Bagaimana Caranya Dari Jeratan Dosa
Melepaskan
Diri
Penterjemah A.Q. Khalid Artikel ini muncul dalam Review of Religions edisi Januari 1902. Dalam halaman-halaman berikut kami akan mengajukan cara mengatasi kejahatan yang merusak di zaman ini. Jelas terlihat kalau kemajuan materialistik dunia ternyata juga diikuti dengan kemerosotan tingkat keruhanian manusia. Jiwa manusia sudah demikian jauhnya dari sifat keluhuran naluriah sehingga mereka sudah meninggalkan kebenaran hakiki dan bahkan menghindarinya sama sekali. Kelihatannya seperti ada daya kuat yang menyeret mereka ke bawah ke dalam kubangan asusila dan dosa yang paling rendah. Perubahan yang terjadi dalam fikiran manusia sudah sedemikian rupa sehingga apa yang menurut ruhani adalah suatu yang amat buruk dan nista, sekarang ini malah dianggap sebagai suatu yang indah dengan segala gemerlapnya. Karsa batin sesungguhnya menyadari kalau manusia sedang tergelincir dari harkat kesucian hakiki karena pengaruh demoralisasi dari suatu kekuatan yang tidak kelihatan. Racunnya sudah demikian luas menyebar dan telah menguasai hampir seluruh dunia. Kebenaran hakiki dan mulia malah menjadi bahan tertawaan, sedangkan mereka yang patuh kepada Tuhan-nya dianggap sebagai suatu absurditas. Setiap jiwa di dunia sepertinya hanya cenderung kepada segala hal yang duniawi saja, seolah-olah ada kekuatan tersembunyi yang mengungkungnya disana. Demikian itulah daya tarik dosa dan untuk itu kita bisa melihat berbagai daya pikat yang bekerja di dunia ini. Efisiensi tidaknya suatu daya pikat tergantung pada keyakinan pandangan kita terhadap segala hal, bertambah yakin kita maka daya pikat itu akan menjadi bertambah besar. Hal ini merupakan suatu prinsip yang sama berlaku dalam dunia ruhani mau pun jasmani. Setiap bentuk ketertarikan hanya bisa diimbangi oleh lawannya jika lawannya ini memang lebih kuat. Karena dunia sekarang ini sedang terseret oleh pengaruh daya pikat dosa maka dunia ini tidak akan mungkin
mengangkat dirinya untuk terbang mengawang ke tingkat yang lebih tinggi, kecuali lawan daya pikat yang bersifat surgawi itu lebih kuat untuk mengimbangi kecenderungan duniawi dan memberikan keyakinan yang lebih mantap di sisi lain. Untuk jelasnya, tidak akan ada perubahan ke arah kebaikan sampai manusia sudah meyakini dengan pasti bahwa sebenarnya ada kemaslahatan serta kenikmatan substansial dan kekal dalam laku tunduk kepada perintah Tuhan. Manusia harus bisa dibawa kepada kesadaran bahwa di luar perkubangan nafsu karnal yang kotor sebenarnya ada kemaslahatan dan kenikmatan di dalam kehidupan yang saleh, dan bahwa laku durhaka bukan saja sama tetapi juga lebih buruk dari maut. Keyakinan demikian jika menguasai keseluruhan fikiran maka ia akan menjadi pelindung yang aman terhadap laku dosa. Yang juga perlu ditanamkan dalam hati dengan keyakinan yang teguh ialah kenyataan bahwa nur yang dikaruniakan Ilahi kepada manusia hanya bisa datang dari sebuah matahari yang menjadi Imam (pemimpin ruhani) zaman bersangkutan. Keluputan akan pertemuan dengan Imam demikian akan meluputkan yang bersangkutan dari nur tersebut. Seseorang yang berfikir bahwa ia bisa mandiri tanpa adanya sumber nur atau sinar yang hakiki, sesungguhnya ia mengelabui dirinya sendiri karena ia menempatkan diri berseberangan dengan akidah Tuhan yang bersifat abadi. Mata memiliki sinar, namun untuk bisa melihat, mata harus menggunakan sinar dari matahari. Sang Imam mirip dengan matahari karena ia menjadi sumber pencerahan. Ia diutus Tuhan untuk menerangi dunia, karena itu butalah mata yang tidak memanfaatkan sinar daripadanya. Sebaliknya dengan orang yang memanfaatkan sinar tersebut maka ia akan berpijak teguh pada keyakinan serta tertarik pada laku bajik. Akan selalu terdapat pergulatan di antara daya tarik duniawi dan surgawi dimana yang satu berusaha mengalahkan yang lainnya. Yang satunya akan menarik manusia ke arah laku kebajikan, sedangkan yang lainnya ke arah laku dosa. Tambah besar kekuatan daya berseberangan itu akan bertambah dahsyat pula pergulatan yang ditimbulkannya. Pada suatu gerak maju materialistis, kedua daya tarik tersebut akan menunjukkan kekuatannya yang tertinggi. Ketika dunia telah berhasil mencapai tingkat tertinggi dari kemajuan materialistiknya maka hari-hari kemajuan ruhani pun juga sudah dekat. Di langit
juga terjadi persiapan bagi pembaharuan ruhani. Akan muncul daya tarik dimana keduanya akan bergulat guna mencapai supremasi. Sungguh mengerikan hari-hari ketika ketidak-acuhan dan keangkuhan sedang berkuasa di dunia, karena sudah dekat waktunya untuk pembalasan dan hari yang dijanjikan dari pertarungan ruhani yang akbar. Pergulatan dahsyat tersebut dikemukakan secara metaforika oleh para Nabi Ilahi. Sebagian menggambarkannya sebagai pertarungan akhir di antara malaikatmalaikat surgawi dengan para iblis dari lubang yang dalam, setelah mana dikatakan dunia akan berakhir. Adapun yang lainnya karena kebodohannya lalu menafsirkan hal tersebut sebagai suatu pergulatan phisikal yang dilakukan dengan pedang dan senapan. Pandangan terakhir ini jelas akibat dari kesalahan penafsiran dan fikiran yang dangkal dimana kata-kata metaforika mereka terjemahkan sebagai suatu perang yang bersifat phisikal. Sekarang ini sedang berlangsung pertarungan seru di antara kegelapan duniawi melawan pencerahan surgawi. Para Nabi Ilahi dari sejak zaman Adam sampai Muhammad s.a.w. telah menubuatkan tentang pertarungan dahsyat itu. Masing-masing pihak mempunyai pimpinan yaitu di sisi kegelapan yang menjadi penyembunyi kebenaran dan di sisi yang terang sosok pencerah kebenaran. Yang satu datang dari langit berkawan rombongan malaikat dan menjadi manifestasi dari Mikail sedangkan pada sisi lain adalah kekuatan kegelapan yang merupakan inkarnasi dari Iblis. Jika asykar kegelapan dengan gegap gempita sudah dalam keadaan siap atau sedang bertempur menyebarkan laku durjana, kita bisa meyakini bahwa asykar surgawi pun juga telah mempersiapkan tindak balasan guna menghancurkannya. Daya nalar yang bersih akan membawa kita kepada konklusi bahwa asykar surgawi tidak akan melalaikan tugasnya. Hanya saja asykar surgawi tidak menyukai gegap gempita dan lebih menyukai melaksanakan operasinya dalam kesenyapan. Sepintas lalu saja orang tidak akan menyadari keberadaannya sampai adanya suatu tanda surgawi yang muncul seperti menara mercu suar yang cemerlang dan bersinar putih terang. Cahaya surgawi akan turun ke mercu suar ini yang kemudian akan mencerahkan dunia. Kalimat tersebut perlu diperjelas lebih lanjut. Meski sistem keruhanian berimbang atau berpadanan dalam banyak hal dengan
dunia jasmani, tetapi ada sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh pengamat selintas dalam sistem spiritual tersebut. Contoh mengenai hal itu bisa dilihat pada bagaimana daya tarik bumi menjadi daya gerak dari benda-benda langit, walau pun sebenarnya di antara keduanya ada jarak pertentangan. Dengan demikian bisa disimpulkan kalau tiba saatnya kedua daya ini bekerja dengan kekuatan penuh, misalnya di saat-saat terakhir dari umur bumi saat kemajuan materialistik telah mencapai puncaknya. Kedua daya itu akan bertarung satu sama lain memperebutkan supremasi karena kemenangan mutlak baru bisa dikatakan telah tercapai jika lawan sudah musnah. Saat kedua daya sama-sama hidup subur dan berkuasa, pertarungannya pasti akan teruk sekali karena yang satu bermaksud menghancurkan yang lainnya. Akal sehat mendukung ucapan nubuatan dari para nabi dan orang-orang suci yang menyatakan bahwa perang campuh di antara kedua kekuatan itu pasti terjadi dimana salah satu harus menang atau kedua-duanya hancur bersama. Sejalan dengan ungkapan nubuatan, pertarungan akhir di antara kebaikan dan kejahatan itu akan terjadi seribu tahun setelah Yesus yang merupakan millenium terpenjaranya sang Iblis. Sejak mulai saat itu daya tarik kejahatan mulai merambah ke seluruh dunia. Saat itu pun umat Muslim telah meninggalkan akidah suci dan hakiki Islam sehingga agama ini pun mulai merosot. Kemajuan keruhaniannya pada saat itu terkendala dan kisah gemilang penaklukannya telah usai. Kemenangan-kemenangan yang semula mewujud ketika sang pencipta dosa masih terbelenggu di lubang yang tak berdasar. Kebangkitan kembali sang Iblis merupakan keniscayaan sebagai pemenuhan nubuatan para nabi dan rasul Yohanes. Dalam pemenuhan nubuatan itu juga maka Islam menjadi menurun tanpa ada lagi kemajuan yang bisa dibanggakan. Gerakan dan operasi iblis mengambil bentuk baru dan muncul dalam berbagai rona jubah. Pohon dosa mulai berakar di bumi dan berkembang sangat luas. Sebagian dari dahannya menggayut sampai ke Timur dan yang lainnya mencapai tepi Barat yang terjauh serta tidak kurang pula yang ke Utara dan Selatan. Tidak ada pelosok dunia yang terbebas dari laku dosa. Namun masa kebebasan Iblis adalah sama dengan masa terbelenggunya yaitu seribu tahun dimana nubuatan para nabi Ilahi menjadi saksinya. Dengan selesainya abad ketigabelas (Hijriah), periode kebebasan Iblis berakhir pula. Yang patut diperhatikan dalam menghitung periode nubuatan adalah
dengan menggunakan tahun komariah berdasar perputaran bulan karena periode nubuatan itulah yang diajarkan Allahswt kepada umat Yahudi mau pun Islam. Perhitungan syamsiah berdasar matahari adalah inovasi manusia sendiri dan karena itu tidak sejalan dengan kitab suci dari kedua agama tersebut dan dengan sendirinya tidak bisa diterapkan dalam perhitungan periode nubuatan. Singkat kata, hari-hari yang kita jalani sekarang inilah yang menjadi bukti habisnya periode kebebasan yang diberikan kepada Iblis. Hanya saja karena ia tidak suka kebebasannya dikekang dan kekuasaannya dicabut, maka akibatnya akan muncul pergulatan di antara daya tarik kebaikan dengan keburukan. Memang demikian itulah pengaturan Tuhan sejak awal dan firman Tuhan bersifat kekal dan tidak mungkin berubah. Ada beberapa fakta lain yang menunjang pandangan ini yaitu tentang telah berakhirnya supremasi Iblis selama seribu tahun dan kita sekarang hidup dalam millenium pemerintahan Ilahi, dimana fajarnya telah merekah. Enam ribu tahun sejak Adam telah usai dan ribu yang ke tujuh dimana saatnya Adam kedua muncul telah dimulai. Tuhan menciptakan Adam di hari keenam dan kitab suci mengungkapkan kalau yang dimaksud dengan satu hari bagi Tuhan adalah sama dengan seribu tahun. Sejalan dengan janji Ilahi, tentunya sekarang ini telah lahir Adam kedua meski belum diakui oleh seluruh dunia. Yang juga tidak bisa diabaikan adalah tempat dimana Tuhan akan memunculkan Adam kedua yaitu di Timur dan bukannya di Barat sebagaimana kita baca dari Kitab Kejadian 2:8 yang menyatakan bahwa Tuhan menempatkan manusia yang dibentuk-Nya di sebelah Timur. Karena itu Adam kedua juga harusnya muncul di Timur agar bisa dikatakan mirip dengan yang pertama. Konklusi ini sama mengikatnya bagi umat Islam mau pun Kristiani, jika mereka memang mengakui kebenaran Kitab Suci mereka. Jalan menuju kesana sudah diratakan bagi pemahaman yang jernih tentang fakta-fakta yang hakiki. Atmosfir keruhanian di dunia sedang dirundung awan kegelapan dan sudah tiba waktunya berkas sinar datang menembus mengusir kepekatan tersebut. Namun adalah suatu hal yang sia-sia mengharapkan bahwa obor lemah yang dibawa manusia akan mampu mencerahkan kegelapan tadi.
Hanya nur surgawi yang jernih dan cemerlang yang akan mampu menembusnya. Kegelapan pekat menyelimuti dunia dan damar kecil para muttaqi sudah hampir pupus pula. Kepercayaan adat, pengetahuan yang tidak berguna dan shalat secara formal saja tidak akan mungkin membawa turun kembali nur cahaya keimanan. Orang yang buta tidak mungkin membimbing yang buta lainnya, begitu juga kegelapan mustahil dapat mengusir kegelapan. Diperlukan sebuah menara baru yang puncaknya lebih tinggi dari gubuk-gubuk yang dibangun tangan manusia agar nur surgawi turun kepadanya dan obor langit menerangi puncaknya guna mencerahkan seluruh dunia dengan sinarnya yang murni. Bertambah tinggi menara itu akan bertambah jauh jangkauan sinarnya sehingga mampu mencapai seluruh pelosok dunia. Sekarang yang harus dijelaskan adalah apa yang dimaksud dengan menara itu. Menara adalah nama yang diberikan kepada jiwa seorang manusia yang suci, agung dan akbar yang dikaruniakan kepada seseorang yang sempurna dimana ia akan mendapatkan nurnya dari langit. Ketinggian dari menara mencerminkan kebesaran jiwa dari orang yang sempurna tersebut, keteguhan hatinya serta istiqamah yang diperlihatkannya dalam masa kesulitan, sedangkan kejernihannya mencerminkan kebersihan dirinya dari segala dosa. Ketika manusia sempurna itu telah melewati semua tingkatan dan menjalani segala cobaan, ketika kebesaran dan keteguhan hati serta istiqamah mencuat keluar secara gemilang, apalagi diketahui bahwa ia kalis dari segala dosa, maka tibalah waktu kemunculannya dengan segala keagungan karena saat cobaan dan aniaya yang menjadi tanda kedatangan pertama telah dilalui. Maka kemudian turunlah dari Tuhan roh yang kudus ke dalam dirinya dimana fitrat keakbaran Ilahi tercermin dalam dirinya. Semua ini tampak dalam kemunculannya yang kedua. Realitas yang sama mendasari keajaiban kemunculan Al-Masih yang Dijanjikan (Masih Maud). Umat Muslim mempunyai kepercayaan bahwa sosok tersebut akan turun dekat sebuah menara. Sebenarnya dalam Hadith yang dimaksud dengan itu adalah kedatangannya dalam keagungan yang diikuti dengan manifestasi dari kekuatan dan kekuasaan Ilahi. Hadith itu tidak menafikan ide tentang kehadirannya sebelum itu di muka bumi, tetapi memang langit telah
menahan dirinya sampai saat kemunculan yang ditetapkan Tuhan. Juga merupakan kaidah Ilahi yang abadi bahwa realitas spiritual diumpamakan dengan tanda-tanda phisikal. Kuil di Yerusalem dan Kaabah di Mekah adalah ilustrasi dari kaidah yang sama dan mewakili manifestasi keagungan Tuhan. Penjelasan yang sama juga berlaku tentang Hadith yang menyatakan bahwa Al-Masih yang Dijanjikan akan turun dekat sebuah menara dalam sebuah negeri di sebelah timur Damaskus. Kata ‘timur’ perlu mendapat perhatian khusus karena Adam juga ditempatkan di sebelah timur kebun. Tujuan dari Hadith tersebut tidak terganggu dengan anggapan bahwa menara bersangkutan harus sudah ada sebelum kemunculan sosok yang dijanjikan karena dari rangkaian nubuatan dinyatakan kalau menara tersebut merupakan tanda kedatangannya dalam keagungan yang penuh. Sudah dikemukakan sebelumnya bahwa Masih Maud akan muncul di dunia menyandang dua karakter. Pertama kali ia akan datang sebagai seorang biasa yang mengalami cobaan dan aniaya dalam berbagai bentuk. Ketika hari-hari penderitaan sudah berlalu maka tibalah waktunya bagi kemunculan dengan segala keagungan. Adalah sebelum masa itu maka menara tersebut sudah harus ada karena menurut Hadith ada sebuah menara sebagai perlambang realitas dan menjadi menara phisikal sebagai padanan dari menara spiritual sebagaimana dikemukakan di muka. Dunia sebelum kedatanganya dengan segala keagungan tidak akan mengenali dirinya karena ia bukan orang duniawi. Tidak juga dunia akan mengasihinya karena ia datang dari Tuhan yang tidak dicintai oleh dunia. Karena itulah menjadi suatu keniscayaan bahwa ia akan difitnah, dianiaya dan dituduh dengan segala macam kejahatan. Nubuatan Islamiah menyatakan kalau sosok Masih Maud itu tidak akan diterima orang pada awalnya. Bahkan ia akan mengalami berbagai perlakuan keji dari orang-orang bodoh dan dianiaya oleh orang-orang yang keji. Orang akan mencoba mencederai dirinya dengan anggapan telah melakukan suatu perbuatan saleh, sedangkan yang lainnya berusaha melukai dengan anggapan bahwa tindakannya itu akan mendapat keridhaan Ilahi. Demikianlah sosok tersebut akan menderita dan mengalami berbagai kesulitan sampai datang saat yang ditentukan Tuhan tentang pemenuhan kaidah Ilahi tentang penganiayaan terhadap para nabi. Barulah saat itu tiba masa kejayaan. Mata hati manusia akan dibukakan dan mereka mulai berfikir tanpa suatu prasangka. ‘Apakah mungkin ia seorang
pendusta, padahal ia tidak bisa ditundukkan dan dihancurkan?’ kata mereka. ‘Apa yang menjadi dasar pertimbangan Tuhan bahwa Dia selalu menolong orang ini tetapi tidak menolong kita?’ tanya mereka dalam hati. Pada saat itulah akan turun malaikat Tuhan ke hati mereka dan mengingatkan bahwa semua hal yang dinyatakan dalam Hadith dan yang telah menjadi kendala bagi mereka untuk mengakuinya, tidak harus terjadi secara harfiah. Terdapat juga banyak kemungkinan bahwa Hadith tersebut bisa jadi salah atau karangan manusia, sedangkan yang lainnya ada pula yang disampaikan dalam bahasa metaforika yang tidak akan dipenuhi secara harfiah. Apa yang menjadi penyebab kesialan umat Yahudi dalam menolak sosok Yesus? Tidak lain karena mereka menunggu bahwa semua kata-kata dalam nubuatan berkaitan terpenuhi secara harfiah dan sejalan dengan alur pandangan mereka sendiri. Nyatanya harapan mereka sia-sia adanya dan menjadi hampa. Dengan adanya kaidah Ilahi serta Tuhan dari nenek moyang mereka, seharusnya musuh para nabi-nabi Ilahi mempertimbangkan bahwa bisa jadi mereka sendiri yang sedang dicoba oleh Tuhan sebagaimana pendurhaka dan penolak para nabi sebelum mereka. Pertimbangan seperti itu dengan telaah mendalam akan membawa mereka kepada penerimaan sosok rasul Ilahi yang selama ini mereka tolak sebagaimana nabi-nabi di masa lalu. Tidak ada kebenaran sama sekali pada anggapan bahwa sekarang ini adalah masanya pedang dan senapan untuk penyebaran agama yang hakiki. Pedang, alih-alih bisa mengungkapkan keindahan dan keluhuran kebenaran, malah akan menjadikannya sebagai suatu yang meragukan. Mereka yang berpandangan demikian bukanlah sahabat dari agama Islam, bahkan menjadi musuhnya yang utama. Mereka itu mempunyai motivasi yang bersifat rendah, bersifat kejam, ruhani yang miskin, fikiran yang kerdil, otak yang tumpul dan daya lihat yang cupat. Adalah mereka itu yang telah membuka dan membawa keberatan orang terhadap Islam. Mereka ini mengira bahwa Islam memerlukan pedang untuk kemajuannya dan dengan cara itu telah menodai kemurniannya dan mencoreng kesucian namanya. Suatu agama yang secara mudah mampu menegakkan kebenaran dan kelebihannya lewat argumentasi nalar yang sehat, adanya tanda-tanda Ilahi serta bukti-bukti lain, tidak memerlukan pedang
guna mengancam manusia agar tunduk pada agama tersebut. Agama baru ada nilainya sepanjang masih sejalan dengan logika. Jika agama itu gagal memenuhi persyaratan tersebut, jika harus mengada-ada untuk menutupi kekurangannya dalam argumentasi dengan menghunus pedang maka jelas agama tersebut palsu adanya. Pedang itu akan memotong lehernya sendiri sebelum menebas orang lain.