PENGARUH SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) TERHADAP PENURUNAN NYERI DAN KECEMASAN PADA PASIEN PASCA BEDAH TRANSURETHRAL RESECTION PROSTATE (TURP) DI RSUD dr. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA Bayu Brahmantia, Titih Huriah Program Studi Magister Keperawatan Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRAK Latar Belakang: Pasien pasca bedah transurethral resection prostate dapat mengalami nyeri dan kecemasan yang mengakibatkan ketidaknyamanan dan gangguan rasa aman. Penanganan nyeri dan kecemasan menggunakan teknik non-farmakologi, yaitu terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT). Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh SEFT terhadap penurunan nyeri dan kecemasan pada pasien pasca bedah TURP. Metode Penelitian: Quasi-eksperimen Pretest-Posttest with Control Group Design. Populasi penelitian adalah pasien pasca bedah TURP. Teknik sampel menggunakan accidental sampling, alokasi sampel dengan teknik sistimatic alocation, jumlah sampel kelompok intervensi 22 pasien, kelompok kontrol 22 pasien. Hasil Penelitian: Rata-rata usia responden 65,09 tahun, rata-rata nilai nyeri sebelum dan sesudah inervensi pada kelompok intervensi 4,23 dan 2,31, rata-rata nilai nyeri sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok kontrol 4,86 dan 2,14, rata-rata nilai cemas sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok intervensi 19,59 dan 11,86, rata-rata nilai cemas sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok kontrol 18,09 dan 11,14. Hasil paired t-test analisis nyeri pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol didapatkan p value, 0,001, hasil paired t test analisis cemas kelompok intervensi dan kelompok kontrol didapatkan p value 0,001, hasil uji independent t-test variabel nyeri nilai p=0,2>0,05, hasil uji independent t-test variabel kecemasan nilai p=0,49>0,05. Kesimpulan: Terapi SEFT berpengaruh terhadap penurunan nyeri dan kecemasan pada pasien pasca bedah TURP, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi SEFT dengan kelompok kontrol pada penelitian. Kata kunci: benigna prostat hyperplasia, cemas, nyeri, SEFT, TURP
1
THE INFLUENCE OF THE SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) AGAINST A DECREASE PAIN AND ANXIETY IN PATIENTS OF POST SURGICAL TRANSURETHRAL RESECTION PROSTATE (TURP) IN HOSPITAL DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA Bayu Brahmantia, Titih Huriah
Master of Nursing Postgraduate Program Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRACT Background : Patient can get a pain and anxiety after TURP post surgical prostat. SEFT is non pharmacotherapy for decreasing pain and anxiety. Pain resulting in discomfort and anxiety disorder resulting in a sense of security. The purpose of this research is to know the influence of SEFT against pain and decrease anxiety in patients of post surgical transurethral prostatec resection in HOSPITALS dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. Methods : Design research used quasi experiment with-Pretest-Posttest Group Design. The population of this research werw the patient's post-surgical transurethral prostatec resection. The sampling technique used accidental sampling, were number of samples for each intervention group are 22 patients. Research results : The average age of respondents is 65.09 years, average value of pain before and after inervensi in the intervention group are 4.23 and 2.31 espectively, average value of pain before and after the intervention and control groups are 4.86 and 2.14, average value of anxiety before and after the intervention in intervention group and 19.59 and 11.86, average value of anxiety before and after intervention in the control group are 18.09 and 11.14. Paired t-test results analysis showed pain in the intevensi group and the control group obtained p value 0.001, paired t test of anxiety the intervention group and the control group obtained showed p value 0.001, independent t-test results test variable value for pain and anxiety are p= 0,2>0.05, 0.49 >0.05 respectively. Conclusion : SEFT therapy can decrease pain and anxiety in patients of post surgical transurethral prostatec resection, but there was no significant difference between the intervention group SEFT with control group. Keywords : benigna hyperplasia prostat, anxiety, pain, SEFT, TURP
2
PENDAHULUAN Prostat berkembang
sesuai
dengan
dengan
teknik
transurethra
Nyeri,
resection
kecemasan,
prostate
bertambahnya usia pada pria. Dimulai dari
(TURP).
ukuran kecil ketika masih anak-anak terus
ketegangan emosi dan imobilisasi yang terjadi
berkembang mencapai 20 gram pada usia 30
pasca bedah TURP dapat menimbulkan suatu
tahun. Ukuran prostat akan menetap sampai usia
lingkaran abnormalitas ketidaknyamanan. Rasa
±50 tahun. Prostat akan berkembang lagi
sakit, kecemasan, peradangan, ketegangan emosi
mencapai berat 35 gram pada usia 80 tahun.
dan imobilisasi akan menimbulkan reflex muscle
Salah satu gangguan prostat yang sering terjadi
contraction. Reflex muscle contraction menimbulkan
ialah Benign Prostate Hyperplasia (BPH) atau
restricted
pertumbuhan berlebihan dari sel-sel prostat yang
mengakibatkan circulatory stasis dimana akan
tidak ganas.
terjadi ischaemic jaringan dan terhambatnya proses
movement
(RM),
peradangan,
yang
akan
Berdasarkan penelitian WHO (2007), jika
metabolisme. Circulatory stasis akan meningkatkan
pria berumur lebih dari 50 tahun, kemungkinan
rasa sakit dan akan mengakibatkan spasme pada
akan mengalami pembesaran prostat adalah 50%
otot. Abnormalitas kenyamanan ini bila tidak
dan ketika berusia 80-85 tahun, risiko menderita
diputus akan membuat otot kehilangan sifat
Benigna
kelenturannya (Kisner dan Colby dalam Jay
Prostat
Hiperplasia
akan
meningkat
menjadi 90%. Benigna Prostatic Hyperplasia (BPH)
2009).
