BIOGRAFI MR. ASAAT DATUK MUDO Mr. Asaat Datuk Mudo adalah putra Minangkabau Sumatera Barat yang lahir di Dusun Pincuran Landai, Kenagarian Kubangputih, Kecamatan Banuhampu, Kabupaten Agam pada 18 September 1904. Ibunya bernama Djaora dan ayahnya bernama Thaib. Usia anak-anaknya dihabiskannya di Sungai Pura, sebuah nagari yang terletak di lereng Gunung Merapi, di pinggiran kota Bukittinggi. Kemudian ia melanjutkan sekolahnya ke kota Padang. Yaitu di Adabiah dan MULO Padang. Setelah Assaat menamatkan studinya di Padang, Assat melanjutkan studinya ke STOVIA (Schooltot Opleiding van Inlandsche Artsen) di Jakarta. Namun ia tidak melanjutkan pendidikannya disana, karena ia tidak tahan dengan kondisi Indonesia yang sedang dijajah. Oleh karena itu dia meninggalkan STOVIA dan melanjutkan sekolah ke AMS. Setamat dari AMS barulah dia mellanjutkan sekolahnya ke RHS (Rechtgs Hoge School), Sekolah Hakim Tinggi di Jakarta. Ketika menjadi mahasiswa RHAS inilah, Asaat mulai berkecimpung dalam gerakan kebangsaaan, yakni gerakan politik. Pada saat itu Asaat aktif dalam organisasi “Jong Sumateranen Bond”. Dalam organisasi pemuda itu karir Asaat mulai menanjak. Ia menjadi pengurus-pengurus berbagai oraganisasi pemuda di Indonesia. Namun, kegiatan keorganisasian itu mulai tercium oleh dosennya di RHS. Sehingga berpengaruh pada pendidikan Asaat. Asaat sangat tersinggung dengan perlakuan dosennnya itu, sehinggi Asaat memutuskan untuk keluar dari RHS dan menuntut ilmu di Unversitas Leiden Negeri Belanda. Akhirnya Asaat menamatkan studinya di Belanda dan memperoleh gelar Mr ( Meester in de Rechten) atau sarjana hokum. Mr. Asaat menikah denan Roesiah, wanita Sungai Pua di Rumah Gadang Kapalo Koto Kabupaten Agam. Dalam pernikahan itu Mr. Asaat memperoleh dua orang putra dan satu orang putri. Roesiah meninggal lebih dulu dari Mr. Asaat. Istri kedua Mr. Asaat adalah Widya Saria yang berasal dari Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat. Api revolusi untuk mempertahankan proklamasi terus menggelora. Belanda dengan kekuatan militernya melancarkan Agresi Militer II. Sehingga Mr. Asaat ditangkap oleh Belanda bersama Bung Karno dan Bung Hatta serta pemimpin Republik lainnya, kemudian diasingkan di Manumbing, Pulau Bangka. Bersama pejuang lainnya, Mr Asaat telah menggalang dan mengobarkan persatuan seluruh bang Indonesia lewat pengasingan itu. Sementara ide nonkooperasi (gerakan yang tidak mau bekerja sama) dengan Belanda dilakukannya bersama pejuang lainnya sebagai senjata perlawanan. Selama tahun 1946-1949 Mr. Asaat menjabat sebagai Ketua BP-KNIP(Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat). Jabatannya berakhir karena pada tanggal 27 Desember 1949 hingga 17
Agustus 1950 Negara Republik Indonesia berubah menjadi Republik Indonesia Serikat yang terdiiri dari 16 Negara Bagian. Salah satu dari Negara bagian itu adalah Republik Indonesia yang dipimpin oleh Acting Presiden Mr. Asaat Datuk Mudo dan kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri Halim. Mr. Asaat Datuk Mudo menjadi Presiden Republik Indonesia pada tahun 1949-1950. Selama memangku jabatan Presiden, Mr. Asaat Datuk Mudo menandatangani statuta pendirian Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Walaupun Mr. Asaat Datuk Mudo menduduki jabatan sebagai Presiden, tetapi ia tidak menonjolkan dirinya sebagai Presiden. Ia tetap sederhana dan bersahaja. Kondisi dan situasi itu memang tidak memungkinkan untuk hidup normal apalagibergaya hidup mewah. Kesederhanaan Presiden Asaat ketika itu dapat dilihat ketika ia masih tinggal di Yogayakarta. Masyarakat public bisa melihatnya di Jalan Malioboro Yogyakarta ketika ia sedang berjalan kaki untuk mencari sesuatu. Perawakan Mr. Asaat Datuk Mudo yang berbadan kurus, semampai dan berpakaian sederhana sudah menjadi pandangan yang biasa bagi rakyatnya, sesuai dengan irama revolusi ketika itu. `
Pada tahun 1950 Republik Indonesia Serikat dilebur lagi menjadi Negara Kesatuan Ri. Jabatan
Mr. Asaat sebagai Presiden selesai. Setelah pindah dari Yogyakarta ke Jakarta, Mr. Asaat Datuk Mudo menjadi anggota parlemen Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI. Pada September 1950 Mr, Asaat Datuk Mudo dipercaya sebagai Menteri Dalam Negeri dalam Kabinet Nasir. Jabatan itu dipegangnya sampai Maret 1951. Setelah Kabinet Nasir bubar pada tahun itu, Mr Asaat kembali lagi menjadi anggota DPR RI. Pada Tahun 1955 nama Mr. Asaat kembali popular sebagai formatur Kabinet bersama Dr, Soekiman Wirjosandjojo dan Mr. Wilopo. Ketika Demokrasi Terpimpin dicetuskan oleh Presiden Soekarno, Mr Asaat sebagai democrat dan orang Islam menentangnya. Namun secara pribadi Bung Karno tetap dihormatinya. Penolakan Mr. Asaat adalah seolah-olah Bung Karno memberi angin pada Partai Komunis Indonesia. Akan tetapi, Mr. Asaat saat itu merasakan jiwanya terancam karena demokrasi terpimpin adalah dictator terselubung. Ia selalu diamati oleh intel serta orang-orang PKI. Untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, Mr. Asaat berusaha untuk meninggalkan pusat kota Jakata dengan menyamar menjadi orang biasa. Akhirnya Mr. Asaat beserta keluarga berhasil menyebrang Selat Sunda dan sampai di Sumatera. Maka terbentuklah PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) untuk menentang Sukarno yang telah diselimuti PKI. Mr. Asaat yang ketika itu telah sampai di Sumatera Barat bergabung dengan PRRI. Kemudian berkeliaran di hutan-hutan Sumatera setelah Pemerintah Pusat menggempur kekuatan PRRI. Akhirnya, Mr Asaat tertangkap oleh Pemerintah Pusat dalam keadaan fisik yang lemah. Ia
menjalani hidup di pen jara selama empat tahun. Ia baru keluar dari tahanan di Jakarta setelah munculnya Orde Baru. Pada tanggal 16 Juni 1976, Mr. Asaat meninggal dunia di rumahnya yang sederhana di Warung Jati Jakarta Selatan. Pemakamannya dihormati oleh Negara dengan kebesaran militer. Mr . Asaat dimakamkan bersama rakyat di pemakaman umum Tanah Kusir, Jakarta.
BIOGRAFI TOKOH INDONESIA MR. ASAAT DATUK MUDO UNTUK MEMENUHI TUGAS BAHASA INDONESIA
DISUSUN OLEH: NUR RAHMI AMALIA XII IPA 4
GURU PEMBIMBING: DRA. ZUNIARTI, M.KOM
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 10 PADANG DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG 2012 / 2013