Beberapa Faktor Yang Berhubungan... - Ika Ridintika; Enny Rachmani
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN RAWAT JALAN OLEH MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG
Ika Ridintika*), Enny Rachmani**) *) Alumni Fakultas Kesehatan UDINUS **) Staf pengajar Fakultas Kesehatan UDINUS
ABSTRACT Background: There is many differences patient’s perception about usage of health service. They are taking medicine to the public health centre in Ungaran and they hope that service facilities appropriate with their hope. If it doesn’t appropriate with their hope, patient will going to another medical service. Therefore, it causes the declining number of medical service in 2005 until 2006 in Ungaran public health center. The biggest declining number of medical patient in Gogik village about 19, 1%, whiles the smallest declining number of medical patient in Ungaran village about 8, 6%. The aim of research is to determine factors related with usage of ambulatory service in Ungaran public health center, Semarang. Method: This research used rapid survey method with cross sectional approach. Total sample in this research is 210 respondents. Sample selected by computer which apply two step cluster program plan with cluster choosing in the first step with probability proportionate to size and the second step by choosing household sample. Research instrument is questionnaire. Data collected is processed and analyzed by Rank Spearman statistic test. Result: The result of Rank Spearman statistic test found that predisposing factor (; level of education, knowledge, and attitude) with p-value: 0.0001, enabling factor (; income, health service perception, fee, distance perception, and facilities availability) with p-value: 0.004 and reinforcing factor (; official behavioral) with p-value: 0.001 associate with the usage of ambulatory service. Key word: Ambulatory Service
LATAR BELAKANG Puskesmas merupakan unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok puskesmas.(2) Puskesmas
54
pada saat ini belum dapat mengantisipasi perubahan lingkungan dan kebutuhan masyarakat yang semakin cepat berkembang. Secara konservatif puskesmas hanya memberikan pelayanan yang tidak berorientasi kepada masyarakat, tetapi lebih kepada kebutuhan pemberi pelayanan.
JURNAL VISIKES - Vol. 8 / No. 1 / Maret 2009 Keadaan yang statis ini menjadikan puskesmas sulit mengikuti perkembangan yang timbul dalam masyarakat. Banyak puskesmas yang belum siap menghadapi tekanan mengenai pelayanan yang diberikan, bila terjadi tuntutan mutu pelayanan yang baik. Pelayanan yang bermutu merupakan hal yang penting, karena persepsi tentang pelayanan terbentuk saat kunjungan pasien. Persepsi tentang mutu yang buruk akan sangat mempengaruhi keputusan dalam kunjungan berikutnya dan pasien biasanya mencari pelayanan kesehatan lain. Persepsi pasien tentang pemanfaatan pelayanan akan berbeda, mengingat adanya karakteristik pasien seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, status pekerjaan dan pendapatan serta asal budayanya. Mereka datang berobat ke puskesmas dengan harapan akan pelayanan yang diterimanya. Dengan tidak terpenuhinya harapan pasien mereka akan berganti ke unit pelayanan kesehatan yang lain. Berdasarkan laporan kegiatan Puskesmas Ungaran Tahun 2005 - 2006 menunjukkan bahwa cakupan jumlah kunjungan pasien rawat jalan dari Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 13,1 % . Daerah Gogik mengalami penurunan jumlah kunjungan yang terbesar yaitu sebesar 19,1 %. Sedangkan penurunan jumlah kunjungan yang paling kecil adalah daerah Ungaran yaitu sebesar 8,6 %. Pada survei awal yang dilakukan oleh peneliti, terlihat bahwa pihak Puskesmas Ungaran mengadakan program pengobatan gratis untuk pasien di wilayah kerjanya. Akan tetapi, banyak pasien atau masyarakat yang tidak mengetahui program tersebut karena kurangnya sosialisasi dari pihak Puskesmas Ungaran kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Contohnya, banyak pasien yang berobat menanyakan berapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk berobat,
misalnya biaya pendaftaran, biaya tindakan di ruang pemeriksaan, biaya obat, biaya periksa laboratorium dan lain – lain. Selain program pengobatan gratis, program Posyandu yang dilakukan oleh kader dibawah binaan Puskesmas Ungaran juga mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari data cakupan Program Posyandu dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2006 yaitu tahun 2005 sebesar 83,94 % sedangkan tahun 2006 sebesar 66,04 %. Yang mana program ini sangat membantu bagi masyarakat yang ekonominya rendah artinya mereka dapat memanfaatkan program Posyandu tersebut tanpa mengeluarkan biaya. Misalnya, ibu hamil perlu tablet Fe untuk penambah darah mereka dapat meminta kepada kader setempat pada waktu program posyandu diadakan tanpa harus membayar. Apalagi untuk masyarakat yang rumahnya jauh dari Puskesmas Ungaran mereka seharusnya dapat memanfaatkan program tersebut tanpa harus mengeluarkan biaya dan waktu yang cukup lama untuk menuju ke Puskesmas Ungaran. Ketidaktahuan masyarakat terhadap program – program yang diadakan oleh Puskesmas Ungaran akan merugikan masyarakat di wilayah kerjanya dan akan menurunkan jumlah kunjungan. Artinya masyarakat akan berobat ke tempat pelayanan kesehatan lain dengan mengeluarkan banyak biaya yang mana ini sangat merugikan bagi masyarakat yang tingkat ekonominya rendah. Untuk masyarakat yang berpendapatan rendah program – program tersebut sangat dibutuhkan. Menurut Benyamin L, bahwa masyarakat berpenghasilan rendah umumnya sangat bergantung pada fasilitas pelayanan medis yang disediakan pemerintah. (7) Pendapatan seseorang berkaitan dengan persepsi masyarakat terhadap biaya yankes, bila seseorang yang berpendapatan rendah akan mau memanfaatkan pelayanan Puskesmas yang
55
Beberapa Faktor Yang Berhubungan... - Ika Ridintika; Enny Rachmani tarifnya 2500/ kunjungan. Akan tetapi, lain halnya jika seseorang yang berpendapatan tinggi tidak akan mau memanfaatkan yankes di Puskesmas Ungaran. Menurut Soekidjo Notoatmodjo bahwa pendapatan keluarga berhubungan dengan kemauan individu atau keluarga untuk mendapatkan yankes meskipun mempunyai kemudahan untuk menggunakan yankes, ia tidak akan bertindak untuk mengunakannya, kecuali bila ia mampu menggunakannya. Artinya mereka akan mencari dan memanfaatkan pelayanan kesehatan swasta yang lebih modern dengan tarif yang lebih tinggi sesuai dengan kemampuannya. Sarana dan fasilitas yang disediakan oleh puskesmas juga kurang memadai seperti ruang tunggu yang sempit dan panas, waktu tunggu yang lama akibat pelayanan yang diberikan lambat dan lama, tidak adanya arena bermain untuk anak-anak sehingga banyak anak-anak yang jenuh dan menangis karena lamanya menunggu untuk mendapatkan yankes. Selain faktor-faktor di atas, faktor sikap dan perilaku petugas kesehatan yang kurang ramah dalam melayani pasiennya dan kurangnya disiplin akan mempengaruhi kemauan pasien dalam memanfaatkan pelayanan di Puskesmas Ungaran. Untuk itu faktor-faktor di atas perlu diteliti guna membuktikan asumsi-asumsi tersebut. Menurut Anderson ada tiga karakteristik yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu Predisposing, Enabling dan kebutuhan (need). Karakteristik Prodisposing terdiri dari faktor demografi dan sosial yang mencakup umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah keluarga, pekerjaan, tingkat pendidikan, serta sikap. Karakteristik Enabling terdiri dari pendapatan, cakupan asuransi kesehatan, jarak fasilitas, biaya pelayanan kesehatan dan ketersediaan pelayanan kesehatan. Sedangkan karakteristik kebutuhan (need) meliputi kebutuhan yang dirasakan atau keluhan sakit dan
56
evaluasi. Selain menggunakan teori perilaku menurut Anderson, penelitian ini juga menggunakan teori perilaku menurut Lawrence Green. Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor. Ketiga faktor tersebut antara lain faktor Predisposing, Enabling dan Reinforcing. Faktor Predisposing meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan serta nilai. Faktor Enabling atau faktor pendukung meliputi lingkungan fisik, tersedianya atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan misalnya puskesmas, obat-obatan, alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya. Sedangkan faktor Reinforcing atau faktor pendorong meliputi sikap dan perilaku petugas kesehatan. Berdasarkan uraian diatas sangat menarik bagi peneliti jika dilakukan suatu penelitian tentang faktor - faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan rawat jalan oleh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ungaran. RUMUSAN MASALAH Perumusan masalah yang akan dikaji adalah faktor - faktor apa saja yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan rawat jalan oleh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ungaran. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Menjelaskan beberapa faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan rawat jalan oleh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ungaran. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik individu
JURNAL VISIKES - Vol. 8 / No. 1 / Maret 2009 yang meliputi pengetahuan, sikap, tingkat pendidikan, pendapatan, tersedianya fasilitas dan sarana yankes, persepsi terhadap biaya yankes, persepsi terhadap jarak ke fasilitas yankes serta perilaku petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan. b. Menguji hubungan antara Predisposing factor dengan pemanfaatan pelayanan rawat jalan di Puskesmas Ungaran. c. Menguji hubungan antara Enabling factor dengan pemanfaatan pelayanan rawat jalan di Puskesmas Ungaran. d. Menguji hubungan antara Reinforcing factor dengan pemanfaatan pelayanan rawat jalan di Puskesmas Ungaran. KERANGKA KONSEP Dengan mengacu pada kerangka teoritis peneliti membuat kerangka kerja secara sistematis antara variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen) dalam bentuk kerangka konsep seperti pada Gambar 1.
HIPOTESA PENELITIAN 1. Ada hubungan antara Predisposing Factor dengan pemanfaatan pelayanan rawat jalan 2. Ada hubungan antara Enabling Factor dengan pemanfaatan pelayanan rawat jalan. 3. Ada hubungan antara Reinforcing Factor dengan pemanfaatan pelayanan rawat jalan. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan merupakan penelitian penjelasan karena hubungan antara variabel – variabel yang dijelaskan melalui hubungan hipotesa, sedangkan metode penelitian adalah metode rapid survei yakni survei cepat dengan bantuan kuesioner dengan menerapkan rancangan sampel klaster dua tahap, dengan pemilihan klaster pada tahap pertama secara probability proportionate to size. Pemilihan sampel pada tahap kedua
Predisposing Factor • • •
Tingkat pendidikan Pengetahuan Sikap
Pemanfaatan Enabling Factor • • • •
Pelayanan Rawat
Pendapatan Persepsi biaya yankes Persepsi jarak yankes Tersedianya sarana dan fasilitas yankes
Jalan
Reinforcing Factor •
Perilaku petugas
Gambar 1 Kerangka Konsep
57
Beberapa Faktor Yang Berhubungan... - Ika Ridintika; Enny Rachmani yaitu pemilihan sampel rumah tangga dilakukan dengan menerapkan sistem rumah terdekat. Pendekatan dalam penelitian ini adalah cross sectional dimana variabel bebas dan variabel terikat di ukur secara bersamaan. POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ungaran yang berjumlah 7787 KK yang meliputi wilayah Ungaran dengan jumlah KK sebesar 2707 yang terbagi dalam 72 RT dan 12 RW, Genuk dengan jumlah KK sebesar 1484 yang terbagi dalam 46 RT dan 8 RW, Langensari dengan jumlah KK sebesar 1844 yang terbagi dalam 42 RT dan 6 RW, Candirejo dengan jumlah KK sebesar 925 yang terbagi dalam 22 RT dan 6 RW , dan desa Gogik dengan jumlah KK sebesar 827 yang terbagi dalam 16 RT dan 2 RW. 2. Sampel a. Unit sampel Sampel dalam penelitian ini adalah kepala keluarga atau ibu di wilayah kerja Puskesmas Ungaran yang berjumlah 210 responden. b. Teknik pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel dengan bantuan komputer yaitu sistem Csurvey, melalui 2 tahap yaitu Tahap I : Secara Probability Proportional to Size Hal ini diperlukan untuk menjaga agar tiap sampel memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih, sehingga dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Tahap II : Pemilihan sampel rumah tangga dilakukan dengan acak sederhana (Simple Random Sampling ) Yaitu sampel harus mewakili populasi, semua orang dipopulasi harus memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel.
58
c. Jumlah sampel Dalam survei ini jumlah sampel akan ditentukan masing masing klaster terpilih sebanyak 7 responden. Klaster dalam penelitian ini adalah RT. Dengan demikian jumlah sampel secara keseluruhan adalah 210 responden (30 RT X 7 responden). Hasil ini diperoleh dengan cara memasukkan semua jumlah KK dari tiap RT dan RW dari masing – masing kelurahan ke dalam komputer dengan sistem Csurvey. Setelah semua data dimasukkan kemudian diolah sehingga didapatkan hasil klaster terpilih dari masing – masing kelurahan adalah sebagai berikut : 1) Kelurahan Ungaran, didapatkan jumlah klaster terpilih sebanyak 11 klaster, yang mana setiap klaster diwakili oleh 7 responden sehingga diperoleh jumlah sampel sebesar 77 responden. 2) Kelurahan Genuk, didapatkan jumlah klaster terpilih sebanyak 8 klaster, yang mana setiap klaster diwakili oleh 7 responden sehingga diperoleh jumlah sampel sebesar 56 responden. 3) Kelurahan Langensari, didapatkan jumlah klaster terpilih sebanyak 6 klaster, yang mana setiap klaster diwakili oleh 7 responden sehingga diperoleh jumlah sampel sebesar 47 responden. 4) Kelurahan Candirejo, didapatkan jumlah klaster terpilih sebanyak 1 klaster, yang mana setiap klaster diwakili oleh 7 responden sehingga diperoleh jumlah sampel sebesar 7 responden. 5) Desa Gogik, didapatkan jumlah klaster terpilih sebanyak 4 klaster, yang mana setiap klaster diwakili oleh 7 responden sehingga diperoleh jumlah sampel sebesar 28 responden. Hasil perhitungan sampel per tiap RT dan RW dari masing – masing kelurahan dapat dilihat pada lampiran 1.
JURNAL VISIKES - Vol. 8 / No. 1 / Maret 2009 ANALISA DATA Analisa data yang digunakan secara univariat dan bivariat. Untuk menguji hubungan antara dua variabel yang diteliti yaitu variabel bebas dan variabel terikat dengan skala data dalam bentuk interval maka dilakukan analisa statistik Korelasi Pearson dengan syarat data berdistribusi normal menggunakan derajat kesalahan 5 %. Jika data tidak berdistribusi normal menggunakan uji alternatifnya yaitu Korelasi Rank Spearman. Uji Normalitas menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hubungan antara Predisposing Factor dengan Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan Berdasarkan hasil penelitian ini dengan uji statistik Rank Spearman menunjukkan bahwa p value 0,001 < á (0,05) maka keputusan Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara Predisposing Factor dengan pemanfaatan pelayanan rawat jalan. Dengan koefisien korelasi sebesar 0,479, maka kekuatan hubungannya cenderung sedang. Arah hubungannya positif yang artinya semakin baik Predisposing Factor maka akan semakin baik pula pemanfaatan pelayanannya. Dari hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara Predisposing Factor yang terdiri atas faktor tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap dengan pemanfaatan pelayanan rawat jalan. Hasil penelitian ini kemungkinan didukung dengan pendidikan responden yang tinggi yaitu tamat SLTA sebesar 31,9 %. Jadi pengetahuan responden terhadap Puskesmas Ungaran dapat dikatakan cenderung baik karena nilai pengetahuan responden tidak jauh dari nilai maksimal pengetahuan. Pengetahuan responden cenderung baik karena responden telah mengetahui pengertian Puskesmas Ungaran sebagai tempat untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang terdekat dengan masyarakat di wilayah kerjanya (99,5 %), mengetahui peranan Puskesmas Ungaran secara fungsional adalah memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara menyeluruh dan terpadu (74,3 %), mengetahui pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas Ungaran adalah pengobatan dan pemeliharaan (99,5 %), serta imunisasi (87,6 %). Selain itu, responden juga telah mengetahui kegiatan pengobatan dan diagnosis di Puskesmas Ungaran adalah kesehatan ibu dan anak, kesehatan gigi dan mulut, dan laboratorium (93,3 %), kesehatan mata dan pelayanan darurat (91,9 %). Serta mengetahui sasaran pelayanan di Puskesmas Ungaran adalah untuk masyarakat umum (97,1 %), peserta asuransi kesehatan (62,4 %), dan masyarakat miskin (72,4 %). Hal ini didukung oleh Anderson bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang menjadi dasar untuk melakukan suatu tindakan, serta teori L.Green yang menyatakan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ditentukan oleh tingkat pengetahuan, sikap , kepercayaan, keyakinan, tradisi dan sebagainya dari seseorang atau masyarakat yang bersangkutan. Selain tingkat pendidikan dan pengetahuan, faktor predisposisi yang lain yang dapat mempengaruhi perilaku menurut Lawrence Green adalah faktor sikap. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap responden terhadap pelayanan di Puskesmas Ungaran cenderung kurang baik karena nilai sikap responden cukup jauh dari nilai maksimal sikap. Hal ini terlihat dari pernyataan responden yang menyatakan kurang setuju untuk berobat ke Puskesmas Ungaran (36,7 %), kurang setuju untuk periksa golongan darah di Puskesmas Ungaran (34,3 %), kurang setuju untuk periksa gigi ke Puskesmas Ungaran dari pada ke dokter gigi swasta (38,6
59
Beberapa Faktor Yang Berhubungan... - Ika Ridintika; Enny Rachmani %), serta setuju untuk memeriksakan kehamilannya ke Praktik Bidan Swasta (44,3 %) dan mengimunisasikan anaknya ke dokter spesialis anak (35,2 %). Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan akan berdampak pada pengetahuan seseorang dan pengetahuan akan mempengaruhi sikap serta akan juga berpengaruh pada perilaku seseorang dalam memanfaatkan suatu pelayanan kesehatan. Sehingga Predisposing Factor tersebut berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan rawat jalan di Puskesmas Ungaran. 2. Hubungan antara Enabling Factor dengan Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan Berdasarkan hasil penelitian ini dengan uji statistik Rank Spearman menunjukkan p value 0,008 < á (0,05) maka keputusan Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara Enabling Factor dengan pemanfaatan pelayanan rawat jalan. Dengan koefisien korelasi sebesar 0,183 maka kekuatan hubungannya cenderung sangat lemah. Arah hubungannya positif yang artinya semakin baik Enabling Factor maka akan semakin baik pula pemanfaatan pelayanannya. Dari hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara Enabling Factor yang terdiri atas faktor pendapatan, persepsi terhadap jarak ke ke fasilitas yankes, persepsi biaya yankes serta tersedianya sarana dan fasilitas yankes dengan pemanfaatan pelayanan rawat jalan. Hasil penelitian ini kemungkinan didukung oleh pendapatan responden yang sebagian besar adalah lebih dari UMR Kabupaten Semarang yaitu sebesar Rp. 595.000,-. Dengan pendapatan responden yang sebagian besar lebih dari UMR Kabupaten Semarang maka persepsi dari 210 responden terhadap biaya pelayanan di Puskesmas Ungaran murah yaitu sebesar 97,6 %. Hal ini didukung oleh pendapat Soekidjo
60
Notoatmodjo bahwa pendapatan keluarga berhubungan dengan kemauan individu atau keluarga untuk mendapatkan yankes meskipun mempunyai kemudahan untuk menggunakan yankes, serta penggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung kepada kemampuan dan kemauan konsumen dalam membayar. Meskipun sebagian besar responden menyatakan murah terhadap biaya pelayanan kesehatan di Puskesmas Ungaran, namun sebesar 71,4 % responden tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas Ungaran. Hal ini mungkin disebabkan karena jarak rumah responden yang jauh dari Puskesmas Ungaran (50,5 %). Hal ini didukung oleh pendapat L. Green bahwa suatu pelayanan kesehatan yang baik adalah yang dapat dijangkau oleh masyarakat yang membutuhkan.(17) Serta teori menurut Anderson bahwa faktor – faktor pendukung dari pemanfaatan pelayanan antara lain adalah ketercapaian pelayanan, pelayanan yang lokasinya terlalu jauh dari tempat tinggal tertentu tidak dapat dicapai. Sebaliknya pelayanan kesehatan yang lokasinya dekat dalam arti mudah dijangkau maka hal ini akan mendukung terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan. Selain jarak rumah yang jauh, tersedianya sarana dan fasilitas di Puskesmas Ungaran juga merupakan faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan di Puskesmas Ungaran, hal ini terlihat dari pendapat responden yang mengatakan bahwa ruang tunggu di Puskesmas Ungaran tidak nyaman (41,0 %) dan toiletnya juga kotor (50,5 %). Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Gani bahwa pasien pengguna pelayanan sangat memperhatikan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh penyelenggara pelayanan kesehatan. Semakin lengkap dan baik kualitas dan alat yang dimiliki maka pasien lebih cenderung memilih pelayanan tersebut dibandingkan
JURNAL VISIKES - Vol. 8 / No. 1 / Maret 2009 dengan pelayanan kesehatan yang memiliki sarana atau alat kesehatan sederhana. Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan, persepsi terhadap biaya yankes, persepsi terhadap jarak ke fasilitas yankes serta tersedianya sarana dan prasarana yankes yang merupakan enabling factor berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan di Puskesmas Ungaran. 3. Hubungan antara Reinforcing Factor dengan Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan Berdasarkan hasil penelitian ini dengan uji statistik Rank Spearman menunjukkan p value 0,001 < á (0,05) maka keputusan Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara Reinforcing Factor dengan pemanfaatan pelayanan rawat jalan. Dengan koefisien korelasi sebesar 0,368 maka kekuatan hubungannya cenderung lemah. Arah hubungannya positif yang artinya semakin baik Reinforcing Factor maka akan semakin baik pula pemanfaatan pelayanannya. Dari hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara Reinforcing Factor yang terdiri atas faktor perilaku petugas kesehatan dengan pemanfaatan pelayanan rawat jalan. Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan responden yang menyatakan bahwa petugas Puskesmas Ungaran cukup ramah (53,3 %), cukup teliti (91,0 %), cukup disiplin dalam melayani pasien (90,0 %), serta obat yang diberikan cukup manjur (69,0 %) dan alat yang digunakan cukup lengkap (84,3 %). Sehingga perilaku petugas dapat dikatakan cenderung baik karena nilai perilaku petugas tidak jauh dari nilai maksimal perilaku petugas. Hal ini didukung oleh teori L. Green yang menyatakan bahwa peran petugas kesehatan terhadap kesehatan seseorang juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.(17) Serta teori Supartondo yaitu petugas kesehatan yang baik diharapkan merupakan petugas kesehatan yang mempunyai ketrampilan tinggi, teliti,
memperhatikan, sopan dan menghargai pendapat orang lain, sehingga diharapkan frekuensi pemanfaatan pelayanan kesehatan juga meningkat. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa sikap dan perilaku petugas kesehatan yang merupakan reinforcing factor berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan di Puskesmas Ungaran. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan tingkat pendidikan responden, sebagian besar responden berpendidikan tamat SLTA sebesar 31,9 %. 2. Berdasarkan pengetahuan responden, nilai rata – rata pengetahuan responden sebesar 11,35, maka dapat dikatakan pengetahuan responden cenderung baik karena nilai pengetahuan responden tidak jauh dari nilai maksimal pengetahuan (17). 3. Berdasarkan sikap responden, nilai rata – rata sikap responden sebesar 8,53, maka dapat dikatakan sikap responden cenderung kurang baik karena nilai sikap responden cukup jauh dari nilai maksimal sikap (15). 4. Berdasarkan pendapatan responden, sebesar 62,9 % responden mempunyai pendapatan keluarga lebih dari UMK Kabupaten semarang per bulannya. 5. Berdasarkan persepsi responden terhadap biaya yankes, sebesar 97,6 % responden menyatakan biaya pelayanan di Puskesmas Ungaran murah. 6. Berdasarkan persepsi responden terhadap jarak yankes, sebesar 50,5 % responden menyatakan jarak Puskesmas Ungaran dari rumah responden jauh. 7. Berdasarkan tersedianya sarana dan fasilitas yankes, sebagian responden menyatakan nyaman berada di ruang
61
Beberapa Faktor Yang Berhubungan... - Ika Ridintika; Enny Rachmani tunggu sebesar 59 % dan responden yang menyatakan toiletnya kotor sebesar 50,5 %. 8. Berdasarkan perilaku petugas yankes, nilai rata – rata perilaku petugas menurut responden sebesar 4,11, maka dapat dikatakan perilaku petugas cenderung baik karena nilai perilaku responden tidak jauh dari nilai maksimal perilaku petugas (7). 9. Berdasarkan pemanfaatan pelayanan oleh responden, nilai rata – rata pemanfaatan pelayanan oleh responden sebesar 2,05, maka dapat dikatakan pemanfaatan pelayanan cenderung kurang baik karena nilai pemanfaatan pelayanan oleh responden cukup jauh dari nilai maksimal pemanfaatan pelayanan (7). 10. Ada hubungan antara predisposing factor dengan pemanfaatan pelayanan rawat jalan dengan p value 0,001 dengan koefisien korelasi sebesar 0,479, arah hubungannya positif. 11. Ada hubungan antara enabling factor dengan pemanfaatan pelayanan rawat jalan dengan p value 0,008 dengan koefisien korelasi sebesar 0,183, arah hubungannya positif. 12. Ada hubungan antara reinforcing factor dengan pemanfaatan pelayanan rawat jalan dengan p value 0,001 dengan koefisien korelasi sebesar 0,368, arah hubungannya positif. SARAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut : Bagi Puskesmas Ungaran a. Dengan adanya responden yang tidak memanfaatkan pelayanan di Puskesmas Ungaran karena ada sebagian responden yang menyatakan kurang setuju untuk berobat ke Puskesmas Ungaran dan memilih memeriksakan kehamilannya ke praktik bidan swasta maka diharapkan pihak Puskesmas Ungaran lebih
62
mensosialisasikan pelayanan yang ada serta fasilitas – fasilitas yang disediakan melalui pembuatan leaflet untuk dibagikan kepada pasien dengan meletakkan leaflet di loket atau di masing – masing ruang pelayanan dan kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ungaran dengan cara dibagikan pada waktu kegiatan posyandu diadakan agar masyarakat mengetahui pelayanan dan fasilitas apa saja yang tersedia di Puskesmas Ungaran. b. Dengan adanya responden yang menyatakan bahwa ruang tunggu tidak nyaman dan toilet pasien kotor, maka diharapkan pihak Puskesmas Ungaran lebih meningkatkan kebersihan toilet maupun lingkungan di sekitar Puskesmas Ungaran melalui pemasangan poster di ruang tunggu maupun di toilet yang bersifat mengajak pasien atau pengunjung untuk ikut menjaga kebersihan lingkungan di sekitar Puskesmas Ungaran. c. Dengan adanya responden yang menyatakan bahwa petugas kurang ramah, kurang teliti, kurang disiplin serta alat yang digunakan kurang lengkap maka dapat disarankan kepada pihak Puskesmas Ungaran untuk lebih ramah dengan cara selalu sopan terhadap semua pasien yang datang, lebih teliti dengan selalu melaksanakan pengobatan sesuai prosedur yang telah ditetapkan serta selalu disiplin dalam melayani pasien sesuai dengan alur pelayanan yang ditetapkan dan juga membuat rencana pengadaan alat jangka panjang maupun jangka pendek yang dapat menunjang dalam pengobatan seperti misalnya alat foto roentgen, alat pemersih karang gigi, dan lain – lain agar masyarakat di wilayah kerjanya dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas Ungaran.
JURNAL VISIKES - Vol. 8 / No. 1 / Maret 2009 DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta. 2004. Azwar, A. Pengantar Administrasi Kesehatan. Bina Rupa Aksara. Jakarta. 1996. Tjiong, R. Problem Etis Upaya Kesehatan. Gramedia. Pustaka Utama. Jakarta. 1991. Notoatmodjo, S. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. 2003. Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta. 2002. Benneth, Fj. Diagnosa Komunikasi dan Problem Kesehatan. Yayasan Esensia Medica. 1990. Brotosaputro, B. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penerbit UNDIP. Cetakan 1. Semarang. 1997. Notoatmodjo, S. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi Offset. Yogyakarta. 2001. Muhamad Junaedi. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan di Poliklinik Rawat Jalan RSI Sultan Agung Semarang. Skripsi F.Kes. Udinus. Semarang. 2005. Wiji Prihatin. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Kartu ASKES oleh PNS di Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Skripsi FKM. Undip. Semarang. 1999. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Kerja Puskesmas dan Wilayah Kerjanya. Jilid 2. Jakarta. 1990 – 1991. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Prajabatan. Provinsi Jateng. 1994. Ditjen Yankes. Pedoman Kerja Puskesmas. Jilid 3. Depkes RI. 1997/1998. Gerungan, W. Psikologi Sosial. Bandung. Eresco. 1991.
Azwar, S. Sikap Manusia Teori dan Pengukuran. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 1995. Green, Lawrence W. Terjemahan Zulasmi. Perencanaan Pendidikan Kesehatan Sebuah Pendekatan Diagnostic. 1990. Dirgagunarsa, S. Psikologi Perawatan. BPK Gunung Muria. Jakarta. 1995. Alfian. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Peserta JPKM di Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. Skripsi FKM. UNDIP. Semarang. 2000. Mills, Anna dan Lucy Gilson. Ekonomi Kesehatan Untuk Negara – Negara Berkembang. Dian Rakyat. Jakarta. 1990. Gamayanti, I. L. Psikologi Dalam Perawatan. Yogyakarta. 1990. Sorkin, Alan L. Health Ecconomics in Introductio, Lixington Books DC Health & Co. 1976. Trishantoro, L. Aspek Ekonomi Micro dalam Organisasi Pelayanan Kesehatan. UGM. Yogyakarta. Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan RI. Modul Penyelenggaraan Survei Cepat. Edisi Ketiga. Jakarta. 2003. Watik. Dasar-dasar Metodologi Kedokteran dan Kesehatan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2003. Usman H & Akbar PS. Pengantar Statistik. Bumi Aksara. Jakarta. 1995 Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan. PT Rineka Cipta. Jakarta. 1998 Djausi, Samsuridjal dan Supartondo. Komunikasi dan Empati dalam Hubungan Dokter dan Pasien . Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2004
63