1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1. Permasalahan Relasi manusia dengan barang-barang konsumsi di zaman modern ini memang tidak dapat dipungkiri. Di mana pun dan kapan pun, baik itu di jalan raya, di kantor bahkan di rumah sendiri tidak pernah lepas dari usikan berbagai aktivitas konsumsi. Konsumsi hadir sebagai solusi bagi seluruh permasalahan, bahkan dalam arti tertentu konsumsi sebagai pelarian terhadap realitas hidup manusia sepanjang hari. Pusat-pusat kota dapat dikatakan menjadi lokasi konsumsi karena telah menyediakan berbagai fasilitas dan kemudahan untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan (Soedjatmiko, 2008:13). Masyarakat konsumen berkembang tampaknya tumbuh beriringan akibat globalisasi ekonomi dan transformasi kapitalisme konsumsi yang ditandai dengan menjamurnya pusat-pusat perbelanjaan atau mall. Istana yang selalu berlimpah barang ini menawarkan berbagai kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Manusia tidak lagi mengumpulkan dedaunan sebagai pakaian (sandang) melainkan mendapatkannya di toko pakaian, atau juga barang-barang bangunan guna membuat rumah (papan), dan makanan (pangan) di rumah makan. Saat ini di dalam mall, masyarakat dapat
2
melakukan one stop shopping. Segala aktivitas konsumsi dapat dilakukan di satu tempat, yakni berbelanja barang-barang kebutuhan rumah tangga, membeli pakaian di butik sampai aktivitas kerja yang seharusnya dilakukan di kantor dengan tidak mengurangi kualitasnya dilakukan di sebuah mall (Soedjatmiko, 2008 : 5). Situasi ini lah yang memunculkan suatu gaya hidup baru masyarakat menjadi konsumtif dan berperilaku shopaholic. Berbelanja yang semula merupakan suatu konsep untuk menunjukkan suatu sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-harinya dengan jalan menukarkan sejumlah uang sebagai pengganti barang tersebut. Saat ini belanja itu sendiri telah berkembang menjadi suatu gaya hidup dan berubah menjadi kebutuhan bagi manusia tak cukup diri bahkan dijadikan sebagai alat pemuas keinginan akan barang-barang yang terkadang barang tersebut tidak diperlukan. Berbelanja secara tidak sadar membentuk impian dan kesadaran semu para konsumer dan akhirnya melahirkan pola hidup konsumtif yang tidak akan ada habisnya. Akhirnya berbelanja juga dianggap sebagai sebuah pekerjaan dan sebuah aktivitas sosial ( Soedjatmiko, 2008 : 6). Masuknya budaya-budaya asing akibat globalisasi juga turut membentuk gaya hidup masyarakat menjadi konsumtif dan merubah pola konsumsi masyarakat, seperti banyak munculnya restoran cepat saji atau fast food, berbagai industri fashion dan berbagai serbuan gaya hidup lewat industri iklan dan televisi mengakibatkan pesatnya kebutuhan hidup sehingga memicu daya konsumen yang tinggi untuk memenuhi
3
kebutuhan dan membuat seseorang mengkonsumsi barang bukan lagi dari segi fungsionalnya melainkan tren atau mode yang sedang berkembang. Gejala tersebut nampak ketika munculnya berbagai teknologi canggih dan terkini. Tidak sedikit masyarakat yang kemudian membelinya walaupun tidak punya kebutuhan khusus akan barang tersebut. Seperti pada saat munculnya sepeda fixie, banyak anak muda yang terjangkiti dengan sepeda gaya yang harganya jutaan itu padahal sudah memiliki sepeda biasa yang fungsinya pun sama. Ketika gadget seperti Blackberry dan lainnya muncul, virusnya pun menyebar begitu cepat dan luas di kalangan orang tua bahkan anak muda. Tidak memperdulikan bagaimana membayar biaya pulsa setiap bulannya yang terpenting dapat menggunakan barang mewah tersebut. Tidak puas dengan berbagai macam barang yang sudah dimiliki, saat keluar versi terbaru pun lekas menggantinya, meskipun barang yang di miliki masih sangat layak pakai. Mall-mall di ibukota pun selalu dipadati pengunjung, tidak hanya sekedar dijadikan tempat untuk membeli kebutuhan, tetapi dijadikan sarana untuk mencari hiburan seperti nonton bioskop, karaoke, window shopping, sampai sekedar nongkrong di kafe. Tempat makan dengan menu dan suasana kebarat-baratan seperti Mc Donald dan Starbucks juga selalu menjadi pilihan dan tak pernah sepi pengunjung walaupun harganya cukup mahal dibandingkan harga makanan di tempat makanan lokal.
Fenomena konsumerisme yang memunculkan masyarakat konsumtif ini sudah masuk ke dalam berbagai seluruh lapisan masyarakat dan tidak terasa telah
4
menggeser identitas masyarakat lama dengan identitas barunya yang masuk dalam setiap lapisan struktur sosial masyarakat untuk menggantikan identitas masyarakat tradisional. Gaya hidup yang di anut oleh masyarakat dalam pola kehidupan ternyata menimbulkan permasalahan-permasalahan baru, yaitu karena seseorang yang bergaya hidup konsumtif akan membeli barang-barang yang diinginkan meskipun terkadang bertolak belakang dengan kemampuan finansial yang dimilikinya. Tidak jarang gaya hidup konsumtif memicu seseorang untuk melakukan tindakan kriminal mulai dari korupsi bahkan sebagian masyarakat rela menyerahkan diri berbuat tindakan asusila untuk memenuhi keperluan dan hasrat konsumtifnya. Gaya hidup konsumtif pada akhirnya tidak hanya memberikan dampak ekonomi dan sosial tetapi juga etika, oleh karena itu, penelitian ini sangat penting dilakukan dan peneliti ingin memberikan tawaran solusi agar gaya hidup baru tersebut bisa terkontrol. Peneliti menggunakan etika Epikuros sebagai pisau analisis dalam penelitian ini. Etika dapat membantu seseorang untuk mengambil sikap yang tepat dalam menghadapi transformasi di segala bidang kehidupan sebagai akibat modernisasi. Etika memampukan manusia untuk bersikap secara tepat dan dapat dipertanggung jawabkan dalam gejolak gelombang modernisasi termasuk budaya konsumtif yang telah mengakar pada gaya hidup masyarakat saat ini (Yosephus, 2010: 9). Epikuros sebagai salah satu tokoh etika yang mengajarkan pentingnya kebijaksanaan hidup (Phronesis), kesederhanaan, dan menghindarkan tindakan yang berlebihan serta pengendalian diri agar manusia dapat menikmati kepuasan sehingga
5
mendapatkan kehidupan yang tenang dan tentram (Suseno, 1987: 50). Peneliti berharap ajaran-ajaran etika Epikuros dapat memberikan solusi-solusi yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar setiap individu masyarakat mampu mengendalikan keinginan khususnya hasrat konsumtifnya supaya tidak menimbulkan dampak buruk yang dapat merugikan kehidupan saat ini maupun masa depan. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Apa hakikat gaya hidup konsumtif? b. Apa konsep etika menurut Epikuros? c. Bagaimana gaya hidup konsumtif bila ditinjau dari etika Epikuros dan apa sumbangan etika Epikuros dalam mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh gaya hidup konsumtif? 3. Keaslian Penelitian Sejauh pengamatan dan penelurusan peneliti, telah banyak penelitian yang membahas mengenai gaya hidup konsumtif, tetapi belum ada yang menggunakan objek formal etika epikuros untuk meninjau gaya hidup konsumtif. Peneliti menemukan beberapa penelitian yang memiliki kemiripan objek formal dan objek material, antara lain : 1. Skripsi
Fakultas
Filsafat
Universitas
Gadjah
Mada.2010.
Fenomena Dunia Gemerlap pada Mahasiswa di Yogyakarta
6
Tinjauan Etika Epikuros. Ditulis oleh Metalia Violeta Fajrin Utami
menjelaskan fenomena dunia gemerlap yang dilakukan
oleh mahasiswa di Jogjakarta sebagai objek materialnya ditinjau dari etika Epikuros sebagai objek formalnya 2. Skripsi Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. 2003. Pencarian
Hedonis
Pasca
Ekletisme
Epikurean
dan
Utilitarianisme dalam Tinjauan Filsafat Moral. Ditulis oleh Dhohir Farizi menjelaskan pencarian hedonis pasca ekletisme epikurean dan utilitarianisme sebagai objek material dengan filsafat moral sebagai objek formal. 3. Skripsi Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. 2006. Gaya Hidup Konsumtif dalam Perspektif Etika Utilitarianisme John Stuart Mill. Ditulis oleh Tri Margaretta Purwantini menjelaskan mengenai Gaya hidup konsumtif digunakan sebagai objek material dan etika utilitarianisme John Stuart Mill sebagai objek formal 4. Skripsi Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. 2007. Hasrat dalam Masyarakat Kosumeris Ditinjau dari Perspektif Gilles Deeuze : Studi Kasus Atas Film Confessions of A Shopaholic. Ditulis oleh Septiani Aulia. Menjelaskan bagaimana hasrat dalam masyarakat konsumeris melalui pandangan Gilles Deeuze yang diambil dalam film confessions of a shopaholic.
7
5. Skripsi Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. 2006. Refleksi Filosofis: Konsep Fenomenal Waktu Luang Sebagai Pencipta Gaya Hidup Konsumerisme. Ditulis oleh Susanti Johana menjelaskan bagaimana refleksi filosofis konsep fenomenal waktu luang yang menciptakan suatu gaya hidup konsumerisme. 6. Skripsi Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. 2009. Gaya Hidup Konsumtif dan Kerusakan Lingkungan Menurut Etika Ekosentrisme. Ditulis oleh Aditya Bayu Aji menjelaskan etika ekosentrisme
sebagai
solusi
dalam
mencegah
kerusakan
lingkungan yang diakibatkan oleh gaya hidup konsumtif. 7. Skripsi Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada .2003. Fenomena Budaya Konsumtif Pada Wanita Dalam Wacana Kapitalisme.
Ditulis
oleh
Ediyas
Pujiastuti.
Skripsi
ini
menjelaskan bagaimana pandangan kapitalisme terhadap budaya konsumtif pada wanita. 4. Manfaat Penelitian Peneliti berharap agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi seluruh lapisan masayarakat di Indonesia, khususnya: 1. Bagi Peneliti : Penelitian ini diharapkan dapat mengasah dan mengembangkan kemampuan peneliti dalam menulis ilmiah serta menganalisis persoalan dengan pendekatan filsafat
8
2. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang etika dan diharapkan dapat memberikan pemahaman yang mendalam mengenai gaya hidup konsumtif 3. Bagi Filsafat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu pemahaman komprehensif mengenai gaya hidup konsumtif secara detail dan secara jelas mengenai etika Epikuros 4. Bagi Bangsa Indonesia Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dalam menghadapi arus globalisasi dan memberikan kesadaran bagi tiap individu masyarakat bahwa gaya hidup konsumtif memiliki dampak negatif yang sangat besar bagi kehidupan saat ini maupun kehidupan yang akan datang.
B. Tujuan Penelitian 1. Memberi penjelasan mengenai gaya hidup konsumtif 2. Memaparkan penjelasan konsep etika menurut Epikuros 3. Memberikan penjelasan tentang gaya hidup konsumtif ditinjau dari konsep
etika
Epikuros
dan
memberikan
solusi
terhadap
9
permasalahan yang ditimbulkan akibat gaya hidup konsumtif berdasarkan etika epikuros.
C. Tinjauan Pustaka Chaney dalam Rahma (2010:44) menjelaskan gaya hidup oleh beberapa ahli sering disebut sebagai ciri sebuah dunia modern atau modernitas, artinya siapapun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri atau orang lain. Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan tindakannya sendiri maupun orang lain. Margaretha Tri Purwantini dalam skripsinya Gaya Hidup Konsumtif Menurut Utilitarianisme John Stuart Mill menyebutkan istilah konsumtif mengacu pada perilaku yang boros dalam mengkonsumsi barang dan jasa. Konsumtif lebih luas lagi merupakan perilaku berkonsumsi boros dan berlebihan yang mendahulukan keinginan daripada kebutuhan serta meniadakan skala prioritas. Konsumtif juga diartikan sebagai gaya hidup yang bermewah-mewah (Purwantini, 2006:3). Pribadi konsumtif pada hakikatnya ingin mencari arti hidup melalui pembelian aneka macam barang dan jasa yang diharapkan dapat memberikan kenikmatan dan kepuasan fisik yang sebesar-besarnya (Bayu Aji,2009:13). Paul Du Gay dalam Kushendarwati (2006 : 53) menelusuri sejarah munculnya kritik atas budaya konsumtif dalam masyarakat konsumen. Paul du Gay
10
mengungkapkan fakta bahwa kebanyakan konsumen melakukan kegiatan konsumsi terutama demi penentuan identitas diri. Paul du Gay menelusuri kembali konsep diferensiasi sosial yang pernah dikemukakan oleh Throstein Veblen yang menyatakan bahwa seberapapun miskinnya seseorang, tindakan konsumsinya tidak hanya mengarah pada „nilai guna‟, tetapi selalu mengarah pada „nilai identitas‟. Douglas dan Isherwood memberikan pendapat yang dikutip oleh Mike Featherstone (1992:14) dalam ”Postmodernisme dan Budaya Konsumen” bahwa dalam masyarakat konsumer saat ini, barang-barang digunakan langsung untuk membangun hubungan-hubungan sosial. Konsumsi fisik atau konsumsi nilai kegunaan dari benda-benda konsumsi tersebut hanya memberikan kepuasan sebagian saja, karena yang paling penting justu kenikmatan memanfaatkan barang-barang tersebut sebagai penanda. Tanda-tanda pada objek konsumsi pada kenyataannya sekarang mampu menandai relasi-relasi sosial. Objek –objek konsumsi menentukan prestise, status dan simbol sosial tertentu bagi pemakainya. Alfathri Adlin dalam bukunya ‟Resistensi Gaya Hidup : Teori dan Realitas‟ menjelaskan bahwa gaya hidup konsumtif telah meleburkan antara kebutuhan (need) dan keinginan (want). Manusia modern tidak cukup hanya makan (need) melainkan harus makan di Mc. Donald (keinginan), begitu pula makan di Mc donald bukan karena beef buger nya yang memiliki rasa yang nikmat melainkan identitas borjuasi yang melekat pada citra Mc Donald sendiri. Inilah gaya hidup konsumtif ”Aku adalah apa yang aku konsumsi” ( Adlin, 2006 :26).
11
Afrizal dalam Indah (2013:29) menyebutkan gaya hidup konsumtif mendorong seseorang untuk menginginkan sesuatu secara instan dan cepat. Konsumerisme disadari sudah menjadi budaya dan menjurus menjadi penyakit sosial yang berpotensi menciptakan masyarakat yang individualis dan materialistis bahkan mengarah ke arah hedonisme. Alfitri dalam jurnalnya „Budaya Konsumerisme dan Masyarakat Perkotaan‟ menyebutkan gaya hidup konsumtif mengakibatkan orang boros, tidak produktif dan hanya memberikan kesadaran palsu kepada masyarakat. Gaya hidup konsumtif juga akan mengakibatkan orang terjebak dalam kehidupan yang tidak seimbang atau yang disebut dengan “ lebih besar pasak daripada tiang” ( Alfitri,2007:9).
D. Landasan Teori Secara historis etika sebagai usaha filsafat lahir dari keambrukan tatanan moral di lingkungan kebudayaan Yunani 2500 tahun lalu, karena pandanganpandangan lama tentang baik dan buruk tidak lagi dipercayai. Para filosof mempertanyakan kembali norma-norma dasar bagi kelakuan manusia (Suseno, 1987 : 15). Achmad Charris Zubair dalam „Kuliah Etika‟ mengatakan bahwa etika sebagai salah satu cabang filsafat memiliki fungsi dan tanggung jawab untuk mengontrol sikap serta tindakan manusia agar menjadi benar. Etika dibedakan dengan
12
semua cabang filsafat lain karena tidak mempersoalkan keadaan manusia melainkan bagaimana ia harus bertindak (Zubair , 1987 : 9). Yosephus Sinuor dalam „Etika Bisnis‟ menyebutkan di era globalisasi berbagai ideologi baru bermunculan seiring dengan gelombang modernisasi dan daya transformasi temasuk munculnya konsumerisme yang menciptakan budaya konsumtif masyarakat. Etika berperan supaya masyarakat tidak terlalu mudah tergoda oleh daya tarik ideologi-ideologi baru namun juga tidak serta merta menolak nilai-nilai baru yang ditawarkan dalam ideologi-ideologi yang baru itu hanya karena alasan masih baru atau belum terbiasa (Yosephus,2010 :10). Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. Kata Hedonisme diambil dari Bahasa Yunani „hedone‟ artinya "kesenangan". Paham ini berusaha menjelaskan adalah baik apa yang memuaskan keinginan manusia dan apa yang meningkatkan kuantitas kesenangan itu sendiri. Ajaran bahwa kesenangan adalah tujuan hidup dan kebaikan manusia yang tertinggi ( Poespoprodjo, 1998 :60). Hedonisme pertama kali di oleh filsuf Yunani Aristippos pada tahun 435-360 SM dan kemudian disempurnakan oleh Epikuros pada tahun 340270 SM. Epikuros ingin menunjukkan jalan bagaimana manusia dapat hidup dengan sebahagia mungkin dalam suatu kehidupan yang banyak guncangannya, untuk itu
13
manusia harus mengusahakan kesenangan. Semakin manusia hidup dalam kesenangan maka semakin mendapatkan kebahagiaan pula. Epikuros memang seorang hedonis tetapi seorang hedonis yang modern. Kesenangan yang sejati tidak dicapai dengan mencari pengalaman nikmat sebanyak mungkin melainkan dengan menjaga kesehatan dan berusaha hidup sedemikian rupa hingga jiwa bebas dari keresahan ( Suseno, 1997:63). Pandangan kesenangan Epikuros berkaitan erat dengan keinginan. Keinginan ada yang perlu dan ada juga keinginan yang tidak perlu. Epikuros mengatakan di dalam suratnya : “Perlu juga disadari bahwa diantara keinginan kita ada yang berdasarkan alam, sedangkan keinginan-keinginan lain tidak mempunyai arti, lalu bahwa dari keinginan-keinginan alami sebagian berupa niscaya, sebagian hanya alami saja, dan akhirnya bahwa dari keinginan yang niscaya ada yang perlu untuk mencapai kebahagiaan, ada juga yang menjaga kesehatan kita dari gangguan, dan ada lagi yang mempertahankan hidup. Apabila kita memandang kenginankeinginan kita dengan tenang, kita belajar untuk mempergunakan setiap keinginan dan setiap dorongan untuk menghindar demi kesehatan badan an pemeliharaan ketenangan jiwa, karena dua hal itu merupakan intisari hidup bahagia, karena sebenarnya segala tindak-tanduk kita toh hanya ditunjukkan untuk menghindar dari perasaan sakit dan tidak sampai merasa takut. Apabila kita berhasil mencapai, segala pemberontakan menghilang dari jiwa kita, karena mahkluk tidak lagi seakan-akan terus harus memperhatikan janganjangan masih ada yang kurang, dan ia tidak perlu lagi mencari sesuatu apa lagi yang seakan-akan baru dengan sesuatu itu tadi kesenangan badan dan jiwanya dapat sempurna. Karena sakit tidak hanya rindu akan kesenangan apabila kita penuh perasaan sakit, merasa belum mencapainya, sedangkan apabila perasaan sakit tidak kita rasakan, kita juga tidak merasakan bahwa tidak ada kesenangan” ( Suseno, 1997:67).
14
Epikuros mengatakan bahwa kesenangan dapat dinilai baik akan tetapi dapat juga dipandang buruk ketika kesenangan itu bersifat sia-sia. Epikuros menyebutkan ada tiga macam keinginan yaitu keinginan alamiah yang perlu seperti makanan, keinginan yang tidak perlu seperti makan-makanan yang enak, dan keinginan yang sia-sia seperti mencari kehormatan dan kekayaan (Bertens, 2007 : 237). E. Metode Penelitian 1. Bahan dan Materi Penelitian Penelitian yang dilakukan peneliti merupakan penelitian kepustakaan. Bahan dan materi dari penelitian ini diperoleh dengan cara penulusuran pustaka yaitu dari buku-buku dan skripsi yang membahas tema-tema mengenai gaya hidup konsumtif dan etika Epikuros. Data pustaka terbagi menjadi dua, yaitu pustaka primer dan pustaka sekunder. a.Pustaka Primer Pustaka primer yaitu pustaka yang digunakan sebagai rujukan utama dalam jalannya penelitian. Literatur yang menjadi sumber primer dalam penelitian ini antara lain: 1. Piliang, Yasraf Amir. 2010. Dunia Yang Dilipat : Tamasya Melampaui Batasbatas Kebudayaan. Yogyakarta : Jalasutra 2. Featherstone, Mike. 2001. Postmodernisme dan Budaya Konsumen. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
15
3. Russell, Betrand.2007. Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman Kuno Hingga Sekarang. Yogyakarta : Pustaka Pelajar 4. Suseno, Franz Magnis .1997. 13 Tokoh Etika Sejak Zaman Yunani Sampai Abad ke 19. Yogyakarta : Kanisius 5. Bertens, K. 2011. Etika Edisi Revisi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
b. Pustaka Sekunder Pustaka sekunder merupakan tulisan dari sumber lain yang digunakan penulis sebagai bahan pelengkap dan tambahan. Bahan dapat diperoleh dari buku, jurnal, majalah, artikel dan internet, yang berhubungan dengan tema penelitian baik itu berhubungan dengan objek material maupun formal yang digunakan untuk menguatkan sumber data yang sudah ada.
2. Jalan Penelitian 1. Pengumpulan Data, yaitu mengumpulkan sebanyak mungkin berbagai data-data kepustakaan yang berkaitan objek material dan objek formal yaitu gaya hidup konsumtif dan etika epikuros dan juga data-data yang mendukung tema penelitian ini 2. Pengolahan Data, yaitu menganalisis semua data yang sudah di klasifikasi berdasarkan data primer dan data sekunder untuk
16
mempermudah dalam menganalisis penelitian sesuai dengan apa yang dibahas dalam penelitian 3. Penyusunan Penelitian, yaitu melakukan penyusunan data yang diperoleh dari hasil analisis kemudian diuraikan dengan tulisan yang sistematis.
3. Analisis Hasil Peneliti menggunakan empat unsur-unsur metodis berdasarkan metodemetode yang tertulis di dalam buku Metode Penelitian Filsafat oleh Anton Bakker dan Charris Zubair, yaitu: 1. Deskripsi, yaitu mencoba untuk menjelaskan mengenai gaya hidup konsumtif dan etika Epikuros secara detail sehingga memperoleh pemahaman yang cukup jelas 2. Interpretasi, yaitu data yang berkaitan dengan tema kemudian diinterpretasikan untuk dapat dipahami dan mengungkap gaya hidup konsumtif yang ditinjau dari sudut pandang etika epikuros agar menemukan jawaban yang diharapkan 3. Analisis, yaitu menganalisis data secara konsepsional atas permasalahan yang timbul terkait dengan gaya hidup konsumtif yang ditinjau dari etika Epikuros 4. Hermeneutika, yaitu penulis berusaha memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang etika epikuros yang akan digunakan
17
dalam
menangkap
makna
atas
dampak-dampak
yang
ditimbulkan oleh gaya hidup konsumtif terhadap kehidupan.
F. Hasil yang Dicapai 1. Memperoleh pemahaman lebih jelas tentang gaya hidup konsumtif 2. Mendapatkan pemahaman lebih mendalam pandangan etika menurut epikuros 3. Memperoleh penjelasan yang komprehensif mengenai gaya hidup konsumtif ditinjau dari etika epikuros dan memperoleh pemahaman mengenai etika epikuros yang dapat dijadikan suatu solusi dan alternatif dalam mengatasi gaya hidup konsumtif.
G. Sistematika Penulisan Penelitian ini akan dirumuskan menjadi lima bab, yaitu : BAB I :
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah yang di dalamnya terdiri dari sub bab yaitu permasalahan, rumusan masalah, keaslian penelitian, dan manfaat penelitian, kemudian dilanjutkan dengan tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, hasil yang telah dicapai dan sistematika penulisan
BAB II :
Bab ini berisi tentang objek material dari penelitian, yaitu sejarah munculnya budaya konsumtif, pengertian gaya hidup konsumtif,
18
faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup konsumtif dan dampakdampak yang ditimbulkan oleh gaya hidup konsumtif BAB III:
Bab ini berisi tentang objek formal dari penelitian yaitu konsep etika menurut epikuros, di dalamnya terdiri dari sub bab yaitu pengertian etika, aliran-aliran etika, riwayat hidup Epikuros, tokoh yang mempengaruhi etika Epikuros, pokok-pokok Ajaran Etika Epikuros, dan kelebihan serta kelemahan etika Epikuros
BAB IV :
Bab ini berisi tentang analisis gaya hidup konsumtif sebagai suatu permasalahan etis yang dikaji dengan etika Epikuros dan memaparkan etika epikuros yang dapat dijadikan suatu alternatif dalam mengatasi gaya hidup konsumtif
BAB V :
Bab ini menguraikan kesimpulan sebagai jawaban permasalahan yang diungkapkan berdasarkan hasil penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya.