NO.14
NOPEMBER 2005 PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA
Buddha Sakyamuni Diundang Ke Dalam Stupa Pusaka Oleh YM.Bhiksu Jun-ichi Nakamura
P
ada tulisan saya yang terdahulu, telah dijelaskan mengenai Odaimoku, Namu Myoho Renge Kyo sebagai inti dari Maha Mandala. Sekarang, coba kita lihat nama para Buddha dimasing-masing sisi dari Odaimoku di Maha Mandala yakni; Namu Sakamuni Butsu atau “Yang Dimuliakan Sakyamuni Buddha” dan Namu Taho-Nyorai atau “Yang Dimuliakan Buddha Segala Pusaka.” Ketika kita berkunjung ke kuil Nichiren Shu, mungkin kamu pernah bingung melihat kedua Buddha itu “Buddha Sakyamuni dan Buddha Prabhutaratna”, kenapa mereka duduk berdampingan diatas altar ? Sekte agama Buddha lainnya hanya menempatkan satu rupang Buddha saja. Tetapi banyak kuil Nichiren Shu yang menempatkan rupang Dua Buddha, ditengah-tengah terdapat stupa Odaimoku. Bentuk dari altar seperti ini disebut Itto Ryoson, atau Satu Stupa dengan Dua Buddha. Terdapat juga bentuk lain yang disebut Isson Shishi atau Satu Buddha dengan Empat "Itto Ryoson, atau Satu Stupa dengan Dua Buddha" adalah salah satu Honzon yang diungkapkan dalam Saddharma Pundarika Sutra Bab.XI "Munculnya Sebuah Stupa Pusaka" 1
No.14 / Nopember 2005
Bodhisattva. Untuk mempelajari hal ini lebih lanjut, silahkan baca catatan dalam sutra. Buddha Sakyamuni membabarkan hal ini dalam Saddharma Pundarika Sutra dari Bab I “Pengenalan” dan sampai Bab XI “Munculnya Stupa Pusaka,” ketika tiba-tiba sebuah stupa pusaka yang dihiasi berbagai permata muncul diangkasa dari dalam bumi dan terdengar suara yang merdu dari dalam stupa; “Bagus, bagus! Engkau, Sakyamuni, Yang Dimuliakan Dunia, telah menjelaskan Saddharma Pundarika Sutra, Dharma Yang Luar Biasa dalam pesamuan agung ini, Ajaran Tanpa Perbedaan, Maha Bijaksana, Dharma untuk Para Bodhisattva. Oleh karena itu, Apa yang Engkau, Sakyamuni, Yang Dimuliakan Dunia, babarkan adalah benar adanya.” Kutipan ini dari Bab XI, “Munculknya Sebuah Stupa Pusaka” sering dibaca dalam upacara. Tahukah kamu siapa yang mengucapkan kata-kata ini? Dia adalah Buddha Segala Pusaka atau Buddha Prabhutaratna. Berdasarkan yang dibabarkan dalam Ket.Gbr: Honzon "Satu Stupa, Dua Buddha atau Itto Ryuson" Saddharma Pundarika Sutra, Buddha Segala Pusaka datang dari sebuah Dunia yang disebut Tanah Pusaka Murni yang bertempat semesta ini atau disepuluh penjuru jauh dibagian timur dunia saha ini. Kenapa Buddha ini datang kedunia dunia, Ia akan muncul bersama saha ini? Beliau muncul karena Ia ingin membuktikan kebenaran dari semua Buddha dan Bodhisattva untuk Saddharma Pundarika Sutra yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni mendengarkan Sutra itu. bahwa apa yang dibabarkan adalah pengajaran yang paling sempurna dari Sekarang Buddha Segala semua ajaran. Oleh karena itu, kita menyebut Beliau dengan Namu Shomyo P u s a k a m e n g u n d a n g B u d d h a Hokke Taho Nyorai, atau “Yang Dimuliakan Buddha Segala Pusaka, Yang Sakyamuni untuk masuk kedalam membuktikan Kebenaran dari Saddharma Pundarika Sutra.” Kenapa dunia Stupa yang melayang diangkasa. dari Buddha Segala Pusaka terletak di bagian timur ? Orang-orang jaman dulu Berada diangkasa adalah tingkatan di India percaya bahwa dunia masa lalu terletak dibagian timur dan dunia terpenting untuk membabarkan bagian masa depan dibagian barat. Buddha Amida berjanji untuk menyelamatkan pokok dari Saddharma Pundarika orang-orang setelah kematian dari dunia ini dan dipercaya duniaNya terletak Sutra dibandingkan berada di Gunung di sebuah dunia yang disebut Gokuraku Jodo, atau Surga Tanah Suci, terletak Gridrakuta, didunia saha. dibagian barat. Orang pada masa lalu percaya dan mengharapkan sesuatu yang Saddharma Pundarika Sutra lebih baik dari dunia ini dan mereka pecaya bahwa hal itu sangat jauh sekali mengambarkan hal ini sebagai letaknya. berikut; “Kemudian Buddha Segala Bagaimanapun, untuk mendapatkan kebahagian pada masa Pusaka didalam Stupa menawarkan mendatang, hal terpenting adalah melakukan segala sesuatu dengan benar sebagian dari tempat duduknya untuk pada hari ini dan juga melihat kemasa lalu. Buddha Sakyamuni dengan berkata, Ketika Buddha Sakyamuni membabarkan ajaran luar biasa ini “Buddha Sakyamuni, silahkan duduk “Saddharma Pundarika Sutra”, Buddha Segala Pusaka muncul diantara para disini!” peserta pesamuan agung. Pada masa lampau, Buddha Segala Pusaka berjanji Menjawab permintaan itu, bahwa ketika Saddharma Pundarika Sutra dibabarkan dimanapun dialam Buddha Sakyamuni masuk kedalam stupa, segera duduk disebelah kanan "Bagus, bagus! Engkau, Sakyamuni, Yang Dimuliakan Dunia, telah dari Buddha Taho. Ingat “Kanan”, menjelaskan Saddharma Pundarika Sutra, Dharma Yang Luar Biasa dalam Buddha Taho berada disebelah kiri pesamuan agung ini, Ajaran Tanpa Perbedaan, Maha Bijaksana, Dharma ketika menghadap ke altar atau untuk Para Bodhisattva. Oleh karena itu, Apa yang Engkau, Sakyamuni, mandala. Buddha Sakyamuni adalah Yang Dimuliakan Dunia, babarkan adalah benar adanya.” sebelah kiri kita dan Buddha Segala
2
No.14 / Nopember 2005
“Tidaklah baik jika hanya mendengarkan Dharma saja. Ketika kamu mendengarkan, kamu harusnya berusaha untuk menyebarluaskan Dharma kepada orang lain.”
Pusaka sebelah kanan. Terakhir, setelah semua keadaan telah siap untuk membabarkan Dharma Sesungguhnya. Apa kata-kata yang diucapkan oleh Buddha? Ia berkata, “Siapa yang akan membabarkan Saddharma Pundarika Sutra, Dharma Yang Luar Biasa ini di Dunia Saha ?” Kamu mungkin bingung, kenapa Buddha bertanya siapa yang akan membabarkan Sutra. Bukankah pembabar adalah Sang Buddha dan yang mendengarkan adalah para peserta pesamuan. Bagaimanapun, Buddha berpikir, “Tidaklah baik jika hanya mendengarkan Dharma saja. Ketika kamu mendengarkan, kamu harusnya berusaha untuk menyebarluaskan Dharma kepada orang lain.” Beliau mulai berkata, “Sekarang adalah waktu yang tepat. Aku akan segera memasuki Nirvana.” Kemudian, Buddha Segala Pusaka mengangguk tanda setuju. Kita harus menyadari bahwa pembabaran Dharma di Stupa Pusaka di angkasa adalah untuk ke Tiga Masa, masa lampau, sekarang dan akan datang, oleh karena itu Saddharma Pundarika Sutra dibabarkan oleh Sang Buddha untuk kita saat sekarang, orang yang hidup pada Masa Akhir Dharma (Mappo). Gassho.
Catatan:
Itto-Ryoson & Isson-Shishi Itto-Ryoson berarti Satu Stupa dan Dua Buddha. Didalam Stupa terdapat Buddha Sakyamuni dan Buddha Prabhutaratna duduk dimasing-masing sisi dari Odaimoku ‘Namu Myoho Renge Kyo’. Ini adalah salah satu bentuk dari objek pemujaan atau Honzon (Yang Patut Dimuliakan). Isson-Shishi berarti Satu Buddha dan Empat Maha Bodhisattva. Ini adalah bentuk lain dari Honzon. Rupang Buddha Sakyamuni berdiri ditengah dan Empat Maha Bodhisattva; Jogyo atau Pelaksana Unggul, Muhengyo atau Pelaksana Tak Terbatas, Jogyo atau Pelaksana Murni, dan Anryugyo atau Pelaksana Teguh berdiri disamping Sang Buddha. Empat Maha Bodhisattva adalah pemimpin dari para Bodhisattva Muncul dari Bumi. Mereka menjawab permintaan dari Buddha Sakyamuni. Ini digambarkan dalam Bab.XV, “Bodhisattva Muncul Dari Bumi” dalam Saddharma Pundarika Sutra. Semua Bodhisattva ini dikategorikan sebagai Bodhisattva Honge. Honge berarti murid-murid dari Buddha Pokok / Abadi yang muncul pada Bagian Pokok dari Saddharma Pundarika Sutra dan mereka mencapai Penerangan oleh Sang Buddha pada Masa Lampau. Bentuk Isson-Shishi, Satu Buddha dan Empat Maha Bodhisattva, melambangkan Odaimoku, Namu Myoho Renge Kyo, dimana Sang Buddha yang mencapai Jalan Penerangan sebagai akibat kebajikan dari pelaksanaanNya, selanjutnya diteruskan kepada kita, seluruh mahluk hidup yang hidup pada Masa Akhir Dharma, oleh Empat Maha Bodhisattva yang mempunyai tugas untuk menyebarluaskan Saddharma Pundarika Sutra pada Masa Akhir Dharma. Nichiren Shonin mengajarkan kita untuk dengan sungguh hati mempersembahkan diri kita pada Honzon, Yang Patut Dimuliakan, Bagian Pokok dari Saddharma Pundarika Sutra sebagai inti dari Buddhisme. Menurut ajaran Nichiren Shonin, kedua bentuk Honzon ini adalah didasarkan pada prinsip yang sama tetapi berbeda aspeknya. Ket.Gbr: Honzon "Isson-Shishi atau Satu Buddha, Empat Maha Bodhisattva."
