PROPOSAL PENELITIAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN INTEGRASI KEILMUAN
BENTUK SHARFI DAN STRUKTUR NAHWI DALAM KITAB AL-‘ARABIYYAH LI THULLAB AL-JAMI’AH M
Diajukan oleh: Zainal Muttaqin, MA - Ketua (Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan) Mugi Nugraha, M.Hum - Anggota (Dosen Fakultas Adab dan Humaniora) Fikri Abdillah - Anggota (Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan)
PUSAT PENELITIAN DAN PENERBITAN (PUSLITPEN) LP2M UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016
ABSTRAK Di antara dampak alih status IAIN menjadi UIN adalah semakin banyaknya mahasiswa baru yang belum memiliki pengetahuan dasar bahasa Arab. Tidak sedikit dari mereka berasal dari sekolah umum (SLTA) yang tidak pernah belajar bahasa Arab. Padahal mereka harus mengikuti mata kuliah bahasa Arab yang merupakan kelanjutan dari pelajaran bahasa Arab di Madrasah. Selain itu, SK Rektor No: Un.01/R/HK.005/233/2012 menuntut mahasiswa untuk mencapai skor nilai TOAFL tertentu sebagai syarat kelulusan. Namun mayoritas mahasiswa tidak dapat mencapainya. Untuk mengatasi kesenjangan antara tuntutan penguasaan bahasa Arab dengan kondisi yang ada, maka harus diberikan materi khusus kepada mahasiswa baru sebelum mereka mengikuti mata kuliah bahasa Arab. Materi yang dimaksud diambil dari nash asasi kitab AlArabiyyah li Thullabil Jamiah yang disusun untuk mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI). Sebagai langkah awal, perlu diadakan penelitian bentuk sharfi dan struktur nahwi dalam kitab tersebut. Sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk sharfi dan struktur nahwi dalam nash asasi kitab Al-Arabiyyah li Thullabil Jami’ah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode linguistik dengan mengadopsi teori tagmemik yang memadukan antara analisis bentuk dan fungsi bahasa. Penelitian sejenis telah dilakukan al-Khuli dengan judul Al-Tarâkîb al-Syâ’i’ah fi al-Lughah al-‘Arabiyyah, dan Hamasah Abdul Latif dengan judul Binâ al-Jumlah al-‘Arabiyyah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh dosen mata kuliah bahasa Arab sebagai bahan pemikiran dan pertimbangan sebelum mengajarkan mata kuliah bahasa Arab. Sedangkan bagi stakeholder, penelitian ini diharapkan menjadi masukan atau rekomendasi pengambilan kebijakan dalam pembelajaran bahasa Arab di UIN Jakarta.
KATA KUNCI Mabani Sharfiyyah – Kalimah – Shigah – Tarakib Nahwiyyah – Jumlah – I’rab
DAFTAR ISI
Hal. A. Latar Belakang Masalah
...............................................................................
1
B. Permasalahan Penelitian
...............................................................................
2
C. Literature Review
...............................................................................
3
D. Landasan Teori dan Kerangka Konseptual ....................................................
3
E. Metodologi Penelitian
...............................................................................
7
F. Hasil yang Diharapkan
...............................................................................
8
H. Waktu dan Tempat Penelitian .........................................................................
8
Daftar Pustaka ......................................................................................................
