BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah 1. Fenomena Globalisasi
Globalisasi dengan
sifat
semakin
yang " dipandegani"
materialisme,
kapitalisme,dan
gencar memasuki wilayah negara
termasuk
oleh negara maju liberalisme
diseluruh
dunia,
Indonesia.
Materialisme memunculkan perkembangan teknologi yang sedemikian pesat yang
sehingga memunculkan citra
sedemikian
memunculkan
ramai
etos
Kapitalisme
dikota-kota.
kapitalis. Akan
tetapi
modernitas
karena
sistem
budaya kita, menurut Kuntowijoyo (1994) cenderung dibangun pada
sistem
"Agromanagerial State"
maka
yang
kapitalisme semu (Erzats Capitalist). Kapitalisme
muncul
seperti
ini menjadi besar bukan disebabkan oleh etos kerja tinggi, melainkan akibat
disebabkan kedekatan
merunyakkan
"
adanya
kemudahan
yang
diperoleh
Liberalisme
dengan kekuasaan.
sistem masyarakat yang
dibangun
sangat
kuat oleh sistem nilai budaya tradisi. Masyarakatpun mulai mempertanyakan
sistem yang selama ini diyakininya.
proses mempertanyakan sistem
kesadaran
karena
karakteristik
sistem
yang
nilai
tersebut
yang
berbeda bahkan
Dalam
terjadi "split"
bertemu
dalam
memiliki
batas-batas
tertentu bertentangan.
Ciri masyarakat
lain dari globalisasi adalah yang
oleh Jacques Attali
munculnya
(1991:3)
suatu
dinamakan
masyarakat di
mana
"Hiperindustrial" yaitu komunitas "service
consumer goods".
are
transformed
into
masyarakat
mass-produced
Muculnya masyarakat "Hiperindustrial" ini
akan merambah keseluruh
budaya kehidupan manusia.
Berdasarkan fenomena globalisasi tersebut di atas ada beberapa lain
perubahan
yang dialami oleh
masyarakat
antara
:
Pertama, di era globalisasi masyarakat dituntut hidup bekerja
dengan
informasi cara
dan
untuk
informasi.
Masyrakat
harus
tahu
informasi tentang apa saja serta
memperoleh
informasi.
Kondisi
dan
segala
bagaimana masyarakat
seperti itu hanya akan didapat oleh manusia yang
memiliki
motivasi belajar sangat tinggi. Kedua,
di
persaingan
era globalisasi masyarakat akan dalam
segala
memperoleh pekerjaan, modal,
itu
kunci
keberhasilan tidak
seperti
karya
dan
yang paling
diri
utama
dengan
persaingan
menjual barang dan jasa,
mempopulerkan
seperti
hal
penuh
memperoleh
sendiri.
dalam
adalah kualitas /mutu manusia.
berkualitas sudah barang pasti akan
dalam
Kondisi
memperoleh
Manusia
yang
terlindas
tidak mampu melakukan persaingan guna memperoleh
dan
keberha
silan.
Ketiga, di era globalisasi masyarakat dituntut dan harus
memiliki kemampuan intelektual yang bersifat
seperti,
penguasaan
bahasa,
pengetahuan
alam
pengetahuan sosial. Di samping itu masyarakat juga
tut
menguasai
tehnik-tehnik
bekerja
dengan
bahkan dasar
dan ditun
alat-alat
teknologi moderen seperti komputer, mengolah data, sun
rencana fisik mengajar dll. Persyarakat
disebut
" science
and
tecnology
menyu-
seperti
literacy
ini
" (Muchtar
Buchori ,1995:208).
Selanjutnya Muchtar Buchori menjelaskan, agar masyar akat
tetap
"survive"
seperti berikut
a. Masyarakat
maka
perlu
memiliki
persyaratan
ini.
harus memiliki kemampuan belajar
capability),
yaitu
kemampuan
untuk
(learning
belajar
dalam
tatanan-tatanan formal, non formal dan informal;
b. Masyarakat
harus memiliki pengetahuan
dan
terhadap
ilmu pengetahuan dan teknologi
penguasaan
(science
and
tehnology literacy;
c. Masyarakat harus memiliki jiwa berusaha atau wiraswasta (entrepreneurship);
d. Masyarakat
harus
memiliki
etos
kerja
yang
dapat
dihandalkan.
