Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006
PENGARUH UMUR PEMOTONGAN TERHADAP PRODUKSI HIJAUAN RUMPUT SORGHUM SP SEBAGAI TANAMAN PAKAN TERNAK LUCtto Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor 16002
RINCKASAN Tanaman hijauan pakan ternak berupa Sorghum sp. sangat dipengaruhi terutama oleh umur pemotongan tanaman karena akan menentukan produksi dan kandungan nutriennya . Pengaruh umur pemotongan tanaman hijauan rumput Sorghum sp. terhadap produksi berat segar, jumlah tunas, tinggi tanaman dan kualitasnya telah dilakukan selama satu tahun . Bahan yang digunakan dalam percobaan berupa biji Sorghum cv . Cooper, cv. Nutrifeed dan cv . Sugargaze. Perlakuan umur potong 30, 40 dan 50 hari dengan empat kali ulangan . Hasil percobaan menunjukkan rataan produksi berat segar rumput Sorghum sp berturut-turut adalah 12,6 (cv.Cooper) ; 23,3 (cv Nutrifeed) ; dan 15,0 (cv.Sugargaze) ton/ha/tahun. Dengan umur potong semakin lama produksi hijauan dan tinggi tanaman semakin tinggi untuk setiap jenisnya, namun untuk jumlah tunas dan kandungan protein kasar makin menurun. Produksi berkaitan dengan jumlah tunas dan hasil analisa kualitas hijauan, umur potong 40 hari adalah yang terbaik (sebelum phase berbunga) . Dari ketiga kultivar, Sorghum cv. Nutrifeed dengan produksi berat segar yang tertinggi, dapat digunakan sebagai alternatif tanaman pakan ternak dan cocok untuk daerah kering . Kata kunci : Sorghum sp, umur potong, produksi PENDAHULUAN Sorghum merupakan keluarga rumput-rumputan (graininae) . Rum put Sorghum sp salah satu jenis rumput yang potensial untuk dikelola dan dikembangkan secara optimal sebagai hijauan makanan ternak . Hijauan makanan ternak merupakan pakan utama untuk ternak ruminansia yang harus tersedia secara berkesinambungan setiap tahun untuk peningkatan dan pengembangan usaha peternakan (SOEPARNO, 1992) .
Pada musim hujan tanaman pakan ternak dapat tumbuh balk, sehingga kebutuhan dapat tercukupi . Tetapi pada musim kemarau hijauan pakan sulit diperoleh (PRAWIRADIPUTRA, 1986) . Fluktuasi pakan hijauan ini sangat terasa pada musim kemarau karena tanaman terganggu pertumbuhannya sehingga hijauan yang dihasilkan akan sangat berkurang kuantitas dan kualitasnya . Menurut REKSOHADIPRODJO (1985) di Indonesia hijauan sulit didapat dan kualitasnya rendah terutama pada musim kemarau . Tidak seimbangnya produksi hijauan pada musim hujan dan musim kemarau menimbulkan kesulitan dalam penyediaan pakan hijauan secara balk (DIANA dkk,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
2003) . Dengan demikian ketersediaan hijauan sering menjadi kendala dalam upaya peningkatan populasi ternak ruminansia yang dipelihara . Untuk mengatasi kebutuhan hijauan ternak tersebut maka perlu adanya upayaupaya dengan mencari jenis-jenis rumput unggul yang berproduksi tinggi dan tumbuh balk pada saat musim kemarau . Sorghum sp merupakan salah satu jenis rumput yang mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan di Indonesia. Rumput ini mampu tumbuh pada tanah yang sangat bervariasi, tahan terhadap hama dan penyakit, curah hujan yang cukup dimana tanaman serelia lainnya sering mengalami kegagalan karena kekurangan air (YUSMIN, 1998) .
Pemanenan tanaman pakan yang tepat merupakan faktor penting, terutama pada faktor umur pemotongan (defoliasi) karena umur pemotongan akan menentukan produksi sekaligus juga kandungan nutriennya. Menurut AMINUDIN (1990), pemotongan tanaman pakan umumnya dilakukan pada akhir masa vegetatif atau menjelang berbunga untuk menjamin pertumbuhan kembali (regrowth) yang optimal, sehat dan kandungan gizinya tinggi .
