Perbedaan Tingkat Etnosentrisme Pada Orang Betawi Dewasa Awal yang Memiliki Pendidikan Tinggi dengan yang Memiliki Pendidikan Rendah
Yudha Auria Triatmaja Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma ABSTRAK Etnosentrisme adalah pandangan yang menganggap bahwa kelompok atau kebudayaan sendiri lebih baik daripada kelompok atau kebudayaan lainnya. Hal ini sering terlihat pada masyarakat Betawi yang berpendidikan rendah karena banyak dari mereka yang masih sangat bergantung kepada kelompoknya. Berbeda dengan masyarakat Betawi yang berpendidikan tinggi, dimana mereka memiliki sifat toleransi yang lebih baik. Karena dengan lebih berpendidikan dapat membuat seseorang lebih toleran dan tidak mudah terprovokasi sehingga tercapai kehidupan yang harmonis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat etnosentrisme antara orang Betawi dewasa awal yang berpendidikan tinggi dengan yang berpendidikan rendah. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kuantitatif dengan kuesioner sebagai instrument pengumpul data. Hasil penelitian menunjukkan orang Betawi yang berpendidikan rendah mempunyai tingkat etnosentrisme yang lebih tinggi daripada yang berpendidikan tinggi Kata kunci : Etnosentrisme, Betawi, dan pendidikan 1. PENDAHULUAN Etnis Betawi yang merupakan penduduk asli kota Jakarta, menjadi terpinggirkan. Mereka tertinggal dari rencana pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah (Knorr, 2007). Tidak dapat dipungkiri, bahwa Jakarta merupakan tanah etnis Betawi. Dengan demikian mereka berhak menuntut adanya suatu penghormatan agar mereka tidak semakin terpinggirkan .(Wilson, 2007). Secara geografis daerah Betawi atau Jakarta berada di wilayah Sunda atau Jawa Barat. Namun masyarakat Betawi sering dikenal sebagai Perbedaan tingkat etnosentrisme… (Yudha auria triatmaja)
masyarakat yang lain dari masyarakat di “daratan” Sunda. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan kebudayaan Betawi, dengan kebudayaan Sunda dan bahasa, pada umumnya (Munadjir, 2000). Rahmat (1999) menyebutkan bahwa selama lebih dari empat abad para pendatang datang ke Jakarta sehingga secara perlahan terjadi pembauran yang mengakibatkan masing-masing suku atau bangsa kehilangan ciri khas budayanya. Pada akhirnya lahirlah ragam suku baru yang disebut masyarakat Betawi. Masyarakat Betawi terus
Page 1
berkembang dengan ciri-ciri yang khas dan mudah dikenali. Terutama dikenal dari dialek bahasa, pergaulanya, pakaian adat dan bentuk kesenianya. Berdasarkan latar belakangnya, kebanyakan masyarakat Betawi berasal dari para budak dan pekerja. Masyarakat Betawi sulit untuk melakukan modernisasi. Sebagai budak dan pekerja, mereka sangat sulit untuk mendapatkan akses pendidikan modern dan kepercayaan mereka yang mayoritas Muslim menyebabkan mereka tidak dekat dengan para penjajah dan sistem pendidikan mereka. Orang Betawi hanya mengirim anak-anak mereka ke pesantren, yang mengajarkan tentang ilmu agama. Hasilnya sangat sedikit orang Betawi yang menjadi orang penting saat Indonesia merdeka. (Knorr, 2007). Padahal pendidikan sangatlah penting karena pendidikan merupakan suatu cara untuk mengembangkan keterampilan, kebiasaan, dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi warga Negara yang baik. Ditinjau dari aspek-aspek yang ada dalam diri manusia, tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan dan kalau perlu mengubah kognisi, afeksi, dan konasi seseorang. dari sudut pandang psikologis, pendidikan mencakup perubahan yang dapat dinyatakan sebagai suatu proses dan sebagai suatu hasil atau produk. Sebagai proses, pendidikan mencakup segala bentuk aktifitas yang akan memudahkan bagi individu dalam kehidupan bermasyarakat. Dan sebagai produk, pendidikan mencakup segala perubahan yang Perbedaan tingkat etnosentrisme… (Yudha auria triatmaja)