Berdasarkan
persoalan,
persyaratan
di atas
muncul
atas
diajarkan
dan dapat diperoleh siswa didalam pendidikan ?.
Kaitannya
pengertian
melalui dengan
apakah keempat persyaratan di
maka
pendidikan
bimbingan lingkungan,
adalah
dan latihan maka
proses
pembinaan
agar, dapat
lembaga
manusia
menyesuaikan
pendidikan
memiliki
tanggung jawab sangat besar dalam mewujudkan manusia yang
berkualitas dan lebih kusus lagi mampu
mewujudkan
empat
persyaratan agar siswa dapat menghadapi era globalisasi.
Lembaga
dalam dan
pendidikan perlu segera melakukan
segala bidang seperti kurikulum, secara
pengajar,
terus sebab
berkualitas
menerus tanpa
sarana
melakukan
dibarengi
reformasi
prasarana
pembinaan
tenaga
tenaga
pengajar
yang
mustahil akan mampu menghadapi derasnya
arus
globalisasi.
Untuk
mengantisipasi
diperlukan
suatu
daya
sumber
strategi
ciri
untuk
globalisasi
tersebut
meningkatkan
kualitas
manusia kususnya sumber daya
manusia
dalam
lembaga pendidikan.
2. Peranan Pendidikan Dalam Pembangunan Nasional
Manusia
strategi proces).
berkualitas
yang
disebut
Pembangunan
perubahan
kualitas
kearah
hanya dapat
proses pada
diberikan
pembangunan
dasarnya
tercapainya
hidup yang lebih baik. Sebagai
kualitatif,
proses
pembangunan
sektor
kebutuhan
material
finansial semata,
kebutuhan
sandang,
pangan dan
pendapatan
dan
perekonomian,
yang
perubahan
serta juga
pemenuhan pemerataan diarahkan
kepada sektor kehidupan yang lebih kompleks, yaitu
ideologi, agama, sosial budaya, keamanan, yang kepada
tingkat kebutuhan masyarakat atau
pembangunan di suatu negara, secara
kali
berbeda
dengan
kepada
menyangkut
seperti
namun
proses bentuk
diarahkan
papan
kesempatan kerja,
atau
upaya
tidak
perubahan
(building
merupakan
kemajuan
dengan
tergantung
negara.
sosio kultural
proses pembangunan
sektor
di
Proses
acap-
negara
lain, dikarenakan berbedanya orientasi, tujuan, pendekatan
serta prioritas kehidupan yang ditempuh. Tujuan
Indonesia, makmur
dan
orientasi
adalah
yang
pembangunan
mewujudkan suatu masyarakay
merata material dan spiritual.
lain,pembangunan
diorientasikan
kualitas
hidup
politik,
ekonomi,
nasional
Dengan
untuk
pada segenap sektor sosial budaya,
adil
kata
meningkatkan
mencakup
hankam
dan
ideologi,
dengan
sasaran
strategis seperti dicanangkan dalam GBHN tahun 1993
dalam
upaya membentuk manusia seutuhnya.
Dalam
konteks
pembangunan
nasional
tersebut,
pendidikan yang pada dasarnya merupakan proses pencerdasan kehidupan
bangsa
dan
pengembangan
manusia
seutuhnya
memiliki posisi sangat strategis
Indonesia
dalam
meraih
keberhasilan pembangunan.
