KERAGATAN DAN PREVALENSI SERANGAN RAYAP TANAH {O:|SOPTER4 F: TERIIITIDAE} PADA POHON PELINDUNG DI JALAN PROTOKOL KOTA PURWOKERTO Hery Pratiknyo dan Tatabrata Suparjana Fakultas Biologi Unsoed, Punrokerto E mail katespndensr .' he ry. p nti kn yo
1
7 @gm
ai I. com
Pohon pelindung rnerupaka peneduh, ditanam di tepi jalan, bercirikan kokoh, tidak mudah tumbang, mampu hidup larna tanpa perawatan intensif, akar menancap kuat, tidak menjulang di atas tanah dan daun tidak mu&h rontok (Ditjen Bina Marga ,1996). Keberadaannya diharapkan mampu mempengaruhi iklim miko dan rnenye€p polutan. (Antari dan Sundra, 2007).Pohon pelindung mengandung selulosa yang merupakan makanan rayap, sehingga rayap banyak menyerangnya. Frekuensi turnbangnya pohon pelindung akibat diserang rayap mencapai sepuluh kasus dalam
setahun ini, selain kerusakan langsung seperti rusaknya properti, kasus semacam juga mengakibatkan kemacetan lalulintas parah. Tujuan dari penelitian ini mengetahui jenis rayap, prevalensi dan tingkat serangannya pada pohon pelindung serta jenis ianaman pohon pelindung yang diserang nyap. Meiode yang digunakan yaitu survei dengan teknik umpan {biting} menggunakan pathok kayu Albasia, yang di tancapkan dalam lingkaran berjarak 1 m dari pohon pelindung, sampling rayap dikoleksi secara langsung. Data ragam rayap dan pohon pelindung diidentifikasi berdasarkan Ahmad (1959) dan Backer & Bakhuizen (1968), sedangkan untuk prevalensi dan tingkat serangan rayap dianalisis menggunakan rumus prevalensi dan kategori persentase kerusakan berdasarkan Remran (1993).. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di sepanjang jalan protokol Kota Purwokerto ditemukan empat jenis rayap yaitu Micrctermes insperatus Kemner, Macrctermes g/vus (Hagen), Adontotermes holmgreni Snyder&Emerson dan Adontotermes javanicus Holmgren. Prevalensi dan tingkat serangan rayap pada pohon lindung sangat rendah. Jenis tanaman pohon lindung yang terserang yaitu pohon Glodogan (Polyalthia longifolia), Tabebuia (Tabebuia aurea.) dan Bungur ((Lagerstremia speciosa Auct.). Kesimpulan akhir adalah rayap penyerang tanaman pelindung di Kota Punsokerto adalah 4 jenis rayap tanah dengan prevalensi dan tingkat serangan sangat rendah yang menyerang pada empat jenis pohon pelindung saja. Kata kunci : prcvalensi, rayap tanah, pohon pelindung, tingkat senngan.
PENDAHULUAN Kota Punrokerto terletak di sebelah Selatan Lereng Gunung merupakan kota
didataran tinggi, yaitu antara 265-350 m dpl. Kota Purwokerto mempunyai program peremajaan pohon pelindung sepanjang jalan protokol yaitu jalan yang dilewati bus
antar kota yang membujur arah Timur - Barat, dan jalan protokol yang membujur
-
Utara menuju obyek wisata Baturaden. Program peremajaan pohon pelindung memerlukan pengetahuan tentang kriteria pohon lindung yang baik, terutama dalam skala di lapangan dengan mengevaluasi jenis pohon yang tumbuh Selatan
dan daya tahan terhadap serangan serangga pemakan kayu yaitu rayap. Pada penelitian inijalan protokol di wakili jalan Jenderal Soedirman dan Jalan Baturaden
bio.unsoed.ac.id bio.unsoed.ac.id
yang meliputi jalan S.Parman , jalan Suprapto dan jalan HR Boenyamin.
Jalan Jenderal Sudirman merupakan jalan yang membujur arah Timur-Barat
diawali dari Bagian Timur kota Purwokerto, membelah tengah kota dan berakhir di Bagian Barat Kota. Menurut Dinas Kehutanan Kabupaten Banyumas (2011), jenis tanaman pohon pelindung yang berada ditepi sepanjang Jalan Jenderal Soedirman meliputi ketapang (Terminalia catappa L.), glodogan {Polyalthia longifolia L.), kayu
,
"
2
manis(Crltnaffiomum burmannii), asam kranji (Dialium indicum
L.),
Tabebuia
(Tabebuia Aurelia), waru (Hibrscusteleaceus), palem raja (Roystonea regia), pucuk
merah (Syzgium oleina) dan beringin (Frcus benyamina). Berdasarkan data pra survei yang telah dilakukan, terdapat 372 pohon glodogan, 222 pohon Tabebuia, 33
pohon kayu manis, 23 pohon palem, 18 pohon ketapang, 13 pohon asam kranji, 6
pohon beringin,
6
pohon pucuk merah, dan
5
pohon waru. Total 698 pohon.
Sebagian besar pohon pelindung berada ditengah bangunan beton trotoar kota
Jalan Baturaden merupakan jalan protokol yang melintang dari arah Selatan ke Utara kota Purwokerto, dimulai dari jalan S. Parman, Jalan Suprapto, jalan HR Bunyamin menuju arah Kota Baturaden. Di tepi sepanjang jalan utama ini terdapat
pohon pelindung Ketapang (Terminalia catappa L.), Mahoni (Sw'efenra mahagoni
L.), Glodogan (Palyalthia longifolia L.) Angsana Kembang (fterocarpus indicus Willd.), Beringin (Frbus benjamina L.), Waru (Hrbtscus tiliaceus L.,Bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea L.), Bungur (Lagerstroemia speciosa Auct.),
dan Asam
Kranji
(Dialium indicum L.), total 320 pohon. Sebagian pohon pelindung berada di tengah bangunan beton trotoar kota dan sebagian besar tumbuh pada tanah normal tidak dibeton.
