PT. PERTAMINA EP -PPGM
Bab-
1
PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dengan ditemukannya lapangan gas baru, PT. PERTAMINA EP merencanakan akan mengembangkan lapangan gas yang terletak di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Untuk merealisasikan kegiatan tersebut, dibentuk Pengelola yaitu Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM). Pada saat penyusunan dokumen ini, peran
PT PERTAMINA mengalami perubahan, sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi tersebut PT PERTAMINA (Persero) membentuk anak perusahaan yaitu PT Pertamina-EP yang khusus menangani dalam Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. PT Pertamina - EP dibentuk berdasarkan Akta Notaris nomor 4 pada tanggal 13 September 2005. Proyek Pengembangan Gas Matindok Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah, ini merupakan proyek yang penting bagi industri minyak dan gas bumi di Indonesia dan nantinya akan berperan penting dalam mempertahankan dan memperkuat posisi Indonesia sebagai negara pengekspor LNG terbesar di dunia. Pembangunan PPGM sangat tepat waktu karena akan meningkatkan kontribusi sektor minyak dan gas bumi dalam menyumbangkan devisa bagi negara dan kemungkinan sebagian untuk substitusi BBM dalam negeri. Proyek ini diharapkan akan beroperasi pada tahun 2009. Proyek Pengembangan Gas Matindok merupakan kegiatan pembangunan fasilitas yang lengkap mulai dari memproduksi gas bumi dari sumur yang telah dieksplorasi maupun dari rencana sumur pengembangan yang berasal dari 5 lapangan gas bumi, yaitu: lapangan-lapangan gas Donggi, Matindok, Maleo Raja, Sukamaju, dan Minahaki. Gas akan disalurkan melalui pipa menuju kilang LNG, yang selanjutnya dipasarkan melalui pelabuhan menggunakan kapal tanker LNG.
RPL Proyek Pengembangan Gas Matindok
I-1
PT. PERTAMINA EP -PPGM
Kemampuan produksi gas dari Blok Matindok diperkirakan ± 100 MMSCFD (gross), dengan kandungan kondensat ± 850 bopd, dan air yang terikut diproduksikan diperkirakan ± 2500 bwpd, dengan prakiraan umur produksi 20 tahun yang didasarkan atas besarnya cadangan gas yang ada dan hasil kajian kelaykan ekonomi untuk pengembangan lapangan. Gas yang diproduksi mengandung CO2 ± 2,5%, Total Sulfur ± 3.000 ppm dan kemungkinan juga mengandung unsur yang lainnya. Sesuai dengan Lampiran Peraturan Menteri Negara LH. No. 11 tahun 2006, tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, maka kegiatan ini termasuk dalam kategori wajib AMDAL karena melebihi batas minimal yaitu sebesar 30 MMSCFD. Oleh karena itu pemrakarsa (PT. PERTAMINA EP - PPG ) dari rencana Proyek Pengembangan Gas Matindok wajib melakukan Studi AMDAL, karena kegiatan tersebut diprakirakan akan berdampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup. Kegiatan studi AMDAL ini dilakukan sebagai upaya sedini mungkin mencegah dan menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif yang diprakirakan akan timbul. Dampak lingkungan positif dari kegiatan pengembangan gas tersebut adalah meningkatnya bagian daerah sebagai penghasil gas bumi, memenuhi kebutuhan energi bagi masyarakat, dan merangsang peluang bisnis lainnya. Di samping dampak positif, kegiatan ini diprakirakan juga berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Sesuai komitmen dan kebijakan HSE PT. PERTAMINA EP – PPGM serta sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan di sekitar lokasi dan sesuai dengan komitmen PT. PERTAMINA EP – PPGM untuk melaksanakan kegiatan yang berwawasan lingkungan, maka sesuai peraturan dan perundang-undangan yang ada PT. PERTAMINA EP – PPGM menyusun Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). RKL merupakan salah satu upaya untuk menangani dan mengelola lingkungan dalam melaksanakan Proyek Pengembangan Gas Matindok di Kabupatet Banggai, Sulawesi
Tengah. RKL tersebut juga merupakan dokumen yang
penting, tidak hanya bagi Pemrakarsa tetapi juga bagi sektor lain, yaitu Pemerintah Daerah (Pemda) dan masyarakat. Untuk dapat membuktikan bahwa dampak-dampak lingkungan yang dikelola telah berhasil sesuai dengan tolok ukur yang ditetapkan dan/atau Baku Mutu Lingkungan yng telah diacu sebagai referensi, maka disusunlah Rencana Pemantauan Lingkungan. Dampak
lingkungan
positif
dari
kegiatan
pengembangan
gas
tersebut
adalah
meningkatnya bagian daerah Provinsi Sulawesi Tengah sebagai penghasil gas, guna memenuhi kebutuhan energi bagi masyarakat, dan merangsang peluang bisnis lainnya.
RPL Proyek Pengembangan Gas Matindok
I-2
PT. PERTAMINA EP -PPGM
Di samping dampak positif, kegiatan ini diprakirakan juga berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Sesuai komitmen dan kebijakan HSE PT. PERTAMINA EP – PPGM serta sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan di sekitar lokasi dan sesuai dengan komitmen PT. PERTAMINA EP – PPGM untuk melaksanakan kegiatan yang berwawasan lingkungan, maka sesuai peraturan dan perundang-undangan yang ada PT. PERTAMINA EP – PPGM akan menyusun Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). RPL ini merupakan salah satu upaya untuk memantau pelaksanaan dan hasil pengelolaan lingkungan dalam melaksanakan Proyek Pengembangan Gas Matindok, di Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah. Proyek Pengembangan Gas Matindok akan mempengaruhi kualitas lingkungan yang ada dengan cakupan wilayah yang cukup luas, sehingga dalam pelaksanaannya perlu diikutsertakan rencana pengelolaan lingkungan, mulai dari kegiatan pada tahap prakonstruksi sampai pasca operasi. Berhasil tidaknya pelaksanaan pengelolaan lingkungan dapat diketahui melalui pemantauan lingkungan yang termuat dalam dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Di satu sisi, adanya rencana pemantauan lingkungan akan dapat menunjang keberhasilan pembangunan, khususnya di sektor pertambangan migas dan pembangunan daerah. Dalam skala yang lebih luas kegiatan pemantauan lingkungan ini akan mendorong sektor-sektor lainnya untuk ikut berpartisipasi dalam mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Bagi kepentingan PT. PERTAMINA EP - PPGM, RPL mempunyai fungsi untuk : a. menjaga pelaksanaan kegiatan di lapangan tetap sesuai rencana/jadwal; b. mengoptimalkan biaya pembangunan dan pemantauan operasi PT. Pertamina EP - Proyek Pengembangan Gas Matindok, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah (PPGM); c.
mengoptimalkan pendayagunaan sumberdaya lainnya;
d. menjamin terpeliharanya daya dukung lingkungan terhadap bangunan/sarana kegiatan PT. Pertamina EP - PPGM; e. mengkoordinasikan kegiatan pemantauan lingkungan. Bila ditinjau dari kepentingan pihak lain, maka RPL berfungsi untuk: a. menghindari tumpang tindih pemanfaatan sumberdaya alam; b. mencegah
timbulnya
keresahan
masyarakat
di
wilayah
sekitar
Proyek
Pengembangan Gas Matindok, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah; c.
menjamin ketertiban dan keamanan;
d. memelihara kehidupan sosial-ekonomi-budaya di dalam masyarakat.
RPL Proyek Pengembangan Gas Matindok
I-3
PT. PERTAMINA EP -PPGM
Dalam kaitannya dengan pembangunan umum, RPL dapat berfungsi untuk: a. memberikan masukan pada pemantauan lingkungan kawasan; b. merupakan bahan koordinasi bagi instansi berwenang untuk menyusun suatu rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan kawasan, baik secara regional maupun nasional; c.
mengetahui secara pasti batasan wewenang dan tanggungjawab masing-masing;
d. mengefisiensikan penggunaan dana pemantauan lingkungan kawasan; e. mengoptimalkan pendayagunaan hasil Proyek Pengembangan Gas Matindok, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah beserta sarananya. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Proyek Pengembangan Gas Matindok, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 08 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL,
Surat
Keputusan
Menteri
Energi
dan
Sumberdaya
Mineral
No.
1457/K/38/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan di Bidang Pertambangan dan Energi, serta Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan RKL dan RPL. Dengan adanya konsep bisnis Hulu dan Hilir, maka tanggungjawab pelaksanaan kegiatan pemantauan lingkungan hasil kajian ANDAL juga dipisahkan mengacu kepada konsep yang dijelaskan didalam dokumen ANDAL. Pemantauan lingkungan di bagian hulu menjadi tanggung jawab sepenuhnya PT Pertamina EP dan pemantauan lingkungan di bagian hilir menjadi tanggung jawab PT Donggi-Senoro LNG (PT DSLNG). 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan tujuan dibuatnya Rencana Pemantauan Lingkungan adalah : a. Mengetahui kegiatan pemantauan lingkungan terhadap komponen lingkungan yang terkena dampak penting dengan metode dan cara yang dipandang baik dan tepat untuk dilaksanakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan pada ruang dan waktu tertentu; b. Melaksanakan kegiatan pemantauan secara sistematis, terarah, terencana, dan terkait dengan kegiatan-kegiatan yang diprakirakan sebagai sumber dampak penting, sehingga dapat diperoleh suatu kajian yang dapat dipergunakan sebagai bahan evaluasi terhadap kondisi lingkungan.
RPL Proyek Pengembangan Gas Matindok
I-4
PT. PERTAMINA EP -PPGM
1.3. KEGUNAAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN Pemantauan lingkungan sangat berguna bukan hanya bagi Pemrakarsa, tetapi juga bagi pemerintah dan masyarakat. a. Bagi Pemrakarsa : sebagai alat kontrol apakah pengelolaan lingkungan yang telah dilaksanakan mencapai hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Di samping itu, RPL digunakan untuk menguji efektivitas dari teknologi yang telah digunakan dalam pengelolaan lingkungan; sebagai peringatan sedini mungkin mengenai perubahan lingkungan yang tidak dikehendaki
akibat
dari
kegiatan Proyek
Pengembangan Gas
Matindok,
Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah, sehingga pencegahan dan penanggulangan dapat diperbaiki atau disempurnakan secara cepat, tepat, dan berkelanjutan. b. Bagi pemerintah atau instansi terkait : Sebagai materi untuk mengadakan koordinasi dalam pelaksanaan pemantauan kualitas lingkungan. c.
Bagi masyarakat : Membantu dalam pemantauan kualitas lingkungan secara umum.
RPL Proyek Pengembangan Gas Matindok
I-5
PT. PERTAMINA EP -PPGM
RPL Proyek Pengembangan Gas Matindok
I-6