BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
Bisnis merupakan hal yang selalu dapat ditemui dimana saja dan kapan pun, seiring sejalan dengan pertumbuhan dari era ke era sejak zaman prasejarah sampai zaman global yang mengalami peningkatan yang signifikan. Seiring situasi ekonomi Indonesia yang semakin kondusif membuat pertumbuhan industri ritel diprediksi akan terus mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Bisnis ritel mengalami pertumbuhan yang cukup luar biasa yang peningkatannya di perkirakan sampai 13-15 persen (keuanganinvestasi.blogspot.com). Teknologi informasi, globalisasi dan futurisasi turut menjadi faktor yang mendorong pertumbuhannya. Kemajuan pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, memberikan kesadaran masyarakat terhadap unsur-unsur pelayanan yang dapat diberikan oleh pelaku bisnis. Hal ini merupakan kesempatan sekaligus tantangan bagi setiap perusahaan ritel. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat merupakan keuntungan yang tidak dapat di hindari oleh pelaku bisnis, apalagi bisnis dibidang kuliner yang sangat pesat dan beragam. Pertumbuhan café-café atau restoran sangatlah cepat didorong dengan persaingan yang bersifat hypercompetition yang membuat para pelaku bisnis di bidang ini harus memiliki berbagai inovasi terhadap usahanya.
Namun bukan perkara mudah bagi pelaku bisnis apabila kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sudah terjadi di bulan Juni 2013. Hal tersebut pasti akan membawa pengaruh secara langsung, maupun secara tidak langsung terhadap daya beli masyarakat Indonesia terhadap suatu produk atau jasa secara umum. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) KBB, Eko Suprianto, mengatakan, bahwa harga sejumlah komoditas yang menjadi bahan baku makanan akan naik seiring naiknya harga BBM subsidi. Dengan demikian, hotel dan restoran akan ikut terkena imbasnya. Hal itu dapat membuat para pelaku hotel untuk menaikkan tarif agar bisa mengimbangi beban operasional yang meningkat (pikiranrakyat.com). Pengaruh Bahan Bakar Minyak sangatlah berdampak pada semua hal, yang terlihat jelas yaitu kenaikan harga transportasi umum serta bahan baku pokok di pasaran (detik.com). Transportasi merupakan faktor penting dalam distribusi, sehingga apabila biaya transportasi naik maka biaya operasional akan naik. Penyebab bahan bakar minyak naik yaitu salah satunya fakta paling pokok dalam perekonomian kita adalah soal target defisit anggaran. Besarnya subsidi akibat konsumsi BBM yang terus meningkat telah menimbulkan komplikasi ke sejumlah hal seperti defisit fiskal, neraca transaksi berjalan, neraca pembayaran, dan nilai tukar. Secara teknis ekonomi, pilihannya hanya dua yaitu mengurangi subsidi atau menerbitkan utang untuk menghindari defisit yang diperbolehkan oleh undangundang (UU), yaitu sebesar 3 persen (bisniskeuangan.kompas.com). Terkait dengan kenaikan harga BBM, semakin lama ditunda semakin kehilangan kesempatan untuk
melakukan ekspansi dan memperbaiki sisi produksi kita. Meski begitu, penolakan kenaikan harga BBM, baik dari partai oposisi maupun sejumlah kelompok dalam masyarakat, tetap harus ditangkap esensinya. Menurut Sekretaris Jenderal PPP M Romahurmuzy, ada beberapa alasan mengapa bahan bakar minyak mengalami kenaikan. Antara lain harga BBM bersubsidi Rp 4.500 terlalu murah, jauh berbeda dengan harga BBM industri yang mencapai Rp 9.300. Harga BBM Indonesia juga termurah di kawasan ASEAN. Harga BBM Indonesia sangat murah jika dibandingkan misalnya dengan Vietnam (RON 92) Rp 15.553, Laos Rp 13.396, Kamboja Rp 13.298, dan Myanmar Rp 10.340. Alasan berikutnya yaitu seperlima APBN telah tersedot untuk subsidi energi yang bersifat konsumtif. Hal ini membuat ruang gerak belanja negara untuk sektor produktif yang lebih bersifat jangka panjang menjadi terbatas. Lalu fakta umumnya subsidi bahan bakar minyak yang berlangsung selama ini tidak sesuai ketentuan UU 30/2007 tentang Energi. Di dalam Pasal 7 Ayat (2) disebutkan bahwa subsidi disediakan untuk kelompok masyarakat tidak mampu. Namun kenyataannya, subsidi BBM dinikmati lebih 70 persen oleh kelas menengah pemilik mobil pribadi dan sepeda motor bersilinder tinggi. Bober Cafe sangat bisa terkena dampak kenaikan harga bahan bakar minyak ini. Bober Cafe sendiri menawarkan kebutuhan hedonic seseorang terhadap makanan dan memiliki speciality produk seesha smoking serta beberapa menu andalan yang di lengkapi live musik setiap hari rabu, jumat, sabtu, dan minggu. Bober Cafe pada
