jusuf sutanto
PERSPEKTIF
Bahasa Indonesia dan Jalan Sutera Dialog Peradaban
Pengantar Redaksi:
Tulisan ini bagian kedua makalah yang ditulis Jusuf Sutanto bersama Dr. Silverius Sonny Y. Soeharso, psi dan disampaikan pada seminar “Peran Budaya dalam Globalisasi” yang diadakan Universiti Malaya dan Universiti Kebangsaan Malaysia di Kuala Lumpur, 29 – 30 Agustus 2013.
Hubungan Keterkaitan 4 Penjuru Mata Angin dengan Pusat
Utara baru bisa ditentukan setelah tahu dimana selatan. Barat baru bisa diketahui setelah tahu dimana timur. Demikan sebaliknya. Tapi semua itu perlu diawali dengan menentukan pusat. Dalam ilmu psikologi, pusat ini disebut self. Karena itu konsep self tidak bisa seperti atom yang terisolasi tapi merupakan bagian dari sekitarnya “saya ada karena kamu ada” sehingga tidak boleh selfish. Self yang tidak bisa atau berhenti berkembang akan menjadi sociosis.
Jusuf Sutanto
Harmoni dan Sepakat
Murid bertanya, “Adakah perbedaan antara berharmoni dan bersepakat?” Guru, “Ada! Harmoni adalah seperti masak sup: engkau butuh air, api, cuka, acar, garam, untuk memasak ikan dan daging. Engkau memanaskan dengan kayu bakar, kemudian koki mengharmoniskan bumbu, menyeimbangkan aneka rasa, menambah rasa yang dianggap kurang dan membuat sedang yang berkelebihan. Kemudian orang memakannya dan sup itu melegakan hatinya. Harmoni yang dipahami demikian itu mengambil perbedaan sebagai titik be-
THE Jusuf Sutanto CENTER Dosen Fak Psi Univ Pancasila dan Associate Researcher Lembaga Penelitian Psikologi Fak Psikologi Universitas Indonesia - Koordinator Kelompok Studi Social dan Cultural Neuroscience Masyarakat Neurosains Indonesia E-mail:
[email protected] Website: http://www.jusufsutanto.com
20
september 2013
rangkat. Bukan sekadar toleransi, atau mayoritas yang baik hati, tapi proaktif mengusahakan supaya perbedaan menjadi kesatuan. Sedangkan bersepakat adalah: Apa yang dinyatakan tuannya bisa diterima, ia juga menyatakan bisa diterima; Apa yang dinyatakan salah oleh tuannya, ia juga nyatakan salah. Ini seperti mencoba membumbui air dengan menambah air, lalu siapa yang akan memakannya? Ini seperti bermain dengan satu nada pada sebuah alat musik sitar, siapa yang mau mendengarkannya’
Tasamuh dan Ta’awun
Perbendaharaan kata Islam ada 2 kata untuk melukiskan hubungan antaragama (antarmanusia): 1. Tasamuh, yakni kita saling meng hormati, saling membiarkan beraktivitas menurut ajaran masing-masing, tanpa saling mengganggu. Kata ini mirip kata tolerare (Latin) atau kata tolerance/toleransi (Inggris/ Indonesia). Kata toleransi sejak 1978 masuk dalam perbendaharaan kata Indonesia dan lembaran negara dalam kaitan hubungan antaragama.
Kuliah dan Ayat
Hubungan antar berbagai disiplin ilmu ayat di fakultas yang seharusnya bersifat ta’awun atau kuliah, sampai sekarang hanya berkutat di tempat dalam tasamuh. Upaya interdisipliner malah membuat kotak disiplin ilmu yang baru. Vaclav Havel menyebut ilmu pengetahuan masa depan adalah menemukan hubungan tersembunyi antara berbagai fenomena. Karena itu kata kunci solusi persoalan masa depan, tidak hanya berada dalam obyektivitas semata tapi juga berkaitan dengan subyek yang mengamati. Diperlukan proses menempa diri atau transformasi kreatif manusia. “Kalau diri sendiri sudah lurus, apa susahnya mengatur negara?”
Creative Self Transformation, amanah bagi setiap orang: “Learning to be human, Learning for the sake of the self Self is not as isolated atom Self is not as single, separate individuality Self as a being in relationship Self as centre of relationship Self develops continuously Ever – expanding process Ever- growing network of human relatedness A truly Self realization” (TU Weiming)
2. Ta’awun, yang berarti kerja sama aktif dan proaktif. Jadi, tidak sebatas menghormati, membiarkan, yang sifatnya pasif.
Those who are committed to cultivate their personal life for its own sake can have inner strength for self realization which is not to compare with those who expect self cultivation merely as vehicle to achieve external goals such as social status, political success.
Jika kita menganalisis pakai teori bahasanya psikiater Jacques Lacan (pengikut Freud yang menggabungkan ajaran Freud dengan teori bahasa Ferdinan de-Saussure), maka kita dapat simpulkan bahwa cara berhubungan (antaragama) saat ini adalah begini modelnya karena ada konstruksi bahasa/istilah toleransi ke dalam pikiran manusia Indonesia. Untuk mengubah cara kita berhubungan, maka kita harus mendekonstruksi kata toleransi dan menjauhkannya dari setiap perbincangan, lalu diganti kata kerjasama/ ta’awun (Dr dr Taufiq Pasiak, M. Kes, P.Pd)
Seperti hujan lebat membuat banjir besar dan mengisi semua saluran, tapi setelah beberapa saat akan hilang. Sedangkan manusia yang terus menempa dirinya akan seperti air yang terus mengalir dari sumbernya di gunung sepanjang tahun.
september 2013
21
N. Borlaug, pemenang hadiah Nobel pertanian dan pangan (1970) juga berbicara sebagai berikut,
“If you stretch yourself, you‘ll be surprised how much you can do. Get a little stardust on your hands and you’ll be surprised what that can do for you. And not only for you but also for your family, the state, the nation, and the people of the world” Kearifan Jawa merumuskan dalam Hamemayu Hayuning Bawana.
“Cantiknya manusia tergantung pada cantiknya dunia: Cantiknya dunia tergantung pada cantiknya seluruh alam semesta”
dan Sunda dengan “Silih Asih-Asah-Asuh-Wangi”. Keduanya berangkat dari unity in diversity. Nilai ini nampak dalam seni musik gamelan dan angklung. Meski setiap orang menjadi dirinya sendiri tapi bersama-sama bisa bersinergi membuat kolaborasi indah. Kesenian bisa menjadi pendidikan demokrasi partisipatoris sebagai jalan hidup dan tidak sebatas ikut pemilihan umum. Lalu menyerahkan semuanya pada lembaga Trias Politica untuk mengatur kehidupan dan diawasi pers. Saat ini bahkan kondisinya telah berubah setelah munculnya fenomena NGO dan media sosial, setiap orang minta diikutsertakan dalam proses demokrasi yang hidup.
Melanjutkan Jalan Sutera Dialog Peradaban, Masa Depan Kita Semua
Fa Hisen (399-414) pergi ke India, Sri Langka dan Jawa Barat mengunjungi Tarumanegera sebelum kembali ke China. Di desa Batujaya-Karawang ditemukan candi yang dibuat dari batu bata. Yang paling tua dibangun pada abad ke-2 dan yang paling muda pada abad ke- 12. 22
september 2013
Sebaliknya Bodhidarma (527) dari India pergi ke China dan tinggal di kuil Shaolin. Dilanjutkan pendeta Tang Sam Cong (602-664) melakukan perjalanan ke Barat, kembali ke India mengambil Kitab Sutera. Abad ke-7 dan ke-8 berdiri candi Prambanan dan Borobudur. Di Sumatera ada Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 hingga 11. Seperti perjalanan matahari dialog peradaban terus bergulir sampai ke Jepang ketika Jian Zhen (743) diminta kaisar Jepang datang untuk mengajarkan Buddhism. Lalu Dogen (1200) pergi ke China untuk belajar Ch’an yang kemudian menjadi Zen Buddhism. Cheng Ho (1405-1433) berlayar ke Asia Tenggara, Asia Selatan, Timur Tengah sampai ke Afrika. Seperti ratusan sungai bertemu dengan Katolik, Kristen dan Islam, sehingga Asia Tenggara menjadi samudera titik temu peradaban. Kemudian membuat loncatan besar ke Barat, Amerika Serikat: D.T Suzuki (1870-1966) membawa Zen dan Tu Weiming membawa Neo Konfusianisme ke Universitas Harvard. Hasilnya ditulis dalam buku “The Global Significance of Concrete Humanism: Essays on the Confucian Discourse in Cultural China”, dan dialihbahasakan menjadi “Jalan Sutera Dialog Peradaban”.
Kayu sebagai Fasilitator Jalan Sutera Dialog Peradaban
Untuk mengunjungi Nusantara memerlukan perahu kayu kuat. Ternyata kayu keras seperti itu hanya tumbuh di Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Thailand. Itu berarti ribuan tahun lalu sudah terjadi interaksi penyerbukan lintas budaya. Adalah masuk akal kalau dikatakan suku bangsa di wilayah tumbuhnya kayu tersebut sudah mempunyai budaya maritim maju sehingga bisa berlayar menjual kayu yang digunakan membuat perahu. Sedangkan Christopher Columbus baru pada 1492, setelah ditemukan teknologi navigasi dan mesiu, berlayar dan menemukan benua Amerika.
Tonggak Penting Perjalanan Cara Pandang di Indonesia
Pada 1908, etnis dan kerajaan di Nusantara mulai menyadari pentingnya pendidikan menumbuhkan kesadaran menjadi bangsa (E. Renan 1882). 20
tahun kemudian membuahkan Soempah Pemoeda (1928). Pada tahun 1945 berhasil memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia.
potensi terpendam yang ada di dalam diri setiap orang semenjak dilahirkan yaitu kemanusiaan universal seperti dikatakan Wang Yang Ming (1472 – 1529) sbb.:
Paralel dengan itu, Liga Bangsa-Bangsa (1920) yang didirikan setelah Perang Dunia I (1914 - 1918) beranggotakan 33 negara, ternyata gagal mencegah Perang Dunia II (1939-1945) malah sebagian besar anggotanya ikut berperang sehingga didirikan PBB. Tahun 1948 menjadikan Deklarasi Hak Asasi Manusia sebagai dasarnya.
“Ketika anak kecil atau orang biasa melihat anak yang akan jatuh ke sumur, ia tidak bisa acuh saja, tapi merasa cemas dan kasihan. Kemanusiaannya membentuk satu tubuh dengan anak itu.
Pikiran ini sudah ada dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 NKRI: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Suatu cara pandang ‘think globally – act locally’. Bandingkan dengan Declaration of Independence AS (4 Juli 1776): Life, Liberty and Pursuit of Happiness. Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung melahirkan generasi pertama proses dekolonisasi sehingga anggota PBB bertambah dalam waktu singkat. Dilanjutkan generasi kedua oleh kebebasan pers dan demokrasi sehingga bertambah lebih cepat lagi. Dan setelah adanya teknologi komunikasi selular menjadi generasi ketiga, dikenal sebagai musim semi emansipasi individu dalam era hubungan people to people. Ini membuat pemimpin lembaga tinggi negara, keagamaan bahkan pers, supaya tidak ketinggalan, ikut masuk dalam jejaring media sosial website, twitter dan facebook. Namun seperti diramalkan Einstein, dunia akan dihuni manusia idiot, narsis, sibuk dan tidak bisa lepas dari gadget. Terjadilah giga diversity yang tidak pernah terbayangkan dahsyatnya sehingga kebingungan bagaimana menyatukannya dalam unity. Tujuan belajar kini bukan lagi untuk mengenal, tapi menjadi terkenal dan mencari kedudukan. Sudah tentu keadaan ini membuat situasi semakin tidak kondusif karena kurangnya pemahaman pada masalah yang harus diselesaikan sehingga “yang seharusnya tipis, malah di tebalkan – yang seharusnya tebal, malah ditipiskan”. Diperlukan pendidikan yang lebih luas melalui media massa sebagai universitas terbuka karena pendidikan formal sudah tidak memadai lagi. Konsepnya bukan lagi memasukkan nilai dari luar, tapi menyadarkan dan menggali
Ketika ia melihat tangis kasihan dan raut ketakutan burung atau binatang yang akan disembelih, ia tidak tahan merasakan “ketidakberdayaan mereka menanggung” derita. Ini menunjukkan kemanusiaannya membentuk satu tubuh dengan burung dan binatang. Ketika ia melihat tanaman yang dipatahkan dan dihancurkan, ia tidak tahan merasa kasihan. Ini menunjukkan, kemanusiaannya membentuk satu tubuh dengan tanaman. Bahkan ketika ia melihat ubin dan batu diremukkan dan dihancurkan, ia tak tahan merasa menyesal. Menunjukkan kemanusiaannya membentuk satu tubuh dengan batu dan ubin. Itu berarti bahkan pikiran anak kecil sekalipun pasti memiliki kemanusiaan yang menyatu dengan semua mahluk. “Tuhan menciptakan, manusia menyempurnakan” (Confucius).
“Karena ketidaktahuan seseorang, seluruh alam semesta menderita; Karena pencerahan seseorang, seluruh alam semesta bahagia”
september 2013
23
Dari Raja sampai Rakyat Jelata Harus Terus Belajar Sepanjang Hidup
Karena itu, dari raja sampai rakyat jelata, ada satu kewajiban yang sama yaitu: Mengutamakan pembinaan diri sebagai pokok. Adapun dari pokok yang kacau itu tidak pernah dihasilkan penyelesaian yang teratur baik, karena hal itu seperti: “Menipiskan benda yang seharusnya tebal dan menebalkan benda yang seharusnya tipis. Hal ini adalah sesuatu yang belum pernah terjadi.” (Ajaran Besar/Thay Hak)
PENUTUP
“Orang zaman dulu yang hendak memperbaiki dunia, Ia lebih dulu berusaha mengatur negerinya; Untuk mengatur negerinya, ia lebih dulu membereskan rumah tangganya. Untuk membereskan rumah tangganya, ia lebih dulu meluruskan hatinya. Untuk meluruskan hatinya, ia lebih dulu memantapkan tekadnya. Untuk memantapkan tekadnya, ia lebih dulu mencukupkan pengetahuannya. Untuk mencukupkan pengetahuannya, ia meneliti hakikat tiap perkara. Dengan meneliti hakikat tiap perkara, maka cukuplah pengetahuannya. Dengan cukup pengetahuannya, akan dapat memantapkan tekadnya. Dengan memantapkan tekadnya, akan dapat meluruskan hatinya. Dengan hati yang lurus, akan dapat membina dirinya sehingga dapat membereskan rumah tangganya dan Setelah itu mengatur negaranya sehingga tercapailah damai di dunia.
24
september 2013
Dunia sudah menjadi seperti sebuah bahtera yang berlayar di angkasa luas tak bertepi, dan salah satu penghuninya menggunakan bahasa Melayu yang awalnya berasal dari sebuah etnis di Sumatera, kemudian berkembang menjadi bahasa Indonesia. Selanjutnya akan terus tumbuh dan menyebar kemana-mana seperti spora ditiup angin dan diperkaya dalam Jalan Sutera Dialog Peradaban sampai menjadi satu-satunya bahasa di dunia yang bersifat inklusif yang bisa mengintegrasikan aku/kami - kamu/kalian - dia/mereka dalam KITA. Mari kita mulai menggunakan untuk membangun kawasan ASEAN dan seterusnya menjadikannya sebagai salah satu bahasa dunia yang bisa merekat PBB dalam kemanusiaan yang adil dan beradab. Kalau bukan kita, lalu siapa lagi yang akan melakukan?
“Perhatikan pikiranmu, karena akan menjadi kata-kata; Perhatikan kata-katamu, karena akan menjadi perbuatan; Perhatikan perbuatanmu, karena akan menjadi kebiasaan; Perhatikan kebiasaanmu, karena akan menjadi karakter; Perhatikan karaktermu, karena akan menentukan masa depanmu” Dalai Lama