Bimafika, 2012, 4, 435 – 442
PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL PERTANIAN PANGAN DI SMK PULAU BURU (UPAYA MENDUKUNG PENINGATAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN PANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL E-LEARNING DALAM PEMBELAJARAN) Hasan Tuaputy1, Udin Hidayat 2, Muhammad Nasir Benunur, (anggota)3 1. Staf pengajar pada FKIP Univesitas Pattimura Ambon 2. Staf pengajar pada FKIP Univesitas Pattimura Ambon 3. Staf pengajar pada Fakultas Pertanian Univesitas Darussalam Ambon Ambon
Diterima 05-09-2012; Terbit 01-11-2012
ABSTRACT This research is done to find breakthrough in human resource development to support food farm building acceleration on Buru Island as a food warehouse of East Indonesia Islands. This research try to identified, devise, and develop activity of E-Learning based Learning on Farm Vocational High School, Buru Island. Research activity done on Farm and Technic Group of Vocational High School, Buru Island. Data collection technic is deeply interview, observation, and post-test. The result is expected used to find a learning model that can be increase local potential on farm. Keywords: learning quality, e-learning, food development. PENDAHULUAN Pulau Buru merupakan wilayah terletak di Provinsi Maluku merupakan pulau terbesar kedua di gugus kepulauan Maluku dengan jumlah penduduk lebih dari 130.000 jiwa. Meski memiliki kekayaan alam yang melimpah, kemiskinan dan keterbelakangan masih menjadi masalah terbesar di Pulau Buru ini. Kendalakendala tersebut dapat terlihat jelas pada akses pendidikan dan kesehatan yang sangat sulit dijangkau oleh masyarakat Pulau Buru. Sektor pertanian ditetapkan sebagai unggulan daerah khususnya pangan. Saat ini keadaannya membutuhkan perhatian serius, terutama dukungan sumber daya manusia. Daerah Pulau Buru didominasi oleh pertanian pangan, seperti padi, hotong, umbi-umbian, sagu, jagung, dan sayur-sayuran. Sehingga Pulau Buru ini ditetapkan sebagai gugus pulau mandiri pangan. . Potensi pertanian pangan di Pulau Buru sejauh ini belum menarik investor, karena berbagai kendala. Sehingga saat ini masih bersifat subsiten dan kecil sekali yang dikirim ke luar pulau karena berbagai keterbatasan. Sehingga angka “Impor” beras
saja dari luar Maluku masih cukup tingi yakni sekitar 41,57 % untuk memenuhi sekitar 114.813 ton yang dibutuhkan 1.531.420 jiwa penduduk Maluku. Padahal bila terjadinya optimalisasi proses produksi di pulau Buru, dan dapat melibatkan investor, “import” itu tidak perlu terjadi. Salah satu masalah pengembangan industri pangan di Maluku, khususnya Pulau Buru, untuk menarik investor, adalah masalah rendahnya mutu sumberdaya manusia. Kendala budaya, teknologi, dan cara berpikir sangat terlihat terutama pada penduduk asli pulau Buru terutama orang-orang gunung. Secara alami proses transformasi bisa dilakukan antar penduduk, terutama dari kelompok eks transmigran atau eks tahanan politik yang cenderung memiliki pendidikan dan pengetahuan terutama dalam bidang pertanian mereka kebanyakan berasal dari Pulau Jawa. Namun untuk jangka panjang dan sistimatis, ke depan jalur pendidikan harus menjadi pilihan utama. Sejauh ini dukungan sumberdaya manusia yang handal dan siap pakai dan memiliki keterampiran yang dipersiapkan melalui pembukaan SMK di beberapa daerah sesuai
435
H.Tuaputty, U. Hidayat, M.N. Benunur/Bimafika, 2012, 4, 435 – 442
