BRAND INTERNAL COMMUNICATIONS CULTURE (BICCU) KOTA MALANG Sri Widayati Rambu Naha Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Merdeka Malang Email :
[email protected] Abstract Malang is a city that has a very heterogeneous population, because immigrants not only came from the city on the island of Java, but from outside of Java Island. Many impacts would arise as a result of the influx of immigrants from all parts of the ground water. The negative impact is most likely to occur is the cultural frictions due to different understandings. Multicultural education that had been made by various parties apparently not able to reduce the cultural misunderstandings. Especially during the activities undertaken to harmonize inter-ethnic conducted by various social organizations partially, has not been well integrated and focused, therefore, the government should be able to make such programs have become a government program ongoing to establish Brand Internal Communications Culture (BICCU). The future is expected BICCU able to form a positive image of Malang as the City Multi ethnic harmonious and hamonis. This activity should be done in an integrated manner by all areas of the City Government of Malang who continue to coordinate with the social institutions, which is already capable of conducting union of multiculture significantly. Keywords: Internal communication culture, education multiculture Abstrak Kota Malang merupakan kota yang sudah sangat heterogen penduduknya, sebab pendatang tidak hanya datang dari Kota di dalam Pulau Jawa melainkan dari luar Pulau Jawa juga. Berbagai dampak tentunya muncul akibat dari membanjirnya pendatang dari seluruh penjuru tanah air tersebut. Dampak negatif yang paling mungkin untuk terjadi adalah terjadinya gesekan-gesekan budaya akibat perbedaan pemahaman. Pendidikan multikultural yang selama ini sudah dilakukan oleh berbagai pihak ternyata belum mampu mengurangi kesalahpahaman budaya tersebut. Apalagi selama ini kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk menyamakan persepsi antar etnis ini dilakukan oleh berbagai organisasi sosial secara parsial, belum terintegrasi secara baik dan terarah, oleh karenanya pemerintah harus mampu membuat program-program semacam ini menjadi satu program pemerintah yang berkesinambungan untuk membentuk Brand Internal Communications Culture (BICCU). Ke depannya diharapkan BICCU mampu membentuk citra positif Kota Malang sebagai Kota Multi etnis yang serasi, selaras dan hamonis. Kegiatan ini harus dilakukan secara terintegrasi oleh semua bidang di Pemerintahan Kota Malang yang terus berkoordinasi dengan lembaga-lembaga sosial yang selama ini sudah mampu menyelenggarakan kegiatan penyatuan multiculture secara nyata. Kata kunci: Budaya Komunikasi Internal, Pendidikan Multikultural
mendalam serta stereotipe yang buruk di
PENDAHULUAN Letak geografis Kota Malang yang berada
di
wilayah
pegunungan
yang
antara masyarakat masing-masing suku. Meskipun
sesungguhnya
konflik-konflik
berudara sejuk dan biaya hidup yang tidak
tersebut tidak bisa dikategorikan sebagai
terlalu mahal menjadikan banyak orang
dominasi
berkeinginan
konflik yang terjadi hanyalah konflik antar
untuk
tinggal
di
konflik
karena
Malang.Banyaknya pendatang dari segala
etnis
penjuru
dominasi etnis di Kota Malang tetaplah etnis
daerah
di
Indonesia
tentunya
minoritas
sesungguhnya
karena
sesungguhnya
memberikan dampak yang beragam, baik
Jawa.
positif maupun negatif. Keunikan masing-
mengindikasikan
masing daerah yang menjadi identitas
mudah untuk dapat mengatasi kemajemukan
budaya
yang
tersebut
tentunya
memberikan
Peristiwa-peristiwa
ada
bahwa
dalam
ini
tentu
memang
masyarakat,
bahkan
dampak yang positif bagi Kota Malang
ekstrimnya
dalam hal peningkatan daya tarik serta
kemajemukan
menunjukan ciri khas tertentu sebagai Kota
pertumpahan
Multikultural. Tetapi pada sisi yang lain
perbedaan budaya perlu diberi perhatian
keberagaman ini jika dipersatukan tanpa
khusus,
adanya pemahaman yang benar mengenai
didalamnya mampu hidup serasi dalam
perbedaan budaya itu sendiri maka dapat
perbedaan yang ada.
memicu konflik yang dapat memecah belah persatuan masyarakat. Sebagai
Kota
ketidakmampuan
tidak
ini darah.
agar
mengelola
berujung Oleh
masyarakat
pada
karena
yang
itu,
ada
Selain timbulnya konflik antar etnis, perbedaan budaya ini juga memunculkan
multikultural
yang
permasalahan lain diantaranya munculnya
memiliki jumlah pendatang sangat banyak,
permasalahan berkaitan dengan stereotype.
Malang pun telah mengalami berbagai
Apalagi
peristiwa kelam akibat kurangnya kesadaran
berkembang dalam masyarakat mengenai
akan pentingnya memelihara perbedaan
karakter dari setiap budaya yang ada di
yang ada. Mulai dari konflik etnis Flores –
Indonesia
Maluku, Ternate – Sumba, Timor Leste –
interaksi untuk berkerja sama. Contohnya
Sumba dan masih banyak lagi konflik-
saja stereotipe mengenai orang Madura yang
konflik antar etnis yang lain yang hingga
dianggap kasar, suka marah, curang, apabila
kini masih menimbulkan trauma yang
terdapat dalam pemahaman salah seorang
stereotype
akan
yang
masih
memperburuk
kuat
proses
anggota masyarakat tentu individu tersebut
serupa
sebagai
upaya
akan cenderung membentengi diri untuk
gesekan antar suku.
untuk
mengikis
dapat melakukan interaksi secara lebih baik
Penyelenggaraan event seperti ini dapat
dengan individu lain yang berasal dari
dilihat sebagai bentuk penerapan dari peran
madura.
Public Relations (PR) sebagai teknisi yang
Berbagai
macam
kegiatan
untuk
mewakili sisi seni dan juga peran PR
menyatukan perbedaan budaya antar etnis
sebagai
yang
pemerintah
menjelaskan dua peran ini yaitu peran
maupun organisasi sosial di Kota Malang
sebagai teknisi mewakili sisi seni dari public
telah banyak dilakukan, mulai dari dialog
relations
terbuka
mengambil
dilakukan
antar
baik
oleh
pemuka
etnis
yang
manajer.
seperti foto,
Dan
Lattimore,dkk
menulis,
mengedit,
menangani
produksi
diselaraskan dengan kegiatan keagamaan,
komunikasi, membuat event spesial, dan
pembangunan daerah tertinggal melalui
melakukan kontak telepon dengan media.
program pemberdayaan masyarakat, sampai
Kegiatan
dengan pagelaran seni dan budaya antar
implementasi
etnis. Akan tetapi kegiatan semacam ini
komunikasi.
masih
manajer
belum
dilakukan
dengan
ini
menitikberatkan strategi
Sedangkan
berfokus
pada
pada
menyeluruh peran
sebagai
kegiatan
terintegrasi.Kegiatannya masih dilakukan
membantu
secara internal di beberapa lembaga.
mengidentifikasi dan memecahkan masalah
Di
instansi
pendidikan
yang
multicultural kegiatan untuk memberikan pemahaman
etnis
semacam
ini
sudah
yang
organisasi
yang
terkait
dengan
public
dalam
relations
(2010:62). Kota Malang sebagai Kota Pendidikan
seringkali dilakukan. Universitas Merdeka
yang
Malang, salah satu Perguruan Tinggi swasta
masyarakat
di Kota Malang yang memiliki mahasiswa
kewajiban untuk menciptakan pemahaman
yang multi etnis memiliki agenda tahunan
antar etnis guna menciptakan kehidupan
berupa
yang
bermasyarakat yang harmonis. Pendididkan
penyelenggaraannya dilakukan oleh Badan
multiculture harus menjadi prioritas kegiatan
Eksekutif
yang
dialog
antar
mahasiswa.
etnis
Universitas
Kanjuruhan Malang juga memiliki kegiatan
sebagai
memiliki
keberagaman
tentunya
terelakkan. salah
mempunyai
Masyarakat satu
etnis
public
di satu
Malang internal
didalamnya berasal dari beragam latar
belakang budaya yang ada di Indonesia.
Brand
Keberagaman
dapat
(BICCU) dapat meningkatkan efektifitas
menimbulkan potensi perpecahan apabila
Program Pendidikan Multiculture di Kota
setiap individu yang ada di dalamnya datang
Malang.
ini
tentu
saja
Internal
Communication Culture
dengan stereotipe mengenai budaya lain sehingga
mereka
memberi
jarak
pada
KERANGKA KONSEPTUAL
interaksi yang seharusnya memupuk kerja
Ccorporate Image sebagai Pilar
sama. Dalam hal inilah pihak Pemerintah
Kesuksesan Organisasi
Kota Malang yang terwakili oleh bagian Humas perlu untuk memberikan jembatan
Dalam bukunya
The
Company
kepada masyarakat yang datang dari latar
Image, Elinor Selame mengatakan identitas
belakang budaya yang berbeda tersebut
korporat atau corporate identity adalah apa
untuk dapat memahami dan menghargai
yang senyatanya ada pada atau ditampilkan
setiap perbedaan budaya yang ada sehingga
oleh perusahaan. (Sutojo, 2004:13 )
dapat terjalin interaksi yang menguntungkan
Identitas korporat bagi Anggoro
diantara masyarakat sebagai publik internal
(2008:280) adalah suatu cara atau suatu hal
Pemkot Malang.
yang
memungkinkan
suatu
perusahaan
Segala upaya yang dilakukan untuk
dikenal dan dibedakan dari perusahaan-
menciptakan pemahaman budaya dalam
perusahaan lainnya. Ia juga menyebutkan
publik
menciptakan
bahwa identitas perusahaan harus diciptakan
keselarasan dan kerjasama ini selanjutnya
melalui suatu rancangan desain khusus yang
disebut
meliputi hal-hal unik atau khas tentang
internal
guna
Brand Internal Communications
Culture (BICCU). BICCU menjadi satu
perusahaan yang bersangkutan secara fisik.
kegiatan yang seharusnya dilakukan secara terintegrasi
Pemkot
perusahaan atau identitas korporat disebut
Malang. Dari kegiatan ini dapat dilihat
juga sebagai simbol perusahaan, apakah
bagaimana public relations berperan untuk
berbentuk logo perusahaan atau lambang
dapat membetuk pemahaman multiculture
lainnya. Simbol selain dimaksud agar lebih
communications
mudah diingat oleh konsumen juga agar
Dalam
di
bawah
pada
penelitian
ini
Humas
Menrut Kasali, bahwa identitas
public
internal.
penulis
ingin
mengungkap permasalahan tentang proses
dijiwai oleh segenap karyawannya. Simbol sangat
penting
bagi
perusahaan
yang
bergerak di sektor jasa yang menjaga pelayanan,
kredibilitas,
dan
keramahan
manusia di dalamnya (2003:110-114). 1.
Anggoro
yang
(2000:291)
dikemukakan
tentang
identitas
korporat yang mengatakan bahwa tipe,
Elemen Corporate Identity
bentuk, warna-warna logo ternyata dapat
Gregory dalam Sutojo (2004:14)
melambangkan nilai, kebudayaan, sikap dan
menyatakan identitas korporat atau
perilaku dari sebuah organisasi. Tipe logo
corporate identity terdiri dari dua
dapat memunculkan identitas, dan akan
elemen
mempersonifikasikan
pokok,
yaitu:
nama
(name/mark) dan logo (logos). Anggoro
(2000:280)
elemen-elemen
2.
Seperti
sosok
tertentu atas suatu lembaga atau perusahaan.
menyatakan
utama
(membentuk
Shimp
berpendapat
(2003:307)
identitas
bahwa strategi terbaik untuk meningkatkan
perusahaan atau identitas korporat
kemampuan memuaskan diri dari suatu logo
meliputi tipe logo, warna/bentuk
adalah dengan memilih suatu desain secara
bangunan, atribut, sampai dengan
moderat cukup teliti menampilkan lebih dari
seragam
sekedar gambar yang terlalu simple atau
dan
pakaian
resmi
perusahaan.
terlalu kompleks. Selain itu, desain-desain
Mengefektifkan Corporate Identity
natural juga diperlukan untuk menghasilkan
Brannan (2004:79-80) mengatakan
respons-respons
bahwa identitas perusahaan dapat
menguntungkan.
memelihara
yang
lebih
seperti
Logo merupakan sebuah simbol
diharapkan suatu perusahaan. Logo
yang dirancang untuk mewakili karakter dan
dan tipografi dirancang untuk meraih
menjadi identitas dari sebuah perusahaan.
prospek
Desainnya
Logo merupakan bentuk ekspresi dan bentuk
membuat perusahaan kecil tampak
visual dari konsepsi perusahaan, produk,
besar. Sebuah desain yang baik
organisasi,
adalah
yang
ruang
merupakan simbol visual yang memiliki
dalam
rancangannya
desain
bentuk yang berasal dari nilai strategis
tersebut
prospek
konsumen
tersebut.
memberikan
akan
dan
lebih
tampak
maupun
perusahaan.
institusi
Pengertian
logo
serta
menurut
menyerupai perusahaan yang sudah
Jefkins, (1995:367) Logo adalah presentasi,
mapan.
sosok
atau
senantiasa
penampilan
dikaitkan
visual
dengan
yang
organisasi
tertentu sebagai bentuk identitas dan bagian
untuk menghindari konflik untuk menjaga
identitas
keharmonisan sosial, berbeda dengan di
perusahaan”.
Sebagai
bagian
identitas perusahaan, logo ibarat bagian
Amerika
tubuh yang mampu mengutarakan isi hati
kepentingan pribadi. Dari hasil penelitian
produk atau perusahaan.
dengan judul yang berbeda Lestari (2015)
Dari
sisi
pemasaran,
yang
lebih
mengutamakan
logo
dan Rejeki (2015) senada menghasilkan
mempunyai fungsi pembeda produk dengan
pendapat tentang acuan untuk penyelaesaian
produk lainnya. Menurut pakar corporate
konflik antar budaya, yaitu :
identity David E. Carter dalam Kusrianto
1. Identifikasi Isu yang Mengakibatkan
(2007) setidaknya logo perusahaan harus
Masalah
memiliki karakter tertentu, menyangkut :
Mengidentifikasi inti permasalahan
Original dan Destinctive, Legible,Simple,
merupakan hal yang penting untuk dapat
Memorable, Easly associated with the
memfokuskan setiap pihak yang terlibat
company, dan Easly adaptable for all
dalam masalah tersebut pada upaya untuk
grhapic media yang mudah di aplikasikan ke
mencari solusi.
berbagai
media,
untuk
menghindari
2. Jaga Pikiran untuk Tetap Terbuka
kesulitan dalam penerapan. Elemen-elemen
Setiap konflik yang dialami harus dapat
dalam komunikasi visual suatu logo, antara
ditanggapi dengan “pikiran terbuka”. Hal
lain bentuk, warna dan tipografi.
ini dimaksudkan agar seseorang dapat
Dengan demikian logo yang telah
melihat konflik yang terjadi dari sudut
memenuhi persyaratan untuk penampilan
pandang orang lain tanpa kehilangan
fisik saja tidak cukup, karena logo bukanlah
prinsip
hanya menyangkut penampilan visual saja,
pegangannya.
melainkan sebuah logo haruslah memiliki makna
dan
tujuan
yang
terkandung
didalamnya.
yang
juga
harus
menjadi
3. Jangan Terburu-buru Seringkali karena terdesak oleh transaksi bisnis yang mahal (biaya penginapan, transportasi), seseorang sangat terburu-
Manajemen Konflik Antar Budaya
yang
buru dalam menyelesaikan konflik yang
Penyelesaian konflik memiliki pola
muncul,
berbeda
menjadi tidak mendalam.
pada
setiap
budaya.
Masyarakat Jepang misalnya lebih suka
sehingga
penyelesaiannya
4. Jagalah Konflik agar Berpusat pada Ide
Gudykunst (1992) berpendapat bahwa
bukan pada Orangnya
jika dua orang atau lebih berkomunikasi,
Pengkondisian memberikan keuntungan
antarbudaya secara efektif, maka mereka
bahwa
penyelesaian
masalah
hanya
akan berurusan dengan satu atau lebih pesan
bagaimana
upaya
yang ditukar (dikirim dan diterima); mereka
mencari jalan keluar, dan bukan pada
harus bisa memberikan makna yang sama
pertentangan untuk mempertahankan ego
atas pesan. Singkat kata, komunikasi yang
masing-masing.
efektif adalah komunkasi yang dihasilkan
difokuskan
pada
oleh kemampuan para partisipan komunikasi lantaranmereka berhasil menekan sekecil
Internal Communications Morisan (2008:8) mengutip pendapat Cutlip-Center-Broom
bahwa
“Public
mungkin
through
good
character
and
(Liliweri,
2007:227).
Relations is the planned effort to influence opinion
kesalahpahaman
Komunikasi internal merupakan bentuk interaksi yang dilakukan dengan pihak-pihak
responsible performance, based on mutually
internal
suatu
organisasi.
satisfactory two-way communications.”
internal
yang
berjalan
Komunikasi efektif
akan
Event yang merupakan salah satu
meningkatkan kualitas kerja dari karyawan
media Public Relations memiliki peran bagi
yang ada didalamya sehingga sasaran-
seorang Public Relations antara lain: untuk
sasaran organisasi dapat tercapai. Untuk
memberikan
membangun
informasi
secara
langsung
komunikasi
internal
yang
(bertatap muka) dan mendapatkan hubungan
efektif dapat dilakukan melalui kegiatan-
timbal balik positif dengan publiknya.
kegiatan seperti berikut (Cutlip, 2011: 269)
Sebagai media komunikasi dan sekaligus
:
untuk mendapatkan publikasi, dan pada
1. Pernyataan Visi
akhirnya masyarakat atau public sebagai
Pernyataan visi merupakan salah
target sasaran akan memperoleh pengenalan,
satu bentuk atau cara organisasi
pengetahuan, pengertian yang mendalam
menyampaikan
dan diharapkan dari acara khusus tersebut
sasaran-sasaran
dapat menciptakan citra positif terhadap
tersebut kepada setipa publik
perusahaan atau produk yang diwakilinya.
internalnya.
(Ruslan, 2002:133)
tujuan
2. Dokumen Kebijakan
atau
organisasi
Dokumen kebijakan umumnya
Dalam
penelitian
ini
merupakan
berisikan prosedur-prosedur yang
penelitian dengan pendekatan subyektif.
harus dilakukan oleh anggota
Penelitian
organisasi
kualitatif. Penelitian ini menggambarkan
untuk
mengajukan
jenis
hal-hal umum yang tidak sesuai
realitas
dengan
menjelaskan
standar
yang
telah
yang
penelitian
sedang
hubungan
deskriptif
terjadi antar
tanpa variabel.
ditetapkan.
Disamping itu penelitian ini menekankan
3. Materi Training
pada karakteristik atau ciri individu, situasi
Training
merupakan
bentuk
serta kondisi kelompok tertentu (Ruslan,
sosialisasi
nilai
budaya
2008:12)
kepada
anggota
organisasi.
dan
Hasil
sebuah yang
diharapkan dari adanya training ini
yaitu
terbentuknya
pemahaman yang benar dari karyawan atas segala bentuk nilai dan budaya yang ada dalam organisasi
tersebut
sehingga
dapat diimplementasikan dalam setiap proses dan bidang kerja karyawan.
Adapun yang menjadi fokus pada penelitian ini yaitu 1. Proses interaksi dalam nuansa perbedaan budaya 2. Kualitas interaksi antar individu yang berbeda budaya 3. Kegiatan BICCU sebagai salah satu media PR untuk meningkatkan brand kota Malang sebagai Kota multikultural. Yang menjadi informan pada penelitian ini yaitu: a. Humas Pemerintah Kota Malang, sebagai
Menurut Kotler (1997:8) pemasaran
pelopor terciptanya kegiatan BICCU
adalah suatu proses sosial dan manajerial
sehingga
yang didalamnya individu atau kelompok
mengenai apa harapan dari diadakannya
mendapatkan apa yang mereka butuhkan
kegiatan ini dan bagaimana kegiatan ini
dan
mmpu
inginkan
dengan
menciptakan,
menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
dapat
diperoleh
meningkatkan
informasi
pendidikan
multicultural di masyarakat Kota Malang. b. Anggota masyarakat dengan asal daerah yang berbeda-beda. Hal ini untuk dapat
METODE PENELITIAN
mengetahui apakah ada kesulitan untuk
dapat
menyesuaikan
diri
dengan
sebagai instumen dalam pengumpulan data.
lingkungan yang baru dan bagaimana
Dari 10 pertanyaan tersebut enam informan
kualitas ineraksi diantara masyarakat
memiliki kecenderungan kesamaan dalam
yang berbeda budaya tersebut. Adapun
menjawab pertanyaan tersebut.
kerangka konseptualnya sebagi berikut :
Hal ini terlihat dari jawaban atas pertanyaan gambaran multi etnis yang ada di kota Malang. Dari lima orang informan anggota masyarakat dan satu perwakilan humas pemkot mengatakan bahwa multi etnis di Kota Malang sangat bervariasi. Hal ini disebabkan karena Malang sebagai Kota Pendidikan mengakibatkan banyak sekali masyarakat dari luar Malang yang datang ke Malang untuk menempuh pendidikan. Para pelajar/mahasiswa membawa
PEMBAHASAN
ini
menjadikan
enam
informan sebagai sumber informasi utama untuk melihat bagaimana BICCU bisa diterapkan di Kota Malang melalui instansi. Humas Pemkot Malang menjadi ujung tombak atas keberhasilan program tersebut. Sebab, hal ini menyangkut dengan city branding atau citra dari Kota Malang. Berdasarkan hasil wawancara terhadap enam orang
informan
maka
berikut
pembahasannya. Dalam
karakter
datang
dengan
masing-masing.
Informan 1 menjawab dengan jawaban yang lebih
Penelitian
ini
keras.
Menurutnya
datangnya
pelajar/mahasiswa yang datang dari berbagai pelosok
nusantara
menyebabkan sampai
terjadi
ini
seringkali
kesalahpahaman
bahkan
pertengkaran
ataupun
pertikaian. Senada dengan informan 1 (anggota masyarakat), informan 5 (anggota masyarakat) juga memiliki pendapat serupa. Menurutnya seringnya terjadi pertikaian antar mahasiswa menyebabkan nama baik Kota Malang menjadi tercemar. Malang tidak lagi menjadi kota bunga yang ramah
penelitian
ini
peneliti
mengajukan 10 pertanyaan yang dijadikan
dan damai tetapi menjadi kota yang jauh dari
Kota
Malang
terdahulu.
Dari
keseluruhan informan semuanya sepakat
etnis merasa bahwa budaya dan kebiasaan
bahwa Malang kini menjadi global sehingga
mereka adalah yang terbaik. Sebaliknya jika
representasi masyarakat Indonesia.
keberagaman etnis ini dianggap sebagai satu
Selain itu, dampak yang mungkin muncul
akibat
multi
etnis
informan
bersepakat berpendapat bahwa multi etnis sangat berkaitan erat dengan perselisihan dan pertengkaran. Multietnis juga sangat rentan
terhadap
pelebelan
negatif
munculnya
justifikasi
(stereotype)
terhadap
kekuatan luar biasa yang dapat digunakan untuk memperkaya khasanah budaya yang dimiliki oleh Kota Malang maka multi etnis dapat digunakan sebagai sarana pemersatu dan bias menjadi sebuah cara untuk dapat saling menghormati dan menghargai satu dengan yang lain.
etrnis tertentu di masyarakat. Apalagi jika
Dari pengetahuan seluruh informan mereka
pendatang tersebut memiliki teman yang
mengatakan bahwa mereka mengetahui
banyak
di
konflik antar etnik pernah beberapa kali
untuk
terjadi di Kota Malang. Konflik antar etnis
mengurangi sosialisasi bersama masyarakat
ini seringkali muncul di kalangan kelompok
sekitar dan seolah menciptakan kelompok
mahasiswa yang tinggal di beberapa lokasi
sendiri dan melakukan segala sesuatu seolah
yang berdekatan dengan kampus sebuah
mereka tidak sedang berada di kota orang
perguruan tinggi. Konflik seperti ini sudah
lain yang memiliki budaya dan kebiasaan
lebih dari 5 kali terjadi dalam satu tahun
berbeda.
baik
yang
Malang.
sama-sama
Mereka
merantau
cenderung
Sementara informan 2 dan 3
yang
(anggota masyarakat) memiliki jawaban
perseorangan.
yang
kejadian
sedikit
lebih
terbuka.
Mereka
berskala
besar
maupun
Menurut
para
informan
seperti
ini
betul-betul
mengatakan bahwa keberadaan masyarakat
mencoreng
nama
dari wilayah lain akan berdampak pada dua
Informan
4
hal positif dan negatif. Dampak negatif
mengatakan bahwa seharusnya pemerintah
seperti perselisihan paham dan pertengkaran
Kota Malang harus ekstra waspada terhadap
akan muncul jika keberadaan mereka tidak
kejadian-kejadian
saling disadari sebagai masyarakat yang
masyarakat sudah merasa resah dengan
memiliki budaya dan kebiasaan berbeda.
keberadaan
Egosentris
akan
teretentu. Bahkan di beberapa wilayah di
kelompok
Kota Malang sudah menolak keberadaan
masing-masing
menyebabkan
masing-masing
etnis
baik
Kota
sudah
(anggota
seperti
beberapa
Malang.
masyarakta)
ini,
kelompok
karena
etnis
mereka untuk tinggal dan menyewa rumah
menyenangkan yang penting masyarakat
mereka.
akan
Terkait peristiwa yang terjadi di atas, informan
humas
pemkot
Malang
mengatakan bahwa ada banyak hal yang sudah dilakukan pemkot dalam menghalau konflik etnis yang timbul. Peran utama
menyadari
bahwa
keberadaan
kelompok masyarakat lain yang ada di Kota Malang sebagai satu kekayaan budaya yang patut untuk disyukuri dan dikembangkan menjadi potensi luar biasa bagi Pemerintah Kota Malang.
justru ada pada masyarakat yang hidup
Ketika peneliti menanyakan konsep BICCU
dalam perbedaan budaya itu sendiri. Dari
kepada
pemerintah
mengatakan
kota
sellau
mengupayakan
informan
anggota
patut
masyarakat,
dicoba
untuk
sosialisasi yang sifatnya mempersatukan
menumbuhakn kesadaran etnis masyarakat
warga. Dengan ditanyai konsep BICCU
agar
humas kota Malang tertarik dengan konsep
Komunikasi internal merupakan strategi
tersebut dengan menyetujui pendekatan
yang dianggap dekat dengan masyarakat.
humanis
Sebab, komunikasi internal sudah menjadi
yang menyetuh individu dan
kelompok tanpa ada diskriminasi.
kegiatan
BICCU
harus
segera
dilakukan mengingat jumlah pendatang dari luar
daerah
ke
Kota
tejadi
diskriminasi
lagi.
bagian dari kehidupan mereka sehari-hari.
Perwakilan anggota masyarakat mengatakan bahwa
tidak
Malang
makin
meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu
Seperti
misalnya
mereka
melakukan
perkumpulan atau rapat yang melibatkan pendatang. Dengan demikian diskriminasi dan pelabelan negatif bisa dihindarkan. Memberikan
pemahaman
dalam
gesekan budaya yang terjadi di masyarakat
konsep BICCU tidak melalui aksi kekerasan,
juga
melainkan
mengalami
peningkatan
kuantitas.
lebih
kemanusiaan
mendesak
4
komunikasi internal biasanya dilakukan
pendidikan
hanya di perusahaan, struktur masyarakat
multicultural tidak harus diberikan secara
juga bisa menerapkan komunikasi internal.
kaku
Karena pada dasarnya komunikasi internal
mengatakan
dan
multicultural
dilakukan.Informan konsep
sangat dapat
formal.
Pendidikan
diberikan
dengan
menggunakan konsep yang lebih santai dan
merupakan tindakan
toleransi.
asas
Sehingga pendidikan multicultural sangat untuk
dan
menekankan
dasar
Meskipun
yang setap
manusia selalu melakukannya di lingkungan
untuk bisa menjalin komunikasi
mereka.
antar budaya yang lebih masif.
Pemerintah Kota Malang melalui Humas
berharap
dapat
2. Konsep geografi
menggandeng
demografi
Kota
Masyarakat
Malang
antara mereka. 3. Logo atau brand BICCU mampu mengikat perbedaaan budaya yang
dinilai masif untuk membantu merumuskan
tersebut.
dengan
dapat mewarnai perbedaan budaya di
yang berlandaskan konsep BICCU. Humas
bentuk kegiatan serta realisasi program
sesuai
menginginkan konsep baru yang
untuk bisa melakukan program kegiatan
ada pada perguruan tinggi. Hal tersebut akan
dan
Malang.
seluruh perguruan tinggi di Kota Malang
berpendapat bahwa akar dari multikultural
BICCU
terjadi di Kota Malang. 4. Komunikasi
antar
budaya
yang
dilakukan dengan menekankan asasa
Sehubungan dengan hal tersebut,
komunikasi internal meminimalisir
BICCU dinilai sebagai konsep yang mudah
konflik antar etnis
diterima dan dipahami oleh masyarakat manapun. Perbedaan budaya bukan lagi
Saran
untuk
Dari
didiskriminasikan
atau
dipertentangkan. Melalui BICCU perbedaan budaya dikomunikasikan menjadi unsur
kesimpulan
di
atas,
penulis
merekomendasikan saran sebagai berikut : 1. Konsep BICCU dapat diturunkan
komunikasi yang dapat mewarnai pola
menjadi
komunikasi antar budaya yang ada di Kota
melibatkan
Malang.
disesuaikan dengan kondisi masing-
kegiatan
kreatif
yang
masyarakat
yang
masing daerah di Kota Malang. 2. Stakeholder merupakan komponen
PENUTUP
penting
Kesimpulan
Karena Kesimpulan dari tulisan ini adalah sebagai
konsep
perbedaan
BICCU. budaya
membutuhkan perantara atau dalam komuniasi sering disebut sebagai
berikut : 1. Perbedaan
dalam
budaya
di
Kota
merupakan aset pemerintah kota
gate
keeper.
Sehingga
dalam
implementasinya pemerintah kota menggandeng stakeholder. REFERENSI Anggoro, Linggar M, 2008, Teori dan Profesi Kehumasan serta Aplikasinya di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta. A. Shimp, Terence. 2003. Periklanan Promosi. Erlangga, Jakarta. Brannan, Tom. (2004). Integrated Marketing Communications. Memadukan Upaya Publik Relations, Iklan dan Promosi untuk membangun identitas merek. PPM, Jakarta. Cutlip, Scott M, Center, Allen H, Broom, Glend M, 2011, Effektive Public Relations, Kencana, Jakarta. Gudykunst, Willian B, Kim, Young Yun, 1992, Communicating With Strangers : An Aprroach, to Intercultural Communications. McGraw-Hill, New York. Jefkins, Frank. 1995. Periklanan. Erlangga. Jakarta. Kasali, R. 2003. Manajemen Public Relations. Jakarta, Grafiti. Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran. Prenhallindo, Jakarta. Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Andi Offset, Jakarta.
Lattimore, Dan, et al, 2001, Public Relations-The Profession and The Practice, Salemba Humanika, Jakarta. Liliweri, Alo, 2007, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya, LKiS, Yogyakarta. Morissan, 2010, Manajemen Public Relations. Kencana, JakartaSutojo, Siswanto. 2004. Membangun Citra Perusahaan. Jakarta: Damar Mulia Pustaka Rosady Ruslan. Manajemen dan Komunikasi, Konsep dan Aplikasi. 2002. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Ruslan, Rosady, 2008, Metode Penelitian PR dan Komunikasi. Rajawali Pers, Jakarta. Sumber Lain : Lestari, Puji. Stereotipe dan Kompetensi Komunikasi Bisnis Antarbudaya Bali dan China. http://jurnal.uajy.ac.id/jik/files/2012/ 05/4.Puji-Lestari-41-72.pdf. Diakses 17 Agustus 2013. Rejeki, Sri Ninik. Perbedaan Budaya dan Adaptasi Antar Budaya dalam Relasi Kemitraan Inti Plasma. http://jurnal.uajy.ac.id/jik/files/2012/ 05/3.-MC-Ninik-Sri-rejeki-145166.pdf. Diakses 17 Agustus 2013.