terjadi sebagai konsekuensi dari partisipasi individu dalam kegiatan belajar (Prabowo 1997) Aspek pendidikan inilah yang tidak terpenuhi oleh orang Betawi. Sehingga mereka tertinggal dan terpinggirkan dari rencana pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah (Knorr, 2007). Secara ekonomi, mayoritas mengalami kekurangan, mereka tidak punya wakil dalam bidang politik. Hal ini mengakibatkan munculnya kegelisahan dalam orang Betawi. Banyak dari mereka yang melakukan perjuangan dengan cara-cara yang keras (Wilson, 2007). Forum Betawi Rembug (FBR), adalah organisasi yang muncul sebagai jawaban dari tidak terpenuhinya aspirasi masyarakat Betawi pada umumnya. FBR banyak merekrut orang-orang miskin dan tidak mempunyai pekerjaan. Strategi ini berhasil, sejak FBR didirikan pada tahun 2001. Sekarang FBR sudah beranggotakan sekitar 80.000100.000 orang. Mereka tersebar hampir di seluruh wilayah Jakarta. Kebanyakan anggota mereka adalah pria berusia 20-40 tahun, yang mana 50%-nya tidak mempunyai pekerjaan. (Wilson, 2007). Pemarjinalisasi yang di alami oleh orang Betawi membuat mereka mencurigai para pendatang. Mereka takut kalau pendatang tersebut mengambil mata pencaharian mereka. Mereka takut kalau mereka akan tersingkir lebih jauh. Maka munculah suatu sikap di antara mereka untuk tidak menyukai para pendatang, denga demikian mempertahankan tujuan mereka (Wilson, 2007).
Page 2
Dalam teori konflik realitas, dijelaskan bahwa perilaku etnosentrisme bisa dipicu oleh konflik atau persaingan suatu etnis dengan etnis lain yang berkompetisi untuk menguasai suatu sumber penghidupan dalam suatu masyarakat. Bisanya grup yang dominan akan mengembangkan prilaku antagonis kepada para pendatang, yang mereka rasa akan mengancam posisi sosial mereka (Hooghe, 2008). Hasil penelitian tentang tingkat etnosentrisme seseorang menunjukan bahwa pria cendrung lebih sering menunjukan sifat etnosentrisme daripada wanita. Individu dengan sumberdaya yang rendah, seperti rendah status sosial-ekonomi dan rendah kemampuan kognitif mempunyai ketergantunganyang lebih pada kelompok sendiri. Hal ini dilakukan orang agar kebutuhanya terpenuhi. Orang dari satu kelompok juga mengembangkan prasangka yang negatife kepada orang di luar kelompok. Sedangkan orang yang berpendidikan tinggi etnosentrisnya cendrung rendah (Hooghe, 2008). 2. TINJAUAN PUSTAKA A. Etnosentrisme Dari definisi-definisi etnosentrsme dapat disimpulkan bahwa etnosentrisme adalah pandangaan atau paham bahwa kelompok atau kebudayaan sendiri lebih baik daripada kelompok atau kebudayaan lain. Serta menganggap nilai dan norma kebudayaan sendiri lebih baik dan bisa dijadikan standar bagi kebudayaan yang lain. Perbedaan tingkat etnosentrisme… (Yudha auria triatmaja)
Etnosentrisme terbagi dalam dua tingkatan, yaitu tingkat rendah yang dapat bermanfaat untuk perkembangan kelompok, dapat menimbulkan rasa kebangsaan, patriotisme, dan kemauan untuk berkorban. Sedangkan pada tingkat tinggi, etnosentrisme dapat merusak komunikasi antar budaya dan juga merendahkan kebudayaan lain. Levinson (Neulip, 2006) menyebutkan dasardasar etnosentrisme yang terdiri dari Sikap yang meliputi stereotype negatif dan perilaku bermusuhan yang ditujukkan kepada individu di luar kelompoknya (out-group) serta stereotype positif dan bersikap tunduk dan loyal terhadap anggota sesama kelompoknya (ingroup). Interaksi antar kelompok maupun sesama anggota kelompok, di mana sangat menghargai hubungan hirarkis dalam kelompok namun bersifat autoritarisme dalam memandang kelompok lain, dan merasa berhak mendominasi kelompok lainya Sumner (Suwardi, 2007) menyebutkan bahwa aspek etnosentrisme terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Setiap masyarakat selalu memiliki sejumlah ciri kehidupan sosial yang dapat dihipotesiskan sebagai suatu sindrom. Sindrom etnosentrisme secara
