BIMBINGAN TEKNIS SISTEM MANAJEMEN MUTU DAN PENGEMBANGAN JARINGAN LABORATORIUM
1.1.
LATAR BELAKANG Salah satu tugas pokok dan fungsi dari Balai Besar Perbenihan dan
Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya adalah pengembangan jaringan laboratorium dan melaksanakan bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu laboratorium dengan UPTD wilayah kerja. Pelaksanaan kegiatan pengembangan jaringan laboratorium dan bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu didasari bahwa
laboratorium
harus mampu bersaing
menghadapi era globalisasi. Untuk bisa masuk dalam infrastruktur pasar global maka laboratorium harus terakreditasi dan telah menerapkan sistem manajemen mutu laboratorium. Kegiatan pengembangan jaringan laboratorium dan bimbingan teknis penerapan
sistem
manajemen
mutu
difokuskan
terhadap
pelaksanaan
rekomendasi tahun sebelumnya dan sosialisasi prosedur pengajuan ijin pupuk hayati dan agens pengendali hayati. Dengan demikian, diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat menjadi langkah awal bagi laboratorium penguji yang berada di wilayah kerja BBPPTP Surabaya untuk lebih mudah menerapkan sistem
manajemen
mutu
laboratorium
dan
masing-masing
UPTD
bisa
mendaftarkan produk Agens Pengendali hayati. 1.2.
TUJUAN Tujuan dari kegiatan pengembangan jaringan laboratorium dan bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu laboratorium adalah:
1.
Melaksanakan pertemuan dan membimbing Laboratorium UPTD Proteksi dalam
penerapan
mensosialisasikan
sistem
manajemen
mutu
laboratorium
dan
prosedur pengajuan ijin pupuk hayati dan agens
pengendali hayati. 2.
Mendapatkan informasi kondisi laboratorium.
3.
Merumuskan perbaikan dan pengembangan laboratorium.
4.
Meningkatkan peran laboratorium proteksi UPTD di daerah khususnya dalam penerapan sistem manajemen mutu laboratorium. 1
5.
Mengarahkan
dan
mewujudkan
laboratorium
UPTD
agar
dapat
terakreditasi. 1.3.
SASARAN Sasaran dari kegiatan pengembangan jaringan Laboratorium dan bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu adalah:
1.
Diperolehnya informasi perkembangan penerapan sistem manajemen mutu laboratorium di Laboratorium UPTD.
2.
Diterapkannya Sistem manajemen mutu laboratorium di Laboratorium UPTD.
3.
UPTD mampu melaksanakan pengajuan ijin pupuk hayati dan agens pengendali hayati.
2
BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN JARINGAN LABORATORIUM DAN BIMBINGAN TEKNIS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU 2.1 Waktu dan Tempat Kegiatan Kegiatan pengembangan jaringan laboratorium dan bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu laboratorium dilaksanakan di laboratorium UPTD wilayah kerja Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya. 2.2. Materi Pengembangan jaringan laboratorium dan bimbingan Teknis Penerapan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium Materi pengembangan jaringan laboratorium dan bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu laboratorium terdiri dari 2 pembahasan dan 1 Quisioner yaitu materi tentang evaluasi pelaksanaan bimtek 2012 dan materi tentang Prosedur pengajuan ijin pupuk hayati dan agens pengendali hayati. Sedangkan materi untuk Langkah prosedur pengajuan ijin pupuk hayati dan agens pengendalai hayati: 1.
Perijinan ke Pemda a. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) b. Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
2.
Perijinan ke Kemenkumham a. Permohonan Hak Merk
3.
Perijinan ke Pusat Perlindungan Varietas Tanaman Dan Perizinan Pertanian (PPVTP) Kementerian Pertanian
Materi Quisioner yang memuat tentang evaluasi penerapan sistem manajemen mutu laboratorium di laboratorium UPTD di wilayah kerja BBPPTP Surabaya pada tahun lalu dan langkah-langkah yang akan ditempuh oleh laboratorium UPTD untuk penerapan sistem manajemen mutu laboratorium di tahun mendatang.
3
Secara rinci materi quisioner tersaji dalam table berikut : Tabel 1. Materi Quisioner BIMTEKSISMENTU No. 1.
Materi
Rincian materi
Organisasi
Status
organisasi,
Struktur
Organisasi,
penanggungjawab dan akreditasi. 2.
Sumber Daya Manusia
Jumlah personil laboratorium dan pelatihan yang pernah diikuti.
3.
Peralatan Laboratorium
Peralatan
pengujian
mutu
APH
dan
pengembangannya, kalibrasi alat, peralatan yang rusak, rencana pembelian alat 4.
Kegiatan yang mendukung
Uji
Banding/uji
profisiensi,
validasi
matode,
penerapan bimteksismentu
kegiatan pengujian mutu APH, apresiasi sistem manajemen mutu, Kendala penerapan sismentu
5.
Penerapan manajemen
sistem mutu
Meliputi
dokumen-dokumen
persyaratan
manajemen dan persyaratan teknis laboratorium.
Laboratorium
4
BAB III HASIL Analisa hasil quisioner laboratorium UPTD di wilayah kerja Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya tersaji dalam uraian berikut ini : 3.1 Evaluasi Bimteksismentu 2012 3.1.1 Laboratorium BPTP Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat Tabel 2. Evaluasi Bimteksismentu 2012-2014 Laboratorium BPTP Jawa Barat No.
