Budidaya Burung Walet KONDISI RUMAH WALET YANG IDEAL SUHU DAN KELEMBABAN UNTUK REUMAH WALET Pentingnya pengaturan kelembaman dan suhu dalam rumah walet. Bila kita perhatikan ukuran bangunan, bak tampung air, lubang ventilasi, dan pemberian tanah merah pada dasarnya adalah untuk menjaga kelembaban dan suhu agar sesuai dengan habitat seriti/walet. Banyak teori yang mengajarkan kepada kita tentang menghitung berapa luas bangunan, berapa luas bak tampung air, berapa banyak lubang ventilasi agar kelembaban dan suhu ruangan mendekati yang disukai seriti/walet. Semua teori itu adalah mendekati 'benar' karena telah mengalami penelitian dan berdasar pengalaman. Namun hal itu tidak sepenuhnya benar karena tidak mungkin kita dapat membuat ruangan yang mempunyai kelembaban dan suhu sesuai dengan yang disukai habitat seriti/walet tanpa kita mengukur berapa kelembaban dan suhu ruangan tersebut dan mengaturnya. Untuk mengukur kelembaban dan suhu kita dapat menggunakan thermohygrometer (sebatas mengukur saja), tapi akankah kita senantiasa mengukur dan mengaturnya secara manual (di dalam ruangan) dan setiap detik pula padahal seriti/walet butuh ketenangan dalam ruangan. Kalaupun bisa paling dengan jalan diambil jalan tengahnya misalnya pemberian pengembun dalam ruangan untuk membantu meningkatkan walet kelembaban dan suhu dengan cara dihidupkan saat-saat cuaca kering dan panas. Namun hal itu tidaklah pasti. Sedangkan kelembaban dan suhu dipengaruhi juga oleh banyak faktor yang seringkali tidak disadari seperti cuaca di luar bangunan yang selalu berubah, angin dan lainnya. Sehingga bagi mereka yang ingin memancing kadang ada yang berhasil dan kadang ada pula yang tidak. Bagi yang berhasil memancing seriti/walet adalah sangat ditentukan oleh faktor keberuntungan saja (mungkin saat itu kelembaban dan suhu ruangan mendekati kelembaban dan suhu yang disukai habitat walet sehingga seriti/walet mau menetap). Dan selama kelembaban dan suhu ruangan tersebut masih dalam toleransi habitat seriti/walet TEMPAT TINGGAL WALET Setiap mahluk hidup pada dasarnya memilih tempat berkembangbiak yang aman dan nyaman. Begitu pula walet. Sehingga walet memilih tempat yang memenuhi syarat : • •
Aman yaitu bebas dari gangguan, terlindung dari terpaan angin, terik matahari, hujan dan cahaya yang terang. Nyaman yaitu tempat sesuai habitatnya. Tempat yang sesuai dengan habitat walet adalah bersuhu 26-29 0 C, berkelembaban 80-90 dan dekat dengan tempat ia mencari makan.
Sehingga walet memilih gua-gua alam dan bangunan tertentu sebagai tempat pengembangan populasinya. Semakin aman dan nyaman tempatnya maka semakin bertambah pula jumlah populasinya. Oleh sebab itu diperlukan suatu perlakuan khusus untuk memancing walet atau menjaga dan mengembangkan populasi walet pada bangunan yang sudah dimasuki walet. Perlakuan khusus itu pada dasarnya adalah membuat bangunan yang sesuai dengan habitat walet.Secara teori , perlakuan khusus itu seperti: ukuran bangunan, bak tampung air, lubang ventilasi, ukuran lubang, pemberian tanah merah, bau-bauan, hujan buatan, pemberian serangga dari makanan yang dibusukkan, suara walet dan lainnya. Semua teori itu adalah benar untuk memancing atau menjaga dan mengembangkan populasi walet karena memang bertujuan untuk membuat bangunan agar sesuai dengan habitat walet. HAMA DAN CARA MENGATASI Berikut adalah hewan – hewan yang menjadi musuh atau hama bagi burung walet serta langkah – langkah mengatasinya : HAMA
CARA MENGATASI
Tikus Tikus memakan telur, anak burung walet / swallow bahkan sarangnya. Perusak ini juga mendatangkan suara dan kotoran yang merusakkan kondisi rumah walet
Cara pencegahan tikus dengan menutup semua lubang, tidak menimbun barang bekas dan kayu-kayu yang akan digunakan untuk sarang tikus.
Burung Hantu dan Elang Memakan burung walet
Tangkap dan pindahkant
Semut Semut api dan semut gatal memakan Cara pemberantasan dengan memberi anak walet dan mengganggu burung umpan agar semut-semut yang ada di luar walet yang sedang bertelur. sarang mengerumuninya. Setelah itu semut disiram dengan air panas. Cicak dan Tokek Binatang ini memakan telur dan sarang walet. Tokek dapat memakan anak burung walet. Kotorannya dapat mencemari raungan dan suhu yang ditimbulkan karena hal ini dapat mengganggu ketenangan burung walet.
