60
m.
METODE PENELITIAN
3.1. Metod. Analisis
Berikut ini akan diuraiakan metode analisis yang digunakan dalam penelitiao. Uraian akan dilakukan sesuai dengan metode analisis yang digunakan untuk menganalisis masing.masing tojuan penelitian seperti yang tercantum
pada Bab.1.
3.1.1. Penb.haD KelembagaaD dan PerenCllDaan Program Setelah Peuerapao OtoDomi Daerab Perubaban-perubaban kelembagaan dan perencanaan program pemerintah
daerah setelab otonomi daerah dikaji dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudab pelaksanaan otonomi, yaitu kondisi sebelum dan sesudab tabun 200 I.
Faktor·fuktor yang akan dibandingkan meliputi: I. Struktur Organisasi dan Kewenangan Pemerintab Daerab
2. Proses Penyusunan APBD 3. Partisipasi Masyarakat dalarn Penyusunan APBD 4. Somber-Sumber dan Jumlab Penerimaan serta A10kasi Anggaran menurut Sektor Ekonomi Analisis dilakukan secora deskriptif, menyajikan data-data berkaitan
dengan hal tersebut dan secara kualitatif dengan mengamati dan menganalisis data kua1itatif yang diperlukan.
3.1.2. Keterkaitan Antar Sektor EkoDomi Keterkaitan antara sektor yang satu dengan sektor yang lain didalam perekonomian terjadi me!aloi penggunaan output dari sato sektor untuk
61
dill'makan sebagai salah satu input pada produksi sektor lainny.. Kelerkaitan ini terjadi secara berangkai lcarena sektor ketiga akan mengguuakan sektor
kedua (yang menggunakan input sektor pertama), disamping ia menggunakan sektor pertama secara langsung, dan seterusnya. Keterkaitan antar sektor ini
dapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan berbagai koefisien dalam Tabel 1-0. Melalui koefisien-koeflSien dari Tabel 1-0 dapat dikelabui kekuatan dari masing-masing sektor dalam menarik atau mendorong
perkem.bangan sektor lainnya. Rumus kwantitatif dari koefisien tersebut telah
diterangkan pada Bab. II (Tinjauan Pustaka). Tabel 1-0 yang digunakan dalam ana!isis adalab Tabel 1-0 Kabupaten IndranlSyu Tabun 2000. 3.1.2.1. Penyu_unan Tabell-O Kabupaten Tabel 1-0 Kabupaten IndranlSyu disusun terdiri dari 20 sektor, dengan agregasi lebib rinei pada Sektor Pertanian mengingat sektor ini sangat penting peranannya baik daIam pembentukan PDRB maupun daIam penyerapan tenaga
kerja. Tabel 1-0 tersebut disusun dengan Melode RAS dengan penyempurnaan. Penyempurnaan dilakukan dengan menggunakan data-data sekunder di tingkal kabupalen. Data yang diambil. meliputi: 1. LK (Lembaran Kerja) BPS Tabun 2000, yang memual rincian dala
mengenai data input-output sektor. Data ini merupakan rincian dari data
dalam Produk Domeslik Regional Brulo. 2. Data IBS (lnduslTi Besar dan Sedang) Tabun 2000. Dala IBS merupakan data industri besar dan sedang di tingkat kahupaten. Survey
Induslri Besar dan Sedang yang dilaksanakan oleh BPS.
62
3. Data lKKR (lndustri Kecil dan Kerajinan Rakyat) Tahun 2000 yang merupakan basil survey BPS tahun 2000. 4. Data Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2000 untuk Kabupaten lndramayu. Dari data ini terutama diambil untuk mengisi
konsumsi rumah tangga Kabupaten Indramayu.
5. Data-data produksi, ekspor dan impor produksi, perdagangan,
dan
industri dari dinas-dinas kabupaten
6. Perhitungan Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Daerab (P3KD)
dari Biro K.euangan Pemerintah Daerah Kabupatco Indramayu. 7. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten lndramayu Tabun 2000. 8. Data penggunaan modal dari BPS (Biro Pusat Statistik) yang merupakan basil survey nasional dan menunjukkan berapa persentase
dari tiap sektor ekonomi yang digunakan sebagai modaL Scdangkan penyusunan Tabel 1-0 menempuh prasedur sebagai berikut: 1. Ditentukan jumlah sektor yang akan dibangun. Penentuan jumlah
sektor dan jenis sektor didasarkan pada nilai (besaran) dan peranan
sektor tersebut dalam ekonomi. Dari data-data PDRB, LK dan data data Dinas diputuskan untuk mcmbangun Tabel 1-0 dengan jumlah sektor
sebanyak 20 sektor. 2. Selanjutnya disusun rancangan Tabel 1-0, seperti terlihat dalam. Tabel
3.