Materi Kuisioner
Hasil
1
Penambahan alat pada tahun
Ya, kulkas, timbangan analitik, vortex, laminar air
2012-2014
flow, mikroskop kamera, autoclave, incubator, thermohygrometer,
pH
meter,
dissecting
set,
beaker glass, Erlenmeyer, haemocytometer 2
Perbaikan terhadap alat yang
Ya, mikroskop, Oven, Autoclave dan Alamari Es
rusak tahun 2012-2014 3
Kalibrasi terhadap alat yang
Belum pernah dikalibrasi
sudah dimiliki 4
Pelatihan
/
Magang
Sistem
Belum pernah
Pelatihan analis pengujian mutu
Belum pernah
Manajemen Mutu 5
APH 6
7
Uji profisiensi / uji banding antar
Sudah,
laboratorium tahun 2012-2014
Pontianak) dan Juni 2013 (BBPPTP Surabaya)
Pengujian
Sudah,
mutu
APH
pada
pada
bulan
Februari
pengujian kerapatan
2013
(BPTP
spora Beauveria
bassiana, Trichoderma sp, Spicaria sp, Viabilitas
tahun 2012-2014
spora dan uji antagonis Trichoderma sp 8
Kegiatan validasi motode tahun
Belum
2012-2014 9
Jumlah analis laboratorium
Belum mencukupi, Saat ini hanya terdiri dari 3 (tiga) orang
10
Dana
penerapan
sismentu
Belum ada
laboratorium 11
Susunan
struktur
organisasi
Belum
manajemen laboratorium
5
12
Kendala
dalam
menerapkan
sistem
manajemen
mutu
laboratorium 13
Langkah
Komitmen manajemen kurang, terbatasnya SDM, terbatasnya
sarana
dan
prasarana,
biaya
operasional terbatas konkrit
untuk
Sudah, melengkapi sarana dan prasarana
mengatasi kendala
Analisis : Rekomendasi dari Bimteksismentu tahun 2012 sudah dijalankan pada beberapa hal seperti pada penambahan alat laboratorium, perbaikan terhadap alat yang rusak, Uji banding/uji profisiensi antar laboratorium. Akan tetapi ada beberapa hal yang belum dilaksanakan seperti kalibrasi terhadap alat laboratorium, pelatihan SDM, dan struktur organisasi laboratorium. Selain itu, laboratorium juga mengalami beberapa kendala walaupun sudah ada langkahlangkah yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut. 3.1.2 Laboratorium BPTP Dinas Perkebunan PropinsiJawa Tengah Tabel 3. Evaluasi Bimteksismentu 2012-2014 Laboratorium BPTP Jawa Tengah No.
Materi Kuisioner
Hasil
1
Penambahan alat pada tahun
Ya, Laminar air flow, timbangan digital, Mikroskop
2012-2014
computer
Perbaikan terhadap alat yang
Ya, Laminar air flow
2
rusak tahun 2012-204 3
4
Kalibrasi terhadap alat yang
Sudah pernah dikalibrasi juni 2014, timbangan
sudah dimiliki
analitik, autoclave
Pelatihan
/
Magang
Sistem
Belum pernah
Pelatihan analis pengujian mutu
Belum pernah
Manajemen Mutu 5
APH 6
Uji profisiensi / uji banding antar
Sudah, pada bulan 11-13 Juni 2012 oleh BBPPTP
laboratorium tahun 2012-2014
6
7
Pengujian
mutu
APH
pada
Sudah, pengujian jumlah / kerapatan spora
tahun 2012-2014 8
Kegiatan validasi motode tahun
Belum
2012-2014 9
Jumlah analis laboratorium
Belum mencukupi, pada saat ini hanya 1 orang
10
Dana
Belum ada
penerapan
sismentu
laboratorium 11
Susunan
struktur
organisasi
Belum
manajemen laboratorium 12
Kendala
dalam
menerapkan
sistem
manajemen
Terbatasnya SDM dan biaya operasional yang
mutu
terbatas
untuk
Belum, memaksimalkan SDM yang ada
laboratorium 13
Langkah
konkrit
mengatasi kendala
Analisis : Rekomendasi dari Bimteksismentu tahun 2012 sudah dijalankan pada beberapa hal seperti pada penambahan alat laboratorium, kalibrasi terhadap alat laboratorium/perbaikan terhadap alat yang rusak, Uji banding antar laboratorium dan
pengujian mutu APH. Akan tetapi ada beberapa hal yang belum
dilaksanakan seperti, pelatihan SDM, validasi metode, struktur organisasi laboratorium. Selain itu, laboratorium juga mengalami beberapa kendala tetapi belum ada langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut. 3.1.3 Laboratorium UPTD Propinsi. Bali Tabel 4. Evaluasi Bimteksismentu 2012-2014 Laboratorium UPTD Propinsi. Bali No.
Materi Kuisioner
Hasil
1
Penambahan alat pada tahun
Ya, Granulator, pengaduk kompos type Horizontal,
2012-2014
meja kerja, Air pump type LP 60, Komposer granulator
2
Perbaikan terhadap alat yang
Tidak
rusak tahun 2012-2014 3
Kalibrasi terhadap alat yang
Belum pernah dikalibrasi
7
sudah dimiliki 4
Pelatihan
/
Magang
Sistem
Belum
Pelatihan analis pengujian mutu
Belum
Manajemen Mutu 5
APH 6
Uji profisiensi / uji banding antar
Belum
laboratorium tahun 2012-2014 7
8
Pengujian
mutu
APH
pada
Sudah, yaitu pengujian Trichoderma sp, Beauveria
tahun 2012-2014
bassiana, dan Metharizium
Kegiatan validasi motode tahun
Belum
2012-2014 9
Jumlah analis laboratorium
Belum, pada saat ini hanya 2 orang
10
Dana
sismentu
Belum
organisasi
Belum
penerapan
laboratorium 11
Susunan
struktur
manajemen laboratorium 12
Kendala
dalam
menerapkan
sistem
manajemen
mutu
laboratorium
Komitmen Terbatasnya
pimpinan/manajemen SDM,
Terbatasnya
kurang, sarana
prasarana, dan baiaya operasional yang terbatas tinggi
13
Langkah
dan
konkrit
untuk
Belum
mengatasi kendala
Analisis : Rekomendasi dari Bimteksismentu tahun 2012 belum dilaksanakan secara optimal dan hanya dijalankan pada penambahan alat laboratorium saja, pengujian mutu APH, selain itu laboratorium juga mengalami beberapa kendala dan belum ada langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut. . 8