Menurut Ditjen Bina Marga (1996) pohon pelindung atau tanaman peneduh
adalah kelompok tanaman yang berbentuk pohon dengan banyak atau tanpa percabangan, tinggi lebih dari
2
meter dan dapat memberikan keteduhan atau
menahan cahaya matahari bagi pejalan kaki, mampu membuat lingkungan menjadi
sejuk dan menyerap karbon juga sebagai peredam suara baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Antari dan Sundra ,2007). Kriteria tanaman pohon pelindung yaitu kokoh, tidak mudah tumbang, mampu
hidup dalam jangka waktu yang lama dan tidak perlu perawatan yang intensif, akarnya ke bawah tidak menjulang di atas tanah dan daun tidak mudah rontok.
Secara umum pohon pelindung dipilih karena mempunyai unsur dominan kayu. Kayu dapat dikelompokkan berdasarkan sifat keawetan ke dalam beberapa kategori. Sifat keawetan alami kayu adalah daya tahan kayu terhadap organisme perusak kayu sepertijamur dan rayap tanah (Nandika, 1990). Keawetan alami kayu
ditentukan oleh kadar zat ekstraktif (Sjosrom, 1982 dalam Yudianto, 2005) yang
bio.unsoed.ac.id bio.unsoed.ac.id
sebagian besar terdiri atas senyawa-senyawa tunggal tipe lipofil maupun hidrofil yang larut dalam pelarut-pelarut organik netral dan air. Zat ekstraktif merupakan
"natural productf' yang terdapat pada sel-sel tanaman dan bukan merupakan penyusun utama dinding sel, dibentuk oleh hormon tumbuhan melalui proses metabolisme sekunder tumbuhan, mudah diekstraksi dengan menggunakan bahan pelarut netral seperti aseton, heksana, eter, methanol dan sebagainya (Rowe dan
a
J
Conner, 1978 dalam Mulyono, 2001). Sejumlah kayu mengandung senyawasenyawa yang dapat diekstraksi yang bersifat racun atau mencegah bakteri dan jamur (Fengel dan Wegener, 1995) Menurut Sjostrom (1995) komponen utama kayu kira-kira 4A45 % bahan kering dalam kebanyakan kayu adalah selulosa, terutama terdapat dalam dinding
sel sekunder. Selulosa merupakan produk dari tumbuhan yang tersusun dari unitunit anhidroglukopiranosa yang bersambungan membentuk rantai molekul. Selulosa
merupakan polimer yang keberadaanya melimpah sekitar 26,5
x
1010. Selain
selulosa, kayu mengandung hemiselulosa yang termasuk dalam kelompok polisakarida heterogen, dibentuk melalui jalan biosintesis yang berbeda dari selulosa. Jumlah hemiselulosa dari berat kering kayu biasanya antara 20 dan 3Q o/a. Komposisi dan struktur hemiselulosa dalam kayu lunak berbeda dari kayu keras. Perlcedaan yang besar juga terdapat dalam kandungan dan komposisi hemiselulosa
antara batang, cabang-cabang, akar dan kulit kayu. Selain selulosa dan hemiselulosa, kayu juga mengandung lignin. Lignin merupakan zat makromolekul
dengan kandungan karbon tinggi. Kayu lunak mengandung 2G324/o lignin, sedangkan kayu keras kandungan lignin mencapai 35-40o/o.
Kayu telah dikenal dalam pertimbangan dipergunakan atau tidaknya jenis
pohon pelindung. Kenyataan
ini dapat
dipahami mengingat kayu memiliki
karakteristik khas yang tidak dijumpai pada bahan lainnya, namun kayu memiliki kelemahan yaitu dapat dirusak oleh faktor biologis berupa organisme, faktor-faktor fisik dan mekanis serta kimia (Nandika dan Tambunan, 1990).
Organisme perusak kayu diantaranya yaitu rayap. Jenis-jenis rayap yang telah dideskripsikan dan diberi nama, di dunia ada sekitar 2000 spesies {sekitar 120
spesies merupakan hama), sedangkan
di lndonesia terdapat
kurang lebih 200
spesies yang dikenal, sekitar 20 spesies diketahui berperan sebagai hama perusak kayu serta hama hutan atau pertanian flarumingkeng, 1971\.
Rayap tanah adalah rayap yang paling sering ditemui pada kerusakan kayu dan membangun koloni di dalam tanah. Rayap ini bersarang dalam tanah terutama
dekat pada bahan organik yang mengandung selulosa seperti kayu, serasah, dan humus. Makanan utama rayap adalah bahan yang mengandung selulosa seperti
bio.unsoed.ac.id bio.unsoed.ac.id
daun, kertas, kain, dan kayu. Kemampuan rayap dalam mencerna selulosa dikarenakan serangga ini mempunyaienzim selulase di dalam perut yang dihasilkan oleh mikroorganisme kelompok protozoa (Krishna dan Weesner, 1969).
Rayap dalam koloninya selain memiliki kasta, memiliki juga sifat-sifat yang sangat berbeda dibanding dengan serangga lainnya. Menurut Nandika (2003) dan Tambunan et al. (1989) sifat rayap terdiri atas cryptobiotik yaitu sifat rayap yang
4
tidak tahan terhadap cahaya, kanibalistik merupakan perilaku rayap untuk memakan
individu lain yang sakit atau lemas, neuraphagy adalah perilaku rayap yang memakan Bangkai dan thropalaxr's yaitu perilaku rayap yang saling menjilati dan tukar menukar makanan antar sesama individu, Karakter yang terakhir ini sangat bermanfaat untuk teknik pengendalian populasi rayap.
Rayap banyak ditemukan
di
bawah naungan karena pancaran matahari
secara langsung dapat menyebabkan tubuhnya mengalami dehidrasi. Kondisi tersebut akan tampak berbeda sekali pada kasta reproduktif saat terbang kawin yang umumnya menyenangi tempattempat terang (Kalshoven, 1981).
