BUDIDAYA YANG BAIK AREN (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) Oleh: Marthen Theogives Lasut
KERJASAMA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI DAN UNIVERSITAS TEXAS A & M DESEMBER 2012
DISCLAIMER This publication is made possible by the generous support of the American people through the United States Agency for International Development (USAID). The contents are the responsibility of Texas A&M University and Sam Ratulangi University as the USAID Tropical Plant Curriculum Project partners and do not necessarily reflect the views of USAID or the United States Government.
Kata Pengantar Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas hikmat dan pertolonganNya sehingga penyusunan modul ini dapat terselesaikan. Modul Budidaya Aren yang baik telah disusun sebagai bagian dari kegiatan di dalam “Tropical Plant Curriculum project” kerjasama antara Universitas Texas A & M, Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Udayana dan Universitas Sam Ratulangi. Modul ini dapat digunakan oleh tenaga pengajar (dosen) maupun mahasiswa bahkan masyarakat sebagai bahan acuan untuk memperkaya pengetahuan terkait budidaya dan keanekaragaman hayati tumbuhan. Terima kasih disampaikan kepada USAID dan Universitas TEXAS A&M atas dukungan dana bagi penyusunan modul ini. Penyusunan Modul ini masih banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan untuk penyempurnaan modul ini.
Terima kasih, Penyusun
BUDIDAYA AREN (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) YANG BAIK Oleh: Marthen Theogives Lasut PENDAHULUAN Pohon aren termasuk suku palem-paleman yang memiliki berbagai fungsi antara lain fungsi konservasi dan fungsi ekonomis, sebab hampir semua bagian tanaman - akar, batang, daun, buah dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia. Sampai dengan akhir tahun 1980-an, budidaya intensif pembibitan aren belum terlalu dikenal, perbanyakan dan penyebarannya terjadi secara alamiah, dilakukan melalui semaian alami atau disebarkan oleh musang (di pulau Jawa). Setelah tahun 1990-an, melalui Kebun Raya Bogor (KRB) mulai dikembangkan tehnik-tehnik silvikultur baru dalam budidaya aren.
Gambar 1. Pohon Aren dan Bagian-bagiannya (http://en.wikipedia.org/wiki/Arenga_pinnata)
1
DESKRIPSI MORFOLOGI Aren termasuk kelompok tumbuhan monokotil. Batang: diameter sampai dengan 70 cm dengan tinggi mencapai 5-15 m, kadang-kadang tinggi mencapai 20 m (Henderson, 2009). Daun: majemuk dengan panjang sampai dengan 5.5 m; anak daun panjang 130-150 cm dengan lebar 5-8 cm; bagian bawah pangkal pelepah daun ditumbuhi ijuk , berwarna hitam. Perbungaan berupa tandan bunga bercabang, menggantung dengan panjang mencapai 60 cm atau lebih. Tandan bunga tumbuh pada daerah bekas pelepah daun. Perbungaan dimulai dari pucuk, selanjutnya secara berturut-turut menyusul pada bagian bawah. Biasanya 2-5 bunga pertama betina, sedangkan rangkaian bunga pada bagian bawah adalah bunga jantan. Bunga jantan berwarna kecoklatan, berbentuk bulat telur memanjang, daun bunga tiga, dan kelopak bunga tiga helai;bunga betina warna kehijauan dengan mahkota bunga segitiga beruas-ruas; bakal buah memiliki ruang tiga dan putik tiga. Tandan bunga betina aren hanya menghasilkan sedikit nira, oleh sebab itu tidak disadap dan dibiarkan tumbuh dan membentuk buah. Buah aren terbentuk akibat dari penyerbukan secara alami, pelaksanaannya dengan bantuan angin. Buah aren berbentuk lonjong (dengan panjang sampai 5 cm dengan diameter sampai 3 cm) dan beruang tiga. Biji pada buah aren muda mengandung kristal Ca-oksalat, yang bila menyentuh kulit dapat menyebabkan iritasi dan menimbulkan rasa gatal. Aren mulai berbunga, kita-kira setelah tanaman berumur 7 – 10 tahun. Tangkai malai bunga dapat disadap setiap hari, selama 2-3 bulan, menghasilkan 10-30 liter nira tiap hari. Buah dan biji aren berkembang sangat lambat, membutuhkan tiga (3) tahun untuk matang, dan biji masak fisiologis pada saat umur 36 bulan setelah anthesis – periode dimana bunga telah berkembang sempurna dan fungsional. Berat embrio maksimum dicapai pada umur 30 bulan. Selama proses pematangan, penebalan dinding sel endosperm terjadi secara progresif sampai semua rongga endosperm terisi pada 36 bulan setelah anthesis, karena itulah struktur endosperm tanaman aren sangat keras, hal ini menjadi karakteristik banyak jenis keluarga palem-paleman (Harris, 1994).