3.1.4 Laboratorium BSPMB-PTKP Daerah Istimewa Jogjakarta Tabel 5. Evaluasi Bimteksismentu 2012-2014 UPTD DIY No.
Materi Kuisioner
1
Penambahan alat pada tahun
Ya,
2012-2014
Showcase
Perbaikan terhadap alat yang
Ya, Autoclave
2
Hasil Autoclave,
entkas,
Dandang
,
AC
dan
rusak tahun 2012-2014 3
Kalibrasi terhadap alat yang
Sudah pernah, timbangan analitik
sudah dimiliki 4
Pelatihan
/
Magang
Sistem
Belum
Pelatihan analis pengujian mutu
Belum
Manajemen Mutu 5
APH 6
Uji profisiensi / uji banding antar
Sudah, maret 2014
laboratorium tahun 2012-2014 7
Pengujian
mutu
APH
pada
Sudah yaitu perhitungan spora, viabilitas
tahun 2012-2014 8
Kegiatan validasi motode tahun
Belum
2012-2014 9
Jumlah analis laboratorium
Belum mencukupi, saat ini ada 3 orang
10
Dana
Belum ada
penerapan
sismentu
laboratorium 11
Susunan
struktur
organisasi
Belum
manajemen laboratorium 12
Kendala
dalam
menerapkan
sistem
manajemen
Terbatasnya Sumberd Daya Manusia, & biaya
mutu
operasional yang terbatas
untuk
Sudah, mengusulkan penambahan SDM,
laboratorium 13
Langkah
konkrit
mengatasi kendala
Analisis : Rekomendasi dari Bimteksismentu tahun 2012 sudah dijalankan pada beberapa hal seperti pada penambahan alat laboratorium, kalibarasi alat dan pengujian mutu APH. Akan tetapi ada beberapa hal yang belum dilaksanakan seperti, kalibrasi terhadap alat laboratorium, pelatihan SDM, validasi metode, struktur organisasi laboratorium. Selain itu, laboratorium juga mengalami 9
beberapa kendala tetapi sudah ada langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut. 3.1.5 Laboratorium UPTD BPPTKP Propinsi Banten Tabel 6. Evaluasi Bimteksismentu 2012-2014 Propinsi Banten
No.S 1
2
Materi Kuisioner
Hasil
Penambahan alat pada tahun
kulkas,
2012-2014
beberapa alat gelas laboratorium
Perbaikan terhadap alat yang
Belum
oven
dan
laminar
air flow
dan
rusak tahun 2012-2014 3
Kalibrasi terhadap alat yang
Belum
sudah dimiliki 4
Pelatihan / Magang Sistem
Belum
Manajemen Mutu 5
Pelatihan analis pengujian mutu
Belum
APH 6
Uji profisiensi / uji banding antar
Belum
laboratorium tahun 2012-2014 7
Pengujian mutu APH pada
Belum
tahun 2012-2014 8
Kegiatan validasi motode tahun
Belum
2012-2014 9
Jumlah analis laboratorium
Belum mencukupi, saat ini hanya ada 1 orang di bidang proteksi
10
Dana penerapan sismentu
Belum ada
laboratorium 11
Susunan struktur organisasi
Belum
manajemen laboratorium 12
Kendala dalam menerapkan
Terbatasnya Sumberda Daya Manusia, & biaya
sistem manajemen mutu
operasional yang terbatas
laboratorium 13
Langkah konkrit untuk
Sudah, mengusulkan penambahan SDM,
mengatasi kendala
10
Analisis : Rekomendasi dari Bimteksismentu tahun 2012. BPPTKP Propinsi Banten baru terbentuk pada bulan Oktober 2013 setelah sebelumnya proteksi belum tergabung dalam balai. Pada saat itu bidang proteksi masih berada dibawah Dinas Perkebunan dan Kehutanan Propinsi Banten. Dengan kondisi ini, laboratorium proteksi terutama APH juga masih dalam perintisan sehingga ke depan perlu untuk di dampingi untuk membentuk laboratorium yang sesuai dengan standar. 3.1.6 Laboratorium UPTD Prov. Nusa Tenggara Timur Tabel 7. Evaluasi Bimteksismentu 2012-2014 Laboratorium UPTD Nusa Tenggara Timur No.S 1
Materi Kuisioner
Hasil
Penambahan alat pada tahun
Ya, autoclave, mikroskop lengkap, lemari lab, box
2012-2014
plastik,
dissecting
set,
haemocytometer,
destilasi 2
Perbaikan terhadap alat yang
Ada, yaitu Autoclave, mikroskop dan freezer
rusak tahun 2012-2014 3
Kalibrasi terhadap alat yang
Belum pernah dikalibrasi
sudah dimiliki 4
Pelatihan / Magang Sistem
Belum
Manajemen Mutu 5
Pelatihan analis pengujian mutu
Belum
APH 6
Uji profisiensi / uji banding antar
Belum
laboratorium tahun 2012-2014 7
Pengujian mutu APH pada
Sudah yaitu perhitungan spora, viabilitas
tahun 2012-2014 8
Kegiatan validasi motode tahun
Belum
2012-2014 9
Jumlah analis laboratorium
Belum mencukupi, saat ini ada 2 orang
10
Dana penerapan sismentu
Belum ada
laboratorium
11
alat
11
Susunan struktur organisasi
Belum
manajemen laboratorium 12
Kendala dalam menerapkan
Biaya operasional terbatas
sistem manajemen mutu laboratorium 13
Langkah konkrit untuk
Sudah, dengan mengusulkan dana ke APBD
mengatasi kendala
namun sampai saat ini belum terealisasi
Analisis : Rekomendasi dari Bimteksismentu tahun 2012 sudah dijalankan pada beberapa hal seperti pada penambahan alat laboratorium, perbaikan alat, pengujian mutu APH. Akan tetapi ada beberapa hal yang belum dilaksanakan seperti, kalibrasi terhadap alat laboratorium, pelatihan SDM, uji banding, validasi metode, struktur organisasi laboratorium. Selain itu, laboratorium juga mengalami beberapa kendala tetapi sudah ada langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut.
