Boks 1. Peluang Peningkatan Pendapatan Petani Karet Melalui Kerjasama Kemitraan Pemasaran Bokar Dengan Pabrik Crumb Ruber
Melesatnya harga minyak bumi dunia akhir-akhir ini mengakibatkan harga produk-produk berbahan baku minyak bumi cenderung meningkat, seperti yang terjadi pada harga produk karet sintetis. Dengan demikian, harga karet alam sebagai barang substitusi juga terkatrol meningkat menjadi berkisar USD 2.14/kg (awal Agustus 2007). Dalam 20 tahun mendatang diperkirakan permintaan komoditi karet alam akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi negara China dan India sebagai konsumen terbesar karet dunia. Meskipun meningkatnya permintaan komoditi karet alam akan menjadi peluang dalam meningkatkan pendapatan petani karet, namun hal ini ternyata belum cukup berpengaruh pada kesejahteraan petani karet di Jambi. Sistem pemasaran bokar yang saat ini dihadapi petani masih menghasilkan biaya ekonomi tinggi bagi keluarga petani, yang disebabkan oleh tiga hal, yaitu (a) panjangnya rantai pemasaran (marketing channel) dari petani ke industri karet remah, (b) rendahnya kualitas bokar yang dihasilkan petani, dan (c) keterikatan sebagian besar petani Jambi dengan para tengkulak di desa. Dari hasil penelitian Bank Indonesia (BI, 2006) ketiga hal tersebut telah menyebabkan rendahnya bagian harga yang diterima (farmer share) petani, yaitu sekitar 38,4% dari harga indikasi. Peluang perbaikan sistem pemasaran bokar dalam upaya meningkatkan pendapatan petani karet di Provinsi Jambi ditawarkan oleh PT Djambi Waras (pabrik pengolahan karet remah terbesar di Provinsi Jambi). Peluang yang ditawarkan adalah memperpendek saluran pemasaran bokar menjadi pemasaran langsung melalui sistem kemitraan yang mengikat kerjasama pemasaran dengan kelompok tani atau koperasi petani perkebunan. Dalam sistem kemitraan ini pihak industri akan memperoleh keuntungan ganda, yaitu selain mendapatkan jaminan pasokan, juga mendapatkan jaminan kualitas bahan baku dari petani. Dimana berdasarkan hasil penelitian Bank Indonesia (BI, 2006) menunjukkan bahwa pola kemitraan tersebut mampu memberikan harga yang lebih baik kepada petani anggota koperasi, yaitu peningkatan sekitar 14,2% sampai dengan 17,6% dibandingkan harga pada tingkat petani lainnya. Menindaklanjuti hasil penelitian tersebut, Kantor Bank Indonesia Jambi berinisiasi untuk memfasilitasi kerjasama peningkatan pendapatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), dalam hal ini petani karet. Guna mendukung kegiatan fasilitasi ini, dilakukan suatu kajian untuk memperoleh informasi mengenai peluang peningkatan pendapatan petani melalui kemitraan pemasaran berdasarkan potensi produksi dan potensi pemasaran yang ada pada masing-masing kelompok tani.
Sebagai pilot project, kajian ini dilakukan di salah satu sentra produksi karet di Provinsi Jambi, yaitu Kabupaten Batanghari dengan luas areal 105.806 hektar atau 17% dari luas total areal Jambi dan produksi 50.461 ton atau 20% dari total produksi karet di Jambi, dan melibatkan 34.787 kepala keluarga. Dari pengumpulan data primer, diperoleh informasi bahwa sebagian besar petani/responden (86%) menjual bokar ke pedagang desa, kecuali Kelompok Tani Rukun Tani, dimana saluran pemasarannya adalah melalui pedagang desa kemudian dijual ke gudang perusahaan di Payo Selincah Kota Jambi (77%). Secara umum, keterikatan petani dengan pedagang desa, biasa disebut toke atau tengkulak, sudah memiliki jalinan yang sangat erat. Dari pengumpulan data primer di 4 kelompok tani, diperoleh hasil bahwa peran pedagang desa mempunyai pengaruh yang sangat besar (dengan 87% responden menyatakan penting) bagi petani. Meskipun petani dan kelompok tani selalu merasa tidak puas dengan penetapan harga dan kadar karet kering yang ditentukan sepenuhnya oleh pedagang desa, namun petani dan kelompok tani tetap cenderung memasarkan dan menjual bokar ke pedagang desa, hal ini disebabkan petani tidak memiliki posisi tawar yang cukup kuat dalam penetapan harga. Adapun alasan yang membuat petani tetap bertahan menjual bokar ke pedagang desa adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup harian, membayar hutang ke pedagang desa, yang mana harus dibayar hanya dengan bokar, serta untuk mempermudah perolehan pinjaman di masa yang akan datang. Potensi Produksi dan Volume Pemasaran Berdasarkan hasil pengumpulan data primer pada kegiatan identifikasi kelompok tani, potensi produksi dari masing-masing kelompok tani yang diamati dihitung dari rata-rata produksi anggota kelompok tani per minggu. Tabel. 1 berikut menyajikan potensi produksi masing-masing kelompok tani yang diamati. Tabel .1 Potensi Produksi dan Produktivitas Bokar Kelompok Tani
Serba Jadi Rukun Tani Jaya Bersama
Jumlah Anggota (KK) 34 25 50
Mawar Merah
26
No
Kelompok Tani
1 2 3 4
3,54 3,50 2,00
Rata-rata Produksi per KK (Kg/minggu) 105,0 153,8 123,0
Produktivitas per Ha per Tahun *) 652,54 1.218,10 1.353,00
2,73
103,0
830,04
Rata-rata Luas Kebun (Ha)
Sumber : Hasil olahan data primer *) = dihitung berdasarkan indikator-indikator sbb: (1) Rata-rata KKK=50%, kecuali Rukun Tani = 63%. (2) Periode panen 11 bulan
Produktivitas per hektar per tahun kelompok tani dihitung dari rata-rata produksi anggota per minggu, dikali dengan jumlah KK anggota kelompok tani, dikali jumlah minggu dalam satu tahun. Produktivitas per tahun dari setiap kelompok tani juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya. Seperti pada Kelompok Tani Serba Jadi dan Mawar Merah, produktivitas per hektar setiap tahunnya relatif rendah karena
sebagian besar tanaman karet yang diusahakan adalah tanaman tua, dan kondisi kebun tidak terawat. Sementara Kelompok Tani Rukun Tani memiliki produktivitas yang relatif tinggi karena tanaman karet yang disadap merupakan tanaman muda dengan kualitas bibit yang baik. Demikian juga dengan Kelompok Tani Jaya Bersama, dimana tingginya produktivitas dipengaruhi oleh tanaman yang masih muda dengan bibit yang baik serta didukung dengan jumlah anggota yang lebih banyak sebagai faktor pengkali dalam menghitung produktivitas per hektar per tahun. Berdasarkan potensi produksi seperti yang diuraikan di atas, maka dapat diprediksi potensi volume pemasaran yang dapat diperoleh masing-masing kelompok tani seperti terlihat pada Tabel.2 Tabel.2 Potensi Volume Pemasaran Bokar Kelompok Tani No
Kelompok Tani
Jumlah Anggota (KK)
Rata-rata Prod per KK (Kg/minggu)
Potensi Penjualan Bokar KT (kg/minggu)
1
Serba Jadi
34
105,0
3.570
2
Rukun Tani
25
153,8
3.845
3
Jaya Bersama
50
123,0
6.150
4
Mawar Merah
26
103,0
2.678
Sumber: Hasil olahan data primer
Besarnya potensi volume pemasaran dalam tabel di atas, dipengaruhi oleh banyaknya jumlah anggota dan rata-rata produksi per minggu anggota kelompok, dimana Kelompok Tani Jaya Bersama memiliki potensi volume pemasaran yang paling tinggi karena memiliki jumlah anggota paling banyak, yakni 50 orang. Sedangkan Kelompok Tani Mawar Merah memiliki potensi volume pemasaran yang paling rendah karena rata-rata produksi anggotanya relatif rendah dibanding kelompok yang lain. Peluang Peningkatan Pendapatan Petani Peluang yang ada saat ini, dalam upaya peningkatan pendapatan petani, adalah dengan mendekatkan petani ke industri crumb rubber melalui kemitraan pemasaran. Dengan memperkecil margin pemasaran, baik yang timbul dari keuntungan lembaga maupun biaya pemasaran, maka pendapatan petani akan dapat ditingkatkan, sehingga farmer share yang diterima petani juga akan semakin besar atau meningkat. Selain itu petani juga akan diuntungkan dengan adanya transparansi langsung dari pihak industri, baik dalam penetapan harga, timbangan dan juga penetapan KKK. Peluang untuk meningkatkan pendapatan petani melalui kemitraan dapat digambarkan dalam suatu ilustrasi berikut, dimana bokar petani diasumsikan dalam kondisi bokar basah. a.
Pemasaran Bokar Melalui Pedagang Desa (Kasus Desa Serasah) Skema saluran pemasaran yang terlihat pada gambar berikut ini adalah contoh
saluran pemasaran bokar yang terjadi pada petani Desa Serasah yang tidak tergabung ke dalam Kelompok Tani Rukun Tani.
