192
STAIN Palangka Raya
BIMBINGAN BELAJAR BAGI ANAK YANG SULIT DALAM PEMBELAJARAN DI (Kelas 2 SDN 1 Patai Kecamatan Cempaga Kabupaten Kotawaringin Timur Nurmiati * Abstract This study aimed to determine and describe the tutoring for children who have difficulty in the classroom 2 SDN 1 Patai Eastern District of Cempaga Kotawaringin . Subjects in this study were teachers who teach in grade 2 SDN 1 Patai Eastern District of Cempaga Kotawaringin . The results of this study indicate that ; a) The problems of children's learning Grade 2 SDN 1 Patai is when learning begins the child does not have a receptive attitude to learn , there is no motivation for learning , the child's activity is very low or the child is not actively engaged in learning activities , children who have difficulty in learning is not out using appropriate time in learning , and student learning outcomes low
Key Words: tutoring, learning A. Pendahuluan Pendidikan anak adalah perkara yang sangat penting di dalam Islam. Di dalam AlQuran Allah SWT menceritakan nasehat-nasehat Luqmanul Hakim yang merupakan bentuk pendidikan bagi anak-anaknya.Begitu pula dalam haditsRasulullah SAW juga ditemui banyak bentuk-bentuk pendidikan terhadap anak. Seorang pendidik, baik orangtua maupun guru hendaknya mengetahui betapa besarnya tanggung-jawab di hadapan Allah SWT terhadap pendidikan anak dalam Islam. Sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur’an:
Artinya
: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS.At-Tahrim: 6)†
*
Alumni STAIN Palangka Raya Jurusan Tarbiyah Program Studi PAI didampingi oleh Dr. Hj. HAMDANAH, HM, M. Ag. Saat ini sebagai tenaga pengajar di Madrasah Aliyah Negeri Cempaga Kabupaten Kotawaringin Timur † Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya,( Semarang: PT. Kumudasmoro Grafindo Semarang, 1994)
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
193
STAIN Palangka Raya
Untuk itu, seorang guru atau orang tua harus tahu apa saja yang harus diajarkan kepada seorang anak serta bagaimana metode yang telah dituntun oleh Rasulullah SAW. Dalam proses pendidikan upaya atau usaha guru sangatlah penting demi kelangsungan proses belajar mengajar yang baik. Dalam pengertian upaya atau usaha mempunyai arti yang sama yaitu ikhtiar untuk mencapai sesuatu yang hendak dicapai. Sedangkan pengertian guru itu sendiri adalah pendidik profesional, karena ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggungjawab pendidikan yang sebenarnya menjadi tanggungjawab orang tua. B. Pembahasan Sasaran utama dari hakikat pendidikan ialah siswa atau peserta didik perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak terkait. Dalam kehidupan sehari-hari, tentunya siswa tidak terlepas dari permasalahan atau problema yang dihadapinya. Seperti kesulitan dalam belajar, susah dalam bergaul dengan orang lain, konflik dengan guru dan lain sebagainya. Hal tersebut menjadi tantangan yang cukup besar bagi setiap orang untuk mencari jalan keluar yang terbaik, khususnya bagi peserta didik yang masih dalam masa usia sekolah dasar (SD), bahwa hal ini perlu mendapat bantuan berupa bimbingan untuk meluruskan atau menempatkan permasalahan menurut proporsi/kedudukan yang sebenarnya. Menurut Prayitno & Erman Amti, menyebutkan bahwa : Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri; dengan memanfaatkan kekuatan individu dan saran yang ada dan dapat dikembangkan; berdasarkan norma-norma yang berlaku.‡
‡
Prayitno & ErmanAmti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hal.99
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
194
STAIN Palangka Raya
Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari, meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal ini terlebih lagi disebabkan karena sumber-sumber permasalahan siswa banyak yang terletak di luar sekolah. Dalam kaitan itu, permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja. Seorang murid dikategorikan sebagai anak yang bermasalah apabila ia menunjukkan gejala penyimpangan perilaku yang lazim dilakukan oleh anak-anak pada umumnya. Penyimpangan perilaku ada yang sederhana ada juga yang ekstrim. Penyimpangan perilaku yang sederhana, misalnya mengantuk, suka menyendiri, terlambat datang. Sedangkan ekstrim adalah sering membolos, memeras teman, tidak sopan. Namun dalam hal ini yang menjadi titik permasalahan adalah siswa yang bermasalah dalam belajar. Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya, kemampuan untuk menerima dirinya, kemampuan untuk mengarahkan dirinya dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya, sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dalam konteks perkembangan anak, bimbingan dapat diartikan sebagai suatu upaya memgoptimalkan perkembangan anak ( usia 6 – 13 tahun) melalui penyediaan perlakuan dan lingkungan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak serta pengembangan berbagai kemampuan dan keterampilan hidup yang diperlukan anak. Perkembangan perilaku yang efektif dapat dilihat dari tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan dalam setiap tahapan perkembangan. Oleh karena itu, untuk memahami karakteristik murid SD sebagai dasar untuk pengembangan program bimbingan di SD difokuskan kepada pencapaian tugastugas perkembangannya. Mengkaji tugas-tugas perkembangan merupakan hal yang
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
195
STAIN Palangka Raya
penting dan menjadi dasar bagi pengembangan dan peningkatan mutu layanan bimbingan.