dalam bahasa umumnya dinyatakan sebagai
Faktor pendukung lain seperti edema,
pembesaran prostat jinak (PPJ). Insidensi BPH
pendarahan, nyeri, dan cedera pada jaringan
secara epidemiologi di dunia, pada usia 40-an,
lunak bercampur menjadi satu yang akan
kemungkinan seseorang itu menderita penyakit
meningkatkan
Benigne Prostat Hyperplasia adalah sebesar 40%,
(Garrison dalam Craig, 2009). Menurut Lee
dan setelah meningkatnya usia, yakni dalam
(2008) menyatakan bahwa pemberian electro
rentang usia 60 hingga 70 tahun, persentasenya
acupuncture, EFT, TENS, dan stimulasi lain
meningkat menjadi 50% dan diatas 70 tahun
(termasuk pijatan) pada titik akupunktur tertentu
persentase kejadiannya hingga 90% (Abbas,
dapat mengurangi nyeri dan kecemasan pada
2005). Penanganan utama pada kasus BPH yaitu
pasien pasca pembedahan.
dengan tindakan operasi, salah satunya adalah 3
pembentukan
kontraktur
Pasien pasca bedah transurethral resection
(2006) mengatakan faktor predisposisi yang
prostate merupakan pasien yang dapat mengalami
dapat menimbulkan kecemasan antara lain faktor
nyeri
psikologis, terutama tentang peraturan prosedur
dan
kecemasan
pasca
pembedahan.
Keadaan ini di alami oleh 50% pria yang berusia
pembedahan
yang
harus
dipatuhi
pasien,
rata-rata 60 tahun dan kurang dari 80% pria yang
peralatan yang dipasang pada pasien, dan sikap
berusia 80 tahun menjalani pembedahan prostat
tenaga kesehatan dalam pengobatan pasien.
(Nursalam, 2006). Kelemahan utama prosedur
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh
ini adalah nyeri pasca pembedahan. Prevalensi
perawat untuk mengatasi masalah nyeri dan
nyeri pasca pembedahan dalam sampel 1490
kecemasan pada pasien pasca bedah transurethral
pasien rawat inap bedah, didapatkan hasil nyeri
resection prostate adalah dengan menggunakan
sedang atau berat dilaporkan oleh 41% klien
terapi
pada hari 0, 30% pada hari 1 dan 19%, 16%,
medikasi dapat mengakibatkan gangguan fisik
14% pada hari 2, 3, dan 4. Prevalensi nyeri
tubuh yang lain dan jika terlalu lama digunakan
sedang atau berat pada kelompok pembedahan
dapat menyebabkan ketergantungan (Potter,
bagian abdomen dan perkemihan adalah tinggi
2009). Salah satu terapi non medikatif yang dapat
pada hari pertama dan hari kedua pasca
dilakukan adalah dengan menggunakan Terapi
pembedahan (30-55%) (Eur, 2008).
Spiritual Emosional Freedom Tehnique (SEFT).
Hasanudin (2007), menyatakan dari 35
medikasi
Dalam
dan
nonmedikasi.
penelitian
Mudatsyir
Terapi
(2012)
responden pasien pasca bedah transurethral
dijelaskan terapi SEFT dapat mengurangi nyeri
resection prostate pada penelitiannya didapatkan
pada pasien pasca bedah fracture femur, stimulasi
tingkat kecemasan tertinggi berada pada tingkat
ketukan-ketukan
kecemasan sedang sebanyak 46%, cemas ringan
merangsang serabut saraf A-beta, diteruskan ke
29%, cemas berat 20% dan panic sebanyak 5%.
nucleus kolumna dorsalis dan impuls saraf
Kecemasan adalah ketegangan rasa tidak aman
diteruskan melalui lemnikus medialis melalui
dan khawatir yang timbul karena dirasakan
jalur kolateral terhubung dengan periaqueductal
terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi
grey area (PAG). Perangsangan PAG ini
sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan
menghasilkan enkepalin, sejenis opium dalam
berasal dari dalam (Depkes RI, 1998). Yustinus
tubuh sehingga nyeri berkurang. Terapi SEFT 4
(tapping)
SEFT
mampu
juga mampu menurunkan kecemasan pada
emosi. Terapi SEFT merupakan suatu teknik
pasien pasca bedah percutaneus coronary diseases.
penggabungan dari sistem energi tubuh (energy
SEFT
medicine)
mengatasi
masalah
kecemasan
permasalahan
utamanya
menggunakan metode tapping (ketukan) di
melalui proses set up yang akan dilakukan serta
beberapa titik tertentu pada tubuh. Banyak
dapat mempengaruhi alam bawah sadar manusia
manfaat yang dihasilkan dengan terapi SEFT
dengan cara menyugesti diri sendiri, serta
yang
terdapat unsur teknik eye movement desentizitation
berbagai masalah fisik maupun emosi (Faiz,
repatterning (EMDR) melalui nine gamut procedure
2008).
berdasarkan
akar
dan
telah
terapi
terbukti
spiritualitas
membantu
dengan
mengatasi
(gerakan mata) untuk mengendalikan emosi
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk
kecemasan dan merangsang keseimbangan otak
mengetahui pengaruh SEFT terhadap penurunan
kiri dan otak kanan (Zainuddin, 2013).
nyeri dan pecemasan pada pasien pasca bedah
pendahuluan
transurethral resection prostatektomi di RSUD dr.
peneliti terhadap pasien pasca bedah transurethral
Soekardjo Kota Tasikmalaya. Tujuan khusus dari
resection prostate, 4 orang pasien dengan skala nyeri
penelitian ini adalah:
sedang
dilakukan
a. Mengidentifikasi karakteristik pasien pasca
intervensi SEFT, setelah intervensi SEFT
bedah TURP di RSUD dr. Soekardjo
mengalami penurunan nyeri serta kecemasan.
Tasikmalaya.
