Bio-Ekologi dan Konservasi Anoa (Bubalus depressicornis dan B. quarlesi)
Abdul Haris Mustari Department of Forest Resources Conservation Faculty of Forestry, Bogor Agricultural University
[email protected] Disampaikan pada Rapat Pembahasan Roadmap Pusat Kajian dan Pembentukan Forum Pemerhati Anoa, Manado 12-13 November 2015
Bio-ecological characteristics of anoa
Forest-dependent species Mainly browser (dicotyl 70% of the diet) Solitary behaviour: mostly found single or in pairs during mating season Active diurnally and nocturnally Elusive, secretive and shy animal Gestation period 275 days Litter size: 1 young Life span : up to 30 years in captivity Body weight 60 – 150 kg
Anoa:Two species
Lowland anoa
Mountain anoa
Bubalus depressicornis
Bubalus quarlesi Foto:A.Haris Mustari
Population structure of individuals shown by microsatellite marker alleles size variation
Using program STRUCTURE. Each vertical bar represents one individual. Each colour represents one cluster. So, both results do not support the current taxonomy Buton Island
Atypical (yellow) North (pink)
South-East
Central
Application of genetic results to conservation planning • Priority populations for conservation selected to maintain viable populations and genetic diversity • The precautionary principle states that populations should be managed to maintain genetic or morphological diversity where possible.
High Priority Sites for Conservation of Anoa in Sulawesi Province
Forest Area
North Sulawesi and Gorontalo
1. Bogani Nani Wartabone Connected Area 2. Sojol Mountain– Nantu Connected Area
Central and Eastern part of Sulawesi
3. 4. 5. 6.
Central Sulawesi
7. Latimojong Mountain Connected Area 8. Takolekaju Mountain Connected Area
Southeast Sulawesi
9. Tanjung Peropa Wildlife Sanctuary 10. Verbek Mountain Landscape (Faruhumpenai Nature Reserve) 11. Rawa Aopa Watumohai National Park
Buton Island
12. Lambusango Wildlife Sanctuary 13. North Buton Strict Nature Reserve
Lore Lindu Connected Area Morowali Nature Reserve Bakiriang Connected Area Lombuyan Pangimanan Wildlife Sanctuary
Apa makna adanya keragaman genetik untuk captive anoa
Ketika ada anoa baik berupa sitaan dari masyarakat, atau titipan dari BKSDA/BTN maka perlu dicatat dengan baik asal muasal daerah/habitat anoa tersebut Di captive (Pusat Studi Anoa, KB, TM, TS, dlsb.) perlu Studbook keeper yang mencatat dengan baik silsilah anoa. Dari mana, dimana dan kemana setiap individu anoa yang ada di captive.
Di Indonesia, tercatat 20 individu anoa (6 jantan, 14 betina) yang ada di lembaga konservasi. Di luar negeri tercatat 153 (68 jantan, 68 betina, 7 anak) anoa yang ada di 33 kebun binatang No
Lokasi
Jenis Kelamin Jantan Betina
2 3
Di Lembaga Konservasi Taman Safari Indonesia Cisarua, Bogor, Jawa Barat Taman Safari Indonesia III, Bali Kebun Binatang Surabaya, Jawa Timur
4
Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta
1
Jumlah 5 6 7
Di luar Lembaga Konservasi BKSDA Sulawesi Selatan Universitas Tadulako Dipelihara oleh masyarakat di Sulawesi Tengah (Basri, 2007) Jumlah
Jumlah
2
6
8
1 2
1 4
2 6
1
3
4
6
14
20
2 ?
1 1 ?
1 3 11
15
TM Ragunan mulai mengoleksi anoa pada tahun 1970. Sampai tahun ini tercatat tidak kurang 23 individu anoa telah menghuni LK ini, namun hanya ada 2 anoa yang lahir, yang lain mati karena usia tua, penyakit terutama Fasciola gigantea, gangguan percernaan karena akumulasi plastik pada organ pencernaan yang akhirnya membawa kematian pada satwa ini (A.Haris Mustari)
“Buton”
„Marleni‟
Di captive, perlu kehatia hatian yang tinggi agar tidak terjadi in-breeding atau outbreeding: contoh kasus di TM Ragunan (Foto;A.Haris Mustari)
Bone (female) Kromosom 2n = 42 Buton (male) Kromosom 2n=44
Marleni (female) Kromosom 2n = 38
Kaledo (m) and Wani (f), gave birth in2015
Jenis makanan anoa di habitat alaminya (A.Haris Mustari) ferns 6%
monocots 13%
Merremia peltata
dicots 81%
Dillenia ochreata
Proportion of dietary item (%)
120 100 80 leafs/stems
60
fruits
40 20 0 D
J
F
M
A
M
A
S
O
N
D
J
F
Anoa food plants in the natural habitats: at least 140 species of plants have been recorded eaten by anoa (Mustari, 1995, 2003)
Ficus sp.
Foto:A.Haris Mustari
Anoa‟s name
Live weight
Food intake (kg/day)
Food intake (wet
(kg)
Tj Peropa Sultra (Mustari 2003)
Fresh weight
Dry weight
weight) as % of Live weight
Tina (♀ ad.)
79
6.45
1.88
8.16
Mburi (♀d.)
110
6.63
1.93
6.03
Bio (♂ ad.)
87
7.48
2.18
8.59
Mean
92
6.85
1.99
7.59
BKSDA Anoa‟s name Kendari (Mustari 2003)
Live weight (kg)
Food intake (kg/day) Fresh weight
Dry weight
Food intake (wet weight) as
% of Live weight Botaone (♀ ad.)
85
8.13
2.37
9.56
Lambusango (♀ ad.)
80
6.70
1.95
8.38
Ragunan Z00, Jakarta (Mustari 2001, 2003)
Anoa‟s name
Live weight
Food intake (Fresh weight, kg/day)
(kg)
weight) as % of the live weight
Single grass Mixed food plants Marleni (♀
Food intake (wet
Single
Mixed
grass
food plants
110
7.03
10.33
6.39
9.39
Buton (♂ ad.)
56
4.69
6.74
8.38
12.04
Bone (♀
45
6.23
7.38
13.84
16.40
ad.)
young)
Coefficient of digestibility (%) of food plants of captive lowland anoa in Labotaone, Tambeanga Tajung Peropa Sultra (Mustari 2003)
Anoa‟s name
DM
Tina
59.04 41.65
Mburi
CP
EE
CF
NFE
TDN
88.09
46.64 70.18
50.67
63.73 50.69
85.15
53.32 71.83
53.67
Bio
63.30 53.50
84.70
51.52 72.44
53.58
Mean
62.02 48.61
85.98
50.49 71.48
52.64
Ancaman anoa di alam: Perburun liar dan deforestasi
Fetus anoa+jennifer
Anoa Fetus Rusa
Foto:M.Basri
Foto:A.Haris Mustari
Kuda laut
in-situ and ex-situ link
Anoa di alam, in-situ, merupakan asal founder yang menjadi modal utama program ex-situ, masih memiliki kemurnian genetik. Dari aspek ekologi dan ekonomi, populasi alam adalah yang terbaik. Hanya perlu biaya pengamanan agar populasi alam tetap terjaga dengan baik. Populasi anoa ex-situ menjadi show-window, dimana masyarakat dapat lebih mengenal anoa dan muncul kesadaran untuk melestarikannya. Serta untuk kegiatan penelitian mencakup bio-ekologi, kesehatan, penyakit, dan pengembangbiakan anoa. Tapi perlu kehati hatian yang tinggi agar sumberdaya yang tidak ternilai harganya ini tidak sia-sia. Komitmen yang tinggi mutlak diperlukan agar dapat dilakukan pengelolaan yang memenuhi standar kesejahteraan satwa. Untuk tujuan pelepas-liaran baik soft maupun hard release, masih perlu kajian mendalam. Individu satwa hasil penangkaran selalu menghadapi masalah survival di alam. Lingkungan anthropognic dan humandependency sangat mempengaruhi daya survivalnya
Save Anoa, karena sekali punah tak akan tercipta kembali
Terima Kasih