i
U UNIVERSIT TAS INDON NESIA
FLEKSIB F BILITAS R RELASI SUAMI S ISTRI (STUDI PADA SU UAMI IST TRI PENG GGUNA FA FACEBOO OK)
T TESIS
ATIYA AH FITRII 08066437935
KULTAS IL LMU SOS SIAL DAN N ILMU P POLITIK FAK PR ROGRAM M PASCA SARJANA A SOSIOL LOGI UNIVERSITAS INDO ONESIA EPOK DE JANU UARI 20122 Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
i
UNIVERSITAS INDONESIA
FLEKSIBILITAS RELASI SUAMI ISTRI (STUDI PADA SUAMI ISTRI PENGGUNA FACEBOOK)
TESIS Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
ATIYAH FITRI 0806437935
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM PASCA SARJANA SOSIOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JANUARI 2012
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
i
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa tesi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.
Jika dikemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya.
Depok, 15 Januari 2012
Atiyah Fitri
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Atiyah Fitri
NPM
: 0806437935
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 15 Januari 2012
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ------------------------------------------------------------------------------------------------------Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama NPM Program Studi Fakultas Jenis Karya
: Atiyah Fitri : 0806437935 : Sosiologi : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik : Tesis
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclucive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: FLEKSIBILITAS RELASI SUAMI ISTRI (STUDI PADA SUAMI ISTRI PENGGUNAAN FACEBOOK) beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 15 Januari Yang menyatakan
Atiyah Fitri
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan kasih sayang-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Sains Jurusan Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Erna Karim, M.Si selaku dosen pembimbing tesis ini. Beliau telah membimbing peneliti sejak reading course, penyusunan proposal, hingga penulisan tesis. Beliau dengan sabar telah meluangkan waktu, tenaga, serta pikiran dalam mengarahkan peneliti menyelesaikan tesis ini. 2. Dr. Lugina Setyawati, MA, selaku Ketua Program Pasca Sarjana Sosiologi yang telah meluangkan waktunya dalam membaca dan memberikan masukan yang berharga dalam mensistematisir tesis ni. 3. Lidya Triana, M.Si selaku Sekretaris Program Pasca Sarjana Sosiologi yang telah memberikan masukan terkait teknis penulisan tesis ini. 4. Dr. Rosa Diniari, M.Si, selaku penguji ahli yang telah memberikan masukan berharga sehingga tesis ini menjadi lebih baik. 5. Mbak Rini, Pak Santoso, Mas Agus serta jajaran Sekretariat Program Pasca Sarjana yang tidak bosan melayani kebutuhan referensi peneliti serta mengingatkan waktu penyelesaian tesis ini. 6. Seluruh staf pengajar Departemen Sosiologi yang telah membagi ilmunya kepada peneliti selama masa perkuliahan. 7. Seluruh informan yakni AY dan F, HD dan MC, AW , LS, RO, LP, SM , dan NN yang sangat kooperatif dan bersedia meluangkan waktu untuk diwawancarai. 8. Orang-orang terpenting dalam kehidupan peneliti, Hj. Marfuah dan H. Moh. Ardani (ibu bapak peneliti). Terima kasih untuk doa-doanya yang menguatkan peneliti. Winarto Rachmat (my lovely hubby) dan Zayda Elvaretta Winarto (my pretty daughter) mohon maaf ya sayang jika selama pengerjaan tesis ini bunda banyak minta dimaklumi. Terima kasih udah mengikhlaskan untuk memberikan waktu demi selesainya tesis ini. Untuk ayah (Mas Win), thanks untuk semua support moril, materil, ojek cinta-nya, dan semuanya. Tesis ini adalah hadiah untuk Izza dan ayah. Tidak lupa, terima kasih untuk mas-mas dan mbak-mbak semua yang selama ini sudah mendukung peneliti.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
v
9. Teman-teman seangkatan peneliti, Sosiologi 2008, yang telah memberi warna tersendiri selama peneliti menjalani masa perkuliahan. Ucapan terima kasih terdalam untuk temen-teman “deadliner” seperjuangan untuk mbak Hening (thanks mbak atas support-nya jadi tempat curhat dan keluh kesahku), mbak Erni (thanks mbak untuk motivasi dan diskusi-diskusi saat aku buntu), Rangga (thanks untuk tumpangan motornya selama kuliah), seta Rizki (yang rajin men-support lewat SMS-SMS-nya), dan Farah (thanks Fa atas download e-book-nya), dan Ana (yang selalu mengobarkan semangat). Sungguh, semuanya menjadi kunci yang menguatkan peneliti untuk tangguh menjalani proses penyelesaian tesis ini. 10. Terima kasih yang spesial untuk Ais (thanks Ais, sudah bantu di saat-saat genting), Muti, Dini, dan Ayu (atas terjemahannya), dan Arsi (untuk diskusinya). Akhir kata, peneliti berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu selanjutnya.
Depok, 15 Januari 2012
Peneliti
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
vii
ABSTRAK
Nama Program Studi Judul
: Atiyah Fitri : Sosiologi : Fleksibilitas Relasi Suami Istri (Studi pada Suami Istri Pengguna Facebook)
Fleksibilitas merupakan salah satu kunci relasi suami istri yang digunakan untuk menyeimbangkan penjagaan stabilitas dan keterbukaan terhadap perubahanperubahan yang ada. Salah satu yang memicu perubahan tersebut adalah teknologi seperti facebook. Penelitian ini menitikberatkan pada bagaimana fleksibilitas dalam relasi suami istri pengguna facebook. Analisa data, peneliti kelompokkan dalam 3 tipe suami istri pengguna facebook, yakni pasangan yang saling berteman, pasangan yang tidak berteman (dengan suami), dan istri saja yang menggunakan facebook. Untuk memahami dalam menganalisa temuan lapangan, peneliti menggunakan 3 unsur fleksibilitas yakni kepemimpinan, negosiasi, dan peran yang dikembangkan oleh Olson, DeFrain, dan Skogrand (2008). Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dan observasi. Temuan penelitian ini adalah 1) Perubahan/fleksibilitas pada unsur kepemimpinan tertinggi terdapat pada pasangan yang saling berteman, diikuti kelompok istri saja yang menggunakan facebook, dan pasangan yang tidak saling berteman. 2) Konflik dan keputusan baru menjadi unsur yang sangat berperan dalam memicu perubahan dan fleksibilitas dalam penggunaan facebook. 3) Keterpisahan (ketidakbertemanan dalam penggunaan facebook) mendorong pasangan menguatkan batasan berupa aturan. Pasangan berusaha lebih menjaga kepercayaan pasangan dengan meningkatkan kontrol diri saat menerima perubahan. 4) Negosiasi dapat berfungsi secara maksimal pada pada pasangan yang saling berteman. Masingmasing pasangan berusaha memperjuangkan kepentingan masing-masing. Pada pasangan yang tidak saling berteman, negosiasi didominasi oleh suami dalam bentuk pengarahan sebagai upaya pengendalian untuk menjaga dampak buruk yang dapat mengancam stabilitas pernikahan. 5) Peran dimanfaatkan oleh masing-masing pasangan secara maksimal pada pasangan yang saling berteman guna mengamankan hasil negosiasi. Keterpisahan mendorong pasangan berperan sebagai penjaga stabilitas dan menghindari perubahan. 6) Keterlibatan suami dalam menggunakan facebook memiliki peran yang menentukan bagi fleksibilitas istri. Dinamika relasi suami istri lebih dapat dimaknai jika suami terlibat dalam penggunaan facebook.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
viii
ABSTRACT
Name Program Study Title
: Atiyah Fitri : Sociology : The Flexibility of Marriage Couple Relationship (Study in Marriage Couple Facebooker)
Flexibility is one of the key relationship of marriage couple who used to balance the maintenance of stability and openness to the changes. One that triggers is technology like facebook. Facebook is social networking the most popular today and is used by all people including the marriage couple. This study focuses on how the flexibility in the relationship of marriage couple facebookers. Analysis of the data, the researchers grouped in 3 types of marriage couple facebooker; couples who befriend with husband, who is not friends with husband and only wife who uses facebook. To understand in analyzing the findings of the field, this research use 3 elements of flexibility that is leadership, negotiation, and the role developed by Olson, DeFrain, and Skogrand (2008). The research method used is a qualitative method, data collection techniques used were in-depth interviews and observation. The findings of this study were : 1) The changes/flexibility on the highest leadership of the element s contained in couples who are friends with husband, followed by a group of wives who uses facebook, and couple who do not be friend with husband. 2) Conflict and new decisions to be elements that are very significant in triggering the changes/flexibility . Severability (unfriend in using facebook) encourages couple to strengthen a boundary/rules. The couple tried to further maintain the trust by enhancing self control when receive the changes. 4) Negotiations can function optimally in the couple of mutual friends. Each pair is trying to fight for their own. In couples who did not be friend with husband, the negotiation was dominated by the husband by directing an effort to maintain control of the adverse effects that could threaten the stability of marriage. 5) Role is used by each spouse to the maximum in couples who are friends with husband to obtain secure the outcome of negotiations. Severability encourage couples act as guardians of stability rather than accept the changes. 6) Husband's involvement in using facebook has a decisive role for the flexibility of a wife.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Pengguna Facebook ........................................................................ 3
Tabel 2.
Gambaran Umum Informan ............................................................ 3
Tabel 3.
Jadwal Kerja Penelitian ................................................................. 42
Tabel 4.
Hasil Analisa Fleksibilitas Suami Istri Pengguna Facebook ......... 114
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................... HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. KATA PENGANTAR…. ........................................................................ LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................ ABSTRAK .............................................................................................. DAFTAR TABEL .................................................................................... DAFTAR ISI…. ....................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1.1 Latar Belakang ..…. .................................................. 1.2 Rumusan Permasalahan ............................................... 1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................... 1.4 Tujuan Penelitian ......................................................... 1.5 Signifikansi Penelitian ................................................. 1.6 Pembatasan Masalah .................................................... 1.7 Sistematika Penelitian .................................................. BAB II Kerangka Pemikiran .............................................................. 2.1 Tinjauan Pustaka .......................................................... 2.1.1 Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Relasi Suami Istri .......................................................... 2.1.2 Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Penggunaan Teknologi Komunikasi Facebook............................................................ 2.1.3 Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Penggunaan Teknologi Komunikasi NonFacebook ........................................................... 2.1.4 Kesimpulan Tinjauan Pustaka ......................... 2.2 Kerangka Konseptual ................................................... 2.2.1 Fleksibilitas ...................................................... 2.2.1.1 Kepemimipinan ............................... 2.2.1.2 Negosiasi ......................................... 2.2.1.3 Peran ............................................... BAB III Metodologi Penelitian .......................................................... 3.1 Pendekatan Penelitian .................................................. 3.2 Subjek Penelitian ......................................................... 3.3 Informan Penelitian...................................................... 3.4 Peran Peneliti ............................................................... 3.5 Teknik Pengumpulan Data........................................... 3.6 Proses Penelitian .......................................................... 3.7 Analisa Data ................................................................. 3.8 Waktu Penelitian .......................................................... BAB IV Deskripsi Hasil Penelitian ..................................................... 4.1 Pasangan yang Saling Berteman dalam Penggunaan
i ii iii iv vi vii ix x 1 1 9 10 10 10 11 11 13 13 13
16
21 26 27 27 27 29 31 33 33 33 34 35 36 36 41 41 43
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
x
Facebook ..................................................................... Kelompok Pasangan yang Tidak Saling Berteman dalam Penggunaan Facebook ...................................... 4.3 Kelompok Pasangan yang Tidak Saling Berteman dalam Penggunaan Facebook ...................................... Fleksibilitas dalam Relasi Suami Istri Pengguna Facebook 5.1 Kepemimpinan ............................................................. 5.2 Negosiasi .................................................................... 5.3 Peran ........................................................................... Kesimpulan ...........................................................................
43
4.2
BAB V
BAB VI
62 73 101 101 106 107 115
Daftar Pustaka Pedoman Pertanyaan Pedoman Observasi Transkrip Hasil Wawancara Biodata Informan
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
On Marriage Berkasih-kasihlah namun jangan membelenggu cinta Biarkan cinta bergerak senantiasa bagaikan air laut yang lincah mengalir antara kedua jiwa Saling isilah pada gelas pialamu, tapi jangan minum dari gelas piala yang sama Saling berbagilah rotimu, tapi jangan makan dari pinggan yang sama Bernyanyilah dan menarilah bersama dalam suka cita Biarkan masing-masing menghayati ketunggalannya Tali rebana masing-masing punya hidup sendiri Walau lagu yang sama menggetarkannya Berikanlah hatimu namun jangan saling menguasakannya Sebab hanya tangan kehidupan yang akan mampu mencakupnya. Tegaklah berjajar, namun jangan terlampau dekat Tiang-tiang candipun tidak dibangun terlalu rapat Dan pohon jati serta cemara tiada tumbuh dalam bayangan yang sama Namun biarkan ada ruang antara kebersamaan itu Sebagai tempat angin surga menari-nari di antaramu. (Kahlil Gibran, 1923 : 16-17)
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
• Untuk para facebooker yang telah menikah, tetap prioritaskan pernikahanmu ! • Untuk suami (Winarto Rachmat) dan anak (Zayda Elvaretta Winarto), inilah kado terima kasih atas segala pengertian. Inilah ujung ikhtiar panjnag itu, sebuah “proses” yang berkesan, berdiri saling tarik ulur antara harapan
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
dan kekhawatiran. Sungguh perjuangan yang pantas untuk jadi pelajaran dan manis untuk dikenang . • Untuk bapak dan ibu, inilah sedikit yang bisa kuberikan sebagai balasan atas doa-doa dan wirid yang tak putus dilantunkan. Semoga bisa membahagiakan.
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kehidupan pernikahan tidak lepas dari proses perubahan dan penyesuaian diri. Karena itulah, diperlukan kunci dalam berelasi yang disebut fleksibilitas. Menurut Wallerstein (2011 : 30), fleksibilitas merupakan kunci kebahagiaan pernikahan. National Survey of Marital Strengths (dalam Sawitri, 2007), selanjutnya, berhasil menemukan arti penting fleksibilitas pasangan dalam perkawinan. Fleksibilitas pasangan merupakan penentu perkawinan yang bahagia kedua setelah komunikasi.1 Fleksibilitas pasangan berpengaruh terhadap kebahagiaan dan kepuasan perkawinan. Pasangan yang memiliki kemampuan untuk beradaptasi pada berbagai perubahan dan memiliki kemampuan untuk mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin timbul, biasanya memiliki hubungan yang kuat dan dapat bertahan lama. Hal ini didukung oleh James dan Hunsley (dalam Sawitri, 2007 : 15) bahwa fleksibilitas mampu membuat pasangan lebih bahagia dan puas. Petranto (dalam Sawitri 2007 : 23) berpendapat bahwa tidak ada perkawinan yang bebas dari permasalahan. Kunci penyelesaiannya adalah kelenturan dalam menghadapi permasalahan. Kehidupan tanpa keseimbangan akan menjadi kacau, termasuk kehidupan rumah tangga. Fleksibilitas pasangan akan membuat suami isteri menjadi lebih baik dalam menghadapi dan menyelesaikan konflik, ketegangan, dan tekanan sehari-hari dan menjadi lebih bahagia dan mencapai keseimbangan dalam pernikahan. Perkembangan teknologi telah menciptakan perubahan-perubahan yang berarti dalam keberlangsungan hubungan dalam suatu keluarga, khususnya dalam mendorong kemunculan gaya hidup alternatif yang bertolak belakang dari
1
National Survey of Marital Strenghths yang berjudul Top Ten Strengths of Happy Marriages yang meneliti hal-hal yang berkaitan dengan kepuasan perkawinan dan Campbel,dkk (2001) menghubungkan standar ideal, diri, dan fleksibilitas akan harapan ideal pada hubungan dekat. (dalam Sawitri, 2007)
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
2
hubungan yang konvensional (Rubin, 1983)2. Salah satu penelitian yang dilakukan Fallows (2004 : 12) menyimpulkan bahwa penggunaan internet telah menjadi kebiasaan sehari-hari (daily aktivities) seperti mencari informasi (92%) karena banyak, beragam, serta dapat diakses dengan cepat dan efektif, berkomunikasi (85%), bertransaksi (75%), dan sarana hiburan (69%). Salah satu teknologi yang saat ini sedang booming adalah jejaring sosial3 facebook4. Kepopuleran facebook berawal dari tahun 2009 hingga kini. Sebelumnya layanan situs jejaring sosial dirajai oleh Friendster sejak tahun 2005. Mark Zuckerberg, penemu facebook, menggambarkan karakteristik situs jejaring sosial sebagai berikut ; (1) facebook bukan sekedar jejaring sosial namun merupakan sebuah tuntutan kebutuhan akan piranti yang memfasilitasi aliran informasi antara seseorang dengan negara, keluarga, dan koneksi profesionalnya, (2) facebook dapat diakses semua kalangan bukan hanya diakses oleh pelajar/mahasiswa, dan (3) facebook merupakan ide tentang perubahan dunia dengan potensi yang tanpa batas. Facebook yang diciptakannya merupakan social graph yakni sebuah konstruksi matematis yang memetakan hubungan-hubungan dalam dunia nyata antara semua manusia dalam planet ini. Dasar pemikiran Zuckerberg adalah setiap manusia tidak dapat mengelak terhadap kebutuhan ketersambungan atau koneksitas dengan orang-orang yang dikenalnya.5 2
R. Rubin, 1983, Epilogue: Families And Alternative Life- Styles In An Age Of Technological Revolution dalam Andrew Billingsley, The Impact of Technology on Afro-American Families, Family Relations Journal, Vol. 37, No. 4, The Contemporary Family: Consequences of Change (Oct., 1988), pp. 420-425, http://www.jstor.org/stable/584114, diakses 21/05/2010 01:39.
3
Sebelum jejaring sosial mengalami booming seperti sekarang ini, tahun 1996 Manuel Castells telah mengemukakan akan terbentuknya network society di mana media massa akan berkembang menjadi jaringan interaktif multimedia yang menjadikan komunikasi dunia sebagai jaring-jaring raksasa yang mengglobal dan saling terhubung.3 Kondisi ini menjadikan hubungan dan relasi antar manusia meluas dan tidak lagi mengenal batas-batas wilayah dan negara. 4
Mahasiswa drop out dari Harvard University Amerika. Awalnya facebook hanyalah media untuk saling mengenal bagi para mahasiswa Harvard. Fiturnya yang variatif dan penggunaannya yang mudah akhirnya menarik perhatian kampus lain di sekitar Harvard sehingga banyak yang memintanya untuk dimasukkan dalam jaringan facebook. Didesak permintaan yang tinggi, pertama kali facebook diluncurkan untuk umum pada tanggal 4 Februari 2004. Saat ini facebook merupakan jejaring sosial paling digandrungi mengalahkan My Space dan Twitter.
5
Anonymous, PR Newswire. New York: Aug 12, 2007. diakses pada tanggal 10 Mei 2010 pukul 05.38 WIB.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
3
Pada tanggal 8 Mei 2010 tercatat sebanyak 23.781.260 pengguna aktif facebook di Indonesia dengan perincian sebanyak 13.942.460 pria dan 9.612.180 wanita.6 Data tersebut diperinci lagi dengan gambaran berikut :
Tabel 1. Pengguna Facebook (per 8 Mei 2010) No 1. 2. 3. 4.
Status Pengguna Single (lajang) Berpacaran Bertunangan Menikah
Jumlah 6.436.080 orang. 3. 229.160 orang 843.620 orang 2.751.700 orang
Dari data tersebut tergambar bahwa penggunaan facebook sebagai alat pergaulan masa kini telah merambah semua usia dan status termasuk kalangan suami istri sebagai kalangan yang terikat pernikahan. Apa yang menjadi daya tarik facebook sehingga menjadi magnet bagi dunia pergaulan pada semua kalangan saat ini ? Holzner (2009 : 10-11) menjabarkan hal yang menarik dan membuat orang berjam-jam menggunakan facebook karena satu kata : teman. Dijelaskan Holzner, jejaring sosial identik dengan menghubungkan
pengguna
pertemanan. Facebook
dengan
teman
dan
membuat
unggul dalam mereka
tetap
berhubungan. Pertemanan merupakan kebutuhan vital bagi setiap individu. Penggunanya tidak saja dapat menambah teman sehingga mereka mendapat akses untuk melihat informasi profilnya. Mereka juga saling meninggalkan pesan pada “dinding”. Bagian yang berharga dan menjadi daya tarik utama facebook adalah pengguna bisa melihat apa yang teman lakukan menit per menit. Sistem dalam 6
Pertumbuhan pengguna facebook di Indonesia hingga tahun 2010 adalah yang tertinggi di dunia. Angka pengguna facebook Indonesia berada di posisi kedua setelah Amerika Serikat sebagai negara dengan pengakses facebook terbesar di dunia. Jumlahnya mencapai 32.131.200 orang atau sekitar 5,61% dari total pengguna facebook di dunia. Jejaring sosial merupakan situs yang paling banyak dikunjungi di Amerika. Selama Januari hingga November 2010, facebook berada di posisi puncak dengan perolehan 8,9% dari total kunjungan warga Amerika di dunia maya.Google berada di posisi kedua dengan raihan 7,2%. Hasil survei yang dilakukan oleh Experian Hitwise ini menunjukkan betapa cepatnya facebook mencapai popularitas. Dalam waktu kurang dari enam tahun, facebook menjadi jejaring sosial terbesar dengan 571 juta pengguna di seluruh dunia. Padahal, pada periode 2008 dan 2009 kunjungan tertinggi warga Amerika di dunia internet masih dipimpin oleh Google.com. MySpace yang menjadi website paling banyak dikunjungi di Amerika pada 2007, sekarang malah harus puas di posisi ke-7 (http://www.the-az.com/perkembanganfacebook -2011/ seputar-indonesia.com diakses 23 Januari 2011 jam 12.28 WIB)
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
4
facebook akan mengamati aktivitas teman dan melaporkannya pada pengguna sesuai tingkat privasi yang diinginkan. Jadi, pengguna bisa melihat apa yang sedang dilakukan teman saat mereka beraksi di facebook. Ini adalah salah satu dari beberapa cara yang digunakan facebook untuk membentuk komunitasnya secara terpadu – dengan membuat pengguna terhubung dengan apa yang dilakukan teman pengguna tanpa mereka perlu melakukan tindakan khusus seperti yang dilakukan pertemanan dalam dunia nyata (Holzner, 2009 : 11). Penelitian Joinson (2008 : 4) menyatakan bahwa motif yang tertinggi dari penggunaan facebook tersebut adalah social connection (hubungan sosial) yang dilatarbelakangi keinginan menjaga pertemanan.7 Dalam penelitian lain yang dilakukan Debatin, Horn, & Hughes (2009 : 1) dikatakan pula bahwa keuntungan yang
paling
utama
dari
penggunaan
facebook
adalah
dapat
menjaga
kontak/hubungan dengan teman-teman. Dijelaskan pula bahwa facebook telah menjadi alat pergaulan di kalangan anak muda saat ini. Penggunaan facebook untuk beragam kepentingan menunjukkan kehadiran facebook yang semakin berarti dan dirasakan manfaatnya oleh banyak orang. Ini sejalan dengan penelitian Putri (2009 : 190) yang menyatakan bahwa masyarakat Surabaya puas menggunakan facebook. Kepuasan yang dimaksud terkait dengan semua fasilitas facebook yang memudahkan penggunanya dalam menjalani dan menjaga hubungan pertemanan. Seperti halnya kalangan yang masih lajang, kalangan yang telah menikah pun membutuhkan pertemanan. Facebook dapat sebagai sarana disclosing intimacy (pengungkapan keintiman) yang memiliki fungsi terutama untuk 7
Dalam penelitiannya, Joinson (2008 : 4-6) mengemukakan 7 motif dalam menggunakan facebook , yakni (1) Social connection (keinginan mencari tahu apa yang dkerjakan oleh teman lama saat ini, keinginan berhubungan kembali dengan orang-orang yang sudah hilang kontak, keinginan berhubungan dengan orang-orang yang jika tidak berhubungan akan hilang kontak, menerima permintaan untuk menjadi teman, keinginan untuk memelihara dan menjaga hubungan dengan orang yang jarang bertemu, keinginan menghubungi teman-teman yang jauh dari rumah. (2) Shared identities (membentuk atau bergabung dalam suatu acara, bergabung dengan sebuah grup, berkomunikasi dengan orang-orang yang sependapat, (3) Photograph (melihat foto-foto orang, memberi tanda dalam foto, keinginan saling berbagi dan mengirim foto. (4) Content (menggunakan aplikasi di facebook , bermain games, ikut menggunakan aplikasi seperti yang sudah digunakan teman-teman sebelumnya, mengikuti kuis-kuis. (5) Social investigation (mengamati kegiatan orang lain lewat dunia maya, mencari orang dengan ciri-ciri lebih spesifik dengan menggunakan alat yang lebih maju, bertemu dengan orang baru, menguntit orang lain. (6) Social network surfing (melihat profil orang lain yang tidak dikenal, melihat teman orang lain, menjelajahi teman dari teman sendiri), dan (7) Status updates (memperbaharui status diri sendiri, melihat perkembangan terbaru di news feed, melihat status orang lain) (Joinson, 2008 : 4-5).
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
5
berbicara
tentang
diri
sendiri
dan
mengekspresikan
perasaan
bukan
keintiman/kedekatan fisik (Woodward dalam Castells, 2002 :197)8. Hal ini dikuatkan oleh penelitian dari Guletta yang menyebutkan bahwa bahwa facebook dapat menjadi sarana self disclosure. Penelitian Guletta dan Purba (2010 : 45) mengungkapkan bahwa facebook dapat menjadi sarana dalam mengungkapkan diri. Semakin dekat hubungan pertemanan, maka semakin tinggi pengungkapan diri (self disclosure) yang dapat dilakukan melalui facebook.9 Secara umum, terdapat hubungan yang kuat antara banyaknya informasi yang diungkap dan kecenderungan/kesukaan seseorang kepada orang lain. Artinya, seseorang akan mengungkapkan lebih banyak/terbuka kepada orang yang disukai. Semakin banyak informasi yang diungkap semakin mendekatkan perasaan antara pengungkap dengan mitranya. Dalam relasi suami istri, self-disclosure berbentuk pembicaraan seputar relasi yang dijalani, harapan, serta impian . Kebanyakan suami istri take for granted (menerima begitu saja) dengan keintiman yang ada. Akibatnya, mereka berhenti mengeksplorasi aspek-aspek baru dari kepribadian dan perasaan masingmasing. Sebagian suami dan istri, berpikir bahwa cinta cukup membuat pasangan memahami semua kebutuhan dan keinginan satu sama lain. Padahal, keduanya tidak bisa menebak perasaan batin satu sama lain. Masing-masing harus 8
Dunia maya menawarkan kemungkinan peningkatan pengembangan hubungan pribadi yang dalam tanpa melibatkan fisik. Penggunaan komunikasi virtual menciptakan ruang publik yang dapat diakses serta penjelajahan dan pengembangan ekspresi keintiman baru. Keintiman yang dimaksud adalah kedekatan yang dibangun di atas anonomitas dengan yang mengabaikan kendala fisik. Keintiman ini menciptakan kebebasan menciptakan identitas sesuai yang diinginkan (Woodward, 2002 :191). 9
Pengungkapan diri (self-disclosure) terjadi ketika seseorang mengungkapkan kepada satu orang atau lebih mengenai informasi atau perasaan pribadi yang tidak bisa diungkapkan kepada orang lain. Pengungkapaan diri dapat terjadi secara sengaja atau tidak sengaja. Menurut Dindia (dalam Olson, DeFrain, & Skogrand, 2008 : 114) dalam review-nya tentang kajian gender dan pengungkapan diri (self-disclosure) menemukan bahwa : • Perempuan menerima lebih banyak pengungkapan diri dibanding laki-laki. • Perempuan melakukan pengungkapan diri lebih banyak kepada sesama perempuan dari pada pengungkapan diri laki-laki kepada laki-laki. • Perempuan melakukan pengungkapan diri lebih banyak kepada laki-laki dari pada laki-laki kepada perempuan. • Perempuan melakukan pengungkapan diri lebih banyak kepada perempuan dari pada laki-laki kepada perempuan. • Perempuan yang menarik menerima lebih banyak pengungkapan diri dari laki-laki.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
6
menyampaikan apa yang dibutuhkan dan diinginkan. Keterbukaan dalam mengungkapkan apa yang diinginkan akan membangun kedekatan satu sama lain. Kegagalan dalam mengungkapkan diri dapat mengakibatkan pasangan '"tumbuh secara terpisah" (Olson, DeFrain, & Skogrand, 2008 : 115). Kondisi ini dapat mendorong pasangan akan mencari kenyamanan pada orang lain sebagai tempat untuk bercerita berbagai hal secara terbuka. Pada media massa lokal, peneliti mengumpulkan berita seputar penggunaan facebook di kalangan suami istri di antaranya : 1.
Facebook jadi pemicu perceraian di kalangan Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kota Surabaya. Hal itu berdasarkan beberapa surat tertulis yang dikirimkan oleh istri/suami PNS kepada Badan Kepegawaian Pemkot Surabaya. Perceraian berawal dari perselingkuhan lewat facebook. Sebagai tindak lanjut, walikota Surabaya memberlakukan pemblokiran terhadap akses jejaring sosial facebook di lingkungan pemkot dengan batas waktu yang tak ditentukan (http://luminousreload.wordpress.com/2009/09/07/heboh-beberapa-pns-pemkot-surabayacerai-karena-facebook/diakses 6 April 2011 jam 06.02 WIB).
2.
Dalam catatan Kantor Pengadilan Agama Kabupaten Ciamis Jawa Barat terjadi 507 gugatan cerai dalam sebulan. Jumlah tersebut mengalami kenaikan 100 persen dibanding bulan sebelumnya. Pada bulan Agustus 2010, pasangan suami isteri yang mengajukan cerai mencapai 250 orang. Pada Oktober 2010 jumlah tersebut mendadak naik drastis hingga mencapai 507 pasangan kenaikan kasus perceraian. Penyebab hancurnya rumah tangga yang paling dominan karena perselingkuhan baik dengan SMS maupun penggunaan facebook sehingga masuk pihak ketiga. Angka ini mengalahkan Indramayu, Krawang serta Cirebon. Jumlah perceraian yang tercatat di Pengadilan Agama Ciamis terdapat sebanyak 3.273 kasus. Pada tanggal 13 Oktober 2010 naik menjadi 3.780 kasus. Pasangan suami isteri yang mengajukan cerai di Ciamis rata-rata 300-400 pasangan setiap bulan. Namun memasuki bulan Oktober 2010 ini jumlahnya naik menjadi 507 pasangan. Perihal penyebab tingginya cerai di Ciamis diduga kuat akibat semakin maraknya penggunaan handphone dan facebook. Istri menggugat cerai karena suaminya memiliki Wanita Idaman Lain (WIL). Suami pun mengajukan cerai lantaran isterinya memiliki Pria Idaman Lain (PIL). Ditemukan bahwa penyebab PIL lebih tinggi ketimbang Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
7
WIL. Jadi isteri yang tergoda pria lain melalui facebook dan SMS lebih banyak dari pada suami yang tergoda wanita lain. (http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2010/10/15/diakses pada tanggal 6 April 2011, jam 14.54 WIB). 3.
Berdasarkan keterangan dari Juru Bicara Pengadilan Agama Bandung, Acep Saifuddin, terdapat sejumlah kasus perceraian akibat facebook yang tercatat di Pengadilan Agama Bandung dalam 2 tahun terakhir ini. Saat sidang perceraian, print out halaman facebook pun dibawa sebagai bukti. Dalam beberapa kasus yang ditanganinya, ia menjelaskan suami merasa cemburu karena isterinya melakukan komunikasi yang mesra dengan rekan lawan jenisnya lewat facebook. Namun dalam pengakuannya, sang istri menyangkal, dan menyatakan hanya iseng semata. Acep menyebut, kebanyakan pasangan yang bercerai karena facebook ini adalah pasangan muda yang biasa mengakses internet. (http://bandung.detik.com/read/2011/05/03/172625/1631627/486/cemburu-pasangan-muda-dibandung-cerai-gara-gara-facebook/diakses pada tanggal 5 Mei 2011, jam 23.30 WIB).
4. Data di Pengadilan Agama Sumenep Madura, sejak Januari hingga pekan ketiga bulan Februari 2010, angka kasus perceraian mencapai 248 perkara, baik itu cerai talak maupun cerai gugat. Ketua Pengadilan Agama Sumenep, Abdullah Cholil menyatakan bahwa perceraian mayoritas terjadi karena pengaruh teknologi komunikasi telepon genggam dan facebook. Cholil menjelaskan, dari 248 perkara cerai itu, sebanyak 169 perkara cerai merupakan penanganan pada Januari. Sedangkan Februari baru terdapt 69 perkara. Cholil memperkirakan, jumlah perkara cerai akan bertambah hingga akhir tahun nanti. Untuk pemohon pengajuan perkara cerai, kata Cholil, pada Januari yang ditangani Pengadilan Agama 169 perkara, di antaranya 5 pemohon dari Pegawai Negeri Sipil (PNS). Menurutnya, angka 248 perkara tersebut cukup tinggi jika dibandingkan pada bulan yang sama pada tahun lalu yang jumlahnya di bawah 200 perkara. Tahun lalu, jumlah keseluruhan perkara perceraian mencapai angka 1500 lebih perkara. Cholil menilai, tingginya angka perceraian itu juga dipengaruhi tinggi kesadaran istri maupun suami terhadap hak dan kewajibannya. Hal ini terlihat dari pengajuan cerai
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
8
gugat dari istri yang cukup banyak. Jumlahnya hampir sama dengan cerai talak dari suami. (http://www.kaskus.us/showthread.php?t=8329602/diakses pada tanggal 5 Mei 2011, jam 23.10 WIB). 5.
Menurut pejabat dari Pengadilan Agama Lumajang, telah terjadi perubahan penyebab kasus perceraian yang dulu karena ekonomi, hubungan seksual yang tidak nyaman dan masalah orang ketiga, kini pemicu perceraian sudah dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi salah satunya facebook. Data yang berhasil dihimpun di Kantor Pengadilan Agama Lumajang, untuk bulan Februari 2011 sudah mencapai 282 kasus perceraian lebih meningkatan dibanding tahun 2010 yakni sebanyak 269 kasus. (http://www.beritajatim.com/detailnews.php/12/Teknologi/20110318/95783/Facebook-Picu Perceraian-di-Lumajang-Meningkat/diakses pada tanggal 2 April 2011 jam 08.00 WIB).
Kasus-kasus di atas menggambarkan bahwa penyebab perpisahan suami istri yang dulu disebabkan karena faktor ekonomi, hubungan seksual yang tidak nyaman dan masalah orang ketiga, kini bergeser karena perkembangan teknologi informasi salah satunya facebook. Secara implisit, hal tersebut juga menunjukkan penggunaan jejaring sosial memfasilitasi individu untuk semakin terbuka dalam berbagi kehidupan pribadi mereka pada.10 Daly (dalam Mesch, 2006 : 123) pernah mengungkapkan bahwa internet dengan merupakan teknologi yang telah membuka pagar pembatas keluarga sebagai sistem sosial yang tadinya relatif tertutup11. 10
Penelitian dari Yovita Maria dari Universitas Surabaya (2010) menyimpulkan bahwa tingkat narsisme pengguna jejaring sosial facebook mencapai 61,7 %. Ini tergolong masih wajar karena bentuknya hanya mengganti foto diri dan update status hingga beberapa kali dalam sehari. Hal tersebut dilakukan karena manusia cenderung memiliki kebutuhan berekspresi. Apa yang dilakukan tidak menghilangkan rasa sosial, karena mereka masih mengomentari pendapat rekannya meski komentar yang bersifat ringan. Pengguna facebook pun masih memiliki empati kepada orang lain (http://www.surya.co.id/2010/10/18/diakses pada tanggal 14 Juli 2011 jam 11.54 WIB.
11
Menurut Berardo (dalam Mesch, 2006 : 123), kehidupan keluarga memiliki panggung belakang dan panggung depan. Panggung belakang adalah rumah di mana anggota keluarga merasakan keintiman dan dapat mengekspresikan perasaan yang sebenarnya. Anggota keluarga melindungi panggung belakang dari pengawasan orang luar. Panggung depan adalah ruang publik di mana perilaku anggota keluarga dibentuk oleh peran dan norma yang berjalan sesuai dengan harapan masyarakat. Pada panggung depan, memungkinkan orang lain untuk mempengaruhi dan mengarahkan perilaku keluarga. Saat keluarga bersama dan saling berbagi, batas-batas keluarga
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
9
Facebook juga memiliki hubungan yang positif terhadap kebahagiaan pernikahan. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan Simpson (1990 : 56) di Amerika
menemukan pertemanan padat pada situs jejaring sosial istri dapat
membantu dalam menahan stress saat terjadi konflik dalam pernikahan. Sedangkan pada suami, jejaring sosial yang lebih banyak di seputar teman dan keluarga besar dapat dijadikan tempat berbagi hingga meminta saran saat terjadi konflik. Hal yang sama juga ditemukan oleh Bott (dalam Goode, 1983 : 148) yang menjelaskan penelitiannya yang dilakukan di Inggris terkait hubungan antara jaringan. Ditemukan bahwa sejumlah teman suami atau istri merupakan teman satu sama lain (mutual friends). Sebagian besar keluarga di Barat sekarang hidup dalam jaringan sosial dari pada dalam kelompok. Dalam jaringan tersebut mereka menyebar, saling terhubung sebagai teman, berinteraksi secara intens, dan serta membangun keakraban. Penjabaran di atas memperlihatkan bahwa penggunaan facebook
di
kalangan suami istri memunculkan konsekuensi tersendiri dalam relasi antar keduanya. Pada titik ini, penulis merasa perlu untuk menyelami penggunaan facebook dari aspek empirik dengan menggunakan konsep fleksibilitas.
1.2 Rumusan Permasalahan Fleksibilitas merupakan salah satu kunci dalam membangun relasi suami istri.
Fleksibilitas
dibutuhkan
untuk
menyeimbangkan
relasi
antara
mempertahankan stabilitas sekaligus membuka diri terhadap perubahanperubahan yang ada. Facebook sebagai jejaring sosial yang paling digemari saat ini digunakan oleh banyak kalangan termasuk suami istri. Dalam hal ini, peneliti mengasumsikan facebook sebagai sarana yang dapat membawa perubahan dalam relasi suami istri. Fleksibilitas dapat menjadi sarana untuk melihat reaksi dari pengguna facebook. Reaksi ini selanjutnya dapat dilihat sebagai implikasi penggunaan terlindungi. Ruang privat memungkinkan keluarga untuk melindungi diri dari pengawasan orang di luar keluarga untuk mendorong keterikatan emosi (cohesiveness) sehingga meningkatkan solidaritas dan mendorong mereka untuk bertindak sebagai kelompok yang terpadu untuk menahan dari campur tangan orang luar terhadap masalah-masalah yang dihadapi.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
10
facebook. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk menemukan gambaran bagaimana fleksibilitas relasi suami istri pengguna facebook.
1.3 Pertanyaan Penelitian Bagaimana fleksibilitas relasi suami istri pengguna facebook ?
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan fleksibilitas dalam relasi suami istri pengguna facebook
1.5 Signifikansi Penelitian Secara teoritis, penelitian ini menjabarkan fleksibilitas dalam relasi suami istri pengguna facebook. Peneliti berharap penelitian ini dapat memperkaya kajian dalam sosiologi keluarga khususnya yang terkait dengan fleksibitas keluarga dan penggunaan teknologi. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang konsekuensi penggunaan teknologi dalam relasi suami istri. Penelitian ini juga dapat digunakan oleh pihak-pihak terkait yang memiliki perhatian terhadap masalah pernikahan dan keluarga sebagai gambaran kondisi relasi suami istri pada era teknologi informasi yang terus berkembang pesat saat ini dan bagaimana cara menyikapinya secara tepat. Sedangkan bagi pengguna facebook khususnya yang telah menikah maupun yang belum menikah, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan terkait etika dalam penggunaannya.
1.6 Pembatasan Masalah 1. Dari 3 kunci relasi suami istri yang disampaikan David H. Olson, John DeFrain, dan Linda Skogrand (2008) yakni kohesi, fleksibilitas, dan komunikasi, peneliti membatasi lingkup masalah pada fleksibilitas. Menurut peneliti, fleksibilitas merupakan unsur yang menentukan ruang gerak penggunaan facebook bagi istri. Dari 6 unsur fleksibilitas (kepemimpinan, disiplin, negosiasi, peran, aturan, dan perubahan), peneliti memilih 3 unsur (kepemimpinan, negosiasi, dan peran) yang digunakan dalam penelitian ini
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
11
Hal ini disebabkan ketiganya peneliti anggap telah dapat memberikan gambaran fleksibilitas secara utuh. 2. Karena peneliti menggunakan stand point istri yang menggunakan facebook, maka batasan subjek penelitian ini adalah istri saja atau pasangan suami istri yang menggunakan facebook.
1.7 Sistematika Penelitian Penelitian ini terbagi dalam 6 bab yang terdiri dari : Bab I berisi latar belakang penelitian yang menjelaskan mengapa mengangkat tema mengenai penggunaan facebook di kalangan suami istri. Pada bab ini disampaikan juga
rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, pembatasan penelitian, serta sistematika penelitian. Bab II berisi 2 sub. Sub pertama merupakan tinjauan pustaka yang berisi penelitian terdahulu. Penelitan-penelitian terdahulu penulis kelompokkan menjadi 3 kelompok, yakni hasil penelitian tentang relasi suami istri, penggunaan teknologi komunikasi (facebook), serta penggunaan teknologi komunikasi (non facebook). Sub kedua berisi kerangka konseptual yang menjadi kerangka umum penelitian ini. Konsep yang diuraikan adalah fleksibilitas sebagai kerangka penelitian dalam penelitian ini. Sedangkan di bagian akhir bab ini, penulis menjelaskan skema pemikiran penelitian. Bab III berisi secara umum metode penelitian yang merinci subjek penelitian, lokasi penelitian, serta informan yang akan diwawancarai, peran dan etika penelitian, teknik pengumpulan data, analisa penelitian dan waktu penelitian. Bab IV berisi deskripsi hasil penelitian berdasarkan tiga kelompok informan yakni pasangan yang saling berteman dalam penggunaan facebook, pasangan yang tidak saling berteman dalam penggunaan facebook, dan istri saja yang menggunakan facebook. Bab V analisa data berisi analisa hasil temuan yang berpedoman pada konsep fleksibilitas yang bersumber dari buku David H. Olson, John DeFrain, dan Linda Skogrand (2008) berjudul Marriage and Families Intimacy Diversity. Bab VI atau penutup berisi kesimpulan dan saran
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
13
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN
Saat menelusuri kajian karya ilmiah terkait dengan topik penelitian ini, peneliti masih belum menemukan kajian yang mirip dengan kajian yang peneliti angkat terkait fleksibilitas suami istri yang diletakkan pada konteks penggunaan facebook. Beberapa kajian yang peneliti temukan mengambil subjek penelitian mahasiswa (kaum lajang). Sedangkan yang mengambil subjek suami istri, hanya sedikit sekali yang peneliti temukan. Penelitian ini berisi 2 sub bab. Sub bab pertama merupakan tinjauan pustaka yang berisi penelitian terdahulu. Sub bab kedua berisi kerangka konseptual yang menjadi kerangka umum penelitian ini. Konsep yang diuraikan adalah konsep fleksibilitas yang dikembangkan oleh Olson, DeFrain, dan Skogrand (2008) dengan penekanan pada 3 unsur yakni kepemimpinan, negosiasi, dan peran sebagai kerangka penelitian ini. Sedangkan di bagian akhir, peneliti menjelaskan asumsi penelitian dan skema pemikiran penelitian.
2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian terdahulu peneliti kelompokkan menjadi 3 (tiga) yakni hasil penelitian tentang relasi suami istri dan penggunaan teknologi komunikasi baik facebook maupun non facebook.
2.1.1 Hasil Penelitian Terdahulu tentang Relasi Suami Istri Sasaran Penelitian Judul Penelitian
1 Tipologi Relasi Suami Istri : Studi Pemikiran Letha Dawson Scanzoni dan John Scanzoni (M. Triwarmiyati, Tesis Departemen Sosiologi Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia)
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
14
Tahun, Lokasi
2009, Jakarta
Penelitian Pertanyaan
1. Bagaimana dinamika pola relasi suami istri pada
Penelitian
keluarga di perkotaan ? 2. Bagaimana pola relasi suami istri dilihat dari aspek pembagian peran antara suami istri yang terjadi dalam keluarga? 3. Bagaimana pola relasi suami istri dilihat dari aspek posisi tawar istri terhadap suami dalam keluarga ? 4. Bagaimana pola relasi suami istri dilihat dari proses pengambilan keputusan antara suami istri dalam keluarga ? 5. Bagaimana norma sosial, status kerja istri dan status pendidikan istri berperan pada proses terbentuknya pola relasi suami istri ?
Hasil Temuan
Ditemukan 2 tipe relasi baru yaitu kombinasi headcomplement dan senior-junior partner, dan kombinasi head-complement dan equal partner. Triwarmiyati juga mengungkapkan bahwa norma baru seperti demokrasi, equality menjadi landasan bagi pasangan yang memiliki istri yang bekerja dan berpendidikan tinggi untuk melakukan perubahan pola relasi yang mengarah kepada kesetaraan. Pekerjaan dan pendidikan yang tinggi menjadi sarana untuk bertukar tempat baik dalam pembagian peran maupun pengambilan keputusan. Ditemukan pula bahwa tujuan/motivasi dalam menikah menentukan pola pola relasi.
Metode
Kualitatif
Penelitian Acuan
-
Teori/Konsep
Pola relasi suami istri menurut Scanzoni & Scanzoni yakni owner-property, head-complement, senior-junior partner, dan equal partner. Teori pertukaran menurut David M.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
15
Klein. Kelebihan Penelitian
Mengangkat teori Letha Dawson Scanzoni dan John Scanzoni secara dalam untuk mengkaji tipologi relasi suami isteri.
Persamaan dengan
Sama-sama membahas relasi suami istri sehingga pola
Penelitian Peneliti
relasi Scanzoni & Scanzoni yang menjadi kajian utama Tri akan digunakan dalam penelitian yang sedang dilakukan peneliti. Konsep-konsep yang diturunkan dari 4 pola relasi yang meliputi pembagian peran, pengambilan keputusan, serta norma sosial (norma agama, norma keluarga, dan norma kebebasan) akan peneliti pinjam dalam penelitian ini
Perbedaan dengan
Tri mengangkat perkembangan pemikiran pola relasi suami
Penelitian Peneliti
istri Scanzoni
& Scanzoni. Peneliti mengkaitkannya
dengan penggunaan facebook . Sumber : Peneliti (2011)
Terdapat satu penelitian yang membahas tentang relasi suami istri. Penelitian Triwarmiyati (2010) berasal dari disiplin ilmu sosiologi. Penelitian Triwarmiyati yang menekankan pada pendalaman teori Letha Dawson Scanzoni dan John Scanzoni mendapatkan bahwa pola suami istri bersifat dinamis. Dari penelitiannya Tri menemukan kombinasi pola baru (kombinasi head-complement dan senior-junior partner, dan kombinasi head-complement dan equal partner) dari 4 pola yang telah ada (owner-property, head-complement, senior-junior partner dan equal-partner). Tri mengungkapkan bahwa norma sosial yang berakar dari nilai agama, nilai keluarga, norma-norma baru yang berkembang dalam masyarakat (demokrasi, equality) menjadi landasan bagi pasangan yang memiliki istri yang bekerja dan berpendidikan tinggi untuk melakukan perubahan pola relasi yang mengarah kepada kesetaraan. Landasan nilai dalam pembagian peran memiliki implikasi terhadap pola relasi yang diterapkan. Pembagian peran yang dilandasi oleh perbedaan biologis maka pola relasi yang terbangun adalah pola owner-property dan head-complement.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
16
Pembagian peran yang dilandasi oleh nilai kesetaraan maka pola relasi cenderung mengarah kepada senior-junior partner dan equal-partner. Tri juga menemukan bahwa pekerjaan dan pendidikan yang tinggi menjadi sarana untuk bertukar tempat baik dalam pembagian peran maupun pengambilan keputusan. Dari pasangan yang keduanya bekerja, maka imbalan dan pengorbanan dilakukan dengan membuat pilihan-pilihan peran yang disepakati bersama. Dalam memaknai pernikahan terlihat bahwa adanya kaitan antara pola relasi suami istri dengan tujuan pernikahan. Ditemukan bahwa pernikahan yang bertujuan untuk mencari pasangan tergolong dalam pola relasi tradisisonal yakni owner-property dan head-complement. Sedangkan pernikahan yang bertujuan untuk saling berbagi maka digolongkan pola relasi modern yaitu equal-partner. Dari penelitian tersebut peneliti melihat kesamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yakni mengkaji relasi suami istri. Konsep pembagian peran dan pengambilan keputusan dalam penelitian Triwarmiyati, akan peneliti pinjam dalam penelitian ini yang nantinya akan dikaitkan dengan kontribusi dari penggunaan facebook bagi suami istri. Selain itu, peneliti akan menggali apa belum dikaji oleh penelitian terdahulu yakni mengaitkannya dengan penggunaan facebook.
2.1.2 Hasil Penelitian Terdahulu tentang Penggunaan Teknologi Komunikasi Facebook Sasaran
1
2
Penelitian Judul Penelitian
Facebook and Online Privacy :
Hubungan antara
Attitudes, Behaviours, and Unintended
Persepsi terhadap
Consequences (Jennettte Bernard
Interaksi Sosial
Debatin-Ohio University, Ann-Kathrin
dalam Facebook
Horn-Leipzig University, Brittany N
dengan Cemburu
Hughes-Ohio University, Journal of
pada Pasangan
Computer-Mediated Communication)
(Erna Iriyani Universitas Muhammadiyah
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
17
Surakarta) Tahun, Lokasi
2009, Amerika
2011, Surabaya
1. Seberapa penting facebook bagi
Apakah ada
Penelitian Pertanyaan Penelitian
para pengguna dan apa peran yang
hubungan antara
dimainkan dalam kehidupan sosial
persepsi terhadap
mereka?
interaksi sosial dalam facebook
2. Pada bagian mana terjadi peningkatan intensitas penggunaan
dengan cemburu
facebook atau apakah facebook
pada pasangan ?
telah membuat ritualnya sendiri ? 3. Apa peran yang dimainkan facebook dalam menciptakan dan menyebarluaskan gosip dan rumor ? 4. Bagaimana dampak negatif facebook khususnya yang berkaitan dengan gangguan privasi ? Hasil Temuan
Ditemukan bahwa facebook telah
Terdapat hubungan
menjadi alat pergaulan yang penting
yang yang sangat
saat ini. Penggunaan facebook
signifikan antara
memunculkan konsekuensi berupa
persepsi terhadap
aktivitas ritual (memperbaharui status,
interaksi sosial
memberi komentar, dst). Konsekuensi
dalam facebook
negatif penggunaan facebook yang
dengan cemburu
ditemukan adalah facebook menjadi
pada pasangan yang
sarana menyebarluasan gosip melalui
berkomitmen
“relationship status” (perubahan status), menjalani hubungan foto (di sisi lain foto juga dapat menjadi
yang serius
perekat sosial yang menjaga komunitas
(berpacaran).
tetap hidup dan memberi kesenangan), komentar yang tidak diinginkan, perasaan diikuti/dikuntit, digoda, serta
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
18
pencurian data. Metode
Online survey kualitatif terhadap 119
Kuantitatif dengan
mahasiswa di Universitas Midwestern
pengambilan sample
USA, indepth interview
menggunakan purposive incidental non random sampling.
Penelitian Acuan Teori/Konsep
Kombinasi dari tiga teori media yaitu
Herron dan Peter
teori uses and gratifications,
(2005) tentang
pendekatan third-person effect, dan
faktor-faktor yang
teori ritualized media use. Pendekatan
mempengaruhi
uses and gratifications melihat
cemburu, Ze’ev dan
bagaimana orang menggunakan media
Goissinsky (2010)
untuk memenuhi berbagai kebutuhan
tentang salah satu
yang bervariasi yang meliputi tiga
penyebab cemburu
dimensi (1) kebutuhan yang beragam
di masa depan dapat
dan hiburan (2) kebutuhan untuk
terjadi di dunia maya
hubungan social (3) dan kebutuhan untuk membangun identitas (Blumler&Katz, 1974; La Rose, Mastro, & Eastin 2001;Rosengren,Palmgreen, & Wenner, 1985). Teori third-person effect menekankan bagaimana pengguna facebook menerima efek pada diri mereka yang diakibatkan oleh penggunaan facebook dan apa konsekuensi yang mereka dapatkan. Teori ritualized media use menyatakan bahwa media bukan hanya dipakai dalam mencari informasi atau
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
19
kesenangan, namun telah menjadi bagian rutinitas kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, penggunaan facebook dapat membangun tingkat kebiasan dalam keseharian penggunanya. Kelebihan
Mengangkat konsekuensi penggunaan
Mengangkat dampak
Penelitian
facebook
facebook dikaitkan dengan kecemburuan pasangan
Persamaan
Menggali penggunaan facebook
Terkait dengan
dengan
penggunaan
Penelitian
facebook
Peneliti Perbedaan
Mengangkat konsekuensi penggunaan
Mengangkat
dengan
facebook terkait privasi.
penggunaan
Penelitian
facebook dikaitkan
Peneliti
dengan relasi suami istri
Sumber : Peneliti (2011)
Dua penelitian di atas membahas tentang penggunaan facebook
di
kalangan lajang. Penelitian Debatin, Horn, dan Hughes (2009) melihat bahwa keuntungan yang paling utama dari penggunaan facebook adalah dapat menjaga kontak/hubungan dengan teman-teman. Facebook telah menjadi alat pergaulan yang penting saat ini. Penggunaan facebook
memunculkan konsekuensi berupa
aktivitas ritual seperti memperbaharui status, memberi komentar, dst walaupun tidak selalu ada timbal balik dari ritual tersebut. “Status” digunakan untuk menjaga jarak dari orang lain pada saat yang sama menegaskan hubungan sosial dengan orang lain dengan sebutan “teman.” Beberapa dari konsekuensi negatif penggunaan facebook bahwa facebook menjadi sarana menyebarluasan gosip melalui “relationship status” (perubahan status), foto (di sisi lain foto juga dapat menjadi perekat sosial yang menjaga komunitas tetap hidup dan memberi
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
20
kesenangan), komentar yang tidak diinginkan, perasaan diikuti/dikuntit, digoda, serta pencurian data. Saat menggunakan facebook, pengguna seolah menerapkan dua strategi. Pertama, penerapan strategi teknis untuk memperkuat pengaturan pribadi. Kedua, penerapan strategi psikologis untuk menggabungkan dan mentransfer kejadian menjadi konteks yang lebih bermakna namun dapat juga mengancam. Di akhir penelitiannya, disimpulkan bahwa keuntungan facebook lebih banyak dari pada resikonya. Iriyani (2011) menemukan bahwa hubungan yang yang sangat signifikan antara persepsi terhadap interaksi sosial dalam facebook dengan cemburu pada pasangan yang berkomitmen menjalani hubungan yang serius (berpacaran). Ini berarti tinggi rendahnya tingkat cemburu tergantung persepsi seseorang terhadap interaksi sosial yang dilakukan pasangan dalam menggunakan facebook. Hampir semua peserta dalam sampel (92,1%) menjelaskan bahwa pasangan cenderung memiliki teman facebook yang tidak dikenalnya. Menurut Muise, dkk penelitian tersebut menunjukkan bahwa facebook ditafsirkan sebagai penyebab kecemburuan dan memiliki dampak negatif dalam hubungan romantis. Dijelaskan pula hal-hal yang dapat mempengaruhi cemburu ada pasangan adalah informasi yang ada dalam profil facebook menunjukkan bahwa individu dapat mengekspos informasi pada dirinya dan hal ini berpotensi memprovokasi atau membuat pasangan cemburu. Kecanduan dengan penggunaan facebook dapat menyebabkan cemburu pada pasangan sebab orang yang telah kecanduan akan mengatakan hal apapun di facebook bahkan yang sifatnya sangat pribadi. Teman di facebook yang tidak diketahui atau dikenal pasangan apalagi yang berkaitan dengan masa lalu pasangan atau mantan pacar juga berpotensi menimbulkan kecemburuan. Hal senada juga diungkapkan oleh Ze'ev dan Goussinsky (Hart dan Legerstee, 2010) yang menyatakan bahwa salah satu penyebab kecemburuan di masa depan terjadi di dunia maya, karena tersedianya alternatif dunia maya atau media online membuat seseorang dapat memiliki teman yang lebih banyak dan lebih umum dan hal ini dapat menimbulkan cemburu, karena pasangan terlalu mendalam dan intim dengan media online. Kemudian dijelaskan pula interaksi dalam media online dapat mengakibatkan cemburu karena pasangan dianggap melanggar batas-batas tertentu dalam hubungan romantis.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
21
Sesuai juga dengan yang dikatakan Mameros (Duma, 2009) bahwa cemburu merupakan reaksi yang terjadi pada hubungan romantis yang sedang terancam oleh pihak ketiga, ancaman ini bersifat subyektif dan nyata. Hal ini biasanya diikuti dengan rasa takut kehilangan pasangannya. Selain itu, Iriyani menemukan bahwa terdapat variabel lain di luar persepsi terhadap interaksi sosial dalam menggunakan facebook yang mempengaruhi cemburu pada pasangan yakni perasaan tidak nyaman dengan diri sendiri, pengalaman kehilangan di masa lalu, kesetiaan pasangan yang dianggap meragukan, serta hal-hal lain yang berkaitan dengan kepribadian. Penelitian ini menginspirasi peneliti bahwa teknologi tidak lepas dari implikasi positif dan negatif begitu pula dalam penggunaan facebook. Dalam relasi di kalangan yang berkomitmen menjalani hubungan serius, facebook berpeluang melemahkan kualitas relasi. Dalam penelitian ini, akan dilihat lebih lanjut apakah hal tersebut juga terjadi di kalangan suami istri sebagai kalangan yang terikat secara resmi. Peneliti beranggapan dua penelitian ini diperlukan untuk mendukung dan mempertajam penelitian. Penelitian Debatin dkk (2009) yang mengungkapkan konsekuensi dari apa yang ditampilkan di facebook (pembuatan pesan, relationship status, penampilan foto dan hal-hal) dapat membantu dalam menguak konsekuensi beragam informasi yang ditampilkan pengguna saat menggunakan facebook. Sedangkan penelitian Iriyani, Peneliti berharap dapat memberi masukan dalam
melihat
kemungkinan
timbulnya
kecemburuan
saat
suami
istri
menggunakan facebook. Peneliti berharap nantinya akan dapat menemukan lebih banyak lagi hal yang belum terungkap. Pada titik inilah, penelitian ini peneliti anggap layak untuk dilanjutkan.
2.1.3 Hasil Penelitian Terdahulu tentang Penggunaan Teknologi Komunikasi Non Facebook Sasaran
Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian Judul Penelitian
1
2
Penggunaan SMS sebagai
The Internet and Daily
Alat Komunikasi
Life (Deborah Fallows,
Interpersonal (Studi Kasus
PEW Internet & American
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
22
Komunikasi pada Pasangan
Life Project )
Suami Istri (Dian Setyorini, Tesis Departemen Ilmu Komunikasi Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia) Tahun,
Lokasi 2004, Jakarta
2004, Amerika
Penelitian Pertanyaan
Bagaimana penggunaan SMS
Bagaimana internet
Penelitian
sebagai alat komunikasi
terintegrasi dalam
interpersonal pada pasangan
kehidupan sehari-hari ?
suami istri ? Hasil Temuan
Ditemukan bahwa
Penggunaan internet
penggunaan teknologi
dikelompokkan dalam 4
komunikasi berupa SMS
kategori yang meliputi
(Short Message Service) via
mencari informasi (92%),
handphone pada pasangan
komunikasi (85%),
suami istri merupakan upaya
transaksi (75%), dan
untuk memelihara
hiburan (69%). Kekuatan
hubungan/relasi keduanya.
internet terletak pada
Layanan SMS membantu
efisiensi (cepat, mudah,
suami istri khususnya yang
sesuai permintaan
bekerja untuk terus menjalin
pengguna) dan konten
komunikasi terutama yang
(beragam, kaya infomasi,
dipisahkan oleh jarak. Bagi
terorganisir sehingga
suami istri ini, komunikasi
pencariannya pun mudah).
lewat SMS bisa menjadi pengganti komunikasi tatap muka. Metode
Kualitatif
Pendekatan kuantitatif berdasarkan metode
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
23
survey melalui interview telepon yang dilakukan oleh Princeton Survey Research Associates pada 18 November sampai 14 Desember tahun 2003. Mengambil sampel sejumlah 2.013 anak muda dengan usia maksimal 18 tahun. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan random digit sampling pada nomor telepon yang tercatat pada buku telepon US. Penelitian Acuan
Tidak ada
Caroline Haythornthwaite & Barry Wellman (2002) tentang internet dalam kehidupan sehari-hari
Teori/Konsep
Deborah Tannen (1990) tentang komunikasi antara laki-laki dan perempuan, R. Wayne Pace (1979) tentang konsep komunikasi interpersonal, Haferkamp (1991) tentamg konflik antara laki-laki dan perempuan, De Vito (2001) tentang komunikasi suami istri, Ruben (1998) tentang komunikasi dan perilaku.
Kelebihan
Mengangkat secara detil
Merinci secara detil
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
24
Penelitian
penggunaan SMS dalham
penggunaan internet yang
menunjang komunikasi bagi
terintegrasi dalam
pasangan yang telah menikah. kehidupan sehari-hari. Persamaan dengan Penggunaan teknologi
Penggunaan teknologi
Penelitian
internet/media online
yang komunikasi di kalangan yang
sedang Dilakukan telah menikah Peneliti Perbedaan dengan Jenis teknologi yang
Penggunaannya tidak
Penelitian
khusus di kalangan yang
yang digunakan
sedang Dilakukan
telah menikah
Peneliti Sumber : Peneliti (2011)
Peneliti beranggapan bahwa kedua penelitian tersebut walaupun tidak langsung bersinggungan dengan penggunaan facebook, namun dapat menunjang penelitian peneliti. Penelitian pertama yang dilakukan Setyorini (2004) memberikan gambaran pentingnya penggunaan teknologi komunikasi berupa SMS (Short Message Service) via handphone dalam memelihara relasi suami istri. Layanan SMS membantu suami istri khususnya yang bekerja untuk terus menjalin komunikasi terutama yang dipisahkan oleh jarak. Pasangan suami istri memiliki waktu
tetap
setiap
harinya
untuk
melakukan
komunikasi.
Ada
yang
menyempatkan menelpon pasangannya 3 kali sehari. Sebagian yang lain melakukan komunikasi sebelum berangkat kerja, saat di rumah, dalam perjalanan (pulang kerja karena tempat kerja searah), sebelum tidur, serta saat hari libur dan berada di rumah. Topik saat berkomunikasi tatap muka atau via SMS memiliki perbedaan. Dalam komunikasi tatap muka pada pasangan yang bekerja, topik komunikasi biasanya tentang lingkungan kerja baik tentang kegiatan, temanteman kerja. Sedangkan pada via SMS topik komunikasi dapat berupa permintaan izin saat akan bepergian, menanyakan kabar, menceritakan kondisi saat kerja, koordinasi tentang jadwal kegiatan, mengutarakan keinginan yang sulit dilakukan jika bertatap muka, serta mengutarakan isi hati saat terjadi konflik. Bagi suami istri ini, komunikasi lewat SMS bisa menjadi pengganti komunikasi tatap muka.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
25
Hasil penelitian ini menginspirasi peneliti untuk melihat bagaimana facebook dapat digunakan sebagai perekat relasi suami istri. Sementara itu, penelitian kedua dari Fallows (2004) menggambarkan bagaimana internet telah terintegrasi dalam kehidupan sehari-sehari. Fallows mengungkapkan bahwa penggunaan internet dapat dikelompokkan dalam 4 kategori yang meliputi mencari informasi, komunikasi, transaksi, dan hiburan. Urutan pertama dari kategori aktivitas yang diminati adalah untuk mencari informasi (92%) karena banyak, beragam, serta dapat diakses dengan cepat dan efektif. Kedua, untuk berkomunikasi (85%), seperti orang tua dan keluarga karena mudah, tidak terbatas, langsung pada yang dituju (pengiriman pesan, surat undangan dan kartu ucapan). Internet juga dapat digunakan sebagai sarana diskusi untuk menentukan acara bersama. Ketiga, untuk bertransaksi (75%) seperti belanja via online shop. Keempat, sarana hiburan (69%) seperti memainkan game online, melihat video, dan mendengarkan musik secara online. Fallows juga menyimpulkan bahwa penggunaan internet telah menjadi kebiasaan sehari-hari (daily aktivities) sekalipun aktivitas dalam dunia nyata (offline) tetap mendominasi. Aktivitas yang dilakukan secara offline dirasakan lebih ekslusif dibandingkan dengan online. Kekuatan penggunaan internet terletak pada efisiensi (cepat, mudah, sesuai permintaan pengguna) dan konten (beragam, kaya infomasi, terorganisir sehingga pencariannya pun mudah). Sedangkan kelemahannya terletak pada kualitas aktivitas dan pengalaman yang tidak sempurna. Sebayak 30 % warga Amerika dengan latar belakang pendidikan yang lebih baik, lebih makmur hidupnya, dan telah memiliki pengalaman penggunaan internet selama bertahun-tahun mengatakan bahwa internet menempati peran yang besar dalam aktivitas sehari-hari mereka. Laki-laki pada umunya lebih suka menggunakan internet untuk memperoleh informasi dan hiburan dibandingkan perempuan. Kelompok anak muda (18-29 tahun) juga berpandangan bahwa internet memiliki nilai yang tinggi bagi aktivitas sehari-hari mereka. Sedangkan orang-orang yang lebih tua lebih menyukai menggunakan internet untuk berinteraksi secara online. Pada penelitian pertama dari Setyorini (2004), dapat disimpulkan bahwa penggunaan handphone dengan fasilitas SMS-nya yang menjadi penghubung komunikasi suami istri menunjukkan bahwa teknologi menjadi solusi untuk
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
26
menyiasati kehidupan suami istri yang semakin sibuk. Penggunaan teknologi komunikasi bagi suami atau istri mencerminkan kesadaran akan pentingnya kedudukan pasangan bagi dirinya. Sementara itu, pada penelitian kedua yang dilakukan oleh Fallows (2004) dapat disimpulkan bahwa sejauh dapat dikendalikan maka penggunaan internet berperan dalam memudahkan dalam menjalani beragam aktivitas sehari-hari. Manusia makin dapat menikmati hidup berkat teknologi. Peneliti melihat kedua penelitian tersebut dapat menjadi inspirasi peneliti dalam memberikan gambaran bahwa teknologi komunikasi telah menjadi bagian dari kehidupan manusia saat ini. Hal ini nantinya membantu peneliti dalam melihat penggunaan facebook dalam kehidupan suami istri.