63
3. Dilakukan pengisian output menurut sektor berdasarkan data-data dari Lembaran Kerja BPS, kecuali unlnk Sektor Industri Makanan yang diisi dari data primer. Dalam Tabel 1-0 menurot seklor, jumlab inputterdapat dalam baris nomor 210 dan jum1ah output kolom nomor 600 (kolom dan boris ini isinya sama).
4. Diperkirakan rasio biaya antsra Gumiab input antara), boris 190, yang angkanya diperoleh dad LK PDRB. 5. Selanjulnya diisi koeIisien input antara berdasarkan data-dari IBS, IKKR dan data-data dari Dinas. Dalam pengisian ini seringkali yang terisi adaIab
input untuk bahan-bahan pokok sedangkan input penunjang serigkali kosong. Unlnk mengisinya diambil dari koefisien 1-0 Jabar. Untuk seklor 20-26, pengisian sepenuhnya mengarnbil koefisien Jabar (metode RAS). Koefisein 1-0 yang digunakan untuk mengisi adalab koefisien Tabel 1-0 20 Seklor yang dibangun sebelumnya dad 1-0 Jabar Tabun 1999. 6. Unlnk mengisi jumlab permintaan akhir, digunakan PDRB Kabup.ten Indrarnayu berdasakan penggunaan dan PDRB berdasarkan sektor secora bersama, hal ini karena PDRB berdasarkan penggunaan yang ada terakbir .dalah PDRB berdasarkan penggunaan Tabun 1998. Cara mengisiny. adalah besomya mengacu pada besaran PDRB berdasarkan sektor Tabun 2000, tetapi proporsinya (pengeluaran rumab tangg.. pengeluaran pemerintah, ekspor, pembentukan modal) didasarkan pada proporsi dad PDRB berdasarkan penggunaan Tabun 1988. 7. Pengisian kolom pembentukan modal menggunakan sttuktur pembentukan modal nasionai dari BPS.
64
8. Konsumsi Pemerintab meggunakan struktur APBD. 9. Setelab data-data dalam Tabel 1-0 terisi, selanjutnya dilakukan rekonsiliasi dimana supply barus sarna dengan demancL Supply terdiri dari output domestil< (600) + impor (409) + TIM (Trade and Transport Margin) (590), sedangkan demand terdiri dari Permintaan antara (1-20) + Permintaan akhir (301-305). Dalam rangka rekonsiliasi ini dilakukan "adjustment" terbadap data-data yang sumbemya lemab seperti stok 304 dan ekspor-impor.
Secara skematis, penyusunan Tabel 1-0 terdapat dalam Gambar I dan basilnya terdapat dalam Lampiran l. 3.1.3. Optimasi APBD Anggaran pendapatan dan belanja daerah disusun dalam rangka mencapai tujuan pembangunan yang ditetapkan. Untuk Kabupaten Indramayu, tujuan pembangunan daerah ini antara lain meliputi: peningkatan pendidikan dan kesehatan penduduk, penciptaan tenaga keJja, pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
pendapatan
doerab.
Dengan
dernikisn
maka
anggaran
pembangunan perlu dialokasikan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Untuk menganalisis optimasi anggaran pemerintah daerah, dalam
penelitian akan dilakukan dengan dua cara:
1. Analisis optimasi APBD berdasarkan sektor pembangunan. Analisis bersifat deskriptif dan kua1itatiC, ditujukan untuk mengevaJuasi konsistensi alokasi dana pembangunan dengan alokasi anggaran pembangunan berdasarkan seklor pembangunan.
TabeJ 3. Ilustrasi Tabel Input-Output Struktur Inpul
AIokasi Output Seklor Pembelian
X, Seklor Supplai
X,
X"
Sub. lOlal
Permintaan Akhir RT 0 I E
Sub lOlal
TOlal OulpUI
X, X,
XlO Sub Tolal Input Primer
,
Upah dan Gaji Surplus Usaha
.
Penyusutan Pajak Subsidi
Sub lOlal TOlaiioDuI XI-X20'" sektor ekonomi. RT ... Rumah Tangga, G = Konsumsi Pemerinlah. I = (nvestasi, E = Ekspor
c;
66
Penyusunan K.1asifikasi Sektor 1-0 Sumber data
J.