Cara pemberantasan dengan diusir, ditangkap sedangkan penanggulangan dengan membuat saluran air di sekitar pagar untuk penghalang, tembok bagian luar dibuat licin dan dicat dan hindari lubang-lubang yang tidak digunakan
Sebelum membangun rumah walet, peminat budidaya walet perlu mengerti perilaku dan sifat biologis burung walet. Burung walet tidak tahan dingin, tidak menyukai suhu yang berubah-ubah, sangat peka terhadap bau asap belerang, gas, bensin, asap rokok, cat, dan bau pestisida. Lokasi rumah walet harus tenang, bebas kebisingan, terhindar dari gangguan binatang atau manusia. Sekali saja terganggu, mereka akan pergi tak kembali lagi. Walet biasanya berburu makanan (serangga) mulai pukul 05.00 pagi sampai jam 11.00 lalu mencari kawasan perairan untuk minum hingga pukul 15.00. Kemudian berburu lagi sampai sore lalu pulang sekitar jam 18.00. Ada tiga daerah yang cocok untuk membangun rumah walet, yaitu: : 1. Daerah hunian walet: terdapat banyak rumah walet, minimal 3-5 rumah 2. Daerah perburuan: terdapat banyak sumber makanan dan air 3. Daerah lintasan terbang walet dari sarang ke lokasi perburuan dengan frekuensi minimal 10 ekor per menit. Rancangan bangunan rumah walet harus sesuai dengan kebiasaan walet. Suasana ruangannya dibuat seperti kondisi gua sarang walet yang alamiah. Kelembaban ruangan sekitar 80-95%, suhu sekitar 26º-28ºC, berbau dan gelap. Dengan demikian, walet akan betah menghuni rumahnya
TEKNIK TERBANG BURUNG WALET Pernahkah anda melihat tornado atau pusaran angin puting-beliung? Semua benda yang berada di sekeliling tornado akan dibawa terbang masuk ke dalam pusarannya, seperti dihisap ke arah sumbu tornado. Mengapa begitu? Karena tekanan udara di dalam tornado lebih kecil dari tekanan udara di sekitarnya. Perbedaan tekanan udara yang ditimbulkan cukup besar untuk menarik benda-benda seperti drum minyak, atap rumah, dan bahkan seekor kerbau ke dalam pusaran tornado. Lalu, apa hubungannya dengan burung walet? Apakah burung walet mampu terbang menembus pusaran tornado? Begini ceritanya. Ada jenis pesawat jet tempur yang dilengkapi dengan sepasang sayap yang dapat dilipat ke belakang dan dikembangkan lagi. Jenis sayap seperti ini disebut swept-wing, dan sayap jenis inilah yang memberikan kemampuan terbang cepat dan membelok tajam bagi pesawat jet tempur – seperti kemampuan seekor burung walet. Lucunya, para insinyur penerbangan sudah memanfaatkan keunikan burung ini, jauh sebelum para ilmuan memahami dan menjelaskannya. Bukan saja peswat jet tempur Amerika, F-14 Tomcat yang menggunakan teknik burung walet ini, tetapi pesawat jet penumpang jenis Concorde juga.
Kedua jenis pesawat terbang di atas membutuhkan kecepatan tinggi ketika terbang, tetapi juga kemampuan untuk memperlambat kecepatannya ketika hendak mendarat, tanpa kehilangan ketinggian, atau lebih baik dikatakan tanpa kehilangan kemampuan untuk mempertahankan ketinggian yang tepat, sebab mengurangi kecepatan berarti mengurangi daya dorong ke atas dari udara. Pernahkah anda memperhatikan seekor burung ketika hendak mendarat atau hinggap di cabang pohon? Itu juga adalah salah satu dari rahasia burung walet yang akan diungkap di sini. Sejak tahun 1996, para ilmuan sudah tahu bahwa serangga menggunakan gejala tornado yang disebut vortex, yaitu aliran udara yang berputar, untuk terbang. Tetapi, menghubungkan bentuk khas sayap burung dengan vortex-nya serangga adalah sesuatu hal yang hampir mustahil untuk diperagakan dan diamati. Sekitar tahun 2004, para ilmuan membuat model sayap burung walet dan menempatkannya di dalam lorong air yang berfungsi seperti lorong udara (air-tunnel). Air sengaja diberi warna agar aliran air yang timbul bisa lebih mudah diamati. Ternyata, model sayap walet dengan bentuk khusus ini menimbulkan semacam aliran vortex di bagian atas model sayap tersebur. Seperti pada tornado, tekanan rendah di dalam vortex seperti menghisap sayap burung walet ke atas. Vortex yang terlihat di dalam percobaan water-tunnel tersebut menghasilkan dua hal, masing-masing daya angkat yang besar dan hambatan yang besar untuk semua kecepatan. Ketika terbang cepat, baik burung maupun pesawat jet dengan swept-wings akan melipat sayapnya ke belakang. Ketika akan tinggal landas atau mendarat, sayap dibentangkan kembali untuk mendapatkan daya angkat udara yang lebih besar. Sama halnya, baik F-14 Tomcat maupun burung walet mampu membelok tajam ke atas dengan mengatur sayapnya untuk menghasilkan tornado yang menariknya ke atas. Kemampuan maneuver semacam inilah yang memampukan burung walet untuk menyambar serangga di udara. Ketika burung walet hendak mendarat, hambatan udara yang dihasilkan memperlambat terbangnya, tetapi daya angkat udara yang dihasilkan menahannya untuk tidak jatuh ke tanah karena kecepatan yang rendah, tetapi bisa mencapai dahan pohon yang ditujunya. Hal ini juga memberikan penjelasan, bagaimana kira-kira burung yang lain mendarat. Lebih dari sayap serangga atau sayap pesawat jet tempur, sayap burung terdiri dari dua bagian. Bagian yang dekat ke badannya adalah arm-wing yang berfungsi untuk menghasilkan tekanan udara ke atas secara konvensional seperti layaknya sayap pesawat terbang. Bagian sebelah luar disebut hand-wing, yang memiliki sisi depan yang tajam, sehingga mampu menghasilkan tornado dalam posisi sedikit miring. Sementara sayap serangga harus membentuk kemiringan sebesar 25o untuk menghasilkan vortex, sayap burung walet hanya membutuhkan kemiringan 5 – 10o saja. Selain burung albatross dan burung laut raksasa (giant petrel), semua burung memiliki konstruksi sayap yang kurang-lebih-sama. Oleh sebab itu, teknik terbang burung walet ini dapat diterapkan ke burung-burung tersebut juga.
Penjelasan di atas ini pasti akan mengubah pengertian banyak orang dalam hal bagaimana burung terbang. Tetapi haruslah diingat bahwa alam selalu berada di depan para insinyur/ teknisi dan ilmuan. Di dalam hal penggunaan teknik tornado atau vortex di dalam tebang akrobatik burung walet, para ilmuan hanya baru mengupas bagian permukaan dari keseluruhan rahasia alam burung-burung. Ada banyak hal yang masih harus diungkap dan salah satunya adalah, bagaimana burung walet mengatur sayapnya untuk meningkatkan kemampuan terbangnya. Dengan terungkapnya ‘kontrol terbang burung walet’, mungkin saja terjadi bahwa di masa depan nanti, para insinyur akan dapat menciptakan semacam alat terbang dengan kecepatan, kelincahan, efisiensi dan jarak lepaslandas dan mendarat yang pendek seperti yang dimiliki serangga dan burung. Siapa tahu?