2.1.4 Kesimpulan Tinjauan Pustaka Berdasarkan penjabaran dari penelitian terdahulu, peneliti mengambil beberapa kesimpulan untuk dijadikan acuan bagi penelitian ini. Pertama, relasi suami istri bersifat dinamis. Penggunaan teknologi seperti facebook membuka peluang terjadinya pengembangan pola relasi yang diterapkan. Selain itu, dalam setiap relasi suami istri terdapat norma/aturan yang mengatur peran keduanya. Norma/aturan akan memastikan bahwa masing-masing pasangan menjalankan peran sesuai dengan harapan. Kedua, penggunaan facebook menimbulkan konsekuensi positif dan negatif. Konsekuensi ini tergantung pada motif yang melatarbelakanginya. Setiap orang memiliki motif yang berbeda sehingga pandangan positif atau negatif bersifat relative. Penggunaan facebook di kalangan suami istri akan selalu dikaitkan kepada relasi dengan pasangan. Hal ini disebabkan karena pernikahan merupakan penyatuan dua individu. Dalam konteks penggunaan facebook, sekecil apapun perubahan yang terjadi akan dilihat implikasinya pada pasangannya. Ketiga, penggunaan teknologi komunikasi semakin diperlukan dalam masyarakat dewasa ini. Kedudukannya bertambah penting karena telah menjadi bagian yang terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terlihat dari penelitian dari Setyorini dan Fallows. Pada titik ini, peneliti semakin meyakini bahwa kajian ini perlu diteruskan.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
27
Untuk memahami, bagaimana implikasi penggunaan facebook terhadap relasi suami istri, maka perlu mengetahui konsep dari relasi suami istri dan fleksibilitas itu sendiri sebagai salah satu unsur relasi yang berperan saat terjadi perubahan.
2.2 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual penelitian ini bersumber dari konsep fleksibilitas yang bersumber dari buku Marriage and Families Intimacy, Diversity, and Strengths karya David H Olson, John DeFrain, dan Linda Skogrand (2008).
2.2.1 Fleksibilitas Fleksibilitas merupakan salah satu kunci relasi suami istri yang dikembangkan oleh Olson, DeFrain. dan Skogrand (2008). Inti fleksibilitas menurut ketiganya adalah perubahan. Fleksibilitas ditunjukkan dengan sejumlah perubahan yang terjadi di dalam sebuah kepemimpinan, hubungan peran, serta aturan dalam berhubungan (Olson, DeFrain, & Skogrand, 2008 : 87). Terdapat 6 unsur fleksibilitas yang dijelaskan oleh Olson, DeFrain, dan Skogrand yakni kepemimpinan, disiplin, negosiasi, peran, aturan, dan perubahan. Dari 6 unsur fleksibilitas (kepemimpinan, disiplin, negosiasi, peran, aturan, dan perubahan), peneliti memilih 3 unsur yakni kepemimpinan, negosiasi, dan peran yang digunakan dalam penelitian ini. Ketiga unsur ini peneliti pilih karena dapat menjelaskan fleksibilitas penggunaan facebook secara lebih dalam dan utuh.
2.2.1.1 Kepemimpinan Dalam menjelaskan kepemimpinan, Olson, DeFrain, dan Skogrand (2008 : 209) menggunakan istilah kekuatan (power) dan kekuasaaan. Menurut ketiganya, kekuasaan, kontrol, dan otoritas secara berlanjut terjadi di dalam keluarga. Persaingan akan kekuasaan setiap anggota keluarga biasanya meningkat. Dari sudut pandang tradisi, laki-laki lebih dipandang memiliki kekuasaan dalam keluarga. Sedangkan, perempuan memiliki kekuatan yang kadang lebih besar dari laki-laki ataupun anggota keluarga lainnya.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
28
Power atau kekuasaan didefinisikan sebagai kemampuan (potensial atau aktual) dari suatu individu untuk mengubah sikap anggota yang lain dalam sistem sosial (Olson dan Cromwell dalam Olson, DeFrain, dan Skogrand, 2008 : 209). Dalam keluarga, kekuasaan (power) didefinisikan sebagai kemampuan anggota keluarga untuk merubah sikap anggota keluarga lainnya. Menurut Kathleen M Galvin dan Bernard J. Brommel (dalam Olson DeFrain, dan Skogrand, 2008 : 209), kekuasaan adalah proses interaktif yang melibatkan satu anggota keluarga yang menginginkan sesuatu dari anggota keluarga yang lainnya. Anggota keluarga ini akan mempengaruhi anggota keluarga yang lainnya. Kekuasaan merupakan proses yang dinamis, tidak statis. Hal ini menciptakan situasi yang resiprokal dimana kekuatan mengarah yang lainnya kemudian direspon balik. Kekuasaan dapat berubah seiring waktu, khususnya ketika keluarga berada dibawah tekanan. Kekuasaan mempunyai aspek perseptual dan behavioral dimana kekuasaan yang sama mungkin diterima secara berbeda oleh setiap anggota keluarga.
Tipe Pola Kepemimpinan (Power) Olson, DeFrain, dan Skogrand (2008 : 341-342) menjelaskan beberapa gaya dalam kepemimpinan. Pertama, gaya demokratis. Dalam pola ini, pemimpin keluarga menghadirkan aturan-aturan yang jelas dan harapan-harapan dan mendiskusikannya dengan pasangan. Walaupun mereka mengetahui pandangan pasangan, pemimpin menggunakan alasan dan kekuatan untuk menguatkan posisi mereka. Suami istri dari pola ini sangat percaya diri dan bahagia. Keduanya bisa menghadapi masalah dengan baik dan berorientasi dalam mencapai penghargaan. Kedua, gaya otoriter. Dalam pola ini, pemimpin keluarga menghadirkan aturan yang kaku dan harapan-harapan yang secara keras memaksa anggota keluarga lain termasuk pasangan untuk mewujudkannya. Bagi anak yang sudah dewasa, kondisi seperti ini sulit diterima. Ia akan cenderung melawan aturanaturan orang tuanya. Dalam penelitian Baumrind (dalam Olson, DeFrain, dan Skogrand, 2008 : 241), anggota keluarga dari keluarga tipe seperti ini sering
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
29
memiliki masalah dalam sikap seperti moody, tidak bahagia, mudah stress, dan tidak ramah. Ketiga, gaya permisif (serba membolehkan). Pemimpin keluarga membiarkan anggota keluarga lainnya memiliki apa saja yang diinginkannya. Tidak ada paksaan bagi anggota keluarga untuk mengikuti apa yang sudah menjadi standar pemimpin. Gaya serba membolehkan ini dapat menjadi semakin ekstrim. Baumrind (dalam Olson, DeFrain, dan Skogrand, 2008 : 242), meneliti bahwa anak-anak dalam keluarga yang bertipe seperti ini cenderung memunculkan sikap agresif-impulsif. Keempat, gaya pengabaian. Dalam gaya ini, pemimpin keluarga jarang memberi perhatian terhadap anggota keluarga dan jarang memaksa mereka untuk bersikap yang seharusnya. Kelima, gaya ketidakterlibatan. Pemimpin keluarga sering mengabaikan anggota keluarga lainnya, membiarkannya melakukan apa saja yang disukainya selama itu tidak menggangu aktivitas pemimpin.
2.2.1.2 Negosiasi Menurut Olson, DeFrain, dan Skogrand, negosiasi merupakan cara untuk menawar dan menyatakan pendapat demi mencapai kesepakatan (2008 : 139). Menurut ketiganya negosiasi sebaiknya dilakukan secara dewasa. Corby (dalam Olson, DeFrain, dan Skogrand, 2008 : 141), orang yang negosiasi sering berakting seperti anak kecil atau seperti orangtua. Saat bertingkah laku seperti anak-anak, seseorang menjadi sensitif dan sering merasa tersakiti. Saat bertingkah laku seperti orang tua, seseorang sering terjebak dalam adu argumentasi dari pada berinteraksi dengan cara yang sesuai dengan situasi. Bernegosiasi dengan cara dewasa diwujudkan dengan sikap menjadi pendengar yang baik untuk pasangannya, merespon secara cermat dan rasional, dan ,jika perlu, melibatkan orang lain untuk menemukan solusi. Ditambahkan ketiganya bahwa dalam bernegosiasi pasangan harus fokus terhadap masalah dan kondisi yang dialami saat ini. Argumentasi yang fokus akan membangun topik yang terjadi saat ini. Sebaliknya, argumentasi yang tidak fokus/melompat-lompat dari suatu masalah ke masalah yang lain sangat kecil kemungkinannya menyelesaikan masalah.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
30
Biasanya, mengungkit masa lalu dijadikan senjata untuk saling menyalahkan Olson, DeFrain, Skogrand (2008 : 141). Ditambahkan Olson, DeFrain, Skogrand (2008 : 140), sikap yang perlu dihindari dalam negosiasi adalah menghindari member ultimatum. Ultimatum adalah suatu permintaan yang tidak dapat ditawar seperti “kamu lakukan ini atau yang lain.” Sikap ini merupakan sering menyulut sebuah pertengkaran. Ultimatum atau ancaman hanya memberikan ruang kecil kemungkinan terjadinya negosiasi. Selain itu, perlu juga menghindari tuduhan dan serangan. Saat seseorang dituduh, ia cenderung untuk bereaksi baik dengan menuduh orang lain atau dengan berbalik menyendiri. Pernyataan “kamu” secara implisit atau eksplisit merupakan sinyal dari adanya serangan. Daripada menyerang dengan pernyataan “kamu” gunakan pernyataan “saya,” seperti saya merasa terluka, saya merasa terabaikan, atau saya merasa dikecewakan. Walaupun perbedaan penggunaan kata “saya” dan “kamu” itu sedikit, namun memiliki dampak yang signifikan. Dengan menggunakan pernyataan “saya,” si pembicara dengan jelas menunjuk sesuatu yang salah dalam hubungan mereka. Ini juga menandakan bahwa pasangannya tidak bersalah dan menunggu pembuktian untuk siapa yang bersalah. Terkait cara dalam menyampaikan keinginan, menurut Olson, DeFrain, dan Skogrand (2008 : 141), negosiasi sebaiknya dilakukan secara terbuka, nyatakan keinginan dan permintaan dengan jelas dan langsung. Orang seringkali tidak mengatakan secara langsung apa yang diinginkan. Saat konflik meningkat, orang sering gagal dalam mengatakan apa yang sebenarnya dimaksud/diinginkan. Salah satu pendekatan yang sering dilakukan yakni menanyakan pertanyaan yang mengarah dan menunjukkan kepada hasil yang diinginkan tanpa menunjuk secara langsung kepadanya. Seseorang yang ingin pergi ke bioskop mungkin akan bertanya apa kamu ingin menonton film malam ini? pendekatan secara tidak langsung ini kadang-kadang berhasil. Namun ini bukan cara yang dapat diandalkan untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Menolak untuk berbicara adalah suatu usaha untuk mendapatkan atau memanipulasi pasangannya. Sikap ini secara tidak langsung menutup pasangan secara emosional dengan harapan pasangan akan menerimanya. Ini adalah sebuah bentuk kekerasan psikologi dan merupakan pendekatan yang jarang dapat mengatasi masalah yang ada.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
31
Masih terkait komunikasi, menurut Olson, DeFrain, Skogrand (2008 : 143), pasangan yang bernegosiasi perlu mengulangi pesan yang telah didapatkan dengan menyatakan kembali apa yang ditangkap dengan bahasanya sendiri. Pendengar yang aktif membiarkan pasangannya dan sangat mengetahui apa yang dikatakan pasangan. Pendengar yang aktif melakukan 3 hal yang penting : 1) memaksa seseorang untuk mendengarkan, 2) menurunkan reaksi dengan tetap menjaga diskusi secara tenang dan rasional, dan 3) memahami pesan. Ditambahkan ketiganya pula bahwa pasangan yang bernegosiasi harus selalu mengecek persepsinya tentang pasangan. Jangan berasumsi bahwa kita mengetahui apa yang sebenarnya terjadi sampai bicara dengan pasangan. Jangan juga mencoba untuk menebak apa yang dipikirkan dan dirasakan pasangan. Sebaiknya langsung menanyakannya apa yang dipikirkan dan dirasakan pasangan. Bagi Olson, DeFrain, dan Skogrand (2008 :143), saat adu argumentasi terjadi begitu intens, berhenti sebentar mungkin akan berguna. Lamanya waktu berhenti tergantung sejauh mana pasangan merasa lelah. Kadang-kadang beberapa menit atau 1 jam sudah cukup, terkadang diperlukan juga 1 hari. Pasangan yang melakukan adu argumentasi sebaiknya tetap berusaha keras secepat mungkin untuk menjadi dekat kembali. Membiarkan masalah terus menggantung akan meningkatkan pertengkaran serta menyuburkan sikap pasif dan agresif. Yang perlu dicatat menurut Olson, De Frain, dan Skogrand (2008 : 142) dalam
bernegosiasi
jangan
pernah
gunakan
sex
dalam
menyelesaikan
ketidaksetujuan. Selain itu, prinsip yang harus dipahami terkait negosiasi dengan pasangan adalah kekalahan pada 1 pihak adalah kekalahan untuk semua. Tujuan negosiasi bukanlah memenangkan atau mengalahkan argumen, tapi untuk bekerja sama dan menemukan solusi yang dapat diterima oleh semua pihak.
2.2.1.3 Peran Penjelasan peran dari Olson, DeFrain, dan Skogrand (2008 : 195) dipengaruhi pendapat Talcott Parsons dimana peran dapat dilihat dari dua sudut pandang yakni tradisional dan kontemporer. Dalam penjelasannya Parsons (dalam Olson, 2008 : 195) menambahkan bahwa dalam keluarga modern, masyarakat mengarahkan peran laki-laki bersifat
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
32
“instrumental” dan peran perempuan bersifat “ekspresif”. Peran instrumental berwujud sebagai kepala rumah tangga, manajer, dan pemimpin dalam rumah tangga. Peran wanita yaitu mengurus pekerjaan dalam rumah tangga. Sedangkan peran ekspresif bagi perempuan berwujud sebagai pengurus dalam rumah tangga. Parson melihat dua peran ini secara terpisah. Teori Parson berfokus pada aspek positif dalam struktur keluarga tradisional namun kurang menekankan masalah potensi dari masih-masing pasangan. Pandangan tradisional menekankan stabilitas dari pada perubahan. Fokusnya bagaimana melahirkan keharmonisan dari pada menciptakan konflik. Teori Parson juga cenderung menekankan pada stereotipe sifat maskulin dan feminin. Pandangan kontemporer berasumsi bahwa baik laki-laki ataupun perempuan mampu dan dapat berhasil dalam urusan pekerjaan rumah tangga dan juga pada pekerjaan mereka. Perempuan dapat belajar lebih mandiri, kuat, logis, dan berorientasi pada tugas. Sedangkan laki-laki juga dapat belajar untuk memiliki kemampuan dalam mengurus sesuatu, lebih sensitif, kooperatif, dan berorientasi pada hal-hal kecil. Bagaimanapun, laki-laki dan perempuan dapat saling belajar satu sama lain. Laki-laki dapat mempelajari nilai-nilai sensitivitas dan kepedulian dari perempuan. Sedangkan perempuan dapat mempelajari nilainilai kemandirian dari laki-laki. Keduanya dapat bekerja sama dan saling melengkapi (Parson dalam Olson, 2008 : 195). Budaya tradisional mendorong para perempuan menjadi pendengar yang baik,
mudah
berempati,
mudah
memahami,
dan
berpotensi
menjadi
pendorong/penyemangat. Nilai-nilai ini dapat menjadi modal dalam pengambilan keputusan untuk meraih kekuatan di dalam rumah dan pekerjaan (Olson, DeFrain, Skogrand : 2008 : 196).
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang penjabaran metode penelitian yang digunakan yang meliputi uraian tentang pendekatan penelitian, subjek penelitian, informan penelitian, peran peneliti, teknik pengumpulan data, analisa data, serta waktu penelitian.
3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan ini menggunakan pendekatan kualitatif yang melihat gambaran holistik dari objek penelitian dalam menjelaskan fenomena sosial yang diteliti. Penelitian kualitatif menginterpretasikan data dengan cara memberi arti terhadap data yang diperoleh (Neuman, 2003:148). Pendekatan kualitatif merupakan penelitian yang berusaha membangun sebuah realitas sosial dimana peneliti terlibat dan memfokuskan diri untuk melihat interaksi maupun proses yang terjadi pada fenomena maupun objek yang diteliti (Wisudarmoko, 2010:43). Menurut peneliti, pendekatan ini tepat digunakan dalam penelitian ini karena dapat menggali lebih dalam hal-hal yang mendorong para suami istri untuk mulai dan setia menggunakan facebook. Melalui pendekatan ini, peneliti juga dapat mengkaji relasi suami istri yang dijalani pengguna facebook. Hal-hal seperti relasi merupakan data kualitatif yang relevan untuk didekati secara kualitatif.
3.2 Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah pasangan suami istri atau istri saja yang menggunakan facebook. Latar belakang dipilihnya istri karena adanya harapan sebagian besar suami agar istri menjaga kehormatan suami. Hal ini membuat istri menutup diri. Peneliti berasumsi kehadiran facebook menjadi alternatif bagi istri untuk berbagi perasaan dan berbagi cerita. Pada titik ini, fleksibilitas atau kebebasan yang diberikan suami menjadi hal menentukan dalam ruang gerak penggunaan facebook bagi istri. Selain itu, posisi peneliti dan informan yang sama-sama perempuan dan istri membuat peneliti ingin menyuarakan dan
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
34
mengungkapkan fakta yang terjadi di kalangan istri terkait penggunaan facebook dalam pernikahan.
3.3 Informan Penelitian Informan penelitian ditentukan berdasarkan snowball (bola salju) dan purposive sampling. Snowball dilakukan dengan meminta rekomendasi informan untuk menunjuk informan lain yang dapat diwawancarai pada waktu yang lain. Sedangkan purposive sampling dilakukan dengan memilih informan sesuai dengan karakter informan yang peneliti nilai memiliki pengetahuan yang memadai dan tidak keberatan untuk dilibatkan dalam penelitian ini. Informan yang peneliti gunakan sebanyak 10 orang yang peneliti kelompokkan dalam 3 kelompok yakni : 1. Pasangan yang saling berteman dalam penggunaan facebook 2. Pasangan yang tidak saling berteman dalam penggunaan facebook 3. Istri saja yang menggunakan facebook
Pemilihan 3 kelompok tersebut dilatarbelakangi oleh hasil observasi singkat yang peneliti lakukan terhadap teman-teman peneliti yang menggunakan facebook. Peneliti memperoleh 3 kelompok tersebut di kalangan yang telah menikah. Dari 3 kelompok ini, peneliti berharap dapat memperkaya hasil temuan.
Tabel 2. Gambaran Umum Informan
Betawi
15 thn 3 org
Islam
Padang
Islam
Sunda
Kristen
Ambon
26 thn 2 org
Pekerjaan
Jumlah Anak
Usia
Islam
Pendidikan Terakhir
4
HD (suami) MC (istri)
Usia Pernikahan
3
40 thn 37 thn 46 thn 45 thn
Suku
2
AY (suami) F (istri)
Agama
1
Nama
No
I. Pasangan yang Saling Berteman dalam Penggunaan Facebook
S2
Dosen
S2
PNS
Akademi
Kry. swasta
SMA
Wirausaha
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
35
II. Pasangan yang tidak saling berteman 5 AW 41 Islam Jawa 15 thn (Istri) thn 6 LS 45 Islam Sunda 17 thn (Istri) thn III. Istri saja yang menggunakan Facebook 7 NN 41 Islam Sunda I : 4 thn (istri) thn II : 3 thn 8 RO 37 Islam Jawa 14,5 thn (istri) thn 9 LP 36 Islam Aceh 12 thn (istri) thn 10 SM 38 Islam Betawi 16 thn (istri) thn
2 org
SMA
2 org
SMA
Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga
1 org
SMA
3 org
S1
2 org
Diplom a SMA
3 org
Ibu rumah tangga Desainer grafis Kary. Swasta Ibu rumah tangga
Dari data subjek penelitian dapat dilihat karakteristik umum para informan dalam penelitian ini : •
Usia informan berkisar antara 36 hingga 48 tahun
•
Usia pernikahan berkisar antara 3 hingga 26 tahun
•
Pendidikan paling rendah setingkat SMA ada 5 orang, setara diploma 1 orang, dan S1 ada 2 orang. Sedangkan pendidikan tertinggi adalah S2 sebanyak 2 orang.
•
Jumlah anak yang dimiliki berkisar 1 hingga 4 orang
•
Status bekerja para istri adalah 2 orang bekerja kantoran sebagai pegawai swasta, 1 orang PNS, 1 orang wirausaha (catering), dan 4 orang ibu rumah tangga.
•
Agama yang dianut adalah sebagian besar Islam, hanya 1 orang yang menganut Kristen Katolik
3.4 Peran Peneliti Peran peneliti terkait dengan bagaimana posisi dalam penelitian ini dan latar belakang yang menyebabkan peneliti melakukan penelitian ini. Pertama, karena peneliti sendiri adalah pengguna facebook yang aktif sehingga memahami dan merasakan bagaimana facebook mempengaruhi relasi sehingga memudahkan peneliti menjiwai penelitian ini. Kedua, peneliti memiliki jaringan teman-teman dekat berstatus telah menikah dan menggunakan facebook. Hal ini memudahkan peneliti mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk menuntaskan penelitian ini. Sedangkan latar belakang ketertarikan peneliti untuk mengangkat tema
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
36
tentang facebook ini karena perkembangan penggunaan facebook yang semakin meluas dan semakin banyaknya kasus-kasus yang terkait dampak facebook dalam pernikahan dan kehidupan berkeluarga.
3.5 Teknik Pengumpulan Data Informan penelitian ini adalah teman dan orang yang sengaja peneliti dekati untuk kepentingan ini yang didapat melalui rekomendasi teman. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dimula dengan observasi terhadap profil informan dan catatan wall melalui facebook. Observasi ini digunakan peneliti untuk mendapatkan gambaran singkat mengenai latar belakang calon informan termasuk karakter informan dan pengamatan sekilas tetang relasinya dengan pasangan di dunia maya. Selain observasi, teknik pengumpulan data lainnya yaitu wawancara mendalam. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang dalam dan lengkap dari informan-informan kunci yang memiliki kompetensi untuk memberikan data yang lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai permasalahan yang menjadi topik kajian. Teknik pengumpulan data yang lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data sekunder juga penulis lakukan dengan mengadakan penelusuran studi pustaka dan sumber media massa. Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data-data penunjang penelitian. Data-data ini didapatkan dari berbagai dokumen, baik buku, majalah, koran, internet, dan hasil penelitian sebelumnya mengenai facebook, khususnya terkait implikasinya dengan pernikahan.
3.6 Proses Penelitian Proses penelitian ini diawali dengan menginventarisir calon informan sesuai kelompok informan yang peneliti butuhkan. Beberapa informan merupakan teman langsung peneliti, teman hasil rekomendasi teman, dan kenalan baru via facebook yang peneliti pilih untuk keperluan penelitian ini. Khusus di kalangan teman, peneliti beberapa kali terlibat dalam perbincangan santai tentang pengaruh facebook terhadap relasi suami istri. Dari
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
37
sini terlihat mana teman yang berpotensi menjadi informan penelitian ini. Peneliti sempat kehilangan 1 informan karena yang bersangkutan tidak bersedia diwawancarai
dengan
alasan
merasa
malu
karena
membuka
aibnya
pernikahannya. Calon informan yang direkomendasikan teman peneliti dan kenalan baru peneliti add sebagai teman. Setelah itu peneliti mengadakan pendekatan melalui chatting untuk lebih akrab. Setelah itu, baru peneliti mengutarakan niat untuk mewawancarai. Sebagian besar informan memilih wawancara di luar rumah agar dapat lebih leluasa bercerita. Peneliti mendapat pengalaman unik saat mewawancarai pasangan suami istri secara bersamaan. Keduanya sempat beradu mulut saat wawancara karena salah satu pasangan salah dalam menangkap pertanyaan dan jawaban dianggap pasangan lainnya tidak sesuai kenyataan. Akhirnya peneliti menetralisir dengan mengubah bentuk kalimat pertanyaan. Selanjutnya, peneliti mulai melakukan wawancara mendalam. Alat bantu yang peneliti gunakan adalah flash disc recorder dan pedoman wawancara. Tahap berikutnya adalah melakukan transfer transkip rekaman dari bentuk audio menjadi bentuk tulisan. Naskah hasil rekaman ini selanjutnya menjadi bahan dianalisis dalam penelitian ini. Secara rinci, proses masing-masing informan adalah sebagai berikut : AY merupakan suami F dimana F adalah teman LP. Informan ini peneliti pilih karena F dan suami aktif menggunakan facebook dan peneliti nilai kooperatif untuk diwawancarai. Sebelum melakukan wawancara, peneliti melihat facebook AY dan F. Keduanya terlihat sebagai pasangan yang harmonis. AY tampak tidak terlalu sering membuat status. Peneliti sebelum melakukan wawancara dengan informan ini, peneliti konfirmasi ke istrinya untuk menanyakan nomor HP AY, kemudian informan mengontak AY di sela-sela kesibukan mengajarnya untuk bersedia diwawancari oleh peneliti. Pada awalnya peneliti ingin melakukan wawancara berdua dengan istrinya, F. Namun pada saat itu F sedang mengantar ibunya ke rumah sakit. Wawancara dengan AY peneliti lakukan pada hari Kamis, 22 September 2011, pukul 10.10-12.50 WIB di Ruang Dosen UIN Jakarta.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
38
F istri AY adalah teman LP. F peneliti wawancara setelah melakukan wawancara dengan suaminya yakni AY. Dalam facebooknya, F tampak sangat eksis. Setiap hari F meng-update status dan selalu dikomentari oleh temantemannya. Status yang ditulis mencerminkan perasaan dan kejadian yang dialaminya. F juga sering meng-upload foto kegiatan dengan keluarga dan temanteman. F merupakan teman dari LP. Peneliti memilih F karena F dan AY sesuai dengan profil informan yang peneliti butuhkan yakni pasangan yang sama-sama pengguna facebook. Selain itu, berdasarlan rekomendasi LP, F dan suaminya cukup kooperatif jika diminta untuk wawancara. Sebelum melakukan wawancara, peneliti mengirim SMS dan mengontak F untuk konfirmasi penentuan waktu dan tempat untuk wawancara. Wawancara dengan informan ini peneliti laksanakan pada Kamis, 22 September 2011, pukul 14.30-17.35 WIB, di mushola kantor Akademik Pusat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tempat informan ini bekerja. HD dan MC merupakan infoerman hasil rekomendasi seorang teman peneliti yang bernama I. HD merupakan sepupu dari I, dan menurut I, HD merupakan informan yang cukup koperatif dan sesuai dengan karakter informan yang peneliti butuhkan dalam penelitian ini. Dari pengamatan peneliti pada facebook HD, HD jarang meng-update status. Hal yang diungkapkan HD dalam statusnya adalah kejadian yang sedang dialami. Ini berbeda dengan MC, yang hampir setiap hari meng-update status. MC juga sering mengutip firman Tuhan dan meng-upload foto kegiatan kumpul-kumpul dengan teman-teman. Pernah juga MC meng-upload foto Yesus. Wawancara dengan informan ini peneliti lakukan
pada
Sabtu, 24
September 2011, jam 16.45-17.55 WIB. Tebet Dalam Timur yang merupakan kediaman orang tua dari HD. Wawancara peneliti laksanakan berbarengan dengan istri HD, yakni MC. Saat peneliti datang ke tempat wawancara, MC masih belum berada di lokasi sebab sedang mengikuti acara reunion. Oleh sebab itu, wawancara peneliti lakukan dengan HD terlebih dahulu. Peneliti memilih pasangan ini karena keduanya menggunakan fasilitas facebook. Wawancara dengan MC peneliti lakukan lebih lama daripada dengan suaminya, sebab HD harus mengantarkan anaknya jalan-jalan.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
39
AW adalah informan hasil rekomendasi dari teman peneliti yang bernama S. Menurut S, informan ini kooperatif dan sesuai dengan karakter informan yang peneliti butuhkan yakni pasangan yang menggunakan facebook namun tidak saling berteman. Baru-baru tahun 2011 ini AW aktif menggunakan facebook. AW tidak meng-update facebook setiap hari. Statusnya banyak bercerita sekitar kegiatannya dalam mengurus urusan domestic atau mengungkapkan kejadian yang dialaminya. Wawancara ini dilakukan pada pukul 13.30-15.30 WIB pada hari Minggu 30 Oktober 2011. Awalnya informan keberatan dengan waktu yang peneliti ajukan karena sudah janji menemani anak dan keponakannya berbelanja buku di Gramedia Matraman. Namun akhirnya, menyetujui dengan mengambil tempat wawancara yang dekat dengan toko buku yang akan dituju yakni di Dunkin Donuts Matraman. LS adalah teman peneliti di sanggar senam. Informan ini peneliti pilih karena dari perbincangan dengan informan yang diketahui tidak saling add dengan suaminya yang juga pengguna facebook. Peneliti mengirim pesan melalui SMS untuk melakukan wawancara. Informan ini pada awalnya tidak bersedia untuk diwawancari karena bersamaan waktunya dengan kedatangan kakaknya dari luar kota. Akhirnya peneliti menyesuaikan lagi jadwal untuk wawancara, akhirnya didapatkan waktu untuk wawancara beberapa hasri setelahnya. Peneliti merencanakan melakukan wawancara di tempat senam, namun tempat yang terlalu ramai, sehingga sepakat untuk mencari lokasi yang lebih nyaman yakni tempat makan di daerah Legoso Ciputat. Wawancara ini peneliti lakukan pada hari Jum’at, 4 November 2011, pukul 11.17-13.16 WIB. Sebelum memilih LS sebagai informan penelitian ini, peneliti mengamati bahwa LS tidak setiap hari meng-update status. Teman-teman facebook-nya tidak terlalu banyak. Dari facebook-nya terlihat LS banyak mengikuti games. RO merupakan teman peneliti selama kuliah di Politeknik UI. Peneliti memilih informan ini karena tertarik pada status yang ditulis oleh informan yang peneliti nilai sangat dinamis. Status RO sering mengungkapkan perasaan dan bercerita tentang kejadian yang dialami di facebook. Dari facebooknya, peneliti
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
40
melihat bahwa RO sangat eksis. Ia meng-update status setiap hari dengan komentar yang cukup banyak dari teman-temannya. Awalnya peneliti menawarkan untuk melakukan wawancara di rumah, namun informan menawarkan pelaksanaan wawancara di kantor informan dengan alasan agar lebih efektif bagi informan dan peneliti. Wawancara terhadap informan ini dilaksanakan pada Selasa 13 September 2011, pada pukul 15.4018.42 WIB. Awalnya wawancara ini dilakukan di mushola kantor, kemudian informan dan peneliti sepakat untuk pindah lokasi di Bright Café (kafe yang ada di lingkungan kantor) karena privacy-nya lebih terjaga. LP merupakan teman informan ketika sama-sama sekolah di Madrasah Tsanawiyah Pembanguan Ciputat. LP adalah mantan teman sebangku peneliti sehingga LP sangat terbuka pada peneliti. Hal ini lah yang menjadi salah satu pertimbangan peneliti memilih LP. Dari pengamatan peneliti, LP meng-update status setiap hari dengan isi status berupa cerita kejadian yang dialami. Awalnya, peneliti mengirim inbox ke facebook informan ini terkait maksud peneliti mewawancarai LP. LP sangat welcome. Kemudian menetapkan waktu yang tepat untuk bertemu. Akhirnya disepakati wawancara dilakukan di rumah LP di daerah Cirendeu Ciputat Tangerang Selatan. Wawancara ini peneliti lakukan pada hari Rabu, 21 September 2011 pada pukul 07.00-12.10 WIB. Waktu wawancara pagi karena siang harinya informan bersiap menuju bandara untuk menjemput kakaknya yang akan datang dari Belanda. SM merupakan informan yang merupakan teman dari teman peneliti yakni H. Peneliti tertarik berkenalan karena melihat statusnya yang dinamis dan kadangkadang memancing. sehingga peneliti tertarik untuk menjadikan subjek penelitian. Selain itu profil SM juga sesuai dengan karakter yang peneliti butuhkan pengguna facebook yang telah menikah dan suami tidak menggunakan facebook. Lewat inbox, SM tidak keberatan diwawancarai. Pada awalnya informan ini tidak bisa untuk melakukan wawancara karena sibuk mengurus anak. Kemudian peneliti melakukan konfirmasi kembali untuk bertemu dan menyesuaikan waktu dengan informan ini. Wawancara dengan infoman ini peneliti lakukan pada Rabu, 21 September 2011, pukul 13.10-16.17 WIB, di daerah Situ Gintung Ciputat di kediaman informan.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
41
NN merupakan hasil rekomendasi teman peneliti, S. NN dinilai S cukup kooperatif dan profil NN sesuai dengan yang peneliti butuhkan dalam penelitian ini. Dari facebooknya, peneliti melihat NN sangat eksis di facebook. Di facebook NN terlihat sebagai pribadi yang terbuka. Statusnya berubah setiap hari dengan komentar yang banyak dari teman-temannya. Peneliti mengutarakan maksud untuk meminta wawancara. Akhirnya, SM bersedia untuk diwawancari. Informan ini menawarkan tempat wawancara di Solaria Kramat Jati Mall dengan alasan tempat tersebut dekat dengan rumahnya. Wawancara peneliti lakukan pada Senin, 26 September 2011, pukul 12.25-15.40 WIB. Observasi peneliti lakukan dengan melihat facebook para informan. Hal ini dilaksanakan sebelum turun lapangan untuk melakukan wawancara guna memastikan kecocokan profil informan dengan yang dibutuhkan peneliti. Selain itu, observasi dilakukan untuk mengamati perkembangan relasi dengan pasangan. Misalnya, observasi untuk melihat perkembangan relasi HD dan MC dimana sebelumnya HD melarang MC mengutip firman Tuhan. Selain itu, observasi untuk melihat perkembangan relasi AY dan F. Melalui upload foto-fotonya tampak makin rukun dan bahagia setelah terjadinya konflik dalam rumah tangga mereka berdua.
3.7 Analisa Data Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pertama, dengan mengorganisasikan data hasil wawancara (verbatim) dan hasil observasi dalam bentuk matriks. Kedua, memahami dan menganalisa hasil wawancara dengan terlebih dahulu memasukkannya dalam 3 kategori unsur fleksibilitas yakni, kepemimpinan, negosiasi, dan peran.
3.8 Waktu Penelitian Penelitian ini akan melalui beberapa tahap antara lain, tahap seminar proposal, tahap pengumpulan data lapangan, tahap analisa data, seminar hasil (laporan turun lapangan), dan tahapan final laporan penelitian. Seluruh tahapan tersebut tertuang dalam tabel jadwal kerja penelitian berikut ini :
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
42
Tabel 3. Jadwal Kerja Penelitian No
Kegiatan Jun
1 2 3 4 5 6 7
Revisi Proposal Sidang proposal Pengumpulan data Analisis data Seminar hasil penelitian Revisi hasil penelitian Sidang Tesis
Jul
Juni 2011 – Des 2011 Agt Sept Okt Nov Des Jan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
43
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
4.1 Pasangan yang Saling Berteman dalam Penggunaan Facebook Pasangan AY (Suami) dan F (Istri) AY berusia 40 tahun, telah menikah 15 tahun yang lalu dengan F yang kini berusia 37 tahun. Mereka dikaruniai 3 orang anak. AY adalah seorang dosen di perguruan tinggi Islam negeri yang juga aktif sebagai pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jakarta dan Dewan Syariah di beberapa bank syariah swasta di Jakarta. Sedangkan F adalah PNS yang bekerja di bagian akademik di perguruan tinggi tempat AY mengajar. Keduanya mengenyam pendidikan S2. Saat ini, AY sedang menyelesaikan studi doktoralnya di perguruan tinggi tempatnya mengajar. Selain itu, AY juga kerap diundang sebagai penceramah dan beberapa kali menjadi wakil MUI sebagai narasumber ahli dalam acara talkshow di beberapa stasiun televisi. Pernikahan bagi AY bertujuan melaksanakan ibadah kepada Allah SWT, mengikuti sunnah Rosul, mengkuti fitrah manusia, melaksanakan kewajiban sebagai hamba Allah. Dua hal yang menjadi aspek penting dalam pernikahan menurut AY adalah agama dan komunikasi. Sedangkan bagi F, pernikahan bertujuan menyatukan dirinya dan suami yang dianggap menjadi pelindungnya. Menurut F, komunikasi adalah hal yang terpenting dalam pernikahan. Lalu diikuti saling pengertian, saling memahami karena pernikahan menyatukan karakter yang berbeda. F memiliki masa lalu yang memprihatinkan. Usia 8 bulan setelah lahir, F ditinggal pergi ayahnya melanjutkan studi di Belanda. Saat F berusia 4,5 tahun ayahnya pulang ke Indonesia. Saat bertemu ayahnya, F tidak dapat langsung dekat. Ia merasa marah. Dalam benak F, ia bertanya-tanya mengapa ayah meninggalkannya. Sementara itu, ayah F tidak dapat lama di Indonesia. Ia harus ke Mekkah melanjutkan studi lagi. F dan ibunya akhirnya menyusul ayahnya ke
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
44
Mekkah. Ia dan ibunya berdagang untuk membantu kebutuhan hidup sekeluarga hingga usia 12 tahun. Ayahnya F tidak diperbolehkan bekerja karena terikat kontrak beasiswa belajar. Saat berdagang itulah F pernah mengalami pelecehan seksual. Setelah masa studi ayah F selesai, F sekeluarga tinggal di Jakarta. F disekolahkan di pesantren DN. Di sana, F kembali mendapat perlakukan yang tidak menyenangkan, ia dilecehkan oleh beberapa teman-teman seangkatan. Hal ini disebabkan mereka cemburu F diperlakukan istimewa karena kemampuan ya berbahasa Arab. Tidak berapa lama, F di sekolahkan di Tsanawiyah (setingkat SMP) dekat dengan rumahnya. Di rumah tersebut, kembali lagi-lagi mengalami pelecehan seksual dari keluarga ibunya, walaupun tidak sampai keperawanannya terenggut. Inilah puncaknya kemarahannya, ia bermaksud melaporkan apa yang dialami kepada ayahnya. Namun, ibu dan nenek F memohon agar bersabar dan tidak melaporkan karena dapat membuat ayah F murka. Di saat itulah, AY muncul. F merasa mendapat perlindungan dari AY. AY sangat memahami F, karenanya F cinta mati kepada AY. Sayangnya orang tua F tidak menyetujui hubungan mereka karena F dianggap masih bau kencur. Saat itu F baru berusia 15 tahun, AY sudah kuliah semester awal. Sekian lama mengalami beragam pelecehan, penderitaan F terakumulasi hingga membuatnya mengalami tekanan batin yang luar biasa. F jadi pemberontak. Ia merasa tidak ada yang dapat memahami dan melindunginya. Di lain sisi, ia tidak berdaya karena tidak tega kepada ibu dan neneknya. Hal ini disebabkan selama sekolah di Mekkah ditanamkan nilai bahwa anak harus mengikuti perintah orang tua. F sempat melakukan percobaaan bunuh diri, namun tak berhasil. Psikolog tidak berhasil mengorek apa yang dirasakan F. Perjalanan cintanya tidak berakhir mulus karena saat itu F masih berusia 15 tahun. Sedangkan AY masih kuliah di tingkat awal. Dengan segala cara F dipisahkan dengan AY hingga akhirnya F dipesantrenkan di Yogya. Setelah selesai studi di pesantren, F masuk perguruan tinggi Islam negeri yang sama dengan AY. Mereka dipertemukan kembali dan kembali menjalin kasih. Orang tua F belum juga menyetujui hubungan mereka sampai bertahun-tahun lamanya. Baru pada tahun1996, ayah F merestui hubungan mereka.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
45
Pada tahun 2011, AY dan F mengalami guncangan dalam rumah tangga. Dari penuturan keduanya, peneliti merangkai kronologis penyebab guncangan tersebut. Hal ini diawali pergaulan AY dengan para kyai yang akrab dengan diskusi tentang poligami. Beberapa kyai bahkan teman dekatnya yang kini jadi dai kondangpun telah berpoligami. Wacana poligami ini, sering didiskusikan AY dan F. Dalam situasi seperti ini, F mendengar isu-isu tentang hubungan AY dengan seorang wanita yang dikenalnya via facebook. Padahal wanita ini hanya sekedar bertanya dan berkonsultasi masalah agama via facebook. Tampaknya F cemburu karena wanita ini secara fisik menarik. Dalam kondisi seperti itu, akhirnya F menawarkan poligami kepada AY. Situasi makin memanas saat AY menemukan percakapan di inbox facebook dimana F curhat kepada teman prianya. Ada komunikasi intensif yang terjadi antar keduanya. AY menganggap F telah membicarakan topik yang tidak tepat dan disampaikan pada orang yang tidak tepat pula. AY merasa F melakukan pengkhiatan hati. Akhirnya kata cerai keluar dari mulut F. Menurut AY, jika seorang wanita minta cerai, itu berarti serius. Jika cerai karena AY tidak bertanggung jawab sebagai kepala rumah tangga dan melakukan sesuatu di luar batas, dapat dimaklumi. Tapi saat ini, AY merasa tidak melakukan langkahlangkah apapun yang dapat menyebabkan perceraian. AY marah dan memblokir teman pria F tersebut. Persoalan ini bisa berakhir atas dukungan keluarga besar F. AY sengaja tidak membuka konflik ini kepada keluarganya karena menjaga citra F yang selama ini sangat baik di mata keluarga AY. Puncaknya saat keduanya umroh dan menumpahkan segala permasalahan di depan Multazam (salah satu sisi ka’bah yang dianggap tempat makbul untuk berdoa). Kini keduanya bahkan merasa makin saling mencintai dan memahami pasangannya. F berusaha memaafkan semua perbuatan orang-orang yang membuatnya menderita namun tetap belum bisa melupakannya. AY memiliki akun facebook sejak 2008. Tujuan membuat akun facebook adalah ingin mengetahui lebih jauh teknologi baru yang saat itu sedang booming. Ia termasuk jarang membuat status. Kalaupun membuka facebook sekedar mengecek ada pesan atau tidak atau siapa yang meminta pertemanan. Itupun
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
46
jarang sekali dikonfirmasi. Sejak tahun akhir 2010 atau awal 2011 baru lebih rajin membuka facebook karena menggunakan Blackberry (BB). Bagi AY, facebook seperti pisau bermata dua, bisa positif dan negatif. Selama menggunakannya sesuai dengan kaidah dan norma agama, facebook berdampak positif karena dapat menjalin silaturahmi dengan teman maupun kerabat yang lama tidak terhubung. Sedangkan negatifnya lebih terkait dengan orang-orang yang telah terikat pernikahan, dimana facebook dapat menjadi sarana mempertemukan dan memunculkan kembali kisah romantis di masa lalu. Sama dengan AY, F pun mulai menggunakan facebook sejak 2008. Berbeda dengan AY, F membuat akun facebook untuk mengusir kebosanan kerja di kantor. Menurut F, dampak positif dirasakan dari facebook adalah ia dapat berkomunikasi dengan teman lama sehingga menjadi hiburan bagi dirinya. F juga mengakui facebook memperluas jaringan kerja dan pertemanan. Selain itu, facebook juga mendorong penggunanya membuka diri, lebih memahami orang lain, dan mendapat beragam masukan dan nasihat. Sedangkan dampak negatifnya, walaupun bukan penyebab utama, facebook dapat membuka pintu perselingkuhan bahkan perceraian. Kini keduanya tampak makin bahagia. Dari sisi materi, pendapatan AY sangat berlebih. AY pun mengungkapkan bahwa apa yang diperolehnya saat ini karena F yang tidak menyimpan dendam terhadap orangorang yang pernah menyakitinya. Dalam menjalankan rumah tangga, AY mendelegasikan sebagian urusan domestik (anak dan rumah tangga) kepada F. AY percaya sepenuhnya kepada F bahwa ia dapat menjalankan peran dengan baik sebagai perempuan yang bekerja sekaligus ibu rumah tangga. F diberi kewenangan mengambil keputusan sendiri terkait belanja sehari hari, mengatur tugas pembantu, menentukan menu makanan, hingga memilih tempat pendidikan informal bagi anak. Keputusan menentukan pendidikan formal anak terletak di tangan suami. Karena keluarga AY dan F berlatar
belakang
pesantren,
keduanya
menginginkan
anak
pertamanya
melanjutnya di pesantren seperti disampaikan oleh AY :
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
47
(AY)….kalo urusannya urusan domestik, urusan keluarga atau urusannya perempuan gitu misalnya, yaudah terserah….Kalo urusan belanja sehari hari mau masak dari awal pernikahan pokoknya terserah. (AY) Untuk pendidikan, saya yang ngambil keputusan,….ya kita lihat MP yang paling bagus di lingkungan kita ya kita masukin MP, ya jadi memang saya yang memutuskan ….karena saya dan istri sama-sama dari keluarga pesantren gitu kan, ya saya memang menginginkan anak saya yang pertama masuk pesantren gitu, dan dari awal sudah saya bangun paradigma supaya dia nanti pesantren karena tradisi keluarga ayah saya, kakek saya pesantren, mertua juga pesantren ya gitu….
Diskusi terjadi dalam memutuskan perkara terkait pembelian barang yang high cost seperti mobil. Karena keinginan membeli ada pada F, maka F terlihat berusaha meyakinkan AY dengan memberi berbagai alasan. Diskusi pun dilakukan secara terus-menerus. Akhirnya, yang tadinya AY tidak terlalu berminat,
akhirnya luluh dan memutuskan untuk membelinya. Proses ini
diungkapkan AY sebagai berikut : Biasanya yang masalah masalahnya yang high cost aja, kalo yang gak high cost gak negosiasi. Dalam mengambil keputusan sebenernya juga begini betapapun urusan akhir ada di tangan saya kadang saya dirayurayu … rayuannya intensif. Kayak kemaren beli mobil kan gitu, saya sebenernya ngga minat, dia tanya lagi…“emang nggak jadi beli Fortuner”, emang ngga jadi beli ini. Yaudah berkali-kaliiii, akhirnya yaudahlah kebeli juga.
Terkait dengan keinginan F untuk bekerja, AY membolehkan F bekerja asal bukan untuk mengejar karir tetapi untuk sosialisasi dan memanfaatkan ilmunya. Bagi F, bekerja adalah sarana pemenuhan kebutuhan eksistensi diri dan sosialisasi. F ingin dipandang sebagai pribadi yang utuh, tanpa dikaitkan posisi suaminya yang public figure. AY berharap, walaupun telah bekerja F harus dapat mengalokasikan waktu dan perhatian untuk anak dan keluarga. Berikut penuturan AY dan F : (AY)…sejak saya nikah sampe sekarang pun saya tidak pernah mewajibkan dia bekerja, saya ngga meminta. ....kewajiban nafkah itu pada suami, kamu ngga ada kewajiban, jadi kamu ngga ada kewajiban untuk
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
48
bekerja, tapi kalo saya mengatakan jangan bekerja, kamu juga punya pendidikan, ….memang dia dengan sendiri dengan kesadarannya tahu tau mana batasan dengan anak anak sama keluarga dia sudah tau. (F)….Gue enggak mungkin dampingin dia terus, ikut dia. Gue kan kerja, juga gue kan enggak mungkin berhenti kerja. Ini karir gue, sayanglah. Walaupun ecek-ecek tapi ini kan dunia gue. Gue bisa punya temen. Gue bisa bersosialisasi. Walaupun gajinya enggak seberapa.
AY dan F mengaku tidak ada pembagian peran secara kaku. F menyatakan rumah tangganya sama seperti rumah tangga pada umumnya. Suami sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab memberi nafkah utama. Walaupun bekerja, istri tetap bertanggung terhadap urusan anak dan rumah tangga. AY menambahkan bahwa gaji F hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi F seperti membeli pakaian, kosmetik, dan jalan-jalan dengan teman. Berikut penuturan AY dan F : (AY) Saya sebagai kepala rumah tangga …… Masing-masing mempunyai kesadaran sendiri aja, tapi yang pasti saya yang bertanggung jawab sebagai pencari nafkah utama. Hal-hal domestik..anak anak saya serahkan ke dia, saya gak tahu menahu. Tapi bukan berarti juga saya gak pernah nanya urusan domestic. Pembagian secara kaku gak ada, kita cair aja lah..karena istri punya ilmu agama, saya juga punya ilmu agama. Kalaupun ilmu agama saya lebih tinggi dari istri tapi kan anak anak tidak menuntut kemampuan ilmu agama yang tinggi. (F) Ada sih, ya pembagian peran itu standar sama seperti rumah tangga yang lain. Dan bagusnya Alhamdulilah abang yang enggak pernah membebankan pekerjaan rumah tangga ke gue. Dia orang yang sangat memanjakan gue. Enggak harus semua gue. Pokoknya abang itu yang sangat baik sama gue, sampai kadang kalau dateng ke rumah. Anak sama gue, itu engga boleh dia yang urus. Alhamdulillah gue enggak pernah yang direpotkan masalah anak dan dia orang yang suka masak juga tapi peran gue sebagai ibu sih tetap.
Saat berada di rumah, F lebih banyak melayani suami. Karena dua anaknya telah memiliki jadwal kegiatan yang cukup padat selepas pulang sekolah.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
49
Anak terkecil yang masih balita lebih banyak diurus pembantu seperti yang dijabarkan AY : .... sekarang kamu waktunya dengan abang …. Alhamdulilah anak-anak saya sampai sejauh ini yang saya syukuri nggak rewel. Dua anak saya itu kan di MP sampe sore, kadang setelah sore masih dilanjutin les. Mereka berangkat jam 06.15, jam 06.00 kurang seperempat sore udah ada lagi di rumah. Sampe di rumah juga biasanya masih main di tetangga sebelah, trus abis Isya tidur .. udah. Jadi udah terbiasa dan tahu orang tuanya sibuk. Kalo yang paling kecil, ada mbaknya yang 8 tahun sama kita. Jadi kita percayain penuh. Dia di sini dari anak kedua kecil sampai anak saya yang ketiga kecil ya sama dia. Jadi saya udah percaya sepenuhnya dan Alhamdulilah gak ada masalah.
Pasangan AY dan F tampak berusaha saling memahami kebutuhan pasangan, seperti AY memahami hobi istri yang senang mengoleksi atau mengekpolarasi mode busana muslimah dan berteman dan berkumpul dengan teman-temannya. Sebaliknya, F pun tidak melarang AY berhubungan dan berkumpul dengan teman-teman sekolahnya dulu. Di awal pernikahan, F sempat melarang AY berkumpul dengan temen-teman pesantrennya karena cemburu dan takut kehilangan jika AY dekat dengan teman-teman perempuannya. Berikut penuturan AY dan F : (AY) Kalo istri punya hobi misalnya dia suka baju apa jilbab terus mengeksplorasi model selalu saya salurkan. Ya terserahlah…kalo memang rezeki kita ada kita mampu silahkan. Kalo ngga jangan dipaksakan. Kalo perhiasan kayak emas, kayak berlian dia gak hobi. Dia hanya hobi di pakaian, baju-baju aja. (AY) Fleksibilitas ada tapi aturan tetep ada, kalo dia bersosialisasi bebas, dia berteman bebas, ada laki laki ada perempuan, saya berikan dia kepercayaan, dan saya percaya dia menjaga kepercayaan itu (AY) …mau kumpul temen-temen MP (tsanawiyah, setingkat SMP) di rumah yaudah silahkan, mau kumpul temen-temen UIN silahkan, mau ngundang makan temen-temen kantor silakan…Jadi istri mau kemana hari ini mau ketemu teman-teman bebas aja gak merasa beban (F) O.. itu, dulu gue orangnya yang enggak suka melihat abang kumpul sama temannya. Lama-lama kasihan juga abang.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
50
AY dan MC adalah pasangan yang terbuka dalam menyatakan keinginan seperti diutarakan oleh AY dan F : (F) Spontan aja, apa lagi gue kali, enggak tau waktu tetep aja ngomong. Ada sih hal-hal yang kadang abang complain. Dalam hal gini ya enggak yang harus terpaksa, misalnya gini gue kan orangnya terbiasa di luar negeri. (AY) Dia kalo mengkritik tuh spontan langsung, pedas, tegas. Jangankan hal hal yang prinsip, saya makan krupuk bunyi aja dikritik sama dia.. Sejak ayah F meninggal, AY memiliki keleluasaan dalam mengambil keputusan. Selain itu, F pun banyak melakukan perenungan. Salah satunya hasilnya, F mulai memaafkan orang-orang yang telah melecehkannya. Berikut penuturan AY : Memang ada perubahan juga, artinya begini, tanggung jawab itu kan semakin besar di tangan abang. Jadi setelah almarhum mertua wafat dengan sendirinya saya merasa punya kewajiban. Ada perubahan dalam rumah tangga memang saya akui. Dulu sebelum almarhum wafat, peran saya sebagai kepala rumah tangga dalam mengambil keputusan setengah lah tidak full karena pertama istri waktu itu juga masih selalu berkomunikasi dan berkonsultasi dengan ayahnya.
Pada tahun 2011, rumah tangga AY dan F mengalami konflik. Hal ini diawali dari pergaulan AY dengan para kyai yang akrab dengan diskusi tentang poligami. Beberapa kyai bahkan teman dekatnya yang kini jadi dai kondangpun telah berpoligami. Kehidupan mereka rukun. Diskusi ini sering terjadi dengan istrinya. Dalam situasi seperti ini, F mendengar isu-isu tentang hubungan AY dengan seorang perempuan yang dikenalnya via facebook. Padahal wanita ini hanya sekedar bertanya dan berkonsultasi masalah agama via facebook. F terbakar cemburu karena dari foto profilnya perempuan ini berparas menarik. Di puncak kekesalannya, F mempersilakan AY berpoligami. AY tidak menanggapi sikap reaktif istrinya. Rupanya kekesalan F belum hilang. F curhat dengan teman prianya. AY menemukan percakapan keduanya di inbox. Situasi pun makin memanas. AY menganggap F telah membicarakan topik yang tidak tepat dan disampaikan pada
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
51
orang yang tidak tepat pula. AY merasa F melakukan pengkhiatan hati. Di lain sisi, F yang merasa terpojok hingga keluar kata minta cerai dari mulutnya. Bagi AY, jika seorang perempuan minta cerai, itu berarti serius. AY dapat dimaklumi dan menerima jika perceraian terjadi karena suami tidak bertanggung jawab melaksanakan kewajiban sebagai kepala rumah tangga atau melakukan sesuatu di luar batas. Sedangkan yang terjadi, AY merasa tidak melakukan langkah-langkah apapun yang dapat menyebabkan perceraian. AY marah dan memblokir teman pria Y tersebut. Singkatnya, konflik ini berakhir atas dukungan keluarga besar F. AY sengaja tidak membuka konflik ini kepada keluarga besarnya demi menjaga citra F yang selama ini sangat baik di mata keluarga AY. AY mengembalikan persoalannya kepada agama. Puncaknya penyelesaiaan konflik ini terjadi saat keduanya umroh dan menumpahkan segala permasalahan di depan Multazam (salah satu sisi ka’bah yang dianggap tepat untuk memanjatkan doa). Keduanya sepakat untuk tidak lagi membuka wacana poligami di rumah. Menurut AY, dalam pandangan laki-laki, semakin wacana poligami dibuka, maka semakin tertantang untuk dilakukan seperti penuturan AY : Dalam relasi suami istri wajib dong ada norma atau aturan. Batasannya ya agama, karena abang selalu berpulang kepada agama. Aturan apa yang diterapkan, ya semua norma agama lah. Setelah umroh ada perubahan sikap, ada kesepakatan yakni jangan berpikir poligami karena jadi semakin tertantang gitu. Dulu, itu pernah jadi pembicaraan sehari-hari, sampai pada tingkat ridho. “yaudah abang poligami aja, tapi marah kaya PPT (Para Pencari Tuhan, sinetron).
Konflik pernikahan yang dialaminya membuat keduanya lebih mawas diri. F lebih hati-hati dan selektif dalam menjalin pertemanan terutama dengan lawan jenis. AY berusaha memahami perasaan istri. Kini keduanya tampak makin bahagia. Konflik dalam penikahannya membuat keduanya semakin saling mencintai seperi penuturan AY : Saya jadi semakin tambah cinta….ya mungkin masalah itu hadir untuk merekatkan..itu. Jadi saya tuh selalu berpikir begini, Tuhan itu akan menguji seseorang pada hal yang paling dicintainya. Ujian terberat
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
52
manusia itu, ada pada hal yang paling dicintainya. Kalo orang itu mencintai harta, Tuhan akan menguji di hartanya. Kalo orang itu mencintai jabatan dan kekuasaan, Tuhan akan menguji di jabatan dan kekuasaan. Kalo orang itu mencintai keluarga, Tuhan akan menguji di keluarga. Terberatnya di situ.
Setelah terjadinya konflik yang terjadi tersebut mempengaruhi dalam penggunaan facebook F. Sebelum terjadi konflik, AY tidak terlalu peduli dengan facebook istri. AY membebaskan istri dalam membuat status. AY pun tidak pernah memberi komentar di facebook F kecuali ucapan ulang tahun seperti penuturannya : …istri bikin status abang ngga pernah comment gitu. Kalo ulang tahun pasti lah itu kan setahun sekali. Males aja nggak ada alasan lain…. AY dan F tidak saling memperlihatkan facebook kepada pasangannya. Ia menganggap menggunakan facebook adalah hak pribadi. AY hanya berharap F dapat memahami batas-batas dalam berhubungan via facebook, seperti selektif menyetujui
pertemanan dan
meng-upload foto. AY percaya F dapat
memahaminya. AY mengaku hanya sesekali menegur dan mengkritik jika terdapat hal yang kurang pas atau berlebihan. Hal ini terlihat dari penuturan AY : Bebas bebas aja… itu hak pribadi. Cuma kadang dia buat status yang kelihatannya agak berlebihan atau kurang pas saya kritik, jangan begitulah… misalkan dia upload sesuatu. Tapi saya gak pernah liatin istri buat status apa. Sebaliknya, abang nggak melihat atau istri menunjukan ada yang mau kenalan.. nggak..abang nggak pernah begitu. Istri juga gak pernah begitu.
Prinsipnya ya ada batas-batas hubungan. Kalo siapa yang disetujui dan tidak untuk menghindari orang-orang yang iseng. Status… abang nggak ikat, dia bebas buat status. Tapi kalo umpama sudah berlebihan saya ingetin nggak usah gitu lah. Tapi dengan sendiri dia paham gitu aja sih..
Bagi AY, hal yang menjadi prinsip dalam menggunakan facebook adalah pengguna harus menyadari bahwa teknologi memiliki dampak positif dan negatif. Semua tergantung penggunanya. Sandaran aturannya adalah pada norma agama. AY mendukung jika untuk menjalin silaturahmi. Namun jika facebook malah
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
53
menfasilitasi jalinan hubungan yang tidak seharusnya. Hal tersebut telah melanggar norma seperti pernyataan yang disampaikannya : …facebook atau teknologi apapun menurut abang seperti pisau bermata dua gitu kan bisa positif bisa negative. selama kita menggunakan secara tepat sesuai dengan kaidah dan norma agama, facebook itu bagus untuk menjalinkan silaturahim temen-temen istri yang udah pada dimana. Tapi kalo umpama mempertemukan atau menjalinkan hubungan kembali yang lebih …yaa mengganggu keluarga. Itu udah keluar dari norma. Itu aja prinsipnya.
Saat
terjadinya
konflik,
terjadi
perubahan
sikap
F.
Ia
sering
menyembunyikan handphone-nya. Hal ini membuat AY makin curiga seperti diceritakannya : Iya, suka melihat, apalagi kemudian waktu itu dia sering menyembunyikan BB-nya. Biasanya kan gak. Ya pokoknya begitulah, dan hubungan kita memanas gitu kan…ya akhirnya ya pokoknya begitulah dia minta divorce. Setelah terjadi konflik, pengawasan AY terhadap penggunaan facebook F menjadi lebih ketat. AY merasa perlu mengamankan pernikahannya dengan mengecek apakah F masih berhubungan dengan teman prianya. Selepas kerja, handphone F berpindah tangan ke tangan AY untuk dicek agar tidak berprasangka buruk terhadap F. Selain itu, AY me-remove teman F lainnya yang dianggap berpotensi menimbukan masalah seperti dituturkan F : ….abang yang suka ngontrol, yang buka BB gue. Bukan setiap hari lagi, kalau sudah sampai di rumah BB udah yang sama abang. Pernah gue bilang itu privacy gue.. dan itu sudah berbusa mulut gue, tapi dia ngomong engga mau yang beranggapan yang aneh-aneh. Abang itu orangnya ya kayak gitu, dan kalo ada yang tidak dia suka udah di-remove,,.
Setelah terjadinya konflik dalam rumah tangganya, terdapat perubahan sikap AY dan F dalam penggunaan facebook. Keduanya makin selektif dalam menerima pertemanan baik sesama jenis maupun lawan jenis seperti bersikap tegas dengan mem-blokir atau me-remove jika terdapat lawan jenis yang
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
54
mengarah ingin berhubungan lebih jauh, melihat track record via profil atau mencari informasi ke teman jika terdapat sesama jenis tidak dikenal yang mengundang untuk berteman, dan tidak larut dalam komunikasi dengan teman via facebook seperti dituturkan AY dan F : (AY) …ada orang orang yang menurut saya gak pas lah untuk ditemani atau diakrabi baik dia itu laki laki atau pun perempuan karena punya pengaruh, misalnya pengaruh dalam dia berpikir, bersikap nantinya. Yaa ada orang kayak gitu yang memang saya tau dia.. kalo laki-laki dia senang dengan istri, kalo perempuan dia track record-nya begini…gitu, saya bilang ya kalo itu ya dijaga benar-benar. (F) Kalau sekedar mau berteman sih oke saja, tapi kalau udah yang pengen tahu yang macem-macem tentang gue, gue bilang elo siapa? Gue bilang gue perempuan baik-baik, gue punya anak, gue punya suami, elo enggak lihat album gue, album gue kan terbuka untuk siapa aja, dia harusnya menghargai gue. Dia tetap ngejar akhirnya gue remove aja gue blokir. Ada beberapa orang, tapi masih yang taraf normal yang enggak terlalu mengganggu. Kenalan baru, tapi gue orangnya yang enggak gampangan (nerima pertemanan). Semakin kemari gue selektif, ini angkatan siapa, alumni mana, temen gue apa bukan. (AY)….yang penting jangan larutlah dengan komunikasi..kadang FB atau BBM itu kan orang bilang mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.
Semua sikap “pengaman” tersebut diletakkan dalam kesadaran bahwa kehormatan istri juga kehormatan suami. Begitu pula sebaliknya seperti diungkapkan AY : …kehormatan istri kan kehormatan suami, begitu sebaliknya.