Program bimbingan berdaya guna dan berhasil guna dalam pelaksanaan pengajaran di kelas. Beberapa alasan: a. Bimbingan memberikan pelayanan dengan perbedaan individu para siswa. b. Bimbingan turut berpengaruh terhadap perkembangan jasmani dan rohani siswa. c. Bimbingan membantu para siswa untuk meningkatkan hasil belajar yang baik dan berupaya agar mereka tidak mengalami kegagalan belajar. d. Bimbingan mendorong guru-guru menggunakan tes minat dan sikap-sikap di samping penggunaan tes prestasi belajar seperti lazimnya. e. Bimbingan memberikan bantuan kepada bidang penelitian secara memberikan data yang akurat tentang siswa.§
2. Tujuan Bimbingan Belajar Menurut Yusuf dan Nurihsan bimbingan bertujuan agar individu dapat: (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang, (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat maupun lingkungan kerja.** Selain itu, menurut Oemar Hamalik bimbingan belajar merupakan suatu proses yang bertujuan sebagai berikut: a. Agar siswa bertanggung jawab menilai kemampuannya sendiri dan menggunakan pengetahuan mereka secara efektif bagi dirinya. §
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), hal.194 Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hal.13 **
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
196
STAIN Palangka Raya
b. Agar siswa menjalani kehidupannya sekarang secara efektif dan menyiapkan dasar kehidupan masa depannya sendiri. c. Agar semua potensi siswa berkembang secara optimal meliputi semua aspek pribadinya sebagai individu yang potensial.†† Selain itu, bimbingan belajar juga bertujuan untuk menolong setiap individu dalam membuat pilihan dan menentukan sikap yang sesuai dengan kemampuan, minat dan kesempatan yang ada yang sejalan dengan nilai-nilai sosialnya. Prinsip-prinsip bimbingan dalam belajar merupakan landasan berpijak serta berfikir pada pelaksanaan bimbingan.Menurut Yusuf dan Nurihsan, prinsip-prinsip bimbingan dalam belajar dibagi menjadi dua yaitu: a. Prinsip-prinsip Umum Adapun prinsip-prinsip umum dalam bimbingan belajar yaitu: 1) Bimbingan itu berhubungan dengan sikap dan tingkah laku individu. 2) Perlu dikenal dan dipahami perbedaan individual dari pada individu-individu yang dibimbing ialah untuk memberikan bimbingan yang tepat sesuai dengan apa yang di butuhkan oleh individu yang bersangkutan. 3) Bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbing. 4) Masalah yang tidak dapat diselesaikan di sekolah harus diserahkan kepada individu atau lembaga yang mampu dan berwenang melakukannya. 5) Bimbingan harus dimulai dengan identifikasi kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang dibimbing. 6) Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 7) Program bimbingan harus sesuai dengan bimbingan pendidikan di sekolah yang bersangkutan. 8) Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan. 9) Terhadap program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian teratur. ‡‡ b. Prinsip-prinsip Khusus Prinsip-prinsip khusus dalam bimbingan dalam belajar adalah: 1) Prinsip-Prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan a) Bimbingan melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status social ekonomi. b) Bimbingan berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.
††
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar…., h.195 Syamsu Yusuf dan A. JuntikaNurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling…., h.47
‡‡
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
197
STAIN Palangka Raya
c) Bimbingan memperhatikan sepenuhnya berbagai aspek perkembangan individu. d) Bimbingan memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual. 2) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu a) Bimbingan berurusan dengan pengaruh kondisi mental/fisik individu terhadap penyesuaian dirinya. b) Kesenjangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan merupakan timbulnya faktor masalah pada individu. 3) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program layanan a) Merupakan bagian integral dari pendidikan dan pengembangan individu. b) Program bimbingan harus fleksibel di sesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga. c) Program bimbingan disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan yang terendah sampai yang tertinggi. d) Terhadap isi program bimbingan perlu adanya penilaian yang teratur dan terarah. 4) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan a) Bimbingan harus di arahkan untuk pengembangan individu yang mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahan. b) Dalam proses bimbingan keputusan yang di ambil hendaknya atas kemauan individu itu sendiri, bukan karena kemauan pembimbing atau pihak lain. c) Permasalahan individu harus di tangani oleh tenaga ahli dengan permasalahan yang di hadapi. d) Kerjasama antara pembimbing, guru dan orang tua menentukan hasil pelayanan bimbingan. e) Pengembangan program pelayanan bimbingan di tempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu.§§ Adapun fungsi bimbingan belajar menurut Oemar Hamalik adalah sebagai berikut:*** a. Membantu individu siswa untuk memperoleh gambaran yang objektif dan jelas tentang potensi, watak, minat, sikap, dan kebiasaannya agar ia dapat menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak diinginkan. b. Membantu individu siswa untuk mendapat pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, dan kemampuannya dan membantu siswa itu untuk menentukan cara yang efektif dan efisien menyelesaikan bidang pendidikan yang telah dipilihnya agar tercapai hasil yang diharapkan. c. Membantu individu siswa untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kemungkinan-kemungkinan dan kecenderungan-kecenderungan dalam lapangan