Dinasllnstansi
•
'"
Inventarisasi Data
Hasil Swvey Input..Qutput Sektoral
•
"
Data Produksi, Harga, Seider Input,
Koefisien Input Antara dan Nilai Tambah Bruto
Konsumsi, Investasi, Ekpoc dan Impor
~
'"
Penyusunan
Estimasi Output (Kontrol Data) dan
Struktur
Input Seldoral
Permintaan DataPDRB
Kabupaten
L
Pengecekan Output Dan Struktur Input
J
Pemasukan data ke komputer (Data Entry)
Pembuatan Worksheet Rekonsialiasi Menurut
Sektor Baris dan Kolom
Balance
Pembuatan Tabel Dasar
Gambol" 1. Proses Pen)'llSUllllD Tabell-O Kabupaten
Koefisien Input-Output Jabar
67
2. Analisis Optimasi APBD didasarkan sektor ekonomi. Analisis ini merupakan
analisis
pembanguan
kwantitatit,
berdasarkan
mengevaluasi
sektor
ekonomi
dampak
terhadap
anggaran
tujuan-tujuan
pemhangunan.
3.1.3.1. Optimasi Auggaran Berdasarkan Sektor Pembangunan Sektor pembangunan adalab klasiflkasi sektor yang ada dalam rineian anggaran pemhangunan daerah.
Dalam Anggaran Pemhangunan Daerab
Kabupaten Indrarnayu, pemhangunan dibagi ke dalam 21 sektor. dari Sektor Industri sampai Sektor Subsidi Pembangunan kepada Daerab Bawahan seperti terdapat dalarn Bab II. Pada analisis ini optimasi anggaran akan dianalisis secara diskriptif,
alokasi anggaran untuk masing-masing sektor. Selanjutnya alokasi anggaran untuk tiap sektor akan dievaluasi dengan car8 membandingkannya dengan
kebutuhan alokasi anggaran yang ideal sesuai dengan konstribusi sektor
tersebut dalam mencapai tujuan pembangunan. Alokasi anggaran yang ideal ini sendiri dianalisa seeara kualitatif.
Disini akan dUihat konsistensi antara
alokasi anggaran dengan prioritas pembanguan. Secara sederhana untuk sektorsektor prioritas hams mendapatkan alokasi yang besar dan sebaliknya. Dalam analisis ini dilevaluasi se1uruh sektor pemhangonan termasuk sektor pendidikan dan kesehatan, narnun demikian analisis ini tidak dapa! melihat
secara tajam
bagaimana
darnpak anggaran terhadap
tujuan
pemhangunan karena analisisnya bersifat deakriptif dan kualitatif. Menyadari
68
kelemahan ini maka analisis akan dilengkapi dengan analisis lruantitatif sebagaimana akan diuraikan dalam sub. bah selanjulnya 3.1.3.2. Optimasi Anggaran berdasawn Sektor Ekonomi
Daiam analisis ini alokasi pembangunan diklasiflkan berdasarkan sektor-sektor ekonomi sebagaimana terdapat dalam Tabel 1-0. Selanjutnya berdasarkan koefisien-koefisien yang dihitung dari tabel tersebut disusun Model Optimasi Linear dan Goal Programming untuk mendapatkan alokasi anggaran yang optimum, yaitu anggaran yang memberikan dampak pada
tujuan pembangunan secara maksimal. Analisis ini bersifat iruantitalif dan dapat menghitung dampak alokasi anggaran secara lebib baik dibandingkan dengan analisis sebelumnya, Damun demikian analisis ini terbatas untuk melibat dampak anggaran dari segi ekonomi seperti pendapatan, jumlab tenaga kerja, jumlab pajak dan sebagainya sehingga untuk menganalisis optimasi APBD secara menyeluruh dari semua
target pembangunan perlu dilengkapi oleh analisis yang pertarna. Dengan demikian maka analisis pertama dan kedua sifanya saling melengkapi
(komplementer). Pengunaan gabungan Analisis 1-0 dengan Goal
Programming
didasarkan pada alasan model ini dapat mengakomodir optimasi sumberdaya yang terbatas dalam mencapai tujuan pembangunan daerab yang telab ditetapkan. Keunggulan ini dapat dilihal apabila analisis ini dibandingkan dengan Analisis 1-0 saja (tanpa mengabongkannya dengan Analisis Goal Programming) yang banya dapat menggambarkan kondisi yang ada dan tidak
69
dapat UDIuk mengoplimaJkan tujuan dengan kendala sumberdaya. Sedangkan
model 1-0 nya sendiri dipilih sebagai alat analisis dengan a1asan sebagai berikut:
I. Model 1-0 bisa digunakan untuk menganalisi. pengaruh anggaran pemerintab (dan variabel permintaan akbir lainnya) terbadap kepentingan masyarakat (public interest) seperti penyerapan tonaga kerja, pendapatan masyarakat, peroleban pajak, dan output (jumlab produksi). 2. Data yang tersedia mencukupi untuk menyusun Model 1-0 Kabupaten. Ketersediaan data ini menjadi salab satu kedala dalam penggunaan model. Model Ekonometrika, misalnya, yang memerlukan data time series sulit
diterapkan. 3. Walauapun model ini mempunyai sifat statis namun penggunaannya masih
bisa ditolerir untuk jangka waktu yang pendek ( 5 tabun) dengan asumsi babwa kondisi ekonomi dalam kuran waktu torsebut tidak banyak berubab. Langkab untuk membangun Analisis Optirnasi dengan Model Linear dan Goal Programming diuraikan sebagai berikut.