Roonwall (1979) menyatakan bahwa dari jenis rayap yang ada maka habitat rayap dibagi menjadi dua yaitu rayap yang membangun sarang dalam kayu di atas
tanah yaitu rayap kayu basah dan rayap kayu kering. Rayap yang membangun sarangnya
di dalam tanah yaitu rayap tanah, rayap padang pasir dan rayap
pembentuk gundukan tanah. Dari jenis rayap
di atas, rayap tanah yang
paling
banyak menimbulkan kerugian di daerah tropika. Rayap tanah adalah golongan rayap yang bersarang di dalam tanah dan membangun liang kembara (wondering
tunnels) serta menghubungkan sarang dengan benda yang diserang. Menurut Dermoredjo {1977}, daya rusak golongan rayap tanah tersebut sangat tinggi dan anggota koloninya sangat banyak dan perkembangannya sangat cepat. Sejauh ini kasus kematian atau tumbangnya pohon pelindung karena keropos
diserang
rayap di jalan jalan Kota
Punrokerto banyak terjadi
di area luar
permukiman, kerusakan terbesar terjadi pada property mobil yang diparkir, dalam
setahun tidak kurang 10 kasus terjadi namun banyak menghambat kelancaran lalulintas. Namun sebagai langkah lanjut dari program peremajaan pohon pelindung,
evaluasi jenis rayap yang potensial mengganggu ketahanan pohon pelindung di Kota Punrokerto perlu segera dilaksanakan.
Achirman (2000) dalam penelitiannya menggunakan cara pengumpanan (biting) dengan kayu alba. Cara pengumpanan (biting) merupakan metode yang digunakan dalam pengendalian serangan rayap tanah menggunakan anti rayap non kimiawi yang ramah lingkungan (Nandika,2002). Menurut Martawijaya et al. (1981)
dalam Ratri (2007), kayu alba atau kayu sengon (Albizia falcataria (L).Fosberg)
bio.unsoed.ac.id bio.unsoed.ac.id
termasuk kayu lunak yang mudah lapuk sehingga mudah terserang jamur dan cendawan dan disukai rayap.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagaiberikut
1.
:
Jenis rayap apa saja yang menyerang pohon lindung di jalan protokol Purwokerto.
5
Berapa prevalensidan tingkat serangan rayaptanah terhadap pohon lindung
2.
di jalan protokol Purwokerto.
Jenis tanaman apa saja yang terserang oleh rayap di jalan protokol
3.
Purwokerto.
Tujuan untuk mengetahui: 1.
Jenis rayap tanah yang menyerang pohon lindung di jalan Jenderal Soedirman Punruokerto,
2.
Prevalensi dan tingkat serangan rayap tanah terhadap pohon lindung di jalan Jenderal Soedirman Purwokerto.
3.
Jenis tanaman pohon lindung yang diserang oleh rayap di jalan protocol Purwokerto
METODOLOGI Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rayap tanah, alkohol TAoh dan pathok kayu alba (20 cm x 2 cm x 2cm).Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah botol sarnpel, pinset, alat pencukil, mikroskop stereo, termohigrometer, sorT
fesfer, lux meter, kertas label, kertas strimin, alat tulis, dan kamera digital.
Metode yang digunakan yaitu metode survei dengan teknik pengumpanan (biting) menggunakan kayu alba (Sumarni dan lsmanto, 1988) yang di tancapkan
dalam lingkaran diameter 1 m dari pohon pada seluruh pohon pelindung yang
di kedua jalan
protokol kota Punarokerto.Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah jenis rayap yang menyerang pohon lindung, prevalensi dan
ditanam
tingkat serangannya dan jenis pohon pelindung yang diserang oleh rayap, faktor pendukung temperatur udara, intensitas cahaya, kelembaban tanah dan pH tanah.
Pathok kayu alba ukuran 2 cm x 2 cm x 25 cm ditancapkan ke dalam tanah
di bawah pohon dekat perakaran sedalam 20 cm pada semua pohon lindung di sepanjang dua Jalan protokol Kota Purwokerto. Sampel rayap yang ditemukan pada tanah bagian bawah pohon lindung dan pada pathok diambil dengan eendok dan dimasukkan ke dalam botol sampel yang
telah berisi alkohol
70a/o
lalu diberi label. Selanjutnya dibawa ke Laboratorium
bio.unsoed.ac.id bio.unsoed.ac.id
Entomologi- Parasitologi Faulktas Biologi Unsoed untuk di identifikasi.
Perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui besarnya persentase
prevalensi pohon lindung yang terserang rayap menggunakan rumus (Holmes et al.,
1982).
:
Prevalensi
=
fumlah pohon lindung yang terserang rayap tanah xlAA lumlah total pohon lindung yang diamati
0/o
Data tingkat serangan rayap tanah dinyatakan dalam persentase terhadap
6
total volume kayu (Remran, 1993). Pengukuran volume kayu yang rusak akibat serangan rayap tanah yang dilakukan secara tidak langsung dengan menggunakan plastisin yaitu menutup luka pohon yang dimakan rayap. Kemudian plastisin diambil
dan dimasukkan ke dalam gelas ukur yang berisi akuades. Perubahan volume akuades setelah dimasukkan plastisin dicatat. Selisih volume kenaikan dengan volume awal-akhir akuades merupakan volume kerusakan kayu., Temperatur udara, Kelembaban Tanah, lntensitas Cahaya, pH Tanah,
ldentifikasi dilakukan di Laboratorium Entomologi dan Parasitologi Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto menggunakan kunci identifikasi rayap Ahmad (1959) .ldentifikasijenis pohon menggunakan Backer and Bakhuizen (1e68).