3
No.14 / Nopember 2005
Bimbingan Oleh:
YM.Bhiksuni Myosho Obata
(Bhiksuni Pembimbing Indonesia)
"Aku Menghormati Mu" A
ku Menghormat Mu,” Ini adalah bagian kalimat dari Saddharma Pundarika Sutra, Bab.XX "Bodhisattva Sadaparibhuta". Sebelum saya memberikan ceramah tentang hal itu, Saya ingin mengjelaskan tentang Shobo, Zobo, dan Mappo, adalah Tiga Jangka Waktu atau priode dari ajaran Buddha yang membahas sekitar pandangan tentang kemunculan seorang Buddha dalam dunia. Shobo adalah Hukum Yang Benar, ini adalah waktu atau periode pertama dari Buddha Dharma, dimana dalam periode ini ajaran Buddha, pelaksanaan dan pencapaian Penerangan dapat dengan mudah terwujud. Menurut pandangan dari Nichiren Shonin, periode ini berlangsung selama 1000 tahun. Zobo adalah Hukum Yang Palsu. Pada jaman ini, dimana ajaran dan pelaksanaan masih ada, tetapi Penerangan Sesungguhnya sangat sulit tercapai. Hanya sedikit yang mampu mencapai tingkatan tersebut. Dimana ajaran pada periode ini sepertinya menyerupai Dharma Yang Benar, tetapi sesungguhnya hanya kulitnya saja atau kebohongan semata. Periode ini juga berlangsung selama 1000 tahun. Mappo adalah Masa Akhir Dharma. Pada jaman ini, dimana ajaran masih ada, tetapi hanya
sedikit yang melaksanakan dan tidak ada Pencapaian Penerangan. Mappo dapat diartikan sebagai Masa Akhir Dharma. Nichiren Shonin selalu mengingatkan kita bahwa masa ini adalah waktu pemanenan dan masa untuk memberikan persembahan bagi kebaikan yang kita peroleh dari masa lalu. Periode ini akan berlangsung selama 10.000 tahun atau lebih. Masyarakat modern menyebutnya Periode Mappo. Hari ini, Aku akan memberikan ceramah tentang Bodhisattva Sadaparibhuta. Buddha Sakyamuni mengajarkan kepada kita bahwa pikiran kita secara terus menerus selalu berubah-ubah, dan ini mencakup kedua-duanya baik sunyata maupun nyata. Inilah 4
alasan, Beliau membabarkan ajaran kenapa kita meletakkan dasar untuk membahagiakan orang lain melalui "Pelaksanaan dari cinta kasih", "Simpati terhadap penderitaan orang lain", "Memberikan manfaat kepada orang lain", "Berdoa untuk kebahagiaan orang lain dan menyelamatkan orang lain." Bagaimana cara agar orang-orang dapat melihat Sang Buddha setelah kemoksaanNya ? Saddharma Pundarika Sutra memberikan jawaban atas pertanyaan ini. Keunikan dari Saddharma Pundarika Sutra adalah ia dibabarkan khusus untuk masa setelah kemoksaan Sang Buddha. Pada Bab XX Saddharma Pundarika Sutra, yakni Bab Bodhisattva Sadaparibhuta, memberikan gambaran cerita tentang
No.14 / Nopember 2005
seorang Bodhisattva. Pada masa lampau yang jauh, hiduplah seorang Buddha yang disebut Bhismagargitasuararaca, Yang Maha Sempurna. Selama masa Zobo, millennium kedua setelah kemoksaan Sang Buddha, para Bhiksu-bhiksuni sombong menjadi kuat dan berpengaruh. Kemudian muncullah seorang Bodhisattva yang disebut Bodhisattva Sadaparibhuta. Kapan saja, jika Bodhisattva ini bertemu dengan orang-orang, Ia akan memuja mereka dengan perkataan, “Aku sungguh menghormati mu. Aku tidak berani meremehkan mu. Kenapa ? karena pada suatu masa setelah kamu melaksanakan jalan kebodhisattvaan dan akan menjadi Buddha.” Tanpa belajar sutra apapun, Bodhisattva Sadaparibhuta hanya menghormati orang lain, membungkuk kearah mereka, dan berdoa untuk mereka. Orang-orang menjadi marah dan mengatakan bahwa ia seorang pendusta, karena memberikan jaminan palsu tentang pencapaian Kebuddhaan mereka. Beberapa diantara mereka memukul dengan tongkat dan melemparkan batu kepadanya, tetapi Boddhisattva Sadaparibhuta tidak menghindar dan terus mengulangi perkataannya, beliau terus menghormati dan berdoa. Ketika Bodhisattva Sadaparibhuta itu meninggal dunia, Ia mendengarkan suara dari langit yang membabarkan Saddharma Pundarika Sutra dan segera badan dan pikirannya menjadi suci. Sebagai hasilnya ia diperpanjang umurnya sampai waktu yang tak terhingga dan mengajarkan sutra ini kepada orang lain. Berterima kasih atas ajarannya, beberapa bhiksu-bhiksuni yang sombong yang sebelumnya telah menganiayai beliau, datang dan percaya kepada Saddharma Pundarika Sutra. Dan kemudian Sang Buddha Sakyamuni berkata kepada Bodhisattva Mahastanaprapta. Bagaimana pendapatmu ? Bodhisattva
Sadaparibhuta pada masa itu tidak lain adalah diriKu sendiri. "Jika Aku tidak menerima, membaca atau memelihara Sutra ini serta membabarkan Sutra itu kepada orang lain dalam kehidupan masa lampauKu, Maka Aku tidak akan mencapai Anukutara-sammyakusambodai, Penerangan Agung dengan segera. Karena Aku telah menerima, membaca, memelihara Sutra ini, dan membabarkannya kepada orang lain dibawah para Buddha masa lampau, Aku mencapai Anukatara-sammyaku-sambodai." Cerita dari Boddhisattva Sadaparibhuta ini menunjukkan kepada kita semangat dari hormat menghormati sesama mahluk hidup. Selanjutnya, Nichiren Shonin yang dikenal sebagai pelaksana Saddharma Pundarika Sutra, karena ia mengikuti contoh dari Bodhisattva Sadaparibhuta dan akhirnya mendapatkan banyak penganiayaan sebagaimana yang dibabarkan dalam Saddharma Pundarika Sutra. Sejarah manusia selalu berusaha mencari seorang manusia yang ideal dan masyarakat yang ideal. Dalam masyarakat seperti apapun kita tinggal, saya berpikir bahwa kita tidak akan dapat melakukan hal itu tanpa kita saling menghormati satu sama lainnya. Gassho.
Kata-Kata Mutiara Oleh: Shami Josho S.Ekaputra "Kekuatan air yang lembut, mampu menghancurkan kekerasan karang dilautan, Demikian halnya dengan Hati Kepercayaan yang Kuat, mampu memusnahkan segala rintangan dan tantangan" ~~~ "Berharga atau tidaknya sebuah Pusaka tergantung pada orang yang memilikinya" ~~~ "Kebebasan dapat dicapai ketika Keterikatan musnah. Keterikatan musnah, jika Hawa Nafsu dapat ditaklukan" ~~~ "Seekor lalat yang mempunyai Prajna dapat terbang jauh, namun seekor burung yang dungu tidak mampu melakukannya, demikian halnya orang yang berPrajna dapat melakukan segala sesuatu diluar kemampuannya, namun orang yang dungu tidak bisa berbuat banyak dengan kemampuan yang dimilikinya" ~~~ Orang yang bijaksana mencari Sang Buddha dalam diri, hati dan pikirannya, tetapi orang yang tersesat mencari Sang Buddha dalam keterikatan doktrin-doktrin yang semu"
5
No.14 / Nopember 2005
KONSEP TRI KAYA & PANCA DHYANI BUDDHA ( BAGIAN. iI)
Lima Dhayani Buddha : Buddha Ratnasambhava, Buddha Bhaisajyaguru, Buddha Vairocana, Buddha Amitabha, Buddha Amitayus.
Panca Dhyani Buddha
B
uddhisme Mahayana menerapkan suatu metode yang mudah dimengerti oleh para umat awam, sehingga pemahaman Ajaran Sang Buddha dapat dijalankan sesuai dengan kesanggupan dan kecocokan seseorang [upayakausalya], melakukan berbagai pemujaan terhadap Dhyani Buddha, Dhyani Bodhisattva, dan Manussi Buddha yang masing-masing berjumlah lima, dimana erat kaitannya atau merupakan realisasi dalam bentuk pemujaan dengan konsep Tri-Kaya. Panca Dhyani Buddha yang merupakan perwujudan dari DharmaKaya, dan Panca Dhyani Bodhisattva yang merupakan perwujudan dari Sambhoga-Kaya, dan Panca Manussi Buddha yang merupakan perwujudan dari Nirmana-Kaya dipercayai senantiasa bertugas secara
berpasangan dalam suatu kurun waktu tertentu [kalpa] . Untuk era kehidupan saat ini, adalah Buddha Amitabha sebagai Dhyani Buddha [Dharma-Kaya], Bodhisattva Avalokitesvara sebagai Dhyani Bodhisattva [Sambhoga-Kaya], dan Buddha Sakyamuni (Gautama) sebagai Manussi-Buddha [NirmanaKaya] . Dhyani Buddha sesuai dengan esensi, tugas dan fungsinya sebagai Dharma-Kaya dapat memancarkan energinya membentuk tubuh yang lebih aktif, yaitu Dhyani Bodhisattva sebagai perwujudan dari SambhogaKaya dimana Dhyani Bodhisattva inilah yang berperan dalam dunia ini. Demikian juga Dhyani Bodhisattva bisa mengambil wujud manusia [Nirmana-Kaya] untuk menyebarkan Dharma, seperti Siddharta Gautama. Konsep Tri-Kaya dan manifestasinya dalam bentuk Dhyani Buddha, Dhyani Bodhisattva, dan Manussi Buddha
6
dapat juga ditemui dalam naskah Guna Karanda Vyuha Sutra. Sebagai pengikut Ajaran Sang Buddha, kita tidaklah harus terperangkap dalam perwujudan bentuk dan sifat Sang Buddha tersebut yang mana seharusnya kita hayati juga sebagai suatu hubungan sebab akibat [PatticcaSamuppada], dimana yang satu ada maka yang lain ada. Sang Buddha bersabda “Kebenaran yang sebenarnya adalah Hukum Sebab Akibat. Tanpa menyadari kebenaran pokok tersebut, maka orang akan menjadi rumit seperti sebuah bola benang yang kusut, tidak mampu untuk menghentikan penderitaan dan kelahiran kembali.” Kita haruslah mampu melihat bahwa Buddha yang sejati adalah Penerangan Sempurna sehingga janganlah dilihat dari perwujudan dan sifatNya semata-mata. Dan sesungguhnya Buddha sejati tersebut tidak mempunyai bentuk
No.14 / Nopember 2005
dan sifat, namun Sang Buddha dapat menciptakan diriNya dalam segala bentuk dan sifat yang serba luhur . Nichiren Shu Buddhisme, mengupas keSejatian Buddha ini lebih jauh yang didasarkan pada pembabaran Buddha Sakyamuni dalam Saddharma Pundarika Sutra, bahwa Buddha Abadi itu tidak pernah moksa atau terlahirkan. Segala bentuk perwujudan dari Buddha Abadi hanya bersifat sementara dengan tujuan untuk membimbing manusia pada Jalan Penerangan. Penghormatan pada bentuk Dhyani Buddha, Bodhisattva atau Manussi adalah sebuah simbol penghargaan dan penghormatan, namun nilai esensial dari itu adalah Sifat KeBuddhaan itu sendiri pada
hakikinya terdapat dalam diri setiap orang lain. Oleh karena itu pencapaian KeBuddhaan bagi setiap mahluk hidup dimungkin tanpa kecuali. Nichiren Shu Buddhisme melakukan pemujaan kepada Buddha Abadi yang dilambangkan dengan sosok manussi Buddha yakni Sakyamuni. Meskipun sesungguh Buddha Abadi itu tidak berwujud, tidak terbatas oleh ruang dan waktu dan selalu hidup dalam Dharma. Nichiren Shonin mengajarkan kita untuk hidup dalam pengabdian kepada Dharma yakni O'daimoku "Namu Myoho Renge Kyo", dimana keseluruhan O'daimoku telah mencakupi secara utuh Tubuh dari Sang Buddha Abadi dan perwujudanNya. Ketika kita menyebut
O'Daimoku sesungguhnya kita telah memberikan persembahan bagi Trikaya Sang Buddha dan seluruh Buddha dari sepuluh penjuru dunia. Buddha Gautama bersabda: “Sekarang Aku ingat, Ananda, ketika Aku masuk ke dalam kumpulan orang-orang penting, orang-orang religius, perumahtangga, orangorang dari kepercayaan lain, dan beragam dewa; sebelum Aku duduk dan berbicara kepada mereka, Aku mengubah diriKu sendiri menjadi seperti mereka, berbicara seperti mereka. Tatkala Aku telah selesai membabarkan Ajaran, mereka sangat gembira. Namun, mereka tidak mengetahui siapa Aku, bahkan setelah Aku tiada!” (Mahaparinibbanasutta). Gassho - Selesai.
BUDDHA AMITABHA
BODHISATTVA AVALOKITESVARA
BUDDHA MAITREYA
Panca Dhyani Buddha
Panca Dhyana Bodhisattva
Panca Manussi Buddha
1. Vairocana
1. Samantabhadra
1. Kakusandha
2. Aksobhya
2. Vajrapani
2. Kanogammana
3. Ratnasambhava
3. Ratnapani
3. Kassapa
4. Amitabha
4. Avalokitesvara
4. Sakyamuni
5. Amobhasiddhi
5. Visvapani
5. Maitreya
7
No.14 / Nopember 2005
Buku "Writing Of Nichiren Shonin" Doctrine 3
Edited by Jay Sakashita, Compiled by Kyotsu Hori Terbitan : Nichiren Shu Overseas Propagation Promotion Association, Tokyo - Japan Diterjemahkan oleh Shami Josho S.Ekaputra
Ho’onjo Sho
(Risalah Balas Budi ) Redaksi : Ho'onjo Sho tidak dimuat secara keseluruhan dalam buletin ini, karena risalah ini sangat panjang, sehingga dalam edisi ini kita hanya menampilkan topik penting saja.
