4
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Selada Tanaman selada (Lactuca sativa L.) termasuk famili compositae dari genus Lactuca yang merupakan tanaman sayuran semusim. Tanaman selada banyak dikembangkan sekarang ini dan menjadi sayuran penting sebagai sayuran penyegar dimana daun-daunnya dapat pula membentuk krop (Sunaryono, 1999). Selada adalah tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam hal bentuk daunnya. Tanaman ini cepat menghasilkan akar tunggang diikuti dengan penebalan dan perkembangan cabang-cabang akar yang menyebar pada kedalaman antara 25-50 cm (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997). Batang tanaman selada selama fase vegetatif, pendek, berbuku-buku sebagai tempat kedudukan daun. Setelah tanaman selada memasuki masa generatif batangnya memanjang ( Rukmana, 1994). Daun selada bentuknya bulat panjang, daun sering berjumlah banyak dan biasanya berposisi duduk (sessile), tersusun berbentuk spiral dalam roset padat. Warna daunnya beragam mulai dari hijau muda hingga hijau tua. Daun tak berambut, mulus, berkeriput atau kusut berlipat. Daun selada kaya akan antioksidan seperti betakarotin, falat dan lutein serta mengandung indol yang berkhasiat melindungi tubuh dari serangan kanker. Kandungan serat alaminya dapat menjaga kesehatan organ-organ pencernaan. Keragaman zat kimia yang dikandungnya seperti air, kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fospat, besi, vitamin A dan B menjadikan selada tanaman multi khasiat. Selada juga dapat
Universitas Sumatera Utara
5
berfungsi sebagai obat pembersih darah, mengatasi batuk, radang kulit, sulit tidur serta gangguan wasir (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997). Selada umumnya dimakan mentah (lalap), dibuat salad atau disajikan dalam berbagai bentuk masakan Eropa maupun Cina. Jarang sekali selada disayur masak, karena rasanya menjadi kurang enak. Selada mengandung gizi cukup tinggi terutama sumber mineral. Kandungan zat gizi dalam 100 g selada antara lain kalori 15,00 kal, protein 1,20 g, lemak 0,2 g, karbohidrat 2,9 g, Ca 22,00 mg, P 25 mg, Fe 0,5 mg, Vitamin A 540 SI, Vitamin B 0,04 mg, dan air 94,80 g (Rukmana,1994). Bunganya berwarna kuning, terletak pada rangkaian yang lebat dan tangkai bunganya dapat mencapai ketinggian 90 cm. Bunga ini menghasilkan buah berbentuk polong yang berisi biji. Biji selada berbentuk pipih, berukuran kecil-kecil serta berbulu dan tajam (Rukmana, 1994). Menurut Nazaruddin (2000) ada empat jenis selada yang dikenal, yaitu selada telor, selada daun, selada rapuh dan selada batang. Jenis yang banyak diusahakan didataran rendah adalah selada daun. Selada daun memiliki daun yang berwarna hijau segar, tepinya bergerigi atau berombak. Tanaman selada sudah dikenal baik dan digemari oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat yang mengkonsumsi sayuran selada akhir-akhir ini menunjukkan peningkatan karena gampangnya sayuran ini ditemukan dipasar. Selada merupakan sayuran yang mempunyai nilai komersial dan prospek yang cukup baik. Ditinjau dari aspek klimatologis, aspek teknis, ekonomis dan bisnis, selada layak diusahakan untuk memenuhi permintaan konsumen yang cukup
Universitas Sumatera Utara
6
tinggi
dan
peluang
pasar
internasional
yang
cukup
besar
(Haryanto, Suhartini dan Rahayu, 2003). Pada periode tahun 1984-1988 Indonesia mengimpor selada sebanyak 4.765 ton. Permintaan selada antara lain berasal dari pasar swalayan, restoranrestoran, hotel-hotel serta konsumen luar negeri yang menetap di Indonesia (Anonimous, 2006).
Syarat Tumbuh Iklim Suhu sedang adalah suhu ideal untuk produksi selada berkualitas tinggi. Suhu optimumnya adalah siang 200c dan malam 100c. Suhu yang lebih tinggi dari 300c biasanya menghambat pertumbuhan, merangsang tumbuhnya tangkai bunga (bolting) dan menyebabkan rasa pahit (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Intensitas cahaya dan hari panjang meningkatkan laju pertumbuhan dan mempercepat perkembangan luas daun sehingga daun menjadi lebih lebar, yang berakibat pembentukan kepala lebih cepat. Namun, pada hari panjang beberapa kultivar selada terinduksi untuk membentuk tangkai bunga, kecendrungan ini sangat terpacu oleh suhu tinggi. Intensitas cahaya yang sesuai untuk selada adalah 80 – 90 % (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Tanaman selada pada umumnya ditanam pada penghujung musim hujan, karena termasuk tanaman yang tidak tahan terhadap penggenangan. Pada musim kemarau, tanaman ini memerlukan penyiraman yang cukup teratur. Selain tidak
Universitas Sumatera Utara
7
tahan terhadap penggenangan, tanaman selada juga tidak tahan terhadap sengatan sinar matahari yang terlalu panas ( Haryanto,dkk, 2002). Di Indonesia selada dapat ditanam di dataran rendah sampai tinggi atau pegunungan. Untuk dataran rendah sampai menengah, sebaiknya dipilih selada varietas yang tahan terhadap suhu panas ( Anonimus, 2003). Daerah-daerah yang dapat ditanami selada terletak pada ketinggian antara 5 sampai 1.200 m dpl (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
Tanah Tanaman selada tumbuh baik pada tanah yang subur dan banyak mengandung humus. Tanah yang mengandung pasir dan bahan organik sangat baik untuk pertumbuhannya. Meskipun demikian tanah jenis lain seperti lempung berdebu atau lempung berpasir pun dapat digunakan sebagai media budidaya tanaman ini (Haryanto,dkk, 2002). Selada tumbuh pada kisaran tipe tanah yang lebar. Tanah yang mampu menahan air dengan baik dan dengan drainase yang memadai, seperti liat berpasir atau tanah organik lebih disukai. Selada peka terhadap kepadatan dan keasaman tanah. Pada tanah mineral, pH harus diantara 5,5 kisaran pH terbaik adalah mulai dari 6 hingga 8. Kecambah tanaman ini tidak toleran terhadap salinitas sedangkan tanaman yang lebih tua lebih toleran (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
Universitas Sumatera Utara
8
Pupuk Mikro Zink Sulphate Seng (Zn) diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn2+ dan dalam tanah alkalis mungkin diserap dalam bentuk monovalen Zn (OH)+ . Disamping itu, Zn diserap dalam bentuk kompleks-khelat, misalnya Zn-EDTA. Seperti unsur mikro lain, Zn dapat diserap lewat daun. Kadar Zn dalam tanah berkisar antara 16 sampai 300 ppm. Sedangkan Zn dalam tanaman berkisar antara 20 sampai 70 ppm (Rosmarkam dan Yuwono, 2003). Mineral Zn yang ada dalam tanah antar lain seng sulfida (ZnS), spalrit ((ZnFe)S), smithzonte (ZnO), Wellemite ( ZnSiO 3 dan Zn2 SiO 4 ). Pada tanah sawah sering berupa senyawa ZnS. Senyawa ini dalam suasana oksidasi menjadi ZnSO 4 . Pada tanah yang mengandung banyak kapur CaCO 3 dan MgCO 3, kemungkinan Zn diikat kuat oleh kedua senyawa tersebut sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Pada tanah yang kaya akan silikat, Zn akan membentuk kompleks ZnSiO 3 . Penggenangan sering menurunkan ketersediaan Zn karena terbentuknya kompleks ZnSiO 3 . Di samping itu, Zn sering membentuk kompleks logamorganik terutama dengan asam humat dan asam fulvat. Kompleks ini relatif stabil pada pH tinggi (Rosmarkam dan Yuwono, 2003). Ketersediaan Zn turun dengan naiknya pH. Pengapuran yang berlebihan sering menyebabkan ketersediaan Zn menurun. Tanah yang mempunyai pH tingi sering menunjukkan adanya gejala defisiensi Zn, terutama pada tanah berkapur (Rosmarkam dan Yuwono, 2003). Fungsi Zn antara lain pengaktif enzim enolase, aldolase, asam oksalatdekarbosilase, lesitimase, sistein desulfihidrase, histidin deaminase,
Universitas Sumatera Utara
9
superdeoksidemutase (SOD), dehidrogenase, karbon anhidrase, poteinase, dan peptidase. Zn juga berperan dalam penyusunan pati. Pada enzim dehidrogenase akan terjadi reduksi asetaldehida menjadi ethanol dengan reaksi sebagai berikut : C
CH 3
COOH
CH 3
C=O
CH 3CH 2
OH
OH Asam Piruvat
Asetaldehida
Ethanol