9
1
BENTUK SHARFI DAN STRUKTUR NAHWI DALAM KITAB AL-‘ARABIYYAH LI THULLAB AL-JAMI’AH
A. LATAR BELAKANG MASALAH Berbagai definisi tentang hakikat bahasa telah dikemukakan para ahli linguistik deskriptif. Antara lain seperti yang dikemukakan oleh Rusydi Ahmad Thua‟imah, sebagai berikut:
اللغة جمموعة من الرموز الصوتية اليت حيكمها نظام معني واليت يتعارف أفراد جمتمع ذي ثقافة معينة على دالالهتا من أجل حتقيق 1 االتصال بني بعضهم وبعض dan seperti yang dikemukakan Abdul Chaer, yaitu: suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri.2 Dari dua definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa bahasa adalah suatu sistem (nizhâm). Sebagai suatu sistem, bahasa dibangun oleh sejumlah subsistem yang garis besarnya meliputi: fonologi (nizhâm shautî), morfologi (nizhâm sharfî), sintaksis (nizhâm nahwî), dan leksikon (mufradât). Bahasa Arab, sebagaimana juga bahasa-bahasa lain, pada hakikatnya adalah sistem lambang bunyi. Bunyi-bunyi itu dibentuk oleh sistem morfologi yang kemudian menjadi kosakata (mufradāt). Mufradāt demi mufradāt disusun dengan sistem sintaksis sehingga menjadi kalimat (jumlah). Jumlah demi jumlah tersusun menjadi paragraf (faqrah) hingga menjadi wacana (nash).3 Sementara itu, sebagai perguruan tinggi yang berbasis Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memandang penting penguasaan bahasa Arab bagi mahasiswanya. Bahasa Arab merupakan bahasa yang wajib dipelajari oleh seluruh mahasiswa di semua Fakultas. Bahkan Rektor telah menerbitkan SK No. Un.01/R/HK.005/233/2012 yang menetapkan standar nilai bahasa Arab dan bahasa Inggris yang harus dicapai mahasiswa sebagai syarat kelulusan. Seharusnya mereka yang memasuki perguruan-perguruan tinggi Islam, baik negeri (PTAIN) maupun swasta (PTAIS), termasuk yang masuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sudah memiliki pengetahuan serta keterampilan berbahasa Arab yang diperlukan untuk mempelajari serta memahami ajaran agama Islam dari sumber aslinya yaitu Al-Qur‟an dan Hadits. Bahkan bagi program studi keagamaan, penguasaan bahasa Arab sangat diperlukan 1
Rusydi Ahmad Thu'aimah, Ta’lîm al-Lughah al-‘Arabiyyah li Ghair al-Nâthiqîn bihâ, Manâhijuhu wa Asâlîbuhu, (Mesir: Mansurat al-Munazhamah al-Islamiyyah li al-Tarbiyah wa al-Ulum wa al-Tsaqafah, 1989), hlm. 21 2 Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Penerbit Rhineka Cipta, 1994), hlm. 32 3 Tammam Hassan, Al-Lugah al-‘Arabiyyah, Ma’nâha wa Mabnâha, (Dārul Baidla, 1994), hlm. 40-41
2
untuk mendalami ilmu agama yang memang banyak ditulis dalam bahasa Arab. Akan tetapi realita yang ada tidaklah seperti yang diinginkan. Di UIN Jakarta, kemampuan bahasa Arab mahasiswa pada umumnya masih jauh dari taraf penguasaan yang diharapkan. Buktinya selama beberapa tahun terakhir ini mereka yang mencapai skor TOAFL yang ditentukan hanya mencapai rata-rata 10%. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh banyaknya mahasiswa baru – terutama alumni SLTA- yang tidak memiliki pengetahuan dasar bahasa Arab. Mereka pada umumnya memasuki program studi umum yang jumlahnya lebih banyak daripada program studi keagamaan. Di pihak lain, dalam rangka memenuhi kebutuhan pengajaran bahasa Arab di Perguruan Tinggi Agama Islam, telah terbit buku Al-Arabiyyah li Thullabil Jami‟ah yang disusun oleh beberapa pakar. Buku ini diperuntukkan bagi pengajaran bahasa Arab sebagai mata kuliah umum (MKU) di Perguruan Tinggi Agama Islam.4 Namun buku ini bukanlah buku yang sesuai bagi mahasiswa yang tidak memiliki pengetahuan dasar bahasa Arab. Buku ini lebih tepat digunakan oleh mahasiswa yang pernah belajar bahasa Arab di Madrasah. Agar mahasiswa yang tidak memiliki pengetahuan dasar bahasa Arab dapat mengikuti perkuliahan bahasa Arab, maka perlu diberikan materi khusus berupa bentuk sharf dan struktur nahwu yang diambil dari buku Al-Arabiyyah li Thullabil Jami‟ah yang akan mereka gunakan nanti dalam perkuliahan. Dalam rangka penyusunan materi khusus tersebut, maka perlu diadakan penelitian tentang Bentuk Sharfi dan Struktur Nahwi dalam Kitab AlArabiyyah li Thullab al-Jami‟ah.
