BAHASA GAMBAR PADA ANAK TINJAUAN PSIKOLINGUISTIK
Ariyana Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Tangerang
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bahasa gambar pada anak dengan tinjauan psikolinguistik. Penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif dan wawancara. Penelitian ini dilakukan dengan teknik wawancara kelompok fokus dalam penelitian kualitatif diperlukan untuk pencarian fakta. Kegiatan menggambar hampir tidak bisa terlepas dari dunia anak-anak. Dengan menggambar anak-anak dapat mengaktualisasikan dirinya melalui perkembangan kognitif dan psikomotoriknya. Kreativitas menggambar anak dapat diperoleh melalui auditif dan visual. Berdasarkan auditif dan visual tentunya berhubungan dengan psikologinya, dalam hal ini kemampuan berbahasa anak-anak. Psikolinguistik sebagai salah satu ilmu bahasa yang mempelajari hubungan bahasa dan tingkah laku manusia sangat diperlukan oleh masyarakat bahasa dalam berkomunikasi. Psikolinguistik menghubungkan bahasa dengan bidang psikologis manusia dalam menggunakan bahasa untuk kehidupan sehari-hari. Kata kunci: bahasa, psikolinguistik, kreativitas.
A. Pendahuluan Bahasa merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi manusia. Sebagai suatu unsur yang dinamik, bahasa sentiasa dianalisis dan dikaji dengan menggunakan perbagai pendekatan untuk mengkajinya. Antara pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji bahasa ialah pendekatan makna. Semantik merupakan salah satu bidang semantik yang mempelajari tentang makna. Bahasa merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi manusia. Sebagai suatu unsur yang dinamik, bahasa sentiasa dianalisis dan dikaji dengan menggunakan perbagai pendekatan untuk mengkajinya. Antara pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji bahasa ialah pendekatan bahasa gambar pada anak tinjauan psikolinguistik. Setiap anak memiliki bakat sendiri-sendiri, orang tua bertugas mencermati dan mengembangkannnya. Proses belajar anak yang pertama berasal dari orang tuanya. Orang tua
yang sering meluangkan waktu bersama anak-anaknya lebih bisa menyesuaikan dengan hobi anak dan kemudian member respons yang sesuai. Anak yang tertarik pada suatu hal, perlu dibantu agar ia mau bereksplorasi untuk memperluas wawasan pada hal yang ia minati. Orang tua mana yang tidak bangga jika anaknya tergolong cerdas. Perkembangan kognitif anak mempengaruhi perkembangan-perkembangan yang memungkinkan mereka dapat belajar membaca dan menulis. Anak –anak sepertinya memadukan daya tangkap naluriah (instinctive grasp) dan daya ingat yang sangat bagus. Dengan daya tangkap naluriah tersebut, anak-anak mempelajari kaidah-kaidah tata bahasa yang tidak terlalu jelas dan selalu membingungkan bahkan sering tidak konsisten. Sementara, di sisi lain, kemamapuan memori yang luar biasa memungkinkan mereka untuk bisa mengingat kembali kata-kata yang terdapat dalam syair-syair lagu yang baru mereka dengarkan satu-dua kali. Dengan daya ingat inilah mereka bisa menceritakan kembali penggalanpenggalan dialog yang mereka simak beberapa bulan yang lalu. Kombinasi antara dua talenta inilah yang menyebabkan anak-anak seringkali tampil sebagai sosok yang menarik untuk diamati. B. Kajian Pustaka Pengertian pendidikan anak usia dini sebagaimana yang termaktub dalam UndangUndang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa : “Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membentu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Berdasarkan karakteristik di atas, maka pendidikan pra sekolah diakui sebagai bagian dari pendidikan sepanjang hayat. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Worth, W.H (Cropley,A.J.,43) dalam (Kurniasih,2009:10) yang mengemukakan bahwa pendidikan tidak boleh menolak anak di bawah umur 6 tahun dan menganjurkan pendidikan anak-anak awal disebut “early ed”. Ia mengemukakan tiga tujuan pokok “early ed”, yang meliputi perlengkapan stimulus, membantu pemahaman identitas, dan menciptakan pengalaman sosialisasi yang tepat. Menurut Kurniasih (2009 : 13) “Pertumbuhan adalah perubahan ukuran dan bentuk tubuh atau anggota tubuh misalnya bertambah berat badan, bertambah tinggi badan dan lain sebagainya . Adapun perkembangan adalah peerubahan mental yang berlangsung secara bertahap dan dalam waktu tertentu, dari kemampuan yang sederhana menjadi kemampuan yang lebuh sulit, misalnya
kecerdasan, sikap, tingkah laku, dan sebagainya.” Pertumbuhan dan perkembangan anak masingmasing berbeda, ada yang cepat dan ada yang lambat, tergantug faktor bakat dan lingkungan. Begitu juga dengan pertumbuhan dan perkembangan dalam bahasa yang mereka ucapkan. Menurut Kurniasih (2009: 14-39) aspek-aspek pertumbuhan dan perkembangan ank mencakup hal-hal berikut. 1. Perkembangan Intelektual (Intellectual Development) Menurut berbagai penelitian di bidang neurologi terbukti bahwa 50% kapasitas kecerdasan anak terbentuk pada kurun waktu 4 tahun pertama sejak kelahirannya. Pada saat anak mencapai usia 8 tahun, maka perkembangan otak anak telah mencapai 100%. Usia 0 – 8 tahun merupakan masa emas perkembangan anak sebab 80% perkembangan otak berada pada rentang usia tersebut. Otak manusia terdiri atas belahan otak kiri dan kanan. Otak kiri berkaitan dengan fungsi akademik yang terdiri atas kemampuan berbicara, kemampuan mengolah tata bahasa, baca tulis, daya ingat, logika, angka, analisi dan lain-lain. Sementara otak kanan tempat untuk perkembangan hal-hal yang bersifat artistik, kreativitas, perasaan, emosi, gaya bahasa, irama, imajinasi, khayalan, warna, pengenalan diri dan orang lain, sosialisasi, pengembangan kepribadian. Para ahli banyak mengatakan otak kiri sebagai pengendalian IQ (Intellegence Quatient),sementara otak kanan memegang peranan penting begi perkembangan EQ (Emotional Quatient) 2. Perkembangan Fisik (Physical Development) Perkembangan fisik anak laki-laki dan perempuan sama. Namun di dalam kelompok seks terdapat perbedaan yang menonjol. Perkembangan motorik anak mampu menbuat anak menjadi mandiri dan percaya diri. Salah satu contoh perkembangan motorik anak adalah menggambar dan mewarnai. 3. Perkembangan sosial-Emosional (Social-Emotional Development) Perkembangan sosial menentukan hubungan perilaku anak. Pengucapan kata-kata sebagian coba-coba dengan meniru ucapan orang dewasa. Membangun kosa kata meningkat dengan bertambahnya usia anak. Melatih kemampuan bahasa, pendidikan bahasa untuk anakanak adalah pendidikan komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Pendidikan bahasa adalah adalah membaca, menulis, mengeja, mendengarkan, dan berbicara.
Berdasarkan uraian di atas bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan adaptasi dari belajar. Misalnya belajar dengan gambar, anak yang memiliki kegemaran menggambar biasanya memiliki kepekaan tertentu dalam menangkap gambar atau warna, peka dalam membuat perubahan. Melalui gambar anak-anak dapat menceritakan apa yang dia inginkan sesuai dengan keinginanya. Proses bahasa anak adalah jika anak berinteraksi dengan pendidik, yaitu orangtua dan guru. Maka pendidik (orangtua atau guru) harus pandai menciptakan situasi yang nyaman, membangkitkan semangat belajar, dan anak antusias belajar dengan memberikan metode pengajaran yang tepat. Jika tipe belajar anak lebih aktif melalui alat pendengarannya (auditorial), maka anak diajarkan dengan mendengarkan kaset yang diselingi dengan menunjukkan gambarnya (demonstrasi). Dapat juga dengan memutarkan video agar anak dapat melihat (visual) dengan jelas apa yang terjadi. Perkembangan bahasa anak merupakan kemampuan untuk mengaktulisasikan dirinya terhadap lingkungan.
Penelitian yang dilakukan terhadap
perkembangan bahasa anak tentunya tidak terlepas dari pandangan atau teori perkembangan bahasa anak, melalui Chaer (2003 :222-2230) sebagai berikut. 1. Pandangan Nativisme Nativisme berpendapat bahwa selama proses pemerolehan bahasa pertama, kanak-kanak (manusia) sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis telah diprogramkan. Manusia tidak mungkin belajar bahasa pertama dari orang lain. 2. Pandangan Behaviorisme Kaum behaviorisme menekankan bahwa proses pemerolehan bahasa pertama dikendalikan dari luar si anak, yaitu oleh rangsangan yang diberikan melalui lingkungan. 3. Pandangan Kognitivisme Menyatakan bahwa bahasa itu bukanlah suatu ciri alamiah yang terpisah, melainkan salah satu di antara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif. Tumbuh kembang bahasa anak tentunya diperoleh pertama melalui lingkungan di mana berada. Pemerolehan bahasa pertama atau bahasa ibu sangat menunjang perbendaharaan katakata yang diperoleh. Proses pemerolehan bahasa anak bisa melalui audio, visual
dan
audiovisual. Sehingga kemampuan kognitiflah yang dapat menunjang kemampuan berbahasa untuk memperoleh karakter anak melalui gambar. Berdasarkan uraian di atas bahwa perkembangan kecerdasan disesuaikan dengan tahap usia anak. Sehingga anak mampu menerima sesuai dengan pemikiran mereka. Untuk memahami apa yang mereka gambar sebagai bentuk ekspresi dan mencurahkan isi hatinya maka diperlukan pemahaman supaya bisa mengerti apa yang ingin anak sampaikan melalui bahasa rupa. Hasil dari visual dapat dinalarkan melalui bentuk rupa atau gambar apa saja yang diinginkan anak. Goresan pencil di atas kertas gambar merupakan bahasa hal yang sangat penting untuk memahami gambar anak. C. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2006: 4) kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Frankel dan wallen (2007:66) menyatakan penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mengahruskan peneliti mengkaji fenomena yang terjadi secara alamiah dengan segala kompleksitasnya. Penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif dan wawancara. Penelitian ini dilakukan dengan teknik wawancara kelompok fokus dalam penelitian kualitatif diperlukan untuk pencarian fakta. Hal ini seperti yang dingkap Smith dalam Maleong (2007 : 226-227) mendefinisikan “Wawancara kelompok sebagai sesuatu yang membatasi pada situasi di mana kelompok yang dibangun cukup kecil untuk membangun diskusi yang pantas di antara sesama anggotanya”. Maksud dari pernyataan tersebut bahwa dengan berkelompok pada saat wawancara agar yang terwawancara merasa ada pendampingnya sehingga ia merasa bebas untuk bicara apa saja. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Membaca, menelaah, dan memahami unsur-unsur bahasa gambar pada anak tinjauan psikolinguistik. 2) Mencatat data berupa kata, frasa, kalimat, ungkapan, pernyataan, dan lain-lain yang berkaitan dengan bahasa anak tinjauan psikolinguistik. 3) Mendeskripsikan data berdasarkan bahasa gambar pada anak tinjauan psikolinguistik.
4) Menganalisis data berdasarkan unsur-unsur yang berkaitan dengan bahasa gambar pada anak tinjauan psikolinguistik. 5) Menyimpulkan hasil analisis bahasa gambar pada anak tinjauan linguistik.
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian ini berusaha mengungkap bahasa gambar pada anak dengan tinjauan psikolinguistik. 1) Bahasa Gambar Bahasa
gambar
pada
anak
akan
merangsang
perkembangan
komunikasi
di
lingkungannya. Karena lewat gambar yang mereka buat, anak-anak dapat melatih kemampuan bersosialisasi dan berinteraksi dengan teman-temanya. Bahasa pada anak-anak lebih bersifat arbiter, ini diperjelas pada saat anak-anak belajar bicara apa saja disebutkan tanpa melihat situasi dan kondisi yang sedang berlangsung. Perilaku verbal dan nonverbal anak-anak bertujuan untuk mengeksplorasi kemampuan perkembangan bahasa anak pada umumnya dan mengenai tuturan anak pada khusnya. Ungkapan rasa yang dimiliki anak melalui media gambar menjadi tolak ukur psikologisnya. Dari beberapa pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung, penulis mendeskripsikan bahwa anak adalah pribadi yang mampu menggali potensi diri melalui kecerdasan yang cenderung melalui media gambar. Pandangan Behaviorisme menjelaskan bahwa proses pemerolehan bahasa pertama dikendalikan dari luar si anak, yaitu oleh rangsangan yang diberikan melalui lingkungan. Hal inilah yang diungkap Vichesa Risma Putri, bahwa ketika ia menggambar gunung karena dia perna melihat gunung itu ketika pergi ke rumah neneknya di Solo. Peningkatan daya ingat (memory) anak memiliki kemampuan berpikir untuk melakukan penalaran. Tingkat kecerdasan dan kemampuan seorang anak tentunya berbeda. Kecerdasan anak untuk memahami bahasa tidak dibatasi dengan berbagai tes formal. Rangsangan otak sebagai hasil dari informasi yang diterima, disimpan, dan diproses. Dengan kata lain, otak tumbuh melalui proses yang disebut belajar. Belajar menumbuhkan suatu keterampilan diberbagai hal. Salah satunya keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa meliputi, membaca, mendengar, berbicara dan menulis. Untuk tahap awal seorang anak hanya mampu mendengar dan berbicara.
Kemampuan bahasa seorang anak mempunyai produk yang mempunyai nilai budaya atau kreativitas. Seorang anak yang menggambar sambil menceritakan apa yang ia gambar berarti ia sudah mampu mengeksploitasi kemampuan audiovisualnya. Melalui media gambar ia dapat menjelaskan melalui bahasa yang sederhana sesuai dengan tingkat usianya. Kondisi lingkungan yang kondusif dan selaras membuat anak merasa nyaman untuk berekspresi dan berimajinasai tanpa ada gangguan. Sehingga media gambar menjadi sarana untuk berkomunkasi secara tidak langsung. Jadi, apa yang di gambar berdasarkan lingkungan yang pernah ia rasakan. 2) Psikolinguistik Anak Perkembangan anak diikuti juga dengan perkembangan kejiwaannya atau psikologisnya. perkembangan psikolinguistik anak melalui bahasa gambar. Anak-anak sepertinya memadukan daya tangkap naluriah (instinctive grasp) dan daya ingat yang sangat bagus. Dengan daya tangkap naluriah tersebut, anak-anak mempelajari kaidah-kaidah tata bahasa yang tidak terlalu jelas dan selalu membingungkan bahkan sering tidak konsisten. Kemamapuan memori yang luar biasa memungkinkan mereka untuk bisa mengingat kembali kata-kata yang terdapat dalam syair-syair lagu yang baru mereka dengarkan satu-dua kali. Dengan daya ingat inilah mereka bisa menceritakan kembali penggalan-penggalan dialog yang mereka simak beberapa bulan yang lalu. Kombinasi antara dua talenta inilah yang menyebabkan anak-anak seringkali tampil sebagai sosok yang menarik untuk diamati. Bahasa anak tentunya berdasarkan perkembangan kognitifnya. Bahasa merupakan satu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, Sehingga dapat dikatakan bahawa bahasa itu adalah milik manusia,bahasa selalu muncul dalam segala aspek dan kegiatan manusia. Sebagai alat interaksi verbal,bahasa dapat di kaji secara internal maupun secara eksternal. Secara internal kajian di lakukan terhadap struktur internal bahasa itu,mulai dari struktur fonologi, morfologi, sintaksis, sampai struktur wacana. Kajian secara eksternal berkaitan dengan hubungan bahasa itu dengan faktor-faktor atau hal-hal yang ada di luar bahasa, seperti faktor sosial, pisikologis, etnis, dan seni. Penulis mendeskripsiakn bahasa anak dikaitkan dengan bahasa gambar tentunya berpengaruh dari tingkatan usia dan kecerdasan intelektual maupun emosionalnya. Pada anakanak, kegiatan menggambar tampaknya paling sering dilakukan mengingat kegiatan ini dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan biaya yang relatif murah. Penyediaan alat-alat yang
diperlukan seperti kertas atau buku gambar dan pensil warna selalu disiapkan orangtua. Jadi anak-anak menggambar apa yang ia inginkan sesuai imajinasi dan apa yang mereka lihat. Hal ini sesuai dengan pendapat Vichesa Risma Putri siswi kelas 1 SDN Serpong 2 „menggambar berdasarkan apa yang ia lihat‟. Menggambar dapat melatih dan merangsang kreativitas dan imajinasi anak. Selain itu menggambar merupakan sarana bagi anak untuk mengekspresikan diri. Perkembangan bahasa anak merupakan kemampuan untuk mengaktulisasikan dirinya terhadap lingkungan. Merangsang kreativitas anak bisa dilakukan dengan mengenalkan pada bahasa gambar. Gambar-gambar tertentu dengan warna beragam bisa jadi daya tarik tersendiri untuk anak-anak. Aktivitas belajar menggambar merangsang kreativitas anak, juga bisa melatih motoris, daya ingat, kesabaran, dan ketekunan anak. Dengan menggunakan pendekatan gambar dan penekanan pengucapan pada huruf pertama secara berulang, serta mengajak anak menuliskannya. Mengenal alfabet adalah dasar anak untuk belajar berbahasa dan menulis. Selain kreativitas, kecerdasan visual juga penting hal ini karena seorang anak sudah mulai diperkenalkan dengan warna sejak bayi hingga perkembangan visualnya sempurna. Umur 2 tahun anak sudah bisa membedakan warna, hal ini serupa dengan Kurniasih (2009 : 137), “Kecerdasan visual yaitu kemampuan seorang anak untuk menuangkan apa yang ada dipikirannya ke dalam bentuk kreativitas, misalnya menggambar dan mewarnai. E. Simpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap Bahasa Gambar pada Anak : Tinjauan Psikolinguistik disimpulkan sebagai berikut. a) Bahasa merupakan sarana komunikasi antar manusia tidak membedakan usia dan jenjang pendidikan dari bayi hingga orang dewasa. b) Dengan bahasa dapat menciptakan suasana harmonis antar keluarga sebab menumbuhkan hormonisasi secara optimal. c) Bahasa pada anak-anak mulai berkembang seiring dengan pertumbuhan kognitifnya dan psikomotoriknya. d) Menggambar bagi anak-anak merupakan sarana untuk bereksperesi sesuai dengan apa yang mereka lihat dan dengar. e) Menggambar menumbuhkan kreativitas anak-anak, dengan menggambar mereka ingin menceritakan sesuatu melalui bahasa nonverbal.
f) Secara psikolinguistik perkembangan bahasa anak ditentukan dari
perkembangan
psikologis mereka dalam menggunakan bahasa di kehidupan sehari-hari. Faktor lingkungan dan sosial sangat menentukan pemerolehan bahasa anak. g) Pemerolehan bahasa anak melalui tahap-tahap kata sederhana sampai akhirnya menuju gabungan kata yang rumit. h) Pemerolehan
bahasa
anak
diiringi
dengan
perkembangan
dan
pertumbuhan
Frankel, Jack R. dan Norman E. Wallen. 2007. How to Design and Evaluate Education. New York: McGraw Hill.
Research in
kemampuanya untuk berinteraksi dengan orang lain. Daftar Pustaka Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.
Moleong, J. Lexy. 2007. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Kurniasih, Imas. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Edukasia. Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.