Page 3
fungsional berhubungan dengan susunan dan keberadaan kelompok serta persainga antar kelompok.n Adanya generalisasi bahwa semua kelompok menunjukkan sindrom itu. Sindrom tersebut adalah rasa fanatisme terhadapap kelompok sendiri ( in-group ) dan meremehkan kelompok lain ( out-group ). Menurut Hooghe (2008) terdapat dua komponen utama dari etnosentrisme yang cukup berhubungan namun dapat dibedakan secara empiris, yaitu : a. Etnosentrisme kebudayaan. Kepercayaan bahwa norma budaya sendiri lebih baik daripada norma kebudayaan lain. Hal ini ditujukan kepada kelompok kebudayaan lain dan mengakui bahwa daerah tersebut sebagai miliknya. Mereka biasanya menunjukkanya dengan simbol-simbol keagamaan, pakaian, atau hal lainya yang menunjukkan keberadaan mereka. b. Etnosentrisme ekonomi Mereka beranggapan bahwa kelompok lain sebagai pesaing mereka dan karena itu berusaha untuk membatasi ruang Perbedaan tingkat etnosentrisme… (Yudha auria triatmaja)
ekonomi kelompok tersebut. Hal ini biasanya ditujunkan dengan mendiskriminasi para pekerja dari kelompok lain dan menolak menggunakan suatu produk yang dihasilkan oleh kelompok lain Beberapa penelitian juga telah membedakan antara explicit etnosentrisme dan implicit etnosentrisme. Dalam explicit etnosentrisme, seseorang bersedia untuk menunjukan stereotype negative pada individu di luar kelompoknya. Sedangkan dalam implicit etnosentrisme seseorang mengalami halangan untuk menunjukan sifat etnosnrismenya. Namun mereka tetap menolak adanya persamaan hak, adanya pemisahan dalam bidang pendidikan, perumahan, dan sikap negatife kepada kelompok lainnya (Hooghe, 2008) B. Pendidikan Pendidikan merupakan konsep pembelajaran terprogram. Sekolah bukanlah satusatunya cara untuk mendapatkan pendidikan. pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk berperilaku di masyarakat serta proses sosial di mana seseorang dipengaruhi oleh suatu lingkungan yang
Page 4
terpimpin (misalnya sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya. Jhonson (2005) membagi tingkat pendidikan menjadi beberapa bagian yaitu : a. Pendidikan rendah Adalah mereka yang tidak bersekolah atau paling tidak bersekolah namun hanya mencapai Elementary School atau setingkat SD. b. Pendidikan menengah Adalah mereka yang memempuh pendidikan pada jenjang SMP dan SMA atau High School. c. Pendidkan tinggi Adalah mereka yang menempuh pendidikan pada jenjang unversitas atau mahasiswa. C. Masyarakat Betawi Suku Betawi berasal dari percampuran berbagai macam suku yang datang ke Betawi atau Jakarta selama berabad-abad yang mengakibatkan semua pendatang ini kemudian membentuk suatu kebudayaan baru. Masyarakat Betawi mempunyai ciri-ciri yang menonjol, di antaranya dari logat bahasa dalam berbicara dimana banyak kata yang digunakan berakhiran –e. dan Perbedaan tingkat etnosentrisme… (Yudha auria triatmaja)