Secara
spesifik, dalam bidang
pendidikan
dalam
memiliki nilai
pembangunan
strategis dan
ekonomi,
determinatif
pencapaian kesejahteraan hidup masyarakat. Di
pendidikan merupakan salah satu alat efektif untuk
sini meraih
kesejahteraan ekonomi masyarakat. Melalui upaya pendidikan suatu
proses
ketrampilan,
peralihan
atau
pembentukan
individu dapat diwujudkan,
mudah
memperoleh
pengetahuan,
lapangan
sikap
dan
pengalihan
etos
sehingga lulusan akan
pekerjaan
atau
kebutuhan
(1973:
2)
yang
dapat
hidupnya.
merumuskan
Dalam
dipergunakan
konteks
konsep
ini,
pendidikan
relatif
menciptakan
lapangan pekerjaan, yang pada gilirannya akan penghasilan
kerja
diperoleh
untuk
memenuhi
bahkan
dari
Blaugh
segi
ekonomi
secara
Pengetahuan
lebih
dan
tegas
ketrampilan
sebagai "Human Capital" yang
sebagai hasil
proses
investasi.
pendidikan
kemudian
dinilai
dapat
dijadikan
sebagai alat produksi, baik untuk kepentingan pribadi atau kepentingan
sosial
dalam konteks lebih
luas.
investasi pendidikan, manusia melakukan proses
rupa
sehingga memiliki pengetahuan dan
sesuai dengan ya.
harapan
Berdasarkan
Kanada,
Selandiabaru
dsb.
dibanyak
sedemikian
ketrampilan
produktivitas
penelitian
yang
yang dirancangnnegara,
Blaugh
Melalui
misalkan
menyimpulkan
pertumbuhan
ekonomi yang biasanya diukur
dengan
pertumbuhan
pendapatan nasional (GNP) sangat
bahwa
tingkat
dipengaruhi
oleh faktor pendidikan.
Dalam proses
bidang
sosial
politik,
pendidikan
sosialisasi juga memiliki nilai
sebagai
kontributif
besar dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional.
pendidikan,
sosialisasi
nilai-nilai
kehidupan
yang Lewat
politik,
bersosial, atau proses pembentukan budaya berpolitik dapat diselenggarakan dalam rangka pembentukan sikap
masyarakat
terhadap masalah-masalah dasar tentang sistem politik yang dianut oleh negaranya (Tom Brennan, 1981:19). Dengan
lain,
melalui
sosialisasi
mereka
pendidikan
nilai
dilakukan
dan norma kepada
memahami dan menghayati hak
suatu
kata
proses
masyarakat
sehingga
kewajibannya
sebagai
warga negara secara memadahi.
Dalam pada
bidang
sosial budaya yang
penanaman nilai-nilai budaya,
lebih
pendidikan
menekankan menduduki
peran
penting
Zeffreys
dalam
(1972:
pembangunan.
Secara
6) mengartikan pendidikan
pelestarian . Sebagai upaya pelestarian,
hanya
merupakan alat pelestari,
merupakan
positif
proses
dan
bagaimana
lebih
luas
sebagai
upaya
pendidikan
bukan
pemelihara,
nilai-nilai
tetapi
juga
kultural
kontruktif bagi manusia kini
yang
dan
mendatang
tetap dipertahankan dari kepunahan dan bencana.
Pendidikan
mengupayakan
terbentuknya
nilai-nilai
pola
perilaku
yang adaptatif dengan kebutuhan yang ada dalam masyarakat. Dalam
manusia
bidang
yang
pendidikan
cerdas
dalam
bernegara dengan ciri-ciri:
Yang
Maha
Esa,
diharapkan
kehidupan
beriman,
berbudi pekerti
pengetahuan dan ketrampilan,
berbangsa
yang
luhur,
tanggung
jawab
kemasyarakatan dan
memiliki
rasa
kebangsaan
(UUSPN
pendidikan
formal
1989).
Proses menyangkut peserta
memiliki
kesehatan jasmani dan rohani,
yang mantap dan mandiri serta
:
dan
bertaqwa kepada Tuhan
kepribadian
Honor 2
dihasilkan
pendidikan
terutama
berbagai faktor antara lain didik (siswa),
pendidik
sarana prasarana,
metode,
(guru), tujuan,
dan lingkungan. Dari beberapa faktor tersebut gurulah yang memegang peranan penting dalam proses
arti
pendidikan dalam
mencapai kualitas pendidikan Hartono
Kasmadi
dalam
mimbar pendidikan (1990 : 13) mengatakan :
Bahwa faktor
apapun yang akan diperbaharuhi pada gilirannya pendidik (guru) yang banyak nenentukan, karenanya upaya pembinaan secara baik dan benar harus selalu dikembangkan
3. Alasan Pentingnya Pembinaan Guru
Titik
berat
VI
repelita
pendidikan
ditekankan
Konsekuensinya, sistem
pembangunan
pada
perlu ditingkatkan
bersifat
keseluruhan
keseluruhan "Human
mutu.
