1
Budaya Organisasi KOMPAS TV dalam Memproduksi Program Berita Bernilai Edukatif dan Independen SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Jurnalistik Program Studi Ilmu Komunikasi
Oleh : REFIKA SARI SIBARANI NIM. 6662100539
KONSENTRASI JURNALISTIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA BANTEN 2015
2
3
4
5
“Tuhan akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja” (Keluaran 14:14) “Tuhan akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya” (Mazmur 121:8)
Skripsi ini kupersembahkan untuk: Bapa, Mama, Kak Sis, Bang Mor dan Seluruh teman-temanku tercinta
6
ABSTRAK Refika Sari Sibarani. NIM. 6662100539. Skripsi. Budaya Organisasi KOMPAS TV dalam Memproduksi Program Berita Bernilai Edukatif dan Independen. Pembimbing I: Ikhsan Ahmad S.Ip, M.Si dan Pembimbing II: Uliviana Restu H. S.Sos, M.Si. Berita yang ditayangkan oleh stasiun televisi pada umumnya saat ini tidak netral. Ketidaknertalan ini disebabkan oleh kinerja jurnalis yang berada dibawah kekuasaan pemilik perusahaaan atau golongan. Berita yang tidak netral membuat isi pemberitaan antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya menjadi tidak imbang. Pemberitaan yang tidak netral ini hanya membingungkan masyarakat, bukan untuk mencerdaskan masyarakat. Pemberitaan yang tidak netral juga disebabkan oleh kinerja jurnalis yang tidak lagi mengacu pada kode etik jurnalistik. Kode etik jurnalistik saja tidak cukup untuk menjamin kinerja jurnalis. Sebuah perusahaan perlu untuk menerapkan budaya organisasi bagi karyawannya. Berita yang ditayangkan KOMPAS TV adalah berita yang edukatif dan independen. KOMPAS TV memiliki budaya organisasi yang menjadi pedoman bagi para jurnalis didalam memproduksi berita. Dalam penelitian ini, penulis meneliti budaya organisasi yang tercipta dan diterapkan oleh para jurnalis redaksi news KOMPAS TV dalam menghasilkan program berita yang bernilai edukatif dan independen. Teori yang digunakan adalah Teori Budaya Organisasi (Organization Culture Theory) yang dikaji oleh Michael Pacanowsky dan Nick O‘Donnel Trujillo. Didalam penelitian ini, penulis menganalisis budaya organisasi KOMPAS TV dengan menggunakan dua asumsi Teori Budaya Organisasi (Organization Culture Theory). Asumsi pertama mengenai nilai-nilai organisasi. Asumsi kedua mengenai penggunaan dan interpretasi simbol verbal dan nonverbal karyawan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, dengan pendekatan etnografi. KOMPAS TV memiliki ideologi, peraturanperaturan serta komunikasi verbal dan nonverbal yang dijalankan dengan baik oleh para jurnalis redaksi news. Ideologi, peraturan dan komunikasi vebal dan nonverbal yang dijalankan dengan baik mampu menolong para jurnalis didalam menghasilkan program berita yang bernilai edukatif dan independen.
Kata kunci: KOMPAS TV, Budaya Organisasi, Berita Edukatif dan Independen, Etnografi, Ideologi, Peraturan, Komunikasi Verbal dan Nonverbal
v
7
ABSTRACT Refika Sari Sibarani. NIM. 6662100539. Thesis. Organizational Culture Kompas TV in Producing Worth News Program of Educational and Independent. Advisors I: Ikhsan Ahmad S. Ip, M.Si and Advisor II: Uliviana Restu H S.Sos, M.Si. News that shown by most television stations now isn’t neutral. News that does not make the content of the neutral between one group with another group becomes not balanced. This news is not neutral only confuse the public, not to educate the community. Reporting that is not neutral is also caused by the performance of journalists who no longer refers to the journalistic code of ethics. Different with KOMPAS TV, which news that shown is educational and independent news. KOMPAS TV has cultural organizations that serve as guidelines for journalists in producing the news. In this study, the authors examined the organizational culture is created and applied by the editor of news Kompas TV journalists to produce news programs that independent and educational value. The theory used is Culture Organization Theory reviewed by Michael Pacanowsky and Nick O'Donnell Trujillo. In this study, the authors analyzed the organizational culture of KOMPAS TV by using two assumptions Culture Organization Theory. The first assumption about the values of the organization. The second assumption about the use and interpretation of verbal and nonverbal symbols employees. The method used in this study is qualitative, ethnographic approach. KOMPAS TV has an ideology, rules, verbal and nonverbal communication that is well run by the editorial news journalists. Ideology, rules, nonverbal and vebal communication that well able to help journalists to produces news programs and independent educational value.
Key words: KOMPAS TV, Organizational Culture, Educational and independent news, Ethnography, Ideology, regulation, Verbal and Nonverbal Communication
vi
8
KATA PENGANTAR Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas kasih dan penyertaanNya penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Budaya Organisasi KOMPAS TV dalam Memproduksi Program Berita Bernilai Edukatif dan Independen dengan baik adanya. Penulis menyadari begitu banyak rintangan dan hambatan yang penulis harus lewati dalam penyusunan tugas akhir ini, namun hanya kasih Kristus yang memampukan penulis untuk tetap bertahan dan terus berjuang sampai akhir. Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat sidang untuk mendapat gelar sarjana (S1) Komunikasi pada Konsentrasi Jurnalistik Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Penulis sangat bersyukur karena ada begitu banyak pihak yang turut mendukung penulis didalam penyelesaian skripsi ini, baik itu melalui dukungan semangat, doa, saran, kritik, dan bimbingan sehingga itu menjadi motivasi bagi penulis didalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada setiap pihak yang terkait, diantaranya: 1.
Prof Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
2.
Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3.
Neka Fitriyah, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4.
Puspita Asri Praceka S.Sos, M.Ikom selaku Sekertaris Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5.
Ikhsan Ahmad S.Ip, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah mengajarkan dan membimbing penulis dalam banyak hal, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. vii
9
6.
Uliviana Restu H. S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing II untuk segenap waktu, tenaga, bimbingan, masukan secara lengkap dan jelas yang sangat berguna bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7.
Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan pengajaran dan pendidikan selama penulis menuntut ilmu.
8.
Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah membantu kelancaran administrasi penulis selama masa perkuliahan hingga penyelesaian skripsi.
9.
Pihak KOMPAS TV yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian dan membantu banyak hal dalam pengumpulan data sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
10. Kedua orang tua penulis Effendy H Sibarani dan Surta K Simanjuntak yang telah memberikan cinta kasih, doa, semangat, dan dukungan yang tidak ternilai kepada penulis demi penyelesaian skripsi ini. Mungkin orang tua penulis mengharapkan kelulusan penulis bisa lebih cepat dari waktu ini, tapi penulis berharap kelulusan penulis boleh tetap membanggakan kedua orang tua penulis. 11. Kakak dan Abang penulis Siskha Debora Sibarani dan Mouris Agriva Sibarani yang telah memberikan banyak bantuan dan masukan untuk penulis. 12. Sahabat-sahabat penulis Intan, Nata, Mindo, Fina dan PKK penulis kak Jupe. Terima kasih untuk persahabatan di dalam Kristus ini, terima kasih untuk setiap doa dan semangat yang tidak pernah habisnya kalian berikan. Penulis mengasihi kalian. 13. Teman-teman PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen), adik-adik kelompok kecil penulis Pinta, Rinda, Christin, Merry, Randy, Hengky, teman-teman Pemuda/Remaja GKO Tangerang, terima kasih untuk persekutuan yang
viii
10
indah ini. Terima kasih untuk setiap kebersamaan, pelayanan dan telah menjadi motivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 14. Teman-teman FISIP secara khusus teman-teman ilmu komunikasi dan konsentrasi jurnalistik Torang, Didon, Aji, Ari, Randy, Ida, Ami, Dede, dll terima kasih untuk pembelajaran dan pengalaman yang kita lewati bersama. Untuk pria-pria tangguh Didit, Marwan, Oki, Fadli, Fajar, terima kasih sudah menjadi bagian didalam perjuangan penulis menyelesaikan skripsi. Dan spesial untuk sahabat-sahabat penulis yang satu ini Bia, Yossi, Age, Wildi, Shella, tidak ada kata yang dapat menggambarkan perasaan penulis kepada kalian, penulis hanya ingin mengucapkan terima kasih untuk 4 tahun yang telah kita lewati bersama. 15. Semua pihak yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu, yang telah membantu dan mendukung penulis baik secara materiil maupun moril didalam penyelesaian skripsi ini. Tuhan memberkati kalian. Akhir kata penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, civitas akademika Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan masyarakat pada umumnya. Salam Penulis Tangerang, Februari 2015 Penulis
Refika Sari Sibarani
ix
11
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. . i LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………………... ii LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………… iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN...................................................................... iv ABSTRAK............................................................................................................ v ABSTRACT……………………………………………………………………... vi KATA PENGANTAR…………………………………………………………..vii DAFTAR ISI…………………………………………………………………..... x DAFTAR TABEL……………………………………………………………...xiii DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………. xiv DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….. xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1
Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah……………………………………………………..7
1.3
Identifikasi Masalah ............................................................................. 8
1.4
Tujuan Penelitian .................................................................................. 8
1.5
Manfaat Penelitian ................................................................................ 8 1.5.1 Teoritis ........................................................................................ 8 1.5.2 Praktis ......................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 10 2.1
Komunikasi .......................................................................................... 10
2.2
Komunikasi Organisasi ........................................................................ 11
2.3
Komunikasi Organisasi Verbal dan Nonverbal .................................... 15 2.3.1 Komunikasi Verbal ..................................................................... 15 2.3.2 Komunikasi Nonverbal............................................................... 16
2.4
Media Massa......................................................................................... 17 2.4.1 Fungsi Media Massa…………………………………………….17 x
12
2.5
Jurnalistik .............................................................................................. 18
2.6
Berita..................................................................................................... 24 2.6.1 Konsep Berita…………………………………………………..25 2.6.2 Depth News (Berita Mendalam)………………………………..27
2.7
Budaya Organisasi……………………………………………………28 2.7.1 Fungsi Budaya Organisasi……………………………………..30 2.7.2 Karakteristik Budaya Organisasi………………………………30 2.7.3 Dimensi Budaya Organisasi…………………………………....32
2.8
Kerangka Teori……………………………………………………… 34 2.8.1 Teori Budaya Organisasi (Organization Culture Theory)......... 34 2.8.2 Asumsi Teori Organisasi……………………………………….35 2.8.3 Pertunjukan Komunikasi Organisasi…………………………...38
2.9
Tinjauan Etnografi……………………………………………………43 2.9.1 Jenis Penelitian Etnografi…………………………………… 45
2.10 Penelitian Terdahulu………………………………………………… 48 2.11 Kerangka Pemikiran…………………………………………………..53
BAB III METODELOGI PENELITIAN.......................................................... 56 3.1
Metode dan Pendekatan Penelitian ...................................................... 56
3.2
Paradigma Penelitian ........................................................................... 57
3.3
Ruang Lingkup atau Fokus Penelitian ................................................. 58
3.4
Teknik Pengumpulan Data................................................................... 58 3.4.1 Observasi………………………………………………………. 59 3.4.2 Wawancara Mendalam………………………………………… 60
3.5
Informan Penelitian.............................................................................. 61
3.6
Teknik Analisis Data ........................................................................... 63
3.7
Uji Keabsahan Data ............................................................................. 64
3.8
Lokasi dan Jadwal Penelitian ............................................................... 68 3.8.1 Lokasi Penelitian………………………………………………. 68 3.8.2 Jadwal Penelitian………………………………………………. 68 xi
13
BAB IV HASIL PENELITIAN……………………………………………….69 4.1
Deskripsi Objek Penelitian………………………………………… 69 4.1.1 Visi Misi……………………………………………………… 70 4.1.2 Program Acara KOMPAS TV…………………………………70 4.1.3 Program News KOMPAS TV…………………………………72
4.2
Deskripsi Informan…………………………………………………..75
4.3
Hasil Observasi………………………………………………………78
4.4
Analisis Data…………………………………………………………79 4.4.1 Nilai-nilai Organisasi KOMPAS TV………………………….80 4.4.2 Penggunaan dan Interpretasi Simbol Verbal dan Nonverbal Jurnalis Redaksi News……………………………………….107
BAB V PENUTUP…………………………………………………………….122 5.1
Kesimpulan………………………………………………………
122
5.1.1 Nilai-nilai Organisasi KOMPAS TV………………………. 122 5.1.2 Penggunaan dan Interpretasi Simbol Verbal dan Nonverbal Jurnalis Redaksi News…………………………………… 122 5.2
Saran………………………………………………………………. 123 5.2.1 Saran Teoritis……………………………………………… 123 5.2.2 Saran Praktis……………………………………………….. 123
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 124 LAMPIRAN …………………………………………………………………. 126
xii
14
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Tabel 3.1 Daftar Informan Tabel 3.2 Jadwal Penelitian Tabel 4.1 Program Acara KOMPAS TV
xiii
15
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
xiv
16
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Pedoman Wawancara dan Pedoman Observasi Lampiran 2 Hasil Wawancara Lampiran 3 Profil Subjek Penelitian Lampiran 4 Struktur Kepengurusan Redaksi News Lampiran 5 Surat Izin Penelitian Lampiran 6 Buku Bimbingan Skripsi Lampiran 7 Riwayat Hidup Penulis
xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang KOMPAS TV merupakan stasiun televisi swasta berjaringan di Indonesia. Program utama KOMPAS TV adalah program berita. KOMPAS TV menjunjung tinggi konten berita yang bernilai edukatif dan independen. Berita yang edukatif adalah berita yang berisi nilai pendidikan. Berita KOMPAS TV yang edukatif dapat dilihat melalui contoh berita yang ditayangkan KOMPAS TV cenderung mengangkat topik politik ataupun topik yang memberikan inspirasi bagi masyarakat. Inspirasi disini dimaksudkan pada berita-berita yang mengekspos sisi manusia (human interest). Jurnalis program berita KOMPAS TV menerapkan slogan ―Jurnalisme Damai‖, dimana para jurnalis fokus pada berita-berita positif yang memberi pengetahuan bagi masyarakat, dibanding berita yang hanya membuat masyarakat menjadi takut ataupun terintimidasi. Hal itu yang menyebabkan redaksi news KOMPAS TV sangat meminimalisir untuk menayangkan berita mengenai kriminalitas, dan lebih memfokuskan pada berita tentang politik1. Ciri khas konten program berita KOMPAS TV yang kedua adalah berita yang memiliki nilai independen. Berita yang independen disini maksudnya adalah berita yang mendukung atau menolak gagasan yang sejalan dengan kepentingan publik. Dalam artian, jurnalis program berita KOMPAS TV memiliki sikap dalam 1
Lampiran 2 Hal 124
1
2
menganggapi sebuah fenomena, tanpa dipengaruhi oleh pihak manapun. Contoh berita KOMPAS TV yang independen ini terlihat jelas di sepanjang pemilihan presiden dan wakil presiden pada awal tahun 2014, dimana KOMPAS TV sama sekali tidak berpihak pada calon presiden dan wakil presiden dari kubu manapun. KOMPAS TV memberitakan dan mengkritisi kelebihan serta kekurangan kedua belah pihak calon presiden dan wakil presiden secara berimbang2. Kompas TV tidak berada pada kekuasaan pemilik perusahaan, golongan partai atau kelompok seperti yang terjadi di beberapa stasiun televisi lain pada umumnya, sehingga berita yang ditayangkan stasiun televisi seperti itu tidak imbang antara pemberitaan kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Informasi yang disampaikan dalam program berita stasiun televisi yang tidak netral ini akhirnya banyak dipertanyakan oleh masyarakat kevalidan beritanya, sebab isi berita antara stasiun televisi yang satu dengan stasiun televisi lain saling bertentangan. Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta3, Umar Idris menganalisa pemberitaan yang tidak netral ini terlihat jelas pada stasiun televisi Metro TV, TV One dan MNC Group. Pemimpin Redaksi Majalah Tempo, Arif Zulkifli dalam diskusi di Media Center KPU di Jakarta (08/07/2014), menegaskan netralitas merupakan konsep yang mulia. Netralitas adalah ketika media tidak berpihak atau apa adanya dalam memberitakan sesuatu, dan yang mendasari ketidaknetralan adalah value atau nilai yang dipilih 2
Lampiran 2 Hal 124 Keberimbangan Berita pada Bandung.bisnis.com. Diakses Minggu, 14 September 2014. Pukul 19.00 WIB. 3
3
suatu media4. Kenyataannya adalah, bagaimanapun kondisi yang terjadi di dalam program berita stasiun televisi sekarang ini, oknum yang akan disoroti adalah para jurnalis yang bekerja memproduksi berita hingga dapat tayang didalam stasiun televisi. Secara harafiah pengertian jurnalisme (berasal dari kata journal) adalah catatan harian atau catatan mengenai kejadian sehari-hari. Journal berasal dari istilah bahasa Latin yaitu diurnalis, yang memiliki arti orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik. Jadi, wartawan atau jurnalis adalah seseorang yang melakukan jurnalisme atau orang yang secara teratur menuliskan berita (berupa laporan), dan tulisannya dikirimkan atau dimuat di media massa secara teratur. Media massa disini seperti koran, televisi, radio, majalah, film, dokumentasi, dan internet5. Demi menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik serta menegakkan integritas dan profesionalisme. Berdasarkan hal tersebut, wartawan Indonesia wajib menaati Kode Etik Jurnalistik yang telah ditetapkan oleh Dewan Pers melalui Peraturan Dewan Pers Nomor 06/ Peraturan-DP/ V/ 2008 tentang Pengesahan Surat Keputusan Dewan Pers Nomor 03/ SK-DP/ III/ 2006 tentang Kode Etik Jurnalistik sebagai Peraturan Dewan Pers.
4
Keberimbangan Berita pada Bandung.bisnis.com. Diakses Minggu, 14 September 2014. Pukul 19.00 WIB. 5 Helena Olii. 2007. Berita dan Informasi. Jakarta. PT Indeks. Hal 18
4
Adapun isi dari Kode Etik Jurnalistik tersebut sebagai berikut6: 1. Pasal 1 mengenai wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. 2. Pasal 2 mengenai wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang prosefional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. 3. Pasal 3 mengenai wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. 4. Pasal 4 mengenai wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. 5. Pasal 5 mengenai wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. 6. Pasal 6 mengenai wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap. 7. Pasal 7 mengenai wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan.
6
Kode Etik Jurnalistik pada Www.dewanpers.or.id. Diakses Senin, 1 Desember 2014. Pukul 19.00 WIB.
5
8. Pasal 8 mengenai wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani. 9. Pasal 9 mengenai wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. 10. Pasal 10 mengenai wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar dan atau pemirsa. 11. Pasal 11 mengenai wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional. Dengan keberadaan kode etik jurnalistik ternyata tidak membuat para jurnalis sepenuhnya disiplin menjalankan kode etik yang berlaku. Pemimpin Redaksi Kantor Berita Radio (KBR), Heru Hendrawatko justru mengaku iba dengan kondisi wartawan di Indonesia yang ternyata mayoritas tidak pernah membaca kode etik jurnalistik sebagai pedoman dalam menyampaikan berita. ―Saya ingat betul survei setelah reformasi mengatakan, 85% pers di Indonesia tidak pernah membaca kode etik jurnalistik‖, kata Heru Hendrawatko7. Hal itu yang menyebabkan bahwa tidak cukup hanya dengan adanya kode etik jurnalistik saja untuk menjaga kualitas dari kinerja para jurnalis. Sebuah perusahaan
7
Kondisi Jurnalistik di Indonesia pada Bandung.bisnis.com. Diakses Minggu, 14 September 2014. Pukul 19.00 WIB.
6
perlu untuk menciptakan dan menerapkan suatu budaya organisasi bagi karyawannya, termasuk perusahaan media televisi. Budaya organisasi ini berfungsi sebagai pedoman atau panduan bagi para jurnalis dalam memproduksi program berita yang berkualitas. Terdapat
tiga
asumsi
yang
mengarahkan
Teori
Budaya
Organisasi
(Organizational Culture Theory) berdasarkan pandangan mengenai proses dari sebuah organisasi yang dikemukakan oleh Michael Pacanowsky dan Nick O‘Donnel Trujillo, yakni8: 1. Anggota-anggota organisasi menciptakan dan mempertahankan perasaan yang dimiliki bersama mengenai realitas organisasi, yang berakibat pada pemahaman yang lebih baik mengenai nilai-nilai sebuah organisasi. 2. Penggunaan dan interpretasi simbol sangat penting dalam budaya organisasi. 3. Budaya bervariasi dalam organisasi-organisasi yang berbeda, dan interpretasi tindakan dalam budaya ini juga beragam. Budaya yang dimaksud dalam Organizational Culture Theory ini bukan mengacu pada keanekaragaman ras, etnis, dan label individu. Budaya yang dimaksud adalah suatu cara hidup dalam sebuah organisasi. Karyawan dipandang sebagai bagian dari budaya perusahaan, diposisikan untuk membangun dan mempertahankan prinsip-prinsip dan nilai-nilai perusahaan, simbol-simbol, ritual, dan nilai sangat penting dalam budaya perusahaan yang penggunaannya dan interpretasinya dilakukan
8
West dan Richard. Lyn H. Turner. 2007. Introducing Communication Theory: Analisis dan Aplikasi, Edisi 3, Buku 2. Jakarta. Salemba Humanika. Hal 49.
7
oleh karyawan perusahaan. Setiap organisasi memiliki variasi budaya yang berbedabeda sehingga interpretasi tindakan budaya ini pun juga beragam9. Budaya organisasi meningkatkan kemantapan sistem sosial atau sebagai perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi dengan memberikan standar standar yang tepat bagi para karyawan 10. Dengan adanya budaya organisasi yang kuat, tujuan perusahaan pun dapat terwujud dengan baik. Penelitian ini akan mencoba melihat dan mengamati bagaimana budaya organisasi yang tercipta dan diterapkan oleh para jurnalis program berita KOMPAS TV, sehingga mampu memproduksi program berita yang bernilai edukatif dan independen. Budaya organisasi dalam penelitian ini akan berfokus pada nilai-nilai organisasi KOMPAS TV yang mencakup ideologi dan peraturan-peraturan yang diciptakan perusahaan, serta melihat simbol-simbol yang diterapkan oleh para jurnalis melalui komunikasi verbal dan nonverbal didalam bekerja. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan di atas, maka penulis merumuskan masalah yang ada sebagai berikut: “Bagaimana budaya organisasi KOMPAS TV dalam memproduksi program berita bernilai edukatif dan independen?”
9
Ibid, Hal 46. Ibid. Hal 20.
10
8
1.3 Identifikasi Masalah Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diidentifikasi masalahnya sebagai berikut: 1. Apa saja nilai-nilai organisasi yang dianut KOMPAS TV dalam memproduksi program berita yang bernilai edukatif dan independen? 2. Bagaimana penggunaan dan interpretasi simbol verbal dan nonverbal jurnalis KOMPAS TV dalam memproduksi program berita yang bernilai edukatif dan independen? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apa saja nilai-nilai organisasi yang dianut KOMPAS TV dalam memproduksi program berita yang bernilai edukatif dan independen. 2. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan dan interpretasi simbol verbal dan nonverbal jurnalis KOMPAS TV dalam memproduksi program berita yang bernilai edukatif dan independen. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan bagi ilmu komunikasi terutama kajian komunikasi organisasi dalam menganalisis budaya
organisasi.
Dengan
menggunakan
Teori
Budaya
Organisasi
(Organization Culture Theory) sebagai landasan dalam penelitian ini, teori ini
9
akan menolong dalam menganalisis budaya organisasi sebuah perusahaan media televisi, yakni KOMPAS TV dengan berfokus pada nilai-nilai organisasi (ideologi dan peraturan) dan penggunaan simbol-simbol verbal dan nonverbal yang diterapkan jurnalis dalam menghasilkan program berita yang bernilai edukatif dan independen. 1.5.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah refrensi yang ada dan dapat digunakan oleh semua pihak yang membutuhkan. Penelitian ini secara khusus diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam mengkaji program berita seperti apa yang dikatakan berkualitas, serta dapat menjadi refrensi dan tolak ukur apakah sebuah perusahaan secara khusus media televisi sudah mampu menciptakan dan mewujudkan budaya organisasi yang baik dan kuat bagi para jurnalisnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Istilah komunikasi dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Definisi komunikasi telah banyak ditulis dengan menekankan pada fokus yang beragam. Keragaman pengertian tersebut disebabkan perbedaan perspektif dalam melihat komunikasi sebagai fenomena sosial 11. Harold Laswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication is Society, cara yang baik menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect. Paradgma Laswell menunjukkan bahwa komunikasi meluputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang telah diajukan, yaitu komunikator (source/ sender), pesan (messagge), media (channel/ media), komunikan (receiver/ recipient/ communicate) dan efek (effect/ impact/ influence). Berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media dan menimbulkan efek tertentu12. Brent D. Ruben memberikan definisi mengenai komunikasi manusia yang lebih komprehensif, komunikasi manusia adalah suatu proses melalui mana individu dalam
11 12
Onong Uchjana Effendy. 1999. Komunikasi: Ilmu, Teori dan Praktek. Bandung. Rosdakarya. Hal 9 Ibid, Hal 10.
10
11
hubungannya,
dalam
kelompok,
dalam
organisasi
dan
dalam
masyarakat
menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan informasi unttuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain. Ruben menggunakan istilah informasi, yang diartikannya sebagai kumpulan data, pesan (message), susunan isyarat dalam cara tertentu yang mempunyai arti atau berguna bagi sistem tertentu. Pengertian informasi di sini tidak hanya bersifat fakta tetapi juga bersifat fiksi, humor, atau bujukan, dan apa saja13. Istilah menciptakan informasi yang dimaksudkan Ruben di sini adalah tindakan menyandikan (encoding) pesan yang berarti kumpulan data. Istilah mengirimkan informasi maksudnya adalah proses dengan mana pesan dipindahkan dari si pengirim kepada orang lain atau dari satu tempat ke tempat lain. Pesan dikirim melalui bahasa baik bahasa verbal maupun bahasa nonverbal. Istilah pemakaian informasi menunjuk kepada peranan informasi dalam mempengaruhi tingkah laku manusia baik secara individual, kelompok, maupun masyakarat. Jadi jelas bahwa tujuan komunikasi menurut Ruben ini adalah untuk mempengaruhi tingkah laku orang lain14. 2.2 Komunikasi Organisasi Menurut Winardi, sebuah organisasi merupakan sebuah sistem yang terdiri dari aneka macam elemen atau subsistem, di antara mana subsistem manusia mungkin merupakan sistem terpenting, dan dimana terlihat bahwa masing-masing subsistem saling berinteraksi dalam upaya mencapai sasaran-sasaran atau tujuan-tujuan
13 14
Arni Muhammad. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta. Bumi Aksara. Hal 3 Ibid, Hal 4.
12
organisasi yang bersangkutan. Dari definisi tersebut, organisasi terbentuk karena adanya hubungan atau interaksi diantara elemen/ subsistem didalam organisasi, sehingga organisasi tersebut dapat berjalan. Organisasi tidak terlepas dari perilaku manusia baik secara individu maupun berkelompok yang berinteraksi dengan orang lain didalam organisasi yang bersangkutan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam organisasi sangat berperan penting sebagai jalan untuk mencapai tujuannya. Komunikasi organisasi harus diterapkan di setiap organisasi baik organisasi formal maupun nonformal15. Definisi lain mengenai komunikasi organisasi, diantaranya komunikasi organisasi yang dikemukakan oleh Redding dan Sanborn yang menyebutkan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Bidang yang termasuk dalam hal ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang memiliki sama tingkatan
dalam
organisasi,
keterampilan
berkomunikasi
dan
berbicara,
mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program16. Kebanyakan komunikasi ke bawah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan tugas-tugas dan pemeliharaan. Pesan tersebut biasanya berhubungan dengan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan dan
15 16
Ibid, Hal 67. Ibid, Hal 65.
