Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas tersusunnya Prosiding “Workshop MRV dalam rangka REDD+ di Provinsi Nusa Tenggara Barat”. Prosiding ini merupakan hasil dari workshop dengan judul yang sama yang dilaksanakan di Mataram pada tanggal 20 September 2012. Workshop ini merupakan hasil kerjasama antara Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Kementerian Kehutanan dengan Dinas Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Workshop ini ditujukan untuk mengidentifikasi pengembangan desain MRV di tingkat nasional dan sub nasional, mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dalam kesiapan dan tantangan di daerah untuk mewujudkan sistem MRV perhitungan dan monitoring karbon. Akhirul kata, penghargaan dan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berperan secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan prosiding ini dan dicatat sebagai amal ibadah oleh Allah SWT. Semoga prosiding ini memberikan manfaat bagi semua pihak. Amin.
Bogor, November 2012 Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan
Dr. Ir Kirsfianti L. Ginoga, M.Sc
RUMUSAN WORKSHOP SISTEM MRV PERHITUNGAN KARBON UNTUK REDD+ DI PROVINSI NTB Mataram, 20 September 2012 Hasil Pertemuan Workshop Sistem MRV Perhitungan Karbon untuk REDD+ di provinsi NTB dihadiri oleh 75 peserta terdiri dari berbagai elemen antara lain pemerintah, pemerintah provinsi, Pemerintah kabupaten/Kota, akademisi, masyarakat, LSM, dan Swasta, menghasilkan rumusan sebagai berikut : Hutan sangat penting dalam konteks pengurangan emisi karbon, oleh karena itu kondisi sumberdaya hutan perlu dimonitor, sehingga perlu adanya sistem monitoring hutan yang handal dan transparan melalui perhitungan karbon secara akurat dan akuntable. Hal ini harus ditunjang adanya kepastian adanya Peran Masyarakat dalam mengimplementasikan program REDD+ dengan penerapan prinsip kriteria indikator SafeguardsIndonesia : 1. Memastikan status hak atas tanah dan wilayah 2. Melengkapi atau konsisten dengan target pengurangan emisi, konvensi dan kesepakatan internasional terkait 3. Memperbaiki tata kelola kehutanan 4. Menghormati dan memberdayakan pengetahuan dan hak masyarakat adat dan masyarakat lolak 5. Partisipasi para pemangku kepentingan secara penuh dan efektif dan mempertimbangkan keadilan gender 6. Memperkuat konservasi hutan alam 7. Aksi untuk menangani resiko-balik (reversals) 8. Aksi untuk mengurangi pengalihan emisi 9. Manfaat REDD dibagi secara adil ke semua pemegang hak dan pemangku kepentingan yang relevan 10. Menjamin informasi yang transparan, akuntabel dan terlembagakan
Peran KPH Rinjani Barat da lam mendukung pelaksanaan REDD + dan Penurunan Emisi : 1. Memperbaiki tatakelola hutan (forest governance) 2. Menurunkan laju deforestasi dan degradasi hutan 3. Mempercepat rehabilitasi dan reforestasi 4. Meningkatkan perlindungan dan pengamanan hutan 5. Meningkatkan manfaat hutan bagi masyarakat di sekitar hutan 6. Meningkatkan stabilitas supply hasil hutan 7. Menyediakan data/informasi SDH sebagai dasar perencanaan 8. Memfasilitasi perdagangan karbon 9. Menjadi habitat tenaga profesi/teknis kehutanan Seluruh program diatas harus dilakukan secara terintegrasi baik sektoral (level nasional maupun daerah), integrasi scientific maupun integrasi antar wilayah/kawasan. Dalam impelemntasi smua program REDD+ harus secara jelas menentukan penerima benefit dan manfaat benefit sharing serta dasar dalam menentukan penerima benefit : equity, fairness serta mekanisme yang jelas. Hal yang menjadi catatan penting dalam pertemuan ini bahwa tidak ditujukan untuk memutuskan komposisi tegakan pohon dalam satu kawasan yang akan dikelola oleh masyarakat. Perlu dilakukan sosialisasi yang intensif di berbagai level masyarakat, sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat memahami kebijakan REDD+ secara utuh. Demikian rumusan workshop sistem MRV perhitungan karbon untuk REDD+ di provinsi NTB.
f. Peran Masyarakat dalam REDD+ dan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam MRV (Ir. M. Ridho 16 Hakim, M.Si) .......................................................... g. Climate Adaptation in Lombok, Indonesia: Lesson Learnt from Korea – Indonesia Climate Joint 21 Project (Chairil Anwar Siregar, Ph.D-KOICA) ...... h. Kesiapan KPH Rinjani Barat dalam Penyusunan REL/RL (Ir. Madani Mukarom, BScF, M.Si) ......... 24 25 3. Diskusi ........................................................................ 25 SESI I ........................................................................... 25 Pertanyaan ................................................................... 27 Tanggapan dari Narasumber ....................................... 28 SESI II .......................................................................... 28 Pertanyaan ................................................................... 29 Tanggapan dari Narasumber: ...................................... 31 C. Rumusan........................................................................... III. DOKUMENTASI ....................................................................... 33 34 A. Foto Penyelenggaraan ..................................................... 35 B. Daftar Undangan ............................................................. 37 C. Materi Presentasi ..............................................................