BUKU HASIL TERJEMAHAN
JUDUL : HAMA DAN PENYAKIT UTAMA UBI JALAR
Pengantar Buku yang berjudul Hama dan Penyakit Utama pada Ubi Jalar ini merupakan hasil terjemahan dari buku yang dipublikasikan oleh International Potato Center (CIP) dengan judul asli Sweetpotato: Major Pests, Diseases, and Nutritional Disorders pada tahun 1997. Penulis hanya menterjemahkan sebagian dari isi buku asli, khususnya pada topik yang membahas hama dan penyakit utama ubi jalar di wilayah Asia. Penulis mendapatkan bahan terjemahan ini dengan cara mendownload file pdf dari internet dengan alamat situs
http:// cipotato.org/wpcontent/uploads/publication%20files /.../002435.pdf. Semoga buku hasil terjemahan ini bermanfaat bagi kita semua.
1|H al
Pendahuluan
Tujuan dari panduan lapangan ini adalah untuk membantu
para
peneliti
dan
penyuluh
dalam
mengidentifikasi hama dan penyakit pada tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas). Panduan ini didasarkan pada pengalaman yang diperoleh dari berbagai wilayah di dunia sejak tahun 1990. Berbeda dengan sebagian besar tanaman penghasil bahan
pokok
utama
lainnya,
ubi
jalar
mampu
menghasilkan hasil panen yang relatif tinggi meskipun dalam kondisi yang relatif buruk. Namun demikian, sejumlah hama dan penyakit berpengaruh terhadap hasil budidaya tanaman ubi jalar. Di antara kendala hama dan penyakit, kumbang penggerek ubi jalar (Cylas spp.) dan penyakit virus mungkin memberikan kontribusi paling besar dalam menyebabkan kerugian. Selain itu, serangga hama pemakan daun seperti kupu-kupu
ubi
jalar
(Acraea
acerata)
dapat
menyebabkan kerugian yang signifikan pada saat terjadi ledakan hama. Permasalahan kekurangan nutrisi pada tanaman ubi jalar dalam menyebabkan 2|H al
kehilangan hasil relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan
permasalahan
Kekurangan
nutrisi
hama
berpengaruh
dan
penyakit.
pada
toleransi
tanaman ubi jalar terhadap serangan hama dan penyakit. Dasar keberhasilan pengendalian hama dan penyakit ubi jalar yaitu melalui pengendalian tanaman secara terpadu. Ini berarti pencegahan infestasi serangga dan infeksi oleh patogen dilakukan melalui penggunaan praktik-praktik budaya yang baik dan konservasi musuh alami. Praktek-praktek budidaya yang baik diantaranya pemilihan bibit yang sehat dari varietas yang dapat beradaptasi dengan baik, melakukan rotasi tanaman, sanitasi kebun yang baik, dan pemeliharaan kesuburan tanah. Konservasi musuh alami misalnya dengan cara menghindari penggunaan pestisida, meningkatkan peran musuh alami melalui praktik budidaya untuk menjaga kelestarian habitat musuh alami, dan melakukan introduksi musuh alami jika diperlukan. Pengelolaan
tanaman
dilaksanakan
secara
terpadu
untuk
komprehensif
di
ubi
jalar
Sekolah 3|H al
Panduan
Petani
Lapang
melalui
program
Pengendalian Tanaman Ubi Jalar Secara Terpadu. Publikasi program ini dapat diperoleh di Kantor Wilayah CIP untuk Asia Timur, Tenggara dan Pasifik atau di kantor pusat CIP yang bermarkas di Kota Lima, Peru. Literatur mengenai masalah kekurangan nutrisi tanaman dibahas secara lengkap pada hasil publikasi yang berjudul Gejala Kekurangan Nutrisi Tanaman pada Ubi Jalar, yang disediakan oleh Australian Centre for International Agricultural Research. Foto-foto dalam publikasi ini dikumpulkan dari koleksi penulis dan rekan-rekan.
4|H al
Serangga
Hama
pada
Ubi
Jalar
dan
Pengelolaannya
Banyak spesies serangga hama yang menyerang ubi jalar dan memiliki arti penting yang berbeda-beda untuk setiap wilayah budidaya ubi jalar. Untuk spesies dalam satu wilayah, spesies yang mempunyai arti penting
tergantung
pada
musim;
kebanyakan
serangga hama menjadi masalah terutama selama periode kering. Dalam panduan ini, berdasarkan kerusakan yang disebabkannya serangga hama dibagi menjadi tiga kelompok yaitu pada hama perusak daun, batang dan akar/umbi. Kerusakan pada daun dapat menurunkan hasil namun besarannya tergantung pada tingkat keparahan serangan dan tahap pertumbuhan tanaman ubi jalar di mana itu terjadi. Di beberapa daerah, serangga
hama
masalah
pada
pembentukan
pemakan saat daun.
daun
tanaman Serangga
dapat
menjadi
memasuki hama
fase bisa
menyebabkan kerusakan secara langsung melalui aktivitas makan, namun untuk serangga tertentu 5|H al
seperti
aphids
dan
kutu
kebul
menyebabkan
kerusakan secara tidak langsung karena berperan sebagai vektor yang menularkan virus. Kerusakan berat pada batang dapat menyebabkan tanaman ubi jalar menjadi layu atau bahkan mati. Kerusakan pada sistem vaskular tanaman dapat disebabkan oleh aktivitas makan serangga, pembuatan lubang gerekan dan infeksi patogen pada jaringan yang luka sehingga dapat
mengurangi
Kerusakan
pada
ukuran umbi
dan
(bagian
jumlah
umbi.
tanaman
yang
dikonsumsi oleh manusia) terdiri dari dua jenis, yaitu kerusakan Kerusakan
eksternal eksternal
dan
kerusakan
berpengaruh
internal. terhadap
penurunan kualitas. Kerusakan eksternal pada umbi berdampak terhadap penurunan nilai jual bahkan pada tingkat ekstrim umbi tersebut menjadi tidak laku dijual. Namun demikian, untuk keluarga yang tinggal di daerah pertanian, umbi dengan kualitas tersebut masih bisa dikonsumsi. Kerusakan internal sering menyebabkan kerugian secara menyeluruh.
6|H al
Kumbang Penggerek Ubi Jalar Cylas spp. (Coleoptera : Curculionidae)
1
2
3
4
5
6
Deskripsi. Tiga spesies dari genus Cylas merupakan hama pada tanaman ubi jalar. Secara umum ketiga spesies tersebut dikenal dengan nama kumbang penggerek ubi jalar. Ketiga spesies tersebut, antara 7|H al
lain :
Cylas
formicarius,
C. puncticollis,
dan
C. brunneus (ditemukan di Afrika). C. formicarius terdapat di Asia dan beberapa negara di Karibia. Serangga dewasa dari ketiga spesies tersebut adalah kumbang yang mempunyai bentuk tubuh memanjang seperti semut dan dapat dibedakan satu sama lainnya. Cylas puncticollis adalah yang paling mudah untuk dibedakan karena serangga dewasanya berwarna hitam dan
ukurannya lebih besar
dibandingkan
dengan kedua spesies lainnya (Gbr. 1). C. formicarius memiliki abdomen berwarna hitam kebiruan dan torak berwarna coklat kemerahan. Kumbang C. brunneus berukuran kecil dan mempunyai warna yang tidak seragam. Telur semua spesies Cylas berbentuk bulat dan mengkilap (Gbr. 2). Larva berwarna putih, mempunyai bentuk tubuh melengkung dan tidak berkaki (Gbr. 3). Pupa berwarna putih (Gbr. 4). Kerusakan. Gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh ketiga spesies Cylas adalah sama. Kumbang dewasa penggerek ubi jalar memakan epidermis pangkal batang dan daun serta memakan bagian permukaan 8|H al
luar dari umbi sehingga menyebabkan terbentuknya lubang pada umbi. Lubang yang disebabkan oleh aktivitas makan kumbang dapat dibedakan dengan lubang yang diakibatkan oleh aktivitas oviposisi kumbang betina, karena lubang tersebut lebih dalam dan
ditemukan
adanya
kotoran/bekas
gerekan
(Gbr. 5). Larva yang berkembang didalam umbi membuat
lubang
gerekan
dan
menyebabkan
kerusakan yang signifikan. Akibat aktivitas larva pada saat
membuat
terbentuknya gerekan
lubang
gerekan
serbuk/tepung
didalam
umbi.
mengakibatkan
pada
rongga
bekas
Umbi
yang
rusak
menghasilkan senyawa beracun (senyawa terpene) sehingga mengakibatkan umbi tersebut tidak dapat dikonsumsi meskipun kandungan senyawa terpene pada umbi kadarnya rendah dan tingkat kerusakan fisiknya pun relatif ringan. Gejala kerusakan yang timbul
pada
pangkal
batang
yaitu
terjadinya
malformasi, penebalan, dan adanya peretakan pada bagian dalam jaringan yang terserang (Gbr. 6). Penyebaran dan arti penting. Kumbang Cylas merupakan hama penting pada tanaman ubi jalar di 9|H al
seluruh dunia, terutama di daerah-daerah yang beriklim kering. Dengan kata lain, kumbang Cylas merupakan hama utama pada ubi jalar. Daerah sebaran. C. formicarius merupakan hama penting di India, negara-negara di Asia Tenggara, Oseania, Amerika Serikat dan Karibia. Di Afrika, C. formicarius ditemukan hanya di daerah Natal-Afrika Selatan dan di pesisir Kenya. Daerah sebaran C. puncticollis dan C. brunneus relatif terbatas yaitu hanya ditemukan di Afrika. Biologi. Semua spesies kumbang penggerek ubi jalar mempunyai siklus hidup yang sama. Kumbang betina meletakkan telurnya satu per satu kedalam rongga kecil pada bagian pangkal batang atau umbi. Rongga kecil tempat meletakkan telur ditutupi dengan lapisan pelindung sehingga sulit untuk dilihat. Larva yang berkembang membuat lubang gerekan di bagian dalam pangkal batang atau umbi. Stadia pupa terjadi didalam umbi. Beberapa hari setelah keluar dari pupa, kumbang dewasa muncul dari pangkal batang atau umbi. Kumbang betina mencari umbi sebagai tempat untuk
bertelur
dengan
cara
masuk
melalui 10 | H a l
celah/retakan tanah karena kumbang betina tidak bisa menggali tanah. Tanaman inang alternatif kumbang penggerek ubi jalar adalah tumbuhan liar dari genus Ipomoea spp. Jenis kelamin kumbang Cylas dapat dibedakan berdasarkan bentuk antenanya. Antena kumbang jantan berbentuk filiform, ruas-ruas antena memiliki ukuran sama dan silindris, sedangkan pada kumbang betina ruas terakhir/bagian ujung antena berbentuk seperti gada. Kumbang Cylas jantan memiliki mata faset lebih besar daripada betina. Pada suhu optimal yaitu sekitar 27°-30°C, satu siklus hidup C. formicarius (telur – larva – pupa – imago) memerlukan waktu sekitar 33 hari. Umur kumbang (serangga dewasa) berkisar antara 2,5 s/d 3,5 bulan. Pada
periode
tersebut,
kumbang
betina
dapat
menghasilkan telur sekitar 100 – 250 telur. Pada kondisi suhu dibawah suhu optimal, perkembangan Cylas membutuhkan waktu lebih lama. Pada suhu 27°C, C. puncticollis memerlukan waktu 32 hari untuk menyelesaikan satu siklus hidupnya, sedangkan C. Brunneus membutuhkan waktu 44 hari. 11 | H a l
Umur kumbang C. puncticollis rata-rata 100 hari, sedangkan kumbang C. brunneus sekitar 2 bulan. Kumbang betina C. puncticollis menghasilkan telur sebanyak sedangkan
90-140 telur kumbang
selama betina
masa hidupnya, C.
brunneus
menghasilkan telur sebanyak 80-115 telur. Pengendalian. Pada saat populasi kumbang Cylas tinggi, tidak ada satu pun metode pengendalian yang dapat memberikan perlindungan memadai terhadap pertanaman ubi jalar. Integrasi beberapa teknik pengendalian, dengan penekanan pada pencegahan serangan dari kumbang Cylas merupakan tindakan perlindungan tanaman yang lebih efektif. Pengendalian secara kultur teknis. Pengendalian secara kultur teknis terhadap kumbang Cylas telah terbukti efektif dan harus menjadi dasar utama dari tindakan pengendalian yang dilakukan. Pengendalian secara kultur teknis meliputi :
Penggunaan bahan tanam (stek batang) yang terbebas dari infestasi kumbang Cylas.
Melakukan rotasi tanaman.
12 | H a l
Membersihkan
dan
menyingkirkan
sisa-sisa
tanaman atau umbi sisa panen sebelumnya yang tertinggal di lapangan (sanitasi).
Melakukan penggenangan lapangan selama 24 jam setelah selesai panen.
Melakukan penanaman dan pemanenan tepat pada waktunya untuk menghindari periode kering.
Membersihkan dan menyingkirkan inang alternatif, tumbuhan inang liar.
Menanam ubi jalar jauh dari daerah sumber serangan kumbang Cylas.
Pengurugan guludan tanah di sekitar pangkal batang tanaman dan pengurugan retakan-retakan tanah.
Menerapkan sistem pengairan yang cukup untuk mencegah atau mengurangi tanah retak. 7
Perlakuan pada bahan tanam. Perendaman
bibit
tanaman
kedalam
larutan
Beauveria
bassiana
atau
insektisida
13 | H a l
(seperti karbofuran atau diazinon) selama 30 menit sebelum penanaman (Gbr. 7) dapat mengendalikan kumbang Cylas untuk periode awal dari musim tanam. Penggunaan varietas yang lebih tahan. Varietas tahan
atau
varietas
yang
mempunyai
tingkat
ketahanan yang tinggi terhadap kumbang penggerek ubi jalar sampai dengan saat ini belum ada. Beberapa varietas memiliki tingkat ketahanan yang rendah hingga menengah. Varietas lainnya terhindar dari serangan
kumbang
Cylas
karena
umbi
yang
dihasilkannya terletak lebih dalam dari permukaan tanah atau karena varietas tersebut mempunyai masa panen yang singkat dan dapat dipanen lebih awal. Feromon seks. Feromon 8
spesifik
yang
dihasilkan
oleh kumbang betina untuk menarik kumbang jantan dari ketiga spesies Cylas telah berhasil diidentifikasi. Feromon lures untuk C. formicarius
sudah
tersedia
secara
komersial.
Perangkap feromon digunakan sebagai alat untuk memonitoring dan memantau keberadaan populasi 14 | H a l
kumbang Cylas. Banyak perangkap hasil rancangan petani dengan menggunakan bahan lokal efektif untuk menangkap kumbang Cylas (Gbr. 8). Hasil tangkapan pada perangkap bisa menjadi indikator ada tidaknya kumbang Cylas. Jika pada perangkap tidak ditemukan kumbang
Cylas,
itu
merupakan
indikasi
bahwa
pertanaman ubi jalar di lapangan aman dari serangan kumbang Cylas. Agensia
hayati.
Agensia
hayati
yang
dapat
dimanfaatkan untuk mengendalikan kumbang Cylas antara
lain
anisopliae,
Beauveria nematoda
Steinernema spp.
bassiana, Heterorhabditis
Jamur
Metarrhizium spp.
entomopatogen
dan
tersebut
diatas dapat menginfeksi dan membunuh serangga dewasa (kumbang),
sedangkan
nematoda
dapat
membunuh larva. Predator. Semut, laba-laba, kumbang Carabidae dan cocopet merupakan predator-predator umum yang mempunyai peranan penting sebagai musuh alami kumbang Cylas.
15 | H a l
Penggerek Batang Ubi Jalar Omphisia anastomasalis (Lepidoptera : Pyralidae)
Deskripsi 9
dan
Biologi.
Sebagian besar telur diletakkan secara individual di permukaan daun bagian bawah, terutama di bagian tepi daun. Ada juga telur yang diletakkan pada batang.
10 0
Stadia
telur,
dengan waktu
pupa rata-rata
larva
sampai
membutuhkan 55-65
hari.
Stadia larva terdiri atas enam instar. Larva yang baru muncul memiliki kepala berwarna coklat 11
sedangkan
bagian
tubuhnya
berwarna
kemerahan
atau
merah muda. Setelah beberapa hari, tubuhnya berubah menjadi berwarna krem dan mempunyai bintik-bintik hitam. Ukuran larva besar mencapai 16 | H a l
30 mm (Gbr. 9). Pada tanaman yang terserang biasanya terdapat tumpukan serbuk halus berwarna kecoklatan
di
sekitar
pangkal
batang.
Sebelum
menjadi pupa, larva membuat lubang keluar yang ditutupi
dengan
lapisan
pelindung.
Masa
pupa
berlangsung sekitar dua minggu, berada didalam kepompong yang tertutup oleh serat dan terletak didalam terowongan/lubang gerekan pada batang (Gbr. 10). Serangga dewasa penggerek batang yaitu berupa ngengat muncul dengan cara menerobos lapisan tipis dari pelindung yang menutupi lubang keluar. Ngengat hidup selama 5-10 hari. Ngengat betina dapat meletakkan telur dengan jumlah rata-rata mencapai 150-300 telur. Ngengat berukuran 15 mm. Kepala dan bagian tubuh ngengat berwarna coklat kemerahan, sedangkan sayapnya berwarna coklat muda (Gbr. 11). Kerusakan. Larva membuat lubang dengan cara menggerek bagian dalam batang tanaman ubi jalar tidak lama setelah larva keluar dari telur, dan kadangkadang aktivitas
menembus makan
leher
larva
pangkal
umbi.
menyebabkan
Akibat
terjadinya 17 | H a l
pembesaran dan lignifikasi pada pangkal batang dan terbentuknya rongga dimana rongga tersebut diisi dengan serbuk halus bekas gerekan. Tanaman menjadi layu dan mati. Serangan penggerek batang pada tahap awal pertumbuhan tanaman ubi jalar dapat menghambat pembentukan umbi. Penyebaran dan arti penting. Penggerek batang merupakan salah satu hama yang paling merusak pada tanaman ubi jalar di daerah tropis dan sub tropis Asia serta daerah Pasifik. Hama penggerek batang ubi jalar tersebar luas di Filipina, Indonesia, India, Sri Lanka, Malaysia, Taiwan, Hawaii, dan Vietnam. Serangan hama penggerek batang ubi jalar juga terjadi di negara Cina, Jepang, Kamboja, Laos, Burma (Myanmar) dan Thailand. Serangan pada saat fase pertumbuhan
tanaman
dapat
mengakibatkan
kehilangan hasil 30-50% atau lebih. Pengendalian.