12
3.2 Rencana Penerapan Sismentu 2014 3.2.1 Laboratorium BPTP Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat Tabel 8. Rencana Penerapan Sismentu 2014 Laboratorium BPTP Jawa Barat No. 1
Materi Kuisioner Rencana penerapan sistem
Hasil Belum
manajemen mutu laboratorium 2
Semua personil laboratorium
Belum
pernah mengikuti apresiasi sismentu 3
Target pencapaian
Belum
penyelesaian doksismentu 4
Rencana pembelian alat
Belum
laboratorium 5
Rencana kalibrasi alat / kalibrasi
Belum
ulang 6
Rencana pelatihan / magang
Belum
sismentu 7
Rencana pelatihan / magang
Belum
analisis pengujian mutu APH
Analisis : Laboratorium BPTP Jawa Barat belum memiliki rencana untuk menerapkan Sistem manajemen mutu laboratorium. Beberapa hal persyaratan sismentu belum terpenuhi atau belum direncanakan untuk dipenuhi. 3.2.2 Laboratorium BPTP Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Tengah Tabel 9. Rencana Penerapan Sismentu 2014 Laboratorium BPTP Propinsi Jawa Tengah
No. 1
Materi Kuisioner Rencana penerapan sistem
Hasil Belum
manajemen mutu laboratorium 2
Semua personil laboratorium
Sudah, sebanyak 21 Orang
pernah mengikuti apresiasi sismentu
13
3
Target pencapaian
Belum
penyelesaian doksismentu 4
Rencana pembelian alat
Ada, rencana membeli Colony Counter
laboratorium 5
6
Rencana kalibrasi alat / kalibrasi
Ada, yaitu Laminar air flow dan Microscope
ulang
binokuler
Rencana pelatihan / magang
Belum
sismentu 7
Rencana pelatihan / magang
Belum
analisis pengujian mutu APH
Analisis : Laboratorium BPTP Jawa Tengah sudah memiliki rencana untuk menerapkan Sistem manajemen mutu laboratorium. Beberapa hal persyaratan sismentu sudah terpenuhi atau sudah direncanakan untuk dipenuhi, seperti persiapan personil dalam mengikuti apresiasi sismentu. 3.2.3 Laboratorium UPTD Propinsi. Bali Tabel 10. Rencana Penerapan Sismentu 2014 Laboratorium UPTD Propinsi. Bali No. 1
Materi Kuisioner Rencana penerapan sistem
Hasil Belum
manajemen mutu laboratorium 2
Semua personil laboratorium
Belum
pernah mengikuti apresiasi sismentu 3
Target pencapaian
Belum
penyelesaian doksismentu 4
Rencana pembelian alat
Belum
laboratorium 5
Rencana kalibrasi alat / kalibrasi
Belum
ulang 6
Rencana pelatihan / magang
Belum
sismentu 7
Rencana pelatihan / magang
Belum
analisis pengujian mutu APH
14
Analisis : Laboratorium UPTD Bali belum memiliki rencana untuk menerapkan Sistem manajemen mutu laboratorium. Beberapa hal persyaratan sismentu belum terpenuhi atau belum direncanakan untuk dipenuhi. 3.2.4 Laboratorium UPTD Propinsi. Nusa Tenggara Timur Tabel 11. Rencana Penerapan Sismentu 2014 Laboratorium UPTD Propinsi. NTT No. 1
Materi Kuisioner Rencana penerapan sistem
Hasil Belum
manajemen mutu laboratorium 2
Semua personil laboratorium
Belum
pernah mengikuti apresiasi sismentu 3
Target pencapaian
Belum
penyelesaian doksismentu 4
Rencana pembelian alat
Ada, pembelian destilasi, lemari
laboratorium 5
Rencana kalibrasi alat / kalibrasi
Belum
ulang 6
Rencana pelatihan / magang
Belum
sismentu 7
Rencana pelatihan / magang
Belum
analisis pengujian mutu APH
Analisis : Laboratorium UPTD Nusa Tenggara Timur sudah memiliki rencana untuk menerapkan Sistem manajemen mutu laboratorium. Beberapa hal persyaratan sismentu sudah terpenuhi atau sudah direncanakan untuk dipenuhi adanya target doksismentu dan pembelian alat laboratorium.
15
3.2.5 UPTD BSPMB-PTKP DIY Tabel 12. Rencana Penerapan Sismentu 2014 UPTD BSPMB-PTKP DIY No. 1
Materi Kuisioner Rencana penerapan sistem
Hasil Belum
manajemen mutu laboratorium 2
Semua personil laboratorium
Belum
pernah mengikuti apresiasi sismentu 3
Target pencapaian
Belum
penyelesaian doksismentu 4
Rencana pembelian alat
Ada, Mikroskop
laboratorium 5
Rencana kalibrasi alat / kalibrasi
Belum
ulang 6
Rencana pelatihan / magang
Belum
sismentu 7
Rencana pelatihan / magang
Belum
analisis pengujian mutu APH
Analisis : BSPMB-PTKP DIY belum memiliki rencana untuk menerapkan Sistem
manajemen mutu laboratorium. Beberapa hal persyaratan sismentu belum terpenuhi atau belum direncanakan untuk dipenuhi. 3.2.6
UPTD UPTD BPPTKP Propinsi Banten
Tabel 13. Rencana Penerapan Sismentu 2014 UPTD BPPTKP Propinsi Banten No. 1
Materi Kuisioner Rencana penerapan sistem
Hasil Belum
manajemen mutu laboratorium 2
Semua personil laboratorium
Belum
pernah mengikuti apresiasi sismentu 3
Target pencapaian
Belum
penyelesaian doksismentu 4
Rencana pembelian alat
Ada, Mikroskop
16
laboratorium 5
Rencana kalibrasi alat / kalibrasi
Belum
ulang 6
Rencana pelatihan / magang
Belum
sismentu 7
Rencana pelatihan / magang
Belum
analisis pengujian mutu APH
Analisis : BPPTKP propinsi banten belum memiliki rencana untuk menerapkan Sistem manajemen mutu laboratorium. Beberapa hal persyaratan sismentu belum terpenuhi atau belum direncanakan untuk dipenuhi.
