Bank Mayapada dan PWI Jatim Berikan Beasiswa Magister untuk Wartawan UNAIR NEWS – Bank Mayapada memberikan beasiswa kepada sepuluh wartawan untuk mengikuti pendidikan jenjang magister (S2) di Universitas Airlangga. Penyelenggaraan beasiswa ini bekerjasama dengan organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur. Bidang studi yang diberikan yaitu Media dan Komunikasi, Politik, PSDM, dan Magister Manajemen. Beasiswa ini diberikan kepada wartawan dari berbagai media, baik cetak, televisi, maupun online. Kesepakatan pemberian beasiswa dihadiri oleh Rektor UNAIR Prof Nasih, Sekretaris UNAIR Koko Srimulyo, dan para pengurus PWI, Kamis (18/5), di Ruang Rektor. Pemberian beasiswa ini diberikan untuk program dua tahun, yakni tahun ajaran 2017/2018 hingga 2018/2019. “Kami mensinergikan semangat PWI untuk berupaya meningkatkan kemampuan wawasan akademik. Tujuannya, agar bisa meningkatkan kompetensi wartawan. Ketika pengetahuan makin luas, kami berharap kopetensi wartawan semakin bagus,” ujar Akhmad Munir, Kepala Biro ANTARA yang tergabung dalam kepengurusan PWI Jatim. Munir menambahkan, beasiswa program magister ini diharapkan bisa memberikan kontribusi bagi wartawan agar turut meningkatkan profesionalismenya. Dalam kesempatan ini, Prof Nasih mengatakan agar wartawan yang mendapat beasiswa tetap menjalani profesi kewartawanannya usai lulus nanti. Sehingga, mereka dapat berkontribusi membangun produk media massa yang berkualitas.
“Dengan pemberian beasiswa ini, akan diperoleh SDM yang berkualitas dari kalangan wartawan. Kalau sudah lulus tetap berkomitmen jadi wartawan saja. Sehingga dunia media diisi oleh orang-orang yang mumpuni di bidang pengetahuan. Selain itu, produk media masa semakin berkualitas,” ujar Prof Nasih. Sementara itu Koko Srimulyo menambahkan, dalam pelaksanaan perkuliahan nantinya tidak ada perlakuan khusus yang diberikan kepada wartawan. Semua mahasiswa akan diperlakukan sama. “Tidak ada perlakuan khusus terhadap wartawan. Dalam perkuliahan nantinya, wartawan juga diperlakukan sama dengan mahasiswa yang lain,” ujar Koko. Penulis: Binti QM
Jangan Tersandera Part II UNAIR NEWS – Di sebuah mimbar, seorang Kyai ditanya seorang jamaahnya. Jamaah yang bertanya ini adalah seorang warga dari desa Selo. Ia sendari ingin mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Halus bertutur kata, warga itu menyampaikan pertanyaannya dengan tawadu’. “Kyai, apakah akan terjadi sesuatu dengan desa kami setelah petir itu memecah kepercayaan setempat, apa itu pertanda buruk ?” Karena yang bertanya adalah memanggilnya dengan Yu.
perempuan,
maka
Kyai
ini
“Yu, sampeyan kan sudah ngaji lama disini. Semuakan dari Gusti Allah. Pasrahkan saja sama yang mengatur.”
Dengan mengangguk, warga ini masih belum merasa puas dengan jawaban itu. Tapi ia sungkan untuk mengutarakan pertengkaran batin yang tak bisa terobati dengan jawaban itu. *** Berbeda dengan spektrum pendekatan Pak Kyai. Sebuah jurnal ilmiah mencoba menjelaskan fenomena petir. Mas Mus yang sangat anti dengan hal-hal yang berbau mistik mencoba menjelaskan semampunya, atas isi sebuah jurnal yang telah ia baca itu. Nongkrong, di warung kopi, Mas Muspun merangsek pada obrolan. Ia dengan perlente membedah isu petir ngalor ngidul. “Pembusukan dari bahan organik, asap pembakaran pabrik, yang terionisasi dan mengandung metana, kalau naik ke atmosfer. Ketika gas teroinisasi itu mengumpul banyak, maka akan timbul perbedaan potensial yang tinggi. Di sinilah bisa terjadi lompatan-lompatan listrik.” Tutur Mas Mus meyakinkan. “Penjelasanmu itu terlalu, ndakik-ndakik nggak bisa diterima. Ini bukan soal peristiwa petirnya. Tapi soal kog baru sekarang” jawab seorang warga. “Mas, apa ini karena pabrik gula, ya” “Iya. Betul. Ada industri dan polusi.” Desa itu memang dalam tahun-tahun terakhir dipenuhi oleh pabrik gula dengan pengolahannya yang menghasilkan polusi udara. “Iya, industri dan polusi ada, tapi Mbah Mat meninggal mendadak selang beberapa hari saja setelah petir itu merusak sebuah pohon di dekat tempat keramat yang dijaganya. Jangan meremehkan lho.” Mungkin dalam hati, Mas Mus tidak akan berselera untuk menjawab kekolotan jawaban semacam itu.
“Kepercayaan macam apa yang justru menteror diri sendiri” gerutu Mas Mus dalam hati. Bersambung… Penulis: Sukartono (Alumni Matematika UNAIR)
Bulan Juni, Tim UKM Paduan Suara Berlaga di Austria UNAIR NEWS – Para anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara Universitas Airlangga (PS UNAIR) siap menggemakan suara-suara apiknya di salah satu negara di Eropa tengah, Austria. Rencananya, mereka akan berlaga di Austria pada pertengahan bulan Juni nanti. Di tengah kesibukannya berlatih kemampuan vokal, tiga mahasiswa anggota PS UNAIR menyempatkan dirinya berbagi cerita tentang rangkaian persiapan menuju Austria. Ketiganya adalah Ronald Moses Abram (Fakultas Ekonomi dan Bisnis/Ketua UKM PS UNAIR), Firda Aulia Rahman (Fakultas Farmasi/Ketua Program), Rahmat Fathony Sasongko (FEB/penyanyi). “Ini sudah menjadi rutinitas dua tahunan kami. Jadi, kepengurusan tahun lalu bersama dengan music director kami sudah mempersiapkan program seperti lomba mana yang akan diikuti, jadwal seleksi, serta pemilihan ketua panitia,” tutur Moses, sapaan akrabnya. Dalam kurun waktu kurang dari satu tahun pasca keikutsertaan anggota UKM PS UNAIR ke Tallinn, Estonia, mereka mencari informasi tentang kompetisi-kompetisi internasional. Tim
bersepakat untuk mengikuti kompetisi bernama The 3 r d International Choral Competition Ave Verum (ICC Ave Verum) di Baden, Austria pada tanggal 22–25 Juni 2017. Mereka setiap suara. tim PS
kemudian mendaftar via dalam jaringan. Syaratnya, peserta (tim) lomba wajib mengirimkan sampel rekaman Setelah diseleksi, pihak penyelenggara memutuskan bahwa UNAIR layak untuk lolos ke babak final di Austria.
Tim UKM PS UNAIR menjadi satu-satunya tim dari Indonesia yang lolos ke babak final. Di tingkat Asia, tim UKM yang terbentuk pada 28 September 1981 ini bersama-sama dengan tim Universitas Santo Thomas asal Filiphina melaju ke Baden. Peserta dari Asia tersebut menjadi salah satu kompetitor terberatnya dalam kompetisi yang sudah diselenggarakan kali ketiga itu. “Hanya dua dari Asia. Bagi kami, Filiphina adalah lawan paling sulit karena track record (rekam jejak) choir (paduan suara) tersebut sudah baik. Kami juga sudah diwantiwanti sama pelatih kami bahwa mereka adalah lawan paling sulit,” aku Moses. Persiapan matang Kompetisi ICC Ave Verum dikenal sukar bagi tim UKM PS UNAIR. Pasalnya, tak ada pilihan kategori yang disediakan oleh pihak penyelenggara dalam kompetisi tersebut. “Selama ini kita ikutan kategori-kategori dan bisa dibilang kita selama ini pada kompetisi-kompetisi sebelumnya merajai folk music. Karena nggak ada kategori-kategori, itu yang kami bilang susah,” tutur Moses seraya tertawa. Bukan Ksatria Airlangga namanya bila mudah menyerah. Tim penyanyi bersama pelatih secara rutin berlatih vokal dan interpretasi lagu. Mereka berlatih setiap Selasa dan Kamis sore di ruang propadus Fakultas Kedokteran UNAIR. Di negara beribukota Wina, mereka berencana membawakan delapan
judul lagu. Judul-judul lagu yang akan dilantunkan di hadapan para juri dan penonton antara lain Ave Regina Caelorum, Ave Maria, dan Salve Regina. “Lagu-lagu ini bisa dibilang entah itu ketukan, notasi, dan interpretasi lagu. Bisa dibilang ini baru untuk kami apalagi yang ikutan adalah rekan-rekan angkatan 2014 dan 2015. Makanya ketika dapat lagu itu, atmosfer kompetisinya sudah terasa. Interpretasi lagunya juga bukan hal mudah,” imbuh penyanyi bersuara bass itu. Lagu-lagu tersebut multilingual. Mereka akan menyanyikan lagulagu berbahasa Prancis, Italia, Jerman, dan Inggris. Lagu-lagu dengan bahasa yang beragam itu menjadi tantangan untuk mereka lahap dalam latihan rutin hingga perlombaan nanti. “Ada salah satu sesi latihan yang memang membahas tentang interpretasi. Cara ngucapinnya gimana. Ada sesi latihan tersendiri. Diskusi tentang isi lagu,” tutur Fathony. “Partitur itu kan sudah dibagikan sebelum latihan. Jadi, kita baca-baca dulu. Kalau punya piano bisa latihan sendiri. Berhubung saya nggak punya, ya, pakai aplikasi MIDI. Bagi mereka yang memang basic (pengetahuan dasar) musiknya tinggi, dilihat aja bisa. Kalau saya termasuk yang butuh dengerin lagu terlebih dulu,” imbuh Fathony. Firda yang juga ketua tim kompetisi mengatakan, sebelum berangkat ke Austria pada tanggal 15 Juni, tim UKM PS UNAIR akan menyelenggarakan kompetisi prakonser. “Suatu konser di mana kita mengundang audiens untuk mensounding-kan bahwa kita mau kompetisi. Istilahnya, konser mohon doa restu. Rencananya, akan diselenggarakan 10 Juni sebelum berangkat ke Austria. Kami nanti membawa 39 penyanyi, 1 konduktor, dan pendamping dari rektorat,” tutur Firda. Nantinya, dalam konser tersebut mereka akan menyanyikan lagulagu yang akan dibawakan dalam perlombaan sekaligus lagu-lagu
tambahan. Penulis: Defrina Sukma S
LP4M Canangkan Model Terbaru KKN Tematik UNAIR NEWS – Pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Nyata–Belajar Bersama Masyarakat (KKN–BBM) Tematik Universitas Airlangga berikutnya akan mengusung model terbaru. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) Prof. Dr. Jusuf Irianto. “UNAIR adalah perguruan tinggi yang unggul di bidang kesehatan dan menjadi tema dalam KKN kali ini. Salah satu sasaran Sustainable Development Goals (SDGs/Tujuan-tujuan Pembangunan Global) adalah kesehatan. Kami ingin mensukseskan itu,” ucap Prof. Dr. Jusuf Irianto, Drs., M.Com., selaku ketua LP4M Unair. Model KKN Tematik yang digagas LP4M UNAIR ini merupakan pertama kali di Indonesia. Terkait implementasinya, LP4M UNAIR akan berkolaborasi dengan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK). Permasalahan kesehatan yang diadaptasi dalam KKN Tematik ini adalah gizi, kependudukan, penyalahgunaan obat-obat terlarang, dan revolusi mental. “Misalnya, persoalan gizi. Masalah kesehatan ini dikhawatirkan akan mempengaruhi masa depan yang tidak sehat,” tutur Jusuf. Jusuf menyampaikan, pelaksanan KKN Tematik berikutnya akan
membawa kultur baru. Yakni, meningkatkan kualitas kontribusi kepada masyarakat. “Berhasil atau tidaknya ini juga dipengaruhi dosen pembina pembangunan desa (DP2D). Mereka akan membina mahasiswa di tempat yang sama dan akan berlangsung secara berkelanjutan,” imbuhnya. Terjun di sepuluh daerah Pada pelaksanaan KKN–BBM Tematik yang akan dimulai 11 Juli–5 Agustus mendatang, sebanyak 3.500 mahasiswa dan 175 DP2D akan terjun mengabdi kepada masyarakat di 350 desa di sepuluh kabupaten/kota di Jawa Timur. Sepuluh daerah yang dimaksud adalah Banyuwangi, Sampang, Probolinggo, Nganjuk, Jember, Gresik, Lamongan, Bojonegoro, dan Surabaya. Ahli manajemen sumber daya manusia itu mengatakan, pihaknya akan memonitor pelaksanaan KKN–BBM Tematik melalui laporan yang dikumpulkan oleh mahasiswa peserta. Pada pelaksanaan KKN–BBM Tematik mendatang, mahasiswa akan diminta untuk mengumpulkan data-data kesehatan. Selanjutnya, pada periode berikutnya lagi, mahasiswa diminta membuat program kerja. “Periode berikutnya harus bisa merealisasikan progam dalam intervensi nyata. Bila sebelumnya masih melakukan pengumpulan data, maka periode berikutnya peserta harus bisa mengembangkan program kerja untuk mengatasi masalah sesuai dengan data yang ditemukan,” ungkap Jusuf. Nantinya, setelah hampir tiga tahun KKN–BBM Tematik model baru diterapkan, pihaknya akan melakukan evaluasi formatif dan somatif. Dalam evaluasi tersebut, akan dilihat tingkat keberhasilan para mahasiswa peserta KKN–BBM Tematik dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi, menurunkan angka gizi buruk, membentuk
pola hidup sehat dalam keluarga, prevalensi penyakit menular.
dan
menurunkan
angka
Penulis: Helmy Rafsanjani Editor: Defrina Sukma S
Indonesia Transisi Penyakit
Memasuki Masa Epidemiologi
UNAIR NEWS – Dalam konteks kesehatan, saat ini Indonesia memasuki transisi epidemiologi. Transisi tersebut diakibatkan peningkatan jumlah kasus penyakit tidak menular yang melebihi angka jumlah penyakit menular. Salah satu penyakit tidak menular yang berpotensi menjadi penyebab penyakit-penyakit lainnya adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi. Sedangkan, penyakit-penyakit lainnya yang juga disebabkan oleh hipertensi adalah jantung, stroke, gagal ginjal, hingga demensia. Hal itulah yang dijelaskan oleh M. Atoillah Isfandiari, dr., M.Kes, pengajar pada Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Saat ini, penyakit jantung yang disebabkan karena tekanan darah tinggi, menduduki peringkat kedua sebagai penyakit yang paling banyak menyerang masyarakat di Indonesia. “Penyakit jantung merupakan penyakit yang tertinggi di Indonesia. Bisa dikatakan silent killer. Berdasarkan sejumlah penelitian, dari seluruh kematian yang disebabkan oleh
penyakit tidak menular, 17 persen berasal dari stroke, dan 10 persen dari jantung. Dua-duanya disebabkan tekanan darah tinggi,” ujar Atoillah. Banyak faktor yang menyebabkan naiknya tekanan darah. Salah satunya adalah pola hidup masyarakat. “Dulu karena kita negara agraris, masyarakat lebih mengonsumsi sayur dan buah. Sekarang, menuju masyarakat industrialis, kita terlalu banyak mengonsumsi protein dan lemak, termasuk garam. Kita termasuk negara yang memiliki banyak budaya yang banyak memiliki kekhasan kuliner. Beberapa kuliner kita yang mengandung garam yang tinggi menjadi pemicu terhadap tekanan darah tinggi,” ujarnya. Selain gaya hidup, stres juga menjadi pemicu naiknya tekanan darah. Stres bisa muncul karena tuntutan ekonomi maupun pekerjaan. “Kita semua memiliki banyak faktor risiko. Pola hidup yang stres, pola tidur yang tidak teratur karena tuntutan pekerjaan yang tinggi. Itu juga memicu hipertensi,” tambahnya. Mengutip pesan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Atoillah mengimbau agar masyarakat mengurangi konsumsi garam. Sebab, konsumsi garam berlebih juga memicu munculnya penyakit. “WHO menganjurkan kurangi konsumsi garam. Tingginya tingkat konsumsi garam bisa membebani kerja ginjal, menyebabkan volume darah lebih banyak, dan tekanan darah tinggi,” ungkapnya. Sekretaris Pusat Layanan Kesehatan UNAIR itu lantas berpesan agar masyarakat secara rutin melakukan pemeriksaan darah. “Dengan pengecekan kesehatan rutin, kita mendeteksi secara dini potensi penyakit-penyakit dalam tubuh sehingga kita bisa mencegahnya,” tambahnya. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh
Editor: Defrina Sukma S