BEBAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA DENGAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS DI ACEH FAMILY BURDEN IN TREATING DISEASE FAMILY MEMBER WITH DIABETES MELLITUS IN ACEH Indah Purnama Sari¹ ,Husna Hidayati² 1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2 Bagian Keilmuaan Keperawatan Keluarga Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh email: :
[email protected];
[email protected]
ABSTRAK Memberikan perawatan pada anggota keluarga dengan penyakit Diabetes Mellitus dapat menimbulkan beban bagi caregiver (pengasuh) yang mempengaruhi kehidupan keluarga. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi beban keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan penyakit Diabetes Mellitus di Aceh, meliputi: beban keluarga subyektif, obyektif dan iatrogenik. Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan desain cross sectional study. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling yaitu sebanyak 85 responden yang mempunyai anggota keluarga dengan penyakit Diabetes Mellitus. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 25-30 juni 2016 dengan menggunakan teknik wawancara terpimpin dengan alat ukur kuesioner dalam bentuk skala Dichotomus sebanyak 23 item pernyataan. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa univariat.Hasil penelitian didapatkan mayoritas responden menyatakan beban keluarga dalam kategori tinggi (55,3%), beban keluarga subyektif dalam kategori tinggi (65,9%), beban keluarga obyektif dalam kategori tinggi (68,2%), dan beban iatrogenik dalam kategori tinggi (57,6%). Secara keseluruhan keluarga mengalami beban tinggi dalam merawat anggota keluarga dengan penyakit Diabetes Mellitus Di Aceh. Kepada tenaga kesehatan diharapkan untuk mengembangkan program pemberdayaan keluarga serta program promosi kesehatan untuk mengurangi beban dalam merawat anggota keluarga dengan penyakit Diabetes Mellitus. Kata Kunci
: Keluarga, Keluarga Caregiver, Beban Keluarga, Diabetes Mellitus ABSTRACT
Providing care to family members with Diabetes Mellitus can pose burdens for caregivers that affect family life. This study was conducted to identify the burdens of the family in caring for family members with Diabetes Mellitus in Aceh, the burdens include: subjective, objective and iatrogenic family burden. This research was a descriptive exploratory research with cross sectional study design. The sampling technique used was total sampling technique with total samples of 85 respondents who had a family member with Diabetes Mellitus. The data collection was conducted on June 25-30 2016 by using the guided interview technique with questionnaires in the form of dichotomous scale consisting of 23 statement items. Data analysis technique used was a univariate analysis. The results of the research showed that family burden was in high category (55.3%): subjective family burden was in high category (65.9%), objectivefamily burden wasin high category (68.2%), and iatrogenic family burden was in high category (57.6%). In general, the familieshad high burden in providing care for family members with Diabetes Mellitus in Aceh. It is expected that health personnel develop family empowerment programs and health promotion programs to reduce the burden providing care for family members with Diabetes Mellitus. Keywords
: Family, Caregiver Family, Family Burden, Diabetes Mellitus
1
PENDAHULUAN Di dunia kesehatan penyakit Diabetes Mellitus (DM) termasuk penyakit yang tidak menular, namun merupakan salah satu penyakit degeneratif yang bersifat kronis. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan kesehatan dan kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan atau resistensi insulin, serta adanya komplikasi yang bersifat akut dan kronik (Bustan, 2007 dalam Wandansari 2013, p.2). Berdasarkan data dari Global Status Report on Noncommuniticable Diseases (NCD)World Health Organization (WHO) tahun 2014 Diabetes Mellitus menempati peringkat kelima sebagai penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan data Internasional Diabetes Federation (IDF) Diabetes Atlas, pada tahun 2014 penderita DM di Indonesia mencapai 9.1 juta jiwa, dan diprediksi pada tahun 2035 jumlah penderita DM meningkat hingga 14,1 juta jiwa. Peningkatan kejadian DM juga terjadi di Provinsi Aceh.Berdasarkan hasil penelitian Riskesdas (2013), kejadian DM ≥15 tahun yaitu 57 juta jiwa di provinsi Aceh, dan angka itu termasuk tertinggi di Indonesia. Banyaknya komplikasi pada penderita DM serta masalah kesehatan yang terjadi didalam keluarga dapat menjadi beban bagi setiap anggota keluarga. Maka anggota keluarga yang lain memiliki tanggung jawab untuk merawat dan mengurus penderita sehingga kondisinya membaik (Setiadi, 2008). Selain itu, keluarga juga mengalami situasi krisis dan ketegangan yang kuat dengan tuntutan ekonomi dan perawatan yang kondusif bagi anggota keluarga yang mengalami DM dalam jangka waktu yang tidak singkat.Perawatan yang dibutuhkan antara lain pengaturan pola makan, pola aktivitas, perawatan luka, serta dibutuhkan
kesabaran tinggi dalam menghadapi penderita. Situasi tersebut menimbulkan beban keluarga yang tidak ringan, jika tidak mendapatkan intervensi secara optimal maka dapat menghantarkan keluarga kedalam krisis psikologis (Achjar 2010).
Menurut Fontaine (2009) menyatakan bahwa beban keluarga adalah tingkat pengalaman distres keluarga sebagai efek dari kondisi anggota keluarga, yang dapat menyebabkan stres emosional dan ekonomi dari keluarga. Keluarga mempunyai peran penting sebagai caregiver karena disinilah individu dapat tumbuh dan berkembang. Keluarga merupakan sumber pendukung utama bagi penderita penyakit kronik. Perawatan yang dilakukan oleh keluarga sebagai caregiver untuk penderita DM dikaitkan dengan stres oleh karena gangguan fungsional dan psikologis serta penyakit kronik (Maryam, 2012). Hal ini di dukung oleh penelitian Ernawati (2012) tentang gambaran tingkat kecemasan dan beban keluarga pada klien yang menderita Diabetes Mellitus di Aceh Tamiang didapatkan telah dilakukan oleh (Asniar, 2007 dalam Maryam 2012) menemukan bahwa keluarga mengalami beban tinggi dalam merawat lansia dengan penyakit kronik yaitu beban psikologis yang diidentifikasi melalui karakteristik verbal seperti stres, menangis, serta kesulitan dalam membagi waktu untuk mencari nafkah dan untuk merawat anggota keluarga penderita DM. Sedangkan beban fisik dilihat dari ekspresi wajah seperti kelelahan, ungkapan rasa lelah, jenuh dan capek.
1
METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif ekploratif, dengan desain penelitian cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang merawat anggota keluarga dengan penyakit Diabetes Mellitus di Aceh. Jumlah populasi dari bulan Desember 2015 – Maret 2016 yaitu sebanyak 85 penderita yang memenuhi kriteria sampel, yaitu anggota keluarga yang bertanggung jawab dalam merawat anggota keluarga dengan penyakit DM (Caregiver) ≥ 1 tahun, bersedia menjadi responden, memiliki kemampuan membaca dan menulis.
HASIL Beban Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga Dengan Penyakit Diabetes Mellitus Di Desa Lambheu Aceh Tabel 1.Distribusi Frekuensi Beban Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga Dengan Penyakit Diabetes Mellitus Di Aceh NO Beban frekuensi persentase keluarga 1 Tinggi 47 55,3% 2 Rendah 38 44,7% Total 85 100,0 Beban keluarga Subyektif dalam merawat anggota keluarga dengan penyakit Diabetes Mellitus Tabel 2.Distribusi Frekuensi Beban Keluarga Subyektif Dalam Merawat Anggota Keluarga Dengan Penyakit Diabetes Mellitus Di Aceh NO Beban frekuensi persentase keluarga 1 Tinggi 56 65,9% 2 Rendah 29 34,1% Total 85 100,0
Beban keluarga Obyektif dalam merawat anggota keluarga dengan penyakit Diabetes Mellitus Tabel 3.Distribusi Frekuensi Beban Keluarga Obyektif Dalam Merawat Anggotas Keluarga Dengan Penyakit Diabetes Mellitus Di Aceh NO Beban frekuensi persentase keluarga 1 Tinggi 58 68,2% 2 Rendah 27 31,8% Total 85 100,0 Beban keluarga Iatrogenik merawat anggota keluarga penyakit Diabetes Mellitus
dalam dengan
Tabel 4.Distribusi Frekuensi Beban Keluarga Iatrogenik DalamMerawatAnggota Keluarga Dengan Penyakit Diabetes Mellitus Di Aceh NO Beban frekuensi persentase keluarga 1 Tinggi 49 57,6% 2 Rendah 36 42,4% Total 85 100,0
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada responden yang terpapar dalam tabel 5.1 bahwa beban keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan penyakit Diabetes Mellitus di Aceh berada pada kategori tinggi, yaitu sebanyak 47 orang (55,3%). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryam (2012) tentang beban keluarga dalam merawat lansia, hasil penelitian menunjukan sebanyak 50% keluarga mengalami beban yang tinggi dalam merawat anggota keluarga dengan penyakit kronis. Menurut penelitian Ernawati (2012) tentang gambaran tingkat kecemasan dan beban keluarga pada klien yang menderita Diabetes Mellitus di Aceh Tamiang hasil penelitian menunjukan 62,5% keluarga mengalami beban yang tinggi terkait perawatan pada anggota keluarga dengan penyakit Diabetes Mellitus.
2
Hal ini sejalan dengan pendapat (Subandi,2008) yang mengatakan bahwa keluargamerasakan beban yang sangat berat, namun demikian keluarga pada umumnya tetap menunjukkan rasa tanggung jawab, dukungan, dan kasih sayang yang besar terhadap anggota keluarga. Caregiver yang utamanya adalah keluarga atau disebut family caregiver dituntut menggunakan sebagian besar waktunya untuk merawat dan memberikan dukungan sosial demi kondisi anggota keluarganya lebih baik. Hal ini dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan caregiver, yang akan menimbulkan kecemasan hingga depresi, dan pada akhirnya dapat menjadikan caregiver ataupun keluarga tersebut mengalami ketidakberdayaan atau disebut dengan beban yang dialami keluarga. Aktivitas caregiving penuh beban, namun caregiver tetap mau merawat anggota keluarganya. Faktor yang membuat caregiver tetap mau merawat yaitu kepasrahan pada Tuhan yang diwujudkan dengan meminta pertolongan pada Tuhan agar mendapat kemudahan dalam merawat. Mereka yang menjadi caregiver dalam hidupnya memang disertai masalah, tetapi mereka mampu melihat masalah menjadi penuh hikmah. Ada hikmah yang bisa diambil selama merawat anggota keluarga. Hal ini dirasakan seluruh keluarga terlepas dari banyaknya permasalahan yang mereka hadapi, dan berapa lama menjalani peran sebagai caregiver. Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan bahwa, sebanyak 56 orang (65,9%) berada pada beban yang tinggi, beban tersebut berupa cemas dengan kondisi anggota keluarga sebanyak 76 orang (89%), cemas dengan anggota keluarga yang menderita DM yang tidak dapat mengatur pola tidurnya yang benar sebanyak 74 orang (87%) merasa terbebani apabila anggota keluarga tidak mampu melakukan pekerjaan sehari-hari sebanyak 72 orang (84%), kesulitan membagi waktu antara pekerjaan sehari-hari dengan
perawatan pada anggota keluarga dengan DM sebanyak 63 orang (74%), kesulitan dalam menyarankan anggota keluarga yang menderita DM untuk melakukan latihan jasmani seperti: jalan kaki dan senam sebanyak 70 orang (82%) merasa kesal dengan anggota keluarga yang menderita DM apabila tidak mematuhi pengobatan sebanyak 74 orang (87%)sedih dengan kondisi anggota keluarga yang semakin parah sebanyak 74 orang (87%). Menurut Ernawati (2012) tentang gambaran tingkat kecemasan dan beban keluarga pada klien yang menderita Diabetes Mellitus di Aceh Tamiang hasil penelitian menunjukan 57,1% keluarga mengalami beban yang tinggi berupa cemas akan kondisi pola aktivitas penderita yang terbatas. Lebih lanjut disebutkan bahwa mayoritas usia responden dalam penelitian tersebut adalah dewasa pertengahan (26-35 tahun). Menurut penelitian Sahar (2002 dalam Riasmini 2013) mayoritas family carers berusia 26-35 tahun dan 96,7% adalah perempuan. Sedangkan Karlikaya,et.al. (2005 dalam menemukan bahwa mayoritas caregive radalah pasangan dan anak usia dewasa. Penelitian diatas sesuai dengan peneliti dapatkan bahwa mayoritas caregiver yang merawat anggota keluarga dengan penyakit Diabetes Mellitus yaitu perempuan sebanyak 53 orang (62,4%) dan hubungan dengan keluarga yaitu orangtua 57 orang (67,0%). Stuifbergen (2008) mengungkapkan bahwa peran anak sangat penting dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada orang tuanya. Hasil penelitian Hong dan Kim (2008 dalam Riasmini 2013) bahwa mayoritas peran keluarga dilakukan oleh anak perempuan dimana sebagai caregiver utama untuk merawat anggota keluarganya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan tabel 5.3 menunjukan bahwa, sebanyak 58 orang (68,2%) berada pada beban yang tinggi, beban tersebut berupa kesulitan dalam hal keuangan untuk mengobati anggota keluarga dengan DM
3
sebanyak 77 orang (90,5%), terbebani karena setiap saat harus mengantarkan untuk berobat sebanyak 56 orang (65,8%), terbebani dalam mengatur pola makan anggota keluarga yang menderita DM sebanyak 79 orang (92,9%), terbebani dalam mengatur diet sehari-hari untuk anggota keluarga yang menderita DM sebanyak 77 orang (90,5%). Dan mayoritas pekerjaan yaitu kategori lain-lain sebanyak 40 orang (47,1%) seperti (tukang becak, tempel ban, tukang bangunan, penjual kue,buruh nyuci dll). Menurut pendapat Nasir dan Muhith (2011) yang menyatakan bahwa keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan penyakit kronis (Diabetes Mellitus) dihadapkan pada tuntutan, tantangan, masalah psikososial, emosional dan kognitif serta perubahan peran dalam keluarga dan masyarakat. Hal ini tentunya menuntut keluarga untuk terus mengadakan penyesuaian dan meningkatkan kemampuan terutama dalam upaya pemenuhan kebutuhan dan kemandirian anggota keluarga yang menderita penyakit kronis sehari-harinya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada responden yang terpapar dalam tabel 5.5, beban keluarga Iatrogenik dalam merawat anggota keluarga dengan penyakit Diabetes Mellitus yang di perlihatkan pada tabel 5.5 berada pada kategori tinggi dengan frekuensi 49 orang (57,6%). Penelitian terkait yang dilakukan oleh Ernawati (2012) tentang gambaran tingkat kecemasan dan beban keluarga pada klien yang menderita Diabetes Mellitus di Aceh Tamiang hasil penelitian menunjukan 65,1% keluarga mengalami beban yang tinggi yaitu keluarga kurang informasi dalam perawatan kesehatan pada anggota keluarga dengan DM dan kurang memahami bagaimana sistem rujukan pada penderita DM. Menurut penelitian Asniar (2007) ditemukan bahwa beban fisik keluarga dalam merawat lansia yang berpengaruh terhadap status kesehatannya dilihat dari ekspresi
wajah kelelahan, ungkapan rasa lelah, jenuh dan capek, selain itu karena kesulitan keluarga merawat anggota keluarga terutama membagi waktu antara merawat anggota keluarga dan peran lainnya. Sedangkan hasil penelitian Karlikaya, et.al. (2005) menggambarkan insiden depresi pada keluarga 18-47%. Ozge, e.al. (2009) melaporkan 86% caregiver mengalami anxietas dan 14,6% mengalami depresi. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Berdasarkan tabel 5.5 menunjukan bahwa, sebanyak 49 orang (57,6%) berada pada beban yang tinggi, dan mayoritas pendidikan berada dalam kategori menengah atas sebanyak 38 orang (45,9%), beban yang di dapatkan yaitu beban berupa kesulitan dalam mendapatkan informasi kesehatan mengenai penyakit DM sebanyak 49 orang (57,6%), keluarga terbebani dengan proses pemulihan penyakit DM yang memakan waktu lama sehingga tidak sesuai dengan harapan keluarga sebanyak 72 orang (84,7%), keluarga kurang memahami sistem rujukan pada keluarga dengan penyakit DM sebanyak 77 orang (90,5%), dan keluarga tidak pernah mendapatkan program pendidikan terkait penyakit DM.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengumpulan data didapatlan bahwa beban keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan penyakit Diabetes Mellitus di Aceh berada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 47 orang (55,3%). Bagi peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian tentang beban keluarga dengan penyakit kronis lainnya dalam upaya melakukan pengobatan secara teratur dan dapat menambahkan tentang hubungan tingkat ketergantungan fungsional klien (ADL). Bagi Institusi Pendidikan agar dapat membuat program seperti promosi kesehatan yang tidak hanya mengajarkan cara perawatan, tetapi termasuk juga dengan
4
memperhatikan pemenuhan kebutuhan bagi caregiver.
REFERENSI Asniar. 2007. Studi fenomenologi tentang pengalaman keluarga merawat anggota keluarga paska stroke di rumah di Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok Jawa Barat Subandi, M.A.
(2008). Dimensi Keluarga Pasien Psikotik di Jawa. Jurnal Psikologi, 35(1), 62–79. Diakses dari http://jurnal.psikologi.ugm.ac.id/ Achjar, Komang A H. (2010). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto Bustan, M.N.(2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.Jogjakarta: Rineka Cipta Ernawati (2012).Jurnal Tingkat Kecemasan Dan Beban Keluarga Pada Penderita Diabetes Millitus Vol 4 No 1.USU Medan Fontaine,K.L.(2009) Mental health nursing.6th ed. NewJersey: Pearson PrenticeHall
Karlikaya, G. et.al. (2005). Caregiver Burden in Dementia: A Study in The Turkish Population. The Internet Journal of Neurology, Volume 4 Number 2. Maryam, S (2012). Beban Keluarga Merawat Lansia Dapat Memicu Tindakan Kekerasan Dan Penelantaran Terhadap Lansia. Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 15 No 3
Nasir, Abdul & Abdul Muhith. (2011). Dasar-dasar keperawatan jiwa: Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika
Riasmini. (2013). Prediktor Pola Caregiving Keluarga Terhadap Lanjut Usia (Predictor Of Caregiving Pattern Of Family Toward Elderly). Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III Email :
[email protected] JKep. Vol. 1 No. 1 Stuifbergen, M.C., Vandelden, J.J.M., & Dykstra, P.A. 2008. The Implications of Today’s Family Structure for Support Giving to Older Parents. Ageing and Society Sahar, J. (2002). Supporting Family Carers in Caring for Older People in the Community in Indonesia. Queensland University of Technology, School of Nursing. Centre for Nursing research. Disertasi. WHO (2010) Diabetes. Diakses tanggal 20 november 2015 dari http://www.who.int/facts/world/en/i ndex5.html
5