BERBAHAGIA TIAP RUMAH TANGGA
BERBAHAGIA TIAP RUMAH TANGGA Buku Bina Praperkawinan
Badan Pelaksana Sinode XXV GKJ
Judul
: Berbahagia Tiap Rumah Tangga
Penulis
: Hananto Kusumo, Pramadi Tjahjono, Yuliana Saragih, Erni Ratna Yunita, Rebecca Dinar Murdhati Putri, Endang Hoyaranda-Soedarmo, Agus Yusak, Yoel M. Indrasmoro.
Hak cipta
: Bapelsin XXV GKJ
Penyunting : Yoel M. Indrasmoro dan Yosia Rut Hapsari Sampul
: Yoseph Roesanto
Badan Pelaksana Sinode XXV GKJ Jl. Dr. Sumardi 8 dan 10, Salatiga Email:
[email protected] Website: www.gkj.or.id
KATA PENGANTAR Menikah itu mudah, berumah tangga itu susah, bahkan sangat susah. Tampaknya, cukup banyak perkawinan yang tidak dibangun di atas fondasi yang kuat. Bahkan cenderung asal menikah. Perkawinan bukan sekadar mempertemukan dua orang yang berlawanan jenis kelamin yang dilegalisasikan lembaga berwenang dan mendeklarasikannya melalui resepsi. Perkawinan yang baik dan benar selalu berorientasi pada pembentukan rumah tangga yang mampu berperan dan menjadi basis pembangunan dan kesejahte raan masyarakat. Cinta kasih yang tulus dan utuh harus mengalir dari kedua mempelai, yang tak hanya mengharapkan kebahagiaan bagi dirinya sendiri, namun kebahagiaan pasangannya, orang-orang di sekitar nya, dan tentu saja Tuhannya. Keterlibatan Allah dalam membangun rumah tangga yang bahagia merupakan hal mutlak karena Allah mempunyai rencana indah bagi setiap pribadi dan keluarga yang diberkati-Nya. Kesediaan untuk membangun komunikasi dengan Allah merupakan dasar kehidupan rumah tangga bahagia. Kehidupan rumah tangga yang bahagia akan turut membangun kehidupan masyarakat yang bahagia pula. Mengingat begitu sulitnya menjaga kelestarian rumah tangga, apalagi rumah tangga yang bahagia, persiapan perkawinan yang baik dan benar sungguh merupakan keniscayaan. Buku Berbahagia Tiap Rumah Tangga: Buku Bina Praperkawinan merupakan salah satu upaya untuk itu. Buku ini disusun berdasar mandat Sidang
Sinode XXV GKJ dengan harapan agar melalui buku ini gereja-gereja dapat menolong setiap warga jemaat dalam mempersiapkan diri nya dalam hidup berkeluarga. Buku ini mencakup dasar perkawinan dari sudut teologi, budaya dan hukum, kejiwaan, juga dilengkapi dengan pentingnya menciptakan dan membangun komunikasi untuk mewujudkan sikap saling percaya dan kemampuan mengelola konflik; pentingnya kesiapan kesehatan calon mempelai, pengelolaan ekonomi rumah tangga, serta kesadaran akan makna kehadiran anak sebagai karunia Tuhan. Bidang Pembinaan Warga Gereja tentu tak akan mampu menyusun buku pedoman ini tanpa keterlibatan rekan-rekan sekerja seperti: Pdt. Hananto Kusumo, Pdt. Pramadi Tjahjono, Pdt. Yuliana Saragih, Pdt. Erni Ratna Yunita, dr. Rebecca Dinar Murdhati Putri, SpA., Dra. Endang Hoyaranda-Soedarmo, Apt., dan Sdr. Yosia Rut Hapsari yang membantu dalam penyuntingan naskah serta Sdr. Yoseph Roesanto dalam tata letak dan sampul. Ucapan terima kasih kami sampaikan untuk semua jerih lelah yang dilakukan. Dengan kesadaran masih adanya kekurangan di sana-sini, tentu kami sangat terbuka untuk mendapat masukkan dan koreksi yang konstruktif agar makin menyempurnakan buku ini. Semoga buku ini menolong setiap pembacanya menciptakan rumah tangga yang diberkati dan bahagia. Salam, Badan Pelaksana Sinode XXV GKJ Bidang PWG
daftar isi Kata Pengantar....................................................................5 PENDAHULUAN Mereka Kehabisan Anggur..................................................9 PERKAWINAN YANG DIBERKATI Dasar-dasar Perkawinan Kristen.......................................14 Laki-laki dan Perempuan: Apakah Mereka Berbeda?........29 Komunikasi dalam Perkawinan.........................................41 Kesehatan dalam Pernikahan............................................50 Mengelola Keuangan Rumah Tangga................................58 Anakku Karunia Tuhan.......................................................75 HAL-HAL PRAKTIS Pengertian Istilah..............................................................84 Prosedur Mengurus Pernikahan........................................89 Contoh Bahan Pendadaran untuk Peneguhan Nikah dan Peneguhan Perkawinan..............................................93 Contoh Tata Ibadah Pemberkatan Nikah dan Peneguhan Perkawinan..............................................98 Contoh-contoh Bacaan Khotbah.....................................106 Pustaka Pendukung.........................................................110
MEREKA KEHABISAN ANGGUR Yoel M. Indrasmoro* ”Mereka kehabisan anggur,” kata Maria kepada Yesus. Singkat. Kayak SMS. Hanya tiga kata. Tiga kata yang memperlihatkan kepedulian Maria akan ling kungan sekitar. Sebagai orang yang diundang ke perjamuan kawin itu, Maria tak hanya terlibat fisik, namun juga batin. Maria peduli. Dia sungguh mengerti situasi. Dia tak menutup mata dan telinga terhadap situasi sekitar. Dan apa yang dilihat dan didengarnya, itulah yang dilaporkan kepada Yesus. ”Mereka kehabisan anggur,” kata Maria kepada Yesus. Anggur merupakan jamuan pokok dalam budaya Yahudi. Apa jadinya perjamuan kawin tanpa anggur? Bukankah tamu itu raja?
Kepedulian Maria Maria sadar, apa jadinya sebuah pesta perkawinan tanpa anggur? Bagaimana nantinya suasana pesta itu, tatkala sorak-sorai pesta menjadi bahan cemoohan? Lebih gawat lagi, jika tamu yang tidak
* Pendeta GKJ Jakarta
10
kebagian anggur merasa mendapat perlakuan berbeda! ’Kan berabe jadinya. Penulis Injil Yohanes mencatat, situasi macam begitu tidak terjadi sama sekali. Yesus, yang mendengar laporan ibu-Nya, ternyata juga peduli. Meski saat-Nya belum tiba—belum waktunya memperkenalkan diri di muka umum—Yesus tak ingin mengubah kegembiraan pesta itu menjadi kesedihan. Yesus tak menghendaki wajah cerah para tamu berubah masam, apalagi cemberut. Yesus juga tak ingin keceriaan wajah pengantin berdua berubah menjadi kalut dan akhirnya tertunduk menahan malu. Yesus merasa ikut bertanggung jawab. Yesus tidak lepas tangan dengan dalih belum saatnya. Yesus tidak ingin berpangku tangan, melainkan turun tangan. Air dalam enam tempayan itu berubah menjadi anggur. Bukan jumlah sedikit. Satu tempayan berisi kira-kira 100 liter air. Artinya, ada sekitar 600 liter anggur. Dan itu sangat cukup, bahkan berlimpah. Lagi pula, menurut pemimpin pesta itu, itu bukan anggur sembarang anggur—anggur dengan kualitas terbaik.
Kepasrahan Maria ”Mereka kehabisan anggur,” kata Maria kepada Yesus. Ungkapan yang jujur. Dan Maria tidak menyembunyikannya. Kekurangan memang bukan hal yang harus ditutup-tutupi. Kekurangan harus diakui. Dan Maria membukakan kekurangan itu kepada Yesus. Agaknya, Maria percaya, Yesus sanggup mengisi kekurangan itu.
11
Oleh karena itu, Maria dengan sikap pasrah berkata, ”Mereka kehabisan anggur.” Dalam hidup nyata, kekurangan itu bisa diperluas. Tak hanya anggur. Bisa kurang waktu, kurang uang, kurang kasih sayang, kurang bijaksana. Yang penting, kekurangan itu harus diakui. Dan ketika kekurangan diakui, mintalah kepada Tuhan, Sang Pencipta, untuk mengisi kekurangan itu. Sebagaimana Maria yang dengan tegas berkata kepada Yesus, ”Mereka kehabisan anggur.” Sekali lagi, ungkapan ”Mereka kehabisan anggur” menyatakan kembali bahwa kekurangan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari dalam diri manusia. Kekurangan merupakan bagian dalam hidup manusia. Masalahnya: maukah kita mengakuinya? Kekurangan merupakan hal yang wajar dalam diri manusia. Namun, jangan sampai kekurangan itu malah membuat kita menyalahkan orang lain. Jika, kita kurang, ketimbang menyalahkan orang di sekitar kita, sebaiknya menceritakan kekurangan itu kepada Yang Empunya Hidup. Dan, jangan berpangku tangan saja. Kita harus mau berusaha. Dan yang juga penting ialah melakukan apa yang Tuhan katakan. Misalnya, jika keluarga kekurangan dana. Jangan salahkan suami atau istri! Instropeksi penting di sini. Tetapi, jangan menuduh! Jika memang kita percaya bahwa rejeki itu datangnya dari Tuhan, Sang Pemilik Kehidupan, jalan terlogis ialah menyam paikannya kepada Tuhan. Meminta Tuhan membukakan jalanjalan untuk menutupi kekurangan itu. Dan, yang sangat penting, jangan melanggar perintah Tuhan. Jangan sampai, karena ke-
12
kurangan dana, maka kita memandang korupsi sebagai jalan yang diberikan Tuhan.
Mengundang Tuhan Kisah Perjamuan di Kana memang berakhir membahagiakan. Ten tunya, perasaan lega ada di benak kedua pengantin itu, keluarga, dan para pelayan pesta itu. Mereka senang pesta berlangsung de ngan baik. Tanpa cacat. Anggur, lambang pesta itu, masih tetap ada, bahkan berlimpah ruah. Namun, di manakah kunci terjadinya mukjizat ini? Mungkin kita akan menjawab: Marialah penggagas sekaligus pendorong yang membuat Yesus melakukan mukjizat itu. Itu ada benarnya. Namun, kunci semua mukjizat itu terletak pada kalimat: ”Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu.” Inilah kunci atas masalah yang melanda mereka: ketika mereka mengundang Yesus hadir dalam pesta itu. Tanpa undangan itu, mukjizat tak mungkin terjadi. Tanpa undangan itu, pesta akan berubah menjadi isak tangis. Mengundang Tuhan merupakan kunci. Mengundang Tuhan berarti mengizinkan Dia berkarya dalam hidup kita. Mengundang Tuhan berarti juga menyiapkan diri untuk hal-hal yang tidak diinginkan. Mengundang Tuhan berarti mengajak dan memohon Dia berkarya. Dan berkenaan dengan karya Tuhan, bukankah itu dambaan kita semua? Inilah alasan mendasar adanya buku Berbahagia Tiap Rumah Tangga: Buku Bina Praperkawinan. Buku ini dimaksudkan untuk menolong para mempelai untuk mengundang Tuhan sejak dini
13
dalam kehidupan keluarga mereka. Jadi, jangan hanya ketika ada persoalan. Mengundang Tuhan sejak dini akan membuat kita mudah curhat ketika masalah menimpa. Tentu, sikap ”merasa diri kurang” perlu dikembangkan sejak awal. Sikap tersebut akan menolong setiap mempelai untuk membuka dan membekali diri melalui halaman demi halaman buku ini. Yang namanya masalah dalam keluarga pasti ada. Namun, kesiapsiagaan dalam menghadapi masalah akan membuat kita mampu mewujudkan keluarga bahagia. Sehingga, setiap anggota keluarga pada akhirnya mampu menyatakan pengakuannya: ”Berbahagia tiap rumah tangga di mana Kaulah Tamu yang tetap!”
DASAR-DASAR PERKAWINAN KRISTEN Hananto Kusumo* A. Pengertian ”Perkawinan” dan ”Pernikahan” Pada umumnya orang menyamakan pengertian kawin dan nikah. Namun, di sini kita perlu membedakan pengertian antara Perka winan dan Pernikahan. Pernikahan dimaknai sebagai janji di dalam ritus (upacara agamawi) antara laki-laki dan perempuan untuk menjalin kehidupan bersama dalam rumah tangga. Di sini titik beratnya adalah janji dalam ritus. Sedangkan perkawinan dipahami sebagai ikatan lahir batin laki-laki dengan perempuan yang diawali dengan pernikahan. Dalam perkawinan titik beratnya adalah di dalam aspek ikatan lahir batin. Jadi perkawinan mencakup kehidupan bersama sebagai keluarga, dimulai dari pernikahan. Pernikahan gerejawi adalah peneguhan pernikahan dan pemberkatan perkawinan secara gerejawi bagi seorang laki-laki dan seorang perempuan dalam ikatan perjanjian seumur hidup sebagai suami istri yang bersifat monogami. Pernikahan ini dinyatakan sah * Pendeta GKJ Karangalit
15
apabila diberkati sesuai dengan pertelaan yang berlaku dan dicatat menurut perundang-undangan yang berlaku.
B. Makna Perkawinan Kristen Dengan demikian perkawinan itu mempunyai makna yang khas dan dapat dihayati di dalam pengalaman kehidupan manusia. Perka winan adalah persekutuan hidup secara total antara dua orang berlainan jenis. 1. Perkawinan sebagai Persekutuan Hidup Di dalam Kitab Kej 1:26 dikatakan bahwa manusia, baik lakilaki maupun perempuan, diciptakan menurut peta dan gambar Allah; hal ini berarti bahwa manusia diciptakan sedemikian rupa sehingga ia mampu berhubungan dengan Allah. Di sini pengertian hubungan ini dipahami sebagai suatu pergaulan antar-pribadi—antara manusia dan Allah. Bagaimanakah pergaulan manusia dengan Allah itu? Dalam hal ini, Hukum Kasih berlaku pada hubungan antara laki-laki dan perempuan (seperti tertulis dalam Mat 23:37-40). Perhatikan Ef 5:22-33! Laki-laki memang berfungsi sebagai kepala keluarga, tetapi bukan sebagai "bos" yang dapat memerintah seenaknya karena kasih Kristus yang merupakan semangatnya. Perhatikan pula Kol 3:18-19! Nyatalah bahwa persekutuan hidup itu perlu dijiwai oleh kasih dan pengendalian diri. Yang tak kalah pentingnya dalam perkawinan Kristen, yaitu masing-masing pribadi harus menempatkan dirinya sebagai
16
sekutu bagi yang lain dalam kerangka perwujudan sebagai sekutu Allah. 2. Perkawinan sebagai Persekutuan yang Total Alkitab (Kej 2:24) menyatakan bahwa Perkawinan itu memba wa akibat bagi kedua orang yang terlibat dalam Perkawinan menjadi ”satu daging”. Ungkapan ini mempunyai makna bahwa dua orang yang menikah itu sungguh-sungguh menjadi satu secara utuh/total dalam kehidupan bersama (keluarga). Pemahaman akan perkawinan sebagai persekutuan hidup yang total atau utuh itu akan membawa dampak yang luas. Perkawinan bukanlah sekadar persahabatan yang berdasarkan kesenangan saja, atau ia bukan sekadar alat untuk membenarkan hubungan seksual saja, atau ia juga bukan perhubungan untuk sekadar maksud-maksud ekonomis (yang hanya mencari keuntungan), atau ia juga bukanlah usaha untuk menyatukan ideologi dan politik; tetapi—lebih dari semua itu—perkawinan itu merupakan usaha untuk menyatukan segenap aspek kehidupan secara menyeluruh (utuh/total). Dengan demikian, perkawinan itu mengandung pesan untuk hidup dalam penyesuaian diri dengan orang lain di tengah-tengah perbedaanperbedaan yang ada. Dengan pemahaman yang demikian ini kita dapat mengharapkan terwujudnya perkawinan secara benar dan baik.
17
C. Ciri-ciri Perkawinan Kristen Ada beberapa ciri yang tampak pada sebuah Perkawinan Kristen, yaitu: 1. Perkawinan itu bersifat monogami Sebenarnya ada banyak bentuk perkawinan (misalnya: poligami, baik seorang pria dengan banyak wanita atau seseorang wanita dengan banyak pria). Namun, perkawinan Kristen ber azaskan monogami, artinya: Pernikahan itu terjadi dari seorang pria dan seorang wanita pada masa keduanya hidup. Perkawinan monogami lebih dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara efektif dan efisien (berdaya guna dan ber hasil guna) dan dapat menghindari banyak masalah yang mungkin timbul di dalam Perkawinan. Ini sesuai dengan prinsip yang dinyatakan Kitab Suci, yakni Kej 2:24 (bandingkan pula Mat 19:4-6) 2. Perkawinan itu bersifat privat (khusus) Perkawinan itu pada dasarnya adalah perhubungan sukarela dua orang secara khusus. Di dalam Perkawinan itu tidak bisa dimasuki pihak ketiga, misalnya: orang tua, saudara, teman kerja, PIL (Pria Idaman Lain) atau WIL (Wanita Idaman Lain). Sebab jika ada campur tangan pihak ketiga maka akan me ngacaukan privasi dan hubungan kedua orang yang terikat perkawinan itu. Dengan demikian perlu diingat pula bahwa baik suami maupun istri harus menjaga kekudusan perkawinan.