Pasangan HD (Suami) dan MC (Istri) HD dan MC telah menjalani pernikahan selama 26 tahun. HD berusia 46 tahun, selisih usia 1 tahun dengan MC, 45 tahun. Pasangan ini menjalani pernikahan beda agama. HD beragama Islam, sedangkan MC beragama Katolik. Mereka dikaruniai 2 orang anak. Saat mereka menikah, belum ada peraturan larangan pernikahan beda agama. Mereka menikah di Kantor Urusan Agama (KUA) lalu pemberkatan di gereja.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
55
Sebagian besar waktu HD dihabiskan untuk bekerja di sebuah perusahaan swasta sebagai karyawan. Latar belakang pendidikannya adalah diploma. Sedangkan MC yang tamatan SMA memiliki usaha catering di rumahnya. Tujuan pernikahan bagi HD adalah membina keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah. Dalam menjalani pernikahan beda agama ia mengutamakan saling pengertian. Sedangkan bagi MC, tujuan pernikahannya adalah untuk memperbanyak keturunan serta bmencapai damai sejahtera. Namun ternyata hal tersebut sulit diwujudkan karena perbedaan agama. MC dan HD membuat akun facebook setahun yang lalu. Tujuan HD menggunakan facebook adalah untuk pertemanan terutama bertemu dengan teman lama. Baginya yang harus diperhatikan dalam menggunakan facebook adalah penggunaan bahasa yang tidak berlebihan, yang diungkapkan di facebook pun bukan mengada-ada tapi hal yang benar-benar dialaminya sendiri. Selain itu, penulisan status tidak mengungkapkan aib rumah tangga serta isinya tidak memancing kemarahan dan komentar yang kurang sopan dari pembaca. Bagi MC, facebook sangat membantunya saat ia mencari seorang sahabat kala SMA yang sangat dirindukannya. Dari sepupunya ia disarankan membuat facebook. Sejak itu ia mulai tersambung kembali dengan teman-teman lamanya. Dari temannya pula, akhirnya MC mendapatkan kabar bahwa sahabat yang dicarinya telah meninggal dunia. Yang paling menyedihkan adalah saat ia mengetahui sahabatnya juga mencarinya. Sejak itu, MC terus menjalin dan mempertahankan pertemanan. Ia kerap kerkumpul dengan teman-teman lamanya. HD menganggap facebook bukan hal yang penting. Perlakuannya pun biasa-biasa saja. Ia tidak setiap hari membuka facebook. Kalaupun dibuka hanya jika sedan tidak sibuk dengan pekerjaan kantor. HD berpendapat bahwa facebook memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungannya semata-mata terkait dengan pertemanan (mempertemukan teman-teman lama, mempertahankan persahabatan dengan teman-teman, dan sarana komunikasi dengan teman). Kerugiannya saat bertemu dengan orang yang iseng dan tidak beretika. Sedangkan bagi MC, ia
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
56
merasa tidak ada keuntungan kerugian dari penggunaan facebook. Semuanya biasa-biasa saja. Dalam menjalani pernikahan beda agama, HD dan MC mengedepankan sikap saling pengertian dan tenggang rasa seperti penuturan HD dan MC : (HD) …apalagi saya kan beda agama. Enggak, enggak ada pengaruh, bagi aku walaupun berbeda agama tapi saling pengertian ajah udah…. (MC) Saling pengertian kali ya tenggang rasa, aku rasa itu…
HD dan MC juga sepakat untuk tidak saling memaksa keyakinan kepada pasangannya. Urusan ibadah adalah urusan masing-masing. Menyadari potensi perpecahan pada pernikahan beda agama, MC rajin berdoa agar Tuhan selalu menjaga hatinya seperti penuturan : Gini lho, aku enggak mau memaksa seseorang dan aku enggak bisa memaksa seseorang, itu kan urusan lo sama Tuhan, aku selalu bilang sama suamiku gitu. Aku cuma (berdoa) Tuhan selalu sentuh hatiku karena aku selalu akan menjaga hatiku, kan aku selalu nulis status “God Please Touch Me”. Karena aku berbeda sama suami dan yang bisa aku lakukan ya menjaga hati, orang yang seiman aja bisa pisah apalagi yang enggak seiman.
Selama 26 tahun menjalani pernikahan seperti munculnya akumulasi kekecewaan dan sakit hati MC terhadap HD. Menurut MC, HD kurang menghargai apa yang telah dilakukan MC. Rasa kecewa bercampur kejenuhan menyebabkan pudarnya cinta MC terhadap HD. MC mengaku tidak cinta lagi kepada suaminya. Yang ada kini hanya rasa kasihan. Yang paling berharga bagi MC kini hanyalah 2 orang anaknya yakni M (anak pertama, laki-laki) dan T (anak kedua, perempuan) seperti dituturkan MC : …untuk masalah sayang dan cinta mungkin 25% aja untuk suami selebihnya untuk diri kita dan anak-anak. Tapi orang kan kadang ada jenuhnya juga kan. Gini, orang Indonesia itu enggak pernah menghargai perempuan.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
57
…kalau aku gini sama suami, suami aku bilang aku bukan orang yang romantic. Kalau elo tanya sama gue, elo cinta enggak sama gue, aku akan jawab aku enggak cinta sama elo. Saat sekarang ini aku lebih cinta sama anak-anak gue. Kalau sekarang ini karena sudah lama, ya karena kasihan aja. Pasti dia sebagai laki-laki pasti enggak terima, tapi pada saat sekarang ini biasa-biasa aja…Kan ada masanya ya, mungkin udah pudar kali ya, misalnya udah lama bohong kalau elo engga pernah sakit hati sama suami elo. Setiap tetesan air mata itu yang bikin memudarkan cinta gue ke elo.
Bersama anak keduanya, MC kini aktif mengikuti kegiatan di gereja. MC semakin kuat memegang keyakinannya. MC mengaku ia tidak peduli seisi rumah diisi oleh hiasan kaligrafi yang terpenting Tuhannya tetap ada di hatinya. Dalam rumah tangga HD dan MC, pengambilan keputusan dilakukan secara bersama-sama. HD akan minta pertimbangan MC untuk memutuskan sesuatu seperti dituturkan HD berikut ini : (HD) Kalau aku tetap komunikasi sama istri. Suami ya kepala rumah tangga, misalnya gini aku mau beli sesuatu buat anak pake uang aku, tapi tetap aku tanya sama istri, takutnya salah atau misalnya mau beli barang untuk di rumah ya tetap sama istri.
Dalam hal mengurus anak, HD mempercayakan kepada MC karena dianggap lebih mengerti keinginan anak. Hal ini terlihat saat anak pertamanya ingin berhenti sekolah SMA, MC minta anaknya berpikir lalu menemaninya mencari sekolah kejuruan yang sesuai minta anaknya seperti dituturkan MC : Kalau untuk masalah anak aku selalu tanya ke anaknya misalnya si M waktu SMA bilang sudah tidak mampu untuk sekolah. Terus suamiku ngomel. Aku cuma bilang, ”mama kasih kamu waktu dua hari untuk berpikir, kalau kamu tidak mampu untuk sekolah terserah.. ya kamu kerja. Mama enggak mau ada pengangguran di rumah ini.” Terus dia milih di STM Cileungsi dan waktu itu dia harus ngulang kelas satu lagi kan. Dia dari SMA jadi harus ngulang. Kalau papanya kan emosi, kalau aku enggak. Waktu itu aku gini, “ayo cari sekolah yang bagus dan waktu itu aku lihat sekolah yang bagus itu Muhammadiyah karena peralatanya dari Belanda. Dan aku tahu di sekolah itu banyak liburnya, banyak aturannya, dan harus tes.” Aku tawarkan, “kamu mau engga?” Dia bilang mau ya udah, akhirnya tes waktu itu listrik, otomotif, sama diesel. Karena jiwa
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
58
anakku kan teknik jadi lulusnya ya bagus tapi aku bilang ke dia jangan sombong.
Dalam rumah tangga HD dan MC negosiasi terjadi saat menentukan pendidikan agama saat anak masih kecil. MC meminta HD untuk memberikan pendidikan agama yang seharusnya diperoleh sejak kedua anak-anaknya masih kecil. Namun, HD merasa tidak sanggup. Akhirnya terjadi kesepakatan bahwa sebelum anak berusia 17 tahun tanggung jawab pendidikan agama dipegang oleh MC. Pada usia 17 tahun, anak dibebaskan memilih agama sesuai keinginannya. Saat anak pertama yang laki-laki telah berusia 17 tahun, HD mengarahkannya memeluk Islam dengan alasan laki-laki harus muslim. MC menyetujuinya. Saat itu MC tidak aktif di gereja. Agar adil, maka anak kedua diarahkan untuk mengikuti agama MC. Dalam menjalankan rumah tangga, HD dan MC mengaku tidak ada pembagian peran yang kaku. Seperti pada keluarga pada umumnya, HD sebagai suami bertindak sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah utama. MC dengan usaha catering-nya menjadi sebagai pelengkap. Pendapatan dari usaha catering digunakan MC untuk memenuhi kebutuhan jajan anak dan kebutuhan pribadinya terutama untuk membeli rokok dan ongkos jalan bersama teman-teman masa lalunya semasa SMP dan SMA. Teman bagi MC adalah hal yang berharga sehingga ia berusaha senantiasa menjaganya. Hampir setiap minggu MC berkumpul dengan teman-temannya. MC pun tampak sangat menikmatinya. Hal inilah yang menjadi alasan utama ia membuat usaha catering. Selain itu, usaha ini membuat MC tidak tidak merepotkan HD dalam hal keuangan sehingga secara tidak langsung menghindari konflik dengan HD. Dalam menjalankan usaha catering, MC melakukan dengan santai. Ia tidak berusaha mendapatkan pesanan yang banyak. MC ingin lebih menikmati dalam mengeksplorasi resep kue. Berikut penuturan MC : (MC) Pencari nafkah utama ya..suami. Kalo catering ya untuk jajan anakanak. Aku enggak minta izin suami. Aku kalo pengen sesuatu jalan sendiri. Enggak sih suamiku, enggak pernah melarang, silakan-silakan aja. “Pokoknya selama elo enggak ngerasa capek ya udah,” gitu katanya.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
59
….Gini, aku kan orangnya suka maen. Dan aku enggak mau merepotkan suami, misalnya aku mau pergi dan aku minta uang enggak dikasih, akhirnya kan jadi berantem.
Dalam memenuhi tanggung jawab mengurus rumah, MC memilih untuk tidak mempekerjakan pembantu. Bagi MC, adanya pembantu justru membuatnya tidak bebas, merepotkan, tidak efisien, dan sakit hati. Jika ada pembantu, ia harus memikirkan menu masakan setiap hari. MC terbiasa mengerjakan sesuatu sesuai secara mandiri, bebas, dan santai. MC tidak memaksakan diri agar rumahnya terlihat selalu rapi seperti penuturan MC : … aku enggak sukanya gini lho, kalau aku mau pergi, aku enggak peduli rumahku berantakan. Dari pada makan hati sama pembantu, hidup jangan dibikin repotlah. Misalnya gini, walaupun ada pembantu tetap kita yang masak, kan kita yang tahu keuangan kita. Misalnya gini duit sedang enggak ada, sedangkan pembantu harus masak. Aku bilang sama suami, ”gaji pembantu berapa? setengah juta kan, mendingan gue beli baju dari pada buat pembantu.” Nanti dia pulang, dia bertingkah apalah. Ah enggak deh, nanti gue gemes... Mendingan enggak usah. Dari dulu aku nggak ada pembantu. Catering aku bukan yang gede kan.…jadi sesukanya aja.
Sebenarnya MC pernah bekerja selama 10 tahun di perusahaan swasta. Karirnya berkembang dengan baik. Namun, ia yang memutuskan sendiri berhenti bekerja. Hal ini disebabkan kepindahan kantornya sehingga jarak tempuh dari rumah ke kantor semakin jauh. Ia menilai hal tersebut tidak efektif dan efisien. Dalam penggunaan facebook, HD menganggap facebook bukan hal yang penting. HD menanggapi facebook biasa-biasa saja. HD tidak setiap hari membuka facebook. Kalaupun dibuka hanya jika lagi iseng dan tidak sibuk mengerjakan pekerjaan kantor. Berbeda dengan MC, bagi MC facebook adalah sarana yang penunjang pertemanan. MC senang meng-upload foto acara dengan teman-temannya. HD dan MC berusaha menjaga pernikahannya dengan menolak berteman dengan orang yang tidak dikenal, HD me-remove orang yang tidak dikenal setelah
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
60
bertanya pada MC, MC tidak melakukan chatting dengan orang asing atau orang yang tidak dikenal yang menginginkan hubungan lebih jauh dari sekedar berteman. Hal ini dituturkan HD dan MC : (HD) Kalau aku, aku tanya, kenal sama dia enggak, aku enggak bukabuka dulu..enggak (MC) … kalau udah enggak jelas, langsung aku remove. Oh aku pernah….ada orang bule, tapi langsung aku jelaskan sama dia kalau kamu hanya mau berteman dengan saya, saya mau. Saya buka ke dua tangan saya untuk berteman, tapi kalau lebih dari itu enggak, saya seorang istri, punyai dua orang anak, terikat dalam pernikahan. Gitu aja... Kalau lo mau berteman sama gue.. ya silahkan, kalau minta lebih ya enggak.
Selain itu, MC mengaku tidak pernah memulai percakapan atau menegur teman prianya. Kalau pun menegur, hal tersebut dilakukannya lewat grup dan konteksnya mempersiapkan event tertentu. Hal tersebut adalah caranya menjaga harga diri. Penulisan status juga harus dilakukan secara hati-hati karena MC berteman dengan para pendeta. MC sering mengutip firman dari Injil dalam facebook-nya. Hal ini tidak disukai HD. Menurut HD, status facebook itu dibaca oleh banyak orang. Alasannya terkait keamanan. HD khawatir hal tersebut jadi bumerang bagi istrinya jika ada orang-orang yang tidak menyukai terhadap apa yang dikutip MC. Berikut pernyataan HD : Kalau aku, enggak sukanya itu gini, dia nulis firman, terus dikasih ke orang. Kita berkaca ke diri kita sendiri aja, apa iya kita prakteknya begitu. Jadi yang aku tidak suka menulis yang tentang firman-firman karena (hubungannya dengan) apa yang dipikirkan orang. Misalnya, apa iya orang ini kayak yang ditulis. Makanya aku enggak pernah suka orang yang suka nulis terlalu agamis atau terlalu rohani atau gimana itu. …..Itu yang saya jaga, kita enggak tahu mana orang yang suka dan tidak suka sama kita.
Selain itu, HD menganggap jika seseorang mengutip ayat atau firman terkesan sombong iman padahal belum tentu orang yang bersangkutan perilakunya sama seperti yang diungkapkan dalam firman ayat tersebut.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
61
MC mengaku bahwa kutipan firman ditujukan untuk menguatkan iman bukan menyombongkan diri seperti pendapat suaminya. MC menilai HD berlebihan dalam menegur. Facebook baginya adalah hak pribadi dimana setiap pengguna memiliki alasan dalam menulis status dan menampilkan foto. Harusnya hal tersebut dihormati termasuk oleh pasangannya. Selama ini ia merasa sering mengalah terhadap tindakan suaminya seperti dituturkan MC : …selain itu aku juga harus ngalah mungkin ya, misalnya gini di rumah semua tulisan arab, aku engga peduli. “Elo mau taruh apa di rumah silahkan, cuma satu Yesus hanya ada di hati saya. Dan dia enggak perlu ditempel dimana-mana. Selain itu, aku gini … misalnya ada meskipun aku sama suami aku berbeda iman, aku bukan orang yang, kayak gini ada kata-kata Arab, seperti astaghfirullah gitu aku enggak pakai. Kan ada di firman itu yang jangan berkata yang tidak baik. Misalnya aku dapat firman bagus ya hanya untuk aku untuk menguatkan aku, buat aku aja bagus apalagi untuk orang. Dan ini suami aku nggak ngerti apa maksudnya. Kalau kata suami, aku itu sombong iman. Dan aku selalu bilang elo punya privacy dan gue punya privacy, kalau elu engga suka ya silahkan elo enggak suka sendiri.
Saat ini, walaupun dikririk oleh HD, MC tetap mengutip firman Tuhan bahkan meng-upload foto tuhan Yesus di facebook-nya. MC menyadari untuk lebih hati-hati karena ia berteman dengan pendeta seperti penuturannya : Enggak aku gak berenti…. Di tempat (facebook) aku kan juga ada pendeta, walapun aku juga harus hati-hati dalam mengeluarkan firman, jangan sampai dia telepon aku terus bilang, “gila lo nulis apaan!”.serta upload foto artis idola di facebook istri. Selain keberatan dengan kutipan firman Tuhan, HD juga keberatan jika MC meng-upload foto artis favorit di facebooknya. Bagi MC, setiap orang harusnya menghormati idola masing-masing pasangan MC sesuai penuturan MC : ….misalnya aku kan punya favorit, kayak Tom Cruise. Suami aku bilang, “ngapain sih pasang-pasang gitu-gituan?.” Kan semua orang punya favorit gitu kan, suami aku juga punya idola. Aku enggak mau rame. Padahal semua orang kan punya alasan gitu. Aku punya favorit, kamu juga punya favorit, masa enggak boleh. Cuma aku enggak mau rame orangnya,. Ngapain… udah tua.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
62
Terkait dua hal tersebut, MC tetap tidak berubah. MC masih tetap mengutip firman Injil. Bahkan kini MC beberapa kali meng-upload gambar tuhan Yesus. Bagi HD dan MC, facebook juga dapat menjadi sarana untuk menikmati kesenangan bersama, seperti menggunakan facebook bersama-sama sambil menikmati lagu lama bersama. Berikut ungkapan MC : …aku tu sama suami aku, kalau lihat facebook.. ya udah buka facebook aja, baca status. Kemudian kita buka Youtube, dengerin lagu lama. Paling kita lihat aja, siapa nih yang online, terus kita pindah ke Youtube, dengerin lagu… apalagi suami aku.
Menggunakan facebook bagi HD dan MC hanya sebatas mengikuti perkembangan teknologi baru. Bukan sesuatu yang harus diperlakukan khusus, karena berikutnya bisa jadi akan ada lagi gempuran teknologi komunikasi baru yang lebih dahsyat lagi. Berikut penuturan HD dan MC : (HD) Biasa aja, facebook kan teknologi baru jadi enggak ada yang diperlakukan spesial atau gimana. (HD) ….jadi bagi saya facebook ya fine-fine aja, jadi jangan sampai kita mendewakan facebook juga kali ya, jadi facebook tu posisi kita sedang santai, kita sedang tidak sibuk, baru kita facebook-an…kita enggak apaapalah. (MC) Kalau kita enggak, biasa aja, enggak ada yang istimewa. Kalau suami aku kan mengikuti perkembangan teknologi, mungkin ke depan ada lagi yang baru. Jika HD tampak peduli dengan apa yang ditampilkan di facebooknya, sebaliknya. MC tidak peduli terhadap apa yang ditulis HD di facebooknya. Gambaran ini terlihat dari ungkapan MC : …..mau nulis apa terserah, di rumah misalnya mau buka statusnya anak saya yang paling gede si Michael dalam satu hari ngapain aja bisa, tapi aku enggak pernah. Biarin aja terserah, lo lo, gue gue. Maksudnya setiap orang walaupun kita suami istri, pasti masing-masing punya privacy, kalau suami aku pasti buka, setiap hari.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
63
MC adalah istri yang mandiri. Ia tidak ingin tergantung dengan suaminya. memiliki kebiasaan merokok. HD tidak menyukainya karena khawatir dapat ditiru oleh anak perempuannya. Berikut penuturan MC : Kalau aku, semua kegiatanku yang aku bisa handle sendiri aku ya kuhandle sendiri. Misalnya, aku pengen pergi, makan-makan, rokok. “Jangan sampai elo larang gue rokok, karena gue beli rokok bukan dari gaji elo.” Dia pernah komentar sih sama kebiasaan ngerokokku, “gimana dampaknya nanti sama anak.” Kalau aku cuek, “bodo amat.” Karena aku nggak bisa pup (buang air besar) kalo enggak ngerokok.
Dalam menyatakan keinginan, HD dan MC termasuk pasangan yang terbuka seperti diutarakan oleh MC : Tidak hanya sama suami, sama temen kalau ada yang aku enggak suka aku langsung bilang.
4.2.1
Pasangan yang Tidak Saling Berteman dalam Penggunaan Facebook
AW (Istri) AW berusia 41 tahun bersuku Jawa. Latar belakang pendidikan AW adalah SMA. Saat ini ia menjadi ibu rumah tangga setelah sebelumnya bekerja selama 13 tahun di salah satu department store terkemuka di Indonesia. AW telah menikah selama 15 tahun dan telah dikaruniai 2 orang anak. Bagi AW, tujuan pernikahan adalah membentuk keluarga yang sakinah dan menunaikan sunah Rosul. Selain itu, menurutnya antar suami istri juga harus saling percaya satu sama lain dan menjaga komunikasi. Pengambil keputusan utama dalam rumah tangga AW adalah suami setelah konsultasi dengan istri. Namun terkadang AW juga dapat memutuskan sendiri seperti keinginannya berhenti kerja. Sejauh ini pembagian peran berjalan seperti suami istri pada umumnya istri mengurus rumah sebagai ibu rumah tangga, sedangkan suami adalah pencari nafkah utama. Sesekali suami juga membantu pekerjaan rumah tangga. Termasuk dalam menggunakan facebook, suami AW kerap mengontrol facebook istrinya terkait isi status dan penerimaan pertemanan. Suami AW
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
64
menyarankan kepada istrinya isi status sebaiknya hal yang ringan dan lucu serta tidak mengungkapkan aib rumah tangga. Sedangkan dalam penerimaan status, suami AW menyarankan harus dilihat apakah ada mutual friend karena informasi pada profil sering tidak lengkap. AW menggunakan facebook pertama kali tahun 2006, namun belum intens. Baru pada tahun 2009, AW lebih intens menggunakan facebook karena facebook mulai booming. Akun facebook AW dibuatkan oleh suami. Tujuan AW membuat akun facebook agar memiliki banyak teman, terbiasa dengan teknologi, memperluas wawasan, dan hiburan. AW dan suami tidak saling berteman. Hal ini dimaksudkan agar AW tidak salah sangka atau cemburu. Terkadang terdapat komentar yang nyeleneh, padahal tidak ada maksud apa-apa. Suami AW khawatir, nantinya jadi pikiran istri. Yang menjadi perhatian utama adalah saling pengertian dan percaya satu sama lain. Selain itu, suami AW juga memberikan password facebook-nya kepada istri sehingga ia dapat kapan saja mengecek facebook-nya Bagi AW, ia dan suami tidak berteman karena menghormati komunitas masing-masing. Jika berteman seolah ingin mengetahui semua urusan suami termasuk pergaulannya. Keduanya kerap bertemu di wall mutual friend dan saling bercanda melempar komentar. AW mengganggap hal tersebut bukan yang harus dikhawatirkan karena mereka setiap hari bertemu dalam dunia nyata. Yang terpenting bagi AW adalah masing-masing menjaga kepercayaan. Pengambil keputusan utama dalam rumah tangga AW adalah suami setelah berkomunikasi dengan istri. Hal ini dilakukan saat memutuskan prioritas pengeluaran. Khusus pendidikan yang mengambil keputusan akhir adalah suami. Untuk acara keluarga dan aturan kesehatan bagi anak, AW diberi kewenangan memberikan ide dan memutuskan, suami dan anak akan mengikutinya seperti penuturannya :
…tetap sih kita komunikasi, pertimbangan biaya juga, atau anak saya pengen (sekolah) disini ya kita komunikasi dulu kan. Suami yang ambil keputusan…
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
65
….kalau keuangan, kadang kan aku juga (tanya) yang mana dulu nih pengeluaran yang harus di dahulukan. Urusan bagi waktu untuk keluarga biasanya, apalagi kalau pergi keluar rumah bersama....saya yang kasih ide... dia sih hayoh aja...
Untuk beberapa hal AW juga diberi kewenangan memutuskan sendiri seperti keinginannya berhenti kerja setelah belasan tahun di sebuah pasar swalayan terkemuka. AW mengakui, dulu di tempat kerjanya karirnya berkembang dengan baik dan termasuk dalam karyawan yang berpotensi. Setelah beberapa tahun tidak bekerja demi membesarkan anak, pada suatu saat AW ingin memiliki kegaitan lain selain mengurus rumah dan anak. AW sempat merasa jenuh dan tidak berkembang. AW ingin merasakan kembali eksistensi dirinya seperti saat ia bekerja. AW ingin untuk membuka usaha toko mainan anak-anak karena tempat tinggalnya dekat dengan pasar. AW mengutarakan keinginannya kepada suaminya. Suami AW memberi pertimbangan bahwa karakter AW kurang cocok untuk berdagang karena sifat AW yang mudah tersentuh, tidak tegaan. Suami AW khawatir, sifatnya ini jadi penghambat terutama jika suatu saat AW harus menjual barang secara kredit yang nantinya harus menagih. AW pun akhirnya dapat menerima masukan suaminya. Berikut penuturan AW : Kalau saya sih sebenarnya pengen punya toko kaya alat tulis apa maenan, tapi kata suami saya itu engga akan berkembang. “Kan kamu orangnya engga tegaan,”kata dia. Engga tega suka ngasih gitu aja, aku orangnya mudah tersentuh, gampang nangis kalo nonton sinetron. Kalo dagang kan, kalo kredit harus nagih..nah itu aku gak bisa. Kalau saya sih selalu cerna dulu misalnya dilarang, kenapa dilarang oh iya ada benernya juga kata suami misalkan, modalnya kecil terus ya baik buruknya gimana nih
Pembagian peran berjalan seperti suami istri pada umumnya dimana bertanggung jawab istri mengurus rumah sebagai ibu rumah tangga, sedangkan suami adalah pencari nafkah utama. Dulu suami juga turut membantu pekerjaan rumah tangga seperti memasak. AW dan suami sesekali memasak bersama atau
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
66
bahkan suami memasakkan untuk AW. Namun sekarang hal ini tidak pernah dilakukan karena tingkat kesibukan suami meningkat. Berikut penuturan AW : Dulu dia bisa bantu masak juga. Sekarang karena udah sibuk juga, kasih garem berapa engga ngerti. Dulu dia suka nawarin, “mau makan nasi goreng engga.” Atau kerjasama,”kamu yang nyiangin sayur atau kamu yang ngulek bumbu.”
Saat senggang, dulu suami AW dulu senang mengutak-ngutik peralatan elektronik yang rusak. Kini, kegiatan waktu senggang tergantikan dengan menggunakan facebook. Suami AW memahami kebutuhan AW untuk berkumpul dengan temantemannya semasa SMA. AW pernah mendapat izin dari suami untuk menghadiri berbagai acara kumpul-kumpul dengan teman-temannya hingga larut malam walaupun sempat ditegur orang tuanya. Kebetulan AW masih tinggal serumah dengan orang tuanya. AW juga berusaha menjaga kepercayaan suami terutama saat suami pergi keluar kota dengan tidak keluar malam melebihi pukul 21.00 WIB seperti penuturan AW : Kalau saya sih selagi dapat izin dari suami,… bahkan orang tua saya sendiri, kan saya sudah dapat izin dari suami, kayak kemaren kan saya pulang sampai jam satu malem kan, ya udah kan sudah dapat izin dari suami, dapat ongkos dari dia, sama teman-teman, dan itu dianter jemput sama suami, kalau dia lagi keluar kota ya engga berani pulang sampai jam segitu, paling jam 10 paling malem.
Tinggal dengan orang tua membuat AW nyaman. Ia dapat berbagi dengan ibunya tentang berbagai hal termasuk jika terdapat masalah dengan suami. Dalam penggunaan facebook, AW dan suami tidak saling berteman. Awalnya AW keberatan. Ada kecemburuan yang muncul saat melihat suami asyik tersenyum-senyum kadang tertawa sendiri dengan facebook-nya. Kecemburuan ini tampaknya disebabkan karena faktor ketidaktahuan AW tentang facebook. Suami AW akhirnya menunjukkan komentar teman-teman AW dan komentar
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
67
yang ditulis untuk temannya. Setelah membaca komentar tersebut, keduanya tertawa bersama. AW pun minta dibuatkan akun. Berikut penuturan AW :
...mula-mula aku sih cemburu...terus dia tunjukin comment yang ditulis ke temen-temen aku malah ketawa...akhirnya aku minta dibuati akun... tapi tetep kita nggak friend-nan kata suami untuk privacy…tapi kalo aku mao liat akun facebook-nya, ya dikasih liat lah... buat hiburan, biar ketawa... karena aku lihat kok dia asik mojok sambil ngopi buka facebook. Saya enggak tersinggung…suami jelasin, kalo saya temenan trus baca nggak penuh dari awal comment suami saya, teman dia apalagi perempuan, pas ada kalimat yang agak-agak nyeleneh, padahal lain maksudnya, “nanti kamu cemburu atau marah” padahal kan ngga ada apa-apa...”kan kamu sendiri yang capek”. Di-reject waktu saya add...ya udah katanya kita kembali lagi ke saling pengertian dan percaya satu sama lain....
Suami AW menjelaskan tujuan tidak berteman untuk menjaga privacy serta menghindari salah sangka atau cemburu saat membaca komentar nyeleneh teman-teman suami terutama yang wanita. Tidak berteman dengan suami bagi AW merupakan wujud menghormati komunitas masing-masing pasangan. Menurut AW, berteman dengan suami di facebook menyiratkan seolah istri ingin tahu semua urusan dan teman pasangan. Bagi AW, yang terpenting adalah tetap intens bertemu di dunia nyata dan saling percaya. AW dan suami kadang bertemu di wall teman. Di sana keduanya saling melempar canda. AW dapat melihat facebook suaminya kapan saja karena keduanya saling mengetahui password masing-masing seperti disampaikan AW : Ya udah punya komunitas masing-masing aja gitu, kadang kalau cengcengan ketemu di wall temen, gitu aja, secara khusus kita temenan tu engga. aku sih mikirnya gini kalau kita temenan, kita kaya pengen tahu semua urusan atau teman suami saya atau pergaulannya, jadi ya udahlah biarin aja, kan engga di dunia maya kan kita ketemu ya, udah masingmasing aja, ya udah percaya aja, kadang kalau aku lagi ada kumpul sama temen-temen, dia ikut gabung, jadi dia sudah tahu pergaulan masingmasing, sama kalau suami saya juga begitu, kalau saya ada kumpul sama temen-temen dianter dan dijemput gitu.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
68
Keduanya akhirnya sepakat memfokuskan pada sikap saling pengertian dan
percaya
satu
sama
lain.
Kini,
AW
tampak
bisa
menikmati
ketidakbertemanannya dengan suami. Pertemuannya dengan suami di wall teman melahirkan sensasi tersendiri. Keduanya ceng-cengan, saling melempar canda. Bagi AW, hal ini membuat warna tersendiri bagi relasinya dengan suami. Yang terpenting dalam relasi suami istri bagi AW adalah kepercayaan dan interaksi dengan suami di dunia nyata. Suami AW kerap memberi saran kepada istrinya bahwa isi status sebaiknya berisi hal yang ringan dan lucu serta tidak mengungkapkan aib rumah tangga seperti diungkapkannya : Saya ngga pernah curhat di facebook, hanya sekedar komentar aja. Suami bilang sebaiknya hal yang diungkapin di facebook yang ringan-ringan, yang lucu aja… Menurut AW, perilaku dalam menggunakan dalam menggunakan facebook harus dijaga. Ia setuju masalah pribadi dengan pasangan jangan sampai menjadi konsumsi umum di facebook. Suami AW mengarahkan AW terkait siapa saja yang layak untuk dijadikan teman dan memberi peringatan untuk tidak membuat status yang memancing masalah. Berikut penuturan AW : ….ini juga sih dari perilaku kita juga yang harus kita jaga, jangan yang kita curhat-curhatan, facebook kan umum jadi kita bicara umum aja kamu jangan berteman sama ini, kayak … orangnya engga baik atau gimana, jangan buat status yang gimana, atau ada orang yang ngajakin gimana.
AW mengaku tidak tahu apakah suaminya mengecek facebook-nya atau tidak. Kalaupun mengecek, AW merasa tidak perlu khaawair karena ia tidak melakukan ha-hal di luar batas seperti pernyataannya : …saya kan engga tahu juga ya, mungkin sih dia ngecek, tapi saya juga engga pernah mikirin dia ngontrol saya di facebook, kadang kan di luar kota sendiri ya mungkin aja dia cek facebook saya.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
69
Berbagai saran dari suami ini ditanggapi positif oleh AW sebagai bentuk perlindungan suami bukan hal yang mengekang kebebasan. Berikut penuturan AW : ….menurut saya itu bagus, ya istilahnya ya supaya kita engga terjerumus kan gitu?saya engga merasa yang kita dibatasi atau dilarang pertemanan kita engga, malah enak kan malah mengingatkan kan. Kayak… kamu mending engga usah kenal sama ini deh gitu misalnya. AW mengakui, facebook dapat menjadi alat untuk melakukan kesenangan bersama dengan suami seperti duduk berdampingan sambil menggunakan facebook, saling memperlihatkan facebook, dan saling melempar komentar di wall teman. Jika hal yang ingin disampaikan kepada suami ia lebih suka menggunakan SMS karena lebih terjaga privasinya. Selain itu bagi AW, facebook digunakan untuk senang-senang saja tidak dibuat serius. Di facebook, AW sering meminta saran teman-temannya terkait bagaimana mendidik anak dan mengatasi anak malas belajar. Dengan demikian, ada ilmu yang diperolehnya dari berbagi via facebook. Hal ini seperti diungkapkannya berikut ini : …apalagi sering kita berduaan facebook bareng, kita liat-liatan gitu aja, kayak saya yang comment apa tentang status saya misalnya kan ada yang pro dan ada yang kontra kan, ya udah sih gitu aja, kan ngapain kalau aku ada masalah terus di-share di situ, kalau aku mending SMS kan lebih personal kan? facebook itu di bikin seneng-seneng aja engga usah dibikin serius, paling kadang sharingnya tentang “anak gue males belajar nih,” paling gitu aja, umumlah. …kadang ceng-cengan ketemu di wall temen, gitu aja… Suami AW tampak mendukung penggunaan facebook dengan membantu AW meng-upload foto atau mengganti foto profil seperti dituturkan AW : keterlibatannya ya ini aja, kalau ada foto yang menurut aku bagus aku minta tolong di-upload-in gitu aja sih, jadiin foto profil gimana, ya tanya pakai apa fitur apa gitu aja sih. Bagi AW, facebook bisa menjadi topik alternatif bagi AW dan suami untuk tertawa bersama. AW juga menyatakan facebook dapat menghilangkan tekanan atau stress dalam menjalani rutinitas yang kadang membosankan. Yang
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
70
penting baginya, dengan facebook yang dapat menghubungkan kembali dengan teman-teman membuat hidup lebih bersemangat seperti pernyataannya : .…kadang ada yang bikin status serius ada yang komentarnya melenceng atau gimana kadang kan kita bisa ketawa geli gitu kan. Ya gitu aja buat ngilangin BT. Kalau saya sebagai ibu rumah tangga seneng aja kumpul sama temen-temen, terus tahu info tentang temen-temen atau gimana, seneng ketemu teman lama, kita juga lebih semangat, pokoknya lupa deh kalau udah tua, apalagi kalau ada sesi foto-foto deh.
LS (Istri) LS berusia 41 tahun dan beragama Islam. Perempuan bersuku Sunda ini telah menjalani pernikahan selama 17 tahun. Pernikahannya semakin lengkap dengan dikaruniai 2 orang anak. Latar belakang pendidikan LS adalah SMA. Sehari-hari LS adalah ibu rumah tangga. Tujuan pernikahan bagi LS adalah untuk melanjutkan keturunan dan mengantar anak-anak menjadi orang-orang yang sukses. Menurut LS, hal yang harus diperhatikan dalam pernikahan adalah kepercayaan dan kejujuran. Hal ini diterapkannya saat suaminya sering keluar kota pulang sebulan atau dua bulan sekali. LS merasa tidak perlu ikut. Ia menaruh kepercayaan kepada suami secara penuhnya. LS membuat akun facebook itu tahun 2008. Tujuan menggunakan facebook adalah untuk menambah teman saja. Ia mengaku jarang menulis status. Yang paling disukainya adalah games. Teman-teman LS di facebook-pun sebagian besar teman-teman games-nya yang sebagian besar orang asing. Kalaupun ada beberapa teman orang Indonesia, itu adalah teman-temannya yang sekarang bukan teman-teman di masa lalu. Serunya games menurut LS adalah saat harus mengumpulkan point dalam waktu yang terbatas. Sesama pemain akan saling bantu. LS bisa main games bisa sampai 3 jam. Bagi LS, facebook adalah aktivitas selingan, pengisi waktu luang. LS sendiri baru memainkan facebook saat usai mengantar anak ke sekolah, suami pergi kerja, dan mengerjakan pekerjaan rumah (memasak, mencuci, dan
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
71
merapikan rumah). Dalam keluarga LS, komputer digunakan bersama sehingga tidak ada yang ditutup-tutupi. Namun, saat ujian suami LS menerapkan aturan komputer dan televisi dihentikan. LS dan suami tidak saling berteman dalam menggunakan facebook. LS menganggap tidak terlalu penting berteman dengan suami karena lingkup pergaulan LS dan suami berbeda. Lagi pula tidak ada yang dirahasiakan antara LS dan suami. Jika LS ingin melihat facebook suaminya, Ia tinggal minta anak membukanya atau sebaliknya. Bahkan LS tidak mengetahui password facebook suaminya. Suami LS sering keluar kota sebulan atau 2 bulan sekali untuk mengecek pekerjaan. Ia percaya penuh kepada suaminya sehingga tidak pernah LS ikut menemaninya seperti diungkapkan LS : ….kepercayaan aja ya.. jujur ya dia emang jujur kalau ada apa-apa dia cerita, kalau kita nanya dia cerita, di kantor apapun dia cerita, temannya apa dia cerita. Ya saling percaya, kan suami aku keluar kota. Kata orang kenapa engga ikut aja, aku percaya aja, engga pernah, dulu kan keluar kota setahun kadang pulang sebulan sekali, atau dua bulan sekali. Aku percaya sama dia, kan dianya juga suka cerita di sini itu bu temen-temen suka ngajak ke tempat hiburan. Di mah duduk aja trus keluar…malah temennya juga ikut keluar.
Dalam rumah tangga LS dan suami, pengambilan keputusan sebagian besar dilakukan bersama seperti penentuan pola asuh anak dan pengelolaan uang keluarga. Urusan kesehatan suami mengikuti keputusan istri. Sedangkan untuk pendidikan anak, suami yang memutuskan. Pola asuh anak, ya bareng-bareng aja… Kalau kesehatan, suami ikut aja Kalau pendidikan anak suami kali ya, kayak yang anak lagi ulangan itu ya pasti disiplin banget sama anak
Suami LS sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Bahkan suaminya turun langsung membantu pelajaran anak pertamanya yang telah duduk di bangku Sekolah Menengah Umum (SMU) saat sedang ujian.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
72
Suami LS memahami kebutuhan LS akan pentingnya menjaga kesehatan tubuh. Suami pun akhirnya menyuruh LS untuk mengikuti sanggar senam, seperti penuturannya : suami sih menghargai ya kayak aku ikut senam, suami yang nyuruh, “udah kamu ikut senam.” LS pernah menyatakan keinginan untuk berjualan. Suaminya menyerahkan keputusan di tangan LS namun menegaskan bawa secara prinsip yang berkewajiban mencari nafkah adalah suami seperti dituturkan oleh LS : Dia prinsipnya yang nyari duit itu laki bukan perempuan gitu, aku pernah bilang aku pengen jualan ini, ya gitu kata dia terserah tapi kan yang nyari duit itu kan laki bukan perempuan.
LS juga dibolehkan berkumpul dengan teman-teman kompleks tempat tinggalnya. Jika dilakukan di malam hari tidak boleh melebihi pukul 21.00 WIB. Berikut pernyataan LS : Kadang yang kumpul sama temen (sesama ibu-ibu komplek), terus malem kumpul lagi…..Di kompleks sering ada yang ulang tahun terus makan bareng gitu. Itu ngumpulnya sering..bisa sebulan sekali, atau seminggu. Kata suami engga boleh lebih dari jam 21.00..
LS sebagai istri bertanggung jawab mengurus anak dan rumah. Dulu, suami LS sesekali turut membantu pekerjaan rumah seperti menyapu halaman terutama saat hari Sabtu dan Minggu. Karena kesibukannya meningkat, saat hari Minggu lebih banyak dihabiskan dengan mengajak anak jalan-jalan sesuai dengan penuturan LS : ….iya dulu kan kerjanya engga full jadi masih bisa bantu-bantu kan, sekarang engga. Dulu kan yang nyuci ngepel apa dia, aku kan (ngurus) anak gitu, kalau sekarang ya kalau sabtu minggu aja kalau dia engga (pergi)… ya paling pagi aja atau nyapu halaman kan banyak daun jambu,… karena sekarang sibuk, paling sabtu minggu doang ngajak jalan anak.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
73
Dalam mengutarakan keinginan, LS melakukannya secara terbuka. Hal ini berbeda dengan suaminya yang tampak lebih tertutup seperti disampaikan LS : Kalau aku terbuka, kalau dia kayaknya dipendem. Soalnya engga ada apa-apa yang diem, terus aku yang nanya, “kenapa, ada apa nih? Kalau ada apa-apa ngomong.”.
Bagi LS, menggunakan facebook adalah aktivitas selingan, pengisi waktu luang. LS sendiri baru memainkan facebook setelah mengantar anak ke sekolah, suami pergi kerja, dan mengerjakan pekerjaan rumah (memasak, mencuci, dan merapikan rumah). Saat suami pulang kerja. LS juga mematikan komputernya agar lebih fokus mengurus suami. Sesuai dengan aturan yang dteutapkan suami LS, pada saat anak-anak sedang ulangan, aktivitas internet semua dihentikan. Dalam keluarga LS, komputer digunakan bersama sehingga tidak ada yang ditutup-tutupi. Dalam hal ini AW mengungkapkan : Aku pakai facebook anak-anak lagi pada sekolah sebelum dia (anak) pulang aku sudah matiin. Kadang aku, kalau masih buka dia (anak) pulang ya gantian anak yang maen. Iya kan kadang udah makan semua… udah rapi, ya aku maen, engga yang sampe lupa waktu atau apa gitu engga. Kalau suami datang bikin air atau ya udah matiin atau tinggal dulu sebentar. Terus kalau anak-anak lagi ulangan semua stop.
Dalam penggunaan facebook, LS dan suami tidak saling berteman. Bahkan LS tidak mengetahui password facebook suami. LS menganggap tidak terlalu penting berteman dengan suami karena lingkup pergaulan LS dan suami berbeda. LS menganggap tidak berteman dengan suami dalam penggunaan facebook tidak berpengaruh dalam kehidupan pernikahannya yang nyata. LS bertemu suaminya setiap hari dan biasa saling terbuka dan memperlihatkan facebook kepada pasangan. Lagi pula tidak ada yang dirahasiakan antara LS dan suami karena keluarga LS menggunakan komputer bersama-sama. Komputer pun berada dalam ruangan yang dapat diakses semua anggota keluarga. Jika LS ingin melihat facebook suaminya, ia dapat meminta anak untuk membukanya atau melihatnya melalui facebook anaknya. Bagi LS yang terpenting saat menggunakan facebook
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
74
adalah penegasan tentang status pernikahan dan saling percaya kepada pasangan seperti pernyataannya : …. kan engga temenan di facebook, kita sudah kenal di dunia nyata kan, jadi engga ada pengaruh banget. Ya yang penting kita percaya, kan dia temannya juga kan teman-teman SMA-nya dan kita sudah tahu. Yang penting kita sudah menikah ada ketegasan tentang status gitu aja, sejauh ini baik-baik aja, engga ada pengaruhnya. … males aja, mungkin gini… tiap hari ketemu, ya apa lagi, dan enggak ada rahasia kan. Aku suka liatin ke dia, “temen ibu ada yang beginibegini yah.” Aku enggak tahu password facebook suamiku, kadang kalau dia facebookan di depan aku, .. dia bilang ini teman aku dulu, dia tahu password aku tapi aku engga.
Bagi LS, suami adalah tempat bertanya dan pengarah dalam penggunaan internet termasuk facebook. Sebelum menerima pertemanan khususnya dari lawan jenis, LS meminta pertimbangan suami. Jika tidak kenal, suami menyuruh LS menolak tawaran pertemanan. Suami LS juga menyarankan untuk membuka situs tertentu yang dapat menambah pengetahuan LS. Jadi, bukan hanya fokus pada facebook saja. Berikut pernyataan LS : Kayak yang gini kalau ada yang bahasa Inggris aku engga tahu aku tanya “yah ini artinya apa yah.” Jadi malah mendukung, karena pengetahuan nambahlah ya. Kayak bahasa Inggris. Tapi kalau ada apa-apa aku selalu tanya, ada temen yang dia kenal atau teman dia sendiri, kalau ada yang ngajak berteman. Kalau cowok ya (nanya) kalau cewek engga. Kenal sama ini engga yah, gitu dulu. Kalau kata dia engga kenal,”engga usah diterima.“ Aku engga terima. Iya jadi engga ada rahasia juga kalau misalkan aku lagi maen ya dia lihat. Kadang gini suami yang nyuruh, “buka ini deh bu, ada info buat anakanak,” atau aku yang suka buka tautan-tautan kan, kan di komputer kan bisa buka banyak ya, engga maen facebook aja kan, makanya dia yang suka nyuruh buka tentang apa misalnya kesehatan atau resep.
LS mengakui dirinya sempat mencari informasi mantan pacarnya hanya sekedar ingin tahu kabarnya. Setelah mendapatkan facebooknya, LS tidak meng-
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
75
add-nya. LS tidak ingin melakukan kesalahan. Ia menjaga agar tidak memancing masalah dengan suaminya seperti pernyataannya : Ketemu… tapi engga yang di-add, cuma pengen tahu doang. Kalau suami tahu kan inget…, ntar nerima (pertemanan) malah salah kan. Itu kan pintu masalah, kadang kita pengen tahu dan saling cari tahu kan ya. Menjaga juga kan jangan cari masalah.
LS sangat suka bermain games facebook. Suami tidak melarangnya seperti penuturannya : Suamiku tahu aku main games tapi dibiarin aja. Sementara itu, suaminya lebih sering membuka facebook untuk melihat-lihat saja. Ia lebih suka mencari informasi pengetahuan dan berita olah raga. Kadang ketika suami membuka internet, ia akan memanggil LS jika menemukan informasi tentang pengetahuan yang bagus untuknya. Berikut petikan penuturan LS : … paling dia kalau buka facebook ya buka-buka doang atau apa gitu aja, kadang nyari-nyari pengetahuan atau olah raga, kan kadang suka nyuruh aku, “buka-buka ini bu, pengetahuan.”
Sebagian besar teman-teman facebook LS adalah teman-teman asing (luar Indonesia) yang merupakan teman-teman sesama pemain games. Teman yang bukan pemain games yang berasal dari Indonesia tidak terlalu banyak. Mereka adalah teman-teman baru LS yang diakrabinya sejak tinggal di Jakarta. Menurut LS, games kadang membuatnya ketagihan. Diakui LS, saat yang paling seru adalah saat LS harus mengumpulkan point dalam waktu yang terbatas. Kondisi ini bisa membuat LS betah di depan komputer hingga berjam-jam. Ia akan meminta bantuan teman-teman sesama pemain games seperti penuturannya :.… ya itu lupa waktu, pengen terus aja kan. LS mengakui, pada situasi tertentu facebook kadang dapat mengurangi waktu yang seharusnya dapat digunakan untuk keluarga. Namun di sisi lain, facebook membuat pergaulan LS semakin luas dengan berteman dengan orang asing seperti pernyataan LS :…aku kebanyakan temenan sama orang luar orang Indonesia nya sedikit.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
76
4.3 Istri Saja yang Menggunakan Facebook RO (Istri) RO berusia 37 tahun dan beragama Islam. Perempuan asal suku Jawa ini telah menjalani pernikahan selama 14,5 tahun dan dikaruniai 3 orang anak. Saat ini, RO yang berprofesi sebagai desainer grafis bekerja sebagai karyawan pada sebuah media internal perusahaan BUMN terkenal di Jakarta. Awalnya, RO merasa ragu untuk menikah, di satu sisi RO belum sepenuhnya yakin apakah ia butuh menikah. Di sisi yang lain ia tidak yakin dapat menahan
hawa nafsu. Tapi akhirnya ia memutuskan untuk menikah karena
pertimbangan agama, menghindari zina1. Sejauh ini, RO merasa harapannya tentang pernikahan telah tercapai. Baginya, harapan tidak berhenti, namun terus berkembang. Menurutnya, pernikahan itu merupakan proses penyesuaian yang tidak pernah berhenti. Jika suami istri menutup iri untuk saling menyesuaikan pernikahan berada di ambang kehancuran. Komunikasi adalah unsur terpenting yang harus dijaga dalam relasinya dengan suami. Keduanya berkomitmen berusaha menjaga komunikasi. RO tumbuh dari keluarga orang tua tunggal dimana perhatian yang didapat sangat minim. Ayahnya meninggal saat ia berusia 2 tahun. Sejak ibu, ibunya bekerja keras untuk menghidupi keluarganya. Hal ini mempengaruhi pola asuh terhadap anak-anak RO dimana ia dan suami berkomitmen selalu menghadirkan figure orang tua dalam keluarga. Ia bekerja sama dengan suami bergantian untuk selalu ada secara fisik dalam keluarga. Suami RO berprofesi sebagai tentara yang tertarik dengan dunia wirausaha. Saat ini, demi menunjang karirnya RO melanjutkan kuliah untuk memperoleh gelar sarjana. RO pertama kali menggunakan facebook pada tahun 2009, 2 tahun setelah melahirkan anak ke 3. Motivasinya untuk menggunakan facebook adalah
1
Zina adalah hubungan kelamin antara seorang laki-laki dan perempuan di luar nikah
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
77
mengatasi baby blues2 yang di alaminya setelah melahirkan dan menghindari kebosanan di kantor. Bagi RO, dengan menulis catatan dinding (status) ia bisa mengekpresikan perasaan. Dalam menjalankan rumah tangga, RO bekerja sama dengan suami untuk bergantian mendampingi anak di rumah. Hal ini bertujuan agar anak senantiasa merasakan kehadiran orang tua secara fisik. Hal ini seperti dinyatakan RO berikut ini : Dulu tugasnya pindah-pindah, sekarang enggak.. malah lebih banyak waktu dia di rumah dibanding gue, gue punya kesepakatan biar anak-anak gak lepas figure orang tua. Salah satu orang tua harus gantian secara fisik ada di rumah. Kalau gue lagi sibuk, suami gue di rumah, sebaliknya dia lagi keluar gue di rumah. Suami gue orang rumahan, ga suka nongkrong, kalau ke kantor gue aja yaudah diem aja paling ngerokok. Kalau gue kan jingkrakan tuh orangnya…
Dalam rumah tangga RO, suami adalah pemimpim dan pencari nafkah utama. Sedangkan RO adalah pendamping dan pelengkap keuangan keluarga. Di samping itu, Ro juga bertanggung jawab dalam mengurus urusan domestic (anak dan rumah). Dalam menjalankan peran, RO dan suami saling berbagi peran, seperti dalam mendampingi anak di rumah. Dalam menjalankan tugas rumah tangga, RO juga dibantu oleh pembantu rumah tangga dan keluarga besarnya. Berikut penuturan RO :
2
Baby blues juga dikenal sebagai post partum syndrome (sindrom pasca melahirkan) dimana terjadi perubahan hormon ibu, juga kelelahan pasca melahirkan. Beberapa penyebab adalah perubahan hormon, stress, ASI tidak keluar, frustasi karena bayi tidak mau tidur, menangis terusmenerus dan gumoh (muntah ASI), kelelahan pasca melahirkan, dan sakitnya akibat operasi, suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya dengan suami, problem dengan orangtua dan mertua, takut kehilangan bayi, sendirian mengurus bayi, tidak ada yang membantu, takut untuk memulai hubungan suami istri anak akan terganggu, bayi sakit, rasa bosan, dan problem dengan si sulung (http://www.dunia-ibu.org, diakses pada tanggal 2 November 2011 jam 03.32 WIB)
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
78
Dia pemimpin, gue pendamping, semua berjalan ngalir aja, pada dasarnya gue ama suami sharing peran dalam segala hal. Termasuk dalam mendampingi anak di rumah. Otomatis aja, gue urus tanggung jawab rumah dibantu pembantu, dia fokus kerja sebagai pencari nafkah utama. Tapi dia mau juga nyetrika waktu enggak ada pembantu, gue enggak pernah minta, dia sendiri yg mau. Kalau minta paling benerin mesin air, motong rumput….kalau kondisi normal (pembantu ada) dia enggak akan turun bantu-bantu wong gue tinggal ama ipar gue cewek, mertua, nyokap gue deket..ngapain banyak cewek dia mesti turun.
Dalam rumah tangga RO, pengambilan keputusan yang utama tetap berada di tangan suami. Namun, pertimbangan istri memiliki kekuatan dalam mempengaruhi
suami
saat
mengambil
keputusan.
RO
menggunakan
kepiawaiannya dalam mempengaruhi suami dengan berbincang terkait topik yang lain. Lalu secara perlahan diarahkan pada topik yang dituju. RO berusaha meletakkan posisi suami di atas dirinya dengan membiarkan suami mengambil keputusan. Hal ini terungkap dalam penuturan RO :
Suami gue mutusin tapi dengan masukan dari gue, lo kan tau cewek kalau punya mau ngomong muterrrr kemana-mana dulu baru mengarah ke yang dia mau. Nah, abis itu dia deh yg mutusin, biar gue ga disalahin dan nanggung resiko kalau salah ambil keputusan hahahaha. Gue pokoknya tetap memposisikan dia sebagai pemimpin…di atas gue.
Setelah melahirkan anak yang ketiga, RO sempat berhenti kerja. Saat berada di rumah, RO dan suami sering berselisih karena masalah uang. RO merasa tidak bebas belanja karena harus minta kepada suami. Padahal selama bertahun-tahun kerja RO terbiasa memiliki uang sendiri. Akhirnya suami membolehkan RO bekerja kembali. Bagi RO, kerja adalah pemenuhan kebutuhan untuk aktualiasasi diri sekaligus me time seperti diceritakan RO : Gue tuh ga bisa kalau gak pegang uang. Gue terbiasa ngelakuin apa-apa sendiri, kalau ada uang gue bisa berekspresi mau beli apa ada, pernah abis melahirkan gue 2 bulan di rumah.. adanya ribut aja, gue minta uang
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
79
terus kalau butuh, hehehe suami gue gak tahan akhirnya bolehin gue kerja lagi. …gue dapat beraktualisasi diri, waktu kerja itu ibarat me time buat gue. Kalau sabtu minggu itu prerogative suami gue, gue jadi ibu rumah tangga saat itu.
Saat ini, demi menunjang karirnya RO melanjutkan studi untuk memperoleh gelar sarjana strata 1. Untuk memperoleh izin dari suami, RO melakukan diskusi intensif. Upaya RO membuahkan hasil kesepakatan. RO secara ketat dapat membagi waktu kerja dan waktu untuk keluarga. Hari Sabtu dan Minggu adalah hak suami dan anak karena hari kerja digunakan secara penuh untuk bekerja dan kuliah. Pada dua hari tersebut, RO menjadi ibu rumah tangga secara penuh. RO rela tidak dapat menghadiri acara pribadi pada dua hari tersebut. Acara pribadi hanya dapat dihadiri di hari kerja. Agar perhatian hanya difokuskan pada keluarga, pada hari Sabtu dan Minggu, RO juga tidak diperbolehkan menggunakan facebook. RO merasa hal tersebut cukup adil dan ia tidak keberatan melaksanakannya seperti penuturannya : …gue kekeh tapi gak yang nyecer, gue kasih argumen terus. Buktinya gue cukup sabar nunggu ampe die kasih izin kuliah. Kalau Sabtu Minggu itu prerogative suami gue, gue jadi ibu rumah tangga saat itu. Gue merasa sudah cukup adil, suami gue kasih kelonggaran boleh kerja lagi. Tapi ada harus ada waktu khusus buat keluarga. …termasuk Sabtu Minggu gue gak facebookan. Gue gak bisa pergi reunian atau pergi ama temen-temen hari Sabtu Minggu. Bisanya hari kerja…
Suami RO yang berlatar belakang tentara memiliki minat yang kuat untuk berwirausaha. Berbagai usaha pernah dijalani seperti budi daya jamur, bengkel, daur ulang plastik. Saat ini, suami RO ingin membuka usaha agen beras. Sebagai wujud menghargai minat pasangan, RO tidak melarangnya. Suami memiliki
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
80
memiliki pandangan jika usahanya berhasil RO tidak perlu jauh-jauh kerja kantoran. Berikut pernyataan RO : Suami gue punya keinginan kuat tuk wirausaha..dia mah hobinya nyoba hal-hal usaha baru. Dulu …usaha budi daya jamur, bengkel, daur ulang plastik, sekarang katanya mau usaha agen gitu agen beras, aqua…gue sihh diemin aja, itu kebutuhan individu dia kali. O ya, katanya kalo usaha agen berhasil gue gak mesti kerja lagi..bener juga siiih dia mikir gak mau gue kerja jauh-jauh kayak sekarang ini. Nanti kalau dah jalan usaha itu dia mau serius urus itu aja, terus nanti dia tinggal kasih setoran ke komandan tiap bulan, hehe
Dalam rumah tangga, RO membiasakan diri dengan suami saling terbuka sehinggga setiap masalah segera tuntas. Biasa hal tersebut dilakukan di meja maka dalam kondisi santai seperti disampaikan oleh RO : ….gue orangnya spontan, engga suka mendem-mendem perasaan, kalo ada masalah harus tuntas. Biasanya kita bicarain di meja makan. Kalau anak-anak punya waktu makan yang beda kan ma gue dan suami. Jadi kita bisa bebas ngomong di meja makan. Kita engga pernah bicarakan masalah di tempat tidur, kata suami gue tidur butuh ketenangan jangan diganggu masalah. Kala waktu tidur ya tidur dan “bergerilya” hahahahaha
Motivasi RO menggunakan facebook adalah mengatasi baby blues yang dialaminya setelah melahirkan dan menghindari kebosanan di kantor. Bagi RO, dengan menulis status ia bisa mengekpresikan perasaan. Dalam penggunaan facebook, suami memberikan kebebasan menggunakan facebook.
RO
mengaku
suaminya
memberikan
kebebasan
dan
tidak
mengarahkannya dalam penggunakan facebook seperti penuturannya : Suami gue ngga pernah mengarahin gue, gue bebas nulis apa aja di catatan wall. Suami RO membebaskan RO dalam menulis status dan tidak pernah berkomentar di wall RO. Ia tidak melarangnya berteman dengan teman-teman semasa SMP hingga kuliah baik laki-laki maupun perempuan. RO tampak berusaha untuk konsisten memegang kesepakatan seperti tidak menggunakan
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
81
facebook sesampainya di rumah serta saat di rumah seluruh perhatiannya hanya tercurah kepada suami dan anak. Berikut yang diungkapkan oleh RO : Suami gue enggak pernah mengarahkan gue, gue bebas nulis apa aja di catatan wall. Dia enggak pernah ngasih komentar di wall gue kalau udah sampai rumah enggak facebookan, perhatian untuk suami, jangan sampai suami dicuekin karena facebook. Termasuk Sabtu Minggu enggak facebookan.
Kesepakatan terkait izin yang diperoleh RO untuk melanjutkan studi berimbas pada timing (waktu) penggunaan facebook RO. Suami RO tidak memperbolehkan RO menggunakan facebook di rumah. Facebook hanya digunakan di kantor, saat perjalanan, dan saat menunggu seperti dituturkan RO : Negosiasi tentang facebook… biasanya cuma masalah timing saja, kapan waktu yang pantas online. ….kalau udah sampe rumah facebookan berhenti, fokus perhatian untuk suami anak, jangan sampe suami dicuekin karena facebook. Termasuk Sabtu Minggu gue enggak facebookan. Gue enggak bisa pergi reunian atau pergi ama temen-temen kalo Sabtu Minggu. Bisanya hari kerja… Gue facebookan kalo di kantor dan waktu di perjalanan atau lagi nunggu…sesuai aturan yang udah disepakati jadi nggak melanggar kan..
RO tidak keberatan dengan semua aturan yang dibuat suami. Hal ini disebabkan RO memposisikan facebook hanya sebagai media hiburan seperti pernyataannya : Kalau saya facebook itu media hiburan saja… RO merasa tidak ada yang berubah sejak ia menggunakan facebook. Ia tetap fokus pada keluarga saat di rumah. Ia juga tidak pernah melanggar kesepakatan.
LP LP berusia 36 tahun, suku Aceh, dan beragama Islam. Pendidikan terakhir ASMI (DIII). Saat ini bekerja sebagai staf di sebuah perusahaan swasta. Usia pernikahannya telah memasuki tahun ke 12 dilengkapi dengan kehadiran 2 orang anak. Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
82
Tujuan menikah bagi LP yakni memperoleh kepastian setelah 5 tahun berhubungan dengan kekasihnya. Jika tidak ada kepastian ia berniat menyusul kakaknya untuk bekerja di Belanda. Menurut LP unsur yang dianggap penting dalam pernikahan adalah kepercayaan dan komunikasi antar pasangan. Secara implisit, dalam rumah tangganya LP terlihat lebih mendominasi. LP sempat mengalami kekecewaan terhadap sikap suami yang kurang tanggap dengan berbagai masalah dalam keluarga seperti dalam mengurus kerusakan rumah atau dalam menjaga anak saat bepergian. Akhirnya LP sering mengambil tugas yang seharusnya dilakukan suaminya. Puncaknya saat LP mengajak suaminya cerai pengadilan karena suami tidak kunjung berubah. Ia menilai suaminya tidak belajar dari kesalahan sehingga di mata LP suaminya tidak dapat melakukan apa-apa. Namun semakin hari, LP melihat mulai tampak ada perubahan dari sikap suami. Suami mulai tanggap terhadap urusan rumah. LP menggunakan facebook sekitar 3 tahun yang lalu, sekitar tahun 2008. LP menggunakan facebook karena didorong teman-teman Tsanawiyah (setingkat SMP) dan Aliyah (setingkat SMA) Tujuan awal LP membuat akun facebook adalah untuk menjalin komunikasi dengan teman-teman, menambah teman, dan iseng-iseng mencari mantan pacar LP. LP senang berteman dengan orang asing untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisnya, bahkan ada beberapa yang tertarik padanya. Namun LP langsung menarik diri, tidak meladeninya. Bagi LP, yang harus diperhatikan dalam penggunaan facebook adalah harus bisa menjaga hubungan dengan suami. Menurut LP dampak negatif facebook adalah dapat memperkeruh suasana rumah tangga yang sedang dalam masalah. Menurut LP, facebook lebih banyak negatifnya dari pada positifnya. Positifnya facebook bagi LP adalah bisa bertemu dengan teman-teman dan mengusir rasa bosan. Suami LP, tidak melarangnya menggunakan facebook. Namun sesekali mengeluh begitu pula anaknya. LP adalah tipe perempuan yang keras dan spontan dalam berkomunikasi. Sedangkan suami LP termasuk tipe lelaki pendiam dan sensitive seperti penuturannya :
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
83
Gue kan satpam banget hehehe. Gue dididik ma bokap gue. Banyak yang bokap ajarin jadi masukan secara tidak langsung. Bokap gue orangnya sering ngobrol. Dia murah hati. Kalo mak gue orangnya diem, akhirnya juga nggak ada komunikasi ma orang, cepat tersinggungan. Tipe perempuan zaman dulu begitu Kalau gue kan nyablak, gue bilang lu jangan ego, mentang-mentang lu laki-laki, dia bilang “kamu tu kalau ngomong gak ada tata kramanya ma laki-laki..” Makanya gue tu membiasakan seperti itu supaya tidak menumpuk, terus gue bilang, “ya sorry, sorry“. “Kebiasaan kamu tuh,” kata dia. Gue udah lama ditinggal ma kakak gue sebelum kawin. Waktu gue kawin jadi biasa ngurus sendiri. Jadi hidup mandiri, urusan rumah, tukang, apa semuanya.
LP sempat mengalami beberapa kekecewaan terhadap sikap suami yang kurang tanggap dengan berbagai masalah dalam keluarga seperti atau mengurus (terkait kebutuhan makanan dan kesehatan) anak saat bepergian. Dalam hal ini, LP menceritakan sebagai berikut : …gue pernah ngikutin cara dia, tapi ternyata cara dia salah dan akhirnya gue marah besar karena anak gue sakit. Pertama gue kasih kepercayaan ma dia, biar laki gue gak merasa gak dikasih kepercayaan. Anak gue pernah ke Bangka. Di sana kan ada kakaknya. Gua udah bilang, nggak usah bawa anak. Satu, pesawatnya mahal. Kedua, kalau lu mau berangkat, berangkat aja, nggak usah bawa anak. Dia bilang, “ah kamu nih egois, masak anak saya sendiri nggak boleh bawa, gini-gini.” Nah, yang kayak gitu-gitu kan yang banyak renggang, boleh lu bawa anak lu lihat makannya, jangan sakit. Akhirny gue kasih kepercayaan. Ada 3 hari. Pulang ke sini ….Masya Allah, badannya panas, wah ampe nggak bisa BAB (Buang Air Besar). Akhirnya gue cuti, nggak masuk kantor. Ternyata, di sana dia main ya main, dia ngobrol ya ngobrol. Namanya anak kecil gak ngerti. Nggak kayak kita, perempuan, ngasih makan kalo waktunya makan atau tahu anak kalo masuk angin. Kan gue tahu tipikalnya cowok ya gitu. Jadi di situ gue marah besar. Trus kan harus ke dokter. Ya kayak gitu-gitu, kita perempuan sudah tahu, urut-urutannya. Tapi kadangkadang laki-laki tu mikirnya kita cerewet, kebanyakan ngatur. Padahal kita ngatur karena kita tahu. Kita jaga-jaga supaya nggak keluar ongkos. Akhirnya gue giniin, lu bawa anak lu ke rumah sakit, gesek pake uang lu, nggak ada sesen pun uang gue. Gue nggak punya duit. Kejadian kayak gitu udah 2 kali. Makanya kalo gue udah sentak, baru dia ingat.
Hal serupa juga terjadi dalam mengurus kerusakan rumah, LP juga merasa kecewa suaminya kurang tanggap. Akhirnya, LP terpaksa mengambil alih
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
84
beberapa tugas yang seharusnya dilakukan suaminya. Puncak kekesalannya saat LP mengajak suaminya cerai pengadilan karena suaminya tidak kunjung berubah. Ia menilai suaminya tidak belajar dari kesalahan sehingga di mata LP suaminya tidak dapat melakukan apa-apa. Hal ini diceritakan LP sebagai berikut : Gue pernah berantem ampe gue bilang, “kalau lu nggak bisa rubah sikap lu, gue minta cerai ma lu. Karena kalau gue yang ngurus lama, perempuan kan lama, pake hakimlah, pake inilah, kita ke sana. Biasaaa, ini dipicu masalah rumah, lu liat harusnya gini-gini-gini. Gue kalau udah marah, gue jabanin. Sekali dua kali gue perhatiin, gue omongin, nggak kena juga….liat aja.Misalnya masalah ubin retak, keran bocor, numpuk kan. Sekali dua kali, ngegampangin. Seharusnya kan laki-laki. Gue bilang “lu gak pernah mau belajar. Gue kesal. Dia gak pernah bisa berbuat apaapa. Gue perempuan, “lu nggak kasian, lu tega, gue bawa motor, gue cari ubin ampe ke jalan Panglima Polim naik motor gue jabanin, Gue bawa semen satu sak di motor. “Lu nggak malu ma tetangga.” Gue sih nggak malu, tapi lu tidak ada komitmen. Kita sudah kawin 12 tahun. Orang harus rubah. Dulu gue nggak bisa apa-apa. Manusia itu dikasih otak supaya dia mikir. Tipikal suami gue tu disentak baru dia flashback. Tapi sentaknya yang kenceng. Nanti dia lihat, perhatiin, direnungin tu satu minggu.