Hasil penelitian prevalensi dengan statistik sederhana mengunakan rumus
prevalensi yang disebutkan
di
atas. Tingkat serangan rayap
dianalisis
menggunakan kategori berdasarkan Remran (1993). Kategori tingkat serangan rayap sebagaiberikut:
1. Serangan ringan, apabila persentase kerusakan kurang dari
5o/o
2. Serangan sedang, apabila persentase kerusakan antara 5'20
o/o
3. Serangan berat, apabila persentase kerusakan lebih dari 20% HASIL DAN PEHBAHASAN Berdasarkan identifikasi menggunakan kunci determinasi dari Ahmad (1959) rayap tanah yang menyerang pohon lindung di sepanjang jalan Jenderal Soedirman
Kota Purwokerto terdiri atas empat jenis yaitu Microtermes insperatus Kemner (Gambar 1.1\, Macrotermes gilvus (Hagen) (Gambar 1.2), Odontotermes holmgreni Snyder & Emerson (Gambar 1.3), dan adantotermes javanicus Holmgren (Gambar
1.4). Sedangkan pada pohon lindung di sepanjang jalan Batunaden ditemukan rayap tanah sebanyak dua spesies yaitu Microtermes insperatus dan Macrotermes gilvus.
Jenis rayap yang ditemukan di sepanjang ke dua jalan protokol kota Purwokerto merupakan rayap tanah yang sering dijumpai di sekitar Kota Purwokerto. Hal ini sesuai Windariani (2006) yang menyatakan bahwa terdapat
bio.unsoed.ac.id bio.unsoed.ac.id
enam spesies rayap tanah menyerang perumahan
di desa Ledug Kecamatan
Kembaran, Banyumas,4 diantaranya yaitu M. gilvus, M. insperatus, A. javanicus, O.
holmgreni, Ataupun lnnawati (2005) menyatakan bahwa jenis rayap yang menyerang bangunan rumah penduduk di Desa Kedunguter, Banyumas yaitu Odontotermes javanicus (Holmgren), Macratemes grfuus (Hagen), dan Microteffnes insperatus (Kemner).
7
Rayap M. insperafus Kemner kasta prajurit memiliki ukuran tubuh 2
dan caput 1
-
2,5 mm
- 2,5 mm. Mandibula yang dilengkapi dengan gigi mandibularis, caput
berbentuk membulat berwama kekuningan dengan rambut-rambut yang letaknya tersebar, antenna terdiri atas 14 ruas, ruas kedua ukurannya relatif lebih panjang dibandingkan dengan ruas ketiga, labrum berbentuk seperti lidah, gigi mandibularis
kiri letaknya agak di sebelah posterior dibandingan dengan letak gigi mandibularis kanan, pronotum jelas, btaknya disebelah anterior (Arthadi, 1989). Menurut Ginuk dan lsmanto (1988) datam lrmawati (2005), M. insperafus Kemner merupakan jenis rayap tanah yang mempunyai ukuran tubuh paling kecil dibandingkan dengan jenis rayap lain yang ada pada familia Termitidae.
M. rnsperafus Kemner menyerang di tiga lokasi pohon yaitu dua pohon glodogan dan satu pohon Tabebuia di Jl Jend Sudirman, hal ini sesuai sifat M. insperatus yang memiliki tempat penyebaran yang luas (kosmopolitan) dan seringkali ditemukan saat menyerang kayu pada pohon. Disepanjang jl Baturraden rayap tanah Microtermes rnsperafus dan Macrotermes gilvus di dalam liang kembara terlihat bersama-sama dalam hal serangan. Hal ini sesuai pendapat Tarumingkeng (1971)
yang
menyatakan bahwa Macrotermes dan Micratermes
memang kerapkali terdapat bersama-sama dan menyerang dalam satu sarang bersama-sama pula karena keadaan rayap memiliki cara hidup yang hampir sama. Kedua jenis rayap ini sering terlihat berasosiasi dalam berkebun jamur serta dalam
hal serangan. Macrotermes akan menempati bagian dasar dalam
berkebun,
sedangkan Microtermes akan berada pada bagian atasnya. Macrotermes gilvus (Hagen) ditemukan di Jl Jend Soedirman di dua lokasi pohon lindung jenis pohon yang sama, yaitu pohon glodogan (Polyalthia longifolia). Sedang di jalan Baturraden pada pohon Bungur. Ukuran tubuh rayap ini tergolong
besar mencapai mencapai 11 mm (Tarumingkeng, 1971). M. gilvus (Hagen) ditemukan di lokasitersebut karena spesies inijuga merupakan spesies rayap tanah
yang kosmopolitan, selain itu kondisi tanahnya yang lembab akibat rimbunnya vegetasi yang menghalangi panmran sinar matahari secara langsung sangat cocok
bagi kehidupan M. gilvus (Hagen) karena tanah yang kelembabannya tinggi
bio.unsoed.ac.id bio.unsoed.ac.id
mendukung tumbuhnya jamur di dalam sarang, seperti pernyataan Natawiria (1979)
bahwa Macrotermes dapat hidup pada tanah yang lembab, basah dan keras pada waktu kering dimana rayap spesies lain tidak dapat hidup.
Rayap tanah genus Microtermes dan Macrotermes menyukai habitat yang
sama yaitu tanah yang lembab, selain itu serangan rayap ini seringkali terlihat bersama-sama dalam satu liang kembara. Microtermes dan Macrotermes selalu berasosiasi di dalam berkebun jamur dan dalam hal serangan. Macrotermes dalam
8
berkebun jamur akan menempati bagian dasar, sedangkan Microtermes akan menempati bagian atasnya. Microtermes merupakan rayap tanah yang membuka
jalan untuk melancarkan serangan yaitu dengan membangun saluran kembara baru, kemudian diikuti spesies lainnya (lnoue et al., 1998 dalam lrmawati 2005). Kasus initerjadi pada sampling dijalan Batunaden.