18
3. Perkawinan itu bersifat menetap Perkawinan itu bersifat permanen (menetap), artinya: hal itu berlangsung ”terus menerus selama mereka hidup”. Perka winan sejati tidak boleh dibatasi waktu, misalnya ”kawin kontrak”—orang menikah untuk beberapa tahun saja. Oleh karena itu, setiap orang yang menikah pertama-tama harus menyadari bahwa ia terikat hubungan dalam ”perkawinan untuk seumur hidup” dan menghindari perceraian. Perpisahan ikatan Perkawinan hanya terjadi oleh kematian salah satu pasangan (Mat 19:6, Mrk 10:9). Hal itu dapat juga dijelaskan dengan istilah menjadi ”satu daging” (bukan satu jiwa). • Ef 5:31 (pengertian ”satu daging = satu kehidupan bersama di dunia) • Mat 22:23-32 (hubungan suami istri berhenti pada saat kematian) • Mat 19:1-9 (tidak boleh bercerai) Hindari segala hal yang bisa membawa pada ”perceraian”. 4. Perkawinan itu Membina Kehidupan Bersama Setiap orang yang berjumpa dan kemudian terikat pada Perka winan biasanya mempunyai latar belakang yang berbeda, entah itu karena berbeda adat atau kebiasaan, perbedaan karakter, perbedaaan pekerjaan atau profesi, perbedaan hobi, dan citanya, dll. Tapi mereka yang menikah harus mempunyai kesediaan untuk menyadari perbedaan itu dan bahkan menyesuaikan diri dengan partnernya. Penyesuaian diri ini dapat berupa toleransi, penyabaran, penerimaan, kemauan untuk
19
memberi dan membela terhadap partner/pasangannya. Jika ada hal-hal prinsip yang bertentangan, hendaknya hal itu diungkapkan sebelum menikah, jangan setelah menikah baru ribut dan tidak ada yang mau mengalah karena mengatakan bahwa ”ini adalah hal prinsip”. Perhatikan Kej 2:18-24, pasangan hidup dinyatakan sebagai ”penolong yang sepadan”. Adapun makna ”sepadan” di sini: 1. Pada hakikatnya memiliki martabat yang sama sebagai makhluk yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Perhatikan Kej 1:27-28 laki-laki dan perempuan sama-sama serupa gambar Allah, maka mereka sama-sama diberi kuasa dan tanggung jawab untuk mengelola hidup. 2. Memiliki kecocokan (misalnya saling melengkapi) meski pun memiliki perbedaan-perbedaan. Perbedaan itu ada yang bisa dikelola bersama, namun ada yang harus dipilih, misalnya berhubungan dengan kegiatan atau kebiasaan bersama, serta hal-hal yang menjadi prioritas. 3. Melalui kecocokan itu dapat hidup bersama dengan saling menolong. Cobalah mengisi kuis ”SAYA SUKA DAN DIA SUKA”. Dalam waktu 5 menit, baiklah masing-masing melingkari a atau b pada kedua kolom. (Tentunya ”Dia Suka” bersifat tebakan!) Setelah
20
selesai cobalah lihat apakah tebakan itu tepat dan apakah masingmasing pihak bisa menerima perbedaan itu! Saya suka
Dia suka
1 a. Bicara terbuka b. Bicara terkendali
a.
b.
a.
b.
2 a. Mengingat yang lalu b. Melupakannya
a.
b.
a.
b.
3 a. Makan nasi panas b. Makan nasi dingin
a.
b.
a.
b.
4 a. Taruh barang cepat b. Taruh barang rapi
a.
b.
a.
b.
5 a. Pentingkan hubungan b. Pentingkan kebenaran
a.
b.
a.
b.
6 a. Utamakan pikiran b. Utamakan perasaan
a.
b.
a.
b.
7 a. Makan nasi lembek b. Makan nasi keras
a.
b.
a.
b.
8 a. Selektif tolong orang. b. Bermurah hati
a.
b.
a.
b.
9 a. Orang tua ikut mengurusi kel. b. Orang tua tidak
a.
b.
a.
b.
10 a. Keuangan dikelola suami b. Keuangan dikelola istri
a.
b.
a.
b.
11 a. Punya anak banyak b. Tidak punya anak banyak
a.
b.
a.
b.
12 a. Bangun jam 5/kurang b. Bangun di atas jam 5
a.
b.
a.
b.
13 a. Berdandan b. Tidak suka berdandan
a.
b.
a.
b.
14 a. Kumpul2 dengan teman b. Tidak suka kumpul2
a.
b.
a.
b.
15 a. Nonton TV b. Tidak (nonton TV)
a.
b.
a.
b.
16 a. Musik di rumah b. Tidak Musik di rumah
a.
b.
a.
b.
17 a. Bekerja keras b. Tidak bekerja keras
a.
b.
a.
b.
18 a. Keteraturan b. Variasi/perubahan
a.
b.
a.
b.
19 a. Famili tinggal di rumah b. Famili tidak tinggal di rumah
a.
b.
a.
b.
20 a. Suka hal sederhana b. Suka hal besar
a.
b.
a.
b.
21
Memang perkawinan itu memerlukan ”perjuangan” dan tanggung jawab untuk membentuknya sedemikian rupa se hingga tampak indah, baik, dan benar. Untuk mampu memahami dan menghadapi perbedaan, beberapa buku berikut kiranya dapat menolong: • Florence Littauer, Personality Plus for Couples (Kepribadian Plus untuk Pasangan, Memahami Diri Sendiri serta Orang Yang Anda Kasihi, Binarupa Aksara, Jakarta. • John Gray, Men Comes from Mars, Woman Comes From Venus, Gramedia, Jakarta. • RBC Ministries, Bagaimana Melayani Melalui Perbedaan, Pustaka Gloria, Yogyakarta.
D. Tujuan Perkawinan Pertanyaan dasar yang diajukan bagi orang yang akan menikah adalah mengapa orang menikah? Pertanyaan ini menimbulkan banyak jawaban, misalnya: untuk mengesahkan seks, atau untuk memperoleh anak, atau untuk mempertahankan/meningkatkan status sosial, atau untuk mencari pembantu yang siap menolong. Alasan-alasan ini memang cukup rasional, tetapi alasan ini tidak cukup memadai/kuat untuk membangun/mempertahankan Perka- winan. Alasan mendasar untuk menikah adalah untuk mewujudkan cinta kasih secara benar (Mat 22:37-40). Kesungguhan/keseriusan orang untuk menyatakan kasih kepada Allah dan sesama. Kasih yang benar yaitu kasih yang tanpa pamrih dan kasih yang mau memberikan diri untuk orang lain tanpa syarat. Kasih yang demikian ini terutama dapat dinyatakan dalam hubungan Perkawinan.
22
E. Kewajiban Orang Menikah Untuk mencapai tujuan Perkawinan, ada beberapa hal yang harus dilakukan orang yang menikah, yaitu: a. Mewujudkan kesatuan keluarga, dalam ikatan kasih sejati dengan saling memperhatikan, tidak mementingkan diri sendiri, dan saling menolong karena orang yang hidup bersama dalam ikatan perkawinan itu telah dipersatukan oleh Allah. b. Menjaga kelestarian keluarga karena Allah menghendaki yang telah dipersatukan-Nya tidak boleh diceraikan oleh manusia. c. Menjaga kekudusan keluarga karena Tuhan menghendaki agar suami istri memelihara perkawinan dengan menghindari segala bentuk perzinaan dan keinginan hawa nafsu seperti yang dilakukan oleh orang yang tidak mengenal Allah. d. Mendidik keluarga dengan selalu silih asah, silih asuh, dan silih asih berdasarkan firman Tuhan karena Allah meng hendaki setiap keluarga mengasihi-Nya dengan segenap hidup, senantiasa memperhatikan firman-Nya, dan meng ajarkan firman itu dengan sungguh-sungguh kepada ke luarga. e. Senantiasa bersyukur kepada Tuhan dan bekerja dengan tekun dan jujur, sehingga dapat menjadi berkat bagi keluarga, gereja dan masyarakat.
23
F. Catatan: Sekelumit tentang Undang-undang Perkawinan Masalah Perkawinan adalah masalah yang penting. Oleh karena itu, harus diperhatikan dengan saksama. Perkawinan bukanlah sekadar masalah hubungan dua orang saja, tetapi melibatkan banyak orang; dan untuk itulah perkawinan perlu diatur dan dicatat dengan baik. Saat ini hukum perkawinan yang berlaku di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 yang disahkan pada tanggal 2 Januari 1974 dan diundangkan dalam Lembaran Negara Nomor 1 tahun 1974 (selanjutnya disebut UU Perkawinan/UUP), yang berlaku secara efektif tanggal 1 Oktober 1975, di mana pem berlakuan tersebut didasarkan Peraturan Pelaksanaan UU Perka winan, yakni Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 9 Tahun 1975, diundangkan pada tanggal 1 April 1975 dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3050, yang di dalam Pasal 49 menyebutkan sebagai berikut: 1. Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Oktober 1975. 2. Mulai berlakunya Peraturan Pemerintah ini merupakan pelaksanaan dari UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perka winan. Di dalam perundang-undangan perkawinan di Indonesia, ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam Pengertian Perkawinan. Pasal 1 UUP menyatakan bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
24
suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga/rumah tangga yang bahagia dan kekal, berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dari pernyataan ini tersirat pengertian: • Perkawinan itu merupakan ikatan/kesatuan yang total antara laki-laki dan perempuan sebagai suami istri dalam keluarga • Dasarnya adalah cinta sejati antarpribadi • Ada penerimaan—baik lahir maupun batin—di antara ke dua pihak a. Tujuan Perkawinan Dari rumusan pasal 1 UUP di atas, tampak bahwa tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga/rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Jadi, yang ingin dicapai adalah kebahagiaan lahir batin. Idealnya, Perkawinan itu langgeng, artinya: perkawinan itu hanya berakhir karena kematian; sebab perkawinan itu dilandasi oleh restu/berkat Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian, hubungan antarpribadi dalam perkawinan itu bersifat sakral/ suci yang konkretisasinya diwujudkan dalam perkawinan menurut hukum/aturan agama. Dengan pengertian ini, UUP secara tidak langsung menentang praktik kumpul kebo, kawin kontrak maupun kawin bersyarat. b. Sahnya Perkawinan Suatu Perkawinan dinyatakan sah menurut hukum apabila dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diisyaratkan
25
oleh UUP dan PP. Menurut pasal 2 UUP, perkawinan itu sah apabila dilakukan berdasarkan hukum masing-masing agama dan kepercayaannya serta dicatatkan di Kantor Catatan Nikah (KUA bagi orang Islam dan Kantor Catatan Sipil bagi orang non-Islam). Perwujudan keabsahan Perkawinan tampak dari pelaksanaan Perkawinan yang berlangsung di hadapan pejabat agama dan dicatatkan pada Kantor Catatan Nikah. Prasyarat lain untuk keabsahan Perkawinan adalah: • Persetujuan dari kedua pihak yang bersangkutan • Umur minimal calon yang hendak kawin: 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita (ketentuan ini berfungsi untuk mencegah perkawinan pada usia muda) • Izin/persetujuan dari orang tua/wali bagi mereka yang pada waktu kawin belum berusia 21 tahun Di dalam kenyataan (praktik), untuk sahnya Perkawinan biasanya masih harus mempertimbangkan: • Kedewasaan seseorang (sikap mental dan pola perilaku) • Kemandirian dalam bidang ekonomi (misalnya: telah be kerja) • Kesehatan calon yang akan menikah (terutama calon Ibu) c. Halangan-halangan Perkawinan Pasal 8 dan 11 UUP menentukan halangan-halangan Perka winan sbb.: • Berhubungan darah dalam garis lurus ke atas maupun ke bawah
26
• Berhubungan darah dalam garis menyamping • Berhubungan secara semenda (ikatan keluarga karena Perkawinan) • Ada hubungan darah dengan istri, atau sebagai bibi, atau kemenakan dari istri dalam hal poligami • Dalam keadaan masih terikat tali Perkawinan, meskipun sudah dalam status pisah meja dan ranjang • Khusus untuk seorang wanita, masih dalam tenggang waktu tunggu d. Pencegahan Perkawinan Pasal 13-21 UUP mengatur pencegahan atas Perkawinan sbb.: • Para keluarga dalam garis lurus ke atas dan ke bawah atau wali nikah pengampu dari salah satu calon • Istri atau suami dari salah satu calon • Pejabat yang ditunjuk e. Batalnya Perkawinan Pasal 22 UUP menyatakan bahwa Perkawinan dapat dibatalkan apabila para pihak tidak memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan Perkawinan. Pembatalan ini harus diajukan ke Pengadilan di tempat berlangsungnya perkawinan atau tempat kediaman suami istri atau bisa juga di tempat kediaman suami atau istri. Alasan-alasan yang dapat diajukan untuk pembatalan: • Tidak memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh UUP • Karena adanya ancaman, kekerasan, atau paksaan
27
f. Harta dalam Perkawinan Pasal 35 UUP mengatur sbb.: • Harta bawaan: dikuasai oleh masing-masing pembawa harta asal • Harta bersama (harta yang diperoleh dalam/selama Per kawinan berlangsung): dikuasai bersama-sama antara istri dan suami • Jika mereka mempunyai anak, maka tidak timbul masalah, karena baik harta bawaan maupun harta bersama menjadi hak waris semua anak • Jika mereka tidak mempunyai anak dan tidak mengangkat anak maka harta bawaan kembali ke asal pembawa harta tersebut dan harta bersama dibagi sehingga sebagian jatuh ke keluarga suami dan sebagian jatuh ke keluarga istri • Jika mereka tidak mempunyai anak dan mengangkat anak, maka: i. Harta bawaan: tetap kembali ke asalnya ii. Harta bersama: menjadi hak waris anak angkat g. Putusnya Perkawinan Perkawinan dapat putus karena: • Kematian • Perceraian • Putusan pengadilan (misalnya: putusan pembatalan Perkawinan)
28
Putusnya Perkawinan karena perceraian dapat terjadi jika: • Diajukan ke pengadilan • Harus mempunyai cukup alasan Pasal 19 UUP memberikan batasan untuk alasan perceraian, yaitu: • Zinah, pemabuk, pemadat, penjudi yang sulit disembuhkan • Meninggalkan suami/istri selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin • Menjalani hukuman penjara minimal 5 tahun • Kekejaman dan penganiayaan • Cacat badan atau penyakit yang menyebabkan tidak dapat menjalankan tugas sebagai suami-istri sebagaimana mesti nya • Cekcok terus-menerus dan sulit untuk rukun/bersatu kembali
Laki-laki dan Perempuan: Apakah Mereka Berbeda? Pramadi Tjahjono* Merupakan kenyataan bahwa laki-laki dan perempuan memang berbeda. Perbedaan itu dinyatakan pula dalam kisah penciptaan (Kej 1:27, 28). Di satu sisi memang ada persamaan (segambar de ngan Allah), di lain sisi ada perbedaan (laki-laki dan perempuan). Diciptakan dari ”gambar” yang sama menunjukkan adanya persamaan antara laki-laki dan perempuan. Persamaan itu ditampakkan dalam tugas yang diberikan Allah kepada manusia untuk memelihara bumi ciptaan-Nya dan berketurunan. Akan tetapi, Allah tidak menciptakan dua pribadi yang identik untuk melakukan kehendak-Nya, melainkan dua pribadi yang saling melengkapi untuk melaksanakan tugas panggilan itu. Dua pribadi itu memang berbeda dan karena itulah saling melengkapi. Di antara kedua makhluk ciptaan yang diciptakan segambar dengan Allah, sering kali perbedaan yang ada hanya dilihat berdasarkan fisik. Secara fisik ditunjukkan perbedaan itu, baik dari bentuk tubuh ataupun sebagian dari fungsi tubuh. Perbedaan fisik atas fungsi tubuh dianggap sebagai yang membedakan. Namun * Pendeta GKJ Delanggu
30
demikian, atas kesamaan fungsi tubuh yang lainnya seharusnya juga dianggap sebagai sesuatu yang sama dan menjadikan manusia itu sama. Kesalahan besar yang mungkin sering kita lakukan ialah sering kita tidak menyadari akan perbedaan yang tidak sekadar atas perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan, akan tetapi juga berkenaan dengan perbedaan emosional. Ada yang mengatakan bahwa perbedaan emosional itu juga berhubungan dengan fungsi tubuh yang berbeda, khususnya atas hormon-hormon tertentu yang mempengaruhinya. Perbedaan ini menjadikan kebiasaan-ke biasaan timbul dalam diri manusia laki-laki dan perempuan, yang kadang memang kurang disadari. John Gray, dalam bukunya Men are From Mars, Women are From Venus,1 menggambarkan hubungan antara laki-laki dan perempuan sebagai pribadi yang saling membutuhkan. Saling membutuhkan berarti perbedaan yang ada menunjuk pada keinginan untuk saling melengkapi. Penulis menggambarkan bahwa sebelumnya penduduk Mars belum pernah melihat penduduk Venus. Ketika mereka melihatnya segera timbul perasaan-perasaan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Perasaan-perasaan itu yang membawa kesadaran bahwa sesungguhnya ada sesuatu yang berbeda antara penduduk Mars dan penduduk Venus. Perasaan-perasaan itulah yang
1. John Gray, Men are From Mars, Women are From Venus (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995).
31
menarik keduanya untuk saling bersatu dan saling melengkapi. Kerinduan atas perasaan yang timbul itulah yang membawa kesadaran akan perbedaan dan persamaan yang ada di antara mereka. Persoalannya, menurut Gray, hal itu sering tidak disadari. ”Secara keliru kita menganggap bahwa apabila pasangan kita mencintai kita, mereka akan bereaksi dan bertingkah laku dengan cara-cara tertentu, sebagaimana reaksi dan tingkah laku kita bila mencintai seseorang,” papar Gray. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu disadari dan dilakukan untuk tetap dapat membangun relasi.
Mencoba memahami kesalahan dalam hubungan. Dalam menjembatani perbedaan yang ada antara laki-laki dan perempuan dibutuhkan pengertian akan sifat hubungan tersebut. Gray mengatakan bahwa ada kesalahan besar dalam berhubung an dengan lawan jenis. Secara keliru kaum laki-laki menawarkan penyelesaian-penyelesaian dan mengabaikan perasan-perasaan, sementara kaum perempuan menawarkan nasihat serta petunjuk yang tidak diminta. Perbedaan ini kelihatannya sepele, namun dapat menjadi penghalang dalam sebuah hubungan. Sekali lagi, Gray menyatakan, laki-laki acap mengabaikan perasaan perempuan. Padahal perasaan adalah hal yang sering dipakai perempuan untuk mendekati dan merasakan apa yang menjadi permasalahannya. Sebaliknya, perempuan sering menawarkan nasihat kepada laki-laki tanpa diminta, yang biasanya membuat laki-laki merasa direndahkan.