komponen resources"
"material resources".
komponen
kurun
peningkatan
pendidikan, baik yang bersifat
maupun yang
pada
Peningkatan
sistem pendidikan
yang
brsifat
"human resources" dan "material resources" tersebut diartikan
dari
segi
kuantitasnya
maupun
dapat
kualitasnya.
Berbagai
upaya peningkatan kualitas komponen sistem
didikan
secara
keseluruhan
pen
mengarah kepada pencap
aian tujuan pendidikan.
Disadari
sepenuhnya,
komponen-komponen
berpengaruh
sistem
bahwa
peningkatan
pendidikan
terhadap peningkatan mutu
terbukti
lebih
pendidikan
adalah
komponen
yang bersifat "Human resources". Hal
dipahami
dari
"material
kenyataan, bahwa
kualitas
komponen
ini
yang
dapat
bersifat
resources" tidak dapat bermanfaat tanpa
adanya
komponen yang bersifat "Human resources".
Diantara
komponen-komponen sistem
bersifat "human perhatian
lebih
pendidikan
resources" yang selama ini banyak adalah
tenaga
mendapatkan
guru.
perhatian terhadap tenaga guru, antara lain dapat
dari
banyaknya
kenaikan
pangkat
kebijaksanaan otomatis
kusus
bagi
seperti
guru,adanya
fungsional bagi guru dan lahirnya Surat Keputusan
8
yang
Besarnya dilihat
: adanya tunjangan Menteri
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
(MENPAN)
nomor
26
/MENPAN/1989 yang memberikan peluang bagi guru untuk
naik
pangkat sampai dengan golongan ruang IV/e. Dominannya
perhatian
pemerintah,
dalam
adalah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, sebenarnya didasarkan atas suatu anggapan,
gurulah ini
mutu
dapat
dipandang
ini
terhadap guru
bahwa
ditangan
pendidikan kita banyak bergantung. Hal
dipahami dari
sekolah-sekolah
hal
kita
sebagai
kenyataan,
bila
tidak
faktor
tidak ada
kunci,
berdayanya
gurunya.
karena
ia
berinteraksi secara langsung dengan muridnya dalam
Guru
yang proses
belajar mengajar di sekolah. Perhatian yang demikian besar terhadap ketika
guru, menjabat
penciptaan
sangat
ditampakkan
Mendikbud
yaitu
oleh
Daoed
dengan
Joesouf
mengusahakan
lagu Hymne Guru dan menggolongkan guru sebagai
jabatan profesi.
Strategi pendidikan
peranan
guru dalam
meningkatkan
dapat dipahami dari hakekat guru
yang
ini dijadikan sebagai Asumsi Programatik pendidikan Yang
dimaksud dengan
asumsi programatik
guru
adalah asumsi-asumsi yang dijadikan sebagai
dalam mengembangkan program pendidikan guru.
mutu selama
guru.
pendidikan
pedoman
Asumsi-asumsi
tersebut guru adalah :
(1) Agen pembaharuan; (2) Berperan sebagai fasilitator yang memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi subjek didik untuk belajar;
(3) Bertanggung jawab atas terciptanya subjek didik; (4) Dituntut menjadi contoh subjek didik;
hasil
belajar
(5) Bertanggung
jawab
secara
profesional
meningkatkan
kemampuannya;
(6) Menjunjung
tinggi
kode
etik
profesionalnya
(
Ali
Imron, 1995:4).
Sebagai
orang yang bertugas mengajar
dan
guru akan melaksanakan berbagai kegiatan demi tujuan
yang
tersebut
telah dirumuskan. Untuk guru
pembimbing, konselor,
harus
memainkan
pembaharu,
pembawa
tercapainya
mencapai
tujuan
fungsinya
model atau contoh,
pencipta, yang mengetahui
pandangan,
mendidik
sebagai
penyelidik,
sesuatu,
cerita dan seorang aktor
pembangkit
(Olivia
F,
Peter 1989:10).