Pada pohon glodogan dijalan Jenderal Soedirman diperoleh rayap familia Macrotermeidae lainnya yaitu yaitu Odontotermes holmgreni Snyder&Emerson dan
O. javanicus Holmgren. Rona lingkungan di sekitar lokasi pengambilan sampel banyak serasah, demikian pula tanah yang digunakan menanam merupakan tanah tambahan yang banyak sampah daun dan batang ranting yang telah lapuk. Diduga
hal inilah yang menjadi penyebab ditemukannya Odontotermes di lokasi-lokasi tersebut. Dugaan ini didasarkan pendapat Hasan (1984) dalam Kadarsah (2005), yang menyatakan bahwa Odontotermes adalah rayap pembersih sampah yang sering memakan kayu yang sudah mati atau membusuk dan biasanya membuat lubang-lubang
di dalam batang
Kedua jenis ini tidak ditemukan pada pohon
pelindung sepanjang jalan Batunaden.
Perbedaan utama diantara kedua spesies rayap tanah ini adalah pada bagian labrurn, gigi mandibularis dan panjang caputnya. O. holmgreni labrumnya
meluas, pada bagian apical membulat seperti lidah. Panjang caput dengan mandibula 3,19 mm dan tanpa mandibula 2,13 mm. O. javanicus mempunyai labrum yang menyempit mencapai gigi mandibularis kiri yang berbentuk konvek serta tajam. Panjang caput dengan mandibula 3,27-3,36 mm dan tanpa mandibula 2,19-2,44 mm (Windariani, 2006),
Menurut Sumarni dan lsmanto (1988) pada kondisi tanah agak kering Odontotemes dapat melakukan pengembaraan dekat dengan permukaan tanah untuk mencari sumber makanan, tetapi pada kondisi tanah yang lembab ini akan melakukan pengembaraan yang jauh dari pennukaan tanah agar dapat bertahan hidup.
Microtermes (familia Termtidae) Maerotermes dan Odontotermes ( familia Macrotermitidae) merupakan jenis rayap dari komunitas rayap tanah. Ketiga genus
bio.unsoed.ac.id bio.unsoed.ac.id
rayap ini diketahui sebagai perusak bangunan. Rayap familia Termitidae biasanya
bersarang
di dalam tanah, terutama yang dekat dengan bahan yang banyak
mengandung selulosa seperti kayu, timbunan sampah organik, humus atau serasah (Prasetiyo dan Yusuf, 2005).
Terkait dengan adanya perbedaan dari ragam jenis yaitu Jend Soediman yang memiliki dua jenis lebih banyak yaitu jenis O. javanicus dan A. holmgreni di duga terkait dengan faktor abiotik yang berbeda sangat mencolok. (tabel 1).
9
Perbedaan faktor abiotik ini diduga karena arah dan rona lingkungan. Jalan
Jend. Soedirman mengarah Timur-Barat dengan posisi kanopi pohon menutupi sinar matahari yang datang pada lokasi sampling, dan ketinggian tempat yang sama
(256 m dpl), serta berada dalam kota sedang
Jl Baturaden mengarah selatan -
utara sehingga seluruh bagian lokasi sampling terpapar sinar sepanjang hari dan ketinggian tempat bervariasi (256 m dpl sebelah selatan
-
350 m dpl bagian utara),
bagian selatan ada dalam kota sedangkan sebelah utara menuju arah luar kota (pegunurgan). Gathome et al. (2012) menyatakan ketinggian tempat memberikan pengaruh nyata terhadap ragam dan kelimpahan populasi rayap, sebab kenaikan 100 m rata-
rata akan menurunkan suhu udara 10 C dan kelembaban udara dalam persen tertentu. Familia Macrotermiidae lebih dominan pada daerah yang lebih kering dan suhu lebih tinggi ( lnoue et al.,2006). Tabel {. Daftar Faktor Abiotik Pendukung Penelitian Faktor abiotik
No
Jl.
Baturraden
Jl. Jend.Soedirman
20.5 "C
20'c
pH tanah
7,4
6,48
3.
Kelembaban tanah
86%
70,750/o
4.
lntensitas cahaya
245
324.1
1.
Suhu
2.
oC
Meskipun secara umum faktor abiotik masih memenuhi persyaratan bagi kehidupan rayap namun tidak pada kondisi optimal. Habitat yang disukai rayap adalah pada kisaran suhu antara 22,11 95
-
-
26,27oC dan kelembaban optimal antara
96 % flarumingkeng, 1985). Menurut Harris (1961), suhu optimum untuk rayap
adalah 250C- Suhu udara di lndonesia umumnya merata sepanjang tahun berkisar antara 25,7
-
28,90C dengan kelembaban udara berkisar antara 84
*
98 %.
Dilihat dari prevalensinya, kehadiran dan serangan rayap tanah terhadap
pohon lindung ini sangat rendah. Dari seluruh pohon sebanyak 698 pohon di Jl. Jend Soedirman, sampel yang terserang rayap tanah sebanyak 3 pohon, sehingga
bio.unsoed.ac.id bio.unsoed.ac.id
prevalensinya 0,004o/o.bahkan lebih rendah lagi untuk Prevalensi dari jenis pohon lindung
di
jl
Baturraden (0,003%).
sepanjang dua jalan protokol kota
Punrokerto diantaranya dapat dilihat pada table 2 berikut:
10
Tabel2. Prevalensiserangan Rayap diSepanjang Jalan Protokol Kota Purwokerto. No.
Lokasi
f
Pohon
f
pohon yang terserang
Prevalensi (Yo)
1.
Jl. Jend Sudirman
698
3
0,004
2
Jl . Baturraden
320
1
0,003
Tirgkat serangan rayap pada pohon lindung pada ke dua jalan protokol sr€at rendah (< 5olo) dari seluruh volume batang. Pada semua pohon yang terserang rayap hanya menyerang pada bagian kulit saja dan belum masuk pada
bagian kayu. sesuai dengan kriteria Remran (1993) yang menyatakan tingkat serangan rendah berkisar 5%. Tingkat serangan yang didapat jauh di bawah standar dari Remran. Disebabkan kerusakan belum menyentuh kayu maka pengukuran volume kerusakan kayu yang menggunakan plastisin tidak dilakukan.
