Otobiografi Suwito
BAGIAN I DINAMAKAN SUWITO AGAR MAU NGAWULO Tidak Pernah Sekolah Saya lahir di dukuh Lebak Kulon Sukolilo Pati Jawa Tengah dari pasangan Bapak Rakiyo dan Ibu Rasemi. Nama lengkap ayah adalah Suto Dikromo Rakiyo dan Ibu Rasemi Tokromo. Sebelumnya ayah telah memiliki 5 orang anak yaitu Suhardi (laki-laki), Sulabi (laki-laki), Sutrisno (lakilaki), Rumisih (perempuan), dan Amari (perempuan). Kelima orang tersebut saat tulisan ini dibuat semuanya sudah meninggal. Ibu juga sudah memiliki 2 anak yaitu Sarni (perempuan) dan Menowo (laki-laki). Yu Sarni, begitu saya memanggilnya saat tulisan ini dibuat masih hidup, sedangkan Kang Nowo, sudah meninggal. Ayah menikah dengan ibu karena isteri dan suami masingmasing sudah meninggal. Hasil pernikahan ayah dan ibu hanya mendapatkan saya seorang. Kepastian tanggal kelahiran saya sulit saya dapatkan karena orang tua saya tidak memiliki catatan dan mereka juga buta huruf. Akan tetapi mereka rajin shalat dan dzikir. Saya sering menyaksikan mereka selalu shalat malam dan dzikir yang lama. Walaupun saya tidak pernah melihat mereka membaca al-Quran atau lainnya tetapi mereka hafal bacaan shalat, surat-surat pendek, dan doa-doa. Ayah saya selalu menjadi pemimpin doa ketika ada hajatan/kenduren/bancaan. Bahasa pengantar yang digunakan oleh Ayah dalam memimpin doa adalah bahasa Jawa sedangkan kalimat doanya menggunakan bahasa Arab sebagaimana doa pada uumnya dengan lahjah/dialek Jawa. Oleh karena Ayah dan Ibu buta huruf maka buku rapor sekolah saya dicap dengan jempol tangan ayah akan tetapi ada juga yang ditandatangani oleh Pak Ali Mahmudi atas nama wali/wakil orang tua. Selain ayah dan ibu, kakak saya yang lainnya juga tidak pernah sekolah. Hanya Kang Menowo yang pernah sekolah sampai kelas III SD. Ayah, ibu dan kakak termasuk keluarga buta huruf. Akan tetapi para anaknya sekarang semua berkesempatan sekolah dan bahkan ada yang sarjana. Pada masa kecil saya, di dukuh Lebak Kulon Sukolilo dan Tambang Kedungwinong, para orang tua tidak pernah sekolah. Ketika itu mereka termasuk buta huruf. Saya pernah mendengar cerita para orang tua bahwa di dukuh ini pernah ada kegiatan pemberantasan buta Mungkin Segalanya Mungkin | 1
Dinamakan Suwito Agar Mau Ngawulo
huruf. Akan tetapi saya tidak mengetahui detilnya. Sampai saat tulisan ini dibuat, para orang tua yang ada di sana masih banyak yang buta huruf. Akan tetapi para anak dan pemudanya semua sudah bersekolah. Nama, Tempat, Tanggal Lahir, dan Tanda Tangan Jangan Berubah Ketika mendaftar sekolah, tanggal kelahiran saya ditulis 7 Maret 1956. Tentu hal ini didasarkan atas perkiraan orang tua yang menggunakan penghitungan musim atau suatu peristiwa tertentu. Saya teringat dengan pesan Pak Ali Mahmudi (anak Pak H. Abdul Mukti alias Sudirman, Sekretaris Desa dan saat tulisan ini dibuat ia juga menjadi Sekretaris Desa Kedungwinong) agar dokumen nama, tempat lahir, tanggal lahir, dan tanda tangan jangan diubahubah. Oleh karena nasihat ini, maka ketiga hal tersebut sampai sekarang saya pertahankan. Nama, tempat lahir, tanggal lahir yang pernah ditulis pada dokumen Sekolah Dasar tidak pernah saya ubah sampai sekarang. Tanda tangan yang saya buat sejak SD juga masih saya gunakan samapai sekarang. Tempat dan tanggal kelahiran tersebut dikukuhkan dengan Kutipan Akta Kelahiran yang ditandatangani Kepala Kantor Catatan Sipil Tangerang tertanggal 02 Mei 1988. Akibat tidak konsisten dalam menulis nama, tempat lahir, tanggal lahir, dan tanda tangan sering memperoleh kesulitan dalam urusan mendaftar calon pegawai, pembuatan Kartu Tanda Penduduk, urusan kenaikan pangkat, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan dokumen pribadi. Saya sering menemukan dokumen yang demikian ketika menilai angka kredit dosen di Ditjen Pendidikan Tinggi (Dikti) sehingga dikembalikan untuk dimintai konfirmasinya yang diperkuat dengan surat keterangan dari Kantor Catatan Sipil. Jika hal ini terjadi maka kenaikan pangkat dapat terhambat. Lebak Kulon Sukolilo dan Tambang Kedungwinong Dukuh Lebak Kulon Sukolilo tempat saya lahir berada di selatan kota Pati Jawa Tengah yang berjarak sekitar 27 km dari kota Pati. Transportasi ke Sukolilo dapat ditempuh dari Kota Pati, dari Kota Kudus, dari Kota Demak, atau dari Kota Purwodadi Grobogan. Sukolilo adalah desa dan sekaligus ibukota kecamatan. Kecamatan Sukolilo terdiri atas 16 desa/kelurahan yaitu Baleadi, Baturejo, Cengkalsewu, Gadudero, Kasiyan, Kedumulyo, Kedungwinong, Kuwawur, Pakem, Porang Paring, Prawoto, Sukolilo, Sumbersoko, Tompegunung, Wegil, dan Wotan. Kecamatan Sukolilo ini berada di daerah pegunungan Kapur Utara. 2 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Setelah beberapa lama saya dan keluarga tinggal di Lebak Kulon Sukolilo, kami pindah di Tambang Kedungwinong. Ketika saya tinggal di dukuh Tambang Kedungwinong, jumlah rumah di dukuh tersebut hanya ada sekitar 20 rumah. Sekeliling dukuh Tambang ini adalah ladang dan persawahan dan bagian selatan adalah hutan dan gunung. Dukuh ini termasuk daerah yang tinggi di kaki Pegunungan Kapur Utara yang dikenal juga dengan Gunung Kendeng. Apabila kami duduk di teras rumah dan menghadap ke arah utara maka akan terlihat perkampungan, persawahan dan Gunung Muria Kudus nun jauh di sana. Pemandangan di dukuh kami terlihat indah. Dukuh Tambang ini berdekatan dengan Gua Bandung dan lereng gunung kapur yang batunya dapat digunakan fosfat dan gamping yang berguna untuk pendamping semen dalam adukan pembangunan tembok atau lainnya. Wilayah Pegunungan Kapur Utara memanjang dari barat ke timur yang meliputi Kabupaten Pati bagian selatan, Kabupaten Grobogan bagian utara, Kabupaten Rembang, Kabupaten Blora, Kabupaten Tuban, Kabupaten Bojonegoro bagian utara dan Kabupaten Lamongan bagian barat. Dukuh Tambang Kedungwinong berada kurang lebih 35 km ke kota Kudus (utara), 27 km ke kota Pati (timur), 15 km ke Grobogan Purwodadi (selatan) dan 10 km ke Prawoto (barat). Tradisi Meron Setiap Tanggal 12 Maulid Tradisi unik yang menjadi ikon Sukolilo Pati adalah tradisi Meron yang diselenggarakan setiap tanggal 12 Maulid/Rabiul Awal untuk menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW. Orang Sukolilo menyebutnya Muludan. Tradisi ini merupakan gelanggang keramaian seperti sekaten (shahādatain) yang ada di Surakarta dan Yogyakarta. Masyarakat menyambutnya dengan gembira sehingga keramaian itu disebut meron yang berasal dari bahasa Jawa rame dan iron-tiron‘tiruan’. Dalam arak-arakan acara tersebut, diiring beberapa gunungan yang sangat khas yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu: 1) Bagian teratas adalah mustaka yang berbentuk lingkaran bunga aneka warna berisi ayam jago atau masjid. 2) Bagian kedua gunungan itu terbuat dari roncean atau rangkaian ampyang atau kerupuk aneka warna berbahan baku ketan/ tepung dan cucur atau kue tradisional berbahan baku campuran tepung terigu dan tepung. 3) Bagian ketiga atau bawah gunungan disebut ancak atau penopang. Setelah upacara selesai, nasi Meron kemudian dibagikan kepada pengunjungbahkan ada yang meyakini bahwa makanan yang didapat dari Meron dapat berkhasiat untuk kebaikan usaha dan lainnya sehingga para penunjung banyak yang berebut untuk mendapatkannya.
Mungkin Segalanya Mungkin | 3
Dinamakan Suwito Agar Mau Ngawulo
Para pengunjung tradisi meron ini sangat banyak, bahkan dari berbagai daerah di Indonesia. Para penduduk asli Sukolilo yang merantau di berbagai daerah bahkan sering pulang kampung apabila musim meron tiba. Sebelum acara meron dilaksanakan, sering diadakan berbagai acara kesenian di malam hari. Acara kesenian dalam menyambut meron tersebut biasanya dilaksanakan di lapangan dan di jalan-jalan raya. Kondisi ini sangat meriah karena para penunjung sangat banyak. Para penjaja makanan, minuman, mainan dan lainnya juga sangat banyak sehingga suasana menjelang sampai dengan acara puncak meron sangat meriah. Oleh karena itu, kendaraan yang berasal dari arah Pati, Grobogan, dan Prawoto harus diparkir di tempat-tempat yang disediakan sebelum tempat acara keramaian. Hal ini tentu sangat mengganggu masyarakat yang tidak mengetahui ada keramaian di Sukolilo dan hanya bermaksud melintasi daerah tersebut ke daerah lain; walaupun sebelum masuk ke daerah Sukolilo terpasang pemberitahuan adanya acara dan jalan tertutup untuk kendaraan kecuali bagi mereka yang mengetahui jalan alternatif. Ditemukan di Pluruhan Sandoyo bercerita kepada Nyonya bahwa ketika terjadi kebakaran rumah Mbah Sukardi Plongko, Suwito yang masih orok terbuang di tempat yang tidak diketahui banyak orang. Pada saat banyak orang kebingungan karena rumah Mbah Sukardi terbakar, mereka dibingungkan lagi oleh karena ada berita bahwa Suwito yang masih orok hilang. Sebahagian mereka mengatasi kebakaran rumah dan sebahagian lagi mencari Suwito. Cukup lama juga mereka gaduh. Dalam suasana yang demikian, terdengar jeritan bahwa Suwito telah diketemukan. Suwito telah bercampur aduk dengan sampah di pluruhan. Entah siapa yang pertama kali menemukan, tetapi begitu ditemukan, Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi serta banyak warga menangis karena saking gembiranya; orok yang dicari-cari telah diketemukan. Saya sendiri malah tidak terlalu mengerti kisah itu. Peristiwa tersebut mungkin menjadi suatu pertanda bahwa Suwito selalu menjadikan banyak orang tidak tenang, bingung, atau perasaan gundah lainnya. Memang ketika kecil saya sering mendengar Mbah Rasemi mengatakan bahwa Suwito ini adalah anak yang diketemukan di pluruhan (tempat sampah). Waktu kecil saya juga sering mendengar Mbah Rasemi menyanyikan agar saya mau tidur dengan kalimat yang berisi pernyataan bahwa saya adalah anak pluruhan. Sampai sudah hampir kelas III SD saya sangat percaya betul bahwa saya bukan anak Mbah Rasemi melainkan anak pluruhan. Oleh karena penuh tanda tanya dan tidak tenang, benarkah bahwa saya ini anak pluruhan maka pada suatu hari saya bertanya kepada Mbah Rasemi tentang kebenaran bahwa saya adalah anak pluruhan. Mbah Rasemi ketika itu menjelaskan ketidakbenaran pernyataan itu. Kamu adalah anak yang kulahirkan dengan susah 4 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
payah, tidak mungkin pluruhan dapat melahirkan kamu, demikian jawaban Mbah Rasemi kepada saya. Lama kelamaan saya menyadari bahwa saya memang anak yang dilahirkan oleh ibu saya, bukan anak yang didapat dari pluruhan. Terima kasih Mbah Mi dan terima kasih Mbah Yo yang telah melahirkan saya. Ternyata Nyonya saya malah lebih tahu ceritanya karena Mbah Rasemi sudah lama memberitahukan kepadanya. Pada hari Sabtu, 5 Desember 2015 saya klarifikasi kepada Sandoyo, keluarga yang saat tulisan ini dibuat berada di Lebak Kulon Sukolilo Pati, bahwa memang begitu kenyataannya. Sandoyo adalah salah satu saksi hidup. Atas berhasilnya klarifikasi ini saya patut berterima kasih kepada Watik, anak Sriwati dan Murharto (keponakan) yang telah menghubungkan via ponsel-nya. Agar Mau Ngawulo Saya pernah bertanya kepada Mbah Rakiyo tentang makna Suwito dalam nama saya. Mbah Rakiyo menjawab pertanyaan saya dengan kalimat berikut. “Begitu kamu terlahir, saya langsung memanggil namamu Suwito…. Saya juga menyampaikan kepada banyak orang bahwa anak saya yang baru lahir saya beri nama Suwito agar dia mau mengabdi (ngawulo) dan membawa perdamaian terhadap keluarga dari pihak saya dan dari pihak Mbah Rasemi. Mereka semua adalah sedulur kuwalon, bukan saudara kandung. Suwito harus menjadi juru damai terhadap keluarga yang bukan saudara kandung karena saudara tiri sering tidak akur”. Tentu penjelasan Mbah Rakiyo tersebut disampaikan dalam bahasa Jawa. Itulah kira-kira maksud nama Suwito yang dilekatkan pada diri saya oleh ayah saya, Rakiyo. Bukan hanya terhadap keluarga yang telah diuraikan di atas, Mbah Rakiyo juga berharap agar anaknya yang baru lahir tersebut menjadi manusia yang berbakti dan mengabdi kepada kedua orang tuanya, Tuhan Allah SWT, agama, bangsa dan negara, termasuk sesama makhluk Tuhan. Inilah harapan Mbah Rakiyo dalam memberi nama anaknya dengan nama “Suwito”. Anak Petani dan Dukun Kampung Pekerjaan ayah saya adalah bertani di hutan dan di ladang. Setahu saya orang tua saya tidak memiliki sawah. Hasil pertanian tersebut biasanya jagung, ketela pohon, dan lainnya. Ibu saya adalah penjual klepon di Pasar Sukolilo. Akan tetapi ketika Mbah Boti (ibu Mbah Rasemi) sudah tua, Mbah Rasemi beralih profesi sebagai dukun kampong atau dukun beranak, atau Paraji yang membantu persalinan secara tradisional para ibu yang akan melahirkan. Selain itu Mbah Rasemi adalah dukun pijit dan mengkhitan perempuan. Ibu Mbah Rasemi, yaitu Mbah Boti juga dukun kampung atau dukun beranak. Bisa jadi profesi Mbah Rasemi sebagai dukun kampung adalah karena warisan ibunya, secara turun temurun. Peristiwa ini berawal Mungkin Segalanya Mungkin | 5
Dinamakan Suwito Agar Mau Ngawulo
ketika keluarga masih di dukuh Lebak Kulon Sukolilo, Saya ketika itu belum sekolah. Saya pernah bertanya kepada Mbah Rasemi tentang asal usul menjadi dukun bayi atau dukun kampung. Mbah Rasemi bercerita dengan berbahasa Jawa bahwa pada suatu malam ada cahaya yang sangat terang datang dari kejauhan. Mbah Rasemi memandangi terus cahaya tersebut, ternyata cahaya tersebut menuju ke atap puncak rumahnya dan berhenti di atap tersebut. Atap rumah ketika itu terbuat dari rumbia, bukan genteng. Tentu Mbah Rasemi ketakutan karena cahaya tersebut mirip api yang mengeluarkan cahaya yang sangat kuat. Mbah Rasemi ketika itu tidak mengetahui apa yang akan terjadi. Hal tersebut bukan hanya terjadi sekali tetapi beberapa kali. Beberapa hari sejak peristiwa adanya cahaya tersebut Mbah Rasemi dipaksa memberikan pertolongan oleh keluarga yang akan melahirkan. Mbah Rasemi beberapa kali menolak untuk melakukannya karena ia merasa tidak tahu dan tidak memiliki keahlian untuk itu. Akan tetapi keluarga tersebut tetap saja memaksa dan meyakinkan kepada Mbah Rasemi bahwa ia bisa menjadi dukun bayi. Dengan keterpaksaan, Mbah Rasemi akhirnya bersedia menolong dan entah bagaimana ternyata ia dapat melaksanakannya secara baik. Sejak itu akhirnya masyarakat hampir satu kecamatan Sukolilo mengenali Mbah Rasemi sebagai dukun bayi atau dukun kampung sehingga jam praktiknya tidak ada batasan, non-stop. Sering kali sedang tidur di tengah malam, ada saja tamu yang meminta pertolongan karena akan melahirkan atau karena sakit lainnya. Perjalanan dari rumah Mbah Rasemi ke tempat orang yang harus didatangi sangat sering dilakukan dengan berjalan kaki. Sangat jarang orang yang memanggil Mbah Rasemi memiliki sepeda apalagi sepeda motor, kecuali pada tahun 2000-an orang yang memanggil Mbah Rasemi sudah menggunakan sepeda atau sepeda motor, bahkan ada juga yang menggunakan mobil. Mbah Rasemi tidak pernah menetapkan tarif yang harus dibayarkan untuk kegiatan apa saja yang berkait dengan profesinya tersebut sampai wafatnya. Bisa jadi Mbah Rasemi menolak untuk dibayar karena kondisi orang yang ditolong sangat memerlukan bantuan karena sangat tidak punya harta. Oleh pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Pati, Mbah Rasemi pernah diberikan sertifikat sebagai Dukun beranak dan berbagai alat kesehatan. Sampai tulisan ini dibuat, saya tidak lagi menemukan sertifikat dan alat-alat tersebut karena selain Mbah Rasemi kurang mementingkan dokumentasi juga tidak merasa terlalu terikat dengan hal-hal formal dari Dinas Kesehatan. Bahkan pernah Mbah Rasemi tidak mau menggunakan silet atau sejenis pisau untuk memotong pusat bayi. Mbah Rasemi lebih yakin alat pemotong pusat bayi adalah bambu yang dijadikan pisau karena menurutnya bambu ini tidak mungkin ada unsur karatnya.
6 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
BAGIAN II SEKOLAH DI SUKOLILO DAN MENULIS PROFESOR DI SABAK Ngaji Seorang Diri Setelah saya lahir, saya dan keluarga tidak terlalu lama tinggal di dukuh Lebak Kulon Sukolilo. Ketika usia Tamak Kanak-kanak, ayah dan ibu pindah ke dukuh Tambang Kedungwinong, yaitu tetangga desa dengan Sukolilo. Jarak tempat tinggal di Lebak Kulon dengan Tambang sekitar 1 km. Ayah dan ibu memang orang yang kurang punya harta. Mereka pindah ke Tambang menempati tanah milik Mbah H. Abdul Mukti alias Mbah Sudirman, Carik (Sekretaris Desa) Kedungwinong. Hubungan Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi dengan Mbah Kaji Carik, begitu dipanggilnya, masih ada hubungan keluarga. Terima kasih banyak saya haturkan kepada Mbah Kaji Carik dan keluarga yang telah memberikan bantuan kepada saya dan keluarga untuk bertempat tinggal di dukuh Tambang Kedungwinong. Saya masih ingat di desa Tambang ini, rumah ayah dan ibu beratap rumbia sebagaimana rumah ketika di Lebak Kulon. Saya pernah usul agar atapnya diganti dengan atap genteng karena khawatir kalau ada kebakaran cepat menjalar. Ayah dan ibu hanya tersenyum mendengar usulan saya tersebut. Sebagai anak, usulan saya tersebut saya ulang-ulang karena tidak mengetahui dan tidak menyadari bahwa orang tua saya memang tidak memiliki kemampuan untuk itu. Entah tahun berapa, beberapa tahun kemudian akhirnya atap rumbia tersebut diganti dengan genteng. Walau mungkin orang lain menyebut bahwa orang tua saya tidak memiliki harta (miskin) tetapi saya tidak merasakan hal itu. Saya merasakan sebagai manusia yang biasa-biasa saja, tidak merasa miskin dan tidak merasa kaya. Saya bahkan merasa sebagai orang kaya karena saya merasa bisa apa saja. Saya merasa bangga memiliki orang tua, ayah Rakiyo dan ibu Rasemi. Pada suatu hari di awal bulan Ramadan, di Tambang tersebut kawan-kawan saya pergi ngaji di langgar Tambang Lor karena di dukuh yang saya tempati tidak ada masjid atau musalla. Saya diajak mereka untuk ikut ngaji tetapi saya tidak mau karena pada saat itu saya sedang asyik main petasan bambu. Sekitar tanggal 10 Ramadan, kawan-kawan yang tadinya ngajak saya ngaji ternyata mereka sudah malas pergi ngaji. Saya justru mulai berminat ngaji. Akhirnya saya pergi mengaji sendirian. Saya mengaji di masjid Tambang Lor dengan Kiyai Kanan dan anaknya Kiyai Sajuri dan Kiyai Asnawi. Hampir saban hari saya ke masjid dan bahkan saya sering tidur di masjid ini. Saya belajar mengaji dan menulis huruf Arab dengan tinta yang terbuat dari daun aren (enau). Saya baru tahu setelah dewasa bahwa masjid dan tempat saya mengaji dan sekaligus mondok tersebut berpaham Rifaiyah. Selama belajar di masjid ini saya tidak pernah mendapat hukuman.
Mungkin Segalanya Mungkin | 7
Sekolah di Sukolilo dan Menulis Profesor di Sabak
Selain di masjid tersebut saya juga mengaji di langgar (Surau) Tambang Wetan dengan guru Mbah K.H. Abdul Masrum alias Kiyai Sampan. Di langgar ini saya beberapa kali mendapat hukuman kalau ada kesalahan ketika mengaji dan kalau ada keributan/berisik dalam shalat. Hukuman yang saya terima ketika itu antara lain jewer telinga, pukul telapak tangan dengan tangan atau dengan sapu lidi, dan lama berdiri sambil ruku’. Akan tetapi hukuman itu tidak menjadikan saya dendam atau tidak senang. Saya tetap mengaji dan belajar di langgar tersebut. Saya menerima hukuman itu dengan ikhlas karena saya merasa bersalah. Saya berhutang budi dan sangat berterima kasih kepada Pak H. Ali Mahmudi karena yang mengingatkan nama-nama tersebut adalah dia karena saya telepon atau pesan singkat, SMS (Short Message Service). Di rumah Tambang tersebut banyak keluarga yang ikut tinggal, antara lain Sandoyo, Suharti, Yu Amari, Kang Haji, Menowo, Kamsidin dan anaknya yang bernama Kabid. Nama-nama ini adalah hasil klarifikasi saya dengan Sandoyo. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih kepada Sandoyo. Suatu hari, saya ingin sekolah. Saya pergi ke Sekolah Dasar di Kedungwinong dengan berjalan kaki dan tanpa alas kaki sekitar 2 km. Saya ditolak untuk sekolah karena dinilai masih terlalu kecil. Ukuran masuk sekolah ketika itu adalah menjulurkan tangan kanan atau kiri di atas kepala untuk memegang telinga. Apabila tangan mampu meraih daun telinga maka cukup syarat untuk masuk sekolah. Waktu itu tangan saya tidak berhasil memegang telinga sehingga dinyatakan masih kecil padahal kalau menurut umur ukuran sekarang sudah termasuk tua/besar. Oleh karena tidak diterima maka saya pergi ke Sukolilo dan ternyata diterima untuk masuk sekolah. Kalau tidak salah waktu itu saya sekolah di Taman Kanak-kanak tersebut selama 2 tahun. Dari sekolah ini saya tidak pernah merasakan menerima buku rapor seperti halnya murid TK sekarang. Sekolah di SD Negeri Sukolilo I Setelah selesai sekolah dari sekolah Taman Kanak-kanak, saya melanjutkan di SD Sukolilo I. Jarak tempat tinggal dengan sekolah sekitar 2-3 km dengan berjalan kaki tanpa alas kaki. Guru Kepala Sekolah dan guru kelas pada waktu itu adalah Bapak Manab. Saya merasa ketika di sekolah ini paling paham pelajaran tulisan huruf Jawa. Saya juga masih ingat ketika suatu hari diminta Pak Manab maju ke depan kelas untuk menyanyi. Oleh karena saya tidak pandai menyanyi maka yang saya lagukan adalah Garuda Pancasila. Saya berdiri tegap dan bersuara lantang, tentu dengan nada yang sumbang. Alat sekolah ketika itu adalah sabak (batu tulis) dan grip sebagai alat untuk menulis. Saya pernah memiliki satu buah buku tulis. Buku ini selalu saya gunakan untuk menulis pelajaran tetapi sering saya hapus kalau sudah penuh. Jadi, satu buku sering ditulis kemudian dihapus, begitu seterusnya agar tidak diperlukan membeli 8 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
buku lagi karena ayah dan ibu tidak punya uang untuk membelinya. Saya tidak ingat benar bagaimana saya belajar pada waktu itu karena tidak pernah ada buku yang dibaca-baca atau pelajaran yang dihafal seperti masa sekarang ada buku wajib yang diberikan oleh pemerintah. Menulis Nama Prof. Dr. H. Suwito, M.A. di Sabak Ketika sudah kelas III SD, suatu hari, saya pagi-pagi pergi ke sekolah sambil mengamati sabak yang sudah saya tulisi dengan grip. Sabak adalah batu tulis yang dibuat dari batu berbentuk papan tipis untuk ditulisi seperti halnya buku tulis yang ada sekarang sedangkan grip adalah alat untuk menulisnya seperti pulpen atau pensil masa sekarang. Bisa jadi pemikiran adanya Ipad, handphone, tablet touch screen yang marak di saat tulisan ini dibuat adalah terinspirasi oleh alat tulis yang digunakan masyarakat Jepang sebelum Indonesia merdeka. Saya menulis di sabak tersebut dengan tulisan Prof. Dr. H. Suwito, M.A. Saya tidak tahu dari mana datangnya ide itu tetapi terus saya amati dan baca. Saya ditegur oleh banyak orang karena saya senyum-senyum sendiri mengamati tulisan saya tersebut. Orang dan teman-teman tidak saya beri tahu apa yang saya tulis dan karena apa saya tersenyum sendiri. Seingat saya, saya pernah cerita tentang ini ketika saya benarbenar telah memperolehnya pada akhir tahun 2001. Saya hanya memberikan senyuman kepada mereka ketika mereka menegur dan bertanya kepada saya. Tulisan pada sabak itu agaknya menjadi motivasi bagi saya untuk meraihnya. Jika dihitung sejak tahun 1966 ketika saya menulis Profesor di sabak tersebut sampai dengan 2001 ketika saya menerima pangkat Profesor berdasarkan Keputusan Mendiknas, maka setidaknya berjarak 35 tahun. Saya memang banyak bergaul dengan Mbah Carik dan anaknya, yaitu Ali Mahmudi yang saat tulisan ini dibuat masih menjabat sebagai carik/sekretaris desa menggantikan ayahnya yang sudah almarhum sangat lama. Beberapa istilah yang saya tulis dalam sabak tersebut mungkin memperoleh ide dari bergaul dengan Pak Ali Mahmudi. Banyak hal yang saya peroleh dari Pak Ali Mahmudi. Dia memang sering ke kota Surakarta dan ayahnya pejabat desa. Oleh sebab itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepadanya dan keluarganya. Matur sembah nuwun Pak Ali. Sangat disayangkan saya banyak yang lupa nama-nama teman sekolah di SD Sukolilo I. Teman yang masih saya ingat antara lain Mahrus, Sudiyono, Warsidi, Siti Zulaikha, Yati, Rustam, dan Imam Saidi.
Mungkin Segalanya Mungkin | 9
Sekolah di Sukolilo dan Menulis Profesor di Sabak
Ambil Kayu Bakar di Hutan, Gembala Kambing, dan Memancing Ikan Sebagaimana orang desa lainnya, saya dan teman-teman di dukuh Tambang Kedungwinong sering mengambil kayu bakar di hutan. Kayu bakar yang diambil adalah kayu yang sudah kering, bukan kayu basah berasal dari pohon yang masih hidup. Kayu bakar kering yang diambil adalah ranting dari dahan. Tentu kami tidak mampu mengambil kayu dari dahan yang besar. Terkadang kami sampai di tengah hutan yang jauh dari perkampungan. Gunung dan hutan yang ada di daerah saya adalah Gunung Kendeng, pegunungan Kapur Utara. Di desa saya, para keluarga memasak menggunakan kayu bakar. Pada masa itu warga belum ada yang memiliki kompor untuk memasak. Teman-teman saya yang mengambil kayu bakar di hutan pada waktu itu antara lain Sudiyono, Warsidi, Rustam. Mahrus, dan Imam Saidi (Sarwo). Selain mengambil kayu, kegiatan saya adalah menggembala kambing. Ketika itu ayah hanya memiliki 2 ekor kambing. Ayah juga pernah mempunyai kerbau tetapi saya tidak pernah menggembalakannya. Yang menggembala kerbau adalah keluarga saya yang lain. Di daerah saya sangat jarang ada sapi (lembu). Saya ingat ketika itu, diceritakan bahwa Nabi Muhammad sangat banyak menggembala kambing sementara saya paling banyak hanya menggembala 2 ekor kambing. Ketika dalam perjalanan dari Damaskus Suriah ke Jeddah, saya sempat melihat ribuan kambing di gurun pasir dan ladang yang hanya digembalakan oleh 1 atau 2 orang. Ketika itu muncul di benak saya, “Kalau begitu saya nanti mungkin tidak bisa menjadi pemimpin ya? karena tidak banyak hewan yang saya gembala”. Di daerah saya, Tambang Kedungwinong ketika itu masih sangat jarang rumah. Area ladang dan persawahan masih sangat luas sehingga sangat leluasa untuk menggembala ternak dan main layang-layang. Kegiatan lain saya dan kawan-kawan adalah memancing ikan di sungai dan di parit-parit persawahan. Saya sangat tidak mahir dalam kegiatan memancing ikan. Seingat saya selama beberapa kali mancing tidak pernah memperoleh ikan. Jika pulang membawa ikan bukan berarti karena perolehan saya tetapi karena diberi kawan-kawan atau bahkan ngumpetin hasil pancingan kawan-kawan. Sambil mancing, kami sering mengambil dan memakan kacang panjang yang ada di pematang persawahan. Para petani sering menambahkan tanaman lain selain padi atau jagung. Di pematang persawahan sering ditanami kacang panjang atau tanaman lainnya. Kami memang sering makan kacang panjang tersebut tetapi tidak pernah mengambil banyak untuk dibawa pulang karena perbuatan tersebut dapat dikategorikan mencuri. Jenis kegiatan lain kami adalah mencari buah di hutan dan ladang. Di perkampungan saya pada waktu itu banyak pohon mangga, jambu, pisang, dan lainnya. Saya dan kawan-kawan ketika mencari kayu bakar dan menggembala kambing sering mengambil mangga, jambu mente atau jambu lain untuk dimakan di 10 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
tempat. Kami juga sering mengambil buah kersen. Pepohonan yang ada pada waktu itu sangat banyak dan seolah tidak ada yang memiliki sehingga saya dan kawankawan enak saja mengambilnya. Bukan untuk dibawa pulang, apalagi untuk dijual tetapi hanya sekadar dimakan di tempat. Main Kelereng dan Lainnya Jenis permainan pada masa kecil saya ketika di dukuh Tambang Kedungwinong antara lain kelereng, gangsing, petak umpet, gobak sodor, dan perang-perangan. Kalau saya main kelereng sering bermain di rumah mbah Carik Abdul Mukti karena rumahnya besar dan lantainya disemen yang dalam bahasa Jawa disebut lantainya diplester. Lantai rumah Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi (ayah dan ibu saya) adalah lantai tanah. Terkadang kami juga main kelereng di halaman rumah orang tua saya atau halaman rumah tetangga. Di halaman rumah warga kampung saya sering banyak pohon mangga dan pisang atau tanaman lain sehingga tidak terlalu panas untuk bermain kelereng dan mainan lain. Teman bermain kami tidak mesti dengan lelaki tetapi sesekali dengan para wanita. Akan tetapi saya lupa nama-nama kawan perempuan dimaksud. Permainan lain adalah sepak bola dan kasti. Seingat saya, saya dan teman-teman tidak ada yang mencapai tingkat profesional dalam bermain sepak bola, kasti, kelereng, gobak sodor, dan lainnya. Perlombaan dalam bermain sering juga diadakan tetapi tidak mencapai tingkat kecamatan. Paling tinggi hanya tingkat desa atau kelurahan. Permainan yang ada hanya sebatas hiburan tingkat kampung dan untuk olah raga serta silaturrahmi antarwarga, bukan untuk mencapai kejuaraan. Kegiatan bermain tersebut saya lakukan sampai dengan kelas IV SD karena mulai kelas V SD saya sudah berada di Kudus. Ketika di Kudus saya sudah tidak lagi bermain seperti itu lagi. Kegiatan bermain ketika di Kudus adalah bulu tangkis dan pingpong (tenis meja). Itupun tidak terlalu banyak saya lakukan ketika di Kudus karena kegiatan sekolah dan bekerja menyita waktu sehingga saya sangat kurang bermain seperti ketika di Tambang Kedungwinong. Muhammad Suwito Rejo Ketika kelas III SD, saya minta dikhitan. Saya lupa nama Bapak yang mengkhitan saya ketika itu. Tempat pelaksanaan khitan adalah di rumah dukuh Tambang Kedungwinong. Dalam acara khitan ini dilengkapi dengan khataman alQuran. Saya lupa ketika itu apakah saya sudah tamat membaca al-Quran atau belum tetapi sudah disebut khataman al-Quran. Ketika itu saya membaca al-Quran tetapi tidak sempat membaca keseluruhan tetapi hanya beberapa surat pendek. Mungkin yang dimaksud khataman al-Quran pada waktu itu yang penting adalah tamat juz ‘Amma. Dalam acara khitanan itu nama saya sempat disebut Muhammad Suwito Mungkin Segalanya Mungkin | 11
Sekolah di Sukolilo dan Menulis Profesor di Sabak
Rejo. Maksudnya agar menjadi orang Islam yang baik dan pengabdian Suwito tambah meriah. Begitu ujar Mbah Rakiyo, ayah saya ketika memberikan sambutan. Bahasa yang digunakan ayah saya ketika itu adalah bahasa Jawa. Mbah Rakiyo juga sering memimpin doa dalam bahasa Jawa kalau ada kenduren/bancaan atau hajatan di rumah sendiri atau di tempat lain. Kembali ke masalah nama, oleh karena saya ingat pesan Pak Ali Mahmudi agar nama jangan berubah-ubah untuk dokumen maka nama ketika khitan nama Muhamamd Suwito Rejo tidak saya gunakan ke dalam berbagai dokumen resmi karena dalam daftar sekolah nama saya sudah tertulis Suwito sehingga sampai sekarang nama saya tetap hanya tertulis Suwito. Acara khitanan saya tidak dimeriahkan dengan hiburan. Masyarakat ketika itu biasanya, bagi orang yang punya sering ada hiburan berupa tanggapan Wayang Kulit. Saya pada masa kecil termasuk sangat sering menonton Wayang Kulit. Bahkan ketika sendirian di rumah, saya sering membuat permainan wayang dan saya bertindak sebagai dalangnya. Saya sempat membuat alat musiknya yang terbuat dari potongan blek (kaleng), sedangkan wayangnya saya buat dari karton bekas atau dedaunan. Indah rasanya jika mengingat masa kecil. Sebetulnya masih banyak yang dapat diceritakan tetapi cukuplah sampai di sini karena secara umum model permainan anak di beberapa daerah di Indonesia sama saja. Bermain di waktu kecil banyak pelajaran yang didapat antara lain dapat menambah ketahanan fisik karena banyak lari, lompat, dan lainnya. Oleh karenanya belajar pada waktu kecil sangat bermanfaat untuk masa dewasa. Dalam pepatah Arab ditemukan kalimat “belajar di waktu kecil bagai mengukir batu” اﻟﺘﻌﻠﻢ ﻓﻲ اﻟﺼﻐﺮ ﻛﺎﻟﻨﻘﺶ ﻋﻠﻲ اﻟﺤﺠﺮ. Pepatah ini ketika ditelusuri di internet diperoleh kalimat yang sedikit berbeda yaitu: اﻟﺘﻌﻠﻢ ﻓﻲ اﻟﺼﻐﺮ ﻛﺎﻟﻨﻘﺶ ﻓﻲ اﻟﺤﺠﺮ. Pepatah ini intinya menyatakan bahwa belajar pada masa kecil sangat membekas pada ingatan dn perbuatan.
Ilustrasi Rumah Adat Sokowolu Sukolio Pati 12 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
BAGIAN III SEKOLAH DI KUDUS, BERORGANISASI, DAN BEKERJA Kagum Kota Kudus Mbah Kaji Carik sering mengingatkan ayah dan ibu agar anaknya (Suwito) disekolahkan di Kudus. Mbah Carik menghibur ayah dan ibu bahwa Suwito memiliki bakat untuk sekolah. Saya tidak mengetahui alasan sebenarnya yang dimaksud oleh Mbah Kaji bahwa saya memiliki bakat sekolah. Mungkin saja pada masa kecil saya termasuk anak bandel. Atas saran Mbah Kaji tersebut, Ayah dan ibu selalu beralasan bahwa tidak ada biaya untuk itu. Selain Mbah Kaji, Pak Ali Mahmudi juga selalu membujuk ayah dan ibu untuk menyekolahkan Suwito. Entah bagaimana ceritanya pada bulan Ramadan tahun 1967 saya diajak ke Kudus oleh Pak Ali Mahmudi menggunakan sepeda. Ketika itu musim penghujan sehingga basah kuyup. Kepergian Pak Ali Mahmudi dan saya ke Kudus melalui desa Wotan dan Kasiyan. Jalannya melalui sawah-sawah yang becek dan berlumpur serta gelap gulita. Sampai di kota Kudus malam hari. Ohh luar biasa batinku ketika saya sampai di kota Kudus karena banyak penerangan lampu listrik. Saya baru tahu bahwa di kota ada bermacam lampu listrik. Di kampung saya ketika itu masih gelap gulita kalau malam hari. Saya merasa bangga karena dapat menikmati kota Kudus di malam hari. Saya dan Pak Ali Mahmudi sempat makan sekuteng di alun-alun kota Kudus. Jika saya merasa terheran-heran berada di kota karena baru kali ini ada di kota, tetapi Pak Ali Mahmudi tentu tidak demikian karena ia telah sering ke kota dan sudah lama tinggal di Solo (Surakarta) dan kota-kota lainnya. Ngaji di Pondok Kyai Arwani Pertama kali di Kudus saya diajak Pak Ali Mahmudi tinggal di daerah Wergu Kulon dan setelah itu mondok di pesantren Kyai Arwani di daerah Krapyak Kudus Kulon. Di pondok ini saya ikut masak. Yang paling saya ingat adalah sambal terong yang dipecel. Kenangan utama di pesantren ini adalah ngaji sorogan. Hampir satu bulan Ramadan saya ngaji tetapi tidak pernah dipindah-pindahkan (dinaikkan) karena saya tidak mampu membaca ta’awwudh secara baik. Akan tetapi di luar pondok ini saya belajar ngaji sendiri. Setelah tidak di pesantren, saya tinggal di rumah Pak Syu’aib Pimpinan Pondok Pesantren Ma’ahid di Krapyak Sumur Tulak Kudus. Di rumah ini saya ngaji al-Quran sendiri. Pada waktu itu saya sudah memiliki pendapat bahwa setiap bahasa memiliki gaya masing-masing. Apabila selalu diulang maka lama kelamaan seseorang dapat menyesuaikan tuntutan suatu bahasa sehingga tidak perlu banyak paksaan membaca secara benar di awal-awal. Yang dipentingkan banyak latihan.
Mungkin Segalanya Mungkin | 13
Sekolah di Kudus, Berorganisasi, dan Bekerja
Ayah dan ibu tentu sangat sedih karena saya sebagai satu-satunya anak meninggalkan jauh dari mereka. Mereka keberatan jika saya meninggalkan mereka jauh-jauh. Ketika itu saya dan Pak Ali Mahmudi membawa beras untuk dimasak. Tentu yang banyak memasak adalah Pak Ali sedangkan saya masih ikutan karena belum memiliki kepandaian memasak. Tinggal di Barongan Kudus Setelah mondok di pondok K. H. Arwani Kudus, saya tinggal di Barongan daerah Simpang Lima Kudus di rumah Ibu Soewojo tahun 1969, yaitu jalan menuju ke arah Gunung Muria. Saya tinggalkan SD Sukolilo sesudah selesai kelas IV, jadi belum tamat dari SD Sukolilo. Tempat tinggal saya ini berhadapan dengan tempat tinggal keluarga saya, Achmad Suyuti yang sudah lama merantau di Kudus. Saya dibantu oleh Pak Achmad Suyuti untuk mendapatkan sekolah yang baru. Oleh Pak Suyuti saya diajak ke Sekolah Dasar Aisyiyah II Kudus yang pada waktu itu Kepala Sekolahnya adalah Pak Sadjad Noor, teman Pak Suyuti. Akhirnya saya diterima di sekolah tersebut di kelas V. Pagi sampai siang saya sekolah di SD Aisyiyah II dan kalau malam mengaji di madrasah yang ada di masjid simpang lima daerah Barongan. Guru yang masih saya hafal dan terkesan waktu di madrasah ini adalah Pak Mahfud. Ia pernah mengajarkan tentang bersuci. Pak Mahfud menjelaskan bahwa satu tetes saja air seni ke sarung atau pakaian kita maka pakaian dimaksud sudah tidak suci lagi. Oleh karena dia menjelaskannya sangat bersemangat dan penuh agitasi maka saya selalu ingat akan gaya dan materi yang diajarkannya. Kembali ke masalah SD Aisyiyah II, saya justru lupa dengan nama para guru saya. “Maafkan ya Bapak dan ibu guru”. Teman-teman juga banyak lupa namanya. Yang masih ingat namanya adalah Fatimah, tetapi orangnya sekarang seperti apa dan di mana, saya sudah tidak tahu lagi. Umumnya kawan-kawan yang sekolah di SD ‘Aisyiyah II ketika itu berasal dari daerah Kauman, Panjunan, dan Sunggingan. Saya kost di Barongan di rumah Bu De Soewojo. Keluarga yang ikut tinggal di rumah besar ini adalah menantu bu Wojo yang menjadi Guru SMPN I Kudus yaitu Pak Saminto dan anak Bu Wojo yang bernama Mbak Bibi Martani. Keluarga ini adalah keluarga ningrat. Saya banyak belajar dengan keluarga ini dari sisi kedisiplinan dan sopan santun keluarga ningrat. Pakaian saya ketika mau sekolah sangat mereka perhatikan. Saya mesti memakai sepatu dan baju selalu dimasukkan di celana. Intinya keluarga Bu Wojo ini menginginkan agar saya rapi. Sikat gigipun mereka perhatikan, apalagi makan dan minum. Pakaian saya juga selalu diperhatikan dari aspek kebersihan maupun kerapiannya. Setiap pagi dan sore saya membantu keluarga ini dengan menyapu halaman dan mengisi bak mandi. Halaman rumahnya sangat luas sehingga cukup lama juga saya menyapunya. Bak mandinya dalam dan lebar sehingga jika mengisi diperlukan 14 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
waktu yang cukup. Air sumurnya sangat bersih. Pengisian bak mandi dilakukan dengan menimba. Ketika itu belum ada pompa air seperti sekarang ini. Awalnya saya memang pernah dilarang untuk menyapu dan menimba tetapi saya katakan: “Ya Bu De, terima kasih”, namun larangan tersebut saya abaikan dan akhirnya mereka tetap menerima dan berterima kasih karena saya siap membantu. Selain menyapu dan menimba, di luar kegiatan sekolah, saya juga ikut membantu berbagai pekerjaan yang mungkin saya bantu. Saya menyampaikan banyak terima kasih kepada Bu De Soewojo dan keluarga yang telah mendidik saya selama itu menjadi manusia ningrat. Minta Dibelikan Sepeda Suatu hari saya pulang ke rumah ayah dan ibu di Tambang. Oleh karena saya sudah dapat mengendarai sepeda maka saya minta untuk dibelikan sepeda. Berharihari saya merengek untuk dibelikan sepeda. Ayah dan ibu tidak mau membelikannya karena tidak memiliki uang untuk membelinya. Oleh karena saya tidak menyadarinya maka terus saja saya menangis. Entah berapa lama, suatu hari Wak Karjan datang ke Kudus dan ternyata memberikan sepeda yang sudah dibeli ayah dan ibu. Terima kasih banyak dan maafkan saya ya Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi karena saya telah merepotkanmu dan terpaksa harus membeli sepeda buat saya. Sepeda tersebut saya gunakan untuk pergi dan pulang sekolah di SD Aisyiyah II Kudus maupun di PGAN 6 Tahun Kudus ketika saya sudah tinggal di Krapyak Sumurtulak Kudus. Menjadi Ketua Panitia Perpisahan di SD Aisyiyah II Di SD Aisyiyah II Kudus saya termasuk siswa baru karena pindahan dari SD Sukolilo Pati. Entah bagaimana ceritanya, belum begitu lama saya masuk di sekolah ini tetapi para guru dan kawan-kawan kelas V memberikan kepercayaan kepada saya untuk menjadi Ketua Panitia perpisahan kelas VI. Saya tidak dapat lagi mengelak akan kepercayaan tersebut dan akhirnya saya menjadi ketua panitia perpisahan. Alhamdulillah akhirnya acara dapat diselenggarakan secara baik dan saya berkesempatan menyampaikan pidato atas nama panitia. Tentu saya grogi karena baru pertama kali pidato di hadapan para guru dan siswa di sekolah saya yang baru. Saya perlu menyampaikan terima kasih kepada para guru dan kawan-kawan karena telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadi Ketua Panitia yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya. Tangan Sejak SD Ketika sudah kelas VI SD saya mendengar bahwa akan ada dokumen yang harus ditandatangi. Dengan adanya berita tersebut saya dan teman-teman mulai Mungkin Segalanya Mungkin | 15
Sekolah di Kudus, Berorganisasi, dan Bekerja
belajar membuat tanda tangan. Sangat banyak model tanda tangan yang dicoba. Akhirnya saya memutuskan satu model tanda tangan. Saya ingat benar dengan pesan Pak Ali Mahmudi bahwa dokumen berupa nama, tempat dan tanggal lahir, serta tanda tangan tidak boleh berubah-ubah. Oleh karena ingat pesan Pak Ali tersebut maka sampai sekarang dokumen saya berkait nama, tempat dan tanggal lahir, serta tanda tangan tidak pernah berubah. Jika ada perubahan misalnya tempat lahir maka biasanya bukan berasal dari saya. Terkadang ada yang menulis tempat lahir saya adalah Pati dan ada juga yang menulis Kudus. Tempat lahir saya sejak sekolah SD adalah Sukolilo Pati. Tanda tangan saya yang ada sampai sekarang prinsipnya adalah sama dengan tanda tangan yang saya buat ketika kelas VI SD Aisyiyah II Kudus. Makna Tanda Tangan Pada tanggal 16 Februari 2016, tanda tangan saya mendapat “ramalan” dari Edy Sanjaya, Magister Fisika ITB yang menjadi Kepala Pusat Pengembangan Standar Mutu pada Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal ini ia sampaikan ketika saya menandatangani bukti penerimaan honor setelah saya menyampaikan materi “Rambu-rambu Pengisian Instrumen Akreditasi Program Studi dan Institusi” pada “Workshop Persamaan Persepsi Dokumen Akreditasi Program Studi” dari jam 09.00 s.d. pukul 16.00 yang diikuti 48 ketua program studi yang ada di UIN Jakarta. Edy Sanjaya ketika itu meramalkan tanda tangan saya dengan kalimat sebagai berikut: “Pak Wito, saya memaknai tanda tangan Pak Wito meliputi 3 hal, yaitu: 1) cita-cita Pak Wito sangat tinggi. Berdasarkan cita-cita tersebut, Pak Wito sangat serius mengusahakan agar cita-cita tersebut tercapai. Akan tetapi, apabila cita-cita tersebut tidak dapat diraih maka Pak Wito secara realistik dapat menerima ketidak mampuan Pak Wito tersebut, 2) Pak Wito memiliki sikap yang sangat tertutup. Pak Wito akan menceritakan masalah pribadi hanya kepada orang yang paling Pak Wito percayai, dan 3) Pak Wito sangat sederhana atau simple. Kalau Pak Wito mau bepergian dan buru-buru misalnya, maka tidak terlalu ambil pusing dengan pakaian, rambut, atau lainnya harus tertata rapi. Pak Wito berlaku apa adanya, segalanya dianggap mudah”. Saya mendengarkan ramalan tersebut sambil senyum-senyum dan menganggukkan kepala dan berucap dalam hati: “Edy ini orang fisika dan alumni ITB lagi, tetapi kok beraninya meramal tanda tangan ya”. Ramalan tanda tangan tersebut saya konfirmasi kembali kepada Edy Sanjaya pada hari Rabu, 17 Februari 2016 sekitar jam 05.30 dan sekaligus saya izin jika ramalan itu saya tulis. Ternyata 16 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Edy Sanjaya tetap pada ramalan semula dan dia mengizinkan ramalan tersebut saya tulis dalam otobiografi ini. Edy Sanjaya bertanya kepada saya: “Apakah ramalan saya benar Pak?”. Saya hanya tersenyum dan mengatakan: “Ya mungkin ada yang benar. Saya kira orang lain banyak yang seperti itu kan?” Begitu komentar dan pertanyaan saya berikutnya. Edy Sanjaya tidak menjawab hal itu dan saya juga tidak memperpanjang diskusi tentang ramalan itu. “Seingat saya, baru kali ini saya mendengar orang memaknai tanda tangan saya. Apabila ada orang yang mau meramal tanda tangan tersebut boleh juga dan dipersilakan. Namanya juga meramal”. Diskusi dengan Edy Sanjaya tidak lagi masalah makna tanda tangan tetapi tentang masalah aktual yang terjadi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu tentang pembukaan program studi teknik peminyakan, teknik pertambangan, akreditasi program studi, dan dampak Peraturan Menteri Agama (PMA) 36 Tahun 2009. Edy Sanjaya justru meminta agar saya berkenan membantu mempersiapkan akreditasi Institusi. Sebelum saya mengisi acara workshop tersebut, pada hari Selasa 16 Februari 2016 jam 07.18 saya menerima telepon dari Dr. Euis Amalia, M.A., Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Jakarta. Bu Euis mengadukan banyak hal tentang status akreditasi program studi yang dipecah/dikembangkan. Selain sudah saya bahas pada acara workshop, kepada Edy Sanjaya saya mengingatkan sekali lagi agar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta segera meminta Kementerian Agama menindaklanjuti dampak pemberlakuan Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 36 Tahun 2009 tentang “Penetapan Pembidangan Ilmu dan Gelar Akademik di Lingkungan Perguruan Tinggi Agama”. Contoh program studi yang dikembangkan berdasarkan PMA tersebut adalah: Pertama program studi Tafsir Hadis menjadi 1) program studi Ilmu alQuran dan Tafsir dan 2) program studi Ilmu Hadis. Kedua, program studi Aqidah Filsafat dikembangkan menjadi 1) program studi Ilmu Aqidah dan 2) program studi Akhlak dan Tasawuf. Ketiga, program studi Jinayah Siyasah menjadi 1) Hukum Pidana Islam (Jināyah) dan 2) Hukum Tatanegara (Siyāsah). Di antara dampak dari pemberlakukan PMA tersebut bagi program studi adalah 1) jumlah dan kualifikasi dosen menjadi sangat kurang dan 2) status akreditasi masing-masing program studi hasil pemecahan, dipermasalahkan, apakah keduanya tetap memperoleh status akreditasi yang sama dengan program studi sebelum dipecah ataukah keduanya menjadi program studi baru yang belum berstatus terakreditasi atau hanya diberikan akreditasi minimal? Semoga permasalahan ini segera memperoleh jalan keluar dari yang berwenang. Pada tanggal 17 Februari 2016 saya meng-SMS Prof. Amsal Bakhtiar, M.A., Direktur Pendidikan Tinggi Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, untuk menyampaikan keluhan kawan-kawan di atas. Intinya Mungkin Segalanya Mungkin | 17
Sekolah di Kudus, Berorganisasi, dan Bekerja
saya mohon agar berbagai kebijakan yang berkait dengan perguruan tinggi harus mempertimbangkan banyak hal, misalnya aspek ketersediaan dosen, dampaknya bagi status akreditasi institusi dan program studi, dan kepentingan masyarakat yang lebih luas. Prof. Amsal Bakhtiar merespon secara baik terhadap saran saya tersebut melalui e-mail dan SMS. Tamat SD ‘Aisyiyah II Kudus dan Lulus Ujian Masuk SLTP Saya dinyatakan tamat dari SD ‘Aisyiyah II Kudus pada tahun ajaran 1969/1970 setelah sekolah selama 2 tahun karena saya pindahan dari SD Negeri Sukolilo I Pati. Saya sekolah di SDN Sukolilo selama 4 tahun dan di SD ‘Aisyiyah II Kudus selama 2 tahun. Ijazah SD saya diterbitkan tanggal 30 Desember 1969. Kepala Sekolah yang menadatangani ijazah SD saya adalah Pak Sadjad Noor dan Bu Dra. Kustrini S sebagai Ketua Bagian Pengajaran Aisyiyah Kudus. Saya juga lulus Ujian Masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama tahun 1970. Tanda lulus Ujian Masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) ini diterbitkan tanggal 15 November1969 yang ditandatangani Ketua Panitia Ujian Soetarno, BA dan Penulis Pardijo. Nilai yang saya peroleh dalam Ujian Masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama tersebut adalah Bahasa Indonesia mendapat nilai 9, Berhitung 7, dan Pengetahuan Umum memperoleh nilai 10, sehingga total nilai mencapai 26.Jika dibuat rata-rata maka nilai setiap mata ujian adalah 8,67. Sekolah di Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Kudus Atas bantuan Pak Sadjad Noor, Kepala Sekolah SD Aisyiyah II Kudus, pada tahun 1970 saya didaftarkan masuk ke PGAN 6 tahun Kudus. Di PGA saya ditempatkan di kelas A (bagian Agama). Kepala Sekolah PGA ketika saya sekolah adalah Pak Musaleh HM. Saya merasa dekat dengan guru yang bernama Eizroeiy yang dikenal “kereng” dan killer. Beliau adalah guru yang menjabat sebagai Seksi Pendidikan. Para Guru saya yang lain adalah Pak Sonhaji, Pak Munawar Cholil, Pak K. Nur Cholish, Pak Masripan, Pak Thoat, Pak Husen. Pak Kamil Musthofa, Pak Sulaiman Djamil, Pak Daenuri, Pak Surip, Pak Mas’ud, Pak Suharto, Bu Sumiyati, Bu Sri Rejeki, Pak Djalal Sujuti, Pak Muchlis, Pak Sukijan, Pak Qomari, Pak Muchit, Pak Suraji, Pak Chamim, Pak Sarno, Pak Salim, Pak Muhyiddin, Pak Dimyati, Pak Sukimo, AF, dan bu Ud. Kawan sekolah saya ketika itu antara lain Nur Salim Basri (berasal dari Kudus) dan kawan lain kelas (Kelas B) adalah Edy Sumarno yang berasal dari Pati. Kami bertiga sering disebut 3 serangkai karena ke sana kemari bertiga. Kami bertiga melanjutkan kuliah yang berbeda. Saya melanjutkan ke IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Nur Salim melanjutkan studi di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan Edy Sumarno melanjutkan studi di IKIP Yogyakarta. Ketika
18 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
tulisan ini dibuat, Nur Salim sebagai guru dan menjadi Kepala Sekolah di beberapa Madrasah Aliyah dan Edy Sumarno menjadi dosen di Universitas Negeri Semarang. Saya diingatkan Nur Salim Basri bahwa nama kawan-kawan ketika sekolah di PGA adalah Mohammad Natsir, Hambali, Suwarso, Sunardi, Abdul Wachid, Djamilun, Karimun, Siti Rochmini, Rodliyah, Zulfah Hanum, Noor Chasanah, Noor Baroroh, Indro Suyitno, dan Mudhofar. Teman yang adik kelas antara lain Djunaidatul Munawaroh (sekarang sebagai Dosen di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) serta lainnya yang tidak sempat ditulis di sini. Pada mulanya tempat sekolah di PGA berada di daerah Rumah Kapal depan pondok Kyai Arwani Krapyak Kudus. Setelah itu pindah di kampus yang ada di Prambatan Kidul. Kelas laki-laki dan perempuan ketika itu berbeda/dipisah. Setiap kelas seluruh siswanya pria atau wanita, tetapi guru untuk kelas siswa pria tidak mesti harus pria dan begitu juga guru untuk kelas wanita tidak harus wanita. Guru pria atau wanita diperbolehkan mengajar di kelas khusus pria atau khusus wanita. Dalam beberapa kegiatan pria dan wanita sering bersamaan. Ngaji dan Menjadi Kepala Sekolah di Madrasah Ibtidaiyah al-Azhariyah Setelah pulang dari sekolah di Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Kudus, saya ikut sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Al-Azhariyah di Krapyak Sumur Tulak yang dekat perempatan Sucen. Saya tidak masuk di Madrasah tersebut mulai kelas I tetapi langsung di kelas III. Hal ini terjadi tahun 1973. Tidak sempat selesai kelas VI, saya sudah diminta untuk menjadi Kepala Madrasah ini. Entah bagaimana ceritanya bisa seperti itu. Saya terima saja kepercayaan itu untuk menjadi Kepala Madrasah. Ketika saya sudah kelas VI di PGAN 6 Tahun. Saya tidak sempat lama menjadi Kepala Madrasah karena tanggal 25 Desember 1975 saya pamit pergi ke Jakarta untuk melanjutkan kuliah. Teman-teman di daerah Krapyak yang masih saya ingat antara lain Sutarchan, Suripto, Lukman Hakim, Nur Rahmah, Mbak Falihah, Pak Syu’aib, Pak Mas’ud, dan Pak Kyai Ihsan. Nama yang terakhir ini adalah Pimpinan Pesantren Ma’ahid ketika saya mulai meninggalkan kota Kudus. Buruh Bordir Ketika indekos di rumah Bapak H. Abdul Wahab dan Ibu Dzalfah saya nyambi menjadi buruh merapikan bordir kerudung, taplak meja, sarung bantal dll. Hal ini saya kerjakan setelah pulang sekolah di PGA dan sebelum pergi sekolah di Madrasah Ibtidaiyah al-Al-Azhariyah. Saya memang tidak tidur siang. Sesekali saya mendapatkan uang dari pekerjaan bordir tersebut sehingga saya dapat menggunakannya untuk biaya transportasi, uang jajan dan lainnya. Saya memang tidak cerita tentang ini kepada orang tua maupun teman-teman bahwa saya sekolah sambil bekerja bordir. Mungkin Segalanya Mungkin | 19
Sekolah di Kudus, Berorganisasi, dan Bekerja
Nyapu Halaman dan Isi Bak Mandi Selama indekos di rumah Bapak H. Abdul Wahab dan Ibu Dzalfah di Langgardalem Kudus yang rumahnya merupakan rumah adat Kudus, saya selalu menyempatkan diri menyapu halaman dan menimba air di sumur untuk mengisi bak mandi. Pekerjaan ini saya lakukan setelah shalat subuh dan sebelum maghrib. Kegiatan ini saya lakukan juga ketika indekos di rumah Ibu Soewojo, Barongan ketika masih sekolah di SD Aisyiyah II Kudus. Saya merasa sangat nyaman dengan kegiatan tersebut. Saya lakukan kegiatan tersebut karena sekaligus berfungsi sebagai olahraga sehingga banyak keluar keringat. Tentu yang utama juga karena saya ingin membantu keluarga semampu saya. Empunya rumah memang pernah melarangnya tetapi saya senyum saja dan tetap saya kerjakan. Pekerjaan seperti ini saya lakukan juga ketika tinggal bersama keluarga yaitu Juanda di Kalibata Utara Jakarta Selatan. Saya sering bangun sebelum subuh sehingga sempat menyapu halaman dan mengisi bak mandi sebelum pergi kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Maklum ketika itu Juanda belum belum memiliki pompa air listrik. Buruh Linting Rokok dan Mulai Berhenti Merokok Ketika indekos di rumah Pak Syu’aib di Krapyak Sumur Tulak Kudus, saya sempat ikut nyambi bekerja melinting/ membuat rokok kretek. Kadang malah saya sudah diberi kepercayaan mencampur tembakau dan minyak tertentu sehingga menjadi suatu cita rasa yang diinginkan. Pekerjaan ini saya lakukan ketika malam hari setelah mengaji. Saya baru menyadari bahwa ketika sekolah badan dan pakaian saya bau tembakau. Akan tetapi saya diam saja karena begitulah kenyataannya. Saya heran juga karena tidak pernah ada seorangpun yang menegur saya tentang bau tembakau ini. Pekerjaan ini saya lakukan kurang lebih 2 tahun. Pekerjaan ini saya lakukan di luar sekolah PGA dan 20 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
mengaji di Madrasah Ibtidaiyah al-Azhariyah. Tentu melalui pekerjaan ini saya mendapatkan imbalan yang dapat saya gunakan untuk menambah biaya sekolah. Akibat pekerjaan tersebut saya menjadi perokok sampai dengan 6 Agustus 2006 karena mulai 7 Agustus 2007 sampai saat tulisan ini dibuat sudah tidak pernah lagi merokok. Sejak merokok sampai berhenti merokok diperkirakan selama 35 tahun selama penantian mendapatkan Profesor sejak kelas III SD. Orang yang berjasa memotivasi saya untuk tidak merokok antara lain Nyonya, anak II Amalia Nikmah dan Prof. Dr. Amany Lubis yang kadang-kadang mendiskusikan penyakit akibat merokok. Upaya untuk meninggalkan rokok sudah lama dilakukan tetapi ternyata susah juga terwujud. Saya merasakan bahwa kemampuan berhenti merokok karena bukan paksaan. Ketika saya dipaksa berhenti merokok ternyata tidak berhasil. Malam itu, 6 Agustus 2007 saya niatkan dengan bismillah bahwa mulai 7 Agustus 2007 tidak lagi merokok dengan perasaan biasa-biasa saja, tidak menggebu-gebu. Saya tidak benci rokok dan juga tidak benci kepada orang yang merokok. Saya berusaha biasa saja dan akhirnya saya dapat meninggalkan rokok, padahal ketika itu rokok yang disediakan Nyonya masih banyak. Ketika saya berangkat ke Jerman tanggal 28 Agustus 2007 dalam rangka menghadiri Jalsah Salanah atas undangan Ahmadiyah, rokok yang masih ada tersebut saya bawa dan saya berikan kepada teman-teman perokok Indonesia yang ada di Jerman. Ternyata saran Ibn Miskawaih, tokoh yang pemikirannya saya kaji dalam disertasi, bersikap biasa-biasa saja agar tidak berlebih dan tidak berkurang, mampu membuat rasa aman dan nyaman dalam kehidupan. Dalam al-Quran dan hadis juga banyak ditemukan tentang ajaran untuk bersahaja ini. Buruh Jualan Bon-bon Selama tinggal di Kudus, saya banyak menggunakan kesempatan untuk belajar dan bekerja. Sesekali dari Kudus saya pulang ke Sukolilo dan menggunakan sepeda melalui daerah Undaan dan Kasiyan. Pada kesempatan pulang ke Sukolilo saya sering membawa bon-bon (semacam permen) dan saya jual ke beberapa warung dalam perjalanan ke Sukolilo. Tidak terlalu banyak yang saya bawa tetapi ya cukuplah untuk belajar berusaha. Semua kegiatan di luar sekolah ini tidak pernah saya ceritakan kepada teman dan orang tua saya. Akan tetapi ketika saya sudah selesai kuliah Sarjana Muda, saya pernah menceritakan hal tersebut kepada Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi bahwa ketika sekolah di Kudus dan di Jakarta saya sambil bekerja semampu saya. Ketika itu mereka menangis sambil mengajukan permohonan maaf dan memaklumi karena kiriman dari orang tua tidak seberapa. Saya juga turut menangis jadinya karena merasa bersalah telah menceritakan sesuatu yang mungkin kurang mengenakkan orang tua. Saya sangat berterima kasih kepada Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi dan bersyukur kepada Allah SWT karena Mungkin Segalanya Mungkin | 21
Sekolah di Kudus, Berorganisasi, dan Bekerja
saya merasa tidak sangat kekurangan bahkan merasa cukup sehingga saya tetap senang dengan yang ada. Pulang Bawa Buku, Bukan Makanan atau Pakaian Ibu dan ayah saya sangat heran karena setiap kali saya pulang ke rumah di kampung tidak pernah membawa oleh-oleh berupa makanan atau pakaian. Ibu dan ayah berkomentar bahwa setiap kali datang yang dibawa adalah buku, bukan pakaian atau makanan. Saya senyum saja. Memang, sebelum pulang saya biasanya mampir ke toko buku/kitab dan membeli beberapa buku/kitab yang saya tidak miliki. Uang yang ada saya belikan buku/kitab dan berharap agar nanti dapat ganti dari ayah atau ibu. Ketika di Kudus, saya sering mampir ke toko kitab/buku yang ada di Wergu Kulon dan Alun-alun simpang Lima Kudus di samping masjid Agung Kudus dan toko buku/kitab yang ada di depan Masjid Menara Kudus. Buku-buku yang saya beli adalah buku-buku bidang bahasa Arab dan agama. Terkadang saya membeli buku yang berisi tentang wawasan umum. Biasanya kalau membeli buku yang berisi tentang wawasan umum, saya memilih buku yang dikarang Profesor dan buku terjemahan yang dikarang orang Barat. Buku bahasa Arab tentang gramatika Arab saya jilid sehingga menjadi buku besar padahal asalnya berupa lembaran-lembaran. Kitab-kitab tersebut sengaja dibuat dalam bentuk lembaran-lembaran agar mudah dibawa mengaji. Oleh karena saya khawatir kitab-kitab tersebut berantakan dan hilang maka berbagai kitab saya jilid menjadi satu. Kemampuan menjilid ini saya peroleh ketika mukim Ramadan di Pondok Modern Gontor Ponorogo tahun 1978. Aktif di PII dan IPM Ketika sekolah di PGA selama 6 tahun (dari 1970 s.d. 1975) selain ikut kegiatan intra sekolah OSIS, di luar sekolah (ekstra) saya ikut aktif di organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan Pelajar Islam Indonesia (PII). Saya lebih banyak aktif di PII dibanding di IPM. Saya banyak ikut kegiatan IPM di Masjid Sucen. Pada waktu aktif di PII saya sempat menjadi Sekretaris Umum Daerah Kudus dan bahkan sempat menggantikan Moh. Tasrifin sebagai Ketua Umum PII Daerah Kudus. Berbagai kegiatan perkaderan saya pernah ikuti dari kedua organisasi pelajar tersebut. Ketika itu kawan-kawan banyak yang rangkap organisasi. Biasanya orang PII adalah orang IPM tetapi tidak semua orang IPM adalah PII. Teman-teman yang masih saya ingat antara lain Moh. Tasrifin, Edy Sumarno, Mohammad Nasir, Zulfah Hanum, Sholahuddin, Dawam S, Siti Zulaikhah, dan Muyassaroh.
22 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Tidur di Sawah Pada suatu hari, dari Kudus saya hendak pulang ke Sukolilo dengan mengayuh sepeda. Terbujuk oleh godaan ingin cepat sampai rumah maka saya memilih jalan memotong melalui sawah. Entah bagaimana saya akhirnya tersesat dan ternyata sekeliling saya sudah berisi air. Oleh karena sudah terlalu capek dan hari sudah mulai gelap akhirnya saya istirahat dan tidur di gubug yang sudah rusak dan tanpa atap tetapi tidak kena banjir. Tentu di gubug ini saya sulit tidur dan waswas karena di tengah sawah dan berada di gubug yang tanpa atap serta banyak nyamuk. Pagi-pagi ada orang yang ke sawah. Dia heran melihat saya seorang diri dan membawa sepeda. Oleh karena dia kasihan maka saya diantar dan ditunjukkan jalan menuju ke daerah yang akan saya tuju. Berkat pertolongan Pak Tani tadi akhirnya saya dapat melanjutkan perjalanan ke Sukolilo setelah sampai di daerah Prawoto. Jarak Prawoto ke Sukolilo sekitar 10 km. Kerangka Sepeda Patah Gara-Gara Beli Obat Petasan Di suatu bulan Ramadhan, saya liburan di Sukolilo. Saya ikut kawan-kawan belajar merakit petasan. Saya dan kawan-kawan beli obat petasan di desa Prawoto, sekitar 10 km dari daerah saya. Jalan Sukolilo–Prawoto ketika itu adalah berbatu tanpa aspal. Mungkin karena sudah tua, kerangka sepeda saya patah dan akhirnya sepeda tersebut saya tuntun/dorong sekitar 3 km perjalanan sampai ke rumah. Lumayan juga dengan cucuran keringat dibuatnya apalagi ketika itu cuaca sangat panas. Ban Sepeda Kempis di Undaan Malam Hari Perjalanan Sukolilo–Kudus dan sebaliknya Kudus–Sukolilo memang banyak cerita. Suatu hari usai liburan, saya kembali ke Kudus setelah dari Sukolilo dengan bersepeda melalui Undaan. Sampai di Undaan sudah malam hari. Jalan Undaan ke Kudus ketika itu berbatu dan berkerikil. Entah mengapa, ban sepeda yang saya kendarai kempis padahal perjalanan masih cukup jauh. Undaan pada masa itu masih dalam suasana gelap, tidak ada lampu jalan. Setelah lebih kurang setengah jam nuntun/dorong sepeda, saya menemukan seseorang dan bertanya apa ada bengkel sepeda. Alhamdulillah, orang tersebut mau mengantarkan saya ke rumah yang memiliki bengkel sepeda dan alhamdulillah juga orang yang punya bengkel tersebut mau membantu menambal ban sepeda saya. Perhimpunan Pelajar Pati Selatan (P3S) Sebelum ke Jakarta, saya sempat mengumpulkan beberapa teman pelajar dari berbagai daerah yang ada di Pati Selatan. Mereka sempat berkumpul di rumah Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi dan berhasil membentuk organisasi pelajar yang diberi nama Perhimpunan Pelajar Pati Selatan yang disingkat P3S. Kawan-kawan Mungkin Segalanya Mungkin | 23
Sekolah di Kudus, Berorganisasi, dan Bekerja
sepakat bahwa yang menjadi Ketua P3S adalah saya. Organisasi ini pernah mengadakan berbagai kegiatan yang diselenggarakan di Sukolilo, Kayen dan Gabus. Setelah saya tinggal ke Jakarta, kegiatan terhambat dan tidak ada yang melanjutkan lagi. Memimpin Shalat Tarawih dan Khatib Ketika Ramadhan, sesekali saya pulang ke Sukolilo. Oleh kawan-kawan pengurus Muhammadiyah Cabang Sukolilo saya selalu diberi kesempatan menjadi imam shalat tarawih di beberapa tempat di banyak masjid dan musalla dan bahkan di rumah. Di antaranya adalah di musalla Lebak Kulon, musalla Lebak Wetan, musalla Sukolilo Lor depan rumah Mbah Hur (Masyhur), di masjid Tengahan, dan di rumah Mbah H. Sukarmin, Carik (Sekretaris Desa) Sukolilo. Selain itu saya sering juga diberi kesempatan menyampaikan khutbah Jum’at, Idul Adha atau Idul Fitri. Para tokoh Muhammadiyah Sukolilo ketika itu antara lain adalah Abdurrahman Farid, Ali Mahmudi, Suprapto, Ahmad Suyuti, H. Sukarmin, Murharto, Abdul Faqih, dan Hamdan. Tokoh Aisyiyah antara lain Bu Marfu’ah isteri Mbah Sukarmin dan bu Siti Munawiroh isteri Pak Abdurrahman Farid.
24 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Tamat Sekolah PGAN Kudus Saya dinyatakan tamat Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) 4 Tahun setelah lulus ujian yang dilaksanakan tanggal 12-16 November 1973, sedangkan tamat PGAN 6 Tahun Kudus setelah lulus ujian yang diselenggarakan tanggal 29 Oktober sampai dengan 5 November 1975. Saya mulai sekolah di PGAN 4 Tahun pada tahun 1970. Sekolah di PGAN 4 Tahun saya selesaikan dalam waktu 4 tahun dan pada PGAN 6 Tahun saya selesaikan pada waktu 2 tahun. Total lama sekolah di PGAN adalah 6 tahun, yaitu sejak 1970 sampai dengan 1975. Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) ini bertujuan untuk menghasilkan guru-guru agama Islam yang berkualitas dan dapat mendidik siswa mempunyai akhlaq yang luhur. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari website Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kudus, proses pendirian sekolah ini diawali dari pendirian Sekolah Guru Agama Islam (SGAI) pada tanggal 1 September 1950 khusus untuk kelas putra sebagai Instelling Besluit Departemen Agama RI tanggal 25 Agustus 1950 nomor 167/A/Cq. Nama SGAI kemudian diubah menjadi Pendidikan Guru Agama Pertama (PGAP) dengan Keputusan Menteri Agama No. 7 tahun 1951. Pada tahun 1957 terbit Keputusan Inspeksi Pendidikan Agama Wilayah VI tertanggal 12 Juni 1957 dengan nomor: 9/BI/Tgs/1957 tentang izin untuk membuka kelas putri terpisah. Dengan demikian pada tahun 1957 sudah ada kelas putra dan putri secara terpisah. Berdasarkan surat Keputusan Menteri Agama tanggal 31 Desember 1964 nomor 106/1964 PGAN Kudus disempurnakan dari PGAN 4 tahun menjadi PGAN 6 tahun. Berdasarkan surat edaran dari Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama tanggal 24 Mei 1977 nomor D III/Ed/80/77 tentang pelaksanaan program kurikuler di PGA 4/6 th, menyatakan bahwa struktur PGA secara kurikuler untuk kelas I, II dan III menggunakan kurikulum Madrasah Tsanawiyah. Sesuai Surat Keputusan Menteri Agama tanggal 6 Maret 1978 nomor 19 tahun 1978 tentang susunan organisasi dan Tata Kerja Pendidikan Guru Agama Negeri, maka PGAN 6 tahun Kudus dibagi menjadi 2, yaitu Kelas I, II dan III menjadi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Kudus, dan kelas IV, V dan VI menjadi Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) kelas I, II dan III. Pada tanggal 6 Mungkin Segalanya Mungkin | 25
Sekolah di Kudus, Berorganisasi, dan Bekerja
Juni 1992 PGAN Kudus mengalami alih fungsi menjadi MAN 2 Kudus berdasarkan Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 41 Tahun 1992 tanggal 27 Januari 1992. Lokasi pertama sekolah ini adalah meminjam gedung SMPN 1 Kudus sampai 4 bulan, kemudian pindah ke Kudus Kulon meminjam gedung SD Muhammadiyah lalu pindah lagi di sebelah baratnya yaitu "Rumah Kapal”/bekas Gudang Pabrik Rokok cap Tebu Cengkeh. Pada tahun 1960 PGAN Kudus mulai berusaha untuk memiliki tanah sendiri, yaitu membentuk sebuah panitia yang diketuai oleh Sukimo AF yang dibantu oleh anggota POMG/BP3 dan hasilnya adalah tanah di desa Prambatan Kidul sekarang ini. Sampai dengan tulisan ini dibuat, sekolah tempat saya belajar yang tadinya bernama PGA Negeri 6 Tahun Kudus tersebut sudah beralih status menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kudus.
Foto dengan keluarga Sukolilo di Kampung Utan
26 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
BAGIAN IV KULIAH DI JAKARTA, BERORGANISASI, DAN BEKERJA Ke Jakarta Sendiri Pada 25 Desember 1975, setelah ujian akhir di PGAN Kudus, saya pamit kepada Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi untuk pergi ke Jakarta. Mbah Yo dan Mbah Mi serta terkadang saya panggil Mak, sebetulnya keberatan saya pergi apalagi tidak ada biaya yang mencukupi. Saya matur kepadanya bahwa yang saya pentingkan adalah doa dan restu dari Mbah Yo dan Mbah Mi. Masalah biaya kuliah dan lainlain tidak usah terlalu dipikirkan karena insya Allah saya dapat bekerja sebagai buruh apa saja yang penting dapat saya lakukan dan halal. Itulah tekad yang saya sampaikan kepada Mbah Yo dan Mbah Mi. Akhirnya keduanya dapat merestui saya pergi ke Jakarta walau penuh dengan tangisan. Ketika mereka bertanya kamu pergi dengan siapa maka saya katakan saya pergi sendiri toh di bus banyak teman. Kekhawatiran mereka bertambah jadi karena saya selama ini belum pernah pergi jauh sendirian apalagi ke Jakarta, kota terbesar di Indonesia. Ketika ke Kudus saja karena diajak Pak Ali Mahmudi. Keinginan ke Jakarta bertambah kuat karena suatu ketika sekitar awal tahun 1975, selesai mandi di kali berjumpa di lapangan Sukolilo dengan Teguh Marsudi anak Sudjud dan Supati yang sudah lama tinggal di Jakarta. Teguh ketika itu menawari saya pergi ke Jakarta. “Mbah Wito kapan ke Jakarta? Yuk kita ke Jakarta”, demikian Teguh menawarinya. Saya tidak tahu apakah penawarannya itu sungguhan atau basa basi. Dalam hati saya berkata kebetulan saya memang ingin ke Jakarta untuk sekolah. Ketika itu Teguh hanya memberi tahu bahwa kalau ke Jakarta pergi saja ke Pasar Mampang Prapatan pasti di sana banyak bertemu para saudara yang berasal dari Sukolilo. Mereka banyak jualan di Pasar Mampang Prapatan. Kala itu saya tidak terbayang seperti apa Pasar Mampang Prapatan. “Insya Allah, saya akan menyusul secepatnya”, kataku kepada Teguh. Sampai di Jakarta dan Dipanggil “Mbah” Sebelum ke Jakarta saya sempat meminta surat keterangan pengurus PII Wilayah Jawa Tengah Pak Masyhuri HM agar bisa mampir di Kantor Pengurus Besar PII di Jakarta dengan harapan saya tidak tersesat ketika berada di Jakarta. Benar juga saya berangkat ke Jakarta dengan menggunakan bus malam. Sampai di Jakarta masih sangat pagi. Mungkin Segalanya Mungkin | 27
Kuliah di Jakarta, Berorganisasi, dan Bekerja
Ketika itu bus berhenti di Terminal Lapangan Banteng depan hotel Borobudur. Saya sempat bertanya kepada beberapa orang tentang siasat agar tidak bingung di Jakarta. Mereka umumnya memberi nasihat kepada saya bahwa yang menjadi patokan adalah terminal bus Blok M. Ke mana saja boleh asal kembali ke terminal Blok M, pasti tidak akan sesat. Jika merasa sesat maka beritahu saja akan ke terminal Blok M. Dari terminal Blok M ada jurusan ke banyak tempat di Jakarta dan luar Jakarta. Nasihat mereka saya patuhi walaupun sebetulnya ada jurusan yang lebih dekat sehingga lebih cepat dan murah, tidak mesti ke Blok M terlebih dahulu. Akan tetapi karena saya belum mengetahui seluk beluk Jakarta dan agar tidak bingung maka saya menggunakan Blok M sebagai patokan bepergian. Setelah dari terminal Lapangan Banteng saya bermaksud ke kantor Pengurus Besar PII yang ada di Jalan Menteng Raya. Akhirnya kantor tersebut saya temukan dan bertemu dengan beberapa kawan pengurus PII. Saya tidak lama di kantor tersebut kemudian kembali ke Blok M dan dari sini saya ke Pasar Mampang Prapatan. Tentu tidak mudah menemukan alamat di Jakarta. Dengan modal berani bertanya maka akhirnya ketemu juga yang saya cari. Tidak memerlukan waktu terlalu lama, saya akhirnya tinggal dengan keluarga Pak Sudjud dan Juanda di Kalibata Utara. Para keluarga di Kalibata Utara dan bahkan orang Sukolilo yang ada di Jakarta dan sekitarnya kalau memanggil saya adalah dengan panggilan “Mbah”. Panggilan “Mbah” ini bisa jadi karena “pernah”nya memanggil begitu karena garis keturunan keluarga tetapi juga karena memanggilkan anak atau cucunya dan dapat juga karena sebagai penghormatan kepada orang yang dituakan. Sampai sekarang, para keluarga Sukolilo selalu memanggil saya dan Nyonya saya dengan panggilan Mbah. Bahasa Indonesia yang Medok Ketika sudah beberapa hari di Kalibata Utara, saya merasakan bahwa ucapan dan bahasa Indonesia saya sangat medok. Ketika menyebutkan kata yang ada hurufhuruf b, d, dan j maka sangat kentara medok-nya. Contoh dalam kalimat adalah sebagai berikut: Saya akan pergi ke Bogor, ke Bandung, ke Bali dan seterusnya (Huruf B terasa medok dan terkadang ada m pada huruf sebelum B). Ucapan “Dari mana kamu?”, “Saya dari Bogor”. “Ia ada di dalam”. “Jangan duduk di sini” dan seterusnya jika saya ucapkan terasa medok-nya. Orang lain tentu sangat merasakannya. Selain medok, bahasa Indonesia yang saya gunakan bukan bahasa Betawi sehingga sangat terkesan bahwa saya baru saja datang dari kampung.Atas kesadaran hal tersebut saya berusaha sedapat mungkin menyesuaikan. Tentu hal ini tidak mudah. Saya sampai sekarang tidak tahu apakah orang lain masih merasakan bahwa ucapan saya masih medok atau tidak. Dari aspek nama, kawan-kawan umumnya sudah menduga bahwa saya berasal dari Jawa (Tengah) karena nama yang berakhiran huruf o seperti Suwito, Sumarno, dan Sudewo sudah diduga bahwa ia berasal dari Jawa walau sering juga 28 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
saya mendapatkan nama orang yang berakhiran huruf o tapi ternyata bukan berasal dari Jawa (Tengah atau Timur). Contohnya adalah beberapa teman yang bernama Dicky Supriyanto dan Budi Hartono, ternyata mereka bukan dari Jawa. Ketika saya bertanya mengapa menggunakan nama yang berakhiran o ternyata yang bersangkutan tidak mengetahui alasannya. Kalau nama saya, Suwito sering dimaknai dengan “pembantu”, “ngenger”, “abdi”, dan yang senada dengan maksud nama tersebut. Ingin Masuk ke Fakultas Hukum UMJ Setelah beberapa hari di Kalibata Utara Jakarta, saya minta diantar ke Universitas Muhammadiyah Jakarta. Ketika itu tempatnya di Jalan Limau. Saat itu menjelang akhir Desember 1975. Saya ketika itu memang memiliki keinginan kuliah di Fakultas Hukum karena itu sesampai di Sekretariat UMJ saya menanyakan biaya kuliah. Setelah diberitahu bahwa kuliah sebesar Rp 75.000,- saya langsung tidak berminat karena saya tidak mungkin mampu membayar uang kuliah sebesar itu. Mengapa saya ingin masuk ke Fakultas Hukum? Karena pada waktu itu Sarjana Hukum sangat laku dan bergengsi. Oleh karena biaya yang tidak mungkin saya jangkau maka saya ketika itu sudah tidak lagi berpikir tentang sangat laku dan bergengsi untuk kuliah. Yang penting saya dapat kuliah. Apapun jenis pekerjaan tidak menjadi pemikiran saya pada waktu itu. Saya kembali merenung bahwa ketika di Kudus saya dapat bekerja apa saja seperti jualan bon-bon, bordir, dan linting (membuat) rokok, mengapa saya harus berpikir pekerjaan ketika akan kuliah? Begitulah perasaan saya setelah pulang dari kantor Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta. Masuk IAIN Tanpa Tes Besoknya saya minta diantar ke IAIN. Betul akhirnya saya diantar keluarga ke IAIN yang kampusnya berada di Ciputat. Ketika sampai di Sekretariat saya langsung menanyakan masalah biaya. Petugas sekretariat menjawah bahwa uang kuliahnya Rp 17.500 per tahun dan dapat diangsur 2 kali. Saya berucap dalam hati, alhamdulillah, insya Allah saya masuk di IAIN ini karena biaya yang saya punyai mencukupi Mungkin Segalanya Mungkin | 29
Kuliah di Jakarta, Berorganisasi, dan Bekerja
untuk itu. Saat itu saya mempunyai uang Rp 10.000,- dan diharapkan dapat untuk membayar uang kuliah angsuran pertama. Maklum orang kampung yang tidak tahu banyak mengenai administrasi. Pada saat mendaftar di IAIN, semua berkas yang saya miliki saya serahkan ke petugas Sekretariat IAIN. Beberapa hari kemudian ada pengumuman bahwa ada 11 orang yang diterima masuk IAIN tenpa melalui tes. Salah satu dari 11 orang tersebut adalah nama saya. Oleh karena saya ragu apa maksud pengumuman itu, saya langsung minta bertemu dengan Pembantu Rektor I (ketika itu adalah Pak Abdurrahman Partosentono). Saya bertanya kepadanya “apakah saya tidak diperbolehkan masuk IAIN kok tidak ada tes?” Ternyata pertanyaan saya ini mungkin salah ya karena Pak Parto, begitu orang memanggil Pak Purek I, waktu ia menjelaskan bahwa kalian sudah pasti diterima masuk IAIN dan tanpa tes. Saya masih ngeyel dan menyatakan bahwa saya ingin tes. Akhirnya Pak Parto mengatakan bolehlah kalau begitu, nanti Anda tes bahasa Arab dan bahasa Inggris saja. Saya sangat gembira karena diperbolehkan tes. Beberapa bulan setelah diterima IAIN saya baru sadar bahwa mestinya saya memang tidak perlu ikut tes. Dasar “oon”, pinjam istilah Oneng (Rieke Diah Pitaloka) dalam Sinetron Bajaj Bajuri tahun 2002. Masuk Jurusan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah Ketika sampai di IAIN saya merenung untuk memilih jurusan apa. Saya langsung berpikir bahwa saya perlu memiliki kunci untuk memahami agama Islam. Akhirnya saya memiliki pemikiran bahwa kunci untuk memahami ajaran Islam adalah bahasa Arab. Saya berpendapat bahwa dalam ajaran Islam yang terdapat dalam al-Quran, hadis, tafsir, fiqh, ushul fiqh, tarikh, dan lainnya tertulis dalam bahasa Arab. Pilihan bahasa Arab ada di dua Fakultas, yaitu Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Adab. Saya tidak tertarik masuk ke Fakultas Adab karena saya tahu diri bahwa saya bukanlah sastrawan atau seniman maka saya tidak memilih Jurusan bahasa Arab yang ada di Fakultas Adab. Akhirnya saya memilih masuk di Jurusan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah. Aktif di IMM dan Muhammadiyah Ketika baru datang di kampus IAIN Jakarta, saya bertemu dengan Mas Burhanuddin Yusuf yang sudah lebih dahulu tinggal di asrama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Cuputat. Saya langsung diajak dolan ke asrama IMM. Organisasi IMM ini sudah saya ketahui ketika saya masih sekolah di PGAN Kudus 30 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
karena saya pernah ikut aktif di IPM. Saya juga sudah kenal dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) karena ketika di PGAN Kudus saya juga aktif di PII. Kedua organisasi pelajar ini juga memperkenalkan organisasi kemahasiswaan IMM dan HMI. Saya memang semasa di PGAN tidak pernah mengetahui adanya organisasi yang namanya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Saya mengetahui adanya PMII setelah berada di kampus IAIN Jakarta. Pada waktu bimbingan tes masuk IAIN, ketiga organisasi IMM, HMI, dan PMII aktif membantu para calon mahasiswa untuk membimbingnya agar lulus tes masuk IAIN dan sekaligus masuk ke organisasi mereka. Saya tidak terlalu aktif mengikuti bimbingan tes karena saya pulang pergi ke Kalibata Utara. Saya lebih banyak belajar sendiri. Saya berpendapat bahwa apa pun jenis pertanyaannya jika memahami materinya pasti bisa menjawab soal. Akan tetapi saya sempat mengikuti beberapa kali acara di kantor dan asrama IMM, HMI, dan PMII dalam kegiatan bimbingan tes. Setelah saya dinyatakan bebas tes dan hanya mengikuti tes bahasa Arab dan bahasa Inggris maka saya makin jarang ke asrama dan kantor IMM. HMI, dan PMII. Saya lebih menekuni belajar bahasa Arab dan Inggris di rumah di Kalibata Utara. Oleh karena kawan-kawan HMI dan PMII sudah mengetahui saya masuk IMM maka saya tidak diajak lagi masuk ke organisasi HMI atau PMII.
Saya merasa cepat memperoleh kesempatan menjadi pengurus karena sekitar tengah tahun 1976 sampai dengan 1981 saya mendapat kepercayaan menjadi Seksi Kader IMM Cabang Ciputat yang kala itu Ketua Umumnya adalah Syarif Ali yang berasal dari Aceh. Bahkan saya juga sempat menjadi Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah Tangerang (1985) dan di Muhammadiyah tingkat Pusat saya pernah menjadi Sekretaris Jenderal di Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah yang Ketuanya adalah Prof. Dr. Muhammad Yunan Yusuf. Oleh karena kantor PP Muhammadiyah di Jalan Menteng Raya sedangkan saya tinggal di Ciputat maka saya sangat terganggu karena faktor transportasi. Dengan kondisi tersebut saya tidak dapat berlanjut aktif di kepengurusan Muhammadiyah selain juga saya harus berkonsentrasi untuk menyelesaikan studi program doktor di IAIN Syarif Hidayatullah yang akhirnya dapat selesai pada tanggal 28 November1995. Mungkin Segalanya Mungkin | 31
Kuliah di Jakarta, Berorganisasi, dan Bekerja
Setelah menyelesaikan program doktor tersebut secara berturut-turut saya aktif menemani Prof. Dr. Harun Nasution (w.1998) sebagai Asisten Direktur dan Asisten Dosen di Program Pascasarjana sampai dengan tahun 2000. Setelah itu menjadi Pembantu Rektor I Bidang Akademik (2000-2003), Pembantu Rektor IV Bidang Pengembangan Kelembagaan (2003-2006), Deputi Direktur Bidang Pengembangan Kelembagaan (2007-2011), Deputi I Bidang Akademik dan Kerja Sama (2011-2013), Ketua Program Studi Doktor ex officio Wakil Direktur Bidang Akademik, Kerja sama, dan Pengembangan Kelembagaan (2013-2014) di Sekolah Pascasarjana semuanya bersama Prof. Dr. Azyumardi Azra baik ia sebagai Rektor maupun Direktur Sekolah Pascasarjana. Jabatan di Sekolah Pascasarjana berhenti karena sejak 1 September 2014 sampai saat tulisan ini saya buat diamanahi Rektor (Prof. Dr. Komaruddin Hidayat) sebagai Sekretaris Senat Universitas bersama Prof. Dr. H.M. Atho Mudzhar sebagai Ketuanya. Selain kegiatan tersebut, saya juga masih berkesempatan menjadi asesor dan tim penyusun instrumen akreditasi di Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) sejak 1996 sampai sekarang, Anggota Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional Dosen ke Lektor Kepala dan Guru Besar di Ditjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud dan saat tulisan ini dibuat berpindah ke Kemenristek Dikti, dan di Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama. Dalam beberapa kesempatan saya juga harus mendatangi beberapa perguruan tinggi di Indonesia yang berkeinginan alih status menjadi Institut atau menjadi Universitas. Tidak jarang juga saya diminta hadir oleh para pimpinan perguruan tinggi untuk keperluan akreditasi institusi dan program studi, akreditasi jurnal ilmiah, urusan kenaikan pangkat dosen dan/atau hal lain sebagai narasumber bidang pemikiran dan pendidikan Islam. Tentu kegiatan utama sebagai dosen dalam bidang mengajar dan sebagainya tidak dapat saya tinggalkan, bahkan harus juga mengajar di Pascasarjana di beberapa tempat di Indonesia. Berdasarkan banyak kegiatan itulah maka saya tidak dapat aktif sebagai pengurus di Muhammadiyah. Akan tetapi saya sesekali masih ikut serta dalam beberapa kegiatan di Perguruan Tinggi Muhammadiyah terutama di Universitas Muhammadiyah Jakarta sampai tulisan ini dibuat. Tinggal di Kalibata Utara Sejak awal kedatangan saya di Jakarta sampai dengan pertengahan tahun 1976 selama kuliah di Jurusan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saya tinggal di rumah keluarga yang bernama Juanda yang isterinya orang Tionghoa yang panggilannya mbak Ing yaitu di Kalibata Utara. Saya kuliah pulang pergi dengan menggunakan bus kota. Biasanya saya bangun sebelum waktu subuh sehingga sempat menyapu halaman dan mengisi bak mandi sebelum berangkat kuliah. Sering kali saya harus berjalan kaki dari Jalan Kalibata Utara ke 32 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Pasar Mampang Prapatan karena bus menuju Blok M dari arah Ragunan jarang ada. Dari Mampang Prapatan ke arah Blok M biasanya sangat banyak bus karena berasal dari berbagai jurusan. Ketika itu jalan dari Ragunan ke arah Ciputat – Lebak Bulus belum ada. Kegiatan saya di Kalibata Utara adalah kalau shalat maghrib dan Isya’ menjadi imam dan mengajar ngaji, baca dan tulis huruf al-Quran para keluarga. Mendirikan Perhimpunan Keluarga Sukolilo Pati Setelah beberapa lama tinggal di Jakarta dan Ciputat saya sempat mengajak warga Sukolilo untuk mendirikan suatu himpunan sebagai wadah silaturrahmi. Akhirnya disepakati berdirinya Perhimpunan Keluarga Sukolilo Pati dan Pelajar Islam Asal Sukolilo (PIAS). Perhimpunan tersebut sudah banyak melakukan kegiatan yang intinya untuk silaturrahmi keluarga Sukolilo yang ada di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Perhimpunan ini sekarang diubah namanya menjadi Paguyuban Sosial Keluarga Besar Sukolilo (PSKS). Kegiatan yang dilakukan antara lain perlombaan, halal bihalal, pengajian, dan lainnya. Kuliah Datang Paling Pagi Walaupun saya tinggal di Kalibata Utara tetapi saya biasanya sudah sampai di kampus IAIN yang berlokasi di Ciputat jam 07.00 sehingga saya datang paling pagi dibanding dengan kawan-kawan mahasiswa yang lain. Petugas kebersihan kampus tentu lebih cepat datang dibanding saya. Kondisi demikian mengakibatkan saya dikenal petugas kebersihan kampus. Sampai di kampus saya gobyos banyak keringat karena sejak dari Kalibata Utara sampai ke Pasar Mampang Prapatan berjalan kaki dan di dalam bus juga sering kepanasan maka sampai di kampus masih dalam keadaan berkeringat. Oleh karena masih pagi dan sendirian di kelas maka saya berangin-angin di samping jendela, beristirahat sambil membaca sampai keringat kering. Kami masuk kuliah adalah pukul 08.00. Sebagai Komandan Regu Pada masa orientasi studi yang dikenal dengan nama Pekan Orientasi Studi Mahasiswa (Posma), saya ditetapkan sebagai Komandan Regu oleh Kakak Pembina. Pembina acara ketika itu antara lain adalah Komaruddin Hidayat, Fachry Ali, Zacky Siraj, Kurniawan Zulkarnain, Iqbal Abdul Rauf Saimima dan lain-lain. Oleh karena saya ketika di PGAN aktif di Pramuka maka kegiatan baris berbaris tidak asing bagi saya. Ketika saya lapor kepada Komandan Peleton saya sering ditertawakan kawan-kawan karena bahasa Indonesia saya masih sangat medok. Lantaran inilah akhirnya saya dikenal banyak orang baik Pembina maupun temanteman mahasiswa yang menjadi peserta orientasi. Hal lainnya ialah karena saya sering protes kepada Pembina apabila ada hal yang kurang berkenan. Mungkin Segalanya Mungkin | 33
Kuliah di Jakarta, Berorganisasi, dan Bekerja
Sebagai Ketua Kelas Entah karena alasan apa ketika berada di kelas Jurusan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta saya langsung diusulkan menjadi ketua kelas. Tugas ketua kelas yang saya pahami ketika itu antara lain adalah mengambil daftar hadir di kantor Fakultas, memastikan kehadiran dosen, memastikan kelengkapan perkuliahan berupa ketersediaan alat tulis dan penghapus, dan lainnya berkait dengan kebutuhan mahasiswa. Sebelum dosen masuk kelas saya sering mengajak kawan-kawan diskusi dan ngobrol tentang banyak hal terutama perkuliahan. Oleh karena saya tidak pandai Nahwu Sharaf atau Qawaid Bahasa Arab maka saya sering mengajak teman-teman untuk berdiskusi. Saya majukan pertanyaan dan ketika dijawab saya salahkan dan saya minta diulang jawaban tersebut dengan memberikan alasan yang lebih jelas. Gaya “selalu menyalahkan” ini sering saya lakukan tetapi kawan-kawan tidak mengetahui maksud saya. Dengan cara demikian saya menjadi tahu alasan yang sebenarnya akan sesuatu. Itulah salah satu cara saya belajar karena jika membaca sendiri saya sering tidak/belum tentu memahaminya secara baik. Saya juga sering meminta kawan-kawan sebagai narasumber tentang suatu mata kuliah dengan cara saya minta duduk atau sambil berdiri di samping papan tulis ketika dosen belum datang. Terkadang kawan-kawan saya minta menjelaskan sesuatu dengan cara menulis di papan tulis. Ketika itu (mulai tahun 1976) belum ada white board. Melalui cara seperti tersebut di atas saya banyak memperoleh manfaat antara lain saya merasa dekat dengan para karyawan Fakultas dan Jurusan karena sering mondar mandir dan berkomunikasi. Saya juga merasa sangat dekat dengan para dosen karena saya sering kontak dengan mereka untuk masuk kelas. Saya juga merasa dekat dengan teman-teman karena sering berdiskusi dan ngobrol santai di kelas sebelum dosen masuk kelas. Nama-nama dosen saya di Jurusan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta antara lain Prof. Dr. Harun Nasution (kuliah bersama antar Jurusan), Prof. Salim Fachry, Drs. Muchsin Idham, Drs. Soepardjo, Drs. Hisyam Zaini, Drs. Moh. Mansyur, Drs. D. Hidayat, Drs. Soeparman, Drs. Kamardi AS, Drs. Chotibul Umam, Drs. Rofi’i, Moh. Matsna HS. Nama-nama teman ketika di kelas Jurusan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta antara lain Azyumardi Azra, Syamsuddin, Siti Khodijah, Siti Hana, Sufrizal Rusli, Nur Rahmah, Sulastri, dan Ahmad Dardiri. Tinggal di Asrama IMM Mulai pertengahan tahun 1976 setelah dari Kalibata Utara, saya tinggal di asrama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Ciputat yang berada di depan kampus IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya ditempatkan di kamar 2.
34 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Penghuni kamar tersebut adalah saya, Bahrul Hasibuan, Asnin Pulungan, dan Endang (nama lengkapnya saya lupa). Saya dan kawan-kawan sering masak. Pernah suatu ketika di bulan Ramadan, saya sedang hampir kehabisan uang. Kalau tidak salah waktu itu uang yang ada di saku tinggal Rp 150,-. Saya masak nasi kemudian saya campur dengan daun pepaya agar tidak usah masak sayur (maksudku). Apa yang terjadi? Ketika makan, nasinya terasa pahit dan sangat pahit sehingga tidak jadi saya makan. Saya lari ke warung dan alhamdulillah masih sempat sahur. Demikian antara lain pengalaman masak. Saya tidak terlalu lama tinggal di asrama kemudian pindah ke kantor IMM. Saya tidak mengetahui alasan mengapa cepat dipindah ke kantor. Kemungkinan besar saya dinilai cukup aktif. Di kantor IMM ini ada Pak Let (nama lengkapnya lupa) dan setelah kurang lebih satu tahun saya pindah ke kontrakan, ngontrak bersama Kak Antasa Suryana. Saya merasa banyak pengalaman berorganisasi ketika aktif di IMM. Saya mendapatkan banyak ilmu yang tidak saya peroleh di perkuliahan, selain banyak juga kawan. Berbagai pelatihan perkaderan saya ikut serta dan bahkan saya juga ikut melatih para peserta baru. Saya sebetulnya tidak terlalu asing berorganisasi ini karena sebelumnya saya pernah aktif di PII dan IPM, bahkan saya pernah menjadi Sekretaris Umum PII Daerah Kudus Jawa Tengah ketika Ketua Umum dijabat Moh. Tasrifin. Saya juga menggantikan Moh. Tasrifin menjadi Ketua Umum PII Daerah Kudus. Tentu semua itu dalam rangka belajar berkomunikasi dengan orang lain, terutama belajar berani hidup. Jika ditanya mengapa saya masuk organisasi IMM maka jawaban saya adalah karena ketika itu langsung diajak Mas Burhanuddin Yusuf yang orang Pekalongan itu ke asrama IMM dan sekaligus diajak mengikuti berbagai kegiatan yang dilaksanakan IMM. Selain itu, saya juga sudah kenal IMM ketika masih sekolah di PGAN 6 Tahun Kudus karena sebelumnya aktif di IPM. Bisa jadi ketika itu saya masuk HMI karena sebelumnya saya lebih banyak aktif di PII dibanding di IPM jika saja kawan-kawan HMI bisa menggaet saya lebih dahulu dibanding ajakan Mas Burhanuddin. Itulah bukti bahwa ternyata gaetan pertama kali dapat menjadi pengikat untuk menjadi anggota suatu organisasi kemahasiswaan. Dengan pengalaman ini maka berlaku pepatah “witing tresno jalaran soko kulino”, yang berarti bahwa “cinta tumbuh karena terbiasa”. Cinta dapat muncul pada diri seseorang karena terbiasa berjumpa, terbiasa bersama-sama, dan terbiasa berkomunikasi. Jualan Koran Mingguan Selama tinggal di Jakarta saya mendapatkan kiriman uang dari ayah dan ibu rata-rata Rp 10.000,- melalui wesel setiap bulan. Uang sebesar itu kalau di kampung saya ketika tahun 1976 sampai dengan 1979 termasuk sudah sangat banyak. Tentu Mungkin Segalanya Mungkin | 35
Kuliah di Jakarta, Berorganisasi, dan Bekerja
untuk ukuran Jakarta pada masa itu uang sebanyak itu belum banyak. Biaya bus kota ketika itu sekitar Rp 25 s.d. 100,-. Akan tetapi bagi saya uang yang diberikan Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi tersebut sudah memadai. Terima kasih banyak, ya Mbah. Saya memang tidak terlalu berharap dapat kiriman tersebut karena saya memaklumi kondisi orang tua. Sedapat mungkin saya berusaha sendiri dengan cara bagaimanapun yang penting halal seperti pernah saya lakukan ketika di Kudus. Walaupun tidak mendapatkan pendapatan yang tetap tetapi ada saja yang saya peroleh. Memang tidak banyak tetapi cukuplah untuk hidup. Agar tidak terlalu mengganggu kuliah maka saya gunakan setiap minggu jualan Koran mingguan Memorandum yang terbit di Surabaya. Saya minta kepada beberapa dosen dan karyawan untuk berlangganan. Alhamdulillah pekerjaan ini dapat berlangsung selama kira-kira 2 tahun. Ngajar Privat, Membuat Spanduk, dan Menuliskan Skripsi Selain jualan koran mingguan, saya juga mulai tahun kedua perkuliahan ngajar privat. Ngajarnya cukup seminggu sekali. Saya mengajar privat ngaji dan ilmu agama Islam yang paling lama adalah dengan Pak dokter H. Enud J. Suryana, seorang dokter ahli kebidanan. Pak dr. Enud sesekali ikut belajar, juga isterinya dan anaknya. Pernah juga saya mengajarkan mata pelajaran matematika dan lainnya dengan siswa SD dan SMP tetapi tidak terlalu lama, paling hanya 3 bulan. Privat yang paling lama adalah dengan keluarga Pak dokter H. Enud J. Suryana di daerah Rawamangun. Beberapa tempat privat yang lain adalah Rempoa, Simprug dan Menteng. Jenis pekerjaan lain yang saya lakukan adalah membuat spanduk. Apabila ada berbagai kegiatan, saya sering diminta turut membuat spanduk. Selain itu saya juga diminta menyalin risalah (untuk Sarjana Muda) dan skripsi (untuk Sarjana Lengkap) dengan tulisan tangan. Setelah saya memiliki mesin ketik Arab, maka salinan risalah dan skripsi tersebut ditulis dengan mesin ketik Arab. Mungkin karena ingin menolong saya, kawan-kawan mau meminta tolong kepada saya untuk menuliskannya. Saya lakukan pekerjaan ini sampai saya selesai Sarjana Lengkap tahun 1983.
36 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Menerima Beasiswa Supersemar Pada perkuliahan tahun ke III saya dipanggil oleh Ketua Jurusan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta Pak Drs. Soepardjo. Saya diminta mengajukan permohonan untuk mendapatkan beasiswa Super Semar. “Silakan penuhi persyaratan yang diminta”, kata Pak Soepardjo. Setelah saya berjumpa dengan dosen saya Pak Drs. Muchsin Idham yang ketika itu menjadi Dekan Fakultas Tarbiyah, saya juga diminta sebagaimana permintaan Pak Soepardjo. Saya agak keberatan karena salah satu persyaratannya adalah melampirkan surat pernyataan miskin dari kelurahan. Ketika itu saya malu jika saya dianggap miskin. Saya merasa bukan orang miskin karena masih banyak orang lain yang lebih miskin dari saya. Itulah yang saya rasakan ketika itu. Calon isteri, Nilfa Yetty Tanjung meyakinkan kepada saya bahwa itu adalah persyaratan administrasi maka penuhi saja persyaratan yang diminta. Benar, akhirnya saya urus dan kemudian beberapa lama ada pengumuman bahwa saya terdaftar sebagai salah satu penerima beasiswa dari Yayasan Beasiswa Supersemar yang pertama di IAIN Jakarta. Beli Sepeda Ontel Ketika saya menerima rapelan beasiswa dari Yayasan Beasiswa Super Semar tahun 1978, saya langsung punya pemikiran bahwa beasiswa tersebut harus saya abadikan dalam bentuk sepeda. Saya tidak mengetahui di mana toko sepeda yang dekat dengan kampus IAIN Jakarta. Akhirnya, saya beli sepeda di Kota Glodok. Dari Glodok, saya kendarai sepeda tersebut sampai Ciputat. Kondisi lalu lintas ketika itu masih kondusif untuk mengendarai sepeda dibanding dengan saat tulisan ini dibuat. Sepeda ontel ini saya pergunakan untuk kepentingan kuliah, bekerja di BPKM, mengajar di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta di Kampus Cireundeu, dan kepentingan lain sampai dengan saya selesai program Doktor. Sepeda tersebut saya manfaatkan sejak 1978 sampai dengan 1995, sekitar 17 tahun. Sepeda tersebut pernah dicuri penjaga malam ketika saya parkir di Kantor BPKM. Pencurinya datang dan mengaku kepada saya bahwa sepeda tersebut sudah saya jual untuk membeli beras. Akhirnya saya ikhlaskan dan Mungkin Segalanya Mungkin | 37
Kuliah di Jakarta, Berorganisasi, dan Bekerja
saya membeli sepeda yang serupa agar tidak terkesan baru. Bekerja di BPKM Pada tahun 1978, Pak Drs. Hadjid Harnawidagda, salah seorang dosen bahasa Inggris di Fakultas Tarbiyah dan pengurus Pusat Muhammadiyah bidang Pembina Kesejahteraan Umat (PKU) meminta saya untuk mengelola Balai Pendidikan Keterampilan Muhammadiyah (BPKM). Kegiatan BPKM adalah bengkel las, pembuatan baliho, dan kursus-kursus keterampilan. Saya awalnya diminta menjadi tenaga bidang administrasi dan akhirnya ditetapkan sebagai Direktur. Kursus-kursus saya kembangkan sehingga ada kursus menjahit pakaian pria dan wanita, mengetik, tata kecantikan rambut dan kulit (ditangani langsung oleh bu Didik Sarmadi),
bahasa Arab, bahasa Inggris, montir radio dan televisi, montir mobil, dan sepeda motor, tata buku dan akuntansi. Selain masyarakat umum, para buruh Sandratex memanfaatkan berbagai kursus ini untuk memperbaiki kehidupannya. Saya sering bertanya kepada mereka tentang alasan masuk kursus padahal sudah bekerja di Sandratex. “Ingin mengubah nasib katanya”, ketika saya bertanya kepada karyawan PT. Sandratex yang kursus di BPKM. Dengan kemampuan keterampilan yang mereka miliki, mereka bertekad untuk mandiri. Selain kursus, mereka juga diberi kesempatan untuk job training di berbagai toko, bengkel, dan perusahaan dengan harapan membekali mereka kemampuan berusaha dan praktik kerja. Di antara para pengurus Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majlis Pembina Kesejahteraan Umat (PKU) ketika itu adalah Dr. Kusnadi, Drs. Hadjid Harnawidagda, dr. Subhi, dan Didik Sarmadi. Kalau saya pikir, apa kaitan ilmu saat saya kuliah dengan pekerjaan maka ketika itu saya tidak memikirkan tentang linearitas ilmu pada ilmu saat kuliah dengan jenis pekerjaan. Pada masa itu belum terdengar tentang linearitas jenis ilmu 38 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
dan jenis pekerjaan. Kuliah, menurut saya pada masa itu adalah untuk memperoleh ilmu. Apa pun ilmu yang didapat maka dapat digunakan untuk bekerja apa saja. Pada masa itu saya berpendapat bahwa kuliah bukan untuk bekerja tetapi untuk memperoleh ilmu. Kalau kuliah untuk bekerja maka kuliah menjadi pusat pelatihan. Pendapat semacam itu saya tentang keras. Saya pernah memprotes Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Satryo Soemantri Brodjonegoro) Nomor 108/DIKTI/Kep/2001 tanggal 30 April 2001 tentang Pedoman Pembukaan Program Studi dan/atau Jurusan Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional (Yahya A. Muhaimin) Nomor 234/U/2000 tanggal 20 Desember 2000 tentang “Pendirian Perguruan Tinggi” karena dalam Keputusan tersebut mencantumkan kewajiban adanya prospek pekerjaan yang nyata bagi lulusan program studi yang akan diselenggarakan. Akan tetapi setelah saya perhatikan banyak calon mahasiswa ternyata sangat mementingkan pekerjaan ketika akan masuk kuliah maka akhirnya saya agak longgar dalam menyikapi adanya ketentuan dimaksud. Apalagi pada 12 tahun berikutnya ada Peraturan Presiden (Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono) Nomor 8 Tahun 2012 tanggal 17 Januari 2012 tentang “Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia” (KKNI) yang menyandingkan kompetensi pendidikan dan pekerjaan sehingga pendidikan tidak terlepas dari persoalan pekerjaan. Secara pribadi saya masih merasa sreg apabila belajar adalah untuk mendapatkan ilmu, bukan untuk mendapatkan jenis pekerjaan. Jenis pekerjaan tidak mutlak harus linear dengan disiplin ilmu yang pernah dipelajari. Justru ilmu yang pernah didapat dapat dikembangkan ke arah apa saja yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Pekerjaan mestinya diciptakan oleh para lulusan perguruan tinggi, bukan sebaliknya lulusan perguruan tinggi mencari pekerjaan. Menerbitkan Warta BPKM Jakarta Mulai 15 Desember 1987, selaku Direktur Balai Pendidikan Keterampilan Muhammadiyah, saya menerbitkan Warta BPKM Jakarta. Warta ini terbit setiap bulan. Kawan-kawan yang ikut membantu penerbitan newsletter ini adalah Drs. M. Ma’rifat Iman KH, Drs. Ahmad Dardiri, Iim Badrutamam, Akhmad Anshari, E. Soemantri, Mungkin Segalanya Mungkin | 39
Kuliah di Jakarta, Berorganisasi, dan Bekerja
Sumantri, Elvita P, dan Sudirman. Warta ini berisi banyak hal seperti informasi ujian-ujian, pendaftaran kursus, pelajaran baca tulis huruf al-Quran, teka-teki, dan lainnya terutama materi motivasi untuk hidup trampil dan mandiri. Dalam banyak hal, saya mementingkan adanya penerbitan agar berbagai kegiatan terdokumentasi secara baik dan juga dibaca banyak orang sebagai salah satu pertanggungjawaban publik. Penerbitan berupa newsletter ini juga saya wujudkan ketika saya menjadi Pembantu Rektor dan Deputi di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya sangat menyenangi Pramuka karena dalam kegiatan kepramukaan diajarkan keterampilan dan percaya diri yang kuat. Sebagai Pembina Pramuka Saya bersama kawan-kawan aktivis IMM diajak oleh Bang Moh. Din Syamsuddin menjadi Pembina Pramuka. Tempat latihannya di lapangan Rempoa. Di antara para Pembina Pramuka ketika itu adalah Moh. Din Syamsuddin, Suwito, Nandi Rahman, M. Ma’rifat Iman KH, Antasa Suryana, Kapti Chusnani, Asmizar Adam, Endang Zakaria, Firmansyah, Lisna Deliawati, Burhanuddin Yusuf, Siti Rahmah Khotimah, Sujana AR, Fuady, dan Moh. Fahmi Hisyam. Mulai 2 April 1978, saya dipercaya sebagai sekretaris Gerakan Pramuka Gugus Depan Khusus K.H. Ahmad Dahlan Koordinator Kecamatan (Kortan) Ciputat 0507-0808 dan Ketuanya adalah Kak Asmizar Adam. Rapat kegiatan Gugus Depan selalu diadakan di Asrama IMM. Berbagai kegiatan pramuka sudah banyak dilakukan misalnya penyegaran dewan penggalang, karyawisata, ujian kenaikan tingkat, kerja bhakti, kemah, persami, latihan keterampilan bela diri, up grading pembina, gladian keterampilan mendidik, upacara peringatan hari-hari besar Islam dan nasional, shalat tarawih, tadarrus, latihan berpidato, halal bihalal, dan camping di kaki Gunung Muria Kudus. Kegiatan yang disebut terakhir ini dilaksanakan bulan Juni 1978.
Kawan-kawan karyawan Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta
40 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
BAGIAN V MENIKAH, BERKELUARGA, DAN LULUS DOKTOR Mencari Calon Isteri Sebelum menikah, sebagai pria tentu saya perlu mencari calon isteri. Ketika masih kecil, saya memahami bahwa masyarakat di daerah saya kurang bisa menerima orang China, orang Batak atau bahkan orang di luar masyarakat Sukolilo. Oleh karena demikian maka saya justru ingin menentang pemahaman mereka. Saya justru ingin menikah dengan orang yang tidak ada hubungan keluarga. Saya ketika itu ingin mendapatkan orang China, Batak, Jakarta, atau Arab. Intinya saya ingin menikah dengan orang yang tidak satu daerah dengan saya. Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi menginginkan agar saya cepat menikah sebelum mereka meninggal. Melalui saran tersebut saya mohon agar saya dicarikan calon isteri yang sesuai dengan selera dan disetujui oleh Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi. Ternyata mereka menolaknya dan minta agar saya mencari sendiri karena yang akan melaksanakan nikah dan hidup berkeluarga adalah saya, bukan mereka. Saya pikir pendapat Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi ini sangat luar biasa demokratisnya. Saya tadinya memiliki dugaan bahwa mereka akan memilihkan saya seseorang yang harus saya nikahi. Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi pernah didatangi oleh beberapa keluarga di Sukolilo, kalau tidak salah ada 3 keluarga, yang meminta agar Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi bersedia menikahkan saya dengan anaknya. Namun demikian Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi berkelit bahwa Suwito sekarang tidak ada di Sukolilo dan sedang sekolah di Jakarta. Oleh karena dia yang akan nikah maka tentu dia yang harus menentukan. Kami khawatir dia sudah memiliki calon di Jakarta atau di tempat lain. Begitu kira-kira jawaban Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi ketika cerita dengan saya. Saya memang pernah membawa banyak foto dari Jakarta dan saya tunjukkan kepada Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi ketika saya pulang ke Sukolilo untuk menentukan siapa yang mereka pilih. Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi tertawa saja sambil mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui mana yang bagus. Akan tetapi saya menduga ada yang mereka taksir, walau samar-samar. Setelah melalui proses yang cukup panjang dan berliku maka akhirnya saya menikah dengan Nilfa Yetty Tanjung. Jatuh dari Motor dan Dirawat Nilfa Sekitar Maret 1978, saya dan Mansur, teman kerja saya di BPKM pergi ke acara IMM di daerah Leuwiliang Bogor. Pada waktu itu IMM sedang mengadakan acara pelatihan. Saya menjadi salah seorang yang ditugasi menjadi instruktur dalam pelatihan tersebut. Oleh karena saya juga sedang ada acara di IAIN maka saya berangkat ke Leuwiliang tidak bersama teman-teman yang lain. Mungkin Segalanya Mungkin | 41
Menikah, Berkeluarga, dan Lulus Doktor
Saya diboncengkan oleh teman saya dengan motornya yang masih baru. Entah mengapa, ketika sampai di daerah Jampang Parung saya menggantikan posisi Mansur. Saya bukan lagi membonceng tetapi sebagai pengendaranya. Barangkali karena saya kurang mahir mengendarai motor, suasana gerimis, jalan aspal licin, kondisi gelap gulita, dan jalan menikung maka akhirnya motor yang saya kendarai berikut orangnya masuk parit. Saya tidak mengetahui semua itu karena mungkin dalam keadaan pingsan. Saya menyadarinya setelah berada di rumah sakit pada esok harinya karena banyak teman yang mengunjungi saya. Saya bertanya, saya sekarang ada di mana? Teman-teman memberitahukan bahwa saya sedang di Rumah Sakit PMI Bogor. Mengapa saya bisa di rumah sakit? Begitu kira-kira beberapa pertanyaan saya kepada teman-teman. Mereka kemudian menceritakan peristiwa yang saya alami. Itulah sebabnya maka saya baru menyadarinya. Menurut cerita Nyonya, sebelum dibawa ke rumah sakit saya sempat dibawa ke Puskesmas tetapi kemudian dirujuk ke rumah sakit. Orang-orang yang menjenguk saya pada waktu itu seingat saya adalah Pak Drs. H. Hisyam Zaini, Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan IAIN Jakarta, Pak Muchsin Idham, Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta, Pak Drs. Hadjid Harnawidagda, pimpinan Muhammadiyah Ciputat, kawan-kawan mahasiswa Jurusan Bahasa Arab IAIN Jakarta, kawan-kawan anggota IMM, kawan-kawan lain, dan keluarga dari Kalibata Utara, serta lainnya yang tidak saya ingat lagi namanamanya karena ketika itu mata saya terasa samar melihat sesuatu. Saya menyampaikan banyak terima kasih kepada mereka atas segala perhatian dan bantuannya. Ketika di rumah sakit, Nilfa banyak mengurusi saya bahkan sampai ketika dirawat di rumah Lek Hadi Sudjud dan Lek Supati, keluarga di Kalibata Utara. Orang yang turut mengobati saya adalah Mas Tris, keluarga saya juga yang menjadi Mantri yang tinggal di Kalibata Utara. Kecelakaan tersebut menyebabkan bibir saya sobek dan gigi tanggal. Oleh karena Nilfa yang mengurusi saya ketika sakit maka keluarga merasa cocok dengannya apabila dia menjadi isteri saya.
42 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Menikah dengan Nilfa Yetty Tanjung Oleh karena ayah (Rakiyo) dan ibu (Rasemi) sudah sepuh ada keinginan mereka agar saya dapat melaksanakan nikah sebelum mereka meninggal. Saya memakluminya karena saya anak tunggal dan itupun jauh dari mereka, karena mulai kelas V SD saya sekolah di Kudus kemudian melanjutkan kuliah di Jakarta. Semua kakak tinggal di rumah masing-masing dan semuanya mengurus rumah tangganya. Di rumah hanya ada Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi. Anak dan cucu tidak ada yang ikut satu rumah dengan Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi. Pada hari Minggu tanggal 7 Desember 1980 saya melangsungkan pernikahan dengan Nilfa Yetty Tanjung. Isteri saya ini berasal dari Sibolga Tapanuli Tengah Sumatera Utara yang saya kenal sejak kuliah dan aktif di IMM. Mungkin karena lupa atau bagaimana, oleh Petugas Kantor Urusan Agama Ciputat dalam buku akta nikah ditulis tanggal 15 Desember 1980. Saya tidak mengetahui alasannya, tahutahu sudah tertulis begitu. Saya tidak protes dalam hal itu karena saya nilai agak ribet kalau protes. Akhirnya dalam dokumen yang lain-lain saya tulis seperti yang tertera dalam buku akta nikah. Itu menunjukkan bahwa administrasi di Negara kita pada waktu itu masih tidak baik. Untuk mendapatkan putri Sibolga ini cukup sulit karena keluarga saya beberapa kali mengajukan lamaran selalu mendapat jawaban ditunda. Pengajuan lamaran pernah dilakukan setidaknya 4 kali di Semarang dan 4 kali di Jakarta karena keluarga Nyonya ada yang di Semarang dan ada juga yang di Jakarta. Kuti Yunan untuk panggilan kepada Prof. M. Yunan Yusuf, punya peran besar dalam hal perjodohan ini karena Nyonya (Nilfa Yetty Tanjung) bercerita bahwa keluarganya minta pertimbangan kepadanya. Saya tidak mengetahui apa alasannya, tetapi Kuti Yunan Yusuf sangat menyetujui Nilfa dinikahkan dengan saya. Untuk hal itu saya ucapkan terima kasih banyak kepada Kuti Prof. Dr. M. Yunan Yusuf. Ketika saya sedang mukim Ramadhan 1400 H/Juli 1980 di Koleberes Cianjur, Nilfa mendapatkan surat dari keluarga Sukolilo yang ditujukan kepada saya. Surat yang ditulis Pak Abdul Rahman Farid tersebut ditemukan oleh Nilfa di Mungkin Segalanya Mungkin | 43
Menikah, Berkeluarga, dan Lulus Doktor
kampus IAIN Jakarta. Surat tersebut kemudian dibuka. Ternyata bahasa pengantar dalam surat tersebut adalah bahasa Jawa tetapi dalam tulisan Latin, bukan tulisan Jawa, sehingga ia dapat membacanya dan mengerti sedikitsedikit maksudnya. Surat tersebut intinya menganjurkan kepada saya agar tidak harus dipaksakan mendapatkan Nilfa sebagai isteri karena masih banyak wanita lain. Atas hal tersebut maka Nilfa melakukan siasat agar keluarganya dapat menerima saya sebagai calon suaminya. Akhirnya karena ada urusan legalisasi ijazah dan urusan surat lain-lain untuk kepentingan pemenuhan persyaratan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) maka Nilfa pulang ke Sorkam dan Sibolga. Nyonya pernah bercerita bahwa ketika berpamitan untuk pergi ke Sibolga adalah atas “bantuan” Suwito, maka keluarga Jakarta pesan agar Ayahanda H. Buchori Abidin Tanjung (BAT) bersedia menikahkan pada bulan Dzulhijjah, Desember 1980. Tentu saja Nilfa sangat kaget bercampur gembira karena keluarga sudah menyetujui kalau ia menikah dengan Suwito. Proses perjodohan yang cukup lama tersebut bisa jadi karena saya masih kuliah, dan belum bekerja. Suatu hari saya memang pernah menyatakan kepada keluarga Nyonya bahwa saya masih kuliah. Saya tidak memberi tahu bahwa saya sudah ada pekerjaan sebagai guru privat maupun sebagai pegawai di BPKM. Saya juga pernah bilang ke Nilfa agar keluarga jangan diberitahu bahwa saya sudah ada pekerjaan karena pekerjaan yang ada bukan pekerjaan tetap. Dalam hati saya menginginkan agar saya dapat melanjutkan kuliah sambil bekerja. Tentu bagi orang tua sulit membayangkan bagaimana jadinya nanti kalau kuliah tetapi berkeluarga, dan tidak bekerja? Akan tetapi entah berdasarkan pertimbangan apa akhirnya keluarga Nyonya dapat menyetujui Nilfa dijodohkan dengan saya. Setelah terjadi kesepakatan waktu pernikahan dan resepsinya maka kartu undangan segera saya buat dengan Rohmat, seorang pegawai Percetakan di BPKM. Kawan yang cukup sibuk membantu pernikahan saya antara lain adalah Syamsuddin dan Ahmad Dardiri. Tentu banyak kawan dan keluarga lain yang tidak 44 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
sempat saya tulis di sini. Acara pernikahan dilangsungkan di rumah Pak Nasran Taib, keluarga Isteri yang berada di Kampung Pisangan dan resepsi pernikahan dilaksanakan di Gedung Sanggar Pravitasari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Gedung Sanggar Pravitasari ini, saat tulisan ini dibuat gedung itu sudah tidak ada lagi. Gedung tersebut digantikan oleh banyak gedung berlantai 7 atas bantuan Islamic Development Bank (IDB) untuk kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kampus ini secara keseluruhan dibangun mulai tahun 2002, yaitu saat peresmian IAIN berubah menjadi UIN oleh Wakil Presiden RI Hamzah Haz pada tanggal 8 Juni 2002. Ketika itu saya menjabat sebagai Pembantu Rektor I Bidang Akademik sehingga pada saat peresmian saya turut serta bersama Rektor Prof. Dr. Azyumardi Azra mendampingi Wakil Presiden Hamzah Haz. Acara pernikahan tersebut dihadiri oleh ayah saya Rakiyo dan ibu saya Rasemi serta keluarga lain dari Sukolilo termasuk semua Kakak, Pak Abdurrahman Farid, Pak Ali Mahmudi dan keluarga Sukolilo yang ada di Jakarta dan sekitarnya. Wakil keluarga yang memberikan sambutan atas nama keluarga saya adalah Pak Dul (Abdurrahman Farid) dari Sukolilo Pati. Oleh karena hari pernikahan saya bersamaan dengan keluarga yang bernama Yon (Sudaryono) maka keluarga Kalibata ada sebagian yang pergi ke tempat resepsi pernikahan Yon di Jepara. Tinggal di Kontrakan Pak Pedo Rempoa Dua minggu setelah pernikahan, saya harus melaksanakan Ujian Akhir Semester (UAS). Oleh sebab itu saya dan isteri mohon izin pindah dari rumah keluarga Pak Nasran Taib di Pisangan ke kontrakan di Rempoa, yaitu di kontrakan Pak Pedo, begitu panggilannya orang Betawi. Sebetulnya keluarga keberatan jika saya dan isteri pindah tetapi karena sudah ada kontrakan sederhana maka akhirnya mereka mengizinkan saya dan isteri untuk pindah. Tempat ini saya kontrak sebelum saya melangsungkan pernikahan. Secara sederhana peralatan di rumah kontrakan sudah tersedia yaitu berupa ranjang, kompor, piring, sendok dll. Ternyata hasil Ujian Akhir Semester (UAS) saya setelah nikah ini lebih baik dari ujian semester sebelumnya. Inilah barangkali salah satu hikmah nikah. Rumah Pak Pedo yang saya kontrak berupa bangunan semi permanen yang amat sederhana sekitar ukuran 3 x 10 meter yang disekat menjadi 4 ruang. Ruang depan untuk ruang tamu, ruang berikutnya untuk keluarga, ruang berikutnya lagi untuk saya dan nyonya, dan ruang paling belakang untuk dapur. Kamar mandi dan toilet berada di luar. Pada waktu itu belum tersedia pompa air sehingga untuk mendapatkan air untuk keperluan mandi dan memasak diperoleh dengan cara menimba secara manual. Rumah kontrakan tersebut sangat dekat dengan Jalan Ir. H. Juanda Rempoa Ciputat, hanya Bapak 50 meter dihadang oleh bangunan 1 rumah dan selokan. Rumah ini bersebelahan dengan perumahan Bank Exim Rempoa. Kontrakan saya Mungkin Segalanya Mungkin | 45
Menikah, Berkeluarga, dan Lulus Doktor
berada di petak paling barat (baris 1) dari 4 kontrakan yang ada. Kontrakan petak ke-2 ditempati Pak Dahlan Akbar dari Ambon, petak ke-3 ditempati Uci Kalo dari Sorkam Sibolga, dan petak ke-4 (paling timur) ditempati keluarga Pak Pedo. Pernah suatu saat teman dan keluarga Nyonya yang berasal dari Sorkam dan Sibolga datang ke rumah kontrakan ini. Mereka berbisik kepada Nyonya tentang kualitas rumah dan isinya. Mereka seakan merasakan kurang sreg mengapa Anda mendapatkan suami yang kualitas hidupnya demikian kurang. Akan tetapi Nyonya seakan tidak mendengar komentar tersebut. Saya baru tahu komentar yang demikian ketika tanggal 17 sampai dengan 20 Januari 2016 saya berjumpa dengan mereka di Sorkam dan Sibolga. Mereka bercerita secara langsung dengan saya mengenai komentar tersebut. Mereka tidak menyangka jika akhirnya saya dan Nyonya serta keluarga dinilai bisa berubah demikian rupa sebagaimana sekarang. Saya menyampaikan banyak terima kasih dan alhamdulillah atas keterusterangan dan sanjungan mereka tersebut. Mendirikan Yayasan Islam Sabilussalam Ketika saya mondok di pesantren Aang Hariri (adik Pak Moh. Mansyur, dosen saya) di Cugenang Cianjur, saya mendapat informasi bahwa Pak Mansyur mendapat tanah wakaf tetapi ia belum bisa menindak-lanjutinya. Setelah saya kembali ke Ciputat, saya langsung minta konfirmasi kepada Pak Mansyur mengenai informasi yang saya terima dari Aang Hariri. Ternyata benar bahwa dosen saya Drs. Moh. Mansyur memperoleh tanah wakaf dari Mardjuki bin Opang seluas 500 M2 sekitar tahun 1979. Pak Mansyur, begitu saya memanggilnya agak bingung bagaimana tindak lanjut mengurusi tanah wakaf tersebut. Akhirnya, dia meminta saya ikut mengurusinya. Berkat kendaraan sepeda ontel yang saya miliki akhirnya saya dapat mengurusi tanah wakaf tersebut dengan mendirikan yayasan. Beberapa kali pertemuan diadakan untuk mempersiapkan hal tersebut. Akhirnya disepakati bahwa yang bertindak sebagai Ketua Badan Pendiri adalah Drs. HAR. Partosentono (sebelum menjadi Profesor) dan yayasannya dinamakan Yayasan Islam Sabilussalam. Pembuatan Akta Yayasan dilakukan di Kantor Surojo Wongsowidjojo,SH Kebayoran Jakarta Selatan pada tahun 1981. Kegiatan yang pertama kali dilaksanakan oleh Yayasan adalah membuka Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal Sabilussalam untuk pagi hari dan Madrasah Diniyah Sabilussalam untuk siang sampai sore hari. Setelah itu didirikan Pesantren Luhur Sabilussalam yang para mahasantrinya adalah para mahasiswa. Para mahasantri yang ada sampai sekarang mayoritas berasal dari mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain mereka mendapatkan pelajaran tambahan, dengan mondok di Pesantren Luhur Sabilussalam tersebut, mereka juga mendapatkan tempat tinggal yang sewanya murah. 46 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Anak Pertama Lahir Saya dan isteri dikarunia anak pertama yang saya beri nama Himmawaty Aliyah, lahir pada tanggal 22 Februari 1982 bertepatan dengan tanggal 28 Rabi'ul Tsani 1402 H. Kelahiran Ima, begitu panggilannya, adalah di Klinik Gaplek Pamulang dengan bidan Bu Rosmana dan ditemani ibu saya Rasemi. Saya tidak dapat menunggunya karena pada waktu yang bersamaan saya harus menghadiri pertemuan Keluarga Mahasiswa Alumni Penerima Beasiswa Super Semar (KMAPBS) di Universitas Indonesia malam itu. Ketika saya kembali ke tempat persalinan, Ima sudah lahir. Pada waktu kelahiran Ima tersebut, saya dan Nyonya masih ngontrak di rumah Pak Pedo di Rempoa. Para keluarga banyak yang datang untuk mengucapkan selamat dan turut merasa senang dengan kelahiran anak pertama kami. Saya mengucapkan banyak terima kasih karena mereka berkenan datang untuk memberikan doa restu atas kelahiran anak kami. Pindah Rumah dari Kontrakan ke Kampung Utan
Mungkin Segalanya Mungkin | 47
Menikah, Berkeluarga, dan Lulus Doktor
Di antara hikmah yang saya dapat dari ikut mengurus Yayasan Islam Sabilussalam adalah pada tahun 1981, pemilik tanah wakaf (Mardjuki bin Opang) meminta saya agar membeli tanah yang berbatasan dengan tanah wakaf. Tentu saya sangat gembira karena pembeliannya tidak secara tunai melainkan angsuran. Saya tidak mungkin dapat membeli tanah secara tunai pada waktu itu. Ketika itu saya masih kuliah, punya isteri, kerja rutin saya di BPKM, dan lainnya adalah privat. Modal pertama pembelian tanah Kampung Utan berasal hasil penjualan mahar (maskawin) yang dimiliki Nyonya sebanyak 25 gram emas. Isteri saya Nilfa Yetty Tanjung dapat mengatur keuangan secara baik sehingga hasil yang saya dapatkan dapat diatur sedemikian rupa sehingga akhirnya dapat membuat rumah bedeng ukuran 3 X 10 Meter di tanah berbatasan dengan tanah Yayasan Islam Sabilussalam. Selain itu, isteri saya juga memiliki keterampilan memasak dan menjahit sehingga iapun memperoleh penghasilan. Isteri saya sejak 1 Maret 1981 bahkan sudah menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (Capeg PNS) dan pada 1 April 1982 telah menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan pangkat Pengatur Muda Tingkat I ( II-b) karena berijazah Sarjana Muda sedangkan saya masih swasta dan masih kuliah. Saya tadinya memang tidak berminat menjadi PNS. Saya lebih suka usaha swasta.
Tepat tanggal 17 Agustus 1982, saya, isteri, Ibu Mertua (Rohani Pasaribu), Ipar (Raihanum Tanjung), dan Himmawaty Aliyah (anak) yang baru berumur sekitar 6 bulan (lahir tanggal 22 Februari 1982) pindah dari rumah kontrakan di Rempoa ke Kampung Utan. Dukuh Kampung Utan ini termasuk Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang Provinsi Jawa Barat. 48 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Berdasarkan Undang-Undang no 23 tahun 2000 tanggal 4 Oktober 2000, daerah yang saya tempati ini berpindah nama provinsinya dari Jawa-Barat menjadi Provinsi Banten karena ada pemekaran Provinsi Jawa Barat menjadi 2 Provinsi yaitu Provinsi Jawa-Barat dan Provinsi Banten. Daerah yang saya tempati termasuk Provinsi Banten. Kampung Utan adalah dukuh yang berada di Kelurahan Cempaka Putih yang saat tulisan ini dibuat termasuk wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan Provinsi Banten. Pada tanggal 29 Oktober 2008, pembentukan Kota Tangerang Selatan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto, dengan tujuh kecamatan hasil pemekaran dari Kabupaten Tangerang. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008, Tangerang Selatan terdiri atas 7 (tujuh) kecamatan yaitu: 1) Serpong, 2) Serpong Utara, 3) Ciputat, 4) Ciputat Timur, 5) Pondok Aren. 6) Pamulang, dan 7) Setu. Dukuh yang saya tempati sampai tulisan ini saya buat adalah di RT 002 RW 09 Cempaka Putih Ciputat Timur Tangerang Selatan Provinsi Banten. Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah satu kelurahan dengan saya. Rumah saya ke kampus UIN jaraknya sekitar 2.5 sampai 3 KM melalui Jalan WR. Soepratman. Transportasi ke kampus dapat dilakukan dengan kendaraan pribadi (sepeda, sepeda motor, atau mobil) dan dengan kendaraan umum atau ojek sepeda motor. Sampai dengan tulisan ini dibuat, Kampung Utan ini sekarang sudah banyak perumahan antara lain Cleverton, The Groove, Country Woods, Graha Hijau, Harvest Residence, Greenwoods Townhouse, Paris Residence dan masih banyak lagi. Banyak Rumah Sakit dan Klinik, banyak toko apotek, banyak sekolah dan madrasah, banyak masjid dan musalla, banyak supermarket, banyak toko kelontong, banyak toko pakaian dan mainan, banyak ATM (Anjungan Tunai Mandiri), dan lain-lain sehingga tempat yang saya tempati sekarang dekat dengan banyak fasilitas yang mendukung yang berbeda pada awal-awal tahun 1981. Lulus Sarjana Muda Saya lulus Sarjana Muda pada tanggal 27 Juni 1979 setelah mempertahankan risalah yang berjudul ‘Antarah wa shajā’atuhu (Antarah dan Keberaniannya). Pembimbing penulisan risalah saya adalah Drs. Moh. Mansyur dan para Pengujinya adalah Drs. Soepardjo dan Drs. H. Hisyam Zaini. Setelah lama saya selesai sarjana muda di jurusan bahasa Arab Fakultas Tarbiyah dan kuliah di program pascasarjana, saya baru menyadari bahwa judul dan tema risalah sarjana muda yang saya tulis tersebut tidak terlalu sesuai keahlian yang dimaksudkan oleh jurusan tetapi cenderung sesuai dengan kefakultasan karena saya meninjaunya dari aspek pendidikan, bukan aspek sastranya. Diakui bahwa nama jurusan ketika itu adalah Jurusan Bahasa Arab dan bukan Jurusan atau Program Studi Pendidikan Bahasa Arab. Mungkin Segalanya Mungkin | 49
Menikah, Berkeluarga, dan Lulus Doktor
Oleh karena nama program studi yang ada di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Jakarta sekarang Pendidikan Bahasa Arab maka karya mahasiswa dalam bentuk skripsi harus diselaraskan dengan nama program studinya sehingga tujuan adanya program studi tersebut tercapai yaitu menghasilkan calon guru bahasa Arab atau dapat diperluas bahasa asing untuk sekolah/lembaga pendidikan tingkat menengah ke bawah. Anak Kedua Lahir Pada tanggal 28 Januari 1983 bertepatan dengan 14 Rabi'ul Tsani 1403 anak II yang saya beri nama Amalia Nikmah lahir. Kelahiran Amalia Nikmah tidak sempat dibawa ke rumah sakit atau ke rumah bidan karena sudah terlanjur lahir di rumah waktu subuh ketika saya sedang memompa untuk memperoleh air guna mengisi bak mandi. Rupanya Amalia Nikmah sangat cepat lahirnya sehingga dukun atau bidan tidak sempat menolongnya. Setelah Amalia Nikmah lahir, dukun kampung yang bernama Mak Haji Siah baru datang ke rumah untuk menolong lebih lanjut. Setelah selesai ditolong Mak Siah kemudian dilanjutkan oleh bidan Sri Sugiarti untuk merawatnya. Beberapa lama setelah lahir, Amalia Nikmah ini dibawa ke Sukolilo untuk diaqiqahkan di rumah Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi. Mbah Rakiyo ketika itu sudah sering sakit dan ketika seminggu kami kembali ke Jakarta Mbah Rakiyo sedo (wafat). Lulus Sarjana Lengkap Saya lulus Sarjana Lengkap tanggal 17 Maret 1983 setelah mempertahankan skripsi yang berjudul Dirāsah Tahlīlīyah li al-Kutub al-Arabīyah al-Manhajiyah alMusta’malah fi al-Madāris al-Thānawīyah al-Islāmīyah bi Ciputat (Kajian Kritis terhadap Textbook Bahasa Arab yang Digunakan di Madrasah Tsanawiyah Ciputat). Pembimbing penulisan skripsi saya adalah Drs. H. Hisyam Zaini dan Drs. Moh. Mansyur dan para Pengujinya adalah Drs. Muchsin Idham dan Drs. Kamardi AS. Judul dan tema skipsi ini sesuai dengan maksud jurusan Pendidikan Bahasa Arab, tidak seperti risalah sarjana muda saya yang isinya lebih cenderung ke aspek sastra dan pendidikan.
50 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Mbah Rakiyo Sedo Sekitar bulan Maret 1983 banyak peristiwa penting yang saya alami, setidaknya penyelesaian studi tingkat Sarjana, kelahiran anak kedua, dan Mbah Rakiyo sakit. Saya diberitahu keluarga bahwa Mbah Rakiyo sedang sakit. Saya dan Nyonya serta Amalia Nikmah yang masih bayi pulang ke Sukolilo untuk menjenguk Mbah Rakiyo yang sedang sakit dan sekaligus mengaqiqahkan Amalia Nikmah. Sampai di rumah, Mbah Rakiyo tampak sehat sehingga Mbah Rasemi bertanya kepada Mbah Rakiyo demikian “Apa Mbah Yo tidak jadi meninggal?” dengan menggunakan bahasa Jawa. Mbah Yo menjawab bahwa tidak jadi meninggal karena anakku sudah datang. Rupanya beberapa hari setelah kembali ke Jakarta, Mbah Rakiyo meninggal dunia. Keluarga Sukolilo tidak langsung memberitahu kami bahwa Mbah Rakiyo meninggal. Mereka memberitahukannya seminggu setelah Mbah Rakiyo dikubur. Setelah saya bertanya kepada keluarga tentang alasan tidak mengabarkannya karena saya dan keluarga baru saja pulang dari Sukolilo. Usia Mbah Rakiyo ketika itu diperkirakan sudah 103 tahun. Dosen Honorer di Lembaga Bahasa IAIN Jakarta Setelah saya lulus Sarjana Lengkap Jurusan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta, saya diberi kesempatan menjadi dosen honorer untuk pengajaran bahasa Arab di Lembaga Bahasa IAIN Jakarta. Ketika itu pengajaran semua bahasa dilaksanakan dan di bawah koordinasi Lembaga Bahasa. Buku wajib yang digunakan untuk pengajaran bahasa Arab pada waktu itu adalah al-Arabiyah bi alNamādhij dan ada lagi al-Muyassarah min al-Arabiyah bi al-Namādhij. Saya menjadi dosen honorer sekitar 3 sampai 4 tahun terhitung sejak September 1983 sampai dengan 1986. Terhitung mulai 1 Maret 1986 saya menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil dan terhitung mulai 1 Desember 1987 menjadi Pegawai Negeri Sipil dan Tenaga Edukatif/Tenaga Fungsional Dosen. Para dosen yang pernah mengajar saya di Jurusan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta baik tingkat bakalureus (sarjana muda) maupun doktoral antara lain Drs. Muchsin Idham, Prof. Salim Fachri, Drs. Ibrahim Abdul Halim, Prof. Widagdo, Prof. Harun Nasution, Drs. Soepardjo, Drs. D. Hidayat, Drs. Hisyam Zaini, Drs. Suparman Jayadireja. Drs. Moh. Mansyur, Drs. Chotibul Umam, Drs. Rofi’i, Drs. Kamardi AS, Drs. Ibrahim Gade, dan Drs. Moh. Matsna.
Mungkin Segalanya Mungkin | 51
Menikah, Berkeluarga, dan Lulus Doktor
Para karyawan Fakultas Tarbiyah dan IAIN Jakarta ketika saya kuliah di Fakultas ini antara lain A. Zaenuri, Ghufron Ihsan, Saini, Bu Sunarti, Pak Sukirno, Pak Djaafar, Pak Sunardi, Pak Sudarno, Naan, Dauji, Salam, Ardani, Bu Ani Bian, Mardawi, Mardias, dan Abdul Rojak. Saya merasa dekat dengan mereka karena saya sering mondar mandir ke kantor mengurus berbagai hal ketika menjadi Ketua Kelas di Jurusan Bahasa Arab. Kawan-kawan para mahasiswa yang satu kelas dengan saya ketika kuliah di Jurusan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta baik tingkat bakalureus (sarjana muda) maupun doktoral (Drs) antara lain Azyumardi Azra, Syamsuddin, Eeng (Nurlaila), Siti Khodijah, Sulastri, Siti Hana, Nur Rahmah, Sufrizal Rusli, dan Ahmad Dardiri. Selain itu, kawan-kawan lain seangkatan dan masih berdekatan angkatannya dengan saya ketika kuliah di IAIN Jakarta antara lain adalah Komaruddin Hidayat, Fachri Aly, Moh. Din Syamsuddin, Nilfa Yetty Tanjung (kemudian menjadi isteri), Antasa Suryana, Nandi Rahman, Khotimah, M. Ma’rifat Iman KH, Mundzir Suparta, Rusydi Zakaria, Nurlena, dan Pipip A. Arief. Menjadi PNS dan Bekerja di Sekretariat Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta Terhitung mulai 1 Maret 1986 saya diterima menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan ditugaskan di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Awalnya saya tidak berminat menjadi PNS tetapi suatu ketika saya dipanggil oleh dosen saya Pak Drs. Muchsin Idham, Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta. Saya ditanya tentang masa depan. Saya beritahukan bahwa saya adalah dosen honorer Lembaga Bahasa IAIN Jakarta dan bekerja di BPKM. Pak Muchsin lantas bertanya apa Anda tidak ada rencana menjadi PNS? Saya jawab, ya ada Pak, saya mau menjadi PNS tetapi saya mohon disekolahkan di Pascasarjana karena ingin melanjutkan ke S-2 bahkan S-3. Begitu jawab saya ketika ditanya Pak Muchsin Idham, Dekan saya. Oke kalau begitu, jawab Pak Muchsin singkat. Akhirnya saya mendaftar dan ikut ujian PNS dan dinyatakan lulus kemudian bekerja di Sekretariat Fakultas Tarbiyah yang dekannya adalah Pak Muchsin Idham dan Pembantu Dekan I nya adalah Pak Mas’ud Mada, M.A. Saya ditempatkan di bagian akademik menemai Pak Achmad Zaenuri. Ketika saya bekerja di sini saya majukan beberapa hal dan disetujui di antaranya adalah: 1) penataan arsip ujianujian, 2) penambahan kelas di jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Bahasa Arab sehingga perkuliahan sampai jam 18.00 tidak seperti biasanya perkuliahan hanya sampai jam 14.00, dan 3) Penjadualan kuliah yang mobile. Para dosen tetap di suatu kelas tetapi para mahasiswa yang mencari ruang dosen. Di antara manfaat dengan adanya kelas sampai menjelang maghrib adalah banyak para dosen IAIN Jakarta yang tidak lagi mengajar di perguruan tinggi lain. 52 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Saya memang berpikiran ketika itu agar kita mesti menciptakan gula di kampus sehingga kampus banyak yang mengerubutinya (demikian istilah yang pernah disampaikan oleh Prof. Dr. Azyumardi Azra). Dalam hal jadual, ketika menjadi CPNS saya pernah mendapat julukan dari para dosen Fakultas Tarbiyah bahwa saya adalah Profesor Jadual karena merombak tatanan jadual yang pernah ada puluhan tahun. Jadual kuliah saya buat sedemikian rupa yang intinya para dosen tidak berpindah tempat mengajarnya, tetapi para mahasiswalah yang berpindah tempat untuk menemukan ruang belajar dan dosennya. Saya berpendapat bahwa tempat perkuliahan yang dikhususkan pada jurusan tertentu kurang membantu para mahasiswa untuk berkomunikasi dengan mahasiswa lain di luar jurusannya. Selain itu, ada kesan bahwa seolah ruang yang ada yang dikhususkan pada jurusan tertentu adalah ruang milik jurusan tersebut padahal ruang tersebut adalah milik Fakultas dan bahkan milik Institut. Ketika itu saya justru menginginkan agar perkuliahan mata kuliah tertentu dapat diambil oleh mahasiswa dari jurusan dan Fakultas lain agar para mahasiswa dapat mengenal banyak mahasiswa dan dosen lain dalam satu Institut. Saya juga mengubah kebiasaan. Surat yang berisi jadual perkuliahan yang tadinya mencapai puluhan lembar saya ubah menjadi hanya 1 lembar. Saya menilai bahwa kebiasaan itu adalah buruk karena boros kertas dan boros pekerjaan. Ketika saya menjadi petugas, saya hanya menyerahkan 1 lembar kertas kepada setiap dosen yang berisi jadual lengkapnya. Kejadian yang demikian banyak komentar positif dari para dosen. Hal serupa saya lakukan juga ketika saya turut mengelola Sekolah Pascasarjana. Anak Ketiga Lahir Pada tanggal 29 Juni 1984 bertepatan dengan tanggal 29 Ramadan 1404 H anak ketiga yang saya beri nama Aufa Fitria lahir. Aufa lahir tepat di akhir bulan Ramadhan, yaitu menjelang malam Idul Fitri 1404 sekitar pukul 16.20 WIB di klinik IAIN Ciputat dengan bidan Rosmaini dan Sri Sugiarti. Kelahiran bayi Aufa Fitria ketika itu sangat lancar tetapi ari-arinya agak lama sehingga perlu pertolongan agak ekstra. Bu bidan Sri akhirnya dapat melakukannya secara baik untuk mengeluarkan ari-ari tersebut. Nyonya sempat bernazar memberi uang kepada anak yatim piatu jika ari-ari dapat lancar keluar secara baik. Alhamdulillah akhirnya semua Mungkin Segalanya Mungkin | 53
Menikah, Berkeluarga, dan Lulus Doktor
itu dapat terlaksana secara aman dan lancar. Masuk Fakultas Pascasarjana IAIN Jakarta Suasana ingin melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi pada tahun 1986 di IAIN Jakarta mulai terasa. Hal ini karena akan adanya ketentuan bahwa dosen minimal berpendidikan magister. Benar 9 tahun kemudian, ketentuan tersebut diundangkan dalam Undang-undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005, Pasal 46 ayat (2) yang menyatakan bahwa dosen harus memiliki kualifikasi minimal lulusan magister. Gaung bahwa seorang dosen wajib berpendidikan magister sudah terasa pada tahun 1986. Gaung itu begitu menggema dan akhirnya banyak kegiatan yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi termasuk IAIN Jakarta untuk mendukung kebijakan tersebut. Di banyak Fakultas di IAIN Jakarta pada waktu itu, dilaksanakan banyak kursus bahasa Arab dan Inggris bagi para dosen. Para dosen yang masih berpendidikan Sarjana (S-1) ada kewajiban untuk melanjutkan ke program magister. Oleh karena saya pada waktu masih sebagai calon dosen maka saya tidak diikutsertakan dalam kegiatan tersebut. Tanpa komentar apa-apa terhadap kegiatan itu saya langsung langganan koran berbahasa Inggris The Indonesia Times dan belajar bahasa Arab dari berbagai buku dan koran. Memang tidak mahir juga saya sampai sekarang tentang kedua bahasa asing tersebut. Pada suatu hari, Pak Muchsin Idham memanggil saya ke ruang dekan dan memberitahukan bahwa saya telah didaftarkan untuk mengikuti tes masuk Program Pascasarjana. Silakan penuhi persyaratan yang diperlukan, katanya. Sebetulnya saya memerlukan Anda di kantor ini (tanpa menyebut alasannya) tetapi ya sudahlah, ini adalah kesempatan Anda untuk melanjutkan studi. Begitu kata Pak Drs. Muchsin Idham ketika menyuruh saya melengkapi persyaratan ujian masuk program magister. Terima kasih banyak ya Pak, mengapa yang repot malah Bapak? Saya akui bahwa komunikasi saya dengan Pak Muchsin Idham sangat lancar sehingga kalau bicara pun bahasa yang saya gunakan seperti teman saja.
54 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Dengan sangat gembira saya langsung berupaya melengkapi persyaratan dan mengikuti tes masuk. Materi tes ketika itu adalah bahasa Arab dan bahasa Inggris. Lumayan juga tesnya karena menerjemahkan teks sebanyak kurang lebih masingmasing 5 halaman dan diperbolehkan membuka kamus dan karena itu maka para peserta diwajibkan membawa kamus. Pengawas ujian ketika itu adalah Wakil Rektor I H. Abd Rahman Partosentono. Saya berkomentar bahwa jika kita belajar bahasa Arab dan Inggris model begini mungkin kemampuan bahasa Arab dan Inggris kita hebat ya. Saya merasakan tes model begitu sangat mencerdaskan. Beberapa hari kemudian ada informasi bahwa saya dinyatakan lulus dalam ujian masuk program magister dan termasuk yang memperoleh beasiswa. Dekan Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta waktu itu adalah Prof. Dr. Harun Nasution. Surat kelulusan masuk pascasarjana ditandatangani Direktur Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam (Drs. H. Zaini Muchtarom, M.A.) tanggal 4 Agustus 1988. Waktu itu saya terdaftar dalam nomor urut ke-10 dari 34 peserta yang dinyatakan lulus dan menerima beasiswa, 17 orang ditempatkan di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan 17 orang lainnya ditempatkan di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Nama-nama yang diterima calon mahasiswa program magister dan ditempatkan di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta berdasarkan Surat Direktur Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam Direktorat Jenderal Departemen Agama RI Nomor E.III/PP.00.9/ED/AZ/26/88 tanggal 4 Agustus 1988/21 Zulhijjah 1408 adalah 1) Saifullah (IAIN Ar-Raniry Banda Aceh), 2) Helmi (IAIN Sultan Syarif Kasim Pekanbaru), 3) Pardi Syamsuddin (IAIN Sultan Syarif Kasim Pekanbaru), 4) Sudirman M (IAIN Sultan Syarif Kasim Pekanbaru), 5) Syahrin Harahap (IAIN Sumatera Utara, Medan), 6) Mungkin Segalanya Mungkin | 55
Menikah, Berkeluarga, dan Lulus Doktor
Isnawati Rais (IAIN Imam Bonjol Padang), 7) Abdurrachaman Qadir (IAIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi), 8) Asafri Jayabakri (IAIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi), 9) Muhammad Ichwan (IAIN Raden Intan Tanjungkarang Lampung), 10) Suwito (IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 11) Gufron Ihsan (IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 12) Nurrochman (IAIN Sunan Gunung Djati Bandung), 13) Zuhad (IAIN Walisongo Semarang), 14) M. Sa’ad IH (IAIN Sunan Ampel Surabaya), 15) Akh.Fauzi Aseri (IAIN Antasari Banjarmasin), 16) Muhammad Hasyim (IAIN Antasari Banjarmasin), dan 17) Moch. Qasim Mathar (IAIN Alauddin Ujungpandang). Ketika kuliah di Fakultas Pascasarjana, saya selalu dijadikan Ketua Kelas.Pada awal masuk kelas, kawan-kawan memilih saya untuk menjadi Ketua Kelas secara aklamasi. Saya menyanggupinya dan memberitahukan kepada kawankawan bahwa pilihan kawan-kawan sangat tepat karena saya mempunyai “kendaraan sederhana” sehingga diharapkan mudah melakukan komunikasi dan pembagian makalah jika akan seminar dan lain-lain. Isnawati Rais ketika itu sempat bergumam bahwa Suwito ini sok banget mentang-mentang punya kendaraan. Ketika kawan-kawan keluar kelas dan melihat bahwa saya berkendaraan sepeda akhirnya mereka berteriak keras-keras dan mengatakan: “Ohhhh itu kendaraan sederhana ya?” Gumam Isnawati Rais tersebut langsung diceritakan kepada saya dan kawankawan. Aku pikir kendaraan mobil atau apa yang hebat kata Isnawati Rais ketika ada istilah kendaraan sederhana yang saya sebut di kelas. Ternyata kendaraan sederhana itu adalah sepeda ya? Begitulah awal saya berkomunikasi dengankawankawan baru di program magister Fakultas Pascasarjana IAIN Jakarta awal September 1988 sehingga mulai terasa akrab. Lulus Sarjana Strata Dua (Magister) Saya dinyatakan lulus Program Magister dari Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 2 Agustus 1990. Ijazah kelulusan magister ditandatangani oleh Prof. Dr. Harun Nasution sebagai Dekan dan Drs. H. Ahmad Syadali sebagai Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Gelar yang tercantum dalam Ijazah dari kelulusan program ini adalah Magister Ilmu Agama Islam. Saya lulus program magister tanpa menulis/bebas tesis karena ketentuan yang diberlakukan ketika itu adalah para mahasiswa yang berasal dari Sarjana Lengkap dan memperoleh nilai rata-rata > 80 maka penyelesaian program magisternya bebas tesis. Nilai rata-rata semester yang saya peroleh ketika itu lebih dari 80. Saya diwisuda pada tanggal 31 Desember 1990 bersama para lulusan Sarjana Fakultas Tarbiyah, Fakultas Adab, Fakultas Ushuluddin, Fakultas Syari’ah, Fakultas Tarbiyah Pontianak, dan Fakultas Dakwah. Jumlah wisudawan ketika itu ada 168 orang. Para wisudawan dari Program Pascasarjana ada 30 orang terdiri atas 5 orang program doktor dan 25 orang program magister. Ketika saya diwisuda yang menjadi 56 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
pimpinan Fakultas Pascasarjana adalah Prof. Dr. Harun Nasution dan Dr. H. Moh. Ardani. Para wisudawan program doktor yang bersamaan dengan saya diwisuda tanggal 31 Desember 1990 adalah Muchtar Aziz, Rafi’i Nazory, Nashruddin Baidan, Zul Asyri, dan Jalaluddin. Para wisudawan program magisternya adalah Ahmad M. Sewang (Angkatan 1987), Isnawati Rais (Angkatan 1988), Asafri Jayabakri (Angkatan 1988), M. Sa’ad Ih (Angkatan 1988), Zuhad (Angkatan 1988), Syahrin (Angkatan 1988), Helmi Karim (Angkatan 1988), Muhammad Hasyim (Angkatan 1988), Suwito (Angkatan 1988), Moch. Qasim Mathar (Angkatan 1988), Ghufron Ihsan (Angkatan 1988), Nurrohman (Angkatan 1988), Akh. Fauzi Aseri (Angkatan 1988), Saifullah (Angkatan 1988), Muhammad Ichwan (Angkatan 1988), Abd. Karim Hafid (Angkatan 1988), Adrianus Khatib (Angkatan 1986), Alaiddin (Angkatan 1987), Abd. Majid (Angkatan 1988), Ahmadi Isa (Angkatan 1988), Ahmad Djuwaeni (Angkatan 1985), Muhammad Arfah (Angkatan 1988), Tutur Chundari (Angkatan 1983), Chairun Nisa (Angkatan 1988), dan Rasyidah HA (Angkatan 1988). Berdasarkan nama-nama tersebut, kawan-kawan saya yang pernah saya tulis sebelumnya yang lulus magister dan diwisuda tanggal 31 Desember 1990 adalah sebanyak 15 orang yang dari 17 orang. Dua orang yang tidak diwisuda pada waktu itu adalah Pardi Syamsuddin (IAIN Sultan Syarif Kasim Pekanbaru) dan Abdurrachaman Qadir (IAIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi). Penyelesaian program magister para mahasiswa pada masa Prof. Harun Nasution umumnya adalah 2 tahun. Prof. Harun Nasution sangat aktif memantau para mahasiswa sehingga mereka dapat selesai tepat waktu. Memang ada yang tidak dapat menyelesaikan program magister pada waktu 2 tahun tetapi itu sangat sedikit. Anak Keempat Lahir Pada tanggal 17 Juni 1992 bertepatan dengan tanggal 16 Dzulhijjah 1412 H anak keempat yang saya beri nama Aqbas Udhiya lahir di rumah bidan Sri Sugiarti. Kelahiran Aqbas tersebut saya baru pulang dari mengajar di Fakultas Tarbiyah Kampus Kramat Raya Jakarta Pusat. Aqbas lahir sekitar pukul 19.00 waktu Isya’. Saya sempat menyertai kelahiran anak keempat yang berjenis kelamin lelaki ini. Dari mulai terasa sampai lahir yang sesungguhnya, Nyonya sempat menunggu sampai kurang lebih 1 bulan. Sebulan sebelum kelahiran Aqbas, Mungkin Segalanya Mungkin | 57
Menikah, Berkeluarga, dan Lulus Doktor
Nyonya sempat merasakan adanya tanda kelahiran. Hal itu terjadi karena Nyonya sempat tertawa terbahak-bahak menyaksikan acara yang sangat lucu di televise dan karenanya ada air yang keluar yang disangkanya bayi akan lahir. Setelah sempat menginap di rumah bidan Sri selama 1 malam akhirnya Nyonya disuruh pulang ke rumah dan satu bulan kemudian bayi Aqbas Udhiya lahir secara normal, alhamdulillah. Semua anak yang dilahirkan Nyonya dari anak ke-1 sampai dengan anak ke-4 adalah secara normal, tidak ada yang melalui caesar. Menjadi Mahasiswa Pendengar (Mustami’) Setelah saya selesai perkuliahan formal tingkat doktoral di Fakultas Pascasarjana IAIN Jakarta tahun 1991 dan tinggal menulis disertasi, saya mendaftar kuliah lagi sebagai mahasiswa pendengar (mustami’). Saya menghadap Prof. Harun Nasution untuk mendaftar sebagai mahasiswa pendengar (mustami’). Pak Harun kemudian menjelaskan persyaratannya termasuk besar biaya yang harus dibayarkan. Setelah saya memahami ketentuan yang berlaku maka saya penuhi ketentuan tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, saya setiap semester; mulai semester awal sampai dengan selesai studi doktor, mendaftar menjadi mahasiswa pendengar untuk mata kuliah yang diampu Prof. Harun Nasution, yaitu mata kuliah Sejarah dan Peradaban Islam, Sejarah Pemikiran dalam Islam, dan Perkembangan Modern dalam Islam. Saya juga ikut kuliah sebagai mahasiswa pendengar untuk mata kuliah Sejarah Sosial Pendidikan Islam dan Sejarah Sosial Intelektual Islam Indonesia yang diampu Prof. Dr. Azyumardi Azra. Saya juga ikut kuliah dengan Prof. Dr. Moh. Din Syamsuddin dalam bidang Perkembangan Modern Islam di Iran. Saya pun ikut sebagai mahasiswa pendengar dalam mata kuliah Sejarah Sosial Hukum Islam yang diampu Prof. Dr. H. M. Atho Mudzhar. Dalam bidang Negara dan Pemerintahan dalam Islam saya ikut kuliah dengan Prof. Dr. Munawir Syadzali. Mata kuliah Pranata Sosial (Studi Naskah Fiqh) saya pelajari dengan Prof. Huzaemah T. Yanggo. Selain itu saya juga ikut kuliah dengan Prof. Dr. Johan Hendrik Meuleman dalam bidang Perkembangan Pemikiran Islam (M. Arkun). Setiap semester paling banyak saya hanya mengambil 2 maka kuliah. Saya minimal harus hadir 2 kali dalam seminggu jika 2 mata kuliah tersebut belajarnya berbeda hari. Selain memperoleh ilmu, melalui cara yang demikian saya tidak terputus hubungan dengan kampus walau secara resmi mata kuliah formal saya sudah selesai. Suatu hari saya dipanggil Pak Harun Nasution untuk menghadap. Ketika sowan, saya diberitahu bahwa khusus untuk mata kuliah Pak Harun, saya tidak dikenakan lagi membayar uang kuliah jika saya menjadi mahasiswa mustami’ karena sudah beberapa kali saya terlihat ikut kuliah dan membayar. Saya menyampaikan banyak terima kasih kepadanya atas kebijakan tersebut. Setelah saya 58 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
selesai ujian promosi doktor tanggal 28 November1995, saya langsung diminta Pak Harun Nasution sebagai asistennya untuk mengajar di Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta kemudian untuk mengajar di Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sampai dengan akhir 1995 saya tidak lagi menjadi mahasiswa pendengar. Sulit dan Mahalnya Mendapatkan Referensi Disertasi Saya termasuk agak lama megajukan proposal disertasi karena saya mungkin agak perfectionist terutama masalah referensi. Ketika saya menyampaikan proposal kepada Prof. Dr. Harun Nasution tentang Ibnu Miskawaih langsung saat itu juga ia setujui setelah dibaca sepintas. Acc dan langsung kerjakan Bab berikutnya, begitu tulis Pak Harun dalam proposal tersebut. Saya sempat terbengong-bengong karena biasanya pengajuan proposal dan pembimbing tidak seperti itu melainkan ada hal-hal lain yang dilakukan misalnya harus diuji atau dibahas dengan dosen lain. Lho Pak, tentang Pembimbingnya bagaimana? Ya saya Pembimbingnya. Ya Pak terima kasih banyak jawabku. Setelah berhenti beberapa saat kemudian saya bertanya lagi, Pembimbing Keduanya siapa Pak? Kalau tentang itu Mastuhu saja ya (maksudnya Prof. Dr. Mastuhu, M.Ed). Baik pak, terima kasih banyak ya Pak, kemudian saya pamit. Sebelum saya menyusun proposal, saya banyak berdiskusi dengan Prof. Harun Nasution dan akhirnya dia menyetujui saya menulis tentang Ibnu Miskawaih. Saya tidak pandai menelusuri cara mendapatkan referensi. Setelah saya berhari-hari tekun membongkar-bongkar buku di perpustakaan akhirnya saya mendapatnya beberapa buku yang cenderung dapat dimanfaatkan untuk memperoleh banyak referensi. Saya tulis baik-baik yang berkaitan dengan penulisan saya. Maklum karena sejak kuliah di Program Pascasarjana saya tidak pernah memperoleh orientasi studi yang mengajarkan cara-cara mendapatkan referensi. Para dosen sering juga tidak memberitahukan cara-cara memperoleh referensi yang bagus dan berkualitas. Seingat saya, para dosen yang mengajar saya ketika itu tidak mengingatkan secara khusus tentang manfaat jurnal. Saya duga mereka memiliki pemahaman bahwa para mahasiswa sudah mengetahui tentang itu semua sehingga hal yang kecil tersebut tidak diberi tahu. Setelah saya berhasil mendapatkan banyak nama-nama referensi kemudian saya menelusuri berbagai buku dan jurnal yang ada di Perpustakaan Utama IAIN Mungkin Segalanya Mungkin | 59
Menikah, Berkeluarga, dan Lulus Doktor
Jakarta, Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Ma’had (LIPIA), Perpustakaan LIPI, dan bahkan di perpustakaan beberapa perguruan tinggi lain di Jakarta. Saya sempat ke tempat kawan saya Nur Salim Basri di Kulon Progo Yogyakarta dan saya ajak ke banyak toko buku dan Perpustakaan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Banyak buku dan jurnal yang difoto copy untuk kepentingan disertasi ini. Bahkan saya juga sudah berkirim surat kepada kawan-kawan yang ada di Timur Tengah dan Kanada. Sudarnoto Abdul Hakim adalah orang yang sangat berjasa dalam ini. Sudarnoto turut serta saya sibukkan gara-gara referensi yang saya maksud. Saya juga mengharap kepada Sudarnoto agar menambah hal lain yang relevan. Benar, akhirnya pada tanggal 15 Juni 1992 paket buku 1 kardus besar berisi foto copy 25 buku berbahasa Inggris dan Arab dari Kanada saya terima. Prof. Dr. Moh. Din Syamsuddin dalam hal ini juga sangat berjasa karena sebelumnya dia-lah yang memberitahukan keberadaan Sudarnoto di Kanada yang kemungkinan besar dapat membantu untuk mendapatkan referensi dimaksud. Berkat buku-buku inilah akhirnya saya dapat membuat proposal seperti yang saya inginkan sekaligus disertasinya. Setelah 2 hari buku paket dari Sudarnoto saya terima, anak saya yang ke 4, Aqbas Udhiya lahir. Alhamdulillah, semua nikmat telah aku dan keluarga terima. Setelah saya cek kuitansi yang ada dalam kardus tersebut saya dapatkan bahwa biaya foto copynya sangat mahal tetapi lebih mahal lagi ongkos kirimnya. Sebelumnya Sudarnoto sudah bilang bahwa begitu kenyataannya, tetapi saya sangat senang atas semuanya itu. Biaya yang dikeluarkan Sudarnoto untuk semua itu diberikan kepada isteri Sudarnoto (Nur Aina Silin). Terima kasih banyak ya Not dan Nur, panggilan khususku kepada mereka. Sebelum minta tolong kepada Sudarnoto, saya dan Nyonya telah pergi ke berbagai biro jasa penerbangan internasional untuk menanyakan segala sesuatu tentang kepergian ke Kanada. karena saya ingin ke Kanada atau ke Timur Tengah untuk membeli buku-buku atau lainnya yang saya perlukan. Akan tetapi setelah dijelaskan oleh petugas penerbangan, saya dan Nyonya akhirnya mengetahui bahwa dana yang diperlukan sangat mahal dan kami tidak mungkin membiayainya. Suatu hari saya bertemu dengan Pak Harun Nasution dan ia menagih proposal. Sudahlah kerjakan saja dengan referensi yang ada, saya kira sudah cukup. Saya ingin ke Kanada atau ke Timur Tengah Pak, kataku kepada Pak Harun. Selesaikan saja disertasinya, nanti juga pasti akan ke sana, jawab Pak Harun Nasution. Benar juga kata Prof. Harun Nasution karena pada tahun 1999 saya ke Timur Tengah dan pada tahun 2004 ke Kanada dan diikuti tahun-tahun berikutnya. Terima kasih banyak atas restu Prof. Harun. Oleh karena disertasi dirasa lama selesai, Nyonya juga sempat jengkel kepada saya karena disertasi tidak juga saya kerjakan. Nyonya sempat marah ketika saya beri uang hasil kerja di Fakultas Tarbiyah UMJ. “Saya tidak perlu uang”, 60 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
bentaknya. Kapan disertasi diselesaikan? Saya hanya tersenyum saja. Aku pikir uangnya tidak diterima tetapi alhamdulillah juga karena tetap diterima, disimpan, dan dimanfaatkan. Peristiwa konflik UMJ tahun 1992 yang mengakibatkan saya dan kawankawan Pimpinan Fakultas Tarbiyah, Syari’ah, dan Ushuluddin UMJ dinon-aktifkan ternyata membawa nikmat terutama buat saya. Rupanya gayung bersambut. Dapat teguran Prof Harun Nasution dan bentakan Nyonya, kemudian non-aktif dari Kramat Raya sehingga bisa tekun menulis disertasi. Setidaknya 1 tahun saya dapat berkonsentrasi menekuni penulisan disertasi. Setelah kiriman paket buku dari Sudarnoto secara sepintas saya baca maka saya berhasil menyusun proposal yang saya anggap sesuai dengan yang maksudkan, sehingga Pak Harun Nasution sangat cepat menyetujuinya sebagaimana yang sudah saya jelaskan di atas. Pembimbingan dengan Pak Harun Nasution seingat saya hanya memerlukan waktu 4 ampai 6 bulan dan sudah memperoleh persetujuan berupa tanda tangan. Akan tetapi pembimbingan dengan Prof. Mastuhu sampai lama dan baru disetujui pada tanggal 7 Juli 1995/9 Shafar 1416 H bertepatan dengan pelaksanaan Muktamar Muhammadiyah ke 43 di Banda Aceh. Ketika itu sebetulnya saya akan berangkat ke Aceh tetapi karena sudah terlanjur janji dengan Pak Mastuhu untuk membahas disertasi maka keberangkatan ke Aceh saya batalkan. Prof. Mastuhu juga pernah ditegur oleh Prof. Harun Nasution lantaran disertasi saya sudah lama disetujui tetapi Prof. Mastuhu belum juga menyetujui. Oleh karena lama menanti persetujuan dari Prof. Mastuhu, saya sempat mengikuti acara pelatihan penelitian dan bahkan menghasilkan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kemampuan Berbahasa Arab terhadap Kemampuan Memahami Mata Pelajaran Quran-Hadits Siswa Kelas III MTsN Kota Madya Malang Jawa-Timur”. Pelatihan dan penelitian tersebut dibiayai dengan dana Proyek Penelitian Keagamaan Badan Litbang Agama Departemen Agama RI tahun 1994. Berbagai peristiwa di atas mengingatkan kepada film yang pernah saya tonton di televisi tentang Sengsara Membawa Nikmat karya Tulis Sutan Sati, seorang sastrawan angkatan Balai Pustaka. Dengan latar belakang adat budaya Minangkabau, film tersebut berkisah tentang pengembaraan seorang yang bernama Midun. Lulus Sarjana Strata Tiga (Doktor) Saya dinyatakan lulus Program Doktor ke 98 dari Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 28 November 1995. Ijazah kelulusan program doktor ini ditandatangani oleh Prof. Dr. Harun Nasution sebagai Direktur dan Prof. Dr. M. Quraish Shihab sebagai Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya lulus program doktor setelah mempertahankan disertasi berjudul “Konsep Pendidikan Akhlaq Menurut Ibn Miskawaih” dalam ujian promosi doktor pada tanggal 28 November 1995. Pembimbing penulisan disertasi saya adalah Prof. Mungkin Segalanya Mungkin | 61
Menikah, Berkeluarga, dan Lulus Doktor
Dr. Harun Nasution dan Prof. Dr. Mastuhu, M.Ed. Para penguji disertasi adalah Prof. Dr. H. Zakiyah Daradjat, Dr. Hadjid Harnawidagda, M.Pd dan Dr. Abd. Kader al-Habsji. Pimpinan sidang ujian promosi doktor pada waktu itu adalah Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. M. Quraish Shihab, M.A. Saya diwisuda pada tanggal 16 Maret 1996 bersama para lulusan Sarjana Fakultas Tarbiyah, Fakultas Adab, Fakultas Ushuluddin, Fakultas Syari’ah, Fakultas Dakwah, dan Tarbiyah Pontianak. Jumlah wisudawan ketika itu ada 381 orang. Para wisudawan dari Program Pascasarjana ada 30 orang terdiri atas 8 orang program doktor, 2 orang program doktor bebas terkendali, dan 20 orang program magister. Ketika saya diwisuda yang menjadi pimpinan Program Pascasarjana adalah Prof. Dr. Harun Nasution dan Prof. Dr. Abdul Aziz Dahlan. Para wisudawan program doktor yang bersamaan dengan saya diwisuda tanggal 16 Maret 1996 adalah Abdullah Salim (Angkatan 1989), Hasan Zaini (Angkatan 1993), Andi Sarjan (Angkatan 1991), Ilhamudin (Angkatan 1992), Suwito (Angkatan 1990), Zainun Kamal (Angkatan 1989), Aflatun Mukhtar (Angkatan 1989), Alaiddin (Angkatan 1990), Abd. Rahman Getteng Program Bebas), dan A. Faruq Nasution (Program Bebas). Saya sangat bersyukur karena dalam menyelesaikan studi program doktor masih dalam waktu yang dialokasikan. Ketika itu ketentuan masa studi program doktor adalah 6 tahun. Walaupun tidak terlalu cepat tetapi penyelesaian studi saya tempuh dalam waktu kurang lebih 5 tahun, yaitu sejak September 1990 sampai dengan 28 November 1995. Menjadi Asisten Direktur II Pada tahun 1995 sekitar bulan November saya dipanggil oleh Pak Drs. Muslim Tumanggor, sekretaris Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk menghadap Pak Direktur Prof. Dr. Harun Nasution. Pak Harun, begitu 62 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
saya memanggilnya meminta kepada saya membantu beliau menjadi Asisten Direktur. Saya kaget bukan kepalang waktu itu karena saya merasa tidak mempunyai keistimewaan. Dengan alasan apa pun, Pak Harun tidak menerima penolakan dari saya. Saya sempat mengatakan kepada beliau “lho Pak, saya kan belum doktor?”. Pak Harun lantas menunjukkan white board yang berisi tulisan jadual ujian promosi doktor atas nama Suwito. Akhirnya saya terdiam sejenak kemudian menyatakan insya Allah semampu saya ya Pak. Pak Harun memberi tahu bahwa saya nanti ditempatkan sebagai Asisten Direktur II bidang administrasi. Terus terang saya memberitahukan bahwa keahlian saya bukan bidang itu Pak. Pak Harun tetap meminta kesediaan saya. Yang penting bantu saya, katanya. Tentang tugas-tugas nanti saya yang mengatur, begitu lanjut Pak Harun. Akan tetapi secara resmi sebagai Asisten Direktur II terhitung 1 April 1997. Hal ini didasarkan atas Surat Keputusan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Prof. Dr. M. Quraish Shihab, M.A.) tanggal 31 Maret 1997. Dalam SK Rektor yang bernomor 18 Tahun 1997 tersebut saya menjabat sebagai Asisten Direktur II yang tadinya ditempati Dr. A. Wahib Mu’thi dan Prof. Dr. Abdul Aziz Dahlan yang tadinya sebagai Asisten Direktur I digantikan Dr. A. Wahib Mu’thi. Ketika itu Prof. Dr. Abdul Aziz Dahlan bertugas sebagai Rektor IAIN Imam Bonjol Padang Sumatera Barat. Ketika saya diberikan jabatan Asisten Direktur II Program Pascasarjana ini pangkat/golongan saya adalah Penata Tk.I (III/d)/Lektor Madya. Di antara peninggalan saya yang masih terlihat sampai saat tulisan ini dibuat, ketika membantu Pak Harun menjadi Asdir di Program Pascarjana adalah Buku Panduan Akademik, Tempat Duduk Bersegi Enam di Taman Kampus yang laik ditempati 18 orang, dan Kantor Sekretariat di Lantai 3. Hal-hal rutin lain yang saya kerjakan ketika itu adalah urusan beasiswa mahasiswa program magister dan doktor, penjadualan ujian-ujian, pelaksanaan ujian-ujian, dan berbagai urusan administrasi lain dan bahkan akademik. Saya bertugas menjadi Asisten Direktur II Fakultas Pascasarjana IAIN Jakarta sampai dengan 1999. Hilang Logat Jawanya? Sejak Desember 1980 sampai dengan saat tulisan ini dibuat kurang lebih 36 tahun, saya adalah suami Nilfa Yetty Tanjung yang berasal dari Sibolga Tapanuli Tengah Sumatera Utara. Kemungkinan pengaruh isteri terhadap saya cukup banyak sejak dari makanan, sikap dan logat bicara. Hal ini saya ketahui sejak lebih dari 10 tahun yang lalu, saya sering mendapat komentar dan pertanyaan dari orang tentang asal kelahiran saya. Saya memang sering menjawab bahwa saya tidak mengetahui di mana saya dilahirkan. Pernyataan mereka sering juga saya balik, apa Bapak/Ibu/Saudara mengetahui di mana Anda dilahirkan? Bagaimana saya tahu tempat saya dilahirkan karena ketika itu saya belum memiliki kesadaran tentang itu. Ketika saya tidak menjawab pertanyaannya, mereka kemudian menerka: Bapak dari Mungkin Segalanya Mungkin | 63
Menikah, Berkeluarga, dan Lulus Doktor
Sumatera ya? Bapak dari Batak ya? Lho tapi nama Bapak kok Jawa karena ada “o” nya. Saya sering menjawab: ya saya dari Sumatera atau ya saya dari Batak, kemudian saya tambah dengan kata “isteriku” yang dari Sumatera. Isteriku yang dari Batak Tapanuli Tengah. Kadang saya juga menjawab bahwa asal usul saya adalah sama dengan Bapak/Ibu/Saudara yaitu dari “tanah” ketika saya ditanya tentang asal usul saya. Mereka sering terheran-heran dengan jawaban saya itu. Lho kok Bapak menjawab begitu? Tanya mereka. Saya kemudian bertanya: jawaban apa yang Bapak/Ibu/Saudara inginkan dari saya? Bapak/Ibu/Saudara tadi kan bertanya tentang asal usul saya bukan? Iya katanya. Kalau begitu jawaban saya tidak salah dong? Setelah merenung beberapa saat kemudian mereka memahami bahwa jawaban saya tadi tidak ada kesalahan. Iya-iya Pak katanya sambil mangkel mungkin. Setelah itu terjadi dialog beberapa saat sambil kemudian saya menjawab pertanyaan mereka dengan penjelasan yang sesuai keinginan mereka. Akhirnya suasana perkenalan menjadi tambah akrab. Nyonya Pensiun Nyonya saya (Nilfa Yetty Tanjung) pensiun dari pegawai di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta mulai tanggal 1 November 2012 dengan masa kerja pensiun 31 tahun 8 bulan, dengan pangkat dan golongan ruang IV/a. Surat Keputusan pensiun Nonya diterbitkan oleh Kepala Kantor Regional V Badan Kepegawaian Negara Jakarta Nomor 00193/KEP/FT/13018/12 tertanggal 2 Agustus 2012. SK ini ditandatangani Kepala Bidang Informasi Kepegawaian (Endang Kosasih, SH, M.Si) atas nama Kepala Kantor Regional V Badan Kepegawaian Negara. Nyonya bekerja sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil terhitung 1 Maret 1981 dengan golongan dan ruang II/b dan setelah tingkat pendidikannya Sarjana Lengkap terhitung 20 Februari 1990 maka terjadi penyesuaian. Selama bekerja di kantor, Nyonya bertugas di Bagian Akademik terutama menangani Ijazah. Nyonya pernah mutasi di Fakultas Dakwah, Fakultas Syari’ah, dan terakhir di Pusat Bahasa. Oleh karena mulai 28 Agustus 2000 saya menjadi Pembantu Rektor I Bidang Akademik maka Nyonya tidak diperkenankan lagi di bagian akademik. Menurut banyak cerita, orang yang pensiun biasanya kaget sehingga menyebabkan kurang sehat. Nyonya juga mengalami hal yang sama. Setidaknya ada 10 hari Nyonya kurang sehat setelah beberapa hari pensiun. Tadinya Nyonya yakin tidak akan mengalami hal serupa tetapi kenyataannya terkena juga kekagetan tersebut sehingga mengalami sakit. Setiap sakit, Nyonya tidak pernah mau minum obat. Ia tidak percaya dengan obat dan dokter walau terkadang minta diperiksa. Setelah diberi tahu oleh dokter tentang penyakitnya, Nyonya terkadang percaya dan terkadang juga tidak percaya terhadap nasihat tersebut. Nyonya selalu berpesan 64 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
kepada dokter agar tidak usah memberi obat kepadanya. Lantas dokter bertanya kepada Nyonya: apa obat ibu untuk menyembuhkan penyakit ibu? Nyonya selalu menjawab: obatnya adalah banyak minum air bening, makan diatur, dzikir, banyak shalat, dan ngaji. Itu saja bagi saya sudah cukup. Selama pensiun, pekerjaan Nyonya ternyata lebih banyak dan lebih rutin dibanding bekerja di kantor. Di antara pekerjaan Nyonya selama pensiun yaitu sebagai MC (momong cucu), mencuci, memasak, membersihkan dan merapikan halaman dan bagian dalam rumah tangga, memotong rumput, menyapu, mengepel, mengawasi tukang jika sedang ada yang dikerjakan, membantu tukang cuci dan memperhatikan kehidupan rumah tangga para anak dan cucu walaupun mereka tidak tinggal serumah. Semua hal tersebut bagi Nyonya bermanfaat juga untuk olah raga fisik dan psikis. Jika dihitung, berapa kilometer jalan setiap hari mondar mandir di dan ke dalam rumah, kamar, halaman, dapur, dan lainnya. Saya saja melihatnya sudah pusing apalagi melaksanakannya. Terima kasih banyak atas segalanya ya Bu-e, begitu panggilanku kepada Nyonya. Himmawaty Aliyah (anak 1) yang rumahnya paling dekat dengan rumah saya, sangat banyak membantu kebersihan dan kerapihan rumah yang ia lakukan sebelum dan setelah pulang kerja. SWT yang Bukan Subhānahu wa Ta’ālā SWT atau swt yang sering saya tulis mulai tahun 1990 an dalam banyak kesempatan pada berbagai tulisan bukanlah dimaksudkan untuk kepanjangan atau akronim dari Subhānahu wa Ta’ālā untuk sebutan Allah SWT, melainkan kepanjangan dari SUWITO. Kadang saya tambahkan nomenklatur khusus dengan AMALSWT atau amalswt yang berarti di antaranya adalah sebagai usaha saya (Suwito) sehingga SWT pada dasarnya hanya merupakan akronim nama SuWiTo. Saya akui bahwa saya ingin memiliki banyak teman di berbagai tempat di dunia ini. Oleh karena itu kawan-kawan yang nomor kontaknya ada pada saya maka, setidaknya 1 kali saya SMS dalam setahun. Mungkin untuk menyampaikan ucapan selamat tahun baru Islam 1 Muharram, Tahun baru Masehi, Idul Fitri, Idul Adha, atau hari-hari khusus atau peristiwa tertentu lainnya. Sering kali juga saya lupa orangnya bila bertemu padahal agak sering saya SMS. Lucu juga karena banyak kawan yang bertemu kemudian menyampaikan ucapan terima kasih dan bertegur sapa berkepanjangan padahal yang sebenarnya saya lupa akan dirinya. Dalam kasus yang demikian saya sering bertanya ulang identitasnya tetapi kadang juga sok tahu sehingga saya tidak bertanya apa-apa tentang identitasnya. Tentu yang terakhir ini kurang baik bagi kelanjutan silaturrahmi. Saya sangat sering mendapat omelan (marah) dari orang yang juga saya lupa identitasnya gara-gara saya menggunakan SWT atau swt dalam pesan singkat saya. Di antara omelan yang saya terima adalah “Tuhan kok menyampaikan ucapan selamat”, “Bagaimana Tuhan bisa bercanda”, dan lainnya. Tentu saya tidak balas Mungkin Segalanya Mungkin | 65
Menikah, Berkeluarga, dan Lulus Doktor
jika ada jawaban yang seperti itu terhadap pesat singkat saya, kecuali kalau disampaikan dalam kalimat canda maka tentu saya jawab. Tidak jarang juga kawan-kawan banyak yang sudah mengetahui inisial tersebut sehingga jawabannya luar biasa dengan sebutan sangat elit misalnya Ya Ustadz, Ya Prof, Ya Bapak, Ya Pak tetapi belum pernah ada yang menyebut ya Tuhan, ya Allah kepada saya. Jika ada kesempatan longgar malah terjadi dialog yang lama gara-gara persoalan pemahaman kata: “Ya Prof selamat ulang tahun UIN ya semoga UIN Jakarta tambah maju” ketika saya menyampaikan selamat ulang tahun UIN Jakarta tanggal 20 Mei. Oleh karena ia alumni UIN Jakarta maka saya ingatkan agar jangan mendoakan UIN Jakarta maju ya karena “kasihan nanti orang yang akan pergi ke Jakarta dari arah Ciputat dan sebaliknya orang yang akan ke Ciputat dari arah Jakarta” karena jalan Ir. H. Juanda depan UIN sudah sempit. Kalau UIN “maju” maka jalan Ir. Juanda bisa tertutup oleh bangunan UIN, jawabku. Terkadang ada yang bertegur sapa kepada saya: Bagaimana kabar Bapak Suwito? Tanya seseorang. Maaf ya, Bapak saya sudah meninggal tahun 1983 sehingga saya tidak mengetahui kabarnya. Semoga ia dalam haribaan Allah SWT. Amin. Lho kok begitu Pak jawabannya? Mau Anda saya harus menjawab apa? Anda tadi kan bertanya tentang kabar Bapak saya bukan? Ohh begitu ya Pak, ya ya ya betul Pak. Tentu beda jawaban saya jika pertanyaan Anda: Bagaimana kabar Pak Suwito? Dan seterusnya masih banyak hal yang bisa didiskusikan. Itulah pentingnya berpikir dan terus berpikir. Anak, Menantu, dan Cucu Saya dan Nilfa Yetty Tanjung sampai dengan tulisan ini dibuat dikarunia 3 anak putri, 1 anak putra, serta 3 menantu, dan 4 cucu. Anak yang pertama adalah Himmawaty Aliyah, lahir di Jakarta tanggal 22 Februari 1982, anak yang kedua Amalia Nikmah lahir di Jakarta tanggal 28 Januari 1983, anak yang ketiga adalah Aufa Fitria lahir di Jakarta 29 Juni 1984, dan anak yang keempat adalah Aqbas Udhiya lahir di Jakarta tanggal 17 Juni 1992.
66 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Himmawaty Aliyah adalah Sarjana Komputer dari Universitas Gunadharma Depok. Amalia Nikmah adalah Magister Ilmu Hukum dari Universitas Brawijaya Malang setelah sebelumnya lulus Sarjana Syariah dan Hukum Universitas Muhammadiyah Malang. Aufa Fitria adalah Sarjana Aqidah dan Filsafat Universitas al-Azhar Kairo setelah beberapa semester kuliah di Program Studi Tarjamah di Fakultas Adab IAIN Jakarta (sekarang UIN Jakarta). Aqbas Udhiya berada di Jerman selama 4 tahun dan kuliah di Bachelor Wirtschaftsingenieurwesen (Sarjana Jurusan Teknik Industri) di Hochschule für Technik und Wirtschaft (HTW) Dresden dan kursus bahasa Inggris di English First. Para menantu adalah 1) Budi Hartono, S.Kom, 2) Luqman Hakim, SH, 3) Dr. Kristiyanto. Budi Hartono kelahiran Betawi adalah suami Himmawaty Aliyah. Luqman Hakim, SH kelahiran Gresik Jawa Timur adalah suami Amalia Nikmah. Kristiyanto kelahiran Mijen Demak Jawa Tengah adalah suami Aufa Fitria. Budi Hartono dan Himmawaty Aliyah memiliki seorang anak putri bernama Auna Layaly (lahir di Jakarta 25 April 2009) dan sekarang sekolah di SDN Cempaka Putih 02 Ciputat. Luqman Hakim dan Amalia Nikmah memiliki seorang anak laki-laki bernama Raden Malik Syahid (lahir di Malang 11 Juli 2009) dan seorang anak perempuan bernama Azalia Najwa Hakim (lahir di Malang 20 Mei 2013). Raden Malik Syahid sekarang sekolah di SD Insan Amanah Kota Malang dan Azalia Najwa Hakim sekarang sekolah TK Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA) 2 Kabupaten Malang. Kristiyanto dan Aufa Fitria memiliki seorang anak perempuan bernama Nawal Albina (lahir di Jakarta 21 Agustus 2012) dan sekarang belajar mengaji di Masjid Aulia Rengas Ciputat Timur Tangerang Selatan. Keluarga Budi Hartono dan Himmawaty Aliyah bertempat tinggal di Gang Bacang Kampung Utan Ciputat Timur Tangerang Selatan. Keluarga Luqman Hakim dan Amalia Nikmah bertempat tinggal di Villa Bukit Sengkaling Dau Landungsari Kabupaten Malang. Keluarga Kristiyanto dan Aufa Fitria bertempat tinggal di Jalan H. Isa Desa Rengas Ciputat Timur Tangerang Selatan, dan Aqbas Udhiya masih bertempat tinggal bersama orang tua di Gang Bacang Kampung Utan.
Mungkin Segalanya Mungkin | 67
Menikah, Berkeluarga, dan Lulus Doktor
Mbah Rasemi Sedo Mbah Rasemi sedo (wafat) pada usia 105 tahun di rumah Yu Sarni di Tambang Kedungwinong Sukolilo Pati pada tanggal 10 Maret 2003 di hadapan Nyonya (Nilfa Yetty Tanjung) sekitar maghrib. Sebelum Mbah Rasemi meninggal. Saya, Nyonya, Ima, dan Aqbas sempat menjenguk Mbah Rasemi. Saya dan anak-anak kembali ke Jakarta, sementara Nyonya tetap tinggal menunggui Mbah Rasemi. Saya diminta Nyonya kembali ke Jakarta karena mengantar anak-anak dan mengambil uang untuk biaya Mbah Rasemi. Ketika saya dalam perjalanan, kembali dari Jakarta ke Sukolilo pada hari Senin 10 Maret 2003 sekitar jam 19.00, Nyonya menelepon dan memberitahukan bahwa Mbah Rasemi sudah meninggal. Waktu itu saya sedang dalam bus sampai di Bekasi untuk menuju ke Sukolilo. Alhamdulillah perjalanan saya dari Jakarta ke Sukolilo lancar sehingga sampai Sukolilo masih waktu Subuh sehingga saya sempat menemui jenazah Mbah Rasemi. Saya bahkan menjadi Imam shalat jenazah Mbah Rasemi. Jenazah Mbah Rasemi dishalatkan di pondok pesantren al-Mufti, milik Pak H. Ali Mahmudi yang diwakafkan untuk Muhammadiyah. Para jemaah shalat janazah tersebut sangat banyak, memenuhi ruang besar pondok pesantren al-Mufti. Para anggota masyarakat dan siswa Muhammadiyah banyak yang turut menshalatkan. Innā lillāh wa innā ilaihi rāji’ūn. Wakaf Rumah dan Tanah ke Aisyiyah Sebelum Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi sedo (wafat), saya dan Nyonya (Nilfa Yetty Tanjung) sudah bermusyawarah bahwa rumah dan tanah Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi yang diwariskan kepada Suwito akan diwakafkan. Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi mempersilakan kepada Suwito karena rumah dan tanah tersebut sudah diberikan kepada Suwito. Para keluarga lain yaitu kakak dari pihak Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi sudah menyetujui gagasan tersebut dan mereka sudah memperoleh bagian masing-masing. Rumah dan tanah dimaksud diwakafkan secara bertahap. Rumah dan tanah Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi berada di hook yang pintunya menghadap ke barat dan selatan. Rumah dan tanah ini luasnya sekitar 350 meter persegi, terdiri atas rumah utama (bagian barat) sekitar 250 meter persegi dan menghadap ke barat 68 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
sedangkan dapur (bagian timur) sekitar 150 meter persegi menghadap ke selatan. Ketika Mbah Rakiyo wafat bulan Maret 1983, rumah utama dan tanahnya (bagian barat) diwakafkan ke Pengurus Aisyiyah Cabang Sukolilo yang diketuai oleh Mbah Marfu’ah, isteri Mbah H. Sukarmin yang merangkap sebagai carik atau sekretaris Desa Sukolilo. Akhirnya, rumah dan tanah ini dimanfaatkan menjadi Taman Kanakkanak Aisyiyah Bustanul Atfal. Sebelumnya, digunakan untuk tempat mengaji alQuran para anak. Setelah rumah utama dan tanah bagian barat atau bagian depan diwakafkan, Mbah Rasemi tinggal di rumah dan tanah di bagian timur (belakang rumah utama). Rumah ini tadinya difungsikan sebagai dapur dari rumah utama. Setelah Mbah Rasemi wafat tanggal 10 Maret 2003, sisa tanah dan rumah yang ada tersebut, diwakafkan ke Pengurus Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Atfal 02 (TK ABA 02). Memang pernah ada keluarga yang mengajukan agar mereka yang menempati tetapi atas kesepakatan dengan Nyonya (Nilfa Yetty Tanjung), rumah dan tanah warisan tersebut diwakafkan semuanya. Sampai sekarang, bangunan untuk Tamak Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Atfal tersebut sudah tidak lagi menggunakan bangunan rumah Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi tetapi sudah dalam bentuk bangunan lain yang lebih permanen. Semoga semua ini menjadi amal jariah bagi Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi. Āmīn.
Acara upah-upah setelah ujian doktor 28 November 1995
Mungkin Segalanya Mungkin | 69
Menikah, Berkeluarga, dan Lulus Doktor
Foto dengan keluarga Sorkam Sibolga
Foto dengan keluarga Galur
70 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
BAGIAN VI UJIAN NEGARA 3 KALI SETAHUN Menjadi Wakil Dekan di FakultasTarbiyah UMJ Setelah saya tamat kuliah program sarjana lengkap dengan titel Doktorandus (Drs.) pada tanggal 17 Maret 1983, tidak berapa lama saya diminta oleh Pak Drs. Husni Thoyyar, Wakil Dekan Akademik di Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah (UMJ), untuk membimbing persiapan Ujian Negara para mahasiswa tingkat doktoral melalui Kopertais (Koordinatorat Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta). Para mahasiswa banyak yang sukses karenanya. Oleh sebab itu pada tahap berikutnya saya dijadikan dosen di Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Jakarta yang kampusnya di Jalan Kramat Raya Jakarta Pusat. Terhitung mulai 9 Februari 1987, berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (dr. H. Kusnadi 1983-1990) Nomor 5 Tahun 1987, saya ditetapkan sebagai Pembantu Dekan IV bidang al-Islam dan Kemuhammadiyahan Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dekan pada waktu itu adalah Drs. H. M. Abduh Malik, Pembantu Dekan I Drs. Husni Thoyyar, Pembantu Dekan II Drs. H. Ali Nurdin, dan Pembantu Dekan III Drs. Faridal Arkam. Waktu perkuliahan di Fakultas ini adalah sore dan malam hari. Beberapa teman kampus Kramat Raya yang masih saya ingat namanya antara lain Hasan Mansjur, Ramdhani Rahmat, Isa Anwari Bah, Apud Saepudin, M. Rizal, Hasan Hadji, Fatihin Umar, Sarpandi, Imron Rosyadi, dan Mayang Sari. Ikut Membuka Fakultas Syariah dan Ushuluddin UMJ di Jalan Garuda Sebagai persiapan untuk menjadi Institut Agama Islam Muhammadiyah (IAIM), Fakultas Tarbiyah UMJ mendirikan Fakultas Syariah dan Fakultas Ushuluddin. Kedua Fakultas ini berkampus di Kompleks Perguruan Muhammadiyah Jalan Garuda Kemayoran Jakarta Pusat. Waktu perkuliahan kedua Fakutas ini adalah sore dan malam hari. Para Dekan di ketiga Fakultas tersebut adalah Drs. H.M. Abduh Malik sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah, Drs. Imron Rosyadi sebagai dekan Fakultas Ushuluddin, dan Drs. H. Muh. Sarpandi sebagai Dekan Fakultas Syari’ah. Membuka Kelas Doktoral Fakultas Tarbiyah UMJ di Kampus Rempoa Ketika saya menjadi Pembantu Dekan IV mulai tahun 1988 di Fakultas Tarbiyah UMJ saya mengajukan usul agar Fakultas Tarbiyah membuka kelas doktoral di Ciputat yang tempat kuliahnya di gedung SMP Muhammadiyah 17 (SMPM 17) Rempoa dekat dengan kampus UMJ Cirendeu. Jaraknya dengan kampus UMJ Cirtendeu sekitar 1 kilometer. Ketika itu kampus Cirendeu termasuk masih baru beberapa tahun karena pada awalnya saya juga ikut serta mengetahui Mungkin Segalanya Mungkin | 71
Ujian Negara 3 Kali Setahun
prosesnya. Ketika itu Fakultas Hukum UMJ meminjam sebagian tempat di kompleks Balai Pendidikan Keterampilan Muhammadiyah (BPKM) sebagai kantornya. Pada waktu itu yang menjadi pimpinan BPKM adalah saya. Saya sampaikan kepada pimpinan Fakultas Tarbiyah UMJ, Pak Abduh Malik dan kawan-kawan bahwa banyak pegawai IAIN Jakarta yang masih Sarjana Muda. Saya kira mereka perlu melanjutkan studi ke tingkat Doktoral (Sarjana Lengkap) untuk Jurusan Pendidikan Agama. Melalui diskusi yang tidak terlalu lama akhirnya mereka setuju membuka kelas yang saya usulkan dan akhirnya saya langsung diminta untuk menanganinya dan berbagai hal untuk itu segera dilakukan. Pada awal September 1989 perkuliahan dimulai. Ternyata peminat terhadap program ini sangat banyak karena waktu kuliahnya tidak mengganggu pekerjaan mereka sebagai pegawai negeri. Perkuliahan program ini adalah sore sampai malam hari seperti halnya perkuliahan yang ada di kampus Kramat. Nyonya saya (Nilfa Yetty Tanjung) adalah termasuk salah satu peminatnya. Selain Nyonya, kawankawan lain dari pegawai IAIN Jakarta yang ikut kuliah di program ini antara lain Pak Moh. Aswad, Mulazamah, Mbak Ani Musyahadah (istri Prof. Dr. HM. Atho Mudzhar), Muslihah, Dahlan Akbar, Elo el-Bugis, Rosita Tabri, Jalaluddin Tumanggor, dan Ahmad Gholib. Ternyata kelas ini membawa manfaat bagi banyak teman terutama para pegawai IAIN Jakarta untuk meningkatkan ilmu pengetahuan sekaligus kepangkatannya. Pada awal-awal perkuliahan, Nyonya saya sempat kuliah sambil momong Aufa Fitria (anak ke-3) sampai kurang lebih 2 semester karena Aufa ketika itu belum berumur 4 tahun. Nyonya menyelesaikan Sarjana Lengkap tersebut pada tanggal 20 Februari 1990 dan diwisuda tanggal 17 Januari 1991 di Gedung Manggala Manabhakti Senayan Jakarta pada masa Rektor UMJ Prof. Mr. Ruslan Saleh dan Dekan Fakultas Tarbiyah Drs. H. Abduh Malik. Program doktoral yang diterima tersebut merupakan program terakhir menurut sistem pendidikan di Indonesia. Kampus yang ada di Rempoa tersebut mulai tahun 1990 diperluas fungsinya menjadi kampus untuk Fakultas Tarbiyah, Syari’ah, dan Ushuluddin UMJ yang mulai tahun 1990 itu juga tidak lagi menerima pendaftaran masuk mahasiswa 72 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
program doktoral. Penerimaan mahasiswa baru dikhususkan untuk program Strata Satu (S-1). Dengan terjadinya pemindahan kampus ke Cirendeu mulai tahun 1992 maka kampus Cirendeu sudah dimodali berupa mahasiswa yang berasal dari Kampus Rempoa. Hal ini karena para mahasiswa yang kuliah di Kampus Kramat Raya 49 dan Jalan Garuda 33 Kemayoran kesulitan apabila pindah ke Kampus Cirendeu. Kesulitan tersebut dikarenakan jaraknya sangat jauh dan waktu perkuliahan dilaksanakan pagi hari. Pindah ke Kampus Cirendeu Ciputat dan Menjadi Fakultas Agama Islam Ketika Rektor UMJ Prof. Mr. Ruslan Saleh, pada tahun 1992 Fakultas Tarbiyah, Syariah, dan Ushuluddin UMJ dipindahkan dari Kampus Kramat Raya 49 dan Kampus Garuda 33 Kemayoran ke Kampus Cirendeu Ciputat. Proses pemindahan ketiga Fakultas ini tidak terlalu mulus. Saya tidak memahami persis penyebabnya sehingga ada konflik para pimpinan Fakultas Tarbiyah, Syariah, dan Ushuluddin dengan Rektor UMJ (Prof. Ruslan Saleh). Agar para mahasiswa tidak merasa dirugikan maka saya selaku Pembantu Dekan I Bidang Akademik cepat menentukan sikap bahwa mereka yang tidak bersedia pindah ke kampus Cirendeu segera saya berikan surat keterangan untuk pindah ke perguruan tinggi lain. Surat keterangan tersebut dilengkapi dengan transkrip akademik. Dengan cara tersebut maka para mahasiswa tidak terjadi gejolak karena mereka tidak merasa dirugikan. Para pimpinan dan karyawanpun pun tidak ada yang berkeinginan secara membabi buta tidak mau meninggalkan jabatannya. Saya duga hal ini dikarenakan memiliki moral Muhammadiyah yang Islami (Hiduphidupilah Muhammadiyah dan jangan mengambil penghidupan di Muhammadiyah) juga karena mereka sudah memiliki pekerjaan tetap di tempat lain. Kerja di Muhammadiyah pada waktu sore dan malam hari dapat disebut sebagai pengabdian dan tambahan. Akhirnya benar bahwa pada tahun 1992 tidak ada lagi perkuliahan atas nama Fakultas Tarbiyah, Fakultas Syari’ah dan Fakultas Ushuludddin UMJ di kampus Kramat Raya 49, Jalan Garuda 33 Kemayoran, dan yang ada adalah di kampus Rempoa. Sebelum perpindahan Fakultas Tarbiyah, Syari’ah, dan Ushuluddin dari kampus Kramat Raya 49 dan Jalan Garuda 33 Kemayoran dan kampus Rempoa ke kampus Cirendeu, sejak tahun 1987 saya sudah membuka kelas Doktoral Fakultas Tarbiyah di Ciputat yang kuliahnya di gedung SMP Muhammadiyah 17 Rempoa yang kuliahnya sore dan malam hari. Dengan adanya kebijakan pindah kampus tersebut maka bagi Fakultas Agama UMJ sudah ada bekal, yaitu kelas doktoral yang kuliah di gedung SMPM 17. Di antara hikmah yang ada melalui kebijakan pindah kampus tersebut ialah kelas doktoral yang tadinya kuliah di gedung SMPM 17 langsung dipindahkan ke kampus Cirendeu yang jaraknya kurang lebih 1 kilometer.
Mungkin Segalanya Mungkin | 73
Ujian Negara 3 Kali Setahun
Fakultas-fakultas tersebut sesuai peraturan yang ada berubah nama menjadi Fakultas Agama Islam UMJ. Sesuai Surat Keputusan Menteri Agama (H. Tamizi Taher tahun 1993-1998) Nomor 53 Tahun 1994 tanggal 16 Februari 1994 dan perubahannya Nomor 159 Tahun 1995 tanggal 24 April 1995 persyaratan untuk menjadi Fakultas adalah minimal memiliki 2 Jurusan. Ketika itu Fakultas Tarbiyah hanya memiliki satu (1) Jurusan/Program Studi yaitu Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Syariah hanya memiliki satu (1) Jurusan/Program Studi yaitu Ahwal Syakhsiyah (AS) dan Fakultas Ushuluddin hanya memiliki satu (1) Jurusan/Program Studi yaitu Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI). Penggabungan ketiga Fakultas tersebut menjadi Fakultas Agama Islam didasarkan atas SK Rektor UMJ Nomor 218 Tahun 1995 tanggal 18 Agustus 1995 kemudian dikukuhkan oleh SK Binbaga Islam Departemen Agama RI Nomor E/198/1996 tanggal 26 November 1996. Menjadi Kajur PAI di FAI UMJ dan Ujian Negara 3 Kali Setahun Ketika menjadi Fakultas Agama Islam (FAI) UMJ, semua pimpinan ketiga Fakultas Tarbiyah, Syariah, dan Ushuluddin UMJ tidak lagi menjadi pimpinan di FAI UMJ ini. Dekan pertama FAI UMJ adalah Drs. H. Chusnan Jusuf. Suatu hari Pak Chusnan meminta kepada saya untuk kembali ke UMJ. Ketika itu saya beralasan akan menyelesaikan disertasi. Melalui diskusi yang cukup panjang, akhirnya tahun 1994-1995 saya menjadi Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Agama Islam (FAI) UMJ. Sejak itu saya bergabung kembali di Universitas Muhammadiyah Jakarta setelah kurang lebih 1 tahun absen, tidak ikut aktif di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Salah satu kebijakan yang saya usulkan ketika menjadi Ketua Jurusan PAI adalah percepatan studi para mahasiswa. Di antaranya pemanggilan terhadap para mahasiswa yang belum selesai, tinggal beberapa mata kuliah dan skripsi atau belum lulus Ujian Negara. Ketika itu saya juga mengajukan usul kepada Wakil Koordinator (Wakor) Kopertais Wilayah I (Pak Haji Ridlo Masduki) untuk melakukan Ujian Negara yang tadinya hanya dua (2) kali satu tahun menjadi minimal tiga (3) kali dalam satu tahun. Awalnya usulan ini dibenci banyak orang termasuk para karyawan FAI UMJ tetapi saya tenang saja. Setelah benar terjadi Ujian Negara dilaksanakan atas izin Kopertais dari 2 kali menjadi 3 kali setahun maka para mahasiswa dan karyawan FAI UMJ merasa senang karena selain para mahasiswa cepat selesai juga mendapatkan “sesuatu” berkat jerih payah yang mereka lakukan. Melalui kebijakan ini, para mahasiswa PAI yang diwisuda sempat mencapai 150 orang dari yang tadinya kurang dari 20 orang.
74 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Menjadi Pudek I FAI UMJ Terhitung mulai 1995 sampai dengan 2000 saya ditetapkan menjadi Pembantu Dekan I (Bidang Akademik) setelah sebelumnya menjabat sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Dekan pada waktu itu adalah Dr. Fathurrahman Jamil, sedangkan Pembantu Dekan II Drs. Mujilan berasal dari dosen UI, Pjs. Pembantu Dekan III Drs. Sudirman Mustofa, dan Pjs. Pembantu Dekan IV adalah Drs. H. Muhbib Abdul Wahab dosen IAIN. Kepala Laboratorium Drs. H. Abuddin Nata, M.A., Kepala Tata Usaha Dra. Anggraini, Kasubag Akademik Herwina Bahar, S.Ag, Kasubag Keuangan Ir. Rosdiana, dan Kasubag Umum Drs. Ayuhan Asmara. Di antara yang saya perbuat untuk FAI UMJ waktu itu antara lain adalah memperbanyak jumlah mahasiswa. Ketika itu ada ancaman dari Rektor Prof. Dr. Muhammadi Siswosudarmo (1994-1998) bahwa program studi yang mahasiswanya terlalu sedikit lebih baik ditutup. Saya segera melakukan pendekatan dengan pimpinan Kanwil Departemen Agama DKI Jakarta dan akhirnya memperoleh persetujuan kerja sama pendidikan Sarjana Strata Satu (S-1) yang kemudian diwujudkan membuka banyak kelas di 5 wilayah DKI Jakarta ditambah dengan Tangerang dan Bekasi. Berkat kerja sama ini jumlah mahasiswa PAI bertambah sangat banyak secara signifikan. Ketika itu belum ada aturan mengenai kelas jauh yang skemanya kerja sama dengan instansi pemerintah. Selain menambah jumlah mahasiswa, saya juga melakukan akreditasi. Walau ketika itu belum sampai memperoleh angka maksimal tetapi status program studi yang ada di FAI UMJ telah memperoleh akreditasi dari BAN-PT. Oleh karena saya telah mengetahui ketentuan akreditasi maka ketika selesai periode kepemimpinan di FAI UMJ saya tidak mau lagi dijadikan pimpinan padahal ketika itu saya diminta menjadi Dekan FAI UMJ. Saya sejak itu sampai sekarang tetap menyarankan agar para pimpinan perguruan tinggi swasta dipilih dan ditetapkan dari para dosen tetapnya sendiri dan jangan menggunakan dosen tetap lain apalagi dari perguruan tinggi negeri. Selain itu, saya juga meminta agar dosen tetap perguruan tinggi swasta yang bersangkutan difungsikan secara maksimal. Apabila ingin menggunakan dosen tetap perguruan tinggi negeri maka saya sarankan agar mereka menjadi dosen tamu saja. Menjadi Dosen Tidak Tetap di Banyak Perguruan Tinggi Mulai tahun 1983 sampai dengan 1986 saya menjadi Dosen Tidak Tetap di Lembaga Bahasa IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu saya juga menjadi Dosen Tidak Tetap di Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Jakarta yang berkampus di Kramat Raya 49 Jakarta Pusat dan dosen tidak tetap di Fakultas Mungkin Segalanya Mungkin | 75
Ujian Negara 3 Kali Setahun
Hukum UMJ tahun 1983 s.d. 1990 yang berkampus di Cirendeu. Pada tahun 1986 s.d. 1987 saya menjadi Dosen Tidak Tetap di Universitas Muslim Asia Afrika (UMAA) pimpinan Prof. Ali Bey di daerah Cipayung-Ciputat yang sekarang berganti nama Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muslim Asia Afrika (STITMAA). Pada tahun 1996 menjadi Dosen Tidak Tetap di Sekolah Tinggi Agama Islam alHikmah Jakarta pada masa kepemimpinan Drs. M. Suparta, M.A. dan Drs. Ghufron Ihsan, M.A. Atas prakarsa Dr. Moh. Yunan Yusuf (sekarang Profesor), para aktivis IMM Cabang Ciputat pada tahun 1996 diminta menjadi dosen Bahasa Arab, al-Islam, dan Kemuhammadiyahan di IKIP Muhammadiyah Jakarta yang berkampus di Jalan Limau Radio Dalam Jakarta Selatan dan Kampus Pasar Rebo Kampung Rambutan Jakarta Timur. Saya ditetapkan sebagai koordinator pengajaran Bahasa Arab. Saya dibantu Pak Ahmad Dardiri menulis panduan pengajaran Bahasa Arab. Pada tahun 2001 s.d. 2007 saya menjadi Dosen Tidak Tetap dalam Mata Kuliah Sejarah Sosial Pendidikan Islam di Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Bandar Lampung. Pada tahun 2002 s.d. 2013 saya menjadi Dosen Tidak Tetap dalam Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam dan Pemikiran Pendidikan Islam Kontemporer di Program Pascasarjana IAIN Antasari Banjarmasin. Mulai September 2004 sampai dengan 2009 saya menjadi Dosen Tidak Tetap dalam Mata Kuliah Kapita Selekta Pendidikan Islam di Program Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang dan mulai tahun 2008 sampai dengan sekarang menjadi Dosen Tidak Tetap di Program Pascasarjana IAIN/UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Foto bersama mahasiswa Program Doktor Manajemen Pendidikan Islam UMJ
76 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
BAGIAN VII EMPAT BELAS TAHUN MEMPEROLEH PROFESOR Terima Kasih kepada Prof. Salman Harun dan Prof. Harun Nasution
Suatu hari sekitar tahun 1988 saya menyaksikan Pak Salman Harun mondar mandir mengurus kenaikan pangkat. Saya bertanya bisik-bisik kepada para staf di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta ketika itu tentang apa yang disibukkan oleh Pak Salman Harun. Pak Salman adalah salah seorang dosen saya di Jurusan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah. Beberapa staf menjawab bahwa Pak Salman Harun sedang mengurus kenaikan pangkat. Saya penasaran karena ketika itu saya baru menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang ditugaskan di Fakultas Tarbiyah. Suatu hari saya menemui Pak Salman Harun dan bertanya: mengapa beberapa hari ini saya lihat Pak Salman mondar-mandir ke Kepegawaian? Kata para staf Pak Salman sedang ngurus kenaikan pangkat ya? Mengapa Pak Salman rajin banget ngurus kenaikan pangkat? Pak Salman menjawab singkat bahwa PNS ini adalah sawah saya maka saya harus punya pangkat tinggi karena kalau tidak lahannya tidak subur. Itulah kira-kira jawaban Pak Salman terhadap pertanyaan saya. Pada hari Rabu, 6 Januari 2016 saya berkesempatan pergi dan pulang bersama untuk menghadiri undangan Prof. M. Din Syamsuddin di Jalan Kemiri 24 Menteng Jakarta Pusat, kantor CDCC (Centre for Dialoque and Cooperation among Civilisations) yang ia sebagai Ketuanya. Saya menjadi sopir karena menggunakan mobil kecil saya. Kami berangkat dari kampus Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Ciputat. Di dalam mobil, kami berempat yaitu saya, Prof. Amany Lubis, Mungkin Segalanya Mungkin | 77
Empat Belas Tahun Memperoleh Profesor
Prof. Salman Harun, dan Dr. Yusuf Rahman. Tadinya saya berencana tambah satu lagi yaitu Dr. Muhbib Abdul Wahab. Oleh karena sempit maka akhirnya Muhbib rela mengendarai motor saja untuk berangkat dan pulang ke tempat acara di kantor Prof. M. Din Syamsuddin. Undangan Prof. M. Din Syamsuddin mengajak kawankawan untuk menulis Tafsir al-Quran yang mudah dipahami oleh masyarakat kebanyakan. Kami kembali ke kampus Ciputat bertiga karena Prof. Amany Lubis melanjutkan acara di Sekretariat Majlis Ulama Indonesia (MUI) karena dia menjadi Bendahara Umum. Banyak pekerjaan katanya karena bulan-bulan sebelumnya dia melakukan Visiting Profesor di Universitas Ibn Thufail di Maroko dan sempat jalan-jalan dengan suaminya (Husni Kamal) ke Eropa. Pada kesempatan yang baik ini saya gunakan menyampaikan terima kasih kepada Prof. Salman Harun bahwa saya termasuk orang yang mengikuti jejak Prof Salman Harun. Pak Salman heran karena dia tidak paham apa maksud saya. Akhirnya saya menceritakan kisah yang sudah saya sebut di atas yaitu intinya saya harus rajin mengurus pangkat. Pak Salman merasa sangat senang karena ada orang yang mengikuti jejaknya dalam ngurus kenaikan pangkat. Pak Salman cerita bahwa dia naik pangkat rata-rata 2 atau 3 tahun. Setelah mendapat jawaban Pak Salman sekitar tahun 1988 tersebut saya langsung memperlajari ketentuan kenaikan pangkat atau jabatan fungsional dosen. Seingat saya, saya tidak pernah mendapatkan sosialisasi kenaikan pangkat. Apalagi ketika itu saya masih terhitung dosen baru. Saya pelajari sendiri aturan main kenaikan pangkat. Akhirnya setiap akan mengusulkan kenaikan pangkat saya selalu menghitung sendiri kum (angka kredit) saya. Saya juga berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi persyaratan yang ada, terutama karya tulis ilmiah. Saya memahami bahwa penilaian yang besar adalah karya hasil penelitian/pemikiran yang diterbitkan di jurnal. Selain itu, begitu saya menerima surat keputusan bahwa saya naik pangkat maka tidak lama saya menanti, saya langsung mengajukan kenaikan pangkat berikutnya karena angka kredit berupa karya yang diterbitkan di jurnal dan lainnya sudah persiapkan. Hal ini saya lakukan karena saya tahu bahwa pengurusan pangkat melalui berbagai kantor dan meja sehingga memerlukan waktu yang cukup lama. Selain itu apabila ada kekurangan saya berharap cepat diberitahu sehingga cepat saya lengkapi. Kiat lain yang saya lakukan adalah saya menilai sendiri angka kum saya dengan angka di bawah tarif. Apabila tarifnya 10 maka paling tinggi saya beri angka 5 atau bahkan kurang. Dengan cara ini saya berharap berkas yang saya usulkan tidak ada kekurangan atau apabila ada kekurangan diharapkan hanya sedikit. Menurut pemahaman saya, urusan kenaikan pangkat lebih banyak urusan pribadi. Akan tetapi para karyawan administrasi juga memiliki peran besar terhadap pengurusan pangkat ini. Kawan-kawan staf jangan disibukkan oleh hitung78 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
menghitung kum. Sebaiknya sebelum dimajukan untuk penilaian, kum dosen dihitung sendiri dengan angka yang kurang dari tarif agar tidak terlalu berharap yang terlalu tinggi. Melalui cara seperti itu, jikalau ada kekurangan biasanya hanya sedikit. Usulan kenaikan pangkat yang tidak saya nilai sendiri adalah ketika saya mengajukan kenaikan pangkat ke Guru Besar karena waktu itu saya menjabat sebagai Pembantu Rektor I Bidang Akademik IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan merangkap sebagai Ketua Tim Penilai Angka Kredit Dosen mulai akhir Agustus 2000. Selain Prof. Salman Harun, saya juga mendapat pelajaran dari Prof. Dr. Harun Nasution ketika saya menjabat sebagai Asisten Direktur II Program Pascasarjana yang Direkturnya adalah Prof. Dr. Harun Nasution. Pak Harun adalah Ketua Tim Penilai angka kredit dosen untuk ke Guru Besar yang ada di Departemen Agama. Saya merasa beruntung karena saya merasa dekat dengan pak Harun yang juga sebagai Direktur dan Ketua Tim Penilai angka kredit dosen ke Guru Besar. Ketika saya bertanya kepadanya tentang kiat mengurus kepangkatan ke Guru Besar, Pak Harun menyarankan agar pengajuan dilakukan regular saja, tidak perlu lompatlompat karena kalau lompat-lompat sering banyak kendala. Inilah pelajaran penting sehingga saya jadikan pedoman untuk mengurus kepangkatan, walaupun saya pernah satu kali lompat jabatan. Akan tetapi untuk kenaikan ke Guru Besar saya tetap mematuhi saran Prof. Harun Nasution. Pada kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih yang “sangat banyak“ kepada Prof. Dr. Salman Harun, Prof. Dr. Harun Nasution, para pimpinan dan staf IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, para pimpinan dan staf Departemen Agama RI, dan para pimpinan dan staf Departemen Pendidikan Nasional RI. Secara khusus saya juga menyampaikan terima kasih banyak kepada Prof. A. Malik Fadjar, MSc karena ketika beliau baru selesai menandatangani Surat Keputusan persetujuan Guru Besar saya, ia langsung menelpon dan memberikan ucapan selamat kepada saya. Sekitar awal tahun 2001 Prof. A. Malik Fadjar pernah bertanya kepada saya di kampus Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang urusan Guru Besar. Walaupun Pak Malik menjadi Menteri Pendidikan Nasional, ketika itu setiap Sabtu pagi ia masih menyempatkan mengajar di Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya tetap mendampingi beliau ketika mengajar karena saya menjadi asistennya. Saya pernah menceritakan kepada Pak Malik bahwa kurang lebih 1 bulan yang lalu saya memperoleh informasi dari pegawai Departemen Agama bahwa berkas usulan Guru Besar saya sudah di Departemen Pendidikan Nasional. Oh ya Alhamdulillah semoga lancar ya, katanya. Ketika saya pagi-pagi ditelepon Pak Malik Fadjar sekitar September 2001, saya kaget karena dia langsung menyampaikan selamat. “Lho Pak, kok selamat? Sampai sekarang ini saya belum menerima surat keputusan dari Presiden bahwa Mungkin Segalanya Mungkin | 79
Empat Belas Tahun Memperoleh Profesor
IAIN sudah disetujui menjadi UIN”. Begitu jawaban saya. Saya dan kawan-kawan terutama Prof. Azyumardi Azra ketika itu memang sedang mengurus perubahan IAIN menjadi UIN. “Bukan itu yang saya maksudkan”, jawab Pak Malik. “Lantas apa Pak?” “Tentang Guru Besar”, begitu lanjutnya. “Kalau tentang Guru Besar, saya juga belum menerima SK nya Pak”, lanjutku. “Ya memang belum menerima SK karena baru saja saya tandatangani sebagai tanda persetujuan”. “Oh begitu to maksudnya? Alhamdulillah kalau begitu Pak, terima kasih banyak ya Pak”. Waktu itu saya memang merasa dekat dengan Prof. Malik Fadjar sehingga bahasa yang saya gunakan sangat lugas seperti dengan teman saja. Saya memanggilnya Pak Malik dengan Pak dan bukan Prof sebagaimana panggilan saya kepada Prof. Dr. Harun Nasution. Ucapan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada isteri saya Dra. H. Nilfa Yetty Tanjung karena dialah yang banyak membantu dalam pengurusan kenaikan pangkat hingga sampai ke Guru Besar. Nyonya saya banyak membantu terutama menggandakan surat menyurat dan lainnya yang diperlukan termasuk menyampaikannya ke Sekretariat. Selain itu Nyonya juga berperan besar karena sering mengingatkan kapan ngurus kenaikan pangkat. Empat Belas Tahun Memperoleh Profesor Saya ditetapkan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan sekaligus Tenaga Edukatif terhitung mulai 1 Desember 1987 setelah sebelumnya menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (Capeng) terhitung mulai 1 Maret 1986. Secara kronologi, sejarah kepangkatan saya terlihat pada tabel berikut: No
Pangkat
Gol
TMT
1
Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Penata Muda/ Edukatif/AAM Penata MudaTk.I/ Asisten Ahli Penata/Lektor Muda Penata Tk.I/ Lektor Madya Pembina/Lektor Pembina Tk.I/ Lektor Kepala Pembina Tk.I/
III/a
01-03-1986
81.000
Surat Keputusan Pejabat Nomo Tgl r Sekjen 13256 23-08-1986
III/a
01-12-1987
96.000
Ka.Biro
13257
12-11-1987
III/b
01-04-1990
100.400
Ka.Biro
12346
29-11-1990
III/c
01-04-1992
113.300
Ka.Biro
10464
15-08-1992
III/d
01-04-1994
227.200
Ka.Biro
11766
11-08-1994
IV/a IV/b
01-04-1997 01-04-1999
256.600 394.300
Sekjen Presiden
27-03-1997 06-09-1999
IV/b
01-09-2001
1.079.900
5110 19/K 1999 86956
2 3 4 5 6 7 8
80 | Mungkin Segalanya Mungkin
Gaji Pokok
Mendiknas
31-08-2001
Otobiografi Suwito
No
9 10
11
Pangkat Guru Besar (850) Pembina Utama Muda/Guru Besar Pembina Utama Madya/Guru Besar (1050) Pembina Utama/Guru Besar
Gol
TMT
Gaji Pokok
Surat Keputusan Pejabat Nomo Tgl r
IV/c
01-04-2002
1.146.800
Presiden
IV/d
01-10-2005
1.478.100
Presiden
IV/e
01-10-2007
2.099.000
Presiden
33/K 2002 16/K 2006
26-08-2002
1/K 2008
14-01-2008
28-02-2005
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa sejak menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) sampai dengan memperoleh pangkat Guru Besar (Profesor) Madya (Guru Besar 850) memerlukan waktu sekitar 14-15 tahun (dari 1987-2001) tetapi jika sampai dengan Profesor penuh (GB 1050) maka memerlukan waktu sekitar 18-19 tahun. Apabila dihitung sampai dengan Pembina Utama (pangkat paling tinggi) maka memerlukan waktu sekitar 21-22 tahun. Secara keseluruhan, saya menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) sejak 1 Maret 1986 sampai dengan saat tulisan ini saya buat (Januari 2016) sudah mencapai 29-30 tahun. Artikel Jurnal Terakreditasi Bersama Dr. Suparto Dalam kaitan dengan perolehan jabatan Guru Besar, saya berkewajiban menyampaikan terima kasih kepada Suparto, M.Ed., Ph.D karena berkat bantuannya urusan ke Guru Besar menjadi lancar. Bentuk bantuan yang saya maksudkan adalah berupa penulisan artikel yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah terakreditasi. Pada waktu itu ketentuan yang digunakan untuk kepangkatan saya adalah Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara (Hartarto) Nomor: 38/Kep/Mk.Waspan/8/1999 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya tanggal 24 Agustus 1999. Suatu hari di siang hari waktu istirahat sekitar bulan Juni 2001, ada tukang pos datang memberikan surat yang kebetulan surat itu untuk saya. Ketika itu saya sudah menjadi Pembantu Rektor I Bidang Akademik. Saat tukang pos datang, saya sedang santai seorang diri di ruang penerimaan tamu di Kantor Rektorat sambil membaca Koran dan lainnya. Para staf sedang istirahat di luar kantor. Setelah saya baca, surat tersebut berisi pemberitahuan bahwa pengurusan kepangkatan ke Guru Besar atas nama Suwito tidak dapat diproses lebih lanjut karena kekurangan artikel yang diterbitkan di Jurnal Ilmiah Terakreditasi Mungkin Segalanya Mungkin | 81
Empat Belas Tahun Memperoleh Profesor
sebagai penulis utama. Saya sudah tidak lagi menemukan surat pemberitahuan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Departemen Pendidikan Nasional tersebut sehingga dalam tulisan ini saya tidak dapat mencantumkan nomor surat, perihal, tanggal dan nama pejabat yang menandatangi surat. Oleh karena pada waktu itu jurnal ilmiah Mimbar Agama dan Budaya Volume XVIII, No. 2, 2001 baru terbit maka saya menjadi tenang karena dalam jurnal tersebut terdapat tulisan saya bersama Suparto. Jurnal ini diterbitkan oleh IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah memperoleh akreditasi dari Departemen Pendidikan Nasional RI melalui SK Nomor 395/DIKTI/Kep/2000. Pemimpin Redaksi jurnal Mimbar pada waktu itu adalah Abdul Chair dan Anggota Redaksinya adalah Amsal Bakhtiar dan Hamid Nasuhi. Artikel yang kami tulis berjudul IAIN Menjadi Universitas? Artikel dengan judul tersebut dimuat mulai halaman 155 s.d. 169. Berkat bantuan Suparto maka artikel tersebut dapat terbit. Ketika itu saya dan kawan-kawan sedang mengurus transformasi IAIN menjadi UIN sehingga materi artikel yang kami buat up to date. Artikel ini intinya menepis kekhawatiran adanya hal-hal negatif karena perubahan IAIN menjadi UIN. Setelah jurnal yang berisi artikel saya bersama Suparto tersebut disampaikan ke Ditjen Dikti melalui Departemen Agama maka berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional (A. Malik Fadjar) Nomor 86956/A2.III.I/KP/2001 tanggal 31 Agustus 2001 terhitung mulai 1 September 2001 saya ditetapkan memperoleh pangkat Guru Besar dalam bidang Sejarah Pemikiran dan Pendidikan Islam. Pengukuhan Guru Besar
Rektor IAIN Jakarta (Prof. Azyumardi Azra) pada tanggal 17 November 2001 melalui suratnya Nomor Kp.08.8/1467/XI/2001 menyampaikan selamat atas perolehan Guru Besar saya dalam Bidang Sejarah Pemikiran dan Pendidikan Islam berdasarkan Keputuan Menteri Pendidikan Nasional (A. Malik Fadjar) Nomor 86956/A2.III.1/KP/2001 tanggal 31 Agustus 2001. Dalam surat tersebut, Rektor 82 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
meminta konfirmasi waktu dan kesediaan saya untuk menyampaikan Pidato Pengukuran Guru Besar. Pada awalnya saya tidak berniat untuk dikukuhkan karena saya tidak memiliki biaya untuk itu. Pada waktu itu, dana yang diperlukan saya perkirakan minimal 20 juta rupiah. Tentu saja saya tidak terbayang dari mana dana tersebut saya peroleh. Pak Azyumardi sangat berharap agar saya bersedia menyampaikan pidato pengukuhan sambil memberitahukan bahwa ada dana bantuan dari IAIN berupa tempat, undangan dan transportasi para Guru Besar dan anggota prosesi lainnya. Saya juga dipaksa bu Dokter Arlis Reksoprojo dan bu Samadikun agar saya bersedia menyampaikan pidato pengukuhan sebagaimana diminta Prof. Azyumardi. Saya hanya senyum-senyum saja dan akhirnya bu Arlis dan bu Samadikum menemui Nyonya saya menyampaikan hal serupa.
Bu Arlis dan bu Samadikun adalah orang tua saya walau mereka pernah belajar dengan saya di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta dan di Sekolah Pacasarjana UIN Jakarta. Mereka juga yang memberikan bantuan berupa rumput untuk perbaikan taman dan perbaikan Musalla Pria dan Wanita Sekolah Pacasarjana UIN Jakarta. Selain itu, setahu saya mereka juga yang membantu terwujudnya gedung Rektorat dan Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Jakarta di kampus Cirendeu. Kedua ibu ini juga sangat banyak membantu para mahasiswa dan dosen UIN untuk melanjutkan studi dan keperluan lainnya. Akhirnya berkat bantuan dari banyak pihak pada tanggal 3 Januari 2002 bertepatan dengan 19 Syawal 1422, kepangkatan Guru Besar saya dikukuhkan oleh Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A., Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ketika
Mungkin Segalanya Mungkin | 83
Empat Belas Tahun Memperoleh Profesor
itu saya menyampaikan pidato pengukuhan yang berjudul “Pendidikan yang Memberdayakan”. Sehubungan dengan hal tersebut, saya menyampaikan banyak terima kasih yang tidak terhingga kepada Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A., Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, bu Arlis, bu Samadikun, para karyawan dan pimpinan IAIN Jakarta, para keluarga dan teman lainnya yang tidak sempat disebut di sini. Tidak lupa saya sampaikan ucapan terima kasih banyak kepada Prof. Dr. M. Din Syamsuddin karena dia menyempatkan untuk hadir ketika Ujian Promosi Doktor dan Pengukuhan Guru Besar walaupun ketika itu sedang acara di luar Jakarta.
Piagam Tanda Kehormatan Sampai dengan tulisan ini dibuat, saya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) telah menerima 2 tanda kehormatan dari Presiden Republik Indonesia. Piagam tanda kehormatan yang pertama adalah tanda kehormatan “Satyalencana Karya Satya 10 tahun”. Piagam “Satyalencana Karya Satya 10 tahun” ini didasarkan atas Keputusan Presiden RI (Megawati Soekarnoputri) Nomor 048/TK/Tahun 2004 tanggal 5 Agustus 2004 berupa Surat Keputusan dan lencana yang dibuat dari logam berbentuk lingkaran dengan relief berwarna perunggu. Piagam tanda kehormatan yang kedua adalah “Satyalencana Karya Satya 20 tahun” yang saya terima pada tahun-tahun berikutnya. Piagam ini didasarkan atas Keputusan Presiden RI (Susilo Bambang Yudhoyono) Nomor 096/TK/Tahun 2006
84 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
tanggal 23 November 2006 berupa Surat Keputusan dan lencana yang dibuat dari logam berbentuk lingkaran dengan relief berwarna perak. Kedua piagam tanda kehormatan tersebut didasarkan atas Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1994 tanggal 29 Agustus 1994 tentang “Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya” yang ditandatangani Presiden Soeharto. Dalam peraturan tersebut antara lain dinyatakan bahwa Karya Satya merupakan penghargaan dari negara terhadap Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah serta penuh dengan pengabdian, kejujuran, dan disiplin, sehingga dapat dijadikan teladan bagi pegawai lainnya. Besar dan Kecukupan Gaji Tentang gaji pokok yang tercantum dalam tabel di atas dapat disampaikan bahwa ternyata kecukupan gaji bukan didasarkan atas penerimaan melainkan sebaliknya, yaitu pada pengeluaran. Makin besar penerimaan maka makin besar pengeluaran. Sedikit cukup, banyak habis. Itulah kata hikmah yang mungkin dapat dipedomani. Menurut “Sejarah Nilai Tukar Rupiah dari Tahun ke Tahun” yang diperoleh dari http://berilmu.com/blog/sejarah-nilai-tukar-rupiah-dari-tahun-ke-tahun/by Oos Depok diperoleh beberapa hal mengenai rupiah sebagai berikut. Kata “rupiah” berasal dari “Rupee”, satuan mata uang India. Indonesia telah menggunakan mata uang Gulden Belanda dari tahun 1610 hingga 1817. Sejak tahun 1818, diperkenalkan mata uang Gulden Hindia-Belanda. Mata uang rupiah pertama kali diperkenalkan secara resmi pada waktu Pendudukan Jepang sewaktu Perang Dunia II, dengan nama rupiah Hindia Belanda. Setelah berakhirnya perang, Bank Jawa (Javaans Bank, selanjutnya menjadi Bank Indonesia) memperkenalkan mata uang Rupiah Jawa sebagai pengganti Mata uang gulden NICA yang dibuat oleh Sekutu dan beberapa mata uang yang dicetak kumpulan gerilya juga berlaku pada masa itu. Pada 8 April 1947, Gubernur Propinsi Sumatera mengeluarkan rupiah URIPS-Uang Republik Indonesia Propinsi Sumatera. Sejak 2 November 1949, empat tahun setelah merdeka, Indonesia menetapkan Rupiah sebagai mata uang kebangsaannya yang baru. Kepulauan Riau dan Irian Barat memiliki variasi rupiah mereka sendiri tetapi penggunaan mereka dibubarkan pada tahun 1964 di Riau dan 1974 di Irian Barat. Krisis ekonomi Asia tahun 1998 menyebabkan nilai rupiah jatuh sebanyak 35% dan membawa kejatuhan pemerintahan Soeharto. Rupiah merupakan mata uang yang boleh ditukar dengan bebas tetapi diperdagangkan dengan penalti disebabkan kadar inflasi yang tinggi. Berikut ini disampaikan perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sejak 1949.
Mungkin Segalanya Mungkin | 85
Empat Belas Tahun Memperoleh Profesor
Tahun 1946-1949 1949 1950 1952 1962 1965 1964-1970 1970-1971 1971-1978 1978 1980 1985 1990 1995
Rupiah tidak diketahui 3,8 7,6 11,4 1205 2295 250 378 415 625 626 1110 1842 2248
Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Rupiah 7810 8396 10265 9260 8570 8985 9705 9200 9125 9666 9447 9036 9113 9718
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari website seputarforex.com http://www.seputarforex.com/data/kurs_dollar_rupiah/grafik.php yang saya akses tanggal 14 Januari 2016 sejak 7 hari terakhir dari 6 Januari 2016 sampai dengan 13 Januari 2016 kurs dolar dengan rupiah diperoleh grafik seperti berikut.
86 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Kurs Mata Uang USD Hari Ini 14 Jan 2016, Thu Kurs Jual: 13980.00Kurs Beli: 13680.00Kurs Tengah: 13830.00 USD menguat 0.00 point dibandingkan kemarin(13 Jan 2016) Data Historis (14 Hari) Tanggal
Kurs Jual
Kurs Beli
Kurs Tengah
14 Jan 2016, Thu
13,980.00
13,680.00
13,830.00
13 Jan 2016, Wed
13,980.00
13,680.00
13,830.00
12 Jan 2016, Tue
14,055.00
13,755.00
13,905.00
11 Jan 2016, Mon
14,025.00
13,725.00
13,875.00
8 Jan 2016, Fri
14,065.00
13,765.00
13,915.00
7 Jan 2016, Thu
14,075.00
13,775.00
13,925.00
6 Jan 2016, Wed
14,085.00
13,785.00
13,935.00
5 Jan 2016, Tue
13,995.00
13,695.00
13,845.00
4 Jan 2016, Mon
14,055.00
13,755.00
13,905.00
1 Jan 2016, Fri
13,830.00
13,730.00
13,780.00
31 Dec 2015, Thu
13,830.00
13,730.00
13,780.00
30 Dec 2015, Wed
13,825.00
13,725.00
13,775.00
29 Dec 2015, Tue
13,800.00
13,700.00
13,750.00
28 Dec 2015, Mon
13,690.00
13,590.00
13,640.00
sumber: BCA
Mungkin Segalanya Mungkin | 87
Empat Belas Tahun Memperoleh Profesor
Sesuai dengan data di atas, apabila gaji pokok yang tercantum dalam Surat Kepangkatan saya sejak 1986 dikurskan ke dalam dolar maka dapat dibuat tabel sebagai berikut: Gol.Ruang Penggajian
III/a III/a III/b III/c III/d IV/a IV/b IV/b IV/c IV/d IV/e
TMT
01-03-1986 01-12-1987 01-04-1990 01-04-1992 01-04-1994 01-04-1997 01-04-1999 01-09-2001 01-04-2002 01-10-2005 01-10-2007
Gaji Pokok dalam Rupiah 81.000 96.000 100.400 113.300 227.200 256.600 394.300 1.079.900 1.146.800 1.478.100 2.099.000
Kurs Dolar
1110 1110 1842 1842 1842 2248 7810 10265 9260 9705 9125
Perkiraan Penerimaan Gaji Pokok dalam Dolar 72.97 86.49 54.51 61.60 123.34 114.15 50.49 105.20 123.84 152.33 230.03
Sebagai suatu misal, apabila total penerimaan gaji pada 14 Januari 2016 mencapai Rp. 20 juta rupiah kemudian dikurs ke dalam dolar Amerika Serikat dengan nilai tengah sebagaimana tabel di atas (13.830) maka akan diperoleh angka Rp. 20.000.000 : Rp. 13.830 = 1.446,13 USD. Menjadi Asisten Dosen Prof. Dr. Harun Nasution Setelah menjadi Asisten Direktur di Fakultas Pascasarjana IAIN Jakarta beberapa lama, pada tahun 1995 Pak Harun memanggil saya berkait dengan mengajar di program studi Magister Studi Islam di Universitas Muhammadiyah Jakarta karena program studi tersebut sudah memperoleh izin dari Departemen Agama. Bahkan sudah diresmikan oleh Menteri Agama A. Malik Fadjar. Saya termasuk salah seorang yang mengurus pembukaan program studi tersebut. Pak Harun memberitahukan bahwa dia diminta mengajar di program tersebut. Dia mengatakan kepada saya agar saya menjadi asisten dosennya dalam mata kuliah yang dia ajarkan. 88 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Setelah saya menjadi asisten dosen Prof. Dr. Harun Nasution di UMJ, tahun 1997 saya diminta Prof. Harun Nasution lagi untuk menjadi asisten dosen di Program Pascasarjana IAIN Jakarta. Selain itu saya juga menjadi Asisten Direktur II di Program Pascasarjana IAIN Jakarta. Menjadi Asisten Dosen Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. Pada tahun 2003 saya menjadi Asisten Dosen Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. dalam Mata Kuliah Pemikiran Kontemporer Pendidikan Islam di Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya dan pada tahun 2003 sampai dengan 2013 saya juga menjadi Asisten Dosen Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. dalam Mata Kuliah Aspek Polesosbud dalam Pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Menjadi Asisten Dosen Prof. Dr. A. Malik Fadjar, M.Sc
Suatu saat saya berjumpa Prof. A. Malik Fadjar dalam acara resepsi kenegaraan Kedutaan Besar Arab Saudi. Ketika itu Pak Malik, begitu saya memanggilnya, memberitahukan bahwa ia telah menerima surat permohonan untuk mengajar di Program Pascasarjana IAIN Jakarta. Pak Malik menyatakan bahwa dia mau ngajar asal ditemani Pak Suwito. Tanpa berpikir panjang langsung saya jawab
Mungkin Segalanya Mungkin | 89
Empat Belas Tahun Memperoleh Profesor
insya Allah Pak akan saya temani. Ketika itu saya sudah menjabat sebagai Pembantu Rektor I IAIN Jakarta tetapi masih juga aktif ikut ngurus Pascasarjana sebagai Ketua Konsentrasi Pendidikan. Seingat saya, pada tanggal 10 Agustus 2001 ketika saya dan kawan-kawan sedang mempersiapkan ujian masuk IAIN Jakarta, Presiden Megawati Soekarnoputri mengumumkan para Menteri yang akan membantu pada masa kabinetnya yang disiarkan televisi. Saya dan kawan-kawan turut menyaksikan pengumuman tersebut di televisi yang ada di Wisma Sejahtera IAIN Jakarta (saat tulisan ini dibuat Wisma Sejahtera sudah ditempati berbagai gedung berlantai 7 UIN Jakarta). Salah seorang yang diumumkan untuk menjadi Menteri adalah Prof. A. Malik Fadjar yang ditetapkan sebagai Menteri Pendidikan Nasional. Begitu mendengar pengumuman tidak begitu lama saya langsung meneleponnya dan memberi ucapan selamat. Selamat ya Pak atas tugas barunya menjadi Menteri Pendidikan Nasional tetapi tidak boleh lupa untuk tetap mengajar di Program Pascasarjana. Benar, akhirnya beliau tetap mau mengajar seminggu sekali pada hari Sabtu pagi dan selalu saya dampingi. Sampai dengan saat tulisan ini dibuat saya masih menjadi Asisten Dosen Prof. Dr. A. Malik Fadjar dalam mata kuliah Pendidikan di Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta. Profesor Pensiun Dini? Saya merasa bahwa perolehan jabatan tertinggi di bidang akademik Profesor kurang saya syukuri. Hal ini baru saya sadari bahwa ternyata setelah saya mendapat jabatan profesor, saya tidak memiliki karya yang monumental. Berdasarkan Pasal 49 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 ada pernyataan bahwa Profesor berkewajiban khusus menulis buku dan karya ilmiah serta menyebarluaskan gagasannya untuk mencerahkan masyarakat. Kewajiban ini saya anggap kurang disosialisasikan sehingga, terutama menurut saya, kurang ada tantangan. Bisa juga karena saya kurang memperhatikan peraturan tersebut. Setahu saya kewajiban ini baru mulai dikumandangkan pada tahun 2010 karena adanya Pedoman Beban Kerja Dosen dan Evaluasi Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi yang disusun oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional pada masa Dirjennya Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D. Secara pribadi saya mulai tersentak ketika para anggota Tim Penilai Angka Kredit di Dikti Depdiknas membahas tentang tugas-tugas dan kewajiban profesor. Saya bertambah tersentak ketika Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) mengadakan Konferensi Profesor tahun 2015 dan berikutnya mulai dikumandangkan bahwa Profesor dipertanyakan. Kementerian Agama, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pendidikan Islam juga ikut melakukan kegiatan senada yang diberi nama Konferensi Guru Besar Perguruan Tinggi 90 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Keagamaan Islam (PTKI) yang diselenggarakan pada tanggal 29 November 2015 sampai dengan 1 Desember 2015 di The Media & Tower Hotel Jalan Gunung Sahari Raya No. 3 Jakarta dan dibuka oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Sekitar 300 dari jumlah sekitar 415 Guru Besar PTKI hadir dalam konferensi tersebut. Koferensi tersebut intinya mengingatkan kepada para Guru Besar/Profesor untuk lebih berkontribusi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Guru Besar PTKI yang ada dinilai kurang maksimal berkontribusi karena hanya 15 orang Guru Besar yang disebut ketika pertanyaan diajukan tentang siapa saja Guru Besar Indonesia yang Anda kenal memiliki keahlian tertentu yang menonjol tingkat nasional dan/atau internasional. Tentu banyak versi dalam menanggapi penilaian terhadap pernyataan bahwa para Guru Besar kurang berkontribusi tersebut. Ada yang berpendapat bahwa berbagai kebijakan yang cenderung memberatkan tersebut dinilai pembelokan arah karena sejak awal mereka tidak diarahkan untuk mengisi konteks global seperti yang banyak didengungkan sekarang. Sehubungan dengan hal tersebut maka para Profesor yang berkualifikasi internasional pun cenderung ingin mengajukan pensiun dini sebagai protes terhadap kebijakan yang ada. Jika benar keinginan pensiun dini tersebut dilaksanakan oleh banyak Guru Besar maka perguruan tinggi akan mendapat kerugian besar yang sulit dibayangkan akibatnya bagi pendidikan di Indonesia. Sebagai salah satu solusi, saya mengajukan pemikiran agar penjenjangan kepangkatan dosen dilakukan penambahan yaitu adanya golongan ruang V/a, V/b, dan V/c sebagaimana yang saya uraikan di akhir Bagian ini. Renungan Buat Profesor Pada tanggal 29 November 2015 sampai dengan 1 Desember 2015, saya mendapat kesempatan menjadi narasumber dalam acara Konferensi Profesor/Guru Besar Perguruan Tinggi Keagamaan Islam yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI di The Media & Tower Hotel Jalan Gunung Sahari Raya No. 3 Jakarta. Pada waktu itu saya menyampaikan tulisan berjudul “Profesor Dipertanyakan: Untuk Keperluan Introspeksi”. Berikut ini adalah pointers renungan yang saya sampaikan pada acara Konferensi Guru Besar tersebut. Isi renungan ini terutama untuk koreksi diri saya sendiri. 1. Profesor kurang/tidak memacu para mahasiswa melakukan penelitian dan penerbitan. Pembelajaran dilakukan secara biasa-biasa saja dengan menggunakan text book yang out of date/kadaluarsa. 2. Profesor dalam pembelajaran jarang atau bahkan tidak pernah menyampaikan hasil penelitiannya atau orang lain melalui akses jurnal baik nasional apalagi
Mungkin Segalanya Mungkin | 91
Empat Belas Tahun Memperoleh Profesor
3.
4. 5. 6. 7. 8. 9.
10.
11.
12. 13.
14. 15.
internasional. Karena itu para mahasiswapun tidak pernah mendapatkan perkuliahan yang sumbernya dari hasil penelitian. Profesor tidak menyarankan apalagi mewajibkan para mahasiswa menggunakan minimal 80% artikel jurnal internasional terbaru sebagai referensi penulisan karya ilmiah baik untuk penulisan makalah, proposal, skripsi, tesis, atau disertasi. Profesor sangat sedikit memiliki karya yang diterbitkan di jurnal nasional apalagi internasional. Profesor kurang bahkan tidak tertarik menulis dan melakukan penelitian. Profesor lebih suka mengajar atau menjadi pejabat tertentu. Profesor banyak disibukkan oleh pekerjaan administrasi dibanding akademik. Profesor terlalu sering diundang untuk menjadi narasumber di banyak acara di berbagai tempat sehingga tidak lagi sempat menulis atau meneliti. Profesor senang menjadi narasumber dalam berbagai acara dibanding menulis dan meneliti karena “hasil/imbalannya” lebih cepat dan jelas (materialistik?) Profesor yang mendapatkan kesempatan post doc atau visiting professor sering hanya dimanfaatkan bertamasya sehingga tidak menghasilkan karya yang monumental dan terpublikasi internasional. Gaji dan honor rutin yang diterima Profesor setiap bulan dinilai tidak mencukupi untuk membiayai hidup rumah tangga. Rata-rata penerimaan yang ada mengalami defisit 2 - 3 kali lipat dengan pengeluaran. Jika penerimaan sekitar 18 juta misalnya, pengeluaran bisa mencapai 30 s.d. 50 juta setiap bulan sehingga Profesor perlu kerja ekstra di luar pendapatan rutin untuk mencukupi kekurangan tersebut. Profesor kurang tertarik mengerjakan proyek berupa menulis dan penelitian karena urusannya sering ribet, apalagi jika dalam pembuatan laporan harus melampirkan “surat keterangan atau kuitansi” untuk memenuhi urusan administrasi. Profesor tidak memiliki kemampuan secara baik dalam hal menulis dan meneliti secara ilmiah yang layak dipublikasikan tingkat nasional apalagi internasional. Profesor tidak memiliki kemampuan berbahasa asing sehingga tidak mampu pula untuk membaca, menulis dan meneliti menjadi artikel jurnal yang diterbitkan secara internasional. Profesor malas membaca, meneliti, dan menulis karya ilmiah karena sudah capek mengajar dan/atau pekerjaan lain bidang administrasi. Profesor tidak diberikan falisitas kantor yang nyaman sebagai dosen minimal ukuran 5M2 untuk setiap orang yang lengkap dengan meja, kursi, almari buku dan pakaian, komputer dan printer sehingga jika ke kampus bagaikan tamu di rumah sendiri. Selesai mengajar langsung pulang atau pindah kegiatan di tempat lain.
92 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
16. Profesor sering tidak memanfaatkan kantor dosen walaupun nyaman dan sudah tersedia fasilitas komplit karena tidak terbiasa berkantor untuk membaca, menulis, meneliti, dan membimbing mahasiswa atau karena ada kegiatan sambilan lainnya. 17. Jabatan akademik Profesor cenderung hanya dimanfaatkan untuk memenuhi persyaratan menjadi pejabat administrasi (tugas tambahan) tertentu dibanding untuk meningkatkan kualitas akademik berupa menulis, meneliti, dan menerbitkan karya internasional. 18. Peraturan yang ada seperti statuta, cenderung berpihak kepada hal di atas. Ketentuan bahwa “Rektor harus Profesor”, “Dekan harus Profesor” dan seterusnya ternyata berakibat pada tidak produktifnya Profesor dalam hal menghasilkan karya ilmiah. Waktu dan energi mereka telah dihabiskan untuk pekerjaan administrasi dibanding untuk bidang akademik. Sehubungan dengan banyaknya permasalahan di atas mungkinkah kita sepakat agar ketentuan yang ada perlu direvisi dengan menempatkan tugas dosen hanya untuk bidang akademik, tidak boleh ditugasi bidang administrasi walaupun dengan istilah “dosen biasa dengan tugas tambahan” dan “dosen Profesor dengan tugas tambahan”? Mari kita diskusikan. Profesor Paripurna Muda, Profesor Paripurna Madya dan Profesor Paripurna Utama? Seperti telah saya janjikan sebelumnya, salah satu solusi yang perlu dilakukan dalam persoalan Guru Besar/Profesor adalah adanya penambahan golongan dan ruang dalam jenjang kepangkatan dosen. Dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2013 tentang jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya yang kemudian dilakukan perbaikan melalui Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 masih terkesan bahwa jabatan Profesor atau Guru Besar adalah jabatan tertinggi yang sudah tidak ada beban lagi untuk mempertahankannya. Seolah jabatan Profesor atau Guru Besar tersebut melekat sepanjang hayat padahal berdasarkan ketentuan yang ada, jabatan Profesor atau Guru Besar hanya berlaku ketika dia berada di lingkungan akademik. Jika seorang profesor sudah pensiun, maka jabatan profesornya otomatis hilang. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang ditandatangani tanggal 30 Desember 2005 oleh Presiden Republik Indonesia, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, ditegaskan bahwa Guru Besar atau Profesor adalah jabatan fungsional tertinggi bagi dosen yang masih mengajar di lingkungan satuan pendidikan tinggi.
Mungkin Segalanya Mungkin | 93
Empat Belas Tahun Memperoleh Profesor
Menurut ketentuan yang ada dalam Undang-undang RI Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi tanggal 10 Agustus 2012 yang ditandatangani Presiden Republik Indonesia, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dijelaskan bahwa batas usia pensiun dosen yang menduduki jabatan akademik profesor ditetapkan 70 (tujuh puluh) tahun. Akan tetapi berdasarkan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2015 tentang Registrasi Pendidik pada Perguruan Tinggi tanggal 3 September 2015 yang ditandatangani Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, Mohamad Nasir, ada gagasan bahwa dosen yang memiliki jabatan akademik professor dapat diperpanjang masa tugasnya dengan memperoleh Nomor Induk Dosen Khusus (NIDK) sampai dengan 5 tahun lagi setelah usia 70 tahun dan bahkan dapat diperpanjang lagi 2 x 2 tahun. Selain itu dapat ditemukan juga ketentuan bahwa berdasarkan Permendikbud Nomor 78 Tahun 2013 tentang Pemberian Tunjangan Profesi dan Tunjangan Kehormatan bagi Dosen yang Menduduki Jabatan Akademik Profesor tanggal 13 Juni 2013 yang ditandatangani Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mohammad Nuh, diperoleh ketentuan bahwa Pemberian tunjangan kehormatan kepada Profesor dievaluasi setiap 5 (lima) tahun sejak yang bersangkutan ditetapkan atau diaktifkan kembali sebagai Profesor. Berdasarkan peraturan yang ada di atas diketahui bahwa professor bukanlah gelar melainkan jabatan akademik yang tidak berlaku sepanjang hayat. Sehubungan dengan hal tersebut, persepsi yang ada selama ini perlu ditata kembali dan perlu ada upaya yang sungguh bahwa jabatan akademik Profesor seharusnya awal untuk berkarir sehingga tidak seperti kondisi yang selama ini saya pahami dan mungkin dipersepsikan banyak orang bahwa jikalau sudah memperoleh jabatan Profesor maka selesai atau berhenti berkarya, terutama menghasilkan tulisan yang layak dibaca publik. Agar para dosen yang sudah memperoleh jabatan fungsional Profesor lebih bergairah untuk berkarya maka istilah Profesor Paripurna yang ada dalam Pasal 48 ayat (3) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen saya usul dikukuhkan saja menjadi jenis jabatan baru yang selama ini tercantum hanya Asisten Ahli, Lektor, Lektor Kepala, dan Profesor perlu ditambah lagi satu jenjang yaitu dengan nama Profesor Paripurna yang memiliki 3 jenjang yaitu golongan ruang V/a Profesor Paripurna Muda, golongan ruang V/b Profesor Paripurna Madya, dan golongan ruang V/c Profesor Paripurna Utama. Beban kredit untuk Profesor Paripurna Muda dapat ditetapkan 1.250, Profesor Paripurna Madya 1.450, dan Profesor Paripurna Utama 1.650. Berdasarkan pemikiran ini maka perlu ada revisi terhadap Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2013 tentang jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya dan perbaikannya yang ada 94 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 serta peraturan lain yang relevan. Apabila usulan ini dapat diterima menjadi ketentuan resmi maka para Profesor yang akan mengajukan pensiun dini dipastikan mengurungkan niatnya dan kondisi perguruan tinggi tidak goyah.
Berdiri dari kiri: Yu Sarni, Kang Rasmin, Mbah Rasemi, Lek Sabar Jongkok dari kiri: Aufa Fitria, Aqbas Udhiya, Himmawaty Aliyah dan Amalia Nikmah
Foto bersama mahasiswa S-1 Pendidikan Bahasa Arab FITK UIN Jakarta 2015
Mungkin Segalanya Mungkin | 95
Empat Belas Tahun Memperoleh Profesor
Foto bersama mahasiswa Program Doktor di Program Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh
Foto bersama mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta
96 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
BAGIAN VIII TIGA SEMESTER MENJADI UIN Menjadi Pembantu Rektor Bidang Akademik Atas nama Menteri Agama, Rektor UIN Syarif Hidayatullah (Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A.) melalui Keputusan Rektor Nomor B.II/P/190 tanggal 25 Agustus 2000, saya ditetapkan sebagai Pembantu Rektor Bidang Akademik menggantikan posisi Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, M.A. Posisi saya sebelumnya adalah sebagai Asisten Direktur II Program Pascasarjana. Para Pembantu Rektor lain pada periode tersebut adalah Dr. Abuddin Nata sebagai Pembantu Rektor bidang Administrasi, Dr. Nasaruddin Umar sebagai Pembantu Rektor bidang Kemahasiswaan dan Dr. Masykuri Abdillah sebagai Pembantu Rektor bidang Kerja sama. Pangkat dan golongan saya ketika menjabat sebagai Pembantu Rektor bidang Akademik ini adalah Pembina Tk.I (IV/b)/Lektor Kepala dan umur saya 44 tahun. Sebelum menjabat sebagai Pembantu Rektor I Bidang Akademik, saya sudah mendengar bahwa para pimpinan IAIN terdahulu sudah banyak diskusi, kerja sama dengan perguruan tinggi lain, dan lainnya untuk konversi menjadi UIN. Saya hanya mendengar dan melihat dari kejauhan tentang itu karena saya pada waktu itu cenderung tidak dikenal dan mungkin juga tidak memperkenalkan diri. Seingat saya, saya hanya pernah sekali turut berdiskusi sekitar awal tahun 1998 ketika Prof. Dr. Harun Nasution menyampaikan gagasan pentingnya IAIN Jakarta berubah menjadi UIN. Sebelum menjadi Pembantu Rektor I, saya cenderung menjadi pengamat saja. Saya mulai agak ikut serta dengan kegiatan di IAIN ketika mulai 1996 saya diajak Prof. Dr. Harun Nasution membantu di Program Pascasarjana kemudian secara resmi melalui SK Rektor (Prof. Dr. H.M. Quraish Shihab, M.A.) , saya menjabat sebagai Asisten Direktur II Program Pascasarjana pada masa Prof. Dr. Harun Nasution sebagai Direktur dan Dr. A. Wahib Mu’thi sebagai Asisten Direktur I tahun 1997 s.d. 1999. Itupun saya tidak termasuk orang yang turut berperan dalam mempersiapkan menjadi UIN. Selain aktif di Program Pascasarjana, pada waktu itu saya juga aktif di Universitas Muhammadiyah Jakarta dan berkesempatan banyak mengikuti kegiatan di Kopertais Wilayah I pada masa kepemimpinan Prof. Dr. H. Ridlo Masduki. Pada masa itu juga saya aktif di Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) baik sebagai asesor maupun sebagai tim penyusun instrumen akreditasi. Saya juga sering ikut serta kegiatan di Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam (Dirjen Binbaga Islam) Departemen Agama ketika Dirjennya dijabat oleh Prof. A. Malik Fadjar. Melalui kegiatan ini saya banyak belajar mengenai perguruan tinggi.
Mungkin Segalanya Mungkin | 97
Tiga Semester Menjadi UIN
Apa Tidak Ada yang Lebih Baik? Suatu sore menjelang maghrib sekitar bulan Juli tahun 2000 saya berjumpa dengan Pak Azyumardi Azra. Ketika itu saya dan pak Azyumardi Azra sama-sama sedang istirahat di teras gedung Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta setelah selesai mengajar mahasiswa Program Magister Studi Islam. Mas Wito, begitu Pak Azyumardi Azra memulai pembicaraan. Ya Pak, ada apa? Kataku. Saya minta kesediaan Mas Wito untuk menjadi Pembantu Rektor I Bidang Akademik yang sekarang sedang kosong. Saya sangat kaget dengan pertanyaan dan ajakan Pak Azyumardi Azra tersebut. Saya kan tidak bisa apa-apa Pak. Kata banyak orang, saya ini gombloh, pikiran kacau, tidak bisa berbahasa asing, dan jika memiliki ide kemudian tidak tersalurkan biasanya bisa ngambek, dan cenderung mohon diri/mundur. Begitu jawabku. Pak Azyumardi Azra melanjutkan pembicaraan bahwa: saya kan teman Mas. Saya sudah tahu sejak lama sampai sekarang tentang Mas. Tentang ide yang tidak tersalurkan, insya Allah nanti dengan saya pasti tersalurkan. Begitu Pak Azyumardi Azra meyakinkan kepada saya. Tunggu saja prosesnya harus dilalui ya Mas. Saya hanya dapat menjawabnya dengan “insya Allah Pak”. Saya lupa tanggal berapa ada rapat Senat Institut. Ketika itu saya turut diundang untuk mengikuti rapat Senat. Dengan berbagai alasan, Pak Azyumardi Azra mengajukan calon para Pembantu Rektor. Ketika terjadi diskusi ada beberapa anggota yang mengajukan pertanyaan kepada Pak Azyumardi Azra, apa tidak ada calon yang lebih baik ketika membahas tentang saya. Ketika itu saya mengetahui bahwa jika nantinya saya terpilih maka saya berniat untuk tidak mengecewakan mereka. Akhirnya saya benar terpilih menjadi Calon Pembantu Rektor I. Ketika selesai rapat Senat, Pak Azyumardi Azra sempat bertanya ke saya: Apa Mas Wito tadi mendengar ada orang yang tidak setuju dengan Mas Wito untuk menjadi Pembantu Rektor? Iya Pak saya mengetahuinya. Bagaimana Mas? Tanya Pak Azyumardi selanjutnya. Ya kita tunggu nanti saja Pak asal Pak Azyumardi Azra sudah mantap, jawabku. Ya Mas, terima kasih. Begitu kira-kira dialog saya dengan Pak Azyumardi Azra menjelang menjadi Pembantu Rektor I Bidang Akademik IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Beralih Status Menjadi UIN dalam 3 Semester Di antara yang pernah saya lakukan untuk IAIN/UIN Jakarta selama menjabat sebagai Pembantu Rektor bidang Akademik ini antara lain fokus pada perubahan status IAIN menjadi UIN. Saya dilantik menjadi Pembantu Rektor Bidang Akademik pada tanggal 28 Agustus 2000. Pada tanggal 2-3 September 2000 dilakukan Rakerpim di Ciawi Bogor. Pada saat itu saya menyampaikan artikel yang berjudul “Pokok-pokok Program Akademik: Upaya Menuju UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Dalam artikel tersebut saya nyatakan agar IAIN Syarif 98 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Hidayatullah Jakarta telah berganti nama menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada awal tahun akademik 2002/2003. Dengan kata lain, target transformasi menjadi UIN hanya dalam waktu tiga (3) semester sejak saya ditetapkan sebagai Pembantu Rektor Bidang Akademik. Tentu para peserta raker tidak yakin dengan hal tersebut. Mereka secara umum langsung menyatakan “uuuuuuuwwww” sebagai tanda negatif dengan program yang saya majukan. Prof. Azyumardi Azra, Rektor IAIN Jakarta yang menjadi pimpinan rapat ketika itu langsung berbisik kepada saya: “Mas, bagaimana?” Saya langsung jawab sambil berbisik juga: “Alhamdulillah Pak, mereka (para peserta rapim) bersikap seperti itu sehingga saya tidak punya beban. Apabila program tersebut gagal maka saya tidak akan kecewa karena kemampuan saya memang sudah mereka ketahui sebelumnya tetapi apabila berhasil berubah menjadi UIN dalam waktu secepatnya dalam 3 semester maka mereka pasti akan diam. Namun ya terserah Pak Edy, begitu saya memanggil Prof. Azyumardi, percaya atau tidak dengan saya. Pak Edy menyatakan kepada saya pada saat itu juga dengan perkataan: “saya percaya kepada Mas Wito”. Alhamdulillah dan terima kasih kalau begitu Pak.” Begitu jawabku. Seingat saya program yang saya majukan secara tertulis tersebut tidak dibahas secara detil dan tidak ada komentar secara lisan dan tertulis dari peserta rapim. Saya juga tidak mengetahui apa komentar orang lain tentang program yang saya majukan kecuali “uuuwww” tadi. Selain itu, saya juga tidak mengetahui tindak lanjut yang dihasilkan para peserta rapim dari usulan saya tersebut. Beberapa hari usai raker saya mengecek beberapa hal berkait dengan proses perubahan IAIN menjadi UIN agar saya tidak salah langkah. Di antara yang saya cek dan kumpulkan adalah 1) proposal yang pernah ada tentang transformasi IAIN menjadi UIN, 2) proposal pembukaan program studi dalam rangka menjadi UIN, 3) surat-surat yang pernah ada dan berkait dengan proses perubahan IAIN menjadi UIN, 4) anggaran yang tersedia untuk pembukaan program studi, 5) anggaran yang tersedia untuk perubahan institusi menjadi UIN, 5) kepanitiaan yang ada berkait perubahan menjadi UIN. Berdasarkan hasil lacakan, saya temukan banyak hal yang dapat ditindaklanjuti. Para pendahulu saya sudah banyak berbuat tentang itu. Saya tinggal melanjutkan upaya yang sudah mereka rintis. Hasil studi kelayakan, proposal, dan surat-surat yang relevan dengan transformasi IAIN menjadi UIN saya kumpulkan dan saya pelajari. Dengan demikian saya dapat menentukan langkah yang tepat agar kekurangan yang pernah ada tidak terulang lagi. Pelacakan dokumen yang saya maksudkan ditemukan dalam beberapa hari di gudang arsip di Rektorat. Lumayan juga karena saya harus berjibaku dengan banyak tumpukan barang dan debu, namun alhamdulillah saya mendapatkan beberapa arsip yang saya nilai sangat berharga.
Mungkin Segalanya Mungkin | 99
Tiga Semester Menjadi UIN
Ucapan Terima Kasih kepada Semua Pihak dan Para Pendahulu Ucapan terima kasih kepada para pendahulu patut saya sampaikan. Di antara mereka adalah Prof. Dr. Harun Nasution, Ketua Tim Studi Kelayakan Pengembangan IAIN Menjadi Universitas Islam Negeri, tahun anggaran 1994/1995 yang hasilnya dilaporkan tanggal 31 Januari 1995. Selain itu ucapan terima kasih saya sampaikan juga kepada para pendahulu saya antara lain Prof. Dr. M. Quraish Shihab, M.A., Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A., Prof. Dr. Ahmad Sukardja, SH, M.A., Drs. Husni Thoyyar, Drs. Hisyam Maksum, Prof. Dr. Mastuhu, M.Ed, Prof. Dr. Moh. Ardani, Dr. Fathurrahman Jamil, M.A., Dr. M. Yunan Yusuf, Dr. Komaruddin Hidayat, Drs. Mahmud Jalal, Drs. Moh. Aswad, Drs. Abd. Shomad, Drs. Burhanuddin Yusuf, MM, Mahruddin, dan Wage. Mereka ini berdasarkan SK Rektor (Prof. Dr. M. Quraish Shihab, M.A.) Nomor 02 Tahun 1998 tanggal 05 Februari 1998 adalah Tim Penyusun Proposal Transformasi IAIN Menjadi Universitas. Nama-nama lain tentu masih sangat banyak yang tidak tercantum dalam tulisan ini. Oleh karena itu, saya juga menyampaikan terima kasih kepada mereka karena telah memberikan jalan kepada saya untuk melakukan langkah berikutnya. Setelah saya mendapatkan bahan yang lumayan banyak untuk melakukan kegiatan lebih lanjut maka saya kemudian mengecek ke Bagian Perencanaan dan Anggaran untuk menanyakan tentang rencana dan anggaran yang sudah ada. Oleh karena tidak sesuai dengan program yang saya sampaikan ketika Rakerpim maka saya minta agar Bagian Perencanaan dan Anggaran melakukan revisi. Intinya saya hanya minta 2 hal saja yang harus direncanakan dan dianggarkan yaitu pembukaan 12 program studi dan anggaran transformasi institusi. Saya hanya minta paling sedikit 1,1 milyar rupiah untuk itu pada akhir tahun 2000, yaitu setiap program studi agar dianggarkan minimal 50 juta rupiah ditambah dengan 500 juta rupiah untuk pengurusan perubahan institusi. Dalam hal ini saya menyampaikan banyak terima kasih kepada Uda Mahmud Djalal, Pak Ahmad Gholib, Pak Amri Rasyidin, dan kawan-kawan lain yang tidak sempat ditulis di sini. Setelah berhasil alih status menjadi UIN, saya bertanya kepada Pembantu Rektor II Bidang Administrasi (Prof. Dr. Abuddin Nata) tentang berapa habis biaya untuk semua itu. Dia menjawab bahwa semua itu biayanya tidak mencapai 300 juta rupiah. Alhamdulillah saya bersyukur atas nikmat dan berkah yang didapat. Setelah beberapa hal yang saya perlukan di atas terpenuhi kemudian saya izin kepada Rektor (Prof. Azyumardi Azra, M.A.) untuk secara cepat melakukan langkah lanjutan. Saya menyatakan kepada Pak Edy bahwa program studi yang saya majukan maksimal 12, tidak sampai 19 bahkan 27 seperti yang pernah dirancang sebelumnya. Pak Edy heran, lho mengapa Mas kok sedikit? Ya Pak, kalau sebanyak yang pernah dirancang maka “sampai mati” IAIN ini tidak akan pernah berubah menjadi UIN Pak, candaku dengan Pak Edy, karena persyaratan menjadi universitas 100 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
cukup 10 program studi, yaitu 6 program studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan 4 program studi Ilmu Sosial. Saya kemudian menjelaskan ketentuan baru yang terdapat dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional (Yahya A. Muhaimin) Nomor 234/U/2000 tanggal 20 Desember 2000. Bagaimana dengan program studi yang ada di IAIN sekarang? Begitu pertanyaan pak Edy. Semua program studi yang ada, jawabku, tidak dapat dikategorikan sebagai program studi persyaratan minimal yang ada di SK Menteri Pendidikan Nasional Pak, akan tetapi nanti kalau sudah menjadi Universitas maka semua program studi yang ada tetap sebagaimana asalnya, sehingga nanti kalau sudah berubah menjadi Univeritas maka jumlah program studinya menjadi sangat banyak. Mungkin karena saya terlihat yakin dengan yang akan saya lakukan maka Pak Edy mempersilakan saya untuk melanjutkan yang saya rencanakan tersebut yaitu dengan hanya mengajukan maksimal 12 program studi baru. Kalau hanya 12 program studi kan pemerintah tidak terlalu keberatan karena biaya dari pemerintah. Selain itu jumlah 12 program studi sudah memenuhi persyaratan menjadi universitas, apalagi program studi agama juga sudah cukup banyak. Demikianlah alasan yang saya sampaikan kepada Pak Azyumardi. Usulan saya tersebut dianggap aneh oleh kawan-kawan para karyawan dan dosen karena berbeda dengan yang sudah dipersiapkan para pendahulu saya. Mereka sempat bertanya kepada saya dengan penuh keraguan: “Memang Pak Wito tahu tentang tata cara pembukaan program studi dan perguruan tinggi?” Demikian pertanyaan yang sering saya terima dari mereka. Pertanyaan tersebut saya maklumi karena saya memang sebagai orang baru bagi mereka. Selama ini saya tidak pernah terlibat di IAIN terutama di Rektorat. Saya selama ini aktif kuliah dan menjadi Asisten Prof. Dr. Harun Nasution di Pascasarjana dan sebelumnya bahkan banyak aktif di luar IAIN. Di IAIN saya hanya mengajar di kelas yang sudah dijadualkan. Saya tidak terlibat atau dilibatkan dalam banyak hal di IAIN. Sambil bercanda saya jawab pertanyaan dan komentar mereka dengan kalimat berikut: “Kalau masalah pembukaan program studi dan perguruan tinggi insya Allah sudah ada dalam kepala saya dan bukan di luar kepala karena kalau di luar kepala berarti hilang/lupa atau tidak tahu semua,” kataku sambil senyumsenyum. Mereka manggut-manggut saja terhadap jawaban saya tersebut dan saya pun lantas melaksanakan kegiatan lain. “Oke ya …da… sambil saya jabat tangan mereka. Dalam hati saya berkata: “Alhamdulillah, ternyata ilmu dan praktik yang saya peroleh dari luar IAIN beberapa waktu sebelumnya dapat saya manfaatkan untuk pengembangan IAIN, insya Allah”. Sebetulnya banyak nama yang terlibat dalam program pengembangan IAIN Jakarta. Dalam catatan yang ada, nama-mana berikut adalah para peserta sidang Rektorat tanggal 18 November 1998, yaitu Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A., Dr. Fathurrahman Djamil, Dr. Abuddin Nata, Dr. Nasaruddin Umar, Drs. M. Suparta, Mungkin Segalanya Mungkin | 101
Tiga Semester Menjadi UIN
M.A., Prof. Dr. Rif’at Syauqi Nawawi, Prof. Dr. M. Yunan Yusuf, Dr. Hamdani Anwar, Dr. Fathurrahman Rauf, Prof. Dr. Moh. Amin Suma, Prof. Dr. Zakiyah Daradjat, Prof. Dr. Muljanto Sumardi, Prof. Dr. Mastuhu, Prof. Chotibul Umam, Prof. Dr. M. Quraish Shihab, Prof. Dr. Moh. Ardani, Prof. Dr. Aminuddin Rasyad, Prof. Dr. Nabilah Lubis, Prof. Dr. Huzaimah Tahido, Dr. Dede Rosyada, Drs. H. Mu’allimi, Drs. H. Husni Thoyyar, Drs. H. Hisyam Ma’shum, Drs. HM. Djuhro, Drs. Mahfudz Djunaedi, Drs. H. Murni Djamal, M.A., Drs. H.D. Hidayat, M.A., Drs. H. Jaisj Prasodjo, Drs. H. Ridlo Masduki, Drs. Dasuki A. Gani, Drs. H. Choliluddin AS, Mas’ud Mada, M.A., Drs. H. Muthalib Sulaiman, Drs. HM. Najid Muchtar, M.A., Dr. H. Kautsar Azhari Noer, Drs. H. Roswen Dja’afar, Zubir Laini, SH, Drs. H. Rustan SA, Drs. Ahmad Mustadjib, Drs. H. Chozin, Drs. Adi Badjuri, dan Dra. Nurbaiti Nurut. Saya meyakini bahwa masih banyak nama yang tidak tertulis di sini padahal telah turut berjasa dalam proses perubahan IAIN menjadi UIN. Oleh karenanya saya turut menyampaikan terima kasih banyak kepada mereka dan permohonan maaf karena tidak sempat ditulis dalam buku ini. Dalam rapat yang dipimpin oleh Prof. Dr. Azyumardi Azra (Rektor/Pimpinan Sidang) dengan Dr. H. Abuddin Nata (Pembantu Rektor II/Sekretaris Sidang) menghasilkan keputusan antara lain mengukuhkan kembali gagasan Prof. Dr. Harun Nasution dan Prof. Dr. M. Quraish Shihab, M.A. untuk tetap melanjutkan usaha pengembangan IAIN menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Konversi IAIN Menjadi UIN Dalam pengurusan transformasi IAIN menjadi UIN, saya dan Prof. Azyumardi Azra sering berkomunikasi dengan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro) dan para pejabat lain di Departemen Agama seperti dengan Dirjen Binbaga Islam (Dr. H. Husni Rahim) dan Direkturnya (Dr. Komaruddin Hidayat), serta Menteri Pendidikan Nasional ketika itu Prof. Yahya A. Muhaimin dan Menteri Agama (H. Tholhah Hasan) dan para penerusnya yaitu Prof. A. Malik Fadjar sebagai Menteri Pendidikan Nasional dan Prof. Dr. Said Agil Husin Al-Munawar, M.A. sebagai Menteri Agama. Setelah melakukan banyak hal maka pada tanggal 21 Juli 2001 diterbitkan Keputusan Rektor Nomor 118 Tahun 2001 tentang Pembentukan Task Force Konversi IAIN Menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Nama-nama yang tercantum dalam Tim tersebut sebagai Pengarah adalah Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. sebagai Ketua merangkap anggota/Rektor IAIN Jakarta, Dr. H. Husni Rahim sebagai anggota/Dirjen Binbaga Islam Departemen Agama, Prof. Dr. Satryo Soemantri Brodjonegoro sebagai anggota/Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Dr. Komaruddin Hidayat, dan Prof. Dr. Soeprodjo Pusposutardjo.
102 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Nama-nama yang tercantum sebagai Pelaksana pada Tim tersebut adalah Dr. Suwito, M.A. sebagai Ketua, Wakil Ketua I sampai dengan III adalah Drs. Abuddin Nata, M.A., Drs. Affandi Muchtar, M.A., dan Dr. Nasaruddin Umar, M.A. Sekretaris dan Wakil Sekretaris I dan II adalah Drs. H. Abd. Shomad, Drs. H. Achmad Gholib, M.Ag, dan Drs. H. E. Badri Yunardi, M.Pd. Para anggotanya meliputi Drs. Yudi Agustono, M.A., Drs. Verdaus, SH, Drs. Sunarto, Drs. Nurmansyah, Drs. Hamid Nasuhi, M.A., Drs. H. Mahmud Djalal, Drs. H. Hisyam Ma’shum, dan Drs. Farid Hamzens, M.Si. Para petugas bidang sekretariat tertulis nama-nama sebagai berikut: Drs. Anas Darwis, Ahmad Sulhi Chotib, S.Ag, dan Abdul Muthalib. Agar Tim Task Force bekerjanya lebih jelas dan terarah maka saya mengusulkan dibuat skedul yang kemudian mendapat persetujuan. Program yang disetujui adalah sebagai berikut: 1. Evaluasi Program Studi oleh Diknas dijadualkan selesai minggu III September 2001 2. Naskah Akademik IAIN Menjadi UIN dijadualkan selesai minggu IV bulan September 2001 3. Rekomendasi dari Dikti dijadualkan selesai pada minggu I bulan Oktober 2001 4. Rekomendasi dari Diknas dijadualkan selesai pada minggu I atau II bulan Oktober 2001 5. SKB (Surat Keputusan Bersama) Menteri Agama dan Diknas dijadualkan selesai pada minggu I atau II bulan Oktober 2001 6. Rekomendasi dari Menpan dijadualkan pada minggu IV bulan Oktober 2001 sampai dengan minggu II bulan November 2001 7. Keputusan Presiden diharapkan telah terbit minggu III atau IV bulan November 2001. Skedul tersebut dibuat dan disepakati Tim Task Force konversi IAIN Menjadi UIN pada tanggal 19 September 2001. Nama-nama yang menyusun program tersebut adalah: 1) Suwito (IAIN Jakarta), 2) Abuddin Nata (IAIN Jakarta), 3) Yudhi Agustono (Dikti Diknas), 4) Virdaus (Dikti Diknas), 5) Farid Hamzens (Ditperta Depag), 6) Ihsan (Ditperta Depag), 7) Suryanto (Dikti Diknas), 8) Nurmansyah (Dikti Diknas), Ahmad Gholib (IAIN Jakarta), dan Ahmad Sulhi (IAIN Jakarta). Secara singkat, sebagai tindak lanjut/hasil dari rancangan di atas adalah: 1. Pada tanggal 31 Oktober 2001 Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Satryo Soemantri Brodjonegoro) menyampaikan laporan penyusunan konsep SKB antara Mendiknas dan Menag tentang perubahan bentuk IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Pada 2 November 2001 Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Satryo Soemantri Brodjonegoro) mengajukan surat Persetujuan Perubahan Institut Agama Islam Mungkin Segalanya Mungkin | 103
Tiga Semester Menjadi UIN
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor 3430/D/T/2001 kepada Menteri Pendidikan Nasional (A. Malik Fadjar). Pada tanggal 21 November 2001 terjadi penandatanganan Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 4/U/KB/2001 dan Nomor 500 Tahun 2001 tentang “Perubahan Bentuk Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan Penyelenggaraan Program Studi Umum pada Perguruan Tinggi di Lingkungan Departemen Agama”. Setelah itu pada tanggal 22 November 2001 Menteri Pendidikan Nasional (A. Malik Fadjar) menerbitkan surat tentang “Persetujuan Perubahan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor 088796/MPN/2001”. Dalam surat ini disebutkan pula persetujuan 12 program studi setelah dilakukan penelitian oleh tim evaluasi dari aspek dosen, kurikulum, sarana prasarana, mahasiswa, penyelenggaraan program dll. Keduabelas program studi dimaksud adalah 1) Matematika, 2) Fisika, 3) Kimia, 4) Biologi, 5) Psikologi, 6) Ilmu Perpustakaan, 7) Teknik Informatika, 8) Sistem Informasi, 9) Akuntansi, 10) Manajemen, 11) Bahasa dan Sastra Inggris, dan 12) Sosial Ekonomi Pertanian. Pada tanggal 9 Januari 2002 Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Faisal Tamin) menyampaikan surat kepada Presiden Republik Indonesia (Megawati Soekarnoputri) Nomor 02/M.PAN/1/2002 perihal “Rancangan Keputusan Presiden tentang Perubahan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta”. Surat ini ditembuskan kepada Menteri Agama (Said Agil Husin Al-Munawar) dan Menteri Pendidikan Nasional (A. Malik Fadjar) Pada tanggal 25 Januari 2002 Wakil Sekretaris Kabinet (Erman Rajagukguk) menyampaikan surat kepada Menteri Keuangan RI perihal “Mohon Pertimbangan tentang Dampak pada Sisi Anggaran Sehubungan Perubahan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta”. Pada tanggal 14 Februari 2002 Direktur Jenderal Anggaran (A. Anshari Ritonga) atas nama Menteri Keuangan telah menjelaskan kemungkinan penggunaan anggaran sehubungan perubahan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta melalui DIK dan DIKS. Pada tanggal 18 Maret 2002 Wakil Sekretaris Kabinet (Erman Rajagukguk) menyampaikan surat kepada Menteri Agama (Said Agil Husin Al-Munawar) Nomor B.27/Waseskab/03/2002 perihal RKP tentang “Perubahan Institut
104 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.” 9. Pada tanggal 20 Mei 2002 Presiden Republik Indonesia (Megawati Soekarnoputri) menandatangani Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 2002 Tentang “Perubahan Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta”. 10. Pada tanggal 8 Juni 2002 bertepatan dengan tanggal 7 Rabiul Awwal 1423 Wakil Presiden RI (H. Hamzah Haz) meresmikan Perubahan Perubahan Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan pemancangan tiang pembangunan kampus dengan bantuan Islamic Development Bank (IDB). Peresmian tersebut disaksikan Menteri Pendidikan Nasional ad interim Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Prof. A. Malik Fadjar dan Prof. Dr. A. Qodry A. Azizy, Dirjen Binbaga Islam Departemen Agama mewakili Menteri Agama Prof. Said Agil Husin Al-Munawar. Rektor IAIN/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para Pembantu Rektor (Suwito, Abuddin Nata, Nasaruddin Umar) dan anggota Senat Institut/Universitas dan keluarga besar IAIN/UIN Jakarta juga turut menyaksikan acara yang meriah ini.
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa rencana perubahan IAIN menjadi UIN yang pernah saya sampaikan secara tertulis dan lisan pada acara Rakerpim di Ciawi tanggal 2-3 September 2000 dapat terwujud, yaitu memerlukan waktu 3 semester. Alhamdulillah. Tentu suka dan duka dalam mengurus perubahan IAIN menjadi UIN sangat banyak. Banyak juga telepon, tulisan dan obrolan dari berbagai pihak yang Mungkin Segalanya Mungkin | 105
Tiga Semester Menjadi UIN
menyampaikan ketidaksetujuannya IAIN berubah menjadi UIN termasuk mereka ada yang mengkafirkan saya dan macam-macam stigma negatif. Saya hanya menyampaikan terima kasih kepada mereka dan tetap mendoakan agar cita-cita ini dapat terwujud dan tidak menjadikan bangsa menjadi kafir. Setelah terjadi perubahan menjadi UIN, saya banyak menerima telepon dari mereka yang pernah mengkafirkan saya untuk membantu agar anak dan keluarganya dapat diterima di salah satu program studi Psikologi, Bahasa dan Sastra Inggris, atau Pendidikan Dokter dan lainnya. Saya bertanya kepada mereka yang menelepon mengapa Bapak/Ibu tertarik memasukkan keluarga kuliah di UIN Jakarta? Mereka umumnya menjawab bahwa kuliah di UIN Jakarta pasti ada ilmu ke-Islamannya. “Oh begitu ya, alhamdulillah semoga mereka lulus tes dan dapat diterima sebagai mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ya”. Begitu secara umum jawaban saya kepada mereka yang pernah mengkafirkan saya. Telah Ada 11 UIN di Seluruh Indonesia Setelah IAIN Jakarta berhasil alih status menjadi UIN, akhirnya Pak Azyumardi Azra banyak menginformasikan kepada orang lain bahwa orang yang berhasil melakukannya adalah saya. Bahkan setiap kali ada orang yang meminta Pak Azyumardi untuk menjadi narasumber perubahan IAIN menjadi UIN maka dia selalu memberikan kesempatan kepada saya untuk memenuhi permintaan tersebut. Terkadang Pak Azyumardi ikut serta tetapi terkadang cukup hanya saya yang menghadirinya sebagai narasumber. Sampai dengan tulisan ini dibuat, sudah ada 11 UIN yang ada di Indonesia. Kesebelas UIN dimaksud adalah: 1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2002 tanggal 20 Mei 2002), 2) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2004 Tanggal 21 Juni 2004), 3) UIN Sultan Maulana Malik Ibrahim Malang (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 50 tanggal 21 Juni 2004), 4) UIN Sultan Syarif Kasim Riau (Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2005 tanggal 4 Januari 2005), 5) UIN Sunan Gunung Djati Bandung (Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2005 tanggal 10 Oktober 2005), 6) UIN Alaudin Makassar (Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 tahun 2005 tanggal 10 Oktober 2005), 7) UIN Sunan Ampel Surabaya (Keputusan Presiden RI No. 65 Tahun 2013 tanggal 1 Oktober 2013), 8) UIN Ar-Raniry Banda Aceh (Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 tanggal 1 Oktober 2013), 106 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
9)
UIN Sumatera Utara Medan (Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 131 Tahun 2014 tanggal 17 Oktober 2014), 10) UIN Raden Fatah Palembang (Peraturan Presiden Nomor 129 tahun 2014 tanggal 17 Oktober 2014), 11) UIN Walisongo Semarang (Peraturan Presiden Nomor 130 tanggal 17 Oktober 2014). Dari kesebelas UIN tersebut di atas, ada 2 UIN yang saya sama sekali tidak ikut serta dalam hal mempersiapkan proposal atau pengurusan lainnya, yaitu UIN Sultan Maulana Malik Ibrahim Malang dan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Terhadap 9 UIN lainnya insya Allah saya ikut serta mempersiapkannya. IAIN lain yang sudah melakukan berbagai persiapan dan pengajuan untuk alih status menjadi UIN adalah 1) IAIN Raden Intan Bandar Lampung, 2) IAIN Imam Bonjol Padang, 3) IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 4) IAIN Antasari Banjarmasin, 5) IAIN Mataram. 6) IAIN Ambon, dan 7) IAIN Banten. Tugas Utama Keilmuan UIN Tugas utama keilmuan UIN tergambar antara lain pada diktum “Menimbang” pada Keputusan Presiden RI (Megawati Soekarnoputri) Nomor 31 tahun 2002 tanggal 20 Mei 2002 yaitu integrasi keilmuan agama dengan ilmu lain.
Mungkin Segalanya Mungkin | 107
Tiga Semester Menjadi UIN
Logo Sebelas UIN Berikut ini adalah logo 11 UIN yang ada di Indonesia sampai dengan Februari 2016. Makna masing-masing logo dapat ditemukan dalam alamat web masing-masing UIN.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
108 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Penerbitan 4 Newsletter Suatu sore hari di bulan Maret 2003, saya dan Prof. Azyumardi Azra, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pulang dari Departemen Agama menuju ke Ciputat. Ketika itu saya satu mobil dengannya. Sesampai di Jalan Jenderal Sudirman Jakarta Selatan saya usul kepada Pak Azyumardi agar diizinkan menerbitkan newsletter yang diberi nama Berita UIN karena IAIN baru saja beralih status menjadi UIN tanggal 20 Mei 2002. Saya menyampaikan argumentasi bahwa para mahasiswa, dosen, karyawan dan bahkan masyarakat lainnya perlu mengetahui perkembangan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya juga meyakinkan kepada Pak Azyumardi agar para tamu yang datang ke kampus UIN Jakarta, pulangnya harus membawa oleh-oleh yaitu Berita UIN. Ketika itu Pak Azyumardi langsung setuju dan hari berikutnya saya mengumumkan bahwa diperlukan tenaga ahli yang dapat mengelola newsletter. Tidak berapa lama, Nanang Syaikhu mengajukan lamaran yang dilengkapi dengan pengalaman jurnalistiknya. Akhirnya langsung saya terima dan bersama saya mulai menerbitkan Berita UIN mulai bulan Juli 2003. Newsletter Berita UIN ini terbit dwimingguan dalam format double quarto. Hampir satu tahun kemudian saya usul agar diterbitkan newsletter versi Arab dan Inggrisnya. Newsletter versi Arab bernama Akhbar al-Jamiah ( )أﺧﺒﺎر اﻟﺠﺎﻣﻌﺔdan mulai terbit Juli 2004 dan versi Inggrisnya dinamakan UIN News yang mulai terbit Agustus 2004. Tidak semua artikel yang ada di Akhbar al-Jamiah dan UIN News adalah terjemahan dari artikel yang diterbitkan di Berita UIN. Teman yang pertama membantu mengelola newsletter Akhbar al-Jamiah adalah Iding Rosyidin dan orang yang pertama membantu pengelolaan UIN News adalah Mu’adz D’Fahmi. Mulai tahun 2005 saya juga minta kepada Pak Ahmad Dardiri, Ketua Takmir Masjid alJami’ah untuk menerbitkan newsletter dan benar akhirnya dilaksanakan. Newsletter baru ini terbit setiap Ju’mat dengan nama al-Sharīf ( )اﻟﺸﺮﯾﻒdan artikelnya dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris. Keempat newsletter ini terbit secara rutin sampai dengan saya berakhir menjadi Pembantu Rektor I Bidang Akademik dan Pembantu Rektor IV Bidang Pengembangan Kelembagaan, awal tahun 2007. Secara khusus dalam kesempatan ini saya menyampaikan banyak terima kasih kepada Prof. Dr. Amany Lubis, M.A. yang telah banyak membantu editing dan lainnya berbagai newsletter tersebut terutama aspek bahasa Arabnya. Prof. Amany juga banyak membantu dalam penerjemahan ke dalam bahasa Arab berbagai dokumen IAIN/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta baik ketika saya menjadi Pembantu Rektor I Bidang Akademik maupun Pembantu Rektor IV Bidang Pengembangan Kelembagaan bahkan sampai saya menjabat di Sekolah Pascasarjana.
Mungkin Segalanya Mungkin | 109
Tiga Semester Menjadi UIN
Khutbah Jumat dalam Bahasa Arab dan Inggris Ketika saya menjadi Pembantu Rektor bidang Akademik mulai akhir Agustus 2000, saya berkeinginan agar IAIN Jakarta tercipta suasana kampus yang berkualifikasi internasional. Untuk itu maka saya minta izin kepada Prof. Azyumardi Azra, Rektor IAIN Jakarta ketika itu untuk memulai khutbah Jumat dalam Arab dan bahasa Inggris. Prof. Azyumardi menyetujui gagasan tersebut. Setelah itu saya minta agar Pak Ahmad Dardiri menjadi pengurus/takmir masjidnya karena dia bahasa Arabnya sangat bagus selain bisa bahasa Inggris, alumni pesantren Gontor, IAIN Jakarta dan alumni doktor dari Jamia Millia Islamia India. Sebelum kegiatan khutbah Jumat berbahasa asing ini dimulai, saya juga minta restu kepada para pinisepuh IAIN Jakarta seperti Pak Abdurrahman Partosentono dan Ahmad Sjadali. Mereka menyetujui bahwa khutbah Jumat dilaksanakan dengan menggunakan bahasa Arab dan Inggris. Mulai 8 Desember 2000, diadakan khutbah Jumat dengan pengantar bahasa Arab dan bahasa Inggris di masjid Kampus yang masih kecil. Setelah masjid al-Jamiah direnovasi menjadi bagus dan sangat besar, khutbah Jumat dalam bahasa Arab dan Inggris tetap dilaksanakan sampai saat tulisan ini dibuat. Agar membantu pemahaman para jamaah, apabila khutbah pertama menggunakan pengantar bahasa Arab maka pada khutbah kedua diberikan ringkasan dalam bahasa Indonesia dan apabila pengantar khutbah dalam bahasa Inggris, maka pada khutbahnya diberikan ringkasan khutbah dalam pengantar bahasa Indonesia. Tindak Lanjut Setelah Menjadi UIN Setelah Pimpinan IAIN Jakarta menerima Keputusan Presiden (Megawati Soekarnoputri) Nomor 31 Tahun 2002 tanggal 20 Mei 2002 tentang Perubahan IAIN Menjadi UIN Jakarta pada tanggal 30 Mei 2002 secara tertulis saya sampaikan kepada Senat Universitas beberapa hal mengenai tindak lanjut yang harus dilakukan. Di antaranya adalah: 1) Label dan Ijazah. Label dan/atau tulisan IAIN pada semua bentuk termasuk wisuda yang dilaksanakan tanggal 20 Juli 2002 telah harus menggunakan nama UIN. 2) Logo. Logo yang ada tetap digunakan hanya mengubah tulisan IAIN menjadi UIN. 3) Legalisasi Ijazah dan Transkrip Akademik. Legalisasi ijazah dan transkrip akademik yang berkaitan dengan alumni sejak ADIA tetap dilayani dengan status sebagai UIN. 4) Urusan Kepegawaian. Urusan kepegawaian berkait dengan kenaikan pangkat dan lain-lain secara berangsur menggunakan label UIN. 5) Kode Etik. Prinsip-prinsip umum kode etik semua jajaran masih menggunakan yang lama dengan perubahan IAIN menjadi UIN. 110 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
6) Mars dan Hymne. Lagu mars dan hymne UIN masih menggunakan mars dan hymne IAIN dengan mengubah IAIN menjadi UIN. 7) Tiga Bahasa. Mulai September 2002 mayoritas papan nama dilengkapi dengan istilah bahasa Arab dan bahasa Inggris. 8) Sosialisasi. Sosialisasi ke banyak wajib dilakukan sehubungan adanya perubahan IAIN menjadi UIN. 9) Ucapan Selamat. Sangat dinantikan ucapan selamat dari banyak pihak melalui banyak media. 10) Lain-lain. Hal-hal yang perubahannya berkait dengan aturan lain seperti SK kepegawaian berlaku sesuai waktu yang memungkinkan tetapi tetap diusahakan secepat mungkin. Selain itu beberapa waktu kemudian dilakukan banyak hal. Di antaranya adalah perlunya revisi kurikulum dalam rangka perubahan status menjadi UIN. Hal ini saya sampaikan secara tertulis pada tanggal 31 Mei 2002. Pada tanggal 4 Juni 2002 saya juga menyampaikan secara tertulis mengenai perkembangan pendidikan Islam di Indonesia dalam rangka menyambut kedatangan Timbalan Perdana Menteri Malaysia YAB Abdullah bin Haji Ahmad Badawi di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tanggal 18 Juni 2002 secara tertulis saya sampaikan beberapa hal mengenai rambu-rambu penyusunan soal ujian tulis pada penerimaan mahasiswa baru tahun 2002/2003 dalam pertemuan dengan para dosen penyusun soal ujian tulis. Pada tanggal 7 Juli 2002 saya juga menyampaikan secara tertulis materi penyusunan kurikulum dan SAP di UIN Jakarta dalam pertemuan dengan para Pimpinan Fakultas/Jurusan/Program Studi. Pada tanggal 19 Juni 2002 saya menyampaikan secara tertulis mengenai perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dalam acara Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Pada Rapat Senat tanggal 22 Juni 2002 saya juga menyampaikan secara tertulis tentang penambahan nama pada Fakultas Keagamaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penamaan Fakultas diupayakan mampu memotivasi adanya integrasi keilmuan agama dan umum. Nama-nama Fakultas yang akhirnya disetujui pada waktu itu adalah 1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2) Fakultas Adab dan Humaniora, 3) Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, 4) Fakultas Syari’ah dan Hukum, 5) Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 6) Fakultas Psikologi, 7) Fakultas Dirasat Islamiyah, 8) Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, 9) Fakultas Sains dan Teknologi, dan 10) Program Pascasarjana. Masing-masing nama Fakultas dan Pascaarjana diberikan label 3 bahasa yaitu Indonesia, Arab, dan Inggris yang sampai tulisan ini dibuat masih terpampang sebagai nama Fakultas, termasuk 11)
Mungkin Segalanya Mungkin | 111
Tiga Semester Menjadi UIN
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan sejak 30 Desember 2002, kecuali Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang hanya menggunakan label 1 bahasa. Saya juga sempat menyampaikan beberapa hal berkait dengan perubahan IAIN menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kepada para anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Ciputat dalam acara Bedah Kampus yang dilaksanakan pada tanggal 22 Juni 2002. Pada tanggal 8 Juli 2002, saya menyampaikan secara tertulis mengenai peran sebelum dan setelah menjadi UIN kepada para tamu dari Kedah Malaysia. Pada tanggal 12 sampai dengan 15 Agustus 2002 dilaksanakan Pelatihan dan Orientasi Substantif Tugas Pokok dan Pekerjaan bagi CPNS. Dalam kesempatan tersebut saya menyampaikan secara tertulis mengenai kebijakan dan pengembangan pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tanggal 29 Agustus 2002 dalam rapat dengan Pimpinan Fakultas dan Jurusan/Program Studi saya menyampaikan secara tertulis tentang pembenahan administrasi dan manajemen menuju Universitas yang prestisius. Pada tanggal 2-5 September 2002 dilaksanakan Pelatihan Manajemen Perpustakaan. Dalam kesempatan tersebut saya menyampaikan secara tertulis tentang perpustakaan yang didambakan. Pada tanggal 5 September 2002 saya juga menyampaikan secara tertulis tentang mekanisme dan tata kerja dalam bidang administrasi akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada pertemuan koordinasi dengan pimpinan Fakultas dan Jurusan/Program Studi. Saya juga menyampaikan secara tertulis mengenai penggunaan dan pengelolaan dana ZIS POM pada tanggal 10 September 2002 kepada para pimpinan Fakultas, Jurusan/Program Studi, Lembaga Kemahasiswaan, dan Pengurus POM. Materi tentang penyelenggaraan sistem kredit semester pada administrasi akademik di Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pernah saya sampaikan pada acara seminar tentang peningkatan administrasi akademik Fakultas Dirasat Islamiyah yang dilaksanakan pada tanggal 20 September 2002. Pada tanggal 22-23 September 2002 saya memberikan materi tentang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Upaya integrasi ilmu-ilmu Qur’aniyah dan ilmu-ilmu Kauniyah dalam Seminar Serantau Pengajian Tinggi Islam di Nusantara: Cabaran dan Arah Masa Depan yang dilaksanakan di Yala Islamic College Thailand. Pada tanggal 15 Oktober 2002 saya menyampaikan secara tertulis tentang kebijakan akreditasi program studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam pertemuan dengan para pimpinan Fakultas, para Ketua dan Sekretaris Jurusan/Program Studi. Pada waktu itu sudah ada 19 program studi yang terakreditasi dengan peringkat A dan B yaitu program studi 1) Pendidikan Agama Islam (A), 2) Pendidikan Bahasa Arab (A), 3) Kependidikan Islam (B), 4) Pendidikan Bahasa Inggris (B), 5) Pendidikan Matematika (B), 6) Psikologi Islam, 112 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
(B), 7) Bahasa dan Sastra Arab (B), 8) Sejarah dan Peradaban Islam (B), 9) Perbandingan Agama (A), 10) Aqidah Filsafat (A), 11) Tafsir Hadis (A), 12) Komunikasi dan Penyiaran Islam (A), 13) Bimbingan dan Penyuluhan Islam (B), 14) Manajemen Dakwah (B), 15) Ahwal Syakhsiyah (A), 16) Perbandingan Madzhab dan Hukum (A), 17) Jinayah Siyasah (B), 18) Muamalat (B), dan 19) Magister Studi Islam (Unggul). Masa mulai berlaku akreditasi terhadap 19 program studi tersebut ada yang sejak Mei, Juli, dan Agustus 2000. Pada waktu ada 18 program studi yang belum memperoleh akreditasi. Pada tanggal 13 Oktober 2002 saya membuat proposal agar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diterima menjadi perguruan tinggi yang menjadi anggota Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) Perguruan Tinggi Negeri. Pada tahun 2001 pernah saya ajukan tetapi ditolak dengan alasan belum menjadi Universitas. Pada tanggal 2-4 November 2002 diadakan rapat kerja para Rektor UIN/IAIN dan Ketua STAIN seluruh Indonesia di Jakarta. Dalam kesempatan tersebut saya menyampaikan materi secara tertulis tentang Evaluasi Kurikulum Nasional Program Sarjana (S-1) IAIN/STAIN. Pada tanggal 8 November 2002 saya menyampaikan secara tertulis materi tentang pengembangan Fakultas dan Jurusan/Program Studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hingga 5 tahun ke depan dalam pertemuan pimpinan Universitas dan Fakultas serta Program Studi. Pada tanggal 20 November 2002 saya menyampaikan materi secara tertulis tentang pembidangan ilmu Agama Islam dan kaitannya dengan pengembangan PTAI pada Pertemuan Konsorsium Ilmu Agama Islam yang diselenggarakan Ditjen Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI di Hotel Setiabudi Jakarta. Pada tanggal 26 November 2002 saya menyajikan materi secara tertulis tentang pembukaan program studi kedokteran dalam pertemuan Rencana Pembukaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Pada tanggal 23-24 Desember 2002 diadakan acara Evaluasi Pelaksanaan Tugas dan Penggunaan Anggaran Tahun 2002 dan Rencana Program dan Anggaran Tahun 2003. Ketika itu saya menyampaikan secara tertulis tentang bidang akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2002 dan Rencana Tahun 2003. Dalam tulisan tersebut saya majukan 5 rencana prioritas yaitu 1) pembukaan program studi pendidikan dokter, 2) pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi, 3) pemberlakuan ketentuan mengenai pembukaan dan penutupan program studi sehingga perlu adanya akreditasi internal, 4) komputerisasi administrasi akademik, dan 5) peneriman mahasiswa baru melalui seleksi institusi sendiri dan melalui SPMB yang bergabung dengan 46 perguruan tinggi negeri. Pada Rapat Senat tanggal 30 Desember 2002 saya mengajukan secara tertulis beberapa hal sbb: 1) pencanangan program go national dan international jurusan/program studi, 2) pembukaan program studi ilmu kesehatan dan kedokteran, Mungkin Segalanya Mungkin | 113
Tiga Semester Menjadi UIN
3) akreditasi internal dan eksternal untuk penguatan jurusan/program studi, 4) pembukaan jurusan/program studi baru, 5) penutupan jurusan/program studi lama yang tidak memenuhi kriteria, 6) pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi, 7) penerbitan buku pedoman akademik oleh Fakultas/Jurusan/Program Studi, 8) komputerisasi administrasi akademik, 9) kelas internasional, 10) pembukaan program studi pada Program Pascasarjana, 11) internasionalisasi kampus, dan 12) etika akademik. Pada Rakerpim yang diselenggarakan tanggal 24-25 Januari 2003 di Wisma Tugu saya mengajukan beberapa hal sebagai berikut: 1) penyempurnaan RIP Universitas, 2) penguatan Jurusan/Program Studi/Konsentrasi, 3) penataan dosen program studi, 4) penyelenggaraan SKS murni, 5) pencanangan go national dan international Jurusan/Program Studi/Konsentrasi, 6) pengurusan izin pembukaan dan/atau upgrade Fakultas, Jurusan/Program Studi, 7) pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi, 8) realisasi komputerisasi akademik yang online ke Fakultas/Jurusan/Program Studi, 9) penerbitan buku pedoman akademik Fakultas/Jurusan/Program Studi/Program Pascasarjana, 10) perpustakaan, 11) penelitian, 12) pengabdian kepada masyarakat, 13) pusat bahasa dan budaya, 14) akreditasi jurnal ilmiah, 15) kopertais, dan 16) penerbitan buku ajar yang bernuansa integrasi keilmuan dan keislaman. Beberapa kegiatan lain yang mendukung penguatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak semua dicantumkan dalam tulisan di atas. Tulisan selengkapnya tentang itu dapat dibaca dalam buku Menuju Universitas Islam yang Prestisius. Buku ini merupakan kumpulan tulisan saya ketika menjadi Pembantu Rektor I Bidang Akademik selama 31 bulan mulai sejak 28 Agustus 2000 sampai dengan 28 Maret 2003. Dalam buku tersebut saya juga selipkan draft SK Rektor yang telah saya persiapkan. Draft tersebut meliputi 1) Pedoman Pembukaan dan Penutupan Jurusan/Program Studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2) Pedoman Penerbitan Ijazah dan Transkrip Akademik Lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 3) Petunjuk Pelaksanaan Upacara Pengukuhan Guru Besar dan Penganugerahan dan Sidang Ujian Promosi Doktor, dan 4) Pedoman Pengaturan Dosen Tetap Kontrak di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Petunjuk Arah Menuju UIN Radius 5 -10 Kilometer Seperti ketika saya mengajukan program perubahan IAIN menjadi UIN dalam waktu 3 semester pada waktu Rakerpim di Ciawi tanggal 2-3 September 2000, pada tanggal 31 Desember 2003 s.d. 1 Januari 2004 saya juga memperoleh tanggapan “Uuuuuwww” dari peserta Rakerpim gara-gara salah satu program yang saya ajukan adalah memasang letter pada papan nama petunjuk jalan pada radius 5-10 kilometer bahkan lebih dari kampus UIN Jakarta.
114 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Saya tidak mengetahui alasan mengapa kawan-kawan memberikan tanggapan semacam itu. Mungkin usulan itu dinilai lucu, atau bahkan tidak mungkin karena itu kewenangan pemerintah. Pada waktu itu saya memiliki perasaan PD (percaya diri) karena sudah menjadi Universitas Negeri. Dengan pemikiran demikian maka saya menduga bahwa pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Perhubungan pasti akan menerima usulan apabila ada petunjuk arah di jalan raya termasuk sistem yang ada ataupun di luar sistem. Pihak Dinas Perhubungan menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan istilah “masuk sistem” adalah tulisan tersebut masuk dalam petunjuk arah yang sudah ada, sedangkan yang di luar sistem adalah rambu/petunjuk khusus yang dibuat di luar petunjuk arah yang sudah ada. Akan tetapi kedua model tersebut resmi menjadi kewenangan pemerintah, dalam hal ini Dinas Perhubungan. Sekali lagi, Pak Azyumardi Azra sangat besar perannya karena dia selalu menyetujui apa yang saya usulkan. Dia cepat sekali memahami alur pikir saya sehingga dia cepat menyetujui dan mem-back up apabila ada orang lain berkomentar negatif atau bahkan protes. Sangat banyak kasus yang saya usulkan kemudian menjadi kebijakan dan dilaksanakan baik ketika saya di Rektorat maupun di Sekolah Pascasarjana, Pak Azyumardi Azra selalu membela saya. Bisa jadi suatu saat Pak Azyumardi tidak setuju dengan yang saya perbuat tetapi lama kelamaan dia sangat setuju, contohnya ketika saya menyuruh tukang taman menebang pohon untuk diganti gara-gara ada yang roboh kena petir dan pohonnya kecil-kecil. Dalam hal ini saya harus meminta maaf kepada Pak Azyumardi karena saya khilaf memberi tahu sebelumnya. Petunjuk arah menuju kampus UIN tersebut dapat terpasang atas kerja sama dengan pihak Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Tangerang, dan Bogor. Suatu sore menjelang maghrib saya dikontak oleh Pak Abuddin Nata dan memberi tahu bahwa biaya pemasangan patunjuk arah sangat mahal. “Oh apa ya Pak, berapa?” Tanya saya. “Iya Mas, sekian ratus juta sekian” (Pak Abudin menyebut angka pastinya tetapi saya tidak ingat), jawabnya. Saya kemudian mengatakan kepada Pak Abuddin: “Itu murah lho Pak jika dibandingkan dengan pasang iklan di Kompas. Kalau kita pasang iklan di Koran paling hanya sekali atau 2 kali terbit”. Rupanya Prof. Abuddin memang mengetahui gaya saya maka ia langsung jawab, “oke Mas kita tindak lanjuti”, katanya. “Terima kasih banyak ya Pak, assalamu’laikum”, kemudian secara perlahan-lahan saya menjauhkan handphone dari telinga kanan saya. Akhirnya, saya minta agar redaksi yang digunakan dalam petunjuk arah tersebut ada 2 versi, yaitu 1) Tulisan “UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” lengkap tanda panah untuk pemasangan di wilayah DKI Jakarta, dan 2) Tulisan “Kampus UIN” dilengkapi angka KM (kilometer) dan tanda panah untuk pemasangan di wilayah Tangerang dan Bogor. Sampai saat tulisan ini dibuat, petunjuk arah tersebut Mungkin Segalanya Mungkin | 115
Tiga Semester Menjadi UIN
masih banyak dijumpai tetapi banyak juga yang hilang terutama untuk model yang tidak masuk sistem. Di antara petunjuk arah yang hilang adalah petunjuk arah yang ada di depan Carrefour depan Lebak Bulus dari arah Pondok Indah dan dari arah Kebayoran Lama dan yang ada di depan Point Square dari arah Rumah Sakit Fatmawati. Suatu sore menjelang maghrib Pak Azyumardi Azra menyampaikan selamat kepada saya melalui handphone ketika ia melihat beberapa petunjuk arah sudah terpasang. Saya menyampaikan terima kasih juga karena Pak Edy sudah karena merestuinya. Saya hampir saja tidak mengerti yang dimaksud oleh Pak Edy ketika ia menyampaikan terima kasih itu karena saya belum melihat petunjuk arah yang sudah terpasang. Akan tetapi karena hal itu usulan saya maka saya cepat juga ingat, “Oh ya Pak terima kasih. Besok akan saya cek di beberapa tempat”, kataku. Suatu hari Prof. Jamhari juga bercerita bahwa petunjuk arah tersebut sangat bermanfaat karena ketika keluarganya dari arah kota hampir saja tidak mengetahui di mana kampus UIN. Setelah dia melihat ada petunjuk di Jalan Sisingamangaraja, Masjid al-Azhar Kebayoran Baru dan seterusnya maka dengan sangat mudah keluarga tersebut menemukan kampus UIN yang ada di Jalan Ir. H. Juanda Ciputat. Ijazah dalam Tiga Bahasa Saya pernah mengusulkan dan akhirnya UIN Syarif Hidayatullh Jakarta pernah menerbitkan ijazah dalam format 3 bahasa, yaitu Indonesia, Arab, dan Inggris mulai September 2002. Ketentuan tentang itu sudah pernah saya buat dan Surat Keputusan Rektornya sudah diberikan nomornya yaitu 152 Tahun 2002 tanggal 1 Juli 2002. Akan tetapi karena alasan tertentu akhirnya SK ini tidak diberlakukan lagi sehingga ijazah yang terbit selanjutnya adalah dalam satu bahasa, yaitu, bahasa Indonesia. Menjadi Pembantu Rektor Bidang Pengembangan Kelembagaan Pembantu Rektor Bidang Pengembangan Kelembagaan adalah jabatan baru yang ada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebelumnya ada jabatan Pembantu Rektor bidang Kerja sama. Setelah selesai menjabat sebagai Pembantu Rektor Bidang Akademik, saya ditetapkan oleh Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A.) sebagai Pembantu Rektor Bidang Pengembangan Kelembagaan. Jabatan ini bukan merupakan jabatan struktural. Di antara yang pernah saya lakukan untuk UIN Jakarta selama menjabat sebagai Pembantu Rektor bidang Pengembangan Kelembagaan ini adalah usulan menjadi international research university. Pada tanggal 1-2 April 2003 diselenggrakan Rapat Kerja Rektorat yang dilaksanakan di Hotel Treva Menteng Jakarta Pusat. Pada rapat tersebut saya mengusulkan dan akhirnya menjadi ketetapan bahwa pengembangan kelembagaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 116 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
dibuat dalam 3 masa bhakti yaitu 1) masa bhakti 2002-2006 merupakan Jaminan Kualitas, 2) masa bhakti 2006-2010 sebagai Research University, dan 3) masa bhakti 2010-2014 sebagai International University. Ketiga masa bhakti tersebut kemudian direvisi dengan tahapan sebagai berikut 1) 2003 – 2007 Unggul dan Kompetitif, 2) 2007-2011 Universitas Riset, dan 3) 2011-2015 Universitas Internasional. Masing-masing tahapan tersebut sudah saya sebut juga indikator-indikatornya. Kebijakan program ini sering saya sampaikan dalam banyak pertemuan baik dengan para pimpinan Fakultas dan Jurusan/Program Studi. Saya menyampaikan hal itu juga kepada para mahasiswa melalui berbagai kegiatan. Uraian tentang ini antara lain dapat dibaca dalam buku saya “Menuju Univeritas Riset Bertaraf Internasional” tahun 2006 mulai halaman 103 – 109. Selain hal di atas, saya pada periode ini banyak berkonsentrasi pada penguatan dan pengembangan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Psikologi, Fakultas Adab dan Humaniora, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, dan Fakultas Dirasat Islamiyah. Penguatan tersebut berupa pembukaan program studi, akreditasi program studi, akreditasi jurnal, reposisi program studi, kerja sama tingkat Universitas dan Fakultas, dan penguatan strategi integrasi keilmuan. Universitas Riset Bertaraf Internasional Pada rapat kerja Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tanggal 1-2 April 2003 di Hotel Treva Menteng Jakarta, saya mengusulkan agar UIN Jakarta melakukan tahapan prioritas dalam pengembangan kelembagaannya hingga tiga periode kepemimpinan. Tahapan prioritas sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya dibuat sebagai berikut: 1) masa bhakti kepemimpinan periode 20022006 memprioritaskan jaminan kualitas, 2) masa bhakti masa bhakti kepemimpinan periode 2006-2010 memprioritaskan Research University, dan 3) masa bhakti kepemimpinan periode 2010-2014 memprioritaskan International University. Usul penetapan adanya prioritas tersebut didasarkan pertimbangan daya dukung/modal dasar yang dimiliki UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada waktu itu. Modal dasar yang saya maksudkan adalah 1) Dari aspek kelembagaan, UIN Jakarta telah memiliki legalitas formal sebagai perguruan tinggi negeri dengan berbagai keputusan yang ada, utamanya adalah Keputusan Presiden (Megawati Soekarnoputri) Nomor 31 Tahun 2002 tanggal 20 Mei 2002. 2) Dari aspek sumber daya, UIN Jakarta sudah memiliki 10 Fakultas termasuk Program Pascasarjana, selain banyak juga lembaga yang dimiliki. 3) Program studi yang telah memperoleh akreditasi A, Unggul, dan B mencapai 19 program studi (nama, nomor SK dan tanggal SK dapat dilihat pada Menuju Universitas Riset Bertaraf Internasional, h. 3). 4) UIN Jakarta memiliki banyak jurnal ilmiah termasuk setiap Fakultas dan Lembaga-lembaga memilikinya, 5) Lembaga luar yang berasal dari dalam negeri Mungkin Segalanya Mungkin | 117
Tiga Semester Menjadi UIN
dan luar negeri banyak yang melakukan kerja sama dengan UIN Jakarta, dan 6) Lahan kampus yang dimiliki UIN Jakarta bertambah luas. Inilah beberapa modal dasar yang saya sebut pada waktu itu untuk meyakinkan peserta bahwa UIN Jakarta perlu melakukan prioritas program. Dalam kesempatan tersebut, saya juga mengajukan indikator yang harus dimiliki UIN Jakarta untuk mencapai cita-cita yang saya usulkan tersebut. Universitas unggul dan kompetitif yang dipersepsikan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta setidaknya memiliki beberapa indikator sebagai berikut: 1. Rasio calon mahasiswa setiap Prodi yang mendaftar dan daya tampung mencapai sekurang-kurangnya 5:1 2. Lulusan memiliki kompetensi yang jelas 3. Lulusan setiap Prodi memiliki kemampuan aktif salah satu bahasa asing (Arab/Inggris) 4. Dosen sesuai keahlian Program Studi 5. Mayoritas dosen berpendidikan doktor 6. Mayoritas dosen mampu berbahasa asing (Arab/Inggris) secara aktif 7. Mayoritas karyawan dapat berbahasa asing (Arab/Inggris) 8. Laboratorium dan perpustakaan sangat memadai 9. Terakreditasinya lembaga-lembaga secara nasional 10. Administrasi terselenggara secara online 11. Setiap Prodi terdapat mahasiswa asing. Selain indikator-indikatir di atas, Universitas Riset yang dipersepsikan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah: 1. Setiap Dosen Tetap memiliki agenda penelitian yang sangat baik dalam setiap tahunnya 2. Artikel mayoritas Dosen Tetap Program Studi dipublikasikan dalam jurnal ilmiah nasional dan/atau internasional 3. Hasil penelitian Dosen Tetap Program Studi banyak dikutip oleh pakar lain dalam artikel ilmiah atau professional 4. Artikel Dosen Tetap Program Studi ada yang dimuat dalam jurnal professional 5. Artikel Dosen Tetap Program Studi ada yang dimuat dalam penerbitan popular 6. Hasil penelitian Dosen Tetap Program Studi ada yang telah dipatenkan 7. Dosen atau Program Studi menghasilkan produk (teknologi atau jasa lainnya) yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat 8. Penelitian yang dilakukan Dosen Tetap memiliki relevansi dengan pengembangan disiplin ilmu Program Studi 9. Hasil penelitian tsb mempunyai dampak positif terhadap pengembangan studi mahasiswa 10. Bahan ajar merupakan hasil penelitian dosen sesuai bidang keahliannya
118 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
11. Para peneliti tersebut merupakan bagian dari suatu jaringan penelitian nasional dan/atau internasional 12. Hibah penelitian bersumber dari badan-badan resmi nasional dan internasional. 13. Mahasiswa dan/atau para karyawan terlibat aktif dalam melakukan berbagai penelitian. Indikator selain yang telah tercantum di atas, untuk menjadi universitas yang bertaraf internasional bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta harus memperlihatkan indikator tambahan sebagai berikut: 1. Dosen setiap Prodi sempat ikut seminar ilmiah/lokakarya/penataran/Workshop/ pergelaran/pameran/peragaan/penelitian tingkat internasional 2. Artikel mayoritas Dosen Tetap dan mahasiswa Program Studi dipublikasikan dalam jurnal ilmiah nasional dan/atau internasional 3. Dosen Program Studi menghasilkan penelitian/temuan yg dapat dipatenkan tingkat internasional 4. Beberapa Prodi mendapat akreditasi tingkat internasional 5. Bahasa pengantar perkuliahan mayoritas berbahasa Arab/Inggris 6. Terdapat banyak Program Studi dan/atau kelas yang bertaraf internasional 7. Banyak dosen, karyawan dan/atau mahasiswa yang berperan serta dalam kegiatan tingkat internasional 8. Makin banyak kegiatan penelitian dengan mitra luar negeri 9. Makin banyak peserta program sandwich dari perguruan tinggi luar negeri IAIN Memiliki 22 Program Studi Sampai dengan Agustus 2000 ketika saya mulai menjabat Pembantu Rektor I Bidang Akademik, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki 5 Fakultas dan 1 Program Pascasarjana, sedangkan jumlah keseluruhan Jurusan/Program Studi ada 20 untuk program S-1 dan 1 program studi magister pengkajian Islam dan 1 program studi doktor pengkajian Islam. Secara rinci, Fakultas dan program studi yang ada ketika itu adalah A. Fakultas Tarbiyah memiliki program studi: 1) Pendidikan Agama Islam, 2) Pendidikan Bahasa Arab, 3) Kependidikan Islam, 4) Tadris Bahasa Inggris, dan 5) Tadris MIPA, B. Fakultas Syari’ah memiliki program studi: 1) Akhwal Syakhsiyah, 2) Jinayah Siyasah, 3) Perbandingan Madzhab dan Hukum, 4) Muamalat/Ekonomi Islam, C. Fakultas Adab memiliki program studi: 1) Bahasa dan Sastra Arab, 2) Sejarah Kebudayaan Islam, dan 3) Terjemah, D. Fakultas Ushuluddin memiliki program studi: 1) Perbandingan Agama, 2) Aqidah Filsafat, dan 3) Tafsir Hadis,
Mungkin Segalanya Mungkin | 119
Tiga Semester Menjadi UIN
E. Fakultas Dakwah memiliki program studi: 1) Komunikasi dan Penyiaran Islam, 2) Bimbingan dan Penyuluhan Islam, 3) Manajemen Dakwah, dan 4) Pengembangan Masyarakat Islam, F. Program Pascasarjana memiliki program studi: 1) Magister Pengkajian Islam dan 2) Doktor Pengkajian Islam. Selain itu ada 7 program studi yang akan menjadi cikal bakal untuk konversi UIN yaitu 1) Psikologi, 2) Teknik Informatika, 3) Akuntansi, 4) Manajemen, 5) Agribisnis, 6) Ilmu Perpustakaan dan Sistem Informasi, dan 7) Bahasa dan Sastra Inggris. Ketujuh program studi ini ketika itu belum memperoleh izin penyelenggaraan dari Dirjen. Pada tahun 2011 saya mengusulkan dan akhirnya disetujui Kelas Khusus alAzhar menjadi Fakultas Dirasat Islamiyah dengan program studi Dirasat Islamiyah. Desember 2006 UIN Jakarta Memiliki 52 Program Studi Akreditasi program studi, institusi, dan jurnal merupakan salah satu yang menjadi perhatian saya ketika menjadi Pembantu Rektor I Bidang Akademik dan Pembantu Rektor IV Bidang Pengembangan Kelembagaan. Hal ini karena saya mengetahui bahwa akreditasi merupakan pertanggungjawaban terhadap publik. Apabila institusi, program studi, dan jurnal tidak terkareditasi maka akan sulit untuk memperoleh kepercayaan masyarakat. Sampai dengan saya menulis Nota Jabatan sebagai Pembantu Rektor Bidang Kelembagaan pada tanggal 22 Desember 2006 tercatat bahwa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada waktu itu memiliki 52 program studi dengan stuatus akreditasi sebagai berikut: A. Ada 28 Program Studi yang sudah terakreditasi yaitu: 1) Pendidikan Agama Islam (peringkat akreditasi A, selanjutnya hanya ditulis pringkatnya saja), 2) Pendidikan Bahasa Arab (A), 3) Bahasa dan Sastra Arab (A), 4) Sejarah dan Peradaban Islam (A), 5) Tarjamah (A), 6) Ilmu Perpustakaan (B), 7) Bahasa dan Inggris (A), 8) Perbandingan Agama (A), 9) Tafsir Hadis (A), 10) Ahwal Syakhsiyah (A), 11) Perbandingan Madzhab dan Hukum (A), 12) Jinayah Siyasah (A), 13) Muamalat (A), 14) Komunikasi dan Penyiaran Islam (A), 15) Bimbingan dan Penyuluhan Islam (B), 16) Manajemen Dakwah (A), 17) Pengembangan Masyarakat Islam (A), 18) Dirasat Islamiyah (A), 19) Psikologi (B), 20) Manajemen (A), 21) Akuntansi (B), 22) osial Ekonomi Pertanian/Agribisnis (B), 23) Teknik Informatika (B), 24) Sistem Informai (B), 25) Matematika (B), 26) Biologi (C), 27) Fisika (C), dan 28) Kimia (C). B. Ada 6 program studi yang menanti pengumuman hasil akreditasi yaitu 1) Tadris Pendidikan Bahasa Inggris, 2) Tadris Pendidikan Matematika, 3) Tadris Pendidikan Biologi, 4) Aqidah Filsafat, 5) Sosiologi Agama, dan 6) Pemikiran Politik Islam. 120 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
C. Ada 5 program studi kelas internasional yang belum ada aturan akreditasinya yaitu 1) Perbandingan Madzhab dan Hukum, 2) Manajemen, 3) Akuntansi, 4) Teknik Informatika, dan 5) Sitem Informasi. D. Ada 13 program studi yang belum melaksanakan akreditasi karena belum masanya dan karena ada yang sedang proses pengisian Borang yaitu 1) Kependidikan Islam, 2) Tadris Pendidikan Fisika, 3) Tadris Pendidikan Kimia, 4) Tadris Pendidikan IPS, 5) Tadris Pendidikan Bahasa Indonesia, 6) Ilmu Hubungan Internasional, 7) Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, 8) Ilmu Kesehatan Masyarakat, 9) Farmasi, 10) Ilmu Keperawatan, 11) Pendidikan Dokter, 12) Magister Studi Islam, dan 13) Doktor Studi Islam. Ketika Nota Jabatan tersebut saya buat, pelaksanaan akreditasi institusi belum ada. Oleh BAN-PT Akreditasi Institusi baru dimulai tahun 2007 kemudian ada revisi dan baru dimulai lagi tahun 2011. Ketika saya mengakhiri jabatan sebagai Pembantu Rektor Bidang Pengembangan Kelembagaan, jumlah jurnal yang ada di UIN Jakarta ada 19 jurnal tetapi yang sudah terakreditasi baru 5 yaitu 1) Studi Islamika (A), 2) Mimbar (B), 3) Didaktika Islamika (C), 4) al-Turas (B), dan 5) Refleksi (B). Jurnal yang belum terakreditasi ketika itu adalah 1) Kultur, 2) Narasi, 3) Fajar, 4) Harkat, 5) alMaktabah, 6) Kordinat, 7) Ahkam, 8) Dakwah, 9) al-Zahra, 10) Tazkiya, 11) Etikonomi, 12) Saintika, 13) Medika Islamika, dan 14) Jauhar.
Foto bersama Pengurus dan Mahasantri Yayasan Islam Sabilussalam
Mungkin Segalanya Mungkin | 121
Tiga Semester Menjadi UIN
Foto para karyawan Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta ketika sedang rapat di Resource Center 206
Foto para Guru Besar anggota Penilai Angka Kredit Dosen Kemristekdikti di Hotel Ibis Slipi 20 Februari 2016
Foto dengan para wisudawan Pesantren Luhur Sabilussalam 122 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
BAGIAN IX MEMBACA DUNIA DIBACA DUNIA Menjadi Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan SPs UIN Jakarta
Setelah saya selesai bertugas menjadi Pembantu Rektor Bidang Pengembangan Kelembagaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sesuai SK Rektor (Prof. Dr. Komaruddin Hidayat) Nomor B.III/P/005.A tanggal 19 Januari 2007 saya ditugasi menjadi Deputi Direktur Bidang Pengembangan Kelembagaan Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta. Para Deputi yang lain ketika itu adalah Dr. Fuad Jabali, M.A. sebagai Deputi Direktur Bidang Akademik, Dr. Sri Mulyati, M.A. sebagai Deputi Bidang Administrasi dan Kemahasiswaan menggantikan Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. Jabatan saya pada waktu itu adalah jabatan baru yang belum pernah ada sebelumnya di Sekolah Pascasarjana UIN Hidayatullah Jakarta. Sebelum resmi menjadi Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan, saya dan Prof. Azyumardi Azra sudah memiliki kesepakatan tentang perubahan nama Program menjadi Sekolah Pascasarjana. Berdasarkan SK Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Prof. Dr. Komaruddin Hidayat) Nomor 030 Tahun 2007 tanggal 19 Februari 2007 nama Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berubah menjadi Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mungkin Segalanya Mungkin | 123
Membaca Dunia Dibaca Dunia
Sehubungan dengan perubahan nama tersebut maka kemudian saya dan kawan-kawan menyusun dan menerbitkan Panduan Akademik Semester Genap 2006/2007 karena ketika itu saya tidak melihat adanya buku pedoman. Buku pedoman tersebut akhirnya disetujui menjadi SK Direktur Nomor 01 Tahun 2007 tanggal 19 Februari 2007 tentang Kurikulum Sekolah Pascasarjana. Kurikulum yang diberlakukan ini sangat berbeda secara signifikan dengan kurikulum sebelumnya. Inti perubahan ini pada aspek riset dan pengajaran. Kurikulum yang baru diberlakukan tersebut lebih banyak unsur risetnya dibanding pengajarannya. Selain itu, kurikulum ini didasarkan pada pendekatan yang lebih komprehensif, interdisipliner, fleksibel, mendasar dan berwawasan internasional. Buku Pedoman Akademik untuk semester genap 2006/2007 tersebut kemudian segera disusul dengan Buku Pedoman Akademik 2007/2008 dan disusul lagi dengan Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor Kajian Islam 2009/2011. Pada buku yang disebut terakhir ini perubahan mendasar adalah aspek riset dinaikkan dari 36% menjadi 52% untuk program magister, sedangkan untuk program doktor dinaikkan dari 47% menjadi 63%. Selain itu diberlakukan kewajiban menggunakan referensi internasional hasil penelitian. Perkuliahan lebih fleksibel karena itu mahasiswa yang bekerja keras dapat menyelesaikan studi secepat mungkin. Menjadi Deputi Bidang Akademik dan Kerja Sama SPs UIN Jakarta
Terhitung mulai Maret 2011 saya diberi tugas menjadi Deputi Direktur Bidang Akademik dan Kerja sama Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah 124 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Jakarta berdasarkan SK Rektor (Prof. Dr. Komaruddin Hidayat) atas nama Menteri Agama melalui SK Nomor Un.01/R/Kp.07.6/21/2011 tanggal 9 Maret 2011. Pangkat dan Golongan saya ketika itu adalah Pembina Utama (IV/e). Dalam SK tersebut dijelaskan bahwa saya menggantikan posisi Dr. Fuad Jabali. Para Deputi lain yang bersamaan dengan SK Rektor ini adalah Dr. Yusuf Rahman, M.A. sebagai Deputi Bidang Administrasi dan Kemahasiswaan menggantikan posisi Dr. Ujang Tholib,dan Prof. Dr. Amany Lubis, M.A. sebagai Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan menggantikan posisi saya sebelumnya. Di antara hal yang saya lakukan pada tugas ini adalah menyusun dan menerbitkan Buku Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor Pengkajian Islam 2011-2015. Dalam pedoman ini merupakan penyempurnaan buku pedoman sebelumnya yang ditandatangani Dr. Fuad Jabali selaku Deputi Direktur Akademik dan Kerja sama. Hal baru yang ada dalam buku ini adalah penguatan mutu penulisan karya ilmiah. Mulai 2001 tesis dan disertasi wajib diformat dalam bentuk buku cetak lengkap dengan ISBN dan diterbitkan oleh penerbit kredibel mulai 16 Agustus 2011. Selain itu bahan ujian komprehensif, makalah mata kuliah, neskah tesis atau disertasi, artikel yang dimuat dalam newsletter atau jurnal serta artikel lain wajib diupload di website Sekolah Pascasarjana.
Mungkin Segalanya Mungkin | 125
Membaca Dunia Dibaca Dunia
Menjadi Ketua Jurusan Program Doktor SPs UIN Jakarta Terhitung mulai April 2013, berdasarkan SK Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Prof. Dr. Komaruddin Hidayat) Nomor Un.01/R/Kp.07.6/80/2013 tanggal 10 April 2013, saya diamanahi untuk bertugas sebagai Ketua Jurusan Program Doktor Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedangkan yang menjadi Ketua Jurusan Program Magister adalah Dr. Yusuf Rahman, M.A. Menjadi Ketua Jurusan Ex Officio Wakil Direktur Sesuai Keputusan Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A.) Nomor Un.OI/SPslHK.005/08/2013 tanggal 18 April 2013, selain menjabat sebagai Ketua Jurusan Program Doktor sesuai SK Rektor, saya juga ditugasi secara ex officio sebagai Wakil Direktur Bidang bidang Akademik, Kerja sama, dan Pengembangan Kelembagaan; dan Dr. Yusuf Rahman, M.A. selain menjabat sebagai Ketua Jurusan Program Magister juga secara ex officio menjabat sebagai Wakil Direktur dalam bidang Administrasi, Kemahasiswaan dan Alumni. Hal ini dilakukan karena jabatan Asisten Direktur/Deputi Direktur/Wakl Direktur pada Program Pascasarjana ditiadakan berdasarkan Peraturan Menteri Agama RI Nomor 6 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja (Ortaker) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Beralih Nama Sekolah Pascasarjana dan Berakreditasi A
Setelah selesai menjabat sebagai Rektor IAIN/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. ditetapkan oleh Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Prof. Dr. Komaruddin Hidayat) menjadi Direktur Program 126 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Pascasarjana pada tanggal 11 Januari 2007. Ketika saya dalam perjalanan ke Sibolga untuk melakukan visitasi akreditasi program studi, saya di-SMS (pesan singkat) oleh Pak Edy, begitu saya memanggil Prof. Azyumardi, untuk menemaninya menjadi Asisten Direktur. Pak Edy bilang bahwa “jika Mas Wito tidak bersedia maka saya tidak mau menerima jabatan sebagai Direktur Program Pascasarjana tersebut”. Saya menyanggupinya dengan catatan agar saya diperbolehkan mengimplementasikan ide-ide saya seperti ketika saya menjadi Pembantu Rektor I Bidang Akademik dan Pembantu Rektor IV Bidang Pengembangan Kelembagaan yang Rektornya adalah Pak Edy. Pak Edy ketika itu menyetujuinya. “Memang begitu Mas Wito yang saya kehendaki agar Pascasarjana lebih oke”. Begitu kira-kira isi perbincangan saya dengan Pak Edy melalui SMS sebelum saya menjadi Deputi Direktur Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang Direkturnya adalah Prof. Dr. Azyumardi Azra. Program Pascasarjana sebetulnya tidak asing bagi saya karena ketika Prof. Dr. Harun Nasution (w. 1998) sebagai Direkturnya, saya sempat menjadi Asisten Direktur II dan selanjutnya saya menjadi Ketua Program Studi Pendidikan Islam. Sebelum saya secara resmi menjadi Deputi Direktur Pak Edy, saya sudah sering diajak pertemuan dan diperkenalkan oleh Pak Edy kepada para karyawan Program Pascasarjana bahwa saya adalah calon Deputi Direktur. Kawan-kawan senyumsenyum saja menanggapinya karena mereka sudah menduga dan selama ini saya telah akrab dengan mereka. Pada tanggal 19 Januari 2007 saya menerima SK Rektor yang isinya menetapkan bahwa saya sebagai Deputi III Bidang Pengembangan Kelembagaan. Jabatan ini merupakan jabatan baru karena sebelumnya tidak ada nama jabatan ini. Para Deputi lain yang ada bersama saya adalah Dr. Fuad Jabali, M.A. sebagai Deputi I Bidang Akademik dan Deputi II Bidang Administrasi dan Kemahasiswaan adalah Dr. Sri Mulyati, M.A. Nama jabatan yang pernah ada diubah dari nama Asisten diubah menjadi Deputi dan nama Program Pascasarjana diubah menjadi Sekolah Pascasarjana. Nama ini adalah hasil diskusi saya dengan Pak Edy sebelum mengajukan surat ke Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Perubahan itu akhirnya dikukuhkan melalui Keputusan Rektor (Prof. Komaruddin Hidayat) Nomor 030 Tahun 2007 tanggal 19 Februari 2007 tentang Perubahan Nama Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Mungkin Segalanya Mungkin | 127
Membaca Dunia Dibaca Dunia
Foto bersama para dosen Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta sebelum tes masuk
Foto bersama Direktur dan Staf Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta
Foto bersama direktur dan Mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta
128 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Pembukaan Program Studi Magister di Fakultas Pada tanggal 30 April 2010, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Prof. Dr. Komaruddin Hidayat) menerbitkan Peraturan Rektor Nomor 211 Tahun 2010 yang isinya memberikan kewenangan kepada Fakultas untuk menyelenggarakan program strata dua (S-2) dan strata tiga (S-3) yang bidang keilmuannya linear dengan program strata satu (S-1) yang ada di Fakultasnya. Program strata dua (S-2) dan strata tiga (S-3) yang bersifat lintas jurusan/program studi diselenggarakan dan/atau di bawah tanggung jawab Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam peraturan Rektor tersebut terdapat ketentuan bahwa (1) Direktur Sekolah Pascasarjana mengkoordinasikan penjaminan baku mutu pendidikan program strata 2 dan strata 3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (2) Pembukaan dan penutupan program studi pada program strata 2 dan strata 3 diusulkan kepada Rektor setelah mendapat persetujuan Senat Fakultas dengan berpedoman kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan (3) Penerimaan mahasiswa baru program strata 2 dan strata 3 dilaksanakan di bawah koordinasi Bagian Akademik Universitas. Ketika masih menjadi Asisten Direktur II sekitar tahun 1997, saya pernah bertanya kepada Direktur Program Pascasarjana, Prof. Dr. Harun Nasution tentang kemungkinan pengembangan Program Pascasarjana ketika itu IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Prof. Harun Nasution menyatakan bahwa pada masanya nanti program yang bersifat monodisiplin akan diserahkan kepada Fakultas masingmasing. Sampai dengan sekarang (1997), hal itu belum memungkinkan karena tenaga pengajar belum mencukupi, demikian Prof. Harun Nasution menegaskan. Program studi yang ada di Sekolah Pascasarjana sampai sekarang hanya ada 2 yaitu Program Magister Pengkajian Islam dan Program Doktor Pengkajian Islam. Kedua program ini status akreditasinya adalah sangat baik (A) berdasarkan SK BAN-PT Nomor 079/SK/BAN-PT/Akred/M/III/2014 tanggal 13 Maret 2014 untuk Magister dan Nomor 330/SK/BAN-PT/Akred/D/V/2015 tanggal 02 Mei 2015. Awal tahun 2008 Sekolah Pascasarjana mengajak para pimpinan Fakultas untuk mempersiapkan pembukaan program magister yang linear dengan program sarjana di Fakultas. Pada bulan Oktober dan November 2009 Program Magister Agribisnis dan Pendidikan Pendidikan Bahasa Inggris sudah memperoleh izin dari Dirjen. Sampai Desember 2015, program magister (strata dua) yang diselenggarakan Fakultas sudah mencapai 14 program studi. Keempat belas program studi magister tersebut berada di 9 Fakultas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ampai dengan tulisan ini dibuat (5 Januari 2016) sudah 10 program studi yang memperoleh akreditasi dari BAN-PT.
Mungkin Segalanya Mungkin | 129
Membaca Dunia Dibaca Dunia
Berikut ini adalah daftar nama program studi Magister yang ada di Fakultas dan status akreditasinya sampai dengan Desember 2015: No.
Nama Program Studi
No. SK Dirjen
Tanggal SK Dirjen
Status dan Tgl SK BAN-PT
Fakultas
1. 2.
Agribisnis Pendidikan Bahasa Inggris Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Agama Islam Dirasat Islamiyah Sejarah dan Kebudayaan Islam Bahasa dan Sastra Arab Hukum Ekonomi Syariah
Dj.I/594/2009 Dj.I/678/2009
10 Oktober 2009 09 November2009
B (19-07-2014) B (15-11-2014)
FST FITK
Dj.I/531/2011
14 Januari 2011
B (09-08-2014)
FITK
Dj.I/531/2011
14 Januari 2011
B (27-09-2014)
FITK
Dj.I/1876/201 1 Dj.I/1876/201 1
29 Desember 2011 29 Desember 2011
C (06-09-2014)
FDI
B (23-08-2014)
FAH
Dj.I/1876/201 1 Dj.I/1876/201 1SK ralat nama 3866 Tahun 2014 170 Tahun 2012 1424 Tahun 2012 1424 Tahun 2012 1424 Tahun 2012 1456 Tahun 2014
29 Desember 2011 29 Desember 2011 Tgl SK ralat 10-7-2014
C (09-08-2014)
FAH
B (09-08-2014)
FSH
2 Februari 2012
B (07-02-2015)
FPSi
31 Agustus 2012
B (09-88-2014)
FU
31 Agustus 2012
B (09-01-2015)
FU
31 Agustus 2012
C (27-09-2014)
FU
13 Maret 2014
Belum ada
FIDIKOM
1456 Tahun 2014
13 Maret 2014
Belum ada
FEB
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9.
Psikologi
10.
Filsafat Agama Tafsir Hadis
11. 12. 13.
14.
Perbandingan Agama Komunikasi dan Penyiaran Islam Perbankan Syariah
130 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Akronim yang ada pada nama Fakultas di tabel tersebut adalah: FST akronim dari Fakultas Sains dan Teknologi, FITK akronim dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, FDI akronim dari Fakultas Dirasat Islamiyah, FAH akronim dari Fakultas Adab dan Humaniora, FSH akronim dari Fakultas Syariah dan Hukum, FPSi akronim dari Fakultas Psikologi, FU akronim dari Fakultas Ushuluddin, FIDIKOM akronim dari Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dan FEB akronim dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Berdasarkan data di atas, hanya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) yang belum memiliki program magister di Fakultas. Sampai Januari 2016 di semua Fakultas belum ada yang menyelenggarakan program Doktor. Dalam berbagai pertemuan yang diselenggarakan tahun 2008-2010 saya sudah sering mengingatkan agar semua Fakultas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah menyelenggarakan program Doktor paling lambat tahun 2015. Semoga mulai 2016 ada program studi/Fakultas yang telah siap menyelenggarakan program Doktor dan pada tahun 2020 semua Fakultas telah memiliki Program Doktor sedangkan program studi yang ada di Sekolah Pascasarjana agar segera dibuka lebih banyak lagi program studi baru yang multidisiplin dan yang tidak ada di Fakultas. Konsentrasi Kembali ke Program Studi Pak Azyumardi sangat sering mengajak makan pada waktu siang dengan para Deputi sebagaimana ia lakukan ketika menjadi Rektor IAIN/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan para Pembantu Rektor dan sesekali dengan Kepala Biro diajak serta. Setiap kali makan selalu ada sesuatu yang dibahas dan dapat ditindaklanjuti dalam bentuk keputusan. Oleh karena saya sangat memahami kondisi Program Pascasarjana sebelumnya maka saya usulkan agar kurikulum dan kebijakan akademik Sekolah Pascasarjana dibenahi yaitu mengembalikan posisi konsentrasi atau peminatan kepada layaknya konsentrasi karena yang ada pada waktu itu, konsentrasi cenderung diberlakukan sebagai program studi. Berikut ini adalah upaya-upaya yang dilakukan selanjutnya untuk memperbaiki kurikulum di Sekolah Pascasarjana yang tidak memberlakukan konsentrasi sebagai program studi. Sampai dengan akhir masa jabatan kedua saya di Sekolah Pascasarjana tahun 2015, saya berusaha agar semua kebijakan yang akan diberlakukan harus dibuat secara tertulis agar siapa pun dapat merujuk kepada aturan tertulis dimaksud. Oleh karena itu selama saya ikut serta membantu Prof. Azyumardi, saya turut mewujudkan terbitnya 4 buku panduan akademik yang antara lain berisi struktur kurikulum yang diberlakukan di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Keempat buku pedoman dimaksud adalah 1) Panduan Akademik yang Mungkin Segalanya Mungkin | 131
Membaca Dunia Dibaca Dunia
berlaku semester genap tahun 2006/2007, 2) Pedoman Akademik yang berlakuk tahun 2007/2009, 3) Pedoman Akademik berlaku 2009 s.d. 2011, dan 4) Pedoman Akademik yang berlaku 2011 s.d. 2015. Inti pemberlakukan kurikulum yang terdapat dalam 4 buku Pedoman Akademik tersebut didasarkan atas respon perkembangan global. Oleh sebab itu kurikulum yang diberlakukan haruslah berciri 1) komprehensif, 2) interdisipliner, 3) fleksibel, 4) mendasar, dan 5) berwawasan internasional. Struktur kurikulum yang terdapat dalam Panduan Akademik 2006/2007 untuk program magister terdiri atas 1) Mata Kuliah Wajib Program Studi (Kajian Islam) 8 SKS, 2) Mata Kuliah Pilihan minimal 24 SKS, 3) Ujian Komprehensif 4 SKS, 4) Ujian Proposal Tesis 4 SKS, dan 5) Ujian Tesis 8 SKS. Total beban studi untuk program magister minimal 48 SKS. Struktur kurikulum yang terdapat dalam Panduan Akademik 2006/2007 untuk program doktor terdiri atas 1) Mata Kuliah Wajib Program Studi (Kajian Islam) 4 SKS, 2) Mata Kuliah Pilihan minimal 28 SKS, 3) Ujian Komprehensif 4 SKS, 4) Ujian Proposal Disertasi 6 SKS, 5) Ujian Pendahuluan Disertasi 8 SKS, dan 6) Ujian Promosi Doktor 10 SKS. Total beban studi untuk program doktor minimal 60 SKS. Struktur kurikulum yang terdapat dalam Panduan Akademik 2007 s.d. 2009 untuk program magister terdiri atas 1) Mata Kuliah Wajib 8 SKS, 2) Mata Kuliah Pilihan minimal 12 SKS, 3) Keahlian Komprehensif 4 SKS, 4) Seminar Penulisan Karya Ilmiah/Proposal Tesis 4 SKS, 5) Proposal Tesis 4 SKS, dan 6) Work in Progress Tesis 4 SKS, dan 7) Ujian Tesis 8 SKS. Total beban studi untuk program magister 46-50 SKS. Struktur kurikulum yang terdapat dalam Panduan Akademik 2007 s.d. 2009 untuk program doktor terdiri atas 1) Mata Kuliah Wajib 4 SKS, 2) Mata Kuliah Pilihan minimal 20 SKS, 3) Keahlian Komprehensif 6 SKS, 4) Seminar Penulisan Karya Ilmiah/Proposal Disertasi 4 SKS, 5) Proposal Disertasi 6 SKS, 6) Work in Progress Disertasi 8 ks, 7) Pendahuluan Disertasi 8 SKS, dan 8) Ujian Promosi Doktor 10 SKS. Total beban studi untuk program doktor 58-62 SKS. Struktur kurikulum yang terdapat dalam Panduan Akademik 2011 s.d. 2015 untuk program magister terdiri atas 1) Mata Kuliah Wajib 8 SKS, 2) Mata Kuliah Pilihan 12 SKS, 3) Mata Kuliah Matrikulasi (jika ada) 0 SKS, 4) Mata Kuliah Bahasa 0 SKS, 5) Komponen Riset Keahlian terdiri atas a) Seminar Poposal Tesis 4 SKS, b) Ujian Proposal Tesis 4 SKS, c) Ujian Keahlian Komprehensif 4 SKS, d) Work in Progress Tesis 4 SKS, e) Ujian Pendahuluan Tesis 4 SKS, dan f) Ujian Promosi Magister 6 SKS. Total beban studi untuk program magister 46 SKS. Struktur kurikulum yang terdapat dalam Panduan Akademik 2011 s.d. 2015 untuk program doktor terdiri atas 1) Mata Kuliah Wajib 4 SKS, 2) Mata Kuliah Pilihan 16 SKS, 3) Mata Kuliah Matrikulasi (jika ada) 0 SKS, 4) Mata Kuliah Bahasa 0 SKS, 5) Komponen Riset Keahlian terdiri atas a) Seminar Poposal Disertasi 4 SKS, b) Ujian Proposal Disertasi 6 SKS, c) Ujian Keahlian Komprehensif 6 SKS, d) Work in 132 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Progress Disertasi 4 SKS, e) Ujian Pendahuluan Disertasi 8 SKS, dan f) Ujian Promosi Doktor 10 SKS. Total beban studi untuk program doktor 58 SKS. Masing-masing struktur kurikulum di atas terdapat perbedaan terutama dalam hal pembobotan dalam aspek riset. Struktur kurikulum tahun 2011 s.d. 2015 Komponen Riset Keahlian mencapai 26 SKS dari total beban studi 46 SKS untuk program magister, sedangkan untuk program doktor struktur kurikulum tahun 2011 s.d. 2015 pada Komponen Riset Keahlian mencapai 38 SKS dari total beban studi 58 SKS. Selain ketentuan di atas masih ada ketentuan lain yang dapat menampung keinginan mahasiswa berdasarkan kemampuan atau latar belakang pendidikannya. Jika ada yang tidak mampu menyelesiakan program magister jalur tesis maka ada jalur by course work yang diganti dengan tugas akhir. Mahasiswa program doktor yang tidak mampu menyelesaikan disertasinya dapat diberikan ijazah Master of Philosophy setelah memenuhi persyaratan yang berlaku. Bagi mereka yang berlatar belakang pendidikan yang tidak sealur dengan Pengkajian Islam ada beban tambahan beberapa mata kuliah. Penawaran mata kuliah di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diberlakukan ketentuan sebagai berikut: 1. Mata Kuliah kode 6000 atau 7000-an dapat diambil mahasiswa program magister dan doktor. 2. Mata kuliah kode 8000-an hanya boleh diambil mahasiwa program doktor. 3. Mata kuliah berkode 9000-an diperuntukkan penulisan karya ilmiah 4. Pada semester I mahasiswa program magister dan doktor wajib mengambil mata kuliah Seminar Proposal. 5. Setiap semester mahasiswa hanya diperbolehkan mengambil maksimum 3 (tiga) mata kuliah dan 1 (satu) bahasa. 6. Pemilihan mata kuliah diupayakan menampung pengayaan materi tesis atau disertasi. Mata Kuliah Pilihan yang ditawarkan sangat banyak. Para mahasiswa bebas memilih mata kuliah yang diminatinya tetapi ada ketentuan bahwa suatu mata kuliah yang peminatnya tidak mencapai 12 maka mata kuliah tersebut di-drop dan mahasiswa yang terlanjur memilih mata kuliah tersebut diminta secepatnya memilih mata kuliah lain. Selain pembenahan kurikulum, pelaksanaan administrasi akademik Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga dilakukan pembenahan. Mulai September 2007 diberlakukan sistem SKS murni atau penuh dan dengan mengembalikan konsentrasi sebagaimana layaknya konsentrasi, bukan konsentrasi diposisikan sebagai program studi. Pada masa tersebut, semua mata kuliah yang ada ditawarkan setiap semester. Tidak ada suatu mata kuliah yang hanya ditawarkan
Mungkin Segalanya Mungkin | 133
Membaca Dunia Dibaca Dunia
pada semester gazal saja atau semester genap saja melainkan semua ditawarkan di setiap semester. Hal tersebut dilakukan karena dapat menghemat lokal kuliah dan waktu yang tersedia menjadi sangat longgar, tidak seperti ketika tahun-tahun sebelumnya. Melalui cara yang baru, tidak memerlukan lagi pembuatan jadual setiap semester, kecuali jika ada penambahan atau pergantian dosen. Pada tahun-tahun sebelumnya, setiap semester selalu membuat jadual dan perkuliahan sering kurang lancar di awal-awal semester. Pada kebijakan yang baru, pendaftaran dan penerimaan mahasiswa baru dilakukan setiap semester. Kebijakan ini tidak merepotkan dari sisi administrasi karena semua sudah secara online sehingga para mahasiswa dapat memilih mata kuliah dari tempat tinggal masing-masing, tidak harus datang ke kampus ketika mengisi Kartu Rencana Studi (KRS). Awalnya pemberlakuan kebijakan ini memang tidak lancar. Setelah saya teliti ternyata ketika itu pengisian KRS masih dalam bentuk manual yaitu mengisi formulir dan setelah itu menyerahkannya kepada petugas sekretariat. Akhirnya semua formulir yang ada saya minta dan mahasiswa tidak boleh lagi mengisi formulir yang sifatnya manual. Saya minta kepada programmer agar segera membereskan adanya pengisian KRS secara online. Pengisian KRS harus dilakukan sendiri melalui online sehingga masing-masing mahasiswa merasakan manfaat dalam memilih mata kuliah, dosen, hari, dan jam perkuliahan. Memang ada saja yang kesulitan terutama para mahasiswa yang sudah sepuh dan gagap teknologi. Apabila terjadi yang demikian maka biasanya dapat bantuan dari teman sejawat dan sesekali dibantu staf. Diakui bahwa kebijakan akademik di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah ketika itu tidak sesuai dengan kebijakan Peraturan Menteri Agama yang datang belakangan. Pada tanggal 19 November 2009 terbit Peraturan Menteri Agama (PMA) RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Penetapan Pembidangan Ilmu dan Gelar Akademik di Lingkungan Perguruan Tinggi Agama yang ditandatangani Menteri Agama (Suryadharma Ali). PMA ini belum mengakomodasi adanya program studi yang lintas disiplin/fakultas. Tidak lama setelah PMA tersebut terbit, saya menyampaikan surat pribadi kepada Menteri Agama agar meninjau kembali PMA dimaksud. Usulan saya berkait dengan perlunya ada gelar akademik yang menggambarkan integrasi keilmuan karena program studi dan gelar akademik yang ada dalam PMA tersebut sangat monodisiplin, sementara adanya UIN adalah bertugas untuk melakukan integrasi keilmuan dan keislaman serta kemoderenan dan keindonesiaan. Secara pribadi saya memahami bahwa para anggota Tim yang membuat konsep PMA tersebut belum pernah menemukan seperti kasus yang ada di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki Pascasarjana yang multidisiplin yang berada di
134 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Sekolah Pascasarjana dan juga memiliki Pascasarjana yang linear/monodisiplin dengan S-1 yang berada di Fakultas. Setelah ada contoh kasus seperti yang ada di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut, dan saya yakin akan segera diikuti oleh UIN lain yang ada di Indonesia, maka PMA 36 Tahun 2009 harus segera diperbaiki dengan menampung program studi yang multidisiplin lengkap dan gelar akademiknya. Apabila dikaji lebih dalam, PMA 36 Tahun 2009 tersebut bertentangan dengan maksud Keputusan Presiden (Megawati Soekarnoputri) Nomor 31 Tahun 2002 tanggal 20 Mei 2002 tentang Perubahan Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam SK tersebut, konsideran “menimbang” tertulis kalimat sebagai berikut: “bahwa dalam rangka memenuhi tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan serta proses integrasi antara ilmu agama dengan ilmu lain, dipandang perlu menetapkan Keputusan Presiden tentang perubahan Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta”. Berdasarkan hal ini maka semua kebijakan yang diberlakukan untuk UIN diwajibkan sesuai maksud terciptanya integrasi keilmuan dan keislaman, jangan malah dibuat dikotomi lagi. Berkarya yang Layak Dibaca Dunia Suatu hari di bulan Maret 2011, Saya, Pak Fuad Jabali, Pak Yusuf Rahman, Lola (Haula Noor), dan Windy mengadakan pertemuan di ruang 207 Gedung Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk membahas Visi dan Misi dan mempersiapkan akreditasi program studi Program Magister yang akan berakhir tanggal 19 Desember 2013. Walaupun masa akreditasi masih lama (32 bulan lagi) tetapi saya minta kepada kawan-kawan untuk mempersiapkannya jauhjauh hari. Program Magister sudah memperoleh akreditasi A dari BAN-PT terhitung mulai 19 Desember 2008 dan berakhir sampai dengan 19 Desember 2013 dan Program Doktor baru saja memperoleh akreditasi A dari BAN-PT yang berlaku mulai 11 Juni 2010 sampai dengan Juni 2015. Menurut ketentuan, pengajuan perpanjangan akreditasi adalah 6 bulan sebelum berakhir masa berlakunya akreditasi. Pada waktu pertemuan tersebut saya minta kepada Pak Fuad Jabali untuk membuat slogan yang pendek, menggelegar, dan mendunia agar mudah dibaca, diingat, berorientai global, dan menantang. Entah dengan pemikiran yang dalam atau tidak, Pak Fuad Jabali langsung ngomong “Membaca Dunia, Dibaca Dunia”. Saya langsung juga berkomentar. “Stop Pak! Itu saja Pak”, kataku, “Cocok dan jangan ditambah embel-embel lagi ya”. Akhirnya, setelah melakukan diskusi cukup lama, disetujuilah slogan ini menjadi motto Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan berlaku sampai dengan tulisan ini dibuat. Mungkin Segalanya Mungkin | 135
Membaca Dunia Dibaca Dunia
Peninjauan Visi dan Misi tersebut dilakukan selain untuk mempersiapkan pengisin borang akreditasi Program Magister adalah karena baru saja Prof. Azyumardi Azra ditetapkan menjadi Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk periode II mulai 25 Februari 2011. Selain itu para Deputinya juga baru atau ganti posisi. Pada tanggal 9 Maret 2011 atas nama Keputusan Menteri Agama Nomor Un.01/R/Kp.07.6/21/2011, saya ditetapkan sebagai Deputi I Bidang Akademik dan Kerja sama menggantikan posisi Dr. Fuad Jabali, Dr. Yusuf Rahman ditetapkan sebagai Deputi II Bidang Administrasi dan Kemahasiswaan menggantikan posisi Dr. Udjang Tholib, dan bu Prof. Dr. Amany Lubis ditetapkan sebagai Deputi III Bidang Pengembangan Kelembagaan menempati posisi saya sebelumnya, sedangkan Pak Dr. Fuad Jabali dikembalikan ke Fakultas karena sudah menjabat sebagai Deputi selama 2 periode. Sejak ditetapkannya motto “Membaca Dunia, Dibaca Dunia” tersebut akhirnya seluruh kebijakan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diarahkan ke pencapaian motto ini. Sebetulnya kebijakan ke arah itu sudah dilakukan tetapi dengan adanya motto tersebut lebih sangat jelas dan terukur. Slogan atau motto tersebut selain disampaikan dalam banyak forum seperti pada acara orientasi studi bagi para mahasiswa baru, pada ujian-ujian proposal, work in progress, ujian pendahuluan, dan ujian promosi, serta dalam tulisan-tulisan yang terpajang di dinding-dinding kampus dan perpustakaan, disajikan juga dalam website Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam box taman Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga dipajang “Mari Berkarya yang Layak Dibaca Dunia”. Ajakan “Berkarya yang Layak Dibaca Dunia” dalam orientasi studi diwujudkan dengan kewajiban mengakses artikel jurnal internasional terbaru sesuai dengan minat dan bakat para mahasiswa. Para mahasiswa diwajibkan mengakses artikel jurnal internasional terbaru sebanyak-banyaknya dan menjilidnya dalam bentuk buku dan diserahkan kepada Perpustakaan Riset Pascasarjana untuk menambah koleksi perpustakaan. Selain itu, mereka juga diwajibkan memilikinya untuk diri sendiri. Mahasiswa yang sudah menyerahkan kumpulan artikel tersebut diberikan tanda ucapan terima kasih dan sertifikat orientasi studi. Persyaratan untuk menggunakan artikel jurnal internasional juga berlaku pada referensi semua karya ilmiah baik berbentuk penulisan makalah, penulisan proposal tesis dan disertasi, maupun penulisan tesis dan disertasi. Salah satu persyaratan jumlah referensi penulisan karya ilmiah adalah minimal 80% berasal dari artikel jurnal internasional terbaru. Kebijakan ini merupakan salah satu terjemahan dari kata “Membaca Dunia” yang terdapat dalam motto atau slogan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
136 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Kewajiban Publikasi Salah satu kebijakan yang saya usulkan kemudian menjadi kebijakan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah kewajiban mempublikasikan semua karya mahasiswa yang berasal dari tugas penulisan makalah dari semua mata kuliah, proposal tesis, proposal disertasi, tesis, dan disertasi. Kewajiban ini selalu disampaikan oleh Ketua Sidang Ujian Promosi Magister dan Doktor setelah pengumuman kelulusan. Ketua Sidang Ujian Promosi selalu membaca ketentuan yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa yang baru saja diuji. Mahasiswa yang baru saya selesai diuji promosi antara lain diwajibkan memperbaiki kesalahan yang ada dan melengkapi data yang diperlukan sesuai yang diminta para penguji. Lulusan tersebut juga diminta menerbitkan tesis atau disertasinya tersebut oleh penerbit yang kredibel paling lama 3 bulan setelah ujian. Tesis dan disertasi yang diterbitkan tersebut wajib terbebas dari plagiasi. Selain itu saya memang yang mengajukan redaksi Berita Acara Ujian Promosi Magister dan Doktor Pascasarjana IAIN/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dari waktu-waktu sebelumnya sejak masa Prof. Harun Nasution bahwa tesis dan disertasi wajib diformat ulang menjadi artikel jurnal dan wajib dipublikasikan dalam jurnal yang terakreditasi dan diutamakan dalam jurnal internasional. Selain itu tesis dan disertasi yang sudah diperbaiki wajib diterbitkan oleh penerbit yang kredibel dan ber-ISBN yang benar dan terdaftar di Perpustakaan Nasional. Kebijakan yang ada di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut antara lain karena saya terinspirasi oleh karena tugas sebagai Tim Penilai Angka Kredit Dosen sejak tahun 2007 untuk kenaikan jabatan dosen ke Lektor Kepala dan Guru Besar (Profesor) di Kementerian Agama dan di Dirjen Dikdi Depdikbud (sekarang Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi/Keristek Dikti). Para mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga sering saya ingatkan agar artikel yang akan dimuat di jurnal hendaknya diteliti terlebih dahulu apakah ISSN yang dimiliki suatu jurnal benar-benar asli ataukah palsu karena sangat banyak saya temukan ISSN palsu ketika menilai karya para dosen untuk kenaikan pangkat. Selain ISSN palsu, saya juga sering menemukan jurnal yang palsu. Dalam cover jurnal tertulis bernama jurnal A dan terakreditasi tetapi setelah dicek lebih lanjut di dalam ternyata nama jurnal di dalam dan nama jurnal pada artikel tidak sesuai. Kepalsuan lain yang terjadi di jurnal adalah ketidak-cocokan nomor ISSN dan nama jurnal. Ternyata masih banyak kasus lain yang berkait dengan penerbitan jurnal dan buku yang tidak disajikan dalam tulisan ini. Maksud dari ungkapan di atas adalah kita mesti berhati-hati dan teliti ketika akan menerbitkan suatu karya ilmiah berupa artikel jurnal maupun buku dan prosiding. Kita mesti meneliti dari berbagai aspek terhadap jurnal dan penerbit yang akan kita minta menerbitkan karya kita agar karya kita pantas dibaca. Akan tetapi Mungkin Segalanya Mungkin | 137
Membaca Dunia Dibaca Dunia
sering juga saya dipaksa memberikan artikel untuk penerbitan suatu majalah, bulletin, atau jurnal tetapi setelah terbit kita kecewa karena fisik penerbitan tersebut kurang atau tidak kredibel. Tentu dalam kasus yang demikian, karya tersebut jangan dijadikan persyaratan kenaikan pangkat. Kewajiban Terhindar dari Plagiasi Ketika saya membantu Prof. Azyumardi Azra sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, salah satu yang saya usulkan dan lakukan adalah pemasangan spanduk “Hindari Plagiarisme Dalam Penulisan Karya Ilmiah (Makalah, Proposal, Tesis, dan Disertasi). Plagiarisme Dapat Berakibat pada Pembatalan Nilai, Dikeluarkan dari Sekolah Pascasarjana, dan Pencabutan Gelar Akademik”. Selain spanduk yang tidak permanen, saya juga minta agar dipasang spanduk/baliho permanen yang terbuat dari seng atau aluminium. Saat tulisan ini dibuat, label tersebut masih terpajang secara apik di kampus Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kebijakan kewajiban terhindar dari plagiasi ini ditindaklanjuti dengan banyak cara antara lain melalui pengecekan dan bahkan ada yang menyampaikan laporan dengan menunjukkan bukti-bukti sehingga terdapat beberapa mahasiswa dan alumni yang terkena aturan ini sehingga ada yang menerima akibatnya. Tentu saja penetapan tidak serta merta dilakukan sebelum mendapatkan klarifikasi dari orang yang bersangkutan. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan para mahasiswa serta alumni tidak tersangkut plagiasi maka terhitung mulai 2 Januari 2015 saya usulkan kemudian diberlakukan ketentuan “melampirkan lembar hasil pengecekan plagiasi” setiap kali akan ujian-ujian dan penyerahan kumpulan makalah semua mata kuliah. Di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berlaku ketentuan bahwa selain ujian tulis, semua mahasiswa wajib menyerahkan makalah untuk setiap makalah. Makalah tersebut wajib dibundel menjadi buku yang berukuran B5 dan dicetak 1 spasi bolak balik. Apabila dalam lembar pengecekan plagiasi ditemukan komentar bahwa keasliannya karya tidak mencapai 75% maka karya tersebut dinyatakan tidak diterima sehingga harus diulang atau dinyatakan gagal. Semua hasil karya ilmiah berupa makalah atau artikel lain dalam bahasa Indonesia, Inggris, dan Arab wajib melampirkan lembar hasil pengecekan plagiasi. Melalui surat Edaran yang ditantangani Direktur, saya telah memberitahukan 5 alamat website gratis yang dapat digunakan mendeteksi plagiasi dan hanya mampu mengecek maksimal 2000 kata untuk sekali pengecekan. Dengan demikian satu tesis atau disertasi dapat saja dilakukan 5 kali atau lebih sesuai kemampuan alat pengecekan plagiasi. Kewajiban melampirkan hasil pengecekan plagiasi ini sudah dilakukan para mahasiswa dan masih berlangsung sampai dengan tulisan ini dibuat. 138 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Semua karya mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berupa makalah, proposal, dan tesis atau disertasi wajib dipublikasi melalui website. Melalui kebijakan ini Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah menerjemahkan “Dibaca Dunia” dalam slogannya. Selain itu, publikasi karya melalui website juga sangat memudahkan orang lain untuk mengecek keaslian tulisan, apakah tulisan tersebut benar asli atau hasil jiplakan. Oleh sebab itu selain para mahasiswa diwajibkan melampirkan lembar hasil pengecekan plagiasi, mereka juga diwajibkan mempublikasinya melalui website. Manfaat dari ini semua adalah dapat memotivasi para mahasiswa untuk percaya diri berkarya yang terhindar dari plagiasi. Di antara kebijakan lain yang berkait dengan kualitas karya dan terhindar dari plagiasi adalah adanya verifikasi bahan-bahan ujian. Selain bermanfaat untuk meningkatkan kualitas tulisan dan menghindari plagiasi, verifikasi bahan-bahan ujian bermanfaat juga untuk menghadirkan para dosen ke kampus. Dengan adanya kebijakan tersebut para dosen dapat termotivai untuk standby di kampus Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta karena banyak para mahasiswa yang ingin melakukan konsultasi untuk penyusunan proposal, pembuatan makalah, dan penulisan tesis dan disertasi, termasuk verifikasi bahan-bahan ujian. Di kampus Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sudah ada 23 kantor dosen masing-masing ukuran 5 meter persegi yang nyaman dan masingmasing sudah tercantum nama dosen dan terdapat juga ruang rapat dosen yang dapat digunakan pertemuan dengan lebih dari 5 orang. Khusus untuk setiap ruang dosen yang berukuran 5 meter, para dosen hanya mampu menerima 2 mahasiswa sekaligus. Fasilitas yang demikian sangat kondusif bagi para dosen karena privasinya dapat terjaga. Fasilitas Lengkap dan Suasana Kondusif Diakui bahwa tuntutan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap mahasiswa, seperti yang dijelaskan sebelumnya, sangat tinggi. Para mahasiswa diajak untuk mampu berkarya yang layak dibaca dunia. Sehubungan dengan hal tersebut saya mengusulkan agar fasilitas dan sarana yang ada sangat kondusif. Saya memang sangat sering “nongkrong” di kampus sejak sangat pagi. Melalui kegiatan ini saya ingin agar saya memahami banyak hal, terutama cara menjadikan kampus Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi kampus yang sangat lengkap fasilitasnya dan sangat kondusif suasananya. Pada awal 2007 ketika awal saya sebagai Deputi III Bidang Pengembangan Kelembagaan, saya minta memindahkan tempat cuci mobil jauh dari pintu gerbang masuk Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya menunjukkan kepada petugas agar memindahkan kran air untuk cuci mobil atau motor ke tempat
Mungkin Segalanya Mungkin | 139
Membaca Dunia Dibaca Dunia
yang jauh dari pintu gerbang dan saya minta ditempatkan di pojok luar kampus dekat pagar kampus II. Selain memindahkan kran cuci mobil dan motor, saya juga minta agar sekretariat dipindah dari Lantai I ke Lantai III bagian Timur sehingga tempatnya sama dengan ketika saya menjadi Asisten Direktur II pada masa Prof. Harun Nasution sebagai Direktur. Kawan-kawan para pegawai Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merasa keberatan dan mungkin juga ada dosen yang memprovokasi agar menolak gagasan Pak Wito. Akan tetapi saya tetap saja meminta mereka memindahkan Sekretariat ke Lantai III. Saya pun turut membantu mereka bekerja. Tentu saja mereka belum mengetahui maksud saya tentang alasan kepindahan tersebut. Saya pernah menemani Prof. Dr. A. Malik Fadjar, M.Sc mengajar di Lantai III. Dalam hati saya bergumam karena penyusun jadual tidak sensitif. Seharusnya tempat kuliah untuk orang tua seperti Prof. Malik Fadjar berada di Lantai I. Bagaimana terhadap para dosen lain yang sudah sepuh? Apabila suatu saat Sekretariat kosong dari petugas/karyawan maka terlihat sangat jelek. Di Sekretariat juga banyak barang berharga sehingga sangat rawan dari keamanan. Oleh karena alasan itulah maka saya minta Sekretariat dipindah ke Lantai III karena saya anggap sangat strategis dari aspek keamanan. Para pegawai yang ada juga masih muda dan tidak ada keperluan para dosen tua untuk ke Sekretariat di Lantai III karena sudah dapat dilayani di Lantai I dan II. Saya sudah memiliki konsep penataan kampus Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sejak lama. Pada tahun 2007 ketika saya menjadi Deputi saya sudah merencanakan bentuk kampus yaitu tanah kosong akan saya usulkan dibangun 3 gedung. Benar, akhirnya pada tahun 2010 dibangun 1) Bagian Selatan gedung 2 lantai yang Lantai 1 sebagai auditorium yang digunakan ujian promosi magister dan doktor serta berbagai seminar, Lantai 2 digunakan untuk quiet room, tempat khusus belajar para mahasiswa yang menampung 36 orang, yang akan direnovasi sehingga dapat menampung 60 mahasiswa. 2) Bagian Utara gedung 2 lantai. Lantai 1 gedung ini sebagai ruang teater yang dapat digunakan untuk perkuliahan reguler dan kuliah umum, dan Lantai 2 sebagai quiet room khusus wanita tang dapat menampung 28 mahasiswi. Masing-masing kubikel dilengkapi dengan alat akses listrik dan dapat akses internet. 3) Bagian Barat gedung 2 lantai yang digunakan untuk International Office. Lantai III Bagian Timur tempat sekretariat, Lantai III bagian Utara digunakan untuk kursus-kursus di siang dan/atau sore hari, Lantai III Bagian Selatan digunakan untuk tempat arsip dan tempat penyimpanan alat tulis kantor. Lantai II seluruhnya untuk ruang kuliah, dan Lantai I untuk ruang kuliah dan kantor dosen. Ruang kuliah yang tadinya sangat luas saya usul diubah dan akhirnya 1 ruang besar dijadikan 2 ruang kuliah hanya menampung 17 mahasiswa karena desainnya 140 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
dibuat 7 bangku, 7 bangku, dan 5 bangku berbentuk U. Masing-masing bangku dilengkapi alat akses listrik sehingga para mahasiswa dapat menggunakan laptop atau keperluan lain yang memerlukan aliran listrik. Setiap ruang kelas tersedia LCD lengkap dengan komputer 1 set (monitor dan CPU) sehingga para dosen apabila akan menggunakan power point atau media pembelajaran lainnya tidak mengalami kerepotan. Peralatan ini juga dapat digunakan akses internet sehingga para dosen dapat menggunakannya waktu kuliah untuk akses internet dan akses artikel jurnal. Terdapat 2 ruang kuliah yang dilengkapi dengan 98 komputer pada setiap bangkunya. Dua ruang ini dinamakan resource center 1 (lokal 106) dan resource center 2 (lokal 206) karena dimaksudkan untuk tempat mengakses sumber-sumber bacaan/referensi dari jurnal. Dua ruang ini biasanya digunakan juga untuk seminar proposal tesis atau disertasi, ujian-ujian proposal, work in progress, ujian pendahuluan, dan terkadang juga digunakan untuk perkuliahan reguler. Taman kampus Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ditata rapi sedemikian rupa sehingga dapat menjadikan suasana kampus menjadi nyaman. Selain tanaman yang warna-warni, tersedia juga bangku dan tempat duduk yang melingkar berbentuk segi 6 yang berada di bawah pohon rindang. Setiap lingkar mampu menampung 18 orang. Lingkar yang tersedia di taman ada 6 lingkar. Lingkar ini dibuat sejak masa Prof. Harun Nasution sebagai Direktur dan saya sebagai Asisten Direkturnya. Di taman ini para mahasiswa juga dapat mengakses listrik untuk kepentingan laptop atau peralatan lain yang memerlukan daya listrik. Di pepohonan yang rindang ini dipasang lampu listrik sehingga jika malam hari para mahasiswa dapat belajar di taman ini selain juga dapat belajar di Quiet Room. Ketika saya masih menjabat di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini para mahasiswa ada yang menginap untuk menyelesaikan tugastugasnya. Sebelum di pasang lampu pengintasi (CCTV) di banyak tempat, kampus Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini hanya dibuka sampai jam 18.00 tetapi ketika sudah lengkap dengan CCTV maka khusus para mahasiswa diizinkan menginap tetapi tidak tersedia tempat tidur atau kasur. Para mahasiswa biasanya beralas sajadah atau tikar yang mereka sediakan sendiri. Fasilitas kampus Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dilengkapi juga dengan musik. Musik ini sengaja disediakan untuk para mahasiswa program magister dan doktor yang beban studinya memang cukup berat apalagi mereka dipacu untuk menghasilkan karya yang layak dibaca dunia. Musik yang disediakan berbagai irama dan sesekali juga dikumandangkan bacaan al-Quran. Suasana kampus dibuat sedemikian rupa agar para mahasiswa betah dan memperoleh inspirasi untuk berkarya.
Mungkin Segalanya Mungkin | 141
Membaca Dunia Dibaca Dunia
Pada tanggal 17 Juli 2012 Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mulai mengoperasikan Pos Kesehatan Sekolah bekerja sama dengan para mahasiswa konsentrasi Agama dan Kesehatan. Mahasiswa konsentrasi Agama dan Kesehatan ini adalah utusan Departemen Kesehatan yang memperoleh beasiswa dari Departemen Kesehatan untuk melanjutkan studi di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pos Kesehatan Sekolah ini banyak dimanfaatkan oleh para mahasiswa, karyawan dan para dosen Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tanpa dipungut biaya. Para petugas piket Pos Kesehatan ini diatur oleh oleh para mahasiswa konsentrasi Agama dan Kesehatan bekerja sama dengan Sekretariat. Untuk melengkapi fasilitas yang ada, pada awal September 2012 Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mulai membuka Baby Care Room yang dimaksudkan untuk memberikan ruang yang cukup dan nyaman bagi para mahasiswa yang mengasuh anaknya. Bahasa Asing Selain Arab dan Inggris Saya mengusulkan kepada Prof. Azyumardi agar ada kebijakan tambahan tentang referensi penulisan karya ilmiah. Akhirnya Pak Azyumardi setuju sehingga pada tanggal 18 Juni 2012 dikeluarkan ketentuan bahwa terhitung mulai September 2015 referensi penulisan karya ilmiah wajib menggunakan tambahan 1 bahasa asing selain bahasa Inggris dan bahasa Arab bagi program magister dan 2 bahasa asing selain bahasa Inggris dan bahasa Arab untuk program doktor. Ketika Pak Azyumardi menandatangani ketentuan tersebut dia berucap ke saya bahwa “Di 142 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
kampus saya dulu (Columbia University-pen) juga demikian. Ini sangat bagus Mas, silakan laksanakan”. Demikian komentar Pak Azyumardi. “Ya Pak semoga gagasan ini dapat berlangsung secara baik dan mampu meningkatkan kualitas lulusan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih banyak atas dukungannya Pak”, jawabku. Untuk mendukung hal itu saya juga mengusulkan agar ada kursus bahasa asing gratis bagi para dosen dan mahasiswa yang para instrukturnya para mahasiswa asing Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pak Azyumardi senang dengan gagasan tersebut dan akhirnya terhitung mulai Maret 2012 diselenggarakan 1) kursus bahasa Turki dengan Instruktur Yusuf al-Tuntas dan Ibrahim Terzioglu, 2) kursus bahasa Rusia dengan Instruktur Abu Bakar Askhab Ibragimov dan Artur Gubaydullin, 3) kursus bahasa Persia dengan Instruktur Mohsen Zanganeh, 4) kursus bahasa Perancis dengan Instruktur Abdel Aziz Abbaci, 5) kursus bahasa Jerman dengan Instruktur Kerim Edipoglu dan Samson Nasaruddin, dan 6) kursus bahasa Polandia dengan Instruktur Simona Sienkiewicz. Para instruktur ini tidak menerima honor tetapi mereka dibebaskan dari SPP. Penerbitan 6 Newsletter
Seperti halnya ketika menjadi Pembantu Rektor IAIN/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menerbitkan 4 newsletter (Berita UIN, UIN News, Akhbār al-Jāmi’ah, dan al-Sharīf), saya ketika menjadi Deputi Pengembangan
Mungkin Segalanya Mungkin | 143
Membaca Dunia Dibaca Dunia
Kelembagaan dan Deputi Akademik dan Kerja sama juga sempat menerbitkan 6 newsletter. Keenam newsletter tersebut adalah: 1. The School. The School pertama kali terbit Agustus 2008 dan terbit sebulan sekali. Pada setiap edisi, The School menyajikan hasil-hasil penelitian tesis dan disertasi mahasiswa SPs UIN Jakarta sebagai topik utama serta rubrik akademika yang tidak lepas dari bahasan seputar riset. 2. Berita Sekolah. Berita Sekolah terbit mulai 1 Agustus 2012 dan selanjutnya terbit setiap bulan di awal bulan. Berita Sekolah ini dimaksudkan untuk media komunikasi berbagai kegiatan Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta. 3. Kabar Alumni Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diterbitkan mulai 20 Mei 2013 dan selanjutnya terbit setiap tanggal 20 setiap bulan. Kabar Alumni dimaksudkan sebagai media komunikasi antar alumni Magister dan Doktor Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Prestasi Sekolah. Prestasi Sekolah diterbitkan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk menginformasikan perolehan prestasi para Dosen, Mahasiwa, Karyawan dan Lembaga Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Prestasi Sekolah ini terbit mulai tanggal 20 Mei 2013 dan selanjutnya terbit tanggal 25 setiap bulan. 5. Resensi Buku dan Artikel Jurnal. Resensi Buku dan Jurnal ini diterbitkan Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang bertujuan menginformasikan analisis buku dan artikel jurnal yang relevan dengan keislaman. Newsletter ini terbit mulai 05 Desember 2013 dan selanjutnya terbit tanggal 5 setiap bulan. 6. Arsip Sekolah. Arsip Sekolah ini terbit mulai tanggal 10 Desember 2013 dan selanjutnya terbit tanggal 10 setiap bulan. Arsip Sekolah ini diterbitkan Bagian Arsip Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang bertujuan menginformasikan sejarah perkembangan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pelaksana yang menangani keenam newsletter tersebut adalah Saya, Yusuf Rahman, Haula Noor, Windy Triana, Izza Rohman, dan Muhammad Adam Hesa. Secara khusus dalam kesempatan ini saya menyampaikan banyak terima kasih kepada Dr. Yusuf Rahman dan Muhammad Adam Hesa karena mereka telah turut serta dalam me-lay out dan mengedit berbagai newsletter tersebut secara rutin dan bahkan sampai malam hari kerja dan hari libur di hampir setiap hari. Tesis dan Disertasi Model Buku Suatu hari di siang hari saya duduk di lobby Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta sambil memperhatikan berbagai buku yang dipajang. Terbayang oleh saya agar tesis dan disertasi mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta kalau langsung dibuat dalam bentuk buku saya kira sangat baik, indah, tidak terlalu berat, 144 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
dan pantas dipandang jika dipajang dibanding tesis dan disertasi yang ada ketika itu yaitu ukuran A4 dan jarak spasinya 1.5 sampai 2 cm. Seusai saya merenung di lobby tersebut kemudian saya ke kantor dan membuat draft SK Direktur tentang format penulisan tesis dan disertasi. Prof Azyumardi Azra selaku Direktur ketika itu sangat setuju terhadap usulan yang saya majukan.Kawan-kawan para Deputi Dr. Fuad Jabali dan Dr. Yusuf Rahman juga setuju. Akhirnya dibahaslah draft SK Direktur tersebut kemudian menjadi ketentuan yang berlaku sampai sekarang. Penulisan Disertasi bahkan wajib dilengkapi dengan glossary dan indeks yang sebelumnya tidak pernah ada. Pedoman Akademik Dinding Ketika ada istilah Majalah Dinding maka di Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta terdapat Pedoman Akademik Dinding. Muhammad Adam Hesa, staf bagian administrasi, pernah berseloroh kepada saya: Pak, kita di Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta ini kan diajarkan untuk malas ya Pak? Saya sempat berpikir sejenak karena saya juga mungkin sering membuat keki kawan-kawan. Oh ya Dam, panggilan saya kepadanya. Kita di Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta ini diajarkan untuk malas. Contoh ajaran malas adalah sebagai berikut. Ketika ada mahasiswa bertanya tentang persyaratan tertentu maka para karyawan di front office sering saya ajari: silakan baca lembar nomor sekian yang ada di dinding/tembok itu, sambil saya menunjuk Pedoman Akademik Dinding yang terpajang.
Ketika saya tidak lagi bertugas sebagai Ketua Jurusan Program Doktor ex officio Deputi (mulai Maret 2015), saya tinggalkan 14 lembar yang berisi: 1) Beban Mungkin Segalanya Mungkin | 145
Membaca Dunia Dibaca Dunia
SKS, Masa Studi, dan Struktur Kurikulum Program Magister dan Doktor, 2) Tata Tertib dan Jam Perkuliahan, 3) Kiat Penyelesaian Studi, 4) Anda Tidak Ingin Kena Sanksi? Lakukan Ujian Proposal dan Work in Progress (WIP) Tesis dan Disertasi Tepat Waktu. Proposal Wajib Lulus Sebelum Semester III, Work in Progress Tesis Setiap 3 Bulan, dan Work in Progress Disertasi Setiap 4 Bulan, 4) Penawaran Mata Kuliah, 5) Persyaratan Ujian Akhir Semester (UAS), 6) Rambu-rambu Penulisan Karya Ilmiah (Makalah, Proposal, Tesis dan Disertasi), 7) Kiat Menghindari Plagiasi, 8) Jumlah Minimal Halaman Tesis dan Disertasi, 9) Urutan Isi Tesis/Disertasi, 10) Tesis dan Disertasi Pasca Ujian Promosi, 11) Persyaratan Umum Ujian-ujian: Ujian Proposal Tesis/Disertasi, Ujian WIP Tesis/Disertasi, Ujian Komprehensif Magister/Doktor, 12) Persyaratan Umum Ujian-ujian (lanjutan): Ujian Pendahuluan Tesis/Disertasi, dan Ujian Promosi Magister/Doktor, 13) Berbagai Persyaratan: Perolehan Pembimbing Tesis/Disertasi, Perubahan Pembimbing Tesis/Disertasi, Ujian Alih Status Mahasiswa, Ujian Text Reading Bahasa, 14) Berbagai Persyaratan (lanjutan): Pendaftaran Wisuda, Pengambilan Ijazah, dan Legalisasi Ijazah/Transkrip Akademik. Selain itu disediakan juga Info Digital yang ditempatkan di Lantai 1 dan 2 dan berfungsi untuk menampilkan informasi ujian-ujian dan pengumuman lain serta monitor khusus yang berisi jadual kuliah pada hari ini. Informasi mengenai sertifikat perolehan akreditasi program studi magister dan doktor dari Badan Akreditasi Nasional (BAN-PT) juga ditampilan dalam Pedoman Akademik Dinding. Pedoman Akademik Dinding ini dapat ditemukan di 2 tempat di Lantai 1, 1 tempat di kantin, 2 tempat di Lantai 2, dan 2 tempat di Lantai 3 (sekretariat), sehingga jumlah seluruhnya ada 7 lembar papan. Sampai saat tulisan ini dibuat pedoman akademik dinding tersebut masih ada dan masih utuh. Foto para pimpinan Sekolah Pascasarjana IAIN/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sejak awal berdiri tahun 1982 sampai sekarang dipajang di dinding/tembok Lantai 1, di Lantai 2 (ruang Resource Center), dan di Sekretariat Lantai 3 secara apik. Grafik perkembangan mahasiswa baru dan lulusan sejak awal pascasarjana berdiripun dapat dijumpai di ruang Resource Center 2. Bukan hanya para pimpinan, foto para dosen yang pernah mengajar dan/atau menguji serta sebagai dosen tamu juga dapat dijumpai di pintu gerbang masuk kampus Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk melengkapi informasi, di lobby juga ditemukan bendera negara-negara dari para tamu dan dosen yang pernah datang dan kerja sama dengan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Menjadi Sekretaris Senat Universitas Berdasarkan Peraturan Menteri Agama RI Nomor 17 Tahun 2014 Pengurus Senat Universitas tidak diperbolehkan lagi dijabat oleh Rektor dan para Pembantu Rektor. Berdasarkan Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor 146 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Un.OI/RlHK.00.5/449/2014 tanggal 1 September 2014, saya ditetapkan sebagai Sekretaris Senat Universitas sedangkan Ketuanya adalah Prof. Dr. HM. Atho Mudzhar menggantikan posisi Ketua Senat/Rektor Prof. Dr. Komaruddin Hidayat dan Sekretaris Senat/Pembantu Rektor Bidang Administrasi Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A. Selama saya bekerja dengan Prof. Atho Mudzhar, saya mendapatkan banyak pelajaran yang berharga. Pak Atho sangat disiplin dengan aturan sehingga ia sangat berhati-hati dalam bertindak. Prof. Atho juga sangat teliti dalam penggunaan bahasa. Menurut saya, sopan santun dan logika berbahasa Prof. Atho luar biasa bagus. Prof. Atho baru bersedia menandatangai suatu surat apabila sudah ia baca secara teliti, cermat, dan logis, serta sudah ia pastikan bahwa tidak ada kesalahan dari aspek bahasa dan substansi.
Di antara yang dihasilkan Senat Universitas sampai saat tulisan ini dibuat adalah 1) penyampaian usulan calon Rektor kepada Menteri Agama yang menetapkan Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. sebagai Rektor, 2) perumusan draft yang kemudian menjadi Peraturan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor 635 Tahun 2014 tentang Tata Kerja Senat Universitas dan Senat Fakultas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 3) perumusan draft kemudian menjadi Peraturan Rektor Nomor 03 Tahun 2015 tentang Tata Kerja Komisi dan Panitia Ad Hoc Senat Universitas dan Senat Fakultas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 4) adanya peraturan Rektor Nomor 10 Tahun 2015 tanggal 1 Juli 2015 tentang Pedoman Pengembangan Kurikulum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 5) adanya Peraturan Rektor Nomor 519 Tahun 2015 tanggal 27 Agustus 2015 tentang Pedoman Beban Kerja Dosen (BKD) dan Evaluasi Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi bagi Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan 6) Draft revisi Ortaker UINSyarif Hidayatullah Jakarta.
Mungkin Segalanya Mungkin | 147
Membaca Dunia Dibaca Dunia
Senat Universitas pada tanggal 4 Maret 2015 sudah memberikan rekomendasi pembukaan Program Studi Sarjana (S-1) Teknik Geologi, Teknik Perminyakan, dan TeknikPertambangan. Selain itu Senat juga pada tanggal 14 April 2015 sudah menyetujui kenaikan pangkat 3 orang dosen ke Lektor Kepala 400, ke Guru Besar 850, dan ke Guru Besar 1050. Pada tanggal 11 Agustus 2015 Senat menyetujui 7 kenaikan pangkat dosen: 4 orang ke Lektor Kepala 400, 1 orang ke Lektor Kepala 550, dan 2 orang ke Guru Besar 850. Beberapa draft yang masih dalam proses penyelesaian pada saat tulisan ini dibuat adalah tentang: 1) Homebase Dosen, 2) Akreditasi (Institusi, Program Studi, Perpustakaan, Laboratorium), 3) Pembukaan, Penutupan dan Penggabungan Jurusan, Program studi dan Fakultas, 4) Sarana dan Prasarana, 5) Penelitian, 6) Pengabdian kepada masyarakat, 7) Kerja sama antar lembaga, 8) Penerbitan dan Jurnal, 9) Kode Etik Mahasiswa, 10) Kode Etik Dosen, 11) Kode Etik Karyawan,4) Kode Etik Universitas, dan 15) Rekrutmen Dosen untuk menindaklanjuti Peraturan Menteri Ristek Dikti Nomor 26 Tahun 2015 tentang Registrasi Pendidik pada Perguruan Tinggi.
Foto bersama kawan-kawan mahasiswa Jurusan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta ketika mereka menghadiri acara Pengukuhan Guru Besar 03 Januari 2002
148 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
BAGIAN X MENGENAL DUNIA Asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Pada awal-awal berdirinya BANPT tahun 1996 saya mendaftar dan diterima sebagai asesor. BAN-PT mulai berdiri Agustus 1994 dan proses akreditasi dimulai tahun 1996. Pada saat itulah saya ikut serta menjadi asesor. Ketua BAN-PT pada waktu itu adalah Prof. Dr. Sukadji Ranuwihardjo, M.A. mantan Rektor Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Akreditasi pada tahun 1994 hanyalah akreditasi program studi, belum ada akreditasi institusi. Program studi pada hanya diwajibkan membuat portofolio tetapi sebagai persyaratan, sebelum itu program studi wajib membuat evaluasi diri. Apabila program studi tersebut sudah memenuhi peryaratan, maka BAN-PT mengizinkan untuk membuat portofolio. Penilaian portofolio program studi dalam desk evaluation, masih menggunakan karbon untuk copy hasil pekerjaan asesor karena waktu itu komputer belum begitu marak. Laporan hasil visitasi pun pada masa itu juga menggunakan kertas karbon untuk copy pekerjaannya. Oleh karena itu, semua pekerjaan asesor menggunakan tulisan tangan, tidak seperti sekarang menggunakan komputer. Saya praktik mengisi portofolio untuk akreditasi program studi sekitar tahun 1997/1998 di Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Teman-teman yang membantu mengisi portofolio ketika itu antara lain Anggraini Soemadi, Mudjilan, Rika Sa’diyah, dan Herwina Bahar. Dekan FAI UMJ pada waktu itu adalah Drs. H. Chusnan Jusuf. Saya menilai bahwa akreditasi program studi sangat diperlukan. Betul bahwa pembuatan portolio pada waktu tidak mudah karena selain harus memiliki wawasan yang luas tentang pendidikan tinggi, diperlukan juga banyak data yang terdokumentasi secara baik. Sampai dengan saat tulisan ini dibuat, saya masih menjadi asesor BAN-PT dan bahkan sering ditugasi menjadi Tim untuk melakukan revisi instrumen akreditasi termasuk penyusunan instrumen pembukaan program studi yang sekaligus diakreditasi bersama Ditlemkerma (Direktorat Kelembagaan dan Kerja sama) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Mungkin Segalanya Mungkin | 149
Mengenal Dunia
Sampai sekarang, para Ketua BAN-PT tercatat sebagai berikut: Periode I (Agustus–1994 s.d. Desember–1998) Ketua Prof. Dr. Soekadji Ranuwihardjo. Periode II (Januari–1999 s.d. Agustus–2003) Ketua Prof. Dr. M.K. Tadjudin. Periode III (Agustus–2003 s.d. Agustus–2007): Ketua Prof. Dr. M.K. Tadjudin. Periode IV (Agustus-2007 s.d. September-2012) Ketua Prof. Dr. Kamanto, dan Periode V (September-2012 s.d. September-2017) Ketua Prof. Dr. Mansyur Ramly.
Selain menilai program studi dan institusi perguruan tinggi, para asesor juga ditugasi menyusun beberapa ketentuan dan instrumen akreditasi. Inilah beberapa nama para asesor BAN-PT yang bertugas menyusun instrumen akreditasi program studi, akreditasi institusi perguruan tinggi, lembaga akreditasi mandiri, dan konsep dasar akreditasi nasional hingga Desember 2015. 1) Anah Suhaenah Soeparno, Prof. Dr. (UNJ Jakarta), 2) Sudiyono Kromodihardjo, M.Sc., Ph.D. (ITS Surabaya), 3) Suharyadi Pancono, M.T., Dipl., Ing. (Polman Bandung), 4) Sugiyono, S.Si., Ph.D. (UNSOED Purwokerto), 5) Dr. Ir. H. Siswadi, M.Sc. (IPB Bogor), 6) Dr. Ir. Suhanan, DEA. (UGM Yogyakarta), 7) Dr. Ir. Adam Pamuji Rahardjo, M.Sc. (UGM Yogyakarta), 8) Dr. P. Th. Basuki Hadiprajitno, M.B.A., M.Sc. (UNDIP Semarang), 9) Ir. Darwin Kadarisman, M.Sc. (Kemdikbud), 10) Ir. Hendarman, M.Sc., Ph.D. (Kemdikbud), 11) Bahrul Hayat, Ph.D. (Kemdikbud), 12) Dr. Drs. A. Hanief Saha Ghafur, M.S. (UI Jakarta), 13) Prof. Kamanto Sunarto, S.H., Ph.D. (UI Jakarta), 14) Adil Basuki Ahza, Ph.D. (IPB Bogor), 15) Prof. Dr. Suwito, M.A. (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 16) Prof. Dr. drh. Bambang Sektiari Lukiswanto, 150 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
DEA. (UNAIR Surabaya), 17) Dr. Inriyanti Sudirman, M.Si. (UNHAS Makassar), 18) Prof. Dr. Marsudi Triatmodjo, S.H., LL.M. (UGM Yogyakarta), 19) Dr. Ir. Fauzri Fahimuddin, M.Sc. Eng. (Poltek Jakarta), 20) Ir. Julio Adisantoso, M. Kom. (IPB Bogor). Penilai Angka Kredit Dosen Selain menjadi Asesor BAN-PT sebagaimana dijelaskan di atas, ketika saya menjadi Pembantu Rektor I Bidang Akademik IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta mulai akhir Agustus 2000, salah satu tugas saya adalah menjadi ketua tim penilai angka kredit dosen. Oleh karena sebelum menjabat Pembantu Rektor I saya sudah sering menilai angka kredit sendiri dan angkat kredit dosen dari Peguruan Tinggi Islam Swasta (PTAIS) , maka urusan tentang itu saya sudah memiliki pengalaman. Sehubungan dengan hal tersebut, mulai tahun 2003 saya diberikan kesempatam oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama menjadi anggota tim penilai angka kredit dosen ke Lektor Kepala dan Guru Besar yang bertugas menilai karya para dosen PTAIN dan PTAIS yang ada dalam koordinasi Departemen Agama. Saya juga menjadi anggota Sidang Dewan Guru Besar pada Direktorat ini sampai dengan 2014. Kegiatan di Direktorat ini adalah menilai kelayakan para dosen perguruan tinggi agama untuk kenaikan jabatan fungsional dosen yang akan dimajukan ke Ditjen Dikdi Depdikbud. Mulai tahun 2007 sampai tulisan ini dibuat, saya juga diberikan kepercayaan untuk menjadi anggota Tim Penilai Angkat Kredit dosen ke Lektor Kepala dan Guru Besar di Ditjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang sekarang beralih ke Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti). Jika tugas di Departemen Agama hanya menilai karya dosen PTAIN dan PTAIS, maka di Dikti tugasnya lebih luas yaitu menilai para dosen dari berbagai perguruan tinggi lain yang ada dalam koordinasi Kemristekdikti. Dalam konteks ini saya wajib berterima kasih kepada Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (ketika itu menjadi Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2006-2010) dan Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA (ketika itu menjabat sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2007-2011). Oleh sebab rekomendasi mereka, maka saya menjadi anggota tim di Dikti tersebut. Dirjen Dikti pada waktu itu adalah Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro yang sudah saya kenal sejak mengurus konversi IAIN menjadi UIN Jakarta mulai tahun 2000/2001.
Mungkin Segalanya Mungkin | 151
Mengenal Dunia
Sampai dengan 12 Februari 2016, sebagian para anggota Tim Penilai Angka Direktorat Jenderal Sumberdaya Iptek dan Dikti Kemristekdikti yang terlihat pada gambar adalah berdiri dari kiri ke kanan: 1) Prof. Dr. M. Amin Abdullah, M.A. (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), 2) Prof. Dr. Ahmad Rofiq, M.A. (UIN Walisongo Semarang), 3) Prof. Dr. Yatim Riyanto (Universitas Negeri Surabaya), 4) Prof. Dr. Ir. Sholahuddin, M.S. (Universitas Sebelas Maret), 4) Prof. Nathan Hindarto, Ph.D. (Universitas Negeri Semarang), 5) Prof. Dr. Syafri Anwar, M.Pd. (Universitas Negeri Padang), 6) Prof. Dr. Sri Mulyani (Universitas Negeri Semarang), 7) Prof. Dr. Ir. FM. Suhartati, S.U. (Universitas Jenderal Sudirman), 8) Prof. Dr. Halmar Halidie, M.Sc. (Universitas Hasanuddin), 9) Prof. Dr. H. Mochammad Munir, MS (Universitas Brawijaya), 10) Prof. Fuad Abdul Hamied, M.A., Ph.D. (Universitas Pendidikan Indonesia), 11) Prof. Dr. Novesar Jamarun, M.S. (Universitas Andalas), 12) Prof. Dr. Djoko Tjahjono Iskandar (Institut Teknologi Bandung), 13) Prof. Dr. Indah Susilowati (Universitas Diponegoro Semarang), 14) Prof. Dr. Bernadette M. Waluyo, S.H., M.H., CN, (Universitas Katolik Parahayangan), 15) Prof. Dr. H. Suharto, dr., M.Sc. (Universitas Airlangga), 16) Prof. Dr. H. Suryana, M.Si. (Universitas Pendidikan Indonesia), 17) Prof. dr. Abdul Salam Sofro, Ph.D., SpKT(P) (Universitas Yarsi), 18) Prof. Dr. Eko Hadi Sujiona (Universitas Negeri Makassar). Adapun yang duduk bagian depan dari kiri ke kanan adalah: 19) Prof. Dr. Soetarno, DEA (Institut Seni Indonesia Surakarta), 20) Prof. Dr. F.X. Tirza Hanum, Ph.D (Universitas Lampung), 21) Prof. Dr. dr. Ichramsjah A. Rachman, SpOG (K) (Universitas Indonesia), 22) Prof. Dr. Ir. Harsono Taroepratjeka (Institut Teknologi Nasional Bandung), 23) Prof. Dr. Ir. Yanuarsyah Haroen (Institut Teknologi Bandung), dan 24) Prof. Dr. Suwito, M.A., (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Nama-nama lain yang tidak terlihat dalam gambar tersebut adalah 25) Prof. Dr. Muhadjir M. Darwin, MPA, Ph.D (Universitas Gadjah Mada), 26) Prof. Dr. Ir. Endang Suhendang (Institut Pertanian Bogor), 27) Prof. Dr. Ir. Isril Berd, S.U. (Universitas Andalas), 28) Dr. Ir. Tresna Dermawan Kunaefi (Institut Teknologi 152 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Bandung), 29) Prof. Ir. Soepeno Djanali, M.Sc., Ph.D. (Institut Teknologi Surabaya), 30) Prof. Dr. Ir. Soeparna (Universitas Padjadjaran), 31) Prof. Dr. Ir. Tommy Ilyas, M.Eng (Universitas Indonesia), 32) Prof. Dr. Sulmin Gumiri (Universitas Palangkaraya), 33) Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. (Universitas Sumatera Utara), 34) Prof. Dr. rer. Soc. Nusyirwan Effendi (Universitas Andalas), 35) Prof. Dr. Syukri Lukman, M.S. (Universitas Andalas), 36) Prof. Dr. Imam Santoso (Universitas Jenderal Sudirman), 37) Prof. Dr. Festiyed, M.S. (Universitas Negeri Padang), 38) Prof. Dr. Sudjito (Universitas Gadjah Mada), 39) Prof. Ir. Suryo Hapsoro Tri Utamo, Ph.D. (Universitas Gadjah Mada), 40) Prof. Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Si. (Universitas Diponegoro), 41) Prof. Dr. Ir. Wasmen Manalu (Institut Pertanian Bogor), 42) Prof. Dr. Bambang Purwanto, M.A. (Universitas Gadjah Mada), 43) Prof. Dr. Ir. Roni Kastaman, MSIE (Universitas Padjadjaran), dan 44) Prof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd. (Universitas Negeri Surabaya). Konsultan Alih Status Kelembagaan Perguruan Tinggi Oleh karena saya dinilai Prof. Azyumardi Azra dan kawan-kawan berhasil mengurus perubahan IAIN menjadi UIN Jakarta pada tanggal 20 Mei 2002, maka pada tahun-tahun berikutnya saya banyak dijadikan narasumber oleh para pimpinan IAIN untuk sharing pengalaman sampai dengan tulisan ini dibuat. Selain sebagai narasumber tentang itu, saya bersama Prof. Dr. H.M. Atho Mudzhar, Prof. Dr. M. Amin Abdullah, Prof. Dr. Akh. Minhaji, dan Prof. Dr. Nanat Fatah Natsir sering menjadi penilai perubahan alih status IAIN menjadi UIN dan alih status Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) menjadi Institut Agama Kristen Negeri, serta Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Seperti telah dijelaskan sebelumnya, sampai dengan Februari 2016 jumlah UIN di seluruh Indonesia ada 11 UIN. Mayoritas dari 11 UIN dimaksud saya ikut serta menjadi salah satu konsultan ataupun penilai kelayakan proposalnya. Di antara manfaat menjadi asesor BAN-PT, penilai angka kredit dosen, dan narasumber perubahan kelembagaan perguruan tinggi sebagaimana disebut di atas adalah kesempatan bagi saya untuk melakukan perjalanan ke berbagai perguruan tinggi di 33 provinsi yang ada di Indonesia sebagaimana diceritakan berikut ini. Negara Kepulauan Terbesar dan Berpenduduk Muslim Terbanyak Saya adalah orang Indonesia yang dilahirkan di Lebak Kulon Sukolilo Pati Jawa Tengah yang merupakan wilayah Indonesia. Indonesia adalah negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau. Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Mungkin Segalanya Mungkin | 153
Mengenal Dunia
Muslim terbesar di dunia, dengan lebih dari 207 juta jiwa. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah Republik dengan Presiden yang dipilih secara langsung. Indonesia terdiri atas 34 provinsi. Berikut ini adalah nama-nama provinsi di Indonesia dan ibukotanya: A. Sumatera: 1) Aceh ibu kotanya Banda Aceh, 2) Sumatera Utara ibu kotanya Medan, 3) Sumatera Barat ibu kotanya Padang, 4) Riau ibu kotanya Pekanbaru, 5) Kepulauan Riau ibu kotanya Tanjung Pinang , 6) Jambi ibu kotanya Jambi, 7) Sumatera Selatan ibu kotanya Palembang, 8) Kepulauan Bangka Belitung ibu kotanya Pangkal Pinang, 9) Bengkulu ibu kotanya Bengkulu, 10) Lampung ibu kotanya Bandar Lampung. B. Jawa: 11) Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 12) Banten ibu kotanya Serang, 13) Jawa Barat ibu kotanya Bandung, 14) Jawa Tengah ibu kotanya Semarang, 15) Daerah Istimewa Yogyakarta ibu kotanya Yogyakarta, 16) Jawa Timur ibu kotanya Surabaya. C. Kepulauan Nusa Tenggara: 17) Bali ibu kotanya Denpasar, 18) Nusa Tenggara Barat ibu kotanya Mataram, 19) Nusa Tenggara Timur ibu kotanya Kupang. D. Kalimantan: 20) Kalimantan Barat ibu kotanya Pontianak, 21) Kalimantan Tengah ibu kotanya Palangka Raya, 22) Kalimantan Selatan ibu kotanya Banjarmasin, 23) Kalimantan Timur ibu kotanya Samarinda, 24) Kalimantan Utara ibu kotanya Tanjung Selor. E. Sulawesi: 25) Sulawesi Utara ibu kotanya Manado, 26) Gorontalo ibu kotanya Gorontalo, 27) Sulawesi Tengah ibu kotanya Palu, 28) Sulawesi barat ibu kotanya Mamuju, 29) Sulawesi Selatan ibu kotanya Makassar, 30) Sulawesi Tenggara ibu kotanya Kendari. F. Kepulauan Maluku: 31) Maluku ibu kotanya Ambon, 32) Maluku Utara ibu kotanya Sofifi. G. 33) Papua Barat ibu kotanya Manokwari, dan 34) Papua ibu kotanya Jayapura. Belum Pernah Berkunjung ke Kalimantan Utara Sampai dengan tulisan ini dibuat, berbagai provinsi di Indonesia sudah saya kunjungi. Hanya daerah Kalimantan Utara saja yang belum pernah saya kunjungi. Selainnya saya pernah mengunjungi provinsi-provinsi yang ada di Indonesia. Kunjungan saya ke berbagai provinsi di Indonesia antara lain karena 1) kepentingan tugas menjadi asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), 2) pelaksanaan tugas nurturing pengisian borang (pembimbingan pengisian borang akreditasi) dari BAN-PT, 3) narasumber dalam seminar, 4) narasumber dalam konversi Sekolah Tinggi menjadi Institut, 5) nasasumber dalam konversi Institut menjadi Universitas, 6) narasumber dalam bimbingan pengisian borang akreditasi 154 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
institusi dan program studi, 7) narasumber dalam akreditasi jurnal (berkala ilmiah), 8) narasumber dalam pengurusan kenaikan jabatan fungsional dosen/kenaikan pangkat akademik, 9) penilai perubahan Institut menjadi Universitas, 10) penilai pemecahan program studi pada program pascasarjana,11) penilai pembukaan program studi pada program pascasarjana, dan 12) kepentingan mengajar. Sebagai asesor, saya pernah ditugasi oleh BAN-PT untuk visitasi dalam rangka akreditasi program studi, institusi, dan surveilen baik perguruan tinggi umum, agama, negeri maupun swasta. Saya pernah visitasi di perguruan tinggi negeri antara lain sebagai berikut 1) Universitas Syiah Kuala (UNSYIAH) di Banda Aceh, 2) IAIN/UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 3) IAIN/UIN Sumatera Utara Medan, 4) IAIN/UIN Sultan Syarif Kasim Pekanbaru Riau, 5) IAIN Imam Bonjol Padang, 6) IAIN Bukittinggi, STAIN Batusangkar, 7) IAIN Bengkulu, 8) IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 9) STAIN Kerinci, 10) IAIN/UIN Raden Fatah Palembang, 11) STAIN Syekh Abdurrahman Sidik (SAS) Bangka Belitung, 12) IAIN Raden Intan Lampung, 13) IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 14) IAIN/UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 15) IAIN/UIN Walisongo Semarang, 16) Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang, 17) STAIN Kudus, 18) STAIN Pekalongan, 19) STAIN/IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 20) STAIN Pekalongan, 21) STAIN/IAIN Purwokerto, 22) IAIN Surakarta, 23) IAIN Salatiga, 24) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, 25) IAIN/UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 26) STAIN/UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 27) IAIN Tulungagung, STAIN Ponorogo, 28) IAIN/UIN Sunan Ampel Surabaya, 29) IAIN Jember, 30) STAIN Pamekasan, 31) IAIN Mataram, 32) STAIN/IAIN Pontianak, 33) IAIN Antasari Banjarmasin, 34) IAIN/UIN Alauddin Ujung Pandang/Makassar, 35) STAIN/IAIN Manado, 36) IAIN Sultan Amai Gorontalo, 37) Universitas Tadulako (UNTAD) Palu, 38) STAIN/IAIN Palopo, 39) STAI Pare-pare, 40) IAIN Sultan Qaimuddin Kendari, 41) IAIN Ambon, 42) IAIN Ternate, 43) Universitas Udayana Bali, dan 44) Universitas Cenderawasih (UNCEN) Jayapura. Selain di perguruan tinggi negeri sebagaimana disebut di atas, saya juga pernah ditugasi untuk visitasi ke perguruan tinggi swasta antara lain adalah di 1) STAI Muhammadiyah Sibolga, 2) STAI Darul Arafah Deli Serdang Sumatera Utara, 3) Universitas Muhammadiyah Palembang, 4) Universitas Tridinanti Palembang, 5) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Solok, 6) STAI al-Nur Lampung, 7) STAI Ma’arif Metro Lampung, 8) STAI Musaddadiyah Garut, 9) Universitas Islam Bandung (UNISBA), 10) Universitas Ibnu Khaldun Bogor, 11) Universitas as-Syafi’iyah Jakarta, 12) Universitas Islam Jakarta (UID), 13) Universitas al-Tahiriyah Jakarta, 14) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 15) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, 16) STAI Masjid Syuhada Yogyakarta, 17) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta, 18) Universitas Sultan Agung Semarang, 19) Universitas Muhammadiyah Surakarta, Mungkin Segalanya Mungkin | 155
Mengenal Dunia
20) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, 21) Universitas Darul Ulum Jombang, 22) Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia Surabaya, 23) Universitas Muhammadiyah Malang, 24) Universitas Islam Malang (UNISMA) Malang,25) Universitas Muhammadiyah Gresik, 26) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, 27) STAI Syarifuddin Lumajang, 28) STAI Raden Qosim Lamongan, 29) Institut Agama Islam (IAI) Ibrahimy Sukorejo Situbondo, 30) ST Dirasat Islamiyah Imam Syafii Jember, 31) Institut Agama Islam (IAI) Nurul Jadid Paiton Probolinggo, 32) STAI al-Haudl Ketapang, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah(STIT) Singkawang, 34) STAI Kuala Kapuas Kalimantan Tengah, 35) Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, 36) STAI DDI Pangkajene Sidrap, 37) Universitas alKhaerat Palu, 38) Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia Bali, 39) STAI Sultan Abdul Kahir Bima, 40) Universitas Muhammadiyah Kupang, 41) STKIP Muhammadiyah Manokwari, dan 42) Yayasan Pendidikan Islam (YAPIS) Biak. Berbagai perguruan tinggi yang sudah disebut di atas ada yang beberapa kali saya kunjungi. BAN-PT juga beberapa kali menugaskan saya untuk kegiatan nurturing pengisian borang akreditasi institusi dan program studi ke beberapa tempat. Di antaranya adalah ke Jakarta, Jambi, ke Banjarmasin, dan Sorong. Saya sangat sering ditugasi dalam acara ini di Jakarta dan ditempatkan di hotel Acacia. Para peserta nurturing tersebut berasal dari berbagai perguruan tinggi, termasuk koordinasi Kopertis Wilayah III. Selain di Hotel Acacia Jalan Kramat Raya No. 81 Menteng Jakarta Pusat, acara semacam ini pernah juga ditempatkan di gedung Kopertais Wilayah I (Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) karena para pesertanya dari perwakilan perguruan tinggi agama Islam swasta. Acara di Jambi ditempatkan di kampus Program Pascasarjana IAIN Jambi dan diikuti oleh para peserta perwakilan perguruan tinggi yang masuk dalam koordinasi Kopertais Wilayah VII dan Kopertis Wilayah II. Acara nurturing di Sorong ditempatkan di hotel JE. Meridien Jalan Basuki Rahmat KM. 7 Sorong. Para peserta nurturing dari perwakilan perguruan tinggi seluruh Papua dan Ambon yang masuk dalam koordinasi Kopertis Wilayah XII. Selain kegiatan yang ditugaskan BAN-PT di atas, saya juga beberapa kali diminta para pimpinan perguruan tinggi untuk menjadi narasumber dalam seminar tentang agama dan pendidikan, alih status menjadi UIN, kenaikan pangkat akademik terutama ke Lektor Kepala dan Guru Besar, pengisian borang institusi, dan pengisian borang program studi. Di antara perguruan tinggi yang mengundang saya untuk itu adalah 1) IAIN/UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2) STAIN Lhokseumawe, 3) IAIN/UIN Sumatera Utara Medan, 4) IAIN/UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 5) IAIN/UIN Raden Fatah Palembang, 6) IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 7) IAIN Imam Bonjol Padang, 8) IAIN Bengkulu, 9) IAIN Bukittinggi, 10) IAIN Raden Intan Bandar Lampung, 11) IAIN/UIN Bandung, 12) 156 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 13) STAIN Pekalongan, 14) IAIN Purwokerto, 15) IAIN/UIN Semarang, 16) IAIN/UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 17) IAIN Surakarta, 18) IAIN Salatiga, 19) STAIN Ponorogo, 20) IAIN Tulungagung, 21) IAIN/UIN Sunan Ampel Surabaya, 22) IAIN Pontianak, 23) IAIN Antasari Banjarmasin, 24) IAIN/UIN Alauddin Ujung Pandang/Makassar, 25) STAIN/IAIN Manado, 26) IAIN Sultan Amai Gorontalo, 27) IAIN Datokarama Palu, 28) IAIN Palopo, 29) IAIN Ternate, dan 30) IAIN Ambon. Acara ke luar Jakarta untuk kepentingan mengajar secara rutin adalah ke Program Pascasarjana IAIN/UIN Ar-Raniry Banda Aceh (2008 s.d. sekarang), Program Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang (2004 s.d. 2009), Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Bandar Lampung (2001 s.d. 2007), Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya (2003), dan Program Pascasarjana IAIN Antasari Banjarmasin (2002 s.d. 2013). Itulah di antara pengalaman saya melakukan perjalanan di Indonesia. Saya yakin masih banyak perguruan tinggi lain yang tidak tercantum di atas dikarenakan saya lupa. Oleh sebab itu apabila ada kesalahan mohon dimaafkan. Memang tidak semua kota yang ada di Indonesia sempat saya kunjungi tetapi beberapa tempat di banyak provinsi telah saya ketahui, kecuali kota yang ada di provinsi Kalimantan Utara. Dalam perjalanan di dalam negeri ini banyak pelajaran yang diperoleh, baik pelajaran yang positif maupun yang negatif. Pelajaran yang Didapat dari Perjalanan Dalam Negeri Beberapa pelajaran yang saya dapat dari perjalanan di dalam negeri antara lain sebagai berikut: 1. Belajar bersabar. Ketika saya sampai di beberapa kota luar Jakarta, saya sengaja menyempatkan diri bertamasya dengan tidak disertai sopir penerima tamu. Dalam kesempatan menggunakan kendaraan umum, banyak penumpang yang sangat pelan memasuki kendaraan. Terkadang ada teman lain yang ditunggunya sementara penumpang yang baru datang tersebut berhenti di pintu sambil berteriak memanggil-manggil temannya yang masih jauh jaraknya. Situasi ini membuat aku harus lebih bersabar. Pelajaran harus bersabar juga diperoleh ketika pesawat atau kendaraan lain ditunda keberangkatannya padahal jadual sudah terlewati sangat lama. Itupun tanpa ada pemberitahuan kecuali setelah ada yang protes. Bukan hanya 2 kasus tersebut, pelajaran bersabar sering saya peroleh ketika menghadiri pertemuan. Acara sering berlarut padahal jadual telah terlewati begitu lama. Pelajaran bersabar juga diperoleh dalam berkendara dalam keadaan macet, menyeberang jalan sembarangan karena tidak banyak ditemukan tempat penyeberangan, dan masih banyak kasus tentunya agar kita belajar bersabar.
Mungkin Segalanya Mungkin | 157
Mengenal Dunia
2. Belajar menghormati orang lain. Pelajaran model ini sering saya temukan ketika saya akan dan masuk toilet di stasiun, bandara, atau tempat umum lain. Oleh karena para petugas selalu bersiap siaga di hadapan pintu masuk toilet maka saya dan orang lain sering harus berhormat kepadanya. Hal serupa juga ketika akan mengambil bagasi. Oleh karena banyak porter yang bersiap siaga di jalanan maka kalau saya dan orang lain akan mengambil bagasi harus hormat dan permisi kepada mereka terlebih dahulu. 3. Banyak berolahraga. Pelajaran model ini saya peroleh ketika berebut masuk kendaraan. Oleh karena memerlukan tenaga yang lumayan kuat maka sering diperlukan kekuatan dalam menghasilkan tempat duduk atau yang penting ada dalam mobil dengan berdiri sehingga saya dapat cepat sampai tujuan. 4. Sangat demokratis. Pelajaran yang saya peroleh model ini adalah karena jalan raya digunakan untuk banyak kegunaan, misalnya ada yang parkir, ada kendaraan sepeda, sepeda motor, mobil, berjalan kaki, gerobak dan lainnya. Ini pelajaran demokratis yang sesungguhnya karena semuanya berkesempatan menggunakan 1 fasilitas jalan. Berbeda dengan tempat lain yang cenderung 1 ruas jalan hanya diperuntukkan kendaraan jenis tertentu, misalnya ada jalan yang hanya untuk pejalan kaki, pengendara sepeda, pengendara becak, dan pengendara mobil yang masing-masing ada lajurnya. 5. Belajar menjadi kaya. Pelajaran model ini saya peroleh karena dalam jarak yang tidak terlalu jauh saya harus menggunakan jasa ojek atau angkot sehingga keluar biaya, tidak mau jalan kaki karena tidak tersedia trotoar atau jalan khusus pejalan kaki. Keseringan keluar biaya untuk model seperti ini menjadikan kita harus selalu siap uang. 6. Belajar sebagai pemberani. Pelajaran model ini saya peroleh ketika kendaraan sampai di persimpangan yang ada lampu lalu lintasnya (traffic light). Banyak para sopir berani menyeberang tanda lampu merah sebagai larangan. Pelajaran berani juga saya dapatkan banyaknya para penyeberang ketika suara sirine tanda pintu penyeberangan dihadangkan ke jalan ketika kereta akan lewat. 7. Makin dekat, makin cinta tanah air, dan makin cinta Tuhan. Pelajaran yang tidak kalah pentingnya dari perjalanan dalam negeri adalah makin dekatnya tempat kita dengan berbagai tempat di Indonesia lainnya. Pembangunan dan kemakmuran masyarakat dapat diketahui. Pemandangan kota dan desa yang ada di seantero tanah tumpah Indonesia yang indah menyadarkan kepada kita bahwa semua itu perlu disyukuri dan menambah keimanan kita kepada Allah SWT. Ternyata masing-masing daerah dan masing-masing Negara di dunia ini memiliki persamaan dan perbedaan. Semuanya sangat indah dan menggambarkan kebesaran Allah SWT. Allahu akbar.
158 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Empat Buku Paspor Sampai dengan tulisan ini dibuat, saya memiliki 4 (empat) buku paspor untuk perjalanan ke luar Indonesia. Dalam kaitan dengan penulisan nama, saya ingat betul dengan nasihat Pak Ali Mahmudi yang berisi agar nama, tempat lahir, tanggal lahir, dan tanda tangan jangan sampai berubah-ubah karena akan merusak dokumen dan merepotkan orang lain dan diri sendiri. Dalam banyak hal, saya selalu menepati nasihat itu tetapi nama yang tercantum dalam paspor ada yang tidak sama yaitu ketika penulisan nama lengkap. Paspor pertama (paspor dinas), berlaku 2 Juni 1999 s.d. 2 Juni 2001. Dalam paspor ini nama saya tertulis Suwito dan dalam perubahannya tercantum nama Suwito Dikromo Rakiyo. Penambahan nama tersebut karena di beberapa Negara menginginkan agar nama orang hendaknya minimal 3 kata. Paspor pertama (Paspor Dinas) ini saya pergunakan untuk perjalanan ke Jordania (Juni 1999), Syria (1999), Arab Saudi untuk Umrah (Desember 1999 dan Desember 2000), Libanon (September 1999), Turki (1999), dan Mesir (Desember 1999 dan Desember 2000). Paspor kedua, masa berlaku 12 September 2002 s.d. 12 September 2007. Nama saya dalam paspor ini tertulis Suwito Rakiyo dan nama lengkapnya tertulis Suwito Dikromo Rakiyo. Paspor kedua ini saya pergunakan untuk perjalanan ke Thailand (September 2002 dan Maret 2006), Malaysia (Oktober 2002, Desember 2003, Agustus 2005, Agustus 2006, April 2007), Arab Saudi (sebagai tamu Rabithah Alam Islamy) untuk menunaikan ibadah haji (Januari 2003, April 2005), Kanada (Februari 2004, September 2005), Singapora (April 2007), dan Mesir (April 2005). Paspor ketiga, masa berlaku 15 Juni 2007 s.d. 15 Juni 2012. Nama saya dalam paspor ini tertulis Suwito Rakiyo dan nama lengkapnya tertulis Suwito Rakiyo Sutodikromo. Paspor ketiga ini saya pergunakan untuk perjalanan ke Eropa atas undangan Ahmadiyah untuk menghadiri acara Jalsah Salanah (Pertemuan Tahunan) di Frankfurt Jerman, kemudian dengan Oman Fathurahman di Jerman dan Belanda, dan di Perancis bersama Andar Nubowo, (Juli-Agustus 2007), Mesir (Mei 2008), Arab Saudi (Juni 2008), Malaysia (Februari 2009, Agustus 2009), Singapora (Maret 2009, April 2009), dan Australia yaitu di Sydney, Canberra, dan Melbourne (Desember 2011). Paspor keempat, berlaku 23 Februari 2012 s.d. 23 Februari 2017. Nama saya dalam paspor ini tertulis Suwito Rakiyo dan nama lengkapnya adalah Suwito Rakiyo Sutodikromo, sama dengan nama yang tercantum dalam Paspor Ketiga. Paspor keempat ini saya pergunakan untuk perjalanan ke Malaysia (Maret 2012, Januari 2015), Jerman, Belanda, Perancis, Austria, dan Cekoslovakia (Juli-Agustus 2012), Singapora (Januari 2015), dan Korea Selatan (November 2013)
Mungkin Segalanya Mungkin | 159
Mengenal Dunia
Daurah di Damaskus Syria Saya mulai mendapatkan Paspor Dinas mulai tanggal 02 Juni 1999. Paspor ini berlaku sampai dengan 02 Juni 2001. Perolehan Paspor ini karena saya diizinkan oleh Prof. Azyumardi Azra, Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mengikuti Daurah (Pelatihan/Training) di Damaskus Suriah. Inilah pertama kali saya berkesempatan ke luar dari Indonesia ke Negara lain. Peserta Daurah dari Indonesia ketika itu adalah 1) Suwito (IAIN Jakarta), 2) M. Nafis Juwaini (IAIN Ujung Pandang/Makassar), 3) Misbahul Huda (STAIN Pekalongan), 4) Agus Santoso (IAIN Surabaya), 5) Fachrul Ghazi (STAIN Samarinda), 6) M. Yahya Nasir (STAIN Pontianak), 7) M. Adib (STAIN Cirebon), 8) Muhammad Misdar (IAIN Palembang), 9) Ilyas Husti (IAIN Riau), dan 10) Hifzan (STAIN Bengkulu). Ketika itu kawab-kawan sepakat bahwa yang menjadi Raīs al-Bi’thah (Ketua Tim) adalah saya. Perjalanan dari Jakarta ke Suriah transit di Amman Jordania. Selama transit, kami dapat silaturrahmi dengan Duta Besar Indonesia di Jordania dan ke beberapa tempat ziarah seperti King Abdullah Mosque, Ahl al-Kahfi, Makam Nabi Zakaria, Nabi Syuaib, Laut Mati (Dead Sea/Bahr al-Mayyit), termasuk ke Universitas Jordania. Kami menginap di Hotel Alia dekat Bandara Amman Jordania. Kami transit cukup lama di sini karena menggunakan pesawat Royal Jordanian. Setelah transit di Amman, perjalanan ke Damaskus ternyata sangat cepat karena sangat dekat. Pihak Royal Jordanian ternyata pintar memberi kesempatan kepada kami untuk jalan-jalan di Jordania dalam waktu yang cukup lama. Saya dan kawan-kawan mengikuti Daurah di Abu al-Nur selama 3 bulan. Para dosen yang mengisi acara daurah ini sangat kuat berceramah. Rata-rata mereka ceramah dalam 1 materi mencapai 2 jam (120 menit). Saya pernah usul agar daurah ini jangan terlalu banyak ceramah tetapi yang diperbanyak adalah diskusi dan menulis, tetapi dijawab oleh panitia bahwa yang saya usulkan tersebut tidak terbiasa dilakukan. Saya usulkan seperti itu karena kami para peserta sering banyak yang ngantuk dan bahkan tidur ketika para dosen ceramah. Selain itu kalau yang banyak ceramah dosen maka para murid, terutama saya, tidak bisa pintar memperlancar bahasa Arab. Selesai daurah ada ujian dan mendapat sertifikat. Selain ceramah, kami para peserta daurah juga sering diajak acara ke luar untuk bersilaturrahmi ke Syekh Ahmad Kaftaroo, rumah para pimpinan Negara, rumah para Syekh, tempat berenang, dan benteng Shalahuddin al-Ayyubi di Homs. Saya juga sempat ke beberapa tempat lain seperti Jami’ (Masjid) Omayya, Souq alHamidiyye, Jabal Qasyun, Palmyra, Ma’loula, Busra Sham tempat Nabi Muhammad berdagang dan berjumpa dengan pendeta Bukhaira, dan lainnya.
160 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Ibadah Umrah Usai daurah di Damaskus saya dan kawan-kawan melaksanakan umrah atas jasa baik dari Pak Zarkowi Suyuti, Duta Besar Indonesia untuk Suriah. Perjalanan ke umrah dengan menggunakan bus. Kami berangkat dari Damaskus sekitar jam 13.00 dan sampai di Jeddah sekitar jam 13.00 hari berikutnya, sehingga perjalanan dengan menggunakan bus dari Damaskus ke Jeddah memerlukan waktu 24 jam. Tentu dalam perjalanan ada pemeriksaan di setiap border (perbatasan) Negara Suriah dan Jordania kemudian Jordania dan Arab Saudi. Penantian yang paling lama adalah ketika di border masuk Arab Saudi. Pemeriksaan sangat ketat dan lambat. Banyak barang dan foto yang dihapus gambar di filmnya. Koper dan tas banyak yang dibongkar dan sering berantakan. Ketika sampai ke saya, ternyata lancar-lancar saja dan tidak ada koper dan tas yang dibongkar. Saya tidak mengerti alasannya, yang jelas koper dan tas saya tidak dibongkar. Selama dalam perjalanan ke Jeddah, ada beberapa kali istirahat di rest area untuk istirahat, pengisian minyak mobil, shalat, dan makan minum. Di sepanjang perjalanan saya menyaksikan gurun yang sangat luas, jarang sekali ada pepohonan yang rindang. Kambing yang digembala terlihat sangat banyak, mencapai ribuan. Para petani yang terlihat bukan hanya lelaki tetapi juga ibu-ibu. Ketika bus ada sedikit masalah di bannya, saya buang air kecil di gurun sehingga susah menemukan pohon yang memadai sebagai penghadang ketika buang air kecil. Akhirnya saya menemukan penghalang berupa batu besar yang di sampingnya terdapat lubang. Ketika istirahat untuk shalat, saya memperhatikan banyak penumpang bus yang wudlu. Mereka umumnya tidak melepas sepatu ketika wudlu. Mereka cukup mengusap sepatunya sebagai pengganti membasuh kaki. Akan tetapi ketika mereka masuk mushalla/masjid, sepatu dilepas kemudian melaksanakan shalat. Dalam hal wudlu dan shalat tersebut, saya mengikuti cara mereka. Rencana untuk mendapatkan umrah ini luar biasa ramai. Hampir setiap malam saya diminta kawan-kawan untuk bisa merencanakan umrah sementara paspor ditahan pihak Abu al-Nur. Memang ketika di Jakarta saya pernah mengusulkan agar nanti kawan-kawan selain mengikuti daurah diharapkan juga melaksanakan umrah. Rupanya perkataan saya ini selalu digugat kawan-kawan untuk dibuktikan. Pihak panita daurah memang agak keberatan karena tidak ada yang pernah melaksanakan hal ini ketika daurah dilangsungkan. Mereka sulit meminjamkan paspor untuk mengurus visa umrah. Akan tetapi dengan berbagai upaya akhirnya panitia mengabulkan permintaan ini dan dibantu juga pihak Kedutaan. Selain memperoleh visa ke Syria, saya juga dapat mengurus visa untuk masuk ke Arab Saudi sehingga bisa umrah. Selain itu saya juga berkesempatan mendapatkan visa untuk masuk Libanon, Jordania, dan Mesir. Visa untuk Turki Mungkin Segalanya Mungkin | 161
Mengenal Dunia
dapat diperoleh di border/perbatasan masuk Turki (visa on Arrival). Ketika sampai perbatasan masuk Turki, saya agak mendapatkan kesulitan karena petugas immigrasi mempersoalkan nama saya yang hanya tertulis Suwito. Saya sudah menjelaskan panjang lebar dengan contoh nama Presiden RI Soekarno, Soeharto dan seterusnya tetapi mereka tetap tidak mau paham walaupun akhirnya saya mendapatkan izin masuk Turki tanggal 12 September 1999. Perjalanan ke Turki saya ditemani oleh Muhammad, adik Sana’ sampai di daerah Aleppo (Halb) karena kebetulan dia akan ke rumah keluarganya. Dari Aleppo ke Turki saya menggunakan bus malam. Sampai di Antakya pagi hari. Dari Antakya saya istirahat dan sempat jalan-jalan kemudian melanjutkan perjalanan ke Ankara pada pagi hari berikutnya. Di Antakya saya sempat menukar uang dollar ke Lira Turki. Ketika itu saya merasa sebagai jutawan karena nilai Lira Turki sangat rendah. Saya hitung-hitung kurs uang rupiah lebih tinggi dibanding Lira Turki. Setidaknya 1 rupiah waktu itu sama dengan 70 Lira Turki. Di Syria juga menggunakan mata uang Lira dan demikian juga di Libanon tetapi nilai tukar dengan dollar, Lira Turki sangat rendah. Ketika masuk toilet saya membayar 200.000 Lira Turki. Akan tetapi angka nol tiga terakhir ditulis samar-samar dalam uang Lira Turki. Kalau angka 200.000 maka angka yang terlihat jelas adalah angka 200. Ketika kawan-kawan pulang ke Indonesia, saya masih melanjutkan perjalanan ke Libanon, Turki, dan Mesir. Di ketiga Negara ini saya diterima secara baik oleh para Duta Besar Indonesia untuk ketiga Negara tersebut. Duta Besar Indonesia untuk Mesir ketika itu adalah Prof. Dr. M. Quraish Shihab, M.A. Selain mengikuti daurah, saya sempat berwisata ke berbagai tempat yang ada di Damaskus Suriah baik atas prakarsa Abu al-Nur ataupun saya sendiri dengan mengajak serta Muhammad, atau Sana’, atau Ahmad keluarga Manal, orang Syria yang pernah kuliah di Sekolah Pascasarjana IAIN Jakarta. Saya dan kawan-kawan dari Indonesia yang ikut daurah pernah saya ajak ke rumah keluarga ini. Selama di Libanon saya juga sempat ke berbagai tempat wisata dan ketika di Turki saya hanya sampai di Ankara (Ibu kota Turki) setelah perjalanan darat dari Damaskus ke Aleppo kemudian sampai Ankara. Saya sebetulya sudah memiliki karcis bus untuk pergi ke Istanbul tetapi karena sedang ada gempa bumi maka ada larangan pergi ke sana dan akhirnya karcis yang sudah saya miliki tersebut saya berikan ke kawan dengan diganti biayanya. Saya kembali ke Jakarta Indonesia tanggal 6 Januari 2001 setelah sejak 3 Juni 1999 berangkat melalui Amman Jordania. Perjalanan Ibadah Haji dan di Timur Tengah Ketika kecil sekitar kelas 3 SD saya punya keinginan bahwa sebelum haji saya sudah harus mengetahui suasana Mekah dan Madinah karena saya sering mendengar cerita bahwa orang yang haji sering mengalami kebingungan atau 162 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
tersesat. Saya ingin agar ibadah haji yang akan saya laksanakan (jika ada kesempatan dan kemampuan) tidak tersesat karena sudah mengetahui medan yang akan dilalui. Upaya untuk melaksanakan keinginan saya tersebut, harus dilakukan dengan cara melaksanakan umrah di luar musim haji. Ternyata benar keinginan saya ini dapat tercapai karena pada Desember 1999 saya sudah melakukan umrah ketika ada acara Daurah di Damaskus. Waktu itu perjalanan dari Damaskus ke Jeddah. Mekah, dan Madinah menggunakan bus. Perjalanan umrah yang kedua saya laksanakan bersama Dr. Masri Elmahsyar Bidin pada bulan Desember 2000 s.d. Januari 2001 yang bertepatan dengan puasa dan Idul Fitri. Puasa dan Idul Fitri ketika itu adalah musim dingin sehingga saya sempat merasakan suasana yang sangat dingin di Mekah dan Madinah. Ketika di Mekah dan Madinah, saya dan Dr. Masri menemui para pejabat Indonesia di Arab Saudi dalam rangka memperkenalkan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dalam rangka menjajagi kerja sama. Setelah umrah yang kedua ini perjalanan dilanjutkan ke Kairo dan berkunjung ke Universitas al-Azhar Kairo dalam rangka kerja sama khususnya di bidang kurikulum Fakultas Dirasat Islamiyah yang perkuliahannya menggunakan pengantar bahasa Arab. Pada tanggal 3 s.d. 23 Februari 2003 saya sempat melaksanakan ibadah haji atas undangan Rabitah Alam Islamy melalui UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal ini terjadi karena jasa baik Prof. Azyumardi Azra, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pernah suatu hari pak Azyumardi bertanya kepada saya apakah mas Wito sudah pernah melaksanakan ibadah haji. Oleh karena saya belum pernah melaksanakan ibadah haji maka ketika ada undangan dari Rabitah Alam Islamy, Pak Azyumardi memberikan kesempatan kepada saya menerima undangan tersebut. Saya belum pernah melaksanakan ibadah haji atas biaya pribadi. Saya sempat memperhatikan para jama’ah haji atas biaya sendiri. Mereka mengalami susah payah dalam melaksanakan ibadah karena keterbatasan fasilitas. Berbeda dengan yang saya rasakan, saya menerima fasilitas yang sangat baik karena merupakan undangan dari Rabitah Alam Islamy. Selain akomodasi yang mewah, konsumsi dan lainnya juga sangat baik. Bahkan fasilitas transportasi ke dan dari Madinah serta ke dan dari Arafah sangat lancar karena kendaraan difasilitasi dengan Voorijder (Forider Polisi). Ketika melaksanakan ibadah haji ini saya merasa sangat nyaman dan tidak mengalami ketersesatan karena situasi secara umum sudah saya ketahui melalui umrah sebelumnya. Sampai saat tulisan ini dibuat saya baru sekali melaksanakan ibadah haji. Akan tetapi saya sempat beberapa kali melaksanakan umrah di luar musim ibadah haji termasuk bersama dengan Nyonya dan keluarga. Pada tanggal 02 s.d. 15 Mei 2005, saya melaksanakan umrah bersama Nyonya, Amalia Nikmah, Raihanum, dan Aqbas Udhiya kemudian melanjutkan perjalanan ke Mesir menjenguk Aufa Fitria yang kuliah di al-Azhar University. Di Kairo ini kami sempat wisata ke berbagai Mungkin Segalanya Mungkin | 163
Mengenal Dunia
tempat bahkan sempat mengadakan pertemuan dengan pimpinan al-Azhar University atas bantuan Pak Muchlason atas nama atase pendidikan Kedubes Indonesia untuk Mesir. Pada tanggal 4 s.d. 16 Juni 2008, kami melakukan perjalanan lagi ke Arab Saudi dan Mesir dalam rangka umrah dengan pengantin baru Himmawaty Aliyah dan Budi Hartono serta menjenguk Aufa Fitria kuliah di al-Azhar University. Perjalanan di Kanada Saya pernah melakukan perjalanan ke Kanada pada musim dingin di bulan Februari dan musim panas di bulan September. Perjalanan yang pertama kali saya lakukan tanggal 01 sampai dengan 12 Februari 2004 bersama Akhmad Minhaji dari IAIN Yogyakarta dan Afandy Mochtar dari Departemen Agama (sekarang Kementerian Agama) dalam rangka mengikuti Workshop tentang Result Base Management kerja sama IAIN/UIN Jakarta dengan McGill University Canada. Perjalanan yang kedua kali ke Kanada dilaksanakan pada tanggal 21 September 2005 s.d. Oktober 2005. Perjalanan ke Kanada ini dilaksanakan bersama Tim dari Departemen Agama termasuk Dirjen Pendidikan Islam Jahja Umar dalam rangka membahas teknis pelaksanaan program kerja sama dengan McGill University Canada. Selain mengikuti Workshop dan rapat dengan McGill University, saya juga sempat ke berbagai tempat antara lain di Air Terjun Niagara. Niagara merupakan air terjun yang bisa dibilang paling kuat di Amerika Utara dengan 4 juta kubik rata-rata jatuhnya air dari puncak sungai itu di setiap menitnya. Air terjun Niagara ini terdapat di sungai Niagara berbatasan dengan provinsi Ontario dan Negara bagian New York. Saya juga pernah menikmati tower di Toronto yang tingginya mencapai 553,33 meter. Tower ini merupakan simbol dari Toronto dan digunakan untuk menjadi gedung tertinggi di dunia. Pemandangannya sangat menakjubkan dan mengerikan karena lantai terbuat dari kaca. Saya juga sempat merasakan dinginnya salju selama kurang lebih 4 jam di Quebec. Di kota Quebec ini bahasa yang digunakan sehari-hari lebih banyak bahasa Perancis dibanding bahasa Inggris. Di kota ini saya sempat bermain sky dan menikmati berbagai karya yang terbuat dari es. Selama di Kanada, saya juga sempat ke The Thousand Islands. Tempat ini sangat indah dan bersih. Kumpulan pulau ini termasuk wilayah provinsi Ontario dan New York Amerika Serikat. Selain berkunjung ke berbagai tempat di atas, saya juga sempat mengunjugi berbagai fasilitas yang dimiliki McGill University Canada, misalnya perpustakaan ruang kuliah, ruang IT, kantin, dan lainnya.
164 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Di antara pelajaran yang diperoleh dari kunjugan di McGill University Canada ini adalah adanya bangunan yang kokoh dan kuat serta warna tembok luar yang tidak memerlukan pengecatan. Kondisi yang demikian ini tidak menjadikan kerepotan bagi pengelola perguruan tinggi terutama aspek administrasi sehingga aspek akademik lebih diprioritaskan. Selain kokoh dan kuat bangunan, saya juga mendapatkan pelajaran yang sangat berharga ketika memperhatikan berbagai fasilitas yang ada terutama aspek self service dalam mengakses banyak hal, misalnya peminjaman dan pengembalian buku perpustakaan, penitipan barang, akses internet, dan foto copy. Perjalanan di Eropa Perjalanan di Eropa sempat saya lakukan sebanyak 2 kali yaitu tanggal 28 Agustus 2007 s.d. 16 September 2007 dan tanggal 29 Juni 2012 s.d. 15 Juli 2012. Perjalanan ke Eropa yang pertama dalam rangka menghadiri Jalsah Salanah (Pertemuan Tahunan) Ahmadiyah di Frankurt Jerman bersama K.H. Masdar Farid Mas’udi (wakil dari NU). Perjalanan berikutnya saya lakukan ke berbagai kota di Eropa meliputi Jerman, Belanda dan Perancis atas bantuan Dr. Oman Fathurahman (sebelum memperoleh Profesor) dan Andar Wibowo. Perjalanan ke Eropa yang kedua saya lakukan bersama Nyonya dalam rangka menjenguk Aqbas Udhiya yang kuliah di Jerman. Dalam kesempatan ini perjalanan dilanjutkan ke Cekoslovakia, Austria, Belanda, dan Perancis. Usai menghadiri acara Pertemuan Tahunan Ahmadiyah, saya beserta rombongan diajak ke berbagai tempat wisata terutama ke beberapa masjid yang dikelola Ahmadiyah yang ada di Jerman. Semua masjid yang dikelola Ahmadiyah tersebut pintu gerbangnya selalu tertulis kalimat Lā ilāha illā Allāh Muhammad Rasūl Allāh ()ﻻاﻟﮫ اﻻ ﷲ ﻣﺤﻤﺪ رﺳﻮل ﷲ. Setelah berwisata dengan peserta dan undangan Jalsah Salanah Ahmadiyah, saya kemudian dipandu Oman Fathurahman berwisata ke berbagai tempat di Jerman termasuk ke tempat dia melakukan penelitian. Saya juga diantar oleh Oman Fathurrahman ke Belanda dan ke beberapa tempat di Belanda termasuk ke Perpustakaan KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde) yang dalam bahasa Inggrisnya diterjemahkan The Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies. Perjalanan di Eropa pada tanggal 29 Juni 2012 s.d. 15 Juli 2012 bersama Nyonya dan Aqbas Udhiya sempat mengunjungi beberapa tempat antara lain: 1) Mungkin Segalanya Mungkin | 165
Mengenal Dunia
Brandenburg Gate. Gerbang ini adalah gerbang kota satu-satunya yang masih hidup dari Berlin dan melambangkan reunifikasi Timur dan Berlin Barat. 2) Frauenkirche terletak di kota Dresden, Frauenkirche (Gereja Our Lady) adalah sebuah gereja Lutheran yang benar-benar hancur selama Perang Dunia II. Gereja ini direkonstruksi menggunakan rencana asli dari tahun 1720-an dan dibuka kembali pada tahun 2005. 4) Neuschwanstein terletak di sebuah bukit terjal di dekat Füssen di barat daya Bavaria. Tempat ini adalah inspirasi untuk istana putri tidur di taman Disneyland. 5) Heidelberg Old City terletak di lembah sungai Neckar. 6) Cologne Cathedral. Tempat ini merupakan katedral Gothic terbesar di Jerman, Cologne Cathedral (Kölner Dom) telah menjadi lambang paling terkenal Cologne selama berabad-abad dan menjadi tujuan tempat wisata di Jerman. 7) Lindau. Kota bersejarah ini terletak di dekat titik pertemuan perbatasan Austria, Jerman dan Swiss di bagian timur Danau Constance (Bodensee). 8) Romantic Rhine. Romantic Rhine adalah bagian paling terkenal dari kota Rhine dan 9) Universität Leipzig. Saya mengalai 2 kali perjalanan di Paris. Perjalanan yang pertama ditemani oleh Andar Nubowo dan perjalanan yang kedua bersama Nyonya dipandu oleh Aqbas Udhiya. Kami sempat ke beberapa tempat antara lain Menara Eiffel (Trocadéro), Katedral Notre Dame, Palais Garnier - Opéra National de Paris, Sainte-Chapelle, Jembatan Pont Alexandre III, Katedral Notre-Dame, Ile SaintLouis. Place des Vosges, Latin Quarter, termasuk ke Paris-Sorbonne University. Setelah itu melanjutkan perjalanan ke Austria dan Cekoslovakia. Perjalanan di Asia Perjalanan di Benua Asia saya mulai pada tanggal 20 September s.d. 19 Oktober 2002 yaitu perjalanan ke Malaysia dan Thailand dalam rangka kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi. Antara lain dengan Insaniah Alor Setar Kedah Malaysia, Kolej University Islam Malaysia (KUIM), dan penjajagan ke berbagai universitas di Thailand Selatan. Pada bulan Desember 2003 saya dan Abdul Shomad menghadiri wisuda sarjana di Kolej University Islam Malaysia (KUIM) dan kerja sama dengan perguruan tinggi di Malaysia. Pada tanggal 15 s.d. 21 Agustus 2005 saya melakukan perjalanan ke Malaysia bersama Nyonya dalam rangka menjadi narasumber Seminar Pengurusan Fatwa Peringkat ASEAN yang diselenggarakan oleh Institut Pengurusan dan Penyelidikan Fatwa Sedunia Kolej Universiti Islam Malaysia di Hotel Nikko Kualalumpur. Perjalanan berikutnya saya lakukan pada tanggal 25-27 Agustus 2006 untuk menghadiri pertemuan dengan para pimpinan perguruan tinggi kerja sama di Malaysia. Perjalanan ke Singapura dan Malaysia yang dilaksanakan pada tanggal 19 s.d. 25 April 2007 dalam rangka kerja sama dengan Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) dan Kolej University Darul Quran Islamiyah Terengganu Malaysia. Perjalanan ini saya lakukan bersama Dr. Fuad Jabali dan Dr. Yusuf Rahman. 166 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Pada tanggal 1-2 Februari 2009 saya melakukan perjalanan lagi ke Malaysia dalam rangka kerja sama Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta dengan Kolej University Darul Quran Islamiyah (KUDQI) Terengganu Malaysia. Kunjugan berikutnya dilakukan pada tanggal 3-6 Agustus 2009 dan 07-09 Maret 2012 Perjalanan ke Singapura dan Malaysia dalam rangka studi banding pengelolaan sarana dan prasarana yang diselenggarakan Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta bersama seluruh staf dan Wakil Direktur dilaksanakan pada tanggal 13 s.d. 15 Januari 2015. Selain ke Singapura dan Malaysia, saya juga sempat melakukan perjalanan ke Thailand yaitu pada tanggal 26 Maret s.d. 2 April 2006 dan 2 April s.d. Maret 2006. Perjalanan ke Bangkok Thailand tersebut dalam rangka penjajagan pembukaan program studi Nano Teknologi dan kerja sama antara lain dengan Suranary University yang didampingi Atase Pendidikan Kedutaan Besar RI di Bangkok. Selain itu saya juga berkunjung ke beberapa Universitas di Thailand antara lain di Chulalongkorn University, Prince of Songkla University, Yala Islamic University, Yala Rajabhat University dan Princess of Naradhiwas University. Pada tanggal 20 s.d. 26 November 2013, saya bersama Prof. Dr. Bambang Pranowo (wakil dari Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta) dan K.H. Masdar Farid Mas’udi (wakil dari NU) melakukan perjalanan ke Korea Selatan. Acara ini atas usaha Ali Sun Gun doktor alumni Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta melalui acara Moslem Educational Familiarization Trip to Korea bekerja sama dengan Garuda Indonesia, Garuda Indonesia Holidays (GIH), dan SAM Tour. Berbagai tempat wisata yang dikunjungi rombongan ini antara lain Dragon Head Rock, Mystery Road, Ice Museum, Sungsan Sunrise Peak, Seongeup Folk Village, Aqua Planet, Tangerin Farm, dan Glass Castle yang semuanya ada di Jeju Island yaitu pulau paling selatan Korea Selatan. Kunjungan di sini berlangsung pada hari pertama sampai hari ketiga pagi. Kunjungan berikutnya adalah ke Nami Island dengan menggunakan kapal ferry. Perjalanan diakhiri dengan menginap di hotel Yong Pyong Ski Resort. Keesokan harinya perjalanan dilanjutkan ke Ansan Mosque and Islamic Center, Grand Mosque and Islamic Culture Street Seoul, Moslem Book Store diItaewon, Ginseng Outlet, Cosmetic Shop, dan shopping di Dongdaemun Market. Hari berikutnya dilanjutkan dengan mengunjungi Gyeongbok Palace, the National Folk Museum of Korea, dan the Presidential Blue House. Selain kunjungan ke beberapa tempatwisata tersebut, rombongan juga berkesempatan dijamu di kantor Jeju Tourism Organization di Jeju Island dan Korea Tourism Organization di Seoul. Perjalanan di Australia Pada tanggal 16 s.d. 21 Desember 2011 saya mendapat kesempatan melakukan perjalanan ke Australia. Perjalanan ini disponsori oleh Fethullah Gulen Mungkin Segalanya Mungkin | 167
Mengenal Dunia
Chair. Perjalanan di Australia ini ke kota Sydney, Canberra, dan Melbourne. Rombongan perjalanan ini adalah Ali Unsal dari Turki, Dr. Yusuf Rahman (dari Sekolah Pascasarjana), Nurlena Rifa’i (dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan), dan Abdul Wahid Hasyim (dari Fakultas Adab dan Humaniora) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama di Australia kami sempat berkunjung dan diterima oleh Duta Besar Indonesia untuk Australia dan berkunjung ke beberapa tempat antara lain Sule College di Auburn Campus, Australian Catholic University (ACU) 20 Desember 2011, ISRA (Islamic Sciences and Research Academy of Australia), Masjid Uburn Gallipoli Mosque, Blue Star Intercultural Centre: Building Bridges Dialogue Education, Museum Perang, Canberra Mosque, Canberra Islamic Centre, berperahu di Sungai Yarra dekat Victoria University di Eureka Skydeck 88, dan ke rumah para tokoh pergerakan Fethullah Gulen di Australia. Dalam perjalanan di Sydney, kami tentu tidak terlupa singgah di Opera House Sydney yang mirip Keong Emas di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta yang diresmikan pada tanggal 20 April 1984 dan dibangun atas prakarsa Almarhumah Ibu Hj. Tien Seoharto. Tempat bersejarah yang menjadi icon negara tersebut dibangun pada tahun 1958 dengan gaya arsitektur berkelas tinggi oleh Jorn Utzon. Opera ini dibangun cukup lama sehingga baru pada tanggal 20 Oktober 1973 diresmikan. Di dekat Opera ini terlihat jembatan nan indah, Sydney Harbour Bridge. Pelajaran Dari Kunjungan di Berbagai Negara Banyak pelajaran yang saya peroleh setelah melakukan perjalanan ke berbagai Negara. Di antaranya ialah: 1. Nyaman bersepeda dan tersedia jalan khusus Ketika berada di Frankfurt Jerman tahun 2007 saya merasa senang karena jalan raya yang saya saksikan di awal perjalanan terdiri atas:1) jalan khusus untuk mobil, 2) jalan khusus untuk pejalan kaki, 3) jalan khusus untuk pengendara sepeda, dan 4) ruang khusus untuk pepohonan dan rerumputan. Unsur jalan yang demikian sangat nyaman untuk banyak pihak. Arus lalu lintas jalan raya ketika itu tidak terlalu banyak kendaraan sehingga suasananya sangat nyaman. Kondisi serupa juga saya temukan ketika berada di Belanda, Perancis, Austria, dan Cekoslovakia, Sydney, Canberra dan Melbourne Australia. 2. Kebersihan lingkungan sangat terjaga Kebersihan di berbagai Negara Eropa, Australia, dan Kanada sangat terjaga. Kebersihan jalan, parit, kali, dan banyak tempat relatif bersih dan rapi. Kali atau sungai yang ada di Eropa dan Australia banyak digunakan untuk transportasi dan sekaligus wisata. Banyak sungai yang dilayari oleh perau dan kapal. Berwisata di 168 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
sungai tidak hanya pada siang hari tetapi juga di malam hari. Suasanya sangat kondusif. Saya juga sempat menyaksikan di Belanda ada banyak rumah apung di sungai dan kondisinya terlihat bersih. 3. Asap knalpot dan pabrik berwarna putih Terutama di Eropa, ketika saya memperhatikan asap knalpot truk dan cerobong pabrik warnanya tidak ada yang hitam seperti yang ada di Indonesia. Asap knalpot dan pabrik berwarna putih. 4. Tepat janji Ketika dalam perjalanan di Kanada, Eropa, dan Australia, saya memiliki kesan yang mendalam dalam hal perjanjian. Mereka sangat menepati janji. Mereka kadang datang lebih awal dari waktu perjanjian. Seingat saya, saya tidak sampai menanti jika ada perjanjian. Pelajaran ini sangat penting karena waktu sangat berarti. 5. Parkir lewat jam diderek ke kantor polisi Ketika sedang dalam perjalanan wisata di Melbourne Australia, kami menggunakan kendaraan mobil bersama orang Turki. Mobil diparkir di tempat yang diperbolehkan tetapi hanya sampai pukul 16.00 yaitu di jalan dekat Eureka Skydeck 88 dan sungai Yarra. Oleh karena kami terlambat sampai di tempat parkir sekitar 10 menit, ternyata mobil sudah tidak berada di tempat. Akhirnya disusuli sampai kantor polisi. Benar bahwa mobil tersebut diderek oleh polisi karena melampaui waktu yang diperbolehkan untuk parkir. Saya tidak tahu persis apa hukuman yang dikenakan karena saya tidak sempat bertanya tetapi dugaan saya pasti mendapat denda yang cukup mahal. 6. Salah tempat parkir didenda Ketika dalam perjalanan di Korea Selatan tahun 2013 saya sempat memperhatikan bus yang mengantarkan saya dalam perjalanan. Oleh karena lalu lintas sedang ramai maka bus kami kesulitan memperoleh tempat parkir. Akhirnya sopir memarkirkan busnya di tempat yang sebetulnya dilarang. Tidak berlangsung lama, polisi datang dan langsung menghukum denda kepada sopir yang salah memarkir kendaraannya tersebut. Pada waktu itu juga, sopir diminta memarkir bus di tempat yang disediakan yang kebetulan jauh dari tempat semula. 7. Kewajiban menggunakan sabuk pengaman bagi penumpang mobil Perjalanan di Korea Selatan tahun 2013 sangat menyenangkan karena selain saya belum pernah ke sana juga mendapat pelayanan yang sangat luar biasa baiknya. Dalam perjalanan dengan menggunakan bus, pamandu wisata selalu Mungkin Segalanya Mungkin | 169
Mengenal Dunia
mengingatkan agar semua penumpang diwajibkan menggunakan sabuk pengaman. Penggunaan sabuk pengaman bukan hanya diwajibkan untuk sopir tetapi juga semua penumpang wajib menggunakan sabuk pengaman. 8. Selalu ada pemberitahuan tertulis setiap ada keterlambatan bus atau kereta Saya perhatikan benar bahwa di banyak kota dan banyak Negara selama dalam perjalanan ke Negara lain, jika ada keterlambatan bus atau kereta yang datang atau pergi selalu ada infomasi tertulis walau keterlambatan itu hanya 5 menit. Layanan yang demikian sangat berarti bagi pengguna karena ada kepastian yang mereka dapatkan. 9. Kegiatan polisi di jalanan tidak mencolok Ketika awal di Frankfurt, saya pernah berkomentar bahwa para polisi Jerman adalah orang-orang malas karena dalam beberapa hari di Frankfurt saya tidak pernah melihat polisi di jalanan. Oleh karena penasaran maka saya bertanya kepada beberapa orang dan mendapat jawaban bahwa mereka lebih banyak berada di kantor mengawasi CCTV karena umumnya di jalan-jalan dan di tempat umum sudah terpasang CCTV. Apabila ada pelanggaran maka mereka cepat mendapat teguran atau tercatat secara otomatis dan nantinya didenda sesuai ketentuan. Dengan cara demikian maka mereka tidak berlalu lalang secara mencolok di jalanan. 10. Petugas kebersihan tidak terlihat bekerja di pagi atau siang hari Sebagaimana polisi, petugas kebersihan yang saya perhatikan ketika di Frankfurt Jerman adalah orang-orang yang malas karena dalam beberapa hari di Frankfurt saya tidak pernah melihat petugas kebersihan bekerja di jalan-jalan atau di tempat umum. Akan tetapi kondisi jalan dan tempat umum selalu dalam kondisi bersih. Setelah mengadakan dialog dengan beberapa orang, saya mengetahui bahwa mereka bekerja di malam hari pada saat sepi orang. Selain itu masyarakat juga sudah terbiasa membuang sampah di tempat yang tersedia. Akan tetapi di beberapa tempat sering didapati banyak puntung rokok yang berantakan terutama di tempat pemberhentian bus umum. Hal ini sempat saya temukan di Kanada, Jerman, Belanda, dan Paris. Agaknya kebiasaan merokok memang sulit dihindari di berbagai tempat di dunia ini. 11. Panitia sekaligus narasumber Pengalaman yang sangat berharga untuk bekerja antara lain saya dapatkan ketika berada di Montreal Canada yaitu ketika mengikuti Workshop Result Base Management. Ketika itu saya diizinkan oleh Prof. Azyumardi Azra (Rektor UIN Jakarta) tahun 2004 untuk mengikuti Workshop tersebut di Montreal Canada. Panitia yang mengurusi acara tersebut hanya 3 orang. Mereka mengurusi konsumsi, 170 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
akomodasi hotel, mengurusi keuangan di bank, dan lainnya. Saya sangat heran karena mereka pula yang menjadi instruktur atau narasumber. Luar biasa batinku karena sangat efektif dan efisien, pekerjaan beres dan hasilnya sangat bagus. Tentu uang saku mereka juga lumayan besar karena tidak banyak orang yang harus dibayar. 12. Self service ketika di restoran dan SPBU Saya cukup kaget ketika makan di restoran di Jerman dan kota lainnya di Eropa. Saya menyaksikan orang-orang mengambil makanan dan merapikan piring dan sebagainya peralatan makan secara sendiri (self service), tidak ada petugas yang merapikannya. Kalau di Indonesia, umumnya setelah makan di restoran atau di tempat umum, peralatan makannya selalu ditinggal karena ada orang lain (petugas) yang merapikannya. Kejadian self service tersebut berlaku juga di tempat pengisian bahan bakar (SPBU). Para petugas bersiap siaga di kantor, bukan melayani langsung pengisian bahan bakar ke dalam tanki mobil atau motor melainkan menerima pembayaran kemudian melalui alat tertentu mempersilakan pemilik kendaraan untuk mengisi bahan bakar sendiri sesuai jumlah pembayarannya. 13. Kepatuhan terhadap lalu lintas Pelajaran yang saya dapat dari perjalanan di Kanada dan Singapura antara lain masalah kepatuhan sopir bus dan taksi terhadap aturan lalu lintas. Beberapa kali saya bertanya kepada sopir karena bus atau taksi yang saya gunakan terasa lambat jalannya padahal sepi, tidak banyak kendaraan lain. Mereka selalu menjawab bahwa di jalan yang sedang dilalui ini terpasang CCTV dan kecepatan tertinggi tidak boleh melebihi 80 KM/per jam. Apabila lebih dari itu maka nanti akan ada teguran via surat dan denda tertentu. Apabila denda tersebut tidak dibayarkan sesuai waktu yang ditentukan maka dendanya akan bertambah setiap harinya. Begitu penjelasan sopir bus atau taksi. 14. Apa di Jakarta ada mobil? Suatu hari saya pernah ngobrol di warung kecil di Damaskus Syria. Setelah berkenalan dan bicara ke sana kemari sampai pada pertanyaan yang saya sangat kaget. Apa di Jakarta ada mobil? Begitu ia bertanya. Akhirnya saya bertanya balik, apa Anda pernah ke luar dari Damaskus? Dia menjawab belum pernah. Apa Anda pernah mengetahui peta sampai Indonesia dan peta lainnya? Dia jawab tidak pernah tahu. Akhirnya saya beri penjelasan sedikit tentang Indonesia dan yang ada di Jakarta. Pada tahun 1999 di Jakarta sudah banyak mobil yang bagus-bagus. Mobil di Damaskus masih sedikit jika dibandingkan dengan yang ada di Jakarta jelasku. Akhirnya dia manggut-manggut dan banyak berterima kasih atas informasi ini. Mungkin Segalanya Mungkin | 171
Mengenal Dunia
Di awal perkenalan, pemilik warung tersebut ngomong Soekarno-Soekarno ketika saya menyebut nama Indonesia. Akan tetapi dia tidak mengetahui di mana Indonesia itu. Sangat disayangkan saya tidak sempat menanyakan sekolahnya. 15. Kondektur dadakan Ketika beberapa lama di Damaskus Syria tahun 1999, saya mendapatkan pelajaran berharga antara lain sewaktu menggunakan angkutan umum. Angkutan umum tersebut tidak ada kondektur yang bertugas memungut biaya dari para penumpang. Dalam banyak perjalanan saya selalu menemukan orang yang secara sukarela menjadi kondektur dadakan. Kondektur dadakan ini membantu memungut biaya dari para penumpang. Saya sesekali juga mempraktikkan belajar menjadi kondektur dadakan ini. 16. Petugas KM/toilet tidak standby di depan kamar toilet Setiap kali menggunakan kamar mandi/toilet di banyak bandara dan stasiun di berbagai Negara, saya tidak menemukan petugas kebersihan bersiap siaga di depan pintu masuk kamar mandi/toilet umum. Hal ini sangat berbeda dengan di Indonesia. Para petugas kebersihan kamar mandi/toilet selalu stand by di depan pintu masuk kamar mandi/toilet. Hal ini terkesan agar para pengunjung memberikan tips kepadanya ketika pengguna selesai memanfaatkan kamar mandi/toilet. Benar juga dugaan tersebut karena ketika mereka diberikan tips cepat-cepat diterima. Sebetulnya model yang demikian sangat tidak nyaman bagi para pengguna. Lebih baik fair saja dengan cara membayar di tempat yang ditentukan, misalnya dengan penggunaan coin tetapi kamar mandi/toilet sangat nyaman, terawat, bersih, dan rapi serta lengkap fasilitasnya. 17. Ke KM/toilet selalu bayar Selama perjalanan di Eropa tahun 2007 dan tahun 2012, setiap masuk kamar mandi/toilet umum di stasiun atau tempat umum lainnya selalu harus membeli coin untuk dapat mengakses pintu masuk kamar mandi/toilet. Kamar mandi dan toilet yang ada memang sangat terawat, bersih dan rapi sehingga nyaman. Wajar saja apabila harus membayar setiap kali menggunakan kamar mandi/toilet tersebut. 18. Sendok makan, garpu, dan sumpit digunakan dari awal sampai selesai makan Ada pelajaran penting yang saya dapat ketika makan di beberapa restoran hotel atau lainnya di beberapa kota di Korea Selatan tahun 2013. Pelajaran yang saya maksudkan adalah tentang penggunaan sendok, garpu, dan sumpit. Jika di Indonesia sendok, garpu, piring dan alat lain bekas makan selalu diambil dan diganti tetapi di Korea Selatan tidak demikian. Sendok, garpu, dan sumpit kalau di restoran di Korea Selatan selalu disisihkan di tempat khusus di meja makan 172 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
sehingga dapat digunakan sampai makan dan minum selesai. Cara seperti ini saya kira sangat bermanfaat dari sisi efisiensi tenaga dan alat kebersihan. 19.
Lampu listrik menyala dan padam secara otomatis Ketika berkunjung di masjid di Melbourne Australia, saya mendapatkan pelajaran tentang penggunaan lampu listrik. Ketika saya masuk ke suatu ruang terlihat gelap, tetapi secepat itu juga lampu listrik langsung menyala tanpa adanya tombol yang ditekan oleh seseorang. Saya ingat hal itu ketika mengelola Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta karena saya ingin mencobanya. Upaya sudah dilakukan tetapi sampai tulisan ini dibuat tidak juga terwujud. Kebiasaan kita memang tidak selalu berhemat daya listrik. Begitu ruangan tidak digunakan, AC dan bohlam listrik lainnya tidak dipadamkan sehingga biaya listrik sangat tinggi. Itulah sebabnya saya berkeinginan agar dapat menggunakan alat yang serba otomatis untuk dapat berhemat daya listrik. 20. Mengelola alam sebagai tempat wisata Ketika berwisata di Korea Selatan November 2013 atas usaha Ali Sun Gun doktor alumni Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta; melalui acara Moslem Educational Familiarization Trip to Korea, saya sempat ke Gua Manjanggul. Berdasarkan informasi yang saya peroleh dari internet, gua ini adalah tabung lava yang terletak di daerah Gimnyeong-ri, Gujwaeup. Dijelaskan bahwa tabung lava tersebut merupakan salah satu tipe gua yang terbentuk dari endapan aliran lava gunung api. Gua ini mencapai lebar 5 meter dan panjang sampai 13 kilometer. Diinformasikan bahwa Manjanggul merupakan salah satu tabung lava terpanjang di dunia. Gua ini dibentuk dari aliran lava dari letusan gunung api yang terjadi sekitar ratusan ribu tahun yang lalu. 21. Newsletter di McGill Ketika berkunjung di kampus McGill University Canada tahun 2004 saya banyak memperhatikan sekeliling kampus agar ada beberapa hal yang dapat saya contek. Saya tertarik dengan berbagai newsletter yang disediakan di banyak tempat. Newsletter ini sangat penting untuk menjadi media komunikasi dan informasi kampus. Oleh sebab itu ketika saya ikut mengelola Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta 2007 s.d. awal 2015 saya sempat menerbitkan 6 newsletter dalam sebulan yang terbit secara rutin. Keenam newsletter dimaksud adalah 1) The School, 2) Berita Sekolah, 3) Kabar Alumni, 4) Prestasi Sekolah, 5) Arsip Sekolah, dan 6) Resensi Buku dan Jurnal.
Mungkin Segalanya Mungkin | 173
Mengenal Dunia
22. Self service photocopy Di perpustakaan McGill University Canada yang saya perhatikan tahun 2004 adalah adanya fasilitas pusat komputer dan self service untuk mencetak hasil ketikan dan menggandakan dalam bentuk foto kopy. Semua itu diurus sendiri tanpa ada pelayan. Segalanya menjadi tanggung jawab pribadi dengan tidak merusak atau kecurangan lain. Jika saya perhatikan maka pengawas yang selalu siap adalah CCTV. 23. Akses internet Kenyamanan masuk di perpustakaan Mc.Gill University dan beberapa perpustakaan di Malaysia adalah tersedianya komputer yang cukup banyak untuk akses internet. Ketika di perpustakaan McGill, untuk dapat akses internet ketika tahun 2004 wajib menggunakan password Nomor Induk Mahasiswa (NIM). Saya sebagai pengunjung tidak dapat mengaksesnya tetapi berkat bantuan mahasiswa maka akhirnya saya dapat mengakses internet dan kirim email. Ketika berada di kampus Nanyang Technological University Singapora, akses internet harus menggunakan password sehingga saya kurang nyaman karena tidak dapat menikmati internet dan kirim email pada waktu itu karena saya tidak mendapatkan orang yang saya mintai bantuan. Berdasarkan pengalaman ini maka ketika mengelola Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta, saya sarankan agar akses internet tidak perlu menggunakan password. Siapa saja boleh akses. Walau demikian untuk mengurangi penggunaan yang sangat umum dibatasi dengan cara pengetatan masuk kampus yaitu dengan kewajiban menggunakan smart card. 24. Diskusi buku di perpustakaan Ketika mengunjungi perpustakaan di McGill University Canada tahun 2004 saya sempat memperhatikan pengumuman. Saya sangat tertarik karena kegiatan di perpustakaan waktu itu banyak diskusi buku-buku baru dengan disebutkan abstraknya. Kondisi semacam ini sangat bagus karena para mahasiswa dan dosen dapat mengikuti diskusi buku yang diselenggarakan secara rutin. 25. Display buku baru di perpustakaan Ketika mengunjungi kampus McGill University Canada tahun 2004 saya sempat ke berbagai fasilitas kampus. Saya memperhatikan di perpustakaan terdapat banyak buku yang dipajang. Buku yang dipajang tersebut adalah buku-buku baru. Melalui cara ini para pengunjung menjadi tahu bahwa ada buku baru yang ada di perpustakaan tersebut. Dengan demikian informasi cepat didapat dan bagi peminat segera mengetahui perkembangan ilmu.
174 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
26. Selalu berjamaah dalam shalat Saya mengamati benar ketika berada di Damaskus Syria tahun 1999 karena setiap kali dalam perjalanan di waktu-waktu shalat Dhuhur dan Ashar banyak para sopir angkut menghentikan kendaraannya di halaman masjid atau mushalla untuk shalat berjamaah. Saya sering melihat dan juga ikut shalat berjamaah di masjid dan mushalla di tempat-tempat umum. Ketika berdiri untuk shalat berjamaah, tangan jamaah satu dengan yang lainnya harus bersentuhan sehingga barisan shalat pasti sangat rapat. Khusus cara duduk ketika rakaat kedua (tashahhud awal) dan rakaat akhir (tashahhud akhir), para jamaah umumnya melakukan hal yang sama yaitu duduk di kaki kiri dan menegakkan kaki kanan (iftirāsh), dan tidak ada yang mengeluarkan kaki kiri dan menegakkan kaki kanan, duduk di lantai untuk duduk pada rakaat akhir (tawarruk). Di Indonesia pada umumnya, jika di rakaat kedua (tashahhud awal) maka duduk iftirāsh sedangkan pada rakaat akhir (tashahhud akhir) duduk tawarruk ketika shalat. Akan tetapi ketika saya mendapatkan pelajaran dari Abu al-Nur ditemukan anjuran (disunnahkan) untuk duduk iftirāsh pada rakaat kedua dan duduk tawarruk pada rakaat akhir. Ketika saya konfirmasi kepada instruktur yang mengajar, yang bersangkutan tidak mau menjawab pertanyaan saya itu karena saya konfrontasikan dengan kenyataan sehari-hari di Damaskus. Hal serupa saya pernah tanyakan juga tentang mahar nikah. Menurut teori ilmu fiqih yang diajarkan, mahar nikah sangat murah tetapi praktik di Damaskus ketika itu sangat mahal. Saya pernah mengkonfrontasikan hal itu kepada guru tetapi tidak ada jawaban. Mereka hanya senyum saja. 27. Shalat Jumat menjelang Asar Saya hampir selalu mengikuti acara pengajian yang disampaikan oleh Syekh Ahmad Kaftaroo di Abu al-Nur Ruknuddin Damaskus setiap hari Jum’at pada tahun 1999. Gedung berlantai 6 tempat acara tersebut penuh dengan jamaah laki-laki maupun perempuan. Jamaah lelaki menempati tempat khusus, demikian juga perempuan. Pengajian biasanya dimulai pukul 11.00 dan berakhir sekitar jam 14.00 atau lebih. Adzan dan shalat Jumat dilaksanakan setelah pengajian selesai. Dengan demikian shalat Jumat cenderung diadakan agak mendekati dengan waktu shalat Asar. 28. Khutbah Jumat hanya 5 menit Oleh karena shalat Jumat di Abu al-Nur dilaksanakan sekitar jam 14.00 atau lebih maka khutbah Jum’atnya rata-rata hanya 5 menit. Ketika itu khatibnya sering dilakukan oleh seorang dokter yang hafal al-Quran. Akan tetapi kalau shalat Jum’at berjamaah di masjid lain, waktu shalatnya seperti di Indonesia yaitu waktu dhuhur Mungkin Segalanya Mungkin | 175
Mengenal Dunia
dan lama khutbahnya sekitar 10 sampai dengan 15 menit. Apabila saya perhatikan isi khutbah di masjid selain Abu al-Nur maka saya mendapat kesan bahwa materi khutbahnya adalah resmi karena para khatibnya adalah pegawai pemerintah. Para khatib digaji oleh pemerintah sehingga materi khutbahnya dikontrol pihak pemerintah. 29. Bantuan buat masjid lain Selain jumatan di masjid Abu al-Nur saya juga beberapa kali shalat Jum’at di masjid lain yang ada di kota Damaskus. Beberapa kali saya mendengar pengumuman yang diberikan sebelum atau sesudah shalat Jumat tentang penggunaan dana hasil amal para jamaah. Di antara dana tersebut ada yang digunakan untuk membantu pembangunan masjid lain yang ada di Damaskus atau kota lain yang ada di Syria. 30. Sering diberi uang jajan ketika shalat berjamaah maghrib Saya termasuk orang yang sering menerima bantuan uang jajan dari jamaah masjid ketika saya shalat berjamaah maghrib di beberapa masjid di Damaskus. Mungkin mereka kasihan apabila melihat ada pelajar seperti saya. Ketika saya ditanya asal Negara dan lain-lain ujung-ujungnya saya mendapat tips berupa uang jajan dengan uang Lira Syria. Selain itu saya sering juga diberi makanan terutama korma dan bebuahan lain. Ketika saya bertanya kepada teman-teman Indonesia yang berada di Syria, mereka juga malah mendapat beras setiap bulan dan bahkan tempat tinggal secara gratis. Itulah baiknya orang Syria apabila kita dapat menyenangkannya sehingga mereka tidak segan-segan memberikan apa saja tanpa perhitungan. Kita jangan sampai menyakiti hati atau menyinggung perasaan mereka dengan yang tidak baik. Kita juga jangan menghina mereka. Apabila mereka tersinggung dan tersakiti hatinya maka kita mendapat hardikan yang luar biasa dan kita tidak mungkin mendapatkan pemberian dan belas kasihan. 31. Antri masuk bus secara rapi Ketika di Ankara Turki tahun 1999, saya begitu kaget sewaktu akan masuk bus. Saya cepat-cepat ke pintu bus dengan mendahului orag lain. Oleh karena saya melihat mereka antri sangat rapi akhirnya saya urungkan, tidak jadi masuk ke dalam bus dan berhenti dengan penuh malu menyaksikan orang-orang yang antri. Dengan sambil jalan perlahan akhirnya saya memilih tempat paling belakang orang antri. Para penumpang bus juga hanya dibatasi sesuai tempat duduk sehingga tidak ada yang berdiri dalam bus. Kebiasaan ini tidak seperti yang terjadi di Jakarta dan bahkan di Indonesia yang para penumpangnya selalu berebut jika masuk mobil umum. Mereka berebut masuk dan berebut tempat duduk. Pengalaman menggunakan kendaraan umum di 176 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Ankara Turki dan Paris Perancis, penggunaan kendaraan umum, bus selalu terlihat rapi dan tenang. Jika penumpang bus di Turki para penumpangnya tidak boleh berdiri, penumpang bus di Jerman dan Perancis tahun 2007 dan 2012 tersedia tempat berdiri dan terdapat alat untuk pegangan tangan. Bus di Jerman dan Perancis bahkan tersedia tempat untuk parkir sepeda sehingga para penumpang yang menggunakan sepeda dapat memarkir sepedanya untuk dikayuh di kota lain tempat tujuan apabila sudah turun dari bus atau kereta. 32. Kecepatan melebihi rata-rata Luar biasa perjalanan saya dari Damaskus ke Busra Sham tahun 1999. Sopir ketika itu bernama Ahmad dan kendaraan yang digunakan adalah VW. Ia adalah sopir Kedutaan Besar RI untuk Damaskus. Ketika berada di jalan bebas hambatan, ia mengendarai mobil dengan kecepatan melebihi rata-rata. Beberapa kali ia saya tegur tetapi tetap saja tidak menggubris teguran saya. Suara alarm mobil sudah bersuit-suit tetapi ia tetap saja dengan santainya nyetir dengan kecepatan tinggi. Ia sempat cerita bahwa anak presiden Syria Hafidz al-Asad pada waktu itu meninggal karena menyetir dengan kecepatan tinggi. Ketika itu saya duduk di sampingnya sehingga ngeri juga saya. Ia mengatakan bahwa mobil ini sangat tahan banting sehingga ia berani mengendarainya dengan kecepatan tinggi. Dasar Arab, gumamku kepada Ahmad, tetapi dia tertawa terpingkal-pingkal ha ha ha, takut ya tanyanya dalam bahasa Arab. 33. Masih banyak pelajaran lain Sebetulnya manfaat berkelana di berbagai Negara masih sangat banyak. Akan tetapi pada kesempatan ini tidak saya jelaskan secara detil satu persatu. Pada bagian ini saya hanya menyebut secara global saja. Selain pelajaran yang saya sebut sampai nomor 32 di atas, masih banyak yang lainnya antara lain adalah: 1) Adanya terminal yang jaraknya saling berdekatan yang di Indonesia dinamakan terpadu. Stasiun bus misalnya berdekatan dengan stasiun kereta, bandara dekat dengan stasiun kereta dan terminal bus sehingga transportasi antar tempat sangat mudah dan nyaman, 2) Adanya kereta api yang memiliki kecepatan mencapai lebih dari 350 km per jam tetapi sangat nyaman, 3) Adanya lapangan parkir mobildi beberapa tempat sehingga tidak ada yang parkir di jalanan, 4) Bayar ongkos parkir secara otomatis, 5) Bayar tol otomatis, 6) Ada mobil penyapu sampah jalanan, 7) Adanya mobil penyuci jalan, 8) Tidak ada porter (kuli/tukang angkut barang) di bandara atau stasiun. 9) Ada larangan tidak boleh bikin kotor di bus/kereta, 10) Ada larangan tidak boleh brisik di bus/kereta, dan 11) Tersedia penitipan barang dengan kunci otomatis di terminal dan stasiun melalui pembelian coin.
Mungkin Segalanya Mungkin | 177
Mengenal Dunia
Sangat banyak pelajaran yang didapat dari berwisata. Bahkan dalam alQuran Surat 6:11, Surat 27:69, dan Surat 29:20 terdapat perintah untuk melakukan wisata.
Pengunjung pada acara Pengukuhan Guru Besar 03 Januari 2002 178 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
BAGIAN XI KRONOLOGI KARYA TULIS DAN KEGIATAN Sebelum saya sajikan karya tulis saya secara kronologis dalam bentuk tabel, saya sajikan terlebih dahulu beberapa karya sebelum disertasi, orasi pada waktu pengukuhan Guru Besar, dan salah satu artikel tentang “Melawan Kejumudan dalam Pendidikan”. Selain itu saya sajikan sedikit informasi yang berkait dengan perubahan IAIN menjadi UIN. Al-Basith, al-Basmah, dan al-Sabil Pada tahun 1984, saya, Drs Pardi Yatim, dan Drs. Ahmad Dardiri menyusun buku Pelajaran Bahasa Arab yang diberi nama al-Basith yang diterbitkan Yayasan Perkasa Jakarta dan sebelumnya diterbitkan oleh Badan Penerbit Fakultas Keguruan Ilmu Sosial IKIP Muhammadiyah Jakarta. Pada tahun 1995, saya, Drs. Muhbib (lengkapnya Drs. H. Muhbib Abdul Wahab), dan Drs. Ahmad Dardiri, MA menyusun buku Pengantar Tadabbur al-Quran yang diberi nama al-Basmah dan diterbitkan Univeritas Muhammadiyah Jakarta. Pada tahun 1995, saya, Drs. Muhbib, Drs. Ahmad Dardiri, MA, dan Drs. M.H. Nasrullah menyusun buku Kuliah Bahasa Arab yang diberi nama al-Sabil 3 dan 4. Buku Kuliah Bahasa Arab al-Sabil 2 yang diterbitkan tahun 1996 disusun oleh saya, Drs. H. Muhbib Abdul Wahab, dan Drs. Ahmad Dardiri, MA.Semua buku Kuliah Bahasa Arab al-Sabil diterbitkan oleh IKIP Muhammadiyah Jakarta. Pedoman Penulisan Skripsi dan Karya Ilmiah Pada bulan Januari 1995 saya sebagai dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sempat menulis buku dan diterbitkan. Setelah itu dikembangkan dengan Muhbib Abdul Wahab dan diterbitkan FAI UMJ tahun 2000. Al-Bayan dan Taisir Pada September 1990 Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Jakarta menerbitkan karya bersama saya dengan Drs. Ahmad Dardiri dan Drs. Syamsuddin MS buku yang berjudul al-Bayan fi Tathbiq Qawa’id al-Lughah al-‘Arabiyah. Buku ini dipergunakan untuk pengajaran bahasa Arab di Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Jakarta pada waktu itu. Mungkin Segalanya Mungkin | 179
Kronologi Karya Tulis dan Kegiatan
Pada Desember 1993 Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerbitkan karya saya yang berjudul Taisir. Buku ini terdiri atas seri 1 dan seri 2. Taisir 1 berisi seri baca tulis untuk pemula dan Taisir 2 berisi pemahaman Isim.
Tadrib Pada November 1989 saya juga pernah menulis Diktat yang saya beri judul al-Tadrib ‘ala Qawa’id al-Lughah al-‘Arabiyah li Thullab al-Fashl al-Dirasi alAwwal Min Qism al-‘Ulum al-Diniyah. Buku ini berisi latihan bahasa Arab yang ditujukan kepada para mahasiswa pendidikan agama semester awal. Kuliah Akhlaq Untuk keperluan perkuliahan al-Islam di IKIP Muhammdiyah Jakarta, saya, Drs. Ahmad Dardiri, MA, Drs. M. Ma’rifat Iman KH, dan Drs. H. Rustan SA menyusun buku Kuliah Akhlaq yang diterbitkan IKIP Muhammadiyah Jakarta tahun 1996. Proses Perubahan IAIN Menjadi UIN Pada Oktober 2002 UIN Jakarta Press telah menerbitkan buku yang berjudul Proses Perubahan IAIN Menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Rekaman Media Massa. Buku yang diedit Kusmana dan Yudhi Munadi ini merupakan hasil kompilasi saya ditambah dengan Prof. Dr. Abuddin Nata. Buku ini berisi rekaman media massa sejak 5 Januari 1996 yang melaporkan hasil diskusi tentang gagasan mengubah IAIN menjadi UIN, terbitnya Keputusan Presiden (Megawati Soekarnoputri) Nomor 31 Tahun 2002 tanggal 20 Mei 2002, peresmian IAIN menjadi UIN oleh Wakil Presiden Hamzah Haz tanggal 8 Juni 2002 sampai dengan berita terpilihnya Prof. Azyumardi menjadi Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Senin 12 Agustus 2002 untuk periode yang kedua.
180 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Pendidikan Akhlaq Menurut Ibn Miskawaih Disertasi yang telah lulus dalam ujian promosi doktor tanggal 28 November 1995 berjudul Konsep Pendidikan Akhlaq Menurut Ibn Miskawaih. Disertasi ini telah diterbitkan oleh Penerbit Belukar Yogyakarta tahun 2004. Sebelumnya, pada tahun 1997, buku ini pernah dibuatkan dummynya oleh PT. RajaGrafindo Persada Jakarta dengan judul Etika Ibn Miskawaih dan sudah diberikan Kata Pengantar oleh Prof. Dr. Harun Nasution. Saya tidak mengetahui alasan batalnya penerbitan buku tersebut. Setelah sangat lama tidak ada berita maka penerbitan saya alihkan. Atas jasa Jejen Musfah, sebagai asisten saya, akhirnya disertasi tersebut dapat dioterbitkan di Yogyakarta. Secara singkat, disertasi berisi hal-hal sebagai berikut. Ibn Miskawaih merupakan salah seorang tokoh muslim di bidang filafat akhlak dan juga sejarawan yang hidup pada masa pemerintahan dinasti Buwaihi (320-450 H/932-1062 M). Sebagai seorang tokoh, Ibn Miskawaih memperoleh banyak gelar. 'Abd al'Aziz 'Izzat menyatakan bahwa Ibn Miskawaih adalah pemikir Islam pertama di bidang akhlak. Karena itu ia dapat digolongkan sebagai guru ketiga (al-Mu'allim al-Thālis) setelah al-Farabi dan Aristoteles. M.S. Khan menilai Ibn Miskawaih telah berhasil dengan baik mengkombinasikan pemikiran Yunani dengan AlQur`an dan al-Sunnah dalam bukunya Tahdhīb al-Akhlāq wa Tathīr al-`A'rāq. Majid Fakhry memberi gelar kepada Ibn Miskawaih sebagai Chief Moral Philosopher of Islam dan The most important ethical writer in Islam. Senada dengan M.S. Khan, Muhammad Yusuf Musa juga menyatakan bahwa Ibn Miskawaih telah berhasil mengkompromikan agama dan falsafat. Salah satu buku karangan Ibn Miskawaih yang berjudul Tahdhīb al-Akhlāq wa Tathīr al`A'rāq dijadikan buku pegangan oleh Muhammad 'Abduh (w.1905) dalam mengajarkan akhlak di rumahnya. Menurut penilaian Rasyid Rida (w. 1935), buku karya Ibn Miskawaih tersebut mendasari perilaku Muhammad 'Abduh. Pemikiran akhlak Ibn Miskawaih dapat digolongkan sebagai pemikiran akhlak rasional. Pemikiran akhlak rasional ini dapat membawa konsekuensi bagi pertumbuhan kreativitas dan inovasi karena pendidikan akhlak rasional melakukan pendekatan ajaran Islam melalui pendekatan kemanusiaan dan bukan semata-mata sebagai doktrin yang absolut. Penelitian disertasi ini bersumber pada 9 karya Ibn Miskawaih di bidang falsafat, yaitu: 1) Tahdhīb al-Akhlāq wa Tathīr al-`A'rāq, 2) Kitāb al-Sa'ādaţ, 3) al-Hikmaţ al-Khālidah, 4) Kitāb al-Fawz al-Asghar, 5) Maqālāt fī al-Nafs wa al'Aql, 6) Risālah fī al-Ladhdhāt wa al-ālām, 7) Risālah fî Māhīyat al-'Adl, 8) Kitāb al-'Aql wa al-Ma'qūl, dan 9) Wasīyaţ Ibn Miskawaih. Karena itu, pendekatan yang dilakukan juga menggunakan pendekatan falsafat. Mungkin Segalanya Mungkin | 181
Kronologi Karya Tulis dan Kegiatan
Metode yang digunakan adalah metode hermeneutik. Adapun teknik analisisnya menempuh cara-cara sebagai berikut: 1) memperlakukan teks sebagai sesuatu yang mandiri, 2) melakukan interaksi dengan teks sehingga terjadi asosiasi antara peneliti dengan dunia teks, dunia peneliti sendiri, ataupun mencipta dunia baru; dan 3) proses interpretasi. Dalam situasi ini, peneliti mencoba melakukan interpretasi arti yang tampak dan mencoba mengerti arti yang tersembunyi dari teks. Pada saat itu pula peneliti melibatkan wawasannya sehingga dimungkinkan mendapatkan penafsiran baru. Penelitian ini menghasilkan beberapa catatan sebagai berikut: 1. Pendidikan Akhlak menurut Ibn Miskawaih didasarkan pada konsepnya tentang manusia. Tugas nya adalah memperkokoh daya-daya positif yang dimiliki manusia agar mencapai tingkatan manusia yang seimbang/harmonis (al'adālah) sehingga perbuatannya mencapai tingkat perbuatan ketuhanan (af'āl ilāhīyaţ) yakni perbuatan yang semata-mata baik. 2. Pendekatan yang dipergunakan agar mencapai tingkatan manusia yang seimbang/harmonis dimaksud adalah: a) Daya bernafsu diarahkan agar mencapai tingkat "mampu menjaga kesucian diri", b) Daya berani diarahkan untuk mencapai tingkat "keberanian", dan c) Daya berpikir diarahkan untuk mencapai tingkat “kebijaksanaan”. 3. Metode yang digunakan untuk memperoleh keutamaan daya bernafsu dan daya berani adalah metode taqlid, doktriner, dan keteladanan. Adapun metode yang digunakan untuk memperoleh keutamaan daya berpikir adalah metode liberal. Adapun materi utama untuk memperoleh keutamaan daya bernafsu dan daya berani adalah syari'at, sedangkan materi utama untuk memperoleh keutamaan daya berpikir adalah falsafat. 4. Nilai yang terkandung dalam konsep pendidikan akhlak menurut Ibn Miskawaih terletak pada penempatan syari'at dan falsafat. Syari'at dan falsafat ditempatkan pada posisi penting masing-masing. Agama bertolak dan bersumber dari iman sedangkan falsafat dari akal. Agama ditaati dan tidak diperdebatkan segala perintah dan larangannya, sedangkan cara pemecahan dalam falsafat dilakukan atas dasar kebebasan pendapat dan menerima perdebatan. Agama mendahului falsafat. Kepentingan utama agama adalah untuk pendidikan manusia sejak kecil, sedangkan falsafat hanya cocok untuk pendidikan orang dewasa. Di antara manfaat falsafat adalah untuk menyempurnakan akal, mengokohkan pikiran dan memperkuat jiwa. 5. Spiritualitas pendidikan akhlak menurut konsep Ibn Miskawaih terletak pada akhlak moderasi (doktrin jalan tengah). Akhlak ini tidak hanya memuat arti etos kerja yang tinggi dan nuansa dinamika individu dan sosial melainkan juga selalu relevan dengan tantangan zamannya, tanpa menghilangkan nilai-nilai esensial dari pokok keutamaan akhlaq. 6. Implikasi dari konsep pendidikan akhlak menurut Ibn Miskawaih tidak hanya memberi kemungkinan kepada para ilmuan untuk memahami materi dan metode keilmuannya tetapi juga merasa terpanggil dan penuh tanggung jawab dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu untuk tujuan yang benar dan dengan cara yang benar pula.
182 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Pendidikan yang Memberdayakan Atas motivasi Rektor IAIN Jakarta, Prof. Azyumardi Azra dan berbagai pihak, akhirnya saya berkenan menyelenggarakan acara Pengukuhan Guru Besar pada tanggal 3 Januari 2000 bersamaan waktu dengan Hari Bhakti Departemen Agama. Dalam kesempatan tersebut saya menyampaikan orasi yang berjudul “Pendidikan yang Memberdayakan”. Berikut bagian akhir naskah orasi dimaksud tetapi tidak saya lengkapi dengan catatan kaki. Banyak ayat al-Quran yang dapat dipahami sebagai isyarat pentingnya perilaku pemberdayaan. Di antara indikator suatu pemberdayaan adalah adanya suasana dialogis dalam berbagai kegiatan termasuk pendidikan. Jumlah ayat al-Quran mencapai 6000 lebih dalam 114 surat. Walau belum ditemukan hasil penelitian secara keseluruhan, tetapi informasi dari Muhbib setidaknya dapat dijadikan salah satu indikator. Muhbib -melalui tesis Magisternya- berkesimpulan bahwa ayat-ayat yang berkaitan dengan kisah Nabi Ibrahim mayoritas bergaya bahasa dialog. Surat-surat pendek dalam al-Quran banyak juga dijumpai ayat-ayat yang bernuansa dialog. Hal ini dapat dipahami bahwa al-Quran mendukung adanya suasana dialogis dalam bermasyarakat termasuk di dalamnya kegiatan pendidikan. Perlu juga dicermati bahwa ayat pertama yang turun kepada Nabi Muhammad SAW adalah ( اﻗﺮأbacalah!). Ayat ini dapat dinilai sebagai pemicu lahir dan berkembangnya tradisi tulisan, sebagai ganti dari tradisi lisan yang saat itu sangat berkembang. Tradisi tulis menulis merupakan cikal bakal dinamika keilmuan. Selain itu tidak dijumpai ayat-ayat dalam al-Quran yang menyuruh agar para Nabi atau Rasul merasa sebagai manusia super sehingga berlaku tidak adil atau diktator. Menurut ajaran al-Quran Nabi dan Rasul adalah manusia biasa (Q.S. 14:10-11, 18:110, 21:8, 41:6) yang hidup berkeluarga dan berketurunan (Q.S. 13:38). Mereka ini menerima wahyu dengan bahasa kaumnya (Q.S. 14:4). Tugas mereka adalah menyampaikan amanat Tuhan kepada manusia (Q.S. 5:99, 33:39) dan tidak menyuruh untuk menyembah dirinya (Q.S. 3:79-80) serta tidak semua Nabi diceritakan dalam al-Quran (Q.S. 40:78). Al-Quran mengajarkan agar Nabi Muhammad Saw berlaku lemah lembut, suka memberi maaf dan suka bermusyawarah (Q.S. 3:159, 42:38). Selain itu, al-Quran juga mengajarkan keadilan (Q.S. 4:135, 5:8, 6:152, 16:90, 17:35, 49:9) dan persamaan (Q.S. 49:13). Dalam kaitan hubungan antar umat berbeda agama, al-Quran mengajarkan untuk tidak saling memaksa (Q.S 2:256), 7:64, 10:99) dan sebaliknya diwajibkan berbuat baik kepada mereka (Q.S. 60:8-9).
Mungkin Segalanya Mungkin | 183
Kronologi Karya Tulis dan Kegiatan
Dalam sejarahnya, Nabi Muhammad SAW memberdayakan para sahabat dan bahkan musuhnya. Setidaknya Nabi telah menunjuk sebahagian sahabatnya sebagai penulis wahyu. Dialog antara Nabi Muhammad SAW dengan Mu’az ibn Jabal setelah diangkat sebagai Gubernur Yaman merupakan contoh lain bagaimana Nabi memberdayakan sahabatnya. Menarik digarisbawahi bahwa kaum muslimin generasi pertama yang hidup sezaman dan pernah bertemu dengan Nabi disebut shahâbat. Shahâbat artinya mitra, bukan bawahan. Dengan kata lain Nabi memperlakukan para shahâbatnya sebagai mitra sejajar, egaliter dan berada dalam posisi dan relasi yang demokratis. Tidak lama sesudah berada di Yasrib (yang kemudian berubah nama menjadi Madinah), Nabi Muhammad mempermaklumkan satu piagam yang mengatur kehidupan dan hubungan antara komunitas-komunitas yang majemuk baik yang beragama Islam maupun non-Islam. Dalam berbagai kejadian, Nabi Muhammad SAW juga sering melakukan konsultasi atau musyawarah dengan para sahabatnya. Selain itu Nabi juga memberdayakan para tawanan perang antara lain untuk mengajar membaca dan menulis. Sesudah Nabi Muhammad SAW wafat, al-Quran dan al-Sunnah ternyata mampu menjadi motivator bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Banyak ilmu yang muncul dan berkembang karena adanya al-Quran menjadi motivator. Para khalifah setelah al-Khulafa al-Rasyidin banyak memberikan penghargaan yang sangat tinggi kepada para ilmuan. Di antaranya mereka memberikan imbalan berupa emas seberat kertas hasil terjemahan. Akan tetapi pendidikan di dunia Islam sesudah abad ke 12 dirasakan kurang memberdayakan terhadap banyak hal. Al-Quran dan al-Sunnah tidak dijadikan motivator penggerak bagi pemberdayaan. Al-Quran dan al-Sunnah sudah lama ditinggalkan oleh umat Islam. Yang dipelajari umat Islam adalah selain al-Quran, melainkan ilmu-ilmu yang muncul karena motivasi al-Quran. Pada umumnya yang dipelajari oleh umat Islam adalah Ulum al-Quran, Tafsir, Fiqh dan semacamnya. Ilmu-ilmu ini sebetulnya lahir karena adanya al-Quran. Ayat-ayat al-Quran cenderung dipahami menurut pemahaman mufassirnya. Akibatnya para pengkaji tafsir tidak leluasa mengembangkan makna ayat-ayat al-Quran. Para siswa dan mahasiswa cenderung dipaksa untuk memahami teks tafsir dan bukannya didorong untuk secara kreatif mengembangkan makna ayat al-Quran. Para siswa dan mahasiswa tidak didorong berlatih menghasilkan ulum alQuran yang baru. Yang ada hanya dipaksa memahami ulum al-Quran karya orang lain. Para siswa dan mahasiswa tidak didorong dan diberi kesempatan melahirkan pemikiran fiqh yang baru, yang ada hanya berkutat kepada pemahaman pemikiran fiqh ulama terdahulu. Sebagai akibat dari pengajaran yang demikian, kitab-kitab selain al-Quran cenderung menempati posisi atas dalam pembelajaran dan al-Quran
184 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
ditempatkan pada posisi di bawahnya atau bahkan tidak sempat dikaji secara mendalam. Sehubungan dengan hal tersebut Abû al-Hasan al-‘Âmirî (w. 381H/992M) sangat menekankan untuk tidak mengadakan dikotomi pembelajaran ilmu-ilmu hasil pemikiran dan ilmu-ilmu keagamaan. Oleh karena ilmu-ilmu selain al-Quran merupakan hasil ijtihad maka perlu dikritisi agar tidak terjebak pada paham bahwa ilmu-ilmu tersebut sebagai ilmu yang telah final dan absolut. Hal itu dikarenakan para ahli tersebut bukanlah manusia ma’sūm. Pendapat serupa dimajukan oleh Abduh (1849-1905). Menurutnya, ijtihad hendaknya dilakukan secara langsung terhadap ayat al-Quran dan al-Hadis, sedangkan pendapat ulama terdahulu tidak mengikat karena mereka tidak ma’sūm. Pendapat al-‘Âmirî dan Muhammad Abduh ini diakui sulit dilaksanakan apabila pola pikir rasional tidak ditumbuh-kembangkan. Oleh karena itu agar ilmu pengetahuan dapat berkembang, Harun Nasution menekankan adanya perubahan sikap dari mental tradisional menjadi sikap mental yang rasional. Beberapa kebijakan pemerintah dan pendapat mayoritas umat Islam Indonesia sejak kemerdekaan sampai sekarang juga dinilai turut menjadikan pendidikan di kalangan umat Islam tidak berdaya dan memberdayakan. Dikotomi pendidikan yang pernah dialami oleh umat Islam pada masa sebelum kemerdekaan dipertajam menjadi lebih dikotomis dengan beberapa kebijakan yang ada. Madrasah, pesantren, Perguruan Tinggi Agama cenderung hanya sekedar dilirik, bukannya diperhatikan ketika menetapkan kebijakan. Hal tersebut terlihat pada penetapan anggaran pendidikan, pemanfaatan lulusan, dan kewenangan memasukkan ilmu-ilmu umum (ilmu-ilmu rasional) di perguruan agama. Akibatnya pendidikan umum dan pendidikan agama sama-sama tidak mampu memberdayakan ilmu yang integratif yang sebetulnya bersumber dari Tuhan yang Satu. Dampak dari kebijakan tersebut makna pendidikan Islam menyempit menjadi sekadar pengajaran agama. Ilmu rasional dianggap sekuler dan diharamkan masuk ke dalam kurikulum. Upaya A. Mukti Ali ketika menjadi Menteri Agama RI misalnya, untuk mensejajarkan lulusan Madrasah dengan sekolah umum pada tahun 1974 sampai dengan 1975 ternyata mendapat tantangan yang luar biasa di kalangan umat Islam sendiri karena dinilai akan menghancurkan lembaga pendidikan Islam. Tantangan masyarakat muncul kembali ketika ia membuat kebijakan berupa pengiriman para dosen IAIN ke Barat. Nasib serupa menimpa ketika sebahagian IAIN akan diubah menjadi universitas. Fazlur Rahman (w. 1998) sebagaimana dikutip Ensiklopedi Islam untuk Pelajar, Jilid 5, h. 2, berpendapat bahwa sejarah pendidikan di dunia Islam lebih mencerminkan sejarah pendidikan agama dan bukan pendidikan Islam. Hal ini terutama tampak sejak abad ke-12, ketika sains, ilmu kemanusiaan, dan ilmu sosial dikeluarkan dari kurikulum sekolah dan universitas. Hal ini berawal dari Mungkin Segalanya Mungkin | 185
Kronologi Karya Tulis dan Kegiatan
disintegrasi ilmu pengetahuan dalam sistem pemikiran Islam, ketika ilmu rasional dianggap berbahaya bagi agama dan para sarjana yang mengembangkannya dimusuhi. Penyempitan makna pendidikan Islam berlangsung hingga tingkat pelembagaan dan metodenya, khususnya di kalangan kaum Sunni. Para ulama mulai menarik garis tegas antara ilmu sekuler dan ilmu agama. Mereka menentang ilmu sekuler dan mengeluarkannya dari kurikulum madrasah. Anak didik lebih banyak diminta menghafal teks baku dibandingkan mengembangkan pemikiran kreatif. Dalam jangka panjang, hal ini berakibat fatal: bukan saja disiplin ilmu rasional menjadi tidak berkembang di dunia Islam, tetapi perkembangan pemikiran Islam secara keseluruhan pun terhambat karena tidak ada tantangan serta dorongan intelektual. Pendidikan merupakan tuntunan pertumbuhan manusia sejak lahir hingga tercapai kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi dengan alam dan lingkungan masyarakatnya. Pendidikan merupakan proses yang terus menerus, tidak berhenti. Di dalam proses pendidikan ini, keluhuran martabat manusia dipegang erat karena manusia (yang terlibat dalam pendidikan ini) adalah "subyek" dari -pendidikan. Oleh karena merupakan subyek di dalam pendidikan, maka dituntut suatu tanggung jawab agar tercapai suatu hasil pendidikan yang baik. Jika memperhatikan bahwa manusia itu sebagai subyek dan pendidikan meletakkan hakikat manusia pada hal yang terpenting, maka perlu diperhatikan juga masalah otonomi pribadi. Maksudnya adalah, manusia sebagai subyek pendidikan harus bebas untuk "ada" dan menjadi dirinya sendiri, yaitu manusia yang berpribadi dan bertanggung jawab. Melalui pendidikan manusia menyadari hakikat dan martabatnya di dalam relasinya yang tak terpisahkan dengan alam lingkungannya dan sesamanya. Itu berarti, pendidikan sebenarnya mengarahkan manusia menjadi insan yang sadar diri dan sadar lingkungan. Dari kesadarannya itu mampu memperbarui diri dan lingkungannya tanpa kehilangan kepribadian dan tidak tercerabut dari akar tradisinya. Sistem pendidikan yang ada sekarang masih didominasi oleh manajemen top-down (dari atas ke bawah) atau kalau menggunakan istilah Paulo Freire (seorang tokoh pendidik dari Amerika Latin) adalah pendidikan gaya bank. Konsep pendidikan gaya bank mengakibatkan terjadinya kebekuan berpikir dan tidak munculnya kesadaran kritis pada murid. Murid hanya mendengarkan, mencatat, menghafal dan mengulangi ungkapan-ungkapan yang disampaikan oleh guru, tanpa menyadari dan memahami arti dan makna yang sesungguhnya. Inilah yang disebut Freire sebagai kebudayaan bisu (the culture of silence). Kesadaran kritis merupakan titik tolak pemikiran pendidikan yang memberdayakan. Tanpa kesadaran kritis, tak mungkin pemberdayaan dapat dilakukan.
186 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Dalam sejarahnya, sikap kritis dan/atau ketidak puasan atas kekurangan dalam dunia pendidikan sangat diperlukan karena sikap serupa ini akan dapat menghasilkan keputusan-keputusan atau aksi-aksi baru yang dinilai dapat mengatasi permasalahan yang muncul. Oleh karena menyangkut hidup maka keputusan atau aksi baru yang ditetapkan tidak dapat dianggap sesuatu yang final. Upaya mengkritisi suatu perguruan tinggi semisal IKIP, dapat memunculkan Universitas. Upaya mengkritisi pesantren tradisional melahirkan pesantren modern. Upaya mengkritisi kedua model pesantren tersebut melahirkan pesantren kilat. Upaya mengkritisi terhadap madrasah tradisional yang hanya mempelajari ilmu-ilmu agama melahirkan madrasah modern yang mempelajari juga ilmu-ilmu umum. Upaya mengkritisi Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) di Yogyakarta dan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta, melahirkan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) melalui Peraturan Presiden No. 11 Tahun 1960. Kritik dan atau ketidakpuasan terhadap IAIN yang menyediakan program studi keagamaan semata, melahirkan IAIN with wider mandate (dengan mandat yang diperluas). Upaya mengkritisi berbagai IAIN cabang melahirkan STAIN. Bisa jadi upaya mengkritisi IAIN with wider mandate akan muncul Universitas Islam Negeri (UIN). (Catatan: Pada saat orasi ini UIN belum ada. UIN baru ada mulai 20 Mei 2002, sedangkan orasi ini disampaikan tanggal 3 Januari 2000) Hanya saja, upaya membuka kesadaran kritis ini sering dipahami oleh pihak penguasa sebagai suatu "gerakan politik" ketimbang suatu gerakan yang mencerdaskan rakyat. Karena itu, pada tahun 1964 Freire diusir oleh pemerintah untuk meninggalkan Brazil. Pendidikan model ini merupakan pendidikan yang membawa masyarakat dari kondisi "masyarakat kerucut" (submerged society) kepada masyarakat terbuka (open society). Berdasarkan cermin Freire tersebut, perlu dicermati kembali hakekat Islam sebagai agama yang diturunkan Allah untuk manusia. Pendidikan pemberdayaan atau pembebasan yang digelindingkan oleh Freire sebetulnya telah diterapkan oleh Nabi Muhammad dalam strategi gerakan dakwah Islam menuju transformasi sosial. Gerakan dakwah pada masa Nabi dipraktikkan sebagai gerakan pembebasan dari eksploitasi, penindasan, dominasi dan ketidakadilan dalam segala aspek-nya. Nabi, dalam kerangka dakwah Islam untuk pemberdayaan dan pembebasan umat, tidak langsung menawarkan Islam sebagai sebuah ideologi yang normatif, melainkan sebagai pengakuan terhadap perlunya memperjuangkan secara serius problem bipolaritas spiritual-material kehidupan manusia, dengan penyusunan kembali tatatan yang telah ada menjadi tatanan yang tidak eksploitatif, adil dan egaliter. Islam dengan pilar ﻻ اﻟﮫ اﻻ ﷲadalah agama pemberdayaan dan pembebasan karena Islam memberikan penghargaan terhadap manusia secara sejajar, mengutamakan kemanusiaan, menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan keadilan, mengajarkan berkata yang hak dan benar, dan mengasihi yang lemah dan tertindas. Ayat Al Mungkin Segalanya Mungkin | 187
Kronologi Karya Tulis dan Kegiatan
Qur'an, diantaranya mengajarkan وﻧﺮﯾﺪ أن ﻧﻤﻦ ﻋﻠﻰ اﻟﺬﯾﻦ اﺳﺘﻀﻌﻔﻮا ﻓﻰ اﻷرض وﻧﺠﻌﻠﮭﻢ أﺋﻤﺔ (5:"وﻧﺠﻌﻠﮭﻢ اﻟﻮارﺛﯿﻦ )اﻟﻘﺼﺺ...Kami bermaksud memberikan karunia kepada orangorang tertindas di bumi. Kami akan menjadikan mereka pemimpin dan pewaris bumi..." (QS. 28:5). Sikap kritis dan tidak puas seperti gambaran di atas tidak harus dipahami sebagai pemikiran yang negatif. Sikap semacam ini justru perlu dikembangkan agar terjadi perkembangan pemikiran di berbagai bidang. Untuk rekonseptualisasi dan sosialisasi pendidikan yang berdaya dan memberdayakan, orasi ini diakhiri dengan beberapa catatan sebagai berikut: 1. Pendidikan yang masih berbasis birokrasi harus sudah diganti dengan sistem pendidikan yang berorentasi pada kebutuhan masyarakat. 2. Pendidikan harus menumbuhkan jiwa independensi, menggerakkan (encourage), pernyataan diri (self expression), dan mengajar siswa/mahasiswa untuk hidup dalam harmoni dengan menghargai adanya perbedaan perbedaan. Ke depan sistem pendidikan harus berubah dari instruksional menjadi motivasional berprestasi, berkreasi dan berbudi pekerti. Melawan Kejumudan dalam Pendidikan Artikel yang berjudul Melawan Kejumudan dalam Pendidikan ini tadinya merupakan bahan diskusi pada Seminar tentang Melawan Kejumudan dalam Pendidikan di Program Pasacasarjana IAIN Ar-Raniry Banda Aceh pada tanggal 22 Oktober 2012. Berikut ini disampaikan naskahnya tetapi tidak disertasi catatan kaki. Mungkin muncul pertanyaan, benarkah bahwa dalam pendidikan terdapat kejumudan atau apakah pendidikan dapat mengakibatkan kejumudan. Kemungkinan pertanyaan inilah yang hendak dibahas dalam tulisan ini. Muhammad Abduh (w.1905) di Kairo, termasuk tokoh yang geram dengan dunia pendidikan pada masanya. Dia banyak melakukan kritik terhadap praktik pendidikan terutama yang ada di al-Azhar, tempat ia belajar. Di antara kritik yang dimajukan oleh Muhammad Abduh adalah penggunaan metode hafalan dan verbalisme yang hanya tahu istilah tetapi tidak paham makna dan penggunaannya. Abduh juga melakukan kritik terhadap cara dosen mengajar yang tidak memberi kesempatan kepada para muridnya untuk melakukan dialog dan tanya jawab secara kritis. Pendidikan yang model demikian dinilainya membuat masyarakat menjadi jumud/beku, tidak mau berubah dan diubah. Fenomena jumud dalam pendidikan di Indonesia tidak kalah banyak. Kejumudan dalam dunia pendidikan antara lain dimulai adanya aturan yang sangat teknis administratif terhadap para guru. Waktu yang dimiliki guru sering habis untuk mengerjakan hal-hal teknis administratif untuk keperluan laporan dibanding yang langsung berkait dengan kegiatan belajar mengajar. Para guru sudah terlalu capek karena banyak mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi 188 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
pelaporan sehingga ketika mereka mengajar, tidak bisa lagi secara maksimal. Tugas guru terhadap siswa tidak lagi dapat dilakukan secara maksimal karena merasa sudah membuat laporan. Aspek pengajaran menjadi lebih penting dibanding aspek pendidikannya. Para guru cenderung merasa cukup hanya menyampaikan materi pelajaran yang ada di buku dibanding mengolahnya menjadi “bernilai pendidikan”, dalam arti penguatan karakter. Pendidikan yang seharusnya menekankan aspek kejiwaan menjadi terabaikan karena digantikan oleh beban teknis administratif pelaporan. Akibatnya, pendidikan yang ada hanya akan menghasilkan karakter yang dangkal. Kedangkalan karakter menjadi penyebab mudah tersinggung, mudah marah, dan berbagai sifat negatif lainnya. Para guru tidak dapat berkilah sedikitpun untuk menghindari beban perkerjaan teknis administratif, karena hal itu memang sudah seharusnya dilakukan berdasarkan “petunjuk pelaksanaan” (juklak) dan “petunjuk teknis” (juknis) yang ada. Berdasarkan wawancara sederhana di kelas ketika memberikan perkuliahan, hal tersebut dibenarkan oleh para mahasiswa yang notabene adalah para guru. Inilah barangkali salah satu penyebab mengapa kualitas pendidikan di Indonesia dinilai tidak sangat memuaskan. Pendapat yang perlu direnungkan dalam hal ini antara lain adalah the most important function of education at any level is to develop the personality of the individual and the significance of his life to himself and to others (Grayson Kirk). Penawaran mata pelajaran atau mata kuliah berbentuk paket, jika dikritisi secara mendalam juga dapat memberikan pengaruh bagi terciptanya kejumudan dalam pendidikan. Penjadualan belajar dalam bentuk paket yang sudah ditentukan hari, jam, jenis mata pelajaran, guru, dan lokal yang baku, cenderung dapat dinilai kurang memberikan pelajaran yang baik untuk menjadi siswa atau mahasiswa yang kritis dan dinamis. Penawaran mata pelajaran atau mata kuliah secara paket cenderung kurang memberikan porsi buat “usaha” para murid/mahasiswa. Para siswa/mahasiswa tidak diberi ruang untuk memilih atau menentukan. Semuanya tinggal menerima begitu saja (taken for granted). Para siswa/mahasiswa tidak dimotivasi untuk “belajar berpikir” dan “belajar membuat keputusan”dalam memilih alternatif mata pelajaran, guru/dosen, hari, jam, dan tempat belajar. Segalanya sudah baku dan beku. Dalam kaitan dengan ini, perlu kiranya merenung pernyataan Socrates sebagai berikut: I cannot teach anybody anything, I can only make them think. Pembakuan buku pelajaran bisa juga dikritisi bahwa hal tersebut dapat memberikan kontribusi bagi terciptanya kejumudan dalam pendidikan. Para siswa/mahasiswa sering mendapatkan tugas memiliki buku tertentu sebagai buku pegangan wajib. Tidak jarang, buku tertentu dengan penerbit tertentu dimaksud, sudah ditetapkan Sekolah sebagai pegangan wajib bagi para siswa. Dengan cara demikian, para siswa cenderung digiring untuk mengetahui “kemungkinan yang Mungkin Segalanya Mungkin | 189
Kronologi Karya Tulis dan Kegiatan
sedikit” adanya buku pelajaran. Para guru atau Sekolah cenderung tidak atau kurang memberikan motivasi kepada para siswa untuk mengetahui “banyak alternatif” adanya buku pelajaran. Seakan-akan buku yang ditetapkan adalah buku yang sangat baik dan sangat cocok buat para siswa, padahal tidak tentu demikian kenyataannya. Seharusnya para siswa diberikan pengetahuan yang sangat luas bahwa suatu mata pelajaran dapat dipelajari dari berbagai buku. Siswa tertentu belum tentu dapat memahami bahasa yang ada dalam suatu buku. Bisa jadi dia akan bisa memahami bahasa yang digunakan dalam buku yang lain. Selain itu, bisa juga siswa tertentu lebih tertarik dengan buku yang lain juga karena ilustrasi yang ada, bahasa yang digunakan, cara penyajian, dan lain-lainnya. Pembakuan kurikulum yang berupa kumpulan mata pelajaran atau mata kuliah sebagai persyaratan penyelesaian suatu program atau jenjang pendidikan dapat juga memberikan sumbangan bagi munculnya kejumudan dalam pendidikan. Sering dijumpai bahwa untuk menyelesaikan suatu profesi, seseorang harus lulus mata kuliah – mata kuliah khusus, yang kadang jarang diuji dari aspek kompetensinya. Untuk menyelesaikan gelar Magister Pendidikan misalnya, sering ditentukan mahasiswa harus lulus mata kuliah yang sama untuk mahasiswa yang berbeda, padahal bisa jadi seseorang itu tidak terlalu berminat terhadap mata kuliah itu. Diakui bahwa, memang adanya keseragaman memudahkan untuk melakukan pengawasan dan penilaian. Akan tetapi prinsip yang demikian berakibat pada “adanya kemalasan” dalam banyak hal. Seolah kurikulum itu menjadi “alat untuk mencetak produk” seperti gelas, piring, atau benda mati lainnya yang ukuran, bentuk, dan warna, dan kualitasnya sama. Mahasiswa, calon guru misalnya diposisikan sebagai benda mati yang bisa dicetak menjadi produk yang kemudian diberi nama guru. Selain kurang memberikan kesempatan untuk menjadi guru plus, ketentuan kurikulum yang demikian baku, dapat menjadi penghambat terciptanya lulusan yang dinamis. Erich Fromm berpendapat bahwa education is helping the child realize his potentialities. Dalam kegiatan belajar mengajar, para guru atau dosen sering juga tidak memberikan kesempatan kepada para siswa atau mahasiswa untuk berpendapat. Seolah dosen atau guru memiliki posisi yang serba benar dan serba paling tahu. Para siswa/mahasiswa diposisikan sebagai gelas dan guru/dosen berposisi sebagai cerek. Para siswa/mahasiswa diisi pelajaran dengan tanpa ada kesempatan untuk mengkritisi. Seolah-olah yang diberikan adalah satu-satunya kebenaran. Selain itu, dosen/guru sering menjegal siswa atau mahasiswanya dengan cara mempersempit ruang gerak mereka untuk melakukan konsultasi kepada dosen lain. Seakan pendapatnya sendiri yang paling benar dan pendapat lainnya salah sehingga mahasiswa tidak diarahkan untuk berkonsultasi dengan dosen selain dia. Berdasarkan pemikiran demikian, maka kegiatan belajar mengajar secara tim (team teaching), menjadi sangat penting karena dapat memberikan wawasan yang amat 190 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
luas kepada para siswa/mahasiswa. Para siswa/mahasiswa akan banyak mengenal guru/dosen yang berfariasi baik dari segi pemikiran, gaya, dan lainnya. Kondisi demikian akan membantu para siswa/mahasiswa memahami bahwa itulah hidup. Untuk konteks ini, perlu merenungkan pernyataan Elbert Hubbart sebagai berikut: A school should not be a preparation for life. A school should be life. Buku ajar yang diwajibkan sebagai bahan belajar suatu mata pelajaran atau mata kuliah dapat juga memiliki sumbangan bagi terciptanya kejumudan dalam pendidikan. Materi suatu buku sering dipahami sebagai suatu ilmu sehingga para siswa/mahasiswa memiliki kesan bahwa suatu ilmu itu hanya ada buku yang diwajibkan. Mata kuliah Qawaid Bahasa Arab misalnya, guru atau dosen sering mewajibkan para siswa/mahasiswanya menggunakan kitab tertentu. Seakan ilmu qawaid hanya ada di buku tersebut. Para guru/dosen sering tidak menunjukkan berbagai kitab qawaid lain yang lebih mudah dipelajari dan dipahami. Kondisi semacam ini dapat mempersempit wawasan para siswa/mahasiswa sehingga berpeluang untuk menjadi jumud. Para siswa/mahasiswa seolah diajari agar bangga dan puas dengan hanya mempelajari satu buku/kitab. Mereka cenderung kurang diberikan akses untuk mengetahui sumber belajar yang lebih banyak dan lebih luas. Sebagai sebuah kegiatan, pendidikan seharusnya memberikan kesadaran kepada para siswa/mahasiswanya bahwa sumber belajar sangat banyak dan bahkan tidak mungkin terhitung. Dalam konteks ini Al-Quran surat Luqman 27 dan al-Kahfi 109 perlu direnungkan. Demikian ayat dimaksud : ( وﻟﻮ أﻧﻤﺎ ﻓﻲ اﻷرض ﻣﻦ ﺷﺠﺮة أﻗﻼم واﻟﺒﺤﺮ ﯾﻤ ّﺪه ﻣﻦ ﺑﻌﺪه ﺳﺒﻌﺔ أﺑﺤﺮ ﻣﺎ ﻧﻔﺪت ﻛﻠﻤﺎت ﷲ إن27) ﷲ ﻋﺰﯾﺰ ﺣﻜﯿﻢ .( ﻗﻞ ﻟﻮ ﻛﺎن اﻟﺒﺤﺮ ﻣﺪادا ﻟﻜﻠﻤﺎت رﺑﻲ ﻟﻨﻔﺪ اﻟﺒﺤﺮ ﻗﺒﻞ أن ﺗﻨﻔﺪ ﻛﻠﻤﺎت رﺑﻲ وﻟﻮ ﺟﺌﻨﺎ ﺑﻤﺜﻠﮫ ﻣﺪدا109) (27) Seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana... (109) Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimatkalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimatkalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula). Walaupun dalam tulisan ini hanya diberikan beberapa contoh kasus, tetapi agaknya sudah dapat dipahami bahwa makin njelimet suatu ketentuan makin tidak berdaya dan sulit berkembang. Hal ini dapat berakibat pada kurangnya tanggung jawab individu dan kurangnya kreativitas. Terima kasih, selamat berdiskusi. Menuju Universitas Islam yang Prestisius Selama menjabat sebagai Pembantu Rektor I Bidang Akademik IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saya telah menghasilkan 75 artikel yang saya jadikan satu
Mungkin Segalanya Mungkin | 191
Kronologi Karya Tulis dan Kegiatan
menjadi buku yang saya beri judul Menuju Universitas Islam yang Prestisius. Artikel-artikel ini sangat berkait dengan pengembangan IAIN menjadi UIN. Artikel yang pertama kali saya buat adalah artikel tentang Pokok-pokok Program Akademik: Upaya Menuju UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya nyatakan di dalam artikel tersebut bahwa dalam 3 semester IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta harus berubah menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Artikel-artikel berikutnya adalah artikel untuk menyongsong perubahan IAIN menjadi UIN. Artikel yang saya tulis sebelum terjadi perubahan status IAIN menjadi UIN antara lain adalah: 1) rencangan kurikulum UIN, 2) RIP pengembangan perguruan tinggi, 3) program pendidikan jarak jauh, perencanaan dan penganggaran bidang akademik, 4) inventarisasi masalah dalam mengimplementasikan PP tentang pendidikan tinggi, 5) skenario pelaksanaan semiloka penyusunan kurikulum UIN, 6) kurikulum dalam sejarah, 7) pedoman umum pendirian universitas, 8) proposal penyelenggaraan konversi IAIN menjadi UIN, 9) proposal SOP konversi IAIN menjadi UIN, 10) proposal penyusunan desain program akademik, 11) proposal pengadaan buku ajar, 12) proposal pengadaan perlengkapan laboratorium multimedia Arab, 13) penerimaan mahasiswa baru, 14) executive summary proposal konversi IAIN menjadi UIN, 15) pendidikan guru agama di Indonesia dalam perspektif sejarah, 16) pokok-pokok penyelenggaraan mata kuliah program pengabdian kepada masyarakat, 17) KKN sebagai mata kuliah dalam perspektif sejarah kurikulum IAIN Jakarta, 18) seleksi calon mahasiswa, KKN, 19) visi misi Madrasah Pembangunan, 20) upaya integrasi keilmuan dan keislaman, 21) rencana komputerisasi, 22) kebijakan penelitian, 23) rancangan gelar akademik lulusan IAIN/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 24) trategi dan arah pengembangan manajemen akademik dalam pengembangan IAIN menjadi UIN, 25) pengembangan program studi dan kurikulum, 26) perkuliahan lintas di IAIN, 27) komputerisasi terpadu, 28) menuju institusi pendidikan yang berkualitas, 29) tanah Cikuya Tangerang: gagasan pemanfaatan, 30) perubahan nama fakultas, dan 31) endirian fakultas baru. Secara umum, artikel-artikel tersebut banyak diarahkan untuk mempersiapkan alih status IAIN menjadi UIN. Artikel-artikel sesudah adanya perubahan IAIN menjadi UIN antara lain: 1) tindak lanjut adanya perubahan status IAIN menjadi UIN, 2) penyusunan kurikulum dan silabus, 3) penyusunan soal ujian tulis pada penerimaan mahasiswa UIN, 4) penambahan nama pada fakultas keagamaan, 5) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: masa depan yang 192 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
didambakan, 6) pokok-pokok kebijakan pengembangan pendidikan di UIN, 7) pembenahan administrasi dan manajemen menuju universitas yang prestisius, 8) perpustakaan yang didambakan, 9) mekanisme dan tata kerja dalam bidang administrasi akademik, 10) penggunaan dan pengelolaan dana ZIS POM, 11) penyelenggaraan sistem SKS, 12) kebijakan akreditasi program studi, 13) proposal menjadi anggota Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB), 14) evaluasi kurikulum nasional, pengembangan fakultas dan program studi, 15) pembidangan ilmu agama Islam dan kaitannya dengan pengembangan PTAI, 16) pembukaan program studi kedokteran, 17) proposal pembukaan Fakultas Ilmu Kesehatan dan Kedokteran, 18) kebijakan tentang dosen program studi, dan 19) muatan agama pada kurikulum program studi. Menuju Universitas Riset Bertaraf Internasional Buku yang saya beri judul Menuju Universitas Riset Bertaraf Internasional ini berisi 18 artikel yang saya tulis selama menjadi Pembantu Rektor Bidang Pengembangan Kelembagaan. Dalam buku ini antara lain berisi artikel tentang 1) pokokpokok program pengembangan kelembagaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2) penerapan kurikulum berbasis kompetensi dan kaitannya dengan penyelenggaraan administrasi akademik sistem kredit semester, 3) kebijakan penyusunan kurikulum berbasis kompetensi, 4) mempersiapkan kelahiran UIN sebagai universitas riset, 5) peningkatan kualitas SDM melalui lembaga pendidikan, 6) evaluasi diri program studi, 7) rambu-rambu nilai “sangat baik” dari laporan evaluasi diri, 8) peluang kerja sama dengan UIN Jakarta, 9) pengembangan kelembagaan UIN Jakarta sepuluh tahun ke depan, 10) pembukaan, reposisi, dan akreditasi program studi, 11) kronologi perubahan IAIN menjadi UIN, 12) kebijakan UIN tentang pengembangan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, 13) pengembangan psikologi Islam sebagai program studi, 14) strategi integrasi ilmu pengetahuan psikologi, dan 15) pengembangan berbagai fakultas dalam rangka UIN.
Mungkin Segalanya Mungkin | 193
Kronologi Karya Tulis dan Kegiatan
Menuju World Class University Buku yang berjudul Menuju World Class University ini berisi nota jabatan saya selaku Pembantu Rektor Pengembangan Lembaga UIN Syarif Hidayatullah Jakarta period 2002-2006. Buku yang terbit tanggal 22 Desember 2006 ini berisi informasi tentang kesiapan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi World Class University karena berbagai capaian yang ada. Selain itu, dalam buku ini saya sampaikan 10 rekomendasi untuk pimpinan berikutnya, khususnya Pembantu/Wakil Rektor bidang Pengembangan Kelembagaan.
Kompilasi Surat Keputusan, Akreditasi Program Studi dan Jurnal Pada Mei 2006 UIN Jakarta Press menerbitkan hasil kerja saya berupa kompilasi berbagai surat keputusan yang diberi judul Kompilasi Surat Keputusan Penyelenggaraan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Isi buku ini adalah berbagai surat sejak pendirian ADIA, pendirian IAIN, pendirian UIN, keputusan pendirian seluruh program studi, keputusan akreditasi program studi, keputusan akreditasi jurnal, sampai ortaker dan statuta UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu saya juga sudah mengkompilasi Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dan Sertifikat akreditasi Program Studi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sampai dengan 31 Oktober 2006. Ketika itu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki 10 Fakultas dan 1 Program Pascasarjana yang terdiri atas 52 Program Studi. Sampai dengan 31 Oktober 2006, Program Studi yang sudah terakreditasi BAN-PT ada 33 Program Studi. Program Studi yang memperoleh peringkat akreditasi A ada 19 Program Studi, yang memperoleh peringkat akreditasi B ada 11 Program Studi, dan yang memperoleh peringkat akreditasi C ada 3 Program Studi. Sampai dengan 13 April 2006, ada 5 jurnal di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memperoleh akreditasi. Jurnal Studia Islamika memperoleh 194 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
akreditasi A, Jurnal Refleksi, al-Turats, dan Mimbar memperoleh akreditasi B, dan Didaktika Islamika memperoleh akreditasi C. Daftar Karya Tulis dan Kegiatan Berikut ini adalah daftar karya tulis dan beberapa kegiatan yang saya susun secara kronologis. Banyak karya tulis dan kegiatan yang tidak dapat saya tuliskan dalam tabel ini karena terlupa atau tercecer. No 1.
Judul Tulisan ‘Antarah wa Shajā’atuhu
2.
Dirāsah Tahlīlīyah li al-Kutub al‘Arabīyah al-Manhajīyah alMusta’malah fī al-Madāris alThānawīyah al-Islāmīyah bi Ciputat
3.
Sejarah dalam al-Quran: Studi tentang Perubahan Sejarah dalam Kasus Kaum ‘Ad, Tsamud, Madyan, dan Saba’ Al-Basīţ Pelajaran Bahasa Arab
4.
5.
6.
7.
8.
Al-Tadrīb ‘alā Qawā’id al-Lughah al-‘Arabīyah li Tullāb al-Fașl alDirāsī al-Awwal min Qism al-‘Ulūm al-Dīnīyah Al-Bayān fī Taţbīq Qawā’id alLughah al-‘Arabīyah, Pelajaran Qawaid Praktis Al-Munīr fi Ma’rifat Qawā’id alLughah al-‘Arabīyah, Belajar Qawaid Mandiri Muhammad Abduh: Solusinya terhadap Kejumudan Ummat
Nama Penerbitan dan Kegiatan Risalah Sarjana Muda, Jurusan Bahasa Arab, Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pembimbing Drs. Moh. Mansyur, Penguji Drs. Soepardjo dan Drs. H. Hisyam Zaeni, Juni-Juli, 1979 Skripsi Sarjana Lengkap, Jurusan Bahasa Arab, Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pembimbing Drs. H. Hisyam Zaeni dan Drs. Moh. Mansyur. Penguji Drs. Muchsin Idham dan Drs. Kamardi AS, Desember 1982. Jurnal “Mimbar Agama dan Budaya”, Pusat Penelitian IAIN Jakarta, Nomor 14 Tahun VI, Desember 1988, , h. 47-57. Penerbit Yayasan Perkasa Jakarta, Ditulis bersama Pardi Yatim dan Ahmad Dardiri, 1989. Diktat, Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, November 1989.
Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Jakarta, ditulis bersama Ahmad Dardiri dan Syamsuddin MS, September 1990. Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Jakarta, 28 Januari 1992. Jurnal “Mimbar Agama dan Budaya”, Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat IAIN Jakarta, Nomor 24 Tahun X, Tahun 1992/1993, h. 50-55.
Mungkin Segalanya Mungkin | 195
Kronologi Karya Tulis dan Kegiatan No 9.
Judul Tulisan Otonomi Moral Immanuel Kant: Sebuah Tinjauan
10.
Taisīr 1, Pelajaran Bahasa al-Quran, Seri Baca Tulis Taisīr 2, Pelajaran Bahasa al-Quran, Seri Pemahaman Isim Ibn Miskawaih: Doktrin Jalan Tengah dalam Akhlaq
11. 12.
13. 14.
15.
Pedoman Umum Usulan Penulisan Skripsi dan Penelitian Ilmiah Pengaruh Kemampuan Berbahasa Arab terhadap Kemampuan Pemahaman Bidang Studi Quran Hadis Pembinaan Akhlaq Kampus Menuju Masyarakat Utama
16.
Pembinaan Akhlaq di Perguruan Tinggi Muhammadiyah
17.
Studi tentang Hubungan antara MUI dengan Pemerintah (Umara)
18.
Wawasan al-Quran tentang Perubahan Sosial
19.
Al-Basmah, Pengantar Tadabbur alQuran
196 | Mungkin Segalanya Mungkin
Nama Penerbitan dan Kegiatan Jurnal “Mimbar Agama dan Budaya”, Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat IAIN Jakarta, Nomor 26 Tahun XI, Tahun 1993/1994, h. 20-23. ISSN 0854-5138. Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta, Juni 1993. Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta, Juni 1993. Jurnal “Mimbar Agama dan Budaya”, Pusat Pennelitian dan Pengabdian pada Masyarakat IAIN Jakarta, Nomor 30 Tahun XIII, Tahun 1995/1996, h. 3 – 9. ISSN 0854-5138. Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 15 Januari 1995. Jurnal Penelitian Universitas Muhammadiyah Jakarta, dh. Informatika Akademika, No. 1, Th. I, Mei 1995, h. 6472, ISSN 0582-095X Dalam buku Masyarakat Utama: Konsepsi dan Strategi, Editor: M. Yunan Yusuf, Yusron Razak, Suwito, dan Sudarnoto Abdul Hakim, Perkasa bekerja sama dengan Lembaga Pengkajian dan Pengembangan PP Muhammadiyah, Cetakan 1, Juni 1995. Majalah Bulanan” Mimbar Ulama, Suara Majelis Ulama Indonesia”, No. 203, Tahun XIX, Juni 1995, h. 46-49, ISSN 9415-0125 Majalah Bulanan “Mimbar Ulama, Suara Majelis Ulama Indonesia”, No. 204, Tahun XX, Juli 1995, h. 18-30, ISSN 9415-0125 Majalah Bulanan “Mimbar Ulama, Suara Majelis Ulama Indonesia”, No. 206, Tahun XX, September 1995, h. 6-18. ISSN 9415-0125 Ditulis bersama Muhbib dan Ahmad Dardiri, Universitas Muhammadiyah Jakarta, September 1995.
Otobiografi Suwito No 20.
Judul Tulisan Konsep Pendidikan Akhlaq Menurut ibn Miskawaih
21.
Kuliah Bahasa Arab al-Sabīl 1- 4
22.
Kuliah Akhlaq
23. 24.
A Reflection on Nationalism in Turkey and Indonesia Al-Quran dan Pembangunan
25.
Meneladani Ketokohan Ibrahim
26.
Pendidikan yang Demokratis: Sebuah Refleksi Kritis
27.
Pedoman Penulisan Skripsi
28.
Pedoman Akademik Program Pascasarjana Tahun Akademik 2000/2001 IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Perubahan Sosial dalam Perspektif al-Quran
29.
Nama Penerbitan dan Kegiatan Disertasi untuk penyelesaian Program Doktor, Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Promotor Prof. Dr. Harun Nasution dan Prof. Dr. H. Mastuhu, M.Ed. Penguji: Prof. Dr. Zakiah Daradjat, Dr. H. Abdul Qader al-Habsyi, dan Dr. H. Hadjid Harnawidagda, M.Pd., November 1995. IKIP Muhammadiyah Jakarta Press, Ditulis bersama Muhbib Abdul Wahab, Ahmad Dardiri, dan MH. Nasrullah, Januari 1996. Ditulis bersama Ahmad Dardiri, M. Ma’rifat Iman KH, dan H. Rustan SA, IKIP Muhammadiyah Jakarta, September 1996. Dirasa, Jurnal Kajian Ilmiah, UMJ Press, 1/XI/1996. Majalah Bulanan “Mimbar Ulama, Suara Majelis Ulama Indonesia”, No. 209, Tahun XX, Januari 1996, h. 46 - 54, ISSN 9415 - 0125 Buletin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Humas IAIN Jakarta, No. 246, Tahun XX, April 1996, h. 11 – 15. ISSN 0216 020X Jurnal “Misykatul Anwar: Jurnal Pendidikan, Dakwah, dan Hukum Islam”, Fakultas Agama Islam UMJ, Vol. 6, No. 1, Maret 2000, h. 30-36, ISSN 0854-6460 Fakultas Agama Islam UMJ, Ditulis bersama Muhbib Abdul Wahab, Maret 2000 Direktur Dr. H. Agil Husin al-Munawar, M.A. Saya ketika itu sebagai Asisten Direktur II dan Asisten Direktur I adalah Dr. H.A. Wahib Mu’thi, September 2000. Jurnal “Jauhar: Jurnal Pemikiran Islam Kontekstual”. Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Vol. 1, No. 1, Desember 2000, h. 149-163, ISSN 1411-7789
Mungkin Segalanya Mungkin | 197
Kronologi Karya Tulis dan Kegiatan No 30.
Judul Tulisan Visi dan Orientasi Studi Mahasiswa Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta
31.
IAIN Menjadi UIN?
32.
Pendidikan Sejarah Dalam Perspektif Al-Quran
33.
Al’alāqah bain al-‘Ulamā’: Dirāsah Ta’sīliah Li al-Thaqāfah alIslāmīyah fī al-Ma’āhid alTaqlīdīyah fī Jawa Jaringan Intelektual Kiai Pesantren Di Jawa-Madura Abad XX
34.
35.
36.
37.
38.
Pokok-Pokok Pikiran Penyelenggaraan Mata Kuliah Program Pengabdian Masyarakat (PPM) Kuliah Kerja Nyata (KKN) Sebagai Mata Kuliah Dalam Perspektif Sejarah Kurikulum IAIN Jakarta Strategi dan Arah Pengembangan Mana-Jemen Akademik Dalam Pengembangan IAIN Menjadi UIN Peta dan Wacana Studi Islam: analisis Substansi dan Metodologi Tesis Peserta Program Pascasarjana
198 | Mungkin Segalanya Mungkin
Nama Penerbitan dan Kegiatan Penelitian Kolektif atas biaya Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta, 2000 Jurnal “Mimbar Agama dan Budaya”, Terakreditasi, No. 395/DIKTI/Kep/2003. Diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Vol. XVIII, No. 2, 2001, h. 155163, Ditulis bersama Suparto, ISSN 0854-5138 Jurnal “Ta’dib: Pemikiran dan Wawasan Keagamaan”, Terakreditasi No. 69/DIKTI/Kep/2000, diterbitkan oleh STAIN Prof. Dr. Mahmud Yunus Batusangkar, Vol. 6. N0.6 (Januari-Juni 2001), h. 19-27, ISSN: 1410-8208 Jurnal Studia Islamika, Ditulis bersama Muhbib, Terakreditasi, Vol. 8, Number 3, 2001, h. 185-205, ISSN: 0215-0492 Penulis Artikel dalam “Islam dan Hegemoni “, Khaeroni dkk (Ed), Diterbitkan oleh Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama, 2001, h. 129-139. Ditulis bersama Muhbib. Bahan diskusi pada rapat Pimpinan Fakultas dan LP2M dan Bagian terkait di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 16 Mei 2001. Bahan Diskusi pada acara Rapat Senat Terbatas IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tanggal 23 Mei 2001. Bahan Diskusi pada Acara Workshop Administrasi Akademik IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tanggal 5-6 Desember 2001
Penelitian bersama Muhbib Abdul Wahab atas biaya dari Lembaga Penelitian IAIN Syarif Hidayatullah
Otobiografi Suwito No
Judul Tulisan IAIN Jakarta 1991-2000. Pengembangan Program Studi dan Kurikulum Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah
39.
Perkuliahan Lintas di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
40.
Perencanaan Program dan Anggaran Bidang Akademik IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2003
41.
Komputerisasi Terpadu IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
42.
Menuju Institusi Pendidikan Yang Berkualitas
43.
Tanah Cikuya Tangerang: Gagasan Peman-Faatan
44.
Perubahan Nama Fakultas Dakwah dan Pendirian Fakultas Ekonomi dan Sains dan Terknologi Pesantren Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
45.
46.
Tindak Lanjut Adanya Perubahan Status IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi UIN Syarif
Nama Penerbitan dan Kegiatan
Jakarta, 2001. Bahan Keynote Speaker pada acara Semiloka Pengembangan Program Studi dan Kurikulum Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 28 Februari 2002. Bahan diskusi pada pertemuan koordinasi dengan Para Pembantu Dekan I dan II, para Ketua dan Sekretaris Jurusan/Program Studi, para Kepala Kabag dan Lembaga atau Pusat di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tanggal 5 Maret 2002. Bahan diskusi pada acara Workshop Perencanaan Program dan Anggaran IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2003, 26-27 April 2002 di Tugu Jawa Barat Bahan diskusi pada acara pertemuan dengan para ahli komputer dalam rangka penyusunan Pedoman Komputerisasi Terpadu IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2 Mei 2002 Bahan Diskusi pada acara Rapat Kerja Madrasah Pembangunan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Hotel Griya Astoeti Cisarua Bogor, 11-13 Mei 2002. Ditulis sebagai Bahan Diskusi setelah penulis mengadakan kunjungan ke Cikuya bersama rombongan pada Sabtu, 18 Mei 2002. Bahan Rapat Senat Institut tanggal 20 Mei 2002 Bahan diskusi pemanfaatan bangunan asrama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas bantuan Pemda DKI Jakarta, 27 Mei 2002. Bahan Rapat Senat UIN 30 Mei 2002
Mungkin Segalanya Mungkin | 199
Kronologi Karya Tulis dan Kegiatan No 47.
Judul Tulisan Hidayatullah Jakarta Revisi Kurikulum Dalam Rangka Perubahan Status Menjadi UIN
48.
Gambaran Umum Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia
49.
Penyusunan Kurikulum dan Silabus Serta Satuan Acara Perkuliahan (SAP) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Penyusunan Soal Ujian Tulis Pada Penerimaan Calon Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun Akademik 2002/2003 Perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Penambahan Nama pada Fakultas Keagamaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jkt Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta (Masa Depan yang Didambakan)
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Peran Sebelum dan Setelah Menjadi Universitas Islam Negeri Pokok-Pokok Pikiran Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pembenahan Administrasi dan Manajemen Menuju Universitas yang Prestisius
200 | Mungkin Segalanya Mungkin
Nama Penerbitan dan Kegiatan Bahan Diskusi dalam rangka menghadapi revisi kurilulum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 31 Mei 2002 Informasi Umum yang disampaikan dalam rangka menyambut kehadiran Timbalan Perdana Menteri Malaysia YAB. Abdullah bin Haji Ahmad Badawi di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 4 Juni 2002. Bahan Diskusi dalam Pertemuan para Pimpinan Fakultas/Jurusan/Program Studi rangka revisi kurikulum 2002, tanggal 7 Juni 2002. Bahan Diskusi pada acara pertemuan dengan para dosen penyusun soal ujian tulis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 18 Juni 2002. Bahan yang disampaikan pada acara Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI tanggal 19 Juni 2002 Bahan Rapat Senat tanggal 22 Juni 2002
Bahan Diskusi pada acara Bedah Kampus yang diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Ciputat, tanggal 22 Juni 2002. Bahan Diskusi pada acara Penyambutan Tamu dari Kedah Malaysia, 8 Juli 2002 Bahan Diskusi pada Pelatihan dan Orientasi Substantif Tugas Pokok dan Pekerjaan bagi CPNS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 12-15 Agustus 2002. Bahan Diskusi pada Rapat dengan Pimpinan Fakultas dan Jurusan/Program Studi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 29
Otobiografi Suwito No
Judul Tulisan
57.
Perpustakaan Yang Didambakan
58.
Mekanisme dan Tata Kerja dalam Bidang Administrasi Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
59.
Penggunaan dan Pengelolaan Dana ZIS POM
60.
Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester pada Administrasi Akademik di Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Upaya Integrasi Ilmu-ilmu Qur’aniyah dan Ilmu-ilmu Kauniyah
61.
62.
Urgensi Penelitian Agama dan Pengabdian pada Masyarakat dalam Pembangunan Otonomi Daerah
63.
Penerimaan Calon Mahasiswa Tahun Akademik 2003/2004 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Kebijakan Akreditasi Program Studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
64.
65.
66.
Proposal Menjadi Anggota Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) Perguruan Tinggi Negeri Syari’ah dalam Perspektif Sejarah
Nama Penerbitan dan Kegiatan Agustus 2002 Bahan diskusi pada acara Pelatihan Manajemen Perpustakaan di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2-5 September 2002 Bahan Diskusi pada Pertemuan Koordinasi dengan Pimpinan Fakultas dan Jurusan/Program Studi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 5 September 2002. Bahan Diskusi pada Pertemuan dengan Pimpinan Fakultas, Jurusan/Program Studi, Lembaga Kemahasiswaan dan Pengurus POM tanggal 10 September 2002. Bahan Diskusi pada acara Seminar tentang Peningkatan Administrasi Akademik Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 20 September 2002 Bahan Diskusi pada acara Seminar Serantau Pengajian Tinggi Islam di Nusantara: Cabaran dan Arah Masa Depan, 22-23 September 2002 di Yala Islamic College Thailand. Bahan Diskusi pada Seminar Nasional dan Lokakarya Pusat Jaringan Penelitian dan Pusat Pengabdian pada Masyarakat IAIN/STAIN di STAIN Pontianak, 26 September 2002. Bahan Diskusi pada Rapat Panitia Pengarah Penerimaan Mahasiswa Baru Tahun Akademik 2003/2004 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 8 Oktober 2002. Bahan Diskusi pada Pertemuan dengan Para Pimpinan Fakultas, para Ketua dan Sekretaris Jurusan/Program Studi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 15 Oktober 2002. Disampaikan kepada pimpinan Paguyuban SPMB, 2002 Bahan Diskusi pada Seminar Nasional
Mungkin Segalanya Mungkin | 201
Kronologi Karya Tulis dan Kegiatan No
Judul Tulisan Pendidikan Tinggi Agama Islam
67.
Kurikulum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Arah dan Kebijakan
68.
Hakekat Pembauran Bangsa dalam Masyarakat Pluralistik di DKI Jakarta
69.
Evaluasi Kurikulum Nasional Program Sarjana (S-1) IAIN/STAIN
70.
Pengembangan Fakultas dan Jurusan/Program Studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Hingga Lima Tahun ke Depan Pembidangan Ilmu Agama Islam dan Kaitannya dengan Pengembangan PTAI
71.
72.
Pembukaan Program Studi Kedokteran
73.
Bidang Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2002 dan Rencana Tahun 2003
74.
Kebijakan Akademik Tahun 2003/2004 UIN Jakarta.
202 | Mungkin Segalanya Mungkin
Nama Penerbitan dan Kegiatan tentang Pemetaan Ilmu-ilmu Syari’ah: Mencari Akar Filosofis Ilmu-ilmu Syari’ah, diselenggarakan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 25 Oktober 2002. Bahan Diskusi pada acara Seminar Nasional tentang Pengembangan Kurikulum Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang diselenggarakan oleh Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 28-29 Oktober 2002 di Wisma Tugu Bogor Bahan diskusi pada Seminar tentang Pluralisme dan Pembauran Bangsa yang diselenggarakan oleh Kopertais Wilayah I DKI Jakarta, 31 Oktober 2002 Bahan diskusi pada rapat kerja Rektor UIN/IAIN dan Ketua STAIN seluruh Indonrsia, 2-4 November2002 di Jakarta. Bahan Diskusi pada Pertemuan Pimpinan Universitas dan Fakultas serta Program UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 8 November 2002 Bahan diskusi pada Pertemuan Konsorsium Ilmu Agama Islam yang diselenggarakan oleh Dirjen Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, 20 November 2002 di Hotel Setriabudi Jakarta. Bahan Diskusi pada Pertemuan Rencana Pembukaan Fakultas Ilmu Kesehatan dan Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 26 November 2002. Bahan Diskusi pada acara Evaluasi Pelaksanaan Tugas dan Penggunaan Anggaran Tahun 2002 dan Rencana Program dan Anggaran Tahun 2003, tanggal 23-24 Desember 2002 Bahan Rapat Senat 30 Desember 2002
Otobiografi Suwito No 75.
76.
Judul Tulisan Proposal Pembukaan Fakultas Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Proses Perubahan IAIN Menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:
77.
Korelasi Antara Gaji dan Penempatan Kerja Dengan Kinerja Pegawai UIN Jakarta
78.
Upaya Integrasi Ilmu-Ilmu Qur’aniyah dan Ilmu-Ilmu Kauniyah
79.
Pendidikan Yang Memberdayakan
80.
Peningkatan Kualitas SDM Melalui Lembaga Pendidikan: Upaya Mempercepat Perubahan
81.
Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan
82.
Pedoman Tenaga Akademik Perguruan Tinggi Agama Islam dan PTA Pada PTU
83.
Bahan Diskusi pada Sidang Komisi Bidang Akademik
Nama Penerbitan dan Kegiatan 2002
Kompilator Utama Buku dengan Prof. Abuddin Nata, Diedit oleh Kusmana dan Yudhi Munadi, Diterbitkan oleh UIN Jakarta Press, Oktober 2002, 218 halaman, ISBN: 979-95829-4-1 Ketua Penelitian Kolektif bersama Muhbib Abdul Wahab dan Widji Cahyono, diterbitkan oleh Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002/2003, 71 halaman Penulis dan Penyaji Seminar Regional, 22-23 September 2002, diterbitkan oleh Kolej Islam Yala Selatan Thailand, h. 91100 Pidato Pengukuhan Guru Besar 3 Januari 2002 di hadapan Senat IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 43 halaman Jurnal “Mimbar Agama dan Budaya”, Terakreditasi, No. 395/DIKTI/Kep/2003. Diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Vol. XX, No. 1, 2003, hlm. 3240, ISSN 0854-5138 Editor Buku, Diterbitkan oleh Penerbit Angkasa Bandung, Oktober 2003, 485 halaman, ISBN: 979-665-405-9 Ketua Penyusun Buku, Diterbitkan Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003, 289 halaman. Pada Acara Rakerpim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Wisma Tugu, 2425 Januari 2003
Mungkin Segalanya Mungkin | 203
Kronologi Karya Tulis dan Kegiatan No 84.
Judul Tulisan Kebijakan tentang Dosen Program Studi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
85.
Muatan Agama pada Kurikulum Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
86.
Pokok-Pokok Program Pengembangan Kelembagaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Hingga Tiga Periode Kepemimpinan Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Kaitannya dengan Penyelenggaraan Administrasi Akademik Sistem Kredit Semester
87.
88.
Kebijakan Penyusunan Kurikulum Berbasis Kompetensi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
89.
Mempersiapkan Kelahiran Universitas Islam Negeri Sebagai Universitas Riset
90.
Peningkatan Kualitas SDM Melalui Lembaga Pendidikan: Upaya Mempercepat Perubahan
91.
Pengembangan Kelembagaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sepuluh Tahun Ke Depan
92.
Pembukaan, Reposisi dan Akreditasi
204 | Mungkin Segalanya Mungkin
Nama Penerbitan dan Kegiatan Bahan Diskusi pada pertemuan koordinasi dengan para Pembantu Dekan Bidang Akademik dan Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum serta Wakil Dekan Fakultas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 23 Januari 2003 Bahan Diskusi pada acara Working Session Kesejahteraan Sosial Tahap II yang diselenggarakan oleh Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Wisma Tugu Bogor, 28 Januari 2003 Bahan Diskusi pada Acara Rapat Kerja Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1-2 April 2003 di Hotel Treva Menteng Jakarta Bahan Diskusi pada acara Pembahasan Pendahuluan Rancangan Kurikulum Berbasis Kompetensi PTAI yang dielenggarakan oleh Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI tanggal 10-12 April 2003 di Hotel Setiabudi Jakarta Bahan Diskusi pada Workshop KBK Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 17 April 2003) (Bahan Diskusi pada acara Seminar Go to Research and Market University yang diselenggarakan oleh Program Studi Informasi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 23 April 2003) Bahan Diskusi pada Seminar Pendidikan Nasional yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas Ekonomi Universitas Islam Jakarta, 1 Mei 2003 Bahan Diskusi pada Workshop Kepemimpinan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 11-14 Mei 2003 di YPI Ciawi Bogor) Bahan diskusi pada acara Think Tank
Otobiografi Suwito No
Judul Tulisan Program Studi
93.
Peluang kerja sama dengan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
94.
Sinergi Pustakawan dan Sivitas Akademika dalam Meningkatkan Kualitas Perguruan Tinggi
95.
Membangun Kemitraan Universitas dengan Madrasah dalam Upaya Memperbaiki Mutu Pendidikan
96.
Mengurai Benang Kusut Pendidikan Nasional di Indonesia: Tinjauan terhadap Pembagian Kerja dan Tanggung Jawab
97.
Diseminasi Hak Asasi Manusia pada Perguruan Tinggi Agama Islam
98.
Pengawasan Fungsional terhadap UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Saran Perbaikan Pelaksanaannya
99.
Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan
Nama Penerbitan dan Kegiatan Forum IAIN Indonesia Social Equity Project/IISEP kerja sama Departemen Agama – McGill University, 20-22 Mei 2003 di Hotel Gren Alia Cikini Jakarta Materi yang dibuat tanggal 08 Mei 2003 Bahan Diskusi pada Seminar Ilmiah Nasional yang diselenggarakan Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia, 17 September 2003 di Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia Bahan Diskusi pada acara In Service Training for Staff and Program Development Jurusan MIPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kerja sama dengan McGill Project, 29 September 2003 di Wisma Danamon Bogor Bahan Diskusi pada acara Bedah Buku “Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia dalam Abad 21”, karya Prof. Dr. Mastuhu, diselenggarakan oleh Pengurus Komisariat Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan HMI Cabang Ciputat, 9 Oktober 2003 Bahan Diskusi pada Workshop Diseminari Hak Asasi Manusia pada Perguruan Tinggi UIN/IAIN/STAIN se Indonesia, diselenggarakan oleh Pusat Studi Hukum dan Hak Asasi Manusia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 9 Oktober 2003 Bahan Diskusi pada Lokakarya Studi Kebijakan Pengawasan Pendidikan Tinggi yang diselenggarakan oleh Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional, 13-16 Oktober 2003 di Hotel Mega Anggrek Jakarta Buku diedit bersama Fauzan, Penerbit Angkasa Bandung, Cetakan 1, Oktober 2003. Mungkin Segalanya Mungkin | 205
Kronologi Karya Tulis dan Kegiatan No 100.
Judul Tulisan Tinjauan terhadap Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Dasar dan Menengah
101.
Fakultas Tarbiyah Sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) Pengadaan Guru Mata Pelajaran Agama dan Umum di Madrasah dan Guru Agama di Sekolah Umum
102.
Nusūs Māddat al-Tarjamah min al‘Arabiyah ila al-Indonesiah
103.
Filsafat Pendidikan Akhlak Ibn Miskawaih
104.
106.
Tingkat Validitas dan Reabilitas TOAFL pada Pusat Bahasa dan Budaya (PBB) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Perkembangan Pendidikan Islam di Nusantara: Studi Perkembangan Sejarah dari Abad 13 hingga Abad 20 M. Sejarah Sosial Pendidikan Islam
107.
Menuju World Class University
108.
Panduan Akademik Semester Genap 2006/2007 Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
105.
206 | Mungkin Segalanya Mungkin
Nama Penerbitan dan Kegiatan Bahan Diskusi pada Lokakarya Pemantapan Konsep Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Dasar dan Menengah yang diselenggarakan Direktorat jenderal Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, 18-20 November 2003 di Hotel Sofyan Betawi Jakarta Bahan Diskusi pada Pertemuan Sinkronisasi Kurikulum Pendidikan dan Pengajaran Agama pada Madrasah dengan UIN/IAIN/ STAIN yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, 26-28 Desember 2003 di Hotel Treva Jakarta Ditulis bersama Iding Rosyidin, Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Bahasa Arab, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004 Buku , diterbitkan oleh Penerbit Belukar Yogyakarta, Cetakan Pertama, Mei 2004, 199 halaman, ISBN : 979-3494-04-2 Sebagai Konsultan. Ketua Muhbib, Anggota Erta Mahyuddin dan Aceng Sholihin, 23 November 2004. Buku diedit bersama Fauzan, Penerbit Angkasa Bandung, Cetakan 1, Januari 2005. Buku diedit bersama Fauzan, Penerbit Prenada Media Jakarta, Cetakan 1, September 2005 Nota Jabatan Pembantu Rektor Pengembangan Lembaga UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 22 Desember 2006, UIN Jakarta Press. Direktur pada waktu ini adalah Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A., Deputi Akademik dan Kerja sama Dr. Fuad Jabali, Deputi Administrasi dan Kemahasiswaaan Dr.
Otobiografi Suwito No
Judul Tulisan
109.
Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor Kajian Islam 2007/2008 Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
110.
Strategi Pengembangan dan Pemberdayaan Kampus Melalui Aset Nasional dan Internasional
111.
Paradigma Pendidikan Tinggi Islam di Indonesia
112.
Dana Pendidikan dan Profesionalisme Guru/Dosen
113.
Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor Kajian Islam 2009/2011 Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
114.
Pascasarjana dalam Perundangundangan di UIN Jakarta Berpikir Keras dalam Pendidikan Muhammadiyah
115.
116.
Marjinalisasi Program Studi Keagamaan di UIN Jakarta
117.
Perguruan Tinggi dan Penciptaan Lapangan Kerja Peningkatan Mutu PTAIS Kenaikan Pangkat/Jabatan
118. 119.
Nama Penerbitan dan Kegiatan Sri Mulyati, M.A., dan saya sebagai Deputi Bidang Pengembangan Lembaga, Februari 2007. Direktur pada waktu ini adalah Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A., Deputi Akademik dan Kerja sama Dr. Fuad Jabali, Deputi Administrasi dan Kemahasiswaaan Dr. Sri Mulyati, M.A., dan saya sebagai Deputi Bidang Pengembangan Lembaga, Mei 2007. Seminar Nasional ttg Pengembangan Lembaga Pendidikan Tinggi Islam Berwawasan Global, IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 19 November 2007 Diskusi pada Lokakarya Kurikulum Program Doktor Kependidikan Islam, Program Pascasarjana IAIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh, 17 Desember 2008 Seminar Nasional dalam angka Hardiknas ke 64, Lembaga Abdi Layanan Masyarakat Morokoa Petasia Morowali Sulawesi Tengah, 6 Mei 2009 Direktur pada waktu ini adalah Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A., Deputi Akademik dan Kerja sama Dr. Fuad Jabali, Deputi Administrasi dan Kemahasiswaaan Dr. Udjang Tholib, M.A., dan saya sebagai Deputi Bidang Pengembangan Lembaga, September 2009. Diskusi di beberapa Fakultas, UIN Jakarta, mulai 10 Januari 2010 Seminar Nasional Satu Abad Muhammadiyah, UHAMKA, 31 Januari 2010 Penelitian Kolektif atas biaya Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010 Bahan Orasi di STAIN Manado, 28 Februari 2011 Kementerian Agama RI, 11 Maret 2011 Diskui pada Acara Workshop Bimbingan Mungkin Segalanya Mungkin | 207
Kronologi Karya Tulis dan Kegiatan No
120. 121. 122.
123.
124.
Judul Tulisan Fungsional Dosen: Kendala, Masalah, dan Solusi
Peninjauan Kurikulum di STAIN Kendari Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor Pengkajian Islam 2011/2015 Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Persyaratan Utama dan Penilaian Angka Kredit Dosen ke Lektor Kepala dan Guru Besar Knowledge, Piety, Integrity: Wacana dan Implementasi
125.
Penyelenggaraan Program Beasiswa Studi PTAI
126.
Pendirian Perguruan Tinggi (Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, dan Universitas)
127.
Kenaikan Jabatan Fungsional Dosen dari Lektor Kepala ke Guru Besar
128.
Melawan Kejumudan dalam Pendidikan Evaluasi Pembelajaran yang Memberdayakan
129.
130.
Kenaikan Jabatan Fungsional Dosen dari Lektor Kepala ke Guru Besar
131.
Kenaikan Jabatan Fungsional Dosen
208 | Mungkin Segalanya Mungkin
Nama Penerbitan dan Kegiatan Penilaian Angka Kredit Dosen PTAI Regional I, Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 31 Maret 2011 di Batam dan 4 Mei 2011 di Makassar STAIN Kendari, 6 Agustus 2011 Program Pascasarjana STAIN Ternate, 3 April 2011 Direktur pada waktu ini adalah Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A., Deputi Akademik dan Kerja sama Prof. Dr. Suwito, M.A., Deputi Administrasi dan Kemahasiswaaan Dr. Yusuf Rahman, M.A., dan Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Prof. Dr. Amany Lubis, M.A., September 2011. Diskusi pada Acara Penilaian Angka Kredit Dosen, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 24 November 2011 Penelitian Kolektif atas biaya Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011 Diskusi Nasional Pimpinan Pascasarjana dan PTAI, Ditjen Pendidikan Islam Kemenag RI, 26 Juli 2012 di Puncak Bogor Diskusi Nasional dengan para Pimpinan IAIN , Ditjen Pendidikan Islam Kemenag RI, 08 Agustus 2012 di Hotel Kawanua Cempaka Putih Jakarta Pusat Seminar pada Acara Sosialisasi Teknis Jabatan Fungsional Dosen, STAIN Lhokseumawe, 17 September 2012 Seminar, Program Pascasarjana IAIN ArRaniry Banda Aceh, 22 Oktober 2012 Workshop, Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan IAIN Serang Banten, 23 Oktober 2012 Seminar pada Acara Sosialisasi Teknis Jabatan Fungsional Dosen, STAIN Tulung Agung, 24 November 2012 Seminar pada Acara Sosialisasi Teknis
Otobiografi Suwito No
Judul Tulisan
132.
Penilaian Karya Ilmiah Dosen untuk Kenaikan Pangkat ke Lektor Kepala dan Guru Besar Penilaian Karya Ilmiah Dosen untuk Kenaikan Pangkat ke Lektor Kepala dan Guru Besar Pengisian Instrumen Akreditasi
133.
134. 135.
Mengkaji Islam Secara Komprehensif
136.
Pengisian Instrumen Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi Penilaian Karya Ilmiah Dosen untuk Kenaikan Pangkat ke Lektor Kepala dan Guru Besar Evaluasi Diri Program Studi Magister Pengkajian Islam Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Borang Unit Pengelola Program Studi Magister dan Doktor Pengkajian Islam Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Borang Program Studi Magister Pengkajian Islam Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta UIN Pangeran Antasari dalam Konstelasi PTN dan PTS di Indonesia: Konsep Substantif Menuju UIN Penjaminan Mutu Akademik: Pengalaman Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Eksistensi (UIN) Perguruan Tinggi terhadap Pemerintah Daerah dan Pusat Kualifikasi Lulusan yang Diinginkan
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
Nama Penerbitan dan Kegiatan Jabatan Fungsional Dosen, STAIN Ponorogo 23 Desember 2012 Seminar para Dosen, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 27 Desember 2012 Seminar para Dosen, IAIN Antasari Banjarmasin, 7 Januari 2013 Pelatihan, IAIN Antasari Banjarmasin, 7 Januari 2013 Diskusi dosen dan mahasiswa, Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hiayatullah Jakarta, 14 Maret 2013 Pelatihan, Universitas Batanghari Jambi, 16 Maret 2013 Seminar para Dosen, Universitas Batanghari Jambi, 16 Maret 2013 Bahan Akreditasi Program Studi Magister Pengkajian Islam Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Juni 2013. Bahan Akreditasi Program Studi Magister Pengkajian Islam Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Juni 2013. Bahan Akreditasi Program Studi Magister Pengkajian Islam Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Juni 2013. Diskusi Intensif Terbatas , IAIN Antasari Banjarmasin, 28 Desember 2013
Sarasehan, Program Pascasarjana IAIN Antasari Banjarmasin, 28 Desember 2013 Workshop Penyusunan Renstra, IAIN Raden Fatah Palembang, 27-30 Desember 2013 Workshop Penyusunan Kurikulum, IAIN Mungkin Segalanya Mungkin | 209
Kronologi Karya Tulis dan Kegiatan No
145. 146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
153.
154.
155. 156.
Judul Tulisan Berdasarkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) Transformasi IAIN Menjadi UIN Mataram Penelitian di Program Pascasarjana IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Gaya Selingkung dan Format Berkala Ilmiah Jabatan Fungsional dan Penilaian Angka Kredit Dosen dengan judul makalah “Kenaikan Jabatan Fungsional Dosen” Pengisian Borang Akreditasi Institusi dengan judul makalah “Pengisian Borang Akreditasi” Pengembangan Program Studi di IAIN Raden Fatah Palembang dengan judul makalah “Mekanisme, Prosedur, dan Strategi Pembukaan Program Studi” Manajemen Pengelolaan Terbitan Berkala Ilmiah dengan judul makalah “Gaya Selingkung dan Format Berkala Ilmiah” Jabatan Fungsional dan Penilaian Angka Kredit Dosen dengan judul makalah “Kenaikan Jabatan Fungsional Dosen” Pendirian Perguruan Tinggi (Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, dan Universitas) Pengisian Borang Akreditasi Institusi dengan judul makalah “Pengisian Borang Akreditasi” Manajemen Pengelolaan Terbitan Berkala Ilmiah Jabatan Fungsional dan Penilaian Angka Kredit Dosen dengan judul makalah “Kenaikan Jabatan Fungsional Dosen”
210 | Mungkin Segalanya Mungkin
Nama Penerbitan dan Kegiatan Mataram, 18 Desember 2013 Diskusi Terbatas, IAIN Mataram, 18 Desember 2013 Workshop, Program Pascasarjana IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 18 November 2013 Lokakarya Manajemen Pengelolaan Terbitan Berkala Ilmiah, STAIN Purwokerto, 16-17 November 2013 Workshop, STAIN Purwokerto, 16-17 November 2013
Workshop, STAIN Purwokerto, 16-17 November 2013 Workshop, IAIN Raden Fatah Palembang, 11-13 November 2013
Lokakarya, STAIN Palopo, 17-18 Oktober 2013
Workshop, STAIN Palopo, 17-18 Oktober 2013
Workshop, STAIN Palopo, 17-18 Oktober 2013 Workshop, STAIN Palopo, 17-18 Oktober 2013 Lokakarya, IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 26 September 2013 Workshop, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 18 September 2013
Otobiografi Suwito No 157.
158. 159.
160.
161.
162. 163.
164. 165. 166. 167.
168.
169. 170.
171.
Judul Tulisan Jabatan Fungsional dan Penilaian Angka Kredit Dosen dengan judul makalah “Kenaikan Jabatan Fungsional Dosen” Penyelenggaraan Beasiswa Diktis Metode Pembelajaran Melalui Student Centered Learning (SCL) pada Program Magister Manajemen Pendidikan Islam Jabatan Fungsional dan Penilaian Angka Kredit Dosendengan judul makalah “Kenaikan Jabatan Fungsional Dosen” Kebijakan Pemerintah di Bidang Pendidikan Islam: Studi tentang Perubahan Status IAIN Menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penilaian Angka Kredit Dosen Akreditasi Program Studi dan Institusi, Penilaian Angka Kredit Dosen dan Pengelolaan Jurnal Ilmiah Integrasi Program Studi Pascasarjana ke Fakultas Pengisian Borang Akreditasi Institusi Visitasi Akreditasi Institusi Alih Status Institut Agama Islam Negeri menjadi Universitas Islam Negeri Pembinaan Akademik bagi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta Penilaian Pembukaan S-3 Diktis Kementerian Agama RI Alih Status Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri menjadi Institut Agama Kristen Negeri Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi
Nama Penerbitan dan Kegiatan Workshop, STAIN Pekalongan, 12 September 2013
Diskusi, Direktorat Diktis Kementerian Agama RI, 20-21 Juli 2013 Diskusi pada Acara Review Silabus Mata Kuliah di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) al-Hikmah Jakarta, 2 April 2013. Workshop, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 22 April 2013 Penelitian Individual atas biaya Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013 Workshop, Dikti Kemendikbud RI, 22-23 Januari 2014 Workshop, Universitas Bina Darma Palembang, 25 Januari 2014 Focus Group Discussion, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 21 Maret 2014 Workshop, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 11 April 2014 Visitasi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 22-24 April 2014 Penilai, Hotel Sofyan Betawi, 27-28 April 2014 Workshop, Hotel Salak Bogor, 9 Mei 2014 Penilai, Hotel Sahira Bogor, 15 Mei 2014 Penilai, Kantor Kementerian Agama RI, 19 Mei 2014 Narasumber, FITK UIN Jakarta di Syahida Inn, 20 Mei 2014 Mungkin Segalanya Mungkin | 211
Kronologi Karya Tulis dan Kegiatan No 172.
173.
Judul Tulisan Penilaian Karya Ilmiah Dosen, Kuliah Umum tentang Pendidikan dan Review Borang Akreditasi Institusi Review Borang Institusi
174.
Penilaian Angka Kredit Dosen
175.
Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi
176.
Review Borang Institusi
177.
Review Borang Institusi
178.
Penilaian Beban Kerja Dosen (BKD) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Penilaian Presentasi Pembukaan Program Studi pada Pascasarjana PTAI Penilaian Angka Kredit Dosen
179.
180. 181. 182. 183. 184. 185.
186.
187.
Integrasi Transdisiplin dalam Kurikulum Transformasi IAIN menjadi UIN Ambon Pengembangan Renstra IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Penilaian Angka Kredit Dosen STAIN Salatiga Evaluasi Diri Program Studi Doktor Pengkajian Islam, Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Borang Unit Pengelola Program Studi Magister dan Doktor Pengkajian Islam, Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Borang Program Studi Doktor Pengkajian Islam, Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
212 | Mungkin Segalanya Mungkin
Nama Penerbitan dan Kegiatan Narasumber, STAIN Jember, 6 Juni 2014
Narasumber , IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 20 Juni 2014 Penilai, Dikti Kemendikbud, 2 kali sebulan, 2014 Asesor, STAI Syarifuddin Lumajang, 2627 Juni 2014 dan 17-20 Juli 2014 Narasumber, President University, 4 Juli 2014 Fasilitator, STAIN Kendari, 8-10 Agustus 2014 Anggota Tim Penilai, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 22-26 September 2014 Reviewer (Penilai), Hotel Sahira Butik, Bogor, 30 September – 2 Oktober 2014 Penilai, Dikti Kemendikbud, 22-24 Oktober 2014 Narasumber , UIN Sumatera Utara Medan, 25 November 2014 Narasumber, IAIN Ambon 2014 Narasumber, Villa Wanda Galuh Serang, 7 November 2014 Narasumber, STAIN Salatiga, 6 Desember 2014 Borang Bahan Akreditasi Program Studi Doktor Pengkajian Islam, Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Desember 2014 Borang Bahan Akreditasi Program Studi Doktor Pengkajian Islam, Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Desember 2014 Borang Bahan Akreditasi Program Studi Doktor Pengkajian Islam, Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Otobiografi Suwito No
Judul Tulisan Hidayatullah Jakarta Disertasi Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Tahun 2007-2014 Workshop Proposal Transformasi IAIN menjadi UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Sekolah Pascasarjana 2007-2015 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pengembangan Akademik Program Magister Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Transformasi IAIN menjadi UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten
Nama Penerbitan dan Kegiatan Jakarta, Desember 2014 Penelitian Individual atas biaya Sekolah Pascasarjana, 2014 Narasumber, IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 31 Januari 2015 - 1 Februari 2015 Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 7 Maret 2015 Narasumber, Wisma I Universitas Terbuka, Pondok Cabe Tangerang Selatan, 23 April 2015 Narasumber, IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 13 Mei 2015
Pengembangan Kurikulum Program Doktor Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang Usulan Perubahan Bentuk dari IAIN Ambon menjadi UIN Imam Rijali Ambon Penyusunan Instrumen Pembukaan Program Studi Baru untuk Diploma, Sarjana, Magister dan Doktor Penyusunan Peraturan tentang Akreditasi Penilai Angka Kredit Dosen Jabatan Fungsional Lektor Kepala dan Guru Besar
Narasumber, Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 20 Mei 2015
Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT) dan Program Studi Sosialisasi Penghitungan Angka Kredit Dosen UIN di Syarif Hidayatullah Jakarta Penguji Disertasi Eksternal di Universiti Malaya
Asesor, Badan akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, 2015 Narasumber, 28 Agustus 2015 di Aula Gedung Kopertais Wilayah I
201.
Penilai Sertifikasi Dosen
Penilai, Bimas Kristen Kemenag RI, 2015
202.
Workshop Peningkatan Karir Dosen
203.
Transformasi Konsentrasi menjadi
Narasumber, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 8 Oktober 2015 Tim Penilai, Diktis Kemenag RI, 14
188. 189.
190. 191.
192.
193.
194.
195.
196. 197.
198. 199.
200.
Anggota Tim Penilai, Ruang Sidang Lantai 7 Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 10 Agustus 2015 Anggota Tim Perumus, Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, 2015 Anggota Tim Perumus, Badan akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. 2015 Anggota Tim Penilai, Kementerian Ristek dan Dikti, 2015.
Penguji Eksternal Disertasi, Universiti Malaya, Juli - Agustus 2015
Mungkin Segalanya Mungkin | 213
Kronologi Karya Tulis dan Kegiatan No
Judul Tulisan Program Studi Magister di UIN AlRaniry Banda Aceh
Nama Penerbitan dan Kegiatan September 2015
Secara khusus berikut ini adalah daftar penelitian yang saya lakukan secara individual maupun kolektif yang sebetulnya sudah ada dalam daftar sebelumnya: No. 1.
2.
Judul Penelitian Pengaruh Kemampuan Berbahasa Arab terhadap Kemampuan Memahami Mata Pelajaran QuranHadits Siswa Kelas III MTsN Kota Madya Malang Jawa-Timur Visi dan Orientasi Studi Mahasiswa Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta
3.
Jaringan Intelektual Kiai Pesantren di JawaMadura Abad XX
4.
Peta dan Wacana Studi Islam: analisis Substansi dan Metodologi Tesis Peserta Program
214 | Mungkin Segalanya Mungkin
Status Penelitian Individual
Keterangan Biaya diperoleh dari Proyek Penelitian Keagamaan Badan Litbang Agama Departemen Agama RI, 1994
Ketua Tim Peneliti dengan Anggota Mun’im A. Sirry, LLM, Herwina Bahar, S.Ag, dan Dra. Oneng Nurul Bariyah, M.Ag. Ketua Tim Peneliti dengan Anggota Drs. Muhbib, M.Ag
Biaya diperoleh dari Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta, 2000
Ketua Tim Peneliti dengan Anggota Drs.
Biaya diperoleh dari Proyek Pengembangan Penelitian pada Perguruan Tinggi Agama Islam Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, 2000 Biaya diperoleh dari Lembaga Penelitian IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2001.
Otobiografi Suwito
No.
Judul Penelitian Pascasarjana IAIN Jakarta 1991-2000.
5.
Korelasi Antara Gaji dan Penempatan Kerja Dengan Kinerja Pegawai UIN Jakarta
6.
Marjinalisasi Program Studi Keagamaan di UIN Jakarta Knowledge, Piety, Integrity: Wacana dan Implementasi Kebijakan Pemerintah di Bidang Pendidikan Islam: Studi tentang Perubahan Status IAIN Menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Disertasi Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Tahun 2007-2014
7.
8.
9.
Status Muhbib, M.Ag, Drs. Ahmad DardiriM.A., dan Drs. Suali Fuad Penelitian kolektif bersama Muhbib dan Widji Cahyono Ketua Tim Peneliti Anggota Tim Peneliti Penelitian Individual
Penelitian Individual
Keterangan
Biaya diperoleh dari Lembaga Penelitian IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002.
Biaya diperoleh dari Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Biaya diperoleh dari Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Biaya diperoleh dari Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Biaya diperoleh dari Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Mungkin Segalanya Mungkin | 215
Kronologi Karya Tulis dan Kegiatan
Pengunjung pada acara Pengukuhan Guru Besar 03 Januari 2002 216 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
BAGIAN XII KRONOLOGI RIWAYAT HIDUP Berikut ini adalah daftar riwayat hidup saya yang disusun secara kronologis. Koloh paling kiri (kolom 1) adalah menunjukkan umur saya yang penghitungan sangat sederhana yaitu dengan cara menghitung tahun kejadian/peristiwa suatu tahun dikurangi dengan tahun lahir. Contoh: Perolehan Guru Besar (Profesor) tahun 2001-1956 = 45. Angka 45 ini artinya jabatan Profesor saya peroleh ketika saya berusia 45 tahun, dan seterusnya. Selain tentang diri saya, dalam penulisan kronologi ini saya sertakan juga peristiwa/kejadian lain untuk memberikan perspektif yang lebih luas. Semoga ada manfaat yang diperoleh dari model penulisan yang demikian, terutama bagi saya sendiri, untuk melakukan introspeksi. Umur
Tanggal/Tahun
1
7 Maret 1956
6 8
1962 s.d. 1964 1964 s.d. 1967
8
12 Maret 1967
Peristiwa/Kegiatan Suwito Lahir di Sukolilo Pati Jawa-Tengah dari ayah Rakiyo (Suto Dikromo Rakiyo) dan ibu Rasemi. Presiden Republik Indonesia (RI) pada tahun 1956 adalah Ir. Soekarno dari Partai Nasional Indonesia (PNI). Sekolah di Taman Kanak-kanak Sukolilo Sekolah di SDN Sukolilo Pati sampai dengan kelas IV. Guru Sekolah dan Kepala Sekolah tersebut adalah Pak Manab. Pejabat Presiden RI pada masa ini adalah Soeharto dari Golongan Karya (Golkar) menggantikan Ir. Soekarno. Soeharto menjabat sebagai Presiden RI sampai dengan 21 Mei 1998. Para Wakil Presiden pada masa Presiden Soeharto adalah sebagai berikut: Dari 24 Maret 1973 s.d. 23 Maret 1978: Hamengkubuwana IX. Dari 24 Maret 1978 s.d. 11 Maret 1983: Adam Malik Dari 11 Maret 1983 s.d. 11 Maret 1988: Umar Wirahadikusumah Dari 11 Maret 1988 s.d. 11 Maret 1993: Sudharmono Dari 11 Maret 1993 s.d. 10 Maret 1998: Tri Sutrisno Mungkin Segalanya Mungkin | 217
Kronologi Riwayat Hidup
Umur
Tanggal/Tahun
8
November 1967
9
1968 s.d. 1969
13 16
30 Desember 1969 1972 s.d. 1975
17
1973 s.d. 1984
17
November 1973
18
1974 s.d. 1975
18
1974/1975
19
November 1975
19 20
25 Desember 1975 1976 s.d. 1979
22
1978
22
Agustus 1978
218 | Mungkin Segalanya Mungkin
Peristiwa/Kegiatan Dari 10 Maret 1998 s.d. 21 Mei 1998: Bacharuddin Jusuf Habibie. Berangkat ke Kudus dengan Pak Ali Mahmudi dan mukim Ramadhan 1387 H di Pondok Pesantren K. Arwani Kudus. Sekolah di SD ‘Aisyiyah II Kudus di kelas V dan VI. Tamat SD Aisyiyah II Kudus. Kepala Sekolah Sadjad Noor. Menjadi Sekretaris Umum dan menggantikan Moh. Tasrifin sebagai Ketua Umum Pelajar Islam Indonesia (PII) Daerah Kabupaten Kudus. Prof. Dr. Harun Nasution sebagai Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tamat PGAN 4 Tahun Kudus. Kepala Sekolah Musaleh HM. Menjadi Ketua Perhimpunan Pelajar Pati Selatan (P3S). Menjadi Kepala Madrasah Ibtidaiyah al-Azhariyah Krapyak Sumur Tulak Kudus. Tamat PGAN 6 Tahun Kudus. Kepala Sekolah ketika itu Musaleh HM. Berangkat ke Jakarta sendiri. Kuliah di Jurusan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Rektor IAIN Jakarta ketika itu Prof. Dr. Harun Nasution. Sambil kuliah Suwito aktif di organisasi kemahasiswaan yang bernama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Ciputat. Aktif di Balai Pendidikan Keterampilan Muhammadiyah (BPKM) Jakarta yang ada di Poncol Cireundeu Ciputat. Balai ini menyelenggarakan berbagai usaha dan kursus keterampilan. Keaktifan saya ini karena diminta Pak Hadjid Harnawidagda selaku Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majlis PKU yang memiliki amal usaha BPKM ini. Mukim Ramadhan 1398 H di Pondok Modern
Otobiografi Suwito
Umur
Tanggal/Tahun
23
27 Juni 1979
24
Juli 1980
24
1980
24
15 Desember 1980
25
1 Maret 1981
25
12 November 1981
26
22 Februari 1982
26
17 Agustus 1982
Peristiwa/Kegiatan Gontor Ponorogo Jawa Timur. Lulus Sarjana Muda IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dekan Drs. H. Muchsin Idham. Mukim Ramadhan 1400 H/Juli 1980 di Pondok Aang Haris Hariri, adik dosen saya (Pak Drs. Moh. Masyur), di pesantrennya yaitu di Koliberes Desa Talaga Cugenang Cianjur Jawa-Barat. Di pesantren ini saya sempat belajar buku Alfiah ibn Malik, Mantiq, Taqrib, dan Sharaf (Yaqulu). Membantu mengurus pendirian Yayasan Islam Sabilussalam berdasarkan tanah wakaf Marjuki bin Opang yang diberikan kepada Pak Drs. Moh. Mansyur (dosen saya). Menikah dengan Nilfa Yetty Tanjung, putri asal Sibolga Tapanuli Tengah Sumatera Utara. Tanggal pernikahan sebenarnya 7 Desember 1980 tetapi dalam buku Akta Nikah tertulis 15 Desember 1980. Saya dan Nyonya tinggal di kontrakan rumah pak Pedo Rempoa Ciputat setelah beberapa hari sebelumnya, ketika acara pernikahan, kami tinggal di rumah Pak Nasran Taib (keluarga Nyonya). Resepsi pernikahan diselenggarakan di Gedung Pravitasasi IAIN Jakarta. Kawan yang banyak membantu proses pernikahan ini adalah Syamsuddin dan Ahmad Dardiri. Nyonya (Nilfa Yetty Tanjung) menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Yayasan Islam Sabilussalam mendapatkan Akta Notaris No. 23 dari Notaris R. Soerojo Wongsowidjojo, SH tertanggal 12 November 1981. Anak I (Himmawaty Aliyah) lahir di rumah sakit Gaplek Pamulang Tangerang dengan bidan Rusmana dan mbah Rasemi. Tanggal lahir Himmawaty Aliyah bertepatan dengan 28 Rabi'ul Tsani 1402 H. Pindah tempat tinggal dari rumah kontrakan Pak Pedo di Rempoa ke rumah sendiri di Gang Bacang Kampung Utan Cempaka Putih Ciputat Rt 02/09 No. 81 berdampingan dengan TK Islam Sabilussalam. Mungkin Segalanya Mungkin | 219
Kronologi Riwayat Hidup
Umur
Tanggal/Tahun
26
September 1982
27
28 Januari 1983
27
Maret 1983
27
17 Maret 1983
27
1983-1986
27
1983 s.d. 1990
27
Mulai September 1983
28
1984 s.d. 1992
28
29 Juni 1984
28
1984 s.d. 1995
28
1984 s.d. 1995
220 | Mungkin Segalanya Mungkin
Peristiwa/Kegiatan Rumah baru ini berukuran 3 x 10 meter sangat sederhana dan penutup jendelanya adalah kawat sangkar burung. Lahannya masih ada, ditanami singkong dan lainnya untuk sayuran dan apotek hidup. Lahan ini diperoleh dari pembelian secara kredit dari Marjuki bin Opang yang ia juga mewakafkan tanah ke Yayasan Islam Sabilussalam. Pembukaan Program Magister Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Dekannya adalah Prof. Dr. Harun Nasution. Anak II (Amalia Nikmah) lahir di rumah dan ditolong dukun kampung yang bernama Mak Haji Siah dan bidan Sri Sugiarti. Tanggal lahir Amalia Nikmah bertepatan dengan 14 Rabi'ul Tsani 1403 H. Ayah saya (Suto Dikromo Rakiyo) meninggal dunia dalam usia 103 tahun. Lulus Sarjana Lengkap IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dekan Drs. H. Muchsin Idham dan Rektor Prof. Dr. Harun Nasution. Dosen Tidak Tetap di Lembaga Bahasa IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dosen Tidak Tetap di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dekan Sayuti Thalib, SH. Dosen Tidak Tetap di Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dekan Drs. H. Abduh Malik. Drs. H. Ahmad Syadali sebagai Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Anak III (Aufa Fitria) lahir di klinik IAIN Ciputat dengan bidan Rosmaniah dan Sri Sugiarti. Tanggal lahir Aufa Fitria bertepatan dengan malam takbiran 29 Ramadhan 1404 H. Dosen Tidak Tetap di IKIP Muhammadiyah Jakarta. Koordinator para dosen al-Islam dan Kemuhammadiyahan Dr. M. Yunan YusufM.A.. Menjadi Ketua Tim Pengajaran dan Penulisan Buku Bahasa Arab Fakultas Keguruan dan Ilmu Sosial (FKIS) IKIP Muhammadiyah Jakarta. Rektor Drs.
Otobiografi Suwito
Umur
Tanggal/Tahun
28
September 1984
29
1985 s.d. 1988
30 30
1 Maret 1986 1986 s.d. 1987
31
Desember 1987
31
1 Desember 1987
31
1987 s.d. 1992
32
September 1988 s.d. Agustus 1990
34
20 Februari 1990
34
1 April 1990
34
2 Agustus 1990
34
September 1990 s.d. November
Peristiwa/Kegiatan H. Qomari Anwar, M.A. Pembukaan Program Doktor Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Dekannya adalah Prof. Dr. Harun Nasution. Menjadi Direktur Balai Pendidikan Keterampilan Muhammadiyah (BPKM) Jakarta. Pengurus Pusat Muhammadiyah Majlis Pembina Kesejahteraan Ummat (PKU) dr. H. Kusnadi dan Drs. Hadjid Harnawidagda, M.Pd Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (Capeg) Dosen Tidak Tetap di Universitas Muslim Asia Afrika (UMAA) pimpinan Prof. Ali Bey. Menerbitkan Warta BPKM Jakarta. Terbitan ini berisi berbagai hal tentang Balai Pendidikan Keterampilan Muhammadiyah (BPKM) seperti berita ujian Negara, kelulusan siswa, job training, dan dilengkapi dengan mata pelajaran baca tulis alquran. Menjadi Pegawai Negeri Sipil dan memperoleh pangkat, golongan dan ruang Asisten Ahli Madya/Penata Muda (III/a). Sebagai Pembantu Dekan IV Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Dekan Drs. H. Abduh Malik. Kuliah program Magister di Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan beasiswa Departemen Agama RI. Dekan Prof. Dr. Harun Nasution. Nyonya saya (Nilfa Yetty Tanjung) lulus Sarjana Lengkap dari Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Jakarta. Memperoleh pangkat, golongan dan ruang Asisten Ahli/Penata Muda Tk. I (III/b) Lulus Program Magister IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Rektor Drs. H. Ahmad Syadali dan Dekan Fakultas Pascasarjana Prof. Dr. Harun Nasution. Kuliah dan penyelesaian program Doktor Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mungkin Segalanya Mungkin | 221
Kronologi Riwayat Hidup
Umur
Tanggal/Tahun 1995
36
1992
36
1992 s.d. 1998
36
1 April 1992
36
17 Juni 1992
37
1993 s.d. 1995
39
1993 s.d. 2000
38
1 April 1994
38
1994 s.d. 1995
39
1995
222 | Mungkin Segalanya Mungkin
Peristiwa/Kegiatan dengan beasiswa Departemen Agama RI. Direktur Prof. Dr. Harun Nasution. Sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dekan Drs. H. Abduh Malik Prof. Dr. H.M. Quraish Shihab, M.A. sebagai Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Memperoleh pangkat, golongan dan ruang Lektor Muda/Penata (III/c). Anak IV (Aqbas Udhiya) lahir di rumah bidan Sri Sugiarti. Tanggal lahir Aqbas Udhiya bertepatan dengan 16 Dzulhijjah 1412 H. Menjadi mahasiswa pendengar (mustami’)dalam mata kuliah yang dosennya Prof. Dr. Harun Nasution, Prof. HM. Atho Mudzhar, Prof. M. Din Syamsuddin, Prof. Dr. Azyumardi Azra, Prof. Dr. Huzaemah T. Yanggo, dan Prof. Dr. Nurcholish Madjid. Hal ini dilakukan karena perkuliahan reguler telah selesai dan tinggal proses penulisan disertasi. Selain bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan juga untuk selalu berkomunikasi dengan kampus. Transportasi ke kampus dilakukan dengan bersepeda ontel. Menjadi Ketua Tim pengajaran bahasa Arab intensif bagi para pimpinan, dosen, dan karyawan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) kemudian dibentuk juga Tim Bina Baca dan Paham al-Quran. Rektor Prof. Mr. Ruslan Saleh dan dilanjutkan Prof. Dr. Ir. H. Muhammadi. Memperoleh pangkat, golongan dan ruang Lektor Madya/Penata Tk. I (III/d). Menjadi Ketua Jurusan/Program Studi di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dekan Drs. H. Chusnan Jusuf. Fakultas Agama Islam (FAI) UMJ mulai menyelenggarakan Ujian Negara di bawah pengawasan Kopertis Wilayah I sebanyak 3 kali dalam setahun yang tadinya hanya maksimal 2 kali
Otobiografi Suwito
Umur
Tanggal/Tahun
39
28 November 1995
39
1995
39
1995 s.d. 2000
39
Mulai 1995
40
1996
40
1996
41
1 April 1997
41
1997 s.d. 1998
Peristiwa/Kegiatan dalam setahun. Lulus Program Doktor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Rektor Prof. Dr. M. Quraish Shihab, M.A. dan Direktur Program Pascasarjana Prof. Dr. Harun Nasution. Membantu pendirian Magister Studi Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) yang akhirnya berhasil mendapat izin melalui SK Binbaga Islam Depag. RI. Nomor E/73/1996 tertanggal 26 Juni 1996 tentang Izin Operasional penyelenggaraan Program Studi Magister Studi Islam UMJ. SK ini kemudian diperkuat dengan Surat Keputusan Menteri Agama RI Nomor 475 tahun 1996 tertanggal 03 Oktober 1996. Rektor Prof. Mr. Ruslan Saleh. Menjadi Pembantu Dekan I Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dekan Prof. Dr. Fathurrahman Jamil, M.A. Bekerja sama dengan Kanwil Departemen Agama DKI Jakarta membuka perkuliahan program Sarjana jurusan PAI di 5 wilayah DKI Jakarta dan Tangerang. Rektor UMJ ketika itu Prof. Dr. Muhammadi mengancam akan menutup jurusan/program studi yang sangat sedikit mahasiswanya. Dosen Tidak Tetap di Sekolah Tinggi Agama Islam al-Hikmah Jakarta pada masa kepemimpinan Drs. M. Suparta, M.A. dan Drs. Ghufron Ihsan, M.A. Menjadi Asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) pada masa kepemimpinan Prof. Dr. Sukadji Ranuwihardjo, M.A. Memperoleh pangkat, golongan dan ruang Lektor /Pembina (IV/a). Menjadi Asisten Dosen Prof. Dr. Harun Nasution dalam Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Islam di Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta dan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mungkin Segalanya Mungkin | 223
Kronologi Riwayat Hidup
Umur
Tanggal/Tahun
41
1997 s.d. sekarang
41
1 April 1997 s.d. 2000
41
1997
42 42
April 1998 s.d. September 1998 21 Mei 1998
42
1998 s.d. 2006
42
18 September 1998
42
43
September 1998 s.d. September 2004 1 April 1999
43
1999-2000
43
Juni 1999 s.d.
224 | Mungkin Segalanya Mungkin
Peristiwa/Kegiatan Menjadi Dosen Tidak Tetap di Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta. Pimpinan Magister Studi Islam ketika itu adalah Prof. Dr. M. Din Syamsuddin. Menjadi Asisten Direktur II Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada masa Direktur Prof. Dr. Harun Nasution. Mulai mengerjakan borang akreditasi jurusan/program studi PAI di FAI UMJ bersama Anggarini, Herwina Bahar dkk. Prof. Dr. A. Sukardja, SH, M.A. sebagai Pejabat Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Ir. Bacharuddin Jusuf Habibie (BJ. Habibie) dari Golongan Karya (Golkar) menjadi Presiden RI menggantikan Presiden Soeharto. BJ. Habibie menjadi Presiden sampai dengan 20 Oktober 1999. Pada masa ini tidak ada Wakil Presiden. Pergantian ini karena ada krisis ekonomi dan demo yang sangat meluas di daerah di Indonesia. Akibat dari peristiwa ini maka mulailah masa orde reformasi. Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. sebagai Rektor IAIN dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Harun Nasution, Direktur Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta meninggal dunia. Pada waktu itu Suwito menjadi Asisten Direktur II nya. Prof. Dr. Said Agil Husin al-Munawar, M.A. menjadi Direktur Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Memperoleh pangkat, golongan dan ruang Lektor Kepala/Pembina Tk. I (IV/b). Menjadi Ketua Konsentrasi Pendidikan Islam Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Direktur Prof. Dr. H. Said Agil Husin alMunawar, M.A. Rektor Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. Perjalanan ke Jordania, Syria, Arab Saudi, Beirut,
Otobiografi Suwito
Umur
Tanggal/Tahun
Peristiwa/Kegiatan
Turki, dan Mesir dalam rangka mengikuti Daurah selama 3 bulan di Abu al-Nur Rukn al-Din Damaskus Syria. Pimpinan Syekh Ahmad Kaftaroo. 20 Oktober 1999 H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menjadi Presiden RI menggantikan BJ. Habibie. Gus Dur menjadi Presiden sampai dengan 23 Juli 2001. Wakil Presidennya adalah Megawati Soekarnoputri 28 Agustus 2000 Menjadi Pembantu Rektor I Bidang Akademik IAIN s.d. Maret 2003 Syarif Hidayatullah Jakarta. Rektor Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. 2 September 2000 Memprogramkan agar dalam 3 semester IAIN menjadi UIN Jakarta. Program ini terwujud dengan terbitnya SK Presiden (Megawati Soekarnoputri) Nomor 31 Tahun 2002 tentang Perubahan Institut Agama Islam NegeriSyarif Hidayatullah Jakarta Menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Desember 2000 Perjalanan ke Arab Saudi untuk Umrah dan s.d. Januari 2001 pertemuan dengan para pejabat Indonesia di Arab Saudi dan kunjungan ke Universitas al-Azhar Kairo dan Cairo University Mesir dalam rangka kerja sama. 23 Juli 2001 Megawati Soekarnoputri dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menjadi Presiden RI menggantikan H. Abdurrahman Wahid. Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden sampai dengan 20 Oktober 2004. Wakil Presidennya adalah Hamzah Haz. 1 September 2001 Ditetapkan Sebagai Guru Besar oleh Menteri Pendidikan Nasional A. Malik Fadjar. 2001 s.d. Menjadi Asisten Dosen Prof. Dr. A. Malik Fadjar, sekarang M.Sc dalam Mata Kuliah Pendidikan di Program Pascasarjana IAIN/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 19 September Tim Task Force yang dikoordinasi Suwito setuju 2001 menyusun skedul proses perubahan IAIN menjadi UIN Jakarta sejak evaluasi program-program studi yang akan dibuka sampai dengan terbitnya Desember 1999
43
44
44
44
45
45 45
45
Mungkin Segalanya Mungkin | 225
Kronologi Riwayat Hidup
Umur
Tanggal/Tahun
45
2001 s.d. 2007
45
21 November 2001
46
3 Januari 2002
46
20 Mei 2002
46
8 Juni 2002
226 | Mungkin Segalanya Mungkin
Peristiwa/Kegiatan Keputusan Presiden. Dalam skedul ini tertulis agar Kepres terbit sekitar minggu ke III atau IV bulan November 2001. Akan tetapi dalam kenyataannya Kepres tersebut terbit tanggal 20 Mei 2002 sehingga bergeser sekitar 5 – 6 bulan dari yang direncanakan tetapi masih dalam lingkup 3 semester dari yang saya rencanakan ketika Rakerpim pada tanggal 2 September 2000 di Ciawi. Dosen Tidak Tetap dalam Mata Kuliah Sejarah Sosial Pendidikan Islam di Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Bandar Lampung Melalui surat Menteri Pendidikan Nasional (A. Malik Fadjar) Nomor 088796/MPN/2001 tanggal 21 November 2001 Mendiknas menyatakan bahwa Departemen Pendidikan dapat menyetujui izin penyelenggaraan S-1 program studi 1) Matematika, 2) Fisika, 3) Kimia, 4) Biologi, 5) Psikologi, 6) Ilmu Perpustakaan, 7) Teknik Informatika, 8) Sistem Informasi, 9) Akuntansi, 10) Manajemen, 11) Bahasa dan sastra Inggris, dan 12) Sosial Ekonomi Pertanian serta merekomendasikan perubahan IAIN Jakarta menjadi UIN Jakarta setelah dikaji oleh Tim yang dibentuk yang prosesnya sekitar 2 bulan. Dikukuhkan menjadi Guru Besar Sejarah Pemikiran dan Pendidikan Islam oleh Prof. Dr. Azyumardi Azra, Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam upacara khusus Pengukuhan Prof. Dr. Suwito, M.A. sebagai Guru Besar Sejarah Pemikiran dan Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terbit Keputusan Presiden (Megawati Soekarnoputri) Nomor 31 Tahun 2002 tentang Perubahan Institut Agama Islam NegeriSyarif Hidayatullah Jakarta Menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Wakil Presiden RI Hamzah Haz meresmikan perubahan Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi Universitas Islam
Otobiografi Suwito
Umur
Tanggal/Tahun
46
20 September s.d. 19 Oktober 2002
46
1 April 2002
46
2002 s.d. 2013
46
30 Desember 2002
47
3 s.d. 23 Februari 2003 10 Maret 2003
47 47 47
30 Maret 2003 s.d. 2006/2007 1-2 April 2003
47
Mei 2003
47
Juli 2003
47
Desember 2003
Peristiwa/Kegiatan Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus pemancangan tiang pembangunan gedung bantuan Islamic Development Bank (IDB Perjalanan ke Malaysia dan Thailand dalam rangka kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi. Antara lain dengan Insaniah Alor Setar Kedah Malaysia, Kolej University Islam Malaysia (KUIM), dan penjajagan ke berbagai universitas di Thailand Selatan. Memperoleh pangkat, golongan dan ruang Pembina Utama Muda (IV/c) Menjadi Dosen Tidak Tetap dalam Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam dan Pemikiran Pendidikan Islam Kontemporer di Program Pascasarjana IAIN Antasari Banjarmasin Meyakinkan agar segera mengurus pembukaan beberapa program studi untuk Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dalam rapat Senat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Usaha untuk ini sudah banyak dilakukan penjajagan ke berbagai instansi dan bahkan sudah dianggarkan Menunaikan ibadah haji atas undangan Rabitah Alam Islamy Ibu saya (Rasemi) meninggal dunia dalam usia 105 tahun. Menjadi Pembantu Rektor Bidang Pengembangan Kelembagaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mengajukan rancangan agar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi Internasional Research University dalam Raker di Hotel Treva Menteng Jakarta yang akhirnya menjadi keputusan Raker. Memotivasi semua program studi yang ada di UIN Jakarta untuk melakukan akreditasi dan mengisi borang akreditasi secara serius, benar, dan lengkap. Menerbitkan Berita UIN. Newsletter Berita UIN ini terbit dwimingguan dalam format double quarto. Newsletter ini dikelola bersama Nanang Syaikhu. Menghadiri wisuda sarjana dan kerja sama dengan Mungkin Segalanya Mungkin | 227
Kronologi Riwayat Hidup
Umur
Tanggal/Tahun
47
2003 s.d. 2013
47
2003
47
31 Desember 2003 s.d. 1 Januari 2004
48
01 s.d. 12 Februari 2004
48
12 April 2004
48
10 Mei 2004
48
Juli 2004
228 | Mungkin Segalanya Mungkin
Peristiwa/Kegiatan perguruan tinggi di Malaysia Menjadi Asisten Dosen Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. dalam Mata Kuliah Aspek Polesosbud dalam Pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Menjadi Asisten Dosen Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. dalam Mata Kuliah Pemikiran Kontemporer Pendidikan Islam di Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya. Ikut serta menetapkan kebijakan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam penguatan publikasi ketika saya mengajukan program pengembangan kelembagaan pada Rakerpim di Wisma Syahida/Syahin Inn Kampus II antara lain berbentuk papan petunjuk arah bekerja sama dengan Dinas Perhubungan. Perjalanan ke Kanada bersama Akhmad Minhaji dari IAIN Yogyakarta dan Afandy Mochtar dari Depag dalam rangka mengikuti Workshop tentang result base management kerja sama IAIN/UIN Jakarta dengan McGill University Canada. Saya pulang ke Indonesia sendiri karena masa mukim saya diperpanjang. Program studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memperoleh rekomendasi dari Dirjen Dikti Depdiknas (Satryo Soemantri Brodjonegoro) dan tanggal 19 Mei 2004 mendapat izin dari Dirjen Bagais Kementerian Agama (A. Qodri A. Azizy) Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memperoleh rekomendasi dari Dirjen Dikti Depdiknas (Satryo Soemantri Brodjonegoro) dan tanggal 17 Mei 2005 mendapat izin dari Dirjen Bagais Kementerian Agama (A. Qodri A. Azizy) Menerbitkan newsletter Akhbar al-Jamiah yang terbit setiap bulan sekali yang dikelola bersama Iding Rosyidin.
Otobiografi Suwito
Umur
Tanggal/Tahun
48
Agustus 2004
48
5 Agustus 2004
48
06 Agustus 2004
48
20 Agustus 2004
48
September 2004 s.d. 2009
48
20 Oktober 2004
48
Desember 2004 s.d. Januari 2007
49
Januari 2005
49
02 s.d. 15 Mei 2005
49
10 Mei 2005
Peristiwa/Kegiatan Menerbitkan UIN News yang terbit sebulan sekali yang dikelola bersama Mu’adz D.Fahmi Menerima Piagam Tanda Kehormatan Satyalencana Karya Satya 10 Tahun dari Presiden RI (Megawati Soekarnoputri) Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memperoleh rekomendasi dari Dirjen Dikti Depdiknas (Satryo Soemantri Brodjonegoro) dan tanggal 18 Agustus 2004 izin dari Dirjen Bagais Kementerian Agama (A. Qodri A. Azizy) Aufa Fitria (anak III) berangkat kuliah di Kairo Mesir Dosen Tidak Tetap dalam Mata Kuliah Kapita Selekta Pendidikan Islam di Program Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang Susilo Bambang Yudhoyono dari Partai Demokrat menjadi Presiden RI menggantikan Megawati Soekarnoputri. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi Presiden selama 2 periode sampai dengan 20 Oktober 2014. Wakil Presiden pada periode I adalah Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla dan pada periode II adalah Prof. Dr. Boediono. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat menjadi Direktur Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Amalia Nikmah (anak II) dan Kakak Zaidar, istri paman (April Pasaribu) melaksanakan ibadah haji Umrah bersama Nyonya, Amalia Nikmah, Raihanum, dan Aqbas Udhiya kemudian dilanjutkan ke Mesir menjenguk Aufa Fitria yang kuliah di alAzhar University. Di Kairo ini kami sempat wisata ke berbagai tempat bahkan sempat mengadakan pertemuan dengan pimpinan al-Azhar University atas bantuan atase pendidikan Kedubes Indonesia untuk Mesir. Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memperoleh rekomendasi dari Dirjen Dikti Depdiknas (Satryo Soemantri Mungkin Segalanya Mungkin | 229
Kronologi Riwayat Hidup
Umur
Tanggal/Tahun
49
15 s.d. 21 Agustus 2005
49
21 September 2005 s.d. Oktober 2005
49
1 Oktober 2005
50
2006 s.d. 2015
50
26 Maret s.d. 2 April 2006
50
25-27 Agustus 2006 23 November 2006
50
50
2 April s.d. Maret 2006
50
22 Desember 2006
51
28 Agustus 2007 s.d. 16 September 2007
230 | Mungkin Segalanya Mungkin
Peristiwa/Kegiatan Brodjonegoro) dan tanggal 17 Mei 2005 mendapat izin dari Dirjen Bagais Kementerian Agama (A. Qodri A. Azizy) Perjalanan ke Malaysia bersama Nyonya dalam rangka menjadi narasumber Seminar Pengurusan Fatwa Peringkat ASEAN yang diselenggarakan oleh Institut Pengurusan dan Penyelidikan Fatwa Sedunia Kolej Universiti Islam Malaysia di Hotel Nikko Kualalumpur. Perjalanan ke Kanada bersama Tim dari Depag termasuk Dirjen Jahja Umar dalam rangka membahas teknis pelaksanaan program kerja sama dengan McGill University Canada Memperoleh pangkat, golongan dan ruang Pembina Utama Madya (IV/d) Prof. Dr. Komaruddin Hidayat sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Perjalanan ke Bangkok Thailand dalam rangka penjajagan pembukaan program studi Nano Teknologi. Perjalanan ke Malaysia menghadiri pertemuan dengan para pimpinan perguruan tinggi kerja sama. Menerima Piagam Tanda Kehormatan Satyalencana Karya Satya 20 Tahun dari Presiden RI (Susilo Bambang Yudhoyono) Perjalanan ke Thailand dalam rangka kerja sama antara lain di Suranary University didampingi Atase Pendidikan Kedutaan Besar RI di Bangkok. Menerbitkan buku Menuju World Class University yang berisi nota jabatan sebagai Pembantu Rektor Pengembangan Kelembagaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta karena periode sebagai Pembantu Rektor segera berakhir Perjalanan ke Jerman dalam rangka menghadiri jalsah salana Ahmadiyah di Frankurt bersama K.H. Masdar Farid Mas’udi (wakil dari NU). Perjalanan berikutnya saya lakukan ke berbagai kota di Jerman, Belanda dan Perancis atas bantuan Dr. Oman
Otobiografi Suwito
Umur
Tanggal/Tahun
51
11 Januari 2007 s.d. 2015
51
19 Januari 2007
51
19 s.d. 25 April 2007
51
Juni 2007
51
1 Oktober 2007
52
20 Mei 2008
52
Juni 2008
Peristiwa/Kegiatan Fathurahman dan Andar Wibowo. Ketika di Belanda saya sempat ke KITLV dll. Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. menjadi Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2 periode). Menjadi Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Perjalanan ke Singapora dan Malaysia dalam rangka kerja sama dengan Majelis Ugama Islam Malaysia (MUIS) dan Kolej University Darul Quran Islamiyah Terengganu Malaysia bersama Dr. Fuad Jabali dan Dr. Yusuf Rahman. Ikut serta melakukan perubahan beberapa hal di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif hidayatullah Jakarta yaitu: 1) Perubahan nama Program menjadi Sekolah Pascasarjana, 2) Perubahan nama Asisten Direktur menjadi Deputi Direktur, 3) Pemberlakuan kurikulum baru, termasuk penempatan Seminar Proposal Tesis/Disertasi di semester I, 4) Pemberlakuan SKS penuh. Memperoleh pangkat, golongan dan ruang Pembina Utama (IV/e). Pangkat ini adalah pangkat/jabatan fungsionil tertinggi sebagai dosen. Himmawaty Aliyah (anak I) menikah dengan Budi Hartono dari Cempaka Putih Ciputat Tangerang. Akad nikah diselenggarakan di rumah, Gang Bacang Kampung Utan No. 81 Cempaka Putih Ciputat Ikut serta melakukan perubahan di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam hal: 1) Penetapan nama mata kuliah menjadi multidisipliner yang tadinya cenderung monodisiplin, 2) Perkuliahan secara team teaching, 3) Penyediaan program jalur tesis dan tugas akhir untuk magister dan adanya program Master of Philosophy (M.Phil) bagi program doktor yang disertasinya tidak selesai, 4) Pemberlakuan alih status bagi mahasiswa kadaluarsa, 5) Mungkin Segalanya Mungkin | 231
Kronologi Riwayat Hidup
Umur
Tanggal/Tahun
52
Juni 2008
52
4 s.d. 16 Juni 2008
52
19 Juli 2008
52
20 Juli 2008
52
Agustus 2008
52
25 Oktober 2008
52
2008 s.d. sekarang 19 Desember 2008
52
53
1-2 Februari 2009
232 | Mungkin Segalanya Mungkin
Peristiwa/Kegiatan Mengembalikan fungsi konsentrasi menjadi peminatan studi, tidak sebagai program studi sebagaimana yang telah berlangsung, 6) Penyediaan Resource Center, dan 7) Penyediaan musalla khusus pria dan khusus wanita yang sebelumnya hanya 1 musalla. Penerbitan Jurnal Indo-Islamika sebagai pengganti nama Jurnal Jauhar yang ada di Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta. Perjalanan ke Arab Saudi dan Mesir. Perjalanan ini adalah dalam rangka Umrah dengan pengantin baru Himmawaty Aliyah dan Budi Hartono serta menjenguk Aufa Fitria kuliah di al-Azhar University. Resepsi pernikahan Himmawaty Aliyah dengan Budi Hartono di Syahida Inn Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Resepsi pernikahan Himmawaty Aliyah dengan Budi Hartono di rumah pihak lelaki di Kampung Utan Cempaka Putih Ciputat Tangerang Penerbitan newsletter The School yang menyajikan hasil-hasil penelitian tesis dan disertasi mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta. Amalia Nikmah (anak II) menikah dengan Luqman Hakim dari Ujung Pangkah Gresik Jawa-Timur. Akad nikah diselenggarakan di masjid Sabilillah Ujung Pangkah dan resepsi di pihak lelaki diselenggarakan di rumah Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur. Menjadi Dosen Tidak Tetap di Program Pascasarjana IAIN/UIN Ar-Raniry Banda Aceh Program Magister Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta memperoleh akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi yang berlaku sampai dengan 19 Desember 2013. Perjalanan ke Malaysia dalam rangka kerja sama Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta dengan Kolej University Darul Quran Islamiyah (KUDQI)
Otobiografi Suwito
Umur
Tanggal/Tahun
53
7 Februari 2009
53
13-14 Februari 2009
53
26-28 Maret 2009
53
15 April 2009
53
24-25 April 2009
53
25 April 2009
53
11 Juli 2009
53
Juli 2009
Peristiwa/Kegiatan Terengganu Malaysia. Resepsi pernikahan Amalia Nikmah dengan Luqman Hakim di Syahida Inn Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Perjalanan ke Singapura dalam rangka kerja sama Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta dengan Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) menyelenggarakan program magister Interdisciplinary Islamic Studies (IIS). Perjalanan ke Singapura dalam rangka kerja sama Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta dengan Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) menyelenggarakan program Magister Interdisciplinary Islamic Studies (IIS). Menerima Sertifikat Pendidik dari Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Fasli Jalal Perjalanan ke Singapura dalam rangka kerja sama Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta dengan Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) menyelenggarakan program Magister Interdisciplinary Islamic Studies (IIS). Cucu I anak Himmawty Aliyah dengan Budi Hartono lahir. Anak ini diberi nama Auna Layaly. Cucu II anak I Amalia Nikmah dengan Luqman Hakim lahir. Anak ini diberi nama Raden Malik Syahid. Melakukan berbagai perbaikan di Sekolah Pascasarjana antara lain: 1) Pembangunan auditorium, international office, dan ruang teater 2) Pemberlakukan kurikulum berbasis riset, 3) Pemberlakuan Work in Progress tesis dan disertasi, 4) Penyediaan Quiet Room khusus pria dan khusus wanita yang tadinya campur, 5) Pembenahan taman kampus, 6) Pemasangan berbagai kebijakan di dinding kampus, dan 7) Pembukaan berbagai program studi yang linear dengan S-1 dan ditempatkan di Fakultas. Program studi yang sudah memperoleh izin adalah Program Studi Magister Mungkin Segalanya Mungkin | 233
Kronologi Riwayat Hidup
Umur
Tanggal/Tahun
53
3-6 Agustus 2009
54
11 Juni 2010
54
Juli 2010
55
25 Februari 2011
55
9 Maret 2011
55
2011
55
27 dan 28 Mei 2011
55
14 Juni 2011
55
14 Juni 2011 dan 3 Juli 2011
234 | Mungkin Segalanya Mungkin
Peristiwa/Kegiatan Agribisnis dan Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris. Perjalanan ke Malaysia dalam rangka kerja sama Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta dengan Kolej University Darul Quran Islamiyah (KUDQI) Terengganu Malaysia bersama Dr. Fuad Jabali, M.A. Program Doktor Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta memperoleh akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) yang berlaku sampai dengan 11 Juni 2015. Ikut serta melakukan kebijakan di Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta dalam hal: 1) Pemberlakuan ketentuan tesis dan disertasi wajib diformat menjadi buku tetapi belum wajib diterbitkan. Pengangkatan Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. menjadi Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta untuk periode II. Menjadi Deputi Bidang Akademik dan Kerja sama Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ikut serta melakukan kebijakan kewajiban adanya pemasangan CCTV di banyak tempat di kampus Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta. Tanggal 27 Mei 2011 Akad nikah Aufa Fitria dengan Kristiyanto di rumah Gang Bacang Kampung Utan Ciputat dan tanggal 28 Mei 2011 resepsi pernikanannya diselenggarakan di Gedung Balai Prajurit Korps Marinir Cilandak Jakarta Selatan Aqbas Udhiya (anak IV) tanggal 14 Juni 2011 malam hari berangkat untuk kuliah di Jerman Ikut serta dalam pemberlakuan kebijakan Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta tentang: 1) Kewajiban menggunakan referensi dari jurnal internasional terbaru minimal 80% dari total referensi dalam penulisan karya ilmiah (makalah, proposal, tesis, dan disertasi), 2) Kewajiban menggunakan format buku
Otobiografi Suwito
Umur
Tanggal/Tahun
55
September 2011
55
16 s.d. 21 Desember 2011
56
07 – 09 Maret 2012
56
18 Juni 2012
56
29 Juni 2012 s.d. 15 Juli 2012
56
Juli 2012
Peristiwa/Kegiatan untuk tesis dan disertasi dan wajib diterbitkan lengkap dengan ISBN oleh penerbit kredibel, 3) Pemasangan iklan di Airporteve Bandara SorkarnoHatta Tangerang, 4) Penerbitan Jurnal QUHAS (Quran and Hadis Studies) yang dikelola Dr. Yusuf Rahman, M.A. Pemberlakuan nama mata kuliah dalam bahasa Inggris di Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta. Perjalanan ke Sydney, Canberra, dan Melbourne Australia atas bantuan Fethullah Gulen Chair bersama Ali Unsal dari Turki, Dr. Yusuf Rahman (dari Sekolah Pascasarjana), Nerlena Rifa’i (dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan), dan Abdul Wahid Hasyim (dari Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta) Perjalanan ke Malaysia dalam rangka kerja sama Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta dengan Kolej University Darul Quran Islamiyah (KUDQI) Terengganu Malaysia bersama Dr. Yusuf Rahman, M.A. Ikut serta menetapkan kebijakan di Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta tentang: Kewajiban menggunakan referensi tambahan 1 bahasa asing selain bahasa Arab dan bahasa Inggris untuk megister dan 2 bahasa asing selain bahasa Arab dan bahasa Inggris untuk program doktor. Ketentuan ini mulai berlaku efektif September 2015. Perjalanan ke Eropa bersama Nyonya dalam rangka menjenguk Aqbas Udhiya yang kuliah di Jerman. Dilanjutkan perjalanan ke Cekoslovakia, Austria, Belanda, dan Perancis. Ikut serta dalam menentukan kebijakan di Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta tentang: 1) Adanya kursus gratis bahasa asing untuk para dosen, mahasiswa, dan karyawan, 2) Penyediaan kantor dosen utara, 3) Pemasangan penunjuk arah kampus, 4) Penyediaan Pos Kesehatan Sekolah dan Baby Care Room, dan 5) Penyediaan colokan listrik pada semua meja kuliah Mungkin Segalanya Mungkin | 235
Kronologi Riwayat Hidup
Umur
Tanggal/Tahun
56
21 Agustus 2012
56
Agustus 2012
56
Oktober 2012
56
1 November 2012
56
November 2012
56
07-09 Desember 2012
57
Maret 2013
57
10 April 2013
57
18 April 2013
236 | Mungkin Segalanya Mungkin
Peristiwa/Kegiatan di dalam kelas. Para instruktur yang diajak kerja sama adalah sebagai berikut. Instruktur kursus bahasa Turki adalah Yusuf al-Tuntas dan Ibrahim Terzioglu. Instruktur kursus bahasa Perancis adalah Abdelaziz Abbaci. Instruktur kursus bahasa Persia adalah Muhsen Zanganeh. Instruktur kursus bahasa Rusia adalah Tazdinov Magomed dan Artur Gubaydullin. Cucu III anak Aufa Fitria dengan Kristiyanto lahir. Anak ini diberi nama Nawal Albina. Menerbitkan newsletter Berita Sekolah yang berisi informasi berbagai hal tentang Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta. Newsletter ini dikelola bersama dengan Dr. Yusuf Rahman, M.A. dan Muhammad Adam Hesa. Permulaan kursus bahasa Turki di Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta. Nyonya (Nilfa Yetty Tanjung) mulai pensiun dari pegawai IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta masa kerja pensiun 31 tahun 8 bulan. Permulaan wajib mengenakan kartu akses RFID (Radio Frequency Identification) untuk masuk kampus dan perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta. Penetapan slogan “Membaca Dunia Dibaca Dunia” untuk Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta dalam Rapat Kerja yang dilaksanakan di Gunung Geulis Bogor. Permulaan kursus gratis bahasa Rusia, Persia, dan Perancis di Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta. Penetapan Suwito sebagai Ketua Jurusan Program Doktor dan Dr. Yusuf Rahman, M.A. sebagai Ketua Jurusan Program Magister Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta. Penetapan Suwito sebagai Ketua Jurusan Program Doktor of officio Wakil Direktur Bidang Akademik, Kerja sama, dan Pengembangan Kelembagaan dan Dr. Yusuf Rahman, M.A. sebagai Ketua Jurusan
Otobiografi Suwito
Umur
Tanggal/Tahun
57
20 Mei 2013
57
20 Mei 2013
57
20 Mei 2013
57
05 Juli 2013
57
September 2013
57
20 s.d. 26 November 2013
Peristiwa/Kegiatan Program Magister Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta sebagai ex officio Wakil Direktur Bidang Administrasi, Kemahasiswaan, dan Alumni Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta. Cucu IV anak II Amalia Nikmah dan Luqman Hakim lahir. Anak ini diberi nama Azalia Najwa Hakim Menerbitkan newsletter Prestasi Sekolah. Newsletter ini dimaksudkan menginformasikan berbagai prestasi kelembagaan, dosen, karyawan, dan mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta yang diterbitkan setiap bulan. Newsletter ini dikelola bersama dengan Dr. Yusuf Rahman, M.A. dan Muhammad Adam Hesa. Menerbitkan newsletter Kabar Alumni. Newsletter ini dimaksudkan menginformasikan berbagai informasi tentang alumni Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta yang diterbitkan setiap bulan. Newsletter ini dikelola bersama dengan Dr. Yusuf Rahman, M.A. dan Muhammad Adam Hesa. Ikut serta melakukan kebijakan Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta dalam hal: 1) Penyediaan kantor dosen selatan, 2) Menghilangkan plafon lantai 1 dan 2 gedung, 3) Penambahan lahan parker mobil, 4) Penyediaan ruang arsip yang pengelolanya dipercayakan kepada Arief Mahmudi agar dikelola model ISO 2000, 4) Pembangunan front office layanan 1 pintu, 5) Renovasi gedung secara keseluruhan Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta. Pelaksanaan kursus bahasa Jerman di Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta. Perjalanan ke Korea Selatan bersama Prof. Dr. Bambang Pranowo (wakil dari Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta) dan K.H. Masdar Farid Mas’udi (wakil dari NU). Acara ini atas usaha Ali Sun Gun doktor alumni Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta melalui acara Moslem Educational Familiarization Trip to Korea. Mungkin Segalanya Mungkin | 237
Kronologi Riwayat Hidup
Umur 57
57
58
58
58
58
58
Tanggal/Tahun
Peristiwa/Kegiatan
Menerbitkan newsletter Resensi Buku dan Artikel Jurnal. Newsletter ini dimaksudkan menjadi sarana bagi informasi tentang resensi buku dan artikel jurnal terutama yang bersifat internasional agar menjadi pemicu bagi para mahasiswa untuk mendapatkan hal baru di bidang keilmuan. Newsletter ini dikelola bersama dengan Dr. Yusuf Rahman, M.A., Alfida, dan Muhammad Adam Hesa. 10 Desember Menerbitkan newsletter Arsip Sekolah. Newsletter 2013 ini dimaksudkan untuk menginformasikan masa lalu Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta agar informasi kesejarahan dapat dimengerti khalayak. Newsletter ini dikelola bersama dengan Dr. Yusuf Rahman, M.A. dan Muhammad Adam Hesa. 24 Februari 2014 Ikut serta menetapkan kebijakan Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta dalam hal 1) Pemindahan perpustakaan ke gedung perpustakaan riset pascasarjana berlantai 3 yang tadinya hanya 3 lokal, dan 2) Pemberlakuan denda keterlambatan ujianujian. 13 Maret 2014 Program Magister Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta memperoleh akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi yang berlaku sampai dengan 13 Maret 2019. 02 April 2014 Menetapkan adanya kewajiban menformat ulang tesis dan disertasi Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta menjadi artikel yang diterbitkan di jurnal terakreditasi dan diutamakan jurnal internasional. 06 Juli 2014 Ikut serta menetapkan kebijakan di Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta dalam hal 1) Penyediaan ruang Quiet Room khusus wanita sehingga quiet room yang lama diperuntukkan khusus pria, 2) Pembaharuan informasi yang ditempelkan di dinding kampus, dan 3) Pembaharuan petunjuk arah kampus. 1 September 2014 Menjadi Sekretaris Senat Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedangkan Ketuanya dijabat oleh Prof. Dr. Atho Mudzhar, MSPD. 05 Desember 2013
238 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Umur
Tanggal/Tahun
58
September 2014
58
September 2014
58
20 Oktober 2014
58
13 November 2014
58
Desember 2014
59
13 s.d. 15 Januari 2015
59
Mulai 2015
59
September 2015 s.d. Desember 2015
59
September 2015 s.d. Desember 2015
Peristiwa/Kegiatan Penyediaan kursus bahasa Polandia oleh Simona Sienkiewicz, mahasiswa dharmasiswa yang berasal dari Polandia. Proses migrasi sistem layanan akademik Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta ke system AIS UIN Jakarta. Joko Widodo (Jokowi) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menjadi Presiden RI menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono. Wakil Presidennya adalah Drs. Muhammad Jusuf Kalla. Menetapkan agar para mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta melampirkan lembar hasil pengecekan plagiasi dalam setiap bahan ujian baik berupa proposal, makalah, resis, dan disertasi dengan ketentuan minimal 75% karya orisinal yang berlaku efektif awal Januari 2015. Mengisi borang akreditasi program doktor Pengkajian Islam Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta kepada Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi untuk perpanjangan akreditasi. Berdasrakan hal tersebut, program doktor ini mendapat akreditasi A berdasarkan SK BAN-PT Nomor 33/SK/BANPT/Akred/D/V/2015 tanggal 2 Mei 2015 yang masa berlakunya sampai dengan 2 Mei 2020. Perjalanan ke Singapora dan Malaysia dalam rangka studi banding pengelolaan sarana dan prasarana yang diselenggarakan Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta bersama seluruh staf dan Wakil Direktur. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mengajarkan Mata Kuliah Pengantar Studi Islam di program studi Sarjana Pendidikan Bahasa Arab IA dan IC Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mengajarkan Mata Kuliah Manajemen Mutu Pendidikan Islam di program studi Magister Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mungkin Segalanya Mungkin | 239
Kronologi Riwayat Hidup
Umur 59
59
59
59
59
Tanggal/Tahun September 2015 s.d. Desember 2015 September 2015 s.d. Desember 2015 September 2015 s.d. Desember 2015 September 2015 s.d. Desember 2015 September 2015 s.d. Desember 2015
59
September 2015 s.d. Desember 2015
59
2015
240 | Mungkin Segalanya Mungkin
Peristiwa/Kegiatan bersama Dr. Soeparto dan Dr. Hasyim Asy’ari. Mengajarkan Mata Kuliah Pemikiran Islam di Pesantren Luhur Sabilussalam Gang Bacang Kampung Utan Cempaka Putih Ciputat. Mengajarkan Mata Kuliah Kajian Islam Komprehensif di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mengajarkan Mata Kuliah Pendidikan, Politik, Agama dan Kemajemukan di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bersama Prof. A. Malik Fadjar. Mengajarkan Mata Kuliah Filsafat Pendidikan di Pascasarjana UIN ar-Raniry Banda Aceh Mengajarkan Mata Kuliah Kajian Kebijakan dan Perbandingan Pendidikan Islam di program Magister Studi Islam Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta. Mengajarkan Mata Kuliah Filsafat Ilmu dan Pendidikan Islam di program Doktor Manajemen Pendidikan Islam Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta bersama Prof. Dr. Hj. Masjitoh, M.Ag. Ikut aktif melakukan penyusunan instrumen pembukaan program studi dan akreditasi Lemkerma Kemenristek Dikti dan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi bersama Dr. Indriyanti Sudirman dari Unhas Makassar, Prof. Bambang Sektiari Lukiswanto dari Unair Surabaya, Prof. Marsudi Triatmojo dari UGM, Dr. Fauzri Fahimuddin dari Politeknik UI, dan Julio Adisantoso dari IPB. Acara diselenggarakan hampir sebulan 2 kali. Instrumen ini secara nasional digunakan Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi untuk pertimbangan dalam pembukaan program studi. Bagi BAN-PT instrumen ini berguna untuk memberikan pertimbangan tentang penenuhan akreditasi minimal bagi program studi baru.
Otobiografi Suwito
Umur
Tanggal/Tahun
59
2015
59
2015
59
20 Mei 2015
59
23 Mei 2015
59
9 – 10 Juni 2015
59
11 – 12 Juni 2015
59
23 – 24 Juli 2015
Peristiwa/Kegiatan Ikut aktif melakukan menyusun revisi instrumen akreditasi yang diselenggarakan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi bersama Dr. Indriyanti Sudirman dari Universitas Hasanuddin Makassar, Prof. Bambang Sektiari Lukiswanto dari Universitas Airlangga Surabaya, Prof. Marsudi Triatmojo dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dan Dr. Fauzri Fahimuddin dari Politeknik Universitas Indonesia. Acara diselenggarakan hampir sebulan 2 kali. Penilai angka kredit kenaikan pangkat/jabatan fungsional dosen untuk ke Lektor Kepala dan Profesor di Direktorat Jenderal Sumberdaya Iptek dan Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang diselenggarakan setiap bulan. Menjadi narasumber tentang kurikulum program doktor di Program Pascasarjana UIN Walisongo Semarang. Atas nama Ketua Senat Universitas, Sekretaris Senat Universitas (Prof. Dr. Suwito, M.A.) menyampaikan pidato pembukaan dan menutup acara Wisuda Sarjana ke-96 UIN Jakarta. Mahasiswa yang diwisuda pada tanggal 23 Mei 2015 berjumlah 544 lulusan. Visitasi akreditasi institusi di UIN Raden Fatah Palembang bersama Moses Laksono Singgih, Prof.,Ir.,M.Sc.,Ph.D. dari ITS, Johannes Hutabarat, Prof., Dr., M.Sc., Ir. dari UNDIP, dan Mahriyuni, Dr. dari UNIMED Medan. Visitasi akreditasi institusi di Universitas Tridinanti Palembang bersama Moses Laksono Singgih, Prof.,Ir.,M.Sc.,Ph.D. dari ITS, Johannes Hutabarat, Prof., Dr., M.Sc., Ir. dari UNDIP, dan Mahriyuni, Dr. dari UNIMED Medan. Visitasi akreditasi institusi di Sekolah Tinggi Teologi Tabernakel Indonesia Surabaya bersama Soegeng A. Hardiyanto, Dr. dari UKSW. Mungkin Segalanya Mungkin | 241
Kronologi Riwayat Hidup
Umur
Tanggal/Tahun
Peristiwa/Kegiatan
59
24 – 26 Juli 2015
59
Juli – Agustus 2015
59
10 Agustus 2015
59
21 Agustus 2015
Visitasi akreditasi institusi di Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia Bali di Dalung Kuta Utara Bali bersama Soegeng A. Hardiyanto, Dr. dari UKSW. Menjadi Penguji luar penulisan disertasi Shamsiah Banu binti Mohamed Hanefar yang berjudul “Development of Spiritual Intelligence Model for Adolescents in Malaysia” dari University of Malaya. Menjadi Tim Penilai tentang perubahan IAIN menjadi UIN Ambom bersama Prof. Dr. Amin Abdullah. Menjadi narasumber pada Refleksi Pemikiran dan Kontribusi Harun Nasution di Indonesia dalam Rangka Penerimaan Tanda Kehormatan Bintang Mahaputra Utama kepada alm. Prof. Dr. Harun Nasution yang diselenggarakan di Ruang Diorama Auditorium Harun Nasution UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Menjadi narasumber pada acara Sosialisasi Penghitungan Angka Kredit Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, di Aula Gedung Kopertais Wilayah I. Penilai Alih Status Kosentrasi menjadi Program Studi di Program Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh bersama Prof. Dr. A. Aziz Fahrrozi. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Direktur Diktis Kementerian Agama RI. Menjadi asesor Beban Kerja Dosen di UIN Jakarta, UMJ, dan Lembaga Pendidikan Kristen Ikut serta menetapkan hasil rapat Komisi-komisi Senat UIN Jakarta dalam hal: A) Kelompok Kerja (Pokja) pada Komisi Dikjar mempersiapkan draft Peraturan Rektor tentang 1. Hombasing Dosen, 2. Akreditasi (Institusi, Program Studi, Perpustakaan, Laboratorium) 3. Pembukaan, Penutupan dan Penggabungan Jurusan, Program studi dan Fakultas, dan 4 Sarana dan Prasarana. B) Kelompok Kerja (Pokja) pada Komisi Penelitian
28 Agustus 2015
59
14 September 2015
September s.d. Desember 2015 21 – 22 September dan 30 Oktober 2015
242 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Umur
Tanggal/Tahun
27 September 2015
28 dan 29 September 2015 1 Oktober 2015
8 Oktober 2015
59
22 Oktober 2015 s.d. Akhir November 2015 3 November 2015
23 November 2015
Peristiwa/Kegiatan mempersiapkan draft Peraturan Rektor tentang 1. Penelitian 2. Pengabdian kepada masyarakat 3. Kerja sama antar lembaga dan 4. Penerbitan dan Jurnal. C) Kelompok Kerja (Pokja) pada Komisi Etik mempersiapkan draft Peraturan Rektor tentang 1. Kode Etik Mahasiswa, 2. Kode Etik Dosen, 3. Kode Etik Karyawan dan 4. Kode Etik Universitas. Menjadi Narasumber Kebijakan PengembanganProfesi Guru pada acara Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) di Graha Dinar Jalan Raya Puncak KM. 79 Cisarua Bogor Menjadi penilai Sertifikai Dosen Bimas Kristen Kementerian Agama RI Meminta kepada 1. Humas (Samsudin) melalui Fenni Arifyani (Kasubbag Publikasi) untuk mengajukan kode warna logo, standar warna bendera Universitas, dan bendera Fakultas, penciri toga jabatan dan toga wisudawan masing-masing Fakultas. 2. Mohon kepada Ali Meha (Kasubbag Umum) untuk mengajukan desain untuk Ketua Senat, Rektor, Wakil Rektor, Guru Besar, toga untuk promosi doktor Honoris Causa dan Wisudawan S1,S-2,S-3 dan Profesi untuk kepentingan revisi Ortaker dan Statuta UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Narasumber Workshop Pengembangan Karir Dosen di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Menjadi narasumber Acara Roadshow Program Percepatan Jabatan Fungsional Dosen Seluruh Fakultas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Narasumber tentang Instrumen Akreditasi Program Studi pada acara Rapat Koordinasi dan SinkronisasiRegional Tahun 2015Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, diselenggarakan di Hotel Best Western Bogor. Menjadi narasumber pada Focus Group Discussion (FGD) penyusunan pedoman rekrutmen dosen yang diselenggarakan Lembaga Penjaminan Mutu UIN Mungkin Segalanya Mungkin | 243
Kronologi Riwayat Hidup
Umur
Tanggal/Tahun
25 November 2015 29 November s.d. 1 Desember 2015
59
1-2 Desember 2015 3 Desember 2015
Desember 2015
26 Desember 2015 16 Januari 2016 59
23 dan 24 Januari 2016 1-3 Februari 2016
Peristiwa/Kegiatan Syarif Hidayatullah Jakarta di gedung NICT UIN Jakarta. Menjadi narasumber pengisian borang akreditasi di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta Narasumber pada Konferensi Guru Besar Perguruan Tinggi Keagamaan Islam di The Media and Tower Hotel Jakarta, yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI. Pelatih Calon Asesor BAN-PT di Hotel Grand Whiz Kelapa Gading Jakarta Menjadi narasumber Beban Kerja Dosen dan Kiat Mempercepat Kenaikan Jabatan Fungsional Dosen di IAIN Surakarta. Meneliti tentang Disertasi mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008 s.d. 2014. Menjadi narasumber pengisian borang program studi magister Pendidikan Islam di Program Pascasarjana IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Menjadi narasumber pengisian borang institusi di IAIN Padangsidimpuan Sumatera Utara. Mengajar program Doktor di Pascasarjana UIN ArRaniry Banda Aceh. Asesor Beban Kerja Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Sekolah Tinggi Teologia Pantekosta (STTP) Jakarta.
Foto bersama para mahasiswi Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta
244 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
BAGIAN XIII SEGALANYA MENJADI MUNGKIN Segalanya menjadi mungkin. Inilah pelajaran utama yang dapat diperoleh dari pembacaan terhadap otobiografi ini. Terutama bagi saya, banyak kasus yang tadinya terbayang tidak mungkin dicapai atau diraih akan tetapi pada akhirnya ternyata sangat mungkin. Ketika saya mulai sekolah di Kudus, ada beberapa orang yang berkomentar tentang Mbah Rakiyo dan Mbah Rasemi. Suwito sekolah ke Kudus? Tanyanya dengan nada sinis. Apa mungkin dia bisa membiayainya? Dari mana ia peroleh biaya tersebut? Ternyata hal itu sudah terlewati pada akhir tahun 1975 ia lulus PGAN 6 Tahun. Ketika ada berita bahwa Suwito pergi ke Jakarta untuk kuliah ada juga komentar sebagian keluarga yang tidak yakin Mbah Rakiyo dan mbah Rasemi mampu membiayainya. Apa mungkin dia mampu membiayai anaknya sekolah di Jakarta? Tentu ditambah dengan pertanyaan lain-lain yang juga cenderung pesimistis. Ternyata semua itu sudah terlewati dengan selesainya kuliah tingkat Sarjana Muda pada tanggal 27 Juni 1979, selesainya kuliah tingkat Sarjana Lengkap tanggal 17 Maret 1983, lulus Magister tanggal 2 Agustus 1990, dan lulus Doktor tanggal 28 November 1995. Bahkan mulai 1 September 2001 ia memperoleh jabatan Profesor yang hanya ia tempuh dalam waktu 14-15 tahun sejak menjadi PNS. Ketika IAIN dirancang berubah menjadi UIN dalam masa 3 semester pada Rakerpim IAIN di Ciawi tanggal 2-3 September 2000, banyak komentar yang cenderung tidak yakin bahwa hal itu bisa terjadi. Tanggapan dan penilaian yang bernada sinis dan pesimistis tersebut selalu muncul karena banyak faktor. Ternyata hal ini dapat terjawab dengan adanya Keputusan Presiden Megawati Soekarnoputri Nomor 31 Tahun 2002 tanggal 20 Mei 2002 yang menyatakan bahwa IAIN beralih status menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ketika dalam Rakerpim tanggal 31 Desember 2003 ada usulan agar petunjuk arah menuju ke UIN dipasang dalam radius 5-10 kilometer bahkan lebih mendapat komentar “uuuww” dari peserta. Ternyata pada kira-kira pertengahan tahun 2004 banyak petunjuk arah menuju UIN sudah terpasang di 3 wilayah yaitu DKI Jakarta, Tangerang, dan Bogor. Ketika Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan digagas pada tahun 2002 banyak komentar yang muncul bahwa hal itu tidak mungkin karena mantan IAIN kan tidak tahu apa-apa tentang kedokteran. Selain itu Fakultas Kedokteran sangat mahal. Hal ini terjawab dengan adanya kenyataan bahwa mulai tahun akademik 2004/2005 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerima mahasiswa baru untuk Program Studi Kesehatan Masyarakat dan Mungkin Segalanya Mungkin | 245
Segalanya Menjadi Mungkin
Farmasi, sedangkan Program Studi Pendidikan Dokter dan Ilmu Keperawatan mulai menerima mahasiswa baru tahun akademik 2005/2006. Ketika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengajukan permohonan menjadi anggota SPMB (Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru) bersama dengan Perguruan Tinggi Negeri tahun 2002 muncul sinisme dan pesimisme bahwa tidak mungkin UIN dapat diterima. Ternyata hal ini dapat terjawab karena UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2003 sudah menerima pendaftaran mahasiswa baru melalui SPMB bahkan berdasarkan data yang ada, keketatan dalam bidang IPA, UIN Jakarta termasuk 12 dari 48 PTN yang ada, sedangkan bidang IPS keketatannya nomor urut ke 35 dari 45 PTN karena ITB, IPB, dan ITS tidak termasuk dihitung. Berdasarkan contoh kasus di atas dapat dipahami bahwa hukum alam (sunnatullah) terhadap segala sesuatu mesti diupayakan sehingga semua yang terkesan tidak mungkin menjadi mungkin sehingga segalanya memang mungkin yang oleh Pak Yusuf Rahman diberikan komentar dengan anything is possible. Wa Allāh a‘lam bi al-s awāb.
Foto bersama Isteri, Aqbas, Umak Rohani Pasaribu dan Oncu Raihanum Tanjung
246 | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
REFERENSI
Buku Pedoman Universitas Muhammadiyah Jakarta 1997-1998. Kumpulan Hasil Scan Dokumen Suwito Kumpulan Ijazah dan SK Kepangkatan Nilfa Yetty Tanjung Kumpulan Ijazah dan SK Kepangkatan Suwito Kumpulan Naskah MoU UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Lembaga Lain Dalam dan Luar Negeri Tahun 1985-2004. Kusmana dan Yudhi Munadi, Proses Perubahan IAIN Menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Rekaman Media Massa, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2002. Panduan Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Semester Genap 2006/2007. Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor Kajian Islam 2007/2008, Sekolah Pacasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor Kajian Islam 2009/2011, Sekolah Pacasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor Kajian Islam 2011/2015, Sekolah Pacasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Sekolah Pacasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007-2015. Suwito dan Nanang Syaikhu, Lintasan Peristiwa: Kerja Sama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2003-2006, Jakarta: Berita UIN dan UIN Jakarta Press, 2006. …….. dkk, Borang Program Studi Doktor Pengkajian Islam Sekolah Pacasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. …….. dkk, Borang Program Studi Magister Pengkajian Islam Sekolah Pacasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. …….. dkk, Borang Unit Pengelola Magister dan Doktor Pengkajian Islam Sekolah Pacasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. …….. dkk, Borang Unit Pengelola Magister dan Doktor Pengkajian Islam Sekolah Pacasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. …….. dkk, Evaluasi Diri Program Studi Doktor Pengkajian Islam Sekolah Pacasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. …….. dkk, Evaluasi Diri Program Studi Magister Pengkajian Islam Sekolah Pacasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. …….., Kompilasi Surat Keputusan Penyelenggaraan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. Mungkin Segalanya Mungkin | 247
Referensi
…….., Kumpulan Makalah: Bahan Kelengkapan Kenaikan Pangkat ke Guru Besar 1050, 2004. …….., Kumpulan Surat-Surat Konversi IAIN Menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002. …….., Menuju Universitas Islam yang Prestisius: Kumpulan Tulisan selama Menjadi Pembantu Rektor Bidang Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003. …….., Menuju Universitas Riset Bertaraf Internasional: Kumpulan Tulisan Pembantu Rektor Bidang Pengembangan Lembaga UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006. …….., Menuju World Class University. Nota Jabatan Pembantu Rektor Pengembangan Lembaga UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. …….., Tiga Penguatan: Kita Membangun Suasana Baru Perguruan Tinggi (Kumpulan Handout Powerpoint), 2004.
Foto bersama Fuad Jabali, M.A., Ph.D. dan Henda Syukri, M.Si.
Dari kiri: Jura, Rilfa, Tante Rasdiana, Umak Rohani, Nilfa Yetty Tanjung 248 | Mungkin Segalanya Mungkin