LATAR BELAKANG
S
etelah mendengar kabar tentang kematian GuruNya, Dozen-bo, Nichiren Shonin menulis risalah ini sebagai tanda balas budi bagi guru dan mendoa jiwaNya. Menurut surat pengantar risalah ini, Nichiren mengirimkan seorang utusan dan agar dibacakan didepan makam guruNya. Dalam tulisan ini, Nichiren membongkar segala kepalsuan sekte lain dan melimpahkan kebajikan yang diperoleh dari hati kepercayaan kepada Saddharma Pundarika Sutra seumur hidupnya untuk guruNya. Nichiren juga secara jelas mengungkapkan gagasannya tentang balas budi. Sebagai wujud balas budiNya yang tak terbatas, Ia berkata adalah melalui pencapaian KeBuddhaan dengan ajaran Saddharma Pundarika Sutra. Ia juga menjelaskan konsep tentang balas budi yang sesuai dengan Buddha Dharma yang melebihi segala hal keduniawian. Nichiren juga berdiskusi tentang sejarah Buddhisme di tiga daratan yakni India, China, dan Jepang; Saddharma Pundarika Sutra sebagai Ajaran Dharma
Sesungguhnya dari Sang Buddha; dan penyebarluasan dari Saddharma Pundarika Sutra. Terakhir, Beliau mengungkapkan tentang Tiga Hukum Rahasia Agung untuk manusia pada Masa Akhir Dharma. Inti Pokok dari Saddharma Pundarika Sutra Pertanyaan: Apakah inti pokok dari dua puluh delapan bab, delapan jilid dari Saddharma Pundarika Sutra ? Jawab: Baik, inti pokok dari Sutra Karangan Bunga (Kegon-kyo) adalah “Daihokobutsu kegongyo;” Sutra Agama (Agon-gyo) adalah “Bussetsu chuagongyo;” Sutra Rakit Besar (Daijik-kyo) adalah “Daihodo daijikkyo;” Sutra Kebijaksanaan (Hannya-kyo) adalah “Makahannya haramitsukyo;” Sutra Buddha Hidup Tanpa Batas (muryoju-kyo) adalah “Bussetsu muryojukyo;” Sutra Meditasi Buddha Hidup Tanpa Batas (Kan-muryoju-kyo) adalah “Bussetsu kammuryojukyo;” Sutra Tanah Suci (Amida-kyo) adalah “Bussetsu amidakyo;” dan Sutra Nirvana (Nehan-gyo) adalah
“Daihatsu nehangyo.” Semua sutra Buddhis dimulai dengan kalimat, “Demikianlah Yang Aku Dengar.” Judul sutra diatas adalah intisari dari masing-masing sutra. Dengan mengabaikan jumlah isi dari masing-masing sutra, judul adalah intisari dari sutra yang bersangkutan. Ini juga berlaku bagi Sutra Buddha Matahari Agung (Dainichi-kyo), Sutra Puncak Intan (Kongocho-kyo), dan Sutra Pelaksana Sempurna (Soshitsuji-kyo). Nama dari para Buddha juga, adalah lambang dari kebajikan masing-masing Buddha seperti Buddha Matahari Agung (Dainichi Nyorai), Buddha Sinar Matahari Bulan, Buddha Cahaya Terang, Buddha Kebijaksanaan Universal (Daitsuchi-sho Butsu) dan Buddha Guntur Awan. Sekarang, hal yang sama dapat dikatakan mengenai Saddharma Pundarika Sutra. Lima Aksara dalam karakter China “Myo-Ho-Ren-GeKyo” juga muncul dengan kalimat pembuka, “Demikianlah Yang Aku Dengar” adalah inti dari satu jilid dari 8 paragraf, inti dari semua sutra, dan Dharma Luar Biasa untuk semua para Buddha, Bodhisattva, manusia
Lima Aksara dalam karakter China “Myo-Ho-Ren-Ge-Kyo” juga muncul dengan kalimat pembuka, “Demikianlah Yang Aku Dengar” adalah inti dari Saddharma Pundarika Sutra. 8
No.14 / Nopember 2005
dari Dua Kendaraan (sravaka and pratyekabuddha), mahluk surgawi, manusia, iblis asura, dan dewa naga. Kebajikan dari Menyebut O’Daimoku Pertanyaan: Adakah perbedaan antara menyebut “Namu Myoho Rengekyo” (Saya meletakkan hati kepercayaan dalam Saddharma Pundarika Sutra) dengan menyebut “Namu Daihokobutsu Kegongyo” (Saya meletakkan hati kepercayaan kepada Sutra Karangan Bunga (Kegon-kyo) tanpa mengetahui jiwa dari sutra tersebut ? Adakah juga terdapat perbedaan kebajikan diantara mereka? Jawab: Jelas terdapat perbedaan. Sebuah sungai kecil menghimpun air dari hujan, embun, sumur dan danau, tetapi tidak dari sungai besar. Sebuah sungai besar dapat menghimpun air dari hujan, dan sungai kecil lainnya tetapi tidak dari lautan. Sutra Agama sama seperti sebuah sungai kecil dimana mendapatkan air dari hujan, embun, sumur dan danau. Sutra Hodo, Sutra Amitabha (Amida-kyo), Sutra Buddha Matahari Agung (Dainichi-kyo) dan Sutra Karangan Bunga (Kegon-kyo) adalah sebuah sungai besar yang mendapatkan air dari sungai kecil. Saddharma Pundarika Sutra adalah lautan dan samudera, mendapatkan segala macam jenis air seperti hujan, embun, sumur, danau, sungai kecil dan sungai besar. Sebagai contoh, mereka yang menderita demam dapat menjadi dingin ketika mendapatkan air yang dingin, tetapi mereka akan terus menderita jika mereka tidak mendapatkan air dingin lagi. Sama halnya, mereka yang menderita karena Lima Besar Karma Buruk dan Karma Buruk dari Pemfitnahan Dharma terhadap Ajaran Sesungguhnya dan mereka yang tidak mempunyai hati
Sutra-sutra lain adalah seperti sebuah sungai kecil atau sungai besar sedangkan, Saddharma Pundarika Sutra adalah lautan dan samudera, mendapatkan segala macam jenis air termasuk air dari sungai kecil dan sungai besar. kepercayaan dalam Buddhisme tidak dapat mendingin badan yang panas hanya dengan merendam badan mereka pada sedikit air dingin, semua ini sama seperti Sutra Agama (Agon-gyo), Sutra Karangan Bunga (Kegon-kyo), Sutra Meditasi Buddha Hidup Tanpa Batas (Kan-Muryojukyo) dan Sutra Buddha Matahari Agung (Dainichi-kyo). Jika mereka semua berada di gunung Saddharma Pundarika Sutra yang ditutupi oleh salju, mereka akan menjadi dingin dari Deman Lima Karma Buruk dan Karma Buruk dari Pemfitnahan Dharma, dan Karma dari mereka yang tidak mempunyai hati kepercayaan dalam Buddhisme. Oleh karena itu, perlu segera percaya dalam Saddharma Pundarika Sutra. Sangatlah mudah menyebut judul dari semua sutra. Meski demikian terdapat perbedaan kebajikan dari penyebutan oleh orang bodoh dan bijaksana bagaikan perbedaan langit dan bumi. Sebagai contoh; sebuah tali yang besar tidak dapat dipotong oleh seorang lakilaki yang mempunyai kekuatan besar, tetapi sangat mudah dipotong oleh seorang laki-laki kecil yang mengunakan pedang kecil. Atau, sebuah pohon yang kuat tidak akan tumbang oleh seorang laki-laki yang kuat dengan pedang yang tumpul, tetapi sangat mudah bagi seorang lakilaki kecil dengan pedang yang tajam. Sebuah obat dapat menyembuhkan seorang pasien tanpa perlu pasien itu mengetahui isinya, tetapi makanan biasa tidak dapat menyembuhkan sakit. Sebuah obat rahasia dapat memperpanjang hidup orang yang akan meninggal, tetapi obat biasa tidak dapat melakukannya, meskipun
9
mungkin menyembuhkan sakitnya. “Namu Myohorengekyo,” adalah Inti Pokok dari Ajaran Teragung Pertanyaan: Apakah inti pokok dari dua puluh delapan bab dari Saddharma Pundarika Sutra? Jawab: Beberapa orang mungkin mengatakan setiap dari dua puluh delapan bab itu adalah inti pokok, yang lain mengatakan bab 2 dan 16 adalah inti pokok. Beberapa lagi mengatakan bab.2 “Kebijaksanaan / Upaya Kausalya” adalah inti pokok, tetapi yang lain lagi mengatakan bab 15 “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata” sebagai intinya. Meskipun demikian, orang mengatakan bahwa “Membuka, Menunjukkan, Menerima dan Memasuki” kalimat dari bab 2 menjelaskan kenapa Sang Buddha muncul di dunia ini, atau kalimat dalam bab yang sama mengatakan semua fenomena adalah kenyataan tak terbatas adalah inti pokoknya. Pertanyaan: Apakah yang kamu pikirkan tentang hal ini ? Jawab: Inti Pokok dari Saddharma Pundarika Sutra adalah “Namu Myohorengekyo. “ Pertanyaan: Apakah kamu mempunyai bukti mengenai hal ini? Jawab: Ini dibuktikan oleh fakta bahwa YA. Ananda, Bodhisattva Manjusri dan lainnya menulis “Myohorengekyo” dan berkata, “Demikianlah Yang Saya Dengar.” Pertanyaan: Apakah yang mereka maksudkan dengan hal ini? Jawab: YA.Ananda dan Bodhisattva Manjusri mendengarkan setiap kata dari Ajaran Luar Biasa, Saddharma Pundarika Sutra selama delapan tahun dan ikut berkumpul
No.14 / Nopember 2005
“Ketika Aku, Nichiren, menerima “Namu Myohorengekyo,“ fungsi dari “Namu Amidabutsu ” lenyap bagaikan bulan yang menyusut, air surut, musim gugur dan musim dingin dan es yang meleleh dibawah matahari." dalam pesamuan untuk mengumpulkan seluruh sutra setelah kemoksaan Sang Buddha, sembilan ratus sembilan puluh sembilan arahat hadir untuk menulis semua itu. Mereka memulai dengan “Myo, ho, ren, ge dan kyo” dan berkata, “Demikianlah Yang Aku Dengar.” Bukankah ini sebagai bukti bahwa kelima aksara China “Myo, ho, ren, ge and kyo” adalah inti pokok dari Saddharma Pundarika Sutra yang terdiri dari dua puluh delapan bab dalam delapan jilid ? Bhiksu Fa-yun dari Kuil Kuang-che-ssu, yang dikatakan telah menjaga ajaran dari Saddharma Pundarika Sutra sejak masa dari Buddha Matahari Bulan pada masa lampau, berkata, “Kata dari “Demikianlah” digunakan untuk menunjukkan inti pokok dari Saddharma Pundarika Sutra. Ini ditempatkan dibagian paling depan (didepan dari judul: daimoku) dalam rangka untuk memberitahukan apa yang mereka dengar dari Sang Buddha. “ Maha Guru T’ien-t’ai, yang dikatakan mendengarkan secara langsung pembabaran dari Sang Buddha di Gunung Gridhrakuta, brekata dalam “Kata-kata dan Wejangan dari Saddharma Pundairka Sutra (Hokke Mongu),” bahwa “Kata “Demikianlah” digunakan untuk menunjukkan inti pokok dari Dharma yang mereka dengar dari Sang Buddha.” Maha Guru Changan, yang mendengarkan pembabaran dari Maha Guru T’ien-t’ai tentang Saddharma Pundarika Sutra dan mencatatnya dalam “Maksud dan Arti dari Saddharma Pundarika Sutra (Hokke Gengi).” Ia menyatakan, “Kata pengantar yang ditulis oleh Maha
Guru T’ien-t’ai menyatakan pikiran mendalam dari Saddharma Pundarika Sutra dan pikiran mendalam ini tidak lain adalah jiwa dari Sutra ini.” Apa yang dikatakan sebagai “Jiwa dari sutra ini” adalah judul (Daimoku) itu sendiri. Maha Guru Miao-le berkata dalam “Komentar atas Makna dan Arti dari Saddharma Pundarika Sutra (Hokke Gengi Shakusen)” bahwa, “Semua ajaran Sang Buddha tercermin dari (daimoku) yang merupakan jiwa semua huruf dalam Saddharma Pundarika Sutra.” Terdapat tujuh puluh negara di India, semua itu sudah tercakup dalam nama India. Enam puluh enam propinsi di Jepang, semua tercakup dalam nama Jepang. Nama dari India meliputi tujuh puluh negara di India dan semua yang terdapat didalamnya seperti orang, istana, dan kekayaan. Nama dari Jepang meliputi enam puluh enam propinsi, sayap burung elang yang disumbangkan oleh Dewa Propinsi, emas galian di propinsi Mutsu dan semua kekayaan, manusia, istana termasuk semua kuilkuil Buddhis dan tempat suci Shinto. Melalui Mata Surgawi kita dapat melihat dalam Dua Aksara China untuk nama Jepang terdapat enam puluh enam propinsi, harta kekayaan termasuk manusia dan istana. Melalui Mata Dharma kita dapat melihat keduanya baik manusia dan lembu, terlahirkan dan mati disana sini. Sama halnya kita mengenali seseorang ketika mendengar suaranya, ukuran seekor gajah dari jejak kakinya, ukuran dari sebuah pot menunjukkan ukuran dari Bunga Teratai yang terdapat didalamnya, ukuran dari seekor naga ketika melihat besar kecilnya hujan, suatu bagian meliputi
10
keseluruhan bagian. Judul dari Sutra Agama memperlihatkan isi dari keseluruhan didalamnya, tetapi itu hanya mempunyai seorang Buddha Sakyamuni dalam Buddhisme Hinayana dan tidak ada Buddha lainnya. Demikian juga judul sutra seperti Sutra Karangan Bunga (Kegon-kyo), Sutra Meditasi Buddha Tanpa Batas, dan Sutra Buddha Matahari (Dainichi-kyo), semua memperlihatkan isinya, tetapi mereka semua tidak mempunyai Buddha Sakyamuni Abadi yang mencapai Penerangan Agung pada Masa Lampau yang jauh, dan ajaran tentang Dua Kendaraan (sravaka dan pratyekabuddha) mencapai KeBuddhaan. Semua sutra ini seperti bunga tanpa buah, guntur tanpa hujan, drum tanpa suara, mata tanpa cahaya, wanita tanpa anak-anak, dan laki-laki tanpa semangat hidup. Hal yang sama dapat dikatakan mengenai mantra dari Buddha Agung Matahari, Buddha Raja Obat, Buddha Hidup Tanpa Batas, dan Bodhisattva Avalokitesvara. Mantra- mantra ini kelihatannya seperti seorang raja agung, Gunung Semeru, Matahari dan Bulan, Obat Manjur, Permata Pengabur Keinginan, dan pedang yang baik didalam masing-masing sutra. Bila dibandingkan dengan daimoku (judul) dari Saddharma Pundarika Sutra, bagaimanapun mereka tidak hanya lebih rendah, tetapi mereka juga kehilangan semua fungsi-fungsinya. Ini sama seperti sinar dari semua bintang akan lenyap ketika sinar matahari muncul; potongan besi yang tertarik oleh magnit; sebuah pedang baik yang tidak berguna ketika terpangang oleh api; susu dari sapi dan keledai akan menjadi air ketika dibandingkan dengan susu dari ratu singa; rubah akan kehilangan kekuatan gaibnya ketika mereka melihat seekor anjing; dan ketika
No.14 / Nopember 2005