Ada perlcedaan preferensi serangan rayap terhadap jenis pohon pelindung di sepanjang jalan protokol" Pada Jalan Jenderal Soedirman Purwokerto, yaitu jenis
phon glodogan dan pohon Tabebuia, sedangkan serangan dijl Batunaden terjadi pada pohon Bungur.
Sebagian besar pohon pelindung dikota Punarokerto tidak diserang rayap
diduga adanya pertahanan internal dari setiap pohon berupa kandungan zat ekstraktif yang terdapat di pohon pelindung itu sendiri. Menurut Alfenas et al., (1982) dalam Febrianto, et al. (2Q00) zat ekstraktif beberapa jenis kayu memang telah terbukti mengandung senyawa bio-aktif yang dapat menghambat pertumbuhan
jamur dan rayap. Tidak semua zat ekstraktif bersifat racun, tetapi secara umum semakin tinggi kandungan zat ekstraktif dalam kayu maka semakin tinggi pula sifat keawetan alamikayu.
Zat ekstral{if merupakan zat yang mudah larut dalam pelarut seperti eter, alkohol, bensin dan air. Banyaknya rata-rata 3 -
$a/o
dari berat kayu kering, berupa
minyak, resin, lilin, lemak, tannin, gula, pati dan zat wama. Zat ekstraktif terdapat
dalam rongga sel tetapi bukan merupakan bagian dari struktur dinding sel. Zat ekstraktif memiliki arti yang penting dalam kayu karena dapat mempengaruhi sifat
bio.unsoed.ac.id bio.unsoed.ac.id
keawetan, warna, bau dan rasa sesuatu jenis kayu, dapat digunakan untuk mengenal sesuatu jenis kayu (Antok, 2411).
Pohon glodogan merupakan tumbuhan yang paling banyak di sepanjang jalan
protokolkota Purwokerto mempunyai sistem perakaran tunggang, daunnya menyirip dengan tulang daun menjala. Tumbuhan ini biasa ditemukan di berbagai tempat
dengan ketinggian kurang dari 1200 m dpl. Glodogan merupakan tanaman yang tidak peka udara tetapi mampu menyerap Pb (Samsoedin, 2S8). Kandungan zat
11
ekstraksi pohon glodogan belum diketahui. Pada pohon usia lanjut cukup banyak
menarik rayap untuk mendatanginya. Ada dua pohon di jalan protokol Kota P
unrnokerto yang diserarg.
Pohon Tabebuia merupakan familia Bignoniaceae, dengan tinggi sampai 7 meter sudah berumur + 4 tahun. Penanaman dilakukan saat pohon berumur 1 tahun. Tabebuia memiliki daun berbentuk majemuk sebanyak 3'7 helai pertangkai.
Bunganya benrama kuning serempak, berbunga saat musim pancarobaPertumbuhan Tabebuia lambat, tetapi batangnya kuat. Kandungan zat ekstraktif pada pohon Tabebuia yaitu iridoid, monoterpenoid, alkaloid, asam elagik, dan kalsium oksalat (anonymous, 201 1).
Pohon palem raja berderet di sebagian jalan memilikibiji yang mengandung
alkaloid, dan proantosianidin, yaitu suatu tannin terkondensasi yang termasuk dalam golongan flavonoid. dan vasodilatasi (Fine 2000 dalam Maskromo dan Miftahonochman, 2007). Leigh (2003) dalam Maskromo dan Miftahorrochman (2007) menyatakan batang palem mengandung alkaloid, tanin, kanji, resin, karbohidrat, dan arekolin yang berfungsi sebagai anti-feedant bagi rayap.
Pohon Waru merupakan tanaman yang paling sedikit dan hanya 5 pohon, tanpa serangan rayap, diduga karena zat ekstraktif yang bersifat anti-feedant bagi rayap. Kandungan kimia daun dan akar waru adalah saponin, flavonoid dan tanin (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991 dalam Anonymous, 2009).
Pohon beringin yang terdapat di sepanjang Jalan protokol tidak diserang oleh rayap rayap diduga memiliki zat ekstraktif. Menurut Hutapea (1994) dalam Farihah (2008) kandungan kimia daun, akar, dan kulit batang beringin mengandung
flavonoid, saponin, dan polifenol. Kandungan flavonoid dari kayu berpotensi menghambat aktivitas makan rayap tanah (Chen et a\.2004\. Pohon ketapang berada menyebar di sepanjang jalan protocol, Kayunya mempunyai kualitas cukup baik meskipun rentan rayap (Alamendah, 2011).
Pohon kayu manis ditemukan 33 pohon, memiliki bau khas aromatik kayu manis (Kristio, 2AA7). Kandungan kimia minyak esensial daun kayu manis memiliki efektivitas anti rayap (Chang dan Cheng,2AAZ).
bio.unsoed.ac.id bio.unsoed.ac.id
Pohon pucuk merah dapat mencapai tinggi 7 meter (Anonim, 2A11) danzat
ekstraktif yang belum diketahui.
Pohon asam
kranji daun dan buah pohon asam kranji mengandung
senyawa saponin, flavonoida, dan polifenol. Senyawa polifenol mempunyaiefek anti rayap, antijamur, dan anti bakteri (Sari dan Syafii, 2001)-
Pohon bunga kupu-kupu kulit kayunya mengandung jumlah besar asamtannic (tannic aad) dan glukosa (Hartono, 2011).
t2 Berdasarkan penjelasan mengenai kandungan zat ekstraktif pada pohon pelindung di sepanjang jalan protokol Purwokerto, dapat diketahui bahwa hampir di setiap pohon lindung memilikizat ekstraktif yang berfungsi sebagai perlindungan diri
terhadap serangan rayap tanah. Menurut Mitsunaga (2007) tanaman memproduksi
metabolit sekunder sebagai perlindungan teftadap serangan dari luar, yaitu serangan rayap. Sehingga wajar dari 13 jenis pohon pelindung dijalan protocol Kota Purwokero hanya 3 jenis saja yang terserang rayap, meskipun baru pada bagian kulit pohon saja, (tabel 3).