Menurut sutejo (2004) zink merupakan bagian yang penting dari asam karboksilase, karbonik anhidrosa. Dalam keadaan yang sangat sedikit zink dapat memberikan dorongan terhadap perkembangan-perkembangan bagian tanaman, kelebihan sedikit saja dari ketentuan penggunaannya akan menjadi racun bagi tanaman. Persenyawaan zink berfungsi pula pada pembentukan hormon auksin dan penting bagi keseimbangan fisiologis. Pada tanaman tingkat tinggi, terjadi proses penyusunan ethanol terutama pada organ tanaman yang sedang melakukan meristematis yaitu ujung akar dan ujung tanaman. Bila tanaman kekurangan Zn, penyusunan ethanol terhambat atau terhenti karena adanya penurunan aktifitas enzim dehidrogenase. Dalam enzim superoksida demutase (SOD), Zn bekerja sama dengan Cu menjadi Zn–Cu-SOD. Aktifitas enzim ini menurun bila tanaman kekurangan unsur Zn dan pemberian Zn akan meningkatkan kegiatan enzim tersebut (Ginta, 2005). Kegiatan lain Zn adalah sebagai carbonic anhydrase (CA). CA berperan sebagai katalisator hydratasi CO 2. CO 2 + H 2O
HCO HCO 3- + H+
Universitas Sumatera Utara
10
CA mempunyai 6 sub unit dan berat molekul sekitar 180.000 dan mengandung 6 atom Zn. Fungsi utama Zn dalam kloroplast adalah untuk asimilasi CO 2 dan untuk membuat keseimbangan CO 2 dalam sel hijau daun. Fungsi lain Zn ialah dalam metabolisme N. Zink diperlukan dalam sintesis triptofan dan juga asam indool asetat (Rosmarkam dan Yuwono, 2003). Kekurangan Zn menyebabkan sintesis RNA terhambat. Gejala defisiensi yang ditimbulkan unsur Zn adalah mula-mula terlihat pada daun muda , dimulai antara tulang daun terjadi klorosis. Duduk daun yang satu dan yang lainnya menjadi lebih dekat, sehingga duduk daun yang berdekatan ini disebut bentuk sapu atau roset, dan pertumbuhan memanjang terhambat. Pada tanaman jagung, gejala kekurangan Zn tampak tunas menjadi putih. Pada tanaman leguminosae, gejala yang tampak adalah jaringan antara tulang daun mengalami klorosis dan berwarna kekuning-kuningan, dan tulang daun tetap hijau (hampir sama dengan gejala kekurangan Mn). Gejala berupa noda cokelat sering terdapat pada daun bagian bawah dan jaringan noda cokelat yang mati, demikian juga pinggiran daun mati.
Kebanyakan
tunas
mati
dan
daun
gugur
sebelum
waktunya
(Rosmarkam dan Yuwono, 2003) Tanaman umumnya menyerap sulfur dalam bentuk SO 4 2- dari tanah oleh akar. Sulfur juga diserap oleh tanaman dalam bentuk SO 2 dari udara lewat daun. Kadar SO 2 dalam udara yang cukup tinggi menyebabkan keracunan
pada
tanaman. SO 4 2- dari tanah tersebut di dalam tanaman direduksi, kemudian diubah menjadi ikatan -S-S- atau -S-H. Di dalam tanah, sebagian sulfur dalam bentuk senyawa organik dan sebagian lagi dalam bentuk anorganik. Pada tanah, mineral S dalam bentuk senyawa sulfat (SO 4 2-) dan sulfida (S2-). Mineral sulfur dalam tanah
Universitas Sumatera Utara
11
misalnya Na 2 SO 4, MgSO 4, FeS, ZnS dan H 2 S. Sulfida (dalam bentuk reduksi) terdapat dalam tanah yang suasananya reduksi, misalnya tanah tergenang. Perbandingan C : N : S pada tanah kapuran berkisar 113 : 10 : 1,3 dan pada tanah non kapuran 147 : 10 : 1,4. Menurut Tisdale (1985), dalam Rosmarkam dan Yuwono (2003) sulfur sering menaikkan hasil bila diberikan bersama dengan molibdenum. Pemupukan sulfur terus - menerus dapat menyebabkan reaksi tanah menjadi lebih asam (pH turun), sehingga mengakibatkan ketersediaan Mn, Al dan Zn meningkat. Sulfur (S) berperan menaikkan kadar methionin, sistein dan total S dalam jaringan tanaman. Oleh karena itu, kekurangan S dapat menyebabkan terhambatnya penyusunan protein, asam amino, tanaman kurus dan kerdil serta perkembangan tanaman menjadi sangat lambat (Novizan, 2005). Hasil metabolisme senyawa organik yang pertama dan yang stabil adalah homoserine, kemudian terbentuk senyawa homosistein yang akhirnya diubah menjadi metionin. Sistein dan metionin merupakan asam amino penting yang mengandung sulfur dalam tanaman. Peranan sulfur (S) yang penting dalam tanaman adalah pembentukan ikatan disulfida antara rantai protein. Penyusunan dipeptida sistein dari dua molekul sistein merupakan contoh pembentukan disulfida dari dua gugus – SH. Pembentukan metionin dari homoserine diikhtisarkan sebagi berikut : ikatan –SH dan sistein lepas dan mengganti OH- dan terbentuk homosistein. Terbentuknya metionin diganti oleh CH 3.
