(Development of Agarwood Production Cluster Based on Microbe Technology)
Maman Turjaman
Penerbit: FORDA PRESS BOGOR, 2016
Berbasis Teknologi Mikrob
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob (Development of Agarwood Production Cluster Based on Microbe Technology) Penulis: Maman Turjaman Penyunting: Prof. Dr. M. Bismark Prof. Dr. Erdy Santoso Desain dan tata letak: Bintoro Copyright©2016 Penulis Cetakan Pertama, Desember 2016 x + 60 halaman; 176 x 250 mm ISBN: 978-602-6961-10-5 Sitasi: Turjaman, M. (2016). Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob (Development of Agarwood Production Cluster Based on Microbe Technology). Forda Press, Bogor. Penerbit: Forda Press (Anggota IKAPI No.: 257/JB/2014) Penerbitan dan pencetakan dibiayai oleh: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Perpustakaan Nasional RI., Data Katalog Dalam Terbitan (KDT) Turjaman, M Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob (Development of Agarwood Production Cluster Based on Microbe Technology) / penyusun, M. Turjaman. -- Bogor : Forda Press, 2016. x , 60 hlm. : ill. ; 25 cm. ISBN: 978-602-6961-10-5 1. Cluster 2. Gaharu 3. Teknologi Mikrob I. M. Turjaman II. Forda Press
634.9
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2 (1) Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan Pidana Pasal 72 (1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). (2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Kata Pengantar Produksi dan perdagangan gaharu, khususnya gaharu hasil budidaya telah berkembang sangat pesat di Indonesia. Sebagian besar pemerintah daerah telah menggerakkan penanaman gaharu sehingga di masa-masa yang akan datang produksi akan terus meningkat dan perdagangan gaharu akan semakin bergairah. Sehubungan dengan perkembangan tersebut, untuk mendukung kesinambungan produksi dan perdagangan maka pengelolaan secara terpadu dan lestari perlu terus didorong dan salah satunya adalah dalam bentuk cluster. Cluster merupakan suatu konsep pengelolaan secara terintegrasi mulai dari hulu sampai ke hilir yang mencakup konservasi, produksi, pengolahan, pemasaran dan seterusnya serta melibatkan berbagai pihak terkait. Konsep cluster gaharu ini difokuskan pada kabupaten Bangka Tengah yang telah lebih awal menginisiasi kegiatan produksi gaharu budidaya di Indonesia.
Namun, konsep ini hanya akan mencapai tujuan apabila didukung secara konsisten oleh semua pihak khususnya pemerintah daerah Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dukungan tersebut terutama dalam bentuk komitmen, koordinasi dan finansial antara unit kerja/Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Akhirnya, kepada semua pihak yang telah mendukung mulai dari awal sampai dengan tersusunnya konsep/desain cluster ini diucapkan terima kasih, dan cluster ini diharapkan bermanfaat dan dapat mencapai tujuan akhir mensejahterakan petani gaharu di seluruh Indonesia. Bogor, November 2016 Kepala Pusat Litbang Hutan,
Ir. Djohan Utama Perbatasari, MM
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikroba
• v
Daftar Isi Kata Pengantar........................................ v Daftar Isi................................................. vii Daftar Tabel.......................................... viii Daftar Gambar........................................ ix Daftar Lampiran....................................... x 1 PENDAHULUAN.................................. 1 1.1 Latar Belakang........................................1 1.2 Tujuan......................................................4 2 PROFIL KABUPATEN BANGKA TENGAH.............................................. 5 2.1 Letak Geografis dan Kependudukan...................................................5 2.2 Sosial Ekonomi.......................................6 2.3 Kondisi Tanah dan Hidrologi.............6 2.4 Flora dan Fauna......................................6 2.5 Kondisi Iklim..........................................6 3 DESAIN PEMBANGUNAN CLUSTER GAHARU.............................................. 7 3.1 Kondisi Gaharu Indonesia Saat ini (Analisis SWOT)...................................7 3.2 Pengertian Cluster Gaharu...................8 3.3 Cluster Gaharu: “One Stop Services”................................................. 10 3.4 Strategi ................................................. 12 4 RENCANA LOKASI CLUSTER GAHARU............................................ 15 5 RENCANA PROGRAM PEMBANGUNAN CLUSTER GAHARU........... 19 5.1 Program Penanaman Pohon Penghasil Gaharu......................................... 19
5.2 Program Pengembangan Inokulasi Pembentuk Gaharu................. 21 5.3 Program Pengembangan Diversifikasi Produk Gaharu...................... 21 5.4 Program Pengembangan Pemasaran....................................................... 22 5.5 Program Pengembangan Ekowisata Gaharu...................................... 22 5.6 Pengembangan Perencanaan............ 23 5.7 Program Pengembangan dan Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM).................................. 24 5.8 Program Pengembangan dan Penguatan Kelembagaan .................. 25 5.9 Program Pengembangan Sistem Informasi Manajemen........................ 26 5.10 Program Penelitian dan Pengembangan................................................... 27 5.11 Program Evaluasi dan Pengawasan..................................................... 27 5.12 Program Pengembangan dan Peningkatan Sarana Prasarana.......... 27 5.13 Program Pengembangan Pendanaan dan Usaha Mandiri................... 27 5.14 Program Pengembangan Produk Turunan Gaharu.................................. 28 5.15 Program Pengembangan Pemasaran....................................................... 29 6 KOORDINASI DAN PEMBAGIAN TUGAS DALAM CLUSTER GAHARU............................................ 31 7 PENUTUP.......................................... 35 UCAPAN TERIMA KASIH........................ 36 DAFTAR PUSTAKA................................. 37 LAMPIRAN ............................................. 39
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikroba
• vii
Daftar Tabel 1. Indikator pembangunan cluster gaharu berdasarkan dokumen roadmap yang telah disusun oleh Dinas Perkebunan dan Kehutanan tahun 2014........................ 16
3. Matrik kegiatan stakeholder pada cluster gaharu di Kabupaten Bangka Tengah periode lima tahun (2016-2020)................................................... 34
2. Lokasi pembangunan cluster gaharu di Kabupaten Bangka Tengah.................... 17
4. Kontribusi stakeholder nilai investasi cluster gaharu di Kabupaten Bangka Tengah............................................................. 34
viii
•
Daftar Tabel
Daftar Gambar 1. Pengembangan cluster gaharu yang berisi prioritas kegiatan..................................9 2. Tahapan proses pengembangan gaharu dalam cluster..............................................10 3. Peranan stakeholder dalam kelembagaan pengelolaan cluster gaharu............ 11 4. Input teknologi dalam cluster gaharu...... 12 5. “Capacity Building” yang diperlukan dalam pengembangan cluster gaharu....... 12 6. Aquilaria malaccensis dan Citronella spp......................................................... 20 7. Chips gaharu Aquilaria malaccensis setelah tiga tahun diinokulasi Fusarium solani di Pulau Lingga, Kepulauan Riau................................................................. 29
8. Minyak gaharu bernilai ekonomi tinggi dengan kisaran harga USD 90-150/ tolak................................................................ 29 9. Asesoris gelang gaharu hasil budidaya yang dapat diproduksi skala industri rumah tangga................................................ 29 10. Alur pemasaran gaharu budidaya............. 30 11. Sabun gaharu yang diproduksi dari minyak gaharu hasil budidaya................... 30 12. Sirkulasi alur kegiatan cluster gaharu di Kabupaten Bangka Tengah................... 31 13. Piramida pembangunan cluster gaharu... 32 14. SKPD yang terlibat dalam cluster gaharu 40 Ha................................................ 33 15. Jejaring kegiatan cluster gaharu dari hulu ke hilir................................................... 33
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikroba
• ix
Daftar Lampiran 1. Surat Keputusan Bupati Bangka Tengah
2. 3. 4.
5.
6.
7. 8.
x
Tentang Penetapan Lokasi Pengembangan Cluster Gaharu di Kabupaten Bangka Tengah.................................................................41 Pengembangan Cluster Gaharu Bangka Tengah.................................................................46 Peran SKPD/Lembaga di Kabupaten Bangka Tengah...................................................47 Benih pohon penghasil gaharu (Aquilaria malaccensis) merupakan kunci usaha produksi budidaya gaharu dalam sistem cluster...................................................................49 Cluster gaharu memerlukan bibit-bibit pohon penghasil gaharu baik kualitasas maupun kuantitas secara berkesinambungan, agar proses produksi gaharu budidaya yang lestari..........................................................50 Pilihan pola tanam pohon penghasil gaharu secara monokultur atau pola campuran (agroforestry) dalam sistem cluster gaharu......................................................51 Penyiapan inokulan gaharu Fusarium solani diperlukan dalam skala massal.............52 Proses produksi gaharu berbasis mikrob yang bermutu sebagai penentu keberhasilan pembangunas cluster gaharu ..................53
•
Daftar Lampiran
9. Produksi gubal gaharu berbasis mikrob
merupakan produksi utama dalam pengembangan cluster gaharu.........................54 10. Hasil ikutan produksi gaharu berupa minyak gaharu yang dikembangkan merupakan bagian produksi yang cukup penting dalam sistem cluster, dengan cara memanfaatkan limbah serbuk gaharu yang berlimpah..................................................55 11. Promosi produk gaharu kepada para konsumen dari luar negeri harus dilakukan terus menerus dalam sistem cluster gaharu......................................................56 12. Produk ikutan gaharu berupa teh gaharu mempunyai segmen pasar tersendiri khususnya sebagai minuman kesehatan dengan cara produksi yang hygienis dan berstandard.........................................................57 13. Peningkatan Capacity Building berupa pelatihan teknologi gaharu pada para stakeholder perlu dilakukan secara intensif dalam sistem cluster gaharu .............58 14. Teknologi prediksi produksi gaharu dengan alat ultrasonik tomografi merupakan input teknologi yang sangat diperlukan dalam sistem cluster pada masa mendatang................................................59
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Gaharu merupakan komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang sudah diperdagangkan secara internasional berabadabad lalu. Garcie de Orta (1501-1568), seorang praktisi pengobatan tradisional bahan bakunya berasal dari hutan tropis asal portugis yang memperkenalkan pertama kali istilah gaharu kayu wangi (the fragrant wood garo), yang gaharunya diperoleh dari Malaka dan Sumatera (Lee dan Rozi, 2016). Gaharu yang diperdagangkan waktu itu adalah gaharu yang berasal dari hutan alam dan banyak yang endemik tumbuh di Indonesia, terutama dari genus Aquilaria spp. Ada 21 jenis Aquilaria yang dicatat oleh para botanist, 13 jenis diantaranya dilaporkan menghasil aroma wangi, dan 8 jenis sisanya belum pernah ada investigasi yang mendalam. Tidak semua pohon penghasil gaharu alam berisi bongkahan
gaharu beraroma wangi. Dari pengalaman pemburu gaharu alam, diperoleh informasi bahwa dari 100 pohon penghasil gaharu alam yang ditebang, kemungkinan pohon yang berisi gaharu tidak lebih dari 5% atau lima pohon saja yang menghasilkan gaharu. Pola pemanenan gaharu alam dengan cara menebang semua pohon penghasil gaharu alam yang ditemukan, menyebabkan terjadinya penurunan drastis di hutan alam karena gaharu yang diperoleh dalam setiap batang pohon penghasil gaharu tidak pasti jumlahnya (Siran dan Turjaman, 2010). Bongkahan gaharu terbentuk secara alami karena adanya intervensi makhluk hidup yang bernama mikrob endofitik, yang masuk kedalam jaringan kayu hidup dari pohon penghasil gaharu terutama dari famili Thymelaeaceae. Pelukaan merupakan pintu masuk pertama mikrob endofitik dalam pembentukan gaharu. Pembentukan gaharu alam memerlukan waktu bertahun-tahun, karena
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
• 1
gaharu sebenarnya deposit metabolik sekunder yang menumpuk secara perlahan-lahan akibat interaksi biologis antara pohon penghasil gaharu dengan mikrob endofitik (Turjaman et al., 2016; Sitepu et al., 2011; Novriyanti et al., 2010). Pola pemanenan gaharu alam seperti tersebut diatas menyebabkan kelestarian produksi gaharu alam terganggu, dan terjadilah kelangkaan produksi gaharu terutama gaharu yang berkualitas tinggi dimana peminat dari Timur Tengah dan Asia Timur menginginkan pasokan gaharu yang rutin setiap tahunnya. Banyak pemburu gaharu disekitar hutan di seluruh Indonesia mencoba membudidayakan pohon penghasil gaharu namun karena keterbatasan finansial, informasi IPTEK, dan pemasarannya, maka diperlukan keterlibatan pemerintah dalam menangani program pemberdayaan pembudidaya gaharu secara terencana dari hulu ke hilir (Siran dan Turjaman, 2010). Genus Aquilaria adalah jenis pohon penghasil gaharu yang terkenal di dunia dan pemasarannya banyak digunakan di banyak negara, aneka produk gaharu banyak diproses lebih lanjut terutam dalam bentuk parfum, dupa, ornamen, dekorasi, dan sebagai bahan obat untuk kesehatan manusia. Sejarah penggunaan gaharu ada ditulis puisi Kalidasa (tahun 353-420) dalam bahasa sansekerta, dengan tulisan sebagai berikut:”Gadis cantik, mereka mempersiapkan perayaan pesta dengan cara membersihkan tubuh mereka dengan bubuk kuning cendana, yang bersih dan murni, menyegarkan dada mereka dengan aroma yang menyenangkan, dan mengharumkan rambut mereka dengan membakar asap aloe (gaharu)”. Arti kata aloe adalah sama artinya dengan gaharu. Kata aloe sering dijumpai dalam kitab injil (Lee dan Rozi, 2016). Para ahli botani, kehutanan, dan fitokimia, dan ahli lainnya dari banyak negara mencoba untuk meneliti tentang proses pembentukan resin gaharu dari genus Aquilaria, yang tumbuh di Asia Tenggara dan Selatan. Tidak semua pohon Aquilaria dapat menghasilkan gaharu, meski penelitian telah
2
•
PENDAHULUAN
dilakukan secara intensif, prosesnya masih sangat minim untuk dimengerti. Pada umumnya para peneliti setuju bahwa proses pembentukan gaharu adalah proses patologi, dimana resin aromatik gaharu terbentuk akibat respons dari pelukaan dan infeksi fungi (Donovan dan Puri, 2004). Perdagangan gaharu alam yang berlangsung saat ini dilakukan dengan sistem kuota, berdasar Keputusan Menteri Kehutanan No. 447/KptsII/2003 tentang Tata Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar. Jumlah kuantitas ekspor gaharu dipertimbangkan melalui autoritas ilmiah LIPI, namun data masih terbatas laporan dari BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) provinsi, pengumpul gaharu setempat dan berdasar data ekspor kuota gaharu tahun lalu. Kualitas gaharu yang diekspor sangat bervariasi, mulai dari grade tanggung, kacangan, kemedangan, dan abuk. Produk gaharu terbesar yang dibutuhkan adalah untuk bahan dupa dan minyak gaharu sebagai bahan dasar parfum. Selain itu produksi gaharu imitasi (Black Magic Wood) juga diminati konsumen gaharu di Timur Tengah. Saat ini sangat sulit untuk mendapatkan gaharu alam berkelas super atau double-super (Santoso, 2015; Siran dan Turjaman, 2010). Memasuki tahun 1990-an, pengusaha dan pencari gaharu telah menyadari kesulitan mencari pohon penghasil gaharu di alam, sehingga mereka sudah memulai mencoba kegiatan budidaya jenis pohon penghasil gaharu, terutama jenis Aquilaria spp. dan Gyrinops spp. Minat masyarakat untuk menanam juga distimulasi oleh ditemukannya teknologi inokulasi untuk mempercepat proses pembentukan gaharu berbasis mikrob endofitik (Santoso, 2015). Masyarakat menanam pohon penghasil gaharu dengan pola tanam campuran dan pola monokultur diberbagai wilayah di seluruh Indonesia. Pola tanam agroforestry lebih banyak dipilih oleh masyarakat, karena dapat menunjang ekonomi petani untuk jangka pendek. Pohon penghasil gaharu ditanam
diantara karet, pisang, kelapa sawit, mahoni, jabon, jenis-jenis tanaman pertanian dan lainlain. Sedikit dari mereka yang menanam dengan pola monokultur (Susmianto & Santoso, 2013). Pola tanam monokultur banyak dilakukan di beberapa negara Indo china seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, Laos, Kamboja, Srilanka, Myanmar, India dan Bangladesh. Ketersediaan IPTEK gaharu budidaya mulai banyak didukung hasil-hasil riset yang cukup memberikan prospek dalam membangun Industri gaharu budidaya dari hulu ke hilir. Beberapa topik riset gaharu yang telah dipublikasi international diantaranya adalah Identifikasi produk gaharu dengan teknik DNA barcoding (Lee et al., 2016); teknik deteksi produksi gaharu melalui gelombang ultrasonic (Karlinasari et al., 2016); teknik inokulasi gaharu menggunakan fungi endofitik (Turjaman et al., 2016). Teknik produksi gaharu biasanya topik riset yang jarang ditemukan dipublikasi nasional maupun internasional, karena teknik ini sangat penting untuk memproduksi gaharu dengan kualitas gaharu yang baik dan harga mahal. Pohon penghasil gaharu dari jenis Aquilaria sinensis asal dari daratan Tiongkok lebih banyak diteliti secara komprehensif dibanding jenis Aquilaria lainnya untuk mencari bahan aktif yang terkandung pada bagian tanaman, yang berpotensi mengobati berbagai macam penyakit manusia, seperti Hipertensi, kanker, diabetes, ashma, insomania, disfungsi seksual, antimikrob, dan lain sebagainya (Wang et al., 2015; Wong et al., 2015; Gao et al., 2015; Gao et al., 2014). Resin Gyrinops walla telah dianalisis kandungan aktifnya. Pohon penghasil gaharu yang hanya tumbuh di Sri Lanka ini dikenal sebagai bahan tanaman obat tradisional yang digunakan sejak lama di India dan Sri Lanka (Subasinghe dan Hettiarchchi, 2015). Mikrob sebagai makhluk yang berasosiasi dengan tanaman hutan juga berkontribusi menghasilkan bahan aktif yang dapat berfungsi sebagai bahan obat alternatif. Sejak dunia menemukan pertama kali obat
anti kanker bernilai miliaran dolar, berasal dari bahan aktif paclitexel (Taxol) yang diisolasi dari fungi endofitik Pestalotiopsis microspora, yang berkolonisasi pada jenis pohon Taxus wallichiana di pegunungan Himalaya (Maheshwari, 2006). Fungi endofitik Ampelomyces sp. Yang diisolasi dari bunga tanaman obat Urospermum picroides menghasilkan metabolik sekunder yang berfungsi sebagai anti patogen menekan bakteri gram positif dari jenis Staphylococcus aureus, S. epidermidis dan Entercoccus faecalis (Aly et al., 2008). Fungi endofitik Collectrichum sp. Yang diisolasi pada tanaman obat Artemisia annua yang berfungsi menghambat anti mikrob dari jenis Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Pseudomonas sp., Rhizoctonia cerealis, and Phytopthora capisici (Lu et al., 2000). Fungi endofitik Aspergillus fumigatus yang diisolasi dari daun Cynodon dactylon mempunyai senyawa bioaktif yang mampu menahan fungi patogen manusia seperti Candida albicans, Tricophyton rubrum dan Aspergillus niger (Liu et al., 2004). Fungi Ganoderma spp. banyak ditemukan di hutan tropis Indonesia. Fungi ini telah sejak lama dikenal sebagai bahan obat tradisional di Asia untuk mengobati berbagai penyakit dalam seperti anti tumor, anti mikrob, hipertensi, diabet, insomania, dan lain sebagainya (Kues et al., 2015; Ferreira et al., 2015). Informasi potensi pohon penghasil gaharu sebagai bahan-bahan obat alternatif masih minim sekali, bahkan peran mikrob endofitik pada jenis pohon pengahasil gaharu tidak ada literatur yang menjelaskannya. Potensi produksi gaharu alam di Indonesia yang menjadi komoditi perdag ang an internasional baik dari segi kualitas dan kuantitas semakin menurun dan ekspor gaharu alam pun telah dibatasi dengan kuota karena jenis-jenis Aquilaria dan Gyrinops telah masuk daftar CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) Appendix II dengan jumlah kuota tidak lebih dari 700 ton per tahun (Santoso, 2015; Susmianto et al., 2013). Kualitas gaharu yang diekspor
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
• 3
cenderung yang berkualitas rendah seperti kelas mutu abuk untuk produksi minyak gaharu dan dupa. Alternatif perkembangan potensi gaharu sejak dua dekade ini adalah kegiatan budidaya pohon penghasil dan diperkirakan lebih dari 10 juta pohon telah ditanam di seluruh Indonesia (Santoso et al., 2014). Namun kegiatan ini masih sporadis dan belum terstruktur, sehingga produksi gaharu budidaya belum diatur produksi dan disalurkan perdaganganya yang mendukung petani gaharu, dan belum ada upaya terstuktur dari pihak pemerintah pusat maupun daerah terutama regulasi khusus untuk budidaya gaharu. Membangun cluster gaharu di tingkat kabupaten terkendala banyak faktor, diantaranya adalah kebijakan kehutanan di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten sekarang mulai perubahan dengan adanya UU No.23/2014 yang berkaitan dengan kewenangan kehutanan akan diambil alih oleh provinsi. Selain itu dari sisi manajemen keuangan, kabupaten masih mengandalkan anggaran APBD yang sangat terbatas, dan pos pembiayaan yang tersebar di beberapa SKPD. Permasalahan teknis pengembangan cluster gaharu yang dihadapi adalah teknologi inokulasi gaharu yang kompatibel dan konsisten untuk mendukung produksi gaharu yang berkesinambungan. Saat ini banyak beredar inokulan pembentuk gaharu yang tidak berdasar hasil penelitian di laboratorium. Memproduksi gaharu memerlukan keahlian khusus, terutama di bidang mikrobiologi hutan, phytopathologi, biokimia, dan ekofisiologi pohon. Kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) di tingkat daerah perlu ditingkatkan melalui kegiatan pelatihan singkat yang praktis mulai dari pelatihan teknologi inokulasi, teknik pemanenan, pengolahan produk, teknik penyulingan minyak gaharu, teknik produksi dupa, tasbih, gelang, dan lainlain. Permasalahan mendesak yang akan dihadapi adalah serangan hama dan penyakit pada pohon penghasil gaharu budidaya.
4
•
PENDAHULUAN
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi populasi pohon penghasil gaharu yang cukup tinggi di Indonesia. Kepedulian komunitas masyarakat di sekitar hutan di Babel mempunyai kesadaran tinggi untuk membudidayakan pohon penghasil gaharu, dan pemerintah daerah telah membantu pengembangan gaharu di Babel. Kabupaten Bangka Tengah telah menyusun “Roadmap pengembangan HHBK dan menetapkan Kabupaten Bangka Tengah sebagai cluster gaharu”. Salah satu strategi pengembangan gaharu yang dapat melibatkan banyak stakeholder di tingkat provinsi/ kabupaten adalah pengembangan cluster gaharu. Cluster gaharu merupakan kegiatan usaha industri gaharu “one stop services” yakni setiap pelaku usaha dan fasilitator di tingkat provinsi/kabupaten memberikan kontribusi yang nyata dalam setiap tahapan pembangunan cluster gaharu. Setiap satuan kerja/SKPD memberikan andil dan terencana pembiayaan serta implementasi pengembangan cluster gaharu mulai dari industri hulu, tengah, dan hilir.
1.2 Tujuan Penyusunan desain cluster gaharu ini bertujuan untuk memberikan arah pembangunan cluster gaharu terintegrasi dan menjembatani stakeholder yang terlibat dalam pengembangan model cluster gaharu di kabupaten Bangka Tengah. Pembangunan cluster perlu didukung oleh komitmen para stakeholder dan yang penyediaan anggaran dari masing-masing SKPD, fasilitas fisik bangunan dan infrastruktur jalan, pelatihan-pelatihan berbasis aplikasi pembangunan industri gaharu, serta melakukan evaluasi kegiatan cluster gaharu setiap tahunnya. Pembangunan cluster gaharu ini mungkin akan sedikit mengalami adaptasi karena ada rencana setiap provinsi mulai mengimplementasikan UU No.23/2014 yang berkaitan dengan kewenangan kehutanan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
2 PROFIL KABUPATEN BANGKA TENGAH
2.1 Letak Geografis dan Kependudukan Kabupaten Bangka Tengah dibentuk pada tanggal 25 Februari 2003 berdasarkan Undangundang Nomor 5 Tahun 2003. Bersama-sama dengan pembentukan Kabupaten Bangka Tengah, dibentuk pula Kabupaten Bangka Selatan, Bangka Barat dan Belitung Timur. Secara administratif wilayah Kabupaten Bangka Tengah berbatasan langsung dengan daratan wilayah kabupaten/kota lainnya di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu dengan wilayah Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka, dan Bangka Selatan. Pembentukan Kabupaten Bangka Tengah tidak semata-mata karena kebutuhan pengembangan wilayah propinsi, tetapi juga karena keinginan masyarakat di dalamnya, serta upaya untuk mempercepat pembangunan daerah dan terciptanya pelayanan publik yang lebih efektif dan efisien. Pada awal berdirinya tahun 2003, Kabupaten Bangka Tengah memiliki luas daerah lebih kurang 2.156,77 Km2 atau 215.677 Ha
dengan wilayah administrasi 4 kecamatan, satu kelurahan, 39 desa dan 74 dusun. Pada tahun 2013 luas daerahnya menjadi 2.279, 11 km2 atau 227.911, 33 Ha. Untuk kepentingan akselerasi pembangunan daerah, pada tahun 2012 beberapa wilayah administrasi mengalami peningkatan status sehingga wilayah administrasi menjadi 6 kecamatan, 7 kelurahan, dan 56 desa. Data terakhir hasil registrasi penduduk Kabupaten Bangka Tengah pada tahun 2013 menunjukan jumlah penduduk mencapai 162.525 jiwa. Tersebar di Kecamatan Koba sebanyak 34.305 jiwa, Kecamatan Pangkalan Baru sebanyak 37.029 jiwa, Kecamatan Sungai Selan sebanyak 30.297 jiwa, Kecamatan Simpang Katis 22.430 jiwa, Kecamatan Namang 14.425 jiwa, dan Kecamatan Lubuk Besar 24.039 jiwa. Berdasarkan data yang tersedia, pada tahun 2013, jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Kabupaten Bangka Tengah relatif berimbang yakni, penduduk lakilaki sebanyak 84.761 jiwa atau sekitar 52,15% dan penduduk perempuan sebanyak 77.764 jiwa atau 47,85% atau berbeda hanya 4,00%.
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
• 5
2.2 Sosial Ekonomi Pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Bangka Tengah selama tiga tahun terakhir mengalami penurunan. Awalnya pada tahun 2011 laju ekonomi cukup tinggi mencapai 6,48%, kemudian di tahun 2012 laju ekonomi melambat menjadi 5,97% dan ditahun 2013 laju ekonomi menurun menjadi 5,20%. Tidak beroperasinya perusahaan tambang timah PT. Koba Tin, dan sejumlah smelter maupun aktivitas tambang ternyata berimbas terhadap pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Bangka Tengah. Dari sektor pertambangan yang selama ini berlangsung, sektor pertambangan memberi sumbangan sekitar 40% pertumbuhan ekonomi (Sumber Bangka Pos, 22 April 2015).
2.3 Kondisi Tanah dan Hidrologi Konfigurasi tanah di Kabupaten Bangka Tengah terdiri dari 4% tanah berbukit seperti Bukit Mangkol dengan ketinggian sampai 395 m. Jenis tanahnya adalah Podzolik coklat kekuningkuningan dan Litosol berasal dari Batu Plutonik Masam. Selanjutnya, 51% konfigurasi tanah lahan berombak dan bergelombang, dengan jenis Asosiasi Podsolik Coklat Kekuning-kuningan berbahan induk Komplek Batu Pasir Kwarsit dan Batuan Plutonik Masam. Lahan berkonfigurasi lembah/datar sampai berombak, 20% dengan jenis tanah termasuk asosiasi Podsolik berasal dari komplek batu pasir dan kwarsit, sisanya 25% rawa dan bencah/datar dengan jenis tanah termasuk dalam Asosiasi Alluvial Hedromotif dan Glei Humus serta Regosol Kelabu Muda berasal dari endapan pasir dan tanah liat. Pada umumnya kondisi pH tanah di Kabupaten Bangka Tengah rata-rata 5, di mana didalamnya mengandung mineral biji timah dan bahan galian lainnya seperti pasir kwarsa, kaolin dan batu gunung. Kabupaten Bangka Tengah mempunyai Sungai Selindung, Sungai Mesu, Sungai Selan, dan Sungai Kurau, dan lain-lain. Pada umumnya
6
•
PROFIL KABUPATEN BANGKA TENGAH
sungai-sungai tersebut berhulu di daerah perbukitan dan pegunungan dan bermuara di pantai laut. Sungai-sungai di Kabupaten Bangka Tengah berfungsi sebagai sarana transportasi dan belum bermanfaat untuk pertanian dan perikanan karena para nelayan lebih memilih mencari ikan di laut. Di kabupaten ini tidak ada danau alam, tetapi yang ada adalah bekas penambangan biji timah yang luas dan membentuk danau buatan yang disebut kolong.
2.4 Flora dan Fauna Kelompok flora dari berbagai jenis vegetasi atau jenis pohon hutan tropika yang termasuk kategori komersial dan beberapa jenis dilindungi adalah dari keluarga Thymelaeaceae seperti ramin dan gaharu, keluarga Dipterocarpaceae seperti jenis-jenis Shorea, Hopea, dan Vatica, serta jenis-jenis lain seperti pelawan, mendaru, gelam, bintangur, mahang, cempedak air, pulai, jenis bakau-bakauan, dan lain-lain. Kelompok fauna yang ditemukan di kawasan hutan di Kabupaten Bangka Tengah diantaranya adalah rusa, beruk, monyet, lutung, babi hutan, teringgiling, napu, musang, murai, tekukur, pipit, kalong, elang, dan ayam hutan. Di Pulau Bangka tidak ada binatang buas seperti yang dapat ditemukan di Pulau Sumatera.
2.5 Kondisi Iklim Berdasarkan data Stasiun Meteorologi Pangkalpinang tahun 2013, suhu rata-rata di Kabupaten Bangka Tengah berkisar antara 2431,6 oC, sedangkan kelembaban udara rata-rata bervariasi antara 80-87%. Curah hujan terendah pada bulan Agustus 2013, dengan rata-rata curah hujan sebesar 251 mm. Kabupaten Bangka Tengah beriklim tropis type A dengan besar curah hujan antara 84,5 – 406,2 mm per bulan.
3 DESAIN PEMBANGUNAN CLUSTER GAHARU
3.1 Kondisi Gaharu Indonesia Saat ini (Analisis SWOT) Indonesia adalah produsen gaharu alam terbesar di dunia, setidaknya mengekspor lebih dari 15 jenis gaharu alam terutama dari genera Aquilaria dan Gyrinops, diantaranya memiliki pangsa pasar dominan seperti chips gaharu, minyak gaharu, dupa/hio, dan assesoris. Rantai nilai industri gaharu pada dasarnya terdiri dari kegiatan budidaya pohon penghasil gaharu, carving, pengolahan, penyulingan, dan perdagangan. Pada tingkat pedagang pengumpul/ eksportir dilakukan kegiatan pengumpulan, dan penyimpanan (aging). Pada tingkat yang lebih hilir, proses lanjutan dapat berupa transformasi kimiawi, sintesis dan compounding untuk menghasilkan produk siap pakai di industri kosmetik, parfum, dupa, dan sebagainya.
3.1.1 Kekuatan (Strength) 1. Potensi dan keragaman sumber daya hayati bahan baku gaharu yang mempunyai prospek pasar ada 15 jenis telah diekspor, dengan spesifikasi dicampur pada kelompok Malaccensis, Gyrinops dan Filaria.
2. Pemasok utama dalam perdagangan gaharu dunia (seperti gubal, minyak gaharu, dupa/ hio, dan dekoratif dan assesoris. 3. Adanya dan tumbuhnya sentra-sentra produksi gaharu di berbagai wilayah di Indonesia dengan keunggulan komparatif sesuai dengan kondisi lahan dan agroklimat. 4. Keragaman jenis pohon penghasil gaharu yang sudah mampu diproduksi secara komersial. 5. Adanya industri yang sudah mampu memproduksi produk turunan gaharu dengan nilai tambah yang lebih tinggi. 6. Sumber daya manusia dan kemampuan IPTEK pada berbagai Perguruan Tinggi, Institusi Penelitian dan Pengembangan, serta swasta yang bergerak di industri hulu hilir gaharu (budidaya, pengolahan dan mesin/peralatan). 7. Kesadaran dan tekad bersama para pemangku kepentingan untuk memajukan dan meningkatkan daya saing gaharu.
3.1.2 Kelemahan (Weakness) 1. Usaha budidaya tanaman yang sebagian besar adalah usaha sampingan, dengan lokasi
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
• 7
penanaman yang tersebar dan dengan skala usaha (luas) yang relatif kecil 10 – 5000 pohon penghasil gaharu. 2. Produk gaharu budidaya yang dihasilkan dan diperdagangkan (ekspor) sebagian besar masih bernilai tambah rendah. 3. Praktek produksi (budidaya, pasca panen, dan teknologi penyulingan – penggunaan alat peralatan dan proses) yang belum standar dan optimal sehingga kurang efisien dan menghasilkan bahan baku dan produk minyak gaharu dengan produktivitas dan mutu yang masih rendah. 4. Tingkat dan fluktuasi harga serta sistem tata niaga yang kurang memberikan insentif bagi petani gaharu untuk meningkatkan mutu. 5. Persaingan yang tidak sehat antar pelaku usaha, khususnya pedagang/eksportir. 6. Terbatasnya akses terhadap sumber pembiayaan usaha dan terbatasnya modal usaha untuk industri gaharu. 7. Kurangnya dukungan pemerintah dalam memajukan dan meningkatkan daya saing gaharu hasil budidaya Indonesia. 8. Belum ada minat dari perusahaan swasta nasional untuk menangani bisnis gaharu dari mulai pembangunan hutan tanaman penghasil gaharu hingga pengolahannya di industri hilir. 9. Regulasi tata niaga gaharu alam yang menghambat dan cenderung monopsoni. 10. Kelembagaan di tingkat petani dan penyuling yang masih lemah.
3.1.3 Kesempatan (Opportunity) 1. Kecenderungan konsumsi dunia terhadap produk gaharu dan turunannya yang meningkat > 4500 ton/tahun. 2. Kecenderungan penggunaan bahan alami yang lebih diutamakan dibandingkan bahan sintetis (perilaku konsumen back to nature). 3. Tumbuhnya industri obat-obatan, pangan, kosmetik, ritual keagamaan dan lain-lain yang menggunakan produk gaharu dan
8
•
DESAIN PEMBANGUNAN CLUSTER GAHARU
turunannya yang selama ini sebagian besar masih diimpor. 4. Kemampuan sumber daya manusia dan IPTEK untuk menghasilkan produk gaharu dengan nilai tambah yang lebih tinggi.
3.1.4 Ancaman (Threat) 1. Globalisasi perdagangan dunia, serta isu-isu non tariff barrier (seperti isu lingkungan). 2. Tumbuhnya negara pesaing yang juga mampu memproduksi tanaman penghasil gaharu, dengan produktivitas, efisiensi produksi dan mutu yang lebih baik. 3. Munculnya produk substitusi sintetik atau gaharu imitasi (fake) 4. Tingkat kepastian dan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap valuta asing. 5. Kesadaran sebagian pelaku usaha yang tidak profesional dalam melaksanakan usaha, yang dapat menjatuhkan “nama baik” produk gaharu dipasaran dunia. 6. Program yang dilakukan oleh berbagai instansi pemerintah dalam pengembangan gaharu yang masih belum terintegrasi dan terkoordinasi,serta belum fokus sehingga belum memberikan hasil dan dampak yang optimal.
3.2 Pengertian Cluster Gaharu Cluster gaharu merupakan suatu sistem/ model usaha produksi gaharu terpadu yang dikelola bersama oleh para stakeholder ditingkat provinsi atau kabupaten. Kegiatan unit usaha produksi gaharu terpadu ini dimulai dari serangkaian manajemen dari hulu ke hilir yang tangguh untuk menyediakan bahan baku gaharu yang berkesinambungan, menyediakan IPTEK dan inovasi teknologi, menyediakan fasilitas produksi, meningkatkan kapasistas kemampuan SDM, sehingga terbangun ekonomi kreatif pengolahan aneka produk gaharu yang efisien, serta melakukan kegiatan promosi produk dan pemasaran yang legal, serta pemasaran gaharu langsung ke negara tujuan konsumen (Gambar 1).
LitbangInovasi Teknologi Konservasi
Produksi
Klaster Gaharu*
Antisipasi gangguan hama & penyakit
Promosi dan Pemasaran
Gambar 1. Pengembangan cluster gaharu yang berisi prioritas kegiatan
Cluster gaharu berisi minimal lima kegiatan yang penting untuk dilaksanakan semua pihak yang terlibat. Konservasi jenis-jenis pohon penghasil gaharu adalah kegiatan pertama yang harus dilakukan, agar sumber daya alam gaharu yang tersisa saat ini dapat diselamatkan dan membudidayakannya melalui tanaman dalam bentuk arboretum atau kebun koleksi jenisjenis pohon penghasil gaharu. Penanaman gaharu sebaiknya berdasar eco-region dari distribusi pohon gaharu alaminya, mengingat pembentukan gaharu sangat dipengaruhi oleh fungi pembentuk gaharu yang diintroduksi, kondisi tempat tumbuh dan iklim setempat. Produksi gaharu yang dimaksud adalah dimulai dari penyediaan pohon pembentuk gaharu sebagai bahan baku, melakukan kegiatan inokulasi, pemanenan, dan pengolahan gaharu. Pemeliharaan pohon penghasil gaharu dari gangguan hama dan penyakit merupakan titik kritis kegiatan cluster gaharu. Penelitian teknologi inokulasi tetap harus dijalankan untuk mendapatkan teknologi inokulasi yang efektif dan efisien, agar setiap pohon penghasil gaharu yang telah ditanam dan diinokulasi dapat memproduksi gaharu dengan kualitas yang baik dan diterima pasar. Menjaga kesehatan pohon penghasil gaharu adalah hal yang prioritas agar pertumbuhan pohon menjadi maksimal, dan pada waktunya siap diinokulasi. Untuk itu pencegahan serangan hama dan penyakit lebih diutamakan dibandingkan usaha pemberantasan,
karena pemberantasan tidak akan efektif. Pemasaran merupakan ujung dari kegiatan cluster gaharu, tanpa ada penyederhanaan regulasi tata niaga gaharu hasil budidaya, maka kegiatan cluster gaharu tidak akan bermanfaat bagi masyarakat luas. Kegiatan promosi produk gaharu masuk dalam kegiatan pemasaran. Promosi dilakukan dengan mengikuti pameran di tingkat nasional maupun internasional. Peran swasta nasional dalam investasi gaharu turut mempercepat pembangunan cluster gaharu dari industri hulu ke hilir. Promosi dapat berupa mendesain website tentang produk gaharu, dan memperkenalkan cluster gaharu di Kabupaten Bangka Tengah. Website dibuat dalam berbagai bahasa (Inggris, Arab, Mandarin, Jepang, Korea, Spanyol, Prancis, dan Jerman). Kegiatan lain adalah membuat serangkaian Focus Group Discussion (FGD) dan pameran langsung di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI/Konjen) negara tujuan ekspor. Para pedagang gaharu di negara tujuan ekspor diundang oleh KBRI untuk ikut serta berinvestasi dalam kegiatan cluster gaharu. Pameran gaharu tidak hanyak memperkenal produk-produk gaharu dari Indonesia, tetapi dimungkinkan untuk dilakukan transaksi pemasaran langsung dengan para pedagang gaharu di KBRI setempat. Sebagai contoh, setiap tahun Negeri Tiongkok (RRC) menyelenggarakan pameran gaharu internasional, salahsatunya di kota Guang Zhou. Pameran ini menjadi ajang besar untuk memperkenalkan dan mempromosikan produkproduk gaharu hasil dari cluster gaharu dari Kabupaten Bangka Tengah.
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
• 9
3.3 Cluster Gaharu: “One Stop Services”
dengan harga yang kompetitif. Bahan inokulan seharusnya berbahan dasar biologi, yang memang sumbernya berasal dari sumber alami Pembangunan cluster gaharu dimulai dari pembentukan gaharu yang selama ini terjadi di penyediaan bahan baku pohon penghasil gaharu hutan alam. Pengujian berbagai sumber inokulan yang berdasar luas dan jumlah pohon sesuai gaharu harus sudah diuji dari awal dalam skala dengan target yang telah programkan dalam terbatas, sehingga jangan terlalu banyak korban roadmap cluster gaharu (Gambar 2). Beberapa pohon tidak membentuk gaharu. Penentuan pertanyaan yang bakal timbul adalah, apa jenis teknologi dan jenis inokulan yang tepat, dapat p ohon p eng ha sil g a har u yang a kan memberikan kepastian dan rasa aman kepada semua pemilik pohon penghasil gaharu. pembibitan penanaman inokulasi Pemilihan teknologi inokulasi gaharu didasarkan pada inokulan dihasilkan dari riset laboratorium yang Diverisifikasi Processing & kompeten dan didukung tenaga ahli di pemanenan produk grading bidang mikrobiologi hutan. Penilaian kualitas dan efektivitas inokulan gaharu juga harus memperhitungkan aspek ekonomi, berapa biaya inokulasi Packaging Promosi produk pemasaran per pohon gaharu yang dihasilkan dan berapa nilai ekonomi dari hasil panen gaharu. Apa tipe inokulan Gambar 2. Tahapan proses pengembangan gaharu dalam cluster gaharu yang digunakan (biologi, kimia dan fisika)? Dimana inokulan gaharu dapat diperoleh dengan mudah? Apakah dikembang kan? Ba g a imana sistem teknik inokulasinya efektif dan efisien? Semua penanamannya, monokultur atau agroforestry? pertanyaan diatas harus sudah dijawab dalam Apakah pertumbuhan pohon yang ditanam manajemen cluster gaharu, sehingga implementasi optimal berdasar kelas diameter dan umur pembangunan cluster sudah sesuai standar pohonnya? Di mana pohon penghasil gaharu operasional, dan sudah tidak ada keraguan lagi akan ditaman sebagai bagian dari cluster gaharu? bila inokulan gaharu yang digunakan telah Apakah lokasi perlu satu hamparan utuh? mengalami pengujian dan terbukti menghasilkan Bagaimana cara menjaga pohon penghasil gaharu gaharu yang diinginkan oleh pasar. tetap sehat dan teknik pencegahan hama dan Penyediaan inokulan gaharu secara gratis penyakit yang mungkin timbul di tingkat perlu difasilitasi oleh pemerintah pusat/daerah lapangan. Semua aktivitas kegiatan di cluster hulu dan juga dukungan perusahaan swasta nasional memerlukan investasi biaya yang cukup besar yang berinvestasi dalam industri gaharu. Petani dan perlu disediakan setiap tahunnya untuk gaharu secara umum tidak mampu mengadakan pemeliharaan tanaman. inokulan gaharu untuk memproduksi gaharu Proses berikutnya yang penting adalah pada pohon yang telah ditanam. Dengan pemilihan jenis teknologi inokulasi gaharu sistem “Perkebunan Inti Rakyat (PIR)” gaharu yang mampu memproduksi gaharu dengan seharusnya usaha petani gaharu dapat dilakukan kualiatas yang diterima oleh pasar internasional melalui kerjasama saling menguntungkan.
10
•
DESAIN PEMBANGUNAN CLUSTER GAHARU
penting dalam koordinasi perencanaan para stakeholder. Peranan Bappeda baik ditingkat provinsi maupun kabupaten turut merencanakan dan mengaloksikan anggaran kegiatan cluster gaharu dari masing-masing SKPD. Dinas Kehutanan fokus menyiapkan lahan dan bahan tanaman penghasil gaharu bersama-sama dengan kelompok petani gaharu. Kegiatan registrasi pohon secara bertahap harus dilakukan dan nantinya registrasi pohon dilakukan dengan sistem on-line. Kebutuhan bahan baku gaharu sudah diprogramkan sejak awal, misalnya untuk tujuan produksi chips gaharu, minyak gaharu, atau produksi herbal gaharu. Dinas perindustrian fokus pada kegiatan pengolahan gaharu dan produk turunannya. Kegiatan ini memerlukan tidak hanya peralatan yang spesifik peruntukannya, tetapi juga diperlukan keahlian tenaga kerja yang khusus di unit usaha pengolahan gaharu dibawah koordinasi Dinas Perindustrian. Dinas perdagangan melakukan kegiatan di hilir terutama menyangkut promosi, tata niaga, dan pemasaran produk gaharu. Dinas perdagangan dapat membuat website untuk promosi berbagai bahasa, outlet ditingkat kabupaten/ provinsi, bahkan membuat galeri di • Kehutanan • Kelompok Jakarta. Selain itu promosi produkPetani gaharu produk gaharu setiap tahun juga dapat dilakukan di beberapa negara Melakukan Menyiapkan konsumen gaharu bekerjasama kegiatan proses lahan dan penyediaan dengan KBRI/Konsulat Jenderal bahan baku bahan baku gaharu di negara konsumen besar gaharu gaharu yang dituju. Badan Litbang dan Inovasi Melakukan Pengolahan promosi, tata (BLI) mempunyai tanggungjawab gaharu dan niaga gaharu produk untuk melaksanakan riset teknologi budidadaya dan turunannya untuk mengatasi permasalahan ekspor • Perdagangan • Industri yang dihadapi dalam cluster gaharu (Gambar 4). Saat ini ada lima topik yang memerlukan teknologi dalam cluster gaharu adalah seleksi bibit Gambar 3. Peranan stakeholder dalam kelembagaan pengelolaan cluster unggul teknologi inokulasi, hama gaharu dan penyakit, grading system, dan Produksi gaharu yang siap panen akan disalurkan ke perusahaan pengolahan gaharu dengan harga yang kompetitif sesuai dengan grade gaharu yang dihasilkan. Ketersediaan bahan baku gaharu merupakan faktor kunci berdirinya industri gaharu. Penyediaan bahan baku gaharu adalah melalui produksi bibit gaharu unggul dan melakukan penanaman secara massal dalam satu cluster. Gambar 2 jenis-jenis pohon penghasil gaharu yang utama ditanam adalah jenis Aquilaria malaccensis. Jenis pohon penghasil yang direkomendasi untuk ditanam adalah A. microcarpa, A. beccariana, dan A. hirta, penyediaan bibit dari jenis tersebut dapat di lakukan dan menjadi tanggungjawab Dinas Perkebunan dan Kehutanan ditingkat Kabupaten sebagai stakeholder utama pembangunan cluster (Gambar 3). Cluster gaharu menuntut kesinambungan kerjasama yang intens antar SKPD ditingkat provinsi/kabupaten, hal ini tidak hanya masalah koordinasi kegiatan, tetapi adanya komitmen pembiayaan yang disediakan setiap tahun anggaran APBD di Babel berperan
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
• 11
teknik pemanenannya. BLI akan memberikan rekomendasi yang terbaik dalam mencapai target produksi gaharu budidaya dalam sistem cluster. Pest & Disease control Silvikultur Bibit Unggul
40 Ha
Teknologi Inokulasi
Teknik pemanen
Grading system
Gambar 4. Input teknologi dalam cluster gaharu
Koordinasi dan kerjasama riset BLI dengan Balai Litbang LHK Palembang dan Universitas Bangka Belitung harus dilakukan sejak awal, agar pembagian tugas dan kebutuhan Sumber Daya Manusia dapat dipenuhi untuk melakukan fokus riset dalam cluster gaharu di Kabupaten Bangka Tengah. Pembiayaan dialokasikan oleh masing-masing institusi sesuai program riset yang tercantum dalam dokumen cluster gaharu ini (Gambar 5).
Input teknologi dapat pula melalui pelatihanpelatihan aplikasi yang diperlukan dalam industri hulu-hilir gaharu dapat dijadikan kegiatan rutin dalam cluster gaharu. Kemampuan SDM di cluster gaharu akan lebih spesifik pada setiap kegiatannya, mulai dari kegiatan pembibitan, penanaman, produksi inokulan, teknik inokulasi, pengolahan produk, promosi dan pemasaran. Pada dasarnya kegiatan promosi dan pemasaran merupakan kegiatan krusial yang akan dihadapi dalam cluster gaharu. Arahan dari cluster gaharu harus jelas, di segmen produk gaharu seperti apa kita akan fokus dan menekuninya. Peran stakholder dari kalangan swasta nasional diharapkan dapat berinvestasi dalam industri gaharu. Kelompok petani gaharu merupakan stakeholder penting untuk penyediaan bahan baku gaharu yang nantinya akan ditampung oleh perusahaan swasta dengan harga jual yang kompetitif. Ekonomi kreatif kehutanan harus sudah mulai membuka prospekprospek produk seperti apa yang nantinya akan diinginkan oleh pasar internasional. Apakah cluster gaharu di Bangka Belitung akan menjadikan daerah kunjungan wisata mancanegara (ekowisata) yang didalamnya mempromosikan berbagai macam produk gaharu dan turunannya.
3.4 Strategi 3.4.1 Strategi Pokok
Sumber Daya Manusia • Pengelolaan Klaster • Pengelolaan produksi gaharu • Litbang • Pengelolaan pemasaran gaharu • dll.
Produksi Inokulan Gaharu • Fasilitas Lab • SOP Produksi inokulan • SOP pengawasan mutu inokulan & distribusinya
Produksi Gaharu • Proses Produksi • Grading • Diversifikasi produk
Pemasaran • Promosi • E-commerce • market
Gambar 5. “Capacity Building” yang diperlukan dalam pengembangan cluster gaharu
12
•
DESAIN PEMBANGUNAN CLUSTER GAHARU
1. Pe n g e m b a n g a n Cl u s t e r G a h a r u . Peng em b a ng a n cl u ste r g a ha r u membutuhkan adanya beberapa pelaku usaha atau perusahaan sebagai champion, dengan kriteria (a) bergerak dalam industri peningkatan nilai tambah gaharu budidaya dan sekaligus sebagai pengekspor, (b) mempunyai keterkaitan yang kuat dengan seluruh komponen stakeholder di dalam negeri dan jaringan bisnis di pasar global, (c) mempunyai komitmen, keperdulian, dan motivasi terhadap pengembangan gaharu budidaya Indonesia. Pola pengembangan
cluster gaharu perlu diarahkan kepada peningkatan daya saing di pasar internasional. Tiga faktor utama daya saing yang perlu dioptimalkan mencakup mutu (quality), biaya (cost), dan penyediaan (delivery). 2. Penentuan Komoditas Unggulan. Diantara beragam produk ekspor gaharu Indonesia, gubal gaharu, minyak gaharu, dupa, assesoris dan dekorasi perlu mendapatkan perhatian khusus untuk terus dikembangkan mengingat kinerja ekspornya dan posisi pentingnya di pasaran dunia. 3. Pengembangan Sentra Produksi dan Pewilayahan Komoditi Gaharu. Kesesuaian agroklimat dan sosial budaya (termasuk tradisi) suatu daerah terhadap komoditas gaharu budidaya tertentu sangat menentukan dalam pengembangan sentra produksi. Dukungan berupa akses terhadap sarana produksi akan meningkatkan produktifitas dan mutu bahan bahan baku suatu sentra produksi.
3.4.2 Strategi Operasional 1. Modernisasi Peralatan Produksi. Sebagian besar produsen gaharu merupakan industri kecil yang masih menggunakan peralatan yang sangat sederhana sehingga kurang efisien dan mutu yang dihasilkan umumnya rendah. Penerapan peralatan proses yang memenuhi standar teknologi diyakini akan meningkatkan kinerja produksi sekaligus memperbaiki mutu 2. Peningkatan Kapasitas SDM. Pengetahuan (knowledge) dan keahlian (skill) dalam aspek teknis maupun manajemen produksi dari pelaku industri kecil gaharu budidaya umumnya belum memadai. Hal ini berdampak langsung terhadap kinerja produksi masing-masing. Untuk itu program-program pelatihan yang relevan dan tepat guna sangat diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. 3. Peningkatan dan Stabilisasi Mutu Produk Gaharu Budidaya. Pengembangan dan
4.
5.
6.
7.
penerapan standar proses produksi, standar alat, standar mutu yang berlaku dan sesuai dengan permintaan pasar, serta standar harga dikaitkan dengan mutu perlu segera diupayakan. Untuk itu diperlukan dukungan semua pemangku kepentingan untuk terwujudnya berbagai standar tersebut. Peningkatan dan Stabilisasi Harga Produk. Tingkat dan fluktuasi harga produk minyak atsiri antara lain ditentukan keseimbangan supply & demand pasar dunia. Untuk itu diharapkan peran pemerintah dan eksportir yang lebih intensif dalam memberikan pembinaan, penyuluhan dan informasi kepada petani gaharu untuk mengantisipasi kondisi dan kebutuhan pasar dunia. Penguatan Kelembagaan Petani Gaharu Budidaya. Hampir semua petani gaharu mempunyai posisi tawar yang lemah terhadap berbagai pihak. Terbentuknya kelembagaan kelompok petani gaharu yang berfungsi baik dapat memperbaiki akses kepada modal usaha dan pasar. Diversifikasi Produk Gaharu Secara Horizontal dan Vertikal. Pengembangan produk gaharu turunan yang prospektif diperlukan untuk menambah ragam dan memperbesar pangsa pasar ekspor. Disamping itu pengembangan produk turunan gaharu juga diperlukan untuk memaksimalkan nilai tambah bahan alam Indonesia. Hal ini dicapai dengan memanfaatkan hasil kegiatan lembaga litbang/perguruan tinggi melalui diseminasi ke pelaku usaha. Pengembangan Jejaring . Kerjasama antar pemangku kepentingan melalui pembentukan Forum Gaharu Indonesia (FGI), serta sinkronisasi dan harmonisasi kebijakan dan program lintas sektoral yang mendukung pengembangan gaharu akan menghasilkan sinergi yang kuat bagi pengembangan industri gaharu.
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
• 13
4 RENCANA LOKASI CLUSTER GAHARU
Cluster gaharu dan kegiatan pengembangan gaharu sudah dialokasikan di Kabupaten Bangka Tengah, direncanakan mempunyai luas 40 Ha. Lokasi cluster gaharu harus ditetapkan oleh Surat Keputusan Bupati Kabupaten Bangka Tengah. Pada tahap awal pihak Dinas perkebunan dan Kehutanan bersama Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) telah menyusun dokumen roadmap cluster gaharu pada tahun 2014, dengan intisari kegiatan tertera pada Tabel 1. Dokumen roadmap sudah cukup baik dan terarah, namun ada kendala dalam proses pelaksanaan di lapangan dan pendanaannya. Perlu komitmen antar stakeholder di Kabupaten
Bangka Tengah, agar implementasi roadmap dapat dijalankan sesuai target yang di harapkan. Lokasi cluster gaharu menjadi salah satu penentu dalam mensukseskan kegiatan pembangunan cluster gaharu di Kabupaten Bangka Tengah (Tabel 2). Setiap stakeholder akan memfokuskan semua kegiatan di lokasi ini. Surat Keputusan (SK) Bupati Bangka Tengah tentang penetapan cluster perlu diinformasikan kepada para pejabat ditingkat kecamatan, dan desa/kelurahan. Perlu disosialisakan juga kepada para pihak terutama di tingkat pelaksana lapangan diantaranya para petani gaharu, kelompok tani, para penyuluh kehutanan/pertanian (Lampiran 1).
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
• 15
Tabel 1. Indikator pembangunan cluster gaharu berdasarkan dokumen roadmap yang telah disusun oleh Dinas Perkebunan dan Kehutanan tahun 2014. No.
Sasaran
Indikator Sasaran
Output
1.
Data potensi pohon penghasil gaharu
•• Diperolehnya data potensi gaharu di kabupate Bangka Tengah
•• Tiga laporan penelitian
2.
Distribusi pohon penghasil gaharu
•• Dokumentasi distribusi pohon penghasil gaharu secara berkelanjutan •• Data registrasi pohon penghasil gaharu
•• Satu laporan monitoring dan evaluasi setiap tahun
3.
Grand design pengembangan gaharu
•• Dokumen grand design yang telah dilegalisasi oleh Bupati
•• Satu dokumen grand design
4.
Regulasi tentang pengembangan •• Tata niaga/usaha gaharu budidaya gaharu
5.
Pendampingan/ Penyuluhan berkaitan dengan cluster gaharu dan bantuan sarpras
•• Pendampingan penyuluh dalam rangka pengembangan gaharu di tingkat kelompok tani •• Diperolehnya bantuan sarana prasarana/bahan inokulan untuk pengembangan gaharu
•• Laporan pendampingan oleh para penyuluh
6.
Harga gaharu budidaya
•• Adanya grade dan SNI •• Terbentuknya pasar gaharu budidaya
•• Dokumen SNI •• Pasar gaharu di kabupaten/ provinsi
7.
Kelembagaan budidaya gaharu
•• Eselon IV BKSDA di Kabupaten Bangka Tengah
•• Satu Kepala Seksi BKSDA
8.
Pelatihan tentang gaharu bagi petani
•• Pelatihan tentang budidaya, pemeliharaan tanaman, teknik inokulasi gaharu, dan pengolahannya.
•• Meningkatnya keterampilan para penyuluh dan petani gaharu
9.
Pengembangan inokulan gaharu •• Jenis inokulan pembentuk gaharu lokal yang efektif dan efisien yang unggul berasal dari BaBel •• Teknik produksi inokulan yang efektif dan efisien
•• Pusat pengembangan inokulan pembentuk gaharu di Kabupaten Bangka Tengah
10.
Peranan Hutan Kemasyarakatan •• Mengelola jenis pohon penghasil gaharu sebagai bahan baku utama (HKm), Hutan Desa (HD), dan dalam cluster gaharu Hutan Tanaman Rakyat (HTR) dalam pengembangan komoditi •• Mengembangkan pola agroforestry yg efektif dan efisien untuk meninggaharu katkan pendapatan masyarakat
•• Sentra hutan gaharu di areal HKm, HD, dan HTR
11.
Inovasi produk, promosi dan pemasaran gaharu
•• Meningkatan ‘capacity building’ untuk inovasi produk, promosi, dan pemasarannya •• Pembangunan sarana prasarana/ fasilitas untuk mendukung proses produksi gaharu, promosi dan pemasarannya
•• Pusat perdagangan gaharu di level kabupaten dan provinsi
16
•
RENCANA LOKASI CLUSTER GAHARU
•• Peraturan Bupati
Tabel 2. Lokasi pembangunan cluster gaharu di Kabupaten Bangka Tengah NO
KECAMATAN
DESA
LUAS (Ha)
1
Kecamatan Lubuk Besar
Desa Trubus
10
2
Kecamatan Pangkalanbaru
Desa Air Mesu
30
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
• 17
5 RENCANA PROGRAM PEMBANGUNAN CLUSTER GAHARU
Program pembangunan cluster gaharu di Kabupaten Bangka Tengah dalam jangka panjang 2015-2030 dilaksanakan dengan tahapan perencanaan sebagai berikut:
5.1 Program Penanaman Pohon Penghasil Gaharu Gerakan menanam pohon penghasil gaharu perlu dilakukan terus-menerus setiap musim tanam di Kabupaten Bangka Tengah. Gerakan ini merupakan gerakan bersama antara pemerintah Kabupaten Bangka Tengah, petani di sekitar hutan, para penyuluh, dan para stakeholder lainnya. Gerakan menanam dalam sistem cluster akan lebih termotipasi karena telah ada gerakan
menanam pohon, oleh petani perorangan maupun kelompok tani dari Kabupaten Bangka Tengah untuk membudidayakan gaharu secara swadaya sejak tahun 2001. Penanaman massal gaharu ini dilanjutkan dengan gerakan masal sejak tahun 2006 melalui gerakan menanam gaharu di tingkat provinsi dan kabupaten diteruskan dengan gerakan menanam gaharu yang merupakan inisiatif dari kelompok tani gaharu. Program penanaman pohon penghasil gaharu pada dasarnya merupakan kelanjutan dari upaya gerakan menanam gaharu dan berbasis pemberdayaan masyarakat di kabupaten Bangka Tengah. Meskipun gerakan penanaman ini menghadapi kendala utama
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
• 19
berupa resistensi (sebagian masyarakat yang selalu membandingkannya antar ekonominya dengan gaharu alam antar hasil dan tanaman perkebunan (kelapa sawit dan karet), namun ke depan program ini akan memberikan prospek yang baik), pada masyarakat sekitar tambang timah dan sebagai antisipasi bahwa suatu saat kegiatan penutupan tambang timah pasti akan terjadi. Pola pikir masyarakat awam menganggap bahwa gaharu alam dapat diperoleh dengan cara memungut, mempunyai kualitas yang tinggi, dan berharga mahal. Kebalikannya mereka menganggap hasil dari budidaya gaharu belum ada dan belum bisa dijadikan contoh yang dapat ditiru. Hal ini terjadi karena di Kabupaten Bangka Tengah, telah beredar banyak bahan inokulan pembentuk gaharu yang diragukan dalam kemampuan produksinya, dan tidak konsisten. Harga inokulan gaharu pun tidak masuk akal, padahal inokulan yang dijual belum tentu terbukti akan menghasilkan gaharu yang memberi keuntungan buat petani gaharu. Untuk itu diperlukan contoh-contoh berupa ‘kisah sukses’ dengan cara membina dan bekerjasama dengan inovator-inovator untuk mengembangkan citra usaha gaharu yang menguntungkan. Prinsip yang ditumbuhkan oleh Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah dari gerakan ini adalah “Menanam pohon penghasil gaharu dapat dianggap sebagai deposito, menanam karet dan kelapa sawit sebagai ATM untuk kebutuhan sehari-hari”. Dengan menanam pohon penghasil gaharu berarti warga sudah mempersiapkan masa depan secara mandiri. Jenis-jenis pohon penghasil gaharu yang diprioritaskan adalah jenis lokal yaitu Aquilaria malaccensis dan A. microcarpa ditanam dengan pola agroforestry mengingat jenis ini tergolong semitoleran. Tanaman ini dapat dicampur dengan tanaman karet, kelapa sawit, pisang, kelapa dalam, sereh wangi, dan tanaman pangan lainnya (Gambar 6).
20
•
RENCANA PROGRAM PEMBANGUNAN CLUSTER GAHARU
Petani sebagai produsen
Gambar 6. Aquilaria malaccensis dan Citronella spp.
Program ini memiliki target terbangunnya pohon penghasil gaharu sebanyak minimal 2.000.000 pohon penghasil gaharu secara lestari, baik dalam bentuk tanaman pekarangan, tegalan, kebun, hutan rakyat, hutan desa ataupun hutan adat. Pohon penghasil gaharu tersebut diharapkan menyebar di seluruh wilayah kabupaten dan setiap tahun dapat ditanam sebanyak 200.000 pohon. Menanam pohon penghasil gaharu di pekarangan dan kebun yang dekat pemukiman petani gaharu merupakan strategi jitu untuk mengamankan produksi gaharu, hal ini seperti dicontohkan oleh masyarakat petani gaharu di distrik Assam (India), mereka menanam pohon penghasil gaharu sebagai pagar pembatas halaman rumah dengan rumah tetangganya, diperkirakan populasi pohon penghasil gaharu jenis A. malaccensis yang ditanam melebihi 10 juta pohon di Assam, India.
Untuk mendata populasi jumlah pohon penghasil gaharu di Cluster Gaharu Kabupaten Bangka Tengah, pihak Dinas Perkebunan dan Kehutanan berkoordinasi dengan BKSDA Sumatera Selatan untuk mengimplementasikan Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor: P.25/ IV-SET/2014 tentang Tata Cara Registrasi Penangkaran/Budidaya Gaharu. Peraturan ini berkaitan dengan peran CITES sebagai organisasi internasional di Geneva (Swiss) yang mengontrol perdagangan gaharu dari jenis-jenis Aquilaria dan Gyrinops.
5.2 Program Pengembangan Inokulasi Pembentuk Gaharu Pohon penghasil gaharu dari hasil penanaman pada masa inisiasi, di antaranya sudah terdapat tanaman gaharu yang memerlukan inokulasi bahkan di antaranya sudah berproduksi. Inokulasi yang optimal dilakukan pada saat tanaman berumur 6 tahun atau berdiameter 20 cm. Dalam program pengembangan gaharu ini inokulasi secara intensif akan dimulai sekitar tahun 2017 untuk tanaman tahun 2010-2014, dan akan mulai panen raya pada tahun 2020. Dengan jumlah pohon sebanyak 1.500.000 batang, dan jumlah panen (ditebang) sebanyak 150.000 batang, diperkirakan gaharu dengan hasil rata-rata 4 kg/batang, sehingga produksi gaharu Kabupaten Bangka Tengah dapat mencapai sekitar 600 ton per tahun. Proses inokulasi membutuhkan waktu yang cukup lama sampai terbentuknya gaharu pada gubal tanaman. Inokulasi juga dapat mengalami kegagalan sehingga tanaman tidak menghasilkan gaharu karena berbagai faktor di antaranya faktor teknik dan jenis inokulasi serta lingkungan. Teknik inokulasi yang akan dikembangkan adalah teknik biologi yang menggunakan mikroorganisme fungi untuk menstimulasi tanaman agar menghasilkan gaharu. Pada periode awal akan digunakan inokulan dari Badan Litbang dan Inovasi yang unggul dan
bermutu tinggi, yang sudah memiliki paten selanjutnya akan diproduksi inokulan unggulan lokal yang dihasilkan dari kegiatan penelitian dan pengembangan oleh Kabupaten Bangka Tengah. Pembangunan cluster gaharu Kabupaten Bangka Tengah akan memacu meningkatnya populasi pohon gaharu secara besar-besaran ditanam di lahan milik masyarakat petani. Penambahan populasi ini juga akan membuka peluang bagi usaha produksi dan perdagangan inokulan. Untuk itu perlu disediakan inokulan unggul yang sudah diuji dan bersertifikat guna melindungi masyarakat dari spekulanspekulan atau produsen inokulan yang tidak bertanggungjawab.
5.3 Program Pengembangan Diversifikasi Produk Gaharu Pengembangan cluster gaharu di Kabupaten Bangka Tengah juga harus didukung dicirikan dengan adanya pembangunan unit industri pengolahan gaharu. Hal ini sesuai dengan visi dan misi pembangunan baik jangka menengah maupun jangka panjang, antara lain guna mewujudkan Kabupaten Bangka Tengah sebagai cluster pertumbuhan ekonomi regional, meningkatkan nilai tambah, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Pada dasarnya pengembangan cluster gaharu ini berupaya menarik nilai tambah gaharu sebanyak mungkin untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat Bangka Tengah sehingga akan dikembangkan berbagai jenis industri pengolahan mulai dari industri primer hingga industri turunannya dan industri pengolahan limbah. Dalam tahap awal dibangun industri penyulingan minyak gaharu terlebih dahulu, dan selanjutnya dikembangkan industri pengolahan limbah kayu (seperti hio dan obat nyamuk) serta industri turunan (seperti parfum, sabun dan teh). Pengembangan industri pengolahan ini juga akan mengikuti perkembangan pasar
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
• 21
dengan cara mengembangkan produk-produk yang baru dan inovatif. Pengembangan industri pengolahan gaharu juga dilaksanakan berbasis masyarakat sehingga dapat memaksimalkan manfaatnya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam cluster gaharu ini akan dikembangkan industri rumah tangga yang melibatkan usaha kecil menengah dan koperasi.
5.4 Program Pengembangan Pemasaran Aspek pemasaran menjadi salah satu unsur yang sangat penting pada tahapan industri hilir bagi upaya pengembangan gaharu ini. Keberhasilan aspek pemasaran dapat menjadi kunci untuk meningkatkan motivasi para petani dan dunia usaha gaharu. Harapannya, Kabupaten Bangka Tengah dapat menguasai dan memiliki posisi tawar yang kuat dalam pasar gaharu lokal dan internasional (ekspor). Secara umum, dalam program pengembangan pemasaran ini akan dilaksanakan melalui pengembangan produk, promosi dan pameran serta pengembangan jaringan kerja. Promosi dan pameran dilakukan baik di tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional. Di tingkat lokal antara lain dalam bentuk pameran pembangunan. Selanjutnya, gaharu secara aktif dapat mengikuti pameran dan promosi di tingkat provinsi dan nasional baik secara mandiri ataupun terintegrasi dengan kegiatan pembangunan lainnya. Kabupaten Bangka Tengah secara aktif menembus pasar ekspor dengan cara melakukan promosi dan pameran di negara-negara Timur Tengah, China daratan (Beijing, Guang Zhou, Hongkong ), Korea Selatan, Jepang ataupun di Singapura. Guna mendukung program pengembangan pemasaran ini akan dilaksanakan pengembangan jaringan kerja baik secara nasional maupun internasional. Jaringan kerja ini perlu terlembaga meliputi instansi pemerintahan maupun non pemerintahan dan dunia usaha.
22
•
RENCANA PROGRAM PEMBANGUNAN CLUSTER GAHARU
Di tingkat lokal diperlukan peran aktif dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM. Pengembangan jaringan pemasaran ini juga melibatkan Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, kedutaan besar dan konsulat perdagangan sedangkan di luar pemerintahan, jaringan pemasaran melibatkan asosiasi-asosiasi seperti Asosiasi Gaharu Indonesia (ASGARIN), Asosiasi Petani Gaharu (APEGA), Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan Kamar Dagang Indonesia (KADIN). Peran swasta nasional (corporate) diperlukan dalam cluster gaharu, yaitu untuk melakukan percepatan kegiatan promosi dan pemasaran produk gaharu untuk kepentingan ekspor. Kelompok petani gaharu dapat melakukan kerjasama yang positif dan saling menguntungkan antara kedua belah pihak. Pihak swasta dengan modal besar dapat membangun infrastruktur industri hilir berskala komersial dan ekspor ke mancanegara. Dengan adanya perusahaan swasta nasional, maka kelompok petani gaharu merasa ada bapak angkat yang melindungi kegiatan budidaya gaharu dengan rasa percaya diri dan komoditi mampu memberikan kesejahteraan pada anggota kelompok tani.
5.5 Program Pengembangan Ekowisata Gaharu Program yang tidak kalah penting dalam cluster gaharu adalah pengembangan kawasan ekowisata gaharu. Fasilitas atau atraksi utama yang dapat disediakan antara lain kebun gaharu, proses budidaya, proses inokulasi, produk gaharu, serta kuliner gaharu. Usaha ini juga harus diinisiasi oleh perusahaan swasta nasional yang perlu modal usaha cukup besar untuk mengelola aneka produk gaharu yang terintegrasi dengan kegiatan wisata kebun gaharu. Ekowisata adalah wisata daerah yang masih alami, dimana industri ekowisata selalu menjaga kualitas, keutuhan dan kelestarian alam serta budaya dengan menjamin keberpihakan
kepada masyarakat. Sejalan dengan munculnya kecenderungan masyarakat untuk kembali ke alam, potensi ekowisata di kawasan hutan dengan daya tarik wisata yang tinggi merupakan potensi yang bernilai jual tinggi sebagai obyek ekowisata sehingga pariwisata alam dikawasan hutan layak untuk dikembangkan. Peng embang an ekowisata ini jug a dilaksanakan berbasis masyarakat. Hal ini selaras dengan visi dan misi pembangunan Kabupaten Bangka Tengah, baik dalam jangka menengah maupun jangka panjang. Sarana prasarana dan fasilitas yang akan dibangun dapat menjadi obyek wisata, baik pemandangan, proses produksi, maupun kuliner. Masyarakat dapat dilibatkan antara lain dalam atraksi budidaya, inokulasi, pemanenan, pengolahan, maupun jasa kuliner. Selain itu, masyarakat juga dapat berpartisipasi dalam penyediaan sarana pendukung seperti transportasi dan penginapan/hotel sehingga dapat tercipta iklim investasi dan kesempatan kerja.
5.6 Pengembangan Perencanaan Pengembangan gaharu ini perlu didukung dengan perencanaan yang baik dan matang agar pelaksanaannya dapat terarah, terukur, efektif dan efisien. Perencanaan dilaksanakan secara lokal yaitu rencana tahunan dan rencana lima tahunan yang merupakan penjabaran dari rencana jangka menengah dan jangka panjang. Gaharu budidaya ini dikembangkan berbasis masyarakat, sehingga yang memiliki tanaman gaharu adalah petani yang beragam dan tersebar di seluruh pelosok kabupaten. Pengembangan ini akan menghadapi tantangan yang besar guna mengatur jenis produk dan kelestarian produksi karena penentunya berada pada masyarakat petani. Di sisi lain, dalam aspek pemasaran diperlukan adanya pemasokan yang berkesinambungan dan lestari baik dalam jumlah maupun kualitas. Bangka Tengah perlu mengatur agar tuntutan pasar dan rasa keadilan di antara
produsen (kelompok tani atau koperasi) dapat terpenuhi. Perencanaan adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Perencanaan mengandung unsur-unsur: kegiatan yang ditetapkan sebelumnya, adanya proses dan hasil yang ingin dicapai untuk menjadikan Kabupaten Bangka Tengah sebagai cluster pengembangan gaharu. Dalam hal ini perencanaan mencakup: 1. Sebagai pedoman arah kegiatan dalam mencapai tujuan 2. Sebagai dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan 3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap aparatur 4. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja 5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja 6. Untuk bahan penyusunan skala prioritas baik sasaran maupun kegiatan Dalam rang ka peng embang an g aharu di Kabupaten Bangka Tengah, langkah pengembangan perencanaan meliputi: 1. Asumsi yang terukur. Pengembangan gaharu di Kabupaten Bangka Tengah didasarkan kepada asumsi yang benar dan terukur. 2. Mengidentifikasi potensi. Penyusunan program pengembangan gaharu perlu memperhatikan potensi sumber daya alam, jenis pohon gaharu, jenis inokulan, SDM, produk pengolahan dan pemasaran. 3. Menggambarkan potensi secara specifik. Spesifikasi potensi lebih khusus diamati dan lebih operasional untuk gaharu alam dan budidaya. 4. Menentukan kriteria assesmen. Langkah ini ditempuh guna mengukur ketercapaian target produksi, pengolahan dan pemasaran.
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
• 23
5. Pengelompokan dan penyusunan tujuan. Pengelompokan tujuan merupakan deskripsi logis dari program pengembangan gaharu. 6. Desain strategi pencapaian. Dibuat sesuai dengan potensi yang telah dirumuskan dan dikembangkan. Strategi berupa prospektif, tujuan, pre-asesmen (asesmen adiagnostik) kegiatan yang akan dilakukan dan postassesmen. 7. Mengorganisasikan sistem pengelolaan. Sistem pengelolaan yang terorganisasikan guna pencapain target. 8. Melaksanakan uji coba program. Program yang telah dibuat, dilakukan uji coba dengan tujuan untuk mengevalusi efektifitas strategi instruksional, tuntutan program, ketepatan alat dan efektifitas sistem pengelolaan. 9. Memperbaiki program. Perbaikan program dilaksanakan berdasarkan umpan balik dari pengalaman yang dimiliki aparatur, petani gaharu dan para pengusaha gaharu, program dilaksanakan mulai tahun 2016.
5.7 Program Pengembangan dan Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) Kabupaten Bangka Tengah sedang berusaha mengejar ketertinggalan dalam pengembangan SDM melalui pembangunan pendidikan dan latihan yang berkualitas. Dengan dilaksanakannya pendidikan formal dan non formal serta pelatihan dan penyuluhan diharapkan dapat memberikan manfaat dalam upaya peningkatan sumber daya manusia baik aparatur pemerintah, masyarakat dan kalangan dunia usaha. SDM merupakan faktor penting sebagai pelaksana program agar tujuan pengelolaan sumber daya alam dapat tercapai dengan baik dan benar. Cita-cita Kabupaten Bangka Tengah menjadi cluster pembangunan gaharu membutuhkan tidak sedikit sumber daya manusia yang kompeten. Sifat umum sumber daya manusia yang dibutuhkan yaitu berahlak
24
•
RENCANA PROGRAM PEMBANGUNAN CLUSTER GAHARU
mulia; mempunyai tanggung jawab yang besar; berani menanggung resiko; berdedikasi tinggi; mau bekerja keras; mempunyai integritas tinggi; berjiwa pancasila dan mempunyai kebanggaan serta mencintai tanah air Indonesia. Di samping syarat-syarat umum tersebut terdapat syaratsyarat khusus sesuai dengan fungsi dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan. Syarat-syarat khusus tersebut adalah sebagai berikut: 1. Seorang yang dengan cermat, baik dan benar dapat mengelola sumber daya alam gaharu, sumber daya manusia dan seluruh aset yang ada untuk dapat menghasilkan gaharu dengan kualitas dan kuantitas yang memadai. Disini diperlukan ahli manajemen yang berwawasan luas yang juga berperan sebagai pengawas. Ilmu pengetahuan kehutanan beserta teknologi yang mendukung keberhasilan pengelolaan sumber daya juga harus dipunyainya; 2. SDM dengan pengetahuan khusus juga sangat diperlukan, ahli silvikultur yang menguasai seluk beluk pembudidayaan pohon gaharu dari mulai menentukan kawasan yang sesuai (beserta rekayasanya), pola tanam, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, perlindungan dan pemilihan tehnik, alat, bahan, dan metode agar pohon gaharu yang sudah ditetapkan sebagai jenis pohon yang ditanam dapat tumbuh dengan baik, dapat menghasilkan gaharu dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi; 3. S D M yang meng ua sa i teknolo g i pembentukan gaharu, dimulai dengan penguasaan ilmu biologi sebagai dasar untuk pemilihan bibit dan inokulan pembentuk gaharu terbaik, perbanyakan inokulan, penyimpanan inokulan, metode dan waktu pemberian inokulan ke dalam pohon, pemeliharaan inokulan dalam pohon yang akan mendasari keberhasilan pembentukan gaharu di dalam batang; 4. SDM yang menguasai cara pemanenan gaharu yang efisien dan efektif, penanganan
pasca panen dan cara-cara mendapatkan nilai tambah bagi gaharu dengan kualitas yang kurang bagus; 5. SDM yang menguasai strategi pemasaran hasil produk sangat diperlukan termasuk didalamnya penguasaan teknik dan strategi pemasaran; 6. Dukungan tenaga ahli peneliti gaharu sangat diperlukan untuk pengembangan dan peningkatan jenis-jenis mutu pohon maupun penelitian inokulan dan juga penelitian untuk pengembangan dan peningkatan hasil kualitas dan kuantitas gaharu beserta turunannya; 7. Tenaga penyuluh dan pendampingan petani gaharu di lapangan sangat dibutuhkan untuk mendampingi dan mengarahkan petani gaharu dari mulai penanaman, pemeliharaan pohon dan pemanenan gaharu dengan kualitas dan kuantitas yang memadai; 8. Teknisi terampil sangat dibutuhkan untuk menyiapkan semua kebutuhan penelitian dan pengembangan budidaya jenis-jenis pohon gaharu dan hasil gaharu beserta turunannya; 9. Tenaga pelaksana lapangan dibidang budidaya, pemanenan dan pengolahan produk juga sangat diperlukan; 10. Tenaga kebersihan tidak kalah pentingnya untuk selalu menjaga kebersihan seluruh aset agar selalu dalam kondisi yang baik dan siap digunakan. Petani gaharu merupakan SDM yang tak kalah penting karena menjadi ujung tombak dari cluster pengembangan gaharu. Petani gaharu harus selalu dibina dan dilindungi agar maju dalam ilmu pengetahuan mengenai seluruh seluk beluk gaharu dari mulai persiapan lapangan, teknik budidaya pohon, pola tanam, cara pemeliharaan, teknik inokulasi, pemanenan dan pemasaran produk. Peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk dapat memakmurkan petani gaharu di Kabupaten Bangka Tengah. Terutama melalui promosi produksi dan perlindungan pasar.
Kebutuhan untuk masing-masing sumber daya manusia sangat memperhatikan keahlian, fungsi dan tanggung jawab.
5.8 Program Pengembangan dan Penguatan Kelembagaan Pengembangan gaharu di Kabupaten Bangka Tengah telah memiliki modal sosial berupa komitmen yang kuat dari para pelaku pembangunan. Berdasarkan SK Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor: 188.44/37/Dishut/2009 dan Surat Keputusan Direktur Jenderal Rehabilitasi dan Perhutanan Sosial Kementerian Kehutanan Nomor: SK. 22/V-BPS/2010 tentang penetapan jenis Hasil Hutan Bukan Kayu Unggulan Nasional dan Lokasi Pengembangan Cluster Gaharu tanggal 18 Juni 2010, Kabupaten Bangka Tengah sebagai Cluster Pengembangan Gaharu Nasional. Namun secara praktek pengembangan gaharu budidaya ini menghadapi kendala yaitu dimasukkannya genera Aquilaria dalam Appendix II CITES. Sebagaimana diketahui, status ini sesungguhnya disebabkan semakin langkanya A. malaccensis di alam dan semestinya tidak berkaitan dengan gaharu budidaya. Oleh karena itu, perlu dilakukan telaah ulang terhadap status ini atau diupayakan deregulasi peraturan yang baru atau peraturan khusus mengenai gaharu budidaya. Selanjutnya, kelembagaan yang perlu dibangun meliputi institusi dan organisasi, hubungan kerja antar institusi, serta peraturan dan perundangan yang mampu menjadi landasan kepastian usaha gaharu. Dewasa ini institusi pemerintah daerah yang menangani pengembangan gaharu adalah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bangka Tengah. Sejalan dengan semakin berkembangnya kegiatan, maka pada masa yang akan datang diperlukan peran dari instansi perindustrian, perdagangan, koperasi dan UKM (Usaha Kecil dan Menengah), serta pelatihan dan penyuluhan. Di tingkat masyarakat petani/produsen dapat dibentuk lembaga perekonomian secara
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
• 25
bertingkat mulai dari kelompok tani, asosiasi hingga badan usaha.
para pihak dan telah memiliki akses terhadap perbankan.
5.8.1 Pembentukan Kelompok Tani
5.8.2 Pembentukan Asosiasi
Pembentukan kelompok ini berdasarkan atas kepentingan dan kebutuhan bersama anggota kelompok yang saling percaya sehingga petani dapat bekerjasama secara berkelompok sehingga tumbuh menjadi kelompok swadaya. Sebagai indikator bahwa proses pembentukan kelompok tani telah berlangsung dengan baik adalah: 1. Kelompok tani mampu melakukan inventarisasi potensi biofisik dan sosial ekonomi di wilayahnya 2. Kelompok tani mampu melakukan identifikasi permasalahan dan langkahlangkah pemecahannya. 3. Kelompok tani mengetahui manfaat kegiatan usaha dan secara swadaya mau melakukan kegiatan usaha. 4. Kelompok tani mampu menyusun rencana pengelolaan hutan dan lahan baik rencana jangka pendek dalam bentuk Rencana Definitif Kelompok (RDK) maupun Rencana Definitif Kegiatan Kelompok (RDKK), rencana jangka menengah ataupun jangka panjang. 5. Kelompok tani memiliki konsep rencana bagi hasil baik kayu maupun bukan kayu. 6. Kelompok tani mampu melakukan usaha secara mandiri. Kelompok tani yang telah terbentuk dapat diklasifikasikan dalam empat tingkatan yaitu kelompok pemula, lanjut, menengah dan utama. 1. Kelompok pemula yaitu kelompok yang baru terbentuk, tersusun kepengurusannya dan program kerjanya; 2. Kelompok lanjut yaitu kelompok yang sudah produktip dan memiliki modal; 3. Kelompok madya yaitu kelompok yang mampu meng embang kan keg iatan produktif, mampu memanfaatkan modal bergulir dan telah memiliki usaha berbadan hukum; 4. Kelompok utama yaitu kelompok yang produktif, menjalin kemitraan usaha dengan
Selanjutnya kelompok-kelompok tani gaharu yang sudah tumbuh didorong agar bekerjasama dengan kelompok lain dalam bentuk organisasi yang lebih besar yang disebut gabungan kelompok atau asosiasi. Terbentuknya gabungan kelompok/ asosiasi atas dasar kebutuhan atau kepentingan kelompok itu sendiri. Manfaat penggabungan kelompok antara lain: 1. Menghimpun modal usaha yang lebih besar antara lain melalui penggabungan asset antar kelompok. 2. Memperbesar skala usaha antara lain melalui peningkatan volume dan luasan areal usaha. 3. Meningkatkan posisi tawar antara lain melalui peningkatan kemampuan pengendalian harga dan mengurangi persaingan. 4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha antara lain melalui peningkatan kemampuan berproduksi dan penurunan biaya produksi.
26
•
RENCANA PROGRAM PEMBANGUNAN CLUSTER GAHARU
5.8.3 Menumbuhkan Badan Usaha Masyarakat petani produsen atau gabungan kelompok/asosiasi didorong agar membentuk satu lembaga ekonomi yang formal atau berbadan hukum, baik dalam bentuk perseroan terbatas atau koperasi.
5.9 Program Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Pengembangan gaharu di Kabupaten Bangka Tengah perlu didukung dengan sistem informasi manajemen berbasis IPTEK dan inovasi teknologi mutakhir agar setiap tindakan dapat dilaksanakan secara cepat, akurat, terukur dan terencana. Hal ini disebabkan pengembangan gaharu melibatkan masyarakat yang tersebar di seluruh pelosok; penyebaran lahan potensial
terutama berupa pekarangan dan tegalan; adanya beragam kelas umur tanaman; adanya kegiatan inokulasi dan beragamnya jenis produk serta melibatkan banyak pihak mencakup petani, pengusaha, dan pemerintah. Sistem informasi manajemen tersebut juga perlu berbentuk spasial dan dinamis. Dengan informasi spasial dapat digambarkan dan dijelaskan secara rinci tentang lokasi kegiatan dan tanaman, antara lain dapat digambarkan peta penyebaran pohon, kelas umur dan statusnya. Sedangkan sistem informasi yang dinamis dapat merekam perkembangan kegiatan setiap waktu.
5.11 Program Evaluasi dan Pengawasan
5.10 Program Penelitian dan Pengembangan
5.12 Program Pengembangan dan Peningkatan Sarana Prasarana
Penelitian dan pengembangan akan diprioritaskan pada dua upaya pokok yaitu (1) budidaya pohon penghasil gaharu dan inokulan pembentuk gaharu unggul yang mempunyai produktivitas tinggi serta (2) pengembangan pasar yang berbasis keanekaragaman produk. Guna mendukung upaya tersebut perlu dilaksanakan konservasi terhadap sumber daya genetik lokal, pelestarian tanaman penghasil gaharu, pemilihan pohon induk gaharu hingga pembangunan kebun benih. Program ini juga dilaksanakan guna mendukung tercapainya Kabupaten Bangka Tengah sebagai Cluster Penelitian dan Pengembangan Gaharu di Indonesia. Pada tahap awal perlu dilaksanakan adopsi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah berkembang di Indonesia maupun negara lain. Sumber-sumber ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut dapat berasal dari lembaga penelitian dan pengembangan antara lain Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta perguruan tinggi negeri maupun swasta. Selanjutnya diharapkan Kabupaten Bangka Tengah dapat mengembangkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi budidaya, produksi, pengolahan dan pemasaran gaharu secara mandiri.
Tindakan evaluasi dan pengawasan merupakan salah satu unsur manajemen yang perlu diselenggarakan untuk mengendalikan program dan kegiatan agar sesuai dengan yang diharapkan dan direncanakan untuk mencapai tujuan. Tindakan ini dilaksanakan dalam aspek teknis, administrasi, maupun keuangan. Evaluasi akan dilaksanakan secara rutin dan berkala, baik secara bulanan, triwulanan, semester, tahunan, maupun lima tahunan.
Pengembangan Cluster Gaharu Kabupaten Bangka Tengah perlu didukung dengan sarana prasarana antara lain: (1) Perkantoran; (2) Laboratorium; (3) Pabrik pengolahan; (4) Ruang pamer produk; (5) Demplot tanaman (6) Instalasi energy. Sarana prasarana ini perlu dibangun dan diselesaikan pada periode awal dalam rencana jangka panjang ini, yakni pada tahap I tahun 2015-2019.
5.13 Program Pengembangan Pendanaan dan Usaha Mandiri Dalam periode awal untuk mengembangkan gaharu di Kabupaten Bangka Tengah, pemerintah daerah memperoleh dana pembiayaan pembangunan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), yang bersumber antara lain dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dalam jangka menengah tahap I akan diupayakan kerjasama dengan Pusat Pembiayaan Pembangunan Hutan (P3H) yaitu perangkat Badan Layanan Umum (BLU) di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk memberikan pinjaman kepada petani khususnya untuk keperluan inokulasi.
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
• 27
5.14 Program Pengembangan Produk Turunan Gaharu Gaharu mempunyai berbagai ragam manfaat namun pada dasarnya gaharu dapat dikelompokan kedalam empat manfaat besar, yaitu: (1) manfaat dibidang industri parfum dan kosmetik; (2) manfaat dibidang kesehatan: herbal dan obat-obatan; (3) manfaat di bidang agama dan kepercayaan; (4) manfaat lain.
5.14.1 Pengolahan dan Produksi Minyak Gaharu Minyak gaharu merupakan produk turunan gaharu yang termahal dipasar Amerika, Eropa, Timur Tengah, India, Tibet dan Cina. Hal ini disebabkan oleh karena sebelum dijadikan bahan baku parfum, gaharu harus diolah terlebih dahulu untuk mendapatkan minyak dan senyawa aromatik yang terkandung di dalamnya. Penyulingan minyak yang biasanya menggunakan teknik distilasi uap atau air untuk mengekstraksi minyak dari kayu tersebut. Untuk mendapatkan minyak gaharu dengan distilasi air, kayu gaharu direndam dalam air kemudian dipindahkan ke dalam suatu tempat untuk menguapkan air hingga minyak yang terkandung keluar ke permukaan wadah dan senyawa aromatik yang menguap dapat dikumpulkan secara terpisah. Tenaga uap akan menyebabkan sel tanaman terbuka, minyak dan senyawa aromatik untuk parfum dapat keluar. Uap air akan membawa senyawa aromatik tersebut kemudian melalui tempat pending inan yang membuatnya terkondensasi kembali menjadi cairan. Cairan yang berisi campuran air dan minyak akan dipisahkan hingga terbentuk lapisan minyak di bagian atas dan air di bawah. Salah satu metode digunakan saat ini adalah ekstraksi dengan superkritikal CO2, yaitu CO2 cair yang terbentuk karena tekanan tinggi. CO2 cair berfungsi sebagai pelarut aromatik yang digunakan untuk ekstraksi minyak gaharu. Metode ini menguntungkan karena tidak terdapat residu
28
•
RENCANA PROGRAM PEMBANGUNAN CLUSTER GAHARU
yang tersisa, CO2 dapat dengan mudah diuapkan saat berbentuk gas pada suhu dan tekanan normal. Pembangunan instalasi minyak gaharu harus sudah disiapkan. Kapasitas produksi dan ketrampilan SDM-nya (para penyuluh dan petani) harus menguasai tahapan proses penyulingan minyak gaharu. Tahap awal perlu dibangun gedung pabrik terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan pembangunan instalasi mesin penyulingan. Instalasi tersebut dapat melaksanakan uji coba produksi hingga dapat berproduksi secara penuh pada tahun selanjutnya. Kapasitas produksi dirancang untuk pengolahan bahan baku sesuai bahan baku yang akan dipanen pertahun.
5.14.2 Industri Pengolahan Produk Limbah Industri gaharu adalah industri berbasis “zero waste”. Produk limbah gaharu terdiri dari beberapa produk diantaranya: (1) hio; (2) dupa/setanggi; (3) obat gaharu. Produk limbah ini disarankan sebagai industri rumah tangga petani gaharu sehingga bernilai ekonomi bagi petani. Produk limbah ini dapat dilaksanakan setelah pemanenan gaharu telah diprogramkan dari awal. Penyiapan peralatan pengolahan sederhana sudah harus dipersiapkan oleh stakeholder terkait. Kegiatan pembinaan dalam menumbuhkan industri rumah tangga ini akan dibiayai oleh Negara baik melalui APBN atau APBD. Dalam hal ini pemerintah kabupaten Bangka Tengah berupaya melakukan kerjasama dengan berbagai instansi terkait, baik pemerintah maupun swasta, antara lain Kementerian Lingkunga Hidup dan Kehutanan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Koperasi dan UKM.
5.14.3 Diversifikasi Produk Diversifikasi produk berarti mengupayakan produk lain di luar produk utama. Pohon gaharu seperti pohon pada umumnya terdiri dari berbagai bagian, bagian bagian inilah yang diusahakan untuk dapat menghasil produk lain yang dapat menambah penghasilan bagi petani.
Saat ini yang sudah banyak dimanfatkan adalah daun gaharu dari jenis A. malaccensis yang telah diperuntukkan sebagai minuman teh. Bagian lain adalah kulit pohon yang digunakan sebagai campuran berbagai produk. Akar, cabang, batang demikian juga banyak digunakan sebagai unsur tambahan dalam alat rumah tangga dan mebelair. Diversifikasi produk untuk saat ini belum sebagai kegiatan utama namun harus mulai disosialisasikan agar masyarakat dapat mengetahui dan memahami serta mengerjakannya.Produk diversifikasi pada dasarnya tidak memerlukan biaya besar dan pengetahuan khusus sehingga petani dapat secara mandiri.
5.15 Program Pengembangan Pemasaran Pemasaran dalam dunia usaha memegang peranan penting, segala usaha akan tidak ada artinya bila hasil usaha tidak dapat dipasarkan atau dapat dipasarkan dengan harga yang tidak memadai. Demikian pula dalam kegiatan pengembangan gaharu ini pemasaran hasil sangat menentukan kelanjutan dari program pengembangan gaharu ini. Untuk itu program pemasaran ini harus mendapat perlindungan dan dibuat aturan terdapat kebijakan tersendiri, misalnya dengan perda pemasaran gaharu. Produk gaharu dapat berbentuk dalam berbagai produk yaitu gubal gaharu itu sendiri yang terdiri dari minyak gaharu, teh gaharu, sabun gaharu, kemedangan, abu gaharu dan sebagainya. Dalam pemasaran yang mendapat kuota adalah gubal gaharu yang memang produk inilah yang mempunyai nilai tertinggi, serta minyak gaharu yang dikonversi bahan baku yang telah dipergunakan ke dalam berat kg. (Gambar 7, 8, 9 dan 10).
Gambar 7. Chips gaharu Aquilaria malaccensis setelah tiga tahun diinokulasi Fusarium solani di Pulau Lingga, Kepulauan Riau
Gambar 8. Minyak gaharu bernilai ekonomi tinggi dengan kisaran harga USD 90-150/tolak
Gambar 9. Asesoris gelang gaharu hasil budidaya yang dapat diproduksi skala industri rumah tangga
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
• 29
Gambar 10. Sabun gaharu yang diproduksi dari minyak gaharu hasil budidaya
5.15.1 Pengembangan Jaringan Pemasaran Dewasa ini pemasaran gaharu dimulai dari para pemungut gaharu yang secara langsung menjual kepada pedagang pengumpul. Selanjutnya pedagang pengumpul menjual kepada pedagan besar atau eksportir. Pola pemasaran gaharu alam ini tidak sesuai bila diterapkan dalam pemasaran gaharu budidaya. Pengembangan gaharu budidaya perlu memperdayakan masyarakat petani sebagai produsen dan sekaligus pedagang atau pengusaha. Kelompok tani dan asosiasi dikembangkan sehingga mampu menjadi pedagang perantara. Dalam jangka panjang perlu Badan usaha baik dalam koperasi Sumber Daya Manusia maupun perusahan terbatas. • Pengelolaan Gambaran alur jaringan pemasaan Klaster gaharu budidaya sebagaimana • Pengelolaan produksi Gambar 11.
5.15.2 Pengembangan Standarisasi Gaharu Produk gaharu budidaya yang diinokulasi dengan inokulan yang tepat, dapat mengimitasi gaharu
gaharu • Litbang • Pengelolaan pemasaran gaharu • dll.
alam, hal ini terbukti 5-10% kuota ekspor gaharu alam merupakan produk gaharu hasil budidaya, meskipun profil produk gaharu budidaya sampai saat ini belum dikenal dan diakui secara luas. Kondisi ini mengharuskan gaharu budidaya segera memperkenalkan diri melalui standarisasi produk untuk memperkuat paten yang telah dikeluarkan pemerintah No ID PD031630. Kegiatan ini dapat dikoordinasikan dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan (P3H) serta Badan Standarisasi Nasional (BSN). Kegiatan ini perlu segera dilaksanakan setelah masyarakat mulai memanen gaharu antara tahun 2018-2019.
5.15.3 Promosi, Pameran Lokal, Nasional dan Internasional Promosi merupakan kegiatan untuk memperkenalkan suatu produk kepada masyarakat umum. Promosi dapat melalui berbagai media, kegiatan dan metode diantaranya melalui pameran baik lokal regional dan nasional. Kegiatan ini sudah dapat diwujudkan pada tahun 2019 dengan syarat standardisasi sudah dilakukan.
Produksi Inokulan Gaharu • Fasilitas Lab • SOP Produksi inokulan • SOP pengawasan mutu inokulan & distribusinya
Produksi Gaharu • Proses Produksi • Grading • Diversifikasi produk
Gambar 11. Alur pemasaran gaharu budidaya
30
•
RENCANA PROGRAM PEMBANGUNAN CLUSTER GAHARU
Pemasaran • Promosi • E-commerce • market
6 KOORDINASI DAN PEMBAGIAN TUGAS DALAM CLUSTER GAHARU
Koordinasi adalah kata yang sangat mudah diucapkan, namun sangat sulit dilaksanakan. Pembagian tugas antar SKPD dapat dilakukan, namun pembagian tugas harus diberikan oleh pemegang keputusan tertinggi di Pemerintah Kabupaten. Program Cluster harus dipimpin oleh Bupati atau Sekda Pemkab Bangka Tengah. Orang nomor satu kabupaten Bangka Tengah akan menentukan kelancaran dan keberhasilan program cluster gaharu. Hambatan yang mungkin terjadi dalam tahapan sektor hulu hingga hilir dapat dicari solusinya melalui berbagai pertemuan dan diskus reguler antar SKPD. Bupati dapat mengetahui progress setiap SKPD dari mulai kegiatan tanam-menanam, proses produksi gaharu, pemanenan, pengolahan, dan pemasarannya. Sekretaris Daerah (Sekda) berfungsi sebagai pimpinan harian yang memantau kegiatan pembangunan cluster gaharu di Kabupaten Bangka Tengah.
Sirkulasi alur kegiatan cluster gaharu ini adalah rangkaian produksi yang terus menerus (Gambar 12). Program cluster gaharu bukan kegiatan proyek yang sesaat, tetapi butuh perhatian khusus dari mulai hulu sampai ke
hulu tengah
hilir
• pembibitan • penanaman • Inokulasi • Pemanenan • Pengolahan produk • Promosi & Pemasaran
Gambar 12. Sirkulasi alur kegiatan cluster gaharu di Kabupaten Bangka Tengah
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
• 31
hilir. Tanpa ada kegiatan berkesinambungan, pembangunan cluster gaharu di Kabupaten Bangka Tengah akan mengalami gangguan bahkan kegagalan. Cluster gaharu merupakan usaha unit terpadu dari hulu ke hilir. Memang disisi pendanaan, sistem APBD begitu ketat dan terbatas, tetapi dengan cara membuat rencana kegiatan pembangunan cluster gaharu yang matang dan cermat, bukan tidak mungkin keterpaduaan dan saling berbagi dapat dijalankan, kuncinya adalah komunikasi yang baik antar stakeholder. Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan menjadi penentu berapa besar APBD Kabupaten Bangka Tengah setiap tahunnya. Alokasi anggaran cluster gaharu yang terbatas akan menjadi hambatan dalam pembangunan cluster gaharu. Solusi dari anggaran yang terbatas adalah membuka kesempatan kepada investor dalam negeri maupun luar negeri untuk menanamkan modalnya untuk mengembangkan komoditi gaharu di Kabupaten Bangka Tengah. Mekanisme perizinan bagi investor lebih dipermudah dan tetap menguntungkan pihak kabupaten/ provinsi, insentif khusus perlu diberikan kepada penanam modal yang ingin berusaha di bidang kehutanan, agar suatu saat nanti proses penutupan tambang timah di beberapa lokasi di pulau Bangka Belitung tidak akan mengganggu perekonomian masyarakat di Provinsi Bangka Belitung.
Jejaring ini menjabarkan detil kegiatan cluster gaharu. Setiap SKPD dapat mencermati jejaring kegiatan yang saling terkait dengan SKDP lain. Dinas Perkebunan dan Kehutanan merupakan SKPD yang bekerja di hulu, bersama-sama dengan BPDAS, Universitas Bangka Belitung, BKSDA, Kelompok Tani, Penyuluh, BLI/ Balai Litbang LHK Palembang. Titik kritis dan kegiatan cluster gaharu yang cukup berat dapat diketahui, bagian mana yang menjadi perhatian untuk dicari solusinya (Gambar 13, 14 dan 15). Matrik kegiatan pada cluster gaharu, komitmen dan kontribusi dari setiap stakeholder perlu disusun, sehingga dapat diketahui peran dari masing-masing stakeholder, misalnya selama lima tahun ke depan (Tabel 3 dan 4). Dari hasil pertemuan terakhir di Pangkalpinang dalam rangka implementasi cluster gaharu dengan para stakeholder di Kabupaten Bangka Tengah diperoleh komitmen-komitmen penting yang akan direncanakan mulai tahun 2016 (Lampiran 2 dan Lampiran 3).
Promosi & Pemasaran
hilir
Pengolahan produk
tengah
Pembibitan, Penanaman, & Inokulasi
hulu
GambarGambar 13. Piramida cluster gaharuklaster gaharu 13. pembangunan Piramida pembangunan
32
•
Klaster gaharu merupakan usaha unit terpadu dari hulu ke hilir. Memang disisi pendanaan, sistem APBD begitu ketat dan terbatas, tetapi dengan cara membuat rencana kegiatan pembangunan klaster gaharu yang matang dan cermat, bukan KOORDINASI DAN PEMBAGIAN TUGAS DALAM CLUSTER GAHARU tidak mungkin keterpaduaan dan saling berbagi dapat dijalankan, kuncinya adalah komunikasi yang baik antar stakeholder. Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan
Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bangka Tengah
Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bangka Tengah Dinas Perindustrian Bangka Tengah
Dinas Perdagangan Bangka Tengah
Badan Dinas Perindustrian Litbang & Inovasi Bangka Tengah LHK
Klaster gaharu
BKSDA
40 ha
Dinas Perdagangan Bangka Tengah
Kelompok Tani Gaharu
Badan Litbang & Inovasi LHK
Klaster gaharu
BKSDA
40 ha Penyuluh Kehutanan
BP-DAS
Kelompok Tani Gaharu
Keterangan :
Penyuluh Kehutanan
1= kegiatan cluster gaharu di hulu; 2=kegiatan cluster gaharu di tengah; 3=kegiatan cluster gaharu di hilir; 4= kegiatan registrasi/pengawasan oleh BKSDA BP-DAS dari hulu maupun hilir yang nantinya gaharu budidaya dapat dipantau oleh pihak CITES. Gambar 14. Gambar SKPD yang terlibat clusteryang gaharu 40 Ha. 14.dalam SKPD terlibat
KTH 1
1
2
2
1
Dinas Perdagang-‐ an
Dinas Industri
Dinhut
3
2
1
3
2
BLI
2 BKSDA/ BPDAS
dalam klaster gaharu 40 Ha.
2
3
4
Gambar 15. Jejaring kegiatan cluster gaharu dari hulu ke hilir Keterangan : 1= kegiatan klaster gaharu di hulu; 2=kegiatan klaster gaharu di tengah; 3=kegiatan klaster gaharu di hilir; 4= kegiatan registrasi/pengawasan oleh BKSDA dari hulu maupun hilir yang nantinya gaharu budidaya dapat dipantau Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob • 33 oleh pihak CITES.
Tabel 3. Matrik kegiatan stakeholder pada cluster gaharu di Kabupaten Bangka Tengah periode lima tahun (2016-2020) No.
Kegiatan
Stakeholder yang berwenang menangani 2016
2017
2018
2019
2020
1.
Pembibitan
1-5-10
1-5-10
1-5-10
1-5-10
1-5-10
2.
Penanaman
1-5-10
1-5-10
1-5-10
1-5-10
1-5-10
3.
Pemeliharaan
1-5-10
1-5-10
1-5-10
1-5-10
1-5-10
4.
Produksi Inokulan
1-8-9
1-8-9
1-8-9
1-8-9
1-8-9
5.
Pengawasan mutu inokulan
1-8-9
1-8-9
1-8-9
1-8-9
1-8-9
6.
Peredaran inokulan
7.
Proses inokulasi
8.
Evaluasi hasil inokulasi
1-8
1-8
1-8
1-8
1-8
9.
Pemanenan
1-2-6-10
1-2-6-10
1-2-6-10
1-2-6-10
1-2-6-10
10.
Carving
2-6-9-10
2-6-9-10
2-6-9-10
2-6-9-10
2-6-9-10
11.
Penyiapan sarana/ prasarana industri gaharu
2-7-8-11
2-7-8-11
2-7-8-11
2-7-8-11
2-7-8-11
12.
Pengolahan produk
2-3-7-11
2-3-7-11
2-3-7-11
2-3-7-11
2-3-7-11
13.
Diversifikasi produk
2-3-7-11
2-3-7-11
2-3-7-11
2-3-7-11
2-3-7-11
14.
Pengawasan mutu produk
2-3-7-11
2-3-7-11
2-3-7-11
2-3-7-11
2-3-7-11
15.
Promosi produk
16.
Pemasaran produk
1-8-9
1-8-9
1-8-9
1-8-9
1-8-9
1-10-11
1-10-11
1-10-11
1-10-11
1-10-11
3-4-11
3-4-11
3-4-11
3-4-11
3-4-11
3-4-6-11
3-4-6-11
3-4-6-11
3-4-6-11
3-4-6-11
Keterangan: 1 = Dinas Perkebunan & Kehutanan; 2= Dinas Perindustrian; 3= Dinas Perdagangan; 4 =Dinas Kominfo; 5= BPDAS; 6 BKSDA; 7= Univ BaBel; 8= BLI/Balai Litbang LHK Palembang; 9= Penyuluh; 10= Kelompok Tani Gaharu; 11= BUMD/Swasta
Tabel 4. Kontribusi stakeholder nilai investasi cluster gaharu di Kabupaten Bangka Tengah No.
34
Stakeholder
Matriks investasi cluster gaharu (Rp. X 1000) 2016
2017
2018
2019
2020
1.
Dinas Perkebunan dan Kehutanan
pm
pm
pm
pm
pm
2.
Dinas Perindustrian
pm
pm
pm
pm
pm
3.
Dinas Perdagangan
pm
pm
pm
pm
pm
4.
Dinas Kominfo
pm
pm
pm
pm
pm
5.
BPDAS
pm
pm
pm
pm
pm
6.
BKSDA
pm
pm
pm
pm
pm
7.
Universitas Bangka Belitung
pm
pm
pm
pm
pm
8.
BLI/Balai Litbang LHK Palembang
pm
pm
pm
pm
pm
9.
Penyuluh
pm
pm
pm
pm
pm
10.
Kelompok Tani Gaharu
pm
pm
pm
pm
pm
11.
BUMD/Swasta
pm
pm
pm
pm
pm
•
KOORDINASI DAN PEMBAGIAN TUGAS DALAM CLUSTER GAHARU
7 PENUTUP
Cluster gaharu adalah suatu sistem/model usaha industri gaharu terpadu (one stop services) yang dikelola secara bersama-sama antara stakeholder yang terkait memberi dukungan berupa fasilitas, infrastruktur, pembiayaan, input teknologi, kegiatan pelatihan kepada petani, sistem grading, promosi, dan pemasarannya. Cluster gaharu harus dibentuk berbasis regulasi yang sederhana dan mudah aksesnya meskipun kita harus mengikuti panduan CITES Appendix II dimana perdagangan gaharu di kontrol secara internasional setiap tahunnya. Pembangunan cluster gaharu di Kabupaten Bangka Tengah direncanakan memerlukan waktu 15 tahun dengan kegiatan sebagaimana Lampiran 4 sampai dengan Lampiran 14. Saat ini kondisi cluster gaharu di Kabupaten Bangka Tengah kemajuan pergerakannya masih lambat dalam pelaksanaanya, meski dokumen roadmap/ masterplan telah disusun beberapa tahun yang lalu. Dukungan nyata dari masing-masing stakeholder yang terprogram dari setiap SKPD/ Satker yang terlibat perlu disusun komitmen dan kontribusi nyata pada APBD setiap tahunnya, sehingga roda cluster gaharu dari masing-masing kabupaten dapat berjalan sesuai target. Pimpinan cluster gaharu harus dipimpin oleh seorang yang memiliki teknoenterpreneur, sehingga industri gaharu hulu-hilir dapat tercapai sesuai
target. Cluster gaharu dengan pengembangan usaha ekonomi kreatif dari peran dan swadaya masyarakat dapat mempercepat keberhasilan industri hulu-hilir gaharu. Dokumen cluster gaharu tanpa adanya rencana aksi, komitmen dan keterlibatan para stakeholder serta implementasi nyata yang terukur, maka dokumen cluster gaharu tidak akan bermanfaat bagi masyarakat di Kabupaten Bangka Tengah. Sumber dana akan menjadi salah satu kendala, apabila Kabupaten Bangka Tengah mengandalkan dana APBD. Sumber dana APBD terbatas dan sangat ketat, dan perlu persetujuan DPRD Kabupaten Bangka Tengah, pekerjaan ini akan mengalami hambatan. Pihak Pemkab Bangka Tengah perlu membuka peluang investor baik dari Dalam Negeri maupun Luar Negeri khususnya untuk membangun cluster gaharu. Prioritas utama yang perlu dilakukan dalam waktu dekat adalah menentukan inokulan gaharu berbasi mikrob yang terbaik dalam rangka meningkatkan produksi gaharu budidaya. Demplot inokulasi gaharu perlu dilakukan untuk membuat beberapa prototipe produk gaharu dan turunannya dalam skala industri kecil. Produk gaharu hasil budidaya harus mulai dipromosikan dan diperkenalkan dalam kegiatan pameran di pasar domestik maupun internasional.
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
• 35
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami mengucapkan terima kasih atas terselenggaranya kegiatan ini kepada ITTOCITES Phase II Tahun 2015-2016 telah membantu kegiatan Desain Pembangunan Cluster Gaharu di Kabupaten Bangka Tengah. Demikian pula kami ucapkan terima kasih kepada insititusi kami bernaung yaitu Badan
36
•
PENUTUP
Litbang dan Inovasi, Pusat Litbang Hutan, Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka-Belitung, Kelompok Tani Gaharu di Bangka Belitung, para penyuluh, praktisi gaharu dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu.
DAFTAR PUSTAKA
Bangka Pos. 20.15. Pertumbuhan Ekonomi Bang ka Teng ah. Http ://bang ka . tribunews.com/2015/04/22/ pertumbuhan ekonomi-bateng-520persen). Diakses tanggal 22 April 2015. Bappeda Kabupaten Bangka Tengah. 2014. Bangka Tengah Dalam Angka. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Statistik dan Penanaman Modal (BAPPEDA-SPM) Kabupaten Bangka Tengah. 386 pp. Dinas Perkebunan dan Kehutanan Bangka Tengah. 2013. Roadmap Pengembangan HHBK Kabupaten Bangka Tengah Sebagai Klaster Gaharu Tahun 20142028. Kabupaten Bangka Tengah. Donovan, D.G., Puri, R.K. 2004. Learning from traditional knowledge of non-timber forest products: Penan Benalui and the autecology of Aquilaria in Indonesian Borneo. Ecology and Society, 9:3. Faizal A., Esyanti R.R., Aulianisa E.N., Irawati, Santoso E., Turjaman M. 2016. Formation of agarwood from Aquilaria malaccensis in response to inoculation of local strains of Fusarium solani. Tree-Structure and Function. Springer. In Press. DOI: 10.1007/500468-016-1471-9. Ferreira I.C.F.R., Heleno S.A., Reis F., Stojkovic D., Queiroz M.J.R.P., Vasconcelos M.H., Sokovic M. 2015. Chemical features of Ganoderma polysaccharides with antioxidant, antitumor and antimicrobial activities. Phytochemistry 114:38-55. Gao B-W., Wang X-H., Liu x., Shi S-P., Tu P-F. 2015. Rapid preparation of (methyl) malonyl coenzyme A and enxymatic formation of unusual polyketides by type
III polyketide synthase from Aquilaria sinensis. Bioorganic & Medicinal Chemistry Letters 25: 1279-1283 Gao X., Xie M., Liu S., Guo x., Chen X. 2014. Chromatographic fingerprint analysis of metabolites in natural and artificial agarwood using gas chromatography-mass spectrometry combined with chemometric methods. Journal of Chromatography B, 967:264-273. Karlina L., Uar N.I., Kusumo H.T., Santoso E., Turjaman M., Nandika D. 2015. Propagation of sonic and ultrasonic waves in agarwood trees (Aquilaria microcarpa) inoculated with Fusarium spp. Journal of Tropical Forest Science ( JTFS) 27 (3): 351-356 Karlina L., Putri N., Turjaman M., Wahyudi I., Nandika D. 2016. Moisture content effect on sound wave velocity and accoustic tomograms in agarwood tree (Aquilaria malaccensis Lamk.). Turkish Journal of Agriculture and Forestry 40:19. DOI:10.3906/tar-1511-74. Kues U., Nelson D.R., Liu C., Yu Guo-Jun, Zhang J., jianqin L., Wang X-C., Sun H. 2015. Genome analysis of medicinal Ganoderma spp. With plant-pathogenic and saprotophic life-styles. Phytochemistry 114:18-37. Lee, S.Y., Mohamed R. 2016. The origin and domestication of Aquilaria, an important agarwood-producing genus. In: R . Mohamed (ed.), Agarwood: Science Behind The Fragrance. 1-20 Pp. Springer. DOI. 10.1007/978-981-10-0833-7_1. Lee, S.Y., Ng W.L., Mahat M.N., Nazre M., Mohome d R . 2016. DNA
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
• 37
Barcoding of the endangered Aquilaria (Thymelaeaceae) and its application in species authentication of agarwood products traded in the market. PLOS ONE. 1-21 Pp. DOI:10.1371/journal. pone.0154631. Liu J.Y., Song Y.C., Zhang Z., Wang L., Guo Z.J., Zou W.X., Tan R.X. 2004. Aspergillus fumigatus CY018, an endophytic fungus in Cynodon dactylon as a versatile produce of new and bioactive metabolites. Journal of Biotechnology 114:279-287. Lu H., Zou W.X, Meng J.C., Hu jun., Tan R.X. 2000. New bioactive metabolites produced by Collectrichum sp., an endophytic fungus in Artemisia annua. Plant Science 151: 6773. Maheshwari R. 2006. What is an endophytic fungus? Curr. Sci. 90:1309. Nimnoi P., Pongsilp N., Lumyong S. 2010. Endophytic actinomycetes isolated from Aquilaria crassna Pierre ex Lec and screening of plant growth promoters production. World J. Microbiol Biotecnol 26:193-203. Santoso, E. 2015. Valuasi teknologi gaharu budidaya. Eds. M. Bismark, M. Turjaman, dan P. Setio. FORDA PRESS. Bogor. 168 Hal. Siran S.A. dan Turjaman M. 2010. Pengembangan teknologi gaharu berbasis pemberdayaan masyarakat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan konservasi Alam. Bogor. Sitepu I.R., Santoso E., Turjaman M. 2010. Fragrant wood gaharu: when the wild can no longer provide. Published by ITTO and FORDA. 60pp.
38
•
PENUTUP
Subasinghe S.M.C.U.P, Hettiarachchi D.S. 2015. Short Communication: Characterisation of agarwood type resin of Gyrinops walla Gaertn growing in selected populations in Sri Lanka. Industrial Crops and Products 69:76-79. Subiakto A., Santoso E., Turjaman M. 2010. Production trial of eaglewood plantation stocks by generative and vegetative propagation. Info Hutan VII:2. 219-224p. Suharti S., Pratiwi P., Santoso E., Turjaman M. 2011. Feasibility study of business in agarwood inoculation at different stem diameters and inoculation periods. Indonesian Journal of Forestry Research 8(2):114-129. Susmianto A., Turjaman M., Setio P (Eds). 2013. Rekam jejak: gaharu inokulasi teknologi teknologi Badan Litbang Kehutanan. FORDA PRESS. 275 Hal. Turjaman M., Hidayat A., Santoso E. 2016. Development of agarwood induction technology using endophytic fungi. In: R. Mohamed (ed.), Agarwood: Science Behind The Fragrance. 57-71 Pp. Springer. DOI 10.10007/978-981-10-0833-7_4. Wang S-C., Wang F., Yue C-H. 2015. Chemical constituents from the perioles and leaves of Aquilaria sinensis. Biochemical Systematics and Ecology 61: 458-461. Wong Y F., Chin S-T., Perlmutter P., Marriott P.J. 2015. Evaluation of comprehensive two-dimensional gas chromatography with accurate mass time-of-flight mass spectrometry for the metabolic profiling of plant-fungus interaction in Aquilaria malaccensis. Journal of Chromatography A, 1387:104-115.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keputusan Bupati Bangka Tengah Tentang Penetapan Lokasi Pengembangan Cluster Gaharu di Kabupaten Bangka Tengah
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
• 41
42
•
LAMPIRAN
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
• 43
44
•
LAMPIRAN
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
• 45
Lampiran 2. Pengembangan Cluster Gaharu Bangka Tengah PENGEMBANGAN TANAMAN
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
•• Pembibitan •• Bentuk dan luas tanaman (buat demplot) •• Data dan informasi tanaman
•• Pengembangan bibit unggul •• Pengembangan inokulan efektifitas tinggi •• Kajian pemasaran
TEKNOLOGI INOKULASI
PENGUATAN KELEMBAGAAN
•• Jenis inokulan •• Produksi inokulan (lab) •• Teknik inokulasi
•• Pembentukan lembaga masyarakat •• Pembentukan lembaga usaha daerah •• Pengembangan kebijakan
PEMANENAN
PENGEMBANGAN INVESTASI DAN USAHA
•• Teknik pemanenan •• Jenis – jenis produk (bahan mentah)
•• Bentuk-bentuk investasi •• Pengembangan sumber pendanaan dan modal usaha
PENGOLAHAN PRODUK
PENGEMBANGAN PEMASARAN
•• Bentuk-bentuk produk •• Teknik pengolahan
•• Pengembangan promosi •• Pengembangan jaringan pemasaran (DN/ LN)
PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA
PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI
•• Design sarana dan prasarana •• Kapasitas PENINGKATAN KAPASITAS SDM •• Diklat (formal dan non-formal) ASN •• Pelatihan bagi masyarakat
46
•
LAMPIRAN
•• Pengelolaan data-base •• Pengembangan sistem informasi on-line (website)
Lampiran 3. Peran SKPD/Lembaga di Kabupaten Bangka Tengah
No.
SKDP
PERAN
TARGET/OUTPUT
TAHUN/BIAYA
•• Efektivitas inokulan •• Produk dupa
2016 Rp. 268 juta
Balai Litbang Litbang gaharu LHK Palembang
•• Pertumbuhan dan Pengembangan inokulan
2016 Rp. 119 juta
3.
BPDAS/Balai Litbang LHK Palembang
Pengembangan Tanaman
•• Penamanan 15 Ha di KPHP Sungai Sembulan
2015 Rp. 900 juta
4.
ITTO CITES
Litbang gaharu
•• Desain cluster •• Kajian pasar •• Demplot penanaman •• FGD
2015 USD 40,000
5.
Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bangka Tengah
Pengembangan Gaharu
•• Inokulan gaharu •• Penanganan pasca panen gaharu •• Promosi produksi hasil hutan •• Pemetaan potensi hasil hutan •• Pemeliharaan gaharu di Trubus •• Pemeliharaan paten
Rp. 200 juta
•• Bantuan peralatan pasca panen gaharu (peratalan untuk teh celub, sabun parfum dan asesoris gaharu •• Pembangunan gedung pasca panen gaharu di Desa Lubuk Pabrik •• Pelatihan diversifikasi produk gaharu •• 2014 (gaharu, lada, dan perikanan) •• 2015 kajian gaharu
2016/Rp. 1.46 M
1.
Puslitbang Hutan
2
6.
Dinas Perindustrian Kabupaten Bangka Tengah (DAK – kemenperin)
Litbang gaharu
Rp. 200 juta Rp. 100 juta Rp. 50 juta
2015/Rp. 670 Juta
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
• 47
No.
SKDP
7.
Dinas Perindustrian Provinsi
8.
Dinas Kehutanan •• Pengadaan bibit Provinsi Babel yang ditunjukan ke KTH (rutin) •• Pembinaan KTH •• Promosi HHBK •• TAHURA Bappeda Provinsi •• Berdasarkan usulan kabupaten Bupati/Wakil •• Komando, manageBupati rial Bappeda Provinsi Babel
9. 10. 11.
12.
48
•
PERAN
Asisten II Bidang •• Regulasi Ekonomi dan Pembangunan
LAMPIRAN
TARGET/OUTPUT •• Pelatihan pembuatan parfum dan sabun (2014) •• Pemeliharaan gaharu
•• Mendukung program cluster gaharu •• Singkronisasi program teknis ditingkat kabupaten •• Penetapan lokasi dan penetapan dalam RT RW-nya •• Roadmap pengembangan cluster gaharu •• Identifikasi lokasi potensial •• Inventaris gaharu dan inokulan lokal
TAHUN/BIAYA
Lampiran 4. Benih pohon penghasil gaharu (Aquilaria malaccensis) merupakan kunci usaha produksi budidaya gaharu dalam sistem cluster
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
• 49
Lampiran 5. Cluster gaharu memerlukan bibit-bibit pohon penghasil gaharu baik kualitasas maupun kuantitas secara berkesinambungan, agar proses produksi gaharu budidaya yang lestari
50
•
LAMPIRAN
Lampiran 6. Pilihan pola tanam pohon penghasil gaharu secara monokultur atau pola campuran (agroforestry) dalam sistem cluster gaharu
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
• 51
Lampiran 7. Penyiapan inokulan gaharu Fusarium solani diperlukan dalam skala massal
52
•
LAMPIRAN
Lampiran 8. Proses produksi gaharu berbasis mikrob yang bermutu sebagai penentu keberhasilan pembangunas cluster gaharu
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
• 53
Lampiran 9. Produksi gubal gaharu berbasis mikrob merupakan produksi utama dalam pengembangan cluster gaharu
54
•
LAMPIRAN
Lampiran 10. Hasil ikutan produksi gaharu berupa minyak gaharu yang dikembangkan merupakan bagian produksi yang cukup penting dalam sistem cluster, dengan cara memanfaatkan limbah serbuk gaharu yang berlimpah
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
• 55
Lampiran 11. Promosi produk gaharu kepada para konsumen dari luar negeri harus dilakukan terus menerus dalam sistem cluster gaharu
56
•
LAMPIRAN
Lampiran 12. Produk ikutan gaharu berupa teh gaharu mempunyai segmen pasar tersendiri khususnya sebagai minuman kesehatan dengan cara produksi yang hygienis dan berstandard
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
• 57
Lampiran 13. Peningkatan Capacity Building berupa pelatihan teknologi gaharu pada para stakeholder perlu dilakukan secara intensif dalam sistem cluster gaharu
58
•
LAMPIRAN
Lampiran 14. Teknologi prediksi produksi gaharu dengan alat ultrasonik tomografi merupakan input teknologi yang sangat diperlukan dalam sistem cluster pada masa mendatang
Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
• 59