Prosiding Pertemuan Ilmiah Ilmu Pengetahuan don Teknologi Bahan'99
-
ISSN 14]]-2213
Serpong, 19 20 Oktober 1999
KET AHANAN KAYU YANG DIPROSES DENGAN ASETILASI DAN TBTOA DARI SERANGAN RAYAP TANAH DI LAPANGAN Yuliati Indrayanil, Sulaeman VosuP, Yusuf S. HadP daD Dodi Nandika3 I Jurusan Kehutanan, Faperta-UNT AN, Pontianak 2Puslitbang Fisika Terapan, LIPI Puspitek Serpong 3Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor
ABSTRAK KET AHANAN KA YU YANG DlPROSES DENGAN ASETILASI DAN TBTOA DARI SERANGAN RAY AP T ANAH DI LAP ANGAN. Pengembangan bahan kimia ramah lingkungan untuk pengawetan kayu yang efektif menahan serangan rayap diperlukan saat ini. Asetilasi adalab proses modifikasi kimia yang menyebabkan rayap tidak mengenal kayu sebagai makanannya. Sebagian kayu direaksikan dengan anhidrida asetat pada suhu 120°C selama 24 jam. Sedangkan kayu lainnya direndam dalam larutan bOOanpengawet Tributiltin Oxide Acrylate (TBTOA) daD Trimethylolpropane Trimethacrylate (TMPTM) sebagai crosslinlrer selama 35 menit. Contoh uji kayu diuji ketahanannya terhadap rayap tanOOdilapangan di Arboretum Fakultas Kehutanan IPB Bogor, dengan cara dikubur secara vertikal kedalam tanah sedalam 25 cm dengan 5 cm bagian sisanya muncul diatas permukaan tanOO.Respon yang diukur meliputi derajat proteksi dan pengurangan berat kayu setelOOtiga bulan, enam bulan dan satu tOOunpengujian. Hasil perlakuan menunjukkan bahwa penambOOan berat (Weight Percent Gain, WPG) kayu dengan proses asetilasi adalab sebesar 11,59 % untuk southern yellow pine, 14,52 % untuk tusam dan t 6, 18 % untuk jabon. Sedangkan penambahan berat kayu yang diawetkan dengan TBTOA adalah sebesar 10,47 % untuk southern yellow pine, 12,53 % untuk tusam dan 12, 16 % untukjabon. Setelah satu tabun pengujian, rata-rata derajat proteksi kayu kontrol mencapai 0, kayu asetilasi 5,46 dan kayu yang diawetkan dengan TBTOA 8,13. Pengurangan berat kayu kontrol adalah 95,55 %, kayu asetilasi 36,95 % daD kayu yang diawetkan dengan TBTOA 4,47 %.
ABSTRACT FIELD TEST OF ACETYLA TED AND TBTOA TREATED WOODS ON SUBTERRANEAN TERMITES. Development of non-toxic chemical treatments to prevent biodegradation of wood is needed at this time. Acetylation is the chemical modification process which cause termite unrecognize wood as their food. Several of wood were treated with acetic anhidride at 120°C for 24 hours. And the other woods were impregnated with Tributiltin Oxide Acrylate (TBTOA) and Trimethylolpropane Trimethacrylate (TMPTM) for 35 menits. The wood samples were subjected to the termite field test at the Arboretum IPB Bogor. Woods were vertically hurried with 25 cm in the ground and 5 cm on the ground. The protection level and weight loss were observed after three months, six months and one year field test evaluation. The results indicate that Weight Percent Gain (WPG) ofacetylated wood were are 11.59 % for southern yellow pine, 14.52 % for tusam and 16.18 % for jabon. After one year evaluation, the average value of protection levels untreated was 0, acetylated wood was 5.46 and wood were impregnated with TBTOA was 8.13. Average value of weight loss untreated was 95.55 %, acetylated wood was 36.95 % and wood were impregnated with TBTOA was 4.47 %. Kata kunc!: Field test, Asetilasi, Tributiltin Oxide Acrylate (TBTOA), Rayap tanah.