Penggunaan
bahan
tanam
yang
mengandung telur penggerek batang atau menanam tanaman baru yang berdekatan dengan pertanaman yang sudah terserang penggerek batang merupakan sarana
utama
terjadinya
penyebaran
hama
ini.
18 | H a l
Perlakuan pada bahan tanam dan pergiliran tanaman mempunyai arti penting terhadap pengendalian hama ini. Pengurugan pada guludan sering dipraktekkan untuk mengurangi kerusakan dari serangan kumbang penggerek ubi jalar. Namun, selain itu ternyata pengurugan pada guludan juga memberikan kontribusi positif
terhadap
upaya
pengendalian
penggerek
batang. Pengurugan pada guludan menjadi efektif karena lubang yang dibuat oleh larva sebagai jalan keluar untuk serangga dewasa penggerek batang menjadi tertutupi oleh tanah. Cocopet dan semut dapat menyerang larva yang masih berkembang dalam batang tanaman ubi jalar. Sumber ketahanan genetik terhadap penggerek batang ubi jalar sudah bisa
diidentifikasi
oleh
Balai
Penelitian
dan
Pengembangan Tanaman Sayuran Asia, Taiwan.
19 | H a l
Kepik Ubi Jalar Physomerus grossipes (Hemiptera: Coreidae)
Deskripsi dan Biologi. Kepik ubi jalar meletakkan kelompok telur pada permukaan bagian bawah daun atau pada batang. Imago kepik betina melindungi telur dan kelompok nimfa muda (Gbr. 12). 12
Stadia telur berlangsung selama kurang lebih 15 hari. Stadia nimfa terdiri
atas
keseluruhan,
5
instar.
Secara
waktu
yang
dibutuhkan oleh kepik jantan untuk menyelesaikan satu siklus hidupnya yaitu sekitar 85 hari sedangkan kepik betina memerlukan waktu 88 hari. Ukuran kepik dewasa sekitar 20 mm. Kerusakan. Nimfa dan imago kepik ubi jalar menusuk batang dan tangkai ubi jalar untuk menghisap cairan tanaman sehingga menyebabkan tanaman menjadi layu dan kerdil. 20 | H a l
Distribusi dan arti penting. Kepik ubi jalar ditemukan di Asia Tenggara, namun statusnya masih sebagai hama minor. Pengendalian. Kepik ubi jalar dalam jumlah besar biasanya ditemukan pada saat aktivitas makan, sehingga
tindakan
pengendalian
dengan
cara
menangkap kepik dan membuang tanaman yang terserang merupakan tindakan pengendalian yang murah dan mudah untuk dilaksanakan.
21 | H a l
Kumbang Penyu Aspidomorpha spp. dan lain-lain (Coleoptera : Chrysomelidae)
17
13
14
15
16
18
19
Deskripsi dan biologi. Telur diletakkan secara berkelompok pada bagian bawah daun ubi jalar atau tanaman lain dari famili Convolvulaceae. Kelompok 22 | H a l
telur dari beberapa spesies dilindungi oleh selaput pelindung (Gbr. 13). Ciri-ciri dari larva Aspidomorpha spp. yaitu bentuknya pipih dan berduri. Pada beberapa spesies, bagian ekor dari larva Aspidomorpha spp. terlihat terangkat ke belakang (Gbr. 14 dan 15). Larva dapat
membawa
kotoran
dan
material
bekas
pergantian kulit sebelumnya (Gbr. 16). Duri pada pupa lebih sedikit daripada duri larva. Serangga dewasa berbentuk oval melebar, mempunyai warna yang cerah/terang dan bermotif (Gbr. 17). Larva, pupa, dan serangga dewasa dapat ditemukan pada kedua sisi daun. Perkembangan dari telur hingga serangga dewasa membutuhkan waktu 3-6 minggu, tergantung pada spesies. Kerusakan. Baik serangga dewasa maupun larva memakan
bagian
daun
sehingga
menyebabkan
terbentuknya lubang-lubang besar pada daun. Pada kondisi
serangan
berat
hama
tersebut
dapat
menyebabkan daun menjadi gundul sehingga hanya menyisakan tulang daun saja, atau bahkan dapat menyebabkan batang menjadi patah.
23 | H a l
Distribusi
dan
arti
penting.
Empat
spesies
Aspidomorpha dan delapan spesies lainnya dari Famili Chrysomelidae telah diketahui sebagai hama pada ubi jalar di negara Kenya. Beberapa spesies terdapat di Asia
Tenggara
diantaranya
termasuk
Cassia
circumdata dan C. obtusata, kumbang penyu hijau; A. miliaris, kumbang penyu tutul; A. elevata, kumbang penyu emas (Gbr. 18 dan 19), dan A. amabilis, kumbang penyu yang memiliki elytra berwarna coklat kemerahan. Kumbang penyu tersebar secara luas dan dikenal secara umum. Meskipun kerusakan yang disebabkan oleh kumbang penyu pada daun cukup signifikan, namun tidak pernah sampai menyebabkan kehilangan hasil. Pengendalian.
Pengendalian
terhadap
kumbang
penyu jarang dilakukan. Membersihkan gulma-gulma convolvulaceous yang terdapat di daerah sekitar pertanaman
ubi
jalar
dapat
mengurangi
jumlah
kumbang penyu. Beberapa musuh alami yang sudah dilaporkan diantaranya termasuk parasit telur dan parasit larva (Tetrastichus sp, Eulophidae;. Chalcidae) dan predator (Stalilia sp, Mantidae). 24 | H a l
Ulat Grayak Spodoptera Eridania, S. exigua, S. litura (Lepidoptera: Noctuidae)
20
Deskripsi.
Ngengat
betina
eridania
21
S.
berwarna coklat muda dan memiliki bintik-bintik gelap pada sayap depan (Gbr. 22
23
20).
Ngengat
jantan berukuran lebih kecil bercak
dan hitam
memiliki atau
palang
pada
bagian
tengah
dari
sayap
depan. Larva stadia awal/instar pertama hidup secara berkelompok. Larva instar pertama berwarna hitam, mempunyai bulu-bulu halus (seperti beludru) dan memiliki garis lateral kuning. Pada stadia lanjut, larva berwarna abu-abu atau hijau zaitun dengan dua garis paralel pada bagian dorsal (Gbr. 21). Larva tersebut
25 | H a l
dapat menyebar ke seluruh tanaman dan hidup secara soliter. Telur S. exigua berwarna putih dan diletakkan secara berkelompok. Bentuk kelompok telur yaitu bulat atau oval dan ditutupi dengan suatu lapisan berbulu (Gbr. 22).
Pada
awalnya
larva
berwarna
hijau,
kemudian berubah menjadi berwarna hijau atau coklat tua pada larva instar lanjut. Pada bagian dorsal terdapat garis-garis berwarna kekuningan (Gbr. 23). Stadia pupa berlangsung didalam tanah. Perkembangan telur sampai dengan serangga dewasa dari S. exigua membutuhkan waktu sekitar 23 hari. Ngengat betina S. exigua dapat meletakkan telur hingga mencapai 1.000 butir.
26 | H a l
Telur S. litura diletakkan 24
secara
kelompok.
Jumlah setiap kelompok telur kurang lebih 350 telur.
Kelompok
tersebut
telur
mempunyai
25
bentuk dan ukuran yang bervariasi dan biasanya ditutupi oleh semacam selaput 26
berbulu.