§§
Syamsu Yusuf dan A. JuntikaNurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling…, h.48 Ibid, h.56
***
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
198
STAIN Palangka Raya
pekerjaan agar ia dapat melakukan pilihan yang tepat di antara lapangan pekerjaan tersebut. disamping itu, membantunya untuk mendapat kemajuan yang memuaskan dalam pekerjaannya sambil memberikan sumbangan secara maksimal terhadap masyarakatnya.††† Disamping ketergantungan kepada pendidikan, gerak bimbingan juga ditentukan oleh pendekatan yang hendak diikuti oleh bimbingan. Adapun pendekatan dalam Bimbingan adalah menurut Slameto adalah sebagai berikut: a. Pendekatan Preventif Pendekatan bimbingan ini menolong seseorang sebelum menghadapi masalah. Caranya ialah dengan menghindari masalah itu (kalau mungkin), mempersiapkan orang itu untuk menghadapi masalah yang pasti akan dihadapi dengan memberi bekal pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan untuk mengatasi masalah itu. b. Pendekatan Kuratif atau Korektif Dalam pendekatan ini pembimbing menolong seseorang jika orang itu menghadapi masalah yang cukup berat hingga tidak dapat diselesaikan sendiri. c. Pendekatan Perseveratif Bimbingan ini bertujuan meningkatkan yang sudah baik, yang mencakup sifatsifat atau sikap-sikap yang menguntungkan tercapainya penyesuaian diri dan terhadap lingkungan, kesehatan jiwa yang telah dimilikinya, kebiasaan cara belajar atau bergaul yang baik dan sebagainya.‡‡‡ Pendekatan-pendekatan dalam proses bimbingan dilaksanakan menyesuaikan dengan bentuk masalah yang dihadapi oleh orang yang dibimbing. Hendaknya dalam melakukan pendekatan dalam bimbingan mengacu tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan bimbingan. †††
OemarHamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar…., hal.196 Slameto, Bimbingan di Sekolah, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hal.34-35
‡‡‡
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
199
STAIN Palangka Raya
Langkah-Langkah Bimbingan dalam Belajar Menurut Tohirin, dalam Proses Bimbingan akan menempuh beberapa langkah, yaitu: (1) menentukan masalah, (2) mengumpulkan masalah, (3) analisis data, (4) diagnosis, (5) prognosis, (6) terapi, dan (7) evaluasi atau follow up.§§§ a. Menentukan masalah yaitu menentukan masalah dapat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan identifikasi masalah (identifikasi kasus-kasus) yang dialami oleh siswa. b. Mengumpulkan masalah yaitu setelah ditetapkan masalah yang akan dibicarakan dalam BK. Selanjutnya adalah mengumpulkan data siswa yang bersangkutan. Data siswa yang dikumpulkan harus secara komprehensif (menyeluruh). c. Analisis data yaitu data-data siswa yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis. Dari analisis data akan diketahui siapa siswa dan apa sesungguhnya masalah yang dialami oleh siswa tersebut. d. Diagnosis yaitu diagnosis merupakan usaha guru dalam menetapkan latar belakang masalah atau faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada siswa. e. Prognosis yaitu setelah diketahui faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada siswa, selanjutnya guru menetapkan langkah-langkah bantuan yang akan diambil. Jenis bantuan bisa diberikan sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh siswa. f. Terapi yaitu setelah ditetapkan jenis atau langkah-langkah pemberian bantuan selanjutnya adalah melaksanakan jenis bantuan yang telah ditetapkan. g. Evaluasi atau follow up yaitu evaluasi dilakukan untuk melihat apakah upaya bantuan yang telah diberikan memperoleh hasil atau tidak. Apabila sudah memberikan hasil apa langkah-langkah selanjutnya yang perlu diambil, Begitu juga sebaliknya apabila belum berhasil. §§§
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: PT. RajaGrafindoPersada, 2007), hal.317
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
200
STAIN Palangka Raya
Hasil penilaian kegiatan bimbingan perlu dianalisis untuk mengetahui lebih lanjut seluk-beluk kemajuan para peserta dan seluk-beluk penyelenggaraan layanan.Perlu dikaji apakah hasil-hasil pembahasan dan/atau pemecahan masalah sudah dilakukan sedalam atau setuntas mungkin, atau sebenarnya masih ada aspekaspek penting yang belum dijangkau dalam pembahasan itu.**** Langkah-langkah di atas yang harus selalu ingat oleh guru bahwa dalam memberikan bantuan tidaklah selalu terpaku dengan salah satu teknik atau pendekatan, karena pada kenyataannya tidaklah ada salah satu teknik atau pendekatan yang baku berlaku bagi semua siswa. Setiap teknik atau pendekatan mungkin hanya dapat diterapkan kepada siswa yang menghadapi masalah khusus. a. Teknik Bimbingan Belajar Pelaksanaan bimbingan belajar dilakukan dengan langkah-langkah umum sebagai berikut: Langkah 1
: Melakukan penjajakan berbagai masalah atau kesulitan yang sedang dihadapi oleh para siswa, yang selanjutnya berusaha menemukan dan merumuskan masalah yang paling teras akan bagi siswa, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.
Langkah 2
: Melakukan studi tentang berbagai faktor penyebab terjadinya masalah atau kesulitan yang selanjutnya menetapkan satu atau beberapa faktor yang diduga paling determinan terhadap terjadinya masalah atau kesulitan tersebut.
Langkah 3
: Menetapkan cara-cara yang akan digunakan untuk melakukan bimbingan kepada siswa yang dianggap konsisten dengan masalah dan faktor penyebabnya.
