BENTUK KERJASAMA GURU BK DENGAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MEMBINA MORAL PESERTA DIDIK KELAS IX DI SMP NEGERI 1 PAINAN
E JURNAL
SHERLYE NOFIA SARI NPM: 10060192
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2014
BENTUK KERJASAMA GURU BK DENGAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MEMBINA MORAL PESERTA DIDIK KELAS IX DI SMP NEGERI 1 PAINAN Oleh: SHERLYE NOFIA SARI Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACK However because it’s still not applied yet in that school, a research was done in order to describe: 1) The forms of cooperation between counselor with class teachers in students morale education in view of action learning approach, 2) The forms of cooperation between counselor with class teachers in students morale education in view of cognitive development approach. The quantitative descriptive type research is used with certain population of 204 with 41 sample. Sample was taken using proportional random sampling technique. This research instrument is in the form of quistionnaire. Data analysis is processed with kriterium sturgess and persentative formulation. Research results prove that: 1) Forms of cooperation between counselor with class theachers in students moral education of class IX considering action learning approach is in the good category, 2) The forms of cooperation between counselor with class teachers in students moral education of class IX considering cognitive development is in the passable category. Key word: counselor, class teachers, morale
SHERLYE NOFIA SARI Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACK Hal ini ditandai dengan adanya masalah moral peserta didik yang seharusnya sudah menjadi kewajiban para pendidik dalam membina moral peserta didiknya. Namun masih belum dilaksanakan dengan baik, hal itulah yang melatarbelakangi peneliti untuk menelitinya dengan tujuan untuk mendeskripsikan: 1) Gambaran bentuk kerjasama guru BK dengan guru mata pelajaran dalam membina moral peserta didik dilihat dari aspek pendekatan pembelajaran berbuat, 2) Gambaran bentuk kerjasama guru BK dengan guru mata pelajaran dalam membina moral peserta didik dilihat dari aspek pendekatan perkembangan kognitif. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan populasi 204 dan sampel 41 orang. Pengambilan sampelnya dengan menggunakan teknik Proportional Random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Sedangkan analisis data dengan menggunakan perumusan kriterium sturgess dan rumus persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Gambaran bentuk kerjasama guru BK dengan guru mata pelajaran dalam membina moral peserta didik dilihat dari aspek pendekatan pembelajran berbuat berada pada kategori baik, 2) Gambaran bentuk kerjasama guru BK dengan guru mata pelajaran dalam membina moral peserta didik dilihat dari aspek pendekatan perkembangan kognitif berada pada kategori cukup baik.
Kata kunci: Guru BK, guru mata pelajaran, moral Pendahuluan Pendidikan merupakan hal yang mutlak diperlukan bagi setiap lapisan masyarakat. Pendidikan menjadi hak asasi yang harus didapatkan oleh setiap warga Negara. Pendidikan juga menjadi ciri majunya sebuah generasi. Di Negara kita, pendidikan diberi nilai yang cukup tinggi meskipun tidak dipungkiri kekurangan demi kekurangan masih kerap dijumpai. Pendidikan pada dasarnya mengupayakan pengembangan manusia seutuhnya, maksudnya melalui pendidikan dihasilkan manusia yang berkualitas sebagaimana tertuang dalam Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan berfungsi: Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara demokratis dan bertanggung jawab. Amanat yang terkandung di dalam Undangundang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menjelaskan bahwa upaya untuk menuju tujuan tersebut, masih jauh dari harapan. Pemerintah melalui Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menginginkan generasi yang unggul dengan penekanan karakter bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta bermoral dan berakhlak mulia menjadi titik tekan utamanya. Di sekolah, peserta didik hampir setiap hari bertemu dengan guru mata pelajarannya. Karena guru mata pelajaran masuk kelas dan memberikan materi pelajaran kepada peserta didik. Di kelas, selain mengajar guru mata pelajaran juga mendidik peserta didiknya agar menjadi anak yang baik. Guru mata pelajaran memiliki peran penting dalam membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik. Apalagi permasalahan di dalam kelas, guru mata pelajaran berhak untuk memberikan arahan atau nasehat untuk peserta didiknya. Guru mata pelajaran lebih banyak mengetahui perkembangan peserta didik karena hampir setiap hari masuk kelas. Oleh karena itu, apabila permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik tidak bisa dientaskan oleh guru mata pelajaran barulah guru mata pelajaran bisa mengalihtangankan/meminta bantuan kepada guru Bimbingan dan Konseling yang disingkat BK. Menurut Neviyarni (2009:108) kerjasama guru BK dengan guru mata pelajaran adalah untuk: 1. Membimbing peserta didik mengenal prasyarat penguasaan materi pelajaran yang harus dikuasai peserta didik. 2. Membimbing peserta didik untuk memiliki keterampilan belajar. 3. Membimbing peserta didik untuk menggunakan sarana dan prasarana belajar yang ada secara efektif.
4.
Membimbing peserta didik untuk mengenal keadaan diri pribadinya dalam rangka mengoptimalkan prestasinya. 5. Membimbing peserta didik dalam mengenal dan memanfaatkan lingkungannya untuk belajar. 6. Membimbing kegiatan kelompok belajar peserta didik. 7. Menjadi narasumber bagi guru mata pelajaran. 8. Merencanakan dan melaksanakan pendidikan perbaikan bagi peserta didik yang memerlukan. 9. Merencanakan dan melaksanakan program pengayaan bagi peserta didik yang cepat dalam belajar. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penting adanya kerjasama guru BK dengan guru mata pelajaran demi membantu peserta didik dalam mengentaskan permasalahan yang mereka hadapi maupun mengembangkan potensi yang mereka miliki. Selain itu dengan kerjasama ini diharapkan adanya perubahan sikap peserta didik ke arah yang lebih baik. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di SMP N 1 Painan pada tanggal 11 Juli 2013, diketahui bahwa masih ada beberapa peserta didik yang tidak menghargai guru seperti acuh tak acuh ketika berjumpa, mengeluarkan kata-kata kurang sopan, mengejek guru yang tidak mereka sukai, mengajukan pertanyaan dengan bahasa yang tidak sopan kepada guru. Hal ini diperkuat dari wawancara peneliti dengan dua orang guru BK di sekolah tersebut pada tanggal 13 Juli 2013 diperoleh keterangan bahwa permasalahan yang mereka temui adanya peserta didik yang keluar masuk pada saat Proses Belajar Mengajar (PBM) berlangsung dan duduk di kantin, masih banyak yang berkelompokkelompok, sering terjadi perkelahian antar peserta didik karena salah paham seperti bercanda yang berlebihan yang akhirnya menimbulkan perkelahian. Selain itu guru BK di sana juga menjelaskan bahwa setiap peserta didik yang mempunyai masalah baik dari segi belajar, sosial, dan keluarga semuanya diserahkan langsung ke guru BK. Seolah-olah setiap peserta didik yang bermasalah guru BK adalah solusi paling tepat bagi peserta didik tersebut seperti peserta didik yang tidak membuat PR juga disuruh ke ruangan BK untuk diproses oleh guru BK nya. Seharusnya peserta didik tersebut diproses terlebih dahulu oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan bukan langsung diserahkan kepada guru BK. Berdasarkan wawancara dengan tiga orang guru mata pelajaran yang ada di SMP N 1 Painan pada tanggal 14 juli 2013. Menjelaskan bahwa moral peserta didik SMP Negeri 1 Painan masih perlu untuk diperbaiki. Hal ini terlihat masih ada peserta didik yang belum menghargai guru seperti kelas melawan pada saat diberi nasehat, mengganggu teman pada
saat proses belajar berlangsung, meribut ketika membaca asmaul husna, merusak fasilitas sekolah dan mencoret-coret dinding dengan kata-kata yang tidak sopan. Selain itu, juga pernah kedapatan beberapa peserta didik yang berlawanan jenis berduaan di dalam kelas pada saat jam pulang sekolah. Apabila peserta didik tersebut diberi arahan, peserta didik bersikap acuh tak acuh dengan tidak menanggapi positif arahan tersebut. Masalah-masalah di atas tidak dapat diabaikan begitu saja. Perlu peranan seorang guru BK untuk memberikan pelayanan kepada semua peserta didik sesuai dengan peraturan yang berlaku di sekolah tersebut. Dimana guru BK harus lebih aktif lagi menjalin kerjasama dengan guru mata pelajaran dan sebaliknya. Agar masalah-masalah yang terjadi pada peserta didik dapat terselesaikan sesegera mungkin dan proses perkembangan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan perkembangan moral yang diharapkan. Guru BK tidak bisa dengan segera dan seketika mengubah gaya hidup peserta didik sesuai dengan kode-kode norma ideal yang sesungguhnya. Oleh sebab itu, maka guru BK diwajibkan untuk menyelenggarakan situasi dan mengkondisikan suasana keseimbangan, atau kalau bisa melahirkan penilaian yang lebih baik dalam mengembangkan perilaku ke arah yang lebih baiknya. Selain itu, jumlah guru BK di SMP Negeri 1 Painan masih terbatas. Hal ini bertolak belakang dengan jumlah peserta didik yang banyak serta dengan bermacammacam masalah. Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMP Negeri 1 Painan, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian secara terencana dan optimal mengenai: Bentuk kerjasama guru BK dengan guru mata pelajaran dalam membina moral peserta didik kelas IX di SMP Negeri 1 Painan. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana bentuk kerjasama guru BK dengan guru mata pelajaran dalam membina moral peserta didik kelas IX di SMP Negeri 1 Painan? Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1) Bentuk kerjasama guru BK dengan guru mata pelajaran dalam membina moral peserta didik kelas IX dilihat dari aspek pendekatan pembelajaran berbuat, 2) Bentuk kerjasama BK dengan guru mata pelajaran dalam membina moral peserta didik kelas IX dilihat dari pendekatan perkembangan kognitif. Menurut Muin (2006:16) kerjasama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI Edisi Tiga:2007) “Kerjasama adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang
(lembaga, pemerintah dan sebagainya) untuk mencapai tujuan bersama”. Kata moral berasal dari kata Latin Mores. Mores berasal dari kata mos yang berarti kesusilaan, tabiat atau kelakuan. Moral dengan demikian dapat diartikan ajaran kesusilaan. Moralitas berarti hal mengenai kesusilaan. Menurut Helden dan Richard (Sjarkawi, 2008:28) merumuskan pengertian moral sebagai suatu kepekaan dalam pikiran, perasaan, dan tindakan dibandingkan dengan tindakan yang lain yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap prinsip dan aturan selanjutnya. Atkinso (Sjarkawi, 2008:28) mengemukakan moral atau moralitas merupakan pandangan tentang baik dan buruk, benar dan salah, apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan. Selain itu, moral juga merupakan seperangkat keyakinan dalam suatu masyarakat berkenaan dengan karakter atau kelakuan dan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Menurut Superka (Adisusilo, 2012:133) ada 5 pendekatan dan metode yang dapat digunakan pendidik di sekolah dalam membina moral peserta didik di sekolah yaitu: 1. Pendekatan pembelajaran berbuat Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach) memberi penekanan pada usaha memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan perbuatanperbuatan moral, baik secara perorangan maupun secara bersama-sama dalam kelompok. Pendekatan ini memungkinkan peserta didik sebagai warga negara dapat berbuat secara aktif dan kontekstual berdasarkan nilai-nilai yang diyakininya. 2. Pendekatan dan metode penanaman nilai Pendekatan penanaman nilai adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai dalam diri peserta didik. Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran menurut pendekatan ini antara lain: keteladanan, kejujuran dan penghargaan. Metode ini dipakai secara luas dalam berbagai budaya bangsa, terutama pada pemimpin agama, karena nilai-nilai universal dan kebenaran agama dianggap tidak lagi terbantahkan, sudah mutlak. 3. Pendekatan dan metode perkembangan kognitif Pendekatan ini disebut pendekatan perkembangan kognitif karena karakteristiknya memberikan penekanan pada aspek kognitif dan aspek perkembangannya. Guru dapat menjadi fasilitator dalam menerapkan proses pemikiran moral kepada peserta didik. Pendekatan ini mengandaikan bahwa perkembangan moral seseorang berkembang dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Tujuan pendekatan dan metode ini ada dua:
1.
4.
5.
Membantu peserta didik dalam pertimbangan moral yang lebih kompleks berdasarkan kepada nilai yang lebih tinggi. 2. Mendorong peserta didik untuk mendiskusikan alasan-alasannya ketika memilih nilai dan posisinya dalam suatu masalah moral. Pendekatan ini pertama kali dikembangkan oleh John Dewey (1922), lalu dikembangkan oleh Kohlberg. Kohlbergh (Adisusilo, 2012:136) mengembangkan teori Dewey lebih rinci lagi melalui berbagai perobaan yang berulang-ulang dan akhirnya dia menyimpulkan pengambilan keputusan moral seseorang sebagai berikut: Pendekatan dan metode argumetasi moral Pendekatan argumentasi moral memberikan penekanan pada perkembangan kemampuan siswa untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan mencari alasan pembenaran secara moral. Pendekatan teknik klarifikasi nilai (Value Clarification Technique, VCT) VCT adalah pendekatan pendidikan nilai dimana peserta didik dilatih untuk menemukan, memilih menganalisis, memutuskan, mengambil sikap sendiri nilai-nilai hidup yang ingin diperjuangkannya. Peserta didik dibantu menjernihkan, memperjelas atau mengklarifikasi nilai-nilai hidupnya, lewat values problem solving, diskusi, dialog dan presentasi.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan ialah kuantitatif deskriptif. Waktu penelitian September 2014, sedangkan penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan. Populasi penelitian berjumlah 204 orang. Sampel penelitian berjumlah 41 orang. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik proportional random sampling. Jenis data dalam penelitian adalah data interval. Menurut Mangkuatmodjo (2003:37) data interval adalah data yang memiliki jarak antara yang satu dengan yang lain sama, tetapi tidak mempunyai nilai, menggunakan data interval harus fleksibel karena pada setiap skala angka harus diketahui dengan jelas. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket. Menurut Riduwan (2006:71) angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Hasil analisa data dituangkan dalam
melainkan sungguh – sungguh diamalkan dan dihayati.
bentuk tabel yang selanjutnya merubah data tersebut dari persentase ke dalam bentuk kriteria-kriteria penasfsiran. 2. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan data yang telah diperoleh dari penyebaran angket kepada sampel di sekolah, maka diperoleh gambaran umum mengenai kerjasama guru BK dengan guru mata pelajaran dalam membina moral kelas IX di SMP Negeri 1 Painan , dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1.
Aspek Pendekatan Pembelajaran Berbuat Bentuk kerjasama guru BK dengan guru mata pelajaran dalam membina moral peserta didik kelas IX di SMP Negeri 1 Painan dilihat dari aspek pendekatan pembelajaran berbuat berada pada kategori baik. Menurut Adisusilo (2012:72) pendidikan nilai harus membantu peserta didik untuk mengalami nilai-nilai dan menempatkannya secara integral dalam keseluruhan hidup mereka. Pendidikan nilai bukanlah sesuatu yang harus ditambahkan, melainkan justru merupakan suatu yang hakiki-hakiki dalam seluruh proses pendidikan. Berdasarkan hasil temuan yang didapatkan dan kutipan di atas, maka peneliti menyarankan agar antara guru BK dengan guru mata pelajaran dalam hal penanaman nilai lebih ditingkatkan lagi. Hal ini harus lebih ditingkatan lagi oleh guru BK dan guru mata pelajaran sehingga peserta didik benar-benar memahami nilai-nilai apa saja yang dapat diterima di masyarakat. 1.
Mengenal nilai Berdasarkan hasil analisis data di atas, terlihat bahwa bentuk kerjasama guru BK dengan guru mata pelajaran dalam mengenal nilai yaitu berada pada kategori cukup baik. Menurut Adisusilo (2012:73) para pendidik mentransformasikan nilai-nilai kepada peserta didik dengan sentuhan hati dan perasaan, melalui contoh-contoh konkret dan sedapat mungkin menjadi teladan si pendidik sehingga peserta didik dapat melihat dengan mata kepalanya sendiri alangkah baiknya nilai itu. Dari hasil penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kerjasama guru BK dengan guru mata pelajaran sudah cukup baik dan diharapkan lebih ditingkatkan lagi agar nilai-nilai luhur bangsa tidak hanya menjadi slogan saja,
2.
Menerima nilai Berdasarkan hasil analisis data di atas, terlihat bahwa kerjasama guru BK dengan guru mata pelajaran dalam menerima nilai berada pada kategori kurang baik. Menurut Kohlbergh (Salam, 2000:78) Contoh teladan sebagai kurikulum tersembunyi (the hidden curriculum). Katanya: kalau Anda ingin memperkembangkan moralitas atau rasa keadilan pada anak-anak, Anda mesti menciptakan suatu sekolah yang adil dan suatu lingkungan kelas yang adil. Karena kenyataannya, apa yang dipelajari oleh anak-anak banyak yang tidak berasal dari buku-buku dan bahan-bahan pelajaran, tetapi dari lingkungan dan suasana moral yang Anda ciptakan dalam kelas itulah kurikulum Anda tersembunyi. Dari hasil penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk kerjasama guru BK dengan guru mata pelajaran dalam hal menerima nilai masih berada dalam kategori kurang baik berarti guru BK bersama guru mata pelajaran lebih fokus lagi dalam membina peserta didik agar peserta didik dapat mengamalkan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-harinya.
Aspek Perkembangan Koginitif 1.
Menerapkan keputusan moralitas Berdasarkan hasil analisis data di atas, terlihat bahwa kerjasama guru BK dengan guru mata pelajaran dalam menerapkan keputusan moralitas berada pada kategori cukup baik. Menurut Adisusilo (2012:74) memberi teladan atau contoh apa yang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari bukanlah soal yang mudah bagi para pendidik. Namun, tanpa memberi teladan pada peserta didik, apa yang diajarkannya hampir tidak ada gunanya. Berdasarkan hasil penelitian dan kutipan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kerjasama guru BK dengan guru mata pelajaran masih berada dalam kategori cukup baik berarti guru BK bersama guru mata pelajaran bisa lebih meningkatkannya lagi dalam memberikan contoh-contoh
teladan atau aturan yang rasanya dapat membantu peserta didik untuk berperilaku lebih baik lagi. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan: 1. Kerjasama guru BK dengan guru mata pelajaran dalam membina moral peserta didik dilihat dari aspek pendekatan pembelajaran berbuat berada pada ketegori baik. 2. Kerjasama guru BK dengan guru mata pelajaran dalam membina moral peserta didik dilihat dari aspek pendekatan perkembangan kognitif berada pada ketegori cukup baik. Berdasarkan hasil penelitian dikemukakan beberapa saran untuk: 1. Kepala sekolah, agar dapat selalu mengkoordinir personil sekolah terkait kerjasama dalam membina moral peserta didik di SMP Negeri 1 Painan agar menjadi lebih baik. 2. Guru BK dengan guru mata pelajaran, agar dapat lebih meningkatkan lagi kerjasamanya dalam membina moral peserta didik khususnya ke arah yang lebih baik lagi yang dilakukan secara kontinu sehingga mencapai hasil yang optimal. 3. Peserta didik, agar dapat mengamalkan ilmu yang telah didapatkan di sekolah dalam kehidupan sehari-harinya terutama dalam berperilaku agar dapat diterima oleh masyarakat dengan baik. 4. Pengelola program studi, agar lebih mempersiapkan tenaga bimbingan dan konseling lebih terampil lagi dalam memahami perkembangan tingkah laku peserta didik yang berhubungan dengan moral. 5. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat meneliti lebih lanjut. Kepustakaan Adisusilo, Sutarjo. 2012. Pembelajaran Nilai – Karakter. Jakarta: PT Raja grafindo Persada Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3.Jakarta: Balai Pustaka Mangkuatmodjo, Soegyarto. 2003. Pengantar Statistik. Jakarta: Rineka cipta. Muin, Idianto. 2006. Sosiologi SMA/MA. Jakarta: Erlangga Neviyarni. 2009. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berorientasi Khalifah Fil Ardh. Bandung: Alfabeta Riduwan. 2006. Belajar Mudah Untuk GuruKaryawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Salam, Burhanuddin. 2000. Etika Individual. Jakarta: Rineka Cipta. Undang-undang SISDIKNAS. 2003. UURI No. 20 Tahun 2003. Jakarta: Grafik