Banjir & Manajemen Keruangan Penanganannya Adipandang Y’11
Pengertian lain yang menyangkut Banjir 1.
Sungai adalah tempat‐tempat dan wadah‐wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh Garis Sempadan (GS)
2. Daerah Pengaliran Sungai (DPS) adalah suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah dimana air meresap dan/atau mengalir melalui sungai dan anak‐anak sungai ybs. DPS sering disamakan dengan Daerah Aliran Sungai (DAS)/Catchment Area/River basin 3.
Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah tata pengairan sebagai hasil pengembangan satu atau lebih DPS
4.
Bantaran Sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai dihitung dari tepi sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam
5.
Garis Sempadan Sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai
6.
Daerah Manfaat Sungai adalah mata air, palung sungai, dan daerah sempadan yang telah l h dibebaskan db b k
7.
Daerah Penguasaan Sungai adalah dataran banjir, daerah retensi, bantaran atau daerah sempadan yang tidak dibebaskan.
Pengertian lain yang menyangkut Banjir… (sambungan) ( b ) 8.
Dataran Banjir (“Flood Plain”) adalah lahan/dataran di kanan kiri sungai yang sewaktu‐waktu bisa tergenang banjir
9.
Pengendalian Banjir (”Flood Control”) upaya struktur untuk debit banjir sampai tingkat tertentu yang layak, dan bukan untuk debit banjir yang terbesar
10. Penanggulangan Banjir.(”Flood Fighting”): salah satu kegiatan Satkorlak/Satlak Penaggulangan Bencana. 11. ”Flood Damage Mitigation”: upaya menekan besarnya bencana akibat banjir 12. ”Flood Plain Management”: pembudidayaan dataran banjir (“flood plain”) sedemikian rupa sehingga genangan banjir yang kemungkinan terjadi menimbulkan masalah yang minimal 13. “Flood Damage Management”: pengelolaan banjir sedemikian rupa agar dampak/kerugian / yang ditimbulkannya minimal
I.2. BANJIR DAN MASALAH BANJIR “A relatively high flow or stage in a river, markedly higher
DEFINISI BANJIR (FLOOD) BANJIR (FLOOD)
than the usual; also the inundation of low land that may result therefrom. A body of water, rising, swelling and f y f , g, g overflowing the land not usually thus covered” (SUMBER: Multilingual Technical Dictionary on Irrigation and Drainage, ICID)
BANJIR/FLOOD / OO
TIDAK MENIMBULKAN MASALAH BAHKAN BISA BERMANFAAT BAGI KEHIDUPAN
BUDI DAYA DI DATARAN BANJIR
TIMBUL MASALAH
MASALAH BANJIR MASALAH BANJIR
• Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam air dalam jumlah yang begitu yang begitu besar. • banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba‐tiba yang disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai maupun karena pengundulan hutan disepanjang sungai sehingga merusak rumah‐rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa.
Penyebab Banjir bisa dikenali • ‐ Curah hujan tinggi • ‐ Permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut. • ‐ Terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air keiuar sempit. • ‐ Banyak pemukiman yang dibangun pada d dataran sepanjang j sungai.i • ‐ Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bangunan di pinggir sungai. sungai • ‐ Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai.
I.3. PROSES TERJADINYA MASALAH BANJIR KONDISI ALAM (STATIS)
• Geografi • Topografi • Geometri alur sungai: kemiringan dasar meandering “bottle‐neck” sedimentasi ambal alam PERISTIWA ALAM (DINAMIS) * curah hujan tinggi * pembendungan: dari laut/pasang dari sungai induk * amblesan tanah * pendangkalan
KEGIATAN MANUSIA (DINAMIS)
MASALAH BANJIR
* PEMBUDI DAYAAN DATARAN BANJIR * tata ruang/peruntukan dataran banjir yg tdk sesuai g/p * tata ruang/peruntukan di DAS •permukiman di bantaran •sungai * pembangunan drainase *b * bangunan sungai/silang / l * sampah padat * prasarana pengendali banjir yang terbatas ba j ya g te batas * amblesan permukaan tanah * persepsi masyarakat yang keliru thd banjir * kenaikan muka air laut akibat “global warming”
FLOOD AND LANDUSE CHANGE
Sutopo, Dialog WFE, Bekasi 09 12 2004
Before development Retained in river basins
Retained in river basins
Run‐off Run off volume volume
Run‐off into rivers
After development
Time
Run‐off Run off volume volume
Run‐off into rivers
Time
PENGARUH URBANISASI TERHADAP PUNCAK DEBIT BANJIR Q
Rural Q
t
Semi-urban t Q
City
t
Eksploitasi sumberdaya lahan yang berlebihan: • Perubahan guna lahan : lahan terbuka / hutan, sawah Æ pemukiman, kawasan industri, dll. tanpa kompensasi pengganti resapan akan mengakibatkan kenaikan debit puncak sampai 25 kali.
Resapan
Misal: Debit Puncak = 10 m3//dt Resapan = 5 m3/dt
Akibat perubahan guna lahan bisa menjadi Debit Puncak = 75 m3/dt Resapan = 0,5 m3/dt
Dataran Banjir Dataran Banjir (“Flood Plain”) adalah lahan/dataran di kanan kiri sungai yang sewaktu‐waktu bisa tergenang g g banjir. j Dataran banjir atau flood plain ini lebarnya bisa ratusan meter hingga puluhan kilometer, tergantung kilometer tergantung besar kecilnya sungai.
