Kontroversi Pemanfaatan Organisme Transgenik dan Produk yang Dihasilkan oleh Drs. Agus Hery Susanto, M.S.
Pendahuluan Teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetika telah melahirkan revolusi baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia, yang dikenal sebagai revolusi gen. Produk teknologi tersebut berupa organisme transgenik atau organisme hasil modifikasi genetik
(OHMG), yang dalam batrasa Inggris disebut dengan genetically modified organism (GMO). Namun, sering kali pula aplikasi teknologi DNA rekombinan bukan berupa pemanfaatan langsung organisme transgenikny4 melainkan produk yang dihasilkan oleh
organisme transgenik. Dewasa
ini
cukup banyak organisme transgenik atau pun
produknya yang dikenal oleh kalangan masyarakat luas. Beberapa di antaranya bahkan
telah digunakan untuk memenuhi kebutuhaa hidup sehari-hari. Berikut
ini
akan
dikemukakan beberapa contoh pemanfaatan organisme transgenik dan produk yang dihasilkannya dalam berbagai bidang kehidupan manusiq khususnya bidang pertanian dan kesehatan.
Aplikasi Teknologi DNA Rekombinan di Bidang Pertanian dan Kesehatan Aplikasi teknologi DNA rekombinan di bidang pertaniao berkembang pesat dengan dimungkinkannya transfer gen asing
ke dalam tanaman
dengan bantuan bakteri
Agrobacterium tumefaciens. Melalui cara ini telah berhasil diperoleh sejumlah tanaman
transgenik seperti tomat dan tembakau dengan sifat-sifat yang diinginkan, misalnya perlambatan kematangan buah dan resistensi terhadap hama dan penyakit tertentu. Pada dasamya rekayasa genetika
di bidang pertanian bertujuan untuk menciptakan
ketahahan pangan suatu negara dengan cara meningkatkan produksi, kualitas, dan upaya
penanganan pascapanen serta prosesing hasil pertanian. Peningkatkan produksi pangan
melalui revolusi gen ini tenryata memperlihatkan hasil yang jauh melampaui produksi pangan yang dicapai dalam era revolusi hijau.
Di samping itq kualitas gizi
serta daya
simpan produk pertanian juga dapat ditingkatkan sehingga secara ekonomi memberikan
bio.unsoed.ac.id
keuntungan yang cukup nyata. Adapun dampak positif yang sebenarnya diharapkan akan
menyertai penemuan produk pangan hasil rekayasa genetika adalah terciptanya keanekaragaman hayati yang lebih tinggi.
Di bidang kesehatan,
rekayasa genetika terbukti mampu menghasilkan berbagai
jenis obat dengan kualitas yang lebih baik sehingga memberikan harapan dalam upaya penyembuhan sejumlatr penyakit di masa mendatang. Bahan-bahan untuk mendiagnosis berbagai macam penyakit dengan lebih akurat jugatelah dapat dihasilkan.
Teknik rekayasa genetika memungkinkan diperolehnya berbagai produk industri farmasi penting seperti insulin, interferon, dan beberapa honnon pertumbuhan dengan cam yang lebih efisien. Hal ini karena gen yang bertanggung jawab atas sintesis produk-
produk tersebut diklon
ke dalam sel inang bakteri
tertentu yang sangat cepat
pertumbuhannya dan hanya memerlukan cara kultivasi biasa.
Berbagai macam vaksin juga telah diproduksi menggunakan teknik rekayasa genetik4 misalnya vaksin herpes, vaksin hepatitis B, vaksin
ltptq
vaksin malaria dan
vaksin kolera. Kecuali vaksin kolera, vaksin-vaksin tersebut dapat diproduksi dengan lebih efisien dan dalam jumlah yang lebih besar daripada produksi secara konvensional. Penggunaan vaksin malaria sangat diperlukan karena banyak nyarnuk malaria yang saat
ini sudah resistenterhadap DDT. Permasalahan dalam Pemanfaatan Produk Teknologi DNA Rekombinan
Meskipun terlihat begltu besar memberikan manfaat dalam berbagai bidang kehidupan manusi4 produk teknoiogi DNA rekombinan (organisme transgenik beserta
produk yang dihasilkannya) telah memicu sejumlah perdebatan yang menarik sekaligus kontroversial apabila diti4iau dari berbagai sudul pandaag. Kontroversi pemanfaatan produk rekayasa genetika antara lain dapat dilihat dari aspek sosial, ekonomi, kesehatan, dan lingkungan.
{
Aspek sosial
1.
Aspeh agdmfl Penggunaan gen yang berasal dari babi untuk memproduksi bahan makanan dengan
sendirinya akan menimbulkan kekhawatiran
di kalangan
pemeluk agama Islam.
Dernikian pul4 penggunaan gen dari hewan dalam rangka meningkatkan produksi
bio.unsoed.ac.id
bahan makanan akan menimbulkan kekhawatiran bagi kaum vegetarian, yang mempunyai keyakinan tidak boleh mengonsumsi produk hewani. Sementara itu,
kloning manusia" baik parsial (hanya organ-organ tertentu) maupun
seutuhnya,
apabila telatr berhasil menjadi kenyataan akan mengundang konhoversi, baik dari
segi agama maupun nilai-nilai moral kemanusiaan universal. Demikian juga xenomnsplantasi (transplantasi organ hewan ke tubuh manusia) serta kloning stem
cell dai, embrio manusia untuk kepentingan medis juga dapat dinilai
sebagai bentuk
pelanggaran terhadap nonna agztma.
2.
Aspeh etika dan estetika
Penggunaan bakteri
E coli sebagai sel inang bagi gen tertentu yang akan
diekspresikan produknya dalam skala industri, misalnya industri
Pmge,
akan terasa
menjijikkan bagi sebagian masyarakat yang hendak mengonsumsi pangan tersebut. Hal ini karena E coli merupakan bakteri yang secara alami menghuni kolon manusia sehingga pada umumnya diisolasi dari tinja manusia.
Aepek ekonomi Berbagai komoditas pertanian hasil rekayasa genetika telah memberikan ancaman persaingan serius terhadap komoditas serupa yang dihasilkan secara konvensional. jauh Penggunaan tebu transgenik mampu menghasilkan gula dengan derajad kemanisan
lebih tinggi daripada gula dari tebu atau bit biasa. Hal ini jelas menimbulkan kekhawatiran bagi masa depan pabrik-pabrik gula yang menggunakan bahan alami. Begitu juga, produksi minyak goreng conola dari tanaman rapeseeds transgenik dapat
berpuluh kali lipat bila dibandingkan dengan produksi dari kelapa atau kelapa sawit sehingga mengancam eksistensi industri minyak goreng konvensional.
Di
bidang
petemakan, enzim yang dihasilkan oleh organisme transgenik dapat memberikan kandungan protein hewani yang lebih tinggl pada pakan temak sehingga mengancam keberadaan pabrik-pabrik tepung ikan, tepung daging, dan tepung tulang.
{
Aspek kesehatan
1.
Potensi tokisitas bahan pangan Dengan terjadinya transfer genetik di dalam tubuh organisme transgenik akan muncul
bahsn kimia baru yang berpotensi menimbulkan pengaruh toksisitas pada bahan pangan. Sebagai contoh, transfer gen tertentu dari ikan ke dalam tomat, yang tidak
bio.unsoed.ac.id
pemah berlangsung secara alami, berpotensi menimbulkan risiko toksisitas yang membalrayakan kesehatan. Rekayasa genetika batran pangan dikhawatirkan dapat
mengintroduksi alergan atau toksin baru yang semula tidak pernah dijumpai pada
batran pangan konvensional.
Di
antara kedelai transgenik, misalnya, pemah
dilaporkan adanya kasus reaksi alergi yang serius. Begitu pul4 pernah ditemukan kontaminan toksik dari bakteri transgenik yang digunakan untuk menghasilkan pelengkap makanan (food supplemenf/ triptofan. Kemungkinan timbulnya risiko yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan terkait dengan akumulasi hasil metabolisme tanamano hewan, atau mikroorganisme yang dapat memberikan kontribusi toksin, alergen, dan bahaya genetik lainnya di dalam pangan manusia.
Beberapa organisme transgenik telah ditarik dari peredaran karena terjadinya peningkatan kadar bahan toksik. Kentang Lenape (Amerika Serikat dan Kanada) dan
kentang Magnum Bonum (Swedia) diketahui mempunyai kadar glikoalkaloid yang
tinggi di dalam umbinya. Demikian pula, tanaman seleri transgenik (Amerika Serikat) yang resisten terhadap serangga ternyata memiliki kadar psoralen, suatu karsinogen, yang tinggi.
2.
Potensi menimbulkan penyakUgangguafl kesehatan
WHO pada tahun 1996 menyatakan bahwa munculnya berbagai jenis bahan kimia
baru, baik yang terdapat
di dalam
organisme transgenik maupun produknya,
berpotensi menimbulkan penyakit baru atau pun menjadi faktor pemicu bagi penyakit
lain. Sebagai contotr, gen aad yang terdapat di dalam kapas transgenik berpindah
ke bakteri
Akibatnya, bakteri
dapat
penyebab kencing nanah (GO), Neisseria gonorrhoeae.
ini
menjadi kebal terhadap antibiotika streptomisin
dan
spektinomisin. Padahal, selama ini hanya dua macam antibiotika itulah yang dapat mematikan bakteri tersebut. Oleh karena rfii, penyakit GO dikhawatirkan tidak dapat
diobati lagi dengan adanya kapas transgenik. Dianjurkan pada wanita penderita GO uhtuk tidak memakai pembalut dari bahan kapas transgenik. Contoh lainnya adalah karet tansgenik yang diketahui menghasilkan lateks dengan kadar protein tinggi sehingga apabila digunakan dalam pembuatan sanrng tangan dan kondomo dapat diperoleh kualitas yang sangat baik. Namu&
di Amerika Serikat pada
tahun 1999 dilaporkan ada sekitar 20 juta penderita alergi akibat pemakaian sarung
bio.unsoed.ac.id
tangan dan kondom dari bahan karet transgenik.
Selain pada manusi4 orgaoisme transgenik juga diketahui dapat menimbulkan penyakit pada hewan. A. Putzai di Inggris pada tahun 1998 melaporkan bahwa tikus percobaan yang diberi pakan kentang transgenik memperlihatkan gejala kekerdilan dan imunodepresi. Fenomena yang serupa dijumpai pada ternak unggas di lndonesia, yang diberi pakan jagung pipil dan bungkil kedelai impor. Jagung dan bungkil kedelai
tersebut diimpor dari negara-negara yatrg telah mengembangkan berbagai tanaman
fansgenik sehingga diduga kuat bahwa kedua tanaman tersebut merupakan tananran bansgenik.
Aspek lingkungan
1. Potensi erosi plasma nufah penggunaan tembakau transgenik telah memupus kebanggaan Indonesia akan tembakau Deli yang telatr ditanam sejak tahun 1864. Tidak hanya plasma nutfatr tanaman, plasma nutfah hewan pun mengalami ancaman erosi serupa. Sebagai
contoh, dikembangkannya tanarnan transgenik yang mempunyai gen dengan efek pestisida misalnya jagung Bt, temyata dapat menyebabkan kematian larva spesies
kupu-kupu raja (Danaus plexippusJ sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan keseimbangan ekosistem akibat musnahnya plasma nutfah kupu-kupu tersebut. Hal ini terjadi karena gen resisten pestisida yang terdapat di dalam jagung
Bt dapat dipindahkan kepada gulma milkweed (Asclepia curassovica) yang pada jarak hingga 60 m darinya. Daun gulma
berada
ini merupakan pakan bagi larva kupu-
kupu raja. sehingga larva kupu-kupu raja yang memakan daun gulma milhteed yang
telah kemasukan gen resisten pestisida tersebut akan mengalami kematian. Dengan demikian, telah terjadi kematian organisme nontargeto yang cepat atau lambat dapat memberikan ancaman bagi eksistensi plasma nutfahnya.
2. Polensipergeseran
gen
Daun tanaman tomat transgenik yang resisten terhadap serangga Lepidaptera setelah
l0
tahun temyata mempunyai akar yang dapat mematikan mikroorganisme dan
organisme tanah, misalnya cacing tanah. Tanaman tomat transgenik
ini
dikatakan
telah mengalami pergeseftm gen kmena semula hanya mematikan Lepidoptera tetapi
bio.unsoed.ac.id
kemudian dapat juga mematikan organisme lainnya. Pergeseran gen pada tenaman
tomat transgenik semacam ini dapat mengakibatkan perubahan stnrkftr dan tekstur tanah di areal pertanamannYa.
Potensi pergeseran ekologi
Organisme transgenik dapat pula mengalami pergeseran ekologi. Organisme yang pada mulanya tidak tahan terhadap suhu tinggi, zlssult atau garam, serta tidak dapat memecah selulosa atau lignin, setelah direkayasa berubah menjadi tahan terhadap
faktor-faktor lingkungan tersebut. Pergeseran ekologi organisme transgenik dapat menimbulkan gangguan lingkungan yang dikenal sebagai gangguan adaptasi' Potensi terbentuknya barrier species Adanya mutasi pada mikroorganisme transgenik menyebabkan terbentuknya barrier
species yang memiliki kekhususan tersendiri. Salah satu akibat yang dapat ditimbulkan adalah terbentuknya superpatogenitas pada mikroorganlsme.
5.
Potensi mudah diserang penyakit
Tanaman transgenik
di
alam pada umunnya mengalami kekalahan
berkompetisi dengan gulma
liar yang
dalam
memang telah lama beradaptasi terhadap
berbagai kondisi lingkungan yang buruk. Hal ini mengakiba&an tanaman transgenik berpotensi mudah diserang penyakit dan lebih disukai oleh serangga.
Penutup Kontroversi pemanfaatan organisme transgenik dan atau produknya nampaknya masih akan terus berlangsung dalam beberapa waktu yang akan datang. Kearifan dalam
menyikapi permasalahan
ini
sangat diperlukan dengan memberikan pandangan yang
obyektif dari berbagai aspek.
Daftar Pustaka Roqald, P. 2011. Plant genetics, sustainable agriculture and global food security. Genetics 188(1):11 -20. Sitepoe, M. 2001. Rekayasa Genetika. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Susanto, A.H. 2011. Bahan Ajar Biologi Molekuler untuk Mahasiswa Program Studi 51 Biologi Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman (tidak dipublikasikan).
Winter, C.K. and Gallegos, L.K. 2006. Safety
of
Genetically Engineered Food.
University of Califomia Agricultural and Natnral Resource Service.
bio.unsoed.ac.id