57
Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006
Berdasarkan masalah tersebut maka dilakukan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur pemotongan terhadap produksi berat segar dan kualitas hijauan Sorghum sp . MATERI DAN METODA Percobaan ini dilakukan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Ternak di Kaum Pandak Bogor dari bulan Nopember 2001 sampai September 2002 dengan ketinggian tempat 250 m dari permukaan laut dan topografi tanah datar. Bahan : Bahan yang digunakan dalam percobaan berupa biji rumput Sorghum cv . Cooper, Sorghum cv. Nutrifeed dan Sorghum cv. Sugargaze . Peralatan selama percobaan berupa garpu, cangkul, sabit, timbangan, meteran, kantong kertas dan oven . Cara kerja : Perlakuan dalam percobaan adalah umur potong 30 hari terdiri dari dua baris diambil sampel percobaan 6 rumpun, begitu juga untuk umur potong 40 hari dan 50 hari jadi ketiga perlakuan tersebut ada dalam satu petak . Masing-masing cultivar sorghum terdiri dari empat ulangan sehingga membentuk dua belas kombinasi petak . Lahan yang digunakan terlebih dahulu diolah dengan garpu dan cangkul, setelah lahan selesai diolah kemudian dibuat dua betas petak masing-masing dengan ukuran 6 x 6 m (36 m2 ), tinggi petak 30 cm dan jarak antar petak I m . Penanaman dilakukan tujuh hari dengan setelah pengolahan tanah menggunakan sistem tugal . Biji rumput sorghum ditanam sedalam ± 2 cm setiap lubang diisi 3 biji dengan jarak tanam I x I m dan jarak dari tepi petak 0,5 m sehingga di dalam satu petak terdapat enam baris .
58
Tiap baris terdiri dari enam tanaman, sehingga setiap petak terdiri dari 36 tanaman hasil seleksi . Pelaksanaan percobaan setelah tanaman hidup stabil (2 bulan) mulai perlakuan dengan pemotongan paksa (pemerataan) . Pemotongan selanjutnya dilakukan sesuai dengan perlakuan umur potong 30, 40 dan 50 hari . Data dikumpulkan pada musim hujan dan musim kering selama satu tahun adalah sebagai berikut : umur potong 30 hari (12 kali potong), 40 hari (9 kali potong) dan 50 hari (7 kali potong), selanjutnya data kumulatif dirata-ratakan . Parameter yang diamati meliputi produksi, berat segar, jumlah tunas, tinggi tanaman dan kualitas hijauan berdasarkan umur potong . HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisa tanah, rataan produksi berat segar, jumlah tunas dan tinggi tanaman serta hasil analisa kandungan protein kasar dan phospor rumput Sorghum sp sesuai perlakuan disajikan pada Tabel 1, 2, 3 dan 4 . Analisa Tanah Hasil analisa tanah pada awal pelaksanaan percobaan penanaman rumput Sorghum sp yaitu sebagai berikut : pH tanah masam (5,28), bertekstur pasir (61,5%), kejenuhan basa sedang (46,8%), memiliki kandungan C/N ratio rendah (10,0%), kandungan K dan N tergolong rendah sedangkan P termasuk tinggi . Tanah percobaan termasuk tanah podsolik merah kuning dengan kesuburan yang rendah . Keadaan tanah seperti tersebut pada Tabel I juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi rumput Sorghum sp, hasil ini terlihat pada Tabel 2 dan 3 .