PENDAHULUAN Pengembangan bahan kimia ramah lingkungan untuk keperluan pengawetan kayu yang efektif menahan serangan rayap clan jamur adalah impian bagi para peneliti. Selama ini banyak bahan pengawet kayu yang efektifterhadap serangan mikroorganisme, tetapi sangat membahayakan lingkungan karena mudah tercuci (leaching). Keadaan ini menuntut dikembangkannya altematif metode pengawetan yang ramah terhadap lingkungan. Asetilasi merupakan salah satu cara modifikasi kimia kayu yang dapat digunakan untuk meningkatkan keawetan kayu. Hal ini dimungkinkan karena kayu mempunyai gugus-gugus reaktif, yaitu gugus hidroksil yang dapat bereaksi dengan pereaksi
161
kimia anhidridaasetatmembentuk kayu asetatyang tidak bersifat racun tetapi berpotensi kurang disukai oleh organismeperusakkayu.Olehkarenaitu,modiflkasikimia kayudiperkirakanakanmenjadiperlakuanalternatifdalam bidang pengawetan kayu di masa yang akan datang karena kemampuannya meningkatkan keawetan kayu tanpa membahayakan lingkungan sehingga sesuai untuk diterapkan pada kayu yang digunakan diluar ruangan sepertt kursi taman, pagar clanlain-lain. . Oalam penelitian iniperlakuan asetilasidiberikan pada kayu tusam (Pinus merkusii Jungh et de Vriese), Jabon (AnthocephalussinensisLamk Rich. ex Walp.) clan Southern yellow pine (Pinus sp.) untuk melihat ketahanan kayu terhadap serangan rayap tanah di
Ketahanan Kayu yang Diproses dengan Asetilasi dun TBTOA daTiserangan Rayap Tanah di Lapangan (Yu[iati Indrayani)
lapangan. Sebagai pembanding, dievaluasijuga efikasi bahan pengawet Tributiltin Oxide Acrylate (TBTOA) terhadap peningkatan keawetan ketiga jenis kayu tersebut. Digunakannya kayu tusam,jabon daDsouthern yellow pine dalam penelitian ini dengan pertimbangan kayu-kayu tersebut memiliki keawetan yang rendah, yaitukelasawet IVsampaiV [3,5].Hipotesayangdiajukan dalam penelitian ini adalah perlakuan asetilasi dapat meningkatkan keawetan kayu melalui proses substitusi gugus hidroksil kayu dengan gugus asetil anhidrida asetat.
METODOLOGI Bahan Baku Bahan-bahan yang digunakan sebagai confab uji (sampel) adalah kayu tusam (Pinus merkusii Jungh et de Vriese), jabon (Anthocephalus sinensis Lamk Rich. ex Walp.) daDSouthern yellow pine (Pinus sp.); bahan kimia untuk asetilasi: anhidrida asetat [(CH3CO)P]; bahan pengawet Tributiltin Oxide Acrylate (TBTOA) daD crosslinker Trimethylolpropane Trimethaoksida (TMPTM). Proses Asetilasi dengan Anhidrida Asetat Confab uji dikeringkan pactasuhu 60°C selama tiga hari kemudian ditimbang untuk mendapatkanbobot awal. Selanjutnya confab uji direndam dalam larutan anhidrida asetat pactasuhu kamar dalam kondisi vakum selama dua minggu, agar anhidrida asetat dapat lebih banyak masuk kedalam kayu. Kemudian confab uji direaksikan dengan anhidrida asetat pactasuhu 120°C selama24jam. Untuk menghilangkankelebihananhidrida asetat yang tidak ikut bereaksi daDbasil sampingberupa asam asetat, confab uji segera dicuci denganair mengalir sampai ball asam hilang. Setelah itu confab uji dikeringkan di dalam oven pactasuhu 60°C selama tiga hari, daD selanjutnya ditimbang untuk mendapatkan bobot akhir sehingga diperoleh persentase penambahan beratnya (Weight Percent Gain, WPG).WPGditentukan dengan menggunakan persamaan [2] :