****
Prayitno, Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil), (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1995), hal.82
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
201
STAIN Palangka Raya
Langkah 4
: Melakukan bimbingan dalam bentuk bantuan, arahan, petunjuk gerakan, nasehat, dan sebagainya sesuai dengan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya
Langkah 5
: Siswa sendiri yang memecahkan masalah atau kesulitan yang sedang dialaminya.
Langkah 6
: Memisahkan siswa yang telah dibimbing dan mengembalikannya ke dalam kelas semula.
Langkah 7
: Melakukan penilaian dengan teknik tertentu untuk mengetahui sampai dimana tingkat keberhasilan bimbingan yang telah dilaksanakan dan bagaimana tindak lanjutnya.††††
Bimbingan Belajar Anak yang Sulit dalam Belajar di Kelas 2 SDN 1 Patai Dalam pelaksanaan tugas pembelajaran, seorang pendidik tidak hanya berkewajiban menyajikan materi pembelajaran dan mengevaluasi pekerjaan siswa, akan tetapi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan belajar terhadap anak yang sulit dalam belajar. SDN 1 Patai merupakan salah satu sekolah yang melaksanakan bimbingan belajar terhadap anak yang sulit dalam belajar. Untuk mengetahui proses bimbingan belajar anak yang sulit dalam belajar di SDN 1 Patai, terutama untuk mengetahui masalah-masalah belajar anak kelas 2 dan langkah-langkah guru dalam membimbing belajar bagi anak yang kesulitan dalam belajar di kelas 2 SDN 1 patai, peneliti menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas 2 (Dua) SDN 1 Patai yaitu Ibu Melya Purwanti, S.Pd. Berikut ini akan dipaparkan hasil penelitian peneliti: Masalah-masalah dalam Belajar Bagi Anak di kelas 2 SDN 1 Patai Kecamatan Cempaga Kabupaten Kotawaringin Timur
††††
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar…., hal.200
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
202
STAIN Palangka Raya
Masalah-masalah belajar anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kesulitan belajar yang dihadapi siswa kelas 2 SDN 1 Patai. Kesulitan belajar adalah suatu kondisi
anak
didik
tidak
dapat
belajar secara wajar, disebabkan adanya
ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar.‡‡‡‡ Jadi, Kesulitan belajar merupakan suatu keadaan siswa kurang mampu menghadapi tuntutan yang harus dilakukan dalam proses belajar, sehingga proses dan hasilnya kurang memuaskan. Beberapa gejala sebagai indikator adanya kesulitan belajar anak didik dapat dilihat dari petunjuk-petunjuk berikut: a) Menunjukkan prestasi belajar yang rendah, dibawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok anak didik di kelas, b) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Padahal anak didik sudah berusaha belajar dengan keras tetapi nilainya selalu rendah, c) Anak didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar. Selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam segala hal. Misalnya mengerjakan soal-soal dalam waktu lama baru selesai, dalam mengerjakan tugas-tugas selalu menunda-nunda waktu, d) Anak didik menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, berpura-pura, berdusta, mudah tersinggung, dan sebagainya, e) Anak didik menunjukkan tingkah laku yang tidak seperti biasanya ditunjukkan kepada orang lain. Dalam hal ini misalnya anak didik menjadi pemurung, pemarah, selalu bingung, selalu sedih, kurang gembira, atau mengasingkan diri dari kawan-kawan sepermainan, f) Anak didik yang
tergolong
memiliki IQ tinggi, yang secara potensial seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi, tetapi kenyataannya mendapatkan prestasi belajar yang rendah, g) Anak didik yang selalu menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk sebagian besar mata pelajaran, tetapi di lain waktu prestasi belajarnya menurun drastis.§§§§
‡‡‡‡ §§§§
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 201 Ibid, hal. 212-213
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
203
STAIN Palangka Raya
Masalah belajar siswa kelas 2 SDN 1 Patai dapat diketahui dari sikap dan aktivitas anak saat mengikuti pelajaran terutama dapat diamati dari sikap anak ketika memulai kegiatan belajar. Anak yang mengalami masalah belajar/kesulitan belajar juga dapat dilihat dari motivasi anak dalam kegiatan belajar, aktivitas anak saat mengikuti pelajaran, kebiasaan belajar anak, keadaan anak saat mengerjakan tugas/soal, dan hasil belajar anak.
a.