seekor anjing akan ketakutan ketika melihat seekor anak harimau Menyebut “Namu Myohorengekyo” akan melenyapkan fungsi dari “Namu Amidabutsu (Buddha Hidup Tanpa Batas),” “Namu Dainichi shingon (Mantra Buddha Matahari Agung),” dan “Namu Kanzeon bosatsu (Bodhi sattva Avalokitesvara)” sebagaimana halnya semua para Buddha, sutra, dan Bodhisattva. Semua ini menjadi tidak berguna tanpa fungsi dari Saddharma Pundarika Sutra. Ini dapat dilihat oleh semua orang, karena telah dibabarkan kepada semuanya. Ketika Aku, Nichiren, menerima “Namu Myohorengekyo, “ fungsi dari “Namu Amidabutsu (Buddha Hidup Tanpa Batas)” lenyap bagaikan bulan yang menyusut, air surut, musim gugur dan musim dingin dan es yang meleleh dibawah matahari. Tiga Dharma Rahasia Agung Pertanyaan: Adakah Dharma dari T’ien-t’ai dan Dengyo yang belum disebarluaskan ? Jawab: Ya, ada. Pertanyaan: Apakah itu Dharma Sesungguhnya ? Jawab: Mereka ada Tiga. Mereka adalah apa yang Sang Buddha wariskan kepada mereka yang ada pada Masa Akhir Dharma, dinamakan Dharma Sesungguhnya oleh para guru seperti Kasyapa, Ananda, Asvaghosa, Nagarjuna, T’ien-t’ai, dan Dengyo, tetapi tidak tersebarluaskan. Pertanyaan: Apa saja mereka itu ? Jawab: Pertama, adalah Yang Patut Dimuliakan (honzon). Seluruh orang-orang di Jepang dan seluruh dunia hendaknya hanya memuliakan Buddha Sakyamuni dari bagian pokok Saddharma Pundarika Sutra sebagai “Yang Patut Dimuliakan.” Ini dapat dikatakan bahwa, “Yang Patut Dimuliakan,” adalah Buddha
Sakyamuni Abadi dan Buddha Prabhutaratna dalam Stupa Pusaka. Para Buddha lainnya berdiri diluar dari stupa dan Empat Bodhisattva seperti Bodhisattva Visistakaritra bertindak sebagai penjaga mereka. Kedua, adalah Ajaran yang didasarkan pada ajaran bagian pokok dari Saddharma Pundarika Sutra. Ketiga, adalah daimoku (judul) dari Saddharma Pundarika Sutra. Seluruh orang di Jepang, China dan semua orang didunia, tidak masalah apakah ia bijaksana atau tidak, harus menyebut, “Namu Myohorengekyo” secara ikhlas dan tulus dengan melupakan segalanya selain ini. Daimoku akan Tersebarluaskan pada Masa Akhir Dharma Penyebutan Daimoku ini belum tersebarluas di dunia. Selama 2,225 tahun setelah kemoksaan Sang Buddha, tidak seorang pun yang menyebut hal ini. Aku, Nichiren, seorang diri yang menyebut “Namu Myohorengekyo,” “Namu Myohorengekyo” tanpa mengenal lelah. Sebagaimana yang kamu ketahui, besarnya ombak tergantung pada kekuatan angin, tingginya api tergantung pada kayu bakarnya, ukuran Bunga Teratai tergantung pada luasnya kolam, besarnya hujan tergantung dari sang naga; dalamnya akar sebuah pohon tergantung pada banyaknya dahan yang tumbh; dan jauhnya air sungai mengalir tergantung pada panjang sungai. Dinasti Chou bertahan selama tujuh ratus tahun karena Raja Wen memberikan perhatian kepada kebenaran dan
kepada orang tuanya. Kehancuran dari Dinasti Ch’in karena kekejaman dari kaisar pertamanya. Dengan welas asih dari Nichiren, “Namu Myohorengekyo” akan terdengar selamanya bahkan melampau periode sepuluh ribu tahun. Kebajikan dari hal ini akan menyembuhkan “kebutaan” dari semua orang di Jepang, dan mereka yang menghalanginya akan jatuh dalam neraka. Kebajikan ini lebih unggul dari kebajikan Dengyo, T’ient’ai, Nagarjuna, dan Kasyapa. Para pelaksana ratusan tahun dari Tanah Suci tidaklah sebanding dengan kebajikan dari penyebutan daimoku meskipun hanya sehari didalam Masa Akhir Dharma ini. Penyebarluasan daimoku dalam periode dua ribu tahun setelah kemoksaan Sang Buddha tidak sebanding dengan daimoku meskipun untuk waktu yang singkat pada Masa Akhir Dharma. Ini bukan berasal dari kebijaksanaanKu; ini tidak berkaitan dengan masa ketika Aku hidup. Pada musim semi, bunga –bunga bermekaran; pada musim gugur, buah menjadi masak; pada musim panas adalah panas, dan musim dingin adalah dingin; mereka semua mengikuti hukum dari alam. Bukti dari Sutra Pada bab 23, Saddharma Pundarika Sutra dikatakan, “Sebarluaskanlah sutra ini keseluruh dunia pada period lima ratus tahun kelima setelah kemoksaanKu agar tidak sirna, dan semua iblis beserta pengikut-pengikutnya, seluruh mahluk surgawi, naga, yaksa dan kumbhanda dapat mengambil keuntungan darinya.”
Tiga Dharma Agung adalah Pertama, "Honzon" Buddha Sakyamuni Abadi dan Buddha Prabhutaratna dalam Stupa Pusaka; kedua, Ajaran yang didasarkan pada ajaran pokok Saddharma Pundarika Sutra; ketiga, Judul dari Saddharma Pundarika Sutra (Daimoku) Namu Myoho Renge Kyo 11
No.14 / Nopember 2005
Jika kata-kata sutra ini tidak membuktikan apa-apa, YA. Sariputra tidak akan menjadi Buddha Bunga Cahaya, sebagaimana dinyatakan dalam Saddharma Pundarika Sutra. Demikian juga, YA Kasyapa tidak akan menjadi Buddha Cahaya, YA.Maudgalyayana tidak akan menjadi Buddha Keharuman Tamalapatra-candana, Ananda tidak akan menjadi Buddha Kekuatan Gaib Kebijaksanaan Gunung Lautan, Bhiksuni Maha-Prajapati tidak akan menjadi Terlihat Gembira oleh para Buddha, dan Yasodhara tidak akan Diwarisi dengan sepuluh juta tanda Buddha. Ajaran “3,000 Kalpa Koti” yang dibabarkan dalam “Perumpamaan Kota Ajaib” menjadi diskusi yang tidak ada gunanya, dan ajaran “500 (juta) kalpa koti” dalam
bab “Panjang Usia Sang Tathagata” menjadi sebuah kebohongan. Mungkin, Sang Buddha Sakyamuni akan terjatuh dalam Neraka Penderitaan Yang Tak Terputusputus, Buddha Prabhutaratna juga terbakar dalam api Neraka Avici; para Buddha perwujudan diseluruh alam semesta juga terjatuh dalam Delapan Neraka Yang Mengerikan; dan seluruh Bodhisattva akan tersiksa oleh 136 siksaan. Bagaimana semua hal ini bisa terjadi ? Semua hal itu tidak akan terjadi, karena Aku pastikan bahwa seluruh orang di Jepang akan datang dan menyebut “Namu Myohorengekyo. “ Perlimpahan Seluruh Kebajikan
Bunga akan kembali ke
akarnya. Rasa buah ditentukan oleh tanah tempat dia tumbuh. Kepada GuruKu, Dozen-bo, Aku melimpahkan seluruh jasa kebajikan yang Aku peroleh dari penyebarluasan Dharma Sesungguhnya. Namu Myohorengekyo, Namu Myohorengekyo. Tanggal 21 bulan 7 tahun Kenji ke-2 (1276)
Nichiren Yang terhormat Bhiksu Joken dan Gijo di Gunung Kiyosumi, Tojo, Propinsi Awa dari Gunung Minobu, Perkampungan Hakiri, Propinsi Kai.
Pelaksanaan Ajaran Nichiren Shu S
eluruh ajaran Buddha telah tercakup dalam dasar ajaran Nichiren Shu. Saddharma Pundarika Sutra adalah kunci utama dari Buddhisme, bahkan ajaran Theravada pun dapat digunakan dengan mendapatkan sinar dari Saddharma Pundarika Sutra, semua ini belum menandakan kita adalah seorang Buddhis. Satu hal yang kurang adalah bagaimana mewujudnyatakan semua ajaran ini kedalam prilaku kehidupan kita sehari-hari. Hati kepercayaan dalam Nichiren Buddhisme dan Saddharma Pundarika Sutra dimulai dari pikiran kita. Tetapi jika kita benar-benar hidup sebagai seorang Buddhis Nichiren, bukan hanya sekedar katakata saja, maka hati kepercayaan
itu harus tercermin dalam segala tingkah laku kita dalam berinteraksi dengan masyarakat. Kita tidak hanya menyebut Odaimoku saja untuk menunjukkan hati kepercayaan kita. Hati kepercayaan kita harus tercemin dalam Tiga Tindakan : Tubuh, Ucapan dan Mental. Dengan kata lain, kita tidak hanya memuji Sutra dengan mulut kita saja dengan menyebut Odaimoku “Namu Myoho Renge Kyo,” tetapi kita harus melaksanakan sutra ini dengan badan dan pikiran kita. Kita bisa lihat hal itu dalam pelaksanaan dari Nichiren Shonin; Ia mengikuti cara hidup Bodhisattva yang dicontohkan dalam Saddharma Pundarika Sutra. Dasar utama dari Hati Kepercayaan dalam kehidupan
12
sehari-hari dijelaskan dalam Tiang Utama Nichiren Shu, antara lain : 1. Dasar hidup kita, harus mengikuti contoh dalam Saddharma Pundarika Sutra, sebagaimana pelaksanaan yang dilakukan oleh Nichiren Shonin. 2. Kita meletakkan hati kepercayaan kepada Buddha Abadi Sakyamuni, guru sejati kebijaksanaan dan welas asih kepada semua orang. 3. Kita melatih diri kita untuk mencapai KeBuddhaan dengan mempertahankan Namu Myoho Renge Kyo, baik dalam pelaksanaan maupun jiwa. 4. G u r u k i t a a d a l a h N i c h i r e n Shonin, yang telah berjanji untuk memunculkan Bibit KeBuddhaan semua orang dan menciptakan
No.14 / Nopember 2005
Tanah Buddha didunia ini. Kita juga harus berjanji untuk bekerja mencapai tujuan tersebut. 5. Kita semua adalah anak-anak dari Buddha, dan kita harus tinggal bersama dalam kedamaian dengan semua orang dalam usaha mencari KeBenaran. Sebagai seorang Buddhis Nichiren Shu, kita harus mengikuti seluruh aturan diatas dengan Tiga Tindakan. Selain itu terus melaksanakan hati kepercayaan kita secara konsisten dan mengikuti acara keagamaan khusus, Buddhisme mengajarkan agar kita mewujudkan semua ajaran dalam kehidupan keluarga, pekerjaan, dan pergaulan. Nichiren Shu menganjurkan agar prinsip kebenaran diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bagian dari pelaksanaan. Oleh karena itu kita harus hidup mengikuti segala aturan-aturan yang ada dimasyarakat tanpa melukai hati kepercayaan kita sendiri. Karena semua orang mempunyai Bibit Kebuddhaan untuk Penerangan sebagaimana yang dijelaskan dalam Ichinen Sanzen, maka perlakukanlah semua orang seperti kamu memperlakukan dirimu sendiri. Kita harus mengingat ajaran dari Boddhisattva Sadaparibhuta dalam Bab.20, Saddharma Pundarika Sutra; yang menghormati setiap orang yang ditemuinya karena pada masa mendatang mereka semua akan menjadi Buddha. Hal terpenting adalah jangan memandang seseorang dari penampilannya, kekayaan dan ketenaran, tetapi hormatilah semua orang karena welas asih, dermawan dan hidup yang mencerminkan ajaran Buddha. Setiap orang pasti mengalami kegembiraan dan penderitaan dalam hidupnya, jadi kita harus welas asih kepada orang lain. Hal yang mudah bagi kita untuk mengatakan turut berbahagia atas kesuksesan seseorang atau ikut bersedih atas kemalangannya, tetapi perasaan itu tidak boleh hanya dalam mulut saja, tetapi harus keluar dari hati kita. Ketika kita benar-benar memunculkan welas asih yang sesungguhnya, kata-kata
dan prilaku kita akan menyebabkan orang menjadi gembira dan terhibur. Jika hal ini dapat diwujudkan maka, Tanah Buddha, telah kita wujudkan. Jika kita dapat berwelas asih kepada orang lain karena kebahagiaan dan penderitaannya, kita juga harus bisa berwelas asih kepada diri kita sendiri dengan terus bekerja keras dan penuh perhatian atas kebahagiaan dan penderitaan. Kebahagiaan dan penderitaan kedua-duanya adalah kenyataan dalam kehidupan dan semua itu adalah sementara. Tidak ada sesuatu yang akan kita dapatkan baik dari kegembiraan dan penderitaan, karena keduanya tidak kekal dan akan musnah sejalan dengan waktu. Pusat kehidupan semua orang adalah keluarga mereka. Bagaimanapun perlu adanya perhatian khusus dengan welas asih dan kepercayaan diantara anggota keluarga. Karena adanya kesulitan untuk terus menjalin hubungan antar anggota keluarga, kadang-kadang orang menjadi lupa dan tidak perduli dengan keluarga mereka. Kita harus menghormati, jujur dan welas asih terhadap anggota keluarga dan juga hal yang sama terhadap keluarga-keluarga lainnya. “Majulah dengan bersemangat,” ini adalah kata-kata terakhir dari Sang Buddha. Sebagai seorang Buddhis, kita harus berjuang untuk kemajuan hati kepercayaan, pelaksanaan dan prilaku kita setiap hari. Hari esok harus lebih baik dari hari ini. Kita harus memastikan segala kesalahan pada masa lalu kita tidak terulang kembali, dan juga segala keberuntungan yang hilang akan kembali menjadi bagian dari kehidupan kita. Semangat ini harus diterapkan dalam diri kita, antara anggota keluarga dan teman, dan juga dalam pekerjaan. Kita harus bekerja dengan penuh kejujuran, welas asih tak terbatas, dan rasa penghormatan terhadap segala hal. Tu j u a n u t a m a d a r i s e g a l a kepercayaan adalah pengembangan diri dan seluruh dunia. Sebagai sebuah kelompok Buddhis, Nichiren Shu dan seluruh pelaksananya harus bekerja keras untuk perdamaian, 13
kebahagiaan, dan penerangan bagi seluruh mahluk hidup. Hidup manusia dan lingkungan harus dijaga dan dilindungi, dan masyarakat harus bergerak kearah perdamaian dan kebahagiaan. Bagaimanapun, Nichiren Shu menentang dengan keras segala bentuk peperangan, pengunaan senjata nuklir, dan berusaha mewujudkan keadilan dan perdamaian dalam masyarakat. Sebagai langkah untuk mencapai nilai-nilai ini dalam masyarakat, kita percaya akan ajaran Sang Buddha dalam Saddharma Pundarika Sutra dan mengikuti ajaran dari Nichiren Shonin, kita dapat mewujudkan nilainilai tersebut secara alami. Kita juga harus menyebarluaskan perdamaian dan kebahagiaan melalui ajaran Buddha. Ini adalah garis besar dari ajaran Nichiren Shu. Ajaran ini sangat dalam dan sulit. Inilah kenapa kita memerlukan Sangha, atau sebuah komunitas yang mengikuti ajaran Sang Buddha. Dalam Sangha, kita tumbuh dan menolong satu sama lain dalam pelaksanaan dan pembelajaran. Kita sudah mempunyai dasar yang baik, tetapi hal terpenting dalam Buddhisme adalah pelaksanaan. Kamu dapat membaca segala macam ajaran Buddhisme, tetapi tanpa pelaksanaan, kamu tidak akan pernah mengerti. Selain itu, meskipun kamu tidak belajar atau tidak dapat mengingat ajaran Sang Buddha dengan baik, tetapi hanya menyebut Odaimoku, maka kamu pasti akan mencapai Penerangan. Gassho. Sumber: "Awakening to The Lotus," terbitan Nichiren Buddhist International Center
No.14 / Nopember 2005
Legenda Nichiren Shonin
Oleh YM.Bhiksu. Gyokai Sekido Sumber: Nichiren Shu News, terbitan Nichiren Shu Headquaters dan Kaigai Fukyo Koenkai
LEGENDA (BAG.3)
NICHIREN SHONIN Catatan :Riwayat hidup Nichiren Shonin yang tepat dapat kita baca dari berbagai macam surat dan catatan masa lalu dan penelitian sejarah lainnya. Tetapi disini terdapat berbagai macam cerita legenda sehubungan dengan kehidupan Nichiren Shonin, dan akan Saya tuangkan dalam tulisan ini.