Demikian meningkatkan pengembang
besarnya mutu
LPTK
pendidikan, senantiasa
mengembangkan profesional
peranan
guru
dalam
sehingga' para
mencari
kurikulumnya.
guru
bentuk
pakar baru
Pembinaan
dalam segala bidang
upaya dan dalam
kemampuan
termasuk
LPM
NU
perlu mendapat perhatian yang seksama.
4. Profil Guru Dalam Konteks Budaya
Piet
profil
Suhartian
(1994:21-22)
mengemukakan
guru dalam konteks budaya dibedakan
macam yakni Guru di desa,
bahwa
menjadi
Guru di kota dan Guru di
tiga daerah
industri.
Pertama, Guru di Desa
Guru di desa masih terpandang. la dipandang sebagai
orang
yang punya kelebihan. Dalam konteks ini belum banyak
kaum
intelek yang orang
bermukim di desa. Guru dipandang
yang lebih banyak tahu dan terpandang.
Guru
sebagai lebih
dihormati semua tugas dan beban pendidikan yang menyangkut
10
kehidupan
masyarakat,
guru yang tampil
sebagai
pemeran
utama. Di samping menjadi guru, mereka dapat juga sebagai
ketua
karang taruna, ketua LKMD,
olah
raga, pemimpin pramukadll.
dipandang berat
ketua
perkumpulan
Pada satu
sisi
terhormat, pada sisi lain memiliki
dan
terlalu
digantungkan
banyak.
Terlalu
pada guru. Akibatnya
beban
banyak
guru
jangan
yang
harapan
bila sedikit
kesalahan yang dibuat, maka mereka menjadi kambing Selayaknya
mereka
terlalu banyak
saja hitam.
diberi
beban
kemasyarakatan agar mereka dapat melakukan tugas pokok dan tugas profesional di sekolah dengan lebih siap. Kedua, Guru di kota.
Di kota guru itu sibuk bukan sekedar untuk pengabdian
kepada
masyarakat,
tetapi mereka
sibuk
berjuang
untuk
mempertahankan tingkat kehidupan yang secara ekonomi lebih
tinggi dari di desa. Menjadi Guru harus berusaha
menambah
pendapatannya agar mereka dapat mempertahankan status
dan
tingkat kehidupan ekonominya.
Sejak pagi mereka pergi dan sampai malam hari baru kerumah.
Mereka
keesokan
paginya dan
akibatnya
harus membuat persiapan
kegairahan/
untuk
dilakukan secara dorongan
mengajar
pulang mengajar
tergesa-gesa. dan
tanggung
jawabnya nampak
mengalami gangguan psikologis, seperti
sering
suka membolos dengan
yang
kerja
terlambat, masuk
yang
akal. Semuanya merupakan
rendah.
Moral kerja
terhadap tugas yang dikerjakan.
11
adalah
berbagai
alasan
refleksi
moral
reaksi
mental
Ketiga, Guru di daerah industri
Di daerah industri guru memperoleh gaji yang relatif
cukup. masalah
Namun
demikian ada sisi lain yang menimbulkan
psikologis.
Siswa sekolah di
daerah
industri
berasal dari orang tua yang terpelajar. Sering kali murid-
nya dipandang memiliki pengetahuan yang lebih mantap gurunya
dan
sendiri, karena
terdidik.
sering dengan
mereka dari keluarga
Para siswa datang dengan bus
mobil pribadi orang tua,
dari
terpelajar
sekolah dan
sementara guru
memakai sepeda biasa atau berjalan kaki. Sering terjadi faktor psikologis berpengaruh terhadap kinerja guru. Semua gambaran di atas menunjukkan profil seorang guru. Sekarang orang mulai melihat jabatan guru sebagai
jabatan yang tidak menarik. Seorang sosiolog pernah mengemukakan faktor - faktor yang menyebabkan status guru dianggap lebih rendah bila dibandingkan dengan jabatan lain, seperti dokter atau hakim. Peranan guru dipandang
kurang
utama dan kurang dinamis
walaupun
kegiatan
mengajar dan mendidik dipandang sangat vital.