LP mengamati, semakin hari mulai terlihat ada perubahan dari sikap suami walau tidak secara drastis seperti penuturan LP : Suami gue udah mulai berubah tapi tidak drastis. Kayak perhatian ama rumah, bangunan itu sudah mulai. Ada orang yang bisa didengerin, tantenya. Jadi gue curhat sama tantenya. Dia lebih kena ama tantenya ketimbang ma gue.
Dalam pengambilan keputusan, masukan LP memiliki kekuatan dalam mempengaruhi suami saat melakukan pengambilan keputusan. LP terlihat “memaksa” agar suami menerima masukannya. Hal ini terlihat dalam penuturan LP :
Jadi intinya segala sesuatu sebenarnya yang ngambil keputusan dia, gue memberikan masukan, “tapi lu harus nerima dong yang gue udah kasih info” maksudnya gitu….
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
85
Setiap bulan LP memberi gaji kepada LP, lalu LP yang membagi-bagi sesuai dengan kebutuhan. Jika kurang, suami harus mengusahakan karena LP merasa telah cukup dalam membantu menambah nafkah keluarga. Keputusan pendidikan dan kesehatan anak, LP yang memberi masukan suami yang memutuskan. Gaji suami digunakan untuk belanja setiap hari, ongkos, bensin. Gaji LP untuk keperluan anak, tambahan belanja, dan jalan-jalan seperti diungkapkannya : Tiap bulan dia kasih ke gue, kalau gak cukup ya harus ada. Kewajiban laki itu harus cari duit, sebenarnya kewajiban perempuan tu ngurus rumah tangga. Tapi gue bantuin lu cari duit. Jadi gue kalau duitnya ga cukup, lu cari dong. Jadi pas laki gue banyak cincong, kenapa lu minta lagi minta lagi. Ongkos, bensin, itu urusan lu. Belanja tiap hari (dari gaji) lu, belanja-belanja kaya mobil, mau beli rumah, ya komunikasi. Kalau pendidikan kesehatan, gue kasih masukan, tapi terserah lu.
Ada saatnya LP takluk dengan keinginan suami yakni saat dirinya berkeinginan memberikan anak keduanya kepada kakaknya. Kakak LP ini berjasa membiayai kuliah LP. Ia dan pasangannya telah lama menikah namun belum dikaruniai anak. Kali ini suami berani menyuarakan ketidaksetujuannya. LP menyadari hal tersebut adalah hal yang sensitif. LP tidak mau memaksakan diri karena khawatir suatu saat jadi masalah untuk dirinya. Berikut penuturan LP : Sebenernya sih hati kecil gue kepengen kasih, bener. Kakak gue baik banget ama gue. Gue tau gimana dia dulu nyekolahin gue mati-matian. Istilahnya gue juga gak bisa membayar hutang budi kakak gue. Cuman gue gak tega ama laki gue. Anak kan bukan punya gue aja tapi kepunyaan laki gue juga. Dia bilang, “kamu tega anak masih sekecil gitu, gini gini gini, nah itu kan jadi bom buat gue, kalo toh itu kakak kamu tapi emang kamu tega ngeliat anak sekecil itu (dikasih ke orang) ?.”
Dalam rumah tangga LP, suami merupakan pencari nafkah utama. Posisi LP sebagai istri adalah pelengkap sekaligus bertanggung jawab mengurus rumah dan anak. Demi menyeimbangkan tugas ini, LP dibantu 2 orang pembantu rumah tangga. Suami LP pernah turun ke dapur bersama untuk memasak. Sementara itu, LP yang membersihkan setelah selesai memasak seperti penuturan LP :
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
86
suami gue boro–boro ngerti urusan perempuan..hmm paling masak yaaa, itu juga gue yang bersiin.
Suami LP sama sekali tidak pernah melarangnya menggunakan facebook serta tidak pernah mengeceknya. memberi Suami memberi kebebasan sebebasbebasnya. LP memperkirakan bahwa penyebabnya karena suami takut dimarahinya. Berikut penuturan LP : Nggak sih gue suami enggak ngontrol, dia suka takut sama gue hahaha. Nggak ada, dia gak pernah ngekang, dia ngasih kebebasan sebebasbebasnya. Dalam menggunakan facebook, LP tidak sembarangan menerima permintaan pertemanan. Ia hanya menerima pertemanan dari orang yang dikenalnya. LP mengaku pernah menerima permintaan perkenalan dari lawan jenis dengan melihat profilnya terlebih dahulu. Selain itu, LP berusaha tidak terpancing godaan saat chatting. Ia memutuskan jika percakapan mengarah pada keinginan menjalin hubungan yang lebih dalam. Berikut penuturan LP : Basicly, gue senang ngobrol pake bahasa Inggris. Tapi tidak menjadi pasangan hidup gue. Gue nggak mau mancing, hanya have fun kok. Dia masuk inbox, tapi gue matiin, gue biarin aja gitu. Kalau gue mancing mah gue bisa. Tapi gue nggak mau. Makanya, gue bilang rasa itu ada, pingin nge-klik itu. Tapi nggak ah.. nggak.. nggak. Gue takut keterusan, itu aja. Kalau gue jalanin pasti keterusan dan jadi bumerang buat gue. Jadi stop gue nggak mau. Kalau gue kenal gue confirm, kalau nggak kenal yaa nggak. Nge-add lawan jenis pernah, tapi ngeliat di profilnya dulu.
LP juga tidak suka curhat di facebook terkait persoalan rumah tangganya Baginya hal tersebut mengumbar aib diri dan suaminya. Jika terdapat masalah dengan suami yang amat sulit diselesaikan, LP baru melibatkan kakak ipar atau mertuanya untuk membantu membicarakannya dengan suami. Namun, sebisa mungkin, masalah diselesaikan antar mereka berdua terlebih dahulu seperti disampaikan LP :
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
87
Gue gak suka curhat sih di FB. Namanya mengumbar aib. Kalau ada masalah dengan laki gue, gue gomong ama laki gue. Kalo gak bisa baru ngomong dengan pihak ketiga misalnya tante atau emaknya. Mereka gue anggap bisa memberi masukan sama laki gue. Tapi gak setiap ada masalah. Gue juga nggak mau nama suami gue jelek terus di depan keluarganya. Pokoknya sebisa mungkin diomongin berdua deh LP mengakui sejak menggunakan facebook dirinya seolah menemukan sumur katarsis menghadapi kebosanan berelasi dengan suami. Berikut ungkapan LP : Positifnya, dengan BB akhirnya kita nyambung ama teman-teman. Bosan kan tiap hari ama pasangan kita hahaha, kita butuh yang lain bukan yang itu-itu aja. Sejak menggunakan facebook, LP menyebut bertambah ganjen alias sedikit centil, terbuka, luwes dalam bergaul. Selain itu, suami jadi mengetahui lingkup pergaulan LP seperti diungkapkan LP :
Ganjen kali hahaha gue senang ngobrol, dulu waktu nggak pake facebook gue kurang gaul, sejak pake facebook, laki gue jadi tahu teman-teman gue, Menanggapi LP yang aktif membalas komentar teman-temannya dia facebook, suami LP menuturkan : “ngapain ngomentarin…gak penting banget.” LP mengakui suaminya cemburu LP lebih memperhatikan HP daripada dirinya dan anak dituturkan LP : hahaha laki gue tuh cemburu ama ini (sambil menunjuk HP). Selain itu, anak-anak LP juga mengeluhkan ibunya kurang memperhatikannya karena seringnya LP menggunakan facebook. Berikut cerita dari LP : Yang gue rasain sendiri, negatifnya anak-anak kadang-kadang suka complain itu, “mama jangan main BB mulu dong..” Ya gue dengan sendirinya (berhenti). “Mama jangan gitu”… ya lebih banyak kayak gitulah.
SM (Istri) SM berusia 38 tahun dan beragama Islam. SM telah menjalani pernikahan selama 16 tahun dan dikaruniai 3 orang anak. SM berlatar belakang pendidikan SMA. Ia sempat bekerja pada sebuah pasar swalayan ternama namun berhenti karena alasan mengurus anak. Kini, SM tinggal bersama keluarga besarnya.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
88
Tujuan pernikahan bagi SM adalah untuk memperoleh keturunan dan memperbaiki ekonomi. Ia berharap agar anak-anaknya menjadi orang yang sukses dan bisa saling membimbing. Kejujuran dan saling percaya, serta keharmonisan menjadi hal yang penting dalam pernikahan menurut SM. Dalam pengambilan keputusan, SM melakukannya bersama-sama dengan suami. Namun untuk beberapa hal kadang-kadang diberi kewenangan yang memutuskan. Pendidikan anak, SM yang memutuskan karena suami jarang di rumah dan sering pulang larut malam karena sibuk mengurus berbisnis jual-beli furniture dan barang antik. Pengambilan keputusan tentang masalah belanja sehari-hari dan kesehatan SM yang memutuskan. Jika muncul masalah keluarga yang suami SM yang tampil sebab ia orang yang paling disegani dalam keluarganya. SM dan suaminya selalu bahu-membahu dalam menjalan peran dalam rumah tangga. Suami adalah pencari nafkah utama. SM bertanggung jawab mengurus rumah dan anak. Dalam menjalankan rumah tangga yang terpenting adalah kejujuran. Keduanya saling terbuka, suaminya selalu cerita tentang apa yang dikerjakan setiap hari. Suami berbagi pengalaman bagaimana menjual barang sebagai langkah antisipasi jika suami sakit atau ada kejadian yang tidak diinginkan. SM tidak pernah dilarang oleh suaminya untuk melakukan apapun, yang terpenting adalah kejujuran dan selalu izin dengan suaminya. SM menggunakan facebook dengan tujuan untuk mengenang teman-teman lamanya dan berhubungan kembali dengan teman-teman di masa lalunya. Dengan menggunakan facebook, SM bisa berbincang-bincang dengan teman-temannya. SM sempat merasakan dampak buruk akibat ketagihan facebook dimana pendidikan anak terkecilnya di rumah terbengkalai. Waktu yang seharusnya digunakan untuk mengajari anak membaca atau berhitung banyak tersita untuk facebook-an. Suatu saat ia menyadari dan menghukum diri sendiri dengan tidak membuka handphone sama sekali. Ia bertekad untuk lebih mengendalikan diri dengan
mendahulukan
kewajibannya
mengurus
anak.
Pengawasan
dan
pengontrolan dalam penggunaan facebook lebih banyak dilakukan oleh anak pertamanya yang telah menginjak remaja. Bentuknya dengan me-remove teman
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
89
yang dari sisi penampilan berpotensi membawa masalah hingga mengkritik jika status SM dianggap berlebihan. Anaknya sangat menjaga agar penggunaan facebook bagi SM tidak membuka pintu perselingkuhan Dampak positif facebook yang dirasakan SM adalah mendapatkan banyak teman. Sedangkan kalau negatifnya adalah kadang-kadang bisa membuat suami cemburu. Namun dampak tersebut tergantung pada penggunanya. Dalam pengambilan keputusan, SM melakukannya bersama-sama dengan suami. Namun untuk beberapa hal kadang-kadang diberi kewenangan yang memutuskan. Urusan pendidikan anak, terutama dalam hal pemilihan sekolah yang memutuskan adalah suami. Sementara itu, jika terkait dengan pengajaran istri yang lebih berperan karena suami sering pulang malam mengurusi bisnisnya. Pengambilan keputusan tentang masalah belanja sehari-hari dan kesehatan SM yang memutuskan. Jika muncul masalah keluarga, suami SM yang tampil sebab ia adalah orang yang paling disegani dalam keluarganya. Sama-samalah, kadang-kadang saya kadang-kadang dia. Kalau buat pendidikan emang dia. Tapi kalau tentang pengajaran kebanyakan saya. Kan emang dia jarang di rumah, keluar kota, Pendidikan anak kebanyakan bapaknya. Kalau masalah belanja, kadangkadang saya kita liat kebutuhannya saja, saya sih sebenarnya jarang sekali kalau minta-minta beli-beli itu ya, kadang-kadang aku tidak minta aja udah dibeliin. Kalo untuk urusan kesehatan kebanyakan saya yang mutusi. Kalau masalah keluarganya dia yang nanganin. Semuanya keluarganya takut ama dia.
Dalam rumah tangga SM, suami dan SM saling terbuka. Obrolan santai sering dilakukan pada malam hari sesampai suami di rumah. Suami secara terbuka menceritakan apa yang dilakukan pada hari itu. Sementara itu, SM justru yang agar tertutup. SM memilih hal-hal yang menyenangkan saja untuk diceritakan karena khawatir menambah pikiran suaminya. Berikut penuturan SM : ….kadang-kadang pas kita lagi mau tidur. Kita ngomong saling terbuka hampir setiap malam. Soalnya kalau dia pulang tiap malam pasti dia bangunin aku dia bawa sesuatu bawa nasi goreng. Pasti aku dibangunin, “bu aku bawa nasi goreng,” katanya. Di kamar tidur ngobrol, tadi aku
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
90
dari sini, menurut kamu bagaimana, masalah dagangan dia selalu bicara dengan saya. Justru sayanya yang sering ngumpat-ngumpat. Cerita juga tapi kadang-kadang aku pikir sebaiknya dia tidak usah tahulah masalah cewek seperti itu. Sebaiknya tidak pantaslah dia tau..ini masalah biasabiasa saja. Kalau misalnya masalah keluarga gak kuceritain semua. Aku juga kasian…kupilih mana yang dia boleh. Kadang-kadang dia juga suka marah, “kamu ini keluarga kamu di tutup-tutupi.”
SM pernah kerja selama 7 tahun di pasar swalayan terkenal. Saat anak kedua lahir ia tidak diperbolehkan lagi bekerja karena suami khawatir urusan rumah jadi berantakan. Selain itu, dalam budaya Madura (suami beretnis Madura) perempuan yang bekerja di luar rumah adalah tabu. SM lalu mencoba berjualan makanan yang dijual di rumah. Usaha ini dibolehkan oleh suami. Berikut penuturan SM : Aku kerja di Hero Pamulang. Tadinya aku kan rumahnya di Pamulang. Aku kerja selama 7 tahun, lalu pas mempunyai anak kedua aku cuti seminggu. Tapi aku gak masuk-masuk selama 2 bulan, lalu aku mengundurin diri. Pengen kerja lagi tapi gak dibolehin sama suami, kalau bagi orang Madura perempuan kerja itu tabu. Aku pernah ngomong pengen kursus. Dia bilang, “mendingan kamu di rumah aja deh, nanti kamu keluar malahan capek, rumah berantakan,” Sebelum puasa kemaren aku jualan mpek-mpek, di rumah sambil isengiseng jual baju ya. “Ya udah, kalo kamu pengen usaha yang kayak kemaren aja,” dia bilang gitu. Aku jual mpek-mpek, anakku bawa ke sekolahannya. Bukan apa-apa, orang jadi tau kalau aku jualan. Orang akhirnya datang ke sini sendiri gitu, makanya aku habis lebaran pengen jualan lagi gitu.
Suami tidak pernah melarang SM kumpul-kumpul dengan teman-teman selama SM pamit dan bersikap jujur. Selain itu, sebelum pergi SM telah menyelesaikan urusan rumah seperti merapikan rumah, memasak, dan mencuci. Hal ini seperti dituturkan SM : Dia sih nggak pernah ngelarang yang penting aku jujur. Dia jaga kejujuran aku. Misalnya kayak kemaren, aku pengen halal bihalal bersama teman-teman SMA. Di antar sama dia. Yang penting jujur, udah itu aja aku nggak pernah neko-neko dia juga ngak pernah neko-neko. Dia yang gak harus kalo dateng aku harus ada di rumah, yang penting aku
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
91
pamit tanggal sekian jam sekian aku pergi. Pamit tapi tidak melalaikan urusan rumah tangga boleh-boleh aja.
Dalam rumah tangga SM, suami adalah pencari nafkah utama. Sedangkan SM sebagai istri bertanggung jawab dalam mengurus rumah dan anak. Saat masih tinggal sendiri, suami kadang membantu membersihkan rumah. Tetapi saat tinggal bersama dengan keluarga besar SM (SM 8 bersaudara), hal itu tidak lagi dilakukan karena telah banyak tenaga yang membantu. Anak pertama SM yang wanita telah dilibatkan dalam membantu pekerjaan rumah terutama hari Sabtu dan Minggu. Berikut cerita dari SM : Dia nggak terlalu yang seolah tanggung jawab semuanya itu aku, pelajaran sekolah semuanya aku, rumah, anak, makanan, semuanya aku.. nggak gitu. Kalo lagi libur kayak ngepel nyapu gitu aja. Tapi itu waktu rumah masih ngontrak. Kalo semenjak pindah ke sini nggak hahaha orang perempuan banyak. Tadinya ada pembantu. Anakku SMA, jatah anakku Sabtu Minggu, dia ngepel sama gosok ya. Jadi aku nggak begitu berat. Aku 8 bersaudara..
Sebagai tindakan antisipasi jika menghadapi kejadian mendadak seperti ada kejadian yang tidak diinginkan (suami sakit, keluarga sakit, atau anak membutuhkan
biaya
pendidikan
yang
timggi),
suami
SM
membagi
pengalamannya menjual barang seperti cara menentukan harga, strategi penjualan, dan siapa saja pembeli potensial. Hal ini diceritakan SM sebagai berikut : Kadang-kadang terpikir juga ama aku, “kalau kamu nggak ada aku bisa usaha apa ya?” Aku mikir kayak gitu baru-baru aja. “Kalau kamu mendadak mati trus sisa umurmu pendek.” Dia bilang, “kamu kan tau kayak apa pasar barang ini.” Aku udah tau semua gitu lo celah-celah (penjualan) barang ini.Semua aku udah tau kayak pembeli-pembeli yang udah jadi sama dia itu udah dijelasin kayak harga belinya sekian lakunya sekian, cuma beda-beda tipe. Cara menjualnya lewat telpon kadang SMS. Dia udah punya langganan kayak bos-bos besar. Dia beli barang ini tujuannya untuk satu orang, misalnya ini barang harus dijual sama si A karena ini mainannya biar dapet harga tinggi. Jadi semua barangbarangnya aku udah tau harganya berapa dia belinya berapa ….waktu anakku mau masuk SMA. Dia mau anaknya nanti harus kuliah, persiapan tabungan untuk biaya dia kuliah. Kalau nggak ada dalam Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
92
bentuk uang, bentuknya barang. Aku jadi umpamain gitu. Kalau suami atau keluarga dari dia sakit. Ya udah aku lepas barang satu gitu. Alhamdulillah selama ini ada aja yang beli. Kayak kemaren kakaknya meninggal perlu uang untuk selamatan begitu.
SM dan suami adalah pasangan yang tidak terlalu mengatur dan saling memberi kebebasan. Satu hal yang paling menjadi perhatian keduanya adalah kejujuran seperti diungkapkan SM : Perlu sih ada aturan, cuman aku nggak yang terlalu harus mengaturngatur. Suamiku bebas. Yang penting dia cerita jadi dia nggak ngumpetngumpet kalo ada masalah apa gitu. Yang penting dia jujur. Terserah dia mau ngapain, mau ngambil keputusan apa, aku bebas-bebas aja.
Keinginan SM dalam membuat facebook karena didorong oleh teman SMp dan SMA-nya. Saat SM meminta dibuatkan akun kepada anaknya, suami SM mendukung dengan menyuruh anaknya meluluskan permintaan SM. Tujuannya untuk mengatasi kebosanan SM mengurus rumah. Tadinya, anak SM menolak karena mengetahui dampak facebook yang dapat menimbulkan perselingkuhan. Akhirnya anak SM bersedia. Berikut pernyataan SM : Aku bilang, “ayo dong kak ajarin ibu”, dia malah bilang, “alah ngapain siih udah tua tua, (nanti) selingkuh. Aku bilang, “selingkuh kan tergantung orangnya kak.” Akhirnya, 8 bulan yang lalu mau juga dia ngajarin setelah bapaknya ngomong, “ajarin dong kak ibunya, masak ibunya di rumah aja. Kalo ada facebook kan bisa jadi hiburan.” Dari situ dia ngalah, akhirnya ngajarin aku.
Sejak SM menggunakan facebook, anaknyalah yang rajin memantaunya. Ia bahkan tidak segan menegur bahkan me-remove teman SM yang dinilai dapat membawa masalah. SM tampak pasrah menerima. Hal tersebut dituturkan SM sebagai berikut : Negosiasi ama anakku perempuan yang pertama ada. Kalau pas ada yang add, dia lagi buka facebook. “Ini anak begajulan”, ama dia dihapus padahal itu teman SMP-ku. Ada yang tampang dan rambutnya kayak anak punk. Dia liat pas dia lagi buka, “siapa ni bu” katanya. Dihapus sama dia. Suami kan nggak tau menau kan.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
93
Aku kan pernah bikin status apa umpamanya gitu, ntar pulang sekolah dia bilang, “ibu bikin status apa..?!” . Dalam penggunaan facebook, SM menyatakan jika suaminya tidak mau tahu penggunaan facebook karena karena suami sudah percaya pada SM seperti dituturkannya : Aku juga nggak pernah ngeliatin facebookku ke dia, soalnya dia ngak mau tau yang penting kamu jujur aja. Nggak pernah harus begini begini Terdapat pengalaman SM terkait keaktifannya menggunakan facebook. Setelah dibuatkan akun oleh anaknya, SM sangat bersemangat menggunakan facebook. Handphone tidak lepas dari tangannya. Ia menjadi ingin selalu mengecek facebook melihat komentar teman-teman dari status yang dibuatnya. Kondisi ini membuat ketiga anaknya mengeluh karena perhatian SM lebih banyak tersita oleh facebook. Berikut pernyataan SM :
Anakku semua ngeluh protes, mereka bilang, “ibu semenjak kenal ama facebook sibuuuk mulu, dikit-dikit megang HP dikit-dikit megang HP.” Kadang-kadang HP-nya diminta. Saya bilang. “iya ntar dulu tanggung,” tadinya waktu aku belum punya facebook paling malas megang HP. kadang-kadang aku di bawah, HP-ku di atas. Aku di atas HP-ku di bawah. Jarang pokoknya….Sejak punya facebook, HP di mana ? Di kantong hahaha.
Puncaknya saat SM tersadar mendapati anak terkecilnya yang masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak belum lancar membaca dan menulis. Hal ini jauh berbeda dengan 2 anak sebelumnya. Hal ini sempat membuatnya menjauhi facebook seperti penuturannya : Anakku terbengkalai, kayak ini si bontot. Tadinya dia sebelum punya facebook, dia (kakaknya) membaca udah bisa. Nah terakhir sekarang ini, nol semuanya. Udah sekolah TK. Dia (kakaknya) mah udah bisa segalagala, tambah-tambahan udah bisa, (si bontot) masuk TK malahan nggak bisa apa-apa. Kaget aku, wah berarti sekarang aku udah benar-benar gila hahaha sampai anakku aja nggak bisa apa-apa rugi kan. Masya Allah aku bilang. Akhirnya, aku dua tiga hari ini aku nggak pegang HP sama sekali. Nggak buka status, nggak buka apa-apa.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
94
“Puasa” facebook yang dilakukan SM memperlihatkan gejala ketagihan facebook yang dialaminya, seperti rasa penasaran yang tinggi dan ingin selalu membuka facebook seperti disampaikan oleh SM : Emang benar-benar bisa ngaruh juga ke rumah tangga kita juga, kalau benar-benar kita untuk gila buka facebook yang lain terbengkalai, maunya kita curahkan untuk keluarga gitu kan. Ada perasaan penasaran nggak buka facebook. Pengen buka sebentar ah tapi nggak ah aku lebih baik mentingin anakku dulu. Anak ku lagi main, “kak minjam dong ibu facebook-nya sebentar 5 menit aja kak untuk buka aja kak, kali aja ada yang ngasih ini ke ibu kak inbox-nya.” Dia bilang, ibu ah mau ngapain sih, sini aku yang bukain. Nggak nggak ada bu,” katanya…segitunya ya hahaha. Kalo lagi BT aja pengen buka facebook hahaha.
SM pernah iseng membuat status yang mengesankan ia butuh laki-laki. Hal ini ditanggapi serius temannya yang diteruskan lewat percakapan via inbox. Anak SM membaca semuanya dan menegur SM. Untungnya hal ini tidak disampaikan kepada suami SM. Jika suami SM mengetahui akan timbul pertengkaran hebat seperti diceritakan SM : Aku pernah bikin status apa ya kesannya aku tu lagi nyari cowok, hanya untuk banyolan aja gitu. Dia inbox ke aku, “ni lo kalau mau, ada ni gue, lo buka deh status gue,” gitu katanya. “Namanya si anu lo liat deh tu. Itu lo nek, kayak Onky Alexander”. Trus aku balas, “nggak, kayak Rano Karno aja, gue lebih suka hahaha.” Aku lebih banyak iseng-isengnya, lebih banyak menggoda gitu lo. Nggak sampe yang gimana..dia serius banget nanggepin aku. “Bener, ni namanya, sekian umurnya, mudaan lo. Lo kan mau nyari brondong,” katanya gitu hehehe. “Buset deh, gue punya satu aja udah kewalahan apa lagi nambah,” aku bilang gitu. “Tadi lo bilang lo maunya brondong. Kalau lo serius gue bisa ni, gue ada no HPnya,” katanya. Ya elah dia serius banget. Akhirnya nggak aku balas lagi hahahha. Dia mungkin pikir aku orangnya suka begituan kali ya. Emang kalau dia ketemu aku, ya beginilah aku orangnya apa adanya ketawa ketawa. Kalau udah pulang ke rumah ya udah lupa. Kita ketemu ngobrol kita ledek-ledekan. Saat nyampe rumah ya udah nggak. Dia nangapin serius sampe dia kasih no HP. Ih buat apaan lagi kataku. Itu anakku baca lho. Aku bilang, “ya Allah kak, itu ibu cuma buat lucu-lucuan aja kali, kalau ketauan ayah bisa dibunuh ibu.” Untungnya anakku nggak ngomong sama ayahnya. Dia dia tau kalau ayahnya kalo udah marah galaknya minta ampun.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
95
SM menyadari bahwa pengendali facebook terletak pada penggunanya. Tingkat semangat dalam menggunakannya bisa naik turun tergantung mood. Artinya sepenuhnya yang mengendalikan (facebook) itu kita. Iya kan ada yang sampai ketagihan gitu yang sampai akhirnya… malahan akhir-akhir ini aku lagi bosan. Awal-awal emang semangat lama-lama menurun, nanti naik lagi itu aja tergantung mood. SM menyadari facebook dapat menimbulkan kecemburuan. Namun, facebook juga dapat membuat hubungan dengan suami semakin baik melalui kebahagiaan bertemu kembali dengan teman-teman. Selain itu, facebook juga dapat mengatasi kejenuhan menghadapi rutinitas. Berikut penuturan SM : Kalau positifnya mungkin kita jadi banyak teman, memperbanyak teman gitu kan. Kalau negatifnya kadang-kadang bisa bikin suami cemburu kali ya. Itu tergantung sama kitanya sih mana nilai-nilai yang baik mana yang buruk. Nggak ada pengaruh kita banyak temen, mungkin dia pikir dari pada aku ngutek di rumah aja, mendingan kamu begini-begini jadi kamu bisa memperluas wawasan kamu. Jadi happy, jadi hubungan suami jadi akur juga. Aku punya FB ini bisa ketemuan sama teman-teman SMP bisa ketemuan sama teman-teman SMA. Jadi aku nggak nguplek di rumah gitu. Dia ngasih kebebasan, yang penting aku bisa jaga kepercayaan dia. Itu aja sih.
NN NN adalah ibu rumah tangga berusia 41 tahun. Ia bersuku Sunda dan beragama Islam. Latar belakang pendidikan NN adalah SMA. Ia sempat bekerja sebagai SPG (Sales Promotion Girl) lalu berpindah ke bidang entertainment yang waktu kerjanya tiak menentu. Akhirnya, NN jatuh sakit dan memutuskan untuk berhenti kerja. Setelah pulih ia memiliki usaha supplier dendeng. Berkat usaha ini, ia berhasil membiayai kuliah seorang anak dari suami pertama. Usaha ini bertahan selama 15 tahun, namun berhenti di tengah jalan. NN menjalani pernikahan 2 kali. Pernikahan yang pertama terjadi tahun 1990 dan tidak bertahan lama. Karena keduanya masih muda sehingga sering bertengkar. Setelah 15 tahun menjadi single parent, ia memutuskan untuk menikah kembali. Pernikahan keduanya ini dilaksanakan 3 tahun yang lalu yakni pada tahun 2008. Suaminya beretnis Tionghoa dan lebih muda 5 tahun darinya.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
96
Sebelum menikah suami beragama Budha. Namun pernikahan dilaksanakan secara Islam. Suami pun sempat berjanji akan belajar Islam lebih dalam. Terdapat perbedaan tujuan pernikahan bagi NN dalam pernikahannya yang pertama dan yang kedua. Tujuan pernikahan pertama adalah membentuk keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah. Sedangkan tujuan pernikahan kedua karena ingin memiliki teman hidup atau pendamping karena lelah hidup sendiri. Dan yang terpenting menurut NN, dengan menikah lagi ada yang membiayai hidupnya. Ada urusan yang cukup pelik dalam rumah tangga NN. Ia menikah diamdiam di kampungnya. Suaminya menyembunyikan pernikahannya dengan NN karena khawatir tidak disetujui ibunya karena NN berstatus janda. Setahun kemudian baru mengabarkan tentang pernikahannya tanpa mengatakan bahwa NN telah memiliki anak. Mertuanya minta agar NN dinikahkan secara Budha. Akhirnya tahun 2011 ini, NN dinikahkan di catatan sipil dengan KTP baru beragama Budha. NN merasa bersalah karena bersitegang dengan ibunya saat akan dinikahkan di wihara. Semenjak dinikahkan secara Budha, NN sering ribut bahkan minta cerai karena merasa pernikahannya tidak ada yang sah. Satu hal yang mengganjal pernikahannya adalah kini ia melihat suaminya berubah. Ia melakukan ritual agama Budha dan mengganti agama di KTP-nya dengan Budha. Suaminya berusaha secara perlahan mempengaruhi NN untuk memeluk agama keluarga besarnya, Budha. Hal yang membuat pernikahan bahagia menurut NN adalah suami istri yang seiman, sehingga bisa saling membimbing. Dalam rumah tangga NN, pengambilan keputusan ada di tangan suami. Apalagi suami juga memegang kendali keuangan. NN tidak menerima gaji bulanan dari suami karena suami harus mengatur sedemikian rupa pembayaran untuk beragam kepentingan. Ia tinggal minta jika membutuhkan uang baik untuk keperluan belanja harian, belanja kebutuhan dirinya (belanja aksesoris). Awalnya NN berontak akhirnya pasrah yang penting selalu diberi saat membutuhkan. Pembagian peran tidak secara detil,
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
97
tapi intinya urusan rumah NN yang mengerjakan sendiri. Sedangkan suami menjadi pencari nafkah utama. Sudah 2 tahun terakhir ini sejak 2010, NN menggunakan facebook melalui handphone sebab dia tidak pandai menggunakan komputer. Sebenarnya NN sudah dibuatkan facebook oleh anaknya sejak 2009 tapi saat itu terlalu aktif. Tujuan menggunakan facebook menurut NN adalah hanya untuk menyalurkan keinginannya untuk mengobrol dan add temen-temen di masa lalunya. NN tidak pernah curhat masalah pribadi di facebook, yang sering diungkapkan adalah kondisi yang lingkungan, aktivitas yang sedang dijalaninya, humor, atau puisi. Fasilitas yang paling NN sukai dalam penggunaan facebook adalah NN catatan di status karena dapat mengundang komentar teman-temannya. Dalam menggunakan facebook yang harus diperhatikan menurut NN adalah jangan sampai menyinggung orang lain sehingga memicu konflik. Walau di facebook, NN menuliskan statusnya sudah menikah, namun banyak orang yang mengajak untuk berkenalan. Dalam menerima tawaran pertemanan, hal pertama yang dilakukannya adalah melihat profil baru di-add. Tujuan pernikahan kedua karena ingin memiliki teman hidup atau pendamping karena lelah hidup sendiri. Dan yang terpenting menurut NN, dengan menikah lagi ada yang membiayai hidupnya seperti dituturkan NN : ….nikah lagi karena pertama ya pengen punya temen hidup, pengen punya pendamping. Kedua ya ada yang membiayai. Itu yang penting ya he he he. Pengen punya temen hidup aja, kayaknya capek juga sendiri, anakku kan udah besar, bukannya udah enggak membutuhkan ibu tapi ia udah punya kehidupan sendiri, intinya aku pengen punya temen hidup aja, enggak kuat hidup sendiri, kayaknya kasihan banget.
Satu hal yang mengganjal pernikahannya adalah kini ia melihat suaminya berubah. Ia melakukan ritual agama Budha dan mengganti agama di KTP-nya dengan Budha. Suaminya berusaha secara perlahan mempengaruhi NN untuk memeluk agama keluarga besarnya, Budha. Padahal NN sangat mendambakan
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
98
pernikahan bahagia yang ditandai suami istri yang seiman, sehingga bisa saling membimbing. Dalam rumah tangga NN pengambilan keputusan ada di tangan suami. Apalagi suami juga memegang kendali keuangan. NN tidak menerima gaji bulanan dari suami. NN menerima uang secara mingguan. NN tinggal minta jika membutuhkan uang baik untuk keperluan belanja harian, belanja kebutuhan dirinya (belanja aksesoris). NN pernah berontak, namun akhirnya pasrah menerima karena suami memberi alasan cukup kuat yakni setiap bulan suami harus keuangan sedemikian rupa untuk membayar beragam kewajiban. Awalnya NN berontak akhirnya pasrah yang penting selalu diberi saat dibutuhkan. Berikut penuturan NN : Kalau masalah keuangan yang lebih dominan ke dia karena dia yang pegang. Justru itu.. jaman sekarang ini kalau ada apa-apa aku baru minta. Sebenarnya aku kan punya kartu belanja Carrefour, ya kalau untuk belanja harian aku belanja sendiri, baru kalau tagihan dia yang bayar. Dia ngasih mingguan. Kadang kalau ada keperluan aku minta. Jadi aku enggak terima gaji, gaji sebulan sekian itu aku enggak terima. Jujur sih iya pengen megang uang sendiri, dulu selama aku kerja 15 tahun megang uang sendiri. Sekarang apa-apa minta, enggak enak juga kadangkadang. Berontak juga sih, tapi ya udahlah yang penting aku minta dikasih, gitu aja. Kalo dia alasannya ya aku kan buat bayar ini bayar ini kalau kamu mau ya udah minta aja. Aku kan dari awalnya megang uang sendiri, nyari sendiri, ini sendiri jadi tercover sendirilah gitu. Kalau untuk masalah kesehatan ya kan ada asuransi.
Walau NN tidak mengendalikan keuangan, namun suami NN berusaha memahami hobi belanja NN. Hal ini terlihat dari sikap suami NN yang tidak melarang NN membeli barang koleksinya seperti dinyatakan oleh NN :
Aku senengnya beli tas sama sandal, kemaren aja baru beli tas, kadang aku bilang aku pengen beli tas ya, aku bilang aku beli tas ya pake card. Card aku yang pegang. Atas nama aku, tapi yang bayar dia. Kadang akunya harus ngomong, boleh engga. Kadang dia bilang terserah. Gitu aja sih.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
99
NN dan suami juga saling memberi kebebasan memenuhi kebutuhan sosialnya yakni berkumpul dengan teman-teman. Bagi NN, yang terpenting adalah ia memberitahu kepada suami sebelum pergi dengan teman-teman. Terkadang bahkan suaminya mengantar dan menjemput NN seperti diungkapkan NN : Suami juga gitu. Ini aja, biasanya suami ada acara di luar aku juga enggak pernah ngelarang. Suami juga gak enggak ngelarang sih. Sekarang gini, aku bilang aku mau ketemu sama temen aku, mau acara ini, di sini. Dan aku selalu bilang, ngomong duluan, mau dikasih izin atau enggak yang penting aku udah ngomong. Pokoknya cuma ngasih tau nih, terserah mau kasih izin atau enggak yang penting aku udah ngomong. Dia sih pasti ngizinin kadang-kadang ngomong ya udah pulangnya jemput ya jam segini. Nah kalau aku kumpul sama komunitas SMA-ku. Dia paling antar abis itu jemput jadi dia enggak mau gaul. Dia tipenya emang enggak gampang masuk ke temen-temenku gitu.
Terhadap suami, NN bersikap terbuka dan spontan. Sedangkan suaminya agak tertutup. Ia akan bicara jika dipancing oleh NN seperti diterangkan NN : Kalau aku langsung kalau ada masalah ya langsung aku omongin spontan gitu. Kalau suami biasanya merengut dulu. Suamiku Chenese, iya kalo marah dia diem dulu biasanya, kalau udah dipancing baru deh. Kalau aku enggak, kalau aku ngomong langsung. Kalau aku ada masalah, dia langsung complain ke aku.
NN mengaku tidak ada aturan yang baku dalam rumah tangganya. NN Suami NN sangat percaya pada NN. Sebaliknya, NN berusaha membuktikan bahwa ia dapat dipercaya, pergi karena mengurus kegiatan. Terdapat 1 kegiatan yang tidak boleh ditolak NN yang menjadi semacam aturan dari suami NN yakni mengunjungi mertua. Walau kadang waktunya bersamaan dengan acara dengan teman-temannya, tetap NN harus ikut suami. Hal yang kadangan membuatnya segan ke rumah mertuanya karena selalu ditanya dirinya yang tak kunjung hamil seperti diungkapkan NN : Kalau aku sih aturan enggak baku sih, mungkin akunya yang enggak selalu baku sih, aku yang terlalu cuek, terlalu masa bodoh. Termasuk kalo aku pergi ama teman-teman aku keluar kemaleman, enggak pernah
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
100
besoknya dia bilang jangan pergi lagi …engga pernah. Dia percaya sama aku. Dia juga gak ngelarang aku pergi sama temen-temen cowok karena aku juga paling ya ngurusin acara reunian atau paling cuma makan aja. Kalo ke rumah mertua harus ikut terus gak boleh gak. Kadang kalau hari minggu aku kan pengen maen, kadang dia marah harus ikut. Yang diomongin anak mulu, aku kan jadi pusing, jadi setiap minggu harus ke rumah dia gitu Kalau aku ke keluarga suami, harapannya ya buru-buru punya anak, ya mungkin karena dia anak pertama, adek-adeknya udah punya anak dua. Dia doank nih nikahnya istilahnya telat.
NN memiliki masalah dengan suami yang dipicu atas kekecewaan terhadap sikap suami yang tidak konsisten. Setelah menikah, suami NN berpindah agama. NN pun semakin galau dengan pernikahannya. Hal ini makin jauh dari harapannya, tadinya NN berharap di pernikahan yang keduanya ini menemukan ketenangan dan kebahagiaan dengan suami yang seiman, namun malah membawanya pada masalah baru, ia mulai diarahkan mengikuti agama baru suaminya.
Kita nikah secara Islam, makanya kan dilema banget buat aku. Makanya kalau aku cerita sama temen kadang suka diginiin, kamu tu hubungan sama dia kayak zina. Aku enggak mau ribut sih. Kalau di rumah dia enggak pernah nyuruh aku untuk ikut sembahyang. Kalau di rumah mertua atau kalau lagi sama mertua, dia nyuruh aku. Kayaknya dia berusaha ngajak aku pelan-pelan. Kalau di rumah suami kalau ada acara sembahyang aku harus ikut.
Hal lain yang menambah masalah NN adalah perubahan pada identitas agama NN. Ternyata mertuanya baru mengetahui jika NN janda. Selama ini suami NN menutupinya. Mertuanya minta agar NN dinikahkan kembali secara Budha. Akhirnya NN pun dinikahkan kembali di catatan sipil dengan KTP baru beragama Budha. NN tambah merasa bersalah karena sempat bersitegang dengan ibunya saat akan dinikahkan di wihara. Sejak saat itu, NN sering ribut bahkan minta cerai karena merasa pernikahannya tidak ada yang sah.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
101
Penggunaan facebook bagi NN sebagai pelarian permasalahan rumah tangga yang sedang dialaminya walaupun sebentar. Di facebook NN mencitrakan dirinya sebagai pribadi yang ceria dan lucu. Ia pun tidak memasang foto suaminya. Ia ingin menjadi diri sendiri seutuhnya. Berikut pengakuan NN : Kalau aku sih kaya pelarian masalah aku, walaupun enggak menunjukkan masalah. bisa membunuh waktu untuk sejenak, walaupun kalau pas kembali ke dunia nyata ya begitu lagi. Aku enggak pernah angkat masalah aku ke facebook, enggak ada foto berdua dengan suami, paling sama anak yang aku upload. Enggak ada foto suami yang aku jadiin profil. Aku pengen jadi pribadi aku sendiri.
NN sangat suka chatting dengan teman-teman dan memperbaharui status. Ia juga memperlakukan facebook sebagai sarana pertemanan saja dan tidak mengungkapkan masalah pribadi pada facebook. NN dapat mengontrol diri saat menggunakan facebook dengan tidak terpancing godaan/percakapan yang menjurus pada hubungan yang lebih dalam saat chatting, me-remove orang yang mengajak kenalan namun profilnya mencurigakan. Kadang NN akan menerima perkenalan jika usia beda 2 atau 3 tahun di atasnya seperti penuturannya :
…kebanyakan aku chatting ama temen-temen sekolah. Aku buat status setiap hari, pagi, siang sore malem, kadang abis nyuci. Kalau bangun tidur aku males, kadang agak siangan. Ada kali sepuluh status dalam sehari kalau lagi mood. Yang comment ya ada aja, ada temen SMA temen SMP, kadang temen anak aku, juga tante gitu. Aku sih pengen ngobrol aja, nge-add temen-temen aku, tapi masalah pribadi aku enggak pernah buka, paling masalah politik atau apa, moodmood-an. ….juga untuk masalah yang pribadi enggak pernah aku buka. Yang goda ada, ya ada biasalah. Kadang usianya masih muda, digodagodain. Kadang aku enggak balas, aku enggak remove, aku cuekin aja.. Di FB walaupun ada yang tahu aku punya suami, ada aja yang ngajak, kan? Aku lihat profil, baru aku add, tapi kalo aku liat statusnya yang aneh-aneh aku langsung remove, kadang nama-namanya aneh aku juga enggak mau add apalagi yang gambar-gambarnya enggak jelas, terus yang seumuran sama aku atau beda dua tiga tahun yang aku add. Suamiku enggak ngelarang
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
102
NN dan suami sering menghabiskan waktu bersama dengan melakukan hobinya masing-masing. NN menggunakan facebook, suami bermain playstation. Suami mengomentari sambil bercanda bahwa ia memiliki istri autis karena NN perhatian NN hanya fokus facebook. NN dikatakan seperti orang yang tidak waras karena tertawa-tawa sendiri. Sedangkan anak NN yang melihat seringnya NN membuat status mengomentari bahwa NN sangat eksis. Berikut penuturan NN : kalau keluhan suami, dia ini aja.. punya istri autis katanya. Aku sih ketawa-ketawa aja, kadang aku di tempat tidur, dia lagi maen PS, dia enggak marah. Anak aku sih enggak ngeluh…cuma ngomong, “mama ni, eksis banget.” Dia enggak bisa make FB, paling kalau lagi ada dia, dia bilang FB-an mulu, ketawa-ketawa sendiri kayak orang gila, kadang kita kayak orang autis.
Dampak positif facebook menurut NN adalah bisa membuat suasana hati jadi senang. Kondisi ini membuat NN juga senang saat berhadapan dengan suami. Selain itu facebook juga untuk mengisi waktu luang dan menuliskan hal-hal yang sedang dipikirkan. Dampak bagi suami, NN mengaku tidak ada seperti diungkapkan NN : Kalau pernikahan udah gitu sih, ini untuk kebahagiaan aku sendiri, lebih seneng, happy-happy aja. Kadang seneng ketemu temen di FB jadi seneng di rumah, sama suami itu juga seneng. Tuk aku sendiri ya banyak buat ngisi waktu luang..ngobrol, kalo buat suami ya enggak ada. Negatifnya enggak ada, dia maen PS aku FB-an.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
BAB V FLEKSIBILITAS DALAM RELASI SUAMI ISTRI PENGGUNA FACEBOOK
Pada bab ini, peneliti melakukan analisa data berdasarkan hasil penelitian lapangan melalui wawancara mendalam yang berpedoman pada pertanyaan penelitian. Kepemimpinan atau kekuasaan dalam penggunaan facebook
ditunjukkan
dengan kekuasaan para suami dalam mengendalikan penggunaan facebook para istri. Hal ini sejalan makna implisit yang terkandung dalam definisi kekuasaan (power) yakni kemampuan anggota keluarga untuk mengubah sikap anggota keluarga lainnya. Negosiasi dapat diamati dari proses negosiasi yang terkait dengan penggunaan facebook. Misalnya, terkait dengan aturan, waktu penggunaan, dst. Peran dalam penggunaan facebook dapat dilihat dari bagaimana pasangan berperan atau berkontribusi dalam penggunaan facebook bagi pasangan lainnya.
5.1 Kepemimpinan Pada pasangan suami istri yang saling berteman, dinamika penggunaan kepemimpinan dalam penggunaan facebook terlihat pada pasangan AY dan F. Hal ini dipicu oleh konflik yang dihadapi dalam pernikahan mereka. Sebelum terjadinya konflik, baik HD maupun MC terlihat tidak suka mengontrol facebook masingmasing pasangan. Keduanya saling memberi kebebasan dalam membuat status. AY pun tidak pernah memberi komentar di facebook F kecuali ucapan ulang tahun. F kadang mengirim puisi. Keduanya tidak saling memperlihatkan facebook kepada pasangannya. AY dan F menganggap menggunakan facebook adalah hak pribadi. AY hanya berharap F dapat memahami batas-batas dalam berhubungan via facebook, seperti selektif menyetujui pertemanan membuat status yang tidak memancing, dan meng-upload foto yang di luar batas. Batas-batas tersebut merupakan upaya AY selaku pemimpin dalam melindungi stabilitas pernikahan. AY percaya F dapat
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
memahaminya. AY mengaku hanya sesekali menegur dan mengkritik jika terdapat hal yang kurang pas atau berlebihan. Bagi AY, hal yang menjadi prinsip dalam menggunakan facebook adalah pengguna harus menyadari bahwa teknologi memiliki dampak positif dan negatif. Aturan penggunaan facebook adalah pada norma agama. AY mendukung jika untuk menjalin silaturahmi. Namun jika facebook malah menfasilitasi jalinan hubungan yang tidak seharusnya, hal tersebut telah melanggar norma agama. Berdasarkan penjabaran tersebut, maka gaya kepemimpinan yang diterapkan sebelum adanya konflik adalah gaya “demokratis.” Gaya ini tercermin dari aturan dan harapan berbentuk batas-batas penggunaan facebook yang dibuat atas dasar kesepakatan AY dan F. Dalam penerapannya, keduanya terbuka untuk mendiskusikannya. Konflik yang terjadi pada pasangan AY dan F pada dasarnya bukan disebabkan satu-satunya karena facebook. Masalah berawal pada keduanya yang terjebak pada diskusi tentang poligami ditambah timbulnya kecemburuan F dengan teman perempuan di facebook AY yang sering berkonsultasi masalah agama. Secara diam-diam, F curhat dengan teman prianya. Dari sini konflik makin meruncing. AY menemukan percakapan keduanya pada inbox istrinya. Situasi pun makin memanas hingga dari mulut F keluar keinginan untuk cerai. AY menganggap F telah membicarakan topik yang tidak tepat dan disampaikan pada orang yang tidak tepat pula. AY pun memblokir teman pria F tersebut. Sejak itu, AY setiap hari mengecek handphone dan me-remove teman-teman laki-laki F yang dipandang AY dapat menimbulkan masalah. Di sini terlihat gaya kepemimpinan berubah menjadi “otoriter” dimana AY sebagai pemimpin keluarga membuat aturan yang kaku dan harapan-harapan yang secara keras memaksa istri untuk mengikutinya. AY merasa harus menyelamatkan pernikahannya karena konflik tersebut dapat mengancam keutuhan rumah tangga yang telah dibangun bertahun-tahun dengan F. Setelah terjadinya konflik berakhir, kepemimpinan kembali pada gaya “demokratis.” AY sebagai pemimpin berupaya lebih memahami perasaan istrinya. Dalam penggunaan facebook, keduanya menjadi lebih hati-hati dengan meningkatkan kontrol diri saat
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
menggunakan facebok. Dari konflik yang dialaminya keduanya makin memahami dampak positif dan negatif penggunaan facebook. Pada pasangan HD dan MC, dinamika penggunaan facebook diawali saat MC mengutip firman Tuhan dalam statusnya. Sebelum hal ini terjadi, kepemimpinan terlihat bergaya “demokratis”. Walaupun keduanya tidak duduk bersama dalam membuat aturan, namun keduanya memiliki kesamaan dalam menentukan batas-batas etika yang ditetapkan. Bagi HD yang harus diperhatikan (batas) dalam menggunakan facebook adalah penggunaan bahasa yang tidak berlebihan, yang diungkapkan di facebook pun bukan mengada-ada tapi hal yang benar-benar dialaminya sendiri. Selain itu, penulisan status tidak mengungkapkan aib rumah tangga serta isinya tidak memancing kemarahan dan komentar yang kurang sopan dari pembaca. Diskusi terkait hal ini terbuka luas. Salah satunya, dapat dilihat pada pembahasan negosiasi. Setelah berkali-kali MC menampilkan kutipan firman Tuhan, kepemimpinan HD berbalik menjadi “otoriter”. HD meminta MC menghentikan tindakannya. Hal ini dilatarbelakangi kekhawatiran HD jika ada pihak-pihak yang tidak berkenan dan berbalik menjadi ancaman bagi MC. Seiring dengan hasil negosiasi MC yang tidak bersedia berhenti mengutip firman Tuhan, akhirnya HD memilih membiarkannya. Gaya kepemimpinanpun berubah pada gaya “permisif.” Dalam hal ini terlihat HD kesulitan untuk memaksa MC karena motivasi MC berkaitan dengan keyakinannya. Keyakinan adalah salah satu bagian yang menjadi perhatian utama dari kesepakatan di awal pernikahan yakni tidak saling mengusik keyakinan pasangan. Pada pasangan yang tidak saling berteman, tidak terlihat adanya dinamika kepemimpinan dalam penggunaan facebook. Dari awal penggunaan facebook suami AW memberi pengarahan. Suami AW kerap berbagi saran. Suami AW mengarahkan agar
AW
hanya
mengungkapkan
hal-hal
yang
ringan-ringan
dan
yang
menyenangkan/lucu-lucu saja serta tidak mengungkapkan aib rumah tangga. AW dan suami sepakat masalah pribadi dengan pasangan jangan sampai menjadi konsumsi umum di facebook. Suami AW mengarahkan AW terkait siapa saja yang layak untuk dijadikan teman. Dari penjelasan tersebut, terlihat gaya kepemimpinan suami AW
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
adalah “demokratis”. Hal ini ditunjukkan dari kejelasan aturan dan harapan yang disepakati AW dan suami. Sementara itu, suami LS mengarahkan agar LS berhati-hati dalam menerima pertemanan. LS disarankan hanya menerima pertemanan dari orang yang sudah dikenal saja. Selain itu, suami LS menyarankan agar saat LS menggunakan facebook LS membuka jendela lain berupa situs-situs untuk menambah pengetahuan seperti resep-resep masakan dan informasi dalam mendidikan anak. Sama dengan suami AW, suami LS juga memiliki gaya kepemimpinan “demokratis” karena terdapat aturan dan harapan yang jelas yang dibuat LS dan. Baik AW maupun LS mengaku tidak keberatan dan senang suami mengarahkan karena merasa diperhatikan, dilindungi, dan dijaga dari dampak negatif penggunaan facebook seperti orang yang iseng, perselingkuhan, dst. Pada istri saja yang menggunakan facebook, dinamika kepemimpinan dalam penggunaan facebook terlihat pada rumah tangga RO yang dipicu pada keputusan yang diambil RO untuk melanjutkan studi S1. Hal ini berimbas pada penggunaan facebook RO. RO adalah perempuan yang bekerja dan telah dikaruniai 3 orang anak. Suami RO tidak ingin saat RO melanjutkan studi kondisi rumah berubah. Sebelum adanya keputusan melanjutkan studi, gaya kepemimpinan suami dalam menanggapi penggunaan facebook RO adalah “demokratis.” Hal ini ditunjukkan dengan adanya aturan dan harapan yang jelas sebagai hasil kesepakatan RO dan suami. Aturan tersebut adalah walaupun bekerja RO harus tetap memberikan fokus perhatian pada anak dan suami. RO masih dibolehkan sesekali membuka facebook terutama jika terkait pengecekan tugas kantor. Setelah adanya keputusan RO untuk melanjutkan studi, gaya kepemimpinan berubah menjadi “otoriter” dimana aturan bersifat kaku dan secara keras dan memaksa pasangan untuk mewujudkannya. Aturan tersebut adalah waktu-waktu di luar jam kerja dan studi adalah hak mutlak anak-anak dan suami RO. RO sama sekali tidak diperbolehkan menghadiri cara pada waktu tersebut. Jika mendesak sekali, RO hanya memiliki kesempatan keluar di hari kerja selepas jam kantor. Sedangkan penggunaan facebook hanya diperbolehkan di kantor, dalam perjalanan, atau saat menunggu.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Pada rumah tangga LP, dinamika kepemimpinan dipicu setelah adanya keluhan dari anak dan suami terkait penggunaan facebook LP. Anak dan suami LP mengeluh karena perhatian LP kepada mereka telah teralihkan dengan adanya facebook. Sebelum dan setelah adanya keluhan gaya kepemimpinan suami LP adalah “permisif.” Suami sebagai pemimpin keluarga memberikan kebebasan seluas-luasnya bagi LP dalam menggunakan facebook. Suami LP tidak pernah mengecek facebook LP karena takut dimarahi LP. Tidak ada upaya dari suami LP membuat aturan untuk mengikuti apa yang menjadi standarnya. Gaya serba membolehkan ini dapat menjadi semakin ekstrim jika tak terkendali. Dalam hal ini, walau suami tidak membuat aturan, LP memiliki kesadaran dan kontrol diri dalam menggunakan facebook. LP mengaku tidak sembarangan menerima permintaan pertemanan. Ia hanya menerima pertemanan dari orang yang dikenalnya. LP mengaku pernah menerima permintaan perkenalan dari lawan jenis dengan melihat profilnya terlebih dahulu. Selain itu, LP berusaha tidak terpancing godaan saat chatting. Ia memutuskan percakapan jika lawan chatting terlihat gelagat mengarah pada hubungan yang lebih dalam. Pada rumah tangga SM, dinamika kepemimpinan dalam penggunaan facebook terlihat dengan adanya kejadian kelalaian terhadap anak terkecilnya dimana terdapat penurunan dalam penguasaan baca tulis. Sebelum adanya kejadian tersebut gaya kepemimpinan adalah “demokratis”. Aturan dan harapan penggunaan facebook dibuat oleh anak sebagai perpanjangan tangan suami dalam mengontrol penggunaan facebook SM. Suami tidak menggunakan facebook karena kesibukannya bekerja. Ia menyerahkan pengawasan penggunaan facebook SM kepada anak pertamanya yang mulai beranjak dewasa. Setelah kejadian kelalaian terhadap anaknya, gaya kepemimpinan tidak berubah tetap demokratis. Aturan dalam hal ini dibuat oleh anak SM. Anak SM meremove teman yang dari sisi penampilan berpotensi membawa masalah hingga mengkritik jika status SM dianggap berlebihan. Anaknya sangat menjaga agar penggunaan facebook bagi SM tidak membuka pintu perselingkuhan
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Pada rumah tangga NN, dinamika kepemimpinan dalam penggunaan facebook tidak ada. Hal ini disebabkan ketidakpedulian suami dalam penggunaan facebook NN. Suami NN sama sekali tidak tertarik untuk mengecek dan tidak mau tahu penggunaan facebook istri. Suami NN juga bersikap tidak empati karena menganggap orang yang menggunakan facebook adalah orang suka membuang waktu dengan siasia.
5.2 Negosiasi Pada pasangan suami istri yang saling berteman, negosiasi pada pasangan AY dan F terkait dengan pengontrolan suami atas facebook istri yang semakin ketat. Selepas kerja, handphone F berpindah tangan ke AY untuk dicek. Argumentasi F juga tidak dipedulikan AY dengan alasan ada tujuan yang lebih besar yakni menyelamatkan pernikahan. Negosiasi tampak berjalan secara terbuka, F menyatakan apa yang diinginkannya. Karena konflik berhubungan dengan masalah yang lain yang lebih besar, F minta cerai. Keduanya akhirnya melibatkan pihak ketiga yakni keluarga besar F. Negosiasi lalu berhenti. Pada saat berhenti, keduanya umroh untuk introspeksi lebih dalam. Saat umroh tercapai kesepakatan untuk tidak lagi mengungkit masalah poligami dalam pernikahan mereka. Menurut AY, sebagai lakilaki ia mengakui semakin poligami dibuka semakin tertantang para laki-laki untuk melakukannya. Konflik
akhirnya
selesai
setelah
keduanya
saling
memaafkan
dan
mengevaluasi diri untuk lebih menjaga kepercayaan dan control diri dalam menggunakan facebook. Hal ini dilakukan dengan cara lebih selektif menerima tawaran pertemanan dan tidak larut dalam komunikasi di facebook . Terkait facebook dapat menjadi tempat curhat/pengungkapan diri, penelitian Guletta dan Purba (2010 : 45) menjelaskan bahwa facebook dapat menjadi sarana dalam mengungkapkan diri. Semakin dekat hubungan pertemanan, maka semakin tinggi pengungkapan diri (self disclosure) yang dapat dilakukan melalui facebook . Secara umum, terdapat hubungan yang kuat antara banyaknya informasi yang diungkap dan kecenderungan/kesukaan seseorang kepada orang lain. Artinya,
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
seseorang akan mengungkapkan lebih banyak atau terbuka kepada orang yang disukai. Semakin banyak informasi yang diungkap semakin mendekatkan perasaan antara pengungkap dengan mitranya. Hal ini yang dikhawatirkan AY. AY cemburu dan merasa hubungannya terancam. Komunikasi dengan lawan jenis yang intensif via facebook berpotensi menimbulkan konflik pada pasangan. Cinta lama bersemi kembali sangat mungkin terjadi di facebook jika pasangan larut dalam komunikasi. Ze'ev dan Goussinsky (dalam Iriyani, 2011:18) menambahkan bahwa salah satu penyebab kecemburuan di masa depan terjadi di dunia maya, karena tersedianya alternatif dunia maya atau media online membuat seseorang dapat memiliki teman yang lebih banyak dan lebih umum dan hal ini dapat menimbulkan cemburu, karena pasangan terlalu mendalam dan intim dengan media online. Kemudian dijelaskan pula interaksi dalam media online dapat mengakibatkan cemburu karena pasangan dianggap melanggar batas-batas tertentu dalam hubungan romantis. Proses penyelesaikan konflik antara AY dan F dengan saling memaafkan secara nyata memberikan kontribusi kepada kepuasan dalam pernikahan. Pasangan ini merasa terjadi perubahan relasi, keduanya merasa semakin mencintai pasangannya. Memaafkan membantu pasangan menyelesaikan konflik tanpa ada rasa dendam. Memaafkan merupakan proses mengerti, memahami dampak sakit hati, mencari tahu apa yang terjadi, dan berubah menjadi lebih baik (Fincham dalam Olson, 2008 : 323). Pada pasangan HD dan MC, negosiasi terjadi terkait larangan HD agar MC tidak lagi mencantumkan kutipan firman Tuhan. HD dan MC masing-masing memiliki argumentasi yang berbeda. Menurut HD, status facebook dibaca oleh banyak orang. HD menganggap jika seseorang mengutip ayat atau firman terkesan sombong iman padahal belum tentu orang yang bersangkutan perilakunya sama seperti yang diungkapkan dalam firman ayat tersebut. Namun alasan yang utama adalah demi alasan keamanan. Ia menjaga jangan sampai kutipan-kutipan MC menjadi berbalik menyerang MC. MC mengaku bahwa kutipan firman ditujukan untuk menguatkan iman bukan menyombongkan diri seperti pendapat suaminya. MC menilai HD berlebihan dalam
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
menegur. Facebook baginya adalah hak pribadi dimana setiap pengguna memiliki alasan dalam menulis status dan menampilkan foto. Harusnya hal tersebut dihormati. Selama ini ia merasa sering mengalah terhadap tindakan suaminya. Perbedaan yang ada kadang membuat ia lemah sehingga ia perlu upaya yang menguatkan hatinya. Di samping itu, kutipan firman mengandung pesan bagi teman gereja dan pendeta yang ada di facebook MC bahwa ia kuat dan konsisten dengan keyakinannya. Jika diamati aturan dalam bernegosiasi yang diungkapkan Olson, DeFrain, dan Skogrand (2008) sebagian kecil telah diterapkan seperti katakan yang dimaksud/diinginkan. Keduanya secara terbuka berdiskusi namun hasil yang terlihat adalah HD membiarkan MC melakukan yang diinginkannya. HD tampak segan meneruskan negosiasi karena menyangkut hal yang prinsip bagi MC yakni keyakinan. Di sisi lain, MC membuktikan kepada HD bahwa ia sangat menjaga diri dalam menggunakan facebook. Ia tidak pernah menegur teman laki-lakinya duluan dan sangat selektif menerima pertemanan. Yang dilakukan MC dengan mengutip firman Tuhan dalam facebook-nya, merupakan upaya melawan “kekuasaan.” MC merasa banyak mengalami banyak kekecewaan terhadap sikap suami akhirnya melakukan tindakan yang tidak disukai suami seperti pencantuman firman Tuhan. Dalam hal ini, maka facebook dapat sebagai sarana disclosing intimacy (pengungkapan keintiman) yang memiliki fungsi terutama untuk berbicara tentang diri sendiri dan mengekspresikan perasaan (Woodward dalam Castells, 2002 :197). Pada pasangan yang tidak saling berteman, negosiasi dalam penggunaan facebook terlihat saat suami menolak ajakan pertemanan AW. Saat itu terjadi diskusi terbuka terkait alasan mengapa suami menolak berteman dengan AW. Alasan utama yang dikemukakan suami AW yakni menjaga privacy dan menjaga perasaan AW agar tidak marah dan cemburu saat membaca komentar nyeleneh teman-teman perempuannya. Awalnya, AW keberatan namun akhirnya menyetujui setelah suami memberi penjelasan panjang lebar tentang berbagai hal (fungsi, cara penggunaan, konsekuensi) tentang facebook. Kini, AW tampak nyaman dengan kondisi tidak berteman. Baginya tidak berteman dengan suami merupakan wujud menghormati
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
komunitas masing-masing pasangan. Menurut AW, berteman dengan suami di facebook menyiratkan seolah istri ingin tahu semua urusan dan teman pasangan. Bagi AW, yang terpenting adalah tetap intens bertemu di dunia nyata dan saling percaya. AW dan suami kadang duduk bersebelahan saling memperlihatkan status atau komentar teman yang lucu dan tertawa bersama membaca komentar teman-teman. Kadang keduanya bertemu di wall teman. Di sana keduanya saling melempar canda. AW dapat melihat facebook suaminya kapan saja karena keduanya saling mengetahui password masing-masing pasangan. Negosiasi berakhir dengan kesepakatan pembuatan facebook bagi AW dengan tetap tidak berteman demi menjaga privacy pasangan. Namun di atas semua itu, kesepakatan yang terpenting adalah dalam menggunakan facebook keduanya menjunjung tinggi kepercayaan dan menempatkan interaksi dalam dunia nyata sebagai hal yang utama karena facebook hanya sebagai sarana selingan untuk menyenangkan diri sendiri saja. Kedekatan yang dibangun melalui facebook dapat mempersempit “jarak” relasi antara suami dan AW. Hubungan keduanya dapat semakin cair. Menurut peneliti, hal ini dapat mempererat relasi suami istri. Dampak ini sejalan dengan karakter keluarga modern yang diasumsikan memiliki ciri-ciri keluarga konjugal1. Ciri-ciri
keluarga
conjugal
di
antaranya
para
anggotanya
relative
sama
kedudukannya. Suami istri menjalin hubungan yang setara, memiliki hubungan personal yang akrab (Goode, 1983 : 219). Sementara itu, bagi LS tidak ada negosiasi dalam penggunaan facebook . LS mengaku tidak ada yang dinegosiasikan dengan suami selama ia menggunakan facebook. LS dan suami saling terbuka dalam menggunakan facebook. LS memperlakukan facebook sekedar selingan, pengisi waktu luang. LS juga sangat menjaga kewajiban utamanya mengurus kebutuhan anak dan suami. LS menggunakan facebook setelah pekerjaan mengurus rumah tangganya selesai sehingga tidak ada keluhan dari anak dan suami terkait aktivitas facebooknya. LS pernah menggunakan facebook hingga 3 jam karena sedang mengejar point games. 1
Keluarga konjugal dibedakan dari keluarga inti. Sifatnya lebih otonom, tidak terikat pada ikatan kerabat luas. Sebaliknya keluarga inti tidak memiliki otonomi karena ikatan garis keturunan (Goode, 1983 : 11)
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Namun itupun dilakukan saat anak sekolah dan suami bekerja. LS menyatakan alasan tidak berteman dengan suami di facebook karena merasa bukan hal yang penting atau tidak berpengaruh dalam kehidupan pernikahannya yang nyata. LS bertemu suami setiap hari dan biasa terbuka dengan saling memperlihatkan facebook kepada pasangan. Teman pergaulan antara LS dan suami juga berbeda. Bagi LS yang terpenting saat menggunakan facebook adalah penegasan tentang status pernikahan dan saling percaya. Ia bahkan tidak mengetahui password suami. Jika ingin mengecek facebook ia akan bertanya kepada anaknya. Baik AW maupun LS mengaku lebih mengutamakan relasi dengan pasangan di dunia nyata. Hal ini sejalan dengan pendapat Fallows (2004) yang menyatakan bahwa penggunaan internet telah menjadi kebiasaan sehari-hari (daily aktivities) sekalipun aktivitas dalam dunia nyata (offline) tetap mendominasi. Ditambahkan Fallows, aktivitas yang dilakukan secara offline dirasakan lebih ekslusif dibandingkan dengan online. Pada kelompok istri saja yang menggunakan facebook, RO melakukan negosiasi berkali-kali. RO tampak berusaha hati-hati. Ia menjalankan strategi dengan membicarakan topik yang lain terlebih dahulu. Lalu, secara perlahan diarahkan pada topik yang dimaksud. Hal ini merupakan salah satu langkah yang tidak disarankan oleh Olson, DeFrain, dan Skogrand (2008 : 139). Dalam negosiasi, keinginan dan permintaan harus secara jelas langsung dinyatakan. Orang sering kali tidak mengatakan secara langsung apa yang diinginkannya. Pendekatan secara tidak langsung ini kadang-kadang berhasil. Namun ini bukan cara yang dapat diandalkan untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Hasil kesepakatan yang diperoleh adalah RO boleh melanjutkan studi dengan tetap fokus mengurus anak dan keluarga. Hari Sabtu dan Minggu, RO tidak diperbolehkan keluar bersama teman-temannya. Dua hari tersebut adalah hak mutlak anak-anak dan suami RO. Jika diundang acara tertentu, RO hanya diperbolehkan pergi setelah jam kerja dan di hari kerja. Facebook hanya boleh digunakan di kantor, dalam perjalanan, atau saat menunggu. RO dapat menerima kesepakatan karena
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
menurutnya cukup adil, ia mendapatkan apa yang selama ini jadi cita-citanya. Sedangkan suami dan anak-anak tetap mendapatkan perhatian. Pada rumah tangga LP, LP menyatakan tidak ada yang dinegosiasikan dalam penggunaan facebook. Yang ada hanya keluhan suami dan anak karena perhatian yang seharusnya LP berikan kepada mereka, teralihkan pada facebook. Berbeda degan LP, negosiasi terkait penggunaan facebook terjadi antara SM dan anaknya karena suami SM sibuk mencari nafkah. Anaknya sering mengecek facebook SM, menegur jika terdapat komentar yang berlebihan serta me-remove teman SM yang tampak berpotensi menimbulkan masalah. Suatu saat SM pernah mengalami penggunaan facebook yang berlebihan. Kesadaran tersebut muncul saat melihat pendidikan informal (penguasaan baca tulis) anaknya yang terkecil yang masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak (TK) jadi terbengkalai. Ia tersadar dan menyesali kelalaiannya. Sejak itu, ia bertekad mementingkan dalam mengurus keluarga dari pada menggunakan facebook. SM menghukum diri sendiri dengan tidak menggunakan facebook berhari-hari. Yang dialami LP dan SM terkait penggunaan facebook yang berlebihan mengalihkan perhatian terhadap anak dan suami dapat dijelaskan oleh survey dilakukan di Amerika terhadap 1500 anak terkait pendapat mereka tentang hal yang membuat sebuah keluarga yang bahagia. Respon terbanyak mengatakan bahwa keluarga yang bahagia adalah sebuah keluarga yang melakukan sesuatu bersamasama dan menghabiskan waktu bersama-sama. Kenangan baik hadir dari banyaknya waktu yang dihabiskan bersama-sama seperti ayah dan ibu membacakan cerita saat akan tidur, pergi dengan ayah untuk bekerja di sawah merupakan waktu yang sangat berharga, bernyanyi dan belajar piano bersama, dan liburan bersama keluarga. Aktifitas keluarga yang berarti adalah salah satu cara untuk menyatukan seluruh anggota keluarga agar dapat ikut serta seluruhnya. Aktifitas keluarga memiliki hubungan yang positif bagi keluarga, pernikahan yang lebih bahagia, kepuasan keluarga yang lebih besar, serta membangun kebiasaan terhadap anak-anak (Leon dan Jacobvitz dalam Olson, 2008 : 323 ). Aktifitas keluarga berkisar antara harian dan mingguan, seperti makan malam keluarga dan aktifitas akhir minggu, tradisi keluarga
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
seperti perayaan ulang tahun dan liburan. Aktifitas ini memberikan kontribusi yaitu perasaan yang menyenangkan dan juga kestabilan dalam keluarga. Pada rumah tangga NN, tidak ada negosiasi pada penggunaan facebook, yang ada hanya canda suami NN yang mengatakan NN autis. Menurut peneliti, ketiadaan negosiasi disebabkan sikap suami NN yang tidak mau tahu dan tidak peduli terhadap penggunaan facebook istrinya sehingga tidak ada hal yang perlu didiskusikan tentang facebook.
