Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
http://pnpm–support.org/village–capacity–2010
SERI RINGKASAN STUDI
KAPASITAS DESA DALAM MEMELIHARA INFRASTRUKTUR:
BUKTI DARI PEDESAAN INDONESIA
(NOVEMBER 2010)
2
KAPASITAS DESA DALAM MEMELIHARA INFRASTRUKTUR: BUKTI DARI PEDESAAN INDONESIA
Ringkasan
RINGKASAN di perdesaan di Indonesia, menghambat pertumbuhan produktif, dan menghambat perkembangan modal
Biaya pemeliharaan yang diperlukan untuk menjamin keberlanjutan jangka panjang infrastruktur desa
3
dan b) pemeliharaan berkala, atau pemeliharaan setiap
Dalam hal sumber dari sumber daya yang diperlukan
ayai pemeliharaan infrastruktur yang mereka priori-
beberapa tahun sekali. Kalkulasi biaya dalam penelitian
untuk melakukan kegiatan ini, penelitian menemukan
taskan sendiri?
ini mengasumsikan pemeliharaan berkala dilakukan satu
bahwa dalam kasus semua tipe pemeliharaan jalan,
kali dalam lima tahun.
dalam 55,8%, penduduk desa menyediakan semua sum-
1. Apakah penduduk di desa–desa miskin bisa membi-
Buruknya infrastruktur desa menyebabkan kemiskinan
KAPASITAS DESA DALAM MEMELIHARA INFRASTRUKTUR: BUKTI DARI PEDESAAN INDONESIA
2. Jika ya, seberapa besar kemauan penduduk
manusia. Sebab itu, dalam beberapa dekade terakhir,
desa untuk menggunakan sumber daya mereka
untuk mengatasi kemiskinan di perdesaan, Pemerintah
untuk pemeliharaan?
ber daya, sementara dalam 14% kasus, penduduk desa Penelitian ini tidak mencakup pemeliharaan darurat,
menyediakan sebagian sumber daya, dan dalam 30%
atau pemeliharaan yang dilakukan karena situasi tidak
kasus, kegiatan pemeliharaan sepenuhnya didanai oleh
bantuan untuk mendukung pembangunan infrastruktur
diaan sumber daya dan kemauan untuk membayar
terduga, seperti perbaikan setelah bencana alam semi-
sumber eksternal.
masyarakat. Program utama Pemerintah Indonesia untuk
(willingness to pay — WTP) pemeliharaan infrastruk-
sal tanah longsor, banjir, atau kecelakaan besar, karena
mengarahkan bantuan tersebut adalah PNPM Perdesaan.
tur?
peristiwa–peristiwa itu sifatnya tidak terduga. Meskipun
Penduduk desa menyediakan sumber daya untuk semua
Indonesia dan lembaga–lembaga donor mengarahkan
3. Bagaimana karakteristik desa mepengaruhi keterse-
tidak termasuk, namun penelitian ini mengakui bahwa
pemeliharaan rutin, sementara lembaga donor dan
PNPM Perdesaan adalah yang terbesar dan paling luas
Para peneliti melakukan studi kasus atas 32 desa yang
ketersediaan pemeliharaan darurat juga penting untuk
instansi pemerintah lebih mungkin berkontribusi untuk
cakupannya dari lima program utama di bawah payung
relatif miskin di lima provinsi Jawa, Sumatera, Kalimantan,
adanya memastikan layanan tanpa gangguan kepada
kegiatan pemeliharaan berkelanjutan dan pemelihara-
PNPM Mandiri. Disusun tahun 2007, PNPM Perdesaan
Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Data rumah
penduduk desa.
an berkala.
berkembang dari program pilot inovatif yang dikenal
tangga dikumpulkan antara bulan Juli 2008 dan Agus-
dengan nama Program Pengembangan Kecamatan dan
tus 2009 oleh tim yang terdiri dari enumerator terlatih.