5. Kenyataan dan harapan fungsi sekolah menengah sebagai lembaga pendidikan menengah
Dalam UUSPN pasal 15 : 2 maupun praktek
pelaksanaan
sistem pendidikan yang berlaku sampai sekarang menunjukkan bahwa sistem pendidikan menengah di Indonesia meliputi pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan keagamaan dan
pendidikan kedinasan. Walaupun jenis dan
pendidikan menengah kejuruan demikian banyak, 12
variasi
jumlah
lulusan sekolah lanjutan atas , menunjukkan
bahwa
perimbangan lulusannya
lebih dari 60
%,
yaitu
648.003
lulusan dari 974.471 lulusan SLTA adalah lulusan SMU. Dari
jumlah
lulusan
Perguruan
dihadapi.
ke
Perguruan Tinggi.
Kenyataan
Inilah
diterima
besar di atas
kenyataan mengandung
(1) sebagian besar yang masuk SMU
dasar
akademik yang memadahi untuk
akademik
SMU
yang
di
Tinggi negeri. Hampir 50 % tidak melanjutkan
pendidikan
bahwa;
ini, kurang ..dari 10 %
tidak
mengikuti
dapat
melanjutkan
makna
memiliki
pendidikan
tingkat universitas; (2) sebagian besar
tidak
yang
pendidikannya
lulusan
kejenjang
pendidikan tinggi. Kenyataan
kurikulum
SMU
lain
yang
disusun
kita
saksikan
sebagai
adalah
kurikulum
pendidikan
akademik
dan berlaku sama untuk semua peserta didik
memasuki
SMU,
kemampuan
menilai
akademik
hasil
mereka
mereka
berada
dan
para peserta didik. Jadi
pendidikan
menyerap
akademik
dimanapun
apapun
kalau
kita
dari
keberhasilan
materi kurikulum SMU
yang
orientasinya
memperhatikan
apakah
semua
memiliki
kemampuan dasar akademik yang memadai. Apakah karena mempersepsikan
yang
hanya
tanpa
SMU
bahwa
SMU
sebagai lembaga
pendidikan
kita
akademik
persiapan kependidikan universitas.
Kenyataan di atas
melihat
dapat
SMU
sebagai sekolah yang
diikuti
mengikuti
mengandung makna bahwa masyarakat
oleh
pendidikan
program
semua peserta
SMP,
sedangkan
13
didik dunia
pendidikannya
yang
telah
pendidikan
tinggi
memandang
menyiapkan
tinggi.
SMU sebagai
peserta
lembaga
didik untuk
pendidikan
mengikuti
Inilah dilemanya eksistensi
untuk
pendidikan
pendidikan
menengah
bangsa Indonesia kususnya SMU-. B.
Permasalahan
Pengertian
pembinaan
luas,
pembinaan
dapat
penerimaan,
pemeliharaan dan pemapanan;
peningkatan
dibagi
sangat
mutu
dalam tiga
namun
gugus
konsep (1)
yakni
(2) perbaikan;
(pelanjutan)
(3)
(Willistm
B.
pembinaan dalam konteks
pertama
adalah
upaya
memelihara dalam konteks perbaikan
mengacu
kepada
suatu
aktivitas
Castetter, 1981:45). Pengertian
/menciptakan proses
konstruktif
kualitas
yang
sesuatu.
bertujuan
membentuk
kedua
Pengertian
restrukturisasi kualitatif suatu hal yang
kurang memadahi menjadi sesuatu yang memadahi. ketiga
adalah
merujuk
kepada
aktivitas
adalah dinilai
Pengertian peningkatan
kualitas sesuatu agar mencapai bentuk kualitas lebih
baik
(memuaskan).
Pembinaan dalam konteks pembinaan profesional adalah
sebagai aktivitas pemeliharaan, profesional
bantuan
profesional
kemampuan
Dapat
yang
profesional
merencanakan, mengajar
guru.
melaksanakan
(Tangyong,
juga
perbaikan dan diartikan
berfungsi
guru dan
suatu
untuk
sehingga menilai
1989:65). Lebih jauh
peningkatan
meningkatkan
mereka Proses Jam'an
(1989) mengartikan pembinaan profesional guru ialah
14
sistem
mampu Belajar Satori suatu
usaha
yang
sifatnya membantu,
kesempatan
kepada
profesionalnya utamanya
pegawai untuk
agar
yang
mendorong
mereka
lebih
dan
meningkatkan
dapat
baik yakni
memberi
kemampuan
melaksanakan memperbaiki
tugas
PBM
dan
meningkatkan mutunya.
Pembinaan
suatu
upaya
memenuhi
profesional dalam penelitian
memelihara
kekurangan
kemampuan
guru
ini
yang
adalah
memadahi,
agar sesuai dengan tuntutan profesi,
di samping menambah dan meningkatkan mutu profesional agar lebih
untuk
memadahi. Penelitian ini diarahkan
perilaku
mengubah
menyangkut pengetahuan, ketrampilan,
maupun
sikap guru supaya sesuai dengan tuntutan profesi.
Untuk
memperoleh kualitas guru baik yang
perilaku, tuntutan
menyangkut
pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai profesinya
PEMBINAAN
KEMAMPUAN
maka perlu
dilakukan
PROFESIONAL GURU
suatu
dengan
dengan SISTEM
pertanyaan
permasalahan seperti berikut ini.
1. Komponen
apa saja yang terkait dalam
kemampuan
profesional
sistem
guru SLTA dibawah
pebinaan
naungan
LP.
Ma'arif Cabang Jepara Jawa Tengah.
2. Pendekatan profesional
apa
yang tepat dalam
guru
SLTA di bawah
pembinaan qaungan
LP.
kemampuan Ma'arif
cabanng Jepara Jawa Tengah.
3. Aspek apa saja kemampuan
yang menjadi penekanan dalam
profesional
guru SLTA dibawah
pembinaan
naungan
LP.
Ma'arif NU Cabang Jepara Jawa Tengah.
4. Bagaimana bentuk
pembinaan profesional guru SLTA di
15
bawah naungan LP. Ma'arif NU Cabang Jepara Jawa Tengah.
5. Apa
penunjang,
dalam
kelemahan,
pembinaan
dibawah
kesempatan
kemampuan
naungan
dan
profesional
LP.Ma'arif
NU
Cabang
tantangan guru
SLTA
Jepara
Jawa
Tengah.
C. Tujuan Dan Kegunaan
Tujuan penelitian ini adalah berusaha untuk
ripsikan
dan
kemampuan
menganalisis
profesional
tentang
mendesk-
upaya
guru dilingkungan LPM
pembinaan
NU
Cabang
Jepara yang berkenaan dengan :
(1) Komponen
yang
profesional
terkait
guru
dalam
SLTA dibawah
pembinaan naungan
kemampuan
LP.
Ma'arif
cabang Jepara Jawa Tengah;
(2) Pendekatan
yang
kemampuan
tepat
untuk
melakukan
profesional guru SLTA
pembinaan
dibawah naungan
LP.
Ma'arif Cabang jepara Jawa Tengah;
(3) Aspek-aspek
yang
menjadi penekanan
pembinaan kemampuan
dalam
melakukan
profesional guru SLTA di
naungan LP. Ma'arif NU Cabang
bawah
Jepara Jawa Tengah;
(4) Bentuk pembinaan profesional guru SLTA dibawah naungan LP. Ma'arif Cabang Jepara Jawa Tengah;
(5) Kekuatan, pembinaan
kelemahan, kesempatan dan kemampuan
profesional
tantangan
guru
SLTA
dalam
dibawah
naungan LP. Ma'arif Cabang Jepara Jawa Tengah. Kegunaan penelitian ini :
(1) Sebagai
pengembangan
khasanah
ilmu
pengetahuan
kususnya di bidang ilmu Administrasi Pendidikan;
16
(2) Dapat
menemukan
konsep
atau
kemampuan
profesional guru di
Nahdlatul
Ulama
pembinaan,
yang
bentuk
pembinaan
lingkungan
organisasi
menyangkut
proses
pembinaan
pendekatan, serta
aspek
hal-hal
yang
menyangkut dengan SWOT;
(3) Sebagai Ulama
bahan
masukan
kususnya
LPM
kepada
NU Cabang
organisasi Jepara
Nahdlatul
dalam
proses
pembinaan kemampuan profesional guru;
(4) Kusus bagi peneliti, pengetahuan
dapat menambah dan meningkatkan
secara
ilmiah
kususnya
dalam
ilmu
pembinaan kemampuan profesional guru. D.
Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian diketahui
yang
menganalisa
perangkat Untuk dan
dimaksudkan
akan dilalui
/ditempuh
sebuah
alur
sehingga
dapat
secara jelas apa yang diharapkan dan diperoleh.
Penelitian dan
penelitian
ini dimulai dengan konsep Ahlussunah
memahami,
menghayati
waljama'ah
(ASWAJA),
yuridis NU dan LPM NU dan undang-undang SPN.
memenuhi harapan yang tertera dalam ASWAJA, UUSPN maka diperlukan suatu proses
LPM
meningkatkan
NU SDM
yang disebut Proses Pendidikan.
Proses
pendidikan dipengaruhi oleh
seperti
pendidik (guru), peserta didik
metode,
sarana
prasarana
banyak
faktor
pendidik
dan
beberapa (siswa),
lingkungan.
merupakan
faktor
Dari
yang
faktor tujuan, sekian
perlu
memperoleh perhatian lebih besar.
Untuk memperoleh kualitas guru yang baik
17
diperlukan
pembinaan situasi
yang terencana, sistematis dan
dengan
dan kondisi. Pembinaan yang akan dilakukan
penelitian penekanan
ini
meliputi pendekatan, aspek
dalam
yang
menjadi
dan proses pembinaan yang terdiri dari
langkah
persiapan, analisis
relevan
perbaikan
dan
peningkatan
kualitas
serta
SWOT.
Jika
diilustrasikan maka akan terlihat seperti
bagan di bawah ini.
Bagan 1 Padigma Penelitian
AD/ART NU & LPM Kerangka dasar Faham ASWAJA
Acuan Teoritis
UUSPN NO 2 th '89 PP NO 29 th 1990 PP NO 38 th 1992
PERMASALAHAN Sistem Pembinaan
Kemampuan Profe sional Guru SLTA
di Bawah Naungan LP. Ma'arif NU
Cab. Jepara
* Komponen Yang Terkait
* Pendekatan Yang Digunakan * Aspek Penekanan * Pembinaan Yang Dilakukan * Analisis SWOT
Analisis Kualitatif
(Deskriptif Analitik)
18
Pelaksa naan Pe nelitian
pada
E.
Sistematika Penulisan Tesis
Tesis
ini
terdiri dari lima
Bab
dengan
rincian
sebagai berikutini.
Bab
I PENDAHULUAN.
Bab ini terdiri dari
Latar
belakang
masalah, Perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
paradigma Bab
penelitian dan sistematika penulisan tesis.
II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini terdiri dari
yakni
(a)
Pembinaan Kemampuan profesional
empat
guru
sebagai
bagian dari administrasi pendidikan, (b) Konsep dan lingkup,
prinsip
dan
pendekatan
pembinaan
hal
ruang
kemampuan
profesional guru (c) Pembinaan kemampuan profesional
guru
di lingkungan LPM-NU, (d) Studi pendahuluan yang relevan. Bab
III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini terdiri dari
yang
diperlukan, populasi dan sampel, metode
tahap dan
Bab
data
peneletian,
pelaksanaan penelitian, tehnik pengumpulan
data
analisis data.
IV
ANALISIS DATA PENELITIAN. Bab
analisis
tentang
profesional,
aspek
Pendekatan
yang
ini
terdiri
pembinaan
menjadi
dari
kemampuan
penekanan,
proses
pembinaan, dan analisis SWOT. Bab V PENUTUP.
Bab ini terdiri dari kesimpulan,
rekomendasi.
19
saran
dan