1
PENGETAHUAN DAN PERILAKU KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA DENGAN GOUT DI KELURAHAN PANCORANMAS KOTA DEPOK Halida Damasinta1 dan Poppy Fitriyani2 1. Mahasiswi Program Reguler Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 2. Departemen Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak
Gout di definisikan sebagai gangguan akibat deposisi jaringan kristal monosodium urate pada sendi, tulang, dan jaringan lunak seperti ligamen, tendon, dan kulit. Gout dapat terjadi pada usia dewasa hingga lansia. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan perilaku keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan gout. Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan potong lintang, menggunakan sampel usia dewasa awal hingga lansia di Kelurahan PancoranMas, Kota Depok. Responden dipilih dengan teknik purposive sampling, yaitu keluarga yang tinggal bersama dengan anggota keluarga dengan Gout. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 70. Hasil penelitian menunjukkan responden memiliki pengetahuan dan perilaku yang baik dengan persentase sebesar 55,7% dan 60% dalam merawat anggota keluarga dengan gout. Namun tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan perilaku dalam merawat anggota keluarga dengan gout. Tenaga kesehatan dan kader kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan keluarga mengenai gout sehingga dapat tercapai derajat kesehatan yang optimal. Kata kunci: gout, pengetahuan gout, perilaku keluarga.
Abstract
Gout is defined as a disorder due to the deposition of monosodium urate crystals tissue in the joints, bones, and soft tissues such as ligaments, tendons, and skin. Gout can occur in adulthood to the elderly. This study aims to determine the correlation between knowledge of the behavior of the family in caring for family members with gout. The design of this study was descriptive cross sectional analytic approach, using a sample of early adulthood to the elderly in PancoranMas, Depok. Respondents were selected by purposive sampling technique. The sample size in this study was 70. Results showed respondents had a good knowledge and behavior with a percentage of 55.7% and 60% in caring for family members with gout. However, no correlation between knowledge and behavior in caring for family members with gout. Health workers is expected to increase family knowledge about gout to achieve optimal health status. Keywords: family’s behaviour, gout, knowledge of gout
Hubungan pengetahuan…, Halida Damasinta, FIK UI, 2014
Pendahuluan WHO dalam Rabea et al (2009) mendata penderita arthritis di Indonesia mencapai 81% dari populasi, hanya 24% yang pergi ke dokter, sedangkan 71% nya cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang dijual bebas. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling tinggi menderita gangguan sendi jika dibandingkan dengan negara di Asia lainnya seperti Hongkong, Malaysia, Singapura dan Taiwan. Menurut penelitian yang dilakukan Nainggolan (2009) prevalensi arthritis di Indonesia sebesar 32,2% dengan prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Barat, yaitu 41,7%. Lebih lanjut Nainggolan (2009) mengungkapkan bahwa prevalensi arthritis yang paling banyak terdapat di kelompok umur lebih dari 65 tahun, yaitu 63,1%, terlihat kecenderungan bahwa prevalensi akan semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Arthritis adalah istilah umum untuk beberapa kondisi yang mempengaruhi sendi (Bjorklund, 2010). Tanda dan gejala arthritis diantaranya adalah sakit, nyeri, kekakuan, dan pembengkakan (California Departmen of Public Health, 2014). Salah satu tipe arthritis yang paling sering terjadi menurut California Department of Public Health dan Arthritis Foundation (2014) adalah gout. Gout adalah zat hasil akhir metabolisme purin dalam tubuh, yang kemudian dibuang melalui urin. Gout di definisikan sebagai gangguan akibat deposisi jaringan kristal MSU (monosodium urate) pada sendi, tulang, dan jaringan lunak tertentu lainnya, seperti ligamen, tendon, dan kulit dan atau kristalisasi asam urat dalam sistem pengumpulan ginjal (tubulus dan pelvis ginjal) (Terkeltaub dan Lawrence, 2010). Klien dengan arthritis khususnya gout memerlukan instrumental activities of daily
living (IADLs). Hal ini termasuk menyiapkan makanan, menyiapkan obat, dan mengerjakan tugas rumah tangga. Sebanyak 71% keluarga memberikan bantuan kepada lansia dengan arthritis dengan menggunakan IADLs. Pemberi pelayanan kesehatan, dalam hal ini adalah keluarga membutuhkan informasi yang tepat untuk memberikan perawatan kesehatan yang tepat pada lansia. Menurut Hughes (2008) menjelaskan bahwa keluarga sebagai pemberi asuhan perawatan kepada lansia membutuhkan informasi, keterampilan, dan kemampuan untuk mengambil keputusan untuk memberikan perawatan kepada lansia. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan pengetahuan dan perilaku keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan gout. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk melihat gambaran karaktersitik keluarga, pengetahuan keluarga tentang gout, pengetahuan keluarga berdasarkan karakteristik, perilaku keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan gout, dan perilaku berdasarkan karakteristik.
Metode Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2013 hingga bulan Mei 2014 dan menggunakan desain penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan potong lintang. Populasi yang diteliti adalah keluarga yang tinggal bersama dengan anggota keluarga dengan gout di Kelurahan PancoranMas, Kecamatan PancoranMas, Kota Depok. Pemilihan responden dilakukan dengan cara purposive sampling. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah keluarga yang tinggal bersama dengan anggota keluarga dengan gout, keluarga mampu membaca dan menulis, keluarga mampu berbahasa indonesia, dan keluarga tidak memiliki gangguan kognitif. Data penelitian merupakan data primer yang diperoleh dengan menggunakan kuisioner yang telah diuji coba dan divalidasi. Data yang dikumpulkan meliputi data demografi, pengetahuan keluarga mengenai gout, perilaku
Hubungan pengetahuan…, Halida Damasinta, FIK UI, 2014
3
keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan gout, dan hubungan pengetahuan dengan perilaku keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan gout. Penilaian pengetahuan keluarga mengenai gout dilakukan dengan memberikan 25 pertanyaan beserta 2 pilihan jawaban untuk setiap pertanyaan yaitu benar atau salah. Seluruh skor pertanyaan dijumlahkan sehingga didapatkan skor total dan diklasifikasikan menjadi pengetahuan baik dan pengetahuan kurang baik. Penilaian perilaku keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan gout dilakukan dengan memberikan 20 pertanyaan beserta 4 pilihan untuk tiap pertanyaan, yaitu selalu, sering, jarang, dan tidak pernah. Seluruh skor pertanyaan dijumlahkan sehingga didapatkan skor total dan diklasifikasikan menjadi perilaku baik dan perilaku kurang baik. Hubungan pengetahuan dengan perilaku keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan gout diuji dengan menggunakan uji Chi-Square. Uji Chi-Square digunakan karena menggunakan data katagorik-katagorik, yaitu klasifikasi pengetahuan mengenai gout dan klasifikasi perilaku keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan gout. Responden penelitian ini adalah keluarga yang rutin pergi ke Posbindu di Kelurahan PancoranMas Kota Depok, berjumlah 70 orang.
Hasil Tabel 1 menunjukkan bahwa 32,9% responden berusia antara 46 – 65 tahun. Rata-rata responden berjenis kelamin perempuan (42%). Tingkat pendidikan responden rata-rata adalah SMA dengan persentase 37%. Penghasilan keluarga rata-rata adalah dibawah UMR Kota Depok tahun 2014 yaitu dibawah Rp. 2.397.000. Jumlah antara responden yang bekerja dengan yang tidak bekerja adalah sama besar.
Tabel 1. Karakteristik Responden Variabel Usia 17 - 25 tahun 26 - 35 tahun 36 – 45 tahun 46 – 65 tahun > 65 tahun Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Tingkat Pendidikan SD SMP SMA D3/ Perguruan Tinggi Pengasilan Keluarga ≥ Rp 2.397.000 < Rp 2.397.000 Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja Total
Jumlah
Persentase
5 17 16 23 9
7,1 24,3 22,9 32,9 12,9
28 42
40 60
10 12 37 11
14,3 17,2 52,9 15,7
23 47
32,9 67,1
35 35 70
50 50 100
Tabel 2. menunjukkan gambaran pengetahuan keluarga mengenai gout. Sebesar 55,7% keluarga memiliki pengetahuan yang baik mengenai gout. Hasil tersebut didapatkan dari nilai cut of point mean. Mean dijadikan sebagai cut of point karena distribusi variabel pengetahuan keluarga normal (Hastono, 2007). Tabel 2. Pengetahuan Keluarga mengenai Gout Variabel Pengetahuan Kurang Baik Total
Jumlah
Persentase
31 39 70
44,3 55,7 100
Hasil analisis pengetahuan keluarga berdasarkan karaktersitik didapatkan bahwa pada kelompok usia 46-65 tahun memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan kelompok usia lainnya dengan persentase sebesar 65,2%. Responden berjenis kelamin perempuan juga memiliki pengetahuan mengenai gout lebih baik dibandingkan pria dengan persentase sebesar 59,5%. Pada tingkat pendidikan SD diketahui responden dengan tingkat pendidikan SD memiliki pengetahuan mengenai gout lebih baik dibuktikan dengan persentase sebesar 60%. Sebesar 61,7%
Hubungan pengetahuan…, Halida Damasinta, FIK UI, 2014
4
keluarga yang memiliki penghasilan dibawah UMR Kota Depok tahun 2014 yaitu Rp 2.397.000, ternyata memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan keluarga yang memiliki penghasilan diatas UMR Kota Depok tahun 2014. Selain itu, responden yang tidak bekerja memiliki pengetahuan mengenai gout lebih baik dibandingkan responden yang bekerja. Rekapitulasi gambaran pengetahuan keluarga berdasarkan karakteristik dapat dilihat di Tabel 3. Tabel 3. Gambaran Pengetahuan berdasarkan Karakteristik Keluarga
Variabel Usia 17 - 25 tahun 26 - 35 tahun 36 – 45 tahun 46 – 65 tahun > 65 tahun Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Tingkat Pendidikan SD SMP SMA D3/ Perguruan Tinggi Pengasilan Keluarga ≥ Rp 2.397.000 < Rp 2.397.000 Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja
Keluarga
Pengetahuan Baik Kurang Jumlah % Jumlah % 2 9 10 15 3
40 52,9 62,5 65,2 33,3
3 8 6 8 6
60 47,1 37,5 34,8 66,7
14 25
50 59,5
14 17
50 40,5
6 6 22 5
60 50 59,5 45,5
4 6 15 6
40 50 40,5 54,5
10 29
43,5 61,7
13 18
56,5 38,3
21 18
60 51,4
14 17
40 48,6
Tabel 4. Perilaku Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga dengan Gout Variabel Perilaku Kurang baik Baik Total
Jumlah
Persentase
28 42 70
40 60 100
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kelompok usia 46-65 tahun memiliki perilaku lebih baik dalam merawat anggota keluarga dengan gout dengan persentase 52,2% dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Perempuan dinilai memiliki perilaku lebih baik dalam merawat anggota keluarga dengan gout dengan persentase 69% dibandingkan dengan laki-laki. Lulusan SMA diketahui memilki perilaku lebih baik dalam merawat anggota keluarga dengan gout dengan persentase 48,6% dibandingkan dengan lulusan lainnya. Selain itu, keluarga dengan penghasilan dibawah UMR Kota Depok tahun 2014 yaitu Rp 2.397.000 memiliki perilaku lebih baik dalam merawat anggota keluarga dengan gout dibandingkan dengan keluarga yang memiliki penghasilan diatas UMR Kota Depok tahun 2014. Responden yang tidak bekerja dibandingkan dengan responden yang bekerja sama-sama memiliki perilaku yang baik dalam merawat anggota keluarga dengan gout. Rekapitulasi hasil analisis perilaku keluarga dengan karakteristik dapat dilihat di Tabel.5.
Perilaku keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan gout di Kelurahan PancoranMas, Kecamatan PancoranMas, Kota Depok, rata-rata adalah baik, dengan persentase 60%. Hasil tersebut didapatkan dari nilai cut of point mean. Mean dijadikan sebagai cut of point karena distribusi variabel pengetahuan keluarga normal (Hastono, 2007). Rekapitulasi gambaran perilaku keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan gout dapat dilihat pada Tabel.4
Hubungan pengetahuan…, Halida Damasinta, FIK UI, 2014
5
Tabel. 5 Gambaran Perilaku Keluarga berdasarkan Karakteristik Keluarga
Variabel Usia 17 - 25 tahun 26 - 35 tahun 36 – 45 tahun 46 – 65 tahun > 65 tahun Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Tingkat Pendidikan SD SMP SMA D3/ Perguruan Tinggi Pengasilan Keluarga ≥ Rp 2.397.000 < Rp 2.397.000 Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja
Perilaku Baik Kurang Jumlah % Jumlah % 2 11 10 12 7
40 64,7 62,5 52,2 77,8
3 6 6 11 2
60 35,3 37,5 47,8 22,2
13 29
46,4 69
15 13
53,6 31
7 9 18 8
70 75 48,6 72,7
3 3 19 3
30 25 51,4 27,3
14 28
60,9 59,6
9 19
39,1 40,4
21 21
60 60
14 14
40 40
Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan perilaku keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan gout diperoleh bahwa ada sebesar 64,1% memiliki pengetahuan baik tentang gout menunjukkan perilaku baik dalam merawat anggota keluarga dengan gout. Selain itu, sebesar 54,8% memiliki pengetahuan kurang, juga menunjukkan perilaku baik dalam merawat anggota keluarga dengan gout. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,589 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi pengetahuan dengan peilaku keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan gout. Dengan kata lain, tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dengan perilaku keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan gout (p value: 0,589, α: 0,05). Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga dengan Gout Perilaku OR Total Penget Baik Kurang (95% ahuan CI) n % n % n % Baik 25 64,1 14 35,9 39 100 1,471 31 100 0,561Kurang 17 54,8 14 45,2 3,854 Total 42 60 28 40 70 100
Pembahasan Karakteristik responden adalah berusia 46 – 65 tahun, berjenis kelamin perempuan, tingkat pendidikan rata-rata adalah SMA. Selain itu, rata-rata penghasilan keluarga dibawah UMR Kota Depok tahun 2014 yaitu Rp 2.397.000 dan proporsi antara yang bekerja dengan yang tidak bekerja adalah sama besar. Penelitian yang dilakukan oleh Haris et al (2005), mengungkapkan bahwa sebanyak 38,3% responden berusia antara 31 – 40 tahun, tidak bekerja, serta memiliki tingkat pendidikan dan pendapatan yang rendah. Perbedaan dalam penelitian ini adalah berbedanya tempat penelitian dan besar sampel penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Haris et al (2005) bertempat di Kelurahan Rawasari, Jakarta Pusat dengan karakteristik responden yaitu ibu rumah tangga berusia 31 – 40 tahun, memiliki tingkat pendidikan dan pendapatan yang rendah dan besar sampel penelitian ini adalah 107. Sedangkan, penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pancoran Mas, Depok dengan besar sampel penelitian adalah 70. Karakteristik responden dalam penelitian ini berusia 46 – 65 tahun, lulusan SMA, dan memiliki pendapatan yang rendah. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan mengenai gout yang baik (55,7%). Hal serupa juga diungkapkan oleh Yi Zhao et al (2011) bahwa sebesar 79,4% memiliki pengetahuan yang baik tentang gout dan penyebabnya. Pemenuhan kebutuhan informasi bagi keluarga tentang cara memberikan perawatan yang tepat dianggap sebagai hal yang paling utama dalam memberikan perawatan (Hirakawa., et al,
Hubungan pengetahuan…, Halida Damasinta, FIK UI, 2014
P value 0,589
6
2011). Keluarga dapat secara tidak sengaja membahayakan atau tidak memberikan perawatan yang tepat jika tidak memiliki pengetahuan yang baik dan tidak memiliki keterampilan dalam merawat anggota keluarga yang sakit (Hughes, 2008). Namun dalam penelitian yang dilakukan oleh Haris et al (2005) mengungkapkan bahwa responden memiliki pengetahuan yang kurang mengenai gout dengan persentase sebesar 96,3%. Penelitian lain juga menunjukkan hal yang serupa bahwa responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang gout mencakup makanan penyebab gout, pengobatan gout, dan resiko dari pengobatan yang dijalankan (Harrold., et al, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Haris et al (2005) dan Harold et al (2012) berbeda dengan yang dilakukan oleh peneliti. Hal ini dapat disebabkan oleh berbedanya responden dan tempat penelitian. Responden penelitian Harris et al (2002) adalah ibu rumah tangga dengan rentang usia 31 - 40 tahun dan penelitian ini berlokasi di Kelurahan Rawasari, Jakarta Pusat, sedangkan penelitian Harold et al (2012) berlokasi di Massachusetts, Amerika Serikat dengan karakteristik responden sebagian besar laki-laki dan berusia lebih dari 65 tahun. Sebesar 60% responden memiliki perilaku yang baik dalam merawat anggota keluarga dengan gout. Menurut Roberts dan Haines (2010) keluarga harus mengetahui manajemen gout yang tepat dalam merawat anggota keluarga dengan gout. Merawat anggota keluarga dengan gout tidaklah murah. Studi menunjukkan bahwa semakin tinggi tahapan gout yang dialami, maka biaya untuk merawatnya akan semakin mahal (Wertheimer, Morlock, & Becker, 2013). Rendahnya kesadaran untuk mencegah terjadinya gout dan mengontrol kadar asam urat dapat meningkatkan biaya perawatan gout (Trieste., et al, 2012). Lebih lanjut Trieste et al (2012) menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara biaya perawatan dengan tingkat keparahan gout, semakin parah atau semakin
tinggi tahapan gout yang dialami maka biaya yang dikeluarkan akan semakin tinggi. Tidak didapatkan hubungan bermakna antara pengetahuan dengan perilaku keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan gout. Penelitian mengungkapkan bahwa kurangnya pengetahuan mengenai gout dan manajemen gout yang tepat dapat meningkatkan tingkat keparahan gout (Spencer, Carr, & Doherty, 2012). Selain itu, persepsi negatif dan rendahnya pengetahuan tentang gout berhubungan dengan perilaku yang kurang baik dalam merawat anggota keluarga dengan gout (Dalbeth., et al, 2011). Rosalina dan Purwaningsih (2013) juga mengungkapkan hal yang serupa bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan perilaku lansia dalam upaya pencegahan gout di Posyandu Lansia Dusun Tambahan Bakas, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli. Dengan kata lain, terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan gout. Hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti menjelaskan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan perilaku keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan gout. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal tersebut disebabkan karena berbedanya jumlah responden, perbedaan karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan penghasilan keluarga), dan lokasi penelitian. Selain itu, Pemerintah Kota Depok memberikan dana operasional kepada 632 Posbindu di Kota Depok melalui Badan Pemberdaya Masyarakat dan Keluarga (BPMK) Kota Depok. Dengan adanya bantuan ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas kader, peningkatan pelayanan, dan biaya operasional Posbindu. BPMK juga memberikan pembinaan dan pelatihan untuk kader Posbindu Kota Depok, karena dari 4537 kader Posbindu, hanya 1605 kader Posbindu yang cukup terlatih. Mengingat peran Posbindu yang cukup penting, membuat kader
Hubungan pengetahuan…, Halida Damasinta, FIK UI, 2014
7
Posbindu harus dibekali kemampuan dan pengetahuan yang cukup. Dengan adanya pelatihan dan pembinaan kader Posbindu oleh BPMK, maka kader Posbindu dapat lebih terlatih dan memiliki pengetahuan yang cukup. Dengan begitu, kader Posbindu dapat memberikan promosi kesehatan kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan khususnya tentang asam urat. Penelitian ini dapat menjadi informasi terkait gambaran pengetahuan keluarga tentang asam urat dan perilaku keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan asam urat. Sehingga dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan dalam mengembangkan pelayanan kesehatan preventif. Penelitian ini juga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi institusi pendidikan keperawatan untuk menambah kurikulum mengenai kesehatan keluarga khususnya tentang gout. Selain itu, institusi pendidikan keperawatan juga dapat membuat modul pembelajaran mengenai kesehatan keluarga serta membuat workshop terkait kesehatan keluarga khususnya mengenai gout. Kelemahan dalam penelitian ini adalah ada beberapa responden yang malas membaca pertanyaan yang ada di kuisioner dan meminta peneliti untuk membacakan pertanyaan yang ada di dalam kuisioner. Hal tersebut dapat membuat hasil penelitian subjektif antara jawaban yang dimaksudkan oleh responden dengan jawaban yang dimaksudkan oleh peneliti. Dengan kata lain apa yang disampaikan oleh responden mungkin saja berbeda dengan apa yang ditangkap oleh peneliti.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian teridentifikasi bahwa sebagian besar responden berusia 46 – 65 tahun, berjenis kelamin perempuan, ratarata tingkat pendidikan adalah SMA, rata-rata penghasilan keluarga dibawah UMR Kota Depok tahun 2014 yaitu Rp 2.397.000. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan dan perilaku yang baik dalam
merawat anggota keluarga dengan gout. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan gout. Penelitian ini dapat memberikan implikasi bagi dunia keperawatan melalui penyediaan data dasar bagi keperluan penelitian selanjutnya. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi motivasi bagi penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam dan lebih luas terkait kesehatan keluarga. Penelitian selanjutnya dapat berupa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan perilaku keluarga dengan gout, hubungan antara pengetahuan keluarga dengan tingkat kekambuhan gout, dan hubungan antara perilaku keluarga dengan tingkat kekambuhan gout.
Referensi Bjorklund, Ruth. (2010). Arthritis. New York: Marshall Cavendish Benchmark. California Department of Public Health. (2014). The Five Most Common Forms of Arthritis. Retrieved from http://www.cdph.ca.gov/programs/capp/ Documents/The%20Five%20Most%20C ommon%20Forms%20of%20Arthritis.p df Dalbeth, N., Petrie, K.J., House, M., Chong J., Leung, W., Chegudi, R et al. (2011). Illness perceptions in patients with gout and the relationship with progression of musculoskeletal disability. Arthritis Care, 63(11), 1605-1612. doi: 10.1002/acr.20570 Haris et al. (2005, Januari). Pengetahuan dan Perilaku Ibu Rumah Tangga mengenai Arthritis Gout di Kelurahan Rawasari, Jakarta Pusat. Majalah Kedokteran Indonesia, 55(1), 9-15. Harold, Kathleen, Peterson, Naz, Firneno, & Yood. (2012). Patients’s knowledge and beliefs concerning gout and its treatment: a population based study. BMC Musculoskeletal Disorders, 13(180). doi: 10.1186/1741-2474-13-180
Hubungan pengetahuan…, Halida Damasinta, FIK UI, 2014
8
Hastono, S.P. (2007). Analisa Data Kesehatan. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Hughes, R.G. (2008). Patient Safety and Quality: An Evidence Based Handbook for Nurses. Retrieved from http://www.ahrq.gov/professionals/clinic iansproviders/resources/nursing/resources/nu rseshdbk/ReinhardS_FCCA.pdf Rabea et al., (2009). Buletin Penelitian Kesehatan Supplement: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Sendi, 32-33. Roberts, Eleanor & Haines, Cynthia. (2010). Gout Attack: Role of the caregiver. Retrieved from: http://www.everydayhealth.com/gout/go ut-attack-role-of-the-caregiver.aspx Rosalina & Purwaningsih. (2013). Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku lansia dalam upaya pencegahan gout di posyandu lansia dusun tambahan bakas kecamatan tembuku kabupaten bangli. (Thesis, PSIK Stikes Reguler, 2013). Retrieved from http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/sha
red/biblio_view.php?resource_id=2925& tab=opac Spencer, K., Carr, A., & Doherty, M. (2012). Patient and provider barriers to effective management of gout in general practice: a qualitative study. Annals of the Rheumatic Diseases: The Eular Journal, 71(9) doi: 10.1136/annrheumdis-2011-200801 Terkeltaub, B., & Lawrence, N. A. (2010). Gout: Diagnosis and Management of Gouty Arthritis and Hyperuricemia. New York: Professional Communications, Inc. Trieste, Palla, Fusco, Tani, Baldini, Mosca et al (2012). The economic impact of gout: a systematic literature review. Clinical Experimental Rheumatology, 30(73), 145-148. Wertheimer, A., Morlock, R., & Becker, M.A. (2013). A revised estimate of the burden of illness of gout. Current Therapeutic Research, 75, 1-4. doi: 10.1016/j.curtheres.2013.04.003 Yi Zhao., et al (2011). A questionnaire survey on knowledge and behavior of patients with gout. Beijing Medical Journal, 01.
Hubungan pengetahuan…, Halida Damasinta, FIK UI, 2014