Analisis Kecukupan dan Kompetensi Bukti Audit atas Siklus Akseptasi(Underwriting Cycle) (Studi Kasus Audit atas Laporan Keuangan Perusahaan Asuransi Kerugian PT. A Tbk) Bangun Admaja & Ludovicus Sensi W Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Abstrak Tulisan ini membahas bagaimana auditor mengevaluasi kecukupan dan kompetensi bukti audit. Bukti audit inilah yang akan mendasari auditor dalam menyusun opininya. Analisis bukti audit meliputi jenis bukti audit, bagaimana prosedurnya, dan analisis bukti audit yang didapat. Semua bahasan diatas akan dibahas dalam sebuah kerangka studi kasus di sebuah Perusahaan Asuransi Kerugian yakni PT. A Tbk dengan pembatasan pada siklus akseptasi (underwriting cycle). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bukti audit yang didapat telah memenuhi kriteria kompetensi, sedangkan dari segi kecukupan bukti audit menunjukkan hasil yang kurang maksimal dalam pengumpulannya. Kata kunci : bukti audit, kecukupan, kompetensi, asuransi kerugian, siklus akseptasi q Abstract This paper discusses how auditors evaluate the adequacy and competence of audit evidence. Audit evidence as underlying matters in preparing its opinion. Analysis of audit evidence includes the type of audit evidence, what is the procedure, and analysis of audit evidence obtained. All the discussion above will be discussed in a framework of a case study in a General Insurance Company, PT. A Tbk with restrictions on the underwriting cycle. The results showed that the audit evidence obtained meets the criteria of competence, whereas in terms of the adequacy of audit evidence shows that less than the maximum results. Keywords : Audit evidence, sufficiency, competency, general insurance underwriting cycle
1.
Pendahuluan Industri Asuransi saat ini telah berkembang pesat sejalan dengan perkembangan
perekonomian nasional. Ini menunjukkan semakin tumbuhnya minat perusahaan dan masyarakat dalam menggunakan jasa asuransi. Oleh karena besarnya dana masyarakat dan dana pihak ketiga yang dikelola oleh perusahaan asuransi, maka diperlukan adanya transparansi dan akuntabilitas dalam menjalankan roda bisnisnya. Akuntabilitas tercermin dalam laporan keuangan yang akurat mengenai kondisi keuangan perusahaan. Informasi inilah
Analisis kecukupan..., Bangun Admaja, FE UI, 2013
yang menjadi salah satu dasar bagi calon nasabah asuransi menentukan dimana menempatkan dananya. Kehadiran auditor untuk memberikan assurance atas kredibilitas dan keandalan atas laporan keuangan mutlak diperlukan. Kebutuhan atas laporan keuangan yang baik ini mendorong auditor eksternal bekerja untuk memberikan kepastian yang memadai tentang kewajaran dan keakuratan laporan keungan perusahaan asuransi. Auditor bekerja ekstra hati – hati karena industri asuransi termasuk dalam golongan industri yang high-regulated. Selain bersentuhan dengan Standar Akuntasi yang khusus mengatur asuransi, industri ini juga harus mengikuti ketentuan Undang – Undang dan Peraturan turunannya, serta ketentuan pasar modal jika asuransi tersebut merupakan perusahaan publik. Fokus pada tulisan ini terletak pada siklus akseptasi (underwriting), atau siklus penerimaan nasabah, penerbitan polis sampai penerimaan premi perusahaan dan atau dapat dipadang pula sebagai revenue cycle atau sales and collection cycle perusahaan. Siklus ini dipilh karena memiliki keunikan tersendiri dibanding revenue cycle perusahaan non – asuransi. Selain itu, siklus underwriting juga mempunyai teknik serta dokumen tersendiri yang sangat pantas untuk dibahas. Tentu merupakan tantangan tersendiri bagi penulis untuk dapat membahas siklus ini. Banyaknya peraturan dan pertimbangan teknis yang harus diikuti dan disesuaikan dengan akuntansi perusahaan inilah yang membuat adanya celah misstatement dalam pengungkapan laporan keuangan perusahaan asuransi. Terlebih industri asuransi juga sangat berkait erat dengan sumber ketidakpastian lain meliputi estimasi-estimasi seperti estimasi klaim, cadangan premi, penentuan resiko atas premi, nilai wajar instrumen investasi dan penilaian kecukupan liabilitas. Tanpa pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang operasi perusahaan asuransi, Auditor akan kesulitan untuk memberikan jasa assurance atas laporan keuangan klien. Dalam proses pemeriksaan diperlukan pengujian yang memadai untuk melakukan audit pada perusahaan asuransi. Pengujian ini diperlukan atas bukti audit (audit evidence). Bukti audit inilah yang akan memegang peranan yang sangat vital dalam audit eksternal sebagaimana pula berlaku pada perusahaan asuransi. Mengutip sebuah studi telah dilakukan pada 45 perusahaan publik, dan ditemukan mengalami audit deficiencies yang umumnya terdiri dari kecurangan pelaporan keuangan dengan beberapa kasus penyelewengan aset atau defalcations (Beasley, Carcello, & Hermanson : 2001). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 80% (36 dari 45 kasus) tidak mengumpulkan bukti audit yang cukup. 18 dari 45 kasus (40%) mengandalkan terlalu banyak
Analisis kecukupan..., Bangun Admaja, FE UI, 2013
prosedur penyelidikan sebagai bentuk bukti. Penelitian ini menyatakan bahwa representasi manajemen adalah salah satu contoh di mana auditor tidak memperoleh bukti yang cukup dan tepat, mereka tidak menguatkan tanggapan dari manejemen. Selain itu, auditor hanya melihat draft kontrak-kontrak yang diperiksa sebagai dokumentasi pendukung daripada melihat bukti penyelesaian transaksinya. Dalam hal ini penulis berkesempatan untuk melakukan proses audit kepada Perusahaan Asuransi Umum PT A Tbk yang berkantor di Jakarta Pusat. Kesempatan ini dapat terlaksana berkat pengalaman menjadi bagian dari tim audit di salah satu Kantor Akuntan Publik yang melakukan audit atas laporan keuangan PT. A Tbk. Hasil dari penelitian dipaparkan dalam beberapa bab dalam tulisan ini..
2.
Tinjauan Teoritis Secara umum, konstruksi teori dari audit mengikuti perkembangan dari teori
akuntansi, walaupun terdapat semacam lag diantara keduanya Godfrey (2010). Teori tentang audit baru akan muncul setelah munculnya isu akuntansi. Banyak pakar memandang bahwa audit adalah ilmu yang lebih bersifat practical, yaitu menjawab pertanyaan bagaimana, bukan apa atau mengapa. Masih menurut Godfrey (2010), perkembangan teori audit selanjutnya muncul di era normatif, yang berarti era dimana teori yang muncul adalah teori yang menjelaskan tentang pertanyaan bagaimana seharusnya audit yang baik. Hal ini mulai ketika American Accounting Association (AAA) membuat sebuah komite yang diberi beberapa tugas dasar. Tugas komite ini adalah membuat konsep dasar teori audit, menjelaskan fungsi dan peranan audit, dan memberikan usulan penelitian lebih lanjut tentang audit. Hasil dari kerja komite ini kemudian digunakan untuk dasar pelajaran bagi mereka yang belajar masalah audit. Perkembangan teori positif tentang akuntansi juga membawa audit pada era teori positif. Teori yang muncul pada era ini banyak bergeser pada teori – teori yang didapat dari penelitian eksperimental dan
penelitian empiris. Penelitian eksperimental yang sering
dilakukan adalah JDM (Judgement Decision Making Process), yakni penelitian yang mencari tahu bagaimana auditor mengambil keputusan. Sedangkan penelitian empiris yang banyak membahas tentang faktor – faktor yang mungkin mempengaruhi auditor dalam proses auditnya. Kebanyakan penelitian ini meneliti tentang audit quality yang mencari tahu apa – apa saja faktor yang mempengaruhinya seperti ukuran KAP, fee audit, lama waktu audit dan lain sebagainya.
Analisis kecukupan..., Bangun Admaja, FE UI, 2013
Selanjutnya berbicara tentang bukti audit, SPAP SA Seksi 326 mennyatakan bukti Audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat yang tersedia bagi auditor. jurnal, buku besar, buku pembantu, buku pedoman akuntansi yang berkaitan, serta catatan seperti lembar kerja yang mendukung seperti alokasi biaya, perhitungan dan rekonsiliasi keseluruhan juga merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan. Di pihak lain tanpa cukup perhatian atas kewajaran dan kecermatan data akuntansi yang melandasinya, pendapat auditor atas laporan keuangan tidak akan terjamin. Bukti Audit penguat meliputi baik informasi tertulis maupun elektronik, seperti cek catatan electronik fund transfer, faktur, surat kontrak, notulen rapat, konfirmasi dan representasi tertulis dari pihak yang mengetahui informasi diperoleh auditor melalui permintaan keterangan, pengamatan inspeksi dan pemeriksaan fisik serta informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkan menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat. Menurut Haryono (2001), Faktor – faktor yang mempengaruhi auditor dalam proses penentuan bukti audit adalah Materialitas & risiko pos yg material yang diduga ada banyak salah saji akan perlu bukti lebih banyak. Kemudian faktor-faktor ekonomis serta batasan waktu dan biaya. Terakhir adalah ukuran & karakteristik populasi, semakin besar populasi, maka semakin banyak bukti audit yang harus didapat. Beberapa jenis bukti audit menurut Sensi (1988) (1) Internal control, suatu sistem akuntansi di dalam perusahaan harus memenuhi unsur kontrol didalamnya. Kontrol ini diperlukan untuk memberikan perlindungan pada informasi akuntansi yang dihasilkan. Kontrol internal yang bagus akan menghasilkan data akuntansi yang lebih lebih terpercaya. Unsur – unsur didalamnya antara lain adalah fungsi pemisahan fungsi otoritas, otorisasi yang ajeg, lingkungan kontrol dan pengawasan yang ketat. (2) Bukti fisik langsung, beberapa kelas aset yang dimiliki perusahaan memiliki wujud fisik yang dapat diobservasi oleh auditor. Contoh dari aset ini adalah persediaan, bangunan, gedung, dan tanah. Auditor harus memastikan dokumen resmi pendukung dari aset diatas seperti akta dan bukti perolehan. (3) Bukti dokumen pendukung, dalam proses transaksi sehari – hari, terdapat berbagai macam dokumen pendukung yang dihasilkan. Dokumen – dokumen yang umum menyertai antara lain invoice, order documents, (4) Catatan akuntansi, Proses akuntansi ini melalui langkah yang berurutan. Urutan pencatatan ini meliputi jurnal, general ledger, subsidiary ledger, trial balance dan lain – lain. (5) Overall analysis, jenis bukti audit ini lebih condong berasal analisa auditor atas data – data klien. Analisa ini idak kalah penting dalam rangkaian pemeriksaan. Dengan
Analisis kecukupan..., Bangun Admaja, FE UI, 2013
menganalisa, auditor dapat menilai rasionalitas atas hubungan antar akun. (6) Independent computation, akuntan Publik harus melakukan perhitungan kembali untuk memastikan kebenaran dan kecermatan data akuntansi, misalnya dengan menghitung kembali penjumlahan maupun pengalian. (7) Oral evidence, dalam proses pemeriksaan, auditor umumnya akan selalu berinteraksi dengan klien, baik untuk meminta data, meminta penjelasan maupun diskusi atas isu audit yang dihadapi. (8) Subsequent event, kejadian – kejadian setelah tanggal penutupan juga merupakan petunjuk alternatif untuk tambahan bukti audit. (10) Circumtacial evidence, lingkungan dimana perusahaan tersebut berjalan atau berdiri memegang peranan penting dalam memberikan kelayakan suatu laporan keuangan. (11) Electronically processed record, saat ini perkembangan dunia TI juga telah merambah sistem akuntansi dimana semua data tersimpan dalam media penyimpanan komputer berikut pengolahannya. Bukti Audit, apapun bentuknya, dapat dikategorikan kompeten apabila memiliki dua karakteristik berikut, yakni relevan dan handal. Relevan diartikan sebagai kesesuaian bukti audit dengan tujuan audit yang akan dicapai. Bila Auditor salah memilih bukti audit yang tidak relevan, maka akan terjadi kesalahan pula dalam membuat kesimpulan atas tujuannya. Kemudian bukti audit juga harus memiliki karakteristik yang handal (reliable). Handal berarti apakah suatu bukti audit dapat dijadikan dasar yang menunjukkan keadaan sebenarnya atas asersi yang diberikan manajemen. Berikut ini adalah beberapa kriteria kompetensi bukti audit menurut Arens (2010). (a) Relevansi bukti audit, relevan berarti terdapat kesesuaian antara bukti yang didapat dengan pos yang sedang diperiksa. Tidak mungkin auditor misalnya ingin mememeriksa jumlah kas perusahaan, tetapi bukti audit yang dicari adalah kuitansi dan invoice. Seharusnya auditor bisa mendapat bukti audit atas kas dengan jalan perhitungan langsung atau memeriksa surat konfirmasi bank. (b) Independensi sumber bukti audit, bukti audit yang didapat auditor dari pihak luar perusahaan dipandang lebih reliable dibandingkan dengan bukti audit yang didapat dari internal, konfirmasi dari pihak luar misalnya dari bank serta konfirmasi dari klien perusahaan merupakan salah satu contoh dari sumber bukti audit eksternal. (c) Efektifitas dari internal control, fungsi utama dari internal control sebenarnya adalah untuk membantu manajemen memastikan bahwa informasi yang dihasilkan memang tepat dan dapat dipergunakan dalam membuat keputusan bisnis. Sebagai bagian dari audit, efektifitas dari internal control selalu mendapat perhatian dari auditor. Apabila auditor menilai bahwa internal control efektif maka itu akan menurunkan tingkat resiko dan bukti audit yang didapat
Analisis kecukupan..., Bangun Admaja, FE UI, 2013
dipandang lebih reliable. Namun sebalinya bila kontrol internal rendah, maka informasi bukti audit yang didapat dari klien dipertimbangkan untuk mendapat predikat tidak reliable. (d) Auditor’s direct personal knowledge, bukti audit yang didapat auditor secara langsung lewat physical examination, observasi, komputasi, dan inspeksi secara umum dilihat lebih reliabel dibandingkan dengan bukti audit yang didapat dari pekerjaan yang sama tetapi oleh pihak lain. Sebagai contoh misalnya, perhitungan persediaam oleh auditor langsung. (e) Objektivitas, bukti obyektif lebih dapat diandalkan daripada bukti yang membutuhkan pertimbangan yang cukup untuk menentukan apakah sudah benar. Contoh bukti objektif meliputi konfirmasi piutang dan saldo bank, jumlah fisik surat berharga dan uang tunai. Contoh bukti subjektif misalnya surat yang ditulis oleh seorang pengacara klien membahas kemungkinan hasil dari tuntutan hukum yang belum terhutang dengan klien, pengamatan buruknya persediaan selama pemeriksaan fisik, atau permintaan keterangan kepada manajer kredit tentang kolektibilitas piutang. (f) Timeliness. ketepatan waktu bukti audit dapat merujuk baik untuk ketika akumulasi atau periode yang dicakup oleh audit. Bukti biasanya lebih dapat diandalkan ketika dekat tanggal neraca. misalnya, perhitungan auditor atas surat berharga pada tanggal neraca lebih dapat diandalkan daripada hitungan 2 bulan sebelumnya. Untuk pos – pos di laporan laba rugi, bukti lebih reliable jika ada sampel dari seluruh periode tahun buku, seperti sampel acak dari transaksi sepanjang tahun. bukan hanya dari bagian periode, bukan hanya yang di akhir – akhir. (g) Kualifikasi, meskipun sumber informasi independen, bukti tidak akan dapat diandalkan kecuali individu menyediakan itu memiliki kualifikasi. Oleh karena itu, komunikasi dari pengacara dan konfirmasi bank biasanya lebih sangat dipandang sebagai bukti audit yang baik seputar masalah legal. Atau masalah pengiriman surat konfirmasi kepada orang yang orang tidak akrab dengan dunia bisnis akan menimbulkan potensi kesalahan. Juga, bukti yang diperoleh langsung oleh auditor mungkin tidak dapat diandalkan jika auditor tidak memiliki kualifikasi untuk mengevaluasi bukti misalnya adalah penilaian atas aset khusus seperti berlian berlian harus dipegang oleh profesi penilai khusus.
Audit yang dilakukan auditor independen bertujuan untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk dipakai sebagai dasar memedai dalam merumuskan pendapatnya. Jumlah dan jenis bukti audit yang dibutuhkan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya memerlukan pertimbangan profesional auditor setelah mempelajari dengan teliti keadaan yang dihadapinya. Dalam banyak hal, auditor independen dapat mengandalkan bukti yang bersifat mengarahkan (persuasive evidence) daripada bukti yang bersifat menyakinkan (convincing
Analisis kecukupan..., Bangun Admaja, FE UI, 2013
evidence). Baik asersi secara individual dalam laporan keuangan, hasil usaha, dan arus kas perusahaan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di indonesia adalah sedemikian sifatnya, sehingga seorang auditor yang sangat berpengalaman pun jarang dengan mudah diyakinkan. Auditor bekerja dalam batas – batas pertimbangan ekonomi, agar secara ekonomis bermanfaat, pendapatnya dirumuskan dalam jangka waktu yang pantas dengan biaya yang masuk akal. auditor harus memutuskan, sekali lagi dengan pertimbangan profesionalnya, apakah bukti audit yang tersedia baginya dengan batasan waktu dan biaya, cukup memadai untuk membenarkan pernyataan pendapatnya.
3. Metode Penelitian Berikut ini adalah kerangka pemikiran penelitian ini : Gambar 3.1 Prosedur Audit Test of control (obtain an understanding of internal
Subtantive +
test of transaction
Sufficient
Test of +
Analitical procedures
+
details of baalance
control)
competent =
evidence per PSA 26 (SA 350)
Sumber : Arens (2010)(Telah diolah kembali)
Tabel 3.1 Analisis Bukti Audit Faktor Pertimbangan 1 2 3
Analisis Bukti Audit (Arens/PSA 76 –SA 326)
Karakteristik dan skala Resiko dan Materialitas Batasan waktu dan biaya
1
Kompetensi a Relevansi b Independensi c Objektivitas d Kualifikasi e Auditor Direct Knowledge f Timeliness 2 Kecukupan a Item to select b Jumlah c Prosedur d Timing Sumber : Haryono (2001) dan Arens (2010)(Telah diolah kembali)
Analisis kecukupan..., Bangun Admaja, FE UI, 2013
Metodologi yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian Studi Kasus. Dalam buku Metode Penelitian Bisnis yang ditulis oleh Sekaran (2009), menjelaskan case study sebagai penelitian yang mendalam, analisa yang bersifat kontekstual dalam sebuah organisasi. Desain penelitian ini memiliki ciri penelitian hypotyco – deductive study yakni penelitian yang menggunakan cara berfikir deduktif, dimulai dari teori umum kemudian mengaplikasikan teori kepada kasus yang spesifik. Objek penelitian merupakan salah satu hal yang penting untuk menjadi perhatian. Spradley (1979) menjelaskan bahwa karakteristik dari objek penelitian kualitatif didasarkan pada adanya tiga komponen dasar yakni tempat, pelaku, dan aktivitas yang berkaitan secara simultan. Karakteristik diatas menjadi salah satu dasar dalam pemilihan objek dalam penelitian ini. Berdasarkan pertimbangan diatas maka dipilihlah sebuah Perusahaan Asuransi Kerugian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yakni PT A Tbk Pemilihan objek penelitian ini disesuaikan dengan ketersediaan data pada daftar perusahaan yang menjadi klien audit pada KAP tempat penulis melaksanakan penelitian ini. Untuk keperluan analisis data, penelitian ini memerlukan sejumlah data pendukung yang berasal dari PT A. Oleh karena itu, teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi, wawancara dan observasi. Data primer yang digunakan terdiri dari hasil tanya jawab dengan klien dan tim audit. Selain itu peneliti juga mengumpulkan data lain seperti dokumen – dokumen audit, working paper audit, serta laporan independen auditor. Data sekunder yaitu data yang telah diolah sehingga menjadi data yang lebih informatif dan dapat langsung dipergunakan. Data sekunder yang penulis kumpulkan meliputi modul akuntansi asuransi kerugian, corporate profile perusahaan, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 28), Peraturan BAPEPAM, Peraturan Menteri Keuangan, Undang – Undang, Peraturan Pemerintah dan rilis Asosiasi Asuransi Kerugian Indonesia (AAKI) terkait usaha yang dilakukan asuransi kerugian. undang-undang, buku, jurnal, skripsi, tesis dan lain-lain yang relevan dengan topik seputar asuransi kerugian, reasuransi, beserta perlakuan akuntansinya. Analisis merupakan satu hal krusial yang menentukan hasil dari sebuah penelitian. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode evaluasi deskriptif. Dalam literatur tentang model evaluasi Sagepub (2007), ada beberapa turunan dari metode evaluasi deskriptif yang dapat digunakan peneliti. model penelitian evaluasi yang digunakan
Analisis kecukupan..., Bangun Admaja, FE UI, 2013
pada penelitian ini merupakan perpaduan dari ketiga pendekatan. Yakni, utilization – focused evaluation; theory – driven evaluation; acreditation approach. Pertama adalah pendekatan Utilization – Focused Evaluation Menurut Patton (1997), evaluasi ini difokuskan pada evaluasi yang dilakukan untuk hal yang spesifik, yakni dimaksudkan untuk penggunaan utama tertentu dalam hal ini oleh auditor. Dalam hal ini, evaluasi yang dilakukan terhadap keandalan bukti audit yang dimaksudkan dalam rangka memberikan opini audit atas laporan keuangan perusahaan. Pendekatan kedua adalah pendekatan teori (Theory-Driven Evaluation) Pendekatan ini untuk evaluasi yang berfokus pada teori daripada isu-isu metodologis. Ide besarnya adalah dengan menggunakan atau teori atau peraturan sebagai dasar evaluasi untuk memahami suatu kegiatan Smith (1994). Model ini menitik beratkan pada pertanyaan bagaimana program seharusnya bekerja, evaluator dapat mempertimbangkan teori tentang ilmu yang terkait dengan kegiatan serta sumber daya program, kegiatan, proses, dan hasil dan asumsi Bickman (1987) Terakhir, model akreditasi bergantung pada pendapat ahli untuk menentukan pendapatnya. Tujuannya adalah untuk memberikan profesional judgement yang diharuskan sesuai dengan peraturan dan kriteria yang berlaku. 4. Pembahasan Hasil Penelitian Melakukan Uji Test of Control Uji kontrol juga digunakan untuk melihat efektifitas kontrol dan biasanya melibatkan pengujian sampel transaksi. Dalam uji efektivitas operasi proses kebijakan penerimaan underwriting PT A ini, auditor memeriksa sampel dari beberapa contoh sample dari sepanjang tahun untuk menentukan apakah persyaratan dokumen yang memadai telah terpenuhi. Berikut ini adalah alur kontrol dokumen yang berjalan pada siklus akseptasi PT. A dari mulai penerimaan nasabah sampai dengan penerimaan premi (Contoh dokumen dapat dilihat pada lampiran 12 – 18) : Gambar 4.12 Flow of Document Slip Order/Surat
Risk Assesment
Underwriting
Permintaan
(Dokumen Analisa
Information (UI/
Pertanggungan
Resiko)
Data
Asuransi (SPPA)
Debit Note (DN)
Pertanggungan)
Inforce Print Polis
Laporan Survey
Analisis kecukupan..., Bangun Admaja, FE UI, 2013
Untuk penagihan
(Jika diperlukan)
Credit Note (CN)
Collection List (Data
Receipt Voucher/
Untuk pembayaran
Penagihan)
Payment Voucher
Komisi broker/agen Sumber : Dokumen akseptasi PT A (Telah diolah kembali)
Pada tes ini auditor menemukan kontrol otomatis karena kinerja yang konsisten dari klien. Dalam hal ini PT A telah memiliki kontrol level otorisasi maupun kontrol kelengkapan dokumen yang dibenamkan dalam sistem IT. Prosedur auditor untuk memeriksa sistem kontrol otomatis juga dapat berfungsi sebagai uji kontrol, bilamana auditor menentukan ternyata risiko bahwa kontrol otomatis bisa saja berubah sejak pemahaman diperoleh tergolong rendah. Dalam praktek audit dilapangan, pemeriksaan didokumentasikan dalam bentuk working paper. Working paper yang ada berupa checklist atas adaptasi step – step berdasarkan prosedur SOP. Auditor akan memberi tickmark setiap langkah berdasarkan hasil pemeriksaan kelengkapan dokumen yang diberikan klien atas permintaan data sample yang telah ditetapkan oleh auditor. Pemilihan sampel menggunakan teknik judgemental sampling. Yakni memilih item – item tertentu dari populasi berdasarkan penilaian auditor terhadap potensi misstatement. Hasilnya menunjukkan mayoritas sample yang dipilih telah dilengkapi dengan otorisasi dan dokumen pendukung yang telah diharuskan. Namun terdapat beberapa sampel transaksi yang tidak tersedia dokumen pendukung. Manajemen beralasan bahwa dokumen ini tidak tersedia karena missing documents akibat dokumen berada di kantor pusat untuk keperluan pemeriksaan otorisasi selain itu auditor menemukan kurang tertibnya filing management kantor. Masalah ini disebabkan oleh masalah teknis dimana salah satu kantor cabang yang diperiksa baru saja memindahkan operasionalnya di kantor yang baru. Auditor meminta manajemen untuk melengkapi dokumen yang diminta. Dokumen yang diminta akhirnya didapat auditor setelah meminta salinan dari kantor pusat. Analytical Procedures
Analisis kecukupan..., Bangun Admaja, FE UI, 2013
Prosedur analitis pada proses ini termasuk tes subtantive untuk mendukung saldo pos akun. Tujuan yang paling penting dilakukannya tes ini adalah melihat kesesuaian pergerakan antar pos akun khususnya pada pos – pos yang terkait siklus underwriting PT A. Pada prosedur ini auditor lebih jauh melihat kesesuaian antar akun. Dalam silkus underwriting PT A ini auditor melihat kesesuaian antara pergerakan pendapatan premi dan beban komisi dengan piutang premi dan kemudian pergerakan antara piutang reasuransi aset reasuransi dengan premi reasuransi dan klaim reasuransi. Pergerakan antar akun atas PT. A dinilai auditor dalam koridor yang wajar. (analisa PAR sebelumnya – halaman 76). Namun ada pos yang menurut auditor belum mendapatkan reasoning yang memadai terkait analisa antar akun ini. Yakni relevansi informasi atas selisih antara penurunan nilai aset reasuransi tahun 2012 dan 2011 sebesar Rp 56.631.441.842 terhadap peningkatan nilai klaim reasuransi tahun 2012 dan 2011 yang hanya mencapai Rp 5.510.023.267. dimana selisih mencapai Rp 51.121.418.575. Reasoning hubungan kedua akun diatas adalah ketika terjadi penurunan nilai aset reasuransi maka kemungkinan besar adalah terkait adanya kenaikan klaim reasuransi. Perbedaan hubungan pergerakan akun antar ini kemudian ditindaklanjuti oleh auditor untuk melakukan prosedur inquiry kepada manajemen. Manajemen memberikan jawaban bahwa penurunan aset reasuransi yang besar diatas bukan hanya disumbang dari kenaikan klaim reasuransi namun juga disumbang dari kemungkinan lain seperti settlement atau habis masa periode dari reasuransi. Disamping untuk melihat pergerakan antar akun, prosedur ini dijalankan dengan cara melihat rasio – rasio keuangan. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui apakah ada rasio – rasio khusus yang secara peraturan ditentukan batasannya khusus untuk perusahaan asuransi kerugian. Pada PT A terdapat rasio khusus yang diwajibkan sesuai dengan SK Menkeu No. 424/KMK.06/2003 tentang rasio premi retensi sendiri paling banyak sebesar 300% dari total modal sendiri. PT A telah memenuhi ketentuan ini dengan rasio sebesar 164 %.
4.2.2.2 Test of Detailed Balance Test of detailed balance adalah pengujian secara terperinci saldo akhir laporan keuangan, pada tahap ini pemeriksa melakukan pemeriksaan secara langsung atas saldo laporan keuangan dengan melakukan pemeriksaan atas bukti audit yang ingin didapat dan melakukan verifikasi ke general ledger. Sebagai contoh adalah pemeriksaan atas saldo akhir piutang premi. Auditor akan melakuka prosedur pemeriksaan dengan mengirimkan surat
Analisis kecukupan..., Bangun Admaja, FE UI, 2013
konfirmasi piutang kepada pihak tertanggung perusahaan. Bukti audit yang didapat adalah surat konfirmasi kembali dari tertanggung kemudian dicocokkan dengan catatan perusahaan. Bila terdapat perbedaan, maka auditor dapat menelusuri sebab perbedaan ini, apakah karena error atau kelemahan prosedur. Teknik pemeriksaan atas masing – masing saldo mungkin saja berbeda tergantung tujuan dan nature dari masing – masing saldo yang akan diperiksa. Sebagai contoh lain adalah pemeiksaan atas saldo premi yang belum merupakan pendapatan. Nilai dari saldo diatas adalah hasil dari perhitungan teknis premi. Oleh karena auditor tidak memiliki kompetensi yang cukup untuk membuat penilaian, maka auditor mengandalkan bukti audit dari hasil perhitungan laporan aktuaris. Perlu digarisbawahi bahwa tes atas saldo terperinci ini adalah salah satu proses yang paling sulit bagi auditor karena bersifat subjective dan memerlukan pertimbangan profesional dan kecakapan yang tinggi untuk menentukan teknik program pemeriksaan apa yang akan dilakukan. Oleh karena batasan waktu dan biaya serta dari pertimbangan standar pemeriksaan, auditor tidak memeriksa semua transaksi yang mengakibatkan perubahan saldo. Auditor dapat menggunakan teknik sampling, yaitu teknik pemeriksaan dengan cara memilih beberapa item kurang dari 100% populasi dari keseluruhan item untuk membuat gambaran tentang populasi itu sendiri. Dalam sampling audit dikenal istilah representative sampling yaitu sampel yang mewakili karakteristik dari populasi. Dalam praktek, auditor tidak akan pernah tahu apakah sampelnya benar – benar representatif. Satu – satunya jalan untuk tahu adalah dengan memeriksa keseluruhan populasi. Namun Auditor dapat
melakukan pendekatan yang
memadai dengan membuat design sample dengan tepat, melakukan proses seleksi dengan tepat, dan evaluasi atas sampel itu sendiri. Pada audit siklus underwriting PT A, sample yang dilakukan dengan menggunakan IDEA Software dengan metode monetary unit sampling. Auditor menetapkan batasan tertentu untuk setiap akun-akun. Dari batasan yang telah ditetapkan, IDEA Software dengan metode monetary unit sampling secara otomatis memilih sample-sample yang terbesar yang secara otomatis mencapai 75% dari populasi. Auditor memeriksa semua saldo akun diatas sesuai dengan nature masing – masing akun diatas, kegiatan utama yang dilakukan adalah pemeriksaan kecocokan saldo antar pos pencatatan dan, antar periode. Teknik utama yang digunakan adalah vouching dan recalculation. Berikut dibawah ini penulis uraikan tujuan dan prosedur serta catatan pemeriksaan saldo – saldo yang berkaitan dengan siklus underwriting PT. A. Akun Perkiraan
Analisis kecukupan..., Bangun Admaja, FE UI, 2013
1. Piutang Premi, Piutang Reasuransi Tujuan Pemeriksaan :
Meyakinkan bahwa piutang premi tersebut ada dan tidak fiktif. Tujuan pemeriksaan piutang ini juga untuk memastikan validitasnya
Untuk meyakinkan bahwa piutang – piutang tersebut memang dapat ditagih (collectible)
Untuk menentukan ketepatan penyajian dan klasifikasi piutang premi dalam laporan keuangan. Prosedur Audit:
Cocokan saldo awal buku perusahaan dengan saldo awal audit report
Minta rincian atas piutang tersebut
Cocokan saldo atas rincian dengan saldo yang tercatat di GL, apabila belum sama minta rekonsiliasinya
Pilih sampel dan buat konfirmasi piutang (konfirmasi positif)
Cocokan saldo konfirmasi dengan balasan konfirmasi, jika ada selisih minta rekonsiliasinya
Apabila konfirmasi tidak di balas, maka lakukan subsequent.
Lihat penerimaan di bulan berikutnya dengan mencocokan saldo tercatat dengan penerimaan bank (periksa rekening koran bank) Pada pemeriksaan piutang premi dan piutang reasuransi, auditor mengandalkan
prosedur konfirmasi positif sebagai metode pemeriksaan. Auditor memilih sampel sampai dengan 75% populasi piutang premi dan pitang reasuransi berdasarkan pengelompokan tertanggung. Auditor meminta klien untuk mengirim surat konfirmasi sesuai dengan format yang telah dibuat auditor dan dicetak menggunakan kop klien untuk selanjutnya dikirim kepada alamat masing – masing tertanggung. Auditor akhirnya juga melakukan prosedur alternatif yakni pemeriksaan subsequent penerimaan pembayaran piutang dengan cara meminta dokumen penerimaan yakni debit dan kredit nota serta bukti tanda terima rekening koran bank sampi dengan pembayaran 28 Februari tahun selanjutnya. Pemeriksaan subsequent ini disesuaikan dengan daftar aging piutang yang jatuh tempo dalam 3 bulan setelah tanggal penutupan neraca. Hasilnya 75% atau sekitar 24 M dari 32 M piutang yang outstanding dan seharusnya dibayar pada periode sampai Februari telah masuk sebagai pembayaran piutang. Selain itu auditor juga memeriksa nilai CKPN (Cadangan Penurunan Nilai Piutang) dengan cara melihat hasil perhitungan auditor dibandingkan dengan perhitungan dengan klien
Analisis kecukupan..., Bangun Admaja, FE UI, 2013
2. Aset Reasuransi Tujuan Audit : Memastikan keberadaan dan ketepatan perhitungan nilai aset reasuransi Prosedur Audit:
Pemeriksaan dilakukan berdasarkan data yang diperoleh aktuaris.
Bandingkan jumlah polis berdasarkan data aktuaris dengan data client.
Bandingkan LAT dan cadangan yang dibentuk berdasarkan aktuaris dengan cadangan yang dibentuk oleh client. Apabila cadangan aktuaris yang dibentuk lebih besar daripada cadangan yang dibentuk oleh client maka lakukan penyesuaian. Data neraca awal perusahaan menunjukkan nilai aset reasuransi berdasarkan dengan
hasil perhitungan internal perusahaan, setelah selesainya laporan aktuaris, nilai dari aset reasuransi disesuaikan dengan perhitungan aktuaris. 3. Utang Reasuransi, Utang Komisi/Komisi dibayar Tujuan Pemeriksaan :
Untuk meyakinkan bahwa
hutang reasuransi dan hutang komisi tersebut timbul
sehubungan dengan transaksi premi yang diterima dari perusahaan
Meyakinkan bahwa hutang reasuransi dan hutang komisi tersebut telah tercantum dalam ikhtisar keuangan dengan jumlah yang benar
Meyakinkan kebenaran perhitungan komisi sehubungan dengan pendapatan premi. Prosedur Audit:
Cocokan saldo awal buku perusahaan dengan saldo awal audit report
Minta rincian atas utang tersebut
Cocokan saldo atas rincian dengan saldo yang tercatat di GL, apabila belum sama minta rekonsiliasinya
Pilih sampel dan buat konfirmasi utang (konfirmasi negatif)
Cocokan saldo konfirmasi dengan balasan konfirmasi, jika ada selisih minta rekonsiliasinya
Apabila konfirmasi tidak di balas, maka lakukan subsequent.
Lihat pembayaran di bulan berikutnya dengan mencocokan saldo tercatat dengan pengeluaran bank (periksa rekening koran bank) Mirip dengan akun piutang, auditor juga memeriksa akun utang dengan jalan
melakukan prosedur konfirmasi dengan cara pengiriman kepada 75% populasi dari saldo
Analisis kecukupan..., Bangun Admaja, FE UI, 2013
utang kepada alamat kreditur. Selain itu auditor juga melakukan prosedur subsequent pembayaran utang dan juga vouching atas kelengkapan dokumen pembayaran komisi.
4. Pendapatan premi dan Premi reasuransi Tujuan Pemerikasaan :
Meyakinkan kebenaran pencatatan pendapatan premi, bahwa premi yang diterima merupakan pendapatan tahun berjalan
Meyakinkan pendapatan premi yang dilaporkan tidak terlalu rendah atau tidak terlau tinggi (understated/overstated)
Meyakinkan kelengkapan dokumen dasar pengakuan pendapatan
Prosedur Audit:
Minta rincian atau laporan produksi premi, bandingkan antara laporan produksi premi yang diperoleh dari bagian underwriting dengan yang tercatat di GL. Jika terdapat selisih minta rekonsiliasinya.
Lakukan cut off pendapatan, ambil sample transaksi terakhir di tahun 2012 dan ambil transaksi di awal tahun 2013. Periksa apakah transaksi tersebut untuk periode polis di masing-masing tahun tersebut. Pertama – tama auditor mencocokkan data yang didapat dari laporan bagian
underwriting dengan data bagian accounting. Auditor menemukan terdapat perbedaan jumlah pendapatan. Dan oleh perbedaan ini selanjutnya dilakukan rekonsiliasi. Selain itu auditor juga melakukan vouching dan cut – off dengan mengambil sampel transaksi penerimaan sepanjang tahun. (Lihat contoh kertas kerja tes Penerimaan Premi pada Lampiran 5. Kenaikan dan penurunan premi yang belum merupakan pendapatan Tujuan Audit : Memastikan bahwa angka perhitungan aktuaris telah memenuhi unsur kewajaran. Prosedur Audit: Jika data aktuaris sudah sesuai, lihat naik turunnya Aset Reasuransi dan liabilitas kontrak asuransi (Premi yang belum merupakan pendapatan) di awal tahun dengan akhir tahun, selisihnya merupakan kenaikan dan penurunan premi yang belum merupakan pendapatan. Auditor menyesuaikan nilai dari kenaikan dan penurunan premi yang belum merupakan pendapatan dengan hasil perhitungan aktuaris.
Analisis kecukupan..., Bangun Admaja, FE UI, 2013
Setelah melakukan serangkaian prosedur dan tes untuk mendapatkan bukti audit terhadap siklus underwriting PT A diatas, auditor memiliki catatan – catatan temuan sebagai berikut : 1. Pada data awal, terdapat perbedaan antara laporan produksi underwriting yang dibuat oleh bagian underwriting dan catatan dalam akuntansi. Setelah ditelusuri ternyata perbedaan ini adalah akibat dari ketidaktaatan divisi underwriting dalam menjalankan SOP pembuatan laporan underwriting. Auditor berpendapat data yang tersedia pada catatan bagian akuntansi lebih reliable untuk dijadikan dasar. Perusahaan pada level kontrol ketaatan belum maksimal dalam melakukan koordinasi antar divisi. 2. Auditor berpendapat terdapat ketiadaan relevansi antara pergerakan pos aset reasuransi yang mengalami penurunan signifikan bila ditelisik kepada pos klaim reasuransi. Manajemen berpendapat bahwa penurunan yang signifikan itu memang dikompensasi dari penurunan penempatan premi reasuransi. 3. Auditor memiliki kesangsian perhitungan dalam nilai pos cadangan penurunan nilai (CKPN) piutang premi dan piutang reasuransi. Terkait hal ini perusahaan menjelaskan sudah berusaha untuk menerapkan aturan pada PSAK 55 Pengukuran instrumen keuangan. Manajemen mempunyai keyakinan terhadap perhitungan nilai cadangan karena telah melakukan pembebanan cadangan umum kepada penghapusan piutang yang tak tertagih pada tahun sebelumnya. 4. Auditor menemukan beberapa missing document ketika melakukan inspeksi sampel dari dokumen akseptasi kepada Kantor Cabang. Terkait hal ini Kepala cabang mengatakan bahwa keberadaan dokumen yang tidak tersedia berada di kantor pusat oleh karena pemeriksaan otorisasi. Auditor meminta dokumen lebih lanjut dan menerima mendapat dokumen yang diminta. 5. Auditor memastikan kontrol akseptasi pada sistem memang berjalan sebagaimana mestinya, namun ada keluhan akibat lambatnya sistem berjalan karena beban load dan koneksi jaringan. Hal ini berakibat pada kesesuaian tanggal dengan occurence dalam transaksi. Terjadi beberapa kasus yang mengharuskan diadakannya rekonsiliasi tanggal. 6. Dalam tataran praktek, perusahaan sebenarnya belum siap untuk menerapkan PSAK 62, auditor menerima laporan aktuaris di saat – saat menjelang akhir proses audit. Dimana laporan aktuaris berguna untuk melihat tes kecukupan liabilitas dan nilai cadangan premi.
Analisis kecukupan..., Bangun Admaja, FE UI, 2013
Berdasarkan analisa kompetensi dan bukti audit melalui studi kasus di lapangan, terdapat beberapa catatan sebagai berikut : 1. Auditor telah cukup melakukan prosedur audit pada tahap perencanaan, semua bukti audit kompeten mengenai profil, materialitas, operasi, sistem, dan resiko yang berguna untuk melakukan langkah mulai dari memahami bisnis klien sampai pengenalan resiko telah dilakukan dengan baik. 2. Pada tahap pelaksanaan audit, penulis berpendapat bahwa auditor telah mendapatkan bukti – bukti audit yang kompeten mulai dari test of control sampai dengan pemeriksaan atas saldo. Namun mengenai kecukupan bukti audit, auditor kurang maksimal untuk mendapat skala bukti yang lebih banyak sehingga dapat menambah keyakinan atas judgement -nya. Seperti yang telah dijelaskan pada bab pelaksanaan audit dimana auditor hanya melakukan inspeksi terhadap 2 kantor cabang yang ada di Jakarta, sementara keseluruhan kantor cabang berjumlah 14 kantor yang tersebar di seluruh Indonesia. Inspeksi hanya mencakup 15% dari seluruh populasi. Namun bila ditilik dari reliabilitas pada kontrol pengendalian internal PT. A yang tinggi, maka auditor berpendapat bahwa pemeriksaan terhadap 2 telah mencukupi. 3. Terkait prosedur test of detailed balance pos piutang premi, auditor tidak melanjutkan pendasaran pada surat konfirmasi, dikarenakan waktu pengiriman yang terbatas. Level pengembalian masih 0% sampai dengan penulis pull – out dari klien. Prosedur alternatif dijalankan dengan pemeriksaan penerimaan subsequent. Atas hal ini penulis menilai bahwa kecukupan dan kompetensi masih kurang dimana prosedur konfirmasi atas piutang yang dikategorikan bukti audit yang reliable tidak berjalan. Selanjutnya auditor melakukan prosedur alternatif yakni pemeriksaan penerimaan subsequent piutang premi, hasil dari pemeriksaan subsequent menunjukkan hasil yang cukup untuk menilai nilai dari akun piutang premi. 4. Terkait dengan laporan aktuaris untuk keperluan tes kecukupan liabilitas dan nilai cadangan, dimana waktu yang tersedia sangat terbatas dengan waktu penyampaian laporan auditor. Auditor telah melakukan review terhadap kantor aktuaris yang telah ditunjuk PT. A. Terkait hasil perhitungan nilai premi yang belum merupakan pendapatan, PT. A menerima dan menyesuaikan dengan nilai aktuaris seperti yang telah diatur dalam PSAK 62.
5.
Kesimpulan
Analisis kecukupan..., Bangun Admaja, FE UI, 2013
Analisis kompetensi bukti audit menunjukkan hasil yang memuaskan dimana masing – masing pos pemeriksaan didukung oleh bukti audit yang sesuai dengan nature dan tujuan audit yang telah ditentukan. Sedangkan berdasarkan analisis kecukupan bukti audit siklus underwriting pada bab pembahasan, bukti audit yang didapat dalam proses pemeriksaan di PT. A menunjukkan hasil yang kurang maksimal. Sebagai contoh adalah bukti atas pengujian ketaatan melalui prosedur test of control yang hanya dilakukan pada dua kantor cabang yang ada di Jakarta yang hanya mewakili sekitar 15% dari semua cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Akibatnya, auditor belum dapat mmemeriksa bagaimana penerapan sistem kontrol secara menyeluruh di semua wilayah. Namun berdasarkan atas penilian kontrol internal perusahaan yang tinggi, maka auditor menilai pemeriksaan atas dua kantor cabang diatas telah mencukupi. Penulis berkesimpulan bahwa waktu yang tersedia bagi auditor untuk melakukan audit tidak mencukupi. Hasilnya hampir semua konfirmasi belum kembali sampai auditor pull - out. Sehingga memaksa auditor hanya mengandalkan pemeriksaan penerimaan piutang subsequent setelah tanggal tutup buku. Hasil pemeriksaan dari subsequent telah cukup menjadi dasar bagi auditor sebagai prosedur alternatif akibat prosedur konfirmasi tidak berjalan. Siklus underwriting ternyata adalah siklus yang paling besar dari segi skala dan paling rumit dari segi koordinasi antar bagian dalam internal PT. A. Kecenderungan awal potensi resiko adalah overstatement dimana ada penerapan PSAK baru yang diantaranya mengatur tentang perhitungan premi yang belum merupakan pendapatan. Oleh karena perhitungan menggunakan perhitungan aktuarial oleh aktuaris. PT. A menunjukkan ketidaksiapan dalam penerapan PSAK 62 dilihat dari mepetnya tanggal laporan aktuaris dengan tanggal pelaporan. Namun akhirnya PT. A telah menunjuk aktuaris untuk melakukan perhitungan dan PT. A menerima dan mengadopsi perhitungan dari aktuaris sebagaimana diwajibkan pada PSAK 28 dan PSAK 62. Faktor – faktor yang dirasa dapat mempengaruhi tingkat kompetensi dan kecukupan bukti audit yang didapat dalam sebuah kegiatan audit adalah karakteristik dan skala perusahaan yang diaudit, penentuan resiko dan materialitas, serta batasan waktu dan biaya. Selain itu, melalui analisis penulis ada dua faktor lagi yang dapat mempengaruhi yakni : a. Kecakapan, kapabilitas, dan pengalaman auditor dalam mengaudit perusahaan asuransi. Ini menjadi sangat penting selain penguasaan atas prosesur yang dijalankan. Auditor juga harus menguasai dengan baik kemampuan evaluasi atas bukti audit yang didapatnya. Apakah sudah cukup dan kompeten untuk melandasi opini yang akan dikeluarkannya
Analisis kecukupan..., Bangun Admaja, FE UI, 2013
b. Support dari manajemen merupakan hal yang ternyata dalam praktek menjadi poin krusial dimana seringkali auditor kesulitan mendapatkan bukti audit yang diinginkan karena pending data akibat ketersediaan permintaan data yang seharusnya disediakan oleh manajemen.
6.
Saran Bagi auditor, pemeriksaan atas siklus underwriting perusahaan asuransi kerugian
melibatkan banyak sekali bukti audit yang sifatnya khusus, baik berupa dokumen misalnya quotation slip, SPPA, assestment form, dan juga perhitungan teknis premi (rate, discount, share quota, actuarial). Sehingga auditor diharapkan mengetahui dengan baik proses akuntansi dan proses bisnis asuransi kerugian dengan cara meningkatkan kompetensi atas pengetahuan atas industri ini. Dari pengalaman audit PT. A, auditor sebaiknya melakukan pemeriksaan interim terlebih dahulu dan membuat timeline pemeriksaan pada audit program yang cukup. Mengingat extent dan tingkat cakupan serta kesulitan pemeriksaan pada industri asuransi ini dirasa cukup tinggi. Bagi Perusahaan, seperti yang sejak awal disinggung bahwa industri asuransi diatur oleh banyak sekali ketentuan dalam rmenjalankan operasionalnya, oleh sebab itu update penerapan peraturan merupakan hal yang wajib dilakukan oleh jajaran manajemen agar ketika peraturan dinyatakan berlaku efektif, perusahaan sudah siap untuk melaksanakannyayang cukup. Mengingat extent dan tingkat cakupan serta kesulitan pemeriksaan pada industri asuransi ini dirasa cukup tinggi.
Kepustakaan Arens, Alvin, Beasley, Elder. 2010. Auditing and Assurance Services an Integrated Approach. Singapore: Prentice Hall. Agoes. 2006. Tinjauan dan Praktek Audit. Jogjakarta : Penerbit UGM Beasley, Carcello, Hermanson.2001.Audit Defficiencies. Journal of Economic Practice Bickman, L. 1987. The Function of Pragram Theory. San Francisco : Jossey Bass Biro Perasuransian dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. 2012. Perasuransian Indonesia 2012. Boyton and Kell. 2003. Modern Auditing. Singapore : McGraw-Hiil Cotbert.,et al. 2005. Agency Theory. Journal of Accounting Didik, Mateus. 2010. Evaluasi Efektivitas Sistem Pengendalian Intern untuk Siklus Premi (Premium Cycle) dan Klaim (Claim Cycle) pada Perusahaan Asuransi (Studi Kasus pada Perusahaan Asuransi Jiwa dan Kesehatan di PT. XYZ). Skripsi FEUI. Dorfman, Mark S. 1994. Introduction to Risk Management and Insurance (5th Edition). United States of America: Prentice Hall Goodfrey. 2010. Accounting Theory. Singapore : McGraw-Hiil
Analisis kecukupan..., Bangun Admaja, FE UI, 2013
Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Penerbit Salemba. Institiut Akuntan Publik Indonesia. 2011.Standar Perikatan Audit. Jakarta : Penerbit Salemba Jusup, Al. Haryono. 2001. Pengauditan. Buku 1. Yogyakarta :Penerbit STIE YKPN Kantor Akuntan Publik Tanubrata dan Rekan. 2012. Laporan Keuangan Audited PT A. Jakarta : Penerbit Intern Konrath, Larry F. 2001. Auditing A risk Analysis Approach (5th Edition). Canada: SouthWestern Thomson Learning. Mautz, sharaf. 1961. Auditing Theory. Journal of Accounting Patton, M. Q. (1997). Utilization Focused Evaluation. The New Century Text. Thousand Oaks, CA : Sage. Sagepub. 2007. Evaluation Research Methods. Online Publishing Journal Sekaran. 2009. Research Methods In Bussines. Singapore : McGraw-Hiil Sensi, Ludovicus. 2006. Memahami Akuntansi Asuransi Kerugian (Accounting for General Insurance) Konsep Dasar dan Aplikasinya pada Laporan Keuangan Asuransi Kerugian di Indonesia. Jakarta: PT. Prima Mitra Edukarya. Sensi, Ludovicus. 1988. Bahan Pembuktian Audit Perusahaan Asuransi Kerugian. Skripsi : FEUI Smith, N. L. 1994. Clarifying and Expanding the application of Theory Driven Evaluations. Evaluation Practices. Stake, R. E. 2004. Standard based and Responsive Evaluation. Thousand Oaks. CA : Sage. Staub, A. 1943, Pragmatic Aproach in Auditing. New York : Smith Suaheni, Fajar .15 Maret 2013. Wawancara Pribadi. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Peasuransian
Analisis kecukupan..., Bangun Admaja, FE UI, 2013