potensi. Sesuai Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD 2005-2025) Kabupaten Buru, ditekankan pada pengembangan zona pada tiap-tiap kecamatan bedasarkan potensi daerah, yaitu potensi tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan/kelautan. Saat ini terdapat empat (4) unit SMK dengan bidang keahlian dan kapasitas terbatas. Adapun bidang keahlian yang ada meliputi pertanian, perikanan dan teknologi, Kondisi pendidikan SMK pertanian di Pulau Buru, sebenarnya belum sepadan dengan potensi sumberdaya alam dan jumlah permintaan pendidikan. Kemudian dari aspek aksesibilitas juga masih sangat sulit dijangkau apalagi, karena keterbatasan sarana transportasi serta tantangan geografis. Terutama wilayah Kepala Madang, daerah pegunungan Danau Rana serta Pulau Ambalau yang hanya dapat dicapai melalui transportasi laut (RPJPD Kabupaten Buru, 2005 - 2025). Dengan demikian dibutuhkan sebuah terobosan berupa sistem pembelajaran yang mengembangkan basis teknologi dalam mengembangkan potensi sumberdaya pertanian pangan yang ada di wilayah itu. Khususnya di SMK pada pembelajaran muatan lokal berupa umbi-umbian khususnya Ubi Kayu/Kasbi. Tentu banyak kendala namun ini harus dimulai dan diidentifikasi terlebih dahulu permasalahan yang dihadapi yang selanjutnya dicarikan solusi model pembelajaran seperti apa yang tepat pada setiap zona yang ada. Dengan Melihat hasil penelitian dari prasyarat SMK Kelompok Pertanian yang memiliki muatan lokal dan prasyarat sarana dan prasarana tenologi komunikasi (internet) elearning, penelitian ini mengambil subjek di Pulau Buru Provinsi Maluku. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi kebutuhan dan potensi pelaksanaan pembelajaran model elearning; menganalisis isi bahan ajar muatan lokal pertanian pangan khususnya umbi-umbian (ubi kayu/kasbi) yang saat ini berlangsung merumuskan rancangan sistem e-learning menggunakan aplikasi open source (Moodle) yang sesuai dengan budaya, kemampuan, kebutuhan lokal pada bahan ajar muatan lokal pertanian pangan berupa umbi-
umbian (kasbi/uni kayu), melakukan uji coba model rancangan Bahan Ajar dan rancangan Moodle elearning di SMK Pulau Buru. Pendidikan kejuruan harus komperhensip; mampu menciptakan program-program pendidikan dengan orientasi yang beragam dan menjawab tantangan nyata di wilayahnya. SMK pertanian di Pulau Buru pada dasarnya bergerak di sektor pertanian perlu diarahkan ke pengembangan industri pedesaan seperti penggalian potensi industri dan pasar, pengembangan industri pertanian, usaha pertanian, usaha tanaman pangan usaha perkebunan. Ketersediaan tenaga kerja yang berkualitas dan memiliki kesesuaian keahlian yang dibutuhkan oleh dunia usaha maupun dunia industri, dalam hal ini pendidikan sebagai sektor pencetak tenaga kerja memegang peranan yang sangat penting. Sumberdaya manusia pendukung industri pertanian pangan seyogyanya disiapkan secara sistimatis dan sejauh mungkin memanfaatkan teknologi, agar mampu mencipatakan akselerasi dalam proses maupun hasil. Pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi infromasi, khususnya untuk SMK sudah menjadi program pemerintah. Sejauh ini pelaksanaannya pendidikan di Pulau Buru masih sangat terbatas. Sistem e-learning dalam penelitian ini merupakan sistem pembelajaran yang didalamnya termasuk bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran secara keseluruhan. ampilan bahan ajar mengacu pada open source “moddle”. Dengan alasan Moodle digunakan adalah moodle sebagai aplikasi yang diorientasikan untuk pembelajaran (learning) yang telah banyak dipakai dan dikembangkan oleh perguruan tinggi dan sekolah-sekolah, Moodle juga sebagai software aplikasi yang mudah untuk dipahami oleh para pengajar sehingga memudahkan untuk memodifikasi dan mengembangkan bahan ajar serta dapat digunakan dalam bentuk jaringan kompuer. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan studi pengembangan sistem pembelajaran yang mencakup pengembangan bahan ajar dan sistem e-learning yang sesuai dengan budaya, kemampuan, dan kebutuhan lokal, yang
436
H.Tuaputty, U. Hidayat, M.N. Benunur/Bimafika, 2012, 4, 435 – 442
berorentasi pada peningkatan hasil belajar siswa dan kompetensi guru dalam peningkatan daya saing. Oleh karena itu penelitian ini dikategorikan kepada penelitian pengembangan pendidikan, yakni sebuah proses mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Metode penelitian pengembangan (developmental research) yang akan ditempuh melalui thought experiments dan instruction experiments dilakukan melalui proses siklis (Freudental, 1991) dan diakhiri dengan studi eksperimen (before-after) untuk keperluan validasi model pembelajaran yang dikembangkan.Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswa dan guruguru di SMK Pertanian Pulau Buru. Pengembangan desain model penerapan ujicoba terbatas desain model dengan menerapkan metode eksperimen (singel one shot case study). Data di reduksi dan dianalisis sesuai dengan tema penelitian Grounded teori, yaitu melihat suatu keadaan sebagai mana adanya tanpa ada upaya untuk memberi penambahan.. Uji komparatif untuk analisis kuantitatif, yaitu membandingkan dua kelompok data menggunakan uji t. Kondisi Pertanian Di Pulau Buru Kebutuhan akan bahan pangan dirasakan secara naluri. Tanpa diajar oleh ibu, bayi akan menangis kalau merasa lapar. Pangan merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan setiap insan baik secara fisiologis, psikologis, sosial maupun antropologis. Pangan selalu terkait dengan upaya manusia untuk mempertahankan hidupnya. Pembangunan pangan dan perbaikan gizi adalah suatu upaya pembangunan lintas bidang dan lintas sektor yang saling berkaitan, yang ditujukan untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat secara adil dan merata baik dalam jumlah dan mutu gizinya. Secara khusus pembangunan pertanian pangan di Pulau Buru Pangan di Pulau Buru berciri pangan kepulauan yaitu pangan pulau dihasilkan oleh petani yang bercirikan petani sekaligus nelayan dan jenis tanaman yang diusahakan dan dikonsumsi sebagai pangan pokok masyarakat desa sesuai dengan distribusi iklim pada pulau-pulau kecil dan besar. Letak 0 0 Pulau Buru diantara 125 70‟ – 127 21‟ Bujur
437
merupakan upaya pengembangan suatu sistem pangan yang andal. Pembangunan pertanian pangan di Pulau Buru diarahkan pada upaya peningkatan swasembada pangan yang tidak hanya berorientasi pada beras dan gandum saja namun didukung pula oleh jenis-jenis komoditas lokal strategis. Dengan demikian ketahanan pangan kita menjadi tangguh. Keberhasilan pembangunan pangan di Pulau Buru akan sangat ditentukan oleh sumber daya manusia dibidang pertanian pangan melalui peningkatan produksi, pengolahan, pemasaran dan pendistribusian pangan. Hal tersebut dapat dicapai apabila didukung oleh suatu kemampuan industri pangan yang kuat. Industri pangan akan menghasilkan berbagai produk pangan olahan dalam bentuk makanan tradisional maupun modern. Kelompok industri berdasarkan tingkat teknologi yaitu: kelompok teknologi tradisinal, sekunder dan dengan ciri padat karya, kombinasi mesin buruh serta padat modal. Ketiga kelompok pengguna teknologi di atas mempunyai tanggung jawab yang sama dalam menyediakan pangan yang sehat, aman dan bergizi. Produk pangan yang diolah menggunakan teknologi tradisional pada umumnya memiliki jangkauan pemasaran yang sempit dengan masa konsumsi yang lebih singkat dibandingkan produk pangan yang diolah dengan teknologi sekunder atau tinggi karena adanya perbedaan pada keamanan produk pangan. Saat ini penduduk Maluku umunya sangat tergantung pada makanan nasi, sehingga ketergantungan tersebut membuat diversifikasi pangan lokal menjadi mandek. Salah satu kendala kurang optimalnya pengolahan SDA lokal karena kurang lancarnya aliran informasi hasil penelitian (Iptek) perguruan tinggi setempat ke masyarakat. Seperti pernyataan berikut : “What is not disseminated and used is not an innovation (World bank, 2010). 0 0 Timur dan 2 25‟ – 3 55‟ Lintang Selatan, dengan luas wilayah 7.594,98 KM2, Dengan letak strategis ini, maka Pulau Buru memiliki curah hujan yang cukup, yaitu sebesar 1.376 mm/tahun. Kondisi ini sangat potensi bagi pertanian pangan lokal seperti padi, sagu, umbi-umbian dan jagung dapat dilihat pada Tabel 1.