POLA PANEN SARANG WALET Tujuan utama dari budi daya walet adalah bertujuan untuk menghasilkan sarang burung walet yang berkualitas, kualitas sarang walet sangat ditentukan oleh cara panennya, cara panen sarang walet tergantung dari banyak hal, di antaranya jumlah populasi, waktu panen, dan bentuk sarang yang akan diambil utuh atau tidak utuh. supaya budi daya walet dapat memberikan keuntungan yang maksimal sarang harus dipanen pada waktu yang tepat dengan cara panen yang benar, dan memberikan kesempatan bagi walet untuk berkembang biak secara berkelanjutan. dan jangan biarkan walet berkembang biak secara berulang –ulang dalam satu sarang yang akan menyebabkan sarang menjadi kotor dan rusak. POLA PANEN
pola panen yang baik harus memperhatikan waktu yang tepat agar walet tidak mengalami stress. ada 4 cara memanen walet yaitu panen tetasan, panen rampasan, panen buang telur, dan panen pilihan. 1. Panen tetasan : panen tetasan dilakukan setelah sarang terbentuk sempurna dan telur telah menetas. sarang di petik setelah anak walet sudah bisa terbang. Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena sudah mulai rusak dan dicemari oleh kotoran dan bulu walet. Sedangkan keuntungannya adalah burung walet dapat berkembang biak dengan tenang dan aman sehingga polulasi burung dapat meningkat. 2. Panen rampasan : Cara ini dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk bertelur, tetapi pasangan walet itu belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai keuntungan yaitu jarak waktu panen cepat, kualitas sarang burung bagus dan total produksi sarang burung pertahun lebih banyak. Kelemahan cara ini tidak baik
dalam pelestaraian burung walet karena tidak ada peremajaan. Kondisinya lemah karena dipicu untuk terus menerus membuat sarang sehingga tidak ada waktu istirahat. Kualitas sarangnya pun merosot menjadi kecil dan tipis karena produksi air liur tidak mampu mengimbangi pemacuan waktu untuk membuat sarang dan bertelur. 3. Panen Buang Telur : Cara ini di lakukan setelah burung membuat sarang dan bertelur dua butir. Telur diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Pola ini mempunyai keuntungan yaitu dalam setahun dapat dilakukan panen hingga 4 kali dan mutu sarang yang dihasilkan pun baik karena sempurna dan tebal. Adapun kelemahannya yakni, tidak ada kesempatan bagi walet untuk menetaskan telurnya. dan populasi walet menjadi lambat karena penambahan walet hanya bergantung pada walet baru hasil pancingan 4. Panen pilihan : adalah cara panen yang paling disarankan cara panen ini memilih memanen sarang yang tidak ada telur walet dan menyisakan sedikit sarang untuk membuat walet lebih betah dan akan kembali lagi ke sarang, dan tidak membiarkan walet untuk bertelur berulang – ulang dalam satu sarang yang sama. Jangka waktu panen juga mempengaruhi hasil panen, waktu panen bisa dilakukan pemanenan setahun sekali, enam bulan sekali, tiga bulan sekali atau dua bulan sekali tergantung banyaknya sarang yang telah dihasilkan. tetapi jangka waktu panen yang ideal adalah panen 6 bulan sekali, karena burung walet mempunyai waktu untuk lebih mendekati waktu berkembang biak yang alami, sehingga terjadi regenerasi walet yang akan menambah populasi walet lebih cepat. yang harus di waspadai dalam panen 6 bulan sekali adalah dapat memancing datangnya pencuri walet. untuk panen dua bulan sekali juga dapat di lakukan asalkan walet tetap di berikan kesempatan untuk berkembang biak. Saat panen usahakan tidak dilakukan pada malam hari, karena dapat menggangu walet, saat mengambil walet usahakan ada sebagian sarang yang ditinggalkan agar walet betah dan akan kembali nantinya. lakukan kontrol dan pengawasan terhadap hama di dalam gedung walet. sebelum di petik lakukan penyemprotan dengan air pada sarang yang akan dipetik agar sarang tidak pecah dan rusak. dan disayat dengan menggunakan pisau dengan hati – hati.
BUDIDAYA SERANGGA SEBAGAI PAKAN WALET
budi daya serangga di luar gedung walet dapat dilakukan dengan cara menggunakan buah busuk seperti pepaya, pisang dan nenas. untuk menghasilkan lalat buah menggunakan pisang ambon dan tape dapat dilakukan dengan cara pencampuran pisang ambon dan tape singkong dengan perbandingan 5 : 1. caranya adalah dengan menghancurkan pisang ambon dan tape singkong kemudian dalam campuran tersebut di tambahkan satu gram natium benzoat dan kalsium propionat. kemudian campuran tersebut di masukkan ke dalam botol lalu tancapkan kertas buram ke dalam botol sebagai tempat lalat meletakkan telur yang nantinya akan berubah menjadi larva yang bakal menjadi lalat dewasa. cara lain untuk mengundang lalat buah adalah dengan menggantungkan kayu pada ketinggian ideal untuk walet, kemudian kayu tersebut di balut dengan kapas yang ditetesi dengan minyak euganol atau minyak cengkeh. namun sayangnya aroma ini kurang disukai walet. jadi jangan terlalu berlebihan dalam menetesi kapas dengan minyak cengkeh. kutu untuk walet kutu adalah salah satu pemancing walet agar mau tinggal dan bersarang, kutu sangat disukai walet karena merupakan salah satu makanan burung walet, apabila di salah satu ruangan terdapat banyak kutu, maka walet akan menetap dan nantinya akan bersarang di dalamnya. jadi sebaiknya rumah yang akan dijadikan sarang walet sebaiknya bisa menghasilkan kutu. cara untuk menghasilkan kutu dapat dilakukan dengan cara yang mudah dan murah, kutu dapat di datangkan dengan menggunakan dedak yang agak kasar, memilik banyak menir dan tidak bau apek. dedak biasanya dihasilkan dari mesin penggilingan kedua terakhir dari tahap pemrosesan beras. penggunaan dedak untuk menghasilkan kutu di dalam gedung walet tidak memiliki efek yang buruk bagi walet, meskipun biasanya satu bulan pertama akan menimbulkan suhu panas, tetapi keadaan akan menjadi dingin pada bulan berikutnya. sampai sekarang, dengan adanya dedak di gedung walet cara ini sangat efektip untuk membuat walet tetap tinggal dan bersarang. penempatan dedak tidak hanya dapat
dilakukan di dalam gedung walet, tetapi juga dapat di tempatkan di luar gedung , atau daerah arena bermain walet atau rooving area. caranya dengan memasukkan dedak yang telah di pilih ke dalam karung atau ember karet dan jangan di tutupi akan tetapi jangan sampai terkena air karena dedak akan menggumpal dan kutu tidak bisa tumbuh. setelah dua minggu bila sukses maka akan muncul kutu kecil berwarna coklat yang beterbangan yang nantinya akan memancing walet untuk datang ke lokasi tersebut. untuk lebih maksimal sebaiknya membuat beragam jenis kutu, dengan cara menambahkan gaplek yang dipotong kecil – kecil lalu di taburkan di atas dedak.
MAKANAN TAMBAHAN UNTUK BURUNG WALET
Pada dasarnya burung walet termasuk burung liar walaupun untuk saat ini banyak sekali masyarakat kita yang membudidayakan walet ini dengan cara memberikan pakan. walaupun demikian kebiasaan burung walet untuk mencari makan sendiri di alam secara alamiah tidak dapat dihilangkan. sejak fase piyik, burung walet sudah terlatih untuk belajar menangkap serangga sambil terbang, jadi serangga yang dapat dimakan oleh walet adalah serangga yang beterbangan, bukan serangga yang di sebar di lantai atau disuapi. Jenis serangga yang sangat digemari oleh walet adalah serangga bersayap bening, seperti : semut bersayap, lebah, kumbang, laron, lalat, hama tanaman padi seperti wereng, capung, belalang dan lain – lain yang pada umumnya serangga tersebut berukuran 0.2 – 2.5 milimeter. jadi lokasi yang paling serasi dengan mata rantai makanan dari burung walet adalah daerah yang di sekitarnya masih terdapat lahan persawahan. jenis serangga yang menjadi makanan burung walet di setiap daerah berbeda – beda jenisnya, hal ini yang membuat tingkat kualitas dari sarang walet menjadi beragam. untuk membuat kualitas sarang walet menjadi lebih baik, peternak harus memberikan pakan tambahan bagi burung walet. pemberian makanan tambahan bagi walet dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara jangka panjang dan cara jangka pendek.
CARA JANGKA PENDEK cara jangka pendek dilakukan dalam jangka waktu 1 – 2 hari atau jangka waktu yang dekat. cara yang dilakukan adalah dengan cara menangkap serangga – serangga yang beterbangan di sekitar kita misalnya semut bersayap yang bisa di tangkap di lubang – lubang dalam tanah di sekitar daerah kita, bisa juga menangkap wereng dan hama padi si daerah persawahan pada siang ataupun malam hari, kutu loncat atau laron di sekitar rumah kita saat musim hujan datang. cara tersebut dilakukan secara manual.
CARA JANGKA PANJANG
cara ini dilakukan untuk menghasilkan serangga – serangga dalam waktu yang lama dan berkelanjutan. cara ini juga dapat mengatasi kurangnya ketersediaan makanan dari alam saat memasuki musim kemarau. cara ini dapat dilakukan dengan cara menanam tanaman tumpang sari, membuat kolam dan budi daya serangga. •
•
•
Tumpang sari : menanam tanaman tumpang sari bisa dilakukan jika di sekitar rumah walet anda mempunyai lahan kosong, cara ini akan menghasilkan serangga yang beterbangan di sekitar tanaman. dan cara ini juga dapat memberikan hasil berupa buah atau sayuran Membuat kolam : pembuatan kolam di sekitar rumah walet sebaiknya ditambahkan tanaman – tanaman air di atas kolam, karena tanaman air akan dapat memicu perkembangbiakan serangga air yang akan menjadi makanan dari walet. Budidaya serangga : budidaya serangga bisa dilakukan di dalam maupun diluar rumah walet. salah satu cara budidaya serangga adalah dengan cara menimbun gaplek, gaplek tersebut ditimbun di sudut ruangan kemudian disiram dengan air, dalam jangka waktu sekitar satu bulan akan muncul kutu – kutu putih. cara ini akan menghasilkan kutu – kutu gaplek yang nantinya akan beterbangan di sekitar lokasi timbunan gaplek. bila nantinya kutu tersebut terlalu banyak, cara mengatasinya adalah dengan cara menyiram dengan air kapur. selain gaplek dapat dilakukan dengan menggunakan penumpukan sayur – sayuran atau buah – buahan busuk yang dapat menghasilkan serangga seperti : pepaya, pisang, batang pisang dan nenas.
Dengan menggunakan cara jangka panjang maka hasil yang akan kita dapatkan lebih maksimal dan dapat membuat burung walet lebih betah di rumah walet milik anda, dan hal yang perlu diperhatikan adalah memperhatikan masalah kesehatan kita dan cara tersebut sebaiknya tidak di jalankan di sekitar kawasan pemukiman padat penduduk, karena dapat mengganggu warga lain Untuk cara terbaik membudidayakan serangga sebagai makanan walet akan saya bahas di artikel berikutnya mengenai CARA BUDIDAYA SERANGGA SEBAGAI PAKAN WALET
Sarang Walet Goa Bawah Tanah di Bima Terbaik Di Dunia Sarang burung walet yang dihasilkan dari goa bawah tanah di Bima, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, merupakan salah satu yang terbaik di dunia, sehingga harganya tergolong tinggi. Goa bawah tanah yang menjadi sarang burung walet (Colocalia spp) sejak lama dan berada dalam kepemilikan Pemkab Bima itu kandungan proteinnya termasuk tertinggi, kata eksportir sarang walet asal Surabaya, Benny Koesno, kepada ANTARA News.
Ditemui di restoran sarang walet terpadu pertama di Indonesia, “Nest Village Restaurant & Store” di Mertasari, Sunset Road, Kuta, Bali, disebutkan bahwa harga sarang walet kini yang terendah sekitar Rp10 juta dan kualitas terbaik mencapai sekitar Rp20 juta per kilogram. “Kami sejak lama menjalin kerjasama pengelolaan dan pemanenan sarang walet di goa bawah tanah tersebut dengan Pemkab Bima,” kata eksportir grup usaha King`s Nest tersebut. Melalui grup usaha King`s Nest, Benny Koesno yang merintis usaha sarang walet sejak 1995, setahun kemudian hingga kini rutin mengekspor produknya ke China, Hongkong, Amerika Serikat dan Singapura. Didampingi penanggungjawab restoran tersebut, Donald Manoch, disebutkan bahwa goa burung walet di Bima itu benar-benar berada di bawah tanah, sehingga burung walet keluar-masuk melewati lobang goa di permukaan tanah. Sementara lingkungan sekitarnya berupa hutan yang masih tergolong lestari, sehingga ribuan burung tersebut mudah mendapatkan makanan dari alam yang mampu menghasilkan kandungan protein tinggi. Sarang walet dari goa bawah tanah tersebut menjadi salah satu bahan ramuan makanan dan minuman yang disajikan di Nest Village, selain dijual di tokonya dalam bentuk olahan siap dimasak dengan label “King`s Nest”.
Ekspansi usaha restoran dan toko sarang walet tersebut dipadu dengan tempat wisata yang menyediakan miniatur “rumah walet” dan proses pengolahan sarang walet, di lokasi yang masih tergolong alami. Bupati Bima, Ferry Zulkarnain ST, yang menjalin kerja sama dengan King`s Nest, sempat mengunjungi rumah makan sarang walet terpadu di Kuta tersebut. Melalui rintisan usaha baru itu, Benny Koesno berharap kelak akan mampu membangun kesan atau “brand image” bahwa sarang walet merupakan produk Indonesia. Hal itu mengingat selama ini produk sarang walet lebih dikenal sebagai milik masyarakat Hongkong, padahal sekitar 80 persen kebutuhan sarang walet dunia dipasok dari Indonesia. Produksi sarang walet dari berbagai wilayah Indonesia, terutama kini dari rumah-rumah walet yang tersebar di perkotaan maupun pedesaan, diperkirakan mencapai 20 ton per bulan. Eksportir dan pedagang sarang burung walet pun bertebaran di berbagai daerah,
KWALITAS SARANG BURUNG WALET Secara umum standar mutu dan harga produk sarang burung walet ditentukan oleh beberapa hal sebagai berikut: bentuk sarang, kebersihan sarang dan bulu, kadar air, warna, ketebalan dan ukuran sarang. Banyaknya faktor yang selama ini digunakan untuk melakukan penilaian terhadap kualitas sarang burung walet mengakibatkan terjadinya keanekaragaman tingkat mutu dan kualitas pada komoditi jenis ini. dengan adanya tingkat kualitas ini, mengakibatkan
pula terjadinya tingkat penilaian harga yang cukup besar bagi setiap kilogram produk sarang burung walet yang dijual oleh peternak walet di berbagai daerah. Kenyataan di pasaran menunjukkan, bahwa perbandingan harga sarang dapat berkisar antara satu untuk sarang berkualitas rendah dan tujuh kali lipat harganya bagi sarang berkualitas tinggi. Dengan kata lain semakin rendah kualitas sarang walet yang dijual, maka semakin rendah pula kemampuan tawar (bargaining power) peternak walet dalam melakukan transaksi dengan pedagang. Selama ini yang terjadi pada usaha sarang burung walet di berbagai daerah adalah bahwa para peternak walet kurang mampu meraih nilai tambah tertinggi dari produk sarang burung yang dihasilkannya, semua ini berkaitan dengan tingkat performansi (penampilan) sarang burung walet yang dihasilkan tersebut kurang mampu memenuhi syarat-syarat kualitas tertinggi. Sebenamya produk sarang burung walet di indonesia banyak yang memiliki potensi besar untuk menjadi sarang berkualitas bagus degan harga jual yang tinggi bila dibersihkan dan diproses terlebih dahulu sebelum dijual, karena pada umumnya air liur burung walet yang dipakai untuk menyusun sarang tersebut terbentuk dan serangga pakan walet yang jumlah dan macamnya sangat besar di berbagai daerah sentra budidaya walet, Namun karena pola panen sarang burung walet yang dipakai oleh kebanyakan peternak adalah " Pola Panen Tetasan", maka sarangnya menjadi tercemar baik oleh bulu maupun kotoran yang terdiri dari debu, bekas hama pengganggu dan lain sebagainya. Hal ini karena sarang walet tersebut sebelum dipanen, telah digunakan oleh burung walet itu untuk mengerami dan menetaskan telurnya serta mengasuh anak-anaknya. Sehingga akibatnya sarang walet itu mengalami perubahan warna (tidak putih bersih lagi) karena dipenuhi oleh bulu dan kotoran dari walet itu sendiri. Pola panen ini secara umum diterapkan oleh para peternak walet di daerah dengan tujuan untuk mengembangkan populasi burung walet sebanyak-banyaknya sebelum nantinya digunakan pola panen lainnya. Namun konsekuensi dari pola panen seperti ini adalah kualitas sarangnya menjadi rendah, yang berarti pula harganya pun menjadi berkurang banyak. biasanya para peternak walet saat melakukan transaksi di pasaran, para peternak walet itu selalu posisi penawarannya lebib rendah dibanding posisi pedagang sarang burung walet. Hal ini karena para pedagang pengumpul biasanya selalu lebih banyak tahu tentang berbagai kualitas sarang burung dibanding para peternak walet. Selain itu, penentuan harga harus mengikuti klasifikasi mutu yang ditetapkan oleh para pedagang pengumpul. Akibatnya, seringkali harga yang diterima peternak sangat rendah, karena para pedagang berdalih bahwa kualitas produk sarang tersebut kurang baik. Cara transaksi seperti disebutkan di atas, juga berlaku bagi semua jenis komoditi sarang walet. di saat penjualan hasil panen, para peternak walet biasanya langsung menjual begitu saja produknya kepada pedagang pengumpul, atau para eksportir tanpa melakukan pembersihan serta pemrosesan bentuk terlebih dahulu, sehingga otomatis harga per
kilogramnya menjadi rendah, yang menyebabkan peternak kurang bisa meraih pendapatan secara maksimal dari hasil produksinya. Keadaan ini terjadi, karena pengetahuan mereka tentang cara dan alat pembersihan bulu maupun kotoran serta pemrosesan sarang walet masih sangat kurang. dan untuk informasi seperti ini sudah pasti selalu dirahasiakan oleh orang yang telah tau proses pencuciannya karena alasan mata pencaharian. Dari beberapa uraian tersebut di atas, dapat disebutkan beberapa masalah yang berkaitan dengan kualitas dan harga komoditas sarang burung walet di berbagai daearah di indonesia sebagai berikut: •
•
•
Sarang burung walet di Kabupaten daerah pada umumnya tercemar dan dipenuhi kotoran karena dihasilkan dari "Pola panen tetasan". Tercemarnya sarang ini karena sarang tersebut telah digunakan oleh burung walet untuk mengerami dan menetaskan anak-anaknya, sehingga sarang tetasan dipenuhi oleh kotoran anakan walet, juga dipenuhi pula oleh bekas-bekas kotoran dan hama pengganggu, seperti kecoa, kutu busuk atau air kencing kelelawar, sehingga warnanya tidak putih lagi. Pola panen tetasan ini terpaksa harus dilakukan oleh peternak walet di Kabupaten Jember dengan tujuan agar burung walet mempunyai kesempatan cukup untuk beregenerasi dan meningkatkan populasi. Banyaknya bulu yang melekat pada sarang burung walet hasil dari para peternak walet yang meskipun berbentuk besar dan berserat baik, tetapi masih dihargai rendah di pasaran karena dianggap kurang baik (mengingat bulunya sulit hilang). Walaupun sebenarnya produk sarang walet itu mempunyai potensi besar untuk mendapatkan harga lebih tinggi apabila diproses terlebih dahulu sebelum dijual. Berubahnya warna sarang walet bila disimpan lama serta mudah terserang jamur, Sehingga kualitasnya dapat berkurang. Hal ini karena sarang walet tersebut sudah mengalami pencemaran sejak diambil dari asalnya, Sehingga dalam tempat penyimpanan, sarang itu mengalami proses perubahan warna karena sudah mengandung spora jamur sejak dipetik dari rumah walet.
Tujuan dari kegiatan yang dilakukan adalah merancang alat pembersih dan pemroses sarang burung walet, agar dapat meningkatkan kualitas sarang burung walet hasil budidaya walet para peternak di Kabupaten Jember, sehingga nilai tambah tertinggi dan komoditas sarang walet di Kabupaten Jember dapat diraih. BAHAN DAN METODE CUCI SARANG BURUNG WALET
Di artikel saya terdahulu telah di jelaskan cara pencucian walet yang umumnya dilakukan oleh peternak yang memiliki liur walet dalam skala kecil, yang artinya hanya untuk mencuci walet milik sendiri, anda bisa melihat artikelnya di sini dan untuk metode pencucian liur walet skala besar bisa anda lihat di artikel ini dan dibawah ini adalah gambar skema pelaksanaannya.
METODE CUCI SKALA BESAR
Bahan Yang Digunakan Untuk Pembuatan Alat •
Drum yang berukuran tinggi 65 cm dan diameter 45 cm, berfungsi sebagai hopper terbuat dari logam anti karat dengan ketebalan 2 mm, yang berfungsi sebagai tempat pemroses sarang walet kotor yang terendam dalam air pada drum tersebut. Drum ini, juga berfungsi sebagai tempat kedudukan kipas (blower) pemutar air yang posisinya di bagian bawah drum, yang tempatnya dengan ruang untuk membersihkan sarang dipisahkan dengan saringan logam.
•
Motor penggerak dengan as poros dipasangi gir pada bagian atasnya untuk transmisi gerak dan dinamo ke as poros kipas pemutar air di dalam drum pencuci sarang. As poros kipas pemutar air di dalam drum, dilengkapi dengan gir yang terletak tepat di tengah di bagian bawah (luar) dari drum. Kemudian, kedua poros itu (dinamo) dengan kipas pemutar air tersebut dihubungkan dengan sabuk karet yang panjangnya 80 cm, lebar
sabuk 4 cm dan tebalnya 3 cm sebagai tranfer gerak dari dinamo ke kipas pemutar air. •
Kipas pemutar air yang terdiri dari dua plat baja dipasang pada bagian as poros putamya dengan baut, agar dapat dilepas bila drum hendak dibersihkan, juga dimaksudkan untuk dapat lebih dibengkokkan atau dibuat lebih datar agar kecepatan putaran kipas pemutar air dapat diatur lebih cepat atau lambat sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Hal ini karena kalau jumlah sarang walet yang akan dibersihkan cukup banyak dan kondisinya sangat kotor, maka diperlukan putaran air yang lebih cepat.
•
Saringan dengan lubang-lubang berdiameter 4 cm dipakai sebagai pembatas antara ruangan kipas air yang berada di bagian bawah drum dengan bagian atasnya, berfungsi untuk mencegah agar sarang walet yang dibersihkan beserta bulu-bulu kotornya tidak masuk ke dalam ruangan kipas air dan menimbulkan kemacetan kipas pemutar air.
•
Kran pelepas air cucian sarang walet, digunakan untuk melepaskan air kotor yang telah digunakan untuk mencuci sarang walet, letaknya di dasar drum, diameter kran 4 cm.
•
Potongan-potongan besi logam sebagai kerangka untuk melekatnya drum, motor penggerak, roda gelinding, as gir, dan alas logam sebagai tempat meletakkan motor penggerak, agar semua komponen dan alat pembersih sarang walet tersebut dapat melekat menjadi satu kesatuan secara terpadu. Kerangka tersebut terdiri dari empat potong logam baja bertekuk "L" dengan ketinggian 60 cm (vertikal) dan empat potong baja logam lekuk "L" yang dipasang mendatar dengan ketinggian 60 cm.
Fungsi Bagian-bagian dan Prinsip Kerja dari Alat •
Drum untuk penampung berfungsi sebagai bak penampung (hopper) sarang walet yang akan dibersihkan. Drum ini harus diisi dengan air jika digunakan untuk mencuci sarang walet. Bagian bawah (dasar drum) ada as yang posisinya berada ditengahtengah dari lingkaran dasar dari drum. As ini bagian atasnya merupakan tempat kedudukan dari blower pemutar air, sedangkan bagian bawahnya dihubungkan dengan sabuk karet ke bagian as poros dinamo untuk transfer putaran as dinamo ke kipas penggerak air.
•
Ruang Kipas pemutar air yang berada di bagian dasar dari drum dipisahkan dari ruang atas drum dengan saringan logam yang berlobang-lobang dengan diameter lobang 4 cm, agar supaya gerakan putaran kipas pemutar air dalam ruang bawah drum dapat menyebabkan putaran air pada ruang bagian atas dari drum sekaligus memutar sarang walet kotor yang berada dalam air tersebut. Dengan cara ini kotoran, bulu dan debu yang menempel pada sarang itu menjadi lepas.
•
Motor penggerak, yang ukurannya 40 cm, ketinggian 25 cm mempunyai tenaga pemutar 0,5 HP dan menghidupkannya dengan listrik; sedangkan as porosnya dihubungkan dengan sabuk karet pada as poros penggerak kipas pemutar air di bagian bawah dari drum pembersih. Motor penggerak yang beratnya 25 kg ini terletak pada lempeng logam sebagai peyangga/bantalannya.
•
Kipas pemutar air, dibuat mudah dilepas agar kemiringannya dapat diubah agar kecepatan putaran kipas dapat diatur sesuai dengan kebutuhannya.
•
Kran pelepas air cucian sarang, terletak di bagian dasar dari ruang kipas pemutar air, yang berfungsi untuk mengeluarkan air cucian walet apabila pekerjaan pencucian sarang walet telah dilakukan; di mana kotoran-kotoran besar biasanya tersangkut pada saringan logam di dalam drum yang dapat dilepaskan dari dalam drum.
•
Kaki-kaki logam dari alat pembersih berfungsi sebagai kerangka untuk melekatkan semua bagian dari alat, di mana bagian bawah dari kerangka dilengkapi dengan 4 roda gelinding, sehingga alat tersebut mudah dipindah tempatkan dengan cara mendorongnya.
Metode yang Digunakan dalam Pembersihan Sarang Walet
1. Sarang walet sebelum diproses diseleksi dan dipisah-pisahkan berdasarkan banyaknya kotoran seperti bulu, jenis, warna dan lain-lainnya, tujuannya agar waktu dan penanganan yang dibutuhkan dalam pemrosesan relatif sama. 2. Drum pada alat pencuci sarang tersebut diisi dengan air bersih, sebagai media pencuci sarang walet sampai drum mendekati penuh. 3. Masukkan sarang walet kotor yang akan dibersihkan tersebut ke dalam bak penampung (hopper).
4. Pekerjaan pencucian dilakukan dengan cara menghidupkan mesin tersebut melalui penyambungan kabelnya ke sumber listrik agar kipas pemutar dapat berputar 1800 rpm. 5. Air di dalam drum akan berputar jika alat tersebut dihubungkan dengan listrik, sehingga air dalam drum ikut berputar dan sarang walet yang terendam dalam air itu juga ikut berputar. 6. Pekerjaan pencucian dilakukan sampai sarang menjadi bersih dan bila belum bersih pencucian diulang lagi sampai benar-benar bersih dan bila sudah bersih air cucian dikeluarkan, 7. Pada pencucian terakhir sebaiknya airnya dibubuhi Sodium Benzoat, agar dapat mencegah terjadinya jamur dan pembusukan terutama nanti pada saat sarang walet disimpan 8. Setelah sarang walet diambil dari drum pencuci, maka jika masih ada bulu yang tidak hilang bulu tersebut dicabut dengan pinset. 9. Selanjutnya sarang walet tersebut dicetak atau dibentuk sesuai dengan bentuk sarangan yang rupanya seperti mangkokan dari bahan stainless steel sebelum sarang itu dikeringkan. 10. Pengeringan sarang dilakukan selama 12 jam pada saat sarang masih berada dalam cetakan, agar bentuk sarang tak berubah dan tak boleh dikeringkan langsung di bawah sinar matahari.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah alat pencuci sarang walet tersebut selesai dirancang dan dibuat, maka alat tersebut dicobakan langsung pada komoditas sarang hasil dari para peternak walet di Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember. Berdasarkan hasil pencucian sarang yang dilakukan tersebut dapat diperoleh beberapa data tentang gambaran efektivitas pembersihan sarang walet dengan menggunakan alat yang dirancang. Pembersihan sarang walet dengan memakai alat tersebut dilakukan dengan mencuci sarang walet dari kualitasnya berbeda (5 macam kualitas) atas dasar banyaknya bulu dan kotoran. Berdasarkan kualitasnya, 5 macam sarang walet tersebut adalah: •
Sarang bulu enteng : yaitu sarang Walet yang pencemaran bulunya sedikit (10% dari luas permukaan).
•
Sarang bulu luar : yaitu sarang yang pencemaran bulunya di bagian luar saja.
•
Sarang bulu dalam : yaitu sarang yang pencemaran bulunya di bagian dalam dari sarang.
•
Sarang bulu berat : yaitu sarang walet yang tercemar oleh bulu dan kotoran baik di bagian dalam maupun luarnya, lebih dari 50% permukaannya.
•
Sarang goa : yaitu sarang yang berasal dari goa yang warnanya kusam kehitaman dan penuh dengan bulu.
Dari Tabel 1 terlihat bahwa penggunaan alat cuci sarang burung dapat meningkatkan pendapatan peternak walet rata-rata 3.576 juta rupiah. ini berarti penggunaan alat tersebut dapat meningkatkan nilai tambah dan efisiensi pekerjaan pencucian sarang walet, karena hanya membutuhkan waktu rata-rata 7.4 menit. Dari hasil pengamatan uji coba alat tersebut ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni tentang kapasitas alat. Alat ini memiliki kapasitas maksimum 3 kg, sehingga pekerjaan harus
dilakukan secara bertahap apabila produk yang harus dibersihkan melebihi kapasitas tersebut. Kapasitas alat yang hanya 3 kg disesuaikan dengan kapasitas hasil panen dari peternak walet di Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember, yang rata-rata sekali petik hasilnya kurang lebih 3 kg. Di masa datang perlu dirancang alat dengan kapasitas yang lebih besar. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemakaian alat tersebut di kalangan peternak walet di Kecamatan Tanggul cukup populer, karena 70% dari seluruh peternak walet yang tergabung dalam paguyuban pewalet Tanggul Raya (23 orang dari 33 orang peternak walet yang ada), telah tertarik menggunakan model alat tersebut untuk mencuci hasil sarangnya. Para peternak walet itu pada akhirnya mampu membuat sendiri alat pencuci sesuai dengan model yang dirancang tetapi dengan bahan logam yang lebih baik. Pengaruh positif lainnya dari penggunaan alat tersebut di tingkat peternak adalah bahwa regenerasi walet dalam budidaya walet di rumah peternak menjadi terjamin. Hal ini tidak lain karena peternak walet yang tadinya enggan melakukan siklus petik "panen tetasan" (yaitu sarang walet dipetik setelah sarang walet dipakai untuk mengerami dan menetaskan telurnya), karena hasil sarang tetasan adalah berkualitas rendah, tetapi setelah tersedianya alat cuci tersebut., maka peternak tidak segan-segan lagi untuk melakukan panen tetasan yang merupakan bagian dari upaya menjaga azas kelestarian populasi burung walet yang dipeliharanya. Demikian pula dengan adanya alat tersebut, peluang kerja yang ada di pedesaan juga menjadi bertambah, karena ada peluang untuk bekerja sebagai tenaga pembersih, pencetak dan pengering sarang walet yang selama ini tidak pernah dilakukan. Adanya pekerjaan pencucian sarang tersebut juga menambah penghasilan peternak walet, karena air cucian sarang laku dijual Rp. 15.000.- / 3 liter untuk mengolesi seluruh dinding rumah walet baru agar suasananya disukai oleh burung walet. Dari sisi lain, alat tersebut masih dapat disempurnakan lagi dalam hal pengaturan tingkat kecepatan kipas pemutar air, agar bekerja secara otomatis. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan beberapa tingkat kecepatan putaran sesuai dengan kondisi kekotoran sarang walet. Hal ini dapat dilakukan bila kondisi sarang walet hasil para peternak walet itu dapat diidentifikasikan berbagai tingkat kekotorannya. Tetapi karena hasil sarang dari para peternak walet itu selama ini cukup beragam kualitasnya, maka untuk sementana ini sulit diidentifikasi. Karena itu, solusinya adalah bahwa kipas putaran air dari alat yang dirancang tersebut dilengkapi dengan mur dan baut, yang dapat dicopot sewaktu-waktu, sehingga kipasnya dapat dirubah kemiringannya untuk mengatur kecepatan putaran kipas sesuai dengan kondisi kekotoran sarang walet. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil kegiatan pengabdian masyarakat melalui perancangan alat pencuci sarang burung walet tersebut, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Alat yang dirancang itu mampu meningkatkan kualitas dan harga sarang walet hasil panen para peternak walet di Kecamatan Tanggul, sehingga posisi bargaining power peternak walet meningkat dalam memasarkan produknya. 2. Peningkatan nilai tambah rata-rata dari komoditas sarang walet yang telah dicuci dengan menggunakan alat itu adalah sebesar 30.31%.
3. Alat tersebut telah dapat diterima oleh kalangan peternak dengan baik, karena dari seluruh anggota kelompok peternak yang mengikuti kegiatan ini ternyata 70% telah menggunakan alat tersebut untuk mencuci hasil sarang waletnya. 4. Kapasitas mesin cuci sarang dan keceptan putarannya dapat disempurnakan, supaya lebih besar dan pengaturan kecepatannya dapat bekerja lebih otomatis, apabila budidaya walet di Kecamatan Tanggul dikembangkan lebih lanjut. 5. Dengan adanya penggunaan alat ini, maka peluang kerja di pedesaan tempat budidaya walet meningkat, demikian pula hasil samping proses pencucian sarang (air cucian sarang walet) dapat dijual sehingga dapat menambah penghasilan pengusaha walet. Saran-saran:
1. Jika pengembangan produksi sarang walet di kecamatan Tanggul berhasil, maka kapasitas cuci dan alat yang dirancang perlu ditingkatkan. 2. Melihat potensi pasar dan daya dukung alam sekitar dalam memasok serangga pakan walet maka perlu adanya program pengembangan usaha walet yang berkesinambungan dan lebih besar. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pgabdian pada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, yang telah memungkiennkan terselenggaranya program ini sesuai dengan sasaran dan harapan.
http://warungsingkawang.wordpress.com