32
Ketidaksadaran ini sering menimbulkan ketegangan antara laki-laki dan perempuan. Seorang perempuan sering tidak begitu mengharapkan pertolongan atas permasalahannya, akan tetapi ingin supaya perasaan-perasaannya didengarkan. Demikian juga dengan laki-laki, ia tidak membutuhkan nasihat-nasihat yang dianggapnya akan mengubah kehidupannya.
Jikalau berada dalam ketegangan jiwa Ketika berada dalam permasalahan, baik laki-laki dan perempuan menunjukkan sikap yang berbeda. Laki-laki dalam menghadapi ketegangan jiwa cenderung menarik diri dan memikirkan persoalan mereka dalam diam. Sedangkan perempuan secara naluriah merasa perlu memperbincangkan apa yang mereka risaukan. Laki-laki yang sedang mengalami ketegangan jiwa akan masuk ke dalam ”guanya” karena ia merasa nyaman atas segala beban permasalahannya. Sebaliknya, perempuan ingin memperbincangkan apa yang menjadi kesulitannya. Sikap yang bertentangan ini, jika tidak disadari, akan merusak hubungan yang ada. Perempuan akan merasa bahwa dirinya tidak diperhatikan, diabaikan, sedangkan laki-laki menganggap dirinya terganggu dengan segala nasihat, ucapan perempuan yang berusaha menariknya keluar dari ”gua”. Kesadaran akan perbedaan hendaknya membawa mereka pada situasi untuk saling menerima keberadaan satu dengan yang lainnya. Ketika laki-laki sedang masuk ke dalam ”guanya”, hendaklah perempuan mencoba menerima kenyataan itu tanpa merasakan penolakan atau kurangnya penghargaan. Sebaliknya, ketika pe-
33
rempuan mencoba menceritakan kesulitan-kesulitannya, hendaklah laki-laki berusaha untuk mendengarkannya dan memberikan jawaban ringan. Sebab, perempuan memang sering tidak mengharapkan penyelesaian atas masalahnya dengan jawaban yang detail. Ia hanya ingin didengarkan. Kemauan untuk mendengar adalah kemauan untuk menghargai sikap orang lain (perempuan) dalam membangun sebuah relasi dan menjaga relasi tersebut tetap dalam keadaan baik. Kemauan untuk mendengar dan memberikan jawaban-jawaban ringan adalah bentuk penghargaan atas keberbedaan sikap yang ada. Demikian juga menerima keberadaan orang lain yang sedang ”menyendiri” merupakan bentuk penghargaan tanpa merasa diabaikan. Perbedaan ini perlu diketahui dan selanjutnya dilakukan sebagai bentuk penghargaan atas penerimaan perbedaan sikap dalam menyikapi ketegangan jiwa. Penerimaan atas kebiasaan atau sikap dalam menghadapi permasalahan akan mampu membangun relasi yang baik antara laki-laki (Mars) dan perempuan (Venus). Tanpa mengetahui kebiasaan-kebiasaan ini, akan mudah terjadi miscommunication, yang berakibatkan pada perbedaan pemahaman dan berujung pada konflik yang tak perlu. Konflik hanya akan makin membuat keduanya tegang. Ketika laki-laki mengalami ketegangan jiwa, hendaklah perempuan menolongnya dengan memberikan motivasi kepadanya. Sebaliknya, ketika perempuan mengalami ketegangan jiwa, laki-laki hendaknya memberikan dorongan kepadanya.
34
Laki-laki termotivasi saat mereka merasa dibutuhkan; sementara perempuan termotivasi bila mereka merasa dihargai. Bila terjadi permasalahan yang dialami laki-laki atau perempuan, hendaklah pasangannya memberikan dorongan atau motivasi untuk membangkitkan semangatnya lagi.
Mereka berbicara dengan bahasa yang berbeda Ketika seorang perempuan berbicara, ia tak hanya menyampaikan sebuah informasi, juga perasaannya. Ungkapan yang demikian se ring ditanggapi berbeda oleh kaum laki-laki. Ungkapan-ungkapan yang disampaikan kaum perempuan sering tidak dapat ditangkap dengan baik oleh kaum laki-laki. Hal ini terjadi karena kaum laki-laki biasanya diam ketika mereka mendapatkan sebuah masalah. Mereka juga sering tidak langsung menanggapi setiap pembicaraan, akan tetapi dicerna, dipahami lebih dahulu. Hal ini sering memakan waktu yang tidak sebentar. Sebaliknya, kaum perempuan merasa khawatir jika pembicaraannya tidak ditanggapi. Untuk terciptanya sebuah komunikasi yang baik, laki-laki harus mau belajar menangkap makna yang disampaikan perem puan dalam setiap pembicaraan. Sekali lagi, jangan diam. Laki-laki perlu menanggapinya dengan ungkapan, misalnya: ”ehemm… ya… Oh…”. Tanggapan pendek itu akan membuat pe rempuan merasa bahwa pembicaraannya ditanggapi. Demikian juga dengan perempuan, ia harus membiarkan pasangan hi dupnya merenungkan masalah yang menekannya dengan cara diam karena masuk ke dalam ”guanya”.
35
Laki-laki dan perempuan mempunyai kebutuhan keintiman berbeda Laki-laki seperti karet gelang, yang dapat mulur sejauh mereka dapat mengerut. Laki-laki secara naluriah merasakan dorongan untuk menarik diri. Ini bukanlah pilihan, namun terjadi secara na luriah. Ini bukanlah kesalahannya atau kesalahan istrinya. Kaum perempuan sering menyalahartikan sikap ini karena perempuan menarik diri dengan alasan-alasan berbeda. Perempuan menarik diri bila ia tidak yakin bahwa laki-laki dapat memahami perasaan-perasaannya, bila ia pernah dilukai, atau apabila lakilaki pernah melakukan kesalahan dan mengecewakannya. Laki-laki menarik diri untuk memuaskan kebutuhan akan kebebasan, meskipun setelah ”mulur” ia membutuhkan kembali cinta dan kehangatan. Seorang perempuan yang tidak mengerti akan berusaha memperbaiki karena ia merasa bahwa menjauhnya laki-laki akibat kesalahannya. Bila perempuan mengetahui hal ini, sebaiknya berusahalah untuk tidak menyalahkan diri sendiri karena jika tiba saatnya ”karet itu mengerut”, laki-laki akan datang kepadanya lagi. Sikap cinta perempuan sering naik turun. Karena itu, laki-laki harus belajar menafsirkan dengan tepat perubahan-perubahan perasaaan yang terkadang mendadak. Sehingga mereka dapat memberikan dukungan pada saat yang tepat. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang lainnya ialah dalam memberikan jenis cinta yang berbeda. Laki-laki membutuhkan jenis cinta yang penuh kepercayaan, penerimaan, dan peng-
36
hargaan. Perempuan membutuhkan jenis cinta yang penuh perhatian, pemahaman, dan rasa hormat. Oleh karena itu, tindakan laki-laki yang sering merasa benar dapat menyakitkan hati perempuan. Perempuan juga sering mengirimkan pesan-pesan yang dipahami laki-laki sebagai penolakan. Hal ini malah akan menumbuhkan sikap defensif lakilaki. Dengan mengenali perbedaan-perbedaan ini, laki-laki dan perempuan dapat menjalin komunikasi yang baik untuk menumbuhkan dan melakukan apa yang menjadi tugas mereka bersama, yaitu memelihara dunia ini. Tugas pemeliharaan atas dunia ini merupakan tugas yang sama-sama dianugerahkan Allah baik kepada laki-laki maupun perempuan. Itulah sebabnya mereka harus saling melengkapi dan menyempurnakan satu dengan lain dengan cara memahami perbedaan yang ada, yang bukan hanya fisik melainkan juga dalam memahami satu dengan yang lain.
Temperamen berbeda Perbedaan dalam diri manusia juga ditemukan dalam bentuk yang lain, terlepas dari apakah ia laki-laki atau perempuan, yaitu temperamen. Pada awalnya, teori temperamen diciptakan Hypocrates, lebih dari 2400 tahun lalu, yang membagi manusia menjadi empat golongan dasar. Temperamen adalah gabungan dari sifat atau karateristik dalam diri seseorang yang cenderung menentukan cara ia berpikir,
37
bertindak, dan merasa. Temperamen kita merupakan bawaan sejak lahir. William H. Sheldon menemukan adanya kaitan erat antara karateristik fisik seseorang dan temperamennya.2 * Sanguinis Ciri-ciri: • Antusias, mudah bergaul, suka bicara terus menerus, mata bersinar-sinar. • Emosinya cepat berubah, mudah marah tetapi mudah juga melupakan. • Senang dipuji, diperhatikan, tidak suka ditolak. • Bila menghadapi masalah berat, suka mencari sesuatu yang menyenangkan. Sanguinis memiliki pribadi yang hangat, bersemangat dan menikmati hidup. Sifat cerianya membuat ia mudah menularkan semangat kepada orang lain lewat kata-katanya yang riang. Ia tidak pernah kekurangan sahabat karena mampu merasakan suka dan duka orang yang ditemuinya. Ia ramah dan suka berbicara. Tipe sanguine, orang periang, cocok bekerja di dunia hiburan, namun tak begitu suka tugas kantoran karena akan mengolah banyak pikiran.
2. Majalah Holistik, Edisi: XXI & XXII / April & Juli 2008.
38
* Kholeris Ciri-ciri: • Berbakat memimpin • Dinamis dan aktif • Suka perubahan • Mau memperbaiki kesalahan • Tidak emosional • Tidak mudah patah semangat, memancarkan keyakinan. Seorang kholeris cenderung aktif, berkemauan keras, dan mandiri. Ia bisa bersikap tegas dan mudah mengambil kepu tusan bagi diri sendiri atau orang lain. Ia mempengaruhi orang-orang dengan ide-ide, rancangan, visi, dan ambisinya. Ia tidak mau terlibat dalam kegiatan yang tidak punya tujuan. Itu sebabnya ia akan sukses dalam memimpin proyek-proyek besar. Namun, ia lemah dalam hal emosi. Tidak mudah bersimpati kepada orang lain dan kurang peka. Cenderung mendominasi dan memakai orang-orang untuk mencapai tujuannya. * Melankolis Ciri-ciri: • Suka matematika/hitung • Kritis/senang berpikir, pandai/berbakat, sopan/terpelajar, suka keindahan. • Suka ketenangan
39
• Peka, mudah tersinggung, mudah mengingat hal-hal negatif • Mudah tertekan • Sulit membuka diri/minder Melankolis sangat sensitif dan perfeksionis. Ia suka mere nung, menganalisa, dan dikuasai oleh perasaannya sendiri. Ia biasanya menyukai seni dan berbakat seni. Ia tidak bisa ber sahabat dengan semua orang, tetapi sanggup menjadi sahabat setia untuk beberapa orang yang disukainya. Ia rela menderita dan memilih pekerjaan yang menuntut pengorbanan pribadi yang besar. Ia lebih pemurung dan suka menarik diri dari orang lain, kecuali pada saat suasana hatinya sedang cerah. Karena lebih didominasi perasaan, maka cenderung mudah berubah. Kadang suasana hati membuatnya sangat senang dan membuatnya lebih terbuka. Namun, suatu saat ia berubah menjadi murung, tertekan, yang akan membuatnya menarik diri bahkan cenderung antagonis. * Phlegmatis Ciri-ciri: • Santai, tenang, lamban, malas • Tidak menyinggung orang lain • Dingin, kurang ekspresi • Menyembunyikan emosi • Tidak suka kritik • Tidak suka konfrontasi
40
Phlegmatis hampir tidak pernah marah. Tampaknya ia tenang dan menyenangkan untuk diajak berteman. Ia punya pandangan optimis tentang hidup. Ia menghindari kekerasan dan bisa menjadi pendamai. Namun ia cenderung pendiam, malu-malu, dan dingin. Ia tampak tidak begitu bergairah dalam hidup. Lebih suka menjadi penonton daripada terlibat. Yang perlu diperhatikan ialah seseorang tidak hanya memiliki satu tipe temperamen. Setiap orang setidaknya memiliki perpaduan dua temperamen yang menonjol. Dan setiap temperamen itu mempunyai sisi positif (kekuatan) dan negatif (kelemahan). Yang paling penting dari semuanya ialah kemampuan untuk saling memahami diri sendiri dan teman hidup, sehingga makin mampu bersekutu dan melayani dalam keluarga yang merupakan karunia Tuhan semata.
komunikasi dalam perkawinan Yuliana Saragih* Kitab Kejadian menyatakan bahwa Tuhan menciptakan manusia menurut gambar-Nya laki-laki dan perempuan untuk menjadi pasangan yang sepadan. Manusia itu diberi tanggung jawab oleh Tuhan untuk mengelola bumi dan seisinya, memberi nama binatang-binatang, dan tumbuh-tumbuhan, serta diperintahkan untuk beranak cucu memenuhi bumi. Tuhan ingin manusia ciptaan-Nya hidup berbahagia di Taman Eden. Begitu dikisahkan sampai pada suatu saat manusia jatuh di dalam dosa. Hawa mengajak Adam memakan buah terlarang, karena dihasut ular/setan. Akhirnya, manusia tercampakkan dari Taman Kebahagiaan dan masuk dalam pergulatan hidup yang berat dengan segala keterbatasannya . Peristiwa menyatunya manusia laki-laki dan perempuan dalam sebuah perkawinan seolah-olah ingin mengembalikan hal yang membahagiakan di Taman Eden. Laki-laki dan perempuan menjadi pendamping yang sepadan, untuk bersama-sama meraih cita-citanya hidup bahagia, mengelola hidup dan alamnya serta beranak cucu. Pertemuan dua pribadi yang berbeda, disatukan * Pendeta GKJ Kutoarjo
42
dengan cinta. Dengan kesepakatan, setia seumur hidup dalam susah dan senang dalam untung dan malang. Suatu rencana yang mulia, namun sampai saat ini masih terus dikelilingi ancaman si ular/setan, dengan godaannya yang khas sesuai dengan zamannya. Saat ini godaan/hasutan setan itu menjelma dalam bentuk: wanita idaman lain, pria idaman lain, gaya hidup (hedonisme, materialisme), karir, egoisme, dan lain-lain. Sering kali perkawinan gagal mencapai tujuan, bahkan berantakan. Hidup dalam perkawinan memerlukan ketangguhan terhadap godaan. Karenanya dibutuhkan kedewasaan bagi masing-masing pribadi dalam perkawinan. Kesadaran bahwa hidupnya tidak lagi sendiri, tetapi merupakan kesatuan. Hal itu tidak mudah, mengingat pada dasarnya masing-masing pribadi adalah pribadi unik yang mempunyai latar belakang, pikiran, kemauan, cita-cita dan kemampuan yang berbeda dan membentuk sebuah kepribadian bertahun-tahun lamanya. Walaupun demikian, sudah selayaknya kalau setiap orang yang menikah berupaya untuk mengenali pribadi pasangannya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengenali dengan baik asal-usul pasangannya antara lain: • Keluarga: tata cara, kebiasaan, aturan, nilai, adat dan se bagainya yang berlaku dalam kehidupan pasangan • Masa lalu: pengalaman manis, pahit, cinta, kegagalan, sukses dan sebagainya yang pernah dialami oleh pasangan • Pendidikan: disiplin ilmu, cara pandang/pola pikir dari pasangan • Lingkungan: masyarakat, kerja, iman/kepercayaan dari pa-
43
sangan dan hal-hal lainnya yang membentuk kepribadian pasangan seperti pengelolaan emosi, fisik, perasaan, relasi sosial, pengungkapan pribadi, ketertarikan dan sebagainya. Setiap pribadi mempunyai tingkatan tersendiri, tetapi secara garis besar ada perbedaan khas antara laki-laki dan perempuan Sebaiknya, pengenalan ini telah dilakukan sejak dini. Terutama pada saat pacaran hingga tunangan. Dalam proses pengenalan akan terlihat hal-hal yang mempesona, yang cocok, yang sama, yang berbeda atau bahkan mungkin hal-hal yang bertentangan. Hal-hal yang menyenangkan, mempesona dan yang cocok atau sama patut disyukuri karena hal itu merupakan modal atau kekayaan untuk mengembangkan cinta. Sedangkan hal-hal yang berbeda dan yang bertentangan perlu diketahui, untuk dipahami sehingga dapat memperkaya wawasan dan menghindari keributan, perpecahan yang tak berguna. Semua hal perlu dikelola agar tercipta relasi yang baik antar mereka. Untuk menciptakan relasi yang baik, dapat dilakukan dengan mengadakan komunikasi yang baik di dalam keluarga. Walaupun kadang memang banyak hal yang tidak bisa dikomunikasikan. Dalam komunikasi keluarga ada empat unsur utama yang perlu diperhatikan: 1. Pengirim berita: yang berbicara, yang membuka diri: sebaik nya pengirim berita berusaha sejelas dan semudah mungkin dalam menyampaikan berita yang ingin disampaikan. Memang tidak mudah dan perlu latihan. Tetapi dengan menge-
44
tahui keadaan perasaan dan kemampuan penerima berita (dalam hal ini pasangannya), tentunya akan lebih mudah. Tidak menggurui; atau merasa lebih hebat, ada variasi (humor) jujur terbuka, seimbang dan penuh kasih adalah sifat pengirim berita yang baik. 2. Penerima berita: konon penerima berita lebih sulit dari pada pengirim berita. Karena ia harus menerima pesan yang disampaikan dengan tepat. Artinya tidak sepotong, sebagian diabaikan, diterka-terka, sebagian diserap (yang cocok di hati saja), tetapi harus pas seperti adanya tanpa dirasuki pemikirannya sendiri. Tidak sering memotong pembicaraan atau menyela. Sikap hormat adalah sifat penerima berita yang baik. 3. Berita: dalam keluarga yang menjadi berita adalah pribadi itu sendiri. Kemudian segala pernak-pernik kehidupan ke luarga. Sifat yang menonjol dari komunikasi keluarga adalah sampai pada tingkat tukar perasaan, menuju pada pemenuhan kebutuhan dasar; dimengerti, dipahami, dihargai dan ada kebebasan, sehingga berguna untuk meningkatkan saling memahami dan saling mencintai. 4. Cara pengiriman berita: yang paling umum adalah menggunakan bahasa verbal. Tapi juga selalu terkombinasi dengan bahasa tubuh dan bahasa isyarat yang ada dan terbiasa digunakan. Seperti gerakan tubuh yang terjadi ketika bosan, mimik muka yang terekspresikan ketika gembira atau isyarat tertentu untuk maksud tertentu yang sebelumnya telah dipahami. Terkadang tindakan juga akan