dari kebudayaanya dapat dilihat pada pakaian, tarian, dan kesenianya. Selain itu juga dari bentuk rumah adatnya. D. Perbedaan Tingkat Etnosentrisme pada Orang Betawi Dewasa Awal yang Berpendidikan Tinggi dengan yang Berpendidikan Rendah Etnosentrisme adalah suatu sindrom sikap yang terjadi hampir di seluruh dunia. Sikap ini termasuk melihat bahwa kelompok sendiri (in-group) lebih baik dan superior daripada kelompok lain mereka (outgroup). Selain itu mereka juga menganggap bahwa norma kelompok mereka adalah norma yang bersifat universal. Sedang perilaku yang menunjukan etnosentrisme adalah berkerja sama dengan anggota satu kelompok dan mengabaikan anggota dari luar kelompok sendiri (Levine&Campbell, 1972 dalam Hammond, 2003). Etnosentrisme pertama kali diperkenalkan oleh William Graham Sumner pada tahun 1906. Secara etimologis etnosentrisme sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata ethnos yang berarti Negara dan kentron yang berarti pusat (Klop 1998 dalam Wrench 2006). Etnosentrisme bisa dipicu oleh konflik atau
Page 5
persaingan suatu etnis dengan etnis lain yang berkompetisi untuk menguasai suatu sumber penghidupan dalam suatu masyarakat. Biasanya kelompok yang dominan akan mengembangkan prilaku antagonis terhadap para pendatang, yang mereka pandang akan mengancam posisi sosial mereka (Hooghe, 2008). Seperti yang terjadi pada masyarakat Betawi yang merasa pembangunan yang dilakukan tidak banyak menyentuh mereka. Mereka menjadi terpinggirkan oleh rencana pembangunan tersebut. Banyak orang Betawi yang tadinya berprofesi sebagai petani kehilangan lahannya akibat penggusuran yang dilakukan oleh pemerintah. Masyarakat Betawi dimarjinalisasikan, dan kehilangan hak-hak mereka (Knorr, 2007). Pemarjinalisasi yang dialami oleh orang Betawi telah membuat mereka menjadi curiga terhadap para pendatang. Mereka takut kalau para pendatang mengambil mata pencaharian mereka. Mereka takut kalau mereka akan tersingkir lebih jauh. Hal ini menimbulkan suatu sikap diantara mereka untuk tidak menyukai para pendatang.sikap ini ditempuh, untuk mempertahankan tujuan mereka (Wilson, 2007). Hal ini dilakukan karena banyak orang Betawi Perbedaan tingkat etnosentrisme… (Yudha auria triatmaja)
lemah secara ekonomi. Mereka mengalami kekurangan, dan tidak mempunyai wakil dalam bidang politik (Wilson, 2007). Semua ini terjadi karena masih banyak orang Betawi menganggap pendidikan itu tidaklah penting. Pendidikan merupakan konsep pembelajaran terprogram. Sekolah bukanlah satusatunya cara untuk mendapatkan pendidikan. pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk berperilaku di masyarakat serta proses sosial di mana seseorang dipengaruhi oleh suatu lingkungan yang terpimpin (misalnya sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya. Hooghe (2008) menyebutkan bahwa tingginya tingkat pendidikan dapat secara efektif mengurangi tingkat etnosentrisme orang tersebutetnosentrisme dapat disebabkan oleh Individu yang dengan sedikit sumber dayanya seperti status sosial ekonomi yang rendah, rendahnya kemampuan kognitif, dan harga diri yang rendah. Semua ini mengakibatkan mereka semakin tergantung dengan kelompok mereka untuk mempertahankan identitas mereka. Dan pada akhirnya
Page 6
mereka mengembangkan perasangka negative yang ditujukan kepada individu di luar kelompoknya yang dianggap dapat mengancam keberadaan mereka. 3. METODE PENELITIAN Adapun yang menjadi variable terikat dalam penelitian ini adalah tingkat etnosentrisme dan variable bebasnya adalah tingkat pendidikan. Sedangkan definisi operasional variable-variabel pebelitian ini adalah : 1. Pendidikan adalah suatu cara untuk mengembangkan keterampilan, kebiasaan, sikapsikap yang dapat membuat seseorang menjadi warga yang baik pendidikan merupakan konsep pembelajaran terprogram yang melibatkan proses penguatan diri siswa yang dilakukan tiap saat setelah langkah dari rangkaian proses pembelajaranya sampai siswa tersebut mencapai tujuan pembelajaran (Santrock 2009). Serta proses perkembangan kecakapan Perbedaan tingkat etnosentrisme… (Yudha auria triatmaja)
seseorang berperilaku di masyarakat. Yang dikaji dalam penelitian ini adalah pendidikan formal, dimana pendidikan tersebut dapat dikategorisasikan kedalam beberapa tingkatan, demikian seperti yang di ungkapkan oleh Jhonson (2005) bahwa berpendidikan rendah adalah mereka yang tidak bersekolah atau paling tidak, bersekolah namun hanya mencapai elementary school atau setingkat SD. Pendidikan menengah adalah mereka yang menempuh pendidikan pada jenjang SMP dan SMA atau high school. Sedangkan pendidikan tinggi adalah mereka yang menempuh pendidikan pada jenjang universitas atau mahasiswa. 2. Etnosentrisme adalah pandangan atau paham bahwa kelompok atau kebudayaan sendiri lebih baik
Page 7
daripada kelompok atau kebudayaan kelompok lain. Seorang etnosentris menganggap nilai dan norma kebudayaan sendiri lebih baik dan bisa dijadikan standar bagi kebudayaan yang lain. Pada penelitian ini etnosentrisme dapat dikategorikan ke dalam beberapa tingkatan. Pada tingkat rendah etnosentrisme dapat bermanfaat untuk perkembangan kelompok, menimbulkan rasa kebangsaan, dan patriotisme. Pada tingkat menengah etnosentris membuat kemauan untuk berkorban bagi kelompoknya. Sedangkan dalam tingkat tinggi, etnosentrisme dapat merusak komunikasi antar budaya dan juga merendahkan kebudayaan lain. dan untuk mengukur tingkat etnosentrisme Perbedaan tingkat etnosentrisme… (Yudha auria triatmaja)
digunakan elemen etnosentrisme yang dikemukakan oleh Hooghe (2008) yaitu etnosentrisme kebudayaan, etnosentrisme ekonomi, implicit ethnocentrism dan explicit ethnocentrism. Yang akan menjadi bagian dari angket yang akan disebar. Menggunakan skala likert dengan rentang 1 sampai 4 dengan jumlah item 36 butir yang diberikan oleh subjek adalah tingkat kesetujuan yang mempunyai variasi jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS) Uji validitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan teknik validitas internal (internal validity) menggunakan korelasi product mommen dan reliabilitas menggunakan alpha cronbach. Adapun untuk analisis data digunakan uji T dengan jenis Independent Sample Test. 4. HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini digunakan metode try out terpakai dimana data yang diperoleh dan digunakan
Page 8
didapat melalui satu kali try out. Proses pengambilan data dilakukan dari tanggal 4 januari-16 januari 2011 yang bertempat di daerah kampung makasar Jakarta Timur. Validitas alat ukur etnosentrisme berada pada kisaran 0,385 sampai dengan 0,806. Dari hasil tersebut diketahui bahwa 3 dari 36 item dinyatakan gugur. hasil uji-reliabilitas diperoleh nilai alat ukur etnosentrisme sebesar 0,954 (r = > 0,700) yang berarti alat ukur tersebut mendekati sempurna untuk tingkat kepercayaanya. ujinormalitas dalam penelitian ini diperoleh signifikansi sebesar 0,200. ujihomogenitas dalam penelitian ini sebesar 0.132 (> 0.05). untuk uji hipotesis menggunakan teknik Independent Sample Test dan diketahui nilai signifikansinya sebesar 0,000 (p < 0,01) dengan perbedaan interval 34.263-40.870. Dengan demikian dari hasil tersebut terlihat adanya perbedaan yang sangat signifikan antara etnosentrisme orang Betawi yang memiliki pendidikan rendah dengan yang memiliki pendidikan tinggi. Hasil perhitungan perbandingan Mean Empirik dan Mean hipotetik antara orang Betawi yang memiliki pendidikan tinggi dengan yang memiliki pendidikan
