Bencana Gempabumi di Indonesia Tahun 2008 (Supartoyo, dkk)
BENCANA GEMPABUMI DI INDONESIA TAHUN 2008 Supartoyo*, Imam A. SADISUN **, Chalid I. ABDULLAH **) *) Surveyor Pemetaan Madya Bidang Pengamatan Gempabumi dan Gerakan Tanah, PVMBG **) Pengajar Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB
Sari Indonesia adalah negara rawan gempabumi yang bersumber dari zona penunjaman dan sesar aktif. Berdasarkan data dari USGS selama tahun 2008 terjadi 127 kali kejadian gempabumi dengan magnituda lebih besar dari 5 Mw, dan 8 diantaranya merupakan kejadian gempabumi merusak yang terjadi di Provinsi Sumatera Utara (2 kejadian) dan Provinsi Irian Jaya Barat, Nanggroe Aceh Darussalam, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan dan Gorontalo masing-masing 1 kejadian. Kejadian gempabumi merusak tersebut mempunyai magnituda berkisar antara 4,4 SR (Skala Richter) hingga 7,7 SR dan kedalaman dangkal (berkisar 10–30km). Kejadian gempabumi merusak tersebut telah mengakibatkan korban jiwa sebanyak 12 orang, lebih dari 93 orang luka-luka dan ribuan bangunan mengalami kerusakan. Oleh karena itu sangat diperlukan upaya mitigasi gempabumi yang dilakukan secara struktural maupun non struktural. Kata kunci : gempabumi merusak, sumber gempabumi, mitigasi
Pendahuluan Indonesia merupakan salah satu negara rawan gempabumi di dunia, disebabkan oleh pertemuan 4 lempeng (Gambar 1), yaitu Lempeng Eurasia yang bergerak relatif ke arah tenggara dengan kecepatan ± 0,4cm/ tahun, Lempeng Indo–Australia yang bergerak relatif ke arah utara dengan kecepatan ± 7cm/ tahun, Lempeng Pasifik yang bergerak relatif ke arah barat dengan kecepatan ± 11cm/ tahun dan Lempeng Filipina yang relatif bergerak ke arah baratlaut dengan kecepatan ± 8 cm/ tahun (Minster dan Jordan, 1978 dalam Yeats et.al, 1997). Pertemuan ke empat lempeng ini merupakan kasus yang unik di dunia ini. Berdasarkan pembagian tektonik (tectonic province), Indonesia dapat dibagi menjadi 2 kawasan, yaitu kawasan Indonesia bagian barat yang melibatkan interaksi 2 lempeng, yaitu Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia dan kawasan Indonesia bagian timur yang melibatkan interaksi 3 lempeng, yaitu Lempeng Indo-Australia, Pasifik, Filipina dan beberapa mikrokontinen. Dengan demikian tataan tektonik kawasan Indonesia bagian timur lebih komplek dibandingkan Indonesia bagian barat. Pertemuan ke empat lempeng tersebut mengakibatkan terbentuknya elemen tektonik
(tectonic environment) berupa zona penunjaman, zona prismatik akresi, busur magmatik (magmatic arc), cekungan muka, cekungan belakang, dan pola struktur geologi (Gambar 1). Batas pertemuan antar lempeng yang menghasilkan zona penunjaman tersebut merupakan sumber gempabumi (earthquake source). Sumber gempabumi lainnya dapat berasal dari zona prismatik akresi dan sesar aktif yang terdapat di laut maupun di darat. Gambar 2 memperlihatkan sebaran pusat gempabumi merusak yang terjadi di Indonesia yang bersumber dari zona penunjaman maupun sesar aktif. Kejadian gempabumi bersumber dari sesar aktif di kontinen/ darat dicirikan dengan kedalaman dangkal (pada umumnya kurang dari 40km) dan terletak cukup jauh dari zona penunjaman. Kejadian gempabumi yang bersumber dari sesar aktif di darat perlu mendapat perhatian dalam upaya mitigasi gempabumi karena pada umumnya lebih bersifat merusak meskipun magnitudanya tidak besar, namun kedalamannya dangkal dan terletak dekat dengan pemukiman dan aktivitas penduduk.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 1, Januari 2009 : 13-22
Hal :13
Bencana Gempabumi di Indonesia Tahun 2008 (Supartoyo, dkk)
Gambar 1. Tataan tektonik di Kepulauan Indonesia (Hall, 2002)
Gambar 2. Peta sebaran sesar aktif dan pusat gempabumi merusak di Indonesia (Supartoyo dan Surono, 2008)
Hal :14
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 1, Januari 2009 : 14-22
Bencana Gempabumi di Indonesia Tahun 2008 (Supartoyo, dkk)
Rata-rata kejadian gempabumi merusak di Indonesia setiap tahunnya berkisar antara 5 hingga 12 kejadian (Supartoyo & Abdurrachman, 2008). Berdasarkan data yang dihimpun oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada tahun 2008 terjadi 8 kejadian gempabumi merusak yang terjadi di Provinsi Sumatera Utara (2 kejadian) dan Provinsi Irian Jaya Barat, Nanggroe Aceh Darussalam, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan dan Gorontalo masingmasing 1 kejadian. Gempabumi Tahun 2008 Berdasarkan data dari USGS (2009), selama tahun 2008 di wilayah Indonesia terjadi 127 kejadian gempabumi dengan magnitudo lebih besar dari 5Mw (moment magnituda) (Gambar 3). Kejadian gempabumi tersebut pada umumnya terkonsentrasi di sebelah barat Pulau Sumatera terutama di sebelah barat wilayah Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Bengkulu serta di sebelah timur Provinsi Sulawesi Utara.
Terkonsentrasinya sebaran episenter di sebelah timur Provinsi Sulawesi Utara dipicu oleh kejadian gempabumi tanggal 11-9-2008 dengan magnituda 7,6 SR pada kedalaman 10km di Punggungan Mayu (barat Pulau Halmahera dan timur Sulawesi Utara) yang diikuti oleh serangkaian gempabumi susulan. Kejadian gempabumi ini dipicu oleh aktivitas sesar aktif sepanjang Punggungan Mayu yang terbentuk akibat tumbukan ganda /collision (tumbukan 2 mikro kontinen pada bagian barat dan bagian timur punggungan Mayu) antara mikro kontinen dengan busur kepulauan. Kawasananya ini termasuk aktif tingkat kegempaannya dan berdasarkan data mekanisme sumber gempabumi sebelumnya, mekanisme gempabumi yang terjadi umumnya adalah sesar naik berarah utara-selatan dengan arah kompresi maksimum barat-timur.
Gambar 3. Sebaran gempabumi magnituda lebih dari 5 Mw tahun 2008 (sumber : USGS, 2009) Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 1, Januari 2009 : 15-22
Hal :15
Bencana Gempabumi di Indonesia Tahun 2008 (Supartoyo, dkk)
gempabumi yang bersumber dari zona penunjaman dan zona prismatik akresi pada umumnya diakibatkan oleh sesar naik berarah baratlaut-tenggara. Hal ini sangat kontras dibanding kejadian gempabumi bersumber dari Sesar Sumatera. Berdasarkan data mekanisme fokal gempabumi tersebut diakibatkan oleh sesar mendatar.
Terkonsentrasinya sebaran episenter di sebelah barat Pulau Sumatera, antara lain dipicu oleh kejadian gempabumi di sebelah barat Kota Bengkulu pada tanggal 8-8-2008 dengan magnituda 6 SR pada kedalaman 10km dan tanggal 22-11-2008 dengan magnituda 6,7 SR pada kedalaman 23km. Sedangkan di sebelah barat NAD dipicu oleh kejadian gempabumi tanggal 21-2-2008 dengan magnituda 7,3 SR pada kedalaman 30km. Di sebelah barat Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Barat dipicu oleh kejadian gempabumi tanggal 23 Januari 2008 dengan magnituda 6,2 SR pada kedalaman 10km. Kejadian-kejadian gempabumi tersebut dipicu oleh aktivitas zona penunjaman akibat tumbukan antara Lempeng Eurasia dan IndoAustralia yang terjadi pada Jaman Kapur. Aktivitas zona penunjaman tersebut memicu sesar naik yang terdapat pada zona prismatik akresi. Kejadian-kejadian gempabumi tersebut telah mengakibatkan serangkaian gempabumi susulan yang berlangsung cukup lama. Berdasarkan data mekanisme fokal dari kejadian gempabumi sebelumnya, maka
Gempabumi Merusak Tahun 2008 Berdasarkan data yang dihimpun oleh PVMBG selama tahun 2008 tersebut telah terjadi 8 kejadian gempabumi merusak yang mengakibatkan 12 orang meninggal dunia dan lebih dari 93 orang luka-luka (Tabel 1). Magnituda gempabumi merusak tersebut berkisar antara 4,4 SR hingga 7,7 SR dengan kedalaman antara 10-30 km dan skala intensitas berkisar IV-VII MMI (Modified Mercally Intensity). Gempabumi Gorontalo tanggal 17 Nopember 2008 diikuti oleh tsunami dengan run-up yang teramati di lapangan kurang dari 2m (Suantika dkk, 2008).
Tabel 1. Kejadian gempabumi merusak tahun 2008 di Indonesia NO. PROPINSI 1 2 3 4 5 6
7 8
Irian Jaya Barat Sumatera Utara NAD Sumatera Utara Jawa Tengah NTB
Sumatera Selatan Gorontalo
NAMA GEMPA Sorong Gunungsitoli Pulau Simeulue Tapanuli Utara Temanggung Dompu
TGL PUSAT KDLM MAG KEJADIAN GEMPA (KM) 7/1/2008 134,061° BT 10 5,8 Mw 10:12:26 WIB 0,76° LS 23/1/2008 97,42° BT 10 6,2 SR 00:14:56 WIB 1,16° LU 21/2/2008 95,99° BT 30 7,3 SR 15:08:00 WIB 2,58° LU 19/5/2008 99,19° BT 10 6,1 SR 21:26:47 WIB 1,68° LU 21/5/2008 109,93° BT 30 4,4 SR 20:45:22 WIB 6,86° LS 7/8/2008 117,74° BT 10 6,6 SR 05:41:01 WIB 8,16° LS
Lahat & 9/9/2008 103,01° BT Pagar Alam 10:07:29 WIB 4,04° LS Gorontalo Utara 17/11/2008 122,18° BT 00:02:32 WIB 1,41° LU
MMI
KORBAN & KERUSAKAN L KB 0 28 rumah terbakar, 53 KK kehilangan rumah 5 Beberapa rumah rusak
VI
M 0
VI
1
VI
3
25
VI
0
3
IV
0
0
VI
0
0
10
5,6 SR
VI
2
10
7,7 SR
VII
6
Beberapa rumah & bangunan rusak 279 bangunan rusak dan longsor di Sipirok. 22 rumah rusak
386 bangunan rusak berat, 203 rusak sedang, 809 rusak ringan 60 177 bangunan rusak berat, 337 rusak ringan. puluhan 279 bangunan rusak berat, 329 bangunan rusak ringan.
Keterangan Mw : momen magnituda, SR : Skala Richter, M : meninggal dunia, L : luka-luka, KB : kerusakan bangunan
Hal :16
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 1, Januari 2009 : 16-22
Bencana Gempabumi di Indonesia Tahun 2008 (Supartoyo, dkk)
Sedangkan peta sebaran pusat gempabumi merusak tahun 2008 ditampilkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Sebaran pusat gempabumi merusak di Indonesia tahun 2008
Kejadian-kejadian gempabumi merusak selama tahun 2008 tersebut selengkapnya akan dijelaskan pada bagian berikut ini : Gempabumi Sorong Tanggal 7 Januari 2008 Gempabumi ini terjadi pada tanggal 7 Januari 2008 pukul 12:12:26 WIT. Menurut data USGS (2009) pusat gempabumi terletak di laut pada koordinat 134,061oBT dan 0,76oLS dengan magnituda 5,8 Mw pada kedalaman 10km. Kejadian gempabumi tersebut berkaitan dengan sistem sesar aktif. Agak sulit untuk menentukan penyebab gempabumi apakah oleh sistem Sesar Sorong yang berarah barat-timur atau Sesar Ransiki yang berarah baratlauttenggara, karena tidak diperoleh data mekanisme sumbernya. Kejadian gempabumi tersebut mengakibatkan 28 rumah penduduk di perkampungan nelayan terbakar akibat lampu tempel jatuh pada saat terjadi goncangan gempabumi. Akibat kejadian tersebut sebanyak 53 kepala keluarga (KK) kehilangan tempat
tinggal. Skala intensitas maksimum kejadian gempabumi tersebut mencapai VI MMI. Kejadian gempabumi ini menimbulkan kepanikan dan keresahan karena beredar isu akan terjadi tsunami. Gempabumi Gunungsitoli Tanggal 23 Januari 2008 Gempabumi ini terjadi pada tanggal 23 Januari 2008 dini hari pukul 00:14:56 WIB dengan kekuatan gempabumi tercatat 6,2 SR. Menurut data BMG (2009) pusat gempabumi terletak di Pulau Nias pada koordinat 97,42oBT-1,16oLU, pada kedalaman 10km. Berdasarkan data mekanisme sumbernya dari USGS (2009), kejadian gempabumi tersebut dipicu sesar naik berarah baratlaut-tenggara. Sesar naik ini berada di cekungan muka dan diperkirakan berada pada zona prismatik akresi yang terbentuk akibat tumbukan antara Lempeng Eurasia dan Indo-Australia. Beberapa kejadian gempabumi sebelumnya yang terjadi pada zona prismatik akresi ini pada umumnya
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 1, Januari 2009 : 17-22
Hal :17
Bencana Gempabumi di Indonesia Tahun 2008 (Supartoyo, dkk)
diakibatkan oleh sesar naik berarah baratlauttenggara. Goncangan gempabumi tersebut terasa kuat dan sebagian besar penduduk Pulau Nias merasakannya. Kejadian gempabumi tersebut mengakibatkan 1 orang meninggal dunia tertimpa runtuhan bangunan, 5 orang luka-luka dan beberapa bangunan mengalami kerusakan di Kota Gunungsitoli (Syahbana dkk, 2008). Skala intensitas maksimum kejadian gempabumi tersebut mencapai VI MMI. Gempabumi ini sempat menimbulkan kepanikan penduduk karena khawatir akan diikuti oleh tsunami. Gempabumi Simeulue Tanggal 21 Pebruari 2008 Gempabumi ini terjadi pada pukul 15:08:00 WIB tanggal 21 Februari 2008. Menurut data BMG (2009) pusat gempabumi terletak di Pulau Simeulue pada koordinat 95,99°BT dan 2,58°LU dengan magnituda 7,3 Skala Richter dan kedalaman 33km. Kejadian gempabumi tersebut dipicu oleh aktivitas zona penunjaman yang mengaktifkan sesar naik pada zona prismatik akresi. Hal ini didukung oleh data mekanisme sumber gempabumi dari USGS (2009) yang memperlihatkan sesar naik berarah baratlaut-tenggara. Goncangan gempabumi tersebut terasa kuat dan sebagian besar penduduk Pulau Simeulue dapat merasakannya. Kejadian gempabumi ini mengakibatkan 3 orang meninggal dunia, 25 orang luka-luka dan beberapa bangunan dan rumah penduduk mengalami kerusakan. Skala intensitas maksimum kejadian gempabumi tersebut mencapai VI MMI. Gempabumi ini sempat menimbulkan kepanikan penduduk karena khawatir akan diikuti oleh tsunami. Gempabumi Tapanuli Utara Tanggal 19 Mei 2008 Gempabumi ini terjadi pada pukul 21:26:57 WIB tanggal 19 Mei 2008. Menurut data BMG (2009) pusat gempabumi terletak di darat pada koordinat 99,19°BT dan 1,68°LU atau berjarak sekitar 35km baratlaut Kota Padang Sidempuan dengan magnituda 6,1 SR dan kedalaman 10km. Sedangkan menurut data USGS (2009) pusat gempabumi terletak di darat pada Hal :18
koordinat 99,181°BT dan 1,646°LU atau berjarak sekitar 45km timurlaut Kota Sibolga dengan magnituda 5,9 Mw dan kedalaman 11,6km. Berdasarkan data mekanisme sumber gempabumi dari USGS, kejadian gempabumi tersebut diakibatkan oleh sesar mendatar berarah baratlaut-tenggara. Berdasarkan pembagian segmentasi Sesar Sumatera (Sieh dan Natawidjaja, 2000) kejadian gempabumi ini berhubungan dengan Segmen Toru. Panjang Segmen Toru ini sekitar 95km (Sieh dan Natawidjaja, 2000) dan pernah menimbulkan gempabumi merusak sebelumnya yaitu pada tahun 1984 (magnituda 6,4 Mw) dan tahun 1987 (magnituda 6,6 Mw). Kejadian gempabumi tersebut mengakibatkan 3 orang orang luka-luka dan 279 bangunan dan rumah penduduk mengalami kerusakan. Gempabumi ini memicu terjadinya longsoran di beberapa tempat di daerah Sipirok. Bencana terparah terjadi di Desa Sipetang dan Simajambu, Kecamatan Simangumban, Kabupaten Tapanuli Utara (Indra dkk, 2008). Skala intensitas maksimum kejadian gempabumi tersebut mencapai VI MMI. Pola skala intensitas yang mencerminkan kerusakan yang terjadi mengikuti pola sesar berarah baratlaut-tenggara. Gempabumi Temanggung Tanggal 21 Mei 2008 Gempabumi tersebut terjadi pada pukul 20:45:22 WIB tanggal 21 Mei 2008. Menurut data BMG (2009) pusat gempabumi terletak di pesisir pantai pada koordinat 109,93°BT dan 6,86°LS dengan magnituda 4,4 SR dan kedalaman 30km. Kejadian gempabumi tersebut dipicu oleh aktivitas sesar lokal di wilayah Kabupaten Temanggung. Penulis belum memperoleh data mekanisme sumber gempabumi, sehingga agak sulit untuk mengetahui secara pasti apakah kinematika sesar lokal penyebab gempabumi ini. Di wilayah ini jarang terjadi gempabumi yang bersifat merusak. Kejadian gempabumi tersebut mengakibatkan 22 rumah penduduk rusak ringan berupa retakan dinding & kerusakan atap di Dusun Kalirejo, Desa Banjarsari, Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung. Skala
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 1, Januari 2009 : 18-22
Bencana Gempabumi di Indonesia Tahun 2008 (Supartoyo, dkk)
intensitas maksimum kejadian gempabumi tersebut mencapai skala IV MMI. Masyarakat di wilayah bencana dapat merasakan beberapa kali gempabumi susulan. Gempabumi Dompu Tanggal 7 Agustus 2008 Gempabumi tersebut terjadi pada pukul 06:41:01 WITA tanggal 7 Agustus 2008. Menurut data BMG (2009) pusat gempabumi terletak pada koordinat 117,74°BT dan 8,16°LS atau berjarak sekitar 51km timurlaut Sumbawa dengan magnituda 6,6 SR dan kedalaman 10km. Sedangkan menurut data USGS (2009) pusat gempabumi terletak pada koordinat 117,536°BT dan 8,146°LS atau berjarak sekitar 140km baratlaut Kota Raba dengan magnituda 5,7 Mw dan kedalaman 38,8km. Kejadian gempabumi tersebut dipicu oleh aktivitas sesar yang terletak di antara sesar naik busur belakang Flores dan Pulau Sumbawa. Goncangan kejadian gempabumi tersebut terasa kuat dan sebagian besar penduduk di wilayah Kabupaten Dompu merasakannya. Kejadian gempabumi tersebut mengakibatkan 386 bangunan rusak berat, 203 bangunan rusak sedang dan 809 bangunan rusak ringan (Robiana dkk, 2008). Kerusakan geologi berupa longsoran teramati di Desa Nangamiro, retakan tanah di Desa Calabai dan Kadindi Barat serta likuifaksi di Desa Nangamiro dan Dusun Arung Santek Pulau Moyo. Bencana terparah terjadi di Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Skala intensitas maksimum kejadian gempabumi tersebut mencapai VI MMI. Gempabumi Lahat dan Pagar Alam Tanggal 9 September 2008 Gempabumi tersebut terjadi pada tanggal 9 September 2008 pada pukul 10:07:29 WIB. Menurut data BMG (2009) pusat gempabumi terletak di darat pada koordinat 103,01°BT dan 4,04°LS atau berjarak sekitar 51km baratdaya Kota Tebing Tinggi dengan magnituda 5,6 SR dan kedalaman 10km. Sedangkan menurut data USGS (2009) pusat gempabumi terletak di darat pada koordinat 103,069°BT dan 3,872° LS atau berjarak sekitar 90km timur Kota Bengkulu dengan magnituda 5,4 Mw dan kedalaman 38,8km. Berdasarkan data
mekanisme sumber gempabumi dari USGS, kejadian gempabumi tersebut dipicu oleh aktivitas sesar mendatar berarah baratlauttenggara yang berada di sebelah timur Segmen Manna, Sesar Sumatera. Kejadian gempabumi yang diakibatkan oleh sesar lokal ini termasuk jarang tercatat. Kejadian gempabumi tersebut mengakibatkan 2 orang meninggal dunia, 60 orang luka-luka, 177 rumah rusak berat dan 337 rumah rusak ringan (Syahbana dkk, 2008). Bencana terparah terjadi di Kecamatan Dempo Utara, Kabupaten Pagar Alam dan Kecamatan Jarai, Kabupaten Lahat. Skala intensitas maksimum kejadian gempabumi tersebut mencapai VI MMI. Pola skala intensitas mencerminkan kerusakan yang terjadi mengikuti pola sesar yang berarah baratlauttenggara. Gempabumi Gorontalo Tanggal 17 Nopember 2008 Gempabumi tersebut terjadi pada pukul 01:02:32 WITA, tanggal 17 Nopember 2008. Menurut data dari BMG (2009) pusat gempabumi terletak di laut pada koordinat 122,18°BT dan 1,41°LU atau berjarak sekitar 138km baratlaut Kota Gorontalo dengan magnituda 7,7 Skala Richter dan kedalaman 10km. Sedangkan menurut data dari USGS (2009) pusat gempabumi terletak di laut pada koordinat 122,103°BT dan 1,275°LU atau berjarak sekitar 135km baratlaut Kota Gorontalo dengan magnituda 7,5 Mw dan kedalaman 21km. Berdasarkan data mekanisme sumber dari USGS, kejadian gempabumi tersebut diakibatkan oleh sesar naik berarah barat-timur dengan kedudukan N90oE, slip 87o. Sesar naik tersebut terletak pada zona prismatik akresi akibat penunjaman Sulawesi Utara yang terbentuk sekitar 5-10 juta tahun yang lalu atau pada Kala Miosen, Jaman Tersier (Hall, 2002). Dampak kejadian gempabumi tersebut mengakibatkan 6 orang meninggal dunia, puluhan orang luka-luka, 279 bangunan rusak berat, dan 329 bangunan rusak ringan di Provinsi Gorontalo. Retakan tanah sepanjang ± 100m, turun ± 5-7cm terjadi di pantai Molangato, Gorontalo (Suantika dkk, 2008). Kerusakan terparah di Kabupaten Gorontalo
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 1, Januari 2009 : 19-22
Hal :19
Bencana Gempabumi di Indonesia Tahun 2008 (Supartoyo, dkk)
Utara. Skala intensitas maksimum gempabumi tersebut mencapai VII MMI. Kesimpulan Indonesia adalah negara rawan gempabumi. Selama tahun 2008 terjadi sebanyak 8 kejadian gempabumi merusak yang mengakibatkan 12 orang meninggal dunia, lebih dari 93 orang luka-luka, dan ribuan bangunan mengalami kerusakan. Gempabumi merusak tersebut pada umumnya terjadi pada kedalaman dangkal (1030km), magnituda berkisar 4,4 SR-7,7 SR, terletak dekat dengan permukiman dan aktivitas penduduk. Satu kejadian gempabumi merusak tersebut mengakibatkan tsunami dengan run-up kurang dari 2m, yaitu pada kejadian gempabumi Gorontalo tanggal 17-11-2008.
Foto 1. Kerusakan bangunan akibat gempabumi tanggal 23 Januari 2008 di Gunung Sitoli, Pulau Nias (Syahbana dkk, 2008)
Hal :20
Bencana gempabumi dapat dipastikan setiap tahun akan terjadi di Indonesia. Oleh karena itu upaya mitigasi gempabumi yang dilakukan secara struktural dan non struktural harus secara terus-menerus dilakukan. Mitigasi secara struktural hendaknya difokuskan pada pembuatan bangunan tahan gempabumi serta melakukan evaluasi ulang pada bangunan yang terlanjur dibuat di Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempabumi. Sedangkan upaya non struktural hendaknya difokuskan pada peningkatan kesiapsiagaan dan pengetahuan bagi masyarakat yang bermukim di KRB gempabumi, penataan ruang berdasarkan parameter kebencanaan gempabumi dan melakukan analisis resiko kebencanaan gempabumi di kawasan lindung maupun budi daya. Diharapkan dengan mitigasi struktural dan non struktural tersebut resiko dari bencana gempabumi di Indonesia akan dapat dikurangi.
Foto 2. Longsoran akibat gempabumi tanggal 19 Mei 2008 di Kecamatan Simangumban, Kabupaten Tapanuli Utara (Indra dkk, 2008)
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 1, Januari 2009 : 20-22
Bencana Gempabumi di Indonesia Tahun 2008 (Supartoyo, dkk)
Foto 3. Kerusakan bangunan sekolah akibat gempabumi tanggal 19-5-2008 di Kecamatan Simangumban, Kabupaten Tapanuli Utara (Indra dkk, 2008)
Foto 4. Longsoran akibat gempabumi tanggal 7 Agustus 2008 di Desa Nangamiro, Kabupaten Dompu, Propinsi NTB (Suantika dkk, 2008)
Foto 5. Kerusakan rumah penduduk akibat gempabumi tanggal 9-9-2008 di Kecamatan Jarai, Kabupaten Lahat (Syahbana dkk, 2008)
Foto 6. Kerusakan rumah penduduk akibat gempabumi tanggal 17-11-2008 di Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo (Suantika dkk, 2008)
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 1, Januari 2009 : 21-22
Hal :21
Bencana Gempabumi di Indonesia Tahun 2008 (Supartoyo, dkk)
Daftar Pustaka http://neic.usgs.gov/neis/epic/epic_circ.html (data kegempaan wilayah Indonesia tahun 2008 http://www.bmg.go.id (data kegempaan wilayah Indonesia tahun 2008 Hall, R., 2002, Cenozoic Geological and Plate Tectonic Evolution of Southeast Asia and the Southwest Pacific : Computer Based Constructions, Model and Animations, Journal of Asian Earth Science 20 (2002), pp 353 - 431. Indra, B., 2008, Laporan Tanggap Darurat Gempabumi Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara Tanggal 19-5-2008, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Robiana, R., 2008, Laporan Tanggap Darurat Gempabumi Dompu, Provinsi NTB Tanggal 7-8-2008, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Sieh, K., and Natawidjaja, D., 2000, Neotectonics of the Sumatran Fault, Indonesia, Journal of Geophysical Research, Volume 105, no. B12, December 10, 2000, pp. 28295– 28326. Suantika, G., 2008, Laporan Tanggap Darurat Gempabumi Gorontalo Tanggal 1711-2008, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Hal :22
Supartoyo dan Abdurachman, E.K., 2008, Kejadian Gempabumi Merusak di Indonesia Tahun 2007, Bulletin Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Volume 3 nomor 1, Edisi April 2008, ISSN 1907-3844, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Supartoyo dan Surono, 2008, Katalog Gempabumi Merusak Indonesia Tahun 1629 – 2006 (Edisi Keempat), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral: 159 hal. Syahbana, D.K., 2008, Penyelidikan Paska Gempabumi di Pulau Nias, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Syahbana, D.K., (2008), Laporan Tanggap Darurat Gempabumi Lahat dan Pagar Alam, Sumatera Selatan Tanggal 9-9-2008, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Yeats, R.S., Kerry Sieh and Clarence R. Allen, 1997, The Geology of Earthquakes, Oxford University Press.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 1, Januari 2009 : 22-22