45
merupakan cara penyampaian berita. Seperti membelikan kesenangan pasangan atau anak-anak sebagai ungkapan cinta. Kombinasi semuanya itu dapat memperkaya. Komunikasi di dalam keluarga merupakan darah kehidupan, merupakan faktor dominan yang menentukan keberhasilan perkawinan. Komunikasi juga merupakan akar hidup cinta kasih dalam perkawinan dan keluarga yang berpengaruh sangat besar pada kesuburan perkawinan. Walaupun demikian, komunikasi juga merupakan keterampilan yang diperlukan untuk memelihara hubungan yang sehat, karena itu perlu latihan untuk menciptakan komunikasi yang baik. Pertengkaran, sebenarnya juga merupakan suatu bentuk komunikasi di mana diinginkan suatu pertukaran ide, gagasan atau pemikiran. Namun, suasana emosi membuat komunikasi itu menjadi terputus. Mungkin faktor perasaan kurang terjaga atau suatu kondisi lain yang tidak kondusif. Memahami hal ini juga merupakan latihan untuk tercapainya komunikasi yang baik. Ada pula halangan yang dewasa ini sering dijumpai oleh keluarga, yaitu soal tidak adanya waktu yang cukup untuk ngobrol tentang pernak-pernik dalam keluarga. Apalagi soal memperhatikan perasaan sehingga komunikasi menjadi dingin. Hal ini perlu dihindari. Komunikasi dalam keluarga harus sampai pada pemahaman perasaan, pikiran, kehendak, dan lain sebagainya. Pokoknya totalitas pribadi. Sepandai-pandainya orang berkomunikasi, masih tetap tidak bisa mengungkap 100% tentang dirinya (mungkin ada bagian dari diri sendiri yang tidak diketahui), sehingga membutuhkan anggota keluarga lainnya un-
46
tuk memahami hal yang terselubung itu. Apabila setiap pasangan dan anggota keluarga berupaya untuk memahami orang lain, maka dirinya pun akan dipahami. Yang penting adalah upaya dan semangat untuk saling memahami. Setelah masa pacaran atau tunangan dan tahun-tahun pertama perkawinan terlampaui, maka pengenalan akan pribadi pasangan sudah hampir baik. Pada masa itu (masa pacaran atau tunangan dan tahun-tahun pertama perkawinan) pembicaraan selalu enak tentang hal-hal yang manis, bagian yang kurang cocok atau tidak disukai dihindari, maka sekarang mulai terbuka sebagian topeng-topeng keburukan, pembicaraan juga mulai bergeser dari soal pribadi kepada masalah realita kehidupan, pandangan hidup dan sebagainya. Arah dari pemahaman ini adalah tercapainya tujuan perkawinan yaitu bahagia. Kapan kebahagiaan itu diraih? Tentu harapannya di manapun berada, sejak sekarang hingga selama-lamanya, termasuk kebahagiaan abadi bersama Tuhan Allah. Apakah itu bisa terjadi? Bisa, karena kebahagiaan itu akan tercapai apabila terjadi relasi yang baik di dalam keluarga. Dalam kehidupan keluarga ada beberapa relasi yang perlu diperhatikan antara lain: 1. Relasi suami Istri: Kualitas relasi ini sangat berpengaruh pada suasana keluarga. Ada beberapa tingkat relasi suami istri, yaitu: a. Relasi tingkat perasaan: memahami perasaan, akan tercermin pada kedekatan satu dengan yang lain. Ter lihat bahagia ketika berdekatan atau berkomunikasi,
47
juga kalau sedang beraktivitas bersama akan tersirat kebahagiaan. b. Relasi tingkat pikiran dan pandangan: komunikasi yang baik akan membuat mereka cukup tenang dan terbuka dan membuahkan hasil yang optimal. Masuk akal, terhindar dari pertengkaran yang tidak perlu. c. Relasi tingkat kehendak dan kemauan: tentunya ma sing-masing pribadi mempunyai kemauan dan kehendak sendiri-sendiri. Tetapi bila kebetulan berbeda atau bahkan bertentangan bagaimana hal itu dipadukan? Akankah terjadi kehendak bersama atau tetap kemauan sendiri-sendiri? Relasi yang baik antara suami istri akan menghasilkan toleransi atau perpaduan yang indah sehingga masing-masing pribadi merasa di hargai. d. Relasi seksual: ini merupakan hal yang penting bagi suami istri. Bagaimana hal ini dibangun sehingga memuaskan semua pihak. Dibutuhkan kepekaan, serta kehendak untuk membahagiakan pasangannya. Seksual di sini termasuk kemesraan fisik dan persetubuh an. 2. Relasi Orang tua anak: Anak merupakan pribadi yang utuh dalam keluarga. Perlu mendapatkan perhatian untuk memberikan kebahagiaan. Penyimpangan dari padanya menimbulkan gangguan bagi si anak maupun keluarga. Seperti halnya relasi suami istri, anak perlu relasi di tingkat
48
perasaan, pikiran dan pandangan serta ditingkat kehendak dan kemauan, sejak kecil anak telah memilikinya secara penuh, namun sesuai dengan usianya. 3. Relasi keluarga dengan masyarakat: Akan terasa janggal dan tidak mungkin apabila ada keluarga yang bahagia sen diri, terlepas dari masyarakat sekelilingnya. Oleh karenanya perlu dibina komunikasi serta relasi dengan masyarakat sekeliling dimana mereka tinggal (RT/RW) sebagai sesama, Tuhan menginginkan persatuan di antaranya, membina hubungan baik, kekeluargaan, memahami satu dengan yang lain walaupun mungkin ada perbedaan. Begitu juga dengan lingkungan gereja, saling memahami di antara mereka berbagi pengalaman iman, membina bersaudaraan dan saling melayani. 4. Relasi Keluarga dengan Tuhan: Kebahagiaan dengan Tuhan tidak perlu menunggu saat orang sudah mati dan masuk surga. Tetapi sudah dapat dimulai sejak sekarang bersama dengan keluarga. Caranya dengan mengadakan relasi yang baik dengan Tuhan. Mensyukuri dan menikmati semua kebaikannya. Ikut ambil bagian dalam pelaksanaan kehendak Tuhan. Penyerahan diri total pada kuasaNya. Semuanya itu dapat dibina lewat: • Doa: menyediakan diri untuk berdoa secara pribadi dengan intens, dan juga doa bersama anggota keluarga, anggota gereja atau lingkungan.
49
• Membaca Kitab Suci: mungkin pada awalnya ada ba nyak kesulitan, namun membiasakan diri menghayati dan mengakrabinya adalah keharusan. Dari tidak tahu menjadi mengerti lalu menghayati dan melaksanakan. Sehingga keakraban dengan Tuhan terjadi dan saling berbagi pengalaman iman. Akhirnya kebahagiaan itu boleh dialami oleh keluarga juga dalam bentuk lainnya yang membangun iman. Dengan memahami pasangan, anggota keluarga dan masya- rakat akan timbul rasa penerimaan dan orang yang diterima pada gilirannya akan membuka diri dan membuka hati. Menghargai mereka yang menerima sebagai sahabat, saudara dan sesama. Penerimaan yang tulus adalah penerimaan apa adanya. Menerima dengan segala kelebihan dan kekurangan, tidak memasang persyaratan seperti harus mengubah kekurangannya terlebih dahulu. Karena mengetahui ketidaksempurnaan yang ada, maka bisa memberi pengampunan pada kekurangan atau kesalahan yang terjadi. Dengan demikian rekonsiliasi akan mudah terjadi bila terjadi gangguan relasi serta dapat cepat kembali bekerjasama, membangun kebahagiaan, yang menjadi tujuan ber keluarga.
KESEHATAN DALAM PERNIKAHAN Rebecca Dinar Murdhati Putri* Pendahuluan Pernikahan yang baik adalah komitmen total dari dua orang di ha dapan Tuhan dan sesama, merupakan rencana Ilahi yang istimewa. • Kej 2:18: Tuhan Allah berfirman: ”Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong ba ginya, yang sepadan dengan dia”. Ayat 21-22: ”lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawaNya kepada manusia itu”. • Kej 2:24: ”Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging”. • Mrk 10:6-8: ”Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istri * Dokter anak
51
nya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu”. Sejalan dengan rencana indah Allah, setiap pasangan yang akan menikah mendambakan kehidupan pernikahan yang langgeng, dan salah satu faktor pendukung adalah kesehatan calon pengantin dan persiapan untuk memiliki anak yang sehat.
Kesehatan dalam Pernikahan Definisi sehat menurut WHO: keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh dan tidak semata-mata bebas dari dari penyakit atau kecacatan. Jadi, kesehatan pasangan pranikah sangat penting untuk mendukung tercapainya pernikahan yang langgeng. Hampir semua pasangan yang akan menikah mendambakan adanya seorang anak. Namun, banyak yang tidak menyadari untuk memiliki keturunan banyak faktor yang berpengaruh tidak hanya dari pihak perempuan, akan tetapi juga dari laki-laki. Jika pasangan ingin memiliki anak, perlu menjalani konseling pranikah, dengan tujuan agar kehamilan dapat dipersiapkan. Dibutuhkan riwayat kesehatan dan kondisi sosialnya (semisal status ekonomi, lingkungan tempat tinggal) termasuk pula perilaku-perilaku yang tidak mendukung kehamilan seperti merokok, minum alkohol, memakai obat psikotropika. Perlu pula dievaluasi risiko yang bersifat individual seperti usia reproduktif, status nutrisi, aktivitas fisik, level pendidikan, stres, dan hubungan dengan pasangan. Pemeriksaan sebelum menikah yang sebaiknya dilakukan untuk perempuan sebelum menikah/memiliki anak adalah:
52
1. Pemeriksaan kesehatan umum, TORCH 2. Vaksinasi TT 3. Cek hormon (kadar estrogen, estradiol, tiroksin, LH, FSH) 4. Mengukur kadar panggul untuk jalan lahir, rahim, ovarium 5. Penyakit Menular Seksual Pemeriksaan untuk laki-laki: 1. Kesehatan umum 2. Pemeriksaan sperma 3. Penyakit Menular Seksual Pemeriksaan di atas sebaiknya dilakukan 1-6 bulan sebelum menikah. Sebaiknya terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter, terutama sebagai persiapan bila ingin memiliki anak. Beberapa kondisi penyakit/kelainan yang dapat terjadi berhubungan dengan fungsi reproduksi penting pula diketahui pasangan yang akan menikah, sehingga apabila didapatkan adanya faktor risiko atau penyakit dapat segera ditangani sehingga tidak menimbulkan/meminimalkan masalah di kemudian hari.
Penyakit Menular Seksual Merupakan penularan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual, seperti penyakit sifilis, gonorrhea, Human Immunodefici ency Virus (HIV), penyakit Hepatitis B. Beberapa penyakit menular seksual: • Chlamydia trachomatis, disebabkan bakteri Chlamydia trachomatis: sering tidak bergejala, infertilitas, abortus, ke-
53
hamilan ektopik (gambar) • Gonorrhea, disebabkan Neisseria gonorrhoeae: nyeri ber kemih, keluar nanah dari penis/kemaluan. Pada bayi baru lahir dapat menyebabkan kebutaan (gambar) • Sifilis, disebabkan bakteri Treponema pallidum: penyebar an ke saraf, otak, jantung (gambar) • Herpes genitalia, disebabkan Herpes Simplex Virus: luka/ lesi kulit berbentuk vesikel/gelembung, nyeri, demam (gambar) • Kondiloma akuminata, disebabkan virus Papilloma: kutil genitalia, kanker leher rahim (gambar) • HIV/AIDS, disebabkan virus Human Immunodeficiency Virus: penurunan sistem imun, sarkoma Kapossi, pneumonia, diare persisten, dll (gambar). Kejadian penularan vertikal dari ibu pada bayi semakin meningkat, dengan angka kesakitan dan kematian yang semakin tinggi. Perempuan lebih rentan terhadap penyakit-penyakit di atas karena letak anatomi kelamin wanita berbentuk ”V” yang memudahkan penampungan kuman. Jika salah satu pasangan menderita penyakit ini sebaiknya diobati dulu secara tuntas karena berisiko menularkan penyakit.
Ketidakcocokan golongan darah/rhesus Bila terjadi ketidakcocokan golongan darah atau rhesus dari ibu dan bayi, maka akan terjadi pembentukan antibodi terhadap darah ibu yang dapat menimbulkan masalah pada bayi terutama pada
54
kehamilan kedua dan seterusnya. Bayi akan mengalami gejala kuning dengan bilirubin yang tinggi akibat pemecahan sel darah yang terkadang membutuhkan transfusi tukar karena dapat ber akibat fatal.
Thalassemia Beberapa kelainan darah pada bayi seperti thalassemia, dapat terjadi karena adanya faktor pembawa dari orang tua. Sebaiknya skrining darah dilakukan sebelum kehamilan/melahirkan terutama bagi pasangan dengan kecurigaan keluarga menderita kelainan ini karena gen pembawa bisa muncul pada anak. Pada penderita tha lassemia daya hidup sel darah merah lebih rendah sehingga terjadi penghancuran berlebihan yang mengakibatkan pembesaran organ limpa dan anak tampak sangat pucat, kualitas hidup juga rendah. Dibutuhkan transfusi darah seumur hidup pada penderita ini.
TORCH TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex Virus, serta virus-virus lain yang lebih terbatas seperti Sifilis, Hepatitis B, Eipstein-Barr, Varicella, Coxsac kie-B. Penyebab utama kuman adalah hewan yang berada di sekitar kita seperti ayam, kucing, burung, babi, dll (gambar) secara langsung atau tidak langsung. Kuman ini bila mengenai ibu yang sedang hamil dapat menularkan kepada janin yang dapat menimbulkan kecacatan, gangguan tumbuh dan kembang, bahkan ke matian.
55
• Toxoplasma, disebabkan protozoa Toxoplasma gondii de ngan vektor pembawa kucing. Pada janin dapat menyebabkan hidrosefalus obstruktif korioretinitis, dan kalsifikasi intrakranial. • Rubella, pada janin dapat menyebabkan mikrosefali, ka tarak, penyakit jantung bawaan. • Cytomegalovirus, dapat menyebabkan gangguan liver dan otak yang berat, gangguan pertumbuhan janin. • Herpes Simplex Virus, dapat bermanifestasi lokal (korioretinitis, vesikel kulit), terjadi radang otak, atau bermanifestasi lebih luas ke organ lain. Adanya gangguan disfungsi seksual pada pasangan juga dapat menimbulkan masalah ketidakharmonisan pernikahan. Gangguan tersebut bisa terjadi pada wanita maupun pria. Pada wanita: • Frigiditas: tidak ada libido seksualis (true-frigidity) • Anorgasme • Dispareunia: koitus sukar dan nyeri/penetrasi penis tidak sempurna • Vaginismus: seluruh otot panggul mengejang & menetap menjadi spasme • Nimphomania: keinginan bersetubuh yang berlebihan (pada pria disebut ’satriasis’)
56
Pada pria: • Impotensia • Ejakulasio prekoks Sedangkan kelainan seksual antara lain: • Sadisme: melakukan kebiasaan untuk memperoleh ke puasan/kenikmatan dengan menyiksa/menganiaya pa sangannya • Masochisme: mencapai orgasme jika disiksa oleh pasang annya • Ekshibisionisme: kecenderungan abnormal secara sadar atau tidak sadar dengan menunjukkan alat kelaminnya agar menarik perhatian (hanya pria) • Voyeurism: keinginan abnormal untuk melihat alat kelamin orang lain, mengintip (peeping tom) orang bersetubuh, yang dapat memberi orgasme • Bestialisme: kepuasan jika berhubungan kelamin dengan binatang • Sodomi: hubungan kelamin melalui anus (biasanya antara 2 pria) • Fetikhisme: pemujaan/mencintai suatu benda bekas milik seseorang yang dicintai dan orgasme • Nekrofilia: kepuasan yang diperoleh bila berhubungan de ngan mayat • Insestus: berhubungan badan dengan orang yang sangat dekat/hub. Keluarga • Transvestisme=Eonisme: kebiasaan/kesukaan mengenakan pakaian dari lawan jenis walaupun secara mental masih
57
merasa sesuai dengan jenis kelamin fisiknya • Transeksualisme: secara mental merasa tidak sesuai de ngan jenis kelamin fisiknya • Pedofilia erotika: kesukaan melampiaskan nafsu birahi pada anak-anak
Simpulan Bila dalam pemeriksaan kesehatan ternyata didapatkan adanya masalah, segeralah dilakukan penanganan atau pengobatan agar pasangan sudah siap sebelum melakukan pernikahan atau memiliki anak. Seberapa besar kendala yang dihadapi membutuhkan penerimaan dari tiap pasangan dan kembali pada hakikat pernikahan yang alkitabiah.
MENGELOLA KEUANGAN RUMAH TANGGA Endang Hoyaranda-Soedarmo* Masalah keuangan adalah salah satu penyebab perceraian tertinggi di dunia. Bisa karena merasa kurang uang, tetapi lebih sering ka rena pengelolaan yang tidak baik meskipun tidak kekurangan. Jika disaring lagi penyebab berbagai masalah keuangan, yang paling sering ditemukan adalah karena pengelolaan keuangan keluarga tidak dikomunikasikan dengan baik antara suami dan istri. Intinya: komunikasi.
KESEPAKATAN SEJAK AWAL Untuk menjaga agar masalah keuangan tidak menjadi sumber percekcokan, maka sebaiknya ada kesepakatan yang dibuat mengenai pengelolaan keuangan sejak sepasang laki-laki dan perempuan memasuki pernikahan. Jika sejak awal perihal keuangan keluarga sudah dapat dibicarakan dengan terbuka, niscaya tidak akan muncul pertanyaan dalam hati yang tidak berani diutarakan, saling curiga atau saling menuntut. Pembicaraan dan kesepakatan awal, nantinya akan terus berlanjut sepanjang usia perkawinan, karena pasti * Presiden Direktur Prodia Grup
59
situasi akan berubah: meningkatnya penghasilan karena promosi atau panen, pindah kerja dengan gaji yang berbeda, kehilangan pekerjaan, pensiun, dan lain-lain. Satu prinsip yang harus dipegang sejak awal adalah baik harta suami maupun harta istri adalah harta bersama, sehingga tak ada yang merasa lebih berhak atau kurang berhak dalam pengaturannya maupun penggunaannya. Hukum negara memang memungkinkan sepasang suami istri memisahkan hartanya masingmasing, tetapi janganlah itu diberlakukan dalam keluarga Kristen.
MENGELOLA KEUANGAN = MENGUMPULKAN HARTA? Belajar mengelola keuangan berdasarkan prinsip-prinsip Alkitab, akan memancing dahi berkernyit. Simaklah ayat ayat berikut: • ”Harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak, tetapi orang yang bebal memboroskannya”. (Ams 21: 20) • ”… pergilah kepada semut… Ia menyediakan rotinya di musim panas dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen”. (Ams 6:8) • ”Berikanlah kami hari ini makanan kami yang secukupnya”. (Mat 6:11) Di satu sisi, Alkitab mengajarkan manusia untuk menyimpan harta, di sisi lain manusia diajar untuk memohon agar dipenuhi kebutuhannya sehari saja oleh Tuhan, tidak lebih. Seperti yang terjadi selama perjalanan bangsa Yahudi keluar dari Mesir, saat Tuhan mencurahkan manna setiap hari dan tak boleh ada yang disimpan untuk keesokan harinya.
60
Jadi, bagaimana seharusnya mengelola berkat jasmani yang Tuhan berikan kepada manusia dan keluarga? Wajibkah kita menyimpan harta untuk masa depan? Coba kita telaah dulu, mengapa orang mengumpulkan uang. Konon, dengan melakukannya orang berharap akan memperoleh: • Rasa aman • Kepuasan • Identitas dan makna • Kesempatan hidup santai
Benarkah? Pertama, tentu saja adanya uang akan memberikan rasa aman dalam batas tertentu karena ada keleluasaan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Akan tetapi, banyak uang atau harta tidak akan bisa menjamin rasa aman karena harta mudah dicuri dan dirusak. Bahkan disimpan di bank sekalipun tidak sepenuhnya menjamin keamanan (Mat 6:19: ”di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar dan mencurinya”). Jika rasa aman kita terletak pada harta, maka rasa aman akan hilang bersama hilangnya harta. Kedua, uang atau harta tidak pernah tuntas mendatangkan kepuasan karena ketika harta bertambah, keinginan juga meningkat. Saat tinggal di rumah kontrakan, ingin rumah sendiri; saat sudah punya rumah sendiri, ingin rumah yang lebih besar, dan seterusnya. Tidak pernah puas akan apa yang dimiliki adalah salah satu kelemahan manusia.
61
Ketiga, harta memberikan identitas dan makna? Di hadapan siapa? Manusia atau Tuhan? Kalau di hadapan manusia, manusia yang mana, siapa? Status sosial seperti apa yang kita inginkan? Rumput di rumah tetangga selalu tampak lebih hijau. Ketika yang dicari semata makna di hadapan manusia, niscaya tak akan pernah ada habisnya Keempat, harta memberikan kesempatan hidup santai. Tentu hal ini benar. Akan tetapi, di sini kita bisa bicara masalah tujuan hidup, dan itu bukan pokok tulisan ini. Dua ayat berikut mengingatkan: ”Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu” (Ams 3:9), dan: ”Orang yang suka bersenang senang akan berkekurangan, orang yang gemar kepada minyak dan anggur, tidak akan menjadi kaya” (Ams 21:17). Di batas mana kita menempatkan garisnya, adalah pilihan kita, dan tergantung pada tujuan hidup kita. Apa prioritas keuangan kita adalah pilihan kita. Namun sejauh mana kita memuliakan Tuhan dengan harta kita, sebegitulah rasa sejahtera akan menjadi bagian kehidupan kita. Lukas 12:13-21 bercerita tentang orang kaya yang bodoh, yang akan membangun lumbung besar untuk menyimpan hartanya. Lalu Tuhan berfirman kepadanya bahwa nyawanya segera akan dicabut sehingga tak ada lagi manfaat ia mengumpulkan hartanya itu. Ayat 21: ”Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah”.
62
Jadi, kalau mengumpulkan harta untuk dinikmati sendiri tidak tepat, apakah sebaiknya harta dihabiskan karena esok akan turun lagi berkat? Untuk menjawab pertanyaan itu, mari kita yakini dahulu bahwa tanggung jawab hidup suami istri adalah untuk membawa keluarga mencapai kemandirian, secara batiniah maupun lahiriah. Sedapatnya hindari untuk menjadi beban bagi orang lain karena orang lain pun sudah punya bebannya sendiri. Sebaliknya, usahakan agar dapat membantu orang lain. Dan karena itu, perlu ada pengelolaan keuangan bukan sekadar untuk hari ini akan tetapi juga untuk hari esok, saat anak masuk perguruan tinggi, ketika situasi ekonomi memburuk, ketika penyakit datang, ketika masa pensiun menjelang, ketika kerabat membutuhkan uluran tangan, dan sebagainya. Untuk itu, perlu perencanaan keuangan. Di sini, falsafah hidup semut (lihat Ams 6:8 di atas) berlaku juga bagi manusia. Uang adalah berkat Tuhan yang harus dikelola dengan baik.
PERLUNYA PERASAAN CUKUP Sama halnya seperti semut yang mengumpulkan hartanya di musim panas dan tidak bekerja pada musim dingin, manusia di abadabad permulaan juga tidak dapat bekerja di musim dingin karena cuaca tidak mendukung untuk berlama-lama berada di luar rumah. Ada tugas untuk menimbun demi kelangsungan hidup. Bekerja di musim panas sambil menimbun untuk konsumsi di musim dingin. Bagi manusia abad ke 21 yang pekerjaannya pedagang, petani, peternak dan pekerja musiman, menimbun seperti semut
63
masih berlaku mengingat penghasilan yang tidak tetap. Petani menimbun saat panen untuk dikonsumsi saat musim tanam. Peternak harus menabung untuk antisipasi ternaknya diserang penyakit. Namun, bagi pegawai berpenghasilan tetap, kebutuhan menimbun tidak lagi ada. Apalagi terbantu oleh teknologi yang memungkinkan manusia melakukan kegiatannya bagaikan tanpa batas. Kepanasan? Ada AC. Kedinginan? Ada pemanas listrik. Setiap musim adalah baik untuk bekerja sehingga menimbun tak lagi diperlukan. Ada perbedaan di sini, antara kebiasaan ’menimbun’ untuk menyambung hidup, dengan ’menimbun’ berlebihan. Kenyataannya, menimbun berlebihan tetap menjadi ciri manusia, bukan hanya demi kelangsungan hidup melainkan karena keserakahan atau karena kekuatiran. Jadi, kapan dikatakan bahwa hidup kita ’cukup’ dan tidak ’berlebihan’? Kita ’menyimpan’ namun tidak ’menimbun’? Secara ringkas, perbedaan antara keuangan yang bertanggung jawab dan kecerobohan dalam pengelolaan keuangan dapat dinyatakan dalam kalimat berikut ini: ’Menyimpan’ menjadi ’menimbun’ jika dilakukan untuk mengokohkan kedaulatan diri sendiri sehingga campur tangan Tuhan tidak lagi diperlukan. Menyimpan adalah baik, saat simpanan digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang ’wajar’, tidak menyimpan berlebihan untuk sekadar memenuhi rasa aman. Ada iman di sini bahwa Tuhan akan memenuhi segala kebutuhan. Petani menyimpan di musim panen dengan keyakinan bahwa Tuhan akan mencukupkan kebutuhan saat musim tanam. Pegawai menyimpan untuk kebutuhan se-
64
kunder. Peternak menyimpan untuk antisipasi penyakit ternak. Tuhan tetap berdaulat di sini. Campur tangan Tuhan tetap diandalkan. Menyimpan adalah baik, ketika kita menyimpan dengan rencana membantu sekeliling melalui simpanan itu. Dan percaya bahwa harta kita adalah pemberian Tuhan untuk digunakan bukan bagi kepentingan kita semata namun bagi kepentingan mereka yang ada di sekitar kita serta pekerjaan Tuhan dalam hidup kita. Menyimpan menjadi tidak baik ketika tujuannya adalah menjamin keamanan dan kenyamanan karena kekuatiran berlebih akan masa depan. Menyimpan menjadi tidak baik ketika tidak ada ikhtiar menggunakan harta untuk melayani pekerjaan Tuhan dan memenuhi kebutuhan mereka yang berkekurangan di sekitar kita. Ada satu ilustrasi menarik mengenai pengertian ’cukup’ ini. Seorang dokter di Rochester, Amerika Serikat bernama W. W. Mayo dengan sepasang anak yang juga dokter, akhir abad ke 19 membuka klinik kecil di kotanya. Klinik itu berkembang sangat baik karena jiwa pelayanan yang dikembangkan di sana. Keuntungan yang diraih bahkan melebihi kemampuan mereka untuk melebarkan sayapnya, sampai suatu saat W. W. Mayo mengatakan: ”Tidak baik kalau kita memperoleh keuntungan begini besar. Keuntungan yang kita raih harus dikembalikan kepada kepentingan manusia”. Itu yang dikatakan dan itulah yang dilakukan. Jadilah klinik itu berkembang semakin pesat sebagai sebuah rumah sakit yang mengutamakan pelayanan dan riset kedokteran, dan budaya melayani masyarakat itu hingga kini menjadikan Mayo Clinic sebagai ru-
65
mah sakit no 3 teratas di AS dan dikenal di seluruh dunia. Pesan cerita ini: selama orang melihat misinya di dunia adalah sebagai alat bagi kepentingan manusia, maka Tuhan akan melipatgandakan berkat atasnya. Harta diberikan oleh Tuhan agar kita bisa menjadi saluran berkat bagi sesama, bukan agar kita menikmatinya sendiri. Makna ’cukup’ inilah yang terkandung dalam Doa Bapa Kami: ”Berikanlah kami hari ini makanan kami yang secukupnya”.
MENYUSUN PETA KEUANGAN Yang dimaksud dengan peta keuangan adalah rencana jangka panjang yang ingin dicapai dalam hal keuangan keluarga/rumah tangga. Membuat peta keuangan mirip dengan merencanakan perjalanan: dimulai dengan menentukan berangkat dari mana, akan ke mana dan bagaimana mencapai tempat tujuan. Untuk itu Peta Keuangan dibuat dengan urutan: 1. Memotret situasi keuangan saat ini Hal ini penting untuk mengukur kemampuan. Mengukur seberapa jauh perjalanan menuju pencapaian keinginan, dan seberapa berat-ringannya beban menuju ke sana. Rencana keuangan hanya akan mungkin dijalankan jika ada kemampuan untuk merealisasikannya. 2. Apa yang ingin dicapai dalam kurun waktu yang direncana- kan: Dengan memotret apa yang ingin dicapai, ada semangat
66
untuk berjuang, dan memberikan arah bagi apa yang akan dikerjakan demi pencapaiannya. Contohnya, pemilik wa rung yang memotret dirinya dalam setahun sudah memiliki satu warung lagi. Karena ada keinginan, maka akan timbul semangat untuk mencapai keinginan itu 3. Bagaimana mencapainya: Tetapkan bersama, langkah yang akan dilakukan untuk bisa mencapai tujuan di atas. Misalnya, untuk merenovasi kamar mandi tahun depan dengan rencana anggaran yang telah dihitung sebelumnya, maka sejak sekarang acara makan bersama di luar setiap bulan sudah dihapuskan sehingga penghematan selama 12 bulan akan mencukupi biaya renovasi kamar mandi. Adanya peta keuangan, memberikan arah yang lebih jelas pada keputusan keuangan jangka pendek. Contohnya, jika dalam peta keuangan keluarga sudah tertera target bahwa dalam 5 tahun ke depan anak tertua lulus sekolah dasar dan akan masuk SMP, maka pada saat anak lulus sudah tersedia dana untuk uang pangkal masuk SMP sehingga tidak perlu meminjam dari kerabat atau bank. Dana itu terkumpul karena sudah disisihkan dalam bentuk tabungan bulanan atau premi asuransi sesuai peta keuangan. Dengan demikian akan ada prioritas keuangan selama kurun waktu beberapa tahun ke depan. Contoh: jika tujuan yang ingin dicapai dalam 5 tahun ke depan adalah suami lulus S1, maka
67
membiayai studi suami menjadi prioritas keuangan selama suami menjalani studi. Harus diakui bahwa membuat peta keuangan hanya mungkin jika ada kepastian pekerjaan, ada penghasilan yang dapat direncanakan, dan ada peluang untuk membuat rencana ke depan.
PERLUNYA PERENCANAAN KEUANGAN RUMAH TANGGA Bisa jadi peta keuangan sulit disusun karena berbagai kendala. Kalaupun itu tidak mungkin dilakukan, perencanaan bulanan keuangan rumah tangga perlu secara disiplin dijalankan untuk me ngendalikan pengeluaran. Agar pasak tidak menjadi lebih besar daripada tiang. Pengeluaran tak boleh melebihi pemasukan. Bukan hanya harta atau penghasilan berjumlah besar saja yang perlu perencanaan. Harta/penghasilan yang terbatas juga perlu diatur karena apabila tidak ada perencanaan, uang sedikit atau banyak bisa habis sebelum bulan berakhir.
MENGELOLA KEUANGAN DALAM KESEHARIAN Ada baiknya sejak awal seluruh pendapatan suami dan istri sudah dialokasikan dalam 3 kelompok anggaran berikut agar situasi keuangan selalu dapat diperkirakan: 1. Pengeluaran dasar/rutin Yang dimaksud pengeluaran rutin adalah kebutuhan pokok/primer yang dikeluarkan dengan jumlah yang relatif tetap setiap bulannya. Termasuk di sini semua kebutuhan pokok untuk hidup sehari-hari seperti sembako, listriktelepon, uang sekolah anak, persembahan untuk gereja,
68
dll. Semua pengeluaran rutin ini harus dapat dibiayai dari penghasilan suami-istri. Jika ternyata tidak tercukupi, maka harus ada upaya mencoret atau menurunkan biaya. 2. Pengeluaran ekstra/lain-lain Pengeluaran yang tidak harus dikeluarkan setiap bulan dan bukan merupakan kebutuhan primer, dapat dikategorikan sebagai pengeluaran lain-lain. Dapat termasuk di sini biaya kesehatan, belanja kosmetik istri, sesekali belanja baju dan sepatu baru anak yang tiba-tiba rusak atau perlu ukuran lebih besar, sesekali pergi makan keluar atau berlibur. Sekalipun tidak dikeluarkan setiap bulan, namun penting disediakan pos anggarannya karena kebutuhan ini dapat muncul mendadak dan tidak direncanakan. 3. Belanja barang jangka panjang Barang yang dibeli untuk digunakan dalam jangka waktu panjang, dapat dimasukkan dalam kelompok ini. Termasuk di sini misalnya membeli mesin cuci yang lama didambakan, membeli HP baru karena yang lama sudah mulai terganggu fungsinya. Dalam berbelanja barang inilah orang sering kali terjerumus dalam konsumerisme, yaitu hasrat belanja yang berlebihan. Konsumerisme seringkali menjerat orang dalam kesulitan keuangan karena tawaran menarik yang sebenarnya di luar kemampuan yang ada.
69
Saat ini tawaran untuk belanja barang mewah sering kali amat menggiurkan. Bunga kecil, uang muka nihil, persyaratan ringan, membuat kita mudah masuk dalam perangkap memindahkan pengeluaran kelompok 3 menjadi kelompok 1, karena belanja barang jangka panjang harus dikeluarkan rutin sebagai cicilan. Dan itu membahayakan, jika belanja dilakukan tanpa memperhitungkan dampaknya terhadap beban keuangan rumah tangga. Jika barang dibeli dengan cicilan, perlu diperhitungkan dengan cermat beban yang akan muncul terhadap situasi keuangan keluarga. Contohnya: jika suami istri memutuskan untuk membeli rumah atau barang lain dengan cicilan jangka panjang, maka pengeluaran untuk cicilan akan beralih menjadi pengeluaran rutin di kelompok 1, karena sudah menjadi kewajiban tetap kepada bank/peminjam yang mendanai. Contoh lain: membeli motor roda dua saat ini sangat mudah dan relatif ringan bebannya, namun pikirkan dampak yang akan terjadi terhadap jumlah pengeluaran kelompok 1, karena cicilan bulanannya dengan sendirinya menjadi kewajiban yang harus dikeluarkan. Jangan sampai kebutuhan pokok tidak terpenuhi akibat pengalihan dari kelompok 3 ke kelompok 1. Teliti sebelum membeli. Kalau tidak diperlukan, jangan dibeli jika situasi keuangan tidak memungkinkan. Jika pengeluaran kelompok 3 beralih ke kelompok 1, maka bisa jadi penghasilan tidak akan bisa menutupi kebutuhan. Pengeluaran kelompok 1 tidak boleh dikorbankan oleh pengeluaran baik dari kelompok 2 maupun kelompok 3. Karena itu
70
sejak awal bulan perlu disisihkan, mana untuk pengeluaran kelompok 1, mana kelompok 2 dan mana kelompok 3. Intinya, lakukan perencanaan untuk keuangan Anda. Dan kelolalah sesuai rencana yang telah disusun. Tentu jangan lupa, komunikasikan dengan pasangan. Jadikan proyek bersama.