B. PERMASALAHAN PENELITIAN Dari uraian di atas, yang menjadi permasalahan ialah adanya kesenjangan antara kemampuan yang sangat lemah dengan tingkat kesulitan materi yang harus dipelajari serta adanya tuntutan pencapaian skor TOAFL sebagai syarat kelulusan. Untuk itu, kebutuhan yang sangat mendesak adalah penyiapan materi khusus yang diberikan kepada mahasiswa sebelum mengambil mata kuliah bahasa Arab. Sebagai langkah awal penyusunan materi khusus yang dimaksud maka penelitian ini perlu dilaksanakan. Adapun yang menjadi pertanyaan atau question reseach dalam penulisan ini adalah: 1. Bagaimana bentuk sharfi dan struktur nahwi dalam Kitab Al-Arabiyyah li Thullab alJami‟ah?
4
Tim Penyusun, Al-Arabiyyah li Thullâbil Jâmi’ah, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2001), hlm. v
3
2. Bagaimana frekuensi penggunaan bentuk sharfi dan struktur nahwi dalam Kitab AlArabiyyah li Thullab al-Jami‟ah?
C. LITERATURE REVIEW Kajian terdahulu yang relevan dengan judul penelitian ini telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Kajian tersebut telah menghasilkan buku-buku atau penelitian yang akan dijadikan penulis sebagai bahan rujukan. Buku-buku dan hasil penelitian itu antara lain adalah: 1. Al-Tarâkîb al-Syâ’i’ah fi al-Lughah al-‘Arabiyyah, Dirâsah Ihshâ’iyyah, yamg merupakan hasil penelitian Muhammad Ali al-Khuli. Dalam penelitiannya, al-Khuli mendeskripsikan al-Mabânî al-Sharfiyyah dan al-Tarâkîb al-Nahwiyyah dalam bentuk distribusi frekuensi. Data penelitiannya berupa teks-teks tulis Arab fusha yang dikumpulkan dari berbagai majalah, surat kabar, dan buku-buku yang populer. 2. Binâ al-Jumlah al-„Arabiyyah, yang disusun oleh Muhammad Hamasah Abdul Latif. Dalam buku ini dibahas tentang struktur jumlah bahasa Arab, hampir sama dengan pembahasan Ubadah dalam Al-Jumlah al-‘Arabiyyah, Mukawwinâtuhâ-Anwâ’uhâTahlîluhâ. Hamasah tidak mengemukakan teknik analisis jumlah moderen seperti yang dilakukan Ubadah. Namun, dia menjelaskan struktur jumlah dalam teks-teks Arab klasik, khususnya yang berbentuk syair. 3. Bentuk Kata dalam Materi Pelajaran Ayat Al-Qur‟an, tesis yang disusun oleh Zainal Muttaqin. Dalam tesis ini dibahas penggunaan bentuk kata yang terdapat dalam struktur kalimat ayat Al-Qur‟an. Dari beberapa buku dan laporan hasil penelitian di atas, sejauh pengetahuan penulis, penelitian yang berhubungan dengan deskripsi mengenai bentuk sharf dan struktur nahwu dalam kitab Al-„Arabiyyah li Thullabil Jami‟ah belum pernah dilaksanakan. Namun demikian, dalam penulisan penelitian ini tidak terlepas dari buku-buku dan hasil penelitian sebagaimana telah disebutkan di atas, sebagai bahan acuan dan perbandingan.
D. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL 1. Bentuk Sharf Istilah sharf pertama kali dikenalkan oleh seorang ulama muta'akhkhirin bernama AsSakaky (w.626 H) ketika beliau membicarakan tentang ketentuan-ketentuan yang khusus
4
menyangkut bentuk kata (binyah kalimat) dalam salah satu kitabnnya yang berjudul Miftâh al-Ulûm.5 Pembahasan sharf meliputi bentuk-bentuk kata yang berdiri sendiri (belum berada dalam tarkîb/jumlah) dan pengembangannya, baik berupa pengurangan atau penambahan serta pengaruhnya terhadap maknanya. Pokok-pokok bahasan utama dalam sharf yang berkaitan dengan penelitian ini meliputi: a. Isim adalah kata yang menunjukkan makna yang dapat berdiri sendiri dan tidak terikat waktu. Kategori isim dalam struktur kalimat bahasa Arab dalam penelitian ini dibagi menjadi: 1) Jâmid dan Musytaq 2) Mufrad, Mutsanna, dan Jama‟ 3) Mudzakkar dan Muannats 4) Nakirah dan Ma‟rifah b. Fi‟il adalah kata yang menunjukkan makna peristiwa yang terikat pada waktu. Kategori fi‟il dalam struktur kalimat bahasa Arab dalam penelitian ini meliputi: 1) Fi‟il Mâdli, Fi‟il Mudlâri, dan Fi‟il Amar 2) Fi‟il Mujarrad dan Fi‟il Mazîd 3) Fi‟il Tâm dan Fi‟il Nâqish 4) Fi‟il Ma‟lûm dan Fi‟il Majhûl 5) Fi‟il Muakkad dan Fi‟il Ghair Muakkad c. Harf ialah kata selain isim dan fi‟il, tidak memiliki pengertian utuh, kecuali setelah dihubungkan dengan isim atau fi‟il. Huruf terdiri atas dua jenis, yaitu hurûf mabâni dan huruf ma‟âni. Huruf mabâni ialah huruf yang tidak memiliki ma‟na, sedangkan huruf ma‟âni adalah huruf yang memiliki ma‟na.
2. Struktur Nahwu Hakikat bahasa Arab sebagaimana telah dikemukakan adalah suatu sistem yang terdiri atas nizhâm shauti (fonologi), nizhâm sharfi (morfologi), nizhâm nahwi (sintaksis) dan nizhâm dalâli (semantik). Nizhâm nahwi meliputi pembahasan mengenai struktur kalimat dan i'râb. Menurut Tammam Hassan, yang merupakan esensi kajian nahwu adalah relasi yang ada dalam struktur kalimat (jumlah).6 Dalam linguistik umum pembahasan struktur
5
As-Sakaki, Miftâh al-Ulûm , (Beirut: Darul Kutub al-'Ilmiyyah, 1987), hlm. 10 Tammam Hassan, Al-Ushûl, Dirâsah Epistemolojiyyah li al-Fikr al-Lughawi 'inda al-'Arab, (Beirut: 'Alam al-Kutub, 2000), hlm. 343 6
5