Tabel 3. Jenis pohon dan jumlah yang terserang rayap No
Nama lokal
Jl. Baturraden
Jl. JendSoed
Terserang
1.
Bungur
142
0
1
2.
Glodogan
48
372
2
3.
Waru
1
5
0
4.
Bunga Kupu-kupu
29
0
0
5.
Ketapang
o
18
0
6.
Angsana Kembang
122
0
0
7.
Beringin
5
6
0
8.
Mahoni
2
0
0
9.
Asam Kranji
2
13
0
10
Tabebuia
0
222
1
11
Kayu manis
0
33
0
12
Palem raja
0
23
0
13
Pucuk merah
0
6
0
320
698
4
TOTAL
Terkait dengan pemilihan bahan kayu umpan (biting) untuk menarik dan mengetahui keberadaan rayap tanah yang menyerang pohon lindung di sepanjang
jalan Jenderal Soedirman ini, metode pengumpanan (baiting) menggunakan potongan kayu alba atau sengon (Albizia falcataria (L). Fosberg)- Menurut Martawijaya et al. (1981), kayu kalba atau kayu sengon termasuk kayu lunak yang
bio.unsoed.ac.id bio.unsoed.ac.id
mudah lapuk dan sangat disenangi rayap. Kayu alba berfungsi untuk memancing rayap agar keluar ke atas dan memudahkan untuk mengambil sampel dan data berupa foto. Menurut Sumami dan lsmanto (1988), metode umpan (biting) dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan serta mengetahui spesies rayap tanah di suatu area. Keunggulan teknik ini yaitu tidak mencemari tanah, sasarannya spesifik, memudahkan cam pengambilan sampel penelitian (Frene,h, 199+).
13
Pengumpanan berupa batang kayu alba dilakukan sekitar 2-3 hari sebelum pengambilan sampel. Hal ini sesuai dengan cara kerja Nandika (2002) bila koloni rayap dekat posisi kayu umpan maka dalam waktu 2-3 hari serbuk kayu umpan akan dimakan, karena kemungkinan lokasi sarang rayap tanah jauh dengan lokasi serangan (pengambilan sampel).
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat
di ambil berdasarkan hasil dan pembahasan
adalah
sebagai berikut:
1.
Spesies rayap tanah yang ditemukan menyerang pohon lindung di sepanjang
jalan protokol Kota Purwokerto semuanya rayap tanah, yaitu Microfermes insperatus Kemner, Macrotermes gilvus (Hagen), Odontotermes holmgreni
2.
Snyder&Emerson, dan Odo ntate rm es j av an icu s {Holmgren). Prevalensi dan tingkat serangan terhadap pohon lindung di sepanjang jalan Jenderal Soedirman Kota Purwokerto tergolong sangat rendah.
3.
Jenis tanaman pohon lindung yang terserang rayap tanah di sepanjang jalan
Jenderal Soedirman Kota Purwokerto ada tiga, yaitu pohon Glodogan, Tabebuia dan Bungur
SARAN Perlu adanya pembersihan sampah yang bertindak sebagai sumber selulosa di sekitar pohon pelindung agar idak menjadi daya tarik rayap.
DAFTAR REFERENSI Achirman, G. 2000. Studi Komunitas Rayap Tanah pada Tegakan Pinus dan Damar
di
Hutan Wanawisata Baturraden KPH Banyumas timur. Skripsi (tidak
dipublikasikan). Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.
Adriani, U. 2010. Rayap tanah perusak kayu. http://lwww.wikipedia.goml Ravap Tanah Perusak Kqvu. Diakses tangal 13 Juni 2011.
Ahmad, M. 1959. Key To The lndomalayan Termites. Departement of Zoology.
bio.unsoed.ac.id bio.unsoed.ac.id University of The Punjabi, Lahore. Pakistan.
Alamendah
.
2011. Pohon ketapang atau Terminalia catappa.
http:/lwww.alamendah's Bloq/ Pohon ketapanq atau Iernrnata cafappa. Diakses tanggal 6 Januari 2Q12.
Anonymous. 2009. Waru (Hr'brscus tiliaceus). http://www.CCRCFarmasiUGM.com/ Berbagi dan Aplikasi Kemoprevensi. Diakses tanggal 6 Januari 2412.
t4 .2011- Merah hijau si pucuk merah. http://www.qoogle.com/Merah hijau si pucuk merah. Diakses tanggal 9 Januari 2012.
Antari, R. K. A. dan Sundra L K. 2AA7. Kandungan Timah Putih (Plumbum) pada Tanaman Peneduh Jalan di Kota Denpasar. Jumal Bumi Lestari, Vol. 7 No.l,
hal 31-38. Antok. 2011. Sifat kimia kayu 2. http:i/www.sooqle.com/ SifatKimiaKavu2. Diakses tanggal 21 Desember 2Q11.
Asaforestry. 2011. Bibit tabebuia kuning. http:/lasafor,estrv.indqnetwo{k.co.!d,/. Diakses tanggal 17 Juli 2011.
Backer, C. A. andV. D. B. Bakhuizen. 1968. Flora of java (spermathophytes only). Wafter Noordhoff N. V. Groningen, The Netherlands.
Dermoredjo,
S. 1977. Percobaan Pencegahan Serangan Rayap Subteran
Pada
Bangunan Perumahan. Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Kehutanan lPB, Bogor.
DireKorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum. 1996. Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan. No : 033/TIBM/1996. Evizal, R. 2005. Rayap Agen Pengurai. Seri Biota BGBD 1:3.