5.3 Peran Pada pasangan yang saling berteman dalam penggunaan facebook, peran instrumental pada suami salah satunya berwujud sebagai kepala keluarga. Dalam menjalankan peran ini, suami harus memastikan keamanan bagi semua anggota keluarga. Sebelum terjadinya konflik, peran AY sebagai pengingat jika AY mendapati status istri berlebihan. Saat terjadinya konflik peran tersebut berubah menjadi pengendali untuk memastikan istri tidak terjerumus lebih dalam pada perselingkuhan yang dapat mengancam keutuhan sistem keluarga. Setelah konflik mereda, peran kembali lagi pada yang pertama yakni sebagai pengingat. Sementara itu, pada HD bagi MC berperan sebagai pengingat atau pengkritik terhadap hal-hal yang ditampilkan MC di facebooknya baik status dan upload foto. HD maupun MC diap menegur jika yang ditampilkan di facebook dapat memancing masalah atau mengancam keamanan MC. Pada HD dan MC peran pasangan tidak berubah karena konflik yang terjadi tidak berpotensi mengubah sistem keluarga. Dari penjabaran di atas, terlihat kedua pasang informan memiliki konflik yang khas. Kepemimpinan berubah mengikuti hasil negosiasi. Peran pun berubah mengikuti gaya kepemimpinan. Pada pasangan yang tidak saling berteman dalam penggunaan facebook, rumah tangga AW dan LS tidak mengalami perubahan dalam hal peran pasangan dalam penggunaan facebook. Keduanya dari awal penggunaan facebook oleh istri tetap konsisten mengarahkan. Bagi para istri, pengarahan suami menjadi hal yang
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
penting. Ia bukan dianggap sebagai belenggu, namun bentuk pengamanan para suami untuk melindungi istri. Pada kelompok istri saja yang menggunakan facebook, suami RO berperan sebagai pengingat. Ia akan menegur jika di rumah RO masih sibuk menggunakan facebook. Peran suami RO berubah menjadi pengendali setelah terjadi negosiasi. Suami RO harus memastikan RO menjalankan kesepakatan agar saat di rumah perhatian RO hanya terfokus pada anak dan suami. Pada rumah tangga LP, peran suami tidak ada perubahan yakni sebagai pengingat melalui keluhan yang disampaikannya karena terlihat perhatian LP untuk anak dan suami mulai teralihkan pada facebook. Di samping oleh suami, peringatan juga disampaikan anaknya. LP mengaku menikmati menggunakan facebook karena dapat menghilangkan kejenuhan dengan pasangan. Facebook sebagai tempat menghilangkan kejenuhan dengan pasangan seperti yang dialami LP menunjukkan facebook dapat menjadi selingan untuk menyegarkan hubungan dengan pasangan. Hal ini senada dengan pernyataan Olson, DeFrain, dan Skogrand (2008 : 90) bahwa pasangan yang berhasil menjalani pernikahan cenderung akan menemukan cara untuk menyeimbangkan antara sisi individualitas dan keintiman sebagai pasangan (keberduaan). Dua hal tersebut dapat dilakukan secara beriringan. Peran suami sebagai pengawas dan pengingat penggunaan facebook SM digantikan oleh anaknya juga mengalami perubahan. Dari awal penggunaan facebook hingga kini, anak SM terus berusaha melindungi SM dari dampak negatif facebook seperti perselingkuhan yang dapat merusak keutuhan keluarga. Pada rumah tangga NN, tidak ada peran suami terhadap penggunaan facebook NN. Suami NN bersikap acuh dan tidak peduli suami NN terhadap penggunaan facebook oleh NN. Seluruh penjabaran dari ketiga kelompok pengguna facebook di atas dapat disimpulkan melalui matriks di bawah ini :
Tabel 5. Hasil Analisa Fleksibilitas Suami Istri Pengguna Facebook
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Unsur
Pasangan Saling
Pasangan Tidak
Fleksibilitas
Berteman di FB
Saling Berteman di FB
AY & F
HD &
AW
LS
Istri saja menggunakan FB
RO
LP
NN
SM
MC Kepemimpinan
Negosiasi
Peran
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Ada
Tidak
ada
Perubahan
perubahan
perubahan
perubahan
Perubahan
Perubahan
perubahan
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
perubahan
perubahan
perubahan
perubahan
perubahan
----
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
perubahan
perubahan
perubahan
perubahan
perubahan
perubahan
Tidak
perubahan
Ada ----
perubahan
Ada ----
perubahan
Universitas Indonesia
ada
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
115
BAB VI KESIMPULAN
1.
Perubahan/fleksibilitas pada unsur kepemimpinan tertinggi terdapat pada pasangan yang saling berteman, diikuti kelompok istri saja yang menggunakan facebook, dan pasangan yang tidak saling berteman.
2.
Konflik dan keputusan baru menjadi unsur yang sangat berperan dalam memicu perubahan dan fleksibilitas dalam penggunaan facebook.
3.
Keterpisahan (ketidakbertemanan dalam penggunaan facebook) mendorong pasangan membuat batasan berupa aturan semakin kuat. Pasangan berusaha lebih menjaga kepercayaan pasangan dengan meningkatkan kontrol diri saat menerima perubahan.
4.
Negosiasi dapat berfungsi secara maksimal pada pada pasangan yang saling berteman. Masing-masing pasangan berusaha memperjuangkan kepentingan masing-masing. Pada pasangan yang tidak saling berteman, negosiasi didominasi
oleh
suami
dalam
bentuk
pengarahan
sebagai
upaya
pengendalian untuk menjaga dampak buruk yang dapat mengancam stabilitas pernikahan. 5.
Peran dimanfaatkan oleh masing-masing pasangan secara maksimal pada pasangan yang saling berteman guna mengamankan hasil negosiasi. Keterpisahan mendorong pasangan berperan sebagai penjaga stabilitas dan menghindari perubahan.
6.
Keterlibatan suami dalam menggunakan facebook memiliki peran yang menentukan bagi fleksibilitas istri. Dinamika relasi suami istri lebih dapat dimaknai jika suami terlibat dalam penggunaan facebook.
Universitas Indonesia Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
117
DAFTAR PUSTAKA
Baihaqi, Muhammad Fauzan, 2010, Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja denga Komitmen Organisasi sebagai Variabel Intervening ( Studi Pada PT. Yudhistira Ghalia Indonesia Area Yogyakarta ), Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Budiman, Hikmat, 2001, Cyberspace dan Produksi Wacana Politik:Pengalaman Pemakai Internet Memaknai Ruang Politik Baru, Jakarta. Bogdan, Robert C. dan Sari Knopp Biklen, (1992), Qualitative Research for Education : An Introduction to Theory and Methods, Ally and Bacon. ------------------------ dan Steven J. Taylor, Introduction to Qualitative Research Methods, New York : John Wiley & Son Inc, 1975. Boyd, Danah M, Nicole B. Ellison, Social Network Sites : Definition, History, and Scholarship, Department of Telecomunication, Information Studies, and Media, Michigan State University. Castell, Manuel, (2010), The Rise of Network Society : The Information Age : Economiy, Society, and Culture, Wiley-Blackwell Day, Randall D (2010), Introduction to Family Processes, Fifth Edition, Brigham Young University, Reutledge taylor & Francis group London. Debatin, Jennettte Bernhard., Ann-Kathrin Horn Brittany N Hughes, Facebook and Online Privacy : Attitudes, Behaviours, and Unintended Consequences Ohio University & Leipzig University. Desmayanti, Shintya, (2009), Hubungan antara Resolusi Konflik dan Kepuasan Pernikahan pada Pasangan Suami Istri Bekerja pada Awal Pernikahan, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Fallows, Deborah, (2004), The Internet and Daily Life, PEW Internet & American Life Project. Guletta, Rina, dan Ridhoi Maeilona Purba (2010), Hubungan Tipe Pertemanan Reciprocity, Receptivity dan Association dengan Pengungkapan Diri pada Pengguna Facebook, Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (USU). Holzner, Steven, 2009, Facebook Marketing Bukan Sekedar Fesbukan, Penerbit E-tera (PT IIMAN), Depok.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
118
Ihromi, TO, (1999), Bunga Rampai Sosiologi Keluarga, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta Iriyani, Erna, (2011), Hubungan antara Persepsi terhadap Interaksi Sosial dalam Facebook dengan Cemburu pada Pasangan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Karim, Erna, (1999), Pendekatan Perceraian dari Perspektif Sosiologi, p.153155, dalam Ihromi, T, (1999), Bunga Rampai Sosiologi Keluarga, Yayasan Obor Indonesia. Kennedy, Tracy L.M, Aaron Smith, Amy Tracy Wells, Barry Wellman (2008), Networked Family : Parents And Spouses Are Using The Internet And Cell Phones To Create A “New Connectedness” That Builds On Remote Connections And Shared Internet Experiences, PEW Internet and American Life Project. Klein, D. M. & James M. W. 1996. Family Theories An Introduction. Thousand Oaks : Sage Publications, Inc. Khaeruddin. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta : Nur Cahaya. Lampe, Cliff., Nicole Ellison., Charles Steinfield (2007), A Face(book) in the Crowd: Social Searching VS Social Browsing, Michigan State University. Mallo, Manase, Sri Tresnaningsih, Metode Penelitian Sosial, Jakarta, Pusat Antar Universitas Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Indonesia. Malo, Dr. Manasse, dkk, (1986), Metode Penelitian Sosial, Penerbit Karunika, Jakarta McDermott, Rose., James H. Fowler., dan Nicholas A. Christakis (2007), Breaking Up is Hard to Do, Unless Everyone Else is Doing it Too : Social Network Effect on Divorce in a Longitudinal Sample Followed for 2 Years. Olson, David H., John DeFrain, Linda Skogrand, (2008), Marriage and Families Intimacy, Diversity, and Strengths, sixth edition, McGraw-Hill. Sawitri, Sekar AJeng, (2007), Hubungan Fleksibilitas Pasangan dan Kepuasan Perkawinan, Program Studi Psikologi dan Ilmu Soasial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Setyorini, Dian., (2004), Penggunaan SMS sebagai Alat Komunikasi Interpersonal (Studi Kasus Komunikasi pada Pasangan Suami Istri, Departemen Ilmu Komunikasi Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
119
Simpson, Roger Andre (1990), Coflicts Types and Social Network Relations as Predictors of Marital Happiness : Comparison of Black and White Spouse University of Michigan. Soekanto, Soerjono, (1990),Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Press Jakarta. Susilowati, Harning Setyo, (2005), Pengaruh Disiplin Belajar Lingkungan Keluarga dan Lingkungan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X Semester 1 Tahun Ajaran 2004/2005 SMAN 1 Gemolong Kabupaten Sragen, Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Ekonomi, Universitas Negeri Semarang. Wulansih, Sri, (2008), Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Keluarga dengan Kebutuhan pada Pasien Shizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Wallerstein, (2011), Fleksibilitasi, Kunci Kebahagiaan Rumah Tangga dalam Majalah Ayah Bunda Zimmerman, S.L. (1995),. Understanding Family Policy, Sage Publications, New Delhi. Zahra, Roswiyana P, (2005), Lingkungan Keluarga dan Peluang Munculnya Masalah Remaja dalam Jurnal Provitae Vol.1, No.2, November 2005.
Website : http://file.upi.edu.com/diakses pada tanggal 1 April 2011 jam10.00 WIB www.lintasberita.com/diakses pada tanggal 1 April 2011 jam 16.48 WIB http://oktifauzi.multiply.com diakses tanggal 17 Februari 2011, jam 02.40 WIB http://www.tempointeraktif.com/diakses tanggal 2 Februari 2011 jam 20.20 WIB http://www.jstor.org/stable/584114, diakses 21/05/2010 01:39 http://www.the-az.com/perkembangan-facebook
-2011/
seputar-indonesia.com
diakses 23 Januari 2011 jam 12.28. http://konselingindonesia.com diakses tanggal 17 Februari 2011 jam 02.25 WIB http://onlineacademics.org/CAInternet/HandoutsArticles/Mesch20361558.pdf/dia kses pada tanggal 3 Mei 2010 jam 09.10 WIB http://www.ncfr.org/about_us/j_press_releases.asp
diakses
pada
tangga
10
Februari 2011 jam 15.30 WIB http://luminousreload.wordpress.com/2009/09/07/heboh-beberapa-pns-pemkotsurabaya-cerai-karena-facebook/diakses 6 April 2011 jam 06.02 WIB
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
120
http://www.beritajatim.com/detailnews.php/12/Teknologi/20110318/95783/Facebook_ Picu_Perceraian_di_Lumajang_Meningkat/diakses pada tanggal 2 April 2011 jam 08.00 WIB. http://www.kotainternet.com/asal-muasal-internet.html http://id-id.facebook .com/note.php?note_id=121195124605332 http://tekno.kompas.com/read/2010/01/13/16374871/wow http://www.trickfacebook.com/10-negara-pengguna-facebook-terbanyak-didunia/, diakses pada tanggal 25 Februari 2011 jam 09.19 WIB.
Universitas Indonesia
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
PEDOMAN PERTANYAAN
1. 2. 3. 4. 5.
1. 1)
2) 3) 4) 5)
Pandangan tentang Pernikahan dan Relasi Suami Istri Apa tujuan pernikahan menurut Anda ? Apa harapan dan tujuan terhadap pernikahan ini ? Mengapa ? Apakah tujuan dan harapan tersebut telah tercapai ? Aspek apakah yang dianggap paling penting dalam menjaga hubungan/relasi suami istri ? Pelajaran unsur-unsur apa saja yang dibahas dalam aspek relasi suami istri ? Fleksibilitas Fleksibilitas dilihat dari aspek kepemimpinan Dari pengalaman selama ini, siapa yang selalu mengambil keputusan menyangkut • pola asuh • istri bekerja • pendidikan(menentukan pola asuh, menentukan sekolah, mengamati perkembangan prestasi akademis anak) • mengisi liburan • keuangan (memegang uang belanja, mengatur uang masuk dan keluar, belanja alat rumah tangga, toiletries1, alat eletronik, dst) • kesehatan (menentukan jumlah anak, menu makanan yang bergizi, tempat berobat, memastikan kebersihan rumah) • permasalahan keluarga (anak, keluarga besar) siapa yang selalu memutuskan ? Mengapa ? Siapakah yang bertindak sebagai pencari nafkah utama ? Apa yang Anda harapkan dari kontribusi Anda dan pasangan dalam menopang ekonomi keluarga ? Apakah harapan tersebut telah terpenuhi ? Jika belum, mengapa ? Apakah Anda dan pasangan terbiasa untuk saling mengkritik dan memberi masukan satu sama lain ?
2. Fleksibilitas dilihat dari aspek disiplin Disepennya di badaka nga 1) Bagaimana penerapan kedisiplinan2 dalam antara Anda dan pasangan (pengaturan waktu waktu kerja dan keluarga, family time (makan bersama), me time )? 1
Perlengkapan mandi, perlengkapan cuci, perlengkapan untuk kebersihan
1
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
2) Apakah Anda terbiasa membuat rencana kegiatan harian, mingguan, bulanan, atau tahunan ? 3) Bagaimana Anda dan pasangan saling menghargai kebutuhan masing-masing sebagai seorang individu ? (dengan membebaskan melakukan hobi, menjalin komunitas pertemanan salah satunya via FB, dst)
3. Fleksibilitas dilihat dari aspek negosiasi 1) Masalah apa saja yang sering dinegosiasikan (dilalui dengan proses tawar menawar) dalam relasi suami istri ? (karir, pendidikan, keterpisahan, kegiatan dengan teman, dst) 2) Apakah Anda dapat secara spontan dan tegas menyatakan keinginan kepada pasangan Anda ? (dalam hal membeli sesuatu, mengikuti kegiatan/program tertentu, harapan akan perilaku tertentu dari pasangan) 3) Siapa yang biasanya mendominasi (keinginannya ingin selalu dipenuhi) ? 4) Siapa yang bersikap lebih toleran ? 5) Apakah negosiasi selalu berakhir pada kesepakatan yang saling menguntungkan ?
1) 2) 3) 4) 5)
Fleksibilitas dilihat dari aspek peran Bagaimana peran3 dan tanggung jawab4 antara Anda dan pasangan ? Dari mana Anda mendapat pemahaman tersebut ? Siapa yang menentukan hal tersebut ? Adakah dinamika (perubahan) dari pembagian peran dulu dan sekarang ? Siapa yang bertanggung jawab dalam pengasuhan dan pendidikan anak ? Siapa yang bertanggung jawab dalam
2
Disiplin adalah kondisi yang terbentuk melaui proses perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan, dan ketertiban. Karena sudah menyatu dalam diri, sikap tersebut bukan lagi dirasakan sebagai beban. Sebaliknya, seorang ynag disiplin akan terbebani jika tak berbuat sebagai mana lazimnya. Nilai-nilai kepatuhan telah menjadi bagian perilaku dalam kehidupannya. Ia tercipta melalui proses pembinaan dalam keluarga, pendidikan, dan pengalaman/pengenalan dari keteladanan lingkungan. Disiplin akan membuat pelakunya mempu membedakan hal-hal yang seharusnya, wajib, boleh, dan tidak boleh dilakukan.
3
Peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki status (Horton dan Hunt dalam Wahyu 2011 : 2). Menurut Komarudin (1994 : 718), peran adalah pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai status (kedudukan) atau fungsi yang diharapkan dari seseorang. 4 Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku/perbuatan yang disengaja maupun tidak disengaja, wujud kesadaran akan kewajiban (http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ilmu_budaya_dasar/bab9manusia_dan_tanggung_jawab.pdf)
2
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
6) Bagaimana pandangan Anda terhadap karir pasangan Anda ? 7) Bagaimana pandangan Anda jika pasangan ingin melanjutkan studi ? 4. Fleksibilitas dilihat dari aspek aturan/norma 1. Menurut Anda, perlukah aturan dalam relasi suami istri ? (pembagian tugas rumah tangga, waktu bersama keluarga, prioritas pengeluaran keuangan, kegiatan bersama teman, menggunakan facebook, mengunjungi orang tua, dst). Mengapa ? 2. Apakah diperlukan sanksi jika pasangan melanggar aturan ? 3. Bagaimana aturan tersebut dirumuskan ? 4. Bagaimana Anda menyelesaikannya ?
5. Fleksibilitas dilihat dari aspek perubahan Bagaimana Anda memandang perubahan5 yang terjadi relasi dengan pasangan ? 1) Sejauh pengamatan Anda, perubahan-perubahan (perubahan kesepakatan) apa saja yang pernah terjadi dalam pernikahan yang Anda jalani ? 2) Bagaimana Anda dan pasangan menghadapi perubahan tersebut ?
Pandangan tentang FB 1) Kapan pertama kali mengenal FB ? 2) Dari siapa ? 3) Apakah fitur (fasilitas) yang paling disukai dari FB ? Mengapa ? 4) Apa tujuan dan harapan Anda menggunakan FB ? 5) Apakah tujuan dan harapan penggunaan FB tersebut telah tercapai ? Jika belum tercapai, mengapa ? 6) Aspek apa yang perlu diperhatikan dalam menggunakan FB ? (terutama jika dikaitkan dengan status Anda yang telah menikah)
5
Perubahan merupakan sesuatu kondisi yang terjadi dalam jangka waktu tertentu; terkait dengan perbedaan keadaan yang diamati antara sebelum dan sesudah dalam jangka waktu tertentu (Strasser & Randall dalam Sztompka, 1993 : 3). Contoh perubahan yang terkait dengan relasi dengan pasangan adalah perubahan orientasi tujuan pernikahan, perubahan karena pembagian peran yang berubah, perubahan karena jumlah anggota keluarga/kondisi dalam keluarga besar yang berubah, dst
3
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Fleksibilitas Kepemimpinan 1) Dalam penggunaan FB, siapa yang biasanya bertindak sebagai pengarah dan pengontrol ? Fleksibilitas Disiplin 4) Apakah ada keluhan dari pasangan terkait aktivitas Anda dalam menggunakan FB ? 1) Jika ada, bagaimana Anda menegosiasikannya ? 2) Bagaimana pula hasil kesepakatan yang dicapai ? 3) Pernahkan Anda menggunakan FB secara sembunyi-sembunyi ? Mengapa ? 4) Bagaimana sikap Anda saat mengetahui pasangan Anda bertemu kembali mantan kekasihnya via FB ? 5) Adakah kekhawatiran Anda akan terjadinya cinta lama bersemi kembali ? 6) Saat Anda berselisih (tidak puas dalam negosiasi, pembagian peran yang dianggap tidak adil, dst) dengan pasangan, apakah Anda ungkapkan dalam FB ? 7) Bagaimana tanggapan temen2 FB Anda ? 8) Adakah yang menaruh simpati lebih ? 9) Pernahkah Anda kopi darat dengan kenalan baru via FB ? 10) Apakah Anda merasa lebih nyaman mengungkapkan perasaan via FB dibanding dengan bercerita langsung dgn orang lain ? 11) Manakah yang lebih membuat Anda nyaman saat Anda bermasalah: bercerita kepada orang lain (termasuk via FB) atau bercerita dengan pasangan Anda ? Mengapa ? Fleksibilitas Negosiasi 1) Apakah dampak positif FB bagi Anda dan pasangan ?gfgh 2) Apakah dampak negative FB bagi Anda dan pasangan ? 3) Pernahkan terjadi kebuntuan (deadlock) dalam negosiasi ? (Misalnya, salah satu pihak tidak bersedia kompromi atau kedua pihak tidak ada yang bersedia mengalah) Mengapa ? 4) Siapa yang menengahi ? 5) Dalam penggunaan FB, masalah apa yang biasanya dinegosiasikan ? (waktu, penyajian foto, menambah teman, menyetujui permintaan pertemanan, publisitas catatan wall, intensitas penggunaan, tanggapan atas komentar, dst) Fleksibilitas dilihat dari aspek peran 1) Bagaimana peran FB dalam kehidupan Anda ? 2) Bagaimana pengalaman Anda selama menggunakan FB ? 4
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
3) Bagaimana keterlibatan pasangan dalam penggunaan FB? Fleksibilitas dilihat dari aspek aturan/norma 1) Terkait penggunaan FB, bagaimana Anda dan pasangan membuat sistem keamanan yang diberlakukan sebagai aturan untuk melindungi pernikahan Anda ? 2) Siapa yang membuat dan mengontrol pelaksanaan aturan tersebut ? 3) Bagaimana jika terjadi pelanggaran terhadap aturan penggunaan FB ? 4) Adakah sanksi atas hal tersebut ? 5) Dalam penggunaan FB, apakah Anda pernah berkonflik dengan teman FB pasangan Anda ? Jika pernah, mengapa ? 6) Bagaimana Anda menyelesaikannya ?
Fleksibilitas dilihat dari aspek perubahan 1) Terkait dengan penggunaan FB, adakah yang berubah dari pasangan Anda sejak menggunakan FB ? 2) Jika ada, bagaimana bentuk perubahan tersebut dan dampaknya terhadap relasi dengan pasangan Anda ? (antusiasme saat diajak bicara, intonasi suara, bahasa tubuh, waktu untuk pasangan, perhatian, dst) 3) Apakah Anda dan pasangan saling berkirim kabar dan berkomentar melalui FB ? 4) Pernahkah Anda meng-add teman lawan jenis ? Mengapa ? 5) Pernahkah Anda digosipkan via FB ? 6) Bagaimana sikap Anda ? 7) Bagaimana pengalaman Anda bertemu mantan kekasih lama via FB ? 8) Pernahkan Anda digoda oleh lawan jenis via FB ? (baik teman maupun kenalan baru) 9) Lebih banyak mana teman lama atau teman baru ?
Pandangan tentang Masalah-masalah yang Terjadi dalam Relasi Suami Istri 1) Persoalan apa saja yang sering muncul dalam relasi suami istri ? Mengapa ? 2) Menurut Anda, apa yang menjadi sumber persoalan tersebut ? 3) Apakah unsur-unsur yang menciptakan kebahagiaan menurut Anda ? (pertemanan, perilaku pasangan, perilaku anak, materi) 4) Bagaimana kedudukan suami atau istri dalam keluarga inti, keluarga besar, komunitas, dan di masyarakat ?
5
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
6
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
PEDOMAN OBSERVASI
1. Sikap dan bahas tubuh subjek penelitian Penulis akan mengamati, merasakan, dan memaknai sikap dan bahasa tubuh informan saat wawancara. 2. Mengamati benda yang mewakili kepemilikan Peneliti mengamati dan memaknai benda-benda yang mewakili kepemilikan antara suami dan istri di rumah informan maupun di ruang kerja informan. 3. Mengamati relasi suami istri Peneliti mengamati dan memaknai bahas tubuh informan (bagaimana antusiasme saat diajak berbicara, intonasi suara, mimik wajah, gerakan mata, dst) dan sikap suami istri di saat bertemu secara informal. 4. Mengamati halaman facebook Peneliti mengamati halaman facebook, catatan wall, status hubungan, komentar-komentar pasangan dan teman informan.
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Informan 1 : AY Pertanyaan Tujuan Pernikahan
AY Yaaa bagian dari ibadah kepada Allah, dan mengikuti sunnah rasul, mengikuti fitrah manusia, kemudian melaksanakan kewajiban sebagai hamba allah dan manusia gitu kan, saya sebagai laki-laki sebagai suami dan sebagai ayah bagi anak-anak saya, udah itu aja Harapan Langgeng gitu kan, punya kehidupan yang sakinah mawadah warohmah, yang punya anak anak yang baik, yang soleh Pernikahan solehah ya ya itu aja, kebahagiaan kedamaian lah Aspek yang Dua menurut abang, agama dan komunikasi, pertama kalo ngomong sesuatu kembali kepada agama kita tidak merasa salah paling penting sendiri atau merasa benar sendiri, jadi parameter salah benarnya jelas. Kalo agama itu menjadi sumber pijakan awal dan untuk menjaga tujuan akhir. Yang kedua ya kuncinya adalah komunikasi. Komunikasi itu berjalan itu sangat intensif, abang kan mulai relasi pasutri bangun subuh pagi sampe anak-anak berangkat sekolah jam 7.00. Abang kan paling baru berangkat jam 8, jadi dari jam 5 sampe jam 8 dengan istri ya ngobrol. Kadang anak-anak udah berangkat kan sepi di rumah ya, ngobrol berdua. Kadang abang baru pulang ke rumah lagi memang malem ya jam malem. Tapi di antara jam 8 pagi sampai jam 8 malem sekarang sudah ada teknologi komunikasi, sudah gampang ya apa-apa sms atau bbm atau teleponan. Itu pasti selalu, itu komunikasi berjalan terus gitu walaupun sekedar nanya, udah makan belum atau makan di mana, itu udah pasti. Jadi gak pernah putus. Nah nanti jam 8 malem sampe di rumah biasanya saya ngobrol lagi sampe malem jam 10 berdua. Yang biasanya diobrolin, hahahahaa, ada deh, hahaha, ya paling masalah pekerjaan, apa yang terjadi di tempat kerjaan gitu kan, terus cerita-cerita ke sana ke mari, ya biasa lah obrolan obrolan begitu, kadang ga pake ngobrol lagi….hahaha Pengambilan Saya sebagai kepala rumah tangga, itu pengambilan keputusan terakhir di tangan saya, tapi tentu dengan pertimbangan istri, keputusan masukan dari istri, itu pertama. Tapi kadang ada banyak hal yang saya delegasikan aja kepada dia, kadang ada hal hal yang menurut saya nggak terlalu penting,”udahlah terserah bunda aja mau gimana kek”, atau kalo urusannya urusan domestik, urusan keluarga atau urusannya perempuan gitu misalnya yaudah terserah. Kalo soal bekerja sampe sekarang dari sejak saya nikah sampe sekarang pun saya tidak pernah mewajibkan dia bekerja, saya ngga meminta. jadi saya telah katakan begini, kewajiban nafkah itu pada suami, kamu ga ada kewajiban, jadi kamu ga ada kewajiban untuk bekerja, tapi kalo saya mengatakan jangan bekerja, kamu juga punya pendidikan, orang tua kamu juga mendidik kamu menjadi besar, dia kan ngajar juga kan, iya kalo kamu ga bekerja pun juga untuk gitu, jadi ya terserah, mau berhenti dari kerja silahkan, bosen kerja, berhenti kerja silahkan, mau bekerja suntuk di rumah juga silahkan, saya si tidak perlu pake asal karena memang dia dengan
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
sendiri dengan kesadarannya tahu tau mana batasan dengan anak anak sama keluarga dia sudah tau. Prinsipnya bahwa bekerja itu bagi saya buat istri itu sekedar untuk dia bersosialisasi, karena dengan bekerja secara psikologis setiap orang sebetulnya ingin diakui, punya eksistensi dan sebagainya. Dan itu penting, tapi saya bilang pokoknya bekerja tapi kamu ga usah ngoyo untuk bekerja menjadi karier, menjadi pejabat ini, menjadi kepala ini. Tapi kalo bekerja sekedar bersosialisasi gitu yaudah. Abang ngeliat walaupun istri kerja Senin sampai Jumat ga menyita waktu keluarga. Kebetulan dia kan awalnya di perpustakaan. Di sini dia tidak harus standby karena bukan berhubungan dengan publik, jadi dia agak santai. Dulu di LPM juga gitu ga selalu sibuk dengan mahasiswa, kecuali pada saat mereka mau KKN. Itupun sifatnya accidental aja. Nah di akademik ini memang lebih sibuk karena dia berhubungan dengan mahasiswa langsung, sistem nya baru komputerisasi dia berhubungan dengan mahasiswa gitu kan, tapi itu pun juga sebetulnya kalo dia jalani ini juga ga harus juga menyita waktu sampe full gitu, toh dia juga masih bisa santai, dia bisa sempet jalan ke mall atau kemana, so far masih begitulah, kecuali misalkan dia di bagian layanan publik yang memang harus full day standby, ya karena sampai saat ini masih seperti itu ya fine fine aja karena juga pekerjaan dia suka di-handle oleh kawan-kawannya. Untuk pendidikan, saya yang ngambil keputusan, kebetulan anak masih kecil yang terkecil blm TK lainnya baru SD semua, jadi kita samalah seperti orang tua pada umumnya inginkan anak sekolah di pendidikan yang bagus, ya kita lihat Madrasah Pembangunan (MP) yang paling bagus di lingkungan kita ya kita masukin MP, ya jadi memang saya yang memutuskan, ya kebetulan memang juga klop tapi kalo untuk SMP-nya ini misalnya, karena saya dan istri sama2 dari keluarga pesantren gitu kan, apa mau dimasukin pesantren, ya saya memang menginginkan anak saya yang pertama yang dah kelas 6 nanti masuk pesantren gitu, dan dari awal sudah saya bangun paradigma supaya dia nanti pesantren karena tradisi keluarga ayah saya, kakek saya pesantren, ayah istri semua juga pesantren ya gitu, tapi pesantren yang mana ini yang memang masih belum. Kemaren udah ke Gontor ke Surabaya udah keliling Jawa Timur. Entah minggu depan saya mau ajak ke Banten. Di sana ada pesantren, baru survey survey aja tapi belum ada keputusan. Istri dulu pernah menjadi dosen tidak tetap di fakultas syariah. Waktu itu ayahnya masih ada, ayahnya mendorong dia ikut S2. Saya juga mendorong dia ikut S2, ikutlah dia S2 di UMJ Cirende Ciputat. Pertengahan S2 ayahnya wafat, dia sempat agak down, kemudian saya dorong lagi untuk diselesaikan. Saya bilang, “itu amanah lo.” Akhirnya berhasil. Setelah itu, ada pengangkatan PNS, di pusat dia droping ke kampus UIN. Sebenarnya dari pusat itu ditugaskan sebagai tenaga edukatif tapi sampai UIN jadi struktural. Istri berjuang keras menjadi dosen karena dia sudah berjuang keras untuk selesaikan S2 nya. Setelah selesai, ada kendala macem-macem. Akhirnya saya bilang, “ya udahlah ga usah ngotot2 jadi dosen. Saya bilang, di struktural juga ga hina, malah lebih enak, lebih santai. Akhirnya di akademik ini dia memang merasakan lebih enak. sekarang
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
dia ga minta lagi jadi dosen, Kalo urusan belanja sehari hari mau masak dari awal pernikahan pokoknya terserah. Untuk kebutuhan sekolah, udah kebayar udah ga ada masalah. Yang high cost baru dibicarakan bersama misalnya beli mobil atau rumah, musyawarah begini-begini udah pertimbangkan oke kita beli oke ga usah tapi nanti urusan akhir ada di saya.
Pencari nafkah utama
Kalo jumlah anak kita berdua kita yang mutusin eeh malah jumlah anak dia yang minta, “nda ga mau hamil lagi bang.” Saya bilang, “yaudah ga apa ga mau hamil lagi, ntar dicariin yang mau hamil lagi …hahahaha bercanda itu,” Sejauh ini sebenernya ga ada masalah antara istri dengan keluarga saya, juga saya dengan keluarga istri, jadi ya kalo ada masalah ya biasanya memang musyawarah. Tapi ada pada kondisi tertentu abang yang langsung mutuskan tanpa dibicarakan, langsung saya cut, oh ini ga bisa, ada sesekali tapi mungkin jarang sekali. Ketika almarhum mertua, ayahnya istri, wafat saya sudah merasa adikadik ipar, adik-adiknya istri itu jadi amanah. Adiknya istri kuliah semester 1 dan sma kelas 1, jadi masih jauh sekali kan. Adiknya tinggal skripsi dan ngga selesai-selesai. Waktu itu istri bilang, “udahlah dia udah ga mau selesain skripsinya ya biarin aja dia rasain tanggung jawabnya masa depannya gimana gimana.” Saya bilang, “gak bisa, S1 itu harga mati, entah bagaimana caranya dia harus selesai, pokoknya kamu harus dorong adik kamu supaya lulus S1.” Akhirnya dia dorong sampe berantem berantem dengan adeknya gitu, adiknya juga keras, yaudah berantem-beranteman. Tiap hari berbusa mulut dia ke adiknya gitu karena saya tiap hari juga nekan ke istri. Saya nekan istri, istri nekan ke adik. Alhamdulilah selesai sekarang dia kerja. Posisinya juga enak dan dia sendiri sudah merasakan. Sekarang atinggal Abrar (adik terkecil istri) ini, dia kan pernah kuliah di sini trus kuliah juga di broadcast. Tapi dia sekarang karena keahlian komputernya dia banyak proyek-proyeknya gitu kan. Saya keras, pokoknya saya bilang S1 harga mati, mau proyek milyaran bagi saya gak penting. Kalo saya enam bersaudara, semua sudah nikah udah punya anak udah berkeluarga. Ya boleh dikatakan …meskipun belum settle segi ekonominya tapi paling tidak mereka bisa survive sendiri sendirilah. Masing masing sudah bisa menghidupi keluarga sendirisendiri, jadi hampir gak ada masalah. Kakak pertama laki-laki, kakak kedua perempuan, ketiga saya, adik saya perempuan semua. Jadi perempuan empat, laki-laki dua. Nah kakak pertama yang laki-laki dalam pemikiran suka berseberangan dengan ayah saya, jadi ayah saya tu.. jadi akhirnya keputusan saya juga. Jadi kalo memang ada hal hal yang memang prinsip bagi saya dan itu tidak bisa ditawar. Masing-masing mempunyai kesadaran sendiri aja, tapi yang pasti saya yang bertanggung jawab sebagai pencari nafkah utama.
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Kebiasaan mengkritik Menghargai inividualitas pasangan Negosiasi
Dia kalo mengkritik tuh spontan langsung, pedas, tegas. Jangankan hal hal yang prinsip, saya makan krupuk bunyi aja dikritik sama dia.. Kalo istri punya hobi misalnya dia suka baju apa jilbab terus eksplore model selalu saya salurkan. Ya terserahlah…kalo memang rezeki kita ada kita mampu silahkan. Kalo ngga jangan dipaksakan. Kalo perhiasan kayak emas, kayak berlian dia gak hobi. Dia hanya hobi di pakaian, baju-baju aja. Jadi sejauh ini gak ada masalah karena berbeda kalo memang dia suka dengan cincin atau apa yang mungkin harganya berapa… kalo baju-baju, jilbab gitu kan gak terlalu, masih terjangkau lah Biasa nya yang masalah masalahnya yang high cost aja, kalo yang gak high cost gak negosiasi. Dalam mengambil keputusan sebenernya juga begini…betapapun urusan akhir ada di tangan saya kadang saya dirayu-rayu … rayuan nya intensif. Kayak kemaren beli mobil kan gitu, saya sebenernya ga minat, dia tanya lagi… emang gak jadi beli Fortuner, emang ga jadi beli ini… yaudah berkali-kali, akhirnya yaudahlah kebeli juga. Waktu kumpul dengan keluarga gak ada masalah. Menurut saya gak perlu dinegosiasiin, mau kumpul temen-temen MP di rumah yaudah silahkan, mau kumpul temen-temen UIN silahkan, mau ngundang makan temen-temen kantor silakan. Alhamdulilah anak-anak saya sampai sejauh ini yang saya syukuri gak rewel. Dua anak saya itu kan di MP sampe sore, kadang setelah sore masih dilanjutin les. Mereka berangkat jam 06.15, jam 06.00 kurang seperempat sore udah ada lagi di rumah. Sampe di rumah juga biasanya masih main di tetangga sebelah, trus abis Isya tidur .. udah. Jadi udah terbiasa dan tahu orang tuanya sibuk. Kalo yang paling kecil, ada mbaknya yang 8 tahun sama kita. Jadi kita percayain penuh. Dia di sini dari anak kedua kecil sampai anak saya yang ketiga kecil ya..sama dia. Jadi saya udah percaya sepenuhnya dan Alhamdulilah gak ada masalah. Jadi istri mau kemana hari ini mau ketemu teman-teman bebas aja gak merasa beban.
Masalah di tempat kerja, Alhamdulilah gak pernah saya bawa pulang. Kalo ada masalah berdua, saat udah mau berangkat kerja, istri bilang jangan kerja sekarang..selesain dulu masalah ini. Kalo kita nggak suka ngulur-ngulur waktu dan emang tukang ngomong semuanya. Pembagian Hal-hal domestik..anak anak saya serahkan ke dia, saya gak tahu menahu. Tapi bukan berarti juga saya gak pernah nanya peran dan urusan domestic. Soal pendidikan anak, soal perkembangan anak saya tanya juga ke istri mau les apa mau bimbel apa. tanggung Pembagian secara kaku gak ada, kita cair aja lah..karena istri punya ilmu agama, saya juga punya ilmu agama. Kalaupun ilmu jawab agama saya lebih tinggi dari istri tapi kan anak anak tidak menuntut kemampuan ilmu agama yang tinggi. perubahan
Memang ada perubahan juga, artinya begini, tanggung jawab itu kan semakin besar di tangan abang. Jadi setelah almarhum
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
peran
Aturan
Aturan/norma
Pelanggaran aturan
mertua wafat dengan sendirinya saya merasa punya kewajiban. Ada perubahan dalam rumah tangga memang saya akui. Dulu sebelum almarhum wafat, peran saya sebagai kepala rumah tangga dalam mengambil keputusan setengah lah tidak full karena pertama istri waktu itu juga masih selalu berkomunikasi dan berkonsultasi dengan ayahnya. Jadi kadang kalo ayahnya sudah putuskan begini yaudah saya gak membantah, misalnya urusan rumah. Saya dulu ingin punya rumah dekat teman-teman di parung di Bojong Sempu Parung, tapi sama ayah almarhum dilarang. Waktu itu saya masih di mertua indah. Jadi saya nikah, saya masih kuliah S2. Setelah 6 bulan nikah saya diangkat PNS karena waktu itu kan Pasca Sarjana otomatis diangkat jadi dosen. Ketika teman-teman pada ngambil KPR perumahan 36 ya.. saya juga ingin punya rumah sendiri, ingin mandiri dan juga senang punya tetangga teman-teman. Almarhum bilang jangan, jadi sebelum itu kan almarhum punya tanah juga di Pisangan sebelahnya pesantren Darus Sunnah pimpinan Pak Ali Mustofa Yakub. Di sebelah rumahnya tanah dan rumah tua yang dibeli almarhum. Kemudian saya diminta pindah ke Pisangan, akhirnya saya pindah ke Pisangan, saya rehab lah rumah itu dan nempatin satu tahun setengah hampir dua tahun tiba-tiba almarhum wafat. Almarhum wafat, saya balik lagi ke komplek karena adik-adik istri masih kecil. Yaudah besarin adik-adik sambil ngumpulin modal, kalo ada rejeki saya bangun rumah yang di Ciputat yang sekarang ditempati. Setelah pada selesai S1, yaudah saya tempatin di sana. Jadi ya waktu itu memang banyak keputusan yang dominan dari almarhum terutama keputusan yang berkaitan dengan hal hal besar seperti rumah, mobil. atau dulu kan juga ingin punya motor. Fleksibilitas ada tapi aturan tetep ada, kalo dia bersosialisasi bebas, dia berteman bebas, ada laki laki ada perempuan, saya berikan dia kepercayaan, dan saya percaya dia menjaga kepercayaan itu. Hanya eeee tentu ada ragu-ragunya, ada orang orang yang menurut saya gak pas lah untuk ditemani atau diakrabi baik dia itu laki laki atau pun perempuan karena punya pengaruh, misalnya pengaruh dalam dia berpikir, bersikap nantinya. Yaa ada orang kayak gitu yang memang saya tau dia.. kalo laki-laki dia senang dengan istri, kalo perempuan dia track record-nya begini…gitu, saya bilang ya kalo itu ya dijaga benar-benar. Kehormatan istri kan kehormatan suami. Dalam relasi suami istri wajib dong ada norma atau aturan. Bbatasannya ya agama, karena abang selalu berpulang kepada agama. Aturan apa yang diterapkan, ya semua norma agama lah. Pernah istri melanggar aturan, abang marah. Ya abang juga manusia, istri juga manusia, masalah pasti pernah ada dalam rumah tangga kita. Orang melihatnya kita selalu bahagia nggak juga …bahagia ya. Tapi maksudnya ga ada masalah ya ngga juga, pernah ada masalah. Bahkan tahun ini ada masalah yang sangat mengguncang saya itu tahun ini dan sangat dahsyat masalahnya dan hampir-hampir…..tapi alhamdulilah. Sebenernya ini melibatkan keluarga, penyelesaian akhirnya saya ajak
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
umroh doa di Multazam di ka’bah mau….ayo kemana lagi, apa yang mau kita cari.
perubahan relasi pasutri
Saya jadi semakin tambah cinta….ya mungkin masalah itu hadir untuk merekatkan..itu. Jadi saya tuh selalu berpikir begini, Tuhan itu akan menguji seseoang pada hal yang paling dicintainya. Ujian terberat manusia itu, ada pada hal yang paling dicintainya. Kalo orang itu mencintai harta, Tuhan akan menguji di hartanya. Kalo orang itu mencintai jabatan dan kekuasaan, Tuhan akan menguji di jabatan dan kekuasaan. Kalo orang itu mencintai keluarga, Tuhan akan menguji di keluarga. Terberatnya di situ. Alhamdulilah ya saya dari segi kekuasaan bukan tipe orang mengejar kekuasaaan. Bagi saya segala yang saya dapet itu karunia Allah. Saya syukuri kalo ngga dapet ya memang bukan rejeki saya. Saya yakin semua gak akan tertukar ….rejeki saya dengan orang lain. Dulu waktu nikah itu kita gak punya apa-apa, gak punya pekerjaan, gak punya penghasilan bahkan numpang sama mertua sampai Alhamdulilah sekarang ada rejeki, saya gak merasa ada ujian Allah di situ. Saya enjoy aja… bahagia..menikmati. Tapi ketika dengan keluarga inilah yang paling saya cintai, di sini saya diuji. Tahun ini saya diuji dan sangat berat ujian..sangat berat. Mungkin begini, usia makin lama makin bertambah, dia lihat saya makin lama makin survive makin gitu kan, mungkin dia khawatir dengan saya gitu kan…ya bahasanya begitu lahKadang saya kan berkomunikasi setiap hari dengan para kyai para ulama isu-isu seputar… kyai kaya model Aa gym, kan kenceng, dia poligami. Itu kan hukumnya mubah (boleh)…, jadi begitu begitu begitu, ya gimana ya ya begitulah jadi ceritanya. Dia cemburu, padahal belum ada proses, ngga ada sama sekali. Semua dugaan aja tapi dugaan juga ngga. Cuma dia tanya, “abang mau ?” Saya balik nanya, “sebagai apa nih, kalo saya ditanya sebagai laki laki gak ada yang gak mau, apalagi di usia seperti saya pas 40 tahun, katanya life begin is fourty. Kalo ditanya saya sebagai komisi fatwa MUI, saya katakan hukumnya emang boleh, Tuhan gak ngelarang kok gitu. Saya gak bisa mengatakan itu haram, memang boleh kok. Kalo ada orang yang anti menurut saya, itu menolak Qur’an. Hanya..boleh tapi ada aturannya. Bukan semua orang bisa. Boleh bukan berarti semua orang bisa. Tukang ojek, hansip poligami kan bisa berantakan. Ada aturan kemampuan. Hukum asal poligami itu adalah mubah. Tapi dia bisa menjadi haram, bisa menjadi sunnah atau wajib. Itu sangat tergantung kasusnya. Kasusnya itu multi dimensi perspektifnya tidak hanya dilihat dari satu aspek saja dan itu adalah persoalan intern rumah tangga, jadi banyak aspek. Jadi, nggak bisa kita bandingkan antara satu kasus dengan yang lain, antar satu rumah tangga dengan rumah tangga yang lain. Prinsip dasar poligami itu mubah tapi bisa jadi haram. Sama dengan nikah bisa jadi sunnah bisa jadi wajib bisa jadi haram hukumnya. Nah, kita gak bisa samaratakan. Harus diakui bahwa ada keluarga yang
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
istrinya bener memang ridho. Saya punya temen yang begitu karena intinya karena istri sangat paham keadaan suaminya dan bagaimana dia mengatakan bahwa 90% dia bisa memahami mempersilahkan 10%-nya memang hati kecilnya….Ya ini memang ada yang seperti itu, kalo kondisinya seperti itu. Arifin Ilham kan poligami juga tapi gak pernah di-blow up….(sambil menyodorkan foto Arifin Ilham dan dua istrinya di hp). Kalo Aa Gym kan ngomong-ngomong, dulu istri saya begini-begini … saya tidak akan poligami, ya kan tergigit lidah sendiri. Arifin ke hakim pengadilan agama juga untuk disahkan, jadi bukan siri (diam-diam). Dia mensyiarkan juga dengan walimah tapi gak rame-rame. Cuma sekedar keluarga dan nggak ada media. Saya kan temennya Arifin satu angkatan, satu kelas, satu kamar, satu kasur. Istri mempersilahkan…waktu di pengadilan saat mau dilegalkan secara negara itu kan ditanya hakim, “ibu Yuni bener setuju kalo Arifin nya nikah lagi.” Dijawab, “pak hakim gimana sih kalo nggak setuju saya nggak dateng dong ke pengadilan ini saya dateng karena setuju, udahlah cepet gak perlu bertele-tele.” Waktu ngobrol sama saya, “Din kamu pengen ?” Dia bilang sama Arifin, “Kak, kakak mau yang ketiga ga? ini Kak Amin nanya mau yang ketiga ga, kalo mau yang ketiga saya tandatanganin sekarang,” Kalo kita mau ambil kasus Arifin, kalo dari sisi harta gak kuranglah… saya tahu berapa asetnya jauh sekali di atas kita kita, mobilitas dia tinggi, karena memang itu ya…. jadi memang ada ya memang ada person tertentu memang yang butuh back up yang lebih, pengokohan, tiang yang lebih. Jadi ya sudah gak ada masalah. Tapi ada orang yang haram, karena sudah ekonominya carut marut kemudian nyakitin istri, poligami tanpa izin istri. Nah, itu yang problem yang kayak gitu, makanya saya bilang kalo diskusi secara laki laki semua laki laki sama mau. Poligami boleh, tapi harus dibikin aturannya, tapi kalo ternyata ada yang ngikutin aturan karena memang bisa ya jadi gak usah diungkit-ungkit. Bagi yang bisa melakukan itu juga gak bener kalo diem-diem, nyakitin istri itu..akhirnya juga haram. Makanya kan saya bilang begitu dengan istri, karena saya melihatnya gak satu kasus gitu, itu tapi kalo saya sebagai ayah, saya berpikir 1000 x untuk melakukan itu. Setelah umroh ada perubahan sikap ada kesepakatan yakni jangan berpikir poligami karena jadi semakin tertantang gitu. Dulu, itu pernah jadi pembicaraan sehari-hari, sampai pada tingkat ridho. “yaudah abang poligami aja, tapi marah kaya PPT (Para Pencari Tuhan, sinetron).
Awal FB-an Dari siapa Tujuan FB-an
Mungkin 2008 lah, atau 2009… ngga ngga, 2008.. Awalnya pakai FB dari temen-temen, kemudian saya dibikinin akun sama Abrar (adik ipar). Tujuan hanya pengen tahu teknologi baru aja, bahkan saya bukan tipe orang yang suka nongkrong di komputer berjam-jam.
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Harapan
Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan facebook sudah terikat Suka Mengontrol FB pasangan
Kalo FB-an pake, tapi saya sekarang memang baru mulai intensif FB-an setelah pake Blackberry (BB). Dulu sebelum ada BB, saya hampir gak pernah FB-an kecuali emang lagi internetan dan itu juga bisa dihitung setahun eh sebulan sekali. Baca status aja gak pernah. Katakanlah saya mulai setahun ini sekitar 2010 akhir atau awal 2011. Pokoknya saya sebelum ada BB gak intensif FB. Tapi setelah pake BB itu agak intensif karena memang ada di tangan. Harapan dengan adanya FB ya pastilah, dulu karena FB itulah awal mula masalah yang kemarin. Dia cemburu dengan seseorang yang sebetulnya akhirnya dia ketahui abang gak ada apa-apa dengan orang itu. Ketika dia cemburu dengan orang mungkin dia dendam atau marah dengan saya. Di FB itulah kemudian ia mulai chattingan inbox-an dengan seseorang, mantannya dia, ehh bukan mantan … ya curhat-curhatan. Ketahuannya saya baca inbox-inbox-nya, FB atau teknologi apapun menurut abang seperti pisau bermata dua gitu kan bisa positif bisa negative. Selama kita menggunakan secara tepat sesuai dengan kaidah dan norma agama, FB itu bagus untuk menjalinkan silaturahim temen-temen istri yang udah pada dimana… temen-temen MP-nya kan ketemu lagi … apa lewat facebook atau BB gitu. Tapi kalo umpama mempertemukan atau menjalinkan hubungan kembali yang lebih …yaa mengganggu keluarga. Itu udah keluar dari norma. Itu aja prinsipnya. Iya…. suka melihat, apalagi kemudian waktu itu dia sering menyembunyikan BB-nya. Biasanya kan gak. Ya pokoknya begitulah, dan hubungan kita memanas gitu kan…ya akhirnya ya pokoknya begitulah dia minta divorce. Itu abang anggap serius. Bagi abang kalo perempuan minta divorce yaaa serius. Walaupun sebenernya jangan-jangan dia udah males membahas itu atau sudah muak dengan persoalan itu dan mau escape aja tapi ya caranya. Bagi abang kalo divorce-nya karena abang gak bertanggung jawab sebagai kepala keluarga, abang melakukan sesuatu yang diluar batas…lha ini karena abang gak melakukan apa-apa. Ya katakanlah abang mungkin menyakiti dia dari sisi hati atau sikap abang atau pikiran abang tentang poligami. Abang pikir, abang gak melakukan apa-apa, kecuali abang sudah mulai melakukan langkah-langkah misalnya abang berkenalan dengan seseorang, abang menjalin hubungan dengan seseorang, atau abang sudah mengatakan abang sudah menikah. Ini… abang gak melakukan apa-apa. Pengkhianatan itu kan tidak harus secara fisik secara hati, tanda petik ya … bukan berkhianat, istri sudah melakukan apa-apa, saya yakin dia tidak melakukan apa-apa hanya eeee ya ada intensitas komunikasi dengan seseorang dan membicarakan topik-topik yang tidak tepat pada posisi masing-masing menurut abang. Orang ini abang kenal, mantannya nggak sebetulnya. Jadi ceritanya begini kalo abang kan pacaran pas masuk tsanawiah. Jadi gak ada mantan dia. Cuman memang pas dia masuk kuliah ada satu orang temen sekelas yang seneng sama. Ya mungkin
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
karena secara fisik, dia menarik jadi istri suka juga sama dia. Tapi pada saat itu dia gak pernah berpacaran. Memang pernah dulu waktu saya sama istri masih pacaran eeee hubungan saya hampir putus trus tiba tiba orang ini masuk. Bukan pacaran sebetulnya, cuman jalan sama istri ke mall…ya ini FB mempertemukan teman-teman yang hilang, ya itu gara-gara FB itu. Keluhan thd Pasti ada, pasti ada orang-orang yang dicemburui. penggunaan FB Pake facebook Enggak, iya masa masa itu (dia) sembunyi sembunyi Curhat di FB Kayaknya gak pernah ya nulis di FB, curhat…. Nggak Sikap saat Ya marahlah, minta ditindak, ya gak sekedar remove, diblokir. Blokir di dunia maya maupun dunia nyata. Banyak juga abang tahu pasangan melihat yang simpati pada dia, ya memberi perhatian lebih. Kalo orang orang yang kenal saya pasti segan, pahamlah, tapi ada ketemu juga yang gak kenal saya. mantan pacar Dampak Positifnya kan dulu istri kan ruang komunikasinya terbatas apalagi ketika dia belum kerja, itu pertama. Kedua, emang masapositif dan masa belum kerja itu pas dari anak. Dia daftar PNS itu 2000 pas Agil Munawar jadi menteri tahun berapa.. Gus Dur jadi Negatif FB presiden, eh Mega jadi presiden, 2004 ya, 2004 lah dia jadi PNS, nah waktu sebelum jadi PNS itu kan dia emang ada jadwal ngajar dosen tidak tetap di Syariah, tapi itu kan seminggu cuma dua kali, cuma dua kelas jadi relatif kosong. Ngajar terus langsung pulang ke rumah. Sempat juga dia jadi volunteer apa gitu tapi itu juga nggak sibuk. Dia lebih banyak di rumah. Karena ruang komunikasinya terbatas, paling dia telpon teman-teman deketnya ketemu, ngobrol, makan bakso. Setelah jadi PNS memang ada kegiatan setiap hari. Tapi tetep komunikasi…terbatas dengan temen-temen lingkungan kerja aja, di perpustakaan aja itu aja. Nah, setelah ada FB kan terbuka..jadi bisa komunikasi dengan temen di Darunajah dulu, pesantren Walisongo dulu, temen kampus yang kuliah, yang kerjanya udah dimana-dimana. Itu positif nya. Negatif nya ya tadi itu gitu, terhubung kembali dengan orang orang… yang itulah.. Hal yang Curhat di FB menurut saya itu oke. Prinsipnya ya ada batas-batas hubungan. Kalo siapa yang disetujui dan tidak untuk dinegosiasikan menghindari orang-orang yang iseng. Status… abang gak ikat, dia bebas buat status. Tapi kalo umpama sudah berlebihan dalam FB-an saya ingatin gak usah gitu lah. Tapi dengan sendiri dia paham gitu aja sih. Menerima Ada yang kemudian saya blokir saya remove dari pertemanan. Kalo ada yang invite ya..terbuka….diperlihatkan. Tapi yang
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
pertemanan FB Mengarahkan dalam menggunakan FB
Menerima pertemanan
memutuskan tetep abang atau dia, ya kalo saya yang memutuskan saya sendiri, dalam arti begini, saya tahu si a si b si c si …ketimbang saya punya problem dengan istri, saya juga gak pernah komunikasi atau juga gak penting yaudah saya remove saya blokir Bebas bebas aja… itu hak pribadi. Cuma kadang dia buat status yang kelihatannya agak berlebihan atau kurang pas saya kritik, jangan begitulah… misalkan dia upload sesuatu. Tapi saya gak pernah liatin istri buat status apa. Sebaliknya, abang nggak melihat atau istri menunjukan ada yang mau kenalan.. nggak..abang nggak pernah begitu. Istri juga gak pernah begitu. Malah kalo abang, friend request itu saking banyaknya malah udah gak pernah liat lagi, saking banyak nya ga di confirm, ada 293 kalo gak salah. Nanti bingung… ini siapa… ini siapa…suka bingung begitu aja, kadang juga suka di preview. Ini temen siapa siapa gitu..males abang. Kalo buka FB cuma ngeliat doing. Ngeliat baca-baca status udah gitu aja, Paling comment atau ngasih jempol, itu juga pelit banget. Kalo jempol gampang kalo comment jarang sekali. Liat ada friend request, tapi abang juga gak confirm. Cuma ngeliat doang, kadang takut salah aja, ntar abang nggak tau siapa dia. Apalagi yang request kan rata-rata perempuan entah mahasiswi entah siapa. Dulu setiap ada friend request abang gak pikir panjang lagi, langsung confirm, langsung aja gak pake liat dia siapa, bagi abang dulu kalo orang itu meng-add abang, itu sudah ajakan bersalaman. Masak orang ngajak bersalaman nggak dibales.. sederhana aja mikirnya. Kemudian kan ada dua kasus, kasus pertama orang jualan atas nama abang, kita di-tag foto BB jadi seolah olah kita jualan. Bagi abang itu gak penting. Yang kedua, yang agak masalah dulu pernah ada perempuan. Istri periksa famili abang, ini siapa bang..ini siapa. Abang jawab gak tau, istri bilang “Alaaaah kok pura-pura gak tau,” Fotonya cantik gitu kan, udah abang confirm lagi. Itu karena dulu abang gak ngeliat lagi. Abang selalu ingetin sama dia. Abang ni orang publik gitu. Abang ngajar satu semester 6 kelas, setiap kelas ada 40 mahasiswa, itu udah 240. Selain itu, kan abang ceramah di mana-mana, muncul di TV juga. Jadi, kalo ada orang mungkin merasa kenal, abang gak tau. Jadi waktu itu pernah berantem dia cuma nanya ini siapa ini siapa dan memang abang gak kenal. Ya mau gimana.. dan dulu abang emang confirm-confim aja. Ketimbang bermasalah mending abang gak okein apalagi kalo perempuan. Laki laki aja abang ga okein apalagi perempuan. Yaa itu terakhir udah 293 itu. Jadi awal-awal biasanya saya untuk menentukan saya lihat dulu catatan wall-nya
Aturan
Nggak abang ga pernah buat aturan buat di rumah. Cuma kalo sekarang bukan FB ya BBM-an ya, “ ..kalo emang udah, selesai dong BBM- nya tutup,” ya… paling digituin aja,” udah dong BBM-annya, sekarang kamu waktunya dengan abang,”
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
ya gitu gitu aja…. Sanksi aturan Paling teguran aja ya, paling teguran FB Comment dgn Nggak sama sekali nggak. Istri bikin status abang ga pernah comment gitu. Kalo ulang tahun pasti lah itu kan setahun sekali. FB pasangan Males aja gak ada alasan lain, jadi saya tu FB-an cuma baca-baca status temen-temen… oh temen-temen tuh sedang begini… temen-temen ni lagi ada di sini.. udah. Kalo ada status bagus saya kasih jempol, kalo gak penting-penting banget buat dikomentarin nggak saya comment gitu... Di gosipin di Enggak FB Ketemu Dia sudah menikah. Iya sama seperti istri juga, sama seperti lainnya. Kita kan punya masa muda punya sejarah masing mantan masing. Kita kan pernah seneng sama seseorang kan tidak satu, iya kan. Kalo kaya chatting gitu, ada orang orang yang dulu pacar/yang pernah abang senangin atau sekarang, belakangan dia senang sama abang, itu abang pernah berkomunikasi, tapi sangat disukai terbatas. Itu yang abang bedakan. Kenapa abang protes dengan istri karena abang berbeda sekali. Memang abang juga berkomunikasi itu pada hal yang keperluan,bukan..kalo bahasa abang ke istri-- bukan bual-bualan gitu. Misalnya dia nanya tentang masalah hukum, konteksnya konsultasi, bukan bicara berbual-bual. Abang chatting pernah juga tapi konteksnya itu. Dia inbox dia tanya, kalo ini hukumnya gimana, ini gimana, abang jawab sekedar menjawab itu. Kemudian ditanya apa kabar, gimana kabar keluarga, itu biasa kan, itu sebagai prolognya aja. persoalan Dalam konteks penggunaan FB, yang penting jangan larutlah dengan komunikasi..kadang FB atau BBM itu kan orang bilang yang sering mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Kayak sekarang gini, saya ngobrol sama Fitri (peneliti) kan dekat, tapi terjadi dalam saya jawab SMS orang kan gitu, yang diujung sana dekat, dengan saya nah Fitri malah jauh. jangan begitulah. Anak-anak FBkonteks relasi an paling hari Sabtu Minggu. Itu juga kalo di rumah neneknya. Kalo di rumah, komputernya saya matiin. Ada komputer suami istri rumah PC, tapi saya gak gunain. Anak-anak sukanya maen games aja tapi gak tau kalo nanti dia udah SMP, kalo sampai sekarang sih belum, yang Yang pertama, agama. Yang kedua adalah komunikasi. Makin terbuka komunikasi gitu makin gak ada yang disembunyikan. menciptakan Ketiga ya anak ya pekerjaan ya harta. Tapi menurut abang kuncinya di dua itu, agama dan komunikasi kebahagiaan dalam rumah
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
tangga Pertemanan punya pengaruh kebahagiaan pernikahan
Prinsipnya begini bahwa kalau istri nya berkomunikasi dengan kita saja setiap hari kan ruang nya terbatas, kalau dia punya ruang lain ber-hahahihi dengan teman-temannya kan itu juga menciptakan kebahagiaan buat dia juga. Dia bahagia kan kita juga bahagia juga. Selama gak berlebihan, oke berat kemaren itu, iya kalo kita reaktif, berat, berat, anak anak melihat pertengkaran itu?melihat dan tahu, tapi setelah itu setelah cooling down sudah berakhir, apa ada netralisir, ya ngga lah paling anak anak saya ajak lebaran tiga hari di puncak, kemudian saya ajak ke Surabaya. Istri saya ajak ke gontor, ke surabaya ke Malang, ke Yogja jalan jalan, Keluarga istri aja yang tau masalah yang kemarin, keluarga abang ngga. Abang blocking gitu, karena istri di mata keluarga, mata ayah saya istri yang imagenya baik, saya ga mau dia punya image yang gak baik. Di keluarga saya emang saya blocking, tapi kalo di ibu-nya, adek adeknya,karena memang dekat, dia curhat sama ibunya sama adik adiknya.
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Informan 2 : LP
Pertanyaan Tujuan Pernikahan
harapan dan tujuan pernikahan
Sudah tercapai belum tujuan ma harapan pernikahan?
Jawaban Apa ya? udah mentok, ya nggak mau lama-lama intinya, yang pasti-pasti aja gitu lo. Pacaran boleh, tapi pasti. Jangan pacaran tapi ngambang, mau ya silahkan, ga mau ya sudah. Gue maunya yang to the point, iya iya kalo enggak ya enggak. Begini ceritanya, kan gue mau pergi keluar (negeri), karena gue kan pacaran udah lama 5 tahun, gue pikir ngapain pacaran lama-lama, intinya gitu. Ada juga sih yang lain. Gue kan orangnya gitu, gue coba dulu, ini orang baik nggak, penelitian dulu maksudnya ya intinya gitu lah.. lirik-lirik dikit hehehe. Kalo yang SMP si Robi cerita lama. Tapi bersemi kembali tu kadang-kadang hahaha. Gue nanya lu mau ga kawin ma gue karena gue mau ke Belanda ikut kakak gue. Ya baik-baik, langgeng, sehat, sejahtera, aman sentosa, udah gitu aja. Gue gak mau makin tua makin berantem, intinya gitu. Gue udah observasi, selalu begitu, yang gue searching, setiap keluarga yang menuju 60 tahun ke atas itu hampir rata-rata seperti itu. Mungkin gak dibiasakan kalau nggak suka ngomong, jadi dipendem-dipendem. Makanya kalau gue ma laki kalo nggak suka ya udah ngomong. Laki gue gak suka ya udah ngomong. Gue biasakan seperti itu. Banyak yang curhat. Gue bilang kita mana tahu hati orang, anak kita aja kalo kita nggak nanya dia nggak akan ngomong, Kayak ayah (almarhum), ibu, tante, kakak, semua kok makin lama makin berantem sih, bukannya makin akur, …gue lebih sensitive jadinya. Mereka hidup sudah lama sudah capek istilahnya. Tercapai, ya setiap orang nggak puas ya. Mana ada sih yang puas? Cuman kalau tercapai ya Alhamdulillah, apa yg gue minta dikasih ma Allah itu aja. Gue minta begini dikasih, gue dikasih anak, gue sempet susah punya anak. Dua tahun sudah gerunggerung (nangis), kita kan perempuan, cuman kadang-kadang suka ngomong sendiri… gue tuh sampai berobat ke Wonosobo, berobat kemana saja gue jalanin. Cowok apa cewek tidak ada masalah, cuman nggak ngerti ya mungkin belum dikasih. Kata Pak Haji, kalau kamu usaha ya kamu akan dikasih sama Allah, gitu intinya. Akhirnya gue bilang, “bang kayaknya kita pulang deh ke Ranau,” kampungnya dia. “ Kita ke kuburan tuyu (nenek) kamu, baca doa disitu.” Trus berobat sama si bibi yang disana, gue sampai ke atas gunung, sampai ketemu macam dibela-belain bener-bener perjuangan hebat ketemu bibi itu untuk ngurut gue. Gue dikasih obat, ampe gue muntah-muntah minum obat itu. Ampe gue bilang ma laki gue, kalo sebulan ini gue kagak bunting, buang tuh sana, gue kagak mau minum obat lagi. Lu bayangin, kayak dedek sapi gitu dimakan ma kacang ijo, pokoknya kalo tiap makan dicampur nanas parut. Alhamdulillah pas mak gue mau naik haji minta didoain, kayaknya gue hamil. Pagi-pagi habis subuh gue langsung ke rumah sakit UIN, test. Gue bilang ma laki gue, kayanya hamil deh. Jangan suka gitu, nanti lu sakit hati lagi, kata laki gue. Pas gue tes, bener positif. ‘Tuu kan, gue bisa ngerasa.” Anak gue yang kedua juga gak tahu gue hamil ternyata. Gue naik mobil Depag, duduknya berlawanan arah. Gue kok enek ya, kok gue mual ya, akhirnya gue muntah, ternyata sudah satu bulan. Emang gue gak mens tu dua minggu, gue juga buka spiral.
1
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Aspek yang penting yang harus dijaga dalam relasi suami istri Pengambilan keputusann
Kan di rumah tangga ada komunikasi, ada kepercayaan. Kepercayaan itu nomor satu trus komunikasai
Gue ma laki gue, cuman maksudnya karena laki gue orang diam ya trus udah gitu orangnya sensitive, very sensitive. Kalau gue kan nyablak, kalau benar ya benar kalau salah ya salah, gue bilang lu jangan ego, mentang-mentang lu laki-laki, laki gue bilang “kamu tu kalau ngomong gak ada tata kramanya ma laki-laki..” Makanya gue tu membiasakan seperti itu supaya tidak menumpuk, terus gue bilang, “ya sorry, sorry … “. “Kebiasaan kamu tuh,” kata dia. Gue udah lama ditinggal ma kakak gue sebelum kawin. Waktu gue kawin jadi biasa ngurus sendiri. Jadi hidup mandiri, urusan rumah, tukang, apa semuanya. Gue memang melihat nyokap gue juga seperti itu, jadi terbiasa. Gue bilang orang laki seharusnya begini-begini. Ini nggak, (waktu benerin rumah) tukang nanyain ma gue, bukan ama laki gue… karena apa yang gue bilang bener. Gue sering ngobrol ma orang, bukan ambil ilmu gitu lo. Laki gue orangnya gak komunikatif, tapi kalo kita sudah kenal deket seneng bercanda. Gue ketemu laki gue pas kuliah. Dia malah yang nyuruh gue gak kerja, gue stress. Dia bilang. “gue lihat pola lu, gue nggak sanggup, pola gaya hidup maksudnya. Orang perempuan kan butuh ini butuh itu. Gue bilang, gue kan biasa pegang uang, terus kita gak pegang duit. Pendidikan anak, gue hanya kasih gambaran, tetep dia yang ngambil keputusan. Semuanya pada dasarnya kaya gitu. Gue yang kasih tahu, tapi terserah lu. Jadi intinya segala sesuatu sebenarnya yang ngambil keputusan dia, gue memberikan masukan, tapi lu harus nerima dong yang gue udah kasih info maksudnya gitu termasuk waktu anak gue sekolah. Kalo liburan gue nanya ma dia, lu ada duit nggak, kalau ada duit ayo, kalau nggak ada duit ya udah. Dia tahu gaji gue berapa, gue tahu gaji dia berapa.Tiap bulan dia kasih ke gue, kalau gak cukup ya harus ada. Kewajiban laki itu harus cari duit, sebenarnya kewajiban perempuan tu ngurus rumah tangga, coba tanya sama ustadz, gue bilang gitu. Tapi gue bantuin lu cari duit. Jadi gue kalau duitnya ga cukup, lu cari dong, gue bilang gitu. Di kantor di komputer gue, gaji gue terima dari laki gue gini, gue punya gaji segini, … gitu gw detail. Jadi pas laki gue banyak cincong, kenapa lu minta lagi mintal lagi, lu liat dong, lu baca ni. Jadi dia gak bisa berkutik apa-apa. … ongkos, bensin, itu urusan dia. Gue berangkat (kerja) ma dia, pulang ma dia, kenapa? Gue bilang kita tuh hemat kalau bawa mobil 1. Laki gue gak bisa pake motor, orangnya cepat emosional, sering keserempet. Gue bilang lu gak bisa bawa motor, orangnya capek-an, nggak taft, jadi nggak cocok, orang yang naek motor tu orang yang tap tep. Intinya gitu, belanja tiap hari lu, belanja-belanja kaya mobil, apa itu, mau beli mobil, mau beli rumah, ya komunikasi. Pokoknya dalam segala hal, biaya sekolah entah itu apa pokoknya gue breakdown, cukup apa nggak, gue kasih tahu ke dia, ya terserah. Kalo kamu ada silahkan, kalau nggak ada, ya udah nggak apa-apa. Kalau kesehatan, gue kasih masukan, tapi terserah lu.
2
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Tapi kalau bisa ya ikutin gue gitu loh.. Misalnya gini, gue pernah ngikutin cara dia, tapi ternyata cara dia salah dan akhirnya gue marah besar karena anak gue sakit. Pertama gue kasih kepercayaan ma dia, biar laki gue gak merasa gak dikasih kepercayaan. Anak gue pernah ke Bangka. Di sana kan ada kakaknya. Gua udah bilang, nggak usah bawa anak. Kalo yang kecil kan masih bayi waktu itu. Mang kebetulan ada acara, kalau lu mau ke Bangka lu aja, gue nggak. Satu, pesawatnya mahal. Kedua, kalau lu mau berangkat, berangkat aja, nggak usah bawa anak. Dia bilang, “ah kamu nih egois, masak anak saya sendiri nggak boleh bawa, gini-gini.” Nah, yang kayak gitu-gitu kan yang banyak renggang, boleh lu bawa anak tapi lu urus. Lu lihat makannya, jangan sakit. Gue paling marah kalau anak gue sakit. Kenapa? Gue yang capek, gue kerja. Gue gak bisa kayak ibu-ibu yang at home terus. Emang gue bisa tiap hari cuti? Nggak dong, cuti gue sudah habis, lu kan tahu. Akhirny gue kasih kepercayaan lu, berapa lama? Ada 3 hari. Pulang ke sini ….Masya Allah, badannya panas, wah ampe nggak bisa BAB (Buang Air Besar). Akhirnya gue cuti, nggak masuk kantor, ternyata, dia main ya main, dia ngobrol ya ngobrol. Namanya anak kecil gak ngerti. Nggak kayak kita, perempuan, ngasih makan kalo waktunya makan atau tahu anak kalo masuk angin. Kan gue tahu tipikalnya cowok ya gitu. Jadi di situ gue marah besar. Trus kan harus ke dokter. Ya kayak gitu-gitu, kita perempuan sudah tahu, urut-urutannya. Tapi kadang-kadang laki-laki tu mikirnya kita cerewet, kebanyakan ngatur. Padahal kita ngatur karena kita tahu. Kita jaga-jaga supaya nggak keluar ongkos. Akhirnya gue giniin, lu bawa anak lu ke rumah sakit, gesek pake uang lu, nggak ada sesen pun uang gue. Gue nggak punya duit. Kejadian kayak gitu udah 2 kali. Makanya kalo gue udah sentak, baru dia ingat. Masalah rumah juga. Tahun 2004, ini gue bayar rumah pek go (150.000 .000) cash bayar di muka setengah uang kita berdua, pek go lagi di-support ma nyokap. Nyokap gue nggak kepengen gue jadi tukang jajan, tukang belanja. Dia tipe yang bener-bener nggak mau minta, sampai dia kaget liat gue, kalau gak ada duit mint. Itu bagi nyokap pantang banget. Gue bilang, rugi punya laki nggak dimintain. Itu bukan tipe gue. Dia harus tahu gaya zaman dulu ma sekarang itu kan beda. Bukannya tidak menghargai suami. Tapi emang semakin zamannya ke sini orang akhirnya tidak menghargai suami… tapi bukannya tidak menghargai suami. Supaya suami juga tahu, apa kebutuhan istri, benar nggak uangnya nggak ada.
Pencarai nafkah utama
Kalau ada masalah keluarga, kebetulan keluarga suami gue pasti nanyanya ke gue. Dia selalu minta apa ya, bagusnya gimana ya. Gue sih bukan dominan, hanya ngasih masukan, tapi masukan itu logis. Kan gue banyak teman, seneng ngobrol, gue ambil (pelajaran) oh begini oh begitu. Itu gue implementasiin ke kehidupan gue. Misalnya ada kakak ipar gue kena masalah, akhirnya gue ngomong. Gue korek, gue buka semua, harusnya begini-begini. Karena saya orang luar, bener apa tidaknya… ya silahkan. Kalau orang nanya atau minta sama gue baru gue bongkar. Suami gue anak laki-laki pertama. Kalau di Sumatera itu, laki-laki pertama paling dominan. Padahalnya kakaknya cewek. Makanya kalau kakak-kaknya selalu tanya ama gue. Ya suami guelah tetap
3
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
yang diharapkan dari kontribusi ekonomi istri terbiasa saling mengkritik
Kedisiplinan
Rencana Harian dll Menghargai, kebutuhan individual
Yang penting anak gw sehat, keluarga gue enak, enjoy, pasangan juga, otomatis kalau kita g stress pasangan kita juga gak stress. Tapi gue kerja untuk menghindari stress hahaha. Karena gue, lihat ibu rumah tangga itu lebih banyak stress-nya. Sekarang kalau kita kerja, hahaa hehe sepuluh menit lumayan. Sementara di rumah, berkutat sama itu itu terus, bosan kan. Kadang pembantu gue sebulan sekali gue ajak keluar, Kemana kek. Gue suruh pergi ke Ciputat (pasar), potong rambut, apa kek supaya gak stress. Kalau stress, gue takut anak gue diapa-apain, namanya setiap hari (anak) ama dia. Ya, pokoknya gitu. Cuman kadang-kadang karena kritik gue terlalu tajam. Dia suka marah, ngambek. Itu bisa 2 minggu ngambeknya. Gue mau sikap gue berubah. Dia yang harus merubah, bukan gue. Tapi kalau gue salah, gue langsung minta maaf. Jadi nggak berhari-hari, gue nggak mau memperpanjan. Tapi kalau gue merasa benar, akan gue akan perpanjang terus. Gue pernah berantem ampe gue bilang, “kalau lu nggak bisa rubah sikap lu, gue minta cerai ma lu. Karena kalau gue yang ngurus lama, perempuan kan lama, pake hakimlah, pake inilah, kita ke sana. Biasaaa, ini dipicu masalah rumah, lu liat harusnya gini-ginigini. Gue kalau udah marah, gue jabanin. Sekali dua kali gue perhatiin, gue omongin, nggak kena juga….liat aja. Misalnya masalah ubin retak, keran bocor, numpuk kan. Sekali dua kali, ngegampangin. Seharusnya kan laki-laki. Gue bilang “lu gak pernah mau belajar. Dua kali gue ajak ke pengadilan. Gue kesal. Dia gak pernah bisa berbuat apa-apa. Gue perempuan, “lu nggak kasian, lu tega, gue bawa motor, gue cari ubin ampe ke jalan Panglima Polim naik motor gue jabanin, Gue bawa semen satu sak di motor. “Lu nggak malu ma tetangga.” Gue sih nggak malu, tapi lu tidak ada komitmen. Kita sudah kawin 12 tahun. Orang harus rubah. Dulu gue nggak bisa apa-apa. Manusia itu dikasih otak supaya dia mikir. Tipikal suami gue tu disentak baru dia flashback. Tapi sentaknya yang kenceng. Nanti dia lihat, perhatiin, direnungin tu satu minggu. Pergi jalan-jalan ma teman-semuanya uang gue. Uang gaji laki buat rumah, buat anak-anak, beli baju. “Lu kan seneng kalau anak lu cakep, dipake baju yang bagus. Lu liat temen gue, gajinya gede, tapi waktu datang kawinan, bajunya ya… elah kayak orang kampong. Mau lu digituin? Kita kepingin kan anak kita dihargai, “ih cakep, ih ganteng, bajunya bagus.” Gue kan satpam banget hehehe. Gue w dididik ma bokap gue. Banyak yang bokap ajarin jadi masukan secara tidak langsung. Bokap gue orangnya sering ngobrol. Dia murah hati. Kalo mak gue orangnya diem, akhirnya juga nggak ada komunikasi ma orang, cepat tersinggungan. Tipe perempuan zaman dulu begitu. Dadakan sih kalau gue orangnya. Kalau lagi ada ya ayo, nggak ada ya udah. Kebetulan suami gue juga begitu, bukan yang oh ada duit, yo kita planning, liburan kesini. Kadang-kadang kebutuhan kita lebih (banyak), ya udah mau bilang apa. Gue bukan tipe harus ini.. harus itu … nggak. Gue sih ngalah ma dia, mau jalan, boleh aja. Kebetulan laki gue tipe orang rumahan. Sementara gue orangnya seneng jalan, tapi gue batasin sekarang. Kalau ada duit ya iya boleh ketemu ama temen-temen. Kadang kasihan ma laki gue. Dia di rumah, kadang gue ngertiin dia. Gue ajak laki gue ke mall. Gue kumpul-kumpul ama temen gue…paling 2 jam atau sejam setengah. Sementara gue ketemu ma teman-teman, dia bebas ama anaknya. Laki gue kan care ama anak. Dari anak gue kecil, gue biasain laki gue care. Gue banyak liat laki-laki gak dilibatkan mandiin anak waktu masih bayi.
4
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
proses negosiasi
Pembagian kerja
Komunikasi itu penting dalam keluarga, jadi kadang-kadang gue kesel ma laki gue ajak ngomong. Kalo menurut gue, negosiasi gue dan suami selalu berakhir dengan kesepakatan, nggak tahu menurut dia hahaha. Kalau ngomong ma gue, kadang dia suka kesel, “kamu tuh ngatur”. Gue bales, “coba lu yang ngatur, bener nggak, gue pingin tahu sekali lu yang ngatur,” Masalah jalan, laki gue tuh paling nggak ngapal jalan. Gue heran, gue pusing. Malah tadi malam gue bentak, “Sukarno Hatta, mana ya,” Gue bentak, “cari sendiri ! . Dia bilang, “kamu marah-marah mulu sih.” Gue jawab “marah apaan.. masa Soekarno Hatta tiap hari bolak-balik…”. Gue lagi BB-an, gue kesal. Dia marah nggak ngomong-ngomong sampe pulang gue didiemin aja. BB an juga ama sodaranya dia. Dampaknya, anak gue kalau papanya ngomong nggak mau ngikutin, dia ngikutin gue. “Lu harus berubah, lu harus membikin ke anak-anak lu lebih dari gw, gimana caranya.. ya mikir dong.” Gue akan begitu kalau lu nggak berubah, ngapain ngatur-ngatur kalau lu nggak berubah, misalnya soal jalan tadi, berarti harus lebh hafal. Gue gak akan begini kalau lu… Gue mau buka usaha, dia support gue. Yang namanya kerja kan bisa tiba-tiba mati di tengah jalan. Maksudnya mati karir, kita dah tahu bertahun-tahun kerja ma orang jepang, kerja ma swasta jeleknya gitu. Kalau kita mau pensiun, ada aja ulah yang dibuat mereka biar nggak pensiun. Sebenarnya dana untuk alokasi pensiun sudah ada, tapi diputar. Saya nggak suka orang yang nggak jujur, karena menurut saya kerja itu kita harus jujur. Jujur pasti orang kan percaya ma kita, itu intinya. Kalau orang itu nggak jujur saya nggak akan mau. Bohong itu kalo gak ketahuan akan terus dilakukan. Akhirnya membual, orang kalau udah membual, omongannya tinggi, selangit, terus nggak ada teman. Umur gue belum cukup, pensiun dini kan 40 tahun ke atas kecuali pensiun dipercepat karena kemauan perusahaan alias PHK. Itu juga kan gak boleh sembarangan, alasannya harus benar. Suami gue boro –boro ngerti urusan perempuan..hmm paling masak yaaa, itu juga yang bersiin.
Perubahan peran
Selalu dibicarakan, misalnya laki gue lagi capek ya gue yang naik loteng. Suami gue udah mulai berubah tapi tidak drastis. Kayak perhatian ama rumah, bangunan itu sudah mulai. Ada orang yang bisa didengerin, tantenya. Jadi gue curhat sama tante gue. Dia lebih kena ma tantenya ketimbang ma gue. Laki gue ini orangnya tipikalnya keras, kadang-kadang keras. Kalau dia itu marah tapi marahnya itu aneh. “Menurut gue, yang salah lu, tapi kenapa lu yang harus marah”. Karena penyampaiannya kurang sopan. Kan capek, kalo lagi emosi mana ada yang ngomongnya baik, nggak ada. Akhirnya dia baik, akhirnya gue yang netralin. Gue nggak mau kayak nyokap . Kalo gue marah, nyokap marahin gue. Suamiku dibelain. Dia pikir watak gue emang keras. Pertama kali Waktu itu mau masuk semester 5, mulai deket pacaran gue ama dia. Dia liat gue. Gue kan orangnya blak-blakan. Gue bilang, ketemu emang lo bener mau ama gue? Gue bilang gitu aja. Gue orangnya to the point. Dia suka sama gue boleh, tapi nanti setelah lo liat gue, lo gak mau lagi sama gue. Biasa kan gitu cowok, cuma ngomongnya doang. Dia kan orangnya diem. Kita liat aja nanti gue bilang gitu. Kenapa gue akhirnya milih dia, karena kakak gue semua mendukung dan welcome.Padahal biasanya kalo temen-temen gue yang cowok dateng, pintu udah gedebak-gedebuk. Pas dia enggak. Dia tuh emang sopan, ngomongnya sopan banget, attitudenya ok. Karir suami Mentok ya kalo di kantor dia itu, yang Chinese yang naik, mentok kalo pribumi. Gue sebenernya kepengen banget dia tuh (ada
5
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
peningkatan karir). Lingkungan bagian dia udah enak dan gak ada Chinese. Dia kan operasional.Kebetulan laki gue tuh hoki orangnya. Temennya kelempar ke sana ke sini, dia gak. Termasuk kawin ama gue hoki juga hahaha. Kuliah lagi Ngapain kuliah. Gue mikirnya gini. Yang utama mungkin biaya, waktu dan kesibukan yaaa. Tapi sebenernya, biaya bisa nanti dikecilin di pos yang mana gitu. Tapi ke depannya ada (prospek) gak? Enggak ada tidak pengaruh sama karir laki gue dan karir gue. Buang duit. Gue pernah nanya ama dia, “bang, lo gak punya niat cari kerja kayak temen-temen gue yang yang laki-laki. Maksud gue apa dia gak punya keberanian atau gimana gitu. Dia di pelayaran udah supervisor. padahal dia suka dengar keluhan dari temen-temennya. Kata dia, “sama aja, kalo diitung-itung, pendapatan perbulan sama pendapatan sampingann, nanti juga masuknya ke pos lu lu juga. Gue di sini lebih enak, gue yang pegang kendali, Atasannya tuh appreciate ama dia, udah klik lah gitu. Gajinya standarnya minim sekali. Gaji lebih gede gue. Aturan dan Pokoknya ya sepakat bersama aja, dimusyawarahin gitu lho, gitu aja sih. Gue tu kan orangnya gak suka berantem lama-lama harapan sebulan dua bulan. Mungkin jangan terlalu kasar gitu ya. Dia gak suka dikasarin. Gue kan sifatnya kalo enggak ya enggak. Jangan lu paksa gue harus mau. Intinya gitu. Kemarin gue pulang ke Ranau. Ada satu orang saudara laki gue mau nebeng mobil kita, gue gak mau. Dia bilang gue egois. Gue bilang gini, anak 2, gue kepengen pulang kampung itu yang gak setahun sekali kadangkadang malah 2 tahun atau 3 tahun sekali, gue pengen privacy sendiri. Kalo bawa anak, ya gue kepingin anak tuh save dalam arti gue gak mau disusahin ama anak gue, nanti bisa muntah, sakit. Nah kalo anak gue udah sakit, emosi gue. Gue udah tahu pasti alurnya kalo abis muntah pasti begini, nanti begini. Kalo gue biasanya kalo marah ma satu orang, semuanya kena. Kalo ada orang di situ, gue takut tersinggung. Gue menjaga hal yang seperti itu. Dia gak terima. Gue dibilang songong lah, gak bisa terima lah. Gue bilang, kalo lu bawa dia (sodara), gue gak pulang, lu pulang aja sendiri. Anak-anak gak usah dibawa, kalo mau ikut sama lu boleh ntar kalo dia udah gede, udah SMP biar dia bisa ngatur diri sendiri. Lu inget waktu ke Bangka kan. Gue udah nyaman tinggal di Ciputat yang gue anggap kampung gue. Lebaran ya di sini. Emak gue di sini. Kalo kita pulang kampung, ada pengeluaran. Kalo laki gak mikir, beli baju, ada adeknya yang gak mampu, gue kasih.
Perubahan
Kalo aturan yang mengikat, enggak. Laki gue tuh fleksibel. Gue tau apa yang laki gue gak suka. Gue kan kalo sama temen-temen cowok nyablak gitu kan. Gue kan orangnya seneng ngobrol ama cowok. Dia orang rumahan. Dia komentar, “kamu gak usah gitugitu banget kek, perempuan tuh jadi kalem-kalem aja kenapa sih?.” Gue bilang, “maksud lu… lu cemburu ?” Gue gak ada rasa ya. Dari SMP tidur sebelahan ama cowok, gak ada rasa. Gue dari dulu tidak pernah suka ama sesame teman. Tanya ama temen SMP, gue pacaran gak? SMA pacaran gak? Gue gak suka sama yang seumuran. Gue kalo kawin pokoknya pengennya step by step, untuk menuju yang sesuai gua harapkan itu sangat lambat. Gue sih mikir dia terlalu lama tinggal di rumah tantenya dari SMP sampe kuliah. Omnya disiplin, pulang sekolah langsung di rumah, lu pulang sekolah langsung di rumah. gak bergaul, gak organisasi. Rumahnya di daerah perumahan. Sifatnya emang gitu, takut orang tersinggung, lebih baik hanya pendengar aja. Nah, dia kurang suka tantangan, udah kayak keong aja. Sama orang sebenernya dia
6
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Pertama FB-an
bisa bergaul sama orang. Cuma kalo gue liat, kalo sama temennya sih dia bergaul. Jadi bukannya ga mau bergaul gimana, kalo ketemu lingkungan yang baru agak susah. Gue makin hari makin keras karena memang tantangannya keras. Itu ajaran dari kakak gue memang, kakak gua yang di Belanda. Dia belajar hidup sendiri di negeri orang jadinya agak lebih keras. Udah sebelas tahun belom punya anak. Dia pernag bilang. “lu kan masih bisa hamil lagi, udah anak lu buat gue aja. Ini yang nomor dua sebenernya dulu mau diambil ama dia. Sebenernya sih hati kecil gue kepengen kasih, bener. Kakak gue baik banget ama gue. Gue tau gimana dia dulu nyekolahin gue mati-matian. Istilahnya gue juga gak bisa membayar hutang budi kakak gue. Cuman gue gak tega ama laki gue. Anak kan bukan punya gue aja tapi kepunyaan laki gue juga. Yang ini gue gak bisa negosiasi ama laki gue karena ini kan sensitif. Di kemudian hari, itu bisa jadi bom buat gue, gue gak mau. Dia bilang, “kamu tega anak masih sekecil gitu, gini gini gini, nah itu kan jadi bom buat gue, kalo toh itu kakak kamu tapi emang kamu tega ngeliat anak sekecil itu (dikasih ke orang) ?.” Walaupun udah gede, dia nanti kalo udah sekolah, ya udah tau emaknya lah, udah tau bapaknya. Jadi gue liat-liat dulu, mana yang bisa dinegosiasiin. Ni pake behel disuruh ma laki gue..la gue jabanin aja lah. Kalo gak disuruh laki gue, males. Katanya makin lama gigi gue makin maju. Kurang ajar laki gue hahahaha. Tahun berapa? sekarang tahun 2011, 2008 kali ya, iya 2008, 3 tahun
Tujuan FB-an
Gue sebenernya males pake FB, karena katanya ada yang suka berantem lah gini gitu. Pertamanya gitu, trus, akhirnya, ”norak banget sih lu gak punya FB, udah gitu banyak temen tsanawiyah eh temen aliyah gini gini gini, dan kebetulan gue kangen juga ama dia. Akhirnya gue apply, buat sendiri, udah deh. Nah, disitu ada komunikasi ya kan. Jadi gue FB-an biar ada komunikasi aja, intinya gitu. Tujuan pake FB mmm ketemu (mantan) cowok gue si R hahaha.Gue ketik (cari) ga ada. Gue cari (lagi) R Malang, gak ada juga hehehehe. Dalam hati gue, mati kali ni orang ya haha. Mana ya..Dulu kan gue putus eehh dia pulang kampung kan. Fotonya dah gue buang sih, hehe cerita lama. Ama kakak gue gak boleh pacaran sama yang lebih tua, nanti bisa dibohongin mulu. Gila… dulu gue kan tsanawiyah (SMP) dia udah 20-an, bedanya 10 tahun. Trus aliyah (SMA) gue suka ama cowok, orangnya alim. Gue cari di FB, gue udah dapet tu. Waktu gue sebelum kawin, itu gue juga nyoba-nyoba, kali aja jodoh. Itu udah pacaran ama laki gue. Gue kasih tau kok. Ni gue suka ama cowok yang ini ini ini. Gue kan orangnya gitu, terbuka. Soal nanti dia cemburu ya gak tau ya hehehhe, wallahu alam . Yang penting gue ngomong. Tujuan lain, nambah teman, gue bisa senang gitu aja..Intinya gue mah buat temenan ya silaturahmi. Fasilitas paling informasi aja, kadang-kadang suka baca status orang sih gue. disenengin yang harus Kitanya sendiri harus bisa jaga hubungan sama suami, maksudnya ada waktu. Kalau gue ya ada sih kadang-kadang nyoba-nyoba diperhatiin kalau pengen chatting-chatting. Mungkin jeleknya FB itu mancing orang akhirnya untuk melakukan hal yang gak seharusnya. Ini pakai FB ….fasilitas kan di depan mata. Makanya harus dari hatinya, tapi kadang-kadang bagaimana ya, kayak kita misalnya ketemu pacar
7
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
lama. Akhirnya lama-lama kayak tetangga gue yang diujung itu benar-benar cerai sama suaminya gara-gara masalah FB. Kebetulan dia orang rumahan, gak ada aktifitas..ketemu ama pacar lama.Dia belum punya anak. Ceweknya yang minta cerai . Suaminya baik, orangnya supel, tapi kalo istrinya kesannya kurang supel, sombong gitu kesannya. Gue gak tahu persis, mereka nggak punya anak sejak awal. Rumah yang di sini jadi harta gono gini. Istrinya minta mobil. Gue gak ngerti deh. Ini yang cerita satpam. Kata satpam bapaknya yang cerita sama dia. Istrinya nemuin cowok di luar, di ikutin sama suaminya . Makanya menurut gue, konsisten jangan kepancing, walaupun kita gak punya niat, tapi bisa juga terpancing eh kayaknya enak ini gimana sih. Pertama, ada peluang. Kedua fasilitas. Selesai ngantarin anak sekolah, apa lagi kerjaannya kalau gak Fb-an apa lagi kita ibu-ibu yang suka ngerumpi. Gini-gini gue juga ada yang minta kenalan, bule. Banyak..ada 4, Gue kasih unjuk ama laki gue. Gua tanya kenapa mau kenalan ama gue ? Intinya, dia bilang B wajah gue sangat keibuan sekali ha…ha…ha.ha…itu profil yang mana itu? Profil gue yang kemaren, Pasangan Nggak sih, dia suka takut sama gue ha..ha.ha.ha. Dia berhubung agak gaptek, Jadi BB gue, gue kasiin ke dia. Gue pake yang baru mengontrol/ hehehe. Gue bilang BB itu fungsinya untuk FB atau Twitter, kalau gak mau make, jangan pake BB. Pake yang biasa aja. Gue bilang mengarahkan ke laki gue, kalau mau pasang BB, pasang aja tapi tetap ada koridornya. Gue juga begitu kok. Gue enggak pernah nutupin nomor pin gue. Keluhan Cemburu sih nggak, cuman keliatannya aja. Iya.. karena dia melihat gue kan emang suka berteman sama bule. Gue suka bule pasangan dan karena mereka nggak liat postur tubuh, Kalo udah klik, yaudah. Basicly, gue senang ngobrol pake bahasa Inggris. Tapi tidak godaan lawan menjadi pasangan hidup gue. Gue nggak mau mincing, hanya have fun kok. Dia masuk inbox, tapi gue matiin, gue biarin aja gitu. jenis Kalau gue mancing mah gue bisa. Tapi gue nggak mau. Makanya, gue bilang rasa itu ada, pingin nge-klik itu. Tapi nggak ah.. nggak.. nggak. Gue takut keterusan, itu aja. Kalau gue jalanin pasti keterusan dan jadi bumerang buat gue. Jadi stop gue nggak mau. Ketemu mantan Cuma satu aja hehehe. Udah punya anak, anaknya udah gede. Bukan mantan sebenarnya, tapi gue suka sama orang itu dulu. Teman aliyah (SMA) gue bilang, “gue bingung sama lo, lo itu care ama orang yang nggak bakalan suka ama lo hahaha. Gue kan lebih suka ama orang yang umurnya di atas gue sepuluh tahun paling nggak. Kebetulan aja gue jodoh ama laki gue, cuma lebih tua 3 tahun, sebenarnya gue lebih suka yang di atas gue. Gue masuk ke wall-nya, say hello. Ini gak gue kasih tau ke laki gue…ah ngapain. Kalo laki gue jaga banget. Nggak tau ya ..cuman ada teman sekampungnya yang kepengen banget kawin ama dia. Gue tanya kenapa nggak kawin sama dia aja. Katanya kalo satu kampung sama aja nanti balik ke kampung. Cemburu dan Laki gw tu jealous (iri) ama BB ini ha..ha..ha…ha..Gue gak suka curhat sih di FB. Namanya mengumbar aib. Kalau ada masalah curhat dengan laki gue, gue gomong ama laki gue. Kalo gak bisa baru ngomong dengan pihak ketiga misalnya tante atau emaknya. Mereka gue anggap bisa memberi masukan sama laki gue. Tapi gak setiap ada masalah. Gue juga nggak mau nama suami gue jelek terus di depan keluarganya. Pokoknya sebisa mungkin diomongin berdua deh…
8
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Kriteria Kalau gue kenal gue confirm, kalau nggak kenal yaa nggak. Nge-add lawan jenis pernah, tapi ngeliat di profilnya dulu. pertemanan Dampak + dan _ Dia tu kadang-kadang suka ketakutan sendiri ngeliat temannya suka SMS orang gini-gini trus akhirnya ketahuan sama istrinya FB atau jadi berantem gini-gini. Nah, dia punya rasa ketakutan seperti itu. Gue nggak pernah cemburu. Negatifnya, FB merusak suasana yang gak harmonis. Aturan FB kan beda-beda di tiap rumah tangga. Tapi gue liat lebih banyak negatifnya dari pada positifnya. Karena banyak teman-teman gue kenalan sama cowok akhirnya pacaran padahal dia udah berumah tangga. Akhirnya retak, akhirnya cerai deh. Yang gue rasain sendiri, negatifnya anak-anak kadang-kadang suka complain itu, “mama jangan main BB mulu dong..” Ya..gue dengan sendirinya (berhenti). “Mama jangan gitu”… ya lebih banyak kayak gitulah. Positifnya, dengan BB akhirnya kita nyambung ama teman-teman. Bosan kan tiap hari ama pasangan kita ha..ha..ha, kita butuh yang lain bukan yang itu-itu aja. yang Nggak ada yang dinegosiasiin. Nggak ada, dia gak pernah ngekang, dia ngasih kebebasan sebebas-bebasnya. Ada teman-teman dinegosiasiin gue yang udah berumur. Dia makin sensitif karena menjelang pensiun. Istrinya senang FB-an, akhirnya berantem sama suaminya dalam FB padahal umurnya udah 50 tahun. Yang berubah Ganjen kali.ha…ha.ha… Gue senang ngobrol. Dulu waktu nggak pake FB gue kurang gaul, sejak pake FB, laki gue jadi tahu setelah FB teman-teman gue, ternyata omongan gue benar. Gak ada yang ditutup-tutupin. Di bilang, “ngapain ngomentarin…. gak penting banget.” Digosipin Nggak Unsur Menurut gue kepercayaan. Kalau orang lain, gue gak tau. Prinsipnya, gue percaya ama laki gue. Tapi kalau dia macem-macem, kebahagian misalnya main serong di belakang gue. Walau gue gak tau, tapi hati bisa ngerasa. Itu berarti selesai, hukum mati. Berarti itu batasannya. Lebih baik jangan coba-coba kalau gak bisa kontrol diri. Kalau gue, emang suka nyoba ha..ha..ha..Dalam arti, ngobrol abis itu gue langsung gue tarik. Kalo orangnya gue anggap nggak bener gue mundur. Jadi sebatas fans aja. Nggak ada niat untuk selingkuh. Iya kalau kita ketemu pasangan yang lebih baik dari laki kita. Kan manusia mana ada yang sempurna. Gue pikirannya gitu aja…gue bilang kalau dicocok-cocokin mah nggak ada yang lebih cocok. Gue pengen makin tua makin aman. Kadang jenuh juga. Tingkat kejenuhan itu kan beda-beda, ada yang akhirnya nyoba-nyoba ama yang lainnya. Ada saudaranya yang kena masalah akhirnya divorce juga. Gue bilang, lo belajar deh trik-trik gue, nanti lo pahamin begini-begini. Itu pengalaman buat kita dalam arti ya kita ambil yang bagus. Kalo enggak ga usah begini-begini.
.
9
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
10
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Informan 3 : SM
Pertanyaan tujuan pernikahan harapan pernikahan harapan itu udah tercapai yang harus di perbuat supaya hubungan suami istri itu langeng Pengambilan keputusan
Susanti Ya satu, mempunyai keturunan. Dua, memperbaiki ekonomi. Saya nikah umur 22 tahun, Anak-anak bisa jadi orang semuanya. Kakaknya bisa membimbing adek-adeknya semuanya. Ya Alhamdulillah udah mulai keliatan sedikit-sedikit. Kejujuran, sama saling percaya, keharmonisan aja dalam rumah tangga.
Sama-samalah, kadang-kadang saya kadang-kadang dia. Kalau buat pendidikan emang dia. Tapi kalau tentang pengajaran kebanyakan saya. Kan emang dia jarang di rumah, Kayak dia perginya pagi kadang-kadang pulangnya sampai larut malam. Kadangkadang pulang pagi ya tidak tentulah dia pulang jam berapa. Kadang-kadang dia keluar kota, kalau ada pembeli (furniture) dia langsung berangkat, kadang-kadang juga dia janjian di hotel. Kalau (furniture) yang di depan, dia kerja sama kakaknya, kalau yang di toko-toko barang-barang yang biasa saja. Kalau barang-barang di rumah harganya agak lumayan. Ibaratnya kita mempunyai simpananlah. Suami saya berkecimpung dalam usaha ini sejak dia keluar dari pesantren tahun 1990, dia pemasok barang di toko barang antik. Aku tamat SMA tadinya aku mau kuliah, lalu daftar di Hero. Akhirnya diterima, aku kerja di Hero Pamulang. Tadinya aku kan rumahnya di Pamulang. Aku kerja selama 7 tahun, lalu pas mempunyai anak kedua aku cuti seminggu. Tapi aku gak masuk-masuk selama 2 bulan, lalu aku mengundurin diri. Pengen kerja lagi tapi gak dibolehin sama suami, kalau bagi orang Madura perempuan kerja itu tabu. Pendidikan anak kebanyakan bapaknya. Kadang-kadang aku tidak sependapat, seperti kemaren anakku yang pertama masuk
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
SMA. Sebenarnya dia pengennya SMIP. Bapaknya pengen masuk SMA. Akhirnya, “oke deh papa aku mau masuk SMA tapi aku maunya IPS, Ini karena bapak maunya kamu kuliah, kalau SMA kan gampang. Tapi dianya punya sarat masuk IPS, ya udah tidak apa-apa yang penting kamu SMA katanya bapaknya begitu. Kalau masalah belanja, kadang-kadang saya kita liat kebutuhannya saja, saya sih sebenarnya jarang sekali kalau minta-minta beli-beli itu ya, kadang-kadang aku tidak minta aja udah dibeli. Kadang-kadang pengen di dalam hati eeh dibawa. “Kok kamu bisa tau Pak? Enggak tau ni aku juga pengen beli ini bu.” Kadang-kadang suka nyambung aja. Kalo untuk urusan kesehatan kebanyakan sayanya. Kadang-kadang masalah begituan dia banyak enggak taunya, misalnya anakku sakit, kemana ni bu? Ya udah pak di RS UIN saja.. di RS UIN juga bagus kata saya, jadi kebanyakan saya yang mutusin. Kalau masalah keluarganya dia yang nanganin. Semuanya keluarganya takut ama dia. Dia anak ke 7 dari 9 bersaudara tapi malah dia yang ditakutin sama saudara. Dia emang keras. Kalau dia bilang tidak, ya udah saudaranya pada gak berani. mengritik memberi masukan satu sama lain
kedisiplinan
Buat rencana begaimana menghargai satu sama lainnya
negosiasi
Ya kadang-kadang spontan kadang-kadang pas kita lagi mau tidur. Kita saling kritik ngomong saling terbuka hampir setiap malam. Soalnya kalau dia pulang tiap malam pasti dia bangunin aku dia bawa sesuatu bawa nasi goreng. Pasti aku dibangunin, “bu aku bawa nasi goreng,” katanya. Di kamar tidur ngobrol, tadi aku dari sini, menurut kamu bagaimana, masalah dagangan dia selalu bicara dengan saya. Justru sayanya yang sering ngumpat-ngumpat. Cerita juga tapi kadang-kadang aku pikir sebaiknya dia tidak usah tahulah masalah cewek seperti itu. Sebaiknya tidak pantaslah dia tau..ini masalah biasa-biasa saja. Kalau misalnya masalah keluarga gak kuceritain semua. Aku juga kasian…kupilih mana yang dia boleh. Kadang-kadang dia juga suka marah, “kamu ini keluarga kamu di tutup-tutupi.” Yang pantas dia dengar supaya dia tidak pusing aku tidak certain. Kadang-kadang yang gembira-gembira aku ceritain gitu .. dari pada dia pusing makanya yang happy happy aja yang diceritain. . Kedisiplinan aku yang nerapin. Bapaknya kan jarang di rumah. Jadi sekalian aku untuk belajar, kalau aku kuwalahan bapaknya terutama (anakku) yang kedua ini aku bilang sama bapaknya. Mereka semuanya takut ama bapaknya. Dia jarang ketemu. Cuma kalau udah ngomel dia gak pernah mukul. Kalau dibentak takut semuanya dan gak berani mukul malahan aku yang sering mukul. Kadang-kadang suka spontan aja justru kalau direncanain suka meleset gitu lo ha…ha.. Kita ngomong, pak aku kepengen ini, bu aku kepengen itu. Ya kalau kepengen buat kamu benar ya udah silakan aja. Aku nggak ngelarang. Dan kalau aku pengen apa gitu.. udah dikasih aku pergi sendiri. Nggak nggak yang saling melarang gitu, kadang-kadang dia mau bertemen sama temannya yang suka minum aku nggak ngelarang yang penting dia bisa jaga diri itu aja. Dia juga begitu. Jadi kita nggak suka marah..ha.ha.ha.. Aku juga nggak pernah ngeliatin FB-ku ke dia, soalnya dia ngak mau tau yang penting kamu jujur aja. Nggak pernah.. harus begini begini. Karena punya FB pun anakku tau. Dia bisa baca gitu lo. Aku nggak mungkin aneh-aneh ha…ha..ha… justru kontrolnya dari anak. Dia sih nggak pernah ngelarang yang penting aku jujur. Dia jaga kejujuran aku. Misalnya kayak kemaren, aku pengen halal bihalal
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
yang lebih mendominasi
peran dan tanggung jawab perubahan pembagian peran itu dulu sama skrang
bersama teman-teman SMA. Di antar sama dia. Yang penting jujur, udah itu aja aku nggak pernah neko-neko dia juga ngak pernah neko-neko. Dia yang gak harus kalo dateng aku harus ada di rumah, yang penting aku pamit tanggal sekian jam sekian aku pergi. Pamit tapi tidak melalaikan urusan rumah tangga boleh-boleh aja. Dia mah yang penting anakku makan lauknya udah ada. Aku pergi sampai jam berapa nggak ada masalah. Terus dia tau pergi sama siapa, kemana ya udah dia nggak marah. Kebetulan kan di rumah rame..ada mama sama papa, makanya enak juga ya kalau di tinggal ..bebas. Kadang-kadang aku dan dia jam 1 atau 2 malam jalan aja berdua. Kadang ke puncak kemana gitu. Pokoknya jalan aja berdua terus pulang Subuh. Kan ada mama, papa, adek jadi aku nggak begitu takut kan. Ada yang jaga di rumah gitu ya. Yang penting besok anak-anak nggak sekolah, aku berani siang. Tapi kalau anak besok sekolah aku nggak berani, takut kesiangan gitu he..he…. Aku tapi aku paling untuk jalan aja, paling kalau untuk kebutuhan rumah tangga aku nggak. Paling aku pengen makan-makan ke sini itu aja. “Pak aku pengen jalan nih pak BT banget ni.” Kalo dia nggak punya duit, ya udah nggak usah pake duit sekedar jalan-jalan. Dia kan lebih banyak waktunya di luar. Sedangkan aku kan cuma di rumah. Mungkin itu dia kasian juga aku di rumah teru. Yang tadinya aku kerja, tiba-tiba aku di rumah ngurusin rumah, kamar, dapur segala macam gitu kan. Mungkin dia juga mikir ke situ kali ya istriku butuh refreshin. Dia di luar bisa ketemu teman-temannya bisa hahahihi. Sedangkan aku cuma ketemu anak-anakku doang. Enggak pernah terjadi negosiasi yang alot gitu. Kayak masalah pulang kampung ya biasa-biasa saja. Kadang-kadang pulang kampung tapi tergantung duitnya. Kalo duitnya nggak ada ya udah nggak maksain diri. Dia nggak terlalu yang seolah tanggung jawab semuanya itu aku, pelajaran sekolah semuanya aku, rumah, anak, makanan, semuanya aku.. nggak gitu. Cuma dia …kayak ada barang laku dia dapat rizki ngajak aku dan anak jalan. Jalan rame-rame kan semua, kalau menurut aku itu baik …dia mah ayo aja. Kalo lagi libur kayak ngepel nyapu gitu aja. Tapi itu waktu rumah masih ngontrak. Kalo semenjak pindah ke sini nggak, ha…ha..ha…orang perempuan banyak. Tadinya ada pembantu. Anakku SMA, jatah anakku Sabtu Minggu, dia ngepel sama gosok ya. Jadi aku nggak begitu berat. Aku 8 bersaudara..Alhamdulilah aku sih nggak terlalu nekan nyari duit harus dapat. Alhamdulillah selama aku kawin sama dia, usahanya maju karena begitu ya dia tekun sama gigih gitu. Dia berusaha nyenangin keluarga gitu lo. Pokoknya kalo dia nggak dapat duit yang penting dia happy, biar nggak jadi beban bagi aku. Jadi, emang dari dulu bidang yang ditekunin emang itu ya. Kadang-kadang terpikir juga ama aku, kalau kamu nggak ada aku bisa usaha apa ya? Aku mikir kayak gitu baru-baru aja. Kadang-kadang terpikir juga ama aku, “kalau kamu nggak ada aku bisa usaha apa ya?” Aku mikir kayak gitu baru-baru aja. “Kalau kamu mendadak mati trus sisa umurmu pendek.” Dia bilang, “kamu kan tau kayak apa pasar barang ini.” Aku udah tau semua gitu lo celah-celah (penjualan) barang ini.Semua aku udah tau kayak pembeli-pembeli yang udah jadi sama dia itu udah dijelasin kayak harga belinya sekian lakunya sekian, cuma beda-beda tipe. Cara menjualnya lewat telpon kadang SMS. Dia udah punya langganan kayak bos-bos besar. Dia beli barang ini tujuannya untuk satu orang, misalnya ini barang harus dijual sama si A karena ini mainannya biar dapet harga tinggi. Jadi semua barang-barangnya aku udah tau harganya berapa dia belinya berapa.
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
pengen Aku pernah ngomong pengen kursus. Dia bilang, “mendingan kamu di rumah aja deh, nanti kamu keluar malahan capek, rumah meningkatkan berantakan,” Sebelum puasa kemaren aku jualan mpek-mpek, di rumah sambil iseng-iseng jual baju ya. “Ya udah, kalo kamu pengen skill usaha yang kayak kemaren aja,” dia bilang gitu. Aku jual mpek-mpek, anakku bawa ke sekolahannya. Bukan apa-apa, orang jadi tau kalau aku jualan. Orang akhirnya datang ke sini sendiri gitu, makanya aku habis lebaran pengen jualan lagi gitu. Aturan Perlu sih ada aturan, cuman aku nggak yang terlalu harus mengatur-ngatur. Suamiku bebas. Yang penting dia cerita jadi dia nggak ngumpet-ngumpet kalo ada masalah apa gitu. Yang penting dia jujur. Terserah dia mau ngapain, mau ngambil keputusan apa, aku bebas-bebas aja. Pernah ada omongan yang serius ya kayak kemaren itu aja waktu anakku mau masuk SMA. Dia mau anaknya nanti harus kuliah, persiapan tabungan untuk biaya dia kuliah. Kalau nggak ada dalam bentuk uang, bentuknya barang. Aku jadi umpamain gitu. Kalau suami atau keluarga dari dia sakit. Ya udah aku lepas barang satu gitu. Alhamdulillah selama ini ada aja yang beli. Kayak kemaren kakaknya meninggal perlu uang untuk selamatan begitu. Sangsi Kadang-kadang kita berantem ya saling diam aja. Kadang-kadang kalo dia yang salah nggak minta maaf ya udah kubiarin aja. Akhirnya dia maaf. Kadang-kadang kita sama-sama diam yaaa berakhirnya di tempat tidur aja, baikannya di situ..ha.ha. Kalo anak udah gede gitu kan susah. Pas dia pulang sekolah, kita cemberut pasti dia nanya, “ibu kok cemberut, berantem ya sama bapak?” Aku jawab, “nggak, siapa yang berantem ih, nggak pak ya.” perubahan Pernah tapi sekitar 4 tahun yang lalu. Untuk saat ini nggak, mudah-mudahan aja selama ini nggak berantem, berantem paling saling dalam diam aja gitu, itu juga nggak pernah lama pagi ampe malam itu..udah nggak. Iya dulu berantem hebat. Dulu kondisi aku dibilang pashubungan pasan tapi dia masih bisa memenuhi kebutuhan. Aku udah nggak kerja, anak udah masuk masuk SD dan masuk SMP. Maklum deh anak baru sekolah ya, aku beli perlengkapan sekolah. Mmm nah biasanya dia selalu ngantar gitu lo. Saat itu dia nggak mau ngantar katanya masih banyak keperluan mau beli beli barang uangnya kurang. Di minta aku pergi sendiri aja. Tumben benar.. ya udah aku pergi. Biasanya dia nggak pernah lo ngelepas aku pergi sendiri kecuali ke pasar. Pokoknya beli apa aja selalu sama dia kecuali aku ke pasar, katanya kalo aku sendiri nggak tega. Aku juga nggak ngerti deh ya kenapa dia ga mau antar..Aku juga karena udah terbiasa selalu selalu kemana aja, mau beli baju, mau beli buku, selalu nyempetin nganter. Kok ini tumben…ya yang kesel gitu. Sekarang justru kesini-sini malahan kalo belanja bulanan ditemanin terus sama dia. Kadang-kadang jam 10 malam aku pergi ke pasar Kebayoran Lama sama dia belanja sayur untuk 4 hari atau seminggu akhir-akhir ini selalu ditemanin sama dia. perubahan Kayaknya bebas-bebas aja nggak ada perubahan yang macam-macam gitu. Pokoknya nggak ganggu kesibukan merawat (anak) trus kesepakatan yang penting dia pulang aku nggak ngeluh. Nanti paling dia bilang siapa yang nyuruh paling jawabnya gitu. Pokoknya kalau kemauan aku, aku nggak pernah bilang aku capek karena begini.. nggak nggak pernah karena nanti dikembali lagi ke aku, “kan kamu yang mau,” katanya gitu. pertama kali Aku baru ooo baru, baru 8 bulan. Dibikinin sama adekku. Aku dibikinin sama adekku udah lama sekitar 2 tahun yang lalu tapi aku pake nggak tau caranya karena emang nggak bolehin sama anakku. Aku bilang, “ayo dong kak ajarin ibu”, dia malah bilang, “alah ngapain Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
facebook
Fasilitas yang disukai Kapan FB an
Tujuan FB
Yang harus diperhatiin
Buat status iseng yang sensasiomal
keluhan dari suami dan anak
siih udah tua tua, (nanti) selingkuh. Aku bilang, “selingkuh kan tergantung orangnya kak.” Akhirnya, 8 bulan yang lalu mau juga dia ngajarin setelah bapaknya ngomong, “ajarin dong kak ibunya, masak ibunya di rumah aja. Kalo ada FB kan bisa jadi hiburan.” Dari situ dia ngalah, akhirnya ngajarin aku. Awal-awal make itu gara-gara ketemu temen-temen SMP. Aku dibilang gaptek ama tementemenku karena enggak punya FB. Ternyata setelah tau ya bagus juga untuk mengenang temen-temen SMP. Anakku yang pertama terlalu khawatir banget sama aku dan bapaknya. Aku cerita sama suamiku. Aku bebas ya cuman itu dikontrol banget sama dia karena dia tahu password-.ku Kalau aku berubah sedikjhjit pasti dia langsung mengkritik gitu. Setelah ada..dia yang selalu mantau, dia baca-baca FBku. Aku kan pernah bikin status apa umpamanya gitu… ntar pulang sekolah dia bilang ibu bikin status apa. Padahal kata-kataku di status nggak neko-neko karena dia bisa dan tau password-ku. Email-ku dia juga tau, jadi nggak akan bisa macammacam gitu lo. Dia tau semuanya. Paling cuma buat chatting aja kali…ya bikin comment-comment gitu aja Aku FB an kadang-kadang pake HP kadang pake komputer. Sehari nggak tentu kadang-kadang 5 menit aku buka, aku tutup lagi. Kadang-kadang bisa 1 jam aku main tergantung siapa yang … kalau dikomputer kan keliatan siapa yang lagi online. Kalau di komputer bisa lama sejam gitu ya.. paling nggak 30 menit. Kalau di HP paling 5 menit udah selesai cuma buka-buka aja. Untuk mengenang teman-temannya kita SMP. Terus, pengen kenalan sama teman-teman lama aja, ha..ha..ha. Mantan aku aja add aku, cuma dia ngak pernah ngasih comment gitu. Justru yang nggak aku suka ngasih comment. Enaknya FB, kita ketemu temanteman SMP gitu aja, selebihnya nggak ah biasa-biasa aja untuk tempat-tempat curhat ya paling sama orang-orang tertentu aja. Menurut aku nggak terlalu ini deh, mendingan kita ngobrol langsung kayak begini deh.ha..ha.ha. Ni sekarang lagi nge-trend temanteman mau ketemu reuni. Aku sih nggak terlalu serius mendalaminya sih. Aku cuma untuk hiburan aja gitu. Kalo BT aku buka, cuma untuk lucu-lucuan aja gitu lo. Nggak ada tujuan untuk macam-macam. Artinya sepenuhnya yang mengendalikan (FB) itu kita. Iya kan ada yang sampai ketagihan gitu yang sampai akhirnya… Malahan akhir-akhir ini aku lagi bosan. Awal-awal emang semangat lama-lama menurun, nanti naik lagi itu aja tergantung mood. Kadang kita bikin status ni, ada yang kita bohong-bohongin aja. Orang mana tau yang itu bohong ha ha ha. Padahal biar menarik biar comment-nya banyak gitu, dibohong-bohongin kan gitu. Padahal belum tentu kan kejadiannya kayak gitu. Kalau menurut aku, karena aku juga pernah ngalamin, “ah gue tulis begini ah.” Ternyata banyak yang ngasih komentar. Orang tu lebih senang yang negatif dari pada yang positif. Kalau di FB menurut aku ya mancing orang komentar. Kalau negatif-negatif itu malahan orang senang dan banyak ngasih komentar. Ada paling komentar “kamu sibuk sama HP aja sekarang ya.” Pernah pas dia pulang ada SMS masuk, “walaaaaah itu ada SMS bu.” Ternyata emang temanku kupikir adekku. Isinya, “San hutangnya mau bayar apa nggak.” Padahal biasanya dia nggak pernah bukabuka HP-ku sama sekali nggak pernah. Aku juga nggak tau, nggak ngeh kalo pake HP dia gitu kan. Namanya kita ibu rumah tangga
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
misalnya kita ngambil ini ….Ni tanggal sekian ni aku hapus. Dia curiga. “ kalau emang dari teman kamu kenapa kamu hapus?” Dia nggak terima, akhirnya aku dimaki-maki, “jangankan untuk berbuat begitu, kalau kamu nggak percaya kamu baca aja isi statusku, anakmu tau semua kok,” aku bilang gitu… Anakku semua ngeluh protes, mereka bilang, “ibu semenjak kenal ama FB sibuuuk mulu, dikit-dikit megang HP dikit-dikit megang HP.” Kadang-kadang HPnya diminta. Saya bilang. “iya ntar dulu tanggung,” Tadinya waktu aku belum punya FB paling malas megang HP. Kadang-kadang aku di bawah, HPku di ataa. Aku di atas HPku di bawah. Jarang pokoknya. Kadang-kadang kalo suami atau orang-orang nelpon HP di mana gitu. Sejak punya FB, HP di mana ? Di kantong hahaha. Mangkanya justru itu tadi, aku malahan akhir-akhir ini bosan. Anakku terbengkalai, kayak ini si bontot. Tadinya dia sebelum punya FB, dia membaca udah bisa. Nah terakhir sekarang ini, nol semuanya. Udah sekolah TK. Dia mah udah bisa segala-gala, tambah-tambahan udah bisa, masuk TK malahan nggak bisa apa-apa. Kaget aku, wah berarti sekarang aku udah benar-benar gila..ha..ha.ha.. sampai anakku aja nggak bisa apa-apa rugi kan. Masya Allah aku bilang. Akhirnya, aku dua tiga hari ini aku gak pegang HP sama sekali. Nggak buka status, nggak buka apa-apa.
Negosiasi dalam FB
FB-an
Emang benar-benar bisa ngaruh juga ke rumah tangga kita juga, kalau benar-benar kita untuk gila buka FB.Yang lain terbengkalai, maunya kita curahkan untuk keluarga gitu kan. Ada perasaan penasaran nggak buka FB. Pengen buka sebentar ah tapi nggak ah aku lebih baik mentingin anakku dulu. Anak ku lagi main, “kak minjam dong ibu FBnya sebentar 5 menit aja kak untuk buka aja kak, kali aja ada yang ngasih ini ke ibu kak inbox-nya.” Dia bilang, ibu ah mau ngapain sih, sini aku yang bukain. Nggak nggak ada bu,” katanya…segitunya ya hahaha. Kalo lagi BT aja pengen buka FB hahaha. Ama anakku perempuan yang pertama ada. Kalau pas ada yang add, dia lagi buka FB. Ini anak begajulan, ama dia dihapus padahal itu teman SMPku Ada yang tampang dan rambutnya kayak anak punk. Dia liat pas dia lagi buka, “siapa ni bu” katanya. Dihapus sama dia. Suami kan nggak tau menau kan. Kalau yang kedua mah netral-netral aja. Anakku itu nggak pernah main sama sekali. Dia keluar kalau nggak sama aku sama bapaknya. Ni ntar kan dia pulang jam 4 sore. Ya udah nggak pernah keluar sama sekali. Dia keluar halaman ini kalau nggak manggil adek-adeknya atau kalau disuruh beli apa gitu. Dia di rumah dia belajar nonton TV, main komputer, belajar. Dia sekarang kelas 2 SMA. Aku sampai aku konsultasi sama wali kelasnya. Dari SD itu dia gitu. Keluar kecuali dia janjian sama teman-temannya. Kadang-kadang temen-temennya suka diajak ke rumah juga. Kemaren dia masuk 10 besar. SMP juga masuk 10 besar, walaupun nggak pernah juara 1. Kadang suka diledekin sama bapaknya, “kamu udah punya cowok ya kak ya.” Dia bilang, “amit-amit najis,” hahaha. Dia nggak pernah keluar kamar kalau udah pake HP tapi lebih sering SMS-an. Ya kalau di kamar hahaha. Kalo ada bunyi langkah suamiku di depan kamar, HP langsung kuumpetin hahaha. Kalau dia siih nggak
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
sembunyisembunyi ketemu mantan Curhat masalah pasangan di facebook
lebih nyaman curhat di FB atau ke pasangaan kalau punya masalah dampak positif dan negatife facebook
aturan untuk melindung itu pernikahan yang lebih mengontrol mikir nggak
bakalan ngelarang, akunya yang nggak enak. Entar disangkanya aku macam-macam gitu lo, FB-an kok di kamar. Kita harus tau diri, ntar dikasih kebebasan nglunjak lagi. Suami nggak pernah nanya. Orang taunya aku kenal sama dia kan SMP mau masuk SMA. Pacarannya waku SMP, cinta monyet kali ya, suka-suka gitu aja, sebelum kenal sama dia, gitu kan pokoknya aku jadian sama dia ya tamat SMP, oooo kejadian tahun 89. Pernah, misalnya kecewa. Pernah aku sekali (curhat) dengan guru agamaku. Aku inbox-inbox-an tu sama dia. Dia lalu ngasih saran begini begini. Waktu itu benar-benar aku lagi banjir istilahnya, Uang masuk semua, cuman sama dia banyakan dibeliin barang gitu lo. Trus itu sekali, trus suamiku. Mungkin pas aku baru-baru punya FB itu. Jadi suamiku kayak di “obatin” sama orang gitu lo Mbak. Punya barang-barang banyak tapi nggak bisa menjual. Maksudnya ada yang siriklah..diguna-gunalah. Aku nggak taulah mungkin juga belum rezekiku. Aku nggak ngertilah. Selama aku berumah tangga sama dia, nggak pernah kayak gini. Aku jual ke orang, orangnya nafsu waktu ditelpon, tapi begitu ngeliat barang biasa aja gitu. Nggak ada rasa, datar aja gitu lo. Itu bukan satu dua orang, hampir rata-rata. Akhirnya ke rumah kyai dikasih apa gitu. Kata guru agamaku, “makanya kalau banyak rezeki bagi sama orang yang membutuhkan misalnya zakatinlah gitu, infaqinlah sama orang-orang yang membutuhkan. Harta kamu itu bukan sepenuhnya milik kamu.” Aku jalanin, Alhamdulillah sejak itu lancar lagi suamiku. Kayaknya lebih (nyaman) diselesain sama pasangan. Kayak kemaren, kita ngomong baik-baik ya ya udah kirain apa gitu udah selesai gitu. Kalau aku buka di FB malahan timbul masalah baru lagi gitu entar..haha
Kalau positifnya mungkin kita jadi banyak teman, memperbanyak teman gitu kan. Kalau negatifnya kadang-kadang bisa bikin suami cemburu kali ya. Itu tergantung sama kitanya sih mana nilai-nilai yang baik mana yang buruk. Nggak ada pengaruh kita banyak temen, mungkin dia pikir dari pada aku ngutek di rumah aja, mendingan kamu begini-begini jadi kamu bisa memperluas wawasan kamu. Jadi happy, jadi hubungan suami jadi akur juga. Aku punya FB ini bisa ketemuan sama teman-teman SMP bisa ketemuan sama teman-teman SMA. Jadi aku nggak nguplek di rumah gitu. Dia ngasih kebebasan, yang penting aku bisa jaga kepercayaan dia. Itu aja sih. Aturan nggak ada, karena aku nggak pernah neko-neko sih ya. Di FB biasa-biasa aja, jadi aku nggak khawatir atau apa gitu. Keluarganya tau juga kan. Aku jadi biasa-biasa aja gitu kali..hahaha Anak, anakku udah gede gitu kan. Waktu bikin status nggak mikir apa-apa gitu, istilah nasi udah menjadi bubur. Ya udah bodo amat deh gitu..ha.ha.ha. Banyak sodara
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
dampak nulis status
kenalan baru
Ada yang simpati lebih ngajak atau chatting yang berubah sejak pake FB pernah digosipin di facebook
yang add aku padahal.hahaha sampai-sampai ponakan-ponakan yang kecil-kecil aja aku nggak kenal, siapa ini itu ni siapa. Maka dari itu aku nggak bisa macam-macam karena banyak sodara yang punya. Emang sih aku kalau bikin status itu yang gimana ya katakatanya. Gimana gitu kan. Waktu kita main FB itu ada apa ya ada citra yang kita bawa gitu lo. Sebagai apa sih gitu karena dari catatan status itu orang kan bisa nyimpulin ni orang kayak gini. Aku tu kadang-kadang penasaran liat temen curhat, gimana suaminya ya hahaha Aku setujui aja sebatas konfirmasi aja. Dianya juga nggak pernah macam-macam karena mungkin aku nggak pernah macam-macam juga menghormati juga kali ya. Emang sih sebagian yang aku add teman SMP, SMA, jarang orang luar gitu lo, hampir sebagianpun. Aku liat gambarnya, temannya, kalau sekolahnya masih SMA 74 atau 29 aku mau. Tapi kalau wanita yang tinggalnya di Manado aku mau add. Tapi alau laki-laki yang jauh-jauh jarang aku add. FB itu kan untuk fun aja sih hehehe, tapi tergantung kitanya juga sih.ha..ha..ha… Ngak, ngak pernah, ngak pernah.
Nggak biasa aja seperti hari yang biasa aja gitu.. Nggak pernah. Akunya ngak pernah macam-macam kali ya. Malahan justru temanku yang cewek teman biasa aja gitu ya, teman rumah sini jug. Aku pernah bikin status apa ya kesannya aku tu lagi nyari cowok, hanya untuk banyolan aja gitu. Dia inbox ke aku, “ni lo kalau mau, ada ni gue, lo buka deh status gue,” gitu katanya. “Namanya si anu lo liat deh tu. Itu lo nek, kayak Onky Alexander”. Trus aku balas, “nggak, kayak Rano Karno aja, gue lebih suka hahaha.” Aku lebih banyak iseng-isengnya, lebih banyak menggoda gitu lo. Nggak sampe yang gimana..dia serius banget nanggepin aku. “Bener, ni namanya, sekian umurnya, mudaan lo. Lo kan mau nyari brondong,” katanya gitu hehehe. “Buset deh, gue punya satu aja udah kewalahan apa lagi nambah,” aku bilang gitu. “Tadi lo bilang lo maunya brondong. Kalau lo serius gue bisa ni, gue ada no HP-nya,” katanya. Ya elah dia serius banget. Akhirnya nggak aku balas lagi hahahha. Dia mungkin pikir aku orangny suka begituan kali ya. Emang kalau dia ketemu aku, ya beginilah aku orangnya apa adanya ketawa ketawa. Kalau udah pulang ke rumah ya udah lupa. Kita ketemu ngobrol kita ledek-ledekan. Saat nyampe rumah ya udah nggak. Dia nangapin serius sampe dia kasih no HP. Ih buat apaan lagi kataku. Itu anakku baca lho. Aku bilang, “ya Allah kak, itu ibu cuma buat lucu-lucuan aja kali, kalau ketauan ayah bisa dibunuh ibu.” Untungnya anakku nggak ngomong sama ayahnya. Dia dia tau kalau ayahnya kalo udah marah galaknya minta ampun. Kalaupun suami bikin FB, aku nggak takut. Emang aku kata-katanya biasa-biasa aja sih. Udah gitu kan kalau di-inbox mmm nggak bisa langsung di hapus kali ya. Kadang-kadang bikin status bisa lansung dihapus kali ya. Nggak nggak aku nggak perlu khawatir.
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Kan anakku tau aku nggak berbuat macam-macam. Ya udah emang untuk lucu-lucuan aja hehehe. kalau kita boring gitu ya udah aku dibiarin lama gitu. Nggak ada ide, yang mau diceritain mau dibagi sama teman yaudah. FB tergantung niatnya, untuk berteman ya berteman. Kalau dia nyari selingkuhan gampang banget. Teman SMA-ku aja dapat selingkuhan dari FB. Dia bilang, “lo baru sih, ntar kena lo,”katanya. Suaminya kan juga suka mabuk. Mungkin dia juga BT kali ya. Dia cari hiburan kali ya. Dia asalnya dari Malang. Kalau nggak salah ya ketemu di FB terus ketemuan. Dia cerita sendiri sama aku, awalnya curhat. Aku bilang, “biasa-biasa aja sih FB, cuma comment itu aja sih, apa yang hebat.” Dia jawab, “lo yang di-add temanteman SMP SMA, cuman teman main lo semua. Coba dong orang-orang luar.” Aku coba add orang-orang luar, sama aja biasa-biasa aja nggak buat aku tertarik. Apa mungkin aku masih baru kali ya baru 8 bulan. Tapi aku bilang tergantung orangnya masing-masing sih.
masalah apa yang sering muncul dalam hubungan suami istri unsur yang menciptakan kebahagiaan menurut pernikahan? mengelola uang
Akhirnya temenku tetap nggak cerai sama suaminya, cuma dia pernah pisah 7 bulan atau 8 bulan, terus nyambung lagi. Nggak tau, pokoknya tau tau udah nyambung lagi aku juga nggak tau deh. Padahal, dia pernah bilang, “apa yang bisa aku harapin, mabuk, judi gitu,” Mungkin orang yang menjalani perselingkuhan karena ada sensasi kayaknya menjalanin hubungan gelap itu ya, mungkin enaknya di situ, ngumpet-ngumpet. Kalau aku sih kerjaan aku di rumah. Pagi, anakku berangkat sekolah, ngantar sekolah ya udah, gosok. Jadi nggak ada pikiran macam-macam, gitu lo. Udah di rumah tinggal nungguin suamiku. Kalau aku pengen sesuatu aku ngomong ke suami. Udah gitu aja nggak pernah macam-maca. Apa karena belum terpikir aja kali ya hahaha. Itu kali ya suka… suka (naksir) sama orang itu kali ya, aku kan ibu rumah tangga ya cuma di rumah aja jadi nggak tau, paling aku duduk-duduk di depan rumah jadi aku nggak ada deh perasaan gitu-gitu, biasa-biasa aja deh gitu..mmm
Kejujuran aja kali ya, kejujuran saling terbuka kali ya.
Misalnya ada barang laku suamiku bilang, “bu aku pengen beli ini, ya udah bebas yang penting jujur, mau penjualan, mau beli barang dia jujur ama aku, misalnya ibu aku beli ini jujur, ni ibu uangnya sekian, ya udah masukin ke bank aja, jadi kalau ada sesuatu gampang gitu nggak pernah saling tertutup.” Jadi pemasukan dia, aku tau. Pengeluaran dia, aku tau. Nggak pernah ditutup-tutupin ke
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Konflik di FB dan status yang heboh
keluarganya kek. Kalo bulanannya kurang terima aja, nggak macam-macam. Kalau seandainya kurang, entar dia tinggal nambahin, minta lagi gitu aja. Nggak pernah , cuma sama tetangga sirik sama aku pernah. Ngomong sama teman aku katanya begini-begini akhirnya aku curhat di FB. Aku pernah buat status “ lo manusia apa bukan siih.” Rupanya banyak yang comment. FB itu kalau kita nggak lebay nggak banyak yang comment gitu lo. Kalau kita bikin status yang aneh-aneh banyak orang yang comment. Tapi kita bikin biasa-biasa aja, paling satu 2 orang. Senang kadang-kadang timbulnya senang. Buktinya aku pernah bikin status begitu, “abis ketemu mantan waktu SMP kok hati jadi deg-degan ya.” Yang ngasih comment status ampe 60 tau nggak hahaha. Berarti emang benar, kalo kata-kata kita menggoda yang nyaut pasti banyak. Aku pernah buat kayak gitu buat bohong-bohongan pernah waktu bulan puasa aku bikin kayak gini, “gila mau mandi dingin banget mana mau Subuh lagi.” Ternyata benar aku bikin kira-kira yang mengoda, temen pada comment, “gue tau lo kan abis begitu kan, “ aku jawab, “dasar lo, ngeres aja sih.” Ternyata benar kalau kitanya konyol, orang lebih senang dari pada cuman datar-datar aja orang juga nggak ngasih banyak comment gitu lo. Anakku nggak tahu status-statusku yang tadi soalnya kan mungkin dia sekolah mungkin dia juga lagi nggak buka-buka. Kalo yang menjurus bukan pada tempatnya. Kalau untuk curhat kita ya pilih-pilih, nggak sewajarnya kalo dibuka di FB. Itu kan membuka aib kita sendiri. FB kan banyak orang yang baca.
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Informan 4: F
. Pertanyaan Tujuan pernikahan
Jawaban Apa ya, ya untuk menyatukan gua sama suami gua, orang udah lama. Gua ketemu sama abang tu waktu gua pulang dari Arab, dia ngenal gua waktu PROPESA (semacam program pengenalan sekolah untuk murid baru), dia kan ngisi, gua kan anak baru ceritanya, gue baru kelas 1 tu tsanawiyah, gue liat orang ntu cakep, suaranya enak, namanya siapa, terus temen gue nanya, “eh namanya siapa, namanya siapa”? o… namanya A, coba ya bisa jadi suami gue kelak, emang lagi kebuka kali ya pintu langit, ya udah pas pulang gue liat dia tuh lagi foto-fotoan, ama anak-anak putri, gue sewot juga, nih anak-anak pada genit-genit amat sih. Ya udah, lama-lama ketemu lagi pas dia mau kuliah. Ketemu laginya pas gua lagi mau sekolah, dia lagi makan di tempatnya Bu Mahdan. Di tempatnya Bu Mahdan, kan ada warung dikontrakin sama orang Aceh tu, di sana kan ada tempat nongkrong, nah anak-anak mahasiswa lagi pada nongkrong. Gua lewat ceritanya, ada abang, terus tangan gue langsung ditarik eh,,, langsung ditembak, nonton yuk sama saya. Dia baru masuk IAIN dia, gua pikir, “gila berani banget ni orang.” Mau enggak nonton sama saya, nonton yuk. Ya udah lama-lama jadian. Dia asal nya dari dari Bekasi, orang betawi dia, betawi asli, Harapannya pastilah sehidup semati
Harapan Pernikahan Yang paling Komunikasi, itu yang paling penting terus pengertian, saling memahami, sebab menyatukan karakter orang yang berbeda, satu A, penting dalam yang satu B itu kan nggak bisa. Gua kan sepertiga hidup gua kan sama abang, dari umur 15 tahun gua udah kenal abang, sampai pernikahan sekarang. Waktu gua di Jawa, dan waktu itu sempet putus. Kan ini sama orang tua gue diputusin, karena gua dianggap masih kecil, enggak pantes untuk pacaran, waktu itu masih SMP. Gua pesantren, kan gua kan kasus. Masa Lalu Hidup gua berurai air mata, lo bisa nangis kalau denger cerita gua. Guanya yang minta jauh dari orang tua. Masalah cinta, masalah hubungan dengan orang tuaku kan enggak baik, beda pendapat, dan waktu itu pola pendidikan orang tua gua kan berbeda dengan orang lain dan masa lalu gua waktu kecil juga enggak bagus kan. Gua kan lahir umur 8 bulan ditinggal sama bokap gue, bokap gue belajar ke luar negeri, selama 4 tahun setengah gua enggak kenal yang namanya bapak. Bapak gua tu banyak. Gua enggak ada komunikasi, enggak pernah ketemu. Bokap gue enggak ada berita, hilang gitu aja. Waktu dulu kan komunikasi juga susah kan. Dia belajar, pas pulang tu waktu umur gua udah 4 tahun setengah. Jadi enggak pernah kenal papa almarhum itu. Bapak gua tu banyak.. kan banyak yang menyayangi gua. Om, banyak yang sayang. Jadi sama om itu aku udah dianggap anak. Aku manggil kakek itu ayah. Jangan kan itu, bulan aja kalau malem-malem gua panggil ayah, papa…antara kerinduan dan kemarahan, kenapa sih ninggalin
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
gue gitu ya? Makanya ketika papa pulang dari Belanda waktu itu. Terus ke Riau, dan ketemu gue, waktu itu gue kan susah dekat, kan namanya anak usia segitu kan susah, sementara papa kan enggak bisa lama kan di Indonesia kan. Papa harus balik lagi ke Mekkah. Enggak lama kemudian gua harus nyusul ke Makkah. Kakek gua kan kaya, nah ketika sampai di Makkah itu bayangan gue yang enak-enak, sampai di sana itu berbalik, berbanding terbalik, keadaannya yang memprihatinkan. Papa nuntut ilmu. Disana kan enggak boleh kerja. Kalaupun kerja hanya musiman, kayak musim haji, dan itu sembunyi-sembunyi kan, engga boleh ketahuan. Kontraknya ya kontrak bajak, Udah gitu kan mau enggak mau kan karena uangnya sedikit harus bekerja. Mama itu dagang…jualan yang bantu jualan itu gue. Sampai umur 12 tahun ,sampai gua di MP (Madrasah Pembangunan) itu, jadi gua itu harus bekerja, susahlah, hidup gua itu susah. Gua tetep sekolah di sana dan sambil bekerja, dan almarhum papa itu kan tipe orang yang keras ya, ketika itu papa pendekatan ke gue. Gua belum akrab sama sekali, dan papa itu orangnya keras, dan dididik secara keras oleh orang tuanya. Beliau orang Padang Riau, nah beliau menumpahkan pendidikan yang keras yang beliau dapat ke gue. Mungkin dia punya harapan ama gua, tapi gue yang orangnya enggak yang seperti itu, gua anak perempuan satu. Papaku dulu itu orangnya suka ringan tangan, membuat sock. Kejadian itu terus berulang. Gua akhirnya trauma batin. Orang tua enggak tahu sebenarnya gua itu trauma batin. Terus kata orang sih dulu gue kata orang sih cakep, lucu, montok gitu. Nah, akhirnya selalu gue, dapat maaf nih ya dapat pelecehan seksual. Orang Arab ya ada, tapi setelah gue pulang di sinipun ada yang memperlakukan gue kayak gitu. Pelecahan..dipegang-pegang diremes-remes…hihh enggak karuan. Waktu itu aku udah di MP. Gue ngomong ke mama waktu itu, gua berharap mendapat perlindungan ya dari orang tua. Nah, waktu gua cerita sama ibu gua, pelaku itu adalah adek ipar ibu gua, dan keponakan ibu gue, yang ada gue disuruh diem. “Udah sabar aja.” Gue itu yang sampai berontak, seharusnya papa tahu. Walaupun papaku itu orang yang keras, pasti enggak terima anak gadisnya diperlakukan kayak gitu kan. Dan waktu itu nenek dan nyokap gue nangis-nangis supaya gue engga cerita, ya gue harus terima. Gue merasa enggak ada perlindungan enggak ada apa gitu. Gue waktu itu sering sakit, sampai gue minum obat yang banyak, inget enggak waktu gue main-mainan silet? Banyak masalah dalam hidup gue. Dan rasanya gue pengen mati aja sebab ya banyak masalah dan orang tua gue yang enggak mau tahu. Gua kan dididik di Mekkah itu kan apa yang kata orang tua itu harus nurut dan itu yang tertanam di otak gue. Gue itu enggak boleh bilang tidak sama orang tua..Pelecehan itu sering tapi alhamdulillah gua belum diperawanin. Tapi yang namanya diraba dipegang itu gua sakit hati banget gue. Dan itu membawa trauma yang dalam. Baru lima tahunlah baru gua mulai lupa dengan trauma gue itu. Nah orang yang pertama tahu itu adalah abang. Otomatis gua merasa terhibur dengan abang. Dengan abang gue jatuh cinta. Ini orang care sama gue bisa melindungi gue. Gue jalan sama abang dan gue cerita sama abang. Abang tu sabar, kan gue itu orangnya dulu itu temperament banget. Pokonya gue itu orang yang egois. Pokoknya abang itu orang yang bisa menangani gue, perasaan
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
aman dan nyaman itu enggak gue dapat dari orang tua tapi dari abang. Akhirnya oang tua gue tahu kalau gue pacaran, dan waktu itu gue kabur ke terminal. Gue yang enggak cocok sama orang tua gue. Dan gue sempat dibawa ke psikolog, ke Zakiah Darajat, pernah dibawa ke psikolog anak di RS Harapan Kita. Siapapun enggak bisa korek apa yang ada di diri gue, sampai Zakiah Darajat aja enggak bisa. Gue itu orangnya pendiem, tapi gue marah dengan semua orang. Dengan orang tua dengan orang-orang yang melecehkan gue, tapi kemarahan itu enggak sampai, Hanya bisa nangis. Akhirnya gue dipisahin dari abang, dengan berbagai cara. Akhirnya gue lari ke Jawa di pesantren cabang Gontor. Akhirnya gue kenal dengan laki-laki laen. Itu dua tahun..ke sini lagi ketemu abang lagi. Dan waktu itu kan pesantren enggak ada ujian Negara. Dia enggak pacaran sama sekali, terus yang namanya jodoh kali ya gue jalan lagi sama abang. Orang tua gue tetap yang enggak setuju. Setujunya pas sahabat gue namanya Heni, dia punya abang namanya Arif, dikenalin sama gue. Ada niat suka, nah pas dikenalin sama bokap gue, bokap gue enggak suka, engga sukanya ini karena orang jauh dari Jawa, nanti kalau nikah anaknya (gua) dibawa. Selang berapa lama tahun 1996 pas gue semester 4, bokap gue bilang setuju. Semua orang tahu bagaimana perjuangan abang. Dia sempet bilang orang-orang itu harus minta maaf. Aku bilang ke abang, ya udah yang penting sudah setuju. Enggak usah dendam, gua yang marah sama orang-orang, belum lagi gua yang dicap sama keluarga gue, kalau gue itu bukan orang yang baikbaik karena pacaran di usia muda, terus gue orangnya yang pemberontak, dan gue orangnya yang pemarah dan apalah segala macem. Tapi Alhamdulillah gue itu..enggak kenal yang namanya rokok, obat, atau minuman. Padahal ada yang nawarin tapi Alhamdulillah gue enggak. Prinsip gue, ini masalah gue dan hanya gue yang bisa nangani. Belum lagi gue dapat tekanan-tekanan fisik dari pesantren. Waktu di pesantren gue ini diperlakukan kaya gini …. untuk memperlancar bahasa, sebab kan gue bisa bahasa arab, dari cara berpakaian pun gue kaya orang Arab. Tekanan juga dari temen seangkatan gue yang cemburu dengan perlakuan yang gue dapet. Dan bapak ibu gue enggak tahu itu, ketika gue ingin mengutarakan itu yang ada gue ditampar Nyokap gue enggak maen tangan, cuma nyokap gue enggak pernah di pihak gue. Dia juga bingung juga kali ya. Paling mukul tapi enggak yang kepala. Adek gue dua-duanya laki-laki enggak pernah yang diperlakukan kayak gitu. Ahamdulillah dulu biar gini-gini, gue orangnya rajin ibadah, gue terima semuanya dengan ikhlas, dulu gue takut banget sama orang karena ketika dulu gue enggak dapat penghargaan dan perlindungan dari orang, Kayaknya kebun binatang itu sudah lengket sama gue. Gue enggak pernah protes. Yang ada gue marah. Gue marah orang tua juga marah. Akhirnya gue kabur-kaburan, bentuk pemberontakan gue ya kayak gitu. Ya sekarang Alhamdulillah dari segi materi dari semua keluarga besar gue, Alhamdulilah bagus karena dari segi penghasilan abang itu hampir sama dengan menteri, makanya gue tu terhadap orang yang berbuat dzolim sama gue. Gue tu yang enggak pernah bales atau gimana. Abang tu selalu bilang... semua ini karena kamu. Kamu ikhlas sama orang-orang yang mendzolimi kamu. Pengambilan keputusan
Enggak pernah ada komitmen yang gua harus begini atau abang harus begitu, kita sama-sama aja, untuk yang terbaik, dan Alhamdulillah abang orangnya yang fleksibel sih ya. Kadang engga perlu musyawarah ya, mengalir aja. Yang ngambil keputusan
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
tergantung persoalannya yang mana dulu, kalau misalnya gue ya gue, kalau misalnya harus abang ya abang gitu. Enggak yang harus abang semua, tergantung masalahnya apa, jadi per kasus aja. Kalau masalah anak harus gue, ya abang ya terserah kamu, maunya kayak gimana, atau tentang masalah uang belanja terserah gimana ngaturnya. Tapi kalau hal-hal yang abang harus memutuskan ya aku serahkan ke abang kayak yang bukan bidang gue dan gue ngga ngerti ya aku serahkan ke abang, kalau hal-hal yang kecil dan engga yang terlalu berpengaruh ya guelah. Fleksibel aja sih ya enggak yang terlalu gimana-gimana. Kebiasaan mengkritik, saling memberi masukan
Spontan aja, apa lagi gue kali, enggak tau waktu tetep aja ngomong. Ada sih hal-hal yang kadang abang complain. Kalau gue orangnya gini, orangnya yang bisa dibilang rapih, misalnya yang kayak makan aku yang enggak bisa gubrak-grubuk, teratur gitu. Dalam hal gini ya enggak yang harus terpaksa, misalnya gini gue kan orangnya terbiasa di luar negeri. Gue enggak suka yang enggak disiplin, misalnya buang sampah sembarangan, itu gue enggak suka. Kayak abang kan kadang acak-acakan, itu gue enggak suka, atau makan sambil ngomong itu gue enggak suka, atau makan kerupuk bunyi tu gue enggak suka. Itu gue turunkan ke anakanak gue.
Cara untuk saling menghargai kebutuhan masing2
O.. itu, dulu gue orangnya yang enggak suka melihat abang kumpul sama temannnya, apalagi sama temennya yang di Darunnajjah (pesantren) dulu. Selain cemburu, gue nggak suka sama Darunnajjah. Itu dulu lho karena latar belakang itu. Tapi Alhamdulillahnya, abang yang bisa memahami, sampai dulu abang kehilangan temen-temennya diawal pernikahan. Dulu kalau ada acara reunian itu gue marah, bisa berantem. Kadang aku bilang gini, kamu pilih reunian atau pilih aku. Akhirnya mau enggak mau ya abang kan pilih gue. Lama-lama kasihan juga abang. Dulu aku ikut kalau ada acara sama teman-temannya. Aku kan orangnya cemburuan, takut banget kehilangan abang karena abang kan aku anggap sebagai pelindung. Kalau abang ke orang lain siapa yang akan melindungi gue. Bukan protect lagi, aku kayak sampai ketakutan sendiri, cemburu buta aja. Tapi lama-lama ya enggak sehat juga. Gue yang takut sendiri, dulu iya. Tapi abang yang enggak pernah marah. Dia paham betul karena memang dia ngerti kalau aku tu sakit hati dengan riwayat ini. Kalau dulu gue sakit hati yang enggak terlampiaskan dan gue enggak bisa lupa dosa-dosa orang yang pernah menyakiti gue dan abang yang gue kurung. Walaupun abang yang bilang jangan diingat..dimaafkan. Tapi gua enggak bisa melupakan, gue kayak yang stereotip gitu. Setelah meninggalnya papa aku yang lebih berubah. Setelah meninggalnya papa. Aku masih trauma terus ke dokter. Kalau gue mikirnya gini, gue enggak akan jadi kayak gini kalau bukan karena papa dan gue ini kan anak perempuan papa satu-satunya dan gue yang dianggap sebagai sumber nafkah. Gini, waktu di Mekkah, gue bantu cari nafkah buat bantu biaya kuliah dia. Tiga tahun yang lalu, enggak tahu tiba-tiba gue berusaha menyelami keinginan abang itu apa, keingian laki-laki yang sudah matang itu apa. Ini karena cinta gue ke abang yang begitu besar kalau abang pengen punya istri lagi karena mungkin gue khawatir kurang maksimal ngelayanin. Gue kan orangnya yang cemburuan. Terus gini, gue berusaha membuka mata. Kita sudah matang, pergaulan
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
abang ya sama kyai-kyai. Aku bilang sama abang, “kalau abang punya keinginan untuk menikah lagi gue minta jangan di belakang, gue enggak mau kalau tiba-tiba gua sakit, mati duduk. Itu saking sayangnya gue sama abang. Abang sempet kaget, terus dia bilang gue masih cinta, gua yang enggak mau menyakiti. Kalau laki-laki itu kan, punya kecenderungan dua tiga itu hampir semua laki-laki. Gue berusaha memahami laki-laki, apalagi dalam posisi yang sudah mapan. Gue sadar diri, siapa sih gue..bokap gue sudah enggak ada. Kadang kalau mengingat siapa sih gue itu gue bercucuran air mata, siapa sih gue. Dari segi penghasilan, gue enggak mau berpikirna cetek yang kejadian orang di luar itu terjadi di keluarga gue, dan gue engga mau sock. Bukan hanya teman ya, tapi semua krikil-krikil itu sudah gue lewatin. Abang bilang tidak ada wanita lain selain gue. Gini loh, secara fisik abang itu biasa-biasa saja. Tapi abang itu cerdas, pintar. Banyak bergaul dengan orang banyak. Kalo abang sedang berbicara di depan tidak sedikit perempuan yang terkagum-kagum. Gue liat sendiri kalau aku lagi nemenin abang. Gue itu kayak enggak dianggap manusia. Di kampus aja banyak perempuan yang sms-in abang. Gue enggak melihat abang yang aneh-aneh ya, apapun gelagat abang pasti gua cemburu ya. Kalau sekedar konsultasi sih gue bisa memahami, kalau yang udah menyapa.. gue yang udah gimana. Kayak karyawan Citibank (abang jadi konsultan syariah di Citibank) kan cantik-cantik. Makanya aku yang jagajaga, ya sedikit gila ya, tapi gua harus mempersiapkan mental.
Negosiasi dalam pernikahan
Gue enggak mungkin dampingin dia terus, ikut dia. Gue kan kerja, juga gue kan enggak mungkin berhenti kerja. Ini karir gue, sayanglah. Walaupun ecek-ecek tapi ini kan dunia gue. Gue bisa punya temen. Gue bisa bersosialisasi. Walaupun gajinya enggak seberap. Gua ikut abang males juga, ngapain, kadang ada yang nyeletuk, iya nih dikawal terus, kesannya apa gitu. Ada beberapa perempuan yang menghargai gue.Yang lain.. kita dianggap kacang aja, dibelakangi aja. Suami gue dipepet-pepetin. Kan kadang juga punya perasaan kan, istrinya ya hargain dong, apalagi perempuan-perempuan sekarang yang gimana sih, kegatelan. Biasanya yang timbul dalam rumah tangga gue itu biasanya masalah lama ya. Tapi gue sekarang bisa dibilang lebih dominan, ya abang bisa lebih dominan ya tapi untuk masalah yang itu, ya abang sudah bisa memahami dan mencair lah ya. Abang orangnya fleksibel, baik banget. Gue bisa bilang orang yang paling baik di muka bumi ini ya laki gue, tapi orang kan enggak selamanya sempurna, ada hal yang tidak sejalan dengan kita, itu pasti ada. Setiap rumah tangga pasti ada masalah tapi kan bagaimana kita menyikapinya kan dan abang makin cinta ama gue. Enggak tahu ya ngerasa aja. Gue itu jangan kan sama suami, ama temen aja yang bener-bener sahabat gue akan kasih yang terbaik, itu gue. Gue kalau udah bener sayang sama temen apapun akan gue kasih. ibarat suami bisa gue bagi akan gue bagi. Beneran, tanya sama abang, gimana sikap gue sama temen. Sakit pas gue bilang..tapi gue bilang sama abang, “bang gue gampang membalikkan telapak tangan, gue bisa mengendalikan emosi gue. Dari yang gue sakit nangis, marah, jadi yang hilang, bagi gue ini masalah yang ecek-ecek.” Gue pernah mengalami masalah yang lebih berat. Tuhan sudah memberi gue cobaan yang berat waktu gue masih dini. Baru tahun 2011 ini ada masalah yang besar
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
dalam rumah tangga gue. Orang enggak tahu. Gue pintar dalam menyembunyikan, Pembagian Ada sih, ya pembagian peran itu standar sama seperti rumah tangga yang lain. Dan bagusnya Alhamdulilah abang yang enggak peran dan pernah membebankan pekerjaan rumah tangga ke aku. Dia orang yang sangat memanjakan gue. Enggak harus semua gue. tanggung Pokoknya abang itu yang sangat baik sama gue, sampai kadang kalau dateng ke rumah. Anak sama gue, itu engga boleh dia yang jawab urus. Alhamdulillah gue enggak pernah yang direpotkan masalah anak dan dia orang yang suka masak juga tapi peran gue sebagai ibu sih tetap. Perubahan di dalam peran Aturan dalam relasi suami dengan istri
Enggak ada perlu lah ya kalau memang, ada hal-hal yang …ya pasti perlu. Mungkin bukan dengan kata-kata yang langsung tapi lebih mengarah ke arah situ. Ada sih tapi yang enggak terlalu, sekarang ini lebih yang menata kebiasaan-kebiasaan yang ada di rumah tangga aja. Jangan sampai ada masalah di kemudian hari. Dari masalah yang dulu dijadikan pelajaran. Gue punya masalah yang kemarin itu hampir putus asa. Apa yang gua bilang kalau gua udah cinta bisa sampai mati, kalau orang mulai nyakitin gue sedikit, oke gua maafin pertama. Kedua, ketiga, udah gitu habis meledak, apalagi masalah yang fatal ya udah meledak kemarahan gue, misalnya elo menghubung-hubungkan dengan masa lalu gue nih dan gue bisa yang sangat marah. Dan itu yang bisa diselesaikan dengan masingmasing. Itu yang membuat gue terkagum-kagum sama dia dan banyak orang yang mengakui itu.
Pelanggaran aturan
o…kalau aturan yang gua buat sama abang, misalnya aturan-aturan yang kecil-kecil, pastilah ada lah ya, yang melanggar, sedikit ya itulah biasa lah ya. Tapi gue itu orangnya saklek, kalau udah bilang A ya A. Pantang buat gue untuk langgar, kalau kata gua bang kita harus begini, jangankan aturan, bang tahun depan kita harus punya ini atau apa. Kalau tentang untuk memiliki sesuatu, bagi gue yang penting ada peningkatan. Tapi dalam hal peraturan, gue enggak suka dalam hidup gue ada syarat misalnya boleh ini asalkan ada ini itu gue paling enggak suka, apalagi kalau kamu begini harus begini, itu yang paling enggak gue suka. Gue paling enggak suka yang namanya diancam. Kalau mau komitmen begini ya kita jalani. Kalau nanti ada sesuatu ya itu sudah resiko. Perubahan Adalah, gue pasti ngalami krikil-krikil yang terjadi. Pasti ada ya, orang tidak akan lepas dari masa lalu, gue punya karakter seperti yang terjadi ini tidak lepas dari masa lalu gue. Gue menjadi orang yang sangat penyayang enggak lepas dari masa lalu gue yang enggak pernah dalam mendapatkan kasih sayang. Gue menjadi orang yang sangat peduli atao engga peduli itu tidak lepas dari masa lau gue. pernikahan Awal pakai FB Kapan ya waktu itu gue nonton di TV one tentang FB, dan waktu itu gue penasaran apa itu FB, dan sejak itu di kantor gue bikin dan dari siapa akun FB. Sebagian udah pada punya FB, tapi enggak semuanya. Ya bukannya kan secara luas semuanya diterima jadi teman, ya akhirnya ketemu juga sama teman-teman lama. Tiga atau empat tahun yang lalu. Sejak gue nonton TV one tentang FB yang Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Fitur apa yang paling disukai Tujuan pake FB Harapan terhadap FB Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan FB Pengawas dan pengontrol
ngundang artis Dea, apa itu FB dan waktu tu kan masih Yahoo. Ya udah sejak itu gue buat akun. Apa ya ..kalo game gue sih jarang maen game ya ngusir ke-BT-an aja di kantor, Apa ya paling bisa ketemu temen-temen gue bisa ngobrol, paling itu standar lah, kalau gue kan ber hahahihihi paling dengan teman yang kenal, yang enggak gue kenal ya biasa aja datar-datar aja. FB itu ada kecenderungan untuk berbuat yang engga-enggak ya, hati-hati aja kali ya.
Kalau saling intip engga, abang yang suka ngontrol, yang buka BB gue. Bukan setiap hari lagi, kalau sudah sampai di rumah itu udah yang sama abang. Pernah gue bilang itu privacy gue.. dan itu sudah berbusa mulut gue, tapi dia ngomong fitri itu engga mau yang beranggapan yang aneh-aneh, dan dia tahu karakter gue, gue engga mau yang terluka, kadang sama teman dia ya ngomong yang aneh, mendingan gue nggak usah ngebuka, kalau abang enggak pasti dia ngebuka, pasti abang mau tahu. Pakai FB Enggak, pokoknya semuanya terbuka. Semuanya ada disini (sambil nunjuk ke Hpnya). Enggak ada yang disembunyikan. Kalo secara orang yang suka gue remove aja. Kalau ada orang yang suka dan merayu yang wajar aja ya aku anggap biasa aja. Gue enggak sembunyipernah yang menanggapi orang yang merayu gue, kalau yang udah aneh-aneh pasti gue buang jauh-jauh yang enggak punya etika sembunyi apa lagi. Prosedur Engga sembarang, walaupun temen gue lumayan banyak. Kalau ada yang ngajak pertemanan gue membukalah ya, kalau hanya meng-add kenal ya bagi gue ya enggak masalah, ya kenal aja, orang yang bukan mutual friend Saling berkomentar
Jarang paling kalau komentarnya menarik ya kasih jempol aja, tapi jarang. Abang itu sangat tersanjung dengan status gue. Kayak kemaren dia bisa tersipu-sipu dengan status gue.,
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
dengan pasangan Sikap pasangan terhadap mantan pacar Curhat di FB
Dia tahu, ya marah, pada sosok tertentu, seseorang yang dia enggak suka. Dia kirim komentar enggak pernah, yang pasti dia enggak suka aja karena ada riwayat, orang itu suka sama gue.
Enggak pernah, pantang bagi gue untuk menjual cerita tentang itu, kan elo liat sendiri, status gue di FB yang standar aja kalo gue lagi cinta, ya benar-benar gue cinta, jadi ya yang aku tulis ya biasa aja, kalau gue misalnya nulis kenapa kamu lupakan itu berarti ada ceita apa, kalau gue nulis tentang sujud syukur ya gue lagi bersyukur, gue nggak suka sesuatu diungkapkan dengan kebohongan itu gue enggak suka. Kalau elo buka status gue, ada yang beberapa masalah yang gue ungkapkan secara eksplisit, dan kalau ada orang yang paham gue, itu pasti dia tahu. Abang hapus status itu, abang bilang apa enggak punya tempat lain. Kalau orang yang daya tangkapnya tinggi pasti tahu itu, kalau gue inget tentang itu, gue bisa berlinangan air mata. Aturan dalam Ada benernya ada enggaknya. Abang itu orangnya ya kayak gitu, dan abang seseorang ada yang tidak dia suka dan udah di-remove penggunaan dan yang remove abang. FB Pernah diajak Nah itu dia, kan gue orangnya online terus. Yang ngajak ketemuan enggak pernah ya. Siang, gue enggak pernah buka FB malemchatting malem. Kalau sekedar mau berteman sih oke saja, tapi kalau udah yang pengen tahu yang macem-macem tentang gue, gue bilang elo siapa? Gue bilang gue perempuan baik-baik, gue punya anak, gue punya suami, elo enggak lihat album gue, album gue kan terbuka untuk siapa aja, dia harusnya menghargai gue. Dia tetap ngejar akhirnya gue remove aja gue blokir. Ada beberapa orang, tapi masih yang taraf normal yang engga terlalu mengganggu. Kenalan baru, tapi gue orangnya yang engga gampangan (nerima pertemanan). Dulu iya, kan dulu itu maen banyak-banyakan teman, gue juga terima aja yang add gue, sehari bisa 20 orang. Semakin kemari gue selektif, ini angkatan siapa, alumni mana, temen gue apa bukan, Masalah Enggak sih hanya yang kemaren yang ngerayu itu. Sekarang yang selektif laki-laki, maunya apa dan siapa. Di tempat kerja pernah karena FB yang FB dimatikan karena menggaggu kinerja, ya marah orang-orang, kan disini kita bagian pelayanan, dan banyak pekerjaan yang menumpuk, dan enggak FB yang selalu di depan mata, kita bisa sambil buka yang lain, terkait informasi. Kalau di sini itu yang penting pekerjaan selesai tepat waktu. Yang penting pekerjaan selesai tidak ada complain ya kenapa engga, gitu kan dapat fasilitas itu Dampak positif Positifnya ya, membuka jaringan dan kita bisa ketemu dengan banyak orang, lebih membuka diri, memahami orang lain. Kan FB karakter orang bisa dilihat dari situ, ada yang curhat ada yang kasih nasehat.
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Dampak Negatif FB
Yang dinegosiasikan dalam penggunaan FB Perubahan dari penggunaan FB Pernah berkonflik sama orang di FB
Tapi juga harus hati-hati juga, enggak menutup hal-hal yang tidak baik, perselingkuhan, mungkin juga perceraian. Ya tapi gue belum menemukan kasus itu, dan FB menurut aku bukan penyebab utama apalagi dengan orang yang baru kayaknya itu enggak mungkin, kecuali dia udah lama enggak ketemu, kemudian ketemu di FB, dan dia sedang ada masalah juga, jadi FB bukan penyebab utama. Enggak ada, berarti suami memberikan kebebasan elu untuk buat status dan lain sebagainya, ya? Selama ini yang gue buat ya biasa-biasa saja gue enggak suka ngumbar cerita di FB.
Gue iya, kayak kasus yang kemaren. FB bukan masalah yang utama, dan satu-satunya
Pernah dulu gue sekali, tapi, masalah kecil sih ya, makanya gue bilang gue paling enggak suka orang yang kecentilan di FB. Temen gue, cewek kan dia janda, misalnya kalau dia cinta, jangan terlaku vulgar, dan gua bilang sama suami gue kalau ngungkapin cinta ya utarakan secara bijak, eeh si abang yang komentar pake BB gue, “jangan lebay dong”. Nah, temen gue itu, nanggapin, “kalau elo enggak suka jangan komentar di situ, mestinya lo inbox.” Gue kaget, enggak tahu kalau itu abang yang komentar dari BB gue. Dia enggak terima. Gue marah sama abang, gue konflik sama orang gara-gara abang. Enggak
Pernah digosipkan di FB Pengalaman Kalau gue sih susah dekat dengan orang baru ya, kalau dengan teman lama sih bisa ya dengan FB ketemu dengan teman atau mantan pacar yang kemudian curhat Masalah yang Masing-masing orang ya beda persoalan, misalnya masalah dengan keluarga masing-masing, biasanya masalah yang itu-itu aja sih, sering timbul masalah klasik.Tapi sekarang sudah ada kemajuan dalam relasi suami istri
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Unsur yang bisa menciptakan kebahagiaan Beda enggak dengan yang dulu dengan sekarang Aktifitas sehari-hari membuat capek mempengaruhi mood
Kalau gue, cinta, pemahaman, gue selalu bilang sama abang pemahaman bang asal, bisa memahami pasangan ya aman bang, apa yang suka dan engga suka pokoknya itu.
Kalau gue tergantung sama gue, abang kan bilang abang enggak bisa menemukan perempuan seperti gue, abang yang mencintai perempuan selain gue, gue enggak pernah bosan sama abang, asal abang enggak membuat kesalahan. Makanya harus saling memahami. Jaga hati. Itu sudah aman. Enggak juga. Dalam keluarga gue kan gue yang jadi panutan. Makanya kalau di rumah ya untuk keluarga, dan suami gue itu baik banget, ada lagi enggak pertanyaannya. Sejauh ini cukup, nanti kalau kurang aku tanya balik tanya lagi, dan terima kasih sudah berbagai, ada enggak yang cerai karena FB. Enggak sih, kan ini masalah yang sensitive juga.
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Informan 5 : LS Pertanyaan Tujuan pernikahan Ketercapaian tujuan pernikahan Yang paling penting dalam pernikahan
Pengambilan keputusan tentang pola asuh anak Pengambilan keputusan tentang pendidikan anak Pengambilan keputusan tentang keuangan
Jawaban ya tujuannya membangun rumah tangga, untuk melanjutkan keturunan, terus apa ya, anak-anak berhasil karena udah punya anak, ya udah tercapai, kalau melihat anak-anak berhasil kan belum tercapai,
kepercayaan aja ya.. jujur ya dia emang jujur kalau ada apa-apa dia cerita, kalau kita nanya dia cerita, di kantor apapun dia cerita, temannya apa dia cerita. Ya saling percaya, kan suami aku keluar kota. Kata orang kenapa engga ikut aja, aku percaya aja, engga pernah, dulu kan keluar kota setahun kadang pulang sebulan sekali, atau dua bulan sekali. Aku percaya sama dia, kan dianya juga suka cerita di sini itu bu temen-temen suka ngajak ke tempat hiburan. Di mah duduk aja trus keluar…malah temennya juga ikut keluar. pola asuh anak, ya bareng-bareng aja,
kalau pendidikan anak suami kali ya, kaya yang anak lagi ulangan itu ya pasti disiplin banget sama anak,
Kan sekarang kalau gaji ke rekening dia, uang abis ya aku minta, ke dia, tapi kalau buat yang mendadak atau gimana di rekening aku juga ada, kan aku juga nyimpen kan, engga habis minta aja aku, kan di ATM aku juga ada Ya kalau mendadak ya aku pakai ATM, kalau engga ya aku minta ke suami, kayak anak aku minta jajan atau apa, uang ayah atau uang ibu ? uang ayah uang ibu sama aja ambil di dompet
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Pengambilan keputusan tentang kesehatan Diminta berhenti kerja oleh pasangan Konflik dengan keluarga suami Kebiasaan mengkritik, saling memberi masukan spotntan
Dominan Cara untuk saling menghargai kebutuhan masing2 Aturan dalam rumah tangga
kalau kesehatan suami ikut aja
dia prinsipnya yang nyari duit itu laki bukan perempuan gitu, aku pernah bilang aku pengen jualan ini, ya gitu kata dia terserah tapi kan yang nyari duit itu kan laki bukan perempuan pernah, sama keluarga dia pernah, dulu kan aku nikah sama dia, ada kakaknya yang engga setuju banget yang sampai aku yang, sampai sekarang aku yang kurang baik sama kakaknya, kan jarang ketemu juga sama kakaknya kan keluarga dia, kan kata dia yang suami aku dipelet sama aku, yang aku sampai nangis-nangis, kan katanya do’a orang yang teraniaya kan dikabulkan kan ya? engga, paling gini aja kaya yang kemaren potong rambut yang kependekan, terus bilang kependekan jelek, gitu aja
kalau aku engga, kalua dia kayanya dipendem, soalnya engga ada apa-apa yang diem, terus aku yang Tanya kenapa, ada apa nih? Kalau ada apa-apa ngomong. aku kayanya, kalau suami aku diem, ya aku tanya kenapa ada apa gitu, siapa ya engga ada Suami sih menghargai ya kayak aku ikut senam, suami yang nyuruh, “udah kamu ikut senam.” Kadang yang kumpul sama temen (sesama ibu-ibu komplek), terus malem kumpul lagi, kadang suami aku yang ngomongnya engga enak, misalnya, “itu grup reog udah pada dateng tuh.” Di komplek aku sering ada yang ulang tahun terus makan bareng gitu, arisan. Itu ngumpulnya sering..bisa sebulan sekali, atau seminggu. Kata suami, “aku engga boleh lebih dari jam 9,” kayak Cinderella aja ya..
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Disiplin aturan Negosiasi dalam pernikahan
suami aku kayanya, apalagi kalau masalah belajar, suami aku akan marah-marah kalau dengar anaknya engga mau belajar, anak sekarang kan kalau engga dipantengin engga mau belajar, terus yang gedhe kan kalau belajar yang ngajarin ayahnya, aku kan udah lupa-lupa gitu kan, engga pernah paling kemaren itu yang, kalau mau bantu saudara ya sekarang-sekarang daripada nanti banyak keperluan gitu aja sih biasanya
paling masalah anak yang terserah kalau engga mau nurut sama ayah, terserah nanti mau kemana nyari sendiri gitu. Kalau anak aku pengen sekolah dimana kan harus dipersiapkan dari sekarang, belajar gitu. Pembagian pembagian peran, misalnya suami kan pencari nafkah utama nih ya mbak, ini juga terkait dengan pengambilan peran dan keputusan nih mbak kan yang full ngurus rumah tanggung jawab Pencari Suami, nafkah utama Perubahan di iya dulu kan kerjannya engga full gini kan jadi masih bisa bantu-bantu kan sekarang engga, dulu kan yang nyuci ngepel dalam peran apa dia aku kan anak gitu, kalau sekarang ya kalau sabtu minggu aja kalau dia engga ya paling pagi aja, atau nyapu halaman kan banyak daun jambu,
Pasangan ingin studi lanjut Pasangan ideal Penyebab konflik suami istri
kalau dulu mandiin anak mau, nyuapin anak mau, kalau sekarang engga, sekarang kan anak udah gedhe, ya tapi kan anak pertama iya, anak kedua engga, karena sekarang sibuk, paling sabtu minggu doang ngajak jalan anak engga dia kan sudah merasa cukup mungkin,
apa ya, engga ada ya, jalanin aja ya yang ada engga mau yang muluk-muluk, sejauh ini sudah cukup bahagia ya, tergantung orangnya juga ya yang menilai, rata-rata zaman sekarang perselingkuhan kali ya FB menjadi salah satu penyebab iya itu salah satu dampak negatifnya kali ya, dengan chatingan kan lama-lama gitu ya
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Aturan dalam relasi suami dengan istri Awal pakai FB dan dari siapa Fitur apa yang paling disukai
. paling apa ya kepercayaan aja ya.
awal rame-rame FB itu tahun 2008 kali ya
Nulis status jarang ya, aku suka games. Kaya ini kenal sama ini gitu, kadang aku yang udah bosen game ini, aku ganti sama game lain, Enak apa ya, misalnya kalau ada game yang harus kumpulin point sampai berapa dalam berapa hari, terus kita bisa bantu temen, dan temen juga bisa bantu kita, ada fasilitas itu di FB, waktu itu aku juga gitu aku engga akrab sama dia, terus aku di bantu di game ya udah jadi akrab kan. Aku bisa maen 3 jam-an ampe leher pundakku pegel.
Nulis status Tujuan pake FB Harapan FB
suka, tapi engga yang sering paling aku nulis yang aku sedang dimana nih, pengen apa gitu, tujuannya ya, nambah temen aja ya, kan gini aja ya sebelum aku punya FB tu, kalau ada kumpul-kumpul aku engga tahu, ada kumpul engga bilang-bilang ya kata, aku kan udah di kasih tahu lewat FB, FB apaan ya, harapannya apa, ya kalau FB gitu-gitu doang ya lama-lama bosan juga ya, temen-temen juga pada ngilang, terlupakan gitu ya, apa ya aku jarang bikin status, kadang-kadang aja, ya harapnnya lebih bagus lagi aja, apa ya Yang perlu Ya anggap aja FB itu sebagai selingan aja, engga yang harus fokus di situ aja. Aku pakai FB anak-anak lagi pada diperhatikan sekolah. Kalau udah pulang ya, kayak sekarang ini kan, kalau sebelum dia pulang aku sudah matiin. Kadang aku, kalau dalam masih buka dia pulang ya gantian anak yang maen. Iya kan kadang udah makan semua… udah rapi, ya aku maen, engga penggunaan yang sampe lupa waktu atau apa gitu engga. Kalau suami datang bikin air atau ya udah matiin atau tinggal dulu bentar. FB Terus kalau anak-anak lagi ulangan semua stop. Komputer TV stop semuanya, jadi engga yang aku aja. Pengawas dan Kayak yang gini kalau ada yang bahasa Inggris aku engga tahu aku tanya “yah ini artinya apa yah.” Jadi malah pengontrol mendukung, karena pengetahuan nambahlah ya. Kayak bahasa Inggris. Tapi kalau ada apa-apa aku selalu tanya, ada temen yang dia kenal atau teman dia sendiri, kalau ada yang ngajak berteman. Kalau cowok ya (nanya) kalau cewek engga. Kenal sama ini engga yah, gitu dulu. Kalau kata dia engga kenal,” engga usah diterima. “ Aku engga terima. Iya jadi engga ada rahasia juga kalau misalkan aku lagi maen ya dia lihat
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Suami istri tahu pasword Perlu tahu password FB pasangan
engga tahu, kadang kalau du FB an di depan aku ya dia bilang ini teman aku dulu, dia tahu password aku tapi aku engga.
Keluhan pasangan terhadap pemakaian FB Masalah dengan pasangan tentang penggunaan FB Digoda di FB
kalau aku kan pakai FB baru semuanya udah rapi aku santai sama maen FB
Pakai secara sembunyisembunyi
ya perlu, tapi engga juga kan aku bisa Tanya ke anak, password ayah apa sih gitu aja: Suami ama anak temenan, makanya kalau mau liat temen ayah liat punya anak aja, jadi kalau mau liat ya di anak.jadi kalau dia FB an kan aku di sebelahnya, kan kadang kasih tahu, nih bu nih temen ayah ni,
Kalau kita buka FB semuanya udah beres, atau ayahnya ni pagi-pagi udah buka FB, aku kan masak dulu, selesai dia kan bisa, dia itu kayak aku yang FB itu cuma buka-buka
engga sih, kan aku kebanyakan temanan sama orang luar orang Indonesia nya sedikit, kalau orang luar ngomong aku engga ngerti yang aku biarkan aja, aku engga jawab aja. FB Engga pernah aku sembunyi-sembunyi, kan anakku abis buka apa aja bisa ditelusuri, komputer bisa buat FB semuanya, ada di ruang terbuka
Prosedur aku lihat-lihat dulu statusnya ini deh, ya udah engga usah diterima, aku juga bilang sama anakku, “kalau diajak meng-add berteman sama orang yang engga jelas jangan mau ya dek.” Apalagi kalo foto profilnya juga engga jelas juga kan. Aku orang yang juga jarang add sih kalau engga kenal. bukan mutual friend
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Saling Kan saku engga berteman dengan suami, engga lah, kan temen aku laen sama dia berkomentar dengan pasangan Alasan tidak Enggak males aja, mungkin gini… tiap hari ketemu, ya apa lagi, dan enggak ada rahasia kan. Aku suka liatin, “temen berteman ibu ada yag begini-begini yah.” Ya ke depannya… sudah bosan ya udah. Paling sekarang yang buka-buka aja… udah biasa aja. Jarang aja. Paling liat-liat aja, suami aku paling nulis status yang gimana, apa ngomelin temannya atau gimana udah kan… Tidak berteman dengan suami untuk menjaga kepercayaan Curhat di FB Aturan dalam penggunaan FB Pernah diajak chatting Dampak positif FB Dampak Negatif FB Yang dinegosiasikan dalam
Iya paling gitu, ya kan engga temenan di FB, kita sudah kenal di dunia nyata kan, jadi engga ada pengaruh banget. Ya yang penting kita percaya, kan dia temannya juga kan teman-teman SMA-nya dan kita sudah tahu. Yang penting kita sudah menikah ada ketegasan tentang status gitu aja, sejauh ini baik-baik aja, engga ada pengaruhnya.
aku kan nulis status yang aku lagi apa yang aku lakuin, engga pernah, paling kalau engga kenal ya engga boleh, ya kalau aku certain temen aku yang tadi, dia bilang jangan sampai lupa waktu aja, cari kegiatan yang lain atau gimana, suka positifya ya kita banya temen, yang tadinya engga kenal jadi kenal, walaupun di dunia maya ya engga bisa ketemuan langsung kan, tapi kalau aku yang kenal-kenal gitu yang aku add, yang engga kenal ya engga, ya itu lupa waktu, pengen terus aja kan Suami aku juga jarang… paling dia kalau buka FB ya buka-buka doang atau apa gitu aja, kadang kalau lagi seru, ya serunya nyari-nyari pengetahuan atau olah raga, kan kadang suka nyuruh aku yang, “buka-buka ini bu,… pengetahuan.” Suamiku tahu aku main games tapi dibiarin aja tapi pernah aku main games, suami aku bilang, “awas lho bu matanya
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
penggunaan FB Perubahan diri dan pasangan setelah menggunakan FB Pengalaman menarik di FB
jangan lama-lama di depan computer, nanti itu…radiasi”, ya kan ngapain lama-lama buka FB kalau engga maen games.
Pengalaman dengan FB ketemu dengan teman atau mantan pacar yang kemudian curhat Suami ketemu mantan pacar di FB Peran FB dalam pernikahan
Ketemu… tapi engga yang di-add, cuma pengen tahu doang. Kalau suami tahu kan inget…, ntar nerima (pertemanan) malah salah kan. Itu kan pintu masalah, kadang kita pengen tahu dan saling cari tahu kan ya. Menjaga juga kan jangan cari masalah.
engga sih, suami aku juga jarang paling dia kalau buka FB ya buka-buka doang atau apa gitu aja, kadang kalau lagi seru, ya serunya nyari-nyari pengetahuan atau olah raga, kan kadang suka nyuruh aku yang buka-buka ini bu pengetahuan
temenku temenan sama ABG, terus suka ngajak ketemuan gitu padahal kan sudah punya bayi, dan ketemuan terus foto bareng padahal bawa bayi lho, terus temennya pada komentar, aku Tanya sama dia, suami lo engga tahu apa, ya engga lah engga tahu kalau tahu pasti diomelin, padahal dia ketemuan bawa bayi, terus suamiku tahu mbak, aku Tanya terus suaminya gimana, ya dia Tanya ini siapa gini-gini, padahal kan punya bayi kenapa sempat chatingan ya
engga, kayanya dia engga punya mantan pacar deh, orang dia dulu ada yang ngejar-ngejar dia tapi dianya engga mau,
kan aku juga jarang yang chating yak an biasa aja
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Informan 6 : HD Pertanyaan Tujuan pernikahan
Pengambilan keputusan
Awal mengenal FB Tujuan pake FB Yang harus diperhatikan
Ngontrol FB pasangan
Keluhan dari pasangan Pasangan saling nge-add mantan Cemburu, Dampak positif dan negative FB
Jawaban Tujuan pernikahan membina rumah tangga yang baru, ya pastinya untuk membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah, apalagi saya kan beda agama. Enggak, enggak ada pengaruh, bagi aku walaupun berbeda agama tapi saling pengertian ajah udah. Kalau aku tetap komunikasi sama istri. Suami ya kepala rumah tangga, misalnya gini aku mau beli sesuatu buat anak pake uang aku, tapi tetap aku tanya sama istri, takutnya salah atau misalnya mau beli barang untuk di rumah ya tetap sama istri. Dibuatin. Kalau aku untuk pertemanan, untuk ketemu temen lama, atau alumni sekolah. Kalo aku senormal-normalnya, jangan keterlaluan, kadang-kadang orang menceritakan aibnya di rumah tangga, ya orang jadi tertarik, kalau aku di FB status yang aku tulis yang kita jalanin aja. Kalau aku kan gaptek, jadi jarang FB an sebenarnya. Enggak...enggak setiap hari (dengan nada keras). Enggak setiap hari buka laptop. Enggak ! (nada keras) aku buka FB tu kalau lagi iseng. Cuma pengen tahu aja, pokoknya yang aneh-aneh langsung aku tegur, enggak pengen apa-apa. Misalnya aku pernah buka FB ya dia, kalau ada komen yang misalnya enggak patut nih, ya aku tegur dia. engga Engga pernah, engga pernah kan? Mantan pacar yang dulu juga enggak pernah ketemuan, mantan pacarku di FB juga enggak ada, aku juga enggak pernah tau dia dimana sekarang Untuk pertemanan aja. Malahan saya belum tahu kalau FB itu membuat rumah tangga itu jadi berantakan. Kalau menurut aku tergantung individunya sih. Iya menurut aku, misalnya ada aib dalam keluarga terus kita cerita, kemudian ada yang komentar yang bagus, kan kita jadi nyaman, sehingga ingin terus berkomunikasi sama dia. Kalau sudah berdua yang ketiganya kan setan. Dalam Islam kan ada gitu. FB itu ada untung ada ruginya, tapi bagi kita kebanyakan ruginya, tapi kembali ke diri kita. Kalau bagi aku FB ya hanya untuk
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
peran FB Makna ttg FB
Apakah saling menguatkan
Aturan untuk mengamankan pernikahan
di inbox orang lawan jenis ngajak chating
komunikasi aja kok, kan pake FB temen-temen lama yang ada di mana-mana pada muncul, kayak temenaku yang di Aceh muncul, tyang di Amerika pun muncul. Jadi kita ada contact baru kan. Ya ruginya ya gitu, kalau kita ketemu sama orang yang iseng, yang moralmya kurang, jadi bagi saya FB ya fine-fine aja, jadi jangan sampai kita mendewakan FB juga kali ya, jadi FB tu posisi kita sedang santai, kita sedang tidak sibuk, baru kita FB-an kita engga apa-apalah. Dan itupun, komentar kita harus yang sopanlah gitu. iya biasa-biasa saja Bukan makna yang luar bisa banget. Aku sih, untuk FB Engga terlalu mendewakan banget sih kecuali aku butuh banget. Nih kayak kemaren aku aku mau ketemu temen aku yang di SAHID terus kebetulan dia online, pada saat itu aku komunikasi sama dia, Biasa aja mbak, FB kan teknologi baru jadi enggak ada yang diperlakukan spesial atau gimana. Misalnya gini, ada temen yang mau kirim foto ke kita, terus kita enggak minat, itu sulit di-delete. Oleh karena itu, kalau ada orang yang mau kirim foto ke kita, harus tanya dulu ke inbox kita mau terima atau tidak. Kan ada kasus yang dimuat di koran, kayak.. kan kita engga mau dikirim foto tapi kita enggak mau akhirnya jadi kasus. Itu aja yang menurut aku harus ada teknologi yang bisa menghapus gambar yang kita tidak suka….orang aku enggak pernah. Kadang yang buat rumah tangga gini misalnya istrinya berteman dengan mantan pacar terus suaminya melarang, udah kamu jangan berteman sama dia. Ada yang aku larang. Kalau aku engga suka ya jangan, dia harus delete. Iya blokir, kalau aku buka FB juga enggak penting, aku paling…gini aku kan ke kantor naik umum, aku di bus tu lebih suka baca, entah baca koran atau baca Yassin, atau apa yang penting baca. Kadang aku buka FB tu di rumah, di kantor juga enggak perlu-perlu banget. Untuk aturan menurut aku enggak perlu, tergantung orangnya. Aturan yang dipakai untuk pengguna FB adalah bahasa, jangan terlalu lebay. Yang kedua, pada saat membuat status enggak perlu terlalu memancing, misalnya aku lagi berantem sama istri, akhirnya kan banyak yang komentar dan dapat hubungan, terus yang alay-alay kan banyak..ada kejadian kan baru berteman di FB langsung terjadi perkosaan. Kalau aku, aku tanya kenal sama dia enggak, aku enggak buka-buka dulu… enggak.
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Informan 7 : NN
Pertanyaan
Tujuan pernikahan
Harapan pernikahan Tujuan sama harapan itu sudah tercapai Yang penting dalam menjaga hubungan pasutri Pengambilan keputusan
Suami
NN Suami punya FB tapi enggak aktif. Kata dia orang yang FB-an orang yang enggak punya kerjaan. BB dia enggak suka, dia sukanya maen game, maen PS, SMS-an aja males, kalo enggak telpon langsung. Aku aja ni sendiri istilahnya dari melek mata sampai mau tidur lagi. Ini kan suamiku yang kedua. Pernikahan yang pertama, lulus SMA baru kuliah terus keluar lagi. Ini anak dari yang pertama. Yaaa membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah. Bedanya kalau yang pertama itu kan karena nikah muda ya, tapi bukan karean kecelakaan, mungkin karena zaman muda ya mungkin gitu, kalau yang kedua ini karena saya kan single parent 15 tahun nikah lagi karena pertama ya pengen punya temen hidup, pengen punya pendamping. Kedua ya ada yang membiayai. Itu yang penting ya he he he. Pengen punya temen hidup aja, kayaknya capek juga sendiri, anakku kan udah besar, bukannya udah enggak membutuhkan ibu tapi ia udah punya kehidupan sendiri, intinya aku pengen punya temen hidup aja, enggak kuat hidup sendiri, kayaknya kasihan banget. Aku divorce karena aku kan kawin muda. Umurku waktu itu udah 20, suami pertama suami sama-sama umur 20, dia juga (tinggal) masih sama orang tua, Jadi waktu nikah itu kita (tinggal) sama orang tua, tidak tinggal misah ikut sama orang tua, ya gitulah, yang satu ya bertengkar terus, udah gitu apa sik enggak kerja. Kita sama-sama lulusan SMA tapi bukan pacar waktu SMA.. Gitu deh ya sama-sama muda egonya tinggi . Dengan pernikahan yang sekarang pengennya sih punya anak lagi. Dengan yang sekarang beda 5 tahun. Tuaan aku. Tujuannya untuk temen hidup, aku sudah punya temen hidup. Cuma ada satu yang belum, ya punya momongan itu yang belum, dalam proses usaha ya. Satu, komunikasi. Dua, kepercayaan. Tiga, kesetiaan deh
Ya waktu dulu aku single parent aku kerja. Sebelum menikah emang udah enggak kerja ya, kebetulan waktu itu sakit. Sebenarnya pengen ya, aku kan lulusan SMA, dan umur segini apa yang bisa aku kerjain, kayaknya di tempat apapun enggak ada, sebenarnya aku pengen deh kalau ada yayasan apa LSM apa, pengen deh bantu-bantu atau apa gitu. Yang mengambil keputusan pola asuh anak sama-sama aja. yang Beda sih emang beda. Kalau dulu itu orangnya lebih familiar ama keluarga, banyak omong gitu kan. Kita sering
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
sekarang dengan berantem, sering ribut gitu kali ya, sama-sama egois, jadi kita pisah-pisah aj,,,,ah secara baik-baik, kita ke pengadilan aja yang dulu berdua-duaan, cuma aku minta untuk masalah anak aku aja. Suami enggak keberatan, karena dia enggak kerja aku sempet ngomong udahlah enggak usah. Aku kerja waktu dicerai. Setelah cerai, aku enggak dinafkahi secara kontinu karena dia belom kerja.. Aku usaha sendiri, aku anak pertama, adek aku satu, aku sendirian aja …Alhamdulillah bisa. Pengambilan Aku kerja, ya pernah kerja keluar, gitu-gitu pernah ke Jepang. Aku kerjanya, di Menara Thamrin, entertaintment, kerja keputusan malem, sampai jam satu malem. Ya apa ajalah, jadi SPG atau apalah.Kalau aku sih gini ya menekankan ke anak, aku kan cuma lulusan SMA, dengan kerja serabutan kaya gini, aku tu pengen anakku lebih dari aku, satu dari pendidikannya, dua dari lingkungan sosialnya. Pokoknya kasarnya aku pengen anakku jangan sampai seperti aku, istilahnya walaupun biaya pas-pasan aku usahain deh, biar anakku bisa kuliah. Sekarang semester semester 6 jurusanya ilmu komunikasi. Dia ngambilnya broadcast ya. Kalo masalah keuangan suami yang nentuin. Justru itu.. jaman sekarang ini kalau ada apa-apa aku baru minta. Sebenarnya aku kan punya kartu belanja Carrefour, ya kalau untuk belanja harian aku belanja sendiri, baru kalau tagihan dia yang bayar. Dia ngasih mingguan. Kadang kalau ada keperluan aku minta. Jadi aku enggak terima gaji, gaji sebulan sekian itu aku enggak terima. Kalau gaji sih tau, kan dia transfernya ke itu, aku kan sama suami ada joint card juga. Tapi udah setahun dalam fase nganggur ini keuangan aku emang bener-bener enggak ada, kalau dulu-dulu kan aku masih di-cover dari usaha yang dulu, sekarang kan enggak berlanjut. Dulu aku usaha kayak jadi supplier gitu. Jujur sih iya pengen megang uang sendiri, dulu sih selama aku kerja 15 tahun megang uang sendiri. Sekarang apa-apa minta, enggak enak juga kadang-kadang. Berontak juga sih, tapi ya udahlah yang penting aku minta dikasih, gitu aja. Kalo dia alasannya ya aku kan buat bayar ini bayar ini kalau kamu mau ya udah minta aja. Aku kan dari awalnya megang uang sendiri, nyari sendiri, ini sendiri jadi ter-cover sendirilah gitu. Kalau untuk masalah kesehatan ya kan ada asuransi. Kalau masalah keuangan yang lebih dominan ke dia karena dia yang pegang. Kalau uang untuk jalan-jalan aku minta. Aku senengnya beli tas sama sandal, kemaren aja baru beli tas, kadang aku bilang aku pengen beli tas ya, kadang aku kalau lagi jalan aku pengen bali tas, aku bilang aku beli tas ya pake card ya. Card aku yang pegang. Atas nama aku, tapi yang bayar dia. Kadang akunya harus ngomong, boleh engga. kadang dia bilang terserah mau ikhlas mau engga. Gitu aja sih. Kadang negosiasi, tidak selalu berakhir dengan kesepakatan kaya tadi ya udah deh terserah. Saling mengkritik Kalau aku langsung kalau ada masalah ya langsung aku omongin spontan gitu. Kalau suami biasanya merengut dulu. dan memberi Suamiku Chenese, iya kalo marah dia diem dulu biasanya, kalau udah dipancing baru deh. Kalau aku enggak, kalau aku masukan ngomong langsung. Kalau aku ada masalah, dia langsung complain ke aku. Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Buat rencana
Enggak ya enggak punya planning, paling harian aja, misalnya hari ini aku mau ketemuan ama temen, ketemuan ama orang, biasanya aku enggak bisa dilarang.
Suami juga gitu. Ini aja, biasanya suami ada acara di luar aku juga enggak pernah ngelarang. Suami juga gak enggak ngelarang sih. Sekarang gini, aku bilang aku mau ketemu sama temen aku, mau acara ini, di sini. Dan aku selalu bilang, ngomong duluan, mau dikasih izin atau enggak yang penting aku udah ngomong. Pokoknya cuma ngasih tau nih, terserah mau kasih izin atau enggak yang penting aku udah ngomong. Dia sih pasti ngizinin kadang-kadang ngomong ya udah pulangnya jemput ya jam segini. Nah kalau aku kumpul sama komunitas SMAku. Dia paling antar abis itu jemput jadi dia enggak mau gaul. Dia tipenya emang enggak gampang masuk ke temen-temenku gitu. Bagaimana Anak kan udah gede jadi (kita) kayak pacaran.. paling nonton, makan udah gitu aja, makanya kalau ada acara hari menghargai minggu sama temen-temen aku ya susah, ada suami kan, suami ikut tapi dia kemana dulu terserah deh. Suamiku paham kebutuhan masing- Islam ikut temen-temennya mungkin, banyak dia lihat orang Islam yang minoritas yang kayak begitu ya, kayaknya dia masing? jadi gimana, enggak terlalu simpati, banyak yang korupsi itu orang Islam, perampok orang Islam. Aku sih pernah ngomong ke anakku, kayaknya mama lama-lama enggak ini deh.., Cuma anak aku jaga perasaan aku juga, mungkin kalau di luar sama temen-temennya. Dia bilang, “lagian mama udah tahu kaya gitu,…” Aku sih belum ngomong yang serius, Cuma yang aku rasain ya kaya gitu sekarang merasa galau, tapi kan itu mau aku sendiri. . Yang aku lihat begini, dulu kan dia bilangnya Katolik, cuma Katolik itu di KTP aja, namanya orang Katolik kan di Baptis ya, ini belum pernah di Baptis gitu, engga sekolah minggu, aku percaya sama Yesus kata dia, cuma aturan ajah, kalau sekolah minggu itu kaya gini-kaya gini, yang aku lihat setahun belakangan ini yang aku lihat dia lebih condong ke ini, cuma yang aku lihat bukan agama Budha juga. Iya dia lebih (menghormati) ke nenek moyang mungkin, secara Budha pun dia juga enggak kental. Cuma KTP yang baru ini dia Budha sekarang. Kayak film China yang shaolin-shaolin gitu dia suka. Yang aku perhatiin sekarang ini dia sembahyang, sembahyangnya ini pagi sama malam gitu, sembahyangnya yang pake hio-hio gitu. Yang aku lihat dia lebih ke situ, ya aku menghargai aja. Tapi sisi ruang batin aku ya berontak gitu. Ibu bapaknya Budha. Kalau setiap minggu ibu bapaknya ke wihara. Dia kan China, jadi di rumahnya itu kayak ada meja abu gitu untuk sembahyang ke leluhur dia.p dengan bosnya juga sering ke wihara, Kayaknya lebih tekun, kalau pagi sembahyang, kalau malem dia pulang juga sembahyang. Kayaknya lebih tekun gitu.
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Kalo sholat Jumat, kadang sepupu nyamperin ngajakin sholat Jum’at, kadang skuka nanyain kenapa enggak sholah jum’at, tapi dia ketawa-ketawa aja. Itu aja sih yang jadi masalah buat aku. Iya, akunya kadang takutnya aku bisa enggak nerima yang gini, yang aku ngerasain..udah itu, aku mulai. Aku kadang kepikiran saat berhubungan intim ini zina gak ya. Perkataan ibuku jadi pegangan. Katanya enggak penting dia mau suku apa, bangsa apa, yang penting ketika nikah dia Islam. Kalau dia sembahyang dia pake kue, buah apel gitu-gitu, kadang ya kalau masih bagus ya aku makan aja, gimana sih. Kalau aku kan mikirnya kan buah masih bagus udah aku makan aja.
Negosiasi
Mungkin ada orang yang ngajakin untuk tekun ke Budha. Itu juga ada saudara aku yang di Bandung, kebetulan waktu itu aku lagi usaha di Bandung. Itu supplier makanan, dendeng. Sampai sama dia, suamiku dibeliin kopiah.Mau kalo diajak sholat ke masjid dulu. Emang dari akunya, aku enggak maksain sholat dulu. Jalan tengahnya ya jalan masing-masing aja. Aku sih sebenernya aku pengen ngomongin masalah ini. Cuma pasti jawabanya, “dulu waktu awal juga kamu enggak masalahin, sekarang kok masalahin, nanti jawaban aku apa?” Kalau dengan alasan ini, untuk mempersiapkan anak. Tapi kitanya kita tidak kuat hati anak juga bingung, sebab pemimpin (keluarga) kan juga pemimpin spiritual juga di rumah.Aku belum bilang ke arah situ. Kalau aku ngomong sama temen aku juga yang malaikat itu enggak mau masuk ke rumah yang kayak gitu. Kan dirumah itu kayak ada tempat air gitu yang ada patungnya ya dia sebut sebagai dewa bumi kadang aku gantiin, kadang abunya suka aku bersihin, kadang kalau dia mau pergi ya gitu airnya udah diganti apa belum? Yang diingetin itu. Itu mulu, ya udah kalau aku lagi beres-beres rumah, ya sekalian ajah aku gantiin gitu. Kadang kalau ke pasar ya suka nitip jangan lupa beli kembang ya, kadang… lilinnya kan engga boleh mati, bentuknya kayak tempat es krim itu yang ada gagangnya. isinya kembang terus ada lilin ngambang kaya bunga teratai. Kaya aku aku ini membantu dia, kadang aku suka gantiin minyaknya, kadang adek ipar aku ngeliat, kesannya aku jadi ngikutin dia. Kan lebaran kemaren aku diajak ke puncak tapi aku enggak mau, aku pengen lebaran di kampung. Di keluarga dia, juga kalau lagi lebaran juga ngucapin selamat ke aku. Dipikirnya ya kita masing-masing gitu. Ya dipikirnya udah enggak ada masalah itu, akunya ya udah enggak mempermasalahkan. Cuma ini ada ruang sisi hati aku….Ya gimana, ya kadangkadang kalau mau pergi aja jangan lupa ya air jangan lupa diganti, lilin jangan sampai mati. Makanya terus terang ajah sekarang ini sholat ajah enggak khusuk. Cuma untuk membuka masalah ini aku belum. Cuma curhat aja sama temenku. Kadang aku selesai sholat baca Yasin sendiri aja di rumah. Kalo pengajian ibu-ibu di rumah itu ada, ya temen-temen ibu aku.
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Pembagian Kalau urusan rumah tangga aku sendiri aja. wewenang dan tanggung jawab Aturan dalam Kalau aku sih aturan enggak baku sih, mungkin akunya yang enggak selalu baku sih, aku yang terlalu cuek, terlalu masa rumah tangga bodoh. Termasuk kalo aku pergi ama teman-teman aku keluar kemaleman, enggak pernah besoknya dia bilang jangan pergi lagi …engga pernah. Dia percaya sama aku. Dia juga gak ngelarang aku pergi sama temen-temen cowok karena aku juga paling ya ngurusin acara reunian atau paling cuma makan aja. Kalo ke rumah mertua harus ikut terus gak boleh gak..kayak minggu-minggu ini. Kadang kalau hari minggu aku kan pengen maen, kadang dia marah harus ikut. Yang diomongin anak mulu, aku kan jadi pusing, jadi setiap minggu harus ke rumah dia gitu. Ritual agama Enggak setahun ini aja. Kayak Waisak kemaren, bapak ibunya juga enggak ke wihara sih, yang aku lihat memang bukan Budhanya ajaran Budha, yang aku lihat ya, lebih ke menghormati leluhur. Kadang agamanya agama apa sih, dia bilang Budha, tapi patung yang aku lihat sih Budha, tapi KTP yang sekarang Budha, tapi enggak pernah ke Wihara, dia sebenarnya pengen ngajak aku. Ni ya aku pernah ke rumahnya ditunjukin patung leluhurnya dia. Kalau di rumah aku sering dinyalain hio, dia di depan aku di belakang, ya katanya kamu ikutin aku aja. Aku enggak mau ribut sih. Yang terakhir ni ke Puncak, kan aku lagi puasa, aku bilang “kalian pada makan-makan, aku puasa.” Kan di daerah puncak ada wihara, kata bapaknya kamu masuk-masuk aja. Aku bilang aku nunggin di tempat mainan aja. Kalau di rumah dia enggak pernah nyuruh aku untuk ikut sembahyang. Kalau di rumah mertua atau kalau lagi sama mertua, dia nyuruh aku. Kayaknya dia berusaha ngajak aku pelan-pelan. Kalau di rumah suami kalau ada acara sembahyang aku harus ikut. Aku cerita ke temen aku yang cowok. Bapak ku udah meninggal. Aku anak pertama. Adikku perempuan. Ada sih paman aku yang wali aku, tapi aku belum ngomong… Masalah yang lai terkait status pernikahan yang membuat identitas agama NN berubah. NN dan suami menikah diamdiam di kampungnya. Suaminya menyembunyikan pernikahannya dengan NN karena khawatir tidak disetujui ibunya karena NN berstatus janda. Setahun kemudian baru mengabarkan tentang pernikahannya tanpa mengatakan bahwa NN telah memiliki anak. Mertuanya minta agar NN dinikahkan secara Budha. Akhirnya tahun 2011 ini, NN dinikahkan di catatan sipil dengan KTP baru beragama Budha. NN merasa bersalah karena bersitegang dengan ibunya saat akan dinikahkan di wihara. Semenjak dinikahkan secara Budha, NN sering ribut bahkan minta cerai karena merasa pernikahannya tidak ada yang sah. Pelanggaran Paling belanja, kamu kok belanja banyak banget, ini ini ini. Pernah waktu itu aku belanja di Carrefour, kalau kamu peraturan enggak kuat belanja sendiri enggak usah belanja. Tapi akhirnya tetep aja aku belanja sendiri. Ada perubahan Mungkin karena aku yang terlalu cuek. Kalau anakku ke suami yang ini, dia enggak melihat figur bapak. Sekarang Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
kesepakatan di anakku kos. Istilahnya sudah mandirilah. Cari uang sendiri. Engga kalo ada asteran aja, “ma aku ada aster ma.” Aster itu dalam pernikahan kayak kemaren ada grup Bakrie, ngadain acara apa meeting, dia jadi penerima tamunya. Kalau ada pejabat duduknya di sini. Kayak golf ada umbrella girl gitu. Kadang dia kalau ada event-event apa dia ikut, kayak kemaren di PRJ, dia ikut. Awal menggunakan FB
Fasilitas paling disukai
Sudah dua tahun terakhir ini 2010, aku lagi reunian SMA. Aku SMA 31. SMP-ku Nurul Iman. Sebenarnya udah dibikinin sama anak aku sejak 2009 tapi aku enggak aktif. Aku nge-add temen-temen dia, dia sendiri yang bikin status. Baru setelah abis reunian 2010, aku pengen nge-add teman-temanku,. biar punya temen aja mamanya. Terus terang aja aku untuk operasikan komputer aku enggak bisa, dari HP aja aku bisa. yang Aku sih emang suka bikin status ibaratnya mulai melek mata sampe mata mau nutup
Harapan dan tujuan menggunakan FB Yang harus kita perhatikan dlm fban
Aku sih pengen ngobrol aja, nge-add temen-temen aku, tapi masalah pribadi aku enggak pernah buka, paling masalah politik atau apa, mood-mood-an.
Mungkin aturan sih, ini ya menurut aku orang yang ber-FB memang ada yang pengen mencari, kadang mereka suka curhat, status kayak lagi sendiri, sedang mencari pasangan, kalau aku statusnya yang sudah menikah. Kadang aku kalau bikin status yang suka bikin orang ketawa atau masalah politik, kadang yang comment banyak. Kadang aku kalau lagi serius, ya aku bikin status serius, kadang kalau lagi romantis aku suka bikin puisi. Suami pernah buka Dia enggak bisa make FB, paling kalau lagi ada dia, dia bilang FB-an mulu, ketawa-ketawa sendiri kayak orang gila, FB kadang kita kayak orang autis. Kadang dia sebelah-sebelahan, aku FB-an dia maen game. Jadi kayak orang pacaran ya di rumah. Tapi dia nggak pernah cek FB-ku. Prosedur Di FB walaupun ada yang tahu aku punya suami, ada aja yang ngajak, kan? Aku lihat profil, baru aku add, tapi kalo aku menerima liat statusnya yang aneh-aneh aku langsung remove, kadang nama-namanya aneh aku juga enggak mau add apalagi yang pertemanan yang gambar-gambarnya enggak jelas, terus yang seumuran sama aku atau beda dua tiga tahun yang aku add. Suamiku bukan mutual enggak ngelarang Godaan Ada, ya ada biasalah. Kadang usianya masih muda, digoda-godain. Kadang aku enggak balas, aku enggak remove, aku cuekin aja. Keluhan pasangan Ya tadi aja ketawa-ketawa sendiri, kalau keluhan suami, dia ini aja.. punya istri autis katanya. Aku sih ketawa-ketawa aja, kadang aku di tempat tidur, dia lagi maen PS, dia enggak marah. Anak aku sih enggak ngeluh…cuma ngomong, “mama ni, eksis banget.” Suami enggak (complain), kebanyakan aku chatting ama temen-temen sekolah. Aku buat status setiap hari, pagi, siang sore malem, kadang abis nyuci. Kalau bangun tidur aku males, kadang agak siangan. Ada kali sepuluh status dalam Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Hal yang dinegosiasikan Di FB ada mantan pacar Dampak positif negatif
sehari kalau lagi mood. Yang comment ya ada aja, ada temen SMA temen SMP, kadang temen anak aku, juga tante gitu. Enggak ada sih. Aku juga gak pernah pake FB diam-diam. Kadang kalo lagi pergi sama suami juga FB-an Aku enggak, anakku temenan. Juga ama saudaranyanya.
Tuk aku sendiri ya banyak buat ngisi waktu luang..ngobrol, kalo buat suami ya enggak ada. Negatifnya enggak ada, dia maen PS aku FB-an. Tapi pernah juga waktu itu mau nonton aku masih FB an kata dia, “udah kek FB-annya.. udah mau masuk.” Juga untuk masalah yang pribadi enggak pernah aku buka, kadang aku senang cerita, kadang kalo lagi serius. Kata (teman-teman) aku kayak politikus, “eluu enggak pantes bikin status yang serius,” mereka bilang gitu. Manfaat FB Kalau aku sih kaya pelarian masalah aku, walaupun enggak menunjukkan masalah. bisa membunuh waktu untuk sejenak, walaupun kalau pas kembali ke dunia nyata ya begitu lagi. Aku enggak pernah angkat masalah aku ke FB, enggak ada foto berdua dengan suami, paling sama anak yang aku upload. Enggak ada foto suami yang aku jadiin profil. Aku pengen jadi pribadi aku sendiri. Konflik dengan Enggak ada, enggak pernah. Suka enggak tegaan, paling aku diemin, kalau ada yang enggak sopan. temen FB Perubahan setelah Enggak paling cuma gini dia bilang punya istri autis, kadang aku FB-an sambil nyuci, sambil nyetrika, kadang aku bikin pake FB status.. “lagi kencan sama MR. Iron”, nanti ada yang tanya MR Iron siapa tu? Setrikaan kata aku. Tujuan buat status Aku mood-mood-an biar seneng aja. Pernah digosipkan Enggak, enggak pernah lewat FB Ketemu mantan Setelah cerai aku enggak punya pacar dan aku belum kenal FB, kalau aku kenal FB pas single parent pasti lebih banyak pacar di FB pilihan hehe Pengaruh terhadap Kalau pernikahan udah gitu sih, ini untuk kebahagiaan aku sendiri, lebih seneng, happy-happy aja. Kadang seneng kebahagiaan ketemu temen di FB jadi seneng di rumah, sama suami itu juga seneng. pernikahan Yang membuat Apa ya, ya mungkin tadi yang seiman, kalau untuk bahagia aku belum masih ada yang yang kurang. Apa ya, untuk pernikahan itu masalah yang gitu-gitu ya udah jalanin aja sendiri. bahagia Pentingnya FB Ya penting, ya kalau aku pergi enggak bawa BB, kayak ada yang kurang. Emang penting buat aku buat pelampiasan. Kalau suami aku enggak suka. Kata dia orang yang FB-an itu kurang kerjaan, kadang di kantor, ada temen sekantornya FB-an. “Gila lo semua kata dia.” Kalau aku k suami, langsung sms-an kan suami enggak pake FB. Kasus pasutri Pernah denger sih iya, denger cerita. Temen sih ada yang dalam proses perceraian yang dibuka di FB. Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
konflik karena FB
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Informan 8: MC
Pertanyaan Tujuan Pernikahan
Pengambilan keputusan
Jawaban Tujuan nikah memperbanyak keturunan, ya tujuannya untuk mencapai damai sejahtera ya semua pasti ingin bahagia lahir dan batin kan? Tapi itu kan belum tentu kan. Apalagi aku yang berbeda iman sama suami aku belum tentu sejalan. Aku maunya ke kiri suamiku maunya ke kanan. kalau aku gini sama suami, suami aku bilang aku bukan orang yang romantic. Kalau elo tanya sama gue, elo cinta enggak sama gue, aku akan jawab aku enggak cinta sama elo. Saat sekarang ini aku lebih cinta sama anak-anak gue. Kalau sekarang ini karena sudah lama, ya karena kasihan aja. Pasti dia sebagai laki-laki pasti enggak terima, tapi pada saat sekarang ini biasa-biasa aja…Kan ada masanya ya, mungkin udah pudar kali ya, misalnya udah lama bohong kalau elo engga pernah sakit hati sama suami elo. Setiap tetesan air mata itu yang bikin memudarkan cinta gue ke elo. Kalau aku bukan perempuan yang harus tergantung sama suami misalnya, suami harus anter, malah suami aku yang khawatir. Kalau aku sama suami kalau ada apa-apa ya diomongin berdua. Dulu aku pernah kerja marketing di buku tulis di SIDU 10 tahun. Michael dan Tasya itu beda 15 tahun. Michael itu dapetnya cepat. Aku pengen anak kedua. Waktu itu kan di Muara Karang terus dipindahkan ke Cikarang. Di sana, sekali makan aku harus mengeluarkan uang 50 ribu. Udah gitu kantornya kan masih baru dan masih sepi, jadi aku bete. Yaudah aku berenti kerja. Kalau pendidikan, ketika anak-anak masih kecil, aku bilang sama suami aku begini, “kamu bisa enggak memberikan pelajaran agama ke anak-anak, bisa enggak mendidik anak-anak tentang agamamu,” kata dia gini. “Yah papa mana bisa,” Aku bilang, “Ok, kalo gitu anak-anak harus ikut gue, tapi ketika anak umur 17 tahun terserah anak mau ikut siapa,” Masuk surga adalah urusan masing-masing, anak enggak bisa nolong ibunya, ibu enggak bisa nolong anaknya, suami enggak bisa nolong istrinya, itu udah pribadi, personal masing-masing. Kayak anakku, Michael, kan Muslim, ya silakan…aku yang mengambil keputusan tentang pola asuh atau keuangan. Kalau mau dia yang pegang ya silahkan aja dia sama yang laen. setiap orang kan menginginkan masuk surga, kalau aku sudah yakin masuk surga, kan sekarang kita sudah di neraka. Kalau ada orang yang berpikir kalau aku mati masuk mana ya, itu orang bodoh. Kan gini orang menggambarkan kalau neraka itu
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Pencari nafkah utama
Menghargai individualitas
Perubahan kesepakatan
Yang mendominasi
panas, makanya kalau ada orang yang mengatakan bahwa mati masuk mana, itu orang tolol, karena kita sekarang ini kita sudah di neraka kan? Disini itu panas, apa-apa susah, air juga jarang, listrik, semuanya harus dipikirin, makanya aku suka bilang sama temen-temen aku, aku kalau mati pasti masuk surga langsung. PD banget ya ? Iya jadi orang harus PD. Ya..suami. Kalo catering ya untuk jajan anak-anak. Aku enggak minta izin suami. Aku kalo pengen sesuatu jalan sendiri. Enggak sih suamiku, enggak pernah melarang, silakan-silakan aja. “Pokoknya selama elo enggak ngerasa capek ya udah,” gitu katanya. Kalau aku selalu minta sama Tuhan, “Tuhan jaga kesehatanku.” Kalau aku tidur bangun ya sehat lagi. Gini, aku kan orangnya suka maen. Dan aku enggak mau merepotkan suami, misalnya aku mau pergi dan aku minta uang enggak dikasih, akhirnya kan jadi berantem. Kalau aku, semua kegiatanku yang aku bisa handle sendiri aku ya ku-handle sendiri. Misalnya, aku pengen pergi, makan-makan, rokok. “Jangan sampai elo larang gue rokok, karena aku beli rokok bukan dari gaji elo.” Dia pernah komentar sih sama kebiasaan ngerokokku gimana dampaknya nanti sama anak. Kalau aku cuek, “bodo amat.” Karena aku ga bisa pup (buang air besar) kalo enggak ngerokok. Gini, aku bilang toleransi…suamiku ini orangnya tidak suka bergaul. Sedangkan aku temanku banyak. Bisa diliat FB berapa banyak temenku dan berapa banyak suamiku. Aku sempat ngomong sama suamiku, waktu itu dia pernah ngomong gini ”kamu kenal sama ini, kok kamu berteman sama ini”, aku bilang sama suamiku, ”aku lebih baik berteman sama orang yang aku kenal dari pada aku berteman sama orang yang tidak aku kenal.” Misalnya gini, aku berteman sama orang yang enggak aku kenal. Terus jarang komentar di status gue jangan harap pertemanan bisa lama sama gue, misalnya lagi kan suamiku pernah ngomong, “Kan ada pricacy FB yang orang tidak berteman sama kita, tidak bisa buka FB kita”. Kalau bagi aku, itu orang yang belagu, orang artis Holywood aja bisa kita lihat kok, orang yang biasa aja enggak bisa kita lihat. Aku biasa aja sih. Tapi kadang gini, suami aku bilang Tasya harus gini-gini, tapi kalau aku rasa enggak penting ya enggak ….ngapain? engga juga biasa aja. Rumahku itu tempat ngumpul temen-temenku. Jadi enggak mesti di FB. Setiap hari, adaaaaa aja temen yang maen, temen SMA, temen komplek, atau temen yang seiman. Yaa aku sih santai aja kalaua ada yang dateng, misalnya ya seadanya aja engga yang aku perlakukan special atau gimana Kalau untuk masalah anak aku selalu tanya ke anaknya misalnya si Michael waktu SMA bilang sudah tidak mampu untuk sekolah. Terus suamiku ngomel. Aku cuma bilang, ”mama kasih kamu waktu dua hari untuk
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
berpikir, kalau kamu tidak mampu untuk sekolah terserah.. ya kamu kerja. Mama enggak mau ada pengangguran di rumah ini.” Terus dia milih di STM Cileungsi dan waktu itu dia harus ngulang kelas satu lagi kan. Dia dari SMA jadi harus ngulang. Kalau papanya kan emosi, kalau aku enggak. Waktu itu aku gini, “ayo cari sekolah yang bagus dan waktu itu aku lihat sekolah yang bagus itu Muhammadiyah karena peralatanya dari Belanda. Dan aku tahu di sekolah itu banyak liburnya, banyak aturannya, dan harus tes.” Aku tawarkan, “kamu mau engga?” Dia bilang mau ya udah, akhirnya tes waktu itu listrik, otomotif, sama diesel. Karena jiwa anakku kan teknik jadi lulusnya ya bagus tapi aku bilang ke dia jangan sombong. Keterbukaan spontan
pembagian peran
Tidak hanya sama suami, sama temen kalau ada yang aku enggak suka aku langsung bilang. Kalau aku juga gini sama orang, minta apapun gue kasih, tapi jangan sampai bikin gue sakit. Kalau aku gitu prinsipnya. Ada juga yang aku buka dan cerita sama suami. Aku Cuma (berdoa) Tuhan selalu sentuh hatiku karena aku selalu akan menjaga hatiku, kan aku selalu nulis status God Please Touch Me. Karena aku berbeda sama suami dan yang bisa aku lakukan ya menjaga hati, orang yang seiman aja bisa pisah apalagi yang enggak seiman. Kayak kemaren aku nulis status gini, aku kangen, terus suamiku masuk kangen sama siapa enggak usah lebay deh. Aku jawab ya kangen sama suamiku dan anak-anakku lah kangen sama siapa lagi? kataku gitu. Ni kayak sekarang ini aku BBM-an sama Michael, sebab seminggu sekali aja aku belum tentu ketemu sama dia, jadi enggak ada waktulah buat yang lain, Tasya ikut aku, dan dia aktif di gereja. Michael dulu enggak aktif di Gereja, kata suami kalau laki-laki harus muslim, mungkin karena dulu aku juga enggak aktif di gereja. Kalau aku enggak ada yang gitu-gitu. Enggak, aku enggak sukanya gini lho, kalau aku mau pergi, aku enggak peduli rumahku berantakan. Dari pada makan hati sama pembantu, hidup jangan dibikin repotlah. Misalnya gini, walaupun ada pembantu tetap kita yang masak, kan kita yang tahu keuangan kita. Misalnya gini duit sedang enggak ada, sedangkan pembantu harus masak. Aku bilang sama suami, ”gaji pembantu berapa? setengah juta kan, mendingan gue beli baju dari pada buat pembantu.” Nanti dia pulang, dia bertingkah apalah. Ah enggak deh, nanti gue gemes.. gue tonjok.. mendingan enggak usah. Dari dulu aku nggak ada pembantu. Catering aku bukan yang gede kan. Kalau ada yang pesen baru aku kerjain. Di antara temen aja… enggak semua pesanan aku layani. Kayak kemaren lebaran banyak yang pesan kue tapi aku cuma bikin nastar sama apa ya kemaren…Jadi sesukanya aja. Kalau aku pengen bertindak, Tuhan kayak ngasih tahu, misalnya gini, aku lagi males jangan aku lakuin, aku pasti rugin (kalo dikerjain).
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Perubahan peran dan tanggung jawab
Awal Mengenal FB Tujuan pake FB Yang harus diperhatikan Yang mengontrol FB pasangan
Keluhan Dari pasangan Pasangan saling ngeadd mantan Cemburu mantan pacar Yang tidak disukai pasangan dari FB
Enggak juga sih biasa-biasa aja, tapi untuk masalah sayang dan cinta mungkin 25% aja untuk suami selebihnya untuk diri kita dan anak-anak. Tapi orang kan kadang ada jenuhnya juga kan. Gini, orang Indonesia itu enggak pernah menghargai perempuan. Coba deh bandingkan dengan orang Barat yang salut dengan orang Indonesia karena ramah, suka menolong dan melayani. Tapi orang Indonesia sudah dinilai seperti itu tidak menghargai, makanya aku suka bilang sama Tuhan, “Tuhan sentuh hatiku”. Tahun kemarin kali ya, kalau aku kan ngeliat anakku, Michael. Dia kan udah mahasiswa, pasti kan dia udah bikin FB Twitter gitu, tapi aku enggak tertarik gitu lho Sama aja sih, ketemu temen, menyambung tali silaturahmi. Tergantung kitanya, ya misalnya kita berteman sama mantan, ya kita jangan diladenin. Kalo suami aku… iya, kalau aku enggak. Enggak penting amat, mau nulis apa terserah walaupun di situ, di rumah misalnya mau buka statusnya anak saya yang paling gede si Michael dalam satu hari ngapain aja, bisa tapi aku enggak pernah. Biarin aja terserah lo lo, gue gue. Maksudnya setiap orang walaupun kita suami istri, pasti masing-masing punya privacy, kalau suami aku pasti buka, setiap hari. iya setiap hari,…enggak maksudnya kita itu saling intip…enggak, dengerin dulu pertanyaan orang! (dengan nada kesal) Mbak Fitri tadi pertanyaan nya gitu. Kalau aku, enggak semua temen aku, dia harus kenal kan? Dia punya masa lalu dan aku juga punya masala lalu. Aku juga engga, tahu masa lalu dia, masa lalu temen-temenya dia, walaupun kadang-kadang ooo… ini perasaan ini temen SD gue..gitu. Engga Enggak, masalahnya enggak pernah ketemu sama mantan pacar, semuanya temen, jadi enggak ada. Itu tadi..firman sama foto. Aku enggak mau rame..Padahal semua orang kan punya alasan gitu. Aku punya favorit, kamu juga punya favorit, masa enggak boleh. Cuma aku enggak mau rame orangnya,. Ngapain… udah tua, misalnya kita tulis di situ, temen kita 700 ya 700 temen kita tahu. Kalau aku ya biasa-biasa saja, kalau aku FB itu aku Cuma bisa ketemu sama teman-temen aku, udah gitu aja, aku
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Curhat di FB
Dampak positif dan negative FB Masalah yang dinegosiasikan Peran FB
Makna ttg FB
juga engga pernah sama temen-temen aku atau aku ribut sama suami aku terus aku tulis. Itu aku enggak, enggak penting kayak gitu. Kalau aku berantem, ya udah berantem aja abis itu selesai, ngapapin nulis-nulis disitu, engga ada untungnya. Misalnya, suami aku nulis di FB, “maceeeet”. Aku juga enggak pernah komentar, engga sempet. Kan dia pagi sedangkan pagi aku nyetrika. Apalagi BB kan udah kelewat jauh, mungkin kita buka computer, itu kan masih kelihatan Heli itu lebih cepat tidurnya dibanding aku Kalau aku punya masalah enggak pernah cerita sama manusia. Ada yang perlu aku ceritakan ada yang enggak. Iya aku kalau ada masalah sama suami aku enggak pernah aku keluarin, sama orang tua aku pun enggak…ceritanya sama Tuhan. Enggak semua temen aku harus tahu masalah aku, dan aku bukan artis engga harus semua orang tahu, jangankan orang lain keluargaku pun enggak tahu. Paling mamaku. Aku berdoa dengan bersuara, jadi bisa aja dia (suami) dengar. Positifnya apa ya, positifnya ya FB itu menjalin persahabatan aja sama temen-temen..biasa aja. Dampak negatifnya apa ya, kalau aku biasa-bisanya aja enggak ada dampak positif atau negatifnya, biasa-biasa aja, engga ada yang gimana-gimana kalau menurut aku. Ada, misalnya aku kan punya favorit, kayak Tom Cruise. Suami aku bilang, “ngapain sih pasang-pasang gitugituan?.” Kan semua orang punya favorit gitu kan, suami aku juga punya idola.. ada fotonya Luna Maya misalnya. Aku bisa ketemu temen-temen lamaku. Kita kan punya temen SD, SMP, SMA. Kalau temen SMAku itu paling solid, temen SMP Cuma ada berapa orang yang ketemu di situ. Kan aku udah memulai pertemanan dari SMA, dulu emang deket banget, misalnya di FB ada temen dua, kemudian tiga terus tambah banyak temen-temen SMA. Kita pernah waktu itu kita bolos, dalam satu kelas tinggal tujuh orang, pernah kita semua di-skors kemudian yang belajar cuma tujuh orang, itu pernah. Cuma akhir-akhir ini aku lagi mencari sahabat aku namanya Heni Roring. Dia itu penyanyi, kayaknya kangen banget sama dia, aku kan bertiga sama sahabat aku, Endang sama Santi. Mereka aku tanya engga pernah tahu. Tahu-tahu dikasih tahu sepupuku, “teh, bikin aja FB siapa tahu ketemu.” Terus waktu maen sama sepupu suamiku, lho ini siapa ya kayaknya temen SMA gue. Ya udah akhiranya ketemu. Ternyata Heni itu sudah dua tahun juga nyari-nyari aku juga sampai tutup mata dia. Jadi waktu aku buka FB ternyata dia baru seminggu meninggal. Waktu itu kan aku ketemu sama temen aku yang namanya Leni terus chatting sama aku. Aku enggak tahu gimana balesnya, akhirnya diajarin sama sepupu suami aku. Aku tanya sama dia, “Len, gimana kabar
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Memperlakukan FB
Aturan untuk mengamankan pernikahan
Mantan pacar di FB
Heni?” Terus si Leni jawab, “ya ampun Monika, kamu enggak tahu kan Heni kan sudah meninggal.: Aku bilang. “ kok elo pada jahat sih enggak pada ngasih tahu gue.” Dijawabnya, “gimana gue ngasih tahu elo, dari mana?” Sedangkan aku punya FB itu baru dua hari. Heni… dua tahun lho nyari-nyari elo, makanya kok kenapa aku kangen banget sama Heni. Kalau aku lihat gini, orang di masa lalu gue, lebih baik dari pada orang masa sekarang. Aku tu sama suami aku, kalau lihat FB.. ya udah buka FB aja, baca status. Kemudian kita buka Youtube, dengerin lagu lama. Paling kita lihat aja, siapa nih yang online, terus kita pindah ke Youtube, dengerin lagu… apalagi suami aku. Kita kan bukan pemimpi, biasanya yang menulis status yang lebay itu kan pemimpi, misalnya suami istri yang nulis status yang gimana biar kelihatannya harmonis. Kalau kita enggak, biasa aja, enggak ada yang istimewa. Kalau suami aku kan mengikuti perkembangan teknologi, mungkin ke depan ada lagi yang baru, aku aja kalau mau dikirim foto sama adik aku, dia kirim ke inbox aku tanya dulu aku mau terima atau enggak. Misalnya kayak suami aku nerima gambar, kan sulit untuk dihapus, bukan aku yang kirim dari temennya. Enggak.. foto kue, foto kue enggak pernah kan.. kecuali ulang tahun, Kalau aku enggak perlu, tergantung orangnya, misalnya tadi kalau kita berteman sama mantan pacar, biasa saja, enggak usah ditanggapin, seperlunya aja. Itu tadi padahal bukan mantan aku, bukan di-delete, tapi di-blokir. Kalau aku pribadi, enggak perlu. Kalau aku, temen aku temen sekolah, aku berteman dengan orang yang aku kenal aja, tapi ada juga yang aku enggak kenal tapi aku lihat dalam satu minggu statusnya kayak apa, kalo macem-macem aku remove. Misalnya ini kayaknya sama dengan temen SMA gue, kadang aku minta pertemanan duluan, ternyata namanya sama tapi oranganya beda, kita kan engga enak kalau kita minta kemudian kita hapus langsung, aku terima semua pertemanan. Tapi kalau aku liat statusnya lebay nih aku langsung hapus, tapi kalo kayaknya membangun nih statusnya, misalnya dia nulis firman Tuhan nih, ya udah jadi temen aku. Tapi aku jarang komentar, paling like, jempol-jempol ajah. Misalnya aku tulis “amin”. Ada, tapi kalau dia nulis status enggak yang aku komentarin. Atau kalau dia online aku enggak, aku enggak pernah negur cowok duluan, aku enggak mau. Aku enggak mau dibilang merusak rumah tangga orang. Paling kalau ada event aku tegur lewat grup, kalo chatting langsung sama orangnya aku enggak. Kalau aku gini, itu lebih untuk menjaga citra aku sendiri, setiap orang mau untuk dihormati sama orang. Jangan sampai karena ada FB terus kita jadi kayak enggak punya harga diri. Makanya waktu itu ada temen cowok aku yang nanyain “apa yang paling unik dari Monik?” si Monik itu paling enggak mau dipeluk cowok dari belakang, padahal kita kan
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
sudah biasa sama-sama, pasti coba peluk dia dari belakang pasti dia ngamuk” hehehehe Di inbox orang lawan jenis ngajak chating
menciptakan keharmonisan dan kebahagiaan
Engga pernah.. iya, kalau udah enggak jelas (orangnya, bukan teman), langsung aku remove. Oh aku pernah….(sambil ingat-ingat) ada orang bule, tapi langsung aku jelaskan sama dia kalau kamu hanya mau berteman dengan saya, saya mau. Saya buka ke dua tangan saya untuk berteman, tapi kalau lebih dari itu enggak, saya adalah seorang istri, mempunyai dua orang anak, terikat dalam pernikahan.. Gitu aja orang dia sudah tahu, enggak pernah dibahas-bahas lagi, ngapain. Kalau lo mau berteman sama gue.. ya silahkan, kalau minta lebih ya enggak. Saling pengertian kali ya tenggang rasa, aku rasa itu biasa aja sih, tergantung orang yang menyikapinya mungkin ya.
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Informan 9 : RO
Pertanyaan tujuan pernikahan
Harapan terhadap pernikahan Dari mana pemahaman tersebut Mengapa memilih pemahaman tersebut tujuan dan harapan tersebut telah tercapai paling penting dalam menjaga hubungan/relasi suami istri pengambil keputusan menyangkut kepentingan keluarga
pengambil keputusan menyangkut permasalahan keluarga
Jawaban Terus terang .... tujuan nikah untuk menghindari zina, bisa making love gratis hahahahaha kita sepakat nikah tanpa awalnya bukan karena cinta, tapi ke sini-sini gue ngerasa ga bisa hidup tanpa dia…gue jadi tergantung ama dia terutama saat mutusin segala sesuatu. Dia sering nanya, “ibu bahagia gak sama ayah” Gue liat dia yang cinta banget ma gue, n takut kehilangan gue Gue sempet mikir apa gue butuh nikah…kan hukum nikah ada lima tuh, gue mikir masuk yang mana. tapi gue juga gak yakin bisa nahan hawa nafsu, yaudah gue sempet istikhoroh… agamalah, kalau dari keluarga gak mungkin, lo tau kan dulu gue kurang perhatian banget, bokap meninggal waktu gue 2 tahun, yokap single fighter dan kerja mati-matian buat keluarga. yang paling bener lah, karena suami gue pun milih gue karena gue dianggap bisa bimbing dia dalam hal agama, dia seneng nanya-nanya. ya, sejauh ini udah tapi tujuan dan harapan kan terus berkembang. Menurut gue, pernikahan itu ya proses penyesuaian yang gak pernah berhenti, kalau berhenti ya udah hancur. Komunikasi, gue dan suami berusaha menjaga komunikasi.apa aja diomongin pulang kantor pasti gue cerita apa yang gue kerjain, kalau gak dia pasti nanya. Suami gue tapi dengan masukan dari gue, lo kan tau cewek kalau punya mau ngomong muterrrr kemana-mana dulu baru mengarah ke yang dia mau. Nah, abis itu dia deh yg mutusin, biar gue ga disalahin n nanggung resiko kalau salah ambil keputusan hahahaha. Gue pokoknya tetap memposisikan dia sebagai pemimpin…di atas gue. Kalau masalah anak, gue dulu yang nyelesaian, tapi gue tetap report ke dia, kalau gak bisa baru ke dia, pokoknya dia yang urusnnnya gede-gede. Gue dibesarin di keluarga yang bebas, gue kurang diperhatiin nyokap, makanya gue gak mau anak gue kayak gue…kejedot dulu deh kapok. Kalau suami kebalikannya, ibunya over protective bgt, anak pulang sekolah dijeput pahal sekolahnya dekat, dia anak pertama dan laki-laki. Dia juga ga mau anaknya kayak gitu…
1 Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
yang menentukan jumlah anak
anak bermasalah, siapa yang bertanggung jawab yang memutuskan untuk mengisi liburan / rekreasi keluarga pencari nafkah utama
membuat rencana kegiatan harian, mingguan, bulanan, atau tahunan yang memutuskan istri bekerja
yang memutuskan penggunaan uang belanja untuk keperluan keluarga
harapkan dari kontribusi dan pasangan dalam menopang ekonomi keluarga harapan tersebut telah terpenuhi
Suami juga, awalnya gue hanya pengen punya anak 1 aja, liat aja jarak anak pertama gue yang cewek kan jauh banget anak pertama 3 SMP, yg kedua 1 SD, trus yang ketiga br 2,5 tahun. Tapi suami pengen anak cowok, ya udah okelah..alhamdulillah dapat juga cowok, nah ketiga gue kesundulan…gue ampe kaget “haaaaaa hamil ?” kata suami gue bonus ya udah diterima aja. gue dulu nanti kalau gak terselesaikan sama ayahnya deh Suami gue, tapi usulan anak-anak juga didengar Tetap suami gue, gue melengkapi. Gue tuh ga bisa kalau gak pegang uang. Gue terbiasa ngelakuin apa-apa sendiri, kalau ada uang gue bisa berekpresi mau beli apa ada, pernah abis melahirkan gue 2 bulan di rumah.. adanya ribut aja, gue minta uang terus kalau butuh, hehehe suami gue gak tahan akhirnya bolehin gue kerja lagi Kalau rencana untuk kerja pasti tiap hari gue buat daftar yang mesti gue lakukan hari itu, kalau rencana keluarga mengalir gitu aja, paling rencana tahunan Gue ketemu suami dalam kondisi udah kerja. Suami gue masih saudara jauh, dia tentara. Dulu kita ketemu pas ada acara keluarga. Dulu tugasnya pindah-pindah, sekarang enggak.. malah lebih banyak waktu dia di rumah dibanding gue, gue punya kesepakatan biar anak-anak gak lepas figure ortu salah satu ortu harus gantian secara fisik ada di rumah. Kalau gue lagi sibuk, suami gue di rumah, sebaliknya dia lagi keluar gue di rumah. Suami gue orang rumahan , ga suka nongkrong, kalau ke kantor gue aja yaudah diem aja paling ngerokok. Kalau gue kan jingkrakan tuh orangnya keperluan keluarga makanan pembantu, gue kasih tau di awal, selama semua terpenuhi ga complain ke gue, kalau yang besar-besar suami gue.. kayak mobil….prinsipnya gak boleh ngambil dari uang gaji bulanan yang dia kasih ma gue. Wong itu aja kurang, gue yang nambahin. Kasarnya, terserah dia dapat dari mana kalo di luar itu. gue dapat beraktualisasi diri, waktu kerja itu ibarat me time buat gue. Kalau sabtu minggu itu prerogative suami gue, gue jadi ibu rumah tangga saat itu. Ya, sudah. Gue merasa sudah cukup adil, suami gue kasih kelonggaran boleh kerja lagi. Tapi ada
2 Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
saling mengkritik dan memberi masukan satu sama lain dengan suami
Masalah yang sering dinegosiasikan dalam relasi suami istri spontan dan tegas menyatakan keinginan kepada pasangan mendominasi (keinginannya ingin selalu dipenuhi)
negosiasi selalu berakhir pada kesepakatan yang saling menguntungkan peran dan tanggung jawab suami istri
dinamika (perubahan) dari
harus ada waktu khusus buat keluarga ya lah, gue orangnya spontan, ga suka mendem-mendem perasaan, kalo ada masalah harus tuntas. Biasanya kita bicarain di meja makan. Kalau anak2 punya waktu makan yang beda kana ma gue dan suami. Jadi kita bisa bebas ngomong di meja makan. Kita ga pernah bicarakan masalah di tempat tidur, kata suami gue tidur butuh ketenangan jangan diganggu masalah. Kala waktu tidur y tidur n “bergerilya” hahahahaha Dalam banyak hal gue ama suami selalu melakukan negosiasi…urusan karir, pendidikan, keterpisahan, kegiatan dengan teman, dst. Tapi yang lebih sering si masalah pendidikan anakanak. Yaaa, tapi gue pake strategi muter-muter gitu yang tadi gue ceritain kalo kita, cewek, muter-muter dulu kalo ngomong ujungnya suami yang diminta ambil keputusan Gue kali yaaa, gue kekeh tapi gak yang nyecer, gue kasih argumen terus. buktinya gue cukup sabar nunggu ampe die kasih izin kuliah, o ya dia juga punya keinginan kuat tuk wirausaha..dia mah hobinya nyoba hal2 usaha baru. Dulu …jamur, bengkel, daur ulang plastic, sekarang katanya mau usaha agen gitu agen beras, aqua…gue sihh diemin aja, itu kebutuhan individu dia kali. O y, ktnya kalo usaha agen berhasil gue g mesti kerja lagi..bener juga siiih dia mikir gak mau gue kerja jauh-jauh kayak sekarang ini. Nanti kalau dah jalan usaha itu dia mau serius urus itu aja, terus nanti dia tinggal kasih setoran ke komandan tiap bulan, hehehe. kan sebenranya bukan kemauannya jadi tentara, minatnya lebih ke wirausaha. Tidak selalu. Tergantung masalah apa yang dinegosiasikan.
Dia pemimpin, gue pendamping, semua berjalan ngalir aja, pada dasarnya gue ama suami sharing peran dalam segala hal. Termasuk dalam mendampingi anak di rumah. Walaupun di rumah kan ada banyak anggota keluarga lain (ibu, adik, dan tante) tapi gue ma suami sepakat, anak harus tetap didampingi orangtuanya jika salah satu dari kita sibuk. Jadi, kalau gue sibuk, maka suami akan pulang kerja on time. Kalo suami sibuk, maka gue yang pulang kerja on time. Nyaris tidak ada,. relative sama.
3 Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
pembagian peran dulu dan sekarang perlukah aturan dalam relasi suami istri
Aturan perlu biar tidak kebablasan, perlu, biar semua nyaman. Karena berumah tangga kan untuk seumur hidup. Gak mungkin rumah tangga akan langgeng kalau kita gak nyaman satu sama lain. Menurut gue..untuk itulah dibutuhin aturan yang udah disepakati bersama.
sanksi jika pasangan melanggar aturan Aturan Tersebut Dirumuskan perubahan yang terjadi relasi dengan pasangan
gue gak pernah ngelanggar jadi gak ada sanksi hehe, jika ada yang ngelanggar, cukup dibicarakan. Intinya, diingatin lagi balik ke komitmen awal. Gue ama suami diskusi panjang lebar dulu. Gue rasa setiap individu pasti berubah setiap saat. Jadi, selama perubahan yang terjadi dengan pasangan gue itu positif, akan gue anggap wajar. Karena gue pun berubah.
perubahan-perubahan yang pernah terjadi dalam pernikahan pertama kali mengenal FB
Satu hal yang penting adalah perubahan kesepakatan untuk ngelanjutin pendidikan.
Dari siapa fitur (fasilitas) yang paling disukai dari FB Tujuan menggunakan FB
yang perlu diperhatikan dalam menggunakan FB
Tahun 2009, yah baru 2 tahun pasca gue melahirkan anak ke 3, gue kan sempet baby blues anak gue jantungya bocor, tiap hari kerjaan gue nangis mulu liat anak gue, kayaknya karena gue gak sepenuh hati nerima kehadirannya. Di samping juga kurang sedikit bulannya, kan kata dokter kalau kurang organnya belum sempurna, anak ketiga ini pokoknya yang lahirnya direncanain, 2 anak gue yg lain juga sesar tapi gak direncanain. Temen-temen kantor, dulu lagi booming tuh…awalnya ngapain sih FB-an Catatan wall, bisa mengekspresikan perasaan Kesenangan, menghindari kebosanan, O y gue FB-an sebenarnya tuk urusan kantor juga. Kadang ada informasi tetang kerjaan yang disampein lewat FB, tapi itu jarang siiih, kebanyakan kita juga ngobrol2 haha hihi aja Tau aturan, kalau udah sampe rumah FB-an berenti, fokus perhatian tuk suami anak, jangan ampe suami dicuekin karena FB. Termasuk Sabtu Minggu gue gak FB-an. Gue gak bisa pergi reunian atau pergi ama temen-temen kalo Sabtu Minggu. Bisanya hari kerja… 4
Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
pengarah dan pengontrol penggunaan FB
keluhan dari pasangan terkait aktivitas dalam menggunakan FB Pernah menggunakan FB secara sembunyi-sembunyi Kekhawatiran akan terjadinya cinta lama bersemi kembali kekhawatiran akan terjadinya cinta lama bersemi kembali kopi darat dengan kenalan baru via FB merasa lebih nyaman mengungkapkan perasaan via FB dibanding dengan bercerita langsung dgn orang lain lebih membuat nyaman saat bermasalah: bercerita kepada orang lain (termasuk via FB) atau bercerita dengan pasangan dampak positif FB Dampak negatif terjadi kebuntuan (deadlock) dalam negosiasi
Suami gue ga pernah mengarahin gue, gue bebas nulis apa aja di catatan wall. Suami gue hanya berteman dengan teman kantor gue untuk mengontrol gue. Dia jarang banget buat status (catatan wall) setahun paling 3 kali. Dia gak pernah kasih komentar di wall gue, tapi kalo dia bikin status selalu gue komentarin hahahaha. Ya itu aja, gak boleh FB-an di depan suami ama yang Sabtu Minggu itu..(di rumah jadi ibu rumah tangga penuh) Gaklah, lagi ngapain juga… Suami gue kan gak aktif FB-n. Pasangan gue belum pernah bertemu lagi dengan mantannya. Buat gue kalo terjadi cinta lama bersemu kembali (CLBK), kenapa tidak… Disahin aja ke pernikahan. Toh, kalau laki-laki diberikan kelonggaran punya istri 4. Masalahnya akan gue kembaliin ke pasangan gue. Sanggup gak dia? Pernah Tidak juga.
Dengan pasangan sendirilah. Karena dia bagian hidup gue yang pasti akan membantu gue jika punya masalah.
Kalau gue, FB itu media hiburan. Begitu pula pasangan gue, tapi dia jarang banget aktif. Belum terlihat Tidak pernah
5 Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
penggunaan FB, masalah yang biasanya dinegosiasikan sistem keamanan untuk melindungi pernikahan membuat dan mengontrol pelaksanaan aturan Perubahan pasangan setelah menggunakan FB
Biasanya cuma masalah timing saja, kapan waktu yang pantas OL.
Saling berkirim kabar lewat FB meng-add teman lawan jenis digosipkan via FB Masalah yang sering muncul dalam relasi suami istri unsur-unsur yang menciptakan kebahagiaan
Kadang-kadang Pernah. Lebih banyak malah karena dulu teman sekolah atau teman kerja banyak yang cowok. Belum dengar Sampai saat ini hubungan kita gak terlalu banyak masalah. Kita bedua easy going.
Cuma masalah timing aja. Gue FB-an kalo di kantor dan waktu di perjalanan atau lagi nunggu…sesuai aturan yang udah disepakati jadi nggak melanggar kan.. Kesadaran kita bedua aja Sampai saat ini hubungan gue sama suami nggak terpengaruh FB sama sekali. Intinya FB nggak buat intensitas dan kualitas gua sama suami berubah
Semua yang terjadi sehari-hari bisa buat gue bahagia. Karena menurut gue, bahagia atau gak nya seseorang itu tergantung dari mindset-nya. Iya kan? Hehehehe Intinya, enjoy life aja.....
6 Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Informan 10 : AW
Pertanyaan AW Tujuan pernikahan tujuan pernikahan, klise ya pasti membentuk keluarga yang sakinah, rata-rata jawabannya gitu ya tujuan pernikahan, pastilah menunaikan sunah. Harapan ya apa ya engga ada gangguan-gangguan ya misalnya perempuan-perempuan, ya maaf ya kalau misalkan gimana, ya kalau Pernikahan misalkan perempuan ya kita sendiri sulit untuk disesaikan, kalau masalah lain kan bisa yak an. Yang paling klasik lagi ya komunikasi, dan emang bener kan kadang kalau lagi malem minggu, udah selesai kerja telpon, kalau engga, ya penting dalam kenapa engga telpon-telpon, ya walaupun pertanyaannya standar kaya anak-anak udah belajar apa belum, pernikahan Pengambilan keputusan
Keputusan lagi
kita komunikasi, kalau keputusannya agak berat kita komunikasi, kalau keputusannya tidak yang terlalu berat biasanya diserahkan ke saya sih, kaya misalnya kebutuhan mana dulu nih yang harus didahulukan kata dia ya udah terserah kamu, ya walaupun saya tetap patuh peraturannya dia, misalkan gini, anak saya engga boleh makan mie, kalau kata ayah dan ibu engga boleh ya engga boleh, tapi kalau terserah ibu, masih bisa boleh atau bisa engga gitu, kalau keuangan, kadang kan aku juga yang mana dulu nih pengeluaran yang harus di dahulukan, kerja Kan dulu anak saya kan deketnya sama ibu saya terus ibu saya sakit-sakitan ya udah berhenti kerja aja, ya kadang BT juga ya engga kerja, terus kata suami saya yak an saya engga nyuruh kamu berhenti kerja kata dia gitu, jadi terserah saya sih sebenarnya. Kalau saya sih sebenarnya pengen punya toko kaya alat tulis apa maenan, tapi kata suami saya itu engga akan berkembang, kan kamu orangnya engga tegaan, engga tega suka ngasih gitu aja, aku orangnya mudah tersentuh, gampang nangis kalo nonton sinetron. Kalo dagang kan, kalo kredit harus nagih..nah itu aku gak bisa.
Keputusan tetap sih kita komunikasi, pertimbangan biaya juga, atau anak saya pengen disini ya kita komunikasi dulu kan pendidikan anak Keterlibatan orang kan aku gini ya mbak pergi juga engga yang terlalu lama atau gimana kan, kalau ibu sih pergi-pergia aja kecuali kalau lagi tua sakit, terus sendirian, kalau gini ka nada suami ada anak, ya aku pergi, atau belanja, anak saya kan engga bisa makan pedes, ya aku harus belanja kan, tapi kan mertua saya orang Padang,
1 Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
pengaruh orang tua dalam pengambilan keputusan melibatkan orang ketiga Suami kecewa dengan keputusan
kalau saya sih selagi dapat izin dari suami, walaupun orang tua ngomel-ngomel, bahkan orang tua saya sendir, kan saya sudah dapat izin dari suami, kaya kemaren kan saya pulang sampai jam satu malem kan, ya udah kan sudah dapat izin dari suami, dapat ongkos dari dia, sama teman-teman, dan itu dianter jemput sama suami, kalau dia lagi keluar kota ya engga berani pulang sampai jam segitu, paling jam 10 paling malem. engga, kalau bisa jangan sebisa mungkin tangani sendiri.
pernah sih tapi engga yang terlalu gimana, ya udah kata dia udah terlanjur, misalkan kita beli apa terus ada keperluan yang lebih penting, ya udah aku engga tahu yah kata aku gitu, ya udah tapi engga yang kecewa banget karena masalahnya engga yang prinsip. Kebiasaan Kayak misalnya pakai baju, kok pakai baju gitu amat, nah itu bagus gitu. Contoh kecilnya ya kan anak saya suka saingan mengkritik, saling sama ayahnya. Kadang bajunya anak dipakai ayahnya. Anak saya kan badannya gendut 65 kg. “Gitu dong kan penampilan memberi masukan dilihat yah,” aku bilang gitu. Kadang suami bilang, “ya masuk akal juga ya.” Kalau penampilan bagus misalnya kan dilihat ini orang bisa kerja. aturan
kalau suami saya sih terserah saya, tapi kan takut jadi omongan atau gimana engga ada suaminya pergi malam kan, kadang kan suami saya tahu saya mau pergi, kadang kan kalau acara nonton kan sampai malem kan, ya kalau jam delapan jam Sembilan kan masih wajar, kalau sudah lewat itu saya engga berani kan, kadang aku batalin walaupun sudah ada janji, suami saya lagi keluar kota gitu Ritual bersama engga ada, kalau kita makan ya makan aja, engga diwajibin, kalau lagi kumpul terus makan bareng ya bareng aja, engga ada tradisi yang perlu dipertahankan gitu engga ada, kan kadang ada budaya ini ya Padang Makan Basamo, tapi engga ada di saya, dari saya nikah samapai sekarang engga ada, paling lebaran bikin kue itu aja, kan mertua saya pinter masak, jadi kalau lebaran harus masakan sendiri. Cara untuk saling kalau saya sih selalu cerna dulu misalnya dilarang, kenapa dilarang oh iya ada benernya juga kata suami misalkan, modalnya menghargai kecil terus ya baik buruknya gimana nih kebutuhan masing2 Yang mengalah dia yang mengalah, suami yang ngalah, kalau kaya gitu sih biasanya kalau lagi belanja apa gitu, itu sih masalah yang kecilkecil engga yang besar-besar banget, misalnya kalau aku pengen kaca mata gitu, ya udah aku minta aja, ya aku keluar air mata. Disiplin anak iya, kaya gini anak boleh maen pulang sekolah, tapi pulang dulu, kaya misalnya ada tugas sama teman ya udah pulang dulu
2 Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
jadi orang tahu, kemana aja, maghrib pulang. ya kadang aku bikin misalnya mau jalan-jalan kapan, ya kadang engga sesuai rencana, suami saya ke luar kota, ya kata anakanak yah engga jadi dong jalan-jalannya kan, ya kadang gini jadi perginya, tapi bertiga ayah engga ikut. Negosiasi dalam Paling sering masalah anak-anak gitu aja sih, misalkan gini…”ayah, kamu kan pergi keluar kota, sedangkan aku pengen pernikahan bawa anak-anak pergi harus nungguin kamu”, padahal kan kita maunya pergi sekeluarga. Alasannya capek atau apa …jadi kemana-mana masalahnya kan? Kadang kalo pergi sama teman aja bisa langsung pergi…akhirnya ..yaa pergi bertiga ma anak-anak aja. ya selalu ada yang ya misalnya aku pengen yang 100 terus dia pengen 50 ya udah ambil 75, jadi engga sampai yang buntu juga Rencana
Aktualisasi diri
iya butuh, kaya di sekolah misalnya ka nada orang tua murid ya mau dilihat mampu atau gimana, atau bantuan yang di sekolah komite misalkan yang aku pengen segini, malah ada yang engga mau, ada yang setuju sama saya ada juga yang engga, kan saya untuk penampilan sama biasa saja, kalau suami saya mampu, kalau orang yang lain belum mampu kan, ya dibilang sok kaya atau gimana, makanya kadang aku bilang ada batas minimal kalau sumbangan itu, jadi engga yang paling tinggi atau paling rendah atau gimana, ya mendingan kan eksis di kantor. Pembagian peran pasti ada ya ayah yang cari duit, ya paling kalau aku, kalau lagi capek yah tolong jemurin gitu aja sih, kadang dulu waktu dan tanggung saya masih kerja kadang dia bisa masak juga. bisa, sekarang karena udah sibuk juga, ya kasih garem berapa engga ngerti, jawab dulu mau makan nasi goring engga, suka nawarin dianya, atau kerjasama kamu yang nyiangin sayur, atau kamu yang ngulek bumbu. dominan Perubahan dalam peran
Pencari utama Aturan
kalau menurut saya ya seimbang sih ya, engga ada yang lebih dan engga ada yang kurang, kalau misalnya anak engga boleh apa ya engga boleh, alasannya apa ya selalu ada alasan untuk apa aja, jadi engga ada yang lebih dominan. di kalau aku ya apa ya, perbedaan peran aktualisasi diri, kalau di rumah aja kan engga ada pengembangan apa ya, wawasan, kalau kerja kan suka ada info apa, atau baca Koran di kantor ya isi Koran jadi bahan bercandaan, kalau sekarang kan males baca Koran, ya kadang engga tahu perkembangan apa. engga ada perubahan, sama, sejak pacaran juga engga ada yang ditutupi, sama aja, awal nikah perhatian dia terhadap keluarganya saya keluarga dia ya engga ada perubahan, ya engga ada warna, engga ada masalah yang meledak sampai orang tua turun tangan itu engga jangan sampai, ya semoga warnanya bagus.
nafkah Suami, saya sebagai pelengkap, emmm…..bisa juga sih ya, ya seimbang. dalam aturan antara suami istri engga, paling anak-anak aja, ya gitu aja sih, aturan suami istri engga diomongin, yang pasti engga
3 Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
relasi suami aneh-aneh dan sadar diri sehingga fleksible aja. dengan istri Fitur apa yang paling apa ya pertemanannya, terus koment-komentnya kadang ka nada yang bikin status lucu koment-komentnya gimana paling disukai gitu, kadang ada yang bikin status serius ada yang komentarnya melenceng atau gimana kadang kan kita bisa ketawa geli gitu kan, apa lagi ya ngobrol-ngobrolnya aja. Ya gitu aja buat ngilangin BT. kalau saya sebagai ibu rumah tangga seneng aja kumpul sama temen-temen, terus tahu info tentang temen-temen atau gimana, seneng ketemu teman lama, kita juga lebih semangat, pokoknya lupa deh kalau udah tua, apalagi kalau, ada sesi foto-foto deh. Tujuan pake FB
Punya banyak teman, jadi tau FB itu apa… kan saya gaptek kan
Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan FB Maksud tidak berteman dengan suami
ini juga sih dari perilaku kita juga yang harus kita jaga, jangan yang kita curhat-curhatan, FB kan umum jadi kita bicara umum aja,
Pengawas pengontrol
mula-mula aku sih cemburu...terus dia tunjukin comment yang ditulis ke temen-temen aku malah ketawa...akhirnya aku minta dibuati akun... tapi tetep kita nggak friend-nan kata suami untuk privacy…tapi kalo aku mao liat akun FB-nya, ya dikasih liat lah... buat hiburan, biar ketawa... karena aku lihat kok dia asik mojok sambil ngopi buka FB suami jelasin, kalo aku temenan trus baca nggak dari awal comment suami aku, teman dia apalagi perempuan, pas ada kalimat yang agak-agak nanti bisa buat cemburu atau marah kan aku sendiri yang capek katanya. Dia reject waktu aku add... tapi kembali lagi ke saling pengertian dan percaya satu sama lain....ya udah katanya kita kembali lagi ke saling pengertian dan percaya satu sama lain… ya udah punya komunitas masing-masing aja gitu, kadang kalau ceng-cengan ketemu di wall temen, gitu aja, secara khusus kita temenan tu engga. aku sih mikirnya gini kalau kita temenan, kita kaya pengen tahu semua urusan atau teman suami saya atau pergaulannya, jadi ya udahlah biarin aja, kan engga di dunia maya kan kita ketemu ya udah masing-masing aja, ya udah percaya aja, kadang kalau aku lagi ada kumpul sama temen-temen, dia ikut gabung, jadi dia sudah tahu pergaulan masingmasing, sama kalau suami saya juga begitu, kalau saya ada kumpul sama temen-temen dianter dan di jemput gitu, dan engga sih, kan kita liat-liatan gitu aja, kaya saya yang koment apa tentang status saya misalnya kan ada yang pro dan ada yang kontra kan, ya udah sih gitu aja, kan ngapain kalau aku ada masalah terus di share di situ, kalau aku mending SMS kan lebih personal kan? Kadang ka nada yang nulis status tentang masalah rumah tangganya misalnya mau divorce atau apa kaya teman saya ada yang nulis status gini “selama enam tahun sama saya maksudnya apa”, jadi kan tetahuan kalau ada masalah di
4 Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
anak complain
suka
Pakai FB secara terbuka
keterlibatan suami dalam penggunaan FB mantan pacarnya yang berteman di FB Perubahan setelah pakai FB FB memperarat hubungan suami istri Prosedur mengadd orang yang bukan mutual friend
dalam keluarganya kan?, janganlah kalau gitu-gitu menurut saya, kalau saya ya FB itu di bikin seneng-seneng aja engga usah dibikin serius, paling kadang sharingnya tentang anak gue males belajar nih paling gitu aja, umumlah. Saya engga suka ngecek, saya kan engga tahu juga ya, mungkin sih dia ngecek, tapi saya juga engga pernah mikirin dia ngontrol saya di FB, kadang kan di luar kota sendiri ya mungkin aja dia cek FB saya, kan saya ya merasa punya masalah ya tenang-tenang saja walaupun dia mau cek, engga malah suami saya kalau pulang kerja ya udah maen FB aja, kadang yang saya bilang gantian dong yah, pernah juga kan saya bilang, yah anak diajak maen dong, kan suami pulang kerja capek sambil santai ngerokok, ya maen FB an. Kadang kan suka minta bantuan apa benerin remot atau apa, ya jawaban suami ya gitu aja iya sebentar sabar, kata dia kalau saya lagi engga mood paling ngomong yang FB an sama siapa sih, udah gitu doang udah. kalau aku kan dari awal kenal kan komitmen pertama kita ya terbuka, dari masalah keuangan, atau pertemanan. Dan dari awal aku kan orangnya saling terbuka, tapi anak-anak kalau orang tuanya lagi ada clash, berada banget kan pada diemdieman aja, pada bingung kali kan biasanya ayah dan ibunya pada bercanda-canda, jadi mereka pada bingung juga kan, kalau di depan anak-anak kita diem-dieman, tapi kalau anak-anak udah pada pergi baru kita ribut, maksudnya kita yang pengen hari itu juga selesai masalah, ya biar lebih lega aja, kan kalau belum selesai bangun tidur aja yang masih beban pikiran kan. ya paling keterlibatannya ya ini aja, kalau ada foto yang menurut aku bagus aku minta tolong di uploadin gitu aja sih, jadiin foto profil gimana, ya Tanya pakai apa fitur apa gitu aja sih. Jadi engga ada yang menarik dari awal ya engga tahu ada atau engga
engga sih, temen-temen saya yang SMA juga bilang dari awal masuk samapai lulus ya gini-gini aja gitu, ada teman-teman yang komentar Andri kamu dari dulu gini-gini aja, mempererat juga biasa aja, biasa, saja, normal aja.
kalau aku Tanya dulu sama suami kamu kenal engga yah sama ini, atau aku lihat dipertemanan dia, misalnya kamu kenal sama ini engga, dan kalau aku engga kenal banget aku engga berani, walaupun dia perempuan ya aku engga berani, untuk add, kan walaupun kita sama-sama teman misalnya, kita punya sama punya temen SMA berarti dia teman SMA, tapi walaupun sesame teman SMA kalau aku engga kenal engga aku add, dan aku orangnya cocok-cocokan kalau aku terima tapi engga cocok yang aku engga add.
5 Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012
Saling kalau aku kan datar-datar ajah, kalau pergi juga kan engga banyak orang kan berkomentar dengan pasangan Aturan dalam ada, ya paling gini kamu jangan berteman sama ini, kayana ini orangnya engga baik atau gimana, jangan buat status yang penggunaan FB gimana, atau ada orang yang ngajakin gimana, menurut saya itu bagus, ya istilahnya ya supaya kita engga terjerumus kan gitu?saya engga merasa yang kita dibatasi atau dilarang pertemanan kita engga, malah enak kan malah mengingatkan kan. Kaya yang kamu mending engga usah kenal sama ini deh gitu misalnya, Dampak positif ya kalau dampak positifnya kan nambah banyak teman, terus ketemu teman lama yang engga pernah ketemu, dampak dan negative FB negatifnya ya itu tadi, masalah orang kita jadi tahu kan, mungkin keburukan kita juga sih kayanya ya, ya tadi misalnya kalau orang tidak bisa jaga kepercayaan ya ujung-ujungnya CLBK, (Cinta Lama Belum Kelar) ya masih penasaran. iya mungkin itu segi negatifnya ya, ka nada yang curhat tentang masalah rumah tangga terus jadi kasus ka nada. Kaya yang kasus rumah sakit OMNI itu kan, jadi masalah kan karena cerita sama teman- kan juga menjatuhkan nama baik rumah sakit kan, malah jadi bencana kan
6 Fleksibilitas relasi..., Atiyah Fitri, FISIP UI, 2012