BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan sehari - hari, uang selalu dibutuhkan untuk membeli atau membayar berbagai keperluan. Dan yang menjadi masalah terkadang kebutuhan yang ingin dibeli tidak dapat dicukupi dengan uang yang kita milikinya. Kalau sudah demikian maka mau tidak mau kita harus mengurangi untuk membeli berbagai keperluan yang dianggap tidak terlalu mendesak atau penting, namun untuk keperluan yang sangat penting terpaksa harus tetap dipenuhi dengan berbagai cara seperti meminjam kredit dari berbagai sumber dana yang ada. Jika kebutuhan dana jumlahnya besar, maka dalam jangka pendek akan sangat sulit dipenuhi, apabila jika harus lewat lembaga perbankan. Dewasa ini terdapat berbagai macam fasilitas perkreditan baik yang berasal dari lembaga keuangan formal ataupun lembaga keuangan non formal yang termasuk didalamnya lembaga keuangan bank ataupun non bank. Untuk itu mengambil kredit di bank masyarakat golongan menengah kebawah khususnya cenderung mengalami kesulitan karena terkadang mereka tidak dapat memenuhi persyaratan yang yang diminta oleh pihak bank. Prosedur yang berbelit - belit, persyaratan administrasi yang memberatkan, jaminan kekeyaan yang besar, serta lokasi yang jauh itu semua merupakan hambatan bagi masyarakat dalam mengajukan kredit diperbankan. Lembaga keuangan non formal diantaranya adalah rentenier, dan berbagai perkumpulan simpan - pinjam informal lainnya umumnya dalam 1
bentuk arisan. Lembaga keuangan non formal dalam bentuk arisan memang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dengan bunga yang rendah tetapi dana disisni jumlahnya terbatas, sehingga mengalami kesulitan dan akhirnya untuk memenuhinya menggunakan jasa para pelepas uang atau reintenir yang prosedurnya cepat dan mudah tetapi dengan bunga yang dikenakan tinggi sehingga memberatkan masyarakat golongan menengah kebawah. Kenyataan menunjukan system pelayanan kredit dengan prosedur yang mudah dan cepat sangat dibutuhkan. Bagi mereka yang memiliki barang – barang berharga, kesulitan dana dapat segera dipenuhi dengan cara menjual barang berharga tersebut, sehingga sejumlah uang yang diingankan dapat terpenuhi. Namun resikonya barang yang telah dijual akan hilang dan sulit untuk mendapatkan lagi. Kemudian jumlah uang yang diperoleh terkadang lebih besar dari yang diinginkan sehingga akan mengakibatkan pemborosan. Untuk mengatasi kesulitan diatas dimana dana dapat dipenuhi tanpa kehilangan
barang berharga, dan mengingat pentingnya bantuan dari
masyaratkat menengah kebawah dan belum berhasilnya lembaga kredit formal yang ada untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu lembaga pemberi kredit yang mudah, cepat dan tidak berbelit – belit sehingga masyarakat diharapkan tidak mengalami kesulitan lagi. Masyarakat yang membutuhkan secara cepat dapat menjadikan PT. PEGADAIAN sebagai alternative tempat meminjam uang. Dan barang yang dijaminkan tersebut dapat ditebus kembali setelah masyarakat melunasi pinjamannya.
2
Dengan usaha gadai masyarakat tidak perlu khawatir kehilangan barang berharga dan jumlah uang yang diinginkan dapat disesuaikan dengan harga barang yang dijaminkan. Usaha yang menjalankan usaha gadai disebut PT. PEGADAIAN dan secara resmi usaha gadai di Indonesia hanya dilakukan oleh PT. PEGADAIAN. Jumlah Unit Pengelola Cabang (UPC) yang menginduk pada Kantor Cabang Karanganyar ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 1.1 Jumlah Unit Pengelola Cabang(UPC) Kantor Cabang Karanganyar. Tahun Jumlah Tahun 2010
4
Tahun 2012
6
Sumber:Kantor Cabang Karanganyar Tabel 1.2 Jumlah Nasabah Kantor Cabang Karanganyar Tahun 2010 – 2012 B. Rumusan Masalah 1. Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap permintaan kredit di PT. PEGADAIAN (PERSERO) cabang karanganyar. 2. Hal – hal yang berkaitan dengan permintaan kredit di PT. PEGADAIAN (PERSERO) cabang karanganyar.
3. Masalah yang sering dihadapi dalam permintaan kredit di PT. PEGADAIAN (PERSERO) cabang karanganyar.
3
C. Tujuan dan Manfaat Laporan 1. Tujuan a. Pembentukan skill mahasiswa sehingga perguruan tinggi menghasilkan tenagatenaga professional ahli madya. b. Membantu memberikan pengetahuan praktek di dunia kerja. c. Untuk mengetahui faktor apa saja yang dibutuhkan dalam permintaan kredit di Pegadaian cabang Karanganyar. 2. Manfaat 1) Bagi Pemerintah Dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam memberikan
pengarahan dan menentukan
kebijakan tentang pegadaian. 2) Bagi Masyarakat Akademik Diharapkan dapat dipakai ssebagai bahan referensi untuk laporanlaporan berikutnya. 3) Bagi Masyarakat Umum Memberikan pengetahuan bagi masyarakat umum untuk lebih mengetahui kondisi pegadaian.
4
D. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Observasi Merupakan teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data primer dengan cara mengamati langsung objek datanya. Observasi tidak hanya mengamati saja. Observasi untuk mengumpulkan data dapat dilakukan dengan mengamati (dengan mata), mendengarkan (dengan telinga), membaca (dengan pikiran), mencium (dengan hidung), dan meraba (dengan tangan). Jogianto (2010:35) a. Wawancara Supranto (2003:85) adalah “Tanya jawab antarapetugas dengan reponden”. Keraf (2001:46) adalah “Suatu cara untuk mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsungkepada seorang yang dapat memberi informasi atau autoritas (seorang ahli atau yang berwenang dalam suatu masalah)”. b. Studi Pustaka Keraf Gorys (2004:189), Metode pengumpulan data dengan membaca buku-buku, majalah, surat kabar, dan sebagainya sebagai bahan mentah bagi suatu karya tulis. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan cara membaca buku-buku referensi yang dapat dijadikan acuan dalam penyusuan Tugas Akhir. 2. Sumber Data a. Data Primer Marzuki (2000:55), Data Primer adalah data yang berhubungan dengan hal-hal pokok yang diperoleh dari perusahaan. b. Data Sekunder Marzuki (2000:55), Data Sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti. Data sekunder diperoleh dari mengumpulkan data
5
dari buku-buku referensi yang ada di perpustakaan atau sumber lain seperti internet dan perusahaan. 3. Jenis Data a. Data Kualitatif Data kualitatif menurut Supranto (2003:20) adalah “ data Kualitatifmerupakan data yang bentuknya bukan bilangan atau angka tetapi merupakan data yang berupa keterangan atau informasi”. b. Data Kuantitatif Saifuddin Azwar (2009:91), data kuantitatif adalah data yang berupa angka – angka.
6