Bimafika, 2012, 4, 435 – 442
Integrasi ketahanan pengan di Pulau Buru dilaksanakan melalui sinergisitas program dari sektor pertanian dan koperasi pendukung.Pada sektor pertanian potensi lahan sawah seluas 10.000 ha dengan lahan tergarap sebesar 4.025 ha dengan produksi 26.075 ton gabah kering giling dan tahun 2009 lahan yang telah tergarap seluas 5.946,5 ha dengan produksi 46,503 ton gabah kering giling. Konsumsi beras tahun 2010 sebesar 13.529,37 ton, dengan melihat kapasitas produksi yang dihasilkan maka terdapat surplus marketable beras sebesar 18.579,03 ton. Namun dengan ditemunya pertambangan mas di Pulau Buru terjadi perubahan pekerjaan petani menjadi tenaga pengali tambang mas dan berwirahusaha, sehingga untuk mencukupi kebutuhan konsumsi akan pangan dengan jumlah penduduk Maluku sebesar 1,4 juta jiwa diperlukan beras 53.200 Ton /Thn tidak akan mencukupi kebutuhan akan pangan yang berasal dari padi. Kondisi ini dapat diatasi dengan peningkatan pertanian pangan lokal, seperti ubi jalar dan ubi kayu. Kebutuhan konsumsi pangan lokal dari sumber karbohidrat umbi-umbian sebesar 38 kg/kapita/tahun. Pengembangan diversifikasi tanaman pertanian pangan lokal perlu dikembangkan oleh masyarakat di daerah ini Pulau Buru sebagai lumbung pangan ke depan adalah “Masyarakat yang sejahtera dan demokratis” sedangkan untuk jangka waktu lima tahun dan rencana pembangunan jangka panjang adalah “Terwujudnya sebagai kawasan tumbuh cepat berbasis pertanian menuju masyarakat sejahtera dan demokratis”. Untuk mencapai rencana pembangunan lima tahun kedepan telah ditetapkan pembangunan yang lebih terfokus pada upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia yang produktif melalui pelayanan pendidikan SMK pertanian yang dapat menghasilkan kualitas sumbeya manusia yang memiliki keahlian dalam pertanian pangan yang akan berdampak pada kesejahteraan rakyat (growth with equity), difokuskan pada triple track strategy, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi (pro growth), perluasan kesempatan kerja (pro job), dan penurunan kemiskinan (pro poverty reduction), namun tetap memperhatikan kelestarian dan daya dukung lingkungan (pro environment) melalui program
pemberdayaan sumberdaya manusia yang berbasis pada sektor pertanian, dan berorientasi pada penguatan struktur sosial ekonomi masyarakat perdesaan, dimana desa dijadikan sebagai sumber produksi (buffer stock) untuk mensuplai kebutuhan pangan ke kota dan kota dibangun, ditata untuk siap melayani desa dalam suatu “Gerakan Masyarakat Membangun Desa Mandiri atau dikenal dengan Gema Madani”. Gerakan masyarakat membangun desa mandiri ini, dilaksanakan melalui pembentukan kelompok tani dan kelompok usaha lainnya pada setiap kawasan sentra produksi sesuai keunggulan komparatif masing-masing wilayah. Hasil survey terhadap kondisi SMK pertanian di Pulau Buru terhadap kesiapan pelaksanaan pembelajaran e. learning terhadap kompenen-kompenen pendidikan dan komponen pendukung di SMK di Pulau Buru dapat dijelaskan luas lokasi SMK Negeri 1 Buru 20 hektar, dengan berbagai fasilitas dalam menunjang proses belajar mengajar, untuk menghasilkan output yang kompetensi dalam