ini meliputi pembahasan fungsi, kategori, peran, dan alat-alat yang digunakan dalam membangun struktur tersebut. a. Pengertian Jumlah Menurut bahasa, kata “jumlah” merupakan bentuk tunggal dari kata jumal yang berarti mengumpulkan sesuatu yang terpisah, atau dapat pula dikatakan bahwa jumlah adalah kumpulan sesuatu. Dalam Mu‟jam Lisânul „Arab disebutkan:
واجلملة مجاعة كل، أمجل احلساب كذلك، واجلملة مجاعة الشيء وأمجل الشيء مجعو عن تفرقو،واجلملة واحدة اجلمل 7 شيء بكاملو من احلساب وغريه Sibawaih (w. 180 H/795 M) dalam karyanya al-Kitab, belum menggunakan istilah jumlah. Sejak kelahiran nahwu, yang populer digunakan adalah istilah kalam.Yang pertama kali menggunakan istilah jumlah adalah Al-Mubarrad (w. 286 H) ketika membahas bab fâ‟il dalam karyanya yang berjudul Al-Muqtadhab.8 Menurut istilah, jumlah ialah susunan atau ungkapan yang terdiri dari dua kalimah atau lebih yang mengandung pengertian lengkap. Pengertian lain dikemukakan oleh Ibnu Jinni (w. 392 H/1002 M), Al-Zamakhsyari (w. 538 H/1143 M), Al-Radhi (w. 688 H/1289 M), Ibnu Hisyam (w. 761 H/1360 M), dan Abbas Hasan (w. 1979 M) sebagai berikut:
ومجلة مركبة من فعل، مجلة مركبة من مبتدأ وخرب، وىي على ضربني. وأما اجلملة فهي كل كالم مفيد مستقل بنفسو9 وفاعل كاجلملة اليت ىي، أن اجلملة ما تضمن اإلسناد األصلي سواء كانت مقصودة لذاتو أو ال، والفرق بني اجلملة والكالم فيخرج املصدر وأمساء الفاعل واملفعول والصفة املشبهة والظرف مع ما أسندت،خرب املبتدأ وسائر ما ذكر من اجلمل 10
فكل كالم مجلة وال ينعك، والكالم ما تضمن اإلسناد األصلي وكان مقصودا لذاتو.إليو وما كان مبنزلة أحدمها حنو "ضرب اللص" و،" واملبتدأ وخربه "كزيد قام،" اجلملة عبارة عن الفعل وفاعلو "كقام زيد11 ""أقائم الزيدان" و "كان زيد قائما" و "ظننتو قائما لن يهمل، فاز طالب نبيو، مثل أقبل ضيف. الكالم أو اجلملة ما تركب من كلمتني أو أكثر ولو معىن مفيد مستقل12 عاقل واجبا Dari keempat pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesepakatan di kalangan para ahli mengenai pengertian jumlah. Pengertian yang dikemukakan
7 8
Ibnu Manzhur, Lisan Al-Arab, (Beirut: Dar Shadir), juz 11, hlm. 128 Al-Mubarrad, Al-Muqtadhab, tahqiq Muhammad Abdul Khaliq „Udhaimah (Kairo. 1994), juz 1, hlm.
146 9
Ibnu Jinni, Al-Luma’ fi al-‘Arabiyyah, (Amman: Dar Majdalawi, 1988), hlm. 30 Al-Radli, Syarh al-Radli ‘ala al-Kafiyah, (Benghazi: Dar al-Kutub al-Wathaniyah, 1996), juz 1, hlm.