2
PENYEBARAN DAN SYARAT TUMBUH Tanaman aren berasal dari daerah tropis Asia, menyebar luas di Indonesia, Filipina, Malaysia, Assam-India, Laos, Kamboja, Vietnam, Srilanka dan Thailand (kew.org/wcsp). Tanaman ini menyebar luas di Indonesia, oleh sebab itu mempunyai nama daerah sangat banyak, misalnya : bak juk (Aceh), ijuk (Gayo), pola atau paula (Karo), bagot atau agaton (Toba), bargot (Mandailing), peto (Nias), poula (Mentawai), hanau (Kerinci), kawung (Sunda), aren (Jawa, Madura), hano (Bali), Pola (Sumbawa), Nao (Bima), kalotu (Sumba), maoke (Flores), nau (Timur), seho (Manado) dan sageru (Maluku) (Heyne, 1987). Aren merupakan jenis tanaman tahunan dapat tumbuh di daerah beriklim basah hingga beriklim kering, tumbuh secara soliter (Tunggal). Pada dasarnya aren merupakan tanaman yang dapat tumbuh di berbagai jenis tanah dengan ketinggian antara 0 - 1.500 m dpl. Dengan suhu rata-rata 25 ⁰C dan curah hujan rata-rata setahun 1.200 mm. Namun demikian, tanaman lebih menyukai pada ketinggian 500 – 1.200 m dari permukaan laut. Tumbuh baik pada tanah gembur, tanah vulkanis, dan tanah berpasir di tepian sungai. Pada iklim yang sesuai tanaman ini dapat mencapai umur 15 – 20 tahun (Chan, 2000). FUNGSI POHON AREN Pohon aren dapat berfungsi sebagai tanaman konservasi dan fungsi tanaman produksi.
Fungsi Konservasi Pohon aren dengan perakaran yang dangkal dan melebar sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya erosi tanah. Demikian pula dengan daun yang cukup lebat dan batang yang tertutup dengan lapisan ijuk, akan sangat efektif untuk menahan turunnya air hujan yang langsung kepermukaan tanah. Disamping itu pohon aren yang dapat tumbuh baik pada tebing-tebing, akan sangat baik sebagai pohon pencegah erosi dan longsor.
Fungsi Produksi Fungsi produksi dari pohon aren dapat diperoleh mulai dari akar, batang, daun, bunga dan buah. Di Jawa akar aren digunakan untuk berbagai obat tradisional. Akar segardapat 3
menghasilkan arak yang dapat digunakan sebagai obat sembelit, obat disentri dan obat penyakit paru-paru. Batang yang keras digunakan sebagai bahan pembuat alat-alat rumah tangga dan ada pula yang digunakan sebagai bahan bangunan. Batang bagian dalam dapat menghasilkan sagu sebagai sumber karbohidrat yang dipakai sebagai bahan baku dalam pembuatan roti, soun, mie dan campuran pembuatan lem. Sedangkan ujung batang yang masih muda (umbut) yang rasanya manis dapat digunakan sebagai sayur. Daun muda, tulang daun dan pelepah daunnya, juga dapat dimanfaatkan untuk pembungkus rokok, sapu lidi dan tutup botol sebagai pengganti gabus. Tangkai bunga bila dipotong akan menghasilkan cairan berupa nira yang mengandung zat gula dan dapat diolah menjadi gula aren atau tuak. Buahnya dapat diolah menjadi bahan makanan seperti kolang-kaling. PENANAMAN AREN Pemilihan Pohon Induk Syarat untuk mendapatkan bibit dengan kualitas baik adalah pemilihan pohon induk yang memenuhi syarat. Syarat-syarat tersebut adalah: - Batang pohon besar dengan pelepah daun merunduk dan rimbun. Sampai saat ini dikenal Aren Genjah (pohon agak kecil dan pendek) dengan produksi nira 10-15 liter/tandan/hari, dan Aren Dalam (pohon besar dan tinggi) dengan produksi nira 20-30 liter/tandan/hari. Untuk pohon induk disarankan adalah Aren Dalam. Perlu diperhatian juga bahwa pohon induk sebagai sumber benih haruslah pohon yang sudah berbuah dengan baik – sistem perbungaan jantan dan betina sudah berkembang dengan baik, dan sebaiknya digunakan aren yang sudah dapat disadap niranya. Hal ini penting karena aren adalah tanaman Hapaksantik – tanaman dimana periode reproduksinya membatasi pertumbuhan batang dengan daya tahan hidup mencapai 3 tahun. - Pohon terpilih harus memiliki produktifitas tinggi. Untuk menguji pohon induk terpilih dengan produktifitas tinggi – 20-30 liter/mayang/hari, maka perlu 4
dilakukan penyadapan nira dari mayang jantan pertama atau kedua. Sebab tidak semua mayang jantan yang keluar dari 9-11 mayang secara keseluruhan dan tidak semua pohon dapat menghasilkan nira. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Apabila yang disadap mayang jantan pertama dan kedua produksi niranya banyak, maka pohon tersebut dapat digunakan sebagai pohon induk untuk sumber benih.
(2)
(3)
Gambar 2 dan 3. Pohon Aren Liar yang sudah dan sementara disadap niranya.
5
Apabila pohon yang terpilih sebagai sumber benih dengan produksi nira yang banyak maka tidak dianjurkan untuk dilakukan proses penyadapan tandan-tandan berikutnya secara berturut-turut. Bila pohon induk dilakukan penyadapan terus menerus (dipaksa) maka akan menghasilkan buah yang kelihatannya utuh tetapi bijinya berkerut bahkan kempes sehingga bila ditanam menghasilkan pohon aren yang tidak baik (http://perkebunan.litbang.deptan.go.id). Pengumpulan Buah dan Pemilihan Biji. Tanaman aren dapat diperbanyak secara generatif (dengan biji). Dengan cara ini akan diperoleh bibit tanaman dalam jumlah besar, sehingga dapat dengan mudah mengembangkan (membudidayakan) tanaman aren secara besar-besaran. Pengumpulan buah aren yang memenuhi persyaratan: - Berasal dari pohon yang sehat dan berdaun lebat - Buah besar dengan diameter minimal 4 cm - Kulit buah halus - Masak, ditandai dengan warna kulit kuning kecoklatan dan daging buah lunak - Tidak terkena serangan hama dan penyakit.
Gambar 4. Buah Aren Matang (www.fobi.net) 6
Memilih biji-bijian aren yang memenuhi syarat : - Ukuran biji relatif besar - Berwarna hitam kecoklatan - Permukaan halus (tidak keriput) - Biji tidak berpenyakit.
Gambar 5. Biji Buah Aren Yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan biji adalah bahwa buah aren terkandung asam oksalat yang apabila mengenai kulit kita akan menimbulkan rasa sangat gatal. Oleh karena itu perlu dilakukan pencegahan antara lain dengan cara : - Memakai sarung tangan apabila kita sedang mengambil biji dari buahnya. - Hindari agar tangan kita tidak menyentuh bagian tubuh lain, ketika mengeluarkan biji-biji aren tersebut dari buahnya.
Cara lain untuk mencegah agar tidak terkena getah aren ketika kita sedang mengeluarkan bijinya dari buah yaitu dengan memeram terlebih dahulu buah-buah aren yang sudah tua sampai membusuk. Pemeraman dapat dilakukan dengan memasukan buah aren ke dalam kotak kayu dan ditutup dengan karung goni yang selalu dibasahi atau dicampur dengan tanah dan kompos/pupuk kandang. Setelah dua minggu, buah aren menjadi busuk yang akan memudahkan pengambilan biji-bijinya.
7
Pembibitan Pengadaan bibit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu bibit dari permudaan alam dan bibit dari hasil persemaian biji (Overbeck, 1990). Pengadaan bibit dari permudaan alam. Diperoleh dengan mengambil anakan yang tumbuh liar di bawah pohon aren dewasa. Bibit tumbuh tersebar secara tidak teratur dan berkelompok di bawah pohon. Untuk menanamnya dilapangan, bibit diambil bersama-sama dengan tanahnya. Pemindahan bibit ini dapat langsung segera ditanam di lapangan atau melalui proses penyapihan dengan memasukkan anakan ke dalam kantong plastik (polybag) selama 2-4 minggu.
Gambar 6. Bibit Aren permudaan alam.
8
Pengadaan bibit melalui persemaian Untuk mendapatkan bibit dalam jumlah yang besar dengan kualitas yang baik, dilakukan melalui pengadaan bibit dengan persemaian.
Gambar 7. Bibit Aren di Pesemaian berumur 10 bulan. Proses penyemaian biji aren berlangsung agak lama. Untuk mempercepatnya dapat dilakukan upaya-upaya perlakuan biji sebelum disemai yaitu : Cara 1: -
Merendam biji dalam larutan HCL dengan kepekatan 95 % dalam waktu 15 – 25 menit.
9
-
Merendam biji dalam air panas bersuhu 50º selama 3 menit.
-
Biji dikikis kulitnya di daerah pertumbuhan kecambah, lalu direndam dalam air selama 4 hari , kemudian disimpan pada suhu 28°-30°C sampai terjadi perkecambahan. Kecambah kemudian ditanam dalam pasir halus yang lembab hingga mencapai pertumbuhan daun ketiga
-
Media penyemaian dapat dibuat dengan kantong plastik ukuran 20 x 25 cm yang diisi dengan kompos, pasir dan tanah 1 : 1 : 1 dan lubangi secukupnya pada bagian bawahnya sebagai saluran drainase. Biji-biji yang telah diperlakukan tersebut dimasukan kedalam kantong plastik sedalam sekitar ¾ bagian biji di bawah permukaan tanah dengan lembaga menghadap ke bawah dengan posisi agak miring.
-
Untuk mencapai bibit siap tanam di lapangan (ukuran 40-50 cm) diperlukan waktu persemaian 11 – 14 bulan.
Cara 2: -
Merendam biji dengan larutan KNO3 dengan kepekatan 0,5 % selama 36 jam
-
Merendam biji dalam air panas bersuhu 50º selama 3 menit.
-
Memberi perlakuan fisik dengan mengikis punggung (dekat embrio) atau skarifikasi dengan kertas amplas.
-
Media penyemaian dapat dibuat dengan kantong plastik ukuran 20 x 25 cm yang diisi dengan kompos, pasir dan tanah 1 : 1 : 1 dan lubangi secukupnya pada bagian bawahnya sebagai saluran drainase. Biji-biji yang telah diperlakukan tersebut dimasukan kedalam kantong plastik tersebut sedalam sekitar ¾ bagian biji di bawah permukaan tanah dengan lembaga menghadap ke bawah dengan posisi agak miring.
-
Daya kecambah sekitar 40 – 50 %, kecepatan berkecambah sekitar 40 – 60 hari.
-
Bibit yang telah ditanam memerlukan penyiraman dan naungan agar terhindar dari cahaya matahari secara langsung. Bibit aren dapat dipindahkan ke lapangan (ditanam) setelah berumur 6-8 bulan sejak daun pertama terbentuk.
10
Cara 3: -
Biji yang sudah dikumpulkan dikeringkan dengan cara dijemur selama 1-2 hari.
-
Kemudian biji direndam selama 24 jam.
-
Biji diangkat dan dimasukkan kantongan plastik yang kedap udara dan diikat tertutup, hal ini dilakukan sampai biji pecah dan kecambah muncul. Menurut pengalaman petani tahap ini memerlukan waktu sekitar 6-12 hari.
-
Hanya biji-biji yang berkecambah yang diambil untuk dipindahkan ke polibag, sedang biji yang belum berkecambah dikembalikan lagi ke dalam kantong plastik. Kantong plastik yang berisi benih ini disimpan pada tempat tertutup. Penyimpanan kantong-kantong yang berisi biji ini sebaiknya pada media sekam padi. Karena dengan kondisi yang lembab di dalam kantong plastik sekaligus hangat di timbunan sekam padi, dapat memacu embrio untuk berkecambah.
Cara 4: -
Apabila bibit aren sudah berumur sekitar 4 bulan atau sudah setinggi 3 cm, maka bibit dipindahkan ke polibag lain yang telah diisi dengan media tanam yang lebih subur (terdiri dari tanah dan pupuk organik atau pupuk kandang dengan perbandingan 1:2) (http://kebunaren.blogspot.com).
-
Media penyemaian dapat dibuat pada kantong plastik ukuran 20 cm x 25 cm yang diisi kompos, pasir dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 : 1 bagian. Bijibiji yang telah diperlakukan tersebut dimasukan kedalam kantong plastiksedalam sekitar ¾ bagian biji di bawah permukaan tanah dengan lembaga menghadap ke bawah dengan posisi agak miring.