Farihah, 2008. Uji Toksisitas Ekstrak Daun Ficus benjamina L Terhadap Artemia
sa/rna Leach Dan Profil Kromatografi Lapis Tipis. Skripsi
(tidak
dipublikasikan). Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah, Surakarta. Fengel, D. dan Wegener. 1995. Kayu; Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
French, J. R. J. 1994. Physical Barrier and Bait Toxicant : The Romeo and Juliet of
Future Termite Control. Paper Prepared
for The 25th Annual
Meeting
lnternational Research Group on Wood Preseruation. Ginuk, S. dan A. lsmanto. 1988. . Keanekaragaman Jenis dan lntensitas Serangan
Rayap Tanah
di Tiga Tipe Tanah di Areal Bekas Kebun Karet. Jumal
Penelitian Hasit Hutan 5:144-117. Harris, W. V. 1961. Termites Their Recognition And Control. Second Ed. Longmans Green and Co. 4d, London.
Hathway, D. E. 1962. The Condensed Tannins. ln Wood Extractives (Hillis W. E).
bio.unsoed.ac.id bio.unsoed.ac.id Academic Press. New York.
Holmes, J. C.
, G. W.
Esch, A. M. Kuris and G.
A Schad. 1982, The Use of
Ecological Term in Parasitology. Journal Parasitology. 1:131-133.
lnoue, T. T. Abe and P. Vijarson. 1998. Mount Structure of Fugus. Growing Termite Macrotermes gilvus (Hagen) in Thailand. Journal of Tropical Ecolagy, 14:6 13.
15
lrnawati, N. 2005. lntensitas Serangan Rayap Tanah Terhadap Bahan Kayu Bangunan Rumah Penduduk Desa Kedunguter Kecamatan Banyumas. Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto. Kadarsah, A. 2005. Studi Keragaman Rayap Tanah Dengan Teknik Pengumpanan Pada Tumpukan Jerami Padi Dan Ampas Tebu Di Perusahaan Jamur PT. Zeta Agro Corporation Jawa Tengah, Jumal Bioscientiae Vol. 2, Na. 2, Hal 17-22.
Kalshoven, L. B. E. 1981. The post of crops in lndonesia. PT. lkhtisar Baru, Jakarta.
Krishna, K dan T. M. Weesner. 1969. Biology of termites. Vol. l. Academic Press, New York and London. Krishnayya dan Bedi. 1986. Glodogan tiang puna dian. http:illscribd.com/. Diakses
tgl 17 Juli 2011.
Kristio. 2AO7. Tanaman
obat
lndonesia, Cinnamomum
http://www. multiply. com/ Tanaman Obat I ndon esia, Ci n n am om u m
burmannii. bu
rm
a n n i i.
Diakses tanggal 6 Januari 2012. Lee, K.E. and T.G. Wood. 1971. Termite and Soil. Academic Press, New York. Mulyono, A, 2001. Pengaruh Zat Ekstraktif Kayu Pterocarpus rndicus Wild Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Patogen lkan Pseusomonas flourescens, Skripsi (tidak dipublikasikan), Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.
Nandika, D. dan B. Tambunan. 1989. Deteriorasi Kayu Oleh Faktor Biologis. PAU Bioteknologi lPB, Bogor. 1990. Deteriorasi Kayu Oleh Faktor Biologis. PAU Bioteknologi lPB, Bogor.
Nandika, D. 2002. Mengakali Rayap Basmi Anak Cucu Sendiri. PT. lntisari Mediatama, Jakarta.
Nandika, D., R. Yudi. dan D. Farah. 2003. Rayap : Biologi dan Pengendaliannya. Harun JP, Muhammadiyyah Univ Press. Surakarta.
Natawiria, Dj. 1979. Timbulnya Serangan Rayap Tanah Coptotermes fravrans Hav.
Dan C- curuignathus Holmgren pada Tanaman Kehutanan di lndonesia Lembaga Penelitian Hutan, lndonesia.
bio.unsoed.ac.id bio.unsoed.ac.id
Ratri, Y.G. 2A07. Komposisi Rayap Tanah dan Kelimpahannya di Bawah Naungan Pohon Pinus dan Damar RPH Baturraden BKPH Gunung Slamet Barat KPH Banyumas Timur. Skripsi (tidak dipublikasikan), Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.
Remran. 1993. Kerugian Ekonomi Akibat Serangan Rayap Pada Bangunan Perumahan di Pulau Batam. Skripsi (tidak dipublikasikan), Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan lPB, Bogor.
.9
t6
Risnasari,
l.
2002. Tanin. Skripsi (tidak dipublikasikan), Jurusan llmu Kehutanan.
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Rowe, J.W. and A.H. Conner. 1978. Extractive in Eastern Hardwood: a Review Technical Report No 18. Forest Products Laboratory. US Department of Agriculture.
Setyowati, D. L. dan S. M. R, Sedyawati. 2010. Sebaran Ruang Terbuka Hijau dan peluang Perbaikan lklim Mikro di Semarang Barat. Jurnal Biosaintifika 2485191X,61-74.
Sjostrom, E. 1995. Kimia kayu. Dasar-Dasar dan Penggunaanya' Edisi Kedua. Gadjah Mada UniversitY Press.
B. H. and T. G. Myles. 1997. Behavioral Responses of Eastern Subtenanean Termite to Failing Temperatures (lsoptera: Rhinotermidae).
Strack,
Faculty Foresty, University of Toronto, Canada'
Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Waru Landak (Hrbrscus mutabitis L.) Terhadap Sfaphy/ococcus aureus Dan Escherichia coli Serta Brine Shrimp Lathality Test. Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas
Subekti,
A. 2009. Uji Aktivitas
Farmasi. Un iversitas Muham mad iyah Surakarta, Surakarta.
Tarumingkeng,
R. C.
1971. Biologi Dan Pengenalan Rayap Perusak Kayu
lndonesia. Laporan Penelitian Hasil Hutan- No- 139-
. 1985. Catatan ringkas tentang biologi rayap berkaitan dengan sistem pengendalian rayap hama bangunan di lndonesia. Makalah Diskusi Pengendalian Rayap, Jakarta.
Wndariani, K. 2006. Kekayaan Spesies (Spesies Richness) Rayap Di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Banyumas. Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.
bio.unsoed.ac.id bio.unsoed.ac.id