• Mengamati banjir dapat dilakukan di daerah genangan ataupun lewat angkasa dengan citra satelit. • Pengamatan dengan citra satelit ini untuk memperlihatkan bagaimana banjir itu terjadi • Peta curah hujan‐pun diperlukan hujan pun diperlukan untuk melihat sebenarnya daerah mana yang diguyur air hujan. • D Dengan mengetahui t h i guyuran air hujan i h j ini i i akan k lebih l bih mudah diketahui juga tahap‐demi tahap kejadian banjir.
Gambar di sebelah kiri ini menunjukkan peta satelit yang yang diambil sebelum banjir. Sedangkan disebalah kanan merupakan peta satelit sesudah (ketika) banjir datang. Setelah Banjir datang kita dapat melihat lokasi‐lokasi genangan air ini. Didalam gambar sebelah kanan, air terlihat berwarna biru. Sedangkan warna putih itu adalah awan, dan warna hitam dibawahnya merupakan bayang bayang‐bayang bayang awan. awan
Ada dua seri gambar lain disebelah ini yang juga merupakan peta satelit sebelum dan sesudah (ketika) banjir. S d h banjir Sesudah b ji datang, maka d t k tidak tid k seluruh l h kiri‐kanan ki i k sungaii akan kebanjiran. Ada tempat‐tempat tertentu saja yang sering atau lebih berpotensi terkena limpahan air sungai. Kalau menengok gambar‐gambar peta satelit diatas kita dapat melihat dengan jelas bahwa daerah yang banjir tersebut merupakan daerah disekitar sungai yang berkelok‐kelok, sering disebut sebagai sungai meander. Dataran meander Dataran landai di sebelah kiri kanan sungai dini disebut flood plain atau dataran banjir.
Coba perhatikan bagaimana banjir itu melimpah akibat kelokan sungai. Dan juga daerah pertemuan dengan anak sungai ini seringkali merupakan titik limpah utama dalam banjir. Titik‐titik pinggir sungai tempat melimpahnya air sungai yang menggerus tanggul alami ini sering diseput “splay (crevasse splay)” atau titik limpah. Jadi harus selalu waspada kalau kebetulan daerah sekitar titik limpah ini. Karena disitulah kecepatan aliran sungai terbesar.
Imaginasi banjir di Malang Ol h di Oleh: Adipandang d Yudono, S.Si, MURP d S Si
Jika terdapat skenario di hulu T j di hujan Terjadi h j l b t sehingga lebat hi debit air sungai g meninggi gg sedangkan pada wilayah hilir terdapat pemampatan
M l Malang Mesjid A. Yani Tugu
Spendid Balai Kota
Ketinggian air normal
M l Malang Mesjid A. Yani Tugu
Spendid Balai Kota
Ketinggian air mencapai 7 Meter
M l Malang Mesjid A. Yani Tugu
Spendid Balai Kota
Ketinggian air mencapai 12 Meter
M l Malang Mesjid A. Yani Tugu
Spendid Balai Kota
Ketinggian air mencapai 17 Meter dari rata rata-rata rata permukaan sungai
KOTA-KOTA YANG SEBAGIAN/SELURUHNYA BERADA DI DATARAN BANJIR NO
KOTA
SUNGAI
JAKARTA
Kamal, Tanjungan, Angke, Pesanggrahan, Sekretaris, Grogol, Krukut, Cideng, Ciliwung, Cipinang, Sunter, Buaran, Jatikramat, C k Cakung
2
SEMARANG
Kali Garang/Kali Semarang
3
BANDUNG SELATAN
Sungai Citarum Hulu
4
SURABAYA
K li Brantas Kali B t
5
PALEMBANG
Sungai Musi
6
PADANG
Batang Arau, Batang Kuranji, Batang Air Dingin,
7
PEKANBARU
Sungai Siak
8
JAMBI
Sungai Batanghari
9
MEDAN
Sungai Belawan, Deli, Babura, Percut, Kera
10
BANDA ACEH
Krueng Aceh
11
PONTIANAK
Sungai Kapuas
12
BANJARMASIN
Sungai Barito
13
SAMARINDA
Sungai Mahakam
14
MAKASSAR
Sungai Jeneberang
1