BELAJAR DI KAMAKURA
Rencho bertemu dengan Guru Shumpan, Kamakura
R
encho, yang berbakat (Bunga Teratai Abadi, nama pertama dari Nichiren sebagai seorang bhiksu) menjadi sangat terkenal dan merasa bahwa tidak ada lagi yang dapat dipelajari di Kuil Seichoji. Kemudian pada tahun 1238, ketika berusia 17, Rencho pergi ke Kamakura untuk belajar Buddhisme. Pada waktu itu, Kamakura adalah pusat Politk dan Budaya dari Keshogunan Kamakura. Rencho kembali ke Kuil Seichoji pada tahun 1242, dan menulis risalah “Kaitai Sokushin Jobutsu-gi”. Tetapi, karena kekurangan catatan yang tepat mengenai kehidupan Beliau di Kamakura sehingga beberapa tahun yang terjadi tidak kita ketahui. Pada waktu itu, Hojo Yasutoki adalah pemimpin defakto dari pemerintahan militer Kamakura, yang memerintah sebagai Bupati dari Shogun. Menurut legenda, Yasutoki adalah seorang yang sangat pintar, yang terkenal akan penghormatannya atas nilai-nilai modernisasi. Ia bertugas sebagai pengurus administrasi pemerintahan yang dikenal menetapkan kode dasar pemerintahan (Goseibai Shikimoku). Terdapat sebuah cerita tentang betapa seriusnya Yasutoki bekerja dalam urusan pemerintahan. Suatu hari ketika ia meninggalkan kantor, ia mencatat bahwa angin meniup dan menjatuhkan daun-daunan pohon ditaman. Musim bunga segera akan berakhir ketika ia masih sibuk dengan urusan pemerintahannya. Untuk mengambarkan
hal ini, ia menulis sebuah puisi yang mengambarkan semua hal tersebut. Konon, katanya Kamakura yang padat dan makmur karena dibawah manajemen pribadi Yasutoki. Fakta sejarah mengatakan bahwa Rencho mempelajari ajaran Tanah Suci di Kuil Seichoji. Tetapi, Ia mulai merasa ragu-ragu terhadap ajaran itu dan mulai mencari kebenaran dari Buddhisme ketika ia mengalami sebuah kejadian misterius. Berdasarkan sebuah legenda, Rencho tertarik akan ajaran dari Sekte Tanah Suci ketika Ia belajar di Kamakura. Pada suatu hari, Nen’a Shonin yang merupakan lambang dari Buddhisme Tanah Suci di Kamakura. Rencho ingin pergi menemuinya, dan belajar ajaran dariNya. Diantara bhiksu Tanah Suci yang terkenal adalah Daia di Kamakura. Tetapi ketika Rencho mendengar tentang kematian tragis dari Daia, ia telah memutuskan diri dari ajaran Tanah Suci. Berdasarkan cerita para murid-murid Daia, Daia sangat menderita karena sebuah penyakit dan sakit yang tak tertahankan sampai ajal menjemputnya. Daia berguling-guling dikediamannya 14
No.14 / Nopember 2005
dan menanggis ketika hembusan nafas terakhir. Tubuhnya menyusut seukuran anak kecil dan berwarna hitam legam seperti tinta. Para bhiksu Tanah Suci yang terlatih dan berpikiran moderat, melihat kematian tragis dari Daia ini, bagaimanapun Rencho dan bhiksu lainnya merasa bahwa Daia telah jatuh dalam neraka. Pada waktu itu, dikatakan, Rencho merencanakan untuk mempelajari ajaran Buddha dari awal lagi. Rencho, yang sedang belajar di Kamakura, memutuskan untuk kembali kerumah sebentar. Ia kembali ke Kuil Seicho-ji pada tahun 1242 dan melaporkan hasil pembelajarannya. Kemudian, ia memutuskan untuk pergi ke Kyoto untuk belajar lebih lanjut. Kita tahu bahwa Ia belajar di Gunung Hiei, Gunung Koya dan juga di dalam daerah Kyoto. Tetapi, karena kurangnya catatan kehidupannya disana, maka kita tidak terlalu mengetahui semuanya.
BELAJAR DI KYOTO
R
encho menghabiskan waktu lima tahun di Kamakura dan bersiap untuk pulang kerumah. Ketika itu tiga sinar warna merah dan cahaya putih terang meleset di angkasa bagian barat jam 8 p.m. tanggal 4 pebruari. Dua sinar itu kemudian menyatu menjadi satu cahaya. Sinar cahaya itu bagaikan sebuah tiang diatas
Kuil Enryakuji, Kyoto
angkasa, menerangi seluruh kota. Pihak kerajaan segera memanggil tukang ramal untuk memprediksi gejala tersebut. Dikatakan bahwa kejadian yang sama pernah terjadi disuatu tempat pada Era Koho (964-968). Orang-orang menjadi ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan menimpa mereka. Meskipun demikian, Rencho tetap melanjutkan perjalanan pulang kerumahNya. Pada pagi hari tanggal 7, ketika awan menutupi langit dan mulai datangnya angin serta hujan, sebuah gempa bumi terjadi di Kamakura pada jam 10 a.m. Semua bangunan seperti Kuil-kuil Buddhis roboh dan debu beterbangan membuat kota menjadi gelap gulita seperti malam hari. Kebakaran terjadi dimana-mana, dan suara pria dan wanita yang menangis terdengar pilu. Rencho mendengar kejadian itu ketika dalam pertengahan perjalanan pulang kerumah. Hasil dari pencarianNya di Kamakura dilaporkan kepada guruNya, Dozen-bo, dan para murid-murid senior di kuil Seichoji. Kemudian, Rencho menulis risalah pertamaNya, “Kaitai sokushin jobutsu- gi,” yang didasarkan pada hasil penelitian di Kamakura. Semua bhiksu di Kuil Seicho-ji memuji hasil dari risalahnya, tetapi Ia masih tidak puas. Pusat dari Buddhisme dan budaya ada di kota Kyoto pada waktu itu, dua hari perjalanan dari Kamakura, dan merupakan salah satu kota terbesar di Jepang. Rencho ingin pergi ke Kyoto untuk belajar. Kuil Pusat semua sekte Buddhis Jepang terletak di Kyoto dan Nara. Ia berkunjung k e b e b e r a p a kuil tersebut dan mendalami penelitiannya tentang ajaran semua
15
sekte, tetapi Rencho menetapkan kuil Enryaku-ji sebagai dasar dari penelitian. Ia dengan cepat menjadi pusat perhatian dari para bhiksu di Kuil Enryaku-ji. Tetapi, pertanyaan Beliau berdasarkan pada keunggulan masing-masing ajaran sekte semakin mendalam. Pada masa itu, para bhiksu berkumpul disebuah aula dan disana dibabarkan ceramah. Terdapat seorang instruktur bertanya kepada para peserta tentang perbandingan keunggulan antara Saddharma Pundarika Sutra dan Sutra Vairocana. Rencho ikut bergabung dan menjawab bahwa Saddharma Pundarika Sutra adalah yang utama dari semua ajaran rahasia. Karena itu, Ia menyatakan, Saddharma Pundarika Sutra adalah lebih unggul dibandingkan semua ajaran dari Buddha. Ia berkata bahwa perbandingan antara Saddharma Pundarika Sutra dan Sutra Vairocana adalah bagaikan seorang alih sumo dan seorang anak kecil. Mendengar hal itu, semua peserta terdiam, dan ketenarannya makin berkembang dari hari ke hari. Pada waktu itu, seorang bupati bernama Kujo Michiie membangun Kuil Tofuku-ji. Ini adalah salah satu dari lima kuil Zen di Kyoto. Karena hubungan persahabatanNya dengan kuil ini, Rencho menyumbangkan sebuah tiang besar, yang kemudian dikenal sebagai Tiang Nichiren. Dikatakan bahwa banyak orang mengusap tiang ini karena dipercaya akan memberikan segala kebajikan yang melimpah. Hal yang sama juga kita temukan ketika kita berkunjung ke Kuil Ikegami, disana terdapat sebuah tiang tempat bersandar Nichiren Shonin ketika memberikan ceramah "Rissho Ankoku Ron" yang terakhir sebelum Beliau meninggal. Banyak orang yang berkunjung berkeinginan untuk menyentuhnya. Gassho.
Bersambung
No.14 / Nopember 2005
Seri Penjelasan Saddharma Pundarika Sutra
Oleh: YM.Bhiksu Shokai Kanai Sumber Acuan: Buku "The Lotus Sutra" By Senchu Murano Diterjemahkan oleh: Sidin Ekaputra,SE
Bab IX
Kepastian Kebuddhaan Bagi Kaum Sravaka RINGKASAN
B
ab ini merupakan kelanjutan dari Bab 8. Disini sang Buddha memastikan Ananda, Rahula, dan ‘Pendengar’ lainnya atau Sravaka, baik mereka yang masih memiliki sesuatu untuk dipelajari maupun yang tidak. PENJELASAN Ananda adalah seorang sepupu dari Buddha Sakyamuni, sedang Rahula adalah putra dari Buddha Sakyamuni. Raja Suddhodana (kakak) ---------Siddhartha -------- Rahula Raja Kokubon (adik) --------Devadatta ----- Ananda “Ananda akan menjadi seorang Buddha dengan gelar Tathagata Raja Kekuatan Supernatural Kebijaksanaan Gunung Lautan.” (P.164, ke-4 dari baris terakhir .): “Rahula akan menjadi seorang Buddha bergelar Tathagata yang Berjalan di atas Bunga Tujuh Pusaka.” (P.167, L.11)
“Kedua ribu Sravaka akan sama rata bergelar Tathagata Wujud Pusaka.” (P.168, baris ke-5 dari bawah) Kesepuluh Murid Utama Sang Buddha: 1. Sâriputra, yang paling cerdas. Tathagata Cahaya Bunga dalam bab 3, 2. Mahâ-Kâsyapa, yang terunggul dalam pertapaan bergelar Tathagata Cahaya dalam Bab 6, 3. Subhuti, yang paling memahami ketiadaan/kekosongan bergelar Tathagata Wujud Indah dalam Bab 6, 4. Maka-Katyayna, ahli debat yang paling hebat bergelar Tathagata Cahaya Emas Jambunadan dalam Bab 6, 5. Maka-Maudgalyayana, yang memiliki kesaktian-kesaktian supernatural bergelar Tathagata Keharuman Tamalapattracandana dalam Bab 6, 6. Puruna, pengkothbah terbaik 16
bergelar Tathagata Kecemerlangan Dharma dalam Bab 8, 7. Bhiksu Kaundinya, Mata Langit bergelar Tathagata Kecemerlangan Universal dalam bab 8, 8. Ananda, yang memiliki ingatan sempurna bergelar Tathagata Raja Kekuatan Supernatural Kebijaksanaan Gunung Lautan dalam bab 9 9. Rahula bergelar Tathagata yang Berjalan di atas Bunga Tujuh Pusaka dalam bab 9. 10. Upali, yang terunggul dalam mempertahankan Ajaran, namanya tidak tercantum dalam Bab 1 Sutra Bunga Teratai. Ada kemungkinan ia tidak hadir. Oleh karena itu, dari Bab 2 hingga 9, Saddharma Pundarika Sutra telah menghadirkan para pengikut yang terkenal dari Buddha Sakyamuni satu persatu dan memberitahukan kepada kita bahwa masa depan Kebuddhaan mereka telah terjamin dan begitu juga halnya dengan kita semua. Gassho "Namu Myohorengekyo"
No.14 / Nopember 2005
Buku "PENJELASAN SHUTEI GOHONZON NICHIREN SHONIN" (Ditulis Bulan Ketiga Tahun Koan Ketiga, 1280). Penyusun Oleh: Shami Josho S.Ekaputra
Namu Taho Nyorai Prabhutaratna Tathagata ~ Buddha Segala Pusaka ~ T
athagata Segala Pusaka hadir dalam stupa pusaka yang muncul dari bawah bumi dan naik ke angkasa di atas Puncak Gridhakuta dalam Bab.XI, 'Munculnya Sebuah Stupa Pusaka," Saddharma Pundarika Sutra. Dalam bab itu, Ia memberi kesaksian atas kebenaran yang telah diajarkan oleh Buddha Sakyamuni. Buddha Sakyamuni kemudian memberitahukan kepada para peserta pesamuan bahwa Tathagata Segala Pusaka mengajar di dunia Kesucian Pusaka berkalpa-kalpa yang lalu, dan bahwa Ia telah membuat prasetya bahkan setelah kemokshaanNya Ia akan hadir untuk memberikan kesaksian atas kebenaran Saddharma Pundarika Sutra yang dibabarkan setelah ketiadaanNya. Ia juga berprasetya akan mengijinkan stupaNya dibuka dan tubuhNya diperlihatkan, jika Buddha yang membabarkan Saddharma Pundarika Sutra memanggil kembali semua Buddha Perwujudannya dari segenap penjuru alam semesta. Inilah yang kemudian dilakukan oleh Buddha Sakyamuni, dan setelah Ia mensucikan dunia Saha dan memanggil semua perwujudanNya, termasuk seluruh Buddha disepuluh penjuru dunia (Amida, Yakushi
dan lain-lain). Ia kemudian naik ke angkasa, membuka pintu stupa dan atas undangan dari Tathagata Segala Pusaka, Ia masuk ke dalam Stupa Pusaka. Kemudian Buddha Sakyamuni mengunakan kekuatan gaibNya untuk menaikkan seluruh peserta pesamuan ke angkasa pula. Dengan demikian, upacara di angkasa pun dimulai. Senchu Murano menjelaskan bahwa; pertama, Buddha Sakyamuni adalah tamu, tapi setelah Ia mengungkapkan kedudukan sesungguhNya sebagai Buddha Pokok, Ia menjadi tuan rumah dan Tathagata Segala Pusaka menjadi tamu kehormatan. Kemudian Tathagata Segala Pusaka beserta stupaNya kembali ke tempat asal mereka seusai penyampaian secara umum Saddharma Pundarika Sutra dalam Bab.XXII, meski terdapat sebuah persembahan diberikan kepadaNya dan stupaNya oleh Bodhisattva Avalokitesvara dalam Bab.XXV. kedua, Tathagata Segala Pusaka mewakili banyak hal. Pada tingkatan tertentu, Ia mewakili semua Buddha dari masa lampau, dan kesaksianNya menunjukkan bahwa ajaran Buddha Sakyamuni adalah sesuai dengan kebenaran universal yang hakiki dan berlaku 17
di segala jaman dan semua dunia. Pada tingkatan lainnya, Tathagata Segala Pusaka melambangkan kenyataan obyektif, sedang Buddha Sakyamuni melambangkan kebijksanaan subyektif, jadi pada saat mereka berbagi tempat duduk dalam stupa mereka sesungguhnya menunjukkan kesatuan antara kenyataan dan kebijaksanaan, subyek dan obyek. Munculnya stupa pusaka itu sendiri serta kesaksian Tathagata Segala Pusaka dari dalamnya juga bisa menunjukkan munculnya Kebuddhaan dari dalam diri kita, serta pengakuan dan tanggapan dari dalam diri kita atas kebenaran pada saat kita mampu mendengarnya. Lambang : Buddha dalam meditasi dengan tangan dalam posisi gasho. Aura tubuhnya mengandung sebuah stupa. Catatan: Seluruh pembabaran Ajaran Pokok (Honmon) Saddharma Pundarika Sutra dilakukan diatas angkasa, ini berarti bahwa untuk memahami ajaran ini harus dimunculkan kesadaran Buddha yang ada dalam diri kita masingmasing sehingga kita dapat memasuki kebijaksanaan dari para Buddha. Gassho.
No.14 / Nopember 2005
MEDITASI SHODAIGYO (MEDITASI PENYEBUTAN O'DAIMOKU) Oleh: Josho S.Ekaputra
S
emua sekte Buddhis mempunyai tradisi masing-masing dalam meditasi. Meditasi Shodaigyo berarti "Pelaksanaan Penyebutan O'daimoku". Ciri khas dari meditasi di Nichiren Shu adalah Ritual Penyebutan O'daimoku, yang mana dilakukan secara berirama dan berurutan dalam ritme tertentu. Selain Shodaigyo, terdapat juga meditasi jalan dengan menyebut O'daimoku. Pada kesempatan ini kita akan membahas mengenai Meditasi Shodaigyo dan Tata Cara pelaksanaannya. M e d i t a s i S h o d a i g y o dilaksanakan dalam 10 tahapan yakni : Raihai (Sembah sujud), Dojo Kan (Meditasi di tempat pencapaian Kesadaran Buddha), Honmon Sanki (Perlindungan didalam Tiga Pusaka), Jushingyo (Meditasi dalam penerima hati yg murni: sebuah pandangan yg tenang dan bermakna dalam), Shodaigyo (Penyebutan O'daimoku), Jinshingyo (Meditasi dalam hati kepercayaan yg kuat dan dalam), Kigan Eko (Doa-doa), Shigu Seigan (Empat Janji Bodhisattva), Juji (Janji untuk menerima dan menjaga hati kepercayaan), Raihai (Sembah sujud). Berikut penjelasan setiap tahapan: 01. Raihai (Sembah sujud) Sembah sujud yang lengkap dilakukan didepan MandalaGohonzon: Dimulai dengan tangan dalam sikap Gassho (Anjali). Dilanjutkan dengan sujud kebawah badan condong kedepan sampai kening menyentuh tanah dan kedua telapak tangan menghadap keatas, diangkat
perlahan sampai diatas kedua telinga.
Agung Nichiren (Sembah sujud Fukuhai)
02. Dojo-Kan (Meditasi di tempat pencapaian Kesadaran) (Pemimpin): Kita semua harus menyadari sepenuhnya bahwa;
04. Jushingyo (Meditasi dalam Penerimaan Hati yang Murni) Tangan dalam posisi meditasi mudra (Gunakan mudra yang anda sukai) cari posisi duduk yang nyaman (gaya Jepang, kaki terlipat didepan, atau diatas bangku) tapi tegak, mata setengah tertutup atau setengah terbuka, dan perlahan tarik napas dalam-dalam. Tarik napas dari diaphram dan buang seluruhnya. Duduk meditasi diam dalam keheningan, pada saat yang sama bayangkan bunga teratai indah yang bermekaran, lakukan kurang lebih 10-15 menit.
(Semua) Di tempat ini, dimana kita berada, adalalah sebuah dojo, sebuah tempat pelatihan Buddhis.
Semua Buddha datang ketempat ini, dan mencapai kesadaran yg sempurna;
Semua Buddha datang ketempat ini, dan memutar roda Dharma; Semua Buddha datang ketempat ini, dan mencapai nirvana.
03. Honmon Sanki (Berlindung di dalam Tiga Pusaka)
Pengabdian kepada Majikan Abadi dari Dharma, Shakyamuni Buddha (Sembah sujud Fukuhai)
Pengabdian kepada Kebijaksanaan Agung Sang Buddha, Dharma yang Kekal Abadi yang memberikan kebajikan yang sama untuk semua, Satu Kendaraan Myoho- Renge- Kyo (Sembah sujud Fukuhai)
Pengabdian kepada Sang Pendiri Sekte, Jogyo, Bodhisattva 18
05. Shodaigyo Gassho (Anjali Mudra) Namu Myoho Renge Kyo, Namu Myoho Renge Kyo, Namu Myoho Renge Kyo....... (ucapkan Odaimoku dengan sangat lambat, ucapkan setiap suku kata dengan jelas, dipercepat secara bertahap, dan nanti diperlambat lagi secara bertahap juga.) Pada saat meditasi ini perhatikan penyebutan odaimoku dan nafas, sebagai contoh: satu tarikan nafas panjang dari hidung kemudian keluarkan melalui mulut seiringan dengan penyebutan O'daimoku. Rasio 1 tarikan nafas = 1 O'daimoku, 1 tarikan nafas = 2 O'daimoku, terus semakin lama semakin cepat dan setelah mencapai puncak mungkin 1 tarikan nafas = 5 O'daimoku, kembali penyebutan menurun
No.14 / Nopember 2005
sampai pada keadaan semula. Teknik pernafasan mengunakan perut yakni tarik nafas tahan, kemudian keluarkan nafas melalui mulut bersamaan dengan penyebutan O'daimoku. 06. Jinshingyo (Meditasi atas Hati Kepercayaan yang Kuat dan Dalam) Tangan dan cara bernapas sama dengan yang dilakukan dalam Jushingyo. 07. Kigan Eko (Doa-doa) Gassho (Anjali Mudra) Dengan hormat, kami mempersembahkan kebajikan yg telah kami kumpulkan melalui pembacaan Sutra dan Odaimoku, sehingga semua orang di ke-empat penjuru dunia dapat kembali ke Dharma Agung Myoho Renge kyo dan agar seluruh dunia dapat menjadi tanah yg damai dan agar semua orang terbebaskan dari siklus kesengsaraan yg terus menerus dan dapat menikmati kehidupan yang damai dan bahagia. Kami juga berdoa untuk keamanan dan ketentraman semua rumah tangga, dan agar semua orang di setiap keluarga meningkatkan hati kepercayaan mereka, agar mereka menikmati kesehatan yang baik dan hidup yang panjang, dan untuk terhapuskannya semua karma buruk dan untuk k e m u r n i a n h i d u p m e re k a . Kami berdoa agar arwah-arwah para pendahulu kami, orangorang yang telah membangun hubungan dengan Sang Buddha d a n m e re k a y a n g b e l u m , semuanya mengikuti hidup Sang Tathagata yang penuh welas asih, duduk diatas bunga teratai dan mencapai kebajikan
yang benar dari Sang Buddha.
Catatan:
Kami berdoa agar kebajikan ini diteruskan ke semua mahluk, agar semua mahluk dan saya sendiri dapat mencapai kesadaran sempurna Sang Buddha. Namu Myoho Renge Kyo.
- Meditasi Shodaigyo, melakukan konsentrasi pada pengucapan O'daimoku, mulut menyebut, telinga mendengarkan, dan pikiran merenungkan, sehingga pada saat meditasi terjadi penyatuan hati dan pikiran dan mencapai ketenangan. Oleh karena itu meskipun penyebutan semakin cepat, tetaplah harus terdengar jelas oleh telinga dan konsentrasi tidak boleh terpecah, dengarkan juga iringan meditasi yang dipandu oleh Mosho (alat pengiring pembacaan paritta dan O'daimoku). Ikuti aturan dari pemandu meditasi yang memberikan petunjuk melalui bunyi bell sebagai tanda pengantian ritme O'daimoku.
08. Shigu Seigan (Empat Janji Bodhisattva) Gassho (Anjali Mudra)
(Pemimpin): Kami berjanji untuk menyelamatkan semua mahluk, (Semua): Betapa banyaknya mereka; Kami berjanji untuk menghilangkan semua nafsu, betapa banyak pun mereka; Kami berjanji untuk menguasai semua ajaran Buddha, betapa pun luasnya mereka; Kami berjanji untuk masuk ke Jalan Buddha dan mencapai kesadaran tertinggi
09. Juji (Janji Untuk Menerima dan Menjaga Hati Kepercayaan)
(Pemimpin): Dengan tubuh ini,
(Semua): Sampai saya mencapai Kesadaran Buddha, saya akan menjaga hati kepercayaan saya dalam Saddharma Pundarika Sutra.
Namu Myoho Renge Kyo, Namu Myoho Renge Kyo, Namu Myoho Renge Kyo.
10. Raihai (Sembah sujud) Sama seperti dalam sembah sujud pertama.
19
- Pada saat meditasi, posisi tubuh harus tegak atau tulang punggung lurus, tidak boleh bersandar. Posisi duduk boleh dengan bersila atau duduk diatas bangku. Tangan dalam Anjali Mudra, mata boleh terbuka atau setengah terbuka. - Perlengkapan Meditasi terdiri dari Bel kecil untuk pemberitahuan pengantian ritme, Mosho atau alat pengiring paritta, Drum atau Taiko. Gassho, Namu Myoho Renge Kyo
No.14 / Nopember 2005
ANEKA PERISTIWA NICHIREN SHU (Liputan Aneka Berita Nichiren Shu Indonesia dan Luar Negeri)
PEMBERKATAN PERNIKAHAN
SDR.BETHUNE DAN SDRI.HELLEN CETYA BODHICITTA, P.SEKATI (SADO) - KEP.SERIBU 8 OKTOBER 2005
S
elamat Berbahagia ! kabar gembira bagi kita semua, bahwa pada tanggal 8 Oktober 2005 telah berlangsung Upacara Pemberkatan Pernikahan dari Sdr.Bethune dan Sdri.Hellen di Cetya Bodhicitta, P.Sekati (Sado) - Kep.Seribu - Jakarta. Upacara ini dipimpin oleh YM.Bhiksuni Myosho Obata dan dibantu oleh Sdr.Josho S.Ekaputra. Pemberkatan ini merupakan yang pertama kalinya sejak berdirinya Nichiren Shu Indonesia 2 tahun silam. Acara diawali dengan doa dan pembacaan paritta Saddharma Pundarika Sutra, yang diikuti oleh kedua mempelai, keluarga dan undangan yang hadir. Lebih dari sekitar 60 orang hadir dalam acara ini.
Ket. (Atas) Upacara Pemberkatan dipimpin oleh YM.Bhiksuni Myosho Obata, (Bawah) foto bersama mempelai dan keluarga
Sesuai tradisi Nichiren Shu, terdapat juga janji pernikahan yang diikrarkan bersama oleh kedua mempelai, dilanjutkan dengan acara San San Kudo, yakni tradisi minum sake antar mempelai, dan keluarga
20
sebagai lambang penyatuan seluruh keluarga, pertukaran cincin dan ciuman pernikahan, persembahan dupa oleh seluruh keluarga dan undangan sebagai bentuk doa bagi kedua mempelai agar hidup bahagia, juga menghiasi acara ini. Selesai upacara, dilanjutkan dengan acara penandatangan surat nikah dari Catatan Sipil. Sekali lagi kami keluarga besar Nichiren Shu Indonesia mengucapkan selamat berbahagia bagi kedua mempelai. Gassho.
No.14 / Nopember 2005
2 Grup Secara Resmi Bergabung Dengan Nichiren Shu D
ua Grup Odaimoku di Amerika Serikat telah secara resmi bergabung dalam NONA (Nichiren-shu Order of North America) atau Nichiren Shu Amerika Utara dengan diadakan Upacara Peresmian baru-baru ini. Kedua grup itu adalah Nichiren Buddhist Samgha of Texas, Houston, Texas, dan the Lexington Nichiren Buddhist Community, di Lexington, Kentucky. Anggota kedua grup selama ini sibuk dengan segala aktifitas mereka lebih dari 10 tahun sampai akhir memutuskan untuk bergabung dalam Nichiren Shu dan upacara ini dipimpin oleh Kepala Bhiksu Shokai Kanai. Houston Samgha bertempat di rumah Shami Myokei, yang memprakarsai kelompok ini dibawah bimbingan dari YM.Bhiksu Ryuo Faulconer, Bhiksu Kepala Kuil Portland Nichiren Buddhist. Y M . B h i k s u F a u l c o n e r, y a n g berkunjung ke samgha ini beberapa kali dalam setahun telah ditunjuk untuk menangani samgha ini dan juga sekaligus Kepala Kuil Portland. Sekitar 20 orang amerika dari daerah sekitar ikut dalam upacara ini
Ket.(Atas) Lexington Nichiren Buddhist Community; (Bawah) Samgha of Texas
yang diadakan pada tanggal 9 juni. Mereka membaca “Hobempon” dan “Juryohon,” mengunakan karakter roman, dan menyebut Odaimoku dengan dipandu Taiko. YM.Bhiksu Shinkyo Warner menerima surat penunjukkan sebagai Kepala Kuil dari Lexington Nichiren Buddhist Community, yang mana sekarang menjadi anggota dari NONA, dengan upacara peresmian di kuil itu pada tanggal 12 juni 2005. S e b e l u m upacara ini, acara tahunan Konferensi Dharma t e l a h diadakan di Hotel 21
Marriot Hotel selama dua hari. Biasanya kegiatan dari komunitas ini dilakukan disebuah ruangan kantor di kota itu. Pada Konferensi Dharma ini, diikuti oleh 20 orang amerika dan satu orang pelajar Jepang. Kepala Bhiksu Kanai memberikan sebuah ceramah dengan topik “Saddharma Pundairka Sutra – Kita adalah anakanak Sang Buddha”, YM. Ryuken Akahoshi berbicara tentang “Ajaran Nichiren Shu – Rissho Ankoku dan Memperlihatkan Bibit dari Odaimoku,” YM.Bhiksu Warner Shinkyo memberikan pengarahan pengenalan tentang Nichiren Shu. YM.Bhiksu Faulconer menangani sesi “Tanya dan Jawab” dan Shami Myokei berbicara tentang “Wanita dalam Buddhisme.” Demikian konferensi ini berjalan dengan sukses dan penuh antusias dari para peserta dan penyelenggara. Gassho.
No.14 / Nopember 2005
Seluruh Bhiksu Muda Nichiren Shu Ikut Dalam Pawai Perdamaian di Kota New York. N
amu Myoho Renge Kyo, Namu Myoho Renge Kyo, Namu Myoho Renge Kyo.” Pada tanggal 1 mei, dibawah langit yang cerah di kota New York, Manhattan, terdengar suara O'daimoku dan suara drum yang serasi diantara gedunggedung pencakar langit. Itulah suara para peserta pawai perdamaian dari Nichiren Shu. Pada tanggal 6 agustus 1945 di Hiroshima dan tanggal 8 August di Nagasaki telah dijatuhkan bom atom untuk pertama kalinya dalam sejarah dan menewaskan ribuan orang, dalam perang dunia II. Tahun ini adalah peringatan 60 tahun dijatuhkannya bom atom tersebut. Pada tanggal 1 mei 2005 sebelum pelaksanaan Konferensi Perjanjian Pembatasan Nuklir (Nuclear Non-Proliferation Treaty (NPT)) yang akan diadakan pada tanggal 2 sampai 27 mei, sejumlah massa melakukan pawai damai yang melibatkan sekitar 40.000 orang yang berbaris sepanjang 2 mil, dimulai dari tempat dekat Kantor Pusat PBB sampai ke daerah Central Park. Selama pelaksanaan pawai itu, mereka meneriakan seruan agar dilakukan penghapusan senjata nuklir. Diantara mereka yang berpartisipasi dalam pawai tersebut, terdapat 23 anggota dari Perhimpunan Bhiksu Muda Nichiren Shu (Nichiren Shu Youth Ministers Association) yang berkeinginan untuk mewujudkan impian dari Nichiren Shonin dalam “Rissho Ankoku-ron”, menciptakan
Ket.Pawai Perdamaian dan Anti Nuklir
perdamaian keseluruh negeri dengan menyebarluaskan Ajaran Sesungguhnya dan “Itten Shikai Kaiki Myoho,” seluruh dunia dan empat penjuru kembali ke Dharma Yang Luar Biasa. Juga terdapat tujuh anggota dari Perhimpunan Perdamaian Rissho Nichiren Shu (Rissho Peace Association of Nichiren Shu) ikut bergabung dalam pawai ini. Mereka mengumpulkan 17.061 tanda tangan dari seluruh Jepang yang meminta penghapusan senjata nuklir dan digabungkan dengan 10 juta tanda tangan lainnya dari Jepang untuk disampaikan kepada ketua Konferensi NPT. Bersamaan mereka dalam pawai ini terdapat sebuah spanduk besar bertuliskan “Namu Myoho Renge Kyo untuk Perdamaian Dunia.” YM.Bhiksu Join Inoue, Bhiksu dari Kuil New York Daiseionji ikut serta
22
dalam pawai ini bersama dengan seluruh anggota lainnya. Nichiren Shu memulai sebuah kampanye baru yakni, “Rissho Ankoku, Odaimoku Kechien,” untuk menciptakan perdamaian dunia melalui Dharma Sesungguhnya dan membuat hubungan kejiwaan dari semua orang kepada Odaimoku. Kampanye ini didasarkan pada prinsip dasar “menghormati kehidupan secara mutlak.” Pawai perdamaian Odaimoku di New York ini merupakan langkah pertama untuk mewujudkan "Rissho Ankoku" di dunia ini. Gassho.
No.14 / Nopember 2005
RETRET GENERASI MUDA 2005
NICHIREN SHU INTERNASIONAL DI NBIC, AMERIKA SERIKAT
Ket.Foto Bersama seluruh Bhiksu dan peserta retret
S
ebagaimana kita ketahui bahwa Nichiren Shu telah tersebarluas, banyak generasi muda yang ikut melaksanakan Odaimoku di seluruh dunia. Sebagai gambaran dari generasi muda Nichiren Shu, mereka bersama-sama ikut dalam acara retret di Nichiren Buddhist International Center di Hayward, California, Amerika Serikat untuk mengikuti Acara Retret Generasi Muda 2005 yang disponsori oleh Nichiren Shu Headquarters dari tanggal 26 sampai 28 Juli 2005. Dua belas generasi muda dari Malaysia, Singapore, Hawaii dan North America, umur diantara 16 sampai 28, mereka adalah anggota yang aktif di kuil-kuil daerah masingmasing. Mereka berkumpul dalam retret ini untuk meningkatkan hati kepercayaan dan kemampuan kepemimpinan.
Pada hari pertama retret, meskipun kelelahan karena perjalanan yang panjang dari Asia Tenggara, Hawaii, South Carolina dan sebagainya, semua peserta begitu bersemangat dan menghadiri Upacara Pembukaan. YM.Bhiksu Giko Tabata, direktur Departemen Misionaris dari Nichiren Shu Headquarters dan kepala instruktur dari retret, memberikan ceramah kepada para peserta, tema utama dari retret ini adalah ‘Sekarang, Disini, dan Diriku.” “Cobalah untuk belajar apa makna dari tema ini bagi dirimu dan ambil makna penting dari retret selama tiga hari ini.” Segera setelah orientasi, YM.Bhiksu Ryuken Akahoshi, manajer umum dari NBIC, memberikan sebuah ceramah dengan topik, “Apa makna “Disini” bagi kamu ?“ Setelah selesai ceramah pertama, mereka semua mengunjungi
23
Universitas Negara California East Bay (atau yang biasa disebut Cal State Univ. Hayward). Mereka berkeliling kampus untuk melihat semua proses mengajar, dan mungkin saja pada masa mendatang dapat kuliah disini. Setelah selesai makan malam, mereka melaksanakan Meditasi Shodaigyo selama satu jam dengan hanya penerangan lilin. Mereka telah menyelesaikan jadual yang padat pada hari pertama dan kembali ke hotel jam 9:00 p.m. Para peserta sangat cepat menjadi akrab satu sama lain dan saling bercerita. Pada hari kedua, dimulai dengan Dokyo pagi dalam bahasa inggris. Pada pagi hari ini, Kepala Bhiksu Shokai Kanai, Kepala Bhiksu untuk Nichiren Shu Bagian Amerika Utara, memberikan ceramahnya dengan topik, “Sekarang” dan YM.Bhiksu Tabata memberikan ceramah dengan topik “Diriku”. Setelah selesai makan siang, diadakan diskusi dengan dua kelompok. Mereka berdiskusi tentang pertanyaan dalam ceramah bagaimana mereka dapat ikut serta dalam mengembangkan kehidupan sosial sebagai seorang Buddhis. Kemudian, mereka ikut dalam Meditasi Shodaigyo selama satu jam untuk merenungkan makna dari “Diriku”, dan setelah itu mereka keluar dari tempat retret untuk acara kebersihan seluruh tempat dan taman. Tujuan dari acara ini adalah membuat lingkungan sekitar menjadi bersih. Sekalipun mereka hanya berjalan beberapa blok saja, tetapi 15 kantong
No.14 / Nopember 2005
plastik penuh dengan sampah yang dibersihkan. Mereka cukup terkejut melihat jalanan yang kotor itu. Setelah acara kebersihan itu, mereka menikmati acara makan malam perpisahan di sebuah restoran China. Pada acara malam terakhir diadakan acara Cahaya Lilin yang diadakan disebuah ruangan yang gelap. Mereka mendengarkan pengarahan dari YM.Tabata, semua peserta dan staft berpikir dan merenungkan tentang tema dari retret ini “Sekarang, Disini dan Diriku” Pada pagi hari terakhir, para peserta kembali mendapatkan rangkuman ceramah dari YM.Tabata dan kemudian diadakan acara penutupan. Semua peserta
Ket.Para peserta retret dengan sungguh hati mengikuti ceramah
mendapatkan sertifikat dan saling bersalaman dengan para staft sebagai wujud dari penghormatan mereka. Pada menit-menit terakhir sebelum meninggalkan NBIC, mereka saling bertukaran email. Kita mengharapkan
semoga mereka semua dapat membantu dalam menyebarluaskan Odaimoku dinegara masing-masing, terus berjuang untuk tercapainya keinginan luhur dari Nichiren Shonin, Kosenrufu. Gassho.
Bunga Teratai Purba Berbunga N
y. Tokiko Nagashima, Profesor Kehormatan dari Universitas Keisen Jogakuen, Kawauchimachi, Daerah Administrasi Tochigi berhasil menghidupkan kembali bibit bunga teratai yang berusia 800 tahun tumbuh dan berbunga. Bibit bunga teratai ini diambil dari situs kuno Kuil Chusonji, sebuah kuil Tendai-shu, Hiraizumi, Daerah Administrasi Iwate. Bibit ini ditemukan di dalam sebuah kolam kuno di kuil itu, yang dibangun pada abad 12. Bibit yang berhasil diambil itu berukuran panjang 1,5cm dan lebar 1 cm. Bibit yang tertutup Ket.Foto (Atas); Ny.Tokiko Nagashima, sedang memperhatikan hasil dari pengembangan Bunga Teratai. (Bawah); Bunga Teratai Merah, tempat duduk dari para Bodhisattva.
oleh lapisan kulit keras, terkubur lebih satu meter dibawah tanah. Foto berikut ini memperlihatkan Bunga China Kuno yang sedang berbunga dalam sebuah pot di Kuil Ryuhonji, Kyoto. Terdapat banyak bunga teratai kuno, termasuk yang berumur 2.000 tahun tumbuh di 60 buah pot di kuil ini. Foto ini diambil oleh YM. Biksu 24
Tendo Miki, Kepala Bhiksu Kuil Kyobo-in. Bunga Teratai Saddharma Pundarika Sutra adalah berwarna putih, dan bunga teratai tempat para Bodhisattva Muncul dari Bumi berwarna merah. Bibit bunga teratai kuno ini memperlihatkan tentang keabadian dari Buddha Sakyamuni. Gassho.
No.14 / Nopember 2005
Seri Pengenalan Kuil-Kuil Nichiren Shu
(Menjelajahi Kuil-Kuil Nichiren Shu di seluruh Jepang dan Dunia) Oleh: Sidin Ekaputra,SE
Kuil Daihon Zan Kominato Tanjoh Ji
Ket.Patung Zennichimaro (nama kanak-kanak dari Nichiren), dan Rumah Tempat Kelahiran Nichiren, sekarang Kuil Tanjoh-Ji
N
ichiren Shu didirikan oleh Bhiksu Nichiren (lahir tahun 1222 M), dan Kuil TANJOH-JI. atau TANJOH yang sekarang sedang kita kunjungi adalah tempat kelahiranNya. Kuil ini dibangun pada tahun 1276 pada masa kehidupan Nichiren oleh para pengikut dan murid-muridNya yang bertempat di tempat kediaman dimana Nichiren dilahirkan.
N a m a K u i l TA N J O H JI berasal dari dua aksara yakni, TANJOH berarti Tempat Kelahiran, dan Ji berarti Kuil. Kuil Tanjoh-ji mempunyai sejarah yang panjang sejak didirikan, ia menghadapi ancaman bencana alam seperti gempa bumi, gelombang tsunami, sebelum akhirnya dipindahkan ketempatnya sekarang ini, dan juga sempat terjadi kebakaran yang menghancurkan 25
seluruh kuil kecuali rupang kayu Nichiren, dan aula utamanya. Struktur bangunan yang sekarang dibangun kembali atas bantuan para pengikut dan murid. Kuil Tanjoh-ji sekarang telah menjadi sebuah institusi pendidikan dimana banyak pengikut Nichiren Shu datang dari seluruh Jepang untuk berdoa dan membalas budi serta mengenang Nichiren. Beliau
No.14 / Nopember 2005
adalah perwujudan dari Honge Jogyo Bosatsu atau Bodhisattva Visistacaritra yang mendapatkan tugas dalam Saddharma Pundarika Sutra untuk menyebarluaskan Sutra ini. NI-OH MON (Pintu Gerbang dengan Dua Dewa Penjaga Buddhis) Pintu Gerbang ini dibangun pada tahun 1705. Ini satu-satu bangunan tertua di kuil ini. HONSHI-DEN HOTOH NAIJIN (Tempat Suci menyimpan pusaka kuil, disini disimpan rupang Buddha Sakyamuni Abadi) Rupang Buddha Sakyamuni ini tingginya 3 meter (10 kaki) dan disepuh dengan lembaran emas setelah dicat. Didindingnya terdapat 500.000 kelopak teratai dalam 2,019 kota untuk penyimpanan. Daun-daun yang digunakan untuk dekorasi ini adalah daun teratai sebagai pelambang kebajikan dari Buddha Sakyamuni.
Shogun Tokugawa, sekarang adalah Istana Kekaisaran di Tokyo) tetapi ketika akan dilakukan pemindahan kayu tersebut tertunda dan dibatalkan sehingga Kuil TANJOH-JI kemudian membelinya. Ketika kamu memasuki bangunan ini, kamu melihat lurus kedepan, maka akan ditemukan tempat suci dari rupang Nichiren. Rupang ini dibuat pada tahun 1363. DAIKYAKU-DEN (Ruang Untuk Menerima Tamu-tamu dari Anggota Kekaisaran dan Keluargannya). Bangunan ini dibuat dari kayu cypress pada tahun 1939 dipakai sebagai ruangan untuk menerima tamu-tamu dari keluarga kekaisaran Jepang. BOTAN-SAKURA-NO-MA (Ruang Bunga Peony dan Cherry) Ini adalah ruang kamar dengan rak dan dinding yang bisa didorong. Mereka disebut Ruang Bunga Peony dan Cherry karena gambar dari bunga peoni dan cherry mendominasi seluruh dinding dorongnya. JOHDAN-NO-MA (Ruang dengan lantai yang lebih tinggi dibanding lantainya).
DAISOSHI-DOH (Aula Tempat Rupang Kayu dari Bhiksu Suci, Nichiren)
Dalam ruangan ini tersimpan lukisan Kekaisaran Meiji (Kaisar yang memerintah Jepang dari tahun 1868 sampai 1912) dilukis oleh pelukis kekaisaran yang berusia 18 tahun.
Bangunan ini dimulai pembangunannya pada tahun 1832; ini membutuhkan sepuluh tahun untuk menyelesaikannya. Semua bangunan dibuat dari kayu zelkova. 48 zelkova meter kubiks kayu ini sebenarnya akan digunakan untuk pembangunan Istana Yedo (Istana dari
RINZOH (Rak berputar untuk menyimpan Sutra-sutra Buddhis, terletak dibawah tanah dari stupa). Sutra-sutra Buddhis atau salinannya disimpan dalam rak berwarna merah khas Jepang, dan tempat ini terdapat 84 bagian, dan untuk melihat keseluruhan rak
26
diperlukan waktu 30 menit. Lapisan aluminium melapisi setiap rak. SANGE-RYOHJU-SEN NO DAIHEKI-GA (Lukisan Agung tentang turunnya bunga teratai di Gunung Gridrakuta) Sebuah lukisan agung yang mengambarkan tentang Gunung Ryohju dimana Buddha Sakyamuni membabarkan ajaranNya. Lukisan ini dilukis pada sebuah pohon Cedar yang besar. HOHMOTSU-KAN (Aula dimana terpanjang segala hal-hal bersejarah mengenai Nichiren dan Nichiren Shu) Beberapa benda disini adalah sumbangan dari keluarga kekaisaran atau raja-raja feodal, atau lukisan yang mempunyai hubungan erat dengan kuil Tanjoh-ji yang dilukis oleh para bhiksu. Disini juga terdapat tiga rupang kayu. Ketiga rupang ini ditemukan oleh para nelayan dilokasi lama kuil Tanjoh-Ji. ACARA TAHUNAN 1st -7th Januari, HATSUMODHE (Jiarah Doa Tahun Baru). Ini sebuah tradisi bagi orang Jepang dimana orang-orang berkunjung ke kuil untuk
Ket. (Atas); Pintu Gerbang Ni-oh Mon, (Bawah); Honshi Den Hotoh Naijin
No.14 / Nopember 2005
berdoa agar mendapatkan kesehatan dan kesejahteraan pada tahun baru. 3rd - 16th Pebruari, SETSUBUN-E (Permulaan hari musim semi, dimana dilakukan upacara melemparkan kacang). Maksud dari upacara ini adalah menghalau iblis agar keluar dari rumah dengan mengunakan kacang hijau. 16th Pebruari, OTANJOH-E (Upacara Peringatan Kelahiran dari Pendiri Sekte, Nichiren). Upacara ini akan dilaksanakan di DAISOSHI-DOH (Aula yang dipergunakan untuk mengenang Bhiksu Suci, Nichiren). Sebuah rupang Nichiren ditempatkan dalam sebuah kuil kecil, dan kuil kecil dibawa parade keliling kota diatas pundak sejumlah orang.
5 th Oktober, SHUSHO FUYU OKOROMO KIGAE-SHIKI (Upacara pengantian baju rupang Nichiren) Upacara untuk menganti baju rupang Nichiren dengan baju musim dingin. 12th Nopember, OESHIKI (Upacara Peringatan Meninggalnya Nichiren) Ini sebuah upacara massal untuk memperingati meninggalnya Nichiren, dan sebagai tanda penyebarluasan Saddharma Pundarika Sutra.
SHICHI-GO-SAN MOHDE (7-53 Festival Jiarah) Acara ini adalah dimana anak-anak berusia tujuh, lima dan tiga tahun berjiarah ke kuil bersama orangtua mereka dan keluarga, sebagai tanda terima kasih atas umur dan agar senantiasa dalam keadaan sehat dan penuh masa depan. Pada acara ini kuil-kuil dipenuhi oleh anak-anak dengan pakaian warna warni. Gassho.
15 th April, SENBU DOKUJU-E (Upacara 1.000 Persembahan) Sebuah upacara massal dimana dilakukan pembacaan Saddharma Pundarika Sutra selama 1.000 kali. 5 t h J u n i , S H U H S O N AT S U OKOROMO KIGAE-SHIKI (Upacara pengantian baju dari rupang Nichiren) Ini adalah upacara dimana diadakan pengantian baju dari rupang Nichiren, ke pakaian musim panas. 10th Agustus, TOHROH-NAGASHI (Persembahan Lantera di air), sekitar seribu lentera yang terbuat dari kertas atau bambu atau lembaran kayu dilarungkan ke laut dengan pembacaan doa agar para arwaharwah dapat hidup dengan damai. Pada malam hari, langit dihiasi dengan pesta kembang api.
Ket.(Atas); Peta Kuil Tanjoh-Ji, (Bawah); Aula Daisoshi-Doh
13th Agustus, URABON SEGAKIE (Upacara Hantu Kelaparan, Bon Festival) Sebuah acara untuk mempersembahkan doa bagi para arwah-arwah gentayangan agar mendapatkan kedamaian.
27
No.14 / Nopember 2005
JADUAL DAN BAHAN pelajaran JAKARTA, TANGERANG, BATAM, JAWA TENGAH DAN D.I.YOGYAKARTA
BAHAN PELAJARAN ::: MINGGU I, 6 NOPEMBER 2005 Bahan : "Pembahasan Saddharma Pundarika Sutra" MINGGU II, 13 NOPEMBER 2005 Bahan: "Topik Utama" MINGGU III, 20 NOPEMBER 2005 Bahan: "Goibun Nichiren Shonin" MINGGU IV, 27 NOPEMBER 2005 Bahan : "Diskusi"
Topik Utama:
~Buddha Sakyamuni Diundang Ke Dalam Stupa Pusaka, Hal. 01
Ceramah :
~Aku Menghormati Mu, Hal.04
Goibun:
~Ho'onjo Sho, Hal.08
JADUAL PERTEMUAN ::: JAKARTA (MINGGU KE 1 DAN 2): 10:00 - 10:40 Dokyo Shodai (Membaca Paritta dan Odaimoku) 10:40 - 12:00 Pelajaran / Diskusi TANGERANG (MINGGU KE 3 DAN 4) 14:00 - 14:30 Dokyo Shodai 14:30 - 16:00 Pelajaran / Diskusi SEMARANG / JAWA TENGAH (SETIAP RABU) 19:00 - 21:00 Dokyo Shodai / Pelajaran / Diskusi D.I.YOGYAKARTA (SETIAP JUMAT) 20:00 - 22:00 Dokyo Shodai / Pelajaran / Diskusi
Serba Serbi:
~Seri Pelajaran Mahayana, Hal.06 ~ Pelaksanaan Ajaran Nichiren Shu, Hal.12 ~Legenda Nichiren Shonin, Hal.14 ~Seri Penjelasan Saddharma Pundarika Sutra, Hal.16 ~Namu Taho Nyorai, Hal.17 ~Meditasi Shodaigyo, Hal.18 ~Seri Pengenalan Kuil-Kuil Nichiren Shu, Hal.25
Aneka Peristiwa:
PENGUMUMAN Mulai Pebruari 2005, bagi anda yang ingin memberikan Dana Paramita untuk Yayasan Buddhis Nichiren Shu Hokekyo Indonesia, atau Cetya Pundarika, Sunter dapat melakukannya melalui Transfer Bank dengan data sebagai berikut:
Bank Central Asia (BCA) KCP.Muara Karang No.Account : 637-012-8152 A/N: Nichiren Shu Hokekyo Indonesia
~Pembekatan Pernikahan, Hal.20 ~ 2 Grup Bergabung, Hal.21 ~Pawai Perdamaian, Hal.22 ~Retreat Generasi Muda, Hal.23 ~Bunga Teratai Purba, Hal.24
Dana Paramita Buletin "LOTUS"
Rp.6.000,-
(Untuk Kalangan Sendiri) Atau anda dapat downlod di www.nshi.org
Alamat Redaksi Buletin "LOTUS" : Apartemen Permata Surya I, Blok.A No.201, Cengkareng - Jakarta Barat. Telp.081311088060, Email:
[email protected] Website: www.nshi.org 28