13
kebijaksanaan umum. Menurut Lewis, komunikasi ke bawah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan17. Menurut Pace, fungsi komunikasi ke atas memperkuat apresiasi dan loyalitas karyawan terhadap organisasi dengan jalan memberikan kesempatan untuk menanyakan pertanyaan, mengajukan ide-ide dan saran-saran tentang jalannya organisasi. Komunikasi ke atas juga membantu karyawan mengatasi masalah-masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dalam tugas-tugasnya dan organisasi. Dan pesan horizontal biasanya berhubungan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan sepeti koordinasi, pemecahan masalah, peneylesaian konflik dan saling memberikan informasi18. Pace dan Faules mendefinisikan komunikasi organisasi menjadi dua, yakni 19: 1. Definisi fungsional, komunikasi organisasi merupakan petunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubunganhubungan hierarkis antara yang satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.
17
Ibid, Hal 108. Ibid, Hal 117. 19 Ibid, Hal 71. 18
14
2. Definisi interpreatif, komunikasi organisasi merupakan proses penciptaan makna atas interaksi yang merupakan organisasi atau ―perilaku pengorganisasian‖ yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu dan memberi makna atas apa yang telah terjadi. Meskipun bermacam-macam persepsi dari para ahli mengenai komunikasi organisasi, dari semuanya ada beberapa hal umum yang dapat disimpulkan, yaitu 20: 1. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal. 2. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media. 3. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya, hubungannya dan keterampilan. Dapat diambil suatu kesimpulan bahwa komunikasi organisasi adalah pertukaran informasi yang dilakukan antara karyawan baik atasan, bawahan atau sesama rekan satu tingkat, selain itu menganalisis bagaimana hubungan manusia yang terjadi didalam organisasi tersebut dan mencakup bagaimana keterampilan berkomunikasi yang diterapkan di dalam organisasi tersebut 21. Pada prinsipnya, organisasi adalah lembaga yang dibentuk melalui proses komunikasi. Setelah organisasi itu terbentuk, proses komunikasi merupakan aktivitas yang dominan. Hal ini disebabkan organisasi memiliki tujuan, oleh karena itu
20 21
Ibid, Hal 72. Ibid, Hal 72.
15
diperlukan koordinasi, saling koreksi, saling melengkapi, dan keterbukaan diantara semua karyawan22. 2.3 Komunikasi Organisasi Verbal dan Nonverbal 2.3.1 Komunikasi Verbal Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau kata-kata, baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun secara tulisan. Komunikasi verbal merupakan karakteristik khusus dari manusia. Tidak ada makhluk lain yang dapat menyampaikan bermacam-macam arti melalui katakata. Kata dapat dimanipulasi untuk menyampaikan secara eksplisit sejumlah arti. Kata-kata dapat menjadikan individu dapat menyampaikan ide yang lengkap secara komprehensif dan tepat. Kata-kata memungkinkan pengiriman banyak ide-ide
melalui
gelombang
udara
kepada
orang
banyak.
Kata-kata
memungkinkan menyatakan perasaan dan pikiran yang memungkinkan dapat dibaca orang untuk beberapa menit atau untuk beberapa abad sesudahnya 23. Kemampuan menggunakan komunikasi verbal secara efektif adalah penting bagi administrator dan manajer. Dengan adanya komunikasi verbal memungkinkan pengidentifikasian tujuan, pengembangan strategi dan tingkah laku untuk mencapai tujuan24. Komunikasi verbal dapat dibedakan atas komunikasi lisan dan komunikasi tulisan. Komunikasi lisan dapat diidentifikasikan sebagai suatu proses dimana 22
Ibid, Hal 73 Arni Muhammad. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta. Bumi Aksara. Hal 95 24 Ibid, Hal 95 23
16
seorang pembicara
berinteraksi
secara
lisan dengan pendengar untuk
mempengaruhi tingkah laku penerima. Didalam organisasi, terdapat bermacammacam tipe dari komunikasi lisan seperti: instruksi, penjelasan, laporan lisan, pembicaraan untuk mendapat persetujuan kebijaksanaan, memajukan penjualan dan menghargai orang dalam organisasi. Agar komunikasi lisan ini berhasil dengan baik, perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Diantara beberapa langkah persiapannya adalah pemilihan subjek, menentukan tujuan, menganalisis pendengar, mengumpulkan materi, menyusun garis-garis besar apa yang akan dikomunikasikan dan praktik berbicara dengan tenang. Sedangkan komunikasi tulisan dapat berupa surat, memo, buku petunjuk, gambar dan laporan25. 2.3.2 Komunikasi Nonverbal Komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vokal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan. Atau dapat juga dikatakan bahwa semua kejadian disekeliling situasi komunikasi yang tidak berhubungan dengan kata-kata yang diucapkan atau dituliskan. Dengan komunikasi nonverbal, orang dapat mengekspersikan perasaannya melalui ekspresi wajah dan nada atau kecepatan berbicara. Misalnya seorang pimpinan berbicara dengan suara yang keras dan
25
Ibid, Hal 96.
17
wajah yang merah padam, itu menandakan bahwa pimpinan tersebut sedang marah pada karyawan tersebut26. Arti dari suatu komunikasi verbal dapat diperoleh melalui hubunganhubungan komunikasi verbal dan nonverbal. Dengan kata lain, komunikasi verbal akan lebih mudah diinterpretasikan maksudnya dengan melihat tandatanda nonverbal yang mengiringi komunikasi verbal tersebut. Komunikasi nonverbal dapat memperkuat dan menyangkal pesan verbal. Bila ada ketidaksejajaran antara komunikasi verbal dan nonverbal, orang khususnya lebih percaya pada komunikasi nonverbal yang menyertainya 27. 2.4 Media Massa Menurut Cangara, media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak, sedangkan pengertian media massa sendiri adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi seperti surat kabar, film, radio, dan televisi28. 2.4.1 Fungsi Media Massa Pada dasarnya media massa mempunyai empat fungsi, yaitu fungsi edukasi, informasi, hiburan dan pengaruh. Berikut penjelasan masing-masing dari fungsi tersebut29:
26
Ibid, Hal 130 Ibid, Hal 131 28 H Hafied Cangara . 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. Raja Grafindo. Hal 26 29 Djafar H Assegaf. 1991. Jurnalistik Masa Kini. Jakarta. Ghalia Indonesia. Hal 50 27
18
1. Fungsi Edukasi, yaitu media massa berfungsi sebagai agen atau media yang memberikan pendidikan kepada masyarakat, sehingga keberadaan media massa tersebut menjadi bermanfaat karena berperan sebagai pendidik masyarakat. Oleh karena itu, lewat setiap program acara yang ada, media massa diharapkan memberikan pendidikan kepada masyarakat. 2. Fungsi Informasi, yaitu media massa berperan sebagai pemberi atau penyebar berita kepada masyarakat atau komunikatornya, media elektronik misalnya memberikan informasi lewat acara berita, atau informasi lain yang dikemas lewat acara ringan sehingga media massa berperan bagi menambah wawasan ilmu pengetahuan. 3.
Fungsi Hiburan, yaitu media massa berperan menyajikan hiburan kepada komunikatornya atau dalam hal ini masyarakat luas. Hiburan tersebut misalnya acara musik, komedi, dan lain sebagainya.
4.
Fungsi Pengaruh, yaitu bahwa media massa berfungsi memberikan pengaruh kepada masyarakat luas lewat acara atau berita yang disajikannya, sehingga dengan adanya media massa diharapkan masyarakat dapat terpengaruh oleh berita yang disajikan. Misalnya ajakan pemerintah untuk mengikuti pemilihan umum (pemilu), maka diharapkan masyarakat akan terpengaruh dan semakin berpartisipasi bagi kegiatan pemilu.
2.5 Jurnalistik Demi menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika
19
profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Berdasarkan hal tersebut, wartawan Indonesia wajib menaati Kode Etik Jurnalistik yang telah ditetapkan oleh Dewan Pers melalui Peraturan Dewan Pers Nomor 06/ Peraturan-DP/ V/ 2008 tentang Pengesahan Surat Keputusan Dewan Pers Nomor 03/ SK-DP/ III/ 2006 tentang Kode Etik Jurnalistik Sebagai Peraturan Dewan Pers30. Adapun isi dari Kode Etik Jurnalistik tersebut adalah sebagai berikut31: 1. Pasal 1 mengenai wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers. b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi. c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara. d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk menimbulkan kerugian pihak lain. 2. Pasal 2 mengenai wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang prosefional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Cara-cara yang profesional adalah:
30
Kode Etik Jurnalistik pada Www.dewanpers.or.id. Diakses Senin, 1 Desember 2014. Pukul 19.00 WIB. 31 Kode Etik Jurnalsitik pada Www.dewanpers.or.id. Diakses Senin, 1 Desember 2014. Pukul 19.00 WIB.
20
a. Menunjukkan identitas diri kepada narasumber. b. Menghormati hak privasi c. Tidak menyuap d. Menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya e. Rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang. f. Menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara. g. Tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri h. Penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik. 3. Pasal 3 mengenai wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. a. Menguji informasi berarti melakukan check dan recheck tentang kebenaran informasi itu. b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional.
21
c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta. d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang. 4. Pasal 4 mengenai wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. a. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk. c. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan. d. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar, suara, grafis atau tulisan yang semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi. e. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan waktu pengambilan gambar dan suara. 5. Pasal 5 mengenai wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. a. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak. b. Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah.
22
6. Pasal 6 mengenai wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap. a. Menyalahgunakan profesi
adalah segala
tindakan yang mengambil
keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan umum. b. Suap adalah segala sesuatu pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi. 7. Pasal 7 mengenai wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan. a. Hal tolak adalah untuk tidak mengungkapkan identitas dan keberadaan narasumber demi keamanan narasumber dan keluarganya. b. Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita sesuai dengan permintaan narasumber. c. Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari narasumber yang disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan narasumbernya. d. Off the record adalah segala informasi atau data dari narasumber yang tidak boleh disiarkan atau diberitakan. 8. Pasal 8 mengenai wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan
23
suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani. a. Prasangka adalah anggapan yang kurang baik. b. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan. 9. Pasal 9 mengenai wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. a. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhati-hati b. Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang dan keluarganya selain yang terkait dengan kepentingan publik. 10. Pasal 10 mengenai wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar dan atau pemirsa. a. Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik karena ada maupun tidak ada teguran dari pihak luar. b. Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan substansi pokok. 11. Pasal 11 mengenai wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional. a. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.
24
b. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain. c. Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu diperbaiki. 2.6 Berita Secara etimologi, berita yang dalam bahasa inggrisnya ―News‖ berasal dari bahasa Latin ―Novus‖ atau ―Nova‖ yang artinya ―baru‖. Berita atau News adalah segala hal atau peristiwa nyata yang telah terjadi, sedang terjadi, maupun akan terjadi, serta mengenai sesuatu hal yang menjadi pemikiran (opini) orang atau seseorang. Berita merupakan hasil dari proses rekonstruksi (ungkapan) tertulis dari realitas sosial yang diambil dari kehidupan masyarakat luas. Penulisan berita lebih merupakan pekerjaan merekonstruksi realitas sosial ketimbang gambaran dari realitas itu sendiri. Kegiatan merekonstruksi yang dilakukan oleh wartawan terhadap realitas sosial tersebut tidak akan dapat dilakukan secara komprehensif. Arti kata, seorang pewarta tidak akan sanggup merekonstruksi suatu realitas sosial sesuai dengan apa yang terjadi. Asumsinya, jika realitas sosial memiliki empat sudut, maka yang dapat direkonstruksi hanya dua sudut saja. Setiap berita merupakan peristiwa, namun tidak semua peristiwa bernilai berita atau dapat menjadi berita. Suatu peristiwa dikatakan berita jika sudah disiarkan oleh media massa. Karenanya, selektivitas terhadap suatu peristiwa menjadi hak prerogatif
25
wartawan itu sendiri. Ia dapat menentukan apakah suatu peristiwa layak menjadi berita atau tidak berdasarkan nilai kelayakan suatu berita32. 2.6.1 Konsep Berita Frank Luther Mott dalam bukunya membagi berita dalam delapan konsep, yakni33: 1. Berita sebagai Laporan Tercepat (News As Timely Report) Konsep dasar berita menitikberatkan pada aspek kecepatan (timely). Sekarang ini dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, kecepatan adalah sesuatu yang sangat penting. Namun, sesuatu yang tidak bisa ditulis dengan cepat atau tidak terlalu baru dapat disiasati dengan memberikan laporan yang lebih mendalam (in depth report) sehingga terkesan lebih baru. 2. Berita sebagai Rekaman (News As Record) Berita yang tercetak dalam media massa cetak merupakan rekaman sebagai bahan dokumentasi. Sering kali media massa mencatat hal-hal yang bersejarah, berharga, dan bernilai tinggi bagi kemanusiaan serta kebudayaan. Semua itu dengan adanya media massa cetak bisa didokumentasikan. 3. Berita sebagai Fakta Objektif (News As Objective/Acts) Disebut sebagai fakta objektif karena berita merupakan suatu fakta dan objektif. Karenanya sebuah laporan berita harus jujur dalam mengungkapkan fakta apa adanya dan haruslah objektif yakni berafiliasi pada salah satu pihak. 32
Helena Olii. 2007. Berita dan Informasi. Jakarta. PT Indeks. Hal 25 Konsep Berita pada Theactadiurna.wordpress.com. Diakses Sabtu, 14 September 2014. Pukul 18.00 WIB 33
26
Sebagai media yang ditujukkan untuk publik, maka media massa haruslah memenuhi ketentuan umum termasuk memenuhi standar kode etik jurnalistik didalamnya. 4. Berita sebagai Sensasi (News As Sensation) Terkadang berita memiliki sisi subjektivitas sebagai upaya mengejutkan (shocks) dan menggetarkan atau mengaharukan (thrills) bagi pembaca. Subjektivitas tersebut biasanya terdapat dalam pemberitaan yang serius mengenai kejadian-kejadian tertentu, misalnya tentang skandal seks pejabat, atau gosip yang dapat memberikan sensasi. 5. Berita sebagai Interpretasi (News As Interpretation) Dalam suatu kehidupan yang kompleks seperti menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan ilmu pengetahuan. Suatu fakta perlu dijelaskan agar pembaca mengerti. Publik perlu diberi penjelasan tentang latar belakang, sebab akibat, siatuasi serta hubungannya dengan hal-hal lain, mengapa sesuatu itu terjadi berdasarkan interpretasi atau pemahaman wartawan. Kepiawaian seorang wartawan dalam menyajikan berita adalah hal yang penting sehingga tidak menimbulkan salah tafsir dan salah pengertian (prejudice) bagi pembacanya. Karenanya, untuk menggali dan meyakinkan pembacanya, diperlukan kepandaian dan kejujuran wartawan yang bersangkutan. 6. Berita sebagai Minat Insani (News As Human Interest) Dalam hal ini, menariknya berita bukan karena pentingnya peristiwa yang dilaporkan, tetapi karena sifatnya yang menyentuh perasaan insani (manusia),
27
menimbulkan perasaan terharu, prihatin, senang dan lain sebagainya, misalnya penemuan seorang anak yang telah hilang terpisah dari orang tuanya. 7. Berita sebagai Ramalan (News As Prediciton) Wartawan berita cenderung menaruh perhatian kepada masa depan dari masa kini dan masa lalu. Karena minat pembaca terutama terletak pada masa depan. Pada umumnya yang diharapkan dari berita selain merupakan informasi mengenai kejadian terkini, juga ramalan (to perdiciton) yang masuk akal (intelligent forecast) mengenai masa depan. 8. Berita sebagai Gambar (News As Picture) Selain berita disampaikan dalam bentuk kata-kata, berita juga dapat disampaikan dalam bentuk gambar. Ilustrasi gambar dalam media massa selain bisa menghibur, juga biasanya lebih lugas, jujur, dan apa adanya. Biasanya gambar bisa lebih menjelaskan fakta objektif daripada kata-kata, karena kata-kata memang mempunyai keterbatasan dalam menjangkau peristiwa. 2.6.2 Depth News (Berita Mendalam) Depth news disebut berita mendalam karena laporan yang diberitakannya memiliki nilai berita yang ―berat‖, baik dari segi fakta, penggalian data, dan dampaknya kepada masyarakat umum. Disamping itu, proses penggalian datanya memerlukan perencanaan, persiapan ―matang‖, dan analisa yang ―mendalam‖.
28
Ada beberapa karakter depth news, yaitu34: 1. Unsur berita yang ditekankan adalah why (mengapa peristiwa terjadi) dan how (bagaimana peristiwa terjadi), what (apa yang akan terjadi kemudian) dipakai untuk mendekatkan berita pada kebenaran prediksi lebih lanjut dari suatu peristiwa yang tengah terjadi. 2. Deksripsi berita analitis dan mengungkapkan banyak fakta penting sebagai pendukung. 3. Struktur berita yang digunakan adalah balok tegak. Karenanya, di setiap bagian berita (dari kepala berita, tubuh berita, hingga kaki berita) mengandung inti peristiwa. Sehingga, membaca sebagian paragraf saja tidak dapat memahami atau mendapatkan informasi secara utuh. Karenanya, seluruh bagian berita depth news merupakan satu kesatuan utuh. 2.7 Budaya Organisasi Linda Smircich dalam Sobirin menyatakan bahwa ada dua kubu berkaitan dengan budaya organisasi. Kubu yang pertama berpandangan bahwa “Organization is a culture”, dan kubu yang kedua berpandangan bahwa “Organization has culture”. Kubu pertama menganggap bahwa budaya organisasi adalah hasil budaya, oleh karena itu aliran ini lebih menekankan pada pentingnya penjelasan deksriptif atas sebuah organisasi. Aliran yang kedua justru memberikan penekanan pada faktor penyebab terjadinya budaya dalam organisasi dan implikasinya terhadap organisasi
34
Depth News (Berita mendalam) pada Theactadiurna.wordpress.com. Diakses Sabtu, 14 September 2014. Pukul 18.00 WIB
29
tersebut, misalnya dengan melakukan pendekatan manajerial. Aliran kedua ini menurut Sobirin lebih tepat diterapkan dalam kepentingan organisasi karena penekanan ada pada pentingnya budaya sebagai variabel yang dapat mempengaruhi efektivitas organisasi35. Schein, memaparkan lebih jelas bahwa secara komprehensif budaya organisasi didefinisikan sebagai sebuah corak dari asumsi-asumsi dasar, yang ditemukan atau dikembangkan oleh sebuah kelompok tertentu untuk belajar mengatasi problemproblem kelompok dari adaptasi eksternal dan integrasi internal, yang telah bekerja dengan baik. Hal itu cukup relevan untuk dipertimbangkan sebagai sesuatu yang bernilai dan, oleh karenanya, pantas diajarkan kepada para anggota baru sebagai cara yang benar untuk berpersepsi, berpikir dan berperasaan dalam hubungannya dengan problem-problem tersebut36. Robbins mengatakan bahwa organisasi mengacu ke suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggotanya dan yang membedakan antara satu organisasi dengan lainnya. Robbins
memberi pengertian budaya organisasi antara lain
sebagai37: 1. Nilai-nilai dominan yang didukung oleh organisasi (Deal & Kenney) 2. Falsafah yang menuntut kebijaksanaan organisasi terhadap pegawai dan pelanggan (Pascale & Athos) 35
Achmad Sobirin . 2007. Budaya Organisasi (Pengertian, makna, dan aplikasinya dalam kehidupan organisasi). Yogyakarta. UPP, STIM YKPN. Hal 39. 36 Muchlas Makmuri. 2008. Perilaku Organisasi. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Hal 531. 37 Robbins. 2001. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi (Terjemahan). Jakarta. Erlangga. Hal 15.
30
3. Cara pekerjaan dilakukan di tempat itu (Bower) 2.7.1 Fungsi Budaya Organisasi Robbins menyatakan bahwa budaya organisasi melakukan sejumlah fungsi dalam suatu organisasi, yakni38: 1. Mempunyai peran atau fungsi menetapkan tapal batas yang menciptakan perbedaan yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. 2. Budaya organisasi membawa suatu rasa identitas bagi para anggota organisasi atau jati diri. 3. Budaya organisasi mempermudah komitmen bagi kepentingan yang lebih luas dibandingkan kepentingan individu. 4. Budaya organisasi meningkatkan kemantapan sistem sosial atau sebagai perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi dengan memberikan standart-standart yang tepat untuk cara berkomunikasi dan beraktivitas bagi para karyawan. 2.7.2 Karakteristik Budaya Organisasi Luthans menyebutkan sejumlah karakteristik yang penting dari budaya organisasi, yang meliputi39: 1. Aturan-aturan perilaku Bahasa, terminologi dan ritual yang biasa dipergunakan oleh anggota organisasi.
38 39
Ibid, Hal 20. Fred Luthans . 2006. Perilaku Organisasi. Yogyakarta. Andi. Hal 52.
31
2. Norma Standar perilaku yang meliputi petunjuk bagaimana melakukan sesuatu. Lebih jauh di masyarakat kita kenal adanya norma agama, norma sosial, norma susila, norma adat, dll. 3. Nilai-nilai dominan Nilai utama yang diharapkan dari organisasi untuk dikerjakan oleh para anggota, misalnya tingginya kualitas produk, rendahnya tingkat absensi, tingginya produktivitas dan efisiensi, serta tingginya disiplin kerja. 4. Ideologi Ideologi adalah pedoman normative yang dipakai oleh seluruh kelompok sebagai dasar cita-cita, nilai dasar dan keyakinan yang dijunjung tinggi. 5. Peraturan-peraturan Aturan yang tegas dalam organisasi. Pegawai baru harus mempelajari peraturan ini agar keberadaannya dapat diterima di dalam organisasi. 6. Iklim Organisasi Keseluruhan ―perasaan‖ yang meliputi hal-hal fisik, bagaimana para anggota
berinteraksi
dan
bagaimana
para
anggota
organisasi
mengendalikan diri dalam berhubungan dengan pelanggan atau pihak luar organisasi.
32
2.7.3 Dimensi Budaya Organisasi Riset yang dilakukan oleh Recardo dan Jolly, mengemukakan bahwa terdapat delapan dimensi untuk menilai budaya suatu organisasi, diantaranya 40: 1. Communication (Komunikasi) Di sini terdapat sejumlah tipe dan sistem komunikasi serta bagaimana komunikasi digunakan, termasuk arah komunikasi, top down malt bottom up versus three way, apakah komunikasi disaring atau terbuka, bagaimana konflik dihindari atau dipecahkan, baik melalui jalur formal maupun informal. 2. Training and Development (Pelatihan dan Pengembangan) Indikasi penting untuk menilai komitmen manajemen adalah ketersediaan kesempatan untuk pengembangan diri bagi para karyawan dan bagaimana keterampilan yang diperoleh itu dapat diterapkan dalam pekerjaan, serta apakah pendidikan bagi para karyawan ditujukan untuk kebutuhan sekarang atau untuk masa yang akan datang. 3. Reward (Imbalan) Dimensi ini dilihat dan perilaku apa yang mendapatkan imbalan, tipe imbalan yang digunakan apakah secara pribadi atau kelompok, apakah semua karyawan mendapatkan bonus, kriteria apa yang digunakan untuk menilai kemajuan karyawan.
40
Ibid, Hal 40.
33
4. Decision Making (Membuat Keputusan) Pada dimensi ini dibicarakan bagaimana keputusan dibuat dan konflik dipecahkan. Apakah keputusan tersebut dilakukan secara cepat atau lambat, apakah organisasi bersifat birokratis, apakah pembuatan keputusan bersifat sentralistis atau desentralisasi. 5. Risk Taking (Pengambilan Risiko) Dimensi ini fokus pada bagaimana kreativitas dan inovasi dinilai dan dihargai.
Apakah
pengambilan
risiko
itu
telah
didukung
dan
diperhitungkan, apakah ada keterbukaan terhadap ide-ide baru, untuk level mana manajemen mendukung saran-saran untuk perbaikan, apakah karyawan dihukum karena mencoba ide-ide baru atau menanyakan cara melaksanakan ide tersebut. 6. Planning (Perencanaan) Apakah organisasi menekankan pada rencana jangka panjang atau jangka pendek, apakah perencanaan bersifat reaktif atau proaktif, untuk apa strategi tujuan dan visi organisasi disampaikan kepada karyawan, apakah proses perencanaan berisfat informal atau terstruktur, pada level apa karyawan mempunyai komitmen terhadap pencapaian strategi bisnis serta tujuan organisasi. 7. Team work (Kerja Sama) Dimensi ini berhubungan dengan jumlah, tipe dan keefektifan tim dalam organisasi. Dibatasi atau tidak dibatasi, meliputi kerja sama dengan
34
departement yang berbeda, sejumlah kepercayaan di antara beberapa fungsi atau unit yang berbeda dan dukungan terhadap proses kerja. 8. Management Practice (Praktik Manajemen) Dimensi akhir yang menjadi ukuran adalah keadilan dan konsistensi, penyediaan lingkungan kerja yang aman, serta bagaimana manajemen mendukung adanya perbedaan. 2.8 Kerangka Teori Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana budaya organisasi yang tercipta di dalam lingkungan kerja jurnalis program berita KOMPAS TV, mampu menghasilkan program berita yang bernilai edukatif dan independen. Penulis fokus mengamati budaya organisasi tersebut pada nilai-nilai organisasi (ideologi, peraturan-peraturan) serta penggunaan dan interpretasi simbol (komunikasi verbal dan nonverbal) yang tercipta dalam kinerja jurnalis program berita KOMPAS TV. Berkaitan dengan masalah diatas, maka yang menjadi landasan teori dalam penelitian ini adalah Teori Budaya Organisasi (Organizational Culture Theory). 2.8.1 Teori Budaya Organisasi (Organizational Culture Theory) Teori Budaya Organisasi (Organizational Culture Theory) dikaji oleh Michael Pacanowsky dan Nick O‘Donnel Trujillo yang mendasarkan penelitiannya pada ide yang lebih dahulu dimiliki oleh Clifford Geertz, seorang antropolog
mengenai
kebudayaan.
Mereka
menerapkan
prinsip-prinsip
35
antropologi untuk mengkonstruksi teori mereka. Hal itulah yang menyebabkan teori ini tak terlepas dari pengaruh etnografi 41. Budaya yang dimaksud dalam Organizational Culture Theory ini bukan mengacu pada keanekaragaman ras, etnis, dan label individu. Budaya yang dimaksud adalah suatu cara hidup dalam sebuah organisasi. Karyawan dipandang sebagai bagian dari budaya perusahaan, diposisikan untuk membangun dan mempertahankan prinsip-prinsip dan nilai-nilai perusahaan, simbol, ritual, dan nilai sangat penting dalam budaya perusahaan yang penggunaannya dan interpretasinya dilakukan oleh karyawan perusahaan. Setiap organisasi memiliki variasi budaya yang berbeda-beda sehingga interpretasi tindakan budaya ini pun juga beragam42. 2.8.2 Asumsi Teori Organisasi Terdapat tiga asumsi yang mengarahkan Teori Budaya Organisasi (Organizational Culture Theory), berdasarkan pandangan mengenai proses dari sebuah organisasi yang dikemukakan oleh Pacanowsky dan O‘Donnell Trujillo43: 1. Anggota-anggota organisasi menciptakan dan mempertahankan perasaan yang dimiliki bersama mengenai realitas organisasi, yang berakibat pada pemahaman yang lebih baik mengenai nilai-nilai sebuah organisasi.
41
West dan Richard. Lyn H. Turner. 2007. Introducing Communication Theory: Analisis dan aplikasi, Edisi 3, Buku 2. Jakarta. Salemba Humanika. Hal 45. 42 Ibid, Hal 46. 43 Ibid, Hal 49.
36
2. Penggunaan dan interpretasi simbol sangat penting dalam budaya organisasi. 3. Budaya bervariasi dalam organisasi-organisasi yang berbeda, dan interpretasi tindakan dalam budaya ini juga beragam. Asumsi pertama berhubungan degan pentingnya orang di dalam kehidupan organisasi. Secara khusus, individu saling berbagi dalam menciptakan dan mempertahankan realitas. Individu-individu ini mencakup karyawan, supervisor, dan pimpinan. Pada inti dari asumsi ini adalah nilai yang dimiliki oleh organisasi. Nilai (value) adalah standar dan prinsip-prinsip dalam sebuah budaya yang memiliki nilai intrinsik dari sebuah budaya. Nilai menunjukkan kepada anggota organisasi mengenai apa yang penting. Pacanowsky melihat bahwa nilai berasal dari pengetahuan moral, dan bahwa orang menunjukkan pengetahuan moral mereka melalui narasi atau kisah44. Orang berbagi dalam proses menemukan nilai-nilai perusahaan. Menjadi anggota dari sebauh organisasi membutuhkan partisipasi aktif dalam organisasi tersebut. Makna dari simbol-simbol tertentu—misalnya, mengapa sebuah perusahaan terus melaksanakan wawancara terhadap calon karyawan ketika terdapat sebuah rencana pemutusan hubungan kerja besar-besaran—harus dikomunikasikan dengan baik kepada karyawan oleh pihak manajemeri. Makna simbolik dari menerima karyawan baru ketika yang lainnya dipecat, tidak akan dilewatkan oleh pekerja yang cerdik. Pacanowsky dan O‘Donnel Trujillo yakin 44
Ibid, Hal 50.
37
bahwa karyawan memberikan kontribusi dalam pembentukkan budaya organisasi. Perilaku mereka sangatlah penting dalam menciptakan dan pada akhirnya mempertahankan realitas organisasi45. Realitas (dan budaya) organisasi juga sebagiannya ditentukan oleh simbolsimbol, dan ini merupakan asumsi kedua dari teori ini. Pacanowsky dan O‘Donnell Trujillo mengadopsi perspektif interaksi simbolik dari Geertz. Perspektif ini menggarisbawahi penggunaan simbol di dalam organisasi, dan simbol merupakan representasi untuk makna. Anggota-anggota organisasi menciptakan, menggunakan, dan menginterpretasikan simbol setiap hari. Simbolsimbol ini, karenanya sangat penting bagi budaya perusahaan. Simbol-simbol mencakup komunikasi verbal dan nonverbal di dalam organisasi. Seringkali, simbol-simbol ini mengomunikasikan nilai-nilai organisasi. Simbol dapat berupa slogan yang memiliki makna. Contohnya, perusahaan-perusahaan memiliki slogan—di masa lalu maupun di masa kini—yang menyimbolkan nilai-nilai mereka. Sejauh mana simbol-simbol ini efektif, bergantung tidak hanya pada media tetapi pada bagaimana karyawan perusahaan mempraktikkannya46. Asumsi ketiga mengenai Teori Budaya Organisasi (Organizational Culture Theory) berkaitan dengan keberagaman budaya organisasi. Sederhananya,
45 46
Ibid, Hal 50. Ibid, Hal 51.
38
budaya organisasi sangatlah bervariasi. Persepsi mengenai tindakan dan aktivitas di dalam budaya-budaya ini juga seberagam budaya itu sendiri47. 2.8.3 Pertunjukan Komunikasi Organisasi Pacanowsky dan O‘Donnell Trujillo menyatakan bahwa anggota organisasi melakukan pertunjukkan komunikasi tertentu yang menghasilkan budaya organisasi bersifat unik bagi organisasi bersangkutan. Menurut mereka, perfomance are those very actions by which members constitute and reveal their culture to themselves and others (pertunjukkan adalah sejumlah tindakan dengan anggota organisasi membentuk dan menunjukkan budaya mereka kepada diri mereka sendiri dan kepada orang lain)48. Kata pertunjukkan (perfomance) merupakan kiasan atau perumpamaan (metafor) yang menunjukkan proses simbolik dalam memahami perilaku manusia dalam organisasi. Pertunjukkan yang terjadi pada organisasi seringkali diumpamakan sebagai panggung sandiwara (theatre) dimana pimpinan dan karyawan memilih berbagai peran atau bagian yang ada dalam organisasi. Dengan kata lain, ‗pertunjukkan‘ menyatakan bahwa kehidupan organisasi adalah seperti pertunjukkan sandiwara49. Pacanwsky dan O‘Donnell Trujillo menyajikan daftar dari sejumlah pertunjukan komunikasi organisasi yang terdiri atas pertunjukan ritual, passion,
47
Ibid, Hal 51. Morissan M.A. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Bogor. Ghalia Indonesia. Hal 105 49 Ibid, Hal 105 48
39
sosial, politik, dan enkulturasi. Berbagai pertunjukan tersebut dapat dilakukan oleh setiap anggota organisasi. Berbagai pertunjukan tersebut, diantaranya50: 1. Ritual Pertunjukan komunikasi organisasi yang pertama disebut dengan ritual, yaitu pertunjukan komunikasi yang terjadi secara teratur dan berulang-ulang, misalnya kegiatan rapat atau acara piknik tahunan karyawan kantor. Pertunjukan ritual dalam organisasi memiliki peran penting karena dapat memperbaharui pengertian kita terhadap pengalaman bersama kita dan memberikan legitimasi terhadap apa yang kita pikirkan, rasakan dan lakukan. Dalam hal ini terdapat beberapa jenis pertunjukan ritual, yaitu ritual personal, kerja, sosial, dan organisasi. a. Ritual Personal Ritual jenis ini mencakup hal-hal yang dilakukan seseorang secara rutin setiap hari di tempat kerja. Misalnya, banyak anggota organisasi secara teratur memeriksa surat-surat atau email yang masuk pada setiap permulaan pekerjaan, atau beberapa orang memulai hari kerjanya dengan membaca koran. b. Ritual Kerja Jenis ritual lain disebut dengan ritual kerja (task ritual), yaitu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang untuk membantu anggota organisasi melakukan pekerjaannya. Dengan kata lain, ritual kerja adalah perilaku rutin seseorang
50
Ibid, hal 106
40
yang dihubungkan dengan pekerjaannya yang menyebabkan pekerjaan itu selesai. c. Ritual Sosial Jenis ritual lain adalah ritual sosial (social ritual), yaitu ritual yang tidak berhubungan dengan kerja atau tugas, namun ritual jenis ini merupakan pertunjukkan penting dalam organisasi. Ritual sosial merupakan komunikasi verbal atau nonbverbal rutin yang perlu dilakukan dalam interaksi dengan orang lain. Acara kumpul bersama teman-teman kantor, misalnya di tempat minum seperti kafe atau tempat-tempat santai lainnya usai jam kerja merupakan contoh bagus dari ritual sosial. Disini, mereka membicarakan segala hal, mulai dari masalah pekerjaan di kantor hingga masalah politik. d. Ritual Organisasi Jenis ritual terakhir adalah ritual organisasi (organization ritual), yaitu ritual yang diikuti oleh seluruh kelompok kerja didalam organisasi secara cukup teratur. Misalnya, pertemuan atau rapat antar departemen perusahaan atau acara piknik bersama karyawan perusahaan. 2. Passion Kategori pertunjukan kedua adalah apa yang disebut oleh Pacanowsky dan O‘Donnel Trujillo dengan sebutan passion, yang berarti kegemaran atau kesukaan. Disini, karyawan berupaya menjadikan pekerjaan rutin yang membosankan menjadi menarik dan menyenangkan dengan cara menceritakan sesuatu (storytelling) yang digemari atau disukai. Dengan kata lain, passion
41
adalah cerita-cerita pada organisasi yang seringkali disampaikan oleh salah satu anggota kepada anggota organisasi lainnya. Hampir setiap orang suka bercerita mengenai pekerjaan mereka dengan cara yang seringkali hidup dan dramatis. Berbagai cerita itu disampaikan berulang-ulang karena orang suka bercerita satu sama lain mengenai berbagai pengalaman dalam pekerjaan mereka secara berulang-ulang. 3. Sosial Kategori ketiga pertunjukan adalah sosial, yaitu berbagai bentuk kesopanan, basa-basi, penghormatan yang dilakukan dengam maksud untuk mendorong dan mengingkatkan kerja sama diantara anggota organisasi. Pertunjukkan sosial berfungsi untuk memperkuat kepatutan dan penerapan aturan-aturan sosial dalam organisasi. Perilaku ramah tamah dan percakapan basa-basi adalah contoh pertunjukkan sosial. Interaksi ringan seperti menegur rekan kerja dengan mengucapkan ―selamat pagi‖ dapat menimbulkan rasa sebagai satu kelompok karyawan pada perusahaan bersangkutan. Pertunjukkan sosial menimbulkan rasa identifikasi diantara para anggota organisasi melalui kegiatan komunikasi informal seperti saling bercanda, saling menggoda, atau melakukan diskusi tanpa harus mengambil keputusan diantara orang-orang dalam satu kelompok. 4. Politik organisasi Kategori pertunjukan keempat adalah politik (political performance), yaitu pertunjukan yang menciptakan dan memperkuat gagasan mengenai kekuasaan dan pengaruh yang mencakup perilaku untuk menunjukkan kekuatan pribadi,
42
memperkuat hubungan atau persekutuan dan tawar menawar. Ketika organisasi melakukan pertunjukan politik, maka organisasi melaksanakan kekuasaan atau pengawasan. Pertunjukan ini secara khusus melibatkan tindakan yang dirancang untuk memposisikan seseorang dengan cara-cara tertentu dalam organisasi karena alasan politis. Ketika anggota organisasi melakukan pertunjukan politik, maka mereka pada dasarnya menunjukkan keinginan untuk mempengaruhi anggota lainnya. Dalam hal ini, mempengaruhi bukan berarti sesuatu yang buruk. 5. Enkulturasi Kategori kelima disebut degan enkulturasi (enculturation), yaitu proses ‗pengajaran‘ budaya organisasi oleh salah satu anggota organisasi kepada anggota organisasi lainnya. Enkulturasi adalah proses yang berlangsung terusmenerus, namun pertunjukan tertentu memiliki peran sangat penting dalam proses ini. Orientasi bagi anggota organisasi baru adalah salah satu contohnya, dalam hal ini terdapat serangkaian pertunjukan dimana sejumlah individu mengajarkan individu lain bagaimana melakukan pekerjaan tertentu. Walaupun hal ini dapat dilakukan melalui interaksi langsung, tetapi jenis pembelajaran ini paling sering terjadi ketika orang membicarakan hal-hal yang terjadi dalam suatu cara
yang
membantu
individu
lainnya
menginterpretasikan atau menafsirkan pesan.
mempelajari
bagaimana
43
2.9 Tinjauan Etnografi Burhan Bungin mengatakan etnografi merupakan embrio dari antropologi. Etnografi lahir dari antropologi. Etnografi merupakan ciri khas antropologi, artinya etnografi merupakan metode penelitian lapangan asli dari antropologi51. Menurut Creswell, penelitian etnograf dapat dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pola ‗kaidah-kaidah‘ (rules) yang mendasari sesuatu yang ‗dialami‘ atau ‗dimiliki‘ (shared) oleh sekelompok orang secara bersama, seperti tingkah laku, bahasa, nilai-nilai, adat-istiadat dan keyakinan52. Etnografi adalah pendekatan empiris dan teoritis yang bertujuan mendapatkan deskripsi dan analisis mendalam tentang kebudayaan berdasarkan penelitian lapangan (fieldwork) yang intensif. Etnograf bertugas membuat thick descriptions (pelukisan mendalam) yang menggambarkan ‗kejamakan struktur-struktur konseptual yang kompleks‘, termasuk asumsi-asumsi yang tak terucap dan taken-for-granted (yang dianggap sebagai kewajaran) mengenai kehidupan. Seorang etnografer memfokuskan perhatiannya pada detil-detil kehidupan lokal dan menghubungkannya dengan prosesproses sosial yang lebih luas53. Inti etnografi adalah upaya untuk memperlihatkan makna-makna tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami. Beberapa makna tersebut terekspresikan secara langsung dalam bahasa, dan diantara makna yang diterima,
51
Engkus Kuswarno. 2008. Metode Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi. Bandung. Widya Padjajaran. Hal 51 52 Ibid, Hal 51 53 Ibid, Hal 52
44
banyak yang disampaikan hanya secara tidak langsung melalui kata-kata dan perbuatan. Sekalipun demikian, di dalam masyarakat, orang tetap menggunakan sistem makna yang kompleks ini untuk mengatur tingkah laku mereka, untuk memahami diri mereka sendiri dan orang lain, serta untuk memahami dunia tempat mereka hidup. Sistem makna ini merupakan kebudayaan mereka, dan etnografi selalu mengimpilkasikan teori kebudayaan 54. Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Tujuan utama aktivitas ini adalah untuk memahami suatu pandangan hidup dan sudut pandang penduduk asli, sebagaimana dikemukakan oleh Bronislaw Malinowski, bahwa tujuan etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunianya. Oleh karena itu, penelitian etnografi melibatkan aktivitas belajar mengenai dunia orang yang telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berpikir, dan bertindak dengan cara yang berbeda. Jadi etnografi tidak hanya mempelajari masyarakat, tetapi lebih dari itu, etnografi belajar dari masyarakat55. Hasil akhir penelitian komperhensif etnografi adalah suatu naratif deksriptif yang bersifat menyeluruh disertai intrepretasi yang menginterpretasikan seluruh aspekaspek kehidupan dan mendeskripsikan kompleksitas kehidupan tersebut56.
54
Ibid, Hal 54 Ibid, Hal 56 56 Ibid, Hal 57 55
45
2.9.1 Jenis Penelitian Etnografi Menurut Creswell, penelitian etnografi memiliki beragam bentuk. Akan tetapi, jenis utama yang sering muncul dalam laporan-laporan penelitian pendidikan adalah etnografi realis, studi kasus, dan etnografi kristis57. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian Etnografi realis. Etnografi realis merupakan pendekatan yang populer di kalangan antropolog. Pendekatan ini berupaya menggambarkan situasi budaya para partisipan secara objektif berdasarkan informasi yang diperoleh langsung dari para partisipan di lapangan penelitian dan dipaparkan dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga (third person point of view)58. Creswell menguraikan tiga ciri khas etnografi realis. Pertama, peneliti mengungkapkan laporan penelitiannya melalui sudut pandang orang ketiga berdasarkan data yang diperoleh melalui pengamatan atas partisipan dan pandangan-pandangan mereka. Peneliti tidak melibatkan refleksi pribadinya dan berupaya bertindak hanya sebagai peliput fakta-fakta59. Kedua, peneliti memaparkan data-data obyektif dalam bentuk infromasi yang terukur dan bebas dari bias, afiliasi politik, dan penilaian personal. Peneliti boleh mengikutsertakan data-data tentang kehidupan sehari-hari para partisipan
57
Ibid, Hal 58 Ibid, Hal 58 59 Ibid, Hal 59 58
46
yang disusun dalam kategori-kategori standar penggambaran kultural, seperti keluarga, sistem status, jaringan-jaringan sosial, dan lain-lain60. Ketiga, peneliti mengungkapkan pandangan para partisipan melalui kutipan-kutipan penuturan mereka yang diedit tanpa merubah makna. Peneliti menyatakan interpretasinya tentang gambaran budaya yang diteliti pada bagian akhir laporan61. Penulis menerapkan studi etnografi didalam penelitian ini dengan cara menjadi karyawan magang di KOMPAS TV selama 3 bulan. Penulis menjadi partisipan aktif yang turut serta bekerja dan mengikuti budaya yang ada didalam organisasi KOMPAS TV. Posisi penulis disini tetap dalam posisi peneliti dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga, dalam artian sekalipun penulis merupakan bagian dari karyawan, namun penulis harus benar-benar objektif dalam mengamati budaya organisasi yang diterapkan oleh tim redaksi news, tanpa mencampurkan pendapat pribadi didalamnya, sekalipun di akhir laporan penelitian, peneliti diizinkan untuk menyampaikan interpretasi tentang gambaran budaya yang diteliti. Selama menjadi karyawan magang, penulis memang tidak diposisikan sebagai karyawan magang di redaksi news, akan tetapi setiap harinya penulis melihat dan mengamati secara langsung bagaimana kinerja, komunikasi dan nilai-nilai yang mereka anut didalam mengerjakan pekerjaan mereka yakni
60 61
Ibid, Hal 59 Ibid, Hal 59
47
menghasilkan program berita. Penulis memiliki peluang besar setiap harinya untuk mengobservasi dan mewawancarai secara langsung para jurnalis redaksi news. Posisi peneliti sebagai karyawan magang menjadi faktor pendukung penulis dapat dengan mudah memperoleh informasi mengenai topik penelitian, yakni budaya organisasi tim redaksi news, hal ini disebabkan karena karyawan KOMPAS TV cukup merespon dengan baik setiap pertanyaan yang diajukan oleh para karyawan magang. Jenis-jenis etnografi lainnya diungkapkan Gay, Mills dan Aurasian sebagai berikut62: 1. Etnografi Kritis: penelitian yang mencoba merespon isu-isu sosial yang sedang berlangsung, misalnya dalam masalah gender atau emansipasi, kekuasaan, status quo, ketidaksamaan hak, pemerataan dan sebagainya. 2. Etnografi Konfensional: laporan mengenai pengalaman pekerjaan lapangan yang dilakukan etnografer. 3. Autoetnografi: refleksi dari seseorang mengenai konteks budayanya sendiri. 4. Mikroetnografi: studi yang memfokuskan pada aspek khusus dari latar dan kelompok budaya. 5. Etnografi Feminis: studi mengenai perempuan dalam praktek budaya yang merasakan pengekangan akan hak-haknya.
62
Ibid, Hal 59
48
6. Etnografi Postmodern: suatu etnografi yang ditulis untuk menyatakan keprihatinan mengenai masalah-masalah sosial terutama mengenai kelompok marginal. 7. Studi Kasus Etnografi: analisis kasus dari seseorang, kejadian, kegiatan dalam persepektif budaya. 2.10 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1.
Penulis
Judul Penelitian
Sri Lelis Maryati
Pengaruh
NIM. 1006804571
Organisasi
Universitas
Perilaku
Indonesia 2011
Budaya Dan
1. Budaya berpengaruh
Organisasi terhadap
variabel kinerja guru.
Depok Kepemimpinan Kepala
Hasil Penelitian
Sekolah
Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat
terhadap Kinerja Guru
pengaruh yang positif
SMA di Kabupaten
antara
budaya
Indramayu
organisasi
dengan
Jawa Barat
Provinsi
kinerja guru SMA di Kabupaten Indramayu. 2. Perilaku kepemimpinan kepala
sekolah
49
berpengaruh
terhadap
kinerja guru. Hal ini menunjukkan
bahwa
terdapat pengaruh yang positif antara perilaku kepemimpinan
kepala
sekolah dengan kinerja guru
SMA
di
Kabupaten Indramayu63. 2.
Indhira S. Meliala
Analisis
Deskriptif
1. Budaya organisasi taksi
NIM. 0905050184
Budaya
Organisasi
Blue Bird didasarkan
Universitas
Perusahaan
Taksi
pada nilai-nilai yang
pada
diwariskan oleh pendiri
Indonesia 2009
Depok (Studi Perusahaan Blue Bird)
Taksi
perusahaan,
yang
terdiri
nilai
dari
kejujuran, kedisiplinan, kerja
keras
dan
kekeluargaan. Keempat
63
Sri lelis Maryati. 2011. Pengaruh Budaya Organisasi Dan Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru SMA di Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat. Depok. Universitas Indonesia.
50
nilai
tersebut
dituangkan simbol
dalam
dan
bahasa.
Proses sosialisasi pun dilakukan
oleh
penyebaran organisasi
agen budaya
dan
juga
didukung oleh sarana penyebaran
budaya
organisasi. 2. Perusahaan taksi Blue Bird adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa, dalam hal ini yang dijual adalah jasa
pelayanan
yang
bisa
tolak
dan
dijadikan
ukur
dari
keberhasilan perusahaan kepuasan
adalah dari
51
konsumen.
Sebagai
perusahaan jasa, maka perusahaan
bukanlah
pihak yang berinteraksi langsung
dengan
konsumen, melalui
melainkan perantaraan
pengemudi
yang
merupakan
mitra
perusahaan.
Oleh
karena
itu,
peneliti
melihat bahwa budaya organisasi
yang
ada
pada perusahaan Blue Bird lebih ditekankan kepada
para
pengemudi. 3. Agen-agen
dalam
perusahaan taksi Blue Bird
belum
mampu
menyosialisasikan
52
nilai-nilai secara Adapun
yang
ada
sempurna. yang
menjadi
sudah budaya
organisasi adalah nilai kejujuran
dan
nilai
kerja keras, sedangkan tataran
formalisasi
adalah
nilai
kedisiplinan dan nilai kekeluargaan64.
64
Indhira S. Meliala. 2009. Analisis Deskriptif Budaya Organisasi Perusahaan Taksi (Studi pada Perusahaan Taksi Blue Bird). Depok. Universitas Indonesia
53
2.11 Kerangka Pemikiran Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Budaya Organisasi
Teori Budaya Organisasi (Organization Culture Theory) Michael Pacanowsky dan Nick O’Donnel Trujillo
Etnografi Realis Nilai-nilai Organisasi (Ideologi, Peraturan-peraturan)
Penggunaan dan Interpretasi Simbol (Komunikasi Verbal dan Nonverbal)
Program Berita Edukatif dan Independen
54
Permasalahan dalam penelitian ini adalah mengetahui bagaimana budaya organisasi yang tercipta dan diterapkan oleh jurnalis program berita KOMPAS TV, sehingga mampu menghasilkan program berita bernilai edukatif dan independen. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Organization Culture Theory (Teori Budaya Organisasi). Michael Pacanowsky dan Nick O‘Donnel Trujillo mengemukakan dua asumsi dasar didalam Organization Culture Theory (Teori Budaya Organisasi) mengenai pemahamannya tentang budaya organisasi. Asumsi pertama mengenai nilai-nilai yang dimiliki oleh sebuah organisasi. Nilai (value) adalah standar dan prinsip-prinsip dalam sebuah budaya yang memiliki nilai intrinsik dari sebuah budaya. Nilai menunjukkan kepada anggota organisasi mengenai apa yang penting. Nilai-nilai tersebut dapat dilihat dari ideologi dan peraturan-peraturan perusahaan yang diciptakan dan diberlakukan kepada seluruh karyawan. Asumsi kedua mengenai penggunaan dan interpretasi simbol. Anggota-anggota organisasi menciptakan, menggunakan, dan menginterpretasikan simbol setiap harinya di dalam pekerjaan yang mereka lakukan. Penggunaan dan interpretasi simbol ini dapat dilihat melalui komunikasi verbal dan nonverbal yang terjalin diantara sesama karyawan. Michael Pacanowsky dan Nick O‘Donnel Trujillo beranggapan nilai dan simbol menjadi bagian yang penting untuk mengamati sebuah budaya organisasi, maka penulis pun memfokuskan peneltian ini pada nilai-nilai dan simbol-simbol apa saja yang diterapkan para jurnalis program berita KOMPAS TV sehingga mampu
55
menghasilkan
program
berita
bernilai
edukatif
dan
independen.
Penulis
menggunakan etnografi realis sebagai teknik pendekatan penelitian ini. Pendekatan ini berupaya menggambarkan situasi budaya para partisipan secara objektif berdasarkan informasi yang diperoleh langsung dari para partisipan di lapangan penelitian dan dipaparkan dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga (third person point of view).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode dan Pendekatan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi etnografi realis. Metode kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong metodelogi kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilakunya yang dapat diamati.65 Hal ini sesuai dengan tujuan studi etnografi realis yakni untuk menggambarkan fakta detail dan melaporkan apa yang diamati dan didengar dari partisipan kelompok dengan mempertahankan objektivitas dari penulis. Etnografi disini merupakan salah satu upaya mendalami suatu objek secara lengkap dan mendalam, sistematik dan sesuai sebagaimana hakikat obyek tersebut. Masa kehidupan suatu kelompok yang panjang, maka tradisinya juga makin mendalam seperti terkandung dalam unsur-unsur budayanya itu, oleh sebab itu proses penelitian etnografi ini pun membutuhkan waktu yang panjang dengan cara penulis masuk secara langsung di dalam kehidupan objek kelompok yang diteliti 66. Penelitian ini pun dilakukan untuk menggambarkan bagaimana budaya organisasi yang tercipta dan diterapkan oleh para jurnalis program berita KOMPAS 65
J Moleong Lexy. 2011. Metodologi Penelitian. PT Remaja RosdaKarya. Hal 4 Engkus Kuswarno. 2008. Metode Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi. Bandung. Widya Padjajaran. Hal 45 66
56
57
TV, yang dilihat dari nilai-nilai organisasi (ideologi, peraturan-peraturan) perusahaan dan penggunaan simbol (komunikasi verbal dan nonverbal) para jurnalis, sehingga mampu menghasilkan program berita bernilai edukatif dan independen. 3.2 Paradigma Penelitian Paradigma yang digunakan di dalam penelitian ini adalah paradigma postpositivisme. Paradigma postpositivisme ini merupakan aliran yang ingin memperbaiki kelemahan positivisme yang hanya mengandalkan kemampuan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Secara ontologi, aliran ini bersifat critical realism yang memandang bahwa realitas memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hukum alam, tetapi suatu hal yang mustahil bila suatu realitas dapat dilihat secara benar oleh manusia (penulis)67. Secara epistomologis, hubungan antara pengamat atau penulis dengan objek atau realitas yang diteliti tidaklah bisa dipisahkan, tidak seperti yang diusulkan aliran positivisme. Aliran ini menyatakan suatu hal yang tidak mungkin mencapai atau melihat kebenaran apabila pengamat berdiri di belakang layar tanpa ikut terlibat dengan objek secara langsung. Oleh karena itu, hubungan antara pengamat dengan objek harus bersifat interaktif, dengan catatan bahwa pengamat harus bersifat senetral mungkin, sehingga tingkat subjektivitas dapat dikurangi secara minimal 68. Penulis menggunakan paradigma postpositivis karena penulis ingin mendapatkan pengembangan pemahaman yang membantu proses interpretasi. Dalam penelitian ini,
67 68
Agus Salim. 2001. Teori dan Paradima Penelitian Sosial. Yogyakarta. Tiara Wacana. Hal 40. Ibid, Hal 40.
58
penulis ingin melihat dan memahami secara mendalam bagaimana budaya organisasi yang tercipta dan diterapkan oleh jurnalis program berita KOMPAS TV sehingga mampu menghasilkan program berita bernilai edukatif dan independen. 3.3 Ruang Lingkup atau Fokus Penelitian Fokus atau ruang lingkup penelitian merupakan alat untuk membatasi studi penelitian sehingga penulis dapat menyaring data-data yang masuk. Adapun fokus atau ruang lingkup dari penelitian ini adalah melihat dan memahami budaya organisasi yang diterapkan di dalam kinerja jurnalis program berita KOMPAS TV, dimana jurnalis-jurnalis ini adalah orang-orang yang fokus untuk mencari, menulis dan melaporkan berita. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penulis tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang diterapkan. Dalam studi kualitatif terdapat empat teknik untuk mengumpulkan data, yaitu: Observasi (tanpa/dengan partisipan), Wawancara, Dokumentasi, Audio Visual Material (dapat berupa foto, flashdisk, dan rekaman video)69. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua teknik pengumpulan data, diantaranya:
69
Sugiono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta. Hal 20.