Petani
Pedagang Desa
Payo Selincah
Gambar. 1 Saluran Pemasaran Bokar Petani di Desa Serasah
Pada saluran ini, petani menjual bokar ke pedagang desa sebanyak 3,75 ton dengan harga Rp7.700/kg dan dikenakan potongan basi sebesar 20%. Ilustrasi penerimaan petani melalui saluran ini ditampilkan pada Tabel.3. Tabel. 3 Ilustrasi penerimaan petani jika memasarkan bokar melalui pedagang desa Penerimaan Petani 1. Volume Bokar Petani (kg)
3,750
2. Basi 20% (kg)
750
3. Harga Berlaku (Rp/Kg)
7.700
4. Pendapatan Petani ((1-2) x 3)) (Rp)
23.100.000
5. Pendapatan per kg (Rp)
6.160 / kg
Sumber : Hasil olahan data primer
Kemudian pedagang desa membawa bokar ke Payo Selincah, dengan penyusutan 14% dari sebelumnya. Dari sini pedagang desa sudah mendapatkan keuntungan berat bokar 6%. Ilustrasi keuntungan yang diperoleh pedagang desa ditampilkan pada Tabel. 4 Tabel. 4 Ilustrasi Keuntungan pedagang desa Keuntungan Pedagang 1. Volume Bokar (kg)
3,750
2. Susut 14% (kg) 3. Harga Berlaku (Rp/Kg) 4. Pendapatan Pedagang ((1-2) x 3)) (Rp) 5. Pembelian kepada petani dengan harga Rp7.700/Kg (Rp) 6. Pendapatan Bersih Pedagang (Rp)
525 8.400 27.090.000 23.100.000 3.990.000
7. Biaya Sewa Kendaraan (Rp) 8. Biaya Muat Rp70/kg (Rp) 9. Biaya Makan (Rp) 10. Biaya Pemasaran (7+8+9) (Rp)
300.000 262.500 70.000 632.500
11. Potongan Buruh 0.5% (Rp) 12. Potongan Komisi 1% (Rp) 13. Jumlah Potongan (Rp) 14. Keuntungan Pedagang (6-10-13) (Rp)
135.450 270.900 406.350 2.951.150
15. Keuntungan per kg (14 : (1-2)) (Rp)
Rp787/kg
Sumber : Hasil olahan data primer
b. Pemasaran Bokar melalui kemitraan dengan pabrik (Kasus Kel. Tani Rukun Tani) Saluran pemasaran bokar pada gambar berikut adalah saluran pemasaran bokar yang terjadi pada Kelompok Tani Rukun Tani Desa Serasah yang telah menjalin kerjasama kemitraan dengan PT Djambi Waras.
Petani
Pabrik Crumb Rubber
Gambar. 2 Saluran Pemasaran Kelompok Tani Rukun Tani Desa Serasah Melalui Kerjasama Pemasaran dengan PT Djambi Waras
Pada saluran pemasaran di atas, terlihat bahwa Kelompok Tani Rukun Tani menjual bokar langsung ke pabrik crumb rubber. Jika diasumsikan volume penjualan bokar adalah sama, yaitu 3.750 kilogram, maka peningkatan pendapatan bersih yang diterima petani untuk satu kilogram bokar akan terlihat seperti pada Tabel.5 Tabel.5 Ilustrasi pendapatan petani melalui kerjasama pemasaran bokar dengan pabrik Keuntungan Petani/Kelompok Tani 1. Volume Bokar (kg) 2. Susut 10% (kg) 3. Harga Berlaku (Rp) 4. Pendapatan Petani((1-2) x 3))
3,750 375 8.800 29.700.000
5. 6. 7. 8. 9.
300.000 262.500 70.000 632.500 29.067.500
Biaya Sewa Kendaraan Biaya Muat (Rp70/kg) Biaya Makan Biaya Pemasaran (5+6+7) Penerimaan Bersih Petani (4-8)
10. Pendapatan per kg (9: (1-2))
Rp7.751/kg
Sumber : Hasil olahan data primer
Dengan membandingkan Tabel.3 dan Tabel.5, akan terlihat bahwa pendapatan petani dapat meningkat apabila melakukan kemitraan pemasaran bokar dengan pabrik. Sebagaimana yang terlihat pada Tabel. 6, dimana terdapat selisih perbandingan pendapatan antara petani yang menjual ke pedagang desa dengan petani yang bermitra dengan pabrik, dimana pendapatan petani yang melakukan kemitraan dengan pabrik lebih besar (selisih Rp1.591/kg bokar) dibanding pendapatan yang diperoleh dari menjual bokar ke pedagang desa.
Tabel.6 Perbandingan pendapatan petani yang menjual bokar ke pedagang desa dengan petani yang bermitra dengan pabrik Perbandingan Pendapatan Bersih Per Kilogram Bokar Melalui Pedagang Desa
Rp 6.160
Melalui kemitraan dengan pabrik
Rp 7.751
Selisih
Rp 1.591
Sumber : Hasil olahan data primer
Dengan cara yang sama melalui pengolahan data primer pada tiga kelompok tani lainnya, diperoleh peningkatan harga per kilogram bokar seperti ditampilkan dalam Tabel.7. Tabel.7 Peningkatan harga bokar petani melalui kemitraan No
Kelompok Tani
Kenaikan Harga Petani per kg Bokar
1
Serba Jadi
Rp 1.008
2
Rukun Tani
Rp 1.591
3
Jaya Bersama
Rp 1.035
4
Mawar Merah
Rp 737
Sumber : Hasil olahan data primer
Pada Tabel.7 di atas terlihat bahwa peningkatan harga per kilogram bokar masing-masing kelompok tani, yang dihitung menurut harga pedagang desa yang berlaku di masing-masing desa dan perkiraan biaya pemasaran yang sama untuk tiap kelompok tani, diperoleh peningkatan harga pada semua kelompok tani. Peningkatan harga per kilogram bokar yang paling tinggi terdapat pada Kelompok Tani Rukun Tani, dimana kelompok ini telah menjalani kerjasama pemasaran dengan pabrikan. Sementara peningkatan harga yang paling kecil terdapat pada Kelompok Tani Mawar Merah. Berdasarkan peningkatan harga per kilogram bokar seperti yang disajikan pada Tabel.7, maka dapat dihitung peningkatan pendapatan petani anggota kelompok per bulan yang diperoleh dari rata-rata produksi petani per bulan (rata-rata produksi per minggu x 4) dikalikan dengan peningkatan harga (Tabel.7). seperti disajikan pada Tabel.8. Tabel.8 Peningkatan pendapatan petani per bulan melalui Kemitraan No
Kelompok Tani
Rata-rata Produksi petani per bulan (Kg)
Kenaikan Pendapatan Petani per bulan
1 2 3 4
Serba Jadi Rukun Tani Jaya Bersama Mawar Merah
420 615 492 412
423,360 978,465 509,220 303,644
Sumber : Hasil olahan data primer
Dari tabel 4.8 terlihat bahwa melalui kerjasama kemitraan pemasaran dengan pabrik, terdapat peluang peningkatan pendapatan petani minimal sebesar Rp 303.644,- per bulan (Mawar Merah), dan bahkan bisa mencapai Rp 978.465,- (Rukun Tani). Langkah-langkah yang telah ditindaklanjuti dalam rangka kerjasama pemasaran bokar yaitu: 1. Penandatanganan Surat Perjanjian Kerjasama Kemitraan Pemasaran Bokar antara Kelompok Tani/Koperasi dengan PT Djambi Waras yang disetujui oleh Kepala Dinas Perkebunan, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi serta diketahui oleh Bupati Batanghari. 2. Pemerintah Kabupaten Batanghari telah memberikan dukungan dana berupa bantuan modal usaha sebesar Rp 50 juta untuk Kelompok Tani/Koperasi beserta petunjuk penggunaannya. 3. Pendampingan dan pelatihan dalam upaya perbaikan manajemen dan peningkatan kualitas usaha kelompok tani/koperasi. Pelatihan tersebut dilakukan oleh dinas-dinas terkait yang dibantu oleh Bank Indonesia Jambi. 4. Perusahaan industri crumb rubber diharapkan mempunyai tanggung jawab moral dalam membina mitranya (kelompok tani/koperasi), baik dengan memberi dukungan modal usaha maupun dengan pembinaan teknis.
Rekomendasi Dari hasil kajian Peluang Peningkatan Pendapatan Petani Karet Melalui Kerjasama Kemitraan Pemasaran Bokar Dengan Pabrik Crumb Ruber yang telah dilaksanakan oleh Bank Indonesia Jambi serta telah diimplementasikannya beberapa langkahlangkah penting yang merupakan tindak lanjut dari hasil kajian tersebut, beberapa hal yang perlu dilakukan untuk lebih mensukseskan program dimaksud, antara lain: 1. Kerja sama pemasaran bokar yang telah berlangsung di KUD Kabupaten Batanghari perlu diperluas cakupannya ke KUD lainnya, baik di Kabupaten Batanghari maupun di Kabupaten lain. 2. Perlunya perhatian yang lebih intensif dari pemerintah daerah bekerjasama dengan industri crumb rubber untuk memberikan bantuan dana dan bantuan teknis secara berkelanjutan kepada KUD yang layak dibiayai dalam rangka kerjasama kemitraan pemasaran bokar.