10
33 11 12
Ibnu Hisyam, Mughni Labib ‘an Kutub al-A’arib, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), hlm. 490 Abbas Hasan, Al-Nahw al-Wâfi, (Kairo: Dar al-Ma‟arif, t.th), juz 1, hlm. 15
6
Ibnu Jinni dan Al-Zamakhsyari mengindikasikan bahwa jumlah dan kalam adalah sama, sementara Ibnu Hisyam, Al-Radhi, dan Abbas Hasan membedakan antara jumlah dengan kalam. b. Pembagian Jumlah Berdasarkan fungsi bahasa atau isi yang dikandungnya, jumlah dapat dibagi menjadi jumlah khabariyyah dan jumlah insyâ‟iyyah. Pembahasan jumlah dari segi fungsi ini biasa ditemukan dalam kitab-kitab balaghah ketika menjelaskan bab ma‟âni, bahwa kalam terbagi menjadi kalam khabari dan kalam insyâ‟i. Berdasarkan struktur yang membangunnya, mayoritas ahli membagi jumlah atas jumlah ismiyyah dan jumlah fi‟iliyyah. Abu Ali Al-Farisi (w. 377 H/987 M) sebagaimana dikutip Abdul Qahir Al-Jurjani (w. 474/1078 M), membagi jumlah menjadi empat, yaitu jumlah berstruktur fi‟il dan fâ‟il, jumlah berstruktur ibtidâ‟ dan khabar, jumlah berstruktur syart, dan jumlah berstruktur zharf.13 Ibnu Hisyam membagi jumlah menjadi tiga macam, yaitu jumlah ismiyah, jumlah fi‟liyyah, dan jumlah zharfiyyah. Al-Zamakhsyari menambahkan satu jenis jumlah dalam pembagian Ibnu Hisyam, yaitu jumlah syarthiyyah.14 Ibnu Hisyam juga membagi jumlah atas jumlah shugrâ dan jumlah kubrâ.15 Sedangkan Abbas Hasan membagi jumlah kepada jumlah ashliyyah, jumlah kubrâ, dan jumlah shugrâ.16 Berdasarkan mauqi atau kedudukan i'rabnya, jumlah terbagi menjadi dua macam, yaitu jumlah yang memiliki kedudukan dalam i'rab dan jumlah yang tidak memiliki kedudukan dalam i'rab. Setelah memperhatikan beberapa pembagian jumlah dan landasan pemikiran yang mendasarinya, Ibrahim Ubadah menawarkan pembagian jumlah menjadi lima macam. Dasar pembagian ini adalah jumlah dilihat dari struktur dan hubungannya dengan jumlah lain. Menurutnya, jumlah terdiri atas jumlah basîthah, jumlah mumtaddah, jumlah
muta‟addidah
atau
muzdawijah,
jumlah
murakkabah,
dan
jumlah
mutasyâbikah.17 Adapun pembagian jumlah dilihat dari keterkaitannya dengan jumlah lain dalam membangun suatu paragraf, jumlah dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu jumlah ra‟îsiyyah, jumlah musâ‟idah, dan jumlah far‟iyyah. 13
Al-Jurjani, Al-Jumal, (Damaskus: 1972), hlm. 41 Az-Zamakhsyari, Al-Mufashshal fi „Ilm al-Arabiyyah, (Beirut: Darul Jail), hlm. 6 15 Ibnu Hisyam, Mughni Al-Labib ‘an Kutub Al-‘A’arib, juz 2, hlm. 492 16 Abbas Hasan, Al-Nahw Al-Wafi, juz 1, hlm. 446 17 Muhammad Ibrahim „Ubadah, Al-Jumlah al-‘Arabiyyah, hlm. 136-144 14
7
c. Fungsi Sintaksis Fungsi sintaksis merupakan hubungan antara unsur-unsur bahasa dilihat dari sudut pandang penyajiannya dalam ujaran. Istilah-istilah yang digunakan dalam fungsi sintaksis ini ialah subjek, predikat, objek dan keterangan. Abdul Chaer menyatakan bahwa “fungsi sintaksis adalah semacam „kotak-kotak‟ atau „tempat-tempat‟ dalam struktur sintaksis yang kedalamannya akan diisikan kategori-kategori tertentu. Kotakkotak itu bernama subjek (S), predikat (P), objek (O), komplemen (Kom) dan keterangan (Ket).”18 Dalam bahasa Arab, fungsi sintaksis dikenal dengan istilah “mauqi al-i'râb”. Beberapa “kalimat” (kata dalam bahasa Indonesia) yang membentuk “jumlah” (kalimat dalam bahasa Indonesia), baik ismiyyah maupun fi‟liyyah, memiliki hubungan apabila ditinjau dari fungsi sintaksisnya. Berdasarkan hubungan kalimat dalam jumlah, maka dikenal