Penelitian ini tidak mencakup biaya pemeliharaan infra-
Pemerintah Kabupaten jauh lebih aktif terlibat dalam
pada tahun 1997 melibatkan hanya 25 desa. Sejak itu,
Mereka mewawancarai 3.480 rumah tangga di 32 desa
struktur yang bukan tanggung jawab penduduk desa,
kegiatan perbaikan daripada pemeliharaan. Dalam hal
program ini telah berkembang mencakup skala nasi-
melalui empat gelombang survei, setiap tiga bulan
seperti jalan kecamatan atau provinsi.
pemeliharaan jembatan, penduduk desa menyediakan
onal, melibatkan sekitar 60.000 desa. Lebih dari 11.000
dalam periode satu tahun. Desa–desa ini umumnya
fasilitator dipekerjakan oleh Pemerintah Indonesia untuk
berlokasi di 40% kecamatan termiskin secara nasional
Penghitungan biaya pemeliharaan adalah berdasarkan
sementara pemerintah kabupaten menyediakan sumber
membantu penduduk desa memprioritaskan kebutu-
maupun provinsi. Berkaitan dengan mutu infrastruktur,
sampel berbeda dari bagian infrastruktur, prioritasnya
daya untuk kegiatan perbaikan. Dengan cara yang sama,
han pembangunannya, menegosiasikan program, dan
dibandingkan dengan rata–rata kabupaten, kecamatan
berdasarkan jumlah pengguna terbanyak, dan peng-
pemerintah kabupaten bertanggung jawab atas perbai-
melatih penduduk desa di bidang keuangan dan mana-
ini memiliki persentase yang sedikit lebih tinggi karena
hitungan dari sampel–sampel ini untuk menentukan
kan infrastruktur air yang ada, sementara penduduk desa
jemen. Program ini menyalurkan hampir $2 miliar per
sebagian besar memiliki jalan beraspal, dan akses terha-
total biaya pemeliharaan untuk tingkat desa. Penelitian
bertanggung jawab atas pemeliharaan berkala, dengan
dap PAM serta air tanah yang sedikit lebih rendah,.
ini mengakui bahwa, karena metodologi sampel yang
bantuan dari pemerintah kabupaten, organisasi infra-
dipakai, biaya–biaya tingkat desa yang terhitung harus
struktur, dan lembaga donor. Secara total, 27% kegiatan
ditafsirkan sebagai batas bawah dari biaya pemeliharaan
pemeliharaan pada fasilitas air memiliki sumber daya
infrastruktur di desa–desa ini.
yang berasal dari pihak eksternal.
Untuk melihat praktik pemeliharaan dari desa sampel,
Terkait kecenderungan pemerintah kabupaten untuk
tahun untuk sekitar 50.000
sub–proyek.1
Dari nilai ini,
lebih dari 80% dialokasikan untuk proyek infrastruktur di tingkat masyarakat. UNTUK MENJAWAB PERTANYAAN PENELITIAN, Di bawah PNPM Perdesaan, prioritas pendanaan dan
PENELITIAN INI DILAKUKAN DENGAN MEMERIKSA
proyek infrastruktur biasanya diberikan kepada daerah
DATA YANG DIAMBIL DARI PENGUKURAN BERIKUT:
dan desa miskin. Sebagian besar proyek–proyek ini ter-
sumber daya untuk semua pemeliharaan berkala,
peneliti mewawancarai informan desa untuk menentu-
menyediakan sumber daya pada kegiatan perbaikan dar-
kan tipe pemeliharaan (berkala atau rutin) yang pernah
ipada pemeliharaan rutin, penelitian ini mencatat bah-
dilakukan di setiap desa, dan tipe infrastruktur yang
wa, “mengingat bahwa, untuk jangka panjang, investasi
dipelihara (jalan, jembatan, fasilitas air). Berdasarkan
di pemeliharaan berkala cenderung memberikan keun-
membiayai pemeliharaan infastruktur menggunakan
A. BIAYA PEMELIHARAAN YANG DIPERLUKAN UNTUK MENJAMIN KEBERLANJUTAN JANGKA PANJANG INFRASTRUKTUR DESA
informasi ini, penelitian menemukan bahwa dalam 82%
tungan lebih tinggi dibanding perbaikan, nampaknya
sumber daya yang ada.