Ulat
keluar dari telur setelah 3-5 hari. Untuk berubah menjadi kepompong ulat tersebut
membutuhkan
waktu sekitar 2 minggu. Larva (Gbr. 24) memiliki ciri khusus yaitu memiliki dua buah sabit hitam pada bagian dorsal dari segmen perut keempat dan kesepuluh yang dibatasi oleh dengan garis-garis lateral berwarna kuning. Larva lebih menyukai tempat yang lembab. Pada siang hari larva bersembunyi di tanah sedangkan pada malam hari larva mulai makan dan merusak tanaman. Stadia pupa berlangsung didalam tanah. Ngengat betina 27 | H a l
kawin beberapa kali dan menghasilkan feromon seks. Pada hari keempat setelah kemunculannya, ngengat jantan sangat sensitif terhadap feromon. Ngengat betina (Gbr. 25) dapat meletakkan telur sebanyak 2.000-3.000 butir. Kerusakan. Larva instar awal memakan epidermis daun. Setelah memasuki instar ketiga, larva memakan jaringan daun parenkim, dan hanya menyisakan tulang-tulang daun (Gbr. 26). Larva instar akhir S. litura sangat rakus dan bahkan bisa menyerang akar ubi jalar apabila akar ubi jalar tersebut terekspos keluar tanah. Distribusi dan arti penting. Ulat grayak tersebar luas
dan
mempunyai
banyak
tanaman
inang.
Keberadaan S. litura terbatas hanya di Asia, Pasifik, dan Australia. Pengendalian. Membersihkan gulma sebagai inang alternatif harus dilakukan. Di Asia, Ipomoea reptans (kankung) dan beberapa gulma (Amaranthus sp., Passiflora
foetida,
Ageratum
alternatif.
Mengumpulkan
sp.)
kelompok
adalah
inang
telur
atau
kelompok larva instar awal yang menyerang daun 28 | H a l
merupakan cara efektif untuk mengendalikan ulat grayak.
Penggunaan
insektisida
atau
Bacillus
thuringiensis dapat dilakukan pada stadia larva instar awal dimana pada saat tersebut larva hidup secara bergerombol. Formulasi polihedral nuklir virus pada saat ini sudah tersedia dan dapat digunakan untuk mengendalikan ulat grayak. Jamur Muscardine hijau, Nomuraea rileyi, mempunyai tingkat patogenisitas yang tinggi terhadap S.litura. Virus Borrelinavirus litura dapat menyebabkan kematian pada ulat grayak setelah masa inkubasi 4-7 hari. Kumbang Carabidae, parasitoid dari Famili Vespidae, laba-laba pemakan larva, dan lebih dari 40 spesies parasitioid Famili Skelionida, Braconid, Ichneumonid telah diketahui sebagai predator dan parasitoid S. litura.
29 | H a l
Ulat Penggulung Daun Convolvuli
Brachmia
Gelechiidae),
(Lepidoptera
Herpetogramma
:
hipponalis
(Lepidoptera : Pyralidae), dan lain-lain
27
Deskripsi dan biologi. Ulat penggulung
daun
berwarna
hitam, B. convolvuli (Gbr. 27), dan
ulat
penggulung
daun
berwarna hijau, H. hipponalis (Gbr. 28), dalam
memakan
daun
digulung, epidermis
dan
bagian
yang
sudah
meninggalkan
permukaan
daun
28
bawah dalam keadaan utuh. Dalam kebanyakan kasus, hanya satu larva ditemukan pada satu gulungan daun. Ulat penggulung daun berwarna hitam meletakkan telurnya secara tunggal pada daun. Telur berbentuk oval dan berwarna putih kekuningan. Telur menetas setelah 3-5 hari. Larva mengalami pergantian instar sebanyak lima kali dan masing-masing instar berlangsung selama 2-5 hari. 30 | H a l
Rata-rata
periode
larva
adalah
11
hari.
Larva
mempunyai tubuh yang lunak, berwarna mencolok dan memiliki tanda putih pada bagian torak dan abdomen. Periode pupa adalah 4-7 hari. Ngengat betina rata-rata hidup selama 5 hari. Ulat penggulung daun berwarrna hijau meletakkan telurnya secara berkelompok pada permukaan atas daun dekat pelepah. Telur berwarna hijau mengkilap, berbentuk lonjong, dan ditutupi dengan bahan gelatin seperti sisik. Telur menetas setelah 3-5 hari. Stadia larva terdiri atas lima instar. Larva berwarna kuning kehijauan, memiliki bulu tipis berwarna coklat, dan pada bagian kepala berwarna coklat gelap. Periode pupa berlangsung 4-8 hari. Ngengat berwarna coklat kekuningan disertai dengan tanda coklat gelap pada sayapnya. Ngengat betina hidup sekitar 3 hari. Kerusakan. B. convolvuli menggulung pinggiran daun hanya sekali, sedangkan H. hipponalis menggulung pinggiran daun sebanyak dua kali dan menghasilkan beberapa
anyaman.
Ulat
penggulung
daun
menyebabkan daun seperti direnda, dengan urat daun utama dibiarkan utuh. 31 | H a l
Distribusi dan arti penting. Ulat penggulung daun tersebar luas di seluruh Asia dan Afrika. Pengendalian.
Umumnya
parasitoid
Braconidae
memiliki rata-rata tingkat parasitasi yang tinggi. Cocopet
dan
predator
generalis
lainnya
juga
merupakan musuh alami yang mempunyai peranan penting. Jika habitat musuh alami tidak terganggu oleh penggunaan pestisida, tindakan pengendalian tidak perlu dilakukan. Penggunaan bahan tanam yang terbebas dari infestasi hama merupakan cara yang efektif untuk mengurangi terjadinya serangan oleh ulat penggulung daun. Di Filipina telah dilaporkan adanya serangan oleh ulat penggulung concursa
daun
berwarna
(Lepidoptera:
coklat,
Pyralidae),
Ochyrotica dan
ulat
penggulung daun berwarna merah muda-bergaris, Anticrota ornatalis (Lepidoptera: Pyralidae). Larva hijau penggulung daun pyralid, Tabidia aculealis, menyerang jaringan mesofil bagian dalam gulungan daun khususnya daun tua. Dilaporkan bahwa di Indonesia serangan ulat penggulung daun pyralid kadang-kadang menyebabkan kerusakan yang berat. 32 | H a l
Belalang Zonocerous
variegatus
(Orthoptera
:
Pyrgomoriphidae), dan Attractomorpha psitticina (Orthoptera : Acrididae),
29
Di Afrika, baik nimfa maupun serangga dewasa belalang Z. variegatus dapat menyebabkan daun tanaman ubi jalar menjadi gundul (Gbr. 29). Ledakan hama belalang jarang terjadi sehingga pengendalian
pun
jarang
dilakukan. Species belalang dari Asia merupakan serangga polifagus, mempunyai bentuk muka yang menceng, bentuk kepala seperti kerucut, mempunyai antena yang pendek dan berwarna hijau cerah. Belalang berukuran 30–40 mm. Belalang keladi/talas betina, Gesonula zonocena mundata (Orthoptera : Acrididae) ditemukan di Asia Tenggara. Belalang ini membuat lubang pada tangkai daun tanaman inang untuk meletakkan telur-telurnya. 33 | H a l
Telur-telur tersebut ditutupi dengan cairan lengket berwarna
coklat
kemerahan.
Belalang
dewasa
berwarna cokelat pucat atau hijau, berukuran 30 mm dan memiliki garis-garis hitam dimulai dari mata sampai dengan ujung sayapnya. Kaki belakang belalang berwarna hitam, tibia berwarna kebiruan dengan warna putih pada ujung spine. Keladi/talas dan eceng gondok merupakan tanaman inang dari belalang G. zonocena mundata.
34 | H a l
Aphids/Kutu Daun Aphis gossypii dan lain-lain (Homoptera: Aphididae)
Deskripsi
dan
Aphids/kutu serangga
daun bertubuh
biologi.
30
adalah lunak,
mempunyai ukuran sekitar 1 2
mm,
berwarna
hijau
sampai
hitam,
kekuningan
dengan atau tanpa sayap (Gbr.
30).
berkembang
Aphids
dapat
biak
secara
aseksual, sehingga pertambahan populasinya bisa terjadi secara cepat. Dalam satu tahun, aphids bisa muncul beberapa generasi. Kerusakan. Aphids menyerang tanaman dengan cara mengisap cairan dari tunas-tunas yang baru tumbuh. Gejala serangan aphids yaitu daun berkerut, keriting, dan menyebabkan daun muda menggulung kebawah. Pada kondisi serangan berat, ketahanan tanaman menjadi sangat berkurang. 35 | H a l
Pada saat aphids memakan daun dan berpindah dari satu tanaman ke tanaman lain, aphids tersebut dapat menularkan virus. Jenis virus yang ditularkan oleh aphid
pada
tanaman
ubi
jalar
adalah
virus
belang/Sweet Potato Feathery Mottle Virus (SFMV). Aphids bersayap dapat menempuh jarak yang cukup jauh dan membawa virus ke daerah yang baru. A. gossypii
memiliki
kisaran
inang
yang
luas,
diantaranya kapas, labu, dan kacang-kacangan. Distribusi dan arti penting. Aphids merupakan hama kosmopolitan. Peranan utama aphids pada tanaman ubi jalar adalah sebagai vektor penyakit virus. Pengendalian. Pengendalian tidak diperlukan dan jarang dilakukan. Predator seperti kumbang koksi, lacewings (Chrysoperla sp.), dan hoverfly secara alami dapat mengurangi populasi aphids. Petani biasanya menggunakan insektisida pada saat terjadi ledakan hama, namun pemakaiannya harus dilakukan dengan hati-hati
karena
perlakuan
insektisida
dapat
mengurangi dan membunuh populasi musuh alami serta dapat menyebabkan terjadinya ledakan hama aphids di kemudian hari. 36 | H a l
Kutu Kebul Bemisia tabaci (Homoptera: Aleyrodidae)
31
Deskripsi Imago
dan
betina
biologi. B.
tabaci
bertelur dibawah daun. Nimfa dari instar pertama sampai dengan instar akhir berwarna 32
putih kehijauan (Gbr. 31), berbentuk oval, seperti sisik, dan agak berduri. Serangga dewasa (Gbr. 32) berukuran kecil sekali
dan sayapnya
berwarna putih ditutupi lapisan lilin yang bertepung. Periode
perkembangan
satu
generasi
B. tabaci
memerlukan waktu 3-4 minggu. Kerusakan.
Populasi
tinggi
kutu
kebul
dapat
menyebabkan daun menguning dan nekrosis. Hama ini lebih berperan sebagai penular virus, terutama virus Sweet Potato Mild Mottle Virus (SMMV).
37 | H a l
B. tabaci
memiliki
kisaran
inang
yang
luas,
diantaranya kapas, tomat, tembakau, dan singkong. Distribusi dan arti penting. B. tabaci merupakan hama kosmopolitan dan mempunyai peranan sebagai vektor penyakit virus SMMV. Pengendalian.
Langkah-langkah
pengendalian
biasanya jarang dilakukan dan tidak diperlukan. Pengendalian kutu kebul bukan merupakan cara yang efektif untuk mengurangi terjadinya serangan penyakit virus yang mereka tularkan.
38 | H a l
Tungau Eriophyes gastrotrichus (Acari: Eriophyidae)
Deskripsi dan biologi. Serangan hama tungau E. gastrotrichus menyebabkan gejala puru pada daun, tangkai, dan batang tanaman ubi jalar (Gbr. 33). Awalnya, puru berwarna hijau muda, tetapi setelah itu puru
tersebut
berubah 33
menjadi
warna
cokelat.
Beberapa tungau dari beberapa stadia yang berbeda dapat hidup didalam puru tersebut. Pada kondisi serangan berat, daun-daun ubi jalar menjadi keriting
sehingga penampilannya seolah-olah sudah tidak berbentuk daun lagi. Penyebaran. Puru yang disebabkan oleh tungau E. gastrotrichus pernah dilaporkan terjadi di Filipina dan Papua Nugini.
39 | H a l
Pengendalian.
Penggunaan bibit
tanaman
yang
bebas tungau harus dikombinasikan bersama-sama dengan tindakan sanitasi lapang yang baik serta pemusnahan gulma yang dapat bertindak sebagai inang alternatif.
40 | H a l
Penyakit/Patogen Ubijalar dan Pengelolaannya
Telah dilaporkan beberapa patogen yang dapat menyerang tanaman ubi jalar. Patogen tersebut muncul secara merata dan keberadaannya pun tersebar luas, namun tingkat kerusakannya bervariasi. Dalam panduan ini, yang termasuk kedalam kelompok penyebab penyakit diantaranya virus, jamur, bakteri dan nematoda. Setiap kelompok patogen dibahas dalam bagian terpisah. Bakteri patogen, meskipun tidak termasuk kedalam penyakit umum pada tanaman ubi jalar, tetapi dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar. Bakteri patogen menyerang jaringan pembuluh,
umbi
serta
akar
penyerap
sehingga
menyebabkan tanaman menjadi layu dan busuk. Jamur patogen diklasifikasikan sesuai dengan jenis penyakit yang disebabkannya, seperti penyakit pada daun, batang, umbi, dan penyakit pasca panen. Secara umum, serangan ringan dari penyakit pada daun dan batang hanya menyebabkan kerusakan kecil, kecuali untuk penyakit kudis, yang merupakan penyakit yang sangat penting di Asia Tenggara. 41 | H a l
Penyakit
ini
mengakibatkan
berkurangnya
hasil
produksi karena mengurangi daerah fotosintesis pada daun dan mengganggu pengangkutan nutrisi serta hasil fotosintesis ke umbi. Di beberapa negara, penyakit busuk umbi tidak menyebabkan kerusakan yang berarti karena ubi jalar dikonsumsi segera setelah panen. Walaupun begitu, patogen busuk umbi ditemukan di lapangan dan dapat menyebabkan kerugian yang signifikan. Nematoda parasit termasuk kedalam mikroorganisme yang dapat menyebabkan kerusakan serius pada umbi baik di lapangan maupun selama penyimpanan. Penyakit yang disebabkan oleh virus dibahas secara khusus pada bagian terpisah karena mempunyai arti penting, meskipun gejala penyakit virus termasuk kedalam kelompok penyakit yang menyerang daun. Dari semua patogen ubi jalar, virus tampaknya berkontribusi
paling
besar
dalam
menyebabkan
kerugian.
42 | H a l
Sweetpotato Feathery Mottle Virus (SPFMV) Vektor Potyvirus : Aphids
Gejala. Gejala virus SPFM
34
pada daun ubi jalar umumnya tidak
terlihat
atau
bahkan
tidak ada. Jikapun ada, gejala tersebut
muncul
berupa
bercak-bercak klorosis tidak teratur
35
dan kadang-kadang
dibatasi
oleh
pigmen
berwarna keunguan. Klorosis terdapat pelepah
pada daun
sepanjang (Gbr.
34).
36
Bercak klorosis terlihat samar atau
tidak
beberapa
jelas.
kultivar,
Pada pigmen
ungu yang mengelilingi bercak klorosis kadang muncul tetapi kadang pula tidak muncul (Gbr. 35). Tampilan gejala pada daun dipengaruhi oleh kepekaan kultivar, tingkat cekaman, tahap pertumbuhan, dan virulensi strain virus. Kondisi tanaman yang berada dalam 43 | H a l
cekaman dapat menyebabkan gejala terlihat jelas. Gejala pada umbi tergantung pada strain SPFMV dan varietas ubi jalar. Strain virus yang umum tidak menyebabkan gejala pada varietas apapun, tetapi strain
virus
"russet
crack"
dapat
menyebabkan
kerusakan nekrosis eksternal pada bagian dalam umbi untuk varietas tertentu (Gbr. 36). Virus SPFM dapat bertahan lama didalam tanaman. Biologi. Virus SPFM ditularkan oleh berbagai spesies aphid secara nonpersistent pada saat menghisap cairan tanaman dalam kurun waktu yang sangat singkat yaitu sekitar 20-30 detik. Baik aphids yang menetap maupun aphids yang mempunyai sayap keduanya dapat menularkan penyakit. Virus SPFM bertahan
pada
stek
yang
terinfeksi
dan
terus
berlangsung selama siklus tanam. Gejala serangan virus pada daun sulit terdeteksi sehingga hal tersebut membuat sulit bagi petani untuk memilih stek yang terbebas dari SPFMV. Di Uganda, stek yang ditanam sebagian besar sudah bebas virus. Di beberapa negara, SPFMV ditemukan dengan SPSVV (lihat bahasan
berikutnya);
hasil
kombinasi
keduanya 44 | H a l
menyebabkan intensitas serangan menjadi berat yang dikenal sebagai penyakit virus ubi jalar (SPVD). Penyebaran. Terjadi di seluruh dunia. Pengendalian. Pengendalian aphids secara ekonomi tidak perlu dilakukan. Yang paling penting dalam mengendalikan
penyakit
virus
SPFM
adalah
menghindari penggunaan tanaman sakit sebagai bahan stek untuk bibit tanaman, melakukan sanitasi, dan penggunaan varietas tahan.
45 | H a l
Sweetpotato Sunken Vein Virus (SPSVV) Vektor Closterovirus : Kutu Kebul
Gejala. Gejala yang disebabkan oleh virus SPSV di setiap wilayah dilaporkan berbeda-beda; di Afrika Timur, penyakit ini dapat menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan mengakibatkan perubahan pada warna daun (biasanya berwarna kemerahan atau menguning) tergantung pada varietas. Di tempat yang lain, selain menyebabkan perubahan warna daun, virus SPSV juga mengakibatkan warna tulang daun menjadi menguning. Beberapa tulang daun sekunder pada permukaan bawah daun menjadi cekung, dan pada
permukaan
abaxial
tulang
daun
menjadi
bengkak. Penyakit ini juga kadang tidak menyebabkan gejala. Biologi. SPSVV ditularkan oleh kutu kebul B. tabaci secara semipersistent. Pada saat menghisap cairan tanaman, kutu kebul B. tabaci membutuhkan waktu selama
beberapa
jam
untuk
memperoleh
atau
mentransmisikan virus secara efisien. Virus tersebut dapat bertahan selama siklus tanam melalui stek yang 46 | H a l
terinfeksi. Virus SPSV biasanya ditemukan bersamaan dengan virus SPFM. Kombinasi dari kedua virus tersebut dapat menyebabkan serangan yang berat pada tanaman, dan dikenal dengan nama penyakit SPVD (lihat bahasan berikutnya). Distribusi dan arti penting. Jika yang menyerang tanaman ubi jalar hanya virus SPSV, kehilangan hasil yang
ditimbulkannya
relatif
kecil,
tetapi
apabila
bergabung dengan infeksi SPFMV menyebabkan SPVD, sehingga kerusakan yang ditimbulkannya sangat berat bahkan sampai bisa menyebabkan puso/gagal panen. SPSVV terjadi di Kenya, Uganda, dan Nigeria, dan telah dilaporkan pula terjadi di Asia, Argentina, Brasil, Peru, dan Amerika Serikat. Pengendalian.
Yang
mengendalikan
penyakit
paling virus
penting
dalam
SPSV
adalah
menghindari penggunaan tanaman sakit sebagai sumber bahan tanam/bibit tanaman dan penggunaan varietas tahan.
47 | H a l
Penyakit Virus Ubi Jalar (SPVD)
Gejala.
Pertumbuhan
tanaman
yang
terserang
penyakit menjadi terhambat dan bentuk daun menjadi kecil dan sempit (seperti melilit), sering diikuti dengan terpilinnya pada bagian tepi daun. Kerutan pada daun, kliring pada tulang daun, dan munculnya bintik-bintik dapat terjadi. Warna bintik biasanya pucat sehingga penampilan tanaman secara keseluruhan seperti mengalami klorosis. Biologi. Penyakit ini disebabkan oleh kombinasi sinergis dari Virus SPFM dengan virus SPSV; sampai sekarang tidak jelas apakah kombinasi virus yang lain ikut terlibat. Distribusi dan arti penting. SPVD merupakan penyakit yang umum di Afrika, di mana SPVD adalah penyakit virus utama pada tanaman ubi jalar di Nigeria, Kamerun, Ghana, dan Uganda. Penyakit ini bisa menyebabkan kehilangan hasil secara total pada tanaman yang terinfeksi. Penyakit ini mungkin identik dengan penyakit yang dilaporkan di Amerika. SPVD 48 | H a l
juga telah dilaporkan di Argentina, Brasil, Peru, Kenya, Amerika Serikat, dan Taiwan. Pengendalian. Pengendalian utama untuk penyakit SPVD adalah menghindari tanaman sakit sebagai sumber bahan tanam dan penggunaan varietas tahan. Petani biasanya menghindari bahan tanam yang terserang penyakit ini karena gejalanya terlihat sangat jelas.
49 | H a l
Sweetpotato Mild Mottle Virus (SPMMV) Vektor Potyvirus : Kutu Kebul
37
Gejala.
Gejala
utama
yang
berkaitan dengan serangan penyakit virus
SPMM
adalah
munculnya
bintik/bercak pada daun dan bentuk daun menjadi kerdil (Gbr. 37). Pada beberapa
kasus,
tulang
daun
mengalami distorsi dan kliring. Di lapangan, gejala virus SPMM pada tanaman sulit didiagnosis dan tidak terlihat. Biologi. Virus SPMM ditularkan secara nonpersisten oleh kutu kebul B. tabaci. Virus SPMM dapat terbawa dan
menular
melalui
bibit
tanaman/stek
yang
terinfeksi. Ada beberapa bukti bahwa virus SPMM membentuk gejala yang kompleks dengan virus SPFM, tapi hal ini masih tidak jelas. Penyebaran. Penyakit virus SPMM telah diidentifikasi dan ditemukan di Kenya, Uganda, Tanzania, dan Indonesia, tetapi pengaruhnya terhadap kehilangan hasil masih belum diketahui. 50 | H a l
Pengendalian. Beberapa varietas ubi jalar diketahui tahan terhadap penyakit virus SPMM, sementara yang lainnya
bersifat
toleran.
Tindakan
sanitasi
dan
penyeleksian bahan tanam/bibit tanaman tanpa gejala atau bebas virus SPMM oleh petani berperan dalam keberhasilan pengendalian penyakit ini.
51 | H a l
Penyakit Virus Lainnya
Virus lain telah diidentifikasi melalui teknik identifikasi serologis, seperti sweetpotato latent virus (SPLV) dilaporkan ditemukan di Taiwan, Jepang, Kenya, Cina, dan Israel; di Afrika Tenggara, Indonesia, Filipina, China,
Jepang,
Amerika
Tengah
dan
Selatan
dilaporkan adanya sweetpotato chlorotic fleck virus (SPCFV); di Puerto Riko, Madeira, Selandia Baru, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Kenya ditemukan sweetpotato caulimo like-virus (SPCV); di Papua Nugini dan Kenya dilaporkan ditemukan sweetpotato ring spot virus (SPRSV); dan cucumber mozaik virus (CMV) 38
hanya ditemukan di Israel,
Kenya,
Amerika
dan
Serikat.
Sweetpotato chlorotic stunt virus (SPCSV) (Gbr. 38) ditemukan di Kenya dan Karibia.
52 | H a l
Busuk Bakteri pada Batang dan Akar Erwinia chrysanthemi
Gejala. Bagian batang dan tangkai
yang
39
bergejala
terdapat
busuk
basah
berwarna
coklat
sampai
dengan
hitam.
Pada
40
awalnya satu atau dua cabang tanaman ubi jalar menjadi layu, tetapi pada akhirnya kelayuan terjadi pada seluruh tanaman (Gbr. 39). Busuk juga bisa terjadi pada akar serabut. Pada bagian umbi yang menjadi busuk disertai dengan kemuculan warna hitam di bagian tepinya dan dapat dilihat di bagian permukaan, tetapi lebih sering pembusukan terjadi di bagian dalam sehingga tidak menimbulkan gejala di bagian luar (Gbr. 40). Biologi. Di daerah tropis dan daerah lembab di seluruh dunia, patogen ini memiliki beberapa inang lain dimana patogen tersebut dapat bertahan hidup. 53 | H a l
Patogen ini bertahan didalam tanah yaitu pada sisasisa tanaman dan gulma. Infeksi pada tanaman ubi jalar terjadi melalui luka. Distribusi dan arti penting. Penyakit ini ditemukan hampir
di
seluruh
dunia
dan
secara
ekonomi
menimbulkan kerugian yang sangat besar. Pengendalian. Stek sebagai bahan/bibit tanaman harus diambil dari bagian atas permukaan tanah. Penggunaan kultivar yang lebih tahan dan menjaga bibit tanaman supaya terhindar dari pelukaan dapat mengurangi kejadian penyakit.
54 | H a l
Layu Bakteri Pseudomonas solanacearum
Gejala. Pada tanaman terinfeksi biasanya terdapat beberapa cabang tanaman yang layu (Gbr. 41). Gejala awal penyakit ini dimulai pada pangkal batang ditandai dengan
kemunculan
busuk
basah
berwarna
kekuningan yang tidak lama kemudian berubah
41
42
menjadi
berwarna
coklat.
Jaringan
vaskuler pada batang dan
tunas
yang
terkena infeksi akan 43
mengalami perubahan warna (Gbr. 42). Pada umbi,
perubahan
warna pada vaskuler 44
juga terjadi, terutama ditandai
kemunculan
garis-garis
cokelat
dengan
membujur
serta
adanya busuk basah berwarna cokelat pada bagian permukaan (Gbr. 43). Secara perlahan-lahan patogen 55 | H a l
menginfeksi daging umbi, dan bila disimpan dalam waktu yang cukup lama daging umbi bisa membusuk seluruhnya serta mengeluarkan bau busuk (Gbr. 44). Biologi. Bakteri P. solanacearum termasuk kedalam patogen tular tanah, dan biasanya terbawa melalui material yang mengandung patogen. Sekali tanah tersebut sudah terinfeksi, maka bakteri tersebut dapat bertahan selama satu sampai tiga tahun. Penyebaran di lapangan juga dapat terjadi melalui air irigasi. Distribusi dan arti penting. Penyakit ini merupakan penyakit utama di beberapa daerah di China Selatan, terutama di daerah yang menanam varietas peka. Pengendalian. Penggunaan varietas yang lebih tahan dan
bahan
tanam
yang
bebas
penyakit
akan
mengurangi terjadinya penyakit. Ketika bakteri sudah ada di tanah, perendaman lahan dan rotasi tanaman dengan
tanaman
dari
famili
Gramineae
sangat
direkomendasikan.
56 | H a l
Penyakit Kudis Daun dan Batang Elsinoe batatas, Sphaceloma batatas
45
Gejala.
Terdapat
bercak
berwarna
coklat
atau
sawo
matang di sepanjang batang,
dan
bagian 46
berwarna
ungu
di
tengahnya atau
coklat
(Gbr. 45). Pada gejala serangan yang berat, bercak-bercak kecil bergabung dan menutupi tulang daun
sehingga
daun-daun
menyebabkan
tersebut
mengerut
dan menjadi keriting (Gbr. 46). Distribusi dan arti penting. Penyakit ini merupakan penyakit utama di Asia Tenggara dan Kepulauan Pasifik Selatan. Patogen E. batatas menyebabkan kerugian yang sangat besar karena produk umbi yang dihasilkan tanaman ubi jalar menjadi rendah. Penyakit ini juga ditemukan di Brasil. 57 | H a l
Hanya sedikit informasi yang diketahui mengenai biologi patogen E. batatas. Cuaca lembab merupakan kondisi lingkungan yang disukai oleh penyakit kudis. Pengendalian. Pada saat ini, varietas ubi jalar dengan tingkat ketahanan yang baik terhadap penyakit kudis sudah tersedia. Penggunaan bahan tanam bebas patogen dari varietas tahan dan tindakan sanitasi yang baik harus dilakukan. Ketahanan bibit tanam yang berasal dari varietas lokal (asli dari daerah) maupun hasil introduksi sedang dievaluasi di Asia Tenggara dan Pasifik.
58 | H a l
Bercak
Daun
Phomopsis
(Bercak
Daun
Phyllosticta) Phomopsis Ipomoea batatas (Phyllosticta batatas)
Gejala. Terdapat bercak
47
berwarna keputihan, sawo matang atau coklat baik pada bagian
permukaan atas
daun
maupun
bagian bawah. Ukuran bercak
48
biasanya kurang dari 10 mm. Pada
bagian
tepi
bercak
biasanya berwarna cokelat tua atau ungu (Gbr. 47). Piknidia terlihat pada bagian tengah bercak (Gbr. 48). Biologi. Jamur bertahan hidup pada sisa-sisa tanaman karena tidak memiliki inang lain. Spora menyebar melalui bahan tanam yang terinfeksi, angin, percikan air, dan mungkin serangga. Distribusi dan arti penting. Penyakit ini tersebar luas dan muncul di semua sentra ubi jalar. Penyakit ini 59 | H a l
dapat menurunkan kualitas batang yang digunakan sebagai bibit tanaman atau untuk makanan ternak, tetapi belum diketahu apakah penyakit ini dapat menurunkan hasil. Pengendalian. Sampai dengan sekarang tindakan pengendalian untuk mengendalikan penyakit ini belum diketahui.
Biasanya
tindakan
pengendalian
tidak
diperlukan.
60 | H a l
Penyakit Bercak Daun oleh Jamur Lainnya
49
Jamur lain yang menyebabkan bercak pada daun sudah bisa diidentifikasi
dengan
cara
memeriksa spora menggunakan mikroskop. Jamur-jamur tersebut antara
lain
Cercospora Septoria
Alternaria sp.
sp.,
spp.,
(Gbr.
49),
Ascochyta
sp.,
Curvularia sp., Colletotrichum sp., dan Pestalotia batatae. Pengendalian. Sampai dengan sekarang tindakan pengendalian
untuk
jamur-jamur
diatas
belum
diketahui. Tindakan pengendalian biasanya tidak diperlukan.
61 | H a l
Layu Fusarium Fusarium oxysporum f. sp. batatas
Gejala. Gejala awal dari 50
penyakit ini yaitu warna daun menjadi pucat dan menguning, disusul dengan terjadinya
kelayuan
kematian
pada
dan
batang
tanaman umbi. Tanaman yang terserang penyakit ini menunjukkan
perubahan
warna yang khas pada vaskular (Gbr. 50). Biologi. Jamur layu Fusarium termasuk kedalam patogen tular tanah. Patogen ini dapat bertahan hidup di tanah dan sisa-sisa tanaman selama beberapa tahun. Meskipun stek tanaman yang digunakan bebas patogen, namun akar dan stek yang berasal dari pangkal batang dapat terinfeksi. Perpindahan tanah yang
mengandung
patogen
melalui
alat
atau
hewan dapat menyebabkan munculnya wabah di daerah baru. Penyakit ini terjadi pada berbagai kondisi 62 | H a l
lingkungan yang berbeda-beda. Penurunan hasil tergantung pada tahap pertumbuhan tanaman ketika penyakit tersebut mucul. Distribusi dan arti penting. Penyakit ini dapat ditemukan di sebagian besar daerah di mana ubi jalar dibudidayakan, dan menjadi panyakit utama di daerah sub tropis daripada di daerah tropis. Pengendalian. Sanitasi yang baik akan membantu mengurangi
dampak
dari
penyakit
dan
akan
membatasi penyebarannya. Beberapa varietas tahan telah diteliti, dan di beberapa negara program pemuliaan telah melepas varietas tahan.
63 | H a l
Penyakit Busuk Umbi (Java Black Rot) Lasiodiplodia theobromae (Diplodia gossypina)
Gejala. Pada awalnya, tekstur
umbi
yang
busuk
masih
terasa
keras
dan
51
lembab,
tetapi tidak lama setelah itu
umbi
tersebut
seluruhnya menjadi menghitam dan termumifikasi. Busuk bermula pada salah satu atau kedua ujung umbi, dan awalnya berwarna coklat sebelum berubah menjadi hitam. Gumpalan spora hitam keluar dan menghasilkan piknidia yang merupakan ciri dan tanda dari penyakit ini (Gbr. 51). Biologi. Penyakit busuk hitam tersebar melalui tanah yang terinfestasi, umbi yang terinfeksi, dan kotak penyimpanan,
keranjang
atau
alat
yang
terkontaminasi. Infeksi terjadi melalui luka, terutama pada bagian bawah potongan stek batang. Meskipun patogen
dapat
pertumbuhannya
menginfeksi relatif
batang,
lambat
dan
namun jarang 64 | H a l
menyebabkan masalah. Penyakit busuk hitam bisa menyebabkan penurunan hasil panen di lapangan dan kerugian di tempat penyimpanan. Distribusi dan arti penting. Penyakit busuk hitam tersebar di seluruh dunia. Penyakit Ini merupakan salah satu penyakit utama di tempat penyimpanan ubi jalar. Pengendalian. Pemanenan tepat pada waktunya dapat mengurangi kehilangan hasil. Sanitasi dan penanganan yang baik untuk mengurangi terjadinya pelukaan atau kerusakan pada umbi mempunyai peranan yang sangat penting.
65 | H a l
Busuk Hitam Ceratocystis fimbriata
Gejala.
Adanya
busuk
52
hitam berbentuk seperti cekungan
pada
bagian
bawah batang merupakan gejala yang paling khas. Pada infeksi berat, tanaman menjadi menguning, layu, dan bahkan menyebabkan kematian. Pada bagian umbi yang terinfeksi dan mengalami busuk hitam (Gbr. 52) terlihat miselia jamur berwarna hitam sampai abu-abu menonjol dari permukaan akar.
Akibat
terjadinya fermentasi gula pada umbi yang terinfeksi jamur, seringkali umbi tersebut mengeluarkan aroma bau menyerupai bau alkohol. Biologi. Penggunaan stek yang terinfeksi sebagai bahan
tanam
menyebabkan
penyakit
ini
dapat
berlangsung secara terus menerus. Penularan terjadi melalui luka yang dibuat oleh kumbang penggerek ubi jalar (Cylas spp.), lundi, jangkrik dan tikus. Jamur C. fimbriata merupakan jamur yang hidup di tanah dan 66 | H a l
dapat bertahan selama 1-2 tahun pada sisa-sisa tanaman. Kelembaban tidak berpengaruh terhadap perkembangan penyakit ini. Distribusi dan arti penting. Penyakit ini merupakan penyakit penting terutama di Asia Tenggara dan Oseania karena menyebabkan kehilangan hasil dan menurunkan kualitas dari umbi. Pengendalian. Stek yang digunakan sebagai bibit tanaman harus berasal dari bibit tanaman yang bebas patogen. Jika di lokasi budidaya sulit ditemukan tanaman induk yang sehat, pemotongan stek harus dilakukan 2 cm di atas permukaan tanah untuk menghindari bagian tanaman yang terinfeksi. Rotasi tanaman dengan tanaman bukan inang minimal selama 2 tahun dan menggunakan praktik-praktik sanitasi yang baik. Melakukan pemberian obat selama 5 hari setelah panen pada suhu 30-35°C dan kelembaban relatif 85-90%.
67 | H a l
Hawar Sklerotial dan Sirkular Spot Sclerotium rolfsii
53
Gejala.
Penyakit
sklerotial
dan
hawar penyakit
sirkular spot merupakan dua jenis penyakit yang disebabkan oleh patogen 54
yang sama. Gejala awal penyakit hawar sklerotial dapat
terjadi
baik
di
persemaian maupun pada tanaman
yang
baru
ditanam. Tunas yang terinfeksi menjadi gampang ditarik dan terpisah dari sisa tanaman. Kumpulan miselium putih dan skeloritia berbentuk bulat dan berwarna coklat menyerupai lobak ditemukan pada bagian pangkal tanaman yang terserang (Gbr. 53). Gejala sirkular spot hanya terjadi pada daging umbi yaitu berupa busuk coklat berbentuk simetris yang kadang-kadang disertai dengan adanya retakan pada daging umbi (Gbr. 54). 68 | H a l
Biologi. Jamur Sclerotium rolfsii dapat menyerang beberapa spesies tanaman. Jamur ini merupakan jamur tular tanah dan dapat bertahan untuk waktu yang lama sebagai sklerotia. Tanah yang lembab dan mengandung bahan organik merupakan kondisi yang mendukung terjadinya infeksi oleh S. rolfsii. Distribusi dan arti penting. Penyakit ini biasa terjadi di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Kerugian yang ditimbulkannya biasanya tidak serius. Pengendalian. Terjadinya penyakit dapat dikurangi dengan cara menghindari penanaman ubi jalar di tanah yang tertular S. rolfsii dan menggunakan bibit tanaman bebas penyakit. Tindakan sanitasi yang baik dan penggunaan kultivar ubi jalar yang lebih tahan juga membantu untuk mengurangi penyakit.
69 | H a l
Busuk Akar Ungu Helicobasidium mompa
Gejala. Tanaman yang 55
terserang menjadi rontok.
H.
mompa
klorosis Akar
menjadi
dan
serabut
busuk
dan
tertutupi oleh kumpulan benang
miselium
tebal
berwarna keputihan yang selanjutnya
berubah
menjadi merah muda dan pada akhirnya
menjadi
berwarna ungu (Gbr. 55). Umbi mulai membusuk pada bagian ujung dan kemudian menjadi busuk seluruhnya serta ditutupi oleh miselium yang sama pada akar serabut. Pada saat yang sama, sklerotia hitam pipih terbentuk. Lapisan ungu miselium kasar dan sklerotia dapat ditemukan pada tanah yaitu tempat di mana tanaman 70 | H a l
telah membusuk. Umbi yang membusuk memiliki bau khas seperti bau alkohol. Biologi. Selain ubi jalar, jamur H. mompa memiliki kisaran inang yang luas. Jamur H. mompa ini dapat bertahan di tanah selama setidaknya 4 tahun sebagai miselium atau sklerotia. Penyebaran jamur dapat terjadi melalui tanaman terinfeksi dan air irigasi. Suhu bukan
merupakan
faktor
pembatas
bagi
perkembangan penyakit, namun kelembaban tanah yang cukup merupakan faktor yang mendukung perkembangan penyakit ini. Distribusi dan arti penting. Penyakit ini ditemukan di beberapa daerah di Asia dan Amerika. Di Asia, penyakit ini dapat menyebabkan kerugian yang besar. Pengendalian. Bibit tanaman harus berasal dari tanaman yang sehat. Penggunaan varietas genjah bisa terhindar dari penyakit ini. Rotasi tanaman dengan tanaman serealia juga dapat membantu mencegah penyakit.
71 | H a l
Busuk Lunak (Rhizopus stolonifer, Mucor sp.)
Gejala. Penyakit busuk lunak
timbul
56
setelah
panen.
Umbi menjadi
lunak,
basah,
serta
berserat, dan biasanya gejala awal muncul dari salah satu ujung umbi. Umbi yang terkena busuk lunak mengeluarkan aroma bau yang kuat seperti bau alkohol. Jamur ini biasa terlihat bersporulasi pada permukaan umbi yang membusuk (Gbr. 56). Biologi. Penyakit ini menyebar melalui tanah yang terinfeksi atau melalui spora yang terbawa angin untuk kemudian masuk melalui luka. Suhu dan kelembaban relatif
optimal
untuk
perkembangan
infeksi
dan
penyakit ini bervariasi tergantung pada varietas ubi jalar. Busuk lunak dapat merusak hasil panen umbi dalam kurun waktu 48 jam jika umbi tersebut dibiarkan di bawah sinar matahari tanpa ditutupi.
72 | H a l
Distribusi dan arti penting. Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia pada ubi jalar dan tanaman lainnya Penyakit ini menyerang bagian daging umbi yang mempunyai kandungan gula atau pati yang tinggi. Pengendalian. Pencucian umbi merupakan faktor pemicu terjadinya pembusukan. Penanganan yang hati-hati dan perawatan yang tepat dapat mengurangi kejadian penyakit. Sejauh ini, belum ditemukan varietas ubi jalar yang resisten terhadap penyakit busuk lunak. Beberapa varietas membusuk lebih cepat daripada yang lain karena termasuk varietas rentan. Untuk
pemeliharaan
dilakukan
dengan
cara
menyimpan ubi jalar setelah panen pada suhu 2932°C dan kelembaban relatif 95-100% selama 5-7 hari dengan ventilasi yang memadai (minimal 8 meter kubik
udara
per
ton
per
hari).
Penyimpanan
selanjutnya yang terbaik adalah pada suhu sekitar 13°C dan kelembaban relatif 95%.
73 | H a l
Nematoda Puru Akar Meloidogyne spp.
57
Gejala.
Tanaman
yang
terserang nematoda puru akar menjadi kerdil, daun menguning dan layu, serta produksi 58
bunga
tidak
normal. Pada akar serabut terdapat puru atau benjolan dimana pada bagian permukaan puru ditemukan massa telur (Gbr. 57). Sebagian besar dari sistem akar mengalami nekrosis. Reaksi beberapa varietas
59
terhadap serangan nematoda ini yaitu
munculnya
retakan
memanjang pada umbi (Gbr. 58), sedangkan
pada
varietas
lain,
ditemukan benjolan lunak muncul pada bagian epidermis (Gbr. 59).
74 | H a l
Biologi. Meloidogyne spp. tersebar luas di seluruh dunia
dan
mempunyai
beberapa
inang,
seperti
kentang dan tomat. Nematoda ini bertahan di tanah dalam bentuk massa telur atau pada sisa-sisa tanaman sebagai nematoda muda infektif. Nematoda dapat berpindah melalui air irigasi atau menyebar luas melalui material yang mengandung nematoda. Distribusi dan arti penting. Nematoda puru akar ini merupakan salah satu OPT yang paling merusak pada ubi jalar karena penyebarannya yang luas serta penyebab kerusakan umbi. Pengendalian. Penggunaan varietas resisten, rotasi tanaman (di Asia misalnya dengan
padi), dan
pemilihan bahan tanam bebas nematoda dapat membantu untuk menanggulangi penyakit ini. Di Afrika Timur,
nematoda
puru
akar
jarang
ditemukan
menyerang ubi jalar sehingga tindakan pengendalian tidak diperlukan.
75 | H a l
Nematoda Cincin Coklat Destructor Ditylenchus, D. dipsaci
Gejala.
Beberapa
saat
60
setelah disimpan, umbi yang terserang
memperlihatkan
gejalanya (Gbr. 60). Pada penampang
melintang,
61
infeksi awal muncul berupa gejala
nekrosis
jaringan
berwarna coklat tersebar di seluruh daging umbi. Pada tahap
lanjut,
daging
umbi
menjadi
benar-benar
menghitam dan sedikit lunak seperti gabus (Gbr. 61). Nematoda ini menyerang daging umbi hanya selama penyimpanan. Gejala nematoda cincin coklat tidak ditemukan di lapangan. Biologi. Dua spesies Ditylenchus tersebar di seluruh dunia dan memiliki kisaran inang yang luas dan merupakan adalah nematoda endoparasit migran. Distribusi dan arti penting. Pada beberapa kasus, kerusakan serius terjadi di tempat penyimpanan. 76 | H a l
Pengendalian. Sampai dengan saat ini belum ada langkah-langkah untuk mengendalian nematoda ini.
77 | H a l
Nematoda Penyebab Luka/Nekrosis Pratylenchus spp.
Gejala.
Tanaman
yang
terserang
nematoda
Pratylenchus spp. menjadi kerdil karena berkurangnya jumlah sistem akar pengangkut unsur hara. Pada akar 62
serabut, nematoda penyebab luka
ini
mengakibatkan
munculnya bintik kecil, yaitu luka nekrotik berwarna coklat. Pada umbi terserang terdapat bercak coklat kehitaman dan seringkali luka akibat serangan nematoda ini digunakan oleh jamur dan bakteri saprofit untuk menginfeksi (Gbr. 62). Biologi. Berbagai jenis nematoda ini ditemukan di seluruh tanaman.
dunia
memparasitasi
Nematoda
ini
beberapa
merupakan
spesies nematoda
endoparasit migran. Nematoda akan meninggalkan akar apabila luka yang disebabkannya diparasitasi oleh organisme sekunder. Kerusakan lebih parah terjadi di daerah yang mempunyai tekstur tanah berpasir dengan suhu yang tinggi. 78 | H a l
Distribusi dan arti penting. Meskipun nematoda ini tersebar luas di seluruh dunia, namun kerugian signifikan yang disebabkan nematoda ini hanya terjadi di Jepang. Pengendalian. Penggunaan bahan organik seperti pupuk kandang bisa meningkatkan musuh alami nematoda di dalam tanah dan mengurangi populasi nematoda.
Penggunaan
varietas
tahan
juga
dianjurkan.
79 | H a l