bidang petanian pangan di daerah ini. Diperkirakan lulusan SMK pertanian di Pulau Buru yang memilii luas lahan sekolah yang dipreruntukan bagi berbagai aktivitas belajar seperti Gedung sekolah dengan ruang belajar yang memadia, gedung pengkel pertanian dalam melakukan berbagai uji coba tanaman ungulan pangan lokal terutama ruang percobaan tanaman budidaya, rauang kultur jaringan, ruang pengelolaan produk tanaman. Terdapatnya areal pembibitan tanaman dan areal perkebunan di SMK pertanian memberikan gambaran kesiapannya dalam menciptakan sumberdaya manusia yang trampil dan penuh tanggung jawab dalam mengembangkan pertanian pangan lokal. Persiapan SMK pertanian Negeri 1 Buru dalam menghadapi perkembangan teknologi dalam bidang pendidikan dengan di lakukan pembangunan ruang-ruang belajar e. Learning dengan mempersiapkan fasilitas belajar elearning seperti komputer, hospot, lebtop serta infokus yang ditata dalam ruang e. Learning. SMK pertanian Negeri 1 Buru siap melaksanakan perubahan dalam bidang pembelajaran dalam menciptakan sumberdaya manusia yang handal dan trampil serta memiliki penguasaan ilmu pengetahuan di bidang
438
H.Tuaputty, U. Hidayat, M.N. Benunur/Bimafika, 2012, 4, 435 – 442
439
yang dihasilkan memiliki kompetensi dalam bidang pertanian pangan. Survey terhadap perangkat e. Learning di SMK Negeri 1 Buru ternyata menunjukkan adanya komponen-komponen perangkat pendukung pembelajaran e-learning seperti komputer, lebop, hospot, infokus, CD yang telah dimiliki oleh SMK dan alat-lat tersebut masih berada dalam keadaan baik, Namun pembelajaran berbasis e-learning bagi siswa SMK belum dilakukan Penggunaan perangkat e-learning masih terbatas tenaga teknisi sebatas penggunaan pawer poin dalam proses belajar mengajar. Keterampilan guru dalam mengaplikasikann perangkat e-learning merupakan kunci keberhasilan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran serta mendorong motivasi siswa dalam memahami isi materi pembelajaran. Hasil evaluasi terhadap penguasaan materi oleh siswa ternyata berbeda secara signifikan antara pembelajaran konvensional dan pembelajaran e-learning sesuai dengan data yang diperoleh secara berkelanjutan dari pembelajaran konvensional dengan materi Ubi Kayu dan setelah guru diberikan teknik mengaplikasikan perangkat elearning. Perbandingan penguasaan siswa SMK pertania Negeri 1 Kabupaten Buru, terhadap materi Ubi Kayu sebagai muatan lokal pertanian panggan yang diajar secara konvensional dan melalui e-learning yang diperoleh langsung dari hasil uji coba pembelajaran e-learning. Hasil analisis dapat dijelaskan pada tabel 1, sebagai berikut Paired Differences Mea n
sesudah elearning Pair 1
pertanian pangan melalui penerapan model pembelajaran e. Learning. Hal ini sejalan dengan kurikulum SMK pertanian Negeri 1 Buru dengan bidang program keahlian serta kompetensi keahlian yang sejalan dengan visi dan misi SMK pertanian Negeri 1 Buru, Struktur organisasi sekolah SMK Negeri 1 Buru sangat memungkinkan untuk melakukan mdenjalankan sistem pendidikan dengan baik. Desain organisasi SMK pertanian Negeri 1 Buru dalam menjalankan administrasi dan tuntutan kurikulum dengan berbagai bidang keahlian yang dilaksanakan sangat baik, mengingat jumlah tenaga guru sebanyak 29 guru yang memiliki kemampuan dan dalam berbagai program studi keahlian. Dengan jumlah siswa sebanyak 425 yang mengikuti proses belajar mengajar. Pengelolaan terhadap berbagai benkel pertanian belum bejelan maksimal kerena hanya di kelola oleh tenaga teknis kejuruan sebanyak 2 orang. Sistem pembelajaran yang dilaksanakan bila dikembangkan model elearning akan menghasilkan sumber daya manusia yang mampu mengelola lahan-lahan pertanian di daerah ini sebagai lumbung pangan bagi Kabupaten Buru dan umunya Propinsi Maluku Subjek penelitian e-learning ditentukan di Pulau Buru yang terdiri dari Kabupaten Buru dan Buru Selatan, Namun dari hasil pendahuluan untuk Kabupaten Buru Selatan tidak memenuhi persyaratan dalam Penelitian e. learning dikarenakan SMK Wailiku yang ada di Kabupaten tersebut masih dalam persiapan dan baru berjalan 2 tahun ajaran dengan sarana dan prasanakan yang belum memadai terutama terkait dengan penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran termasuk akses Internetpun masih cukup sulit. Sehingga penelitian ini difokuskan di Kabupaten Buru yang beribu kota Namlea. Pelum terlaksanannya pembelajaran elearning di SMK Negeri1 Buru. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya keterampilan guru dalam mengaplikasikan perangkat pembelajaran e-learning. Upaya yang dapat oleh tim peneliti adalah melatih guru untuk aplikasi perangkat e-learning, sehingga proses belajar mengajar dengan menggunakan perangkat e. Learning dalam terlaksana, sebagai bentuk peningkatan kualitas pembelajaran dan output
7,9
SD
8, 7
Std. Error Mea n
1,8
T
df
Sig. (2taile d)
4,5
23
,000
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
4,2
11,6
H.Tuaputty, U. Hidayat, M.N. Benunur/Bimafika, 2012, 4, 435 – 442
pembelajaran e-learning melalui pembinaan dan bimbingan dari tim peneliti. Hal ini sangat membantu siswa dalam proses belajar mengajar dan memudahkan siswa memperoleh informasi baik dalam tatap muka, maupun siswa belajar mandiri. Diharapkan pembelajaran e-learning di SMK pertanian Negeri 1 Buru akan terus kerkembang seiring dengan perkembangan teknologi. Sistem belajar mengajar konvensional akan tergantikan oleh sistem belajar mengajar modern, terkait dengan penerapan mutan lokal pertanian pangan di Daerah Maluku Umumnya, khsusnya di Pulau Buru Sebagai Lumbung pangan pertanian tanaman lokal. Moodle yang akan di terapkan adalah salah satu software opensource dan dapat digunakan secara bebas dan gratis untuk siswa dan guru di SMK pertanian di Pulau Buru dalam menunjang sisitem pembelajaran e-learning. Kelebihan sistem e-learning adalah membuat proses belajar mengajar muatan lokal pertanian pangan berjalan secara interaktif, mudah diakses, dan dapat dikembangkan lebih lanjut. Dengan elearning seorang guru SMK pertanian di Pulau Buru dapat menyusun proses pengajaran dengan memakai berbagai materi pengajaran seperti teks, web, animasi, multimedia, video, presentasi, diskusi, dan lain sebagainya. Guru SMK pertanian dan siswa di Pulau Buru juga juga dapat mengakses moodle dimanapun berada, tidak terikat oleh tempat.
Adanya perbedaan penguasaan materi muatan lokal (ubi kayu/kasbi) sebagai muatan lokal pertanian pangan. Perbedaan hasil belajar sesuai analisis dengan tingkat signifikan dimana “t” hitung 4,238 > “t” 2,000. Perbedaan hasil belajar ini akibat adanya upaya yang dilakukan siswa untuk memahami konten / materi Ubi Kayu (kasbi) sebagai standar kompetnsi keahlian pertanian pangan lokal, yang informasi diperoleh baik dari guru dengan CD maupun informasi dari internet, kejelasan dan lengkapnya informasi tentang Ubi Kayu (kasbi) dan cara bercocok tanaman tanaman Ubi Kayu. Hal ini senada dengan Cambell (2002), Kamarga (2002) yang intinya menekankan penggunaan elektronik dalam pembelajaran sebagai hakekat e-learning. SMK pertanian Negeri 1 Kabupaten Buru dengan yang memiliki perangkat e-learning sebagai media informasi perlu dilatih guru-guru, pelatihan ini sebagai upaya kesiapan SMK Negeri 1 sebagai salah satu sekolah yang mempersiapkan sumber daya manusia yang menguasai pertanian, khususnya pertanian pangan lokal. Materi muatan lokal Ubi Kayu (kasbi) disampaikan dalam pembelajaran elearning mendapat pelatihan. Materi pengajaran dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini mempunyai teks, grafik, animasi, simulasi, dan video. Sementara pembelajaran Tradisional dengan e-learning yaitu kelas „tradisional‟, guru mengajar sebagai sumber pengetahuan dan merupakan orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan materi ubi kayu (Kasbi) sebagai muatan lokal pertanian pangan. Model pembelajaran e. learning yang dilakukan di SMK pertanian Negeri 1 Buru sebagai uji terbatas pembelajaran muatan lokal pertanian pangan oleh tim peneliti dengan model Web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Hasil penilaian melalui uji coba kemampuan guru dalam mengaplikasi perangkat e. Learning dan khususnya cara melakukan pembelajaran elearning dan pengamatan terhadap proses belajar konvensional, ternyata hasil analisis memperlihatkan perbedaan. Adanya peningkatan keterampilan guru dalam mengaplikasikan perangkat pendukung
Desain Bahan Ajar Ubi Kayu Pada Model E. Learning Sebagai salah satu materi muatan lokal pertanian pangan yang menjadi ungulan bagi masyarakat di daerah pulau Buru, selain sagu, padi juga umb-umbian seperti ubi kayu (kasbi) merupakan tanaman pangan yang banyak ditanami oleh masyarakat di daerah ini. Pemilihan tanaman Ubi Kayu sebagai tanaman pangan pokok penganti tanaman sagu dan padi di Pulau Buru disebabkan berapa hal yakni: 1. Tanaman sagu merupakan tanaman pangan yang tumbuh liar di hampir seluruh Wilayah Maluku, dan untuk dapat dimanfaatkan tanaman sagu sebagai pangan bagi masyarakat memerlukan waktu sekitar 15-25 tahun masa panen. Sehubungan dengan perkembangan penduduk yang terus meningkat dan untuk
440
H.Tuaputty, U. Hidayat, M.N. Benunur/Bimafika, 2012, 4, 435 – 442
yang diberikan dalam bentuk e. learning sangat menari dan mudah dipahami siswa serta memberikan kesempatan kepada mereka dengan cepat memperoleh iniformasi melalui pemanfaatan fasilitas e. learning sebagai bentuk pelayanan dalam proses pembelajaran dimanapun siswa berada. Bahan ajar ubi kayu (kasbi) yang diberikan dalam benuk e. leaning di SMK pertanian di Pulau Buru. Deskripsi materi muatan lokal pertanian pangan ubi kayu (kasbi) diuraikan dalam bentuk tersturutur dan sistematis dalam bentuk animasi e. Learning yang dimulai dari pengenalan ubi kayu (kasbi), cara penanaman dan pasca panen ubi kayu. Untuk memudahkan guru dan siswa dalam pembelajaran e-learning tim peneliti telah membuat program animasi pembelajaran e. Learning seperti dicontohkan beberapa desain gambar cara mengaksi dalam pembelajaran e-learning.
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, maka tanaman sagu tidak dapat digunakan sebagai materi muatan lokal pertanian pangan yang dikembangkan dalam bentuk bahan ajar di SMK pertanian di Pulau Buru 2. Tanaman Padi sebagai tanaman pangan lokal yang menjadi unggulan di pulau buru adalah jenis pada Waiyapo- Mako. Jenis padi ini memiliki keunggulan dari berbagai dengan ciri-ciri yang berbeda dengan jenis pada di daerah lain. Namun ditemukan tambang emas yang dikelola masyarakat sejak tahun 2011 sampai saat ini produksi tanaman padi telah mengalami penurunan bahkan sudah tidak ditanami lagi oleh petani, akibat terjadi perubahan fungsi petani menjadi petambang emas. Bahkan kebutuhan akan pangan beras didatangkan dari pulau Ambon. Berdasarkan kondisi masyarakat yang ada, maka pengembangan kebutuhan pangan diarahkan ke tanaman umbi-umbian terutama ubi kayu (kasbi) Permintaan ubi kayu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, baik untuk pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat di Pulau Buru maupun industri. Peran ubi kayu sebagai mautan lokal pertanian pangan telah menjadi unggulan masyarakat di daerah ini dalam pemenuhan hidup masyarakat. Untk mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi keahlian di bidang pertanian pangan maka SMK pertanian yang ada di pulau buru telah melaksanakan program pemberdayaan tanaman umbi-umbian yakni ubi kayu (kasbi) sebagai muatan lokal yang perlu dikembangkan seiring dengan adanya program pemerintah untuk menggunakan sumber energi alternatif yang berasal dari hasil pertanian dan menjadikan Pulau Buru sebagai lumbung pangan lokal ubi kayu (kasbi) Agar dapat mendukung program pemerintah tersebut, maka tim peneliti melakukan suatu kajian yang mendalam terhadap model pembelajaran yang dapat meningkatkan sumberdaya manusia melalui SMK pertanian di Pulau Buru. Dengan mempersiapkan bahan ajar dalam bentuk program pembelajaran e-learning bagi peningkatan keterampilan guru SMK pertanian dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Materi muatan lokal tanaman ubi kayu (kasbi)
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penenelitian dan pembahasan dapat diketahui bahwa model pembelajaran e-learning dapat meningkatkan mutu pembelajaran muatan lokal pertanian pangan di smk pulau buru sehingga dapat mendukung peningkatan produktivitas pertanian pangan.
DAFTAR PUSTAKA Robet Asnawi, dkk, 2010 Teknologi Ubi Kayu , Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Lampumh ISBN: 978-979-1415-24-0email:
[email protected] Titik Sundari 2010, Petunjuk Teknis Pengenalan Variatas Unggul dan Teknik Budidaya Ubi Kayu (materi pelatohan agribisnis bagi KMPH). Balai Penelitian Kacang Kacangan dan Umbi Umbian, Malang Report No. 55.STE.Final Udin Hidayat, 1989, Aplikasi komputer. Buku Ajar. Institui Manejemen Koperasi Indonesia. Bandung Udin Hidaya, 1992. Teknok Pemrograman Komputer, Buku Ajar. Institui Manejemen Koperasi Indonesia. Bandungn
[email protected]
441
H.Tuaputty, U. Hidayat, M.N. Benunur/Bimafika, 2012, 4, 435 – 442
Jaya Kuma. C. K, 2011, Aplikasi E. Learning Dalam Pengajaran dan Pembelajaran Disekolah. Malaysia Pasukan Projek Rintis Sekolah Bestari Bahagian Teknologi Pendidikan, Kementerian Pendidikan Malaysia
Hasbullah, 2007. Perencanaan dan Implementasi Model Pembelajaran E. Learning Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI Jl. Dr. Setiabudi 207 Bandung, 40154 Email :
[email protected]
Laurillard D (1991) 'Principles for Computerbased Software Design for Language Learning' in Computer Assisted Language Learning 4/3 141-152 Swets & Zeitlinger
Pertanian dan Pangan Buru, Pertanian Pangan Buru
2009,
Balai
Anwas, Oos M. (2000), Internet: Peluang dan Tantangan Pendidikan Nasional. Jakarta: Jurnal Teknodik Depdiknas.
Ngadiyo, 2007 . Pembelajaran E. Learning Dalam Menin gkatkan Mutu Pendidikan . Makalah . E. Learning Pelatihan . Jakarta
Purbo, Onno W. dan Antonius AH. (2002). Teknologi e-Learning Berbasis PHP dan MySQL: Merencanakan dan Mengimplementasikan Sistem eLearning. Jakarta: Gramedia.
Ftri Rahmawati, 2011, Model Pembelajaran e. Learning Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan .Staf Pengajar Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY
Soekartawi (2003). E-Learning di Indonesia dan Prospeknya di Masa Mendatang. Makalah disampaikan di seminar nasional di Universitas Petra, Surabaya.
442