Sikap Anak Ketika Memulai Kegiatan Belajar Dapat diketahui bahwa sikap anak yang sulit daam pembelajaran ketika memulai kegiatan belajar adalah anak tidak memiliki sikap menerima. Seperti tidak menyiapkan buku pelajaran saat pelajaran dimulai, tidak memperhatikan saat guru mengabsen, berdo’a dan saat guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Jadi, dapat disimpulkan bahwa anak yang sulit dalam pembelajaran masih belum siap untuk belajar sehingga anak tidak berusaha terlibat dalam kegiatan belajar dengan baik. Padahal, anak sudah diberikan bimbingan belajar. Kegiatan yang dilakukan guru saat membuka pelajaran sudah cukup baik karena dari kegiatan tersebut guru sudah berusaha menarik perhatian siswa dengan cara mengucapkan salam pembuka, berdo’a, mengabsen siswa, dan menyuruh siswa untuk menyiapkan buku pelajarannya. Dalam kegiatan pembuka guru juga menimbulkan motivasi anak, memberi acuan belajar, dan membuat kaitan atau jalinan konseptual. Misalnya, melalui apersepsi yaitu melakukan tanya jawab tentang materi yang sudah dipelajarai dan materi yang belum dipahami anak. ***** Membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar-mengajar untuk menciptakan prokondisi bagi siswa agar mental maupun
*****
Observasi Saat Guru Melaksanakan Proses Bimbingan Belajar Pada Siswa Kelas 2 SDN 1 Patai, Rabu Tgl. 05 Maret 2014 Pukul 07.00 – 08.45 WIB
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
204
STAIN Palangka Raya
perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar, dengan kata lain kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajarinya.††††† Dalam membuka pelajaran ada empat hal pokok yang harus dilakukan oleh seorang guru yaitu: 1) menarik perhatian siswa, 2) menimbulkan motivasi belajar, 3) memberi acuan belajar, dan 4) membuat kaitan materi. b. Motivasi Anak dalam Kegiatan Belajar Motivasi anak yang sulit dalam pembelajaran dalam kegiatan belajar sangat rendah karena berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan 3 orang anak yang sulit dalam pembelajaran yaitu Wisma, Julkipli, dan Ardianur diketahui bahwa anak tidak memiliki rasa percaya diri dan tidak konsentrasi dalam belajar. Hal ini dapat dilihat dari gejala-gejala yang tampak antara lain anak menjauhi guru, pasif dan diam dalam mengikuti proses belajar mengajar atau bahkan anak tidak memiliki kemauan untuk terlibat dalam kegiatan belajar yaitu anak tidak aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru, malas mencatat, dan mengerjakan tugas/menyelesaiakn soal di papan tulis. Rasa percaya diri merupakan salah satu kondisi psikologis seseorang yang berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan mental dalam proses pembelajaran. Rasa percaya diri pada umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat didalam suatu aktivitas tertentu dimana pikirannya terarah untuk mencapai sesuatu hasil yang diinginkannya. Sedangkan konsentrasi belajar merupakan salah satu aspek psikologis yang sering kali tidak begitu mudah untuk diketahui oleh orang lain selain diri individu yang sedang belajar. Kesulitan berkonsentrasi merupakan indikator
†††††
Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 91
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
205
STAIN Palangka Raya
adanya masalah belajar yang dihadapi siswa, karena hal itu akan menjadi kendala didalam mencapai hasil belajar yang diharapkan.‡‡‡‡‡ c.
Aktivitas Anak Saat Mengikuti Pelajaran Aktivitas anak dalam kegiatan belajar-mengajar sangat rendah. Hal ini terbukti bahwa anak terlihat pasif, tidak memperhatikan/mendengarkan penjelasan guru, tidak mau bertanya saat tidak mengerti, tidak bisa menyelesaikan soal yang diberikan di papan tulis. Berhubungan dengan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar- mengajar, mendengarkan penjelasan guru
juga termasuk aktivitas siswa aktif karena
mendengarkan merupakan aktivitas belajar guna mendengarkan penjelasan dari guru. Ketika guru menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan, setiap siswa diharuskan mendengarkan apa yang disampaikan guru.§§§§§ Dalam pendidikan, aktivitas memandang termasuk dalam kategori aktivitas belajar. Di kelas, seorang pelajar memandang papan tulis yang berisikan tulisan yang baru saja guru tulis. Tulisan yang pelajar pandang itu menimbulkan kesan dan selanjutnya tersimpan dalam otak.****** d. Kebiasaan Belajar Anak Masalah belajar pada anak yang sulit dalam pembelajaran di kelas 2 SDN 1 Patai yaitu para anak tidak tahu menggunakan waktu secara tepat, tidak dapat menggunakan metode belajar secara tepat (jadi asal belajar saja), terlalu membuangbuang waktu, tidak teratur/belajar jika ada ulangan dan PR, serta siswa tidak mengetahui tuntunan-tuntunan dalam belajar.††††††
‡‡‡‡‡
I Putu Eka Prawira, Materi Kesulitan Belajar, (Denpasar: Universitas Mahasaraswati, 2011), hal. 6 (Online 15 juni 2014) §§§§§ Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 38 ****** Ibid. hal. 39 †††††† Wawancara dengan Guru Kelas 2 SDN 1 Patai, Rabu Tgl. 12 Februari 2014 Pukul 08.45 – 08.55 WIB
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
206
e.
STAIN Palangka Raya
Keadaan Anak Saat Mengerjakan Tugas dan Hasil Belajar Anak Keadaan anak yang sulit dalam pembelajaran saat mengerjakan tugas yaitu anak sering ribut dan saling menyontek karena tidak mengerti cara mengerjakan soal yang diberikan dan waktu yang digunakan anak untuk mengerjakan soal lebih panjang dari waktu yang diberikan dan ditetapkan untuk menyelesaikan soal tersebut.‡‡‡‡‡‡ Berdasarkan keadaan tersebut dapat disimpulkan bahwa anak merasa kesulitan saat mengerjakan tugas karena anak tidak menguasai materi yang telah dijelaskan guru. Sehingga, jika dilihat dari hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran Matematika yaitu hasilnya kurang memuaskan atau tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah.