Berdasarkan
dan
hasil
mengalami
studi
cemas
Terapi SEFT bekerja dengan prinsip yang
b. Menganalisis skala nyeri pada kelompok
kurang lebih sama dengan akupuntur dan
intervensi dan kelompok kontrol sebelum
akupresur. Perbedaannya, SEFT menggunakan
dilakukan intervensi SEFT pada pasien pasca
teknik yang lebih aman, mudah, cepat dan
bedah TURP di RSUD dr. Soekardjo Kota
sederhana, bahkan tanpa resiko karena tidak
Tasikmalaya
menggunakan jarum ataupun alat lainnya, namun mengutamakan
keahlian
dalam
c. Menganalisis skala nyeri pada kelompok
aplikasinya.
intervensi dan kelompok kontrol setelah
Selain itu, dalam prosesnya SEFT melibatkan
dilakukan intervensi SEFT pada pasien pasca
Tuhan sehingga inti masalah yang dapat diatasi
bedah TURP di RSU dr. Soekardjo Kota
juga lebih luas, yaitu meliputi masalah fisik dan
Tasikmalaya. 5
d. Menganalisis kelompok
skala
pada
kontrol dengan menggunakan teknik sistematic
kelompok
alocation. dengan memenuhi kriteria sebagai
kecemasan
intervensi
dengan
kontrol sebelum dilakukan intervensi SEFT
berikut:
pada pasien pasca bedah TURP di RSU dr.
Kriteria inklusi:
Soekardjo Kota Tasikmalaya.
1. Pasien mampu membaca dan menulis.
e. Menganalisis kelompok
skala
kecemasan
intervensi
dengan
pada
2. Pasien pasca bedah BPH di ruang rawat inap
kelompok
3. Pasien pasca bedah hari kedua
kontrol setelah dilakukan intervensi SEFT
4. Kesadaran komposmentis dan kooperatif
pada pasien pasca bedah TURP di RSU dr.
5. Mendapatkan terapi analgetik 10 mg
Soekardjo Kota Tasikmalaya.
6. Bersedia menjadi responden
METODE PENELITIAN Penelitian
kontrol
7. Pasien beragama Islam ini
didesain
Kriteria eksklusi:
menggunakan quasi-eksperimen dengan tipe Pretest-
1. Pasien dengan penyakit komplikasi kronik.
Posttest with Control Group Design. Populasi dalam
2. Pasien mengalami gangguan penglihatan dan
penelitian ini adalah seluruh pasien pasca bedah
pendengaran.
TURP yang dirawat di RSUD dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya.
Sampel
Penelitian ini dilakukan di RSUD dr.
penelitian
Soekardjo
Kota
Tasikmalaya
dan
waktu
menggunakan teknik accidental sampling, yaitu
penelitian ini pada bulan Juni s.d Agustus 2016.
dengan mengambil kasus atau responden yang
Penelitian ini menggunakan instrument yang
kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat
sudah baku yaitu HARS untuk mengukur skala
sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo,
kecemasan, serta lembar ceklist untuk skala nyeri
2012). Penghitungan jumlah sampel dengan
(Numeric Rating Scale) dengan rentang nilai 0 s.d
menggunakan rumus rerata sampel dua populasi
10 (Nursalam, 2013). Analisa Univariat Data
berpasangan
Jumlah
disajikan untuk menjelaskan masing-masing
sampel yang diperlukan dalam penelitian ini
variabel, yaitu usia, serta variabel nyeri dan
adalah 22 orang untuk kelompok intervensi dan
kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan
22 orang untuk kelompok kontrol. Pengambilan
intervensi terapi SEFT. Analisa Bivariat Analisis
sampel kelompok intervensi dan kelompok
data untuk mengetahui perbedaan rata-rata skala
(Sastroasmoro,
2015).
6
nyeri, dan kecemasan pada pasien pasca bedah
mengetahui
TURP sebelum dan sesudah intervensi. Jika pada
kecemasan
uji paried t-test menghasilkan nilai signifikasi p <
independent t-test. (Dahlan, 2009. Penelitian ini
0,05 maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan
telah
yang
Muhammadiyah Yogyakarta, dengan Nomor:
bermakna.
Hasil
analisis
penelitian
makna kedua
layak
uji
perbedaan kelompok
etik
nyeri
dan
menggunakan
dari
Universitas
kelompok berpasangan variabel nyeri dan
264/EP-FKIK-UMY/VIII/2016,
kecemasan pada kelompok intervensi dan
keterangan
kelayakan
kontrol
disahkan
pada tanggal 6 Agustus 2016.
sebelum
dan
sesudah
perlakukan
etika
penelitian
surat ini
menggunakan paried t-tes, sedangkan untuk HASIL PENELITIAN 1. Usia Responden Pasien Pasca Bedah Transurethral Resection Prostate Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Tabel 1 Usia Responden Pasien Pasca Bedah Transurethral Resection Prostate Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Kelompok Intervensi (n=22) Mean±SD Min-Max 95% CI Usia 65,09±10,40 51-91 60,48 69,70 Sumber: Data primer, 2016 Karakteristik
Kelompok Kontrol (n=22) Mean±SD Min-Max 95%CI 67,5±11,59 53-92 62,3672,64
Berdasarkan tabel 1 didapatkan usia
usia responden berada pada rentang 51
kelompok intervensi dan kelompok
– 92 tahun.
kontrol tidak terlalu berbeda dimana 2. Hasil Pengukuran Nilai Nyeri Pasien Pasca Bedah Transurethral Resection Prostate Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Nilai Nyeri Pada Pasien Pasca Bedah Transurethral Resection Prostate di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol n Mean±SD Min- 95% CI Mean±SD Min95%CI Max Max Pre 22 4,23±1,74 2-8 3,45-5 4,86±1,49 3-8 4,20Intervensi 5,52 Post 22 2,32±1,78 0-6 1,53-3,11 2,14±1,64 0-6 1,41Intervensi 2,86 Sumber: Data primer, 2016 Nyeri
7
Berdasarkan tabel 2 didapatkan nilai
intervensi kelompok intervensi dan
nyeri pre intervensi kelompok intervensi
kelompok kontrol berada pada rentang
dan kelompok kontrol berada pada
0 – 6.
rentang 2 – 8, dan nilai nyeri post 3. Hasil Pengukuran Nilai Kecemasan Pasien Pasca Bedah Transurethral Resection Prostate Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Kecemasan Pada Pasien Pasca Bedah Transurethral Resection Prostate di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Kelompok Intervensi (n=22) Mean±SD Min-Max 95% CI Pre 19,59±5,97 10-30 16,94Intervensi 22,24 Post 11,86±6,67 0-25 8,86Intervensi 14,87 Sumber: Data primer, 2016 Kecemasan
Kelompok Kontrol (n=22) Mean±SD Min-Max 95%CI 18,09±4,14 10-28 16,2619,93 11,14±5,42 0-25 8,73-13,54
Berdasarkan tabel 3 didapatkan
post intervensi kelompok intervensi dan
nilai kecemasan pre intervensi kelompok
kelompok kontrol berada pada rentang
intervensi dan kelompok kontrol berada
nilai 0-25.