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006
Tabel 1 . Hasil analisis sifat fisik dan kimia tanah kebun percobaan di Kaum Pandak Bogor . Analisa Fisik Tanah Tekstur : Debu (%) Pasir (%) Liat (%) pH : H2 0 (1 :5) Kcl (1 :5) Bahan Organik : C N Nisbah : C/N
Hasil An alisa
Hasil An alisa 99,00 8,75 7,01 1,39 0,15 0,36 19,0 46,8
Jenis Analisa Kimia Tanah P205-Hcl 25 % (mg/l00gr) K20-HcI 25 % (mg/l00gr) Ca (mg/I00gr) Mg (mg/100gr) K (mg/100gr) Na (mg/100gr) KTK (mg/100gr) Kejenuhan Basa (%)
5,75 61,50 32,75 5,28 4,50 2,69 0,27 10,0
Tabel 2 . Produksi berat segar rumput Sorghum sp pada umur pemotongan yang berbeda perumpun Cultivar Sorghum cv. Cooper cv.Nutrifeed cv.Sugargaze
Berat rumput pada umur (gram) I Produksi (ton/ha/tahun) 30 hari 40 hari 50 hari 30 hari 40 hari 50 hari 115,7 131,9 159,0 14,1 12,0 11,6 164,8 236,4 385,6 20,1 21,6 28,2 14,4 118,0 149,7 231,2 13,7 16,9
Produksi Berat Segar Hasil percobaan menunjukkan rataan produksi berat segar rumput Sorghum sp dari perlakuan umur potong 30, 40 dan 50 hari berturut-turut adalah 12,6 (cv . Cooper) ; 23 .3 (cv.Nutrifeec ) ; 15,0 (cv .Sugargaze) ton/ha/tahun . Dengan umur pemotongan semakin panjang produksi hijauan semakin tinggi untuk setiap jenisnya (rabel 2) . Tingginya produksi hijauan pada umur pemotongan 50 hari karena semakin lama umur pemotongan pada tanaman memiliki kesempatan yang Iebih lama untuk tumbuh dan berkembang sehingga produksinya maksimal . Hal ini sesuai dengan pernyataan REKSODIPRODJO (1985) bahwa umur
Rataan (ton)
pemotongan yang Iebih panjang akan menghasilkan produksi hijauan yang lebih tinggi . Menurut SIREGAR DAN DJAJANEGARA (1972) bahwa untuk produksi hijauan makanan ternak terbaik dipotong pada phase pertumbuhan vegetatif (sebelum berbunga/ Sorghum sp berbunga +/- 53 hari), karena setelah phase tersebut tidak terjadi pertambahan produksi karena pertumbuhannya sudah maksimal . Hal tersebut terefleksi pada produksi pertahun terlihat bahwa umur potong 50 hari memberikan produksi tertinggi 28,2 ton/ha/tahun (cv .Nutrifeed) . Jumlah tunas dan tinggi tanaman terlihat pada label 3 .
Tabel 3 . Rataan jumlah tunas (buah) dan tinggi (cm) tanaman Sorghum sp dengan umur pemotongan yang berbeda . Cultivar Sorghum cv . Cooper cv . Nitrifeed cv . Sugargaze
30 hari Tunas Tinggi 3,9 121,3 13,7 142,7 6,9 119,1
Umur pemotongan 40 hari 50 hari Tunas Tinggi Tunas Tinggi 3,6 130,1 2,6 169,0 171,9 7,9 253,2 7,4 4,2 188,3 3,6 130,2
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
12,6 23,3 15,0
perumpun
Rataan Tinggi Tunas (buah) (cm) 140,1 3,4 9,7 189,3 4,9 145,9
59
Tenm Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006
Pada Tabel 3 memperlihatkan rataan jumlah tunas dari urn ur potong 30, 40 dan 50 hari berturut-turut adalah 3,4 (cv .Cooper) ; 9,7 (cv. Nutrifeed) dan 4,9 (cv . Sugargaze) . Sorghum cv . Cooper dengan umur pemotongan semakin panjang jumlah tunas semakin menurun, sedangkan cv . Nutrifeed dan cv . Sugargaze umur pemotongan 30 hari ke 40 hari menurun tetapi dari 40 hari ke 50 hari sedikit meningkat . Kalau kita perhatikan dari umur pemotongan 30, 40 ke 50 hari, jumlah tunas cenderung menurun . Hal ini disebabkan ada tunas yang mati akibat kompetisi mendapatkan makanan yang kalah, sehingga mengakibatkan berkurangnya jumlah tunas, namun pertumbuhan tanaman tidak terganggu pada perlakuan umur potong 30, 40 dan 50 hari cenderung meningkat sejalan bertambahnya umur potong (Tabel 3), dan ini tercermin
pada produksi berat segar (Tabel 2) . Jika dibandingkan antar cultivar Sorghum cv . Nutrifeed mempunyai rataan peringkat tertinggi, jumlah tunas (9,7 buah) dan pertumbuhan (189,3 cm) . Hasil ini juga berkaitan dengan produksi hijauan yang tertinggi yaitu (23,3 ton/ha/tahaun) seperti pada Tabel 2 . Hal ini sesuai dengan pernyataan JUSMIN (1991), produksi yang merupakan hasil fotosintesis (pengalihan tenaga surya) dipengaruhi oleh umur tanaman dimana semakin lama umur tanaman maka produksi yang dihasilkan akan semakin banyak . Kualitas hijauan beberapa Cultivar Sorghum sp hasil analisa kandungan protein kasar dan phospor beberapa cultivar sorghum sp terlihat pada Tabel 4 .
Tabel 4. Hasil analisa kandungan protein kasar dan phospor pada beberapa cultivar Sorghum sp dengan umur pemotongan berbeda. Cultivar Sorghum cv . Cooper cv . Nitrifeed cv . Sugargaze
30 hari CP (%) P (%) 13,91 0,26 10,31 0,20 11,78 0,19
Umur pernotongan 40 hari CP (%) P(%) 10,75 0,22 11,28 0,22 11,41 0,26
50 hari CP (%) P(%) 7,56 0,36 7,16 0,18 9,75 0,20
Rataan Tunas Tinggi (buah) (cm) 10,74 0,28 9,58 0,20 10,98 0,22
Ket: CP : protein kasar ; P: phospor Pada Tabel 4 diatas terlihat bahwa rataan protein kasar dan phospor Sorghum sp dari umur potong 30, 40 dan 50 hari, tertinggi protein kasar 10,98% (cv . Sugargaze) dan phospor 0,28% (cv . Cooper) . Dari tabel diatas memperlihatkan bahwa semakin tua umur pernotongan maka kandungan protein kasar makin menurun, namun kandungan phospornya tidak jauh berbeda. Hal tersebut disebabkan semakin tuanya umur tanaman maka kandungan serat kasarnya makin tinggi dan menurunnya kadar protein . Hal ini sesuai dengan pendapat SETYATI (1991) bahwa semakin bertamabah urnur tanaman maka sel tanaman bertambah besar, dinding selnya menebal dan terjadi perkembangan pembuluh kayu sehingga produksi bahan kering meningkat tetapi kandungan gizinya semakin menurun .
60
KESIMPULAN Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tua umur pernotongan maka produksi berat segar rumput Sorghum sp semakin meningkat, meskipun demikian kandungan protein kasar semakin menurun . Produksi dan kualitas hijauan pada Sorghum sp dengan umur potong 40 hari berkaitan dengan jumlah tunas dan hasil analisa kualitas hijauan adalah yang terbaik (sebelum fase berbunga) dengan produksi tidak banyak berbeda dengan umur potong 50 hari . Dari ketiga kultivar sorghum, Sorghum cv Nutrifeed mendapatkan berat segar yang tertinggi berpotensi untuk dikembangkan secara optimal sebagai alternatif tanaman pakan ternak dan cocok untuk daerah kering .
Pusat Penelitian dun Pengembangan Peternakan
Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs . Sajimin dan Bapak Ir . Iwan Herdiawan, MS . (Kordinator Program Agrostologi) yang telah memfasilitasi penulis untuk melakukan percobaan dan memberikan saran-saran sehingga makalah ini selesai .
Penelitian No .] P2LK2T Badan Litbang Pertanian . 1985 . Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Edisi Revisi, cetakan 1 . BPFE UGM, Jogyakarta .
REKSOHADIPRODJO, S .
S .H .M . 1991 . Peangantar Agronomi, Cetakan ke 10 . Gramedia Jakarta .
SETYATI,
M .E . DAN ANDI DJAYANEGARA 1972 . Pengaruh Berbagai Frekuensi Pemotongan Terhadap Produksi Hijauan Beberapa Rumput Pasture . Buletin LPP . Bogor No 6 p . 1-11 .
SIREGAR,
DAFTAR BACAAN 1990. Beberapa Jenis dan Metode Pengawetan Hijauan Pakan Ternak Tropik. Depdikbud Unsoed Purwokerto .
AMINUDIN, S .
M . JUNAEDI . 2003 . Kualitas Silase Rumput Irian (Sorghum Sp) Dengan Perlakuan Penambahan Dedak Padi Pada Berbagai Tingkat Produksi Bahan Kering,
DIANA, S .,
O .YOKU
DAN
B .R . , 1986 . Pola Penggunaan Hijauan Makan Ternak di DAS Jratunseluna dan Brantas . Seri Makalah
1992 . Ilmu dan Teknologi daging. Cetakan Pertama Gajah Mada University Press, Jogyakarta .
SOEPARNO,
H .D . 1998 . Budidaya Sorghum Cocok Untuk Daerah Kering. Kedaulatan Rakyat Jogyakarta .
YUSMIN,
PRAWIRADIPUTRA,
Pusat Penelilian dan Pengembangan Peternakan
61