Perbedaan tingkat etnosentrisme… (Yudha auria triatmaja)
rendah, menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dimana ME pada yang berpendidikan tinggi sebesar 72,43 dengan MH 77,5 dan ME pada yang berpendidikan rendah sebesar 110 dan MH 77,5 dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa orang Betawi yang memiliki pendidikan tinggi memiliki tingkat etnosentrisme yang lebih rendah daripada orang Betawi yang memiliki pendidikan rendah 5. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulan bahwa hipotesis penelitian ini diterima karena ada perbedaan tingkat etnosentrisme yang signifikan antara orang Betawi yang memiliki pendidikan tinggi dengan yang berpendidikan rendah. Hal tersebut dapat disebabkan pendidikan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi etnosentrisme seseorang. 6. SARAN 1. Saran untuk subjek penelitian etnosentrisme pada dasarnya adalah sikap yang positif jika tidak berlebihan, karena dapat bermanfaat untuk perkembangan kelompok, timbulnya rasa kebangsaan, patriotisme, dan kemauan untuk berkorban. Sedangkan dalam tingkat tinggi, etnosentrisme dapat merusak komunikasi antar budaya dan juga merendahkan kebudayaan lain. Oleh kerena itu ada baiknya bagi masyarakat Betawi untuk tetap menjaga
Page 9
tingkat etnosentrismenya pada tingkatan yang biasa-biasa saja. Karena hal ini sangat baik untuk kehidupan bermasyarakat. . 2. Saran untuk penelitian lebih lanjut Untuk penelitian yang ingin mengetahui tingkat Etnosentrisme yang dimiliki seseorang, disarankan untuk lebih memperhatikan faktor-faktor lainya, seperti tingkat pendapatan, dan tingkat kemajemukan masyrakat di mana orang tersebut bertempat tinggal.
7. DAFTAR PUSTAKA Brown, D. & Wilson, I. (2007). Etnicized violence in Indonesia : the Betawi brotherhood forum in jakarta. Working paper no. 145. Nationalism and ethnic politics Endawarsa, S. (2007). Metode, teori, teknik penelitian kebudayaan. Yogyakarta. Pustaka widyatama Hooghe, M. (2008). Etnocentrism: international encyclopedia of the social science. Philadelphia. macmillan reference Jhonson, Glee& O’connell, Jack. (2005). Physical education model content standard for California public school. California. California department of education Knorr, J. (2007). Creole identity and postcolonial nationbuiding examples from Indonesia and sierra leone. Serie antropologia. Vol.
Perbedaan tingkat etnosentrisme… (Yudha auria triatmaja)
416. Brasilia : departemento de antropologia universidade de brasilia, 2007.pp. 6-17. Munadjir. (2000). Bahasa Betawi : sejarah dan perkembanganya. Jakarta. Yayasan obor Indonesia Neulip, James W. & McCroskey, James C. (2006). The development of a u.s and generalized ethnocentrism scale. Journal of Communication. Vol 14, No 4, pages 385-398 Puspitawati, I & Prabowo, H. (1997). Psikologi pendidikan. Jakarta. Gunadarma Rahmat, T. Mustafa, S.& Atmani, R. (1999). Gado-gado Betawi: masyarakat dan ragam budayanya. Jakarta. Grasindo Santrock, Jhon.W. (2009). Psikologi pendidikan. Edisi 3 terjemahan bahasa Indonesia. Jakarta. Penerbit salemba humanika Wrench, Jason S. Corrigan, Micheal W. McCroskey, James C. & Narrisa. (2006). Religious fundamentalism communication: the relationships among ethnocentrism, intercultural communication apprehension, religious
Page 10
fundamentalism, homonegativity and tolerance for religious disagreements. Journal of intercultural
Perbedaan tingkat etnosentrisme… (Yudha auria triatmaja)
communication research. Vol. 35, No 1, pp. 23-44
Page 11