Kerjasama:
Bank Indonesia Palembang dengan LPPM Universitas Bangka Belitung
SURVEY RISET BARANG DAGANGAN PANGAN STRETEGIS: PEMETAAN STRUKTUR PASAR DAN JALUR DISTRIBUSI KOMODITAS STRATEGIS PENYUMBANG INFLASI KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013
KERJASAMA:
BANK INDONESIA PALEMBANG dengan LPPM UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
i
Laporan Penelitian
Judul: Survey Riset Barang Dagangan Pangan Stretegis: Pemetaan Struktur Pasar Dan Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang Tahun 2013
Peneliti: Suhardi, S.E., M.Sc., Ak, CA Nizwan Zukri, S.E., M.M Echo Perdana Kusuma, B.Sc., M.Sc Maera Zasari, S.P., M.Si
Kerjasama: BANK INDONESIA PELEMBANG DENGAN LPPM UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG © 2013
ii
KATA PENGANTAR
Dengan Rahmat Allah, SWT Survey Riset Barang Dagangan Pangan Stretegis: Pemetaan Struktur Pasar Dan Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang Tahun 2013 ini dapat diselesaikan. Inflasi pada dasarnya terbentuk dari interaksi sisi permintaan dan sisi penawaran sehingga upaya pengendalian inflasi sesungguhnya dapat dilakukan dari kedua sisi tersebut. Selama ini Bank Indonesia sudah aktif melakukan pengendalian inflasi dari sisi permintaan melalui kebijakan moneter. Namun mencermati pergerakan inflasi nasional dan daerah khususnya Pangkalpinang yang sangat dipengaruhi oleh sisi penawaran, maka pengendalian inflasi dari sisi penawaran juga penting untuk dilakukan. Harga yang diterima konsumen sangat tergantung dari harga yang ditentukan oleh produsen dan pedagang. Bila ditelusuri lebih jauh, pembentukan harga oleh produsen dan pedagang dipengaruhi oleh struktur pasar dan pola distribusi komoditas yang bersangkutan pada berbagai level pelaku usaha. Beranjak dari situ, maka perlu dilakukan pembedahan terhadap struktur pasar dan pola distribusi untuk melihat mekanisme pembentukan harga daribeberapa komoditas strategis pembentuk inflasi di Pangkalpinang. Komoditas strategis dimaksud antara lain komoditas pertanian (beras, gula pasir, bawang merah, dan cabe merah) dan komoditas peternakan (daging ayam ras). Secara historis inflasi Kota Pangkalpinang lebih tinggi dan berfluktuatif dibanding inflasi Nasional. Rata-rata inflasi tahunan Kota Pangkalpinang tahun 2011 sampai Mei 2013 sebesar 7,40% atau jauh lebih tinggi dibanding rata-rata inflasi tahunan nasional 4,92%. Selain itu dari tingkat fluktuasinya yang tercermin dari standar deviasi, inflasi Kota Pangkalpinang juga tercatat lebih tinggi. Sebagai salah satu upaya dalam pengendalian inflasi daerah, perlu dilakukan identifikasi terhadap struktur pasar serta pola distribusi berikut perilaku produsen, pedagang besar, pedagang eceran dalam pembentukan harga dan jalur distribusi barang di Kota Pangkalpinang, terutama terhadap komoditas penyumbang inflasi utama di daerah. Tentu terdapat keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan yang lebih baik terhadap kesempurnaan dan pedoman penelitian dimasa mendatang. Hormat Kami
Peneliti
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... BAB II TINJAUAN LITERATUR............................................................................... BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................................................... BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN..................................................................
1 5 29 36
Profil Unit Usaha Sumber Barang Dagangan/Barang Dagangan Informasi sumber pasokan komoditi perdagangan Transportasi dan Infrastruktur Pemasaran dan Penentuan Harga
Beras......................................................................................................... Gula Pasir.................................................................................................. Cabe Merah............................................................................................... Daging Ayam Ras........................................................................................ Bawang Merah...........................................................................................
36 41 46 51 56
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI.......................................................... DAFTAR PUSTAKA
61
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik Pelaku Usaha Menurut Struktur Pasar......................................... Tabel 2. Implikasi Strategi dan Kinerja Pelaku Usaha Menurut Struktur Pasar..................................................................................... Tabel 3. Karakteristik Alat Transportasi dalam Distribusi Barang................................... Tabel 4. Sampling Setiap Pelaku Jalur Distribusi............................................................. Tabel 5. Komoditas yang disurvei.................................................................................... Tabel 6. Komoditas dengan Rata-rata Andil Inflasi Terbesar 2003-2006........................ Tabel 7. Komoditas dengan Rata-rata Andil Inflasi Terbesar 2007,2012, 2013................................................................................ Tabel 8. Komoditas dengan Rata-rata Standar Deviasi Tertinggi 2003-2006.................. Tabel 9. Komoditas dengan Rata-rata Standar Deviasi Tertinggi 2007,2012,2013......... Tabel 10. Rencana Pekerjaan Lapangan............................................................................ Tabel 11. Perkembangan inflasi Kota Pangkalpinang 2009-2013..................................... Tabel 12. Komoditi Yang Paling Berpengaruh Terhadap Inflasi Kota Pangkalpinang Tahun 2003 – 2011.......................................................... Tabel 13. Identifikasi Struktur Pasar Komoditas Penyumbang Inflasi Pedagang Pengecer Pasar................................................................................ Tabel 14. Identifikasi Struktur Pasar Komoditas Penyumbang Inflasi Pedagang Besar dan Grosir.............................................................................. Table 15. Komponen Biaya Menjalankan Usaha Pedagang Besar dan Grosir.................. Tabel 16. Perhitungan CR4, HHI dan MES Beras.............................................................. Tabel 17. Perhitungan CR4, HHI dan MES Gula................................................................ Tabel 18. Komponen Biaya Menjalankan Usaha Pedagang Pengecer Gula.................... Tabel 19. Komponen Biaya Menjalankan Usaha Pedagang Besar dan Grosir Gula......... Tabel 20. Perhitungan CR4, HHI dan MES cabe merah.................................................... Tabel 21. Komponen Biaya Pada Pedagang Pengecer..................................................... Tabel 22. Komponen biaya pada pedagang Besar dan Grosir......................................... Tabel 23. Perhitungan CR4, HHI dan MES Daging Ayam Ras........................................... Tabel 24. Komponen Biaya Pedagang Daging Ayam Ras................................................. Tabel 25. Komponen Biaya Pedagang Besar dan Grosir Daging Ayam Ras..................... Tabel 26. Perhitungan CR4, HHI dan MES Bawang Merah.............................................. Tabel 27. Komponen Biaya Pedagang Pengecer Bawang Merah.................................... Tabel 28. Komponen Biaya Pedagang Besar Dan Grosir Bawang Merah........................
v
19 19 23 29 29 31 31 32 32 33 33 34 36 36 37 40 41 43 45 47 48 50 52 53 56 57 58 59
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Grafik 2. Grafik 3. Grafik 4. Grafik 5. Grafik 6. Grafik 7. Grafik 8. Grafik 9. Grafik 10. Grafik 11: Grafik 12: Grafik 13:
Inflasi Pangkalpinang Vs Inflasi Nasional....................................................... Rata-Rata Inflasi Tahunan 2011-2013........................................................... Mekanisme Pembentukan Harga.................................................................. Determinan Inflasi......................................................................................... Mekanisme Pemasaran Produk Sayuran di Indonesia................................... Jalur Distribusi Komoditas Beras.................................................................... Jalur Distribusi Komoditas Cabai Merah......................................................... Data Primer yang Dibutuhkan........................................................................ Pola Distribusi Beras....................................................................................... Jalur distribusi gula di Pangkalpinang............................................................. Jalur distribusi Cabe Merah............................................................................ Jalur distribusi Daging Ayam Ras.................................................................... Jalur Distribusi Bawang Merah........................................................................
vi
3 3 4 9 22 22 23 30 37 41 46 52 56
BAB I PENDAHULUAN 1.
Latar belakang
Produk Pangan pada umumnya mengikuti pola produksi musiman, sedangkan kebutuhan pangan harus dipenuhi sepanjang tahun. Selain itu produk pertanian pada umumnya cepat rusak (perishable). Dalam kondisi demikian maka aspek pengolahan dan penyimpanan menjadi hal penting dalam upaya penyediaan pangan secara kontinyu. Di Indonesia, produksi pangan tersebar menurut agroekosistem dan geografinya, sedangkan lokasi konsumen tersebar di seluruh pelosok tanah air, baik yang ditinggal di daerah perkotaan maupun pedesaan. Dengan demikian aspek transportasi dan distribusi pangan menjadi sangat vital dalam rangka penyediaan pangan yang merata bagi seluruh penduduk Indonesia. Kurang meratanya penyediaan pangan bagi masyarakat menjadi memicu kenaikan harga pangan. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa sistem produksi dan sistem distribusi beberapa pangan terganggu karena kualitas sarana dan prasarana transportasi banyak rusak. Betapa besar apabila sarana infrastruktur di Jawa dan Sumatera terganggu. Dampak buruk yang ditimbulkannya tidak hanya ditanggung konsumen di perkotaan, tetapi juga harus ditanggung oleh petani di pelosok perdesaan. Kenaikan harga pangan ini sedikit sekali yang dapat dinikmati petani karena persentase kenaikan harga di tingkat konsumen jauh lebih besar dibandingkan dengan persentase kenaikan harga di tingkat produsen. Akibat harga pangan meningkat menyebabkan kenaikan pada tingkat inflasi, dimana terjadinya perbedaan tingkat inflasi di berbagai wilayah di Indonesia Pada bulan Agustus 2011 tingkat inflasi sebesar 0.93 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 128,54. Inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang 3.05 persen dengan IHK 140.49 dan terendah terjadi di Denpasar 0,02 persen dengan IHK 129.38 yang berarti inflasi tertinggi berada di pulau Sumatera dan inflasi terendah berada di luar pulau Jawa Inflasi pada dasarnya terbentuk dari interaksi sisi permintaan dan sisi penawaran sehingga upaya pengendalian inflasi sesungguhnya dapat dilakukan dari kedua sisi tersebut. Selama ini Bank Indonesia sudah aktif melakukan pengendalian inflasi dari sisi permintaan melalui kebijakan moneter. Namun mencermati pergerakan inflasi nasional dan daerah khususnya Pangkalpinang yang sangat dipengaruhi oleh sisi penawaran, maka pengendalian inflasi dari sisi penawaran juga penting untuk dilakukan. Harga yang diterima konsumen sangat tergantung dari harga yang ditentukan oleh produsen dan pedagang. Bila ditelusuri lebih jauh, pembentukan harga oleh
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
1
produsen dan pedagang dipengaruhi oleh struktur pasar dan pola distribusi komoditas yang bersangkutan pada berbagai level pelaku usaha. Beranjak dari situ, maka perlu dilakukan pembedahan terhadap struktur pasar dan pola distribusi untuk melihat mekanisme pembentukan harga dari beberapa komoditas strategis pembentuk inflasi di Pangkalpinang. Komoditas strategis dimaksud antara lain komoditas pertanian (beras medium, bawang putih, bawang merah, kangkung, sawi hijau, cabe merah), komoditas peternakan (telur ayam ras, daging ayam ras), komoditas perikanan (ikan cakalang, ikan momar), dan komoditas industri (gula pasir, minyak goreng, roti manis, seng, dan semen). Pengendalian inflasi merupakan faktor kunci dalam menstimulasi kegiatan ekonomi riil yang berkembang sekaligus meningkatkan permintaan efektif masyarakat. Kegiatan ekonomi produktif akan sulit berjalan dan permintaan masyarakat menjadi tidak efektif di dalam kondisi dimana terjadi inflasi yang tidak terkendali. Oleh karena itu kebijakan pengendalian inflasi menjadi penting untuk dilaksanakan. Efektifitas penerapan kebijakan pengendalian inflasi akan sangat ditentukan oleh kedalaman pengetahuan, data dan informasi tentang faktor-faktor yang berkontribusi dalam pengendalian inflasi. Salah satu pengetahuan dan informasi yang mesti dipahami adalah perilaku komoditas penyumbang inflasi. Struktur pasar dan pola distribusi komoditas sangat mempengaruhi proses pembentukan tingkat harga masing-masing komoditas. Struktur pasar dan pola distribusi suatu komoditas akan berbeda dengan komoditas lainnya. Karenanya data dan informasi yang akurat akan struktur pasar dan pola distribusi menjadi faktor kunci yang digunakan untuk memformulasi kebijakan pengendalian inflasi nantinya. Inflasi sektoral di Pangkalpinang, makanan jadi menjadi penyumbang inflasi terbesar dalam 10 tahun terakhir dengan rata-rata 11,43% disusul sektor pendidikan sebesar 10,85%, disusul bahan makanan sebesar 9,99%. Sektor kesehatan menjadi penyumbang terendah sebesar 5,36%. inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 18,40 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi pada tahun 2009 sebesar 2,17 persen. Inflasi 2 digit terjadi dua kali selama sepulih tahun terakhir yaitu pada tahuh 2005 dan 2008. Tahun 2005 sebesar 17,45 persen dan 2008 sebesar 18,40 persen. Komoditas yang memiliki andil dalam inflasi dalam tahun 2003-2011 adalah beras sebanyak 7 kali, disusul kontrak rumah sebanyak 5 kali, dan kontribusi terendah adalah cabe rawit. Harga yang diterima konsumen sangat tergantung dari harga yang ditentukan oleh produsen dan pedagang. Bila ditelusuri lebih jauh, pembentukan harga oleh produsen dan pedagang dipengaruhi oleh struktur pasar dan pola distribusi komoditas yang bersangkutan pada berbagai level pelaku usaha. Beranjak dari situ, maka perlu dilakukan pembedahan terhadap struktur pasar dan pola distribusi untuk melihat mekanisme pembentukan harga daribeberapa komoditas strategis pembentuk inflasi di Pangkalpinang. Komoditas strategis
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
2
dimaksud antara lain komoditas pertanian (beras, gula pasir, bawang merah, dan cabe merah) dan komoditas peternakan (daging ayam ras). Secara historis inflasi Kota Pangkalpinang lebih tinggi dan berfluktuatif dibanding inflasi Nasional. Rata-rata inflasi tahunan Kota Pangkalpinang tahun 2011 sampai Mei 2013 sebesar 7,40% atau jauh lebih tinggi dibanding rata-rata inflasi tahunan nasional 4,92%. Selain itu dari tingkat fluktuasinya yang tercermin dari standar deviasi, inflasi Kota Pangkalpinang juga tercatat lebih tinggi. Standar deviasi inflasi tahunan Kota Pangkalpinang tercatat 2,08% sementara inflasi nasional hanya 0,94%. Lebih jauh lagi sepanjang tiga tahun terakhir dibanding provinsi lain, inflasi Bangka Belitung (yang dihitung dari inflasi Kota Pangkalpinang) merupakan yang tertinggi dibanding provinsi lain di Indonesia, diikuti oleh Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan Timur. Grafik 1. Inflasi Pangkalpinang Vs Inflasi Nasional
Grafik 2. Rata-Rata Inflasi Tahunan 2011-2013
Sumber: BPS Bangka Belitung, diolah
Sumber: BPS Bangka Belitung, diolah
Tingginya inflasi di Pangkalpinang membuat perlunya upaya-upaya untuk melakukan inflasi di daerah tersebut dan disesuaikan dengan karakteristik kepulauan provinsi tersebut. Maka dari itu, diperlukan informasi yang akurat mengenai karakteristik inflasi di Pangkalpinang dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, terutama dari sisi supply. Hal ini disebabkan oleh harga yang terbentuk di tingkat konsumen berkaitan erat dengan penentuan harga oleh produsen dan pedagang. Pembentukan harga oleh produsen dan pedagang ini dipengaruhi oleh perilaku perusahaan yang juga sangat berhubungan dengan struktur pasarnya. Dalam mencermati potensi inflasi dari sisi supply, tidak hanya masalah jumlah ketersediaan barang, tetapi juga perilaku distribusi barang tersebut. Ancaman terhadap pola distribusi akan berdampak besar terhadap ketersediaan/kelangkaan barang yang pada akhirnya akan dapat mempengaruhi tingkat harga.
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
3
Grafik 3. Mekanisme Pembentukan Harga
Sebagai salah satu upaya dalam pengendalian inflasi daerah, perlu dilakukan identifikasi terhadap struktur pasar serta pola distribusi berikut perilaku produsen, pedagang besar, pedagang eceran dalam pembentukan harga dan jalur distribusi barang di Kota Pangkalpinang, terutama terhadap komoditas penyumbang inflasi utama di daerah. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi struktur pasar komoditas strategis penyumbang inflasi daerah 2. Mengidentifikasi pola distribusi komoditas strategis penyumbang inflasi daerah 3. Mengetahui perilaku produsen, distributor dan pengecer dalam mekanisme pembentukan harga barang strategis penyumbang inflasi di daerah
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
4
BAB II TINJAUAN LITERATUR Salah satu titik awal kelahiran ilmu ekonomi makro adalah adanya permasalahan ekonomi jangka pendek yang tidak dapat diatasi oleh teori ekonomi klasik. Masalah jangka pendek ekonomi tersebut yaitu inflasi, pengangguran dan neraca pembayaran. Munculnya ekonomi makro dimulai dengan terjadinya depresi ekonomi Amerika Serikat pada tahun 1929. Depresi merupakan suatu malapetaka yang terjadi dalam ekonomi di mana kegiatan produksi terhenti akibat adanya inflasi yang tinggi dan pada saat yang sama terjadi pengangguran yang tinggi pula. Inflasi (inflation) adalah gejala yang menunjukkan kenaikan tingkat harga umum yang berlangsung terus menerus. Dari pengertian tersebut maka apabila terjadi kenaikan harga hanya bersifat sementara, maka kenaikan harga yang sementara sifatnya tersebut tidak dapat dikatakan inflasi. Semua negara di dunia selalu menghadapi permasalahan inflasi ini. Oleh karena itu, tingkat inflasi yang terjadi dalam suatu negara merupakan salah satu ukuran untuk mengukur baik buruknya masalah eko-nomi yang dihadapi suatu negara. Bagi negara yang perekono-miannya baik, tingkat inflasi yang terjadi berkisar antara 2 sampai 4 persen per tahun. Tingkat inflasi yang berkisar antara 2 sampai 4 persen dikatakan tingkat inflasi yang rendah. Selanjut tingkat inflasi yang berkisar antara 7 sampai 10 persen dikatakan inflasi yang tinggi. Namun demikian ada negara yang meng-hadapai tingkat inflasi yang lebih serius atau sangat tinggi, misalnya Indonesia pada tahun 1966 dengan tingkat inflasi 650 persen. Inflasi yang sangat tinggi tersebut disebut hiper inflasi (hyper inflation). Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun 2007 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota. Didasarkan pada faktor-faktor penyebab inflasi maka ada tiga jenis inflasi yaitu: 1) inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation) dan 2) inflasi desakan biaya
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
5
(cost-push inflation) 3) inflasi karena pengaruh impor (imported inflation). Inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation) atau inflasi dari sisi permintaan (demand side inflation) adalah inflasi yang disebabkan karena adanya kenaikan permintaan agregat yang sangat besar dibandingkan dengan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Karena jumlah barang yang diminta lebih besar dari pada barang yang ditawarkan maka terjadi kenaikan harga. Inflasi tarikan permintaan biasanya berlaku pada saat perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dan pertumbuhan eko-nomi berjalan dengan pesat (full employment and full capacity). Dengan tingkat pertumbuhan yang pesat/tinggi mendorong peningkatan permintaan sedangkan barang yang ditawarkan tetap karena kapasitas produksi sudah maksimal sehingga mendorong kenaikan harga yang terus menerus. Inflasi desakan biaya (Cost-push Inflation) atau inflasi dari sisi penawaran (supply side inflation) adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan biaya produksi yang pesat dibandingkan dengan tingkat produktivitas dan efisiensi, sehingga perusahaan mengurangi supply barang dan jasa. Pening-katan biaya produksi akan mendorong perusahaan menaikan harga barang dan jasa, meskipun mereka harus menerima resiko akan menghadapi penurunan permintaan terhadap barang dan jasa yang mereka produksi. Sedangkan inflasi karena pengaruh impor adalah inflasi yang terjadi karena naiknya harga barang di negara-negara asal barang itu, sehingga terjadi kenaikan harga umum di dalam negeri. Indikator inflasi lainnya berdasarkan international best practice antara lain: 1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas. [Penjelasan lebih detail mengenai IHPB dapat dilihat pada web site Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id). 2. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan. Pengelompokan Inflasi Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of individual consumption by purpose - COICOP), yaitu: 1. Kelompok Bahan Makanan 2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau 3. Kelompok Perumahan 4. Kelompok Sandang
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
6
5. Kelompok Kesehatan 6. Kelompok Pendidikan dan Olah Raga 7. Kelompok Transportasi dan Komunikasi. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin. Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah.