beberapa istilah i'rāb isim yang dikelompokkan dalam tiga macam, yaitu almarfû'ât, al-manshûbât, dan al-majrûrât.19 Marfû‟ât al-Asmâ yaitu isim-isim yang menempati fungsi subjek dan predikat. Fungsi-fungsi tersebut dikenal dengan istilah-istilah Mubtada, Khabar Mubtada, Fâ‟il, Nâ‟ib al-Fâ‟il, Isim Kâna wa Akhawâtuhâ, dan Khabar Inna wa Akhawâtuhâ. Mansûbât al-Asmâ yaitu isim-isim yang menempati fungsi objek atau keterangan. Fungsi-fungsi tersebut dikenal dengan istilah-istilah Maf‟ûl Bih, Maf‟ûl Muthlaq, Maf‟ûl Lah, Maf‟ûl Fih, Maf‟ûl Ma‟ah, Munâda, Hâl, Tamyiz, Mustatsna, Khabar Kâna wa Akhawatuh, dan Isim Inna wa Akhawâtuhâ. Majrûrât al-Asmâ ada dua, yaitu majrûr bi harf al-jâr dan majrûr bi al-idlâfah. Selain ketiga kelompok fungsi tersebut, ada satu kelompok fungsi yang dinamakan dengan istilah tawâbi‟ yang artinya yang mengikuti. Disebut tawâbi‟ karena i‟rab nya mengikuti i‟rab isim diikutinya. Tawâbi‟ ini terdiri atas empat fungsi, yaitu na‟at, „athaf, badal, dan taukîd.
E. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang akan menggambarkan "apa adanya" tentang bentuk sharf dan struktur nahwu dalam Kitab Al-Arabiyyah li Thullab al18
Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia (pendekatan proses), (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2009), hlm. 20 19 Tiga kelompok i'rāb ini merupakan kelompok i'rāb yang diperuntukkan bagi ism, sedangkan kelompok i'rāb fi‟il terdiri atas al-marfū‟āt, al-manshūbāt, dan al-majzūmāt. Dalam ism tidak ada i'rāb jazm sebagaimana halnya i'rāb jar tidak ada dalam fi‟il.
8
Jami‟ah. Penelitian ini merupakan perpaduan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif. Perhitungan yang digunakan adalah distribusi frekuensi pada jumlah pengulangan tiap bentuk sharf dan struktur nahwu. Hasil perhintungan kuantitatif tersebut selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk kategori-kategori yang bersifat kualitatif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif interpretatif. Pendekatan ini dipilih karena peneliti dalam hal ini berupaya melakukan pembacaan dan pemaknaan terhadap bentuk sharf dan struktur nahwu dalam Kitab AlArabiyyah li Thullab al-Jami‟ah. Sumber data penelitian ini adalah Kitab Al-Arabiyyah li Thullab al-Jami‟ah yang terdapat di awal tiap dars. Adapun instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri yang berhadapan langsung dengan Kitab Al-Arabiyyah li Thullab al-Jami‟ah. Setelah data-data penelitian didapat, maka penulis mengolahnya untuk menghasilkan suatu deskripsi tentang bentuk sharfi dan struktur nahwi yang terdapat dalam Kitab AlArabiyyah li Thullab al-Jami‟ah. Sedangkan langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data adalah sebagai berikut: mendata setiap kata dan jumlah yang terdapat dalam Kitab Al-Arabiyyah li Thullab alJami‟ah; mengklasifikasi setiap kata dan jumlah yang telah terkumpul. mendeskripsikan bentuk kata dan struktur nahwi yang terdapat dalam kata-kata yang telah diklasifikasikan; menyusun frekuensi bentuk kata dan struktur nahwi yang telah dideskripsikan dengan tehnik distribusi frekuensi.
F. HASIL YANG DIHARAPKAN Penelitian diharapkan dapat melahirkan rekomendasi sebagai masukan yang bermanfaat bagi pengembangan silabus dan penyusunan bahan matrikulasi bahasa Arab, baik bagi dosen pengampu mata kuliah bahasa Arab maupun bagi pengambil kebijakan, yaitu pimpinan perguruan tinggi, melalui Pusat Pengembangan Bahasa (PPB).
G. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di UIN Jakarta dan diupayakan selesai dalam 6 bulan, terhitung mulai Maret hingga Agustus 2016, dengan rincian kegiatan sebagaimana terjadwal berikut ini.
9
No.
Kegiatan
3
4
5
6
X
X
7
8
1
Penyusunan proposal
X
2
Pengayaan telaah pustaka
X
3
Penyiapan desain operasional
X
4
Pengumpulan data
5
Pengolahan data
6
Penyusunan draf laporan
X
X
7
Diskusi terbatas draf laporan
X
X
8
Revisi dan pengiriman laporan
X
X
X
X
DAFTAR PUSTAKA 1.
Al-Qur'an dan Terjemahannya
2.
Abbas Hasan, Al-Nahw Al-Wafi, Kairo: Darul Ma‟arif
3.
Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia (pendekatan proses), Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2009
4.
Abdul Chaer, Linguistik Umum, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2004
5.
Abdul Gaffar Hamid Hilal, Al-Arabiyyah, Khashaishuha wa Simatuha, Kairo: Maktabah Wahbah, 2004
6.
Abdul Hamid Ahmad, Al-I‟jaz al-Sharfy fi al-Qur‟an al-Karim, al-Maktabah al„Ashriyyah, 2001
7.
Abdullah Ahmad Jad al-Karim, Al-Ma‟na wa al-Nahwu, Maktabah al-Adab, 2002
8.
Ahmad Mukhtar Umar, Dirasat Lugawiyyah fi al-Qur‟an al-Karim, „Alam al-Kutub, 2001
9.
Ad-Damamini, Syarh Ad-Damamini „ala Mughni Al-Labib, Beirut: Muassasah At-Tarikh Al-„Arabi. 2007
10. Al-Jauhari, Taj al-Lughah wa Shihah al-Arabiyyah, Kairo: Dar al-Hadits, 2009 11. Al-Qazwaini, Al-Idhah fi „Ulum Al-Balaghah, Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyyah. 2003 12. Fairuzabadi, al-Qamus al-Muhith, Beirut: Muassasah Al-Risalah, 2005 13. Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001 14. Ibnu Ya‟isy, Syarh Al-Mufashshal, Beirut: Darul Kutub Al-„Ilmiyyah. 2001 15. Jack C Richard dan Theodore S. Rodgers, Approaches and Methods In Language Teaching, New York: Cambridge University Press, 2003 16. Jos Daniel Parera, Dasar-dasar Analisis Sintaksis, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009
10
17. Muhammad Ahmad Khudhair, Al-Adawat al-Nahwiyyah fi al-Qur‟an al-Karim, Maktabah Angelo al-Mishriyyah, 2001 18. Muhammad Ibrahim Ubadah, Al-Jumlah al-„Arabiyyah, Kairo: Maktabah al-Adab, 2001 19. Muhammad Hamasah Abdul Latif, Bina al-Jumlah al-Arabiyyah, Dar Garib, 2003 20. Muhbib Abdul Wahab, Metode Penelitian dan Pembelajaran Nahwu, Jakarta: Lemlit UIN Jakarta, 2008 21. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2001 22. Syauqî Dlaif, Tajdîd al-Nahwi, Kairo: Dâr al-Ma‟ârif, 1995 23. _________ , Mu‟jizat al-Qur‟an, Kairo: Darul Ma‟arif, 2002 24. Tammam Hassan, Al-Ushûl, Dirâsah Epistemolojiyyah li al-Fikr al-Lughawi 'inda al'Arab, Beirut: 'Alam al-Kutub, 2000 25. _________ , Ijtihadat Lugawiyyah, al-Qahirah: „Alam al-Kutub, 2007 26. _________ , al-Ushul, al-Qahirah: „Alam Kutub, 2000