dasarnya menawarkan beragam produk pangan mulai dari makanan kue kering, camilan, dan makanan berat untuk breakfast, lunch, dan dinner yang di dukung dengan tempat strategis di tengah kota. Dapat terlihat bahwa untuk memuaskan kebutuhan serta mempertahankan loyalitas konsumen tidaklah mudah. Apalagi dengan adanya kenaikan harga bahan bakar minyak, pihak Bober Café pasti memiliki beberapa masalah terutama terhadap melonjaknya kebutuhan bahan baku pokok untuk menu hidangan di café tersebut. Misalnya saja harga cabai, Pasca kenaikan harga bahan bakar minyak subsidi yang dilakukan pemerintah. Beberapa harga komoditas pangan di pasar tradisional sudah mulai merangkak naik. Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia Ngadiran mengatakan, beberapa jenis sayuran atau komoditas pertanian serta telur ayam terkerek naik setelah harga BBM dinaikkan. Kenaikan harga yang terjadi berkisar antara 10% hingga 30% diakibatkan oleh kenaikan harga ongkos transportasi yang berkisar 10-15%. Kenaikan terjadi di hampir semua kebutuhan pangan mulai dari cabe, kentang hingga telur ayam.Salah satunya karena ongkos transportasi yang naik 10-15% (DetikFinance.com). Bermunculannya restoran atau café baru di Indonesia yang semakin banyak membuat persaingan menjadi ketat, yang akan bertahan adalah mereka yang paling baik dalam memberikan pelayanan kepada konsumen serta dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Bober Café memiliki konsep yang masih berada di kawasan blue ocean yaitu 24 Hours Everyday . Hal tersebut dapat dijadikan keuntungan bagi Bober Café. Disaat kelaparan di tengah malam tak perlu lagi untuk mengatur jadwal
untuk bersantai kapanpun bahkan jam berapapun. Konsep tersebut menjadi poin lebih untuk Bober Café yang telah berdiri kurang lebih 8 tahun. Beberapa keuntungan tersebut belum tentu dapat berjalan lancar setelah kenaikan harga bahan bakar minyak sudah terealisasikan oleh pemerintah. Setelah melakukan pra survey perusahaan harus menghitung ulang harga (cost) mulai dari pengeluaran, penentuan harga baru, serta upah atau gaji karyawan di Bober Café. Setelah terjadinya kenaikan harga bahan bakar minyak, mempertahankan loyalitas konsumen di Bober Café semakin tidak mudah. Dampak kenaikan harga bahan bakar minyak akan membuat konsumen lebih selektif dalam menentukan pilihannya terutama harga. Dimana harga yang cocok dan sesuai kebutuhan konsumen akan menjadi pilihan utama. Dalam hal ini adalah pemilihan tempat makan. Harga adalah suatu nilai yang harus di keluarkan oleh pembeli untuk mendapatkan barang atau jasa yang memiliki nilai guna untuk memuaskan kebutuhan. Dalam menetapkan harga di perlukan suatu pendekatan yang sistematis, yang mana melibatkan penetapan tujuan dan mengembangkan suatu struktur penetapan harga yang tepat. Bober Cafe yang merupakan tempat favorit atau pilihan yang tepat untuk bersantai, harga pun dapat di jadikan keunggulan di café ini. Nama Bober Cafe sudah sangat tidak asing di mata masyarakat Bandung. Bober Cafe pun sudah memiliki cabang di kota Bandung, yaitu cabang jalan Sumatra dan berpusat di jalan R.E Martadinata (riau).
Kota Bandung merupakan kota yang sangat terkenal dengan bisnis kulinernya dan sangat diminati oleh masyarakat dalam dan luar kota Bandung. Dari data yang ada, dapat dilihat perkembangan jumlah restoran dan cafe di kota Bandung beberapa tahun terakhir: Tabel 1.1 Usaha Restoran dan Cafe di Kota Bandung Tahun
Jumlah Restoran dan Cafe
1.
2010
348
2.
2011
415
3.
2012
462
Sumber: Dinas Pariwisata Kota Bandung 2013 Dari data tersebut dapat dilihat bahwa dari tahun 2010 sampai 2012 terdapat peningkatan yang mengakibatkan persaingan dalam bidang restoran di kota Bandung semakin meningkat, sehingga perusahaan harus mempunyai ciri khas tersendiri untuk dapat bersaing dengan perusahaan yang menawarkan produk yang sejenis agar loyalitas konsumen terbentuk. Tapi persaingan bisa saja menurun dikarenakan
beberapa dari mereka memilih gulung tikar, akibat kenaikan harga bahan bakar minyak. Dalam memenuhi kepuasan konsumen, tentunya banyak faktor yang harus di miliki Bober Cafe, salah satunya mengetahui consumer behavior atau perilaku konsumen. Dalam mewujudkan tujuan pemasaran dalam meningkatkan loyalitas pelanggan atau konsumen terhadap barang atau jasa yang diproduksi oleh suatu perusahaan, maka kita perlu memahami perilaku konsumen. Perilaku setiap individu berbeda-beda. Perbedaan itu juga terdapat ketika mereka mengkonsumsi barang dan jasa. Konsumen dengan pendapatan yang tinggi dan kelas sosial atas, pasti mengkonsumsi barang yang berbeda dengan konsumen dengan pendapatan rendah dan kelas sosial bawah. Dalam hal ini, Bober Cafe harus menerapkan strategi pemasaran sesuai dengan segmentasi pasar yang telah mereka tentukan. Dampak kenaikan harga bahan bakar minyak di Indonesia mungkin belum tentu berpengaruh terhadap loyalitas konsumen di Bober Café, apabila konsumen di café tersebut tidak memperdulikan harga asalkan kebutuhan untuk kepuasaan mereka terpenuhi. Loyalitas konsumen mengacu kepada keputusan pembelian yang dapat berdampak terhadap pembelian ulang (rebuying). Hal-hal tersebut berkaitan erat dengan mutu yang berdampak langsung pada prestasi produk/jasa dan demikian juga dengan kepuasaan konsumen setelah kenaikan harga bahan bakar minyak terjadi.
Konsumen menilai pelayanan tersebut dengan cara membandingkan pelayanan yang mereka terima (perception) dengan pelayanan yang mereka harapkan (expection). Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul PENGARUH KENAIKAN HARGA JUAL BAHAN BAKAR MINYAK TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN DI BOBER CAFÉ. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dari itu penelitian difokuskan kepada aspek loyalitas konsumen yang dapat dipengaruhi oleh harga yang ditawarkan Bober Café. Dewasa ini ekonomi global sudah memasuki era persaingan ketat atau hypercompetition. Maka dari itu Bober Café harus memiliki strategi khusus untuk dapat unggul dalam persaingan di bidang kuliner di Bandung. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis mengidentifikasi masalah yang akan diteliti adalah 1. Bagaimana tanggapan atau opini konsumen Bober Café terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak? 2. Bagaimana Loyalitas konsumen di Bober Café? 3. Seberapa besar pengaruh kenaikan harga jual bahan bakar minyak terhadap loyalitas konsumen di Bober Café?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah teruraikan di atas maka tujuan penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui tanggapan konsumen Bober Café atas kenaikan harga bahan bakar minyak. 2. Perbandingan loyalitas konsumen di Bober Café sebelum dan sesudah terjadi kenaikan bahan bakar minyak. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap loyalitas konsumen di Bober Café. 1.4 Kegunaan Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait, yaitu: 1. Bagi penulis Hasil penelitian ini dapat meningkatkan wawasan serta pengetahuan penulis tentang manajemen pemasaran dalam hal ini harga dan loyalitas konsumen. Khususnya pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap loyalitas konsumen di Bober Café.
2. Bagi perusahaan Hasil penelitian ini dapat membantu memberikan masukan dan pertimbangan untuk Bober Café dalam mengambil suatu keputusan, khususnya harga. Serta dapat menjadi panduan untuk dapat mengelola café tersebut di masa yang akan datang. 3. Bagi pihak lain Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan dapat dijadikan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya. 1.5 Kerangka Pemikiran Dalam bidang usaha kuliner, persaingan tentu saja tidak dapat di hindari. Perusahaan harus mengetahui peluang yang dapat datang dari arah manapun dan mampu memahami keinginan dan kebutuhan konsumen. Salah satunya dengan menciptakan harga. Cepat atau lambatnya keputusan pembelian dapat di dasari dari harga, apakah sesuai atau tidak untuk memenuhi kepuasaan konsumen. Menurut Tjiptono (2002) : Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa.Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung terhadap laba perusahaan .
Kemudian menurut Dharmesta (2008: 241)
Harga adalah uang (ditambah
beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanan . Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa harga adalah satuan moneter yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan dan mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya. Menurut Machfoedz (2005: 136) penetapan harga dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal . Faktor internal meliputi tujuan pemasaran perusahaan, strategi bauran pemasaran, biaya, dan metode penetapan harga. Faktor eksternal meliputi sifat pasar dan permintaan, persaingan, dan elemen lingkungan yang lain. Namun dalam penelitian ini, penulis hanya ingin meneliti faktor-faktor yg terjadi secara eksternal, karena respondennya adalah para pelanggan di Bober Café. Penetapan harga merupakan hal yang penting dalam suatu usaha. Menurut Machfoedz (2005: 139) penetapan harga adalah Tujuan penetapan harga meliputi Orientasi laba yaitu mencapai target baru dan meningkatkan laba. Dan Orientasi penjualan meningkatkan volume penjualan, dan mempertahankan atau mengembangkan pangsa pasar . Kemudian menurut Tjiptono (2002) tujuan penetapan harga adalah :
1. Berorientasi laba yaitu bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba yang paling tinggi. 2. Berorientasi pada volume yaitu penetapan harga berorientasi pada volume tertentu. 3. Berorientasi pada citra (image) yaitu bahwa image perusahaan dapat dibentuk melalui harga. 4. Stabilisasi
harga
yaitu
penetapan
harga
yang
bertujuan
untuk
mempertahankan hubungan yang stabil antara harga perusahaan dengan harga pemimpin pasar (market leader). 5. Tujuan lainnya yaitu menetapkan harga dengan tujuan mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas konsumen, mendukung penjualan ulang atau menghindari campur tangan pemerintah.
Menciptakan hubungan yang kuat dan erat dengan pelanggan adalah mimpi semua pemasar dan hal ini sering menjadi kunci keberhasialan pemasaran jangka panjang, loyalitas konsumen menurut Kotler dan Keller (2010:138) menyatakan customer loyalty adalah komitmen yang dipegang secara mendalam untuk membeli atau mendukung kembali produk atau jasa yang disukai di masa depan meski pengaruh situasi dan usaha pemasaran berpotensi menyebabkan pelanggan beralih . Sedangkan menurut Tjiptono (2000:24) menyatakan loyalitas konsumen adalah
suatu hubungan antara perusahaan dan pelanggan di mana terciptanya suatu kepuasaan sehingga memberikan dasar yang baik untuk melakukan suatu pembelian kembali terhadap barang yang sama dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut . Adapun Menurut Griffin dalam Ratih Hurriyati (2005:130) karakteristik pelanggan yang loyal, yaitu: 1. Melakukan pembelian secara teratur. 2. Tidak terpengaruh daya tarik pesaing atau menolak produk pesaing. 3. Menarik pelanggan baru untuk perusahaan. 4. Membeli di luar produk atau jasa. Secara umum loyalitas konsumen dapat diartikan kesetiaan seseorang atas suatu produk, baik barang maupun jasa tertentu, loyalitas konsumen merupakan manifestasi dan kelanjutan dari kepuasan konsumen dalam menggunakan fasilitas maupun jasa pelayanan yang diberikan oleh pihak perusahaan. Loyalitas adalah bukti konsumen yang selalu menjadi pelanggan, yang memiliki kekuatan dan sikap positif atas perusahaan atau café itu. Berdasarkan
uraian
di
atas,
maka
dapat
diambil
suatu
hipotesis
yaitu semakin murah harga yang diberikan oleh Bober Café, semakin tinggi pula loyalitas konsumen di Bober Café
1.6 Metode Penelitian Untuk melakukan penelitian dalam skripsi ini, metode yang di gunakan adalah deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan suatu kondisi atau suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006) Data yang berhasil dikumpulkan selama penelitian kemudian dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan dasar-dasar teori yang ada, sehingga dapat memperjelas gambaran objek yang diteliti. Beberapa teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Penelitian lapangan Wawancara Yaitu melakukan sesi tanya jawab dengan pihak-pihak yang terkait dalam perusahaan dan mempunyai wewenang untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Kuesioner Yaitu menyebarkan beberapa pertanyaan dimana alternative jawaban sudah dipersiapkan terlebih dahulu yang diberikan kepada responden yang telah di tetapkan sebagai sampel.
Observasi Yaitu melakukan penelitian dan pengamatan secara langsung mengenai objek yang diteliti, melihat, mengamati dan mencatat data yang diperlukan. 2. Penelitian kepustakaan Dengan membaca berbagai literature dan bahan-bahan yang berhubungan dengan variabel serta objek penelitian atau teori-teori yang berhubungan dengan masalah penelitian tersebut. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam skripsi ini, untuk memperoleh informasi dan pengumpulan data yang dibutuhkan penulis melakukan penelitian di Bober Café Riau Jl. R.E. Martadinata No. 123 Bandung.Waktu penelitian dimulai pada bulan Juni 2013 sampai skripsi ini selesai.