59
3.4.1 Observasi Observasi partisipan adalah metode tradisional yang digunakan dalam antropologi dan merupakan sarana untuk penulis masuk ke dalam anggota kelompok yang akan ditelitinya. Penulis akan berusaha untuk menemukan peran untuk dimainkan sebagai anggota masyarakat tersebut, dan mencoba untuk memperoleh perasaan dekat dengan nilai-nilai kelompok dan pola-pola masyarakat70. Bogdan mendefinisikan observasi partisipan sebagai penelitian yang bercirikan dengan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara penulis dengan subjek penelitian dalam lingkungan subjek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan. Namun, penulis tidak perlu berada selamanya di lapangan atau terus menerus mengikuti subjek penelitiannya itu. Penulis cukup berada pada setiap situasi yang diinginkannya untuk dipahami. Oleh karena itu peneliti sebelum turun ke lapangan untuk melakukan observasi partisipan wajib memiliki seperangkat acuan tertentu yang membimbingnya di lapangan 71. Dalam penelitian ini, cara penulis untuk masuk kedalam lingkungan kerja para jurnalis program berita, yakni dengan melakukan Job Training (Magang) di Kompas TV. Sekalipun, penulis tidak mendapat bagian untuk Job Training (Magang) di divisi berita, namun penulis tetap dapat menempatkan diri sebagai 70
Engkus Kuswarno. 2008. Metode Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi. Bandung. Widya Padjajaran. Hal 49. 71 Ibid, Hal 49.
60
observer dengan cara memperhatikan kinerja dan cara berkomunikasi para jurnalis program berita. Observasi ini penulis lakukan setiap harinya selama 3 bulan. 3.4.2 Wawancara Mendalam Wawancara etnografi komunikasi yang paling umum dan baik, adalah wawancara yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang tidak memiliki alternatif respon yang ditentukan sebelumnya, atau yang lebih dikenal sebagai wawancara tidak berstruktur atau wawancara mendalam. Jenis wawancara ini akan mendorong subjek penelitian untuk mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkungannya, untuk menggunakan istilah-istilah mereka sendiri mengenai objek penelitian. Sejalan dengan observasi partisipan, dalam wawancara mendalam penulis berupaya mengambil peran subjek penelitian (taking the role of the other), secara intim menyelam ke dalam dunia psikologis dan sosial mereka72. Wawancara mendalam ini juga penulis lakukan selama melakukan Job Training (Magang). Target informan yang penulis wawancarai juga tidak merasa segan untuk menceritakan secara mendalam mengenai apa yang penulis tanyakan, sebab dalam kondisi itu penulis berstatus sebagai pekerja magang, sehingga wawancara ini berlangsung dengan santai dan terbuka.
72
Ibid, Hal 54.
61
3.5 Informan Penelitian Pemilihan informan adalah responden penelitian yang berfungsi untuk menjaring sebanyak-banyaknya informasi yang dapat bermanfaat untuk bahan analisis penelitian dan konsep serta preposisi sebagai temuan penelitian. Dalam penelitian kualitatif, sampel yang sering digunakan dalam penelitian yang berasumsi statistik dan mekasistik tidak lagi berlaku karena dalam penelitian kualitatif, istilah sampel tersebut diganti dengan istilah informan73. Hal ini seperti yang disampaikan Sjoberg dan Nett, bahwa penelitian kualitatif menggunakan metode humanistic untuk memahami realitas sosial yang idealis, penekanan lebih terbuka tentang kehidupan sosial dan dipandang sebagai kreatifitas bersama. Dengan kata lain, subjek penelitian dalam penelitian kualitatif memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian, sehingga posisi subjek penelitian tidak hanya sekedar sampel untuk pemenuhan data statistik, tetapi lebih berperan sebagai informan dimana penelitian kualitatif dapat berkembang lebih dinamis74. Informan merupakan orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Ia harus memiliki banyak pengalaman
mengenai
latar
belakang
penelitian.
Informasi
yang
didapat
dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya75.
73
Ruslan Rosady. 2003. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Hal 214 74 Ibid, Hal 60. 75 Ibid, Hal 61.
62
Dalam penelitian etnografi kualitatif ini, penulis akan mengambil beberapa informan untuk dijadikan sebagai subjek penelitian. Informan yang diwawancarai pada penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yakni informan kunci (key informan), dan informan76. 1. Informan Kunci (Key Informan) Informan kunci yaitu informan yang dianggap lebih memiliki informasi lebih banyak dan dapat diajak kerjasama dalam memberikan informasi dan jawaban yang dibutuhkan atas pertanyaan-pertanyaan atau masalah penelitian. Informan kunci merupakan informan yang dapat memberi bantuan paling besar terhadap penelitian. Adapun kriteria mengenai informan kunci ini, Sanafiah Faisal menyebutkan bahwa informan kunci adalah dia yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi dihayati. Berdasarkan kriteria mengenai informan kunci, maka penulis memilih Manajer Divisi Program Berita sebagai informan kunci. Penulis memilih Manajer Divisi Program Berita sebagai informan kunci dikarenakan Manajer Divisi ini adalah pimpinan dari para jurnalis. Manajer yang mengarahkan, memantau serta melihat kinerja para jurnalis setiap harinya. Penulis menganggap Manajer Divisi ini adalah orang yang sangat relevan untuk menilai bagaimana budaya organisasi yang diterapkan oleh para jurnalis program berita sehingga mampu menghasilkan program berita bernilai edukatif dan independen.
76
Ibid, Hal 63.
63
2. Informan Informan dalam penelitian ini adalah orang yang terlibat langsung di dalam penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah beberapa orang jurnalis program berita, diantaranya adalah produser dan reporter. Penulis memilih para jurnalis program berita sebagai informan, dikarenakan mereka adalah orang-orang yang terlibat langsung di dalam produksi program berita KOMPAS TV, dan mereka juga lah yang menjalankan secara langsung budaya organisasi yang tercipta sampai menghasilkan program berita berbasis edukatif dan independen. Tabel 3.1 Daftar Informan Kategori Informan Informan Kunci
Informan Kedua
ManaJer Divisi Program Berita
Jurnalis Program Berita
Kompas TV
Kompas TV (Produser dan Reporter)
3.6 Teknik Analisis Data Baik Hymnes maupun Seville-Troike tidak menjelaskan bagaimana teknik analisis data dalam etnografi komunikasi. Bagi etnografi komunikasi, menemukan hubungan antara komponen komunikasi sudah merupakan analisis data yang utama, karena berdasarkan itulah pola komunikasi itu dibuat. Selain itu, analisis juga dapat
64
dilakukan pada komponen kompetensi komunikasi, untuk mengetahui pengaruh dari aspek proses analisis sosiokultural terhadap pola komunikasi yang sudah ada 77. Pada dasarnya, proses analisis data dalam etnografi berjalan bersamaan dengan pengumpulan data. Ketika peneliti melengkapi catatan lapangan setelah melakukan observasi, pada saat itu sesungguhnya ia telah melakukan analisis data. Sehingga dalam etnografi, peneliti bisa kembali lagi ke lapangan untuk mengumpulkan data, sekaligus melengkapi analisisnya yang dirasa masih kurang. Hal ini akan terus berulang sampai analisis dan data yang mendukung cukup. Dengan kata lain, proses pengambilan data dalam penelitian etnografi tidak cukup hanya sekali 78. Teknik analisis data sebenarnya terdiri dari upaya-upaya meringkaskan data, memilih data, menerjemahkan, dan mengorganisasikan data. Dengan kata lain, upaya mengubah kumpulan data yang tidak terorganisir menjadi kumpulan kalimat singkat yang dapat dimengerti oleh orang lain. Upaya ini mencakup kedalaman pengamatan mengenai apa yang sebenarnya terjadi, menemukan regularitas dan pola yang berlaku, dan mengambil kesimpulan yang dapat menggeneralisasikan fenomena yang diamati79. 3.7 Uji Keabsahan Data Teknik pengumpulan data yang paling utama dalam etnografi komunikasi, dengan peneliti sebagai outsider adalah observasi partisipan. Dengan metode ini, peneliti diharapkan menjadi bagian dari masyarakat yang diteliti, oleh karena itu 77
Opcit, Hal 67. Ibid, Hal 67. 79 Ibid, Hal 68. 78
65
penting bagi peneliti untuk membebaskan dirinya dari saringan kebudayaannya sendiri. Disamping itu, kedudukan peneliti sebagai insider, akan memudahkan peneliti dalam mengkategorisasikan dan menerjemahkan makna-makna dari pola komunikasi yang ada dari suatu masyarakat tutur80. Baik sebagai insider maupun outsider, penelitian etnografi komunikasi haruslah dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, sehingga yang menjadi kegiatan akhir setelah pengumpulan dan analisis data adalah intropeksi. Intropeksi disini adalah kegiatan menganalisis nilai-nilai, perilakunya sendiri, dan orang-orang yang berada dalam masyarakatnya. Pada akhirnya, semua perilaku yang teramati dan semua informasi yang didapatkan dari wawancara dengan anggota masyarakat tutur, konsisten dengan semua pemahaman yang mereka miliki81. Selain intropeksi sebagai etnografi komunikasi untuk pemeriksaan keabsahan data, penelitian ini harus pula didukung oleh teknik lain untuk lebih memperkuat ciri khasnya sebagai salah satu penelitian kualitatif. Hal yang penting jika dalam penelitian ini dilengkapi dengan salah satu teknik yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Adapun caranya, antara lain dengan pengecekan data melalui sumber yang lain. Oleh sebab itu, hal yang sangat penting bagi seorang etnograf untuk selalu mencek silang atau
80 81
Ibid, Hal 64. Ibid, Hal 64.
66
ulang data yang telah diperolehnya. Informasi bisa berasal dari sumber atau informan lain, atau pengecekan ke dalam data tertulis82. Menurut Creswell, ada 4 jenis penyajian triangulasi sebagai berikut83: 1.
Triangulasi Data (Data Triangulation) Peneliti menggunakan berbagai jenis sumbver data dan bukti dari situasi yang berbeda. Ada 3 sub jenis yaitu orang, waktu dan ruang. Orang, yakni data-data dikumpulkan dari orang-orang berbeda yang melakukan aktivitas sama. Waktu, yakni data-data dikumpulkan pada waktu yang berbeda. Ruang, yakni data-data dikumpulkan di tempat yang berbeda. Bentuk paling kompleks triangulasi data yaitu menggabungkan beberapa sub-tipe atau semua level analisis. Jika data-data konsisten, maka validitas ditegakkan.
2.
Triangulasi Antar-Peneliti (Multiple Researchers) Pelibatan beberapa peneliti berbeda dalam proses analisis. Bentuk kongkrit biasanya sebuah tim evaluasi yang terdiri dari rekan-rekan yang menguasai metode spesifik kedalam Focus Group Discussion (FGD). Tiangulasi ini biasanya menggunakan profesional yang menguasai teknik spesifik dengan keyakinan bahwa ahli dari teknik berbeda membawa perspektif berbeda. Jika setiap evaluator menafsirkan sama, maka validitas ditegakkan.
82
Ibid, Hal 64. Jenis-jenis Triangulasi Data pada Tu.laporanpenelitian.com. Diakses Minggu, 5 April 2015. Pukul 19.00 WIB. 83
67
3. Triangulasi Teori (Theory Triangulation) Penggunaan berbagai perspektif untuk menafsirkan sebuah set data. Penggunaan beragam teori dapat memberikan pemahaman yang lebih baik saat memahami data. Jika beragam teori menghasilkan kesimpulan analisis sama, maka validitas ditegakkan. 4. Triangulasi Metodologi (Methodological Triangulation) Pemeriksaan konsisten temuan yang dihasilkan oleh metode pengumpulan data yang berbeda seperti penggabungan metode kualitatif dengan data kuantitatif atau melengkapi data wawancara dengan data observasi. Hasil survei, wawancara dan observasi dapat dibandingkan untuk melihat apakah hasil temuan sama. Jika kesimpulan dari masing-masing metode sama, maka validitas ditegakkan. Selain triangulasi, Creswell mengemukakan satu teknik yang lain yaitu teknik “respondent validation”, yaitu teknik memeriksa informan dan responden yang diminta bantuannya dalam penelitian. Infroman dan responden yang dipilih haruslah benar-benar mewakili masayarakat yang diteliti, dan memiliki pengetahuan yang bisa dipertanggungjawabkan mengenai objek penelitian. Penting juga untuk mengecek informasi yang diberikan, apakah benar-benar murni atau telah dicampur dengan motif-motif tertentu dari informan atau responden84.
84
Ibid, Hal 65.
68
3.8 Lokasi dan Jadwal Penelitian 3.8.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di perusahaan KOMPAS TV berlokasi di Jl. Palmerah Selatan No 1 Jakarta 10270. 3.8.2 Jadwal Penelitian Dalam Pelaksanaan penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 1 bulan, apabila tidak mengalami hambatan atau kendala apapun di luar kemampuan penulis. Adapun kegiatan penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Tabel 3.2 Jadwal Penelitian N o 1. 2.
3. 4. 5.
Kegiatan Pengajuan Judul Bimbingan Bab 1, 2 dan 3 Sidang Outline Penelitian Bimbingan Bab IV dan V
6.
Penyempurnaan Laporan
7.
Sidang Skripsi
Mei
Jun Jul
Agts
Sept
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian KOMPAS TV adalah sebuah perusahaan media yang menyajikan konten tayangan televisi inspiratif dan menghibur untuk masyarakat Indonesia. Sesuai dengan visi misi yang diusung, KOMPAS TV mengemas program tayangan news, adventure & knowledge, entertainment yang mengedepankan kualitas. Sebagai televisi berjaringan, KOMPAS TV tayang perdana pada tanggal 9 September 2011 di sepuluh kota di Indonesia, yakni Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Banjarmasin, dan Makassar. Jumlah kota tersebut bertambah pada kuartal ketiga tahun 2011 dan sepanjang tahun 2012. Kini, televisi berjaringan KOMPAS TV berjumlah 13 televisi dan akan terus bertambah seiring dengan datangnya era televisi digital. Dengan kerja sama operasi dan manajemen, KOMPAS TV memasok program tayangan hiburan dan berita pada stasiun televisi lokal di berbagai kota di Indonesia yang telah terlibat dalam proses kerja sama. Stasiun televisi lokal akan menayangkan 70 persen program tayangan program KOMPAS TV dan 30 persen program tayangan lokal. Dengan demikian, stasiun televisi lokal memiliki kualitas yang tidak kalah dengan stasiun televisi nasional, tentunya dengan keunggulan kearifan lokal daerah masing-masing.
69
70
KOMPAS TV juga menyediakan kanal televisi berbayar pertama di Indonesia yang memiliki kualitas High Definition (HD). Kualitas High Definition menyajikan gambar dengan resolusi tinggi sehingga masyarakat dapat menikmati detail gambar dengan kontur dan warna yang lebih jelas. KOMPAS TV didalam kualitas High Definition juga sedang mengarah pada sistem televisi digital sesuai standar yang lazim digunakan secara internasional. 4.1.1 Visi Misi “To be the most creative organization in Southeast Asia to enlight people’s live with programmes and services that inform, education and entrtaint and to engage our audiences with an independent, distinctive, and appealing mix of Media Digital and content, delivered via multiplatform service”. Dapat diartikan sebagai berikut: ―Menjadi organisasi yang paling kreatif di Asia Tenggara dalam mencerahkan kehidupan manusia dengan menayangkan program-program dan jasa-jasa yang bersifat informatif, edukatif, dan menghibur; mengikat para penonton dengan paduan program dan layanan yang mandiri, berbeda, serta memikat; dan disuguhkan melalui layanan multiplatform‖. 4.1.2 Program Acara KOMPAS TV Berikut adalah program-program acara siaran KOMPAS TV yang dibagi menjadi tiga segmentasi. Diantaranya News – Current Affairs, Entertainment – Kids – Variety Show, dan Science and Knowledge – Adventure.
71
Tabel 4.1 Program Acara KOMPAS TV News – Current
Entertainment – Kids –
Science and Knowledge
Affairs
Variety Show
– Adventure
Bundes Liga
Mata Hati
Jalan Pedang
Liga Italia Serie A
Berbagi Curhat
Teroka
Kompas Pagi
Liga Komunitas
Hard Enduro Series
Kompas Siang
Stand Up
2012
Kompas Petang
Smartface
Memoar
Kompas Malam
Stand Up Comedy
Ide Bisnis
Soccer Zone
Indonesia
Klik Arbain Rambey
Kompas Sport
Stand Up Seru
Hidden Cities
Three In One
Animasi Bamboozle
Sinbad Series
Berkas Kompas
Kepo
BAB Yang Hilang
Satu Meja
Comic Story
Ultimate Rush
SUCI Playground
Autosmart
Zoo Story
CS : File
A Day With
Tarung
Suka Suka
Explore Indonesia
Sebelas Duabelas
Weekend Yuk!
Jazzy Nite
Deadly 60
72
Sendok Garpu
Doctors Go Wild
Sosmed
Mitos
Versus Salon Ci Mey Newstar
4.1.3 Program News KOMPAS TV Program-program berita yang tayang di KOMPAS TV dikerjakan oleh para jurnalis yang tergabung didalam redaksi news. Program berita KOMPAS TV terdiri dari beberapa bagian, yakni program Kompas Pagi yang tayang pada pukul 05.00 WIB, Kompas Siang tayang pukul 11.00 WIB, Kompas Petang tayang pukul 16.30 WIB, dan Kompas Malam tayang pukul 21.00 WIB. Alur kerja para jurnalis dalam mendapatkan berita, yakni pertama-tama materi berita dicari oleh reporter dengan cara observasi ke ―lapangan‖, kemudian berita tersebut diolah oleh produser dibantu dengan asisten produser (wartawan yang sedang bertugas didalam ruang kantor) sehingga menjadi berita utuh yang siap untuk ditayangkan. Redaksi news KOMPAS TV juga memiliki editorial khusus, dimana mereka memiliki kriteria berita apa saja yang layak untuk ditayangkan. Oleh karenanya, seluruh jurnalis redaksi news KOMPAS TV, baik itu produser maupun wartawan harus mengikuti editorial yang berlaku di dalam bekerja.
73
Seperti yang sudah dijelaskan dalam latar belakang penelitian ini, KOMPAS TV menjunjung tinggi konten berita yang bernilai edukatif dan independen. Berita edukatif adalah berita yang berisi nilai pendidikan. Ketika mendapat sebuah berita, redaktur news terlebih dahulu saling bertukar pikiran dengan mengajukan pertanyaan landasan, yaitu ―apa efek berita tersebut bagi masyarakat?‖ Redaksi news memiliki prinsip bahwa berita yang baik itu bukan hanya menarik, tetapi juga harus berdampak bagi kehidupan masyarakat. Contoh berita KOMPAS TV yang edukatif diantaranya konten berita yang cenderung mengangkat topik politik, ataupun topik yang mampu memberikan inspirasi bagi masyarakat. Inspirasi disini dimaksudkan pada berita-berita yang mengekspos sisi manusia (human interest). Redaksi news KOMPAS TV menekankan nilai sebuah berita ada pada sisi manusia, sehingga dalam suatu peristiwa, manusia adalah objek terpenting untuk diekspos. Jurnalis redaksi news KOMPAS TV juga menerapkan slogan ―Jurnalisme Damai‖, dimana para jurnalis fokus pada berita-berita positif yang memberi pengetahuan dan mencerdaskan masyarakat, dibanding berita yang hanya membuat masyarakat menjadi takut ataupun terintimidasi. Hal itu yang menyebabkan redaksi news KOMPAS TV sangat meminimalisir untuk menayangkan berita mengenai kriminalitas. Ciri khas konten program berita KOMPAS TV yang kedua, yakni berita yang memiliki nilai independen. Berita yang independen disini maksudnya adalah berita yang mendukung atau menolak gagasan yang sejalan dengan
74
kepentingan publik. Dalam arti, jurnalis redaksi news KOMPAS TV memiliki sikap dalam menganggapi sebuah fenomena, tanpa dipengaruhi oleh pihak manapun. Contoh berita KOMPAS TV yang independen adalah ketika pemilihan presiden dan wakil presiden pada awal tahun 2014. KOMPAS TV sama sekali tidak berpihak pada calon presiden dan wakil presiden dari kubu manapun. KOMPAS TV memberitakan dan mengkritisi kelebihan serta kekurangan kedua belah pihak calon presiden dan wakil presiden secara berimbang. Para jurnalis redaksi news dapat menghasilkan program berita yang bernilai edukatif dan independen tidak serta merta dengan proses yang mudah. Hasil kerja yang baik tidak dapat dipisahkan dari kinerja yang baik, dan kinerja yang baik dapat diperoleh dari budaya yang baik. Budaya dalam suatu organisasi menjadi bagian yang penting demi keberlangsungan kinerja dan hasil kerja dari sebuah perusahaan. Oleh karenanya, penulis memfokuskan penelitian ini dengan melihat pada budaya organisasi yang tercipta dan diterapkan oleh para jurnalis redaksi news KOMPAS TV, didalam menghasilkan program berita yang bernilai edukatif dan independen. Penulis memfokuskan budaya organisasi dalam penelitian ini pada nilai-nilai organisasi atau perusahaan KOMPAS TV, yang mencakup ideologi dan peraturan-peraturan perusahaan, serta simbol-simbol yang diterapkan oleh para jurnalis melalui komunikasi verbal dan nonverbal yang dilakukan selama bekerja.
75
4.2 Deskripsi Informan Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara mendalam kepada satu orang key informan dan dua orang informan. Para informan yang penulis pilih merupakan karyawan KOMPAS TV yang bekerja di redaktur news. Key informan dalam penelitian ini adalah manajer redaksi news KOMPAS TV, kemudian dua orang informan lainnya adalah para jurnalis program berita KOMPAS TV yang terdiri dari satu orang produser dan satu orang reporter. Ketiga informan yang berhasil penulis wawancara ini, dipilih berdasarkan kriteria pengalaman kerja serta kualitas kerja yang baik selama bekerja di redaksi news KOMPAS TV. Berikut adalah data objek penelitian yang berhasil penulis wawancarai: Tabel 4.2 Deskripsi Informan No
Nama
Usia
Jabatan
Keterangan Objek
1.
Alexander
34 Tahun
Manager Program News
Key Informan
2.
Alwiya
29 Tahun
Produser Program News
Informan I
3.
Fyra
28 Tahun
Reporter Program News
Informan II
4.
Githa
26 Tahun
Reporter Program News
Informan III
5.
Restu
25 Tahun
Reporter Program
Informan IV
Adventure 6.
Anjas
34 Tahun
Manajer Program Adventure
Informan V
76
7.