-
Untuk mencapai bibit siap tanam di lapangan (ukuran 40-50 cm) diperlukan waktu persemaian 12 – 16 bulan(http://kebunaren.blogspot.com).
Pemeliharaan bibit di persemaian dilakukan dengan cara : -
Penyiraman 2 kali sehari, pagi jam 08.00 – 09.00 dan sore hari jam 15.00 – 16.00
-
Penyiangan persemaian yaitu menghilangkan rumput-rumput pengganggu.
-
Pemberantasan hama dan penyakit, apabila ada gejala serangan hama dan penyakit. 11
Penanaman Teknik penanaman aren dapat dilakukan dengan sistim monokultur atau dengan sistim agroforestri/tumpangsari.Dengan sistim monokultur terlebih dahulu dilakukan pembersihan lapangan dari vegetasi yang ada (‘land clearing’) dan pengolahan tanah dengan pembajakan atau pencangkulan serta pembuatan lubang tanaman. Pembuatan lubang tanaman dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm dan jarak antar lubang (jarak tanam) 5 x 5 m atau 9 x 9 m. Untuk mempercepat pertumbuhan pada lubang tanaman diberi tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang, urea, TSP, sekitar 7 hari setelah lubang tanaman disiapkan, baru dilakukan penanaman. Bibit yang baru ditanam, sebaiknya diberi naungan atau peneduh. Sistim agroforestri/tumpangsari, ini dapat dilakukan dengan menanami bagian lahan yang terbuka yaitu di antara kedua tanaman pokok dengan tanaman sayur-sayuran/tanaman palawija. PEMELIHARAAN TANAMAN Agar budidaya aren dapat berhasil dengan baik diperlukan pemeliharaan tanaman yang cukup. Pemeliharaan tanaman aren meliputi: Pengendalian Hama Penyakit Hama dan penyakit pohon aren belum terlalu banyak diketahui. Namun sebagai langkah pencegahan dapat didekati dengan mengetahui hama dan penyakit yang biasa menyerang jenis palem yang lain seperti kelapa, kelapa sawit dan sagu. Hama pada tanaman jenis Palem antara lain berupa kumbang badak (Oryctes rhinoceros), kumbang sagu (Rhinochophorus ferrugineus, belalang (Sexava spp). Hama lain untuk pohon aren ini adalah pengisap nira dan bunga seperti lebah dan kelelawar. Pengendalian hama dapat dilakukan dengan cara penyemprotan pestisida tertentu seperti Heptachlor dan Diazinon.
12
Jenis penyakit yang sering menyerang pohon aren di persemaian adalah bercak dan kuning pada daun yang disebabkan oleh Pestalotia sp., Helmiathosporus sp. penanggulangan penyakit ini dapat dilakukan dengan fungisida seperti Dithane N-45, Delsene NX 200, atau Antracol. Penanggulangan tanaman pengganggu (gulma) Tanaman pengganggu pada tanaman aren sangat mengganggu pertumbuhannya.Oleh karena itu pengendalian gulma harus dilakukan. Gulma pada tanaman/pohon aren umumnya terdapat di dua tempat yaitu pada bagian batang (seperti benalu dan kadaka) dan pada tanah di sekitar pangkal. Pembersihan dilakukan secara teratur yaitu setiap tiga bulan sekali, sampai tanamanberumur 3-4 tahun. Teknis pemberantasannya dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan menghilangkan tanaman pengganggu tersebut dari pohon aren. Pemupukan Pemupukan dilakukan untuk tanaman agar pertumbuhan lebih cepat. Pemupukan dilakukan pada tanaman berumur 1 - 3 tahun dengan memberikan seperti pupuk Urea, NPK, pupuk kandang dan KCl yang ditaburkan pada sekeliling batang pohon aren yang telah digemburkan tanahnya. PEMANENAN Hasil Hampir semua bagian dari pohon aren dapat dimanfaatkan Jenis produk yang dihasilkan dari pohon aren yaitu sebagai berikut : -
Ijuk sebagai bahan baku pembuatan peralatan keperluan rumah tangga.
-
Nira sebagai bahan baku gula merah, tuak, dan cuka.
-
Kolang-kaling yang dihasilkan dari buah pohon aren.
-
Tepung aren sebagai bahan baku pembuatan sabun, mie, cendol.