MENABUNG Kebiasaan menabung sudah dianjurkan sejak kita kecil. Jenis ta bungan yang kini tersedia ada beragam bentuknya. Ada menabung cara tradisional dan deposito, tapi ada juga bentuk-bentuk baru yang umumnya dikaitkan dengan perdagangan saham dan/ atau asuransi (proteksi). Semakin aman risiko terhadap turunnya nilai, semakin kecil bunga atau hasil pengembangannya. Semakin besar hasil pengembangannya, semakin besar pula risikonya. Mana yang dipilih, tergantung apa yang diharapkan. Mau hasil pengembangan yang besar? Bersiaplah kehilangan karena risikonya besar. Ingin aman? Ya jangan kecewa kalau hasil pengembangannya biasa-biasa saja. Hampir semua bank menyediakan program-program menarik untuk memenuhi berbagai kebutuhan kita. Ada orang yang gemar menyimpan dalam bentuk logam mulia. Saat ini menyimpan emas memang menarik karena risiko terhadap turunnya nilai relatif nihil. Harga emas naik terus. Risikonya adalah tidak langsung dapat dialihkan menjadi uang ketika dibutuhkan, serta kehilangan akibat pencurian. Jangan simpan di rumah melainkan titipkan di bank. Tentu ada biayanya. Pendek kata, semua pilihan menabung, sebagaimana semua pilihan hidup, pasti mengandung konsekuensi. Ada satu saran
71
dari para ahli keuangan yang baik diikuti: Jangan simpan telurmu dalam satu keranjang. Kalau semua telur berada dalam satu keranjang, niscaya semua telur akan hancur jika satu keranjang jatuh. Jangan simpan harta Anda di satu tempat, karena jika terjadi kerusakan/kehilangan terhadap tempat itu, hilang pula semua simpanan Anda. Simpanlah di beberapa tempat, akan tetapi jangan sampai Anda lupa mengelolanya. Semakin banyak keranjang, semakin aman namun semakin rumit mengurusnya.
SUMBER KEUANGAN KELUARGA: TUGAS SUAMI ATAU TUGAS BERSAMA? Manusia modern sudah amat berbeda dengan manusia zaman dahulu. Tugas apa pun dalam keluarga dapat dibagi. Hanya tiga hal yang tak dapat dibagi: hamil, melahirkan, dan menyusui. Itu adalah hak teramat indah yang diberikan Tuhan hanya bagi kaum perempuan. Selebihnya: mengasuh anak, memasak, membersihkan rumah, belanja, hingga pada mencari nafkah, semua bisa dibagi antara suami dan istri. Tak jarang kita melihat di kota besar saat ini, istri bekerja atas kesepakatan bersama karena penghasilan suami sendiri tak mencukupi. Atau karena keluarga memiliki proyek bersama seperti mencicil rumah, sehingga penghasilan istri yang diandalkan. Tak ada salahnya. Sejauh itu menjadi kesepakatan bersama dan tidak ada pihak yang merasa dikorbankan, tentu layak dilaksanakan. Kebiasaan budaya timur yang seolah meng utamakan suami ketimbang istri, di masa kini sudah meluntur. Intinya, sekali lagi, terjadi komunikasi di antara suami dan istri sehingga keduanya merasa sepadan.
72
Bagaimana jika penghasilan keluarga tidak menentu karena sumber penghasilannya dari wirausaha atau musiman? Dalam hal ini pengelolaan untuk memenuhi kebutuhan kelompok 1 harus semakin ketat, dan diperlukan adanya pundi atau tabungan yang dapat digunakan membiayai kelompok 1 saat penghasilan sedang menurun. Tidak jarang juga kita menemukan keluarga yang berwirausaha bersama di mana penghasilan suami adalah penghasilan istri juga. Atau petani yang baik suami maupun istri mengolah sawah bersama. Hati-hati agar tidak tercampuradukkan antara keuangan usaha dan keuangan rumah tangga.
BEBERAPA ANJURAN PRAKTIS 1. Bagaimana jika penghasilan istri lebih besar daripada suami? Di era persamaan hak seperti saat ini, itulah konsekuensi yang akan timbul. Tapi kenapa harus risau jika segalanya telah dibicarakan, dan tidak ada pihak yang merasa dirinya lebih atau kurang? Toh semua akan digunakan untuk kepentingan bersama, bukan untuk kepuasan suami atau istri saja. 2. Bagaimana jika jumlah penghasilan tidak mencukupi, bahkan tidak mencukupi pengeluaran rutin sekalipun? Berarti pengeluaran kelompok 1 terpaksa dihemat dan pengeluaran lain harus menunggu berhasilnya upaya lain untuk mencari tambahan. Tentunya setiap rumah tangga akan berupaya untuk meningkatkan ekonomi keluarganya, sehingga suatu saat situasi kekurangan tidak lagi terjadi.
73
3. Apakah penggunaan Kartu Kredit disarankan? Penggunaan kartu kredit bisa memudahkan saat uang kas di dompet tidak cukup untuk membayar sesuatu, misalnya tiba-tiba harus ke dokter karena anak sakit. Tapi menggunakan kartu kredit juga bisa berbahaya jika sejak awal tidak dikendalikan. Sebabnya, me miliki kartu kredit berarti harus membayar: iuran tahunan, bunga atas tiap pembelanjaan (yang besarnya luar biasa dibandingkan dengan bunga bank) serta bunga atas tiap pembelanjaan yang melewati batas yang diperbolehkan. Orang bisa terjebak dalam hutang kartu kredit yang semakin hari semakin besar jika kartu kredit dijadikan andalan dalam segala situasi. Jebakan kartu kredit perlu diwaspadai: bunga tinggi, belanja tanpa batas, sementara kekuatan terbatas. Gunakan kartu kredit sebatas kemampuan. Jika kemampuan terbatas, lebih baik hindari. 4. Hindari berhutang Sedapatnya hindari situasi yang menyebabkan Anda harus berhutang, karena berarti Anda mengeluarkan lebih dari yang Anda hasilkan. Apalagi jika berhutang dengan bunga. Upayakan pengaturan pendapatan seimbang dengan pengeluaran.
PENUTUP Sebagaimana semua aspek lain dalam berkeluarga, komunikasi yang baik adalah prasyarat pengelolaan keuangan yang memadai bagi suami, istri dan anak. Karena itu, peliharalah komunikasi dalam keluarga. Tanpa komunikasi, persoalan kecil akan bisa menjadi besar. Tapi dengan komunikasi, persoalan besar bisa menjadi kecil.
74
Dan akhirnya, jangan lupakan prinsip berikut dari Mat 6:21: ”Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” Seberapa banyak waktu yang kita luangkan untuk memikirkan harta duniawi kita menunjukkan seberapa erat hati kita tertambat padanya. Berikan waktu dan perhatian secukupnya saja karena Tuhan menghendaki hati kita tertambat pada harta surgawi.
ANAKKU KARUNIA TUHAN Erni Ratna Yunita* Salah satu harapan orang yang menikah adalah memperoleh keturunan. Kelahiran anak-anak dalam sebuah keluarga umumnya membawa sukacita dan kebahagiaan. Keluarga Kristen harus sungguh-sungguh mensyukuri karunia ini. Di dalam rasa syukur itu terkandung tanggung jawab yang tidak boleh dilupakan. Setiap orang tua mengemban amanat untuk merawat dan mendidik anakanaknya. Itu berarti bahwa orang tua wajib memperhatikan pertumbuhan anak baik fisik, mental dan spiritualnya. Banyak orang menganggap bahwa menjadi orang tua adalah suatu proses alamiah, sehingga tidak banyak calon suami istri yang mempersiapkan diri secara khusus untuk menjadi orang tua. Tetapi sebetulnya, proses alamiah itu juga perlu disertai proses pembelajaran yang serius. Hal ini diperlukan karena tugas dan tanggung jawab orang tua tidaklah ringan. Tanggung jawab orang tua tidak sekedar melahirkan dan memberi makan anak-anaknya saja, tetapi juga membentuk dan membimbing anak-anaknya
* Pendeta GKJ Tengahan
76
sehingga menjadi pribadi yang baik di tengah masyarakat, terlebih lagi di hadapan Tuhan. Untuk itulah, salah satu program pembinaan bagi calon pasangan suami istri adalah mempersiapkan mereka menjadi orang tua yang bertanggung jawab atas anak-anak mereka. a. Tanggung jawab orang tua atas pertumbuhan fisik anak Kebahagiaan menimang buah hati seharusnya menumbuhkan kesadaran bahwa tubuh kecil dalam pangkuan kita itu tidak atau belum berdaya. Orang tua dipanggil untuk memeliharanya dengan sepenuh hati. Memberikan minuman dan makanan yang bergizi, yang bermanfaat bagi pertumbuhan badannya. Mengusahakan kesehatan anak dengan memperkuat sistem kekebalan tubuhnya melalui imunisasi. Memperhatikan pertumbuhan dan kesehatan anak dengan pemeriksaan rutin (yang paling sederhana melalui POSYANDU) Menolong anak untuk mampu memfungsikan organ-organ tubuhnya dengan baik. Mengajari cara berbicara. Menolongnya belajar duduk, berdiri dan berjalan. Mengajari anak menggunakan tangannya untuk bertepuk, memegang atau melambai. Semua hal itu terlihat begitu sederhana dan mungkin sebagian orang menganggap bahwa kemampuan menggunakan organ tubuh akan diperoleh begitu saja secara alamiah. Namun di sini saya menekankan bahwa itu tidak sepenuhnya benar, pengalaman demi pengalaman mengajarkan saya tentang perlunya proses pembelajaran dan betapa pentingnya peran orang tua untuk itu.
77
Daffa adalah seorang anak laki-laki yang sangat manis. Matanya bulat besar dan selalu berbinar, bibir kecilnya merah dan sering tersenyum, rambutnya ikal, kulitnya putih besih. Tingkahnya lucu dan sangat menggemaskan. Sayang sekali, sampai umur tiga tahun Daffa belum dapat berbicara sama sekali, untuk berkomunikasi ia hanya mengeluarkan suara eh... eh... dan suara-suara lain yang sama sekali tidak jelas. Selidik punya selidik, ternyata orang tuanya sangat sibuk dengan pekerjaannya. Mereka membuka usaha fotocopy yang ternyata cukup laris. Seharian Daffa dibawa bekerja dan di sana dibiarkan bermain-main sendiri. Orang tuanya memberikan beberapa mainan dan juga makanan kecil agar Daffa tidak rewel. Begitulah setiap hari, orang tua Daffa tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengajaknya berkomunikasi secara verbal. Syukurlah, beberapa mahasiswa yang kos di rumah orang tua Daffa tergerak untuk membantu. Setiap kali ada kesempatan bermain dengan Daffa, mereka mengajari anak itu untuk berbicara. Lambat laun Daffa pun mampu untuk mengunakan mulut dan suaranya untuk berbicara. Pengalaman yang lain adalah pertemuan saya dengan seorang perempuan bernama Puji. Ia terlahir dengan keterbatasan, matanya tidak dapat melihat. Karena keadaan yang demikian, sang ibu berusaha untuk merawat dan menjaganya dengan sangat baik (bahkan berlebihan). Puji tidak pernah dibawa keluar rumah karena kuatir anak-anak lain akan mengejeknya. Siang malam si ibu melayani segala keperluan Puji. Puji tidak pernah dilatih untuk melakukan hal-hal sederhana tetapi penting, seperti menyendok makanan sendiri atau menyisir rambut. Ketika si ibu dipanggil
78
Tuhan ke rumah-Nya, maka ayahnya menggantikan tugas si ibu. Saat Puji menginjak usia empat puluh tahun, ia nyaris tidak dapat melakukan apa pun. Sehari-hari hanya duduk di tempat tidur dan berteriak ”maem”, ”kopi” atau ”pipis”. Sangat memprihatinkan bukan? Padahal ada banyak orang dengan keterbatasan fisik namun mereka mampu untuk melakukan berbagai hal dan pekerjaan dengan sangat baik. Di sinilah peran orang tua sangat dibutuhkan, tidak sekedar menunjukkan kasih sayang melalui pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari tetapi juga menolong anak untuk bertumbuh dan me ngembangkan segenap potensi yang ada. Tanggung jawab orang tua atas pendidikan formal saya ma sukkan di bagian ini. Seiring dengan pertambahan usia, anak harus mendapatkan kesempatan untuk menuntut ilmu melalui sekolahsekolah yang sesuai untuknya. Gampang-gampang susah memilih sekolah yang pas untuk anak. Bukan sekadar masalah gengsi dan favorit atau tidak. Orang tua perlu mengetahui kemampuan anaknya dan menyesuaikan itu dengan sekolah yang akan dimasukinya. Bagi anak, sekolah merupakan dunia yang penting selain rumah dan lingkungan sekitar. Karena itu perlu diperhatikan apakah anak merasa nyaman dan bertumbuh di sekolahnya. Komunikasi yang terjalin dengan baik antara orang tua dan pihak sekolah sangat bermanfaat untuk memantau perkembangan anak. Perlu diingat bahwa dunia bermain bagi anak-anak merupakan kebutuhan. Karena itu jangan merampas haknya untuk bermain. Di sisi lain, bantu anak belajar membagi waktu secara bijaksana.
79
b. Tanggung jawab orang tua atas pertumbuhan mental anak Di samping pertumbuhan dan kemampuan fisik, anak juga memerlukan perkembangan mental yang baik. Perjuangan hidup tidak hanya menuntut kemampuan dan kekuatan fisik saja tetapi juga kesiapan mental. Banyak orang gagal menjalani hidup karena ketidaksiapan mental ketika harus menghadapi pergumulan dan beban hidup yang berat. Anak yang sejak kecil selalu menerima apa yang mereka minta cenderung menjadi orang yang egois, ingin menang sendiri. Di sisi lain mudah kecewa dan frustasi, tidak bisa menghadapi kegagalan. Untuk itu, orang tua perlu bersikap bijaksana, tidak semua permintaan anak dipenuhi, sesekali harus bisa mengatakan ”tidak”. Dengan demikian anak akan belajar bahwa dalam hidup ini tidak semua keinginan bisa terwujud. Terlebih lagi anak akan belajar untuk menerima pendapat dan pertimbangan dari pihak lain. Sehingga kelak ia akan menjadi orang yang tidak egois, bisa menghadapi kegagalan dengan tegar dan tidak mudah putus asa. Kepekaan dan kepedulian sosial perlu dibangun sejak kecil. Ajaklah anak berbagi makanan atau mainan dengan saudara dan teman-temannya. Ajarkan anak memberi sedekah kepada penge mis di jalan atau memberikan uang kepada pengamen. Sejak dini, anak harus dididik untuk bertanggung jawab. Untuk itu orang tua perlu memberi tugas-tugas tertentu yang disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak, sehingga sedikit demi sedikit anak belajar menjadi orang yang mandiri dan bertanggung jawab. Demikian pula anak harus belajar untuk berani bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukannya. Hal yang paling sederhana namun
80
tidak mudah adalah belajar mengakui kesalahan dan meminta maaf. Orang tua harus membantu anak mengembangkan potensi diri dan melatih mereka memiliki rasa percaya diri. Bantu anak mengenal potensi diri dan mengembangkannya. Caranya berilah kesempatan seluas-luasnya untuk anak beraktivitas di berbagai bidang. Jangan sekali-kali membatasi mereka dan mengarahkan mereka hanya pada apa yang menjadi minat dan bakat dari orang tua. Karena setiap orang terlahir unik, sangat mungkin anak memiliki ketertarikan dan talenta yang berbeda dengan orang tuanya. Lihat dan amatilah sungguh-sungguh berbagai aktifitas yang dilakukan anak untuk menemukan bakat yang tersembunyi dalam diri mereka. Setelah menemukannya, arahkanlah anak untuk mengembangkan bakat-bakat tersebut. Cobalah untuk turut terlibat dalam aktifitas mereka, menggambar bersama, menyanyi atau main bola dengan mereka. Usahakanlah untuk memfasilitasi kebutuhan anak dalam mengembangkan bakatnya. Berilah pujian atau penghargaan atas karya anak. Hal ini akan sangat membantu untuk menumbuhkan rasa percaya diri. Sehingga ia akan menjadi orang yang berani mengekspresikan diri dan kemampuannya di tengah masyarakat. c. Tanggung jawab orang tua atas pertumbuhan spiritual anak Orang tua bertanggung jawab atas pertumbuhan spiritual anak. Langkah awal yang perlu dilakukan orang tua adalah menyerahkan mereka kepada Tuhan dalam Sakramen Baptis. Walaupun anak belum memahami soal iman tetapi mereka juga di-
81
kehendaki Allah untuk menerima keselamatan dan karunia-Nya. Karena itu Teologi GKJ menganggap penting pelayanan Baptis anak. Dengan kesadaran bahwa anak belum mengerti soal iman, maka orang tua wajib untuk membimbing anak-anak mengenal Tuhan dan melakukan kehendak-Nya. Sehingga ketika dewasa, anak dengan mantap menyatakan pengakuan percayanya kepada Tuhan Yesus. Sejak balita, bawalah anak ke gereja atau ke Sekolah Minggu. Luangkan waktu untuk membaca dan menceritakan kisah-kisah dalam Alkitab. Sehingga anak tidak hanya hafal tokoh kartun di televisi tetapi juga mengenal dan belajar dari tokoh-tokoh iman. Bimbing anak untuk menerapkan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan sehari-hari seperti kejujuran dan kasih. Mungkin ini tugas yang paling sulit karena tidak cukup hanya memberikan teori tetapi harus disertai praktiknya. Sikap dan kebiasaan orang tua menjadi contoh yang efektif ditiru anak. Untuk membimbing anak melakukan kehendak Tuhan, orang tua harus lebih dulu memberi diri taat pada Tuhan. Orang tua tidak boleh hanya berpangku tangan dan menyerahkan pembinaan spiritual pada pihak lain (Sekolah, Sekolah Minggu atau Gereja). Perintah untuk mendidik anak di jalan Tuhan pertama-tama adalah tanggung jawab para orang tua. Pihak lain hanya bisa membantu atau mendukung saja. Karena itu salah satu syarat bagi calon pengantin yang meminta pelayanan peneguhan nikah dan pemberkatan perkawinan di GKJ adalah harus sudah sidi. Artinya, mereka yang sudah mendapatkan pengetahuan dan bimbingan yang dianggap cukup sebagai modal awal untuk
82
membina rumah tangga, khususnya untuk mendidik anak-anak mereka menurut iman Kristen. Saya sebutkan ”modal awal”, maksudnya para orang tua pun harus terus belajar dan bertumbuh dalam iman sehingga dapat terus membimbing anak-anak mereka di jalan Tuhan. Tentu masih banyak tanggung jawab orang tua atas anak yang belum termuat dalam tulisan ini. Namun kiranya tulisan singkat dan sederhana ini menjadi semacam stimulan yang mendorong calon orang tua untuk mempersiapkan dan membekali diri untuk menjadi orang tua yang baik dan bertanggung jawab di hadapan Tuhan dan sesama. Catatan: a. Bagaimana menerima dan memperlakukan anak dengan kebutuhan khusus? Tentu tidak mudah. Namun terimalah ia sebagai anugerah dari Tuhan dan terbukalah memahami setiap kebutuhan khususnya. Penerimaan tulus dari orang tua akan menolong anak untuk juga menerima ”kekhususan” dirinya sehingga ia tidak ”menyesali keadaannya” dan menyalahkan Tuhan. Bantulah ia mengembangkan diri dan beri kesempatan untuk bersosialisasi. Jangan overprotektif! Sikap ini tidak akan menguntungkan. Justru sebaliknya latihlah ia untuk mandiri semampu yang ia bisa dan tumbuhkan rasa percaya dirinya. Ini bekal yang sangat penting bagi masa depannya.
83
b. Daftar Ayat-ayat Alkitab yang menekankan tanggung jawab orang tua atas anak-anaknya: • Ul 6:7 • Ul 11:19 • Yos 4:21-22 • Ams 13:24 • Ams 19:18 • Ams 29:17 • Mat 18:5 • Mrk 9:37 • Luk 9:48 • Ef 6:1 • Ef 6:4 • Kol 3:20 • Tit 2:4 • Ibr 2:13 • Ibr 12:7
Pengertian Istilah Hananto Kusumo* Agape: Cinta kasih yang mau berkorban dan tidak mementingkan diri sendiri, seperti cinta kasih Tuhan Yesus. Akta Perkawinan: Surat resmi yang dikeluarkan oleh negara (Ca tatan Sipil) yang secara sah menyatakan adanya penikahan (secara negara). Bidston: Persekutuan doa dengan suatu acara khusus, biasanya disertai nyanyian dan renungan (firman Tuhan). BS: Burgerlijke Stand, pencatatan oleh negara (catatan sipil). C1: Kartu Keluarga Cabul—Percabulan: Suatu tindakan tidak senonoh yang dilakukan oleh orang yang belum terikat dalam lembaga perkawinan. Misalnya hubungan suami istri yang dilakukan oleh sepasang kekasih (pacar) yang belum menikah. Rasul Paulus mengingatkan bahwa hal ini merupakan perbuatan daging (Gal 5:19). Cemar kain: Menstruasi (datang bulan/haid). Dalam Im 18:19 umat Tuhan dilarang berhubungan seksual bila yang perempuan dalam keadaan ”cemar kainnya”. * Pendeta GKJ Karangalit
85
Cerai—Perceraian: Perpisahan. Dalam hubungan perkawinan me rupakan perpisahan resmi antara suami dan istri, sehingga me reka bukan lagi suami istri. Dalam iman Kristen sebenarnya sejak semula Allah tidak menghendaki perceraian (Bdk. Mat 19:6-8). Daging—satu daging: Satu kehidupan bersama di dalam keluarga (suami-istri). Dhuwit lanang: Sebagian penghasilan (suami) yang disimpan oleh suami untuk keperluannya (tidak harus untuk keperluan keluarga), dipraktikkan terutama dalam masyarakat tradisional. Duda: Seorang suami yang sudah tidak lagi beristri (karena istrinya meninggal/bercerai). Ejakulasi Dini: Pengeluaran sperma (laki-laki) terlalu cepat sehingga belum sempat memuaskan istri. Ini merupakan ganguan fungsi seksual. Eros: Cinta oleh dorongan hawa nafsu (birahi). Frigiditas: Kurang atau tidak adanya gairah seksual pada istri. Biasanya kalau bukan masalah fisik (jasmani) ya masalah psikologi (kejiwaan) Gono-gini: (harta) yang diperoleh selama hidup perkawinan. Impotensi: Lemah syahwat, kemampuan seksual (laki-laki) lemah. Penyebab hal ini bisa bukan cuma karena keadaan fisik (jasmani), namun juga hal kejiwaan (psikis). Imunisasi—Surat Imunisasi: Surat tanda kebal terhadap suatu penyakit, (karena sudah mendapat vaksinasi penyakit tersebut). Janda: Seorang wanita yang sudah tidak lagi memiliki suami (ka rena suaminya meninggal atau bercerai).
86
Jender: (Perbedaan berdasarkan) jenis kelamin. Istilah pada umumnya dikenakan dalam makna sosial, seperti masalah hak dan keadilan. KB: Keluarga Berencana, antara lain dengan merencanakan pembatasan jumlah kelahiran anak, demi kesejahteraan keluarga. Keras—Kekerasan Dalam Rumah Tangga: Tindakan fisik atau perkataan yang dapat melukai/mencederai seseorang (baik secara fisik atau pun secara kejiwaan). Misalnya: memukul, menampar, menendang, menjambak (menarik rambut), meludah, meng umpat, menghina, dan sebagainya. Lajang, melajang: Belum/tidak terikat dalam suatu perkawinan. Disebutkan juga bujang (laki-laki) atau gadis (perempuan). Dalam bahasa gaul juga disebut ”jomblo”. N1-N4: Formulir berisi data dari calon pengantin yang mendapat pengesahan pemerintah setempat. Panggih: (dari bahasa Jawa yang artinya pertemuan), merupakan rangkaian upacara adat pernikahan secara adat Jawa, (biasanya dilakukan sebelum pemberkatan nikah/nikah BS). Pantang Berkala: Sengaja suami istri tidak melakukan hubungan inti (biasanya bertujuan membatasi kelahiran/Keluarga Berencana) Perkawinan: Ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan yang diawali dengan pernikahan. Dalam perkawinan titik berat adalah di dalam aspek ikatan lahir-batin. Jadi perkawinan mencakup kehidupan bersama sebagai keluarga, dimulai dari pernikahan. Perkawinan Campur: Perkawinan dengan perbedaan latar be-
87
lakang antara suami dan istri. Misalnya beda agama (ini yang paling lazim dikenakan pada istilah ini), beda bangsa, beda suku, atau beda ras. Pernikahan: Janji di dalam ritus (upacara agamawi) antara laki-laki dengan perempuan untuk menjalin kehidupan bersama dalam rumah tangga. Di sini titik beratnya adalah janji dalam ritus. Pernikahan gerejawi: Peneguhan pernikahan dan pemberkatan perkawinan secara gerejawi bagi seorang laki-laki dan seorang perempuan dalam ikatan perjanjian seumur hidup sebagai suami istri yang bersifat monogami. Pernikahan ini dinyatakan sah apabila diberkati sesuai dengan pertelaan yang berlaku dan dicatat menurut perundang-undangan yang berlaku. Pertelaan: (Jawa: Pratelan) Uraian tentang suatu pelayanan khusus yang dilakukan dalam kebaktian, yang mengandung pen jelasan tentang makna pelayanan itu. Saksi Nikah: Orang dewasa dan bukan keluarga dekat mempelai yang secara resmi (berkekuatan hukum) menyaksikan pernikah an secara negara. Dalam satu pernikahan dibutuhkan dua orang saksi nikah. Selibat: Tidak menikah dengan sengaja. Single Parent: Orang tua tunggal (ibu atau ayah tanpa pendam ping). Misalnya seorang ibu yang melahirkan anak tanpa ayahnya karena ayahnya sudah meninggal, sudah bercerai, atau bahkan tidak mau bertanggung jawab. Secara hukum anak tetap tidak kehilangan hak asasinya, termasuk juga berhak memiliki akta kelahiran.
88
Sungkeman: Suatu upacara adat Jawa, berwujud sujud dan me nundukkan kepala di hadapan orang tua atau orang yang lebih tua, sebagai tanda bakti. Biasanya dalam sungkeman dilakukan mohon doa restu, bisa juga permintaan maaf, dan pemberian nasehat dari orang tua atau orang yang lebih tua. Tukar cincin: Saling mengenakan cincin pada jari manis pasangannya sebagai tanda ikatan cinta kasih. Jika pengenaan cincin itu pada saat pernikahan (bukan pertunangan) maka dalam lingku ngan GKJ biasanya dipasang pada jari manis sebelah kanan. Tunang—Tunangan: Pacaran resmi. Pada masa ini hubungan pa caran sudah ”diproklamasikan secara resmi” kepada umum se hingga diharapkan setia/tidak mendua hati. Namun karena belum terikat lembaga perkawinan maka hubungannya masih terbatas dan belum boleh melakukan hubungan suami istri. Zina—Perzinaan: Ketidaksetiaan (penyelewengan). Biasanya dikenakan pada lembaga perkawinan, suatu pengkhianatan ter hadap lembaga perkawinan dengan mengadakan hubungan intim tidak dengan suami/istrinya. Perbuatan ini dilarang, misalnya dalam dasa titah (Kel 20:14). Istilah ini juga dapat memiliki makna ”rohani”, yakni penyelewengan umat Tuhan yang ternyata menyembah (pula) allah lain/berhala.
Prosedur Mengurus Pernikahan Agus Yusak* TATA-CARA PERNIKAHAN Tata-cara Pernikahan di Indonesia, khususnya yang dilakukan oleh orang Kristen, mengandung dua aspek yang mutlak harus dipenuhi/dilakukan, yaitu: tata-cara administratif dan tata-cara gerejawi. Adapun hal-hal yang harus dilakukan adalah sbb: Tata-cara Gerejawi Pernikahan yang dilakukan di dalam kehidupan gereja menunjukkan bahwa pernikahan itu bersangkut-paut dengan Tuhan dan sesamanya. Pada satu sisi, Allah berkenan dan memberkati orang yang menikah, dan pada sisi yang lain sesama kita mempedulikan orang yang menikah (artinya: mengakui dan menghormati seseorang yang menikah, sehingga ia tidak akan mengganggunya, tetapi bahkan ia bersedia menolongnya). Dan pema- haman yang demikian ini maka secara gerejawi ada dua hal yang perlu dilakukan:
* Pendeta GKJ Brebes
90
i. Pelayanan perkunjungan-pastoral Orang yang hendak menikah harus memberitahukan rencana pernikahan kepada Majelis Gereja (sebaiknya secara tertulis). Pemberitahuan ini sebaiknya dilakukan setelah pertunangan (bagi yang mulai dengan bertunangan) atau dua bulan sebelum Pernikahan dilakukan (bagi yang tidak bertunangan). Setelah Majelis mendengar rencana perni kahan itu, maka Majelis diwakili dua orang utusan me ngunjungi calon mempelai dan orang tuanya. Perkunjungan ini dimaksudkan untuk mencari tahu kepastian Pernikahan dan sekaligus mempersiapkannya. Adapun halhal yang perlu disinggung dalam perkunjungan ini adalah: • identitas mempelai: nama, kelahiran, status, alamat, sidi • prakarsa/kehendak untuk menikah ini dari siapa • sepengetahuan atau sepersetujuan orang tua/wali/pengampi • kedewasaan dan kemandirian mempelai • anjuran mengikuti katekisasi pranikah • disampaikan pertelaan dan tata ibadah Pernikahan ii. Pelayanan Ibadah Peneguhan Nikah dan Pemberkatan Perkawinan
Ibadah Peneguhan Nikah dan Pemberkatan Perkawinan sebaiknya dilakukan di gedung gereja, kecuali ada hal-hal tertentu yang tidak memungkinkan dan atas persetujuan/kebijaksanaan Majelis. Di dalam ibadah ini menggu-
91
nakan tata ibadah yang telah ditetapkan Majelis. Salah satu bagian dalam tata ibadah Pernikahan yang perlu diperhatikan/dihafalkan/diingat adalah janji pengantin, yang demikian rumusannya: ”DI HADAPAN TUHAN ALLAH DAN JEMAAT KRISTEN DI SINI, SAYA MENGAKUI BAHWA .............. ADALAH (ISTRI/SUAMI) SAYA, KARUNIA TUHAN. SAYA BERJANJI AKAN SENANTIASA MENGASIHI DAN ME NOLONGNYA, DAN SETIA BAIK DALAM SUKA MAUPUN DUKA, SESUAI DENGAN KEWAJIBAN (SUAMI/ISTRI) YANG BAIK. SAYA DAN (ISTRI/SUAMI SAYA AKAN SENANTIASA BERBAKTI KEPADA TUHAN ALLAH DAN HIDUP SUCI DENGAN MEMATUHI FIRMAN-NYA”. Tata-cara Administratif Persyaratan administratif Pernikahan dipergunakan untuk melengkapi keabsahan Pernikahan secara yuridis. Pelaksanaan tatacara ini menyangkut/berhubungan dengan kantor Catatan Sipil setempat. Persyaratan administratif sebaiknya dilengkapi sebulan sebelum Pernikahan berlangsung dan sebaiknya dikonsultasikan dengan Pejabat Pembantu Pencatat Pernikahan di Kantor Catatan Sipil setempat (biasanya seorang pendeta). Adapun hal-hal yang harus dipenuhi misalnya: • Surat pengantar dari Kelurahan • Surat pernyataan belum pernah kawin • Surat persetujuan orang tua • Fotocopi Akta Kelahiran • Fotocopi KTP
92
• Fotocopi Akta Perkawinan orang tua • Fotocopi Akta Perceraian atau surat kematian bagi yang pernah kawin • Surat pemeriksaan dokter (immunisasi) • Pasfoto yang berjajar Catatan: persyaratan ini hanyalah contoh saja dan biasaya masing-masing daerah berbeda; untuk itu perlu diperjelas di Kantor Catatan Sipil setempat (terlebih-lebih yang menyangkut Perkawinan WNI keturunan dan WNA).
Contoh Bahan Pendadaran untuk Peneguhan Nikah dan Pemberkatan Perkawinan Hananto Kusumo*
1. Mengapa Saudara ingin menikah dengan.... Jawaban yang baik: Karena saya sungguh-sungguh mencintainya/mengasihinya. Saya menemukan bahwa dia adalah orang yang diperjumpakan Tuhan kepada saya untuk menjadi pasangan hidup saya. (Atau jawaban lain yang serupa dan bisa dipertanggungjawabkan). 2. Apakah ada yang memaksa untuk menikah, atau merupakan keinginan sendiri? Terangkan! Jawaban yang baik: Tidak ada, itu merupakan keinginan kami sendiri. 3. Kalau ada perbedaan antara suami dan istri apakah akan bercerai?
* Pendeta GKJ Karangalit
94
Jawaban yang baik: Tidak, pernikahan (yang disatukan oleh Allah) tidak boleh diceraikan oleh manusia. 4. Dalam Kitab Kej 2:18 Tuhan berfirman: ”Tidak baik kalau manusia ini seorang diri saja, Aku akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia.” Ini yang menjadi dasar adanya pasangan suami-istri. Apa yang Saudara pahami tentang arti ”sepadan” itu? Jawaban yang baik: 1. Pada hakekatnya memiliki sama-sama memiliki martabat sebagai yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. 2. Memiliki kecocokan (misalnya saling melengkapi) meskipun memiliki perbedaan-perbedaaan. 3. Melalui kecocokan itu dapat hidup bersama dengan saling menolong. 5. Apakah yang akan dilakukan untuk membina keharmonisan suami istri? Jawaban yang baik: (antara lain) Saling mengembangkan hubungan dengan kasih Kristus (kasih agape—mau berkorban), saling terbuka, menjaga komunikasi yang baik, dan mau terus belajar. 6. Apakah selama ini mereka Anda berdua pernah berhubungan suami istri? Jawaban yang baik: (1) Belum pernah, atau
95
(2) (secara jujur) sudah pernah, dan bersedia untuk melakukan pengakuan dosa untuk menyucian dari dosa dan tidak lagi menjadi sandungan, mengingat bahwa pemberkatan nikah itu sifatnya kudus. 7. Bagaimana mereka akan mendidik anak mereka? Jawaban yang baik: Mendidik dengan (1) Menghindari luka batin (2) Terus mengajarkan firman Tuhan dalam kehidupan (3) Menjadikan anak taat melalui keteladanan, ketegasan, dan kasih. (4) Memperlakukan anak sebagai manusia, yang sehakekat namun juga unik. 8. Apa perbedaan kehidupan melajang dengan sudah berkeluarga? Jawaban yang baik: 1) Memiliki tanggung jawab khusus dalam mengelola keluarga seperti menyediakan biaya hidup, tempat tinggal, perencanaan yang baik, dan terus belajar agar lebih baik (misalnya tentang masalah kesehatan/KB/imunisasi/P3K untuk anak, dsb). 2) Menyerahkan anak untuk dibaptis dan dididik untuk dapat mengaku iman, terlibat dalam pelayanan gereja yang berhubungan dengan bapak/ibu/keluarga, melibatkan pelayanan Gereja dalam kehidupan keluarga jika diperlukan.
96
3) Mengurus Kartu Keluarga, akta kelahiran, terlibat dalam kehidupan masyarakat untuk para bapak/ibu, dan mengenal batasbatas tertentu agar tidak menjadi sandungan bagi orang lain maupun diri sendiri. 9. Bagaimana cara mereka melibatkan Allah di dalam kehidup an keluarga? Jawaban yang baik: 1. Segala pergumulan keluarga disertai dengan doa dan iman kepada Tuhan. 2. Bersama-sama bertumbuh melalui PA atau persekutuan keluarga. 3. Jika ada masalah di dalam keluarga yang tidak bisa diatasi diri mereka maupun keluarga (mertua), maka dapat minta tolong pendeta atau majelis lainnya untuk membantu mendampingi/ menggembalakan. 10. Apakah kewajiban orang yang hidup dalam perkawinan? Jawaban yang baik: Kewajiban orang yang hidup dalam perkawinan adalah: 1. Mewujudkan kesatuan keluarga, dalam ikatan kasih sejati dengan saling memperhatikan, tidak mementingkan diri sendiri, dan saling menolong, karena orang yang hidup bersama dalam ikatan perkawinan itu telah dipersatukan oleh Allah. 2. Menjaga kelestarian keluarga, karena Allah menghendaki yang telah dipersatukan-Nya tidak boleh diceraikan oleh manusia.
97
3. Menjaga kekudusan keluarga, karena Tuhan menghendaki agar suami istri memelihara perkawinan dengan menghindari segala bentuk perzinahan dan keinginan hawa nafsu seperti yang dilakukan oleh orang yang tidak mengenal Allah. 4. Mendidik keluarga dengan selalu silih asah, silih asuh, dan silih asih berdasarkan firman Tuhan, karena Allah menghendaki setiap keluarga mengasihi-Nya dengan segenap hidup, senantiasa memperhatikan firman-Nya, dan mengajarkan firman itu dengan sungguh-sungguh kepada keluarga. 5. Senantiasa bersyukur kepada Tuhan dan bekerja dengan tekun dan jujur, sehingga dapat menjadi berkat bagi keluarga, gereja dan masyarakat. 11. Apabila anda tidak dikaruniakan anak oleh Tuhan, apakah Anda juga tetap akan melestarikan pernikahan Anda? Jawaban yang baik: Ya, saya memahami anak itu sebagai karunia Tuhan. Artinya Tuhan pasti menghendak yang terbaik, dan kalau pun kami tidak atau belum dikaruniai anak kandung, kami akan tetap melestarikan perkawinan (misalnya dengan mengadopsi anak, mengasuh anggota keluarga yang terlantar, atau cara lain).
Contoh Tata Ibadah Pemberkatan Nikah dan Peneguhan Perkawinan Agus Yusak* 1. PERSIAPAN (dilakukan di depan pintu utama gedung Gereja) Penyerahan mempelai dari pihak keluarga kepada Majelis untuk dilakukan pelayanan pemberkaan nikah dan peneguhan perkawinan. (Mempelai masuk diiringi keluarga, jemaat berdiri dan menyanyi bersama KP 186:1) Bahagialah sejahtera, bagi kamu penganten berdua Berdoalah, bersujudlah, mohonlah berkat Tuhan melimpah. Ref.: Bagaikan bunga yang berkembang cinta kasihmu dalam terang. Bahagialah sejahtera, semoga Tuhan s’lalu beserta 2. VOTUM DAN SALAM P : Marilah kebaktian ini kita khususkan dengan pengakuan P+J : TUHAN pencipta langit dan bumi adalah sumber pertolongan kami * Pendeta GKJ Brebes
99
P :
Kasih karunia dan damai sejahtera dari Tuhan Allah, Bapa kita dan Tuhan Yesus Kristus ada pada saudara sekalian
P+J :
5 . 6 . / 5 . 6 . / 5 . 4 . / 3 . . . // A – min
A - min
A
-
min
3. MENYANYI BERSAMA KJ 1:1,2 (Jemaat duduk) Ref.: Haleluya! Pujilah Allah Yang Agung Mahaesa Dalam Kristus kita kenal, Allah yang hidup , Bapa kekal 1. Langit buana semesta, patut memuji kuasa-Nya
Karna berkat-Nya tak henti, limpah kasih-Nya tak terperi.
Ref.:
2. Wahai dunia, soraklah! Angkat suaramu, nyanyilah!
Tabuhlah tifa dan gendang, iringi puji dalam tembang!
Ref.:
4. MAWAS DIRI DAN PENGAKUAN DOSA P: Saudara-saudara kekasih di dalam Tuhan Yesus, Tuhan Allah, Bapa kita, adalah Allah kasih. Perintah-Nya demikian: ”Inilah perintahKu, yaitu supaya kamu saling mengasihi se perti Aku telah mengasihi kamu, tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabatnya. Inilah perintah-Ku kepadamu: kasihilah seorang akan yang lain.” J: Tuhan ampunilah kami karena kami belum dapat menaati perintah-Mu dengan seutuhnya dan sempurna.
100
(Menyanyikan Kidung Penyesalan: KJ 40:1,2 ) 1. Ajaib benar anugerah pembaru hidupku!
’Ku hilang buta bercela oleh-Nya ’ku sembuh.
2. Ketika insaf ’ku cemas, sekarang ku lega!
Syukur beban ku t’lah lepas berkat anugerah.
5. BERITA ANUGERAH P: Di dalam Yuhan Yesus, Tuhan Allah berkenan menyatakan kemurahan-Nya, yaitu menguduskan dan menebus kita dari kuasa dosa. Kemurahan-Nya yang demikian itu nyata dalam Firman-Nya: ”Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan Firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa dengan itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela”. J: Terima kasih ya Tuhan atas kemurahan-Mu yang besar. 6. PETUNJUK HIDUP BARU Litani panggilan hidup dalam keluarga P: Tuhan menghendaki setiap orang yang menikah mewujudkan kesatuan keluarga, dalam ikatan kasih sejati dengan sa ling memperhatikan, tidak mementingkan diri sendiri, dan saling menolong; karena oang yang menikah itu telah dipersatukan Allah.
101
J: TUHAN KIRANYA MENOLONG KAMI AGAR KAMI DAPAT MEWUJUDKAN KESATUAN KELUARGA. P: Allah menghendaki yang telah dipersatukan-Nya tidak boleh diceraikan manusia. J: TUHAN KIRANYA MENOLONG KAMI, AGAR KAMI DAPAT MENJAGA KELESTARIAN KELUARGA. P: Allah menghendaki setiap keluarga mengasihi-Nya dengan segenap hidup, senantiasa memperhatikan firman-Nya dan mengajarkan firman itu dengan sungguh-sungguh kepada keluarga. J: TUHAN KIRANYA MENOLONG KAMI, AGAR KAMI DAPAT SI LIH ASAH, SILIH ASUH DAN SILIH ASIH BERDASARAN FIRMAN TUHAN. P: Allah menghendaki setiap keluarga mempersembahkan hidupnya menjadi kurban yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah sebagai ucapan syukur. Ucapan syukur tersebut diwujudkan dengan jalan: tekun bekerja, sehingga dapat mencukupi kebutuhan keluarganya; menjadi warga masyarakat dan warga gereja yang bertangung jawab; senantiasa menjadi garam dan terang dunia; senantiasa bersukacita dalam kehidupan keluarga dan senantiasa bersandar kepada Allah. 7. NYANYIAN KESANGGUPAN KJ 424:1,3 1. Yesus menginginkan daku bersinar bagi-Nya
Di mana ku pun berada ’ku mengenangkan-Nya
102
Ref.: Bersinar-bersinar, itulah kehendak Yesus
Bersinar-bersinar, aku bersinar terus.
3. Ku mohon Yesus menolong menjaga hatiku,
Agar bersih dan bersinar meniru Tuhanku.
Ref.:
8. PENEGUHAN NIKAH DAN PEMBERKATAN PERKAWINAN a. Pembacaan Pertelaan Nikah b. Pengucapan Janji Mempelai: Ikrar Mempelai laki-laki: Di hadapan Tuhan Allah dan gereja Kristen di sini, saya mengambil dan menerima (mempelai perempuan) sebagai istri saya, karunia Tuhan. Saya berjanji akan senantiasa mengasihi dan menolongnya, setia baik dalam suka maupun duka. Saya dan istri saya akan senantiasa berbakti kepada Tuhan Allah dan memelihara kekudusan keluarga dengan mematuhi Firman-Nya. Ikrar Mempelai perempuan: Di hadapan Tuhan Allah dan gereja Kristen di sini, saya mengambil dan menerima (mempelai laki-laki) sebagai suami saya, karu nia Tuhan. Saya berjanji akan senantiasa mengasihi dan menolongnya, setia baik dalam suka maupun duka. Saya dan suami saya akan senantiasa berbakti kepada Tuhan Allah dan memelihara kekudusan keluarga dengan mematuhi Firman-Nya.
103
c. Pemasangan Cincin Pernikahan d. Pemberkatan Perkawinan (sebelum pelayanan berkat, jemaat berdiri menyanyikan Mazmur 134:3) Kiranya khalik dunia, Allah-mu beranugerah, B’ri dari Sion yang teguh, berkat-Nya pada jalanmu. e. Paduan suara (jemaat duduk, penganten berdiri) f. Penyerahan Surat Nikah dilanjutkan Doa Syukur g. Persembahan Syukur: diiringi memuji KP 184: 1,2 1. Alangkah indah tiap keluarga bila Tuhan selalu padanya
Bagikan kawan dalam perjalanan Tuhan yang tetap
pegang pimpinan
Tak pernah lalai menyerahkan diri, kepada Tuhan
segenap hati,
Siang malam tidak lupa menanti akan kasih sayang-Nya
yang suci.
2. Berbahagia suami istri yang setia mengasihi Tuhan,
hidup rukun penuh kasih sejati dengan sehati dan
setujuan,
sehari-hari menantikan Tuhan bersandar dengan penuh
harapan
tiap saat hidupnya diserahkan pada Tuhan sampai
kesudahan.
104
9. PELAYANAN FIRMAN 10. SAAT TEDUH DIAKHIRI DOA DAN DOA BAPA KAMI Doa Bapa Kami Bapa kami yang ada di sorga, dikuduskan nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, Jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya, dan ampunilah kami akan kesalahan kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Dan janganlah membawa kami kedalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin. 11. MENYANYI BERSAMA KP 185:1 Selamat sejahtera penganten berdua Tuhan beserta slalu di dalam hidupmu Ia yang menyatukan dalam pernikahan Agar dengan berkat-Nya menjadi sejiwa. Ref.: Ya Yesus berikanlah rahmat dan karunia Jauhkanlah bahaya selama-lamanya. 12. PENGAKUAN IMAN RASULI 13. PENGUTUSAN DAN BERKAT
105
P: Pulanglah dengan damai sejahtera dan hayatilah hidup rumah tangga saudara dalam kasih dan anugerah Tuhan. Hiduplah dalam takut akan Tuhan, maka Ia akan meluruskan dan memberkati jalanmu, terimalah berkat Tuhan:
TUHAN memberkati saudara dan melindungi saudara, TUHAN menyinari saudara dengan wajah-Nya, dan memberi saudara kasih karunia. TUHAN menghadapkan wajahNya kepada saudara dan memberi saudara damai sejahtera.
P+J: Amin. 14. NYANYIAN PENUTUP: KJ 400:1 Kudaki jalan mulia tetap doaku inilah Ke tempat tinggi dan teguh Tuhan mantapkan langkahku. Ref.: Ya Tuhan angkat diriku lebih dekat kepada-Mu Di tempat tinggi dan teguh Tuhan mantapkan langkahku. • Pemberian ucapan selamat oleh Majelis • Foto bersama Majelis Gereja dan Keluarga.
CONTOH-CONTOH BACAAN KHOTBAH Hananto Kusumo* A. Contoh-contoh bacaan Berikut ini contoh-contoh bacaan yang dapat digunakan dalam ibadah peneguhan nikah/pemberkatan perkawinan maupun bidston persiapan, bidston pertunangan, atau pun bidston syukurnya. Hendaknya teks dilihat baik-baik untuk melihat apakah bacaan itu memang sesuai dengan kebutuhan atau situasi kondisinya. PERJANJIAN LAMA • Kej 1:26-27
• I Raj 8:57-58
• Kej 1:28
• Ay 1:10
• Kej 2:18-24
• Mzm 1:1-3
• Kej 24:58-60
• Mzm 5:12-13
• Kel 23:25
• Mzm 23
• Yos 24:14-15
• Mzm 24:4-5
• Rut 1:16-17
• Mzm 33:20
• Rut 4:11
• Mzm 37:5
• Rut 4:15
• Mzm 37:37
* Pendeta GKJ Karangalit
107
• Mzm 40:11-12
• Yer 32:39
• Mzm 84:6
• Hos 14:5
• Mzm 84:12,13
• Mal 2:15
• Mzm 86:11 • Mzm 90:17
PERJANJIAN BARU
• Mzm 91:14,15
• Mat 5:13-16
• Mzm 119:4-6
• Mat 6:33
• Mzm 119:105
• Mat 7:24-27
• Mzm 119:132-133
• Mat 18:19-20
• Mzm 121:1,2
• Mat 19:4-6
• Mzm 127:1,2
• Mrk 10:6-9
• Mzm 133:1-3
• Luk 1:6
• Ams 1:33
• Yoh 2:1-11
• Ams 2:7-8
• Yoh 13:34-35
• Ams 3:5.6
• Yoh 15:9
• Ams 10:22
• Yoh 15:12
• Ams 13:9-10
• Yoh 15:16-17
• Ams 15:16
• Yoh 17:20-21
• Ams 17:14
• Rm 12:1-2
• Ams 19:14
• Rm 12:12
• Ams 27:17
• Rm 12:21
• Ams 30:7-9
• Rm 13:8-10
• Ams 31:10-12
• Rm 14:19
• Pkh 4:9,10
• Rm 15:5-6
• Kid 8:5-7
• Kis 18:1-3
• Yes 40:30-31
• I Kor 7:3-4
• Yes 41:10
• I Kor 12:21-26
• Yes 54:10
• 2 Kor 13:11
108
• Gal 5:22-23
• I Tes 4:11-12
• Gal 6:2
• 2 Tes 3:5
• Ef 4:2,3
• I Tim 2:8-10
• Ef 4:26-27
• Ibr 13:1-6
• Ef 4:32
• Ibr 13:20-21
• Ef 5:20-21
• Yak 1:19-20
• Ef 5:22-25
• Yak 3:13-18
• Ef 5:31-33
• I Ptr 3:5-7
• Ef 6:1-4
• I Ptr 4:10
• Flp 2:1-2
• I Yoh 1:9-13
• Flp 4:7
• I Yoh 2:15-17
• Kol 3:14,15
• I Yoh 4:20
• Kol 3:18-19
• Why 1:4-6
Selain itu dalam situasi kondisi khusus dapat diambil teksteks lain (yang tidak harus secara langsung berhubungan dengan perkawinan). Misalnya saja: • Dalam pernikahan yang berbeda etnis/suku, bisa mengambil bacaan dari Gal 3:28 (yang membicarakan tentang tidak mementingkan suku karena semua adalah satu di dalam Kristus). • Dalam latar belakang pengantin yang lama sekali tidak mendapatkan kekasih, atau bahkan sudah berkali-kali pa caran tetapi kandas, bisa diambilkan bacaan dari Pkh 3:11 (Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya). • Untuk kasus di mana pasangan belum sangat kenal lama, namun telah melalui pergumulan yang diyakini itu meru pakan tuntunan Tuhan, bisa diambil dari Kej 24:50-51.
109
• Yang diharapkan merupakan kesaksian bagi keluarga pe ngantin yang mungkin belum pernah mengenal Yesus, dapat diambil dari Mat 5:43-48 (tentang mengasihi musuh– ajaran Kristus ialah bahkan musuh pun harus kita kasihi!) Yang penting mengambil bacaan itu jangan asal comot, namun dibawa dalam doa dan mohon pimpinan Roh Kudus agar diberi hikmat untuk memilih bacaan yang tepat dan sesuai dengan situasi atau kebutuhan waktu itu.
Pustaka Pendukung Hananto Kusumo* a. Hidup Melajang Alkitab (I Kor 7:7-9).
b. Keluarga Tanpa Anak Klasis Salatiga GKJ. 2010. Bukan Raja Sehari (Buku Katekisasi Pranikah). Salatiga: Klasis Salatiga GKJ.
c. Single Parent Klasis Salatiga GKJ. 2010. Bukan Raja Sehari (Buku Katekisasi Pranikah). Salatiga: Klasis Salatiga GKJ.
d. Perkawinan Beda Agama Klasis Salatiga GKJ. 2010. Bukan Raja Sehari (Buku Katekisasi Pranikah). Salatiga: Klasis Salatiga GKJ. Roberts, Graham. 2007. Kawin Campur dan Campur Tangan Tuhan: Menemukan hikmat Tuhan seputar perkawinan beda agama. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih. * Pendeta GKJ Karangalit
111
e. Keluarga dan Karir Klasis Salatiga GKJ. 2010. Bukan Raja Sehari (Buku Katekisasi Pranikah). Salatiga: Klasis Salatiga GKJ. Brandt, Henry dan Kerry L. L. Skinner. 2007. Berbahagia Bersama Anak-anak Terkasih: Kunci Keberhasilan orang tua dalam membina keluarga sehati, mantap, dan bahagia. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih.
f. Kesetaraan Gender Klasis Salatiga GKJ. 2010. Bukan Raja Sehari (Buku Katekisasi Pranikah). Salatiga: Klasis Salatiga GKJ.
g. Pertunangan Lesam (Lembaga Studi Alumni Marturia). 2005. Tulang Rusuk. Tangerang: Lesam.
h. Mengatasi Konflik Klasis Salatiga GKJ. 2010. Bukan Raja Sehari (Buku Katekisasi Pranikah). Salatiga: Klasis Salatiga GKJ. Lesam (Lembaga Studi Alumni Marturia). 2005. Tulang Rusuk. Tangerang: Lesam.
i. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Klasis Salatiga GKJ. 2010. Bukan Raja Sehari (Buku Katekisasi Pranikah). Salatiga: Klasis Salatiga GKJ.
112
j. Perceraian Klasis Salatiga GKJ. 2010. Bukan Raja Sehari (Buku Katekisasi Pranikah). Salatiga: Klasis Salatiga GKJ. Powers, B. Ward. 2011. Perceraian dan Perkawinan Kembali: Pendekatan Hukum dan Anugerah Allah dalam Alkitab. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih.
k. Pernikahan bagi janda dan duda Alkitab (I Kor 7:8-9; 39-40) Powers, B. Ward. 2011. Perceraian dan Perkawinan Kembali: Pendekatan Hukum dan Anugerah Allah dalam Alkitab. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih.
l. Seksualitas Trobisch, Walter. 2005. Liku-liku Seks 1: Dapatkah seks menghancurkan cinta-kasih? Cetakan ke-11. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih. Trobisch, Walter. 2002. Liku-liku Seks 2: Istriku tidak lagi tertarik pada seks. Cetakan ke-11. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih.