BAHASA DAN GENDER: ANTARA DOMINASI DAN SUBORDINASI (Sebuah Kajian Sosiolinguistik) Oleh: Iswah Adriana (Dosen Tetap Prodi Pendidikan Bahasa Arab Jurusan Tarbiyah STAIN Pamekasan) Abstrak: Wacana tentang gender terkait dengan isu adanya dominasi laki-laki terhadap perempuan dalam aspek kehidupan sosial budaya adalah fenomena biasa, wajar sekaligus membumi. Namun, bagaimana bahasa sebagai salah satu media komunikasi dan sosialisasi dalam masyarakat dapat menunjukkan status sosial seseorang dan mempertegas diskriminasi tersebut. Tulisan ini mencoba mengupas perbedaan gender yang memuat isu adanya kekuasaan lakilaki terhadap perempuan dalam kajian sosiolinguistik.
Kata kunci: Bahasa, Gender, Peran Sosial Pendahuluan
perbedaan suara saja, melainkan juga
Gender
didefinisikan
sebagai
pada pemakaian atau pemilihan kata
pembagian manusia menjadi laki-laki
(leksikal), kalimat (gramatikal) maupun
dan perempuan berdasarkan konstruksi
pada
sosial
(Kuntjara, 2004: 1).
budaya.
mengacu
Perbedaan
pada
mendasar
tersebut
hal-hal yang
antara
laki-laki
penyampaiannya
(pragmatis)
cukup
Selain gender, sebenarnya ada
dan
istilah lain yang sering digunakan, yaitu
perempuan. Secara biologis, bentuk
'sex'
tubuh
dengan
penggunaan
budaya,
bahasan linguistik adalah kurang tepat,
perempuan
karena istilah 'sex' lebih berkonotasi
laki-laki
perempuan. pakaian
tidak
Secara
laki-laki
sama sosial
dan
berbeda; peranan dalam masyarakatpun
atau
jenis istilah
kelamin.
Tetapi
tersebut
dalam
pada dimensi biologis.
tentunya juga berbeda. Bahkan dari segi
Benarkah laki-laki dan perempuan
bahasa, antara laki-laki dan perempuan
mempunyai bahasa dan cara bicara
juga berbeda.
yang berbeda? Berbeda dalam hal apa?
Bagi bahasa
orang laki-laki
ditunjukkan
oleh
awam,
perbedaan
Sebelum
dan
perempuan
tersebut, marilah kita cermati gejala dan
perbedaan
suara
antara laki-laki dan perempuan dewasa.
menjawab
pertanyaan
fenomena yang muncul di masyarakat. Bahasa sebagai gejala sosial erat
Namun sebenarnya, perbedaan tersebut
hubungannya
dengan
sikap
sosial.
ternyata bukan hanya terletak pada
Secara sosial, laki-laki dan perempuan
BAHASA DAN GENDER; ANTARA DOMINASI DAN SUBORDINASI Iswah Adriana
berbeda
karena
masyarakat
harus melengkapi diri dengan berbagai
menentukan peran sosial yang berbeda
etika
untuk mereka, serta mengharapkan pola
(Anshori, dkk (ed), 1997: 52). Jadi
tingkah
sebenarnya, perbedaan bahasa antara
laku
yang
berbeda
pula.
formalitas
dari
ujaran
bahasa berdasarkan perbedaan gender
merupakan sebuah dimensi yang lebih
tersebut.
merefleksikan hanyalah
pencerminan
dan
Adam
Berangkat dari sinilah, muncul beragam
Bahasa
laki-laki
kaum
hirarki
perempuan sosial
secara
keseluruhan (Holmes, 1992: 152).
kenyataan sosial ini. Tutur perempuan
Dari
beberapa
penelitian
bukan hanya berbeda, melainkan juga
bahasa
lebih 'benar'. Hal ini disebabkan karena
kehidupan
pada umumnya dari pihak perempuan
masyarakat dinyatakan bahwa bahasa
diharapkan tingkah laku sosial yang
perempuan memang berbeda dengan
lebih 'benar'. Semakin lebar dan kaku
bahasa laki-laki. Perbedaan yang sangat
perbedaan peran sosial laki-laki dan
signifikan
perempuan dalam suatu masyarakat,
berhubungan dengan kekuasaan. Salah
semakin
kecenderungan
satu karya yang menjadi inspirasi bagi
perbedaan bahasa yang ada di antara
para pakar sosiolinguistik untuk meneliti
mereka.
lebih lanjut tentang bahasa laki-laki dan
lebar
pula
dalam
hasil
kaitannya
sosial
terjadi
dengan
dan
budaya
dalam
hal
yang
perempuan adalah yang ditulis oleh Diskriminasi
Bahasa
(Antara
Kekuasaan dan Status Sosial) Perbedaan
Robin Lakoff (pakar sosiolinguistik) pada tahun 1975 yang berjudul "Language
bahasa
yang
and Woman's Place". Menurut Lakoff,
digunakan
seseorang
dalam
kaum
berkomunikasi
menunjukkan
bahwa
diskriminasi bahasa dalam dua hal,
unsur kekuasaan dan status sosial
pertama, dalam hal bagaimana mereka
memegang peranan penting, walaupun
diajar untuk berbahasa, dan kedua,
hal itu mungkin tidak disadari oleh
dalam hal bagaimana bahasa pada
pengguna bahasa sendiri. Ini terjadi
umumnya memperlakukan mereka. Ia
terutama
menggambarkan
pada
masyarakat
dengan
perempuan
mengalami
bahwa
perempuan
struktur hirarki, di mana laki-laki lebih
menempati
posisi
berkuasa
dan
tersudutkan
dalam
secara sosiologis maupun epistemologis
Perempuan
dituntut
menempatkan posisi kaum Hawa dalam
sesopan dan selemah lembut mungkin
kondisi
(tidak
bagai seorang lady. Bahasa perempuan
bebas). Mereka menjadi ‘budak-budak’
menunjukkan ketidakberdayaan mereka.
kaum
kaum
Jika mereka tidak berbicara seperti
yang
seorang
daripada
yang lelaki.
perempuan
di
perempuan
tidak
strategis
Contohnya, Timur
Tengah
sekedar ke luar rumah mereka pun
152
lady,
yang hal untuk
dikatakan
sangat
berbahasa. berbicara
sebagai
perempuan yang tidak sopan dan tidak
OKARA, Vol. II, Tahun 7, November 2012
BAHASA DAN GENDER; ANTARA DOMINASI DAN SUBORDINASI Iswah Adriana
mencerminkan sifat feminim. Namun,
perempuan
jika bicaranya lemah lembut dan sopan,
ditampakkan dalam bahasa. Seorang
dinilai sebagai kaum yang lemah dan
perempuan yang bernama Mary Brown,
tidak mampu berpikir serius (Kuntjara,
setelah menikah dengan Jack Smith,
2004: 3-4).
namanya bisa berubah menjadi Mrs.
Sebagian
besar
penulis
yang
juga
sering
tidak
Jack Smith. Identitas dirinya dengan
membahas kaitan bahasa dan gender
demikian
ini, seperti J. Coates, D.Cameron, B.
suaminya yang menikahinya dan seolah-
Eakins, J.Holmes, C. Kramae, N.M.
olah 'memilikinya' (Kuntjara, 2004: 4-5).
Henley,
Begitu
J. Swann, D.
Troemel-Ploetz,
Tannen,
dan
S.
lain-lain,
diganti
pula
bahasa
sebagai
Indonesia.
utama
bahasannya.
yang
identitas
terjadi
terhadap
beberapa bahasa yang lain, seperti
mengambil tema "dominance model" topik
dengan
Arab,
Jepang
dan
bahasa
Artinya, bahwa bahasa yang digunakan
Dalam bahasa Arab banyak sekali
laki-laki menunjukkan dominasi laki-laki,
kita dapati dalam kamus-kamus Arab,
sedangkan
semisal Lisânul 'Arab, mufrodat/kosa
bahasa
perempuan
merefleksikan subordinasi mereka. Hal
kata
ini
perempuan. Contohnya kata 'imam' dan
diperkuat
oleh
pendapat
Dale
yang
memarginalkan
Spender dalam bukunya 'Man Made
'khalifah'
Language' tentang diskriminasi bahasa,
kepemimpinan dan kekuasaan hanya
yaitu bahwa bahasa telah dimanfaatkan
mempunyai bentuk mudzakkar (laki-
oleh kelompok yang dominan (biasanya
laki). Kata perempuan dalam kamus ini
laki-laki)
disebut dengan al-untsa, dari kata 'anis'
untuk
perempuan.
Ia
menekan
kaum
mengatakan
bahwa
yang
yang
kaum
mempunyai
berarti
lemah,
konsep
lembek
struktur bahasa Inggris jelas-jelas dibuat
sebagainya.
dan ditentukan oleh kaum
mengisyaratkan adanya unsur kekuatan,
laki-laki.
Sedang
dan
Bahasa Inggris menunjukkan ideologi
keberanian
patriarkat, di mana perempuan sering
otomatis,
tidak ditampakkan. Kalaupun suatu kata
membawa pengaruh pada masyarakat
ditujukan pada perempuan, seringkali
pembacanya, bahwa sosok perempuan
kata tersebut menunjukkan rendahnya
adalah sosok yang lemah, sedang laki-
martabat perempuan dibanding laki-laki.
laki adalah sosok yang kuat (Subhan,
Misalnya kata bachelor untuk laki-laki
2002: )
single,
maknanya
lebih
berkonotasi
positif
ketimbang
kata
padanannya
untuk
perempuan
spinster.
Seorang
dan
'adz-dzakar'
kekerasan.
pengertian
Sedangkan masyarakat
di
dalam
Jepang,
Secara
atas
akan
kehidupan
seorang
suami
memanggil istrinya dengan panggilan
perempuan yang disebut spinster lebih
'oi'.
Padahal
panggilan
berkonotasi negatif, yaitu sama dengan
sebenarnya merupakan panggilan yang
perawan tua. Identitas dan keberadaan
biasa dipakai untuk memanggil anjing.
OKARA, Vol. II, Tahun 7, November 2012
tersebut
153
BAHASA DAN GENDER; ANTARA DOMINASI DAN SUBORDINASI Iswah Adriana
Meskipun
demikian,
menghormati
si
istri
suaminya
tetap dengan
yang
cerewet
Pendapat
(banyak
bicara).
didukung
dengan
peribahasa
yang
ini
panggilan ...san. Begitu juga dalam
banyaknya
tulisan
ditulis
menggambarkan bahwa perempuan
memiliki
adalah biang gosip, suka ngobrol,
'onna'
penyebar fitnah dan sebagainya,
Kanji
'yasui'
(murah)
menjadi dua
bagian, yaitu
makna
(rumah)
'ie'
(perempuan).
dan
Jadi
maksudnya,
perempuan yang ada di rumah (istri) itu nilainya 'yasui' (murah) (Onoe, 1994: 125). Dalam beberapa
bahasa kata
perempuan
Indonesia
generik,
sering
ada
dimana
dikesampingkan.
Kata-kata yang berakhiran –wan, seperti cendekiawan, pahlawan,
dermawan,
dan
jutawan,
seterusnya
seperti peribahasa asing berikut ini: A woman's tongue wags like a lamb's tail (Lidah perempuan bergoyang terus seperti ekor anak domba) The North Sea will sooner be found wanting in water than a woman at a loss for a word (Laut Utara suatu ketika pun akan kehabisan air, sedang perempuan tak pernah akan kehabisan kata-kata)
biasanya Meskipun
merujuk pada laki-laki dan perempuan. Meski
ditemui
beberapa wisudawati,
–wati
akhiran
kata, dan
seperti
pada
karyawati,
seterusnya,
namun
dan
pandangan
peribahasa
umum
mengatakan
demikian, namun rupanya hal itu tampaknya
hanya
berlaku
pada
tidak semua kata memiliki padanannya
situasi yang sifatnya lebih informal,
yang berakhiran –wati untuk perempuan
atau
(Kuntjara, 2004: 19).
Sedangkan
dalam
penelitian
menunjukkan
bahwa
laki-lakilah
Stereotip
Gender dan Refleksinya
dalam
obrolan
santai.
yang lebih banyak bicara dibanding perempuan, meskipun terbatas pada
dalam Bahasa Menstereotipkan suatu kelompok
situasi formal, seperti dalam rapat
orang tertentu adalah hal yang sering
atau konferensi. Hal ini dibuktikan
dilakukan oleh banyak orang, termasuk
dengan
terhadap
perempuan.
interupsi, argumentasi dan debat
Berikut ini beberapa stereotip yang
yang lebih didominasi oleh kaum
sering
dan
laki-laki, terutama dalam situasi di
perempuan, serta refleksinya terhadap
mana kekuasaan dan status perlu
bahasa mereka dalam kaitannya dengan
ditonjolkan.
kekuasaan.
kondisi seperti ini biasanya lebih
laki-laki
ditujukan
dan pada
laki-laki
1). Siapa Diam, Siapa Banyak Bicara Banyak orang berpandangan bahwa perempuan adalah makhluk
154
banyaknya
pertanyaan,
Perempuan diam.
dalam
mengalah
dan
Namun
demikian,
yang
menarik
untuk
dicermati
adalah
kesan
orang
terhadap perbedaan sikap tersebut.
OKARA, Vol. II, Tahun 7, November 2012
BAHASA DAN GENDER; ANTARA DOMINASI DAN SUBORDINASI Iswah Adriana
Banyak orang berpendapat bahwa
secara
laki-laki yang banyak bicara pada
perempuan
situasi formal dan diam dalam situasi
dirinya
informal disebabkan oleh dorongan
kelihatan lebih menarik di hadapan
mereka
lawan
untuk
menunjukkan
tidak
sadar
untuk
menjadikan
lebih
sedemikian jenisnya.
menata
rupa
Jika
agar
kita
amati
kekuasaan dan statusnya. Adapun
bagaimana laki-laki dan perempuan
perempuan yang diam dalam situasi
mempercantik dirinya, akan jelas
formal
terlihat
dikatakan
tidak
bisa
perbedaan
yang
sangat
berpendapat dan pasif, sedang yang
mencolok. Perempuan lebih banyak
banyak
pilihan,
berbicara
informal
pada
baik
itu
gaya
rambut,
cerewet.
kosmetik, pakaian, sampai sepatu.
Tampaknya yang menjadi masalah
Dan perbedaan ini rupanya tampak
di
juga dalam pemakaian kosa kata
sini
dikatakan
situasi
lebih
pada
siapa
yang
berbicara bukan jumlah pembicaraan
yang
itu sendiri. Kalau laki-laki, orang
kehidupan sehari-hari. Kosa kata
menilainya
sedangkan
yang menggambarkan perempuan
negatif
lebih beragam dibandingkan kosa
positif,
perempuan
kesannya
(Kuntjara, 2004: 11-13). Pendapat
di
mereka
gunakan
dalam
kata yang mendeskripsikan laki-laki. atas
juga
Schulz
mencatat
beberapa
kata
terkadang didukung adanya teks-
dalam bahasa Inggris yang artinya
teks dalam kitab-kitab klasik Islam
perempuan tua: trot, hen, heifer,
(Arab) yang mengatakan:
warhorse, crone, hag, beldam dan
“Wajib bagi seorang istri untuk senantiasa menunduk malu di hadapan suaminya, tidak banyak melawan, menundukkan pandangan matanya, patuh kepada perintah suami, diam ketika suami berbicara, ...” (Nawawi dalam Muhammad, 2004: 181). 2). Siapa Subjek, Siapa Objek Sebuah
peribahasa
Cina
mengatakan bahwa perempuan itu baik
untuk
dilihat,
bukan
untuk
didengarkan. Mayoritas budaya di dunia
memang
menjadikan
lebih
perempuan
sering sebagai
frump. Dalam bahasa Jawa dan Indonesia,
kata
yang
menggambarkan
perempuan
dari
rambut sampai ujung kaki dilukiskan secara
mendetail
seperti
yang
dikatakan Abikusno dalam (Kuntjara, 2004: 15): Rambute ngandhan-andhan (rambutnya ikal dan subur) Bathuke nyela cendhani (dahinya mengkilat/terang) Alise nanggal sapisan (alis matanya tipis) Irunge ngundhup mlathi (hidungnya seperti pucuk melati) dan seterusnya...
objek. Perempuan hanya patut untuk diamati dan dilihat saja. Hal ini
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
perempuan lebih sering dijadikan
OKARA, Vol. II, Tahun 7, November 2012
155
BAHASA DAN GENDER; ANTARA DOMINASI DAN SUBORDINASI Iswah Adriana
objek dalam lukisan, dan pelukis laki-
menunjukkan
laki pun lebih banyak dibanding
lebih
memusatkan
pelukis perempuan.
pada
kehidupan
“Dalam sosiologi, wanita sebagai objek studi banyak diabaikan. Hanya di bidang perkawinan dan keluarga ia dilihat keberadaannya. Kedudukannya dalam sosiologi, dengan kata lain, bersifat tradisional sebagaimana ditugaskan kepadanya oleh masyarakat yang lebih besar: tempat kaum wanita adalah di rumah” (Ehrlich dalam Ollenburger, 2002:1). 3). Siapa Punya Agresivitas, Siapa Punya Solidaritas Banyak
orang
berasumsi
bahwa laki-laki cenderung berpikir rasional
dan
logis,
pembicaraannya
sehingga
dianggap
menggunakan
perempuan perhatiannya
lingkungan
dan
masyarakatnya, sedangkan laki-laki lebih pada kemandirian dan status. Teks-teks dalam kitab-kitab klasik Islam
banyak
menyebutkan
hal
tersebut, diantaranya: “Urusan tamu, semua urusan politik, sosial kemasyarakatan, ekonomi adalah urusan kamu (laki-laki). Anda berhak tidak memperkenankan dia (perempuan) untuk ikut campur di dalamnya, kecuali sekedar yang dibutuhkan. Sementara urusan kamar, dapur dan urusan kamar yang lain serta kerumahtanggaan adalah urusan khusus perempuan” (Asymuni dalam Muhammad, 2004: 182).
lebih Perbedaan fungsi ujaran antara
bermutu. Sedang perempuan lebih banyak
bahwa
perasaan
laki-laki
dan
perempuan
pun
yang kadang tidak logis, sehingga
disebabkan karena masing-masing
orang
memiliki
menganggapnya
tidak
persepsi
yang
bermutu. Menurut hasil pengamatan
dalam
beberapa peneliti dikatakan bahwa
keinginan
isi pembicaraan perempuan berkisar
perbedaan
pada
benar anak laki-laki dan perempuan
masalah
kekeluargaan
yang dan
sifatnya keakraban,
menangkap
berbeda
harapan
pasangannya.
juga
ini
dan
Apakah
alamiah?
Apakah
menunjukkan
cara
lain,
berkomunikasi yang berbeda? Anak
tentang masalah-masalah kehidupan
laki-laki lebih sering bermain di luar
sehari-hari, yang dikenal dengan
rumah.
istilah 'gosip', sedangkan laki-laki
perang-perangan,
cenderung
ujarannya pun lebih menonjolkan
tentang
perbuatan
lebih
orang
memusatkan
Mainannya
perhatiannya pada informasi yang
agresivitas
dan
disampaikan
mengarah
pada
ketimbang
pun
sejenis sehingga
aktivitas
yang
kekuasaan
dan
memperhatikan perasaan orang lain
status. Sedang anak perempuan
dan informasi yang berkaitan dengan
biasanya
berita dunia atau umum (ekonomi,
seperti bermain
politik, olah raga, dsb). Hal ini
menunjukkan rasa kasih sayang dan
156
bermain
OKARA, Vol. II, Tahun 7, November 2012
dalam
rumah,
boneka. Mereka
BAHASA DAN GENDER; ANTARA DOMINASI DAN SUBORDINASI Iswah Adriana
kebersamaan, saling menghibur dan
pemakainya
dilecehkan
menjaga perasaan masing-masing.
dipandang remeh.
dan
Berbagai penelitian di bidang 4). Siapa yang Standar (Baku), Siapa yang Non-Standar (Non-Baku) Bahasa standar (baku)
bahasa dan gender menunjukkan bahwa
pada
perempuan
menggunakan
lebih
bahasa
sering standar
umumnya adalah salah satu variasi
dikarenakan
bahasa yang diangkat dan disepakati
yang biasanya rendah di masyarakat
sebagai ragam bahasa yang akan
dibanding
dijadikan tolok ukur sebagai bahasa
kelompok sosial, perempuan pada
‘yang
umumnya
baik
dan
benar’
dalam
kedudukan laki-laki.
mereka
Di
seluruh
lebih
banyak
komunikasi yang bersifat resmi, baik
menggunakan
secara lisan maupun tulisan (Chaer,
daripada laki-laki, sedangkan laki-
1995: 250). Juga dikatakan, bahwa
laki
bahasa nasional yang dipergunakan
bentuk vernakular (Holmes, 1992:
oleh sekelompok elit dan secara
155).
resmi diajarkan di sekolah-sekolah
televisi di Jepang, terutama pada
dan
ini
acara yang ditujukan bagi kaum ibu
kekuasaan.
atau gadis remaja, seperti memasak,
Sedangkan bahasa yang sehari-hari
pemakaian bahasa standar terlihat
digunakan
besar
jelas sekali (Sudjianto, 1996: 152).
orang yang tidak sesuai dengan
Fischer (dalam Coupland, 1997: 28)
aturan-aturan
juga
seringkali
diasosiasikan
bahasa
dengan
oleh
sebagian standar
disebut
bahasa non-standar (non-baku). Para
lebih
bentuk
banyak
Bahkan
menggunakan
pada
mengatakan
standar
acara-acara
bahwa
ujaran
perempuan pada umumnya lebih
pemakai
bahasa
beranggapan
bahwa
yaitu gaya kelas sosial menengah.
bahasa standar lebih 'baik' dan lebih
Dengan berbahasa standar, status
'benar'
mereka
seringkali
dibanding
bahasa
non-
mengarah
pada
akan
bentuk
lebih
standar,
terangkat.
standar. Bahasa standar juga dapat
Sedangkan laki-laki merasa tidak
menaikkan
perlu
status
sosial
karena
dianggap
statusnya yang seringkali memang
sebagai orang yang berpendidikan
lebih tinggi. Laki-laki lebih sering
dan lebih tinggi status sosialnya.
menggunakan logat aslinya justru
Anggapan itu dikarenakan bahasa
untuk menandakan solidaritas antar
standar ditentukan oleh orang-orang
sesama
yang ahli dan memiliki jabatan.
mereka.
pemakainya,
Sedangkan pemakai bahasa nonstandar berpendidikan
menggunakannya,
laki-laki
Pemilihan
dan
karena
kekuasaan
bahasa
dalam
dianggap
kurang
berkomunikasi menunjukkan bahwa
dan
membuat
dalam banyak hal, unsur kekuasaan
OKARA, Vol. II, Tahun 7, November 2012
157
BAHASA DAN GENDER; ANTARA DOMINASI DAN SUBORDINASI Iswah Adriana
dan
status
memegang
peranan
sejak lama menjadi perhatian para
penting, walaupun hal itu barangkali
pakar bahasa. Otto Jespersen pada
tidak disadari oleh pengguna bahasa
tahun 1922 menulis buku dengan
itu sendiri. Perempuan yang secara
judul
realita lebih rendah kedudukannya
Development and Origin", di mana
dibanding laki-laki dengan sendirinya
salah
juga akan memilih bahasa yang
membahas
secara
tidak
perempuan. Perbedaan bahasa yang
hubungan
ada banyak terkait pada masalah
sadar
menginginkan
ataupun adanya
yang lebih sejajar dengan laki-laki. Dengan aktivitas bahwa
kata
lain,
berbahasa kaum
konsekuen
"Language: satu
Its
Nature,
babnya
khusus
tentang
bahasa
sosial budaya.
melalui
Jespersen mencontohkan, di
ditunjukkan
Caribea ada suatu suku, di mana
perempuan
menggunakan
secara bentuk-
laki-laki
dan
perempuannya
menggunakan
bahasa
yang
bentuk yang lebih mendekati bentuk-
berbeda. Bahasa yang digunakan
bentuk
kaum laki-laki di sana tidak pernah
ragam
dengan
baku
prestise
perempuan
atau
tinggi.
lebih
peka
logat Kaum
terhadap
dipakai
oleh
walaupun
kaum
mereka
perempuan,
memahaminya.
dinodainya ciri kalimat baku, lebih
Demikian juga sebaliknya, kaum laki-
setia kepada gramatika yang 'benar'
laki tidak pernah memakai bahasa
dibandingkan
yang digunakan kaum perempuan.
dengan
yang
digunakan laki-laki. Sebagai contoh
Para
adalah sedikitnya kaum perempuan
mengajarkan bahasanya hanya pada
yang menggunakan kalimat nonbaku
anak perempuannya, sedang anak
seperti I don't want none (Saya tidak
laki-lakinya
ingin apa-apa). Sedangkan yang
bahasa ayahnya. Selain itu seorang
baku ialah I want nothing atau I don't
istri
want anything. Dengan demikian,
diperkenankan mengucapkan nama
mereka sadar bahwa makin baik
bapak mertua dan saudara laki-
bahasanya,
pula
lakinya. Karena itu mereka harus
kedudukan sosialnya (Sumarsono,
mencari kata lain sebagai gantinya.
2002:112).
Perempuan yang melanggar aturan
makin
berarti
ibu
suku
dari
suku
dibiarkan Zulu
ini
akan
mengikuti
(Afrika)
tidak
ini bisa didakwa sebagai tukang sihir Perbedaan Ujaran Secara Khusus
dan dihukum mati (Kuntjara, 2004:
a. Perbedaan Ragam Bahasa
2).
Hasil
penelitian
yang
Holmes
(1992:
150)
juga
menunjukkan bahwa laki-laki dan
mencatat adanya perbedaan antara
perempuan menggunakan bahasa
bahasa laki-laki dan perempuan di
yang berbeda sebenarnya sudah
suku Amazon Indian. Suami istri
158
OKARA, Vol. II, Tahun 7, November 2012
BAHASA DAN GENDER; ANTARA DOMINASI DAN SUBORDINASI Iswah Adriana
suku
ini
memiliki
bahasa
yang
berbeda karena laki-laki diharuskan
digunakan oleh perempuan lebih panjang.
menikah dengan perempuan suku lain
yang
bahasanya
Contohnya,
seorang
Sedangkan dari data ujaran
berbeda.
yang dikumpulkan di seluruh kota
perempuan
yang berbahasa Inggris didapatkan
bernama Tayana berbicara dalam
bahwa
bahasa
suaminya
menggunakan pelafalan –ing [in],
pertamanya
serta lebih jarang menggunakan in’
Deyano),
[in] pada kata swimming dan typing
akan
daripada laki-laki. Demikian juga di
Deyano
(karena
pada
bahasa
memang
bahasa
sedangkan
suaminya
perempuan
lebih
membalas pembicaraan itu dalam
Sidney,
bahasa Tuyuka.
perempuan melafalkan bunyi inisial dalam
b. Perbedaan Pelafalan 2004:
3)
bahwa
di
laki
sebagai
[f],
dan tetapi
terdapat
perbedaan
lebih
banyak
daripada
perempuan (Holmes, 1992: 153).
Montana, suku Indian Amerika Gross Ventre,
thing
laki-laki
prosentase penggunaan oleh laki-
Masih menurut catatan Holmes (Kuntjara,
beberapa
banyak
Meskipun aturan
bukan
merupakan
berbahasa,
perbedaan
pelafalan kata antara laki-laki dan
pelafalan juga dapat ditemukan (dan
perempuan.
seseorang
jelas terlihat) dalam bahasa Jepang.
menggunakan bentuk pelafalan yang
Laki-laki Jepang melafalkan partikel
berbeda dari gendernya maka ia
‘ga’
akan
perempuannya
Jika
dianggap
biseksual
(trans
dengan
‘ga’,
tetapi
melafalkannya
gender) oleh kelompok tua suku-
dengan
suku tersebut. Selain itu di Yana,
perempuan
suku
Selatan,
partikel ‘ga’ tadi dengan ‘ga’, maka
beberapa kata yang digunakan oleh
lawan bicaranya akan merasa aneh
kaum
dan
Indian
Amerika
laki-laki
lebih
panjang
‘nga’.
Jika
Jepang
cenderung
seorang melafalkan
menganggap
bunyinya dari kata yang dipakai oleh
perempuan tersebut seorang yang
kaum
yang
agresif. Sebaliknya, jika seorang laki-
berbicara
laki Jepang melafalkan partikel ‘ga’
dengan perempuan. Hal ini mirip
dengan ‘nga’, lawan bicaranya akan
dengan bahasa Jepang di mana ada
merasa risih dan cenderung enggan
beberapa kata yang diucapkan oleh
meneruskan pembicaraannya.
perempuan
digunakan
pada
atau saat
laki-laki lebih panjang daripada yang dipakai
oleh
perempuan.
Tetapi
Perbedaan bahasa
pelafalan
Jepang
ini
dalam
memberikan
karena kata benda yang dipakai oleh
dampak pada pembelajar bahasa
perempuan
Jepang sebagai bahasa ke dua di
memakai awalan
o-,
maka terlihat seolah-olah kata yang
luar
Jepang.
OKARA, Vol. II, Tahun 7, November 2012
Bila
guru
bahasa
159
BAHASA DAN GENDER; ANTARA DOMINASI DAN SUBORDINASI Iswah Adriana
Jepang (native speaker) adalah laki-
fonologi yang terjadi terletak pada
laki,
bentuk
maka
pembelajar
(meski
perempuan) cenderung melafalkan
kata
ganti
personanya.
Perhatikan contoh-contoh berikut:
partikel ‘nga’ menjadi ‘ga’. Demikian juga sebaliknya, bila guru bahasa
Makna
Jepang
Perempuan
(native
speaker)
adalah
perempuan, maka pembelajar (meski laki-laki)
cenderung
melafalkan
partikel ‘ga’ menjadi ‘nga’. c. Perbedaan Fonologi Dalam bahasa Yukaghir, Asia Timur Laut, ditemukan dua fonem yang khusus untuk laki-laki dan perempuan.
Keduanya
Laki-laki
‘dia sedang berkata’ /ka:s/ /ka:/ ‘itu jangan diangkat’ /lakauci:s/ /lakaucin/ ‘itu sedang dikupaskannya’ /mols/ /mol/ ‘kau sedang menyalakan api’ /o:sc/
/o:st/ Pada akhir kata tutur laki-laki
dilafalkan
sama oleh anak-anak. Lafal kanak-
cenderung
pada
kanak ini sama dengan lafal yang
sedangkan perempuan tidak. Yang
dipakai oleh perempuan dewasa dan
menarik adalah hanya perempuan
berbeda pada perempuan usia tua.
tua sajalah yang mempertahankan
Lafal laki-laki dewasa berbeda pada
bentuk-bentuk khusus seperti itu
saat kanak-kanak dan ketika tua. Hal
(seperti
ini dapat dilihat pada skema berikut
sedangkan perempuan muda dan
ini:
anak-anak
dalam
bunyi
daftar
di
menggunakan
/s/,
atas), bentuk-
bentuk yang digunakan oleh laki-laki. Kanak-kanak Dewasa
Tua
Jika
L : /tz/, /dz/ /tj/, /dj/ P : /tz/, /dz/ /tz/, /dz/
/cj/, /jj/ /cj/, /jj/
mengatakan /ka:/ misalnya, maka
Tampak di sini
perempuan
seorang
anak
laki-laki
ibunya akan memperingatkan kalau itu salah.
mengubah
Gejala serupa juga terjadi pada
lafalnya, yaitu dari masa dewasa ke
bahasa Chukchi, satu bahasa yang
masa
laki-laki
digunakan di Siberia. Dalam bahasa
mengalami dua kali perubahan lafal
ini, bahasa perempuan mempunyai
fonem
itu.
konsonan intervokal (konsonan yang
dengan
terletak di antara dua vokal) pada
perbedaan usia (Sumarsono, 2002:
beberapa kata, terutama /n/ dan /t/,
104).
yang tidak ada pada bahasa laki-laki.
hanya
sekali tua.
wajib
Sedangkan
sepanjang
Perubahan
Ada
itu
peralihan
berkaitan
situasi
menarik
yang
Seperti contoh berikut:
terdapat dalam bahasa Koasati, satu bahasa Indian Amerika. Perbedaan
160
OKARA, Vol. II, Tahun 7, November 2012
BAHASA DAN GENDER; ANTARA DOMINASI DAN SUBORDINASI Iswah Adriana
Laki-laki : Perempuan :
nitvaqaat nitvaqanat
adalah yang disebut gesture, yang berlaku untuk semua orang tanpa
(ada /n/ diantara dua vokal a)
membedakan gender.
Hilangnya konsonan intervokal
Namun dalam hal ini, kaum
(seperti pada laki-laki) merupakan
laki-laki bangsa Arab dalam bertutur
perubahan bunyi yang jauh lebih
relatif
sering dan bisa diharapkan apa
gerakkan
adanya. Jenis perbedaan ini jelas
perempuan Arab. Kita pun sering
memberi petunjuk
mengamati
bahasa
bahwa
perempuan
ragam
lebih
kuno
(konservatif) dibandingkan laki-laki
sering
menggerak-
tangannya jika
dibanding
sepasang
muda
mudi asyik ngobrol, sang lelaki lebih agresif.
yang lebih berkembang (inovatif) (Sumarsono, 2002: 110).
lebih
Dalam rupanya
hal
ekspresi
kaum
wajah,
perempuan
lebih
sering ‘mempermainkan’ bibir dan d. Perbedaan Gesture dan Ekspresi Wajah
matanya ketimbang laki-laki. Dalam bahasa Jawa, ada beberapa istilah
Selain
menyangkut
masalah
yang menunjukkan ekspresi wajah
bahasa atau strukturnya, perbedaan
yang dilakukan oleh sebagian besar
antara laki-laki dan perempuan yang
kaum
masih terkait dengan bahasa yaitu
perasaannya.
gerak anggota badan (gesture) dan
sedang
ekspresi
tersinggung,
wajah
yang
mengiringi.
perempuan
masyarakat bahasa, tetapi berbeda
laki-laki
dari
Wajahnya
masyarakat,
tidak
kalau
berkenan,
matanya
mleruk/mlerok
ke
Misalnya,
jengkel,
Kedua hal ini pasti ada dalam tiap masyarakat
terhadap
(Jawa),
akan
sedangkan
biasanya
akan
melotot.
bisa
mbesengut
atau
serta berbeda pula antara laki-laki
mrengut (Jawa), bibirnya nyaprut
dan perempuan.
atau mecucu (Jawa), atau mungkin
Sebagai Indonesia
contoh,
menceb
(Jawa).
Yang
terakhir
menyetujui atau
dilakukan juga ketika dia sedang
membenarkan ucapan orang lain
‘menghina’ seseorang (Sumarsono,
akan mengatakan, “ya”, dibarengi
2002: 101-102).
dengan
kalau
orang
anggukan
kepala.
Jika
“tidak”, dia akan mengatakannya
Teori
disertai gelengan kepala. Begitu pula
Gender
Perbedaan
Bahasa
dalam
yang terjadi pada masyarakat Jawa
Dari beberapa kasus yang muncul
ketika mempersilahkan orang lain
berkaitan dengan perbedaan bahasa
untuk duduk, biasanya diikuti dengan
yang
mengacungkan ibu jarinya. Gerakan
perempuan,
kepala
mencoba mempelajari dan mencari asal
dan
acungan
jempol
ini
digunakan para
OKARA, Vol. II, Tahun 7, November 2012
laki-laki pakar
dan bahasa
161
BAHASA DAN GENDER; ANTARA DOMINASI DAN SUBORDINASI Iswah Adriana
usul
penyebabnya
dengan
oleh
laki-laki
dewasa.
Jika
mengemukakan beberapa teori sebagai
perempuan atau anak-anak yang
berikut:
tinggal di rumah menggunakan katakata ini, malapetaka akan terjadi.
1.
Teori
Penyerbuan
atau
Teori
Pencampuran Bahasa
Fromkin
dan
mendefinisikan
Rodman
kata
tabu
Penduduk pribumi kepulauan
(Ohoiwutun, 2002: 94) sebagai kata-
Dominika mengatakan sebab terjadi
kata yang tidak boleh digunakan,
perbedaan ragam bahasa antara
atau setidak-tidaknya tidak dipakai di
laki-laki
adalah
tengah masyarakat beradab. Apa
dengan mempelajari kasus orang
yang ditabukan merupakan cermin
Indian
kebiasaan dan adat istiadat tersebut.
dan
perempuan
Karibia
kepulauan
yang
Antillen
menduduki
Kecil,
Hindia
Tabu memegang peranan penting
Barat yang dihuni oleh suku Arawak.
dalam bahasa, karena tidak hanya
Laki-lakinya
lalu
menyangkut ketakutan terhadap roh
sini,
gaib
dibunuh,
perempuannya
dinikahi.
Di
melainkan
berkaitan
didapatkan persamaan tutur antara
dengan
orang
dengan
krama pergaulan sosial. Orang yang
Mereka
tidak ingin dianggap ‘tidak sopan’
bahwa
akan menghindari penggunaan kata-
perbedaan ragam bahasa antara
kata tertentu. Dalam masyarakat
laki-laki dan perempuan Karibia yang
Indonesia, terutama dalam bahasa
ada
pencampuran
daerah, kaum perempuan sering
antara bahasa Karibia dan bahasa
menghindari kata-kata ‘kotor’ yang
Arawak
berhubungan dengan jenis kelamin,
Arawak
perempuan meyakini
daratan Karibia.
dan
percaya
disebabkan sebagai
akibat
dari
penyerbuan tadi. Sayangnya, fakta
sopan
juga santun
dan
tata
karena dianggap tabu.
sejarah tidak mendukung pendapat
Kasus lain seperti yang terjadi
ini, sehingga hal itu hanya dianggap
pada suku Zulu di atas disebutkan
dugaan
bahwa dalam bahasa Zulu ada kata-
saja
(Sumarsono,
2002:
106).
kata tertentu yang tabu diucapkan perempuan.
2. Teori Tabu
tersebut
Seorang pakar bahasa yang
Apabila
mengandung
kata-kata bunyi
/z/
seperti kata ‘amanzi’ (air), maka
bernama Otto Jespersen berasumsi
seorang
bahwa kasus di atas merupakan
menggantinya menjadi ‘amandabi’.
akibat dari gejala tabu. Bila kaum
Jika
laki-laki
atau
Karibia
menuju
medan
perempuan
proses
Zulu
harus
ini digeneralisasikan
dirampatkan
bagi
semua
perang, mereka menggunakan kata-
perempuan dalam masyarakat, akan
kata yang hanya boleh diucapkan
dimengerti bilamana dialek sosial
162
OKARA, Vol. II, Tahun 7, November 2012
BAHASA DAN GENDER; ANTARA DOMINASI DAN SUBORDINASI Iswah Adriana
berdasarkan
jenis
kelamin
akan
Simpulan
muncul (Sumarsono, 2002: 107).
Membicarakan bahasa berkaitan dengan gender tak akan bisa lepas
3. Teori Sistem Kekerabatan
dengan
konteks
sosial
budaya
Perbedaan kosa kata antara
masyarakatnya. Bagaimana masyarakat
laki-laki dan perempuan yang terjadi
membudayakan hubungan sosial laki-
pada
(bahasa
laki dan perempuan akan tampak dalam
Indian Amerika di Bolivia) bukan
bahasa yang mereka komunikasikan
karena masalah tabu, melainkan
sehari-harinya.
bahasa
sebagai
Chiquito
sistem
Perbedaan ujaran secara khusus
kekerabatan dan sistem gender pada
oleh gender yang berbeda terjadi karena
orang
seorang
pengaruh sosial yang hirarkis atau yang
perempuan ingin mengatakan “kakak
memposisikan perempuan di bawah laki-
saya
akibat
dari
Chiquito. laki-laki”,
‘icibausi’,
Bila ia
mengatakan
sedangkan
laki-lakinya
mengatakan ‘tsaruki’. atas jenis kelamin dari penutur atau yang
sikap
dominasi
(sikap
yang
menunjukkan kekuasaan), sedangkan
Perbedaan kata itu didasarkan orang
laki. Bahasa laki-laki lebih menunjukkan
menyapa.
bahasa
perempuan
merefleksikan
subordinasi.
Berbeda
Diskriminasi bahasa yang demikian
dengan apa yang terjadi dalam
itu tidak lain karena dipicu adanya
kebanyakan bahasa lain di mana
asumsi
pembedaan didasarkan pada orang
stereotipe yang ada pada laki-laki dan
yang disapa atau disebut bukan
perempuan, serta kemudian terefleksi
kepada orang yang bertutur. Kata
dalam bahasa mereka. Hal tersebut
paman atau bibi mengacu pada jenis
menjadi
kelamin yang berbeda dari orang
perempuan lebih banyak menggunakan
yang kita sapa. Yang menyebut
bentuk
paman dan bibi adalah kemenakan
dibandingkan laki-laki.
orang-orang itu, tidak peduli apakah
Sedangkan
kemenakan
itu
laki-laki
perempuan.
Begitu
pula
dalam
latar
masyarakat
belakang
yang
tentang
mengapa
standar pemilihan
(baku) bentuk
ataukah
ujaran oleh gender yang berbeda terjadi
halnya
karena pengaruh aturan sosial yang
dalam bahasa Inggris, bahasa Arab
overlap.
Meski
dan mungkin bahasa-bahasa lain di
menggunakan bentuk particular, tetapi
dunia, yang membedakan kata ganti
karena
orang ke-3 tunggal : he (Inggris),
ujaran bebas, maka gender yang satu
huwa (Arab), she (Inggris), hiya
akan memilih penggunaan bentuk ujaran
(Arab) (Sumarsono, 2002: 108).
yang berbeda dengan gender lainnya.
pilihan
sama-sama
penggunaan
OKARA, Vol. II, Tahun 7, November 2012
bentuk
163
BAHASA DAN GENDER; ANTARA DOMINASI DAN SUBORDINASI Iswah Adriana
Daftar Pustaka
Pembelaan Kiai Pesantren. Yogyakarta: LKiS
Anshori, Dadang S, dkk (ed). 1997. Membincangkan Feminisme: Refleksi Muslimah Atas Peran Sosial Kaum Wanita. Bandung: Pustaka Hidayah Coupland, Nikolas dan Adam Jaworski. 1997. Sociolinguistics: A Reader and Course Book. London: Macmillan Press, Ltd Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka Cipta Holmes, Janet. 1992. An Introduction to Sociolinguistics. London: Longman Kuntjara, Esther. 2004. Gender, Bahasa dan Kekuasaan. Jakarta: BPK Gunung Mulia Muhammad, Husein. 2004. Islam Agama Ramah Perempuan:
164
Sumarsono dan Paina Partana. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda Sudjianto.
1996. Gramatika Bahasa Jepang Modern. Jakarta: Kesaint Blanc
Subhan, Zaitunah. 2002. Rekonstruksi Pemahaman Jender Dalam Islam. Jakarta: el-Kahfi Ohoiwutun, Paul. 2002. Sosiolinguistik: Memahami Bahasa Dalam Konteks Masyarakat Dan Kebudayaan. Jakarta: Kesaint Blanc Ollenburger, Jane C dan Helen A. Moore. 2002. Sosiologi Wanita. Jakarta: PT Rineka Cipta Oneo, Kanehide. 1994. Kanji wo Oboeru Jiten. Tokyo: Obunsha
OKARA, Vol. II, Tahun 7, November 2012