-
Batang pohon sebagai bahan bangunan dan peralatan rumah tangga. 13
Ijuk Ijuk dihasilkan dari pohon aren yang telah berumur lebih dari 5 tahun sampai dengan tongkol-tongkol bunganya keluar.Pohon yang masih muda produksi ijuknya kecil. Demikian pula, pohon yang mulai berbunga kualitas dan hasil ijuknya tidak baik. Pemungutan ijuk dapat dilakukan dengan memotong pangkal pelepah-pelapah daun, kemudian ijuk yang bentuknya berupa lempengan anyaman ijuk itu lepas dengan menggunakan parang dari tempat ijuk itumenempel. Lempengan-lempengan anyaman ijuk yang baru dilepas dari pohon aren, masih mengandung lidi-lidi ijuk. Lidi-lidi ijuk dapat dipisahkan dari serat-serat ijuk dengan menggunakan tangan. Untuk membersihkan serat ijuk dari berbagai kotoran dan ukuran serat ijuk yang besar, digunakan sisir kawat.Ijuk yang sudah dibersihkan dapat dipergunakan untuk membuat tambang ijuk, sapu ijuk, atap ijuk dll. Nira Nira aren dihasilkan dari penyadapan tongkol (tandan) bunga, baik bunga jantan maupun bunga betina. Akan tetapi biasanya, tandan bunga jantan yang dapat menghasilkan nira dengan kualitas baik dan jumlah yang banyak. Oleh karena itu, biasanya penyadapan nira hanya dilakukan pada tandan bunga jantan. Sebelum penyadapan dimulai, dilakukan persiapan penyadapan yaitu : -
Memilih bunga jantan yang siap disadap, yaitu bunga jantan yang tepung sarinya sudah banyak yang jatuh di tanah. Hal ini dapat dilihat jika disebelah batang pohon aren, permukaan tanah tampak berwarna kuning tertutup oleh tepungsari yang jatuh.
-
Pembersihan tongkol (tandan) bunga dan memukul-mukul serta mengayunayunkannya agar dapat memperlancar keluarnya nira.
Pemukulan dan pengayunan dilakukan berulang-ulang selama dua sampai tiga minggu dengan selang dua hari pada pagi dan sore dengan jumlah pukulan kurang lebih 250 kali. 14
Untuk mengetahui, apakah bunga jantan yang sudah dipukul-pukul dan diayun-ayun tersebut sudah atau belum menghasilkan nira, dilakukan dengan cara menoreh (dilukai) tongkol (tandan) bunga tersebut. Apabila torehan tersebut mengeluarkan nira maka bunga jantan sudah siap disadap. Penyadapan dilakukan dengan memotong tongkol (tandan) bunga pada bagian yang ditoreh. Kemudian pada potongan tongkol dipasang bumbung bambu sebagai penampung nira yang keluar. Penyadapan nira dilakukan 2 kali sehari - pagi dan sore. Pada setiap penggantian bumbung bambu dilakukan pembaharuan irisan potongan dengan maksud agar saluran/pembuluh kapiler terbuka, sehingga nira dapat keluar dengan lancar. Setiap tongkol (tandan) bunga jantan dapat dilakukan penyadapan selama 2 – 4 bulan sampai tandan mengering. Hasil dari air aren dapat diolah menjadi gula aren, tuak, cuka dan minuman segar.
15
DAFTAR PUSTAKA
Harris, T.N. 1994. Developmental and Germination Studies of the Sugar Palm (Arenga Pinnata Merr.) Seed.PhD thesis, Universiti Putra Malaysia. Henderson, A. 2009.Palms of Southern Asia.New York Botanical Garden. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia.Vol. 1. Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta. http://perkebunan.litbang.deptan.go.id. Diaskses 5 Maret 2013. http://en.wikipedia.org/wiki/Arenga_pinnata. Di akses 15 Januari 2013. http://kebunaren.blogspot.com. Di akses 1 Pebruari 2013. http://www.fobi.net. Di akses 10 Pebruari 2013. http://kew.org/wcsp. Di akses 20 Pebruari 2013. Chan, E. 2000.Tropical Plants of Southeast Asia.Periplus Edition (HK) Ltd. Printed in Singapore. Overbeek van, J.H.D. 1990.A Nursery for Sugarpalm (Arenga Pinnata) and Fruit Trees in Samboja, East Kalimantan, Indonesia : (report of a Field Orientation at Tropenbos Kalimantan Research Station Wanariset 1).
16