Ukuran ini mencakup tiga tipe infrastruktur: jalan, jem-
kegiatan pemeliharaan, hanya penduduk desa yang ber-
pemerintah kabupaten perlu mengalokasikan kembali
diri dari pembangunan infrastruktur baru atau perbaikan signifikan dari infrastruktur yang sudah ada, sehingga asumsinya adalah masyarakat setempat akan dapat
batan, dan sistem air perpipaan gravitasi. Penelitian
tanggung jawab untuk melakukan pemeliharaan. Pola ini
sebagian sumber dayanya untuk membantu penduduk
Penelitian Kapasitas Desa Dalam Memelihara Infrastruktur
difokuskan pada: a) pemeliharaan rutin, atau peme-
serupa dengan semua provinsi lain untuk pemeliharaan
desa melakukan pemeliharaan berkala.”
bertujuan menguji asumsi bahwa penduduk desa dapat
liharaan yang harus dilakukan sedikitnya satu tahun
baik rutin, berkala, maupun perbaikan, meskipun lebih
membiayai pemeliharaan yang diperlukan untuk infra-
sekali, termasuk pemeliharaan ringan untuk memastikan
terlihat pada pemeliharaan rutin yang, dalam 100%
Penelitian ini mencatat variasi yang signifikan dalam hal
struktur yang mereka miliki. Secara khusus, pertanyaan
infrastruktur bekerja dengan baik, seperti memeriksa
kasus, dilakukan sendiri oleh penduduk desa.
sumber dari sumber daya di antara provinsi. Hal ini mere-
penelitian yang diajukan adalah:
dan membersihkan saluran air jalan setelah hujan besar;
4
Pendapatan rumah tangga dan konsumsi: Memperkirakan alur masuk sumber daya
KAPASITAS DESA DALAM MEMELIHARA INFRASTRUKTUR: BUKTI DARI PEDESAAN INDONESIA
KAPASITAS DESA DALAM MEMELIHARA INFRASTRUKTUR: BUKTI DARI PEDESAAN INDONESIA
Wtp rumah tangga untuk memelihara infrastruktur
fleksikan perbedaan kemampuan finansial, akses ke sum-
lepas dari masalah,” karena, antara lain, bias ingatan,
barang–barang publik seperti tempat sampah, jalan,
ih tinggi di Kalimantan Barat daripada provinsi–provinsi
ber eksternal, atau keduanya. Akses ke sumber eksternal
musim, bias kuesioner, dan kemauan serta kemampuan
jembatan, pemeliharaan sistem air, dan iuran RT. Secara
lain, meskipun pengeluaran per kapitanya adalah yang
tampaknya paling tinggi terdapat di Jawa Tengah. Di
penduduk desa memberikan informasi yang akurat.
umum, jumlahnya tidak signifikan, hanya kurang dari
ketiga di antara semua provinsi ini. Data tidak bisa
wilayah ini, pemerintah kabupaten dan/atau lembaga
Sebab itu, penelitian ini mempertimbangkan ukuran
0,1% pengeluaran rumah tangga, kecuali di satu desa.
menjelaskan mengapa WTP di Lampung dan Jawa
donor berkontribusi, setidaknya sebagian pada lebih
pendapatan sebagai “estimasi kasar yang memungkink-
Rata–rata, pengeluaran untuk air adalah 0,14% dari total
Tengah relatif lebih tinggi untuk sistem perpipaan air,
dari 50% kasus pemeliharaan berkala. Volume kegiatan
an kami mempelajari pendapatan dan fluktuasi sumber
pengeluaran rumah tangga, dengan median 0,04%.
tetapi tidak di provinsi lainnya. Namun, mengingat dua
pemeliharaan berkala yang terendah ada di NTT, dengan
daya ke dalam rumah tangga selama setahun, sepan-
sumber daya di wilayah ini hampir seluruhnya bersum-
jang musim.”
ber dari pemerintah kabupaten atau lembaga donor.
5
provinsi ini lebih terintegrasi dengan pasar yang lebih Berdasarkan penelitian atas pendapatan dan konsumsi,
luas, penjelasan yang lebih mungkin adalah keuntungan
penelitian ini menemukan bahwa biaya pemeliharaan
ekonomi dari jalan dia dua provinsi tersebut lebih tinggi
Dari desa–desa sampel, penelitian ini menemukan bah-
infrastruktur adalah signifikan di desa–desa sampel.
daripada provinsi lain.
Dalam hal tipe kontribusi (uang, tenaga kerja, material,
wa rata–rata pendapatan tertinggi adalah di Lampung,
Jika didistribusikan secara merata pada semua rumah
dan makanan) yang diberikan penduduk desa untuk
diikuti Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan,
tangga di setiap desa, total biaya untuk memelihara
setiap tipe pemeliharaan, penelitian ini menemukan
dan NTT. Tingkat fluktuasi bervariasi antara provinsi,
infrastruktur desa berjumlah antara 0,1% dan 2,8% dari
rumah tangga memiliki nilai WTP nol untuk pemeli-
dalam 81% kasus, penduduk desa berkontribusi den-
yang terkuat adalah Lampung dan Jawa Tengah. Ada
total konsumsi rumah tangga, dengan median 1,1%. Jika
haraan jalan. Komposisi responden dengan WTP nol ter-
gan turut bekerja; dan di sekitar 43% kasus, penduduk
fluktuasi pendapatan yang sangat rendah di antara tiga
diasumsikan penduduk desa menyediakan kebutuhan
tinggi ada di Sulawesi Selatan dan terendah di Lampung.
desa berkontribusi uang. Untuk kegiatan pemeliharaan
provinsi lain. Fluktuasi negatif pendapatan yang paling
tenaga kerja tidak terampil yang diperlukan, maka biaya
Meskipun NTT memiliki pengeluaran per kapita teren-
berkelanjutan, kontribusi tenaga kerja adalah kontribusi
signifikan terkait turunnya pendapatan pertanian dia-
pemeliharaan mencapai 0,1% sampai 1,4% dari konsumsi,
dah di antara sampel lain, komposisi responden dengan
utama dari penduduk. Tenaga kerja adalah bentuk kon-
kibatkan oleh gagal panen, gangguan iklim, dan penu-
dengan median 0,5%. Komponen terbesar biaya datang
WTP nol adalah yang terendah kedua setelah Lampung.
tribusi paling penting untuk pemeliharaan berkelanju-
runan harga produk/komoditas.
dari pemeliharaan jalan desa sebagai pajak lokal. Meski-
Di sisi lain, rumah tangga di Jawa Tengah, provinsi den-
pun persentasenya tampak kecil, tetapi pajak lokal untuk
gan pengeluaran per kapita tertinggi kedua, memiliki
tan, diikuti uang dan material. Untuk pemeliharaan rutin,
Penelitian menemukan bahwa di semua provinsi, 10,3%
penduduk desa berkontribusi dalam bentuk uang mau-
Karena fluktuasi tingkat pendapatan dan sulitnya men-
infrastruktur bisa jadi membebani, mengingat pendapa-
komposisi WTP nol tertinggi kedua untuk pemeliharaan
pun tenaga kerja, di semua kasus.
gukur pendapatan sebagaimana diakui, penelitian ini
tan penduduk desa yang rendah.
jalan. Sekitar 63,1% responden bersedia membayar antara Rp 1.000–5.000 sebagai moda distribusi WTP (nilai
menyatakan bahwa pendapatan yang diukur “mungkin
B. PENDAPATAN RUMAH TANGGA DAN KONSUMSI: MEMPERKIRAKAN ALUR MASUK SUMBER DAYA
tidak merefleksikan tingkat kesejahteraan rumah tangga
dengan respons tertinggi). Jadi, hampir tiga perempat
secara akurat.” Sebagai tambahan untuk mengukur
C. WTP RUMAH TANGGA UNTUK MEMELIHARA INFRASTRUKTUR
tingkat kesejahteraan rumah tangga, penelitian ini juga
Untuk menentukan apakah penduduk desa bisa membi-
Rp 5.000 untuk pemeliharaan jalan.
Untuk menentukan kapasitas masyarakat desa memeli-
menelaah pola pengeluaran di desa–desa sampel.
ayai pemeliharaan infrastruktur di desa mereka, peneli-
hara infrastruktur, penelitian ini mencoba menentukan
responden secara umum tidak mau membayar lebih dari
tian ini mencoba menentukan tingkat sumber daya yang
Dalam hal WTP untuk pemeliharaan jembatan, di semua
tingkat ketersediaan sumber daya di rumah tangga
Konsisten dengan data pendapatan, data pengeluaran
dimiliki, yang bersedia dikontribusikan untuk pemeli-
provinsi, sekitar seperlima rumah tangga memiliki WTP
di desa sampel. Untuk menentukannya, penelitian ini
rumah tangga juga menunjukkan tingkat perkembangan
haraan infrastruktur. Penelitian menjawab pertanyaan ini
nol, hampir dua kali dari jalan. Penelitian menyimpulkan
menghitung 1) pendapatan, sebagai ukuran kasar untuk
dan kesejahteraan yang berbeda antara wilayah sampel.
dengan bertanya kepada responden survei jumlah yang
bahwa untuk sebagian besar responden, jalan dirasakan
menghitung alur masuk sumber daya ke rumah tangga,
Hasil pengukuran pengeluaran mengonfirmasi Lampung
bersedia mereka bayarkan untuk memelihara infrastruk-
lebih relevan untuk keseharian mereka ketimbang jem-
dan 2) pengeluaran, untuk mengukur tingkat kesejahter-
dan Jawa Tengah adalah dua wilyah paling sejahtera, dii-
tur menggunakan prosedur iteratif dengan permulaan
batan. Sekitar 63,4% rumah tangga mau membayar anta-
aan rumah tangga secara keseluruhan. Mengingat
kuti Kalimantan Barat. Sulawesi Selatan dan NTT adalah
nilai secara acak. 2
ra Rp 1.000 dan Rp 5.000 untuk pemeliharaan jembatan.
pendapatan dan konsumsi mungkin bervariasi pada
yang terendah. Penelitian ini juga mencatat pola fluk-
periode tertentu, maka data diambil melalui empat kali
tuasi pengeluaran yang secara umum konsisten dengan
Penelitian ini menemukan bahwa responden di provinsi
mau membayar lebih dari Rp 5.000 untuk memelihara
survei berurutan, dilakukan dengan jarak tiga bulan.
fluktuasi pendapatan. Namun, penelitian melihat per-
berbeda memiliki prioritas berbeda. Di Lampung dan
jembatan di desa mereka.
bandingan pengeluaran dengan pendapatan per kapita
Jawa Tengah, sebagian besar penduduk desa mau
Survey melihat empat tipe pendapatan: non–usaha (yai-
mungkin menunjukkan bahwa pengukuran pendapatan
membiayai pemeliharaan jalan, diikuti dengan sistem
Untuk sistem air, rumah tangga dengan WTP nol dan
tu pendapatan dari aset), upah, pendapatan dari usaha
adalah lebih rendah dari tingkat pendapatan sebenarnya
air. Sebagai perbandingan, di NTT, Kalimantan Barat, dan
WTP antara Rp 1.000 and Rp 5.000 lebih besar jum-
pertanian, pendapatan dari usaha non–pertanian. Penel-
dari semua desa sampel di semua provinsi.
Sulawesi selatan, nilai WTP untuk air lebih tinggi daripa-
lahnya. Hal ini menandakan bahwa rumah tangga di
itian ini mengakui bahwa “pengukuran pendapatan tidak
Penelitian ini meneliti tingkat pengeluaran untuk
da jalan. WTP untuk memelihara sistem air yang baik leb-
desa yang memiliki infrastruktur tersebut cenderung
Secara keseluruhan, kurang dari 20% rumah tangga yang
6
KAPASITAS DESA DALAM MEMELIHARA INFRASTRUKTUR: BUKTI DARI PEDESAAN INDONESIA
KAPASITAS DESA DALAM MEMELIHARA INFRASTRUKTUR: BUKTI DARI PEDESAAN INDONESIA
Rekomendasi kebijakan
menyatakan WTP yang lebih rendah dibandingkan mer-
yang lebih tinggi. Tetapi, ada indikasi bhawa faktor yang
tangga, yang ditetapkan melalui pengambilan suara,
ke pengembangan sumber daya yang diperlukan dan
eka yang diminta menyatakan WTP–nya berdasarkan
terkait dengan WTP yang lebih tinggi, seperti kesadaran
penelitian menemukan bahwa hanya antara 10% dan
lembaga untuk melaksanakan kegiatan pemeliharaan
infrastruktur hipotetis.
politik, mungkin kondusif terhadap penerimaan desa
20% sumber daya di desa sampel, yang dikumpulkan
infrastruktur desa.
terhadap ADD.
melalui iuran, yang akan cukup untuk membiayai ketiga
Penelitian ini menemukan ada korelasi signifikan dan
tipe infrastruktur.
7
Infrastruktur yang baru dibangun perlu disertai
positif antara tingkat WTP dengan ketiga variabel beri-
Dengan data pemeliharaan dan WTP penduduk desa,
kut:
penelitian ini menyajikan dua skenario untuk menen-
REKOMENDASI KEBIJAKAN
barkan sumber daya yang diperlukan dalam pelak-
tukan sejauh mana penduduk desa bisa memelihara
Berdasarkan hasil data yang dikumpulkan dan analisis,
sanaannya: Penelitian menemukan bahwa perbedaan
Menyampaikan keluhan tentang mutu jalan dan
infrastruktur mereka sendiri. Skenario pertama adalah
penelitian ini memberikan rekomendasi sebagai berikut:
biaya pemeliharaan lebih ditentukan oleh kondisi lokal
keluhan diselesaikan dengan memuaskan: Analisis
kasus sederhana, yaitu penduduk desa, dengan suatu
menunjukkan bahwa jumlah keluhan berubah menjadi
cara, dapat diminta berkontribusi secara penuh dari WTP
Melembagakan pemeliharaan infrastruktur dengan
juga didorong oleh volume dan desain infrastruktur.
WTP yang dinyatakan lebih tinggi hanya jika keluhan
yang mereka nyatakan. Dengan skenario ini, penelitian
peran dan tanggung jawab yang jelas untuk berb-
Penting bahwa proyek baru disertai dengan rencana
tersebut dijawab dengan memuaskan. Dengan kata lain,
menemukan bahwa nilai sumber daya yang terkumpul
agai tingkat administrasi: Penelitian menemukan bah-
pemeliharaan berkelanjutan yang bisa digunakan dan
WTP untuk infrastruktur secara positif berkorelasi den-
masih jauh dari dana yang diperlukan untuk membi-
wa ada kemauan signifikan dari penduduk desa untuk
dipahami oleh berbagai lembaga yang mungkin ingin
gan tingkat respon lembaga yang bertugas menerima
ayai seara penuh infrastruktur tersebut. Antara 21% (jika
menyumbang pemeliharaan infrastruktur, meskipun
terlibat untuk menutup kekurangan sumber daya.
laporan permasalahan infrastruktur. Sebagian besar kelu-
penduduk tidak menyumbang tenaga tidak terampil)
kontribusi mereka tidak cukup untuk membiayai penuh
han penduduk desa mengenai infrastruktur ditujukan
dan 63% (dengan kontribusi tenaga tidak terampil) desa
pemeliharaan yang diperlukan untuk semua infrastruk-
Pada tingkat desa, perlu ada lembaga yang ditunjuk
kepada pamong desa, kepala desa, kepala dusun, dan
sampel akan mampu membiayai pemeliharaan ketiga
tur di desa mereka. Bagi sebagian besar desa, ada sum-
yang bertanggung jawab atas pemeliharaan: Pene-
kepala pengurus wilayah tetangga. Meski jumlah grup
tipe infrastruktur. Jika dilihat setiap infrastruktur secara
ber daya yang cukup untuk melakukan pemeliharaan
litian menemukan bahwa kemauan penduduk untuk
manajemen infrastruktur di desa sampel sangat kecil,
terpisah, beban terbesar ada di pembiayaan jalan.
rutin. Namun, penduduk desa perlu dukungan finansial
berkontribusi secara signifikan dan positif berkorelasi
tetapi grup ini mencatat tingkat penyelesaian keluhan
Hanya 21% sampai 43% desa yang akan mampu mem-
yang cukup untuk memastikan pemeliharaan berkala
dengan tingkat respon dari lembaga yang menanggapi
tertinggi saat penduduk menyampaikan keluhan.
biayai pemeliharaan jalan berdasarkan WTP yang mer-
dilakukan dengan layak. Hal ini menunjukkan penduduk
dengan segara persoalan infrastruktur. Lembaga yang
eka nyatakan.
desa bisa bertanggung jawab atas pemeliharaan rutin,
ditunjuk tersebut (atau orang) dapat melakukan upaya
terutama dengan kehadiran lembaga yang bertanggung
koordinasi sekaligus menanggapi potensi masalah.
Memiliki pengetahuan lebih tinggi mengenai peng-
rencana pemeliharaan yang jelas yang menggam-
daripada WTP penduduk. Selain kondisi lokal, variasi ini
gunaan alokasi dana desa: Penelitian menemukan
Namun, penelitian mencatat bahwa mungkin tidak
jawab atas pemeliharaan. Di saat bersamaan, pemerintah
Memiliki lembaga yang bertanggung jawab atas peme-
bahwa mereka yang mengaku tahu tata cara penggu-
realistis untuk menganggap total WTP sebagai sum-
kabupaten dan lembaga luar desa harus meningkatkan
liharaan akan sangat penting untuk memastikan keber-
naan dana desa memiliki nilai WTP yang secara rata–rat
ber daya yang ada untuk pemeliharaan infrastruktur,
dukungan mereka terhadap tipe kegiatan pemeliharaan
lanjutan upaya–upaya pemeliharaan.
sekitar Rp 1.100 lebih tinggi daripada mereka yang
karena saat rumah tangga ditanyai untuk berkontribusi
yang mungkin tidak mampu ditanggung penduduk.
mengaku tidak tahu, dengan semua faktor tetap setara.
secara sukarela untuk memelihara infrastruktur, ada
Penelitian mencatat bahwa “hal ini dapat dilihat sebagai
godaan untuk membonceng kontribusi orang lain dan
Pemerintah kabupaten perlu secara bertahap mere-
desa untuk melaksanakan kegiatan pemeliharaan
bukti manfaat transparansi dalam meningkatkan WTP
berkontribusi jauh di bawah nilai WTP–nya. Tidak ada
alokasi sumber daya ke pembiayaan pemeliharaan,
perlu mempertimbangkan terjadinya ketimpangan
masyarakat untuk barang publik.” Namun, penelitian
mekanisme untuk mengumpulkan WTP penuh dari
bukan perbaikan: Penelitian menemukan bahwa
distribusi beban terhadap rumah tangga yang lebih
juga mencatat bahwa mereka yang tahu tata cara peng-
setiap rumah tangga. Dengan begitu, nilai WTP harus
pemerintah kabupaten cenderung menggunakan sum-
miskin: Penelitian menemukan bahwa biaya peme-
gunaan dana desa mungkin adalah invididu yang punya
dilihat sebagai teori maksimum yang mau dibayarkan
ber dayanya untuk mendukung kegiatan perbaikan
liharaan bisa ditekan secara signifikan jika penduduk
ketertarikan lebih tinggi untuk memedulikan kesejahter-
penduduk. Dengan begitu, penelitian membuat ske-
dan rehabilitasi daripada pemeliharaan berkala. Namun,
diharapkan berkontribusi dalam bentuk tenaga tidak
aan umum dan karenanya memiliki nilaiWTP lebih tinggi
nario kedua, berdasarkan mekanisme yang lebih realistis
ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa pengeluaran
terampil. Namun, suplai tenaga tidak terampil dari pen-
untuk barang publik, terlepas dari tingkat transparansi
yaitu membebankan iuran kepada setiap rumah tangga
untuk pemeliharaan berkala memberikan keuntungan
duduk desa sepenuhnya bisa mengakibatkan “pajak
dana desa.
untuk menggunakan infrastruktur. Untuk tujuan analisis
lebih tinggi daripada pengeluaran untuk perbaikan; satu
tidak resmi” yang regresif, yaitu rumah tangga miskin
Memberikan tanggung jawab kepada penduduk
(bukan rekomendasi kebijakan) penelitian ini menga-
penelitian menyatakan rasio biaya perbaikan dan peme-
“membayar” lebih besar (dalam bentuk sebagai tenaga
Sudah menerima Alokasi Dana Desa (ADD): Meskipun
sumsikan bahwa rumah tangga yang tidak membayar
liharaan adalah 3,5 banding 1 (Dongges et. al., 2007).
kerja) untuk barang publik. Potensi isu ini penting untuk
ada korelasi positif, penelitian ini tidak menyimpulkan
iuran ini akan terpotong aksesnya dari infrastruktur. Di
Sebab itu, ada dorongan kuat untuk secara bertahap
ditanggapi saat melembagakan kegiatan pemeliharaan
bahwa alokasi ADD secara langsung menyebabkan WTP
bawah skenario adanya iuran tetap per bulan per rumah
beralih dari konstruksi dan rehabilitasi atau perbaikan
di tingkat desa.
8
KAPASITAS DESA DALAM MEMELIHARA INFRASTRUKTUR: BUKTI DARI PEDESAAN INDONESIA
Perlu ada studi lebih jauh tentang cara–cara peng-
desa–desa. Namun, perlu diketahui mekanisme yang
umpulan dan penyaluran sumber daya yang efektif
efektif untuk menyalurkan sumber daya dengan cara yang
dan efisien untuk menjamin infrastruktur desa dipe-
dapat memastikan terpeliharanya infrastruktur dengan baik
lihara dengan baik untuk jangka panjang: Penelitian
untuk jangka panjang, atau mekanisme mana yang lebih
ini memberikan pemahaman tentang kesenjangan
baik untuk tipe–tipe infrastruktur dan masyarakat, belum
sumber daya di desa–desa dalam upaya memenuhi
ada. Selai nitu, perlu juga memahami efektivitas strategi
kebutuhan pemeliharaan untuk inrastruktur mereka.
pengumpulan sumber daya yang berbeda untuk tipe
Studi ini juga menunjukkan peran untuk lembaga luar
infrastruktur, untuk memperbaiki desain pemeliharaan
desa, termasuk tetapi tidak terbatas pada pemerintah
tingkat desa.
kabupaten, untuk mendukung upaya pemeliharaan di
NOTES 1.
2011 Laporan Kemajuan PSF, halaman. 18–23
2.
Pewawancara mulai dengan menjelaskan mutu infrastruktur desa kepada responden. Setelah itu, pewawancara menjelaskan secara hipotetis suatu pertemuan desa yang akan memutuskan tingkat kontribusi untuk memelihara infrastruktur. Pewawancara bertanya kepada responden, apakah responden bersedia membayar jumlah tertentu untuk memelihara infrastruktur. Jika responden menjawab “Ya”, pewawancara mengulangi pertanyaannya menggunakan nilai X
+ e yang lebih besar; jika sebaliknya, nilai X–e yang ditanyakan lebih rendah. Jika nilai tertinggi di dalam survei itu tercapai, pewawancara menanyakan responden untuk menyebutkan nilai yang ia bersedia bayarkan untuk memelihara infrastruktur. Pendekatan ini digunakan untuk meminimalkan bias anchoring. Anchoring adalah kecenderungan responden menyebutkan nilai yang pertama kali disebutkan di awal pertanyaan.
Referensi: Gadut, A. (2010). “Kapasitas Desa dalam Memelihara Infrastruktur: Bukti dari Pedesaan Indonesia ”, Bank Dunia, Jakarta.
SERI RINGKASAN STUDI Tujuan utama PNPM Support Facility (PSF) adalah menjadi sarana obyektif untuk mengulas, berbagi pengalaman, dan menerapkan pelajaran dari berbagai program kemiskinan dan untuk menumbuhkan diskusi mengenai solusi untuk program kemiskinan. PSF memfasilitasi pelaksanaan analisis dan penelitian terapan untuk mengoptimalkan desain program berbasis komunitas yang merespon terhadap dampak kemiskinan yang semakin tinggi dan untuk lebih memahami dinamika sosial di Indonesia dan pengaruhnya terhadap pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Penelitian dan analisis ini bertujuan memberikan basis yang kuat untuk perencanaan, pengelolaan, dan perbaikan program pemberantasan kemiskinan pemerintah Indonesia. Penelitian
ini juga dapat mendorong pembelajaran antar negara berkembang, dan menjadi masukan berharga bagi akademisi, instansi pemerintah, dan pelaku pembangunan lain yang menerapkan program berbasis komunitas di mana pun di dunia. Penelitian dan kerja analisis ini diterbitkan oleh PSF dalam rangka mempublikasi dan mempromosikan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi dari penelitian dan analisis kepada khalayak yang lebih luas, termasuk akademisi, jurnalis, anggota parlemen, dan pihak–pihak lain yang memiliki ketertarikan terhadap pengembangan masyarakat.