COMPREHENSIVE FLOOD DAMAGE MITIGATION SMALL DAMAGE
NO MEASURE
FLOOD (NATURAL PHENOMENA)
SMALL DAMAGE
MEASURES EXCEEDED
LARGER DAMAGE
HUMAN ACTIVITY Sumber: Manual ESCAP
SKETSA SUNGAI DAN DATARAN BANJIR
SUMBER: 1.PP NO.35/1991 TENTANG SUNGAI 2.PERMEN PU NO.63/1993 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI , DAN BEKAS SUNGAI
M.A. DEBIT BANJIR > 50 TAHUNAN
PALUNG SUNGAI
DATARAN BANJIR (DAERAH PENGUASAAN SUNGAI)
DATARAN BANJIR (DAERAH PENGUASAAN SUNGAI)
DAERAH SEMPADAN *)/ DAERAH MANFAAT SUNGAI
GS *) TERLARANG UNTUK:
GS
a. membuang sampah, limbah padat & limbah cair b. mendirikan bangunan untuk hunian dan tempat usaha
GS
GS KONDISI 1
> 5M
> 5M
GS
GS
KONDISI 2
PERMUKIMAN/PERKOTAAN
> 3M
DPS 500 KM2 L 100 M DPS > 500 KM2, L > 100 M DPS < 500 KM2, L > 50 M
GS
GS
KONDISI 3
> 3M
L
L GS
KONDISI 4
GS
PERMUKIMAN/PERKOTAAN
H < 3 M, L > 10 M 3 M < H < 20 M, L > 15 M H > 20 M, L > 30 M
H
L
L
SEMPADAN SUNGAI MENURUT PERMEN PU NO: 63/1993
II.5. MASALAH TEKNIS (1)
1. DATARAN BANJIR BERKEMBANG/DIKEMBANGKAN MENJADI KAWASAN BUDIDAYA:
PERMUKIMAN/PERKOTAAN, INDUSTRI, PERTANIAN, DSB TANPA MEMPERTIMBANGKAN ADANYA RESIKO TERGENANG BANJIR. 2. SEHUBUNGAN DGN BUTIR 1, KAWASAN YANG MENGALAMI MASALAH BANJIR MELUAS DARI TAHUN KE TAHUN (PELITA I: 750.000 HA, PELITA III: 1.370.000 HA, PELITA V: 1.750.000 HA); DENGAN BOBOT MASALAH YANG SEMAKIN MENINGKAT. 3. TERJADINYA PERUBAHAN WATAK BANJIR 3 TERJADINYA PERUBAHAN WATAK BANJIR (DEBIT BANJIR SEMAKIN MEMBESAR); MENURUNKAN KINERJA (DEBIT BANJIR SEMAKIN MEMBESAR); MENURUNKAN KINERJA SISTEM PENGENDALI BANJIR YANG ADA (CONTOH: Q‐100 TAHUNAN SUNGAI CILIWUNG DI MANGGARAI: 370 M3/DT PADA TH 1973 (NEDECO) MENJADI 570 M3/DT PADA TH 1996 (JICA) 4. UPAYA STRUKTUR/SISTEM PENGENDALI BANJIR DAN DRAINASE HANYA UNTUK MENGENDALIKAN BANJIR S/D BESARAN BANJIR TERTENTU (SISTEM PENGENDALI BANJIR DENGAN DEBIT BANJIR RENCANA 5‐100 TAHUNAN, DAN SISTEM DRAINASE 2‐10 TAHUNAN), DAN BUKAN BANJIR YANG TERBESAR. SISTEM YG ADA PADA UMUMNYA BELUM DISIAPKAN UNTUK MENGANTISIPASI TERJADINYA DEBIT BANJIR YANG LEBIH BESAR DALAM RANGKA FLOOD DAMAGE MANAGEMENT, TERMASUK SOP‐NYA 5. PEMBANGUNAN BENDUNGAN DENGAN BANJIR PMF MENSYARATKAN ADANYA DAM BREAK ANALYSIS; NAMUN PERSYARATAN ITU TIDAK BERLAKU UNTUK TANGGUL, PADA HAL RESIKO TERJADINYA KERUSAKAN/BOBOL PADA TANGGUL JAUH LEBIH BESAR
II.5. MASALAH TEKNIS (2) 6. TERDAPATNYA KERANCUAN ANTARA SISTEM PENGENDALI BANJIR DAN SISTEM DRAINASE DI KAWASAN PERMUKIMAN/PERKOTAAN 7. PERENCANAAN DAN PENGOPERASIAN SISTEM PENGENDALI BANJIR TERMASUK PRAKIRAAN DAN PERINGATAN DINI TIDAK TEPAT DAN AKURAT AKIBAT TERBATASNYA DATA DAN INFORMASI YANG BENAR DAN PERINGATAN DINI TIDAK TEPAT DAN AKURAT AKIBAT TERBATASNYA DATA DAN INFORMASI YANG BENAR DAN BERLANJUT 8.
TERBATASNYA IPTEK YANG MENUNJANG PEREKAYASAAN DI BIDANG SUNGAI SEHINGGA SERING TERJADI KESALAHAN DAN KEGAGALAN AKIBAT PENDEKATAN YANG KELIRU. NAMUN KESALAHAN DAN KEGAGALAN (PERENCANAAN PELAKSANAAN DAN O/P) PADA UMUMNYA SELALU DIANGGAP AKIBAT ALAM (BENCANA (PERENCANAAN, PELAKSANAAN DAN O/P) PADA UMUMNYA SELALU DIANGGAP AKIBAT ALAM (BENCANA ALAM); YANG SECARA TIDAK LANGSUNG MENGHAMBAT BAHKAN MENGHENTIKAN LAJU PENGEMBANGAN TEKNIK PEREKAYASAAN DI BIDANG SUNGAI.
9.
PEMBANGUNAN (PERMANEN) PRASARANA DAN SARANA PENGENDALI BANJIR SERING KALI MENGGUNAKAN MEKANISME PENANGANAN DARURAT/MENDESAK AKIBAT TERJADINYA BENCANA ALAM, SEHINGGA KUALITAS PEKERJAAN RENDAH. HAL TSB TERJADI KARENA MEKANISME PENANGANAN, KRITERIA DAN BATASAN BENCANA ALAM YANG BELUM JELAS
10. KARAKTER SUNGAI YANG SPESIFIK DAN DINAMIS 10. KARAKTER SUNGAI YANG SPESIFIK DAN DINAMIS SERTA TERBATASNYA LITBANG UNTUK MENUNJANG SERTA TERBATASNYA LITBANG UNTUK MENUNJANG PEREKAYASAAN DI BIDANG INI MENIMBULKAN HASIL REKAYASA YANG KURANG EFEKTIF DAN EFISIEN 11. KINERJA SISTEM PENGENDALI BANJIR SEMAKIN MENURUN AKIBAT TERBATASNYA KEGIATAN O&P, PEMANTAUAN, SERTA TERJADINYA PERUBAHAN WATAK BANJIR
DAERAH PENGUASAAN SUNGAI
GS DEBIT > 50 TAHUNAN
BANJIR
Garis Sempadan (GS) Garis Sempadan (GS)
DATARAN BANJIR (“FLOOD PLAIN”)
DATARAN BANJIR SUNGAI
BANJIR DAN MASALAH BANJIR TRADISIONAL“OK” NO PROBLEM
GS
GS M.A.B M.A.N
DATARAN BANJIR
PALUNG SUNGAI
DEBIT/ALIRAN NORMAL
MODEREN
DATARAN BANJIR
KONDISI BANJIR SISWOKO
II.6. MASALAH NONTEKNIS (1)
1.
BELUM TERDAPAT KESAMAAN PERSEPSI DAN PENGERTIAN DI KALANGAN STAKEHOLDERS (PEMERINTAH, MASYARAKAT/LSM, SWASTA) MENYANGKUT BANJIR, MASALAH BANJIR DAN UPAYA MENGATASINYA SEHINGGA MENGAKIBATKAN KONTRA PRODUKTIF TERHADAP PENCAPAIAN TUJUAN PENANGANAN MASALAH PENANGANAN MASALAH.
2.
BELUM DIFAHAMINYA FENOMENA ALAM YANG DINAMIS MENIMBULKAN TERJADINYA KERANCUAN, KESALAH FAHAMAN, SIMPANG SIUR DAN MISLEADING YANG ANTARA LAIN DAPAT MEMICU TIMBULNYA CLASS ACTION. BEBERAPA ISTILAH DAN PENGERTIAN YANG ADA DI MASYARAKAT RANCU A.L: PERIODA ULANG BANJIR, PEIL BANJIR, BEBAS BANJIR BANJIR KIRIMAN DSB BEBAS BANJIR, BANJIR KIRIMAN, DSB.
3. MASYARAKAT DI DATARAN BANJIR BELUM MEMAHAMI DAN MENYADARI ADANYA RESIKO TERGENANG BANJIR YANG BISA TERJADI KAPAN SAJA SEHINGGA TIDAK SIAP BILA SEWAKTU‐WAKTU TERJADI BANJIR 4. MASYARAKAT BELUM MEMAHAMI KINERJA SISTEM PENGENDALI BANJIR DAN DRAINASE YANG TERBATAS, 4 MASYARAKAT BELUM MEMAHAMI KINERJA SISTEM PENGENDALI BANJIR DAN DRAINASE YANG TERBATAS SEHINGGA TERJADI OVER CONFIDENCE DAN OVER INVESTMENT PEMBANGUNAN DI DATARAN BANJIR, SERTA TIDAK SIAP MENGHADAPI BENCANA YANG MASIH BISA TERJADI (PADA SAAT SISTEM TIDAK BERFUNGSI AKIBAT RUSAK DAN/ATAU LUMPUH KARENA KAPASITASNYA TERLAMPAUI), KAPAN SAJA. 5 5.
SOP/MANUAL PENANGGULANGAN BANJIR (FLOOD FIGHTING) SOP/MANUAL PENANGGULANGAN BANJIR (FLOOD FIGHTING) TERMASUK TANGGAP DARURAT(EMERGENCY TERMASUK TANGGAP DARURAT(EMERGENCY ACTIONS) MASIH RANCU; DEMIKIAN PULA MEKANISME KOORDINASI DAN PERAN SETIAP STAKEHOLDERS BELUM JELAS
II.6. MASALAH NONTEKNIS (2) 6. TERDAPAT POTENSI KONFLIK ANTAR DAERAH SEHUBUNGAN DENGAN BATAS ADMINISTRASI YANG BERBEDA DENGAN BATAS DAS/DPS ATAU WILAYAH SUNGAI ADMINISTRASI YANG BERBEDA DENGAN BATAS DAS/DPS ATAU WILAYAH SUNGAI. BELUM ADA PENGATURAN YANG JELAS YANG DIKAITKAN DENGAN PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH, TERMASUK SISTEM TRADE OFF ANTARA PEMANFAATAN DI HILIR DAN KONSERVASI DI HULU. 7. PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA FISIK PENGENDALI BANJIR BELUM DIIKUTI DENGAN PEMBENTUKAN 7 PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA FISIK PENGENDALI BANJIR BELUM DIIKUTI DENGAN PEMBENTUKAN INSTITUSI PENGELOLA YANG BERSIFAT PERMANEN DENGAN SUMBER DANA O&P YANG JELAS SEHINGGA TERJADI PROYEK YANG NEVER ENDING/MENERUS 8. PENGGALIAN DANA O&P PRASARANA DAN SARANA FISIK DARI PENERIMA MANFAAT (BENEFICIARIES) BELUM DILAKUKAN; KEMUNGKINAN AKAN MENGALAMI KESULITAN KARENA PRASARANA DAN SARANA TIDAK DAPAT MENJAMIN BEBAS BANJIR 9.
MASALAH BANJIR SEMAKIN MENINGKAT, NAMUN SEBALIKNYA SUMBER DAYA MANUSIA YANG SPESIALIS DAN PROFESIONAL DI BIDANG INI SEMAKIN LANGKA
10. DOMINASI PEMERINTAH DENGAN PENANGANAN FISIKNYA TELAH MENGIKIS BUDAYA KEMANDIRIAN DAN GOTONG ROYONG DI KALANGAN MASYARAKAT, DAN SEBALIKNYA TELAH MENIMBULKAN APATISME, KETERGANTUNGAN DAN BAHKAN SERING MUNCUL PERNYATAAN TIDAK PUAS DAN PROTES DARI MASYARAKAT DAN PROTES DARI MASYARAKAT 11. KESADARAN MASYARAKAT DALAM IKUT MENGATASI MASALAH BANJIR MASIH RENDAH; CONTOH: RTRW BANDUNG SELATAN, PERMUKIMAN DI BANTARAN, PERMUKIMAN YANG SEMPITKAN SUNGAI, SAMPAH, OPERASI BENDUNG GERAK SEPERTI HALNYA UNTUK BENDUNG TETAP, PEMOTONGAN TANGGUL, TANAMAN/RUMAH DI TUBUH TANGGUL, DSB. / 12. PENEGAKAN HUKUM DAN PENGAWASAN BELUM BERJALAN DENGAN BAIK
SINGAPURA DEBIT BANJIR 100 TAHUNAN
DATARAN BANJIR GS
GS
THE HOTEL THE HOTEL SETIABUDI
INDONESIA /JAKARTA
“AMPIBI” REAL ESTAT TANGGUL KP.MELAYU, BIDARA CINA DEBIT BANJIR > 50 TAHUNAN
DATARAN BANJIR GS
GS
DEBIT/ALIRAN NORMAL DEBIT/ALIRAN BANJIR SISWOKO
II.7. ANALISIS MASALAH (1)
1.
MENINGKATNYA MASALAH BANJIR MERUPAKAN SALAH SATU DAMPAK NEGATIF DARI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN YANG SAMPAI SAAT INI LEBIH MEMENTINGKAN ASPEK PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN PERHATIAN TERHADAP KELESTARIAN LINGKUNGAN SANGAT KURANG ( PEMBANGUNAN BERPOLA BUSINESS S G G S G G( G O S SS AS USUAL). TERJADI KETIDAK SERASIAN (COMPATIBILITY) DAN KETIDAK SELARASAN (HARMONY) YANG MENGHASILKAN KETIDAK SEIMBANGAN EKOSISTEM DIMANA UNSUR AIR DAN MANUSIA ADA DI DALAMNYA. RENCANA TATA RUANG MASIH KURANG BERPERAN.
2. PENATAAN RUANG DALAM RANGKA PEMBUDIDAYAAN DATARAN BANJIR BELUM MEMASUKKAN AIR SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS SEHINGGA KURANG MENGANTISIPASI ADANYA RESIKO TERGENANG BANJIR. MASALAH BANJIR SEMAKIN MENINGKAT SEJALAN DENGAN TUMBUH DAN BERKEMBANGNYA LAHAN DI DATARAN BANJIR MENJADI KAWASAN BUDIDAYA ANTARA LAIN BERUPA KOTA‐KOTA DATARAN BANJIR MENJADI KAWASAN BUDIDAYA ANTARA LAIN BERUPA KOTA KOTA BESAR. BESAR PILOT PROJECT PENATAAN DATARAN BANJIR SUNGAI CITARUM HULU (KAWASAN BANDUNG SELATAN) BELUM DAPAT BERJALAN KARENA PIHAK PEMDA LEBIH MENGUTAMAKAN PENDAPATAN DAERAH (PAD) 3. PEMBANGUNAN NASIONAL YANG SELAMA INI DILAKSANAKAN LEBIH MENGUTAMAKAN PENCAPAIAN TARGET FISIK TERMASUK DALAM MENGATASI MASALAH BANJIR BERUPA PEMBANGUNAN PRASARANA TARGET FISIK, TERMASUK DALAM MENGATASI MASALAH BANJIR BERUPA PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA FISIK PENGENDALI BANJIR DAN SISTEM DRAINASE; ASPEK PEMBINAAN DAN PENGATURAN YANG MERUPAKAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN SANGAT KURANG MENDAPAT PERHATIAN
II.7. ANALISIS MASALAH (2) 4. UPAYA MENGATASI MASALAH BANJIR SAMPAI KINI MASIH MENGANDALKAN UPAYA KONVENSIONAL/TRADISIONAL YANG BERUPA REKAYASA STRUKTUR DI SUNGAI (IN‐STREAM) YANG MEMPUNYAI KETERBATASAN, BERSIFAT REPRESIF DENGAN MENERAPKAN POLA “PEMADAMAN KEBAKARAN” YANG KURANG MENYENTUH AKAR PERMASALAHAN, SERTA TIDAK DIDASARKAN ATAS KONSEP PENANGANAN YANG UTUH DAN MENYELURUH PENANGANAN YANG UTUH DAN MENYELURUH. TERBATASNYA IPTEK, LITBANG DAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG MEMAHAMI MASALAH DI BIDANG INI BERPENGARUH TERHADAP PENETAPAN KEBIJAKAN TERSEBUT 5.
PEMERINTAH SANGAT KURANG DALAM MENANGANI ASPEK PENGATURAN (REGULASI) YANG MERUPAKAN TUGAS POKOKNYA, DAN LEBIH TERFOKUS PADA KEGIATAN PEMBANGUNAN FISIK
6.
SUMBER TERJADINYA MASALAH BANJIR YANG DOMINAN ADALAH PENGARUH KEGIATAN MANUSIA BAIK DI DATARAN BANJIR MAUPUN DI DAS; NAMUN MASYARAKAT DAN SWASTA BELUM BANYAK TERLIBAT/DILIBATKAN. TERBATASNYA PEMAHAMAN MASYARAKAT A.L MERUPAKAN PENGHAMBAT UTAMA TERLIBAT/DILIBATKAN. TERBATASNYA PEMAHAMAN MASYARAKAT A.L MERUPAKAN PENGHAMBAT UTAMA BAGI TUMBUHNYA KESADARAN UNTUK IKUT BERPERAN.
7. UPAYA MENGATASINYA MASALAH BANJIR SAMPAI SAAT INI TIDAK SEIMBANG DENGAN LAJU PENINGKATAN MASALAH YANG TERUS MENINGKAT DARI TAHUN KE TAHUN. UNTUK ITU DIPERLUKAN PENYEMPURNAAN ATAS KEBIJAKAN, STRATEGI DAN UPAYA MENGATASI MASALAH UNTUK ITU DIPERLUKAN ATAS KEBIJAKAN STRATEGI DAN UPAYA MENGATASI MASALAH BANJIR YANG TELAH ADA.
I.4. UPAYA PREVENTIF MENGATASI MASALAH BANJIR 1. DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DIUPAYAKAN SEIMBANG 1 DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DIUPAYAKAN SEIMBANG DENGAN BEBAN PENDUDUK DENGAN BEBAN PENDUDUK 2. TATA RUANG DAN PEMBUDIDAYAAN DATARAN BANJIR DIDISESUAIKAN DENGAN ADANYA KEMUNGKINAN /RESIKO TERGENANG BANJIR (FLOOD PLAIN MANAGEMENT). UNTUK ITU DIPERLUKAN PETA RESIKO BANJIR (FLOOD RISK MAP) SERTA PEMBAGIAN ZONA/KLASIFIKASI LAHAN DI DATARAN BANJIR (FLOOD PLAIN ZONING) YANG ( ) DISESUAIKAN DENGAN TINGKAT KERAWANANNYA THD GENANGAN BANJIR 2. SEMUA KEGIATAN DAN PEMBANGUNAN FISIK YANG BERADA DI DATARAN BANJIR MENYESUAIKAN DENGAN TATA RUANG YANG TELAH MEMPERHATIKAN ADANYA RESIKO GENANGAN BANJIR. PENYESUAIAN A.L. MELIPUTI: JENIS PERUNTUKAN LAHAN JENIS/TIPE BANGUNAN STRUKTUR BANGUNAN ELEVASI DASAR BANGUNAN LAHAN, JENIS/TIPE BANGUNAN, STRUKTUR BANGUNAN, ELEVASI DASAR BANGUNAN, MATERIAL BANGUNAN, JENIS DAN VARIETAS TANAMAN, DSB 3. FLOOD PROOFING YANG DILAKSANAKAN OLEH MASYARAKAT/SWASTA SECARA MANDIRI UNTUK MELINDUNGI ASET MEREKA BAIK SECARA INDIVIDUAL MAUPUN KOLEKTIF 4. TATA RUANG DAN SELURUH KEGIATAN PEMBANGUNAN DAN PEMBUDIDAYAAN DAS YANG MENUNJANG KONSERVASI AIR DAN TANAH A.L DENGAN PENGHIJAUAN DAN REBOISASI, TERASERING, SUMUR RESAPAN, WADUK/SITU/KOLAM PENAMPUNG AIR HUJAN (WADUK RETENSI MAUPUN WADUK DETENSI) 4 PRAKIRAAN BANJIR DAN PERINGATAN DINI KEPADA MASYARAKAT YANG TINGGAL 4. PRAKIRAAN BANJIR DAN PERINGATAN DINI KEPADA MASYARAKAT YANG TINGGAL DI DATARAN BANJIR 5. PENETAPAN SEMPADAN SUNGAI YANG DIIKUTI DENGAN PENEGAKAN HUKUM DAN POLA HIDUP MASYARAKAT YANG MENCINTAI LINGKUNGAN/SUNGAI
MENGHINDARKAN TERJADINYA MASALAH BANJIR
I.5. UPAYA MENGATASI MASALAH BANJIR SCR. MENYELURUH UPAYA STRUKTUR (conventional)*) UPAYA STRUKTUR * MENCEGAH MELUAPNYA
BANJIR SAMPAI KETINGGIAN TERTENTU, DENGAN TANGGUL * MERENDAHKAN ELEVASI MUKA AIR BANJIR DENGAN: NORMALISASI, SUDETAN, BANJIR KANAL INTERKONEKSI BANJIR KANAL, INTERKONEKSI * MEMPERKECIL DEBIT BANJIR DENGAN: WADUK, WADUK RETENSI BANJIR, BANJIR KANAL , INTERKONEKSI, * MENGURANGI GENANGAN DENGAN: POLDER, POMPA DAN SISTEM DRAINASE, *) berdasarkan debit banjir rencana (design flood)
UPAYA NONSTRUKTUR l UPAYA NONSTRUKTUR, a.l: * PRAKIRAAN BANJIR DAN PERINGATAN DINI * PENANGGULANGAN BANJIR (FLOOD FIGHTING), EVAKUASI * PEMINDAHAN/RELOKASI * PENGELOLAAN DATARAN BANJIR (FLOOD PLAIN / RISK MNAGEMENT) (FLOOD PLAIN / RISK MNAGEMENT), * FLOOD PROOFING THD.BANGUNAN * TATA RUANG, PENGHIJAUAN, REBOISASI DAN DAL. EROSI DAS * RETENTION & DETENTION PONDS * PENETAPAN SEMPADAN SUNGAI * INFORMASI PUBLIK & PENYULUHAN * PENEGAKAN HUKUM * PENEGAKAN HUKUM, * PENGENTASAN KEMISKINAN * MANAJEMEN SAMPAH.
MENGURANGI BESARNYA KERUGIAN AKIBAT BANJIR (“FLOOD DAMAGE MITIGATION”)
UPAYA MENGATASI MASALAH BANJIR SECARA MENYELURUH NON‐STRUCTURAL FLOOD MITIGATION MEASURES
STRUCTURAL FLOOD MITIGATION MEASURES a) LEVEES AND FLOODWALLS ) LEVEES AND FLOODWALLS b) CHANNEL MODIFICATIONS c) BY‐PASS FLOODWAYS d) RETARDING BASINS AND FLOOD STORAGE AREAS STORAGE AREAS e) FLOOD MITIGATION RESER‐ VOIRS f) DRAINAGE EVACUATION SYSTEMS
a) LAND USE MANAGEMENT b) PROPERTY ACQUISITION AND FLOODWAY CLEARANCE c) MODIFICATION OF CATCHMENT CONDITIONS AND ON‐SITE STORAGE d) FLOOD FORECASTING AND WARNING e) PUBLIC INFORMATION AND EDUCATION f) FLOOD PROOFING OF BUILDINGS g) EVACUATION FROM ENDANGERED AREAS h) FLOOD FIGHTING i) FLOOD RELIEF j) FLOOD INSURANCE k) FLOOD ADAPTATION
FLOOD DAMAGE MITIGATION SUMBER: MANUAL ESCAP
NON‐SRUCTURAL APPROACH TO FLOOD MANAGEMENT
PLANNING MEASURES • Hydrologic Analysis y g y • Flood Forecasting • Control of Floodplain Development • Flood Insurance • Flood Proofing Fl d P fi • Catchment Management • Decision Making RESPONSE MEASURES • Flood Emergency Response Planning • Flood Fighting • Flood Warning Flood Warning • Evacuation • Emergency Assistance and Relief
SUMBER: MANUAL ICID
DAERAH PENGUASAAN SUNGAI TANGGUL
GS
GS
M.A.B M.A.N
BANTARAN
BANTARAN
DATARAN BANJIR
DATARAN BANJIR (“FLOOD PLAIN”)
SUNGAI
PENGENDALIAN BANJIR DENGAN TANGGUL GS
MASALAH BANJIR MASALAH BANJIR TANGGUL
GS
M.A.B M.A.B M.A.N
DATARAN BANJIR
BUKAN KEJADIAN YANG LUAR BIASA YANG LUAR BIASA
PALUNG SUNGAI BANTARAN
DATARAN BANJIR BANTARAN BANJIR YANG LAYAK DIKENDALIKAN
DEBIT/ALIRAN NORMAL BANJIR > DARI YANG DIKENDALIKAN SISWOKO
MASALAH GENANGAN TANGGUL
GS
GS
M.A.N
DATARAN BANJIR
DATARAN BANJIR (“FLOOD PLAIN”)
SUNGAI
GENANGAN GS
MASALAH GENANGAN MASALAH BANJIR TANGGUL
GS M.A.B M.A.N
DATARAN BANJIR
PALUNG SUNGAI BANTARAN
DATARAN BANJIR BANTARAN BANJIR YANG LAYAK DIKENDALIKAN
DEBIT/ALIRAN NORMAL GENANGAN SISWOKO
DAERAH PENGUASAAN SUNGAI TANGGUL
GS
GS
M.A.B M.A.N PENGEMBANGAN DI DATARAN BANJIR DI DATARAN BANJIR MENINGKAT
BANTARAN
BANTARAN
DATARAN BANJIR
DATARAN BANJIR (“FLOOD PLAIN”)
SUNGAI
PEMAHAMAN TENTANG PENANGANAN MASALAH BANJIR YANG KELIRU PEMAHAMAN TENTANG PENANGANAN MASALAH BANJIR YANG KELIRU TANGGUL DIPASANGI “TOPI” (PARAPET) ATAU DITINGGIKAN
MASALAH BANJIR
GS
M.A.B M.A.B M.A.N
DATARAN BANJIR
PALUNG SUNGAI BANTARAN
DATARAN BANJIR BANTARAN BANJIR YANG LAYAK DIKENDALIKAN
DEBIT/ALIRAN NORMAL BANJIR > DARI YANG DIKENDALIKAN
DAERAH PENGUASAAN SUNGAI
GS
BANJIR
DEBIT > 50 TAHUNAN
GS
DATARAN BANJIR (“FLOOD PLAIN”)
DATARAN BANJIR SUNGAI TIDAK LAYAK DAN LEBIH BERBAHAYA TANGGUL
BANJIR TERBESAR (PMF) MASALAH BANJIR MASALAH BANJIR
GS
GS MAB MAB M.A.N
BEBAS BANJIRKAH ??
TIDAK DIJAMIN MAS, DATARAN BANJIR
PALUNG SUNGAI BANTARAN
!
TANGGUL (STRUKTUR) TIDAK BISA MENJAMIN DATARAN BANJIR TERBEBAS DARI BANJIR DAN GENANGAN SECARA MUTLAK. SETUJU??
DATARAN BANJIR BANTARAN DEBIT/ALIRAN NORMAL BANJIR YANG LAYAK DIKENDALIKAN BANJIR TERBESAR (PMF)
BENCANA BANJIR DALAM PERSPEKTIF TATA RUANG PERSPEKTIF TATA RUANG
KAWASAN RAWAN BENCANA BANJIR (1) BENCANA BANJIR (1) • Berdasarkan Pedoman Pengendalian g Pemanfaatan Ruangg di Kawasan Rawan Bencana Banjir, yang dimaksud dengan Daerah Rawan Banjir adalah kawasan yang potensial untuk dilanda banjir yang diindikasikan dengan frekuensi terjadinya banjir (pernah atau berulangkali); • Kawasan Rawan Bencana Banjir Meliputi Kawasan Dataran dan Pesisir yang berfungsi sebagai Kawasan Budidaya. • Adanya keterkaitan antara pola penanganan kawasan rawan longsor dan rawan banjir, banjir karena pola pengelolaan kawasan rawan longsor di bagian hulu, mempunyai dampak besar terhadap kawasan rawan banjir yang ada di bagian hilir.
KAWASAN RAWAN BENCANA BANJIR (2) BENCANA BANJIR (2) •
Tipologi kawasan rawan banjir dapat dibedakan menjadi 2, yaitu pada kawasan lindung dan kawasan budidaya.
GAMBAR 3 TIPOLOGI KAWASAN LINDUNG DAN RAWAN BENCANA BANJIR
KAWASAN RAWAN BENCANA BANJIR (3) BENCANA BANJIR (3)
GAMBAR 4 GAMBAR 4 TIPOLOGI KAWASAN BUDIDAYA RAWAN BENCANA BANJIR
KESIMPULAN 1. BANJIR MERUPAKAN FENOMENA ALAM DAN MASALAH YANG DITIMBULKANNYA TIDAK DAPAT DIATASI/DIKENDALIKAN SECARA MUTLAK 2. MASALAH BANJIR MENINGKAT DARI TAHUN KE TAHUN SEIRING DENGAN PERTUMBUHAN DAN PEMBUDIDAYAAN LAHAN DI DATARAN BANJIR YANG KURANG MEMPERTIMBANGKAN ADANYA RESIKO TERGENANG BANJIR, SERTA PERTUMBUHAN DAN PEMBUDIDAYAAN LAHAN DI DAS YANG KURANG DIIMBANGI DENGAN UPAYA KONSERVASI AIR DAN TANAH 3. UNTUK MENGATASI MASALAH BANJIR, SAMPAI SAAT INI MASIH MENGANDALKAN PADA UPAYA STRUKTUR YANG DILAKSANAKAN OLEH PEMERINTAH. HASIL YANG TELAH DICAPAI TIDAK SEIMBANG DAN JAUH TERTINGGAL DIBANDING DENGAN LAJU PENINGKATAN MASALAH. GG G G G S 4. UPAYA MENGATASI MASALAH BANJIR SEHARUSNYA MERUPAKAN DOMAIN BERSAMA ANTARA MASYARAKAT, SWASTA DAN PEMERINTAH. KEBIJAKAN STRATEGI DAN UPAYA MENGATASI MASALAH BANJIR PERLU DITINJAU ULANG KEBIJAKAN, STRATEGI DAN UPAYA MENGATASI MASALAH BANJIR PERLU DITINJAU ULANG UNTUK MEMBERI PELUANG KEPADA SELURUH STAKEHOLDERS BERPERAN; A.L DENGAN MENERAPKAN UPAYA MENYELURUH BERUPA GABUNGAN STRUKTUR DAN NONSTRUKTUR YANG DIDUKUNG OLEH BERBAGAI DISIPLIN DI BIDANG SOSIAL YANG DIDUKUNG OLEH BERBAGAI DISIPLIN DI BIDANG SOSIAL, LINGKUNGAN, TEKNIS, EKONOMIS DAN HUKUM.
Terima Kasih