Riza
22 Tahun
Sekertaris Ruang Produksi
Informan VI
Informan pertama sekaligus key Informan dalam penelitian ini adalah Alexander Wibisono Adi Putro, atau yang lebih dikenal dengan nama panggilan Alex. Alex bekerja di KOMPAS TV sejak July tahun 2011 hingga sekarang. Selama kurang lebih 3 tahun bekerja di Kompas TV, Alex telah mengalami beberapa kali pergantian jabatan di redaksi news, mulai dari jabatan News Gathering Coordinator (July 2011December 2011), kemudian sebagai News Gathering Section Head (December 2011December 2012), hingga kini menjabat sebagai News Gathering Manager (January 2013-sekarang). Sebagai pimpinan didalam jabatan manajer, Alex telah merasakan langsung memimpin dan bekerja sama dengan para jurnalis di dalam menghasilkan program berita yang bernilai edukatif dan independen. Alex selalu mendorong para jurnalis untuk disiplin dalam menerapkan nilai-nilai serta peraturan yang diciptakan KOMPAS TV, demi kinerja dan hasil kerja yang berkualitas. Informan kedua adalah Alwiya Husin, atau yang lebih dikenal dengan nama panggilan Lia. Lia bekerja di KOMPAS TV sejak tahun 2011 hingga sekarang. Selama kurang lebih 3 tahun bekerja di KOMPAS TV, Lia telah mengalami beberapa kali pergantian jabatan di redaksi news, mulai dari jabatan Reporter (2011-2012), kemudian Koordinator Liputan (2012-2014), PIC Program Demokrasi Kursi (20132014), hingga kini menjabat sebagai Produser Kompas Petang (2014-sekarang). Lia dikenal sebagai seorang jurnalis yang tekun dan cerdas dalam bekerja, hal itu yang
77
membuat Lia dalam kurun waktu yang singkat terus mengalami pergantian jabatan. Informan ketiga adalah Fattimazzahro, atau yang lebih dikenal dengan nama panggilan Fyra. Fyra bekerja di KOMPAS TV sejak tahun 2011 hingga sekarang. Selama kurang lebih 3 tahun Fyra bekerja di redaksi news KOMPAS TV sebagai Reporter. Fyra merupakan salah satu reporter senior. Fyra dikenal sangat cepat dan tepat didalam bekerja. Informan keempat adalah Githa Nila Maharkesri, atau yang lebih dikenal dengan nama Githa. Githa bekerja di KOMPAS TV sejak tahun 2013 hingga sekarang. Selama kurang lebih 1 tahun Fyra bekerja di redaksi news KOMPAS TV sebagai Reporter. Githa merupakan salah satu reporter junior yang memiliki kualitas perkembangan kerja yang pesat. Informan kelima adalah Restu. Restu bekerja di KOMPAS TV sejak tahun 2011 hingga sekarang. Selama kurang lebih 3 tahun Restu bekerja di KOMPAS TV sebagai Reporter. Restu merupakan salah satu reporter yang memiliki kualitas kerja yang baik. Restu telah melewati berbagai perpindahan posisi kerja, mulai dari reporter redaksi news sampai kepada redaksi adventure. Informan keenam adalah Anjas. Anjas bekerja di KOMPAS TV sejak tahun 2011 hingga sekarang. Selama kurang lebih 3 tahun Anjas bekerja di KOMPAS TV. Anjas memulai karirnya di KOMPAS TV sebagai reporter redaksi adventure sampai kepada diangkat menjadi manajer redaksi adventure. Anjas telah melewati berbagai pengalaman bekerja dari awal pembentukkan KOMPAS TV. Informan ketujuh adalah Riza. Riza bekerja di KOMPAS TV sejak tahun 2011
78
hingga sekarang. Selama kurang lebih 3 tahun Anjas bekerja di KOMPAS TV. Riza merupakan sekertaris pertama di ruang produksi sejak awal KOMPAS TV didirikan. Meskipun bukan menjabat sebagai seorang jurnalis, namun Riza memiliki pengetahuan yang cukup banyak tentang budaya organisasi yang ada dan diterapkan oleh redaksi news KOMPAS TV. 4.3 Hasil Observasi Observasi yang dilakukan penulis adalah observasi partisipasi pasif dengan menjadi anggota pasif didalam kelompok redaksi news KOMPAS TV, dimana tugas penulis disini untuk melihat dan mengamati bagaimana budaya organisasi yang tercipta dan diterapkan oleh jurnalis redaksi news KOMPAS TV didalam suasana kerja mereka sehari-hari. Selama penulis melakukan observasi baik selama atau sebelum penulis mengumpulkan data, penulis menemukan beberapa nilai-nilai organisasi dan penggunaan simbol verbal dan nonverbal berdasarkan identifikasi penelitian yang telah dikemukakan penulis sebelumnya. Penulis menemukan peraturan bahwa para jurnalis baru wajib mengikuti pelatihan atau training di kelas selama dua minggu, sebelum akhirnya para jurnalis baru ini diperbolehkan bekerja. Pelatihan yang penulis dapatkan dari hasil observasi diantaranya pelatihan menulis, pelatihan peliputan, dan pelatihan dubbing suara. Penulis melihat bahwa selama dua minggu ini, para jurnalis baru benar-benar dilatih secara rutin. Para jurnalis baru ini dilatih langsung oleh para produser senior redaksi news. Disamping pelatihan untuk jurnalis baru, penulis juga menemukan adanya pelatihan sekaligus diskusi yang diadakan setiap satu kali dalam
79
seminggu bagi para produser dan reporter redaksi news. Pelatihan ini pun bersifat wajib diikuti oleh seluruh jurnalis redaksi news. Penulis juga mendapati suasana kerja yang akrab didalam ruang redaksi news. Baik pimpinan sampai dengan para jurnalis tidak terlihat adanya perbedaan jenjang. Mereka berkomunikasi dan bercanda-canda layaknya tidak ada perbedaan jabatan. Penulis selalu mendengar ucapan ―selamat pagi‖ ketika setiap jurnalis sampai di ruang kantor. Penulis juga selalu melihat adanya komunikasi nonverbal yang para jurnalis terapkan dengan rekan kerja lainnya ketika sedang rapat redaksi atau sedang mengerjakan banyak pekerjaan “dateline”, seperti ucapan ―yo yo yo‖ diikuti dengan tepukan tangan tiga kali, kemudian gerakan tubuh seperti menepuk pundak rekan kerja mereka. Penulis melihat suasana kerja sama antara produser dan asisten produser (wartawan yang bertugas didalam ruangan) didalam pekerjaan mereka, seperti produser mengevaluasi hasil naskah buatan wartawan, ketika ada kesalahan produser mengajarkan bagaimana cara menulis naskah yang benar kepada wartawan tersebut, kemudian produser mengajarkan bagaimana cara melakukan dubbing suara yang benar ketika wartawan mengalami kesulitan dalam dubbing suara. Namun, ketika hasil naskah ataupun hasil dubbing wartawan bagus, produser pun selalu memberi pujian kepada para wartawan. 4.4 Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini merupakan penjelasan dari teori-teori komunikasi yang tertera pada bab II, secara khusus mengenai penjelasan tiga asumsi
80
Teori Budaya Organisasi (Organization Culture Theory) yang dikemukakan oleh Michael Pacanowsky dan Nick O‘Donnel Trujillo, dimana tiga asumsi Teori Budaya Organisasi (Organization Culture Theory) ini memiliki kaitan akan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yakni mengenai budaya organisasi KOMPAS TV dalam memproduksi program berita bernilai edukatif dan independen. Untuk memenuhi hasil dari penelitian ini, maka penulis akan menjelaskan poin analisis data dari hasil observasi dan wawancara mendalam dengan para informan, dengan berdasar pada identifikasi masalah yang telah penulis susun dalam penelitian ini. 4.4.1 Nilai-nilai Organisasi Redaksi News KOMPAS TV Asumsi pertama yang dicetuskan Michael Pacanowsky dan Nick O‘Donnel Trujillo dalam Teori Budaya Organisasi (Organizational Culture Theory)
berbunyi:
Anggota-anggota
organisasi
menciptakan
dan
mempertahankan perasaan yang dimiliki bersama mengenai realitas organisasi, yang berakibat pada pemahaman yang lebih baik mengenai nilai-nilai sebuah organisasi. Inti dari asumsi ini adalah mengenai nilai yang dimiliki oleh suatu organisasi. Nilai (value) adalah standar dan prinsip-prinsip dalam sebuah budaya yang memiliki nilai intrinsik dari sebuah budaya. Nilai menunjukkan kepada anggota organisasi mengenai apa yang penting85. Standar dan prinsip yang dimaksud dalam asumsi pertama ini, penulis fokuskan pada ideologi dan peraturan-peraturan organisasi yang dimiliki oleh
85
West, Richard. Lyn H. Turner. 2007. Introducing Communication Theory: Analisis dan aplikasi, edisi 3, buku 2. Jakarta. Salemba Humanika. Hal 46
81
KOMPAS TV. Ideologi dan peraturan adalah bagian dari nilai terpenting yang menjadi kekuatan berlangsungnya sebuah organisasi. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini penulis mencoba menjelaskan asumsi pertama dari Teori Budaya Organisasi (Organizational Culture Theory) mengenai ideologi dan peraturanperaturan yang tercipta dan diterapkan oleh para jurnalis redaksi news KOMPAS TV didalam memproduksi program berita yang bernilai edukatif dan independen. Berikut penjelasan dari setiap nilai-nilai organisasi tersebut: 1. Ideologi Redaksi News KOMPAS TV Luthans menyebutkan sejumlah karakteristik yang penting dari budaya organisasi, salah satunya adalah ideologi. Ideologi adalah pedoman normative yang dipakai oleh seluruh kelompok sebagai dasar cita-cita, nilai dasar dan keyakinan yang dijunjung tinggi 86. Sebagai bagian dari kelompok atau organisasi, KOMPAS TV juga memiliki ideologi yang menjadi nilai dasar mereka dalam menghasilkan program berita. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan key informan Alex selaku manajer redaksi news, pada dasarnya ideologi KOMPAS TV sejalan dengan ideologi koran KOMPAS yakni ―Amanat Hati Nurani Rakyat‖, dimana ideologi ini sejalan dengan apa yg diisyaratkan oleh UU Pers, Kode Etik Jurnalistik, Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran. Key informan menyambungkan ideologi ini dengan peranan media, seperti penjelasannya berikut: 86
Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Yogyakarta. Andi. Hal 52
82
―Media harus hadir untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat, harus edukasi yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, yang kedua ia harus dalam posisi independen, independen itu juga menentukan objektivitas pemberitaannya.” Berdasarkan hasil observasi penulis, berita KOMPAS TV yang bernilai edukatif ini terlihat dari konten berita yang lebih mengangkat topik politik, pendidikan, ekonomi, dan hukum. KOMPAS TV sangat meminimalisir berita mengenai kriminalitas. Sedangkan, berita yang bernilai independen disini terlihat dari pemberitaan-pemberitaan KOMPAS TV yang tidak pernah secara eksklusif menyoroti satu golongan atau kelompok. Hal ini disetujui oleh informan III, Githa selaku reporter redaksi news. Ia mengatakan KOMPAS TV menerapkan pemberitaan yang cover both side, artinya KOMPAS TV tidak berpihak terhadap suatu berita, melainkan menyajikan berita secara berimbang antara konten berita yang satu dengan konten berita lainnya. KOMPAS TV tidak berusaha untuk menggiring opini pada masyarakat, KOMPAS TV memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang fakta yang terjadi, memberikan informasi yang akurat, dan memaparkannya sesuai kondisi yang terjadi di lapangan. Informan III juga menjelaskan bahwa jurnalis redaksi news KOMPAS TV memiliki sikap dalam menganggapi sebuah fenomena, tanpa dipengaruhi oleh pihak manapun. Contoh berita KOMPAS TV yang independen ini terlihat dari sikap para jurnalis redaksi news yang menyetujui kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak), dalam hal ini jurnalis redaksi news bukan dalam posisi membela pemertintah, akan
83
tetapi jurnalis redaksi news menganalisis bahwa harga BBM harus dinaikkan karena menjadi sebuah kebutuhan. Oleh sebab itu, KOMPAS TV berani bersikap pro terhadap kenaikan harga BBM. Key informan memberikan kesimpulan mengenai penjelasannya tentang ideologi KOMPAS TV, sebagai berikut: “Intinya, keberpihakan hanya boleh untuk kepentingan publik, bukan keberpihakan kepentingan pemilik modal. Karena di KOMPAS TV, dan saya yakin di seluruh Group Kompas Gramedia, pak Jacob Utama sampai pimpinan-pimpinan tertinggi kita tidak pernah campur tangan mengenai editorial kita harus seperti apa, pak Jacob Utama justru selalu menegaskan bahwa kehadiran kita harus menjadi Amanat Hati Nurani Rakyat, jadi betul-betul untuk publik.” Informan III juga menyepakati pernyataan key informan ini, ia mengatakan bahwa reporter KOMPAS TV tidak pernah diarahkan untuk membela suatu kubu. Ia menegaskan bahwa para jurnalis harus menjadi ―mata‖ bagi KOMPAS TV atas sebuah peristiwa, dalam artian bertugas untuk melihat dan memaparkan, bukan untuk memprovokasi atau memutarbalikan fakta. Pernyataan key informan mengenai media sebagai peran edukasi merupakan salah satu fungsi media massa, yaitu fungsi edukasi. Fungsi edukasi dalam media massa berarti media massa berfungsi sebagai agen atau media yang memberikan pendidikan kepada masyarakat, sehingga keberadaan media tersebut menjadi bermanfaat karena berperan sebagai pendidik
84
masyarakat87. Pernyataan key informan mengenai media sebagai peran independen terdapat dalam kode etik jurnalistik Pasal 1 poin A yang berisi wartawan Indonesia bersikap independen. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa ―campur tangan‖, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers 88. Key informan, Alex menjelaskan bahwa ideologi yang dianut redaksi news KOMPAS TV sendiri adalah ―Tegas, Terarah, dan Menumbuhkan Harapan.‖ Ideologi ini dicetuskan oleh ―Founding Fathers” KOMPAS TV sekaligus pemimpin redaksi news pertama yakni Alm Taufik Miharja. Key informan menjelaskan pengertian dari setiap poin ideologi yang dianut redaksi news KOMPAS TV, sebagai berikut: Tegas berarti tidak ada tawar menawar, segala sesuatunya harus berdasarkan fakta. Terarah artinya semua memiliki perencanaan, segala sesuatunya memiliki garis editorial dan target secara jelas. Menumbuhkan harapan yakni pemberitaan itu harus membangkitkan optimisme bukan pesimisme. Key informan menyatakan interpretasi dari ideologi redaksi news ini mengarah pada tagline KOMPAS TV secara keseluruhan, yakni ―Inspirasi Indonesia‖. Key informan menjelaskan bahwa kata ―Inspirasi Indonesia‖ ini 87
Assegaf, Djafar H. 1991. Jurnalistik Masa Kini. Jakarta. Ghalia Indonesia. Hal 50 Kode Etik Jurnalistik pada Www.dewanpers.or.id. Diakses Senin, 1 Desember 2014. Pukul 19.00 WIB. 88
85
sebagai karya jurnalistik, yakni karya jurnalistik yang harus mampu menumbuhkan harapan bagi masyarakat, bukan memprofokasi atau membuat pesimisme. Key informan menghubungkan pengertian profesi jurnalistik ini dengan berita KOMPAS TV sebagai berikut: “Profesi jurnalistik itu seperti analogi lentera. Ketika orang membaca produk jurnalistik, ia bisa menjawab pertanyaan yang selama ini membuat ia bingung. Ketika ia melihat berita KOMPAS TV, ia tahu duduk persoalannya, apa penyebabnya, serta arahnya mau kemana, sehingga yang tadinya bingung menjadi mengerti” Informan IV, Restu selaku mantan jurnalis redaksi news juga menjelaskan bahwa setiap berita yang dibuat oleh KOMPAS TV pada akhirnya untuk merealisasikan tagline KOMPAS TV sendiri, yakni ―Inspirasi Indonesia‖. Informan IV memberi terjemahan yang lebih operasional mengenai kata ―Inspirasi Indonesia‖ ini adalah bahwa setiap berita didalam KOMPAS TV itu selalu
disampaikan
secara
―mendalam‖
kepada
masyarakat
dengan
melampirkan grafis untuk menjabarkan persoalan secara nyata, sehingga masyarakat tidak hanya mendengar berita namun dapat mengerti secara jelas isi berita tersebut. Didalam profesi jurnalistik, berita ―mendalam‖ disebut pula depth news. Depth news disebut berita mendalam karena laporan yang diberitakannya memiliki nilai berita yang ―berat‖, baik dari segi fakta, penggalian data, dan dampaknya kepada masyarakat umum. Disamping itu, proses penggalian datanya memerlukan perencanaan, persiapan ―matang‖, dan analisa yang
86
―mendalam‖89. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan key informan mengenai ideologi redaksi news ini, key informan menyimpulkan bahwa substansi sebuah berita itu penting, sehingga masyarakat memahami secara benar persoalan dalam sebuah berita. Key informan menegaskan pernyataannya itu dengan mengatakan: “good news is a good news, kita tidak hanya bad news is a good news.” Berdasarkan hasil observasi penulis, penulis menanggapi pernyataan key informan yang mengatakan “good news is a good news, kita tidak hanya bad news is a good news” pada pengelihatan bahwa redaksi news KOMPAS TV tidak bertujuan untuk mencari sensasi dalam pemberitaan. Redaksi news lebih fokus untuk menarik perhatian masyarakat dengan menyajikan berita yang bermanfaat dan mendidik, daripada menarik perhatian masyarakat dengan menyajikan berita yang sensasional namun belum teruji kebenarannya. Redaksi news kembali pada ideologi yang mereka anut bahwa sebuah pemberitaan itu harus berdasarkan fakta yang jelas. 2. Peraturan-peraturan Jurnalis Redaksi News KOMPAS TV Asumsi pertama mengenai nilai-nilai organisasi ini berhubungan dengan pentingnya orang di dalam kehidupan organisasi. Secara khusus, individu saling berbagi dalam menciptakan dan mempertahankan realitas. Individu-
89
Depth News (Berita mendalam) pada Theactadiurna.wordpress.com. Diakses Sabtu, 14 September 2014. Pukul 18.00 WIB
87
individu ini mencakup karyawan, supervisor, dan pimpinan. Menjadi anggota dari sebuah organisasi membutuhkan partisipasi aktif dalam organisasi tersebut. Pacanowsky dan O‘Donnel Trujillo yakin bahwa karyawan memberikan kontribusi dalam pembentukkan budaya organisasi. Perilaku mereka
sangatlah
penting
dalam
menciptakan
dan
pada
akhirnya
mempertahankan realitas organisasi90. Berdasarkan
penjelasan
dari
asumsi
pertama
yang
dicetuskan
Pacanowsky dan O‘Donnel Trujillo dalam Teori Budaya Organisasi (Organizational Culture Theory) ini, penulis menganalisis bahwa perilaku karyawan dikemukakan dalam asumsi pertama ini merupakan implikasi dari peraturan-peraturan yang diciptakan oleh perusahaan tersebut. Oleh sebabnya, bagian kedua yang akan penulis bahas dari nilai-nilai organisasi ini adalah mengenai peraturan-peraturan yang tercipta dan diterapkan bagi para jurnalis redaksi news KOMPAS TV, sehingga mampu menghasilkan program berita yang bernilai edukatif dan independen. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan para informan mengenai peraturan-peraturan didalam redaksi news, maka penulis membagi peraturan didalam redaksi news KOMPAS TV menjadi dua kategori, kategori pertama mengenai mekanisme kerja jurnalis KOMPAS TV dan kategori kedua mengenai standar karakteristik jurnalis KOMPAS TV. Berikut penjabaran dari
90
West, Richard. Lyn H. Turner. 2007. Introducing Communication Theory: Analisis dan aplikasi, Edisi 3, Buku 2. Jakarta. Salemba Humanika. Hal 50
88
setiap peraturan-peraturan tersebut: Mekanisme Kerja Jurnalis KOMPAS TV F. Luthans menyebutkan peraturan merupakan salah satu karakteristik penting dari budaya organisasi. Menurut Luthans, peraturan-peraturan adalah aturan yang tegas dalam organisasi. Pegawai baru harus memelajari peraturan ini agar keberadaannya dapat diterima di dalam organisasi 91. Seperti pengertian peraturan yang dinyatakan Luthans, KOMPAS TV juga menyiapkan peraturan-peraturan bagi para jurnalis baru redaksi news agar keberadaannya dapat diterima di dalam organisasi KOMPAS TV. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan key informan yang merupakan manajer dari redaksi news, setiap karyawan baru KOMPAS TV yang menjabat sebagai seorang jurnalis redaksi news diharuskan mengikuti pelatihan atau training terlebih dahulu sebelum akhirnya diperbolehkan menjalankan pekerjaan seperti jurnalis lainnya. Key informan menjelaskan sekalipun didalam perekrutan jurnalis baru KOMPAS TV benar-benar dipilih secara selektif, namun hal itu tidak cukup. Key informan menegaskan, demi menghasilkan jurnalis-jurnalis berkualitas yang mampu bekerja sesuai kode etik jurnalistik dan akhirnya mampu menghasilkan program berita yang bernilai edukatif dan indpenden, KOMPAS TV pun memfasilitasi pelatihan ini. Informan V, Anjas selaku manajer program adventure juga menyetujui 91
Robbins. 2001. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi (Terjemahan). Jakarta. Erlangga. Hal 20
89
pernyataan key informan mengenai adanya pelatihan bagi jurnalis baru ini. Ia menambahkan bahwa pelatihan ini bersifat penting dan wajib, terkhusus bagi para fresh graduate (lulusan baru) yang pada dasarnya belum memiliki pengalaman kerja sama sekali. Penjelasan informan V mengenai pentingnya pelatihan jurnalis baru ini diyakinkannya dengan pernyataan sebagai berikut: “KOMPAS TV enggak akan berani melepas reporter baru ke lapangan, sebelum akhirnya dia digembleng dengan matang.” Berdasarkan pernyataan key informan dan informan V ini, penulis menyimpulkan bahwa KOMPAS TV tidak dengan sembarang untuk mempekerjakan karyawannya, secara khusus di bidang jurnalis. Berdasarkan hasil observasi yang ditemukan oleh penulis, materi dari pelatihan ini mencakup pelatihan menulis, pelatihan peliputan, dan pelatihan men-dubbing suara. Pelatihan ini dilatih langsung oleh para produser-produser senior redaksi news yang sudah berpengalaman. Pelatihan jurnalis baru redaksi news ini dilakukan selama kurun waktu dua minggu. Pelatihan para jurnalis baru ini sama seperti pengertian pertunjukan komunikasi organisasi yang dikemukakan oleh Pacanowsky dan O‘Donnell Trujillo didalam poin enkulturasi (enculturation), yaitu proses ‗pengajaran‘ budaya organisasi oleh salah satu anggota organisasi kepada anggota organisasi lainnya. Enkulturasi adalah proses yang berlangsung terusmenerus, namun pertunjukan tertentu memiliki peran sangat penting dalam
90
proses ini. Orientasi bagi anggota organisasi baru adalah salah satu contohnya, dalam hal ini terdapat serangkaian pertunjukan dimana sejumlah individu mengajarkan individu lain bagaimana melakukan pekerjaan tertentu92. Key informan juga memaparkan, disamping pelatihan selama dua minggu bagi para jurnalis baru, terdapat pula kelas pelatihan dan diskusi bagi seluruh jurnalis redaksi news baik itu untuk produser maupun wartawan. Kelas ini dibuat agar pengetahuan dan kualitas kerja dari para jurnalis semakin bertambah baik. Kelas pelatihan dan diskusi ini dilakukan setiap satu kali dalam seminggu, yaitu setiap hari jumat. Pelatihan ini dipimpin oleh pemimpin redaksi (pemred), produser senior dan tidak jarang pula tim redaksi news mendatangkan pelatih dari luar KOMPAS TV. Informan II juga menjelaskan bahwa dirinya sangat tertarik untuk mengikuti kelas pelatihan dan diskusi ini. Sebagai seorang reporter, informan II mengaku bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat baginya dan bagi wartawan atau reporter lain. Informan II mengatakan melalui setiap pelatihan yang ada selalu mendorong mereka untuk semakin menghasilkan berita sesuai ideologi yang mereka anut, yakni Tegas, Tearah dan Menumbuhkan Harapan.
92
M.A, Morissan. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Bogor. Ghalia Indonesia. Hal 106
91
Peraturan mengadakan pelatihan bagi para jurnalis ini sama seperti riset yang dilakukan oleh Recardo dan Jolly mengenai dimensi untuk menilai budaya suatu organisasi, salah satu dimensi tersebut adalah Training and Development (Pelatihan dan Pengembangan). Recardo dan Jolly mengatakan bahwa indikasi penting untuk menilai komitmen manajemen adalah ketersediaan kesempatan untuk pengembangan diri bagi para karyawan dan bagaimana keterampilan yang diperoleh itu dapat diterapkan dalam pekerjaan, serta apakah pendidikan bagi para karyawan ditujukan untuk kebutuhan sekarang atau untuk masa yang akan datang93. Saat jurnalis baru telah menyelesaikan semua pelatihan yang disediakan oleh KOMPAS TV, maka para jurnalis ini dapat mulai bekerja seperti jurnalis lainnya didalam redaksi news. Key informan, Alex memaparkan alur kerja jurnalis KOMPAS TV didalam redaksi news sebagai berikut: Korlip (koordinator liputan) dan kru liputan (reporter, juru kamera) harus dan wajib tiba di kantor minimal 15 menit sebelum jam kerja sesuai shift. Seluruh kru yang berada di ―lapangan‖ harus dan wajib menggunakan seragam atau kemeja saat liputan (kecuali ada permintaan program).
93
Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Yogyakarta. Andi. Hal 40
92
Kru lapangan harus dan wajib berkoordinasi serta mengkomunikasikan semua pergerakan, informasi, dan temuan baru serta situasi ―lapangan‖ kepada korlip. Kru lapangan harus dan wajib berhitung deadline serta pro aktif menghubungi kurir dalam proses pengiriman kartu memori kamera. Juru kamera harus memberitahu segera jumlah kartu memori kamera yang dibawa kepada korlip saat di lapangan. Kru ―lapangan‖ harus dan wajib berkoordinasi dengan korlip sebelum kembali ke kantor. Sesampainya di kantor: Reporter berdiskusi dengan produser terkait materi berita yang akan tayang. Setelah itu berkoordinasi dengan korlip terkait matreri berita yang belum tayang, agar di listing. Juru kamera memindahkan visual dari kartu memori kamera ke I Mac, lalu mendampingi editor untuk editing. Asisten produser (PA) bertugas mencatat kartu memori kamera yang masuk Asisten produser (PA) bertugas memindahkan visual dari kartu memori kamera ke I Mac
93
Asisten produser (PA) mengawal dan memberitahu visual hasil feeding ke produser dan korlip. Asisten produser (PA) memastikan status item berita sesuai rundown tayang. Asisten produser (PA) berkoordinasi dengan produser mengenai visual dan naskah yang masuk. Asisten produser (PA) mengembalikan seluruh kartu memori kamera ke warehouse. Asisten produser (PA) men-dubbing naskah (bagi yang sudah diperbolehkan). Asisten produser (PA) membuat naskah terjemahan dari reuters (situs berita yang digunakan khusus KOMPAS TV). Berdasarkan hasil observasi penulis saat menjalani magang (job training), alur pekerjaan jurnalis ini benar-benar dilaksanakan secara disiplin setiap harinya oleh para jurnalis. Berdasarkan pengamatan penulis, sekitar 80% karyawan selalu tiba di kantor sebelum jam kerja yang ditetapkan yakni pukul 09.00. Ketika ada jurnalis yang berhalangan masuk kerja, jurnalis lainnya dengan sigap menggantikan pekerjaan rekan kerjanya tersebut. Alur kerja jurnalis redaksi news KOMPAS TV yang dipaparkan key informan merupakan contoh dari salah satu pertunjukkan komunikasi
94
organisasi yang dicetuskan oleh Pacanowsky dan O‘Donnell Trujillo, yakni didalam kategori ritual kerja. Ritual kerja diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan berulang-ulang untuk membantu anggota organisasi melakukan pekerjaannya. Dengan kata lain, ritual kerja adalah perilaku rutin seseorang yang dihubungkan dengan pekerjaannya yang menyebabkan pekerjaan itu selesai94. Disamping alur kerja yang rutin dikerjakan para jurnalis, key informan juga menerangkan bahwa redaksi news KOMPAS TV menciptakan peraturan bahwa setiap harinya harus diadakan rapat redaksi yang diadakan pada malam hari setelah program berita selesai tayang. Selain pemimpin redaksi (pemred), wakil pemimpin redaksi (wapemred) dan manajer redaksi, rapat ini wajib dihadiri oleh seluruh jurnalis baik itu produser, wartawan atau reporter, sampai juru kamera yang bertugas di hari itu. Rapat ini membahas evaluasi dari setiap komponen kerja para jurnalis yang terjadi dalam satu hari tersebut. Evaluasi tersebut diantaranya melaporkan hasil berita yang tayang, melaporkan kekurangan kinerja jurnalis sampai mencari solusi bersama bagaimana agar kekurangan itu tidak terjadi lagi dan kinerja jurnalis selanjutnya menjadi lebih baik. Dibagian akhir akan membahas materi berita apa yang akan ditayangkan untuk hari esok. Berdasarkan hasil observasi penulis saat menjalani magang (job training), penulis melihat mulai dari pimpinan, produser, wartawan atau 94
Opcit, Hal 106
95
reporter, juru kamera, koordinator lapangan, sampai dengan tim periset setiap harinya selalun hadir didalam rapat redaksi ini, dan selalu hadir di ruangan rapat sebelum pukul 19.00 WIB. Rapat redaksi rutin ini juga merupakan contoh dari salah satu pertunjukkan komunikasi organisasi yang dicetuskan Pacanowsky dan O‘Donnell Trujillo, yaitu ritual organisasi. Ritual organisasi diartikan sebagai ritual yang diikuti oleh seluruh kelompok kerja didalam organisasi secara cukup teratur. Misalnya, pertemuan atau rapat antar departemen perusahaan95. Standar Karakteristik Jurnalis Redaksi News KOMPAS TV Robbins mengatakan bahwa salah satu fungsi budaya organisasi yakni budaya organisasi membawa suatu rasa identitas bagi para anggota organisasi atau jati diri96. Berdasarkan fungsi budaya organisasi yang dikemukakan oleh Robbins, key informan mengatakan bahwa Grup Kompas Gramedia menciptakan nilai-nilai yang harus diaplikasikan oleh seluruh karyawan Kompas Gramedia, sehingga nilai-nilai ini menjadi ciri khas dari karyawan Grup Kompas Gramedia secara turun-temurun. Nilai-nilai tersebut tergabung didalam Value Kompas Gramedia 5C yang diciptakan langsung oleh pemilik Kompas Gramedia, yaitu Jacob Utama.
95 96
Ibid, Hal 107 Robbins. 2001. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi (Terjemahan). Jakarta. Erlangga. Hal 20
96
Value 5C itu diantaranya Caring, Credibel, Competen, Competitive, dan Customer Delight. Key informan menjelaskan pengertian dari poin setiap value sebagai berikut: Value pertama adalah Caring, bagian ini menjelaskan bahwa sebagai satu tim, rasa saling peduli antar karyawan satu dengan karyawan lainnya sangat diperlukan. Apabila dikaitkan dalam pemberitaan di media, jurnalis dalam posisi ini harus menunjukkan rasa empatinya kepada para narasumber maupun pada setiap pemberitaan yang dibuatnya. Value kedua adalah Credibel, bagian ini menunjukkan bahwa KOMPAS TV merupakan sebuah perusahaan yang fokus bekerja didalam bisnis informasi, oleh sebab itu kepercayaan menjadi faktor utama didalam bekerja. Value ketiga adalah Competen, value ini mendukung value Credibel. Sebagai contoh, ketika seorang jurnalis tidak berkompeten, maka otomatis beritanya tidak akan berkredibel. Value keempat adalah Competitive, hal ini menunjukkan bahwa KOMPAS TV harus menciptakan semangat kompetisi, karena KOMPAS TV tetap sebuah bisnis yang pada akhirnya memiliki tujuan finansial. Hal ini pun didasarkan oleh faktor KOMPAS TV yang melakukan pembiayaian perusahaannya secara sendiri, tanpa bergantung pada iklan, partai politik, atau hal apapun. Oleh sebab itu, bagian ini harus diterapkan dan jika tidak, maka idealisme yang selama ini menjadi ciri khas KOMPAS TV akan mati. Value terakhir adalah Customer Delight, KOMPAS TV mengharapkan semua tujuan akhir dari pencapaian
97
KOMPAS TV adalah demi kepuasan penonton. KOMPAS TV berharap dapat menjadi jawaban dari setiap pertanyaan masyarakat. Berdasarkan hasil observasi penulis melalui percakapan dengan beberapa jurnalis maupun dengan melihat pada kinerja para jurnalis, penulis mendapati bahwa seluruh jurnalis redaksi news benar-benar secara disiplin mengaplikasikan value Kompas Gramedia 5C ini, mereka adalah orang-orang yang memiliki semangat kerja yang tinggi dan memiliki integritas terhadap nilai yang mereka anut. Informan III setuju dengan hasil observasi penulis. Ia mengatakan value 5C tersebut dapat dengan disiplin dikerjakan oleh para jurnalis, sebab orang-orang yang bekerja didalamnya adalah orang-orang profesional yang sama-sama memiliki visi untuk menjadikan KOMPAS TV sebagai stasiun televisi yang berbeda dengan staisun televisi lain pada umumnya dari segi kualitas program. Para jurnalis redaksi news sendiri pada umumnya adalah orang-orang yang merupakan karyawan pindahan dari stasiun televisi lain dan mereka bergabung di dalam KOMPAS TV dengan tujuan KOMPAS TV mampu memberi ―perubahan‖ dan ―gebrakan‖ baru yang positif didalam kondisi pertelvisian saat ini. Disamping peraturan Value 5C, key informan juga menjelaskan prinsip kerja jurnalistik yang harus dimiliki oleh wartawan KOMPAS TV. Prinsipprinsip tersebut diantaranya: 1. Semua pemberitaan harus diverifikasi.
98
2. Memupuk rasa ingin tahu. 3. Keberpihakan pada masyarakat. 4. Bersikap skeptis, artinya wartawan tidak lantas mudah percaya, sampai benar-benar mencari sendiri apa yang sebenarnya terjadi. 5. Totalitas dalam bekerja. Key informan menegaskan bahwa peranan penting dari profesi seorang jurnalistik ada pada prinsip kerja yang pertama, yaitu semua pemberitaan harus diverifikasi. Key informan menjelaskan bagian ini dengan memberikan pernyataan: “Profesi wartawan itu persis seperti dokter. Semua orang mungkin bisa sembuhin penyakit, tapi cuma dokter yang punya kode etik prosedur dan tata cara dalam menyembuhkan. Sama halnya dengan wartawan, semua orang mungkin bisa menulis berita, tapi hanya wartawan yang menulis melalui tahap verifikasi dan berdasarkan kode etik jurnalistik.” Key informan menerangkan bahwa bagian yang menjadi kepercayaan dari profesi jurnalistik adalah dengan tidak menyebarkan berita bohong, oleh sebab itu sebelum sampai pada berita disusun dan akhirnya ditayangkan, verifikasi menjadi pekerjaan utama bagi seorang jurnalis. Key informan menyimpulkan bagian verifikasi ini dengan pernyataan: “Verifikasi adalah bagian yang membuat profesi wartawan tetap hidup.” Bagian verifikasi yang menjadi prinsip kerja jurnalis KOMPAS TV ini tercantum didalam kode etik jurnalistik pasal 3 poin A yakni wartawan Indonesia selalu menguji informasi. Didalam pasal 3 poin A dijelaskan
99
bahwa menguji informasi berarti melakukan check dan recheck tentang kebenaran informasi itu97. Berdasarkan hasil observasi penulis, penulis melihat bahwa salah satu cara verifikasi keakuratan berita yang efektif didalam KOMPAS TV adalah melalui konfirmasi pada tim periset. Tim periset ini bertugas untuk mensurvei atau mencari data-data berita secara lengkap. Produser dan reporter wajib untuk mengkonfirmasi setiap materi berita yang didapat atau yang hendak ditayangkan, kepada tim periset. Tim periset bukan hanya bertugas sebagai pengkonfirmasi keakuratan berita saja, namun juga reporter maupun produser dapat meminta materi berita kepada tim periset ketika suatu saat sedang tidak ada berita di ―lapangan‖. Dengan adanya tim periset ini, maka berita yang ditayangkan KOMPAS TV dapat dipercaya kredibilitasnya, karena telah melalui hasil riset yang akurat terlebih dahulu. Bantuan tim periset didalam pekerjaan jurnalis dalam mencari berita ini, merupakan salah satu contoh dimensi dalam menilai budaya organisasi yang dicetuskan oleh Recardo dan Jolly, yakni dimensi team work (kerja sama). Dimensi team work ini berhubungan dengan jumlah, tipe dan keefektifan tim dalam organisasi. Dibatasi atau tidak dibatasi, meliputi kerja sama dengan departement yang berbeda, sejumlah kepercayaan di
97
Kode Etik Jurnalistik pada Www.dewanpers.or.id. Diakses Senin, 1 Desember 2014. Pukul 19.00 WIB.
100
antara beberapa fungsi atau unit yang berbeda dan dukungan terhadap proses kerja98. Penulis melihat bahwa keberadaan tim periset ini adalah salah satu yang menjadi kelebihan dan membedakan antara KOMPAS TV dengan stasiun televisi lain. Hal ini seperti salah satu fungsi budaya organisasi yang dikatakan Robbins yakni menetapkan tapal batas yang menciptakan perbedaan yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi lainnya 99. Berdasarkan hasil wawancara, penulis juga mendapati satu lagi karakteristik KOMPAS TV yang membedakannya dengan stasiun televisi lain. Karakteristik tersebut terletak pada editorial yang dimiliki KOMPAS TV sebagai panduan didalam menayangkan pemberitaan. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan key informan, Alex mengatakan bahwa editorial pemberitaan KOMPAS TV yang paling utama adalah nilai humanis (human interest). Artinya, KOMPAS TV tidak hanya fokus pada isu atau peristiwa saja, melainkan hal yang lebih penting adalah cerita tentang manusia.
Key
informan
menegaskan
pernyataannya
ini
dengan
mengatakan: “jika ada berita tentang tawuran, okelah peristiwanya kita liput, tapi setelah itu apa yang terjadi pada manusianya? Itu yang jauh lebih penting.”
98 99
Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Yogyakarta. Andi. Hal 40 Robbins. 2001. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi (Terjemahan). Jakarta. Erlangga. Hal 20
101
Key informan menjelaskan bahwa pemberitaan yang menjunjung tinggi nilai humanis ini adalah amanat langsung dari pemilik Kompas Gramedia, yakni Jacob Utama. Key informan teringat akan pernyataan Jacob Utama, yang dia ungkapkan sebagai berikut: “Kita punya Tanah Air, tapi yang lebih penting lagi dari keindahan alam yang ada di Indonesia adalah bercerita tentang manusia itu sendiri.” Key informan kembali menegaskan bahwa ketika ada peristiwa besar, semua stasiun televisi pasti menayangkannya, namun KOMPAS TV lebih memfokuskan pada apa dampak peristiwa itu bagi manusia. Nilai humanis yang menjadi editorial redaksi news KOMPAS TV dalam menayangkan pemberitaan ini merupakan salah satu poin konsep berita yang dikemukakan oleh Frank Luther Mott, yakni Berita sebagai Minat Insani (News As Human Interest). Frank Luther menjelaskan, menariknya berita bukan karena pentingnya peristiwa yang dilaporkan, tetapi karena sifatnya yang menyentuh perasaan insani (manusia), menimbulkan perasaan terharu, prihatin, senang dan lain sebagainya100. Key informan mengatakan bahwa nilai humanis ini merupakan poin utama dari interpretasi tagline KOMPAS TV secara keseluruhan, yakni ―Inspirasi Indonesia‖. Oleh karenanya, key informan sebagai manajer redaksi news selalu mengingatkan para reporter, dengan mengatakan:
100
Konsep Berita pada Theactadiurna.wordpress.com. Diakses Sabtu, 14 September 2014. Pukul 18.00 WIB
102
“Saya minta kepada kalian, ketika kalian sedang bingung menentukan angle berita, kalian harus kembali pada nilai-nilai kemanusiaan.” Informan I, Lia sebagai produser redaksi news juga memaparkan beberapa peraturan-peraturan lain yang wajib dilakukan oleh para wartawan atau reporter KOMPAS TV didalam membuat berita dan melakukan peliputan. Informan I menjelaskan bahwa ketika menulis berita, seorang wartawan tidak boleh bersikap subjektif atau memihak terhadap pemberitaan yang dia tulis, sekalipun pemberitaan itu kurang baik. Seorang wartawan
harus
tetap
menjunjung tinggi
nilai
objektif
didalam
menghasilkan sebuah berita. Bagian menjunjung tinggi nilai objektif ini juga terdapat didalam kode etik jurnalistik pasal 3 poin C, yakni tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi. Dalam pasal 3 poin C dijelaskan bahwa opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta101. Disamping itu, Informan I, Lia juga menjelaskan aturan-aturan praktis yang harus dilakukan para reporter saat melakukan liputan. Informan I mengatakan bahwa sifat yang harus ditunjukkan oleh seorang reporter ketika sedang melakukan sebuah liputan adalah sifat partisipatif. Artinya,
101
Kode Etik Jurnalsitik pada Www.dewanpers.or.id. Diakses Senin, 1 Desember 2014. Pukul 19.00 WIB.
103
reporter juga harus menjiwai kondisi di ―lapangan‖, seolah mereka yang sedang berada dalam posisi tersebut. Informan I menjelaskan sifat partisipatif ini dengan memberikan contoh sebagai berikut: “Waktu lagi liputan, reporter jangan cuma berdiri ditempat aja. Misalnya lagi meliput sebuah pameran, ya reporter itu harus gerak, jalan ngelilingin lokasi pameran, reporter harus nunjukin semua bagian yang ada dalam pameran tersebut ke penonton. Bahkan kalo perlu, dia bisa ikut megang atau mainin setiap ornamen yang ada dalam pameran tersebut, supaya setiap laporan yang dia sampaikan itu jadi hidup.” Sifat partisipatif reporter ini sama seperti peraturan value Kompas Gramedia 5C di poin pertama yakni Caring, bagian ini menjelaskan bahwa jurnalis dalam posisi ini harus menunjukkan rasa peduli dan empatinya kepada para narasumber maupun pada setiap pemberitaan yang dibuatnya. Peraturan selanjutnya adalah mengenai jam kerja jurnalis. Key Informan seringkali menekankan kepada para jurnalis redaksi news terkhusus bagi para jurnalis baru bahwa profesi seorang wartawan tidak bisa dipahami atau disamaratakan dengan jenis profesi lain pada umumnya. Key informan menerangkan bagian dengan memberi contoh: “Kalo profesi kantoran pada umumnya masuk kerja jam 9 pagi, pulang jam 5 sore, kemudian tiap sabtu libur dan punya waktu cukup luang untuk keluarga. Sementara didalam profesi jurnalis, anda tidak akan mendapatkan bagian itu!” Key informan menerangkan bahwa pekerjaan seorang jurnalis dituntut untuk bekerja penuh waktu dan dengan kondisi yang tidak dapat diduga. Bahkan ketika telah selesai dinas, ketika waktu santai, istirahat dan berlibur
104
pun tetap menjadi bagian dari pekerjaan jurnalistik. Hal ini dikarenakan, berita ada dimana saja dan kapan saja. Oleh sebab itu, key informan menegaskan bahwa seorang jurnalis itu harus peka terhadap kondisi sekitar dan cepat tanggap terhadap adanya berita. Hal ini sama seperti penjelasan Lakshamana Rao yang mengatakan bahwa sebuah pekerjaan bisa disebut sebagai profesi jika memiliki empat hal, salah satunya adalah harus ada panggilan dan keterikatan dengan pekerjaan
itu.
Lakshamana
Rao
menjelaskan
menghubungkan
pernyataanya ini dengan kinerja jurnalis. Lakshamana Rao mengatakan bahwa jam kerja wartawan adalah 24 jam sehari karena peristiwa yang harus diliputnya sering tidak terduga dan bisa terjadi kapan saja. Sebagai seorang profesional, wartawan harus terjun ke lapangan meliputnya. Itulah panggilan dan keterikatan dengan pekerjaan sebagai wartawan. Bahkan, wartawan kadang-kadang harus bekerja dalam keadaan bahaya. Mereka ingin –dan harus begitu– menjadi orang pertama dalam mendapatkan berita dan mengenali para pemimpin dan orang-orang ternama. Berdasarkan hasil observasi penulis, penulis melihat bahwa para jurnalis ini memang bekerja dengan penuh waktu, bahkan ada yang lebih dari waktu 15 jam dalam sehari. Penulis melihat sekalipun bukan didalam jam kerja mereka, tapi kesolidan dan semangat mereka untuk saling membantu pekerjaan rekan kerja mereka sungguh nampak, demi masyarakat dapat menikmati berita. Oleh sebab itu, KOMPAS TV pun
105
menyediakan fasilitas mobil untuk mengantar pulang karyawan yang lembur. Disamping bekerja penuh waktu, key informan juga menerangkan bahwa seorang jurnalis tidak boleh bersikap eksklusif, melainkan harus inklusif. Artinya, seorang jurnalis tidak boleh membatasi dengan siapa dia bergaul. Key informan mengibaratkannya dengan contoh demikian: “Ketika kita berteman dengan polisi, kita juga harus berteman dengan penjahat. Kita berteman dengan presiden, kita juga harus berteman dengan pemulung.” Key informan menerangkan bahwa seorang jurnalis itu harus mengenali semua aspek kehidupan dari siapapun. Riset yang dilakukan oleh Recardo dan Jolly, mengemukakan salah satu dimensi untuk menilai budaya suatu organisasi adalah melalui planning (perencanaan). Recardo dan Jolly menjelaskan apakah organisasi menekankan pada rencana jangka panjang atau jangka pendek, apakah perencanaan bersifat reaktif atau proaktif, untuk apa strategi tujuan dan visi organisasi disampaikan kepada karyawan, apakah proses perencanaan berisfat informal atau terstruktur, pada level apa karyawan mempunyai komitmen terhadap pencapaian strategi bisnis serta tujuan organisasi102. Berdasarkan dimensi planning (perencanaan) tersebut, Key informan selaku manajer redaksi news KOMPAS TV menerangkan bahwa setiap peraturan-peraturan yang diciptakan bagi para jurnalis ini dibuat dan 102
Fred Luthans. 2006. Perilaku Organisasi. Yogyakarta. Andi. Hal 40
106
diputuskan secara bersama-sama di dalam rapat kerja, serta memiliki tujuan dan harapan, sebagai berikut: KOMPAS TV ingin menciptakan sebuah Standard Operating Procedure (SOP), standar yang pada akhirnya membentuk karakteristik seorang jurnalis KOMPAS TV. Sebagai dasar untuk evaluasi. Untuk pembentukan budaya organisasi KOMPAS TV. Key informan menjelaskan poin pembentukkan budaya organisasi ini dengan memberikan pernyataan sebagai berikut: “Kita percaya bahwa yang harus kita bentuk adalah sistem. Orang menjabat itu bisa berganti, tapi sistemnya itu udah harus jalan. KOMPAS TV sudah memiliki sistem, dan saat ini yang sedang kita lakukan adalah mematangkan sistem tersebut.” Key informan menekankan bahwa sistem yang sedang dibentuk didalam KOMPAS TV ini bukan hanya ada karena pengaruh seseorang atau lebih, yang sedang menjabat di KOMPAS TV, melainkan sistem ini ada, sedang dibentuk dan akan terus ada sampai dengan pergantian regenerasi ke regenerasi. Artinya keberlangsungan sistem atau setiap peraturan yang diciptakan ini tidak bergantung pada keberadaan orang yang merintisnya, melainkan justru orang-orang baru yang akan hadir di KOMPAS TV nantinya lah yang akan mengikuti dan meneruskan sistem yang telah ada.
107
Pembentukkan sistem yang dijelaskan key informan ini sama seperti salah satu fungsi budaya organisasi yang dicetuskan oleh Robbins, yakni budaya organisasi meningkatkan kemantapan sistem sosial atau sebagai perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk cara berkomunikasi dan beraktivitas bagi para karyawan 103. 4.4.2 Penggunaan dan Interpretasi Simbol Verbal dan Nonverbal Jurnalis Redaksi News Asumsi kedua yang dicetuskan Pacanowsky dan O‘Donnel Trujillo dalam Teori Budaya Organisasi (Organizational Culture Theory) adalah penggunaan dan interpretasi simbol. Realitas (dan budaya) organisasi juga sebagiannya ditentukan oleh simbol-simbol. Pacanowsky dan O‘Donnell Trujillo mengadopsi perspektif interaksi simbolik dari Geertz. Perspektif ini menggarisbawahi penggunaan simbol di dalam organisasi, dan simbol merupakan representasi untuk makna. Anggota-anggota organisasi menciptakan, menggunakan, dan menginterpretasikan simbol setiap hari. Simbol-simbol ini, karenanya sangat penting bagi budaya perusahaan. Simbol-simbol mencakup komunikasi verbal dan
nonverbal
di
dalam
organisasi.
Seringkali,
simbol-simbol
ini
mengomunikasikan nilai-nilai organisasi104. Oleh karenanya, penulis mencoba menjelaskan asumsi kedua dari Teori 103
Robbins. 2001. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi (Terjemahan). Jakarta. Erlangga. Hal 20 West Richard. Lyn H. Turner. 2007. Introducing Communication Theory: Analisis dan aplikasi, Edisi 3, Buku 2. Jakarta. Salemba Humanika. Hal 45 104
108
Budaya Organisasi (Organizational Culture Theory) ini mengenai penggunaan dan interpretasi simbol, yang penulis fokuskan pada komunikasi verbal dan nonverbal yang tercipta diantara sesama jurnalis didalam ruang kerja redaksi news, sehingga komunikasi yang tercipta itu mampu mendukung KOMPAS TV menghasilkan program berita yang bernilai edukatif dan independen. Berikut penjelasan dari setiap komunikasi tersebut: 1. Komunikasi Verbal Redding dan Sanborn menyebutkan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Bidang yang termasuk dalam hal ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang memiliki sama tingkatan dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program105. Kemampuan menggunakan komunikasi verbal secara efektif adalah penting bagi administrator dan manajer. Dengan adanya komunikasi verbal memungkinkan pengidentifikasian tujuan, pengembangan strategi, dan tingkah laku untuk mencapai tujuan106. Key informan menjelaskan bahwa pimpinan didalam redaksi news berperan
105 106
Arni Muhammad. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta. Bumi Aksara. Hal 65 Ibid, Hal 95
109
sebagai sahabat bagi para jurnalis, sehingga ketika pimpinan memberi pengarahan, memberi instruksi atau bahkan memberikan teguran bagi para jurnalis, hal itu dapat diterima dengan baik oleh para jurnalis, sebagaimana hal itu disampaikan oleh sahabatnya sendiri. Key informan menegaskan hal ini dengan pernyataan sebagai berikut: “Fungsi struktural tetap ada, hubungan atasan dan bawahan tetap ada, tapi itu hanya dalam konteks menentukan kebijakan atau keputusan. Ketika keputusan itu sudah ditentukan, maka dalam pelaksanaannya kita bergerak sebagai satu tim, kita bergerak sebagai teman secara bersama-sama.” Menurut Lewis, komunikasi ke bawah adalah adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan
kecurigaan
yang
timbul
karena
salah
informasi,
mencegah
kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan107. Berdasarkan pengertian komunikasi ke bawah yang dicetuskan oleh Lewis, Key informan menjelaskan salah satu contoh komunikasi verbal yang diterapkan oleh pemimpin redaksi news kepada salah seorang jurnalisnya, seperti berikut: “Contohnya waktu ada wartawan atau reporter yang melakukan kesalahan saat bekerja, ketika dilihat oleh pemred kita, mbak Rossi, beliau enggak ragu untuk langsung turun tangan menegur bahkan mempraktekkan cara yang benar kepada wartawan atau reporter tersebut, tanpa harus melalui perantara manajer ataupun produser terlebih dahulu.”
107
Ibid, Hal 108
110
Pernyataan key informan ini dibenarkan oleh salah satu reporter redaksi news KOMPAS TV, Fyra sekaligus informan II dalam penelitian ini. Didalam wawancara, informan II mengatakan bahwa pemimpin redaksi news, yakni Rosiana Silalahi pernah bahkan tidak jarang untuk menegur secara langsung para wartawan atau reporter jika ada kekurangan didalam peliputan, tanpa harus melalui perantara produser terlebih dahulu. Informan II menjelaskan bagian ini dengan menceritakan pengalaman pertamanya ditegur oleh pemred, seperti berikut: “Iya jadi waktu itu aku baru sampe kantor habis pulang liputan, gak lama aku duduk di kursi ku, terus tiba-tiba mbak Rosiana langsung nyamperin ke depan meja ku, disitu aku kaget dan takut. Terus dia negur aku bilang kalau tadi pas liputan aku megang microphonenya kurang bener. Udah gitu saat itu juga mbak Rossi langsung ngajarin aku cara megang microphone yang bener itu kaya apa, bayangin dong seorang pemred langsung ngajarin reporternya cara megang micerophone! Dan kamu tau, semenjak itu, aku yang dulunya takut banget sama mbak Rossi jadi udah engga takut lagi, bahkan aku sekarang malah pengen dievaluasi terus sama beliau” Informan II mengatakan bahwa awalnya ia takut dan kaget ketika pemred dalam jangka waktu yang begitu cepat mengevaluasinya, bahkan sebelum ada produser yang mengevalusinya terlebih dahulu. Namun, informan II menyadari bahwa komunikasi yang seperti itulah yang dibutuhkan dalam sebuah organisasi. Informan II merasa bangga ketika pemred tidak merasa gengsi saat harus berkomunikasi secara langsung kepada bawahannya bahkan mengajarkan ilmunya. Semenjak itu, informan II tidak pernah merasa segan atau takut bila berkomunikasi maupun ditegur oleh pimpinannya.
111
Berdasarkan hasil observasi penulis, penulis melihat bahwa komunikasi verbal yang dilakukan pimpinan kepada bawahannya berlangsung dengan akrab dan efektif, bahkan tak jarang terlihat pemandangan antara pimpinan dan bawahan saling bercanda dan tertawa. Penulis bahkan sampai tidak dapat membedakan mana status pemimpin dan mana status bawahan atau jurnalis, karena terlalu akrabnya relasi diantara mereka. Penulis melihat bahwa pimpinan mulai dari pemimpin redaksi, wakil pemimpin redaksi dan manajer tidak pernah menganggap adanya jenjang dengan karyawan lainnya. Komunikasi verbal selanjutnya terjalin antar produser dengan reporter. Informan II menerangkan bahwa koordinasi antara produser dengan wartawan junior atau reporter terjalin dengan baik selama bekerja. Informan II menjelaskan bahwa koordinasi yang baik itu lah yang membuat komunikasi antar produser dan reporter terjalin dengan baik pula. Informan II menerangkan bahwa setiap pekerjaan yang dilakukan wartawan atau reporter akan selalu melewati proses komunikasi dengan produser. Contohnya adalah ketika wartawan diperintahkan oleh produser untuk membuat naskah berita, produser akan selalu memberi waktu untuk mengevaluasi hasil tulisan wartawan tersebut. Ketika naskah yang ditulis wartawan tersebut hasilnya baik, produser tidak sungkan untuk memuji sang wartawan tersebut. Kegiatan memberi pujian kepada wartawan ini sama seperti riset yang dilakukan oleh Recardo dan Jolly, yang mengemukakan
112
bahwa terdapat delapan dimensi untuk menilai budaya suatu organisasi, diantaranya adalah reward (imbalan). Recardo dan Jolly menyatakan bahwa dimensi reward (imbalan) ini dilihat dan perilaku apa yang mendapatkan imbalan, tipe imbalan yang digunakan apakah secara pribadi atau kelompok, apakah semua karyawan mendapatkan bonus, kriteria apa yang digunakan untuk menilai kemajuan karyawan 108. Namun, informan II menyatakan ketika naskah buatan wartawan tersebut hasilnya kurang baik, produser selalu menjelaskan secara perlahan dimana letak kesalahannya, kemudian mengajarkan bagaimana menulis naskah yang benar dan pada akhirnya selalu memberikan kesempatan kepada wartawan untuk memperbaiki tulisannya sebelum akhirnya dipakai untuk program berita. Berdasarkan hasil observasi penulis, produser tidak pernah membuang hasil naskah buatan wartawan, sekalipun hasilnya kurang baik. Akan tetapi, produser selalu menolong wartawan untuk memperbaiki naskahnya tersebut, sehingga naskah buatan setiap wartawan pun akan selalu dipakai pada akhirnya. Hal yang sama pula saat wartawan hendak melakukan dubbing suara untuk berita yang akan tayang, ketika hasil dubbing suara yang dilakukan wartawan tersebut terdengar kurang baik, produser terlebih dahulu mencotohnya
cara
men-dubbing
yang benar
agar
wartawan
dapat
mengulanginya dengan lebih baik. Namun, seperti hasil naskah buatan 108
Fred Luthans. 2006. Perilaku Organisasi. Yogyakarta. Andi. Hal 40.