17
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Laboratorium BPTP Dinas Perkebunan Propinsi. Jawa Barat Rekomendasi yang diberikan pada saat kegiatan Bimteksismentu tahun 2012 dalam rangka menuju penerapan sistem manajemen mutu laboratorium sudah dijalankan pada beberapa
hal
laboratorium Dinas
oleh BPTP
Perkebunan
Propinsi. Jawa Barat. Beberapa hal tersebut diantaranya telah ada penambahan
alat
laboratorium
guna
menunjang
kinerja
laboratorium. Penambahan alat laboratorium tersebut meliputi kulkas, timbangan analitik, vortex,
laminar
air
flow,
mikroskop
kamera,
autoclave,
incubator,
thermohygrometer, pH meter, dissecting set, beaker glass, Erlenmeyer, dan haemocytometer. Selain itu, beberapa alat laboratorium yang rusak seperti timbangan analitik, kulkas, mikroskop, AC, dan autoclave juga sudah diperbaiki sehingga sudah dapat digunakan dalam kegiatan laboratorium. Uji banding antar laboratorium sebagai salah satu syarat dalam sistem manajemen mutu laboratorium juga sudah dilaksanakan, yaitu pada bulan pada bulan Februari 2013 (BPTP Pontianak) dan Juni 2013 (BBPPTP Surabaya) yaitu pengujian jumlah spora
Beauveria bassiana, Trichoderma sp, Spicaria sp, Viabilitas spora dan uji antagonis Trichoderma sp. Walaupun demikian, Laboratorium BPTP Jawa Barat masih belum memenuhi hal yang lainnya seperti kalibrasi terhadap peralatan laboratorium yang dimilik, pelatihan atau magang untuk personil laboratorium mengenai sistem manajemen mutu, pelatihan analisis pengujian mutu APH untuk para analis laboratorium, belum adanya dana khusus dari instansi untuk penerapan 18
sismentu
laboratorium
dan
belum
adanya
susunan
struktur organisasi
manajemen laboratorium. Keterbatasan ini akan menghambat laboratorium BPTP
Jawa
Barat
dalam
mengaplikasikan
sismentu
laboratorium
di
lingkungannya. Keadaan tersebut juga ditambah oleh adanya kendala-kendala yang dihadapi oleh laboratorium BPTP Jawa Barat seperti Komitmen manajemen kurang terhadap pentingnya sistem manajemen mutu laboratorium, terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM) di laboratorium, terbatasnya sarana dan prasarana laboratorium, dan biaya operasional yang terbatas. Meskipun demikian, sudah ada langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut seperti sudah mengusulkan penyediaan SDM yang kompeten, pengusulan penyediaan sarana dan prasarana serta pengajuan dana untuk operasional laboratorium. Produk APH yang dihasilkan oleh BPTP Jawa Barat belum berbentuk formulasi sehingga masih memerlukan waktu apabila akan dilegalkan untuk kepentingan komersil. Proses perijinan APH yang dirasa rumit membuat rasa pesimistis
tersendiri,
terutama
dalam
mengurus SIUP dan TDP
karena
berurusan
dengan
koperasi milik Dinas karena
selama
iniKoperasi yang ada di BPTP Jawa barat hanya
melayani
kegiatan
simpan
pinjam saja. Dari kondisi di atas, laboratorium BPTP Jawa Barat sudah merintis penerapan sistem manajemen mutu laboratorium meskipun ada beberapa hal persyaratan sismentu belum terpenuhi atau belum direncanakan untuk dipenuhi. Dengan terus dilakukannya bimbingan teknis sistem manajemen mutu laboratorium ke laboratorium BPTP Jawa Barat secara kontinyu diharapkan laboratorium BPTP Jawa Barat dapat segera menerapkan sistem manajemen mutu laboratorium. 19
4.2 Laboratorium BPTP Dinas Perkebunan Propinsi. Jawa Tengah Rekomendasi yang diberikan pada saat kegiatan Bimteksismentu tahun 2012 dalam rangka menuju penerapan sistem manajemen mutu laboratorium sudah dijalankan
untuk
sebagian hal oleh laboratorium BPTP Dinas
Perkebunan
Propinsi.
Jawa
Tengah.
Beberapa
hal
tersebut
diantaranya
telah
ada
penambahan
alat
laboratorium
guna
menunjang
kinerja laboratorium. Penambahan alat laboratorium tersebut meliputi autoclave sebanyak 4 buah dan kompor gas sebanyak 2 unit. Selain itu, beberapa alat laboratorium yang dimiliki juga sudah dilakukan kalibrasi, yaitu pada alat neraca analitik dan autoclave, sehingga hasil pengukuran akan lebih akurat dan dapat dipercaya. Uji banding antar laboratorium sebagai salah satu syarat dalam sistem manajemen mutu laboratorium juga sudah dilaksanakan, yaitu pada tanggal 11-13 Juni 2012. Untuk pengujian mutu APH sendiri sudah dilakukan yaitu pengujian jumlah / kerapatan spora jamur APH. Selain itu, pelatihan atau magang untuk personil laboratorium mengenai sistem manajemen mutu juga sudah dilakukan yaitu dengan mendatangkan pembicara ke laboratorium BPTP Jawa Tengah dalam kegiatan in house training. Meskipun demikian, Laboratorium BPTP Jawa Barat masih belum memenuhi hal yang lainnya seperti pelatihan analisis pengujian mutu APH untuk para analis laboratorium, Kegiatan validasi motode tahun 2012-2014, belum adanya dana khusus dari instansi untuk penerapan sismentu laboratorium dan belum
adanya
susunan
struktur
organisasi
manajemen
laboratorium.
Keterbatasan ini akan menghambat laboratorium BPTP Jawa Barat dalam mengaplikasikan sismentu laboratorium di lingkungannya. Terbatasnya SDM 20
yang dimiliki oleh laboratorium BPTP Jawa Tengah juga menjadi kendala dalam menerapkan sistem manajemen mutu laboratorium. Dari kondisi di atas, laboratorium BPTP Jawa Tengah sudah memiliki rencana untuk menerapkan sistem manajemen mutu laboratorium meskipun ada beberapa hal persyaratan sismentu belum terpenuhi atau belum direncanakan untuk dipenuhi. Ditargetkan pada tahun 2013, laboratorium BPTP Jawa Tengah dapat menyelesaikan dokumen sistem manajemen mutu. Selain itu, laboratorium BPTP Jawa Tengah juga berencana untuk mengadakan pembelian alat berupa Colony Counter dan berencana untuk melakukan kalibrasi terhadap alat laminar air flow dan microscope binokuler. Dengan terus dilakukannya bimbingan teknis sistem manajemen mutu laboratorium ke laboratorium BPTP Jawa Tengah secara kontinyu diharapkan laboratorium BPTP Jawa Tengah dapat segera menerapkan sistem manajemen mutu laboratorium. 4. 3 Laboratorium UPTD Propinsi. Bali Rekomendasi yang diberikan pada
saat
kegiatan
Bimteksismentu tahun 2012 dalam
rangka
penerapan
sistem
manajemen laboratorium
menuju mutu
juga
sudah
dijalankan untuk sebagian hal oleh
laboratorium
UPTD
Propinsi. Bali. Beberapa hal tersebut diantaranya telah ada penambahan alat laboratorium guna menunjang kinerja laboratorium. Penambahan alat laboratorium tersebut meliputi gelas ukur, beaker glass, erlenmeyer, dan timbangan duduk. Perbaikan terhadap alat yang rusak juga sudah dilakukan, diantaranya terhadap mikroskop, kulkas, oven, centrifuge, autoclave dan AC. Perbaikan ini akan menambah alat laboratorium sehingga akan memperlancar kegiatan di laboratorium. Pelatihan analis pengujian mutu APH sebagai salah satu syarat kompetensi dari petugas analis laboratorium juga sudah dilakukan 2 kali. Pelatihan pertama dilakukan di Jember pada tahun 2012 dan pelatihan kedua di Jombang pada tahun 2012. Untuk 21
pengujian mutu APH sendiri sudah dilakukan yaitu pengujian pada APH Trichoderma sp, Beauveria bassiana, dan Metharizium. Ada beberapa hal yang belum dilakukan oleh Laboratorium UPTD Propinsi. Bali seperti pelatihan atau magang sistem manajemen mutu laboratorium, Kegiatan validasi motode tahun 2012-2014, uji profisiensi / uji banding antar laboratorium, belum adanya dana khusus dari instansi untuk penerapan sismentu laboratorium dan belum adanya susunan struktur organisasi manajemen laboratorium. Keterbatasan ini akan menghambat laboratorium UPTD
Propinsi.
Bali
dalam
mengaplikasikan
sismentu
laboratorium
di
lingkungannya. Terbatasnya SDM yang dimiliki oleh laboratorium UPTD Propinsi. Bali yang saat ini hanya 2 orang juga menjadi kendala dalam menerapkan sistem manajemen mutu laboratorium. Selain itu, kegiatan laboratorium yang fokus pada penghasilan PAD yang tinggi tuntutan dari Pemerintah Daerah setempat juga sedikit mengganggu proses pencapaian penerapan sistem manajemen mutu laboratorium. Untuk mengatasi hal itu, laboratorium UPTD Propinsi. Bali berencana untuk menarik petugas teknis dari lapangan untuk menambah SDM yang berada dilaboratorium sehingga diharapkan dapat menambah efektivitas kerja dari laboratorium. Salah satu produk APH yang dihasilkan oleh UPTD Bali sudah dalam bentuk
formulasi
Trichoderma
yaitu spp.
Trichoderma spp ini sudah diproduksi
tetapi
fokus
untuk
target
permintaan
masih
memenuhi APH
yang didanai oleh APBD dan didistribusikan kepada petani. Sedangkan untuk dijual komersiil masih terkendala dengan proses perijinan. Dalam hal ini UPTD Bali masih akan mengusahakan untuk pengajuan SIUP Koperasi, hal ini bergantung pada komitmen pada pimpinan puncak. Alternatif lain adalah bila pengajuan SIUP memakan waktu lama atau gagal maka akan diusahakan memakai SIUP koperasi BBPPTP Surabaya 22
Dari kondisi di atas, laboratorium UPTD Propinsi. Bali sudah memiliki rencana untuk menerapkan sistem manajemen mutu laboratorium meskipun ada beberapa hal persyaratan sismentu belum terpenuhi atau belum direncanakan untuk dipenuhi. Laboratorium UPTD Propinsi. Bali belum memiliki target waktu penerapan sistem manajemen mutu laboratorium. Namun demikian, dengan terus dilakukannya bimbingan teknis sistem manajemen mutu laboratorium ke laboratorium UPTD Propinsi. Bali secara kontinyu diharapkan laboratorium UPTD Propinsi. Bali dapat segera menerapkan sistem manajemen mutu laboratorium. 4.4 Laboratorium UPTD BPPTKP Banten Balai Perbenihan dan Proteksi Tanaman Kehutanan dan Perkebunan (BPPTKP) Propinsi Banten sendiri baru terbentuk pada bulan Oktober 2013 setelah
sebelumnya
proteksi
belum
tergabung dalam balai. Sebelumnya
proteksi
masih berada dibawah Dinas
Perkebunan.
Dengan
kondisi
laboratorium terutama
ini,
proteksi APH
juga
masih dalam perintisan. Saat
ini
BPPTKP
Propinsi. Banten telah memiliki laboratorium proteksi walaupun dari segi peralatan masih sangat kurang. Tercatat hanya terdapat kulkas, oven dan laminar air flow dan beberapa alat gelas laboratorium. Dan segi SDM tercatat hanya ada 1 personil proteksi yang merupakan PNS selebihnya masih pegawai kontrak. Hal ini menyebabkan laboratorium
proteksi
belum
dapat
berkembang
dengan
baik.
Untuk
pengembangan APH yang dilaksanakan di laboratorium proteksi adalah perbanyakan jamur Trichoderma. Perbanyakan ini dilakukan apabila ada permintaan atau ada kegiatan penggunaan APH di lapang sehingga saat ini tidak ada APH Trichoderma yang ready stock di laboratorium. Adapun stater F1 diperoleh dari Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Propinsi Jawa Barat. 23
Dengan yang
kondisi
demikian,
pada
tahun 2015 nanti telah dianggarkan kelengkapan laboratorium proteksi agar laboratorium
proteksi
dapat berjalan lebih baik. Selain
itu
juga
akan
dilakukan
kegiatan
magang atau
pelatihan
bagi personil laboratorium untuk menambah skill dan kemampuan personil laboratorium tersebut sehingga dapat mendukung kegiatan laboratorium proteksi pada masa yang akan datang. Dari kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa BPPTKP Propinsi. Banten dalam tahap awal membangun laboratorium proteksi sehingga perlu adanya penambahan alat, SDM dan kemampuan/skill personil laboratorium. Selain itu perlu adanya pendampingan dari BBPPTP Surabaya sehingga kedepannya BPPTKP Propinsi. Banten dapat memiliki laboratorium proteksi yang memadai yang dapat melayani kebutuhan warga Banten dibidang proteksi tanaman perkebunan. 4.5 Laboratorium UPTD Propinsi. Nusa Tenggara Timur Rekomendasi diberikan kegiatan
pada
yang saat
Bimteksismentu
tahun 2012 dalam rangka menuju penerapan sistem manajemen
mutu
laboratorium
sudah
dijalankan untuk sebagian hal oleh laboratorium UPTD Propinsi. NTT. Beberapa hal tersebut diantaranya telah ada penambahan alat laboratorium guna menunjang kinerja laboratorium. Penambahan alat laboratorium tersebut meliputi autoclave, 24
mikroskop lengkap, lemari lab, box plastik, dissecting set, haemocytometer, dan alat destilasi. Penambahan alat ini dilakukan untuk melengkapi peralatan laboratorium yang sudah ada sekaligus untuk mendukung kegiatan laboratorium yang lebih berkualitas. Selain pembelian alat baru, laboratorium UPTD Propinsi. NTT juga melakukan perbaikan terhada alat yang rusak, diantaranya autoclave, mikroskop dan freezer. Untuk pengujian mutu APH sendiri sudah dilakukan yaitu pada penghitungan spora dan viabilitas. Meskipun demikian, Laboratorium UPTD Propinsi. NTT masih belum memenuhi hal yang lainnya seperti uji profisiensi / uji banding antar laboratorium, pelatihan / magang sistem manajemen mutu laboratorium maupun analis pengujian mutu APH, Kegiatan validasi motode tahun 2012-2014, belum adanya dana khusus dari instansi untuk penerapan sismentu laboratorium dan belum adanya susunan struktur organisasi manajemen laboratorium. Kalibrasi terhadap alat laboratorium yang dimiliki sebagai salah satu syarat dari penerapan sistem manajemen mutu laboratorium juga
belum
dilakukan.
Keterbatasan
ini
menghambat
laboratorium
UPTD
NTT
Propinsi.
mengaplikasikan
akan
dalam
sismentu
laboratorium di lingkungannya. Terbatasnya SDM yang dimiliki oleh
laboratorium
Propinsi.
NTT
yang
UPTD hanya
berjumlah 2 orang juga menjadi kendala dalam menerapkan sistem manajemen mutu laboratorium. Biaya operasional terbatas juga menjadi kendala laboratorium UPTD Propinsi. NTT dalam menerapkan sistem manajemen mutu laboratorium. Kendala akan terbatasnya biaya operasional yang terbatas diatasi dengan mengusulkan dana ke APBD, walaupun sampai saat ini belum terealisasi. Petani perkebunan selama ini sudah familier memanfatkan agens hayati untuk mengendalikan serangan organisme pengganggu tumbuhan, dengan adanya kewajiban ijin peredaran aph maka peredaran aph saat menurun, hendaknya persyaratan ijin peredaran aph lebih di permudah lagi. 25
Dari kondisi di atas, laboratorium UPTD Propinsi. NTT sudah memiliki rencana untuk menerapkan sistem manajemen mutu laboratorium meskipun ada beberapa hal persyaratan sismentu belum terpenuhi atau belum direncanakan untuk dipenuhi. Laboratorium UPTD Propinsi. NTT juga sudah memiliki target untuk dapat menyelesaikan dokumen sistem manajemen mutu terutama untuk menyelesaikan dokumen prosedur dan instruksi kerja pengembangbiakan jamur APH. Selain itu, laboratorium UPTD Propinsi. NTT juga berencana untuk mengadakan pembelian alat berupa alat destilasi dan lemari. Dengan terus dilakukannya bimbingan teknis sistem manajemen mutu laboratorium ke laboratorium UPTD Propinsi. NTT secara kontinyu diharapkan laboratorium UPTD Propinsi. NTT dapat segera menerapkan sistem manajemen mutu laboratorium. Untuk pengurusan ijin peredaran APH dapat dilakukan oleh koperasi dinas Perkebunan Propinsi NTT, karena sampai saat ini masih aktif dan tinggal mengembangkan ijin usahanya yang tidak hanya simpan pinjam saja. Keinginan menjadi laboratorium
terakreditasi tetap ada, namun terkendala
dengan sumber daya manusia yang masih minim
dan juga perlu adanya
dukungan pemerintah daerah untuk memfasilitasi pendanaan. 4.6. UPTD BSPMB-PTKP DIY Rekomendasi yang
diberikan pada
saat
kegiatan
Bimteksismentu tahun 2012
dalam
rangka
menuju
penerapan
sistem
manajemen
mutu
laboratorium
sudah dijalankan untuk sebagian laboratorium
hal
oleh UPTD
BSPMB-PTKP DIY. Beberapa hal tersebut diantaranya telah ada penambahan alat guna menunjang kinerja laboratorium. Penambahan alat laboratorium tersebut meliputi kulkas, timbangan analitik, vortex, laminar air flow, mikroskop kamera, autoclave, incubator, thermohygrometer, pH meter, dissecting set, 26
beaker glass, Erlenmeyer, dan haemocytometer. Selain itu, beberapa alat laboratorium yang rusak seperti timbangan analitik, kulkas, mikroskop, AC, dan autoclave juga sudah diperbaiki sehingga sudah dapat digunakan dalam kegiatan laboratorium. Uji banding antar laboratorium sebagai salah satu syarat dalam sistem manajemen mutu laboratorium juga sudah dilaksanakan, yaitu pada bulan pada bulan Juni 2013 (BBPPTP Surabaya) yaitu pengujian jumlah spora Beauveria bassiana, Trichoderma sp, Spicaria sp, Viabilitas spora dan uji antagonis Trichoderma sp. Meskipun demikian, Laboratorium BSPMB-PTKP DIY masih belum memenuhi hal yang lainnya seperti kalibrasi terhadap peralatan laboratorium yang dimilik, pelatihan atau
magang
personil
untuk
laboratorium
mengenai
sistem
manajemen
mutu,
pelatihan
analisis
pengujian untuk
mutu
para
laboratorium, adanya
dana
APH analis belum
khusus
dari instansi untuk penerapan sismentu laboratorium dan belum adanya susunan struktur organisasi manajemen laboratorium. Keterbatasan ini akan menghambat laboratorium BSPMB-PTKP DIY dalam mengaplikasikan sismentu laboratorium di lingkungannya. Keadaan tersebut juga ditambah oleh adanya kendala-kendala yang dihadapi oleh laboratorium BSPMB-PTKP DIY. seperti Komitmen manajemen kurang terhadap pentingnya sistem manajemen mutu laboratorium, terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM) di laboratorium, terbatasnya sarana dan prasarana laboratorium, dan biaya operasional yang terbatas. Meskipun demikian, sudah ada langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut seperti sudah mengusulkan penyediaan SDM yang kompeten, pengusulan penyediaan sarana dan prasarana serta pengajuan dana untuk operasional laboratorium Produk APH yang dihasilkan oleh laboratorium BSPMB-PTKP DIY. belum berbentuk formulasi sehingga masih memerlukan waktu apabila akan 27
dilegalkan untuk kepentingan komersil. Saat ini laboratorium BSPMB-PTKP DIY. masih fokus untuk memenuhi target permintaan APH yang didanai oleh APBN dan APBD, sehingga belum sepenuhnya fokus pada proses perijinan APH.Proses perijinan APH yang dirasa rumit membuat rasa pesimistis tersendiri, terutama dalammengurus SIUP dan TDP karena berurusan dengan koperasi milik Dinas. Dari kondisi di atas, laboratorium BSPMB-PTKP DIY. sudah merintis penerapan sistem manajemen mutu laboratorium meskipun ada beberapa hal persyaratan sismentu belum terpenuhi atau belum direncanakan untuk dipenuhi. Dengan terus dilakukannya bimbingan teknis sistem manajemen mutu laboratorium ke laboratorium BPTP Jawa Barat secara kontinyu diharapkan laboratorium BPTP Jawa Barat dapat segera menerapkan sistem manajemen mutu laboratorium.
28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.
Kesimpulan
1. BBPPTP Surabaya telah melaksanakan pertemuan bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu di seluruh Laboratorium UPTD wilayah kerja. 2. Telah diperoleh informasi terkini mengenai kondisi laboratorium UPTD 3. Seluruh laboratorium UPTD di wilayah kerja belum ada yang menerapkan sistem manajemen mutu laboratorium. Tetapi arah terwujudnya hal tersebut telah dirintis. 4. Rumusan perbaikan dan rencana pengembangan laboratorium masingmasing UPTD menuju penerapan sistem manajemen mutu laboratorium telah disusun. 5. Produk APH yang dihasilkan oleh laboratorium UPTD Wilayah kerja BBPPTP surabaya belum berbentuk formulasi sehingga masih memerlukan waktu apabila akan dilegalkan untuk kepentingan komersil. Hanya UPTD Bali salah satu produknya yang sudah dalam bentuk formulasi yaitu Trichoderma spp 6. Proses perijinan APH yang dirasa rumit membuat UPTD menjadi pesimistis. Pengurusan melalui Koperasi juga dinilai cukup sulit bagi UPTD karena selama ini Koperasi Dinas/UPTD hanya bergerak disimpan pinjam. 5.2. 1.
Saran Pelaksanaan Bimbingan Teknis Sistem Manajemen Mutu Laboratorium UPTD harus dilakukan secara kontinyu oleh BBPPTP Surabaya sampai terwujudnya laboratorium UPTD yang terakreditasi.
2.
Masing-masing laboratorium UPTD disarankan untuk mengatasi kendalakendala seperti penambahan SDM, biaya operasional dan penambahan peralatan yang dikoordinasikan dengan Pemda setempat.
29
Daftar Pustaka Anonim. 2014. Pedoman Uji Mutu dan Uji Efikasi Lapangan Agens Pengendali Hayati (APH). Direktorat Perlindungan Perkebunan Kementerian Pertanian. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70/Permentan/SR.140/10/2011 Tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 24/Permentan/SR.140/4/2011 Tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida
Oleh: Bayu Aji Nugroho POPT Muda BBPPTP Surabaya
30