Larutan campuran 5% TBTOA daD 5% TMPTM dimasukkankedalam chamber percobaan sampai larutan menutupi seluruhpermukaankayu, daDdibiarkan selama limamenit.Pactaconfabujitersebutdiberi gelas pemberat untuk mencegah agarcontoh uji tidak mengambang. Kemudian tekanan dilepaskan daDconfab uji dibiarkan direndam dalam larutan selama 30 menit. Selanjutnya confab uji diangkat daD dibersihkan dari sisa larutan. Confab uji segeradibungkus dengan aluminium foil daD dioven pacta suhu 52°C, setelah itu dibilas dengan Nitrogen daD dibiarkan selama 24 jam agar terjadi polimerisasi. Aluminium foil dibuka, confab uji dioven pactasuhu 105°C selama 24 jam daD ditimbang untuk mendapatkan berat akhir sehingga diperoleh persentase penambahan beratnya (WPG). Uji Ketahanan Kayu terhadap Senmgan Rayap Tanah diLapangan Pengujianterhadap rayaptanah dilakukandengan metode pengujian lapangan (field test) melalui uji kubur (grave yard test), yang dilaksanakan di Arboretum FakultasKehutananIPB. Pengujiandilakukan mengikuti Standar AWPA (American Wood-Preservers' Association Standard: No. E7-I993). Contohujidenganukuran30cmx I,9cmx I,9cm diberi nomor daD dilakukan pengacakan untuk menentukan posisinya di tapak pengujian. Selanjutnya confabuji dikubursecaravertikalke dalamtanah sedalam 25 cm dengan 5 cm bagian sisanya muncul diatas permukaan tanah (Gambar 1). Jarak antara confab uji dalam baris yaitu 30 cm. Respon yang diukur meliputi derajat proteksi daDpengurangan berat kayu setelah tiga bulan, enam bulan daDsatu tahun pengujian. Contohuji Pennukaan tanah
7/77r
81-80
WPG
=
x 100 % 80
Dimana: Bo = berat confab uji sebelum diasetilasi BI = beratconfabuji setelahdiasetilasi Pengawetan dengan TBTOA Confab uji dikeringkan pactasuhu 105°C dalam oven selama 24 jam, kemudian didinginkan pactasuhu kamar dalam desikator selama satu jam daDditimbang untuk mendapatkan berat awal. Selanjutnya confab uji ditempatkan dalam chamber percobaan daD direndam dengan aquades (tekanan 30 mm Hg) selama satujam.
H
1 ~ 1,gem
1,9 em
Gambar 1. Posisi contoh uji pada pengujian ketahanan terhadap rayap tanah di lapangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Perlakuan asetilasi menghasilkan penambahan berat (Weight Percent Gain, WPG) kayu sebesar 11,59% untuksouthernyellow pine, 14,52%untuk tusam "I:'t
Prosiding Pertemuan Ilmiah Ilmu Pengetahuan don Teknologi Bahan '99 Serpong, 19-20 Oktober 1999
clan 16,18% untukjabon. Sedangkan penambahan berat kayu yang diawetkan dengan TBTOA adalah sebesar 10,47%untuksouthernyellowpine, 12,53% untuktusam clan 12, 16% untukjabon Hasil pengamatan dilapangan mengikuti metode penilaian seperti tertera pada Tabel I, sedangkan derajat proteksi setelah tiga bulan, enam bulan clan satu tahun pengujian disajikan pada Tabel2. Tabel 1.Peniiaian uji
derajat
proteksi
kayo contoh
Nilai
Kondisi Contoh Uji Satu sampai dua bekas gigitan kecil
10
Sedikit serangan, sampai dengan 3% pada
9
arOO)melintang pada setiap lokasi Bekas serangan dari 3 % sampai )0 pada arOOmelintang pada setiap lokasi Bekas serangan dari 10 % sampai 30 pada arOOmelintang pada setiap lokasi Bekas serangan dari 30 % sampai 50 pada arab melintang pada setiap lokasi Bekas serangan dari 50 % sampai 75 pada arOOmelintang pada setiap ]okasi Gagal Somber : American Wood-Preservers' Standard (AWPA), No: E7-93 Tabel].