113
wartawan, hasil dubbing suara wartawan yang paling baik lah yang akan tetap dipakai untuk dubbing berita yang akan tayang. Informan II mengatakan bahwa inilah bagian yang disukai oleh para wartawan dari para produser. Wartawan maupun reporter merasa dibimbing dan diajar dengan baik oleh para produsernya. Informan II mengungkapkan bagian komunikasi ini sebagai berikut: “Melalui proses komunikasi yang baik, selalu ada pelajaran baru yang kita dapat.” Contoh komunikasi verbal lain yang terjalin antara produser dengan reporter adalah pada posisi reporter ketika hendak melakukan liputan di ―lapangan‖. Sebagai posisi reporter, informan II menerangkan bahwa beberapa menit sebelum reporter akan melakukan liputan, produser tidak pernah lupa untuk menelfon reporter guna memastikan kondisi reporter beserta juru kamera dalam kondisi yang aman untuk melaksanakan liputan. Disamping itu, selain saat live report, informan II juga menerangkan bahwa produser juga selalu berkomunikasi melalui telefon dengan reporter yang sedang mencari materi berita di ―lapangan‖. Produser terus memantau bagaimana perkembangan reporter di ―lapangan‖, sebaliknya reporter pun selalu mengkonfirmasikan kondisi terbaru dalam hasil liputannya kepada produser. Sehingga ketika reporter sedang tidak mendapatkan berita di ―lapangan‖, produser dapat langsung membantu dengan mengkomunikasikan pada tim periset guna mencari cadangan materi berita lain. Berdasarkan hasil observasi penulis, kerja sama antara produser dan
114
reporter terjalin dengan efektif. Produser dan reporter sama-sama saling membantu jobdesk pekerjaan mereka, mereka tidak egois dengan hanya berfokus pada pekerjaan sendiri, sehingga melalui komunikasi dan kerja sama yang baik pekerjaan mereka dapat terselesaikan dengan baik pula. Komunikasi verbal selanjutnya berlangsung saat rapat redaksi. Key informan menyatakan, didalam ruang rapat redaksi bukan hanya pimpinan saja yang berbicara, melainkan semua bagian didalam divisi memiliki hak untuk bersuara dan mengevaluasi hasil pekerjaan mereka dalam satu hari tersebut. Mulai dari juru kamera, wartawan atau reporter, koordinator liputan, produser sampai dengan pimpinan memiliki kesempatan yang sama untuk mengeluarkan pendapatnya. Informan II, Fyra menyetujui apa yang disampaikan key informan. Informan II mengatakan ketika rapat redaksi, semua menjadi ―satu‖. Informan II menjelaskan bahwa tidak hanya bawahan yang selalu mendengar atasan berbicara, tapi ada waktunya bawahan yang berbicara dan atasan yang mendengar. Pernyataan para informan ini sama seperti fungsi komunikasi ke atas yang dikemukakan oleh Pace, yakni komunikasi ke atas memperkuat apresiasi dan loyalitas karyawan terhadap organisasi dengan jalan memberikan kesempatan untuk menanyakan pertanyaan, mengajukan ide-ide dan saran-saran tentang jalannya organisasi 109. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis, penulis juga melihat 109
Arni Muhammad. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta. Bumi Aksara. Hal 117
115
bahwa didalam rapat redaksi baik pimpinan sampai kepada bawahan, semua sama-sama berdiskusi untuk menyelesaikan masalah serta mencari solusi bersama dari masalah tersebut. Hal ini juga sama dengan fungsi lain dari komunikasi ke atas yang dikemukakan oleh Pace, yakni komunikasi ke atas membantu karyawan mengatasi masalah-masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dalam tugas-tugasnya dan organisasi110. Komunikasi verbal selanjutnya adalah komunikasi yang terjalin diluar urusan pekerjaan. Key informan mengatakan setelah selesai jam kerja, mereka biasanya tidak langsung pulang, melainkan mereka memiliki tradisi untuk kumpul-kumpul dan mengobrol-ngobrol. Pernyataan key informan ini sama seperti hasil observasi penulis yang sering melihat pemandangan sekumpulan jurnalis redaksi news di waktu sore hari yang memenuhi ruangan kantin KOMPAS TV. Penulis melihat bahwa relasi mereka terjalin sangat akrab, mereka tertawa-tawa dan bercanda-canda. Key informan menjelaskan bahwa waktu kerja mereka yang kurang lebih selama 15 jam ini akan membuat mereka menjadi penat, oleh sebab itu jam kerja mereka yang padat harus pula diimbangi dengan waktu relaksasi yang cukup. Informan VI, Riza selaku sekertaris ruang produksi pun menyetujui pernyataan key informan ini, sebab ia adalah orang yang setiap hari melihat kejadian atau aktivitas yang dilakukan oleh para tim redaksi news. Ia mengatakan bahwa aktivitas kumpul-kumpul ini tidak hanya diikuti oleh 110
Ibid, Hal 117
116
segelintir orang saja, akan tetapi diikuti oleh seluruh tim redaksi news mulai dari pemimpin redaksi sampai dengan juru kamera, mulai dari yang paling tua sampai yang paling muda ada didalamnya. Berdasarkan pernyataan informan II ini, penulis menyimpulkan bahwa setiap anggota didalam redaksi news ini tidak dibeda-bedakan, tidak terdapat kelompok-kelompok didalam redaksi ini, melainkan mereka semua bersatu menjadi satu tim kelompok kerja. Key informan menerangkan bahwa tujuan dari aktivitas kumpul-kumpul bersama ini bukan hanya sekedar untuk senang-senang belaka, melainkan dari acara kumpul bersama ini membuat relasi mereka menjadi lebih akrab, komunikasi mereka pun tidak dibatasi oleh jabatan pimpinan ataupun bawahan, melainkan mereka semua menjadi sahabat. Key informan juga menjelaskan bahwa mereka bisa saling mengenal kehidupan rekan kerja mereka lebih dalam, melalui setiap cerita yang mereka bagikan. Informan II mengatakan bahwa ia sangat senang ketika bisa berkumpul-kumpul dengan teman-teman redaksi news. Hal yang paling ia senangi adalah karena didalam setiap kegaitan kumpul-kumpul ini, ia selalu mendapat banyak pelajaran dari pengalaman-pengalaman kerja yang diceritakan para seniornya. Cerita-cerita itu membuat informan II dan wartawan junior lainnya menjadi termotivasi untuk terus berjuang didalam pekerjaan jurnalis. Pernyataan informan II ini sama seperti salah satu pertunjukkan komunikasi organisasi yang dicetuskan oleh Pacanowsky dan O‘Donnell Trujillo didalam poin Passion. Pacanowsky dan O‘Donnell Trujillo
117
mengatakan sebutan passion ini memiliki arti kegemaran atau kesukaan. Disini, karyawan berupaya menjadikan pekerjaan rutin yang membosankan menjadi menarik dan menyenangkan dengan cara menceritakan sesuatu (storytelling) yang digemari atau disukai. Dengan kata lain, passion adalah cerita-cerita pada organisasi yang seringkali disampaikan oleh salah satu anggota kepada anggota organisasi lainnya. Hampir setiap orang suka bercerita mengenai pekerjaan mereka dengan cara yang seringkali hidup dan dramatis. Berbagai cerita itu disampaikan berulang-ulang karena orang suka bercerita satu sama lain mengenai berbagai pengalaman dalam pekerjaan mereka secara berulang-ulang111. Disamping itu, key informan memaparkan hal yang paling adalah mereka bisa saling bertukar informasi tentang berbagai bidang, dimana setiap pribadi dari mereka memiliki pengetahuan lebih dari bidang yang berbeda-beda. Key informan memberi kesimpulan dari aktivitas ini dengan pernyataannya sebagai berikut: “Komunikasi didalam aktivitas ini membuat kita semua jadi kaya akan informasi, yang awalnya enggak mengerti betul tentang politik jadi paham, yang awalnya enggak mengerti tentang dunia sosial media jadi mengerti, sehingga akhirnya komunikasi didalam relasi ini pun membuat kita jadi orang-orang yang kreatif.” Key informan menghubungkan pernyataannya ini dengan tujuan dari pekerjaan seorang jurnalis, ia menerangkan bahwa mereka adalah orang-orang yang bekerja didalam ―industri kreatif‖, ketika 111
M.A, Morissan. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Bogor. Ghalia Indonesia. Hal 108
118
mereka tidak menjadi pribadi yang kreatif, maka mereka akan kalah dengan para jurnalis lainnya. Komunikasi didalam aktivitas kumpul bersama ini merupakan bagian dari pertunjukkan komunikasi organisasi yang dikemukakan oleh Pacanowsky dan Trujillo, didalam poin ritual sosial. Ritual sosial ini adalah ritual yang tidak berhubungan dengan kerja atau tugas, namun ritual jenis ini merupakan pertunjukkan penting dalam organisasi. Ritual sosial merupakan komunikasi verbal atau nonbverbal rutin yang perlu dilakukan dalam interaksi dengan orang lain. Acara kumpul bersama teman-teman kantor, misalnya di tempat minum seperti kafe atau tempat-tempat santai lainnya usai jam kerja merupakan contoh bagus dari ritual sosial. Disini, mereka membicarakan segala hal, mulai dari masalah pekerjaan di kantor hingga masalah politik112. Paradigma Laswell menunjukkan bahwa komunikasi meluputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang telah diajukan, yaitu komunikator (source/ sender), pesan (messagge), media (channel/ media), komunikan (receiver/ recipient/ communicate) dan efek (effect/ impact/ influence). Berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media dan menimbulkan efek tertentu113. Paradigma komunikasi yang dijelaskan oleh Laswell menunjukkan bahwa 112 113
10
Ibid, Hal 107 Onong Uchjana Effendy. 1999. Komunikasi: Ilmu, Teori dan Praktek. Bandung. Rosdakarya. Hal
119
didalam proses komunikasi, media memiliki peranan penting agar pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan dapat tersampaikan dengan efektif. Komunikasi verbal terakhir yang dijelaskan oleh informan II adalah komunikasi melalui media handphone dengan aplikasi Whatsapp Chatt Group. Informan II mengatakan dengan adanya grup ini, mereka dapat saling berdiskusi tentang pekerjaan mereka sekalipun didalam kondisi jarak yang berjauhan. Grup ini menjadi media untuk saling berkoordinasi didalam pekerjaan mereka, secara khusus saat sedang melakukan peliputan di ―lapangan‖, disamping itu melalui media ini mereka bisa saling memberi informasi tentang isu-isu berita yang sedang berkembang. Informan II menjelaskan bahwa dengan adanya grup ini, komunikasi para jurnalis tidak terbatas hanya didalam ruang kerja, namun setelah mereka pulang kerumah pun, komunikasi dan koordinasi mereka tetap terjaga. 2. Komunikasi Nonverbal Komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vokal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak, dan sentuhan114. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis, penulis mendapati adanya komunikasi nonverbal yang diterapkan oleh anggota redaksi baik itu didalam rapat redaksi maupun di ruang kerja. Komunikasi 114
Muhammad, Arni. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta. Bumi Aksara. Hal 95
120
nonverbal tersebut diantaranya seperti kata-kata ‖yo, yo, yo!‖ diikuti dengan tepukan tangan sebanyak 3 kali, disamping itu penulis juga sering melihat anggota redaksi saling menepuk pundak rekan kerjanya. Saat penulis mengkonfirmasi bagian ini melalui wawancara dengan informan, key informan mengatakan bahwa kedua contoh komunikasi nonverbal ini memang menjadi ciri khas dari tim redaksi news. Kedua komunikasi nonverbal ini mereka buat dan sepakati saat rapat redaksi, dan mereka sama-sama berjanji untuk mereka praktekan ketika melihat rekan kerja mereka sedang tidak bersemangat, mengalami kesalahan dalam bekerja atau ketika sedang mengerjakan banyak pekerjaan. Komunikasi nonverbal ini diterapkan dari pimpinan kepada para jurnalis, maupun antar sesama jurnalis lainnya. Key informan mengatakan bahwa bentuk komunikasi nonverbal yang dipraktekkan oleh tim redaksi news ini adalah sebagai bentuk ungkapan semangat dan rasa saling mendukung satu sama lain, seperti ungkapannya sebagai berikut: “Kita disini itu satu tim, dan saya selalu bilang sama temen-temen, kesenangan satu orang harus jadi kesenangan bersama, kesedihan satu orang harus juga jadi kesedihan bersama. Tapi ketika satu orang lemah, yang lainnya punya tugas untuk mengembalikan kekuatan satu orang ini.” Komunikasi nonverbal ini merupakan merupakan salah satu poin pertunjukkan komunikasi organisasi yang dikemukakan oleh Pacanowsky dan Trujillo, dalam poin pertunjukkan sosial. Pertunjukan sosial memiliki arti berbagai bentuk kesopanan, basa-basi, penghormatan yang dilakukan dengan
121
maksud untuk mendorong dan mengingkatkan kerja sama diantara anggota organisasi. Pertunjukkan sosial berfungsi untuk memperkuat kepatutan dan penerapan aturan-aturan sosial dalam organisasi. Perilaku ramah tamah dan percakapan basa-basi adalah contoh pertunjukkan sosial. Interaksi ringan seperti menegur rekan kerja dengan mengucapkan ―selamat pagi‖ dapat menimbulkan rasa sebagai satu kelompok karyawan pada perusahaan bersangkutan. Pertunjukkan sosial menimbulkan rasa identifikasi diantara para anggota organisasi melalui kegiatan komunikasi informal seperti saling bercanda, saling menggoda, atau melakukan diskusi tanpa harus mengambil keputusan diantara orang-orang dalam satu kelompok115.
115
M.A, Morissan. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Bogor. Ghalia Indonesia. Hal 108
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 5.1.1 Nilai-nilai Organisasi Redaksi News KOMPAS TV Redaksi news KOMPAS TV memiliki nilai-nilai organisasi didalam mendukung dihasilkannya program berita bernilai edukatif dan independen, nilainilai tersebut mencakup ideologi dan peraturan-peraturan yang wajib dimiliki dan dilakukan oleh para jurnalis redaksi news dalam menghasilkan program berita. Nilai-nilai utama yang harus dimiliki oleh para jurnalis dalam menghasilkan program berita bernilai edukatif dan independen adalah nilai humanis, yakni memfokuskan atau mengangkat sebuah berita dari sisi manusianya, dan nilai Inspirasi Indonesia, dalam artian pemberitaan yang dibuat oleh KOMPAS TV pada akhirnya demi tujuan menginspiasikan masyarakat dengan berita yang edukatif dan independen. 5.1.2 Penggunaan dan Interpretasi Simbol Verbal dan Nonverbal Jurnalis Redaksi News KOMPAS TV Jurnalis redaksi news menerapkan komunikasi verbal dan nonverbal yang efektif didalam memproduksi berita yang bernilai edukatif dan independen. Komunikasi tersebut terlihat dari komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan dan komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, serta komunikasi kepada sesama jabatan yang terjalin dengan baik 122
123
selama bekerja. Komunikasi yang baik itu menolong koordinasi kerja mereka juga menjadi baik. 5.2 Saran Berdasarkan keseluruhan hasil analisa dan deskripsi penelitian tentang budaya organisasi KOMPAS TV dalam memproduksi program berita bernilai edukatif dan independen, ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan, yaitu: 5.2.1 Saran Teoritis Bagi para peneliti yang akan meneliti sebuah budaya dalam organisasi, Teori Budaya Organisasi (Organization Culture Theory) yang dikaji oleh Michael Pacanowsky dan Nick O‘Donnel Trujillo menjadi pilihan teori yang baik ketika ingin berfokus pada penelitian nilai-nilai organisasi dan penggunaan serta interpretasi simbol-simbol verbal dan nonverbal yang dilakukan oleh anggota organisasi. 5.2.2 Saran Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam mengkaji program berita seperti apa yang dikatakan berkualitas, serta dapat menjadi refrensi dan tolak ukur bagi para pemilik media apakah media televisi yang dikelolanya mampu menciptakan dan mewujudkan budaya organisasi yang baik dan kuat bagi para jurnalisnya.
124
DAFTAR PUSTAKA Olii, Helena. 2007. Berita dan Informasi. Jakarta. PT Indeks. West, Richard. Lyn H. Turner. 2007. Introducing Communication Theory: Analisis dan Aplikasi, Edisi 3, Buku 2. Jakarta. Salemba Humanika. Effendy, Onong Uchjana. 1999. Komunikasi: Ilmu, Teori dan Praktek. Bandung. Rosdakarya. Muhammad, Arni. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta. Bumi Aksara. Cangara, H Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. Raja Grafindo. Assegaf, Djafar H. 1991. Jurnalistik Masa Kini. Jakarta. Ghalia Indonesia. Achmad, Sobirin. 2007. Budaya Organisasi (Pengertian, makna, dan aplikasinya dalam kehidupan organisasi). Yogyakarta. UPP, STIM YKPN. Muchlas, Makmuri. 2008. Perilaku Organisasi. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Robbins. 2001. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi (Terjemahan). Jakarta. Erlangga. Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Yogyakarta. Andi. M.A, Morissan. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Bogor. Ghalia Indonesia. Kuswarno, Engkus. 2008. Metode Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi. Bandung. Widya Padjajaran. Lexy J Moleong. 2011. Metodologi Penelitian. PT Remaja RosdaKarya. Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradima Penelitian Sosial. Yogyakarta. Tiara Wacana. Sugiono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta. Rosady Ruslan. 2003. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
125
Website: Bandung.bisnis.com Www.dewanpers.or.id Theactadiurna.wordpress.com Tu.laporanpenelitian.com
Artikel Lain: Maryati, Sri lelis. 2011. Pengaruh Budaya Organisasi Dan Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru SMA di Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat. Depok. Universitas Indonesia. Melilala, Indhira. S. 2009. Analisis Deskriptif Budaya Organisasi Perusahaan Taksi (Studi pada Perusahaan Taksi Blue Bird). Depok. Universitas Indonesia.
126
LAMPIRAN
127
LAMPIRAN 1 PEDOMAN OBSERVASI DAN PEDOMAN WAWANCARA
1.
PEDOMAN OBSERVASI Dalam kegiatan observasi penelitian ini, peneliti mengharapkan beberapa hal yang terlihat dari kondisi penelitian. Diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana jurnalis dalam menjalankan setiap peraturan yang diciptakan perusahaan. 2. Kinerja jurnalis dalam memproduksi program berita. 3. Komunikasi verbal dan nonverbal yang ditunjukkan oleh para jurnalis dalam bekerja.
2.
PEDOMAN WAWANCARA (Key Informan dan Informan) Pedoman wawancara disusun untuk menjadi acuan dalam melakukan proses wawancara. Diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Apa ideologi yang dianut oleh Kompas TV? 2. Apa makna ideologi tersebut? 3. Mengapa berani mengambil ideologi tersebut? 4. Bagaimana ideologi tersebut terimplementasi dalam kinerja jurnalis dan mampu menghasilkan program berita berbasis edukatif dan independen? 5. Apa saja peraturan-peraturan yang diciptakan untuk para jurnalis?
128
6. Bagaimana peraturan-peraturan tersebut terimplementasi dalam kinerja jurnalis dan mampu menghasilkan program berita bernilai edukatif dan independen? 7. Bagaimana komunikasi verbal dan nonverbal yang tercipta diantara sesama jurnalis didalam bekerja? 8. Bagaimana komunikasi verbal dan nonverbal tersebut dapat menghasilkan program berita bernilai edukatif dan independen? 9. Apakah budaya organisasi (ideologi, peraturan, dan komunikasi verbal dan nonverbal) memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam menghasilkan program berita berbasis edukatif dan independen?
129
LAMPIRAN 2 HASIL WAWANCARA
Key Informan P (Peneliti)
: Halo mas, saya Fika, mahasiswi Untirta yang sedang melakukan penelitian skripsi di KOMPAS TV. Jadi, judul skripsi yang saya ambil adalah budaya organisasi KOMPAS TV dalam memproduksi program berita bernilai edukatif dan netral. Dan sasaran informan kunci yang mau saya wawancara adalah pemimpin dari redaksi news, mas selaku manajer bersedia untuk saya wawancara?
I (Informan)
: Oh iya boleh
P
: Sebelumnya, kalo saya bilang berita di KOMPAS TV itu bernilai edukatif dan independen, mas setuju kan?
I
: Setuju dengan kata edukatif, Berita KOMPAS TV yang edukatif dapat dilihat melalui contoh berita yang ditayangkan KOMPAS TV cenderung mengangkat topik politik ataupun topik yang memberikan inspirasi bagi masyarakat. Inspirasi disini dimaksudkan pada berita-berita yang mengekspos sisi manusia (human interest). Jurnalis program berita KOMPAS TV menerapkan slogan ―Jurnalisme Damai‖, dimana para jurnalis fokus pada beritaberita positif yang memberi pengetahuan bagi masyarakat, dibanding berita yang hanya membuat masyarakat menjadi takut ataupun terintimidasi. Hal itu yang menyebabkan redaksi news KOMPAS TV sangat meminimalisir untuk menayangkan berita mengenai kriminalitas, dan lebih memfokuskan pada berita tentang politik. Tapi kalo menurut saya yang kedua bukan netral ya tepatnya, tapi lebih kepada independen. Berita yang independen disini maksudnya adalah berita yang mendukung atau menolak gagasan yang sejalan dengan kepentingan publik. Contohnya kalo KOMPAS TV itu netral, maka ia tidak akan bersikap apapun terhadap kenaikan bbm, tapi karena KOMPAS TV ini independen bukan netral, maka kita bersikap mendukung kenaikan bbm. Editorial kita mendukung kenaikan bbm, bukan berarti kita
130
pro pada pemerintah pemerintah tapi kita menganggap bahwa kenaikan bbm itu harus dilakukan karena sudah menjadi kebutuhan. Jadi beda antara netral dan independen. Dan menurut saya KOMPAS itu independen. P
: Oh begitu ya mas, oke nanti saya ganti judulnya di skripsi. Oke lanjut ke pertanyaan ya mas, apa sih ideologi yang dianut oleh KOMPAS TV sehingga mampu menghasilkan program berita bernilai edukatif dan independen?
I
: Pada dasarnya ideologi KOMPAS TV sejalan dengan ideologi koran KOMPAS yakni ―Amanat Hati Nurani Rakyat‖, dimana ideologi ini sejalan dengan apa yg diisyaratkan oleh UU Pers, Kode Etik Jurnalistik, Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran. Artinya media harus hadir memberikan pencerahan kepada masyarakat, harus edukasi yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, yang kedua ia harus dalam posisi independen, independen itu juga menentukan objektivitas pemberitaannya. Intinya keberpihakan hanya boleh untuk kepentingan publik, bukan keberpihakan kepentingan pemilik modal. Karena di KOMPAS TV, dan saya yakin di seluruh Kompas Gramedia Group, pak Jacob Utama sampai pimpinan-pimpinan tertinggi kita tidak pernah campur tangan mengenai editorial kita harus seperti apa, pak Jacob Utama justru selalu menegaskan bahwa kehadiran kita harus menjadi Amanat Hati Nurani Rakyat, jadi betul-betul untuk publik.
P
: Oke mas, itu kan ideologi KOMPAS TV secara umum, kalau ideologi redaksi news sendiri apa mas?
I
: Ideologi yang dianut redaksi news KOMPAS TV sendiri adalah Tegas, Terarah, dan Menumbuhkan Harapan. Ideologi ini dicetuskan oleh ―Founding Fathers” KOMPAS TV sekaligus pemimpin redaksi news pertama yakni Alm Taufik Miharja. Tegas berarti tidak ada tawar menawar, segala sesuatunya harus berdasarkan fakta. Terarah artinya semua memiliki perencanaan, segala sesuatunya memiliki garis editorial dan target secara jelas. Menumbuhkan harapan yakni pemberitaan itu harus membangkitkan optimisme bukan pesimisme. Interpretasi dari ideologi redaksi news ini mengarah pada tagline KOMPAS TV
131
secara keseluruhan, yakni ―Inspirasi Indonesia‖. Kata ―Inspirasi Indonesia‖ ini sebagai karya jurnalistik, yakni karya jurnalistik yang harus mampu menumbuhkan harapan bagi masyarakat, bukan memprofokasi atau membuat pesimisme. Kalau saya bilang profesi jurnalsitik itu seperti analogi lentera. Ketika orang membaca produk jurnalistik, ia bisa menjawab pertanyaan yang selama ini membuat ia bingung. Ketika ia melihat berita KOMPAS TV, ia tahu duduk persoalannya, apa penyebabnya, serta arahnya mau kemana, sehingga yang tadinya bingung menjadi mengerti. Terjemahan yang lebih operasional, kata ―Inspirasi Indonesia‖ ini menjelaskan bahwa setiap berita didalam KOMPAS TV itu harus selalu disampaikan secara ―mendalam‖ kepada masyarakat, dengan melampirkan grafis untuk menjabarkan persoalan secara nyata. Substansi itu penting, sehingga masyarakat memahami secara benar persoalan dalam sebuah berita, dan tidak terjebak dalam sensasi sebuah berita. Good news is a good news, kita tidak hanya bad news is a good news.” Dalam artian, redaksi news KOMPAS TV tidak mencari sensasi dalam pemberitaan. P
: Apa saja peraturan-peraturan yang diciptakan untuk para jurnalis redaksi news sehingga mampu menghasilkan program berita yang edukatif dan independen?
I
: Kalau peraturan-peraturan kerja setiap harinya, kami sudah buku kan, nanti saya kirim ke email mu. Tapi yang jelas setiap karyawan baru KOMPAS TV yang menjabat sebagai seorang jurnalis redaksi news diharuskan mengikuti pelatihan atau training terlebih dahulu sebelum akhirnya diperbolehkan menjalankan pekerjaan seperti jurnalis lainnya. Sekalipun didalam perekrutan jurnalis baru KOMPAS TV benar-benar dipilih secara selektif, namun hal itu tidak cukup. Demi menghasilkan jurnalis-jurnalis berkualitas yang mampu bekerja sesuai kode etik jurnalistik dan akhirnya mampu menghasilkan program berita yang bernilai edukatif dan indpenden, KOMPAS TV pun memfasilitasi pelatihan ini. Pelatihan ini bersifat penting dan wajib, terkhusus bagi para fresh graduate yang pada
132
dasarnya belum memiliki pengalaman kerja sama sekali. KOMPAS TV enggak akan berani melepas reporter baru ke lapangan, sebelum akhirnya dia digembleng dengan matang. Disamping pelatihan selama dua minggu bagi para jurnalis baru, terdapat pula kelas pelatihan dan diskusi bagi seluruh jurnalis redaksi news baik itu untuk produser maupun wartawan. Kelas ini dibuat agar pengetahuan dan kualitas kerja dari para jurnalis semakin bertambah baik. Kelas pelatihan dan diskusi ini dilakukan setiap satu kali dalam seminggu, yaitu setiap hari jumat. Pelatihan ini dipimpin oleh pemimpin redaksi (pemred), produser senior dan tidak jarang pula tim redaksi news mendatangkan pelatih dari luar KOMPAS TV. Kemudian ada juga peraturan bahwa setiap harinya harus diadakan rapat redaksi yang diadakan pada malam hari setelah program berita selesai tayang. Selain pemimpin redaksi (pemred), wakil pemimpin redaksi (wapemred) dan manajer redaksi, rapat ini wajib dihadiri oleh seluruh jurnalis baik itu produser, wartawan atau reporter, sampai juru kamera yang bertugas di hari itu. Rapat ini membahas evaluasi dari setiap komponen kerja para jurnalis yang terjadi dalam satu hari tersebut. Evaluasi tersebut diantaranya melaporkan hasil berita yang tayang, melaporkan kekurangan kinerja jurnalis sampai mencari solusi bersama bagaimana agar kekurangan itu tidak terjadi lagi dan kinerja jurnalis selanjutnya menjadi lebih baik. Dibagian akhir akan membahas materi berita apa yang akan ditayangkan untuk hari esok. Grup Kompas Gramedia menciptakan nilai-nilai yang harus diaplikasikan oleh seluruh karyawan Kompas Gramedia, sehingga nilai-nilai ini menjadi ciri khas dari karyawan Grup Kompas Gramedia secara turun-temurun. Nilai-nilai tersebut tergabung didalam Value Kompas Gramedia 5C yang diciptakan langsung oleh pemilik Kompas Gramedia, yaitu Jacob Utama. Value 5C itu diantaranya Caring, Credibel, Competen, Competitive, dan Customer Delight. Value pertama adalah Caring, bagian ini menjelaskan bahwa sebagai satu tim, rasa saling peduli antar karyawan satu dengan karyawan lainnya sangat diperlukan. Apabila dikaitkan dalam pemberitaan di media, jurnalis dalam posisi
133
ini harus menunjukkan rasa empatinya kepada para narasumber maupun pada setiap pemberitaan yang dibuatnya. Value kedua adalah Credibel, bagian ini menunjukkan bahwa KOMPAS TV merupakan sebuah perusahaan yang fokus bekerja didalam bisnis informasi, oleh sebab itu kepercayaan menjadi faktor utama didalam bekerja. Value ketiga adalah Competen, value ini mendukung value Credibel. Sebagai contoh, ketika seorang jurnalis tidak berkompeten, maka otomatis beritanya tidak akan berkredibel. Value keempat adalah Competitive, hal ini menunjukkan bahwa KOMPAS TV harus menciptakan semangat kompetisi, karena KOMPAS TV tetap sebuah bisnis yang pada akhirnya memiliki tujuan finansial. Hal ini pun didasarkan oleh faktor KOMPAS TV yang melakukan pembiayaian perusahaannya secara sendiri, tanpa bergantung pada iklan, partai politik, atau hal apapun. Oleh sebab itu, bagian ini harus diterapkan dan jika tidak, maka idealisme yang selama ini menjadi ciri khas KOMPAS TV akan mati. Value terakhir adalah Customer Delight, KOMPAS TV mengharapkan semua tujuan akhir dari pencapaian KOMPAS TV adalah demi kepuasan penonton. KOMPAS TV berharap dapat menjadi jawaban dari setiap pertanyaan masyarakat. Disamping peraturan Value 5C, prinsip kerja jurnalistik yang harus dimiliki oleh wartawan KOMPAS TV diantaranya Semua pemberitaan harus diverifikasi, Memupuk rasa ingin tahu, Keberpihakan pada masyarakat, Bersikap skeptis, artinya wartawan tidak lantas mudah percaya, sampai benar-benar mencari sendiri apa yang sebenarnya terjadi, dan Totalitas dalam bekerja. Peranan penting dari profesi seorang jurnalistik adalah verifikasi. Profesi wartawan itu persis seperti dokter. Semua orang mungkin bisa sembuhin penyakit, tapi cuma dokter yang punya kode etik prosedur dan tata cara dalam menyembuhkan. Sama halnya dengan wartawan, semua orang mungkin bisa menulis berita, tapi hanya wartawan yang menulis melalui tahap verifikasi dan berdasarkan kode etik jurnalistik. Bagian yang menjadi kepercayaan dari profesi jurnalistik adalah dengan tidak menyebarkan berita bohong, oleh sebab itu sebelum sampai pada berita disusun dan akhirnya ditayangkan, verifikasi menjadi pekerjaan utama bagi seorang jurnalis.Verifikasi adalah bagian yang
134
membuat profesi wartawan tetap hidup. Editorial pemberitaan KOMPAS TV yang paling utama adalah nilai humanis (human interest). Artinya, KOMPAS TV tidak hanya fokus pada isu atau peristiwa saja, melainkan hal yang lebih penting adalah cerita tentang manusia. Jika ada berita tentang tawuran, okelah peristiwanya kita liput, tapi setelah itu apa yang terjadi pada manusianya? Itu yang jauh lebih penting. Pemberitaan yang menjunjung tinggi nilai humanis ini adalah amanat langsung dari pak Jacob Utama. Beliau mengatakan kita punya Tanah Air, tapi yang lebih penting lagi dari keindahan alam yang ada di Indonesia adalah bercerita tentang manusia itu sendiri. Ketika ada peristiwa besar, semua stasiun televisi pasti menayangkannya, namun KOMPAS TV lebih memfokuskan pada apa dampak peristiwa itu bagi manusia. Oleh sebab itu saya selalu bilang sama temen-temen disini, saya minta kepada kalian, ketika kalian sedang bingung menentukan angle berita, kalian harus kembali pada nilainilai kemanusiaan. Peraturan selanjutnya adalah mengenai jam kerja jurnalis. Saya sering kali menekankan kepada para jurnalis redaksi news terkhusus bagi para jurnalis baru bahwa profesi seorang wartawan tidak bisa dipahami atau disamaratakan dengan jenis profesi lain pada umumnya. Kalo profesi kantoran pada umumnya masuk kerja jam 9 pagi, pulang jam 5 sore, kemudian tiap sabtu libur dan punya waktu cukup luang untuk keluarga. Sementara didalam profesi jurnalis, anda tidak akan mendapatkan bagian itu. Seorang jurnalis dituntut untuk bekerja penuh waktu dan dengan kondisi yang tidak dapat diduga. Bahkan ketika telah selesai dinas, ketika waktu santai, istirahat dan berlibur pun tetap menjadi bagian dari pekerjaan jurnalistik. Hal ini dikarenakan, berita ada dimana saja dan kapan saja. Oleh sebab itu, seorang jurnalis itu harus peka terhadap kondisi sekitar dan cepat tanggap terhadap adanya berita. Selain itu, seorang jurnalis tidak boleh bersikap eksklusif, melainkan harus inklusif. Artinya, seorang jurnalis tidak boleh membatasi dengan siapa dia bergaul. Ketika kita berteman dengan polisi, kita juga harus berteman dengan penjahat. Kita berteman dengan presiden, kita juga harus
135
berteman dengan pemulung. Seorang jurnalis itu harus mengenali semua aspek kehidupan dari siapapun. P
: Apa tujuan dari peraturan-peraturan itu dibuat?
I
: KOMPAS TV ingin menciptakan sebuah Standard Operating Procedure (SOP), standar yang pada akhirnya membentuk karakteristik seorang jurnalis KOMPAS TV, sebagai dasar untuk evaluasi, dan untuk pembentukan budaya organisasi KOMPAS TV itu sendiri. Kita percaya bahwa yang harus kita bentuk adalah sistem. Orang menjabat itu bisa berganti, tapi sistemnya itu udah harus jalan. KOMPAS TV sudah memiliki sistem, dan saat ini yang sedang kita lakukan adalah mematangkan sistem tersebut. Kita berharap sistem yang sedang dibentuk didalam KOMPAS TV ini bukan hanya ada karena pengaruh seseorang atau lebih, yang sedang menjabat di KOMPAS TV, melainkan sistem ini ada, sedang dibentuk dan akan terus ada sampai dengan pergantian regenerasi ke regenerasi. Artinya keberlangsungan sistem atau setiap peraturan yang diciptakan ini tidak bergantung pada keberadaan orang yang merintisnya, melainkan justru orangorang baru yang akan hadir di KOMPAS TV nantinya lah yang akan mengikuti dan meneruskan sistem yang telah ada.
I
: Oh oke mas. Bagaimana komunikasi verbal dan nonverbal yang tercipta diantara sesama jurnalis didalam bekerja?
P
: Komunikasi verbal yang dilakukan pimpinan kepada bawahannya berlangsung dengan efektif. Key informan menjelaskan bahwa pimpinan mulai dari pemimpin redaksi, wakil pemimpin redaksi dan manajer tidak pernah menganggap adanya jenjang dengan karyawan lainnya. Fungsi struktural tetap ada, hubungan atasan dan bawahan tetap ada, tapi itu hanya dalam konteks menentukan kebijakan atau keputusan. Ketika keputusan itu sudah ditentukan, maka dalam pelaksanaannya kita bergerak sebagai satu tim, kita bergerak sebagai teman secara bersama-sama. Pimpinan didalam redaksi news harus menjadi sahabat bagi
136
para jurnalis, sehingga ketika pimpinan harus memberi pengarahan, memberi instruksi atau bahkan memberikan teguran bagi para jurnalis, hal itu dapat diterima dengan baik oleh para jurnalis, sebagaimana hal itu disampaikan oleh sahabatnya sendiri. Contohnya waktu ada wartawan atau reporter yang melakukan kesalahan saat bekerja, ketika dilihat oleh pemred kita, mbak Rossi, beliau enggak ragu untuk langsung turun tangan menegur bahkan mempraktekkan cara yang benar kepada wartawan atau reporter tersebut, tanpa harus melalui perantara manajer ataupun produser terlebih dahulu. Kemudian, komunikasi selanjutnya terjadi didalam ruang rapat redaksi, saat itu bukan hanya pimpinan saja yang berbicara, melainkan semua bagian didalam divisi memiliki hak untuk bersuara dan mengevaluasi hasil pekerjaan mereka dalam satu hari tersebut. Mulai dari juru kamera, wartawan atau reporter, koordinator liputan, produser sampai dengan pimpinan memiliki kesempatan yang sama untuk mengeluarkan pendapatnya. Komunikasi selanjutnya adalah komunikasi yang terjalin diluar urusan pekerjaan. Setelah selesai jam kerja, kita biasanya tidak langsung pulang, tapi kita memiliki tradisi untuk kumpul-kumpul dan mengobrol-ngobrol, entah itu sambil makan di kantin atau makan di luar kantor bahkan sampai karaokean bersama. Sebab waktu kerja temen-temen yang kurang lebih selama 15 jam ini akan membuat mereka menjadi penat, oleh sebab itu jam kerja mereka yang padat harus pula diimbangi dengan waktu relaksasi yang cukup. Tujuan dari aktivitas kumpul-kumpul bersama ini bukan hanya sekedar untuk senang-senang belaka, melainkan dari acara kumpul bersama ini membuat relasi kita menjadi lebih akrab, komunikasi kita pun tidak dibatasi oleh jabatan pimpinan ataupun bawahan, melainkan kita semua menjadi sahabat. Selain itu, kita juga bisa saling mengenal kehidupan rekan kerja kita lebih dalam, melalui setiap cerita yang dibagikan. Komunikasi didalam aktivitas ini membuat kita semua jadi kaya akan informasi, yang awalnya enggak mengerti betul tentang politik jadi paham, yang awalnya enggak mengerti
137
tentang dunia sosial media jadi mengerti, sehingga akhirnya komunikasi didalam relasi ini pun membuat kita jadi orangorang yang kreatif. Karena temen-temen disini adalah orangorang yang bekerja didalam ―industri kreatif‖, ketika mereka tidak menjadi pribadi yang kreatif, maka mereka akan kalah dengan para jurnalis lainnya. P
: Oh begitu, oke mas. Oiya mas saya pernah liat para jurnalis itu suka melakukan komunikasi nonverbal seperti nepuk pundak teman, terus paling sering ngucapin ―yo yo yo‖ sambil nepuk tangan gitu. Itu artinya apa ya mas?
I
: Oh ya, itu memang jadi perjanjian kami. Komunikasi nonverbal seperti ini kita buat dan sepakati saat rapat redaksi, dan kita sama-sama berjanji untuk mempraktekan ketika melihat rekan kerja kita sedang tidak bersemangat, mengalami kesalahan dalam bekerja atau ketika sedang mengerjakan banyak pekerjaan. Itu sebagai bentuk ungkapan semangat dan rasa saling mendukung satu sama lain. Kita disini itu satu tim, dan saya selalu bilang sama temen-temen, kesenangan satu orang harus jadi kesenangan bersama, kesedihan satu orang harus juga jadi kesedihan bersama. Tapi ketika satu orang lemah, yang lainnya punya tugas untuk mengembalikan kekuatan satu orang ini.
P
: Oke deh mas, saya rasa sejauh ini cukup. Terima kasih informasinya mas.
138
Informan I P (Peneliti)
: Halo mbak, saya Fika, mahasiswi Untirta yang sedang melakukan penelitian skripsi di KOMPAS TV. Jadi, judul skripsi yang saya ambil adalah budaya organisasi KOMPAS TV dalam memproduksi program berita bernilai edukatif dan netral. Dan sasaran informan yang mau saya wawancara salah satunya adalah jurnalis dibidang produser, mbak bersedia untuk saya wawancara?
I (Informan)
: Oh iya silahkan
P
: Mau tanya mbak apa sih peraturan-peraturan yang diciptakan untuk jurnalis redaksi news sehingga mampu menghasilkan program berita bernilai edukatif dan independen?
I
: Sebenarnya hal yang penting diterapkan di jurnalis kita adalah verifikasi berita sih. Jadi disini kita punya tim periset. Tim periset ini bertugas untuk mensurvei atau mencari datadata berita secara lengkap. Produser dan reporter wajib untuk mengkonfirmasi setiap materi berita yang didapat atau yang mau ditayangkan, kepada tim periset. Tim periset bukan hanya bertugas sebagai pengkonfirmasi keakuratan berita saja, tapi juga reporter maupun produser dapat meminta materi berita kepada tim periset ketika suatu saat sedang tidak ada berita di ―lapangan‖. Dengan adanya tim periset ini, maka berita yang ditayangkan KOMPAS TV dapat dipercaya kredibilitasnya, karena telah melalui hasil riset yang akurat terlebih dahulu. Kemudian peraturan lain yang wajib dilakukan oleh para wartawan atau reporter KOMPAS TV didalam membuat berita dan melakukan peliputan. Ketika menulis berita, seorang wartawan tidak boleh bersikap subjektif atau memihak terhadap pemberitaan yang dia tulis, sekalipun pemberitaan itu kurang baik. Seorang wartawan harus tetap menjunjung tinggi nilai objektif didalam menghasilkan sebuah berita. Kemudian bagi para reporter, sifat yang harus ditunjukkan oleh seorang reporter ketika sedang melakukan sebuah liputan adalah sifat partisipatif. Artinya, reporter juga harus menjiwai kondisi di ―lapangan‖, seolah mereka yang sedang
139
berada dalam posisi tersebut. Waktu lagi liputan, reporter jangan cuma berdiri ditempat aja. Misalnya lagi meliput sebuah pameran, ya reporter itu harus gerak, jalan ngelilingin lokasi pameran, reporter harus nunjukin semua bagian yang ada dalam pameran tersebut ke penonton. Bahkan kalo perlu, dia bisa ikut megang atau mainin setiap ornamen yang ada dalam pameran tersebut, supaya setiap laporan yang dia sampaikan itu jadi hidup. Informan II P (Peneliti)
: Halo mbak, saya Fika, mahasiswi Untirta yang sedang melakukan penelitian skripsi di KOMPAS TV. Jadi, judul skripsi yang saya ambil adalah budaya organisasi KOMPAS TV dalam memproduksi program berita bernilai edukatif dan netral. Dan sasaran informan yang mau saya wawancara salah satunya adalah jurnalis dibidang reporter, mbak bersedia untuk saya wawancara?
I (Informan)
: Oh iya silahkan
P
: gimana sih mbak komunikasi yang terjalin diantara sesama jurnalis didalam bekerja?
I
: komunikasinya sangat baik, baik dari atasan ke bawahan maupun dari bawahan ke atasan. Contohnya ya jadi waktu itu aku baru sampe kantor habis pulang liputan, gak lama aku duduk di kursi ku, terus tiba-tiba mbak Rosiana langsung nyamperin ke depan meja ku, disitu aku kaget dan takut. Terus dia negur aku bilang kalau tadi pas liputan aku megang microphonenya kurang bener. Udah gitu saat itu juga mbak Rossi langsung ngajarin aku cara megang microphone yang bener itu kaya apa, bayangin dong seorang pemred langsung ngajarin reporternya cara megang micerophone! Dan kamu tau, semenjak itu, aku yang dulunya takut banget sama mbak Rossi jadi udah engga takut lagi, bahkan aku sekarang malah pengen dievaluasi terus sama beliau. Aku jujur awalnya takut dan kaget ketika pemred dalam jangka waktu yang begitu cepat mengevaluasinya, bahkan sebelum ada produser yang mengevalusinya terlebih dahulu. Namun, aku sadar bahwa komunikasi yang seperti itulah yang dibutuhkan dalam sebuah organisasi. Aku merasa bangga ketika pemred tidak merasa gengsi saat harus berkomunikasi secara langsung
140
kepada bawahannya bahkan mengajarkan ilmunya. Semenjak itu, aku enggak pernah merasa segan atau takut bila berkomunikasi maupun ditegur oleh pimpinan. Komunikasi verbal selanjutnya terjalin antar produser dengan reporter. Koordinasi antara produser dengan wartawan junior atau reporter terjalin dengan baik selama bekerja. Koordinasi yang baik itu lah yang membuat komunikasi antar produser dan reporter terjalin dengan baik pula. Setiap pekerjaan yang dilakukan wartawan atau reporter akan selalu melewati proses komunikasi dengan produser. Contohnya adalah ketika wartawan diperintahkan oleh produser untuk membuat naskah berita, produser akan selalu memberi waktu untuk mengevaluasi hasil tulisan wartawan tersebut. Ketika naskah yang ditulis wartawan tersebut hasilnya baik, produser tidak sungkan untuk memuji sang wartawan tersebut. Ketika naskah buatan wartawan tersebut hasilnya kurang baik, produser selalu menjelaskan secara perlahan dimana letak kesalahannya, kemudian mengajarkan bagaimana menulis naskah yang benar dan pada akhirnya selalu memberikan kesempatan kepada wartawan untuk memperbaiki tulisannya sebelum akhirnya dipakai untuk program berita. Inilah bagian yang disukai oleh para wartawan dari para produser. Wartawan maupun reporter merasa dibimbing dan diajar dengan baik oleh para produsernya. Melalui proses komunikasi yang baik, selalu ada pelajaran baru yang kita dapat. Contoh komunikasi verbal lain yang terjalin antara produser dengan reporter adalah pada posisi reporter ketika hendak melakukan liputan di ―lapangan‖. Beberapa menit sebelum reporter akan melakukan liputan, produser tidak pernah lupa untuk menelfon reporter guna memastikan kondisi reporter beserta juru kamera dalam kondisi yang aman untuk melaksanakan liputan. Disamping itu, selain saat live report, produser juga selalu berkomunikasi melalui telefon dengan reporter yang sedang mencari materi berita di ―lapangan‖. Produser terus memantau bagaimana perkembangan reporter di ―lapangan‖, sebaliknya reporter pun selalu mengkonfirmasikan kondisi terbaru dalam hasil liputannya kepada produser. Sehingga ketika reporter sedang tidak mendapatkan berita di ―lapangan‖, produser dapat langsung
141
membantu dengan mengkomunikasikan pada tim periset guna mencari cadangan materi berita lain. Melalui komunikasi yang baik, pekerjaan pun dapat terasa ringan untuk diselesaikan dengan baik. Kemudian juga saat rapat redaksi, semua menjadi ―satu‖. Tidak hanya bawahan yang selalu mendengar atasan berbicara, tapi ada waktunya bawahan yang berbicara dan atasan yang mendengar. Ada juga komunikasi didalam aktivitas non formal seperti acara kumpul bareng. Aktivitas ini tidak hanya diikuti oleh segelintir orang saja, akan tetapi diikuti oleh seluruh tim redaksi news mulai dari pemimpin redaksi sampai dengan juru kamera, mulai dari yang paling tua sampai yang paling muda ada didalamnya. Aku pribadi sangat senang ketika bisa berkumpul-kumpul dengan teman-teman redaksi news. Hal yang paling ia senangi adalah karena didalam setiap kegaitan kumpul-kumpul ini, selalu mendapat banyak pelajaran dari pengalaman-pengalaman kerja yang diceritakan para seniornya. Cerita-cerita itu membuat aku dan wartawan lainnya menjadi termotivasi untuk terus berjuang didalam pekerjaan jurnalis.
142
LAMPIRAN 3 PROFIL SUBJEK PENELITIAN Key Informan Nama Tempat/tanggal lahir Alamat No HP Agama Jenis Kelamin Status
: Alexander Wibisono Adi Putro, SIP : Samarinda, Kalimantan Timur/ November 13, 1980 : Jl. Melati Perum Hanurata II/c4 Bintaro, Pesanggarahan, Jakarta Selatan 12330 : 62-8159407601 : Islam : Perempuan : Sudah Menikah
Pendidikan Formal SD NIAGA EKASARI (1986-1992) SMP NEGERI 11 (1992-1995) SMU NEGERI 70 (1995-1998) Jurusan Ilmu Politik Universitas Indonesia (2003) Pendidikan Non-Formal TOEFL Course, ELS Language Center, 2002 IELTS Preparation course Pengalaman Organisasi Ketua Osis SMPN 11 (1992) Anggota Osis SMUN 70 (1995) Anggota HMIP (Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik) Universitas Indonesia (19982000) Pengurus HMIP (1999-2000) Anggota Komunitas Musik FISIP UI (1998-2003) Anggota Centre for Chinese Studies (2002-2007) Pengalaman Kerja Interviewer for Jajak Pendapat KOMPAS Newspaper (2001-2002) Lecturer Assistant for Introduction to Sociology study in UI (2001-2003) Lecturer Assistant for Historical of Industrial Development study in UI (2001).
143
Lecturer Assistant for East Asian Politics Study in UI (2004-2007) Reporter in Inflight Magazine of Lion Air (May 2003-July 2004) Reporter in GATRA Weekly Magazine (July 2004-March 2007) Reporter in KORAN KONTAN (March-April 2007) LIPUTAN 6 SCTV Senior Reporter (April 2007-May 2009) LIPUTAN 6 SCTV News Gathering Coordinator (May 2009-July 2011) KOMPAS TV Regional News Gathering Coordinator (July 2011-December 2011) KOMPAS TV News Gathering Section Head (December 2011-December 2012) KOMPAS TV News Gathering Manager (January 2013-sekarang)
144
Informan I Nama Lengkap Nama Panggilan Tempat, Tanggal Lahir Alamat No Hp Agama Jenis Kelamin Status Pendidikan
: Alwiya Husin : Lia : Pasuruan, 25 Juni 1985 : JalanSetiawan No 43, Cililitan Kecil, Jakarta Timur : 081311262280 : Islam : Perempuan : Sudah Menikah
: SD Muhammadiyah Bangil SLTP Negeri 2 Bangil SLTA Negeri 1 Bangil Ilmu Komunikasi - Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jatim
Pengalaman Kerja : WartawanHarianIbu (2006) Reporter JawaPos media Televisi (2007-2008) Reporter TV One (2008 – 2011) Reporter Kompas TV (2011-2012) KoordinatorLiputanKompas TV (2012 – 2014) PIC program DemokrasiKur$iKompas TV (2013-2014) ProduserKompasPetang (Agustus2014-sekarang)
1991 - 1997 1997 - 2000 2000– 2003 2004 - 2008
145
Informan II Nama Lengkap Nama Panggilan Alamat Email
: Fatimazzahro : Fyra Fatima : Jl. Syahdan no 22 Kemanggisan Jakbar :
[email protected]
PENDIDIKAN FORMAL o SD DIPONEGORO SKA 1997/1998 o SLTP DIPONEGORO SKA 2000/2001 o SMU DIPONEGORO SKA 2003/2004 o Diploma III Broadcasting 2004 -2007 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta o S1 Ekstensi Politik Indonesia 2007- 2010 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia PENGALAMAN KERJA o Dj Remaja SAS FM Th 2003 o Reporter & Announcer FIESTA FM Th. 2004- 2007 o News Director FIESTA FM Th. 2006- 2007 o Humas Komite SMU DIPONEGORO SKA Th. 2005- 2007 o Duta Kotex ( Cewe Kotex ) Jogjakarta Th. 2005- sekarang o Creative Division FIESTA FM Th. 2005- 2007 o Magang Kerja di TVRI Jawa Timur 7 Agustus - 7 September 2006 Pada divisi News o Magang Kerja di METRO TV JKT 5 Maret 2007 – 16 Juni 2007 Produksi ―Suara Anda & Editorial Malam‖ Assisten Floor Director ―News Dot Com & Open House‖ o Reporter SUN Televisi Network, MNC Groups Th.2008 - 2011 o Reporter Kompas TV Th.2011 - skrg PRESTASI 1. Juara 1 Lomba Pidato tkt SMU dlm rangka HUT RRI ke- 56 se- Surakarta 2000 2. Juara 1 Lomba Pidato tkt Umum dlm rangka Pidato &MTQ Anak ke XIII 2001 3. Satu- satu nya peserta Workshop FoYoDi bdg Broadcasting 2002 kerjasama majalah Kawanku & Nivea yang berasal dari Solo
146
4. Peserta Lomba mata pelajaran kimia tkt SMU se- Surakarta 2002 5. Peserta seleksi Pra Olympiade Kimia se- Surakarta 2002 6. Harapan 2 MISS SAS FM 2003 7. Nona NANO- NANO 2003 8. Juara 3 Lomba Karya Tulis Ilmiah tkt SLTP/SMU/SMK se- Surakarta 2003 9. Semi finalis Olympiade Kimia V se- Jawa Bali 2003 10. Sebagai Unggulan Cipta Bintang TV 2004 tkt Nasional 2004 11. Sebagai 20 Besar Lomba Presenter TV Program. BM Production 2004 12. Sebagai 28 Besar Lomba Esai tkt Nasional 2004 13. Finalis 5 besar CWEX - Cewe Kotex Jogjakarta 2005 14. Runner Up Workshop News Production Menuju Layar Liputan 6 SCTV 2005 15. Juara 3 Lomba Announcer dan Presenter oleh Gwen Production 2006 16. Unggulan Pemilihan Cantique Campus Tkt Nasional 2007 PENGALAMAN ORGANISASI o Sie Kesegaran Jasmani & Olah raga OSIS SMU Diponegoro Ska 2001/2002 o Ketua Kesegaran Jasmani & Olah raga OSIS SMU Diponegoro Ska 2002/2003 o Penyiar Radio Sekolah ( 3 tahun ) 2001- 2004 o Programmer Radio Sekolah ( 2 tahun ) 2002- 2004 o Pengurus Majalah Sekolah ( 2 tahun ) 2002- 2004 o Ketua Cakeb‘s Community ( Listener Radio ) PTPN FM 2002- 2007 o Mantan anggota Club Basket BHINNEKA 2003 o Sie Indies, Panitia Orientasi Studi Mahasiswa Baru D3 FISIP UNS 2005 o Koordinator Div Humas Himpunan Mahasiswa Diploma (HMD) 2006-2007 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNS SKA o Himpunan Mahasiswa Politik Universitas Indonesia 2007- 2010 PENGALAMAN 1. Dj Contest SAS FM 2002 2. Peserta Lomba MTQ se- Surakarta 2002 3. Peserta Diklat Penyiar & Pembawa acara PTPN FM angkatan XI 2003 4. Peserta Pelatihan keterampilan membuat Laporan Karya Tulis Ilmiah 2003 tkt SLTP/SMU/SMK se- Surakarta 5. Pendampingan Dj PTPN FM 2003 6. Peserta Pelatihan Kepenyiaran Radio di UNIVET Skh 2005 7. Peserta Workshop News Production Menuju Layar Liputan 6 SCTV 2005 8. Peserta Workshop ―Sunsilk Dare to Shine‖ bidang Presenter 2007
147
KARYA YANG PERNAH DIBUAT o Program Audio Visual Feature "Buruh Gendong" (Script Writer) karya ini berhasil sebagai Runner Up pada workshop News Production Menuju Layar Liputan 6 SCTV Th. 2005 o Program Anak ―Oo Begitu‖ tayang di TPI ( Reporter, Script Writer, Dubber, ) 20 Episode o Program Anak ―Sahabat Cilik‖ tayang di TPI ( Assistant Produser, Script Writer, Dubber, ) 15 Episode o Program Anak ―Kawan Cilik‖ tayang di Sun Tv ( Assistant Produser, Script Writer , Dubber, ) 15 Episode o Program Talkshow Pemilu 2009 ‗Contreng‘ tayang di Sun Tv ( Reporter, Assistant Production ) 13 Episode
148
LAMPIRAN 4 STRUKTUR KEPENGURUSAN REDAKSI NEWS PEMIMPIN REDAKSI Rosiana Silalahi WAKIL PEMIMPIN REDAKSI Yoga Arief Nugraha PENYUNTING PROGRAM Buyung Wijaya Kusuma Yulia Supadmo PENANGGUNG JAWAB PELIPUTAN Alexander Wibisono PENANGGUNG JAWAB PROGRAM Eko Wahyu Tawantoro PRODUSER EKSEKUTIF Olivia Rosalia Aiman Witjaksono Dentamira Kusuma Arya Pandora PRODUSER Sofie Syarief Hardjuno Pramundito Teuku Parvinanda Juanita Wiratmaja Alwiyah Husin
149
150
151
Riwayat Hidup
I.
II.
III.
Data Pribadi Nama Lengkap NIM Tempat & Tanggal lahir Jenis Kelamin Agama Alamat Tangerang Email No hp Pendidikan Formal 1996-1998 1998-2004 2004-2007 2007-2010 2010-sekarang
: Refika Sari Sibarani : 6662100539 : Depok, 5 Maret 1992 : Perempuan : Kristen Protestan : Jl. Cisadane 8 No 95, Perumnas 1 Karawaci :
[email protected] : 081281657942
TK PSKD Kwitang 8 Depok SDN Jakasampurna IX SMP STRADA BHAKTI WIYATA SMAN 3 Bekasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Pengalaman Organisasi 1. Anggota UKM Paduan Suara Mahasiswa (PSM) 2. Anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia (IMIKI) 3. Pengurus Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK)