BUDIDAYA SELADA KERITING, SELADA LOLLO ROSSA, DAN SELADA ROMAINE SECARA AEROPONIK DI AMAZING FARM, LEMBANG, BANDUNG
KOSMAS SUGARA A24070184
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
RINGKASAN KOSMAS SUGARA. Budidaya Selada Keriting, Selada Lollo Rossa, dan Selada Romaine secara Aeroponik di Amazing Farm, Lembang, Bandung. (Dibimbing oleh SINTHO WAHYUNING ARDIE). Pengusahaan budidaya selada secara aeroponik banyak dikembangkan oleh berbagai pihak karena komoditas selada memiliki nilai komersial yang cukup tinggi. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan kegiatan magang di Amazing Farm yang merupakan salah satu produsen selada aeroponik di Indonesia. Magang ini dilakukan untuk mendapatkan pengalaman manajerial dan teknis, meningkatkan keterampilan dan pengetahuan penulis, serta membantu memecahkan masalah atau mencari solusi dari permasalahan mengenai budidaya selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine aeroponik. Magang dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2011. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara mengikuti seluruh rangkaian kegiatan budidaya selada dan pengamatan aspek khusus mengenai penyinaran dengan lampu LED (light emitting diode) pada selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine. Magang dilaksanakan secara berjenjang mulai dari bekerja sebagai karyawan harian sampai asisten manajer kebun. Pengamatan aspek khusus dilakukan pada 5 tanaman contoh dan 4 ulangan untuk setiap komoditas tersebut dengan membandingkan terhadap kontrol. Penyinaran dilakukan pada pukul 05.00-07.00 dan 17.00-19.00 dengan menggunakan lampu LED merah-biru yang memiliki daya 90 W. Kebun Cikahuripan 1 Amazing Farm memiliki luas lahan 2.5 ha yang berlokasi di Kampung Pojok, Desa Cikahuripan RT 5 RW 1, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat - Jawa Barat dengan ketinggian tempat antara 1 312-2 084 m dpl dan curah hujan 3 000 mm per tahun. Kebun Cikahuripan 1 Amazing Farm memiliki 19 green house tanam dengan total bak tanam 1 338 bak yang ditanami selada dan sayuran daun lainnya secara aeroponik dan DFT (deep flow technique) dan 1 green house nursery yang terdiri dari 15 bak tanam DFT. Satu bak berukuran 4 m2. Kebun Cikahuripan 1 Amazing Farm memiliki 4 staf manajerial dan 22 karyawan.
3
Kegiatan aspek teknis budidaya sayuran aeroponik yang dilakukan di kebun Cikahuripan 1 Amazing Farm meliputi kegiatan penyemaian, persiapan tanam, penanaman, pemeliharaan, panen dan pascapanen, serta pemasaran. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan setiap hari, kecuali hari Minggu. Penulis melaksanakan aspek teknis ini selama satu bulan pada bulan pertama, setiap hari Senin sampai Jumat. Kegiatan aspek manajerial dilaksanakan dengan cara menjadi karyawan harian lepas, asisten supervisor produksi, asisten supervisor panen, dan asisten manajer kebun. Penyemaian benih selada dilakukan pada media rockwool. Benih selada keriting yang digunakan yaitu kultivar Grand Rapid, selada lollo rossa yaitu kultivar Estafet, dan selada romaine yaitu kultivar Maximus dengan DB (daya berkecambah) di lapang ketiga-tiganya lebih dari 80%. Bibit afkir selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine sekitar 10% tiap tray semai. Setiap hari rata-rata benih disemai sebanyak 15 336 benih dan hampir 60% dari jumlah tersebut adalah selada keriting. Penanaman rata-rata sebanyak 46 bak/hari yang ditanam di sistem aeroponik dan DFT. Pada musim hujan biasanya terjadi penurunan produktivitas. Oleh sebab itu dilakukan percobaan penyinaran dengan lampu LED pada selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine. Pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman selada keriting dan selada lollo rossa yang disinari lebih tinggi daripada yang tidak disinari. Penyinaran dengan lampu LED tidak dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman selada romaine. Secara ekonomi, penyinaran dengan lampu LED ini dapat meningkatkan keuntungan dari budidaya aeroponik selada keriting dan selada lollo rossa. Pengendalian OPT di Kebun Cikahuripan 1 Amazing Farm dilakukan secara manual. Sulaman selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine lebih dari 5% tiap bak. Tanaman selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine yang tidak dapat dipanen sekitar 7% tiap bak dan tingkat kehilangan hasilnya pada proses pascapanen lebih dari 30% tiap bak. Jumlah tanaman/pak berbeda-beda tergantung pada ukuran tanamannya. Investasi pada budidaya selada secara aeroponik terbilang besar namun layak untuk dilaksanakan sebab telah memenuhi kriteria kelayakan bisnis.
BUDIDAYA SELADA KERITING, SELADA LOLLO ROSSA, DAN SELADA ROMAINE SECARA AEROPONIK DI AMAZING FARM, LEMBANG, BANDUNG
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
KOSMAS SUGARA A24070184
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
ii
Judul
: BUDIDAYA LOLLO
SELADA
ROSSA,
DAN
KERITING,
SELADA
SELADA
ROMAINE
SECARA AEROPONIK DI AMAZING FARM, LEMBANG, BANDUNG Nama
: KOSMAS SUGARA
NIM
: A24070184
Menyetujui, Pembimbing
Dr. Sintho Wahyuning Ardie, SP., M.Si NIP 19820706 200501 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr. NIP 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus:
iii
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sumedang, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 6 Maret 1988. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Jeje dan Ibu Ade J. Sumarsih. Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri Trijaya selama enam tahun dan menyelesaikannya pada tahun 2000. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SMP Negeri 1 Ujungjaya. Pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2006 di SMA Negeri 1 Sumedang. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan tinggi ke Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis diterima di IPB sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian pada tahun 2007 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif berorganisasi di organisasi mahasiswa daerah Sumedang “Wapemala”, unit kegiatan mahasiswa Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman, dan berbagai kepanitiaan di IPB. Pada tahun 2009 penulis mengikuti acara pementasan seni tari tradisional Indonesia “Sparkling Indonesia” di Penang, Malaysia.
iv
KATA PENGATAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayah kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada: 1.
Ibu Dr. Sintho Wahyuning Ardie, SP., M.Si. selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing dan memberi motivasi kepada penulis selama kegiatan magang dan penulisan skripsi ini.
2.
Bapak Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr. dan Bapak Dr. Ir. Anas Dinurrohman Susila, M.Si. selaku dosen penguji skripsi.
3.
Ibu Dr. Ir. Ketty Suketi, M.Si. selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dalam menempuh pendidikan di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB.
4.
Para pengajar dan staf Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah membantu penulis selama kegiatan perkuliahan.
5.
Bapak Dede, Ibu Aria, Bapak Supri, seluruh karyawan dan staf PT. Momenta Agrikultura (Amazing Farm) di Lembang, Bandung dan juga keluarga Bapak Asep yang telah memberikan bantuannya kepada penulis selama kegiatan magang.
6.
Ayah, Ibu, dan kedua Kakak penulis yang selalu mendukung, membimbing, dan memberi motivasi kepada penulis untuk menempuh dan menyelesaikan jenjang S1 di AGH IPB ini.
7.
Fadhil, Syahrul, Benny, Amin, Edo, Okti, Febry, Vicky, Namira, dan temanteman AGH 44 yang telah membantu dan mendukung penulis dalam penulisan skripsi ini. Nenden, Punjung, Putri, Erna, teman-teman Gentra Kaheman, teman-teman TPB, teman-teman omda Wapemala yang telah bersama-sama penulis menempuh pendidikan tinggi di IPB.
8.
Seluruh pihak yang telah berpartisipasi kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
vv Skripsi magang ini berjudul Budidaya Selada Keriting, Selada Lollo Rossa, dan Selada Romaine secara Aeroponik di Amazing Farm, Lembang, Bandung. Kegiatan magang di Amazing Farm dilaksanakan terdorong oleh keinginan penulis memperoleh pengalaman teknis dan manajerial pada agribisnis selada aeroponik. Penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi yang memerlukan.
Bogor, Januari 2012 Penulis
vi
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................
ix
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 Latar Belakang ................................................................................................... 1 Tujuan ................................................................................................................ 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 3 Hidroponik dan Aeroponik................................................................................. 3 Botani Umum dan Syarat Tumbuh Selada ......................................................... 4 Selada Keriting, Selada Lollo Rossa, dan Selada Romaine................................ 6 Fotosintesis dan Cahaya ........................................................................... 8 METODE MAGANG ......................................................................................... 9 Tempat dan Waktu ............................................................................................ 9 Metode Pelaksanaan ........................................................................................... 9 Pengamatan dan Pengumpulan Data ................................................................. 10 Analisa Data ...................................................................................................... 11 KEADAAN UMUM ........................................................................................... 12 Sejarah Perusahaan, Letak Geografis, dan Keadaan Iklim ................................ 12 Luas Areal, Tata Guna Lahan, dan Fasilitas Produksi ...................................... 13 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan .......................................................... 16 PELAKSANAAN MAGANG ............................................................................ 20 Aspek Teknis ...................................................................................................... 20 Aspek Manajerial ............................................................................................... 23 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 25 Budidaya Selada Aeroponik ............................................................................... 25 Prospek Agribisnis Selada Aeroponik ................................................................ 40 40 Penyinaran dengan Lampu LED ......................................................................... KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 49 Kesimpulan ......................................................................................................... 49 Saran ................................................................................................................... 49 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 50 LAMPIRAN ....................................................................................................... 53
vii
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
Konsentrasi Unsur Hara dalam Larutan Hara yang Digunakan Beberapa Petani Selada Hidroponik ...................................................
5
Pemanfaatan Green House di Kebun Cikahuripan 1 pada Bulan Maret-Juli 2011 ...................................................................................
14
Rata-rata Daya Berkecambah Benih Selada di Kebun Cikahuripan 1 pada Bulan Maret-April 2011 .....................................
29
4.
Rata-rata Bibit Afkir Selada di Kebun Cikahuripan 1 ........................
30
5.
Rata-rata Sulaman Selada di Kebun Cikahuripan 1............................
34
6.
Rata-rata Tanaman Underspec Selada di Kebun Cikahuripan 1 ........
36
7.
Produktivitas Selada di Kebun Cikahuripan 1 pada Bulan Mei 2011 ....................................................................................................
38
8.
Rata-rata Jumlah Tanaman/Pak di Kebun Cikahuripan 1 ...................
38
9.
Rata-rata Kehilangan Hasil pada Budidaya Selada Aeroponik di Kebun Cikahuripan 1 ..........................................................................
39
Perbandingan Tinggi Tanaman (cm) Selada yang Disinari Lampu LED dengan Kontrol ...........................................................................
42
Perbandingan Jumlah Daun (helai) Selada yang Disinari Lampu LED dengan Kontrol ...........................................................................
43
Perbandingan Lebar Daun (cm) Selada yang Disinari Lampu LED dengan Kontrol ...........................................................................
43
Perbandingan Hasil Tanaman Selada yang Disinari Lampu LED dengan Kontrol ...................................................................................
46
Perhitungan Ekonomi dari Penggunaan Lampu LED pada Budidaya Selada Keriting Aeroponik .................................................
48
Perhitungan Ekonomi dari Penggunaan Lampu LED pada Budidaya Selada Lollo Rossa Aeroponik ...........................................
48
1. 2. 3.
10. 11. 12. 13. 14. 15.
viii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Selada Keriting dan Selada Lollo Rossa .........................................
7
2.
Selada Romaine................................................................................
7
3.
Layout Bak Tanam ...........................................................................
11
4.
Green House Besi dan Green House Bambu ...................................
13
5.
Fasilitas Packing House ...................................................................
15
6.
Struktur Organisasi Amazing Farm .................................................
16
7.
Struktur Organisasi Kebun Cikahuripan 1 .......................................
17
8.
Persiapan Media Persemaian ...........................................................
26
9.
Penyemaian Benih Selada ................................................................
27
10.
Ruang Gelap dan Green House Nursery..........................................
28
11.
Bibit Afkir ........................................................................................
30
12.
Persentase Komposisi Benih Selada yang Disemai Setiap Hari pada Bulan April 2011 .....................................................................
30
13.
Penanaman Selada Keriting .............................................................
32
14.
Bibit Sisa yang Diletakkan di Atas Bak Tanam ..............................
33
15.
Pembersihan Bak Tanam dan Styrofoam .........................................
34
16.
Serangan OPT pada Selada ..............................................................
35
17.
Pengabutan pada Sistem Aeroponik di Kebun Cikahuripan 1 dan Tanaman Kerdil yang Berada Tepat di Atas Nozzle ........................
36
18.
Kemasan Plastik Bucket dan Kemasan Plastik Seal ........................
39
19.
Penyinaran dengan Lampu LED ......................................................
41
20.
Selisih Tinggi Tanaman Selada yang Disinari Lampu LED dengan Kontrol ................................................................................
44
Laju Pertambahan Tinggi Tanaman Selada Keriting, Selada Lollo Rossa, dan Selada Romaine .............................................................
45
Selisih Bobot Tanaman Selada yang Disinari Lampu LED dengan Kontrol ................................................................................
47
21. 22.
ix
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Data Iklim selama Kegiatan Magang ...............................................
54
2.
Denah Kebun ...................................................................................
56
3.
SOP Tata Cara Panen Kebun Cikahuripan 1 Amazing Farm ..........
57
4.
Standar Kualitas Produk Amazing Farm .........................................
58
5.
Perolehan Semaian Benih pada Bulan April 2011 ...........................
60
6.
Laporan Purchasing Order-Kirim Kebun Cikahuripan 1 Periode Maret-Juni 2011 ...............................................................................
61
7.
Jumlah Benih Selada yang Harus Disemai untuk Setiap Bak .........
61
8.
Perolehan Penanaman pada Bulan April 2011.................................
62
9.
Cashflow Budidaya Selada Aeroponik ............................................
63
10.
Nilai Sisa Budidaya Selada Aeroponik ............................................
65
11.
Jurnal Kegiatan Magang ..................................................................
66
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman hortikultura, diantaranya sayuran, memiliki peran dalam meningkatkan gizi masyarakat. Hal tersebut dikarenakan di dalam sayuran terdapat zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan manusia, seperti misalnya sayuran daun hijau kaya akan vitamin A dan vitamin C; sayuran berwarna kuning, oranye, dan merah kaya akan karoten, vitamin A, dan vitamin C; sayuran sukulen kaya akan kandungan air; sayuran umbi kaya akan karbohidrat; dan sayuran biji kaya akan protein (Onate dan Eusebio, 1986). Selada (Lactuca sativa L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak mengandung zat-zat bermanfaat bagi kesehatan manusia (Grubben dan Sukprakarn, 1994). Kesadaran masyarakat terhadap pola hidup sehat semakin meningkat, sehingga permintaan sayuran pun semakin meningkat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementrian Perdagangan RI (2011) nilai ekspor sayuran pada tahun 2005 sebesar US$ 42 juta telah mengalami peningkatan pada tahun 2009 menjadi US$ 74.2 juta. Peningkatan permintaan ini menuntut adanya peningkatan produksi. Namun, kondisi alam dan luasan lahan produksi kadang menjadi kendala dalam kegiatan budidaya sayuran. Panjang hari di Indonesia yang cukup panjang dapat memaksimalkan penyinaran matahari untuk proses fotosintesis tanaman. Namun, di wilayah yang curah hujannya tinggi, kadang cuaca yang mendung sepanjang hari menjadi kendala dalam memaksimalkan proses fotosintesis. Permasalahan tersebut dapat disiasati dengan penerapan teknologi dalam budidaya sayuran seperti teknik aeroponik dan penggunaan sinar tambahan dengan lampu LED. Penggunaan lampu LED diharapkan dapat membantu proses fotosintesis tanaman meskipun dalam kondisi kurang cahaya matahari. Peningkatan produksi tanaman dapat dilakaukan dengan teknik budidaya yang memiliki efisiensi dan efektivitas yang tinggi. Teknik budidaya secara hidroponik merupakan salah satu upaya intensifikasi yang pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan lahan dan penggunaan pupuk (Ardian, 2007). Hidroponik sebagai suatu teknik budidaya tanaman tanpa tanah yang menggunakan prinsip penyediaan larutan hara sesuai dengan
2 kebutuhan tanaman secara teratur (Susila dan Koerniawati, 2004). Beberapa keuntungan hidroponik diantaranya penggunaan pupuk dan air sangat efisien, hemat lahan tetapi produktivitas tanaman tinggi, serta pengelolaan tidak direpotkan dengan pengolahan tanah dan masalah gulma (Lingga, 1999), sehingga permintaan dalam jumlah besar dapat terpenuhi dan kontinuitas produk terjamin. Terdapat beberapa teknik dalam menerapkan budidaya sayuran secara hidroponik, diantaranya yaitu teknik hidroponik sistem terapung (Susila dan Koerniawati, 2004), Nutrient Film Technique (NFT),
dan aeroponik (Jones,
2005). Penerapan teknik hidroponik ini tergantung dari jenis tanamannya yaitu sayuran buah, sayuran daun, atau sayuran umbi. Penerapan teknik aeroponik sangat cocok untuk sayuran-sayuran daun seperti selada, sebab sayuran jenis ini tidak terlalu besar sehingga memungkinkan untuk ditanam menggantung. Teknik aeroponik ini tidak bergantung pada kesuburan tanah sehingga dapat mensiasati kondisi semakin berkurangnya lahan-lahan subur untuk pertanian. Amazing Farm adalah salah satu produsen sayur yang menerapkan budidaya secara aeroponik (Agung, 2008). Beberapa sayuran yang dibudidayakan Amazing Farm diantaranya adalah selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine (Amazing Farm, 2011). Amazing Farm juga telah melakukan percobaan penerapan teknologi penyinaran lampu LED, sehingga produksi sayuran di musim hujan pun dapat maksimal.
Tujuan Tujuan dari kegiatan magang yang dilaksanakan di Amazing Farm ini yaitu untuk: 1.
Mendapatkan pengalaman manajerial dan teknis dalam budidaya selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine aeroponik.
2.
Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan penulis dalam budidaya selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine aeroponik.
3.
Membantu memecahkan masalah atau mencari solusi dari permasalahan mengenai budidaya selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine aeroponik di Amazing Farm.
3
TINJAUAN PUSTAKA Hidroponik dan Aeroponik Hidroponik
adalah
teknik
budidaya
tanaman tanpa
tanah
yang
menggunakan prinsip penyediaan larutan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman secara teratur (Susila dan Koerniawati, 2004; Susanto dan Pribadi, 2004). Prinsip dasar dalam budidaya hidroponik yaitu upaya merekayasa alam dengan menciptakan dan mengatur suatu kondisi lingkungan yang ideal bagi perkembangan dan pertumbuhan sehingga tidak terjadi ketergantungan tanaman terhadap alam. Kebutuhan tanaman terhadap hara dipasok dari luar dengan membuat formulasi nutrisi (Noor, 2006). Larutan hara hidroponik harus mengandung unsur hara makro seperti N, P, K, Ca, Mg, dan S serta hara mikro Fe, B, Mn, Zn, Cu, dan Mo. Larutan hara dapat menggunakan pupuk hidroponik yang tersedia atau mencampur berbagai macam pupuk (Ardian, 2007). Terdapat beberapa teknik dalam menerapkan budidaya sayuran secara hidroponik, diantaranya yaitu teknik hidroponik sistem terapung (Susila dan Koerniawati, 2004), standing aerated nutrient solution, nutrient film technique, aeroponics, ebb-and-flow nutrient solution system, dan drip/pass-through inorganic medium system (Jones, 2005). Teknik aeroponik merupakan teknik hidroponik yang penyuplaian air dan hara esensialnya berupa kabut yang disemprotkan pada akar-akar tanaman (Nickols, 2002 dalam Jones, 2005). Salah satu kelebihan yang paling signifikan dari sistem ini dibandingkan dengan teknik hidroponik lainnya yaitu aerasi yang penting bagi pertumbuhan akar. Teknik aeroponik dirancang untuk efisiensi dalam penggunaan air dan hara esensial. Hal paling penting yang harus diperhatikan dalam teknik aeroponik yaitu karakter aerosol (kabut), frekuensi pengabutan, dan komposisi larutan hara (Jones, 2005). Sistem aeroponik dikontrol secara komputerisasi dan membutuhkan peralatan pengabutan khusus, bak tanam khusus, dan rangkaian peralatan sensor. Meskipun telah dilaporkan bahwa hasil panen yang didapatkan dari penggunaan teknik aeroponik lebih tinggi daripada teknik hidroponik konvensional, biaya instalasi dan biaya operasionalnya pun sangat tinggi (Adi, 1982 dalam Jones, 2005).
4 Botani Umum dan Syarat Tumbuh Selada Tanaman selada diyakini berasal dari Timur Tengah. Tanaman ini dikenal sebagai tanaman sayuran dan bahan baku obat-obatan pada abad ke 4 500 sebelum masehi. Tanaman ini sangat terkenal di Yunani dan Roma. Di Eropa Barat, selada jenis head telah dikenal sejak abad ke-14. Tanaman ini secara ilmiah memiliki nama Lactuca sativa L. (Grubben dan Sukprakarn, 1994). Adapun klasifikasi tanaman selada sebagai berikut: Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Campanulales
Famili
: Compositae
Spesies
: Lactuca sativa L. (Nonnecke, 1989). Benih selada akan berkecambah dalam kurun waktu empat hari, bahkan
untuk benih yang viabel dapat berkecambah dalam waktu satu hari pada suhu1525 0C. Tanaman selada tumbuh dengan baik pada suhu harian 15-20 0C dan suhu malam 10 0C. Pembudidayaan selada di daerah tropis tumbuh dengan baik di dataran tinggi. Pada budidaya selada konvensional, tanah yang cocok untuk pertumbuhan selada yaitu jenis tanah dengan struktur yang bagus dan kesuburan tinggi dan kurang bagus pada tanah alkali berpasir-lempung. Tanaman selada ini tidak toleran tanah masam (pH < 6). Kebutuhan hara tanaman selada yaitu N 100 kg/ha, P2O5 100 kg/ha, K2O 80 kg/ha, dan pupuk organik 30 ton/ha. Produktivitas selada jenis head di daerah tropis sebesar 5-10 ton/ha, sedangkan jenis leaf sebesar 3-8 ton/ha (Grubben dan Sukprakarn, 1994). Budidaya selada secara hidroponik di dalam green house termasuk mudah dikerjakan. Hal penting yang harus diperhatikan yaitu suhu di dalam green house. Bolting, tipburn, warna daun pucat, dan rendahnya perkecambahan terjadi jika suhu udara di atas 25 0C. Selain itu juga komposisi larutan hara harus tepat, misalnya kekurangan Ca dapat mengakibatkan tipburn (Jones, 2005). Konsentrasi unsur hara dalam larutan hara yang biasa digunakan oleh beberapa petani selada hidroponik tertera dalam Tabel 1.
5 Tabel 1. Konsentrasi Unsur Hara dalam Larutan Hara yang Digunakan Beberapa Petani Selada Hidroponik Unsur Hara Hara Makro Nitrogen (N) Fosfor (P) Kalium (K) Kalsium (Ca) Magnesium (Mg) Hara Mikro Boron (B) Tembaga (Cu) Besi (Fe) Mangan (Mn) Molibdenum (Mo) Seng (Zn) (Morgan, 2000 in Jones, 2005)
Konsentrasi (mg/L) 100-200 15-90 80-350 122-220 26-96
0.14-1.5 0.07-0.1 4-10 0.5-1.0 0.05-0.06 0.5-2.5
Selada sangat beragam jenisnya, merupakan tanaman herba tahunan atau dua musim, dan memiliki tinggi tanaman antara 30-70 cm. Susunan daun selada beragam tergantung kultivarnya, ada yang membentuk krop dan tidak membentuk krop. Tepi, ukuran, dan warna daun pun berbeda-beda tergantung kultivarnya. Terdapat ratusan kultivar dari tanaman selada, tetapi dapat dikelompokkan ke dalam enam kelompok kultivar, yaitu: 1.
Kelompok kultivar selada butterhead (L. sativa var capitata) memiliki krop yang kompak dan lembut serta daun bagian dalam yang tipis, berminyak, dan memiliki tekstur seperti mentega. Beberapa kultivar yang termasuk kelompok ini yaitu: May Queen, Green Boston, Deer Tongue, Summer Bibb, Summerlong, dan White Boston.
2.
Kelompok kultivar selada crisphead (L. sativa var capitata) memiliki daun yang tipis dan renyah serta biasanya memiliki tepi daun yang bergerigi dan menggulung. Ada yang membentuk krop dan tidak membentuk krop. Beberapa kultivar yang termasuk kelompok ini yaitu: Great Lakes, Calmar, Fairton, Iceberg, Ithaca, Mesa, dan Pennlake.
3.
Kelompok kultivar selada cos atau selada romaine (L. sativa var longifolia; L. sativa var romana) memiliki krop yang lonjong dan daunya tegak. Beberapa
6 kultivar yang termasuk kelompok ini yaitu: White Paris Cos, Paris Island, dan Valmaine. 4.
Kelompok kultivar bunching atau disebut juga selada daun (L. sativa var crispa) memiliki daun yang tipis, berwarna hijau atau merah, dan tidak membentuk krop. Beberapa kultivar yang termasuk kelompok ini yaitu: Salad Bowl, Simpson, Oakleaf, Grand Rapids, Grenn Ice, Prizehead, Slobolt, Walsmann’s Green, dan Ruby.
5.
Kelompok kultivar selada batang (L. sativa var asparagina) memiliki tinggi tanaman 30-50 cm, tebal batang 3-6 cm dengan tekstur yang renyah. Contoh kultivar yang termasuk kelompok ini yaitu Celtus.
6.
Kelompok kultivar selada Latin memiliki daun yang kecil, tebal, berwarna hijau gelap, dan helaian daunnya lepas. Selada jenis ini toleran terhadap suhu tinggi. Kultivar yang termasuk kelompok ini yaitu: Sucrine dan Creole (Splittstoesser, 1990; Grubben dan Sukprakarn, 1994). Kandungan gizi masing-masing jenis selada berbeda-beda. Selada jenis
head yang daunnya berwarna hijau cerah memiliki lebih sedikit unsur mikro dibandingkan dengan jenis leaf; daun yang berwarna hijau gelap memiliki lebih banyak karoten, besi, dan vitamin C. Jenis crisphead kandungan nutrisinya lebih rendah daripada butterhead. Secara umum daun selada tiap 100 g mengandung air 94 g, protein 1.2 g, lemak 0.2, serat 0.7 g, abu 0.7 g. Tanaman selada sangat rendah karbohidrat, protein, dan lemak (Grubben dan Sukprakarn, 1994).
Selada Keriting, Selada Lollo Rossa, dan Selada Romaine Selada keriting dan selada lollo rossa (Lactuca sativa var. crispa) termasuk kelompok kultivar selada daun. Selada jenis ini helaian daunnya lepas dan tepiannya berombak atau bergerigi serta berwarna hijau atau merah. Ciri khas lainnya adalah tidak membentuk krop. Selada daun berumur genjah dan toleran terhadap kondisi dingin. Apabila daunnya dipanen dengan cara lepasan satu per satu dan tidak dicabut sekaligus maka tanaman dapat dipanen beberapa kali. Meskipun demikian, umumnya selada daun dipanen sekaligus seluruh tanaman seperti jenis selada lainnya (Haryanto et al., 2003). Perbedaan antara selada keriting dan selada lollo rossa yang paling mencolok adalah warna batang dan
7 daunnya. Selada keriting berwarna hijau sedangkan selada lollo rossa berwarna merah (Gambar 1).
(a)
(b)
Gambar 1. Selada Keriting (a) dan Selada Lollo Rossa (b) Selada romaine (Lactuca sativa var. romana; L. sativa var longifolia) termasuk kelompok kultivar cos lettuce. Selada jenis ini mempunyai krop yang lonjong dengan pertumbuhan yang meninggi cenderung mirip petsai (Gambar 2). Tinggi selada ini bisa mencapai 25.40 cm. Daunnya lebih tegak dibandingkan daun selada yang umumnya menjuntai ke bawah. Daun terluarnya berwarna hijau gelap dan lembut, daun bagian dalam atau krop berwarna hijau keputihan. Jenis selada ini tergolong lambat pertumbuhannya (Splittstoesser, 1990; Haryanto et al., 2003).
Gambar 2. Selada Romaine
8 Selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine memiliki kandungan gizi yang sama. Kandungan gizi per 100 g selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine yaitu: kalsium 68 mg, fosfor 25 mg, besi 1.4 mg, natrium 9 mg, kalium 264 mg, vitamin A 1900 IU, vitamin C 18 mg, tiamin 0.05 mg, riboflavin 0.08 mg, niasin 0.4 mg, asam askorbik 18 mg, air 94%, dan serat 0.7 g (Nonnecke, 1989; Ryder, 1997).
Fotosintesis dan Cahaya Fotosintesis terdiri dari reaksi terang dan reaksi gelap. Reaksi terang memiliki sifat-sifat diantaranya yaitu berlangsungnya reaksi ini perlu adanya energi cahaya matahari, tidak peka terhadap suhu, serta kecepatan reaksi terang relatif lebih besar dari reaksi gelap. Reaksi gelap memiliki sifat-sifat yaitu berlangsungnya reaksi ini tidak perlu ada cahaya, peka terhadap suhu, kecepatan reaksinya relatif lebih lambat daripada reaksi terang, serta reaksinya merupakan reaksi enzimatis. Dalam reaksi terang cahaya memecah molekul air sehingga dibebaskan oksigen dan hidrogen, sedangkan dalam reaksi gelap terjadi proses pembentukan karbohidrat dari karbon dioksida dengan menggunakan hasil-hasil dari reaksi terang (Herdiana et al., 1990). Fotosintesis paling efisien terjadi pada kisaran cahaya jingga-merah (650 nm) hingga biru (440) (Zulkarnain, 2009). Cahaya mempengaruhi fotosintesis berdasarkan
intensitas cahaya,
lamanya penyinaran, dan kualitas cahaya. Lamanya waktu penyinaran akan meningkatkan intensitas cahaya. Umumnya semakin tinggi intensitas cahaya akan semakin bertambah besar kecepatan fotosintesisnya sampai suatu faktor (dalam hal ini kadar CO2) menjadi faktor pembatas. Pada tumbuhan tingkat tinggi umumnya kecepatan fotosintesis yang maksimum terdapat pada daerah sinar biru dan sinar merah (Herdiana et al., 1990). Cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis. Cahaya sebagai sumber energi untuk reaksi anabolik fotosintesis jelas akan berpengaruh terhadap laju fotosintesis tersebut. Secara umum, fiksasi CO2 maksimum terjadi sekitar tengah hari, yakni pada saat intensitas cahaya mencapai puncaknya. Penutupan cahaya matahari oleh awan juga akan mengurangi laju fotosintesis (Lakitan, 2008).
9
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di Kebun Cikahuripan I Amazing Farm, yang berada di wilayah Kampung Pojok, Desa Cikahuripan RT 5 RW 1, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat - Jawa Barat. Kebun ini berada di bawah manajemen perusahaan PT Momenta Agrikultura. Pelaksanaan kegiatan magang ini dimulai pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2011.
Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilakukan dengan mengikuti prosedur yang ada di kebun Amazing Farm yang mencakup aspek budidaya dan manajerial di Kebun Cikahuripan I. Pelaksanaan magang ini dibagi menjadi dua kegiatan, yaitu kegiatan umum dan kegiatan khusus. Kegiatan umum mencakup pekerjaan sebagai karyawan harian selama satu bulan, asisten supervisor (produksi dan panen) selama dua bulan, dan asisten manajer kebun selama satu bulan. Kegiatan khusus yang dikerjakan adalah kegiatan pengamatan dan pengumpulan data dari aspek yang dijadikan topik khusus yaitu aspek budidaya dan penyinaran lampu LED pada budidaya aeroponik selada varietas selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine. Bentuk kegiatan yang dilaksanakan pada saat magang adalah sebagai berikut: 1.
Orientasi lapang Kegiatan awal yang dilakukan adalah orientasi lapang. Kegiatan ini bertujuan untuk memperdalam pengetahuan mahasiswa tentang perusahaan seperti lokasi, kondisi kebun, pengenalan manajerial di kebun, serta untuk mengetahui permasalahan mengenai budidaya aeroponik selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine. Orientasi lapang dilaksanakan selama dua hari.
10 2.
Karyawan harian Kegiatan bekerja sebagai karyawan harian dilaksanakan dengan mengikuti semua kegiatan budidaya aeroponik dan DFT mulai dari persiapan tanam sampai pemanenan dan pasca panen pada semua komoditas sayuran yang ada di kebun Cikahuripan 1.
3.
Asisten supervisor Kegiatan sebagai asisten supervisor dilakukan dengan membantu supervisor dalam pengawasan produksi serta pengawasan panen dan pasca panen, serta kegiatan-kegiatan administratif lainnya.
4.
Asisten manajer kebun Kegiatan sebagai asisten manajer kebun dilakukan dengan membantu pengelolaan dan pengawasan tenaga kerja, melaksanakan analisa terhadap setiap kegiatan di lapang, dan mempelajari manajerial tingkat lapang.
5.
Pelaksanaan dan pengamatan aspek khusus Kegiatan pengamatan aspek khusus dilakukan dengan mengamati teknik budidaya dan perlakuan penyinaran lampu LED terhadap pertumbuhan dan hasil dari budidaya aeroponik selada varietas selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine.
Pengamatan dan Pengumpulan Data Data dalam kegiatan magang ini dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh dengan cara pengamatan dan praktek langsung di lapangan mengenai teknik budidaya dan perlakuan penyinaran lampu LED pada budidaya aeroponik selada varietas selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine. Pengamatan budidaya selada aeroponik dilakukan pada daya berkecambah/tray semai, bibit afkir/tray semai, sulaman/bak, tanaman underspec/bak, kehilangan hasil, dan jumlah tanaman/pak. Sedangkan pengamatan pada perlakuan penyinaran lampu LED dilakukan pada: 1.
Pertumbuhan tanaman Peubah pada pengamatan pertumbuhan ini yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, dan lebar daun. Pengamatan ini dilakukan sebanyak empat ulangan (styrofoam). Satu styrofoam terdiri dari 49 tanaman. Masing-masing ulangan
11 (styrofoam) diamati sebanyak lima tanaman contoh pada masing-masing varietas yang diamati. Layout bak tanam percobaan penyinaran lampu LED tersebut ditunjukkan dalam Gambar 3: RM1 L LL1
LL2
RM2
L LL3
LL4
RM3
RM4
SK3
SK4
L SK1
SK2
Keterangan: SK1 = selada keriting ulangan 1 LL1 = selada lollo rossa ulangan 1 RM1 = selada romaine ulangan 1 L = lampu LED
Gambar 3. Layout Bak Tanam 2.
Hasil Peubah pada pengamatan hasil yaitu bobot per tanaman, bobot kotor, bobot bersih, dan persentase kehilangan hasil. Data bobot per tanaman diperoleh dengan membagi bobot kotor dengan jumlah tanaman yang dipanen. Data sekunder diperoleh dari arsip perusahaan dan instansi pemerintah
yang terkait. Pengumpulan data sekunder ini meliputi data letak geografis, kondisi iklim, luas areal, jumlah green house, jenis tanaman, data hasil produksi, ketenagakerjaan, organisasi perusahaan dan data-data lainnya yang menunjang kegiatan magang.
Analisa Data Data yang diperoleh dari kegiatan magang ini diolah dan dianalisa secara deskriptif dan kuantitatif. Analisa deskriptif dilakukan pada data sekunder dan primer. Sedangkan analisa kuantitatif dilakukan pada data primer mengenai pertumbuhan tanaman dari perlakuan penyinaran lampu LED dengan uji t-student.
12
KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan, Letak Geografis, dan Keadaan Iklim PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis khususnya budidaya sayuran hidroponik dan aeroponik. Pada awalnya perusahaan ini merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang finance atau pembiayaan, namun dengan adanya krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 perusahaan ini mulai melakukan kegiatan budidaya sayuran aeroponik agar perusahaan tersebut tetap bertahan. Amazing Farm berdiri pada tahun 1998 dengan Dani Rusli sebagai pemilik. Bentuk perusahaan ini adalah Perseroan Terbatas (PT) dengan modal awal berkisar Rp 500 juta, semua modal disediakan oleh pemilik. Setelah berdiri perusahaan tidak langsung melakukan budidaya sayuran melainkan melakukan riset terlebih dahulu. Riset ini bertujuan untuk menemukan jenis sayuran yang akan dibudidayakan dan formulasi nutrisi yang tepat agar pertumbuhan sayuran baik dan berkualitas. Kemudian baru pada tahun 2000 perusahaan memfokuskan diri untuk membudidayakan sayuran dengan sistem aeroponik. Aset awal yang dimiliki perusahaan adalah berupa tanah seluas 2.5 ha, greenhouse, peralatan hidroponik dan aeroponik dan dua buah mobil truk. Untuk memenuhi kebutuhan permintaan yang terus meningkat, perusahaan terus mengembangkan perkebunannya. Pada saat ini, selain kebun Cikahuripan 1, Amazing Farm telah memiliki kebun di Cisaroni (Cikahuripan 2) dan Kayu Ambon, ketiga-tiganya terletak di Lembang. Selain di Lembang, Amazing Farm juga memiliki kebun di Bogor yaitu di Sentul. Amazing Farm juga membangun kemitraan dengan beberapa kebun di Bogor dan Jakarta. Kebun Cikahuripan 1 Amazing Farm, tempat penulis melaksanakan magang, terletak di Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat dengan ketinggian tempat antara 1 312-2 084 mdpl, titik tertingginya ada di puncak Gunung Tangkuban Parahu. Suhu rata-rata harian selama kegiatan magang di Lembang yaitu sekitar 19.89-22.83 0C dengan curah hujan 3 000 mm per tahun. Curah hujan selama kegiatan magang sebesar 47.5273.0 mm per bulan (Lampiran 1).
13 Luas Areal, Tata Guna Lahan, dan Fasilitas Produksi Amazing Farm memiliki kebun produksi yang tersebar di Lembang, Bogor, dan Jakarta. Salah satunya yaitu kebun Cikahuripan 1 yang merupakan tempat pelaksanaan kegiatan magang penulis. Kebun Cikahuripan 1 merupakan kebun produksi untuk produk hidroponik dan aeroponik. Kebun ini memiliki luas areal sekitar 2.5 ha dengan status sewa yang terdiri dari green house, packing house, gudang nutrisi dan kemasan, ruang semai dan media rockwool, ruang gelap, gudang barang, tempat pencucian styrofoam, kantor, mess karyawan, dan bangunan pendukung lainnya (Lampiran 2). Green house di kebun Cikahuripan 1 terdiri dari 6 blok green house tanam dan 1 blok green house nursery. Masing-masing blok berbeda-beda luas dan jumlah sektornya. Blok A dan B masing-masing terdiri dari 3 sektor. Blok C, D, dan E masing-masing terdiri dari 4 sektor. Blok F terdiri dari 1 sektor. Green house yang dibangun di Amazing Farm ada dua macam yaitu green house yang terbuat dari besi (green house A, B, dan C) (Gambar 4a) dan green house yang terbuat dari bambu (green house D, E, F, dan nursery) (Gambar 4b).
(a) (b) Gambar 4. Green House Besi (a) dan Green House Bambu (b) Jumlah bak tanam di tiap green house berbeda-beda (Tabel 2). Bak tanam yang digunakan Amazing Farm berukuran 4 x 1 m2. Total bak tanam di green house tanam sebanyak 1 338 bak dan di green house nursery sebanyak 15 bak. Satu bak tanam dapat ditanami sebanyak 196 tanaman. Berdasarkan taksasi produksi yang berlaku di Amazing Farm, satu bak tanam menghasilkan 8 kg bobot bersih (marketable yield) untuk tiap komoditas.
14 Sistem hidroponik yang diterapkan di Kebun Cikahuripan 1 ada dua sistem yaitu aeroponik dan DFT. Sistem aeroponik diinstalasi di green house B2, B3, C, D, E3, dan E4. Sedangkan sistem DFT diinstalasi di green house A, B1, E1, E2, dan F. Tanaman yang ditanam pun berbeda-beda di tiap green house (Tabel 2). Tabel 2. Pemanfaatan Green House di Kebun Cikahuripan 1 pada Bulan Maret-Juli 2011 Green House
A
Struktur Jumlah Green House Sektor besi
3
Jumlah Bak Tanam
Komoditas
280
• • • •
selada keriting selada lollo rossa selada romaine kangkung selada keriting selada lollo rossa selada romaine selada batavia selada butterhead horenzo kangkung
B
besi
3
249
• • • • • • •
C
besi
4
277
•
selada keriting
281
• • • • • • • • • •
selada keriting selada lollo rossa selada romaine selada batavia selada butterhead horenzo petsai kailan caisin pakchoy selada keriting selada lollo rossa selada romaine selada batavia selada butterhead selada romaine
D
bambu
4
E
bambu
4
216
• • • • •
F
besi
1
35
•
Packing house Kebun Cikahuripan 1 memiliki 3 ruangan yaitu ruang untuk mengumpulkan hasil panen, ruang proses pascapanen (Gambar 5a), dan
15 ruang untuk mengumpulkan produk yang telah siap didistribusikan. Selain itu juga terdapat lemari pendingin (chiller) (Gambar 5c) untuk menyimpan produk yang belum dapat didistribusikan pada hari tersebut. Di belakang packing house terdapat gudang kemasan dan gudang nutrisi.
(a) (a)
(b)
(c) Gambar 5. Fasilitas Packing House. Ruang proses pascapanen (a), ruang loading (b), dan chiller (c) Ruang semai dan ruang media rockwool terletak di dekat green house nursery (Lampiran 2). Ruang semai dan ruang media rockwool berada dalam satu bangunan. Di depan ruang semai terdapat ruang gelap dan gudang barang. Ruang gelap digunakan untuk mengecambahkan benih. Di dalam ruang gelap terdapat rak pengecambahan dan termometer. Bangunan kantor terletak di tengah-tengah areal (Lampiran 2). Kantor ini difungsikan untuk kegiatan administratif, ruang rapat dan pertemuan, serta kegiatan perkantoran lainnya. Di dalam kantor terdapat satu unit komputer, rak buku, 3 perangkat meja kerja, arsip, dan whiteboard. Di samping bangunan kantor terdapat tempat pencucian styrofoam yang terdiri dari dua bak bundar yang terbuat dari beton.
16 Kebun Cikahuripan 1 mempunyai bangunan pendukung lainnya seperti mess karyawan, pos satpam, dan tempat parkir motor. Mess karyawan terletak di depan packing house (Lampiran 2) yang berfungsi sebagai tempat tinggal karyawan. Mess karyawan ini dapat ditempati oleh empat karyawan. Pos keamanan dan tempat parkir motor terletak paling depan.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Hierarki dan spesialisasi pekerjaan sudah tentu ada di dalam suatu perusahaan, tidak terkecuali di Amazing Farm yang merupakan suatu badan usaha berbentuk perseroan terbatas. Semakin besar suatu perusahaan, semakin besar juga kegiatannya. Spesialisasi pekerjaan sangat diperlukan untuk dapat membagi unit-unit kegiatan. Namun dalam kegiatannya, terkadang suatu lingkungan kerja berusaha menghilangkan batasan-batasan kaku dalam suatu hierarki tersebut untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih dinamis, tetapi dengan tidak mengesampingkan tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing. Struktur organisasi di Amazing Farm ditunjukkan dalam Gambar 6: Direktur Utama
Manajer Operasional
Manajer Keuangan
Manajer Akuntansi
Manajer Resource dan Produksi
Manajer Kebun
Supervisor Produksi
Manajer Resource Jawa Barat
Supervisor Panen Gambar 6. Struktur Organisasi Amazing Farm (Sumber: Purwanti, 2011)
17 Masing-masing kebun yang dimiliki Amazing Farm dipimpin dan dikelola oleh manajer kebun. Struktur organisasi Kebun Cikahuripan 1 ditunjukkan dalam Gambar 7: Manajer Kebun
Supervisor Produksi
Supervisor Panen & Administrasi Kebun
PIC Green House
PIC Packing House
PIC Cuci Styrofoam
PIC Panen
PIC Semai
PIC Distribusi
Gambar 7. Struktur Organisasi Kebun Cikahuripan 1 (Sumber: Kebun Cikahuripan 1) Tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing jabatan: 1.
Direktur Utama memiliki tanggung jawab penuh terhadap pengambilan keputusan tertinggi dalam menentukan kebijakan dan rencana perusahaan. Selain itu, direktur utama juga memiliki fungsi sebagai penasehat perusahaan.
2.
Manajer Operasional memiliki tanggung jawab dalam mengawasi dan mengontrol seluruh kegiatan perusahaan.
3.
Manajer Keuangan memiliki tanggung jawab untuk mengelola keuangan yang masuk dan keluar dari perusahaan.
4.
Manajer Akuntansi memiliki tanggung jawab dalam mengatur kegiatan administrasi perusahaan.
5.
Manajer Resource dan Produksi membawahi Manajer Kebun dan Manajer Resource, memiliki tanggung jawab mengawasi dan mengontrol produksi kebun dan mitra.
18 6.
Manajer Resource memiliki tanggung jawab dalam pengembangan bisnis dan pencari peluang bisnis di luar aeroponik dengan menjalin kemitraan.
7.
Manajer Kebun memiliki tanggung jawab untuk mengontrol kegiatan produksi sehari-hari.
8.
Supervisor Produksi memiliki tanggung jawab untuk mengelola dan mengawasi kegiatan produksi kebun agar dapat memenuhi target produksi, serta dapat memberikan masukan dan pertimbangan kepada manajer produksi.
9.
Supervisor Panen dan Administrasi Kebun memiliki tanggung jawab dalam mengamankan proses panen sampai dengan pascapanen, mempersiapkan barang yang akan dikirim sesuai dengan permintaan, mengatur pemasaran dan pendistribusian produk ke pasar atau konsumen, serta mengelola administrasi kebun.
10. PIC (person in charge) Green House memiliki tanggung jawab terhadap tanaman. PIC Green House bertugas melakukan kegiatan penanaman dan pemeliharaan tanaman. 11. PIC Cuci Styrofoam bertugas mebersihkan styrofoam. 12. PIC Semai memiliki tanggung jawab terhadap benih dan bibit tanaman. PIC Semai
bertugas
melakukan
kegiatan
penyemaian,
pembibitan,
dan
pemeliharaan bibit. 13. PIC Packing House bertanggung jawab terhadap kegiatan pascapanen. 14. PIC Panen bertanggung jawab terhadap kegiatan pemanenan di lapangan. 15. PIC Distribusi bertanggung jawab terhadap kegiatan distribusi produk. Jumlah tenaga kerja di Kebun Cikahuripan 1 yaitu 26 orang yang terdiri 1 orang manajer kebun, 2 orang supervisor, 1 orang salesman, 5 orang PIC green house, 3 orang karyawan semai, 2 orang karyawan bagian panen, 3 orang bagian pencucian styrofoam, 6 orang bagian packing dan 3 orang bagian keamanan. Tenaga kerja tersebut ada yang berstatus karyawan tetap, karyawan harian lepas, dan karyawan borongan. Hierarki menentukan komunikasi dasar dan struktur wewenang, yaitu apa yang disebut dengan rantai komando. Struktur organisasi adalah pola tentang hubungan antara berbagai komponen dan bagian organisasi. Pada organisasi
19 formal, struktur tersebut dibentuk dengan perencanaan sedangkan pada organisasi informal strukturnya terbentuk secara spontan akibat adanya interaksi para peserta (Cahyani, 2003). Dalam organisasi modern terdapat tiga bentuk struktur organisasi yang secara formal disusun menurut fungsi, produk atau pasar, dan dalam bentuk matriks. Tipe pertama, struktur organisasi fungsional menghimpun seluruh individu yang terlibat dalam suatu aktivitas atau beberapa aktivitas yang berkaitan dalam satu departemen. Sebagai contoh, organisasi yang dibagi menurut fungsi dapat memiliki bagian produksi, pemasaran, finansial, dan tenaga kerja. Biasanya struktur organisasi ini digunakan oleh perusahaan kecil yang memiliki variasi produk terbatas. Tipe kedua, struktur organisasi produk atau pasar merupakan struktur organisasi yang pembagian organisasinya berdasarkan divisi yang menghimpun suatu unit kerja dalam produksi dan pemasaran atau sekelompok produk yang berkaitan baik menurut produk, geografis, maupun pelanggan. Struktur organisasi ini biasanya digunakan oleh perusahaan besar dan multiproduk. Tipe ketiga, struktur organisasi matriks merupakan penggabungan dua bentuk struktur sekaligus. Struktur organisasi ini dicirikan dengan adanya suatu sistem otoritas ganda (Siswanto, 2005). Selain itu, struktur ini juga menunjukkan masing-masing divisi memiliki otonomi sendiri di divisinya, seperti misalnya fakultas di lingkungan universitas (Siagian, 2005). Struktur organisasi Amazing Farm termasuk tipe struktur organisasi matriks, sebab masing-masing kebun memiliki otonomi atas kebunnya masing-masing.
20
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan teknis yang dilakukan pada saat magang meliputi kegiatan budidaya sayuran aeroponik dan DFT serta kegiatan pemasaran. Kegiatan budidaya tanaman sayuran aeroponik dan DFT yang dilakukan di kebun Cikahuripan 1 Amazing Farm, meliputi kegiatan penyemaian, persiapan tanam, penanaman, pemeliharaan, panen, dan pascapanen. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan setiap hari, kecuali hari Minggu. Penulis melaksanakan aspek teknis ini selama satu bulan pada bulan pertama setiap hari Senin sampai Jumat. Kegiatan budidaya yang diikuti mencakup seluruh komoditas sayuran yang ada di kebun Cikahuripan 1, baik secara aeroponik maupun DFT. Namun penulis memfokuskan pada budidaya selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine aeroponik.
Kegiatan Budidaya Kegiatan budidaya yang pertama kali diikuti oleh penulis yaitu penyemaian. Alur proses penyemaian benih dimulai dari kegiatan penyemaian benih di ruang semai, penyimpanan semaian benih di ruang gelap sampai benih berkecambah (biasanya dua hari), dan pemindahan kecambah-kecambah ke green house nursery. Benih-benih (kecuali benih kangkung) disemai pada rockwool yang telah disusun rapi pada tray semai. Tray semai yang dimaksud di sini yaitu sebuah wadah berbahan plastik yang berbentuk persegi panjang seperti nampan dengan ukuran 30 cm x 24 cm. Setelah tray semai terisi penuh, tray semai dibasahi dengan air dengan cara dicelupkan ke bak air dan disimpan di ruang gelap pada rak kayu dan disusun berdasarkan kelompok komoditasnya. Setelah berkecambah, bibit dipindahkan ke green house nursery. Di green house nursery ini, bibit diapungkan di atas styrofoam pada bak tanam DFT dan mulai diberi larutan hara dengan kisaran EC (electrical conductivity) 1-1.5 mS/cm. Bibit-bibit yang telah berumur 14 hari atau telah muncul daun dua helai dipindahtanamkan pada bak tanam aeroponik dan DFT. Penanaman dilakukan dua kali sehari yaitu sekitar pukul 09.00 (setelah bak tanam dibersihkan) dan pukul 13.30 (setelah waktu istirahat). Bibit ditanam pada lubang tanam di styrofoam
21 bersama rockwoolnya. Bibit ditanam satu bibit/lubang. Namun terkadang ditanam lebih dari satu bibit/lubang dikarenakan bibit yang tumbuh di rockwool bergerombol (berdekatan) sehingga sulit dipisahkan saat rockwoolnya dirobek. Sebelum bibit dipindahtanamkan ke bak tanam aeroponik dan DFT, bakbak tanam tersebut dibersihkan dari sisa panen dan kotoran lainnya. Bak tanam yang tanamannya telah dipanen dibersihkan, dikuras (jika terdapat genangan larutan hara), nozzlenya dibersihkan dengan jarum supaya tidak tersumbat, dan styrofoamnya disikat dan dicuci dengan detergen sampai bersih dari lumut dan ganggang. Styrofoam yang telah bersih dipasang kembali pada bak tanam. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman), penyulaman, fertigasi, dan pengontrolan EC. Pengendalian OPT dilakukan secara manual dengan cara mengambil satu per satu ulat dengan tangan. Tanaman yang terserang penyakit seperti black spot daun (istilah yang digunakan di kebun Cikahuripan 1) atau dikenal dengan bacterial leaf spot tidak disemprot dengan bakterisida karena penggunaan pestisida di Amazing Farm dilarang. Jika serangannya sangat parah (hampir satu bak terserang), tanaman tersebut dimusnahkan. Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau kering dan dilakukan pada umur tanaman 7 HST (hari setelah tanam). Fertigasi dilakukan secara otomatis dengan menggunakan panel listrik yang telah diatur ritme pengabutannya dengan timer. Pengontrolan EC dilakukan dengan mengukur EC larutan hara di setiap tangki dengan ECmeter dan menambahkan larutan hara AB mix sehingga EC larutan hara dalam tangki sesuai dengan yang diinginkan. Pengontrolan EC ini dilakukan tiga kali/hari setiap pagi, siang, dan sore. Tanaman yang telah berumur 30 HST sudah dapat dipanen. Namun, penentuan panen tidak hanya berdasarkan umur tanaman saja melainkan juga berdasarkan tinggi tanaman dan kondisi kesehatan tanaman. Tanaman dipanen dengan cara dicabut atau dipotong. Tanaman yang dipanen cabut ditujukan untuk produk aeroponik yang dikemas sedangkan tanaman yang dipanen potong ditujukan untuk produk curah (istilah yang digunakan di kebun Cikahuripan 1) yang dijual kepada restoran secara langsung. Tanaman yang telah dicabut kemudian dimasukkan dan disusun rapi dalam kontainer berukuran 60 x 40 x 40 cm3 (p x l x t). Tanaman disusun dengan cara dua silang dengan posisi akar saling
22 berhadapan ke arah dalam kontainer. Kemudian hasil panen diangkut ke packing house dengan menggunakan troli besar. Tata cara panen ini diuraikan lebih jelas dalam SOP (standard operational procedure) panen pada Lampiran 3. Sedangkan tanaman yang dipanen potong biasanya dikumpulkan dengan menggunakan kantong plastik besar. Kegiatan pascapanen yang dilakukan yaitu penyortiran, perompesan (trimming), dan pengemasan. Penyortiran dilakukan pada tanaman yang tidak masuk standar produk (Lampiran 4). Perompesan dilakukan pada daun tua, rusak, atau daun yang terserang OPT. Setelah dirompes, tanaman (produk) ditimbang dan dikemas. Pengemasan dilakukan dengan cara membungkus tanaman dengan plastik. Produk dikemas beserta rockwool dan akarnya sebagai ciri atau bukti bahwa produk tersebut adalah sayuran aeroponik. Produk dikemas 250 g/pak untuk produk “Aeroponik” dan 200 g/pak untuk produk “Mr. Vegie” dan “Disney”. Terdapat dua tipe kemasan yang digunakan Amazing Farm yaitu kemasan plastik bucket dan kemasan plastik seal. Kemasan plastik bucket digunakan untuk komoditas selada keriting, selada lollo rossa, dan selada batavia. Kemasan plastik seal digunakan untuk komoditas selain ketiga komoditas tersebut.
Kegiatan Distribusi dan Pemasaran Produk dipasarkan di wilayah Bandung, Jakarta, Singapura, Malaysia, dan Brunei Darusalam. Produk untuk pasar Jakarta dan ekspor dikirim dari Kebun Cikahuripan 1 ke kantor pusat di Tanggerang dengan menggunakan mobil box besar. Pengiriman tersebut dilakukan pada sore hari sekitar pukul 18.00. Sedangkan produk untuk pasar Bandung dikirim dari Kebun Cikahuripan 1 langsung ke supermarket-supermarket yang bekerjasama dengan Amazing Farm, diantaranya seperti Griya Setia Budi, Papaya, Total, dan Yogya Riau Junction. Pengiriman tersebut dilakukan pada pagi hari sekitar pukul setengah enam dengan menggunakan mobil box kecil.
23 Aspek Manajerial Supervisor Produksi Supervisor produksi memiliki tanggung jawab untuk mengelola dan mengawasi kegiatan produksi kebun agar dapat memenuhi target produksi, serta dapat memberikan masukan dan pertimbangan kepada manajer produksi. Supervisor produksi juga bertugas membuat pola tanam harian, membuat taksasi produksi, serta mengelola sarana produksi seperti green house dan irigasi. Supervisor produksi di Kebun Cikahuripan 1 dijabat oleh satu orang. Selama kegiatan magang, penulis menjadi asisten supervisor produksi pada bulan kedua. Kegiatan sebagai asisten supervisor produksi ini dilaksanakan selama satu bulan. Selama menjadi asisten supervisor produksi, penulis membantu dalam melakukan pengontrolan dan pencatatan EC serta suhu harian di seluruh green house, mempelajari penentuan pola tanam harian, mempelajari pembuatan taksasi produksi yang dilaksanakan setiap minggu, serta membantu kegiatan produksi. Laporan taksasi produksi merupakan bahan dalam penentuan pola panen.
Supervisor Panen Supervisor panen memiliki tanggung jawab dalam mengamankan proses panen sampai dengan pascapanen, mempersiapkan barang yang akan dikirim sesuai dengan permintaan, serta mengatur pemasaran dan pendistribusian produk ke pasar atau konsumen. Supervisor panen juga bertugas membuat laporan monitoring panen, menentukan pola panen, dan menginventarisasi kemasan. Supervisor panen dijabat oleh satu orang. Panen dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Panen pagi merupakan panen perkiraan karena jumlah permintaan yang sebenarnya atau real order dari konsumen biasanya pada sore hari. Jadi, panen sore dilakukan untuk memenuhi jumlah permintaan yang belum terpenuhi pada panen pagi. Produk yang sudah dikemas langsung didistribusikan ke Jakarta pada sore hari dan didistribusikan ke Bandung pada pagi hari besoknya. Supervisor panen harus menentukan berapa bak untuk masing-masing komoditas yang akan dipanen di pagi hari. Penentuan jumlah yang akan dipanen tersebut berpedoman pada taksasi
24 produksi mingguan yang dibuat oleh supervisor produksi. Tanaman yang dipanen ditentukan berdasarkan umur tanaman, tinggi tanaman, dan kondisi fisik tanaman. Kemudian hasil panen dan pengemasan dilaporkan dalam laporan monitoring panen yang diisi oleh tenaga kerja bagian panen dan diserahkan kepada supervisor panen. Selama kegiatan magang, penulis menjadi asisten supervisor panen pada bulan ketiga. Kegiatan sebagai asisten supervisor panen ini dilaksanakan selama satu bulan. Selama menjadi asisten supervisor panen, penulis membantu mengawasi kegiatan panen dan pascapanen, membantu mengisi laporan monitoring panen, membantu menginventarisasi kemasan, mempelajari penentuan pola panen harian, serta membantu kegiatan panen dan pascapanen. Penulis juga mendapat kesempatan untuk mengikuti kegiatan distribusi ke konsumen yang berada di Bandung yaitu Griya Setia Budi, Papaya, Total, dan Yogya Riau Junction.
Manajer Kebun Manajer kebun meiliki tanggung jawab untuk mengontrol kegiatan produksi sehari-hari dan bertanggung jawab terhadap produktivitas kebun. Manajer kebun ini membawahi Supervisor Produksi dan Supervisor Panen (Gambar 6). Manajer kebun dijabat oleh satu orang. Selama kegiatan magang, penulis menjadi asisten manajer kebun pada bulan terakhir yaitu bulan keempat. Kegiatan sebagai asisten manajer kebun ini dilaksanakan selama satu bulan. Kegiatan sebagai asisten manajer kebun ini lebih banyak dilakukan dalam bentuk kegiatan diskusi mengenai permasalahan produksi yang ada di kebun serta bagaimana solusi tepatnya. Selain itu juga, selama menjadi asisten manajer kebun, penulis membantu kegiatan produksi serta kegiatan panen dan pascapanen.
25
HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Selada Aeroponik Penyemaian Tugas utama dari kegiatan penyemaian adalah menyediakan bibit-bibit tanaman sehingga persediaan bibit untuk ditanam selalu tersedia setiap hari. Alur kegiatan penyemaian ini dimulai dari penyemaian benih di ruang semai, penyimpanan di ruang gelap selama dua hari, dan terakhir pemindahan bibit di green house nursery selama 14 hari atau lebih sampai bibit siap dipindahtanamkan ke bak tanam aerponik. Benih-benih selada disemai pada media tanam rockwool. Kelebihan rockwool rockwool merupakan media tanam inert. Porositas rockwool lebih tinggi daripada media tanam artifisial lainnya dan juga dapat menahan air 92% dari volumenya sehingga air tersedia dengan baik untuk pertumbuhan tanaman. Namun air dibebaskan oleh rockwool dengan cepat pula sehingga aerasi perakaran tetap optimum (Fonteno dan Nelson, 1990). Pembuatan rockwool ini menggunakan suhu yang sangat tinggi (1 500 0C) sehingga rockwool bebas dari hama, penyakit tanaman, dan benih gulma (Bussell dan Mckennie, 2004). Penelitian Susila dan Koerniawati (2004) juga menunjukkan bahwa media tanam rockwool memberikan hasil yang baik pada pertumbuhan dan hasil panen selada. Proses persiapan media tanam rockwool di Kebun Cikahuripan 1 diawali dengan memotong lembaran rockwool besar berukuran 120 x 60 x 5 cm3 (p x l x t) menjadi potongan rockwool
kecil dengan ukuran 24 x 5 x 1.5 cm3 dengan
orientasi serat rockwool horizontal. Rockwool dengan orientasi serat horizontal memiliki kapasitas jerap air dan aerasi yang lebih tinggi daripada rockwool dengan orientasi serat vertikal (Bussell dan Mckennie, 2004). Selanjutnya pada potongan rockwool kecil tersebut dibuat petak-petak kecil pada permukaannya sebanyak 36 petak dengan cara disayat tipis dengan menggunakan pisau potong khusus. Kemudian, potongan rockwool tersebut disusun pada wadah atau tray semai sebanyak 6 potong/tray. Proses persiapan media tanam bisa dilihat pada Gambar 8. Persiapan media tanam ini dilakukan di ruang semai.
26 Satu lembar rockwool besar bisa dibuat menjadi 30 tray semai. Setiap hari, satu orang karyawan bagian penyemaian bertugas membuat dan meyiapkan potongan rockwool pada tray semai (Gambar 8c). Jumlah tray semai yang harus disiapkan setiap harinya tidak ditentukan jumlahnya. Karyawan bagian penyiapan media ini akan terus memotong lembaran rockwool sebanyak yang dibutuhkan oleh karyawan bagian penyemaian benih. Setiap hari karyawan bagian penyiapan media ini dapat menyiapkan tray semai minimal 32 tray dan bisa mencapai lebih dari 100 tray (Lampiran 5) tergantung kebutuhan. Penulis hanya mampu meyiapkan media rockwool ini sebanyak 30 tray dalam satu hari kerja.
(a) (a)
(b)
(c) (c) Gambar 8. Persiapan Media Persemaian. Potongan rockwool kecil (a), pembuatan petak-petak kecil (b), dan penyusunan potongan rockwool pada tray semai (c) Benih-benih selada disemai pada media rockwool yang telah disusun pada tray semai. Benih-benih tersebut disemai dengan cara diletakkan dan sedikit ditekankan pada serat rockwool sehingga benih tersebut sedikit masuk ke dalam rockwool. Peletakkannya menggunakan pinset dan mengikuti petak-petak kecil
27 yang terdapat pada permukaan rockwool (Gambar 9). Benih disemai satu benih/petak. Satu potongan rockwool kecil dibuat 36 petak, sehingga terdapat 216 benih/tray semai.
Gambar 9. Penyemaian Benih Selada Benih selada keriting yang digunakan Amazing Farm yaitu benih selada kultivar Grand Rapid. Benih selada lollo rossa yang digunakan yaitu benih selada kultivar Estafet. Benih selada romaine yang digunakan yaitu benih selada kultivar Maximus. Benih selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine yang akan disemai direndam dalam air terlebih dahulu sekitar satu malam. Benih-benih yang akan disemai untuk besok direndam di sore hari sebelum para pekerja bagian semai pulang. Perendaman benih ini dimaksudkan untuk menginisiasi perkecambahan. Benih selada memang sering menunjukkan kondisi dormansi, khususnya ketika benih disimpan pada suhu yang tinggi dan disemai pada tanah dengan temperatur di atas 24 0C. Cara paling baik untuk mematahkan dormansi adalah dengan menyimpan benih yang telah dibasahi pada suhu 2-5 0C selama 1-3 hari (Grubben dan Sukprakarn, 1994). Tray semai yang telah terisi benih selanjutnya dibasahi dengan cara dicelupkan ke dalam bak air selama kurang lebih tiga detik untuk membasahi rockwool, kemudian ditiriskan. Cara ini menurut penulis kurang efektif sebab benih-benih yang telah disemai dan disusun rapi berdasarkan petak-petak pada rockwool tersebut terkadang hanyut terbawa air atau berceceran dan menempel pada petak lainnya. Benih-benih yang tumbuh berkecambah dalam satu petak yang sama (terdapat lebih dari 1 kecambah/petak) atau tumbuh bergerombol akan menyebabkan permasalahan pada proses penanaman selanjutnya. Dalam proses
28 penanaman, bibit ditanam beserta rockwoolnya dengan cara dirobekkan berdasarkan petakan-petakan rockwool tersebut. Bibit-bibit yang bergerombol atau bibit yang tumbuh dalam petak yang sama biasanya akan tetap ditanam pada satu lubang tanam yang sama pada styrofoam. Hal tersebut dilakukan karena setelah bibit tumbuh akan sulit untuk dipisahkan dan jika dipaksakan maka akan merusak akar bibit. Penanaman lebih dari satu bibit per lubang ini akan menyebabkan tanaman kurus. Sebagai solusinya, menurut penulis tray semai yang telah terisi benih sebaiknya dibasahi dengan cara disemprot dengan menggunakan hand sprayer sehingga benih-benih yang telah disemai dan disusun rapi pada rockwool berdasarkan petak-petak tersebut tidak akan hanyut oleh air dan tidak akan berceceran. Cara lainnya yaitu dengan mencelupkan rockwool ke dalam bak air terlebih dahulu sebelum benih disemai pada rockwool. Selanjutnya benih yang telah disemai tersebut disimpan di ruang gelap selama dua hari dan disusun berdasarkan kelompok komoditasnya (Gambar 10a). Suhu di dalam ruang gelap ini berkisar antara 17-25 0C. Benih selada akan berkecambah dalam kurun waktu empat hari, bahkan untuk benih yang viabel dapat berkecambah dalam waktu satu hari pada suhu 15-25 0C (Grubben dan Sukprakarn, 1994). Benih yang telah berkecambah kemudian dipindahkan ke bak tanam DFT di green house nursery (Gambar 10b). Bibit-bibit selada ditanam di green house nursery dengan cara diapungkan di atas styrofoam yang telah dilubangi sebanyak 49 lubang/styrofoam. Pembibitan di green house nursery ini dilakukan selama 14 hari.
(a) (a) (b) Gambar 10. Ruang Gelap dan Green House Nursery. Ruang gelap (a), penanaman bibit di green house nursery (b)
29 Benih selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine yang digunakan oleh Amazing Farm dapat dikatakan benih bermutu sebab dipersemaian DB benih tersebut lebih tinggi dari standar dan DB minimal pada kemasan. Daya berkecambah selada romaine lebih tinggi dari DB selada keriting dan selada lollo rossa (Tabel 3). Standar untuk DB minimal benih selada adalah 80% (Harrington dan Minges dalam Splittstoesser, 1990). Daya berkecambah (DB) merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad, 1993). Benih bermutu tinggi adalah benih yang murni genetis, dapat berkecambah, vigor, tidak rusak, bebas dari kontaminan dan penyakit, berukuran tepat (jika perlu), cukup terawat (untuk jenis-jenis yang perlu dirawat), dan secara keseluruhan berpenampilan baik (Mugnisjah dan Setiawan, 2004). Tabel 3. Rata-rata Daya Berkecambah Benih Selada di Kebun Cikahuripan 1 pada Bulan Maret-April 2011 Varietas Selada Keriting Selada Lollo Rossa Selada Romaine
Rata-rata DB di Lapang (%) 90.67 ± 3.09 87.54 ± 5.56 94.61 ± 3.19
DB Kemasan (%) 80 -
Keterangan: n = 10 tray semai
Pemeliharaan bibit di green house nursery harus dilakukan untuk mempertahankan bibit dalam kualitas prima sampai bibit siap dipindahtanamkan. Kegiatan pemeliharaan bibit tersebut meliputi pengaturan EC agar berada pada kisaran 1-1.5 mS/cm, pengaturan naungan dengan menggunakan paranet hitam pada saat cuaca terlalu cerah, pembersihan bak tanam dan styrofoam dari lumut dan kotoran lainnya, serta pengendalian hama secara manual. Benih yang berkecambah tidak semuanya tumbuh prima atau terdapat beberapa bibit afkir. Bibit afkir selada romaine paling sedikit diantara ketiga varietas yang diamati (Tabel 4). Bibit-bibit afkir yang dimaksud di sini yaitu bibit kerdil dan bibit yang terserang OPT (Gambar 11). Bibit kerdil ini diduga disebabkan oleh faktor genetik, sebab faktor lingkungan tumbuhnya sudah diusahakan optimum. Beberapa OPT yang menyerang bibit di persemaian di Amazing Farm adalah Spodoptera litura, kutu daun (Aphis nasturtii Kaltenbach), siput (Vaginula sp), dan cendawan. Organisme pengganggu tanaman tersebut
30 merupakan OPT yang paling sering mengganggu tanaman selada (Grubben dan Sukprakarn, 1994).
(a)
(b)
Gambar 11. Bibit Afkir. Bibit kerdil (a) dan bibit terserang OPT (b) Tabel 4. Rata-rata Bibit Afkir Selada di Kebun Cikahuripan 1 Varietas Selada Keriting Selada Lollo Rossa Selada Romaine
Rata-rata Bibit Afkir/Tray Semai (%) 11.63 ± 4.27 11.36 ± 4.04 8.61 ± 2.39
Keterangan: n = 10 tray semai
Karyawan bagian penyemaian di Kebun Cikahuripan 1 menyemai benih rata-rata sebanyak 71 tray semai atau setara dengan 15 336 benih/hari yang terdiri dari 58.50% selada keriting, 10.95% selada lollo rossa, 15.57% selada romaine, dan 14.98% komoditas lainnya (Gambar 12). Komoditas selada keriting merupakan komoditas yang paling banyak disemai dan ditanam di Kebun Cikahuripan 1 sebab permintaannya paling tinggi diantara selada lainnya maupun komoditas sayuran lainnya (Lampiran 6). Selada Keriting 14.98%
Selada Lollo Rossa
15.57% 58.50% 10.95%
Selada Romaine Komoditas Lain
Gambar 12. Persentase Komposisi Benih Selada yang Disemai Setiap Hari pada Bulan April 2011
31 Banyaknya benih yang disemai oleh dua orang karyawan semai setiap harinya biasanya didasarkan pada pengalaman kerja karyawan semai. Total benih yang disemai (semua komoditas) biasanya 70-80 tray semai/hari. Jumlah tersebut bisa menjadi lebih sedikit atau lebih banyak tergantung persediaan bibit di green house nursery dan tergantung kondisi cuaca. Pada kondisi cuaca mendung, biasanya jumlah benih yang disemai lebih banyak. Dua orang karyawan semai Kebun Cikahuripan 1 mampu menyemai benih sampai 112 tray semai/hari (Lampiran 5). Pada saat magang penulis hanya mampu menyemai benih selada paling banyak 13 tray semai/hari. Penyemaian benih selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine tergolong sulit bagi pemula karena ukuran benihnya yang kecil dengan diameter benih kurang dari 2 mm. Selain itu, benih selada yang telah direndam air sangat rapuh dan mudah rusak jika dijepit terlalu keras dengan pinset. Jadi, pada proses pengambilan benih selada dari wadah dengan menggunakan pinset harus dilakukan dengan hati-hati. Patokan atau pedoman dalam menentukan banyaknya benih yang harus disemai setiap bak dapat dilakukan dengan pendekatan teknis berdasarkan DB, bibit onspec, sulaman, dan populasi (Lampiran 7). Kebutuhan benih setiap bak dihitung dengan rumus:
Namun penentuan banyaknya benih yang harus disemai setiap hari tidak dapat hanya berdasarkan data tersebut, tetapi juga berdasarkan banyaknya permintaan terhadap komoditas. Pada dasarnya, dalam penentuan banyaknya benih yang harus disemai setiap hari lebih baik berlebih daripada kurang. Jika persediaan bibit di pembibitan kurang, kegiatan produksi akan terganggu.
Penanaman Bibit selada yang ditanam di bak tanam produksi yaitu bibit yang telah berumur 14 hari dan muncul daun minimal 2 helai. Bibit yang telah siap tanam tersebut ditanam beserta rockwoolnya. Bibit ditanam dengan cara memasukkan rockwool dan menempelkannya ke dalam lubang tanam pada styrofoam dengan
32 akar menggantung ke dalam bak tanam (Gambar 13). Bibit ditanam satu tanaman/lubang dengan jarak tanam 14 cm x 14 cm. Penanaman pada sistem DFT hampir sama dengan sistem aeroponik. Perbedaanya hanya pada penanaman sistem DFT, akar tanaman tidak menggantung melainkan terendam oleh larutan hara. Satu bak tanam dengan ukuran 4 x 1 m2 terdiri dari empat styrofoam ukuran 1 x 1 m2. Setiap styrofoam memiliki lubang tanam sebanyak 49 lubang, sehingga populasi tanaman setiap bak yaitu 196 tanaman.
(a)
(b)
Gambar 13. Penanaman Selada Keriting. Bibit ditanam beserta rockwoolnya (a) dan akar tanaman selada keriting yang menggantung (b) Bibit yang ditanam lebih dari satu tanaman/lubang akan mengakibatkan tanaman tersebut kurus. Penanaman lebih dari satu tanaman/lubang ini mengakibatkan populasi tanaman terlalu padat sehingga ruang gerak untuk pertumbuhan tanaman terhambat dan penerimaan cahaya matahari kurang optimal akibatnya tanaman menjadi kurus. Tanaman kurus juga dapat disebabkan oleh peletakkan bibit sisa penanaman di atas bak tanam. Peletakkan bibit sisa di atas bak tanam ini dapat menghalangi tanaman utama dalam memperoleh cahaya (Gambar 14).
33
Gambar 14. Bibit Sisa yang Diletakkan di Atas Bak Tanam Bibit selada yang akan dipindah tanam adalah bibit selada yang telah berumur 14 hari, akan tetapi kadang bibit yang digunakan telah berumur lebih dari 14 hari. Hal ini disebabkan oleh terjadinya over stock bibit selada di green house nursery. Jika demikian, penanaman bibit selada di bak tanam aeroponik diutamakan menggunakan bibit selada yang berumur lebih dari dua minggu atau bibit-bibit besar terlebih dahulu supaya bibit-bibit tua tidak banyak yang terbuang. Penentuan jenis sayuran yang akan ditanam di masing-masing green house adalah berdasarkan pola tanam yang telah ditentukan oleh supervisor produksi. Kemudian kelima karyawan bagian penanaman mengambil bibit di green house nursery dan menanamnya di green house produksi mereka masing-masing. Setiap harinya kelima karyawan tersebut rata-rata menanam selada dan komoditas lainnya sebanyak 46 bak atau setara dengan 9 016 tanaman (Lampiran 8). Pada saat magang penulis hanya mampu menanam sebanyak 4.5 bak dalam satu hari kerja. Sebelum bak ditanami, bak kosong yang telah dipanen dibersihkan dari lumut, ganggang, sisa-sisa akar, serta kotoran lainnya dan dikuras agar larutan hara tidak menggenangi bak tanam (Gambar 15a). Hal ini dilakukan agar saluran pipa dan selang tidak tersumbat oleh kotoran. Selain bak tanam, styrofoam juga dibersihkan dengan cara disikat dan dicuci dengan detergen (Gambar 15b). Styrofoam-styrofoam yang telah bersih dipasang kembali pada bak tanam untuk ditanami selada dan komoditas sayuran lainnya. Styrofoam-styrofoam tersebut dapat digunakan berulang-ulang hingga kurang lebih selama lima tahun.
34
(a)
(b)
(a)
(b)
Gambar 15. Pembersihan Bak Tanamam (a) dan Styrofoam (b) Pemeliharaan Setelah bibit dipindahtanamkan, pemeliharaan tanaman harus dilakukan. Pemeliharaan tanaman di Kebun Cikahuripan 1 meliputi kegiatan penyulaman, pengendalian OPT, pengontrolan EC, dan fertigasi. Bibit yang dipindahtanamkan dapat mengalami stres dan mati. Pada saat bibit dipindahtanamkan perakaran bibit dapat rusak (Mabesa et al., 1986). Bibit yang mati disulam pada umur tanaman 7 HST. Rata-rata besarnya sulaman selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine ditunjukkan oleh Tabel 5. Sulaman untuk varietas selada lollo rossa paling tinggi diantara ketiga varietas selada yang diamati. Tabel 5. Rata-Rata Sulaman Selada di Kebun Cikahuripan 1 Varietas Selada Keriting Selada Lollo Rossa Selada Romaine
Rata-rata Sulaman/Bak (%) 5.93 ± 2.07 8.74 ± 2.21 6.01 ± 3.07
Keterangan: n = 10 bak
Pengendalian OPT dilakukan secara manual. Hama yang paling banyak mengganggu tanaman selada di Kebun Cikahuripan 1 adalah hama kutu daun (Gambar 16a) dan ulat (Gambar 16b). Ulat yang menyerang daun diambil satu per satu dengan tangan. Sedangkan penyakit tanaman yang sering menyerang tanaman selada di Kebun Cikahuripan 1 yaitu bacterial leaf spot (Gambar 16c) atau black spot daun (istilah yang digunakan di Kebun Cikahuripan 1). Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv. vitians (Koike dan Gilbertson, 1997). Di Kebun Cikahuripan 1, tanaman yang terserang bacterial leaf
35 spot tidak disemprot dengan bakterisida dan juga tidak segera dimusnahkan. Pengendalian manual pada serangan bacterial leaf spot di Kebun Cikahuripan 1 terbilang lambat, karena pemusnahan tanaman yang terserang dilakukan saat tanaman terserang hampir satu bak. Seharusnya pengendalian pada serangan bacterial leaf spot ini dilakukan saat tanaman mulai terserang dengan cara membuang tanaman yang terserang sehingga penyebaran serangan terhadap tanaman lainnya dapat diminimalisasi.
(a)
(b)
(c)
Gambar 16. Serangan OPT pada Selada. Kutu daun pada selada keriting (a), ulat (b) dan bacterial leaf spot pada daun selada romaine (c) Serangan OPT mengakibatkan tanaman tidak dapat dipanen atau disebut dengan tanaman underspec (istilah yang digunakan di Kebun Cikahuripan 1). Tanaman underspec ini juga bisa disebabkan oleh kerusakan fisiologis seperti tipburn pada daun, tanaman kerdil, dan tanaman kurus. Tipburn merupakan gejala defisiensi Ca dan berkaitan dengan suhu udara yang tinggi (di atas 25 0C) yang dapat merangsang pertumbuhan yang cepat namun transportasi air ke tanaman lambat (Jones, 2005). Tipburn juga disebabkan oleh kurangnya suplai air ke
36 tanaman dan pemberian nitrogen yang berlebihan (Grubben dan Sukprakarn, 1994). Solusi dari masalah tipburn yaitu dengan penambahan kadar Ca pada larutan hara. Penambahan kadar Ca pada larutan hara ini dapat mengurangi rasio K:Ca dan mempertahankan EC tetap rendah sehingga dapat meminimalisasi terjadinya tipburn (Jones, 2005). Tanaman kerdil biasanya terjadi pada tanaman yang tepat berada di atas nozzle. Pengabutan larutan hara pada sistem aeroponik di Kebun Cikahuripan 1 ini kurang merata (Gambar 17) sehingga tanaman yang berada tepat di atas nozzle kurang mendapat suplai hara. Sedangkan tanaman kurus disebabkan oleh penanaman lebih dari satu tanaman/lubang tanam dan peletakkan bibit cadangan di atas bak tanam (Gambar 14).
(a)
(b)
Gambar 17. Pengabutan pada Sistem Aeroponik di Kebun Cikahuripan 1 (a) dan Tanaman Kerdil yang Berada Tepat di Atas Nozzle (b) Tanaman yang terserang OPT dan mengalami kerusakan fisiologis merugikan bagi perusahaan karena kerusakan yang ditimbulkan mengurangi hasil panen. Tanaman underspec selada lollo rossa paling tinggi diantara ketiga varietas selada yang diamati (Tabel 6). Tabel 6. Rata-Rata Tanaman Underspec Selada di Kebun Cikahuripan 1 Varietas Selada Keriting Selada Lollo Rossa Selada Romaine Keterangan: n = 10 bak
Rata-rata Tanaman Underspec/Bak (%) 4.60 ± 1.13 8.80 ± 4.97 7.45 ± 3.73
37 Konsentrasi unsur hara dalam larutan hara AB mix harus tepat agar pertumbuhan dan hasil tanaman optimum. Kekurangan dan kelebihan unsur hara dapat mengakibatkan kerusakan fisiologis tanaman (Jones, 2005). Pemberian hara yang mengandung NO3- dan NH4+ sekaligus lebih baik daripada kedua komponen tersebut diaplikasikan secara mandiri (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Pada sistem aeroponik, larutan hara AB mix disuplai ke tanaman dengan cara disemprotkan ke akar dengan menggunakan pompa bertekanan tinggi. Fertigasi di Kebun Cikahuripan 1 dilakukan secara otomatis dengan menggunakan panel listrik yang telah diatur ritme pengabutannya dengan timer yaitu 5 menit pengabutan kemudian 10 menit berhenti dan seterusnya seperti itu dari pukul 06.00-18.00. Pengontrolan EC dilakukan dengan mengukur EC larutan hara di setiap tangki dengan ECmeter dan menambahkan larutan hara AB mix sehingga EC larutan hara dalam tangki sesuai dengan yang diinginkan. Pengontrolan EC ini dilakukan tiga kali/hari setiap pagi, siang, dan sore. Nilai EC yang digunakan di Kebun Cikahuripan 1 berbeda untuk tiap bloknya yaitu sekitar 2.4-3.0 mS/cm. Panen dan Pascapanen Panen sayuran daun lebih baik dilakukan pagi atau sore agar tidak layu. Di Kebun Cikahuripan 1, tanaman selada dipanen dua kali sehari yaitu pukul 06.30 dan 15.30. Tanaman dipanen pada umur tanaman sekitar 30 HST atau tinggi tanaman telah mencapai kriteria panen yaitu tinggi tanaman sesuai dengan standar kualitas produk (Lampiran 4). Panen yang dilakukan di Amazing Farm yaitu panen cabut dan panen potong. Tanaman yang dipanen cabut ditujukan untuk produk aeroponik yang dikemas sedangkan tanaman yang dipanen potong ditujukan untuk produk curah yang dijual kepada restoran secara langsung. Tata cara panen harus dilakukan sesuai SOP panen (Lampiran 3). Setiap hari 2 orang karyawan bagian panen memanen selada dan komoditas lainnya rata-rata sebanyak 48 bak (berdasarkan laporan monitoring panen). Selama magang, penulis hanya mampu memanen 2.5 bak dalam setengah hari kerja yaitu panen pagi saja. Sore harinya membantu pengemasan. Produktivitas selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine di Kebun Cikahuripan 1 lebih dari 8 kg/bak (Tabel 7) atau setara dengan 20 ton/ha. Produktivitas tersebut lebih tinggi dari produktivitas selada yang dibudidayakan
38 secara konvensional. Pada budidaya selada konvensional, produktivitas selada jenis head di daerah tropis sebesar 5-10 ton/ha, sedangkan jenis leaf sebesar 3-8 ton/ha (Grubben dan Sukprakarn, 1994). Produktivitas yang dimaksud di sini yaitu produktivitas berdasarkan bobot kotor (yield) bukan berdasarkan bobot bersih (marketable yield). Tabel 7. Produktivitas Selada di Kebun Cikahuripan 1 pada Bulan Mei 2011 Varietas Selada Keriting Selada Lollo Rossa Selada Romaine
Produktivitas/Bak (kg) 10.60 ± 1.31 8.02 ± 1.85 9.34 ± 1.27
Keterangan: n = 8 bak
Kegiatan pascapanen yang dilakukan yaitu penyortiran, perompesan (trimming), dan pengemasan. Penyortiran dilakukan pada tanaman yang tidak masuk standar kualitas produk (Lampiran 4). Perompesan dilakukan pada daun tua, rusak, kuning, dan yang terserang OPT. Pengemasan menggunakan kemasan plastik bucket dan kemasan plastik seal (Gambar 18). Produk dikemas 250 g/pak untuk produk “Aeroponik” dan 200 g/pak untuk produk “Mr. Vegie” dan “Disney”. Jumlah tanaman dalam satu pak untuk masing-masing komoditas berbeda-beda tergantung ukuran tanamannya. Jumlah tanaman/pak selada lollo rossa paling banyak diantara ketiga varietas yang diamati (Tabel 8) karena bobot/tanaman selada lollo rossa lebih rendah daripada selada keriting dan selada romaine (Tabel 13). Kegiatan pascapanen dikerjakan oleh tenaga kerja wanita sebanyak enam orang karyawan. Keenam karyawan bagian pascapanen ini setiap hari mampu mengemas lebih dari 1000 pak/hari. Selama magang, penulis hanya membantu menimbang dan mengemas. Tabel 8. Rata-Rata Jumlah Tanaman/Pak di Kebun Cikahuripan 1 Varietas Selada Keriting Selada Lollo Rossa Selada Romaine Keterangan: n = 10 pak
Rata-rata Jumlah Tanaman/Pak 7.80 ± 1.99 9.00 ± 2.75 7.60 ± 1.58
39
(a)
(b)
Gambar 18. Kemasan Plastik Bucket (a) dan Kemasan Plastik Seal (b) Tingkat kehilangan hasil pada proses pascapanen selada romaine aeroponik di Kebun Cikahuripan 1 lebih tinggi daripada tingkat kehilangan hasil selada keriting dan selada lollo rossa (Tabel 9). Selada romaine ini memiliki daun yang lebih renyah daripada jenis selada krop lainnya (Splittstoesser, 1990) sehingga mudah patah atau rusak saat pemanenan. Tingkat kehilangan hasil pada proses pascapanen tanaman selada di Kebun Cikahuripan 1 ini cukup tinggi. Winata (2006) melaporkan tingkat kehilangan hasil pada proses pascapanen selada daun di petani PD Pacet Segar dan CV Putri Segar yang dibudidayakan secara konvensional berkisar antara 8.8-9.1%. Tingkat kehilangan hasil pada proses pascapanen di Kebun Cikahuripan 1 tinggi karena sortasi dan perompesan yang dilakukan pada daun sangat ketat karena harus menjamin produk yang dihasilkan memiliki kualitas tinggi agar diterima di supermarket. Tabel 9. Rata-Rata Kehilangan Hasil pada Budidaya Selada Aeroponik di Kebun Cikahuripan 1 Varietas Selada Keriting Selada Lollo Rossa Selada Romaine Keterangan: n = 10 bak
Rata-rata Kehilangan Hasil/Bak (%) 48.43 ± 1.99 36.12 ± 2.75 50.66 ± 1.58
40 Prospek Agribisnis Selada Aeroponik Pangsa pasar selada aeroponik Amazing Farm ditujukan untuk pasar Jakarta, Bandung, dan pasar ekspor. Beberapa supermarket di Bandung yang menjadi konsumen Amazing Farm yaitu Griya Setia Budi, Papaya, Total, dan Yogya Riau Junction. Produksi Kebun Cikahuripan 1 Amazing Farm masih belum dapat memenuhi total permintaan selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine dari pasar-pasar tersebut. Dalam hal ini kebijakan yang diambil oleh Amazing Farm yaitu memenuhi terlebih dahulu pasar Jakarta dan pasar ekspor. Ini berarti masih ada peluang bisnis pada agribisnis selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine aeroponik (Lampiran 6). Investasi dalam agribisnis ini memang terbilang besar, akan tetapi omset yang diperolehnya pun besar yaitu mencapai Rp 1 437 696 000/tahun dengan asumsi produktivitas selada aeroponik 8 kg/bak. Dari perhitungan cashflow (Lampiran 9), investasi pada pengusahaan selada secara aeroponik di dalam green house layak untuk dilaksanakan sebab memiliki nilai net B/C (net benefit cost ratio) lebih dari satu, NPV (net present value) lebih besar dari nol, IRR (internal rate of return) lebih besar dari DF (discount factor), dan memiliki PP (payback period) yang singkat. Biaya investasi dari agribisnis selada aeroponik ini dapat dikembalikan dalam waktu 3.13 tahun. Net B/C, NPV, IRR, dan PP merupakan beberapa kriteria penentuan kelayakan bisnis (Nurmalina et al., 2009).
Penyinaran dengan Lampu LED Pada saat penulis melaksanakan kegiatan magang, Amazing Farm sedang melaksanakan percobaan sederhana tentang penggunaan lampu LED. Pada saat musim hujan, biasanya produktivitas Kebun Cikahuripan 1 menurun. Ini disebabkan oleh kurangnya cahaya matahari yang diterima tanaman akibat cuaca mendung. Seperti telah diketahui, cahaya adalah salah satu faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis (Herdiana et al., 1990; Lakitan 2010; Zulkarnain, 2009). Percobaan penyinaran dengan lampu LED ini sebagai upaya untuk mengoptimalkan proses fotosintesis pada tanaman selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine. Ketiga komoditas tersebut dipilih sebab merupakan
41 komoditas andalan, yakni paling tinggi permintaanannya diantara komoditas yang ada di Amazing Farm. Permintaan selada keriting rata-rata 150.88 kg/hari, selada lollo rossa 53.84 kg/hari, dan selada romaine 52.43 kg/hari, sedangkan permintaan selada butterhead dan selada batavia masing-masing sebesar 12.62 kg/hari dan 3.84 kg/hari (Lampiran 6). Penanaman dan pengamatan selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine yang disinari dilaksanakan antara bulan Maret dan April. Sebagai pembanding, diamati juga pertumbuhan selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine yang tidak disinari. Penyinaran dengan lampu LED dilakukan selama 4 jam/hari pada pukul 05.00-07.00 dan 17.00-19.00 WIB. Lampu yang digunakan yaitu lampu LED dengan daya 90 W (Gambar 19). Lampu LED ini memiliki dua jenis cahaya (merah dan biru) dalam satu lampu. Lampu dipasang 3 lampu/4 bak.
Gambar 19. Penyinaran dengan Lampu LED Parameter yang diamati pada percobaan ini yaitu pertumbuhan dan hasil tanaman. Pengamatan pertumbuhan dilakukan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan lebar daun. Pengamatan pertumbuhan tersebut dilakukan pada 5 tanaman contoh dan 4 ulangan (styrofoam). Data dari pengamatan pertumbuhan dianalisa dengan uji t-student. Pengamatan hasil tanaman dilakukan pada bobot kotor, bobot bersih (marketable yield), bobot per tanaman, dan persentase kehilangan hasil. Data bobot per tanaman diperoleh dengan membagi bobot kotor dengan jumlah tanaman yang dipanen. Data dari pengamatan hasil tanaman dianalisa
secara
deskriptif.
Percobaan
sederhana
ini
diharapkan
dapat
42 meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman serta dapat mempercepat waktu panen tanaman selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine.
Pengaruh Penyinaran Lampu LED pada Pertumbuhan Selada Tinggi tanaman selada keriting dan selada lollo rossa yang disinari lebih tinggi daripada yang tidak disinari (Tabel 10). Pada umur panen (30 HST) perbedaan tinggi tanaman selada keriting yang disinari dengan yang tidak disinari sangat nyata. Bahkan saat umur tanaman 25 HST selada keriting yang disinari memiliki tinggi tanaman yang hampir sama (hanya berbeda 0.3 cm) dengan selada keriting yang tidak disinari yang sudah berumur 30 HST. Begitu pula dengan selada lollo rossa, pada umur panen perbedaan tinggi tanaman selada lollo rossa yang disinari dengan yang tidak disinari sangat nyata. Tabel 10. Perbandingan Tinggi Tanaman (cm) Selada yang Disinari Lampu LED dengan Kontrol Perlakuan Kontrol Penyinaran Uji t-student
Selada Keriting 25 HST 30 HST 19.6 25.4 25.7 30.3 ** **
Varietas Selada Lollo Rossa 25 HST 30 HST 14.5 17.9 16.1 21.7 ** **
Selada Romaine 25 HST 30 HST 25.8 29.4 24.5 29.7 * tn
Keterangan: ** berbeda sangat nyata pada taraf 1% * berbeda nyata pada taraf 5% tn tidak berbeda nyata
Penyinaran dengan lampu LED ini juga meningkatkan jumlah daun selada keriting dan selada lollo rossa (Tabel 11). Pada umur panen daun selada keriting dan selada lollo rossa lebih banyak daripada yang tidak disinari. Bahkan saat umur tanaman 25 HST selada keriting yang disinari memiliki daun yang lebih banyak 1.1 helai daripada selada keriting yang tidak disinari yang sudah berumur 30 HST. Selada lollo rossa yang disinari saat berumur 25 HST memiliki jumlah daun yang hampi sama (hanya berbeda 0.2 helai) dengan selada lollo rossa yang tidak disinari yang sudah berumur 30 HST.
43 Tabel 11. Perbandingan Jumlah Daun (helai) Selada yang Disinari Lampu LED dengan Kontrol Perlakuan Kontrol Penyinaran Uji t-student
Selada Keriting 25 HST 30 HST 8.1 10.3 11.4 11.8 ** **
Varietas Selada Lollo Rossa 25 HST 30 HST 7.8 8.9 8.7 9.8 ** **
Selada Romaine 25 HST 30 HST 11.2 13.8 11.0 12.5 tn **
Keterangan: ** berbeda sangat nyata pada taraf 1% * berbeda nyata pada taraf 5% tn tidak berbeda nyata
Daun selada keriting yang disinari lebih lebar daripada daun selada keriting yang tidak disinari (Tabel 12). Bahkan saat umur tanaman 25 HST daun selada keriting yang disinari lebih lebar 1.3 cm daripada daun selada keriting yang tidak disinari yang sudah berumur 30 HST. Penyinaran dengan lampu LED ini tidak meningkatkan lebar daun selada lollo rossa dan selada romaine. Penyinaran dengan lampu LED ini juga tidak meningkatkan tinggi tanaman (Tabel 10) dan jumlah daun selada romaine (Tabel 11). Bahkan pada umur panen jumlah daun selada romaine yang tidak disinari masih lebih banyak daripada jumlah daun selada romaine yang disinari. Tabel 12. Perbandingan Lebar Daun (cm) Selada yang Disinari Lampu LED dengan Kontrol Perlakuan Kontrol Penyinaran Uji t-student
Selada Keriting 25 HST 30 HST 13.6 16.6 17.9 19.1 ** **
Varietas Selada Lollo Rossa 25 HST 30 HST 12.5 14.3 12.3 15.0 tn tn
Selada Romaine 25 HST 30 HST 11.0 11.9 10.6 12.0 tn tn
Keterangan: ** berbeda sangat nyata pada taraf 1% * berbeda nyata pada taraf 5% tn tidak berbeda nyata
Kaitannya cahaya dengan proses fotosintesis yaitu cahaya mempengaruhi fotosintesis berdasarkan
intensitas cahaya, lamanya penyinaran, dan kualitas
cahaya (Herdiana et al., 1990). Kisaran cahaya yang paling efisien untuk fotosintesis adalah pada kisaran cahaya jingga-merah hingga biru (Herdiana et al., 1990; Zulkarnain, 2009). Kombinasi pemberian cahaya tambahan dengan cahaya
44 merah dan biru dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman (Wu et al., 2007). Respon
tanaman selada terhadap penyinaran lampu
LED
pada
pertambahan tinggi tanaman berbeda-beda, ada yang responsif dan ada juga yang kurang responsif. Selada keriting lebih responsif terhadap penyinaran lampu LED daripada selada lollo rossa dan selada romaine (Gambar 20). Respon tanaman selada terhadap penyinaran lampu LED ini dilihat dari selisih tinggi tanaman selada yang disinari dengan yang tidak disinari. Peubah tinggi tanaman dipilih karena peubah tinggi tanaman merupakan peubah pertumbuhan yang utama dalam penentuan waktu panen. 7.0 Selisih Tinggi Tanaman yang Disinari dengan Kontrol (cm)
6.1 5.0
4.9 3.8
3.0
2.7
2.3 2.2 1.0 -1.0
1.9
1.8
1.3
0.4 5
10
0.3 15
-0.6
-1.8 -3.0
Selada Keriting
1.6
20 -1.8
-2.6
25 -1.3
30
Selada Lollo Rossa Selada Romaine
-5.0 -5.9 -7.0 Umur Tanaman (HST)
Gambar 20. Selisih Tinggi Tanaman Selada yang Disinari Lampu LED dengan Kontrol Selisih tinggi tanaman pada selada keriting lebih tinggi daripada selisih pada selada lollo rossa dan selada romaine (Gambar 20). Ini berarti selada keriting lebih responsif terhadap penyinaran lampu LED daripada selada lollo rossa dan selada romaine. Penyinaran dengan lampu LED ini justru menghambat pertumbuhan selada romaine. Tinggi tanaman selada romaine yang tidak disinari lebih tinggi dari yang disinari (Tabel 10) sehingga nilai selisihnya negatif (Gambar 20).
45 Peningkatan laju pertambahan tinggi tanaman selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine mulai signifikan pada umur tanaman 15-25 HST (Gambar 21). Pertumbuhan tanaman selada merupakan pertumbuhan yang eksponensial, lambat di awal pertumbuhan dan sangat cepat di minggu-minggu terakhir sebelum masuk umur waktu panen (Grubben dan Sukprakarn, 1994).
Gambar 21. Laju Pertambahan Tinggi Tanaman Selada Keriting, Selada Lollo Rossa, dan Selada Romaine Penyinaran dengan lampu LED dapat meningkatkan laju fotosintesis selada keriting dan selada lollo rossa (Gambar 21) sehingga selada keriting pada umur tanaman 25 HST dan selada lollo rossa pada umur kurang dari 30 HST sudah dapat dipanen (Tabel 10). Umumnya semakin tinggi intensitas cahaya akan semakin bertambah besar kecepatan fotosintesisnya sampai suatu faktor (dalam hal ini kadar CO2) menjadi faktor pembatas (Herdiana et al., 1990). Selain itu, kualitas cahaya juga berpengaruh dalam mempercepat fotosintesis. Cahaya merah dapat meningkatkan luas daun (Wu et al., 2007) dan cahaya biru dapat meningkatkan kapasitas fotosintesis (Saebo et al., 1995; Hogewoning et al., 2010) sehingga dapat memaksimalkan proses fotosintesis.
Pengaruh Penyinaran Lampu LED pada Hasil Tanaman Selada Penyinaran dengan lampu LED dapat meningkatkan hasil tanaman (yield) selada keriting dan selada lollo rossa (Tabel 13). Rata-rata bobot per tanaman
46 selada keriting dan selada lollo rossa yang disinari lampu LED lebih besar daripada selada keriting dan selada lollo rossa yang tidak disinari, sehingga bobot kotor atau hasil tanamannya pun meningkat. Bobot bersih atau bobot total yang terjual (marketable yield) selada keriting dan selada lollo rossa yang disinari lebih besar daripada yang tidak disinari meskipun angka rata-rata kehilangan hasil di tahap pascapanen lebih tinggi pada selada keriting dan selada lollo rossa yang disinari. Bobot bersih selada keriting yang disinari yaitu sebanyak 35 pak atau setara dengan 8.75 kg/bak dan bobot bersih selada lollo rossa yang disinari yaitu sebanyak 24 pak atau setara dengan 6 kg/bak. Bobot bersih selada keriting yang disinari lebih besar daripada nilai taksasi bobot bersih yang berlaku di kebun Cikahuripan 1 Amazing Farm yakni sebesar 8 kg/bak. Namun penyinaran dengan lampu LED ini menghambat pertumbuhan selada romaine sehingga hasil selada romaine yang tidak disinari lebih tinggi dibandingkan yang disinari dengan lampu LED. Cahaya merah (Saebo et al., 1995) dan cahaya biru (Wu et al., 2007) dapat meningkatkan bobot tanaman. Cahaya merah berperan dalam peningkatan akumulasi pati pada tanaman (Saebo et al., 1995) dan intensitas cahaya yang optimum dapat menyediakan jumlah energi yang cukup untuk penggabungan CO2 dan air dalam pembentukan karbohidrat pada proses fotosintesis (Zulkarnain, 2009). Tabel 13. Perbandingan Hasil Tanaman Selada yang Disinari Lampu LED dengan Kontrol Varietas Selada Keriting Selada Lollo Rossa Selada Romaine
Jumlah Tanaman/ Bak Kontrol 182 Penyinaran 173 Kontrol 181 Perlakuan
Bobot Kotor (kg/bak) 11.50 14.10 6.80
Bobot/ Tanaman (g) 63.19 81.50 37.57
Bobot Bersih (kg/bak) 8.00 8.75 4.75
Kehilangan Hasil (%/bak) 30.43 37.94 30.15
Penyinaran
183
9.20
50.27
6.00
34.78
Kontrol Penyinaran
182 186
16.10 10.90
88.46 58.60
11.75 5.50
27.02 49.54
Respon
tanaman selada terhadap penyinaran lampu
LED
pada
pertambahan bobot tanaman berbeda-beda. Penggunaan lampu LED paling baik
47 diterapkan pada tanaman selada keriting. Respon pertambahan tinggi (Gambar 20) dan bobot tanaman (Gambar 22) selada keriting paling responsif jika dibandingkan dengan selada lollo rossa dan selada romaine. Penyinaran dengan lampu LED ini justru menghambat pertumbuhan selada romaine. Kebutuhan cahaya bervariasi menurut jenis tanamannya dan tanaman yang responsif terhadap pemberian cahaya tambahan (supplemental lighting) akan lebih menguntungkan jika diberi
perlakuan
penyinaran.
Intensitas
cahaya
untuk
mendukung
pertumbuhan selada pada budidaya di dalam greenhouse yaitu sekitar 800-1200 foot candles (Jones, 2005).
Selisih Bobot Tanaman yang Disinari dengan Kontrol (kg)
3.00
2.60
2.40
2.00 1.00
Selada Keriting
0.00 -1.00
Selada Lollo Rossa
-2.00
Selada Romaine
-3.00 -4.00 -5.00 -5.20
-6.00 Varietas
Gambar 22. Selisih Bobot Tanaman Selada yang Disinari Lampu LED dengan Kontrol Secara agronomi penggunaan teknologi penyinaran lampu LED mampu memberikan hasil yang baik pada budidaya selada keriting dan selada lollo rossa aeroponik. Umur panen selada keriting dan selada lollo rossa dapat dipercepat serta hasil tanaman (yield) selada keriting dapat dinaikkan sebesar 2.6 kg dan selada lollo rossa sebesar 2.4 kg tiap bak. Secara ekonomi, penggunaan teknologi penyinaran lampu LED ini mengakibatkan pertambahan biaya produksi yaitu sebesar Rp 17 730/bulan/bak. Meskipun demikian, penyinaran dengan lampu LED ini juga dapat meningkatkan pendapatan pada budidaya selada keriting dan selada lollo rossa aeroponik, sehingga masih menguntungkan. Pertambahan
48 keuntungan yang diperoleh dari penggunaan lampu LED pada budidaya selada keriting aeroponik yaitu sebesar Rp 16 603.30/bulan/bak (Tabel 14) dan pada budidaya selada lollo rossa aeroponik sebesar Rp 12 319.92/bulan/bak (Tabel 15). Tabel 13. Perhitungan Ekonomi dari Penggunaan Lampu LED pada Budidaya Selada Keriting Aeroponik Uraian Komponen
Perhitungan Biaya
Peningkatan pendapatan
Rp 31 566.08
Pertambahan biaya: Biaya operasional tagihan listrik1
Rp 6 480.00
Biasa investasi2
Rp 11 250.00 +
Total pertambahan biaya produksi
Rp 17 730.00 -
Pertambahan keuntungan
Rp 13 836.08 +
Keuntungan dari percepatan panen (5 hari)
Rp 2 767.22 +
Total pertambahan keuntungan
Rp 16 603.30
1
Keterangan: biaya tagihan listrik berdasarkan tarif dasar listrik yang berlaku untuk industri pada penggunaan daya 60 000 VA 2 biaya instalasi lampu LED (Rp 900 000/lampu) yang telah dikonversi dari umur ekonomi lampu LED yaitu 5 tahun
Tabel 14. Perhitungan Ekonomi dari Penggunaan Lampu LED pada Budidaya Selada Lollo Rossa Aeroponik Uraian Komponen
Perhitungan Biaya
Peningkatan pendapatan
Rp 30 049.92
Pertambahan biaya: Biaya operasional tagihan listrik1
Rp 6 480.00
Biasa investasi2
Rp 11 250.00 +
Total pertambahan biaya produksi
Rp 17 730.00 -
Pertambahan keuntungan
Rp 12 319.92
1
Keterangan: biaya tagihan listrik berdasarkan tarif dasar listrik yang berlaku untuk industri pada penggunaan daya 60 000 VA 2 biaya instalasi lampu LED (Rp 900 000/lampu) yang telah dikonversi dari umur ekonomi lampu LED yaitu 5 tahun
49
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penulis mendapatkan pengalaman manajerial dan teknis pada agribisnis selada aeroponik setelah melaksanakan magang. Budidaya selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine secara aeroponik di Amazing Farm secara umum telah baik, namun nilai kehilangan hasil pada proses pascapanennya cukup tinggi. Pengusahaan budidaya selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine secara aeroponik membutuhkan biaya investasi dan biaya operasional yang tinggi. Akan tetapi keuntungan yang diperolehnyapun tinggi. Penerapan teknologi penyinaran yang dilakukan oleh Amazing Farm pada budidaya aeroponik selada keriting dan selada lollo rossa dapat menjadi solusi dari permasalahan menurunnya produktivitas pada musim hujan. Pemberian sinar tambahan lampu LED ini dapat meningkatkan pertumbuhan selada keriting dan selada lollo rossa, tetapi menghambat pertumbuhan selada romaine. Penyinaran dengan lampu LED ini juga dapat mempercepat waktu panen serta meningkatkan hasil tanaman selada keriting dan selada lollo rossa. Penambahan penyinaran dengan lampu LED ini secara ekonomi dapat diterapkan pada budidaya selada keriting dan selada lollo rossa karena dapat meningkatkan keuntungan.
Saran Penerapan teknologi penyinaran lampu LED ini perlu dikaji lebih lanjut mengenai lamanya penyinaran yang paling tepat untuk dapat memperbaiki pertumbuhan dan meningkatkan hasil tanaman selada secara optimum. Populasi yang terlalu padat dari benih yang disemai dalam satu slab media rockwool dan penanaman bibit lebih dari satu bibit/lubang harus dihindari. Kegiatan pemeliharaan green house dan tanaman perlu ditingkatkan lagi agar masalah bacterial leaf spot, tip burn, dan OPT lainya dapat diminimalisasi. Proses panen dan pascapanen harus lebih hati-hati agar nilai kehilangan hasil dapat diperkecil.
50
DAFTAR PUSTAKA Agung, L. S. 2008. Aeroponic Systems on Vegetables. http://www.amazingfarm. com/detnews.asp?vID=14&nm=Articles. [5 Februari 2011]. Amazing Farm. 2011. Aeroponic & Hydroponic. http://www.amazingfarm.com /products.asp?nm=Leafy%20Vegetables. [9 Februari 2011]. Ardian. 2007. Pertumbuhan dan hasil tanaman cabai pada berbagai tipe emitter dan formulasi nutrisi hidroponik. Dinamika Pertanian 22 (3): 195-200. Bussell, W. T. and S. Mckennie. 2004. Rockwool in horticulture, and its importance and sustainable use in New Zealand. New Zealand J. Crop Hortic. Sci. 32: 29-37. Cahyani, A. 2003. Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Grasindo. Jakarta. 88 hal. Fonteno, W. C. and P. V. Nelson. 1990. Physical properties of and plant responses to rockwool-amended media. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 115(3):375-381. Grubben, G. J. H. and S. Sukprakarn. 1994. Lactuca sativa L., p. 186-190. In J. S. Siemonsma and K. Piluek (Eds.). Plant Resourches of South-East Asia No 8 Vegetables. PROSEA. Bogor, Indonesia. Haryanto, E., T. Suhartini, E. Rahayu, dan H. Sunarjono. 2003. Sawi dan Selada. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. 112 hal. Herdiana, T. H. Utomo, dan S. Soekartomo. 1990. Fisiologi tumbuhan: fotosintesa, hal. 129-138. Dalam S. Heddy (Ed.). Biologi Pertanian: Tinjauan Singkat tentang Anatomi, Fisiologi, Sistematika, dan Genetika Dasar Tumbuh-tumbuhan. Rajawali Pers. Jakarta. Hogewoning, S. W., G. Trouwborst, H. Maljaars, H. Poorter, W. van Ieperen, and J. Harbinson. 2010. Blue light dose–responses of leaf photosynthesis, morphology, and chemical composition of Cucumis sativus grown under different combinations of red and blue light. J. Expe. Bot. 61(11):3107– 3117. Jones, J. B. 2005. Hydroponics: A Practical Guide for The Soilless Grower. Second Edition. CRC Press. USA. 423 p. Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. 2011. Ekspor Non-Migas Utama Menurut Sektor Per: Jan-Nov. http://www.kemendag.go.id/statistik_per kembangan_ekspor_nonmigas_(sektor)/. [9 Februari 2011].
51 Koike, S. T. and R. L. Gilbertson. 1997. Bacterial leaf spot, p. 27-28. In R. M. Davis, K. V. Subbarao, R. N. Raid, and E. A. Kurtz (Eds.). Compendium of Lettuce Diseases. APS Press. Minnesota, USA. Lakitan, B. 2008. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 205 hal. Lingga, P. 1999. Hidoponik: Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. 89 hal. Mabesa, R. C., O. K. Bautista, and J. R. Novak. Planting vegetable crops, p. 4565. In O. K. Bautista and R. C. Mabesa (Eds.). Vegetable Production. University of The Philippines at Los Banos College of Agriculture. Los Banos. Mugnisjah, W. Q. dan A. Setiawan. 2004. Produksi Benih. Bumi Aksara. Jakarta. 129 hal. Nonnecke, Ib. L. 1989. Vegetable Production. Van Nostrand Reinhold. New York. 657 p. Noor, Z. 2006. Produktivitas dan Mutu Paprika (Capsicum annuum L.) dalam Sistem Hidroponik di Dataran Rendah Pulau Batam pada Berbagai Tingkat Naungan dan Pemupukan. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 163 hal. Nurmalina, R., T. Sarianti, dan A. Karyadi. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 183 hal. Onate, L. U. and J. S. Eusebio. 1986. Vegetables as food, p. 9-19. In O. K. Bautista and R. C. Mabesa (Eds.). Vegetable Production. University of The Philippines at Los Banos College of Agriculture. Los Banos. Purwanti, Y. F. 2011. Analisis Risiko Produksi Sayuran Hidroponik pada PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm) Lembang, Kabupaten Bandung. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 84 hal. Ryder, E. J. 1997. Types of lettuce, p. 2-3. In R. M. Davis, K. V. Subbarao, R. N. Raid, and E. A. Kurtz (Eds.). Compendium of Lettuce Diseases. APS Press. Minnesota, USA. Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi dan Gizi, Jilid 2. Penerbit ITB. Bandung. 292 hal. Sadjad, S. 1993. Dari Benih kepada Benih. Grasindo. Jakarta. 144 hal.
52 Saebo, A., T. Krekling, and M. Appelgren. 1995. Light quality affects photosynthesis and leaf anatomy of birch plantlets in vitro. Plant Cell Tiss. Org. Cult. 41:177–185. Siagian, S. P. 2005. Fungsi-fungsi Manajerial. Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta. 184 hal. Siswanto, H. B. 2005. Pengantar Manajemen. Bumi Aksara. Jakarta. 215 hal. Splittstoesser, W. E. 1990. Vegetable Growing Handbook: Organic and Traditional Methods. Third Edition. Van Nostrand Reinhold. New York. 362 p. Susanto, S. dan E. M. Pribadi. 2004. Pengaruh pemangkasan cabang dan penjarangan bunga jantan terhadap pertumbuhan dan produksi gherkin dengan budidaya hidroponik. Bul. Agron. 32(1):1-5. Susila, A. D. dan Y. Koerniawati. 2004. Pengaruh volume dan jenis media tanam pada pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa) dalam teknologi hidroponik sistem terapung. Bul. Agron. 32(3):16-21. Winata, S. A. 2006. Penanganan Pascapanen Komoditi Brokoli (Brassica oleracea var. botrytis L. subvar. Cymosa Lamm) dan Selada Daun (Lactuca sativa L.) untuk Tujuan Pasar Swalayan. Skripsi. Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 74 hal. Wu, M. C., C. Y. Hou, C. M. Jiang, Y. T. Wang, C. Y. Wang, H. H. Chen, H. M. Chang. 2007. A novel approach of LED light radiation improves the antioxidant activity of pea seedlings. Food Chem. 101:1753–1758. Zulkarnain. 2009. Dasar-dasar Hortikultura. Edisi 1. Bumi Aksara. Jakarta. 336 hal.
53
LAMPIRAN
54
Lampiran 1. Data Iklim selama Kegiatan Magang Maret Tgl.
Suhu (0C) RH (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
19.00 20.20 20.20 20.20 20.80 20.90 20.40 20.40 21.00 20.90 21.60 21.80 20.90 20.70 21.50 20.20 21.00 19.90 21.00
88 78 86 84 86 82 88 85 85 83 83 86 83 83 86 84 83 83 83
April Curah Hujan Suhu (0C) RH (%) (mm) 0 21.10 82 0 20.80 85 0 20.50 85 0 21.10 85 0 20.60 84 0 21.10 85 0 21.50 87 0 21.10 84 11.5 20.10 83 0 20.40 82 0 20.60 86 6 20.50 84 0 20.00 85 0 20.00 85 0 20.00 84 0 20.20 83 0 20.30 83 0 20.00 84 0 20.00 83
Mei Curah Hujan Suhu (0C) RH (%) (mm) 0 20.50 90 0 20.20 89 0 20.20 88 0 21.20 86 0 20.70 87 0 20.00 91 0 20.80 90 5 20.70 85 6 21.30 86 0 21.50 88 0 21.20 89 47 21.00 85 0 21.50 84 0 21.30 91 13.5 21.50 91 0 21.30 84 13 20.50 88 0 20.50 86 8.5 19.80 91
Juni Curah Hujan Suhu (0C) RH (%) (mm) 0 20.50 88 40 21.00 87 7.5 21.00 89 0 21.00 88 0 21.00 88 0 21.00 85 0 20.00 83 0 20.00 85 0 21.00 85 0 21.00 86 0 21.00 84 0 21.00 84 0 21.00 83 0 20.00 87 5 20.00 85 56 21.00 84 0 20.00 86 11 19.00 85 0 21.00 89
Curah Hujan (mm) 15.5 0 0 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 54
55
Lampiran 1. Data Iklim selama Kegiatan Magang (Lanjutan) Maret
April
Curah Hujan Suhu (0C) RH (%) (mm) 20 20.50 83 6.5 20.80 82 21 20.90 85 20 20.50 83 22 20.40 84 0 21.20 83 23 20.20 83 0 21.10 84 24 20.80 83 0 21.10 84 25 21.00 83 7 20.40 83 26 20.50 83 16 20.20 84 27 20.20 83 9.5 20.50 85 28 20.40 85 0 20.60 83 29 20.70 85 0 20.00 84 30 20.50 84 0 20.30 81 31 20.60 83 0 Total 639.30 2603 76.5 616.60 2515 Rata-rata 22.83 92.96 2.73 19.89 81.13 Sumber: Stasiun Klimatologi Margahayu - II, Lembang Tgl.
Suhu (0C) RH (%)
Mei Curah Hujan Suhu (0C) RH (%) (mm) 0 19.30 91 9 19.90 86 10.5 20.90 88 27 20.70 88 0 21.00 88 14 21.20 89 15.5 20.70 87 14 20.50 84 0 21.00 89 0 20.40 88 90 20.50 88 20.90 90 273 642.70 2725 9.10 21.42 90.83
Juni Curah Hujan Suhu (0C) RH (%) (mm) 0 19.60 86 0 20.00 87 13 21.00 87 10 20.00 86 0 20.80 87 0 22.00 84 0 20.80 89 0 21.00 88 0 20.50 85 0 20.00 90 0 19.50 91 0 142.5 616.70 2591 4.75 22.03 92.54
Curah Hujan (mm) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 16 47.5 1.70
55
56 Lampiran 2. Denah Kebun Cikahuripan 1 Amazing Farm GN PH
s
B1
A1
B2
A2
u
M P GS
B3
Simbol S GN PH M P GS K CS RS RG G A1-A3 B1-B3 C1-C4 D1-D4 E1-E4 F N
RS
A3
RG K
CS
G
P
C1
D1
E1
C2
D2
E2
C3
D3
E3
C4
D4
E4
F
N
Keterangan : Pos satpam : Gudang nutrisi : Packing house : Mess karyawan : Penampung air : Genset : Kantor : tempat cuci styrofoam : Ruang semai : Ruang gelap : Gudang : Greenhouse A : Greenhouse B : Greenhouse C : Greenhouse D : Greenhouse E : Greenhouse F : Nursery
57 Lampiran 3. SOP Tata Cara Panen Kebun Cikahuripan 1 Amazing Farm
1.
2.
3.
4.
5.
PROSES PEMANENAN SAYURAN HIDROPONIK DAN AEROPONIK DI KEBUN CIKAHURIPAN 1, AMAZING FARM Panen dilakukan berdasarkan lokasi 6. Kontainer diangkut dengan panen dan jumlah bak yang telah menggunakan troli besar dan disusun ditentukan oleh supervisor PH/QC. 16 kontainer dalam 1 troli dan diangkut ke ruang PH/QC. Panen dilakukan pada pagi dan sore hari yaitu pukul 06.30 dan 15.00 WIB. Karyawan bagian panen mengambil kontainer di ruang PH/QC untuk mengangkut hasil panen.
7.
Hasil panen kotornya.
ditimbang
bobot
8.
Hasil panen dimasukkan ke ruang PH/QC melalui pintu “IN” untuk proses sorting, trimming, dan packing kemudian dikeluarkan melalui pintu “OUT” untuk didistribusikan.
Panen dilakukan dengan cara mencabut tanaman dengan dijepit oleh dua jari dengan posisi telapak tangan ke atas.
Hasil panen disusun rapi per komoditas ke dalam kontainer (60 x 40 cm2) dengan cara disusun dua silang dengan posisi akar saling berhadapan, 2 kontainer untuk 1 bak.
58 Lampiran 4. Standar Kualitas Produk Amazing Farm Selada Keriting Tinggi: 15-30 cm dari pangkal batang Berat: 40-90 g Umur: 28-30 hari Daun: daun keriting, daun tidak patah, bebas hama & penyakit Akar: sehat, panjang, bersih Kondisi umum: bersih, segar, tidak layu, warna hijau segar Selada Lollo rossa Tinggi: 12-25 cm dari pangkal batang Berat: 20-45 g Umur: 28-30 hari Daun: warna daun merah gelap, keriting, tidak patah, bebas hama & penyakit Akar: sehat, pendek, bersih Kondisi umum: bersih, segar, tidak layu Selada Romaine Tinggi: 20-30 cm dari pangkal batang Berat: 40-90 g Umur: 28-30 hari Daun: warna daun hijau gelap, ujung daun bulat, daun lurus, tidak patah, bebas hama & penyakit Akar: sehat, panjang, bersih Kondisi umum: bersih, segar, tidak layu Selada Batavaia Tinggi: 12-20 cm dari pangkal batang Berat: 35-90 g Umur: 28-30 hari Daun: warna daun hijau dengan bercak merah, tepi daun bergelombang, tidak patah, bebas hama & penyakit Akar: sehat, panjang, bersih Kondisi umum: bersih, segar, tidak layu
59 Lampiran 4. Standar Kualitas Produk Amazing Farm (Lanjutan) Selada Butterhead Tinggi: 8-15 cm dari pangkal batang Berat: 35-90 g Umur: 28-30 hari Daun: warna daun hijau tua, ujung daun bulat, daun lebar, membentuk crop, tidak patah, bebas hama & penyakit Akar: sehat, panjang, bersih Kondisi umum: bersih, segar, tidak layu Petsai Tinggi: 20-30 cm dari pangkal batang Berat: 45-90 g Umur: 28-30 hari Daun: warna daun hijau segar, tulang daun putih, daun berbulu, ujung daun bulat, tepi daun bergelombang, tidak patah, bebas hama & penyakit Akar: sehat, panjang, bersih Kondisi umum: bersih, segar, tidak layu Horenzo Tinggi: 25-35 cm dari pangkal batang Berat: 35-70 g Umur: 28-30 hari Daun: warna daun hijau tua, tepi daun berbelombang, tidak patah, bebas hama & penyakit Akar: sehat, panjang, bersih Kondisi umum: bersih, segar, tidak layu Kangkung Tinggi: 40-45 cm dari pangkal batang Berat: 6-9 g Umur: 28-30 hari Daun: warna daun hijau segar, daun panjang meruncing, tidak patah, bebas hama & penyakit Akar: sehat, panjang, bersih Kondisi umum: bersih, segar, tidak layu
60 Lampiran 5. Perolehan Semaian Benih pada Bulan April 2011 Tgl 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Jumlah Tray BTV 1 1
BTH 5 1
RM 6
LL 10 5
PTS 4 1
SK 62 43
1 1 1 1 2 1
2 6 3 1 2 1
7 8 25 8 5
1 1 2 1 2 1
54 38 45 61 31 21
21 4 20 10 10
1 1 1 1 2 1
1 1 1 1 2 1
11 16 9 11 11 7
5 9 7 11 5 3
1 1 1 1 1 1
57 43 51 46 36 39
1 1 1 1 1 1
2 1 2 2 2 1
10 10 19 8 7 15
7 7 7 7 5 3
1 1 1 1 1 1
32 49 44 29 10 40
1 1 1 2 1 2
1 1 1 2 3 1
2
8 11 11 11 10 12
2 2 2 1 1 1
44 55 64 76 40 40
11 30 11
Keterangan: BTV : selada batavia SK BTH : selada butterhead PC RM : selada romaine CS LL : selada lollo rossa HRZ PTS : petsai KL
PC
1
CS
1
1 1 1 1
1 1 1
HRZ 1 1 1 2 2 1 1 2 6 5 4 3
KL
89 52
2
1 1 1 1
3
1 1
: selada keriting : pakchoy : caisim : horenzo : kailan
10 1 1 1 6 10 6 6 10 8 4
Ratarata
1 1
1 1 1 1
66 69 67 110 58 41 84 77 77 76 60 55 63 72 77 49 32 71 64 76 90 112 86 72
61
Lampiran 6. Laporan Purchasing Order-Kirim Kebun Cikahuripan 1 Periode Maret-Juni 2011 Komoditas
Maret (kg)
April (kg)
PO (kg)
Kirim
Peluang
PO
Kirim
Selada Keriting
3274.00
3714.00
-440.00
4358.45
4198.35
Selada Lollo rossa
1014.10
656.85
357.25
1506.10
Selada Romaine
1103.00
985.15
117.85
328.85
238.35
90.50
37.75
132.00
-94.25
Selada Butterhead Selada Batavia
Mei (kg) Peluang
Juni (kg)
PO
Kirim
Peluang
PO
Kirim
Peluang
160.10
5269.05
3682.20
1586.85
5053.45
4490.25
563.20
444.10
1062.00
2030.05
540.95
1489.10
1856.05
587.05
1269.00
1566.80
924.75
642.05
1830.90
768.35
1062.55
1738.35
998.30
740.05
346.05
249.00
97.05
411.95
222.00
189.95
414.60
250.25
164.35
114.00
86.80
27.20
134.70
76.50
58.20
170.90
130.35
40.55
Lampiran 7. Jumlah Benih Selada yang Harus Disemai untuk Setiap Bak Varietas Selada Keriting Selada Lollo rossa Selada Romaine
DB (%) 90.67 87.54 94.61
Bibit Prima (%) 88.37 88.65 91.39
Sulaman (%) 5.93 8.74 6.01
Populasi/bak 196 196 196
Kebutuhan Benih (butir) 259 275 240
Jumlah Tray Semai 1.20 1.27 1.11
61
62 Lampiran 8. Perolehan Penanaman pada Bulan April 2011 Tgl 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Jumlah Bak BTV 1 1
BTH 1 1
RM 5 6
LL 4 6
PTS
SK 23 1 24
1 1 2 1 1 1
2 1 1 1 2 1
18 10 6 5 7 5
14 7 7 4 3 5
1 1 1 1 1 1
32 28 24 25 24 21
1
1 1
1 1 1 1 2 1
7 5 4.5 5 6 8
7 3 7 3 5 2
1 1 1 1 1
28 16 19 23 25 22
2 1 2 2 1
1 1 1 1 1 1
2 1 2 2 1 2
9 5 6 5 8 7
7 6 4.5 6.5 6 5
1 1 1 1 1 1
29 26 30 21 21 23
1 2 1 1 2 1
1 1 1 1 1 1
2 2 1 1 2 2
15 10 10 8 8 8
8 11 7 8 9 9
1 1 1 1 1 1
35 32 26 29 23 27
2 1 3 3 2 2
Keterangan: BTV : selada batavia SK BTH : selada butterhead PC RM : selada romaine CS LL : selada lollo rossa HRZ PTS : petsai KL
PC CS
HRZ 1
KL
KK
35 40
1 1
1
: selada keriting : pakchoy : caisim : horenzo : kailan
2 1 2 1 1 2
Ratarata
1
1 1 1 1
1 1 2 5 3 1
72 50 45 43 43 37
1 1 2 2 1
48 27 35.5 37 43 35
3 1 1 2 1.5
50 45 46.5 38.5 42 41.5
1 1 5 3 3
66 60 55 55 50 50
63
Lampiran 9. Cashflow Budidaya Selada Aeroponik Uraian Komponen INFLOW Omset Selada Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW A. Biaya Investasi Green House Produksi (18 x 6 m2) 26 unit Green House Nursery (18 x 6 m2) 1 unit Bangunan & fasilitas pendukung Peralatan kantor Bak tanam (416 buah) & instalasi Bak tanam nursery 16 buah Mesin pompa produksi (6 buah) Mesin pompa nursery (1 buah) Tangki 2 000 liter (6 buah) Tangki 20 000 liter (1 buah) Timer & instalasi Styrofoam EC Meter Mesin pompa luar Instalasi Listrik Perijinan Peralatan Produksi -troli 2 unit -tray 100 buah -pinset 2 buah -gergaji 1 buah -kontainer 80 buah -troli 1 unit -timbangan 5 kg 1 unit
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1,437,696,000 0 1,437,696,000
1,437,696,000 0 1,437,696,000
1,437,696,000 0 1,437,696,000
1,437,696,000 0 1,437,696,000
1,437,696,000 0 1,437,696,000
1,437,696,000 0 1,437,696,000
1,437,696,000 0 1,437,696,000
1,437,696,000 0 1,437,696,000
1,437,696,000 0 1,437,696,000
1,437,696,000 9,483,333 1,447,179,333
477,360,000 18,360,000 200,000,000 12,000,000 624,000,000 24,000,000 54,000,000 2,000,000 6,000,000 4,000,000 6,000,000 53,248,000 2,500,000 2,000,000 5,000,000 15,000,000
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 53,248,000 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 53,248,000 2,500,000 0 0 0
0 0 0 12,000,000 0 0 54,000,000 2,000,000 0 0 5,000,000 0 0 2,000,000 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 53,248,000 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 53,248,000 2,500,000 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1,000,000 900,000 20,000 20,000 12,000,000 500,000 300,000
0 900,000 0 0 0 0 0
0 900,000 20,000 20,000 0 0 200,000
0 900,000 0 0 12,000,000 0 0
0 900,000 20,000 20,000 0 0 200,000
1,000,000 900,000 0 0 0 500,000 0
0 900,000 20,000 20,000 12,000,000 0 200,000
0 900,000 0 0 0 0 0
0 900,000 20,000 40,000 0 0 200,000
0 900,000 0 0 12,000,000 0 0
63
64
Lampiran 10. Cashflow Budidaya Selada Aeroponik (Lanjutan) Uraian Komponen
2
3
4
1,000,000 350,000 80,000,000 1,601,558,000
0 0 0 900,000
0 0 0 54,388,000
0 350,000 0 13,250,000
40,000,000 1,020,000 3,230,000 3,230,000 14,400,000 103,200,000 11,400,000 176,480,000
40,000,000 1,020,000 3,230,000 3,230,000 14,400,000 103,200,000 11,400,000 176,480,000
40,000,000 1,020,000 3,230,000 3,230,000 14,400,000 103,200,000 11,400,000 176,480,000
15,600,000 15,974,400 159,744,000 28,800,000 220,118,400 396,598,400 1,998,156,400 -560,460,400 0.855 -479,193,642 3,824,988,466 -479,193,642 3,345,794,824 7.98 182.75% 3.13
15,600,000 15,974,400 159,744,000 28,800,000 220,118,400 396,598,400 397,498,400 1,040,197,600 0.731 760,384,446
15,600,000 15,974,400 159,744,000 28,800,000 220,118,400 396,598,400 450,986,400 986,709,600 0.624 615,706,790
Tahun 5
6
7
8
9
10
1,000,000 0 0 57,888,000
0 0 0 77,400,000
0 350,000 0 66,738,000
0 0 0 900,000
0 0 0 56,908,000
0 350,000 0 13,250,000
40,000,000 1,020,000 3,230,000 3,230,000 14,400,000 103,200,000 11,400,000 176,480,000
40,000,000 1,020,000 3,230,000 3,230,000 14,400,000 103,200,000 11,400,000 176,480,000
40,000,000 1,020,000 3,230,000 3,230,000 14,400,000 103,200,000 11,400,000 176,480,000
40,000,000 1,020,000 3,230,000 3,230,000 14,400,000 103,200,000 11,400,000 176,480,000
40,000,000 1,020,000 3,230,000 3,230,000 14,400,000 103,200,000 11,400,000 176,480,000
40,000,000 1,020,000 3,230,000 3,230,000 14,400,000 103,200,000 11,400,000 176,480,000
40,000,000 1,020,000 3,230,000 3,230,000 14,400,000 103,200,000 11,400,000 176,480,000
15,600,000 15,974,400 159,744,000 28,800,000 220,118,400 396,598,400 409,848,400 1,027,847,600 0.534 548,870,618
15,600,000 15,974,400 159,744,000 28,800,000 220,118,400 396,598,400 454,486,400 983,209,600 0.456 448,343,578
15,600,000 15,974,400 159,744,000 28,800,000 220,118,400 396,598,400 473,998,400 963,697,600 0.390 375,842,064
15,600,000 15,974,400 159,744,000 28,800,000 220,118,400 396,598,400 463,336,400 974,359,600 0.333 324,461,747
15,600,000 15,974,400 159,744,000 28,800,000 220,118,400 396,598,400 397,498,400 1,040,197,600 0.285 296,456,316
15,600,000 15,974,400 159,744,000 28,800,000 220,118,400 396,598,400 453,506,400 984,189,600 0.243 239,158,073
15,600,000 15,974,400 159,744,000 28,800,000 220,118,400 396,598,400 409,848,400 1,037,330,933 0.208 215,764,834
64
-timbangan 50 kg 1 unit -timbangan digital 1 unit Transportasi (1 unit mobil) Total Biaya Investasi B. Biaya Operasional 1. Biaya Tetap Sewa lahan 5000 m² Benih selada keriting Benih selada lollo rossa Benih selada romaine Rockwool Gaji karyawan 9 orang Listrik 6600 VA Total Biaya Tetap 2. Biaya Variabel BBM Gaji tenaga packing 2 orang Plastik kemasan Nutrisi Total Biaya Variabel Total Biaya Operasional TOTAL OUTFOW Net Benefit Discount Factor (17%) Percent Value PV Positif PV Negatif NPV Net B/C IRR PP
1
65
Lampiran 10. Nilai Sisa Budidaya Selada Aeroponik Keterangan Peralatan kantor Mesin pompa produksi Mesin pompa nursery Timer & instalasi Styrofoam Mesin pompa luar EC Meter troli produksi tray pinset gergaji kontainer troli panen timbangan 5 kg timbangan 50 kg timbangan digital Total Nilai Sisa
Jumlah 1 6 1 6 1664 1 1 2 100 4 2 80 1 1 1 1
Umur Ekonomis
Harga Satuan (Rp/Unit) 5 5 5 5 2 5 4 5 2 2 2 3 5 2 5 3
12,000,000 9,000,000 2,000,000 1,000,000 32,000 2,000,000 2,500,000 500,000 9,000 10,000 20,000 150,000 500,000 200,000 1,000,000 350,000
Nilai per tahun (Rp)
Umur Sisa 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2
2,400,000 1,800,000 400,000 200,000 16,000 400,000 625,000 100,000 4,500 5,000 10,000 50,000 100,000 100,000 200,000 116,667
Nilai sisa (Rp) 0 0 0 0 0 0 1,250,000 0 0 0 0 8,000,000 0 0 0 233,333 9,483,333
65
66
Lampiran 11. Jurnal Kegiatan Magang Tanggal
Status
Kegiatan
7/3/2011
Karyawan harian
Konsultasi dengan pembimbing lapang (manajer kebun) Orientasi lapang
8/3/2011
Penyemaian
Prestasi Kerja Penulis
Satuan
Pekerja
Penyemaian
Areal kebun 10
40
tray (@ 216 benih)
10
40
tray (@ 216 benih)
Areal ruang semai
5
Ruang semai Ruang gelap
2
Penyemaian
13
40
Penyiapan media semai
30
100
Penyemaian
tray (@ 216 benih)
5.5
tray (@ 6 slab) 1.5
8
40
30
100
tray (@ 216 benih)
Ruang semai
7
tray (@ 6 slab)
Blok C dan D Ruang semai Ruang semai Kantor kebun
Pemanenan
2.5
24
Pengemasan
200
500
Melubangi styrofoam
Areal packing house Ruang semai
Konsultasi dengan supervisor produksi
Penanaman 15/3/2011
1
Pemindahan benih ke ruang gelap
Penyiapan media semai 14/3/2011
Ruang semai
GH nursery
Pemeliharaan GH produksi 11/3/2011
6
Pemindahan bibit ke GH (green house) nursery Membersihkan dan merapikan packing house 10/3/2011
Lokasi Kantor kebun
Pengendalian gulma 9/3/2011
Lama Kegiatan (jam)
2
bak (@ 4 m ) pak 2
1
10
bak (@ 4 m )
2.33
GH produksi
2
Ruang packing house
1
GH produksi
3
10
styrofoam
Pemanenan
2.5
24
bak (@ 4 m2)
0.75 3
Areal kantor kebun GH produksi
Pengemasan
200
500
pak
3
Ruang packing house
66
67
Lampiran 11. Jurnal Kegiatan Magang (Lanjutan) Prestasi Kerja Tanggal 16/3/2011
Status Pemanenan Pengemasan
17/3/2011
Pemanenan Pengemasan
18/3/2011
Lama Kegiatan (jam)
Penulis
Pekerja
2
24
bak (@ 4 m2)
3
200
500
2
24
200
500
pak
2.5 2
Lokasi GH produksi Ruang packing house
bak (@ 4 m )
3
GH produksi
pak
2
Ruang packing house
2
Penanaman
1.5
10
bak (@ 4 m )
1
GH produksi
Pemanenan
3
24
bak (@ 4 m2)
3
GH produksi
200
500
Pengemasan 21/3/2011
Satuan
Kegiatan
Penanaman Penyulaman
6
10
pak
3.5
Ruang packing house
2
6.5
GH produksi
2
bak (@ 4 m )
6
-
bak (@ 4 m )
0.33
GH produksi
20
10
bak (@ 4 m2)
1.5
GH produksi
3
10
bak (@ 4 m2)
2.5
GH produksi
1.5
GH produksi
Pengecekan nozzle Pembuatan larutan nutrisi 22/3/2011
Membersihkan bak tanam Penanaman Pemeliharaan GH produksi
23/3/2011
Membersihkan bak tanam
10
10
bak (@ 4 m )
1
GH produksi
Penanaman
4.5
10
bak (@ 4 m2)
4
GH produksi
Penyulaman 24/3/2011
2
2
4
-
bak (@ 4 m )
1
GH produksi
4
Areal kebun
1.5
10
bak (@ 4 m2)
2.5
GH produksi
Membersihkan areal kebun Penanaman
67
68
Lampiran 11. Jurnal Kegiatan Magang (Lanjutan) Tanggal
Status
Kegiatan
25/3/2011
Menebang bambu dan membersihkan GH
28/3/2011
Mencuci styrofoam Penanaman
Prestasi Kerja Penulis
Pekerja
Satuan
Lama Kegiatan (jam) 7
48 1.5
40 10
styrofoam 2
bak (@ 4 m )
Ruang cuci
1.5
GH produksi GH produksi
Pengecekan nozzle Membersihkan bak tanam
30/3/2011
Areal kebun
2.5
Penyulaman 29/3/2011
Lokasi
GH produksi 10
10
2
2
GH produksi
2
bak (@ 4 m )
Penanaman
3
10
bak (@ 4 m )
3
GH produksi
Penyulaman
4
-
bak (@ 4 m2)
0.5
GH produksi
6
GH produksi
Penanaman
4.5
10
2
bak (@ 4 m )
Penyulaman
GH produksi
Pengecekan nozzle
GH produksi
31/3/2011
Pendistribusian produk
7
Bandung
1/4/2011
Kegiatan Jumat bersih
7
Areal kebun
4 - 29 April 2011
Asisten supervisor produksi
Pengecekan dan pencatatan suhu harian
Penanaman
GH produksi, GH nursery, dan ruang gelap GH produksi dan GH nursery GH produksi
Pemanenan
GH produksi
Pengamatan budidaya selada aeroponik
GH produksi dan GH nursery
Pengecekan dan pencatatan EC
68
69
Lampiran 11. Jurnal Kegiatan Magang (Lanjutan) Tanggal
Status
2 - 27 Mei 2011
Asisten supervisor panen
30 Mei - 4 Juli 2011
Asisten manajer kebun
Kegiatan
Prestasi Kerja Penulis
Pekerja
Satuan
Lama Kegiatan (jam)
Lokasi
Mengawasi kegiatan panen
GH produksi
Mengisi laporan monitoring panen
Ruang packing house
Menginventarisasi sarana packing
Ruang packing house
Mempelajari penentuan pola panen harian
GH produksi
Membuat laporan hasil panen harian
Kantor kebun
Membantu kegiatan panen dan pascapanen
Pengumpulan data foto
GH produksi dan ruang packing house GH produksi dan GH nursery Kantor kebun, Balitsa, Kantor Kecamatan Lembang Areal kebun
Diskusi dan evaluasi
Kantor kebun
Pengamatan budidaya selada aeroponik Pengumpulan data sekunder
69