3.1.3.2.1. Pengembangan Model Model analisi. yang dibangun adalab Model Optirnasi Alokasi Anggaran Pembangunan Daerab yang diderdasarkan pada pengeluaran
pemerintah daerah menurut
sektor~sektor
ekonomi untuk mencapai tujuan-
tujuan yang sudah ditetapkan dan dengon memperhitungkan kendala-kendala yang ada. Dengan kata lain dalarn penelitian ini dibangun suatu Model Optirnasi dengan Multi Sektor dan Multi Tujuan.
70
Sebelum memformulasikan model tersebut beberapa rumusan diperlukan, yaitu : (I) tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pembangunan daerah, (2) kendala-kendala yang
dihadap~
(3) pembagian sektor daIam alokasi
pembangunan daerah, dan (4) konstribusi masing-masing sektor terbadap tujuan pembanguoan. Langkah-Iangkab analisis yang diperlukan untuk membangun model digambarkan pada Gambar 2, yang dapat diuraikan sebagai berikut: I. Memformulasikan tujuan-tujuan pembangunan ke daIam bentuk rumusan
yang lebih jelas agar dapat dioptimisasikan. Kegiatan ini dilakukan dengan
menganalisis Visi dan Misi Daerah dan Rencanan Strategis Pembangunan Daerab (Renstra). Selain itu juga dilakukan wawancara dan diskusi dengan pejabat pemerintab daerab untuk lebih mendalami dokumen Vis~ Misi dan Renstra tersebut. Diskusi juga digunakan untuk mendapatkan informasi bobotlprioritas dari berbagai tujuan yang telab dirumuskan. Tujuan-tujuan
pembangunan daerah misalnya: pencapaian pertumbuhan ekunomi daerah yang
tingg~
penyerapan tenaga kerja, peningkatan nilai tambab,
peningkatao ekpor, pengurangan impor, penekaoan kerusakan Iingkungan
dan sebagainya.
2. Merumoskan kendala-kendala pembangunan. Kegiatan ini dilakukan dengan menganalisa fenomena pembangunan daerab baik dengan wawancara maupun
dengan menganalisis data sekunder. Kendala pembangunan misalnya: jumlah dana,jumlahjumlab permintaan domestik dan atau ekspor, dan lain-lain.
71
1-0 Propinsi JawaBarat
-
I-OKabupaten Indramayu
Pasamaanpersamaanl-O
• Penamaan input anWa
•
Data Sekunder:
Program Pembangunan
• Prod"""
•
•
I>aernh:
Konsumsi, Ekpor. Implr. Belanja Pemerintab. Investasi Penerimaan Pemerintah
•
Tujuan pembangunan MasaJah dan kendala Prioritas pcmbangunan
•
•
I
Persamaan 1-0 daIam format 1-0, dcngan kendala:
•
,
,
Persamaan input primer
I
+ Model 1-0 dan LP Maksimisasi Ouput
L
KendaIa pembangunan:
•
• •
Tujuan-tujuan pembongunan daerah:
"-'las pro
• • •
Pengeluaran pemerlntah Pcnnintaan akhir
Peningkatan output Penciptaan tenaga kerja Penerimaon """'"
•
+
Model 1-0 dan LP Maksimisasi Penerimaan Pajak
Model 1-0 dan LP Makasimisasi
Penyc:mpan Tenaga
•
Model 1-0 dan GP Minimisasi Target Output, Tenaga Kerja dan Paiak
•
Simulasi perubahan
AIctuaI
pengeluaran pemerintah
Analisis Effisiensi
Usulan
Alokasi
Optimal
Gambar 2. Diagram Analisis Optimasi APBD
", ",
APBD
I
72
Mencari koefisien hubungan antara sektor·sektcr pembangunan dengan tujuan-tujuan
pembangunan
dan
koefisien
dalam
kendala-kendala
pembangunan. Koefisien ini didapatkan melalui Analisis Input-Output
Kabupaten. 3. Memformulasikan dan melaksanakan anal isis Linear Programming (dengan rumusan tujuan tuoggal) uotuk mendapatkan nilai-nilai optimal dari masing-masing tujuan pembangunan daerah dengan mempertimbangkan kendala-kendala yang ada. 4. Memfonnulasikan dan melakukan Analisis Goal Programming (OP) dan simulasinya. Nilai target dari tujuan-tujuan dalam Analisis OP adalah hasil dari Analisis LP sebelumnya. 5. Membandingkan hasil analisis dampak alokasi dana pembangunan daerah dengan beberapa simulasi Goal Programming dengan dampak alokasi dana tanpa model terhadap pencapaian tujuan-tujuan pembangunan.
3.1.3.2.2. Kerangka Analisis Sebagai indikator optimasi penerimaan dan alokasi dana pembangunan adalah penerimaan pajak. tingkat output, dan penyerapan tenaga kerja. Proses pengaruh alokasi anggaran pemerintah terhadap ketiga indikator tersebut disajikan pada Gambar 3.
Alokasi Dana per Sektor
q
Pennintaan q Akhir '------'
EJ UlpUI
q q
Tenaga Keria Pajak
Gambar 3. Pengaruh Alokasi Anggaran terhadap Output. Pajak dan Penyerapan Tenaga Kerja
73
3.1.3.2.3. Model OperasionaJ Model Optimasi yang dibangun meliputi:
1. Model LP, meliputi tiga Model LP, yaitu: Model LP Maksimisasi Output, LP Maksimisasi Penerimaan Pajak, dao LP Maksimisasi Penyerapan Teoaga Kerja. KendaJa dari ketiga model tersebut adalab sarna, yaitu: jumlah penge1uaran pemerintah, kapasitas produksi dao jumlah ekspor-
impor. 2. Model GP, yaitu Model Minimi.. si Deviasi Target Output, Tenaga Kerja
dao Pajak. Kendala yang digunakan da1am model GP sarna dengan kendala
pada model LP ditambah dengan keodala persamaan dao ketidak samaan sesuai dengan model GP. Pembentukan model operasional da1am penelitian ini adalab sebagai berikut: dari model optimasi yang dibangun dari Table 1-0 Kabupaten yang telab dibangun sebelumnya ditransformasi ke persamaan-persamaan LP. Dengan
mengadaptasi
Model
Maksimisasi
Konsumsi
O'Connors
(1975),
penyusunan model mencakup beberapa kegiatan, yaitu:
1. Membangun persamaan fungsi tujuan. Ada 3 program LP yang bendak dibangun, yaitu: (1) Maksimisasi Output, (2) Maksimisasi Tenaga Kerja,
(3) Maksimisasi Pajak dan satu program OP, yaitu: Minimisasi Deviasi
Target dari ketiga variabel tersebut secara bersama-sama. 2. Penambahan persamaan kendala kapasitas produksi dan permintaan akbir. Dibandingkan dengan persamaan pada 1-0, da1am LP terdapat kendala sedangkan dalam 1-0 tidak ada kendala. Kendala input dao permintaan akbir yang dimasukkan daJam program LP adalah:
74
a. Jumlah pengeluaran pemerintah. b. Jumlah pengeluaran pemerintah untuk kegiatan aparatur pemerintah dan pertahanan. Jumlah pengeluaran tersebut diset tetap. sementara
pengeluaran untuk sektor lain bisa berubah. Alokasi untuk masingmasing sektor inilah yang menjadi variabel kebijakan untuk mengoptimasikan tujuan pembangunan. c. Jumlah maksimum output masing-masing sektor (diperinci menurut seldor). Dasar penentuannya perkiraan kapasitas produksi dari potensi sumberdaya dan data-data produksi tahun sebelumnya. d. Pembentukan modal, konsumsi, stok, ekspor diset tetap.
3. Memecah variabel G (pengeluaran pemerintah) yang akan dicari untuk masing-masing sektor dalam rangka memaksimisasi fungsi tujuan kedalam Or, 02 •..... ,
G20.
dimana
G 1+ 02+ .......... +
020
=
G.
'Pemecahan diperlukan agar solusi pengeluaran pemerintah tersebut bisa diperoleh dalam perhitungan. 4. Penambahan
variabel slack" pada persamaan yang diubah dari
ketidaksamaan, yaitu pada persamaan: jumlah pcngeluaran pemerintah. jumlah pengeluaran pemerintah untuk aparatur dan pertahanan, batas
atas output masing-masing sektor dan jumlah permintaan akhir. Dengan demikian dari
persamaan~persamaan
Model
l~O
Kabupaten
Indramayu dan koefisiennya yang terdapat pada Lampiran I dibangun Pesamaan~persam.aan
Program LP dan OP sebagai berikut:
75
Persamaan-persamaan pad. Model 1-0: 1. Xl = DuX/+ auX] +auXj + ...... + OJ lOX2/)+ hlH +tJ1 + s}St + eJE
+ m}M+ Gl 2. Xl = Q2JXI+ a2~1 +OZjXj + ...... +a21OX20+ hzH +iJl + s,st + e£
+ mzM+ Gz a,~,+
3. X, -
a,,x, +ajJ X, + ...... + a, ",X,.+ h,H +i,J + s,sl + .,E
+ m,M+ G,
4. ............•..............•........................•....................••........................•..••..... 5.