%
8
%
7
%
6
%
4 0
Association
Derajat proteksi kayo contoh uji dari
serangan rayap tanah setelah tiga bulan, enam bulan daD 12 bulan pengujian di lapangan Bulan Pengujian/ Jenis Kayu Bulan Ketiga Tusam Jabon Southern yellow pine
Bulan Keenam Tusam Jabon Southern yellow pine
Bulan Ke-12 Tusam Jabon Southern yellow pine
Jenis Pengawetan
Asetilasi
TBTOA
Kontrol
7,89 9,1] 7,78
9,78 9,78 10
2,89 6,33 5,22
7,22 8,33 7,00
9,]1 8,78 9,67
0,89 1,33 4,22
3,56 7,5 5,33
8,2 8 8,2
0 0 0
Sedangkan kayo asetilasi pada bulan ketiga clan bulan keenam masih memberikan basil yang baik. Akan tetapi pada satu tahun waktu pengujian derajat proteksi menurun tajam yang mencapai 5,46 clan ini tidak menunjukkan hasil yang memuaskan dibandingkan dengan bulan ketiga clan keenam. Hasil penelitian ini senada dengan penelitian Hadi et al. (1996) yang menunjukkan pada kayo komposit terasetilasi dengan WPG20 %, memilikiderajatproteksi pada bulan keenam 8,5 turnn menjadi 5,0 pada bulan keduabelas. Namun demikian, kayo dengan perlakuan asetilasi masih memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan derajat proteksi kayu kontrol pada bulan ketiga sudah menunjukkan basil yang tidak memuaskan, dengan derajat proteksi sebesar 4,81, bulan keenam 2,15 clanbulan keduabelas mencapai O.Hal ini menandakanselama satutahun pengujian seranganrayap tanah terhadap kayo sangat membahayakan. Selain itu, pengujian selama satu tahun menunjukkan serangan yang cukuphebat,hat iniditunjukkanoleh derajatproteksi yang turnn cukup besar pada bulan keduabelas. Penurunan derajat proteksi kayo tusam clan southern yellow pine t~rasetilasi yang cukup tajam dari bulan keenamke bulanduabelasdikarenakanWPGkedua kayo tersebut lebih kecil dad kayo jabon. Rendahnya WPG :nenandakan bahwa sedikit terjadi reaksi antara gugus asetil anhidrida asetat dengan gugus hidroksil kayo. Hal ini menyebabkan rayap masih mampu mendegradasi kayo tersebut pada bulan keduabelas, setelah kayo kontrol habis didegradasi. Sedangkan pada kayo jabon dengan WPG tinggi rayap tidak dapat mendegradasi kayo tersebut walaupun kayo kontrol sudah habis pada bulan keduabelas, sehingga derajat proteksi masih diatas 7. Nilai pengurangan berat kayo setelah tiga bulan, enam bulan clan satu tahun pengujian disajikan dalam Tabel3. Tabel 3. Rata-rata pengurangan berat contoh uji akibat serangan rayap tanah setelah pengujian di Lapangan selama tiga bulan, enarn bulan daD 12 bulan.
Tusam
Aselilasl TBTOA Konrrol
PenguranganBeral(%) Bulan Bulan Bulan ke-3 ke-6 ke-12 10,43 13,71 61,23 I.S3 2.S8 3.70 66.68 87.31 9S.S4
Jabon
Aselilasi TBTOA Konlrol
3.82 1,31 44,79
4.73 2.99 74,96
8.S8 6,31 98,90
Soul'.em yellowpine
Aselilasi TBTOA Konrrol
10,07 1.26 47,SO
12,26 2,12 60,74
41.03 3,41 92,21
Jenis Kayu
Kayu kontrol mempunyai derajat proteksi ratarata pada bulan ketiga4,81, bulan keenam 2, 15clanbulan keduabelas mencapai 0, sedangkan derajat proteksi kayu asetilasi pada bulan ketiga 8,26, bulan keenam 7,52 clan bulan keduabelas 5,46, serta untuk kayo yang diawetkan dengan TBTOA derajat proteksi pada bulan ketiga 9,85, bulan keenam 9,19 clanbulan keduabelas 8,13. Dad data derajat proteksi yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa kayu yang diawetkan dengan TBTOA pada bulan ketiga, keenam clan keduabelas pengujian masing-masing masih memberikan basil yang baik, dengan kala lain, kayo dengan perlakuan TBTOA memiliki ketahanan yang baik terhadap serangan rayap tanah pad a penggunaan u!1tuk diluar ruangan. 1U
ISSN l41J-2213
Jenis Pengawelan
Tabel 3 clan Gambar 2 memperlihatkan penguranganberat contoh uji yang cendernng meningkat dengan bertambahnya waktu pengujian. Apabila diperhatikan,penguranganberat paling besarterjadipada kayo kontrol, kemudian kayo terasetilasi clankayo yang diawetkan dengan TBTOA.
Ketahanan Kayu yang Diproses dellgan Asetilasi don TBTOA dart serangan Rayap Tanah di Lapangan (Yuliati llldrayani) "0 Tu....
tOO
J.ban
""""",,-,IM
t
I
t 5
1
80 00
40
.0 0
..
3
8
"
[ ---Autll..1
0 3 8 " 0 WoktuPongomoton (bulon)
---TBTOA
3
8
"
Kontrol )
Gambar 2. Pengurangan berat contoh uji setiap jenis kayu setelah tiga bulan, enam bulan dan dllabelas bulan pengujian di Lapangan.
Hasil sidik ragam pada pengamatan bulan ketiga clanbulan keen~mmenunjukkan bahwa perlakuankimia berpengaruh sangat nyata terhadap pengurangan berat kayu. Selanjutnya uji Duncan membuktikan diantara ketiga perlakuan ternyata mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap pengurangan berat kayu. Pada pengamatan bulan ketiga, rata-rata pengurangan berat terkecildimilikiolehkayuTBTOAyOOtu untukkayutusam, jabon clansouthern yellow pine adalah 1,53%, 1,31% clan 1,26%,sedangkan pada pengamatan bulan keenam adalah2,58%,2,99% clan2,12%.Penguranganbemtkayu asetilasi pada pengamatan bulan ketiga untuk kayu tusam, jabon clan southern yellow pine berturut-turut adalah 10,43%, 3,82% clan 10;07%, sedangkan pada pengamatan bulan keenam adalah 13,71%,4,73% clan 12,26%. Pengurangan berat terbesar ada pada kayu kontrol, yaitu pada pengamatan bulan ketiga untuk kayu fusaro,jabon clansouthern yellow pine adalah 66,68%, 44,79% clan47,50%, sedangkanpada pengamatanbulan keenanl adalah 87,31%,74,96%dan 60,74%. Selanjutnya pada pengamatan bulan keduabelas, terjadi pengurangan berat yang cukup tajam pada kayu asetilasiterutama untuk kayu fusaInclansouthern yellow pine. Hal ini terjadi karena tingkat asetilasi (WPG) berpengaruh terhadap pengurangan bernt, bahwa semakin tinggi tingkat asetilasi maka semakin tahan terhadap serangan rayap [I]. Dalam penelitianini, WPG yang digunakan adalah 11,59 % untuk kayu southern yellow pine, 14,52 % untuk kayu tusam clan 16,18 % untuk kayujabon. Pengurangan berat yang cukup tajam pada kayu tusam clansouthern yellow pine dikarenakan WPG yang lebih kecil dari kayujabon. Hasil sidikragambulan keduabelasmenunjukkan bahwa perlakuan pengawetan berpengaruh sangat nyata terhadap pengurangan berat. Selanjutnya uji Duncan memperlihatkan perbedaan yang nyata pada setiap perlakuan pengawetan. Rata-rata pengurangan berat terkecildimilikiolehkayuTBTOAyaituuntukkayutusam, jabon clansouthern yellow pine adalah 3,70 %, 6,31 % clan 3,41 %. Pengurangan berat kayu asetilasi pada pengamatan bulan keduabelas untuk kayu tusam,jabon clansouthernyellow pine berturut-turut adalah 61,23 %,
8,58 % dan41,03 %. Penguranganberat terbesar ada pada kayu kontrol yaitu untuk kayu tusam,jabon clansouthern yellowpine adalah95,54%,98,90 % clan92,21%. Apabila diperhatikansecara lebihseksama, dari nilai pengurangan bemt tersebut ternyata perlakuan kimia mampu mengurangi serangan rayap tanah dari genus Macrotermes sp., Schedorhinotermessp. clanOdontotermessp. di lapangan pada masa pengujian satu taboo, walaupun pengurangan berat kayu basil perlakuan asetilasi diatas kayu TBTOA, tetapi masih lebih baik hila dibandingkan dengan kayu kontrol.Garnbar2 memperjelaspengaruhsetiapperlakuan pengawetan terhadap pengurangan berat kayu. Kecilnya pengllrangan berat kayu terasetilasi dikarenakan terjadinya perubahan struktur komponen kimia pada substrat kayu, akibatnya enzirn selulase yang bertugas untuk mencerna substrat kayu tidak mengenali substrat sebagai makanannya. Protozoa berperan penting dalam pencernaan substrat kayu. Protozoa akan mengeluarkan enzirn untuk menguraikan substrat. Pada Coptotermes furmosanus terdapat protozoa Pseudotrichonympha grassii yang bertugas menguraikansubstratyangmemilikiDerajatPolirnerisasi(DP) tinggi seperti kayu, sedangkan protozoa H%mastigotoides hartmanni clanSprirotrichonympha leidyi menguraikan substrat dengan (DP) rendah. Apabila substrat tidak sesuai, makaprotozoa ini akan mengalami defaunasi alan mati, terutama protozoa P. grassii yang menguraikan selulosa kayu. Akibatnya rayap tidak mendapat suplai makanan meskipunkayu masuk kedalam saluran pencernaan karenatidak terurai [6]. Selanjutnyadikatakandalam usus belakang rayap C.formosanus pada kayu asetilasi, jumlah protozoa menurun dengan tajam clan bahkan protozoa P. grassiii hilang sarna sekali. Karena selulosa dalam kayu merupakan bagian pertama yang diuraikan oleh protozoa P. grassii dalam usus rayap, dengan hilangnya protozoa P. grassii maka kayu asetilasi yang dimakanoleh myapdanmasuk kedalamususmerekatidak dapat diuraikan oleh protozoa. Sebagai hasilnya, rayap tidak dapat menghasilkan makanan yang berasal dari pembongkaran kayu clantidak dapat bertahan hidup jika tidak ada makanan lain [2]. Kemungkinan lain untuk menahan serangan rayap adalah dengan peningkatan kekerasan clan ketahanan terhadap air pada kayu modifikasi.Rayaptanahmemerlukanair dalammenyerang kayu, karena kayu terasetilasi menyerap sedikit air maka rayap harus lebih kerns menggigit daripada kayu kontrol yang dapat menyerap air lebih banyak. Sedangkanpada kayu TBTOA, walaupun dengan WPG yangrendahGabon: 12,16%, tusam: 12,53 %dan southernyellow pine: 10,47%), kayu ini dapat menahan serangan rayap tanah dengan nilai pengurangan berat contoh uji yang lebih kecil dari kayu terasetilasi. Hal ini dikarenakan TBTOA efektifpada semua tingkat dengan kehilangan berat kurang dari 1,5 %, kecuali jika menggunakanpenambahanjumlah cross/inkeryang lebih besar dari 10 %. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa TBTOA efektif sebagai bahan pengawet dengan 1.6..
Prosiding Pertemuan Ilm/ah limu Pengetahuan don Teknologl Bahan '99
-
ISSN 1411-2213
Serpong, 19 20 Oktober 1999
polimerisasisebab melepaskanTBTO (TributyltinOxide) melalui hidrolisis[4]. Langwig et al. 1968daDRowellet al. 1983dalam IbachdanRowell(1995) menambahkanbahwaperlakuan kayo dengan polimer methacrylate memilikikeuntungan yang salah satunya adalah peningkatan kekerasan diatas kayo kontrol. Keadaan ini mempengaruhi kemampuan rayap untuk menggigit daDmencema kayo. Pada akhir pengamatan pada bulan keduabelas di Lapangan, hampir semua contoh uji kayojabon kontrol habis dimakan rayap tanab. Dari Tabel 3 diketabui kayo jabon kontrol mengalami pengurangan berat terbesar dibandingkan kedua jenis kayo lainnya. Hal ini dikarenakan kayo jabon relatif lebih lunak dengan BJ 0,42 dibandingkan dengan kedua jenis lainnya yang memiliki kayo relatiflebih keras dengan BJ 0,55. Selain itu, pengujian selama satu tabun menunjukkan serangan yang cukup hebat. Dari nilai pengurangan berat kayo yang diperoleh pada setiap jenis kayo kontrol temyata kayo-kayo tersebut perlu mendapat perlakuan pengawetan sebelum digunakan untuk melindunginya dari serangan organisma perusak kayo, terutama rayap tanab.
KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan : 1. Perlakuan asetilasi menghasilkan rata-rata pertambahan berat(WPG) 11,59 % sampai 16,18% daD untuk pengawetan dengan TBTOA 10,47 % sampai 12,53%. 2. Perlakuan asetilasi daDTBTOA dapat mengurangi serangan rayap tanab dari genus Macrotermes sp., Schedorhinotermes sp. daD Odontotermes sp. di Lapangan dengan rata-rata pengurangan berat kayo terasetilasi36,95%(8,58 %- 61,23 %)dan kayoyang diawetkandenganTBTOA4,47%(3,41 %-6,31 %). Sedangkan pengurangan berat kayo kontrol mencapai95,55 %(92,21 %-98,90%). 3. Derajat proteksi kayo kontrol setelah satu tahun pengujian mencapai 0, sedangkan dengan perlakuan asetilasi daD TBTOA, derajat proteksi meningkat dengan rata-rata5,46 (3,56- 7,5)untukkayo asetilasi daD8,13 (8 - 8,2)untuk kayo yang diawetkandengan TBTOA.
Untuk keberhasilan aplikasi perlakuan asetilasi, perlu diteIiti teknik asetilasi yang sesuai untuk kayo berukuran besar agar diperoleh WPG yang maksimum sehingga kayo asetilasi yang dihasilkan lebih marnpu untuk menaban serangan rayap tanab di Lapangan.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rebecca E. Ibach dari Forest Products Laboratory, Madison WI, USA yang membantu dalam pelaksanaan perlakuan pengawetan kayo dengan baban pengawet TBTOA.
DAFTARACUAN [I]. HADI, Y.S, R.M. ROWELL, T. NILSSON, D.V. PLACKETT,R. SIMONSON,B. DAWSONdan Z. JIA QI. Pengujiandi LapanganTigaKompositKayo Terasetilasi.Jumal Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, IX(2) (1996) 1-7. [2]. IMAMURA,Y. andNISHIMOTO,K. Resistanceof Acetylated Wood to Attack by Subterranean Termites. Presented partly at the 2ndAnnual Meeting of the Japan Wood Technology Association, in Tokyo, (1986). [3]. MARTAWIJAYA, A., I. KARTASUJANA, Y.I. MANDANG,SA PRAWIAAdan K. KADIR.Atlas Kayu Indonesia. Departemen Kehutanan, Badan Penelitian daDPengembangan Kehutanan, Bogor, (1989). [4]. ROWELL, R.M. Chapter23: Bioactive PolymerWood Composites. In: Roseman, T. J.; Mansdrof, S. Z., eds.ControlledReleaseDelivery System.New York andBasel:MarcelDekker,Inc,(1983) pp. 347357. [5]. TSOUMIS, G. Science and Technology of Wood: Structure, Properties, Utilization. Van Nostrand Reinhold,New York,(1991). [6]. YOSHIMURA, T. Contribution of the Protozoan Fauna to Nutritional Physiology of the Lower Tennite, CoptotermesformosanusShiraki(Isoptera: Rhinotennitidae). Dissertation. Kyoto University. Japan,(1995).
Ke Daftar Isi
266