Universitas Sumatera Utara
12
Pembentukan ikatan disulfida dalam polipeptida dan protein merupakan fungsi S yang penting. Dilihat dari reaksi oksidasi – reduksi, pembentukan sistein merupakan proses oksidasi ( pelepasan ion H ) dari dua molekul sistein dan reaksi sebaliknya
adalah
reaksi
reduksi
(
sistein
2
sistein
)
(Rosmarkam dan Yuwono, 2003).
Pupuk N, P, Dan K
Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya pupuk dibagi menjadi dua, yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang kandungan unsur haranya hanya satu macam. Biasanya berupa unsur hara makro primer, misalnya Urea yang hanya mengandung unsur hara Nitrogen. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara. Penggunaan pupuk ini lebih praktis, karena dengan hanya sekali penyebaran, beberapa jenis unsur hara dapat diberikan. Namun dari sisi harga, pupuk ini lebih mahal, contoh pupuk majemuk antara lain diamonium Phospat mengandung unsur hara Nitrogen dan Posphor, serta pupuk NPK mutiara yang mengandung unsur hara Nitrogen, Posphor dan Kalium (Novizan, 2002) Kandungan unsur hara dalam pupuk majemuk lebih rendah dari pada yang terkandung dalam pupuk tunggal. Pemberian unsur hara dalam pupuk majemuk tidak bisa sesuai dengan kebutuhan tanaman, karena unsur hara majemuk sudah tergabung. Salah satu contoh pupuk majemuk adalah NPK mutiara (15: 15 :15), yang mengandung N, P dan K masing-masing sebanyak 15 %. Pemberian pupuk NPK mutiara menyumbangkan unsur hara masing-masing 15 %, meskipun tanah
Universitas Sumatera Utara
13
subur atau miskin hara, pada hal setiap tanah memiliki kebutuhan unsur hara yang berbeda diantara ketiga unsur hara tersebut, atau dapat dikatakan kebutuhan unsur hara tersebut berbeda-beda, karena kandungannya dalam tanah berbeda (Rinsema, 1986). Menurut Novizan (2005) pada tanah masam (pH rendah) unsur hara makro tidak tersedia dalam jumlah yang cukup bagi tanaman dan dapat menghambat perkembangan mikroorganisme di dalam tanah. Dengan sendirinya akan berpengaruh buruk bagi perkembangan tanaman. Hampir seluruh tanaman dapat menyerap Nitrogen dalam bentuk Nitrat (NO3- ) atau amonium (NH 4+ ) yang disediakan oleh pupuk. Nitrogen dalam nitrat lebih cepat tersedia bagi tanaman. Amonium juga akan diubah menjadi nitrat oleh mikroorganisme tanah. Umumnya pupuk dengan kadar N yang tinggi dapat membakar daun tanaman sehingga pemakaiannya perlu
lebih hati-hati
(Novizan, 2002) Pupuk Urea mengandung Nitrogen sebanyak 46%. Urea cepat mencair dalam air dan menguap. Pupuk ini berkonsentrasi tinggi dan harganya tidak terlalu mahal jika diperhitungkan kandungan Nitrogennya yang penting bagi tanaman. Pupuk urea mudah tercuci karena membentuk amida yang tidak terikat pada tanah, Urea juga mudah berubah menjadi amoniak (Suhardi, 1990). Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi tanaman, yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar, tetapi bila terlalu banyak dapat menghambat pembungaan dan pembuahan pada tanaman (Sutedjo, 2002).
Universitas Sumatera Utara
14
Fungsi Nitrogen bagi tanaman antara lain : 1. Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman 2. Dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau, kekurangan N menyebabkan klorosis (pada daun muda berwarna kuning) 3. Meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman 4. Meningkatkan kwalitas tanaman penghasil daun-daunan 5. Meningkatkan berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam tanah. Bentuk N diperoleh sebagai hasil dekomposisi bahan organik, baik yang berasal dari tumbuhan atau hewan. Nitrat yang diabsorbsi oleh akar tanaman menuju kebagian atas tanaman akibat proses traspirasi di bagian daun. Dengan demikian asimilasi nitrat pada tanaman tingkat tinggi umumnya terjadi pada bagian daun, walaupun asimilasi nitrat terjadi juga pada bagian tanaman lain seperti pada akar dan batang tanaman. ( Nyakpa, dkk, 1988). Reduksi nitrat menjadi amoniak pada tanaman tingkat tinggi terjadi melalui dua proses. Pertama, nitrat direduksi menjadi nitrit (NO 2-), lalu nitrit direduksi menjadi amoniak (NH 3 ). Langkah kedua adalah terjadi reaksi nitrit menjadi nitrat proses ini terjadi pada bagian hijau daun, yaitu didalam kloroplast (Dartius, 1991). Ion amonium dan amoniak bersama-sama masuk ke dalam kelompok Amoniak - Nitrogen. Amoniak - Nitrogen ( lebih sederhana, amoniak) dihasilkan di dalam sel tanaman. Amoniak dihasilkan melalui fotorespirasi dari siklus oksidasi karbon, atau juga dapat dihasilkan dari proses degradasi metabolik dari cadangan protein selama perkecambahan biji-biji tertentu ( Lakitan, 1993).
Universitas Sumatera Utara
15
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun Kwala Bekala Kelurahan Sidomulyo kecamatan Medan Tuntungan (Analisis tanah lampiran 18), kabupaten Deliserdang, dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut dan topografi datar. Penelitian ini berlangsung pada bulan Juli 2007 – September 2007 (Jadwal kegiatan lampiran 16).
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tanaman selada varietas grand rapids (Deskripsi lampiran 17) sebagai objek yang diamati, top soil, kompos, pupuk kandang sapi sebagai campuran media tanam, pupuk Zink Sulphate sebagai perlakuan dan pupuk NPK (15 : 15 : 15) sebagai pembanding, insektisida Decis, fungisida Dithane M-45 untuk mengendalikan jamur dan air. Alat yang digunakan adalah cangkul untuk menggemburkan dan membersihkan lahan, handsprayer, pipet skala untuk menakar pupuk dan insektisida yang akan diaplikasikan, timbangan analitik, gembor, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, alat tulis, kertas label dan kalkulator.
Universitas Sumatera Utara
16
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode RAK (Rancangan Acak Kelompok) Non Faktorial dengan perlakuan yaitu: ZO
: Kontrol
Z1
: NPK 1,25 g/ tanaman
Z2
: NPK 1,25 g/ tanaman + Zink Sulphate (0,01 g/tanaman)
Z3
: NPK 1,25 g/ tanaman + Zink Sulphate (0,02 g/tanaman)
Z4
: NPK 1,25 g/ tanaman + Zink Sulphate (0,03 g/tanaman)
Jumlah Ulangan
: 4 ulangan
Jumlah Plot
: 20 plot
Jumlah Tanaman/ Plot
: 25 tanaman
Jumlah tanaman sampel/ plot : 4 tanaman Jumlah sampel seluruhnya
: 80 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 500 tanaman Jarak tanam
: 25 cm x 20 cm
Jarak antar plot
: 30 cm
Jarak antar ulangan
: 50 cm
Ukuran plot
: 1,00 m x 1,25 m
Universitas Sumatera Utara
17
Menurut Gomez dan Gomez (1996) model linear yang diasumsikan untuk Rancangan Acak Kelompok ( RAK ) Non Faktorial sebagai berikut: Yij = µ + ρi+ αj + εij Dimana : Yij
= Hasil pengamatan dari faktor perlakuan pada taraf ke-i dalam ulangan ke-j
µ
= Nilai tengah
ρi
= Efek dari blok ke-i
αj
= Efek dari faktor perlakuan pada taraf ke-j
εij
= Efek galat dari blok ke-i yang mendapat perlakuan pada taraf ke-j
Perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda rataan dengan menggunakan uji Duncan.
Universitas Sumatera Utara