pada rentang 10-28, dan nilai kecemasan 4. Pengaruh Terapi SEFT Terhadap Nyeri Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Pada Pasien Pasca Bedah Transurethral Resection Prostate di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tabel 4 Hasil Paired t-test, Analisis Nilai Nyeri Sebelum dan Sesudah Terapi SEFT Terhadap Nyeri Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Pada Pasien Pasca Bedah Transurethral Resection Prostate di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Variabel Nyeri
n
Sebelum Sesudah Sebelum Kontrol Sesudah Sumber: Data primer, 2016 Intervensi
Berdasarkan
tabel
22 22 22 22
Mean±SD 4,23±1,74 2,32±1,78 4,86±1,49 2,14±1,64
4
Perbedaan Mean±SD 1,91±0,92 2,73±1,72
95% CI 1,50 – 2,32 1,96 – 3,49
p value 0,001 0,001
pada
dapat diinterpretasikan bahwa terdapat
kelompok intervensi dan kelompok
perbedaan yang signifikan nilai nyeri
kontrol sebelum dan sesudah intervensi
sebelum dan sesudah intervensi pada
didapatkan p value 0,001<0,05, sehingga
kedua
8
kelompok.
5. Pengaruh Terapi SEFT Terhadap Kecemasan Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Pada Pasien Pasca Bedah Transurethral Resection Prostate di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tabel 5 Analisis Nilai Kecemasan Sebelum dan Sesudah Terapi SEFT Terhadap Nyeri Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Pada Pasien Pasca Bedah Transurethral Resection Prostate di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Variabel Cemas
n
Mean±SD
Sebelum Sesudah Sebelum Kontrol Sesudah Sumber: Data primer, 2016
22 22 22 22
19,59±5,97 11,86±6,77 18,09±4,14 11,14±5,42
Intervensi
Berdasarkan tabel 4.5 pada
Perbedaan Mean±SD
95% CI
p value
7,73±3,97
5,97 – 9,47
0,001
6,95±3,43
5,43 – 8,47
0,001
dapat diinterpretasikan bahwa terdapat
kelompok intervensi dan kelompok
perbedaan
yang
signifikan
kontrol sebelum dan sesudah intervensi
kecemasan
sebelum
didapatkan p value 0,001<0,05, sehingga
intervensi pada kedua kelompok
dan
nilai sesudah
6. Perbedaan Pengaruh Terapi SEFT Terhadap Nyeri dan Kecemasan Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Pasien Transurethral Resection Prostate di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tabel 6 Hasil Independen t-test Analisis Perbedaan Pengaruh Intervensi SEFT Terhadap Skala Nyeri dan Kecemasan Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Pasien Transurethral Resection Prostate RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Variabel
Kelompok Intervensi Nyeri Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi Kecemasan Kelompok Kontrol Sumber: Data primer, 2016
n
Mean
SD
22
2,23
1,74
22
2,86
1,49
22
7,73
3,97
22
6,95
3,43
p value 0,200
0,493
Berdasarkan tabel 6 terlihat
kontrol sebelum dan sesudah intervensi
variabel nyeri pada kelompok intervensi
didapatkan p value 0,493>0,05, sehingga
dan kelompok kontrol sebelum dan
dapat diinterpretasikan tidak terdapat
sesudah intervensi didapatkan p value
perbedaan yang signifikan nilai nyeri dan
0,002>0,05, variabel kecemasan pada
kecemasan pada kedua kelompok.
kelompok intervensi dan kelompok 9
PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Pelaksanaan Penelitian
baru untuk memenuhi sampel penelitian pada
Penelitian tentang pengaruh terapi SEFT
kelompok intervensi.
terhadap nyeri dan kecemasan pada pasien pasca
Pelaksanaan penelitian dilakukan selama
bedah TURP ini dilaksanakan di RSUD dr.
kurang lebih 2 bulan mulai dari tanggal 13 Juni
Soekardjo Kota Tasikmalaya pada bulan Juni s.d
sampai dengan 15 Agustus 2016, dimulai dari
Agustus 2016. RSUD dr. Soekardjo Kota
pengumpulan data karakteristik responden dan
Tasikmalaya merupakan Rumah Sakit Tipe B
pengkajian skala nyeri dan kecemasan pada
non pendidikan di kota Tasikmalaya. Adapun
kedua
ruangan yang digunakan untuk tempat penelitian
intervensi. Penelitian dibantu oleh dua orang
adalah Ruang Rawat Inap 3A dan Ruang 3B,
perawat, satu perawat terapis SEFT yang
yaitu ruangan rawat inap untuk pasien pasca
melakukan
pengukuran
pembedahan. Ruang 3A terdiri dari 33 tempat
kecemasan
serta
tidur pasien, sedangkan Ruang 3B terdiri dari 16
kelompok intervensi serta satu perawat ruangan
tempat tidur pasien, masing-masing sebagai
yang mengukur skala nyeri dan kecemasan pada
tempat perawatan pasien umum ataupun dengan
kelompok kontrol.
jaminan kesehatan/ Jamkesmas.
2. Responden Berdasarkan Usia
Penelitian SEFT menggunakan standar
kelompok,
Berdasarkan
sebelum
dan
skala
intervensi
hasil
sesudah
nyeri SEFT
penelitian
dan pada
usia
operasional Tindakan SEFT yang bersumber
kelompok intervensi dan kelompok kontrol tidak
dari referensi tindakan SEFT. Jumlah responden
terlalu berbeda dimana usia responden berada
dalam penelitian ini sebanyak 44 responden yang
pada rentang 51–92. Menurut asumsi peneliti,
terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok
hal tersebut dapat terjadi mungkin karena adanya
intervensi SEFT dan kelompok kontrol dengan
proses degenerasi dan penurunan fungsi organ
jumlah masing-masing sampel kelompok 22
yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia
pasien.
ada
seseorang. TURP bisa menyerang berbagai usia,
responden yang menolak untuk dilakukan
tetapi lebih sering terjadi pada usia dewasa ke
intervensi sebanyak 2 responden pada kelompok
atas. Pada saat usia dewasa, seseorang dapat
intervensi, sehingga peneliti mencari responden
mengalami penurunan fungsi organ, salah
Selama
proses
penelitian
ini
10
satunya penurunan fungsi sistem perkemihan.
penuaan. Cara menafsirkan nyeri ada dua,
Sistem perkemihan mengalami perubahan baik
pertama, rasa sakit adalah normal dari proses
secara fungsional maupun struktural. Salah satu
penuaan, kedua sebagai tanda penuaan menurut
resiko penyakit yang sering tejadi pada usia
Smeltzer dalam Bernis (2007) usia dewasa secara
dewasa adalah terjadinya pembesaran prostat,
verbal
sehingga dapat mempengaruhi proses miksi dan
ketidaknyamanan.
nyeri (Purnomo, 2012).
3. Hasil Pengukuran Nyeri dan Kecemasan
Hasil
penelitian
ini
sejalan
dengan
Pada
lebih
mudah
Pasien
Pasca
mengungkapkan
Bedah
rasa
Transurethral
penelitan Abbas (2005) yang menyebutkan
Resection Prostate Pada Kelompok Intervensi
bahwa kemungkinan pria menderita benigna
dan Kelompok Kontrol di RSUD dr.
prostat hyperplasia adalah 40% dan setelah
Soekardjo Kota Tasikmalaya
meningkatnya usia, yakni dalam rentang usia 60
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
hingga 70 tahun. Elhadi (2007), menyatakan
nilai nyeri pre intervensi kelompok intervensi
bahwa seseorang yang berusia antara 40 sampai
dan kelompok kontrol berada pada rentang 2
dengan 70 tahun akan beresiko mengalami
– 8, dan nilai nyeri post intervensi kelompok
peningkatan pembesaran prostat. Selain itu,
intervensi dan kelompok kontrol berada pada
Ruhyanudin (2007), menyatakan bahwa dengan
rentang 0 – 6. Hasil pengkajian kecemasan
bertambahnya usia, maka prostat seseorang akan
pre intervensi kelompok intervensi dan
cenderung mengalami pembesaran, diperkirakan
kelompok kontrol berada pada rentang 10-
sampai dengan usia 80 tahun atau selama dalam
28, dan nilai kecemasan post intervensi
usia tersebut produktif.
kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Penelitian
ini
mengatakan bahwa yang
penting
didukung
yang
berada pada rentang 0-25. Nyeri yang
usia mempunyai peranan
dirasakan oleh pasien pasca bedah TURP
dalam
teori
mempersepsikan
dan
mengalami
penurunan
saat
mengekspresikan rasa nyeri. Pasien dewasa
pengkajian
pengukuran
memiliki respon yang berbeda terhadap nyeri
menggunakan numeric rating scale.
nyeri
dilakukan dengan
dibandingkan pada lansia. Nyeri pada lansia
Menurut Ayudianingsih (2009), nyeri
dianggap sebagai kondisi yang alami dari proses
pasca pembedahan merupakan nyeri yang 11
diakibatkan karena adanya proses perlukaan
Asumsi peneliti, proses penurunan nyeri
pada jaringan. Sesuai dengan penelitian Colby
pasca
(2009), reflex muscle contraction menimbulkan
subyektifitas
restricted movement, akan mengakibatkan
penyembuhan pasca pembedahan prostat,
circulatory statis dimana akan terjadi iskemia
apakah membaik atau semakin memburuk
jaringan
proses
fungsi perkemihannya. Adapun penurunan
metabolisme. Prostaglandin dalam tubuh
pada kecemasan pasien pasca pembedahan
akan dikeluarkan sebagai kompensasi adanya
prostat dikarenakan adanya proses relaksasi
proses sayatan pasca pembedahan. Adanya
dan aktivasi titik meridian tubuh saat
peningkatan nyeri dan penurunan nyeri baik
dilakukan
pada kelompok intervensi maupun kelompok
mengontrol pikiran dan kecemasan yang
kontrol merupakan proses pengalaman nyeri
terjadi
yang subyektif dipersepsikan oleh setiap
kelompok kontrol, nyeri dan kecemasan
pasien yang menjalani pasca pembedahan
menurun
benigna prostat hyperplasia.
farmakoterapi obat analgetik yang diberikan
dan
Seperti
terhambatnya
halnya
pada
proses
pembedahan pasien
terapi
pada
terjadi
karena
terhadap
proses
SEFT,
pasien,
dikarenakan
yang
dapat
sedangkan
proses
pada
dari
nyeri,
sesuai indikasi pasca bedah TURP. Selain itu,
kecemasan juga terjadi pada pasien pasca
nyeri dan kecemasan juga dapat dipengaruhi
bedah transurethral resection prostate. Hal ini
oleh beberapa hal, seperti usia, pengalaman
sesuai dengan penelitian Yustinus (2006)
nyeri sebelumnya, proses hospitalisasi, proses
mengatakan bahwa faktor predisposisi yang
pembedahan, stressor psikososial, keadaan
dapat menimbulkan kecemasan antara lain
lingkungan,
faktor psikologis, terutama yang peraturan
analgetik
prosedur pembedahan yang harus dipatuhi
terhadap hasil prosedur, serta persepsi
pasien, peralatan yang dipasang pada pasien,
terhadap kematian (Shari, 2014).
sikap tenaga kesehatan dalam pengobatan
pengaruh dengan
penggunaan
kombinasi,
obat
persepsi
4. Pengaruh Terapi SEFT Terhadap Nyeri dan
pasien, pengaruh ruang perawatan, serta
Kecemasan
proses
Kelompok Kontrol Pada Pasien Pasca Bedah
persepsi
penyembuhan
pasca
pembedahan. 12
Kelompok
Intervensi
dan
Transurethral Resection Prostate di RSUD dr.