Disamping pengelompokan berdasarkan COICOP tersebut, BPS saat ini juga mempublikasikan inflasi berdasarkan pengelompokan yang lainnya yang dinamakan disagregasi inflasi. Disagregasi inflasi tersebut dilakukan untuk menghasilkan suatu indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental. Di Indonesia, disagegasi inflasi IHK tersebut dikelompokan menjadi: 1. Inflasi Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti: o Interaksi permintaan-penawaran o Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang o Ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen 2. Inflasi non Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi volatilitasnya karena dipengaruhi oleh selain faktor fundamental. Komponen inflasi non inti terdiri dari: o Inflasi Komponen Bergejolak (Volatile Food): Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
7
o
harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional. Inflasi Komponen Harga yang diatur Pemerintah (Administered Prices): Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) berupa kebijakan harga Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan.
Determinan Inflasi Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation), dari sisi permintaan (demand pull inflation), dan dari ekspektasi inflasi. Faktor-faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price), dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya distribusi. Faktor penyebab terjadi demand pull inflation adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi outputpotensialnya atau permintaan total (agregate demand) lebih besar dari pada kapasitas perekonomian. Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka inflasi dalam keputusan kegiatan ekonominya. Ekspektasi inflasi tersebut apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran, natal, dan tahun baru) dan penentuan upah minimum regional (UMR). Meskipun ketersediaan barang secara umum diperkirakan mencukupi dalam mendukung kenaikan permintaan, namun harga barang dan jasa pada saat-saat hari raya keagamaan meningkat lebih tinggi dari komdisi supply-demand tersebut. Demikian halnya pada saat penentuan UMR, pedagang ikut pula meningkatkan harga barang meski kenaikan upah tersebut tidak terlalu signifikan dalam mendorong peningkatan permintaan.
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
8
Grafik 4. Determinan Inflasi
Sumber: Bank Indonesia
Inflasi merupakan kecenderungan peningkatan harga-harga secara umum secara terus-menerus. Beberapa faktor pembentuk harga dari sisi supply diantaranya yaitu: a) Variabel input dan faktor produksi lainnya yang digunakan dalam proses produksi untuk menjadi output. b) Variabel non-produksi, seperti biaya distribusi, biaya pemasaran, margin keuntungan. c) Struktur pasar yang mencerminkan derajat persaingan dan kemampuan mempengaruhi harga. Lembaga pemasaran untuk komoditas pertanian terdiri dari petani, pedagang pengumpul di tingkat lokal, pedagang antar daerah, pedagang besar, pengecer, dan agen-agen penunjang. Contoh agen penunjang adalah perusahaan pengangkutan, penyimpanan, dan lainnya. Lembaga ini akan berperan penting dalam penyampaian komoditas pertanian yang musiman, bulky (banyak dan dalam nilai yang kecil), dan tidak tahan lama. Agar jumlah yang dibutuhkan oleh konsumen senantiasa terpenuhi, maka diperlukan pasokan dalam jumlah yang cukup. Untuk memperoleh sistem tata niaga hasil pertanian yang efektif, maka diperlukan rantai pemasaran yang semakin sederhana (Ariyanto, 2008).
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
9
1. Struktur Pasar Struktur pasar adalah penggolongan produsen kepada beberapa bentuk pasar berdasarkan pada ciri-ciri seperti jenis produk yang dihasilkan, banyaknya perusahaan dalam industri, mudah tidaknya keluar atau masuk ke dalam industri dan peranan iklan dalam kegiatan industri. Struktur pasar juga dapat dikatakan sebagai kumpulan berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat kompetensi di pasar. Struktur pasar dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tingkat penguasaan teknologi, elastisitas permintaan terhadap suatu produk, lokasi, hambatan masuk ke pasar dan tingkat efisiensi. Analisa ekonomi membedakan struktur pasar menjadi 4 jenis yaitu: Pasar Persaingan Sempurna, Pasar Monopoli, Persaingan Monopolistis, dan Pasar Oligopoli. Pasar Persaingan Sempurna Persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang paling ideal karena dianggap sistem pasar ini adalah struktur pasar yang akan menjamin terwujudnya kegiatan memproduksi barang atau jasa yang tinggi (optimal) efisiensinya. Perekonomian merupakan pasar persaingan sempuma. Akan tetapi dalam prakteknya tidaklah mudah untuk menentukan jenis industri yang struktur organisasinya digolongkan kepada persaingan sempurna yang murni, yaitu yang ciri-cirinya sepenuhnya bersamaan dengan dalam teori. Yang ada adalah yang mendekati ciri-cirinya, yaitu struktur pasar dari berbagai kegiatan disektor pertanian. Namun demikian, walaupun pasar persaingan sempurna yang murni tidak wujud di dalam praktek. Pasar persaingan sempurna dapat didefinisikan sebagai struktur pasar atau industri dimana terdapat banyak penjual dan pembeli. Dan setiap penjual ataupun pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar. CIRI-CIRI PASAR PERSAINGAN SEMPURNA 1. Setiap perusahaan adalah “pengambil harga”. Artinya suatu perusahaan yang ada di dalam pasar tidak dapat menentukan atau merubah harga pasar. Adapun perusahaan di dalam pasar tidak akan menimbulkan perubahan ke atas harga pasar yang berlaku. Harga barang di pasar ditentukan oleh interaksi diantara keseluruhan produsen dan keseluruhan pembeli. 2. Setiap perusahaan mudah keluar atau masuk. Artinya sekiranya perusahaan mengalami kerugian, dan ingin meninggalkan industri tersebut, langkah ini dengan mudah dilakukan. Sebaliknya apabila ada produsen yang ingin melakukan kegiatan di industri tersebut. Produsen tersebut dapat dengan mudah melakukan kegiatan tersebut.
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
10
3. Setiap perusahaan menghasilkan barang yang sama. Artinya bahwa barang yang dihasilkan berbagai perusahaan tidak mudah untuk dibedabedakan. Pembeli tidak dapat membedakan yang mana dihasilkan oleh produsen A atau B. 4. Banyak perusahaan dalam pasar. Artinya karena jumlah perusahan sangat banyak dan relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah produksi dalam industri tersebut. Menyebabkan kenaikan atau penurunan harga, sedikitpun tidak mempengaruhi harga yang berlaku dalam pasar tersebut. 5. Pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna tentang keadaan di pasar. Artinya bahwa pembeli mengetahui tingkat harga yang berlaku dan perubahan-perubahan ke atas harga tersebut. Sehingga produsen tidak dapat menjual barangnya dengan harga yang lain lebih tinggi dan pada yang berlaku di pasar. Beberapa kelemahan dari pasar persaingan sempurna yaitu: a. Persaingan sempurna tidak mendorong inovasi b. Persaingan sempurna adakalanya menimbulkan biaya sosial c. Membatasi pilihan konsumen d. Biaya produksi dalam persaingan sempurna mungkin lebih tinggi e. Distribusi pendapatan tidak selalu merata PASAR MONOPOLI CIRI-CIRI PASAR MONOPOLI a. Pasar monopoli adalah industri satu perusahaan. Artinya bahwa barangbarang atau jasa yang dihasilkan tidak dapat dibeli dari tempat lain. Para pembeli tidak punya pilihan lain, kalau mereka menginginkan barang tersebut, maka mereka harus membeli dari perusahaan tersebut, maka mereka harus membeli dari perusahaan tersebut. Para pembeli tidak dapat berbuat suatu apapun di dalam menentukan syrata jual beli. b. Tidak mempunyai barang pengganti yang “mirip”. Artinya barang yang dihasilkan perusahaan tidak dapat digantikan oleh barang lain yang ada dalam perekonomian, begitu pula dengan kegunaannya. c. Menguasai penentuan harga. Artinya karena perusahaan monopoli merupakan satu-satunya penjual didalam pasar, maka penentuan harga dapat dikuasai. d. Mempromosikan penjualan secara iklan kurang diperlukan artinya karena perusahaan monopoli merupakan satu-satunya perusahaan di dalam industri, ia tidak perlu melakukan promosi penjualan secara iklan. PENETAPAN HARGA PASAR MONOPOLI Monopoli bisa terjadi karena perusahaan–perusahaan lain menganggap tidak menguntungkan untuk masuk pasar, atau memang terhalang (dihalang– halangi) masuk pasar. Halangan masuk pasar disebut dengan istilah Barriers to Entry. Halangan masuk pasar dibedakan atas dua jenis, yaitu: Alasan teknis (technical barriers to entery). Ditinjau dari segi teknis, memang ada perusahaan yang
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
11
bersifat memasuki suatu pasar tetapi terhambat secara teknis. Biasanya produksi untuk barang yang bersangkutan mencirikan biaya marjinal yang semakin menurun, dan level output yang memberikan biaya minimum sangat besar sekali. Dengan demikian teknologi produksi yang efisien adalah yang berskala besar saja, sedang yang beroperasi dengan skala kecil sangat tidak efektif. Modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan jenis produksi ini biasanya sangat besar. Karena alasan hukum atau undang–undang (legal barriers to entery) Kebanyakan monopoli murni tercipta karena alasan hukum atau undang-undang, bukan karena alasan teknis atau ekonomis. Banyak monopoli yang diizinkan (dilindungi) dengan paten. Menciptakan Halangan Masuk Pasar Secara umum halangan masuk pasar bisa dibedakan antara halangan yang bersifat eksternal dan internal. Ada pula contoh di atas yaitu halangan teknis dan hukum termasuk halangan yang sifatnya eksternal. Dan ada pula halangan yang diciptakan pemonopoli itu sendiri, misalnya dengan menciptakan produk–produk atau teknik–teknik yang rumit dan menyusahkan. Teknik ini tidak sampai bocor pada perusahaan pesaing. Laba Monopoli Laba ini selalu positif sepanjang harga pasar lebih besar dari biaya total rata–rata (average total cost, ATC). Karena dalam pasar monopoli tidak ada perusahaan yang keluar atau masuk pasar, maka laba monopoli ini bisa diperoleh tidak hanya dalam jangka pendek, tapi juga dalam jangka panjang. Laba monopoli yang diterima dalam jangka panjang ini oleh beberapa pakar ekonomi disebut juga dengan sewa monopoli (monopoly rents). Yaitu jumlah pengembalian terhadap faktor yang memungkinkan adanya monopoli tersebut. Posisi Keseimbangan Karena produsen monopoli adalah satu-satunya produsen di pasar, maka kurve permintaannya juga kurve permintaan pasar. Kurve permintaan pasar turun dari kiri atas ke kanan bawah berarti produsen bisa mempengaruhi harga pasar dengan jalan menaik-turunkan produksinya. Perbedaan monopoli dibanding persaingan sempurna antara lain: a. bisa menentukan outputnya b. bisa menentukan harga jual c. ekuilibrium perusahaan = ekuilibrium pasar PASAR OLIGOPOLI CIRI-CIRI PASAR OLIGOPOLI a. Jumlah perusahaan sangat sedikit. Pasar oligopoli hanya terdiri dari kelompok kecil perusahaan. Biasanya struktur dari perusahaan oligopoli adalah terdapat beberapa perusahaan raksasa yang mengusai sebagian
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
12
besar pasar oligopoli dan disamping itu terdapat pula beberapa perusahaan kecil. Pasar oligopoli di sini mempunyai sifat yang khusus yaitu saling mempengaruhi satu sama lain. b. Barang yang diproduksikan adalah barang “standard” atau barang berbeda corak. Dalam pasar oligopoli di sini menghasilkan barang standart pasar yang bersifat seperti dijumpai dalam industri penghasil bahan mentah seperti industri baja dan aluminium/industri bahan baku seperti industri semn dan bahan bangunan c. Kekuatan menentukan harga adakalanya lemah dan ada kalanya sangat tangguh. Kekuatan menentukan harga menjadi lebih terbatas, bila suatu perusahaan menurunkan harga, dalam waktu singkat akan menarik pembeli. Tetapi bila perusahaan dalam pasar oligopoli bekerja sama dalam menentukan harga, maka harga dapat distabilkan pada tingkat yang mereka kehendaki. d. Hambatan untuk masuk ke industri cukup tangguh. Terdapat hambatan yang cukup kuat yang menghalangi perusahaan yang baru untuk memasuki pasar oligopoli antara lain: 1. Hak paten 2. Modal yang terlalu besar 3. Pada umumnya perusahaan oligopoli perlu promosi secara iklan. Iklan secara terus menerus sangat diperlukan oleh perusahaan oligopoli yang menghasilkan barang yang berbeda corak. Kegiatan promosi secara iklan yang sangat aktif tersebut adalah untuk dua (2) tujuan antara lain: menarik pembeli baru dan mempertahankan pembeli lama Macam Oligopoli 1. Oligopoli dengan diferensiasi produk. Setiap perusahaan dengan merekmerek khusus tersendiri. Semakin besar tingkat diferensiasi produk yang ada semakin tidak tergantung kurva permintaannya dengan perusahaan lain, sehingga kurve permintaan perusahaan bisa digambarkan secara mandiri posisinya (antara D1 dan D2). 2. Oligopoli tanpa deferensiasi produk. Setiap perusahaan tidak memberi merek khusus. Dengan demikian kurve permintaan seorang produsen tidak bisa ditentukan / tidak bisa dianalisa. Output dan Harga dalam Oligopoli a. Dalam kasus deferensiasi yang cukup kuat, produsen akan berhati-hati dan menganggap kurve permintaan paling rendah (D1), sehingga ia bisa menentukan posisi optimum pada tingkat output Q* dan harga P* b. Kurve permintaan perusahaan dimisalkan berapa persen (%) tertentu (misal 30%) dari kurve permintaan pasar. c. Kasus Kinked Demand (kurve permintaan yang patah). Asumsi yang digunakan bila produsen menurunkan harga akan diikuti produsen lain, bila
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
13
harga dinaikkan tidak diikuti perusahaan lain. Hal ini berarti perilaku produsen dipengaruhi produsen lain, yang menimbulkan implikasi sbb: 1) Tendensi bagi para produsen oligopoli untuk bekerjasama di bidang penentuan harga. 2) Tendesi bagi para produsen untuk bersaing tidak dalam bentuk persaingan harga, tetapi dalam bentuk persaingan lain (misal mutu). Oligopoli dan Kesejahteraan Masyarakat Efek negatif oligopoli adalah: a. Kemungkinan adanya keuntungan yang terlalu besar (excess profit) yang dinikmati oleh para produsen oligopoli dalam jangka panjang. b. Kemungkinan adanya ketidak efisienan produksi karena setiap produsen tidak beroperasi pada AC minimum. c. Kemungkinan adanya “eksploitasi” terhadap konsumen maupun buruh (karena P > MC); seperti kasus monopoli. d. Ketegaran harga (terutama ke bawah) sering dikatakan menunjang adanya inflasi yang kronis; dan ini merugikan masyarakat secara makro. Kebaikan Oligopoli Karena keuntungan yang besar maka dapat menciptakan inovasi yang sangat berguna, bahkan lebih baik dari monopoli. Cara mengatasi efek negatif dari pemerintah antara lain: a. Menekan hambatan perusahaan yang mau masuk b. Diadakan UU melarang kerjasama antara perusahaan oligopoli baik secara diam-diam/terbuka. c. Merubah struktur pasar oligopolitis dengan menentukan batas maksimum dari ukuran suatu badan usaha dan melarang diadakannya penggabungan (merger) antara perusahaan yang ada. Pasar Persaingan Monopolistik Pasar persaingan monopolistik merupakan salah satu dari pasar persaingan tak sempurna. Teori pasar persaingan monopolistik dikembangkan karena ketidakpuasan terhadap daya analisis model persaingan pasar sempurna maupun pasar monopoli. Tetapi dilihat dari strukturnya pasar monopolistik lebih mendekati pada pasar persaingan sempurna (dicirikan dengan banyak perusahaan yang berpartisipasi di pasar, tanpa batasan masuk industri yang serius) tetapi perusahaan yang berpartisipasi di pasar tersebut menghasilkan produk yang berbeda karakteristik. Pasar monopolistik didefinisikan sebagai pasar dengan banyak produsen yang menghasilkan komoditas yang berbeda karakteristik (differentiated product) dan bisa disebut juga sebagai pasar yang banyak penjual, yang menawarkan satu jenis barang dengan deferensi produk yang berbeda-beda baik dari segi kualitas, bentuk dan ukuran.
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
14
Dalam pasar persaingan monopolistik para konsumen merasakan adanya perbedaan karakteristik dari produk-produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dengan produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan lainnya. Perbedaan tersebut bisa mencerminkan perbedaan yang sebenarnya diantara produk-produk yang mereka konsumsi atau hanya perbedaan persepsi konsumen bahwa produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan yang beroperasi di pasar memang berbeda. Sebagai contohnya perbedaan produk dapat dilihat dari bentuk fisiknya seperti beda fungsi, bentuk ataupun kualitas. Perbedaan juga dapat dijumpai dalam kaitannya dengan merek, logo ataupun kemasan. Lebih lanjut perbedaan juga dapat dijumpai dalam kaitannya dengan hal-hal yang terkait dengan penjualan seperti jangka waktu kredit, ketersediaan komoditas, kemudahan dalam memperolehnya, pelayanan purna jual, lokasi perolehan komoditas, pelayanan dan sebagainya. Pakaian, obat-obatan, kosmetik, restaurant dan banyak komoditas makanan adalah contoh-contoh dari komoditas monopolistik yang umum dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. B.
Ciri-ciri pasar persaingan Monopolistik Terdapat cukup banyak pengusaha Dalam pasar persaingan monopolistis, terdapat cukup banyak pengusaha, akan tetapi tidak sebanyak seperti yang terdapat pada pasar persaingan sempurna. Dan apabila di suatu pasar terdapat banyak perusahaan, otomatis disana pasti terdapat pasar monopolistis, akan tetapi ukuran/besarnya tidak melebihi perusahaan-perusahaan yang lain. Dengan kata lain perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik memiliki ukuran yang relatif sama besarnya. Sehingga mengakibatkan produksi suatu suatu perusahaan relative sedikit, dibandingkan dengan seluruh produksi dalam keseluruhan pasar tersebut. 2. Barangnya bersifat berbeda corak Sifat ini merupakan sifat yang sangat penting untuk dapat membedakan mana pasar persaingan monopolistik dan mana pasar persaingan sempurna. Seperti yang telah kita ketahui bahwa pasar persaingan sempurna seluruh perusahaan nya memproduksi produk yang sama. Oleh karena itu susah untuk membedakan produk suatu perusahaan dengan perusahaan yang lain. Sedangkan dalam pasar persaingan monoplistik tidak susah untuk membedakan produk dari masingmasing perusahaan, karena perbedaan corak (different product) pada produk tersebut. Apabila kita lihat secara fisik suatu product, akan tanpak jelas perbedaan tersebut. Maka kita dapat membedakan mana produk suatu perusahaan dengan product perusahaan yang lainnya. Di samping perbedaan dalam bentuk fisik, juga terdapat perbedaan dalam bentuk bungkus atau pembungkusan product, dan ada pula yang berbeda dalam cara membayar barang yang akan di beli. Akibat dari berbagai macam perbedaan ini, barang yang di produksi 1.
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
15
3.
4.
5.
oleh perusahaan pasar monopolistis ini tidak bersifat barang pengganti sempurna akan tetapi ia bersifat barang pengganti yang dekat. Perusahaan mempunyai sedikit kekuasaan mempengaruhi harga Dalam pasar persaingan monopolistis suatu perusahaan dapat mempengaruhi suatu harga, akan tetapi pasar ini hanya mendapat sedikit kekuasaan dalam mempengaruhi harga suatu barang produksi di bandingkan dengan perusahaan oligopoli dan monopoli. Pasar monopolistis mendapat sedikit kekuasaan dalam mempengaruhi harga disebabkan oleh barang yang dihasilkan bersifat berbeda corak (different product). Karena perbedaan corak inilah yang menyebabkan konsumen atau pembeli akan otomatis bersifat memilih, yaitu menyukai product perusahaan satu dan kurang menyukai produk perusahaan yang lain. Maka apabila ia menaikkan harga barang produksinya, ia akan tetap memiliki pelanggan, walaupun tidak sebanyak pada waktu sebelum kenaikan harga barang produksinya. Dan bisa juga sebaliknya, apabila perusahaan tersebut ingin menurunkan harga barang produksinya, tidaklah mudah untuk menghabiskan penjualan barang tersebut, karna masih banyak konsumen yang setia dengan produk yang telah lama ia pakai, walaupun harganya relatif agak mahal. Produsen lain mudah memasuki pasar Apabila ada suatu perusahaan baru ingin memulai usahanya didalam pasar persaingan monopolistik tidak akan banyak mengalami hambatan seperti halnya dalam pasar oligopoli dan monopoli. Hal ini disebabkan oleh: 1. Karena modal yang diperlukan relative besar kalau dibandingkan dengan mendirikan perusahaan dalam pasar persaingan sempurna. 2. Karena perusahaan itu harus menciptakan barang produksi yang bercorak beda dengan barang produksi yang telah beredar dahulu di pasaran.dan mempromosikannya pada masyarakat untuk mendapat pelanggan, dan dengan promosi tersebut, perusahaan harus dapat meyakinkan pelanggan akan mutu barang tersebut. Persaingan promosi penjualan sangat aktif Dalam pasar persaingan monopolistis harga bukanlah penentu utama dari besarnya pasar dari perusahaan-perusahaan dalam pasar persaingan monopolistis. Pada pasar ini memungkinkan suatu perusahaan menarik banyak pelanggan walaupun harga barang produksinya berharga tinggi. Bahkan sebaliknya, suatu perusahaan tidak mudah menarik banyak pelanggan dengan harga barang produksi yang relatif rendah. Ini disebabkan oleh barang produksi yang mereka hasilkan, yaitu barang yang bersifat beda corak dengan barang yang sudah tersedia di pasaran, dan mempromosikan barang baru tersebut. Maka untuk mempengaruhi cita rasa pembeli, para pengusaha melakukan persaingan bukan harga (non price competition). Persaingan
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
16
yang demikian itu antara lain adalah dalam rangka memperbaiki mutu dan desain barang, melakukan iklan yang terus menerus memberikan syarat penjualan yang menarik. C.
Pemaksimuman Keuntungan Dalam Pasar Persaingan Monopolistik Kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan dalam persaingan monopolistik lebih elastis dari yang dihadapi monopoli. Tetapi tidak sampai mencapai elastis sempurna sebagaimana kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan dalam pasar persainagn sempurna. 1. Pemaksimuman keuntungan jangka pendek Permintaan yang dihadapi perusahaan dalam persaingan monopolistik adalah sebagian dari keseluruhan permintaan pasar. Keuntungan maksimum akan dicapai apabila perusahaan terus berproduksi sampai pada tingkat tercapainya MC = MR. Perusahaan akan memperoleh laba diatas normal pada jangka pendek. 2. Pemaksimuman keuntungan jangka panjang Keuntungan yang melebihi normal menyebabkan pertambahan jumlah perusahaan dipasar. Dengan demikian setiap perusahaan yang ada di pasar akan menghadapi permintan yang semakin berkurang pada berbagai tingkat harga. Sehingga keuntungan pun akan semakin menurun ketingkat normal. Bahkan akan merugi jika penerimaan marjinal lebih kecil dari biaya marjinal (MR<MC). Disinilah letak ketidakefisienan pasar persaingan monopolistik. Ada dua penyebab ketidakefisienan pasar persaingan monopolistik, yaitu: a. Harga jual masih lebih besar dari biaya marjinal (P>MC) b. Kapasitas berlebih (Excess Capacity) Jika perusahaan menderita kerugian minimum, maka ia akan keluar dari pasar. Akibatnya, jumlah perusahaan dalam pasar semakin sedikit sehingga jumlah permintaan yang dihadapi perusahaanperusahaan yang masih ada menjadi lebih besar. Kejadian keluarnya perusahaan dari pasar akan berlangsung terus sampai perusahaan memperoleh keuntungan normal. Dalam keadaan seperti ini tidak ada lagi perusahaan yang masuk ke pasar dan juga tidak ada lagi yang keluar dari pasar. Inilah yang disebut keseimbangan jangka panjang perusahaan persaingan monopolistik.
D.
Corak Pasar Persaingan Monopolistik Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pasar persaingan monopolistic itu berbeda dengan pasar persaingan sempurna maupun pasar monopoli. Oleh sebab itu terdapat beberapa corak yang ada terjadi dan ada pada pasar persaingan monopolistik. Berikut uraian hal-hal yang terkait dalam corak pasar persaingan monopolistik. 1. Efesiensi dan Diferensiasi Produksi
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
17
Dalam pasar persaingan monopolistik walaupun terdapat banyak produk yang dihasilkan sama namun produsen membedakan karakteristiknya, baik dalam hal mutu, design, mode maupun kemasan. Perbedaan-perbedaan ini membuat konsumen memiliki banyak pilihan untuk menentukan produk yang akan dipilih dan digunakan. Setiap perusahaan dalam pasr persaingan monopolistic akan berusaha memproduksi produk yang mempunyai sifat khusus yang dapat dengan jelas dibedakan dengan hasil perusahaan lain. Terdapatnya berbagai varisi produk merupakan keistimewaan dari pasar persaingan monopolistik. Variasi produk menimbulkan keuntungan bagi produsen dan konsumen. Keuntungan bagi produsen karena diferensiasi produk mampu menciptakan suatu penghambat pada perusahaan lain untuk menarik para pelanggannya. Bagi konsumen keuntungannya karena mereka memeiliki banyak pilihan untuk membeli suatu produk dengan karakteristik yang berbeda-beda. 2. Perkembangan Teknologi dan Inovasi Bentuk pasar monopolistik memberikan dorongan yang sangat terbatas untuk melakukan perbaikan teknologi dan inovasi, karena dalam jangka panjang perusahaan hanya memperoleh keuntungan normal. Keuntungan yang melebihi normal dalam jangka pendek dapat mendorong pada kegiatan pengembangan teknologi dan inovasi. Ketika terlihat keuntungan yang melebihi normal dalam jangka pendek maka akan memicu perusahaan-perusahaan lain untuk memasuki industri tersebut. Ketika banyak peodusen yang bergelut dalm bidang yang sama maka keuntungan yang melebihi normal pun tidak didapati lagi, yang berarti dalam waktu yang singkat keuntungan yang diperoleh dari pengembangan teknologi dan inovasi tidak dapat lagi dinikmati. 3. Persaingan Bukan Harga Persaingan bukan harga merujuk pada upaya-upaya selain perubahan harga yang dilakukan oleh produsen untuk menarik lebih banyak konsumen. Karena dalam pasar persaingan monopolistik harga bukanlah segala-galanya. Maka dari itu, persaingan bukan harga dapat dilakukan dengaan diferensiasi produk dan iklan serta berbagai bentuk promosi penjualan. 4. Promosi Penjualan Melalui Iklan Dalam perusahaan-perusahaan modern kegiatan membuat iklan merupakan suatu bagian penting dari usaha memasarkan hasil produksi. Tujuan membuat iklan adalah untuk tercapainya salah satu dari target-target berikut.
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
18
a. Menjelaskan kepada konsumen mengenai produk yang dihasilkan. Jenis iklan ini biasanya digunakan perusahaan ketika memperkenalkan hasil-hasil produksinya yang baru. b. Memberi tahu konsumen bahwa produk yang dihasilkan merupakan produk terbaik. Jenis iklan ini digunakan untuk mempertahankan kedudukannya di pasar. 5. Distribusi pendapatan Banyaknya produsen yang bersaing pada pasar persaingan monopolistik mengakibatkan distribusi pendapatan akan seimbang. Asumsinya, ketika suatu produsen mampu menghasilkan keuntungan melebihi normal pada jangka waktu pendek, maka hal ini akan menarik beberapa produsen lain untuk memproduksi produk yang sama. Ketika banyak produsen yang dapat memperoleh keuntungan berarti tidak ada lagi yang produsen yang mendapatkan keuntungan lebih melainkan keuntungannya sama, karena keuntungannya sudah terbagi-bagi dengan banyaknya produk. Berdasarkan kecenderungan ini, para ekonom berpendapat bahwa pasar persaingan monopolistik menimbulkan corak distribusi pendapatan yang lebih merata. Banyak literatur telah mengkategorikan jenis dan determinan struktur pasar berdasarkan karakteristik masing-masing pasar seperti jumlah perusahaan, sifat produk, hambatan masuk ke pasar, kontrol terhadap harga, dan lain-lain. Machmud (2008) menggolongkan jenis pasar sebagai berikut: Tabel 1. Karakteristik Pelaku Usaha Menurut Struktur Pasar Karakteristik
PPS
PPMonopolistik
Oligopoli
Monopoli
Jumlah perusahaan
Besar
Banyak
Sedikit
Satu
Sifat produk
Standar (homogen)
Beragam
Standar (beragam)
Unik (tidak ada barang pengganti)
Barrier to entry/exit
Tidak ada
Tidak ada
Tinggi
Blokade
Kontrol terhadap harga
Tidak ada
Kecil
Sedang
Substansial
Sementara itu, Worthington dan Britton (1994) menjelaskan perilaku dan kinerja perusahaan sebagai implikasi dari struktur pasar dalam tabel sebagai berikut: Tabel 2. Implikasi Strategi dan Kinerja Pelaku Usaha Menurut Struktur Pasar Market Structures
Market Power
Price Strategy
Advertising Strategy
Profitability
Perfect
None
One price
None
Only normal profit
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
19
Market Structures
Market Power
Price Strategy
Advertising Strategy
Profitability
Monopoly
Absolute
Price discrimination possible
None
Abnormal profit
Oligoply
High
One price
High
Abnormal profit
Monopolistic Competition
Little
Small differences in price
High
Only normal profit in the long run
Competition
Pendekatan kuantitatif struktur pasar diantaranya: 1) Herfindal Hirscheman Index (HHI) HHI merupakan penjumlahan kuadrat dari pangsa pasar semua perusahaan dalam suatu industri. n
HHI =
ms i 1
2 i
dimana:
si= pangsa pasar perusahaan ke-i (%) m= jumlah perusahaan terbesar n= jumlah semua perusahaan yang berada dalam suatu industri Jika perusahaan menguasai 100% penjualan industri, maka HHI akan bernilai 1. Merger Guidelines § 1.51 yang dikeluarkan oleh U.S. Department of Justice and the Federal Trade Commission, menggolongkan besaran HHI dalam kriteria sebagai berikut: HHI < 0.01 : highly competitive index. HHI < 0.1 : unconcentrated index. HHI = 0.1 sd 0.18 : moderate concentration. HHI > 0.18 : high concentration 2) Concentration Ratio (CR) CR merupakan ukuran pangsa pasar dari perusahaan terbesar dalam suatu industri atau pangsa relatif perusahaan besar dari total industri. CR dapat dihitung dengan menjumlahkan pangsa pasar setiap perusahaan. Misalnya, CR3 adalah penjumlahan pangsa pasar dari 3 perusahaan terbesar dalam suatu industri. Semakin besar angka CR, semakin besar konsentrasi suatu industri. Jika CR mencapai 100% maka dapat dikatakan bahwa pasar tersebut adalah pasar monopoli 3) Minimum Efficiency Scale (MES) MES merupakan ukuran hambatan masuk bagi suatu perusahaan untuk masuk ke dalam suatu industri. Jika suatu perusahaan dapat dengan
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
20
mudah memasuki pasar, maka dapat dikatakan bahwa hambatan untuk masuk ke pasar kecil. MES=output perusahaan terbesar/output total Menurut Lubis (1997), MES>10% menggambarkan hambatan masuk yang tinggi ke dalam suatu industri. Pendekatan-pendekatan tersebut telah digunakan diberbagai penelitian terkait dengan struktur pasar, khususnya dibeberapa sektor industri untuk menilai struktur pasar pada industri perbankan, perdagangan atau grosir. 2. Jalur Distribusi Warren J. Keegan (2003) menjelaskan bahwa saluran distribusi adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang dari produsen sampai ke konsumen atau pemakai industri. Jalur distribusi akan berpengaruh terhadap pembentukan harga, sehingga penting untuk dielaborasi dalam penelitian ini. Untuk masing-masing komoditas utama penyumbang inflasi, akan diidentifikasi jalur distribusinya, apakah mengikuti pola sederhana seperti: produsen pedagang besar pedagang eceran konsumen akhir Menurut Stanton (1993) dan Sudiyono (2004) dalam Dewi (2012), yang membedakan lembaga tataniaga dengan saluran distribusi adalah bahwa lembaga tataniaga adalah badan atau usaha atau individu yang menyelenggarakan tataniaga dan menyalurkan jasa dan komoditas dari produsen kepada konsumen. Lembaga pemasaran produk pertanian memiliki ragam yang banyak. Lembaga pemasaran yang dapat teridentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Tengkulak adalah lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan petani. 2. Pedagang pengumpul adalah lembaga yang membeli komoditi dari tengkulak. 3. Pedagang besar adalah lembaga yang melakukan proses konsentrasi (pengumpulan) komoditi dari pedagang-pedagang pengumpul, melakukan distribusi ke agen penjualan atau pengecer. 4. Agen penjualan adalah lembaga yang membeli komoditi yang dimiliki pedagang dalam jumlah banyak dengan harga yang relatif murah dibanding pengecer. 5. Pengecer adalah lembaga yang berhadapan langsung dengan konsumen. Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Konsumen memberikan balas jasa kepada pemasaran ini berupa margin pemasaran. Berdasarkan publikasi penelitian Food and Agriculture Organization (FAO) yang dilakukan oleh Shepherd, A.W., Schalke, A. J. (1995), terdapat beberapa cara untuk memasarkan produk pertanian yang biasa dilakukan oleh petani Indonesia, Cara-cara tersebut disesuaikan dengan kondisi di setiap provinsi yang
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
21
bervariasi. Cara-cara memasarkan produk pertanian hingga ke konsumen yang paling umum adalah: 1. Petani langsung menyalurkan produknya ke pasar lokal dan menjualnya kepada pedagang besar yang akan menyalurkan ke pedagang grosir 2. Petani menjual kepada pedagang besar secara ijon dan menjualnya kembali kepada pedagang grosir 3. Petani langsung menjual kepada pedagang besar untuk dijual kembali kepada pedagang grosir 4. Petani menyalurkan produknya kepada pengumpul untuk dijual kepada pedagang besar untuk dijual ke pedagang grosir atau pengumpul akan menjual langsung ke pedagang eceran 5. Petani menjual secara langsung, atau melalui agen, kepada rumah pengepakan untuk dijual kepada pedagang internasional, melalui supermarket atau ekspor. Grafik 5. Mekanisme Pemasaran Produk Sayuran di Indonesia
Berdasarkan Bank Indonesia (2008), jalur distribusi untuk komoditas beras dan cabai merah dimulai produsen, kemudian melalui pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang eceran, hingga sampai ke konsumen. Grafik 6. Jalur Distribusi Komoditas Beras
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
22
Grafik 7. Jalur Distribusi Komoditas Cabai Merah
Biaya distribusi akan tergantung pada beberapa faktor, terutama lokasi pengiriman (jarak tempuh), karakteristik komoditas, kenaikan harga bahan bakar minyak yang berpengaruh secara langsung terhadap biaya distribusi. Jalur distribusi barang yang panjang akan berimbas pada tingginya harga barang.Sementara itu, hambatan distribusi dapat berupa ketersediaan infrastruktur yang kurang memadai, gangguan alam/cuaca, gangguan dan keterbatasan sarana angkutan. Terkait dengan perilaku produsen, distributor dan pengecer dalam pembentukan harga barang, akan digali informasi mengenai dasar penetapan harga di masingmasing rantai distribusi tersebut, apakah ditentukan berdasarkan biaya produksi dan margin keuntungan, mengikuti harga pasar, harga pesaing atau pembeli. Cannon, Perreault dan McCarthy (2008) menjelaskan berbagai alternatif transportasi dalam pendistribusian barang dan karakteristik dari setiap jenis alat transportasi pada tabel berikut ini: Tabel 3. Karakteristik Alat Transportasi dalam Distribusi Barang Mode
Cost
Delivery Speed
Truck
High
Fast
Rail Water Air Pipeline
Medium Very Low Very High Low
Average Very Slow Very Fast Slow
Number of Locations Served Very Extensive Extensive Limited Extensive Very Limited
Ability to Handle a Variety of Goods High
Frequency of Scheduled Shipments High
Dependability in Meeting Schedules High
High Very High Limited Very Limited
Low Very Low High Medium
Medium Medium High High
2. Bentuk Pasar Persaingan Sempurna adalah struktur pasar yang ditandai oleh jumlahpembeli dan penjual yang sangat banyak. Transaksi setiap individu tersebut (pembelidan
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
23
penjual) sangat kecil dibandingkan output industri total sehingga mereka tidak bisamempengaruhi harga produk tersebut. Para pembeli dan penjual secara individualhanya bertindak sebagai penerima harga (price takers). Tidak ada perusahaan yang menerima laba di atas normal dalam jangka panjang dalam pasar persaingansempurna ini. Monopoli adalah struktur pasar yang ditandai oleh adanya seorang produsentunggal. Suatu perusahaan yang monopolistik secara serentak bisa menentukan hargaproduk dan jumlah outputnya. Bagi sebuah monopoli adalah mungkin untuk memperoleh laba di atas normal, bahkan dalam jangka penjang sekalipun. Persaingan Monopolistik adalah pasar yang sangat mirip dengan persaingan sempurna, tetapi sedikit dibedakan dengan persaingan sempurna karena dalam persaingan monopolistik ini konsumen mengetahui perbedaan-perbedaan di antara produk dari perusahaan-perusahaan yang berbeda. Seperti halnya dalam persaingan sempurna, maka dalam persaingan monopolistik ini laba di atas normal hanya bisa diperoleh dalam jangka pendek. Oligopoli adalah struktur pasar di mana hanya ada sejumlah kecil perusahaan yang memproduksi hampir semua output industri. 3. Perkembangan Struktur Pasar Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Padahal interaksi dan globalisasi dalam hubungan antar bangsa di dunia telah ada sejak berabadabad yang lalu. Bila ditelusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal perdagangan antar negeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Saat itu, para pedagang dari Tiongkok dan India mulai menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat (seperti misalnya jalur sutera) maupun jalan laut untuk berdagang. Fenomena berkembangnya perusahaan McDonald di seluruh pelosok dunia menunjukkan telah terjadinya globalisasi. Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kamu muslim di Asia dan Afrika yang membentuk jaringan perdagangan, serta menyebarkan nilai-nilai agama, nama-nama, abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya Arab ke warga dunia. Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin berakhir dan komunisme di dunia runtuh. Dan hal ini memberikan pembenaran bahwa kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasinya, Negara-negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas, yang didukung dengan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi. Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana Negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
24
pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas territorial Negara. Dan juga, mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa. MENGURANGI INFLASI Meningkatkan Supply Bahan Pangan Meningkatkan supply bahan pangan dapat dilakukan dengan lebih memberikan perhatian pada pembangunan di sektor pertanian, khususnya sub sektor pertanian pangan. Modernisasi teknologi dan metode pengolahan lahan, serta penambahan luas lahan pertanian perlu dilakukan untuk meningkatkan laju produksi bahan pangan agar tercipta swasembada pangan. Mengurangi Defisit APBN Mungkin dalam masa krisis ekonomi mengurangi defisit APBN tidak dapat dilaksanakan, tetapi dalam jangka panjang (setelah krisis berlalu) perlu dilakukan. Untuk mengurangi defisit anggaran belanja, pemerintah harus dapat meningkatkan penerimaan rutinnya, terutama dari sektor pajak dengan benar dan tepat karena hal ini juga dapat menekan excess demand. Dengan semakin naiknya penerimaan dalam negeri, diharapkan pemerintah dapat mengurangi ketergantungannya terhadap pinjaman dana dari luar negeri. Dengan demikian anggaran belanja pemerintah nantinya akan lebih mencerminkan sifat yang relative independent. Meningkatkan Cadangan Devisa Pertama, perlu memperbaiki posisi neraca perdagangan luar negeri (current account), terutama pada perdagangan jasa, agar tidak terus menerus defisit. Dengan demikian diharapkan cadangan devisa nasional akan dapat ditingkatkan. Juga, diusahakan untuk meningkatkan kinerja ekspor, sehingga net export harus semakin meningkat. Kedua, diusahakan agar dapat mengurangi ketergantungan industri domestik terhadap barang-barang luar negeri, misalnya dengan lebih banyak memfokuskan pembangunan pada industri hulu yang mengolah sumberdaya alam yang tersedia di dalam negeri untuk dipakai sebagai bahan baku bagi industri hilir. Selain itu juga perlu dikembangkan industri yang mampu memproduksi barang-barang modal untuk industri di dalam negeri. Ketiga, mengubah sifat industri dari yang bersifat substitusi impor kepada yang lebih bersifat promosi ekspor, agar terjadi efisiensi di sektor harga dan meningkatkan net export. Keempat, membangun industri yang mampu menghasilkan nilai tambah yang tinggi dan memiliki kandungan komponen lokal yang relatif tinggi pula. Memperbaiki dan Meningkatkan Kemampuan Sisi Penawaran Agregat
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
25
Pertama, mengurangi kesenjangan output (output gap) dengan cara meningkatkan kualitas sumberdaya pekerja, modernisasi teknologi produksi, serta pembangunan industri manufaktur nasional agar kinerjanya meningkat. Kedua, memperlancar jalur distribusi barang nasional, supaya tidak terjadi kesenjangan penawaran dan permintaan di tingkat regional (daerah). Ketiga, menstabilkan tingkat suku bunga dan menyehatkan perbankan nasional, tujuannya untuk mendukung laju proses industrialisasi nasional. Keempat, menciptakan kondisi yang sehat dalam perekonomian agar market mechanism dapat berjalan dengan benar, dan mengurangi atau bahkan menghilangkan segala bentuk faktor yang dapat menyebabkan distorsi pasar. Kelima, melakukan program deregulasi dan debirokrasi di sektor riil karena acapkali birokrasi yang berbelit dapat menyebabkan high cost economy. Cara Mengatasi Inflasi Ada beberapa cara mengatasi inflasi yang terjadi, cara tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan kebijakan nonmoneter. Cara mengatasi inflasi dengan menggunakan kebijakan moneter, ada beberapa cara yang dapat dilakukan dengan kebijakan ini, contohnya adalah dengan politik diskonto, cara politik diskonto ini dilakukan dengan cara menaikkan suku bunga bank, dengan harapan agar masyarakat lebih tertarik untuk menyimpan uang yang dimilikinya dibank, jika cara tersebut sukses, maka jumlah uang yang beredar akan berkurang. Contoh lain dari kebijakan moneter adalah dengan politik sanering, sanering merupakan istilah untuk pemotongan nilai uang, bukan pemotongan jumlah angka uang (redenominasi). Cara mengatasi inflasi dengan menggunakan kebijakan fiskal, ada beberapa cara juga yang dapat dilakukan dengan kebijakan ini, salah satu contohnya adalah dengan pajak, dengan tarif pajak dinaikkan diharapkan uang yang beredar akan berkurang, uang yang beredar berkurang karena jumlah pajak yang disetorkan oleh masyarakat lebih besar (banyak) daripada sebelum tarif pajak naik. Cara mengatasi inflasi dengan kebijakan non-moneter, contoh dari cara mengatasi inflasi dengan kebijakan ini adalah dengan meningkatkan produksi, pemerintah membantu dan mendorong para pengusaha untuk menaikkan atau meningkatkan produksinya, diharapkan dengan meningkatnya produksi akan menghasilkan output yang lebih banyak, dengan output yang beredar dipasaran lebih banyak maka harga diharapkan akan turun sehingga inflasi dapat diatasi. INFLATION TARGETING DAN KEBIJAKAN MONETER Inflation targeting adalah kebijakan ekonomi di mana bank sentral mengestimasi dan membuat proyeksi atau target tingkat inflasi dan bermaksud untuk meyesuaikan inflasi aktual dan membangun target melalui penggunaan perubahan tingkat bunga dan instrumen moneter. Karena tingkat bunga dan
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
26
tingkat inflasi berhubungan negatif, pergerakan naik dan turunnya tingkat bunga oleh bank sentral dengan transparan di bawah kebijakan inflation targeting. Beberapa prakondisi yang harus dipenuhi dalam penerapan inflation targeting adalah inflation targeting memerlukan komitmen kelembagaan dari pemerintah, DPR, dan BI, untuk menjadikan stabilitas harga (pengendalian inflasi) sebagai tujuan utama dari kebijakan moneter. Penerapan IT, perlu peningkatan transparansi dalam kebijakan moneter, di mana BI secara rutin dan terbuka menyampaikan kepada publik rencana dan tujuan dari kebijakan moneternya. Ketiga, bank sentral harus meningkatkan akuntabilitasnya kepada publik dalam mencapai targetnya. Keempat, bank sentral perlu mempunyai sebuah prosedur operasional (operating procedure) dalam menghasilkan inflation forecast targeting (IFT) yang bisa digunakan sebagai target intermediate (sementara). Setidaknya ada dua alasan utama yang mendasari diadopsinya Inflation Targeting oleh otoritas moneter suatu negara. Pertama, studi empiris menyebutkan bahwa inflasi yang rendah dapat membawa pada pertumbuhan ekonomi. Logikanya, karena tingginya inflasi berbanding lurus dengan volatilitasnya, maka ketika inflasi tinggi, investor akan lebih memilih melakukan investasi keuangan jangka pendek daripada melakukan investasi jangka panjang mengingat inflasi yang semakin volatile. Sehingga tingginya inflasi menyebabkan pula tingginya premi risiko di pasar keuangan yang akan menghambat investasi riil yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Kedua, elemen Inflation Targeting adalah penetapan jangkar nominal bagi penerapan kebijakan moneter sekaligus merupakan alat untuk menjaga kredibilitas bank sentral dalam melakukan pengendalian inflasi. Tanpa ada jangkar tersebut, kebijakan moneter akan dapat terpengaruh oleh kepentingankepentingan jangka pendek. Alasan yang mendasar adalah ketika bank sentral berkomitmen melakukan pengendalian inflasi, terkadang terjebak melakukan kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Akibatnya kebijakan tersebut menyebabkan inflasi dalam jangka panjang menjadi lebih tinggi dari yang diharapkan. Pada saat itu agen ekonomi lebih memilih menetapkan ekspektasi inflasi sendiri yang ternyata lebih tinggi dari yang ditetapkan oleh bank sentral. Pada saat itulah kredibilitas bank sentral jatuh, ditambah lagi dalam jangka panjang rata-rata pertumbuhan ekonomi justru tidak berubah. Sehingga, pengumuman target inflasi kepada publik dan membiarkan masyarakat untuk mengetahui langkah-langkah yang ditempuh bank sentral dalam usahanya mencapai target tersebut merupakan sebuah mekanisme kontrol. Independensi, transparansi, dan akuntabilitas dapat menjaga agar bank sentral menjadi konsisten. Banyak berargumen bahwa Inflation Targeting merupakan rerangka kebijakan moneter yang baik. Manfaatnya pada pengaruh terhadap tingkat inflasi dan output dapat dikategorikan pada dua kelompok: Pertama, rerangka Inflation Targeting dapat meningkatkan performa inflasi dan output karena akan mengurangi variabilitas inflasi, membantu
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
27
meningkatkan output dan mengurangi variasinya, dan menghilangkan persistensi inflasi itu sendiri. Hu (2003) mengutip penelitian yang dilakukan oleh Neumann dan Hagen mengungkapkan bahwa Inflation Targeting akan dapat mengurangi volatilitas inflasi, output dan tingkat suku bunga. Kedua, Inflation targeting akan dapat meningkatkan daya ramal inflasi karena turunnya level dan/atau meningkatnya prediktabilitas expected inflation. Suatu negara dikatakan menganut full-fledge Inflation Targeting apabila memiliki setidaknya beberapa elemen utama yaitu: 1. pengumuman kepada publik target inflasi jangka menegah 2. tidak adanya nominal anchor lain (seperti target moneter dan nilai tukar) 3. komitmen institusional terhadap stabilitas harga 4. tidak adanya dominasi fiskal 5. independensi instrumen kebijakan 6. transparansi dan akuntabilitas kebijakan
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Survei dan Teknik Sampling Kebutuhan analisis pada penelitian ini membutuhkan prioritas responden yang paling dominan atau mempunyai market power yang lebih besar dibandingkan responden lainnya. Sehingga, metode random sampling tidak cocok untuk digunakan. Metode sampling yang digunakan merupakan metode non probabilistik yaitu kombinasi antara purposive sampling dan quota sampling. Sampling akan dilakukan minimal sesuai dengan Tabel 2. Penjelasan pemilihan sampel akan dilakukan sebagai berikut: 1. Pedagang besar dan pedagang grosir akan disampling masing-masing lima pedagang setiap komoditas, diusahakan semua pedagang besar dan grosir dapay disurvei. 2. Sampling pedagang pasar induk akan dilakukan pada satu pasar induk yang terdapat di Pangkalpinang dengan setiap jenis komoditas disampling dua pedagang. 3. Di Pangkalpinang terdapat 7 kecamatan, sehingga diasumsikan terdapat satu pasar tradisional di setiap kecamatan. Maka, diperlukan sampling tiga pedagang eceran setiap komoditas di lima pasar tradisional yang berbeda. Pasar yang disurvei harus termasuk seluruh pasar yang dicacah oleh BPS. 4. Setiap komoditas akan disampling dua pengecer modern. Pasar yang disurvei harus termasuk seluruh pasar yang dicacah oleh BPS. Tabel 4. Sampling Setiap Pelaku Jalur Distribusi
Pedagang Besar Pedagang Grosir Pengecer Pasar Induk Pengecer Tradisional Pengecer Modern
25 25 10 75 15
Hasil kuesioner ditabulasi dalam software excel dan SPSS, sehingga akan dapat menjawab tujuan penelitian diantaranya pola distribusi meliputi (i) pola dan rantai distribusi (pelaku dan daerah), (ii) logistik (pergudangan), (iii) transportasi dan infrastruktur, (iv) hambatan (infrastruktur, aturan, dan lain-lain. Selain itu juga menjawab pertanyaan terkait mekanisme pembentukan harga meliputi (i) mekanisme pembentukan harga di masing-masing rantai distribusi, (ii) struktur biaya, dan (iii) margin (kriteria penentuan dan perubahan). Tabel 5. Komoditas yang disurvei No 1
Komoditas Beras
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
29
2 3 4 5
Gula Pasir Cabe Merah Bawang merah Daging Ayam Ras
4. Pemetaan Struktur Pasar Pemetaan struktur pasar akan menggunakan tiga metode, yaitu: 1) Herfindal Hirscheman Index (HHI) HHI merupakan penjumlahan kuadrat dari pangsa pasar semua perusahaan dalam suatu industri. n
ms
HHI =
i 1
2 i
dimana:
si= pangsa pasar perusahaan ke-i (%) m= jumlah perusahaan terbesar n=jumlah semua perusahaan yang berada dalam suatu industri 2) Concentration Ratio (CR) CR dapat dihitung dengan menjumlahkan pangsa pasar setiap perusahaan. Misalnya, CR4 adalah penjumlahan pangsa pasar dari 4 perusahaan terbesar dalam suatu industri.Semakin besar angka CR, semakin besar konsentrasi suatu industri. Jika CR mencapai 100% maka dapat dikatakan bahwa pasar tersebut adalah pasar monopoli. 3) Minimum Efficiency Scale (MES) MES=output perusahaan terbesar/output total 5. Data Data yang diperlukan dalam penelitian dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan sekunder. Data primer akan diperoleh melalui hasil survei (kuesioner) dan hasil focus group discussion (FGD). Sedangkan data sekunder akan diperoleh dari dinas dan instansi terkait setempat. Berikut detail perkiraan data yang diperlukan. Grafik 8. Data Primer yang Dibutuhkan
• Statistik industri besar & sedang (BPS) • Hasil survei Struktur Pasar
• Arus masuk dan keluar barang (Balai Karantina Pertanian dan BPS) • Daftar pedagang besar • Hasil survei Pola Distribusi & Mekanisme Pasar • Kondisi infrastruktur (BPS, Dinas PU)
Catatan: 1. Frekuensi data triwulanan
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
30
2. 3.
Time series sepanjang yang tersedia List variabel diatas merupakan data minimal yang harus tersedia, namun untuk kebutuhan riil riset nantinya dapat disesuaikan (ditambah).
II. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup lokasi penelitian dilakukan di Kota Pangkalpinang dengan mempertimbangkan beberapa hal (i) kota penghitung inflasi Bangka Belitung, dan (ii) pintu masuk komoditas bahan makanan di Bangka Belitung. Sementara komoditas yang diteliti dibatasi pada lima komoditas Beras, bawang merah, gula pasir, daging ayam ras, dan cabe merah. Hal ini berdasarkan besar andil inflasi dan standar deviasi inflasi komoditas 2003-2007 dan 2012-2013. Tabel 6. Komoditas dengan Rata-rata Andil Inflasi Terbesar 2003-2006
Tabel 7. Komoditas dengan Rata-rata Andil Inflasi Terbesar 2007,2012,2013
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
31
Tabel 8. Komoditas dengan Rata-rata Standar Deviasi Tertinggi 2003-2006
Tabel 9. Komoditas dengan Rata-rata Standar Deviasi Tertinggi 2007,2012, 2013
Kegiatan penelitian dilakukan pada setiap rantai distribusi, dari pedagang besar sampai ke pengecer. Produsen tidak disurvei terkait mayoritas komoditas yang disurvei didatangkan dari luar Bangka Belitung. III. Jadwal Penelitian Dalam pengerjaan penelitian Pemetaan Struktur Pasar dan Pola Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Pangkalpinang, akan dipetakan menurut Grafik 8. Kegiatan pertama yang dilakukan oleh pelaksana pekerjaan adalah membuat focus group discussion (FGD) dengan peserta minimal Bulog, Disperindagkop Kota Pangkalpinang, Disperindag Provinsi, Badan Ketahanan Pangan, Balai Karantina Pertanian, pengelola pasar, Pelindo, dan administrasi pelabuhan.
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
32
Output minimal yang diperoleh adalah pola distribusi (pelaku dan daerah), daftar pedagang besar, data aliran masuk dan keluar barang, perilaku pelaku ekonomi (pasar), mekanisme pembentukan harga, kebijakan dan regulasi pemerintah daerah, perdagangan antar daerah (kerjasama dan hambatan), hambatan dalam distribusi barang, dan informasi lainnya. Tabel 10. Rencana Pekerjaan Lapangan No 1 2 3 4 5 6 7 8
Rencana Kerja Bulan sept Okt Nov √ √ √ √ √ √ √ √
Uraian Pengumpulan data Awal Focus group discussion (FGD) Pengambilan Data Pengolahan data awal Presentasi Hasil awal Laporan Akhir Presentasi Hasil Akhir Laporan Lengkap Akhir
Keterangan
IV. Tingkat inflasi Kota Pangkalpinang
Inflasi kota pangkalpinang secara umum cukup tinggi, terutama pada tahun 2008 mencapai 18,40 persen. Kenaikan harga Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau merupakan komponen yang paling dominan dalam membentuk besaran inflasi pada tahun tersebut. Pada tahun 2009 secara umum inflasi mencapai 2,17 persen, besarnya inflasi pada tahun tersebut untuk masing-masing kelompok adalah: kelompok bahan makanan (0,54 persen), kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (7,25 persen), kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (1,32 persen), kelompok sandang (5,12 persen), kelompok kesehatan (5,80 persen), kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga (2,80 persen), sedangkan kelompok transportasi dan komunikasi mengalami deflasi (2,10 persen). Tabel 11. Perkembangan inflasi Kota Pangkalpinang 2009-2013 Bulan
2009 IHK
2010
Inflasi
IHK
Januari
119,8
0,61
124,23
Pebruari
118,53
-1,06
Maret
118,14
-0,33
April
117,09
Mei
2011 Inflasi
IHK
1,31
136,26
123,42
0,15
123,32
-0,09
-0,89
123,25
117,15
0,05
Juni
117,26
Juli
118,07
Agustus
119,16
2012 Inflasi
IHK
2013 Inflasi
IHK
Inflasi
2,42
143,64
2,83
150,73
1,25
137,79
1,12
142,09
-1,08
152,52
1,19
135,59
-1,60
142,57
0,34
155,12
1,70
-0,06
134,58
-0,74
145,08
1,76
156,14
0,66
122,92
-0,27
134,96
0,28
143,41
-1,15
155,40
-0,47
0,09
123,82
0,73
136,20
0,92
143,65
0,17
157,12
1,11
0,69
126,75
2,37
136,33
0,10
148,20
3,17
162,22
3,25
0,92
128,31
1,23
140,49
3,05
148,89
0,47
162,47
0,15
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
33
September
120,96
1,51
130,24
1,50
141,73
0,88
149,99
0,74
Oktober
121,44
0,4
130,02
-0,17
140,81
-0,65
147,96
-1,35
November
120,52
-0,76
131,33
1,01
139,13
-1,19
147,52
-0,30
Desember
121,65
0,94
133.04
1,30
140
0,40
149
-0,92
Jumlah
121,65
2,17
133,04
9,01
140
5
161,02
2,48
6,57
Sumber: BPS data diolah. Tabel 12: Komoditi Yang Paling Berpengaruh Terhadap Inflasi Kota Pangkalpinang Tahun 2003 – 2011 No (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Andil (2) Kontrak Rumah Kepetek/Petek Kembung/Gembung Kangkung Rokok Kretek Filter Bensin Bahan Bakar Rumahtangga Selar Angkutan Udara Cabe Raw it Cabe Merah Daging Ay am Ras Kerisi Saw i Hijau Beras Ikan Tenggiri Dencis Sew a Rumah Emas Perhiasan Baw ang Merah
2003 (3) 1,14 0,47 0,32 0,31 0,26 0,24 0,22 -0,08 -0,12 -0,18 -0,20 -0,26
2004 (4) -0,01 0,46
2005 (5) 0,51
2007 (7)
-0,40
0,19
0,91
0,75 -0,02 0,57 -0,02 -0,05
-0,11 0,83
-0,23 -0,06 0,46 -0,23 2,12 0,13 0,39 0,16
2008 (8)
2009 (9) 0,31
2010 (10)
0,57
-0,24 0,24
0,65 0,76
-0,55 -0,43
-0,15
0,21
-0,09
-0,37 -0,10 0,25 -0,24
0,36 -0,03 0,33 -0,05 1,18 -0,14
2011*) (11) 0,26
-0,20
-0,61 0,81 3,12 2,56
-0,01 -0,08 0,50 0,60 0,45 0,28
2006 (6) 1,29 0,15
-0,96 -0,40 -0,16
0,24 -0,55 -0,05 0,17
0,79 0,56 -0,07 0,57
-0,10 0,39
-0,08 0,24 1,09
0,27 0,19 -0,40
0,39
0,31
-0,20 0,21 -0,11 -0,30 -0,19 0,28 -0,12 0,26 0,26 -0,24
Sumber: BPS data diolah.
Persoalan Inflasi di Bangka Belitung bukan hanya persoalan infrastruktur semata namun, juga menyangkut budaya dan tradisi yang hidup dalam masyarakat seperti: Perang Ketupat, Buang Jong, Mandi Belimau, Ruwahan, Kongian, Imlek, Sembahyang Rebut, Sembahyang Kubur, Kawin Masal, Nganggung, Maulid Nabi Muhammad, Isra' Mi'raj, Muharoman (tahun baru islam), Selikur, Nyukur, Idul Fitri/Hari Raya Puasa, Idul Adha/Hari Raya Haji, Nujuh Hari, Empat Puluh Hari, Nyeratus Hari. Pada acara-acara tersebut selalu dirayakan dan tentunya mengkonsumsi bahan pangan yang tidak sedikit. V. INFRASTRUKTUR Infrastruktur penunjang kegiatan perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara umum cukup memadai antara lain telah tersedianya pasar dan pusat-pusat erbelanjaan/pertokoan. Pasar terbagi atas atas pasar besar dan pasar kecil (tradisional). Pos dan telekomunikasi memegang peranan penting dalam mendorong percepatan arus informasi. Pelayanan jasa pos dan telekomunikasi di provinsi kepulauan bangka belitung meliputi pengiriman surat, kargo, telepon, dan facsimile. Ada 4 provider seluler di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu telkomsel, excelcomindo, indosat, smartfren.
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
-0,89
34
Sistem kelistrikan di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari dua sistem yaitu sistem yang dimiliki oleh PT. PLN (persero) dan sistem yang dimiliki oleh pihak swasta yaitu PT. Timah, Tbk dan PT. Koba Tin. Sistem kelistrikan PT. PLN (persero) di wilayah usaha Bangka Belitung: sistem Bangka memiliki 6 pusat PLTD milik sendiri dan beberapa pembangkit dengan sistem sewa, dan sistem Belitung memiliki 2 pusat PLTD. Transportasi darat merupakan salah satu faktor penting dalam memperlancar kegiatan perekonomian. Dari 3.193,36 km panjang jalan di Kepulauan Bangka Belitung, 16,62 persen merupakan jalan negara, 16,26 persen jalan provinsi dan 67,12 persen jalan kabupaten. Perhubungan laut merupakan transportasi yang strategis bagi Kepulauan Bangka Belitung sebagai provinsi kepulauan untuk berinteraksi dengan provinsi lain. Di Kepulauan Bangka Belitung terdapat 8 pelabuhan yang terdiri dari 3 pelabuhan khusus barang dan 5 pelabuhan penumpang sekaligus barang.enam dari delapan pelabuhan tersebut berada di Pulau Bangka dan dua lainnya di Pulau Belitung. Transportasi air yang bergerak di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung antara lain perusahaan PELNI dan perusahaan swasta. Jalur pelayaran dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah: tujuan Jakarta, Palembang, Tanjung Pinang, Surabaya, dan Pontianak. Transportasi udara merupakan sarana transportasi merupakan sarana alternatif di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selain transportasi darat dan air. Di Kepulauan Bangka Belitung ada 2 pelabuhan udara yaitu Bandar Udara Depati Amir di Pulau Bangka dan HAS. Hanandjoeddin di Pulau Belitung. Maskapai penerbangan yang beroperasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung antara lain Garuda, Citi Link, Sriwijaya Air, Lion Air, sky air, dan Merpati. Jumlah pelabuhan yang berada di Bangka Belitung berjumlah 9 unit, 6 unit di pulau Bangka dan 3 unit di pulau Belitung. Pelabuhan yang berada di Bangka adalah pelabuhan pangkalbalam (pangkalpinang), pelabuhan jelitik (sungailiat), pelabuhan belinyu (bangka), pelabuhan mentok (bangka barat), pelabuhan sungai selan (bangka Tengah), pelabuhan sadai (toboali). Sedangkan pelabuhan yang berada di Belitung adalah pelabuhan tanjung pandan, pelabuhan manggar, dan pelabuhan tanjung batu.
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
35
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
STRUKTUR PASAR Dari hasil survey, dilakukan identifikasi struktur pasar di tingkat pedagang. Elemen-elemen struktur pasar yang digunakan antara lain jumlah pemain dalam wilayah/kota, kemampuan dalam mengontrol harga, kemampuan dalam mengontrol pasokan, serta sifat produk yang dilihat dari bermerk atau tidak produk tersebut. Dari hasil identifikasi tersebut, terlihat bahwa mayoritas struktur pasar komoditas pertanian merupakan indikasi pasar persaingan oligopoli. Tabel 13. Identifikasi Struktur Pasar Komoditas Penyumbang Inflasi Pedagang Pengecer Pasar
Pelaku Usaha Pedagang Besar dan Distributor
Komoditas Beras, Gula Pasir, Cabe Merah, daging Ayam Ras, Bawang Merah
Struktur Pasar Pasar Oligopoli
Grosir/pengecer
Beras medium, gula pasir, cabe merah, daging ayam ras, bawang merah.
Pasar Persaingan Sempurna
Tabel 14. Identifikasi Struktur Pasar Komoditas Penyumbang Inflasi Pedagang Besar dan Grosir Komoditas
Beras Gula Pasir Cabe Merah Daging Ayam Ras Bawang Merah
Jumlah Pedagang besar/Grosir 12 10 12 12 11
Kontrol terhadap harga Ya/sedang Ya/sedang Ya/sedang Ya/sedang Ya/sedang
Kontrol terhadap pasokan Ya/sedang Ya/sedang Ya/sedang Ya/sedang Ya/sedang
Sifat Produk (merek) Ya Ya Ya Ya Ya
Kesimpulan
Pasar Oligopoli Pasar Oligopoli Pasar Oligopoli Pasar Oligopoli Pasar Oligopoli
Jalur Distribusi Beras Provinsi Babel merupakan wilayah kepulauan yang ketergantungan pasokan beras dari daerah sentra produksi beras di Pulau Jawa dan Sumatera karena hasil pertanian padi di daerah itu masih rendah. Tingkat kerawanan dan kenaikan harga pangan di Babel cukup tinggi apabila pasokan pangan dari daerah sentra produksi tersendat. Dari seratus persen kebutuhan masyarakat Babel atas pangan beras, produk pertanian yang dihasilkan oleh para petani lokal hanya 14 persen, sedangkan produksi beras dari luar mencapai 86 persen Biasanya, seperti
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
36
pasokan beras dari distributor di Jakarta dan Palembang mencapai 2.000 ton per minggu. Beras sebagai konsumsi bahan pokok utama masyarakat Bangka Belitung, dan pasokan sangat tergantung dari daerah lain, sehingga Pola ketergantungan ini menyebabkan rentan terhadap kerawanan pangan apabila pasokan beras dari sentra pulau jawa dan Sumatra terkendala. Pola distribusi beras di Pangkalpinang sebenarya tidak panjang dimana penjualan beras dari petani ke konsumen akhir/rumah tangga dapat melalui 4 (empat) perantara pedagang yaitu pedagang besar, pedagang grosir, pengecer (induk), dan pengecer pasar/pengecer modern. Mayoritas konsumen mendapatkan beras melalui pedagang eceran namun tak menutup kemungkinan konsumen dapat memperoleh beras langsung melalui pedagang besar. Peran pengecer induk dan pengecer pasar dalam perdagangan beras di Kota Pangkalpinang cukup tinggi. Jumlah pemain pengecer induk dan pengecer pasar penjual beras di Kota Pangkalpinang relatif banyak sehingga menjadi pemain utama dalam penyaluran beras kepada pedagang pedagang di bawahnya. Grafik 9. Pola Distribusi Beras
Petani
Pedagang Besar
Konsumen Akhir
Grosir
Pedagang Pengecer
Sumber: hasil survey, diolah
Hasil perhitungan HHI pada pedagang beras besar dan grosir diperoleh angka sebesar 0,2603 artinya pasar beras dalam rentang HHI >0.18, atau konsentrasi tinggi. CR4 menunjukkan bahwa pasar beras di Pangkalpinang berkonsenterasi tinggi yang merupakan indikasi kuat pasar berstruktur oligopoli, CR4 pedagang beras besar di pangkapinang adalah sebesar 85,5% artinya pasar berstruktur oligopoli. Hal tersebut diperkuat dengan perhitungan HHI pasar beras yang juga berkonsenterasi sedang. Sementara MES lebih dari 10% menggambarkan hambatan masuk yang tinggi ke dalam pasar. Tabel 15. Perhitungan CR4, HHI dan MES Beras
CR4 85,5%
HHI 0.2603
MES 34,7%
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
37
Pedagang Pengecer Beras Dari 15 pedagang pengecer yang disurvei, diperoleh data jumlah penjualan Per Bulan (Ton) pedagang pengecer sebanyak 20,4 Ton, dimana untuk pasar pangkalpinang dijual sebanyak 4.036,8 Kg. Tingkat Persaingan pada pedagang pengecer tergolong tinggi dan sangat tinggi, sedangkan sumber pasokan beras berasal dari pedagang besar dan pedagang grosir. Untuk Asal pasokan barang berasal dari Pangkalpinang, dalam satu minggu mereka membeli kurang lebih 5,1 Ton. Pengalaman Para pedagang pengecer 73,33% telah lebih dari 5 tahun, 20 % berdagang dalam rentang 1-3 tahun dan 6,67% pengalaman berdagang 3-5 tahun. Adapun kualitas beras yang mereka jual adalah beras kualitas lokal. Harga jual beras yang dijual pedagang 80% lebih mahal dari dibandingkan harga jual pasaran, dan 20% pedagang menjual leih murah dari harga pasaran. Jarak tempuh barang dagangan dari tempat asal ke tempat usaha rata-rata 1-3 KM, karena berada dalam wilayah pangkalpinang. Adapun moda angkut beras pedagang pengecer menggunakan angkutan darat berupa kendaran bermotor roda dua dan roda empat, dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam. Hambatan atau kendala pengecer beras yang ditemui adalah Ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman, faktor alam berupa hujan, gelombang laut, laut dangkal (pasang surut), kerusakan infrastruktur seperti kualitas jalan, jalan yang sempit, biaya pengangkutan yang tinggi, keterbatasan armada, serta masih adanya pungutan liar. Kualitas transportasi dan infrastruktur secara umum berada dalam kondisi sedang dan rusak, dan sedikit baik. Seperti jalan bergelombang, sempit, tekstrur aspal yang kasar, jalan banyak yang rusak, berlobang dan tergenang air. Para pedagang pengecer ini umumnya tidak memiliki gudang penyimpanan beras, alasan mereka karena beras langsung dijual ke konsumen/pembeli akhir. Persentase biaya yang dikeluarkan dalam satu bulan untuk keperluan pembelian barang dagangan yaitu sebanyak 80,98%, biaya tenaga kerja sebesar 10,51%, sisanya untuk keperluan sewa tempat, biaya energi, biaya transportasi. Pengecer beras dalam menentukan harga sebanyak 73,1% mengikuti harga pasar tertinggi lokal atau internasional, sebanyak 13 % mengikuti harga pesaing/penjual lain, dan sisanya, berdasarkan biaya tambahan ditambah dengan margin. Penetapan harga pada pelanggan sebesar 87% sama untuk semua pembeli, dan sebanyak 13% penetapan harga pada pelanggan tergantung pada jumlah pembelian. Faktor yang memengaruhi harga jual produk pada pedagang pengecer beras sebanyak 53% didasarkan pada harga beli barang dagangan dari pedagang besar. Sebanyak 27% dipengaruhi faktor tenaga kerja, 13% dipengaruhi harga energi,
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
38
dan sisanya tergantung jumlah permintaan. Hal yang dilakukan pedagang pengecer beras saat terjadi kenaikan harga beli dengan melakukan efisiensi biaya umum. Dalam satu tahun terakhir besar margin yang ditentukan selalu tetap yaitu sebesar 93%, dan 7% sisanya mengatakan besar margin bervariasi. Rata-rata margin keuntungan yang ditetapkan oleh pedagang pengecer sebanyak 87% mengatakan memperoleh margin keuntungan kurang dari 10%, dan 13% pengecer lain dapat memperoleh antara 11%-20%. Hal yang paling memengaruhi penentuan margin keuntungan para pengecer didasarkan factor harga pesaing. Adanya operasi pasar beras yang dilakukan oleh pemerintah (bulog) para pengecer berpendapat hal tersebut tidak memengaruhi dalam harga jual beras, mereka beralasan bahwa produk operasi pasar tidak sesuai denga kebutuhan konsumen. Pedagang Besar dan Grosir Beras yang diperdagangkan umunya adalah merek Gareng, Nanas, 111, 116, King, RM, TR dan beras lokal. Jumlah pedagang besar yang disurvei sebanyak 6 pedagang, dari 6 ini terdapat 3 yang merupakan pasar modern yaitu Ramayana, Puncak dan Hypermart, dan 6 Grosir yang mengambil barang dari pedagang besar. Sumber pasokan beras dari pedagang besar dan grosir adalah pedagang besar dari luar daerah Provinsi Bangka Belitung, adapun sumber beras sebanyak 58,3% berasal dari kabupaten/kota yang sama, sebanyak 41,67% berasal dari provinsi atau kab/kota yang berbeda, adapaun kabupaten kota yang dimaksud adalah pangkalpinang dan Jakarta. Jarak tempuh pengangkutan beras yang terjauh adalah Jakarta atau kurang lebih 461 KM, sedangkan dalam kota pangkalpinang hanya berkisar 1-10 KM. Sedangkan waktu pengiriman beras memakan waktu mingguan dan bulanan, khususnya para pengecer modern. Penentu harga beras pada tingkat pedagang besar dan grosir ini adalah penjual, sistem pembelian barang dagangan sebesar 66,67% dengan sistem kontrak, dan sisanya dengan sistem konsinyasi. Sedangkan dalam penentuan harga para pedagang besar dan grosir ini lebih rendah dari harga pasaran. Moda angkutan yang digunakan dalam mendistribusikan beras adalah dengan angkutan kapal laut dan angkutan darat berupa truk. Hambatan yang ditemui dalam pembelian barang dagangan oleh pedagang besar dan grosir ini adalah faktor alam berupa cuaca dan gelombang laut, ketersedaiaan bahan baku yan bersifat musiman, kerusakan infrastruktur, dan pungutan liar dalam distribusi. Penurunan pasokan beras sering terjadi karena kondisi cuaca di perairan memburuk, angin kencang, gelombang laut tinggi yang akan membahayakan keselamatan kapal laut dalam memasok berbagai kebutuhan masyarakat di daerah kepulauan ini. Pihak pelayaran tidak mau mengambil resiko tinggi dan
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
39
membatasi muatan kapal untuk mencegah kecelakaan kapal di laut. Penurunan pasokan beras berdampak terhadap harga beras yang bertahan di harga cukup tinggi yaitu bisa mencapai rentang selisih kenaikan Rp1.000-Rp2.000 per kilogram, atau Rp10.000 per kilogram dari harga normal Rp8.500 per kilogram. Kondisi ini sering bertahan dalam beberapa bulan, pasokan beras akan kembali normal, apabila petani di daerah sentra produksi beras sudah panen raya dan kondisi cuaca di perairan kembali membaik untuk pelayaran kapal laut. Komponen biaya yang dikeluarkan oleh pedagang besar dan grosir dalam menjalankan usaha perdagangan sebesar 90,13% untuk keperluan pembelian barang dagangan, 7.28% digunakan untuk kebutuhan biaya tenaga kerja, 1,19% dikeluarkan untuk biaya energy, 0,77% biaya transportasi, 0,41% biaya pemasaran, dan 0,22% biaya pengepakan. Table 16: Komponen Biaya Menjalankan Usaha Pedagang Besar dan Grosir
KOMPONEN BIAYA Pembelian Barang Dagangan Tenaga Kerja Biaya Pengepakan Biaya Pemasaran Biaya Energi Biaya Transportasi Jumlah Biaya
BESARNYA BIAYA Rp 3,304,000,000.00 Rp 267,000,000.00 Rp 8,000,000.00 Rp 15,000,000.00 Rp 43,500,000.00 Rp 28,400,000.00 Rp 3,665,900,000.00
PERSENTASE 90.13% 7.28% 0.22% 0.41% 1.19% 0.77% 100.00%
Sumber: hasil survey, diolah
Dalam menentukan harga jual beras, para pedagang besar dan grosir sebesar 66,67% didasarkan pada biaya pembelian ditambah dengan margin, 25% dari pedagang dalam menentukan harga mengikuti harga jual pasar tertinggi lokal atau internasional, dan 8,3% sisanya dengan mengikuti harga pesaing/penjual lain. Namun dalam penetapan harga produk kepada pelanggan, para pedagang beras besar dan grosir sebanyak 75% tergantung pada jumlah pembelian konsumen, dan 25% memberlakukan harga sama untuk semua pembeli, pola ini dilakukan oleh pedagang paar modern yaitu Hypermart, Ramayana, dan Puncak mal. Harga jual produk secara prioritas pada pedagang besar dan grosir lebih didasarkan pada harga beli barang dagangan dari petani/pedagang besar, dilanjutkan dengan harga energi, harga jual barang secara umum, biaya transportasi, besarnya upah tenaga kerja, ketersediaan suplly, jumlah permintaan, suku bunga pinjaman dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Jika terjadi kenaikan harga beli produk hal utama yang akan dilakukan para pedagang mengatakan mereka akan menaikkan harga jual sebagai penyesuaian
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
40
harga pasar. Adapun margin dalam satu tahun terakhir yang diperoleh pedagang bervariasi mengikuti kondisi pasar, margin keuntungan rata-rata yang dapat diperoleh pedagang sebanyak 75% hanya sebesar kurang dari 10%, dan 25% pedagang bisa memperoleh keuntungan rata-rata 10%-20% dari harga jual. Faktor yang memengaruhi margin yang diambil para pedagang besar dan grosir adalah Biaya Produksi (HPP). Operasi pasar tidak memengaruhi harga jual produk para pedagang besar dan grosir, hal ini dikarenakan jenis produk dalam operasi pasar tidak sesuai dengan kebutuhan konsumen. GULA PASIR Jalur Distribusi Dalam situasi normal stok gula di Bangka Belitung berkisar antara 500-700 ton per bulan, stok ini tersebar di beberapa pedagang besar atau distributor yang ada di pangkalpinang. Beberapa distributor tersebut adalah CV Bina Purnama Bersama, PT Globus Internusa Belitung, CV Bangka Alam Sejahtera, UD Mawar Jaya, UD Mawar, CV Bangka putra perdada, dan Akon. Kebutuhan gula di Bangka Belitung terus meningkat seiring dengan perkembangan usaha masyarakat, harga gula pasir juga fluktuatif antara Rp10.000-Rp12.000 per kilogram karena harga di daerah sentra produksi juga tinggi seiring tingginya permintaan konsumen. Sebagai daerah kepulauan 100% kebutuhan gula di Bangka Belitung sangat tergantung pada pasokan dari luar yaitu pulau jawa. Grafik 10: Jalur Distribusi Gula di Pangkalpinang Pedagang Besar (Jakarta/Palembang)
Pedagang Besar/Distributor
Pedagang Grosir
Konsumen
Pedagang Pengecer
Sumber: hasil survey, data diolah
Hasil perhitungan CR4 menunjukkan bahwa pasar gula di Pangkalpinang berkonsenterasi tinggi yaitu sebesar 81,5% yang merupakan indikasi kuat pasar berstruktur oligopoli. Hal tersebut diperkuat dengan perhitungan HHI pasar beras yang juga berkonsenterasi tinggi atau berada pada angka 0,2527. Sementara MES lebih dari 10% menggambarkan hambatan masuk yang tinggi ke dalam pasar. Tabel 17. Perhitungan CR4, HHI dan MES Gula
CR4 81,5%
HHI 0.2527
MES 42,9%
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
41
PEDAGANG PENGECER GULA PASIR Pedagang yang disurvey adalah pemilik toko yang beroperasi di wilayah Pangkalpinang, Lamanya menjual barang dagangan para pedagang gula pasir sebesar 31,25% telah menjual barang dagangan selama 1-3 tahun, 56,25% telah menjual barang dagangan selama lebih dari lima tahun, dan 12,5% menjual barang dagangan 3-5 tahun. Dari 16 pedagang pengecer gula pasir yang disurvey, sebesar 81,25% menjual gula pasir kualitas lokal dan 18,75% sisanya menjual gula pasir kualitas lokal dan impor. Pendapatan yang mereka peroleh dalam 3 tahun terakhir berada dalam kisaran kurang dari 250 juta/tahun. Mereka memperoleh gula pasir dari pedagang besar dan pedagang grosir yang ada di wilayah Pangkalpinang. Total Jumlah gula pasir yang dibeli oleh ke 16 pedagang pengecer ini sebesar 2.570 kg/minggu. Atau pembelian rata-rata 160,625 kg/minggu per pedagang. Penentuan harga pembelian di tentukan oleh Penjual atau pedagang besar atau grosir. Sebanyak 50% pedagang melakukan Pembelian secara tunai, 37.5% secara konsinyasi, dan 12,5% dilakukan secara kontrak. Harga pembelian sama dengan harga pasaran, barang dagangan dibeli dari pangkalpinang yang berarti dari kota yang sama. Jarak tempuh para pedagang dari lokasi pembelian, paling jauh 10 KM, dan ratarata berada dalam 3,5 KM. moda angkut yang digunakan adalah moda angkut darat yaitu dengan menggunakan kendaraan roda 4 pick up dan truck. Waktu yang dibutuhkan pengecer guna mengangkut barang sekitar satu jam jam perjalanan, dengan jarak tempuh sekitar satu kilometer. Kendala yang menjadi hambatan yang pernah ditemui oleh pedagang pengecer gula adalah faktor alam berupa cuaca, faktor selanjutnya adalah kerusakan infrastruktur pengangkutan seperti jalan. Faktor prioritas ke tiga adalah biaya pengangkutan, ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman, serta masih adanya pungutan liar. Kualitas infrastruktur yang ada dalam jalur pengangkutan barang dagangan seperti jalan dan pelabuhan umumnya berada dalam kondisi sedang dan rusak, serta pelabuhan yang dangkal. Kualitas jalan berada dalam kondisi sempit dan macet, becek, bergelombang, berlobang, badan jalan digunakan untuk fasilitas parkir. Para pedagang pengecer gula ini tidak memiliki gudang guna menyimpan barang dagangan kecuali toko mereka, hal ini belum mereka perlukan karena barang dagangan yang ada langsung dijual ke konsumen. Adapun barang dagangan langsung dijual ke konsumen di kota pangkalpinang. Penjualan para pengecer gula ini berkisar antara 120 kg-1 ton per bulan, jumlah pedagang yang sama dengan para pengecer ini sekitar 200 orang tersebar di
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
42
Pangkalpinang, dengan perkiraan jumlah volume penjualan berkisar 20kg-200kg per bulan. Tingkat persaingan ditingkat para pedagang pegecer ini dalam kondisi normal, dan jika sebagian para pengecer ini berhenti berjualan, mereka mengatakan hal itu tidak akan mengganggu pasokan hal ini dikarenakan banyaknya toko lain yang menyediakan barang yang sama. Faktor alam dan kualitas infrastruktur menjadi prioritas hambatan teratas yang ditemui pengecer ini dalam mendistribusikan barang dagangan mereka, kondisi alam yang menjadi hambatan adalah kondisi cuaca. Infrastruktur yang dikeluhkan para pengecer adalah kondisi dan kualitas jalan. Prioritas selanjutnya yang menjadi hambatan adalah biaya pengangkutan yang tinggi, pasokan barang dagangan yang bersifat fluktuatif, adanya keterbatasan armada pengangkutan serta adanya pungutan liar. Tabel 18: Komponen Biaya Menjalankan Usaha Pedagang Pengecer Gula
Komponen Biaya Pembelian Barang Dagangan Sewa Tempat Tenaga Kerja Biaya Pengepakan Biaya Energi Total
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Jumlah 110,680,000.00 6,150,000.00 7,500,000.00 1,550,000.00 1,850,000.00 127,730,000.00
Persentase 86.65% 4.81% 5.87% 1.21% 1.45% 100.00%
Sumber: hasil survey, data diolah
Dari garfik di atas komponen biaya yang dikeluarkan para pedagang pengecer gula sebagian besar adalah biaya pembelian barang dagangan yaitu sebesar 86,65%, dilanjutkan dengan biaya tenaga kerja sebesar 5,87%, dan biaya sewa tempat sebesar 4,81%. Dalam menentukan harga jual produk sebesar 75% pengecer gula menentukan dengan cara biaya pembelian ditambah dengan margin, sebanyak 19% dengan mengikuti harga pesaing atau penjual lain, dan sisanya dengan mengikuti harga pasar lokal tertinggi. Dalam penetapan harga pada penjual, sebanyak 44% pengecer gula menentukan tergantung pada jumlah pembelian, dan sebanyak 56% menetapkan harga yang sama untuk semua pembeli. Faktor yang memengaruhi harga jual produk sesuai prioritas adalah harga beli barang dagangan dari pedagang besar, dilanjutkan dengan pertimbangan harga energi, biaya transportasi, ketersediaan supply, upah pegawai, suku bunga pinjaman, dan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar. Jika terjadi kenaikan harga harga produk secara keseluruhan pedagang yang disurvei mengatakan mereka akan menaikkan harga jual barang dagangan.
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
43
Dalam satu tahun terakhir besarnya margin yang ditetapkan untuk harga jual sebanyak 63% para pengcer mengatakan bervariasi dan 37% sisanya mengatakan besarnya margin harga jual tetap. Margin yang diperoleh pengecer sebanyak 31%, memperoleh margin rata-rata sebesar 11%-20%, dan 69% pengecer memperoleh margin rata-rata <10%. Harga pokok penjualan (HPP) adalah faktor yang paling memengaruhi margin yaitu sebesar 63%, dan faktor kenaikan harga memengaruhi margin pengecer sebesar 37%. PEDAGANG BESAR DAN GROSIR GULA PASIR Pedagang besar dan grosir yang disurvei berjumlah 10 pedagang, yang terdiri atas 5 pedagang grosir, 3 pengecer pasar modern, 2 pedagang besar. Dengan pengalaman berdagang sebagian besar lebih dari 5 tahun. Adapun jenis gula yang diperdagangkan adalah kualitas lokal dan impor. Sumber pasokan barang dagangan para pedagang besar dan grosir ini adalah pedagang besar dari luar Bangka Belitung yaitu Jakarta (pulau Jawa), Palembang, dan sebagian dari pedagang besar dari pangkalpinang. Dalam satu minggu pada pedagang ini membeli barang secara keseluruhan sebanyak 47,750 kg atau dengan rata-rata 4.775 kg per pedagang per minggu. Dengan lamanya waktu pengiriman barang dalam mingguan dan bulanan. Sebanyak 70% dari pedagang menggunakan sistem pembelian berdasarkan kontrak, 20% pedagang membeli dengan sistem konsinyasi, dan sisanya pembelian dengan sistem tunai. Dengan harga beli lebih mahal dari harga pasaran. Jarak tempuh pembelian yang paling jauh adalah Jakarta dengan jarak sekitar 461 KM, dan Palembang berjarak 180 KM. Moda pengangkutan pedagang besar dengan menggunakan kapal laut dan grosir yang berada di wilayah pangkalpinang menggunakan moda angkutan darat seperti truck dan pick up. Dalam kondisi normal artinya cuaca dan perairan normal, waktu yang dibutuhkan guna pengangkutan barang dari Jakarta adalah 72 jam, dan perlu waktu kurang lebih 24 jam dari Palembang, dan waktu lebih singkat dibutuhkan grosir yang mengambil barang dari pedagang di pangkalpinang. Adapun prioritas kendala yang ditemui dalam pembelian barang dagangan adalah faktor alam seperti cuaca dan laut dangkal, kendala selanjutnya adalah kerusakan infstruktur jalan dan pelabuhan. Pelabuhan pangkalbalam yang menjadi tempat bongkar muat di pangkalpinang memiliki kendala tidak bisa dilabuhi kapal yang bertonase besar, serta adanya pembangunan jembatan oleh pemerintah Provinsi menyebabkan alur sungai menjadi sempit yang semula bisa mencapai lebar 100 meter lebih sekarang berkurang setengahnya, hal ini diakui pihak pelindo selaku pengelola pelabuhan dapat menyebabkan terhambatnya waktu bongkar muat barang. Padahal sebesar 93% barang-barang yang masuk ke Bangka Belitung di daratkan melalui pelabuhan pangkal balam. Prioritas selanjutnya yang menjadi kendala adalah tingginya biaya pengangkutan,
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
44
keterbatasan jumlah armada pengangkutan, pungutan liar, dan ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman. Kondisi infrastruktur jalan sebagian besar dalam keadaan sedang dan sedikit rusak, sedangkan pelabuhan kondisi rusak atau sedang sehingga kurang memadai guna bongkar muat barang. Hambatan infrastruktur jalan adalah dalam keadaan sempit, rusak, bergelombang, berlobang. Para pedagang ini memiliki gudang dengan status kepemilikan sendiri, dengan kapasitas penyimpanan bisa mencapai antara 5 ton-2.000 Ton barang dengan durasi penyimpanan selama satu bulan. Sebagian besar pedagang mengatakan stok tertinggi ada pada bulan puasa dan pada waktu tersebut mereka akan menambah stok barang dagangan, hal ini guna mengantisipasi lebaran idul fitri, karena kebutuhan pada waktu hari raya keagamaan tersebut cukup tinggi. Para pedagang ini menjual langsung barang dagangannya pada pedagang grosir, pedagang pengecer dan sebagian pada konsumen secara langsung. Barang dagangan dijual pada kabupaten kota di Bangka dan Pangkalpinang. Penjualan per bulan bisa dari 10 pedagang yang disurvei mencapai 93,2 Ton. Jumlah pedagang gula berkategori besar yang ada di pangkalpinang ada 2, yang lainnya adalah ketegori grosir dan pengecer, total penjualan dari pedagang ini selama satu bulan bisa mencapai 253,4 ton per bulan, dengan tingkat persaingan berada dalam posisi normal dan sangat tinggi. Apabila para pedagang besar dan grosir ini tidak memasok gula di pasaran menyebabkan terganggunya pasokan gula dipasaran pangkalpinang. Hal ini karena kekurangan supply, para pedagang ini memiliki pelanggan tetap, tidak banyaknya pedagang grosir. Jika pedagang besar seperti Akon tidak memasok gula dipasaran pangkalpinang maka akan terjadi kekurangan pasokan. Hambatan yang menjadi kendala dalam mendistribusikan barang dagangan adalah faktor alam sepetti cuaca, dan kerusakan infrastruktur jalan dan jembatan, biaya angkut yang tinggi, keterbatasan armada, masih adanya pungutan liar, serta pasokan barang dagangan yang fluktuatif. Tabel 19: Komponen Biaya Menjalankan Usaha Pedagang Besar dan Grosir Gula
Komponen Biaya Pembelian Barang Dagangan Tenaga Kerja Biaya Pengepakan Biaya Pemasaran Biaya energi Biaya Transportasi Total
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Jumlah 1,152,500,000.00 231,000,000.00 7,100,000.00 15,000,000.00 38,200,000.00 24,300,000.00 1,468,100,000.00
Persentase 78.50% 15.73% 0.48% 1.02% 2.60% 1.66% 100.00%
Sumber: hasil survey, data diolah
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
45
Dari komponen biaya yang ditanggung pedagang besar dan grosir di atas sebagain besar adalah biaya pembelian barang dagangan yaitu sebesar 78,50%, dilanjutkan dengan biaya tenaga kerja sebesar 15,73%, biaya energy sebesar 2,60%, biaya transportasi sebesar 1,66% serta biaya pemasaran dan biaya pengepakan masing-masing sebesar 1,20% dan 0,48%. Sebagian besar atau 60% pedagang dalam menentukan harga jual dengan cara biaya pembelian ditambah dengan margin, 30% pedagang dengan mengikuti harga pasar tertinggi lokal dna internasional, 10% sisanya dengan mengikuti harga pesaing. Perlakuan penetapan harga jual produk kepada pelanggan sebanyak 70% pedagang menatakan tergantung pada jumlah pembelian, dan 30% menetapkan harga sama untuk semua pembeli. Adapun faktor yang memengaruhi dalam penetapan harga jual adalah harga beli barang dagangan dari pedagang besar, tergantung pada harga energi, biaya transportasi, jumlah permintaan, harga barang secara umum, upah tenaga kerja, ketersediaan supply, suku bunga pinjaman dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Para pedagang akan menaikkan harga jual ketika terjadi kenaikan harga beli produk, margin yang mereka peroleh dalam satu tahun terakhir sebagian besar pedagang adalah bervariasi, dengan besarnya margin keuntungan <10%. Adapun faktor biaya produksi (HPP) paling memengaruhi margin keuntungan para pedagang besar dan grosir ini. CABE MERAH Dari hasil survey diperoleh data bahwa jalur distribusi cabe merah di pangkalpinang dimulai dari pedagang besar, kemudian dilanjutkan kepada pedagang grosir, pedagang grosir menjual kepada pedagang pengecer pasar dan bisa langsung kepada konsumen akhir, selanjutnya cabe merah dari pedagang pengecer akan didistribusikan kepada konsumen atau dijual langsung ke pasar. Grafik 11: Jalur Distribusi Cabe Merah
Pedagang Besar
Pedagang Grosir
Pedagang Eceran
Konsumen Akhir
Sumber: hasil survey, data diolah
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
46
Hasil perhitungan CR4 menunjukkan bahwa pasar cabe merah di Pangkalpinang berkonsenterasi tinggi atau angka sebesar 87,64% yang merupakan indikasi kuat pasar berstruktur oligopoli. Hal tersebut diperkuat dengan perhitungan HHI pasar beras yang juga berkonsenterasi tinggi dengan angka 0,4945. Sementara MES lebih dari 10% atau pada angka 69,19% menggambarkan hambatan masuk yang tinggi ke dalam pasar. Tabel 20. Perhitungan CR4, HHI Dan MES Cabe Merah
CR4 87,64%
HHI 0.494534
MES 69,19%
PEDAGANG PENGECER CABE MERAH Dalam kondisi tidak normal, pasokan cabai yang diterima pedagang pengecer dalam kisaran volume 100 hingga 200 kilogram per hari, dibandingkan pasokan dalam kondisi normal yang bisa mencapai 400 hingga 500 kilogram. Pasokan cabai merah di pangkalpinang dipasok dari jawa dan Sumatra, fluktuasi harga terjadi pada komoditas ini, hal ini dikarenakan faktor musim penghujan di sentra pasokan, faktor musiman seperti hari raya keagamaan. Selain itu kenaikan harga diperkirakan akan terus bertahan tinggi dan cenderung naik karena keterlambatan pasokan akibat gelombang tinggi dan cuaca buruk. Kebutuhan masyarakat pangkalpinang, seperti sembako, sandang dan kebutuhan lainnya masih bergantung dari luar jadi di saat pasokan berkurang maka akan terjadi lonjakan harga. Kota Pangkalpinang hampir semua kebutuhan pokok dipasok dari luar karena hasil pertanian dan perkebunan masyarakat belum bisa mencukupi kebutuhan daerah. Dari 14 pedagang pengecer dan grosir yang disurvei sebanyak 46,67% cabe para pedagang pengecer dipasok dari pedagang grosir, 46,67% dari pedagang besar dan sisanya 6,67% diperoleh dari pedagang pengepul. Pasokan barang sebagian besar berasal dari pangkalpinang. Waktu yang diperlukan untuk pengiriman cabe dari pangkalpinang hanya satu hari. Pedagang pengecer dalam pembelian barang dagangan, harga jual ditentukan sepenuhnya oleh penjual. Pembelian barang dagangan sebesar 85,71% ditetapkan dengan sistem tunai, masing-masing sebesar 7,14% ditentukan dengan cara kontrak dan lainnya. Adapun harga yang diperoleh pembeli sebagian besar lebih murah jika dibandingkan dengan harga pasaran, dan sebagian pedagang memeroleh harga yang sama dengan harga beli dipasaran. Sebesar 92,86% barang dagangan berasal dari kota pangkalpinang, dan sisanya dipasok dari kabupaten Bangka. Dengan jarak pembelian barang dagangan paling jauh 20 KM dan rata–rata
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
47
sekitar 3-4 KM. Moda transportasi yang digunakan para pedagang dalam membeli barang dagangan adalah dengan trapsortasi darat berupa kendaraan roda dua dan roda empat. Adapun waktu tempuh yang diperlukan para pedagang paling lama satu jam. Prioritas Hambatan yang ditemui para pedagang dalam pembelian barang dagangan adalah faktor alam seperti cuaca buruk, kapal terlambat. Hambatan kedua yang dihadapi keterediaan barang dagangan yang bersifat musiman, faktor selanjutnya adalah kerusakan infrastruktur seperti jalan yang rusak. Faktor selanjutnya adalah biaya pengangkutan yang tinggi, pungutan liar, dan keterbatasan jumlah angkutan atau armada. Kondisi jalan oleh para pedagang cabe dianggap dalam kondisi baik, demikian juga dengan kondisi pelabuhan dan bandara. Namun untuk jalan diperlukan pelebaran karena jalan yang ada kondisinya sangat sempit. Para pedagang cabe yang disurvei tidak memiliki gudang penyimpanan, hal ini dikarenakan mereka langsung menjual barang dagangan yang dibeli dari pemasok. Barang dagangan yang dibeli seluruhnya dijual langsung kepada pasar atau konsumen dilokasi kota yang sama yaitu pangkalpinang. Jumlah cabe yang mereka jual dari 14 pedagang ini adalah 177 kilogram per hari dengan kisaran masing-masing pedagang 5 kilogram—100 kilogram per hari. Tabel 21: Komponen Biaya Pada Pedagang Pengecer
Komponen Biaya Pembelian Barang Dagangan Biaya Sewa tempat Biaya Transportasi Total
Jumlah Rp 151,710,000.00 Rp 6,095,000.00 Rp 1,470,000.00 Rp 159,255,000.00
Persentase 95.26% 3.81% 0.92% 100.00%
Sumber: hasil survey, data diolah
Komponen biaya yang dikeluarkan para pedagang pengecer cabe merah sebagian besar adalah Pembelian Barang Dagangan yaitu sebesar 95,26%. Komponen kedua adalah Biaya Sewa tempat yaitu sebesar 3,81%, selanjutnya biaya transportasi sebesar 0,92%. Sebanyak 57,14% para pedagang pengecer menentukan harga jual dengan cara biaya pembelian ditambah dengan margin keuntungan, 35,71% pedagang menentukan harga jual dengan mengikuti harga pasar tertinggi lokal, dan 7,14% sisanya dengan mengikuti harga pesaing. Dalam penetapan harga jual kepada pelanggan sebanyak 57,14 pedagang menetapkan harga tergantung pada jumlah pembelian, 35,71% sama untuk semua pembeli, dan 7,14 sisanya tergantung kemitraan dengan pembeli.
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
48
Faktor secara prioritas yang memengaruhi harga jual poduk adalah harga beli barang dagangan, biaya transportasi, harga barang dagangan secara umum, jumlah permintaan, harga energi, upah tenaga kerja, suku bunga pinjaman dan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Hal yang akan dilakukan pedagang pengecer jika terjadi kenaikan harga beli produk adalah menaikan harga jual, adapun margin keuntungan yang ditentukan para pedagang adalah bervariasi dalam satu tahun terakhir. Sebanyak 57,14% memeroleh margin keuntungan sebesar <10%, dan sisanya bisa memperoleh margin keuntungan 11-20%. Hal yang paling memengaruhi margin keuntungan pedagang sebesar masing-masing 42,85% adalah kenaikan harga dan faktor biaya produksi, dan sisanya adalah harga pesaing atau penjual lain. PEDAGANG BESAR DAN GROSIR CABE MERAH Dari 12 pedagang besar dan grosir yang disurvei terdiri dari 5 pedagang grosir, 3 pengecer modern, 2 pengecer induk, dan 1 pedagang besar. Asal pasokan barang dagangan para pedagang ini adalah 25% dari petani, 8,33% berasal dari pedagang grosir, dan 66,67% barang dagangan berasal dari pedagang besar. Asal barang dagangan dari daerah Bangka, Pangkalpinang, Brebes, Mataram, Cibitung, Jakarta, dan Lampung. Total barang dagangan yang dibeli para pedagang besar dan grosir ini berjumlah 4.650 Kilogram. Dengan waktu pengiriman paling lama dalam satu minggu. Penentu harga pembelian para pedagang ini adalah pihak penjual. Sistem pembelian barang dagangan sebesar 33,33% dengan sistem kontrak, sebanyak 16,67% pembelian dengan sistem konsinyasi, dan sebanyak dan 50% dengan sistem pembelian tunai. Harga pembelian barang dagangan mereka dari penjual lebih murah. Moda angkut yang digunakan pedagang dalam membeli barang dagangan adalah moda angkutan darat yaitu roda empat sebanyak 58,33%, pedagangn yang menggunakan moda angkutan laut yaitu kapal laut sebanyak 33,33%, dan sisanya dengan angkutan darat lainnya. Waktu tempuh paling lama adalah 72 jam khususnya yang berasal dari luar kota pangkalpinang dan pulau Bangka. Dan waktu paling cepat yang dibutuhkan adalah 20 menit perjalanan. Hambatan yang ditemui pedagang besar dan grosir dalam pembelian barang dagangan secara prioritas adalah faktor alam berupa gangguan cuaca, kerusakan infrastruktur seperti jalan rusak dan kurang lebar, ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman, keterbatasan jumlah armada angkutan, biaya pengangkutan yang tinggi, serta adanya pungutan liar. Menurut pedagang besar dan grosir kondisi jalan dalam keadaan sedang dan baik, namun pelabuhan dalam kondisi rusak, dan bandara dalam kondisi baik.
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
49
Kondisi infrastruktur jalan yang perlu ditingkatkan adalah jalan perlu diperlebar, banyaknya jalan yang berlobang dan bergelombang. Kondisip pelabuhan yang perlu ditingkatkan adalah berantakan/kurang rapi, pelabuhan laut yang dangkal, serta penataan suasana pelabuhan agar lebih baik. Sebagian besar pedagang memiliki gudang penyimpanan cabe, dengan status kepemilikan sendiri dan sebagian dengan sewa kepemilikan. Kapasitas penyimpanan gudang masing-masing pedagang berkisar antara 2 ton—200 ton barang dagangan, stok rata-rata para pedagang besar dan grosir ini 22,27% dalam satu tahun terakhir dengan stok tertinggi mereka berada pada bulan Juli— September, dan stok terendah pada bulan maret—mei, durasi penyimpanan dalam gudang paling lama 5 hari—7 hari. Selama 3 tahun terakhir para pedagang belum pernah menambah kapasitas gudang, namun mereka memiliki rencana penambahan kapasitas gudang antara 5%-40%. Para pedagang akan menambah stok barang dagangan pada hari raya/lebaran sebanyak 40%-100%, atau hari raya keagamaan lainnya seperti cheng beng dan imlek sebanyak 10%. Sebanyak 50% barang dagangan akan dijual langsung kepada pasar atau konsumen, sebesar 41,67% dijual kepada pedagangn eceran, dan sisanya dijual kepada pedagang grosir. Umumnya barang dagangan dijual diwilayah pangkalpinang, dan sebagian pedagang melepas barang daganganya diluar kota pangkalpinang. Total jumlah barang dagangan yang dijual para pedagang besar dan grosir ini sebanyak 4.210 kilogram per hari. Dan total penjulan dalam sebulan para pedagang besar dan grosir ini adalah 43,36 ton. Adapun tingkat persaingan berada dalam kondisi normal dan sangat tinggi, dan ketika mereka tidak memasok cabe sebanyak 25% beranggapan akan sangat mengganggu pasar, 41,67% mengatakan tidak mengganggu, dan sisanya mengatakan pasar sedikit terganggu. Hal ini dikarenakan hanya ada satu pedagang besar cabe, pasar akan kekurangan supply, pedagangn lain beranggapan pasar akan terganggu karena mereka banyak pelanggan. Faktor yang menjadi penghambat dalam pendistribusian barang dagangan adalah faktor keadaan alam berupa kondisi cuaca, hambatan kerusakan infrastruktur seperti jalan rusak, pasokan barang yang fluktuatif, keterbatasan jumlah armada, biaya angkut yang tinggi dan hambatan pungutan liar dalam distribusi. Tabel 22: Komponen Biaya pada Pedagang Besar dan Grosir
Komponen Biaya Pembelian Barang Dagangan Biaya Tenaga Kerja Transportasi Biaya Energi Biaya Pemasaran
Rp Rp Rp Rp Rp
Jumlah 2,332,280,000.00 140,000,000.00 107,720,000.00 25,625,000.00 15,000,000.00
Persentase 88.21% 5.29% 4.07% 0.97% 0.57%
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
50
Biaya Sewa tempat Biaya Pengepakan Biaya Gudang Total
Rp 12,353,334.00 Rp 7,000,000.00 Rp 4,100,000.00 Rp 2,644,078,334.00
0.47% 0.26% 0.16% 100.00%
Sumber: hasil survey, data diolah
Komponen biaya yang dikeluarkan para pedagang besar dan grosir adalah pembelian barang dagangan yaitu sebesar 88,21%, selanjutnya adalah biaya tenaga kerja sebesar 5,29%, biaya transportasi sebesar 4,07%, biaya energi sebesar 0,97%, biaya pemasaran sebesar 0,57%, biaya sewa tempat, biaya pengepakan dan biaya gudang. Sebanyak 75% pedagang dalam menentukan harga jual mengikuti harga jual tertinggi lokal, 16,67% dengan sistem biaya pembelian ditambah dengan margin keuntungan dan sisanya mengikuti harga pesaing atau penjual lain. Sebesar 83,33% para pedagang menetapkan harga sama untuk semua pembeli, masingmasing 8,33% dengan tergantung pada jumlah pembelian dan bervariasi. Faktor yang paling memengaruhi harga jual secara prioritas adalah harga beli barang dagangan, upah tenaga kerja, ketersediaan supply, biaya transportasi, jumlah permintaan, harga energi, suku bunga pinjaman dan nilai tukar rupiah terhadap dollar. Para pedagang ini akan menaikkan harga jual jika terjadi kenaikan harga, sebesar 75% pedagang dalam menetapkan margin selalu bervariasi dalam satu tahun terakhir, dan 25% sisanya dalam keadaan tetap. Tingkat margin keuntungan yang diperoleh pedagang cabe ini <10%, faktor harga pokok penjualan (HPP) sebesar 91,67% berpengaruh besar dalam margin keuntungan pedagang besar dan grosir ini, dan 8,3% margin dipengaruhi oleh harga pesaing atau penjual lain. DAGING AYAM RAS Tidak seperti komoditas pertanian, pola distribusi komoditas peternakan cukup pendek yaitu dengan tidak melalui pedagang pengepul. Jalur distribusi diawali dari peternak (bisa berupa peternak inti dan plasma), kemudian didistribusikan ke pedagang besar, selanjutnya dijual ke pengecer lalu dijual ke konsumen akhir. Hal ini disebabkan oleh mayoritas peternak di Pangkalpinang tergabung dalam suatu kelompok tertentu. Selain itu, lokasi peternak yang relatif dekat dari kota Pangkalpinang menyebabkan tidak diperlukannya pedagang pengepul dalam usaha ini.
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
51
Grafik 12: Jalur Distribusi Daging Ayam Ras Peternak Ayam Ras
Pedagang Besar
Pedagang Eceran
Konsumen Akhir Sumber: hasil survey, data diolah
Hasil perhitungan CR4 menunjukkan bahwa pasar daging Ayam Ras di Pangkalpinang berkonsenterasi tinggi dengan angka 92,69% yang merupakan indikasi kuat pasar berstruktur oligopoli. Hal tersebut diperkuat dengan perhitungan HHI pasar beras yang juga berkonsenterasi tinggi atau berada pada angka 0,2932. Sementara MES lebih dari 10% menggambarkan hambatan masuk yang tinggi ke dalam pasar, nilai MES sebesar 42,13%. Tabel 23. Perhitungan CR4, HHI dan MES Daging Ayam Ras
CR4
HHI
MES
92,69%
0.2932
42,13%
PEDAGANG PENGECER DAGING AYAM RAS Dari 15 pedagang pengecer daging ayam ras yang disurvei, 75% telah menjalankan usaha lebih dari 5 tahun. 20% telah menjalankan usaha dalam 1—3 tahun terakhir, dan sisanya telah menjalankan usaha antara 3—5 tahun. Sebanyak 40% dari pedagang ini menjual daging ayam ras utuh, 40% lainnya menjual daging ayam ras potong dan sisanya menjual ke dua-duanya. Pasokan daging ayam ras para pedagang ini sebanyak 53,33% diperoleh langsung dari petani, 20% diperoleh dari pedagang besar, 20% pasokan daging ayam ras diperoleh dari grosir, dan sisanya dari pasokan pedagang pengepul. Barang dagangan diperoleh atau dibeli sebagian dari kota pangkalpinang, ada juga yang berasal dari luar kota pangkalpinang seperti kabupaten Bangka, Bangka Tengah dan Bangka Selatan. Total pembelian daging ayam ras ke 15 pedagang ini adalah 1.460 kilogram per hari, dengan rata-rata waktu pengiriman dalam satu hari. Jarak paling jauh adalah Bangka Selatan dengan yaitu sekitar 100 kilometer dari kota Pangkalpinang, moda transportasi yang digunakan pedagang dalam memeli barang dagangannya dengan moda tranpsortasi darat berupa motor dan mobil pick up. Penjual menentukan sepenuhnya harga pembelian daging ayam ras ini, sebanyak 53,33% dari pedagang membeli dengan sistem tunai daging ayam ras, dan sisanya membeli dengan sistem konsinyasi. Sebesar 80% harga daging ayam ras
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
52
ini diperoleh dengan harga lebih murah dari harga pasaran, dan 20% sisanya sama dengan harga pasaran. Hambatan yang ditemui para pedagang ini dalam membeli barang dagangannya adalah faktor alam seperti cuaca, ketersediaan barang yang bersifat musiman, faktor kerusakan infrastruktur seperti kerusakan dan sempitnya jalan, biaya pengangkutan yang tinggi, keterbatasan armada angkut pembelian, serta pungutan liar. Kualitas infrastruktur jalan dirasakan para pedagang dalam kondisi sedang dan baik, namun sempit, berlobang dan bergelombang. Para pedagang ini tidak memiliki gudang dalam penyimpanan, hal ini dikarenakan barang dagangan yang mereka beli langsung dijual ke pasar Pangkalpinang. Dengan total penjualan mereka 1380 kilogram per hari. Para pedagang ini melepas keseluruhan barang dagangan ini karena sebanyak 66,67% pedagang berpendapat bahwa permintaan pasar yang besar, dan 33,33% pedagang mengatakan karena pembayaran dilakukan secara tunai.
Dalam sebulan para pedagang ini secara total dapat menjual daging ayam ras sebanyak 41.4 ton, dan penjualan dari pedagang lain seperti mereka dalam satu bulan untuk pasar pangkalpinang sebesar 2.965 kilogram. Tingkat persaingan penjualan daging ayam ras ini tergolong normal dan tinggi, namun sebagian pedagang mengatakan persaingan sangat tinggi. Pedagang berpendapat, pasar tidak akan terganggu ketika 40% dari pedagang yang disurvey tidak memasok barang, hal ini dikarenakan banyaknya penjual atau pedagang lain yang menjual daging ayam ras. Namun 40% lainnya mengatakan keadaan pasar sedikit terganggu hal ini dikarenakan mereka telah memiliki langganan tetap dan pasokan berkurang, dan 20% sisanya mengatakan pasar sangat terganggu karena adanya pelanggan yang bergantung pada mereka. Hambatan yang ditemui dalam pemasaran barang dagangan mereka adaah faktor alam seperti cuaca dan musim, hambatan ketersediaan barang yang fluktuatif, kerusakan infrastruktur jalan, biaya angkut yang tinggi, adanya keterbatasan jumlah armada, dan adanya pungutan liar. Tabel 24: Komponen Biaya Pedagang Daging Ayam Ras
Komponen Biaya Pembelian barang dagangan Biaya tenaga Kerja Biaya Sewa Tempat Biaya Pengepakan biaya energi Biaya Transportasi
Jumlah Rp 1,089,900,000.00 Rp 3,750,000.00 Rp 1,770,000.00 Rp 650,000.00 Rp 5,727,500.00 Rp 2,730,000.00
Persentase 98.68% 0.34% 0.16% 0.06% 0.52% 0.25%
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
53
Total
Rp 1,104,527,500.00
100.00%
Sumber: hasil survey, data diolah
Pembelian barang dagangan adalah penyumbang biaya terbesar pedagang yaitu sebesar 98,65%, diikuti biaya energy sebesar 0,52%, biaya tenaga kerja sebesar 0,34%, biaya transportasi sebesar 0,25%, Biaya Sewa Tempat dan biaya pengepakan. Sebanyak 50% pedagang dalam menentukan harga jual mengikuti harga jual pasaran tertinggi, 37,5% pedagang menetapkan harga dari biaya pembelian ditambah dengan margin keuntungan, dan sisanya mengikuti harga pesaing atau penjual lain. Penetapan harga pejualan kepada pelanggan ditetapkan dengan 50% tergantung pada jumlah pembelian, 25% ditetapkan sama untuk semua pembeli, dan sisanya tergantung pada kemitraan atau hubungan dengan pembeli. Harga beli barang dagangan adalah urutan yang paling besar dalam memengaruhi harga jual barang dagangan para pedaging ayam ras ini, diikuti dengan jumlah permintaan, ketersediaan supply, biaya transportasi, harga barang secara umum, upah tenaga kerja, harga energi, suku bunga pinjaman, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Pedagang akan menaikkan harga jika terjadi kenaikan harga beli barang dagangan. Adapun margin keuntungan yang ditetapkan pedagang dalam satu tahun terakhir ini bervariasi, dan sebagian pedagang menetapkan margin keuntungan yang tetap. Margin keuntungan yang diperoleh pedagang sebanyak 56,25% pedagang mengatakan antara 11%-20%, dan sisanya memperoleh margin kurang dari 10%. Sebanyak 43,75% pedagang mengatakan hal yang paling memengaruhi margin keuntungan adalah kenaikan harga, diikuti dengan faktor biaya produksi dan harga pesaing atau penjual lain. PEDAGANG BESAR DAN GROSIR DAGING AYAM RAS Dari 12 pedagang pengecer daging ayam ras yang disurvei, 4 orang merupakan pedagang besar, 4 pedagang merupakan pengecer induk, 1 pengecer modern, dan 3 pedagang grosir. 75% telah menjalankan usaha lebih dari 5 tahun. 25% sisanya telah menjalankan usaha antara 3—5 tahun. Sebanyak 8,33% dari pedagang ini menjual daging ayam ras utuh, 75% lainnya menjual daging ayam ras potong dan sisanya menjual ke dua-duanya. Sumber pasokan daging ayam ras pedagang besar dan grosir ini adalah langsung dari peternak dan pedagang besar. Sebagian besar pasokan berasal dari pangkalpinang dan kabupaten Bangka yaitu daerah pagawaran dan petaling, sebagian lagi dari ayam ras ini dipasok dari Palembang. Total barang dagangan yang dibeli para pedagang ini sebanyak 46.770 kilogram, dengan waktu pengiriman dalam hari dan mingguan.
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
54
Dalam pembelian barang dagangan, penjual menentukan sepenuhnya harga beli para pedagang ini. Pembelian barang dagangan yang dilakukan oleh pedagang, sebanyak 41,67% sistem pembelian dilakukan secara kontrak, dan sisanya 58,33% pembelian dilakukan dengan sistem tunai, dengan harga pembelian lebih murah dari harga pasaran. Faktor yang menjadi penghambat dalam pembelian barang dagangan adalah ketersediaan barang dagangan, faktor alam seperti hujan, kerusakan infrastruktur, besarnya biaya pengangkutan, keterbatasan armada, dan adanya pungutan liar. Kondisi infrastruktur jalan yang dirasakan para pedagang besar dan grosir ini adalah baik dan sedang, namun perlu adanya peningkatan karena masih adanya jalan rusak, jalan yang kurang lebar, jalan berlobang dan jalan bergelombang. Para pedagang besar yaitu sebanyak 41,67% memiliki gudang dan sisanya tidak memiliki gudang penyimpanan mereka berpendapat bahwa barang dagangan langsung dijual, sehingga mereka tidak memerlukan gudang. Stok ayam digudang akan tinggi pada saat hari raya, pada bulan agustus, dan april. Barang dagangan para pedagang besar langsung dijual ke grosir dan grosir langsung menjual barang dagangan ke konsumen di wilayah pangkalpinang. Dalam sehari total para pedagang ini dapat menjual sebanyak 7.370 kilogram daging ayam.
Pedagang menjual ke pembeli dengan persentase terbesar karena 58,33% pedagang mengatakan permintaan pasar besar, sisanya pedagang mengatakan karena pembayaran dilakukan secara tunai. Dalam satu bulan para pedagang ini secara total dapat menjual 198 ton daging ayam ras, disamping mereka masih banyak pedagang lain dengan total volume penjualan 3.300 kilogram. Pedagang merasakan tingkat persaingan dalam industri ini tinggi dan pada tingkatan pedagang besar sangat tinggi.
Jika pedagang ini tidak memasok daging ayam ras ke pasar, sebesar 58,33% dari mereka mengatakan pasar tidak akan terganggu, khususnya hal ini dirasakan para pedagang grosir, karena banyaknya pedagang atau pesaing yang ada. Sebanyak 25% pedagang mengatakan pasar akan sedikit terganggu dan sisanya mengatakan pasar akan terganggu terutama pedagang besar, hal ini dikarenakan karena adanya pelanggan tetap yang bergantung pada pasokan daging ayam ras dari mereka. Hambatan yang dihadapi para pedagang dalam mendistribusikan barang dagangannya adalah hambatan pasokan yang fluktuatif, kemuda terkendala
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
55
faktor alam seperti cuaca dan hujan, hambatan kerusakan infrastruktur, besarnya biaya angkut, adanya keterbatasan jumlah armada, dan hambatan adanya pungutan liar. Tabel 25: Komponen Biaya Pedagang Besar dan Grosir Daging Ayam Ras
Komponen Biaya Pembelian Barang Dagangan Biaya Tenaga Kerja Biaya Pengepakan Biay sewa Tempat Biaya Pemasaran Biaya Energi Biay Transportasi Total
Jumlah Persentase Rp 4,520,250,000.00 82.73% Rp 174,000,000.00 3.18% Rp 5,000,000.00 0.09% Rp 3,180,000.00 0.06% Rp 10,000,000.00 0.18% Rp 742,700,000.00 13.59% Rp 8,450,000.00 0.15% Rp 5,463,580,000.00 100.00%
Sumber: hasil survey, data diolah
Komponen biaya terbesar yaitu 82,73% disumbang dari Pembelian Barang Dagangan, komponen biaya energy menyumbang 13,59% dan biaya tenaga kerja menyumbang 3,18%, sisanya disumbang komponen biaya lainnya seperti biaya pemasaran, biaya sewa tempat, biaya transportasi dan biaya pengepakan.
Harga jual ditetapkan dengan harga jual tertinggi dipasaran, penetapan harga pelanggan sebesar 58,33% dengan tergantung pada jumlah pembelian dan sisanya sama untuk semua pembeli. Faktor yang memengaruhi dalam harga jual adalah harga beli barang dagangan, ketersediaan supply, jumlah permintaan, harga barang secara umum, upah tenaga kerja, harga energi, biaya transportasi, suku bunga pinjaman dan harga tukar rupiah terhadap dolar. Pedagang besar dan grosir ini akan menaikkan harga jual saat terjadi kenaiikan harga beli, dan dalam satu tahun terakhir ini margin keuntungan yang mereka peroleh bervariasi, dengan persentase margin keuntungan kurang dari 10%. HPP atau harga pokok penjualan adalah faktor yang paling memengaruhi margin keuntungan pedagang, diikuti faktor harga pesaing dan kenaikan harga barang di pasar. BAWANG MERAH Grafik 13: Jalur Distribusi Bawang Merah Petani
Pedagang Besar
Grosir
Konsumen Akhir Sumber: hasil survey, data diolah
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
56
Hasil perhitungan CR4 menunjukkan bahwa pasar Bawang Merah di Pangkalpinang berkonsenterasi tinggi dengan angka CR4 sebesar 92,94% yang merupakan indikasi kuat pasar berstruktur oligopoli. Hal tersebut diperkuat dengan perhitungan HHI pasar beras yang juga berkonsenterasi tinggi dengan angka HHI sebesar 0,6266. Sementara MES lebih dari 10% menggambarkan hambatan masuk yang tinggi ke dalam pasar, dengan angka MES sebesar 78,43%. Tabel 26. Perhitungan CR4, HHI dan MES Bawang Merah
CR4 92,94%
HHI 0.6266
MES 78,43%
PEDAGANG PENGECER BAWANG MERAH Dari 15 pedagang pengecer bawang merah yang disurvey, sebanyak 46,67% dari mereka telah berjualan lebih dari 5 tahun, 20% telah berjualan anara 1tahun—3 tahun, dan sisanya telah berjualan antara 3 tahun—5 tahun. Para pedagang ini menjual bawang merah kualitas lokal dan impor. Sebanyak 86,67% bawang dipasok dari pedagang grosir, dan sisanya dipasok dari pedagang besar yang ada di Pangkalpinang. Dari total jumlah 2.240 kilogram bawang yang mereka beli dalam satu hari, Sebagian besar pasokan barang para pedagang bawang ini dari Pangkalpinang, namun ada juga yang dipasok dari wilayah Palembang dan Brebes. Dengan harga beli sepenuhnya ditentukan oleh pihak penjual. Adapun sistem pembelian yang mereka lakukan dengan pembelian tunai, harga beli yang mereka peroleh dari penjual lebih murah dari harga pasaran. Faktor alam berupa cuaca dan hujan menjadi penghambat dalam pembelian, selanjutnya faktor ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman juga menjadi penghambat, penghambat selanjutnya adalah kerusakan infrastruktur jalan dan pelabuhan, biaya pengangkutan yang tinggi, keterbatasan jumlah moda angkutan, dan adanya pungutan liar. Kualitas infsatruktur yang mereka rasakan dalam keadaan sedang dan baik, namun perlu peningkatan seperti jalan kurang lebar dan pelabuhan perlu penataan agar lebih bagus. Para pedagang ini tidak memiliki gudang penyimpanan, hal ini dikarenakan barang dagangan mereka langsung dijual ke pasaran. Dalam sebulan total para pedagang pengecer ini mampu menjual 28.80 ton, disamping mereka masih ada pedagang lain yang menjual komoditas yang sama dengan volume kurang lebih 3.050 kilogram. Tingkat persaingan yang dirasakan para pedagang pengecer ini dalam keadaan normal, tinggi dan sangat tinggi.
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
57
Sebanyak 73,33% pedagang mengatakan bila mereka tidak memasok bawang ke pasaran maka pasar tidak akan terganggu dan sisanya mengatakan pasar akan sedikit terganggu karena mereka tekah memiliki pelanggan tetap dipasar yang bergantung pada mereka. Faktor yang menjadi penghambat dalam pendistribusian barang dagangan dipasar adalah faktor alam yaitu cuaca dan hujan, selanjutnya dipengaruhi oleh fajtor pasokan barang yang fluktuatif, kerusakan infrastruktur jalan dan pelabuhan, biaya angkut yang tinggi, dan adanya pungutan liar, serta keterbatasan jumlah armada. Tabel 27: Komponen Biaya Pedagang Pengecer Bawang Merah
Komponen Biaya Pembelian Barang Dagangan Sewa Tempat Biaya Transportasi Total
Jumlah Rp 302,540,000.00 Rp 2,098,000.00 Rp 1,890,000.00 Rp 306,528,000.00
Persentase 98.70% 0.68% 0.62% 100.00%
Sumber: hasil survey, data diolah.
Komponen biaya yang dikeluarkan para pedagang ini sebagian besar adalah pembelian barang dagangan yaitu 98,70%, selain mereka harus menanggung biaya sewa tempat dan biaya transportasi. Dalam menentukan harga jual sebanyak 80% pedagang menentukan harga dengan mengikuti harga pasar tertinggi lokal, dan 20% sisanya dengan sistem biaya pembelian ditambah dengan margin keuntungan yang diharapkan. Sebanyak 46,67% pedagang yang disurvey dalam menetapkan harga jual tergantung pada jumlah pembelian konsumen, sebanyak 20% menetapkan harga yang sama untuk semua pembeli, serta 26,67% ditetapkan tergantung pada kemitraan dengan konsumen. Harga beli barang dagangan memberi pengaruh terbesar dalam harga jual, diikuti dengan ketersediaan supply, jumlah permintaan, harga barang secara umum, biaya transportasi, biaya energi, upah tenaga kerja, nilai tukar rupiah terhadap dolar dan suku bunga pinjaman. Pedagang akan ikut menaikkan harga jika harga beli bawang naik. Adapun margin keuntungan yang mereka tetapkan dalam satu tahun terakhir adalah bervariasi. Sebanyak 60% pedagang hanya bisa memperoleh margin keuntungan sebesar kurang dar 10%, dan pedagang 40% lainnya mampu memperoleh keuntungan antara 11%-20%. Adapun faktor yang paling memengaruhi besarnya margin keuntungan adalah biaya produksi, kenaikan harga, dan biaya hidup.
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
58
PEDAGANG BESAR DAN GROSIR BAWANG MERAH Dari 11 pedagang yang disurvey, sebanyak 1 merupakan pedagang besar, 5 pedagang grosir, 2 pengecer induk dan 3 pengecer modern, mereka yang menjadi responden adalah pemilik atau manajer yang bertanggungjawab terhadap operasional usaha mereka, sebanyak 72,72% pedagang telah berjualan lebih dari 5 tahun dan sisanya antara rentang 1 tahun—3 tahun. Mereka menjual bawang merah kualitas lokal dan kualitas impor. Barang dipasok dari pangkalpinang bagi pedagang grosir, dan dari pulau jawa seperti brebes, Jakarta khususnya grosir modern, dalam seminggu total pembelian mereka adalah 25.500 kilogram. Penjual menentukan sepenuhnya harga pembelian bawang merah para pedagang besar dan grosir ini. Sebanyak 63,63% pedagang yang disurvei membeli barang dagangan secar tunai, dan 36,34 pedagang membeli dengan sistem kontrak. Faktor hambatan yang ditemui dalam pembelian barang daangan adalah faktor alam seperti cuaca buruk dan hujan, selanjutnya adala faktor ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman, faktor selanjutnya adalah kerusakan infrastruktur seperti kualitas jalan yang sempit, bergelombang, berlobang dan rusak, keterbatasan jumlah angkutan, biaya pengangkutan yang tinggi dan pungutan liar. Para pedagang ini memiliki gudang penyimpanan barang dagangan mereka, dengan status kepemilikan sendiri dan sebagaian masih sewa milik. Stok digudang akan banyak pada bulan juli—september dan stok terendah rentang antara bulan maret—mei, dengan durasi penyimpanan di gudang paling lama satu bulan. Dalam satu minggu para pedagang ini mampu menjual sebanyak 25.500 kilogram dan kurang lebih sebanyak 102 ton per bulan di pasar Pangkalpinang. Tingkat persaingan berada dalam rentang keadaan normal dan sangat tinggi. Dalam keadaan mereka tidak memasok barang ke pasar, sebanyak 45,45% mengatakan pasar akan sedikit terganggu karena mereka telah memiliki pelanggan tetap dan loyal. Dan 54,55% mengatakan pasar tidak akan terganggu karena banyak pedagang lain yang berjualan produk sejenis. Kendala dalam mendistribusikan barang dagangan adalah faktor alam seperti cuaca buruk dan hujan, diikuti dengan hambatan pasokan barang yang fluktuatif, hambatan kerusakan infrastruktur jalan seperti jalan rusak dan kurang lebar, hambatan selanjutnya adalah biaya angkut yang tinggi, selanjutnya adalah keterbatasan jumah armada, dan adanya pungutan liar. Tabel 28: Komponen Biaya Pedagang Besar Dan Grosir Bawang Merah
Komponen Biaya Pembelian Barang dagangan
Jumlah Rp 2,211,841,500.00
persentase 87.66%
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
59
Biaya Tenaga Kerja Biaya Sewa Tempat Biaya Pengepakan Biaya Pemasaran Energi Gudang Transportasi Total Biaya
Rp 140,500,000.00 Rp 11,333,334.00 Rp 7,000,000.00 Rp 15,000,000.00 Rp 26,525,000.00 Rp 4,000,000.00 Rp 107,050,000.00 Rp 2,523,249,834.00
5.57% 0.45% 0.28% 0.59% 1.05% 0.16% 4.24% 100.00%
Sumber: hasil survey, data diolah
Komponen biaya yang ditanggung para pedagang besar dan grosir adalah pembelian barang dagangan yaitu sebesar 87,66%, biaya tenaga kerja menyumbang 5,57%, biaya transportasi menjadi penyumbang ke tiga yaitu sebesar 4,24%, diikuti biaya energy sebesar 1.05%, biaya pemasaran, biaya sewa tempat, biaya pengepakan dan biaya gudang. Sebanyak 90,90% pedagang menetapkan harga jual tergantung pada harga tertinggi pasaran lokal, sisanya pedagang menetapkan harga jual berdasarkan harga pesaing. Sebanyak 90,90% pedagang besar dan grosir yang disurvey dalam penetapan harga pada pelanggan dengan cara yang sama untuk semua pembeli, dan sisanya menetapkan harga jual kepada pelanggan tergantung pada jumlah pembelian. Adapun faktor yang memengaruhi harga jual bawang merah pada pedagang besar dan grosir adalah harga beli barang dagangan, jumlah permintaan, kemudian diikuti dengan upah tenaga kerja, ketersediaan supply, harga barang secara umum, biaya transportasi, upah tenaga kerja, harga energi, suku bunga pinjaman, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Agar tidak kehilangan margin keuntungan, para pedagang akan bereaksi menaikkan harga jual jika hara beli bawang mengalami kenaikan. Dalam satu tahun terakhir margin yang diperoleh sebesar 72,22% pedagang bervariasi, dan 27,73% pedagang memperoleh margin keuntungan yang tetap. Margin keuntungan yang diperoleh pedagang besar rata-rata kurang dari 10%. Faktor yang paling memengaruhi margin keuntungan para pedagang besar dangrosir ini adalah harga pokok penjualan (HPP).
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
60
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dari hasil pengolahan data, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode Herfindal-Hirschman Index, Concentration Ratio (CR), dan Minimum Efficiency Scale (MES) menunjukkan struktur pasar diseluruh komoditas yang menjadi obyek penelitian terindikasi sebagai pasar dengan tingkat konsentrasi tinggi. Secara umum, pasokan produk komoditas pertanian, industri dan peternakan terkonsentrasi ditingkat pedagang besar/grosir mengingat bila dilihat dari sisi jumlah pelaku, jumlah pedagang besar lebih sedikit. Kondisi ini menunjukkan, pedagang besar dan grosir memiliki pengaruh terhadap pasokan dan harga dipasar. Pasar komoditas pertanian, industri dan peternakan diindikasikan memiliki struktur pasar oligopoli, sementara tingkat pengecer diindikasikan pasar persaingan sempurna. Pedagang yang terlibat diantara dua rantai tersebut sebagian besar terindikasi memiliki struktur pasar oligopoli. 2. Struktur pasar komoditas industri terkonsentrasi di level pedagang besar dan pedagang grosir. Tingkat pedagang besar dan pedagang grosir diindikasikan sebagai pasar oligopoli, sementara pengecer sebagai pasar persaingan sempurna. 3. Pola distribusi cenderung bervariasi dan tidak terpaku pada satu jalur yang baku, hal ini memungkinkan pedagang ditingkat yang lebih rendah dapat memperoleh produk dari beberapa saluran distribusi. Kondisi ini memungkinkan minimalnya perilaku kartel. Namun demikian, resiko perilaku kartel ini dapat muncul melalui adanya informasi harga acuan dari salah satu pelaku pasar yang kemudian dijadikan sebagai acuan pelaku pasar lainnya. 4. Biaya yang mendominasi hampir diseluruh struktur biaya komoditas obyek penelitian adalah biaya pembelian barang dagangan dan biaya transportasi. 5. Perilaku penetapan harga secara umum baik ditingkat podusen maupun ditingkat pedagang, didominasi oleh penetapan harga berdasarkan harga tertinggi dipasar dan tingkat harga pesaing, dengan lebih mempertimbangkan kondisi pasokan-permintaan dibandingkan dengan struktur biaya yang mereka tanggung dan kompensasi margin keuntungan yang diinginkan. Dibarengi dengan fakta bahwa biaya hidup turut menjadi pertimbangan dalam penentuan harga, maka dapat dikatakan bahwa pelaku pasar memasukkan ekspektasi inflasi kedalam penetapan harga jualnya. 6. Sebagai daerah kepulauan Bangka Belitung memiliki Kendala terhadap cuaca dalam keluar masuk arus barang, hal ini berakibat pada akan terganggunya pasokan jika cuaca tidak bersahabat. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa implikasi kebijakan yang penting bagi pengendalian inflasi Pangkalpinang melalui sisi penawaran, yaitu: 1. Tingginya biaya pembelian barang dagangan dan transportasi pada komoditas penelitian, dipicu antara lain oleh pasokannya yang harus
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
61
dipenuhi dari luar daerah seperti yang terjadi pada komoditas bawang merah, daging ayam ras, gula pasir, beras dan cabe merah. Dukungan terhadap budidaya komoditas tersebut diatas untuk dikembangkan di lokal Bangka Belitung, tentunya dengan mempertimbangkan tingkat feasibility budidaya diharapkan dapat meminimalisir biaya pembelian barang dagangan dan trasnportasi serta berimbas pada kesesuaian harga dipasar. 2. Pembenahan terhadap kualitas infrastruktur dan daya dukung armada transportasi perlu dilakukan secara kontinu agar dapat menekan biaya distribusi. Di lain sisi, pembenahan terhadap infrastruktur jalan dan pelabuhan juga hendaknya dapat meningkatkan konektivitas Pangkalpinang dengan daerah lain sehingga dapat memperlancar distribusi barang. 3. Perlu adanya pembenahan terhadap jaringan pasar di Pangkalpinang antara lain dengan membentuk pasar induk sehingga dapat memperjelas aliran keluar masuknya komoditas. Selain itu, keberadaan pasar induk juga dapat dijadikan sebagai alat pemantau dan pengendaian inflasi daerah. 4. Untuk mencegah spekulasi harga yang berlebih ditingkat pedagang akibat adanya fluktuasi persediaan pasokan, maka perlu dibentuk jaringan informasi harga yang transparan dan disebarluaskan secara umum baik untuk harga ditingkat produsen maupun tingkat retail.
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang
62
DAFTAR PUSTAKA Ariyanto. (2008). Analisis Tataniaga Sayuran Bayam (Kasus Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi sarjana ekstensi, Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Brooks R (1998), ‘Inflation and Monetary Policy Reform’, in J Hayden (ed), Australia: Benefiting from Economic Reform, IMF, Washington DC, pp 63– 94. Dewi, A.P. (2011). Analisis Tataniaga Emping Melinjo Di Desa Dalu Sepuluh B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Skripsi sarjana, Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Kuncoro, Mudrajad. 2013. Mudah memahami & menganalisis Indikator Ekonomi. UPP STIM YKPN. Mahmud, Z. (2008). Bahan Tayangan Focus Group Discussion Outlook Ekonomi Indonesia 2008-2013. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat. Universitas Indonesia. Pohan, Aulia. 2008. Kerangka Kebijakan Moneter Dan Implementasinya Di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Suhardi. 2011. Refleksi Pembangunan Bangka Belitung 2000—2011. Makalah Disampaikan dalam Acara Sosialisasi Sebelas Tahun Bangka Belitung Dalam Statistik. Rabu, 28 Desember 2011, Hotel Aston Bangka Tengah. Shepherd, A.W., Schalke, A. J. (1995). An Assessment of The Indonesian Horticultural Market Information Service. Rome: Food and Agriculture Organization of The United Nations. Samuelson, Nordhaus. 2004. Macroeconomics 17th edition. McGraw Hill. Stiglitz, Joseph E and Greenwald, Bruce, 2003. Towards a New Paradigm in Monetary Economics. London: Cambridge University Press Worthington, I., Britton, C. (1994). The Business Environment. Pitman Publishing. London.
Pemetaan Struktur Pasar & Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Pangkalpinang