Langkah-langkah Guru dalam Bimbimbing Belajar Bagi Anak yang Kesulitan dalam Belajar di kelas 2 SDN 1 Patai Kecamatan Cempaga Kabupaten Kotawaringin Timur Masalah belajar memiliki bentuk
yang
banyak
ragamnya, pada umumnya
digolongkan atas: keterlambatan akademik, ketercepatan dalam belajar, sangat lambat dalam belajar, kurang motivasi dalam belajar, bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar. Untuk mengatasi masalah tersebut guru harus melaksanakan bimbingan belajar pada siswa yang mengalami kesuliatan belajar. Untuk menyelenggarakan bimbingan belajar sekolah, terlebih dahulu pembimbing harus merencanakan program bimbingan untuk keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Salah satu program bimbingan itu adalah memberikan layanan bimbingan belajar bagi setiap anak yang membutuhkan karena belajar itu merupakan inti kegiatan pengajaran di sekolah, maka wajiblah anak yang sulit dalam pembelajaran dibimbing agar mencapai tujuan belajar. Berikut ini langkah-langkah bimbingan belajar yang dilakukan guru kelas 2 SDN 1 Patai adalah sebagai berikut: a.
Mencari dan mengenali Anak yang Sulit Dalam Pembelajaran ‡‡‡‡‡‡
Ibid, Senin Tgl. 10 Februari 2014 Pukul 08.45 – 09.00 WIB
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
207
STAIN Palangka Raya
Identifikasi adalah suatu kegiatan yang diarahkan untuk menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, yaitu mencari informasi tentang siswa dengan melakukan kegiatan berikut; 1) Data dokumen hasil belajar siswa, 2) menganalisis absensi siswa di dalam kelas, 3) mengadakan wawancara dengan siswa, 4) menyebar angket untuk memperoleh data tentang permasalahan belajar, dan 5) tes untuk memperoleh data tentang kesulitan belajar atau permasalahan yang dihadapi.§§§§§§ Menurut analisa peneliti, dalam mengidentifikasi anak yang sulit dalam pembelajaran, guru kelas 2 SDN 1 Patai hanya mengetahui dan mengenali anak yang sulit dalam pembelajaran dari data dokumen hasil belajar siswa sedangkan kegiatankegiatan yang lain masih belum dilaksanakan seperti; menganalisis absensi yang sulit dalam pembelajaran di dalam kelas, mengadakan wawancara dengan anak yang sulit dalam pembelajaran, menyebar angket untuk memperoleh data tentang permasalahan belajar, dan tes untuk memperoleh data tentang kesulitan belajar atau permasalahan yang dihadapi anak masih belum dilaksanakan guru. Padahal, kegiatan tersebut sangat penting dilakukan agar guru lebih mengetahui permasalahan dan kesulitan yang dihadapi anak. Sehingga, bimbingan belajar dapat lebih terarah dalam upaya membantu anak yang sulit dalam pembelajaran. b. Menentukan Sifat dan Jenis Kesulitan Belajar Langkah kedua yang harus dilakukan guru sebelum melaksanakan bimbingan belajar adalah diagnosis dengan cara menentukan sifat dan jenis kesulitannya. Diagnosis adalah keputusan atau penentuan mengenai hasil dari pengolahan data tentang anak yang sulit dalam pembelajaran dan jenis kesulitan yang dialami anak. Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut; 1) keputusan mengenai jenis
§§§§§§
I Putu Eka Prawira, Materi Kesulitan Belajar, hal. 8
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
208
STAIN Palangka Raya
kesulitan belajar anak, dan 2) keputusan mengenai jenis mata pelajaran apa yang menjadi kesulitan belajar. Kegiatan diagnosis dapat dilakukan dengan cara; a) Membandingkan nilai prestasi individu untuk setiap mata pelajaran dengan rata-rata nilai seluruh individu. b) Membandingkan prestasi dengan potensi yang dimiliki oleh siswa tersebut. c) Membandingkan nilai yang diperoleh dengan batas minimal tujuan yang diharapakan.******* Setelah mengidentifikasi anak yang sulit dalam pembelajaran, guru kelas 2 SDN 1 Patai menentukan sifat dan jenis kesulitan belajar anak dengan cara membandingkan nilai prestasi individu untuk setiap mata pelajaran dari data hasil belajar anak dan diketahui bahwa nilai yang diperoleh anak yang sulit dalam pembelajaran pada mata pelajaran Matematika adalah rata-rata di bawah batas minimal tujuan yang diharapakan. Oleh sebab itu, bimbingan belajar dilaksanakan di SDN 1 Patai terutama pada mata pelajaran Matematika. c.
Menemukan Latar Belakang Penyebab Kesulitan Belajar Berdasarkan gejala yang nampak untuk setiap subjek atau kasus, selanjutnya mencari latar belakang yang menjadi penyebab kesulitan belajar yang ada dalam diri siswa (Internal) atau diluar diri siswa (Eksternal). Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam menentukan latar belakang penyebab kesulitan belajar adalah:
a) Mengamati tingkah laku siswa di dalam kelas. b) Mengamati kemampuan dasar siswa (intelegensi dan bakatnya). c) Mengetahui apakah siswa mempunyai masalah pribadi dan mempunyai kecacatan fisik atau mental.
*******
I Putu Eka Prawira, Materi Kesulitan Belajar, hal. 9
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
209
STAIN Palangka Raya
d) Mengetahui cara mengajar. e) Mengetahui keadaan keluarga siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kegiatan yang dilakukan guru kelas 2 SDN 1 Patai dalam menentukan latar belakang penyebab anak yang sulit dalam pembelajaran di kelas 2 SDN 1 Patai tidak maksimal karena guru tidak melakukan kegiatan untuk mengetahui apakah anak mempunyai masalah pribadi dan mengetahui keadaan keluarga anak yang mengalami kesulitan belajar. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara peneliti yaitu: guru tidak mengetahui apakah anak yang mengalami kesulitan belajar mempunyai masalah pribadi dan tidak mengetahui bagaimana keadaan keluarga anak karena guru belum pernah bertanya secara langsung kepada anak atau melakukan wawancara kepada anak yang mengalami kesulitan belajar. Guru hanya memberikan bimbingan individual di dalam kelas seperti pendekatan personal dengan mendekati siswa yang mengalami kesulitan daam belajar dan guru juga memberikan motivasi untuk belajar. d. Penyusunan Rencana Berdasarkan informasi mengenai gejala dan latar belakang kesulitan belajar, dapat diperkirakan beberapa kemungkinan tindakan-tindakan yang dapat dilaksanakan untuk memberikan bimbingan. Tindakan yang dilakukan sudah tentu harus sesuai dengan informasi masing-masing individu siswa. Bentuk rencana guru sebelum melaksanakan bimbingan belajar berdasarkan gejala dan latar kesulitan belajar yang dialami siswa kelas 2 SDN 1 Patai adalah 1) merencanakan bentuk treatmen yang harus diberikan, 2) menyiapkan bahan atau materi yang diperlukan, dan 3) metode yang akan digunakan. Misalnya menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, materi dan evaluasi yang akan diberikan. e.
Pelaksanaan Pemberian Bantuan atau Bimbingan Belajar
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
210
STAIN Palangka Raya
Selama proses pemberian bimbingan haruslah diikuti dengan penilaian yang cermat untuk mengetahui keefektifan layanan bimbingan. Sesuai dengan sifat dan jenis kesulitan yang dihadapi, beberapa aktivitas pemberian bimbingan yang mungkin diberikan antara lain seperti: 1) Memberikan tugas tambahan dalam pelajaran atau pengajaran perbaikan. 2) Mengubah sesuai metode mengajar dengan metode lain yang lebih sesuai dengan kemampuan siswa yang bersangkutan. 3) Meminta teman sebaya yang pandai untuk membantu dalam belajar. 4) Memberikan konseling dan bimbingan dalam kelompok. 5) Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif.††††††† Anak yang sulit dalam pembelajaran perlu mendapat bantuan agar masalahnya tidak berlarut-larut yang nantinya dapat mempengaruhi proses perkembangan anak. Beberapa upaya yang dilakukan guru kelas 2 SDN 1 Patai adalah sebagai berikut:
1) Mengubah Metode Mengajar Berdasarkan hasil wawancara menurut analisa peneliti, metode yang digunakan guru kelas 2 SDN 1 Patai saat mengajar dalam proses bimbingan belajar adalah sebagai berikut: a) Metode pemberian tugas Metode pemberian tugas adalah metode yang dilakukan guru kelas 2 SDN 1 Patai dengan memberikan tugas-tugas tertentu kepada anak baik secara individual. Misalnya memberikan tugas berupa soal. b) Metode tanya jawab Metode tanya jawab digunakan untuk menggugah konsentrasi anak pada materi pelajaran yang telah disampaikan dan untuk lebih mempersiapkan diri †††††††
I Putu Eka Prawira, Materi Kesulitan Belajar, hal. 11
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
211
STAIN Palangka Raya
mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung. Metode ini digunakan oleh guru setelah mengakhiri metode ceramah, atau dapat dikatakan kelanjutan metode ceramah. Guru melontarkan beberapa pertanyaan dan siswa disuruh mengangkat tangan bila ingin menjawab pertanyaan tersebut, bisa juga siswa yang bertanya kepada guru atau guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa yang masih belum paham betul pelajaran yang sedang atau yang telah dipelajari. Dalam proses belajar mengajar di kelas 2 SDN 1 Patai, tanya jawab dijadikan sebagai salah satu metode untuk menyampaikan suatu materi pelajaran dengan cara guru bertanya kepada anak atau anak yang bertanya kepada guru. Berdasarkan hasil wawancara peneliti metode tanya jawab dalam bimbingan belajar sangat penting. c) Metode pengulangan materi Pengulangan materi dilakukan guru kelas 2 SDN 1 Patai dalam bentuk pengulangan pelajaran (terutama pada aspek-aspek yang belum dikuasai anak yang sulit dalam pembelajaran) latihan-latihan dan penekanan pada aspek-aspek tertentu tergantung dari jenis dan kesulitan tingkat belajar yang dialami anak yang sulit dalam pembelajaran. 2) Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar sangat penting untuk dilaksanakan dengan tujuan untuk mengubah sikap anak terutama dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar dan kebiasaan belajar anak di rumah yang tidak teratur atau belajar jika ada ulangan dan pekerjaan rumah saja. Usaha yang dilakukan guru kelas 2 SDN 1 Patai dalam pengembangan sikap anak yang sulit dalam pembelajaran dan kebiasaan belajar anak. Usaha yang dilakukan guru dalam mengembangkan sikap anak yang sulit dalam pembelajaran yaitu dengan memberikan bimbingan individual seperti pendekatan personal dan
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
212
STAIN Palangka Raya
memberikan motivasi kepada anak yang sulit dalam pembelajaran. Sedangkan, untuk mengembangkan kebiasaan belajar anak adalah dengan memberikan tugas tambahan. Tugas tambahan yang diberikan guru kelas 2 SDN 1 Patai yaitu selalu memberikan Pekerjaan Rumah (PR) berupa soal, dengan tujuan agar siswa dapat belajar di rumah secara teratur. f.
Tindak Lanjut Langkah keenam ini merupakan langkah untuk menilai keberhasilan langkahlangkah sebelumnya. Langkah ini sangat berguna mengetahui keberhasilan upaya pemahaman dan pemberian bimbingan kepada anak yang sulit dalam pembelajaran. Teknik atau cara yang dilakukan guru kelas 2 SDN 1 Patai dalam langkah ini adalah dengan memberikan evaluasi kepada anak setelah melaksanakan bimbingan belajar. Hal ini dibuktikan dari hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru kelas 2 SDN 1 Patai. Tindak lanjut yang diberikan guru kelas 2 SDN 1 Patai kepada anak yang sulit dalam pembelajaran adalah memberikan evaluasi kepada anak dengan cara memberikan tugas harian, ulangan harian, dan ulangan semester. Tindak lanjut dilakukan guru kelas 2 SDN 1 Patai dengan tujuan tujuannya agar bisa lebih memfokuskan pelajaran yang belum dipahami anak, dan untuk memperbaiki proses belajar selanjutnya.
B. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan tentang bimbingan belajar anak yang sulit dalam belajar di kelas 2 SDN 1 Patai Kecamatan Cempaga Kabupaten Kotawaringin Timur maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Masalah-masalah belajar anak kelas 2 SDN 1 Patai Kecamatan Cempaga Kabupaten Kotawaringin Timur adalah ketika kegiatan belajar dimulai anak tidak memiliki
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
213
STAIN Palangka Raya
sikap menerima untuk belajar, tidak ada motivasi untuk belajar, aktivitas anak sangat rendah atau anak tidak terlibat aktif dalam kegiatan belajar, anak yang sulit dalam pembelajaran tidak tahu menggunakan waktu secara tepat dalam belajar, dan hasil belajar siswa rendah. 2.
Langkah-langkah guru dalam bimbingan belajar bagi anak yang sulit dalam belajar di kelas 2 SDN 1 Patai Kecamatan Cempaga Kabupaten Kotawaringin Timur yaitu: a.
Mencari dan mengenali anak yang sulit dalam pembelajaran dari data dokumen hasil belajar siswa diketahui anak yang sulit dalam belajar ada 3 orang.
b.
Menentukan sifat dan jenis kesulitan belajar anak dengan cara membandingkan nilai prestasi individu untuk setiap mata pelajaran dari data hasil belajar anak dan diketahui bahwa nilai yang diperoleh anak yang sulit dalam pembelajaran pada mata pelajaran Matematika.
c.
Menentukan latar belakang penyebab anak yang sulit dalam pembelajaran di kelas 2 SDN 1 Patai, namun usaha yang dilakukan guru masih belum maksimal karena guru tidak melakukan kegiatan untuk mengetahui apakah anak mempunyai masalah pribadi dan mengetahui keadaan keluarga anak yang mengalami kesulitan belajar.
d.
Pelaksanaan rencana pembelajaran dan pemberian bimbingan yaitu dengan cara mengubah metode mengajar dengan menggunakan metode pengulangan materi, tanya jawab dan penugasan kepada anak yang sulit dalam pembelajaran, serta mengembangkan sikap anak yang sulit dalam pembelajaran yaitu dengan memberikan bimbingan individual seperti pendekatan personal dan memberikan motivasi kepada anak yang sulit dalam pembelajaran. Tindak lanjut yang diberikan guru kelas 2 SDN 1 Patai kepada anak yang sulit dalam pembelajaran
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
214
STAIN Palangka Raya
adalah memberikan evaluasi kepada anak dengan cara memberikan tugas harian, ulangan harian, dan ulangan semester.
DAFTAR PUSTAKA Depag RI, 1994, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Semarang: PT. Kumudasmoro Grafindo Semarang. Depdikbud, 2003, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Bandung, Citra Umbara. Desmita, 2009, Psikologi Perkembangan Peserta Didik Panduan bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP dan SMA, Bandung: Remaja Rosdakarya. Djamarah, Syaiful Bahri, 2002, Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. ------------------------------, 2008, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar, 2010, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo. Margono, S. ,2010, Metodologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK, Jakarta: Rineka Cipta. Moleong, J.Lexy, 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya. Prawira, I Putu Eka, 2011, Materi Kesulitan Belajar, Denpasar: Universitas Mahasaraswati. Prayitno&ErmanAmti, 1999, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta. Prayitno, 1995, Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil), Jakarta: Ghalia Indonesia Qadir, Abdul, 1999, Metodologi Riset Kualitatif Panduan Dasar Melakukan Penelitian Ilmiah Palangkaraya: STAIN. Sardiman, 2000, Interaksi dan Motivasi Mengajar, Jakarta: RajaGranfindo Pustaka. Slameto, 1988, Bimbingandi Sekolah, Jakarta: Bina Aksara. Subagyo, Joko, 1997, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta. Tohirin, 2007, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Usman, Moh Uzer, 2001, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 8, Nomor 2, Desember 2014
215
STAIN Palangka Raya
Yusuf, Syamsu dan A, 2009. JuntikaNurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: Remaja Rosdakarya. Yusuf, Syamsu, LN. , 2002, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Zulkifli, 2003, Psikologi Perkembangan, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 8, Nomor 2, Desember 2014