bola api itu bahkan tidak dapat menghanguskan cangkang luarnya. Arachas pun menggunakan ekornya untuk memantulkan bola – bola api itu kembali ke arah Virail. Virail sungguh tidak menyangka Arachas begitu kuat bahkan dapat membalikkan sihirnya dan membuat dirinya menjadi kalang kabut. ‘Osen – Chilica,’ Seru Tyrail membantu kakaknya dan dari tongkatnya cahaya biru pun melesat keluar ke segala arah. Cahaya biru itu menghantam Arachas dan setiap benturan yang terjadi menimbulkan ledakan es yang membekukan. Kulit Arachas memang sangat tebal sehingga sihir inipun tidak dapat melukainya tetapi es yang timbul setelah ledakan menjadi semacam tembok yang mampu menghalangi gerakan Arachas. Namun Virail yang melihat serangan adiknya lebih efektif menjadi tidak senang dan merasa dipermalukan. Dengan gegabah ia kembali melancarkan serangan terkuatnya. ‘Phoenix – Amatera,’ Teriak Virail sembari menghantamkan tongkatnya ke tanah. Tongkat Virail bergetar hebat dan mengeluarkan api berbentuk seekor Phoenix yang langsung menerjang Arachas dengan kekuatan penuh. Ledakan panas seperti neraka pun terjadi. Semua es Tyrail lenyap menguap seketika di balik tebalnya asap dan merahnya nyala api. Virail terengah – engah karena mengeluarkan banyak tenaga dan tersenyum sombong karena mengira dirinya telah berhasil membunuh Arachas dengan jurusnya. Sebuah jaring pun melesat dan langsung menyelimuti tubuh Virail. Serangan mendadak ini membuat Virail terkejut dan menjatuhkan tongkatnya. Ia berusaha berontak dan meraih kembali senjata sihirnya namun jaring itu begitu lengket dan kuat sehingga semakin Virail bergerak maka semakin rapat ia terperangkap. Lalu dari jilatan api, keluarlah Arachas yang tidak terluka sedikit pun selain kulitnya yang memerah karena panas api. Ia pun menarik jaring yang berisi Virail untuk mendekat ke arahnya. Tyrail yang melihat kakaknya dalam bahaya segera bertindak. ‘Dust – Alunian,’ Desis Tyrail sambil mengayunkan tongkatnya. Debu – debu berwarna putih tiba – tiba saja menyelimuti Arachas. Debu – debu itu kemudian menempel di sekujur tubuh Arachas dan berubah menjadi kerak – kerak es. Dalam sekejap tubuh Arachas terbalut oleh balok – balok es yang mengurungnya seperti serangga di dalam kaca. Tetapi es itu mencair sama cepatnya dengan proses terbentuknya karena kulit Arachas yang masih luar biasa panas. Arachas tertawa karena kegagalan jurus Tyrail tetapi tiba – tiba ia menggeram marah krena melihat jaringnya yang lentur dan lengket pun telah berubah menjadi es terkena debu – debu sihir itu. Tyrail segera maju dan menghantam jaring yang membeku itu dengan tongkatnya hingga hancur berkeping – keping. Dengan begitu Virail pun dapat membebaskan diri. Kedua saudara penyihir ini tidak berani bertindak gegabah lagi ketika mengetahui bahwa makhluk yang ada di hadapannya bisa
dikatakan tidak mempan terhadap sihir karena kulitnya yang sangat keras. Arachas pun menggeram marah dan mulai menggoyangkan ekornya sebagai senjata beracun. Bab 13. Penyihir yang Ketiga By: Junaidi Halim ‘Wah, dua wanita cantik bertarung bersama melawan seekor serangga. Ini akan menjadi tontonan yang menarik,’ Kata seorang pria berpakaian dan berjubah serba hitam yang entah muncul dari mana berdiri di belakang Tyrail dan Virail. Tongkat pendeknya yang juga berwarna hitam diputar – putar dengan santai. ‘Lexus! Dasar penjahat! Apa yang kaulakukan di sini?’ Tanya Virail marah melihat kehadiran pemuda yang disebut Lexus itu,’ Jika kau ingin merebut Jubah Holy Light juga maka akan kumampuskan kau di sini.’ ‘Duh, betapa sakitnya hatiku mendengar caci makimu, nona cantik,’ Rayu Lexus sambil menggaruk – garuk kepalanya dengan tongkat hitam yang panjangnya hanya sekitar 30 – 40 cm itu. ‘Awas, kakak!’ Teriak Tyrail memberi peringatan. Arachas yang bosan mendengar celoteh lawan – lawannya segera menyerang kembali dengan sengatan ekornya. Virail menghindar tepat pada waktunya dengan melompat menjatuhkan diri ke depan sementara di belakangnya ekor kalajengking Arachas telah menusuk tanah hingga retak terbelah. Belum sempat Virail bangun, kedua kaki laba – laba itu sudah terangkat dan siap dihujamkan ke tubuh Virail. ‘Stingerintum!’ Seru Tyrail dan dari udara terbentuk puluhan paku es sebesar kepalan tangan manusia dewasa yang menyerang ke arah wajah Arachas. Serangan itu membuat Arachas terpaksa membatalakan serangan dan memilih melindungi wajah terutama matanya dengan dua kaki depannya. Arachas meraung marah karena serangan berbahaya yang dilontarkan Tyrail. ‘Bagus gadis manis. Terus serang matanya. Memang di situlah bagian terlemahnya,’ Kata Lexus senang namun sama sekali tidak turun tangan. ‘Keparat kau, Lexus!’ Maki Virail yang telah bangkit dan mengarahkan tongkatnya yang telah bersinar merah kembali ke arah mata Arachas,’ Setelah laba – laba ini maka kau giliran berikutnya, Lexus! Hotten-Serpertion!’ Tongkat Virail berubah menjadi 10 cambuk api yang memanjang dan menyerang Arachas dari sepuluh arah yang berbeda. Sia – sia saja Arachas berusaha melindungi matanya dari serangan Virail yang mampu berputar – putar, berkelit dan menghindar untuk mencari celah mengincar sasaran dengan ketepatan yang luar biasa. Walau serangan ini jauh lebih lemah dari jurus sihir Phoenix sebelumnya namun cukup efektif untuk membuat Arachas mundur, bukan karena serangan itu melukai matanya yang sekuat batu permata tetapi karena cahaya api yang menyambar di depan mata sungguh menyilaukan apalagi bagi makhluk yang selalu tinggal di lorong
gelap seperti Arachas. Serangan Virail membuat mata Arachas buta untuk sementara dan serangan sebenarnya baru akan dimulai oleh Tyrail. ‘Maximum Stingerintum!’ Teriak Tyrail sambil menggenggam tongkatnya yang bersinar biru tua sekuat tenaga. Dalam sekejap ribuan paku es sebesar tangan manusia itu menghujam ke arah Arachas dan mengincar matanya. Arachas menjerit kesakitan namun tidak berdaya karena tidak dapat melihat arah serangan maut ini. Tyrail dengan segera terkapar karena kehabisan tenaga. Namun serangan terhadap Arachas belum berhenti. Sekarang giliran Virail yang menyerang sambil berseru,’ Phoenix Amatera!’ Burung api pun keluar dan menyerang mata Arachas dengan kekuatan penuh. Arachas pun meraung kesakitan dan berguling – guling karena panas yang menyengat matanya. Arachas yang terluka matanya tidak dapat melihat maka sepertinya ia mustahil untuk dapat menyerang, maka Virail pun mendekati adiknya yang kelelahan sementara Lexus bertepuk atngan kegirangan. Namun Virail salah besar. Arachas yang masih kesakitan segera bangkit dan mengacungkan ekor kalajengkingnya ke atas tinggi – tinggi. Ujungnya yang beracun tiba – tiba membesar dan meledak menyemburkan cairan racun dalam jumlah yang luar biasa banyak. Lexus yang sudah melihat serangan brutal itu dari awal segera melakukan teleport pendek ke belakang untuk menghindar. Tapi Tyrail yang terkapar di tanah kehabisan tenaga maupun Virail yang tidak waspada tidak dapat meloloskan diri. Mereka berdua tersembur racun dalam jumlah banyak secara langsung. Kedua penyihir itu pun segera menelan obat penawar racun yang telah disiapkan sebelumnya dalam jumlah banyak sekaligus tetapi sakit yang dirasakan tetap luar biasa menyerang sehingga sedetik kemudian mereka berdua pun terkulai pingsan. ‘Serangan racun yang luar biasa, laba – laba,’ Kata Lexus yang memunculkan diri sedetik kemudian di samping Arachas,’ Kurasa perlu waktu sehari penuh untuk mengumpulkan dan memulihkan sengatan ekormu lagi, bukan? Mengapa kau tidak pulang saja ke sarangmu lalu beristirahat dan biarkan aku bersenang – senang dengan dua gadis cantik itu?’ ‘Kau tidak mengincar gadis itu tetapi mengincar Jubah Holy Light. Kami Bangsa Serangga tidak bodoh untuk semudah itu kau tipu,’ Kata Arachas yang masih buta dan hanya dapat mengandalkan pendengarannya saja. ‘Kau salah, serangga. Aku mengincar Jubah dan juga gadisnya. Dan sebagai bonus untuk tuan rumah, aku akan pergi mengantarmu tidur.... untuk selamanya,’ Kata Lexus dengan tersenyum,’ Bersiaplah. Karena tanpa sengatan racun dan mata yang buta, kau bukan tandinganku!’ Bab 14. Serangan Hitam By: Junaidi Halim
‘Manusia jahat, walau sampai harus mempertaruhkan nyawaku pun, jangan harap kau boleh mengambil Jubah sahabatku Agaril,’ Kata Arachas. ‘Maaf, serangga. Aku akan mengkoreksi beberapa hal di sini. Pertama, aku penyihir bukan manusia. Manusia hanya makhluk lemah bodoh yang menolak kekuatan sihir. Kedua, Jubah itu bukan milik Agaril tapi hanya titipan dari Holy light dan sekarang akulah yang akan memilikinya. Ketiga, nyawamu tidak cukup berharga untuk dipertaruhkan. Aku akan menginjakmu di bawah kakiku seperti bagaimana layaknya seekor serangga dibasmi,’ Jawab Lexus sambil menggerakkan tongkat pendeknya dan menunjuk kepada Arachas,’ Darkenos-Cursio.’ Sekeliling Arachas muncul kegelapan yang tidak wajar dan tiba – tiba dari dalam bumi keluarlah tangan – tangan yang panjangnya bervariasi dari 3 – 10 meter. Tangan – tangan itu memegangi kedelapan kaki Arachas dan semakin bertambah banyak sehingga mulai memegangi seluruh tubuh dari ekor hingga kepalanya. Tangan – tangan itu berusaha menarik Arachas ke bawah hingga menempel pada tanah. Arachas pun dijatuhkan dan tangan – tangan itu mulai memukulinya bahakan berusaha untuk mematahkan kaki – kaki serangga itu. ‘Wah, ternyata semudah ini. Jika tahu pertarungan kita akan membosankan seperti ini, tentu aku tidak perlu membuang waktu untuk menunggu wanita – wanita itu melemahkan dan memaksamu mengeluarkan jurus terakhir hingga harus meledakkan ekor beracun seperti tadi. Sungguh sia – sia waktuku terbuang percuma,’ Kata Lexus sambil menguap sementara tangan kanannya masih memegang tongkat terarah kepada Arachas. ‘Tidak semudah itu!’ Raung Arachas penuh kemarahan. Laba – laba itu pun mengamuk dan mengerahkan semua kekuatannya. Ia langsung menghentakkan kedelapan kakinya dan mulai bangkit berdiri. Walau tangan – tangan hitam yang keluar semakin banyak tetapi tenaga Arachas untuk bangkit juga bertambah luar biasa. Tongkat Lexus yang berhubungan dengan kutukan itu mulai bergetar karena tidak dapat menahan kekuatan Arachas untuk bengkit dan melepaskan diri. Lexus kini harus memegangi tongkatnya dengan dua tangan. Kini Arachas sudah berhasil berdiri lagi walau seluruh tubuhnya dibalut bayangan hitam yang sebenarnya terdiri dari ratusan tangan kegelapan. Lalu dengan sekali hentakan luar biasa keras, Arachas mengamuk dan menebas tagnan – tangan itu dengan kaki – kakinya yang kuar. Ujung tongkat Lexus meledak dan ia terpental ke belakang hingga menghantam dinding batu. Namun walau begitu
Lexus hanya menderita luka ringan dengan tangan yang masih gemetar. Lexus tertawa ringan,’ Ternyata memang tidak semudah itu, serangga. Tapi tetap tidak merubah keadaan bahwa kau akan segera kulumat habis.’ ‘Rasakan dulu jaringku ini!’ Balas Arachas yang kemudian menyemburkan benang yang halus ke segala arah. Namun benang yang dilontakan kini berbeda dari yang sebelumnya. Jaring Arachas selama ini sangat lengket dan berguna untuk menjerat mangsa dengan membuatnya tidak dapat bergerak karena menempel pada jaringnya. Namun kali imi ia mengeluarkan jaring yang serupa dengan benang tipis namun sangat kuat dan tajam. Lexus yang selalu menjaga jarak dengan Arachas agar dapat melakukan serangan sihir jarak jauh menjadi kesulitan bergerak. Karena sekali saja ia salah bergerak maka jaring halus yang nyaris tidak terlihat itu dapat memotong tubuhnya menjadi dua. Lexus pun menjadi negeri ketika baru menyadari bahwa ratusan jaring sudah terpasang dengan rapat di dalam ruangan itu sehingga mustahil bagi Lexus untuk bergerak bebas lagi. ‘Darkenos Clawsio,’ Teriak Lexus sambil mengayunkan tongkatnya sekuat tenaga dan ribuan cakar hitam menyerang ke segala arah. Cakar yang kuat itu mampu memutuskan jaring yang tergantung di mana – mana. Tapi itu adalah kesalahan fatal bagi Lexus yang tidak pernah mengira akibat dari memutuskan jaring tajam begitu saja. Jaring yang putus itu kini bergetar dan mulai terbang kesana kemari. Namun jika tadi hanya ada ratusan jaring yang terpasang dari dinding ke dinding kini ada ribuan jaring halus yang terbang kesana kemari terbawa angin. Cakar Lexus telah membelah – belah satu jaring panjang menjadi puluhan jaring yang lebih pendek dan karena ringannya dapat terbawa angin ke mana – mana lalu mulai memotong apa saja yang ada di ruangan itu, termasuk Lexus sendiri. Lexus coba keluar dari ruangan itu tetapi percuma karena dalam waktu singkat jaring – jaring itu telah jatuh ke bawah seperti air hujan yang setajam pedang. Tapi bagi Arachas jaring itu tidak menjadi masalah karena kulit cangkangnya yang lebih kuat dari batu mulai sekali pun. Lexus berteriak kesakitan ketika ribuan jaring halus itu mulai jatuh dan menggores kulit tubuhnya. Darah pun mulai keluar dari luka – luka Lexus sehingga ia pun mulai mengucap mantera sihir terkuatnya,’ Darkenos – Transformio.’ Kegelapan pekat langsung menyelimuti Lexus dan dari dalam sana muncullah sebuah makhluk hitam yang berkuping runcing, dua tanduk pendek di atas kepalanya dan memiliki ekor sepanjang 1 meter dengan ujung tajam seperti tombak. Selain matanya yang berwarna merah darah maka tidak ada warna lain yang dapat dilihat pada makhluk ini, hanya hitam yang gelap pekat. Makluk ini pun meraung ganas tanpa memperdulikan ribuan jaring tajam yang jatuh di
tubuhnya. Namun ajaibnya, makhluk penjelmaan dari Lexus ini sama sekali tidak terluka walaupun jaring – jaring tajam itu menghujani tubuhnya. Sepertinya kulit tubuhnya menjadi sama keras atau bahkan lebih keras dibanding Arachas sendiri. Arachas yang buta tetap dapat merasakan kengerian ang dipancarkan makhluk asing di hadapannya ini. Tiba – tiba indera perasanya merasakan datangnya bahaya ketika mendengar makhluk ini melompat dan mengayunkan tangannya dari jarak jauh. Deru angin terdengar mendekat dan selanjutnya sakit yang luar biasa menghantam punggungnya. Cakar Kegelapan dari jurus Darkenos – Clawsio Lexus dilancarkan tanpa harus mengucapkan mantera dan tidak perlu ayunan tongkat sihir. Namun yang paling mengerikan kekuatannya bertambah puluhan kali lipat sehingga dapat mencabik punggung Arachas yang tebal. Arachas menjerit kesakitan dan roboh dengan punggung terluka. Darah hitam mulai mengalir deras dari sana. Makhluk hitam itu pun melompat ke atas dan berniat melakukan serangan penghabisan namun sebuah cahaya terpancar menyilaukan mata membuatnya terpaksa mundur sejenak. ‘Duh, menyelamatkan 2 wanita saja sudah cukup merepotkan. Sekarang ada laba – laba yang harus diselamatkan juga,’ Kata seorang pria yang membopong Virail dan Tyrail, masing – masing di tangan kanan dan kirinya. Sementara dari jubahnya terpancar cahaya yang luar biasa sehingga menyilaukan mata siapa saja yang berani berhadapan dengannya. ‘Jubah keyakinan,’ desis makhluk hitam itu. Bab 15. Sang Pewaris Jubah By: Junaidi Halim ‘Kau mau jubah ini, kan?’ Tanya Jack,’ Jadi ambillah sendiri jika kau bisa. Tidak perlu menyiksa siapa – siapa lagi.’ Jack lalu meletakkan kedua wanita yang diselamatkannya dari hujan jaring tajam beberapa saat yang lalu. Kini ia pun berhadapan dengan makhluk hitam yang masih terbelalak dengan munculnya jack beserta Jubah Keyakinan yang dipakainya. Makhluk itu meraung dan dalam sekejap kembali ke rupa aslinya yaitu seorang penyihir bernama Lexus. ‘Kau! Bagaimana mungkin kau masih bisa hidup?’ Tanya Lexus heran,’ Bukankah kau seharusnya sudah mati ‘dikorbankan’ oleh kedua penyihir wanita itu.’ ‘Tidak semudah itu mengharapkan kematian, penyihir hitam. Kematian dan kehidupan berada di tangan Sang Maha Kuasa. Siapa yang akan menyangka ‘pengorbanan’ yang aku lakukan malah membuat Jubah Keyakinan ini menjadi milikku dan kurasa aku juga pantas mendapat bonus Orb kuning ini, kan?’ Kata Jack dengan ringan. ‘Oh, tentu. Silakan kau ambil Orb itu, saudaraku. Tapi untuk Jubah itu kurasa sebaiknya kau menyerahkan ke orang yang lebih berpengalaman dalam menangani benda sakti. Karena percaya atau tidak ada jutaan makhluk di atas sana yang akan mencoba
membunuhmu karena jubah itu. Jadi sebaiknya kau serahkan itu kepadaku dan biarlah kau hidup dengan nyaman bersama klanmu, bagaimana?’ Rayu Lexus dengan ucapan yang manis dan ramah. ‘Pertama, Kau bukan saudaraku bahkan sebenarnya aku benci penyihir yang suka menjilat sepertimu. Kedua, Jubah ini diwariskan kepadaku jadi ini adalah milikku dan aku pasti gila jika menyerahkannya kepada makhluk jahat sepertimu. Ketiga, seorang penyihir hitam akan segera mati di sini jika ia tidak segera pergi,’ Jawab Jack. Lexus tertawa. ‘Kau memang memakai jubah sakti itu, Jack tetapi kau belum menguasainya sama sekali. Kau terlalu sombong sehingga berani menantang aku. Matilah kau! Darkenos Cursio!’ Tangan – tangan hitam pun bermunculan dan berusaha meremukkan Jack tetapi ketika mereka menyentuh cahaya Jubah Keyakinan maka dengan sendirinya tangan hitam itu tereliminasi dan lenyap. Wajah Lexus langsung berubah pucat menyaksikan sihirnya musnah walau Jack belum bergeming sedikit pun. ‘Darkenos Clawsio!’ Teriak Lexus sambil mengayunkan tongkatnya sekuat tenaga hingga ia pun jatuh ke depan karena kelelahan. Tapi cakar hitam yang muncul pun langsung tereliminasi begitu menyentuh Jack yang dikelilingi cahaya Jubah Keyakinan. ‘Seperti yang kuduga. Kau kelelahan, penyihir dan sihirmu sama sekali tidak dapat menyentuh Jubah suci ini. Sekarang waktunya aku membalas serangan dan menepati janjiku bahwa akan ada penyihir hitam yang mati di sini,’ Kata Jack sambil mencabut pedang kristal dan mulai berjalan menuju ke arah Lexus. ‘Tidak hari ini, Jack. Aku tidak akan mati hari ini,’ kata Lexus sambil tersenyum dan mulai berkomat – kamit. Tiba – tiba sebuah portal terbentuk di bawah kaki Lexus dan ia pun lenyap begitu saja. ‘Teleport! Kurang ajar!’ Teriak Jack yang menyadari lawannya telah melarikan diri. Lalu Jack pun berbalik dan berhadapan dengan Arachas yang sedang terluka. Walau pun sudah terluka tetapi Jack tidak mau memandang remeh laba – laba raksasa yang pernah meracuni dan hendak memakannya hidup – hidup. ‘Sang Pewaris. Jadi kaulah sang pewaris yang akan menggantikan aku dan Agaril menjaga jubah itu, yah,’ Kata Arachas dengan lemah,’ Berarti memang sudah saatnya aku beristirahat dengan tenang namun hatiku masih berat untuk pergi meninggalkan anak – anakku yang masih muda ataupun yang berupa telur. Mereka butuh serangga yang dapat membantuku menetaskan mereka.’ ‘Hei serangga, jangan katakan kau akan mati begitu saja,’ Kata Jack menyaksikan Arachas yang sepertinya sedang sekarat. ‘Aku memang akan segera mati, sang pewaris. Lukaku memang tidak terlihat dalam
tetapi cakar hitam itu mengandung racun kegelapan. Jika aku hidup pun maka lama kelamaan aku akan berubah jadi makhluk kegelapan juga. Oleh karena itu kumohon setelah aku mati maka kau harus membakar tubuhku hingga habis agar kegelapan tidak dapat memakai tubuhku dan membawa bencana bagi makhluk lain,’ Rintih Arachas. ‘Lalu bagaimana dengna nasib Bangsa Serangga di tempat ini? Bagaimana dengan telur dan anak – anakmu? Mereka akan kelaparan tanpamu dan secara naluri mereka pasti akan ke atas sana dan mulai berburu sendiri. Mereka semua pasti akan dibantai satu persatu seperti monster,’ Kata Jack kuatir. ‘Aku terlalu banyak memohon kepada manusia dan Agaril. Dulu ketika aku masih muda dan menemukan tempat ini, aku memohon kepada Agaril dan leluhur manusia bernama Taccha dan Chieron untuk berkembang biak di sini. Sebagai balasan, aku membantu Agaril menjaga Jubah Keyakinan dan malah kami menjadi sahabat karib. Aku juga tidak pernah membiarkan anak – anakku memangsa manusia kecuali jika ada yang datang ke sarang kami selain daripada Taccha dan Chieron. Hal itu juga karena tugas kami adalah melindungi Jubah itu walau apapun yang terjadi. Dan seperti yang kau tahu tidak semua manusia itu berhati mulia,’ Kata Arachas. Jack sangat mengerti apa yang dimaksud oleh Arachas jika teringat kepada si pengkhianat Hammad. ‘Jadi apa yang bisa aku bantu untukmu, Arachas sahabatku?’ Sahabat dari leluhurku maka akan kujadikan dia sahabat juga. Dan aku, Jack, tidak akan membiarkan kematian sahabatku sia – sia.’ ‘Terima kasih. Kurasa Yang Maha Kuasa tidak salah menjadikanmu sebagai pewaris Jubah sakti ini. Kau baik hati dan gagah seperti leluhurmu. Aku minta setelah aku mati maka kau harus mencongkel mataku yang seperti permata ini lalu membawanya kepada Arachine di Hutan Besar (Great Forest). Dia adalah anakku yang terkuat dari generasi pertama. Dia dan saudara – saudaranya yang lain mengungsi ke hutan besar untuk mendirikan koloni baru sementara aku mendirikan koloni di sini. Minta tolonglah kepadanya agar ia kembali kemari dan merawat adik – adiknya. Aku mungkin tidak dapat membalas jasamu tetapi Yang Maha Kuasa pasti akan memperhitungkan kebaikanmu ini,’ Kata Arachas yang semakin lemah saja. ‘Jangan kuatir, sahabatku. Aku pasti akan menolong mempertahankan kolonimu ini,’ Kata Jack sambil menepuk salah satu kaki Arachas sebagai tanda perjanjian. Lalu Arachas pun memanggil beberapa anaknya yang terkuat dan terbesar lalu mulai mewariskan pesan – pesannya dalam bahasa serangga. Tak lama kemudian Arachas pun tewas. Ribuan laba – laba berbagai ukuran menangisi kepergian Arachas namun tidak satu pun dari mereka berani mengganggu Jack atau pun kedua penyihir wanita yang dibawa Jack. Hal ini pasti karena Arachas berpesan agar mereka tidak mengganggu ataupun memangsa Jack. Bahkan laba – laba itu ikut membantu Jack membawa kedua wanita penyihir itu keluar dari Terowongan Tacheron kembali ke dunia atas. Bab 16. Klan yang Lenyap
By: Junaidi Halim ‘Lepaskan aku, lelaki keparat bodoh!’ Teriak Virail yang telah sadar dari pingsan nya dan juga menyadari bahwa dirinya telah terikat kuat. Caci maki yang kasar terus dilontarkan oleh wanita itu kepada Jack yang sedang asyik mandi membersihkan luka maupun tubuhnya yang penuh dengan debu maupun tanah. Jubah Keyakinan yang kemudian disebut Jack sebagai Faith Armor itu pun lenyap ke dalam tubuhnya. Entah bagaimana Jack merasa yakin sekali Jubah itu mengetahui apa yang Jack rasakan dan pikirkan sehingga mereka terasa menjadi satu kesatuan, namun tetap saja Jack harus belajar banyak untuk dapat menggunakan Jubah sakti itu. ‘Aduh, aku juga ingin mandi. Badanku terasa kotor. Jika kau mau kau bisa memandikan aku sebentar asal kau lepaskan ikatan ini,’ Rayu Virail dengan senyum yang dipaksakan karena tahu kata – kata kasar tidak mempan untuk Jack. ‘Tapi kak, aku tidak mau mandi bersama dengan pria,’ Kata Tyrail polos. Virail langsung memelototi Tyrail sehingga membuat gadis lemah lembut itu segera menutup mulutnya. Jack pun melangkah ke arah kedua wanita itu. ‘Baik, kalian kuijinkan mandi tapi jangan macam – macam karena kalian akan selalu kuawasi!’ Lalu Jack pun mendorong kedua wanita yang masih terikat itu ke dalam air sungai dan menenggelamkan keduanya sebentar. Tak lama kemudian keduanya sudah diseret ke daratan kembali dalam keadaan pakaian basah kuyup dan tentu saja masih tetap terikat. Jack tersenyum geli dan berkata,’ Baiklah, acara mandi telah selesai jadi kita harus berjalan kembali atau kalian kuikat di sini sebagai santapan hewan buas.’ Jack pun bergegas mendorong kedua tawanannya untuk berjalan lebih cepat. Jack terus memastikan keberadaan dari Orb Kuningnya karena dengan benda ini, ia berharap dapat menyelamatkan klan nya dari kehancuran. Dan jika naga – naga itu tidak puas maka Jack sudah siap untuk bertaruh nyawa dengan mereka. ‘Seandainya saja aku sudah dapat menggunakan kekuatan sakti Faith Armor ini secara penuh,’ kata Jack dalam hati. ‘Aduh, aku lelah. Kenapa sih kita harus berjalan sehari penuh bersama pria bodoh sepertimu,’ Gerutu Virail,’ Jika kau melepaskan ikatanku maka aku dapat membawamu dengan teleport ke tempat di mana klanmu tinggal.’ ‘Yah, benar, tapi kau juga bisa langsung membawaku ke penjara bawah tanah penyihir dan menjadikanku kelinci percobaan ramuan sihir yang akan membuat kepalaku besar atau tanganku menjadi enam,’ Balas Jack dengan kesal. ‘Aku tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya tetapi kurasa itu hal yang bagus. Terima kasih, Jack. Setelah aku bebas nanti, ingatkan aku untuk mengubahmu menjadi kodok busuk,’ Ejek Virail.
‘Sudahlah, kak. Kenapa, sih, kalian harus selalu bertengkar, seperti sepasang suami – istri saja,’ Tyrail angkat bicara. ‘Suami – istri?’ Jerit Virail,’ Jika kau yang jatuh cinta dengan pemuda sableng ini kenapa tidak kau saja yang jadi istrinya? Jangan bawa – bawa namaku! Lebih baik aku menikah dengan kodok!’ ‘Tapi, tadi kau bilang mau mengubah Jack menjadi kodok. Berarti kau memang berniat menikah dengannya, bukan?’ Tanya Tyrail cemberut. ‘Tapi bukan kodok yang busuk! Kuhajar kau nanti!’ Ancam Virail. ‘Sudah, diam!’ Teriak Jack,’ Kita sudah dekat dan sebaiknya kalian jangan berisik atau naga – naga itu akan segera mengetahui keberadaan kita.’ ‘Naga?’ Teriak heran kedua wanita penyihir itu. ‘Kau gila, yah, membawa kami kepada Bangsa Naga? Apa yang hendak kau lakukan? Jangan katakan kau mau menjadikan kami sebagai tumbal?’ Tanya Virail dengan marah. ‘Aku tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya tetapi kurasa itu hal yang bagus. Terima kasih, Virail. Jika kau masih bawel, aku sendiri yang akan mencincang tubuhmu jadi kecil – kecil,’ Jawab Jack kesal. ‘Apakah desamu kebakaran, Jack?’ Tanya Tyrail,’ Karena asap yang kulihat terlalu tebal untuk ukuran api unggun atau sekedar perapian?’ ‘Oh, tidak!’ Seru Jack dengan wajah yang pucat. Pemukiman Klan Al-star. Jack berlari memasuki pemukiman sambil terus memegang tali yang mengikat kedua tangan wanita penyihir di belakangnya. Virail dan Tyrail juga terus berlari agar tidak terseret oleh Jack. Dan ketika mereka memasuki pemukiman, Jack terkejut melihat kobaran api dan begitu banyak bangunan yang hancur. Memang pada saat diserang oleh Bangsa naga di bawah pimpinan Awhair, pemukiman Al-star sudah berantakan tetapi tidak hancur lebur seperti ini. Beberapa bangkai Naga dan manusia berserakan di mana – mana seperti habis terjadi perang dashyat. ‘Apa yang sebenarnya terjadi?’ Tanya Jack dengan lirih. Ia berjalan pelan dan mulai mengamati keadaan di sekitarnya. Separuh lebih dari klannya hilang dan tidak diketemukan di antara mayat – mayat manusia yang bergelimpangan. Bahkan lebih dari setengah jumlah naga yang menyerang klan nya mati terbunuh. Sebagian terbakar, sebagian membeku dan bahkan ada yang terpotong – potong. ‘Hanya ada satu Bangsa yang mampu mengalahkan sekelompok Naga tanpa meninggalkan jejak sedikit pun,’ Pikir Jack. ‘Bangsa Penyihir!’ Teriak Jack,’ Ini pasti adalah perbuatan Bangsa kalian! Cepat katakan ke mana kalian bawa orang – orang Klanku?’ Jack kemudian langsung memegang kedua tangan kedua wanita itu erat – erat hingga keduanya merintih kesakitan. ‘Lepaskan tuan putri kami, manusia atau kami terpaksa
membunuhmu!’ Perintah sepuluh orang penyihir yang entah dari mana muncul dengan teleport. Jack tidak dapat melawan ke sepuluh tongkat sihir yang diarahkan kepadanya sekaligus. Ia pun melepaskan cengkramannya dan mengangkat tangan sementara dua orang di antara penyihir itu melangkah maju dan melepaskan ikatan Virail dan Tyrail. ‘Ikat dia!’ Seru Virail,’ Dan jangan biarkan dia lolos karena di dalam tubuhnya terdapat Jubah sakti Holy Light, Jubah Keyakinan!’ Virail pun tersenyum penuh kemenangan kepada Jack,’ Sekarang giliranku membalasmu, Jack.’ Bab 17. Kerajaan yang Tersembunyi By: Junaidi Halim Jack dibawa dengan teleport. Dalam sekejap mata Jack menemukan dirinya telah berada di dalam sebuah aula besar. Temboknya terbuat dari perak yang dilapisi batu permata sementara seluruh lantainya ditutupi karpet dari sutera. Di atas singgasana duduk seorang wanita berusia kurang lebih 40 tahun namun masih terlihat sangat cantik dan memancarkan keagungan. Sementara di sisi kiri maupun kanannya berdiri masing – masing seorang penyihir yang berpakaian emas dan perak. Mereka terlihat sangat tegas dan berwibawa. ‘Beri hormat kepada ratu, bodoh!’ Hardik penyihir yang berpakaian perak kepada Jack sambil mengarahkan tongkatnya yang terbuat dari perak putih. ‘Hentikan itu, Algrin!’ Seru Sang Ratu,’ Hormatilah sedikit tamu kita yang malang ini.’ ‘Baik Ratu Divaril,’ Sahut Pnyihir berpakaian serba perak itu. Kini sang ratu yang bernama Divaril itu menatap Jack dan langsung tersenyum. ‘Ehm, manusia yang merendah. Mengapa kau biarkan kami menangkap dirimu, Hai, manusia?’ Tanya sang Ratu sambil tersenyum. Jack terkejut karena tidak menyangka ratu bisa mengetahui siasatnya. Maka dengan sekali hentak, tubuh Jack bersinar terang dan tali sihir yang digunakan untuk mengikatnya pun langsung musnah tak berbekas. ‘Ternyata kau sudah mengetahui tujuanku datang ke sini, bukan? Jadi tidak perlu basa – basi lagi dan segera kembalikan orang orang klan ku,’ Kata Jack dengan tegas. ‘Kau sudah tahu apa yang aku inginkan, Jack. Jubahmu itu yang dapat menyelamatkan kami semua dari kehancuran,’ Kara Ratu Divaril dengan tatapan mata tajam. ‘Jadi kau ingin menukar nyawa orang – orang klanku dengan jubah ini?’ Tanya Jack ketus menahan marah. ‘Seharusnya begitu jika saja kami bertindak lebih cepat. Tetapi nyawa orang – orang klanmu tidak berada di tangan kami, Jack. Ada kelompok lain yang lebih
cepat bertindak dibandingkan kami sehingga semua rencana kami berantakan. Selain kedua putriku gagal mendapatkan jubah itu, rencana untuk penukaran pun gagal dilakukan,’ Jawab Sang Ratu dengan menahan kepedihan yang amat dalam,’ Nasib seluruh Bangsaku kini berada di ujung tanduk.’ ‘Aku masih tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi di sini,’ Kata Jack kebingungan,’ Jika aku tidak mau menyerahkan Jubah Keyakinan ini maka kurasa kita harus bertarung, bukan?’ ‘Pertarungan akan menyebabkan kerugian di kedua belah pihak. Kau dengan Jubah keyakinan pasti akan menimbulkan banyak kerusakan di pihak kami sementara kau sendiri tidak akan memiliki banyak kesempatan melawan aku, kedua putri dan kedua jenderalku bersamaan dengan 3000 penyihir di luar sana. Lagipula musuh kami yang sebenarnya tentu akan senang sekali melihat pertarungan kita,’ Jawab Sang Ratu. ‘Siapa yang kau maksud dengan musuhmu?’ Tanya Jack. ‘Artix, The Ice Dragon, pemimpin Bangsa Naga yang menguasai dunia es di utara,’ Jawab Tyrail,’ Makhluk jahat inilah yang berhasil menemukan Kerajaan Sihir yang tersembunyi. Lalu mereka mengancam kami untuk menemukan dan menyerahkan Jubah Keyakinan atau Kerajaan Sihir akan dimusnahkan. Semua Bangsa kuno tahu bahwa hanya kami Bangsa Penyihir yang mungkin mengetahui dengan jelas tempat di mana Agaril menyembunyikan diri sebelum ia meninggal. Semua ini karena adanya hubungan khusus antara leluhur kami dengan Agaril sendiri. Leluhur kami yang bernama Irine adalah kekasih Agaril dan itulah sebabnya keturunan langsung Irine selalu memiliki akhiran ‘il’ di belakang nama kami sebagai simbol pewaris tahta. Sebenarnya hubungan mereka sangat terlarang mengingat Agaril adalah seorang Keeper yang seharusnya tidak boleh ikut campur dengan urusan dunia yang sudah dikuasai Bangsa Naga. Maka ancaman Naga Es mungkin adalah kutukan yang menimpa dan mungkin akan segera mengakhiri Bangsa Penyihir. Jika saja Agaril tidak melanggar peraturan maka Bangsa kami tidak perlu bersembunyi selama ratusan tahun dan menjadi seperti ini.’ ‘Sebenarnya tidak hanya Bangsa Penyihir yang mengetahui keberadaan Agaril. Leluhur Bangsa Manusia juga membantu Agaril menyembunyikan diri namun karena kami tidak memiliki hubungan apa – apa dengan Agaril maka tidak ada satu bangsa pun yang mencurigai kami mengetahui di mana Agaril. Hanya ketua kami yang tahu rahasia ini dan diwariskan turun temurun tetapi seorang pengkhianat mencuri rahasia dan menjual informasi ini kepada Bangsa lain. Sekarang nasib Bangsa dan klan ku juga sama seperti kalian,’ Kata Jack dengan sedih,’ Tapi herannya mengapa Bangsa Naga Es yang bisa menemukan kalian sementara Bangsa lain tidak?’ ‘Mungkin ini bisa menjawab pertanyaanmu,’ Kata sang Ratu sambil mengibaskan tongkatnya yang berwarna putih. Dinding emas yang berada di belakang Jack pun
terbuka dan dengan segera hembusan angin dingin bersalju menyerbu masuk. Jack terbelalak sambil melangkah mendekati dinding yang terbuka itu dan baru menyadari dimana keberadaan Kerajaan Sihir itu, yaitu di sebuah pulau kecil yang dipenuhi dengan es dan salju, jauh di daerah di utara yang membekukan, sangat terpencil dari kehidupan. Jack sendiri berada di atas menara yang paling tinggi sehingga dapat melihat dengan samar – samar kehidupan di bawahnya yang terhalang hujan salju yang deras. Tubuh Jack mulai menggigil kedinginan. ‘Pantas saja kalian selalu memakai jubah panjang dan membawa tongkat,’ Kata Jack setelah perlahan – lahan dinding istana yang sebenarnya merupakan sebuah menara itu tertutup kembali,’ Jadi apa yang kalian inginkan dariku?’ ‘Kau memiliki dua pilihan. Pertama, dengan sukarela menyerahkan Jubah Keyakinan kepada Artix, Raja Naga Es maka kita semua tidak perlu bertarung dengan siapapun. Kedua, kita semua akan bertarung hingga mati melawan Bangsa Naga Es itu. Namun jika aku melihat karaktermu, Jack maka pilihan menyerah tentu tidak ada di dalam kamus hatimu,’ Kata Sang Ratu. Jack tersenyum dan mengangguk pelan,’ Terjadilah apa yang harus terjadi, Sang Ratu. Namun aku juga punya suatu permintaan. Jika kita semua berhasil melewati pertempuran ini, aku hendak meminta bantuan orang – orangmu untuk mencari Klan ku yang lenyap.’ ‘Tentu saja. Kami Bangsa Penyihir bukan bangsa yang tidak tahu membalas budi. Kami akan mengerahkan usaha terbaik untuk membantumu,’ Jawab Sang Ratu memberi persetujuan. Bab 18. Penyelamat dalam Hutan By: Junaidi Halim ‘Tolong!’ Teriak Missa sambil berlari. Nafasnya tidak beraturan dan seperti hampir putus tetapi ia harus terus berlari. Ketakutan Missa yang membuatnya tidak bisa berhenti untuk berlari. Derap kaki kuda semakin lama semakin mendekat dan tiba – tiba sebuah tangan kasar segera mengangkat Missa ke atas lalu memeluknya erat – erat. Missa pun menjerit kencang. Makhluk yang menangkap Missa adalah makhluk yang dari bagian pinggang ke atas mirip dengan manusia sementara bagian pinggang ke bawah adalah tubuh seekor kuda. ‘Gadis manis, kau tentu belum pernah bercinta dengan seekor Centaurus, kan?’ Kata seekor Centaur besar yang menangkap Missa. Tak Lama kemudian dua ekor Centaurus lain juga ikut berdatangan dan mereka berteriak – teriak gembira. Jeritan Missa semakin menjadi – jadi ketika ketiga Centaurus itu mulai berusaha membuka pakaiannya. Namun sebuah panah api melesat dan menancap di dada seekor centaurus. Belum lagi centaurus yang terluka itu sempat berteriak, tiga panah api langsung terlontar kembali dan menancap di leher, dada juga perut si centaurus hingga ia pun
langsung bergulingan di tanah lalu tewas..Hal ini langsung membuyarkan pesta kecil Para Centaurus yang baru saja akan dimulai. Mereka langsung meraung marah dan mengeluarkan senjatanya yang berupa kapak dan gada besar. ‘Pengecut! Jika memang kau berani maka tunjukkan batang hidungmu! Jangan hanya berani menyerang dari balik pohon!’ Seru salah satu Centaurus dengan marah. Dan seruan itu pun segera dijawab. Seorang pemuda dengan langkah yang sangat ringan turun dari balik pohon. Pemuda itu begitu putih dan pucat seperti cahaya bulan, memakai pakaian hijau muda sewarna dengan rumput dan dedaunan hutan. Ia memegang sebuah busur dari kayu Pohon Lantir, pohon keramat para peri dan di punggungnya terdapat setabung penuh anak panah yang masih baru. Pemuda itu mirip dengan manusia namun memiliki keunikan bangsanya yaitu kuping yang sangat runcing dan tubuh yang jangkung. ‘Peri!’ Desis Kedua Centarus bersamaan dengan menyimpan kemarahan di setiap hurufnya,’ Kau berani mengganggu kami maka terimalah kematianmu!’ Kedua Centaurus menyerang bersamaan dari arah sebelah kiri dan kanan. Missa yang sudah dijatuhkan kembali ke tanah tidak berani melihat. Kelemahan dari senjata panah adalah ia tidak dapat mengarah ke dua arah yang berbeda jauh sekaligus. Maka keuntungan besar akan diperoleh kedua Centaur jika mereka berpencar ke kanan dan kiri, karena salah satu dari mereka pasti akan dapat meremukkan si peri dengan satu serangan berkekuatan besar. Pemuda peri itu hanya tersenyum penuh rahasia. Dengan kecepatan yang tidak terlihat sebuah panah sudah menancap di dada centaur di sebelah kiri dan sebelum centaur di sebelah kanan nya sempat mengayunkan kapak raksasanya, satu, dua, dan tiga anak panah diluncurkan dengan kecepatan dewa menancap telak di dada maupun leher si centaur. Centaur si pembawa kapak pun tewas seketika bahkan sebelum ia sempat berteriak. Si Pemuda Peri mendekati centaur yang satu lagi dan memegang anak panah yang tertancap di dada si centaur yang terluka. ‘Therick,’ bisik si Peri pelan di hadapan si Centaur,’ Nama itu yang akan mengantarmu ke alam baka. Ingatlah selalu. Namaku adalah Therick.’ Lalu si peri pun menusuk anak panah yang telah tertancap di dada si centaur itu lebih dalam lagi dan tiba – tiba menariknya. Centaur itu pun langsung kehilangan nyawanya. Setelah itu mata biru si peri melihat kepada Missa dan bertanya datar,’ Apa kau tersesat di hutan ini, hai gadis manusia?’ Tak lama kemudian. Missa sudah berjalan sambil dipapah oleh si pemuda peri yang bernama Therick itu. Pergelangan kaki Missa terkilir saat dijatuhkan dengan kasar oleh centaur yang menyerangnya. Sungguh tak disangka karena niatnya untuk menyusul Jack, Missa melakukan tindakan bodoh dengan memberanikan diri
masuk ke dalam hutan agar dapat memotong jalan. Sungguh tidak disangka bukannya menemukan jalan pintas, ia malah tersesat dan berakhir dengan diburu oleh centaur ganas yang berniat jahat. Untung Therick muncul tepat pada waktunya dan Missa pun dengan diam – diam mengagumi pemuda peri jangkung yang telah menyelamatkannya itu. ‘Cukup tampan,’ pikir Missa,’ Hanya sayang ia terlalu kaku dan pendiam seperti patung.’ ‘Apa yang kau lihat dan perhatikan dari diriku, manusia?’ Tanya Therick. ‘Hah? Oh, tidak, aku hanya mengagumi telingamu, yah, telingamu yang runcing dan indah itu. Aku pingin punya telinga indah sepertimu,’ Jawab Missa sekenanya. ‘Kalau begitu kau harus disihir untuk menjadi peri terlebih dahulu jika ingin punya telinga seperti ini dan kujamin prosesnya akan sangat menyakitkan,’ Kata Therick. Missa pun tertawa kecil karena menyangka Therick bercanda tetapi pemuda peri itu hanya memandang Missa tanpa ekspresi lalu kembali memandang ke arah depan. Missa hanya bisa melongo keheranan. ‘Ehm, Therick, bagaimana kau bisa memanah secepat itu?’ Tanya Missa berusaha memecah keheningan yang aneh ini. ‘Latihan,’ Jawab Therick singkat seakan – akan enggan untuk bicara lebih banyak daripada satu kata. ‘Iyah, aku tahu. Tapi berapa lama kau...’ ‘Kita sudah sampai,’ Kata Therick memotong kata – kata Missa yang belum selesai dan sebuah gerbang besar pun muncul di balik pohon – pohon besar di hutan. Gerbang Kerajaan Peri. Bab 19. Bantuan dari Bangsa Peri By: Junaidi Halim ‘Oh, jadi kau gadis manusia yang diselamatkan Therick. Sejak kau menginjak Pintu Gerbang Kerajaan Peri, keramaian suda mengikutimu hingga ke istanaku,’ Kata Sang Raja Peri sambil tersenyum. ‘Maaf, aku tidak bermaksud membuat keributan ataupun menyusahkan anda, Raja yang mulia. Namun Klanku sedang diserang dan aku tidak tahu kemana lagi harus mencari bantuan,’ Jawab Missa dengan mata berkaca – kaca,’ bahkan aku tidak tahu bagaimana nasib mereka sekarang.’ ‘Yah, bisa kulihat kekuatiranmu, Missa anakku,’ Kata Sang Raja Peri,’ Hal yang dapat membuat seorang gadis muda sepertimu untuk memberanikan diri masuk ke dalam hutan tentu bukanlah hal yang sepele. Kami ingin membantumu tetapi untuk melawan Bangsa Naga bukan merupakan hal yang enteng.’ ‘Tapi kulihat kalian Bangsa Peri memiliki kekuatan besar.
Dengan mataku sendiri aku melihat bagaimana Therick membunuh tiga centaur yang besar – besar dengan mudah,’ Kata Missa berusaha menguatkan hati sang Raja. Sang Raja pun tertawa. ‘Yah, Therick memang berbeda. Dulu ketika aku, Sang Raja Theras ini masih muda, aku juga setangguh dia,’ Kata Raja yang bernama Theras itu sambil tersenyum – senyum mengenang masa mudanya,’ Tetapi menghadapi centaur tentu sangat berbeda dengan menantang Bangsa Naga. Mereka jauh lebih kuat dan sangat mematikan. Entah apa kami sanggup membantu klanmu. Bagaimana menurutmu, Jenderal Therick?’ Therick yang masih muda itu memandang rajanya dengan hormat lalu berkata,’ Dengan taktik perang yang tepat maka semua perang dapat dimenangkan oleh hambamu ini, tuanku Raja.’ Raja Theras pun tertawa. ‘Kau masih muda namun sangat bijaksana, Therick. Baiklah, jika kau memang merasa sanggup melawan Bangsa Naga yang menawan manusia – manusia itu maka bawalah pasukanku untuk melakukan perlawanan. Biarlah cahaya bulan selalu besertamu dan memberi kekuatan.’ Therick dan Missa pun memberi hormat lalu berlalu dari hadapan raja. ‘Cahaya Bulan menyertaimu?’ Tanya Missa heran,’ Mengapa harus bulan bukan matahari atau bintang?’ ‘Karena Peri tercipta dari cahaya bulan seperti manusia dari tanah,’ Kata Therick masih dengan wajah tanpa ekspresi,’ dan ayahku selalu mengucapkan itu untuk menyemangati aku bertarung.’ ‘Ayah? Hah! Maksudmu raja tua tadi, eh, Raja peri itu ayahmu?’ Tanya Missa terkejut. ‘Iyah. Nama Theric dimabil dari Theras yang adalah nama ayahku,’ Kata Therick dengan sambil lalu. ‘Tapi kenapa dia tidak terlalu tampan tidak sepertimu. Bahkan sepertinya kalian tidak mirip. Jika memang kau anak raja bukannya seharusnya kau disebut menjadi pangeran bukan Jenderal, kan?’ Kata Missa. Kata – kata Missa yang terakhir membuat Therick berhenti dan menatapnya dengan tajam,’ Jika kau menyinggung soal ini lagi maka jangan salahkan memotong lidahmu yang cewet itu.’ Ancaman Therick sudah cukup untuk membuat Missa mengatupkan mulutnya rapat – rapat. Tak sampai satu jam lamanya, Dua ratus pemanah Bangsa Peri di bawah pimpinan Therick telah siap siaga. ‘Hanya sebanyak ini yang akan kau bawa untuk menghadapi Bangsa Naga?’ Tanya Missa bingung. ‘Iyah, jika informasi yang kau berikan mengenai perkiraan jumlah Naga yang kau lihat melintasi padang maka pasukan ini lebih dari cukup,’ Kata Fleric.
‘Ada sekitar 30 – 40 ekor Naga yang kulihat tetapi bagaimana jika ternyata ada lebih banyak lagi yang akan datang?’ Tanya Missa. ‘Maka kita akan segera mengetahuinya setelah sampai di sana,’ Kata Therick tanpa ekspresi,’ Ayo! Semuanya maju!’ Begitu mendengar perintah Jenderalnya, dua ratus prajurit peri pun maju ke medan tempur untuk melawan Bangsa Naga. Missa mengikuti dari belakang sambil menunggang seekor kuda kecil sementara Therick memimpin pasukan dengan gagah di depan. Ingatan sang gadis pun mulai melompat kepada seorang pemuda lain yang sempat mengisi hatinya,’ Jack, apakah kau baik – baik saja?’ Bab 20. Penyelamatan atau Jebakan By: Junaidi Halim ‘Yang Mulia, Awhair, persediaan makanan kita sudah mulai menipis. Jika kedua manusia itu tidak juga kembali maka dalam waktu singkat kita akan kehabisan bahan makanan,’ Lapor seekor Naga Langit kepada pimpinan nya Awhair, Sang Raja Naga Langit. Awhair pun meraung marah lalu mencengkram Micha dengan kuat sehingga seperti akan meremukkan ketua klan Al-star itu. ‘Sampai berapa lama kedua anak buahmu itu akan membuang waktuku yang berharga?’’ Micha meringis sambil berusaha menahan sakit. ‘Benda yang kauinginkan berada di tempat yang sangat rahasia dan berbahaya. Mana mungkin dua orang manusia dapat mengambilnya semudah itu. Bahkan sejujurnya aku sendiri tidak yakin mereka masih hidup hingga sekarang. Jika kau memang hebat mengapa tidak kau saja yang mengambilnya sendiri’ Disindir begitu rupa menyebabkan Awhair menjadi sangat marah dan meraung keras,’ Jika seandainya saja si keparat Agaril tidak bersembunyi di dalam liang yang sempit tentu saja aku sudah dapat menghancurkan tubuhnya dan mengambil benda yang kuinginkan. Sudah cukup aku mengasihani klanmu yang lemah ini. Mulai besok jika aku belum mendapatkan apa yang aku inginkan maka 10 orang manusia akan menjadi santapan bagi makan siangku.’ Awhair lalu mencampakkan Micha yang terluka berat ke lantai dan berniat menginjaknya hingga hancur tetapi hujan panah api langsung menghentikan perbuatannya. ‘Serangan! Kita diserang!’ Teriak Pasukan Naga Langit. Awhair beserta pasukannya segera terbang ke langit untuk dapat melihat dengan lebih jelas namun sekelebat bayangan muncul secepat kilat dan menyerang. Tiga Pasukan Naga Langit langsung tumbang dan
jatuh ke bawah dalam sekali serang. Awhair terkejut setengah mati menyaksikan makhluk yang menyerang mereka adalah juga seekor Naga yang berwarna hijau cemerlang seperti zamrud. Dialah Raja Naga Hutan, Greenhost dan di belakangnya kini telah ada puluhan naga hijau lainnya yang siap untuk bertempur. Sementara itu, Micha dan manusia – manusia Klan Al-star tengah berusaha menyelamatkan diri dari amukan api maupun hujan naga yang berjatuhan dalam keadaan tewas dari langit. Mereka semua dapat mendengar raungan kematian dan keributan besar terjadi di langit yang menandakan adanya perang hebat di sana tetapi asap tebal menghalangi pandangan mereka ke atas. Untunglah tak lama kemudian muncullah para peri yang menggiring mereka ke tempat yang aman. ‘Ayah!’ Teriak Missa sambil tertarih - tatih memeluk ayahnya,’ Untunglah ayah tidak apa – apa.’ Micha tersenyum bahagia ketika melihat putri tunggalnya juga masih hidup dan tidak terluka kecuali kaki Missa yang masih sakit karena terkilir. Lau Micha memandang kepada Therick, Jenderal Peri yang memimpin penyelamatan ini. ‘Terima kasih atas bantuanmu, saudaraku.’ Therick balas memandang Micha tanpa ekspresi apa – apa sambil menjawab,’ Jangan berterima kasih kepadaku, ketua bahkan sejujurnya anda terlalu cepat untuk berterima kasih.’ Lalu Therick mengganggukkan kepala kepada prajuritnya yang dengan segera langsung mengerti apa yang diinginkan oleh Sang Jenderal. Dua prajurit dengan sigap langsung maju ke depan dan menyergap Missa lalu mengikatnya dengan tali. ‘Apa yang kau lakukan?’ Tanya Micha panik melihat putrinya disergap dengan kasar dan diikat begitu saja seperti hewan. ‘Maaf, kami terpaksa melakukan ini. Nyawa kalian cukup berharga untuk ditukar dengan Jubah Holy Light sendiri,’ Jawab Therick tanpa emosi. Pertempuran di langit sendiri tidak dapat diindari. Pasukan Naga Hutan menyerang Pasukan Naga Langit dengan kekuatan penuh dan korban pun berjatuhan di kedua belah pihak dengan cepat. Yang paling banyak menghabisi lawan tentu saja kedua Pemimpin naga yang bernama Greenhost dan Awhair. Keduanya diliputi hawa membunuh yang sangat kental. Awhair menghembuskan angin badai dari moncongnya maka naga – naga hutan yang berada di hadapannya pun akan langsung tercabik – cabik tanpa ampun sementara itu Greenhost juga menyemburkan cairan hijau dari moncongnya maka para lawannya pun akan melepuh keracunan hingga tewas. Akhirnya kedua naga itu pun saling berhadapan satu sama lain. Bab 21. Badai Angin Melawan Inti Racun By: Junaidi Halim
‘Mati kau, Greenhost!’ Teriak Awhair penuh kemarahan sambil menyemburkan badai berkekuatan penuh dari moncongnya,’ Jangan mimpi bisa berebut Jubah Holy Light dengan diriku!’ Kekuatan penuh Awhair memang sangat mengerikan. Udara di langit tiba – tiba bergesekan dengan kencang dan mulai berputar membentuk badai topan yang luar biasa. Awhair tahu pasti bahwa Raja Naga Hijau Greenhost sama sekali tidak boleh diremehkan. Kekuatan Pemimpin Naga hijau ini hanya berada setingkat di bawah Agair, induk Awhair dan kemungkinan besar berada jauh di atas Awhair sendiri. Oleh karena itu keputusan terbaik yang dipunya Awhair untuk dapat menang hanyalah mengerahkan kekuatan terbesar pada serangan pertama agar Greenhost tidak memiliki kesempatan untuk balas menyerang. Topan badai pun membentuk gulungan yang menyeret dan mencabik – cabik Pasukan Naga Hutan yang berada di sekitar Greenhost. Raungan keras sungguh memilukan. Greenhost sendiri setengah mati berusaha untuk melawan namun badai itu begitu kuat sehingga akhirnya ia pun harus terseret hingga menghantam gunung batu hingga runtuh. Awhair yang melihat kesempatan terbuka lebar segera terbang dengan kecepatan penuh untuk langsung menghabisi Greenhost dengan cakarnya sendiri. Tetapi ia langsung menghentikan langkah dan berbalik menghindar. Semburan cairan hijau pekat menyembur dari balik runtuhan batu dan mengarah kepada Awhair. Cairan itu melumerkan apa saja yang terkena olehnya. Batu karang yang keras pun meleleh jadi lumpur mendidih dalam sekejap yang menunjukkan betapa luar biasa kekuatan racun yang terkandung di dalam cairan yang disemburkan Greenhost. Awhair sempat menghindar namun beberapa naga – naga langit lainnya tidak. Mereka pun berjatuhan dengan tubuh berasap dan meleleh seperti habis disiram lahar panas. Greenhost pun bangkit dari timbunan batu dan menyemburkan kembali racun ke arah Awhair dan anak buahnya. Awhair segera menghembuskan badai untuk membuyarkan semburan cairan beracun itu. Tetapi sungguh mengherankan, cairan itu tiba – tiba mengeras dan menjadi seperti anak panah yang tidak dapat diombang – ambingkan oleh angin badai sekalipun. Cairan yang keras seperti es beku itu pun menusuk tubuh Awhair dan anak buahnya. Awhair menjerit ketika merasakan racun dingin itu menjalar di peredaran tubuhnya dan mulai membekukannya dari dalam. ‘Jurus inti racun panas dan dingin. Jangankan kau, bahkan ayahmu sendiri saja sulit untuk menghadapi racunku.’ Greenhost tertawa buas,’ Sekarang nikmatilah racun itu membekukan tubuh kalian secara perlahan – lahan.’ Awhair masih berusaha bertahan di udara sementara anak buahnya mulai tumbang
satu persatu dalam keadaan membeku. Awhair tahu jelas bahwa ia juga tidak dapat bertahan lama jika racunnya tidak segera dikeluarkan maka ia pun mulai terbang menghindar untuk sementara waktu. Tapi Greenhost bukan lah tipe Naga yang suka membiarkan lawannya pergi. Mengampuni bukanlah sifat yang dimiliki oleh Bangsa Naga. Awhair yang menyaksikan dirinya dikejar sudah dapat memastikani bahwa nyawanya sudah tidak dapat dipertahankan lagi maka ia pun memusatkan semua energinya untuk satu serangan terakhir. ‘Greehost, mari kita menghadap sang pencipta bersama – sama!’ Raung Awhair yang dengan kekuatan penuh melepaskan serangan badai terakhirnya. Greenhost yang sudah terlalu dekat dengan lawannya tidak dapat menghindar lagi dan serangan itu menghantam dirinya dengan telak Satu – satunya hal yang dapat dilakukan Greenhost adalah ikut menyerang dengan semburan inti racun dinginnya yang langsung menusuk leher Awhair hingga tewas. Namun walau begitu kekuatan badai Awhair sama sekali tidak melemah bahkan semakin kuat karena putra Agair ini memang bertekad membawa lawannya kepada kematian bersama dirinya. Kedua pemimpin naga itu pun terseret badai entah kemana hingga lenyap tak berbekas. Therick dan pasukan peri tidak begitu memperhatikan pertarungan di atasnya. Ia hanya sibuk mengkomando pasukan peri untuk memusnahkan jasad Naga Hutan dan membiarkan jasad Naga langit. ‘Ayo! Jangan tinggalkan jejak sekecil apapun bahwa kita atau pun Naga Hutan pernah berada di tempat ini. Biarkan dunia mengira bahwa Naga Langitlah yang berulah dan telah mendapatkan Jubah sakti dari semua kehancuran ini. Ayo! Kita harus segera pergi secepatnya!’ ‘Jenderal Therick, bagaimana anda bisa yakin manusia bernama Jack itu telah mendapatkan Jubah sakti? Jika ia tewas dalam usaha mencari jubah itu , bukankah usaha kita untuk menangkap Klan ini menjadi sia – sia?’ Tanya seorang prajurit peri. Belum sempat Therick berkata – kata, seorang penyihir berpakaian hitam telah muncul di hadapan para peri. ‘Ia tahu hal itu karena aku yang memberitahunya, bukan begitu, Therick?’ Penyihir bernama Lexus itu pun tertawa dengan riang. Sementara itu seluruh manusia Klan Al-star yang masih hidup telah dimasukkan ke dalam kotak keruji dari baja dalam keadaan terikat. Mereka tertunduk lesu menjadi tawanan para peri tanpa mengetahui nasib buruk apa yang akan menimpa mereka. Dan Missa tentu saja masih belum juga mengetahui keberadaan Jack hingga kini. Bab 22. Pertempuran di Utara (1)
By: Junaidi Halim Jack berlutut di hamparan es yang membekukan tepat di luar Gerbang Pertahanan Kerajaan Sihir. Seluruh tubuh Jack diikat oleh rantai sihir yang kuat dan dimanterai oleh Ratu Sihir Divaril sendiri. Di belakangnya berdiri ratusan penyihir yang siaga dengan tongkat mereka masing – masing untuk mencegah Jack melarikan diri. Sementara itu Para Jenderal Bangsa Penyihir, Tyrail si biru, Virail si merah, Algrin si perak, Alphone si emas dan akhirnya Ratu Divaril berdiri di samping Jack. Pandangan mata mereka menunjukkan kecemasan yang luar biasa ketika tiupan angin dingin mulai bergejolak tidak normal. Dari kejauhan segerombolan makhluk besar berdatangan dengan menumpang kekuatan badai es. Itulah Bangsa Naga Es. Seekor Naga paling besar terbang mendekat sementara naga lainnya yang berjumlah 30 – 40 ekor menahan laju mereka sehingga tercipta jarak 20 – 30 meter panjangnya. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah Bangsa penyihir yang semula ingin bekerja sama dengan Jack malah berbalik mengkhianatinya? ‘Akhirnya kau berhasil juga, budak sihirku!’ Desis Artix, Raja dan pemimpin Bangsa Naga es dari utara. Setiap hembusan nafasnya sangat membekukan dan ucapannya begitu mengerikan. Itulah Naga Utama dari Bangsa Naga Es, Artix. ‘Jadi tunggu apa lagi, serahkan Jubah Holy Light kepadaku!’ ‘Oh, yang mulia Artix. Naga yang keperkasaan nya sungguh luar biasa, tanpa tanding dan tidak terbatas. Kami sudah mendapatkan jubah itu tetapi kami memiliki sedikit masalah,’ Ratu Divaril memberanikan diri untuk bicara. ‘Cukup basa basimu, ratu rendahan. Aku tidak punya waktu cukup untuk mendengar bualan omong kosong ini. Masalah apa?’ Raung Artix tidak sabaran. ‘Jubah yang kau inginkan berada di dalam tubuh manusia yang bernama Jack ini dan kami tidak memiliki cara untuk dapat mengeluarkannya dari sana,’ Jawab Divaril sambil berlutut menyembah dengan tubuh gemetar. Hal ini juga langsung diikuti oleh seluruh prajurit dan jenderal penyihir yang ada di sana. Mereka semua berlutut dengan menggigil entah karena takut ataupun karena dinginnya badai salju. Artix meraung ganas penuh kemarahan. ‘Jadi manusia lemah ini telah mengambil jubah yang seharusnya jadi milikku? Sungguh tidak sayang nyawa. Maka aku tidak punya pilihan selain membunuh dan mengambil jubahnya. Kau akan bernasib sama seperti Agaril,’ Kata Artix penuh dengan anda ancaman. Maka Artix pun berniat membuktikan kata – katanya. Ia langsung mengarahkan cakarnya yang sekuat gunung es ke arah Jack. ‘Sekarang!’ Teriak Jack.
Artix terkejut mendengar teriakan itu dan lebih terkejut lagi karena Divaril dan penyihir lainnya langsung bangkit untuk balik menyerang diri Artix. Rantai sihir yang semula mengikat Jack kini melayang ke udara dan berusaha membelit artix. Sementara api, kilat, cahaya dan berbagai elemen sihir lainnya telah dilontarkan ke arah Artix dengan kekuatan penuh. Kulit Bangsa memang sangat tebal dan kuat sehingga kebanyakan sihir tidak dapat menembusnya tetapi jika ratusan penyihir melakukan serangan secara serentak, pertahanan sekuat apapun pasti akan merasakan efeknya. Artix yang memiliki kulit sekuat gunung es pun harus merasakan sakit akibat serangan ini namun bukan Naga Utama namanya jika ia dapat begitu saja ditaklukkan. Artix meraung keras dan sekejap kemudian naga – naga es lain yang menunggu di belakang serentak maju menyerang. ‘Majulah pasukanku!’ Perintah Ratu Sihir Divaril. Maka ratusan prajurit lain yang bersembunyi di balik gerbang pertahanan pun memunculkan diri sambil melakukan serangan api dari jarak jauh. Maka tidak lama kemudian hujan salju pun berganti dengan hujan api sihir ke arah kerumunan Naga Es yang bergerak maju. Hujan api yang begitu rapat mustahil dapat dihindari oleh Naga Es yang bergerak mendekat tetapi walau begitu hanya dapat sedikit menggores kulit luar mereka saja. Jack yang melihat bahaya yang datang segera maju menyerang bersama dengan para penyihir lainnya. Sementara Artix untuk sementara dihadapi oleh 5 penyihir terkuat: Ratu Divaril, Tyrail, Virail, Algrin dan Alphone sendiri. Rantai sihir Divaril telah berhasil mengikat moncong Artix agar tetap terkatup. Dengan begitu Artix tidak dapat menyemburkan es dari mulutnya yang merupakan senjata maha dashyat. Namun Naga memiliki senjata lain yang juga mengerikan yaitu cakar dan lecutan ekornya yang seperti halilintar. Hal ini lah yang membuat kelima penyihir kerepotan apalagi rantai Divaril mulai retak akibat desakan kekuatan Artix yang terus memberontak untuk lepas. Jika rantai itu sampai hancur sebelum Artix dilumpuhkan maka bencana besar yang menelan banyak korban tidak dapat dielakkan lagi. Akankah Bangsa Penyihir musnah karena hal ini? Sementara di pihak lain Jack beserta ratusan penyihir maju ke depan untuk menghadang laju Naga Es yang mendekat untuk menolong Artix. Sungguh mengherankan Jack sama sekali tidak membawa senjata untuk menghadapi Naga. Apalagi ia terus berlari paling depan. Taktik apa yang sebenarnya sedang mereka rencanakan untuk menghadapi naga- naga ganas ini? Naga – naga itu tidak takut dengan hujan api yang diluncurkan oleh para penyihir bahkan mereka balas menyerang dengan semburan es yang membekukan. Pada saat itulah Jack menjalankan rencananya. Sekonyong – konyong Jack tanpa takut menerjang semburan es itu. Sungguh perbuatan nekat dan tolol bagi makhluk apapun untuk melakukan hal ini karena semburan es naga bahkan mampu membekukan lahar panas sekalipun. Tapi semuanya jadi berbeda karena Jack memiliki Jubah Sakti Keyakinan yang mampu menghadang serangan es sehebat apapun asalkan ia memiliki keyakinan untuk melakukannya. Maka tidak heran Jubah itu
dinamakan Jubah Keyakinan. Semburan es yang bergulung – gulung tidak menyurutkan keberanian dan keyakinan Jack. Dari keyakinan itu pun timbul kekuatan cahaya yang berasal dari Jubah sakti. Cahaya itu pun membentuk kubah besar dan menjadi perisai bukan saja hanya untuk Jack tetapi juga untuk penyihir – penyihir di belakangnya. Melihat mereka terlindungi dengan baik maka bangkitlah semangat tempur seluruh penyihir. Tanpa ragu mereka maju ke depan dan melontarkan sihir terkuatnya. Sementara di pihak lawan mulai kalang kabut menyadari posisi mereka sangat terdesak karena mereka terus mendapat serangan sihir sementara serangan es mereka dapat dengan mudah ditahan oleh Jubah Keyakinan. Namun mimpi buruk Pasukan Naga Es ini belum berakhir karena Jubah Keyakinan tiba – tiba memancarkan cahaya yang meyilaukan dan membutakan mata setiap lawannya. Kehilangan daya serangan jarak jauh, terus mendapat serangan sihir dan kini malah dibutakan oleh lawan. Pasukan Naga Es benar - benar tidak mengira mereka akan dapat dikalahkan begitu cepat. Bab 23. . Pertempuran di Utara (2) By: Junaidi Halim ‘Jatuhkan dia! Rantaiku sudah tidak dapat menahan moncongnya lebih lama lagi,’ Teriak Ratu Divaril sambil meringis kesakitan karena getaran pada tongkatnya semakin keras. Cahaya Tongkat Putih Ratu Divaril semakin meredup bersamaan dengan retaknya rantai yang digunakan untuk mengekang mulut Sang Naga Es Utama Artix yang mengerikan. ‘Phoenix-Amatera!’ Teriak Virail merapal manteranya. Tongkat merah Virail pun mengeluarkan Phoenix api yang merupakan jurus andalan Penyihir Merah ini. Namun Artix juga bukan Naga lemah yang tidak berdaya. Walau moncong Artix masih terkunci, kibasan sayapnya sudah mampu menciptakan angin dingin yang seakan – akan membentengi sekujur tubuhnya. Serangan Phoenix Amatera Virail pun gagal total dan lenyap ketika membentur benteng angin yang dibuat Artix. ‘Cecillum!’ Teriak Algrin dan seketika itu juga ribuan jarum perak meluncur deras ke arah Artix. Lagi – lagi Artix menciptakan benteng angin dengan kepakan sayapnya dan kelihatan jarum – jarum perak kecil itu akan lenyap terbawa angin. Namun Artix salah perhitungan dan melupakan penyihir yang lainnya. ‘Laprica Guermos!’ Teriak Alphone meluncurkan mantera sihirnya. Dari tongkat emasnya mengeluarkan cahaya yang meledak – ledak di sekitar tubuh Artix. Ledakan itu menciptakan ruang hampa yang tidak terlindungi benteng angin Artix dan daerah itulah yang diserang oleh jarum perak Algrin. Kekompakan Algrin dan Alphone membawa hasil. Jarum – jarum perak berhasil menancap di kulit Artix dan sekilas keliatannya tidak membawa efek apa – apa. Tetapi sedetik kemudian jarum itu mengeluarkan kilat berwarna ungu yang langsung menghajar seluruh tubuh Artix. Karena menahan sakit yang luar biasa malah menyebabkan Artix meraung kencang sehingga rantai yang membelit moncongnya pun hancur seketika. Ratu Divaril yang sihirnya terkait langsung dengan rantai itu
menerima sentakan energi balik yang luar biasa sehingga ia pun terlontar ke belakang sembari menerima luka dalam yang tidak ringan. Artix menjadi sangat marah sehingga ia langsung berniat menggunakan Jurus Semburan Es Abadi tahap pertama. Mengetahui senjata utama lawannya telah siap dilontarkan, Tyrail nekat mengambil resiko dengan melontarkan jurus sihirnya. ‘Dust-Alunian!’ Seru Tyrail dan debu – debu es pun langsung menyelimuti moncong Artix yang kemudian berubah menjadi lapisan es tebal. Lapisan es Tyrail menutupi seluruh moncong Artix sehingga sepertinya mampu menutupi jalan keluar Jurus Semburan Es Abadi tapi sayangnya kekuatan semburan Artix bertenaga ledak yang luar biasa. Lapisan Es Tyrail langsung rontok seketika dan gelombang dingin langsung mengarah tepat kepada dirinya. ‘Awas Tyrail!’ Teriak Virail,’ Fleira-Cesta!’ Virail mengeluarkan jurus bola apinya di depan Tyrail dengan harapan dapat menghentikan Semburan Es itu membekukan adiknya. Tapi Jurus Virail hanya dapat menahan 30 persen Jurus Artix. Untungnya di saat bersamaan Alphone menggunakan jurus Ledakan Cahaya Emas, Laprica Guermos sehingga mampu mengurangi 30 persen lagi jurus Artix. Tyrail sendiri juga cukup sigap untuk mengeluarkan jurus sihir Ledakan es, Osen-Chilica untuk membuat benteng pertahanan di hadapannya untuk menahan Semburan Es Abadi yang tersisa 40 persen itu. Namun benteng yang terbentuk oleh jurus ledakan es Osen Chilica pun tetap hancur berantakan ketika bersentuhan dengan energi semburan es Artix. Jurus itu hanya dapat menahan 30 persen serangan Artix sementara 10 persennya lagi dengan telak menghantam tubuh Tyrail. Algrin segera menopang tubuh Tyrail agar tidak terlontar jauh ke belakang. Namun tubuh gadis itu sudah menggigil kedinginan dan wana kulitnya mulai membiru sebagai tanda menderita kebekuan hebat. Untunglah serangan es Artix sudah berkurang hingga tinggal 10 persennya saja, sungguh tidak dapat dibayangkan akibatnya jika ada yang menerima serangan itu hingga 100 persen. Artix tampaknya tidak senang melihat serangannya sama sekali tidak mendatangkan korban jiwa. Ia pun menggeram marah,’ Jadi kalian pikir kalian bisa mempercundangi Raja Naga Es, Artix! Akan kutunjukkan jurus pembekuan yang sebenarnya. Jurus Semburan Es Abadi Tahap Dua!’ Artix meraung sambil bersiap melontarkan jurusnya. Wajah kelima penyihir itu pun langsung berubah menjadi pucat membayangkan kehebatan jurus tahap dua Artix. Jika tahap pertamanya saja sudah sedashyat sebelumnya, seperti apakah jurus tahap keduanya? Bab 24. Formasi Lima Warna By: Junaidi Halim ‘Bentuk Formasi!’ Perintah Ratu Divaril sambil mengayunkan tongkatnya lalu menancapkan dengan keras ke tanah. Sebuah
lingkaran cahaya berdiameter 5 meter segera terbentuk di atas tanah bersalju dengan Ratu Divaril sendiri sebagai pusatnya. ‘Andromeda-Inxalis!’ Seru Sang Ratu dan tiba – tiba dari udara terbentuklah rantai api raksasa yang sangat panjang. Rantai itu langsung bergerak lincah dan mengitari tubuh Artix, berusaha untuk dapat mengikat moncongnya kembali. Namun Artix bukanlah Naga dungu yang bisa terjebak dua kali. Artix memanfaatkan ekornya yang kuat untuk beradu dengan ujung rantai api itu. Lecutan keras yang berkekuatan badai es sudah cukup ampuh untuk membuyarkan sihir rantai api Ratu Divaril. Namun Mata Artix terbelalak ketika menyadari rantai api itu hanyalah pengalih serangan. Serangan sebenarnya baru saja akan dilontarkan. ‘Kurang ajar! Terima Semburan Es Abadi Tahap Dua milikku ini!’ Teriak Artix. Setelah itu sebuah gelombang dingin maha dashyat pun meluncur keluar dari moncong sang naga. Sementara itu kelima penyihir berkumpul di tengah lingkaran yang dibuat Ratu Divaril dan saling menyatukan ujung tongkat mereka. Sebuah cahaya warna – warni tercipta dari perpaduan kelima tongkat sihir itu dan mengeluarkan energi dashyat. Menyadari gelombang es yang dashyat sudah dilontarkan oleh Artix maka kelimanya pun mengeluarkan senjata pamungkas mereka, Jurus Sihir Formasi Lima Warna. Cahaya yang terdiri dari lima warna yaitu putih, merah, biru, perak dan emas pun meluncur dengan kekuatan dsahyat. Energi mereka saling berpadu dan melengkapi sehingga dari lima orang penyihir mampu menghasilkan energi sihir sempurna sekuat gabungan sepuluh orang penyihir. Kekuatan itulah yang akan segera berhantaman dengan Semburan Es Abadi Tahap Dua milik Artix. Kedua kekuatan dashyat itu pun saling beradu dan meledak dengan kekuatan luar biasa di angkasa. Tapi sungguh sial bagi kelima penyihir karena kekuatan Semburan Es Abadi Tahap Dua tidak sama bentuknya seperti Tahap Pertama. Di dalam energi terdapat energi, itulah rahasia Semburan Es Abadi Tahap Dua. Maka ketika beradu kekuatan dengan Sihir Formasi Lima Warna hanya energi luar dari Semburan Es Abadi yang berhasil ditahan namun energi di dalamnya terus meluncur deras menuju ke arah lima penyihir yang masih berada di dalam lingkaran. ‘Celaka!’ Teriak Ratu Divaril yang menyadari sebuah energi dingin yang dshyat masih terus meluncur ke arah mereka. Namun tidak ada yang dapat mereka lakukan. Kekuatan sihir kelimanya sudah terkuras habis untuk melancarkan serangan terakhir. Maka yang dapat dilakukan Sang Ratu hanya terbang ke atas menyongsong energi es dashyat dengan tubuhnya sendiri. ‘Tidak!’ Teriak Virail yang berusaha menghentikan ibunya tetapi Algrin dengan sigap memegangi tuan putrinya agar tidak menyusul kematian bersama – sama dengan sang ratu. Demikian juga dengan sekuat tenaga memeluk Tyrail yang hendak melompat ke arah ibunya. Kedua gadis itu pun berteriak sambil menangis kencang melihat ibunya memutar mutar tongkatnya untuk mengusir energi dingin yang menyerangnya dari segala arah. ‘Penyihir bodoh. Apa kau pikir tubuhmu yang lemah itu dapat mengalahkan energi
es abadiku yang dashyat itu?’ Ejek Artix. ‘Aku memang tidak dapat mengalahkan energi ini tapi aku dapat menyerapnya untuk menghancurkanmu, naga jahat!’ Teriak Divaril sambil merenggangkan seluruh tubuhnya. Seketika itu juga semua energi dingin terhisap masuk ke dalam tubuh Divaril lalu dengan semua kekuatan tersisa di berada dalam tubuhnya, Sang Ratu mati – matian menekan inti energi itu. ‘Matilah kau, naga busuk!’ Maki Divaril yang terbang meluncur deras ke arah Artix. Artix yang tidak waspada tidak dapat melindungi dirinya sendiri lebih lanjut. Divaril pun melesat menuju ke arah jantung sang naga dan meledakkan inti energi yang terdapat di dalam tubuhnya. Seketika itu juga ledakan energi dingin yang dashyat pun terjadi di dada Artix. Ledakan yang mampu membuat Artix terpental jauh dan memuntahkan darah segar dari moncongnya sekaligus menghacurkan jasad Sang Ratu hingga tak bersisa sedikit pun. Bab 25. Semburan Es Abadi Tahap Tiga By: Junaidi Halim ‘Kubunuh kau, Naga jelek. Akan kubuat tubuhmu hancur lebur hingga tak bersisa!’ Teriak Virail dengan kemarahan bercampur kesedihan yang amat sangat. Dengan menggunakan jurus teleport singkat, Virail sudah berpindah tempat ke dekat Artix dan meluncurkan jurus bola api, Fleira-Cesta nya. Bola – bola api pun berhamburan dari tongkat merah Virail tanpa memperdulikan pemiliknya yang mulai kehabisan energi. ‘Hentikan, kakak! Kau akan melukai dirimu sendiri!’ Teriak Tyrail dari kejauhan dan kekuatiran Tyrail semakin menjadi – jadi ketika melihat tubuh Artix bergerak bangkit akibat panas yang menghajar tubuhnya. Kebangkitan Artix yang tiba – tiba menyebabkan Virail terkejut dan ia mendadak menjadi terpaku karena aura kemarahan yang dipancarkan sang Naga begitu menggelora. Artix memandang Virail sekilas lalu melecutkan ekornya yang mampu membelah gunung ke arah sang gadis penyihir itu. ‘Shielding Amos!’ Teriak Alphone yang tiba – tiba saja muncul di sebelah Virail. Ia menggerakkan tongkatnya dengan cepat dan membentuk perisai keemasan yang berkilauan menyelimuti mereka berdua. Ekor Artix pun menghantam perisai emas itu dengan kekuatan sekuat halilintar. Cahaya emas itu pun berpencaran namun masih tetap dapat bertahan meskipun Alphone yang menyihir perisai itu sempat memuntahkan darah segar dari mulutnya akibat adu kekuatan yang terlalu dipaksakan. Namun perisai itu tidak bertahan untuk waktu yang lama karena cakar Artix menyusul menyerang dan menembus perisai pertahanan Alphone. Pria malang itu pun langsung tercabik cakar sang naga hingga tewas. Virail sempat menghindar dengan cara teleport jauh ke belakang ketika serangan lecutan ekor Artix menghantam perisai sihir Alphone. Namun ketika melihat cakar Artix mencabik Alphone maka hancur jugalah hati Virail sehingga ia pun langsung jatuh terduduk dengan tatapan mata kosong. Bibirnya bergetar menahan perasaan
yang campur aduk di hatinya. Percuma saja Tyrail dan Algrin berusaha menyeret Virail untuk menghindar sementara Artix sudah terbang mendekat kembali sambil siap meluncurkan serangan berikutnya, yaitu Semburan Es Abadi Tahap Tiga yang merupakan jurus terkuat Artix dan sudah melegenda di dunia ini. Suhu udara di arena pertarungan tiba – tiba menurun dengan sangat cepat mendekati titik beku. Ada suatu energi luar biasa yang mampu membuat alam seakan kehilangan daya kekuatannya. Energi dashyat yang siap dikeluarkan untuk menghancurkan lawannya. Jurus Semburan Es Abadi Tahap Tiga milik Artix sudah siap untuk dimuntahkan. ‘Terima ini, makhluk lemah! Matilah kalian semua!’ Seru Artix sembari mengeluarkan jurus terdashyatnya. Tanah yang diselimuti es tiba – tiba meledak hancur lebur dan udara dingin menderu keras. Sebuah gelombang dashyat meluncur secepat ayunan arit maut Sang Dewa Kematian. Angin dingin dan batu – batuan es ikut tergulung oleh gelombang dingin maha dashyat yang menuju ke arah para penyihir itu. Tyrail, Virail dan Algrin sudah menutup mata karena tidak tahan