mengatakan nyeri tidak dirasakan lagi setelah
Soekardjo Kota Tasikmalaya
dilakukan terapi. Secara ilmiah, titik tapping
Hasil
penelitian
menunjukkan
nilai
pada tubuh manusia yang merupakan titik
p=0.001 sehingga dapat diinterpretasikan
meridian tubuh mampu mengaktifkan sistem
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
energi tubuh manusia untuk menurunkan dan
nilai nyeri dan kecemasan sebelum dan
menyembuhkan faktor nyeri serta penyakit
sesudah terapi pada kelompok intervensi dan
lainnya (Albi SEFT Magazine, 2012).
kelompok kontrol. Setiap individu belajar dari
pengalaman
nyeri,
akan
Peneliti berasumsi, sebelum dilakukan
tetapi
intervensi SEFT, perubahan posisi pasien
pengalaman yang telah dirasakan individu
sebelum
tersebut tidak berarti bahwa individu tersebut
mempengaruhi terhadap perubahan nilai
akan mudah menghadapi nyeri pada masa
nyeri setelah pengkajian.. Sementara itu
yang akan datang walaupun seseorang yang
ketukan (tapping) ringan yang dilakukan pada
terbiasa merasakan nyeri akan lebih siap dan
titik-titik energi meridian sesuai dengan teori
mudah
daripada
gate control yang dikemukakan oleh Melzack &
individu yang mempunyai pengalaman sedikit
Well (1965) akan menutup substansi gelatinosa
tentang nyeri (Prasetyo, 2010). Terapi SEFT
(SG) pada medulla spinalis dan menghalangi
berpengaruh
nyeri.
impuls nyeri menuju otak. Ketukan dapat
Secara ilmiah, SEFT dapat menurunkan
menutup SG karena dihantarkan melalui
masalah nyeri yang dirasakan oleh seseorang.
serabut syaraf yang memiliki diameter lebih
mengantisipasi
Hakam
terhadap
penurunan
SEFT
besar daripada serabut syaraf nyeri. Jika ada
mampu
suatu zat dapat mempengaruhi substansi
menurunkan nyeri yang dirasakan oleh pasien
gelatinosa didalam gate control, zat tersebut
kanker pada stadium II, saat pengkajian awal,
dapat digunakan untuk pengobatan nyeri
nyeri cukup hebat dirasakan oleh penderita
(Potter, 2008).
bahwa
menjelaskan
intervensi
dalam
penelitiannya
(2011)
nyeri
dilakukan
SEFT
kanker. Namun setelah dilakukan terapi
Perubahan penurunan sedikit lebih kecil
SEFT, nyeri yang dirasakan penderita kanker
pada kelompok kontrol dibandingkan dengan
berkurang, bahkan beberapa diantaranya
kelompok intervensi membuktikan bahwa 13
perlakuan dengan kombinasi terapi SEFT
pasrah) maka tubuh akan mengalami relaksasi
membuat pasien lebih relaks dan intensitas
dan menyebabkan seorang pasien menjadi
nyeri
hanya
tenang. Pernafasan menjadi teratur, denyut
menggunakan protap rumah sakit yang
jantung menjadi teratur dan stabil akan
berupa
Adanya
melancarkan sirkulasi darah yang mengalir
perubahan penurunan skala nyeri setelah
kedalam tubuh dan mereka benar-benar
perlakuan terapi SEFT, bukan karena adanya
berada dalam keadaan yang luar biasa rileks.
lebih
faktor
stabil
terapi
lain
dibandingkan
analgetik
yang
saja.
berpengaruh
selama
Keadaan
relaksasi
menurunkan
pengamatan, seperti faktor usia, jenis kelamin
kecemasan pasien sehingga stimulus ke RAS
dan pengalaman nyeri pernah dilakukan
menurun dan
tindakan
ini
mengambil alih yang dapat menyebabkan
bahwa hasil analisa bivariat
pikiran bawah sadar menjadi lebih relaks,
hubungan variabel secara statistik bermakna,
sehingga kecemasan pasien menurun, dengan
yaitu SEFT berpengaruh terhadap penurunan
ini dibuktikan bahwa hasil analisa bivariat
nyeri dan kecemasan pada pasien pasca
hubungan variabel secara statistik bermakna,
dibuktikan
bedah
bedah
prostat,
transurethral
dengan
resection
prostate
yaitu SEFT berpengaruh terhadap penurunan
(Mukhamad, 2010). Hasil
penelitian
beberapa bagian, BSR
kecemasan
pada
pasien
pasca
bedah
transurethral resection prostate (Wijayanti, 2010).
menunjukkan
menunjukkan nilai p=0.001 sehingga dapat
5. Perbedaan Pengaruh Terapi SEFT Terhadap
diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan
Skala Nyeri dan Kecemasan Kelompok
yang signifikan nilai cemas sebelum dan
Intervensi dan Kelompok Kontrol Pada
sesudah terapi pada kelompok intervensi dan
Pasien Pasca Bedah Transurethral Resection
kelompok kontrol. Menurut Faiz (2008),
Prostate di RSUD dr. Soekardjo Kota
terapi SEFT berfokus pada kata atau kalimat
Tasikmalaya
yang diucapkan berulang kali dengan ritme
Hasil uji menunjukkan bahwa tidak
yang teratur disertai sikap pasrah kepada
terdapat perbedaan yang signifikan nilai nyeri
Allah SWT. Ketika seorang pasien berdoa
dan kecemasan pada kelompok intervensi
dengan tenang (disertai dengan hati ikhlas &
maupun pada kelompok kontrol. Kelompok 14
intervensi
maupun
sebelum
(ortopedik, ginekologi, abdominal, mulut,
dilakukan tindakan SEFT, mengalami nyeri
dan perkemihan). Ketorolac tromethamine
dan kecemasan yang sama setelah dilakukan
(asam pirolizin karboksilat) merupakan obat
tindakan pembedahan TURP. Pembedahan
golongan NSAID yang biasa digunakan
yang
kelompok
sebagai obat anti nyeri pasca pembedahan
merupakan stressor yang sama terjadi pada
dengan efek samping yang lebih aman
kedua kelompok. Teori stressor bahwa
dibandingkan analgesik yang lain. Obat ini
pembedahan mampu meningkatkan adrenalin
bekerja
pasien baik sebelum ataupun setelah tindakan
prostaglandin dengan memblokade enzim
pembedahan dilakukan (Susan, 2010). Nyeri
siklooksigenase (Smith et all, 2007). Waktu
dan kecemasan yang dirasakan oleh pasien
paruh untuk jenis analgesick golongan
bedah merupakan nyeri intermittent karena
ketorolac tromethamine adalah 5,3 jam pada
factor pembedahan. Hal ini sesuai dengan
orang dewasa dan 7 jam pada usia lanjut.
