
dan
pembuangannya). 12. Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2005 tentang Pengesahan Framework Agreement Between The Government Of The Republic Of Indonesia And The Secretariat Of The Basel Convention On The Control Of Transboundary Movement Of Hazardous Waste And Their Disposal On The Establishment Of A Basel Convention Regional Centre For Training And Technology Transfer For Southeast Asia (Persetujuan kerangka kerja antara Pemerintah
122
republik Indonesia dan Sekretariat Konvensi Basel mengenai Pengawasan perpindahan lintas batas limbah bahan berbahaya dan beracun serta pembuangannya tentang pembentukan pusat regional konvensi basel untuk pelatihan dan alih teknologi bagi Asia Tenggara. 4.2
Peraturan Perundang-Undangan Skala Provinsi Jawa Barat
Berikut ini
adalah daftar peraturan perundang-undangan skala
provinsi bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan pengelolaan sampah berdasarkan tahun pembuatan: 1) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 6 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri di Jawa Barat. 2) Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 3) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 69 Tahun 2005 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. 4) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. 5) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. 6) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013.
123
7) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor
7 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Perikanan. 8) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 24 Tahun 2007 tentang Pengendalian Pencemaran Air. 9) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara. 10) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor
5 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Air Tanah. 11) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2025. 12) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor 12 Tahun 2010
tentang Pengelolaan Sampah Di Jawa Barat. 13) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor
6 Tahun 2011
tentang Pengurusan Hutan Mangrove Dan Hutan Pantai. 14) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Penaatan Hukum Lingkungan. 15) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Penaatan Hukum Lingkungan. 16) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor 23 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Di Jawa Barat.
124
17) Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 56 Tahun 2012 tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Gas Rumah Kaca. 18) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelestarian dan Pengendalian Pemanfaatan Kawasan Lindung. 19) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air dan Pengendalian Pencemaran Air Sungai Cimanuk, Sungai Cilamaya dan Sungai Bekasi. 20) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 78 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. 21) Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 660.31/Sk/694-BKPMD/82 Tahun 1982 tentang Tata Cara Pengendalian dan Kriteria Pencemaran Lingkungan Akibat Industri. 22) Keputusan Gubernur Jawa Barat Bplhd/2004
tentang
Pembentukan
Nomor 660.3/Kep.1197Pos
Pengaduan
Kasus
Pencemaran Dan Perusakan Lingkungan Hidup. 23) Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor 660.3/46/BPLHD Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Inventarisasi dan Identifikasi Sumber Pencemaran di Jawa Barat (Air). 24) Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor 660.31/58/BPLHD Tahun 2010 tentang Pengendalian Pencemaran Air di DAS Cilamaya.
125
DAFTAR PUSTAKA Hamrat H., dan Bambang P., 2007. Pengawasan Industri dalam Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Yayasan Obor Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidup. 2010. Panduan Penataan Pengelolaan Lingkungan Industri Minyak Sawit. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Elektronika. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Hotel. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Kendaraan Bermotor (Otomotif). Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Keramik. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Peleburan Besi dan Baja. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Pulp dan Kertas. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Pupuk. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Rumah Sakit. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Semen. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Tekstil. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
ix
Kementerian Lingkungan Hidup. 2013. Pedoman Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta: Deputi Bidang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Dan Sampah. Pusdiklat Kementerian Lingkungan Hidup dan Pusdiklat Provinsi Jawa Barat, 2012, Diklat Dasar-Dasar Pengawasan Lingkungan Hidup. Wahyuni, Sri. 2014. Pengawasan Pengendalian Pencemaran Udara. Bandung: Pelatihan Aparatur Pengawas Kabupaten/Kota.
x