........................................................................................................... .
20. Xl/)
=
ozo.JXJ+ Q20.JXl +02OJXJ + ...... + 01fJ20X20+ h20H +izol + S20St + "oE + m,.M + G20
21. W =
021.JX/+ Q1J.,xl +a2J.3Xj
+ ...... + aU.lOX2/J
22. P =
022./X/+ DI1.JX1 +all.JXJ
+ ...... + OII.lOXZ/J
+ ...... + 02J.2DX20 24. T = QJ4.lX/+ DU.:zXl +au.J Xl + ...... + OU.20 XID 25. W = QlS.MJ+ QZ5.,x2 +025.3 Xl + ..... _+ DZS,lOX20 23. D =
Q1J.JXJ+ Q21,xl +02J.JXj
Untuk membangun program
optimasi~
model perlu dirubah dalam
bentnk format (I-A) yang berart; merubah tanda dan menambah nilai satn pada posisi diagonal. Dengan demikian persamaan 1 sampai dengan
persamaan 20, sctclah diatur menjadi: 1. (I-an) X, --QJ1XI --QJJXJ - .. -OJ1OX1O-hJH -ill -s~ -e,E -m,M-G,=O 2. (}-all) Xl- al,x,-a1JXJ - ... -al1,X1fI hJil-ip -s~t 3. (l-aJJ)XJ -aJ,x, -aJJl{l- ... -aJ1OXJrhJll-iJl-sJ8t
4.
dan seterusnya.
~~ -m~-Gl=O
~~ -m~ -GJ=O
76
Persamaan-persamaan lainnya (sampai dengan X 20 ) disusun dengan cara yang sarna. Sedangkan persamaan-persamaan input primer disusun menjadi sebagai berikut:
2/. -w/X/ -W,x2 -wsXr ... ... ......... -W2OX20 +W - 0 22. -p/X/ -p,x2 -psXr ... ........... - P2oX20 + P - 0 23. -
-tzoX2o+T-0
25. -l/X/ -l,x2 -lsXr··· .......... .
-lzoX2o + L - 0
Selanjutnya clisusun suatu set persamaan untuk kendala lainnya yang kita gariskan. Untuk mengerjakan ini, pertama kita menetapkan ketidaksamaan, dan kemudian,
dengan
menambahkan
variable
slack,
kita
mengernbalikan
ketidaksamaan menjadi kesamaan Dengan demikjan tiap-tiap kendala disusun sebagai berikut: 1. Jumlah pengeluaran pemerintab:
G/ + G2 + .............. + G20 - G (pengeIuaranpemerintah tabun2oo0)
2. Balas alas nilai produksi X, sampai X20. Balas alas produksi diasumsikan 200% dari nilai produksi tabun 2000.
Dengan demikian persamaan-persamaan LP dan GP difurmulasikan sebagai berikut:
3.1.3.2.3.1. Model Linear Programing Model Linier Programming (LP) yang dibongun meliputi tiga
mode~
semuanya merupakan model untuk memaksimumkan tujuan, yaitu Model
77
Mabimi...si Output, Maksimissasi Tenaga Kerja, dan Makslmisasi Pajak. Benluk dari ketiga model tersebut ad.l.b sebagai berikut:
Modell: Maksimisasi Output
Fungs; Tujuan: Mab.: 20
X =LX,
...,
Dengan /cendala: a. Kendala Input Antara
1. (1-aJ/) Xl -
QJ1}fJ -
auX, - ... - QI.26X16- h/H -id - e}E - s/SI-mjM-
G/ =0
1. (1-anJ()} -D,Jl(1 - a,Jl(, ....... - a2,. Xl. - h,H -izl- e,E - s,st -m,MG,=O 3. (l-aJjX'; -DjJX1- a'>N ....... - a,.,.X,•. -h,H -iJ) - e,E -s,st-m,MG,=O
« --------_ ... __ ._._----_._-_._--._--_. 5. ........................................................................................ .
, -_._._._._._
10.
.....•••.
(l-a,o.JOl(~ -D1O./Xl
_._--._ .... _---_._---_._.-._.
- a1fJ.x•.. - a,o..~1fJ - h,.Jf -izol - ezoE - s,oSt-
m,oM-G,o=O b. Kendala Input Primer
l1.-..Jl(/-w,X,- ..,X,- ...... -w,X'o +W =0 11.-p,X,-p,x,- p,X, - .__ . __ . - P1fJX,o+ P
=
0
13.-d/X/-d,,x,-d,X,-_.. __ .-d1fJX1D +D =0 14. -t,X/-(,x,- t,X, - _.. __ .. _ - 11OX" + T
=
0
78
c. Kendala Kapasitas Produksi (Balas Alas Produkst) 15. XI + SI = 100",1, level produksi Xl lahun 2000 16. X, + S, = 100",1, level produksi Xl lahun 1000
45. X,. + S,. = 10(1',1, level produksi XlO lahun 1000 d. Kendala Anggaran
46. GI + G, + G, .... + G'6
= G ( G = nilai pengeluaran pemerintah
sesuai dengan Tabel 1-0 Kabupaten indramayu)
dimana: X = XI• ...
Jumlah output
G
=
H
=
Penge1uaran pemerintah (302) Pengeluaranrumahtangga(301)
,x,.
=
Sektor perkeonomian di Kabupaten Indramayu.
= Pembentukan Modal (303) S = Perubahan Slok (304) E = Ekpor(305) = Impor(409) M SI . .... Sn = Slack I, slack 2, ... , slack n a, = Koefisien leknis = Koefisien nilai tambah sektor i PI = Koefisien pajak seldar ke i II dl = Koefisien depreasiasi sektor ke i = Koefisien upah dan gaji seldor ke i WI il = Koefisien investasi = Koefisien pengeluaran rumah tangga hi = Koefisien pengeluaran pemerintah gl = Koefisien perubahan stok 'I = Koefisien ekpor el m = Koefisien impor = Koefisien tenaga kerja I I
Angka daIam kurang adalab kode borisIkolom daIam Tabel 1-0 Indonesia
darlBPS.
79
Model 2. Maksimisasi Te_ Kerja Tujuan: Males. : L
,. = 2),X, ,.,
KendaJa : sama dengan kendala Model Maksimisasi Output (1)
ModeI3. _Maksimisasi Pajak
Tujuan: Maks. : T
,. = <~)IXI ,.,
Kendala : sama dengan kendala Model Maksimisasi Output (1)
3.1.3.2.3.2. Model Goal Programming
Model Goal Programming yang dibangun mempunyai tiga tujuan yaitu maksimisasi output, tonaga kerja dan pajak. Dalam model akan terjadi trade off antara ketiga tujuan tersebut. Dalam prakteknya maksimisasi ketiga tujuan
tersebut akan dirumuskan menjadi minimisasi dari target , dimana sebagai target adaIah ni1ai-ni1ai yang dicapai pada model LP (Model 1 ,2 dan 3). Sedangkan kendala dari model Goal Programing adalab sama dengan kendala pada Model
Linier Programming ditambah dengan kendala ketidaksamaan. Bentuk persamaan dari model GP tersebut adalab sebagai berikut:
Minimumkmr: Z = d/ + di + dj Kendala:
80
3.
It, X, + d,·
4.
Kendala Input Antara (soma dengan LP)
5.
Kendala Input Primer (soma dengan LP)
6.
Kendala Kapasitas produksi (soma dengan LP)
7.
Kendala Anggaran (sarna dengan LP)
8.
X,dj,d/~O
ST
Dimana: i d,· di di X
X.L.T
~
sektor ke i
~
deviasi negatif terbadap target output
~
deviasi negatif terbadap target output
~
deviasi negatifterbadap target output
~
~
vektor alternatif aktivitas target output, tenaga kerja dao pajak yang merupakan vektor dari level-level target Model 1,2 dao 3. Ni1ai X, L dao G akan diambil dari basil perhitungan LP untuk Model 1,2dao3.
Model Goal Programing tersebut dikembangkan menjadi dua model dengan memberikan bobot yang berbeda pada tujuan. Varisi pertama, Model 4, adalah model GP dengan bobot tujuao sarna. Sedaogkao variasi ke dua, Model 5, adalah model GP dengao bobot tenaga kerja dua kali Iipat dari tujuan lainnya. Alasao pemberian bobot yang tinggi pada tujuan tenaga kerja adalab karena pentingnya penciptaan peluang kerja bagi penduduk Kabupaten Indramayu.
Dengao demikian dalam pemelitian ini dibangun 5 mod.~ meliputi: I. Model I
Model LP Maksimisasi Tenaga Kerja
2. Model2:
Model LP Maksimisasi Output
81
3. Model3:
Model LP Maksirnisasi Pajak
4.
Model GP Minimisasi Target Tenaga Kerja, Output dao
Model 4 :
Pajak, dengan Bobot Tujuan Sarna 5.
ModelS:
Model GP Minimisasi Target Tenaga Kerja, Output dao Pajak, dengan Bobot Tenaga Kerja Dua Ksli Tujuan Lainnya
3.1.4.
Pengarub Perubaban Anggaran dao Ekporpada Perekonomian Daerah Untuk mengetabui dampak pelaksanaan otonomi daetab dan perubaban-
perubaban dalarn ekonomi daerab, dilakukan beberapa simulasi Simulasi dilakukan untuk variabel-variabel sebagai berikut: I. Perubaban anggaran belanja daerab. Dengan penerapan otonomi daetab maka anggaran pernerintab daetab akan meningkat. Peningkatan ini
terutama berasa1 dari peningkatan bagi basil sumberdaya alam dan peningkatan PAD. 2. Perubaban ekspor. Variabel ekpor daIam Analisis 1-0 Ksbupaten merupakan variabel yang sulit diketahui angka pastinya mengingat
pencatatan ekspor, khususnya ekspor antar daerab sangat kurang. Dalam perhitungan ekspor, variabel ini diperhitungkan sebagai variahel residual, dimana ekspor diperhitungkan dari pengurangan supply
dan produksi
daerab. Mengingat masih kurang kuatnya akurasi nilai-nilai ekspor maka suatu simulasi variabel ekspor untuk mengetabui dampak ekspor dalam ekonomi daerab diperlukan. Simulasi kenaikanlpenurunan ekspor juga diperlukan mengingat adaoya ganguan-ganguan ekonomi politik yang seringkali mengbarnbat ekspor
daerab. Simuiasi yang akan dilakukan terdapat daIam Tabel4.
82
Tabel 4. Skenario Simulasi Dampak Perubahan Anggaran dao Ekspor Variabel Simulasi Anggaran
Simulasi I
Simulasi II
Naik. 50%, dengao
Naik 50"10, dengan
komposisi belanja rutin
Simulasi III
Simulasi IV
Naik5%
Turun5%
komposisi
dao
belanja rutin dao
pembangunan
pembangunan
tetap.
50%:50%.
Ekpor
Simulasi dilakukan terhadap Tabel Input-Output Kabupaten Brebes
Tahun 2000, dimana UDtuk Pengeluaran Pemerintah diperinci menurut Anggaran Rutin dan Anggaran Pembaogunan. 3_2- Lokasi Penetitian Lokasi penelitian dilakukan di lingkup kabupaten, yaitu Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dilaksanakan di tingkat kabupaten karena desentralisasi pemerintahan di Indonesia difokuskan di
tingkat kabupaten. Sedangkan Kabupaten Indrarnayu dipilih sebagai kasus
karena: I. Kabupaten Indramayu mendapatkan dana bagi basil yaog cukup besar dari basil bagi basil sumber daya alam sehimgga sumber pendapatarmya menjadi cukup beragam sehingga menarik untuk dilihat bagaimana
optimasinya. 2. Kabupaten Indrarnayu memiliki
dana pembangunan yaog cukup besar
yang perlu dioptimasikao alokasinya pada sektor-sektor pembaogunan agar dicapai tujuan pembaogunan daerah secara baik.
83
3. Kelengkapan data yang diperlukan dan akses untuk memperolebnya. 2.3. Hipotes. Dalam penelitian ioi diduga bahwa dana pembangunan daerah belum dialokasikao pada sektor-sektor pembangunan secara optimal. atau dengao kata laio deviasi aotara variabel pembangunao dengao realisasioya belum mioimal. Seeara lebib rioci hipotesa penelitian berdasarkan masing-masiog tujuao penelitiao adalab sebagai berilrut: 1. Penerapan otonomi daerah akan merubab stroktur pemeriotaban daerah dan proses pencaoaan APBD. Proses perencaaan akan lebib demokratis dao pemerintab daerab akan lebib responsif pada tuntutao aspirasi masyarakat. 2. Sektor iodustri seperti iodustri mioyak bumi, iodustri pengo1aban dan iodustri laio mempunyai keterkaitan ke belakaog yang besar sedangkan
sektor primer seperti pertanian dan pertambangan mcmpunyai daya tarik ke belakang yang besar. 3. Alokasi APBD belum optimal. Solusi optimal dari berbagai model optimasi anggaran belanja daerab akan menghasilkan tonaga kerja, output dan penerimaan pajak yang lebib tioggi.
4. Kenaikan APBD akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja, output dan pajak. Demikian pula kenaikan ekspor, narnun kenaikan dati ekspor pengaruhnya akan lebib besar dibandiogkao dengan pengarob kenaikan APBD.