penelitian
Nyeri
dialami
kontrol,
oleh
Susan
kedua
(2011),
bahwa
faktor
dengan
yang
menghambat
dirasakan
intervensi
serta pengalaman nyeri sebelumnya sangat
kelompok kontrol dalam penelitian karena
berpengaruh terhadap nyeri dan kecemasan.
masih adanya waktu paruh faktor analgetik,
penelitian
jauh
dengan
diatas
sehingga terapi SEFT hasilnya tidak terlalu
peneliti berasumsi bahwa nyeri dan cemas
berbeda di antara keduanya, walaupun ada
yang dirasakan pasien bersifat subyektif dan
sedikit pengaruh pada kedua variabel. Faktor
tidak berbeda antara kelompok intervensi dan
lain
kelompok kontrol. Hal ini dapat disebabkan
perbedaan pada kecemasan dan nyeri dari
karena proses pemberian intervensi terapi
kedua kelompok adalah usia, psikologis
SEFT dilakukan ketika waktu paruh obat
individu, terapi analgetik, peraturan prosedur
analgetik masih ada, yaitu 4 jam setelah
pembedahan yang harus dipatuhi pasien,
pemberian
Beberapa
peralatan yang dipasang pada pasien, sikap
penelitian menyebutkan efektivitas analgesic
tenaga kesehatan dalam merawat pasien,
berpengaruh pada nyeri pasca bedah akut
pengaruh ruang perawatan, proses persepsi
obat
hasil
berbeda
kelompok
ruangan, dukungan keluarga, persepsi nyeri,
Berdasarkan
tidak
pada
sintesa
analgesik.
15
yang
mempengaruhi
tidak
adanya
penyembuhan pasca pembedahan ruangan
daripada individu yang memiliki status
perawatan, sehingga dapat dikatakan tidak
emosional yang kurang stabil. Manifestasi
ada perbedaan signifikan pada kelompok
kecemasan tergantung pada kematangan
intervensi maupun pada kelompok kontrol
pribadi, pemahaman dalam menghadapi
pasien transurethral resection prostate (Potter,
ketegangan, harga diri perasaan nyeri pasca
2010).
tindakan, serta keadaan mekanisme koping
Nyeri
dan
berhubungan
kecemasan
dan
bersifat
saling
(Long, 2007). Pada penelitian ini, kelompok
kompleks.
intervensi
maupun
kelompok
kontrol
Kecemasan dapat meningkatkan persepsi
memiliki koping yang cukup baik dan
nyeri,
Pola
emosional yang stabil. Namun, pengurangan
bangkitan otonom adalah sama antara nyeri
tingkat nyeri dan kecemasan pada kelompok
dengan cemas (Gil dalam Potter, 2010),
kontrol yang tidak sebesar pada kelompok
sehingga sulit memisahkan sensasi nyeri dan
intervensi
kecemasan (Paice dalam Wahyu, 2011).
dinyatakan oleh Zarren dan Eimer dalam
Stimulus nyeri mampu mengaktifkan system
Stuart (2007), walaupun alam bawah sadar
limbic yang diyakini mengendalikan emosi
manusia (conscious) menerima informasi
seseorang, khususnya cemas. System limbik
mengenai kesehatan yang diberikan oleh
dapat memproses reaksi emosi terhadap
perawat, hal ini tidak menurunkan secara
nyeri, memperburuk atau menghilangkan
signifikan
nyeri. Asumsi peneliti, individu yang sehat
disebabkan karena dalam kondisi nyeri dan
secara
cemas,
demikian
pula
emosional,
sebaliknya.
biasanya
mampu
mentolerir nyeri, khususnya pada nyeri ringan
hasil
tingkat
manusia
dengan
teori
kecemasan.
tidak
bisa
Hal
yang
ini
mengolah
informasi yang ada (Hawari, 2007).
KESIMPULAN Berdasarkan
sejalan
1. Rata-rata usia responden pada kelompok penelitian
maka
dapat
intervensi adalah 65,09 dan pada kelompok
disimpulkan:
kontrol 67,5 tahun. 2. Ada pengaruh yang signifikan antara sebelum dan sesudah dilakukan Terapi SEFT terhadap 16
skala nyeri pada pasien pasca bedah benigna
benigna prostat hyperplasia di RSUD dr.
prostat hyperplasia di RSUD dr. Soekardjo
Soekardjo Kota Tasikmalaya.
Kota Tasikmalaya.
4. Tidak ada perbedaan signifikan penurunan
3. Ada pengaruh yang signifikan antara sebelum
nyeri dan kecemasan pada kedua kelompok
dan sesudah dilakukan Terapi SEFT terhadap
setelah dilakukan terapi SEFT pada pasien
skala kecemasan pada pasien pasca bedah
benigna prostat hyperplasia di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya.
DAFTAR PUSTAKA Anggraini. 2016. Efektivitas Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap Kecemasan Menghadapi Persalinan (Pre Eliminary Study). Motivasi, 3(3), 80-88. Ariantini. 2011. Efektivitas Terapi SEFT dalam Menurunkan Tingkat Agresifitas Anak Jalanan Usia Remaja (1221 Tahun) Binaan Lembaga Pemberdayaan Aanak Jalanan (LPAJ). Griya Baca Kota Malang. Astuti, R., Yosep, I., & Susanti, R. D. 2015. Pengaruh Intervensi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) terhadap Penurunan Tingkat Depresi Ibu Rumah Tangga dengan HIV. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, Vol. 3 halaman 1. Aulianita, Y., & Sudarmiati, S. 2015. Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique Terhadap Kecemasan Wanita Klimakterium Di Rw 6 Kelurahan Pedalangan Kecamatan Banyumanik Kota Semarang Jawa Tengah. UNDIP. Semarang. Bakara, D. M., Ibrahim, K., & Sriati, A. 2013. Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap Tingkat Gejala Depresi, Kecemasan, dan Stres pada Pasien Sindrom Koroner Akut (SKA) Non Percutaneous Coronary Intervention (PCI). Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 1(1). Dharma, Kelana Kusumah. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media. Faridah, V. N. 2012. Pengaruh Keperawataan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Islami terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi usia 45-59 tahun di rsud dr. soegiri lamongan. Surya Jurnal Media Komunikasi Ilmu Kesehatan, Vol. 2. Guyton, C Arthur. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Gunawan, A.W. 2012. The Miracle of Mind Body Medicine: How to Use Your Mind for Better Health,Vol.5. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hakam. 2011. Pengaruh SEFT terhadap penurunan nyeri pasien kanker Rahim stadium II di RS Ciptomangunkusumo. Thesis. Jakarta: FKUI. Hidayati, F. 2009. Efektivitas Terapi SEFT dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Siswa SMA Islam AlMa’arif Singosari Malang. Tesis. UMM Malang.
17
Hakam, M. 2009. Pengaruh Intervensi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Dalam Mengurangi Nyeri Pasien Kanker di Rumah Sakit Umum dr. Soetomo Surabaya. FKUI. Jakarta. Iskandar, 2010. The Miracle of Touch: Panduan Menerapkan Keajaiban EFT untuk Kesehatan, Kesuksesan dan Kebahagiaan. Bandung: Qanita. Jitowiyono, Sugeng, Kristiyanasari, Weni. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta: Nuha Medika. Kolcaba, C Kathy. Comfort Theory. http//thecomfortline.com/comfort theory. Diakses 19 Agustus 2015. Komariah, L. 2012. Efektivitas Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) untuk Menurunkan Perilaku Merokok Pada Mahasiswa. Empathy, Jurnal Fakultas Psikologi, 1(1). Kozier, Barbara Erb, Berman and Synder. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep & Praktek, alih bahasa Esty Wahyuningsih, Volume 1 dan 2. Jakarta: EGC. Ma’rifah, A. R., Handayani, R. N., & Dewi, P. 2015. Pengaruh Therapi SEFT (Spiritual Emosional Freedom Tehnique) Terhadap penurunan nyeri Post Operasi Seksio Sesaria di RSUD Margono Soekardjo Purwokerto. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, 6(2), 35-44. Maizul, Anwar & Doddy. 2011. Perawatan Pasien Paska Bedah. http://akatsukiners.blogspot.com/perawatan-pasien-pasca-bedah-pintas.html. diakses 29 Agustus 2015 jam 06:08 WIB Mubarok. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC Mudatsyir. 2009. Spiritual Emotional Freedom Technique Surakarta: Poltekkes
dan Nyeri Pasien Pasca Operasi Fraktur Femur.
Muttaqin, Arif. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem perkemihan. Jakarta. Salemba medika. Nursalam. 2013. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam, Fransisca. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta. Salemba medika. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Potter, PA. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4, Vol.2. Jakarta : EGC Purnomo, Basuki. 2011. Dasar Dasar Urologi. Jakarta: Sagung Seto. Rajin, Mukhammad. SEFT untuk Meningkatkan Kualitas Tidur Pasien Pasca Operasi di Rumah Sakit. Jombang. Unipdu.
18
Rofacky, H. F., & Aini, F. 2015. Pengaruh Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi. Jurnal Keperawatan Soedirman, 10(1), 41-52. Rusdjijati, R., & Mashar, R. 2014. Efektifitas Metode Seft Guna Meminimalisasi Kebiasaan Merokok di Kalangan Pekerja Home Industry. UMM. Malang. Shari, 2014. EFT dan Tingkat Kecemasan Pasien yang Akan Menjalani Percutaneus Coronary Itervention. Jurnal Kesehatan, Vol. 2. Sonjaya, T. 2014. Perbandingan Intervensi Spiritual Dan Spiritual Emotional Freedom Technique (Seft) Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Dan Kecemasan Ibu Bersalin Kala I Di Puskesmas Poned Kota Pekalongan. Pekalongan. Suharyanto, 2009. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: FKUI. Smith, 2007. Farmakoterapi. Jakarta: EGC. Ulyah, S. 2014. Efektivitas Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) Dalam Menurunkan Kecemasan. Dissertation. UIN Sunan Ampel Surabaya. Verasari, M. 2014. Efektivitas Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap Penurunan Insomnia Pada Remaja sebagai Residen NAPZA. Jurnal Sosio Humaniora, 5(1). Wahyu, 2011. Gambaran Tingkat Nyeri Pada Pasien Pasca Pembedahan. Skripsi. RSUD Sragen. Widyasari, 2016. Asuhan Keperawatan Pada Klien Pasca Bedah TURP. Jakarta: Depkes. Wijayanti, F. 2010. Efektivitas Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada Pasien Paska-operasi Sectio Caesaria (Doctoral dissertation). Universitas Diponegoro. Semarang. Yunita, E., & Wiryosutomo, H. W. 2013. Penerapan Spiritual Emotional Freedom Technique Dalam Bimbingan Kelompok untuk Menurunkan Kecemasan Siswa SMA Dalam Menghadapi Ujian Nasional. Jurnal Mahasiswa Teknologi Pendidikan, 3(1). Yustinus, 2006. Buku Saku Cemas. Jakarta: TIM. Zainuddin, Ahmad Faiz. 2008. Spiritual Emotional Freedom Technique For Healing, Succes, Happiness, Greatness. Edisi Revisi, Jakarta: Afzan Publishing. Zainuddin, Ahmad Faiz. 2008. Temukan Rahasia bagaimana Hanya Dalam Waktu Singkat Mengurangi dan menghilangkan rasa sakit, http://4shared.com.duniapoetih-Hypno-EbookSEFT. Diakses 21 Agustus 2015 jam 11:11 WIB
19